Berbicara Tentang Pembangunan Desa

download Berbicara Tentang Pembangunan Desa

of 53

Transcript of Berbicara Tentang Pembangunan Desa

Berbicara tentang pembangunan desa, selama ini sebagian diantara kita terlalu terpaku padapembangunan berskala besar (atau proyek pembangunan) di wilayah pedesaan. Padahal pembangunan desa yang sesungguhnya tidaklah terbatas pada pembangunan berskala proyek saja, akan tetapi pembangunan dalam lingkup atau cakupan yang lebih luas. Pembangunan yang berlangsung di desa dapat saja berupa berbagai proses pembangunan yang dilakukan di wilayah desa dengan menggunakan sebagian atau seluruh sumber daya (biaya, material, sumber daya manusia) bersumber dari pemerintah (pusat atau daerah), selain itu dapat pula berupa sebagian atau seluruh sumber daya pembangunan bersumber dari desa. Apa sesungguhnya pembangunan desa ? Sesungguhnya, ada atau tidak ada bantuan pemerintah terhadap desa, denyut nadi kehidupan dan proses pembangunan di desa tetap berjalan. Masyarakat desa memiliki kemandirian yang cukup tinggi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, mengembangkan potensi diri dan keluarganya, serta membangun sarana dan prasarana di desa. Namun demikian, tanpa perhatian dan bantuan serta stimulan dari pihakpihak luar desa dan pemerintah proses pembangunan di desa berjalan dalam kecepatan yang relatif rendah. Kondisi ini yang menyebabkan pembangunan di desa terkesan lamban dan cenderung terbelakang. Jika melihat fenomena pembangunan masyarakat desa pada masa lalu, terutama di era orde baru, pembangunan desa merupakan cara dan pendekatan pembangunan yang diprogramkan negara secara sentralistik. Dimana pembangunan desa dilakukan oleh pemerintah baik dengan kemampuan sendiri (dalam negeri) maupun dengan dukungan negara-negara maju dan organisasi-organisasi internasional. Pembangunan desa pada era orde baru dikenal dengan sebutan Pembangunan Masyarakat Desa (PMD), dan Pembangunan Desa (Bangdes). Kemudian di era reformasi peristilahan terkait pembangunan desa lebih menonjol Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD). Dibalik semua itu, persoalan peristilahan tidaklah penting, yang terpenting adalah substansinya terkait pembangunan desa. Pada masa orde baru secara substansial pembangunan desa cenderung dilakukan secara seragam (penyeragaman) oleh pemerintah pusat. Program pembangunan desa lebih bersifat top-down. Pada era reformasi secara substansial pembangunan desa lebih cenderung diserahkan kepada desa itu sendiri. Sedangkan pemerintah dan pemerintah daerah cenderung mengambil posisi dan peran sebagai fasilitator, memberi bantuan dana, pembinaan dan pengawasan. Program pembangunan desa lebih bersifat bottom-up atau kombinasi buttom-up dan top-down.

Top-down Planning. Perencanaan pembangunan yang lebih merupakan inisiatif pemerintah (pusat atau daerah). Pelaksanaannya dapat dilakukan oleh pemerintah atau dapat melibatkan masyarakat desa di dalamnya. Namun demikian, orientasi pembangunan tersebut tetap untuk masyarakat desa. Bottom-up Planning. Perencanaan pembangunan dengan menggali potensi riil keinginan atau kebutuhan masyarakat desa. Dimana masyarakat desa diberi kesempatan dan keleluasan untuk membuat perencanaan pembangunan atau merencanakan sendiri apa yang mereka butuhkan. Masyarakat desa dianggap lebih tahu apa yang mereka butuhkan. Pemerintah memfasilitasi dan mendorong agar masyarakat desa dapat memberikan partisipasi aktifnya dalam pembangunan desa. Kombinasi Bottom-up dan Top-dowm Planning. Pemerintah (pusat atau daerah) bersama-sama dengan masyarakat desa membuat perencanaan pembangunan desa. Ini dilakukan karena masyarakat masih memiliki berbagai keterbatasan dalam menyusun suatu perencanaan dan melaksanakan pembangunan yang baik dan komprehensif. Pelaksanaan pembangunan dengan melibatkan dan menuntut peran serta aktif masyarakat desa dan pemerintah. Dalam menyusun perencanaan pembangunan desa yang harus diperhatikan adalah harus bertolak dari kondisi existing desa tersebut. Esensi dari pembangunan desa adalah bagaimana desa dapat membangun/ memanfaatkan/ mengeksploitasi dengan tepat (optimal, efektif dan efisien) segala potensi dan sumber daya yang dimiliki desa untuk memberikan rasa aman, nyaman, tertib serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Pembangunan desa berkaitan erat dengan permasalahan sosial, ekonomi, politik, ketertiban, pertahanan dan keamanan dalam negeri. Dimana masyarakat dinilai masih perlu diberdayakan dalam berbagai aspek kehidupan dan pembangunan. Oleh karena itu, perlu perhatian dan bantuan negara (dalam hal ini pemerintah) dan masyarakat umumnya untuk menstimulans percepatan pembangunan desa di berbagai aspek kehidupan masyarakat. Bantuan masyarakat dapat berasal dari masyarakat dalam negeri maupun masyarakat internasional. Meskipun demikian, bantuan internasional melalui organisasi-organisasi internasional bukanlah yang utama, tetapi lebih bersifat bantuan pelengkap. Semua bentuk bantuan, baik yang bersumber dari pemerintah, swasta (dalam bentuk Corporate Social Responsibility, hibah dan sebagainya), maupun organisasi-organisasi non-pemerintah (Lembaga Sosial Masyarakat) dalam negeri maupun internasional adalah merupakan stimulus pembangunan di daerah pedesaan. Semestinya yang dikedepankan adalah kemampuan swadaya masyarakat desa itu sendiri. Pembangunan desa pada hakikatnya adalah segala bentuk aktivitas manusia (masyarakat dan pemerintah) di desa dalam membangun diri, keluarga, masyarakat dan lingkungan di wilayah desa baik yang bersifat fisik, ekonomi, sosial, budaya, politik, ketertiban, pertahanan dan keamanan, agama dan pemerintahan yang dilakukan secara terencana dan membawa dampak positif terhadap kemajuan desa. Dengan demikian, pembangunan desa sesungguhnya merupakan upaya-upaya sadar dari masyarakat dan pemerintah baik dengan menggunakan sumberdaya yang bersumber dari desa, bantuan pemerintah maupun bantuan organisasi-organisasi/lembaga domestik maupun internasional untuk menciptakan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik.

Perubahan-perubahan yang dilakukan manusia pada awalnya didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin maju suatu peradaban dan semakin kompleksnya kebutuhan hidup manusia akan mendorong umat manusia menggunakan kecerdasannya untuk melakukan upaya-upaya tertentu guna pemenuhan kebutuhannya. Upaya-upaya tersebut ditujukan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dalam pemenuhan kebutuhan. Berbicara tentang pembangunan desa terdapat dua aspek penting yang menjadi objek pembangunan. Secara umum, pembangunan desa meliputi dua aspek utama, yaitu : (1) Pembangunan desa dalam aspek fisik, yaitu pembangunan yang objek utamanya dalam aspek fisik (sarana, prasarana dan manusia) di pedesaan seperti jalan desa, bangunan rumah, pemukiman, jembatan, bendungan, irigasi, sarana ibadah, pendidikan (hardware berupa sarana dan prasarana pendidikan, dan software berupa segala bentuk pengaturan, kurikulum dan metode pembelajaran), keolahragaan, dan sebagainya. Pembangunan dalam aspek fisik ini selanjutnya disebut Pembangunan Desa. (2) Pembangunan dalam aspek pemberdayaan insani, yaitu pembangunan yang objek utamanya aspek pengembangan dan peningkatan kemampuan, skill dan memberdayakan masyarakat di daerah pedesaan sebagai warga negara, seperti pendidikan dan pelatihan, pembinaan usaha ekonomi, kesehatan, spiritual, dan sebagainya. Tujuan utamanya adalah untuk membantu masyarakat yang masih tergolong marjinal agar dapat melepaskan diri dari berbagai belenggu keterbelakangan sosial, ekonomi, politik dan sebagainya. Pembangunan dalam aspek pemberdayaan insani ini selanjutnya disebut sebagai Pemberdayaan Masyarakat Desa.

Pembangunan DesaKeterbelakangan pembangunan di daerah pedesaan turut berkontribusi terhadap terjadinya migrasi penduduk dari desa ke kota. Daerah perkotaan, terutama kota-kota besar di Indonesia mulai kewalahan menghadapi arus migrasi penduduk dari daerah pedesaan. Pemerintah pada berbagai kota besar setiap tahunnya dipusingkan oleh permasalahan yang muncul sebagai dampak dari tingginya arus masyarakat desa yang pindah ke kota. Memang perpindahan penduduk dari desa ke kota menimbulkan berbagai dampak di daerah perkotaan. Kedatangan penduduk desa di daerah perkotaan secara permanen selain membawa dampak positif juga menimbulkan dampak negatif. Permasalahan yang perlu mendapat perhatian adalah timbulnya dampak negatif akibat migrasi penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan. Dampak negatif yang ditimbulkan akan menambah permasalahan di daerah perkotaan, antara lain terjadi peledakan jumlah penduduk, munculnya berbagai masalah sosial seperti peningkatan pengangguran, peningkatan masyarakat miskin, gelandangan, tingginya kejadian kriminal dan sebagainya. Banyak pakar telah membicarakan tentang kecenderungan urbanisasi di Indonesia, diantaranya Parulian Sidabutar pada tahun 1993 mengemukakan bahwa meskipun derajat urbanisasi (persentase jumlah penduduk yang tinggal di daerah

perkotaan) di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan standard dunia yang secara umum tingkat pertumbuhan penduduk perkotaan tinggi. Pada tahun 1985 jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan berjumlah 40,2 juta orang atau 27 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Sekitar 73 persen penduduk masih bertempat tinggal di pedesaan. Pada tahun 2000 jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan meningkat menjadi 76 juta orang atau sekitar 36 persen dari seluruh penduduk. Ada kecenderungan jumlah penduduk yang berdomisili di daerah perkotaan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Data penduduk Indonesia pada tahun 2005 menunjukkan proporsi yang bertempat tinggal di pedesaan dibandingkan dengan yang bertempat tinggal di perkotaan tidak lagi berbeda jauh yakni 113,7 juta jiwa di pedesaan, dan 106,2 juta jiwa di perkotaan. Namun perbandingan tingkat kesejahteraan masyarakat dan pembangunan Sumber Daya Manusia di daerah pedesaan relatif jauh tertinggal dibanding dengan daerah perkotaan. Kenyataan ini diperkuat dengan pernyataan resmi dari pemerintah pada bulan Agustus 2006 bahwa angka kemiskinan telah mencapai 39,1 juta jiwa atau 17,8 persen dari jumlah penduduk Indonesia (BPS, 2005). Beberapa komponen penyumbang tingginya pertumbuhan penduduk di perkotaan adalah tingkat kelahiran yang relatif tinggi, dan tingkat perpindahan penduduk dari pedesaan ke perkotaan yang relatif tinggi. Fokus perhatian di sini adalah masih tingginya tingkat perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaaan. Perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan tidak terjadi begitu saja, akan tetapi didorong oleh berbagai faktor baik yang bersumber dari perkotaan maupun yang bersumber dari pedesaan. Secara umum, faktor-faktor yang menyebabkan atau mendorong perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu : (1). Faktor yang bersumber dari daerah perkotaan, dan (2). Faktor yang bersumber dari daerah pedesaan. Faktor-faktor yang bersumber dari daerah perkotaan sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan pembangunan di daerah perkotaan yang sangat dahsyat. Faktor yang bersumber dari daerah perkotaan disebut sebagai faktor penarik, dimana pindahnya penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan disebabkan oleh adanya daya tarik daerah perkotaan yang mempesona. Daya tarik kuat daerah perkotaan, antara lain : a. Kota sebagai pusat pemerintahan Sebagai pusat pemerintahan, kota memiliki lembaga-lembaga pemerintahan yang menjadi bagian utama dari kota sebagai pusat pemerintahan. Mereka yang bekerja di sektor pemerintahan tidak semuanya merupakan warga asli perkotaan, sebagian besar dari karyawan sektor pemerintahan adalah berasal dari penduduk pedesaan. Biasanya posisi kota sebagai pusat pemerintahan akan diikuti dengan munculnya berbagai lembaga lain di luar pemerintahan seperti organisasi, lembaga atau badan-badan non pemerintah (LSM), yayasan-yayasan, badan-badan swasta yang bergerak di berbagai bidang. Organisasi, lembaga atau badan-badan tersebut memiliki anggota, pengurus dan pegawai yang tidak hanya berasal dari penduduk asli perkotaan, tetapi juga

