aritmia baru
-
Upload
desy-seila-aditria -
Category
Documents
-
view
61 -
download
7
Transcript of aritmia baru
MAKALAH FARMAKOTERAPI
PENGOBATAN ARITMIA
EVALUASI EFIKASI DAN KEAMANAN DALAM KELOMPOK TERAPI OBAT SERTA FORMULASI YANG SESUAI TERHADAP REGIMEN PENGOBATAN
KELOMPOK 3 FARMASI VIB:
Farida Kusumaningrum 1110102000006
Afifah Nurul Izzah 11101020000014
Desi Syifa Nurmillah 1110102000010
Metharezqi Suci Arsih 1110102000024
Luluatun Niswah 1110102000031
M. Awaludin Fikry 1110102000034
Silky Nazmatullaila 1110102000078
Luk Luk Khoiriyah 1110102000050
Isa Desi Mawati 1110102000052
Hadi Qudsi 1110102000066
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Penyakit Aritmia”
Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian Aritmia atau yang lebih khususnya membahas tentang pengertian penyakit aritmia, klasifikasi penyakit aritmia dan pengobatan yang cocok untu penyakit aritmia ini.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Penyakit aritmia.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Jakarta, 25 April, 2013
Penyusun
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jantung adalah organ penting dalam tubuh manusia yang difungsikan untuk memompa
darah ke seluruh tubuh. Darah yang dipompa ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah
membawa zat-zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Pemompaan darah dipicu oleh simpul
SA yang terdapat di sebelah serambi kiri jantung. Untuk mengetahui aktivitas elektris otot
jantung diperlukan pencatatan atau perekaman dari permukaan tubuh. Perekaman dapat
dilakukan pada permukaan tubuh sebab tubuh adalah konduktor yang baik. Perekaman ini
dilakukan dengan menempelkan elektrode-elektrode pada lokasi tertentu yang disebut
sandapan (lead) pada permukaan kulit pasien. Salah satu fungsi dari perekaman ini adalah
mengetahui frekuensi detak jantung yang dinyatakan dengan satuan detak per menit.
Frekuensi ini memberikan informasi mengenai bagaimana keadaan jantung, cepat lambatnya
impuls jantung, ada tidaknya gangguan pembentukan impuls dan gangguan fungsi jantung.
Aritmia merupakan istilah medis yang diartikan sebagai setiap gangguan pada frekuensi,
keteraturan, tempat asal denyut atau konduksi impuls listrik jantung. Pada umumnya aritmia
memerlukan terapi segera untuk mencegah kondisi yang lebih buruk atau kelainan
elektrofisiologi jantung dan terutama kelainan sistem konduksi jantung. Aritmia di definisikan
sebagai gangguan pembentukan dan atau penghantaran impuls. Pada umumnya aritmia dibagi
menjadi 2 golongan besar, yaitu gangguan pembentukan impuls dan gangguan penghantaran
impuls. Gangguan pembentukan impuls meliputi gangguan pembentukan sinus, pembentukan
impuls di atria, pembentukan impuls di penghujung AV, pembentukan impuls diventrikel.
Sedangkan gangguan penghantaran impuls meliputi blok sino-atrial, blok atrio-ventrikuler
dan blok intra-ventrikuler.
Frekuensi detak untuk jantung normal yaitu antara 60–100 x/menit, takikardia adalah detak
jantung yang lebih besar dari 100 x/menit, bradikardia adalah detak jantung yang lebih kecil
dari 60 x/menit, takikardia abnormal adalah detak jantung antara 140–250 x/menit, flutter
adalah detak jantung antara 250-350 x/menit dan fibrilasi adalah detak jantung yang lebih
besar dari 350 x/menit.
1
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Cara Pengobatan untuk Aritmia ?
Apa saja jenis-jenis Obat Aritmia?
Bagaimana Pemilihan Pengobatan yang baik untuk Aritmia?
Bagaimana keamanan tentang Obat Aritmia
1.3 Tujuan
Tujuan penulis menyusun makalah ini yaitu :
Dapat mengetahui jenis-jenis obat aritmia
Dapat menentukan obat yang sesuai untuk penderita aritmia
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendahuluan Tentang Aritmia
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung
yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999). Aritmia
adalah gangguan irama jantung, suatu kondisi di mana jantung berdenyut tidak menentu.
Irama jantung mungkin terlalu cepat (takikardia), terlalu lambat (bradikardia) atau tidak
teratur. Beberapa aritmia, seperti fibrilasi ventrikel, dapat menyebabkan serangan jantung jika
tidak segera diobati.
Ketidakteraturan denyut jantung ini disebabkan oleh impuls listrik abnormal tambahan
yang mungkin berasal dari ruang atas jantung (atrium), dikenal sebagaikontraksi atrium
prematur (PACA) atau ruang bawah jantung (ventrikel), dikenal sebagai kontraksi ventrikel
prematur (PVC).
Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan
elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman
grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994). Aritmia tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut
jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).
3
Aritmia jantung (heart arrhythmia)menyebabkan detak jantung menjadi terlalu cepat,
terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia jantung umumnya tidak berbahaya. Kebanyakan
orang sesekali mengalami detak jantung yang tidak beraturan kadang menjadi cepat, kadang
melambat. Namun beberapa jenis aritmia jantung dapat menyebabkan gangguan kesehatan
atau bahkan sampai mengancam nyawa. Aritmia dan HR (denyut jantung) abnormal tidak
harus terjadi bersamaan. Aritmia dapat terjadi dengan HR yang normal, atau dengan HR yang
lambat (disebut bradiaritmia - kurang dari 60 per menit). Aritmia bisa juga terjadi dengan HR
yang cepat (disebut tachiaritmia - lebih dari 100 per menit).
