Tekhnik Berbicara didepan Umum
-
Upload
adeiraputra -
Category
Documents
-
view
514 -
download
4
Transcript of Tekhnik Berbicara didepan Umum
BERBICARA DI DEPAN UMUM
1. Pengertian
Kegiatan Berbicara adalah kegiatan mengekspresikan ige, gagasan, pikiran, melalui
lambang-lambang lisan sehingga orang lain mudah mencerna dan memahami apa
yang diungkapkan oleh sang pembicara.
2. Macam-Macam Kegiatan Berbicara Di Depan Umum
Berdasarkan lingkup situasinya ada dua macam kegiatan berbicara di depan umum,
yakni:
a. Lingkup Resmi: adalah lingkup Dinas yang memiliki kelayakan dan
formalitas tertentu. Dalam lingkup ini ada aturan tertentu yang relative lebih
ketat, misalnya pakaian, situasi, tema, kosa kata, dan gaya berbicara
dikemas dalam lingkup resmi.
Contoh: Berpidato.
b. Lingkup NonResmi: adalah lingkup di mana kegiatan berbicara lebih banyak
kelonggarannya. Situasinya lebih familier, bahasanya bebas, pakaiannya
tidak diatur, demikian pula format dan gaya pembicaraannya.
Contoh: Ceramah
3. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Oleh Pembicara
Baik penceramah maupun orator (ahli pidato), yang ingin sukses dalam kegiatan
berbicara harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Internal:
,Vokal : 1. tidak monoton ٭
2. jelas bervariasi,
3. sesuai dengan karakter materi.
,Penampilan : 1. menarik simpati pendengar ٭
2. membina kontak mata dengan pendengar,
3. mimiek, ekspresi yang tidak berlebihan,
4. gerakan anggota tubuh yang sesuai.
,Materi : 1. menguasai materi ٭
2. sesuai dengan tingkat pendengar,
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB TIM MKCUBAHASA INDONESIA
1
3. penyampaian harus sistematis,
4. disertai dengan contoh yang “segar”
b. Eksternal :
:Menganalisa Pendengar ٭
1. Usia pendengar,
2. Tingkat pendidikan pendengar,
3. Gender (kalau perlu),
4. Latar Budaya.
:Situasi pembicaraan ٭
1. Formal atau nonformal,
2. waktu: pagi, siang, sore, malam.
3. Tempat, in door, out door.
4. Langkah-Langkah Yang Harus Dipersiapkan Oleh Pembicara:
Sebelum kegiatan berbicara di depan umum dilaksanakan, ada beberapa pedoman
yang harus dipertimbangkan:
1. Tentukan tema pembicaraan,
Tema harus menarik, membangkitkan rasa ingin tahu, original, kekinian/ tidak
usang.
2. Mencari dan mempersiapkan materi / literature pemandu untuk menambah
bobot pembicaraan. Jangan pernah membicarakan hal-hal yang Anda sendiri
tidak memahaminya, karena Anda akan terlihat ‘bodoh’ dan kurang wawasan.
3. Siapkan draf dan kisi-kisi pembicaraan secara sistematis. Ini akan
mencerminkan pola pikir Anda yang teratur.
4. Susun naskah pembicaraan yang lengkap.
5. Latihanlah dengan cara membaca dan berimprovisasi secara berulang-ulang.
6. Mintalah masukan/ pendapat dari teman tentang latihan penampilan Anda.
7. Anda siap menjadi pembicara yang ‘handal’.
Berbicara di muka umum, entah itu berkhotbah, mengajar, berpidato atau memberi
sambutan, sering mendatangkan stress bagi orang mendapat mandat itu. Sedapat
mungkin kita biasanya berusaha menghindar.
Namun pada saat tertentu kita akan tidak bisa mengelak lagi. Sesungguhnya,
berbicara di depan umum itu TIDAK HARUS MEMBUAT ANDA STRESS!
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB TIM MKCUBAHASA INDONESIA
2
Rahasianya adalah jika Anda mengetahui penyebab stress ini, dan jika Anda
menerapkan beberapa prinsip-prinsip ini, maka Anda justru akan menikmati ketika
berbicara di depan umum.
Prinsip #1--Kecemasan Berbicara di Muka Umum BUKAN Berasal dari Dalam
Kebanyakan kita percaya bahwa seluruh hidup ini patut dicemaskan! Untuk
mengatasi kecemasan ini secara efektif, Anda mesti menyadari bahwa Anda TIDAK
perlu mencemaskan hidup Anda, termasuk juga dalam berbicara di depan umum.
Ribuan orang telah belajar untuk berbicara di depan umum tanpa rasa cemas
(kalaupun ada hanya sedikit sekali).
Pada mulanya, mereka ini juga sangat cemas. Lutut mereka gemetaran, suara
mereka bergetar, pikiran menjadi kacau . . . selanjutnya Anda tahu sendiri. Tapi
akhirnya mereka berhasil menghapus kecemasan itu.
Sebagai manusia biasa, Anda pun juga tidak berbeda dengan mereka. Jika mereka
mampu mengatasi kecemasan itu, berarti Anda pun bisa! Anda hanya perlu
mendapat pedoman, pengertian dan rencana aksi yang tepat untuk mewujudkan hal
itu. Percayalah, sudah banyak berhasil, termasuk saya. Tetapi ingat juga,
keberhasilan ini tidak bisa diraih dalam semalam. Ada proses yang harus dilalui.
Prinsip #2--Anda tidak Harus Cerdas dan Sempurna
Ketika melihat seorang sedang berkhotbah, kita lalu bergumam "Wow, saya tidak
mungkin bisa secerdas, setenang, selucu dan semenarik dia." Sesungguhnya, Anda
tidak harus cerdas, lucu atau menarik. Saya mengatakan ini dengan serius.
Walaupun Anda hanya memiliki kemampuan rata-rata--bahkan di bawah rata-rata--
Anda masih bisa menjadi pembicara sukses. Itu tergantung bagaimana Anda
mendefinisikan kata "sukses" itu sendiri. Percayalah, hadirin itu tidak mengharapkan
Anda tampil sempurna.
Inti dari berbicara di depan umum adalah: memberikan sesuatu yang bernilai dan
bermakna bagi hadirin. Jika hadirin itu pulang sambil membawa sesuatu yang
bermanfaat, maka mereka akan menilai Anda telah sukses. Jika mereka pulang
dengan perasaan yang lega atau merasa mendapat manfaat untuk pekerjaannya,
maka mereka akan menganggap bahwa tidak sia-sia meluangkan waktu untuk
mendengarkan paparan Anda. Bahkan sekalipun lidah Anda terpeleset atau
mengucapkan kata-kata yang tolol . . . mereka tidak peduli.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB TIM MKCUBAHASA INDONESIA
3
Yang penting mereka mendapat manfaat lain (Bahkan sekalipun Anda mengkritik
mereka dan membuat gusar, Anda pun tetap berhasil karena membuat mereka lebih
baik lagi.)
Prinsip #3--Anda hanya Butuh Dua atau Tiga Pokok Utama
Anda tidak perlu menyuguhkan segunung fakta pada hadirin. Banyak penelitian
menunjukkan bahwa hanya sedikit sekali yang mampu diingat hadirin (kecuali jika
mereka mencatat, tentu saja). Pilihlah dua atau tiga point utama saja.
Yang diinginkan hadirin sebenarnya adalah mereka bisa membawa pulang dua atau
tiga hal yang bermanfaat. Jika Anda bisa memasukkan hal ini dalam materi Anda,
Anda bisa menghindari kompleksitas yang tidak perlu.
