Post on 20-Aug-2018
ANALISIS OPTIMASI PRODUKSI YOGHURT
PADA PT. CIMORY CISARUA BOGOR
Oleh
HENDRA KUSUMAH
H24097054
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
ANALISIS OPTIMASI PRODUKSI YOGHURT
PT. CIMORY CISARUA BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
HENDRA KUSUMAH
H24097054
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Judul : Analisis Optimasi Produksi Yoghurt pada PT. Cimory
Cisarua Bogor
Nama : Hendra Kusumah
NIM : H24097054
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA
NIP 195506261980031002
Mengetahui,
Ketua Departemen
Dr.Ir. Jono M. Munandar, M.Sc
NIP 196101231986011002
Tanggal Lulus:
RINGKASAN
HENDRA KUSUMAH. H24097054. Optimasi Produksi Susu Yoghurt pada PT
Cimory Cisarua Bogor. Di bawah bimbingan H. MUSA HUBEIS.
PT. Cimory adalah salah satu perusahaan yang menghasilkan produk olahan
susu sapi, yaitu Fresh Milk, Yogurt dan Frozen Food. Selain berproduksi, Cimory
memiliki resto yang selalu dipadati oleh pengunjung. Pada akhir pekan, khususnya
Sabtu dan Minggu Cimori dapat menarik dua (2) ribu konsumen untuk berkunjung
dan menikmati sajian khas yaitu yoghurt dengan berbagai citarasa.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menentukan kombinasi produk optimal; (2)
mengkaji keuntungan maksimal yang didapat dari produksi optimal; (3) menentukan
alokasi sumber daya untuk mencapai titik optimum produksi; (4) menganalisis
perubahan pada kondisi optimum, jika terjadi perubahan parameter model produksi.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder
yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh melalui pengamatan
langsung dan wawancara, sedangkan data sekunder berasal dari bahan pustaka,
artikel, jurnal, data internal perusahaan dan hasil penelitian terdahulu. Pengolahan
data kualitatif dilakukan secara deskriptif dan data kuantitatif dengan software
LINDO (Linier Interactive and Discrete Optimizer) untuk memperoleh tingkat
produksi dan penggunaan sumber daya optimal.
Hasil penelitian ini adalah kondisi sumber daya yang digunakan baik bahan
baku susu segar maupun bahan penolong masih berlebih (surplus). Yoghurt drink
hasil optimal menunjukan bahwa jumlah produk yang ada pada kondisi aktual masih
berlebih, berbanding terbalik dengan produk yoghurt stirred yang jumlahnya kurang
dari kombinasi produk optimal. Dalam kombinasi ini, produk dengan potensi
mencapai keuntungan optimal adalah susu yoghurt stirred. Keuntungan aktual
perusahaan selama bulan yang diuji (tahun 2010) Rp 2.356.998.626 dan keuntungan
perusahaan pada kondisi optimum setelah diolah oleh software Lindo adalah
Rp2.978.937.000, yang artinya perusahaan masih dapat menerima keuntungan
tambahan Rp621.938.374.
Untuk menguji solusi optimal awal dilakukan dengan dua (2) skenario, yaitu
peningkatan biaya bahan baku susu segar dari Rp.3.900 menjadi Rp.4.300 dan
pengurangan TKL untuk bagian pengemasan yoghurt stirred. Dari kedua skenario,
solusi optimal didapatkan nilai keuntungan terbesar pada skenario dua (2) dengan
keuntungan total Rp3.367.956.000 dan keuntungan terbesar kedua pada solusi
optimum Rp2.978.937.000, serta keuntungan terbesar ketiga pada skenario satu (1)
Rp2.830.538.000.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 18 September 1987. Penulis
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Dedi Kusnadi dan Ibu
Isdayanti.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah dasar Negeri (SDN) Sasana
Wiyata 1 Bogor pada Tahun 2000. Setelah menyelesaikan pendidikan SDN,
melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Bogor dan
menyelesaikan pendidikannya pada tahun 2003. Pada Tahun tahun 2006 penulis
berhasil menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 5
Bogor.
Setelah menyelesaikan pendidikan menengah atas, melanjutkan sekolah di
Program Diploma Institut Pertanian Bogor (IPB) Jurusan Perencanaan dan
Pengendalian Produksi (PPMJ) dan pada tahun 2009 penulis dapat menyelesaikan
kuliahnya di Program PPMJ, selanjutnya melanjutkan kuliah di Program Sarjana Ahli
Jenis Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen (FEM) IPB dan Lulus
pada Tahun 2012.
iii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya penulis
dapat menyelesaikan Skripsi berjudul “Analisis Optimasi Perencanaan Produksi
Yoghurt Pada PT. Cimory Cisarua Bogor”
Yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Program Sarjana Alih Jenis, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen
(FEM) Institut Pertanian Bogor (IPB).
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan Skripsi ini, maka
diharapkan kritik dan saran agar Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak-
pihak lain yang memerlukannya.
.
Bogor, April 2012
Penulis
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis banyak dibantu dan dibimbing oleh
berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Prof.Dr.Ir.H.MusaHubeis,MS,Dipl.Ing,DEA. selaku dosen pembimbing yang
bersedia membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Skripsi
ini.
2. Nurhadi,STP,MM dan Alim Setiawan S,STP,MSi sebagai penguji yang banyak
memberikan masukan kepada Penulis.
3. Seluruh dosen pengajar pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi
Manajemen (FEM) Institut Pertanian Bogor (IPB).
4. Keluarga tercinta di rumah yang telah memberikan banyak bantuan materil dan
non materil dalam penyusunan Skripsi ini.
5. Mr. Donny yang telah memberi kesempatan bagi penulis untuk dapat
melakukan penelitian.
6. Bapak Deni yang telah bersedia memberikan masukan kepada penulis.
7. Bapak Ochin selaku pegawai PT. Cimory yang banyak memberikan masukan
dan pengetahuan kepada penulis.
8. Iwan Irawan yang telah banyak membantu dalam penyusunan laporan.
9. Erwin Hakim, Aulia Miftah, M. Putra, dan semua temen yang ada di FEM IPB
yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan Skripsi ini, semoga amal
ibadahnya diterima oleh Allah SWT.
Akhir kata semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak
lain yang memerlukannya
v
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi
I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah……………………………. ............................ 3
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................. 3
1.4. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 4
II . TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 5
2.1. Susu Segar ........................................................................................... 6
2.1.1 Susu Homogenisasi .................................................................... 6
2.1.2 Susu Pasteurusasi ..................................................................... 6
2.1.3 Susu UHT ................................................................................ 7
2.1.4 Susu Kental …………………………………………….. .......... 7
2.1.5 Susu Bubuk……………………………………………... .......... 8
2.1.6 Susu Yoghurt…………………………………………… ........... 8
2.2 Standar Susu Segar ................................................................................ 9
2.3 Pengertian Perencanaan Produksi……………………………… ......... 10
2.4 Optimasi ………………………………………………………. ........... 10
2.5 Program Linear…………………………………………………. .......... 11
2.5.1 Bentuk Umum Model LP……………………………….. .......... 12
2.5.2 Teori Dualitas …………………………………………... ......... 14
2.5.3 Analisis Pasca Optimal…………………………………............ 16
2.6 Lindo ………………………………………………………….. ........... 17
2.7 Penelitian Terdahulu yang Relevan……………………………............ 17
III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 20
vi
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................................. 20
3.2. Lokasi danWaktu Penelitian .................................................................. 21
3.3 Pengumpulan Data................................................................................. 22
3.4. Pengolahan dan Analisis Data ............................................................... 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 24
4.1. Gambaran Umum Perusahaan .............................................................. 24
4.1.1 Sejarah Prusahaan…………………………………...... ............. 24
4.1.2 Struktur Organisasi…………………………………… .............. 25
4.2.3 Ketenaga Kerjaan ………………………………………. .......... 28
4.2. Supply Chain Management …………………………….. ..................... 29
4.2.1 Aliran Produk…………………………………………… .......... 29
4.2.2 Aliran Informasi dan Uang……………………………… ......... 30
4.3. Proses Produksi Susu Yoghurt………………………………… ........... 31
4.4. Perencaan aggregat............................................……………….. ......... 32
4.5. Pemasaran …………………………………………………….............. 34
4.6. Perumusan Model Linear Programming………………………... ......... 35
4.6.1 Penentuan Pengubah Keputusan………………………… .......... 35
4.6.2 Perumusan Fungsi kendala ……………………………… .......... 37
4.7. Analisis Primal ……………………………………………… ............. 50
4.8. Analisis Dual…………………………………………………… .......... 52
4.8.1 Status Penggunaan Bahan Baku Susu Segar…………... ............ 53
4.8.2 Status Penggunaan Bahan Pembantu………………….. ............. 54
4.8.3 Status penggunaan Jam Tenaga kerja Langsung………... .......... 56
4.8.4 Status Penggunaan Jam Kerja Mesin…………………… ........... 58
4.8.5 Status Permintaan Yoghurt Stirred .............................................. 62
4.9. Analisis Sensitivitas ………………………………………… ............. 63
4.9.1 Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan……. .......... 63
4.9.2 Analisis Sensitivitas Nilai Sebelah Kanan Kendala ……. ........... 65
4.10. Analisis Post Optimal……………………………………….. ........... 72
4.10.1 Post Optimal Skenario 1……………………………….. .......... 73
4.10.2 Post Optimal Skenario 2……………………………….... ........ 74
4.11. Implikasi manajerial …………………………………………... ........... 78
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 79
1. Kesimpulan ......................................................................................... 79
2. Saran .................................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 81
LAMPIRAN ............................................................................................. 83
vii
DATAR TABEL
No. Halaman
1. Populasi sapi perah Indonesia ………………………………………. 2
2. Syarat mutu susu segar berdasarkan SNI 01-3141-1998 ……………. 9
3. Skema primal dan dual……………………………………. …………. 15
4. Jenis maksimisasi dan minimisasi dari bentuk standar……......…….... 15
5. Produk olahan PT. Cimori Cisarua Bogor……………………………. 24
6. Anak perusahaan Makro Group ………………………………........... 25
7. Jam kerja karyawan …………………………………………............ 28
8. Kapasitas produksi aktual……………………………………………. 34
9. Pengubah jenis Yoghurt………………………………………………. 35
10. Keuntungan Yoghurt per Cup ………………………………......…... 36
11. Koefisien Susu Segar……………………………………….………… 38
12. Koefisien bahan penolong gula pasir………………………………… 40
13. Koefisien bahan penolong pemanis ……………………………. …… 41
14. Koefisien pewarna alami ……………………………………………. 43
15. Koefisien bakteri ………………………………………………. ….. 45
16. Koefisien jam tenaga kerja langsung………………………………… 47
17. Kombinasi optimum produk Yoghurt………………………….......... 51
18. Status penggunaan bahan baku susu segar……………………...….. 53
19. Status penggunaan bahan pembantu gula pasir……………………... 54
20. Status penggunaan ahan pembantu pemanis ……………………… 55
21. Status penggunaan bahan pembantu pewarna ……………………… 55
22. Status penggunaan bahan pembantu bakteri………………………... 56
23. Status penggunaan jam tenaga kerja langsung………………........... 57
24. Perbandingan jam kerja aktual dan jam kerja optimal……...…… 58
25. Status penggunaan jam kerja mesin pasteurisasi……………........... 59
26. Status Penggunaan jam kerja mesin inkubasi…….…………............ 59
27. Status Penggunaan jam kerja mesin homogenisasi.…………........... 60
28. Status Penggunaan jam kerja mesin mixing……….………………... 61
29. Status penggunaan jam kerja mesin pengemas ……………............ 51
30. Status permintaan bulanan Yoghurt Stirred …………………….…. 62
31. Analisis sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan…...………. …… 64
32. Kepekaan ketersediaan bahan baku Susu Segar ….……………... 65
33. Kepekaan ketersediaan gula pasir ……………...…………............ 66
34. Kepekaan ketersediaan perasa…………...…………………...…… 67
35. Kepekaan ketersediaan pewarna ………………………………..... 68
36. Kepekaan ketersediaan bakteri ……………………………........... 69
37. Kepekaan ketersediaan jam tenaga kerja………………………... 70
38. Kepekaan ketersediaan produk permintaan………….……............. 71
39. Keuntungan produk Yoghurt Drink dan Stirred Skenario 1............. 73
viii
40. Kombinasi poduk optimum Skenario 1 …………………........….. 74
41. Perubahan jam kerja mesin kemasan Yoghurt Stirred …………... 75
42. Perubahan jam kerja tenaga kerja langsung ……………................ 75
43. Keuntungan produk Yoghurt Drink dan Stirred Skenario 2 ……... 76
44. Kombinasi produk optimal produk Yoghurt Drink ………............ 77
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Konsumsi susu Indonesia dalam liter per kapita ………………… 1
2. Kerangka pemikiran penelitian……………………………………... 21
3. Yoghurt Drink 250 ml………………………………………………. 25
4. Plain Yoghurt 400 ml……………………………………………….. 25
5. Supply Chain Manajemen PT. Cimory……………………..……… 30
6. Proses produksi susu Yoghurt………………………….….……….. 31
x
LAMPIRAN
No. Halaman
1. Daftar pertanyaan wawancara ………………………………….….. 84
2. Struktur organisasi…………………………………………………. 85
3. Peta proses operasi ……………………………………………..….. 86
4. Kapasitas produksi…………………………………………………. 89
5. Biaya produksi untuk Yoghurt ...........……...……………………… 90
6. Koefisien jam mesin……………………………………………...... 94
7. Analisis lindo optimal………………………………………….….. 98
8. Sensitivitas pada mesin produksi Yoghurt…………………….…... 113
9. Input Lindo skenario 1……………………………………………... 116
10. Input Lindo skenario 2……………………………………………… 132
11. Kombinasi dari skenario 1 dan 2………………………………..….. 147
12. Denah area produksi.………………………………………………... 148
xi
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sapi perah merupakan hewan ternak penghasil susu yang sangat dominan
dibandingkan ternak perah lainnya seperti kambing dan kuda, karena susu sapi
termasuk jenis minuman yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat umum di
Indonesia. Sapi perah juga menghasilkan susu dengan keseimbangan nutrisi
sempurna yang tidak dapat digantikan bahan makanan lain, hal ini pun menjadi
sebab mengapa susu sapi menjadi minuman yang digemari oleh masyarakat
Indonesia secara umum. Dari tahun ke tahun konsumsi susu masyarakat
Indonesia terus meningkat seperti yang tergambar pada Gambar 1. Dari tahun
1998-2008 konsumsi terus meningkat. Pada tahun 2010 yang lalu konsumsi
susu perkapita di Indonesia naik hingga mencapai 11,7 liter (Irawan, 2011 ).
(Sumber : Chen, 2009)
Gambar 1. Konsumsi susu Indonesia (dalam liter per kapita )
Kenaikan konsumsi susu harus sebanding dengan kenaikan jumlah sapi
perah yang menjadi sumber utama dari produksi susu, seperti yang terlihat pada
2
Tabel 1. ini belum sepenuhnya tercapai, karena lebih dari setengah kebutuhan
susu di Indonesia masih mengandalkan impor dari Negara lain seperti yang
disampaikan Wakil Menteri Pertanian, yaitu 40% pasokan susu di Indonesia
masih dipenuhi dari impor, sisanya didapat dari produksi susu lokal. Untuk
tahun 2011, Indonesia diharapkan mampu mencukupi kebutuhan susu hingga
75% dari kebutuhan aktual.
Tabel 1. Populasi sapi perah Indonesia
Tahun
2004 2005 2006 2007 2008 2009
364.062 36.135 369.008 374.067 407.767 486.994
(Sumber : Direktorat Jendral Petenakan, 2009)
Untuk menambah daya konsumsi masyarakat dan daya saing dari produk
susu, ada banyak olahan sangat potensial dalam memberikan cita rasa bagi
konsumen. SK Dirjen Peternakan No. 17 Tahun 1983, dijelaskan jenis-jenis
susu meliputi susu segar, susu murni, susu pasteurisasi dan susu sterilisasi.
Jenis olahan susu yang lain yang juga banyak digemari oleh masyarakat adalah
susu yoghurt. Yoghurt adalah jenis minuman berbahan dasar susu yang diolah
melalui fermentasi bakteri. Secara umum, minuman yoghurt dibuat dari bahan
dasar kacang kedelai dan susu kambing, namun secara mayoritas orang
mengenal minuman ini terbuat dari bahan dasar susu sapi. Pada awalnya,
minuman ini ditemukan secara spontan dikarenakan bakteri liar yang hidup
pada tas kulit kambing yang dibawa oleh bangsa Bulgar, orang Nomadic yang
mulai bermigrasi ke Eropa pada abad ke-2 Masehi. Yoghurt terbentuk dari dua
buah bakteri yang bermanfaat bagi kesehatan, yaitu bakteri Lactobacillus
Bulgaricus dan Streptococus Thermopillus. Selain dari bakteri tersebut, yogurt
mengandung vitamin B-kompleks, yaitu B1, B2, B3 dan B6, serta asam folat,
asam pantotenat dan biotin.
PT. Cimori adalah salah satu Resto yang menyediakan aneka jenis
makanan terbuat dari susu. Yoghurt adalah salah satu jenis hidangan yang
3
paling dicari oleh konsumen yang berkunjung. Selain Resto, Cimori memiliki
pabrik pengolalaan susu dan peternakan sapi perah yang dikelola langsung oleh
manajemen. Hal ini dikarenakan untuk menjaga mutu susu yang didapat
beserta mutu olahan susunya.
Pada akhir pekan, khususnya Sabtu dan Minggu Cimory dapat menarik
dua (2) ribu konsumen untuk berkunjung dan menikmati sajian khasnya. Untuk
menjaga kepuasan konsumen, Cimory harus menyediakan produk yang dipesan
oleh konsumen, misal yoghurt dengan berbagai macam rasa yang disajikan,
maka dihitung tingkat optimum jumlah produksi dari jenis yoghurt yang
diproduksi. Tingkat optimum ini berguna untuk mencapai titik maksimum
keuntungan yang akan dicapai perusahaan dalam mengelola sumber daya dan
kegiatan produksi secara efektif.
1.2. Perumusan masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Bagaimana kombinasi produk yoghurt yang optimal ?
2. Berapa keuntungan optimum yang didapatkan Cimory dan berapa selisih
keuntungan optimum dengan keuntungan aktual yang didapatkan ?
3. Bagaimana alokasi sumber daya untuk mencapai titik optimum produksi ?
4. Bagaimana perubahan pada kondisi optimum, jika terjadi perubahan
parameter pada model ?
1.3. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Menentukan kombinasi produk optimal
2. Mengetahui keuntungan maksimal yang didapat Cimory, jika tingkat
produksinya optimal
3. Menentukan alokasi sumber daya untuk mencapai titik optimum produksi
4. Menganalisis perubahan pada kondisi optimum, jika terjadi perubahan pada
parameter model produksi.
4
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berfokus pada identifikasi dan analisis faktor-faktor yang
menjadi kendala, peubah dan tujuan, untuk mengoptimalkan produksi yoghurt
yang nantinya dapat memaksimumkan keuntungan perusahaan.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Susu Segar
Menurut Saleh (2011), Susu segar merupakan cairan yang berasal dari
kambing atau sapi yang sehat dan bersih. Susu diperoleh dengan cara
pemerahan yang benar dan kandungan alaminya tidak dikurangi, atau ditambah
sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun. Selain itu, susu segar
yang baik adalah belum mengalami perubahan warna, rasa, kekentalan, bau,
berat jenis, kekentalan, titik beku, titik didih dan tingkat keasamannya.
Warna susu bergantung pada beberapa faktor, seperti jenis ternak dan
pakannya. Warna susu normal biasanya berkisar dari putih kebiruan hingga
kuning keemasan. Warna putihnya merupakan hasil dispersi cahaya dari
butiran-butiran lemak, protein dan mineral yang ada di dalam susu. Lemak dan
beta karoten yang larut menciptakan warna kuning, sedangkan apabila
kandungan lemak dalam susu diambil, warna biru akan muncul.
Susu terasa sedikit manis dan asin (gurih) disebabkan adanya kandungan
gula laktosa dan garam mineral di dalam susu. Rasa susu sendiri mudah sekali
berubah bila terkena benda-benda tertentu, misalnya makanan ternak penghasil
susu, kerja enzim dalam tubuh ternak, bahkan wadah tempat menampung susu
yang dihasilkan nantinya. Bau susu umumnya sedap, namun juga sangat mudah
berubah bila terkena faktor di atas.
Berat jenis air susu adalah 1,028 kg/l. Penetapan berat jenis susu harus
dilakukan tiga (3) jam setelah susu diperah, sebab berat jenis ini dapat berubah,
dipengaruhi oleh perubahan kondisi lemak susu ataupun gas di dalam susu.
Viskositas susu berkisar antara 1,5-2 cP, yang dipengaruhi oleh bahan padat
susu, lemak dan suhu susu.
Titik beku susu di Indonesia adalah -0,520 °C, sedangkan titik didihnya
adalah 100,16 °C. Titik didih dan titik beku ini akan mengalami perubahan
6
apabila dilakukan pemalsuan susu dengan penambahan air yang terlalu banyak
karena titik didih dan titik beku air berbeda.
Susu segar mempunyai sifat amfoter, artinya dapat berada di antara sifat
asam dan sifat basa. Secara alami pH susu segar berkisar 6,5–6,7. Bila pH susu
lebih rendah dari 6,5, berarti terdapat kolostrum ataupun aktivitas bakteri
(Saleh, 2011). Jenis-jenis olahan susu adalah: susu homogenisasi, susu
pasteurisasi, susu Ultra High Temperature (UHT), Yogurt, susu kental manis,
susu bubuk.
2.1.1 Susu Homogenisasi
Susu homogen adalah susu yang telah mengalami homogenisasi.
Proses homogenisasi bertujuan untuk menyeragamkan besarnya globula-
globula lemak susu. Apabila setelah proses homogenisasi dilakukan
penyimpanan pada suhu 10-15 oC selama 48 jam, maka tidak terjadi
pemisahan krim pada susu. Di dalam susu yang belum dihomogenisasi,
globula-globula lemak ini besarnya tidak seragam, yaitu 2-10 mikrometer.
Proses homogenisasi terjadi karena adanya tekanan yang tinggi dari
pompa pada alat homogenizer. Susu yang dihomogenisasi selanjutnya
ditampung dalam tangki pemanas (pasteurizer) untuk melewati plate heat
exchanger. Suhu keluaran dari alat ini dapat mencapai suhu 80-85 oC dan
menuju tangki pasteurisasi. Alat untuk menyeragamkan globula-globula
lemak tersebut disebut homogenizer (Herdita, 2010).
2.1.2 Susu Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah perlakuan panas yang diberikan pada bahan
baku dengan suhu di bawah titik didih, yaitu pemanasan di bawah 1000C.
Standar pasteurisasi menggunakan suhu 62- 660C selama 30 menit, atau
pada suhu 710C selama 15 detik. Kemudian segera didinginkan sampai
10oC dan diperlakukan secara aseptis lalu disimpan pada suhu maksimum
4,40C. ada beberapa macam cara pasteurisasi, yaitu holder method atau
Low Long Temperature (LTLT) dan High Temperature Short Time
7
(HTST). Pada metode HTST susu dipanaskan selama 16-15 detik
menggunakan alat pemanas berbentuk lempengan (plate type heat
exchanger) pada suhu 71,7-750C . sedangkan pasteurisasi dengan metode
LTLT, susu dipanaskan pada suhu 650C selama 30 menit (Asmita, 2009).
2.1.3 Susu UHT
Susu UHT merupakan susu yang sangat higienis, karena bebas dari
seluruh mikroba (patogen/penyebab penyakit dan pembusuk), serta spora,
sehingga potensi kerusakan mikrobiologis sangat minimal, bahkan hampir
tidak ada. Kontak panas yang sangat singkat pada proses UHT, yaitu
tidak kurang dari 135 0C selama 2 detik
menyebabkan mutu sensori
(warna, aroma dan rasa khas susu segar) dan mutu zat gizi, relatif tidak
berubah. Susu UHT dikemas dengan enam (6) lapis kertas, plastik
polyethylene, dan alumunium foil yang mampu melindungi susu dari
udara luar, cahaya, kelembaban, aroma luar dan bakteri. Susu UHT dalam
kemasan aseptik ini tahan disimpan dalam suhu kamar sampai 10 bulan,
tanpa bahan pengawet. Dengan kemasan tersebut, susu terhindar dari
bakteri perusak minuman dan tetap segar, serta aman untuk dikonsumsi
(Hariyadi, 2011).
2.1.4 Susu Kental
Susu kental adalah susu segar yang sebagian kandungan airnya
diuapkan. Rataan KA susu kental 40 %. Dengan KA yang rendah, daya
simpan susu yang lebih lama. Apabila akan diminum, susu kental harus di
encerkan lagi dengan air panas atau air hangat. Susu kental ada dua (2)
macam, yaitu susu kental tidak manis dan susu kental manis. Perbedaan
pada keduanya adalah pada proses penambahan gula yang dilakukan pada
pembuatan susu kental manis. Pembuatan susu kental melalui tiga (3)
langkah yaitu penyaringan, standarisasi dan pemanasan untuk mengurangi
kadar air susu sampai batas tertentu. Kandungan susu kental lebih rendah
dari susu segar (Asmita, 2009).
8
2.1.5 Susu bubuk
Susu bubuk adalah susu segar yang diuapkan semua kandungan
airnya. Jenis dari susu bubuk adalah susu penuh (whole milk), susu bubuk
skim dan susu bubuk krim. Pembuatan susu ini melalui tahap-tahap
berapa perlakuan pendahuluan, pemanasan pendahuluan, pengeringan dan
pengepakan (Asmita, 2009).
