Post on 21-Jan-2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sebagai mahasiswa fakultas kedokteran yang baru memasuki tahap awal
pembelajaran dibidang kedokteran banyak hal yang perlu dipelajari dan dipahami terutama
hal yang menyangkut tentang Sistem kardiovaskular dalam hal ini lebih spesifik pada kasus
Aritmia dan Gagal Jantung. Dan dengan adanya proses tutorial, maka kami diberi
kesempatan untuk lebih mengenal dan berusaha memahami tentang berbagai hal yang
menyangkut penyakit-penyakit kardiovaskular dalam praktik kedokteran.
Untuk itulah pada kesempatan berharga ini, kami sebagai mahasiswa berusaha untuk
mencari tahu dan menggali lebih dalam tentang penyakit autoimun dan hal lain yang
menyangkut penyakit-penyakit autoimun.
Pada tugas ini, kami diminta untuk menganalisa suatu kasus klinis mengenai segala
hal yang bersangkutan dengan aritmia dan gagal jantung.
Yang melatarbelakangi pembuatan makalah ini adalah pemberian tugas dan rasa
keingintahuan kami akan berbagai hal yang harus dipertimbangkan oleh seorang dokter
dalam mengambil keputusan ketika melakukan suatu praktik kedokteran.
1.2 TUJUAN
Meningkatkan rasa ingin tahu dan pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran UPN
“VETERAN” Jakarta semester 5 Blok CVS khususnya dalam menganalisa,
mengolah, dan mengambil keputusan mengenai suatu kasus klinis yang kompleks.
1.3 METODE PENGAMBILAN DATA
Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah metode secara langsung. Metode
ini mengkaji berbagai referensi tentang Aritmia dan Gagal Jantung.
BAB II
KASUS
PAGE 1
Tn. Suseno, 46 tahun, datang ke UGD RS dengan keluhan berdebar dan sesak nafas.
Keluhan berdebar dirasakan sejak 1 hari yang lalu, denyut jantungnya terasa cepat dan irregular.
Tn. Suseno juga mengeluh sesak nafas beberapa minggu lalu, yang semakin memburuk, bahkan
ketika beristirahat. Keluha sesak napas terjadi setelah Tn. Suseno merasa berdebar.
Tn. Suseno pernah dirawat 2 bulan yang lalu, karena sesak napas. Sesak napas dirasakan
ketika Tn. Suseno beraktivitas (pasien hanya dapat berjalan 10-15 meter). Keluhan sesak napas
disertai mudah lelah. Tn. Suseno dirawat selama 10 hari, dan dikatakan menderita penyakit
jantung, dan disarankan untuk melanjutkan pengobatan dan rutin melakukan follow up, namun
Tn. Suseno tidak menjalankan pengobatan selama 3 minggu terakhir. Satu-satunya pengobatan
yang tetap dijalaninya hanya satu tablet putih yang meningkatkan volume urinnya.
PAGE 2
Keadaan umum: tampak sesak, dengan orthopnea, dan keringat dingin.
TD: 100/70 mmHg
RR: 32x/menit
N: 128x/menit
S: 36,7°C
HEENT: konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Leher: JVP = 5+3 cmH2O
Thorax: bentuk dan gerak simetris
Paru: rh+/+, VBS ki=ka
Jantung: inspeksi: ictus cordis tidak terlihat
Palpasi: point of maximal impulse (PMI) teraba di 1 cm lateral LMCS ICS VI, thrill (-)
Perkusi: batas jantung atas: ICS III
Batas jantung kanan: ICS VI linea parasternalis kanan
Batas jantung kiri: 1 cm lateral LCMS ICS VI
Auskultasi: S1 bervariasi, S2 normal, murmur (-), ireguler ireguler 148x/menit
Abdomen: datar, lembut, massa (-), hepar teraba 2 cm bawah arcus costarum, 1 cm di bawah
processus xiphoideus, tepi tajam, padat kenyal, permukaan rata, nyeri tekan (-), lien tidak teraba,
BU (+)
Ekstremitas: edema +/+ a/r dorsalius pedis
PAGE 3
Pemeriksaan darah lengkap: DBN
GDS: DBN
Fungsi ginjal dan fungsi hati: DBN
Elektrolit: Na: 120 mEq/L; K: 2mEq/L
AGD: hipoksemia, pH rendah
X-ray: kardiomegali, kongesti paru
Echocardiography: dilatasi ventrikel kiri dengan penurunan fungsi vemtrikel kiri. Pergerakan
dinding ventrikel secara umum hipokinetik.
PAGE 4
Pasien dimasukkan ke CICU, monitor jantung sudah terpasang, O2 4 liter/menit,
diberikan melalui kanul nasal. Diberikan pengobatan digoksin 0,25 mg IV, furosemid 1
mg/kgBB, amiodaron 150 mg IV bolus yang diberikan dalam 20 menit, diikuti 1 mg/menit IV
drip, dan KCl drip.
Selama pengobatan, Tn. Suseno mendadak kejang, moniotor EKG menunjukkan VT
yang berubah jadi VF. Resusitasi jantung langsung dilakukan. VF berubah menjadi irama sinus
setelah defibrilasi 200 Joules dan 300 Joules. Drip amiodaron dilanjutkan kembali. Kondisi
pasien membaik.
BAB III
ISI
ANATOMI JANTUNG
Jantung normal dibungkus oleh perikardium terletak pada mediastinum medialis dan sebagian
tertutup oleh jarinbgan paru. Bagian depan dibatasi oleh sternum dan iga 3,4, dan 5. Hampir dua pertiga
bagian jantung terletak di sebelah kiri garis media sternum. Jantung terletak diatas diafragma, miring ke
depan kiri dan apeks kordis berada paling depan dari rongga dada. Apeks ini dapat diraba pada ruang sela
iga 4 – 5 dekat garis medio- klavikuler kiri. Batas kranial dibentuk oleh aorta asendens, arteri pulmonal
dan vena kava superior. Ukuran atrium kanan dan berat jantung tergantung pada umur, jenis kelamin,
tinggi badan, lemak epikardium dan nutrisi seseorang.
Anatomi jantung dapat dibagi dalam 2 kategori, yaitu anatomi luar dan anatomi dalam.
Anatomi luar, atrium dipisahkan dari ventrikel oleh sulkus koronarius yang mengelilingi jantung.Pada
sulkus ini berjalan arteri koroner kanan dan arteri sirkumfleks setelah dipercabangkan dari aorta. Bagian
luar kedua ventrikel dipisahkan oleh sulkus interventrikuler anterior di sebelah depan, yang ditempati
oleh arteri desendens anterior kiri, dan sulkus interventrikularis posterior disebelah belakang, yang
dilewati oleh arteri desendens posterior.
Perikardium, adalah jaringan ikat tebal yang membungkus jantung. Perikardium terdiri dari 2
lapisan yaitu perikardium visceral ( epikardium) dan perikardium parietal. Epikardium meluas sampai
beberapa sentimeter di atas pangkal aorta dan arteri pulmonal. Selanjutnya jaringan ini akan berputar –
lekuk (releksi) menjadi perikardium parietal, sehingga terbentuk ruang pemisah yang berisi cairan bening
licin agar jantung mudah bergerak saat pemompaan darah.
Kerangka jantung, jaringan ikat tersusun kompak pada bagian tengah jantung yang merupakan
tempat pijakan atau landasan ventrikel, atrium dan katup – katup jantung. Bagian tengah badan jaringan
ikat tersebut disebut trigonum fibrosa dekstra, yang mengikat bagian medial katup trikuspid, mitral, dan
anulus aorta. Jaringan ikat padat ini meluas ke arah lateral kiri membentuk trigonum fibrosa sinistra.
Perluasan kedua trigonum tersebut melingkari katup trikuspid dan mitral membentuk anuli fibrosa kordis
sebagai tempat pertautan langsung otot ventrikel, atrium, katup trikuspid,dan mitral. Salah satu perluasan
penting dari kerangka jantung ke dalam ventrikel adalah terbentuknya septum interventrikuler pars
membranasea.Bagian septum ini juga meluas dan berhubungan dengan daun septal katup trikuspid dan
sebagian dinding atrium kanan.
Anatomi dalam, jantung terdiri dari empat ruang yaitu atrium kanan dan kiri, serta ventrikel
kanan dan kiri dipisahkan oleh septum. Atrium kanan, darah vena mengalir kedalam jantung melalui vena
kava superior dan inferior masuk ke dalam atrium kanan, yang tertampung selama fase sistol ventrikel.
Secara anatomis atrium kanan terletak agak ke depan dibanding dengan ventrikel kanan atau atrium kiri.
Pada bagian antero- superior atrium kanan terdapat lekukan ruang atau kantung berbentuk daun telinga
disebut aurikel.Permukaan endokardium atrium kanan tidak sama; pada posterior dan septal licin dan rata,
tetapi daerah lateral dan aurikel permukaannya kasar dan tersusun dari serabut – serabut otot yang
berjalan paralel yang disebut otot pektinatus.Tebal rata – rata dinding atrium kanan adalah 2 mm.
Ventrikel kanan, letak ruang ini paling depan di dalam rongga dada, yaitu tepat dibawah
manubrium sterni.Sebagian besar ventrikel kanan berada di kanan depan ventrikel kiri dan di medial
atrium kiri. Perbedaan bentuk kedua ventrikel dapat dilihat pada potongan melintang.Ventrikel kanan
berbentuk bulan sabit atau setengah bulatan, berdinding tipis dengan tebal 4 –5 mm. Secara fungsional
ventrikel kanan dapat dibagi dalam alur masuk dan alur keluar.Ruang alur masuk ventrikel kanan ( right
ventricular inflow tract) dibatasi oleh katup trikuspid, trabekula anterior dan dinding inferior ventrikel
kanan.Sedangkan alur keluar ventrikel kanan (right ventricular outflow tract) berbentuk tabung atau
corong, berdinding licin terletak dibagian superior ventrikel kanan yang disebut infundibulum atau konus
arteriosus.Alur masuk dan alur keluar dipisahkan oleh krista supraventrikuler yang terletak tepat di atas
daun katup trikuspid.
