Post on 24-Dec-2015
I. Asuhan Keperawatan
1. Teori Asuhan Keperawatan Pada Klien Rhinitis Akut
a) Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan yang meliputi
aspek bio, psiko, sosio dan spiritual secara komprehensif. Maksud dari
pengkajian adalah untuk mendapatkan informasi atau data tentang pasien.
Data tersebut berasal dari pasien (data primer), dari keluarga (data
sekunder) dan data dari catatan yang ada (data tersier). Pengkajian
dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan melalui wawancara,
observasi langsung, dan melihat catatan medis, adapun data yang
diperlukan pada klien Rhinitis Akut adalah sebagai berikut :
a. Data dasar
Adapun data dasar yang dikumpulkan meliputi :
1. Identitas klien
Identitas klien meliputi nama, umur (Rhinitis akut menyerang pada
semua usia tidak terkecuali), jenis kelamin (Rhinitis akut menyerang
pada semua orang tidak terkecuali), suku bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit dan diagnose medis.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan utama pasien dengan Rhinitis Akut biasanya
datang dengan keluhan flu (influenza).
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan tidak punya penyakit yang lain.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang alergi terhadap
apapun.
b. Pemeriksaan fisik yaitu Review of system (ROS)
Keadaan umum : Tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri
tekan di kuadran epigastrik
1. B1 (breath) : Takhipnea.
2. B2 (blood) : Warna kulit pucat.
3. B3 (brain) : Sakit kepala, kelemahan, kesadaran composmentis.
4. B4 (bladder) : Pola eliminasi normal.
5. B5 (bowel) : Anorexia.
6. B6 (bone) : Kelemahan.
c. Pemeriksaan Diagnostik
1
Pemeriksaan diagnostik yang dianjurkan untuk pasien Rhinitis
Akut adalah :
1. Pemeriksaan darah (eosinofil).
2. Pemeriksaan rinoskopi anterior posterior.
b) Diagnosa Keperawatan
Sebelum membuat diagnosa keperawatan maka data yang terkumpul
diidentifikasi untuk menentukan masalah melalui analisa data,
pengelompokkan data dan menentukan diagnosa keperawatan. Diagnosa
keperawatan adalah keputusan atau kesimpulan yang terjadi akibat dari
hasil pengkajian keperawatan.
Diagnosa keperawatan pada klien dengan Rhinitis Akut adalah :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
obstruksi saluran nafas.
2. Gangguan persepsi sensori yang berhubungan dengan berkurangnya
sensasi penciuman.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan anoreksia.
4. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan penyumbatan pada
hidung.
c) Intervensi
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi
saluran napas.
Tujuan : Untuk melaporkan jalan napas menjadi efektif.
a) Kaji status pernapasan sekurangnya setiap 4 jam.
b) Gunakan posisi fowler dan sangga lengan pasien.
c) Bantu pasien untuk mengubah posisi, batuk dan bernapas
dalam setiap 2 sampai 4 jam.
d) Isap sekresi sesuai keperluan.
b. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan berkurangnya sensasi
penciuman.
Tujuan : Untuk melaporkan peningkatan persepsi penciuman.
a) Kaji kemampuan pasien untuk mencium bau dan
dokumentasikan temuan.
2
b) Yakinkan pasien bahwa kondisi tersebut bersifat sementara dan
sensasi penciumannya akan pulih.
c) Berikan obat yang diprogamkan sesuai antihistamin.
d) Catat karakteristik drainase hidung meliputi jumlah, warna,
konsistensi dan bau.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
Tujuan : Untuk melaporkan pasien mengkonsumsi minimal 3000 kalori.
a) Observasi dan catat asupan pasien (cair dan padat).
b) Tentukan makanan kesukaan pasien.
c) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan pada waktu makan.
d) Hindari bertanya apakah pasien lapar atau ingin makan.
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan penyumbatan pada hidung.
Tujuan : Untuk melaporkan pasien tidak menunjukkan gejala perilaku
yang berkaitan dengan tidur seperti kegelisahan.
a) Segera buat perubahan apapun yang mungkin untuk
mengakomodasi pasien.
b) Rencanakan jadwal pemberian pengobatan disekitar jadwal
tidur pasien.
c) Buat rencana detail untuk member pasien kesempatan tidur 7
jam tanpa gangguan.
d) Implementasi
Menurut Doengoes, 2000 implementasi adalah tindakan pemberian
keperawatan yang dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan pada
rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Setiap tindakan
keperawatan yang dilaksanakan dicatat dalam catatan keperawatan yaitu
cara pendekatan pada klien efektif, teknik komunikasi terapeutik serta
penjelasan untuk setiap tindakan yang diberikan kepada pasien.