2.1.6 Susu Yoghurt
Kata diambil dari bahasa Turki yoğurt berasal dari kata sifat
„yoğun‟, yang berarti “padat” dan “tebal”, atau dari kata kerja yoğurmak,
yang berarti “memijat” dan kemungkinan berarti “membuat padat”
aslinya sebagaimana yoghurt dibuat. Yoghurt dibuat dengan memasukkan
bakteri spesifik ke dalam susu di bawah suhu yang dikontrol dan kondisi
lingkungan, terutama dalam produksi industri. Bakteri merombak gula
susu alami dan melepaskan asam laktat sebagai produk sisa. Keasaman
meningkat menyebabkan protein susu untuk membuatnya padat.
Keasaman meningkat (pH =4-5) juga menghindari proliferasi bakteri
patogen yang potensial. Di Amerika Serikat, dinamai yoghurt, produk
harus berisi bakteri Streptococcus salivarius subsp. thermophilus dan
Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus.
Pada kebanyakan negara, produk mungkin disebut yoghurt hanya
jika bakteri hidup ada di produk akhir. Produk yang telah dipasteurisasi,
yang tidak punya bakteri hidup, disebut susu fermentasi (minuman).
Yoghurt yang telah dipasteurisasi memiliki rentang hidup panjang dan
tidak membutuhkan kulkas. Yoghurt kaya akan protein, beberapa vitamin
B dan mineral yang penting. Yoghurt memiliki lemak sebanyak susu
darimana asalnya dibuat. Hal lainnya struktur laktosa yoghurt dirusak,
maka yoghurt bisa dikonsumsi orang yang alergi terhadap susu (Widodo,
2002).
9
2.2 Standar Susu Segar
Di dalam Standar Nasional Indonesia (SNI ) Susu Segar nomor 01-3141-
1998 dijelaskan bahwa Susu Segar adalah susu murni yang tidak mendapat
perlakuan apa pun kecuali proses pendinginan dan tanpa mempengaruhi
kemurniannya. Agar aman dikonsumsi dan digunakan untuk proses pengolahan
selanjutnya, susu segar harus memenuhi syarat-syarat tertentu (BSN, 1998).
Tabel 2. Syarat mutu susu segar berdasarkan SNI 01-3141-1998.
No Parameter Syarat
1
Standar Susu
Berat Jenis (BJ) pada suhu 27 Oc Minimal 1,0280
Kadar Kering Minimal 3,0 %
Bahan Kering Tanpa Lemak (BKTL)
atau Solid non Fat (SNF)
Minimal 8,0 %
Kadar Protein Minimal 2,7 %
Cemaran logam berbahaya :
a. Timbal (Pb) Maksimum 0,3 ppm
b. Seng (Zn) Maksimum 0,5 ppm
c. Merkuri (Hg) Maksimum 0,5 ppm
d. Arsen (As) Maksimum 0,5 ppm
Organoleptik : warna, bau, rasa dan
kekentalan
Tidak ada perubahan
Kotoran dan benda asing Negatif
Cemaran mikroba :
a. Total Kuman Maksimum 1.000.000
CFU/ml
b. Salmonella Negatif
c. Eschericia coli (pathogen) Negatif
d. Coliform 20 CFU/ml
e. Streptococcus group B Negatif
f. Streptococcus aureus 100 CFU/ml
Jumlah sel radang Maksimum 40.000/ml
Uji katalase Maksimum 3 cc
Uji reduktase 2 – 5 jam
Residu antibiotik, pestisida dan
insektisida
sesuai dengan
peraturan yang berlaku
Uji Alkohol (70 %) Negatif
Derajat Asam 6 – 7 Osh
Uji pem
Alsuan
Negatif
Titik Beku 0,520 s/d 0,560 0C
(Sumber : BSN, 1998)
10
2.3 Pengertian Perencanaan Produksi
Menurut Handoko (2002), manajemen produksi dan operasi merupakan
usaha pengelolaan secara optimal penggunaan sumber daya (faktor produksi)
seperti tenaga kerja, mesin-mesin, peralatan, bahan mentah dan sebagainya.
Dalam proses transformasi, bahan mentah dan tenaga kerja diubah menjadi
berbagai produk atau jasa.
Suatu sistem produksi merupakan proses pengubahan masukan-masukan
sumber daya menjadi barang-barang dan jasa-jasa yang lebih berguna.
Masukan-masukan ke dalam sistem ini adalah bahan mentah, tenaga kerja,
modal, energi dan informasi. Masukan-masukan ini diubah menjadi barang-
barang dan/atau jasa-jasa oleh teknologi proses yang merupakan metode, atau
cara tertentu yang digunakan untuk proses transformasi.
Menurut Assauri (1999), proses produksi dapat diartikan sebagai cara,
metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang
dan jasa dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-
bahan dan dana). Komponen atau unsur struktural yang membentuk sistem
produksi terdiri dari bahan (material), mesin dan peralatan, tenaga kerja, modal,
energi, informasi dan tanah. Sedangkan komponen, atau unsur fungsional
seperti supervisi, perencanaan, pengendalian, koordinasi dan kepemimpinan
yang berkaitan dengan manajemen dan organisasi.
2.4 Optimasasi
Menurut Nasendi dan Anwar dalam Asmita (2009), optimasi adalah
serangkaian proses mendapatkan gugus kondisi yang diperlukan untuk
mendapatkan hasil terbaik dalam situasi tersebut. Dengan pendekatan normatif
dapat diketahui bahwa optimasi mengidentifikasikan penyelesaian terbaik suatu
masalah yang diarahkan pada maksimisasi, atau minimisasi melalui fungsi
tujuan. Optimasi adalah suatu pendekatan normatif untuk mengidentifikasikan
suatu penyelesaian terbaik dalam pengambilan keputusan suatu permasalahan.
11
Dalam optimasi ini, perusahaan akan mendapatkan hasil terbaik sesuai dengan
batasan yang diberikan.
Optimasi merupakan pencapaian suatu keadaan yang terbaik, yaitu
pencapaian suatu solusi masalah yang diarahkan pada batas maksimum dan
minimum (Soekartawi, 1992). Persoalan optimasi meliputi optimasi tanpa
kendala dan optimasi dengan kendala. Dalam optimasi tanpa kendala, faktor-
faktor yang menjadi kendala terhadap suatu fungsi tujuan diabaikan, sehingga
dalam menentukan nilai maksimum atau minimum tidak terdapat batasan untuk
berbagai pilihan peubah yang tersedia. Pada optimasi dengan kendala, faktor-
faktor yang menjadi kendala pada fungsi tujuan diperhatikan dan ikut
menentukan titik maksimum dan minimum fungsi tujuan (Faris, 2009).
Optimasi dengan kendala pada dasarnya merupakan persoalan dalam
menentukan nilai peubah-peubah suatu fungsi menjadi maksimum atau
minimum, dengan memperhatikan keterbatasan-keterbatasan yang ada.
Keterbatasan tersebut meliputi semua faktor produksi yang digunakan dalam
proses produksi seperti lahan, tenaga kerja dan modal (Supranto, 1988).
2.5 Program Linear
Menurut Mulyono (1991), Program linear (Linear Programming/LP)
merupakan salah satu teknik Operations Research (OR) yang digunakan paling
luas dan diketahui dengan baik. Ia merupakan metode matematika dalam
mengalokasikan sumber daya yang langka untuk mencapai tujuan tunggal,
seperti memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya. LP banyak
diterapkan dalam membantu penyelesaian masalah ekonomi, industri, militer,
sosial, dan lain-lain. LP berkaitan dengan penjelasan suatu dunia nyata sebagai
suatu model matematika yang terdiri atas sebuah fungsi tujuan linear dan sistem
kendala linear.
Menurut Heizer dan Render (2005), LP adalah suatu teknik matematik
yang didesain untuk membantu para manajer operasi dalam merencanakan dan
12
membuat keputusan untuk mengalokasikan sumber daya yang ada. Operasional
awalnya memerlukan persyaratan berikut :
a. Persoalan LP bertujuan untuk memaksimalkan, atau meminimalkan
kuantitas (umumnya berupa laba atau biaya). Sifat umum ini disebut
sebagai fungsi tujuan (objective function) dari suatu persoalan LP. Tujuan
utama suatu perusahaan pada umumnya adalah memaksimalkan
keuntungan pada jangka panjang. Dalam kasus sistem distribusi suatu
perusahaan angkutan atau penerbangan, tujuan pada umumnya
meminimalkan biaya.
b. Adanya batasan (constraints) atau kendala, yang membatasi tingkat sampai
dimana sasaran dapat dicapai.
c. Harus ada beberapa alternatif tindakan yang dapat diambil.
d. Tujuan dan batasan dalam permasalahan pemprograman linear harus
dinyatakan dalam hubungan dengan ketidaksamaaan, atau persamaan
linear.
Pemprograman linear adalah sebuah alat deterministik, yang berarti
bahwa semua parameter model diasumsikan ketahui dengan pasti (Taha, 1996).
Untuk mengembangkan model matematik dapat dimulai dengan menjawab
ketiga (3) pertanyaan berikut :
a. Apakah peubah dari masalah yang ada ?
b. Apa batasan yang harus dikenakan atas peubah untuk memenuhi batasan
sistem yang dimodel tersebut ?
c. Apa tujuan (sasaran)yang harus dicapai untuk menentukan pemecahan
optimum (terbaik) dari semua nilai yang layak dari peubah tersebut ?
2.5.1 Bentuk Umum Model LP
Pada setiap masalah penerapan LP, ditentukan pengubah keputusan,
fungsi tujuan dan sistem kendala, yang bersama-sama membentuk suatu
model matematika dari dunia nyata. Bentuk umum model LP adalah :
Maksimumkan (minimumkan) Z ………………………..(1)
13
Dengan syarat : aij xj (≤ , =, ≥) untuk semua i (i = 1,2,…m) semua xj ≥ 0
Keterangan :
Xj : banyaknya kegiatan j, dimana j = 1,2,…n. berarti disini terdapat n
peubah keputusan
z : nilai fungsi tujuan
cj : sumbangan per unit kegiatan j, untuk masalah maksimisasi cj
menunjukan keuntungan atau penerimaan per unit, sementara untuk kasus
minimisasi menunjukan biaya perunit
bj : jumlah sumber daya i (i = 1,2,…….,m)
aij : banyaknya sumber daya i yang dikonsumsi sumber daya j
Model LP mengandung asumsi-asumsi implisit tertentu yang harus
dipenuhi agar definisinya sebagai suatu masalah LP menjadi absah, yaitu:
1. Linearity dan additivity
Syarat utama dari LP adalah bahwa fungsi tujuan dan semua
kendala harus linear. Dengan kata lain, jika kendala melibatkan dua
(2) peubah keputusan maka, dalam diagram dimensi dua (2) LP akan
berupa suatu garis lurus. Begitu juga, suatu kendala yang melibatkan
tiga (3) peubah akan menghasilkan suatu bidang datar dan kendala
yang melibatkan n peubah akan menghasilkan hyperplane (bentuk
geometrik rata) dalam ruangan berdimensi n.
LP mensyaratkan bahwa jumlah peubah kriteria dan jumlah
penggunaan sumber daya bersifat aditif, yaitu tak adanya
penyesuaian pada perhitungan peubah kriteria, karena terjadi
interaksi.
2. Divisibility
Asumsi ini berarti bahwa nilai solusi yang diperoleh Xj tidak
harus berupa bilangan bulat. Ini berarti nilai Xj dapat terjadi pada
nilai pecah manapun, karena peubah keputusan merupakan peubah
kebalikan dari peubah diskrit atau bilangan bulat.
14
3. Deterministic
Dalam LP, semua parameter model (cj, aij, dan bi) diasumsikan
diketahui konstan. LP secara tak langsung mengasumsikan suatu
masalah keputusan dalam suatu kerangka statis, dimana semua
parameter diketahui dengan kepastian. Dalam kenyataannya,
parameter model jarang bersifat deterministik, karena mencerminkan
kondisi masa depan maupun sekarang dan keadaan masa depan
jarang diketahui dengan pasti.
Ada beberapa cara untuk mengatasi ketidakpastian parameter
dalam model LP. Dalam hal ini, analisis sensitivitas adalah suatu
teknik yang dikembang untuk menguji nilai solusi, bagaimana
kepekaannya terhadap perubahan-perubahan parameter. Ada
beberapa macam cara dalam memecahkan permasalahan LP. Salah
satunya menggunakan metode analisis grafis. Pendekatan solusi
secara grafik (graphical solution approach) dapat digunakan jika
terdapat dua (2) buah peubah keputusan, tetapi ketika terdapat lebih
dari dua (2) peubah, maka tidak mungkin menggunakan metode
analisis grafis digunakan. Untuk memecahkan masalah LP dengan
tiga (3) atau lebih peubah lebih efektif menggunakan metode
simpleks yang umum dikenal sebagai algoritma simpleks.
2.5.2 Teori Dualitas
Masalah dual adalah sebuah masalah LP yang diturunkan secara
matematik dari suatu model LP primal. Dalam kebanyakan pembahasan
LP, masalah dual didefinisikan untuk berbagai bentuk masalah primal.
Hal ini bergantung pada jenis batasan, tanda dari peubah, dan arti dari
optimisasi (Taha, 1999). Untuk melihat pengembangan masalah dual
dapat dilihat pada Tabel 3.
15
Tabel 3. Skema primal dan dual
Tabel 4. Jenis maksimisasi dan minimisasi dari bentuk standar
Tujuan
Primal
Standar
Dual
Tujuan Batasan Peubah
Maksimisasi Minimisasi ≥
Tidak
dibatasi
Minimisasi Maksimisasi ≤
Tidak
dibatasi
1. Untuk setiap batasan primal terdapat sebuah peubah dual.
2. Untuk setiap peubah primal terdapat sebuah batasan dual.
3. Koefisien batasan dari sebuah peubah primal membentuk koefisien
sisi kiri dari batasan dual yang bersesuaian dan koefisien tujuan dari
peubah yang sama menjadi sisi kanan dari batasan dual.
Batasan dual
ke-j
X1 X2 ……..Xj.......................Xn
a11 a12……..a1j........................a1m
a21 a22……..a2j……………....a2m
am1 am2……..amj……………...amn
C1 C2...........Cj……………....Cn
b1
b2
bm
y1
y2
ym
Peubah dual
Tujuan dual
Sisi kanan dari
batasan dual
Koefisien sisi
kiri dari
batasan dual
Peubah Primal
16
Peraturan-peraturan ini menunjukan bahwa masalah dual akan
memiliki m peubah (y1,y2,….ym) dan n batasan (bersesuaian dengan
X1,X2,…….,Xn.
2.5.3 Analisis Pasca Optimal Atau Analisis Sensitivitas
Seorang analisis jarang dapat menentukan parameter model LP
seperti (cj,bi,aij) dengan pasti, karena nilai parameter ini adalah fungsi dari
beberapa uncontrolable variabel. Misalnya, permintaan masa depan,
biaya bahan mentah dan harga energi sebagai sumber daya tak dapat
diperkirakan dengan tepat sebelum masalah diselesaikan. Sementara itu
solusi optimum model LP didasarkan pada parameter ini. Akibatnya
analisis perlu mengamati pengaruh perubahan parameter terhadap solusi
optimum. Analisis perubahan parameter dan pengaruhnya terhadap solusi
LP dinamakan post optimality analysis. Post optimality menunjukan
bahwa analisis ini terjadi setelah diperoleh solusi optimum (Mulyono,
1991).
Melalui analisis sensitivitas dapat dievaluasi pengaruh perubahan-
perubahan parameter dengan sedikit tambahan perhitungan berdasarkan
tabel simpleks optimum. Namum, jika perubahan-perubahan terlalu
banyak, meka perhitungan post optimum dapat menjadi meletihkan,
sehingga lebih efisien, jika menyelesaikan kembali masalah LP dengan
metode simpleks.
Dalam analisis sensitivitas, perubahan-perubahan parameter
dikelompokan menjadi :
1. Perubahan koefisien fungsi tujuan (cj)
2. Perubahan konstan sisi kanan (bi)
3. Perubahan kendala atau koefisien matriks A
4. Penambahan peubah baru
5. Penambahan kendala baru
17
2.6 Lindo
Linear Integrated Discret Optimizer (Lindo) adalah program komputer
yang digunakan untuk aplikasi LP, yaitu suatu pemodelan matematik yang
digunakan untuk mengoptimalkan suatu tujuan dengan berbagai kendala yang
ada. LP merupakan bagian dari management science atau penelitian
operasional. Program Lindo ini diciptakan oleh profesor Linus Scrage dari
Scrage dari Graduate School of business, Chicago.
Dari sudut pandang teori sistem, program ini menghendaki masukan
model matematik LP dengan format standar. Masukan tersebut akan diolah
dengan proses tertentu, agar menghasilkan keluaran. Hasil olahan program
sebagai keluaran sistem, dapat ditampilkan dalam dua (2) format, yaitu format
Lindo dan format simpleks. Format simpleks di lain pihak, merupakan hasil
olahan program yang masih mentah dan masih merupakan keluaran langsung
dari program yang perlu dikembangkan lagi agar lebih bermanfaat dalam proses
pembuatan keputusan manajerial. Selama peubah-peubah dalam program
sasaran linear juga mengikuti sifat linear, maka Lindo dapat digunakan
(Siswanto, 2007)
2.7 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Wardhani (2010) melakukan penelitian di Pengalengan Kabupaten
Bandung Jawa Barat dengan tema optimasi produksi susu pasteurisasi. Fungsi
tujuan dan kendala yang didapat ditabulasi dari data keuntungan koperasi, nilai
koefisien dan kesediaan sumber daya, yang selanjutnya persamaan dari tabulasi
tersebut menghasilkan persamaan dan pertidaksamaan yang diolah dengan alat
bantu program konmputer LINDO. Dalam realisasinya terlebih dahulu dibentuk
model LP yang terdiri dari fungsi tujuan yang diperoleh dari hasil perhitungan
perkembanngan keuntungan penjulan susu pasteurisasi dan pembentukan
kendala dengan memilih sumber daya yang menjadi kendala dalam produksi
susu pasteurisasi adalah bahan baku, tenaga kerja langsung, mesin packaging,
18
serta bahan baku tambahan berupa kemasan prepack, Kemasan Cup strawberry,
kemasan cup coklat, job order prepack, job order cup strawberry,dan job order
cup coklat. Hasil yang di dapat dalam penelitian ini adalah adanya sistem
produksi berdasarkan pesanan membawa kerugian bagi KPS (Koperasi
Peternak Susu) pengalengan baik dalam pemanfaatan sumber daya maupun
keuntungan.
Sistem yang dikemukakan di atas menyebabkan KPS tidak dapat
mengoptimalkan pemanfaatan seluruh bahan baku susu segar yang disediakan
untuk produksi susu pasteurisasi. Selama periode amatan, rataan persentase
susu segar yang dapat diolah menjadi susu paterisasi hanya 54,8% dari total
susu yang dialokasikan manajemen, padahal jika KPS mampu mengoptimalkan
pemanfaatan susu segar yang diolah menjadi susu pasteurisasi, maka KPS
pengalengan memiliki peluang meningkatkan keuntungan 78,62%. System job
order berdampak negattif pada keuntungan KPS pengalengan, karena
menyebabkan KPS pengalengan kehilangan keuntungan potensial 4% dari total
keuntungan pada kondisi aktual. Dampak negatif dari sistem ini dapat
dihilangkan dengan meningkatkan kapasitas jam kerja tenaga kerja langsung
minimal 12% dan ketersediaan mesin packing minimal 11%. Pada kondisi
tersebut, KPS memiliki peluang untuk meningkatkan keuntungan 10,57 % dari
keuntungan pada kondisi aktual.
Lestari (2009) melakukan penelitian di PT Istana Alam Dewi Tara,
Sawangan Kota Depok, dengan tema penelitian Optimasi Produksi Adenium
dan Aglaonema. Peubah keputusan dalaam penelitian ini mencakup beberapa
kombinasi produk tanaman hias Adenium dan Aglaonema. Tujuan penelitian
ini memaksimumkan keuntungan perusahaan berdasarkan sumber daya yang
dimiliki. Dalam hal ini terdapat 30 peubah keputusan untuk Adenium dan
delapan (8) peubah keputusan untuk Aglaonema. Untuk mendapatkan koefisien
peubah pada fungsi tujuan dapat dilakukan dengan menghitung margin
contribution. Kendala fungsi yang dimasukan adalah kendala lahan, kendala
19
indukan Adenium dan Aglaonema, kendala media tanam, kendala plot, kendala
pupuk, kendala pestisida, kendala bonggol adenium, kendala tenaga kerja,
kendala permintaan, hasil yang didapat adalah hasil kombinasi produksi
optimal berbeda dengan hasil aktualnya, dimana sebagian besar jumlah
produksi aktual lebih banyak dari produksi optimalnya. Dikarenakan
pembagian sumber daya yang tidak efisien, maka keuntungan perusahaan yang
beroperasi secara optimal dengan asumsi bahwa semua produk terjual Rp.
161.378.600, didapatkan selisih keuntungan aktual dan optimal senilai Rp.
61.958.160, atau 62,32 % dari keuntungan aktual. pada Istana Alam Dewi Tara
dilakukan dua (2) skenario post optimal, yaitu menurunkan harga jual produk
61% dan pengurangan jam tenaga kerja 50%.
20
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Operation Research (OR) digunakan dalam penyelesaian masalah-
masalah manajemen untuk meningkatkan produktivitas, atau efisiensi. Metode
dalam Teknik OR yang paling banyak digunakan salah satunya adalah LP.
Tujuan tunggal dari penelitian ini adalah untuk mengoptimalkan keuntungan
dari produksi Yoghurt di PT. Cimory Cisarua Bogor. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 2. Kegiatan penelitian dimulai dengan mempelajari proses
produksi yang ada, khususnya produk Yoghurt Cimory dan selanjutnya
dilakukan perumusan masalah, yaitu :
a. Peubah keputusan, yaitu unsur-unsur dalam persoalan yang dapat
dikendalikan oleh pengambil keputusan, atau disebut sebagai instrumen
b. Tujuan (objective), Penetapan tujuan membantu pengambil keputusan
memusatkan perhatian pada persoalan dan pengaruhnya terhadap
organisasi.
c. Kendala (constraint), yaitu pembatas-pembatas terhadap alternatif tindakan
yang tesedia.
Setelah perumusan masalah diketahui, dilakukan pembentukan model
secara kuantitatif untuk menjadi input program LINDO. Hasil yang didapatkan
adalah berupa hasil optimal dari produk yang telah ditetapkan, sumber daya
yang harus digunakan, serta sensitivitas tingkat keuntungan. Keputusan akhir
menjadi aplikasi manajerial yang sebelumnya dilakukan upaya membandingkan
antara hasil olahan peneliti menggunakan software LINDO dengan produksi
optimal dari manajemen perusahaan yang sudah ada.
21
Analisis pasca optimal akan menunjukan bagaimana perubahan kondisi
optimal awal, jika terjadi perubahan terhadap kendala dan tujuan.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Cimory yang terletak dikawasan puncak
Cisarua Bogor. Sejak awal Oktober 2011-Januari 2012
Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian
Gambar 1. Diagram Alir Tahapan Penelitian
PT. Cimory Bogor
Identifikasi masalah Alur Proses Produksi
Pengumpulan data Perumusan Masalah
Pembentukan Model
(Kuantitatif)
Perencaan produksi
agregat
Input LINDO
( Linear Programming)
Analisis Optimal
Kombinasi produk Optimal
Alokasi Sumber daya
Analisis Sensitivitas
Penentuan peubah
keputusan
Kapasitas produksi
Perumusan fungsi
kendala (Constraints)
9
Kapasitas jam kerja
Perumusan fungsi
tujuan (Objectif)
Kapasitas produksi
Analisis Post Optimal
Optimasi produksi
Susu Yoghurt
22
3.3. Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer yang digunakan
berupa hasil wawancara dengan pihak perusahaan, terutama terkait dengan
bagian produksi. Data sekunder merupakan data pelengkap yang didapatkan
dari pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini, diantaranya dokumen-
dokumen perusahaan yang relevan untuk penelitian ini.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah :
1. Data gambaran umum perusahaan meliputi sejarah, lokasi, visi dan misi
perusahaan, struktur organisasi, pemasaran dan proses produksi.
2. Data biaya bahan baku produksi (khususnya yoghurt).
3. Data historis produksi perusahaan, yaitu kebutuhan bahan baku yang
digunakan, jam kerja langsung, data permintaan pesanan, persediaan bahan
baku, kapasitas mesin dan data subcount yang bekerjasama dengan PT.
Cimory seperti peternakan sapi perah dan lain-lain.
Pengumpulan data berupa kegiatan survei lapangan, wawancara,
dokumentasi dan penelitian pustaka. Tahapannya sebagai berikut :
1. Studi Literatur
Data yang diperlukan dan dikumpulkan dengan cara membaca dan
mempelajari buku literatur, serta sumber-sumber yang sesuai dengan
permasalahan yang diteliti.
2. Wawancara
Wawancara (Lampiran 1) merupakan pengumpulan data dengan cara tanya
jawab langsung dengan pihak bersangkutan, diantaranya dengan pihak
produksi, akuntasi dan pemasaran.
3. Dokumentasi
Metode ini merupakan cara mengumpulkan data dengan menggunakan
dokumen-dokumen perusahaan yang relevan dengan penelitian.
23
3.4. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data kualitatif dilakukan secara deskriptif, meliputi gambaran
dan kondisi perusahaan. Sedangkan pengolahan data secara kuantitatif
dilakukan untuk mencari tingkat produksi optimal. Data kuantitatif berupa
harga jual tiap produk, jumlah penerimaan penjualan tiap produk, biaya
produksi, laba, jumlah permintaan dan ketersediaan sumber daya perusahaan.