penduduk yang berasal dari pedesaan. Selain itu, kota sebagai pusat pemerintahan dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasana pendukung yang diikuti pula tumbuhnya sektor lain seperti sektor informal, misalnya warung makanan dan minuman, warung rokok, fotocopy, dan sebagainya. Secara langsung maupun tidak langsung menarik orang untuk mengambil peran dan memanfaatkan peluang yang ada. Dengan demikian, kota sebagai pusat pemerintahan menjadi salah satu daya tarik penduduk daerah pedesaan untuk pindah ke daerah perkotaan. b. Kota sebagai pusat perekonomian Pertumbuhan kota sebagai pusat perekonomian terkait erat dengan berkembangnya berbagai aktivitas ekonomi di wilayah perkotaan. Pusat Perdagangan Sebagian terbesar penduduk yang bertempat tinggal di daerah perkotaan bermatapencaharian bukan sebagai petani. Untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari mereka membeli dari para pedagang. Kondisi ini mendorong tumbuh dan berkembangnya pusat-pusat perbelanjaan, pasar, toko, warung dan bahkan pedagang keliling. Mereka yang bekerja atau berprofesi di sektor perdagangan ini bukan hanya penduduk asli daerah perkotaan, sebagian dari mereka adalah penduduk yang berasal dari daerah pedesaan. Penduduk daerah pedesaan tertarik untuk pindah ke daerah perkotaan untuk mencari pekerjaan atau bekerja di sektor jasa perdagangan atau mengadu peruntungan dengan berprofesi sebagai pedagang. Pusat Industri Kebutuhan hidup manusia baik yang berdomisili di daerah perkotaan maupun yang berdomisili di daerah pedesaan tidak hanya terbatas pada makan dan minum, tetapi seiring perkembangan peradaban manusia kebutuhan hidup semakin berkembang dan beragam. Pada masa lalu, orang sudah sangat senang jika telah tercukupi kebutuhan pangan, sandang dan papan. Kebutuhan pangan, sandang dan papan-pun tidak berlebihan, dengan terpenuhi kebutuhan minimal atau sedikit di atas kebutuhan minimal orang sudah merasa puas. Kondisi tersebut kini sudah jauh berbeda, dimana tuntutan dan kebutuhan hidup sudah sangat beragam dan tidak lagi hanya berorientasi pada pemenuhan pangan, sandang dan papan yang sederhana saja. Pada masa lalu tidak ada televisi, handphone, sepeda motor, mobil, gedung mewah, sepatu ber-merk, pakaian yang penuh sensasi fashion, makanan siap saji, minuman kemasan, makanan instant yang dapat dibawa jauh dan disimpan lama, berbagai barang aksesoris (jam tangan, kalung, gelang, anting, cincin), dan sebagainya. Kini barang-barang tersebut sudah menjadi kebutuhan, tuntutan dan bahkan menjadi simbol modernisasi dalam kehidupan dan pergaulan masyarakat daerah perkotaan. Cara dan gaya hidup yang demikian telah pula masuk dan melanda kehidupan dan pergaulan masyarakat di daerah pedesaan.

Barang-barang yang dikategorikan sebagai simbol modernisasi tersebut diproduksi oleh pabrik-pabrik atau industri manufaktur yang umumnya berada di daerah perkotaan. Mereka yang bekerja di sektor ini bukan saja orang-orang yang asli berdomilisi di daerah perkotaan, melainkan juga orang-orang yang berasal dari daerah pedesaan. Dengan demikian, kota sebagai pusat industri telah menjadi daya tarik kuat penduduk dari daerah pedesaan untuk pindah ke daerah perkotaan dalam mengadu peruntungan untuk bekerja di sektor perindustrian. Pusat Industri Jasa dan Hiburan Seiring dengan semakin besarnya tuntutan dan kebutuhan masyarakat, maka tumbuh dan berkembang pula berbagai industri yang berupaya memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat tersebut, diantaranya industri jasa dan hiburan. Industri jasa tumbuh pesat di kawasan perkotaan untuk membantu dalam pemenuhan keinginan-keinginan dan kebutuhan masyarakat daerah perkotaan seperti pelayanan angkutan (darat, laut dan udara), jasa penitipan dan pengiriman barang, jasa konsultasi, perbankan dan sebagainya. Selain itu, pola hidup masyarakat perkotaan yang seolah berpacu dengan waktu (time is money) menuntut masyarakat kota untuk bekerja lebih giat dengan tuntutah jam kerja yang tinggi. Mereka yang tidak mampu memanfaat waktu dan peluang yang tersedia akan terlindas oleh waktu dan persaingan. Itu artinya tuntutan kerja keras menjadi hal utama. Sehingga di daerah perkotaan muncul fenomena pada jam-jam tertentu terjadi kepadatan arus lalu lintas (saat berangkat ke lokasi kerja pada pagi hari, dan saat pulang kerja pada sore dan menjelang malam hari). Kondisi ini berlangsung secara terus-menerus dari hari ke hari sepanjang tahun. Kesibukan warga kota yang begitu tinggi, memunculkan tuntutan dan kebutuhan akan hiburan (refreshing). Kebutuhan akan hiburan ini membuka peluang dan lapangan pekerjaan baru dalam bentuk industri hiburan seperti bar, tempat karaoke, tempat wisata, kafetaria, pertunjukan film, televisi yang menawarkan beragam acara hiburan, panti pijat, dan sebagainya. Mereka yang bekerja di sektor industri jasa dan hiburan ini bukan hanya berasal dari masyarakat yang asli berdomisili di daerah perkotaan, tetapi juga berasal dari daerah pedesaan. Dengan demikian, kota sebagai pusat industri jasa dan hiburan turut pula menjadi salah satu faktor yang menarik penduduk dari daerah pedesaan pindah ke daerah perkotaan. c. Kota sebagai pusat perkembangan peradaban Perkembangan peradaban manusia tidak terlepas dari perkembangan dan kemampuan olah pikir yang dimiliki manusia. Sentral dari aktivitas ini adalah kemajuan intektualitas manusia yang terus mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini tidak terlepas dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kamajuan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri bersumber dari berkembangnya dunia pendidikan yang berkualitas. Terkait dengan pendidikan yang berkualitas, tidak diragukan lagi bahwa pendidikan yang berkualitas erat kaitannya dengan proses pembelajaran yang berkualitas, dukungan fasilitas yang memadai, sumber daya

manusia fasilitator pembelajaran yang berkualitas dan lingkungan yang egaliter. Semuanya secara meyakinkan tersedia di daerah perkotaan. Kondisi tersebut mendorong pertumbuhan lembaga pendidikan di daerah perkotaan menjadi jauh lebih cepat dan lebih maju daripada daerah pedesaan. Sehingga generasi muda di daerah pedesaan berlomba-lomba meninggalkan desanya menuju kota untuk memperoleh tempat menimba ilmu (sekolah atau perguruan tinggi) yang ternama atau terkenal. Kondisi ini memicu terjadinya perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan dalam jumlah yang cukup besar. Lebih jauh lagi, kelompok muda yang bermigrasi dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan ini hanya sebagian kecil yang kembali lagi ke desa untuk hidup dan menetap di desa. Sebagian besar lainnya memilih mencari kerja atau penghidupan di daerah perkotaan dan menetap di daerah perkotaan. Dengan demikian, kota sebagai pusat perkembangan peradaban turut pula menjadi salah satu faktor yang menarik penduduk dari daerah pedesaan pindah ke daerah perkotaan. Perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan selain disebabkan daya tarik magnet kota sebagaimana diuraikan di atas, terdapat pula faktor lain. Faktor lain yang dimaksud adalah faktor pendorong. Faktor yang menyebabkan terjadinya perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan yang bersumber dari kondisi internal daerah pedesaan itu sendiri. Faktor-faktor yang bersumber dari internal daerah pedesaan inilah yang disebut sebagai faktor pendorong. Pindahnya penduduk daerah pedesaan ke daerah perkotaan didorong oleh kondisi ketertinggalan daerah pedesaan dalam berbagai aspek kehidupan. Berbagai faktor internal daerah pedesaan yang mendorong penduduk dari daerah pedesaan untuk berhijrah atau pindah ke daerah perkotaan, antara lain : a. Keterbelakangan perekonomian di pedesaan Jika di daerah perkotaan geliat perekonomian begitu fenomenal dan pantastis. Sebaliknya, hal yang berbeda terjadi di daerah pedesaan, dimana geliat perekonomian berjalan lamban dan hampir tidak menggairahkan. Roda perekonomian di daerah pedesaan didominasi oleh aktivitas produksi. Aktivitas produksi yang relatif kurang beragam dan cenderung monoton pada sektor pertanian (dalam arti luas : perkebunan, perikanan, petanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, kehutanan, dan produk turunannya). Kalaupun ada aktivitas di luar sektor pertanian jumlah dan ragamnya masih relatif sangat terbatas. Aktivitas perekonomian yang ditekuni masyarakat di daerah pedesaan tersebut sangat rentan terhadap terjadinya instabilitas harga. Pada waktu dan musim tertentu produk (terutama produk pertanian) yang berasal dari daerah pedesaan dapat mencapai harga yang begitu tinggi dan pantastik. Namun pada waktu dan musim yang lain, harga produk pertanian yang berasal dari daerah pedesaan dapat anjlok ke level harga yang sangat rendah. Begitu rendahnya harga produk pertanian menyebabkan para petani di daerah pedesaan enggan untuk memanen hasil pertaniannya, karena biaya panen lebih besar dibandingkan dengan harga jual produknya. Kondisi seperti ini menimbulkan kerugian yang luar biasa bagi petani.

Kondisi seperti ini hampir selalu terjadi sampai saat ini. Namun demikian, suatu ironi bagi pemerintah, karena belum dapat memberikan solusi tepat. Masih segar dalam ingatan kita, pada tahun 2010, cabai mencapai harga di atas Rp.100.000,- per kilogram dan merupakan harga tertinggi sepanjang sejarah. Kondisi berbalik terjadi pada bulan-bulan di awal tahun 2011, dimana harga cabai mengalami penurunan secara drastis. Beberapa daerah harga cabai mencapai di bawah Rp. 10.000,- per kilogram. Kasus yang mirip terjadi beberapa tahun sebelumnya, petani tomat mengalami masa-masa pahit. Harga buah tomat sangat rendah, sehingga biaya produksi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual hasil panen tomat. Petani enggan memanen tomatnya dan lebih memilih untuk membiarkan buah tomat membusuk di kebun atau melakukan pemusnahan tanaman tomat dan menggantikan dengan tanaman lain yang berbeda. Kejadian serupa pada produk pertanian lainnya seringkali terjadi dan menerpa kehidupan para petani di daerah pedesaan. Meskipun penduduk di daerah pedesaan mayoritas bermatapencaharian sebagai petani, namun tidak semua petani di daerah pedesaan memiliki lahan pertanian yang memadai. Banyak diantara mereka memiliki lahan pertanian kurang dari 0,5 hektar, yang disebut dengan istilah petani gurem. Lebih ironis lagi, sebagian dari penduduk di daerah pedesaan yang malah tidak memiliki lahan pertanian garapan sendiri. Mereka berstatus sebagai petani penyewa, penggarap atau sebagai buruh tani. Petani penyewa adalah para petani yang tidak memiliki lahan pertanian garapan milik sendiri melainkan menyewa lahan pertanian milik orang lain. Petani penggarap adalah para petani yang tidak memiliki lahan pertanian garapan milik sendiri melainkan menggarap lahan pertanian milik orang lain dengan sistem bagi hasil atau lainnya. Buruh tani adalah petani yang tidak memiliki lahan pertanian garapan milik sendiri melainkan bekerja sebagai buruh yang menggarap lahan pertanian milik orang lain dengan memperoleh upah atas pekerjaannya. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap hidup dan penghidupan keluarga petani di daerah pedesaan. Perekonomian masyarakat di daerah pedesaan yang kurang menguntungkan ini mendorong penduduk daerah pedesaan untuk pindah dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan. Keluarga petani terdorong untuk mencari sumber penghidupan yang lain di luar desanya. Daerah yang banyak menjadi tujuan mereka adalah daerah perkotaan. Mereka nekad keluar dari desanya untuk mencari pekerjaan dan mengadu nasib di daerah perkotaan. Meskipun di daerah perkotaan mereka belum tentu memperoleh pekerjaan yang lebih baik. b. Minimnya sarana dan prasarana di pedesaan Salah satu keterbelakangan yang dialami daerah pedesaan di Indonesia dapat dilihat dari aspek pembangunan sarana dan prasarana. Beberapa sarana dan prasarana pokok dan penting di daerah pedesaan, antara lain : Prasarana dan sarana transportasi Salah satu prasarana dan sarana pokok dan penting untuk membuka isolasi daerah pedesaan dengan daerah lainnya adalah prasarana transportasi (seperti jalan raya, jembatan, prasarana transportasi laut, danau, sungai dan udara), dan sarana transportasi (seperti mobil, sepeda motor, kapal laut, perahu

