Prosedur Tindakan Tekhnik Operasi Phacoemulsifikasi.docx

14
Prosedur Tindakan Tekhnik Operasi Phacoemulsifikasi Terdapat beberapa hal penting pada bedah katarak fakoemulifikasi dengan penanaman lensa intraokuler, yang sangat erat kaitanya dengan reaksi inflamasi pasca bedah. Adapun beberapa hal tersebut adalah : 4 a. Pemberian asam mefenamat 500 mg atau indometasin 50 mg peroral 1 – 2 jam sebelum operasi. b. Anastesi local pada mata yang ingin dioperasi dengan cara menyuntukkan langsung melalui palpebra bagian atas dan bawah c. Operator kemudian menekan bola mata dengan tanggannya untuk melihat apakah ada kemungkinan perdarahan, dan juga dapat merendahkan tekanan intraokuler. d. Operator melihat melalui sebuah mikroskip dan membuat insisi sepanjang kira-kira 3mm pada sisi kornea yang teranestesi. e. Kapsulotomi anterior dengan menggunakan jarum kapsulotomi melalui insisi kecil pada kornea. f. Setelah insisi dilakukan, suatu cairan viscoelastik dimasukan untuk mengurangi getaran pada jaringan intraokuler. g. Dilakukan hidrodiseksi dan hidrodilemenesi untuk memisahkan inti lensa dari korteks kemudian dilakukan fakoemulsifikasi dengan teknik horizontal choop menggunakan mesin fako unit.

description

katarak

Transcript of Prosedur Tindakan Tekhnik Operasi Phacoemulsifikasi.docx

Page 1: Prosedur Tindakan Tekhnik Operasi Phacoemulsifikasi.docx

Prosedur Tindakan Tekhnik Operasi Phacoemulsifikasi

Terdapat beberapa hal penting pada bedah katarak fakoemulifikasi dengan

penanaman lensa intraokuler, yang sangat erat kaitanya dengan reaksi inflamasi pasca

bedah. Adapun beberapa hal tersebut adalah : 4

a. Pemberian asam mefenamat 500 mg atau indometasin 50 mg peroral 1 – 2 jam

sebelum operasi.

b. Anastesi local pada mata yang ingin dioperasi dengan cara menyuntukkan langsung

melalui palpebra bagian atas dan bawah

c. Operator kemudian menekan bola mata dengan tanggannya untuk melihat apakah ada

kemungkinan perdarahan, dan juga dapat merendahkan tekanan intraokuler.

d. Operator melihat melalui sebuah mikroskip dan membuat insisi sepanjang kira-kira

3mm pada sisi kornea yang teranestesi.

e. Kapsulotomi anterior dengan menggunakan jarum kapsulotomi melalui insisi kecil

pada kornea.

f. Setelah insisi dilakukan, suatu cairan viscoelastik dimasukan untuk mengurangi

getaran pada jaringan intraokuler.

g. Dilakukan hidrodiseksi dan hidrodilemenesi untuk memisahkan inti lensa dari korteks

kemudian dilakukan fakoemulsifikasi dengan teknik horizontal choop menggunakan

mesin fako unit.

h. Korteks lensa dikeluarkan dengan cara irigasi aspirasi menggunakan mesin fako unit .

i. Insersi lensa intraokuler foldauble pada bilik mata belakang dilakukan secara in the

bag, setelah sebelumnya diberikan bahan viskoelastik untuk mengurangi komplikasi.

j. Bahan viskoelastik dikeluarkan dengan cara irigasi aspirasi menggunakan mesin fako

unit.

k. Luka operasi ditutup tanpa jahitan.

l. Diberikan suntikan antibiotika (Gentamisin) 0,5 ml dan kortikostroid (Kortison Asetat)

0,5 ml, subkonjutiva.

m. Pasca bedah diberikan tetes mata antibiotika (Neomycin-Polymixin B) dan anti

inflamasi (Deksametason) 0,1 ml., setiap 8 jam sekali.