Ini berarti juga membuat tugas Anda sebagai pembicara jadi lebih ringan, dan lebih
menyenangkan juga!
Prinsip #4--Anda Punya Tujuan yang Tepat
Prinsip ini sangat penting . . . jadi simaklah baik-baik. Kesalahan besar yang sering
dilakukan oleh orang yang berbicara di depan umum adalah mereka tidak punya
tujuan yang tepat. Inilah yang secara tidak mereka sadari menyebabkan kecemasan
dan stress.
Seorang pembicara mengisahkan pengalamannya:"Dulu, saya pikir tujuan utama
berpidato adalah membuat semua orang yang hadir setuju dengan pendapat saya."
Karena itu, dia berusaha keras untuk meyakinkan semua hadirin. Jika ada satu
orang saja yang tidak setuju, dia langsung meradang. Jika ada orang yang pulang
duluan, jatuh tertidur, atau kelihatan tidak tertarik, orang ini merasa telah
gagal. Tetapi kemudian dia menyadari hawa ambisi seperti ini terlihat menggelikan.
Apakah ada pembicara yang bisa meyakinkan 100% orang yang mendengarnya?
Jawabannya: tidak ada! Sesungguhnya, sekeras apapun upaya Anda. . . selalu saja
ada orang yang tidak sepakat dengan Anda. Tetapi tidak apa-apa. Ini hal yang
biasa.
Di dalam kumpulan orang banyak selalu ada perbedaan pendapat, penilaian dan
tanggapan. Ada yang positif, ada pula yang negatif. Tidak ada yang pasti dalam hal
ini. Jika lamban menyelesaikan pekerjaan Anda, ada yang bersimpati pada Anda,
ada pula yang mengkritik Anda dengan tajam. Jika Anda menuntaskan pekerjaan
Anda dengan baik, ada yang memuji kemampuan Anda, ada pula yang sangsi
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB TIM MKCUBAHASA INDONESIA
4
bahwa Anda bisa mengerjakannya sendirian. Orang yang pulang duluan, mungkin
bukannya tidak tertarik pada uraian Anda melainkan mungkin karena ada keperluan
mendesak. Yang tertidur, mungkin semalaman begadang karena anaknya sakit.
Ingat, inti dari berbicara di depan umum adalah memberi nilai atau makna tertentu
pada hadirin. Kata kuncinya adalah MEMBERI, bukan MENDAPAT! Dengan kata
lain, tujuannya bukan mendapat sesuatu(persetujuan, ketenaran, penghormatan,
pengikut dsb) dari pendengar Anda, melainkan memberikan sesuatu yang
bermanfaat.
Prinsip #5--Kunci Sukses adalah Tidak Menganggap Diri Anda Seorang
Pembicara!
Prinsip ini tampak paradoks. Kebanyakan orang telah terpengaruh oleh pembicara
yang sukses. Kemudian agar sukses, kita berusaha sekuat tenaga memperlihatkan
kualitas tertentu yang sebenarnya tidak kita miliki. Akibatnya kita menjadi putus asa
ketika gagal meniru karakteristik dari orang terkenal, yang kita anggap sebagai kunci
suksesnya.
Jelasnya, alih-alih menjadi diri sendiri, kita sering berusaha menjadi seperti orang
lain! Padahal sebagian besar pembicara yang sukses itu melakukan hal yang
sebaliknya! Mereka tidak berusaha menjadi orang lain, tetapi menjadi diri mereka
sendiri. Dan mereka pun terkejut sendiri karena mereka bisa menikmati tugas yang
bayak dicemaskan orang ini.
Rahasianya, karena mereka tidak berusaha menjadi pembicara tetapi menjadi diri
mereka sendiri! Kita bisa melakukan hal yang sama. Apapun jenis kepribadian Anda,
ataupun ketrampilan dan talenta yang Anda miliki, Anda pasti mampu berdiri di muka
umum dan menjadi diri Anda sendiri.
Prinsip #6--Kerendahan Hati dan Humor Sangat Menarik Perhatian
Ada dua hal yang dapat dipakai oleh siapa saja untuk menarik perhatian orang ketika
berbicara di muka umum, yaitu: kerendahan hati dan humor. Semua orang mengenal
humor. Jika humor itu tidak menyakiti siapapun, cukup lucu dan sesuai dengan tema
pembicaraan Anda, silahkan gunakan. Humor selalu menarik meskipun Anda tidak
cakap menyampaikannya.
Sedangkan yang dimaksud kerendahan hati adalah ketika berbicara Anda
membagikan pergumulan, kelemahan dan kegagalan Anda. Sebagai manusia biasa
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB TIM MKCUBAHASA INDONESIA
5
kita punya kelemahan dan ketika Anda jujur mengungkapkannya Anda menciptakan
suasana yang nyaman sehingga orang lain juga bersedia mengungkapkan hal yang
sama.
Dengan rendah hati di depan orang lain, justru akan membuat Anda lebih kredibel,
bisa dipercaya dan disegani. Anda lebih mudah menjalin komunikasi dengan mereka
karena dianggap sebagai "orangnya sendiri".
Kombinasi antara humor dan kerendahan hati seringkali sangat efektif. Dengan
menceritakan pengalaman hidup Anda yang lucu dapat menjadi sarana komunikasi
yang menarik. Demikian juga dengan menceritakan perasaan Anda saat itu.
Misalnya, jika Anda merasa grogi ketika itu, jangan tutup-tutupi (karena mereka pasti
bisa melihat). Dengan rendah hati, akuilah ketakutan itu dengan jujur.
Prinsip #7--Apa yang Terjadi Selama Anda Berbicara, Bisa Anda Manfaatkan
untuk Keuntungan Anda!
Salah satu alasan orang takut berbicara di depan umum adalah karena dia tidak mau
dipermalukan di hadapan orang banyak. Bagaimana nanti jika aku gemetaran dan
suaraku tercekat? Bagaimana jika aku lupa sama sekali apa yang harus
kusampaikan? Bagaimana jika hadirin menolakku dan melempari aku dengan benda-
benda? Bagaimana nanti jika mereka keluar ruangan semua? Bagaimana nanti jika
mereka mengajukan pertanyaan sukar dan komentar tajam?
Jika semua ini memang terjadi, memang akan membuat pembicara itu mendapat
malu. Untungnya, hal ini tidak sering terjadi. Sekalipun ini terjadi, ada jurus jitu yang
dapat dipakai untuk menangkalnya. Ingin tahu? Jika orang mulai beranjak pergi,
Anda bisa bertanya: "Apakah dari yang saya sampaikan ada yang tidak Anda
setujui? Apakah gaya dan cara saya menyampaikan kurang tepat? Apakah yang
saya sampaikan tidak sesuai dengan harapan Anda? Ataukah ada yang salah
masuk ruangan?" Dengan menanyakan hal ini secara jujur dan rendah hati, maka
hadirin yang masih duduk akan setia hingga Anda selesai berbicara.
Pertanyaan ini juga memberikan kesempatan pada Anda untuk memperbaiki
kesalahan yang Anda lakukan saat itu. Prinsip yang sama juga dapat diterapkan
menghadapi penentang dan pengejek Anda. Anda selalu punya kesempatan untuk
memakai situasi apapun yang terjadi untuk keuntungan Anda.
Prinsip #8--Anda Tidak Bisa Mengatur Perilaku Khalayak Anda
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB TIM MKCUBAHASA INDONESIA
6
Ada beberapa hal yang bisa Anda atur, yaitu: pikiran Anda, persiapan Anda,
pengaturan alat peraga Anda, penataan ruang pertemuan--tetapi satu hal yang tidak
bisa diatur, yaitu audiens atau khalayak Anda. Mereka akan bertindak sesuai
kehendak mereka sendiri.