Data diolah dengan software LINDO (Linier Interactive and Discrete
Optimizer) yang merupakan salah satu program komputer untuk aplikasi LP,
yaitu pemodelan matematik yang digunakan untuk mengoptimalkan suatu
tujuan dengan berbagai kendala yang ada. Hasil pengolahan dari software
LINDO ini akan diperoleh tingkat produksi dan penggunaan sumber daya
optimal yang diperoleh dan nilai analisis sensitivitas tingkat keuntungan, serta
alternatif ketersediaan sumber daya dalam mengubah solusi optimum.
24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah Perusahaan
Cimory adalah perusahaan pengolaan susu segar yang memiliki
prospek yang potensial di dalam menyediakan aneka hidangan makanan
dan minuman berbahan dasar susu. Selain memproduksi, Cimory
memiliki peternakan dan sebuah resto yang berfungsi sebagai tempat
untuk memasarkan produk hasil olahannya. PT. Cimory adalah salah satu
anak perusahaan dari Macro Group yang menyediakan berbagai macam
aneka pangan berbasis protein. berdirinya pada tahun 2004 di Jl Raya
Puncak KM 77. Melihat respon masyarakat yang positif, maka Cimory
memutuskan untuk membuka sebuah resto pada tahun 2006 untuk
menyediakan produk-produk olahan yang berbahan dasar susu segar.
Sampai saat ini Cimory memiliki beberapa jenis produk olahan yang
diproduksi (Tabel 5).
Tabel 5. Produk olahan PT. Cimory Cisarua Bogor
No. Produk Rasa Kemasan
1. Keju
2. Susu Pasteurisasi Original
3. Susu Yoghurt
4. Yoghurt Drink Original (asam) Botol
(250 ml)
Stirred Yoghurt Bluebarry,
mangga,
strawberry dan
jeruk
Cup
(100 ml)
5. Kue dan makanan
25
Gambar 3. Yoghurt Drink 250 ml Gambar 4. Stirred Yoghurt 400 ml
Peternakan sapi yang menjadi sumber utama penghasil susu segar
Cimory adalah KUD Giri Tani Cibereum Sukabumi , KUD Cipanas dan
KUD mega mendung. Adapun standar-standar yang diberlakukan Cimory
untuk semua peternaknya yaitu sesuai dengan yang ditetapkan dalam
Standar Nasional Indonesia (SNI), diantaranya bakteri < 1.000.000, lemak
3,8 % dan solid 17-18%.
Pengiriman susu dilakukan sebanyak dua (2) kali sehari, yaitu pada
pagi dan sore. susu dari KUD diantar ketempat produksi Cimory
menggunakan mobil bermuatan kapasitas 1.000 liter, yang kemudian susu
langsung diproses untuk dijadikan susu olahan berupa yoghurt.
4.1.2 Struktur Organisasi
Cimory adalah salah satu anak perusahaan dari Makro Group yang
memproduksi produk dari bahan dasar susu. Makro Group memiliki
Empat (4) anak perusahaan yang mengelola berbagai produk pangan
berbasis protein, yaitu:
Tabel 6. Anak perusahaan Makro Group
No. Perusahaan Produk olahan
1. PT. Makroprima Panganutama Daging
2. PT. Cisarua Mountain Dairy Susu
3. PT. Java egg Specialities Telur
4. PT. Indosoya sumber Protein Kacang Kedelai
26
Struktur organisasi PT. Cimory dapat dilihat pada Lampiran 2.
Tugas dan tangggungjawab dari masing-masing bagian dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Pemilik saham (Owner)
Pimpinan tertinggi PT. Cimory adalah pemilik saham (Owner) yang
bertanggung jawab merancang dan merencanakan sebuah produk dan
sistem proses produksi yang terbaik.
2. Manajemen Bisnis
Tanggung jawab dari bagian ini adalah sebagai penerima laporan
penuh dari Manajer umum, dapat dikatakan manajemen bisnis ini
sebagai wakil dari pemegang saham yang berhubungan secara
langsung dengan pihak-pihak manajemen atau bagian-bagian di
dalam perusahaan. Selain itu, manajemen bisnis bertanggungjawab
menerjemahkan tujuan umum yang ditetapkan owner kepada
manajemen tingkat menengah secara lebih khusus agar semua tujuan
dapat berjalan dan tercapai dengan baik.
3. Manajer Umum
Manajemen umum bertanggung jawab menerjemahkan tujuan khusus
menjadi Standart Opration Prosedur (SOP) bersama dengan
manajemen bisnis kepada semua manajer bagian yang ada di
bawahnya, yaitu Manajer Researh Inovation Quality Asurance
(RIQA), Manajer keuangan, Manajer gudang, Manajer produksi,
Manajer pemeliharaan (Maintenance). Selain itu, bertanggungjawab
mengenai keseimbangan sistem dimasing-masing bagian secara
menyeluruh dengan cara menganalisis laporan-laporan yang
diberikan oleh semua manajer bagian.
4. Manajer RIQA
27
Bertanggung jawab pada inovasi dan mutu dari sebuah produk yang
dihasilkan PT. Cimory melalui penelitian yang dilakukan setiap
harinya. RIQA memiliki bawahan langsung, yaitu kepala bagian yang
memimpin beberapa supervisor, diantaranya :
a. Supervisor Quality Control (QC), berfungsi mengawasi proses
produksi dititik-titik kritis seperti memeriksa keadaan susu, saat
susu sampai di tabung penerimaan susu, pada saat proses
pengolahan dan disaat susu akan dipasarkan.
b. Supervisor Quality Asurance (QA), bertanggung jawab apabila
terjadi masalah pada produk yang dihasilkan seperti masalah
mutu susu, biasanya susu yang dihasilkan pada hari tertentu QA
menyimpan sampelnya sampai produk yang dihasilkan semua
habis terjual atau sampai habis batas waktu kadaluarsanya. QA
ikut bertanggung jawab menjaga citra baik perusahaan dengan
memeriksa semua bahan baku produk yang dikirim oleh semua
pemasok seperti cup, botol dan lain sebagainya.
c. R&D (Research and Development), R&D adalah bagian dari
RIQA yang bertanggungjawab mengembangkan produk yang
dihasilkan agar produk yang dihasilkan tersebut diminati dan
disukai oleh semua konsumen biasanya melalui sebuah
penelitian, seperti pengembangan, atau penambahan rasa dari
yoghurt dan lain sebagainya.
5. Manajer Keuangan
Bertanggungjawab mengawasi dan mengelola keuangan perusahaan
secara menyeluruh
6. Manajer Gudang
Bertanggungjawab merencanakan dan mengendalikan bahan baku
dari hilir hingga hulu atau dari barang dipesan/pengiriman purchase
order (PO) hingga barang siap dikirim kepada konsumen.
28
7. Manajer pemeliharaan (Maintenance)
Bertanggungjawab pada mesin yang beroperasi, baik merawat,
memperbaiki maupun mengganti perangkat yang rusak pada mesin.
8. Manajer Produksi
Bertanggungjawab pada proses produksi, dari bahan baku (input) tiba
di mesin produksi hingga produk berubah menjadi output, misal
mengatur produksi yoghurt dengan rasa yang beraneka dalam 1
(satu) hari dan mampu memastikan input dapat berubah menjadi
output dengan proses yang sesuai dengan SOP. Di setiap lini
produksi terdapat masing–masing foreman yang bertanggungjawab
atas jenis produk yang dihasilkan yaitu : foreman produksi keju,
foreman produksi kue-kue, foreman susu pasteurisasi dan foreman
susu yoghurt.
Setiap foreman memiliki leader-leader disetiap jenis produk yang
diproduk. Seperti leader pada lini susu yoghurt terdapat leader
yoghurt drink, leader yoghurt stirred dan leader yoghurt seat. Leader
ini bertanggungjawab secara langsung dengan produk yang
diproduksi dan harus dapat berproduksi sesuai dengan SOP yang
telah ditentukan.
4.1.3 Ketenagakerjaan
Jumlah tenaga kerja PT. Cimory Cisarua Bogor berjumlah 150
orang yang terbagi dalam 3 (tiga) shift.
Tabel 7. Jam kerja karyawan
Jumlah tenaga
kerja
Shift Jam
50 1 (satu) 07.00-15.00
50 2 (dua) 15.00-23.00
50 3 (tiga) 23.00-07.00
29
Karyawan yang tersedia berjumlah 50 orang di setiap shifnya,
diantaranya pekerja bagian yoghurt berjumlah 13 orang. Cimory memiliki
beberapa reward untuk karyawan berprestasi seperti kenaikan gaji,
ataupun pemberian bonus. Selain itu, Cimory memberikan fasilitas
berlibur setiap tahunnya untuk semua karyawannya dan memiliki mobil
antar jemput untuk karyawan yang bertempat tinggal jauh dari lokasi
pabrik.
4.2. Supply Chain Management (SCM)
Keberhasilan Cimory dalam mengelola produknya dapat dilihat dari
bagaimana Cimory mengelola rantai pasoknya dari hulu hingga hilir, yaitu dari
peternak penghasil susu segar hingga pemasar tahap akhir (Gambar 5).
4.2.1 Aliran Produk
PT. Cimory memiliki beberapa pemasok susu utama yang berperan
penting dalam pembuatan produk susu yoghurt. Ada 3 (tiga) pemasok
yang dipercaya oleh Cimory untuk mengirimkan susu segarnya setiap
hari, yaitu Usha Kecil Menengah (UKM) Giri Tani 14 ton, UKM Mega
Mendung 2 ton dan Cipanas 2-2,5 ton. Pengiriman susu dilakukan
sebanyak 2 (dua) kali sehari (Senin hingga hari Sabtu). Ada beberapaa
kriteria yang harus dipenuhi oleh pemasok (UKM) diantaranya kadar
mikroba yang memenuhi standar (< 1.000.000 CFU/ml), total solid 17-
18% dan kadar lemak 3,8 %.
Pada saat susu tiba ditangki penerimaan Cimory, susu diperiksa
kembali dengan uji alkohol 70% untuk mengetahui tingkat asam laktat
pada susu. Selain itu, dilakukan pula uji karbonat untuk mengetahui, ada
atau tidak pengawet dalam susu segar yang dikirim oleh pemasok. Setelah
melewati beberapa tes susu siap untuk diproduksi dan dijadikan beberapa
macam jenis produk yoghurt. Setelah menjadi susu yoghurt, produk siap
untuk dipasarkan seperti Cimory Milk Plus, Cimory Daily Shop, Resto
30
Cimory, Indomaret, Alfa mart, Giant, Hypermart dan tempat belanja
lainnya.
Keterangan
4.2.2 Aliran Informasi dan Uang
Untuk pusat informasi semua ditangani oleh kantor pusat Cimory.
Mulai dari permintaan produk kepemasok selama 1 minggu, kebutuhan
produk dari semua distributor dan kantor pusat harus secara
berkesinambungan berhubungan dengan manajemen pabrik Cimory untuk
bertukar informasi. Untuk pemesanan produk Cimory, seperti yoghurt
diatur oleh manajemen kantor pusat dan dengan pembayaran susu kepada
pemasok semua ditangani oleh kantor pusat.
Untuk harga optimal dari setiap liter susu yang dibeli dilihat dari
seberapa baik susu yang diterima Cimory, 2 (dua) faktor yang menjadi
acuan nilai dari 1 (satu) liter susu adalah kandungan mikroba dan total
solid. Semakin banyak mikroba yang terkandung di dalam susu semakin
murah harga susu yang dapat diterima peternak dan semakin tinggi kadar
solid yang ada dalam susu semakin tinggi harga untuk 1 (satu) liter susu.
Pengecekan kandungan ini dilakukan oleh pihak pabrik (bagian RIQA)
Aliran Produk
Aliran Uang dan
Informasi
KUD Giri
Tani
KUD
Mega
Mendung
KUD
Cipanas
Pabrik
Cimory
Resto
Cimory
Kedai
Cimory,
Supermarket
Cimory Milk
Plus
Cimory
Dairy Shop
Konsumen
Konsumen
Konsumen
Konsumen
Kantor Pusat
Gambar 5. SCM PT. Cimory
31
dan informasi seberapa besar harga setiap liternya langsung
diinformasikan kepada kantor pusat.
4.3. Proses produksi Susu Yoghurt
Setelah kandungan nutrisi dan mikroba susu segar diperiksa yaitu dari
bakteri colicom, total bakteri serta bakteri asam laktat kemudian susu
mengalami proses penghilangan bau dan kemudian disimpan dalam suhu
mininal 4oC atau maksimal 8
0C. setelah itu, susu mengalami proses
pasteurisasi selama 30 detik dalam suhu 85-900 C.
Gambar 6. Proses produksi Susu Yoghurt
Pemasok susu
Tangki Penyimpanan
Proses Pasteurisasi
Yoghurt Drink
Yoghurt Stirred
Proses Inkubasi
Mixing
Pengemasan
Mixing
Proses Inkubasi
Penyimpanan
Pengemasan
Tangki awal
Proses Homogenisasi
32
Setelah proses pasteurisasi selesai, susu dibagi ke dalam dua (2) jenis
yoghurt, yaitu :
1. Yoghurt drink adalah jenis yoghurt cair seperti susu segar yang dikemas
dalam botol plastik, setelah lulus tes uji ditangki penyimpanan, maka susu
melewati proses pasteurisasi pada sebuah saluran mesin untuk menuju ke
proses inkubasi selama 7-8 jam. Pada proses inkubasi susu harus bertahan
pada suhu 38-430
C. Cimory mempunyai tiga (3) mesin inkubasi untuk
yoghurt drink. Setelah melewati proses inkubasi selesai, proses selanjutnya
adalah proses homogenisasi untuk penyamaan globula-globula lemak susu.
Setelah proses homogenisasi selesai susu masuk kedalam tangki
penyimpanan susu untuk dicanpur dengan perasa dan pewarna alami yang
telah diracik oleh bagian QC. Cimory memiliki empat (4) tangki
penyimpanan kapasitas 850 kg untuk yoghurt drink. Setelah pencampuran
selesai, susu akan dimasukan kedalam botol kemasan secara otomatis oleh
mesin. Kapasitas mesin filling adalah 35.000/7 jam. Susu yang telah
dikemas susu akan dimasukan ke dalam storage room (ruang pendingin).
2. Yoghurt stirred adalah yoghurt berbentuk cream seperti es krim yang
ditempatkan dalam cup ukuran sedang 100 ml. Setelah susu melewati
proses pasteurisasi susu akan masuk ke dalam tangki inkubasi selama Tujuh
(7) jam pemanasan pada suhu 43-480
C. Setelah proses ini selesai susu
dimasukan ke dalam tanki mixing untuk dicampur dengan bahan lain seperti
pewarna, selai, perasa. Kemudian susu dikemas kedalam cup secara manual
dengan tenaga manusia. Cimory memiliki satu (1) mesin inkubator untuk
yoghurt Stirred. Setelah semua proses selesai susu disimpan dalam storage
room dengan suhu penyimpanan untuk semua jenis yoghurt adalah 50C
(Lampiran 3).
4.4. Perencanaan Aggregat
Perencanaan bahan baku pada PT. Cimory berawal dari sebuah informasi
marketing, yaitu berbentuk sales forecast. Sales forecast ini merupakan
33
perkiraan penjualan selama satu (1) minggu berdasarkan permintaan pasar.
Dalam sales forecast, Untuk mengetahui kemampuan produksi, pihak
marketing berkoordinasi dengan production planning untuk menentukan
production forecast selama satu (1) minggu. Production planning harus melihat
kemampuan atau kapasitas produksi terpasang pada bulan tertentu, hari kerja
(regular dan over time), dan jadwal maintenance pada mesin dalam
menentukan rencana produksi mingguan untuk produksi yoghurt drink dan
yoghurt stirred. Dalam menentukan kapasitas ada beberapa hal yang harus di
pertimbangkan, dalam hal ini adalah kapasitas inplant yaitu :
1. Kapasitas Desain dalam satu (1) Bulan
Kapasitas desain diukur dari berapa lama mesin inkubator berproduksi,
karena mesin ini adalah mesin yang memiliki rentang waktu terlama di dalam
proses produksi, yaitu tujuh (7) jam/satu kali proses. Kemampuan mesin dalam
memproduksi produk dapat diukur dengan cara perhitungan seperti persamaan
berikut:
a. Simulasi perhitungan kapasitas desain untuk pembuatan yoghurt drink
dan yoghurt stirred
Keterangan:
Jumlah waktu kerja = 16 jam X 25 hari kerja = 400 jam/bulan
Total Istirahat 1 jam
Cycle time mesin inkubator = 7 jam/satu kali proses
Dari perhitungan diatas dapat dijelaskan bahwa kapasitas desain untuk
pembuatan yoghurt drink dan yoghurt stirred adalah 58 X 5.400 liter = 313.200
Kapasitas Desain/ bulan Efisiensi….(2) X Cycle time/ bulan/jam
Jumlah waktu kerja /bulan/jam =
Kapasitas desain 7 jam/sekali proses
400 jam/bulan = 58 kali proses/bulan =
34
liter susu segar, atau 1.648.422 botol yoghurt drink dan 3.480.000 cup yoghurt
stirred.
b. Simulasi perhitungan kapasitas efektif untuk pembuatan yoghurt drink
dan stirred
Dari perhitungan diatas dapat dijelaskan bahwa kapasitas efektif untuk
pembuatan yoghurt drink dan yoghurt stirred adalah 50 X 5.400 liter = 270.000
liter susu segar, atau 270.000 X 0.19 = 1.421.053 botol yoghurt drink dan
270.000 X 0.09 = 3.000.000 cup yoghurt stirred.
Dari perhitungan kapasitas desain dan aktual, dapat dihitung utilisasi dan
efisiensi mesin.
Tabel 8. Kapasitas produksi aktual
Nilai utilitas didapat dari nilai kapasitas aktual dibagi dengan nilai
kapasitas desain setiap disetiap bulannya. efisiensi didapatkan dari nilai aktual
dibagi dengan nilai kapasitas efektif. Hasil dari nilai utilitas dan efisiensi dapat
dilihat pada lampiran 4.
4.5. Pemasaran
Membuat produk yang bermutu adalah motto dari Cimory. Dengan aneka
jenis rasa dan produksi kontinu setiap hari Cimory memiliki pemasaran yang
Kemasan / bulan
yoghurt drink
(Botol)
yoghurt stirred
(Cup)
323,864 39,080
337,327 38,506
334,301 32,759
288,083 32,184
263,778 32,759
277,102 36,782
Kapasitas efektif 7 jam/sekali proses
350 jam/bulan = 50 kali proses/bulan =
35
cukup diseluruh pulau Jawa. Selain produknya bermutu, Cimory memiliki
pemasaran sangat baik untuk produknya, Seperti pada Hypermarket, Giant,
Indomaret, Alfamart. Selain itu, Cimory memiliki beberapa tempat penjualan
pribadi yang diberi nama Cimory Milk Plus dan Cimory Dairy Shop. Khusus
untuk daerah Bogor tempat penjualannya (resto) bersatu dengan pabrik Cimory.
Untuk saat ini cimory baru akan merencanakan membuka pabrik baru di daerah
Sentul Bogor dan Semarang untuk menambah kapasitas produksi dan media
untuk meluaskan jaringan pemasarannya
4.6. Perumusan Model Linear Programming
4.6.1 Penentuan Peubah Keputusan
Analisis optimasi yang dilakukan pada PT. Cimory ini bertujuan
memaksimumkan keuntungan perusahaan, peubah keputusan ditentukan
dari jumlah keuntungan dari produk yang dijual setiap bulan nya oleh
PT.Cimory. Produk yang menjadi peubah penelitian diambil dari data
penjualan selama tahun 2010, seperti dimuat pada Tabel 9.
Tabel 9. Peubah jenis yoghurt
Jenis Yoghurt
Tahun Bulan Yoghurt
Drink
Yoghurt
Stirred
2010
Juli X11 X21
Agustus X12 X22
September X13 X23
Oktober X14 X24
November X15 X25
Desember X16 X26
Berdasarkan data yang diperoleh, besarnya keuntungan perusahaan
dari menjual susu yoghurt drink dan stirred jumlahnya berfluktuatif setiap
bulannya (Tabel 10).
36
Tabel 10. Keuntungan Yoghurt per cup
Keuntungan/ kemasan (Rp)
Tahun Bulan yoghurt drink yoghurt strred
2010
Juli 1.182 1.409
Agustus 1.199 1.377
September 1.196 1.000
Oktober 1.129 955
November 1.084 1.000
Desember 1.110 1.276
Keuntungan ini diperoleh dari hasil pengurangan pendapatan total
setiap bulannya dikurangi biaya produksi selama (1) satu bulan. Dapat
dilihat bahwa keuntungan yang didapat oleh PT. Cimory setiap bulannya
berubah-ubah, dikarenakan penggunaan bahan baku dan bahan
pendukung yang berbeda jumlahnya (Lampiran 5).
Formulasi persamaan fungsi tujuan yang diperoleh berdasarkan
metode penelitian berikut :
Maks Z= ∑ ∑ (TRij – TCij) Xij
Z= ∑ ∑ Aij Xij
Z= A11X11 + A12 X12 + A13 +……… + Aij Xij …………...(3)
Keterangan :
Z = Nilai fungsi tujuan / keuntungan yang ingin
Dimaksimumkan (Rp)
TRij = Kontribusi penerimaan dari produk ke-i pada
bulan ke-j (Rp)
2
i=1
6
J=1
i=1
2 6
J=1
37
TCij = Kontribusi biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan
produk ke-i pada bulan ke-j (Rp)
Aij = Kontribusi keuntungan per satuan yang dihasilkan dari produk
ke-i pada bulan ke-j (Rp)
Xij = Jumlah aktivitas produksi dari produk ke-i pada bulan
ke-j (m)
i = Jenis produk yang dihasilkan (1 = Susu yoghurt drink ; 2 =
yoghurt Stirred)
j = Periode produksi selama enam (6) bulan
Dari perhitungan di atas, dapat dirumuskan fungsi tujuan untuk
memaksimumkan keuntungan dari dua (2) jenis yoghurt yang diproduksi :
Maks Z = 1182 X11 + 1199 X12 + 1196 X13 + 1129 X14 + 1084 X15 +
1110 X16 + 1409 X21 +1377 X22 + 1000 X23 + 955 X24 +
1000X25 + 1276 X26
4.6.2 Perumusan Fungsi Kendala
Kendala merupakan faktor pembatas dalam pengambilan keputusan
yang meliputi sumberdaya yang dimiliki perusahaan. Untuk menghasikan
yoghurt yang beraneka macam jenis dan rasa, banyak bahan baku yang
diperlukan dalam proses produksinya seperti susu, gula, perasa, pewarna,
penguat rasa, bakteri dan kemasan. Untuk banyaknya pengadaan bahan
baku tersebut harus mempertimbangkan beberapa faktor penunjang, agar
bahan baku yang diperlukan tersebut mencukupi kapasitas produksi yang
diinginkan. Faktor penunjang adalah : rentang waktu susu segar yang baik
dan kapasitas mesin per hari. Maka dari itu, manajemen harus mampu
menghitung berapa kapasitas optimum per hari dari bahan baku yoghurt
yang harus tersedia, agar keefektifan produksi dan keuntungan
perusahaan dapat meningkat.
38
1. Koefisien bahan baku
Bahan baku adalah produk awal untuk menciptakan output yoghurt.
Bahan baku ini dijadikan kendala dalam model program linear,
karena semua bahan baku terbatas. Koefisien bahan baku sebagai
berikut :
a. Susu segar
Susu segar adalah bahan baku utama dalam pembuatan susu
yoghurt. Ketersedian bahan baku susu yang tersedia sangat
terbatas dikarenakan Cimory mencari susu yang memiliki mutu
yang baik dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan PT.
Cimory. Susu segar dikirim setiap hari oleh pemasok sampai
ditempat produksi untuk setiap jenis yoghurt memiliki kapasitas
isi kemasan yang berbeda (Tabel 11).
Tabel 11. Koefisien susu segar
Bulan
Jenis
Yoghurt
Kebutuhan
Susu
Segar
(liter)
Produk
yang
dihasilkan
(kemasan)
Koefisien
yang
dihasilkan
RHS
Juli
Yoghurt
Drink
62.506 323.864 0,193 70.000
Agustus 65.104 337.327 0,193 70.000
September 64.520 334.301 0,193 70.000
oktober 55.600 288.083 0,193 60.000
November 50.909 263.778 0,193 60.000
Desember 53.481 277.102 0,193 60.000
Juli
Yoghurt
Stirred
3.400 39.080 0,087 70.000
Agustus 3.350 38.506 0,087 70.000
September 2.850 32.759 0,087 70.000
oktober 2.800 32.184 0,087 60.000
November 2.850 32.759 0,087 60.000
Desember 3.200 36.782 0,087 60.000
39
Untuk kapasitas pengiriman setiap harinya pemasok tidak
memiliki batasan yang tetap, dikarenakan syarat dan ketentuan yang
telah ditetapkan PT. Cimory (Tabel 11).
Berdasarkan Tabel 11. dapat disusun model ketidaksamaan
sebagai fungsi kendala ketersediaan susu segar yaitu :
0,193 X11 + 0,087 X21 <= 70.000
0,193 X12 + 0,087 X22 <= 70.000
0,193 X13 + 0,087 X23 <= 70.000
0,193 X14 + 0,087 X24 <= 60.000
0,193 X15 + 0,087 X25 <= 60.000
0,193 X16 + 0,087 X26 <= 60.000
2. Koefisien Bahan penolong
Untuk membuat susu Yoghurt beraneka rasa, diperlukan beberapa
bahan penolong, yaitu :
a. Gula
Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis ke dalam
makanan atau minuman. Untuk setiap jenis yoghurt per kemasan
memiliki kandungan gula berbeda (Tabel 12).