Atrium kiri, menerima darah dari empat vena pulmonal yang bermuara pada dinding postero –
superior atau postero-lateral, masing - masing sepasang vena kanan dan kiri.Letak atrium kiri adalah di
posterior-superior ari ruang jantung lain, sehingga pada foto sinar tembus dada tidak tampak.Tebal
dindingnya 3 mm, sedikit lebih tebal daripada dinding atrium kanan.Endokardiumnya licin dan otot
pektinati hanya ada pada aurikelnya.
Ventrikel kiri, berbentuk lonjong seperti telur, dimana bagian ujungnya mengarah ke antero-
inferior kiri menjadi apeks kordis.Bagian dasar ventrikel tersebut adalah anulus mitral. Tebal dinding
ventrikel kiri adalah 2- 3 kali lipat diding ventrikel kanan. Tebal dinding ventrikel kiri saat diastol adalah
8 – 12 mm.
Katup jantung terdiri atas 4 yaitu katup trikuspid yang memisahkan atrium kanan dengan
ventrikel kanan , katup mitral atau bikuspid yang memisahkan antara atrium kiri dengan ventrikel kiri
setra dua katup semilunar yaitu katup pulmonal dan katup aorta. Katup pulmonal adalah katup yang
memisahkan ventrikel kanan dengan arteri pulmonalis. Katup aorta adalah katup yang memisahkan
ventrikel kiri dengan aorta.
Jantung dipersarafi oleh sistem saraf otonom yaitu saraf simpatis dan parasimpatis. Serabut –
serabut saraf simpatis mempersarafi daerah atrium dan ventrikel termasuk pembuluh darah koroner.Saraf
parasimpatis terutam memberikan persarafan pada nodus sinoatrial,atrioventrikular dan serabut – serabut
otot atrium, dapat pula menyebar ke ventrikel kiri.
Persarafan simpatis eferen preganglionik berasal dari medulla spinalis torakal atas, yaitu torakal
3- 6, sebelum mencapai jantung akan melalui pleksus kardialis kemudian berakhir pada ganglion
servikalis superior, medial, atau inferior. Serabut post – ganglionik akan menjadi saraf kardialis untuk
masuk ke dalam jantung.Persarafan parasimpatis berasal dari pusat nervus vagus di medulla oblongta;
serabut – serabutnya akan bergabung dengan serabut simpatis di dalam pleksus kardialis.Rangsang
simpatis akan dihantar oleh asetilkolin.
Pendarahan jantung, berasal dari aorta melalui dua pembuluh darah koroner utama yaitu arteri
koroner kanan dan kiri. Kedua arteri ini keluar dari sinus valsalva aorta.Arteri koroner kiri bercabang
menjadi ramus nodi sinoatrialis, ramus sirkumfleks dan ramus interventrikularis anterior. Arteri koroner
kanan bercabang menjadi ramus nodi sinoatrialis, ramus marginalis dan ramus interventrikularis
posterior.
Aliran balik dari otot jantung dan sekitarnya melalui vena koroner yang berjalan berdampingan
dengan arteri koroner, akan masuk ke dalam atrium kanan melalui sinus koronarius.Selain itu terdapat
juga vena – vena kecil yang disebut vena Thebesii, yang bermuara langsung ke dalam atrium kanan.
Pembuluh limfe pada jantung terdiri dari 3 kelompok pleksus yaitu subendokardial, miokardial
dan subepikardial. Penampunga cairan limfe dari kelompok pleksus yang paling besar adalah pleksus
subepikardial, dimana pembuluh – pembuluh limfe akan membentuk satu trunkus yang berjalan sejajar
dengan arteri koroner kemudian meninggalkan jantung di depan arteri pulmonal dan berakhir pada
kelenjar limfe antara vena kava superior dan arteri inominata.
HISTOLOGI JANTUNG
Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan yaitu endokardium, miokardium dan epikardium.
Endokardium, merupakan bagian dalam dari atrium dan ventrikel. Endokarium homolog dengan tunika
intima pada pembuluh darah. Endokardium terdiri dari endotelium dan lapisan subendokardial.
Endotelium pada endokardium merupakan epitel selapis pipih dimana terdapat tight/occluding junction
dan gap junction. lapisan subendokardial terdiri dari jaringan ikat longgar. Di lapisan subendokardial
terdapat vena, saraf, dan sel purkinje.
Miokardium, terdiri dari otot polos. Miokardium pada ventrikel kiri lebih tebal dibandingkan
pada ventrikel kanan. Sel otot yang khusus pada atrium dapat menghasilkan atriopeptin, ANF ( Atrial
Natriuretic Factor), kardiodilatin dan kardionatrin yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolit. Miokardium terdiri dari 2 jenis serat otot yaitu serat kondukdi dan serat kontraksi.
Serat konduksi pada jantung merupakan modifikasi dari serat otot jantung dan menghasilkan
impuls. Serat konduksi terdiri dari 2 nodus di dinding atrium yaitu nodus SA dan AV, bundle of His dan
serat purkinje. Serat purkinje merupakan percabangan dari nodus AV dan terletak di subendokardial. Sel
purkinje mengandung sitoplasma yang besar, sedikit miofibril, kaya akan mitokondria dan glikogen serta
mempunyai 1 atau 2 nukleus yang terletak di sentral.
Serat kontraksi merupakan serat silindris yang panjang dan bercabang. Setiap serat terdiri
hanya 1 atau 2 nukleus di sentral. Serat kontraksi mirip dengan otot lurik karena memiliki striae.
Sarkoplasmanya mengandung banyak mengandung mitokondria yang besar. Ikatan antara dua serat otot
adalah melalui fascia adherens, macula adherens ( desmosom), dan gap junctions.
Epikardium terdiri dari 3 lapisan yaitu perikardium viseral, lapisan subepikardial dan
perikardium parietal. Perikardium viseral terdiri dari mesothelium ( epitel selapis pipih). Lapisan
subepikardial terdiri dari jaringan ikat longgar dengan pembuluh darah koroner, saraf serta ganglia.
Perikardium parietal terdiri dari mesotelium dan jaringan ikat.
FISIOLOGI JANTUNG
Kontraksi jantung
Kontraksi otot jantung untuk mendorong darah dicetuskan oleh potensial aksi yang
menyebar melalui membran sel otot. Jantung berkontraksi atau berdenyut secara berirama akibat
potensial aksi yang ditimbulkan sendiri, suatu sifat yang dikenal dengan otoritmisitas. Terdapat
dua jenis khusus sel otot jantung yaitu 99% sel otot jantung kontraktil yang melakukan kerja
mekanis, yaitu memompa. Sel – sel pekerja ini dalam keadaan normal tidak menghasilkan sendiri
potensial aksi. Sebaliknya, sebagian kecil sel sisanya adalah, sel otoritmik, tidak berkontraksi
tetapi mengkhususkan diri mencetuskan dan menghantarkan potensial aksi yang
bertanggungjawab untuk kontraksi sel – sel pekerja.
Kontraksi otot jantung dimulai dengan adanya aksi potensial pada sel otoritmik.
Penyebab pergeseran potensial membran ke ambang masih belum diketahui. Secara umum
diperkirakan bahwa hal itu terjadi karena penurunan siklis fluks pasif K+ keluar yang langsung
bersamaan dengan kebocoran lambat Na+ ke dalam. Di sel – sel otoritmik jantung, antara
potensial – potensial aksi permeabilitas K+ tidak menetap seperti di sel saraf dan sel otot rangka.
Permeabilitas membran terhadap K+ menurun antara potensial – potensial aksi, karena saluran
K+ diinaktifkan, yang mengurangi aliran keluar ion kalium positif mengikuti penurunan gradien
konsentrasi mereka.Karena influks pasif Na+ dalam jumlah kecil tidak berubah, bagian dalam
secara bertahap mengalami depolarisasi dan bergeser ke arah ambang.Setelah ambang tercapai,
terjadi fase naik dari potensial aksi sebagai respon terhadap pengaktifan saluran Ca2+ dan influks
Ca2+ kemudian; fase ini berbeda dari otot rangka, dengan influks Na+ bukan Ca2+ yang
mengubah potensial aksi ke arah positif. Fase turun disebabkan seperti biasanya, oleh efluks K+
yang terjadi karena terjadi peningkatan permeabilitas K+ akibat pengaktifan saluran K+.Setelah
potensial aksi usai, inaktivasi saluran – saluran K+ ini akan mengawali depolarisasi berikutnya.
Sel – sel jantung yang mampu mengalami otortmisitas ditemukan pada nodus SA, nodus AV,
berkas His dan serat purkinje.
Kecepatan normal pembentukan potensial aksi di jaringan otoritmik jantung
Jaringan Potensial aksi per menit
Nodus SA ( pemicu normal) 70 – 80
Nodus AV 40 – 60
Berkas His dan serat – serat purkinje 20 - 40
Sebuah potensial aksi yang dimulai di nodus SA pertama kali akan menyebar ke
atrium melalui jalur antar atrium dan jalur antar nodus lalu ke nodus AV. Karena konduksi nodus
AV lambat maka terjadi perlambatan sekitar 0,1 detik sebelum eksitasi menyebar ke ventrikel.
Dari nodus AV, potensial aksi akan diteruskan ke berkas His sebelah kiri lalu kanan dan terakhir
adalah ke sel purkinje.
Potensial aksi yang timbulkan di nodus SA akan menghasilkan gelombang
depolarisasi yang akan menyebar ke sel kontraktil melalui gap junction.
