Pembangunan Desa Sadar Hukum

194
1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah konsep yang multidimensional, yang mengaju pada serangkaian karateristik dan segenap aspek kehidupan baik aspek hukum, aspek politik, aspek ekonomi maupun aspek sosial. Pembangunan adalah proses multidimensi yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap rakyat dan lembaga-lembaga nasional (menurut Todaro dalam Bryant and White (1987:3-4), dalam tesis Perencanaan Pembangunan Parsitipatif program Desa Mandiri di Kabupaten Gorontalo Victor F. Nanlessy (2006:1). Salah satu kegiatan yang penting dalam usaha pembangunan adalah perencanaan. Menurut Kunarjo (2002:14) perencanaan adalah merupakan penyiapan seperangkat keputusan untuk dilaksanakan pada waktu yang akan datang

Transcript of Pembangunan Desa Sadar Hukum

Page 1: Pembangunan Desa Sadar Hukum

1

B A B I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan merupakan sebuah konsep yang multidimensional,

yang mengaju pada serangkaian karateristik dan segenap aspek kehidupan

baik aspek hukum, aspek politik, aspek ekonomi maupun aspek sosial.

Pembangunan adalah proses multidimensi yang mencakup perubahan-

perubahan penting dalam struktur sosial, sikap rakyat dan lembaga-lembaga

nasional (menurut Todaro dalam Bryant and White (1987:3-4), dalam tesis

Perencanaan Pembangunan Parsitipatif program Desa Mandiri di Kabupaten

Gorontalo Victor F. Nanlessy (2006:1).

Salah satu kegiatan yang penting dalam usaha pembangunan adalah

perencanaan. Menurut Kunarjo (2002:14) perencanaan adalah merupakan

penyiapan seperangkat keputusan untuk dilaksanakan pada waktu yang akan

datang dan diarahkan pada tujuan tertentu. Definisi ini menunjukan bahwa

perencanaan mempunyai unsur-unsur sebagai berikut : (1) berhubungan

dengan masa depan, (2) menyusun seperangkat program kegiatan secara

sistematis, dan (3) dirancang untuk mencapai tujuan tertentu. Nanlessy

(2006:1).

Page 2: Pembangunan Desa Sadar Hukum

2

Perencanaan diperlukan karena kebutuhan pembangunan, melalui

perencanaan dapat dirumuskan kegiatan pembangunan secara efisien dan

efektif, dan dapat memberikan hasil yang optimal dalam memanfaatkan

sumberdaya yang tersedia dan mengembangkan potensi yang ada.

Menurut Conyers dan Hills 1994 dalam bukunya Haryanto dan

Sahmuddin (2008:57), mendefinisikan perencanaan sebagai “suatu proses

yang berkesinambungan”, yang mencakup “keputusan-keputusan atau

pilihan-pilihan atas berbagai alternatif penggunaan sumberdaya untuk

mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa akan datang. Jadi definisi

tersebut mengedepankan 4 unsur dasar perencanaan, yaitu : (1) pemilihan,

“merencanakan berarti memilih”, (2) sumberdaya, perencanaan merupakan

alat pengalokasian sumberdaya, (3) tujuan, perencanaan merupakan alat

untuk mencapai tujuan, dan (4) waktu, perencanaan mengacu ke masa

depan.

Dengan demikian perencanaan selain merupakan kebutuhan

pembangunan tapi perencanaan merupakan suatu konsep yang harus

dilakukan/dilaksanakan secara terus-menerus dan sistematis untuk

mempersiapkan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai

tujuan tertentu secara efesien dan efektif.

Menurut Raharjo Adisasmita (2011:2), mengatakan bahwa Manajemen

Pemerintah yang efektif dan efisien dimaksudkan sebagai manajemen yang

mampu menyelesaikan tugas pekerjaan kepemerintahan secara cepat

Page 3: Pembangunan Desa Sadar Hukum

3

(dalam kurun waktu singkat), ringkas, dan tidak berbelit-belit, berkinerja

(berprestasi) tinggi, tidak mengalami pemborosan atau pemborosan waktu

maupun dana dan daya, serta menghasilkan pelayanan yang berkualitas. Hal

tersebut dapat dikatakan sebagai berdayaguna dan berhasil guna.

Manajemen perencanaan yang efektif diartikan mampu mencapai hasil

sesuai sasaran yang telah ditetapkan, yang diukur dengan cara

mambandingkan antara realisasi yang dicapai dengan target yang

direncanakan. Sedangkan manajemen perencanaan yang efisien berarti

segala kegiatan yang menggunakan berbagai input yang menghasilkan

output dengan biaya yang minim atau tidak terjadi pemborosan.

Sehingga dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa manajemen

perencanaan harus berbasis kinerja serta berbasis transparansi dan

akuntabilitas dimana semua tindakan dan kegiatan yang dilakukan harus

terbuka dan diketahui oleh semua masyarakat secara umum dimana

masyarakat mempunyai hak menanyakan mengenai hal-hal yang dianggap

tidak jelas ataupun mengkritisi hal-hal yang dianggap tidak benar.

Selama ini perencanaan pembangunan yang digunakan bertumpu

pada paradigma klasik (trickle down efek) atau efek tetesan kebawah yang

merupakan mekanisme pembangunan yang instruktif dan bersifat top down.

Masyarakat sekedar sebagai objek dan suplemen pembangunan (Adisasmita

2005:23). Dengan demikian program pembangunan menjadi tidak aspiratif

Page 4: Pembangunan Desa Sadar Hukum

4

terhadap masalah, potensi dan kebutuhan masyarakat sebagai penerima

program pemerintah.

Saat ini paradigma pembangunan telah mengalami suatu perubahan

dari pembangunan yang bertumpu pada Negara menjadi paradigma

pembangunan yang bertumpu pada masyarakat atau yang dikenal dengan

istilah pembangunan masyarakat (community development). Menurut Amin

(2005:196), model perencanaan yang dinilai sesuai dengan kondisi saat ini

adalah model perencanaan yang melibatkan sebanyak mungkin unsur/peran

masyarakat. Model perencanaan tersebut adalah model perencanaan

partisipatif.

Menurut Cohen dan Uphoff (1977:26) partisipasi masyarakat dalam

perencanaan pembangunan adalah bagaimana masyarakat diajak untuk

mendefinisikan apa kebutuhan/masalah mereka, bagaimana cara yang tepat

untuk memecahkan masalah/memenuhi kebutuhan mereka, memikirkan

bagaimana proses penyelesaian masalah tersebut dilakukan dan

merundingkan bagaimana penyelesaian masalah/pemenuhan kebutuhan

tersebut dinilai keberhasilannya.

Tentu saja, setiap individu, kelompok bahkan masyarakat dalam suatu

komunitas tidak akan mencapai tingkat partisipasi yang sama, tetapi yang

bisa menjadi indikator penilaian adalah sejauhmana masyarakat ikut

menghadiri, ikut memberi saran, ikut mempengaruhi keputusan dan ikut

merekomendasikan rencana pembangunan sesuai kemampuannya.

Page 5: Pembangunan Desa Sadar Hukum

5

Dalam perencanaan pembangunaan saat ini yang mencakup segala

aspek kehidupan yang didalamnya termasuk perencanaan pembangunan di

bidang hokum perlu mendapat perhatian pemerintah khususnya dalam

pembangunan di bidang hukum yaitu Perencanaan Pembentukan Desa

Sadar Hukum dalam mewujudkan masyarakat yang taat dan patuh akan

hukum sehingga secara bertahap masyarakat akan merasakan arti penting

kesadaran hukum.

Kesadaran hukum masyarakat merupakan suatu cara untuk

tercapainya perwujudan dan pengamalan negara hukum. Oleh karena itu,

Indonesia sebagai negara hukum yang demokratis, kesadaran hukum

masyarakat diharapkan mampu menjaga dinamika pemerintahan, dinamika

pembangunan dan dinamika lainnya untuk kepentingan nasional.

Sebaiknya, kesadaran hukum masyarakat selalu diupayakan dan

dibudayakan dari waktu ke waktu yang disesuaikan dengan program kegiatan

yang menjadi kebutuhan dan kepentingan pemerintah. Hal ini merupakan

upaya pemerintah untuk menyukseskan program-program yang diarahkan

untuk kepentingan masyarakat sendiri.

Pada konsideran menimbang dalam Undang-Undang Nomor : 10

Tahun 2004 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor

: 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

menyatakan bahwa pembentukan perundang-undangan merupakan salah

satu syarat dalam rangka pembangunan hukum nasional yang dapat

Page 6: Pembangunan Desa Sadar Hukum

6

diwujudkan dengan didukung oleh metode, cara yang pasti, baku, dan

standar yang mengikat semua lembaga yang berwenang membuat peraturan

perundang-undangan. Hal ini sangat penting mengingat arah kebijakan

hukum kita menegaskan tentang perlunya kesadaran hukum dan kepatuhan

hukum masyarakat dalam rangka supremasi hukum dan tegaknya Negara

hukum.

Membangun kesadaran hukum masyarakat adalah sebuah usaha

yang harus terus dilakukan oleh pemerintah dan didukung oleh masyarakat.

Salah satunya adalah pembentukan Desa Sadar Hukum. Penghargaan

Desa/Kelurahan Sadar Hukum merupakan wujud apresiasi pemerintah dalam

hal ini Kementerian Hukum dan HAM, melalui Badan Pembinaan Hukum

Nasional (BPHN) Kementerian Hukum dan HAM RI dan Tugas Pokok dan

Fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM di seluruh Indonesia,

dan juga adanya kerjasama antar instansi (SKPD Provinsi, Kota/Kabupaten)

dalam membina masyarakat dengan program kegiatan yang dilaksanakan

dalam rangka memberikan pengetahuan, pemahaman kepada masyarakat

agar masyarakat sehingga dengan sendirinya mereka dapat memahami arti

penting kesadaran hukum.

Khususnya dalam melaksanakan program pemerintah dalam

membangun kesadaran hukum di Kota Ambon memang perlu dilaksanakan

secara terus menerus. Hal ini disebabkan beberapa permasalahan

Page 7: Pembangunan Desa Sadar Hukum

7

diantaranya Kota Ambon dan Propinsi Maluku secara keseluruhan rentan

dengan konflik, dioerlukan perencanaan program/kegiatan yang dapat

memberikan arahan, bimbingan, pengetahuan dan pemahaman yang secara

terus-menerus dilakukan dalam rangka membatasi/mencegah agar

masyarakat tidak terpancing dengan isu-isu yang dapat memancing

masyarakat untuk berbuat tindakan-tindakan yang mengakibatkan terjadinya

konflik artinya pencegahan dini dilakukan dengan berbagai program kegiatan

yang ada pada Kantor Wilayah maupun Pemerintah Daerah setempat dan

yang lebih utama adanya dukungan masyarakat.

Selanjutnya permasalahan lain yang dihadapi adalah perencanaan

pembentukan Desa/Kelurahan Sadar Hukum oleh Kantor Wilayah belum

dilaksanakan sesuai rencana artinya masih terdapat kendala dalam

terbatasnya volume kegiatan dan terbatasnya anggaran dalam pelaksanaan

perencanaan tersebut, sehingga perencanaan Pembentukan Desa/Kelurahan

Sadar Hukum hanya terbatas dilaksanakan Khususnya di Kota Ambon

karena apa yang tertuang di dalam DIPA/RKAKL Kantor Wilayah menunjukan

keterbatasan pebyelenggaraan kegiatan. Perencanaan ini pun kemudian

diperkecil cakupannya hanya pada Beberapa Desa/Kelurahan di Kota Ambon

dalam Perencanaan Pembentukan Desa/kelurahan Sadar Hukum di Kota

Ambon itupun didasarkan pada penilaian kegiatan yang selalu dilaksanakan

di beberapa Desa/Kelurahan yang sebelumnya menjadi sasaran kegiatan

Page 8: Pembangunan Desa Sadar Hukum

8

yang dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Maluku.

Dengan demikian diperlukan perencanaan yang terarah dan sisrematik

yang harus menjadi perhatian dari Kementerian Hukum dan HAM Republik

Indonesia di Jakarta dalam menyakapi hal ini, sehingga kedepan

perencanaan pembangunan hukum yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai

dengan kebutuhan dan kenyataan. Disamping itu kelompok-kelompok sadar

hukum yang telah dibetuk dan dibina dapat dihidupkan dan pembentukan

Desa/Kelurahan Sadar Hukum dapat berjalan dengan baik.

Kelompok Sadar Hukum dan Desa Sadar Hukum menjadi indikator

kesadaran hukum masyarakat yang ditetapkan oleh Kementerian Hukum dan

HAM Republik Indonesia yang tertuang dalam RENSTRA Kementerian

Hukum dan HAM Republik Indonesia. Sampai pada triwulan pertama tahun

2011, Indonesia baru memiliki 2838 Kelompok Sadar Hukum dan 969 Desa

Sadar Hukum, atau baru sekitar 1 persen dari jumlah desa di seluruh

Indonesia (artikel/data internet, bahan laporan Kepala Pusat Penyuluhan

Hukum BPHN). Tentu angka ini akan terus bertambah mengingat program

pembinaan kelompok kadarkum dan desa sadar hukum terus digalakkan oleh

Pusat Penyuluhan Hukum Badan Pembinaan Hukum Nasional, melalui

kantor wilayah-kantor wilayah Kementerian Hukum dan HAM di seluruh

Page 9: Pembangunan Desa Sadar Hukum

9

Indonesia dan didukung dengan perencanaan program kegiatan dari

Instansi/SKPD baik Provinsi/Kota/Kabupaten.

Desa Sadar Hukum yang diawali dengan adanya kelompok-kelompok

Kadarkum dan Desa/Kelurahan Binaan menjadi tolok ukur kesadaran hukum

masyarakat. Dalam rencana strategi Kementerian Hukum dan HAM RI tahun

2010-2014 program pemberdayaan masyarakat untuk sadar hukum

dilaksanakan melalui serangkaian kebijakan dan kegiatan prioritas, antara

lain seluruh Desa di Indonesia menjadi Desa Sadar Hukum dan HAM. Salah

satu unit yang melakukan pembinaan kesadaran hukum masyarakat adalah

Badan Pembinaan Hukum Nasional melalui Pusat Penyuluhan Hukum.

Selain itu pula bahwa Pembentukan Desa Sadar Hukum ini

sebagaimana diketahui bahwa dengan dicanangkannya Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAk Asasi Manusia Sebagai Kantor Pelayanan

Hukum dan Hak Asasi Manusi atau disebut dengan LAW AND HUMAN

RIGHT CENTER, yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor : 14 Tahun

2008 tentang Kerbukaan Informasi Publik dan Surat Edaran Menteri Hukum

dan HAM RI Nomor : M.HH.03.03-14 Tahun 2010 Tanggal 11 November

2010 Tentang Kementerian Hukum dan HAM sebagai LAW AND HUMAN

RIGHT CENTER dan pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Kementerian

Hukum dan HAM.

Page 10: Pembangunan Desa Sadar Hukum

10

Dengan demikian untuk mewujudkan terlaksananya program tersebut

diatas memang telah tercantum dalam RENSTRA Kementerian Hukum dan

HAM RI, akan tetapi dalam hal ini perlu perencanaan dan didukung dengan

kerjasama instansi/SKPD baik itu di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota yang

terkait dalam rangka pencapaian sasaran program Pembentukan Desa Sadar

Hukum.

Cikal bakal berdirinya desa sadar hukum adalah adanya kelompok-

kelompok sadar hukum (kadarkum) di desa/kelurahan tersebut. Kelompok

sadar hukum (kadarkum) adalah kelompok yang beranggotakan lebih kurang

25 warga desa yang secara rutin setiap bulan bertemu untuk membahas

permasalahan hukum yang mereka alami melalui temu sadar hukum,

sosialisasi peraturan perundang-undangan, ceramah, diskusi dan simulasi.

Kelompok-kelompok ini dibina oleh penyuluh hukum dari kantor wilayah

kementerian hukum dan Ham setempat serta Instansi/SKPD yang terkait.

Pembentukan Desa Sadar Hukum diawali dengan penetapan suatu

desa/kelurahan yang telah memiliki kelompok kadarkum sebagai Desa

Binaan. Desa/Kelurahan Binaan terus dibina oleh Kanwil Kementerian

Hukum dan HAM beserta Pemerintah Daerah setempat untuk menjadi Desa

Sadar Hukum. Gubernur menetapkan Desa/Kelurahan Binaan menjadi

Desa/Kelurahan sadar Hukum setelah mempertimbangkan usul

Bupati/Walikota dan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

Page 11: Pembangunan Desa Sadar Hukum

11

HAM. Desa/Kelurahan Sadar Hukum oleh Kantor Wilayah dengan

persetujuan Gubernur, diajukan kepada Menteri Hukum dan HAM untuk

memperoleh penghargaan Anubhawa Sasana Desa/Anubhawa Sasana

Kelurahan.

Untuk Tahun 2011 ini rencana pembentukan desa/kelurahan sadar

hukum di Kota Ambon yang dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan HAM Maluku, masih pada tahap menginventarisasi dan

pembinaan pada 5 (lima) desa dan 1 (satu) kelurahan di Kota Ambon, yaitu

Desa Latuhalat Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon, Kelurahan Waihaong

Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon, Desa Batumerah Kecamatan Sirimau

Kota Ambon, Desa Leahari Kecamatan Leitimur Selatan Kota Ambon, Desa

Waiheru Kecamatan Baguala, dan Desa Hunuth/Durian Pata Kecamatan

Teluk Ambon Kota Ambon. Rencana pembentukan desa/kelurahan sadar

hukum di Kota Ambon ini dilaksanakan berdasarkan koordinasi yang efektif

dengan Bagian Hukum PEMDA Kota Ambon sehingga dikeluarkan

Keputusan Walikota Ambon Nomor : 1028 Tahun 2010 Tentang Penetapan

Desa/Negeri dan Kelurahan Binaan Hukum Dalam Wilayah Kota Ambon,

ditetapkan di Ambon pada tanggal 8 Juli 2010.

Page 12: Pembangunan Desa Sadar Hukum

12

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

proposal ini adalah :

1. Bagaimanakah peranan Kanwil Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Maluku dalam melakukan perencanaan pembentukan Desa

Sadar Hukum di Kota Ambon ?

2. Bagaimanakah Proses Perencanaan Pembentukan Desa Sadar

Hukum yang dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum

dan Hak Asasi Manusia Maluku ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui peranan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Maluku dalam Pembentukan Desa Sadar Hukum di Kota Ambon.

2. Untuk menganalis Proses Perencanaan Pembentukan Desa Sadar

Hukum oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Maluku.

Page 13: Pembangunan Desa Sadar Hukum

13

D. Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat

dalam rangka pembangunan hokum di Kota Ambon, dalam hal :

1. Sebagai bahan masukan bagi Kantor Wilayah Kementerian Hukum

dan HAM Maluku dan Pemerintah Daerah dalam upaya pelaksanaan

perencanaan pembentukan Desa sadar Hukum di Kota Ambon.

2. Menjadi bahan masukan bagi Kementerian Hukum dan HAM

khususnya Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Maluku untuk

memperhatikan dan merencanakan program kegiatan Pembentukan

Desa Sadar Hukum di tahun-tahun mendatang yang didukung oleh

semua pihak yang berkepentingan, sumber daya yang mencukupi,

sarana dan prasarana, perbanyak volume kegiatan serta anggaran

yang memadai.

3. Sebagai bahan pembelajaran bagi penulis dalam rangka

pengembangan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang berkaitan

dengan perencanaan pembangunan hukum khususnya perencanaan

pembentukan Desa sadar Hukum yang merupakan tugas pokok dan

fungsi penulis sebagai pegawai pada Kanwil Kementerian Hukum dan

HAM Maluku.

Page 14: Pembangunan Desa Sadar Hukum

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perencanaan Pembangunan

Pada hakekatnya setiap orang/individu, semua orang, kelompok,

organisasi maupun instansi melakukan perencanaan. Perencanaan

dilaksanakan berdasarkan alasan-alasan. Perencanaan adalah perumusan

tujuan, prosedur, metoda, dan jadwal pelaksanaan didalamnya termasuk

ramalan tentang kondisi masa depan dan perkiraan akibat dari rencana

terhadap kondisi tersebut. Dengan demikian perencanaan adalah penentuan

tujuan yang akan dicapai atau yang akan dilakukan bagaimana, bilamana

dan oleh siapa (Aji dan Sirait, 1990:13). Pemahaman tentang perencanaan

sangatlah penting karena hal ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap

keterlibatan dan peran pelaku pembangunan dalam proses perencanaan.

Menurut Abe (2002) dalam Noer (2004:15) perencanaan berasal dari

kata Rencana, yang berarti rancangan tersebut dapat diuraikan dari sebuah

perencanaan, yakni apa yang hendak di capai, tindakan-tindakan untuk

mencapai tujuan dan kapan tindakan-tindakan tersebut hendak dilakukan.

Konsep perencanaan sebenarnya sangat kompleks menurut para

pakar berbeda-beda mendefinisikan pengertian perencanaan, sehingga

belum ada pengertian/definisi yang pasti dan memuaskan mengenai

perencanaan itu sendiri. Menurut Tjokroamidjojo (1987:24) mendefinisikan

Page 15: Pembangunan Desa Sadar Hukum

15

perencanaan sebagai suatu usaha yang berkenaan dengan suatu sistem

pemecahan masalah. Sedangkan menurut Kunarjo (2002:14) mendefinisikan

perencanaan sebagai suatu penyiapan seperangkat keputusan untuk

dilaksanakan pada waktu yang akan datang yang diarahkan pada tujuan

tertentu. Dengan demikian perencanaan mempunyai unsur-unsur antara lain

yaitu : (1) berhubungan dengan hari depan, (2) menyusun seperangkat

kegiatan secara sistematik, (3) dirancang untuk mencapai tujuan tertentu.

Sementara itu menurut Kunarto (1996:80) mengemukakan bahwa

perencanaan adalah suatu peyerapan seperangkat keputusan untuk

dilaksanakan pada waktu yang akan datang yang diarahkan pada tujuan

tertentu.

Menurut Conyers & Hills (1994) dalam Haryanto & Sahmuddin

(2008:57), mendefinisikan perencanaan sebagai suatu proses yang

berkesinambungan, yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-

pilihan atas berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai

tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang, yaitu :

1. Pemilihan, “merencanakan berarti memilih”, perencanaan merupakan

proses memilih diantara berbagai kegiatan yang diinginkan dan tidak

semua kegiatan yang diinginkan dilaksanakan dan dicapai dalam

waktu yang bersamaan.

2. Sumber daya, perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber

daya, sumber daya menunjukan sesuatu yang dianggap berguna

Page 16: Pembangunan Desa Sadar Hukum

16

dalam pencapaian suatu tujuan tertentu, sumber daya mencakup

sumber daya manusia, sumbaer daya alam, sumber daya keuangan

dan modal.

3. Tujuan, perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan. Konsep

perencanaan sebagai alat pencapaian tujuan muncul berkenaan

dengan sifat dan proses penetapan tujuan.

4. Waktu, perencanaan mengacu ke masa depan. Salah satu unsure

penting dalam perencanaan adalah waktu, jadi waktu berkitan dengan

masa depan.

Menurut Brantas (2009:28) Planning (perencanaan) adalah

menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang

akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-

tujuan itu. Lebih lanjut dikatakan perencanaan (planning) adalah fungsi dasar

atau fungsi fundamental manajemen, karena organizing, actuating, dan

controling pun harus lebih dahulu direncanakan. Dampak perencanaan baru

terasa pada masa yang akan datang : agar resiko yang ditanggung relatif

kecil, hendaknya segala kegiatan, tindakan, kebijaksanaan direncanakan

terlebih dahulu, Brantas (2009:55). Perencanaan dihubungkan dengan

masalah memilih artinya memilih tujuan dan cara untuk mencapai tujuan

tersebut. Perencanaan adalah pekerjaan mental untuk memilih saran,

kebijaksanaan prosedur, program yang diperlukan untuk mencapai apa yang

diinginkan pada masa yang akan datang (2009:56).

Page 17: Pembangunan Desa Sadar Hukum

17

Munculnya perencanaan sebagai akibat dari perkembangan sistem

perencanaan dunia, sehingga menurut pendapat Sarwoto (1986:40)

mengemukakan manfaat perencanaan antara lain adalah : (a) perencanaan

penting karena didalamnya digariskan pula bahwa apa yang harus dilakukan

agar tujua-tujuan tersebut tercapai, (b) perencanaan merupakan bentuk

petunjuk jalan bagi seluruh anggota organisasi yang ikut serta dalam

pelaksanaan perencanaan itu, (c) perencanaan bukan suatu karya yang

sekaligus saja tetapi suatu proses yang terus menerus, maka setiap

perencanaan diharapkan dapat memberikan perhatian yang terus menerus

untuk menunjukkan dan mempertinggi praktek dan berbagai cara para

anggota organisasi, (d) perencanaan merupakan alat pengendali untuk

mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan , dan (e) perencanaan yang

baik menjamin penggunaan sumber-sumber yang tersedia baik itu sumber

daya alam ataupun sumber daya manusia yang dipergunakan dan atau

dimanfaatkan secara efektif dan efisien serta dapat menghindari pemborosan

yang tidak perlu.