Pengobatan aritmia jantung seringkali dapat mengendalikan atau menghilangkan denyut
jantung tidak teratur. Selain itu, aritmia juga dapat diatasi dengan menjalankan gaya hidup
sehat. Tanda dan gejala aritmia jantung tidak selalu mudah dikenali. Pemeriksaan kesehatan
rutin bisa membantu untuk mendeteksi aritmia lebih dini. Irama jantung yang tidak teratur
dapat juga terjadi pada jantung yang ‘normal dan sehat.
Aritmia dapat di bagi dua:
1. Aritmia fibrilasi(tidak kuncup)pada serambi beresiko stroke
2. Aritmia (tidak kuncup) pada bilik jantung berakibat langsung fatal.
Aritmia yang paling sering terjadi adalah "serambi jantung tidak menguncup" atau
fibrilasi-bergetar kecil saja dan hanya sekali-sekali saja kuncup secara normal dimana yang
seharusnya pacu jantung SA di serambi kiri memberikan pacu untuk serambi jantung agar
menguncup secara teratur tetapi tidak berhasil dan seluruh dinding serambi hanya bergetar
saja tanpa memompa jantung alias ngadat, hal akan sangat berbahaya dan beresiko untuk
terjadinya stroke. Walaupun serambi tidak menguncup sempurna karena adanya gangguan
irama tetapi darah masih dapat mengalir lambat ke bilik jantung dan selanjutnya dipompakan
keseluruh tubuh.
Kasus-kasus fibrilasi serambi tidak kuncup banyak terjadi Uni Eropah dan Amerika
Serikat, terutama pada mereka yang telah berusia di atas 60 tahun, apalagi bagi yang memiliki
usia di atas 80 tahun resiko terjadinya fibrilasi serambi jantung semakin tinggi dapat terjadi.
4
Kejadian fibrilasi tidak kuncup yang terjadi pada bilik jantung maka akan mengakibatkan
kefatalan karena tidak adanya darah yang dipompakan keluar jantung, dan dengan sekejap
saja orang dapat meninggal. Akibatnya Gangguan Irama pada serambi jantung ini
membahayakan karena sebagai akibat aliran darah yang tidak lancar dalam serambi jantung
dapat terbentuk bekuan darah yang semakin besar dimana kemudian bekuan ini dapat lepas
dan menyangkut di otak serta menimbulkan stroke. Bekuan darah ini dapat juga lepas dan
meyangkut di ginjal serta menimbulkan gagal ginjal.
2.2 Klasifikasi Aritmia
Pada umumnya aritmia dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu :
1) Gangguan pembentukan impuls.
a. Gangguan pembentukan impuls di sinus :
Takikardia sinus, Bradikardia sinus, Aritmia sinus, Henti sinus
b. Gangguan pembentukan impuls di atria (aritmia atrial):
Ekstrasistol atrial, Takiakardia atrial, Gelepar atrial, Fibrilasi atrial, Pemacu
kelana atrial
c. Pembentukan impuls di penghubung AV (aritmia penghubung):
Ekstrasistole penghubung AV, Takikardia penghubung AV, Irama lolos
penghubung AV
5
d. Pembentukan impuls di ventricular (Aritmia ventricular):
Ekstrasistole ventricular, Takikardia ventricular, Gelepar ventricular, Fibrilasi
ventricular, Henti ventricular, Irama lolos ventricular
2) Gangguan penghantaran impuls.
a. Blok sino atrial
b. Blok atrio-ventrikular
c. Blok intraventrikular.
2.3 Gejala Umum Aritmia antara lain :
- Pusing
- Dada terasa penuh
- Detak jantung cepat (tachycardia)
- Detak jantung lambat (bradycardia)
- Sesak napas
- Kelelahan
- Nyeri dada
- Pingsan
2.4 Faktor terjadinya Aritmi
- Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard
(miokarditiskarena infeksi).
- Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri
koroner),misalnya iskemia miokard, infark miokard.
- Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin, dan obat-obat anti
aritmialainnya.
- Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).
- Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja
danirama jantung.
- Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
- Gangguan metabolic (asidosis, alkalosis).
- Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).
6
- Gangguan irama jantung akibat gagal jantung.
- Gangguan irama jantung karena karmiopati atau tumor jantung.
- Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis system konduksi
jantung).
2.5 Pencegahan
Seseorang dapat mengurangi resiki terserang aritmia dengan:
- Tidak meroko
- Mengontrol tekanan darah tinggi
- Mengontrol kolesterol
- Membatasi mengkonsumsi alkohol dan kafein
- Diet kusus jantung
2.6 Bradiaritmia dan Takiaritmia
Berbagai keadaan dapat menimbulkan kelainan pada sistem listrik jantung. Pada
umumnya gangguan sistem listrik jantung akan menimbulkan perubahan irama jantung
menjadi terlalu lambat (Bradiaritmia, jantung berdenyut kurang dari 60 kali permenit) atau
terlalu cepat (Takiaritmia, jantung berdenyut lebih dari 100 kali permenit). Kedua keadaan
tersebut akan berpengaruh terhadap kerja jantung memompa darah ke seluruh tubuh.
