aritmia kasus

21
LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI SISTEM KARDIOVASKULER DAN RENAL PRAKTIKUM III ARITMIA DAN GAGAL JANTUNG Oleh : Golongan / kelompok: III / I Hari / Tanggal Praktikum : Selasa / 28 Mei 2013 Nama Mahasiswa NIM Kontribusi 1. Sulistiyowati 105010568 100% 2. Indah Wahyu Utami 105010596 100% 3. Dwi Mindiarti 105010610 100% 4. Ika Desti Pratiwi 105010627 100% 5. Puji Hartati 115010675 100% Dosen Pengampu Praktikum: Yance Anas, S.Farm., MSc., Apt

description

xzdsdfsafasffsaf

Transcript of aritmia kasus

Page 1: aritmia kasus

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI SISTEM KARDIOVASKULER

DAN RENAL

PRAKTIKUM III

ARITMIA DAN GAGAL JANTUNG

Oleh :

Golongan / kelompok: III / I

Hari / Tanggal Praktikum : Selasa / 28 Mei 2013

Nama Mahasiswa NIM Kontribusi

1. Sulistiyowati 105010568 100%

2. Indah Wahyu Utami 105010596 100%

3. Dwi Mindiarti 105010610 100%

4. Ika Desti Pratiwi 105010627 100%

5. Puji Hartati 115010675 100%

Dosen Pengampu Praktikum: Yance Anas, S.Farm., MSc., Apt

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG

2013

Page 2: aritmia kasus

PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI RENAL DAN KARDIOVASKULER

P3

ARITMIA DAN GAGAL JANTUNG

I. Tujuan

Mahasiswa diharapkan dapat menyelesaikan kasus tentang aritmia dan gagal jantung,

serta dapat memberikan terapi pengobatan untuk menyelesaikan kasus tersebut.

II. Dasar teori

1. Aritmia

Aritmia adalah gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering

terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan

irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges,

1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan

elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman

grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada

iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi

(Hanafi, 1996).

Aritmia jantung (heart arrhythmia) menyebabkan detak jantung menjadi terlalu cepat,

terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia jantung umumnya tidak berbahaya. Kebanyakan

orang sesekali mengalami detak jantung yang tidak beraturan kadang menjadi cepat, kadang

melambat. Namun beberapa jenis aritmia jantung dapat menyebabkan gangguan kesehatan

atau bahkan sampai mengancam nyawa. . Aritmia dan HR abnormal tidak harus terjadi

bersamaan. Aritmia dpt terjadi dg HR yang normal, atau dengan HR yang lambat (disebut

bradiaritmia - kurang dari 60 per menit). Aritmia bisa juga terjadi dengan HR yang cepat

(disebut tachiaritmia - lebih dari 100 per menit).

A. Penyebab dan faktor resiko gangguan irama jantung

Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :

a. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard

(miokarditis karena infeksi)

Page 3: aritmia kasus

b. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner),

misalnya iskemia miokard, infark miokard.

c. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti

aritmia lainnya

d. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)

e. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja

dan irama jantung

f. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.

g. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)

h. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)

i. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung

j. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi

jantung)

Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung atau kelainan

irama jantung. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah:

a. Penyakit Arteri Koroner

Penyempitan arteri jantung, serangan jantung, katup jantung abnormal,

kardiomiopati, dan kerusakan jantung lainnya adalah faktor resiko untuk hampir

semua jenis aritmia jantung.

b. Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan resiko terkena penyakit arteri koroner.

Hal ini juga menyebabkan dinding ventrikel kiri menjadi kaku dan tebal, yang dapat

mengubah jalur impuls elektrik di jantung.

c. Penyakit Jantung Bawaan

Terlahir dengan kelainan jantung dapat memengaruhi irama jantung.

d. Masalah pada Tiroid

Metabolisme tubuh dipercepat ketika kelenjar tiroid melepaskan hormon tiroid

terlalu banyak. Hal ini dapat menyebabkan denyut jantung menjadi cepat dan tidak

teratur sehingga menyebabkan fibrilasi atrium (atrial fibrillation).