Perencanaan merupakan persiapan yang teratur dari setiap usaha

untuk mewujudkan tujuan, sehingga unsur-unsurnya terdiri dari tujuan,

kebijakan, prosedur, program dan progres, Syafii (2011:82). Perencanaan

sangat dipegaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, diantaranya perencanaan

dipengaruhi oleh sumber daya manusia maksudnya siapa dan bagaimana

orang yang membuat perencanaan dan sumber daya alam maksudnya apa

Page 18: Pembangunan Desa Sadar Hukum

18

dan bagaimana lingkungan sekitarnya secara fisik, selain itu aspek sosial

yang berpengaruh yakni sosial budaya, sosial agama, sosial ekonomi, sosial

politik. Sehingga tingkat intelektual dan moral yang dimiliki seseorang

pembuat perencanaan akan menjadi kriteria utama individu yang memimpin

organisasi. Menurut Siagian dalam Syafiie (2011:83) mengatakan bahwa

proses perencanaan dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu :

1. Mengetahui sifat suatu rencana;

2. Apakah teknik ilmiah perencanaan sudah dikuasai;

3. Diusahakan agar rencana yang dibuat memenuhi syarat.

Selain itu faktor situasi dan kondisi serta toleransi keadaan harus

diperhitungkan dengan melihat 6 (enam) hal sebagai berikut :

1. Kapan rencana itu akan dikerjakan dan kapan pekerjaan itu mulai

beroperasi harus dilihat pertimbangan ketepatan waktu;

2. Dimana rencana itu dikerjakan dan dimana pekerjaan itu akan

dioperasikan harus dilihat ketepatan medan dengan petimbangan lokasi

dan situasi;

3. Apa jenis rencana itu seperti rencana pemilihan umum, rencana

pembangunan fisik, rencana pembinaan watak dengan spesialisasi

pembuat rencana itu sendiri;

4. Bagaimana membuat rencana apakah menghimpun terlebih dulu

identifikasi masalah dan memprioritaskan hal yang penting;

Page 19: Pembangunan Desa Sadar Hukum

19

5. Siapa yang akan membuat rencana serta siapa yang akan mengerjakan

operasinya nanti, kemudian siapa yang akan mengawasi serta kepada

siapa bertanggungjawab;

6. Kenapa rencana itu dibuat dan mengapa dioperasikan dalam waktu

berapa lama, lalu kenapa harus dipaksakan untuk segara atau apakah

bisa ditunda kalau rintangannya begitu banyak. (Syafei 2011:84-85).

Bila dikaitkan dengan perencanaan pembangunan, maka terdapat

beberapa unsur penting yang harus ada dalam perencanaan pembangunan

yaitu : adanya kebijaksanaan atau strategik dasar rencana pembangunan,

adanya kerangka rencana, prakiraan sumber-sumber daya untuk

pembangunan, dan kerangka kebijakan yang konsisten.

Model perencanaan pembangunan pada masa lalu, dimana peran

pemerintah pusat sangat dominan dalam menentukan arah dan sasaran

pembangunan nasional sehingga pemerintah daerah kurang menjalankan

aspirasi masyarakat didaerahnya. Namun dengan adanya perubahan baik

pada tingkat nasional sebagai akibat pelaksanaan otonomi daerah, maka

konsep perannya pun mengalami perubahan. Konsekuensinya adalah

perubahan pada strategis sistem dan pengendalian pembangunan.

Dengan adanya perubahan tersebut maka sistem perencanaan

pembangunan dilakukan pada masing-masing lingkup baik pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah yang harus dilakukan secara independen melalui

Page 20: Pembangunan Desa Sadar Hukum

20

suatu mekanisme tertentu untuk mencapai kebijakan secara efektif, efisien,

akuntabel, transparan dan legitimatif.

Secara umum dapat dijelaskan sistem perencanaan yang dilakukan

oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia sampai

pada masing-masing tingkatan didaerah baik itu Kanwil Kemenkum HAM di

Daerah Propinsi maupun Unit Pelaksana Teknis di tingkat Kabupaten/Kota

khususnya perencanaan pembangunan hukum, pada dasarnya mengacu

pada pedoman Rencana Strategi pembangunan hukum dan program

pembangunan yang berkeadilan, Piliang ( 2010:13). Sehingga Kantor

Wilayah dan Unit Pelaksanaan Teknis yang terdapat di Provinsi,

Kabupaten/Kota hanya menyusun rencana program/kegiatan yang

dibutuhkan dalam rencana kerja tersebut. Setelah itu dilanjutkan dengan

kegiatan rapat kerja yang dilaksanakan oleh Kantor Wilayah dalam

menyusun dan memuat rencana kerja apa saja yang memang diperlukan dan

dibutuhkan, menyusun rencana kegiatan anggaran/pembiayaan tahunan baik

Kantor Wilayah maupun Unit Pelaksana Tekins (UPT) yang seluruhnya akan

dirangkum menjadi satu rencana kerja dan anggaran Kantor Wilayah.

Dari seluruh rencana kegiatan yang sudah disusun menjadi satu

rencana kegiatan Kantor Wilayah, kemudian rencana kegiatan tersebut akan

dibahas di Kementerian Hukum dan HAM RI di Jakarta dalam forum rapat

koordinasi pembahasan rencana kerja dan anggaran Kementerian Hukum

dan HAM Republik Indonesia. Kemudian dari hasil akhir dari pembahasan

Page 21: Pembangunan Desa Sadar Hukum

21

mengenai rencana kerja dan anggara dari semua unsur yang merupakan

bagian dari Kementerian hukum dan HAM RI yang disebut dengan Rencana

Strategis (RENSTRA) Kementerian Hukum dan HAM RI.

Menurut Kunarjo, (2002:76), bahwa dalam perencanaan dapat dibagi

menjadi kelompok yang satu sama lain berkaitan, kelompok perencanaan

tersebut adalah : (a) Perencanaan Makro, (b) Perencanaan Sektoral, (c)

Perencanaan Regional, dan (d) Perencanaan Mikro atau Proyek namun

sekarang ini sudah berganti sebutan dengan kegiatan.

Dari keempat kelompok perencanaan diatas saling berkaitan satu

sama lain, oleh karena itu untuk mencapai suatu hasil yang maksimal perlu

dilakukan koordinasi yang sebaik-baiknya. Bila dikaitkan dengan hubungan

antara Kementerian Hukum dan HAM RI di Jakarta dengan Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM di Propinsi maupun Unit Pelaksanaan Teknis

yang terdapat di Kabupaten/Kota maka koordinasi antara perencanaan

makro dan perencanaan mikro (Proyek/Kegiatan sebutannya sekarang ini)

disebut koordinasi vertikal.

Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Nomor : M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian HUkum dan HAM RI dalam

Pengkoordinasian, perencanaan, pengendalian program, dan pengawasan,

(b) pembinaan dibidang Hukum dan Hak Asasi Manusia, (c) penegakkan

hukum dibidang pemasyarakatan, keimigrasian, administrasi hukum umum

Page 22: Pembangunan Desa Sadar Hukum

22

dan hak kekayaan intelektual, (d) perlindungan, pemajuan, pemenuhan,

penegakan dan pengharmonisasian hak asasi manusia, (e) pelayanan

hukum, (f) pengembangan budaya hukum dan pemberian informasi hukum,

penyuluhan hukum, dan diseminasi hak asasi manusia, (g) pelaksanaan

kebijakan dan pembinaan teknis di bidang administrasi di lingkungan Kantor

Wilayah.

Dalam pelaksanaan tugasnya Kanwil Kementerian Hukum dan HAM

merupakan instansi vertikal Kementerian Hukum dan HAM yang

berkedudukan di Propinsi yang berada dibawah dan bertanggungjawab

kepada Menteri Hukum dan HAM RI. Sehingga dengan demikian Kantor

Wilayah dipimpin oleh Kepala Kantor Wilayah.

Sedangkan Kepala Kantor Wilayah dalam pelaksanaan tugasnya

dibantu oleh antara lain : (a) Divisi Administrasi, Divisi Pemasyarakatan, (c)

Divisi Keimigrasian, dan (d) Divisi Pelayanan Hukum dan HAM. Dalam

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya Kepala Kantor Wilayah

berpedoman, mematuhi dan mengikuti petunjuk pelaksanaan pada Peraturan

Menteri Hukum dan HAM RI Nomor : M-01.PR.07.10 Tahun 2005 yang

kemudian diubah dengan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor : M-

09.PR.07.10 Tahun 2007 dan dilakukan perubahan kedua dengan Peraturan

Menteri Hukum dan HAM RI Nomor : M.MH-10.OT.01.01 Tahun 2009

Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan HAM RI.

Page 23: Pembangunan Desa Sadar Hukum

23

Sehubungan dengan hal tersebut, demikian halnya dengan Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Provinsi Maluku yang

merupakan instansi vertikal dari Kementerian Hukum dan HAM RI yang

berkedudukan di Provinsi yang berada di bawah dan bertanggungjawab

kepada Menteri Hukum dan HAM RI, Kantor Wilayah Kementerian Hukum

dan HAM Provinsi Maluku dipimpin oleh Kepala Kantor Wilayah. Dalam

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kepala Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan HAM Provinsi Maluku dibantu oleh Kepala Divisi Administrasi

yang mempunyai tugas membantu Kepala Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia Provinsi Maluku dalam melaksanakan

pembinaan administrasi dan pelaksanaan teknis di wilayah Provinsi Maluku

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kepala Divisi Pemasyarakatan mempunyai tugas membantu Kepala

Kantor Wilayah Provinsi Maluku dalam melaksanakan sebagaian tugas

Kantor Wilayah Provinsi Maluku di bidang pemasyarakatan berdasarkan

kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan.

Kepala Divisi Keimigrasian mempunyai tugas membantu Kepala

Kantor Wilayah Provinsi Maluku dalam melaksanakan sebagian tugas di

bidang keimigrasian berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh

Direktur Jenderal Imigrasi. Dan Kepala Divisi Pelayanan Hukum dan Hak

Asasi Manusia mempunyai tugas membantu Kepala Kantor Wilayah Provinsi

Maluku dalam melaksanakan sebagian tugas Kepala Kantor Wilayah Maluku

Page 24: Pembangunan Desa Sadar Hukum

24

di bidang Pelayanan Hukum dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Kebijakan

teknis yang ditetapkan Direktur Jenderal dan atau Kepala Badan terkait.

Berdasarkan tugas pokok dan fungsi Kantor Wilayah diatas maka

dalam hal perencanaan program pembangunan hukum yang berkeadilan di

propinsi Maluku, diawali dengan pembuatan rancangan usulan program

kegiatan yang harus dibuat oleh Divisi Administarasi, Divisi Pemasyarakatan,

Divisi Imigrasi dan Divisi Pelayanan Hukum dan HAM serta rancangan usulan

program kegiatan oleh Lembaga Pemasyarakatan, Rumah Tahanan, Balai

Pemasyarakatan, Rumah Penyimpanan Barang Sitaan Negara serta Kantor

Cabang Rumah Tahanan yang terdapat di Kabupaten dan Kota di Provinsi

Maluku.

Dalam pelaksanaannya digambarkan bahwa mekanisme perencanaan

program kegiatan pada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Provinsi Maluku beserta Unit Pelaksana Teknis dimulai dari usulan

perencanaan program kegiatan dari setiap Divisi dan Unit Pelaksana Teknis

yang disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah melalui Kepala Bidang

Penyusunan Program dan Laporan yang bertanggung jawab atas

perencanaan program kegiatan dengan pengawasan dari Kepala Divisi

Administrasi sebagai koordinator perencanaan program. Selanjutnya usulan

perencanaan program kegiatan tersebut akan dilaksanakan dengan kegiatan

Rapat Koordinasi (RAKOR) yang dilaksanakan oleh Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Maluku. Dalam Rakor tersebut setiap Kepala

Page 25: Pembangunan Desa Sadar Hukum

25

Divisi dan Kepala Unit Pelaksanaan Teknis yang berada di bawah wewenang

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku memaparkan visi dan

misi serta menyampaikan usulan perencanaan program kegiatan. Kemudian

Rakor dilanjutkan dengan keputusan hasil usulan program kegiatan dan

disahkan oleh Kepala Kantor Wilayah Propinsi Maluku.

Kegiatan belum selesai pada tahap pengasahan Kepala Kantor

Wilayah saja, tetapi Hasil Usulan tersebut akan dibawa ke Kementerian

Hukum dan HAM RI di Jakarta dan dilanjutkan dengan Musrembang

Kementerian Hukum dan HAM RI yang stiap Provinsi diwakili oleh Kepala

Kantor Wilayah, Kepala Divisi Administrasi, Kepala Bidang Penyusunan

Program dan Laporan, Kepala Sub Bidang Keuangan dan Perlengkapan dan

Staf Bidang Penyusunan Program Laporan dan Staf Sub Bidang Keuangan.

Hail dari pembahasan tersebut selanjutnya ditetapkan dalam RKA-KL

Kementerian Hukum dan HAM RI dan disesuiakan dengan usulan program

kegiatan dan besar anggaran yang dimintakan oleh maing-masing Kantor

Wilayah. Selain itu juga usulan program kegiatan harus disesuaikan dengan

Rencana Strategi (RENSTRA) Kementerian HUkum dan HAM RI yang harus

diikuti pula oleh setiap Kantor Wilayah, dengan tujuan adanya keterpaduan

dan sinergitas setiap program kegiatan pembangunan dibidang hukum dan

hak asasi manusia yang berhasil guna dan berdaya guna.

Untuk itu, sesungguhnya program kegiatan perencanaan

pembentukan desa sadar hukum merupakan program kegiatan yang

Page 26: Pembangunan Desa Sadar Hukum

26

sesungguhnya masuk dalam program perencanaan kegiatan yang terdapat

dalam Renstra Kementerian Hukum dan HAM RI. Perencanaan

pembantukan desa sadar hukum merupakan program kegiatan dari Divisi

Pelayanan Hukum dan HAM Bidang Pelayanan Hukum Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Maluku.

Perencanaan pembentukan desa sadar hukum dalam pelaksanaanya

didukung oleh beberapa kegiatan yang merupakan bagian tupoksi dari

Bidang Pelayanan Hukum dan HAM Divisi Pelayanan Hukum dan HAM, yang

mana program kegiatannya terdapat dalam Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara yang diperuntukkan guna terlaksananya pembentukan desa

sadar hukum di Provinsi Maluku.

B. Perencanaan Partisipatif

Proses perencanaan dapat dipahami sebagai suatu proses yang

sistematis untuk mempersiapkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk

mencapai suatu tujuan tertentu, dan menentukan apa, bagaimana, bilamana,

dimana dan oleh siapa, kegiatan pembangunan dilaksanakan serta mengapa

kegiatan itu perlu dilakukan. Perencanaan memberikan suatu hasil yaitu :

1. Adanya pengarahan dan pedoman bagi pelaksana kegiatan untuk

mencapai tujuan pembangunan;

Page 27: Pembangunan Desa Sadar Hukum

27

2. Adanya suatu prakiraan atau kegiatan yang dilakukan dan hasil yang

dicapai, sehingga mengurangi ketidakpastian tentang kondisi-kondisi

dimasa yang akan datang;

3. Adanya peluang untuk memilih alternatif kegiatan terbaik, dapat

menentukan skala prioritas untuk kegiatan yang dilakukan, adanya

pedoman dan alat ukur untuk melakukan pengawasan;

4. Pada dasarnya kegiatan perencanaan berusaha menjawab : apa yang

perlu dilakukan dalam kurun waktu tertentu, siapa yang bertugas dan

bertanggungjawab untuk melakukan kegiatan tertentu;

5. Bagaimana prosedur, mekanisme dan tata cara yang harus ditempuh;

6. Berapa biaya yang diperlukan untuk semua kegiatan dan darimana

sumberdaya yang diperlukan dapat memperoleh dan kapan tujuan,

sasaran dan target akan dicapai dan bagaimana penjadwalannya.

(PSKMP, 2003, dalam Nanlessy,2006:15).

Perencanaan partisipatif merupakan konsep dengan melibatkan

masyarakat dalam proses perencanaan dimana masyarakat dituntut atau

diajak untuk mendefinisikan apa kebutuhan masyarakat, memikirkan

bagaimana proses penyelesaiannya dan merundingkan bagaimana

penyelesaian masalah/kebutuhan tersebut dinilai keberhasilannya. Secara

sederhana konsep partisipasi terkait dengan keterlibatan suatu pihak dalam

kegiatan yang dilakukan oleh pihak lain. Dalam konteks pembangunan,

Page 28: Pembangunan Desa Sadar Hukum

28

partisipasi masyarakat selalu terkait dengan keterlibatan masyarakat dalam

program/proyek/kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah.

Davis dan Newton (1998) dalam Salman (2005:17) mengartikan

perencanaan pertisipasi sebagai keterlibatan mental dan emosional orang-

orang dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan

kontribusi kepada tujuan kelompok dan berbagai tanggung jawab pencapaian

tujuan itu. Dari definisi ini terdapat tiga esensi yakni :

1. Keterlibatan, pertisipasi berarti adanya keterlibatan mental dan emosional

dibanding hanya aktifitas fisik, sehingga dengan itu makna partisipasi

secara sukarela menjadi terbedakan dari mobilisasi;

2. Kontribusi, partisipasi berarti mendorong orang untuk

mendukung/menyumbang bagi situasi tertentu;

3. Tanggungjawab, partisipasi mendorong orang untuk bertanggungjawab

dalam suatu kegiatan.

Menurut Freidmann dalam Paskirana (2005:9), perencanaan dengan

pendekatan partisipatif atau biasa disebut participatory planning merupakan

suatu proses politik untuk memperoleh kesepakatan bersama melalui aktifitas

negosiasi antar seluruh pelaku pembangunan (stakeholder). Proses politik ini

dilakukan secara transparan dan aksesi sehingga masyarakat memperoleh

kemudahan setiap proses pembangunan yang dilakukan serta setiap tahap

perkembangannya. Perencanaan partisipatif juga dapat dipandang sebagai

instrumen pembelajaran masyarakat (social learning) secara kolektif melalui

Page 29: Pembangunan Desa Sadar Hukum

29

interaksi antar pelaku pembangunan atau stakeholder, sehingga pada

akhirnya akan meningkatkan kapasitas seluruh stakeholder dalam upaya

memobilisasi sumber daya yang dimiliki.

Selain itu perencanaan partisipatif juga merupakan sebuah proses

teknis, yang lebih ditekankan pada peran dan kapasitas fasilitator untuk

mendefinisikan dan mengidentifikasi stakeholder secara tepat. Salah satu hal

penting dalam proses teknis ini adalah upaya pembangunan institusi

masyarakat yang cukup handal sebagai wadah bagi masyarakat untuk

melakukan proses mobilisasi pemahaman, pengetahuan, dan ide-ide menuju

terbangunnya sebuah konsensus, sebagai awal tindak kolektif penyelesaian

publik. Dan juga perencanaan partisipatif dalam pendekatan partisipatif selalu

dikaitkan dengan proses demokrasi, dimana masyarakat sebagai elemen

terbesar dalam suatu tatanan masyarakat diharapkan dapat ikut serta dalam

proses penentuan arah kebijakan pembangunan, sehingga upaya

pemberdayaan masyarakat menjadi aspek penting dalam perencanaan

partisipatif.

Menurut Sutrisno dalam Suhirman (2003:8) dalam Nanlessy (2006:18)

menyatakan perencanaan partisipatif adalah keikutsertaan stakeholder

termasuk masyarakat dalam proses pengambilan keputusan. Partisipasi

dapat dilaksanakan dalam setiap tahapan, jenis pembangunan dan memiliki

kemitraan serta pengambilan keputusan diambil melalui dialog antar

stakeholder dan masyarakat bukan hanya sebagai objek melainkan juga

Page 30: Pembangunan Desa Sadar Hukum

30

sebagai subjek pembangunan, maka perencanaan partisipatif berdasarkan

pengertian diatas merupakan suatu proses yang melibatkan stakeholder,

terutama masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan.

Perencanaan partisipatif pada awalnya menempatkan rakyat hanya

sebagai partisan dalam pembangunan dengan adanya paradigma baru

dalam pembangunan, berkembang pemikiran bahwa pembangunan

seharusnya oleh rakyat itu sendiri sedangkan pihak luar hanya fasilitator,

Salman (2005:25). Dengan demikian agenda ini mengantarkan rakyat

sebagai pelaku utama dalam pembangunan. Pergeseran makna konsep

partisipasi dari kata keadaan (keterlibatan rakyat dalam pembangunan)

menjadi kata (pendekatan untuk mengantarkan rakyat menjadi pelaku

pembangunan yang dikenal dengan pendekatan partisipatoris).

Menururt Tikson (2001:10) dalam Nanlessy (2006:19) partisipasi

masyarakat merupakan sebuah proses dimana masyarakat sebagai

stakeholder, terlibat mempengaruhi dan mengendalikan pembangunan

ditempat mereka masing-masing. Jadi masyarakat turut serta secara aktif

dalam memprakarsai kehidupan mereka, melalui proses pembuatan

keputusan dan perolehan sumber daya dan penggunaannya.

Selanjutnya menurut Conyers (1991) menjelaskan 3 (tiga) alasan

utama mengapa partisipasi masyarakat penting dalam proses pembangunan,

yaitu :

Page 31: Pembangunan Desa Sadar Hukum

31

a. Partisipasi masyarakat dapat menjadi telinga untuk memperoleh informasi

mengenai kondisi, permasalahan dan kebutuhan mereka;

b. Efektifitas dan efisiensi dan program atau proyek pembangunan akan lebih

mudah dicapai, apalagi dalam kondisi kontribusi masyarakat dapat

mengurangi beban biaya yang harus dikeluarkan untuk suatu implementasi

pembangunan;

c. Partisipasi secara etik moral merupakan hak demokrasi bagi rakyat,

sehingga dengan partisipasi yang maksimal pemerintah sudah otomatis

meredam potensi resistensi dan protes sosial bagi efek-efek samping

pambangunan.

Partisipasi bermakna penyelenggara pemerintah harus mampu

mewujudkan peran aktif masyarakat agar masyarakat merasa memiliki dan

turut bertanggungjawab terhadap perkembangan kehidupan bersama atau

dapat dikatakan bahwa partisipasi adalah memberikan kesempatan bagi

semua peserta forum untuk terlibat dan berperan serta secara aktif dalam

keseluruhan tahapan proses pengambilan keputusan, Najib (2004).

Pretty (1995) dalam Salman (2005:18-19) mengilustrasikan partisipasi

masyarakat dalam program pembangunan bersifat kontinum, mulai dari

partisipasi yang dimanipulasi yang dilakukan pihak luar terhadap masyarakat,

sampai pada mobilisasi diri oleh inisiatif masyarakat itu sendiri dalam

memecahkan masalah/memenuhi kebutuhan sesuai keberadaannya.

Page 32: Pembangunan Desa Sadar Hukum

32

Tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan dari yang

terendah sampai tertinggi sebagai berikut :

1. Partisipasi manipulasi (kooptasi), partisipasi komunitas secara sederhana,

dimana keterwakilan rakyat pada badan pemerintah tidak melalui

pemilihan secara demokrasi, dan representasi komunitas pada badan

pemerintah tidak memiliki kekuasaan dalam pengambilan keputusan;

2. Partisipasi Pasif (kepatuhan), komunitas partisipasi melalui penyampaian

apa yang terjadi atau dilakukan oleh pihak pemerintah/pelaku

pembangunan.

3. Partisipasi Konsultasi (konsultatif), komunitas berpartisipasi melalui

konsultasi atau menjawab pertanyaan. Dimana agen eksternal

menetapkan masalah dan proses pengumpulan informasi serta mengontrol

analisa. Sebagian besar proses konsultatif langsung tanpa berbagi

pendapat dalam pengambilan keputusan, dan profesional eksternal tidak

memiliki kewajiban untuk mengakomodir pandangan masyarakat dalam

formulasi rencana/keputusan;

4. Partisipasi Material (kontribusi), komunitas berpartisipasi melalui kontribusi

sumberdaya seperti tenaga kerja, atau bentuk material seperti bahan

makanan atau dana. Bentuk seperti ini sangat umum, yang didalamnya

komunitas belum menjadi pemangku dari praktek pembangunan yang

langsung;

Page 33: Pembangunan Desa Sadar Hukum

33

5. Partisipasi Fungsional (kerjasama), partisipasi komunitas dilihat oleh orang

luar sebagai cara (means) untuk mencapai tujuan. Rakyat berpartisipasi

melalui pembentukan kelompok-kelompok untuk menemukan kelompok

yang berpengaruh, mereka dilibatkan dalam pengambilan keputusan.

6. Partisipasi Interaktif (saling belajar), rakyat terlibat dalam analisis bersama,

pengembangan rencana aksi dan pembentukan/penguatan kelembagaan

lokal. Partisipasi dilihat dalam makna yang benar, bukan sekedar sebagai

alat untuk mencapai tujuan. Proses ini melibatkan metodologi

interdisipliner untuk mendapatkan perspektifyang lebih beragamdan

proses belajar yang sistematis dan terstruktur, karena kelompok

masyarakat memainkan kontrol dalam pengambilan keputusan dan

menentukan bagaimana sumberdaya digunakan, maka mereka menjadi

pemangku dalam memelihara struktur dan praktek;

7. Mobilisasi Diri (pemberdayaan), rakyat bepartisipasi dengan cara

mengambil inisiatif secara independen dari lembaga eksternal dalam

mengubah sistem. Dalam hal ini dimana masyarakat membangun kontak

dengan lembaga luaruntuk dukungan sumberdaya dan bimbingan

teknisyang diperlukan, tetapi tetap mengontrol bagaimana sumberdaya

yang ada dan digunakan. Mobilisasi diri dapat meluas bila pemerintah dan

LSM menyiapkan kerangkapemberdayaan dalam dukungannya.

