Post on 07-Aug-2019
ANALISA SISTEM DETEKSI DINI KETAHANAN
PERBANKAN SYARIAH
(Studi Kasus Pada Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji
Tahun 2014-2017)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Magister
Ekonomi (M.E.) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syariaf Hidayatullah Jakarta.
Oleh:
Sugih Waluya Romdlon
21160850000015
MAGISTER PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
iv
ABSTRACT
Indonesia was indeed persistently attempts to manage more for hajj fund. For a time
being, its efforts supported by the performance and its resilience of sharia banking
industries. Hence, this study composite such an index for the benefit of early warning
system that will enhance preparedness of decision makers (BPKH). To deliver an event
detection more considerable, this study also examine for both external an internal factors
that influence Islamic banking robustness. Period to be observed start from 2014 until
2017, purposively taken from all 27 sharia banking’s as the deposit beneficiary of hajj
fund (BPS-BPIH) Indonesia. The results found that not all BPS-BPIH perfectly at their
robustness level, some of them are resistance and vulnerable. Furthermore, from 5 (five)
variables proposed as suspected variables causing probability of vulnerability, only the
interest rate variable has the greatest probability that may causes a shock.
Key words: Robustness Index, Early Warning System(EWS), Logit.
v
ABSTRAK
Indonesia terus berbenah dalam konteks peningkatan kelolaan dana haji.
Saat ini, peningkatan kelolaan dana haji tersebut didukung oleh kinerja dan
ketahanan industri Perbankan Syariah. Oleh karena itu, penelitian ini
menggunakan indeks komposit untuk kepentingan pengukuran sistem peringatan
dini yang bisa digunakan oleh pemangku kepentingan pengelolaan dana haji yaitu
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH). Dalam rangka deteksi dini, penelitian
ini juga mengestimasi baik faktor internal bank maupun faktor eksternal. Periode
penelitian yang diamati yaitu dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2017, secara
spesifik yaitu 17 Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggara Ibadah Haji (BPS
BPH) di Indonesia. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak semua BPS BPIH
dalam kondisi yang stabil, terdapat beberapa BPS BPIH berada pada kondisi yang
resisten dan rentan. Selanjutnya, dari 5 (lima) variabel yang diduga menyebabkan
kemungkinan terjadinya kerentanan, hanya variabel tingkat suku bunga yang
memiliki probabilitas terbesar menyebabkan terjadinya guncangan.
Kata kunci: Indeks Ketahanan, Sistem Deteksi Dini, Logit.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Alhamdulillahirobbil Alamin, Segala puji bagi Allah SWT, sang maha rahim
dan maha rahman, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Muhammad SAW.
Berkat rahmat dan kuasa-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan
judul “Analisa Sistem Deteksi Dini Ketahanan Perbankan Syariah (Studi Kasus Pada
Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 2014-2017)”.
Tulisan in disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan
Program Strata Dua (S2) Magister Ekonomi pada Program Studi Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa Tesis ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan,
bantuan, bimbingan serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Tesis ini,
yaitu kepada:
1. Allah SWT. Atas kuasa-Nya, memberikan kesempatan memberikan nikmat
dalam rangka mencari ilmu.
2. Kedua orang tua penulis, ayahanda tercinta bapak U. Suparman (alm.), semoga
senantiasa Allah mengampuni dosa dan melapangkan kuburmu. Serta kepada
vii
Ibunda tercinta Maryati, yang senantiasa mendoakan dan memberi dukungan
kepada penulis.
3. Keluarga (istri, anak tercinta) yang penulis sayangi, yang senantiasa
memberikan doa, cinta dan motivasi sehingga penulis dapat menyusun tesis ini.
4. Bapak Prof Dr. Dede Rosyada, MA. selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Dr. H. M. Arief Mufraini, Lc., MSi selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta juga sebagai
pembimbing pada penulisan tesis ini.
6. Bapak Dr. Herni Ali HT, SE., MM selaku Ketua Jurusan Magister Perbankan
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, dan selaku ketua sidang tesis.
7. Bapak Ade Suherlan, SE, MM, MBA sebagai sekretaris Program Studi Magister
Perbankan Syariah (MPS) Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan support serta dukungan dalam penyelesain studi
saya dan penyelesaian Tesis ini.
8. Bapak/Ibu Dosen serta staf Sekretariat Program Studi Magister Perbankan
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga
ilmu yang diberikan selama masa perkuliahan dicatat sebagai amal jariyah dan
penghapus dosa-dosa dihadapan Allah SWT.
viii
9. Seluruh teman-teman Angkatan Program Studi Magister Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis tahun 2016 yang telah memberikan dukungan dan
berbagi ilmu satu sama lain semasa kuliah.
10. Kepada seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, yang
banyak membantu penulis sehingga tesis ini akirnya bisa diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa Tesis ini tidak lepas dari kekurangan dan
keterbatasan. Segala kekurangan dan kesalahan pada Tesis ini sepenuhnya menjadi
tanggung jawab penulis. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi sempurnanya proses pencarian kebenaran. Penulis sangat berharap,
tulisan sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak
khususnya dalam pengembangan ilmu ekonomi syariah.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, Juni 2018
Penulis
Sugih Waluya Romdlon
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN TESIS ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH iii
ABSTRACT iv
ABSTRAK v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Penelitian 1
B. Perumusan Masalah 19
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21
A. Kinerja Bank Syariah 21
B. Krisis Perbankan 31
C. Early Warning System(EWS) 33
D. Robustness Index 34
E. Penelitian Terdahulu 44
F. Kerangka berfikir 55
x
G. Perumusan Hipotesis 56
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 57
A. Ruang Lingkup Penelitian 57
B. Metode penentuan sampel 57
C. Metode Pengumpulan Data 58
D. Definisi Operasional Variabel 58
E. Metode Analisis Data 63
BAB IV PEMBAHASAN 70
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 70
B. Single Index masing-masing Indikator 73
C. Indeks Ketahanan Perbankan Syariah 90
D. Analisis Regresi Logit 94
BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI 105
A. Kesimpulan 105
B. Saran 105
C. Implikasi 106
Daftar Pustaka 109
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Shock versus Vulnerability 15
Tabel 2.1 Indeks Stabilitas Sistem Keuangan 32
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu 47
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel 61
Tabel 4.1 Single Indeks Dana Pihak Ketiga 76
Tabel 4.2 Single Index Indikator Pembiayaan/kredit 79
Tabel 4.3 Single Index Total Aset 82
Tabel 4.4 Single Index Capital Adequacy Ratio (CAR) 85
Tabel 4.5 Single Index Dana Haji/ Dana Pihak Ketiga 88
Tabel 4.6 Indeks Ketahanan Perbankan Syariah 91
Tabel 4.7 Indeks Tunggal per indikator 93
Tabel 4.8 Uji Kelayakan Model 95
Tabel 4.9 Koefisien Determinasi 96
Tabel 4.10 Uji Simultan 97
Tabel 4.11 Uji Parsial 98
Tabel 4.12 Odds Ratio Indikator 103
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Aset Bank Syariah (Dalam Milyar Rupiah) 5
Gambar 1.2 Profitabilitas Bank Syariah 6
Gambar 1.3 Pangsa Pasar Sektor Perbankan Syariah
Berdasarkan Total Aset 7
Gambar 1.4 Rata-rata nasional Besaran BPIH 10
Gambar 1.5 Jumlah Pendaftar Haji Reguler 11
Gambar 1.6 Portofolio Dana Kelolaan Dana Haji 12
Gambar 1.7 Komposisi DPK BPS BPIH BUS 13
Gambar 2.1 Kerangka berfikir 55
Gambar 4.1 Komposisi BPS BPIH 72
Gambar 4.2 Single Index Dana Pihak Ketiga 74
Gambar 4.3 Single Index Pembiayaan/Kredit 77
Gambar 4.4 Single Index Total Aset 80
Gambar 4.5 Perbandingan Single Index Variabel Dana Pihak Ketiga,
Pembiayaan/Kredit, dan Total Aset 83
Gambar 4.6 Single Index Capital Adequacy Ratio (CAR) 84
Gambar 4.7 Single Index Dana Haji/ Dana Pihak Ketiga 86
Gambar 4.8 Single Index Rata-rata Indicative Return (IR) 89
Gambar 4.9 Indeks Ketahanan Perbankan Syariah 90
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Industri keuangan Syariah sebagai bagian dari perkembangan ekonomi
syariah menunjukan perkembangan yang signifikan. Kehadirannya bukan
merupakan sesuatu yang bersifat emosional, tetapi lebih ditekankan kepada
keunggulan kompetitif yang menjadi identitas dari keuangan syariah ini.
Ekonomi konvensional dengan time value of money menjadi dasar
operasional perekonomian konvensional. Beberapa asumsi yang terdapat dalam
time value of money yaitu bahwa nilai uang hari ini lebih bermakna dari pada
nilai uang dimasa mendatang, dibangun berdasarkan sistem interest yang
menghendaki kepastian imbal hasil. Asumsi-asumsi diatas sangat bertentangan
dengan fitrah dari aktivitas ekonomi dimana seseorang tidak bisa menentukan
hasil dari usaha yang akan dilakukan. Serta uang sebagai perantara tidak bisa
digunakan sebagai komoditas. Faktor bunga menjadi peran penting dalam
membedakan antara operasional ekonomi konvensional dengan operasional
ekonomi syariah. Berdasarkan pijakan dari tidak dibolehkannya bunga, maka
turunan produk dan operasional akan sangat berbeda diantara keduanya.
Berkaitan dengan konsep waktu dalam ekonomi Islam, Ridha Saadallah
(1994) menjelaskan sebagai berikut:
The above exploration of juristic opinions relating to loans and sales
indicates that there is no double dealing in viewing the economic value
2
of time by allowing a price increase when a commodity is sold on credit
and banning a parallel increase on loans. It is more likely in our view -
and God knows best - that rulings on both sales and loans do not
conflict with the economic value of time. It is true that time alone
neither gives a yield nor produces. However, if time is joined to
property - whether cash or kind - it acquires an indirect value. A person
who gives away a portion of his money to someone else, either on loan
or in selling something on credit, cedes, by so doing, potential profits
that may be obtained through putting this portion of money to use in an
economic activity. These supposed profits are the economic cost borne
by the creditor and are the indirect value of time from the perspective
of the creditor. On the other hand, the debtor expects - when he either
buys on credit or borrows - to obtain benefits through money he does
not own. These potential benefits represent the economic return of his
debt and are the indirect value of time as far as he is concerned.
Sofi Faiqotul Hikmah (2015), menjelaskan bahwa perbandingan
aplikasi time value of money dan economic value of time pada kasus obligasi
konvensional dan obligasi syariah yaitu obligasi syariah tidak hanya
mementingkan keuntungan semata yang menjadi prioritas utamanya, tetapi
mashlahah atau kebaikan dunia dan akhirat yang menjadi tujuan utama dalam
semua transaksi maupun aktifitas.
3
Titik tolak kehadiran industri keuangan syariah di Indonesia ditandai
dengan hadirnya lembaga keuangan bank yang beroperasi dengan prinsip
syariah, yaitu Bank Muamalat Indonesia atas prakarsa kelompok Muslim
(Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia
(ICMI)), dan sekelompok pengusaha Muslim yang didukung penuh oleh
Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1991.
Kehadiran Perbankan Syariah didirikan berdasarkan alasan filosofis
maupun praktik. Secara filosofis, karena dilarangnya pengambilan riba dalam
transaksi keuangan maupun non keuangan. Secara praktis, karena sistem
perbankan berbasis bunga atau konvensional mengandung kelemahan.
Bappenas (2016) menjelaskan bahwa Indonesia memiliki lebih banyak
peraturan yang terkait dengan keuangan syariah dibandingkan negara-negara
lain, tetapi peraturan-peraturan ini tersebar dan kadang terbagi di antara banyak
regulator. Perlu juga dipahami bahwa Indonesia mempunyai institusi keuangan
syariah (baik formal maupun informal) dan konsumen keuangan syariah
terbanyak di pasar tunggal mana pun, akan tetapi jumlah pastinya tidak
diketahui karena keterbatasan data. Walaupun ada ketidaksempurnaan dan
kekurangan, industri keuangan syariah di Indonesia telah meraih prestasi
dengan mengembangkan aspek-aspek tertentu yang memberinya bentuk unik di
dunia. Fitur yang menonjol dari industri keuangan syariah Indonesia termasuk
model yang unik dari tata kelola syariah, Sukuk ritel dan sistem perdagangan
efek online syariah atau Shariah Online Trading System (SOTS) pertama di
4
dunia, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, dan institusi keuangan mikro syariah
informal yang disebut BMT (Baitul Maal wat Tamwil).
Dalam kerangka menterjemahkan aktivitas ekonomi syariah, peran
industri keuangan syariah ditantang untuk bisa memenuhi kebutuhan pasar
syariah. Tidak hanya mengandalkan alasan kesalehan atau sentimen agama.
Ahmad Munajim dan saeful Anwar (2016) mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan menjadi nasabah bank Syariah, yaitu faktor pusat
keramaian dan mudah dijangkau, faktor kebudayaan dan kelas sosial, faktor
undian dan kemudahan yang didapat. Hasil penelitian tersebut menunjukan
bahwa pilihan untuk menjadi nasabah bank syariah tidak didasari oleh alasan
emosional semata, juga tidak didasari oleh alasan yang bersifat dogmatis
semata.
Besarnya minat dari para pelaku pasar untuk memanfaatkan jasa
keuangan syariah menjadi entry point untuk pengembangan industri syariah.
Pertumbuhan perbankan syariah bisa dilihat dari beberapa indikator
sebagaimana dijelaskan dibawah ini.
Salah satu indikator yang paling umum digunakan untuk melihat trend
dari suatu usaha yaitu dengan melihat indikator-indikator kuantitatif. Berikut
ini disajikan beberapa indikator perbankan syariah.
5
Gambar 1.1
Aset Bank Syariah (Dalam Milyar Rupiah)
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan 2017. (Data diolah)
Gambar 1.1 diatas menggambarkan tentang pertumbuhan aset bank
Syariah di Indonesia tahun 2014-2017. Dapat terlihat bahwa trend jumlah aset
bank syariah dari tahun ke tahun terus mengalami pertumbuhan yang positif.
Pada tahun 2014, jumlah aset bank syariah yaitu Rp204.961.000.000.000,-,
kemudian pada tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi
Rp213.423.000.000.000,-, dan pada tahun 2016 mengalami pertumbuhan
jumlah sebesar 24% dari tahun 2014, sehingga jumlah aset bank syariah di
Indonesia mencapai jumlah yang sangat besar, yaitu menjadi
Rp254.184.000.000.000,-. Sedangkan untuk tahun 2017, total aset Perbankan
Syariah yaitu sebesar Rp288.027.000.000.000,-
6
Pertumbuhan jumlah aset yang positif dari tahun ke tahun menandakan
bahwa peran bank syariah terus menunjukan perkembangan yang positif.
Jumlah aset tersebut menandakan bahwa jumlah nasabah bank syariah semakin
hari semakin bertambah.
