Askep Aritmia

24
[Enter Post Title Here] ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER PADA KASUS ARITMIA BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Terdapat penyimpangan pada heart rate normal atau irama jantung, aritmia secara langsung berhubungan dengan gangguan dalam jaras konduksi dari jantung. Pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan tempatnya (ventrikel atau supraventrikel), aritmia pada anak biasanya kongenital atau berhubungan dengan pembedahan jantung. Kemaknaan klinis bergantung pada curah jantung, tekanan darah, dan tempatnya. Aritmia tidak sering terjadi pada anak. Pengobatan biasanya termasuk penggunaan pengobatan antiaritmia, seperti digitalis glycoside dan verapamil (Calan). B. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah definisi dari Aritmia? 2. Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya Aritmia? 3. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Aritmia?

Transcript of Askep Aritmia

Page 1: Askep Aritmia

[Enter Post Title Here]

 ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER PADA KASUS ARITMIA

 

BAB I PENDAHULUAN

 

A.    LATAR BELAKANG

Terdapat penyimpangan pada heart rate normal atau irama jantung, aritmia secara

langsung berhubungan dengan gangguan dalam jaras konduksi dari jantung. Pada

umumnya diklasifikasikan berdasarkan tempatnya (ventrikel atau supraventrikel), aritmia

pada anak biasanya kongenital atau berhubungan dengan pembedahan jantung. Kemaknaan

klinis bergantung pada curah jantung, tekanan darah, dan tempatnya.

Aritmia tidak sering terjadi pada anak. Pengobatan biasanya termasuk penggunaan

pengobatan antiaritmia, seperti digitalis glycoside dan verapamil (Calan).

 

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Apakah definisi dari Aritmia?

2.      Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya Aritmia?

3.      Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Aritmia?

 

C.    TUJUAN

1.      Untuk mengetahui definisi dari Aritmia.

2.      Untuk mengetahui factor penyebab terjadinya Aritmia.

3.      Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Aritmia.

 

 

BAB II

Page 2: Askep Aritmia

TINJAUAN TEORI

A.    Definisi

  Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada

infark miokardium.

  Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang

disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999).

  Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan

elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu

rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994).

  Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga

termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).

 

 

B.     Etiologi

Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :

  Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis karena

infeksi).

  Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner), misalnya

iskemia miokard, infark miokard.

  Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti aritmia

lainnya.

  Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).

  Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan irama

jantung.

  Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.

  Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis).

  Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).

  Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung

  Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi jantung)

Page 3: Askep Aritmia

 

 

 

 

C.     Macam – macam aritmia

1.     Sinus Takikardi

Meningkatnya aktifitas nodus sinus, gambaran yang penting pada ECG adalah : laju

gelombang lebih dari 100 X per menit, irama teratur dan ada gelombang P tegak

disandapan I,II dan aVF.

 

 

 

2.     Sinus bradikardi

Penurunan laju depolarisasi atrim. Gambaran yang terpenting pada ECG adalah laju

kurang dari 60 permenit, irama teratur, gelombang p tgak disandapan I,II dan aVF.

3.     Komplek atrium prematur

Impul listrik yang berasal di atrium tetapi di luar nodus sinus menyebabkan kompleks

atrium prematur, timbulnya sebelu denyut sinus berikutnya. Gambaran ECG menunjukan

irama tidak teratur, terlihat gelombang P yang berbeda bentuknya dengan gelombang P

berikutnya.

4.     Takikardi Atrium

Suatu episode takikardi atrium biasanya diawali oleh suatu kompleks atrium prematur

sehingga terjadi reentri pada tingkat nodus AV.

5.     Fluter atrium.

Kelainan ini karena reentri pada tingkat atrium. Depolarisasi atrium cept dan teratur, dan

gambarannya terlihat terbalik disandapan II,III dan atau aVF seperti gambaran gigi

gergaji

6.     Fibrilasi atrium

Fibrilasi atrium bisa tibul dari fokus ektopik ganda dan atau daerah reentri multipel.