Page 34: Pembangunan Desa Sadar Hukum

34

Ketika tangga partisipasi meningkat dari tingkat yang rendah ke tingkat

yang lebih tinggi, maka dibutuhkan berbagai kemampuan untuk mengelola

atau meningkatkan tingkat partisipasi tersebut. Kecakapan warga dan

pemerintah untuk mengelola tahapan yang ada dan mendorong ketangga

partisipasi yang lebih tinggi merupakan faktor penting dalam kemajuan

pendekatan partisipatif. Sering ditemukan berbagai perencanaan yang

partisipatif ketika diimplementasikan ternyata masih merupakan tahapan

partisipasi yang masih rendah, bukan karena komitmen untuk melaksanakan

melainkan ketidakmampuan organisasi masyarakat dan pemerintah untuk

mengawal implimentasi kebijakan tersebut.

Partisipasi masyarakat dalam implimentasi pembangunan akan

melahirkan apa yang disebut kepekaan integritas (sence of integritas) yang

merupakan rasa kesatuan, rasa kebersamaan, rasa kekeluargaan, dan rasa

kegotongroyongan yang muncul karena akumulasi pengalaman keterlibatan

dalam implimentasi pembangunan.

Dalam melaksanakan perencanaan hukum, yang perlu mendapatkan

perhatian utama adalah meningkatkan kesadaran hukum masyarakat.

Kesadaran hukum masyarakat merupakan persoalan yang sebenarnya agak

rumit. Hal ini disebabkan oleh karena masyarakat Indonesia merupakan

suatu masyarakat majemuk atau pluralistik, yang mencakup pelbagai

kesadaran baik yang bersifat pribadi maupun kelompok. Dengan demikian

terdapat kesadaran hukum yang tidak tunggal atau seragam, meski harus

Page 35: Pembangunan Desa Sadar Hukum

35

diakui bahwa atas dasar studi perbandingan, terdapat bermacam-macam

persamaan di dalam masyarakat majemuk tersebut. Persamaan-persamaan

yang ada hendaknya dimanfaatkan untuk dapat menyusun suatu unifikasi

hukum, akan tetapi perbedaan-perbedaan yang ada tidak boleh diremehkan,

oleh karena tidak jarang menyangkut dasar dari sistem atau sub sistem

masyarakat yang bersangkutan (Muhlizi (2009).

Lebih lanjut menurut Muhlizi (2009) Pembangunan hukum, haruslah

dilihat secara holistik sebagai upaya sadar, sistematis, dan

berkesinambungan untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara yang semakin maju, sejahtera, aman, dan tenteram di dalam

bingkai dan landasan hukum yang adil dan pasti. Proses pembangunan

hukum berkaitan erat dengan : (1) proses pembuatan hukum atau perangkat

peraturan perundang-undangan yang memungkinkan nilai-nilai normatif yang

hidup di dalam masyarakat untuk diformulasikan sedemikian rupa dan

kemudian dilegitimasikan oleh kekuasaan umum menjadi norma publik (law

making process), (2) proses pelaksanaan dan penegakan (law enforcement)

yang memungkinkan hukum yang dibangun dan dikembangkan menjadi

hidup dan dapat bekerja secara fungsional (living law in action), dan proses

pembinaan dan pembangunan kesadaran hukum masyarakat yang

memungkinkan hukum dan sistem hukum yang dibangun memperoleh

dukungan sosial dalam arti luas (legal awareness). Dengan perkataan lain,

pembangunan hukum itu secara sistemik menyangkut : (a). materi hukum

Page 36: Pembangunan Desa Sadar Hukum

36

dan prosedur-prosedurnya, (b). institusi, termasuk aparat yang terlibat di

dalamnya, mekanisme kerja institusi hukum, serta sarana dan prasarana

penunjang yang diperlukan untuk itu, (c). kesadaran hukum dan budaya

hukum masyarakat yang menjadi subyek hukum yang bersangkutan.

Menurut Muhlizi (2009), dari komponen sistem hukum diatas salah

satunya adalah kesadaran hukum dan masyarakat hukum sebagai subjek

hukum yang menjadi sasaran pelaksanaan pembangunan hukum.

Masyarakat hukum adalah himpunan berbagai kesatuan hukum (legal unity)

yang satu sama lain terikat dalam suatu hubungan yang teratur. Kesatuan

hukum yang membentuk masyarakat hukum itu dapat berupa individu,

kelompok, organisasi atau badan hukum negara, dan kesatuan-kesatuan

lainnya. Sedangkan alat yang dipergunakan untuk mengatur hubungan antar

kesatuan hukum itu disebut hukum, yaitu kesatuan sistem hukum yang

tersusun atas berbagai komponen. Pengertian ini merupakan refleksi dari

kondisi obyektif berbagai kelas masyarakat hukum, yang secara umum dapat

diklasifikasikan atas tiga golongan utama, yaitu: (a). masyarakat sederhana;

(b). masyarakat Negara; dan (c). masyarakat internasional.

Menurut Rosidi (2009), di dalam suatu masyarakat hukum fungsi

perencanaan pembangunan dapat dilakukan dengan memanfaatkan hukum.

Hal ini disebabkan karena:

1. pertama, hukum merupakan hasil penjelajahan ide dan pengalaman

manusia dalam mengatur hidupnya. Hukum merupakan bentuk pengaturan

Page 37: Pembangunan Desa Sadar Hukum

37

kehidupan manusia yang paling tua, yang pada abad ke-20 telah diyakini

sebagai design dan pengaturan hidup yang paling modern dan

representatif. Hampir tidak terdapat satupun negara yang tidak berbentuk

negara hukum;

2. Kedua, terbawa oleh hakekat pengadaan dan keberadaan hukum dalam

suatu masyarakat, terutama untuk mengatur kehidupan masyarakat.

Termasuk di dalamnya pengaturan terhadap perubahan yang terjadi atau

yang hendak dilakukan oleh masyarakat.

3. Ketiga, fungsi mengatur itu telah didukung oleh potensi dasar yang

terkandung dalam hukum, yang melampaui fungsi mengatur, yaitu juga

berfungsi sebagai pemberi kepastian, pengaman, pelindung, dan

penyeimbang, yang sifatnya dapat tidak sekedar adaptif dan fleksibel,

melainkan juga prediktif dan antisipatif. Potensi hukum ini terdapat pada

dua dimensi utama dari fungsi hukum, yaitu fungsi preventif dan represif.

Preventif adalah fungsi pencegahan, fungsi ini dituangkan dalam bentuk

pengaturan pencegahan (prevention regulation) yang hakekatnya

merupakan design dari setiap tindakan yang hendak dilakukan oleh

masyarakat. Design ini meliputi seluruh aspek tindakan manusia, termasuk

resiko, dan pengaturan prediktif terhadap bentuk penanggulangan resiko

itu. Sedangkan represif adalah fungsi penanggulangan. Fungsi ini

dituangkan dalam bentuk penyelesaian sengketa atau pemulihan terhadap

kerusakan keadaan yang diakibatkan oleh resiko tindakan yang terlebih

Page 38: Pembangunan Desa Sadar Hukum

38

dahulu telah ditetapkan dalam perencanaan tindakan itu. Dimensi fungsi ini

menunjukkan bahwa hukum merupakan instrumen yang tidak hanya

potensial untuk mengatur dan menjaga harmonisasi kehidupan

masyarakat, melainkan juga potensial untuk merekayasa masyarakat.

4. Keempat, dalam isu pembangunan global itu hukum telah dipercaya untuk

mengemban misinya yang paling baru, yaitu sebagai sarana perubahan

sosial atau sarana pembangunan. Kepercayaan ini didasarkan pada

hakekat dan potensi hukum sebagai inti kehidupan masyarakat.

Fungsi baru itu berarti perkembangan dan beban baru bagi hukum. Rasio

pembangunan hukum itu terletak dalam perspektif ini. Untuk mengemban

fungsi barunya, hukum membutuhkan peningkatan kapasitas dalam bentuk

pembangunan dan pembaharuan terhadapnya. Pembangunan dan

pembaharuan ini dapat berbentuk rekonstruksi, intensifikasi fungsi, atau

pengembangan fungsi. Rekonstruksi itu dapat berbentuk penggantian,

penataan, pengelolaan dan pengembangan hukum. Penggantian hukum

dilakukan terhadap hukum yang telah kekurangan atau kehabisan daya

dukungannya. Penataan hukum dilakukan terhadap hukum yang berada

dalam kondisi mis-koordinasi, berbatas substansi tidak jelas, atau yang

bertumpang tindih fungsi dan substansi. Pengelolaan hukum dilakukan

terhadap hukum yang daya dukungnya telah memadai dan

pengembangan hukum dilakukan terhadap hukum yang daya dukungnya

telah baik, berdasarkan kebutuhan kondisi. Hal penting yang perlu

Page 39: Pembangunan Desa Sadar Hukum

39

ditegaskan dalam kaitan dengan pembahasan terakhir ini adalah bahwa

makna hukum ditempatkan tidak hanya pada makna hukum normatif,

melainkan terutama dalam konteks makna hukum sebagai suatu sistem.

C. Program Desa Sadar Hukum

Menurut Muhlizi (2009) untuk melaksanakan pembangunan dan

pembaharuan hukum yang merupakan suatu sistem diperlukan perencanaan.

Perencanaan merupakan unsur yang sangat penting dalam mengelola

organisasi . Perencanaan merupakan suatu perumusan dari persoalan-

persoalan tentang apa dan bagaimana suatu pekerjaan hendak

dilaksanakan. Perencanaan juga merupakan suatu persiapan (preparation)

untuk tindakan-tindakan kemudian. Perencanaan meliputi hal-hal yang akan

dicapai, yang kemudian memberikan pedoman, garis-garis besar tentang apa

yang akan dituju. Kekhususan sifat perencanaan ialah dominannya fungsi

perencanaan untuk keberhasilan seluruh manajemen. Menurut pandangan

politis strategis, jika keseluruhan manajemen mempunyai nilai strategis,

dengan sendirinya perencanaan sebagai bagian tentu juga mempunyai sifat

dan strategis. Dan bila perencanaan sebagai langkah awal pemerintah,

bernilai strategis, besar harapan bahwa keseluruhan manajemen akan

bernilai strategis pula.

Page 40: Pembangunan Desa Sadar Hukum

40

Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Nomor : M – 01.PR.07.10 Tahun 2005 Tentang Organisasi Dan

Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia, pada BAB I Pasal 2 menyatakan bahwa :

Kantor Wilayah mempunyai tugas melaksanakan tugas pokok dan fungsi

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam

wilayah Propinsi berdasarkan kebijakan Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia R.I dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 3

Dalam melaksanakan tugas, Kantor Wilayah menyelenggarakan fungsi :

a. pengkoordinasian, perencanaan, pengendalian program, dan

pengawasan;

b. pembinaan di bidang hukum dan hak asasi manusia;

c. penegakan hukum di bidang pemasyarakatan, keimigrasian,

administrasi hukum umum, dan hak kekayaan intelektual;

d. perlindungan, pemajuan, pemenuhan, penegakan dan penghormatan

hak asasi manusia;

e. pelayanan hukum;

Page 41: Pembangunan Desa Sadar Hukum

41

f. pengembangan budaya hukum dan pemberian informasi hukum,

penyuluhan hukum, dan diseminasi hak asasi manusia;

g. pelaksanaan kebijakan dan pembinaan teknis di bidang administrasi di

lingkungan Kantor Wilayah.

Berdasarkan ketentuan pasal 3 huruf (b) dan huruf (f), maka kantor

wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Maluku mempunyai

tugas yang sebgaimana telah ditentukan RENSTRA Kementrian Hukum dan

HAM Republik Indonesia dalam melaksanakan pembangunan hukum daerah,

yang salah satu programnya adalah perencanaan pembentukan

desa/kelurahan sadar hukum di Kota Ambon.

Adapun tujuan dari program desa sadar hukum berdasarkan Peraturan

Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional Nomor : PHN.03.05.-73 tahun

2008 tentang Pembentukan dan Pembinaan Keluarga Sadar Hukum dan

Desa/Kelurahan Sadar Hukum pada Lampiran I , yaitu :

1. Agar setiap anggota masyarakat mengetahui dan meningkatkan

kesadaran akan hak dan kewajibannya;

2. Agar setiap anggota masyarakat memahami dan mentaati terhadap hukum

yang berlaku.

Page 42: Pembangunan Desa Sadar Hukum

42

Dalam Lampiran I Peraturan Kepala badan Pembinaan Hukum

Nasional, menyatakan bahwa pembentukan Kadarkum dibentuk di Pusat, di

Propinsi, dan di Kabupatan/Kota, antara lain sebagai berikut :

1. Pembentukan Kadarkum di Pusat ditetapkan dengan Keputusan Kepala

Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia;

2. Di Propinsi dengan keputusan Gubernur; dan

3. Di Kabupaten/Kota dengan Keputusan Bupati/Walikota.

Lebih lanjut disampaikan pula keanggaotaan kadarkum terdiri atas

anggota masyarakat yang atas kemauannya sendiri berusaha untuk

meningkatkan kesadaran hukumnya, dan tidak terikat pada syarat :

a. Usia;

b. Jenis kelamin;

c. Pekerjaan;

d. Pendidikan;

e. Syarat lainnya.

Kelompok kadarkum dapat ditinjau dari perspektif modal

pembangunan, karena keberadaan kelompok kadarkum yang menjadi

sasaran desa binaan hukum bisa menjadi modal sosial dalam pembangunan.

Masyarakat yang memiliki modal sosial yang tinggi cenderung bekerja secara

Page 43: Pembangunan Desa Sadar Hukum

43

gotong-royong, guyub, merasa aman untuk berbicara dan mengatasi

perbedaaan-perbedaan di antara mereka.

Modal sosial dapat diartikan sebagai hasil dari relasi yang intim dan

konsisten di antara masyarakat. Elemen utama dari kadarkum dan desa

binaan hukum yaitu,  social capital mencakup norms, reciprocity, trust,

dan network. Keempat elemen tersebut berpengaruh secara signifikan

terhadap perilaku kerjasama untuk mencapai hasil yang diinginkan yang

mampu mengakomodasi kepentingan individu yang melakukan kerjasama

maupun kelompok secara kolektif. Menurut World Bank (1998) social

capital tidaklah sesederhana hanya sebagai penjumlahan dari institusi-

institusi yang dibentuk oleh masyarakat, tetapi juga merupakan perekat dan

penguat yang menyatukan mereka secara bersama-sama. Social

capital meliputi share values dan rules bagi perilaku sosial yang

terekspresikan dalam hubungan-hubungan antar personal, trust dan common

sense tentang tanggung jawab terhadap masyarakat, semua hal tersebut

menjadikan masyarakat lebih dari sekedar kumpulan individu-individu.

Modal dasar dari adanya ikatan sosial yang kuat adalah adanya

kerjasama di antara anggota kelompok atau organisasi dalam hal komunitas

suatu desa/kelurahan, dimana ikatan social tersebut akan terbanguan apabila

ada kerjasama di antara semua warga masyarakat. Kerjasama akan

terbangun dengan baik apabila berlandaskan kepercayaan di antara para

Page 44: Pembangunan Desa Sadar Hukum

44

anggotanya. Kemampuan komunitas atau kelompok – kelompok untuk

bekerjasama dan menumbuhkan kepercayaan baik di antara anggota –

anggotanya maupun dengan pihak luar merupakan kekuatan yang besar

untuk bekerjasama dan menumbuhkan kepercayaan pihak lain, karena itulah

disebut ‘modal sosial’. Jika warga masyarakat saling bekerjasama dan saling

percaya yang didasarkan kepada nilai – nilai universal yang ada , maka tidak

akan ada sikap saling curiga, saling jegal, saling menindas dan sebagainya.

Modal dasar dari desa/kelurahan binaan hukum adalah Komunitas

Kelompok Kadarkum. Di dalam komunitas kadarkum ini, nilai-nilai seperti

gotong-royong, kepercayaan, kohesifitas, altruisme, jaringan dan kolaborasi

sosial diartikulasi di setiap pertemuannya, baik melalui metode simulasi, temu

sadar hukum atau diskusi, lomba kadarkum serta program kegiatan lainnya.

Modal sosial bersifat bottom-up, seperti halnya komunitas kadarkum yang

merupakan upaya swadaya dari masyarakat untuk menjadikan diri mereka

paham dan taat terhadap aturan-aturan hukum.

Rencana pembentukan dan pembinaan desa/kelurahan sadar hukum

dari perspektif Modal Sosial, kiranya keberadaan desa/kelurahan ini dapat

dimanfaatkan oleh banyak stakeholder pembangunan. Misalnya, BNN dalam

rangka pencegahan narkoba dan Kejaksaan Tinggi dalam pemberdayaan

keberadaan kelompok kadarkum binaan ini. BNN dan Kejaksaan Tinggi bisa

mensinergikan program-programnya dengan program kegiatan Kantor

Page 45: Pembangunan Desa Sadar Hukum

45

Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi manusia secara bersama-sama

melakukan pembinaan di daerah/desa rawan narkoba (red district) dan

memberikan pemahaman dan pengetahuna tentang bagaimana kinerja dari

Kejaksaan Tinggi dalam melakukan sebagaian tugas dalam mengungkap

kasus misalnya Korupsi. Dengan dibentuk kelompok kadarkum yang pada

gilirannya daerah tersebut akan dibina secara bersama-sama sehingga

desa/kelurahan tersebut bisa menjadi sadar hukum. (kris dalam desa sadar

hukum sebagai modal sosial dalam pembangunan).

Penyuluhan hukum merupakan program kegitan yang dilaksanakan oleh

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM dalam rangka mewujudkan

kesadaran hukum masyarakat kearah yang lebih baik dalam menggerakkan,

membina dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan penyebaran informasi

dan sosialisasi hukum kepada anggota masyarakat dalam suatu

desa/kelurahan untuk menjadi desa/kelurahan binaan hukum yang pada akhir

menjadi desa/kelurahan sadar hukum.

Menurut Mulyana W. Kusumah, dkk. (1998:70) penyuluhan hukum

adalah serangkaian kegiatan penyebarluasan informasi kepada seluruh

warga masyarakat tentang aturan-aturan hukum yang berlaku. Hukum

memiliki banyak fungsi, salah satu dari fungsi hukum adalah a tool of social

atau alat rekayasa social. Sehubungan dengan fungsi ini, maka proses

sosialisasi peraturan perundang-undangan yang menjadi bagian penting

Page 46: Pembangunan Desa Sadar Hukum

46

dalam proses pemebetukan desa/kelurahan sadar hukum diupayakan agar

peraturan-perturan tersebut benar-benar efektif diberlakukan.

Menurut Achmad Ali (1998:195) tujuan sosialisasi antara lain adalah :

1. Agar warga masyarakat mengetahui kehadiran suatu undang-undang atau

peraturan;

2. Agar warga masyarakat dapat mengetahui isi suatu undang-undang;

3. Agar warga masyarakat dapat menyesuaikan diri atau pola piker dan

tingka laku dengan tujuan yang dikehendaki oleh Undang-Undang atau

peraturan hukum tersebut.

Pengaruh sosialisasi dan komunikasi sangat besar pengaruhnya

dalam rangka penegakkan hukum serta dalam rangka pembentukan

desa/kelurahan sadar hukum. Menurut Sajtipto Rahardjo (1982:91) Efektifitas

dari sosialisasi dan komunikasi hukum adalah :

1. Makin banyak saluran untuk pembeitahuan keputusan, makin besar

dampaknya;

2. Informasi mengenai ketentuan tentang kepatuhan terhadap suatu

keputusan akan mendatangkan dampak lebih besar daripada diskusi

secara umum mengenai suatu kasus;

3. Pemberitaan tentang reaksi negative dengan segera, cenderung untuk

menaikkan ketidakpatuhan.

Page 47: Pembangunan Desa Sadar Hukum

47

Meskipun dinyatakan bahwa setiap orang dianggap mengetahui

hukum, akan tetapi kenyataannya tidaklah demikian. Oleh karena itu dalam

rangka pembentukan desa/kelurahan sadar hukum ini Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM mengemban tugas yang penting dalam

rangka menyelenggarakan pembangunan hukum di daerah yakni harus

selalu melakukan penyebarluasan pengetahuan hukum kepada setiap

anggota masyarakat baik itu di wilayah Provinsi, Kabupaten dan kota agar

jumlah anggota masyarakat di setiap desa/kelurahan bertambah

pengetahuan dan pemahaman tentang hukum. Dengan bertambahnya setiap

anggota masyarakat yang mengetahui hukum maka diharapkan kita semua

dapat lebih sadar akan manfaat hukum dalam kehidupan.

Selanjutnya pembangunan di Negara kita yang merupakan

pembangunan di segala bidang, didasarkan pada asas pembangunan

nasional, salah satu diantaranya adalah asas kesadaran hukum. Setiap

warga Negara Indonesia harus selalu patuh dan taat kepada hukum, dan

Negara berkewajiban untuk menegakkan dan menjamin kepastian hukum.

Menurut Soerjono Soekanto (1982:72) salah satu persyaratan agar

hukum dapat berfungsi dengan baik adalah adanya kepatuhan hukum yaitu

jika setiap orang berperilaku sesuai dengan hukum yang berlaku. Kepatuhan

terhadap ketentuan-ketentuan hukum menunjukkan efektifitas keberlakuan

hukum ditengah-tengah masyarakat. Dengan kata lain, jika kaidah hukum

Page 48: Pembangunan Desa Sadar Hukum

48

dipatuhi atau digunakan maka hukum itu mampu mempunyai pengaruh positif

yang biasa disebut efektifitas hukum menurut Rusli Effendy, dkk (1991:76).

Lebih lanjut Scholten (Chairuddin, 1991:104) mengatakan bahwa

kesadaran hukum itu tidak lain adalah suatu kesadaran yang ada dalam

kehidupan manusia untuk selalu patuh dan taat kepada hukum. Menurut

Liaca Marzuki (1995:96) fungsi kesadaran hukum rakyat berkaitan dengan

kepatuhan hukum, sekalipun kepatuhan hukum belum tentu mencerminkan

kesadaran hukum para anggota masyarakat. Kepatuhan hukum yang

didasarkan kepada pemaksaan, niscaya tidak dapat lahir dari sikap batiniah

yang memancarkan nilai kesadaran hukum.

Kiranya tidak berlebihan bila dikatakan bahwa pembentukan

desa/kelurahan sadar hukum yang menjadi bagian penting dalam

meningkatkan kesadaran hukum masyarakat yang dilaksanakan dengan

berbagai program kegiatan temu sadar hukum, sosialisasi peraturan

perundang-undangan, ceramah penyuluhan hukum, diskusi dan simulasi

adalah bagian penting dalam pembangunan hokum yang harus diterima oleh

masyarakat tanpa ada paksaan dan dari hati. Sehingga perencanaan,

pengelolaan, dan pelaksanaan program kegiatan tersebut diatas dilakukan

dengan lebih merata dan menjangkau seluruh lapisan/golongan masyarakat

yang lebih luas, melalui berbagai pola penyuluhan hukum dengan

mengusahakan tetap adanya koordinasi, integrasi dan sinkronisasi antar

Page 49: Pembangunan Desa Sadar Hukum

49

instansi Menurut Mulyana W Kusumah, dkk, 1998:7-8). (Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM dengan PEMDA Provinsi, Kabupaten dan

Kota).

Upaya untuk mewujudkan kesadaran hukum masyarakat merupakan

program kegiatan pembangunan hukum yang tidak mudah karena sangat

berkaitan dengan pelbagai kehidupan, meskipun kesadaran hukum itu dapat

dibentuk. Menurut Mustafa Abdullah dan Soerjono Soekanto (1982:213)

bahwa kesadaran hukum dapat dibentuk melalui program-program

pendidikan tertentu, yang memberikan suatu bimbingan kearah kemampuan

untuk dapat memberikan penilain kepada hukum, bahkan hukum dapat pula

dijadikan sarana untuk itu.

Menurut Satjipto Raharjo (1983) membuat analisis bagaimana

sebenarnya budaya hukum yanga berlaku dalam masyarakat Indonesia. Hal

yang tidak dapat diabaikan adalah peranan orang-orang atau anggota

masyarakat yang menjadi sasaran pembangunan hukum. Hukum yang

dijalankan dalam masyarakat banyak ditentukan oleh sikap, pandangan serta

nilai-nilai yang hidup, dihayati oleh masyarakat.

Membangun kesadaran hukum masyarakat adalah sebuah usaha

yang harus terus menerus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Salah

satu usahanya adalah pembentukan Desa Sadar Hukum. Dalam rencana

Page 50: Pembangunan Desa Sadar Hukum

50

strategi Kementerian Hukum dan HAM RI tahun 2010-2014 program

pemberdayaan masyarakat untuk sadar hukum dilaksanakan melalui

serangkaian kebijakan dan kegiatan prioritas, antara lain seluruh Desa di

Indonesia menjadi Desa Sadar Hukum dan HAM. Salah satu unit yang

melakukan pembinaan kesadaran hukum masyarakat adalah Badan

Pembinaan Hukum Nasional melalui Pusat Penyuluhan Hukum, yang

kemudian kebijakan dan kegiatan prioritas diteruskan ke Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan Hak Asasi manusia Maluku yang secara terprogram

menjalankan program kegiatan pembentukan desa/kelurahan sadar hukum.