Potensial aksi di sel kontraktil jantung
Merambat menuruni T. tubul
Masuknya Ca2+ dari CES
Peningkatan pengeluaran Ca2+ dr retikulum sarkoplasma
Ca2+ di sitosol meningkat
Kompleks troponin – tropomiosin di filamen tipis bergeser
Siklus jembatan silang
Filamen tipis bergeser ke dalam diantara filamen tebal
Kontraksi
Kontraksi otot jantung dilihat dari segi biokimia, otot terdiri dari aktin, miosin, dan
tropomiosin. Aktin, G aktin monomerik menyusun protein otot sebanyak 25 % berdasarkan
beratnya. Pada kekuatan ion fisiologik dan dengan adanya ion Mg2+ akan membentuk F aktin.
Miosin, turut menyusun 55 % protein otot berdasarkan berat dan bentuk filamen tebal. Miosin
merupakan heksamer asimetrik yang terdiri 1 pasang rantai berat dan 2 pasang rantai ringan.
Troponin ada 3 jenis yaitu troponin T yang terikat pada tropomiosin, troponin I yang
menghambat interaksi F aktin miosin dan troponin C yang mengikat kalsium.
Mekanisme kontraksi otot, adanya eksitasi pada miosit akan menyebabkan
peningkatan kadar Ca2+ di intraseluler.Eksitasi akan menyebabkan Ca2+ msk dari ECM ke
intrasel melalui L type channels lalu Ca2+ tersebut akan berikatan dengan reseptor ryanodin-
sensitive reseptor di Sarkoplasmik retikulum dan akan dihasilkan lebih banyak lagi Ca 2+
( CICR = Ca2+ induced Ca2+ release). Kalsium yang masuk akan berikatan dengan troponin C
dan dengan adanya energi dari ATP akan menyebabkan kepala miosin lepas dari aktin dan
dengan ATP berikutnya akan menyebabkan terdorongnya aktin ke bagian dalam ( M line ).
Proses ini terjadi berulang – ulang dan akhirnya terjadi kontraksi otot.
Sumber ATP untuk kontraksi berasal dari anaerob glikolisis, glikogenolisis, kreatin
fosfat, dan fosforilasi oksidatif. SumberATP pertama sekali adalah cadangan ATP, setelah itu
menggunakan kreatin fosfat diikuti dengan glikolisis anaerob, lalu glikolisis aerob dan akhirnya
lipolisis.
Siklus jantung
Siklus jantung adalah periode dimulainya satu denyutan jantung dan awal dari
denyutan selanjutnya. Siklus jantung terdiri dari periode sistol dan diastol. Sistol adalah periode
kontraksi dari ventrikel, dimana darah akan dikeluarkan dari jantung. Diastol adalah periode
relaksasi dari ventrikel, dimana terjadi pengisian darah.
Diastol dapat dibagi menjadi dua proses yaitu relaksasi isovolumetrik dan
ventricular filling. Pada relaksasi isovolumetrik terjadi ventrikel yang mulai relaksaasi, katup
semilunar dan katup atrioventrikularis tertutup dan volume ventrikel tetap tidak berubah. Pada
ventricular filling dimana tekanan dari atrium lebih tinggi dari tekanan di ventrikel, katup mitral
dan katup trikuspid akan terbuka sehingga ventrikel akan terisi 80% dan akan mencapai 100 %
jika atrium berkontraksi. Volume total yang masuk ke dalam diastol disebut End Diastolic
Volume .
Sistolik dapat dibagi menjadi dua proses yaitu kontraksi isovolumetrik dan ejeksi
ventrikel. Pada kontraksi isovolumetrik, kontraksi sudah dimulai tetapi katup – katup tetap
tertutup. Tekanan juga telah dihasilkan tetapi tidak dijumpai adanya pemendekan dari otot. Pada
ejeksi ventrikel , tekanan dalam ventrikel lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan pada aorta
dan pulmoner sehingga katup aorta dan katup pulmoner terbuka dan akhirnya darah akan
dipompa ke seluruh tubuh. Pada saat ini terjadi pemendekan dari otot. Sisa darah yang terdapat di
ventrikel disebut End Systolic Volume.
Dua bunyi jantung utama dalam keadaan normal dapat didengar dengan stetoskop
selama siklus jantung.Bunyi jantung pertama bernada rendah, lunak, dan relatif lama-sering
dikatakan terdengar seperti “lub”. Bunyi jantung kedua memiliki nada yang lebih tinggi, lebih
singkat dan tajam- sering dikatakan dengan terdengar seperti “dup”. Bunyi jantung pertama
berkaitan dengan penutupan katup AV , sedangkan bunyi katup kedua berkaitan dengan
penutupan katup semilunar. Pembukaan tidak menimbulkan bunyi apapun. Bunyi timbul karena
getaran yang terjadi di dinding ventrikel dan arteri – arteri besar ketika katup menutup, bukan
oleh derik penutupan katup. Karena penutupan katup AV terjadi pada awal kontraksi ventrikel
ketika tekanan ventrikel pertama kali melebihi tekanan atrium, bunyi jantung pertama
menandakan awitan sistol ventrikel.Penutupan katup semilunaris terjadi pada awal relaksasi
ventrikel ketika tekanan ventrikel kiri dan kanan turun di bawah tekanan aorta dan arteri
pulmonalis. Dengan demikian bunyi jantung kedua menandakan permulaan diastol ventrikel.
Denyut jantung dan Tekanan darah
Kecepatan denyut jantung terutama ditentukan oleh pengaruh otonom pada nodus
SA. Nodus SA dalam keadaan normal adalah pemacu jantung karena memiliki kecepatan
depolarisasi paling tinggi. Penurunan gradual potensial membran secara otomatis antara denyutan
secara umum dianggap disebabkan oleh penurunan permeabilitas terhadap K+. Jantung
dipersarafi oleh kedua divisi sistem saraf otonom, yang dapat memodifikasi kecepatan kontraksi,
walaupun untuk memulai kontraksi tidak memerlukan stimulai saraf. Saraf parasimpatis ke
jantung adalah saraf vagus terutama mempersarafi atrium, terutama nodus SA dan AV, sedangkan
persarafan ke ventrikel tidak signifikan.
Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh darah setiap satuan luas pada
pembuluh darah. Tekanan darah terdiri atas tekanan sistol dan diastol (telah dijabarkan diatas
tentang sistol dan diastol). Tekanan dipengaruhi oleh curah jantung dengan resistensi
perifer.Curah jantung adalah volume darah yang dipompa oleh tiap – tiap ventrikel per menit.
Dua faktor penentu curah jantung adalah kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup.
Volume sekuncup adalah volume darah yang dipompa per denyut. Peningkatan volume diastolik
akhir akan menyebabkan peningkatan volume sekuncup. Hal ini disebabkan oleh semakin besar
pengisian saat diastol, semakin besar volume diastolik akhir dan jantung akan semakin
teregang.Semakin teregang jantung, semakin meningkat panjang serat otot awal sebelum
kontraksi.Peningkatan panjang menghasilkan gaya yang lebih kuat pada kontraksi jantung
berikutnya dan dengan demikian dihasilkan volume sekuncup yang lebih besar.Hubungan
intrinsik antara volume diastolik akhir dan volume sekuncup ini dikenal sebagai hukum Frank –
Starling pada jantung.
Sirkulasi jantung
Sirkulasi darah ditubuh ada dua yaitu sirkulasi paru dan sirkulasi sistemis. Sirkulasi
paru dimulai dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis, arteri besar dan kecil, kapiler lalu masuk
ke paru, setelah dari paru keluar melalui vena kecil, vena pulmonalis dan akhirnya kembali ke
atrium kiri. Sirkulasi ini mempunyai tekanan yang rendah kira – kira 15 – 20 mmHg pada arteri
pulmonalis. Sirkulasi sistemik dimulai dari ventrikel kiri ke aorta lalu arteri besar, arteri kecil,
arteriol lalu ke seluruh tubuh lalu ke venule, vena kecil, vena besar, vena cava inferior, vena cava
superior akhirnya kembali ke atrium kanan.
EKG
EKG ( elektrokardiogram) adalah rekaman sebagian kecil arus listrik yang dihasilkan oleh otot
jantung selama depolarisasi dan repolarisasi yang mencapai permukaan tubuh dan dideteksi oleh elktroda
pencatat. EKG adalah grafik yang dibentuk oleh elektrokardiograf. Informasi yang dapat kita dapatkan
dari rekaman EKG adalah gangguan ritme jantung seperti aritmia, gangguan elektrolit, abnormalitas
konduksi, hipertrofi atrium dan ventrikel, detekdi penyakit bukan jantung, pengaruh obat – obatan.
Ada 3 sadapan yang terdapat pada EKG yaitu sadapan bipolar dan sadapan unipolar. Sadapan
bipolar adalah I yang merupakan sadapan anggota badan, II yang merupakan beda potensial antara
elektroda negatif di lengan kanan dan elektroda positif di lengan kiri, dan III yang merupakan beda
potensial antara elektroda negatif lengan kiri dan elektroda positif di tungkai kiri. Sadapan unipolar
adalah sadapan prekordial dan sadapan augmented. Sadapan augmented adalah AVFyang merupakan
beda potensial anata jantung dengan tungkai, AVR yang merupakan beda potensial anata jantung dengan
lengan kanan, dan AVL yang merupakan beda potensial anata jantung dengan lengan kiri. Sadapan
prekordial adalah V1 – V6. Sadapan V 1 terletak di ruang interkostal IV di kanan sternum. Sadapan V2
terletak di ruang interkostal IV di kiri sternum. Sadapan V3 diletakkan diantara sadapan V2 dan V4.