Aktifitas atrium sangat cepat.sindrom sinus sakit

Page 4: Askep Aritmia

7.     Komplek jungsional prematur

8.     Irama jungsional

9.     Takikardi ventrikuler

 

 

D.    Klasifikasi

Pada umumnya aritmia dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu :

1.      Gangguan pembentukan impuls.

a.       Gangguan pembentukan impuls di sinus

  Takikardia sinus

  Bradikardia sinus

  Aritmia sinus

  Henti sinus

b.      Gangguan pembentukan impuls di atria (aritmia atrial).

  Ekstrasistol atrial

  Takiakardia atrial

  Gelepar atrial

  Fibrilasi atrial

  Pemacu kelana atrial

c.       Pembentukan impuls di penghubung AV (aritmia penghubung).

  Ekstrasistole penghubung AV

  Takikardia penghubung AV

  Irama lolos penghubung AV

d.      Pembentukan impuls di ventricular (Aritmia ventricular).

  Ekstrasistole ventricular.

  Takikardia ventricular.

  Gelepar ventricular.

  Fibrilasi ventricular.

  Henti ventricular.

  Irama lolos ventricular.

Page 5: Askep Aritmia

2.      Gangguan penghantaran impuls.

  Blok sino atrial

  Blok atrio-ventrikular

  Blok intraventrikular.

 

E.     Manifestasi Klinis

  Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi

jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis,

berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat.

  Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.

  Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah.

  Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan

(krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada

gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.

  Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial);

kehilangan tonus otot/kekuatan

 

F.      Patofisiologi

Supraventrikuler Takikardi (SVT) terjadi karena adanya faktor re-entri impuls pada SA

node/atrium. Tekanan karotid dan manuver valsava dapat memperlambat denyut jantung.

SVT dapat diketahui dengan perubahan gelombang P :

  50 % terjadi gelombang P menghilang dan terbenam dalam QRS atau retrograde

gelombang.

  10-30% terjadi anterograde atau polimorf gelombamg P, re-entri pada AV node.

  5-10% terdapat re-entri SA node yaitu intra arterial re-entri yang ditandai dengan

gelombang P arterograde.

  Sisanya adalah intra arterial re-entri ditandai dengan bifasik gelombang P.

 

G.    Pemeriksaan Penunjang

  EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan

tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.

Page 6: Askep Aritmia

  Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan

dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga

dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.

  Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan dengan

disfungsi ventrikel atau katup.

  Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard yang

dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan

kemampuan pompa.

  Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan

disritmia.

  Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat

mnenyebabkan disritmia.

  Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau

dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.

  Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat

menyebabkan.meningkatkan disritmia.

  Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh

endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.

  IGDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.

 

H.    Manajemen Medik

Pada prinsipnya tujuan terapi aritmia adalah (1) mengembalikan irama jantung yang

normal (rhythm control), (2) menurunkan frekuensi denyut jantung (rate control), dan (3)

mencegah terbentuknya bekuan darah. Terapi sangat tergantung pada jenis aritmia. Sebagian

gangguan ini tidak perlu diterapi.

Sebagian lagi dapat diterapi dengan obat-obatan. Jika kausa aritmia berhasil dideteksi,

maka tak ada yang lebih baik daripada menyembuhkan atau memperbaiki penyebabnya

secara spesifik. Aritmia sendiri, dapat diterapi dengan beberapa hal di bawah ini;

 

Disritmia umumnya ditangani dengan terapi medis. Pada situasi dimana obat saja tidak

memcukupi, disediakan berbagai terapi mekanis tambahan. Terapi yang paling sering adalah

Page 7: Askep Aritmia

kardioversi elektif, defibrilasi dan pacemaker. Penatalaksanaan bedah, meskipun jarang,

juga dapat dilakukan.

 

I.       Penatalaksanaan Medis

1.      Terapi medis

Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :

a.       Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker

1)      Kelas 1 A

a)      Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk

mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.

b)      Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang

menyertai anestesi.

c)      Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang

2)      Kelas 1 B

a)      Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel

takikardia.

b)      Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT

3)      Kelas 1 C

a)      Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi

b.      Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)

1)      Atenolol

2)      Metoprolol

3)      Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan hipertensi

c.       Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)

1)      Amiodarone

2)      Indikasi VT

3)      SVT berulang

d.      Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)

1)      Verapamil

2)      Indikasi supraventrikular aritmia

e.       Terapi mekanis

Page 8: Askep Aritmia

1)      Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia

yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.