Bradikardi sinus bisa terjadi karena stimulasi vagal, intoksikasi digitalis, peningkatan
tekananintrakanial, atau infark miokard (MI). Bradikardi sinus juga dijumpai pada
olahragawan berat,orang yang sangat kesakitan, atau orang yang mendapat pengobatan
(propanolol, reserpin,metildopa), pada keadaan hipoendokrin (miksedema, penyakit adison,
panhipopituitarisme), pada anoreksia nervosa, pada hipotermia, dan setelah kerusakan bedah
nodus SA. Berikut adalah karakteristik disritmia :
Frekuensi: 40 sampai 60 denyut per menit
Gelombang P: mendahului setiap kompleks QRS; interval PR normal
Kompleks QRS: biasanya normal· Hantaran: biasanya normal
7
Irama: reguler Semua karakteristik bradikardi sinus sama dengan irama sinus normal, kecuali
frekuensinya.
Bila jantung berdenyut terlalu lambat, maka jumlah darah yang mengalir di dalam
sirkulasi menjadi berkurang, sehingga kebutuhan tubuh tidak terpenuhi. Hal ini akan
menimbulkan gejala seperti mudah capek, kelelahan yang kronis, sesak, keleyengan bahkan
sampai pingsan. Yang berbahaya, bila jumlah darah yang menuju otak menjadi berkurang
bahkan minimal sehingga terjadi pingsan atau perasaan melayang. Pada keadaan yang lebih
parah dapat menyebabkan stroke.
Sebaliknya, bila jantung berdenyut terlalu cepat maka jantung akan mengalami kelelahan
dan akan menimbulkan gejala-gejala berdebar yang biasanya disertai perasaan takut karena
debaran jantung yang begitu cepat (sampai lebih dari 200 kali permenit). Pada keadaan yang
ekstrim dimana bilik jantung berdenyut sangat cepat dan tidak terkendali, maka terjadi
kegagalan sirkulasi darah yang bila dilakukan pertolongan cepat dengan kejut listrik (DC
shock) dapat mengakibatkan kematian.
Bradiaritmia yang terjadi akibat hambatan transmisi listrik jantung, umumnya menetap
sehingga diperlukan alat bantu yang dapat menjamin kecukupan frekuensi denyut jantung.
Alat tersebut adalah alat pacu jantung tetap (Permanent Pace Maker, PPM). PPM ditanam
dibawah kulit dada lalu dihubungkan ke jantung melalui sejenis kabel. Hanya diperlukan
operasi kecil dengan bius lokal saja untuk pemasangan PPM.
Takiaritmia, pada umumnya dapat disembuhkan total melalui tindakan ablasi. Setelah
dilakukan tindakan ablasi, pasien terbebas dari penyakit takiaritmia dan tidak memerlukan
obat-obatan lagi. Ablasi adalah tindakan invasif yang merupakan kelanjutan dari EPS. Pada
ablasi dilakukan pemutusan/eliminasi sumber takiaritmia dengan menggunakan panas yang
dihasilkan oleh gelombang frekuensi radio. Tingkat keberhasilan ablasi pada takiartmia yang
umum terjadi, sangat tinggi yaitu sekitar 95%. Dengan resiko yang sangat kecil.
8
TATA LAKSANA ARITMIA
Tujuan dari terapi adalah:
Konversi aritmia, yaitu meneraturkan irama sinus
Tujuan alternatif , yaitu mengendalikan frekuensi ventrikular yang optimal ( 60 – 100
kali/ menit)
Terapi penyakit dasarnya
Indikasi
Aritmia yang simptomaik dan aritmia dengan gangguan hemodinamik
Macam-Macam Terapi Aritmia
- Psikoterapi
- Vagal manouver
- Obat Antiaritmia
- Direct current ( DC ) Counter shock ( alat kejut jantung ) untuk mengkonversi takiaritmia
dengan gangguan hemodinamik
- Radio frequency catheter ablation
- Automatic implantable defibrillator
- Pace maker temporer / permanent
Terapi Non Farmakologis
- Kurangi merokok
- Kurangi stress
- Kurangi minuman beralkohol
- Diet
9
Terapi Farmakologis
OBAT ANTIARITMIA ( MENURUT VAUGHAN WILLIAMS )
1. Kelas I : Golongan Penyekat Na
Ia : Quinidin, Procainamid, Disopyramid
Ib : Lidocain, Mexiletin, Phenitoin
Ic : Propafenon, Flecainamid, Moricizin
2. Kelas II : Golongan Penyekat Beta ( MK : memblok reseptor β adrenergik )
Contoh obat: Propanolol, Bisoprolol, Atenolol, Menoprolol
Indikasi : Aritmia jantung, angina pektoris, dan hipertensi
3. Kelas III : Golongan obat yang memperpanjang potensial aksi dan repolarisasi ( paling
aman )
Contoh Obat : Amiodaron, Sotalol, Bretilium, Dofatilide, Ibutilide
Mekanisme Kerja : Memblok kanal kalium
Indikasi : AF, PAF, PSVT, VA parah, VF
4. Kelas IV : Golongan Ca – antagonis , ex : verapamil, diltiazem
MK : Memblok kanal kalsium
Indikasi : Supraventrikular aritmia (pada pasien Hipertensi)
Efikasi Obat Antiaritmia
- OBAT ARITMIA KELAS I : meningkatkan waktu repolarisasi, interval QTc, dan
resiko TdP
- KELAS II DAN IV : menurunkan denyut jantung, menurunkan kekuatan kontraksi
ventrikel, menurunkan stroke volume, memperpanjang interval PR.