Berkaitan dengan profitabilitas bank syariah, bisa dilihat pada tabel
dibawah ini:
Gambar 1.2
Profitabilitas Bank Syariah
Sumber: Sumber: Otoritas Jasa Keuangan 2017. (Data diolah)
Gambar 1.2 menggambarkan posisi profitabilitas yang diukur dengan
menggunakan rasio return on asset (ROA) untuk tahun 2014-2017. Pada tahun
2014, rata-rata tingkat profitabilitas bank syariah di Indonesia yaitu 0,41%,
kemudian untuk tahun 2015 meningkat menjadi 0,49%. Pada tahun 2016, tingkat
7
profitabilitas bank syariah di Indonesia terus mengalami peningkatan yaitu
mencapai angka 0,63%. Sedangkan untuk tahun 2017 menjadi sebesar 2,55%.
Kondisi sebagaimana gambar 1.2 diatas memberikan informasi
bahwasanya tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh usaha-usaha perbankan
syariah semakin hari semakin menunjukan peningkatan. Profitabilitas menjadi
salah satu ukuran perusahaan dalam melihat seberapa besar kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba. Tujuan dari pendirian entitas usaha tidak
lain dan tidak bukan adalah untuk memaksimalkan laba usaha.
Bappenas (2016) merilis data pertumbuhan pangsa pasar Sektor perbankan
Syariah berdasarkan total aset sebagaimana tersaji pada gambar dibawah ini:
Gambar 1.3
Pangsa Pasar Sektor Perbankan Syariah Berdasarkan Total Aset
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (2016)
Gambar 1.3 diatas menjelaskan tentang pangsa pasar Sektor perbankan
Syariah berdasarkan total aset. Dari gambar tersebut dapat terlihat bahwasanya
trend pangsa pasar Sektor perbankan Syariah berdasarkan total aset menunjukan
8
trend yang berfluktuasi. Pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Pada tahun
2011, pangsa pasar Sektor perbankan Syariah berdasarkan total aset yaitu 3,89%.
Kemudian berturut-turut dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 yaitu 4,58%,
4,89%, 4,85%. Pada tahun 2015, pangsa pasar Sektor perbankan Syariah
berdasarkan total aset mencapai angka 4,83%.
Dalam rangka penyelenggaraan Ibadah Haji – khususnya terkait dengan
pengelolaan dana haji, Kementerian Agama berkerjasama dengan pihak
perbankan syariah guna mendukung layanan optimalisasi pengelolaan dana haji.
Peran perbankan begitu besar dalam pengelolaan dana haji, sehingga sebuah
keniscayaan apabila terjadi masalah pada bank yang mengelola dana haji.
Sebagaimana dimaksud pada pasal 22 ayat (1) Undang-undang Nomor 13 Tahun
2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji disebutkan bahwa: “BPIH disetorkan
ke rekening Menteri melalui bank syariah dan/atau bank umum nasional yang
ditunjuk oleh Menteri”. Pada paragraf penjelasan, bahwa yang dimaksud dengan
bank umum nasional yaitu Bank umum nasional yang dapat ditunjuk menjadi
bank penerima setoran BPIH adalah bank umum yang memiliki layanan yang
bersifat nasional dan memiliki layanan syariah.”
Dana haji di Indonesia wajib dikelola oleh industri Perbankan Syariah
sebagaimana amanat undang-undang. Hal ini memberikan peluang sekaligus
tantangan bagi industri perbankan syariah dalam membesarkan industri syariah di
Indonesia. Dalam rangka penyelenggaraan Ibadah Haji, calon jemaah haji
diwajibkan membayar Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH). BPIH
merupakan sejumlah dana yang harus dibayar oleh warga negara yang akan
9
menunaikan ibadah haji, baik haji reguler maupun haji khusus. BPIH dibagi
kedalam 2 kelompok besar, yaitu Setoran Awal dan Setoran Lunas. Setoran Awal
adalah sejumlah dana yang disetorkan oleh calon jemaah haji melalui BPS BPIH
ke Rekening Menteri Agama cq Dirjen PHU dengan nilai setoran yang ditetapkan
oleh Kementerian Agama untuk memperoleh nomor porsi haji pada saat pertama
mendaftar sebagai calon jemaah haji. Sedangkan setoran lunas adalah sejumlah
dana yang disetorkan oleh calon jemaah haji melalui BPS BPIH ke Rekening
Menteri Agama cq Dirjen PHU dengan nilai setoran yang ditetapkan oleh
Kementerian Agama pada saat jemaah haji dinyatakan berhak untuk melunasi
BPIH.
Besaran Setoran awal yang harus dibayar jemaah diatur melalui Peraturan
Menteri Agama. Mengacu kepada Peraturan Menteri Agama Nomor 6 tahun 2010
bahwa besaran setoran awal untuk BPIH reguler yaitu Rp25.000.000,- sedangkan
untuk BPIH Khusus yaitu USD4.000,-. Sedangkan besaran setoran lunas diatur
melalui Keputusan Presiden yang nominalnya berbeda dari tahun ke tahun
tergantung hasil kesepakatan antara Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat.
Besaran BPIH selama periode 2014-2017 sebagaimana terlihat pada
gambar dibawah ini:
10
Gambar 1.4
Rata-rata nasional Besaran BPIH
Sumber: Kementerian Agama (Data diolah)
Gambar 1.4 menginformasikan tentang rata-rata besaran nilai BPIH
untuk tahun 2014 sampai dengan tahun 2017. Rata-rata besaran BPIH untuk
tahun 2014 yaitu sebesar Rp40.044.360,-, kemudian pada tahun 2015 turun
menjadi sebesar Rp37.481.015,-. Pada tahun 2016 mengalami penurunan
menjadi Rp34.641.304,-, sedangkan pada tahun 2017 terjadi kenaikan BPIH
menjadi Rp34.890.312,-.
Garis yang berwarna merah (putus-putus) merupakan trend dari rata-
rata besaran nilai BPIH selama kurun waktu 2014 sampai dengan 2017. Dari
garis trend tersebut, dapat kita lihat bahwa garis yang dibentuk yaitu cenderung
turun, hal ini berarti bahwa tren besaran nilai BPIH untuk tahun 2014 sampai
dengan tahun 2017 cenderung mengalami penurunan.
Dari sisi pendaftar yang akan melaksanakan ibadah haji mengalami
fluktuasi dari tahun 2014-2017, hal ini sebagaimana terlihat pada gambar ini:
11
Grafik pendaftar Jemaah haji sebagaimana terlihat pada tabel dibawah ini:
Gambar 1.5
Jumlah Pendaftar Haji Reguler
Sumber: Kementerian Agama (Data diolah)
Dari gambar 1.5 diatas, terlihat bahwa jumlah pendaftar dari tahun 2006
sampai dengan 2017 mengalami fluktuasi. Akan tetapi, secara trend
sebagaimana garis lurus (garis putus-putus) yang ditarik mengalami trend yang
positif.
Terkait dengan dana kelolaan, Kementerian Agama sebagai otoritas
yang mengelola dana haji mengelola dana yang sangat besar. Hal itu
sebagaimana tercermin pada gambar dibawah ini:
-
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
700.000
800.000
2006 2008 2010 2012 2014 2016
12
Gambar 1.6
Portofolio Dana Kelolaan Dana Haji
Sumber: Kementerian Agama (Data diolah)
Komposisi dana haji sebagaimana gambar diatas terlihat bahwa
portfolio dana haji ada pada 2 instrumen, yaitu instrumen Perbankan Syariah
dan instrumen Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), Sukuk Dana Haji
Indonesia (SDHI). Komposisi dana haji tahun 2012 hampir seimbang antara
instrument Surat Berharga dengan instrumen Perbankan Syariah, namun pada
tahun 2017 komposisi dana haji pada perbankan syariah lebih besar
dibandingkan dengan instrumen surat berharga (35% pada instrumen Surat
Berharga Syariah Negara dan 65% pada instrumen perbankan Syariah).
Perkembangan dana pihak ketiga yang berasal dari dana haji dengan
dana pihak ketiga yang berasal dari non dana haji pada Bank Umum Syariah
yaitu sebagaimana terlihat pada gambar dibawah ini:
0%
50%
100%
2012 2017
5065
5035
BUS/UUS SUKUK
13
Gambar 1.7
Komposisi DPK pada BPS BPIH Bank Umum Syariah
Sumber: Kementerian Agama (Data diolah)
Gambar diatas menjelaskan tentang komposisi dana pihak ketiga (DPK)
yang berasal dari dana haji dengan dana pihak ketiga yang berasal dari non
dana haji pada Bank Umum Syariah dari tahun 2014-2017. Terlihat bahwa
DPK yang berasal dari dana haji pada BUS tahun 2014 sebesar 19,18%,
meningkat menjadi 21,76% pada tahun 2015. Selanjutnya pada tahun 2016
menjadi 22,83%, dan pada tahun 2017 meningkat menjadi 23,32%.
Mengingat sangat besarnya dana haji yang ditempatkan pada instrumen
perbankan Syariah, maka tingkat kesehatan dan tingkat ketahanan pada bank
yang mengelola dana haji (Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan
Ibadah Haji (BPS BPIH)) harus betul-betul menjadi perhatian serius sehingga
meminimalisir dampak yang tidak diinginkan. BPS BPIH harus berada pada
14
posisi yang stabil sehingga dana haji berada pada tingkat keamanan yang
tinggi.
Sumandi dkk, (2016) Isu stabilitas sistem keuangan beberapa dekade
terakhir menjadi agenda khusus bagi otoritas moneter di seluruh dunia. Kajian
tentang isu stabilitas sistem keuangan diperlukan guna mengantisipasi krisis
keuangan yang sering terjadi baik di negara maju maupun negara berkembang.
Hal ini harus menjadi perhatian khusus dari otoritas moneter, mengingat
kondisi ekonomi tidak hanya didasarkan pada kondisi dalam negeri saja,
melainkan banyak faktor termasuk faktor yang ditimbulkan dari luar negara.
Berkaitan dengan peran Pemerintah dalam mengatur lalu lintas jasa
keuangan, sebagaimana diamanatkan pada Undang-undang Nomor 21 Tahun
2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan bahwasanya Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) mempunyai fungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan
pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di sektor jasa
keuangan. Oleh karena itu, OJK harus bisa bersinergi dengan otoritas moneter
sehingga kebijakan yang dibuat merepresentasikan kebutuhan lintas sektor.
Pengalaman krisis keuangan baik yang terjadi pada tahun 1997/1998
maupun yang terjadi pada tahun 2008 memberikan pengalaman yang sangat
berharga. Pemerintah berusaha semaksimal mungkin menggunakan otoritasnya
guna merehabilitasi kondisi keuangan makro, bahkan pemerintah
mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Apa yang terjadi pada tahun 1997/1998
merupakan resiko sistemik yang melanda Indonesia sehingga menyebabkan
15
banyaknya lembaga keuangan yang ambruk bahkan sampai harus ditutup
karena tidak mampu menahan beratnya beban operasi.
Bank Indonesia (2016) risiko sistemik merupakan suatu kondisi dimana
adanya potensi instabilitas akibat terjadinya gangguan yang menular pada
sebagian ataupun seluruh sistem keuangan karena adanya interaksi pada faktor
ukuran (size), kompleksitas usaha (complexity), keterkaitan antar institusi
dan/atau pasar keuangan (interconnectedness), serta kecenderungan perilaku
yang berlebihan dari pelaku atau institusi keuangan untuk mengikuti siklus
perekonomian (pro cyclicality). Senada dengan Bank Indonesia, Blancher et al.
(2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa terbentuknya risiko sistemik
dapat melalui 3 fase.
Pertama, fase build up. Merupakan fase dimana gejala risiko sistemik
muncul dalam sistem keuangan. Munculnya gejala risiko sistemik ini,
merupakan kombinasi antara shock dan vulnerability. Kedua, fase shock
materialization. Fase ini adalah fase awal terjadinya krisis dalam sistem
keuangan. Dalam fase ini, ketidakseimbangan dalam sistem keuangan
meningkat dan rapuhnya sistem keuangan membuat sistem keuangan rentan
terhadap guncangan dari luar atau eksogen. Ketiga, fase amplification and
propagation. Dalam fase ini, shock mempengaruhi sistem keuangan secara
lebih luas, termasuk lembaga keuangan, pasar keuangan dan sektor lainnya,
serta berpotensi terhadap sistem keuangan negara-negara lainnya.
16
Penjelasan lebih laanjut untuk resiko sistemik tahap pertama (fase build
up), kombinasi antara shock dan vulnerability menghasilkan kemungkinan
yang terjadi sebagai berikut:
Tabel 1.1
Shock versus Vulnerability
Vulnerability
Tidak ada Ada
Sh
ock
Tid
ak a
da
Tidak Terjadinya
potensi resiko
sistemik
Peningkatan
probabilitas terjadinya
potensi resiko sistemik
Ad
a
Peningkatan
probabilitas
terjadinya potensi
resiko sistemik
Terjadinya potensi
resiko sistemik
Sumber: Blancher et al (2013)
Dari tabel diatas, penjelasannya yaitu sebagai berikut:
1. Jika tidak ada shock dan tidak ada vulnerability, maka kondisi perbankan
stabil;
2. Jika ada shock dan tidak ada vulnerability, maka Peningkatan probabilitas
terjadinya potensi resiko sistemik;
3. Jika tidak ada shock dan ada vulnerability, maka Peningkatan probabilitas
terjadinya potensi resiko sistemik;
17
4. Jika ada shock dan ada vulnerability, maka akan terjadinya potensi resiko
sistemik.
Bank Indonesia (2016) bahwa untuk indikator monitoring, mitigasi atas
build-up risiko sistemik dapat pula dilakukan dengan menggunakan
metode/tools pengukuran. Metode/tools pengukuran risiko sistemik merupakan
model yang dikembangkan dan dibangun dengan tujuan untuk melihat
potential impact yang ditimbulkan dari sebuah risiko. Beberapa contoh metode
pengukuran risiko sistemik adalah conditional value at risk (CoVaR), marginal
expected shortfall (MES), dan network analysis. Meskipun dikategorikan
sebagai alat pengukuran risiko sistemik, namun penggunakan alat ukur tersebut
dapat bervariasi bergantung dari aspek risiko sistemik yang hendak diukur.
Sebagai contoh beberapa penelitian sebelumnya yang mengukur risiko sistemik
melalui mekanisme yang lebih spesifik, yaitu imbalances (Caballero, 2009),
spill over kepada ekonomi riil (Group of Ten, 2001), eksposure yang
berkorelasi (Acharya, Pedersen, Philippon, and Richardson, 2010), disrupsi
informasi (Mishkin, 2007), gelembung harga aset (Rosengren, 2010), dan
feedback behavior (Kapadia, Dhrehmann, Elliott, and Sterne, 2009).
Selain itu, pada fase pertama (fase build up), tindakan yang diambil
ketika potensi risiko sistemik muncul adalah fokus pada penilaian
kemungkinan terjadinya risiko sistemik dan melakukan pendeteksian krisis
keuangan secara dini (early warning system).
Sistem deteksi dini (early warning system/EWS) dapat memonitoring
indikator-indikator yang berpotensi memberikan transmisi risiko pada neraca
18
perbankan Syariah. Duasa et al (2016) metode EWS dapat digunakan sebagai
salah satu metode/tools surveillance dalam menjaga ketahanan perbankan
Syariah di Indonesia. Kusuma et al (2012) EWS penting bagi perbankan
Syariah, karena dapat memitigasi risiko sistemik yang berpotensi muncul
akibat kondisi perekonomian yang tidak stabil. Imansyah dkk (2009)
menjelaskan bahwa sistem peringatan dini ini merupakan salah satu cara yang
dapat menjaga agar sistem keuangan dapat berjalan sesuai dengan aturannya
dan bila ada potensi akan terjadinya krisis atau instabiltas maka akan terdeteksi
lebih awal.