Dalam melakukan tindakan keperawatan menggunakan 3 tahap
pendekatan, yaitu independen, dependen, interdependen. Tindakan
keperawatan secara independen adalah suatu kegiatan yang
dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau
tenaga kesehatan lainnya. Interdependen adalah tindakan keperawatan
yang menjelaskan suatu kegiatan dan memerlukan kerja sama dengan
3
tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi, dan dokter.
Sedangkan dependen adalah tindakan yang berhubungan dengan
pelaksanaan rencana tindakan medis. Keterampilan yang harus dipunyai
perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu kognitif, sikap
dan psikomotor.
Dalam melakukan tindakan khususnya pada klien dengan rhinitis
akut yang harus diperhatikan adalah pola nutrisi, pernafasan klien serta
melakukan pendidikan kesehatan pada klien.
e) Evaluasi Keperawatan
Menurut Doengoes, 2000 evaluasi adalah tingkatan intelektual
untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa
jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai. Kemungkinan yang dapat terjadi pada tahap
evaluasi adalah masalah dapat diatasi, masalah teratasi sebagian,
masalah belum teratasi atau timbul masalah baru. Evaluasi yang
dilakukan adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi proses adalah evaluasi yang harus dilaksanakan segera
setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu
keefektifitasan terhadap tindakan. Sedangkan evaluasi hasil adalah
evaluasi yang dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara
keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada pada tujuan.
Adapun evaluasi dari diagnosa keperawatan rhinitis akut secara
teoritis adalah apakah klien dapat mengkonsumsi makanan dengan
baik, apakah klien dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri,
apakah klien mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyakit
rhinitis akut.
2. Teori Asuhan Keperawatan Pada Klien Rhinitis Alergi
a) Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan yang meliputi
aspek bio, psiko, sosio dan spiritual secara komprehensif. Maksud dari
pengkajian adalah untuk mendapatkan informasi atau data tentang pasien.
Data tersebut berasal dari pasien (data primer), dari keluarga (data
sekunder) dan data dari catatan yang ada (data tersier). Pengkajian
dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan melalui wawancara,
4
observasi langsung, dan melihat catatan medis, adapun data yang
diperlukan pada klien Rhinitis Alergi adalah sebagai berikut :
a. Data dasar
Adapun data dasar yang dikumpulkan meliputi :
1. Identitas klien
Identitas klien meliputi nama, umur (Rhinitis alergi menyerang
pada semua usia tidak terkecuali), jenis kelamin (Rhinitis alergi
menyerang pada semua orang tidak terkecuali), suku bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit
dan diagnose medis.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan utama pasien dengan Rhinitis Alergi
biasanya datang dengan keluhan hidung tersumbat dan hidung
terasa gatal.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan tidak punya penyakit yang lain.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Klien biasanya mempunyai riwayat keturunan alergi.
b. Pemeriksaan fisik yaitu Review of system (ROS)
Keadaan umum : Tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat
nyeri tekan di kuadran epigastrik
1. B1 (breath) : Bradipnea.
2. B2 (blood) : Warna kulit pucat.
3. B3 (brain) : Sakit kepala, kelemahan, kesadaran
composmentis.
4. B4 (bladder) : Pola eliminasi normal.
5. B5 (bowel) : Anorexia.
6. B6 (bone) : Kelemahan.
c. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dianjurkan untuk pasien Rhinitis Alergi
adalah :
1. Pemeriksaan darah (eosinofil).
2. Pemeriksaan rinoskopi anterior posterior.
5
b) Diagnosa Keperawatan
Sebelum membuat diagnosa keperawatan maka data yang terkumpul
diidentifikasi untuk menentukan masalah melalui analisa data,
pengelompokkan data dan menentukan diagnosa keperawatan. Diagnosa
keperawatan adalah keputusan atau kesimpulan yang terjadi akibat dari
hasil pengkajian keperawatan.
Diagnosa keperawatan pada klien dengan Rhinitis Alergi adalah :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
obstruksi saluran nafas.
2. Gangguan persepsi sensori yang berhubungan dengan berkurangnya
sensasi penciuman..
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan anoreksia.
4. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan penyumbatan pada
hidung.
c) Intervensi
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi
saluran napas.
Tujuan : Untuk melaporkan jalan napas menjadi efektif.
a) Kaji status pernapasan sekurangnya setiap 4 jam.
b) Gunakan posisi fowler dan sangga lengan pasien.
c) Bantu pasien untuk mengubah posisi, batuk dan bernapas
dalam setiap 2 sampai 4 jam.
d) Isap sekresi sesuai keperluan.
b. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan berkurangnya sensasi
penciuman.