- KELAS IB : hanya bekerja pada jarinagn ventrikuler
- KELAS IC : tidak boleh digunakan setelah MI, atau pada pasien dengan HF, atau
hipertrofi
10
Terapi Mekanis
- Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik unutk menghentikan disritmia yang
memiliki kompleks GRS, biasanya merupaka prosedur elektif.
- Defiblrilasi : Kerdioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.
- Defibrilator Kardioverter Implantable : suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri
episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko
mengalami fibrilasi vantrikel.
- Terapi Pace maker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang ke
otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.
11
OBAT-OBAT ARITMIA
Antiaritmia Kelas IA
Kinidin
Bioavaibilitas : 80-20%
Ikatan protein plasma : 80%
T ½ : 6-7 jam pada sirosis hati diperpanjang sampai 50 hari
Metabolisme : Penguraian di hati secara hidroksilasi
Eliminasi : renal (sampai kl 20% sebagai obat dalam keadaan tidak berubah
Indikasi : ekstradiol, supraventrikular dan ventrikular, takikardia
supraventrikular (flutter atrium dan fibrilasi atrium) juga
takikardi ventrikular (kecuali takiaritmia yang disebabkan digitalis)
profilaksis residif setelah regularisasi
Perhatian : kinidin merupakan isomer stereo dari kinin dan seperti obat ini juga
mempunyai efek antimalaria dan kontaindikasi pada uterus. Selain itu
ES seperti kinin (reaksi alergis dari cinchonism)
Kontraindikasi : hipersensitifitas, blokade AV tingkat 2 dan 3, blokade pada paha,
bradikardi, insufiensi jantung dengan dekompensasi, intoksikasi
digitalis, hiperkalemia
Interaksi : meningkatkan digoksin plasma
Sediaan beredar : kinidin sulfat (generik)
Prokaiamid
Dosis : 1000-1500mg setiap 8 jam (sebagai tablet retard)
Konsentrasi plasma : 3-14ug/ml
12
Bioavaibilitas : 80-100%
Ikatan protein plasma : 20%
T ½ : 3 jam
Metabolisme : di hati asetilasi menjadi N-asetilprokainamid
Eliminasi : terutama renal (sampai 60% sebagai obat dalam keadaan tidak
berubah)
Indikasi : mirip kinidin, profilaksis dan pengobatan awal ekstradiol
supraventrikular dan ventrikular serta takiaritmia (kecuali takiaritmia
yang disebabkan digitalis)
Perhatian : prokainamid (suatu amida asam) ada analogi struktur anestetik lokal
prokain (ester), namun berlawanan dengan hanya mempunyai sedikit
efek anestetik lokal
Kontraindikasi : hipersentivitas; blokade AV tingkat 2 dan 3; blokade pada paha;
bradikardi, insufisensi jantung dengan dekompensasi, intoksikasi
digitalis, myasthenia gravis
Sediaan beredar : procainamide HCL (generik)
Disopiramid
Dosis : dosis penjenuhan 4 x 0.1 – 0.2 g p.o dalam 24 jam: dosis
pemeliharaan: 2-4 x 0.1-0.2g p.o dalam 24 jam
Konsentrasi plasma : 2 – 5 µg/ml
Bioavaibilitas : 70 – 90%
Ikatan protein plasma : 30 – 40%
T ½ : 5-7 jam
Metabolisme : dihati terutama N-desalkilasi
13
Eliminasi : terutama renal (sampai kalo 50 % sebagai obta dalam keadaan tidak
berubah)
Indikasi : Mirip kinidin, profilaksis dan pengobatan ekstrasistol
sipraventrikuler dan ventrikuler serta takiaritmia ( kecuali takiaritmia
yang disebabkan digitalis ), sindrom wolf-parkinson-white
Kontraindikasi : Infusiensi jantung dengan dekompensasi : bradikardia: “sick-sinus-
sindrom”;blockade AV tingkat 2 dan 3; blockade pada paha;
intoksikasi digitalis; glaucoma sudut sempit; hipertrofi prostat
Sediaan beredar : disopyramide, norpace, rytmacor, rytmilen
Antiaritmia Kelas IB
Lidokain
Dosis : Sebagai antiaritmia : mula-mula 100mg i.v, setelah itu dengan infuse
jangka panjang 4mg/menit selama 3 jam. Setelah itu pengurangannya
sampai separonya ( sambil dikontrol EKG terus menerus )
Konsentrasi plasma : 2-6 µg/ml
Bioavabilitas oral : hanya 30% (first past effect yang tinggi )
Ikatan protein plasma : 50 %
T1/2 : 1-2 jam; pada insufisiensi hati pada pemberian dengan infuse jangka
panjang lebih lama (>12 jam)
Metabolisme : penguraian cepat di hati secara deetilasi oksidatif dan pemecahan
ikatan amida
Eliminasi : terutama renal, hanya kI 2% sebagai obat dalam keadaan tidak
berubah
Indikasi : Takikardia ventrikuler dan ekstrasistol (terutama sebagai akibat