mesin, pesawat udara dan sebagainya). Ketersediaan parasarana dan sarana transportasi yang memadai akan mendukung arus orang dan barang yang keluar dan masuk ke daerah pedesaan. Untuk mendorong peningkatan dinamika masyarakat daerah pedesaan akan arus transportasi orang dan barang keluar dan masuk dari dan ke daerah pedesaan, diperlukan prasarana dan sarana transportasi yang memadai. Menteri Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, Syaifulah Yusuf, dalam seminar tentang Strategi Pembangunan Desa di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa 12 September 2006, mengemukakan bahwa sekitar 45 persen atau sebanyak 32.379 Desa di Indonesia termasuk dalam kategori Desa Tertinggal (Ken Yunita, 2006). Salah satu penyebab daerah pedesaan masih terisolasi atau tertinggal adalah masih minimnya prasarana dan sarana transportasi yang membuka akses daerah pedesaan dengan daerah lainnya. Kondisi prasarana dan sarana transportasi yang minim berkontribusi terhadap keterbelakangan ekonomi daerah pedesaan. Secara umum, masyarakat daerah pedesaan menghasilkan jenis produk yang relatif sama, sehingga transaksi jual beli barang atau produk antar sesama penduduk di suatu desa relatif kecil. Dalam kondisi prasarana dan sarana transportasi yang minim, produk yang dihasilkan masyarakat daerah pedesaan sulit untuk diangkut dan dipasarkan ke daerah lain. Jika dalam kondisi seperti itu, masyarakat daerah pedesaan menghasilkan produk pertanian dan non pertanian dalam skala besar, maka produk tersebut tidak dapat diangkut dan dipasarkan ke luar desa dan akan menumpuk di desa. Penumpukan dalam waktu yang lama akan menimbulkan kerusakan dan kerugian. Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi warga masyarakat di daerah pedesaan. Sebaliknya, hal tersebut akan mendorong sebagian warga masyarakat di daerah pedesaan untuk merantau atau berpindah ke daerah lain terutama daerah perkotaan yang dianggap lebih menawarkan masa depan yang lebih baik. Prasarana dan sarana pendidikan yang kurang memadai Sebagian dari masyarakat di daerah pedesaan telah memiliki kesadaran untuk mendidik anak-anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Keadaan prasarana pendidikan seperti lembaga pendidikan dan gedung sekolah di daerah pedesaan relatif terbatas. Ketersediaan prasarana pendidikan di daerah pedesaan yang masih kurang memadai dapat terlihat dari terbatasnya jumlah lembaga pendidikan serta kondisi fisik bangunan sekolah yang kurang representatif (rusak, tidak terawat dengan baik, kekurangan jumlah ruang kelas dan sebagainya). Selain itu, sarana pendidikan di daerah pedesaan juga sangat terbatas seperti kurangnya ketersediaan buku-buku ajar, kondisi kursi dan meja belajar yang seadanya, tidak tersedianya sarana belajar elektronik, tidak tersedianya alat peraga dan sebagainya. Keterbatasan prasarana dan sarana pendidikan di daerah pedesaan mendorong sebagian masyarakat daerah pedesaan untuk menyekolahkan anak-anaknya ke luar desa terutama ke daerah perkotaan. Hal ini turut mendorong laju migrasi penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan.

c. Terbatasnya lapangan pekerjaan di pedesaan Indonesia sebagai negara agraris sampai saat ini dapat dilihat dari besarnya jumlah penduduk yang masih mengandalkan penghasilannya serta menggantungkan harapan hidupnya pada sektor pertanian. Dominasi sektor pertanian sebagai matapencaharian penduduk dapat terlihat nyata di daerah pedesaan. Sampai saat ini lapangan kerja yang tersedia di daerah pedesaan masih didominasi oleh sektor usaha bidang pertanian. Kegiatan usaha ekonomi produktif di daerah pedesaan masih sangat terbatas ragam dan jumlahnya, yang cenderung terpaku pada bidang pertanian (agribisnis). Aktivitas usaha dan matapencaharian utama masyarakat di daerah pedesaan adalah usaha pengelolaan/ pemanfaatan sumber daya alam yang secara langsung atau tidak langsung ada kaitannya dengan pertanian. Bukan berarti bahwa lapangan kerja di luar sektor pertanian tidak ada, akan tetapi masih sangat terbatas. Peluang usaha di sektor non-pertanian belum mendapat sentuhan yang memadai dan belum berkembang dengan baik. Kondisi ini mendorong sebagian penduduk di daerah pedesaan untuk mencari usaha lain di luar desanya, sehingga mendorong mereka untuk berhijrah/migrasi dari daerah pedesaan menuju daerah lain terutama daerah perkotaan. Daerah perkotaan dianggap memiliki lebih banyak pilihan dan peluang untuk bekerja dan berusaha. Upaya untuk mendorong dan melepaskan daerah pedesaan dari berbagai ketertinggalan atau keterbelakangan, maka pembangunan desa dalam aspek fisik perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah dan komponen masyarakat lainnya. Pembangunan desa dalam aspek fisik, selanjutnya dalam tulisan ini disebut Pembangunan Desa, merupakan upaya pembangunan sarana, prasarana dan manusia di daerah pedesaan yang merupakan kebutuhan masyarakat daerah pedesaan dalam mendukung aktivitas dan kehidupan masyarakat pedesaan. Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa betapa daerah pedesaaan memerlukan adanya ketersediaan prasarana dan sarana fisik dalam hidup dan kehidupan masyarakat desa. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang dimaksud dengan Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hak untuk mengurus kepentingan daerahnya sendiri (dalam istilah modern disebut hak otonomi). Hak otonomi sifatnya sangat luas. Hampir semua hal yang menyangkut urusan di desa. Hanya saja tingkat materi dan cara pelaksanaan atau pengerjaannya masih sangat sederhana, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan desa. Bercermin dari masa lalu, di era orde baru pemerintahan bersifat sangat sentralistik yang mengusung konsep filosofi keseragaman. Segala sesuatu yang berkaitan dengan pembangunan diseragamkan, diatur dan dikendalikan dari pusat. Sementara bangsa Indonesia terdiri dari beragam suku bangsa, lebih dari 70.000 buah desa dengan karakter, budaya dan tradisi yang berbeda satu sama lain. Konsep keseragaman yang diusung dan dipaksakan pada masa lalu, kini sudah tidak tepat lagi. Oleh karenanya, konsep pembangunan desa ke depan tidak dapat dilakukan dengan pola keseragaman. Seiring dengan perubahan paradigma pemerintahan sentralistik ke paradigma pemerintahan desentralistik, maka seyogyanya pembangunan desa lebih

mengedepankan konsep keanekaragaman dalam kesatuan dan bukan konsep keseragaman. Pembangunan desa dengan konsep keanekaragam dalam kesatuan, diharapkan mampu mendorong dinamika pembangunan desa yang berbasis budaya dan karakteristik lokal yang pada akhirnya akan memperkaya keragaman nuansa etnik dalam pembangunan bangsa. Masyarakat dan pemerintah desa diberi kekeluasaan untuk memperkaya warna dan model pembangunan desanya dengan kekayaan etnik yang mereka miliki. Upaya tersebut diharpakan akan menumbuhkan dan memupuk partisipasi aktif dan rasa tanggung jawab masyarakat dalam membangun desa. Peran pemerintah (pusat dan daerah) dalam pembangunan desa ditempatkan pada posisi yang tepat. Pemerintah diharapkan berperan dalam memberi motivasi, stimulus, fasilitasi, pembinaan, pengawasan dan hal-hal yang bersifat bantuan terhadap pembanguan desa. Untuk kepentingan dan tujuan tertentu, intervensi pemerintah terhadap pembangunan desa dapat saja dilakukan setelah melalui kajian dan pertimbangan yang matang dan komprehensif. Intervensi yang dimaksudkan di sini adalah turut campur secara aktif dan bertanggungjawab pemerintah dalam proses pembangunan desa, seperti membuka keterisolasian desa (karena ketiadaan biaya, desa tidak mampu melepaskan diri dari keterisolasian), membangun fasilitas jalan, jembatan, gedung sekolah, puskesmas dan sebagainya. Meskipun pemerintah melakukan intervensi terhadap proses pembangunan fasilitas tertentu di daerah pedesaan, pemerintah tidak boleh mengabaikan potensi setempat, jangan sampai pemerintah mengabaikan keberadaan masyarakat setempat, dan masyarakat jangan sampai hanya diposisikan sebagai penonton. Keterlibatan masyarakat sangat diperlukan dalam pembangunan desa. Karena proses pembangunan desa bukan hanya sebatas membangun prasarana dan sarana yang diperlukan, tetapi proses pembangunan desa memerlukan waktu yang panjang, banyak pengorbanan, dan bertalian dengan banyak pihak dalam masyarakat termasuk masyarakat di daerah pedesaan. Proses pembangunan desa dimulai dari tahap pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan. Seyogyanya pada semua tahapan pembangunan desa ini terjadi keterlibatan partisipasi aktif masyarakat daerah pedesaan. Bertolak dari konsep dan praktik pembangunan desa pada masa lalu yang bersifat sentralistik. Potensi masyarakat lokal seringkali dikesampingkan oleh pelaksana di lapangan. Hal ini yang menyebabkan hasil pembangunan yang telah dilakukan tidak memberikan dampak dan manfaat yang luas bagi masyarakat. Seringkali terjadi kerusakan bahkan hancur sebelum usia pakainya habis. Karena tidak muncul kepedulian dan rasa tanggung jawab pada masyarakat dalam memelihara atau menjaga prasarana dan sarana yang telah dibangun oleh pemerintah. Meskipun sesungguhnya prasarana dan sarana yang dibangun oleh pemerintah ditujukan untuk kepentingan masyarakat di daerah pedesaan itu sendiri. Sebaliknya, jika suatu proyek pembangunan prasarana dan sarana yang muncul dari masyarakat daerah pedesaan, direncanakan, dan dilaksanakan secara bersama oleh masyarakat daerah pedesaan, maka kepedulian dan rasa memiliki dari masyarakat sangat tinggi. Masyarakat secara sadar dan tanpa pamrih turut berpartisipasi aktif untuk mensukseskan pembangunan tersebut. Hal ini berdampak pula pada munculnya rasa tanggung jawab yang tinggi untuk menjaga keberlangsungan pembangunan dan hasil pembangunannya.