Sadapan V4 diletakkan di ruang interkostalis V sejajar dengan garis mid klavikularis kiri. Sadapan V5
diletakkan secara mendatar dengan V 4 di linea axillaris anterior. Sadapan V6 diletakkan secara
mendatar dengan V4 – V5 di mid axillaris
Gelombang P adalah depolarisasi dari atrium kiri dan kanan. Segmen PR merupakan
perlambatan nodus AV.Kompleks QRS adalah depolarisasi ventrikel ( repolarisasi atrium). Segmen ST
adalah kontraksi ventrikel dan pengosongan ventrikel. Gelombang T merupakan repolarisasi ventrikel.
Interval TP adalah relaksasi ventrikel dan mengisi diri.
Nilai normal untuk gelobang P adalah 0,08 – 0,1 s, interval PR adalah 0,12 – 0,2 s, interval
QT adalah 0,32 – 0,4 s, dan kompleks QRS adalah 0,06 – 0,1s. Ada tiga cara untuk menghitung laju
jantung dari EKG yaitu:
1. jarak R- R:
1 kotak sedang = 300 x/menit
2 kotak sedang = 150 x/menit
3 kotak sedang = 100 x/menit
4 kotak sedang = 75 x/menit
5 kotak sedang = 60 x/menit
6 kotak sedang = 50 x/menit
2. Hitung jumlah R-R dalam 6 kotak besar = 6 detik jumlah R x 10 = heart rate / menit.
3. 1500/ jarak R-R ( dalam mm) = heart rate / menit.
ARITMIA
Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang
disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999). Aritmia timbul
akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini
bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel
(Price, 1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi
juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).
Aritmia jantung (heart arrhythmia) menyebabkan detak jantung menjadi terlalu cepat,
terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia jantung umumnya tidak berbahaya. Kebanyakan orang
sesekali mengalami detak jantung yang tidak beraturan kadang menjadi cepat, kadang melambat.
Namun beberapa jenis aritmia jantung dapat menyebabkan gangguan kesehatan atau bahkan
sampai mengancam nyawa. . Aritmia dan HR abnormal tidak harus terjadi bersamaan. Aritmia
dpt terjadi dg HR yang normal, atau dengan HR yang lambat (disebut bradiaritmia - kurang dari
60 per menit). Aritmia bisa juga terjadi dengan HR yang cepat (disebut tachiaritmia - lebih dari
100 per menit).
Beberapa sifat system konduksi jantung dan istilah-istilah yang penting untuk
pemahaman aritmia :
· Periode refrakter
Dari awal depolarisasi hingga awal repolarisasi sel-sel miokard tidak dapat
menjawab stimulus baru yang kuat sekalipun. Periode ini disebut periode refrakter
mutlak. Fase selanjutnya hingga hamper akhir repolarisasi, sel-sel miokard dapat
menjawab stimulus yang lebih kuat. Fase ini disebut fase refrakter relative.
· Blok
Yang dimaksud dengan blok ialah perlambatan atau penghentian penghantaran
impuls. Pemacu ektopik atau focus ektopik Ialah suatu pemacu atau focus di luar sinus.
Kompleks QRS yang dipacu dari sinus disebut kompleks sinus. Kompleks QRS yang
dipacu dari focus ektopik disebut kompleks ektopik, yang bias kompleks atrial, kompleks
penghubung –AV atau kompleks ventricular.
· Konduksi tersembunyi
Hal ini terutama berhubungan dengan simpul AV yaitu suatu impuls yang
melaluinya tak berhasil menembusnya hingga ujung yang lain, tetapi perubahan-
[erubahan akibat konduksi ini tetap terjadi, yaitu terutama mengenai periode refrakter.
· Konduksi aberan.
Konduksi aberan ialah konduksi yang menyimpang dari jalur normal. Hal ini
disebabkan terutama karena perbedaan periode refrakter berbagai bagian jalur
konduksi.Konduksi aberan bias terjadi di atria maupun ventrikel, tetapi yang terpenting
ialah konduksi ventricular aberan, yang ditandai dengan kompleks QRS yang melebar
dan konfigurasi yang berbeda.Konduksi atrial aberan diandai dengan P yang melebar dan
konfigurasi yang berbeda.
· Re-entri.
Re-entri ialah suatu keadaan dimana suatu impulas yang sudah keluar dari suatu
jalur konduksi, melalui suatu jalan lingkar masuk kembali ke jalur semula. Dengan
demikian bagian miokard yang bersangkutan mengalami depolarisasi berulang.
· Mekanisme lolos.
Suatu kompleks lolos ialah kompleks ektopik yang timbul karena terlambatnya
impuls yang datang dari arah atas. Kompleks lolos paling sering timbul di daerah
penghubung AV dan ventrikel, jarang di atria. Jelas bahwa mekanisme lolos ialah suatu
mekanisme penyelamatan system konduksi jantung agar jantung tetap berdenyut
meskipun ada gangguan datangnya impuls dari atas.
KLASIFIKASI ARITMIA
Pada umumnya aritmia dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu :
1) Gangguan pembentukan impuls.
a) Gangguan pembentukan impuls di sinus
Takikardia sinus
Bradikardia sinus
Aritmia sinus
Henti sinus
b) Gangguan pembentukan impuls di atria (aritmia atrial)
Ekstrasistol atrial
Takiakardia atrial
Gelepar atrial
Fibrilasi atrial
Pemacu kelana atrial
c) Pembentukan impuls di penghubung AV (aritmia penghubung)
Ekstrasistole penghubung AV
Takikardia penghubung AV
Irama lolos penghubung AV
d) Pembentukan impuls di ventricular (Aritmia ventricular)
Ekstrasistole ventricular.
Takikardia ventricular.
Gelepar ventricular.
Fibrilasi ventricular.
Henti ventricular.
Irama lolos ventricular.
2) Gangguan penghantaran impuls.
a) Blok sino atrial
b) Blok atrio-ventrikular
c) Blok intraventrikular.
Aritmia dengan gangguan pembentukan impuls di ventrikel
Ventrikel ekstrasistol
Bisa disebabkan oleh toksisitas digitalis, hipoksia, hipokalemia, demam, asidosis,
latihan, atau peningkatan sirkulasi katekolamin.
Biasanya pasien merasa berdebar-debar tetapi tidak ada keluhan lain. Namun,
demikian perhatian terletak pada kenyataan bahwa kontraksi premature ini dapat
menyebabkan terjadinya ventrikel takikardi dan fibrilasi ventrikel.
Frekuensi : 60 - 100 denyut per menit. Gelombang P : Tidak muncul karena impuls
dari ventrikel. Kompleks QRS : Lebar, berdurasi lebih dari 0,10 detik. Mungkin
berasal dari satu focus yang sama dalam ventrikel; atau mungkin multi focus di
ventrikel. Hantaran : Terkadang retrograde melalui jaringan penyambung dan atrium.
Irama : Ireguler bila terjadi denyut prematur.
Obat anti disritmia dapat dipergunakan untuk pengobatan segera atau jangka
panjang. Obat yang biasanya dipakai pada penatalaksanaan akut adalah lidokain,
prokainamid, atau quinidin mungkin efektif untuk terapi jangka panjang.
Ventrikel takikardi
Biasanya berhubungan dengan penyakit arteri koroner dan terjadi sebelum
fibrilasi ventrikel. Vnetrikel takikardia sangat berbahaya dan harus dianggap sebagai
keadaan gawat darurat. Pasien biasanya sadar akan adanya irama cepat ini dan sangat
cemas. Frekuensi : 150 - 200 denyut per menit. Gelombang P : Biasanya tenggelam
dalam kompleks QRS; bila terlihat, tidak selalu mempunyai pola yang sesuai dengan
QRS. Kontraksi ventrikel tidak berhubungan dengan kontraksi atrium. Kompleks
QRS : sama dengan ventrikel ekstrasistol, dengan gelombang T terbalik. Hantaran :
Berasal dari ventrikel, dengan kemungkinan hantaran retrograde ke jaringan
penyambung dan atrium. Irama : Biasanya regular, tetapi dapat ireguler.
Terapi ditentukan oleh kemampuan pasien bertoleransi terhadap irama yang cepat
ini. Obat antidisritmia dapat digunakan. Kardioversi perlu dilakukan bila terdapat
tanda-tanda penurunan curah jantung.
Ventrikel fibrilasi
Ialah kontraksi ventrikel yang cepat dan tak efektif. Denyut jantung tidak
terdengar dan tidak teraba, dan tidak ada respirasi. Polanya sangat ireguler dan dapat
dibedakan dengan jenis lainnya. Karena tidak ada koordinasi jantung, maka dapat
terjadi henti jantung dan kematian. Frekuensi : Cepat, tak terkoordinasi dan tak
efektif. Gelombang P : Tidak terlihat. Kompleks QRS : Cepat, tanpa pola yang khas
(multifokal). Ventrikel hanya bergetar. Hantaran : Banyak focus di ventrikel yang
melepaskan impuls pada saat yang sama mengakibatkan hantaran tidak terjadi; tidak
terjadi kontraksi ventrikel. Irama : Sangat ireguler dan tidak terkordinasi.
Penanganan segera adalah melalui defibrilasi.
ETIOLOGI
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis
karena infeksi)
2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner),
misalnya iskemia miokard, infark miokard.
3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti
aritmia lainnya
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan
irama jantung
6. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
7. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
9. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
10. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi
jantung)
FAKTOR RESIKO
Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung atau
kelainan irama jantung. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah:
1. Penyakit Arteri Koroner
Penyempitan arteri jantung, serangan jantung, katup jantung abnormal,
kardiomiopati, dan kerusakan jantung lainnya adalah faktor resiko untuk hampir
semua jenis aritmia jantung.
2. Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan resiko terkena penyakit arteri
koroner. Hal ini juga menyebabkan dinding ventrikel kiri menjadi kaku dan tebal,
yang dapat mengubah jalur impuls elektrik di jantung.
3. Penyakit Jantung Bawaan
Terlahir dengan kelainan jantung dapat memengaruhi irama jantung.
4. Masalah pada Tiroid
Metabolisme tubuh dipercepat ketika kelenjar tiroid melepaskan hormon
tiroid terlalu banyak. Hal ini dapat menyebabkan denyut jantung menjadi
cepat dan tidak teratur sehingga menyebabkan fibrilasi atrium (atrial fibrillation).
Sebaliknya, metabolisme melambat ketika kelenjar tiroid tidak cukup
melepaskan hormon tiroid, yang dapat menyebabkan bradikardi (bradycardia).
5. Obat dan Suplemen
Obat batuk dan flu serta obat lain yang mengandung pseudoephedrine
dapat berkontribusi pada terjadinya aritmia.
6. Obesitas
Selain menjadi faktor resiko untuk penyakit jantung koroner, obesitas
dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung.
7. Diabetes
Resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi akan
meningkat akibat diabetes yang tidak terkontrol. Selain itu, gula darah rendah
(hypoglycemia) juga dapat memicu terjadinya aritmia.
8. Obstructive Sleep Apnea
Obstructive sleep apnea disebut juga gangguan pernapasan saat tidur.
Napas yang terganggu, misalnya mengalami henti napas saat tidur dapat memicu
aritmia jantung dan fibrilasi atrium.
9. Ketidakseimbangan Elektrolit
Zat dalam darah seperti kalium, natrium, dan magnesium (disebut
elektrolit), membantu memicu dan mengatur impuls elektrik pada jantung.
Tingkat elektrolit yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat
memengaruhi impuls elektrik pada jantung dan memberikan kontribusi terhadap
terjadinya aritmia jantung.
10. Terlalu Banyak Minum Alkohol
Terlalu banyak minum alkohol dapat memengaruhi impuls elektrik di
dalam jantung serta dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya fibrilasi atrium
(atrial fibrillation).
Penyalahgunaan alkohol kronis dapat menyebabkan jantung berdetak
kurang efektif dan dapat menyebabkan cardiomyopathy (kematian otot jantung).
11. Konsumsi Kafein atau Nikotin
Kafein, nikotin, dan stimulan lain dapat menyebabkan jantung berdetak
lebih cepat dan dapat berkontribusi terhadap resiko aritmia jantung yang lebih
serius.
Obat-obatan ilegal, seperti amfetamin dan kokain dapat memengaruhi
jantung dan mengakibatkan beberapa jenis aritmia atau kematian mendadak
akibat fibrilasi ventrikel (ventricular fibrillation).
TANDA DAN GEJALA ARITMIA
Ada beberapa tanda dan gejala Aritmia, yaitu
Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi;
bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis,
berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat.
Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan
pupil.
Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina,
gelisah
Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas
tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan
seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik
pulmonal; hemoptisis.
Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis
siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
Palpitasi
Pingsan
Rasa tidak nyaman di dada
Lemah atau keletihan (perasaan
Detak jantung cepat (tachycardia)
Detak jantung lambat (bradycardia)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan
tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan
dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja).
Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat
antidisritmia.
Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikel atau katup
Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan
miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan
dinding dan kemampuan pompa.
Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
mnenyebabkan disritmia.
Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan
atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh
endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi
disritmia.
OBAT ANTI ARITMIA
A. Antiaritmia kelas 1A
1. Kinidin
- Farmakokinetik : kuota absorpsi 80-20%; ikatan protein plasma 80%; t1/2: 6-7 jam, pada
sirosis hati diperpanjang sampai 50 hari; metabolisme penguraian di hati secara hidroksilasi;
eleminasi renal (sampai 20% sebagai obat dalam keadaan tidak berubah).
- Indikasi : ekstrasistolol supraventikuler dan ventrikuler, takikardia supraventrikuler (flutter
atrium dan vibrilasi atrium) juga takikardi ventrikuler (kecuali takiaritmia yang disebabkan
digitalis); profilaksis residif setelah regularisasi.
- Perhatian : kinidin merupakan isomer stereo dari kinin dan seperti obat ini juga mempunyai
efek antimalaria dan kontraksi pada uterus.
- Kontraindikasi : hipersensitivitas, blockade AV tingkat 2 dan 3, blockade pada paha,
bradikardi, insufisiesi jantung dengan dekompensasi, intoksifikai digitalis dan hiperkalemia.
- Interaksi : kinidin meningkatkan konsentrasi digoksin plasma, pendesakan dari tempat ikatan
di jaringan dan pengurangan ekskresi digoksin secara renal, perpendekan t1/2 oleh
pentobarbital dan fenitoin, induksi sitokrom P450.
- Sediaan beredar : Kinidin sulfat (generik).
2. Prokainamid
- Farmakokinetik : dosis 1000-1500 mg setiap 8 jam (sebagai tablet retard); konsentrasi plasma
terapeutik 3-14 µg/ml; kuota absorpsi 80-100%; ikatan protein plasma 20%; t ½ 3 jam;
metabolisme di hati asetilasi menjadi N-asetilprokainamid; eleminasi terutama renal (sampai
60% sebagai obat dalam keadaan tidak berubah).
- Indikasi : mirip kinidin, profilaksis dan pengobatan awal extrasistol supraventikuler dan
ventrikuler serta takiaritmia (kecuali takiaritmia yang disebabkan digitalis).
- Perhatian : prokainamid (suatu amida asam) dan analogi struktur dengan anastetik lokal
prokain (ester), namun berlawanan dengannya hanya memiliki sedikit efek anastetik lokal.
- Kontraindikasi : hipersensitifitas, blockade AV tingkat 2 dan 3, blockade pada paha,
bradikardi, insufisiesi jantung dengan dekompensasi, intoksifikai digitalis.
- Sediaan beredar : procainamid HCL (generik).
3. Disopiramid
- Farmakokinetik : dosis penjenuhan 4 x 0,1-0,2 g per oral dalam 24 jam, dosis pemeliharaan
2-4 x 0,1-0,2 g per oral dalam 24 jam; konsentrasi plasma terapeutik 2-5 µg/ml; kuota
absorpsi 70-90%; ikatan protein plasma 30-40 %; t½ 5-7 jam; metabolisme di hati terutama
N-desalkilasi; eliminasi terutama renal (sampai 50% sebagai obat dalam keadaan tidak
berubah).
- Indikasi : mirip kinidin, profilaksis dan pengobatan ektrasistol supraventrikuler dan
ventrikuler seta takiaritmia (kecuali takaritmia yang disebabkan oleh digitalis).
- Kontraindikasi : insufisiensi jantung dengan dekompensasi, bradikardi, blockade AV tingkat
2 dan 3, blockade pada paha, intoksikasi digitalis, dan hipertrofi prostat.
- Sediaan beredar : Dysopiramid, Norpace, Rytmacor, Rytmilen.
B. Aritmia kelas IB
1. Lidokain
- Farmakokinetik : dosis sebagai antiaritmia mula-mula 100 mg i.v., setelah itu dengan infuse
jangka panjang 4 mg/menit selama 3 jam, setelah itu penguraian sampai separonya (sambil
dikontrol EKG terus-menerus); konsentrasi plasma terapeutik 2-6 µg/ml; Bioavaibilitas oral
hanya 3% (first pass effect yang tinggi); ikatan protein plasma 50%; t ½ 1-2 jam, pada
insufisiensi hati dan pada pemberian dengan infuse jangka panjang lebih lama (>12 jam);
metabolisme penguraian cepat di hati secara deetilasi oksidatif dan pemecahan ikatan amida;
eleminasi terutama renal, hanya 2% sebagai obat dalam keadaan tidak berubah.
- Indikasi : takikardi ventrikuler dan ekstrasistol (terutama sebagai akibat infark myocard,
setelah tindakan bedah pada jantung serta akibat dari intoksidasi glikosida jantung). tidak
efektif pada gangguan irama atrium.
- Perhatian : lidokain hanya digunakan parenteral karena bioavaibilitasnya sangat kecil. Dalam
bentuk infuse intravena mudah dikendalikan karena t ½ yang pendek.
- Kontraindikasi : insufisiensi jantung dengan dekomposisi, bradikardi, blockade AV total,
blockade pada paha, dan insufisiensi hati.
- Sediaan beredar : lidocaine
2. Meksiletin
- Farmakokinetik : dosis oral 3 x 200 mg/hari, i.v. pada awal 250 mg/ menit, 250 mg pada jam
berikut, setelah itu 0,5-1 mg/hari sebagai infuse jangka panjang; konsentrasi plasma
terapeutik 0,5-2 µg/ml; bioavaibilitas oral 80-100%; ikatan protein plasma 55-70%; t ½ 10-20
jam; metabolisme dalam jumlah besar; eleminasi renal, sampai < 10% sebagai obat dalam
keadaan tidak berubah.
- Indikasi : mirip lidokain, takikardi ventrikuler dan ekstrasistol. Secara umum tidak efektif
pada gangguan irama atrium.
- Perhatian : ada kesamaan struktur kimiawi dengan lidokain dan dengan demikian juga
mempunyai efek lokal anastesi. Cocok untuk pengobatan oral jangka panjang.
- Kontraindikasi : insufisiensi jantung dengan dekomposisi, bradikardi, blockade AV total,
blockade pada paha, dan insufisiensi hati dan ginjal, parkinson.
- Sediaan beredar : Mexitec.
