Askep teori rhinitis.docx

18
I. Asuhan Keperawatan 1. Teori Asuhan Keperawatan Pada Klien Rhinitis Akut a) Pengkajian Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan yang meliputi aspek bio, psiko, sosio dan spiritual secara komprehensif. Maksud dari pengkajian adalah untuk mendapatkan informasi atau data tentang pasien. Data tersebut berasal dari pasien (data primer), dari keluarga (data sekunder) dan data dari catatan yang ada (data tersier). Pengkajian dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan melalui wawancara, observasi langsung, dan melihat catatan medis, adapun data yang diperlukan pada klien Rhinitis Akut adalah sebagai berikut : a. Data dasar Adapun data dasar yang dikumpulkan meliputi : 1. Identitas klien Identitas klien meliputi nama, umur (Rhinitis akut menyerang pada semua usia tidak terkecuali), jenis kelamin (Rhinitis akut menyerang pada semua orang tidak terkecuali), suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit dan diagnose medis. 2. Riwayat kesehatan sekarang Meliputi keluhan utama pasien dengan Rhinitis Akut biasanya datang dengan keluhan flu (influenza). 3. Riwayat kesehatan masa lalu 1

Transcript of Askep teori rhinitis.docx

Page 1: Askep teori rhinitis.docx

I. Asuhan Keperawatan

1. Teori Asuhan Keperawatan Pada Klien Rhinitis Akut

a) Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan yang meliputi

aspek bio, psiko, sosio dan spiritual secara komprehensif. Maksud dari

pengkajian adalah untuk mendapatkan informasi atau data tentang pasien.

Data tersebut berasal dari pasien (data primer), dari keluarga (data

sekunder) dan data dari catatan yang ada (data tersier). Pengkajian

dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan melalui wawancara,

observasi langsung, dan melihat catatan medis, adapun data yang

diperlukan pada klien Rhinitis Akut adalah sebagai berikut :

a. Data dasar

Adapun data dasar yang dikumpulkan meliputi :

1. Identitas klien

Identitas klien meliputi nama, umur (Rhinitis akut menyerang pada

semua usia tidak  terkecuali), jenis kelamin (Rhinitis akut menyerang

pada semua orang  tidak  terkecuali), suku bangsa, agama, pendidikan,

pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit dan diagnose medis.

2. Riwayat kesehatan sekarang

Meliputi keluhan utama pasien dengan Rhinitis Akut biasanya

datang dengan keluhan flu (influenza).

3. Riwayat kesehatan masa lalu

Klien mengatakan tidak punya penyakit yang lain.

4. Riwayat kesehatan keluarga

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang alergi terhadap

apapun.

b. Pemeriksaan fisik yaitu Review of system (ROS)

Keadaan umum : Tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri

tekan di kuadran epigastrik

1. B1 (breath) : Takhipnea.

2. B2 (blood) : Warna kulit pucat.

3. B3 (brain) : Sakit kepala, kelemahan, kesadaran composmentis.

4. B4 (bladder) : Pola eliminasi normal.

5. B5 (bowel) : Anorexia.

6. B6 (bone) : Kelemahan.

c. Pemeriksaan Diagnostik

1

Page 2: Askep teori rhinitis.docx

Pemeriksaan diagnostik yang dianjurkan untuk pasien Rhinitis

Akut adalah :

1. Pemeriksaan darah (eosinofil).

2. Pemeriksaan rinoskopi anterior posterior.

b) Diagnosa Keperawatan

Sebelum membuat diagnosa keperawatan maka data yang terkumpul

diidentifikasi untuk menentukan masalah melalui analisa data,

pengelompokkan data dan menentukan diagnosa keperawatan. Diagnosa

keperawatan adalah keputusan atau kesimpulan yang terjadi akibat dari

hasil pengkajian keperawatan.

Diagnosa keperawatan pada klien dengan Rhinitis Akut adalah :

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan

obstruksi saluran nafas.

2. Gangguan persepsi sensori yang berhubungan dengan berkurangnya

sensasi penciuman.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang

berhubungan dengan anoreksia.

4. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan penyumbatan pada

hidung.

c) Intervensi

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi

saluran napas.