40
Tabel 12. Koefisien bahan penolong gula pasir
Bulan
Jenis
yoghurt
Kebutuhan
Gula Pasir
(liter)
Produk
yang
dihasilkan
(kemasan)
Koefisien
yang
dihasilkan
RHS
Juli
Yoghurt
Drink
12.955 323.864 0,04 20.000
Agustus 13.493 337.327 0,04 20.000
September 13.372 334.301 0,04 20.000
oktober 11.523 288.083 0,04 20.000
November 10.551 263.778 0,04 20.000
Desember 11.084 277.102 0,04 20.000
Juli
yoghurt
Stirred
625 39.080 0,016 20.000
Agustus 616 38.506 0,016 20.000
September 524 32.759 0,016 20.000
oktober 515 32.184 0,016 20.000
November 524 32.759 0,016 20.000
Desember 589 36.782 0,016 20.000
Berdasarkan Tabel 12, Model ketidaksamaan untuk fungsi
kendala ketersediaan gula pasir disusun berikut :
0,04 X11 + 0,016 X21 <= 20.000
0,04 X12 + 0,016 X22 <= 20.000
0,04 X13 + 0,016 X23 <= 20.000
0,04 X14 + 0,016 X24 <= 20.000
0,04 X15 + 0,016 X24 <= 20.000
0,04 X16 + 0,016 X26 <= 20.000
b. Pemanis alami
Pemanis buatan adalah bahan tambahan berupa senyawa kimia
yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan, atau
41
minuman. Pemanis ini ditambahkan untuk menguatkan rasa
manis pada susu yoghurt. Kapasitas pemanis pada setiap Yoghurt
berbeda-beda. Untuk melihat berapa banyak pemanis yang
digunakan dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Koefisien bahan Penolong pemanis
Bulan
Jenis
Yoghurt
Kebutuhan
Pemanis
(liter)
Produk yang
dihasilkan
(kemasan)
Koefisien
yang
dihasilkan
RHS
Juli
Yoghurt
Drink
78 323.864 0,00024 120
Agustus 81 337.327 0,00024 120
September 80 334.301 0,00024 120
oktober 69 288.083 0,00024 120
November 63 263.778 0,00024 120
Desember 67 277.102 0,00024 120
Juli
Yoghurt
Stirred
5 39.080 0,000130 120
Agustus 5 38.506 0,000130 120
September 4 32.759 0,000130 120
oktober 4 32.184 0,000130 120
November 4 32.759 0,000130 120
Desember 5 36.782 0,000130 120
Berdasarkan Tabel 13, Model ketidaksamaan untuk fungsi
kendala ketersediaan bahan penolong pemanis dapat disusun
berikut :
0,00024 X11 + 0,00013 X21 <= 120
0,00024 X12 + 0,00013 X22 <= 120
0,00024 X13 + 0,00013 X23 <= 120
0,00024 X14 + 0,00013 X24 <= 120
0,00024 X15 + 0,00013 X25 <= 120
42
0,00024 X16 + 0,00013 X26 <= 120
c. Pewarna Alami
Pewarna/zat aditif adalah bahan yang ditambahkan kepada
makanan atau minuman untuk meningkatkan nilai mutu dari
produk yang di produksi. Untuk pewarna sendiri berfungsi untuk
meningkatkan warna buah yang ada didalam susu yoghurt.
Untuk pewarna sendiri masing-masing yoghurt memiliki kadar
berbeda (Tabel 14).
Tabel 14. Koefisien pewarna alami
Bulan
Jenis
yoghurt
Kebutuhan
pewarna
(liter)
Produk yang
dihasilkan
(kemasan)
Koefisien
yang
dihasilkan
RHS
Juli
Yoghurt
Drink
62 323.864 0,00019 100
Agustus 64 337.327 0,00019 100
September 64 334.301 0,00019 100
Oktober 55 288.083 0,00019 100
November 50 263.778 0,00019 100
Desember 53 277.102 0,00019 100
Juli
Yoghurt
Stirred
3 39.080 0,000075 100
Agustus 3 38.506 0,000075 100
September 2 32.759 0,000075 100
oktober 2 32.184 0,000075 100
November 2 32.759 0,000075 100
Desember 3 36.782 0,000075 100
Berdasarkan Tabel 14. Model ketidaksamaan untuk fungsi
kendala ketersediaan pewarna alami dapat disusun berikut :
0,00019 X11 + 0,000075X21 <= 100
0,00019 X12 + 0,000075X22 <= 100
0,00019 X13 + 0.000075X23 <= 100
43
0,00019 X14 + 0,000075X24 <= 100
0,00019 X15 + 0,000075X25 <= 100
0,00019 X16 + 0,000075X26 <= 100
d. Bakteri
Fungsi dari bakteri ini untuk mengasamkan susu, agar menjadi
yoghurt. Bakteri yang digunakan untuk mengasamkan susu
adalah bakteri X. Koefisien untuk masing-masing jenis yoghurt
dapat dillihat pada Tabel 14. RHS untuk bakteri adalah
perjumlahan kebutuhan yoghurt drink dan yoghurt stirred.
Karena penggunakan bakteri sangat terbatas jadi kapasitas
penggunaan tidak bisa berlebih. Untuk 250 liter sama dengan
penggunaan satu (1) botol bakteri.
Tabel 15. Koefisien bakteri
Bulan
Jenis
yoghurt
Kebutuhan
Bakteri
(Botol)
Produk yang
dihasilkan
(kemasan)
Koefisien
yang
dihasilkan
RHS
Juli
Yoghurt
Drink
250 323.864 0,00077 264
Agustus 260 337.327 0,00077 274
September 258 334.301 0,00077 269
Oktober 222 288.083 0,00077 234
November 204 263.778 0,00077 215
Desember 214 277.102 0,00077 227
Juli
yoghurt
Stirred
14 39.080 0,000348 264
Agustus 13 38.506 0,000348 274
September 11 32.759 0,000348 269
Oktober 11 32.184 0,000348 234
November 11 32.759 0,000348 215
Desember 13 36.782 0,000348 227
44
Berdasarkan Tabel 15, Model ketidaksamaan untuk fungsi
kendala ketersediaan bakteri dapat disusun berikut :
0,00077 X11 + 0,000348X21 <= 264
0,00076 X12 + 0,000348 X22 <= 274
0,00078 X13 + 0,000348X23 <= 269
0,00077 X14 + 0,000348 X24 <= 234
0,00078 X15 + 0,000348 X25 <= 215
0,00079 X16 + 0,000348 X26 <= 227
3. Kendala ketersediaan jam tenaga kerja langsung
Tenaga kerja langsung pada PT. Cimory Cisarua Bogor berjumlah
150 orang (3 shift). Untuk bagian produksi pembuatan yoghurt
sendiri, karyawan langsung yang bekerja berjumlah 19 orang terbagi
dalam 3 shift dan 2 Shift. Ketersediaan jam tenaga kerja langsung
digunakan untuk memproduksi susu yoghurt untuk dijadikan dasar
perhitungan kendala. Hal ini dikarenakan adanya hubungan jam kerja
kerja dengan tenaga kerja yang berkaitan langsung dengan produksi
susu yoghurt. ketersediaan dan nilai koefisien jam tenaga kerja
langsung untuk proses produksi susu yoghurt dapat dilihat pada
Tabel 16.
45
Tabel 16. Koefisien jam Tenaga kerja langsung
Tahun Bulan Jam kerja/
bulan (jam)
Produksi
(kemasan)
Koefisien
(jam/kemasan) RHS
2010
Juli 85 323.864 0,00026 525
Agustus 88,43 337.327 0,00026 525
September 87,67703704 334.301 0,00026 525
Oktober 76,11407407 288.083 0,00026 525
November 70 263.778 0,00027 525
Desember 73,36692308 277.102 0,00026 525
Bulan Jam kerja/
bulan (jam)
Produksi
(kemasan)
Koefisien
(jam/kemasan)
Juli 72,5 39.080 0,00186 525
Agustus 71,57 38.506 0,00186 525
September 61,99 32.759 0,00189 350
Oktober 61,04 32.184 0,00190 350
November 62,00 32.759 0,00189 350
Desember 68,70 36.782 0,00187 350
Berdasarkan nilai koefisien dan nilai total ketersediaan jam kerja
TKL yang telah diperoleh, maka fungsi kendala jam tenaga kerja
langsung dapat disusun berikut :
0,00026 X11 <= 525
0,00026 X12 <= 525
0,00026 X13 <= 525
0,00026 X14 <= 525
0,00027 X15 <= 525
0,00026 X16 <= 525
0,00186 X21 <= 525
46
0,00186 X22 <= 525
0,00189 X23 <= 350
0,00190 X24 <= 350
0,00189 X25 <= 350
0,00187 X26 <= 350
4. Kendala ketersediaan jam kerja mesin
Cimory memiliki beberapa mesin yang berbeda fungsi dan
kegunaannya yaitu mesin pasteurisasi, mesin inkubasi, mesin mixing,
mesin filling dan mesin homogenisasi. Kapasitas mesin dan waktu
operasinya memiliki batasan berbeda untuk setiap jenis yoghurt yang
diproduksi. Nilai koefisien pada fungsi kendala jam kerja mesin,
merupakan lamanya (jam) penggunaan mesin yang dibutuhkan untuk
memproduksi satu satuan produk susu yoghurt. Ketersediaan jam
kerja mesin merupakan kemampuan maksimal mesin untuk
digunakan dalam proses produksi. Ketersedian ini merupakan hasil
perkalian dari lamanya pemakaian maksimum sebuah mesin selama
satu hari dengan jumlah hari kerja di PT. Cimory Cisarua Bogor
selama 1 (satu) bulan. Rinciannya sebagai berikut :
Untuk mengetahui ketersediaan jam kerja mesin digunakan rumus :
…………………………………………………(4)
Dimana :
Dij = koefisien jam kerja mesin ke-I untuk memproduksi satu satuan
Produk j (jam/satu satuan produk) dimana, i=1 untuk mesin
pateurisasi, i=2 mesin inkubator, i=3 untuk mesin homogenisasi,
47
i=4 mesin Mixing akhir, i=5 untuk mesin filling
Berdasarkan Lampiran 5. Fungsi kendala jam kerja mesin dapat
ditentukan sebagai berikut:
a. Kendala Jam Kerja Mesin Pasteurisasi
Mesin pasteurisasi digunakan oleh kedua jenis produk.
Prosesnya dilakukan selama 30 detik dengan suhu 70-800
C.
kapasitas isi untuk mesin ini adalah 250 liter yang beroperasi 525
jam per bulan Lampiran 6. disusun koefisien untuk jam kerja
mesin, yaitu:
0,00003 X11 + 0,00003 X21 <= 525
0,00003 X12 + 0,00003 X22 <= 525
0,00003 X13 + 0,00003 X23 <= 525
0,00003 X14 + 0,00003 X24 <= 525
0,00003 X15 + 0,00003X25 <= 525
0,00003 X16 + 0,00003 X26 <= 525
b. Kendala Jam Kerja Mesin Inkubator
Mesin inkubator adalah mesin pemanas 43-480 C. selain untuk
pemanasan susu, mesin ini berguna untuk menjaga suhu agar
tetap stabil. mesin inkubator yoghurt drink berjumlah 3 (tiga)
mesin dan mesin inkubator yoghurt stirred yang digunakan
berjumlah Satu (1) mesin dengan kapasitas 5.400 liter. mesin ini
sekali proses seberlangsung selama 7 jam. Kapasitas jam kerja
mesin untuk yoghurt drink 525 jam per bulan dan untuk yoghurt
stirred 350 per bulannya. Dari Lampiran 6 dapat di susun
koefisien untuk mesin inkubator adalah :
0,001296 X11 <= 525
0,001296 X12 <= 525
0,001296 X13 <= 525
48
0,001296 X14 <= 525
0,001296 X15 <= 525
0,001296 X16 <= 525
0,001296 X21 <= 350
0,001296 X22 <= 350
0,001296 X23<= 350
0,001296 X24 <= 350
0,001296 X25 <= 350
0,001296 X26 <= 350
c. Kendala Mesin Homogenisasi
Mesin homogenisasi digunakan untuk yoghurt drink. Kapasitas
isi untuk mesin ini adalah 10 ton dan waktunya proses
berlangsung dalam waktu 1 jam. Jam kerja mesin yang tersedia
dalam satu (1) bulan berjumlah 525 jam. Dari Lampiran 6 dapat
dirumuskan koefisien untuk mesin homogenisasi adalah :
0,0001 X11 <= 525
0,0001 X12 <= 525
0,0001 X13<= 525
0,0001 X14 <= 525
0,0001 X15 <= 525
0,0001 X16 <= 525
d. Kendala Mesin Mixing
Mesin mixing memiliki kapasitas isi sebanyak 850liter/mesin,
waktu proses selama 10 menit. ada tiga (3) mesin untuk yoghurt
drink dan tiga (3) mesin untuk yoghurt stirred. Dari Lampiran 6
dapat disusun koefisien fungsi kendala berikut :
0,000065 X11 <= 525
0,000065 X12 <= 525
0,000065 X13<= 525
49
0,000065 X14 <= 525
0,000065 X15 <= 525
0,000065 X16 <= 525
0,0002 X21 <= 350
0,0002 X22 <= 350
0,0002 X23<= 350
0,0002 X24 <= 350
0,0002 X25 <= 350
0,0002 X26 <= 350
e. Kendala Jam Kerja Mesin Pengemasan
Untuk mesin pengemas (fiiling) digunakan tenaga langsung
mesin untuk yoghurt drink berkapasitas isi 5.000 botol per jam.
Dan untuk yoghurt stirred pengisian ke dalam cup dilakukan oleh
manusia dengan kapasitas per jam 600 cup. RHS 525 adalah jam
kerja untuk yoghurt drink (3 shift) selama 1 bulan dan RHS 350
untuk yoghurt stirred (2 shift) selama 1 bulan. Berdasarkan
Lampiran 6 dapat disusun koefisien kendala jam kerja mesin
pengemasan berikut :
0,0002 X11 <= 525
0,0002 X12 <= 525
0,0002 X13<= 525
0,0002 X14 <= 525
0,0002 X15 <= 525
0,0002 X16 <= 525
0,00167 X21 <= 350
0,00167 X22 <= 350
0,00167 X23 <= 350
0,00167 X24 <= 350
0,00167 X25 <= 350
50
0,00167 X26 <= 350
5. Kendala Permintaan
Untuk produk yoghurt stirred selain untuk dipasarkan secara
langsung juga ada beberapa konsumen yang memasan secara rutin
setiap harinya. Untuk pemesan tetap, Cimori harus menyediakan
tidak kurang dari 13.750 cup perbulannnya. Untuk kendala
permintaan sebagai berikut :
X21 >= 13.750
X22 >= 13.750
X23 >= 13.750
X24 >= 13.750
X25 >= 13.750
X26 >= 13.750
4.7. Analisis Primal
Analisis primal digunakan untuk melihat kombinasi produksi yang
seharusnya diproduksi oleh perusahaan agar perusahaan memperoleh
keuntungan yang optimal. Keputusan yang dibentuk pada model Linear
Programming terdiri dari 12 peubah dan dibatasi oleh 12 macam kendala.
Untuk menghasilkan LP optimum diperlukan 12 langkah (step) iterasi. Hasil
lindo untuk optimasi produk yoghurt Cimory dapat dilihat pada Lampiran 7.
Berdasarkan hasil olahan software Lindo output optimal yang dihasilkan
dapat dilihat pada Tabel 17.
51
Tabel 17. Kombinasi optimum produk yoghurt
Bulan peubah
Kondisi
aktual
(Kemasan)
Kondisi
optimal
(Kemasan)
Perbedaan
Selisih Persentase
(%)
Juli X11 323,864 248,138 75,727 23.38
Agustus X12 337,327 264,561 72,766 21.57
September X13 334,301 262,251 72,050 21.55
Oktober X14 288,083 220,643 67,441 23.41
November X15 263,778 193,020 70,758 26.82
Desember X16 277,102 204,894 72,208 26.06
Juli X21 39,080 209,581 -170,501 -436.29
Agustus X22 38,506 209,581 -171,075 -444.28
September X23 32,759 185,186 -152,427 -465.30
Oktober X24 32,184 184,211 -152,027 -472.37
November X25 32,759 185,186 -152,427 -465.30
Desember X26 36,782 187,166 -150,384 -408.85
Pada Tabel 17, diketahui bahwa untuk produk yoghurt drink pada kondisi
aktual lebih besar daripada kondisi optimal. Hal ini tunjukan oleh hasil yang di
dapat bernilai positif, yaitu selama periode enam (6) bulan yogurt drink
mengalami produksi berlebih. Kondisi berlebih tertinggi terdapat pada bulan
Agustus dan Desember 2010, yaitu 72.766 dan 72.208, yang berarti perusahaan
harus mengurangi produk berlebih dan menggantinya dengan produk lain, yaitu
yoghurt stirred. Untuk produksi yoghurt stirred belum mencapai kondisi
optimal ditunjukan oleh tanda negatif dihasilkan. Selisih negatif yang terbesar
pada tahun 2010 terjadi pada bulan Agustus (-171,075). Hal ini menunjukan
bahwa produksi yoghurt stirred masih jauh dari tingkat optimal yang
seharusnya dicapai. Kondisi negatif ini didasarkan pada kebutuhan berlebih
pada saat bulan puasa (Ramadhan, 2010) dan perusahaan belum mampu untuk
52
memperhitungkan berapa produksi optimum untuk membuat yoghurt stirred
pada bulan tersebut.
Bedasarkan analisis primal yang ditunjukan pada Tabel 16 dan penjelasan
yang telah dijabarkan produksi yoghurt stirred masih jauh dari tingkat optimal
yang seharusnya dicapai. Maka dari itu, perusahaan perlu meningkatkan
produksi susu yoghurt stirred dan mengurangi produksi susu yoghurt drink
untuk mencapai tingkat optimum produksi.
Total keuntungan aktual yang diperoleh perusahaan untuk memproduksi
susu yoghurt drink dan stirred selama periode Enam (6) bulan tahun 2010
sebesar Rp2.356.998.625 sedangkan hasil analisis optimasi berdasarkan
software Lindo denan keuntungan optimal Rp2.978.937.000, Selisih
Rp621.938.375 didapat perusahaan apabila berproduksi secara optimal.
4.8. Analisis Dual
Jumlah produksi susu yoghurt setiap bulannnya sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan sumber daya yang dimiliki. Ketersediaan sumber daya dapat
dikatakan terbatas, atau tidak terbatas dilihat berdasarkan nilai hasil dual yang
didapatkan. Analisis dual merupakan penilaian terhadap sumber daya yang
dimiliki dengan menilai hasil slack, atau surplus dan nilai dual. Nilai sumber
daya terbatas dilihat dengan nilai slack sama dengan nol. Nilai slack
menunjukan sumber daya langka, atau terbatas, sehingga disebut kendala aktif.
Kendala aktif dapat diartikan sangat memengaruhi keuntungan optimal
perusahaan. Untuk nilai slack atau surplus lebih dari nol dapat diartikan bahwa
sumber daya yang tersedia adalah berlebih yang disebut juga dengan kendala
tidak aktif (pasif). Kendala pasif ini dapat diartikan bahwa sumber daya tersedia
tidak memengaruhi keuntungan optimal perusahaan.
Nilai dual merupakan nilai harga sumber daya yang menunjukkan
besarnya pengaruh terhadap nilai fungsi tujuan akibat penambahan, atau
pengurangan pada nilai sebelah kanan kendala. Nilai dual positif pada sumber
53
daya terbatas menunjukkan bahwa setiap penambahan sumber daya satu satuan,
akan meningkatkan nilai fungsi tujuan nilai dual. Nilai dual negatif pada
sumber daya terbatas menunjukkan bahwa setiap penambahan sumber daya satu
(1) satuan, akan menurunkan nilai fungsi tujuan nilai dual tersebut. Nilai dual
sama dengan nol menunjukkan bahwa sumberdaya dinyatakan berlebih dan
berstatus kendala tidak aktif (pasif). Nilai dual tersebut menunjukkan
penambahan, atau pengurangan pada sumber daya tidak akan mempengaruhi
nilai fungsi tujuan.
4.8.1 Status Penggunaan Bahan Baku Susu Segar
Jumlah bahan baku susu segar untuk pembuatan yoghurt drink dan
stirred untuk setiap bulannya melebihi kapasitas produksi aktual. Hal ini
ditunjukan oleh nilai surplus disetiap bulannya selama periode yang
dianalisis oleh LP. Secara rinci hasil analisis dual penggunaan bahan
baku susu segar dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Status penggunaan bahan baku Susu Segar
Bulan Slack or Surplus
Dual prices
(Rp)
Juli 3.876 0,00000
Agustus 707 0,00000
September 3.275 0,00000
Oktober 1.390 0,00000
November 6.637 0,00000
Desember 4.173 0,00000
Tabel 18 menunjukkan adanya nilai lebih dari nol pada kolom Slack
or Surplus setiap bulannya. Hal ini berarti status penggunaan bahan baku
susu segar dalam kondisi berlebih (surplus) dan nilai dualnya sama
dengan nol setiap bulan, artinya penggunaan bahan susu segar setiap
bulan termasuk kendala tidak aktif yang tidak akan mempengaruhi nilai
fungsi tujuan, apabila terjadi penambahan, atau pengurangan pada bahan
54
baku susu segar. Nilai surplus terbesar ditunjukkan pada bulan November
dan Desember 2010, yaitu 6.637 liter dan 4.173 liter. Hal ini dikarenakan
perusahaan terlalu banyak menerima pasokan susu dari peternak yang
ada. Bedasarkan kebijakan perusahaan untuk susu yang berlebih dapat
disalurkan, atau dijual kembali kepada perusahaan lain, seperti diamond
Es krim. Untuk menanggulangi kelebihan susu, maka perusahaan
memutuskan untuk memasok susu dari dua (2) peternak, yaitu dari
peternak Giri Tani dan Mega Mendung.
4.8.2 Status Penggunaan Bahan Pembantu
Bahan baku pembantu untuk membuat yoghurt terdiri dari beberapa
jenis produk, yaitu :
a. Gula
Gula pasir dijadikan kendala di dalam mengoptimalkan jumlah
yoghurt yang diproduksi. Selain itu, jumlah persediaan gula pasir
untuk setiap bulan masih melebihi kapasitas aktual, dikarenakan
manajemen menerapkan sistem level stok pada setiap bahan
pembantu. Untuk level stok gula pasir adalah dua (2) ribu liter per
sekali kirim. Artinya pemasok gula pasir dapat mengirim kembali
kepada Cimory setelah gula digudang mencapai 2.000 liter. Dengan
pengiriman gula yang tetap (20 liter per sekali kirim).
Tabel 19. Status penggunaan bahan pembantu gula pasir
Bulan Slack or Surplus
Dual prices
(Rp)
Juli 6.722 0,00000
Agustus 9.083 0,00000
September 9.214 0,00000
Oktober 10.880 0,00000
November 9.317 0,00000
Desember 11.505 0,00000
55
Tabel 19 menunjukkan gula pasir merupakan kendala tidak aktif,
yang ditunjukkan dengan nilai lebih dari nol pada kolom Slack or
Surplus setiap bulannya. Status penggunaan gula pasir berada dalam
kondisi berlebih (surplus) dan nilai dualnya sama dengan nol setiap
bulan, artinya penggunaan gula pasir setiap bulan masih lebih kecil
daripada ketersediaannya di gudang. Nilai surplus terbesar
ditunjukkan pada bulan Desember 2010 sebesar 11.505 liter. Hal ini
dikarenakan perusahaan sengaja melakukan penyimpanan gula untuk
mengantisipasi permintaan yang tinggi menjelang tahun baru,
khususnya yang datang ke Resto Cisarua Bogor.
b. Pemanis
Tabel 20. Status penggunaan bahan pembantu gula pasir
Bulan Slack or Surplus
Dual prices
(RP)
Juli 33,2 0,00000
agustus 29,2 0,00000
September 32,9 0,00000
Oktober 43 0,00000
November 49,6 0,00000
Desember 46,5 0,00000
Pada Tabel 20, ditunjukan bahwa pemanis merupakan kendala tidak
aktif (pasif), dikarenakan nilai surplus lebih dari nol. Untuk nilai
surplus tertinggi selama periode analisis ditunjukan pada bulan
November dan Desember, karena permintaaan yoghurt cukup tinggi,
maka perusahaan harus menyediakan bahan pemanis yang cukup
banyak.
56
c. Pewarna
Tabel 21. Status penggunaan bahan pembantu pewarna
Bulan Slack or Surplus
Dual prices
(Rp)
Juli 37,2 0,00000
Agustus 34,1 0,00000
September 36,3 0,00000
Oktober 44,3 0,00000
November 49,5 0,00000
Desember 47,1 0,00000
Dari hasil Tabel 21 dapat dijelaskan bahwa bahan penolong pewarna
masih berlebih dan dimasukan ke dalam kendala tidak aktif (pasif).
Untuk surplus tertinggi berada pada bulan November dan Desember
yaitu 49,1 dan 47,1 liter. Jadi untuk meminimaliskan berlebihnya
sumber daya, perusahaan harus mengoptimalkan jumlah produksi
agar keuntungan yang didapatkan optimal.
d. Bakteri
Tabel 22. Status penggunaan bahan pembantu bakteri
Bulan Slack or Surplus
Dual prices
(Rp)
Juli 0 1.535.065
Agustus 0 1.577.632
September 0 1.533.334
Oktober 0 1.466.234
November 0 1.389.743
Desember 0 1.405.064
Berdasarkan Tabel 22 untuk bakteri slack or surplus bernilai nol
berbeda dengan kendala lain. Untuk dual prices terbesar terdapat
pada bulan Agustus (Rp1.577.632) yang berarti apabila perusahaan
dapat memproduksi susu dengan menggunakan bakteri sebesar satu
57
satuan, maka perusahaan mendapatkan keuntungan dual price
(Rp1.533.334).