C. Antiaritmia kelas IC
1. Propafenon
- Farmakokinetik : dosis oral 3 x 200 mg/hari, i.v pada awal 250 mg/10 menit, 250 mg pada
jam berikut, setelah itu 0,5-1 mg/menit sebagai infuse jangka panjang; konsentrasi plasma
terapeutik 0,2-2 µg/ml; lama efek umumnya 4-8 jam; bioavaibilitas oral 50% (karena first
pass effect); ikatan protein plasma 90%; t ½ 3-6 jam, pada yang metabolismenya lambat > 12
jam (polimorfisme genetik); metabolisme hampir lengkap di hati (hidroksilasi dan konjugasi
fase II) menjadi metabolit yang tidak aktif; eliminasi renal, sampai < 1% sebagai obat dalam
keadaan tidak berubah.
- Indikasi : ektrasistol supraventrikuler dan takiaritmia, fibrilasi atrium paroksismal, takikardia
ventrikuler.
- Kontraindikasi : insufisiensi jantung yang serius, bradikardi, blockade AV tingkat 2 dan 3,
blockade pada paha, hipotensi yang menonjol.
2. Flekainid
- Farmakokinetik : dosis 1 mg/kgBB i.v atau 2x100-150 mg p.o/hari; konsentrasi plasma
terapeutik 245-980 ng/ml; lama efek 95%; bioavaibilitas oral 40%; ikatan protein plasma
90%; t ½ 14-20 jam; metabolisme sebagian besar di hati; eleminasi renal, sampai kl 25%
sebagai obat yang tidak berubah.
- Indikasi : hanya pada takiaritmia ventrikuler yang istimewa berat dan pada aritmia
ventrikuler yang bertahan dan mengancam jiwa.
- Kontraindikasi : insufisiensi jantung yang serius, bradikardi, blockade AV tingkat 2 dan 3,
blockade pada paha, hipotensi yang menonjol.
D. Antiaritmia Kelas II
1. Propanolol
- Farmakokinetika : Resorpsinya dari usus baik, first past effect besar hingga hanya 30%
mencapai sirkulasi. Sebagian besar zat ini diubah dalam hati menjadi derivat hidroksinya
yang aktif. Ikatan protein plasmanya 90%, plasma t ½ nya 3-6 jam. Bersifat sangat lipofil
sehingga terdistribusi di jaringan dan otak dengan baik.
- Dosis : Loading dose; 0,15 mg/kg IV. Dosis setiap hari; Propranolol: 80–240 mg/hari
- Efek samping : Bradikardi, gagal jantung, hipotensi, gangguan konduksi, bronkospasme,
vasokontriksi perifer, gangguan saluran cerna, fatigue, gangguan tidur, jarang ruam kulit dan
mata kering (reversible bila obat dihentikan), eksaserbasi psoriasis .
- Kontraindikasi : asma, gagal jantung yang tak terkendali, bradikardi yang nyata, hipotensi,
sindrom penyakit sinus, blok AV derajat dua atau tiga, syok kardiogenik, feokromositoma.
- Interaksi obat : alkohol dapat meningkatkan efek hipotensi. Analgesik dan NSAID dapat
memberikan efek antagonis terhadap efek hipotensi beta-blocker. Glikosida jantung dapat
meningkatkan blokade AV dan bradikardi .
2. Metoprolol
- Farmakokinetika : Resorpsinya pesat dan praktis lengkap, bioavailabilitas 40-50% akibat
first past effect agak tinggi. Efek hipotensifnya biasanya agak cepat, dalam 1 minggu dan
dapat bertahan sampai 4 minggu. Ikatan protein-plasmanya kurang lebih 12%, plasma t ½ 3-4
jam. Ekskresinya melalui ginjal sebagai metabolit inaktif.
- Dosis : Loading dose; 2,5–5 mg I.V terbagi dalam 2-3 dosis. Dosis setiap hari; 50–200
mg/hari.
- Efek samping : Bradikardi, gagal jantung, hipotensi, gangguan konduksi, bronkospasme,
vasokontriksi perifer, gangguan saluran cerna, fatigue, gangguan tidur, jarang ruam kulit dan
mata kering (reversible bila obat dihentikan), eksaserbasi psoriasis.
- Kontraindikasi : asma, gagal jantung yang tak terkendali, bradikardi yang nyata, hipotensi,
sindrom penyakit sinus, blok AV derajat dua atau tiga, syok kardiogenik, feokromositoma.
- Interaksi obat : alkohol dapat meningkatkan efek hipotensi. Analgesik dan NSAID dapat
memberikan efek antagonis terhadap efek hipotensi beta-blocker. Glikosida jantung dapat
meningkatkan blokade AV dan bradikardi
E. Antiaritmia Kelas III
1. Amiodaron
- Farmakokinetik : dosis penjenuhan 8-10 hari, 600 mg/hari, dosis pemeliharaan 200 mg/hari
dengan istirahat pada akhir pekan; konsentrasi plasma terapeutik 0,9-5,3 µg/ml; absorpsi oral
sangat lambat (lebih dari 5-10 jam); bioavaibilitas oral 50% (variasi individual sangat besar);
ikatan protein plasma 99-100%; t ½ 1-2 bulan, maka sulit dikendalikan; metabolisme mis
detilasi di hati, banyak penimbunan di berbagi jaringan; eleminasi di dalam urin tidak
ditemukan amiodaron yang tidak berubah.
- Indikasi: sebagai antiaritmia cadangan, jika antiaritmia lain secara medis tidak dapat
digunakan, takiaritmia supraventrikular dan ventrikuler.
- Perhatian : sebagai antiaritmia cadangan yang berhubungn dengan efek sampingnya yang
berat.
- Kontraindikasi : insufisiensi jantung dengan dekompensasi, bradikardi, gangguan konduksi
AV, dan gangguan fungsi kelenjar tiroid.
- Interaksi : amiodaron menyebabkan peningkatan konsentrasi digoksin plasma dan
pendesakan keluar jaringan. Amiodaron memperkuat efek penghambatan pembekuan dari
derivate kumarin.
- Sediaan beredar: Carbinok, cardaron.
(
2. Setalol
- Farmakokinetik : sebagai antiaritmia mula-mula 160 mg/hari, jika perlu dapat dinaikkan
menjadi 320-480 mg/hari (sambil frekuensi jantung diawasi); konsentrasi plasma terapeutik
1-3 µg/ml; bioavaibilitas oral 90-100%; ikatan protein plasma tidak ada; eleminasi praktis
lengkap renal dalam keadaan obat tidak berubah.
- Indikasi : takikardi supraventrikular dan ventricular; perlindungan terhadap pengaruh
adrenergik pada hipertiroidisme, sindrom jantung, hiperkinetis, angina pectoris, dan tekanan
darah tinggi.
- Perhatian : setalol termasuk reseptor β bloker (antiaritmia kelas II). Mengenai efek
antiaritmia pada jantung sifat-sifat kelas III lebih menonjol (mirip amiodaron), sehingga
setalol digolongkan di sini.
- Efek santai : sifat simpatolitik.
- Perhatian : pada insufisiensi jantung untuk terapi dengan bloker reseptor β diperlukan
digitalisasi yang memadai.
- Kontraindikasi : insufisiensi jantung dengan dekompensasi, bradikardi, gangguan konduksi
AV, hipotensi.
F. Antiaritmia Kelas IV
1. Verapamil
- Farmakokinetik : dosis untuk awal terapi 240-280 mg p.o., pengobatan jangka panjang 80-
240 mg p.o. setiap 6-8 jam; konsentrasi plasma terapeutik 60-100; µg/ml; bioavaibilitas oral
hanya 10-22%, walaupun terabsorpsi sampai 90% (first pass efek tinggi), pada sirosis hati
bioavaibilitas dapat naik sampai 80%; ikatan protein plasma 90%; t ½ 3-7 jam; metabolisme
hampir lengkap di hati dengan N- atau O- demetilasi dan konjugasi perurain; eliminasi
sampai 70% renal, sisanya biliar.
- Indikasi: takikardia supraventrikular, extrasistol atrium, flutter dan fibrilasi atrium disertai
takiaritmia (kecuali pada sindrom Wolff-Parkinson-White), semua bentuk angina pectoris dan
hipertensi.
- Perhatian : verapamil termasuk zat penghambat kanal kalsium, seperti juga nifedipin dan
diltiazem. Walaupun verapamil seperti juga nifedifin, berefek vasodilatasi pada pembuluh
darah resistensi dan pembuluh darah koroner, namun efek antagonis Ca2+ terhadap jantung
lebih utama.
- Kontraindikasi: insufisiensi jantung dengan dekompoensasi, infark miocard yang baru, syok
kardiogenik, bradikardi, gangguan konduksi AV, hipotensi dan blokade reseptor β.
- Interaksi : hati-hati pada kombinasi dengan β-bloker karena saling menguatkan efek
kardiodepresif.
- Sediaan beredar : Verapamil (generic), Cardiover, isoptil dan vemil.
2. Diltiazem
- Farmakoterapi : dosis 180-360 mg/hari per pral; konsentrasi plasma terapeutik 100-300
mg/ml; bioavaibilitas oral kl 44%, walaupun absorpsi hampir lengkap (first pass effek tinggi),
pada terapi jangka panjang bioavaibilitas dapat naik sampai 90%, mungkin disebabkan suatu
penjenuhan enzim; ikatan protein plasma 78%; t ½ desasetilasi, baik O- atau N- demetilasi
oksidatif dan selanjutnya konjugasi peruraian; eleminasi terutama renal setelah metabolisme
lengkap.
- Indikasi : semua bentuk angina pectoris, hipertensi, takikardia supraventrikular, ektrasistol
atrium, flutter dan atrium disertai takiaritmia (kecuali pada sindrom Wolff-Parkinson-White).
- Perhatian : diltiazem termasuk zat penghambat kanal kalsium, seperti juga nifedipin dan
verapamil. Seperti juga verapamil, digunakan sebagai antiaritmia karena efek antagonis Ca2+
langsung terhadap jantung. Kekuatan efeknya tergantung pada efek vasodilatasi pada
pembuluh darah resistensi erterial koroner, posisinya diantara verapamil dan nifedipin.