Oleh karena itu, perlu diingat bahwa pembangunan desa dalam aspek pembangunan fisik, pembangunan prasarana dan sarana di daerah pedesaan semestinya menempatkan penduduk atau masyarakat desa sebagai subjek pembangunan. Sebagai subjek pembangunan menunjukkan bahwa masyarakat daerah pedesaan berperan sebagai pelaku pembangunan. Sudah semestinya masyarakat sebagai pelaku pembangunan mengambil posisi untuk berperan secara aktif dalam proses pembangunan. Peran aktif masyarakat dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk keterlibatan atau pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan, apakah pada tahap pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan atau pada semua tahap proses pembangunan tersebut. Di masa mendatang pola pembangunan yang mengedepankan peran masyarakat lebih didorong untuk menjadi ujung tombak dalam pembangunan desa. Pola bottom-up planning mungkin menjadi salah satu alternatif yang mengedepan. Pemerintah menempatkan diri sebagai motivator dan fasilitator aktif (tentunya tidak berpangku tangan hanya menunggu dari masyarakat). Pemerintah memotivasi masyarakat untuk membangun daerahnya seraya pemerintah menyiapkan bantuan prasarana, sarana dan dana yang dibutuhkan. Pemerintah juga dapat melemparkan ide-ide pembangunan desa kepada masyarakat. Namun dalam tahap berikutnya masyarakat dilibatkan dalam menentukan keputusan mengenai apa yang akan dibangun, membuat dan menyusun rencana pembangunan, dalam pelaksanaan pembangunan sampai pada pemeliharaan hasil pembangunan. Berkaitan dengan manusia (penduduk daerah pedesaan) sebagai subjek pembangunan, maka dituntut berbagai hal terhadap kapasitas dan kualitas manusia itu sendiri. Salah satu tuntutan peran sebagai subjek (pelaku) pembangunan yang semestinya dapat dan mampu dipenuhi oleh masyarakat di daerah pedesaan adalah kemampuan menciptakan atau daya cipta. Soedjatmoko (1995) mengemukakan bahwa pengembangan (pemekaran) daya cipta suatu bangsa bukan saja suatu kemampuan serta kejadian individual, melainkan juga suatu proses sosial yang ditentukan oleh kondisi-kondisi sosial pula. Maksudnya adalah adanya lembaga dan kebijaksanaan yang diperlukan untuk mencapai perkembangan daya cipta dalam pembangunan masyarakat. Bahwasanya untuk lebih menggerakkan dan memacu pembangunan desa secara lebih berdaya guna dan berhasil guna, maka yang pertama dan utama perlu dibangun adalah manusia sebagai pelaku dan calon pelaku pembangunan itu sendiri. Kritik bagi model pembangunan kita selama ini adalah bangsa kita lebih cenderung mengedepankan pembangunan fisik daripada pembangunan manusianya. Soedjatmoko (1995) mengemukakan bahwa pada pembangunan ekonomi ada kecenderungan mengaggap esensi pertumbuhan ekonomi ialah besarnya penanaman modal untuk keperluan produksi. Ini dianggap faktor paling menentukan untuk mencapai suatu tingkat ekonomi yang lebih tinggi. Peneropongan teoritis, lebih berkisar pada soal penentuan besar kecilnya penanaman modal yang diperlukan untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang lebih pesat. Penanaman modal dipandang lebih menentukan daripada cacah jiwanya., sehingga kurang mendapat perhatian dan berjalan sendiri. Kalaupun faktor seperti pendidikan, stabilitas politik dan faktor sosial lainnya turut ditinjau, peninjauan itupun tetap berporos pada investasi modal. Berdasarkan kondisi tersebut, maka ke depan kita perlu menata ulang format pembangunan desa. Bangsa ini harus memilah, memilih dan menata secara lebih arif.

Tidak mungkin lagi membuat kebijakan pembangunan yang seragam untuk semua desa. Akan tetapi, kita perlu secara arif dan bijaksana melihat desa per desa dari berbagai aspek. Bagi desa yang sudah memiliki manusia (penduduk) yang berkualitas, maka perlu didorong dan distimulir untuk memacu percepatan pembangunan desa dalam semua aspek. Sebaliknya, jika suatu desa yang belum memiliki kualitas dan kuantitas manusia yang mumpuni, maka perlu didorong untuk lebih mengedepankan pembangunan manusianya, seperti pendidikan, pembimbingan, pelatihan dan sebagainya. Pembangunan manusia dalam konteks pengembangan daya cipta. Daya cipta dalam perspektif yang luas, termasuk melakukan pembaharuan dan penemuan atas berbagai hal terkait kehidupan manusia seperti menambah dan mengembangkan berbagai macam alat (instrument) dan cara (metode/teknik) yang berguna dalam menunjang atau mendukung kehidupan masyarakat di daerah pedesaan atau masyarakat luas. Tulisan ini cuplikan dari isi BUKU Penulis : Dr. Ir. Ali Hanapiah Muhi, MP Institut Pemerintahan Dalam Negeri, Jatinangor, Jawa Barat, 2011.

Very Poor

Desa merupakan salah satu bagian terkecil dari rangkaian urut-urutan sebuah Negara (di Indonesia). Desa dari dulu kala selalu identik dengan ketertinggalan, kotor, udik dan hal-hal lain yang selalu diidentikan dengannya. Dan desa pun senantiasa selalu tertinggal dari pembangunan-pembangunan nasional di Indonesia, baik pembangunan dalam bentuk infrastruktur maupun dalam hal pembangunan sumber daya manusia sebagai aset terbesar. Orang desa harus berjuang sendiri untuk membangun desanya. Sebab, bantuan dari pemerintah pusat maupun dari pemerintah Kabupaten tidak pernah menyentuh pembangunan di desa. Entah berhenti dimana, dan dipegang siapa. Pembangunan infrastruktur di pedesaan sangatlah jauh dari apa yang diharapkan untuk bisa menaikkan taraf hidup masyarakat desa dan menggenjot perekonomian di pedesaan. Satu contoh kecil yang tidak bisa terbantahkan adalah masalah jalan, jalan merupakan sebuah instrument yang sangat vital dalam pembangunan baik di perkotaan maupun di pedesaan. Jalan menjadi sangat vital karena ketika jalan bagus maka masyarakat desa secara langsung dapat menjual atau mengirimkan hasil hutan mereka ke kota. Disini akan ada transaksi dan salah satu aspek perekonomian telah terpenuhi yaitu terjadinya transaksi, selain itu dengan bagusnya jalan maka mobilitas masyarakat desa akan tinggi dengan tingginya tingkat mobilitas masyarakat desa maka akan ikut menggenjot perekonomian pedesaan. Dengan bergeraknya seseorang keluar dari tempat tinggalnya (desanya) ia akan dapat menaikan pendapatan orang lain, sebagai contoh Ibu A dari kota AZ hendak pergi ke kota ZA, ketika ia berangkat dari rumah ia menggunakan angkutan umum sampai kota ZA. Sesampainya di kota ZA ia berbelanja dan kembali pulang ke kota AZ. Kita uraikan satu persatu, ketika ibu A berangkat ia menggunakan kendaraan umum, pasti ia bayar ongkos kan? Nah, dengan membayar ongkos tersebut ia telah menambah penghasilan Sang Sopir dan Sang Kondekturnya. Sang Sopir dan Sang Kondektur pun pasti akan menambah pendapatan orang lain yaitu

pedagang bensin di SPBU, Sang pemilik SPBU pun ikut menaikkan pendapatan oranglain yaitu karyawannya, Sopir Pengantar bensin, Pegawai di depo Pertamina, bahkan menambah pendapatan Negara dengan Pajak. Sesampainya di kota ZA Ibu A berbelanja, saat ibu ini berbelanja ia telah menambah penghasilan Pemilik Toko, Pelayan Toko, Distibutor (Agen) Produk-produk dan Produsen produk yang dibeli. Bayangkan perputaran uang dan pertambahan penghasilan yang didapat hanya dari satu orang desa yang berangkat ke kota. Apalagi seandainya lebih banyak lagi orang yang berangkat ke kota. Itulah kenapa peran jalan sangat vital dalam pembangunan. Saya pernah berbincang dengan salah seorang pegawai kelurahan di desa saya, saya bertanya kenapa ya pembangunan jalan ke desa kita tidak pernah terlaksana? Sudah beberapa periode pemerintahan masih sama, tidak ada perubahan. Beliau menjawab bahwa di desa kita tidak ada yang menonjol dan tidak ada yang bisa dijual ke Pemerintah Kabupaten. Alasan yang menurut saya sangat tidak fair, kenapa? Karena desa kami tidak ada yang menonjol karena memang infrastruktur kita masih sanagt minim, salah satunya jalan. Bagaimana kita mau menonjolkan desa kita jika sarananya saja tidak mendukung?. Desa kami cukup menonjol andai saja sarana dan prasaranya memadai. Kita bisa menonjolkan keindahan alam seperti: Air Terjun, Gua-Gua, Wisata Ekologi dan lain-lain. Cuma permasalahannya bagaimana orang mau berkunjung kalo akses jalan saja sangat sulit. Hal lain yang cukup vital dalam pembangunan pedesaan adalah penyediaan sarana dan prasarana untuk publik seperti sarana olahraga, dikebanyakan desa di daerah saya sedikit sekali desa yang memiliki sarana untuk berolahraga, seperti lapangan voli, lapangan sepak bola apalagi GOR. Kalau pun ada keadaannya sangat memprihatinkan atau seadanya. Keberadaan sarana seperti ini jelas sangat penting, selain untuk menjaga kebugaran biasanya sarana olahraga dimanfaatkan warga desa untuk bercengkrama dan berkumpul untuk mempererat tali persaudaraan dan solidaritas diantara mereka setelah mereka dari pagi bergelut dengan pekerjaan masing-masing. Hal lain yang sangat diperlukan bagi masyarakat desa adalah taman baca atau paling tidak perpustakaan keliling. Kenapa demikian? Ingat bahwa didesa semuanya sangat terbatas, baik informasi maupun sarana-sarana untuk mereka mendapat informasi tambahan. Paling-paling sarana yang ada hanya TV dan radio, kita tahu bahwa kebanyakan stasiun TV saat ini sedikit sekali yang bisa memberikan informasi yang akurat, acara-acara televis sekarang dibanjiri oleh acara-acara yang kurang edukatif seperti sinetron yang membuat orang desa jadi pengkhayal, acara-acara gossip yang membuat ibu-ibu di pedesaan malas bekerja dan seabreg acara lainnya yang sungguh tidak mendidik sama sekali. Jadi sarana seperti taman baca/ perpustakaan keliling menurut saya strategis untuk memberikan informasi tambahan, penambah pengetahuan bagi masyarakat desa, juga untuk merangsang minat baca masyarakat desa. Karena survey-survey yang ada menyatakan bahwa minat baca masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Pembangunan pedesaan selain masalah infrastruktur yang tak kalah penting adalah masalah sumber daya manusia (SDM). Sumber daya manusia merupakan aset yang sangat berharga dan sangat vital bagi setiap bangsa. Perusahaan-perusahaan dalam mencari calon karyawannya pasti akan mencari karyawan (sumber daya manusia) yang berkualitas. Salah satu syarat untuk menjadikan SDM berkualitas adalah mendapatkan Pendidikan dan Pelatihan untuk memperoleh keterampilan dan keahlian. Pendidikan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia masyarakat di pedesaan khususnya adalah sesuatu yang sangat mahal, kalimat ini tentu tidak salah. Realitanya memang seperti itu, pendidikan di Indonesia cukup Mahal. Meski saat ini sudah ada program Sekolah Gratis, namun hal itu tetap saja tidak menjadikan Sekolah itu benar-benar tidak berbayar. Sekolah gratis yang ada saat ini hanya sampai jenjang SMP/SLTP atau yang sederajat.