Duasa, Kusuma dan Sumandi (2016) metode EWS dapat digunakan
sebagai salah satu metode/tools surveillance dalam menjaga ketahanan
perbankan syariah di Indonesia. Kusuma dan Asif (2012) EWS penting bagi
perbankan syariah, karena dapat memitigasi risiko sistemik yang berpotensi
muncul akibat kondisi perekonomian yang tidak stabil.
Mahmood Al-Osaimy (2004) mengatakan bahwa pengujian terhadap
ketahanan perbankan Syariah dilakukan dengan mengelompokan bank yang
berkinerja tinggi dengan bank yang berkinerja rendah. Ascarya dkk (2018)
melakukan pengujian terhadap ketahanan dual banking system di Indonesia.
Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini bermaksud untuk
menentukan indikator-indikator yang dapat berpotensi memberikan shock
terhadap BPS BPIH dan mengamati apakah BPS BPIH mampu bertahan ketika
terjadi guncangan. Dengan demikian penelitian ini mengambil judul tentang
“Analisis Sistem Deteksi Dini Ketahanan Perbankan Syariah; Studi Kasus Pada
19
Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 2014-
2017”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan sejumlah
permasalahan dalam penelitian ini sebagaimana berikut :
1. Bagaimana level ketahanan BPS BPIH?
2. Indikator-indikator apakah yang berpotensi memberikan kemungkinan
(probability) terjadinya guncangan pada BPS BPIH?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Menganalisis bagaimana level ketahanan BPS BPIH?
b. Menganalisis indikator-indikator apakah yang berpotensi memberikan
kemungkinan (probability) terjadinya guncangan pada BPS BPIH?
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat untuk Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk kepentingan
akademik dan memberikan sumbangsih terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan, lebih sepsifik pengembangan ilmu perbankan dan keuangan
syariah.
20
b. Kegunaan Operasional
Dalam konteks teknis operasional, hasil penelitian ini diharapkan
dapat berguna untuk para pengambil kebijakan bagi para pihak yang
mengelola dana haji di Indonesia.
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian ini akan dipaparkan kajian pustaka dengan terlebih dahulu
memaparkan tentang konseptualisasi middle range theory terkait dengan kinerja
bank syariah dengan merujuk kepada konseptualisasi grand theory manajemen
perbankan. Selanjutnya, pada bagian konspetualisasi applied theory akan dibahas
mengenai keterkaitan indikator keuangan bank syariah, indikator spesifik
pengelolaan dana haji di Indonesia, serta indikator makro ekonomi.
A. Kinerja Bank Syariah
Sebelum masuk pada pembahasan kinerja bank syariah, akan
dipaparkan terlebih dahulu mengenai konsep kinerja. Rue and Byar (1981
dalam Keban, 1995) menyebutkan bahwa kinerja (performance) didefinisikan
sebagai tingkat pencapaian hasil atau “the degree of accomplishment” atau
kinerja merupakan tingkat pencapaian tujuan organisasi secara
berkesinambungan. Sementara itu, Atmosudirdjo (1997) mengatakan bahwa
kinerja juga dapat berarti prestasi kerja, prestasi penyelenggaraan sesuatu dan
seberapa baik melakukan pekerjaan tersebut. Faustino (1995) memberi batasan
mengenai perfomansi adalah suatu cara mengukur kontribusi-kontribusi dari
individu-individu anggota organisasi kepada organisasinya. Munawir (2002)
menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi
yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan
22
atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan
dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Sementara itu Baridwan (1997)
menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan ringkasan dari transaksi-
transaksi yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.
Bernadin dan Russel sebagaimana dikutip Jones (1991) lebih rinci
memberikan batasan mengenai kinerja yakni dampak yang dihasilkan dari
fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama satu periode waktu
tertentu. Menurut Peter Jennergen (dalam Steers,1985) pengertian kinerja
organisasi adalah tingkat yang menunjukan seberapa jauh pelaksanaan tugas
dapat dijalankan secara aktual dan misi organisasi tercapai. Selanjutnya
Pamungkas (2000) menjelaskan bahwa kinerja adalah penampilan cara-cara
untuk menghasilkan sesuatu hasil yang diperoleh dengan aktivitas yang
dicapai dengan suatu unjuk kerja.
Keban (1995) menyatakan bahwa cakupan dan cara mengukur indikator
kinerja sangat menentukan apakah suatu organisasi publik dapat dikatakan
berhasil atau tidak. Whittaker (1993) menyebutkan bahwa pengukuran kinerja
merupakan suatu alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan
keputusan dan akuntabilitas (dalam LAN, 2000). Donald dan Lawton (dalam
Keban, 1995) mengatakan bahwa penilaian kinerja organisasi dapat digunakan
sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam kurun waktu tertentu dan
penilai tersebut juga dapat dijadikan input bagi perbaikan dan peningkatan
kinerja organisasi.
23
Pengukuran kinerja ini sangat penting dilakukan guna mengukur posisi
entitas usaha atau suatu organisasi. Berangkat dari hasil pengukuran tersebut,
maka akan menghasilkan suatu rekomendasi yang bersifat perbaikan dalam
rangka mencapai tujuan organisasi. Informasi yang dihasilkan dari hasil
pengukuran tersebut menjadi sangat penting bagi pihak manajemen.
Manajemen puncak akan mengambil kebijakan strategis dalam menahkodai
suatu organisasi. Adanya informasi yang salah akan berdampak pada salahnya
kebijakan yang diambil okeh manajemen.
Jogiyanto (2000) menjelaskan bahwa pentingnya informasi sebagai
suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan
keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif,
maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut
diterima oleh pasar. Pada waktu waktu informasi diumumkan dan semua
pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu
menginterprestasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik
(good news) atau sinyal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi
tersebut diinterprestasikan sebagai signal baik bagi investor, maka volume
perdagangan saham tersebut akan cenderung meningkat. Begitu pula
sebaliknya, salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan,
terutama bagi investor adalah hasil pengukuran kinerja perusahaan yang
tercemin pada laporan keuangan. Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan
oleh perusahaan yang dapat menjadi signal bagi pihak di luar perusahaan,
terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan. Informasi yang
24
diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu
informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi non-
akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan.
Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan
mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh
pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Semua investor
memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan
sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi
dengan preferensi risiko yang diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin
sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan harus melakukan
pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan transparan.
Munawir (2002) menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan hasil
dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi
antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Sementara itu
Baridwan (1997) menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan ringkasan
dari transaksi-transaksi yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.
Sebagaimana diungkapkan oleh Yuliana (2014) dalam penelitiannya
mengenai pemetaan kinerja bank syariah berdasarkan informasi keuangan.
Dalam penelitiannya, digunakan kategori untuk informasi keuangan yang
bersifat khusus dan informasi keuangan yang bersifat umum. Kategori
informasi yang bersifat khusus yaitu informasi keuangan yang yang hanya
dimiliki oleh bank syariah, semisal pembiayaan mudharabah, musyarakah, dan
25
lain sebagainya. Sedangkan informasi keuangan yang bersifat umum
merupakan informasi keuangan yang terdapat baik pada bank syariah maupun
bank konvensional, semisal aset, deposito, profit, dan lain sebagainya.
Undang-Undang no 7 tahun 1992 tentang Perbankan dan Undang-
Undang no 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah menegaskan bahwasanya
fungsi utama bank yaitu sebagai lembaga intermediasi. Dalam konteks bank
syariah, maka bank syariah bisa bertindak sebagai mudharib maupun bertindak
sebagai shahibul maal. Semua aktivitas yang dijalankan oleh manajemen bank
syariah tercermin dalam laporan keuangan yang dipublikasikan kepada
stakeholder.
Ahmed (2002) mengembangkan beberapa model untuk menilai kinerja
bank syariah. Implementasi prinsip bagi hasil baik pada sisi aset maupun
liabilitas menuntut bank syariah untuk bertindak strategis terkait dengan
pengelolaan risiko. Pada bank syariah, risiko penarikan (withdrawal risk) lebih
diprioritakan dibandingkan dengan risiko tradisional (risiko kredit, risiko pasar,
risiko likuiditas, dan sebagainya). Indikator pengukuran risiko penarikan yaitu
stability (return on liabilities, return on assets, dan rate of return), liquidity
(quality of asset profit sharing based), risk management strategies (rate of
return/deposits, profit loss sharing/fixed-income, profit loss sharing/equity),
dan quasi-equity deposits and securitization (profit loss sharing/investment).
Antonio (2001) mengemukakan bahwa untuk melihat pengukuran
kinerja bank syariah, harus ditentukan berdasarkan peran bank syariah, apakah
dipandang sebagai shohibul maal, mudharib, atau keduanya sekaligus.
26
Pengklasifikasian tersebut juga seiring dengan pemodelan bank syariah ketika
berfungsi sebagai penyedia likuiditas sebagaimana diungkapkan oleh Ahmed
(2002). Ketika sebagai shahibul maal, bank syariah berfokus pada sisi aset.
Sedangkan ketika berperan sebagai mudharib, fokusnya pada sisi liabilitas.
Yuliana (2014) mengemukakan bahwa pada kelompok bank sebagai
shahibul maal, pengukuran kinerja dikaitkan dengan isu pengaruh lingkungan
ekonomi terhadap kemampuan bank syariah memperoleh dana. Burki dan
Ahmad (2010) menganalisis kinerja bank syariah dikaitkan dengan reformasi
tata kelola perbankan di Pakistan. Sedangkan Abduh dan Omar (2012) meng-
analisis pengaruh peristiwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Selanjutnya
Karima et al. (2012) menempatkan bank syariah sebagai shahibul maal dalam
kondisi terjadinya subprime mortgage di Malaysia. Pada kelompok bank
sebagai mudharib, pengukuran kinerja dikaitkan dengan isu yang bersifat
normatif dan praktis. Isu normatif mengenai tujuan bank syariah dan
pengaruhnya terhadap kinerja dibahas oleh Khan dan Bhatti (2008), Abu
Tapanjeh (2009), Chong dan Liu (2009), Khan (2010) dan Vinnicombe (2010).
Sedangkan Dusuki (2008), Awan & Bukhari (2011) dan Pepinsky (2012)
membahas isu normatif tentang tujuan bank syariah. Berbeda dengan peneliti
lainnya di kategori mudharib, Ismail (2011) dan Ismail (2012) membahas isu
teknis yaitu tentang risiko penarikan yang dihadapi bank syariah dan
mengaitkannya dengan kinerja. Pada kelompok ketiga ini, pengukuran kinerja
berkaitan dengan upaya peneliti untuk menggambarkan kondisi bank syariah
secara umum pada berbagai situasi. Sufian (2007), Mokhtar et al. (2008), dan
27
Ongena & Sendeniz-Yüncü (2011) membandingkan kinerja bank syariah
berdasarkan jenisnya, antara lain bank syariah nasional dan asing, bank umum
syariah dan unit usaha syariah, serta berdasarkan ukurannya. Penelitian
mengenai ilustrasi perkembangan dan implementasi kebijakan terkait bank
syariah dilakukan oleh Khan dan Bhatti (2008), Obiyo (2008), Samad dan
Hassan (2009), dan Alam et al. (2011).
Berkaitan dengan informasi khusus sebagaimana diungkapkan Yuliana
(2014), penelitian-penelitian yang menggunakan informasi keuangan khusus
tersebut mengukur kinerja untuk mengidentifikasi tingkat ketaatan bank
syariah terhadap etika dan moralitas (Khan and Bhatti (2008) dan prinsip Islam
(Khan, 2010 dan Vinnicombe (2010). Ketiga peneliti tersebut mengusung
tema yang “sensitif” dan “kental bernuansa Islam” sehingga wajar jika alat
ukurnya sangat spesifik. Sedangkan Burki and Ahmad (2010) menggunakan
indikator kinerja tersebut pada konteks penelitian yang umum yaitu menguji
pengaruh reformasi keuangan terhadap kinerja.
Otoritas Jasa Keuangan selaku lembaga yang diamanatkan oleh
undang-undang untuk melakukan pengawasan terhadap operasional jasa
keuangan mengeluarkan produk aturan mengenai penilaian tingkat kesehatan
bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Beberapa alasan mengenai
pentingnya aturan ini yaitu sebagai berikut. Pertama, kesehatan bank
merupakan sarana bagi otoritas pengawas dalam menetapkan strategi dan fokus
pengawasan terhadap bank. Kedua, perubahan kompleksitas usaha dan profil
risiko yang dapat berasal dari bank maupun dari perusahaan anak bank serta
28
perubahan pendekatan penilaian kondisi bank yang diterapkan secara
internasional mempengaruhi pendekatan penilaian tingkat kesehatan bank.
Ketiga, dalam rangka meningkatkan efektivitas penilaian tingkat kesehatan
bank untuk menghadapi perubahan diperlukan penyempurnaan penilaian
tingkat kesehatan bank dengan pendekatan berdasarkan risiko (Risk-based
Bank Rating). Keempat, penilaian tingkat kesehatan bank juga perlu
disesuaikan dengan penerapan pengawasan secara konsolidasi.
Penjelasan dari pasal 9 Ayat (5) POJK Nomor 8/POJK.03/2014 tentang
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
ialah kondisi Bank yang secara umum cukup sehat adalah keadaan Bank
yang dinilai cukup mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan
dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya, tercermin dari
peringkat faktor-faktor penilaian, untuk Bank Umum Syariah berupa
profil risiko, penerapan Good Corporate Governance, rentabilitas, dan
permodalan yang secara umum cukup baik, sedangkan untuk Unit Usaha
Syariah berupa profil risiko yang secara umum cukup baik. Apabila terdapat
kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut cukup signifikan dan
apabila tidak berhasil diatasi dengan baik oleh manajemen dapat
mengganggu kelangsungan usaha Bank.
Dalam peraturan tersebut dibuat dengan sangat rigit termasuk dalam hal
teknis penilaian yang harus dilakukan oleh pihak internal bank. Salah satu
ukuran yang digunakan untuk mengukur tingkat kinerja suatu perbankan yaitu
dapat dilihat dari rasio profitabilitas. Sugiyarso (2005) menyebutkan bahwa
29
profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
dari penjualan total aset maupun modal sendiri. Sementara itu, Judisseno
(2002) berpendapat bahwa Profitabilitas adalah tingkat kemampuan suatu bank
untuk mengahsilkan laba yang dihitung dengan menggunakan rasio-rasio
rentabilitas. Dwijayanthi (2009) menyebutkan bahwa profitabilitas merupakan
hasil akhir yang dicapai manajemen dari setiap kebijaksanaan dan keputusan.
Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
didalam usahanya memperoleh keuntungan dengan menggunakan aktiva yang
dimiliki. Sementra itu Siamat (2005) menyebutkan bahwa rasio yang biasa
digunakan untuk mengukur dan membandingkan kinerja profitabilitas adalah
Return On Equity (ROE) dan Return On Asset (ROA). Ukuran profitabilitas
yang digunakan adalah ROE untuk perusahaan pada umumnya dan ROA pada
industri perbankan. ROA memfokuskan kemampuan perusahaan untuk
memperoleh earning dalam perusahaan, sedangkan ROE hanya mengukur
return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut.
ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
pihak manajemen bank dalam menghasilkan profit (laba sebelum pajak) yang
diperoleh dari rata-rata total aset bank itu sendiri. Sebagaimana yang
diungkapkan Rahardja (2006), rasio ini digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara
keseluruhan. Semakin tinggi rasio ROA yang dimiliki suatu bank maka
semaking tinggi tingkat profit yang diperoleh bank sehingga kemungkinan
bank mengalami masalah keuangan semakin rendah. Surat Edaran Bank
30
Indonesia No.6/23./DPNP tahun 2004, merumuskan untuk menghitung ROA
adalah dengan membandingkan laba sebelum pajak dengan total aset.
Dendawijaya (2005), dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank,
Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya Return On Asset
(ROA) dan tidak memasukan unsur Return On Equity (ROE). Hal ini
dikarenakan Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan, lebih
mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dari aset yang
dananya berasal dari sebagian besar dana simpanan masyarakat.
Indahsari (2015) menyebutkan bahwa tingkat profitabilitas merupakan
hal penting bagi sebuah bank dan menjadi salah satu indikator untuk mengukur
kinerja keuangan suatu bank. Tingkat profitabilitas menjadi faktor penentu
keberlanjutan sebuah bank untuk terus berkembang. Menurut Hassan dan
Bashir (2002), bahwa tingkat profitabilitas bank dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu faktor internal maupun faktor eksternal. Lebih lanjut Hassan dkk.
(2002) menjelaskan beberapa faktor tersebut adalah karakteristik bank,
indikator makro, struktur keuangan, perpajakan, modal, kualitas asset, dan
likuiditas.
Djamil (1989) menyebutkan bahwa makro ekonomi adalah faktor-
faktor eksternal yang terdiri dari kejadian-kejadian yang berasal dari luar
perusahaan, sehingga pihak perusahaan tidak mampu untuk mengendalikannya,
sebagaimana yang dikatakan oleh Athanasoglou et al. (2006) menyatakan
bahwa profitabilitas bank dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Athanasoglou (2006) menjelaskan faktor eksternal merupakan faktor yang
31
tidak berhubungan langsung dengan manajemen bank, tetapi memiliki dampak
secara tidak langsung bagi perekonomian dan lembaga keuangan.
Dendawijaya (2009) menyebutkan bahwa Bank Indonesia sebagai
pembina dan pengawas perbankan nasional menganjurkan profitabilitas bank
diukur dengan menggunakan ROA karena lebih mengutamakan tingkat
profitabilitas suatu bank diukur dengan menggunakan aset yang dananya
sebagian besar dari dana simpanan masyarakat.
B. Krisis Perbankan
Industri perbankan merupakan bisnis yang mendasarkan pada prinsip
kepercayaan. Sebagaimana hasil penelitian Mufraini (2016) dalam
penelitiannya tentang kepercayaan investor dengan objek Bank Penerima
Setoran Biaya Penyelenggara Ibadah Haji (BPS BPIH) mengemukakan bahwa
terdapat hubungan antara tingkat konsentrasi dana haji dengan stabilitas
perbankan syariah.
Hadad et al. (2003) mengemukakan bahwa krisis perbankan yang
terjadi pada tahun 1997/1998 memberikan pelajaran berharga bahwa berbagai
permasalahan di sektor perbankan yang tidak terdeteksi secara dini akan
mengakibatkan runtuhnya kepercayaan masyarakat terhadap industri
perbankan. Beberapa analis mengutarakan alasan-alasan yang mendukung
pernyataan bahwa industri perbankan sebagai industri memerlukan perhatian
khusus. penarikan dana dalam skala besar yang terjadi dalam waktu singkat
akan menyebabkan timbulnya permasalahan likuiditas pada industri perbankan
32
yang kemudian akan mendorong bank-bank untuk menggunakan segala cara
yang mungkin dilakukan guna memenuhi penarikan dana oleh masyarakat,
termasuk didalamnya upaya untuk menjual asset yang ada dengan harga
murah. Kondisi ini menimbulkan distress pada sistem perbankan dan
membawa dampak lanjutan pada penurunan rentabilitas yang pada akhirnya
menuju pada kondisi insolvent.
Rodoni dan Ali (2010) apabila ditinjau dari kondisi keuangan ada tiga
keadaan yang menyebabkan financial distress yaitu faktor ketidakcukupan
modal atau kekurangan modal, besarnya beban utang dan bunga serta
menderita kerugian. Ketiga aspek tersebut saling berkaitan. Oleh karena itu
harus dijaga keseimbangannya agar perusahaan terhindar dari kondisi financial
distress yang mengarah kepada kebangkrutan.
Dalam konteks krisis perbankan, sebagaimana diungkapkan oleh Kunt
& Detragiache (1998) bahwasanya krisis perbankan yaitu apabila sistem
perbankan mengalami salah satu dari kondisi-kondisi yaitu tingginya kredit
macet (NPL) yang melebihi 2% dari PDB, biaya penyelamatan perbankan
melebihi 2% dari PDB, nasionalisasi atau pengambilalihan perbankan oleh
pemerintah, Penarikan dana besar-besaran oleh nasabah, atau Penutupan bank
oleh pemerintah baik sementara atau selamanya.
Sabirin (2003) menyatakan bahawa krisis perbankan yang terjadi di
Indonesia disebabkan beberapa faktor. Pertama, adanya jaminan terselubung
(implicit guarantee) dari bank sentral atas kelangsungan hidup suatu bank
untuk mencegah kegagalan sistemik dalam industri perbankan telah
33
menimbulkan moral hazard di kalangan pengelola dan pemilik bank. Kedua,
sistem pengawasan oleh bank sentral kurang efektif karena belum sepenuhnya
dapat mengimbangi pesat dan kompleksnya kegiatan operasional perbankan.
Ketiga, besarnya pemberian kredit dan jaminan baik secara langsung maupun
tidak langsung kepada individu/kelompok usaha yang terkait dengan bank
(connected lending) telah mendorong tingginya risiko kemacetan kredit yang
dihadapi bank. Keempat, relatif lemahnya kemampuan manajerial bank telah
mengakibatkan penurunan kualitas aset produktif dan peningkatan risiko yang
dihadapi bank. Kelima, kurang transparannya informasi mengenai kondisi
perbankan telah mengakibatkan kesulitan dalam melakukan analisis secara
aktual tentang kondisi keuangan suatu bank serta melemahkan upaya untuk
melakukan kontrol sosial dan menciptakan disiplin pasar (market dicipline).
C. Early Warning System(EWS)
Davis et al. (2008) mengemukakan bahwa sistem detiksi dini (Early
Warning Syatem) merupakan metode yang digunakan untuk mengukur tingkat
kerentanan suatu industri keuangan. Menurut Duasa, Kusuma dan Sumandi
(2016) metode EWS dapat digunakan sebagai salah satu metode/tools
surveillance dalam menjaga ketahanan perbankan syariah di Indonesia.
Sedangkan menurut Kusuma dan Asif (2012) EWS penting bagi perbankan
syariah, karena dapat memitigasi risiko sistemik yang berpotensi muncul akibat
kondisi perekonomian yang tidak stabil.
34
Abimanyu dan Imansyah (2008) melihat bahwa terdapat berbagai
pendekatan yang ada dalam sistem deteksi dini, seperti pendekatan parametrik
(ekonometrik) baik yang logit dan probit, markov-switching model,
nonparametrik (pendekatan model sinyal), pendekatan jaringan saraf tiruan dan
berbagai model lainnya.
D. Robustness Index
Dimas dan Jarita (2017), membuat permodelan indeks yang disebut
dengan Sharia Banking Robustness Index (SBRI). SBRI dikembangkan dan
digunakan untuk menyelidiki apakah perbankan Syariah berada dalam kondisi
normal atau krisis. Untuk analisis, sebagaimana dilakukan oleh Dimas dan
Jarita (2017), SBRI dibanguan dengan dua indikator, yaitu deposito dan
pembiayaan. Variabel deposito diperoleh dari total giro, tabungan, dan deposito
yang berhasil dihimpun oleh bank Syariah. Selain itu, variabel Pembiayaan
diperoleh dari total berbagai jenis pembiayaan oleh bank syariah.
Dalam rangka pengembangan indeks ketahanan perbankan syariah,
pada penelitian ini mengacu kepada beberapa indikator indeks ketahanan
syariah ditambah dengan variabel indeks sebagaimana diungkapkan oleh
Heřmánek et al (2006) dan Gunadi et al (2013) sebagaimana terlihat pada tabel
dibawah ini:
35
Tabel 2.1
Indeks Stabilitas Sistem Keuangan
Nama
Indeks/Penerbit
Kategori Indikator
Financial
Soundness
Indicator/IMF
Heřmánek et al.
(2006)
Core set
Deposit
Takers (DTs)
Capital
adequacy
Regulatory capital to risk-weighted
assets
Regulatory Tier I capital to risk-
weighted assets
Nonperforming loans net of
provisions to capital
Asset quality Nonperforming loans to total gross
loans
Sektoral distribution of loans to total
loans
Earnings and
profitability
Return on assets
Return on equity
Interest margin to gross income
Liquidity Liquid assets to total assets
Liquid assets to short-term liabilities
Exposure to Net open position in foreign exchange
36
Nama
Indeks/Penerbit
Kategori Indikator
FX risk to capital
Encouraged
set
Deposit
Takers (DTs)
Capital to assets
Large exposures
total number of large exposures (
ii) total exposure of 5 largest DTs to 5
largest resident entities to capital
(iii) total exposures of DTs to affil.
entities & connected parties to capital
Geographical distribution of loans to
total loans
Gross asset position in financial
derivatives to capital
Gross liability position in financial
derivatives to capital
Trading income to total income
Personnel expenses to noninterest
expenses
Spread between reference lending
and deposit rates (in basis points)
37
Nama
Indeks/Penerbit
Kategori Indikator
Spread between highest and lowest
interbank rate (in basis points)
Customer deposits to total (non-
interbank) loans
Foreign currency-denominated loan
to total loans
Foreign currency-denominated
liabilities to total liabilities
Net open position in equities to
capital
Other
Financial
Corporations
(OFCs)
OFCs assets to total financial system
assets
OFCs assets to Gross Domestic
Product (GDP)
Nonfinancial
Corporations
(NFCs)
Total debt to equity
Return on equity
Earnings to interest and principal
expenses
Net foreign exchange exposure to
equity
Number of applications for protection
38
Nama
Indeks/Penerbit
Kategori Indikator
from creditors
Households
(HHs)
Household debt to GDP
Household debt service and principal
payments to income
Market
Liquidity
Average bid-ask spread in the
securities market (percentage of mid-
point price)
Average daily turnover ratio in the
securities market
Real Estate
Markets
Residential and commercial real
estate prices (annual percentage
increase)
Residential real estate loans to total
loans Commercial real estate loans to
total loans
Macro-prudential
indicators (MPIs)/
European System
of Central Banks
(ESCB)
INTERNAL
FACTORS
Profitability,
balance sheet
quality and
capital
38 indicators (income and cost
developments and composition,
efficiency, profitability, income and
costs as percent of total assets
39
Nama
Indeks/Penerbit
Kategori Indikator
Heřmánek et al
(2006)
adequacy 18 indicators (balance sheet −
coverage as share per the banking
sektor, asset and liability
composition; off-balance sheet items)
18 indicators (capital adequacy, asset
quality, provisions)
Demand and
supply
(competitive)
conditions
7 indicators (interest receivable and
interest payable, average margin and
overall margin)
Risk
concentrations
25 indicators (credit growth and
sektoral concentration, aggregate
lending, aggregate new lending,
lending to non-MFI private sektors,
industry exposures)
18 indicators (composition of other
assets - aggregate fixed income
securities holdings, aggregate equity
holdings, aggregate balance sheet,
currency and maturity structure of
domestic lending, global credit
40
Nama
Indeks/Penerbit
Kategori Indikator
exposures)
14 indicators (liquidity risk,
exposures of EU-15 to new EU
member countries, exposures towards
emerging and developing countries,
market risk exposures)
Market
assessment of
risks
8 indicators (all bank share price
index, yield spread, bank rating,
distance to default of major EU
banks)
EXTERNAL
FACTORS
Financial
fragility
15 indicators (total debt corporate
sektor, household total debt,
household saving ratio, median
expected default frequencies for key
industries)
Asset price
developments
5 indicators (stock indices, real estate
prices)
Cyclical and
monetary
10 indicators (rate of growth of GDP
and its components, developments in
41
Nama
Indeks/Penerbit
Kategori Indikator
conditions unemployment, interest rates,
exchange rates, consumer price
index)
CONTAGION
FACTORS
Interbank
markets
3 indicators (interbank liabilities,
share of assets of 3 and 5 banks with
the largest interbank exposures)
FSI for Central
European
Countries
Heřmánek et al
(2006)
Capital
adequacy
Regulatory capital to risk-weighted
assets
Regulatory Tier I capital to risk-
weighted assets
Asset quality
Nonperforming loans net of
provisions to capital
Nonperforming loans to total gross
loans
Sektoral distribution of loans to total
loans
Earnings and
profitability
Return on assets
Return on equity
Interest margin to gross income
42
Nama
Indeks/Penerbit
Kategori Indikator
Noninterest expenses to gross income
Liquidity Liquid assets to total assets
Liquid assets to short-term liabilities
Exposure to
FX risk
Net open position in foreign exchange
to capital
Partial Indicator
Banking Stability
Index/Republik
Ceko
Heřmánek et al
(2006)
Capital
adequacy
Capital adequacy (%)
Asset quality Nonperforming loans/total loans (%)
Profitability Return on assets (%)
Return on equity (%)
Liquidity
Quick assets/assets (%)
Quick assets/client deposits (%)
Interest rate
risk
Cumulative net balance sheet position
to 3 months/assets (%)
Foreign
exchange risk
Absolute value of open total position
in foreign exchange/Tier 1 capital
(%)
Absolute value of open balance sheet
position in foreign exchange/Tier 1
capital (%)
43
Nama
Indeks/Penerbit
Kategori Indikator
Indeks Stabilitas
Sistem Keuangan
(ISSK)
Gunadi et al.
(2013)
Indeks
Stabilitas
Institusi
Keuangan
Indeks
Tekanan
NPL
Delta (AlGWM)/TA yoy
CAR
ROA
Indeks
Intermediasi
Spread suku bunga kredit dengan
suku bunga DPK
Gap LDR
Gap Kredit/ GDP terhadap Long
Term Trend
Indeks
Efisiensi
NIM
BOPO
CIR
OHC/PO
Indeks
Stabilitas
Pasar
PUAB – DF Rate
IHSG
Obligasi Negara
44
Nama
Indeks/Penerbit
Kategori Indikator
Keuangan Nilai Tukar USDIDR
CDS
Sumber: Data diolah
Sebagaimana tabel diatas, maka penulis mengembangkan indeks
ketahanan perbankan syariah dengan spesifik pada indeks ketahanan BPS
BPIH berdasarkan penelitian sebelumnya ditambah dengan beberapa indikator
dari beberapa referensi serta indikator yang berkaitan dengan dana haji di
Indonesia. Adapun indikator/variabel pada penelitian ini yatiu Dana Pihak
Ketiga, Pembiayaan/Kredit, Total Aset, Capital Adequacy Ratio (CAR), Rasio
Dana Haji dengan Dana Pihak Ketiga, dan rata-rata perolehan Indicative
Return (IR) dana haji.