- Kontraindikasi: insufisiensi jantung dengan dekompoensasi, infark miocard yang baru, syok
kardiogenik, bradikardi, gangguan konduksi AV, hipotensi dan blokade reseptor β.
- Interaksi : hati-hati pada kombinasi dengan β-bloker karena saling menguatkan efek
kardiodepresif.
GAGAL JANTUNG
DEFINISI
Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh
sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktifitas yang disebabkan oleh kelainan struktur
atau fungsi jantung. Pada gagal jantung terjadi keadaan yang mana jantung tidak dapat
menghantarkan curah jantung yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
(Marulam, 2006)
PATOFISIOLOGI
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya
di atas dan puncaknya di bawah. Apex-nya (puncak) miring ke sebelah kiri. Berat jantung
kira-kira 300 gram. Agar jantung berfungsi sebagai pemompa yang efisien, otot-otot jantung,
rongga atas dan rongga bawah harus berkontraksi secara bergantian. Laju denyut-denyut
jantung atau kerja pompa ini dikendalikan secara alami oleh suatu "pengatur irama". Ini
terdiri dari sekelompok secara khusus, disebut nodus sinotrialis, yang terletak didalam
dinding serambi kanan. Sebuah impuls listrik yang ditransmisikan dari nodus sinotrialis ke
kedua serambi membuat keduanya berkontraksi secara serentak. Arus listrik ini selanjutnya
di teruskan ke dinding-dinding bilik, yang pada gilirannya membuat bilik-bilik berkontraksi
secara serentak. Periode kontraksi ini disebut systole. Selanjutnya periode ini diikuti dengan
sebuah periode relaksasi pendek - kira-kira 0,4 detik - yang disebut diastole, sebelum impuls
berikutnya datang. Nodus sinotrialus menghasilkan antara 60 hingga 72 impuls seperti ini
setiap menit ketika jantung sedang santai. Produksi impuls-impuls ini juga dikendalikan oleh
suatu bagian sistem syaraf yang disebut sistem syaraf otonom, yang bekerja diluar keinginan
kita. Sistem listrik built-in inilah yang menghasilkan kontraksi-kontraksi otot jantung
beirama yang disebut denyut jantung. (Wikipedia, 2008).
Terdapat tiga kondisi yang mendasari terjadinya gagal jantung, yaitu :
a) Gangguan mekanik ; beberapa faktor yang mungkin bisa terjadi secara tunggal atau
bersamaan yaitu : a. Beban tekanan b. Beban volume c. Tamponade jantung atau
konstriski perikard, jantung tidak dapat diastole d. Obstruksi pengisian ventrikel e.
Aneurisma ventrikel f. Disinergi ventrikel g. Restriksi endokardial atu miokardial
b) Abnormalitas otot jantung a. Primer : kardiomiopati, miokarditis metabolik (DM, gagal
ginjal kronik, anemia) toksin atau sitostatika. b. Sekunder: Iskemia, penyakit sistemik,
penyakit infiltratif, korpulmonal
c) Gangguan irama jantung atau gangguan konduksi
Menurut Soeparman (2000) beban pengisian (preload) dan beban tahanan (afterload)
pada ventrikel yang mengalami dilatasi dan hipertrofi memungkinkan adanya peningkatan
daya kontraksi jantung yang lebih kuat, sehingga curah jantung meningkat. Pembebanan
jantung yang lebih besar meningkatkan simpatis, sehingga kadar katekolamin dalam darah
meningkat dan t erjadi takikardi dengan tujuan meningkatkan curah jantung. Pembebanan
jantung yang berlebihan dapat mengakibatkan curah jantung menurun, maka akan terj adi
redistribusi cairan dan elektrolit (Na) melalui pengaturan cairan oleh ginjal dan
vasokonstriksi perifer dengan tujuan untuk memperbesar aliran balik vena (Venous return) ke
dalam ventrikel sehingga meningkatkan tekanan akhir diastolik dan menaikkan kembali
curah jantung. (Masdanang, 2008)
Dilatasi, hipertrofi, takikardi, dan redistribusi cairan badan merupakan mekanisme
kompensasi untuk mempertahankan curah jantung dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi
badan. Bila semua kemampuan mekanisme kompensasi jantung tersebut diatas sudah
dipergunakan seluruhnya dan sirkulasi darah dalam badan belum juga tepenuhi, maka
terjadilah keadaan gagal jantung. (Masdanang, 2008)
Gagal jantung kiri atau gagal jantung ventrikel kiri terjadi karena adanya gangguan
pemompaan darah oleh ventrikel kiri sehingga curah jantung kiri menurun dengan akibat
tekanan akhir diastol dalam ventrikel kiri dan volume akhir diastole dalam ventrikel kiri
meningkat. Keadaan ini merupakan beban atrium kiri dalam kerjanya untuk mengisi ventrikel
kiri pada waktu diastolik, dengan akib at terjadinya kenaikan tekanan rata – rata dalam atrium
kiri. Tekanan dalam atrium kiri yang meninggi ini menyebabkan hambatan aliran masuknya
darah dari vena - vena pulmonal. Bila keadaan ini terus berlanjut, maka bendungan akan
terjadi juga dalam paru - paru dengan akibat terjadinya edema paru dengan segala keluhan
dan tanda - tanda akibat adanya tekanan dalam sirkulasi yang meninggi. Keadaan yang
terakhir ini merupakan hambatan bagi ventrikel kanan yang menjadi pompa darah untuk
sirkuit paru (sirkulasi kecil). Bila beban pada ventrikel kanan itu terus bertambah, maka akan
merangsang ventrikel kanan untuk melakukan kompensasi dengan mengalami hipertropi dan
dilatasi sampai batas kemampuannya, dan bila beban tersebut tetap meninggi maka dapat
terjadi gagal jantung kanan, sehingga pada akhirnya terjadi gagal jantung kiri - kanan. Gagal
jantung kanan dapat pula terjadi karena gangguan atau hambatan pada daya pompa ventrikel
kanan sehingga isi sekuncup ventrikel kanan tanpa didahului oleh gagal jantung kiri. Dengan
menurunnya isi sekuncup ventrikel kanan, tekanan dan volum akhir diastole ventrikel kanan
akan meningkat dan ini menjadi beban atrium kanan dalam kerjanya mengisi ventrikel kanan
pada waktu diastole, dengan akibat terjadinya kenaikan tekanan dalam atrium kanan.
Tekanan dalam atrium kanan yang meninggi akan menyebabkan hambatan aliran masuknya
darah dalam vena kava superior dan inferior ke dalam jantung sehingga mengakibatkan
kenaikan dan adanya bendungan pada vena -vena sistemik tersebut (bendungan pada vena
jugularis dan bendungan dalam hepar) dengan segala akibatnya (tekanan vena jugularis yang
meninggi dan hepatomegali). Bila keadaan ini terus berlanjut, maka terjadi bendungan
sistemik yang lebih berat dengan akibat timbulnya edema tumit atau tungkai bawah dan
asites. (Masdanang, 2008)
MEKANISME KOMPENSASI GAGAL JANTUNG
Mekanisme Frank-Starling
Mekanisme Frank-Starling meningkatkan stroke volume berarti terjadi
peningkatan volume ventricular end-diastolic. Bila terjadi peningkatan pengisian
diastolik, berarti ada peningkatan peregangan dari serat otot jantung, lebih optimal pada
filamen aktin dan miosin, dan resultannya meningkatkan tekanan pada kontraksi
berikutnya. Pada keadaan normal, mekanisme Frank-Starling mencocokan output dari
dua ventrikel. (Cokat, 2008)
Pada gagal jantung, mekanisme Frank-Starling membantu mendukung cardiac
output. Cardiac output mungkin akan normal pada penderita gagal jantung yang sedang
beristirahat, dikarenakan terjadinya peningkatan volume ventricular end-diastolic dan
mekanisme Frank-Starling. Mekanisme ini menjadi tidak efektif ketika jantung
mengalami pengisian yang berlebihan dan serat otot mengalami peregangan yang
berlebihan. (Cokat, 2008)
Hal penting yang menentukan konsumsi energi otot jantung adalah ketegangan
dari dinding ventrikular. Pengisian ventrikel yang berlebihan menurunkan ketebalan
dinding pembuluh darah dan meningkatkan ketegangan dinding pembuluh darah.