Sebaliknya, metabolisme melambat ketika kelenjar tiroid tidak cukup melepaskan

hormon tiroid, yang dapat menyebabkan bradikardi (bradycardia).

e. Obat dan Suplemen

Page 4: aritmia kasus

Obat batuk dan flu serta obat lain yang mengandung pseudoephedrine dapat

berkontribusi pada terjadinya aritmia.

f. Obesitas

Selain menjadi faktor resiko untuk penyakit jantung koroner, obesitas dapat

meningkatkan resiko terkena aritmia jantung.

g. Diabetes

Resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi akan meningkat

akibat diabetes yang tidak terkontrol. Selain itu, gula darah rendah (hypoglycemia)

juga dapat memicu terjadinya aritmia.

h. Obstructive Sleep Apnea

Obstructive sleep apnea disebut juga gangguan pernapasan saat tidur. Napas yang

terganggu, misalnya mengalami henti napas saat tidur dapat memicu aritmia

jantung dan fibrilasi atrium.

i. Ketidakseimbangan Elektrolit

Zat dalam darah seperti kalium, natrium, dan magnesium (disebut elektrolit),

membantu memicu dan mengatur impuls elektrik pada jantung.

Tingkat elektrolit yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat memengaruhi impuls

elektrik pada jantung dan memberikan kontribusi terhadap terjadinya aritmia

jantung.

j. Terlalu Banyak Minum Alkohol

Terlalu banyak minum alkohol dapat memengaruhi impuls elektrik di dalam jantung

serta dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya fibrilasi atrium (atrial

fibrillation).

Penyalahgunaan alkohol kronis dapat menyebabkan jantung berdetak kurang efektif

dan dapat menyebabkan cardiomyopathy (kematian otot jantung).

k. Konsumsi Kafein atau Nikotin

Kafein, nikotin, dan stimulan lain dapat menyebabkan jantung berdetak lebih cepat

dan dapat berkontribusi terhadap resiko aritmia jantung yang lebih serius.

Obat-obatan ilegal, seperti amfetamin dan kokain dapat memengaruhi jantung dan

mengakibatkan beberapa jenis aritmia atau kematian mendadak akibat fibrilasi

ventrikel (ventricular fibrillation).

Page 5: aritmia kasus

B. Alogaritmia Aritmia

2. Gagal jantung

Banyak definisi yang telah digunakan selama lebih 50 tahun untuk mendefinisikan gagal

jantung. Gejala – gejala yang menjadi sorotan antara lain kompleks gejala seperti

haemodynamik, konsumsi oksigen atau kapasitas melakukan kegiatan fisik. Gagal jantung

merupakan gejala – gejala dimana pasien memenuhi ciri berikut: gejala – gejala gagal

jantung, nafas pendek yang khas selama istirahat atau saat melakukan aktifitas, dan atau

kelelahan; tanda – tanda retensi cairan seperti kongestif pulmonal atau pembengkakan

tungkai.

Selain itu gagal jantung dapat didefinisikan sebagai suatu sindroma klinis dimana pasien

memiliki beberapa gambaran antara lain gejala khas gagal jantung (sesak napas saat aktifitas

fisik atau saat istirahat, kelelahan, keletihan, pembengkakan pada tungkai) dan tanda khas

Page 6: aritmia kasus

gagal jantung (takikardia, takipnea, pulmonary rales, efusi pleura, peningkatan jugular

venous pressure, edema perifer, hepatomegali) dan temuan objektif pada abnormalitas

struktur dan fungsi jantung saat istirahat (kardiomegali, bunyi jantung ketiga, cardiac

murmur, abnormalitas pada elektrokardiogram, penigkatan konsentrasi natriuretic peptide).