infark miokad, setelah tindakan bedah pada jantung serta akibat dari
14
intoksikasi glikosid jantung ). Tidak efektif pada gangguan irama
atrium
Perhatian : Lidokain hanya digunakan parenteral karena bioavabilitasnya sangat
kecil. dalam bentuk infuse i.v mudah dikendalikan karena t1/2 yang
pendek
Kontraindikasi : Infusiensi jantun dengan dekompensasi: bradikardi; “sick-sinus-
sindrom”; blockade AV total ; blockade pada paha; infusiensi hati
Sediaan beredar : Lidocaine
Meksiletin
Dosis : sebagai antiaritmia : oral 3 x 200mg, i.v.: pada awal 250mg/10
menit, 250mg pada jam berikut, setelah itu 0.5-1mg/menit sebagai
infuse jangka panjang
Konsentrasi plasma : 0.5-2 µg/ml
Bioavabilitas oral : 80-100%
Ikatan protein plasma : 55-70 %
T ½ : 10-20 jam
Metabolisme : Dalam jumlah besar
Eliminasi : Renal, sampai < 10% sebagai obat dalam keadaan tidak berubah
Indikasi : Mirip lidokain. Takikardi ventrikuler dan ekstrasistol. Secara umum
tidak efektif pada gangguan aritmia
Perhatian : Ada kasamaan struktur kimiawi dengan lidokain dan denagn
demikian juga mempunyai efek local anastesi berbeda dengan lidokain
yang cocok untuk pengobatan jangka panjang
Kontraindikasi :Infusiensi jantun dengan dekompensasi: bradikardi; “sick-sinus-
sindrom”;blockade AV total ; blockade pada paha; infusiensi hati
Sediaan beredar : Mexitec
15
Antiaritmia Kelas IC
Propafenon
Dosis : sebagai antiaritmia : oral 3 x 200mg, i.v.: pada awal 250mg/10menit,
250mg pada jam berikut, setelah itu 0.5-1mg/menit sebagai infuse
jangka panjang
Lama efek : umumnya 4-8 jam
Konsentrasi plasma : 0.2-2 µg/ml
Bioavabilitas oral : kl 50% (karena first pass effect)
Ikatan protein plasma : 90 %
T ½ : 3-6jam; pada yang metabolisnya lambat > 12 jam (polimorfisme
genetic)
Metabolisme : Hampir lengkap di hati (hidroksilasi dan konjugasi fase II) menjadi
metabolit yang tidak aktif
Eliminasi : Renal, sampai < 1% sebagai obat dalam keaddan tidak berubah
Indikasi : Ekstrasistol supraventrikular dan takiaritmia; fibrilasi atrium
paroksismal; sindrom wolf-parkinson-white; takiardia ventriculer.
Kontra indikasi : infusiensi jantung yang ; bradikardi; “sick-sinus-sindrom”;blockade
AV tingkat 2 dan 3 ; blockade pada paha; hipotensi yang menonjol.
Flekainid
Dosis : 1 mg/kg/BB i.v atau 2x 100-150 mg p.o/hari
Lama efek : 95%
Konsentrasi plasma : 245-980 ng/ml
Bioavabilitas oral : kl 40%
Ikatan protein plasma : 90 %
16
T ½ : 14-20jam
Metabolisme : sebagian besar di hati
Eliminasi : renal, sampai kl 25% sebagai obat dalam keaddan tidak berubah
Indikasi : Hanya pada ventrikuler yang istemewa berat dan pada aritmia
ventrikuler yang bertahan dan mengancam jiwa
Kontraindikasi : Infusiensi jantung yang serius ; bradikardi; “sick-sinus-
sindrom”;blockade AV tingkat 2 dan 3 ; blockade pada paha;
hipotensi yang menonjol
Efek samping : Bahaya ES kardiostotik pada lebar terapeutik yang sempit:
bradikardia yang menonjol, blockade AV atau blockade
intraventrikuler, takiaritmia ventrikuler : fibrilasi ventrikel.
Gangguan SSP : diplopia, vertigo, nyeri kepala.
Antiaritmia Kelas II
Bloker reseptor β (simpatolitik β)
K-chennels bockers: amiodaron, sotalol, dan brethylium (bretylate). Akibat blokade
saluran kalium, masa refrakter dan lamanya aksipotensial diperpanjang. Amiodaron efektif
terhadap aritmia serambi dan bilik, sotalol terutama terhadap aritmia bilik.
Antiaritmia Kelas III
Amiodaron
Dosis : dosis penjenuhan: 8-10 hari, 600mg/hari; dosis pemeliharaan:
200mg/hari dengan istirahat pada akhir pekan
Konsentrasi plasma : 0.9-5.3 µg/ml
Absorpsi oral : sangat lambat (lebih dari 5-10 jam)
Bioavabilitas oral : kl 50% (variasi individual sangat besar)
17
Ikatan protein plasma : 99-100 %
T ½ : 1-2 bulan, maka sulit dikendalikan
Metabolisme : mis deetilasi di hati; banyak penimbunan di berbagai jaringan
Eliminasi : didalam urin tidak ditemukan amiodaron yang tidak berubah
Indikasi : sebagai antiaritmia cadangan, jika antiaritmia lain secara medis tidak
dapt digunakan; takiaritmia supraventrikuler dan ventrikulert takikardi
pad sindrom wolf-parkinson-white.