Dalam menjalankan program kegiatan pembentukan desa/kelurahan

sadar hukum Kantor Wilayah Kementerian HUkum dan Hak Asasi Manusia

Maluku tetap mengacu pada petunjuk teknis dari Badan pembinaan Hukum

Nasional Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia. Disamping itu

menurut keterangan dari Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

Ham Maluku yang menjabat pada periode Tahun 2010 mengatakan bahwa

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku menargetkan

sejumlah desa sadar hukum dan mengerti tentang masalah HAM. Lebih

lanjut disampaikanm bahwa untuk sementara, sudah 5 desa dan 1 kelurahan

yang telah dijadikan sasaran desa sadar hukum di Kota Ambon meliputi desa

Latuhalat, Kecamatan Nusaniwe, kelurahan Waehaong Kecamatan

Nusaniwe, Desa Batumerah Kecamatan Sirimau, Desa Waiheru Kecamatan

Page 51: Pembangunan Desa Sadar Hukum

51

Baguala, Desa Leihari Kecamatan Leitmur dan Hunuth/Durian Patah,

kecamatan Baguala," kata Kakanwil Depkum HAM Maluku, Chris Leihitu.

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Maluku

mengeharapkan dari puluhan ribu desa/keluraha di Maluku ini, ada yang

betul-betul menjadi andalan sebagai desa sadar hukum, dimana

masyarakatnya taat membayar pajak, mematuhi peraturan perundang-

undangan yang berlaku, tidak membuat pelanggaran dan benar-benar

memahami yang namanya hak asasi manusia.

Pembentukan desa sadar hukum sudah menjadi tugas pokok dan tanggung

jawab Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku pada Divisi

Pelayanan Hukum dan HAM di bidang pelayanan hukum.

Proses pembentukannya diawali Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM dan Ketua Pengadilan Negeri dan bekerjasama dengan Pemerintah

Daerah setempat untuk dibina, kemudian diajukan ke Gubernur untuk

memperoleh keputusan dan nantinya diresmikan.

"Tapi tentunya dalam menjalankan program pembentukan desa sadar hukum

ini tidak mudah akan di dorong terus karena sudah menjadi salah satu tugas

pokok dan fungsi dari Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku

katanya. Selain tiga lokasi kecamatan di Pulau Ambon, Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Maluku secara bertahap akan melancarkan

program pembinaan desa sadar hukum di kabupaten lain di Pulau Buru,

Page 52: Pembangunan Desa Sadar Hukum

52

Pulau Seram, Maluku Tenggara dan Kota Tual sampai ke Maluku Barat Daya

(MBD).

D. Kerangka Konseptual

Secara umum penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peranan

Kanwil Kemenkumham dalam hal ini Bidang Pelayanan Hukum pada Divisi

Pelayanan Hukum dan HAM melakukan pembentukan Desa Sadar Hukum

dan menganalisa proses Perencanaan Pembentukan Desa/Kelurahan Sadar

Hukum di Kota Ambon, dimana Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Maluku memilki program kegiatan yang dalam penyusunan program

kegiatan perencanaan pembungunan dibidang hukum harus berkoordinasi

dengan Divisi Administrasi, Divisi Pemasyarakatan, Divisi Keimigrasian, dan

Divisi Pelayanan Hukum dan HAM serta Unit Pelaksana Teknis di wilayah

Provinsi, Kabupaten dan Kota di Maluku dalam penyusun program kegiatan.

Dalam hal ini, unsur koordinasi merupakan suatu proses yang selalu

dilaksanakan secara berkesinambungan.

Berdasarkan kenyataan bahwa dalam proses penyusunan

perencanaan program kegiatan sebagaimana yang telah diuraikan pada latar

belakang bahwa kewenangan Kantor Wilayah dalam proses penyusunan

hanya pada pengusulan program kegiatan yang harus disesuiakan dengan

kondisi geografis wilayah dan dipadukan dengan Rencana Strategis

Page 53: Pembangunan Desa Sadar Hukum

53

Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia. Program kegiatan yang

berkaitan dengan pembentukan desa/kelurahan desa sadar hukum,

dilaksanakan oleh Divisi Pelayanan Hukum dan HAM bidang Pelayanan

Hukum. Untuk mendukung terlaksananya pembentukan desa/kelurahan

sadar hukum terdapat program kegiatan yang harus dilaksanakan dan di

programkan secara berkesinambungan yaitu : kegiatan ceramah penyuluhan

hukum terpadu, kegiatan temu sadar hukum, kegiatan inventarisasi

desa/kelurahan binaan atau desa/kelurahan sadar hukum, sosialisasi

peraturan perundang-undangan, diskusi dan simulasi, Kegiatan Bimbingan

Teknis penyuluhan Hukum, kegiatan Dialog Interaktif di RRI dan Radio

Swasta, Pameran Peningkatan Kesadaran Hukum Masyarakat dan kegiatan

lainnya. Meskipun diakui bahwa untuk membangun kesadaran hukum

masyarakat tidak mudah membalikkan telapak tangan, maka diperlukan

perencanaan program kegiatan yang terencana dan terarah serta didukung

dengan sarana dan prasarana demi tercapainya tujuan yang dikehendaki.

Sedangkan untuk proses pembentukan desa sadar hukum itu harus di

dasarkan dan mengikuti petunjuk pelaksanaan dari : Peraturan Menteri

Hukum dan HAM RI Nomor : M-01.PR.07.10 Tahun 2005 yang kemudian

diubah dengan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor : M-

09.PR.07.10 Tahun 2007 dan dilakukan perubahan kedua dengan Peraturan

Menteri Hukum dan HAM RI Nomor : M.MH-10.OT.01.01 Tahun 2009

Page 54: Pembangunan Desa Sadar Hukum

54

Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan HAM RI,

Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor : M-PR.07.10 Tahun 2005

tentang Organisasi Tata Kerja Kanwil Kemenkum HAM Maluku, Peraturan

Menteri Hukum dan HAM RI No. M.01-PR.08.10 Tahun 2007 Tentang Pola

Penyuluhan , Peraturan Kepala BPHN No. PHN.HN.03.05-73 Thn 2008

Tentang Pembentukan dan Pembinaan Keluarga Sadar Hukum dan

Desa/Kelurahan Sadar Hukum, Laporan-laporan Kegiatan Penyuluhan

Hukum/Temu Sadar Hukum, Inventarisasi Desa/Kelurahan Binaan atau

Desa/Kelurahan Sadar Hukum, Penetapan Walikota Ambon tentang

Pembinaan Desa/Kelurahan Binaan.

Disampaikan pula bahwa pada kenyataannya bila dipopulasikan belum

ada desa/kelurahan di Kota Ambon yang sudah ditetapkan sebagai

desa/kelurahan sadar hukum. Faktanya dari tahun 2008, tahun 2009, dan

tahun 2010, dan tahun 2011 berdasarkan program kegiatan Inventarisasi

Desa Binaan/Desa Sadar Hukum yang proses kegiatannya dilakukan dengan

menyurati Bupati dan Walikota se Propinsi Maluku hanya Kota Ambon yang

merespon Surat Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Maluku itupun dilakukan pada tahun 2010. Respon terhadap Surat

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Maluku

oleh Pemerintah Kota Ambon dengan menerbitkan Surat Keputusan Walikota

Ambon Nomor : 1028 Tahun 2010 Tentang Penetapan Negeri, Desa dan

Kelurahan Binaan Dalam Wilayah Daerah Kota Ambon.

Page 55: Pembangunan Desa Sadar Hukum

55

Kemudian isi dari Surat Keputusan Walikota Ambon Nomor : 1028

Tahun 2010 Tentang Penetapan Negeri, Desa dan Kelurahan Binaan Dalam

Wilayah Daerah Kota Ambon adalah menetapkan Negeri, Desa dan

Kelurahan Binaan Hukum Kota Ambon Tahun 2010 adalah sebagai berikut :

1. Kecamatan Nusaniwe, yakni Negeri/Desa Latuhalat dan Kelurahan

Waihaong;

2. Kecamatan Sirimau, yakni Negeri/Desa Batumerah;

3. Kecamatan Teluk Ambon, yakni Desa Hunuth/Durian Pata;

4. Kecamatan Baguala, yakni Desa Waiheru; dan

5. Kecamatan Leitimur Selatan, yakni Negeri/Desa Leahari.

Dalam Surat Keputusan Walikota tersebut dinyatakan Negeri, Desa

dan KelurahanBinaan Hukum dengan memenuhi syarat yang ditetapkan dan

pembinaan dilaksanakan melalui : kegiatan Penyuluhan Hukum; kegiatan

Temu Sadar Hukum; Kegiatan Simulasi di bidang Hukum; dan kegiatan

Lomba Kadarkum.

Bila dilihat dari dalam penyusunan program kegiatan khususnya pada

bidang pelayanan hukum Divisi Pelayanan Hukum dan HAM, itu terasa masih

terdapat keterbatasan dalam penyusunan dan pengusulan program kegiatan

yang menunjang perencanaan terbentuknya desa/kelurahan sadar hukum di

Kota Ambon sehingga bila dikaji lebih lanjut, maka masih terdapat kurangnya

volume kegiatan yang menjadi kegiatan prioritas dalam mendukung

Page 56: Pembangunan Desa Sadar Hukum

56

terbentuknya desa/kelurahan sadar hukum di Kota Ambon tidak berjalan

dengan dukungan program kegiatan yang tersedia dalam APBN, kurangnya

sarana dan prasarana, volume kegiatan yang sedikit, kualitas dan kuantitas

sumber daya manusia yang kurang, serta ketersediaan anggaran atau

alokasi anggaran yang terbatas dalam mendukung terbentuknya

desa/kelurahan sadar hukum di Kota Ambon.

Situasi ini mengakibatkan terhambatnya perencanaan pembentukan

desa/kelurahan sadar hukum yang dilaksanakan oleh Bidang pelayanan

Hukum Divisi Pelayanan Hukum dan HAM pada Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan HAM Maluku. Untuk lebih jelasnya kerangka penelitian ini dapat

dijelaskan secara singkat sebagai berikut :

Page 57: Pembangunan Desa Sadar Hukum

57

Perencanaan Pembentukan Desa/Kelurahan

Sadar Hukum di Kota Ambon

Peranan Kantor Wilayah

Faktor Penghambat Proses Pembentukan

1. Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Wilayah

a. Peran Koordinasib. Fungsi Pembinaan

2. Bentuk Kegiatan yang dilaksanakan

3. Kerjasama Instansi

1. Kurangnya Volume Kegiatan

2. Terbatasnya Anggaran

3. Kurangnya SDM Tenaga Penyuluh Hukum

4. Kurang Pegawai5. Kurangnya Sarana

dan Prasarana Pendukung

1. Tugas Pokok dan Fungsi Sub Bidang Penyuluhan dan Bantuan Hukum

2. Pola Penyuluhan Hukum

3. Pembentukan dan Pembinaan Kelompok Kadarkum

4. Kriteria Desa/Kelurahan Sadar Hukum

5. Pembentukan Desa/Kelurahan Sadar Hukum

TERBENTUKNYA DESA/KELURAHAN SADAR HUKUM DI KOTA AMBON

Page 58: Pembangunan Desa Sadar Hukum

58

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat studi kasus (case study) dengan tipe penelitian

diskriptif yaitu memberikan gambaran secara menyeluruh (comprehensive)

tentang Perencanaan Pembentukan Desa Sadar Hukum Di Kota Ambon

khususnya ditinjau dari peranan dan proses Pembentukan Desa Sadar

Hukum di Kota Ambon Khususnya di Negeri/Desa Batumerah dan Kelurahan

Waihaong, Oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku dan

Pemerintah Daerah Kota Ambon.

Analisis yang digunakan adalah kualitatif untuk menjelaskan

kenyataan atau temuan-temuan empiris dalam Perencanaan Pembentukan

Desa Sadar Hukum di Kota Ambon.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Wilayah Kementerian hukum dan

Hak Asasi Manusia Maluku dan penelitian dilaksanakan PEMDA Kota Ambon

yaitu Bagian Hukum PEMDA Kota Ambon Camat Sirimau dan Camat

Nusaniwe Kota Ambont serta Desa Batumerah Kecamatan Sirimau dan

Page 59: Pembangunan Desa Sadar Hukum

59

Kelurahan Waihaong Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon yang menjadi

sasaran penelitian berdasarkan Penetapan Walikota Ambon tentang

pembinaan pada desa dan kelurahan tersebut. Waktu penelitian

dilaksanakan selama 3 bulan.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah bidang Pelayanan Hukum Divisi

Pelayanan Hukum dan HAM di bawah Kantor Wilayah Kementerian Hukum

dan HAM Maluku antara lain : Kadiv Yankum HAM, Kepala Bidang

Pelayanan Hukum, Kepala Sub Bidang Penyuluhan dan Bantuan Hukum

Sedangkan untuk wilayah Kota Ambon sendiri penelitiannya antara

lain yaitu : Bagian Hukum PEMDA Kota Ambon, Camat Nusaniwe, Camat

Sirimau, Masyarakat di Kelurahan Waihaong dan Masyarakat di Negari/Desa

Batu Merah yang masing-masing diwakili oleh 10 orang anggota masyarakat

yang merupakan peserta sekaligus anggota Kadarkum. Sehingga seluruh

responden diharapkan dapat mewakili populasi penelitian.

D. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari 2 (dua) sumber

yaitu :

Page 60: Pembangunan Desa Sadar Hukum

60

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya,

diamati dan dicatat melalui metode wawancara dan pengamatan

(observasi) langsung dilapangan.

Data primer yang dikumpulkan meliputi peranan Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Maluku dalam proses meliputi :

a. Penetapan program kegiatan dalam Pembentukan Desa Sadar Hukum

b. Penetapan anggran;

c. Pembinaan dan sosialisasi dalam rangka Pembentukan Desa Sadar

Hukum khususnya di Desa Batumerah dan Kelurahan Waihaong di

Kota Ambon.

2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh tidak melalui upaya sendiri

melainkan melalui dokumen-dokumen tertulis yaitu :

a. Dokumen yang berkaitan dengan program-program kegiatan yang

berkaitan dengan pembinaan dan pembentukan desa sadar hukum dan

laporan laporan kegiatan pada Divisi Pelayanan hukum dan HAM

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku.

b. Dokumen tentang lokasi penelitian yang meliputi kondisi geografis,

keadaan penduduk dan aspek-aspek lain yang menyangkut kondisi dan

keadaan wilayah penelitian.

E. Metode Pengumpulan Data

Page 61: Pembangunan Desa Sadar Hukum

61

Pengumpulan data dalam studi ini adalah dilakukan dengan cara

sebagai berikut :

a. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan baik

melalui wawancara secara langsung kepada responden dengan

menggunakan daftar pertanyaan dan pedoman wawancara yang telah

dipersiapkan kepada para pejabat dilingkungan Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Maluku, Pemda Kota Ambon, Camat.

b. Kuesioner yaitu responden menjawab sejumlah pertanyaan yang telah

dipersiapkan, yang tujukan kepada masyarakat di Kelurahan

Waihaong dan Masyarakat di Negari/Desa Batu Merah yang masing-

masing diwakili oleh 10 orang anggota masyarakat yang merupakan

peserta sekaligus anggota Kadarkum.

c. Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan melalui

pengamatan langsung terhadap objek kegiatan pad Sub Bidang

Penyuluhan dan Bangtuan Hukum dalam rangka perencanaan

pembentukan desa/kelurahan sadar hukum di Kota Ambon.

d. Dokumentasi yaitu pengumpulan data dari dokumen-dokumen

mengenai peranan dan proses pembentukan desa sadar hukum di

Kota Ambon.

F. Metode Analisis Data

Page 62: Pembangunan Desa Sadar Hukum

62

Dalam rangka menjawab permasalahan penelitian, maka digunakan

analisis kualitatif deskriptif yaitu menjelaskan, menguraikan, dan

menggambarkan situasi sesuai dengan permasalahan yang erat kaitannya

dengan penelitian ini. Sehingga dapat ditarik kesimpulan tentang

Perencanaan Pembentukan Desa Sadar Hukum di Kota Ambon.

.

G. Definisi Operasional

Untuk memperjelas variabel-variabel dalam penelitian ini, maka

variabel-variabel tersebut dioperasionalkan :

1. Perencanaan merupakan persiapan yang teratur dari setiap usaha untuk

mewujudkan tujuan, sehingga unsur-unsurnya terdiri dari tujuan, kebijakan,

prosedur, program dan progres.

2. Perencanaan Pembangunan adalah suatu usaha yang sistematik dari

berbagai pelaku pembangunan pada tingkat yang berbeda untuk

menghadapi saling ketergantungan dan keterkaitan aspek-aspek fisik,

aspek sosial, ekonomi, aspek hukum dan aspek-aspek lingkungan lainnya

dengan cara terus-menerus menganilis kondisi dan pelaksanaan

pembangunan, merumuskan tujuan dan kebijakan pembangunan,

menyusun konsep strategi-strategi bagi pemecahan masalah (solusi)

dengan memperhatikan sumberdaya yang tersedia.

3. Pembangunan hukum, haruslah dilihat secara holistik sebagai upaya

sadar, sistematis, dan berkesinambungan untuk membangun kehidupan

Page 63: Pembangunan Desa Sadar Hukum

63

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang semakin maju, sejahtera,

aman, dan tenteram di dalam bingkai dan landasan hukum yang adil dan

pasti.

4. Perencanaan partisipatif merupakan konsep dengan melibatkan

masyarakat dalam proses perencanaan dimana masyarakat dituntut atau

diajak untuk mendefinisikan apa kebutuhan masyarakat, memikirkan

bagaimana proses penyelesaiannya dan merundingkan bagaimana

penyelesaian masalah/kebutuhan tersebut dinilai keberhasilannya.

5. partisipasi masyarakat merupakan sebuah proses dimana masyarakat

sebagai stakeholder, terlibat mempengaruhi dan mengendalikan

pembangunan ditempat mereka masing-masing. Jadi masyarakat turut

serta secara aktif dalam memprakarsai kehidupan mereka, melalui proses

pembuatan keputusan dan perolehan sumber daya dan penggunaannya.

6. Pemerintah (Kementerian Hukum dan HAM) adalah aparat/pegawai negeri

sipil yang terlibat dalam peencanaan partisipatif.

7. Masyarakat adalah komunitas Desa Batumerah dan Kelurahan Waihaong

di Kota Ambon yang terlibat dalam pembentukan desa sadar hukum di

kota Ambon.

8. Masyarakat hukum adalah himpunan berbagai kesatuan hukum (legal

unity) yang satu sama lain terikat dalam suatu hubungan yang teratur.

9. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada

akhir periode perencanaan.

Page 64: Pembangunan Desa Sadar Hukum

64

10. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan

dilaksanakan untuk mewujudkan visi.

11.Keluarga Sadar Hukum (Kadarkum) adalah wadah yang berfungsi

menghimpun warga masyarakat yang dengan kemauannya sendiri

berusaha untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat.

12. Modal sosial secara sederhana yakni eksistensi dari serangkaian nilai-

nilai atau norma-norma informal tertentu yang dibagikan di antara

anggota-anggota dari kelompok yang membuat kerjasama di antara

mereka. Masyarakat yang memiliki modal sosial yang tinggi cenderung

bekerja secara gotong-royong, guyub, merasa aman untuk berbicara dan

mengatasi perbedaaan-perbedaan di antara mereka.

13. Desa Sadar Hukum adalah desa atau kelurahan yang telah dibina atau

karena swadaya, memenuhi kriteria sebagai desa/kelurahan sadar

hukum.

14. Keterlibatan Stakeholder adalah adanya peran aktif pemerintah, LSM,

dan masyarakat melalui kegiatan pembentukan desa/kelurahan sadar

hukum aktif dalam melakukan pembinaan dan menetukan kebutuhan

serta penentuan program kegiatan.

15. Koordinasi adalah penyatuan gerak dari unit kerja dengan masyarakat

yang dilakukan oleh Kantor Wilayahsehingga tercapai rekomendasi

Page 65: Pembangunan Desa Sadar Hukum

65

perencanaan partisipasi dalam pembentukan desa/kelurahan sadar

hukum.

16. Instansi adalah instansi yang terlibat dalam proses perencanaan dalam

menyampaikan program kegiatan yang telah dirumuskan oleh unit kerja

kepada masyarakat.

17. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM adalah instansi vertikal

Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia yang berkedudukan di

Propinsi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri

Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia yang mempunyai

tugas pokok dan fungsi dalam hal perencanaan pembentukan desa sadar

hukum di Propinsi, Kabupaten dan Kota.

Page 66: Pembangunan Desa Sadar Hukum

66

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kota Ambon

1. Sejarah Kota Ambon

Pada tahun 1575, saat dibangunnya Benteng Portugis di Pantai

Honipopu, yang disebut Benteng Kota Laha atau Ferangi, kelompok-

kelompok masyarakat kemudian mendiami sekitar benteng. Kelompok-

kelompok masyarakat tersebut kemudian dikenal dengan nama soa Ema,

Soa Kilang, Soa Silale, Hative, Urimessing dan sebagainya. Kelompok-

kelompok masyarakat inilah yang menjadi cikal bakal terbentuknya Kota

Ambon. Dalam perkembangannya, kelompok-kelompok masyarakat tersebut

telah berkembang menjadi masyarakat Ginekologis territorial yang teratur.

Karena itu, tahun 1575 dikenal sebagai tahun lahirnya Kota Ambon. Pada

tanggal 7 September 1921, masyarakat Kota Ambon diberi hak yang sama

dengan Pemerintah Colonial, sebagai manifestasi hasil perjuangan Rakyat

Indonesia asal Maluku. Momentum ini merupakan salah satu momentum

kekalahan politis dari Bangsa Penjajah dan merupakan awal mulanya warga

Kota Ambon memainkan peranannya di dalam Pemerintahan seirama

dengan politik penjajah pada masa itu, serta menjadi modal bagi Rakyat Kota

Page 67: Pembangunan Desa Sadar Hukum

67

Ambon dalam menentukan masa depannya. Karena itu, tanggal 7 September

ditetapkan sebagai tanggal kelahiran Kota Ambon.

Disamping itu Negeri/Desa Batumerah berasal dari 3 (tiga) Negeri

Ahusen, Negeri Uritetu, dan Negeri Amantelu. Negeri Ahusen saat berada di

belakang Rumah Beri-beri bekas hotel Negera, Negeri Uritetu saat ini

posisinya berada di belakang Kota Victoria/Bekas Benteng Victoria, dan

Negeri Amantelu saat berada di belakang Negeri Halong Utang/Hutan.

Semasa penjajahan sekeitar Tahun 1600 masyarakat di 3 Negeri tersebut

tinggal bersama-sama di Negeri/Desa Batumerah, sehingga Negeri/Desa

Batumerah sudah ada sejak Tahun 1600 dan bergabung menjadi satu untuk

membengun pembuatan Kota Ambon dan Benteng Victoria. Kenyataan atau

bukti bahwa Negeri/Desa Batumerah merupan Negeri/Desa Adat bukan

Negeri/Desa buatan/pendatang yaitu karena Negeri/Desa Batumerah ada

memiliki sifat-sifat petuanan negeri antara lain adalah :

a. Sifat dengan Negeri Halong yaitu Kali Way Ruhu;

b. Sifat dengan Negeri Rurong/Hutumuri yaitu Nani Cap;

c. Sifat dengan Negeri Ema yaitu Batu Bulan; dan

d. Negeri Amahusu yaitu Batu Capeo/Kali Mati

Adapun bukti lainnya yaitu rumah-rumah Tau yang ada di Negeri/Desa

Batumerah yaitu : Warang, Hatala, Lisaholet, Waliulu, Lebeharia, Masaoy,

Hunsow, Suku, Tuhutelu, Lantang, Tahalua, Ehi, Makatita, Lata, Mamang,

dan Nurlete. Dari ke 16 Ruma Tau yang ada saat ini hanya rersisa 10 Ruma

Page 68: Pembangunan Desa Sadar Hukum

68

Tau yaitu Hatala, Lisaholet, Waliulu, Lebeharia, Masaoy, Hunsow, Tahalua,

Mamang, Nurlete, Suku.

Sedangkan untuk Kelurahan Waihang, bahwa Kelurahan Waihaong

tada Tahun 1971 masih bergabung/menjadi sati dengan Soa Silale yang

disebut Lingkungan Huruf E. Kemudian pada Tahun 1980 Waihaong dibentuk

menjadi Kelurahan, sehingga disebut Kelurahan Waihaong sampai saat ini.