4.8.3 Status Penggunaan Jam Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja langsung (TKL) pada PT. Cimory merupakan tenaga
kerja tetap yang bekerja secara langsung disetiap langkah proses produksi
yoghurt, baik untuk jenis Drink, atau stirred. Tenaga kerja yang dimiliki
PT. Cimory berjumlah 150 orang untuk tiga (3) shift. Untuk pembuatan
yoghurt sendiri karyawan yang ada berjumlah 19 orang untuk 3 shift
pekerja yoghurt drink dan 2 shift untuk pekerja yoghurt stirred. Khusus
untuk tenaga kerja yoghurt stirred, apabila pekerjaan telah selesai dan
waktu masih tersedia, maka karyawan akan menyelesaikan pekerjaaan
untuk produk yang lain. Untuk itu, agar tidak terjadi pemborosan tenaga
kerja, maka tenaga kerja harus dimanfaatkan seoptimal mungkin.
Analisis dual penggunaan jam tenaga kerja langsung terhadap
produksi yoghurt drink dan yoghurt stirrred PT. Cimory dapat dilihat
pada Tabel 23.
Tabel 23. Status penggunaan jam tenaga kerja langsung
Bulan Jenis Slack or Surplus
Dual prices
(Rp)
Juli
Drink
460,50 0,00
Agustus 456,21 0,00
September 456,82 0,00
Oktober 467,64 0,00
November 472,89 0,00
Desember 471,73 0,00
Juli
Stirred
135,18 0,00
Agustus 135,18 0,00
September 0,00 246.772,48
Oktober 0,00 234.079,29
November 0,00 273.211,26
Desember 0,00 420.875,90
58
Tabel 23 menunjukan bahwa yoghurt drink masih ada pemborosan
waktu kerja karyawan, yang ditunjukan hasil slack or surplus yang lebih
besar dari nol dan nilai dual prices sama dengan nol. Nilai surplus
terbesar untuk yoghurt drink ada pada bulan November dan Desember
2010, yaitu 472,89 jam dan 471,73 jam dikarenakan jumlah produksi
tidak optimal. Untuk itu, perusahaan harus memperhitungkan dan
memaksimalkan jam kerja karyawan, seperti mengoptimalkan jumlah
shift setiap harinya. Dari hasil pengurangan kelebihan jam kerja dengan
waktu kerja aktual dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Perbandingan jam kerja aktual dan jam kerja optimal
Bulan Jenis Slack or Surplus Jam
aktual
Jam kerja
optimal
Juli
Drink
460.50 525.00 64.50
Agustus 456.21 525.00 68.79
September 456.82 525.00 68.18
Oktober 467.64 525.00 57.36
November 472.89 525.00 52.11
Desember 471.73 525.00 53.27
Untuk mengoptimalkan jam kerja karyawan, maka pengurangann
shift kerja untuk yoghurt drink baiknya dilakukan. Untuk jam kerja
karyawan yoghurt stirred termasuk kendala berstatus aktif karena nilai
slack or surplus bernilai nol dan nilai dual lebih dari nol. Untuk nilai dual
terbesar ada pada bulan desember yaitu 420.875,90. artinya bahwa
apabila perusahaan menaikan tenaga kerja satu (1) satuan, maka
perusahaan mendapat keuntungan Rp. 420.875. Hal ini dikarenakan pada
bulan Desember terjadi peningkatan permintaan susu yoghurt stirred.
4.8.4 Status Penggunaan Jam kerja Mesin
Jam kerja mesin dimasukan ke dalam kendala karena
penggunaannya harus dioptimalkan setiap harinya. Untuk mesin di bagian
59
yoghurt drink dan yoghurt stirred ada beberapa macam, tetapi memiliki
fungsi yang sama.
Dari hasil olahan Lindo diketahui semua penggunaan jam kerja
mesin masih berlebih (kendala pasif), karena nilai slack or surplus
bernilai lebih nol dan nilai dual bernilai nol.
a. Mesin Pasteurisasi
Tabel 25 Status penggunaan jam kerja mesin pasteurisasi
Bulan Slack or Surplus
Dual prices
(Rp)
Juli 511,30 0,00
Agustus 510,78 0,00
September 511,58 0,00
Oktober 512,86 0,00
November 513,66 0,00
Desember 513,29 0,00
Berdasarkan Tabel 25, kendala ini termasuk kendala tidak aktif,
dikarenakan jam mesin yang tersedia untuk produksi masih berlebih,
dengan surplus terbesar pada bulan Desember 2010.
60
b. Mesin Inkubasi
Tabel 26. Status penggunaan jam kerja mesin inkubasi
Bulan Jenis
Slack or
Surplus
Dual prices
(Rp)
Juli
Drink
203,42 0,00
Agustus 182,12 0,00
September 185,12 0,00
Oktober 239,04 0,00
November 274,85 0,00
Desember 259,46 0,00
Juli
Stirred
78,39 0,00
Agustus 78,39 0,00
September 110,00 0,00
Oktober 111,27 0,00
November 110,00 0,00
Desember 107,44 0,00
Berdasarkan Tabel 26, kendala ini termasuk kendala pasif, karena
penggunaan jam mesin belum optimal, disebabkan nilai slack or
suplus yang lebih dari nol dan nilai dual prices sama dengan nol.
Untuk pemakaian jam mesin yang belum optimal terjadi pada bulan
November dan Desember 2010, yaitu untuk yoghurt drink 274, 85
jam dan 259,46 jam dan untuk yoghurt stirred 110 jam dan 107, 44
jam
c. Mesin Homogenisasi
Tabel 27. Status penggunaan jam kerja mesin homogenisasi
Bulan Slack or Surplus
Dual prices
(Rp)
Juli 500,19 0,00
Agustus 498,55 0,00
September 498,78 0,00
Oktober 502,93 0,00
November 505,70 0,00
Desember 504,51 0,00
61
Berdasarkan Tabel 27, mesin homogenisasi masih mengalami surplus
jam kerja dikarenakan nilai slack or surplus lebih dari nol dan nilai
dual prices sama dengan nol. Surplus tertinggi ada pada bulan
November dan Desember, yaitu 505,7 jam dan 504,51 jam
d. Mesin Mixing
Sama dengan mesin lainnya, untuk mesin mixing masih terjadi
kelebihan jam kerja, akibat nilai slack or surplus bernilai lebih dari
nol dan nilai dual prices sama dengan nol. Nilai surplus terbesar
terdapat pada bulan November 2010. Untuk melihat nilai surplus or
slack mesin mixing dapat dilihat pada Tabel 28.
Tabel 28. Status penggunaan jam kerja mesin mixing
Bulan
Slack or
Surplus
Dual prices
(Rp)
Juli 508,88 0,00
Agustus 507,80 0,00
September 507,96 0,00
Oktober 510,66 0,00
November 512,46 0,00
Desember 511,69 0,00
Juli 308,08 0,00
Agustus 308,08 0,00
September 312,97 0,00
Oktober 313,93 0,00
November 312,97 0,00
Desember 312,57 0,00
62
e. Kemasan
Tabel 29. Status penggunaan jam kerja mesin pengemas
Bulan Slack or Surplus
Dual prices
(Rp)
Juli 475,38 0,00
Agustus 472,08 0,00
September 472,55 0,00
Oktober 480,88 0,00
November 486,40 0,00
Desember 484,02 0,00
Juli 0,00 523830,75
Agustus 0,00 495798,94
September 40,75 0,00
Oktober 42,36 0,00
November 40,75 0,00
Desember 37,44 0,00
Berdasarkan Tabel 29, mesin kemas masih mengalami surplus jam
kerja, karena nilai dari slack or surplus lebih nol dan nilai dual sama
dengan dengan nol. Untuk yoghurt stirred pengemasan dilakukan
manual oleh tenaga manusia, berbeda dengan yoghurt drink yang
menggunakan mesin. Untuk yoghurt stirred tidak semua jam kerja
mesin berlebih, karena pada bulan Juli dan Agustus kendala ini
termasuk kendala aktif, karena jam mesin sudah terpakai secara
maksimum dan apabila perusahaan menambah satu (1) satuan jam
kerja mesin maka perusahaan mendapatkan keuntungan dual prices
Rp. 52.3830,75 dan Rp 495.798,94
4.8.5 Status Permintaan Bulanan Yoghurt Stirred
Cimory memiliki beberapa konsumen tetap yang memesan susu
yoghurt dengan kapasitas telah ditentukan. Konsumennya adalah pemilik
kedai Cimory yang ada di tempat-tempat perbelanjaan. Sistem
pembeliannya adalah pembelian terputus, yaitu Cimory tidak ikut campur
63
mengenai produk yang telah dibeli. Berdasarkan hasil Pengolahan Lindo
untuk Permintaan yoghurt Stirred yang optimal dapat dilihat pada Tabel
30.
Tabel 30. Status permintaan bulanan Yoghurt Stirred
Bulan Slack or Surplus Dual prices
Juli 195.831,00 0,00
Agustus 195.831,00 0,00
September 171.436,00 0,00
Oktober 170.461,00 0,00
November 171.436,00 0,00
Desember 173.416,00 0,00
Dari Tabel 30, permintaan termasuk ke dalam kendala tidak aktif
karena untuk produksi yoghurt stirred masih berlebih setiap bulannya.
Untuk surplus terbesar terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2010,
dikarenakan manajemen mengantisipasi adanya permintaan berlebih
disaat liburan sekolah dan puasa Ramadhan.
4.9 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kepekaan model
setelah hasil optimasi ada, disamping berfungsi mengetahui sejauhmana hasil
optimasi dapat diperlakukan pada kondisi dan situasi berbeda. Pengaruh
perubahan dapat dilihat dari selang kepekaan yang terdiri dari batas kenaikan
(allowable increase) dan penurunan (allowable decrease). Jika perubahan
masih dalam selang increase dan decrease maka tidak akan terjadi perubahan
pada kombinasi produk optimal. Tetapi, jika terjadi perubahan diluar batasan
yang ada, maka nilai dari kombinasi optimal dapat berubah. Semakin kecil
selang kepekaan maka semakin peka terhadap perubahan nilai optimal. Analisis
sensitivitas terbagi atas dua bagian yaitu analisis sensitivitas nilai koefisien
fungsi tujuan dan analisis sensitivitas nilai sebelah kanan kendala atau Right
Hand Side (RHS).
64
4.9.1 Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan
Analisis sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan berguna untuk
mengetahui tingkat perubahan dari nilai fungsi tujuan, yaitu apabila
tujuan yang telah optimal mengalami perubahan, dan mengetahui
sejauhmana nilai koefisien fungsi tujuan dapat digunakan agar tidak
merubah nilai dari kombinasi produk yang dihasilkan. Hasil analisis
sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan model LP pada kondisi optimal
selama periode yang dianalisis untuk produksi susu yoghurt drink dan
yoghurt stirred pada PT. Cimory dapat dilihat pada Tabel 31.
Tabel 31. Analisis sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan
Tahun Bulan Jenis
Yoghurt Peubah
Current
Coef
Allowable
Increase
Allowable
Decrease
2010
Juli
Drink
X11 1.182 1.935,6 1.182
Agustus X12 1.199 1.808,2 1.199
September X13 1.196 1.045,3 1.196
Oktober X14 1.129 984,07 1.129
November X15 1.084 1.157,3 1.084
Desember X16 1.110 1.786,6 1.110
Juli
Stirred
X21 1.409 INFINITY 874,8
Agustus X22 1.377 INFINITY 827,9
September X23 1.000 INFINITY 466,4
Oktober X24 955 INFINITY 444,7
November X25 1.000 INFINITY 516,3
Desember X26 1.276 INFINITY 787
Tabel 31 menunjukan bahwa untuk yoghurt drink memiliki batas
atas (allowable increase) dan batas bahwa (allowable decrease) untuk
semua bulan yang dianalisis. Untuk produk yoghurt drink di bulan Juli
perubahan yang diperbolehkan agar kombinasi tetap optimum adalah
menaikan koefisien hingga Rp. 1.935,6149, atau menjaga agar koefisien
tetap pada kondisi awal. Berbeda dengan yoghurt stirred yang hanya
memiliki batasan bahwa saja (allowable Decrease). Seperti pada bulan
65
Juli agar kombinasi tetap optimal maka rentang bawah yang
diperbolehkan adalah Rp. 874,7974 dan perubahan pada rentang atas
berapa pun tidak akan mempengaruhi nilai dari kombinasi produk
yoghurt, karena bersifat infinity.
Dari Tabel 30, diketahui bahwa rentang perubahan tersempit berada
pada produk yoghurt drink, maka perusahaan dapat memfokuskan untuk
melakukan perubahan keuntungan, sehingga kombinasi produk optimum
dapat terjaga.
4.9.2 Analisis Sensitivitas Nilai Sebelah Kanan Kendala
Analisis sensitivitas nilai sebelah kanan (RHS) kendala yang
berfungsi untuk mengetahui seberapa besar nilai kepekaan RHS terhadap
kenaikan dan penurunan nilai koefisien terhadap kombinasi optimum dari
produk yang dihasilkan. Analisis sensitivitas nilai sebelah kanan kendala
berkaitan dengan status sumber daya. Suatu kendala berstatus pembatas
apabila terdapat nilai batas penurunan dan peningkatan nilai tertentu.
Sedangkan kendala dikatakan bukan pembatas apabila tidak terdapat nilai
tertentu pada nilai batas penurunan dan peningkatan. Kendala bukan
pembatas ditunjukkan oleh adanya nilai tidak terhingga (infinity) pada
nilai batas peningkatan (allowable increase). Hal ini menunjukkan selang
perubahan peningkatan mencapai tidak terhingga. Artinya seberapapun
peningkatan nilai sebelah kanan kendala tersebut tidak akan memengaruhi
solusi optimal.
Optimasi produk menggunakan sensitivitas nilai sebelah kanan
kendala hasil olahan Lindo dapat dijelaskan berikut :
a. Kepekaan Ketersediaan Bahan Baku Susu Segar
Berdasarkan hasil dual yang telah diperoleh bahan baku susu segar
untuk bulan yang dinalisis mengalami surplus persediaan. Untuk
mengetahui perubahan ketersediaan yang dapat merubah kondisi
optimal, dapat dilihat pada Tabel 32.
66
Tabel 32. Kepekaan ketersediaan bahan baku susu segar
Tahun Bulan Peubah Current
RHS
Allowable
Increase
Allowable
Decrease
2010
Juli X11 70000 INFINITY 3.875,929932
Agustus X12 70000 INFINITY 706,32019
September X13 70000 INFINITY 3.274,501221
Oktober X14 60000 INFINITY 1.389,677612
November X15 60000 INFINITY 6.636,040039
Desember X16 60000 INFINITY 4.172,023926
Berdasarkan Tabel 31, allowable increase menunjukan nilai tak
terhingga, yang berarti berapapun peningkatan perubahan nilai RHS
untuk susu segar tidak akan merubah kombinasi dari produk yoghurt
yang optimal. Untuk allowable decrease susu segar, ada nilai tertentu
yang menjadi rentang pembatas perubahan kombinasi produk
yoghurt. Seperti pada bulan November nilai allowable decrease
6.636,04, yang artinya nilai penurunan RHS untuk susu segar tidak
akan merubah kombinasi optimal, apabila masih dalam rentang 6.636
liter penurunannya, yaitu batas penurunan sampai 53.363,96 liter dari
RHS awal 60.000 liter.
b. Kepekaan ketersediaan gula
Berdasarkan hasil dual yang telah didapatkan bahan baku gula masih
mengalami surplus. Terlihat dari nilai dual yang masih lebih nol.
Maka dari itu, untuk mengetahui seberapa peka nilai RHS terhadap
perubahan kombinasi optimal produk yoghurt, dapat dilihat pada
Tabel 33.
67
Tabel 33. Kepekaan ketersediaan gula pasir
Tahun Bulan Peubah Current
RHS
Allowable
Increase
Allowable
Decrease
2010
Juli X11 20.000 INFINITY 6.721,206543
Agustus X12 20.000 INFINITY 9.082,256836
September X13 20.000 INFINITY 9.213,675781
Oktober X14 20.000 INFINITY 1.0879,5625
November X15 20.000 INFINITY 9.316,239258
Desember X16 20.000 INFINITY 11.504,77246
Berdasarkan Tabel 33, Gula tidak memiliki batas kenaikan RHS
(infinity pada allowable increase) karena berapapun penurunannya
tidak akan memengaruhi nilai dari kombinasi produk yang optimal.
Berbeda dengan batas bawah (allowable decrease) yang memiliki
batas kepekaan terhadap perubahan kombinasi optimal. Seperti
contoh pada bula Juli 2010 kepekaan pada bulan ini sangat tinggi,
ditunjukan oleh allowable decrease 6.721,206543. Artinya, untuk
mempertahankan nilai kombinasi produk optimal perusahaan dapat
menurunkan nilai allowable decrease sampai 6.721,206543 liter,
dimana bila menurunan RHS melebihi rentang yang telah ditentukan,
maka perubahan nilai kombinasi produk akan terjadi.
c. Kepekaan Ketersediaan Perasa
Sama seperti Gula pasir yang masih memiliki surplus di dalam
persediaannya. Perasa pun masih memiliki surplus persediaan
disetiap bulan yang dianalisis. Sensitivitas kepekaan nilai RHS
diperlukan untuk mengetahui berapa besar nilai perubahan batas
kanan pada kendala dapat berubah yang dilihat dari nilai allowable
increase dan allowable decrease ( Tabel 34).
68
Tabel 34. Kepekaan ketersediaan perasa
Tahun Bulan Peubah Current
RHS
Allowable
Increase
Allowable
Decrease
2010
Juli X11 120 INFINITY 33,2
Agustus X12 120 INFINITY 29,2
September X13 120 INFINITY 32,9
Oktober X14 120 INFINITY 43,1
November X15 120 INFINITY 49,6
Desember X16 120 INFINITY 46,4
Pada Tabel 33, dijelaskan bahwa nilai allowable increase bersifat
tidak terbatas (infinity) artinya bahwa berapapun kenaikan nilai RHS
tidak akan merubah nilai dari kombinasi produk dan keuntungan
yang di dapat perusahaan. Penurunan RHS melebihi allowable
decrease dapat merubah nilai kombinasi optimal produk seperti pada
bulan Agustus, yaitu perubahan kombinasi produk dan keuntungan
perusahaan dapat berubah, bila persediaan kurang dari 29,26001 liter.
d. Kepekaan Ketersediaan Pewarna
Untuk melihat kepekaan sensitivitas terhadap pewarna dapat dilihat
pada Tabel 35
Tabel 35. Kepekaan ketersediaan pewarna
Tahun Bulan Peubah Current
RHS
Allowable
Increase
Allowable
Decrease
2010
Juli X11 100 INFINITY 37,135311
Agustus X12 100 INFINITY 34,014969
September X13 100 INFINITY 36,283474
Oktober X14 100 INFINITY 44,262131
November X15 100 INFINITY 49,437321
Desember X16 100 INFINITY 47,032696
Bila dilihat dari Tabel 35 Untuk allowable increase tidak memiliki
batas kenaikan (infinity), dapat diartikan bahwa berapapun kenaikan
69
nilai dari allowable increase tidak akan merubah nilai dari optimasi
produk yoghurt dan keuntungan yang didapatkan. Untuk allowable
decrease perasa bersifat peka. Sebagai contoh pada bulan Agustus
2010, batas kepekaan bawah sampai pada 34,014969. artinya nilai
RHS akan berubah apabila nilai RHS kurang dari 34,014969 liter.
e. Kepekaan Ketersediaan Bakteri
Bakteri adalah bahan penolong penbuatan susu yoghurt yang bersifat
aktif (langka), karena pemakaiannya sangat diperhatikan sekali.
Sensitivitas persediaan bakteri diperlukan agar penggunaannya tetap
optimal dan tidak merubah kapasitas produksi optimal serta
keuntungan perusahaan. Sensitivitas ketersediaan bakteri dapat
dilihat pada Tabel 36.
Tabel 36. Kepekaan Ketersediaan bakteri
Tahun Bulan Peubah Current
RHS
Allowable
Increase
Allowable
Decrease
2010
Juli X11 264 16 192
Agustus X12 274 3 202
September X13 269 14 205
Oktober X14 234 6 170
November X15 215 27 151
Desember X16 227 17 162
Berdasarkan Tabel 35 bakteri merupakan kendala yang bersifat peka
terhadap perubahan RHS. Kepekaan tertinggi ada pada bulan
November, dengan batas penurunan sampai pada 151 botol dan
kenaikan sampai batas 17 botol dari RHS awal.
f. Kepekaan Ketersediaan Jam Kerja Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah faktor produksi utama yang merencanakan,
mengatur dan mengendalikan faktor produksi yang lain seperti bahan
baku, jam mesin, dan lain sebagainya. Berdasarkan nilai slack or
70
surplus pada Tabel 37. Hal tersebut menunjukan bahwa tenaga kerja
masih mengalami surplus untuk yoghurt drink dan beberapa sudah
optimal pada yoghurt stirred. Untuk lebih jelasnya berapa perubahan
yang diperbolehkan untuk RHS agar nilai kombinasi optimum tidak
berubah dan keuntungan perusahaan tetap optimal, dapat dilihat pada
Tabel 37.
Tabel 37. Kepekaan ketersediaan jam tenaga kerja
Tahun Bulan Jenis
Yoghurt Peubah
Current
RHS
Allowable
Increase
Allowable
Decrease
2010
Juli
Drink
X11 525 INFINITY 460.4843
Agustus X12 525 INFINITY 456.2143
September X13 525 INFINITY 456.8148
Oktober X14 525 INFINITY 467.6329
November X15 525 INFINITY 472.8846
Desember X16 525 INFINITY 471.7275
Juli
Stirred
X21 525 INFINITY 135.1797
Agustus X22 525 INFINITY 135.1797
September X23 350 46.107777 324.0125
Oktober X24 350 48.20359 323.875
November X25 350 46.107773 324.0125
Desember X26 350 41.916168 324.2875
Berdasarkan Tabel 37, jam mesin yoghurt drink memiliki allowable
increase tak terbatas (infinity) yang berarti tidak ada batasan jam
yang dapat merubah kombinasi produk optimal dan untuk allowable
decrease memiliki batasan pengurangan jam kerja. Kepekaan
terbesar ada pada bulan Agustus yaitu 456.214 jam, artinya bahwa
manajemen harus mempertahankan jam kerja selama Agustus, tidak
kurang dari 457 jam. Apabila melebihi dari batas sensitivitas yang
telah ditentukan, maka perusahaan akan merubah tingkat kombinasi
optimal produk yoghurt drink dan stirred.
71
Sama seperti yoghurt drink, yoghurt stitrred untuk semua mesin
masih mengalami surplus jam kerja. Namun ada beberapa yang
memiliki batas kenaikan jam kerja (allowable increase) seperti pada
bulan November, pada bulan ini allowable increase sampai dengan
396,1 jam dari RHS awal (350 jam), dan untuk allowable decrease
sampai pada 324 jam. Apabila manajemen menerapkan jam kerja di
luar rentang yang ada, maka perubahan kombinasi produk yoghurt
drink dan stirred akan terjadi.
g. Kepekaan ketersedian jam kerja mesin
Dari hasil analisis dual untuk jam kerja mesin masih mengalami
kelebihan (surplus) jam kerja. Untuk melihat berapa rentang
perubahan jam mesin yang diizinkan, maka kombinasi produk dapat
optimal dan keuntungan perusahaan tetap dalam keadaan optimum
dapat dilihat pada lampiran 8.
Untuk sensitivitas tertinggi ada pada mesin pasteurisasi dengan nilai
allowable decrease 513,2 jam dari RHS awal 525 jam. Artinya
penurunan jam kerja mesin dapat dilakukan sampai 513 jam per
bulan dari 525 jam pada kondisi awal dan apabila penurunan lebih
dari batas allowable decrease, maka kombinasi produk optimum
dapat berubah.
h. Kepekaan Ketersediaan Produk Permintaan
Permintaan untuk yoghurt drink dan yoghurt stirred setiap bulannya
mengalami perubahan. Khusus untuk yoghurt stirred, selain dijual
secara langsung, juga memiliki konsumen tetap yang harus dipenuhi
jumlah pesanannya. Seperti hasil pada analisis dual, jumlah produk
yoghurt stirred yang disediakan masih berlebih/terjadi surplus. Maka
dari itu untuk melihat berapa jumlah rentang kepekaan terhadap
perubahan kombinasi optimum dapat dilihat pada Tabel 38.
72
Tabel 38. Kepekaan ketersediaan produk permintaan
Tahun Bulan Peubah Current
RHS
Allowable
Increase
Allowable
Decrease
2010
Juli X11 13.750 195.830,83 INFINITY
Agustus X12 13.750 195.830,83 INFINITY
September X13 13.750 171.435,19 INFINITY
Oktober X14 13.750 174.605,16 INFINITY
November X15 13.750 171.435,19 INFINITY
Desember X16 13.750 173.415,77 INFINITY
Berdasarkan hasil dari Tabel 38 terlihat bahwa untuk penurunan
batasan (allowable decrease) pada RHS tidak berpengaruh terhadap
nilai optimum karena bersifat infinity ( tidak terbatas). Namun untuk
allowable increase memiliki batasan kepekaan, seperti pada bulan
November 2010 manajemen dapat memproduksi hingga batas
kenaikan 171,435 agar tidak merubah kombinasi optimum produk
yoghurt drink dan stirred.
4.10 Analisis Post Optimal
Analisis post optimal dilakukan untuk mencari kemungkinan-
kemungkinan dan besarnya perubahan pada solusi optimal, apabila terjadi
perubahan pada koefisien nilai fungsi tujuan dan nilai sebelah kanan kendala.