Jika mereka terlihat lelah atau gelisah, jangan coba-coba untuk mengaturnya.
Jika mereka membaca koran, atau tertidur biarkanlah itu sepanjang tidak
mengganggu yang lain. Jika mereka tidak menyimak, jangan menghukum mereka
Jika Anda menganggap bahwa Anda harus mengatur perilaku orang lain, maka
Anda akan stress sendiri. Anda hanya bisa mengatur diri Anda sendiri dan sarana
pendukung.
Prinsip #9--Hadirin Sesungguhnya Menginginkan Anda Berhasil
Para hadirin menghendaki Anda sukses menyampaikan materi. Sesungguhnya,
sebagian besar dari mereka sangat takut berbicara di depan orang banyak. Mereka
tahu risiko kegagalan dan dipermalukan yang Anda ambil ketika Anda maju di depan
mereka. Mereka mengagumi keberanian Anda mengambil risiko itu. Mereka akan di
pihak Anda, apa pun yang terjadi.
Ini artinya, sebagian besar khalayak itu bisa memahami jika Anda membuat
kesalahan. Tingkat toleransi mereka terhadap kesalahan Anda cukup tinggi. Anda
perlu meyakini prinsip ini, terutama ketika merasa bahwa penampinan Anda sangat
buruk.
Prinsip #10--Roh Kudus Akan Memampukan Anda
Prinsip terakhir ini sangat penting. Siapa pun Anda, ketika Roh Kudus
berkarya dalam diri Anda, maka Anda akan menjadi pembicara yang mengubah
hidup orang lain.
Ingatlah peristiwa Pentakosta. Petrus yang dikuasai Roh Kudus bisa menjadi
pembicara yang hebat. Tetapi siapa sebenarnya Petrus? Dia "hanya" seorang
Nelayan!
Nah, dengan mengingat kesepuluh prinsip ini, percayalah Anda tidak akan
merasa cemas lagi ketika harus berbicara di depan umum. Cara paling mudah untuk
mengingatnya, adalah dengan mempraktikannya dengan tekun. Saya sudah
mengalami sendiri. Dulu, setiap kali harus memimpin PA, saya selalu basah keringat
dingin. Perut saya juga mulas. Tetapi setelah beberapa kali melakukannya,
perasaan cemas itu mulai sirna. Jika saya bisa, Anda pun pasti bisa!
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB TIM MKCUBAHASA INDONESIA
7
Tagged:
public speaking
Blognya Purnawan Kristanto
Seni berbicara kepada siapa saja, kapan saja, di mana saja.
oleh : hardee
Pengarang : Larry King
Diterbitkan di: Januari 25, 2008
Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, cet IX - 2002. 184 hlm.
Daftar Isi
Pendahuluan: kita semua harus berbicara
1. Berbicara satu lawan Satu
2. Memecah kebekuan
3. Pembicaraan sosial
4. Delapan hal yang dimiliki Pembicara terbaik
5. Percakapan trendi dan ketepatan bahasa politis
6. Pembicaraaan bisnis
7. Tamu-tamu terbaik dan terburuk saya serta alasan-alasannya
8. Blooper dan cara mengatasinya
9. Saya harus berbuat apa? Teknik berpidato
10. Lagi? Lebih jauh tentang pembicaraan publik
11. Perlakuan kejam dan luar biasa – teknik bertahan di radio dan televisi
12. Pembicaraaan masa depan.
Larry King adalah salah seorang pembicara dan pemandu acara bincang-bincang
(talkshow) terkenal CNN, The Larry King Show. Dalam buku ini Larry berbagi
panduan, tips dan trik dalam berbicara, baik itu sebagai pembicara biasa ataupun
sampai pada presentasi bisinis. Kepada satu orang atau bahkan ratusan orang.
Meskipun berlatar belakang talkshow, semua tips-tips yang disampaikan Larry dapat
juga diterapkan dalam percakapan sehari-hari
Pada bagian 1 sampai 4, Larry memberikan dasar-dasar dalam melakukan
pembicaraan, baik itu di media maupun percakapan sehari hari. Menurut Larry, ada 4
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB TIM MKCUBAHASA INDONESIA
8
dasar dalam membuat sebuah percakapan yang berhasil, yaitu: kejujuran, sikap
yang benar, minat terhadap orang lain, membuka diri sendiri.
Kejujuran dalam arti kita harus dapat memberitahu lawan bicara, baik itu
perserorangan maupun pendengar akan situasi kita. Dengan begitu kegugupan,
akan jauh berkurang.
Sikap yang benar yaitu kemauan berbicara. Meskipun pada awalnya terasa kaku,
atau tidak enak. Berlatihlah untuk berbicara kapan saja. Berlatihlah menggunakan
kata-kata atau kalimat-kalimat yang mungkin nantinya akan anda pergunakan dalam
pembicaraan di depan cermin atau jika anda memiliki hewan peliharaan, berlatihlah
dihadapannya, dengan begitu anda bisa lebih nyaman dan dijamin tidak akan ada
bantahan atau interupsi.
Minat terhadap orang lain. Anda tidak akan dapat berbicara dengan sukses pada
orang-orang jika mereka menganggap anda tidak tertarik pada apa yang mereka
katakan atau anda tidak mengahargai mereka.
Membuka diri sendiri. Ini berkaitan dengan poin pertama, bahwa anda harus
seterbuka dan sejujur teman bicara anda. Ini tidak berarti anda harus berbicara
tentang diri anda sepanjang waktu atau membocorkan rahasia-rahasia pribadi.
Seandainya saya penggagap, akan saya katakan “S-s-senang b-berkenalan d-de-
dengan anda. N-n-nama saya Larry King. S-s-saya mempunyai masalah g-gagap,
tapi saya s-senang bercakap-c-cakap dengan anda”. Anda telah menunjukkan
keadaan diri anda. Anda tidak perlu khawatir bebrbicara kepada orang itu karena
anda telah menceritakan situasi anda, yang bagaimanapun akan segera mereka
ketahui. Itu tidak akan menyembukan gagap anda, tetapi akan membantu anda
menjadi pembicara yang lebih baik.
Selanjutnya pada bagian 2, Larry memberikan petunjuk bagaimana cara memecah
kebuntuan ketika akan bercakap-cakap dengan orang asing. Misalnya, sebaiknya
menghindari memulai percakapan dengan pertanyaan yang bersifat “Ya/Tidak”.
Contohnya. Topik mengenai cuaca, pertanyaan “apakah cuaca yang gerah ini
mengganggu?” hanya akan mendapatkan jawaban “ya/tidak” tetapi dengan topik
yang sama namun gaya yang berbeda misalnya “musim panas yang kita alami
membuat saya berpikir, adakah sebab tertentu yang menimbulkan cuaca panas ini?
Bagaimana menurut anda?” tentu akan menghasilkan jawaban yang jauh lebih baik.
Larry juga menekankan bahasa tubuh yang wajar. Karena jika memaksakan diri
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB TIM MKCUBAHASA INDONESIA
9
berpose secara tidak alami, anda akan menjadi tidak nyaman dan sangat
menggelikan. Dan kalau anda merasa tidak enak, anda akan terkesan berbohong,
meski sebenarnya tidak.
Selanjutnya, Larry menekankan hukum pertama percakapan adalah
MENDENGARKAN. Untuk menjadi pembicara yang baik, anda harus menjadi
pendengar yang baik. Mendengarkan dengan seksama, akan dapat membantu anda
memberi respon lebih baik.