2)      Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat

darurat.

3)      Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan

mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien

yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.

4)      Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik

berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.

 

 

 

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ARITMIA

 

A.    Pengkajian

1.      Riwayat penyakit

  Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi

  Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup jantung,

hipertensi

  Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya kemungkinan untuk

terjadinya intoksikasi

  Kondisi psikososial

2.      Pengkajian fisik

Aktivitas

Kelelahan umum

 

Sirkulasi

Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi;

bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna dan

Page 9: Askep Aritmia

kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menurun

bila curah jantung menurun berat.

 

Airway

Apakah ada peningkatan sekret? Adakah suara nafas : krekels?

 

Breathing

Adakah distress pernafasan? Adakah hipoksemia berat? Adakah retraksi otot interkosta,

dispnea, sesak nafas? Apakah ada bunyi whezing? Mungkin ada menunjukkan

komplikasi pernapasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena

trombo embolitik pulmonal (hemoptisis)

 

Integritas Ego

Perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak,marah, gelisah, menangis.

 

Makanan/cairan

Hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan, mual muntah,

peryubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit.

Neurosensori

Pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.

Nyeri/Ketidaknyamanan

Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah.

Keamanan

Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis

siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan

 

B.     Diagnosa Keperawatan

1.      Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi

elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.

2.      Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan.

Page 10: Askep Aritmia

3.      Risiko terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan inadekuat suplay

oksigen ke jaringan.

4.      Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan/kelelahan.

5.      Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan

dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.

 

C.     Intervensi Keperawatan

1.      Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi

elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.

Kriteria hasil :

  Mempertahankan/meningkatkan curah jantung adekuat yang dibuktikan oleh

TD/nadi dalam rentang normal, haluaran urin adekuat, nadi teraba sama, status

mental biasa.

  Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia

  Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokardia.

 

Intervensi :

 

1.      Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitudo

dan simetris. Rasional : Perbedaan frekuensi, kesamaan dan keteraturan nadi

menunjukkan efek gangguan curah jantung pada sirkulasi sistemik/perifer.

2.      Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut jantung

ekstra, penurunan nadi. Rasional : Disritmia khusus lebih jelas terdeteksi dengan

pendengaran dari pada dengan palpasi. Pendengaran terhadap bunyi jantung ekstra

atau penurunan nadi membantu mengidentifikasidisritmia pada pasien tak

terpantau.

3.      Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan. Rasional :

Meskipun tidak semua disritmia mengancam hidup, penanganan tepat untuk

mengakhiri disritmia diperlukan pada adanya gangguan curah jantung dan perfusi

jaringan.

Page 11: Askep Aritmia

4.      Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi; disritmia atrial;

disritmia ventrikel; blok jantung. Rasional : Berguna dalam menentukan

kebutuhan /tipe intervensi.

5.      Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama fase

akut. Rasional : Penurunan rangsang dan penghilangan stress akibat katekolamin

yang menyebabkan / meningkatkan disritmia dan vasokontriksi dan meningkatkn

kerja miokardia.

6.      Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres misal relaksasi nafas

dalam, bimbingan imajinasi. Rasional : Meningkatkan partisipasi klien dalam

mengeluarkan beberapa rasa control dalam situasi penuh stress.

7.      Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan faktor

penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh wajah mengkerut,

menangis, perubahan TD. Rasional : Sebab nyeri dada bermacam-macam dan

tergantung penyebab disritmia. Namun, nyeri dada dapat menunjukkan iskemia

karena penurunan perfusi miokardia

8.      Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi. Rasional : Terjadinya

disritmia yang mengancam hidup memerlukan upaya intervensi untuk mencegah

kerusakan iskemia.

9.      Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit. Rasional : Ketidakseimbangan

elektrolit seperti kalium, magnesium dan kalsium, secra merugikan mempengaruhi

irama dan kontraktilitas jantung.