Page 2: Prosedur Tindakan Tekhnik Operasi Phacoemulsifikasi.docx

Gambar1. Insisi kornea

Gambar2. Tindakan kapsulorhexis

Gambar3. Hidrodiseksi

Page 3: Prosedur Tindakan Tekhnik Operasi Phacoemulsifikasi.docx

Gambar4. Pembuatan alur pada Nukleus

Gambar5. Pemecahan Nukleus

Gambar6. Pecahan nukleus diaspirasi

Page 4: Prosedur Tindakan Tekhnik Operasi Phacoemulsifikasi.docx

Gambar 7. Aspirasi Korteks Lensa

Gambar 8. Injeksi Vibroelastic pada Kapsul

Gambar 9. Insisi diperlebar

Page 5: Prosedur Tindakan Tekhnik Operasi Phacoemulsifikasi.docx

Gambar 10. Pemasukan Intraokular lensa

Gambar 11. Proses pemasangan IOL

Gambar 12. IOL disesuaikan dengan posisi lensa sebelumnya

Page 6: Prosedur Tindakan Tekhnik Operasi Phacoemulsifikasi.docx

Inflamasi Pasca Bedah Phaecoemulsifikasi

Pada setiap tindakan bedah katarak fakoemulsifikasi, bahkan pada pembedahan yang

sangat hati-hati sekalipun, akan selalu diikuti oleh beberapa komplikasi sebagai berikut.

Iritis atau iridosiklitis

Hal ini terjadi akibat adanya manipulasi iris, lisis dari zonula, adanya tindakan

irigasi pada bilik mata depan, serta adanya kemungkinan sisa Materi lensa yang

tertinggal. Biasanya iritis terjadi minimal dan dapat menghilang dengan

sendirinya, tanpa meninggalkan bekas yang permanen. Tetapi pada beberapa

kasus dapat terjadi dimana reaksi tersebut tidak cepat menghilang dan cendrung

menjadi kronis atau bertambah berat, sehingga dapat menimbulkan berbagai

penyulit yang lain seperti penurunan tajam penglihatan, pembentukan membrane

pada pupil, terjadinya sinekia anterior atau posperior, glaucoma skunder dan lain-

lain.

Inflamasi pasca bedah katarak fakoemulsifikasi ditandai dengan rasa tidak

nyaman (discomfort) pada mata hingga rasa nyeri, hiperemi konjungtiva dan

prikornea, serta adanya flare dan sel pada bilik mata depan.3,4

Ruptur Kapsula lensa Posterior2

Tanda :

COA yang dangkal atau dalam secara mendadak, dan dilatasi pupil yang

hanya sementara.

Jatuhnya nukleus lensa dan tidak dapat didekati oleh ujung dari alat fako

Vitreus yang ikut teraspirasi kedalam alat fako ditandai dengan bahan material

lens yang ikut terasspirasi perlahan-lahan.

Cairan vitreus yang dapat dilihat secara langsung

Management:tergangung dari besarnya, ukuran, dan tipe dari sisa material lensa,

dan presentasi kemungkinan dari prolaps vitreus. Prinsipnya adakah sebagai

berikut:

Page 7: Prosedur Tindakan Tekhnik Operasi Phacoemulsifikasi.docx

Bahan vibroelastik (Viscoat) disuntikkan di bagian posterior dari nukleus

dengan tujuan bahan tersebut masuk ke COA dan mencegah herniasi dari

vitreus ke arah anterior. Jika inti nukleus masih dalam keadaan utuh perlu

dipertmbangkan untuk melakukan EKEK penggunaan alat vitrektor juga

diketahui dapat menghilangkan sisa dari cairan vitreus yang masih berada

pada fragmen nukleus.

Sayatan dapat diperbesar tergantung dari ukuran lensa Glide yang

diletakan dibelakang dari fragmen lensa untuk mencegah terjadinya defect

pada kapsul..

Sisa dari fragmen nukleus di bersihkan dengan menggunakan alat fako

dengan ketinggian botol yang rendah dan tekanan aspirasi flow rate (AFR)

yang rendah., atau jika sisa dari fragmennya berukuran besar bisa

digunakan tekhnik viscoexpression.

Setelah sisa dari nukleus dibersihkan, ruang COA diisi dengan bahan

viscoelastik dan dilakukan manual aspirasi cannula dengan cara irigasi.

Sisa dari korteks di bersihkan,

Semua cairan vitreus harus dibersihkan dari COA dengan menggunakan

alat vitrektor yang dimasukan melalui sayatan menuju robekan pada

kapsular posterior. Dengan tekhnik bimanual dilakukan pemisahan dengan

menggunakan infus dan alat pemotong khusus. Dalam beberapa kasus

sering dibantu dengan visualisasi dari cairan vitreus dengan menggunakan

trypan blue 0,06% (vision Blue) atau 0,1mg Triamsinolon.