Pada bagian 3, Pembicaraan sosial. Larry berbagitips cara menghadapi beberapa
situasi dalam kehidupan sosial. Mulai dari memulai percakapan di sebuah pesta
pernikahan hingga berbicara dengan seorang tokoh.
Pada bagian 4 dikemukakan beberapa ciri-ciri pembicara terbaik. Menurut Larry ada
delapan hal yang menjadi ciri-ciri pembicara yang baik, yaitu memandang suatu hal
dari sudut baru, mempunyai pengetahuan yang luas, antusias, tidak pernah
membicarakan diri sendiri, sangat ingin tahu, memberi ketegasan, memiliki selera
humor, dan memiliki gaya bicara sendiri.
Pada bagian-bagian selanjutnya Larry King memberikan tips dalam menghadapi
beberapa situasi spesifik. Misalnya, ketika melakukan blooper atau salah ucap,
memberikan presentasi, wawancara kerja, atau ketika menjadi pembicara publik.
Secara keseluruhan, buku ini ditulis dengan gaya bahasa yang ringan diselingi
humor sehingga mudah diikuti. Larry juga memberikan contoh-contoh kongkrit dari
pengalaman pribadinya sebagai seorang pembawa acara maupun pembicara.
Daftar Pustaka
Seni berbicara kepada siapa saja, kapan saja, di mana saja. oleh Larry King
2008
MEMAHAMI FENOMENA BERBICARA
Ada tiga pertanyaan dan sekaligus tiga jawaban:
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB TIM MKCUBAHASA INDONESIA
10
A. Bicara baik atau diam.
B. Manusia punya tugas besar di dunia. Salah satunya adalah untuk berbicara.
Berbicara untuk saling mengingatkan dan mengajak manusia pada kebaikan. C.
Meningkatkan kemampuan berbicara yang baik dan tahu kapan harus diam.
Tips Aa Gym:
1. Menahan diri saat berhadapan dengan orang yang marah;
2. Tujuan perkataan dan apa yang dikatakan sesuai dengan kenyataan;
3. Berbicara di saat yang tepat;
4. Pilihlah kata-kata terbaik, saat terbaik, waktu terbaik dan tempat terbaik; 5.
Sebelum berkata-kata, kata-kata adalah tawanan kita. Setelah itu, sebaliknya;
6. Bertanya pada diri sendiri, haruskah saya berbicara?
7. Kata-kata paling bernilai hanya ada dalam empat kasus yaitu:
- Jika mendapat nikmat, bersyukur;
- Jika mendapat musibah, bersabar;
- Jika mendapat taufik, mengakui bahwa semua itu hanya karena berkat dan karunia-
Nya; - Jika tergelincir melakukan dosa, meminta ampun kepada-Nya.
8. Tidak sembarang berbunyi;
9. Percayalah, diam itu emas;
10. Perhatikan dengan siapa kita berbicara.
Tips Harun Yahya:
1. Berkata-kata dengan memuji-Nya;
2. Sering mengingat-Nya dalam berkata-kata;
3. Memanggil-Nya dengan nama-nama baik-Nya;
4. Berbicara dengan memahami bahwa Dia selalu bersama kita; 5. Berbicara dengan
tidak mengasosiasikan-Nya dengan yang lain; 6. Berbicara dengan memahami
ketidakberdayaan manusia di hadapan-Nya; 7. Berbicara dengan memahami bahwa
setiap pekerjaan dan aktivitas hanya berjalan sesuai kehendak-Nya;
8. Menerapkan ajaran-Nya dalam berbicara;
9. Berbicara dengan memahami kepastian takdir-Nya;
10. Berbicara dengan memahami keberadaan hal-hal baik dalam segala sesuatu;
11. Berbicara dalam keadaan mempercayai-Nya;
12. Berbicara dengan memahami bahwa hidup ini hanya sementara; 13. Berbicara
dengan menunjukkan perhatian pada persoalan benar dan salah sesuai ajaran-Nya;
14. Menghindari gaya bicara setan;
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB TIM MKCUBAHASA INDONESIA
11
15. Bergabung dengan pembicaraan yang benar dan menghindar dari pembicaraan
yang salah;
16. Berbicara dengan bijaksana;
17. Berbicara dengan ramah;
18. Berbicara benar;
19. Berbicara dengan penuh kepekaan;
20. Berbicara dengan logis;
21. Menyampaikan kabar baik;
22. Berbicara dengan membuat orang lain senang dan antusias;
23. Mengatakan yang terbaik;
24. Tidak berangkat bicara dari sisi yang rendah atau gelap dari diri, atau dari
keinginan pribadi; 25. Bicara dengan mengukur, berbudi dan menghormati orang
lain;
26. Berbicara dengan bersahaja;
27. Berbicara dengan toleransi dan memaafkan;
28. Tidak berbicara di belakang orang lain dan tidak menggosip;
29. Tidak berbicara dengan curiga dan memfitnah;
30. Tidak berbicara dengan mengejek;
31. Tidak berbicara dalam ketamakan dan iri hati;
32. Tidak membuat pernyataan yang kosong atau tidak berarti;
33. Tidak menginterupsi dan berbicara lemah lembut;
34. Berbicara dengan gaya dan cara yang dipahami lawan bicara;
35. Menghindari bicara hipokrit;
36. Tidak berbicara yang menimbulkan keragu-raguan;
37. Tidak berbicara dengan menyelidik dan mengorek-ngorek;
38. Tidak berbicara yang mendekatkan orang lain kepada setan; 39. Tidak berbicara
yang menyulitkan atau menyudutkan orang lain; 40. Berbicara yang berpihak dan
membela kebenaran dan keadilan.
Tips Mamarinta Omar Mababaya dan Dr.Norlain Dindang Mababaya:
1. Berbicara yang disenangi-Nya;
2. Berbicara setulusnya untuk hal-hal yang disenangi-Nya;
3. Mengajak orang lain pada kebaikan dan kebenaran;
4. Berbicara dengan mengerti, bijak dan indah;
5. Berbicara sebagai orang yang memahami kebenaran dan memiliki keyakinan.
Well, berat sekali tugas kita. Dan kita harus menjawab yang mana: A, B, atau C?
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB TIM MKCUBAHASA INDONESIA
12
Bergabunglah dengan milis BICARA di:
http://groups.yahoo.com/group/bicara/
ETIKA BERBICARA
Rabu, 9 April , 2008 oleh Riny Yunita
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB TIM MKCUBAHASA INDONESIA
13
Berbicara adalah kebutuhan kita sebagai manusia. Berbicara merupakan salah satu
cara yang efektif bagi kita untuk berkomunikasi. Dengan berbicara kita bisa
menyampaikan maksud dan tujuan serta buah pikiran kita dengan cepat.
Namun alangkah bijaksananya jika kita memperhatikan cara berbicara maupun isi
dan materi yang kita bicarakan. Jangan sampai ungkapan “banyak bicara banyak
berdosa” sampai menjangkiti kita. Maksud kita hendak mengkomunikasikan sesuatu
malah menjadi ajang memperpanjang daftar dosa. Semoga kita terhindar dari hal
yang demikian.
Ada banyak etika, adab dan sopan santun dalam berbicara yang diketahui dan
dianut oleh masyarakat. Salah satu acuan yang dapat kita pedomani adalah adab
berbicara di Minang Kabau Sumatera Barat yang dikenal dengan “Kato nan Ampek”
yaitu adab berbicara dibedakan atas empat (ampek) jenis audience atau lawan
komunikasi kita, sebagai berikut:
1. Kato Mandaki
Kata dan adab yang digunakan bila kita berkomunikasi dengan orang yang lebih tua
atau dituakan dan lebih dihormati karena jabatan dan kedudukannya.