Perhatian : sebagai antiaritmia cadangan berhubng efeksampingnya yang berat
Sifat-sifat zat : derivate benzofuran yang ada kemiripan structural tertentu dengan
tiroksin (cincin fenol teryodasi)
Kontraindikasi : Infusiensi jantung yang ; bradikardi; “sick-sinus-sindrom”;blockade
AV tingkat 2 dan 3 ; blockade pada paha; hipotensi yang menonjol
Interaksi : Amiodaron menyebabkan peningkatan konsentrasi digoksin plasma:
pendesakan keluar jaringan. Amiodaron memperkuet efek penghambat
pembekuan dari derivate kumarin
Sediaan beredar : corbionax , cordanon, tiaryl
Sotalol
Dosis : sebagai antiaritmia mula-mula 100mg/hari, jiak perlu dapat
dinaikkan menjadi 340-480mg/hari (sambil frekuensi jantung diawasi)
Konsentrasi plasma : 1-3 µg/ml
Bioavabilitas oral : 90-100%
Ikatan protein plasma : tidak ada
T ½ : 10-15 jam
Metabolisme : tidak ada
Eliminasi : praktis lengkap renal obat dalam keadaan tidak berubah
18
Indikas i:Takiaritmia supraventrikular dan ventricular; perlindungan terhadap
pengaruh adnergik pada hipertiroidisme; sindrom jantung hiperkinetis;
angina pectoris; tekanan darah tinggi
Perhatian : Sotalol termasuk reseptor β bloker (antiaritmia kelas II). Mengenai
efek antiaritmia pada jantung sifat-sifat kelas III lebih menonjol
sehingga sotalol digolongkan disini
Kontraindikasi : Infusiensi jantung yang ; bradikardi; “sick-sinus-sindrom”;blockade
AV tingkat 2 dan 3 ; blockade pada paha; hipotensi yang menonjol.
Antiaritmia Kelas IV
Verapamil
Dosis : untuk awal terapi: 240-480 mg, pengobatan jangka panjang: 80-
240mg setiap 6-8 jam
Konsentrasi plasma :60-100 µg/ml
Bioavabilitas oral : hanya 10-20% walaupun terabsorpsi sampai 90% (firstpass effect
tinngi) ; pada sirosis hati bioavabilitas dapat naik sampai 80%
Ikatan protein plasma : 90 %
T ½ : 3-7 jam
Metabolisme : hampir lengkap di hati dengan N- atau O- demetilasi dan konjigasi
peruraian
Eliminasi : sampai 70% renal sisanya biliar
Indikasi : Takikardia supraventrikuler; ekstrasistol atrium; flutter dan fibrilasi
atrium disertai takiaritmia; semua bentuk angina pectoris; hopertensi
Perhatian : Verapamil termasuk zat penghambat kalnal kalsium seperti juga
nifedipin dan diltiazem. Dari sudut struktur kimia termasuk suatu
derivate fenilasetonitril atau derivate fenilalkilamin maka berbeda dari
nifedipin yang merupakan derivate dihidropiridin dan diltiazem suatu
19
deruvat benzotiazepin. Walaupun verapamil seperti juaga nifedipin,
berefek vasodilatasi pada pembuluh darah resistensi dan pembuluh
darah koroner, namun efek antagonis Ca 2+ terhadap jantung lebih
lama
Kontraindikasi : Infusiensi jantung dengan dekompensasi ; infark miokarrd yang baru;
AV; hipotensi ; blockade reseptor β
Interaksi : Hati-hati pada kombinasi dengan β bloker : saling menguatkan efek
kardiodepresif
Sediaan beredar : verapamil (generic), cardiover, isoptin, isoptin sr, vemil
Diltiazem
Dosis : 180-360 mg/hari
Konsentrasi plasma : 100-300 mg/ml
Bioavabilitas oral : kl 44% walaupun absorpsi hamper lengkap (first pass effect tinggi).
Pada terapi jangka panjang bioavabilitas naik sampai 90% mungkin
disebabkan penjenuhan enzim.
Ikatan protein plasma : kl 90 %
T ½ : desasetilasi baik O- maupun N-demetilasi oksidatif dan selanjutnya
konjugasi.
Metabolisme : hampir lengkap di hati dengan N- oksidatif atau dan selanjutnya
konjugasi peruraian
Eliminasi : terutama renal setelah metabolisme lengkap
Indikasi : Semua bentuk angina pectoris ; hipertensi, takikardia
supraventrikuler, ekstrasistol atrium, flutter, dan fibrilasi atrium atau
disebut takiaritmia (kecuali pada sindrom-wolf-parkinson-white).
Perhatian : Diltiazem suatu deruvat benzotiazepin termasuk zat penghambat
kalnal kalsium seperti juga nifedioin dan verpamil. Seperti juga pad
20
verpamil digunakan sebagai efek antagonis Ca 2+ langsung terhadap
jantung kekuatan efek berdasar pada efek vasodilatasi pada pembuluh
darah resistensi arterial dan koroner, posisinya diantara verapamil dan
nifedipin
Efek samping : KI, interaksi : seperti pada verapamil.