Jenjang pendidikan ini tentu saja masih kurang untuk memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas. Sedangkan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya biayanya selangit bagi mereka tinggal di desa melanjutkan pendidikan ke jenjang SMU/SMK sanagtlah mahal harganya, kenapa? Karena selain harus membiayai sekolah (iuran, praktikum, beli buku, seragam, study tour, dll) juga harus membiayai biaya kehidupan sehari-hari yang otomatis akan jauh lebih besar karena biasanya anak-anak mereka harus mengontrak rumah atau paling tidak nge-kost. Tentu biaya hidup akan jauh lebih tinggi di banding dengan pendapatan di desa yang tidak seberapa. Hal ini dikarenakan di desa-desa belum ada sekolah dengan jenjang yang lebih tinggi. Saya jadi teringat cerita orang-orang di kampung saya, pada tahun 80-an sampai awal tahun 90-an kebetulan di desa saya belum ada SMP/ SLTP, yang ada baru SD. Ketika mereka lulus dari SD dan hendak melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi yaitu SLTP/SMP mereka harus berjuang karena paa waktu itu di daerah kami belum mengenal dan belum ada yang namaya nge-kost atau pun kost-kotan. Selain ke desa kami belum ada listrik, jalan masih kecil, sepanjang jalan yang dilewati belum ada penduduk, jarak yang ditempuh lebih dari 10 kilo sehingga mereka harus berangkat dari rumah untuk mencapai sekolah sebelum subuh atau sekitar pukul 4.00, selain itu mereka pun harus melintasi sungai besar (Ciwulan) yang airnya sangat deras karena pada waktu itu belum ada jembatan, sebuah perjuangan yang luar biasa dan berat untuk mendapatkan sebuah pengajaran dan pendidikan. Setelah pada sekitar tahun 1992-an dibangun sebuah SLTP negeri di desa kami, peristiwa perjuangan seperti di atas tak terjadi lagi. Namun tetap jadi permasalahan ketika mereka hendak melanjutkan ke jenjang SLTA/ SMU. Ini tentu harus menjadi perhatian dari pemerintah dan menjadi prioritas bagi pemerintah. Bukankah anggaran pendidikan sudah naik 20% dari APBN? Memang benar desa di Indonesia tidak hanya satu. Namun paling tidak political will dari pemerintah akan bisa mewujudkan mimpi besar masayarakat desa untuk bisa mendapat pendidikan dan pengajaran, sehingga mereka memperoleh keterampilan supaya mereka menjadi manusia yang berkualitas. Serhingga mereka dapat meningkatkan taraf hidup mereka, dan memberikan andil dalam pembangunan. Selain pendidikan formal di desa-desa biasanya ada pendidikan in-formal yang diadakan atas inisiatif dari warga untuk menambah edukasi ataupun pengetahuan dari anak-anak mereka. Baik pendidikan keagamaan maupun pendidikan keterampilan lainnya. Pendidikan-pendidikan in-formal seperti ini jarang sekali mempeoleh perhatian apalagi pendidikan yang berbau agama, banyak orang beranggapan pendidikan agama memang penting namun bagi yang mengajarnya biarkan Tuhan yang memberrikan pahala atas jasa-jasanya dalam mendidik dan mengajarkan ilmu pada anak-anak mereka/ pada mereka sendiri. Ini memang tidak sepenuhnya salah, namun untuk saat ini kita harus realistis bahwa hidup kita/ para ulama/ustadz sekalipun tidak hanya mengandalkan pahala dari Tuhan. Bahwa mungkin mereka bekerja atas panggilan jiwa, itu hal lain. Ulama, ustadz, kyai juga punya hidup, punya keluarga, mereka butuh makan, butuh sandang dan memiliki kebutuhan lain yang sama dengan manusia lainnya. Memang benar kita tidak benarkan menjual ayat (dalil-dalil) untuk kebutuhan hidup, namun saat ini kita harus realistis. Minggu lalu saat saya kebetulan pulang kampung, saya berbincang dengan salah seorang Pengurus DKM (Pengurus Mesjid). Saya menanyakan tentang perkembangan Madrasah Diniyah di kampung saya, jawabannya sungguh menyedihkan dan menghenyakan saya.

Saat ini di Madrasah Diniyah kampung kami ada 100 lebih siswa, dengan pengajar ada 3 orang. Pengajar ini bukanlah Pegawai Negeri, status yang selalu membuat orang tua di kampung saya bangga, mereka petani biasa. Hidup mereka hanya dari hasil bertani itu. Setiap bulan menurut kesepakatan antara orang tua murid dengan tokoh masyarakat setiap siswa akan dipungut biaya sebesar Rp. 2.500;. Selain untuk menggaji guru ngaji juga untuk biaya operasional, seperti membeli kapur tulis (karena di Madrasah Diniyyah kampung saya papan tulisnya masih pakai black-board), memperbaiki bangku-bangku yang sudah rusak, juga untuk keperluan lainnya. Seharusnya setiap bulan jika semua siswa membayar iuran bulanan sebesar Rp. 2.500; persiswa maka dari 100 siswa, setiap bulan akan terkumpul uang sebesar Rp. 250.000;. ini tentu jumlah yang sangat sedikit jika dibagi-bagi untuk gaji, beli kapur tulis dan keperluan lain. Mirisnya setiap bulan Madrasah Diniyyah hanya mendapat pendapatan dari iuran rata-rata perbulan sebesar Rp. 40.000; ini berarti tiap bulan hanya sebanyak 16 orang siswa saja yang mampu membayar iuran tersebut. Satu realita kemiskinan di pedesaan yang memang nyata, dan tidak bisa disangkal. Maksud saya disini, betapa menyedihkannya nasib dunia pendidikan kita. Kita sebenarnya masih beruntung memiliki orang-orang yang mau berjuang demi pendidikan. Mereka inilah yang pantas disebut pahlawan. Ingat bahwa untuk meningkatkan taraf hidup kita perlu pendidikan yang layak supaya kita memiliki keterampilan dan kemampuan yang mumpuni. Sedangkan untuk mendapatkan pendiikan tersebut sudah pasti bahwa kita memerlukan biaya, dari sini kita tahu bahwa keduanya merupakan rantai yang tidak diputus. Kenyataan yang ada bahwa banyak orang-orang yang memiliki otak yang encer (pintar), harus terhenti pendidikannya karena alas an materi atau biaya tersebut. Satu hal lagi yang tak kalah penting dibandingkan dengan Infrastruktur dan Pendidikan adalah Sektor Kesehatan, Sarana kesehatan bagi masyarakat di pedesaan selama ini masih sekedar wacana dan mimpi. Sarana yang diberikan pemerintah sangatlah kurang, bahkan bisa dikatakan tidaak ada. Di desa saya sampai saat ini belum ada 1 pun Puskesmas ataupun Puskesmas pembantu, jika warga ada yang sakit ya harus beli eceran yang dijual oleh seseorang, jelas ini menyalahi aturan sebab obat-obatan seperti itu selayaknya didapat dengan menggunakan resep dokter. Sektor keseshatan merupakan salah satu sektor yang sangat krusial bagi pembangunan masyarakat desa, karena pada dasarnya kesehatan adalah modal awal bagi tiap-tiap individu untuk bisa beraktivitas dan menjalankan kegiatan-kegiatan lainnya. Inti dari semua tulisan saya adalah bahwa pembangunan dipedesaan perlu ditekankan pada dua hal yaitu pembangunan infrastruktur dan pembangunan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat desa serta pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas adalah dengan meningkatkan taraf kesehatannya. Tentunya pembangunan diantara tiga aspek tersebut harus seimbang dan sejalan, agar tidak ada ketimpangan. Pembangunan ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata, namun tanggung jawab kita sebagai generasi muda, tanggung jawab putra daerah untuk memajukan kampung halamannya, tanggung jawab anak bangsa untuk membangun negeri. Diperlukan sinergi yang baik antara pemerintah pusat dan pemerintah di desa agar pembangunan yang akan dilakukan tepat sasaran dan tidak sia-sia belaka.

Menjadi tanggung jawab masayarakat untuk memeliharanya ketika pembangunan itu sudah dilakukan. Partisipasi masyarakat sangat penting dalam pembangunan masyarakat desa, baik dalam segi pendidikan maupun infrastruktur. Dari itu, mari kita tingkatkan partisipasi kita dalam pembangunan, baik melalui pemikiran (asal jangan omdo), tenaga, maupun secara financial. Semoga BermanfaatTeori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto

Aufies scripts 1

TEORI PEMBANGUNAN MASYARAKAT

TEORI ungkapan mengenai hubungan kausal (sebab akibat) yang logis diantara berbagai gejala/perubahan (variabel) dalam bidang tertentu (ex. Pembangunan) sehingga teori dapat digunakan sebagai kerangka berfikir (frame of thinking) dalam memahami serta menanggapi permasalahan yang timbul dalam bidang tertentu (ex. Pembangunan) Teori dapat dianggap batal/gagal karena tidak terbukti/teruji kebenarannya Ex. Teori Darwin manusia beasal dari manusia sejenis kera yang mengalami evolusi menjadi manusia modern Agamaukuran kebenarannya berdasarkan keyakinan Science ukuran kebenarnnya berdasarkan empiris (ada bukti/nyata) dan logis (masuk akal) STRATEGI: rangkaian kebijakan dan pelaksanaan dalam rangka mencapai tujuan/memecahkan persoalan tertentu (ex. Kemiskinan) VARIABEL: konsep yang mempunyai variasi nilai1st meet ** R. A9 Sabtu, 15 April 2006

Agama/KeyakinanAufies scripts 2

X Science/Empiris & logis

Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto

Hubungan Teori & Strategi Ex. Ex. Spidol konsep manakala menjadi manfaat spidol: untuk menulis etc. menjadi variabel Pendidikan manakala menjadi jenis pendidikan: formal, nonformal, informal pendapatan menjadi variabel Tingkat Keterbatasan Kemiskinan

di Pedesaan IDT, Raskin, JPS, Kompensasi Keterbatasan modal Keterbatasan keterampilan variabel Teori =konsep= strategi Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 3 PENGERTIAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT Menurut PBB: Pembangunan Masyarakat/Pembangunan Komunitas adalah suatu proses melalui usaha dan prakarsa masyarakat sendiri maupun kegiatan pemerintahan dalam rangka memperbaiki kondisi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan Masyarakat Desa = Rural Community Development Komunitas / community = masyarakat yang berada dalam batasbatas wilayah tertentu Menurut Sanders, PM dapat dipandang pada: 1. Proses 2. Program, ext. Raskin, BLT 3. Gerakan, ex. KB untuk pembatasan kalahiran 4. Metode Menurut Jim Ife: Enam Dimensi PM PM dari aspek spiritual ex. Program kerja KKN dengan mengadakan pengajian di lokasi KKN PM dari aspek lingkungan ex. Penanaman pohon dalam lingkup RW,

kerja bakti pembersihan lingk. etc. 2nd meet ** R. A9 Sabtu, 22 April 2006 SOSIAL POLITIK LINGK. BUDAYA SPIRITUAL EKONOMI PEMB. MASY. Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 4 Fokus Perhatian Pembangunan Masyarakat Menurut Soetomo: PM adalah proses perubahan yang bersifat multi dimensi menuju kondisi semakin terwujudnya hubungan yang serasi antara NEEDS and RESOURCES melalui pengembangan kapasitas masyarakat untuk membangun. Ex. Daerah Kasongan mempunyai sumber daya berupa tanah liat, sedangkan di masyarakat dibuthkan produk gerabah. Berarti dalam hal ini terjadilah pembangunan masyarakat dari produksi tanah liat (gerabah) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Fokus perhatian PM masyarakat Terfokus pada aspek ekonomi yakni meningkatkan pendapatan, mengentaskan kemiskinan, meningkatkan produksi Terfokus pada aspek masyarakat yakni mengelola, membina,

melayani masyarakat COMMUNITY BASED DEVELOPMENT Kebutuhan Sumberdaya Pemb. Masy. pembangunan Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 5 Awal tahun 1951 PM dimaknai sebagai pendidikan, karena dengan pendidikan diharapkan dapat terwujudnya pembangunan bagi masyarakat. Proses PM: 1. Rendahnya modal finansial 2. Minimnya sarana infrastruktur (jalan, sarana transport) 3. Rendahnya kesadaran masyarakat (kedisiplinan kurang) 4. Rendahnya kualitas SDM 5. Rendahnya komunikasi, informasi dan koordinasi 6. Berkurangnya tokoh panutan (tokoh masyarakat) Keberhasilan pembangunan dapat diukur dari: 1. Terberantasnya pengangguran 2. Terberantasnya kemiskinan Bank Dunia memberikan ukuran pendapatan minimal $2 per hari per kepala 3. Pemerataan pembangunan dan hasilhasilnya Bacaan tambahan: Kompas 12 November 2001: Tabel Utang Luar Negeri Kompas 20 Feberuari 2005: mengenai Multinational Corporation Republik Kapling Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto

Aufies scripts 6 Pengertian Pembangunan: Pembangunan adalah proses perubahan dari suatu kondisi tertentu ke kondisi yang lebih baik Tetapi tidak setiap perubahan dapat disebut pembangunan Maka diagram yang benar adalah: Penjelasan: Perubahan Jadi: Perubahan Pembangun an Pembangunan Perubahan OA PB Dari kondisi tertentu ke kondisi yang lebih baik atau ke arah positif disebut PEMBANGUNAN Dari kondisi tertentu ke kondisi tidak baik atau ke arah negatif disebut PERUSAKAN, BENCANA, dll. + Perubahan +Perubahan + Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 7 5 Prinsip PM: 1. PM merupakan proses perubahan yang disengaja dan terarah i 2. PM bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup warga masyarakat

individu - seluruh ex. Pendapatan warga dengan jumlah 100 orang 1 orang 22 jt/bln 2,2 jt/bln 99 orang 100 rb/bln 9,9 jt/bln 75,9 jt/bln Pendapatan rata-rata= 75,9 jt : 100 warga = 7,5 jt/bln. ini merupakan perhitungan secara global /gebyah uyah tidak relevan 3. PM mengutamakan pendayagunaan potensi dan sumbersumber setempat 4. PM mengutamkan kreativitas dan inisiatif masyarakat 5. PM mengutamakan partisipasi masyarakat VISI impian MISSION aksi impian tidak sama/berbeda dengan impian vision without mission is a dream Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 8 TEORI PEMBANGUNAN 1. Teori Modernisasi 2. Teroi Ketergantungan 3. Teori Pasca Ketergantungan 4. Teori Alternatif Teori Modernisasi sebuah negara mengakui bahwa negara berjalan secara linear dari tradisional menuju kearah modernisasi ex. Sekarang RPJM & PPJP Tetapi, ada suatu negara yang arahnya seperti di bawah ini: ex. tradisional APBN

Repelita (5thn) 1969-1994 PJP 1994-1998/Orde Reformasi tradisional 3rd meet ** R. A9 Minggu, 21 Mei 2006 Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 9 Teori Ketergantungan meyakini bahwa sebuah negar tidak akan lepas dari negar lain Teori Pasca Ketergantungan negara yang kecil dimungkinkan lepas dari negara adidaya melejit sendiri Teori Alternatif berharap negara-negara yang selama ini salaing berkompetisi dalam hal persenjataan bergerak ma seakanakan tidak ada perang Contoh-Contoh Teori Modernisasi 1. Harrod Domar menekankan aspek ekonomi = Teori TABUNGAN & INVESTASI menekankan bahwa pembangunan masyarakat hanya merupakan masalah penyediaan modal dan investasi Pembangunan tidak lain adalah investasi/invest/penanaman modal. Pembangunan Investasi Produksi Income Kesejateraan Tabungan Utang LN Investor

Masyarakat Negara Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 10 Keterangan: Dengan investasi maka menghasilkan produksi Untuk bisa berproduksi diperlukan tenaga kerja Dengan adanya produksi maka ada income/pendapatan Income untuk tenaga kerja dan negara dalam bentuk pajak Karena ada income maka ada kesejahteraan Baca: Sragen Birokrasi Lembaga PMA penanaman modal asing PMDN Penanaman modal dalam negeri Pasca reformasi krisisterjadi capital flight Capital Flightlarinya modal ke luar negeri. Modal tidak ditanamkan di Indoneisa tetapi di luar negeri Disebabkan beberapa masalah: - Buruh banyak buruh yang tidak dibutuhkan banyak buruh yang banyak tuntutan ex. SONY (Jepang) Maret 2004 hijrah ke Malaysia karena adanya permaslahan tersebut sehingga menjadi masalah bagi investor - Perijinan - Pungutan liar Sehingga untuk memecahkan persoalan keterbelakangan pada negara-negara dunia ketiga adalah dengan mencari tambahan modal dari dalam maupun luar melalui penanaman modal atau utang luar negeri.

Utang LN Indonesia dari 1969 s.d. 2001 dapat dlihat dalam Kompas 12 Nov 2001 hal. 8 Bahkan dalam rangka utang dibentuk konsorsium (Kompas, 9 Nov. 2001) Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 11 2. David McCleland menekankan aspek psikologi individu = DORONGAN BERPRESTASI = n-ACH = NEED FOR ACHIEVEMENT bagi McCleland mendorong proses pembangnan berarti membentuk manusia wiraswasta dengan nAch-nya yang tinggi. Ex. Yang duduk di kelas ini berorientasi untuk berprestasi Human capital theory: semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin tinggi tingkat pendapatan. Semakin tinggi tingkat pendapatan maka semakin tinggi keterampilan dan pengetahuan Dengan semakin tinggi keterampilan dan pengetahuan maka semakin tinggi tingkat produktivitas Dengan adanya keterampilan dan pengetahuan yang tinggi maka mendorong tingginya tingkat pendapatan Tk. Pendidikan Dalam data monografi dinding biasanya tingkat pendidikan non formal dan informal tidak ada karena sulit untuk pendataan. HUMAN CAPITAL THEORY Tk Pendidikan Tk Pendapatan

Tk keteramp. & penget. Tk produktivitas pendapatan tinggi Formal: SD, SMA, PT Non Formal: kursus jahit, masak, kIonmfoprumteasrl: nonton TV, baca koran, diskusi, pendidikan keluarga Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 12 Formal: ada aturan yang ketat/jenjang Nonformal: ex. pagi kursus rias, siang kursus jahit, malam kursus komputer, dsb. bisa dilakukan bareng, tidak harus menunggu satu kurus selesai sampai lulus dulu Informal: ex. belajar jahit sambil nonton TV Kalau manusia wiraswasta ini dapat dibentuk dalam jumlah yang banyak, proses pembangunan dalam masyarakat tersebut akan menjadi kenyataan. Ex. Norwegia memiliki banyak lahan pertambangan Penduduknya disekolahkan (belajar, mencari ilmu pengetahuan), setelah selesai baru menambang Kesimpulan: Cara pembentukannya adalah melalui pendidikan dan pelatihan individual misalnya ketika mereka ini masih anak-anak di lingkungan keluarga Investasi SDM Sekolah Bayar 6 jt Tamat

Berapa investasi yang diperoleh setelah lulus? Misal pertambahan 500 rb/th 1 th = 500 rb x 12 bl = 6 jt balik modal Tahun berikutnya dapat menikmati hasilnya Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 13 SDM ----------------- SDA Lebih penting SDM ex. Singapura tidak punya tambang minyak, tetapi bisa mengolah minyak kemudian dijual jadi mahal. Tasbih Tulungagung dibawa ke Singapura diganti made in Singapore, kemudian dijual di Saudi Arabia, jadi mahal 3. Max Weber = ETIKA PROTESTAN teori Weber tentang peran agama dalam pembentukan kapitalisme merupakan sumber aliran ini. Apabila nilai-nilai yang hisup dalam masyarakat (agama) dapat diarahkan kepada sikap yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi maka proses pembangunan dalam mayarakat tersebut dapat terlaksana. Etika Protestan lahir di Eropa melalui agama Protestan oleh Calvin, mengatakan bahwa seseorang setelah mati akan masuk surga atau neraka. Tetapi manusia tidak mengetahui sehingga mereka menjadi tidak tenang, cemas karena ketidakjelasan nasibnya. Indikatornya dapat dilihat pada saat hidup di dunia: jika seseorang sukses/berhasil di dunia tanda-tanda masuk surga

jika seseorang gagal di dunia tandatanda masuk neraka Dengan indikator tersebut maka pengikutnya belajar/berjuang untuk mencapai indikator masuk surga. Agama + Ekonomi = Pembangunan Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 14 4. Rostow = LIMA TAHAP PEMBANGUNAN proses pembangunan bergerak dalam sebuah garis lurus yakni masyarakat yang terbelakang ke masyarakat yang maju. Lima tahap pembangunan: 1. Masyarakat Tradisional 2. Prakondisi untuk Lepas Landas 3. Lepas Landas 4. Bergerak ke Kedewasaan 5. Jaman Konsumsi Masal yang Tinggi 5. Bert F. Hoselitz = FAKTOR-FAKTOR NON EKONOMI membahas faktor-faktor non ekonomi yang ditinggalkan Rostow yang disebut sebagai Faktor Kondisi Lingkungan yang dapat dicari dalam masyarakat ex. keterampilan tertentu menekankan adanya lembaga-lembaga sosial dan politik yang mendukung proses pembangunan sebelum lepas landas 6. Alex Inkeles & David H. Smith = MANUSIA MODERN menekankan lingkungan material, dalam hal ini lingkungan pekerjaan sebagai salah satu cara terbaik untuk membentuk manusia modern yang bisa membangun. Petani subsistem:

orientasi keamanan pangan keluarga yg ditanam adl padi Petani komersial orientasi pasar yang ditanam adl yg sdg tren sekarang ini agraris modern transisi Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 15 BEBERAPA MODEL PEMBANGUNAN 1. Model Pembangunan yang Berorientasi pada Pertumbuhan ECONOMIC GROWTH yakni kenaikan pendapatan nasional dalam jangka waktu misal per tahun. Tingkat pertumbuhan ekonomi mempengaruhi penyerapan Tenaga Kerja. Oleh karena itu, proses pembangunan menjadi terpusat pada produksi, antara lain melalui: a. akumulasi modal termasuk semua investasi baru dalam bentuk tanah, peralatan fisik dan SDM b. peningkatan tenaga kerja baik secara kuantitas maupun kualitas c. kemajuan teknologi yakni cara baru untuk menggantikan pekerjaan-pekarjaan yang bersifat tradisional 2. Model Pembangunan Kebutuhan Dasar/Kesejateraan BASIC NEEDS Lahir dari prakarsa Gunnar Myrdall Model ini mencoba memecahkan masalah kemiskinan secara langsung dengan memenuhi segala kebutuhan dasar

masyarakat khususnya masyarkat miskin misal dengan memenuhi kebuthan sandang, pangan, perumahan, serta akses terhadap pelayanan publik seperti pendidikan, kesehatan, air bersih, transportasi, dll. Perumahan ex. KPR BTN Pendidikan ex. Wajib belajar 9 tahun SD Inpres(imbas dari top Down) Kesehatanex. Puskesmas Subsidi pemerintah Disisni peran pemerintah seperti SINTERKLAS Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 16 Kelebihan: target terpenuhi target segera tercapai memecahkan masalah tanpa masalah Kelemahan: pemerintah harus banyak uang masyarakat menjadi manja, tergantung, tidak mempunyai kreativitas ex. Menunggu bantuan 3. Model Pembangunan yang Berpusat pada Manusia PEOPLE CENTERED fokus sentral proses pembangunanadalah peningkatan perkembangan manusia dan kesejahteraan manusia, persamaan dan sustainability sehingga model ini berwawasan lebih jauh dari sekedar angka pertumbuhan GNP atau pengadaan pelayanan sosial. Ex. Empowering/pemberdayaan Peranan pemerintah sebagai fasilitator

Peranan pemerintah dalam hal ini adalah menciptakan lingkungan sosial yang memungkinkan manusia untuk berkembang, yaitu lingkungan sosial yang mendorong perkembangan manusia dan aktualisasi potensi manusia secara lebih besar. Economic Growth trickle down effect: rembesan kemakmuran ke bawah Ex. Edi Tansil diberi privillage/fasilitas kredit atau keringanan pajak setelah mencapai kemakmuran diharapkan luberan/tetesan/rembesan kemakmuran sampai ke bawah. (tetapi yang terjadi adalah investment flight) Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 17 With Redistribution pemrt. Soehartopengusaha dikumpulkan 2% pendapatan dimasukkan Yayasan Kesejahteraan Mandiri dalam bentuk Takesra/Kukesra Di negara maju redistribusi melalui pajak progresive yang didistribusikan dalam bentuk santunan untuk masyarakat miskin. Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 18 PERBEDAAN 3 model: Karakteristik Strategi Economic Growth

Basic Needs People Centered Fokus Industri Pelayanan Public Service Manusia Empowering Nilai Berpusat pada industri Berkiblat pada manusia Berpusat pada manusia Indikator Ekonomi makro (pertumb.nya brp %) Indikator sosial Hub. manusia dg sumber daya Peran Pemerintah Entrepreneur Service provider Enabler/Facilitator Sumber Utama Modal (tab. masyarakat) Kemampuan administratif & anggaran Kreativitas & komitmen Kendala Konsentrai & marginalisasi konsentrasi pada fasilitas beberapa konglomerat

dehumanisai: tidak memanusiakan manusia Keterbatasan anggaran & inkompetensi aparat Struktur & prosedure yg mendukung Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 19 UKURAN KEBERHASILAN PEMBANGUNAN (Dudley Seers) 1. Berkurangnya Kemiskinan Miskin (Sayogyo): kemiskinan diukur dari jumlah pendapatan setara dengan beras paling miskin bila pendapatan perkapita pertahun setara beras < 240 kg miskin sekali bila pendapatan perkapita pertahun setara beras = 240 360 kg miskin bila pendapatan perkapita pertahun setara beras : < 480 kg ex. 480 kg X 5.000,- = 2.400.000,-/th per kepala ex. Pendapatan per bulan 175.000,Harga beras 3.500 Miskin atau tidak? 175.000 : 3.500 = 50 kg./bulan 50 kg X 12 bln. = 600 kg./th Jawab tidak miskin 2. Berkurangnya Pengangguran 3. Berkurangnya Ketimpangan Teori Pembangunan Masyarakat