Jika robekan pada kapsular posterior kecil, perlu tindakan yang hati-hati

dalam mengimplantasi IOL posterior karena dapat terjadinya

capsulorhexis.

Penggunaan asetilcolin (miochol) dapat membuat dilatasi pupil sehingga

mempermudah implantasi IOL di COP atau menginsersi IOL pada COA.

Page 8: Prosedur Tindakan Tekhnik Operasi Phacoemulsifikasi.docx

Pada kasus kebocoran kapsular, dibutuhkan implantasi dari IOL di COA.

Dapat dilakukan iridektomi untuk mencegah terjadinya blok pupil.

Penjahitan dari bekas sayatan, walaupun dapat tertutup dengan sendirinya.

Gambar 13. Ruptur Kapsula Posterior

Gambar 14. Pemasukan IOL kedalam COA

Page 9: Prosedur Tindakan Tekhnik Operasi Phacoemulsifikasi.docx

Fragmen Lensa terlepas ke Posterior2

Dislokasi dari material lensa ke arah area vitreus akibat dari ruptunrya kapsula

posterior sering terjadi. Tetapi untukasus yang serius sering diakibatkan oleh

glaucoma, uveitis kronik, robeknya retina, atau udem cystoid makular kronik.

Sebelum pengobatan, perlu ditangani adanya uveitis atau peningkatan TIO

terlebih dahulu. jika fragmen kecil, cukup digunakan pengobatan konservatif,

tetapi jika fragmen besar dapat digunakan pengambilan dengan tekhnik pars

plana vitrektomi.

Dislokasi Posterior dari IOL2

Dislokasi dari IOL kedalam daerah vitreus sebenarnya jarang terjadi tetapi dapat

menimbulkan komplikasi yang serius jika disertai dengan lepasnya material dari

lensa. Jika IOL terlepas ke arah posterior dapat menyebabkan pedarahan pada

vitreus, robekan retina, uveitus, dan udemcystoid makular kronik. Penanganannya

dengan cara dilakukan pars plana vitrectomi untuk mengambil, mereposisi atau

mengganti dari IOL tersebut.

Gambar 15. IOL didalam Retina Gambar 16. IOL dan Fragmen

Page 10: Prosedur Tindakan Tekhnik Operasi Phacoemulsifikasi.docx

nuklear dalam vitreus

Perdarahan Suprachoroidalis2

Disebabkan oleh karena ruptur dari arteri ciliaris posterior. Pada kasus yang berat

mungkin disebabkan oleh karena tekanan dari intraokular. Insidens dari

komplikasi ini sudah jarang terjadi (0,04%) dengan adanya phacoemulsifikasi.

Faktor yang mendukung terjadinya komplikasi ini adalah dari usia, adanya

glaucoma, penyakit cardiovaskular sistemik, robeknya vitreus, dan tindakan

EKEK tanpa Phacoemulsifikasi.

Tanda:

COA yang dangkal dan progresif, pem=ningkatan Tekanan Intraokuler,

prolaps iris.

Tekanan vitreus yang meninggi, pada funduskopi terlihat partikel bebas

dan tampak titik hitam dibelakang dari pupil.

Dalam kasus yang berat, segmen posterior tertekan kearah COA melalui

robekan yang terjadi.

Penanganan segera:

COA diisi dengan bahan viscoelastik jenis cohesive lalu tempat insisi

dijahit kembali.

Bahan viscoelastic harus ditempatkan dalam bola mata untuk menjaga

Tekanan Intraokular dan menyumbat perdarahan.

Menurunkan Tekanan Intraokular dengan obat asetazolamide .

Pengobatan postoperatif dengan menggunakan topikal dan sistemik

steroid dapat mengurangi peradangan intraokular.

Page 11: Prosedur Tindakan Tekhnik Operasi Phacoemulsifikasi.docx

Penanganan lanjut:

Jika tidak dapat terjadi absorpsi spontan, perlu dilakukan tindakan

oengkentian perdarahan pada 7-14 hari kemudian dimana harus

menunggu dari pencairan bekuan darah. Prognosis dari penglihatan

tergantung dari besarnya perdarahan yang terjadi. Mungkin dibutuhkan

pars plana vitrectomi untuk menghentikan perdarahan akibat dari

robeknya retina. Jika penanganan tepat, dapat dilakukan operasi

katarak setelah 1-2 minggu kemudian.