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan tulisan ini yaitu
sebagaimana pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
1
Peneliti Moazzam Farooq dan Sajjad Zaheer
Tahun 2015
Judul Are Islamic Banks More Resilient during Financial Panics
45
Jurnal Pacific Economic Review, 20: 1 (2015)
Variabel CAR, Branchless (Log), Assets (Log), Age, NPL, ROA,
Credit Rating
Alat
Analisis
Regresi
Persamaan
dengan
Penelitian
Melihat tingkat ketahanan Perbankan Syariah
Perbedaan
dengan
Penelitian
Pada penelitian ini, yang dibandingkan adalah industri
perbankan Syariah, sedangkan penelitian yang akan
dilakukan yaitu hanya pada bank Syariah yang mengelola
dana haji di Indonesia.
Hasil
Penelitian
Kinerja Bank Syariah di Pakistan relatif lebih rentan
dibandingkan dengan kinerja bank konvensional.
2
Peneliti Necla Tunay, Nesrin Özataç, and K. Batu Tunay
Tahun 2017
Judul The Effect of Financial Crises on Banking Performance
in Developed and Emerging Economies
Jurnal Springer Proceedings in Business and Economics, 2017
Variabel NIM, ROA, ROE, Banking Crisis, GDP,
Alat
Analisis Analisis Panel Data
Persamaan Melakukan kajian ketahanan Perbankan Syariah
46
dengan
Penelitian
Perbedaan
dengan
Penelitian
1. Objek Penelitian yaitu pada sektor perbankan Syariah.
2. Tidak ada perbandingan antara sektor konvensional
dan sektor syariah
Hasil
Penelitian
Pada saat krisis keuangan yang melanda, terjadinya
ketidakstabilitan system keuangan sehingga menyebabkan
insustri perbankan mengalami kerentanan.
3
Peneliti Areeba Khan dan Junaina Muhammad
Tahun 2016
Judul Financial Resilience: A comparative Study of Islamic and
Conventional Banking Systems
Jurnal Global J. Bus. Soc. Sci. Review 4 (2) 49 – 57 (2016)
Variabel ROA, Profil Resiko, Equitas, Aset
Alat
Analisis
Regresi, Uji Perbandingan
Persamaan
dengan
Penelitian
Melakukan kajian ketahanan Perbankan Syariah
Perbedaan
dengan
Penelitian
1. Objek Penelitian yaitu pada sektor perbankan Syariah
dengan data 22 negara
2. Tidak ada perbandingan antara sektor konvensional
dan sektor syariah
47
Hasil
Penelitian
Dalam jangka pendek, kinerja Bank Syariah lebih rentan
dibandingkan dengan kinerja bank konvensional. Tetapi
dalam jangka Panjang, kinerja Bank Syariah lebih tahan
dibandingkan dengan kinerja bank konvensional
4
Peneliti Mahmood H. Al-Osaimy & Ahmed S. Bamakhramah
Tahun 2004
Judul An Early Warning System for Islamic Banks Performance
Jurnal J.KAU: Islamic Econ., Vol. 17, No. 1, pp. 3-14 (1425 A.H
/ 2004 A.D)
Variabel Profitabilitas, Total Income/Total Assets, Investment
Income/Total Income, Total Income/General and
Administrative Expenses, Provisions for Bad Debts and
Investments/Total Assets, Cash/Total Deposits, Customers
Investment Deposits/Shareholders Equity, Net Profit
Before Zakat and/or Taxes/Total Assets
Alat
Analisis
Analisis Diskriminan
Persamaan
dengan
Penelitian
Melakukan kajian ketahanan Perbankan Syariah
Perbedaan
dengan
Penelitian
Objek penenelitian pada penelitian ini yaitu bukan
industry perbankan Syariah, terletetapi hanya berfokus
pada bank yang mengelola dana haji.
48
Hasil
Penelitian
Untuk mencapai teknik Analisis Diskriminan yang
obyektif, di mana Fungsi Diskriminan akan dirancang
yang terdiri dari karakteristik yang signifikan (rasio
keuangan) sebagai variabel penjelas dan tingkat
profitabilitas sebagai variabel dependen. Skor diskriminan
kemudian diekstraksi dan digunakan untuk membedakan
antara kinerja tinggi dan kelompok kinerja bank yang
rendah, sehingga membentuk sistem peringatan dini yang
mungkin untuk prediksi kinerja masa depan bank yang
diamati.
5 Peneliti Sumandi
Tahun 2017
Judul Analisis Sistem Deteksi Dini Terhadap Krisis Perbankan
Syariah
Jurnal Jurnal Nisbah Vol. 3 No. 1 Tahun 2017 Hal. 365-381
Variabel DPK, Pembiayaan, Inflasi, NPF, FDR, PDB, Suku Bunga
Alat
Analisis
Sharia Banking Robustness Index (SBRI), Logit
Persamaan
dengan
Penelitian
Melihat ketahanan perbankan syariah
Perbedaan
dengan
Objek penenelitian pada penelitian ini yaitu bukan industri
perbankan Syariah, tetapi hanya berfokus pada bank yang
49
Penelitian mengelola dana haji (BPS BPIH).
Hasil
Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan indeks
ketahanan perbankan Syariah (Syariah banking robustness
index), terdapat ketahanan yang buruk pada perbankan
Syariah di tahun 2004 dan 2005. Ketahanan yang buruk
ini lebih disebabkan oleh faktor internal perbankan. Selain
itu, berdasarkan 5 indikator yang digunakan, hanya 3
indikator yang dapat menjadi leading indicators yaitu
suku bunga, inflasi dan financing to deposit ratio (FDR).
Tiga leading indicator didapatkan berdasarkan penilaian
berbagai kriteria, salah satunya adalah noise to signal
ratio (NSR). Selanjutnya adalah mengolah 3 leading
indicators dengan logit. Hasil dengan logit menunjukkan
dari 3 leading indicators, hanya suku bunga yang
berpengaruh signifikan dan nilai odds ratio leading
indicator suku bunga sebesar 79.29%. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah indikator suku bunga menjadi
indikator yang sangat berpengaruh terhadap kinerja
perbankan Syariah.
6 Peneliti Muhamad Abduh, Mohd Azmi Omar, and Jarita Duasa
Tahun 2011
Judul The Impact of Crisis and Macroeconomic Variables
towards Islamic Banking Deposits
50
Jurnal American Journal of Applied Sciences 8 (12): 1378-1383
ISSN 1546-9239
Variabel Total Deposit, deposit rate on islamic banking, deposit
rate on conventional banking, Consumer Price Index,
Growth of Industrial Production, Lending rate, Inflation,
Alat
Analisis
VECM
Persamaan
dengan
Penelitian
Melihat beberapa indikator makro ekonomi terhadap bank
syariah
Perbedaan
dengan
Penelitian
Pada penelitian ini, tidak menggunakan industri perbankan
syariah, tetapi spesifik kepada bank yang mengelola dana
haji.
Hasil
Penelitian
Secara umum, selama masa krisis tahun 2007/2008
dimana terjadi krisis keuangan global, bank syariah sangat
dipercaya untuk menampung dana pihak ketiga.
7 Peneliti Muhammad Eka Rahman
Tahun 2015
Judul Uji Ketahanan Krisis Terhadap Perbankan Syariah Di
Indonesia Dengan Ukuran IBC (Indeks Banking Crisis)
Tahun Periode 2006-2012
Jurnal JEBIS Vol. 1, No. 1, Januari – Juni 2015
Variabel DPK, Laba, NPF, Pembiayaan, Total Aset
51
Alat
Analisis
Regresi Linear Berganda
Persamaan
dengan
Penelitian
Melihat ketahanan perbankan syariah
Perbedaan
dengan
Penelitian
Objek penenelitian pada penelitian ini yaitu bukan industri
perbankan Syariah, tetapi hanya berfokus pada bank yang
mengelola dana haji (BPS BPIH).
Hasil
Penelitian
Krisis global yang terjadi tahun 2008 membuat
perekonomian dunia mengalami goncangan,krisis kiriman
yang berasal dari amerika serikat karena masalah non
performing loan dalam bidang properti yang
mengakibatkan kegagalan sistemik pada sektor perbankan
konvensional di Amerika serikat, dengan menggunakan
indeks banking crisis sebagai parameter untuk mengukur
kondisi Bank Syariah di Indonesia pada saat krisis dan
saat melewati kritis.
8 Peneliti Rizky Yudaruddin
Tahun 2016
Judul Dampak Faktor Makro Ekonomi Terhadap Stabilitas Bank
Pembangunan Daerah Di Indonesia
Jurnal Conference on Management and Behavioral Studies.
Oktober 2016 ISSN NO: 2541-3400 e-ISSN NO: 2541-
52
2850
Variabel Inflasi, Suku Bunga, Produk Domestik Bruto
Alat
Analisis
Regresi Data Panel
Persamaan
dengan
Penelitian
Melihat ketahanan perbankan
Perbedaan
dengan
Penelitian
Objek penelitian lebih spesifik, dalam jurnal ini
menggunakan data BPD, sedangkan pada penelitian ini
menggunakan data BPS BPIH.
Hasil
Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui dampak faktor makro
ekonomi yang terdiri dari produk nasional bruto, inflasi
dan suku bunga terhadap stabilitas bank di Indonesia.
Obyek penelitian ini adalah Bank Pembangunan Daerah di
Indonesia sebanyak 26 bank selama tahun 2009-2013.
Alat analisis menggunakan regresi data panel. Hasil
penelitian menemukan bahwa inflasi berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap stabilitas bank. Suku bunga
berpengaruh positif signifikan terhadap stabilitas bank,
sedangkan produk nasional bruto berpengaruh positif
signifikan terhadap stabilitas bank.
9 Peneliti Melan Rahmaniah dan Hendro Wibowo
Tahun 2015
53
Judul Analisis Potensi Terjadinya Financial Distress Pada Bank
Umum Syariah (BUS) Di Indonesia
Jurnal Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah Vol. 3. No.1,
April 2015: 1-20, ISSN (cet): 23551755
Variabel Risk profile, GCG, earnings, dan capital
Alat
Analisis
RGEC
Persamaan
dengan
Penelitian
Melihat potensi terjadinya financial vulnerability pada
sektor keuangan
Perbedaan
dengan
Penelitian
Objek penelitian hanya 3 (tiga) Bank Syariah saja,
sedangkan penelitian ini terdiri dari beberapa Bank
Syariah.
Hasil
Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur tingkat
kesehatan bank dengan menggunakan metode RGEC.
Faktor-faktor yang dinilai adalah Risk profile, GCG,
earnings, dan capital. Data dalam penelitian ini adalah
data sekunder yang diambil dari laporan tahunan tiga
Bank Umum Syariah (BUS) pada tahun 2011 sampai
2013. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif
kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada
tahun 2011 hingga 2013 dari ketiga BUS tidak ada yang
dinyatakan tidak sehat dan tidak berpotensi terjadinya
54
high financial distress. Hasil Penelitian ini juga
menunjukkan bahwa ketiga BUS tersebut mengalami
penurunan dalam kinerja earning yang diukur dari rasio
ROA dan ROE dan risiko likuiditas yaitu rasio FDR, akan
tetapi penurunan kinerja tersebut tidak berpengaruh
signifikan dan tidak menyebabkan masing-masing BUS
mengalami potensi high financial distress.
Sumber: Data diolah
55
F. Kerangka berfikir
Kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah sebagaimana gambar
berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir
Sumber: Data diolah
Data siap digunakan
Pencarian Data
Laporan Keuangan BPS BPIH
Kesimpulan, Saran, dan Implikasi
Selesai
Robustness Index
Uji Kelayakan Model, Koefisien Determinasi, Uji Simultan, Uji Parsial, Probabilitas Kemungkinan Peningkatan Guncangan
Dana Pihak Ketiga, Pembiayaan/Kredit, Total Aset, Capital Adequacy Ratio (CAR), Rasio Dana Haji dengan Dana Pihak Ketiga, dan rata-rata Indicative Return (IR) dana
haji
Regresi Logistik
Manual Input
Single Index Dana Pihak Ketiga, Pembiayaan/Kredit, Total Aset, Capital Adequacy Ratio (CAR), Rasio Dana
Haji dengan Dana Pihak Ketiga, dan rata-rata Indicative Return (IR) dana haji
56
G. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka penelitian diatas, maka dapat diajukan hipotesis
penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Hipotesis I
a. Level ketahanan BPS BPIH yang diukur dengan menggunakan
Robustness Index berada pada posisi yang rentan.
b. Level ketahanan BPS BPIH yang diukur dengan menggunakan
Robustness Index berada pada posisi yang tidak rentan.
2. Hipotesis 2
a. Terdapat probabilita munculnya kerentanan pada BPS BPIH yang
diukur dengan indikator Non Performing Finance (NPF)/Non
Performing Loan (NPL), Finance to Deposits Ratio (FDR), Inflasi, dan
PDB, suku bunga pada BPS BPIH.
b. Tidak terdapat probabilita munculnya kerentanan pada BPS BPIH yang
diukur dengan indikator Non Performing Finance (NPF)/Non
Performing Loan (NPL), Finance to Deposits Ratio (FDR), Inflasi, dan
PDB, suku bunga pada BPS BPIH.
57
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Metodologi penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah
deskriptif kausal yaitu studi yang dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat ketahanan pada Bank Syariah yang ada di
Indonesia. Penelitian ini melihat potensi tekanan dari indikator-indikator yang
berasal dari internal dan eksternal bank. Lebih spesifik, objek penelitian yaitu
pada Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPS BPIH).
Pada penelitian ini, variabel independen yang digunakan yaitu faktor
internal (NPF dan FDR) dan faktor eksternal (PDB, Suku Bunga, dan Inflasi),
sedangkan yang menjadi variable dependen adalah indeks ketahanan BPS
BPIH. Adapun data yang digunakan adalah dari tahun 2014 sampai dengan
tahun 2017 sesuai dengan hasil seleksi Kementerian Agama tentang
penunjukan menjadi BPS BPIH.
Data dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber, yaitu Badan
Pusat Statistik (BPS) dan Laporan Bank yang dipublikasikan serta beberapa
sumber data lain yang dapat mendukung penelitian ini.
B. Metode penentuan sampel
Tesis ini disusun dengan melakukan pemilihan sampel menggunakan
metode non probability sampling (secara tidak acak). Metode yang diambil
58
adalah pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan (judgment sampling) yaitu
tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan
mempergunakan pertimbangan tertentu (yang disesuaikan dengan tujuan atau
masalah penelitian). Dimana dalam penelitian ini peneliti menjadikan Bank
Syariah Penerima Dana Haji sebagai Sampel. Sampel pada penelitian ini
adalah semua Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji
(BPS BPIH) kurun waktu 2014-2017.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder.
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu didapat dari
1. Library Research
Data yang diperoleh dari berbagai literatur seperti buku, majalah, jurnal,
koran, internet dan lain-lain yang berhubungan dengan aspek penelitian.
2. Field Research
Data yang diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan terutama
yang berkaitan dengan objek penelitian
D. Definisi Operasional Variabel
Operasional variabel penelitian merupakan spsifikasi kegiatan peneliti
dalam menguikur suatu variabel. Spesifikasi tersebut menunjukan pada
dimensi-dimensi dan indikator-indikator dari variabel penelitian yang diperoleh
melalui pengamatan dan penelitian terdahulu.