10.  Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi. Rasional : Meningkatkan jumlah sediaan

oksigen untuk miokard, yan menurunkan iritabilitas yang disebabkan oleh hipoksia.

11.  Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmia. Rasional : Disritmia umumnya

diobati secra simtomatik, kecuali untuk ventrikel premature, diman dapat diobati

secara proliferatik pada IM akut

12.  Siapkan untuk bantu kardioversi elektif. Rasional : Dapat digunakan pada fibriasi

atrial atau disritmia tidak stabil untuk menyimpan frekuensi jantung

normal/menghilangkan gagal jantung normal.

Page 12: Askep Aritmia

13.  Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung. Rasional : Pacu

sementara mungkin perlu untuk meningkatkan pembentukan impuls dan

maenghambat takidisritmia.

14.  Masukkan/pertahankan masukan IV. Rasional : jalan masuk paten diperlukan untuk

pemberian oba darurat.

15.  Siapkan untuk prosedur diagnostik invasive. Rasional : Diagnosa banding

berdasarkan penyebab mungkin diperlukan untuk membuat rencana pengobatan

yang tepat.

16.  Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau defibrillator. Rasional : Alat

ini melalui pembedahan ditanam pada pasien dengan disritmia berulang yang

mengancam hidup meskipun diberi obat terapi secara hati-hati.

 

2.      Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan

Kriteria hasil :

  Laporkan mulai berkurangnya nyeri dengan segera

  Tampak nyaman dan bebas nyeri

Intervensi

a.       Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan awitan dan factor pemberat dan penurun.

Perhatikan petunjuk nonverbal ketidak nyamanan. Rasional : Nyeri secara khas

terletak subternal dan dapat menyebar keleher dan punggung. Namun ini berbeda

dari iskemia infark miokard. Pada nyeri ini dapat memburuk pada inspirasi dalam,

gerakan atau berbaring dan hilang dengan duduk tegak/membungkuk.

b.      Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan mis: perubahan posisi,

masasage punggung,kompres hangat dingin, dukungan emosional. Rasional : untuk

menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien.

c.       Berikan aktivitas hiburan yang tepat. Rasional : mengarahkan perhatian,

memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas individu.

d.      Berikan obat-obatan sesuai indikasi nyeri. Rasional : untuk menghilangkan nyeri

dan respon inflamasi.

 

Page 13: Askep Aritmia

3.      Risiko terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan inadekuat suplay

oksigen ke jaringan.

Kriteria Hasil

Resiko tidak terjadi

 

Intervensi

a.       Selidiki nyeri dada,dispnea tiba-tiba yang disertai dengan takipnea, nyeri

pleuritik,sianosis pucat. Rasional : Emboli arteri. Mempengaruhi jantung dapat

terjadi sebagai akibat penyakit katup dan disritmia kronis.

b.      Observasi ekstremitas terhadap edema, eroitema. Rasional : Ketidakaktifan/tirah

baring lama mencetuskan stasis vena, meningkatkan resiko pembentukan trombosis

vena.

c.       Observasi hematuri. Rasional : Menandakan emboli ginjal

d.      Perhatikan nyeri abdomen kiri atas. Rasional : menandakan emboli splenik

 

4.      Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan/kelelahan

Kriteria Hasil

Dapat memenuhi aktivitas

 

Intervensi

a.       Kaji respon pasien terhadap aktivitas. Rasional : Dapat mempengaruhi aktivitas

curah jantung.

b.      Pantau frekuensi jantung,TD, pernapasan setelah aktivitas. Rasional : Membantu

menentukan derajat kompensasi jantung dan pulmonal, penurunan TD,

takikardi,disritmia dan takipneu adalah indikatif dari kerusakan toleransi terhadap

aktivitas.

c.       Pertahankan tirah baring selama periode demam dan sesuai indikasi. Rasional :

Meningkatkan resolusi inflamasi selama faseakut dari perikarditis/endokarditis.

d.      Bantu pasien dalam program latihan aktivitas. Rasional : Saat inflamasi/ kondisi

dasar teratasi, pasien mungkin mampu melakukan aktivitas yang diinginkan.

 

Page 14: Askep Aritmia

5.      Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan

dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.