A. PATOFISIOLOGI

Ketidakmampuan dan kegagalan jantung memompa darah secara langsung menciptakan

suatu keadaan hipovolemik relatif yang lebih dikenal dengan arterial underfilling. Selain

itu respon terhadap faktor – faktor neurohormonal (seperti sistem saraf simpatis, renin

– angiotensin – aldosterone system, arginine vasopressin dan endotelin – 1) menjadi

teraktivasi untuk mempertahankan euvolemia yang menyebabkan retensi cairan,

vasokonstriksi, atau keduanya. Pada pasien tanpa gagal jantung, respon ini untuk

mengakhiri volume cairan yang telah dipertahakan.

Aktivasi neurohormonal juga menstimulasi aktivasi sitokin proinflamasi dan mediator –

mediator apoptosis miosit. Elevasi neurohormonal dan imunomodulator yang diamati

pada pasien dengan ADHF yang dikaitkan dengan perburukan gejala gagal jantung dan

perburukan prognosis pasien (Gambar 1).4

Page 7: aritmia kasus

Gambar 1. Dampak dari mediator secara patofisiologi pada hemodinamik pada pasien dengan gagal jantung. PCWP = pulmonary capillary wedge pressure; SNS = sympathetic nervous system; SVR = systemic vascular resistance.4

Page 8: aritmia kasus

Gambar 2. Algoritma untuk stabilisasi awal pada acute decompensated heart failure di instalasi gawatdarurat.7

Page 9: aritmia kasus

Gambar 3. Algoritma penatalaksanaan pada Acute decompensated heart failure. ADHF, acute decompensated heart failure; AJR, abdominal jugular reflex; BiPAP, bi-level positive airway pressure; BNP, B-type natriuretic peptide; CI, cardiac index; CPAP, continuous positive airway pressure; DOE, dyspnea on exertion; HJR, hepatojugular reflex; JVD, jugular venous distention; PCWP, pulmonary capillary wedge pressure; PND, paroxysmal nocturnal dyspnea; SBP, systolic blood pressure; SCr, serum creatinine; SOB, shortness of breath; SVR, systemic vascular resistance.7

Page 10: aritmia kasus

III. Kasus

Ny. R 48 th, datang ke sebuah RS dengan keluhan jantung sering berdebar-debar, nyeri di dada,

dan kelihatan sangat pucat. Pada pemeriksaan didapatkan data:

RR : 40x/menit,

HR : 140x/menit, dan

TD : 130/90 mmHg

BB : 80 Kg

TB : 150 cm

Dari hasil pemeriksaan EKG ditemui adanya abnormalitas pada kompleks QRS.

HDL 36 mg/dl, kolesterol total 300mg/dl. Diketahui bapaknya meninggal karena stroke. Obat

yang diberikan dokter : Amiodaron, Rovastatin, dan Aspirin.

IV. Analisa SOAP

a. Subyektif Nama : Ny. R Umur : 48 tahun Jenis kelamin : wanita Keluhan : jantung sering berdebar-debar, nyeri di dada, kelihatan sangat

pucat Riwayat penyakit : hasil pemeriksaan EKG ditemui adanya abnormalitas pada

kompleks QRS Riwayat pengobatan : amiodaron, rovastatin, dan aspirin Riwayat keluarga : bapaknya meninggal karena stroke

2. Obyektif

No

.

Data pemeriksaan Hasil Nilai normal Keterangan

1. RR 40x/menit 16-20x/menit cepat

2. HR 140x/menit 60-100x/menit cepat

3. TD 130/90 mmHg 120/80 mmHg prehipertensi

4. BB 80 Kg35,56 Obesitas

5. TB 150 cm

6. HDL 36mg/dL ≥ 60 mg/dL rendah

Page 11: aritmia kasus

7. Kolesterol total 300 mg/dL < 200 mg/dL Tinggi

3. Assesment

Berdasarkan data pemeriksaan laboratorium dan EKG Ny. R menderita serangan aritmia supraventrikular disertai kadar kolesterol total yang tinggi (hiperlipidemia)

4. Plan

Tujuan terapi :

a. Penurunan kolesterol total untuk mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler

b. Mengembalikan ritme irama jantung dan mencegah kejadian serangan berulang.