2. Keadaan Administratif

Kota Ambon merupakan salah satu dari 11 Kota/Kabupaten yang

barada di Poropinsi Maluku. Letak Kota Ambon berada sebagian besar dalam

wilayah pulau Ambon, dan secara geografis terletak pada posisi: 3o-

4o Lintang Selatan dan 128o-129o Bujur Timur, dimana secara keseluruhan

Kota Ambon berbatasan dengan Kabupaten Maluku Tengah. Ambon Letak

Posisi 3o-4o LS (Lintang selatan) 128o-129o BT (Bujur Timur) Batas Wilayah

Sebelah Utara dengan : Petuanan Desa Hitu, Hila, Kaitetu, Kecamatan

Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Sebelah Selatan dengan : Laut Banda

Sebelah Timur dengan : Petuanan Desa Suli, Kecamatan Salahutu,

Kabupaten Maluku Tengah Sebelah Barat dengan : Petuanan Desa Hatu,

Kecamatan Leihitu.

Wilayah Kota Ambon, dengan luas wilayah daratan (km2) sebesar

359,45 Km², sedangkan Luas Wilayah Laut (km2) seluas 17,55 Km², dan

jumlah penduduk (jiwa) 206.210 jiwa (Sensus Kota Penduduk 2000).

Page 69: Pembangunan Desa Sadar Hukum

69

Ambon terbagi menjadi 5 kecamatan, yaitu: Kecamatan Nusaniwe,

Kecamatan Sirimau, Kecamatan Leitimur Selatan, Kecamatan Baguala,

Kecamatan Teluk Ambon. Kota Ambon terdiri dari 3 Kecamatan seluas

359,45 km2 dengan jumlah penduduk keseluruhan mencapai 206.210 jiwa.

Kecamatan dengan luas wilayah terbesar adalah kecamatan Teluk Ambon

Baguala (158,79 km2), sedangkan kecamatan dengan wilayah terkecil yaitu

kecamatan Nusaniwe (88,35 km2). Kecamatan dengan tingkat kepadatan

tertinggi yaitu kecamatan Nusaniwe (748 jiwa/km2) sedangkan kecamatan

dengan tingkat kepadatan rendah yaitu kecamatan Teluk Ambon Baguala

(574 jiwa/km2). Kota Ambon meliputi wilayah di sepanjang kepulauan di teluk

Ambon, (luar dan dalam teluk), dan Teluk Baguala Bay, dengan total wilayah

seluas 277 km2 . Jumlah penduduk sekarang kira-kira diprediksikan sebesar

282 ribu jiwa yang terdiri dari berbagai wilayah di kepulauan Ambon.

Luas Wilayah Kecamatan Sirimau 112,31 (Km3), Kecamatan Sirimau

terdiri dari 14 (empat belas) Desa/Kelurahan antara lain yiatu : Kelurahan

Waihoka, Kelurahan Amantelu, Kelurahan Rijali, Kelurahan Karang Panjang,

Kelurahan Batu Meja, Kelurahan Batu Gajah, Kelurahan Ahusen, Kelurahan

Honipopu, Kelurahan Uritetu, Kelurahan Pandan Kasturi, Desa Galala, Desa

Hative Kecil, Desa Batu Merah, dan Desa Soya.

Wialayah Negeri/Desa Batumerah adalah 60.000 H, Negeri/Desa

Batumerah letak geografisnya sebelah timur berbatasan dengan Negeri/Desa

Page 70: Pembangunan Desa Sadar Hukum

70

Rutong/Hutumuri, Kecamatan Leitimur, sebelah Barat berbatasan dengan

Laut Teluk Ambon, sebelah utara berbatasan dengan Kali Way Ruhu/Negeri

Halong, sebelah Selatan berbatasan dengan Kali Way Batumerah.

Kelurahan Waihaong memiliki luas wilayah 15 H, Kelurahan Waihaong

mekiliki letak geografis berbatasan dengan Kelurahan Wainitu, berbatasan

dengan Kelurahan Mangga Dua, bnerbatasan dengan Kelurahan Silale, dan

berbatasan dengan Kelurahan Teluk Ambon.

3. Iklim

Iklim di Kota Ambon adalah iklim laut tropis dan iklim musim, karena

letak pulau Ambon di kelilinggi oleh laut. Oleh karena itu iklim di sini sangat

dipengaruhi oleh lautan dan berlangsung bersamaan dengan iklim musim,

yaitu musim Barat atau Utara dan musim Timur atau Tenggara. Pergantian

musim selalu diselingi oleh musim Pancaroba yang merupakan transisi dari

kedua musim tersebut. Musim Barat umumnya berlangsung dari bulan

Desember sampai dengan bulan Maret, sedangkan pada bulan April

merupakan masa transisi ke musim Timur dan musim Timur berlangsung dari

bulan Mei sampai dengan bulan Oktober, disusul oleh masa pancaroba pada

bulan Nopember yang merupakan transisi ke musim Barat.

Page 71: Pembangunan Desa Sadar Hukum

71

4. Keadaan Sosial Budaya

4.1. Penduduk

Penduduk Kota Ambon berjumlah 239.697 jiwa. Luas wilayah 35.945

Ha. Maka kepadatan penduduknya 7 jiwa/Ha. Dari data kependudukan di

atas maka Kota Ambon dapat digolongkan kepada Kelas Kota Sedang,

dimana berdasar kriteria BPS mengenai kelas kota, Kota Sedang adalah

Kota dengan jumlah penduduk antara 100.000 sampai 500.000 jiwa.

Jumlah tenaga kerja dominan di Kota Ambon adalah didominasi

oleh sektor pertanian. Di tahun itu perdagangan hanya menjadi kontributor

kedua dengan sumbangan 21.38 % PDRB, kemudian dikuti oleh sektor

perdagangan, hotel dan restoran (32,6%), kemudian diikuti oleh sektor jasa-

jasa (28,4%), sektor pertanian (21,7%), sektor pengangkutan dan komunikasi

(14,1%). Sedangkan sektor lainnya meliputi sektor pertambangan, industri

pengolahan dan penggalian, bangunan listrik, dan gas rata-rata 2-3%.

Selanjutnya jumlah peduduk di Negeri/Desa Batumerah adalah

50226 jiwa dengan perhitungan tenaga kerja penduduk usia 15 tahun – 60

tahun 32.586 orang/jiwa, ibu rumah tangga 10662 orang/jiwa, 13266

orang/jiwa dengan mata pencaharian dominan adalah pegawai negeri sipil

Page 72: Pembangunan Desa Sadar Hukum

72

3062 orang, pedagang 2123 orang, buruh/swasta 1324 orang, tukang batu

158 orang, pengrajin kulit mutiara/kerang 120 orang, dan penjahit 98 orang.

Sedangkan jumlah penduduk di Kelurahan Waihaong Kecamatan

Nusaniwe Kota Ambon adalah 6178 jiwa, dengan jumlah tenaga kerja

dominan adalah pedagang 37 %, pegawai negeri 21 %, swasta 13 %, dan

bidang-bidang lain 29 %.

4. 2. Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu sarana untuk meningkatkan kecerdasan

masyarakat, sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung pada

kualitass pendidikan. Pembangunan pendidikan di Kota Ambon mengacu

pada (a) Pemerataan dan Akses Pendidikan, (b) Mutu, Relevansi dan Daya

Saing Pendidikan, serta (c) Manajemen Bersih dan Transparan. Selama

tahun 2010-2011, Tingkat Pencapaian Standar Pelayanan Minimal di bidang

pendidikan tahun 2010-2011 adalah:

1) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah 16,69%. Hal ini berdasarkan

rasio siswa pada jenjang TK/Penitipan Anak sejumlah 3.215 anak terhadap

seluruh anak usia 4 – 6 tahun yang berjumlah 17.367 anak.

2) Penduduk berusia lebih 15 tahun yang melek huruf (tidak buta aksara)

adalah 99,01%. Hal ini berdasarkan rasio penduduk berusia 15 tahun

Page 73: Pembangunan Desa Sadar Hukum

73

keatas yang dapat membaca tulis sejumlah 64.640 orang terhadap seluruh

penduduk usia diatas 15 tahun yang berjumlah 65.287 orang.

3) Angka Partisipasi Murid (APM) SD/ MI/ Paket A adalah 100,72%. Hal ini

berdasarkan rasio siswa usia 7-12 tahun di jenjang SD/MI/Paket A

sejumlah 32.725 orang terhadap seluruh penduduk kelompok umur 7-12

tahun yang berjumlah 32.491 orang.

4) Angka Partisipasi Murid (APM) SMP/ MTs/ Paket B adalah 99,71%. Hal ini

berdasarkan rasio siswa usia 13-15 tahun di jenjang SMP/MTs/Paket B

sejumlah 14.126 orang terhadap seluruh penduduk kelompok umur 13-15

tahun yang berjumlah 14.896 orang.

5) Angka Partisipasi Murid (APM) SMA/SMK/MA/Paket C adalah 77,92%. Hal

ini berdasarkan rasio siswa usia 16-18 tahun di jenjang

SMA/SMK/MA/Paket C sejumlah 13.121 orang terhadap seluruh penduduk

kelompok umur 16-18 tahun yang berjumlah 16.900 orang.

6) Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI adalah 0,00%. Hal ini berdasarkan

rasio siswa putus sekolah pada jenjang SD/ MI sejumlah 0 orang terhadap

seluruh siswa SD/ MI yang berjumlah 40.238 orang.

7) Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs adalah 0.02%. Hal ini berdasarkan

rasio siswa putus sekolah pada jenjang SMP/MTs sejumlah 2 orang

terhadap seluruh siswa SMP/MTs yang berjumlah 18.114 orang.

8) Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA adalah 0,93%. Hal ini

berdasarkan rasio siswa putus sekolah pada jenjang SMA/SMK/MA

sejumlah 182 orang terhadap seluruh siswa SMA/SMK/MA yang berjumlah

19.654 orang.

Page 74: Pembangunan Desa Sadar Hukum

74

9) Angka Kelulusan (AK) SD/MI adalah 100%. Hal ini berdasarkan rasio

lulusan pada jenjang SD/MI sejumlah 5.752 terhadap seluruh siswa SD/MI

yang mengikuti ujian berjumlah 5.752.

10) Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs adalah 99,86%. Hal ini berdasarkan

rasio lulusan pada jenjang SMP/MTs sejumlah 5.570 siswa terhadap

seluruh siswa tingkat SMP/MTs yang mengikuti ujian yang berjumlah

5.562 orang.

11) Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA adalah 99,93%. Hal ini berdasarkan

rasio lulusan pada jenjang SMA/SMK/MA sejumlah 6.042 siswa terhadap

seluruh siswa tingkat SMA/SMK/MA yang mengikuti ujian yang berjumlah

6.047 orang.

12) Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs adalah 102,65%. Hal

ini berdasarkan rasio siswa baru tingkat I pada jenjang SMP/MTs

sejumlah 5.961 siswa terhadap seluruh siswa SD/MI yang lulus ujian

yang berjumlah 5.752 orang.

13) Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA adalah

123,19%. Hal ini berdasarkan rasio siswa baru tingkat I pada jenjang

SMA/SMK/MA sejumlah 6.902 siswa terhadap seluruh siswa SMP/MTs

yang lulus ujian sebanyak 5.562 orang.

Selanjutnya tingkat pendidikan yang menjadi partisipasi msyarakat di

Desa Batumerah SMA/SLTA/sederajat berjumlah 4328 orang,

SMP/SLTP/sederajat berjumlah 2736 orang, tamat SD/sederajat sebanyak

2683 orang, D1 berjumlah 127 orang, D2 berjumlah 235 orang, D3 tidak ada,

S1 brejumlah 1764 orang, S2 berjumlah 95 orang, S3 berjumlah 11 orang,

belum sekolah/tidak berjumlah sekolah 2806 orang, usia 7-45 tahun tidak

Page 75: Pembangunan Desa Sadar Hukum

75

pernah sekolah 51berjumlah orang, pernah sekolah tapi tidak tamat

berjumlah 872 orang.

Sedangkan tingkat pendidikan yang menjadi partisipasi dari masyarakat

di Kelurahan Waihaong sebagai berikut : SD berjumlah 1769 orang, SMP

berjumlah 1690 orang, SMA berjumlah1072 orang, D1 berjumlah 282 orang,

D2 berjumlah 362 orang, D3 berjumlah 1106 orang, S1 berjumlah 469 orang,

S2 berjumlah 50 orang, dan S3 berjumlah 4 orang.

Dengan demikian dari data diatas dapat dikatakan bahwa tingkat

pendidikan baik dari Desa Batumerah dan Kelurahan Waihaong sangat

bervariatif bila dilihat dari klasifikasi tingkat pendidikan yang di miliki oleh

setiap anggota masyarakat dalam mengembangkan sumber daya manusia.

B. Peranan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku

dalam Malakukan Perencanaan Pembentukan Desa Sadar Hukum

di Kota Ambon.

1. Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Wilayah

Struktur Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Maluku merupakan instansi vertikal Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia. Struktur organisasi Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Maluku adalah sebagai berikut :

Page 76: Pembangunan Desa Sadar Hukum

76

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Maluku

dipimpin oleh Kepala Kantor Wilayah, dibantu oleh empat Kepala Divisi yaitu :

- Divisi Administrasi :

Bagian Umum

Sub Bagian Kepegawaian

Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan

Bagian Penyusunan Program dan Laporan

Sub Bagian Penyusunan Program

Sub Bagian Humas dan Laporan

- Divisi Pemasyarakatan :

Bidang Keamanan dan pembinaan

Sub Bidang Keamanan dan Ketertiban

Sub Bidang Bimbingan Kemasyarakatan, Latihan Kerja dan

Produksi

Bidang Registrasi, Perawatan dan Bina Khusus Narkotika

Sub Bidang Registrasi dan Statistik

Sub Bidang Perawatan dan Bina Khusus Narkotika

- Divisi Keimigrasian :

Bidang Lalu Lintas, Izin Tinggal dan Status Keimigrasian

Sub Bidang Lalu Lintas Keimigrasian

Sub Bidang Izin Tinggal dan Status Keimigrasian

Page 77: Pembangunan Desa Sadar Hukum

77

Bidang Intelijen, Penindakan dan Sistem Informasi Keimigrasian

Sub Bidang Intelijen dan Penindakan Keimigrasian

Sub Bidang Sistem Informasi Keimigrasian

- Divisi Pelayanan Hukum dan Hak Asasi Manusia

Bidang Pelayanan Hukum

Sub Bidang Pelayanan Hukum Umum

Sub Bidang Penyuluhan dan Bantuan Hukum

Bidang Hukum

Sub Bidang Pengembangan Hukum

Sub Bidang Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum

Bidang Hak Asasi Manusia

Sub Bidang Perlindungan dan Pemenuhan Hak Asasi Manusia

Sub Bidang Diseminasi Hak Asasi Manusia

Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Nomor : M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Bagian Keempat yaitu Divisi Pelayanan Hukum dan Hak

Asasi Manusia Pasal 42, Pasal 43 huruf (c) menegaskan bahwa Bidang

Pelayanan mempunyai tugas salah satunya melaksanakan kegiatan

penyuluhan hukum dan konsultasi hukum.

Page 78: Pembangunan Desa Sadar Hukum

78

Kemudian dalam Pasal 46 ayat (2) menjelaskan bahwa sub bidang

penyuluhan dan bantuan hukum mempunyai tugas melakukan pembinaan,

pembimbingan dan koordinasi serta kerjasama di bidang penyuluhan hukum,

melakukan monitoring dan evaluasi serta pemantauan, pemberian konsultasi

dan bantuan hukum.

a. Koordinasi dengan Pemerintah Daerah

Tugas dan fungsi dari Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak

Asasi manusia Maluku khususnya Sub Bidang Penyuluhan dan Bantuan

Hukum Bidang Pelayanan Hukum yang berada di bawah Divisi Pelayanan

Hukum dan Hak Asasi Manusia Maluku dalam perencanaan pembentukan

desa/kelurahan sadar hukum di Kota Ambon. Dalam rangka mewujudkan

rencana tersebut Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku

melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan dalam Daftar Isian

Pelaksana Anggaran antara lain : Kegiatan Ceramah Penyuluhan Hukum

adalah kegiatan penyebarluasan informasi dan pemahaman terhadap norma

hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku guna mewujudkan

dan mengembangkan kesadaran hukum masyarakat sehingga tercipta

budaya hukum dalam bentuk tertib dan taat atau patuh terhadap norma

hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku demi tegaknya

supremasi hukum.

Page 79: Pembangunan Desa Sadar Hukum

79

Ceramah/Penyuluhan Hukum Terpadu adalah kegiatan penyuluhan

hukum yang dilaksanakan atau diselenggarakan oleh berbagai instansi

pemerintah dan swasta serta organisasi kemasyarakatan secara bersama-

sama dan terpadu mengenai penyuluhan, sasaran, dan atau materi

penyuluhan.

Koordinasi kegiatan Penyuluhan Hukum atau kegiatan Ceramah

Penyuluhan Hukum Terpadu yang dilaksanakan oleh Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Maluku bersama PEMDA Kota, untuk

melaksanakan kegiatan Ceramah Penyuluhan Hukum kepada masyarakat

pada Desa/Kelurahan Binaan di Kota Ambon yang menjadi sasaran

penyuluhan hukum setiap tahunnya dilaksanakan dalam rangka pembinaan

untuk menuju terbentuknya Desa Kelurahan Sadar Hukum.

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Bagian Hukum PEMDA Kota

Ambon yang diwakili oleh Kepala Sub Bagian Bantuan Hukum dan Hak Asasi

manusia P. Maatoke pada tanggal 24 Mei 2012 dikemukakan bahwa Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Maluku pernah

menyurati atau berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Ambon (Bagian

Hukum PEMDA Kota Ambon), sebelum di bentuk Desa/Kelurahan

Binaan/Desa/Kelurahan Sadar Hukum dan kemudian ditindaklanjuti dengan

Surat Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Page 80: Pembangunan Desa Sadar Hukum

80

Maluku Nomor : W18-HN.03.05.820 Juli 2009 Perihal Data Desa Binaan dan

Desa Sadar Hukum kepada Walikota Ambon.

Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan Kepala Sub Bagian

Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Bagian Hukum PEMDA Kota Ambon

pada tanggal yang sama dikemukakan bahwa setelah dilakukan koordinasi

atau menyurati Bagian Hukum PEMDA Kota Ambon tindaklanjutnya adalah

menindaklanjuti Surat Keputusan Bersama antara Kepala Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Maluku denga Walikota Ambon dimana

langkah trategis yang dilakukan oleh Walikota Ambon cq. Bagian Hukum

PEMDA Kota Ambon adalah menyurati para Camat untuk melakukan

penilaian terhadap Negeri, Desa, dan Kelurahan dalam wilayah kecamatan

yang dipandang patut untuk diusulkan sebagai Negeri, Desa, dan Kelurahan

Binaan. Kemudian hasil penilaian dari camat akan disampaikan kepada

Walikota Ambon melalui Bagian Hukum PEMDA Kota Ambon. Selanjutnya

Bagian Hukum PEMDA Kota Ambon menyusun Rancangan Surat Keputusan

Walikota Ambon Tentang Pembentukan Negeri, Desa, dan Kelurahan

Binaan.

Hal ini sebagaimana kuatkan dengan yang dijelaskan oleh Camat

Nusaniwe R. J Talakua pada tanggal 29 Mei 2012 mengemukakan bahwa

Bagian Hukum PEMDA Kota Ambon pernah melakukan koordinasi dengan

Camat Nusaniwe melalui Surat perihal permintaan nama-nama Negeri, Desa,

Page 81: Pembangunan Desa Sadar Hukum

81

dan Kelurahan untuk dilakukan penilaian dan diusulkan menjadi Negeri,Desa,

dan Kelurahan Binaan.

Hal ini pun diperkuat dengan yang disampaikan Camat Sirimau A. J

Hehamahua pada tanggal 25 Mei 2012, mengemukakan bahwa Bagian

Hukum PEMDA Kota Ambon pernah menyurati Camat berkaitan dengan

permintaan nama-nama Negeri, Desa, dan Kelurahan untuk dinilai dan

diusulkan menjadi Negeri, Desa, dan Kelurahan Binaan berdasarkan Surat

yang disampaikan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak

Asasi Manusia Maluku.

Dengan demikian penulis berpendapat bahwa peran koordinasi dari

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Maluku yang

dilakukan dengan menyurati PEMDA Kota Ambon direspon dan ditanggapi

dengan baik sehingga koordinasi terus berjalan sampai pada Camat dan

Kepala Desa dan Lurah dalam menginventarisasi Desa/Kelurahan di wilayah

kewenangannya untuk mentetapkan satu atau lebih Desa/Kelurahan Untuk

dijadikan sasaran pembentukan Desa/Kelurahan Binaan. Sehingga fungsi

koordinasi dari PEMDA Kota Ambon kepada Camat berjalan dengan baik dan

direspon oleh Camat dan dari Negeri, Desa, dan Kelurahan.

Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan Kepala Sub Bagian

Bantuan Hukum dan HAM Bagian Hukum PEMDA Kota Ambon P. Maatoke

pada tanggal 24 Mei 2012 menyampaikan bahwa peran Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Maluku dengan PEMDA Kota Ambon

Page 82: Pembangunan Desa Sadar Hukum

82

bersama-sama melakukan pembinaan memang diakui PEMDA Kota Ambon

tidak mempunyai kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan

Desa/Kelurahan Binaan, akan tetapi kedepan PEMDA Kota Ambon

khususnya bagian Hukum Kota Ambon selaku unit kerja sekretaris Kota

Ambon mengajukan dan mengusulkan program/kegiatan Pembinaan Desa

Binaan menjadi Desa Sadar Hukum di Kota Ambon dalam Rancangan

Pembangunan Kota di bidang hukum dan ham ke BAPPEDA Kota Ambon

untuk diakomodir dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJMP),

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) pada 6 (enam) Negeri,

Desa, dan Kelurahan di 5 (lima) Kecamatan di Kota Ambon.

Menurut pendapat penulis bahwa PEMDA Kota Ambon merencanakan

kegiatan Pembinaan Negeri, Desa, dan Kelurahan menjadi Negeri, Desa,

Kelurahan Sadar Hukum dalam RPJP dan RPJMN Kota Ambon merupakan

suatu langkah positif dan kepedulian serta apresiasi yang tinggi dari Walikota

Ambon. Hal ini perlu direncanakan dan diprogramkan dalam pembangunan

hukum di Kota Ambon mengingat Kota Ambon merupakan wilayah atau

daerah yang rentan dan mudah terprovokasi dengan halhal yang dapat

menghancurkan tatanan kehidupan PELA GANDONG yang merupakan

warisan leluhur orang tua, datuk-datuk dan raja-raja di bumi pela gandong

Maluku.

Berdasarkan wawancara dengan P. Maatoke Kepala Sub Bagian

Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia yang mewakili Kepala Bagian

Page 83: Pembangunan Desa Sadar Hukum

83

Hukum Kota Ambon mengemukakan bahwa memang benar bahwa

Desa/Kelurahan yang telah mendapat penilaian khusus dan telah ditetapkan

dengan Keputusan Walikota Ambon sebagai Desa/Kelurahan Binaan Hukum

sebagaimana yang disampaikan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

Hak Asasi Manusia mengenai Kriteria-Kriteria suatu Desa/Kelurahan harus

memenuhi :

a. Pelunasan kewajiban membayar pajak bumi dan bangunan mencapai

90 % (sembilan puluh persen) atau lebih;

b. Tidak terdapat perkawinan dibawah usia berdasarkan ketentuan dalam

Undang-Undang Nomor : 1 Tahun 1974 tentang perkawinan;

c. Angka kriminalitas rendah;

d. Rendahnya kasus narkoba;

e. Tingginya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan dan kelestarian

lingkungan; dan

f. Kriteria lain yang ditentukan Daerah yakni salah satunya adat-istiadat

dari Negeri, Desa, dan Kelurahan.

Sehingga terdapat 6 (enam) Negeri, Desa, dan Kelurahan yang

ditetapkan sebagai Desa/Kelurahan Binaan Hukum oleh Walikota Ambon.

Demikian halnya dengan yang disampaikan oleh R. J Talakua Camat

Nusaniwe pada tanggal 29 Mei mengatakan bahwa benar dalam menentukan

dan menilai suatu Negeri, Desa, dan atau Kelurahan dengan berdasarkan

Surat dari Walikota Ambon yakni Bagian Hukum Kota Ambon dan dilampiri

Page 84: Pembangunan Desa Sadar Hukum

84

Surat dari Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Maluku tentang kriteria suatu Negeri, Desa, dan Kelurahan dapat di tetapkan

sebagai Desa/ Kelurahan Binaan Hukum dan kriteria tersebut juga menjadi

dasar penilaian dari Camat Nusaniwe untuk menilai Negeri, Desa, dan

Kelurahan di wilayah Kecamatan Nusaniwe sehingga Negeri latuhalat dan

Kelurahan Waihaong Kecamatan Nusaniwe ditetapkan sebagai

Desa/Kelurahan Binaan Hukum. Demikian halnya dengan yang disampaikan

A. J Hehamahua Camat Sirimau pada tanggal 25 Mei 2012 mengemukakan

bahwa benar adanya Negeri atau Desa yang diusulkan oleh Camat Sirimau

itu di nilai berdasarkan pada kriteria yang telah ditentukan oleh Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagaimana surat yang disampaikan

kepada Camat dan diteruskan ke Negeri, Desa dan Kelurahan dalam wilayah

Kecamatan Sirimau Kota Ambon dari Walikota Ambon, sehingga Negeri

Batumerah ditetapkan sebagai Desa Binaan Hukum.