2. Kato Mandata
Kata dan adab yang digunakan bila kita berkomunikasi dengan teman sebaya atau
rekan kerja.
3. Kato Malereng
Kata dan adab yang digunakan bila kita berkomunikasi dengan orang yang memiliki
hubungan kekerabatan dengan kita dan keluarga seperti ipar, besan, sumando,
mamak rumah.
4. Kato Manurun
Kata dan adab yang digunakan bila kita berkomunikasi dengan orang yang lebih
muda ataupun kepada bawahan.
Selain adab dan pemilihan kata dalam berkomunikasi, perhatikan juga materi atau isi
pembicaraan kita. Berikut ini ada beberapa materi yang suka dijadikan topik dalam
pembicaraan dan dikhawatirkan dapat menjerumuskan kita pada pembicaraan yang
berpotensi dosa.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB TIM MKCUBAHASA INDONESIA
14
Membicarakan kelebihan diri sendiri
Pembicaraan jenis ini disatu sisi diyakini bisa meningkatkan rasa percaya diri/self
esteem. Dan baik juga untuk meningkatkan citra positif yang bisa memacu semangat
dalam beraktifitas. Namun harus diwaspadai jika pembicaraan ini terlalu berlebihan
bisa menimbulkan kesombongan.
Membicarakan kekurangan diri sendiri
Pembicaraan jenis ini berguna untuk introspeksi diri sehingga dengan menyadari
kekurangan kita bisa mengupayakan perbaikan diri untuk meningkatkan kualitas
hidup selanjutnya. Namun jika berlebihan dan sampai pada penyesalan-penyesalan
yang keterlaluan apalagi meratapi nasib akan berakibat buruk terhadap tingkat
percaya diri yang bisa membuat kehilangan semagat hidup.
Membicarakan kelebihan orang lain
Kelebihan orang lain dapat memotivasi kita untuk berbuat hal yang sama jika kita
dan lingkungan menganggapnya sebagai sesuatu yang baik dan layak ditiru. Tapi
jika terlalu berlebihan dan sampai mengidolakan apalagi sampai mengkultuskan
seseorang akan berakibat tidak sehat untuk jiwa.
Membicarakan kekurangan orang lain
Topik ini merupakan yang paling senang dibicarakan orang dimana. Infotainment
yang memuat berbagai skandal dan kebobrokan moral sangat digemari dan
mempunyai rating yang tinggi. Pembicaraan ini yang lebih populer disebut gosip,
gunjing atau ghibah sering menjadi topik sehari-hari dan sebagian dari kita sangat
senang dan bahkan menikmati pembicaraan ini. Alangkah bijaksananya jika kita
menyikapi fenomena ini sebagai ajang introspeksi bukannya malah menu utama
untuk dijadikan pembicaraan hangat setiap harinya.
Banyak sekali pepatah dan ungkapan bijak yang mengingatkan kita untuk lebih
berhati-hati dalam bertutur kata agar kita tidak terlibat dalam pembicaraan yang
mengandung dosa. Jika tidak terlalu penting “Silent is Gold” sangat bijak diterapkan.
Ataupun kalau harus ada kata-kata yang hendak disampaikan pilihlah kata-kata yang
tepat, jangan sampai menyakiti perasaan orang lain yang mendengarnya karena
“Kata-kata bisa lebih tajam dari pedang”.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB TIM MKCUBAHASA INDONESIA
15
Komunikasikanlah sesuatu dengan kata-kata yang tepat dan dengan cara yang baik
jangan sampai menjadi bumerang bagi diri sendiri sebagaimana ungkapan “Mulutmu
harimaumu akan menerkam kepalamu”. Apalagi kalau kata-kata yang diucapkan
merupakan ucapan yang tidak benar atau berupa kebohongan dan sampai
menimbulkan fitnah karena “Fitnah lebih kejam dari pembunuhan”. Alangkah besar
dampak suatu kebohongan yang dituduhkan pada orang lain bahkan lebih buruk dari
menghilangkan nyawa sekalipun. Jadi, walau “lidah tak bertulang” tapi pengaruhnya
sangat besar pada keharmonisan hubungan antar sesama manusia. Jagalah lisan,
perhatikan etika ketika berbicara, semoga kita semua menjadi lebih bijaksana
karenanya.
Ditulis dalam Personality | yang berkaitan Artikel, Etika, Personality, renungan | 4
Tanggapan
KETERAMPILAN BERBICARA
RHETORIKA DAN BERBICARA EFEKTIF
Disusun oleh : Drs. Arman Agung
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB TIM MKCUBAHASA INDONESIA
16
Dengan mulut kita dapat berbicara. Berbicara adalah merupakan suatu
aktivitas kehidupan manusia normal yang sangat penting, karena dengan berbicara
kita dapat berkomunikasi antara sesama manusia, menyatakan pendapat,
menyampaikan maksud dan pesan, mengungkapkan perasaan dalam segala kondisi
emosional dan lain sebagainya.
Kalau diamati dalam kehidupan sehari-hari, banyak didapati orang yang
berbicara. Namun tidak semua orang didalam berbicara itu memiliki kemampuan
yang baik didalam menyampaikan isi pesannya kepada orang lain sehingga dapat
dimengerti sesuai dengan keinginannya, dengan kata lain, tidak semua orang
memiliki kemampuan yang baik didalam menyelaraskan atau menyesuaikan dengan
detail yang tepat antara apa yang ada dalam pikiran atau perasaannya dengan apa
yang diucapkannya sehingga orang lain yang mendengarkannya dapat memiliki
pengertian dan pemahaman yang pas dengan keinginan si pembicara.
Untuk penyampaian hal-hal yang sederhana mungkin bukanlah suatu
masalah, akan tetapi untuk menyampaikan suatu ide/gagasan, pendapat, penjelasan
terhadap suatu permasalahan, atau menjabarkan suatu tema sentral, biasanya
memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi bagi seorang pembicara yang belum
terbiasa, bahkan tidak semua orang mampu melakukannya dengan baik. Dibutuhkan
suatu keterampilan atau kecakapan dengan proses latihan yang secukupnya untuk
dapat tampil dengan baik menjadi seorang pembicara yang handal.
Keterampilan berbicara pada dasarnya harus dimiliki oleh semua orang yang
didalam kegiatannya membutuhkan komunikasi, baik yang sifatnya satu arah
maupun yang timbal balik ataupun keduanya. Seseorang yang memiliki ketermapilan
berbicara yang baik, akan memiliki kemudahan didalam pergaulan, baik di rumah, di
kantor, maupun di tempat lain. Dengan keterampilannya segala pesan yang
disampaikannya akan mudah dicerna, sehingga komunikasi dapat berjalan lancar
dengan siapa saja.
Disadari bahwa keterampilan berbicara seseorang, sangat dipengaruhi oleh
dua faktor penunjang utama yaitu internal dan eksternal. Faktor internal adalah
segala sesuatu potensi yang ada di dalam diri orang tersebut, baik fisik maupun non
fisik (psykhis), faktor pisik adalah menyangkut dengan kesempurnaan organ-organ
tubuh yang digunakan didalam berbicara misalnya, pita suara, lidah, gigi, dan bibir,
sedangkan faktor non fisik diantaranya adalah: kepribadian (kharisma), karakter,
temparamen, bakat (talenta), cara berfikir dan tingkat intelegensia. Sedangkan faktor
eksternal misalnya tingkat pendidikan, kebiasaan, dan lingkungan pergaulan. Namun
demikian, kemampuan atau keterampilan berbicara tidaklah secara otomatis dapat
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB TIM MKCUBAHASA INDONESIA
17
diperoleh atau dimiliki oleh seseorang, walaupun ia sudah memiliki faktor penunjang
utama baik internal maupun eksternal yang baik. Kemampuan atau keterampilan
berbicara yang baik dapat dimiliki dengan jalan megasah dan mengolah serta
melatih seluruh potensi yang ada.