Sasaran terapi :

a. mengembalikan ritme jantung hingga 60-100x/menit

b. menurunkan kadar kolesterol total hingga < 200 mg/dL

V. Analisa pengobatan yang rasional

Terapi farmakologi

1. Tepat indikasi

No. Nama obat Indikasi Mekanisme

1. Adenosin Anti aritmia Mengaktifkan aliran ion kalium yang sensitive asetilkolin di atrium, sinus dan nodus AV, yang menghasilakan pemendekan lama aksi potensial, hiperpolarisasi, dan perlambatan automatisitas normal.

2. Rovastatin Antihiperlipidemik Inhibitor kompetitif enzim HMG KoA reductse yang merupakan suatu enzim yang mengontrol biosintesis

3. Aspirin Antiplatelet Menghambat sintesa tromboksan A-2 (TXA-2) di dalarn trombosit, sehingga akhirnya menghambat agregasi trombosit.Menginaktivasi enzim-enzim pada trombosit tersebut secara permanen. Penghambatan inilah yang mempakan cara kerja aspirin dalam pencegahan stroke dan TIA (Transient Ischemic Attack).

4. Isosorbide dinitrat

Profilaksis dan pengobatan angina

Vasodilatasi berdasar terbentuknya nitrogenoksida (NO) dari nitrat di sel-sel dinding pembuluh

Page 12: aritmia kasus

2. Tepat obat

No. Nama obat Alasan dipilih Keterangan 1. Adenosin Merupakan obat pilihan

pertama karena durasi kerjanya yang pendek tidak akan memperlama kompromi hemodinamik pada penderita dengan kompleks QRS yang lebar

Tepat obat

2. Rovastatin Derivat sintetis yang khasiatnya terkuat dari semua statin dengan penurunan kadar kolesterol dan trigliserid

Tepat obat

3. Aspirin Mengurangi agregasi platelet, sehingga dapat menghambat pembentukan thrombus pada sirkulasi arteri

Tepat obat

4. Isosorbide dinitrat Baik untuk pasien dengan keadaan jantung tidak mampu memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh, penggunaan per oral untuk menanggulangi serangan angina akut secara efektif

Tepat obat

3. Tepat pasien

No. Nama obat Kontra indikasi Keterangan

1. Adenosin Blok AV derajat 2 atau 3 dan sindrom ganguan sinus (kecuali bila digunakan pada jantung); asma

Pasien tidak mengalami kontaindikasi

2. Rovastatin Penyakit hati aktif termasuk peningkatan persisten kadar transaminase serum 3x dari batas atas nilai normal, hipersensivitas pada statin, wanita hamil, dan menyusui

Pasien tidak mengalami kontaindikasi

3. Aspirin Pasien yang sensitive dengan aspirin. Asma, tukak lambung, perdarahan subkutan, hemophilia, trombositopenia, pasien dengan terapi antikoagulan.

Pasien tidak mengalami kontaindikasi

4. Isosorbide dinitrat

Hipersensitif terhadap nitrat, hipotensi, kardiopati, obstruktif, anemia berat, trauma

Pasien tidak mengalami

Page 13: aritmia kasus

kepala kontaindikasi

4. Tepat dosis

No. Nama obat Dosis yang direkomendasi Dosis anjuran

1. Adenosin 120 – 180 mg/ hari 3 x sehari 40 mg

2. Rovastatin 1 x sehari 10 mgDosis pemeliharaan : 10 – 80 mg

1 x sehari 10 mg

3. Aspirin 150 – 300 mg sebagai dosis tunggal diberikan segera setelah kejadian iskemik dan kemudian diikuti dengan pemberian jangka panjang 75 mg sehari sekali untuk mencegah penyakit jantung selanjutnya

1 x sehari 300 mg setelah makan untuk mendapatkan efek antiagregasi, kemudian 75 mg sekali sehari untuk mencagah penyakit jantung selanjutnya

4. Isosorbide dinitrat Angina : 30 – 120 mg sehari dalam dosis terbagi

5 – 10 mcg/min secara IV

5. Waspada efek samping

No.