Apabila ditelaah dari hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada

responden diatas maka Baik PEMDA Kota cq Bagian Hukum Kota Ambon,

Camat Nusaniwe dan Camat Sirimau menerapkan kriteria suatu

Desa/Kelurahan dapat ditetapkan sebagai Desa Binaan di Kota Ambon itu

berdasarkan pada Peraturan Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Selain itu

kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia Maluku diantaranya kegiatan Ceramah

Page 85: Pembangunan Desa Sadar Hukum

85

Penyuluhan Hukum Terpadu, Temu sadar Hukum, Simulasi, Lomba

Kadarkum, dan Kegiatan lainnya yang selalu dilaksanakan di Negeri, Desa,

dan Kelurahan dalam wilayah kota Ambon sehingga dari pemantauan dan

pengamatan dari Pemerintah Kota menjadikan hal tersebut sebagai dasar

penilaian untuk ditetapkan sebagai Desa/Kelurahan Binaan.

Berikut mengenai perbandingan tingkat kesadaran hukum sebelum dan

setelah Negeri, Desa, Kelurahan ditetapkan sebagai Desa/kelurahan sadar

Hukum, berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis dengan Kepala Sub

Bagian Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia PEMDA Kota Ambon P.

Maatoke pada tanggal 24 Mei 2012 mengemukakan bahwa ya memang

terdapat perbandingan sebelum ke 6 (enam) Desa/Kelurahan binaan di

bentuk dan ditetapkan, dimana tingkat kesadaran hukum masyarakat di

Desa/Kelurahan relatif rendah bila dibandingkan dengan tingkat kesadaran

yang masyarakat setelah ke 6 (enam) Desa/kelurahan dibentuk dan dibina

dan dtetapkan sebagai Desa/Kelurahan Binaan Hukum.

Selanjutnya berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penulis

kepada P. Maatoke Kepala Sub Bagian Bantuan tanggal 24 Mei 2012

dikemukakan bahwa memang terdapat perbedaan perbedaan tetapi yang

disampaikan pada kesempatan ini lebih pada sesudah atau setelah

ditetapkan menjadi Desa/Kleurahan binaan, dimana setelah kelompok-

kelompok Kadarkum dibentuk pada Negeri,Desa, dan Kelurahan Binaannya

masing-masing yang dilakukan bersama-sama dengan Kemeneterian hukum

Page 86: Pembangunan Desa Sadar Hukum

86

dan HAM Maluku serta ditetapkan dengan Keputusan Walikota Ambon,

kelompok-kelompok Kadarkum tersebut sangat nampak memberi pengaruh

positif yaitu telah muncul atau semakin meningkat kesadaran hukum dari

warga masyarakat di masing-masing Desa/Kelurahan yang menjadi

Kadarkum dan ditetapkan sebagai Desa/Kelurahan Binaan Hukum.

Pendapat dan pandangan yang sama pun diungkapkan oleh R. J

Talakua Camat Nusaniwe berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh

penulis pada tanggal 29 Mei 2012, dimana Camat Nusaniwe mengatakan

bahwa terdapat perbedaan yang relatif signifikan dalam hal pemahaman

masyarakat terhadap isu-isu hukum kontemporel seperti pengakan hukum

kasus korupsi dan penegakan ham. Pemahaman yang semakin baik ini

terbentuk melalui ceramah-ceramah hukum yang dilaksanakan oleh Kantor

Wilayah Kementerian Kementerian Hukum dan Hak Asasi manusia Maluku

dan ditanggapi secara antusias oleh masyarakat terutama pada

Desa/kelurahan Binaan hukum.

Sedangakan wawancara yang dlakukan penulis kepada A. J

Hehamahua Camat Sirimau pada tanggal 25 Mei 2012 mengungkapkan

bahwa terdapat perbedaan dan kemajuan dimana masyarakat Negeri

Batumerah yang ditetapkan sebagai Negeri/Desa Binaan dari waktu ke waktu

menunjukan perkembangan dalam menyikapi arti penting aturan hukum yang

berlaku sehingga masyarakatnya dapat menahan diri dalam berbagai

permasalahan yang terjadi selama ini terjadi dan juga dengan adanya

Page 87: Pembangunan Desa Sadar Hukum

87

kegiatan-kegiatan sosialisai dan penyuluhan hukum yang dilaksanakan dapat

memberikan manfaat bagi masyarakat di wilayah Kecamatan Sirimau.

Dengan demikian dari hasil wawancara diatas bahwa denga

ditetapkannya 6 (enam) Desa/Kelurahan sebagai Desa/Kelurahan Binaan

hukum maka hasil yang diperoleh antara lain adanya peningkatan dan

antusias mayarakat terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku bersama PEMDA Kota

Ambon dalam rangka mendidik, membentuk, membina, dan menetapkan

sutau Desa/Kelurahan sebagai Desa/Kelurahan Binaan dan pada akhirnya

menjadi Desa/Kelurahan Sadar Hukum.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis dengan R. J. Talakua

Camat Nusaniwe pada tanggal 29 Mei 2012 mengungkapkan bahwa peran

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku setalah

Desa/Kelurahan ditetapkan oleh Walikota Ambon menjadi Desa/Kelurahan

Binaan di wilayah Kecamatan Nusaniwe dalam rangka Pembinaan yaitu

dengan dilakukannya penyuluhan-penyuluhan hukum dalam rangka

peningkatan kapasitas masyarakat dalam hal ini Desa-desa atau Kelurahan

Binaan Sadar Hukum melalui Ceramah penyuluhan Hukum, lomba dan

pendekatan-pendekatan sosiologis kemasyarakatan.

Sedangkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan A. J

Hehamahua Camat Sirimau tanggal 25 Mei 2012 mengatakan bahwa setalah

Desa/Kelurahan ditetapkan sebagai Desa/Kelurahan Binaan maka peran

Page 88: Pembangunan Desa Sadar Hukum

88

Kantor Wilayah Kemeterian Hukum dan HAM Maluku dalam rangka

pembinaan yaitu Kantor Wilayah sangat berperan dalam melakukan

pembinaan terhadap Desa/Kelurahan yang ditetapkan menjadi Desa Binaan

di wilayah Kecamatan Sirimau, bentuk dari pembinaan antara lain

dilaksanakannya kegiatan penyuluhan hukum, kegiatan temu sadar hukum,

kegiatan lomba kadarkum dan kegiatan-kegiatan lainnya dalam rangka

meningkatkan kesadaran hukum masyarakat di kecamatan Sirimau Kota

Ambon.

Dari hasil wawancara dengan camat Nusaniwe dan camat Sirimau Kota

Ambon jelas peran kantor wilayah dalam memberikan pembinaan kepada

Desa/Kelurahan yang telah ditetapkan sebagai Desa Binaan Hukum.

Sehingga perencanaan yang selama ini dilakukan oleh Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Maluku dan di bantu oleh PEMDA Kota

Ambon memberikan hasil yang positif bagi masyarakat di Desa/Kelurahan

yang telah ditetapkan sebagai Desa/Kelurahan Binaan hukum.

Perbedaan yang terjadi setelah Desa Batunerah dan Kelurahan

Waihaong ditetapkan sebagai Desa/Kelurahan Binaan menunjukkan

perkembangan yang cukup baik dalam mengimplementasikan manfaat yang

diperoleh selama kegiatan penyuluhan dan kegiatan temu sadar hukum serta

kegiatan lain yang pernah dilaksanakan oleh Kantor Wilayah. Selain itu pula

dari pengamatan penulis menununjukan masyarakat di 2 (dua)

Desa/Kelurahan sudah tidak lagi terpengaruh dengan isu-isu atau terpancing

Page 89: Pembangunan Desa Sadar Hukum

89

dengan situasi dan keadaan yang dapat menimbulkan terjadinya kerusuhan

dan tindakan-tindakan positif lainnya yang sudah bisa dirasakan saat ini.

Kemudian hasil wawancara P. Maatoke Kepala Sub Bagian Bantuan

Hukum dan Hak Asasi Manusia Bagian Hukum PEMDA Kota Ambon pada

tanggal 24 Mei 2012, memberikan komentar dan pendapat bahwa

Desa/Kelurahan yang terdapat di Kota Ambon setelah ditetapkan sebagai

Desa/Kelurahan Binaan Hukum dan bahkan telah diresmikan sebagai

Desa/Kelurahan Sadar Hukum Bahwa Pemda Kota Ambon memberikan

apresiasi dan sambutan positif atas kebijakan strategis dari Pemerintah

khususnya Bapak Menteri Hukum dan HAM RI dan Kepala Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan Ham Maluku karena dengan kebijakan yang

bermuara dari kegiatan penyuluhan hukum terpadu dan kegiatan-kegiatan

dukungan lainnya dari Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Pusat

dan Daerah (Kanwil Maluku) sehingga dapat terbentuk dan dibinanya

Kadarkum di setiap Desa/Kelurahan di Kota Ambon kemudian dilanjutkan

dengan Pembentukan dan pembinaan Desa/Kelurahan Binaan Sadar Hukum

ternyata sanghat berdampak pada terciptanya keamanan, ketentraman,

keharmonisan hidup mulai dari dalam keluarga, lingkungan Desa/Kelurahan

Binaan khususnya dan Kota Ambon pada umumnya ehingga Kota dapat

dikembalikan pada citra semula yaitu “ AMBON MANISE “.

Selanjutnya menurut pendapat R. J. Talakua Camat Nusaniwe pada

tanggal 29 Mei 2012 memebrikan pendapat bahwa Pemerintah Kecamatan

Page 90: Pembangunan Desa Sadar Hukum

90

Nusaniwe merasa bangga dan bersyukur atas kerja keras dan perhatian dari

Kantor Wilayah Kementerian Huku dan HAM Maluku yang telah

berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Ambon dalam rangka membangun

budaya hukum dan merefleksikannya pada massyarakat di wilayah

kecamatan Nusaniwe sehingga Negeri Latauhalat dan Kelurahan Waihaong

ditetapkan sebagai Desa/Kelurahan Binaan. Camat pun berharap kerjasama

yang telah dibangun, dipupuk dan dilaksanakan dengan baik dan telah

terbina dalam hal peningkatan kapasitas pemahaman hukum masyarakat

dapat terus berlangsung agar kesempatan untuk meningkatkan ketertiban

hukum dan kesadaran hukum masyarakat secara bertingkat dari keluarga,

Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kota/Kabupaten bHKn Propinsi dan secara

nasional dapat terwujud.

Kemudian menurut A. J Hehamahua Camat Sirimau berdasarkan

wawancara pada tanggal 25 Mei 2012 memberikan pendapat bahwa

Pemerintah Kota Khususnya Kecamatan Sirimau berterima kasih kepada

Kantor Wialayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku yang telah memilih

salah satu Desa yaitu Negeri Batu Merah yang berada di wilayah Kecamatan

Sirimau sebagai sasaran Penyuluhan hukum terpadu kemudian dibentuk

Kadarkum dan dilakukan pembinaan, setalah itu ditetapkan sebagai desa

Binaan Hukum dan bahkan diresmikan menjadi Desa Sadar Hukum.

Diharapkan diwaktu-waktu mendatang diharapkan kerjasama yang telah

dilakukan dengan Pemerintah Kota Ambon ini dapat berlanjut dalam rangka

Page 91: Pembangunan Desa Sadar Hukum

91

membangun kesadaran hukum masyarakat di wilayah Kecamatan Sirimau

Kota Ambon dengan kegiatan penyuluhan Hukum, HAM, agar masyarakat itu

mengatahui hak dan kewajibannya sebagai warga negara sehingga

masyarakat itu taat pada aturan-aturan yang berlaku. Selain itu dengan

adanya kerjasama yang baik ini terciptanya ketertiban dan kesadaran hukum

baik dalam keluarga, desa, kecamatan, kota, propinsi dan bahkan sampai

pada lingkup nasional.

Dengan demikian disimpulkan bahwa peran koordinasi yang dilakukan

oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku dalam

melaksanakan Kegiatan di Desa/Kelurahan yang menjadi sasaran

pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah

ditentukan dan disesuaikan dengan kegiatan yang ada dan terlaksana sesuai

jadwal sehingga PEMDA Kota Ambon merespon maksusd perencanaan yang

disampaikan oleh Kantor Wilayah sehingga memberikan hasil yang baik

yakni dengan terbentuknya Desa/Kelurahan Binaan Hukum di Kota Ambon.

b. Fungsi Pembinaan

Dengan ditetapkannya Desa/Kelurahan Binaan Hukum oleh Walikota

Ambon sesuai Surat Keputusan Nomor : 1028 Tahun 2010 Tentang

Penetapan Negeri, Desa dan Kelurahan Binaan Hukum Dalam Wilayah

Daerah Kota Ambon maka menjadi tanggungjawab Kantor Wialayah

Kementerian Hukum dan HAM Maluku bersama Pemda Kota Ambon

Page 92: Pembangunan Desa Sadar Hukum

92

sebagaimana diatur dalam Peraturan Meneteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia Nomor : M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Bagian Keempat Pasal 45 ayat (2) bahwa Sub Bidang

Penyuluhan dan Bantuan Hukum mempunyai tugas melakukan pembinaan,

pembimbingan, dan koordinasi serta kerjasama dibidang penyuluhan hukum,

evaluasi dan pemantauan, pemberian bantuan hukum dan konsultasi hukum.

Maka peran pembinaan menjadi tanggungjawab dari Kementerian Hukum

dan HAM Maluku bersama PEMDA Kota.

Pembinaan yang dilakukan oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum

dan HAM Maluku adalah dengan melaksanakan kegiatan penyebaran

informasi hukum atau sosialisasi hukum sebagaimana tabel berikut ini :

Tabel: 1. peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku melaksanakan kegiatan Penyebaran Informasi Hukum atau Sosialisasi Hukum

Pernyataan Responden Frekuensi (F) Presentase (%)

Pernah 20 100Tidak Pernah 0 0Tidak Tahu 0 0

Jumlah 20 100Sumber : Diolah dari data Primer, Mei 2012.

Bila dilihat dari presentase jawaban responden pada tabel 1, bahwa

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku pernah

melakasanakan kegiatan penyebaran informasi hukum atau sosialisasi

hukum 20 responden (100%) menyatakan pernah. sedangkan tidak ada (0

Page 93: Pembangunan Desa Sadar Hukum

93

%) responden menyatakan Tidak Pernah dan tidak ada (0 %) responden

yang menyatakan Tidak Tahu (0 %).

Dengan demikian penulis berpendapat bahwa peran Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Maluku dalam melaksanakan kegiatan

Penyebaran Informasi Hukum atau Sosialisasi Hukum kepad masyarakat di

Kelurahan Waihaong dan Desa Batumerah merupakan wujud kepedulian dan

tanggungjawab dalam memberikan ilmu pengetuhan hukum, pemahaman,

pembimbingan dan pembinaan kepada msyarakat guna terciptanya

ketentraman dan ketertiban dalam hidup bermasyarakat, bahkan penyebaran

informasi hukum atau sosialisasi hukum ini dilaksanakan dalam rangka

perencanaan pembentukan Desa/Kelurahan Sadar hukum yang saat ini

harus diwujudkan.

Sebagaimana juga yang disampaikan olehKepala Sub Bagian Bantuan

Hukum dan HAM Pemda Kota Ambon P. Maatoke tanggal 21 Mei 2012

mengukakan bahwa setiap Kantor Wilayah melaksanakan kegiatan

penyebaran informasi atau sosialisasi hukum pihak Pemda selalu diberitahu

melalui surat pelaksanaan kegiatan dimaksud. Begitupun Camat Nusaniwe

R. J Talakua tanggal 25 Mei 2012 dan Camat Sirimau A. J Hehamahua

bahwa dalam melaksanakan kegiatan penyebaran informasi hukum atau

sosialisasi hukum pihak Kantor Wilayah Hukum dan HAM Maluku

memberitakan maksud kegiatan yang akan dilaksanakan.

Page 94: Pembangunan Desa Sadar Hukum

94

Selain itu pula berdasarkan hasil wawancara dengan para responden

secara langsung pada tanggal 30 Mei, 31 Mei, 1 Juni, 2, Juni, diketahui

bahwa peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku dalam

melakukan Pembinaan dengan melaksanakan kegiatan penyebaran

informasi hukum dan sosialisasi hukum kepada masyarakat di Kelurahan

Waihaong dan Desa Batumerah sangat efektif dilakukan dan selalu

melibatkan para responen sebagai pesarta sosialisasi. Hal ini dipandang oleh

para responden sebagai suatu langkah yang positif karena kegiatan yang

diselenggarakan oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Malukudalam rangka membangun kesadarn hukum di daerah khusunya si

Kota Ambon supaya dapat meminimalisir/atau dapat mengurangi tindakan-

tindakan pelanggaran hukum meskipun tidak secara langsung perilaku

masyarakat dapat berubah dari yang tidask baik menjadi baik tapi melalui

suatu proses.

2. Bentuk Kegiatan yang dilaksanakan

Bentuk kegiatan yang dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan HAM Maluku harus disesuaikan dengan program kegiatan dari

Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN). Hal ini berlaku diseluruh

Indonesia karena setiap Kantor Wilayah harus menyusaikan rencana

kerja/rencana kegiatan harus disesuaikan dengan RENSTRA dari

Kementerian Hukum dan Ham RI, yang mana telah diruangkan dalam postur

Page 95: Pembangunan Desa Sadar Hukum

95

rancana kerja, anggaran dan RKAKL dan atau Daftar Isian Pelaklana

Anggaran (DIPA) Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku.

Adapun kegitan yang dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum

dan HAM Maluku pada Tabel dibawah ini :

Tabel 2 : Kantor Wilayah melaksanakan kegiatan Penyebaran Informasi Hukum atau Sosialisasi Hukum dalam bentu Ceramah Penyuluhan Hukum.

Perntanyaan Responden Frekuensi (F) Presentase(%)

Pernah 20 100Tidak Pernah 0 0Tidak Tahu 0 0

Jumlah 100 100Sumber : Diolah dari Data Primer, Mei 2012

Berdasarkan data dari Tabel 2 di atas, diketahui bahwa 20 orang (100

%) responden mengaku pernah bahwa Kantor Wilayah Kementerian Hukum

dan HAM Maluku melaksanakan kegiatan dalam bentuk Ceramah

Penyuluhan Hukum Terpadu, karena setiap kegiatn yang dilaksanakan oleh

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Ham Maluku baik itu kegiatan

dalam bentuk Ceramah penyuluhan hukum terpadu selalu melibatkan

anggota masyarakat atau responden sehingga proses pembinaan yang

dilakukan tidak terputus dan berlanjut serta pengetahuan yang didapat bisa

disampaikan pada anggota masyarakat yang lain dalam rangka

meyebarluaskan informasi hukum serta membangunan kesadaran hukum

masyarakat di wilayah tempat tinggal masyarakat. sedangkan 0 orang (0 %)

Page 96: Pembangunan Desa Sadar Hukum

96

responden tidak ada yang mengaku Tidak Pernah dan 0 orang (0 %)

mengaku tidak tahu.

Pernyataan dari responden pada Tabel 2 diatas diperkuat dengan

jawaban dari Kepala Sub Bagian Bantuan Hukum dan HAM Pemda Kota

Ambon yang mengatakan bahwa pembinaan yang dilakukan setalah

Desa/Kelurahan yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota tentang

Penetapan Negeri, Desa dan Kelurahan Binaan Hukum maka Kantor Wilayah

selalu melaksakan kegiatan Ceramah Penyuluhan Hukum Terpadu di

Desa/Kelurahan 6 (enam) Desa/Kelurahan di Kota Ambon.

Pendapat ini pula diperkuat lagi oleh Camat Nusaniwe R. J Talakua

pada tanggal 29 Mei 2012 mengatakan bahwa dalam rangka pembinaan

hukum kepada Desa/Kelurahan Binaan khususnya di Kelurahan Waihaong

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku selalu melaksanakan

dan memberitahu maksud dilaksanakan kegiatan penyuluhan-penyuluhan

hukum dan kegiatan pendekatan-pendekatan sosiologis kemasyarakatan

dalam rangka Peningkatan kapasits mayarakat untuk patuh dan taat pada

hukum. selanjutnya menurut Camat Sirimau A. J Hehamahua pada tanggal

25 Mei 2012 mengungkapkan bahwa kegiatan yang akan dilaksanakan selalu

diberitahu kepada pihak Kecamatan berkaitan den dilaksanakannya kegiatan

ceramah penyuluhan hukum terpadu selalu di laksanakan di Desa

Batumerah, hal dilakukan dalam rangka melakukan pembinaan, karena Desa

Batumerah merupakan salah satu desa di Kota Ambon yang dipilih untuk

Page 97: Pembangunan Desa Sadar Hukum

97

menjadi Desa/Kelurahan Binaan Hukum, sehingga kegiatan yang diberikan

kepada warga masyarakat memberikan dampak yang baik bagi masyarakat.

Berkaitan dengan kegiatan ceramah penyuluhan hukum terpadu yang

merupakan bentuk kegiatan penyebaran informasi huku atau sosialisasi

hukum yang diberikan kepada masyarakat, adapun kegiatan temu sadar

hukum yang menjadi bagian dari bentuk dari penyebaran informasi hukum

yang kaitannya dengan pembinaan terhadap Desa/Kelurahan Binaan Hukum.

untuk mengetahui Kantor Wilayah selain melaksanakan kegiatan Ceramah

Penyuluhan Hukum Terpadu juga melaksanakan Kegiatan Temu Sadar

Hukum kepada mayarakat di Kelurahan Waihaong dan dan Desa Batumerah

yang merupakan Desa/Kelurahan Binaan dapat dilihat pada Tabel di bawah

ini.

Tabel 3 : Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku melaksanakan kegiatan Temu Sadar Hukum.

Perntanyaan Responden Frekuensi (F) Presentase(%)

Benar 20 100Tidak Benar 0 0Tidak Tahu 0 0

Jumlah 100 100Sumber : Diolah dari Data Primer, Mei 2012

Berdasarkan Tabel 3 diatas diketahui bahwa 20 orang (100 %)

responden mengatakan bahwa selain kegiatan ceramah penyuluhan hukum

terpadu Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku juga

melaksanakan kegiatan Temu Sadar Hukum. 0 orang (0 %) responden yang

Page 98: Pembangunan Desa Sadar Hukum

98

menjawab tidak benar tidak ada dan 0 orang (0 %) respondenyang menjawab

tidak tahu tidak ada.

Dari hasil Tabel 3 di atas dtarik kesimpulan bahwa responden cukjup

peka dan mengingat betuk kegiatan yang dilaksanakan oleh Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan Ham Maluku menjadi hal yang penting dalam

masyarakat di Kelurahan Waihaong dan Desa Batumerah yang merupakan 2

diantara Desa/Kelurahan yang menjadi Desa/Kelurahan Binaan Hukum.

Kegiatan Temu Sadar Hukum ini dilaksanakan guna meningkatkan

pemahaman mayarakat, memotivasi anggota masyarakat mengenai perlunya

memiliki kesadaran hukum dan untuk meningkatkan kesadaran hukum

masyarakat.

Tanggungjawab pembinaan yang dilakukan oleh kantor wilayah baik itu

dengan kegiatan ceramah penyuluhan hukum terpadu dan kegiatan temu

sadar hukum, terdapat materi-materi hukum yang disampaikan,

diinformasikan atau disosialisakan pada masyarakat di Kelurahan Waihaong

dan Desa Batumerah dapat dilhat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 4 : Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku dalam melaksanakan kegiatan kepada masyarakat di Desa Batumerah dan Kelurahan Waihaong menyampaikan materi Undang-Undang No. 1 Tahun 1994 Tentang Perkawinan.

Perntanyaan Responden Frekuensi (F) Presentase(%)

Pernah 20 100Tidak Pernah 0 0Tidak Tahu 0 0

Jumlah 100 100

Page 99: Pembangunan Desa Sadar Hukum

99

Sumber : Diperoleh dari Data Primer, Mei 2012

Dari jawaban masyarakat, 20 orang (100 %) responden mengatakan

pernah mendengar Undang-Undang Nomor : 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan disampaikan pada waktu kegiatan yang diselanggarakan oleh

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku baik itu pada kegiatan

ceramah penyuluhan hukum terpadu maupun kegiatan temu sadar

hukum.sedangkan masyarakat yang menjawab tidak pernah tidak ada (0 %)

responden dan masyarakat yang menjawab yidak tahu (0 %) responden.