Dosen: Suharyanto Aufies scripts 20 KONGLOMERASI agregrat dalam tanah konglomerat tetapi group ex. Jakob Utama pemilik kompas, setiap hari butuh kertas dibangun pabrik kertas perlu percetakan didirikan percetakan wartawannya kalau sedang meliput ke luar kota butuh penginapan dibangun Hotel Santika pemasaran terbitan Toko Buku Gramedia Dampak: (-) dari hulu sampai hilir dikuasau 1 orang (kekayaan diakumulasi oleh 1 orang) (+) merekrut tenaga kerja Ketimpangan: Antara Jakarta ======Jogja Antara Papua ======== Jakarta Dst. Keberhasilan pembangunan (Arief Budiman) Pertumbuhan ekonomi yang tinggi Pembangunan yang berhasil Berkesinambungan tidak ada kerusakan sosial tidak ada kerusakan alam Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 21 KCM, Senin, 14 Februari 2005 Republik Kapling Oleh Tamrin Amal Tomagola PARA nasionalis-fanatik Indonesia, khususnya mereka yang mengacu pada paham state nationalism, cenderung dengan mata mendelik mempertahankan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI

sebagai wujud final yang haram untuk ditawar, baik sebagai sekadar gagasan maupun dalam gerakan separatis secara damai, apalagi bersenjata. Sambil menabuh genderang perang terhadap setiap gerakan pemecah belah, khususnya para separatis dan aktivis LSM yang dinilai tidak nasionalis-almarhum Munir misalnya-mereka terus berilusi bahwa tubuh Ibu Pertiwi NKRI itu masih utuh. Maraknya pengaplingan Mereka cenderung menutup mata terhadap kenyataan yang telah mulai mengeras sejak masa Orde Baru bahwa sesungguhnya setiap jengkal dan petak bumi Nusantara ini telah dipecah-pecah dalam satuan kapling ekonomi-politik. Ukuran kapling-kapling itu bervariasi sesuai dengan skala modal yang ditanam dan jumlah upeti yang diselundupkan ke rekening pejabat negara dan daerah serta para anggota DPR pusat dan daerah. Bukit-bukit Timika untuk Freeport, Lhok Seumawe untuk Exon Mobil, beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan untuk Monsanto, BuyatMinahasa dan Sumbawa untuk Newmont International, Teluk Bintun di Papua Barat untuk British Petroleum, Kalimantan Timur untuk PT Kaltim Prima Coal, hutan Papua untuk sejumlah jenderal pensiunan. Bahkan, Pulau Dewata kebanggaan Indonesia di Bali nyaris menjadi negara bagian ke-9 Australia. Semakin banyak usaha ekonomi-kesenian skala menengah dan besar di Bali dan Jepara, Jawa Tengah, berpindah tangan ke pemodal asing. Satu-satunya Taman Burung di Bali pun berada di tangan pemodal asing. Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 22 Tidak hanya tubuh Ibu Pertiwi yang sudah centang-perenang dikapling,

birokrasi negara-sipil dan militer-baik pada tingkat nasional dan daerah sudah lama tercabik-cabik dikapling-kapling oleh berbagai satuan mafia birokrat dengan sistem sel berjenjang yang rumit merata di seluruh Nusantara tanpa kecuali. Bila Direktorat Jenderal Pajak, Bea dan Cukai, serta Ditjen Anggaran Depkeu belum telanjur diduduki oleh satuan-satuan tikus berseragam, kita masih dapat berharap bahwa pajak yang dibayar oleh perusahaan asing maupun nasional masih dapat diselamatkan dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemaslahatan rakyat. Bila di departemen yang dulu bernama Pekerjaan Umum (PU) juga sunyi dari pemalak-pemalak berseragam, maka kita masih dapat berharap bahwa jalan-jalan tidak berlubang-lubang. Bila di Departemen Perhubungan tidak terjadi pengaplingan proyek, maka kita tentu saja layak bermimpi punya pelabuhan-pelabuhan-darat, laut, udara, dan sungai-yang mampu beroperasi lebih lama dari seumur jagung. Bila Departemen Pendidikan Nasional mampu menghentikan lagu lama Love Me Tender tentu saja anak-anak dapat diselamatkan dari kebingungan gonta-ganti buku pelajaran dan pemaksaan ujian nasional yang beruang 45 miliar rupiah Dan yang paling tragis adalah Departemen Sosial dengan seluruh jajarannya di daerah-daerah di mana dana pengungsi bermiliar rupiah ludes tanpa dapat dilacak. Di wilayah konflik dan bencana malah danadana itu dipakai untuk tim sukses meraih suatu jabatan tertentu seperti yang dilaporkan Sdr Arianto Sangaji dalam tulisannya berjudul "Proyek Kekerasan di Sulawesi Tengah" (Kompas, 14/12/2004). Begitu haus dan rakusnya para pejabat sipil adigang-adigung ini melahap semua lahanlahan finansial ini sampai-sampai lapangan parkir, termasuk di kampuskampus (sic!) telah dikapling-kapling.

Aparat penegak hukum dan keamanan juga tidak mau ketinggalan dalam pesta nasional mengkapling-kapling bumi pertiwi dan birokrasi negara serta daerah. Setiap perempatan jalan dan tempat-tempat hiburan di kotakota serta pangkalan ojek secara teratur mempersembahkan upeti dalam jumlah berkali-kali lipat gaji seorang kepala polres. Suatu perkara dapat ditelantarkan bertahun-tahun tanpa kabar (kasus pembobolan BNI misalnya) bila ada intervensi kekuasaan uang atau politik-administratif. Lembaga Kejaksaan, menurut seorang pengamat kepolisian, malah jauh lebih parah dalam memeras para tersangka. Porsi upeti sebanding dengan Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 23 luasnya kapling otoritas jaksa tertentu. Para hakim juga setali tiga uang dengan rekan-rekan mereka di Kejaksaan. Beberapa faksi militer menjadi pelindung dan bahkan pelaku dalam illegal logging, pencurian ikan laut, perkebunan, dan perdagangan ganja. Keamanan menjadi komoditas yang dapat direkayasa sedemikian rupa sehingga para aparat keamanan selalu tampil sebagai pahlawan pengawal dan pembela NKRI dan penjamin keamanan rakyat. Dalam kenyataannya, mereka lebih sibuk menjaga keamanan kapling-kapling satuan kepentingan, baik finansial maupun promosi kenaikan pangkat mereka sendiri. Negara semakin impoten Keadaan NKRI yang sudah sedemikian dikeroposi dan digembosi dari dalam oleh aparat birokrasinya sendiri nyaris memustahilkan efektifnya pelaksanaan setiap kebijakan maupun perangkat perundang-undangan yang ada. Bagaimana bisa suatu kebijakan nasional ditegakkan bila daftar isi dokumen kebijakan (Propenas misalnya) juga sudah dikapling-kapling.

Bab sekian untuk departemen A. Subbab sekian sampai sekian untuk Ditjen A1, sedangkan subbab sisanya untuk Ditjen A2 dan A3. Adalah menarik menyaksikan bagaimana para wakil setiap bagian dari birokrasi itu berdebat berjam-jam tentang penggunaan istilah tertentu. Ternyata tiap istilah yang digunakan punya implikasi di bagian mana sebuah proyek berikut dananya akan dialokasikan. Belum lagi bila bagian birokrasi tertentu harus berhadapan baik dengan aparat Ditjen Anggaran, Depkeu, maupun Bappenas dalam suatu dagang sapi proyek yang sangat merendahkan martabat bangsa. Pengeroposan negara ini dari dalam tubuh birokrasinya sendiri adalah sebab utama dan pertama mengapa gontaganti presiden lima kali dalam enam tahun terakhir tidak membawa perubahan apa-apa dibandingkan dengan Thailand yang satu kali pergantian perdana menteri telah banyak mengubah nasib rakyat kecilnya (The Economist, 5/2/2005). Sebab kedua semakin impotennya negara adalah semakin berjalinkelindannya keterkaitan berbagai masalah nasional dengan setumpuk faktor-faktor penyebab yang berada di lingkup tataran regional bahkan global. Masalah-masalah utama dan mendasar, seperti masalah perdagangan narkoba, perdagangan teknologi radioaktif dan nuklir, kerusakan lingkungan, perdagangan senjata, perdagangan anak dan Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 24 perempuan, tenaga kerja tak berdokumen, pencucian uang, dan terorisme semakin mustahil diselesaikan secara sendirisendiri oleh tiap negara. Diperlukan sistem dan mekanisme regional seperti ASEAN dan sejenisnya untuk menangani hal-hal tersebut di atas. Otoritas dan wewenang bahkan

kedaulatan suatu negara nyaris menjadi klaimklaim usang yang perlu ditinjau kembali secara komprehensif. Faktor ketiga yang semakin membuat kemampuan negara menangani masalah mendekati titik nadir ini adalah gencarnya proses desentralisasi sebagai dampak bawaan yang tak terhindarkan dari tuntutan demokratisasi. Daerah-daerah otonom semakin asertif menarik garis batas

pembagian kekuasaan politik-administratif serta anggaran antara pusat dan daerah. Hal ini diperparah dengan semakin merajalelanya keserakahan aparat birokrasi berwatak Orde Baru yang mulai mengkapling-kapling berbagai lahan dana anggaran potensial. Lebih jauh, beberapa pemerintah kota besar dan menengah malah mulai merintis kerja sama regional dan internasional dengan melangkahi pemerintah nasional. Hasil akhir dari gempuran tiga faktor pelemah negara-bangsa ini adalah pada satu pihak pemerintah pusat tidak mampu menangani masalahmasalah yang berdimensi regional-terkini, TKI tak berdokumen di Malaysia-di lain pihak pemerintah pusat juga tidak berdaya memberikan pelayanan dasar dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Alhasil, seperti dirumuskan oleh Manuel Castells dalam karyanya The Power of Identity (1997:273): "national governments in the Information Age are too small to handle global forces, yet too big to manage peoples lives". Tamrin Amal Tomagola Sosiolog http://www.kompas.co.id/kompascetak/0502/14/opini/1553516.htm Download: Kamis, 8 Juni 2006 Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts

25

dia akan menjalani kehidupannya dengan berjalan diatasnya. Cara kita meyakini kehidupan akan berimbas ke pola pikir kita. Pola pikir akan mempengaruhi tindakan, dan tindakan akan menghasilkan nasib.

Apa Arti Kehidupan Sebenarnya? Hidup Adalah Permainan. Jadilah Pemain Kehidupan.Written by Fikri Rasyid

Sekarang, bagaimana kita sebagai orang beriman seharusnya memandang kehidupan? Terjemahan Q.S. Al Hadid ( 57 ) Ayat 20 : Ketahuilah, sesungguhanya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam tanamannya mengagumkan para petani; kemudian ( tanaman ) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu. Note that : hidup adalah permainan. Waw, apakah ini berarti yang kita lakukan selagi hidup ini adalah bermain dan bersenang senang? Pahami konteks keseluruhan tersebut. Pemahaman yang coba di ajarkan Tuhan melalui (terjemahan) wahyu ini adalah bahwa hidup adalah sebuah permainan yang jangka waktunya pendek, maka dari itu kita harus menjadi pemain dari permainan kehidupan, bukannya main main dalam kehidupan. Maksudnya? Pemain adalah mereka yang memainkan permainan dengan serius. Cermati contoh ini : pemain sepak bola. artinya? Mereka yang bermain sepak bola yang serius mengikuti permainan sepak bola dan mematuhi peraturan peraturannya. Sekarang perhatikan mereka yang menjadikan dirinya pemain sepak bola yang sungguh sungguh : contoh, Kaka. Apa yang Tuhan berikan kepada Kaka yang menjadikan dirinya pemain sepak bola? kehidupan yang luar biasa, penghasilan yang melimpah, popularitas, jutaan penggemar, dll.