Pada dasarnya seorang pembicara yang handal adalah seseorang yang
ketika ia berbicara, baik dalam komuniasi formal (presentasi, ceramah, dll.) maupun
informal (pergaulan) memiliki daya tarik yang rhetoris (mempesona) dengan isi
pembicaraan yang efektif (sistematis, benar/tepat, singkat dan jelas dengan bahasa
yang tepat) sehingga orang yang mendengarkannya dapat mengerti dengan jelas
dan tergugah perasaannya.
Singkatnya, semua orang apapun profesinya, bila didalam kegiatannya
menggunakan komunikasi (pembicaraan) sebagai sarananya, maka ia perlu memiliki
keterampilan berbicara, terlebih lagi sebagai seorang tenaga pendidik, penyiar,
atupun profesi lainnya.
RHETORIKA
Salah satu dari sekian banyak jenis keterampilan yang penting untuk dimiliki
oleh setiap orang adalah keterampilan berbicara atau seni berbicara. Hal ini menjadi
penting bahkan sangat urgen, karena tak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan
ini sebagai manusia normal kita tidak mungkin lari dari kenyataan bahwa kita dalam
berinteraksi dengan sesama manusia harus menggunakan suatu bentuk atau cara
yang disebut komunikasi, khususnya bahasa verbal atau lisan.
Nuansa ini memberikan aksentuasi kepada kemampuan manusia di dalam
menggunakan lambang-lambang kata, simbol-simbol maupun isyarat lainnya dalam
proses komunikasinya sehingga tujuan komunikasi tercapai. Di dalam kenyataannya
bahwa proses komunikasi yang dilakukan oleh manusia, baik secara pribadi maupun
secara kelompok tidak jarang ditemukan adanya kegagalan di dalam mencapai
tujuan komunikasi. Hal ini disebabakan oleh adanya kekurangmampuan komunikator
dalam mengaplikasikan secara lebih baik lambang-lambang kata, simbol-simbol
maupun isyarat lainnya dalam proses komunikasi, atau mungkin juga disebabkan
oleh faktor lainnya yang tidak/kurang menguntungkan bagi kondisi di saat
berlangsungnya proses komunikasi tersebut.
Dari fenomena tersebut di atas maka seorang komunikator dalam profesi
apapun yang menggunakan bahasa lisan sebagai media penyampaiannya,
dipandang perlu membekali diri dengan suatu keterampilan atau seni di dalam
berbicara atau dalam istilahnya “Rhetorika”.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB TIM MKCUBAHASA INDONESIA
18
a. Pengertian/Defenisi Rhetorika
Rhetorika dapat diartikan secara “etimologi” dan “terminologi”. Adapun hal
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Secara etimologi (berdasarkan asal kata), rhetorika berasal dari :
- Bahasa Latin (Yunani kuno) “Rhetorica” yang artinya seni berbicara.
- Bahasa Inggris “Rhetoric” yang berarti kepandaian berpidato atau berbicara.
2. Secara terminologi (pengertian secara istilah) adalah :
Didalam bahasa Inggris rhetorika dikenal dengan istilah “The art of speaking”
yang artinya seni di dalam berbicara atau bercakap. Sehingga secara sederhana
dapat dikemukakan bahwa rhetorika adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari
atau mempersoalkan tentang bagaimana caranya berbicara yang mempunyai
daya tarik yang mempesona, sehingga orang yang mendengarkannya dapat
mengerti dan tergugah perasaannya.
Sebagai bahan komparasi (pembanding) maka berikut ini ada beberapa
defenisi yang dikemukakan oleh beberapa pakar di bidang rhetorika yang
diantaranya adalah :
1. Richard E. Young cs, mengatakan bahwa rhetorika adalah ilmu yang
mengajarkan bagaimana kita menggarap masalah wicara-tutur kata secara
heiristik, epistomologi untuk membina saling pengertiandan kerjasama.
2. Socrates mengemukakan bahwa rhetorika mempersoalkan tentang
bagaimana mencari kebenaran dengan dialog sebagai tekniknya. Karena dengan
dialog kebenaran dapat timbul dengan sendirinya.
3. Plato mengungkapkan bawha rhetorika adalah kemampuan didalam
mengaplikasikan bahasa lisan yang sempurna dan merupakan jalan bagi
seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang luas dan sempurna.
4. Drs. Ton Kertapati mengartikan rhetorika sebagai kemampuan
seseorang untuk menyatakan pikiran dan perasaannya dengan menggunakan
lambang-lambang bahasa.
Dari beberapa defenisi tersebut di atas, apapun defenisi dan siapapun yang
mengemukakannya semua mengacu dan memberi penekanan kepada kemampuan
menggunakan bahasa lisan (berbicara) yang baik dengan memberikan sentuhan
gaya (seni) didalam penyampaiannya dengan tujuan untuk memikat/menggugah hati
pendengarnya dan mengerti dan memahami pesan yang disampaikannya.
Kemampuan untuk menjadi pembicara yang handal tidaklah diperoleh secara
otomatis atau hanya mengandalkan bakat yang besar dan pembawaan (kharismatik)
semata, tetapi juga dapat dipelajari dan atau melalui latihan yang banyak (Dr. Dale
Carnigie).
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB TIM MKCUBAHASA INDONESIA
19
b. Latar Belakang Sejarah
Istilah rethorika muncul bermula di Yunani sekitar abad ke-5 sebelum masehi.
Pada saat itu adalah merupakan masa kejayaan Yunani sebagai pusat kebudayaan
barat dan para filsufnya saling berlomba untuk mencari apa yang mereka anggap
sebagai kebenaran. Pengaruh kebudayaan Yunani ini menyebar sampai ke dunia
timur seperti Mesir, India, Persia, bahkan Indonesia dan lain-lain.
Rhetorika mulai berkembang pada jaman Socrates, Plato, dan Aristoteles.
Selanjutnya rhetorika kemudian berkembang menjadi suatu ilmu pengetahuan, dan
yang dianggap sebagai guru pertama dalam ilmu rhetorika adalah Georgias (480 –
370 SM).
c. Jenis-Jenis Rhetorika
Dari segi kepentingannya atau tujuan yang ingin dicapai, rhetorika dapat
dibagi dalam dua bahagian, yaitu :
1. Rhetorika Persuasif
Rhetorika persuasif adalah rhetorika yang bertujuan mempengaruhi orang
dengan tidak begitu memperhatikan/mempertimbangkan nilai-nilai kebenaran dan
moralitas. Rhetorika yang seperti ini dapat kita jumpai dimana-mana, contohnya
adalah rhetorika yang digunakan oleh sebagian besar penjual obat kaki lima
dalam menawarkan dagangannya, dll.
2. Rhetorika Dialektika
Rhetorika dialektika yang sering juga disebut dengan rhetorika psikologi, adalah
rhetorika yang muncul sebagai kebalikan dari rhetorika persuasif, dimana
rhetorika ini sangat memperhatikan nilai-nilai kebenaran, kebajikan, moralitas dan
sifatnya dapat menenangkan jiwa manusia. Tujuan utama rhetorika ini mengarah
kepada pembinaan spiritual. Rhetorika yang seperti ini umumnya digunakan
didalam ceramah-ceramah agama.
d. Tujuan Rhetorika
Tujuan rhetorika adalah berusaha untuk membentuk opini publik atau
menggiring pendapat umum ke arah pendapat pembicara, atau minimal pendengar
(audience) tidak membantah terhadap apa yang dikemukakan oleh si pembicara
(komunikator).