Pada penelitian yang dilakukan, analisis post optimal akan digunakan dengan
melakukan perubahan terhadap input produksi, yaitu menaikkan total biaya
bahan baku Susu Segar dan mengurangi jumlah TKL untuk bagian produksi
yoghurt stirred.
Analisis post optimal pada penelitian ini difokuskan pada beberapa
skenario, yaitu:
1. Menaikkan total biaya bahan baku susu segar dari harga awal Rp. 3.900,-
menjadi Rp. 4.300,- per liternya. Hal ini didasarkan pada harga tertinggi
73
untuk mutu susu terbaik yang diberi harga oleh perusahaan Rp 4.300 per
liter.
2. Menurunkan tenaga kerja langsung bagian pengemasan untuk yoghurt
stirred dan menggantinya dengan mesin pengemasan, dengan menurunkan
tenaga kerja dari 15 menjadi 9 orang.
4.10.1 Skenario 1
Pada skenario 1 ini perusahaan menaikan biaya bahan baku susu
segar menjadi harga tertinggi (Rp. 4,300 per liter), maka keuntungan
perusahaan setelah mengalami kenaikan bahan baku susu segar dapat
dilihat pada Tabel 39.
Tabel 39. Keuntungan produk Yoghurt Drink dan Stirred
pada Skenario 1
Keuntungan/ cup
Tahun Bulan
Yoghurt drink
(Rp)
Yoghurt stirred
(Rp)
2010
Juli 1.105 1.374
Agustus 1.122 1.342
September 1.118 965
Oktober 1.052 920
November 1.007 965
desember 1.032 1.241
Dari Tabel 39 dapat dirumuskan untuk memaksimumkan fungsi
tujuan sebagai berikut :
Maks Z = 1.105 X11 + 1.122X12 + 1.118 X13 + 1.052 X14 + 1.007 X15 +
1.032X16 + 1.374 X21 +1.342 X22 + 965 X23 + 920 X24 +
1.965 X25 + 1.241 X26
Berdasarkan hasil dari peningkatan biaya bahan baku susu segar
nilai fungsi tujuan pada model mengalami perubahan. Kondisi optimum
74
yoghurt drink dan stirred yang didapatkan setelah diolah oleh Software
Lindo dapat dilihat pada Tabel 40.
Tabel 40. Kombinasi produk optimum pada Skenario 1
Bulan Peubah Kondisi aktual Kondisi
optimal
Juli X11 323.864 248.137,5
Agustus X12 337.327 248.137,5
September X13 334.301 262.250,7
Oktober X14 288.083 220.642,5
November X15 263.778 193.019,9
Desember X16 277.102 204.894,0
Juli X21 39.080 209.580,8
Agustus X22 38.506 209.580,8
September X23 32.759 185.185,1
Oktober X24 32.184 184.210,5
November X25 32.759 185.185,1
Desember X26 36.782 187.165,7
Berdasarkan hasil olahan lindo, keuntungan yang didapatkan pada
skenario 1 adalah Rp. 2.830.538.000. (Lampiran 9).
4.10.2 Skenario 2
Pada analisis post optimal skenario 2, model diuji dengan
melakukan perubahan pada koefisien fungsi kendala, yaitu menurunkan
TKL untuk produksi yoghurt Stirred dari 15 orang menjadi 9 orang.
Dasar asumsi tersebut didasarkan pada tenaga manusia untuk bagian
filling diganti dengan tenaga mesin yang bertujuan untuk mempercepat
proses filling. Adaanya pergantian ini, koefisien mesin filling untuk
yoghurt stirred dan jam tenaga kerja manusia berubah (Tabel 41).
75
Tabel 41. Perubahan jam kerja mesin kemasan Yoghurt Stirred
Bulan Peubah
penggunaan
per bulan
(jam)
Produksi Koefisien RHS
Juli X21 7,82 39.080 0,00020 525
Agustus X22 7,82 38.506 0,00020 525
September X23 7,82 32.759 0,00024 350
Oktober X24 7,82 32.184 0,00024 350
November X25 7,82 32.759 0,00024 350
Desember X26 7,82 36.782 0,00021 350
Dari Tabel 41 dapat dijadikan sebuah kendala baru berikut :
0,00020 X21 <= 350
0,00020 X22 <= 350
0,00024 X23 <= 350
0,00024 X24 <= 350
0,00024 X25 <= 350
0,00021 X26 <= 350
Tabel 42. Perubahan jam kerja tenaga kerja langsung
Bulan
Jam kerja/
bulan (jam)
Produksi
(kemasan)
Koefisien
(jam/kemasan) RHS
Juli 51,75 39.080 0,001324 525
Agustus 50,99 38.506 0,001324 525
September 43,44 32.759 0,001326 350
Oktober 42,69 32.184 0,001326 350
November 43,44 32.759 0,001326 350
Desember 48,73 36.782 0,001325 350
Nilai koefisien kendala ketersediaan jam kerja TKL pada skenario 2
dapat dilihat pada Tabel 42.
0,001324 X21 <= 525
76
0,001324 X22 <= 525
0,001326 X23 <= 350
0,001326 X24 <= 350
0,001326 X25 <= 350
0,001325 X26 <= 350
Sebelum analisis Lindo dilakukan terlebih dahulu mencari
keuntungan optimum setelah pengurangan tenaga kerja. Hasil dapat
dilihat pada Tabel 43.
Tabel 43. Keuntungan Produk Yoghurt Drink dan Stirred pada Skenario 2
keuntungan/ cup
Tahun Bulan
yoghurt drink
(Rp)
yoghurt strred
(Rp)
2010
Juli 1.228,42 1.600,49
Agustus 1.243,70 1.376,97
September 1.240,38 99,95
Oktober 1.180,87 954.84
November 1.141,21 999,95
Desember 1.163,81 1.276,23
Berdasarkan hasil dari pengurangan biaya produksi atas
perampingan karyawan bagian yoghurt stirred, maka fungsi tujuan
adalah :
Maks Z = 1.229 X11 + 1.244 X12 + 1.241 X13 + 1.189 X14 + 1.142 X15 +
1.164 X16 + 1.600 X21 +1.377 X22 + 1.000 X23 + 955 X24 +
1.000 X25 + 1.277 X26
77
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis Lindo pada Skenario
2, dapat dilihat pada Lampiran 10, keuntungan perusahaan bertambah
lebih lebih besar dari keuntungan awal (Rp3.367.956.000). Untuk melihat
kombinasi optimum yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 44.
Tabel 44. Kombinasi produk optimal produk Yoghurt Drink dan Stirred
Bulan Peubah Kondisi aktual Kondisi optimal
Juli X11 323.864 220.803,2
Agustus X12 337.327 236.866,4
September X13 334.301 227.108,7
Oktober X14 288.083 184.603,6
November X15 263.778 157.877,9
Desember X16 277.102 170.981,5
Juli X21 39.080 270.061,7
Agustus X22 38.506 270.061,7
September X23 32.759 263.951,7
Oktober X24 32.184 263.951,7
November X25 32.759 263.951,7
Desember X26 36.782 264.150,9
Secara keseluruhan, perbandingan nilai keuntungan (Lampiran 11).
menunjukkan nilai terendah pada hasil post optimal skenario 1. Hal ini
dikarenakan kenaikan biaya bahan baku susu segar dari Rp3,900 menjadi
Rp4.300 menambah biaya produksi secara keseluruhan. Untuk nilai
keuntungan terbesar ada pada post optimal skenario 2. Hal ini
dikarenakan pengurangan tenaga kerja pada bagian pengemasan yoghurt
stirred dan menggantinya dengan tenaga mesin secara langsung yang
mengurangi biaya produksi untuk tenaga kerja dan menurunkan nilai
koefisien untuk jam kerja mesin filling bagian yoghurt stirred.
78
4.11. Implikasi manajerial
Dari hasil perhitungan Lindo yang telah dilakukan, dapat diberikan
informasi berguna bagi PT. Cimory untuk mengatur kapasitas produksinya di
masing-masing bagian produksi yaitu untuk yoghurt drink dan stirred. hasil
perhitungan Lindo menunjukan bahwa untuk persediaan bahan baku susu segar
masih banyak mengalami surplus, maka pihak manajemen harus dapat
memperhitungkan berapa kapasitas pemesanan yang harus dipesan kepada
peternak. Begitu juga dengan bahan penolong untuk pembuatan yoghurt.
sehingga tidak terlalu banyak menyimpan stok, atau perputaran keuangan dapat
berjalan dengan baik.
Untuk kapasitas mesin masih banyak waktu yang terbuang, dikarenakan
kapasitas produksi yang belum optimal, maka perlu ditingkatkan jam kerja
mesin sesuai dengan kapasitas produksi optimal, Disamping mengurangi jam
kerja karyawan.
79
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Yoghurt drink hasil optimal menunjukan bahwa jumlah produk yang ada
pada kondisi aktual masih berlebih bila dibandingkan dengan produk
Yoghurt stirred yang jumlahnya kurang dari komninasi produk optimal.
Dalam kombinasi ini, produk yang memiliki potensi untuk mencapai
keuntungan optimal adalah susu Yoghurt stirred.
b. Pemakaian sumber daya produksi PT. Cimory belum efisien, terlihat dari
jumlah bahan baku dan bahan penunjang yang masih banyak berlebih
disetiap bulannya, yaitu Untuk jam tenaga kerja, masih banyak waktu kerja
yang terbuang di dalam proses produksi, akibatnya belum seimbangnya
antara jam kerja karyawan dan jumlah produk yang akan diproses, serta hal
yang sama ditemui pada jam mesin produksi belum terpakai optimal.
c. Keuntungan aktual perusahaan selama bulan yang diuji pada tahun 2010
sebesar Rp2.356.998.626 dan pasca kondisi optimum Rp2.978.937.000.
artinya perusahaan masih dapat menerima keuntungan tambahan
Rp621.938.374
d. Untuk penguji solusi optimal awal dengan dua (2) skenario, yaitu peningkatan
biaya bahan baku susu segar dari Rp3.900 menjadi Rp4.300 dan pengurangan
TKL untuk bagian pengemasan yoghurt stirred. Dari kedua skenario dan
solusi optimal didapatkan nilai keuntungan terbesar pada skenario dua (2)
dengan keuntungan total Rp. Rp3.367.956.000 dan keuntungan terbesar
kedua pada solusi optimum Rp2.978.937.000, serta keuntungan terbesar
ketiga pada skenario satu (1) Rp2.830.538.000.
2. Saran
80
a. Perusahaan diharapkan lebih fokus untuk memproduksi yoghurt stirred
dibandingkan yoghurt drink, karena hasil keuntungan maksimal lebih
banyak diperoleh dari pada memproduksi yoghurt stirred.
b. Perusahaan akan lebih efektif, apabila mengganti tenaga manusia dengan
tenaga mesin untuk pengemasan yoghurt stirred, dimana tenaga kerja yang
tidak terpakai dapat dipindahkan ketempat produksi yang baru, misal di
Semarang dan Sentul, Bogor.
c. Untuk menjaga keseimbangan persediaan, diharapkan perusahaan dapat
menerapkan sistem Material Requirement Planning (MRP) atau Just in
Time (JIT) yang tepat, agar tidak terjadi pemborosan biaya persediaan di
gudang.
81
DAFTAR PUSTAKA
Asmita, Y. 2009. Optimalisasi Produksi Susu Pasteurisasi di Koperasi Susu Sintari
Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Skripsi pada Bogor Program Studi
Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Assauri, S. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
BSN. 1998. Standar Susu Segar.
http://sisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/detail_sni/11914. [11-03-12]
Chen, J. 2009. Ayo Kita Nyusu. http://baltyra.com. [08-10-11].
Direktorat Jendral Peternakan. 2009. Populasi Sapi Perah Tahun 2004-2009.
http://www. Ditjennak.go.id. [ 08-10-11].
Faris, A. Y. 2009. Kajian Optimasi Untuk meningkatkan Profitabilitas Pada PT.
PISMATEX Pekalongan. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Handoko, T. H. 2002. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. BPFE,
Yogyakarta.
Hariyadi, P. 2011. Faktor Kritis pada Proses Aseptis untuk Susu UHT.
http://www.google.co.id/#hl=id&sclient=psyab&q=pdf+tentang+susu+UHT&
[29-02-12].
Herdita, J. 2010. Homogenisasi Susu. http://gedanggoreng23.blogspot.com. [ 04-11-
11].
Heizer, J. dan B. Render. 2005. Manajemen Operasi (Terjemahan). Salemba Empat,
Jakarta.
Irawan, A. 2011. Pemerintah Akui RI Ketergantungan Impor Susu.
http://finance.detik.com. [ 08-10-11].
Kompas. 2010. Konsumsi Susu Nasional Rendah. http://health.kompas.com. [08-10
11].
Lestari, S. 2009. Optimasi Produksi Adenium dan Aglaonema di PT. Istana Alam
Dewi Tara, Sawangan, Depok. Skripsi pada Program Studi Manajemen
Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Mulyono, S. 1991. Operation Research. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta.
Saleh, E. 2011. Dasar pengolahan Susu dan hasil Ikutan ternak.
http://googlw.co.id/#hl=id&output=search&sclient=psy
ab&q=pdf+tentang+susu [29-02-12].
82
Siswanto. 2007. Operation Research. Erlangga, Jakarta.
Soekartawi. 1992. Linear Programming. Rajawali Press, Jakarta.
Supranto, J. 1988. Riset Operasi. UI Press, Jakarta.
Taha, H. 1999. Riset Operasi Suatu Pengantar (Jilid 1). Binarupa Aksara, Jakarta.
Wardhani, M. 2010. Optimasi Produksi Susu Pasteurusasi di Pengalengan Kabupaten
Bandung, Jawa Barat. Skripsi pada Program Studi Manajemen Agribisnis,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Widodo, W. 2002. Bioteknologi Fermentasi Susu.
http://www.google.co.id/#hl=id&sclient=psy-ab&q=PDF+susu+Yoghurt&
[29-02-12].
83
LAMPIRAN
84
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara
Tahap 1 (Secara Umum)
1. Profil perusahaan PT. Cimory ?
2. Struktur organisasi ?
3. Produk olahan apakah yang menjadi output ?
4. Bagaimana sistem pemasaran produk, Job Order, atau Stock ?
5. Proses produksi operasi yoghurt ?
6. Kapasitas yoghurt 1 hari ?
7. Data penjualan yoghurt selama 1 tahun ?
8. Harga jual yoghurt per satuan ?
9. Berapa jumlah karyawan di PT. Cimory ?
10. Ada berapa shift 1 (satu) hari kerja ?
11. Dalam seminggu ada berapa hari kerja ?
12. Berapa liter susu yang tersedia setiap harinya ?
13. Berapa kapasitas susu untuk masing-masing jenis produk (fress milk, yoghurt, dan frozen
food) ?
14. Berapa banyak susu yang digunakan untuk membuat masing-masing jenis yoghurt ?
15. Mesin apakah yang digunakan untuk memproduksi yoghurt ?
16. Bahan baku dan bahan penolong apa saja yang digunakan untuk membuat yoghurt ?
(tidak perlu disebutkan produk yang menjadi rahasia perusahaan cukup inisial atau kode)
17. Kapasitas mesin yoghurt ?
18. Berapa waktu yang diperlukan untuk 1 (satu) kali proses produksi yoghurt ?
19. Berapa waktu yang diperlukan untuk membuat 1 yoghurt ?
20. Pemasaran produk kemana saja ?
21. Berada dimanakah peternakan yang menjadi pemasok susu segar PT. Cimory ?
22. Berada dimanakah kantor pusat Cimory ?
23. Bagaimana Sistem distribusi susu ?
Tahap 2 ( pembiayaan)
1. Biaya dari bahan baku (peubah), termasuk tenaga kerja ?
2. Biaya tetap seperti telepon, air, listrik, dll
85
Lampiran 2. Struktur organisasi PT. Cimory Cisarua Bogor
Keterangan : RIQA = Reserch Inovation Quality Asurance
QC = Quality Control
QA = Quality Asurance
RnD = Reserch and Development
Owner
Manajer Umum
Manajemen Bisnis
Manajer
RIQA
QC Supervisor Staff
Kepala Bagian
Manajer
Produksi
Manajer
keuangan
Manajer
Maintenance
Manajer
Gudang
QA Supervisor
RnD Supervisor Staff
Staff
Foreman
Prod. Keju
Foreman Prod.
Yoghurt
Foreman Prod.
Susu Pasteurisasi
Foreman Prod.
Kue-kue
Leader
Yoghurt Drink
Leader Yoghurt Seat
dan Yoghurt Stirred
Staff
Staff Yoghurt
Seat
Staff Yoghurt
Stirred
86
Lampiran 3. Aliran proses produksi PT. Cimory
a. Proses produksi yoghurt drink
No Uraian Proses
Produksi Lambang
Waktu
(menit)
1 Susu sampai di
tempat penerimaan
20
2 Pemeriksaaan (susu
di timbang)
10
3
Susu masuk ketempat
penyimpanan
sementara (mix tank)
15
4 Susu diperiksa
kandungannya
10
5 Susu masuk ke mesin
pasteurisasi
0,5
6 Susu masuk kemesin
mixing
5
7 Pencampuran gula
10
8 Pemeriksaaan
kandungan dan suhu 10
9 Masuk ke mesin
inkubator
420
10 Pemeriksaan suhu 5
11 Proses homogenisasi
60
12 Masuk mesin mix
tank
5
13 Pencampuuran perasa
dan pewarna
30
14 Pemeriksaan suhu
10
15 Susu dimasukan ke
dalam cup 0,012
16 Pemindahan ke dalam
gudang
5
17 Penyimpanan
840
87
Lanjutan Lampiran 3
b. Proses Produksi Yoghurt Stirred
No Uraian Proses Produksi Lambang Waktu
(menit)
1 Susu sampai di tempat
penerimaan
20
2 Pemeriksaaan ( susu di
timbang)
10
3 Susu masuk ketempat
pemenyimpanan
sementara (mix tank)
15
4 Susu diperiksa
kandungannya
10
5 Susu masuk ke mesin
pasteurisasi
0,5
6 Susu dipindahkan ke
mesin inkubator
5
7 Proses inkubator
420
8 Pemeriksaaan kandungan
dan suhu
10
9 Susu masuk kemesin
mixing
5
10 Pencampuran pemanis
dan pewarna + selai buah
10
11 Pemeriksaan suhu
10
12 Susu dimasukan ke
dalam kemasan cup
0,16
13 Susu dimasukan ke
dalam dus
10
14 Pemindahan ke dalam
gudang
5
15 Penyimpanan
840
88
Lanjutan Lampiran 3
Keterangan lambang
: Operasi (suatu tugas atau kegiatan kerja)
: Transportasi (pemindahan bahan dari satu tempat ke tempat lain)
: Inspeksi (pemeriksaan kuantitas, atau mutu produk)
: Penundaan atau delay (penundaan dalam urutan operasi-operasi)
: Penyimpanan (penyimpanan bahan-bahan menunggu operasi
selanjutnya)
: Proses gabungan
89
Lampiran 4. Kapasitas produksi
Bulan kemasan / bulan kapasitas desain/ bulan
Kapasitas efektif / bulan Utilisasi/ bulan
(%)
Efesiensi
(%)
yoghurt
drink
yoghurt
stirred
yoghurt
drink
yoghurt
stirred
yoghurt
drink
yoghurt
stirred
yoghurt
drink
yoghurt
stirred
yoghurt
drink
yoghurt
stirred
Juli 323,864 39,080 1,648,422 3,480,000 1,421,053 3,000,000 19,6 1,2 22,79 1,30
Agsutus 337,327 38,506 1,648,422 3,480,000 1,421,053 3,000,000 20,5 1,1 23,74 1,28
September 334,301 32,759 1,648,422 3,480,000 1,421,053 3,000,000 20,2 0,9 23,52 1,09
Oktober 288,083 32,184 1,648,422 3,480,000 1,421,053 3,000,000 17,5 0,9 20,27 1,07
November 263,778 32,759 1,648,422 3,480,000 1,421,053 3,000,000 16 0,9 18,56 1,09
Desember 277,102 36,782 1,648,422 3,480,000 1,421,053 3,000,000 16,8 1,1 19,50 1,23
90
Lampiran 5. Biaya produksi yoghurt
Tahun Bulan Biaya Variabel (Rp)
Susu
(a)
Gula
(b)
Pemanis
(c)
Pewarna
(d)
Kemasan
(e)
Bakteri
(f)
2010
Juli 243.772.159,09 103.636.363,64 9.327.272,73 4.922.727,27 485.795.454,55 250.022.727,27
Agustus 253.906.250,00 107.944.732,30 9.715.025,91 5.127.374,78 505.990.932,64 260.416.666,67
September 251.628.000,00 106.976.165,80 9.627.854,92 5.081.367,88 501.450.777,20 258.080.000,00
Oktober 216.840.000,00 92.186.528,50 8.296.787,56 4.378.860,10 432.124.352,33 222.400.000,00
November 198.545.454,55 84.408.855,39 7.596.796,99 4.009.420,63 395.666.509,66 203.636.363,64
Desember 208.575.000,00 88.672.778,00 7.980.550,02 4.211.956,95 415.653.646,87 213.923.076,92
Tahun Bulan
2010
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Biaya Tetap (Rp)
Tenaga kerja
(g)
Listrik + Telepon
(h)
Perawatan
(i)
Pajak
(j)
112.500.000 25.000.000 1,500,000 161.931.818,18
112.500.000 25.000.000 1,500,000 168.663.644,21
112.500.000 25.000.000 1,500,000 167.150.259,07
112.500.000 25.000.000 1,500,000 144.041.450,78
112.500.000 25.000.000 1,500,000 131.888.836,55
112.500.000 25.000.000 1,500,000 138.551.215,62
a. Biaya produksi untuk yoghurt drink
91
Lanjutan Lampiran 5
Total Biaya/Bulan
(Rp)
(k)
Harga Jual
Sebelum
Pajak
(Rp)
(l)
Pajak
(%)
(m)
Total Pajak
(Rp)
(n)
Harga Jual
Setelah
Pajak
(Rp)
(o)
Pendapatan
(Rp)
(p)
Keuntungan/ Bulan
(Rp)
(q)
Keuntungan/
Cup
(Rp)
(r)
1,398,408,522.73 5.000 10 500 5.500 1.781.250.000 382.841.477,27 1.182,11
1,450,764,626.51 5.000 10 500 5.500 1.855.300.086 404.535.459,84 1.199,24
1,438,994,424.87 5.000 10 500 5.500 1.838.652.850 399.658.424,87 1.195,51
1,259,267,979.27 5.000 10 500 5.500 1.584.455.959 325.187.979,27 1.128,80
1,164,752,237.40 5.000 10 500 5.500 1.450.777.202 286.024.964,67 1.084,34
1,216,568,224.39 5.000 10 500 5.500 1.524.063.372 307.495.147,47 1.109,68
Rp2.105.743.453,40
Keterangan :
k = a + b…..+ j.