Tujuan : Untuk melaporkan jalan napas menjadi efektif.

a) Kaji status pernapasan sekurangnya setiap 4 jam.

b) Gunakan posisi fowler dan sangga lengan pasien.

c) Bantu pasien untuk mengubah posisi, batuk dan bernapas

dalam setiap 2 sampai 4 jam.

d) Isap sekresi sesuai keperluan.

b. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan berkurangnya sensasi

penciuman.

Tujuan : Untuk melaporkan peningkatan persepsi penciuman.

a) Kaji kemampuan pasien untuk mencium bau dan

dokumentasikan temuan.

2

Page 3: Askep teori rhinitis.docx

b) Yakinkan pasien bahwa kondisi tersebut bersifat sementara dan

sensasi penciumannya akan pulih.

c) Berikan obat yang diprogamkan sesuai antihistamin.

d) Catat karakteristik drainase hidung meliputi jumlah, warna,

konsistensi dan bau.

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia.

Tujuan : Untuk melaporkan pasien mengkonsumsi minimal 3000 kalori.

a) Observasi dan catat asupan pasien (cair dan padat).

b) Tentukan makanan kesukaan pasien.

c) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan pada waktu makan.

d) Hindari bertanya apakah pasien lapar atau ingin makan.

d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan penyumbatan pada hidung.

Tujuan : Untuk melaporkan pasien tidak menunjukkan gejala perilaku

yang berkaitan dengan tidur seperti kegelisahan.

a) Segera buat perubahan apapun yang mungkin untuk

mengakomodasi pasien.

b) Rencanakan jadwal pemberian pengobatan disekitar jadwal

tidur pasien.

c) Buat rencana detail untuk member pasien kesempatan tidur 7

jam tanpa gangguan.

d) Implementasi

Menurut Doengoes, 2000 implementasi adalah tindakan pemberian

keperawatan yang dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan pada

rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Setiap tindakan

keperawatan yang dilaksanakan dicatat dalam catatan keperawatan yaitu

cara pendekatan pada klien efektif, teknik komunikasi terapeutik serta

penjelasan untuk setiap tindakan yang diberikan kepada pasien.

Dalam melakukan tindakan keperawatan menggunakan 3 tahap

pendekatan, yaitu independen, dependen, interdependen. Tindakan

keperawatan secara independen adalah suatu kegiatan yang

dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau

tenaga kesehatan lainnya. Interdependen adalah tindakan keperawatan

yang menjelaskan suatu kegiatan dan memerlukan kerja sama dengan

3

Page 4: Askep teori rhinitis.docx

tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi, dan dokter.

Sedangkan dependen adalah tindakan yang berhubungan dengan

pelaksanaan rencana tindakan medis. Keterampilan yang harus dipunyai

perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu kognitif, sikap

dan psikomotor.

Dalam melakukan tindakan khususnya pada klien dengan rhinitis

akut yang harus diperhatikan adalah pola nutrisi, pernafasan klien serta

melakukan pendidikan kesehatan pada klien.

e) Evaluasi Keperawatan

Menurut Doengoes, 2000 evaluasi adalah tingkatan intelektual

untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa

jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya

sudah berhasil dicapai. Kemungkinan yang dapat terjadi pada tahap

evaluasi adalah masalah dapat diatasi, masalah teratasi sebagian,

masalah belum teratasi atau timbul masalah baru. Evaluasi yang

dilakukan adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil.

Evaluasi proses adalah evaluasi yang harus dilaksanakan segera

setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu

keefektifitasan terhadap tindakan. Sedangkan evaluasi hasil adalah

evaluasi yang dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara

keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada pada tujuan.

Adapun evaluasi dari diagnosa keperawatan rhinitis akut secara

teoritis adalah apakah klien dapat mengkonsumsi makanan dengan

baik, apakah klien dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri,

apakah klien mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyakit

rhinitis akut.

2. Teori Asuhan Keperawatan Pada Klien Rhinitis Alergi

a) Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan yang meliputi

aspek bio, psiko, sosio dan spiritual secara komprehensif. Maksud dari

pengkajian adalah untuk mendapatkan informasi atau data tentang pasien.

Data tersebut berasal dari pasien (data primer), dari keluarga (data

sekunder) dan data dari catatan yang ada (data tersier). Pengkajian

dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan melalui wawancara,

4

Page 5: Askep teori rhinitis.docx

observasi langsung, dan melihat catatan medis, adapun data yang

diperlukan pada klien Rhinitis Alergi adalah sebagai berikut :

a. Data dasar

Adapun data dasar yang dikumpulkan meliputi :

1. Identitas klien

Identitas klien meliputi nama, umur (Rhinitis alergi menyerang

pada semua usia tidak  terkecuali), jenis kelamin (Rhinitis alergi

menyerang pada semua orang  tidak  terkecuali), suku bangsa,

agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit

dan diagnose medis.