KEAMANAN OBAT ARITMIA
Amiodaron
Amiodaron memberikan berbagai efek farmakologis, namun tak satupun yang memiliki
keterkaitan jelas dengan sifat sebagai pensupresi aritmia. Amiodaron bersifat sangat lipofilik,
terkonsentrasi dalam berbagai jaringan, dan dieliminasi sangat lambat; sehingga hilangnya
efek merugikan dapat terjadi sangat lambat. Di AS, saat ini obat tersebut diindikasikan untuk
terapi oral untuk pasien dengan fibrilasi atau takikardi ventrikel kekambuhan yang resisten
terhadap obat-obat lain. Meskipun demikian, obat ini tidak banyak diresepkan karena
kekhawatiran toksisitas jangka panjangnya.
Amiodaron memblok saluran Na+yang tidak aktif dan memiliki laju pemulihan dari blok yang
relatif cepat. Obat ini juga menurunkan arus Ca2+ dan arus K+ penyearah ke dalam sel,
penyearah tertunda dan arus ke luar sementara, dan menghasilkan efek pemblok adrenergik
yang nonkompetitif. Obat ini didistribusikan dalam lipid dengan perbandingan konsentrasi
jaringan hati terhadap plasma >20:1 dan perbandingan lipid terhadap plasma >300:1.
Efek merugikan selama terapi jangka panjang berkaitan dengan takaran dosis pemeliharaan
harian dan juga dosis kumulatif (terhadap durasi terapi), sehingga efek merugikan ini
kemungkinan disebabkan oleh akumulasi dalam jaringan. Efek merugikan yang paling serius
selama terapi amiodaron kronis adalah fibrosis pulmonal, yang dapat berkembang progresif
dan fatal. Efek merugikan lain selama terapi jangka-panjang antara lain mikrodeposit pada
kornea (seringkali asimtomatis), gangguan fungsi hati, hipo- atau hipertiroidisme, gejala
21
neuromuskular (yang paling umum adalah neuropati perifer atau lemah otot proksimal) dan
fotosensitivitas. Pengobatan terdiri atas penghentian obat dan tindakan suportif, termasuk
kortikosteroid, untuk toksisitas yang mengancam jiwa.
Disopiramid
Disopiramid memberikan efek elektrofisiologis yang sangat mirip dengan kuinidin, tetapi
obat-obat tersebut mempunyai profil efek merugikan yang berbeda. Disopiramid digunakan
untuk menjaga ritme sinus pada pasien yang mengalami flutter atrium atau fibrilasi atrium dan
untuk pencegahan kekambuhan takikardia ventrikel atau fibrilasi ventrikel. Disopiramid
diresepkan sebagai rasemat.
Berbeda dengan kuinidin, disopiramid rasemat bukan merupakan antagonis reseptor alfa-
adrenergik, tetapi senyawa ini memberikan kerja antikolinergik yang menonjol, yang menjadi
penyebab efek merugikan. Efek merugikan tersebut antara lain percepatan terjadinya
glaukoma, konstipasi, mulut kering, dan retensi urin. Disopiramid umumnya menekan
kontraktilitas dan dapat memicu terjadinya gagal jantung.
Flekainid
Flekainid memblok arus Na+ serta arus K+ penyearah tertunda pada konsentrasi yang sama
secara in vitro. Obat ini diizinkan untuk pemeliharaan ritme sinus pada pasien yang
mengalami aritmia supraventrikel, termasuk fibrilasi atrium, untuk pasien tanpa penyakit
jantung struktural. Efek merugikan yang paling serius adalah mendorong atau memperburuk
aritmia yang berpotensi letal.
Kuinidin
Kuinidin digunakan untuk memelihara ritme sinus pada pasien yang mengalami flutter atrium
atau fibrilasi atrium dan untuk mencegah kekambuhan takikardia ventrikel atau fibrilasi
ventrikel. Kuinidin memblok arus Na+ dan berbagai arus K+ jantung. Sifatnya yang memblok
saluran Na+ menyebabkan peningkatan nilai ambang eksitabilitas dan penurunan
automatisitas. Akibat kerja pemblok-saluran K+, kunidin memperpanjang potensial aksi pada
sebagian besar sel jantung. Kuinidin memperpanjang kerefrakteran pada sebagian besar
22
jaringan, terutama sebagai akibat dari panjangan durasi potensial aksi dan blok saluran Na+.
Kuinidin juga menyebabkan blokade reseptor alfa-adrenergik dan penghambatan vagus.
Kuinidin dapat menyebabkan sinkonisme, yaitu suatu kompleks gejala yang meliputi sakit
kepala dan tinitus. Hal ini dapat ditanggulangi dengan mengurangi dosis. Pada konsentrasi
kuinidin dalam plasma yang tinggi, dapat terjadi blok saluran Na+ yang nyata, sehingga dapat
menyebabkan takikardia ventrikel, namun jarang terjadi. Kuinidin dapat memperburuk gagal
jantung atau penyakit sistem penghantaran. Namun, pada sebagian besar pasien gagal jantung
kongestif, kuinidin dapat ditoleransi dengan baik, kemungkinan karena kerja vasodilatasinya.
Lidokain
Lidokain merupakan anastetik lokal yang juga bermanfaat dalam terapi intravena akut untuk
aritmia ventrikel. Jika lidokain diberikan kepada semua pasien yang diduga mengalami infark
miokardial, maka insidensi fibrilasi ventrikel berkurang. Lidokain memblok baik saluran Na+
jantung yang terbuka maupun yang tidak aktif. Blok yang diinduksi lidokain menggambarkan
besarnya kemungkinan bahwa protein saluran Na+ berada dalam konformasi nonkonduktif
(tidak dapat menghantarkan) saat adanya obat. Pemulihan dari blok terjadi sangat cepat,
sehingga lidokain memberikan efek lebih besar di jaringan yang terdepolarisasi (misalnya
iskemia) dan/atau jaringan yang terkendali secara cepat.