Tujuan : Untuk melaporkan peningkatan persepsi penciuman.
a) Kaji kemampuan pasien untuk mencium bau dan
dokumentasikan temuan.
b) Yakinkan pasien bahwa kondisi tersebut bersifat sementara dan
sensasi penciumannya akan pulih.
c) Berikan obat yang diprogamkan sesuai antihistamin.
d) Catat karakteristik drainase hidung meliputi jumlah, warna,
konsistensi dan bau.
6
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
Tujuan : Untuk melaporkan pasien mengkonsumsi minimal 3000 kalori.
a) Observasi dan catat asupan pasien (cair dan padat).
b) Tentukan makanan kesukaan pasien.
c) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan pada waktu makan.
d) Hindari bertanya apakah pasien lapar atau ingin makan.
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan penyumbatan pada hidung.
Tujuan : Untuk melaporkan pasien tidak menunjukkan gejala perilaku
yang berkaitan dengan tidur seperti kegelisahan.
a) Segera buat perubahan apapun yang mungkin untuk
mengakomodasi pasien.
b) Rencanakan jadwal pemberian pengobatan disekitar jadwal
tidur pasien.
c) Buat rencana detail untuk member pasien kesempatan tidur 7
jam tanpa gangguan.
d) Implementasi
Menurut Doengoes, 2000 implementasi adalah tindakan pemberian
keperawatan yang dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan pada
rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Setiap tindakan
keperawatan yang dilaksanakan dicatat dalam catatan keperawatan yaitu
cara pendekatan pada klien efektif, teknik komunikasi terapeutik serta
penjelasan untuk setiap tindakan yang diberikan kepada pasien.
Dalam melakukan tindakan keperawatan menggunakan 3 tahap
pendekatan, yaitu independen, dependen, interdependen. Tindakan
keperawatan secara independen adalah suatu kegiatan yang
dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau
tenaga kesehatan lainnya. Interdependen adalah tindakan keperawatan
yang menjelaskan suatu kegiatan dan memerlukan kerja sama dengan
tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi, dan dokter.
Sedangkan dependen adalah tindakan yang berhubungan dengan
pelaksanaan rencana tindakan medis. Keterampilan yang harus dipunyai
perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu kognitif, sikap
dan psikomotor.
7
Dalam melakukan tindakan khususnya pada klien dengan rhinitis
alergi yang harus diperhatikan adalah pola nutrisi, pernafasan klien serta
melakukan pendidikan kesehatan pada klien.
e) Evaluasi Keperawatan
Menurut Doengoes, 2000 evaluasi adalah tingkatan intelektual
untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa
jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai. Kemungkinan yang dapat terjadi pada tahap
evaluasi adalah masalah dapat diatasi, masalah teratasi sebagian,
masalah belum teratasi atau timbul masalah baru. Evaluasi yang
dilakukan adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi proses adalah evaluasi yang harus dilaksanakan segera
setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu
keefektifitasan terhadap tindakan. Sedangkan evaluasi hasil adalah
evaluasi yang dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara
keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada pada tujuan.
Adapun evaluasi dari diagnosa keperawatan rhinitis alergi secara
teoritis adalah apakah klien dapat mengkonsumsi makanan dengan
baik, apakah klien dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri,
apakah klien mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyakit
rhinitis alergi.
3. Teori Asuhan Keperawatan Pada Klien Rhinitis Vasomotor
a) Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan yang meliputi
aspek bio, psiko, sosio dan spiritual secara komprehensif. Maksud dari
pengkajian adalah untuk mendapatkan informasi atau data tentang pasien.
Data tersebut berasal dari pasien (data primer), dari keluarga (data
sekunder) dan data dari catatan yang ada (data tersier). Pengkajian
dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan melalui wawancara,
observasi langsung, dan melihat catatan medis, adapun data yang
diperlukan pada klien Rhinitis Vasomotor adalah sebagai berikut :
a. Data dasar
Adapun data dasar yang dikumpulkan meliputi :
1. Identitas klien
8
Identitas klien meliputi nama, umur (Rhinitis vasomotor
menyerang pada semua usia tidak terkecuali), jenis kelamin (
Rhinitis vasomotor menyerang pada semua orang tidak terkecuali),
suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnose medis.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan utama pasien dengan Rhinitis Vasomotor
biasanya datang dengan keluhan hidung tersumbat secara
bergantian kanan dan kiri tetapi tidak gatal pada daerah mata
hidung dan tenggorokan.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan tidak punya penyakit yang lain.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Klien biasanya tidak mempunyai riwayat keturunan alergi.
b. Pemeriksaan fisik yaitu Review of system (ROS)
Keadaan umum : Tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat
nyeri tekan di kuadran epigastrik
1. B1 (breath) : Bradipnea.
2. B2 (blood) : Warna kulit pucat.
3. B3 (brain) : Sakit kepala, kelemahan, kesadaran
composmentis.