Kriteria hasil :

  Menyatakan pemahaman tentang kondisi, program pengobatan.

  Menyatakan tindakan yang diperlukan dan kemungkinan efek samping obat.

  Melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan alasan tindakan.

  Menghubungkan tanda pacu jantung

Intervensi :

1.      Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal. Rasional : Memberikan dasar

pengetahuan untuk memahami variasi individual dan memahami alasan intervensi

teraupetik.

2.      Jelakan/tekankan masalah aritmia khusus dan tindakan terapeutik pada

pasien/keluarga. Rasional : Informasi terus-menerus dapat menurunkan cemas

sehubungan dengan ketidaktahuan dan menyiapkan pasien/orang terdekat.

3.      Identifikasi efek merugikan/komplikasiaritmia khusus contoh kelemahan,

perubahan mental, vertigo. Rasional : disritmia dapat menurunkan curah jantung

dimanifestasikan oleh gejala gagal jantung.

4.      Anjurkan/catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat diperlukan;

bagaimana dan kapan minum obat; apa yang dilakukan bila dosis terlupa. Rasional :

informasi perlu untuk pasien dalam membuat pilihan berdasarkan informasi dan

menangani program pengobatan.

5.      Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan berlebihan. Rasional :

bila disritmia ditangani dengan tepat, aktifitas normal harus dilakukan.

6.      Kaji ulang kebutuhan diet contoh kalium dan kafein. Rasional : tergantung masalah

khusus, pasien perlu meningkatkan diet kalium, seperti saat kalium menurun karena

penggunaan diuretik.

7.      Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien untuk dibawa pulang.

Rasional : instruksi tulisan membantu pasien dalam kontak tak langsung dengan tim

kesehatan.

Page 15: Askep Aritmia

8.      Anjurkan psien melakukan pengukuran nadi dengan tepat. Rasional : observasi

secara terus menerus memberikan intervensi berkala untuk menghindari komplikasi

berkala.

9.      Kaji ulang kewaspadaan keamanan, teknik mengevaluasi pacu jantung dan gejala

yang memerlukan intervensi medis. Rasional : meningkatkan perawatan secara

mandiri, memberikan intervensi berkala untuk mencegah komplikasi serius

10.  Kaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh pijatan karotis/sinus,

manuver Valsava bila perlu. Rasional : kadang kadang prosedur ini perlu pada

beberapa pasien untuk memperbaiki irama teratur /curah jantung pada situasi

darurat.

 

BAB IV

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Dari pembahasan mengenai aritmia di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :

1.      Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada

infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama

jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges,

1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan

elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu

rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994). Gangguan irama jantung tidak hanya

terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut

dan konduksi (Hanafi, 1996).

2.      Penyebab Aritmia adalah Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan

miokard (miokarditis karena infeksi). Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis

koroner atau spasme arteri koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.

3.      Berdasarkan penyebabnya, meningitis dibagi menjadi dua, yaitu meningitis purulenta

dan meningitis serosa.

 

B.     SARAN

Page 16: Askep Aritmia

Dengan terselesaikannya Makalah Asuhan Keperawatan dengan Aritmia ini diharapkan bagi

mahasiswa keperawatan agar lebih bisa mengidentifikasi dan membedakan gejala Aritmia

dengan gejala penyakit yang ada pada jantung.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

1. Doengoes, Marylin E. 2000. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3. Jakarta:EGC.

2. Carpenito J.L. 1997. Nursing Diagnosis. Philadelpia: J.B Lippincott 3. Carpenito J.L. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC 4. Smeltzer, Suzanne & Brenda G. Bare, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth. Edisi 8 vol 1. Jakarta :EGC 5. Huon H. Gray. 2005. Lecture Notes; Kardiologi. Edisi Keempat. Jakarta : EM6. http://kumpulanmaterikeperawatan.blogspot.com/2010/04/askep-disritmia.htm  7. http://dezlicious.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan_05.html  8. http://blogilmukeperawatan.com/asuhan-keperawatan-disritmia.html 9. NBZ Blogger, diposting tanggal 2012/12/12. Askep Gadar Aritmia