2. Riwayat kesehatan sekarang

Meliputi keluhan utama pasien dengan Rhinitis Alergi

biasanya datang dengan keluhan hidung tersumbat dan hidung

terasa gatal.

3. Riwayat kesehatan masa lalu

Klien mengatakan tidak punya penyakit yang lain.

4. Riwayat kesehatan keluarga

Klien biasanya mempunyai riwayat keturunan alergi.

b. Pemeriksaan fisik yaitu Review of system (ROS)

Keadaan umum : Tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat

nyeri tekan di kuadran epigastrik

1. B1 (breath) : Bradipnea.

2. B2 (blood) : Warna kulit pucat.

3. B3 (brain) : Sakit kepala, kelemahan, kesadaran

composmentis.

4. B4 (bladder) : Pola eliminasi normal.

5. B5 (bowel) : Anorexia.

6. B6 (bone) : Kelemahan.

c. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang dianjurkan untuk pasien Rhinitis Alergi

adalah :

1. Pemeriksaan darah (eosinofil).

2. Pemeriksaan rinoskopi anterior posterior.

5

Page 6: Askep teori rhinitis.docx

b) Diagnosa Keperawatan

Sebelum membuat diagnosa keperawatan maka data yang terkumpul

diidentifikasi untuk menentukan masalah melalui analisa data,

pengelompokkan data dan menentukan diagnosa keperawatan. Diagnosa

keperawatan adalah keputusan atau kesimpulan yang terjadi akibat dari

hasil pengkajian keperawatan.

Diagnosa keperawatan pada klien dengan Rhinitis Alergi adalah :

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan

obstruksi saluran nafas.

2. Gangguan persepsi sensori yang berhubungan dengan berkurangnya

sensasi penciuman..

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang

berhubungan dengan anoreksia.

4. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan penyumbatan pada

hidung.

c) Intervensi

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi

saluran napas.

Tujuan : Untuk melaporkan jalan napas menjadi efektif.

a) Kaji status pernapasan sekurangnya setiap 4 jam.

b) Gunakan posisi fowler dan sangga lengan pasien.

c) Bantu pasien untuk mengubah posisi, batuk dan bernapas

dalam setiap 2 sampai 4 jam.

d) Isap sekresi sesuai keperluan.

b. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan berkurangnya sensasi

penciuman.

Tujuan : Untuk melaporkan peningkatan persepsi penciuman.

a) Kaji kemampuan pasien untuk mencium bau dan

dokumentasikan temuan.

b) Yakinkan pasien bahwa kondisi tersebut bersifat sementara dan

sensasi penciumannya akan pulih.

c) Berikan obat yang diprogamkan sesuai antihistamin.

d) Catat karakteristik drainase hidung meliputi jumlah, warna,

konsistensi dan bau.

6

Page 7: Askep teori rhinitis.docx

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia.

Tujuan : Untuk melaporkan pasien mengkonsumsi minimal 3000 kalori.

a) Observasi dan catat asupan pasien (cair dan padat).

b) Tentukan makanan kesukaan pasien.

c) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan pada waktu makan.

d) Hindari bertanya apakah pasien lapar atau ingin makan.

d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan penyumbatan pada hidung.

Tujuan : Untuk melaporkan pasien tidak menunjukkan gejala perilaku

yang berkaitan dengan tidur seperti kegelisahan.

a) Segera buat perubahan apapun yang mungkin untuk

mengakomodasi pasien.

b) Rencanakan jadwal pemberian pengobatan disekitar jadwal

tidur pasien.

c) Buat rencana detail untuk member pasien kesempatan tidur 7

jam tanpa gangguan.

d) Implementasi

Menurut Doengoes, 2000 implementasi adalah tindakan pemberian

keperawatan yang dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan pada

rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Setiap tindakan

keperawatan yang dilaksanakan dicatat dalam catatan keperawatan yaitu

cara pendekatan pada klien efektif, teknik komunikasi terapeutik serta

penjelasan untuk setiap tindakan yang diberikan kepada pasien.