Peningkatan ketegangan dinding pembuluh darah akan meningkatkan kebutuhan oksigen
otot jantung yang menyebabkan iskemia dan lebih lanjut lagi adanya gangguan fungsi
jantung. (Cokat, 2008)
Aktivasi neurohormonal yang mempengaruhi beberapa sistem antara lain sistem
saraf simpatetik
Stimulasi sistem saraf simpatetik berperan penting dalam respon kompensasi
menurunkan cardiac output dan patogenesis gagal jantung. Baik cardiac symphatetic tone
dan katekolamin (epinefrin dan norepinefrin) meningkat selama tahap akhir dari hampir
semua bentuk gagal jantung. Stimulasi langsung irama jantung dan kontraktilitas otot
jantung oleh pengaturan vascular tone, sistem saraf simpatetik membantu memelihara
perfusi berbagai organ, terutama otak dan jantung. (Cokat, 2008)
Aspek negatif dari peningkatan aktivitas system saraf simpatetik melibatkan
peningkatan tahanan sistem vaskular dan kelebihan kemampuan jantung dalam
memompa. Stimulasi simpatetik yang berlebihan juga menghasilkan penurunan aliran
darah ke kulit, otot, ginjal, dan organ abdominal. Hal ini tidak hanya menurunkan perfusi
jaringan tetapi juga berkontribusi meningkatkan sistem tahanan vaskular dan stres
berlebihan dari jantung. (Cokat, 2008)
Mekanisme Renin-Angiotensin-Aldosteron
Salah satu efek yang paling penting dalam menurunkan cardiac output dalam
gagal jantung adalah reduksi aliran darah pada ginjal dan kecepatan filtrasi glomerulus,
yang menyebabkan retensi garam dan air. Penurunan aliran darah ke ginjal,
meningkatkan sekresi renin oleh ginjal yang secara paralel akan meningkatkan pula
angiotensin II. Peningkatan konsentrasi angiotensin II berkontribusi pada keadaan
vasokonstriksi dan menstimulasi produksi aldosteron dari adrenal korteks. Aldosteron
akan meningkatkan reabsorpsi natrium dengan meningkatkan retensi air. (Cokat, 2008)
Selain itu angiotensin II dan aldosteron juga terlibat dalam inflamasi proses
perbaikan karena adanya kerusakan jaringan. Keduanya menstimulasi produksi sitokin,
adhesi sel inflamasi (contoh neutrofil dan makrofag) dan kemotaksis; mengaktivasi
makrofag pada sisi kerusakan dan perbaikan; dan menstimulasi pertumbuhan fibroblas
dan sintesis jaringan kolagen. (Cokat, 2008)
Peptida natriuretik dan substansi vasoaktif yang diproduksi secara local
Ada tiga jenis natriuretic peptide yaitu atrial natriuretic peptide (ANP), brain
natriuretic peptide (BNP), dan C-type natriuretic peptide (CNP). ANP dihasilkan dari sel
atrial sebagai respon meningkatkan ketegangan tekanan atrial, memproduksi natriuresis
cepat dan sementara, diuretik dan kehilangan kalium dalam jumlah sedang dalam urine.
BNP dikeluarkan sebagai respon tekanan pengisian ventrikel sedangkan fungsi CNP
masih belum jelas. (Cokat, 2008)
Hipertrofi otot jantung dan remodeling
Perkembangan hipertrofi otot jantung dan remodeling merupakan salah satu
mekanisme akibat meningkatnya kerja yang berlebih. Meskipun hipertrofi ventrikel
memperbaiki kerja jantung, ini juga merupakan faktor risiko yang penting bagi
morbiditas dan mortalitas. Keadaan hipertrofi dan remodeling dapat menyebabkan
perubahan dalam struktur (massa otot, dilatasi chamber) dan fungsi (gangguan fungsi
sistolik dan diastolik). Ada 2 tipe hipertrofi, yaitu pertama Concentric hypertrophy,
terjadi penebalan dinding pembuluh darah, disebabkan oleh hipertensi.dan kedua
Eccentric hypertrophy, terjadi peningkatan panjang otot jantung disebabkan oleh dilated
cardiomyopathy. (Cokat, 2008)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG
Electrocardiography tidak dapat digunakan untuk mengukur anatomi LVH tetapi
hanya merefleksikan perubahan elektrik (atrial dan ventrikular aritmia) sebagai faktor
sekunder dalam mengamati perubahan anatomi. Hasil pemeriksaan ECG tidak spesifik
menunjukkan adanya gagal jantung (Cokat, 2008).
Radiologi
Foto thorax dapat membantu dalam mendiagnosis gagal jantung. Kardiomegali
biasanya ditunjukkan dengan adanya peningkatan cardiothoracic ratio / CTR (lebih besar
dari 0,5) pada tampilan postanterior. Pada pemeriksaan ini tidak dapat menentukan gagal
jantung pada disfungsi siltolik karena ukuran bias terlihat normal (Cokat, 2008).
Echocardiografi
Pemeriksaan ini direkomendasikan untuk semua pasien gagal jantung. Tes ini
membantu menetapkan ukuran ventrikel kiri, massa, dan fungsi. Kelemahan
echocardiography adalah relative mahal, hanya ada di rumah sakit dan tidak tersedia
untuk pemeriksaan skrining yang rutin untuk hipertensi pada praktek umum (Cokat,
2008).
Pemeriksaan darah
Pada saat ini terdapat metoda baru yang mempu menentukan gagal jantung yaitu
pemeriksaan laboratorium BNP ( Brain Natriuretic Peptide) dan NT-pro BNP (N
Terminal protein BNP). Protein NT-proBNP merupakan penanda sensitif untuk fungsi
jantung. Menurut situs web Endolab Selandia Baru, kadar NT-proBNP orang sehat di
bawah 40 pmol/L. Peningkatan kadar NT-proBNP di atas 220 pmol/L menunjukkan
adanya gangguan fungsi jantung dalam tahap dini yang perlu pemeriksaan lebih lanjut.
(Kompas, 2002)
Tes NT-proBNP mampu mendeteksi gagal jantung tahap dini yang belum
terdeteksi dengan pemeriksaan elektrokardiografi. Hal ini memungkinkan dokter
membedakan gagal jantung dengan gangguan pada paru yang memiliki gejala serupa,
sehingga pengobatan lebih terarah. Kadar NT- proBNP yang berkorelasi dalam darah itu
bisa digunakan untuk mengidentifikasi pasien gagal jantung yang perlu pengobatan
intensif serta memantau pasien risiko tinggi. Di sisi lain, kadar NT-proBNP bisa turun
jika penderita minum obat, sehingga pemeriksaan rutin NT-proBNP bisa digunakan
untuk mengetahui kemajuan pengobatan. (Kompas, 2002)
KLASIFIKASI
Klasifikasi Gagal Jantung menurut New York Heart Association (NYHA)
a) NYHA kelas I, para penderita penyakit jantung tanpa pembatasan dalam kegiatan
fisik serta tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit jantung seperti cepat lelah, sesak
nafas atau berdebar-debar, apabila mereka melakukan kegiatan biasa.
b) NYHA kelas II, penderita dengan sedikit pembatasan dalam kegiatan fisik. Mereka
tidak mengeluh apa-apa waktu istirahat, akan tetapi kegiatan fisik yang biasa
menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung seperti kelelahan, jantung berdebar,
sesak nafas atau nyeri dada.
c) NYHA kelas III, penderita penyakit jantung dengan banyak pembatasan dalam
kegiatan fisik. Mereka tidak mengeluh apa-apa waktu istirahat, akan tetapi kegiatan
fisik yang kurang dari kegiatan biasa sudah menimbulkan gejala-gejala insufisiensi
jantung seperti yang tersebut di atas.
d) NYHA kelas IV, penderita tidak mampu melakukan kegiatan fisik apapun tanpa
menimbulkan keluhan. Waktu istirahat juga dapat menimbulkan gejala-gejala
insufisiensi jantung, yang bertambah apabila mereka melakukan kegiatan fisik
meskipun sangat ringan.
Klasifikasi stadium berdasarkan American College of Cardiology and the American
Heart Association:
a) Tahap A
Mempunyai risiko tinggi terhadap perkembangan gagal jantung tetapi tidak
menunjukkan struktur abnormal dari jantung .
b) Tahap B
Adanya stuktur yang abnormal pada jantung pasien tetapi tidak bergejala.
c) Tahap C
Adanya struktural yang abnormal dari pasien dengan gejala awal gagal jantung.
d) Tahap D
Pasien dengan gejala tahap akhir gagal jantung sulit diterapi dengan pengobatan
standar.
Klasifikasi Gagal Jantung secara umum
a. Gagal jantung Akut
Gagal jantung akut didefinisikan sebagai serangan cepat dari gejala atau tanda
akibat fungsi jantung yang abnormal. Dapat terjadi dengan atau tanpa adanya sakit
jantung sebelumnya. Disfungsi jantung bisa berupa disfungsi sistolik atau disfungsi
diastolik, keadaan irama jantung yang abnormal atau ketidakseimbangan dari pre-
load atau after-load, seringkali memerlukan pengobatan segera. Gagal jantung akut
dapat berupa serangan baru tanpa ada kelainan jantung sebelumnya atau
dekompensasi akut dari gagal jantung kronis. (Cokat, 2008)
Pada gagal jantung akut ini dapat pula diklasifikasikan lagi baik dari gejala
klinis dan foto thorax (Killip), klinis dan karakteristik hemodinamik (Forrester) atau
berdasarkan sirkulasi perifer dan auskultasi paru. Dapat pula dibagi berdasarkan
dominasi gagal jantung kanan atau kiri yaitu Forward (kiri dan kanan (AHF), Left
heart backward failure (yang dominan gagal jantung kiri), dan Right heart backward
failure (berhubungan dengan disfungsi paru dan jantung sebelah kanan). (Cokat,
2008)
b. Gagal jantung kronik
Gagal jantung kronik didefinisikan sebagai sindrom klinik yang komplek
yang disertai keluhan gagal jantung berupa sesak, fatik, baik dalam keadaan istirahat
atau latihan, edema dan tanda objektif adanya disfungsi jantung dalam keadaan
istirahat. (Cokat, 2008)
PENANGANAN
Menurut Mansjoer (2001) prinsip penatalaksanaan Congestive Heart Failure adalah:
o Meningkatkan Oksigenasi dengan pemberian Oksigen dan menurunkan konsumsi
O2 melalui istirahat / pembatasan aktivitas.
o Memperbaiki kontraktilitas otot jantung 1) Mengatasi keadaan reversibel
termasuk tirotoksikosis, miksedema dan aritmia. 2) Digitalisasi, digoksin,
condilamid.
o Menurunkan beban jantung Menurunkan beban awal dengan:
o Diit rendah garam
o furosemid ditambah kalium
o Vasodilator: menghambat Angiotensin-converting enzyme (ACE), Isosorbid
dinitrat (ISDN), nitrogliserin, nitroprusid
o Menurunkan beban akhir dengan dilator arteriol.