Nama obat Efek samping Keterangan

1. Adenosin Muka merah, nyeri dada, bronkospasme, rasa tercekik, mual, kepala terasa ringan

Bila efek samping terjadi dosis dapat dikurangi

2. Rovastatin Sakit kepala, pusing, konstipasi, mual, nyeri abdomen, mialgia, astenia.

Bila efek samping terjadi dosis dapat dikurangi

3. Aspirin Mual, muntah, anoreksia, nyeri epigastrium, diare, luka erosif dan ulseratif. Penggunaan jangka panjang mungkin dapat menyebabkan pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan reversibel, tinnitus, meningitis aseptik.Perpanjangan waktu perdarahan. Dalam penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan disfungsi ginjal, gagal ginjal akut, sindrom nefrotik,

Sebaiknya diminum sesudah makan untuk menghindari nyeri lambung

Page 14: aritmia kasus

4. Isosorbide dinitrat - -

Terapi non farmakologi

1. Menjaga tekanan darah agar tetap stabil

2. Penurunan asupan kolesterol dalam makanan.

3. Olahraga yang teratur dengan ritme tetap.

4. Diet garam, 2.4 g Na atau 6 g NaCl/hari.

5. Mengelola stress

6. Menjaga berat badan

VI. Monitoring

Monitoring terhadap keadaan pasien, antara lain :

1. Monitoring terhadap tekanan darah

2. Monitoring terhadap kadar kolesterol dalam darah.

Monitoring terhadap penggunaan obat :

1. Monitoring terhadap efek samping obat

2. Evaluasi keberhasilan terapi aritmia

3. Evaluasi keberhasilan terapi hiperlipidemia.

VII. KIE

1. Diinformasikan kepada pasien untuk menjalankan terapi farmakologi dan terapi non farmakologi

untuk keberhasilan pengobatan.

2. Pasien diedukasi tentang penyakitnya, tujuan terapi yang dilakukan.

3.Pasien diberitahu tentang aturan pakai obat, efek samping, dosis obat yang digunakan.

4.Informasi kepada keluarga pasien untuk menjalankan terapi farmakologi bersama denganterapi

non farmakologi untuk mencapai keberhasilan terapi.

VIII. Pembahasan

Aritmia merupakan penyakit hilangnya ritme jantung terutama ketidakteraturan pada

detak jantung. Kondisi dimana disebabkannya ketidaknormalan laju, keteraturan, atau urutan

aktivitas jantung. Aritmia tersebut dapat timbul karena kelainan dalam pembentukan impuls,

Page 15: aritmia kasus

konduksi impuls atau keduanya. Mekanisme kerja obat antiaritmia yaitu penurunan frekuensi jantung

(efek kronotrop negatif) dan mengurangi daya kontraksi jantung (efek inotrop negatif). Dari kasus

diatas dilihat dari hasil pemeriksaan EKG ditemui adanya abnormalitas pada kompleks QRS.

Dilihat dari data Ny. R mengalami gangguan aritmia dan hiperlipidemik. Diketahui juga

terdapat abnormalitas pada kompleks QRS. Interval QRS adalah manifestasi waktu penghantaran

impuls didalam ventrikel dan besarnya antara 0,03 – 0,10 detik pada sadapan dada. Penambahan

waktu menjadi lebih besar dari nilai yang normal biasanya terjadi pada hipertrofi ventrikel dan

gangguan hantaran seperti adanya blok cabang berkas pada vebtrikel kiri atau kanan.

Berdasarkan algoritma terapi penanganan aritmia amiodaron tidak dipilih sebagai obat

pilihan pertama, maka dipilihlah golongan DCC (adenosine). dalam kasus ini Ny. R mengalami nyeri

dada sehingga pemilihan adenosine merupakan pilihan yang tepat. pemberian Isosorbide dinitrat

secara IV untuk mengatasi nyeri dada lebih cepat karena bersifat vasodilator koroner yang poten.