Dengan demikian dari jawaban responden pada Tabel 4 diatas, penulis

berkesimpulan materi yang disampaikan pada kegiatan yang dilaksanakan di

Kelurahan Waihaonh maupun Desa Batumerah merupakan materi yang

disampaikan berdasarkan pada hasil survei yang dilakukan sebelum

dilaksakannya kegiatan dimaksud, dan juga dilihat dari hasil data kegiatan

Peta Pemasalahan Hukum dimana kegiatann ini dilaksanakan guna

mengetahu permasalahan hukum apa saja yang dominan di Desa/kelurahan

di Kota Ambon sehingga dari hasil Peta permasalahan Hukukm ini akan di

pilah-pilah materi-materi hukum apa saja yang hangat terjadi di masyarakat

dan paling banyak dialami oleh masyarakat seperti perceraian, kekerasan

dalam rumah tangga dan permasalahan hukum lainnya yang ada kaitannya

dengan Undang-Undang Nomor : 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

Selain materi hukum tentang Perkawinan diatas terdapat materi hukum

lainnya yang menjadi materi prioritas dalam pelaksanaan pembinaan yang

Page 100: Pembangunan Desa Sadar Hukum

100

dilakukan oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku. Untuk

mengetahunya dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :

Tabel 5 : Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku dalam melaksanakan kegiatan Pembinaan kepada masyarakat di Desa Batumerah dan Kelurahan Waihaong menyampaikan materi Undang-Undang No. 31 Tahun 199 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor : 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Perntanyaan Responden Frekuensi (F) Presentase

(%)Pernah 20 100Tidak Pernah 0 0Tidak Tahu 0 0

Jumlah 100 100Sumber : Diolah dari Data Primer, Mei 2012

Prosentase katagori yang menyatakan pernah mendengar Undang-

Undang Nomor : 1 Tahun 1999 sebagaimana yang telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor : 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi, 20 orang (100 %) responden menyatakan Pernah, 0 orang (0

%) menyatakan Tidak Pernah dan 0 orang (0 %) menyatakan Tidak Tahu.

Dengan demikian dari hasil presentase pada Tabel 5 diatas, bahwa materi

Undang-Undang tentang Korupsi ini menjadi materi pilihan untuk

disampaikan pada kegiatan ceramah penyuluhan hukum terpadu maupun

kegiatan temu sadar hukum karena beberapa tahun terakhir materi hukum

tentang korupsi menjadi bahan yang setiap saat diperbincangkan di hampir

semua media karena pelaku-pelaku/oknum-oknum koruptor sebagaian besar

Page 101: Pembangunan Desa Sadar Hukum

101

adalah para pejabat negara, selain itu pula materi hukum tentang korupsi ini

menjadi materi prioritas dari Kementerian Hukum dan HAM Republik

Indonesia, hal ini dapat dilihat dari Postur RKAKL Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Maluku Tahun 2010 dan Tahun 2011.

Sehubungan dengan penyampaian materi hukum dalam pelaksanaan

kegiatan ceramah penyuluhan hukum terpadu maupun kegiatan temu sadar

hukum dalam rangka pembinaan kepada Desa Batumerah dan Kelurahan

Waihaong di Kota Ambon yang merupakan Desa/Binaan Hukum, maka

hukum mengatur mengatur larangan, anjuran dan sanksi, hukum juga

mengatur hak dan kewajiban. Untuk mendapat jawaban dapat dilihat pada

tabel di bawah ini :

Tabel 6 : Hukum selain mengatur larangan, anjuran dan sanksi, hukum juga mengatur hak dan kewajiban.

Perntanyaan Responden Frekuensi (F) Presentase(%)

Ya 14 80Tidak 0 0Tidak Tahu 16 20

Jumlah 100 100Sumber : Siperoleh dari Data Primer, Juni 2012

Jumlah responden yang mengatakan Ya 16 orang (80 %) responden

dengan alasan bahwa setiap warga negara bersama kedudukannya didalam

hukum dan pemerintahan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan, wajib

menjunjung hukum dalam pemerintahan tanpa ada kecualinya. Hal ini

menggambarkan hukum memebrikan perlindungan yang sama terhadap hak

dan kewajiban bagi warga negara terutama mengenai diri sendiri, keluarga,

Page 102: Pembangunan Desa Sadar Hukum

102

harta menda, nama baik, kesempatan kerja/kesempatan mencarai nafkah,

beribadah, mendapatkan pendidikan, memperoleh keadilan dan sebagainya.

Dengan demikian hak dan kewajiban setiap warga negara perlu diketahui

oleh masyarakat melalui kegiatan ceramah penyuluhan hukum terpadu

maupun kegiatan temu sadar hukum yang dilaksanakan oleh Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Maluku.

Responden yang menjawab Tidak 0 orang (0 %), dan 6 orang (20 %)

responden menyatakan tidak tahu, jawaban atau peryataan responden itu

mengambarkan bahwa terdapat adegium dalam masyarakat bahwa setiap

peraturan perundang-undangan yang telah disahkan maka semua orang

dianggap tahu, untuk itu ketidak tahuan masyarakat akan hak dan kewajiban

ini hendaknya selalu di diberitahukan melalui kegiatan-kegiatan yang menjadi

tugas dan fungsi serta tanggungjawab dari Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan HAM Maluku yang merupakan perpanjanagan tangan dari

Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia terutama yang berkaitan

dengan pembangunan hukum didaerah.

Selanjutnya masih terkait dengan pembinaan yang dilakukan oleh

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku, terdapat materi

hukum yakni Undang-Undang Nomor : 22 Tahun 1997 yang telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor : 39 Tahun 2009 tentang Narkotika dan

Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika yang diberikan

pada setiap keegiatan ceramah penyuluhan hukum terpadu dan kegiatan

Page 103: Pembangunan Desa Sadar Hukum

103

temu sadar hukum. untuk mengetahui jawaban responden terhadap Undang-

Undang tersebut dapat di lihat pada tabel berikut :

Tabel: 7. materi hukum yakni Undang-Undang Nomor : 22 Tahun 1997 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor : 39 Tahun 2009 tetnatng Narkotika dan Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika

Pernyataan Responden Frekuensi (F) Presentase (%)

Pernah 20 100Tidak Pernah 0 0Tidak Tahu 0 0

Jumlah 20 100Sumber : Diolah dari data Primer, Mei 2012.

Berdasarkan pada tabel diatas, maka diketahui dari jawaban responden

yang mengatakan pernah mendengar adalah 20 orang (100 %) responden, 0

orang (0 %) responden tidak ada yang menjawab tidak pernah, dan 0 orang

(0 %) tidak ada yang menjawab tidak tahu.

Dari pernyataan responden tersebut dapat dipahami bahwa semua

responden menjawab pernah mendengar Undang-Undang Nomor : 22 Tahun

1997 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor : 39 Tahun 2009

tetnatng Narkotika dan Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika karena dilihat dari beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan

responden atau masyarakat baik di Desa Batumerah dan Kelurahan selalu

menjadi peserta yang telah ditetapkan baik oleh Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan HAM Maluku maupun dari Pemerintah Desa Batumerah dan

Kelurahan Waihaong. Disamping itu Undang-Undang tentang Narkotika dan

Page 104: Pembangunan Desa Sadar Hukum

104

Undang-Undang Psikotropika merupakan materi yang beberapa tahun

terakhir ini sering disuluhkan kepada mayarakat mengingat bahaya dan

pengaruhnya terhadap semua orang tanpa kecuali. Untuk itu materi ini

disampaikan agar dapat membentengi responden atau masyarakat untuk

menghidari diri kita, keluarga, masyarakat dan negara dari bahaya

penyalahgunaan narkotika dan psikotrpoka.

Sedangkan 0 orang (0 %) responden yang tidak ada yang menjawab

tidak pernah dan 0 orang (0 %) responden yang menjawab tidak tahu karena

data yang diambil berdasarkan pada keaktifan dari anggota masyarakat pada

setiap kegiatan yang dilaksanakan untuk itu tidak ada jawaban dari

responden berkaitan dengan hal tersebut karena responden memang selalu

menjadi peserta dan aktif mengikuti kegiatan baik itu kegiatan ceramah

penyuluhan maupun kegiatan temu sadar hukum.

Disamping itu terdapat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang

Pokok-Pokok Agraria yang merupakan materi hukum yang selalu disuluhkan

kepada masyarakat mengingat kebutuhan akan tanah semakain hari semakin

bertambah bila dilihat dari pertumbuhan dan kebutuhan masyarakat dalam

mengelola tanah menjadi tempat rumah tinggal, usaha, pertanian dan lain

sebagainya. Untuk mengetahui sejauh mana masyarakat mengetahui tentang

Undang-Undang tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 8 : Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Agraria

Page 105: Pembangunan Desa Sadar Hukum

105

Perntanyaan Responden Frekuensi (F) Presentase(%)

Pernah 20 100Tidak 0 0Tidak Tahu 0 0

Jumlah 100 100Sumber : Siperoleh dari Data Primer, Juni 2012

Berdasarkan data tabel 8 di atas, prosentase katagori yang menyatakan

pernah mendengar Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1960 tentang Pokok-

pokok Agraria sebanyak 20 orang (100 %) responden, karena responden

selalu aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan sehingga apa yang

disampaiakn berkaitan dengan materi penyuluhan maupun materi temu sadar

hukum selalu disampaikan mengingat kebutuhan tanah dan juga dampak dari

kebutuhan dan pemanfaatan tanah menjadi masalah yang tidak ada

habisnya. Permasalahan tanah di Kota Ambon merupakan permasalahan

yang kompleks karena banyak sekali penjualan tanah diatas tanah orang,

menjual tanah dengan lebih dari satu sertifikat, persoalan tidak bisa

melakukan pengurusan sertifikat tanah, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 pernah di dengar oleh semua

responden mengingat kebutuhan tanah dan permasalahannya menjadi hal

yang beberapa tahun hingga sampai saat ini menjadi materi yang perlu selalu

disuluhkan kepada anggota masyarakat dalam rangka memberikan

pengetahuan kepada anggota masyarakat di Desa Batumerah dan Kelurahan

Waihaong sebagai Desa/Kelurahan Binaan Hukum.

Page 106: Pembangunan Desa Sadar Hukum

106

Prosentase responden 0 orang (0 %) responden yang tidak ada yang

menjawab tidak pernah dan 0 orang (0 %) responden tidak ada yang

menjawab tidak tahu, karena responden semuanya memilih pernah

mendengar materi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-

Pokok Agraria pada setiap kegiatan yang dilaksanakan dan juga materi

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria ini

menjadi materi yang menjadi kebutuhan masyarakat untuk disuluhkan oleh

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku kepada masyarakat

agar masyarakat dapat mengetahui dan memahami aturan-aturan tentang

pertahanan agar nantinya kedepan tidak terjadi lagi permasalahan yang

berkaitan dengan pertanahan. Dengan demikian pelaksanaan pembinaan

Desa/Kelurahan sadar hukum yang dilaksanakan oleh Kantor Wilayah

berjalan sesuai perencanaan serta dalam rangka Pembentukan Desa sadar

Hukum di Kota Ambon khususnya di Negeri Batumerah Kecamatan Sirimau

dan Kelurahan Waihaong Kota Ambon.

3. Kerjasama Instansi

Kegiatan yang dilaksanakan oleh Kementerian Hukum dan HAM Maluku

untuk membina Desa/Kelurahann Binaan menjadi Desa/Kelurahan Sadar

Hukum Hukum di Kota Ambon selalu bekerjasama dengan instansi terkait

selain Bagian Hukum Pemda Kota Ambon, terdapat beberapa instansi yang

diajak bersama-sama dalam melakukan kegiatan ceramah penyuluhan

Page 107: Pembangunan Desa Sadar Hukum

107

hukum sehingga fungsi pembinaan yang dilaksanakan dapat berjalan dengan

baik. Disamping itu dalam Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA) Kantor

Wialayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku termuat penceramah hukum

dari instansi lain. Sehingga Instansi yang sering diajak bekerjasama dalam

melaksanakan ceramah penyuluhan hukum terpadu adalah Kejaksaan Tinggi

Maluku dan Badan Narkotika Propinsi Maluku. Sehingga pembinaan yang

dilakukan oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku dapat

berjalan sesuai rencana dan dalam rangka Pembentukan Desa Sadar Hukum

di Kota Ambon.

Untuk mengetahui sejauhmana kerjasama yang dilakukan antara

Kementerian Hukum dan HAM Maluku dengan Instansi lain untuk melakukan

pembinaan Desa/Kelurahan Binaan Hukum di Kota Ambon dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 9 : Kejaksaan Tinggi Perntanyaan Responden Frekuensi (F) Presentase

(%)Pernah 20 100Tidak 0 0Tidak Tahu 0 0

Jumlah 100 100Sumber : Siperoleh dari Data Primer, Juni 2012

Berdasarkan pada tabel 9, dapat dilihat bahwa responden yang

menjawab Kemeneterian Hukum dan HAM Maluku bersama Kejaksaan

Tinggu Maluku dalam melaksanakan kegiatan, 20 orang (100 %) responden

menjawab pernah. Keterlibatan Kejaksaan Tinggi Maluku dalam kegiatan

Page 108: Pembangunan Desa Sadar Hukum

108

yang dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Kmenmeterian Hukum dan HAM

Maluku karena dalam setiap kali pertemuan dengan Masyarakat yang

menjadi peserta baik di Desa Batumerah Kecamatan Sirimau dan Kelurahan

Waihaong Kecamatan Nusaniwe. sebelum kegiatan berlangsung selalu

diberitahukan pihak Kejaksaan Tinggi Maluku ikut bersama dalam kegiatan

yang dilaksanakan, kerjasama ini selalu dilakukan sepanjang aturan

mengatur bahwa harus melibatkan instansi terkait dalam rangka pembinaan

Desa/Sadar Binaan Hukum dan dalam rangka pemebtukan Desa/Kelurahan

Sadar Hukum di Kota Ambon.

Selain itu jawaban responden, 0 orang (0 %) responden yang tidak

menjawab tidak pernah, dan 0 orang (0 %) responden tidak ada yang

menjawab tidak tahu. Jelas bahwa tidak ada responden yang menjawab

kolom tidak pernah dan tidak tahu karena responden merupakan pesrta dan

bertatap muka langsung dengan penceramah dari Kejaksaan Tinggi Maluku

yang menmawakan materi Korupsi, proses pemeriksaan berkas, proses

persidangan di pengadilan dan lain sebagainya yang menjadi tugas dan

fungsi dari Kejaksaan Tinggi Maluku.

Sehubungan dengan kerjasama yang dilakukan dengan Kejaksaan

Tinggi Maluku dalam melakukan pembinaan kepada Desa Batumerah dan

Kelurahan Waihaong di Kota Ambon maka Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan HAM Maluku melakukan kerjasama dengan Badan Narkotika

Page 109: Pembangunan Desa Sadar Hukum

109

Propinsi Maluku. Untuk mengetahu sejauhmana kerjasama yang dilakukan

dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 10 : Badan Narkotika Propinsi Maluku Perntanyaan Responden Frekuensi (F) Presentase

(%)Pernah 20 100Tidak Pernah 0 0Tidak Tahu 0 0

Jumlah 100 100Sumber : Siperoleh dari Data Primer, Juni 2012

Dari hasil prosentase jawaban responden pada tabel 10 diatas yaitu

20 orang (100 %) responden yang menjawab pernah Badan Narkotika

Propinsi Maluku bersama-sama dengan Kantor Wilayah Kementerian Hukum

dan HAM Maluku melaksanakan kegiatan dalam rangka membina

Desa/Kelurahan Binaan Hukum diantaranya Desa Batumerah Kecamatan

Sirimau dan Kelurahan Waihaong Kecamatan Nusaniwe yang telah

ditetapkan dengan Keputusan Walikota Ambon. Kerjasama yang dilakukan

salah satunya tujuannya adalah supaya masyarakat di Desa Batumerah dan

Kelurahan Waihaong mengetahui apa itu yang namanya narkotika,

psikotropika, obat-obatan dan zat adiktif lainnya yang efek dan sanksi dari

pengguna serta pengedarnya sama-sama mendapat sanksi yang tidak

ringan. akan tetapi dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat lebih

diarahkan untuk menghindari, mengantisipasi dan menjauhi diri pribadi,

keluarga, masyarakat, bangsa dan negara untuk menjauhi dan mewaspadai

pengedaran gelap dan akibat yang ditimbulkan, sehingga responden pun

Page 110: Pembangunan Desa Sadar Hukum

110

mengetahui bahwa yang turut hadir dalam setiap pelaksanaan kegiatan

adalah Badan Narkotika Propinsi Maluku.

Sedangkan responden yang tidak ada yang menjawab tidak pernah

adalah 0 orang (0 %) responden dan 0 orang (0 %) responden tidak ada yang

menjawab tidak tahu, berarti responden tahu akan identitas dan kapasitas

dari penceramah dari Badan Narkotika Propinsi yang setiap kegiatan selalu

dilibatkan dan mereka membawa contoh-contoh narkotika, psikotropika, obat-

bat terlarang dan zat adiktif lainnya dan. Sehingga responden mengetahui

dengan jelas orang-orang yang selalu dilibatkan dalam kegiatan yang

dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku.

Berdasarkan kenyataan diatas, peran Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan HAM Maluku dalam pembentukan Desa/Kelurahan sadar Hukum

di Kota Ambon berjalan dimana PEMDA Kota Ambon sebagai mitra dalam

menjalankan program dari Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Maluku ditanggapi serius dan berjalan sebagaimana mestinya dalam rangka

membangun kesadaran hukum di Kota Ambon mengingat Kota Ambon dan

sekitarnya sangat rentan dengan konflik, sehingga dengan adanya program

perencanaan pembentukan desa/kelurahan sadar hukum di kota ambon yang

dalam pelaksanaan pemebtukan anggota kadarkum sampai pada

pembentukan dan pembinaan desa/kelurahan binaan Kantoe Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Maluku dalam pelaksanaan kegiatan ceramah

penyuluhan hukum selalu melibatkan/bekerjasama dengan instansi terkait

Page 111: Pembangunan Desa Sadar Hukum

111

dalam usaha memberikan pengetahuan, pemahaman, serta membimbing

dan membangunan kesadaran hukum masyarakat walaupun dilakukan

secara perlahan dan secara terus menerus dan yang lebih utama adalah

agar masyarakat di Kota Ambon tidak lagi dipermudah dan diperalat untuk

terpancing dengan isu-isu yang bisa membuat keadaan keamanan dan

ketertiban menjadi tidak stabil dan juga membangun kembali citra Kota

Ambon menjadi Kota yang MANISE.

C. PROSES PERENCANAN PEMBENTUKAN DESA SADAR HUKUM

OLEH KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

MALUKU

1. Tugas dan Fungsi Sub Bidang Penyuluhan dan Bantuan Hukum

Tugas dan Fungsi dari Sub Bidang Penyuluhan dan Bantuan Hukum

sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 45 ayat (2) Peraturan Menteri Hukum

dan Hak Asasi Manusia Nomor : M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Republik Indonesia bahwa Sub Bidang Penyuluhan dan Bantuan Hukum

mempunyai tugas dan fungsi melakukan pembinaan, pembimbingan, dan

koordinasi serta kerjasama di bidang penyuluhan hukum, evaluasi dan

pemantauan, pemberian bantuan hukum dan konsultasi.

Oleh karena itu dalam berdasarkan pada Tupoksi diatas, proses

perencanaan pembentukan desa/kelurahan sadar hukum di Kota Ambon oleh

Page 112: Pembangunan Desa Sadar Hukum

112

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku diawali dengan proses

pengajuan beberapa kegiatan yang selalu dilaksanakan atau melekat pada

Divisi Pelayanan Hukum dan HAM bidang Pelayanan Hukum yakni Sub

Bidang Penyuluhan dan Bantuan Hukum. kegiatan yang dimaksud antara lain

: kegiatan Ceramah Penyuluhan Hukum Terpadu, kegiatan Temu Sadar

Hukum, kegiatan Konsultasi Hukum Kepada Masyarakat, Kegiatan

Bimbingan Teknis Penyuluhan Hukum, kegiatan Dialog Interaktif RRI dan

Radio Swasta, kegiatan Pameran, dan kegiatan Monitoring dan Evaluasi.

Kegiatan-kegiatan tersebut diatas sebelum diajukan, Divisi Pelayanan

Hukum dan HAM melakukan rapat evaluasi berkaitan dengan kegiatan-

kegiatan yang telah dilaksanakan pada setahun berlalu sehingga dari proses

itulah baru ditentukan program kegiatan beserta anggaran yang akan

diajukan untuk tahun berikutnya. Pada tahap ini setelah ditetntukan program

kegiatan yang nantinya diusulkan kemudian dibuat usulan perencanaan

kegiatan dalam bentuk Rencana Kegiatan dan Rencana Anggaran yang

dibuat secara terperinci terhadap kegiatan yang diusulkan.

Setelah usulan dibuat dalam bentuk RAB dan dalam bentuk KAK maka

usulan tersebut diserahkan pada Divisi Administrasi yakni pada Sub Bagian

Penyusunan Program Bidang Penyusunan Program dan Laporan. Usulan

kegiatan yang diserahkan seluruhnya dikumpulkan baik itu usulan kegiatan

dan anggaran dari Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Ham Maluku

maupun usulan kegiatan dan anggaran dari Unit Pelaksana Teknis se

Page 113: Pembangunan Desa Sadar Hukum

113

Propinsi Maluku menjadi satu dan dibawa usulan tersebut ke Kementerian

Hukum Dan HAM Republik Indonesia di Jakarta yang akan di bahas pada

kegiatan rapat koordinasi penyesuaian pagu anggaran untuk tahun

berikutnya dari setiap Kantor Wilayah dan Kementerian sendiri.

Pada pembahasan program kegiatan dan anggaran di jakarta yang

berperan dalam pembahasan ini adalah Bagian Penyusunan Program dan

kegiatan, sehingga program kegiatan yang diusulkan menjadi tanggungjawab

mereka. Berhasil dan tidak program kegiatan tertuang dalam DIPA ataupun

dalam RKAKL tahun berikutnya bagian Penyusunan Program dan Kegiatan

yang berusaha memperjuangkannya.

2. Pola Penyuluhan Hukum

Kenyataan yang selama ini terjadi setelah hasil pembahasan yang

dilakukan oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku di

Jakarta memang kegiatan yang diusulkan oleh Divisi Pelayanan Hukum dan

HAM yakni Sub Bidang Penyuluhan dan Bantuan Hukum tetap. Sehingga

kegiatan yang nantinya dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan HAM Maluku berjalan sebagaimana program yang diusulkan. Hal

ini pun diungkapkan oleh Risma Indriyani Kepala Divisi Pelayanan Hukum

dan HAM pada tanggal 4 Juni 2012 yang megungkapkan bahwa program

kegiatan yang dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Maluku dalam rangka peningkatan kesadaran hukum masyarakat

Page 114: Pembangunan Desa Sadar Hukum

114

khususnya di Kota ambon tetap berjalan dengan kegiatan-kegiatan yang

sebagaimana di atur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia Nomor M.01-PR.08.10 Tahun 2006 tentang Pola

Penyuluhan Hukum pada Pasal 1 dan pada Pasal 14 ayat (1) dan ayat (2)

antara lain : kegiatan ceramah penyuluhan hukum terpadu, kegiatan temu

sadar hukum, kegiatan pembinaan negeri, desa, kelurahan binaan hukum

dalam rangka pembentukan desa/kelurahan sadar hukum di Kota Ambon,

kegiatan bimbingan teknis penyuluhan hukum, kegiatan koordinasi dengan

pemerintah daerah setempat dalam meningkatkan pelayanan hukum.

Pendapat yang disampaikan diatas diperkuat pula oleh Ganni Makatita

Kepala Bidang Pelayanan Hukum pada tanggal 4 Juni 2012, yang

mengatakan program yang dilaksanakan dalam rangka peningkatan

kesadaran hukum masyarakat di Kota Ambon tetap berjalan dengan

beberapa kegiatan antara lain : kegiatan penyuluhan hukum kepada

masyarakat, kegiatan temu sadar hukum, kegiatan pembinaan negeri, desa,

dan kelurahan binaan menjadi negeri, desa, dan kelurahan sadar hukum,

bimbingan teknis penyuluhan hukum. Pendapat tersebut diatas didukung

dengan pendapat dari Thasman Pea Latara Asi Kepala Sub Bidang

Penyuluhan dan Bantuan Hukum pada tanggal 4 Juni 2012 yang mengatakan

bahwa dalam melaksanakan program Kementerian Hukum dan HAM Maluku

dalam meningkatkan kesadaran hukum masyarakat khusunya di Kota Ambon

tetap berjalan dengan kegiatan-kegiatan yang telah disetujui oleh

Page 115: Pembangunan Desa Sadar Hukum

115

Kementeian Hukum dan HAM RI di Jakarta. Dan dikatakan pula program

Kantor Wilayah Kemeneterian Hukum dan HAM Maluku untuk meningkatkan

kesadaran hukum masyarakat di Kota Ambon secara Khusus dilaksanakan

menjadi skala prioritas menjadikan negeri, desa, dan kelurahan menjadi

desa, kelurahan sadar hukumkarena dapat dijangkau dengan tidak

membutuhkan transportasi atay pejalanan dinas, seharusnya program dari

Kantor Wilayah ini diperuntukan kepada seluruh Negeri/Ohoi, Desa dan

Kelurahan di Propinsi Maluku.

Faktor Penghambat

Meskipun dengan adanya kendala yang dihadapi, kegiatan yang telah

ditetapkan dan disesuaikan dengan program dari Badan Pembinaan Hukum

Nasional harus berjalan dengan program yang telah ditentukan berdasarkan

pada evaluasi dan didukung dengan Peta Permasalahan Hukum dan yang

utama untuk membentuk Desa/Kelurahan di Kota Ambon menjadi Sadar

Hukum.

Dalam meningkatkan kesadaran hukum kepada masyarakat yang

dilaksanakan oleh Kantor Wilayah yang didukung oleh PEMDA Kota Ambon

dengan menetapkan Negeri,Desa, dan Kelurahan di Kota Ambon menjadi

sasaran Binaan Hukum terdapat kendala dalam pelaksanaannya.