n = l x m
0 = l + n
q = p – k
92
Lanjutan Lampiran 5
b. Biaya produksi untuk yoghurt stirred
biaya variabel (Rp)
Bulan Susu
(a)
Gula
(b)
Pemanis
(c)
Pewarna
(d)
Selai
(e)
Kemasan
(f)
Bakteri
(g)
Juli 13.260.000 5.002.299 609.655 234.483 11.220.000 13.678.161 13.600.000
Agustus 13.065.000 4.928.736 600.690 231.034 11.055.000 13.477.011 13.400.000
September 11.115.000 4.193.103 511.034 196.552 9.405.000 11.465.517 11.400.000
Oktober 10.920.000 4.119.540 502.069 193.103 9.240.000 11.264.368 11.200.000
November 11.115.000 4.193.103 511.034 196.552 9.405.000 11.465.517 11.400.000
Desember 12.480.000 4.708.046 573.793 220.690 10.560.000 12.873.563 12.800.000
Bulan
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
biaya tetap (Rp)
Tenaga Kerja
(h)
Listrik + Telepon
(i)
Perawatan
(j)
Pajak
(k)
56.250.000 25.000.000 1.500.000 19.540.230
56.250.000 25.000.000 1.500.000 19.252.874
56.250.000 25.000.000 1.500.000 16.379.310
56.250.000 25.000.000 1.500.000 16.091.954
56.250.000 25.000.000 1.500.000 16.379.310
56.250.000 25.000.000 1.500.000 18.390.805
93
Lanjutan Lampiran 5
Total Biaya
/Bulan
(Rp)
(l)
Total/ Hari
(Rp)
(m)
Harga Jual
Sebelum Pajak
(Rp)
(n)
Pajak
(%)
(o)
Total
Pajak
(Rp)
(p)
Harga Jual
Setelah
Pajak
(Rp)
(r)
Pendapatan
(Rp)
(s)
Keuntungan/
Bulan
(Rp)
(t)
Keuntungan/
Cup
(Rp)
(u)
159.894.828 6.395.793 5.000 10 500 5.500 214.942.529 55.047.701 1.409
158.760.345 6.350.414 5.000 10 500 5.500 211.781,609 53.021.264 1.377
147.415.517 5.896.621 5.000 10 500 5.500 180.172.414 32.756.897 1.000
146.281.034 5.851.241 5.000 10 500 5.500 177.011.494 30.730.460 955
147.415.517 5.896.621 5.000 10 500 5.500 180.172.414 32.756.897 1.000
155.356.897 6.214.276 5.000 10 500 5.500 202.298.851 46.941.954 1.276
Rp251.255.172
Keterangan :
l = a+b….+ k
p = n x o
r = n + p
t = s – l
94
Lampiran 6. Koefisien jam kerja mesin
Catatan : untuk mesin pengemasan satuannya adalah botol dan cup
Bulan
Produk Jenis mesin
Penggunaan
per bulan
(jam)
Jumlah
produksi
(l)
Koefisien RHS
Agustus
x1
Pasteurisasi
(250 l) 2,1701 65.104 0,00003 525
Inkubator
(5400 l) 84,39 65.104 0,00129 525
Homogenisasi 6,21040 65.104 0,00010 525
Mix Tank
( 2550 l) 4,0591 65.104 0,000065 525
Pengemasan 67,4655 337.327 0,00020 525
x2
Pasteurtisasi 0,1117 3.350 0,00003 350
Inkubator 58,6250 3.350 0,01750 525
Mix
Tank(2550 l) 0,66 3.350 0,00020 350
Pengemasan 64,1762 38.506 0,00167 350 Catatan : untuk mesin pengemasan satuannya adalah botol dan cup
Bulan
Produk Jenis mesin
Penggunaan
per bulan
(jam)
Jumlah
produksi
(l)
Koefisien RHS
Juli
x1
Pasteurisasi
(250 l) 2,0835 62.506 0,00003 525
Inkubator
(5400 l) 80,63274 62.506 0.001296 525
Homogenisasi 6,25057 62.506 0,00010 525
Mix Tank
(2550 l) 4,0853 62.506 0,000065 525
Pengemasan 64,7727 323.864 0,00020 525
x2
Pasteurtisasi 0,1133 3.400 0,00003 350
Inkubator 59,5000 3.400 0,01750 525
Mix Tank
(2550 l) 0,67 3.400 0,00020 350
Pengemasan 65,1341 39.080 0,00167 350
95
Lanjutan Lampiran 6
Bulan
Produk Jenis mesin
Penggunaan
per bulan
(jam)
Jumlah
produksi
(l)
Koefisien RHS
September
x1
Pasteurisasi
(250 l) 2,1507 64,520 0.00003 525
Inkubator
(5400 l) 83,6370 64,520 0.001296 525
Homogenisasi 6,45200 64,520 0.00010 525
Mix Tank
( 2550 l) 4,2170 64,520 0.000065 525
Pengemasan 66,8601 334,301 0.00020 525
x2
Pasteurtisasi 0,0950 2,850 0.00003 350
Inkubator 49,8750 2,850 0.01750 525
Mix Tank
(2550 l) 0,5588 2,850 0.00020 350
Pengemasan 54,5977 32,759 0.00167 350 Catatan : untuk mesin pengemasan satuannya adalah botol dan cup
Bulan
Produk Jenis mesin
Penggunaan
per bulan
(jam)
Jumlah
produksi
(l)
Koefisien RHS
Oktober
x1
Pasteurisasi
(250 l) 1,8533 55.600 0,00003 525
Inkubator
(5400 l) 72.0740 55.600 0,001296 525
Homogenisasi 5,56000 55.600 0,00010 525
Mix Tank
( 2550 l) 3,6340 55.600 0,000065 525
Pengemasan 57,6166 288.083 0,00020 525
x2
Pasteurtisasi 0,0933 2.800 0,00003 350
Inkubator 49,0000 2.800 0,01750 525
Mix Tank
(2550 l) 0,55 2.800 0,00020 350
Pengemasan 53,6398 32.184 0,00167 350 Catatan : untuk mesin pengemasan satuannya adalah botol dan cup
96
Lanjutan lampiran 6
Bulan
Produk Jenis mesin
Penggunaan
per bulan
(jam)
Jumlah
produksi
(l)
Koefisien RHS
November
x1
Pasteurisasi
(250 l) 1,6970 50.909 0,00003 525
Inkubator
(5400 l) 65,9931 50.909 0,001296 525
Homogenisasi 5,09090 50.909 0,00010 525
Mix Tank
(2550 l) 3,3274 50,909 0,000065 525
Pengemasan 52,7555 263.778 0,00020 525
x2
Pasteurtisasi 0,0950 2.850 0,00003 350
Inkubator 49,8750 2.850 0,01750 525
Mix Tank
(2550 l) 0,56 2.850 0,00020 350
Pengemasan 54,5977 32.759 0,00167 350 Catatan : untuk mesin pengemasan satuannya adalah botol dan cup
Bulan
Produk Jenis mesin
Penggunaan
per bulan
(jam)
Jumlah
produksi
(l)
Koefisien RHS
Desember
x1
Pasteurisasi
(250 l) 1,7827 53.481 0,00003 525
Inkubator
(5400 l) 69,3272 53.481 0,001296 525
Homogenisasi 5,34810 53.481 0,00010 525
Mix Tank
( 2550 l) 3,4955 53.481 0,000065 525
Pengemasan 55,4205 277.102 0,00020 525
x2
Pasteurtisasi 0,1067 3.200 0,00003 350
Inkubator 56,0000 3.200 0,01750 525
Mix Tank
(2550 l) 0,63 3.200 0,00020 350
Pengemasan 61,3027 36.782 0,00167 350 Catatan : untuk mesin pengemasan satuannya adalah botol dan cup
97
Lanjutan Lampiran 6
Kendala jam kerja manusia
Tahun Bulan Jam kerja/
bulan (jam)
Produksi
(kemasan)
Koefisien
(jam/kemasan) RHS
2010
Juli 365,14 323.864 0,00113 525
Agustus 381,11 337.327 0,00113 525
September 377,64 334.301 0,00113 525
Oktober 325,67 288.083 0,00113 525
November 298,31 263.778 0,00113 525
Desember 313,31 277.102 0,00113 525
Bulan
Jam kerja/
bulan (jam)
Produksi
(kemasan)
Koefisien
(jam/kemasan) RHS
Juli 63,2 39.080 0,00162 525
Agustus 62,29 38.506 0,00162 525
September 54,18 32.759 0,00165 350
Oktober 53,37 32.184 0,00166 350
November 54,18 32.759 0,00165 350
Desember 59,83 36.782 0,00163 350
Jam Tenaga Kerja langsung untuk Yoghurt Stirred Skenario 2
Bulan
Jam kerja/
bulan (jam)
Produksi
(kemasan)
Koefisien
(jam/kemasan) RHS
Juli 51,749 39.080 0,001324 525
Agustus 50,99 38.506 0,001324 525
September 43,44 32.759 0,001326 350
Oktober 42,69 32.184 0,001326 350
November 43,44 32.759 0,001326 350
Desember 48,73 36.782 0,001325 350
98
Lampiran 7. Analisis Lindo Optimal
Max 1182 X11 + 1199 X12 + 1196 X13 + 1129 X14 + 1084 X15 + 1110 X16 + 1409 X21
+1377 X22 + 1000 X23 + 955 X24 + 1000 X25 + 1276 X26
Subject To
0.193 X11 + 0.087 X21 <= 70000
0.193 X12 + 0.087 X22 <= 70000
0.193 X13 + 0.087 X23 <= 70000
0.193 X14 + 0.087 X24 <= 60000
0.193 X15 + 0.087 X25 <= 60000
0.193 X16 + 0.087 X26 <= 60000
0.04 X11 + 0.016 X21 <= 20000
0.04 X12 + 0.0016 X22 <= 20000
0.04 X13 + 0.0016 X23 <= 20000
0.04 X14 + 0.0016 X24 <= 20000
0.04 X15 + 0.016 X25 <= 20000
0.04 X16 + 0.0016 X26 <= 20000
0.00024 X11 + 0.00013 X21 <= 120
0.00024 X12 + 0.00013 X22 <= 120
0.00024 X13 + 0.00013 X23 <= 120
0.00024 X14 + 0.00013 X24 <= 120
0.00024 X15 + 0.00013 X25 <= 120
99
Lanjutan Lampiran 7.
0.00024 X16 + 0.00013 X26 <= 120
0.00019 X11 + 0.000075X21 <= 100
0.00019 X12 + 0.000075X22 <= 100
0.00019 X13 + 0.000075X23 <= 100
0.00019 X14 + 0.000075X24 <= 100
0.00019 X15 + 0.000075X25 <= 100
0.00019 X16 + 0.000075X26 <= 100
0.00077 X11 + 0.000348X21 <= 264
0.00076 X12 + 0.000348 X22 <= 274
0.00078 X13 + 0.000348X23 <= 269
0.00077 X14 + 0.000348 X24 <= 234
0.00078 X15 + 0.000348 X25 <= 215
0.00079 X16 + 0.000348 X26 <= 227
0.00026 X11 <= 525
0.00026 X12 <= 525
0.00026 X13 <= 525
0.00026 X14 <= 525
0.00027 X15 <= 525
0.00026 X16 <= 525
100
Lanjutan Lampiran 7.
0.00186 X21 <= 525
0.00186 X22 <= 525
0.00189 X23 <= 350
0.00190 X24 <= 350
0.00189 X25 <= 350
0.00187 X26 <= 350
0.00003 X11 + 0.00003 X21 <= 525
0.00003 X12 + 0.00003 X22 <= 525
0.00003 X13 + 0.00003 X23 <= 525
0.00003 X14 + 0.00003 X24 <= 525
0.00003 X15 + 0.00003X25 <= 525
0.00003 X16 + 0.00003 X26 <= 525
0.001296 X11 <= 525
0.001296 X12 <= 525
0.001296 X13<= 525
0.001296 X14 <= 525
0.001296 X15 <= 525
0.001296 X16 <= 525
0.001296 X21 <= 350
0.001296 X22 <= 350
0.001296 X23<= 350
0.001296 X24 <= 350
0.001296 X25 <= 350
0.001296 X26 <= 350
0.0001 X11 <= 525
0.0001 X12 <= 525
0.0001 X13<= 525
0.0001 X14 <= 525
0.0001 X15 <= 525
0.0001 X16 <= 525
0.000065 X11 <= 525
0.000065 X12 <= 525
0.000065 X13<= 525
0.000065 X14 <= 525
101
Lanjutan Lampiran 7.
0.000065 X15 <= 525
0.000065 X16 <= 525
0.0002 X21 <= 350
0.0002 X22 <= 350
0.0002 X23<= 350
0.0002 X24 <= 350
0.0002 X25 <= 350
0.0002 X26 <= 350
0.0002 X11 <= 525
0.0002 X12 <= 525
0.0002 X13<= 525
0.0002 X14 <= 525
0.0002 X15 <= 525
0.0002 X16 <= 525
0.00167 X21 <= 350
0.00167 X22 <= 350
0.00167 X23<= 350
0.00167 X24 <= 350
0.00167 X25 <= 350
0.00167 X26 <= 350
X21 >= 13750
X22 >= 13750
X23 >= 13750
X24 >= 13750
X25 >=13750
X26 >= 13750
End
102
Lanjutan Lampiran 7.
Hasil Analisis Lindo
LP OPTIMUM FOUND AT STEP 12
OBJECTIVE FUNCTION VALUE
1) 0.2978937E+10
VARIABLE VALUE REDUCED COST
X11 248137.500000 0.000000
X12 264560.343750 0.000000
X13 262250.718750 0.000000
X14 220642.515625 0.000000
X15 193019.937500 0.000000
X16 204894.062500 0.000000
X21 209580.828125 0.000000
X22 209580.828125 0.000000
X23 185185.187500 0.000000
X24 184210.515625 0.000000
X25 185185.187500 0.000000
X26 187165.765625 0.000000
103
Lanjutan Lampiran 7.
ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES
2) 3875.929932 0.000000
3) 706.320190 0.000000
4) 3274.501221 0.000000
5) 1389.677612 0.000000
6) 6636.040039 0.000000
7) 4172.023926 0.000000
8) 6721.206543 0.000000
9) 9082.256836 0.000000
10) 9213.675781 0.000000
11) 10879.562500 0.000000
12) 9316.239258 0.000000
13) 11504.772461 0.000000
14) 33.201492 0.000000
15) 29.260010 0.000000
16) 32.985756 0.000000
17) 43.098427 0.000000
18) 49.601139 0.000000
19) 46.493877 0.000000
20) 37.135311 0.000000
21) 34.014969 0.000000
22) 36.283474 0.000000
23) 44.262131 0.000000
104
Lanjutan Lampiran 7.
24) 49.437321 0.000000
25) 47.032696 0.000000
26) 0.000000 1535065.000000
27) 0.000000 1577631.500000
28) 0.000000 1533333.375000
29) 0.000000 1466233.750000
30) 0.000000 1389743.625000
31) 0.000000 1405063.250000
32) 460.484253 0.000000
33) 456.214325 0.000000
34) 456.814819 0.000000
35) 467.632935 0.000000
36) 472.884613 0.000000
37) 471.727539 0.000000
38) 135.179657 0.000000
39) 135.179657 0.000000
40) 0.000000 246772.484375
41) 0.000000 234079.281250
42) 0.000000 273211.250000
43) 0.000000 420875.906250
44) 511.268463 0.000000
45) 510.775757 0.000000
46) 511.576935 0.000000
105
Lanjutan Lampiran 7.
47) 512.854431 0.000000
48) 513.653870 0.000000
49) 513.238220 0.000000
50) 203.413803 0.000000
51) 182.129807 0.000000
52) 185.123093 0.000000
53) 239.047302 0.000000
54) 274.846161 0.000000
55) 259.457306 0.000000
56) 78.383240 0.000000
57) 78.383240 0.000000
58) 110.000000 0.000000
59) 111.263168 0.000000
60) 110.000000 0.000000
61) 107.433167 0.000000
62) 500.186249 0.000000
63) 498.543976 0.000000
64) 498.774933 0.000000
65) 502.935760 0.000000
66) 505.697998 0.000000
67) 504.510590 0.000000
68) 508.871063 0.000000
69) 507.803589 0.000000
106
Lanjutan Lampiran 7.
70) 507.953705 0.000000
71) 510.658234 0.000000
72) 512.453674 0.000000
73) 511.681885 0.000000
74) 308.083832 0.000000
75) 308.083832 0.000000
76) 312.962952 0.000000
77) 313.157898 0.000000
78) 312.962952 0.000000
79) 312.566833 0.000000
80) 475.372498 0.000000
81) 472.087921 0.000000
82) 472.549866 0.000000
83) 480.871490 0.000000
84) 486.396027 0.000000
85) 484.021179 0.000000
86) 0.000000 523830.750000
87) 0.000000 495798.937500
88) 40.740730 0.000000
89) 42.368420 0.000000
90) 40.740730 0.000000
91) 37.433155 0.000000
92) 195830.828125 0.000000
107
Lanjutan Lampiran 7.
93) 195830.828125 0.000000
94) 171435.187500 0.000000
95) 170460.515625 0.000000
96) 171435.187500 0.000000
97) 173415.765625 0.000000
NO. ITERATIONS= 12
RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED:
OBJ COEFFICIENT RANGES
VARIABLE CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE
COEF INCREASE DECREASE
X11 1182.000000 1935.614868 1182.000000
X12 1199.000000 1808.241577 1199.000000
X13 1196.000000 1045.379272 1196.000000
X14 1129.000000 984.074646 1129.000000
X15 1084.000000 1157.379395 1084.000000
X16 1110.000000 1786.666748 1110.000000
X21 1409.000000 INFINITY 874.797363
X22 1377.000000 INFINITY 827.984253
X23 1000.000000 INFINITY 466.399994
108
Lanjutan Lampiran 7.
X24 955.000000 INFINITY 444.750641
X25 1000.000000 INFINITY 516.369263
X26 1276.000000 INFINITY 787.037964
RIGHTHAND SIDE RANGES
ROW CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE
RHS INCREASE DECREASE
2 70000.000000 INFINITY 3875.929932
3 70000.000000 INFINITY 706.320190
4 70000.000000 INFINITY 3274.501221
5 60000.000000 INFINITY 1389.677612
6 60000.000000 INFINITY 6636.040039
7 60000.000000 INFINITY 4172.023926
8 20000.000000 INFINITY 6721.206543
9 20000.000000 INFINITY 9082.256836
10 20000.000000 INFINITY 9213.675781
11 20000.000000 INFINITY 10879.562500
12 20000.000000 INFINITY 9316.239258
13 20000.000000 INFINITY 11504.772461
14 120.000000 INFINITY 33.201492
15 120.000000 INFINITY 29.260010
16 120.000000 INFINITY 32.985756
17 120.000000 INFINITY 43.098427
109
Lanjutan Lampiran 7.
18 120.000000 INFINITY 49.601139
19 120.000000 INFINITY 46.493877
20 100.000000 INFINITY 37.135311
21 100.000000 INFINITY 34.014969
22 100.000000 INFINITY 36.283474
23 100.000000 INFINITY 44.262131
24 100.000000 INFINITY 49.437321
25 100.000000 INFINITY 47.032696
26 264.000000 15.463554 191.065872
27 274.000000 2.781364 201.065872
28 269.000000 13.233735 204.555557
29 234.000000 5.544310 169.894745
30 215.000000 26.819229 150.555557
31 227.000000 17.077196 161.866318
32 525.000000 INFINITY 460.484253
33 525.000000 INFINITY 456.214325
34 525.000000 INFINITY 456.814819
35 525.000000 INFINITY 467.632935
36 525.000000 INFINITY 472.884613
37 525.000000 INFINITY 471.727539
38 525.000000 INFINITY 135.179657
39 525.000000 INFINITY 135.179657
40 350.000000 46.107773 324.012512
110
Lanjutan Lampiran 7.
41 350.000000 48.203590 323.874969
42 350.000000 46.107773 324.012512
43 350.000000 41.916168 324.287506
44 525.000000 INFINITY 511.268463
45 525.000000 INFINITY 510.775757
46 525.000000 INFINITY 511.576935
47 525.000000 INFINITY 512.854431
48 525.000000 INFINITY 513.653870
49 525.000000 INFINITY 513.238220
50 525.000000 INFINITY 203.413803
51 525.000000 INFINITY 182.129807
52 525.000000 INFINITY 185.123093
53 525.000000 INFINITY 239.047302
54 525.000000 INFINITY 274.846161
55 525.000000 INFINITY 259.457306
56 350.000000 INFINITY 78.383240
57 350.000000 INFINITY 78.383240
58 350.000000 INFINITY 110.000000
59 350.000000 INFINITY 111.263168
60 350.000000 INFINITY 110.000000
61 350.000000 INFINITY 107.433167
62 525.000000 INFINITY 500.186249
63 525.000000 INFINITY 498.543976
111
Lanjutan Lampiran 7.
64 525.000000 INFINITY 498.774933
65 525.000000 INFINITY 502.935760
66 525.000000 INFINITY 505.697998
67 525.000000 INFINITY 504.510590
68 525.000000 INFINITY 508.871063
69 525.000000 INFINITY 507.803589
70 525.000000 INFINITY 507.953705
71 525.000000 INFINITY 510.658234
72 525.000000 INFINITY 512.453674
73 525.000000 INFINITY 511.681885
74 350.000000 INFINITY 308.083832
75 350.000000 INFINITY 308.083832
76 350.000000 INFINITY 312.962952
77 350.000000 INFINITY 313.157898
78 350.000000 INFINITY 312.962952
79 350.000000 INFINITY 312.566833
80 525.000000 INFINITY 475.372498
81 525.000000 INFINITY 472.087921
82 525.000000 INFINITY 472.549866
83 525.000000 INFINITY 480.871490
84 525.000000 INFINITY 486.396027
85 525.000000 INFINITY 484.021179
86 350.000000 101.003098 327.037506
112
Lanjutan Lampiran 7.
87 350.000000 101.003098 327.037506
88 350.000000 INFINITY 40.740730
89 350.000000 INFINITY 42.368420
90 350.000000 INFINITY 40.740730
91 350.000000 INFINITY 37.433155
92 13750.000000 195830.828125 INFINITY
93 13750.000000 195830.828125 INFINITY
94 13750.000000 171435.187500 INFINITY
95 13750.000000 170460.515625 INFINITY
96 13750.000000 171435.187500 INFINITY
97 13750.000000 173415.765625 INFINITY
113
Lampiran 8. Sensitivitas mesin produksi yoghurt
a. Sensitivitas Mesin Pasteurusasi
b. Sensitivitas Mesin Inkubasi
Tahun Bulan Jenis
Yoghurt Peubah
Current
RHS
Allowable
Increase
Allowable
Decrease
2010
Juli
Drink
X11 525 INFINITY 204
Agustus X12 525 INFINITY 183
September X13 525 INFINITY 186
Oktober X14 525 INFINITY 240
November X15 525 INFINITY 275
Desember X16 525 INFINITY 260
Juli
Stirred
X21 350 INFINITY 79
Agustus X22 350 INFINITY 79
September X23 350 INFINITY 110
Oktober X24 350 INFINITY 112
November X25 350 INFINITY 110
Desember X26 350 INFINITY 118
Keterangan RHS = Right Hand Side
Tahun Bulan Current
RHS
Allowable
Increase
Allowable
Decrease
2010
Juli 525 INFINITY 512
Agustus 525 INFINITY 511
September 525 INFINITY 512
Oktober 525 INFINITY 513
November 525 INFINITY 514
Desember 525 INFINITY 514
114
Lanjutan lampiran 8.
c. Sensitivitas Mesin Homogenisasi
Tahun Bulan Peubah Current
RHS
Allowable
Increase
Allowable
Decrease
2010
Juli X11 525 INFINITY 501
Agustus X12 525 INFINITY 499
September X13 525 INFINITY 499
Oktober X14 525 INFINITY 503
November X15 525 INFINITY 506
Desember X16 525 INFINITY 505
d. Sensitivitas Mesin Mixing
Tahun Bulan Jenis
Yoghurt Peubah
Current
RHS
Allowable
Increase
Allowable
Decrease
2010
Juli
Drink
X11 525 INFINITY 509
Agustus X12 525 INFINITY 508
September X13 525 INFINITY 508
Oktober X14 525 INFINITY 511
November X15 525 INFINITY 513
Desember X16 525 INFINITY 512
Juli
Stirred
X21 350 INFINITY 309
Agustus X22 350 INFINITY 309
September X23 350 INFINITY 313
Oktober X24 350 INFINITY 314
November X25 350 INFINITY 313
Desember X26 350 INFINITY 313
Keterangan RHS = Right Hand Side
115
Lanjutan lampiran 8.
e. Sensitivitas mesin Pengemas (Filling)
Tahun Bulan Jenis
Yoghurt Peubah
Current
RHS
Allowable
Increase
Allowable
Decrease
2010
Juli
Drink
X11 525 INFINITY 476
Agustus X12 525 INFINITY 473
September X13 525 INFINITY 473
Oktober X14 525 INFINITY 481
November X15 525 INFINITY 487
Desember X16 525 INFINITY 485
Juli
Stirred
X21 350 102 328
Agustus X22 350 102 328
September X23 350 INFINITY 41
Oktober X24 350 INFINITY 43
November X25 350 INFINITY 41
Desember X26 350 INFINITY 38
Keterangan RHS = Right Hand Side
116
Lampiran 9. Analisis Lindo Optimal
Max 1105X11 + 1122X12 + 1118X13 + 1052 X14 + 1007 X15 + 1032X16 + 1374
X21 +1342 X22 + 965 X23 + 920 X24 + 965 X25 + 1241 X26
Subject To
0.193 X11 + 0.087 X21 <= 70000
0.193 X12 + 0.087 X22 <= 70000
0.193 X13 + 0.087 X23 <= 70000
0.193 X14 + 0.087 X24 <= 60000
0.193 X15 + 0.087 X25 <= 60000
0.193 X16 + 0.087 X26 <= 60000
0.04 X11 + 0.016 X21 <= 20000
0.04 X12 + 0.0016 X22 <= 20000
0.04 X13 + 0.0016 X23 <= 20000
0.04 X14 + 0.0016 X24 <= 20000
0.04 X15 + 0.016 X25 <= 20000
0.04 X16 + 0.0016 X26 <= 20000
0.00024 X11 + 0.00013 X21 <= 120
0.00024 X12 + 0.00013 X22 <= 120
0.00024 X13 + 0.00013 X23 <= 120
0.00024 X14 + 0.00013 X24 <= 120
0.00024 X15 + 0.00013 X25 <= 120
0.00024 X16 + 0.00013 X26 <= 120
0.00019 X11 + 0.000075X21 <= 100
0.00019 X12 + 0.000075X22 <= 100
117
Lanjutan Lampiran 9.
0.00019 X13 + 0.000075X23 <= 100
0.00019 X14 + 0.000075X24 <= 100
0.00019 X15 + 0.000075X25 <= 100
0.00019 X16 + 0.000075X26 <= 100
0.00077 X11 + 0.000348X21 <= 264
0.00076 X12 + 0.000348 X22 <= 274
0.00078 X13 + 0.000348X23 <= 269
0.00077 X14 + 0.000348 X24 <= 234
0.00078 X15 + 0.000348 X25 <= 215
0.00079 X16 + 0.000348 X26 <= 227
0.00026 X11 <= 525
0.00026 X12 <= 525
0.00026 X13 <= 525
0.00026 X14 <= 525
0.00027 X15 <= 525
0.00026 X16 <= 525
0.00186 X21 <= 525
0.00186 X22 <= 525
0.00189 X23 <= 350
0.00190 X24 <= 350
0.00189 X25 <= 350
0.00187 X26 <= 350
0.00003 X11 + 0.00003 X21 <= 525
118
Lanjutan Lampiran 9.
0.00003 X12 + 0.00003 X22 <= 525
0.00003 X13 + 0.00003 X23 <= 525
0.00003 X14 + 0.00003 X24 <= 525
0.00003 X15 + 0.00003X25 <= 525
0.00003 X16 + 0.00003 X26 <= 525
0.001296 X11 <= 525
0.001296 X12 <= 525
0.001296 X13<= 525
0.001296 X14 <= 525
0.001296 X15 <= 525
0.001296 X16 <= 525
0.001296 X21 <= 350
0.001296 X22 <= 350
0.001296 X23<= 350
0.001296 X24 <= 350
0.001296 X25 <= 350
0.001296 X26 <= 350
0.0001 X11 <= 525
0.0001 X12 <= 525
0.0001 X13<= 525
0.0001 X14 <= 525
0.0001 X15 <= 525
119
Lanjutan Lampiran 9.