Life is a Game by Monteakm2008 (Busy) Coba tanya diri anda masing masing. Apa arti hidup menurut anda? Hidup adalah . . Coba isi titik titik yang tersedia setelah kata adalah. Pertanyaan ini sederhana, namun saya yakin isinya pasti beragam. Bisa jadi hidup adalah perjuangan, atau hidup adalah tantangan, atau hidup adalah perjalanan, dll. Jawaban dari pertanyaan tadi bisa jadi beragam, namun ada satu hal yang perlu diperhatikan : Jawaban dari pertanyaan tersebut mencerminkan keyakinan anda atas kehidupan. Orang yang meyakini bahwa hidup adalah perjuangan akan melihat bahwa hidup adalah sebuah perjuangan yang harus di perjuangkan. Maka dari itu, hari hari dalam hidupnya akan dijalani dengan berjuang. Sedangkan orang yang meyakini bahwa hidup adalah tantangan, akan melihat bahwa hidup yang dijalaninya adalah tantangan yang harus di pecahkan. Dia akan menjalani kehidupannya dengan memecahkan tantangan. Orang yang meyakini bahwa hidup adalah perjalanan akan melihat bahwa hidup adalah sebuah perjalanan panjang yang harus dicapai tujuannya. Maka dari itu

Itu baru menjadikan diri sebagai pemain sepak bola yang notabene dibatasi oleh 45menit X 2 dalam lapangan rumput persegi dan bola bundar. Bisa bayangkan apa yang akan Tuhan berikan jika anda menjadi pemain dari permainan besar kehidupan? Menjadikan diri anda seorang manusia profesional yang mengikuti peraturan dunia dan bermain / menjalani kehidupan dengan serius?

"Tidak sama orang yang hidup dengan orang yang sudah mati. Sesungguhnya Allah SWT mendengar orang yang dikehendaki-Nya, sedangkan kamu tidak bisa menjadikan orang-orang yang di dalam kubur bisa mendengar," (QS Al-Fathir 22). Maksud ayat ini menjelaskan Nabi Muhammad tidak bisa memberi petunjuk kepada orang-orang musyrikin yang telah mati hatinya. Dua ayat ini memberikan perbandingan yang terbalik, di satu sisi orang yang telah mati dianggap masih hidup, dan di sisi lain orang yang masih hidup dianggap telah mati. Lalu apa hakikat makna hidup menurut Islam? Seorang filusuf Yunani Descartes pernah mendefinisikan, manusia ada dan dinyatakan hidup di dunia bila ia melakukan aktivitas berpikir. Kemudian Karl Marx menyatakan, manusia ada dan dinyatakan hidup jika manusia mampu berusaha untuk mengendalikan alam dalam rangka mempertahankan hidupnya. Sedangkan Islam menjelaskan manusia ada dan dianggap hidup jika ia telah melakukan aktivitas "jihad" seperti yang telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam Q.S. Ali Imron: 169 di atas. Tentu saja jihad dalam pengertian yang sangat luas. Jihad dalam pengertian bukan hanya sebatas mengangkat senjata dalam peperangan saja, tetapi jihad dalam konteks berusaha mengisi hidup dengan karya dan kerja nyata. Jihad dalam arti berusaha memaksimalkan potensi diri agar hidup ini berarti dan bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat, dan bangsa. Misalnya, seseorang yang berusaha mencari dan menemukan energi alternatif ketika orang sedang kesulitan BBM itu juga sudah dipandang jihad karena ia telah mampu memberikan manfaat kepada orang lain. Seseorang yang keluar dari sifat malas, kemudian bekerja untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, itu juga termasuk jihad karena ia telah mampu mengalahkan hawa nafsunya sendiri, dan bukankah ini jihad yang paling besar karena Rasulullah sendiri menyatakan bahwa jihad yang paling akbar adalah melawan hawa nafsu sendiri. Hidup dalam pandangan Islam adalah kebermaknaan dalam kualitas secara berkesinambungan dari kehidupan dunia sampai akhirat, hidup yang penuh arti dan manfaat bagi lingkungan. Hidup seseorang dalam Islam diukur dengan seberapa besar ia melaksanakan kewajibankewajiban sebagai manusia hidup yang telah diatur

Makna Hidup Dalam Pandangan Islamoleh Marhaban Ya Ramadhan pada 20 Januari 2010 jam 2:23

HIDUP ini sebuah misteri dan penuh rahasia! Manusia memiliki keterbatasan dalam memahami makna hidup. Pada umumnya, manusia tidak mengetahui banyak hal tentang sesuatu, yang mereka ketahui hanyalah realitas yang nampak saja (Q.S 30: 6-7). Tidak ada seorang pun yang tahu berapa lama ia akan hidup, di mana ia akan mati, (Q.S 31: 34) dalam keadaan apa ia akan mati, dan dengan cara apa ia akan mati, sebagian manusia menyangka bahwa hidup ini hanya satu kali dan setelah itu mati ditelan bumi. Mereka meragukan dan tidak percaya bahwa mereka akan dibangkitkan kembali setelah mati (Q.S An-Naml: 67). Adapun mengenai kepercayaan adanya kehidupan setelah mati pandangannya sangat beragam tergantung pada agama dan kepercayaan yang dipeluk dan diyakini. Islam menjelaskan makna hidup yang hakiki melalui perbandingan dua ayat yang sangat kontras, seperti dicontohkan di dalam Alquran. Seorang yang telah mati menurut mata lahir kita, bahkan telah terkubur ribuan tahun, jasadnya telah habis dimakan cacing dan belatung lalu kembali menjadi tanah, namanya sudah hampir dilupakan orang. Tetapi yang mengherankan, Allah SWT memandangnya masih hidup dan mendapat rezeki di sisi-Nya serta melarang kepada kita menyebut mati kepada orang tersebut. Hal ini dapat kita lihat dalam (Q.S 3: 169). "Janganlah kalian menyangka orang-orang yang gugur di jalan Allah itu telah mati, bahkan mereka itu hidup dan mendapat rezeki di sisi Allah." Sebaliknya ada orang yang masih hidup menurut mata lahir kita, masih segar-bugar, masih bernapas, jantungnya masih berdetak, darahnya masih mengalir, matanya masih berkedip, tetapi justru Allah menganggapnya tidak ada dan telah mati, seperti disebutkan dalam firmannya

oleh Dienull Islam. Ada dan tiadanya seseorang dalam Islam ditakar dengan seberapa besar manfaat yang dirasakan oleh umat dengan kehadiran dirinya. Sebab Rasul pernah bersabda "Sebaik-baiknya manusia di antara kalian adalah yang paling banyak memberikan manfaat kepada orang lain. (Alhadis). Oleh karena itu, tiada dipandang berarti (dipandang hidup) ketika seseorang melupakan dan meninggalkan kewajiban-kewajiban yang telah diatur Islam. Dengan demikian, seorang muslim dituntut untuk senantiasa meningkatkan kualitas hidup sehingga eksistensinya bermakna dan bermanfaat di hadapan Allah SWT, yang pada akhirnya mencapai derajat Al-hayat Al-thoyyibah (hidup yang diliputi kebaikan). Untuk mencapai derajat tersebut maka setiap muslim diwajibkan beribadah, bekerja, berkarya berinovasi atau dengan kata lain beramal saleh. Sebab esensi hidup itu sendiri adalah bergerak (Al-Hayat) kehendak untuk mencipta (AlKhoolik), dorongan untuk memberi yang terbaik (Al-Wahhaab) serta semangat untuk menjawab tantangan zaman (Al-Waajid). Makna hidup yang dijabarkan Islam jauh lebih luas dan mendalam dari pada pengertian hidup yang dibeberkan Descartes dan Marx. Makna hidup dalam Islam bukan sekadar berpikir tentang realita, bukan sekadar berjuang untuk mempertahankan hidup, tetapi lebih dari itu memberikan pencerahan dan keyakinan bahwa. Hidup ini bukan sekali, tetapi hidup yang berkelanjutan, hidup yang melampaui batas usia manusia di bumi, hidup yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan sang Kholik. Setiap orang beriman harus meyakini bahwa setelah hidup di dunia ini ada kehidupan lain yang lebih baik, abadi dan lebih indah yaitu alam akhirat (Q.S. Adl-dluha: 4). Setiap muslim yang aktif melakukan kerja nyata (amal saleh), Allah menjanjikan kualitas hidup yang lebih baik seperti dalam firmannya "Barang siapa yang melakukan amal saleh baik laki-laki maupun wanita dalam keadaan ia beriman, maka pasti akan kami hidupkan ia dengan al-hayat al-thoyibah (hidup yang berkualitas tinggi)." (Q.S. 16: 97). Ayat tersebut dengan jelas sekali menyatakan hubungan amal saleh dengan kualitas hidup seseorang. Aktualisasi diri!

Salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah pengakuan dari komunitas manusia yang disebut masyarakat. Betapa menderitanya seseorang, sekalipun umpamanya ia seorang kaya raya, berkedudukan, mempunyai jabatan, namun masyarakat di sekitarnya tidak mengakui keberadaannya bahkan menganggapnya tidak ada, antara ada dan tiada dirinya tidak berpengaruh bagi masyarakat. Dan hal ini adalah sebuah fenomena yang terjadi pada masyarakat muslim. Terlebih rugi lagi jika keberadaan kita tidak diakui oleh Allah SWT, berarti alamat sebuah kemalangan yang akan menimpa. Ketika usia kita tidak menambah kebaikan terhadap amal-amal, ketika setiap amal perbuatan tidak menambah dekatnya diri dengan Sang Pencipta, berarti hidup kita sia-sia belaka. Allah menganggap kita sudah mati sekalipun kita masih hidup. Oleh karena itu, seorang muslim "diwajibkan" untuk mengaktualisasikan dirinya dalam segenap karya nyata (amal saleh) dalam kehidupan. "Sekali berarti, kemudian mati" begitulah sebaris puisi yang diungkapkan penyair terkenal Chairil Anwar. Walaupun ia meninggal dalam keadaan masih muda dan telah lama dikubur di pemakaman Karet Jakarta, tetapi nama dan karya-karyanya masih hidup sampai sekarang. Kalau Chairil Anwar telah "berjihad" selama hidupnya di bidang sastra. Bagaimana dengan kita? Mari berjihad dengan amal saleh di bidang-bidang yang lain. Agar kita dipandang hidup oleh Alla Kondisi senantiasa bahagia dalam situasi apa pun, inilah. yang senantiasa dikejar oleh manusia. Manusia ingin hidup bahagia. Hidup tenang, tenteram, damai, dan sejahtera. Sebagian orang mengejar kebahagiaan dengan bekerja keras untuk menghimpun harta. Dia menyangka bahwa pada harta yang berlimpah itu terdapat kebahagaiaan. Ada yang mengejar kebahagiaan pada tahta, pada kekuasaan. Beragam cara dia lakukan untuk merebut kekuasaan. Sehab menurtnya kekuasaan identik dengan kebahagiaan dan kenikmatan dalam kehidupan. Dengan kekuasaan sesrorang dapat berbuat banyak. Orang sakit menyangka, bahagia terletak pada kesehatan. Orang miskin menyangka, bahagia terletak pada harta kekayaan. Rakyat jelata menyangka kebahagiaan terletak pada kekuasaan. Dan sangkaan-sangkaan lain.

Lantas apakah (sa'adah/happiness)?

yang

disebut"bahagia'

Selama ribuan tahun, para pemikir telah sibuk membincangkan tentang kebahagiaan. Kebahagiaan adalah sesuatu yang ada di luar manusia, dan bersitat kondisional. Kebahagiaan bersifat sangat temporal. Jika dia sedang berjaya, maka di situ ada kebahagiaan. Jika sedang jatuh, maka hilanglah kebahagiaan. Maka. menurut pandangan ini tidak ada kebahagiaan yang abadi dalam jiwa manusia. Kebahagiaan itu sifatnya sesaat, tergantung kondisi eksternal manusia. Inilah gambaran kondisi kejiwaan masyarakat Barat sebagai: "Mereka senantiasa dalam keadaan mencari dan mengejar kebahagiaan, tanpa merasa puas dan menetap dalam suatu keadaan. Islam menyatakan bahwa "Kesejahteraan' dan "kebahagiaan" itu bukan merujuk kepada sifat badani dan jasmani insan, bukan