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB TIM MKCUBAHASA INDONESIA
20
e. Langgam-Langgam Dalam Rhetorika
Dalam rhetorika langgam diartikan sebagai cara, ragam, atau gaya suatu
bahasa (pembicaraan). Langgam-langgam rhetorika dapat dibagi atas :
1. Langgam Agitasi
Langgam agitasi adalah langgam yang kebanyakan dipakai dalam rhetorika
persuasif. Langgam ini biasanya digunakan untuk membakar semangat, misalnya
oleh demonstran.
2. Langgam Teater
Langgam teater adalah langgam yang digunakan oleh para pemain teater dalam
berdialog.
3. Langgam Agama
Langgam agama adalah langam yang biasa digunakan oleh para muballigh atau
para pendeta dalam penyampaian ceramahnya.
f. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Rhetorika
Keberhasilan suatu rhetorika didalam berbicara sangat ditentukan oleh
beberapa faktor, antara lain:
1. Situasi
Situasi yang dimaksudkan adalah hal-hal yang menyangkut keadaan atau kondisi
saat pembicaraan/ceramah sedang berlangsung. Hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah:
a. Tingkat pengetahuan pendengar. Yaitu menyangkut latar belakang level
pengetahuan dari pendengar (audience).
b. Formal atau informal. Hal ini menyangkut apakah kita berbicara dalam suatu
situasi yang formal (forum resmi) atau dalam situasi biasa atau kekeluargaan
(informal)
c. Sedih atau gembira. Berbicara di depan orang yang berada dalam situasi
sedih tentunya sangat berbeda dibandingkan dengan ketika kita tampil
berbicara di depan orang yang sedang dalam keadaan gembira. Untuk itu
seorang pembicara harus mengetahui betul situasi dan kondisi
pendengarnya.
2. Ruang
Hal ini adalah tentang tempat dimana kita sedang berbicara, misalnya di dalam
ruangan gedung ataukah di lapangan.
3. Waktu
Yang dimaksudkan dengan waktu disini adalah, disamping waktu yang
sebenarnya yaitu apakah pagi, siang, sore atau malam, juga tentang isi materi
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB TIM MKCUBAHASA INDONESIA
21
yang akan dibicarakan, apakah hal tersebut masih aktual ataukah sudah usang
atau basi.
4. Tema
Sebuah tema sangat penting artinya dalam suatu pembicaraan, sehingga
didalam pembicaraan seorang pembicara ia dapat fokus atau terarah. Sangat
disarankan seorang pembicara hanya menggunakan satu tema pembicaraan
sehing didalam pembicaraannya ia tidak ngawur atau mengambang yang dapat
mengakibatkan isi pembicaraan susah dipahami oleh pendengar. Namun jika
terpaksa harus lebih dari satu, maka selesaikanlah satu tema pembicaraan
kemudian pindah ke tema yang lainnya.
5. Isi atau Materi
Isi pembicaraan hendaknya sesuai dengan tema yang telah dipersiapkan dengan
mantap sebelumnya dan menarik minat pendengar. Daya tarik suatu materi juga
akan sangat menentukan keberhasilan suatu pembicaraan. Adapun yang dapat
menjadi pemicu rasa ketertarikan pendengar diantaranya adalah :
Up to date, masalah yang dibicarakan adalah masalah yang sedang hangat-
hangatnya di dalam masyarakat.
Merupakan suatu yang menyangkut kepentingan pendengar.
Masalah yang mengandung pertentangan publik, benar-salah, baik-buruk.
Sesuai dengan kemampuan logika pendengar, dll.
6. Teknik Penyajian
Teknik yang dimaksudkan disini adalah cara-cara yang digunakan didalam
berbicara, meliputi :
a. Kemampuan menggunakan bahasa lisan dengan baik.
Dalam hal ini seorang pembicara hendaknya memiliki kemampuan tata
bahasa yang baik, artikulasi yang jelas dan tidak cadel, intonasi yang menarik
(tidak monoton), aksen yang tepat, dan tidak terlalu banyak menggunakan
istilah yang tidak perlu.
b. Ekspresi (air muka) yang menarik, misalnya: tidak cemberut,
tidak pucat, tidak merah, dan sebagainya. Ekspresi dalam berbicara sangat
penting untuk memikat minat dengar atau rasa ingin tahu dari pendengar.
c. Stressing (redance), yaitu kemampuan seorang pembicara
untuk memberikan penekanan pada masalah-masalah inti atau penting
didalam pembicaraannya, misalnya dengan pengulangan-pengulangan yang
seperlunya, atau dengan penekanan-penekanan tertentu dalam nada
pembicaraan.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB TIM MKCUBAHASA INDONESIA
22
d. Kemampuan memberikan refreshing (penyegaran) dengan
menyelipkan intermezzo, yaitu dengan menyelingi pembicaraan dengan hal-
hal lain yang berhubungan yang mengandung kelucuan, baik itu pengalaman
sendiri atau sebuah anekdot, dengan tidak mengurangi nilai pembicaraan.
Hal ini dimaksudkan agar pendengar tidak terlalu stress yang bisa
menimbulkan kejenuhan atau kebosanan dalam mengikuti pembicaraan kita.
e. Kepribadian atau personality. Dalam hal ini yang
dimaksudkan adalah disamping daya pesona atau kharismatik seseorang,
juga meliputi nilai-nilai pribadi seorang pembicara, diantaranya: jujur, cerdik,
berani, bijaksana, berpandangan baik, percaya diri, tegas, tahu diri, tenang
dan tenggang rasa.
BERBICARA EFEKTIF
Tampil berbicara dengan hanya mengandalkan teknik rhetorika, nampaknya
tidaklah cukup untuk menjadi seorang pembicara yang handal. Karena bagimanapun
hebatnya daya pesona yang ditimbulkan oleh seorang pembicara dalam
penampilannya tanpa didukung oleh efektifitas pembicaraan yang dibawakannya,
maka apa yang disampaikannya itu akan berlalu begitu saja tanpa menimbulkan
kesan yang mendalam, atau dengan kata lain efek pesan yang disampaikannya itu
hanya bertahan sampai selesainya pembicaraan, begitu pembahasan selesai maka
selesai pulalah segalanya.
Untuk itulah maka disamping seorang pembicara perlu memiliki rhetorika yang
baik, ia juga perlu menguasai apa yang disebut berbicara yang efektif. Berbicara
efektif merupakan sarana penyampaian ide kepada orang atau khalayak secara lisan
dengan cara yang mudah dicerna dan dimengerti oleh pendengarnya. Hal itu dapat
terjadi jika pembicaraannya sistematis, benar, tepat dan tidak berbelit-belit dengan
penggunaan bahasa yang baik dan benar.
1. Dasar-Dasar Berbicara Efektif
Pada dasarnya berbicara efektif pada kesempatan apapun terdiri dari tiga
unsur pokok, yaitu pembukaan, isi atau inti permasalahan, dan penutup.
a. Pembukaan
Pembukaan adalah bagian awal dari setiap pembicaraan. Pembukaan termasuk
bagian penting karena turut menentukan sukses tidaknya suatu pembicaraan.