Berdasarkan pendapat dari Risma Indriyani Kepala Divisi Pelayanan Hukum

Page 116: Pembangunan Desa Sadar Hukum

116

dan HAM pada tanggal 04 Juni 2012 mengungkapkan memang terdapat

kendala dalam pelaksanaan kegiatan dalam rangka peningkatan kesadaran

hukum masyarakat di Kota Ambon yakni : terdapat keterbatasan anggaran

untuk melakukan pembinaan dan melaksanakan kegiatan dalam rangka

pembentukan desa/kelurahan sadar hukum di Kota Ambon, keterbatasan

sarana dan prasarana, keterbatasan sumber daya manusia yakni tenaga

penyuluh dan tenaga pembimbing. Pendapat tersebut di kuatkan dengan

pendapat dari Ganni Makatita Kepala Bidang Pelayanan Hukum pada tanggal

4 Juni 2012 yang mengungkapkan ada kendala yakni terdapat keterbatasan

dana/anggaran dalam melaksanakan kegiatan diseluruh desa/kelurahan di

Kota Ambon. Hal serupa diperkuat dengan yang diungkapkan oleh Thasman

Pea Latara Asi Kepala Sub Bidang Penyuluhan dan Bantuan Hukum

mengungkapkan terdapat kendala yakni terletak pada Kementerian Hukum

dan HAM khususnya Kanwil dimana anggan dan kegiatan yang dikurangi

sehingga kegiatan penyuluhan hukum kepada masyarakat dan kegiatan temu

sadar hukum volumenya sangat terbatas tidak seimbang dengan jumlah

Negeri/Desa/Kelurahan yang ada di Kota Ambon.

Dengan demikian masih terdapat faktor penghambat dalam

melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan dengan jadwal

telah ditetapkan masalah yang sering terjadi adalah minimnya volume

kegiatan, terbatasnya anggaran, kurangnya tenaga penyuluh hukum hanya

ada satu tenaga penyuluh hukum yang mempunyai sertifikat penyuluh yang

Page 117: Pembangunan Desa Sadar Hukum

117

ditetapkan oleh Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional, kurang pegawai

pada Sub Bidang penyuluhan dan Bantuan Hukum hanya terdapat 3 (tiga)

orang staf. Walaupun dengan keterbatasan yang dihadapi oleh Sub Bidang

Penyuluhan Hukum berkaitan dengan volume kegiatan, anggaran SDM, dan

sarana dan prasarana tetap kegiatan penyuluhan hukum, kegiatan temu

sadar hukum dan kegiatan lainnya tetap dilaksanakan mengingat pelayanan

harus terus dilakukan dalam rangka memberikan masyarakat pemahaman

dan pengetahuan tentang arti penting patuh dan taat pada aturan hukum

yang berlaku demi menjaga keamanan dan ketertiban di Kota Ambon.

3. Pembentukan dan Pembinaan Kelompok Kadarkum

Pembentukan dan Pembinaan Kelompok Kadarkum merupakan proses

awal ditetapkannya desa/kelurahan binaan yang akhirnya terbentunya

desa/kelurahan sadar hukum, sebagaimana yang terdapat pada Peraturan

Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional Nomor : PHN.HN.03.05-73

Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Pembinaan Keluarga Sadar Hukum

dan Desa/Kelurahan Sadar Hukum dan lebih jelasnya terdapat dalam

Lampiran I tentang persyaratan Pembentukan dan Pembinaan Kadarkum.

Kemudian berdasarkan penjelasan dari Risma Indriyani Kepala Divisi

Pelayanan Hukum dan HAM pada tanggal 4 Juni 2012, bahwa proses awal

pembentukan desa/kelurahan khusunya Negeri/Desa Batumerah Kecamatan

Sirimau dan Kelurahan Waihaing Kecamatan Nusaniwe Kota, mengacu pada

Page 118: Pembangunan Desa Sadar Hukum

118

Peraturan Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum

dan HAM RI Nomor : PHN.HN.03.05-73 Tahun 2008 Tanggal 4 November

2008 tentang Pembentukan dan Pembinaan Keluarga Sadar Hukum dan

Desa/Kelurahan Sadar Hukum. Selanjutnya pandapat diatas diperkuat oleh

Ganni Makatita Kepala Bidang Pelayanan Hukum pada tanggal 4 Juni 2012

yang mengatakan pendapat yang sama yakni proses awal pembentukannya

didasari dengan Peraturan Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional

Nomor : PHN.HN.03.05-73 Tahun 2008 tanggal 4 Nopember 2008 tentang

Pembentukan dan Pembinaan Keluarga Sadar Hukumdan Desa/Kelurahan

Sadar Hukum, dimana prosesnya diawali dengan beberapa kegiatan yang

ada pada Sub Bidang Penyuluhan dan Bantuan Hukum kemudian ditetapkan

Desa/Kelurahan menjadi KADARKUM Binaan dalam hal ini Desa Batumerah

dan Kelurahan Waihaong.

Pendapat Ganni Makatita diperkuat kembali dengan yang disampaikan

oleh Thasman Pea Latara Asi Kepala Sub Bidang Penyuluhan dan Bantuan

Hukum pada tangga 4 Juni 2012 bahwa proses awal pemebtukan

desa/kelurahan binaan pada Desa Batumerah Kecamatan Sirimau dan

Kelurahan Waihaong Kecamatan Nusaniwe yaitu Desa/Kelurahan

membentuk kelompok-kelompok sadar hukum kemudian ditetapkan dengan

Surat Keputusan Walikota Ambon sebagai Desa/Kelurahan Binaan sesuai

dengan syarat/kriteria Desa/Kelurahan Sadar Hukum sebagaimana terdapat

pada Peraturan Kepala badan Pembinaan Hukum Nasional Nomor :

Page 119: Pembangunan Desa Sadar Hukum

119

PHN.HN.03.05-73 Tahun 2008 tanggal 4 Nopember 2008 tentang

Pembentukan dan Pembinaan Keluarga Sadar Hukum dan Desa/Kelurahan

Sadar Hukum kemudian Desa/Kelurahan Binaan Sadar Hukum akan

ditetapkan oleh Gubernur atas usul kepala Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan HAM Maluku untuk menjadi Desa/Kelurahan Sadar Hukum.

4. Kriteria Desa/Kelurahan Binaan

Dalam menginventarisasi Desa/Kelurahan Binaan untuk ditetapkan

menjadi Desa/Kelurahan Binaan harus berdasarkan pada kriteria yang telah

ditetapkan oleh Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional Nomor :

PHN.HN.03.05-73 Tahun 2008 pada Lampiran II angka III yang berbunyi

kriteria ditetapkan menjadi Desa/Kelurahan Binaan harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

1. Pelunasan kewajiban membayar pajak bumi dan bangunan mencapai

90 % (sembilan puluh persen) atau lebih;

2. Tidak terdapat perkawinan dibawah usia berdasarkan ketentuan dalam

Undang-Undang Nomor : 1 Tahun 1974 tentang perkawinan;

3. Angka kriminalitas rendah;

4. Rendahnya kasus narkoba;

5. Tingginya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan dan kelestarian

lingkungan; dan

6. Kriteria lain yang ditentukan Daerah

Page 120: Pembangunan Desa Sadar Hukum

120

Selanjutnya Risma Indriyani Kepala Divisi Pelayanan Hukum dan HAM

mengemukakan dalam menginventarisasi Desa/Kelurahan Binaan PEMDA

Kota Ambon harus berdasarkan pada prosedur, syarat, dan kriteria yang

ditetapkan oleh peraturan Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional

sebagaimana yang terdapat pada Lampiran II Peraturan Kepala badan

Pembinaan Hukum Nasional Nomor : PHN.HN.03.05-73 Tahun 2008 tanggal

4 Nopember 2008 tentang Pembentukan dan Pembinaan Keluarga Sadar

Hukum dan Desa/Kelurahan Sadar Hukum. pendapat yang sama pun

disampaikan oleh Ganni Makatita Kepala Bidang Pelayanan Hukum pada

tanggal 4 Juni 2012 bahwa PEMDA Kota Ambon dalam Menginventarisasi

Desa/Kelurahan Binaan harus disesuaikan dengan Peraturan Kepala badan

Pembinaan Hukum Nasional Nomor : PHN.HN.03.05-73 Tahun 2008 tanggal

4 Nopember 2008 tentang Pembentukan dan Pembinaan Keluarga Sadar

Hukum dan Desa/Kelurahan Sadar Hukum pad Lampiran II yaitu : Pelunasan

kewajiban membayar pajak bumi dan bangunan mencapai 90 % (sembilan

puluh persen) atau lebih, Tidak terdapat perkawinan dibawah usia

berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor : 1 Tahun 1974

tentang perkawinan, Angka kriminalitas rendah, Rendahnya kasus narkoba,

Tingginya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan dan kelestarian

lingkungan, dan Kriteria lain yang ditentukan Daerah yakni salah satunya

adat-istiadat dari Negeri, Desa, dan Kelurahan.

Page 121: Pembangunan Desa Sadar Hukum

121

Kemudian Thasman Pea Latara Asi Kepala Sub Bidang Penyuluhan

dan Bantuan Hukum menguatkan kembali pendapat sebelumnya bahwa

PEMDA Kota Ambon dalam menginventarisasi Desa/Kelurahan harus

memenuhi kriteria/syarat sesuai dengan peraturan Kepala Badan Pembinaan

Hukum Nasional karena pemintaan dari Kantor Wilayah Kementerian Hukum

dan HAM Maluku dalam menyurati PEMDA Kota untuk mengikuti petunjuk

tersebut. Sehingga penetapan yang dilakukan oleh PEMDA Kota Ambon

dalam menentukan Desa/Kelurahan Binaan harus didasarkan pada

Peraturan yang telah disampaikan oleh Kantor Wilayah agar dilaksanakan

sesuai dengan petunjuk Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional.

5. Pembentuknya Desa/Kelurahan Sadar Hukum

Proses dan mekanisme Pembentuknya Desa/Kelurahan Sadar Hukum

sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pembinaan Hukum

Nasional Nomor : PHN.HN.03.05-73 Tahun 2008 2008 tentang Pembentukan

dan Pembinaan Keluarga Sadar Hukum dan Desa/Kelurahan Sadar Hukum

pad Lampiran II angka II yang berbunyi Desa/Kelurahan Binaan ditetapkan

menjadi Desa/Kelurahan Sadar Hukum adalah :

1. Pembentukan Desa/Kelurahan Sadar Hukum diawali dengan penetpan

suatu Desa/kelurahan yang telah mempunyai Kadarkum menjdi

Desa/Kelurahan Binaan;

2. Usul penetapan dilakukan oleh Camat kepada Bupati/Walikota;

Page 122: Pembangunan Desa Sadar Hukum

122

3. Bupati/Walikota menetapkan dengan Surat Keputusan suatu

Desa/Kelurahan menjadi Desa/Kelurahan Binaan;

4. Desa/Kelurahan Binaan dibina terus untuk menjadi Desa/kelurahan

Sadar Hukum; dan

5. Gubernur menetapkan Desa/Kelurahan Binaan menjadi

Desa/Kelurahan Sadar Hukum setelah mempertimbangkan usul

Bupati/Walikota dan Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan

HAM.

Berdasarkan pada ketentuan diatas menurut Risma Indriyani Kepala

Divisi Pelayanan Hukum dan HAM pada tanggal 4 Juni 2012 mengatakan

bahwa proses dan mekanisnya adalah Camat mengusulkan kepada

Bupati/Walikota selanjutnya usulannya disampaikan secara tertulis kepada

Kepala Kantor Wilayah kemudian Kepala Kantor Wilayah Mengusulkan

Kepada Gubernur untuk menetapkan Desa/Kelurahan menjadi

Desa/Kelurahan Sadar Hukum dengan Surat Keputusan Gubernur.

Pendapat tersebut di perkuat oleh Ganni Makatita Kepala Bidang

Pelayanan Hukum mengemukakan bahwa :

- Pengusulan dari Camat ke Bupati/Walpkota terhadap Desa/Kelurahan

yang telah memenubhi syarat menjadi Desa/Kelurahan Binaan.

- Usulan dari Camat tersebut dilanjuti oleh Bupati/Walikota ke Kepala Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan HAM se tempat;

Page 123: Pembangunan Desa Sadar Hukum

123

- Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM setempat

menindaklanjuti usulan Bupati/Walikota tersebut kepada Gubernur untuk

menetapkan Desa/Kelurahan yang dimaksud menjadi Desa/Kelurahan

Binaan melalui Keputusan Gubernur setempat.

Pendapat dari Ganni Makatita diperkuat kembali oleh Thasman Pea

Latara Asi Kepala Sub Bidang Penyuluhan dan Bantuan Hukum pada tanggal

4 Juni 2012 yang mengatakan proses Desa/Kelurahan Binaan yang telah

memenuhi kriteria dan syarat sebagaimana dalam peraturan Kepala Badan

Pembinaan Hukum Nasional untuk menjadi Desa/Kelurahan Sadar Hukum,

maka Kepala Kantor Wilayah Mengusulkan ke Gubernur untuk ditetapkan

sebagai Desa/Kelurahan Sadar Hukum.

Dengan demikian proses pembentukan Desa/Kelurahan Binaan menjadi

Desa/Kelurahan Sadar Hukum khususnya Desa Batumerah Kecamatan

Sirimau dan Kelurahan Waihaong Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon dilalui

dengan beberapa tahap yakni usulan kegiatan dan anggaran, pelaksanaan

kegiatan, pembentukan kelompok- kelompok sadar hukum, pembentukan

dan pembinaan Desa/Kelurahan Binaan dan pada akhirnya ditetapkan

menjadi Desa/Kelurahan Sadar Hukum dilalui dengan proses yang panjang

meskipun dengan keadaan yang terbatas baik ditinjau dari anggaran, volume

kegiatan, SDM, dan sarana dan prasarana yang kurang mendukung akan

tetapi dengan semangat dalam rangka pembentukan Desa/Kelurahan Binaan

sadar hukum dan program Menteri Hukum dan HAM RI maka proses ini tetap

Page 124: Pembangunan Desa Sadar Hukum

124

berjalan. Dan pada akhirnya nanti dengan Keputusan Gubernur dalam hal ini

khususnya Gubernur Maluku dan Desa/Kelurahan khususnya Negeri/Desa

Batumerah Kecamatan Sirimau dan Kelurahan Waihaong Kota Ambon akan

diresmikan dan dianugrahi atau untuk memperoleh penghargaan Anubhawa

Sasana Desa/Anubhawa Sasana Kelurahan yang diajukan kepada Menteri

Hukum dan HAM.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Peranan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Maluku dalam Perencanaan Pembentukan Desa Sadar

Hukum di Kota Ambon dilaksanakan dengan melakukan koordinasi

secara baik dengan cara melayangkan surat kepada Walikota

Page 125: Pembangunan Desa Sadar Hukum

125

Ambon berkaitan dengan permintaan nama-nama desa/kelurahan

yang akan dijadikan sebagai desa/kelurahan binaan yang isinya

dilampirkan kriteria-kriteria untuk menjadi desa/kelurahan binaan,

selanjutnya surat permintaan tersebut direspon dan diteruskan ke

Camat dan Kepala Desa/Lurah. Disamping itu peran Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Maluku dalam melakukan pembinaan

dilakukan sesuai dengan perencanaan yang di mulai dari

dilaksanakannya kegiatan ceramah penyuluhan hukum terpadu

dengan melibatkan atau mengikutsertakan Badan Narkotika Propinsi

Maluku dan Kejaksaan Tinggi. Hanya saja program dari PEMDA

Kota Ambon tidak ada untuk tahun 2009, tahun 2010, dan tahun

2011, akan tetapi program Pembinaan dan perencanaan

pemebentukan desa/kelurahan sadar hukum di tahun 2012 akan di

akomodir dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota

Ambon dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota

Ambon.

2. Proses pembentukan desa/kelurahan sadar hukum di Kota Ambon

yang dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Maluku diawali dengan pengusulan kegiatan-kegiatan yang

terdapat pada Sub Bidang Penyuluhan dan Bantuan Hukum,

kemudian usulan tersebut diserahkan ke Bagian Penyusunan

Program dan Anggaran selanjutnya Bagian Penyusunan Program

Page 126: Pembangunan Desa Sadar Hukum

126

dan Anggaran akan dibahas di Kementerian Hukum dan HAM RI di

Jakarta sesuai dengan Pagu Indikatif atau Pagu Anggaran yang

telah ditetapkan oleh Kementerian Hukum dan HAM RI di Jakarta.

B. Saran

Berdasarkan pada kesimpulan diatas maka disarankan beberapa hal

sebagai berikut :

1. Untuk lebih meningkatkan peran Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan HAM Maluku dalam Pembentukan Desa/Kelurahan

Sadar Hukum di Kota Ambon tidak hanya dilakukan dengan cara

melayangkan surat ke PEMDA Kota Ambon, sebaiknya melakukan

peninjauan langsung ke PEMDA Kota Ambon dan bersama-sama

melakukan peninjauan ke Kecamatan-kecamatan dan bahkan ke

Desa/Kelurahan dalam menginventarisasi Desa/Kelurahan mana

saja yang layak untuk di lakukan pembinaan dan di tetapkan sebagai

Desa/Kelurahan Sadar Hukum. Selanjutnya dalam menetapkan

Desa/Kelurahan Sadar Hukum di Kota Ambon jangan hanya terbatas

pada 6 (enam) Desa/Kelurahan di Kota Ambon masih banyak

sasaran dari program Pembinaan dan Pembentukan

Desa/Kelurahan Sadar Hukum yang lain untuk diusulkan mengingat

kondisi Kota Ambon yang rentan terhadap konflik. Selanjutnya

kedepan diharapkan Pemda Kota Ambon dalam hal ini Bagian

Page 127: Pembangunan Desa Sadar Hukum

127

Hukum memiliki program/kegiatan yang ada kaitannya dengan

pembangunan hukum di daerah khususnya Kota Ambon sehingga

dalam melakukan pembinaan dapat bersama-sama dengan Kantor

Wilayah melakukan hal tersebut sehingga seluruh

Negeri/Desa/Kelurahan di Kota Ambon menjadi aman dan damai.

2. Untuk lebih mengoptimalkan dan memperhatikan usulan-usulan

program/kegiatan dari Sub Bidang Penyuluhan dan Bantuan Hukum

berkaitan dengan volume kegiatan dan anggaran agar ada

peningkatan sehingga perencanaan pembentukan desa/kelurahan

sadar hukum yang dilakukan dengan sasaran penyuluhan hukum

dan temu sadar hukum dapat terjangkau di seluruh Kota/Kabupaten

di Propinsi Maluku sehingga tidak hanya terbatas di Kota Ambon.

Page 128: Pembangunan Desa Sadar Hukum

128

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

Adisasmita, M 2011 Membangun Desa Partisipatif, Universitas Hasanuddin Makassar.

Achmad Ali, 1996, Menguak Tabir Hukum, Chandra Pratama: Jakarta

Agustinus Tangkemanda, 2006, Efektifitas Penyuluhan Hukum Dalam Mewujudkan Masyarakat Sadar Hukum di Kecamatan Baruga Kota Kendari, UNHAS Makassar.

Aji,F dan Sirait,M, 1990 PDE, Perencanaan dan Evaluasi Suatu Sistem Untuk Proyek Pembangunan, Bumi Aksara Jakarta.

Amien, A. M, 2003 Kemandirian Lokal, Perspektif Sains Baru Terhadap Organisasi, Pembangunan dan Pendidikan, Makassar: Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin.

Armansyah, 2004, Koordinasi Perencanaan Pembangunan di Kabupaten Dompu NTB, UNHAS Makassar.

Page 129: Pembangunan Desa Sadar Hukum

129

Brantas, 2009, Dasar-dasar manajemen, Alfabeta, bandung.

Bryan Coralie dan White Louise, 1987, Managemen Pembangunan Untuk Negara Berkembang, LP3S, Jakarta.

Bungin, Burhan, 2003 Analisis Data Penelitian Kualitatif, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Chairuddin, 1991, Sosiologi Hukum, Sinar Grafika: Jakarta.

Christian Leihitu, 2010, Desa Sadar Hukum Diharapkan Mengerti Masalah HAM, Antara Ambon.

Cohen, J. M. and Uphoff, N. T. 1977, Rural Development Participatory. Cornell University, Itacha.

Conyer dan Hills, 1994, Perencanaan Yang Berkesinambungan.

Conyers, D, 1991 “Perencanaan Sosial Di Dunia Ketiga” Suatu Pengantar,. Terjemahan oleh Gajah Mada University Press Yogyakarta.

Haryanto dan Sahmuddin, 2008, Perencanaan dan Penganggaran Daerah Pendekatan Kinerja, Badan Penerbit UNDIP Semarang.

Inu Kencana Syafiie, 2011, Manajemen Pemerintahan, Pustaka Reka Cipta, Bandung.

Kunarjo, A., 2002, Perencanaan dan Pengendalian Program Pembangunan, UI-Press Jakarta.

Kunarto, 1996. Sejarah perencanaan Pembagunan Suatu Tinjauan Singkat., Jakarta Prisma Edisi 25.

Leony Anggraeny, 2005 Perencanaan Partisipatif di Kabupaten Maros (Studi Kasus Pada Pemusyarawatan Tudang Sipulung di Kecamatan Turikale), UNHAS Makassar

Liaca MArzuki, 1995, Siri, Bagian Kesadaran Hukum Rakyat Bugis Makassar (sebuah Telaah Filsafat Hukum). Penerbit Hasanuddin University Press: Makassar.

Page 130: Pembangunan Desa Sadar Hukum

130

Liestiarini Wulandari, 2010, Pembentukan DSH Sebagai Tolak Ukur Tingkat Kesadaran Hukum di Masyarakat, BPHNTV Jakarta.

Mulyana W Kusumah, dkk., 1998. Konsep dan Pola Penyuluhan Hukum., Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Jakarta.

Najib, M, 2002 “Mencoba untuk Indonesia yang lebih Demokratismelalui Perencanaan Pembangunan bersama masyarakat”, Pemikiran dan Praktek Perencanaan dalam era Transformasi di Indonesia, ed. Winarso,H dkk, Departemen Teknik Planologi, ITB, Bandung

Noer, R. DJ 2004 Persepsi Masyarakat dan Aparat tentang Urgensi Partisipasi dalam Lokakarya Perencanaan. Program Pasca sarjana Universitas Hasanuddin Makassar.

Paskarina, 2005, Perencanaan Partisipatif dalam Pembangunan Daerah, Bandung, Lembaga Penelitian UNPAD.

PSKMP, 2002 Partisipatory Local Social Development Planning (PLSD) UNHAS Makassar.

Rusli Effendi, dkk, 1991, Teori Hukum. Hasanuddin University Press, Ujung Pandang.

Salman, D 2005, Pembangunan Partisipatoris, Modul Konsentrasi Manajemen Perencanaan, program Studi Manajemen Pembangunan. Unhas Makassar 2005.

Sarwoto, 1986, Dasar-dasar Managemen, Penerbit Ghalia Jakarta.

Satjipto Raharjo, 1982, Ilmu Hukum, Alumni Bandung.

, 1983, Budaya Hukum dalam Permasalahan Hukum di Indonesia, Seminar Budaya Hukum Nasional Ke Empat, Bina Cipta, Bandung.

Soerjono Seokanto, 1982, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum. Rajawali, Jakarta.

Tjokroamidjojo, Bintoro, 1987, Perencanaan Pembangunan, PT. Gunung Agung, Jakarta.

Victor F. Nanlessy, 2006, Perencanaan Pembangunan Partisipatif Program Desa Mandiri Di Kabupaten Gorontalo (Studi Kasus Di Desa Toyidito Kecamatan Polubala), UNHAS Makassar.

Page 131: Pembangunan Desa Sadar Hukum

131

B. Dokumen Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor : 10 Tahun 2004 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

Undang-Undang Nomor : 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.

Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor : M-PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi Tata Kerja Kanwil Kemenkum HAM Maluku.

Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No. M.01-PR.08.10 Tahun 2007 Tentang Pola Penyuluhan.

Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor : M-09.PR.07.10 Tahun 2007 dan dilakukan perubahan kedua dengan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor : M.MH-10.OT.01.01 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan HAM RI.

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor : M.HH-01.PR.01.01 Tahun 2010 Tentang Rencana Strategis Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Tahun 2010-2014.

Peraturan Kepala BPHN No. PHN.HN.03.05-73 Thn 2008 Tentang Pembentukan dan Pembinaan Keluarga Sadar Hukum dan Desa/Kelurahan Sadar Hukum.

Surat Edaran Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor : M.HH.03.03-14 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Tugas Pokoks dan Fungsi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Tepublik Indonesia

C. Bahan-bahan Jurnal.

Arfan Faiz Muhlizi, Selasa, 03 Februari 2009 Perencanaan Pembangunan Hukum Nasional, Dialektika Hukum

Page 132: Pembangunan Desa Sadar Hukum

132

Indra J Pilliang, 2010, Refleksi Akhir Tahun Kementerian Hukum Dan HAM, Membudayakan Hukum dan HAM, Majalah Hukum Kementerian Hukum dan HAM RI, Jakarta.

http://www. kemenkumhamri.go.id

http://www. bphn.go.id

http://www.kemenhukhammaluku.go.id

BPHNTV, Kementerian Hukum dan HAM RI.

POTRET DESA SADAR HUKUM, Metro TV , Sabtu 27 Nopember 2010.