0.0001 X16 <= 525
0.000065 X11 <= 525
0.000065 X12 <= 525
0.000065 X13<= 525
0.000065 X14 <= 525
0.000065 X15 <= 525
0.000065 X16 <= 525
0.0002 X21 <= 350
0.0002 X22 <= 350
0.0002 X23<= 350
0.0002 X24 <= 350
0.0002 X25 <= 350
0.0002 X26 <= 350
0.0002 X11 <= 525
0.0002 X12 <= 525
0.0002 X13<= 525
0.0002 X14 <= 525
0.0002 X15 <= 525
0.0002 X16 <= 525
0.00167 X21 <= 350
0.00167 X22 <= 350
0.00167 X23<= 350
0.00167 X24 <= 350
120
Lanjutan Lampiran 9.
0.00167 X25 <= 350
0.00167 X26 <= 350
X21 >= 13750
X22 >= 13750
X23 >= 13750
X24 >= 13750
X25 >=13750
X26 >= 13750
End
121
Lanjutan Lampiran 9.
LP OPTIMUM FOUND AT STEP 0
OBJECTIVE FUNCTION VALUE
1) 0.2830538E+10
VARIABLE VALUE REDUCED COST
X11 248137.500000 0.000000
X12 264560.343750 0.000000
X13 262250.718750 0.000000
X14 220642.515625 0.000000
X15 193019.937500 0.000000
X16 204894.062500 0.000000
X21 209580.828125 0.000000
X22 209580.828125 0.000000
X23 185185.187500 0.000000
X24 184210.515625 0.000000
X25 185185.187500 0.000000
X26 187165.765625 0.000000
122
Lanjutan Lampiran 9.
ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES
2) 3875.929932 0.000000
3) 706.320190 0.000000
4) 3274.501221 0.000000
5) 1389.677612 0.000000
6) 6636.040039 0.000000
7) 4172.023926 0.000000
8) 6721.206543 0.000000
9) 9082.256836 0.000000
10) 9213.675781 0.000000
11) 10879.562500 0.000000
12) 9316.239258 0.000000
13) 11504.772461 0.000000
14) 33.201492 0.000000
15) 29.260010 0.000000
16) 32.985756 0.000000
17) 43.098427 0.000000
18) 49.601139 0.000000
19) 46.493877 0.000000
20) 37.135311 0.000000
21) 34.014969 0.000000
22) 36.283474 0.000000
23) 44.262131 0.000000
123
Lanjutan Lampiran 9.
24) 49.437321 0.000000
25) 47.032696 0.000000
26) 0.000000 1435065.000000
27) 0.000000 1476315.750000
28) 0.000000 1433333.375000
29) 0.000000 1366233.750000
30) 0.000000 1291025.625000
31) 0.000000 1306329.125000
32) 460.484253 0.000000
33) 456.214325 0.000000
34) 456.814819 0.000000
35) 467.632935 0.000000
36) 472.884613 0.000000
37) 471.727539 0.000000
38) 135.179657 0.000000
39) 135.179657 0.000000
40) 0.000000 246666.671875
41) 0.000000 233974.015625
42) 0.000000 272869.343750
43) 0.000000 420533.406250
44) 511.268463 0.000000
45) 510.775757 0.000000
46) 511.576935 0.000000
124
Lanjutan Lampiran 9.
47) 512.854431 0.000000
48) 513.653870 0.000000
49) 513.238220 0.000000
50) 203.413803 0.000000
51) 182.129807 0.000000
52) 185.123093 0.000000
53) 239.047302 0.000000
54) 274.846161 0.000000
55) 259.457306 0.000000
56) 78.383240 0.000000
57) 78.383240 0.000000
58) 110.000000 0.000000
59) 111.263168 0.000000
60) 110.000000 0.000000
61) 107.433167 0.000000
62) 500.186249 0.000000
63) 498.543976 0.000000
64) 498.774933 0.000000
65) 502.935760 0.000000
66) 505.697998 0.000000
67) 504.510590 0.000000
68) 508.871063 0.000000
69) 507.803589 0.000000
125
Lanjutan lampiran 9.
70) 507.953705 0.000000
71) 510.658234 0.000000
72) 512.453674 0.000000
73) 511.681885 0.000000
74) 308.083832 0.000000
75) 308.083832 0.000000
76) 312.962952 0.000000
77) 313.157898 0.000000
78) 312.962952 0.000000
79) 312.566833 0.000000
80) 475.372498 0.000000
81) 472.087921 0.000000
82) 472.549866 0.000000
83) 480.871490 0.000000
84) 486.396027 0.000000
85) 484.021179 0.000000
86) 0.000000 523711.000000
87) 0.000000 495953.343750
88) 40.740730 0.000000
89) 42.368420 0.000000
90) 40.740730 0.000000
91) 37.433155 0.000000
92) 195830.828125 0.000000
126
Lanjutan Lampiran 9.
93) 195830.828125 0.000000
94) 171435.187500 0.000000
95) 170460.515625 0.000000
96) 171435.187500 0.000000
97) 173415.765625 0.000000
NO. ITERATIONS= 0
RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED:
OBJ COEFFICIENT RANGES
VARIABLE CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE
COEF INCREASE DECREASE
X11 1105.000000 1935.172485 1105.000000
X12 1122.000000 1808.804688 1122.000000
X13 1118.000000 1044.931030 1118.000000
X14 1052.000000 983.632141 1052.000000
X15 1007.000000 1155.930908 1007.000000
X16 1032.000000 1785.212769 1032.000000
X21 1374.000000 INFINITY 874.597412
X22 1342.000000 INFINITY 828.242126
X23 965.000000 INFINITY 466.200012
X24 920.000000 INFINITY 444.550629
127
Lanjutan Lampiran 9.
X25 965.000000 INFINITY 515.723083
X26 1241.000000 INFINITY 786.397522
RIGHTHAND SIDE RANGES
ROW CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE
RHS INCREASE DECREASE
2 70000.000000 INFINITY 3875.929932
3 70000.000000 INFINITY 706.320190
4 70000.000000 INFINITY 3274.501221
5 60000.000000 INFINITY 1389.677612
6 60000.000000 INFINITY 6636.040039
7 60000.000000 INFINITY 4172.023926
8 20000.000000 INFINITY 6721.206543
9 20000.000000 INFINITY 9082.256836
10 20000.000000 INFINITY 9213.675781
11 20000.000000 INFINITY 10879.562500
12 20000.000000 INFINITY 9316.239258
13 20000.000000 INFINITY 11504.772461
14 120.000000 INFINITY 33.201492
15 120.000000 INFINITY 29.260010
16 120.000000 INFINITY 32.985756
17 120.000000 INFINITY 43.098427
18 120.000000 INFINITY 49.601139
128
Lanjutan Lampiran 9.
19 120.000000 INFINITY 46.493877
20 100.000000 INFINITY 37.135311
21 100.000000 INFINITY 34.014969
22 100.000000 INFINITY 36.283474
23 100.000000 INFINITY 44.262131
24 100.000000 INFINITY 49.437321
25 100.000000 INFINITY 47.032696
26 264.000000 15.463554 191.065872
27 274.000000 2.781364 201.065872
28 269.000000 13.233735 204.555557
29 234.000000 5.544310 169.894745
30 215.000000 26.819229 150.555557
31 227.000000 17.077196 161.866318
32 525.000000 INFINITY 460.484253
33 525.000000 INFINITY 456.214325
34 525.000000 INFINITY 456.814819
35 525.000000 INFINITY 467.632935
36 525.000000 INFINITY 472.884613
37 525.000000 INFINITY 471.727539
38 525.000000 INFINITY 135.179657
39 525.000000 INFINITY 135.179657
40 350.000000 46.107773 324.012512
41 350.000000 48.203590 323.874969
129
Lanjutan Lampiran 9.
42 350.000000 46.107773 324.012512
43 350.000000 41.916168 324.287506
44 525.000000 INFINITY 511.268463
45 525.000000 INFINITY 510.775757
46 525.000000 INFINITY 511.576935
47 525.000000 INFINITY 512.854431
48 525.000000 INFINITY 513.653870
49 525.000000 INFINITY 513.238220
50 525.000000 INFINITY 203.413803
51 525.000000 INFINITY 182.129807
52 525.000000 INFINITY 185.123093
53 525.000000 INFINITY 239.047302
54 525.000000 INFINITY 274.846161
55 525.000000 INFINITY 259.457306
56 350.000000 INFINITY 78.383240
57 350.000000 INFINITY 78.383240
58 350.000000 INFINITY 110.000000
59 350.000000 INFINITY 111.263168
60 350.000000 INFINITY 110.000000
61 350.000000 INFINITY 107.433167
62 525.000000 INFINITY 500.186249
63 525.000000 INFINITY 498.543976
64 525.000000 INFINITY 498.774933
130
Lanjutan Lampiran 9.
65 525.000000 INFINITY 502.935760
66 525.000000 INFINITY 505.697998
67 525.000000 INFINITY 504.510590
68 525.000000 INFINITY 508.871063
69 525.000000 INFINITY 507.803589
70 525.000000 INFINITY 507.953705
71 525.000000 INFINITY 510.658234
72 525.000000 INFINITY 512.453674
73 525.000000 INFINITY 511.681885
74 350.000000 INFINITY 308.083832
75 350.000000 INFINITY 308.083832
76 350.000000 INFINITY 312.962952
77 350.000000 INFINITY 313.157898
78 350.000000 INFINITY 312.962952
79 350.000000 INFINITY 312.566833
80 525.000000 INFINITY 475.372498
81 525.000000 INFINITY 472.087921
82 525.000000 INFINITY 472.549866
83 525.000000 INFINITY 480.871490
84 525.000000 INFINITY 486.396027
85 525.000000 INFINITY 484.021179
86 350.000000 101.003098 327.037506
87 350.000000 101.003098 327.037506
131
Lanjutan Lampiran 9.
88 350.000000 INFINITY 40.740730
89 350.000000 INFINITY 42.368420
90 350.000000 INFINITY 40.740730
91 350.000000 INFINITY 37.433155
92 13750.000000 195830.828125 INFINITY
93 13750.000000 195830.828125 INFINITY
94 13750.000000 171435.187500 INFINITY
95 13750.000000 170460.515625 INFINITY
96 13750.000000 171435.187500 INFINITY
97 13750.000000 173415.765625 INFINITY
132
Lampiran 10. Analisis Lindo Skenario 2
Max 1229 X11 + 1244 X12 + 1241 X13 + 1189 X14 + 1142 X15 + 1164 X16 + 1600 X21
+1377 X22 + 1000 X23 + 955 X24 + 1000 X25 + 1277 X26
Subject To
0.193 X11 + 0.087 X21 <= 70000
0.193 X12 + 0.087 X22 <= 70000
0.193 X13 + 0.087 X23 <= 70000
0.193 X14 + 0.087 X24 <= 60000
0.193 X15 + 0.087 X25 <= 60000
0.193 X16 + 0.087 X26 <= 60000
0.04 X11 + 0.016 X21 <= 20000
0.04 X12 + 0.0016 X22 <= 20000
0.04 X13 + 0.0016 X23 <= 20000
0.04 X14 + 0.0016 X24 <= 20000
0.04 X15 + 0.016 X25 <= 20000
0.04 X16 + 0.0016 X26 <= 20000
0.00024 X11 + 0.00013 X21 <= 120
0.00024 X12 + 0.00013 X22 <= 120
0.00024 X13 + 0.00013 X23 <= 120
0.00024 X14 + 0.00013 X24 <= 120
0.00024 X15 + 0.00013 X25 <= 120
133
Lanjutan Lampiran 10.
0.00024 X16 + 0.00013 X26 <= 120
0.00019 X11 + 0.000075X21 <= 100
0.00019 X12 + 0.000075X22 <= 100
0.00019 X13 + 0.000075X23 <= 100
0.00019 X14 + 0.000075X24 <= 100
0.00019 X15 + 0.000075X25 <= 100
0.00019 X16 + 0.000075X26 <= 100
0.00077 X11 + 0.000348X21 <= 264
0.00076 X12 + 0.000348 X22 <= 274
0.00078 X13 + 0.000348X23 <= 269
0.00077 X14 + 0.000348 X24 <= 234
0.00078 X15 + 0.000348 X25 <= 215
0.00079 X16 + 0.000348 X26 <= 227
0.00026 X11 <= 525
0.00026 X12 <= 525
0.00026 X13 <= 525
0.00026 X14 <= 525
0.00027 X15 <= 525
0.00026 X16 <= 525
134
Lanjutan Lampiran 10.
0.001324 X21 <= 525
0.001324 X22 <= 525
0.001326 X23 <= 350
0.001326 X24 <= 350
0.001326 X25 <= 350
0.001325 X26 <= 350
0.00003 X11 + 0.00003 X21 <= 525
0.00003 X12 + 0.00003 X22 <= 525
0.00003 X13 + 0.00003 X23 <= 525
0.00003 X14 + 0.00003 X24 <= 525
0.00003 X15 + 0.00003X25 <= 525
0.00003 X16 + 0.00003 X26 <= 525
0.001296 X11 <= 525
0.001296 X12 <= 525
0.001296 X13<= 525
0.001296 X14 <= 525
0.001296 X15 <= 525
0.001296 X16 <= 525
0.001296 X21 <= 350
0.001296 X22 <= 350
0.001296 X23<= 350
0.001296 X24 <= 350
0.001296 X25 <= 350
0.001296 X26 <= 350
0.0001 X11 <= 525
0.0001 X12 <= 525
0.0001 X13<= 525
0.0001 X14 <= 525
0.0001 X15 <= 525
0.0001 X16 <= 525
0.000065 X11 <= 525
0.000065 X12 <= 525
0.000065 X13<= 525
0.000065 X14 <= 525
135
Lanjutan Lampiran 10.
0.000065 X15 <= 525
0.000065 X16 <= 525
0.0002 X21 <= 350
0.0002 X22 <= 350
0.0002 X23<= 350
0.0002 X24 <= 350
0.0002 X25 <= 350
0.0002 X26 <= 350
0.0002 X11 <= 525
0.0002 X12 <= 525
0.0002 X13<= 525
0.0002 X14 <= 525
0.0002 X15 <= 525
0.0002 X16 <= 525
0.00020 X21 <= 350
0.00020 X22 <= 350
0.00024 X23<= 350
0.00024 X24 <= 350
0.00024 X25 <= 350
0.00021 X26 <= 350
X21 >= 13750
X22 >= 13750
X23 >= 13750
X24 >= 13750
X25 >=13750
X26 >= 13750
End
136
Lanjutan Lampiran 10.
LP OPTIMUM FOUND AT STEP 12
OBJECTIVE FUNCTION VALUE
1) 0.3367956E+10
VARIABLE VALUE REDUCED COST
X11 220803.265625 0.000000
X12 236866.468750 0.000000
X13 227108.703125 0.000000
X14 184603.625000 0.000000
X15 157877.937500 0.000000
X16 170981.593750 0.000000
X21 270061.718750 0.000000
X22 270061.718750 0.000000
X23 263951.750000 0.000000
X24 263951.750000 0.000000
X25 263951.750000 0.000000
X26 264150.937500 0.000000
ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES
2) 3889.597412 0.000000
137
Lanjutan Lampiran 10.
3) 789.401978 0.000000
4) 3204.217529 0.000000
5) 1407.697510 0.000000
6) 6565.756348 0.000000
7) 4019.418213 0.000000
8) 6846.881348 0.000000
9) 10093.243164 0.000000
10) 10493.329102 0.000000
11) 12193.532227 0.000000
12) 9461.654297 0.000000
13) 12738.094727 0.000000
14) 31.899191 0.000000
15) 28.044025 0.000000
16) 31.180185 0.000000
17) 41.381405 0.000000
18) 47.795570 0.000000
19) 44.624794 0.000000
20) 37.792747 0.000000
21) 34.740742 0.000000
22) 37.052963 0.000000
23) 45.128929 0.000000
24) 50.206810 0.000000
25) 47.702171 0.000000
138
Lanjutan Lampiran 10.
26) 0.000000 1596103.875000
27) 0.000000 1636842.000000
28) 0.000000 1591025.625000
29) 0.000000 1544155.875000
30) 0.000000 1464102.500000
31) 0.000000 1473417.625000
32) 467.591156 0.000000
33) 463.414734 0.000000
34) 465.951721 0.000000
35) 477.003052 0.000000
36) 482.372955 0.000000
37) 480.544769 0.000000
38) 167.438278 0.000000
39) 167.438278 0.000000
40) 0.000000 336593.593750
41) 0.000000 314957.593750
42) 0.000000 369903.718750
43) 0.000000 576792.937500
44) 510.274048 0.000000
45) 509.792145 0.000000
46) 510.268188 0.000000
47) 511.543335 0.000000
48) 512.345093 0.000000
139
Lanjutan Lampiran 10.
49) 511.946014 0.000000
50) 238.838959 0.000000
51) 218.021072 0.000000
52) 230.667114 0.000000
53) 285.753693 0.000000
54) 320.390198 0.000000
55) 303.407837 0.000000
56) 0.000000 805984.437500
57) 0.000000 622977.625000
58) 7.918551 0.000000
59) 7.918551 0.000000
60) 7.918551 0.000000
61) 7.660375 0.000000
62) 502.919678 0.000000
63) 501.313354 0.000000
64) 502.289124 0.000000
65) 506.539642 0.000000
66) 509.212219 0.000000
67) 507.901855 0.000000
68) 510.647797 0.000000
69) 509.603668 0.000000
70) 510.237946 0.000000
71) 513.000793 0.000000
140
Lanjutan Lampiran 10.
72) 514.737915 0.000000
73) 513.886169 0.000000
74) 295.987640 0.000000
75) 295.987640 0.000000
76) 297.209656 0.000000
77) 297.209656 0.000000
78) 297.209656 0.000000
79) 297.169800 0.000000
80) 480.839355 0.000000
81) 477.626709 0.000000
82) 479.578247 0.000000
83) 488.079285 0.000000
84) 493.424408 0.000000
85) 490.803680 0.000000
86) 295.987640 0.000000
87) 295.987640 0.000000
88) 286.651581 0.000000
89) 286.651581 0.000000
90) 286.651581 0.000000
91) 294.528290 0.000000
92) 256311.734375 0.000000
93) 256311.734375 0.000000
94) 250201.734375 0.000000
141
Lanjutan Lampiran 10.
95) 250201.734375 0.000000
96) 250201.734375 0.000000
97) 250400.953125 0.000000
NO. ITERATIONS= 12
RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED:
OBJ COEFFICIENT RANGES
VARIABLE CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE
COEF INCREASE DECREASE
X11 1229.000000 2311.229736 1229.000000
X12 1244.000000 1763.241455 1244.000000
X13 1241.000000 1000.379395 1241.000000
X14 1189.000000 924.074646 1189.000000
X15 1142.000000 1099.379395 1142.000000
X16 1164.000000 1734.936768 1164.000000
X21 1600.000000 INFINITY 1044.555786
X22 1377.000000 INFINITY 807.378967
X23 1000.000000 INFINITY 446.323090
X24 955.000000 INFINITY 417.633759
142
Lanjutan Lampiran 10.
X25 1000.000000 INFINITY 490.492310
X26 1277.000000 INFINITY 764.250671
RIGHTHAND SIDE RANGES
ROW CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE
RHS INCREASE DECREASE
2 70000.000000 INFINITY 3889.597412
3 70000.000000 INFINITY 789.401978
4 70000.000000 INFINITY 3204.217529
5 60000.000000 INFINITY 1407.697510
6 60000.000000 INFINITY 6565.756348
7 60000.000000 INFINITY 4019.418213
8 20000.000000 INFINITY 6846.881348
9 20000.000000 INFINITY 10093.243164
10 20000.000000 INFINITY 10493.329102
11 20000.000000 INFINITY 12193.532227
12 20000.000000 INFINITY 9461.654297
13 20000.000000 INFINITY 12738.094727
14 120.000000 INFINITY 31.899191
15 120.000000 INFINITY 28.044025
16 120.000000 INFINITY 31.180185
17 120.000000 INFINITY 41.381405
18 120.000000 INFINITY 47.795570
143
Lanjutan Lampiran 10.
19 120.000000 INFINITY 44.624794
20 100.000000 INFINITY 37.792747
21 100.000000 INFINITY 34.740742
22 100.000000 INFINITY 37.052963
23 100.000000 INFINITY 45.128929
24 100.000000 INFINITY 50.206810
25 100.000000 INFINITY 47.702171
26 264.000000 15.518083 170.018509
27 274.000000 3.108526 180.018524
28 269.000000 12.949687 177.144791
29 234.000000 5.616202 142.144791
30 215.000000 26.535181 123.144791
31 227.000000 16.452541 135.075470
32 525.000000 INFINITY 467.591156
33 525.000000 INFINITY 463.414734
34 525.000000 INFINITY 465.951721
35 525.000000 INFINITY 477.003052
36 525.000000 INFINITY 482.372955
37 525.000000 INFINITY 480.544769
38 525.000000 INFINITY 167.438278
39 525.000000 INFINITY 167.438278
40 350.000000 8.101851 331.767487
41 350.000000 8.101851 331.767487
144
Lampiran Lampiran 10.
42 350.000000 8.101851 331.767487
43 350.000000 7.831787 331.781250
44 525.000000 INFINITY 510.274048
45 525.000000 INFINITY 509.792145
46 525.000000 INFINITY 510.268188
47 525.000000 INFINITY 511.543335
48 525.000000 INFINITY 512.345093
49 525.000000 INFINITY 511.946014
50 525.000000 INFINITY 238.838959
51 525.000000 INFINITY 218.021072
52 525.000000 INFINITY 230.667114
53 525.000000 INFINITY 285.753693
54 525.000000 INFINITY 320.390198
55 525.000000 INFINITY 303.407837
56 350.000000 163.897293 332.179993
57 350.000000 163.897293 332.179993
58 350.000000 INFINITY 7.918551
59 350.000000 INFINITY 7.918551
60 350.000000 INFINITY 7.918551
61 350.000000 INFINITY 7.660375
62 525.000000 INFINITY 502.919678
63 525.000000 INFINITY 501.313354
64 525.000000 INFINITY 502.289124
145
Lanjutan Lampiran 10.
65 525.000000 INFINITY 506.539642
66 525.000000 INFINITY 509.212219
67 525.000000 INFINITY 507.901855
68 525.000000 INFINITY 510.647797
69 525.000000 INFINITY 509.603668
70 525.000000 INFINITY 510.237946
71 525.000000 INFINITY 513.000793
72 525.000000 INFINITY 514.737915
73 525.000000 INFINITY 513.886169
74 350.000000 INFINITY 295.987640
75 350.000000 INFINITY 295.987640
76 350.000000 INFINITY 297.209656
77 350.000000 INFINITY 297.209656
78 350.000000 INFINITY 297.209656
79 350.000000 INFINITY 297.169800
80 525.000000 INFINITY 480.839355
81 525.000000 INFINITY 477.626709
82 525.000000 INFINITY 479.578247
83 525.000000 INFINITY 488.079285
84 525.000000 INFINITY 493.424408
85 525.000000 INFINITY 490.803680
86 350.000000 INFINITY 295.987640
87 350.000000 INFINITY 295.987640
146
Lanjutan Lampiran 10.
88 350.000000 INFINITY 286.651581
89 350.000000 INFINITY 286.651581
90 350.000000 INFINITY 286.651581
91 350.000000 INFINITY 294.528290
92 13750.000000 256311.734375 INFINITY
93 13750.000000 256311.734375 INFINITY
94 13750.000000 250201.734375 INFINITY
95 13750.000000 250201.734375 INFINITY
96 13750.000000 250201.734375 INFINITY
97 13750.000000 250400.953125 INFINITY
147
Lampiran 11. Kombinasi produk optimal, skenario 1 dan 2
Tahun Bulan Aktual (Rp) Optimal awal (Rp) Skenario 1 (Rp) Skenario 2 (Rp)
Drink Stirred Drink Stirred Drink Stirred Drink Stirred
2010
juli 323.863,64 39.080,46 248.138,00 209.581,00 248.137,50 209.580,83 220.803,27 270.061,72
Agustus 337.327,29 38.505,75 264.561,00 209.581,00 248.137,50 209.580,83 236.866,47 270.061,72
September 334.300,52 32.758,62 262.251,00 185.186,00 262.250,72 185.185,19 227.108,70 263.951,75
Oktober 288.082,90 32.183,91 220.643,00 184.211,00 220.642,52 184.210,52 184.603,63 263.951,75
November 263.777,67 32.758,62 193.020,00 185.186,00 193.019,94 185.185,19 157.877,94 263.951,75
Desmber 277.102,43 36.781,61 204.894,00 187.166,00 204.894,06 187.165,77 170.981,59 264.150,94
2.356.998.626 2.978.937.000 2.830.538.000 3.367.956.000
148
Lampiran 12. Denah lokasi produksi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
14
1
13
1
15
1
Awal proses Akhir proses
149
Lanjutan Lampiran 12.
Keterangan :
A. Aliran proses produksi yoghurt drink
1. Mesin Penampung
2. Mix tank awal
3. Mesin mixing
4. Proses Pasteurisasi (mesin pasteurisasi)
5. Mesin Inkubasi
6. Mesin Homogenisasi
7. Mesin mixing
8. Mesin filling
14. Gudang (ruang pendingin)
B. Aliran proses produksi yoghurt stirred
1. Mesin Penmpung
2. Mix tank awal
3. Mesin mixing
4. Proses Pasteurisasi
10. Mesin Inkubasi
11. Mesin Mixing ( bersatu dengan filling)
14. Gudang ( Ruang pendingin)
9. Mesin mix tank
12. Mesin Inkubasi
13. Ruang pelabelan
15 Resto Cimory