Bila pembukaan sudah berhasil menggugah minat dengar orang, maka
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB TIM MKCUBAHASA INDONESIA
23
kesuksesan pembicaraan sudah 50 % ada ditangan si pembicara. Sebaliknya,
bila pembukaannya saja sudah membosankan, maka kegagalan penyampaian
pesan dapat dikatakan sudah 90%, karena yakinlah bahwa pembicara akan
diabaikan atau tidak akan diperhatikan oleh pendengar.
Pembukaan seyogyanya dilakukan paling lama lima menit. Dan diharapkan
waktu lima menit tersebut dapat memberikan kesan yang menyenangkan dan
menarik minat bagi para pendengar sehinga para pendengar bersedia menyimak
pembicaraan selanjutnya dengan seksama.
Pada acara formal, misalnya pidato, isi “Pembukaan” biasanya terdiri dari salam
kepada orang/pejabat atau tokoh setempat yang hadir, ucapan terima kasih atas
kesempatan yang diberikan, dan ulasan sekilas tentang masalah yang akan
dibicarakan.
Pembukaan sebaiknya memuat common interest dari pendengar. Misalnya
berbicara tentang hal-hal aktual yang sedang terjadi yang menjadi bahan
pembicaraan yang hangat di masyarakat, walaupun mungkin tidak ada kaitannya
dengan yang akan dibicarakan. Bisa juga disisipkan beberapa lelucon/anekdot
segar yang dapat menggugah perhatian dan simpati orang. Alangkah baiknya
apabila lelucon atau “penyegar” tersebut secara tidak langsung dapat
disambungkan dengan inti masalah.
Bila kata pembukaan berhasil, perhatian pendengar secara halus dapat ditarik ke
inti permasalahan. Pembukaan pada setiap kesempatan pembicaraan sangat
berbeda, tergantung pada misi, sifat, lawan bicara, dan suasana pembicaraan.
1) Misi Pembicaraan
Pembukaan dipengaruhi oleh misi pembicaraan. Yang dimaksudkan dengan misi
pembicaraan di sini adalah tujuan pertemuan atau pembicaraan dan tugas yang
dibebankan kepada si pembicara untuk disampaikan kepada hadirin
2) Sifat Pembicaraan
Pembukaan dipengaruhi oleh sifat pembicaraan, apakah serius, resmi, atau tidak
sama sekali. Pembukaan di depan forum resmi, misalnya pertemuan atau rapat
dinas yang dihadiri oleh pejabat kantor bersangkutan dan para pejabat
pemerintah, sifatnya sangat formal yang biasanya akan mengikuti tatanan yang
sudah baku dalam acara resmi. Dalam hal ini, pembukaan harus benar-benar
mencerminkan keseriusan dari acaranya. “Pembukaan” pembicaraan atau pidato
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB TIM MKCUBAHASA INDONESIA
24
dapat disisipi “penyegaran” dengan sedikit humor, dan bisa dilakukan dengan
santai tapi dengan tidak menghilangkan keseriusan acara.
3) Lawan Bicara
Lawan bicara turut menentukan “pembukaan” pembicaraan. Lawan bicara atau
pendengar bisa dikategorikan dalam dua bahagian, yaitu kelompok atau
perseorangan. Pembicaraan dengan perseorangan (seseorang), pembukaannya
biasanya lebih diwarnai dengan gaya yang sifatnya kekeluargaan, apalagi kalau
keduanya sudah akrab. Namun apabila pembicara dengan lawan bicara belum
akrab benar maka pembukaan disampaikan seperlunya hingga dirasa suasana
sudah “hangat”, kemudian kita dapat masuk ke masalah inti yang akan
disampaikan.
Berbeda jika pembicaraan dilakukan dihadapan banyak orang maka harus
diperhatikan siapa siapa yang menjadi lawan bicara, pembukaannya harus
ditujukan kepada semua hadirin.
Disamping itu, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah: usia, status sosial,
bahasa dari lawan bicara, karena ini berkaitan dengan adat kesopanan yang juga
akan sangat menentukan minat dengar dari lawan bicara.
4) Suasana
Suasana juga ikut menentukan bagaimana pembukaan suatu pembicaraan. Baik
isi maupun pola tutur bahasa bahkan nada bicara yang digunakan adalah sangat
erat hubungannya dengan suasana yang berlangsung atau yang dihadapi oleh
pembicara. Karenanya pembicara harus memahami betul suasana yang
dihadapinya untuk memulai atau membuka suatu pembicaraan, apakah gembira,
sedih, santai atau suasana yang lainnya. Pembukaan pembicaraan atau
sambutan dan sejenisnya, pada suatu acara pemakaman jangan sampai
disamakan seperti pada pembukaan acara ulang tahun, atau sebaliknya.
b. Isi/Inti Pembicaraan
Inti pembicaraan merupakan bagian paling pokok dalam pembicaraan. Bagian ini
merupakan tujuan dari pembicaraan. Dalam bagian inilah rincian permasalahan
akan dibahas.
Dalam acara-acara tertentu, misalnya diskusi, seminar, sarasehan, biasanya
penyampaian inti permasalahan tidaklah perlu terlalu mendetail, melainkan hanya
pada butir-butir pokoknya sajalah yang disampaikan. Penyampaian yang
mendetail biasanya disampaikan dalam forum tanya jawab.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB TIM MKCUBAHASA INDONESIA
25
Isi pembicaraan harus dapat disampaikan secara lengkap dengan sistematis dan
tidak berkepanjangan atau bertele-tele. Pembicara harus konsisten dengan inti
permasalahan. Pembicaraan tidak boleh merambat ke hal-hal di luar
permasalahan yang dibicarakan, terkecuali jika hal itu diambil sekedar sebagai
referensi atau sebagai loncatan berfikir (itupun harus dibatasi dan dijaga jangan
sampai berkembang lebih jauh). Untuk lebih memfokuskan perhatian pendengar
dapat dibantu dengan presentasi yang menggunakan alat audio, visual atau
audio visual.
Sesekali sisipkan anekdot atau guyonan penyegar suasana. Dan selanjutnya
libatkan hadirin dalam permasalahan yang disampaikan, misalnya dengan
melontarkan pertanyaan yang berhubungan dengan inti permasalahan. Cara
seperti ini hampir selalu dapat mengikat perhatian pendengar sepanjang
pembicaraan.
Perlu diperhatikan bahwa, sebaiknya lama pembicaraan tidak lebih dari satu jam
per sesi. Pembahasan inti permasalahan dapat dilanjutkan lagi dalam forum
tanya jawab. Setelah semua inti materi disampaikan, tiba saatnya untuk menutup
pembicaraan.
c. Penutup
Pada akhir pembicaraan hendaknya diusahakan adanya kata-kata penutup yang
dibuat sesingkat mungkin, paling lama tiga sampai lima menit. Dalam penutup
dapat disampaikan kesimpulan atau rangkuman penting sebagai hasil
pembicaraan itu.
Penutup biasanya diakhiri dengan ucapan terima kasih kepada hadirin atas
perhatian yang diberikan dan kepada penyelenggara apabila berbicara pada
suatu acara resmi. Dan terakhir sekali adalah ucapkan salam sebagai penutup
pembicaraan.
DAFTAR PUSTAKA
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB TIM MKCUBAHASA INDONESIA
26
1. HUDORO SUMETO : Cara Berbicara dan Presentasi dengan Audio Visual,
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2004.
2. ARMAN AGUNG : Laporan Program Pembelajaran Pendidikan Kader (Materi
Rethorika) di Kampus IKIP Gunungsari Baru Ujung Pandang, Ujung
Pandang1989.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB TIM MKCUBAHASA INDONESIA
27