Dalam melakukan tindakan keperawatan menggunakan 3 tahap

pendekatan, yaitu independen, dependen, interdependen. Tindakan

keperawatan secara independen adalah suatu kegiatan yang

dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau

tenaga kesehatan lainnya. Interdependen adalah tindakan keperawatan

yang menjelaskan suatu kegiatan dan memerlukan kerja sama dengan

tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi, dan dokter.

Sedangkan dependen adalah tindakan yang berhubungan dengan

pelaksanaan rencana tindakan medis. Keterampilan yang harus dipunyai

perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu kognitif, sikap

dan psikomotor.

7

Page 8: Askep teori rhinitis.docx

Dalam melakukan tindakan khususnya pada klien dengan rhinitis

alergi yang harus diperhatikan adalah pola nutrisi, pernafasan klien serta

melakukan pendidikan kesehatan pada klien.

e) Evaluasi Keperawatan

Menurut Doengoes, 2000 evaluasi adalah tingkatan intelektual

untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa

jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya

sudah berhasil dicapai. Kemungkinan yang dapat terjadi pada tahap

evaluasi adalah masalah dapat diatasi, masalah teratasi sebagian,

masalah belum teratasi atau timbul masalah baru. Evaluasi yang

dilakukan adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil.

Evaluasi proses adalah evaluasi yang harus dilaksanakan segera

setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu

keefektifitasan terhadap tindakan. Sedangkan evaluasi hasil adalah

evaluasi yang dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara

keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada pada tujuan.

Adapun evaluasi dari diagnosa keperawatan rhinitis alergi secara

teoritis adalah apakah klien dapat mengkonsumsi makanan dengan

baik, apakah klien dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri,

apakah klien mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyakit

rhinitis alergi.

3. Teori Asuhan Keperawatan Pada Klien Rhinitis Vasomotor

a) Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan yang meliputi

aspek bio, psiko, sosio dan spiritual secara komprehensif. Maksud dari

pengkajian adalah untuk mendapatkan informasi atau data tentang pasien.

Data tersebut berasal dari pasien (data primer), dari keluarga (data

sekunder) dan data dari catatan yang ada (data tersier). Pengkajian

dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan melalui wawancara,

observasi langsung, dan melihat catatan medis, adapun data yang

diperlukan pada klien Rhinitis Vasomotor adalah sebagai berikut :

a. Data dasar

Adapun data dasar yang dikumpulkan meliputi :

1. Identitas klien

8

Page 9: Askep teori rhinitis.docx

Identitas klien meliputi nama, umur (Rhinitis vasomotor

menyerang pada semua usia tidak  terkecuali), jenis kelamin (

Rhinitis vasomotor menyerang pada semua orang  tidak  terkecuali),

suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk

rumah sakit dan diagnose medis.

2. Riwayat kesehatan sekarang

Meliputi keluhan utama pasien dengan Rhinitis Vasomotor

biasanya datang dengan keluhan hidung tersumbat secara

bergantian kanan dan kiri tetapi tidak gatal pada daerah mata

hidung dan tenggorokan.

3. Riwayat kesehatan masa lalu

Klien mengatakan tidak punya penyakit yang lain.

4. Riwayat kesehatan keluarga

Klien biasanya tidak mempunyai riwayat keturunan alergi.

b. Pemeriksaan fisik yaitu Review of system (ROS)

Keadaan umum : Tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat

nyeri tekan di kuadran epigastrik

1. B1 (breath) : Bradipnea.

2. B2 (blood) : Warna kulit pucat.

3. B3 (brain) : Sakit kepala, kelemahan, kesadaran

composmentis.

4. B4 (bladder) : Pola eliminasi normal.

5. B5 (bowel) : Anorexia.

6. B6 (bone) : Kelemahan.

c. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang dianjurkan untuk pasien Rhinitis Akut

adalah :

1. Pemeriksaan darah (eosinofil).

2. Pemeriksaan rinoskopi anterior posterior.

b) Diagnosa Keperawatan

Sebelum membuat diagnosa keperawatan maka data yang terkumpul

diidentifikasi untuk menentukan masalah melalui analisa data,

pengelompokkan data dan menentukan diagnosa keperawatan. Diagnosa

9

Page 10: Askep teori rhinitis.docx

keperawatan adalah keputusan atau kesimpulan yang terjadi akibat dari

hasil pengkajian keperawatan.