Meksiletin dan Tokainid
Meksiletin dan Tokainid merupakan analog lidokain dengan struktur yang telah dimodifikasi
untuk mengurangi metabolisme lintas pertama di hati agar terapi oral kronis menjadi efektif.
Kerja elektrofisiologisnya mirip lidokain. Meksiletin mengalami metabolisme di hati, yang
dapat diinduksi oleh obat seperti fenitoin. Tremor dan mual merupakan efek merugikan
terkait-dosis yang utama; gejala ini dapat diminimalkan dengan menelan obat tersebut
bersama makanan.
Morisizin
Morisizin adalah analog fenotiazin dengan sifat pemblok saluran Na+ yang digunakan dalam
pengobatan kronis aritmia ventrikel. Morisizin mengalami metabolisme lintas pertama di hati
yang ekstensif; meskipun waktu paruh eliminasinya singkat, efek antiaritmianya bertahan
23
hingga beberapa jam setelah pemberian dosis tunggal, yang menunjukkan bahwa beberapa
metabolitnya mungkin aktif.
Prokainamid
Prokainamid merupakan analog anastetik lokal, yakni prokain. Senyawa ini memberikan efek
elektrofisiologis yang mirip dengan efek kuinidin, tetapi tidak memiliki aktifitas vagolitik dan
pemblok alfa-adrenergik. Prokainamid lebih dapat ditoleransi dibandingkan dengan kuinidin
jika diberikan secara intravena. Pemberian muatan dan infus intravena pemeliharaan
digunakan untuk terapi akut aritmia ventrikel dan supraventrikel. Hipotensi dapat terjadi pada
konsentrasi plasma yang tinggi, efek ini biasanya disebabkan oleh blokade ganglion dan
bukan karena efek inotropik negatif, yang efeknya kecil.
Selama terapi jangka panjang, pada sebagian besar pasien akan muncul tanda biokimia
sindrom lupus yang diinduksi obat antara lain adanya antibodi antinuklear dalam sirkulasi.
Gejala awal pada umumnya ruam dan artralgia sendi-kecil. Gejala lupus lainnya juga dapat
terjadi, termasuk perikarditis yang disertai tamponade, walaupun ginjal umumnya tidak
terkena.
Prokainamide dieliminasi secara cepat (t1/2 = 3 sampai 4 jam) baik melalui ekskresi di ginjal
dalam bentuk obat tidak berubah maupun metabolisme di hati. Jalur utama metabolisme di
hati adalah konjugasi oleh N-asetil transferase untuk membentuk N-asetil prokainamid. N-
asetil prokainamid dieliminasi melalui ekskresi ginjal (t1/2 = 6 sampai 10 jam) dan tidak
dikonversi kembali menjadi prokainamid secara signifikan. Karena laju eliminasi obat induk
maupun metabolit utamanya relatif cepat, prokainamid biasanya diberikan dalam formula
lepas-lambat.
Propafenon
Propafenon merupakan suatu bloker saluran Na+ dengan konstanta waktu pemulihan dari blok
yang relatif lambat. Pada sebagian besar individu, propafenon mengalami metabolisme lintas
pertama di hati yang ekstensif menjadi 5-hidroksi propafenon, suatu metabolit yang memiliki
potensi sama dengan propafenon sebagai bloker saluran Na+ tetapi potensinya sebagai
antagonis reseptor beta-adrenergik jauh lebih kecil. Terapi kronis dengan propafenon oral
24
digunakan untuk memelihara ritme sinus pada pasien yang mengalami takikardia
supraventrikel, termasuk fibrilasi atrium.
Efek merugikan selama terapi propafenon mencakup percepatan respons ventrikel pada pasien
yang mengalami flutter atrium, peningkatan frekuensi atau keparahan episode takikardia
ventrikel reentry, memperburuk gagal jantung, dan efek merugikan blokade beta-adrenergik
seperti bradikardia sinus dan bronkospasme.
MONITORING DAN PEMERIKSAAN ARITMIA
EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan
tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan
dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga
dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikel atau katup
Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard yang
dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan
kemampuan pompa.
Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
mnenyebabkan disritmia.
Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan
atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
25
Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh
endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.
EVALUASI HASIL TERAPI
Parameter pengawasan yang paling utama adalah
1. Mortalitas (total dan karena kematian aritmia)
2. Terjafinya aritmia kembali (durasi frekuensi, gejala)
3. Konsekuensi hemodinamik (laju, tekanan darah, gejala)
4. Komplikasi penanganan (kebutuhan akan tambahan atau alternative obat, alat atau
pembedahaan )
26
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Alih bahasa
Peter Anugrah. Editor Caroline Wijaya. Ed. 4. Jakarta : EGC ; 1994.
Santoso Karo karo. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 1996
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih
bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.
Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman buat Perencanaan &
pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;1999
Hanafi B. Trisnohadi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed. 3. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI ; 2001 Read more at: http://www.kemhan.com/2012/05/askep-aritmia.html Copyright
by http://www.kemhan.com/ Terima kasih sudah menyebarluaskan aritkel ini
Katzung, Betram G.1997.Farmakologi dasar dan klinik.Jakarta:EGC
27