4. B4 (bladder) : Pola eliminasi normal.
5. B5 (bowel) : Anorexia.
6. B6 (bone) : Kelemahan.
c. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dianjurkan untuk pasien Rhinitis Akut
adalah :
1. Pemeriksaan darah (eosinofil).
2. Pemeriksaan rinoskopi anterior posterior.
b) Diagnosa Keperawatan
Sebelum membuat diagnosa keperawatan maka data yang terkumpul
diidentifikasi untuk menentukan masalah melalui analisa data,
pengelompokkan data dan menentukan diagnosa keperawatan. Diagnosa
9
keperawatan adalah keputusan atau kesimpulan yang terjadi akibat dari
hasil pengkajian keperawatan.
Diagnosa keperawatan pada klien dengan Rhinitis Alergi adalah :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
obstruksi saluran nafas.
2. Gangguan persepsi sensori yang berhubungan dengan berkurangnya
sensasi penciuman.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan anoreksia.
4. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan penyumbatan pada
hidung.
c) Intervensi
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi
saluran napas.
Tujuan : Untuk melaporkan jalan napas menjadi efektif.
a) Kaji status pernapasan sekurangnya setiap 4 jam.
b) Gunakan posisi fowler dan sangga lengan pasien.
c) Bantu pasien untuk mengubah posisi, batuk dan bernapas
dalam setiap 2 sampai 4 jam.
d) Isap sekresi sesuai keperluan.
b. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan berkurangnya sensasi
penciuman.
Tujuan : Untuk melaporkan peningkatan persepsi penciuman.
a) Kaji kemampuan pasien untuk mencium bau dan
dokumentasikan temuan.
b) Yakinkan pasien bahwa kondisi tersebut bersifat sementara dan
sensasi penciumannya akan pulih.
c) Berikan obat yang diprogamkan sesuai antihistamin.
d) Catat karakteristik drainase hidung meliputi jumlah, warna,
konsistensi dan bau.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
Tujuan : Untuk melaporkan pasien mengkonsumsi minimal 3000 kalori.
a) Observasi dan catat asupan pasien (cair dan padat).
10
b) Tentukan makanan kesukaan pasien.
c) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan pada waktu makan.
d) Hindari bertanya apakah pasien lapar atau ingin makan.
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan penyumbatan pada hidung.
Tujuan : Untuk melaporkan pasien tidak menunjukkan gejala perilaku
yang berkaitan dengan tidur seperti kegelisahan.
a) Segera buat perubahan apapun yang mungkin untuk
mengakomodasi pasien.
b) Rencanakan jadwal pemberian pengobatan disekitar jadwal
tidur pasien.
c) Buat rencana detail untuk member pasien kesempatan tidur 7
jam tanpa gangguan.
d) Implementasi
Menurut Doengoes, 2000 implementasi adalah tindakan pemberian
keperawatan yang dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan pada
rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Setiap tindakan
keperawatan yang dilaksanakan dicatat dalam catatan keperawatan yaitu
cara pendekatan pada klien efektif, teknik komunikasi terapeutik serta
penjelasan untuk setiap tindakan yang diberikan kepada pasien.
Dalam melakukan tindakan keperawatan menggunakan 3 tahap
pendekatan, yaitu independen, dependen, interdependen. Tindakan
keperawatan secara independen adalah suatu kegiatan yang
dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau
tenaga kesehatan lainnya. Interdependen adalah tindakan keperawatan
yang menjelaskan suatu kegiatan dan memerlukan kerja sama dengan
tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi, dan dokter.
Sedangkan dependen adalah tindakan yang berhubungan dengan
pelaksanaan rencana tindakan medis. Keterampilan yang harus dipunyai
perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu kognitif, sikap
dan psikomotor.
Dalam melakukan tindakan khususnya pada klien dengan rhinitis
vasomotor yang harus diperhatikan adalah pola nutrisi, pernafasan klien
serta melakukan pendidikan kesehatan pada klien.
11
e) Evaluasi Keperawatan
Menurut Doengoes, 2000 evaluasi adalah tingkatan intelektual
untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa
jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai. Kemungkinan yang dapat terjadi pada tahap
evaluasi adalah masalah dapat diatasi, masalah teratasi sebagian,
masalah belum teratasi atau timbul masalah baru. Evaluasi yang
dilakukan adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi proses adalah evaluasi yang harus dilaksanakan segera
setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu
keefektifitasan terhadap tindakan. Sedangkan evaluasi hasil adalah
evaluasi yang dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara
keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada pada tujuan.
Adapun evaluasi dari diagnosa keperawatan rhinitis vasomotor
secara teoritis adalah apakah klien dapat mengkonsumsi makanan
dengan baik, apakah klien dapat melakukan aktivitasnya secara
mandiri, apakah klien mampu mengungkapkan pemahaman tentang
penyakit rhinitis vasomotor.
12