59
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel
No. Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK)
1 Pengertian Kewajiban-kewajiban bank yang tercatat dalam
rupiah kepada pihak ketiga bukan bank, baik kepada
penduduk maupun bukan penduduk. Komponen DPK
ini terdiri dari tabungan, giro, simpanan berjangka
(deposito dan sertifikat deposito) dan kewajiban-
kewajiban lainnya yang terdiri dari kewajiban segera
yang dapat dibayar, surat-surat berharga yang
diterbitkan, pinjaman yang diterima, setoran jaminan,
dan lainnya.
Referensi Riyadi, Selamet, ”Banking Assets and liability
Management”, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.
Jenis Variabel Dependen
2 Variabel Pembiayaan
Pengertian Pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada
pihak lain untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun
lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan.
60
Referensi Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah
(Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), hlm. 17.
Jenis Variabel Dependen
3 Variabel Total Aset
Pengertian Total Aset adalah harta total, yang disajikan bersama
kewajiban di neraca dalam bentuk stok/ posisi pada
suatu waktu tertentu dan biasanya disusun pada awal
dan akhir periode akuntansi. Posisi aset tersebut
merupakan akumulasi dari transaksi dan aliran
lainnya dalam suatu periode waktu tertentu. Total
aset terdiri dari aset keuangan dan aset non keuangan
Referensi Meta Data Bank Indonesia
Jenis Variabel Dependen
4 Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR)
Pengertian Rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh
aktiva bank yang mengandung risiko (kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain )
ikut di biayai dari dana modal sendiri bank
disamping memperoleh dana-dana dari sumber-
sumber di luar bank, seperti dana dari masyarakat,
pinjaman, dan lain-lain.
Referensi Lukman Dendawijaya (2000)
Jenis Variabel Dependen
61
5 Variabel Dana Haji/DPK
Pengertian Perbandingan antara jumlah dana haji (Setoran Awal,
Setoran Lunas, maupun Dana Optimalisasi) dengan
jumlah dana pihak ketiga yang ada di masing-masing
BPS BPIH.
Jenis Variabel Dependen
6 Variabel Rata-Rata perolehan Indicative Return (IR)
Pengertian Rata-rata Indicative Return (IR) adalah nilai
perolehan rata-rata equivalent imbal hasil dari
pendapatan deposito (Setoran Awal, Setoran Lunas,
maupun Dana Optimalisasi) dana haji.
Jenis Variabel Dependen
7 Variabel Non Performing Finance (NPF)
Pengertian Pembiayaan bermasalah yang kategori
kolektabilitasnya masuk dalam kriteria pembiayaan
kurang lancar, pembiayaan diragukan, dan
pembiayaan macet.
Referensi Dendawijaya, Lukman, 2005. Manajemen
Perbankan, Edisi Kedua, Cetakan Kedua,Ghalia
Indonesia, Bogor Jakarta
Jenis Variabel Independen
8 Variabel Finance to Deposits Ratio (FDR)
62
Pengertian Perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh
bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil
dikerahkan oleh bank. Rasio ini dipergunakan untuk
mengukur sampai sejauh mana dana pinjaman yang
bersumber dari dana pihak ketiga.
Referensi Teguh Pudjo Mulyono, Bank Budgeting,
(Yogyakarta: BPFE, 2000).
Jenis Variabel Independen
9 Variabel Inflasi
Pengertian Suatu proses meningkatnya harga-harga secara
umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu
atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi
kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan
kenaikan harga) pada barang lainnya.
Referensi Bank Indonesia
Jenis Variabel Independen
10 Variabel Suku Bunga
Pengertian bunga yang diberikan kepada para peminjam atau
nasabah atas harga yang harus dibayar kepada pihak
bank
Referensi Kasmir, 2010. Manajemen Perbankan. Edisi Ketiga.
Cetakan Keenam. PT. Raja Grafindo Persada,
63
Jakarta.
Jenis Variabel Independen
11 Variabel Produk Domestik Bruto (PDB)
Pengertian Jumlah produk berupa barang dan jasa yang
dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas
wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun
atau sering juga diartikan sebagai keseluruhan nilai
pasar semua jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu
negara atau masyarakat selama satu kurun waktu
tertentu, misalnya satu tahun
Referensi Arif, Dodi. 2014. Pengaruh Produk Domestik Bruto,
Jumlah Uang Beredar, Inflasi Dan BI Rate Terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan Di Indonesia Periode
2007-2013. Jurnal Ekonomi Bisnis Volume 19 No. 3.
Jenis Variabel Independen
Sumber: Data diolah
E. Metode Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam menganalisis data penelitian ini
adalah menggunakan analisis kuantitatif. Dimana analisis kuantitatif adalah
studi yang bertujuan untuk mencari uraian secara menyeluruh, teliti, dan
komprehensif berdasarkan data empiris.
64
Anderson (1994) Suatu permasalahan yang diselesaikan dengan
pendekatan kuantitatif, seorang analis akan berkonsentrasi pada fakta
kuantitatif atau data yang berhubungan dengan masalah dan selanjutnya
membuat model matematik yang menjelaskan tujuan, hambatan dan lain-lain
yang berhubungan dengan permasalahan, kemudian dengan satu atau beberapa
metode lainnya, analis akan memberikan rekomendasi berdasarkan data
kuantitatif tersebut.
Penghitungan/Pengolahan data dari masing-masing variabel (baik
variabel terikat maupun variabel bebas) menggunakan Software Microsoft
Excel dan Aplikasi SPSS, yang selanjutnya dianalisa menggunakan uji
statistik. Tahapan teknis pengolahan data pada penelitian ini yaitu
sebagaimana diuraikan dibawah ini:
1. Indeksasi
Dalam penelitian kali ini, penulis menggunakan metode indeksasi
dengan pendekatan standardization untuk menganalisis Indeks Ketahanan
Perbankan Syariah dan untuk mengetahui tingkat ketahanan dari rasio-
rasio yang digunakan sebagai indikator dalam menyusun indeks terhadap
guncangan. Indeks ini mengacu kepada penelitian sebelumnya oleh Duasa,
Kusuma, dan Sumandi (2016) dan Rahman (2015) mengacu pada index
banking crisis (IBC). IBC dihitung dengan menggunakan indikator tingkat
hutang luar negeri sektor perbankan, tingkat kredit, dan tingkat simpanan
(Kibritciouglu, 2003) yang selanjutnya dimodifikasi oleh Hagen dan Ho
(2003). Selain itu, pada penelitian ini terdapat penambahan beberapa
65
indikator yang digunakan oleh International Monetary Fund (IMF),
European System of Central Banks (ESCB), Bank Indonesia, serta
beberapa indikator spesifik dalam konteks pengelolaan dana haji.
a. Pembuatan Indeks Tunggal/Single Index
Pembuatan single index adalah menghitung seluruh data asli dari
masing-masing variabel menjadi angka indeks. Menghitung single index
dapat dilakukan dengan rumus:
Dimana:
SIt = Single Index pada periode t
Xjt = Variabel
= Rata-rata pervariabel selama pengamatan
σ = Standar deviasi pervariabel selama pengamatan
b. Pemberian Bobot
Dalam menyusun indeks ketahanan, penulis memberikan bobot
yang tidak sama besar/tidak seimbang antara indikator pembentuk
indeks. Hal ini dilakukan karena antara indikator yang satu dengan
indikator yang lainnya memiliki kepentingan yang berbeda, terlebih
indikator spesifik pengelolaan dana haji.
66
c. Pembentukan Indeks Komposit/Composit Index
Langkah selanjutnya dalam membuat indeks ketahanan
perbankan syariah di Indonesia adalah membuat composite index.
d. Pembuatan Threshold
Setelah didapatkan indeks komposit, langkah selanjutnya yaitu
membuat treshold (ambang batas) untuk mengetahui level ketahanan
perbankan syariah. Threshold didapat dengan rumus sebagai berikut:
T=IC+M x σ ic
T = Threshold
IC = Rata-rata dari Index Composite
M = Ambang batas yang dipakai oleh BI, yaitu 1,3, 1,7, dan 2
σ = Standar deviasi dari Index Composite
Setelah menentukan dan menghitung threshold, maka
selanjutnya adalah menggabungkan indeks ketahanan perbankan
syariah yang telah terbentuk dengan threshold dalam satu grafik.
Penggabungan indeks dengan threshold akan membuat indeks yang
sudah terbentuk dapat dibaca, sehingga indeks ketahanan perbankan
syariah yang telah terbentuk akan memberikan informasi tentang
kondisi dan level perbankan.
Penggunaan threshold sebesar 1,2 menjelaskan bahwa pada
kondisi ini jika pergerakan Indeks Ketahanan Perbankan Syariah
67
menyentuh level ini maka berada pada kondisi guncangan ringan, jika
pergerakan Indeks Ketahanan Perbankan Syariah menyentuh batas
ambang sebesar 1.7 maka dikatakan berada pada posisi guncangan
waspada dan jika nilai Indeks Ketahanan Perbankan Syariah lebih besar
dari threshold sebesar 2, maka dikatakan terjadi guncangan berat pada
perbankan Syariah.
2. Analisis Regresi Logit
Sugiarto (2017) menjelaskan bahwa analisis regresi logistik (Logistic
Regression) merupakan analisis yang digunakan saat variabel dependennya
mengambil bentuk dikotomi atau biner – Variabel Y sebagai variabel
respons lazimnya dikodekan dengan 0 dan 1 – dan variabel independennya
merupakan variabel kontinu, kategorikan, atau keduanya.
Model regresi logit adalah salah satu bagian dari pendekatan sistem
deteksi dini. Interpretasi atau estimasi dalam model logit menunjukkan
besarnya kemungkinan suatu kejadian, yang ditunjukkan dengan prosentase
probabilitas, sehingga nilainya 0%-100%. Dibawah ini dijelaskan terkait
dengan rumus dari model logit.
Model regresi logistik termasuk dalam model linear terampat
(Generalized Linear Model (GLM). GLM merupakan suatu metode yang
dapat digunakan untuk memecahkan masalah peubah respon tidak lagi
kontinu, melainkan kategori. Untuk melakukannya yaitu dengan
menggunakan fungsi penghubung tertentu sehingga diperolah suatu model
68
yang mampu menganalisis hubungan antara peubah respon kategori
(Dependen Variabel) dengan satu atau beberapa peubah penjelas
(Independen Variabel).
Secara umum rumus model logit dapat dinyatakan sebagai berikut :
Dalam pengujian dengan menggunakan regresi logistik, uji statistik
yang dilakukan yaitu sebagai berikut:
1. Uji Kelayakan Model
Sebagaimana diungkapkan oleh Sugiarto (2017) untuk melihat
kelayakan model menggunakan output pada tabel Hosmer and
Lemeshow Test. Nilai signifikansi dibandingkan dengan alpha pada
penelitian.
2. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi merupakan indikator seberapa besar
kemampuan variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat.
Pengujiannya dengan melihat nilai Nagelkerke R Square.
3. Uji Simultan
69
Sugiarto (2017) pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
apakah model regresi dapat digunakan untuk mempengaruhi variabel
dependen secara simultan atau tidak, dengan kriteria pengujian tingkat
signifikan α= 0,05.
4. Uji Parsial
Sugiarto (2017) menyebutkan untuk menguji koefisien regresi
yaitu dengan menggunakan output tabel variables in the Equation
dengan cara membandingkan nilai alpha dengan nilai signifikansi pada
tabel dengan α= 0,05.
5. Probabilitas
Pada penelitian ini, pengujian probabilitas dengan melihat nilai
exp(B) dilakukan untuk melihat apakah variabel yang diajukan
memberikan kemungkinan terjadinya guncangan atau tidak.
70
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan dijelaskan tentang hasil penelitian. Pertama,
menganalisis indeks ketahanan perbankan syariah dengan objek Bank Pengelola
Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPS BPIH). Kedua, melihat faktor-
faktor dalam penelitian yang diduga mempunyai pengaruh terhadap ketahanan
perbankan syariah. Analisanya yaitu dengan menggabungkan indeks tunggal yang
sudah terbentuk dengan threshold yang ditetapkan sehingga angka indeks tunggal
yang sudah terbentuk dapat memberikan informasi. Selanjutnya penggabungan
indeks tunggal yang membentuk indeks ketahanan perbankan syariah
dibandingkan dengan threshold yang ditetapkan sehingga akan memberikan
informasi tentang kondisi ketahanan untuk masing-masing Bank. Analisa
selanjutnya yaitu menganalisa variabel-variabel yang digunakan pada penelitian
ini dengan pendekatan regresi logistik.
Sebelum masuk pada pembahasan analisa, akan diuraikan terlebih dahulu
mengenai gambaran umum objek penelitian yaitu BPS BPIH, dilanjutkan dengan
analisis untuk masing-masing bagian.
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji yang
selanjutnya disingkat BPS-BPIH adalah bank penerima setoran BPIH yang
ditetapkan oleh Menteri Agama Republik Indonesia. Adapun dari sisi
71
penerimaan, terdapat 2 (dua) sumber, yaitu setoran awal dan setoran lunas.
Setoran Awal BPIH adalah sejumlah dana yang dibayarkan oleh calon jemaah
haji melalui BPS BPIH ke Rekening Setoran Awal Menteri Agama cq Dirjen
PHU qq Calon Jemaah Haji yang besarannya ditetapkan oleh Kementerian
Agama, untuk memperoleh nomor validasi pada saat mendaftar sebagai calon
jemaah haji. Sedangkan setoran lunas BPIH adalah sejumlah dana yang
dibayarkan oleh calon jemaah haji melalui BPS BPIH ke Rekening Menteri
Agama cq Dirjen PHU qq Calon Jemaah Haji yang besarannya ditetapkan oleh
Menteri Agama, pada saat jemaah haji dinyatakan berhak untuk melunasi
BPIH.
Besaran setoran awal BPIH yang ditetapkan oleh Menteri Agama
selama periode penelitian ini yaitu sebesar Rp 25.000.000,- (Dua puluh lima
juta rupiah). Adapun besaran setoran lunas berbeda besarannya untuk setiap
musim pemberangkatan haji tergantung kesepakatan antara Pemerintah
(Kementerian Agama) dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Besaran
BPIH tahun berjalan yaitu penggabungan dari jumlah setoran awal ditambah
dengan jumlah setoran lunas.
Selama kurun waktu tahun 2014 sampai dengan tahun 2017, terdapat 17
(tujuh belas) BPS BPIH yang ditetapkan oleh Kementerian Agama. Adapun
BPS BPIH dimaksud berdasarkan kategori Bank Umum Syariah atau Unit
Usaha Syariah dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
72
Gambar 4.1
Komposisi BPS BPIH
Sumber: Kementerian Agama (Data diolah)
Gambar 4. Menggambarkan komposisi BPS BPIH dari tahun 2014
sampai dengan tahun 2017. Dari gambar diatas bahwa komposisi BPS BPIH
terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS) sebanyak 6 bank (35%), dan Unit
Usaha Syariah (UUS) sebanyak 11 bank (65%). Adapun BUS yang menjadi
BPS BPIH yaitu Bank BRI Syariah, Bank BNI Syariah, Bank Syariah Mandiri,
Bank Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah, dan Bank Panin Dubai
Syariah. Sedangkan UUS yang menjadi BPS BPIH yaitu Bank CIMB Niaga
Syariah, Bank BTN Syariah, Bank Permata Syariah, Bank BPD Sumut
Syariah, Bank BPD Aceh Syariah, Bank BPD Nagari Syariah, Bank BPD DKI
Syariah, Bank BPD Jateng Syariah, Bank BPD Jatim Syariah, Bank BPD BPD
Sumsel Babel Syariah, dan Bank BPD Riau Kepri Syariah.