Isosorbide dinitrat diberikan secara IV hanya diberikan di rumah sakit sebagai tindakan pertama

mengurangi nyeri dada. Selanjutnya tidak diberikan pada tahap pemeliharaan karena pemberian

adenosine sudah cukup untuk mengatasi terjadinya nyeri dada.

Aspirin diindikasikan sebagai antiplatelet. Alasan dipilihnya aspirin adalah karena aspirin

dapat mengurangi agregasi platelet, sehingga dapat menghambat pembentukan thrombus pada

sirkulasi arteri, dapat juga untuk mencegah penyakit jantung selanjutnya, dan untuk mencegah

terjadinya stroke dimana pasien mempunyai riwayat keturunan stroke. Aspirin diminum sesudah

makan untuk menghindari iritasi lambung.

Penatalaksanaan terapi Ny. R untuk mengatasi keluhannya :

Terapi non farmakologi:

1. Menjaga tekanan darah agar tetap stabil

2. Penurunan asupan kolesterol dalam makanan.

3. Olahraga yang teratur dengan ritme tetap.

4. Diet garam, 2.4 g Na atau 6 g NaCl/hari.

5. Mengelola stress

6. Menjaga berat badan

Terapi farmakologi:

No. Nama obat Dosis anjuran

1. Adenosin 3 x sehari 40 mg2. Rovastatin 1 x sehari 10 mg3. Aspirin 1 x sehari 300 mg setelah makan untuk mendapatkan efek

Page 16: aritmia kasus

antiagregasi, kemudian 75 mg sekali sehari untuk mencagah penyakit jantung selanjutnya

4. Isosorbide dinitrat

5 – 10 mcg/min secara IV

Monitoring terhadap keadaan pasien dapat dilakukan dengan cara, antara lain :

Monitoring terhadap tekanan darah, monitoring terhadap kadar kolesterol dalam darah.

Sedangkan monitoring terhadap penggunaan obat dapat dilakukan dengan cara, antara lain :

monitoring terhadap efek samping obat, evaluasi keberhasilan terapi aritmia, evaluasi

keberhasilan terapi hiperlipidemia. Selain melakukan monitoring juga dilakukan KIE kepada

pasien maupun keluarganya, berupa: informasi kepada pasien untuk menjalankan terapi

farmakologi dan terapi non farmakologi untuk keberhasilan pengobatan, pasien diedukasi

tentang penyakitnya, tujuan terapi yang dilakukan, pasien diberitahu tentang aturan pakai obat,

efek samping, dosis obat yang digunakan, informasi kepada keluarga pasien untuk menjalankan

terapi farmakologi bersama denganterapi non farmakologi untuk mencapai keberhasilan terapi.

IX. Kesimpulan

1. Ny. R mengalami artmia dan hiperlipidemia

2. Terapi yang diberikan yaitu terapi farmakologi dengan pemberian isosorbide dinitrat secara

intravena ketika datang ke rumah sakit, adenosine, rovastatin dan aspirin

3. Terapi non farmakologi yaitu menjaga tekanan darah agar tetap stabil, penurunan asupan

kolesterol dalam makanan, olahraga yang teratur dengan ritme tetap, diet garam, 2.4 g Na atau

6 g NaCl/hari, mengelola stress, menjaga berat badan

X. Daftar pustaka

Chobaniam AV et al., 2003, Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection

and Treatment of High Blood Pressure

Dipiro,J.T., PharmD, FCCP, et al., Pharmacoterapy: a pathophysiologic Approach, Sixth Edision 2005,

The McGraw –Hill Companies Inc, Medikal Pulishing Division, United States of America

Sukandar,Elin Yulinah dkk. 2008. Iso Farmakoterapi. PT.ISFI. Jakarta

http://www.artikelkedokteran.com/

Page 17: aritmia kasus