Diagnosa keperawatan pada klien dengan Rhinitis Alergi adalah :

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan

obstruksi saluran nafas.

2. Gangguan persepsi sensori yang berhubungan dengan berkurangnya

sensasi penciuman.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang

berhubungan dengan anoreksia.

4. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan penyumbatan pada

hidung.

c) Intervensi

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi

saluran napas.

Tujuan : Untuk melaporkan jalan napas menjadi efektif.

a) Kaji status pernapasan sekurangnya setiap 4 jam.

b) Gunakan posisi fowler dan sangga lengan pasien.

c) Bantu pasien untuk mengubah posisi, batuk dan bernapas

dalam setiap 2 sampai 4 jam.

d) Isap sekresi sesuai keperluan.

b. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan berkurangnya sensasi

penciuman.

Tujuan : Untuk melaporkan peningkatan persepsi penciuman.

a) Kaji kemampuan pasien untuk mencium bau dan

dokumentasikan temuan.

b) Yakinkan pasien bahwa kondisi tersebut bersifat sementara dan

sensasi penciumannya akan pulih.

c) Berikan obat yang diprogamkan sesuai antihistamin.

d) Catat karakteristik drainase hidung meliputi jumlah, warna,

konsistensi dan bau.

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia.

Tujuan : Untuk melaporkan pasien mengkonsumsi minimal 3000 kalori.

a) Observasi dan catat asupan pasien (cair dan padat).

10

Page 11: Askep teori rhinitis.docx

b) Tentukan makanan kesukaan pasien.

c) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan pada waktu makan.

d) Hindari bertanya apakah pasien lapar atau ingin makan.

d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan penyumbatan pada hidung.

Tujuan : Untuk melaporkan pasien tidak menunjukkan gejala perilaku

yang berkaitan dengan tidur seperti kegelisahan.

a) Segera buat perubahan apapun yang mungkin untuk

mengakomodasi pasien.

b) Rencanakan jadwal pemberian pengobatan disekitar jadwal

tidur pasien.

c) Buat rencana detail untuk member pasien kesempatan tidur 7

jam tanpa gangguan.

d) Implementasi

Menurut Doengoes, 2000 implementasi adalah tindakan pemberian

keperawatan yang dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan pada

rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Setiap tindakan

keperawatan yang dilaksanakan dicatat dalam catatan keperawatan yaitu

cara pendekatan pada klien efektif, teknik komunikasi terapeutik serta

penjelasan untuk setiap tindakan yang diberikan kepada pasien.

Dalam melakukan tindakan keperawatan menggunakan 3 tahap

pendekatan, yaitu independen, dependen, interdependen. Tindakan

keperawatan secara independen adalah suatu kegiatan yang

dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau

tenaga kesehatan lainnya. Interdependen adalah tindakan keperawatan

yang menjelaskan suatu kegiatan dan memerlukan kerja sama dengan

tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi, dan dokter.

Sedangkan dependen adalah tindakan yang berhubungan dengan

pelaksanaan rencana tindakan medis. Keterampilan yang harus dipunyai

perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu kognitif, sikap

dan psikomotor.

Dalam melakukan tindakan khususnya pada klien dengan rhinitis

vasomotor yang harus diperhatikan adalah pola nutrisi, pernafasan klien

serta melakukan pendidikan kesehatan pada klien.

11

Page 12: Askep teori rhinitis.docx

e) Evaluasi Keperawatan

Menurut Doengoes, 2000 evaluasi adalah tingkatan intelektual

untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa

jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya

sudah berhasil dicapai. Kemungkinan yang dapat terjadi pada tahap

evaluasi adalah masalah dapat diatasi, masalah teratasi sebagian,

masalah belum teratasi atau timbul masalah baru. Evaluasi yang

dilakukan adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil.

Evaluasi proses adalah evaluasi yang harus dilaksanakan segera

setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu

keefektifitasan terhadap tindakan. Sedangkan evaluasi hasil adalah

evaluasi yang dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara

keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada pada tujuan.

Adapun evaluasi dari diagnosa keperawatan rhinitis vasomotor

secara teoritis adalah apakah klien dapat mengkonsumsi makanan

dengan baik, apakah klien dapat melakukan aktivitasnya secara

mandiri, apakah klien mampu mengungkapkan pemahaman tentang

penyakit rhinitis vasomotor.

12