73
Sejak ditetapkannya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Keuangan Haji, maka tugas dan fungsi terkait dengan pengelolaan
dana haji berpindah dari Kementerian Agama kepada Badan Pengelola
Keuangan Haji (BPKH). Semangat yang dibangun dari lahirnya undang-
undang nomor 34 tahun 2014 tersebut yaitu diharapkan pengelolaan dana haji
bisa dikelola dengan lebih optimal. Pada tulisan ini tidak banyak dibahas
mengenai BPKH, tetapi hasil dari pembahasan ini menjadi masukan untuk para
pemangku kepentingan di BPKH dalam mengelola dana haji di Indonesia.
B. Single Index masing-masing Indikator
Pada bagian ini, akan diuraikan terlebih dahulu mengenai deskripsi dari
masing-masing indeks tunggal yang terbentuk untuk masing-masing variabel
pembentuk indeks komposit. Penjelasan dari masing-masing indeks tunggal
yaitu sebagai berikut:
74
1. Single Index Dana Pihak Ketiga
Gambar 4.2
Single Index Dana Pihak Ketiga
Sumber: Data diolah
Gambar 4.2 menggambarkan single indeks untuk variabel Dana
Pihak Ketiga pada BPS BPIH selama periode penelitian dengan threshold
1,3, threshold 1,7, dan threshold 2. Penggunaan nilai threshold merupakan
nilai ambang batas yang dikembangkan oleh Bank Indonesia selaku otoritas
moneter Republik Indonesia. Threshold yang berbeda untuk masing-masing
data akan memberikan efek yang berbeda pula terhadap ketahanan dari sisi
dana pihak ketiga. Jika threshold yang digunakan terlalu rendah, maka akan
banyak memunculkan sinyal dan jika terlalu tinggi, maka akan sedikit
muncul sinyal.
75
Penjelasan secara tabel sebagaimana diuraikan pada tabel dibawah
ini:
Tabel 4.1
Single Indeks Dana Pihak Ketiga
No. Threshold Tahun Nama BPS BPIH
1 1,3 2014 Bank CIMB Niaga Syariah dan Bank Permata
Syariah.
2015 Bank CIMB Niaga Syariah, Bank BTN
Syariah, dan Bank Permata Syariah.
2016 Bank CIMB Niaga Syariah, Bank BTN
Syariah, dan Bank Permata Syariah.
2017 Bank CIMB Niaga Syariah dan Bank BTN
Syariah.
2 1,7 2014 Bank CIMB Niaga Syariah dan Bank Permata
Syariah.
2015 Bank CIMB Niaga Syariah dan Bank Permata
Syariah.
2016 Bank CIMB Niaga Syariah dan Bank BTN
Syariah.
2017 Bank CIMB Niaga Syariah dan Bank BTN
Syariah.
3 2 2014 Bank CIMB Niaga Syariah.
2015 Bank CIMB Niaga Syariah.
76
No. Threshold Tahun Nama BPS BPIH
2016 Bank CIMB Niaga Syariah.
2017 Bank CIMB Niaga Syariah dan Bank BTN
Syariah.
Sumber: Data diolah
Tabel 4.1 merupakan rangkuman dari grafik 4.2 Yang menjelaskan
mengenai indeks tunggal untuk dana pihak ketiga untuk BPS BPIH. Secara
umum, selama kurun waktu 2014 sampai dengan tahun 2017, terdapat 3
BPS BPIH yang tidak stabil dalam konteks dana pihak ketiga, yaitu Bank
CIMB Niaga Syariah, Bank BTN Syariah, dan Bank Permata Syariah.
Threshold 1,7 dan 2 dapat digunakan untuk mengukur tingkat
ketidakstabilan dalam kondisi waspada dan siaga. Dari tabel diatas, terdapat
3 (tiga) BPS BPIH yang mempunyai nilai diatas threshold 1,7 yaitu Bank
CIMB Niaga Syariah, Bank BTN Syariah, dan Bank Permata Syariah.
Dengan menggunakan indeks tunggal dana pihak ketiga, maka Bank
CIMB Niaga Syariah, Bank BTN Syariah, dan Bank Permata Syariah
merupakan BPS BPIH yang rentan terhadap guncangan. Jika dilihat dari
kategori BPS BPIH, maka kerentanan ini terjadi kepada BPS BPIH yang
berstatus UUS non BPD (Bank CIMB Niaga Syariah, Bank BTN Syariah,
dan Bank Permata Syariah). Selain itu, Bank CIMB Niaga Syariah dan Bank
Permata Syariah merupakan BPS BPIH yang baru menjadi BPS BPIH sejak
tahun 2014.
77
Dana pihak ketiga mencermintakan total dana masyarakat yang
berhasil dikumpulkan oleh korporasi baik dalam bentuk giro, tabungan,
maupun deposito. Dari komposisi BPS BPIH, dimana terdapat Unit Usaha
Syariah Non BPD dengan jumlah dana pihak ketiga yang sangat besar
(dilihat dari rata-rata total dana pihak ketiga) dibandingkan dengan dana
pihak ketiga BPS BPIH lainnya menjadikan ketiga bank tersebut (Bank
CIMB Niaga Syariah, Bank BTN Syariah, dan Bank Permata Syariah)
berada pada nilai threshold.
2. Single Index Pembiayaan/Kredit
Gambar 4.3
Single Index Pembiayaan/Kredit
Sumber: Data diolah
78
Gambar 4.3 menggambarkan single indeks untuk indikator
Pembiayaan/kredit pada BPS BPIH selama periode penelitian dengan
threshold 1,3, threshold 1,7, dan threshold 2. Penjelasan secara tabel
sebagaimana diuraikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.2
Single Index Indikator Pembiayaan/kredit
No. Threshold Tahun Nama BPS BPIH
1 1,3 2014 Bank CIMB Niaga Syariah dan Bank Permata
Syariah.
2015 Bank CIMB Niaga Syariah, Bank BTN
Syariah, dan Bank Permata Syariah.
2016 Bank CIMB Niaga Syariah dan Bank BTN
Syariah.
2017 Bank CIMB Niaga Syariah dan Bank BTN
Syariah.
2 1,7 2014 Bank CIMB Niaga Syariah dan Bank Permata
Syariah.
2015 Bank CIMB Niaga Syariah.
2016 Bank CIMB Niaga Syariah dan Bank BTN
Syariah.
2017 Bank CIMB Niaga Syariah dan Bank BTN
Syariah.
3 2 2014 Bank CIMB Niaga Syariah.
79
No. Threshold Tahun Nama BPS BPIH
2015 Bank CIMB Niaga Syariah.
2016 Bank CIMB Niaga Syariah dan Bank BTN
Syariah.
2017 Bank CIMB Niaga Syariah dan Bank BTN
Syariah.
Sumber: Data diolah
Tabel 4.2 merupakan rangkuman dari gambar 4.3 Yang menjelaskan
mengenai indeks tunggal untuk pembiayaan/kredit pada BPS BPIH. Secara
umum, selama kurun waktu 2014 sampai dengan tahun 2017, terdapat 3
BPS BPIH yang tidak stabil dalam konteks pembiayaan, yaitu Bank CIMB
Niaga Syariah, Bank BTN Syariah, dan Bank Permata Syariah.
Untuk dana pihak ketiga dan pembiayaan pada BPS BPIH, hampir
terjadi pola yang seragam. Dimana terdapat 3 (tiga) BPS BPIH yang sama
yang mengalami ketidakstabilan dengan threshold 1,7.
Dengan menggunakan indeks tunggal pembiayaan/kredit, maka
Bank CIMB Niaga Syariah, Bank BTN Syariah, dan Bank Permata Syariah
merupakan BPS BPIH yang rentan terhadap guncangan. Jika dilihat dari
kategori BPS BPIH, maka kerentanan ini terjadi kepada BPS BPIH yang
berstatus UUS non BPD (Bank CIMB Niaga Syariah, Bank BTN Syariah,
dan Bank Permata Syariah). Selain itu, Bank CIMB Niaga Syariah dan Bank
80
Permata Syariah merupakan BPS BPIH yang baru menjadi BPS BPIH sejak
tahun 2014.
Pembiayaan/kredit mencermintakan total dana yang disalurkan
kepada unit defisit dalam bentuk kredit. Dari komposisi BPS BPIH, dimana
terdapat Unit Usaha Syariah Non BPD dengan jumlah pembiayaan/kredit
yang sangat besar (dilihat dari rata-rata total pembiayaan/kredit)
dibandingkan dengan pembiayaan BPS BPIH lainnya menjadikan ketiga
bank tersebut (Bank CIMB Niaga Syariah, Bank BTN Syariah, dan Bank
Permata Syariah) berada pada nilai threshold 1,7.
3. Single Index Total Aset
Gambar 4.4
Single Index Total Aset
Sumber: Data diolah
81
Gambar 4.4 menggambarkan single indeks untuk indikator Total
Aset pada BPS BPIH selama periode penelitian dengan threshold 1,3,
threshold 1,7, dan threshold 2. Penjelasan secara tabel sebagaimana
diuraikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.3
Single Index Total Aset
No. Threshold Tahun Nama BPS BPIH
1 1,3 2014 Bank CIMB Niaga Syariah dan Bank Permata
Syariah.
2015 Bank CIMB Niaga Syariah, Bank BTN
Syariah, dan Bank Permata Syariah.
2016 Bank CIMB Niaga Syariah, Bank BTN
Syariah, dan Bank Permata Syariah.
2017 Bank CIMB Niaga Syariah dan Bank BTN
Syariah.
2 1,7 2014 Bank CIMB Niaga Syariah dan Bank Permata
Syariah.
2015 Bank CIMB Niaga Syariah.
2016 Bank CIMB Niaga Syariah dan Bank BTN
Syariah.
2017 Bank CIMB Niaga Syariah dan Bank BTN
Syariah.
3 2 2014 Bank CIMB Niaga Syariah.
82
No. Threshold Tahun Nama BPS BPIH
2015 Bank CIMB Niaga Syariah.
2016 Bank CIMB Niaga Syariah dan Bank BTN
Syariah.
2017 Bank CIMB Niaga Syariah dan Bank BTN
Syariah.
Sumber: Data diolah
Tabel 4.3 merupakan rangkuman dari gambar 4.4 Yang menjelaskan
mengenai indeks tunggal untuk total aset BPS BPIH. Secara umum, selama
kurun waktu 2014 sampai dengan tahun 2017, terdapat 3 BPS BPIH yang
tidak stabil dalam konteks total aset, yaitu Bank CIMB Niaga Syariah, Bank
BTN Syariah, dan Bank Permata Syariah.
Dengan menggunakan indeks tunggal total aset, maka Bank CIMB
Niaga Syariah, Bank BTN Syariah, dan Bank Permata Syariah merupakan
BPS BPIH yang rentan terhadap guncangan. Jika dilihat dari kategori BPS
BPIH, maka kerentanan ini terjadi kepada BPS BPIH yang berstatus UUS
non BPD (Bank CIMB Niaga Syariah, Bank BTN Syariah, dan Bank
Permata Syariah). Selain itu, Bank CIMB Niaga Syariah dan Bank Permata
Syariah merupakan BPS BPIH yang baru menjadi BPS BPIH sejak tahun
2014.
Total aset mencermintakan aktiva perusahaan baik yang bersifat
lancar maupun yang bersifat tetap. Dari komposisi BPS BPIH, dimana
83
terdapat Unit Usaha Syariah Non BPD dengan jumlah total aset yang sangat
besar (dilihat dari rata-rata total aset) dibandingkan dengan total aset BPS
BPIH lainnya menjadikan ketiga bank tersebut (Bank CIMB Niaga Syariah,
Bank BTN Syariah, dan Bank Permata Syariah) berada pada nilai threshold
1,7.
Lebih lanjut, apabila kita bandingkan antara indeks tunggal untuk
Dana Pihak Ketiga, Pembiayaan/kredit, dan Total Aset, terdapat
keseragaman pola. Terlihat pada hasil perbandingan grafik untuk masing-
masing indeks tunggal Dana Pihak Ketiga, Pembiayaan/kredit, dan Total
Aset seperti terlihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 4.5
Perbandingan Single Index Variabel Dana Pihak Ketiga,
Pembiayaan/Kredit, dan Total Aset
Sumber: Data diolah
Gambar 4. menggambarkan perbandingan single index untuk
indikator Dana Pihak Ketiga, Pembiayaan/kredit, dan Total Aset. Dimana
terdapat 3 (tiga) BPS BPIH yang mengalami ketidakstabilan dengan
84
threshold 1,7 yaitu Bank CIMB Niaga Syariah, Bank BTN Syariah, dan
Bank Permata Syariah.
4. Single Index Capital Adequacy Ratio (CAR)
Gambar 4.6
Single Index Capital Adequacy Ratio (CAR)
Sumber: Data diolah
Gambar 4.6 menggambarkan single indeks untuk indikator Capital
Adequacy Ratio (CAR) pada BPS BPIH selama periode penelitian dengan
threshold 1,3, threshold 1,7, dan threshold 2. Penjelasan secara tabel
sebagaimana diuraikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.4
Single Index Capital Adequacy Ratio (CAR)
No. Threshold Tahun Nama BPS BPIH
85
No. Threshold Tahun Nama BPS BPIH
1 1,3 2014 Bank Panin Dubai Syariah
2015 -
2016 Bank Mega Syariah, Bank BPD DKI Syariah,
dan Bank BPD Jatim Syariah.
2017 Bank BPD DKI Syariah, dan Bank BPD Jatim
Syariah.
2 1,7 2014 Bank Panin Dubai Syariah
2015 -
2016 Bank BPD DKI Syariah.
2017 Bank BPD DKI Syariah.
3 2 2014 -
2015 -
2016 Bank BPD DKI Syariah.
2017 Bank BPD DKI Syariah.
Sumber: Data diolah
Tabel 4.4 merupakan rangkuman dari gambar 4.6 Yang menjelaskan
mengenai indeks tunggal untuk Capital Adequacy Ratio (CAR) BPS BPIH.
Secara umum, selama kurun waktu 2014 sampai dengan tahun 2017,
terdapat 4 (empat) BPS BPIH yang tidak stabil dalam konteks Capital
Adequacy Ratio (CAR), yaitu Bank Mega Syariah, Bank BPD DKI Syariah,
Bank BPD Jatim Syariah, dan Bank Panin Dubai Syariah.
86
Dengan menggunakan threshold sebear 1,7, maka terdapat 2 (dua)
BPS BPIH yang harus dicermati dalam hal Capital Adequacy Ratio (CAR),
yaitu Bank BPD DKI Syariah dan Bank Panin Dubai Syariah.
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang digunakan
untuk melihat tingkat kecukupan dalam hal modal korporasi. Jika dilihat
dari table diatas, maka Bank Panin Dubai Syariah memiliki nilai CAR
dengan tren negatif selama periode penelitian sekalipun masih diatas nilai
minimal yang ditentukan oleh Bank Indonesia. Untuk Bank BPD DKI
Syariah, tingkat CAR memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dari nilai
rata-rata CAR pada sampel penelitian ini.
5. Single Index Dana Haji/Dana Pihak Ketiga
Gambar 4.7
Single Index Dana Haji/ Dana Pihak Ketiga
Sumber: Data diolah
87
Gambar 4.7 menggambarkan single indeks untuk variabel Dana Haji/
Dana Pihak Ketiga pada BPS BPIH selama periode penelitian dengan
threshold 1,3, threshold 1,7, dan threshold 2. Penjelasan secara tabel
sebagaimana diuraikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.5
Single Index Dana Haji/ Dana Pihak Ketiga
No. Threshold Tahun Nama BPS BPIH
1 1,3 2014 Bank BRI Syariah
2015 Bank BRI Syariah dan Bank Mega Syariah.
2016 Bank BRI Syariah dan Bank Mega Syariah.
2017 Bank BRI Syariah dan Bank Panin Dubai
Syariah.
2 1,7 2014 Bank BRI Syariah
2015 Bank BRI Syariah dan Bank Mega Syariah.
2016 Bank BRI Syariah dan Bank Mega Syariah.
2017 Bank BRI Syariah
3 2 2014 Bank BRI Syariah
2015 Bank BRI Syariah dan Bank Mega Syariah.
2016 Bank BRI Syariah.
2017 Bank BRI Syariah.
Sumber: Data diolah
88
Tabel 4.5 merupakan rangkuman dari gambar 4.7 Yang menjelaskan
mengenai indeks tunggal untuk Dana Haji/ Dana Pihak Ketiga BPS BPIH.
Secara umum, selama kurun waktu 2014 sampai dengan tahun 2017,
terdapat 2 (dua) BPS BPIH yang tidak stabil dalam konteks Dana Haji/
Dana Pihak Ketiga, yaitu Bank BRI Syariah dan Bank Mega Syariah.
Dengan menggunakan threshold sebear 1,7, maka terdapat 2 (dua) BPS
BPIH yang melampaui nilai threshold, yaitu Bank BRI Syariah dan Bank
Mega Syariah.
Rasio dana haji/dana pihak ketiga merupakan perbandingan nilai
antara jumlah dana haji dengan jumlah dana pihak ketiga pada masing-
masing BPS BPIH. Semakin besar nilai rasionya, maka semakin besar dana
haji yang ada pada BPS BPIH, begitupun sebaliknya. Pada tahun 2017, rasio
perbandingan dana haji/dana pihak ketiga bank BRI Syariah mencapai lebih
dari 50%. Artinya, komposisi dana pihak ketiga yang ada pada bank BRI
Syariah sebagian besar merupakan dana haji. Selama periode penelitian,
hanya bank BRI Syariah yang mempunyai posisi dana haji berbanding
dengan pihak ketiga lebih dari 50%. Artinya, tingkat ketergantungan dana
haji pada bank BRI Syariah sangat tinggi. Begitupun dengan Bank Mega
Syariah, secara rata-rata rasio perbandingan dana haji/dana pihak ketiga
secara rata-rata jauh diatas rata-rata nilai rata-rata rasio perbandingan dana
haji/dana pihak ketiga pada semua bank yang menjadi BPS BPIH.
89
6. Single Index Rata-rata Indicative Return (IR)
Gambar 4.8
Single Index Rata-rata Indicative Return (IR)
Sumber: Data diolah
Gambar 4.8 menggambarkan single indeks untuk variabel Rata-rata
Indicative Return (IR) pada BPS BPIH selama periode penelitian dengan
threshold 1,3, threshold 1,7, dan threshold 2. Dari grafik terlihat bahwa
semua BPS BPIH berada dibawah garis threshold baik untuk threshold
1,3, threshold 1,7, maupun threshold 2.
90
C. Indeks Ketahanan Perbankan Syariah
Gambar 4.9
Indeks Ketahanan Perbankan Syariah
Sumber: Data diolah
Gambar 4.9 menggambarkan Indeks Ketahanan Perbankan Syariah
yang dihasilkan dari indeks komposit pada BPS BPIH selama periode
penelitian dengan threshold 1,3, threshold 1,7, dan threshold 2. Penjelasan
secara tabel sebagaimana diuraikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.6
Indeks Ketahanan Perbankan Syariah
No. Threshold Tahun Nama BPS BPIH
1 1,3 2014 Bank CIMB Niaga Syariah dan Bank Permata
Syariah.
2015 Bank CIMB Niaga Syariah dan Bank Permata
Syariah.
2016 Bank CIMB Niaga Syariah dan Bank BTN
Syariah.
91
No. Threshold Tahun Nama BPS BPIH
2017 Bank BRI Syariah, Bank CIMB Niaga
Syariah, dan Bank BTN Syariah.
2 1,7 2014 Bank CIMB Niaga Syariah
2015 Bank CIMB Niaga Syariah
2016 -
2017 Bank CIMB Niaga Syariah dan Bank BTN
Syariah
3 2 2014 Bank CIMB Niaga Syariah
2015 Bank CIMB Niaga Syariah
2016 -
2017 Bank CIMB Niaga Syariah dan Bank BTN
Syariah.
Sumber: Data diolah
Tabel 4.6 merupakan rangkuman dari gambar 4.9 Yang menjelaskan
mengenai indeks Ketahanan Perbankan Syariah. Dengan menggunakan
threshold 1,7 maka terdapat 2 (dua) bank yang berada dalam kondisi yang
tidak stabil yaitu Bank CIMB Niaga Syariah dan Bank BTN Syariah.
Selain itu, Tabel 4.6 diatas menggambarkan bahwa dengan
penentuan threshold yang berbeda seperti 1,3 1,7 dan 2 menyebabkan
perbedaan guncangan pada BPS BPIH, jika standar deviasi yang digunakan
92
terlalu rendah, maka akan memunculkan lebih banyak sinyal dan jika terlalu
tinggi, maka akan sedikit muncul sinyal.
Pada analisa indeks tunggal masing-masing indikator, Bank CIMB
Niaga Syariah dan Bank BTN Syariah merupakan BPS BPIH yang banyak
melebihi nilai threshold.
Tabel 4.7
Indeks Tunggal per indikator
No. Nama Indikator
Kesimpulan
Bank CIMB Niaga
Syariah
Bank BTN Syariah
1 DPK Positif Positif
2 Pembiayaan Positif Positif
3 Total Aset Positif Positif
4 CAR Negatif Negatif
5 Dana Haji/DPK Negatif Negatif
6 Rata-rata IR Negatif Negatif
Sumber: Data diolah
Bank CIMB Niaga Syariah dan Bank BTN Syariah merupakan BPS
BPIH yang bersatus UUS Non BPD. Sebagaimana penjelasan sebelumnya,
tingkat kerentanan dengan menggunakan indikator yang penulis ajukan pada
penelitian ini bahwa terjadinya kerentanan terjadi pada BPS BPIH yang
berstatus UUS Non BPD. Berdasarkan hasil penelitian ini, indeks ketahanan
93
perbankan syariah dengan menggunakan indicator yang penulis ajukan
dengan objek pada BPS BPIH tahun 2014-2017 bahwa BPS dengan status
UUS Non BPD secara rata-rata memiliki tingkat kerentanan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan BPS BPIH lainnya. Penelitian yang lain bisa
saja menunjukan hasil yang berbeda dikarenakan perbedaan pada indikator
yang digunakan dalam menyusun indeks.
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan indeks ketahanan
yang diajukan oleh penulis, didapatkan hasil bahwa terdapat 2 (dua) bank
yang mempunyai nilai ketahanan diatas nilai threshold yang ditetapkan ,
yaitu sebesar 1,7. Nilai threshold 1,3 memiliki arti jika pergerakan indeks
menyentuh threshold, maka dikategorikan berada pada kondisi guncangan
yang aman dan untuk standar deviasi sebesar 1,7 mengartikan jika
pergerakan indeks menyentuh threshold ini, maka dikategorikan berada
pada kondisi guncangan yang waspada, serta standar deviasi 2 mengartikan
mengartikan jika pergerakan indeks menyentuh threshold ini, maka
dikategorikan berada pada kondisi guncangan yang berat. Terkait dengan
threshold, beberapa peneliti lain seperti Kaminsky, Lizondo dan Reinhart
(1998) menggunakan threshold sebesar 3. Nilai tersebut memang cocok
untuk negara dengan tingkat perekonomian yang dikategorikan maju.
Secara umum, baik menggunakan indeks tunggal maupun dengan
menggunakan indeks komposit, nilai BPS BPIH masih dibawah threshold
yang ditetapkan. Artinya, tingkat ketahanan BPS BPIH dengan
menggunakan indeks yang diajukan oleh penulis berada pada posisi yang
94
tidak rentan. Implikasi selanjutnya yaitu bahwa dana haji yang tersebar pada
BPS BPIH berada pada posisi yang tidak rentan.
D. Analisis Regresi Logit
Model logit adalah bagian dari model parametric approach. Model
ini digunakan sebagai alat untuk mengetahui besarnya elastisitas ataupun
pengaruh dari beberapa indikator yang diajukan pada penelitian ini yang
memiliki indikasi memicu terjadinya guncangan dalam sektor perbankan
Syariah (yaitu BPS BPIH) di Indonesia.
1. Uji Kelayakan Model
Tabel 4.8
Uji Kelayakan Model
Step Chi-square df Sig.
1 7.700 8 .463
Sumber: Data diolah
Sebagaimana diungkapkan oleh Sugiarto (2017) untuk melihat
kelayakan model menggunakan output pada tabel Hosmer and
Lemeshow Test. Pada tabel di atas, diperoleh nilai signifikan hasil uji
kelayakan model sebesar 0,463 dengan nilai Chi Square sebesar 7,700,
nilai signifikan >0,05. Artinya, tidak didapati perbedaan yang nyata
antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati.
95
Berdasarkan tabel 4.8, maka menunjukkan bahwa model regresi yang
terbentuk mampu memprediksi nilai observasi dengan baik dan cocok
dengan data observasinya, sehingga model regresi yang dipergunakan
dalam penelitian ini layak dipakai untuk analisis selanjutnya, hal ini
karena karena tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang
diprediksi dengan klasifikasi yang diamati.
2. Koefisien Determinasi
Tabel 4.9
Koefisien Determinasi
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 30.352a .076 .186
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, diperoleh nilai Cox & Snell R
Square sebesar 0,076, hal ini menunjukkan bahwa besar sumbangan
efektif yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen
adalah sebesar 7,6%. Selanjutnya, nilai Negelkerke R Square dalam
model regresi tersebut adalah sebesar 0,186 yang berarti besar variansi
variabel Indeks Ketahanan Perbankan Syariah yang dapat dijelaskan
oleh variabel independen adalah sebesar 18,6%, sedangkan sisanya
sebesar 81,4% dipengaruhi oleh faktor lain diluar model. Hasil
penelitian Haddad et al (2013) mengemukakan bahwa nilai koefisien
96
determinasi dengan menggunakan nilai McFadden lebih kecil dari
penelitian ini yaitu sebesar 17,19%, sedangkan Sumandi (2017)
dengan penelitiannya tentang indeks ketahanan perbankan syariah
memiliki nilai koefisien determinasi yang diukur dari nilai McFadden
sebesar 31,78%.
3. Uji Simultan
Tabel 4.10
Uji Simultan
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 5.372 5 .372
Block 5.372 5 .372
Model 5.372 5 .372
Sumber: Data diolah
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah model regresi
dapat digunakan untuk mempengaruhi variabel dependen secara
simultan atau tidak, dengan kriteria pengujian tingkat signifikan α=
0,05 sebagaimana dijelaskan Sugiarto (2017).
Hipotesis untuk pengujiannya yaitu sebagai berikut:
97
H0 : b1 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel independen terhadap variabel dependen.
H1 : b1 ≠ 0,terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
independen terhadap variabel dependen
Berdasarkan tabel diatas, nilai chi Square model adalah sebesar
5,372 dengan nilai signifikan sebesar 0,372. Nilai signifikan sebesar
0,372 > 0,05 berarti bahwa H0 diterima dan menolak H1. Artinya
dapat dikatakan bahwa variabel independen secara simultan tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
4. Uji Parsial
Tabel 4.11
Uji Parsial
B Sig.
Step 1a NPF .107 .816
FDR .110 .050
INFLASI .930 .460
PDB .704 .504
SUKU_BUNGA 4.404 .592
Constant -161.360 .504
98
Persamaan regresi berdasarkan tabel diatas yaitu sebagai
berikut:
Li= ln(pi/1-pi) = -161,360+0,107 NPF+0,110 FDR+0,930
Inflasi+0,704 PDB+4,404 Suku Bunga.
Sugiarto (2017) menyebutkan untuk menguji koefisien
regresi yaitu dengan menggunakan output tabel variables in the
Equation dengan cara membandingkan nilai alpha dengan nilai
signifikansi pada tabel. Alpha pada penelitian ini yaitu sebesar
0,05. Pembahasan untuk masing-masing variabel yaitu
sebagaimana dijelaskan pada penjelasan dibawah ini:
a. Uji Hipotesis 1
H0 : b1 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
NPF terhadap Ketahanan Perbankan Syariah.
H1 : b1 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara NPF
terhadap Ketahanan Perbankan Syariah.
Tabel 4.11 memperlihatkan bahwa probabilita 0,816.
Karena probabilita > 0,05 yaitu 0,816 > 0,05 maka H0 diterima dan
menolak H1. Atau dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio
NPF maka tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap ketahanan
perbankan syariah.
99
Sumandi (2017) menyebutkan bahwa indikator NPF tidak
mempengaruhi ketahanan perbankan syariah. Begitupun dengan
Rahman (2015) dengan index banking crisis (IBC) menyebutkan
bahwa indikator NPF tidak mempengaruhi tingkat ketahanan
perbankan syariah. Sekalipun Sumandi (2017) dan Rahman (2015)
menggunakan objek penelitian menggunakan data industri
perbankan Syariah.
b. Uji Hipotesis 2
H0 : b1 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
FDR terhadap Ketahanan Perbankan Syariah.
H1 : b1 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara FDR
terhadap Ketahanan Perbankan Syariah.
Tabel 4.11 memperlihatkan bahwa probabilita 0,050.
Karena probabilita >= 0,05 yaitu 0,050 >= 0,05 maka H0 diterima
dan menolak H1. Atau dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio
FDR maka tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap ketahanan
perbankan syariah. Hasil penelitian senada dengan temuan
Sumandi (2017) bahwa FDR tidak berpengaruh terhadap ketahanan
perbankan syariah. Begitupun
c. Uji Hipotesis 3
100
H0 : b1 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
Inflasi terhadap Ketahanan Perbankan Syariah.
H1 : b1 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara Inflasi
terhadap Ketahanan Perbankan Syariah.
Tabel 4.11 memperlihatkan bahwa probabilita 0,460.
Karena probabilita > 0,05 yaitu 0,460 > 0,05 maka H0 diterima dan
menolak H1. Atau dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari Inflasi
maka tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap ketahanan
perbankan syariah.
Hasil penelitian senada dengan temuan Sumandi (2017)
dengan data industry perbankan syariah menyebutkan bahwa
inflasi tidak berpengaruh terhadap ketahanan perbankan syariah,
begitupun dengan hasil penelitian Yudaruddin (2016) dengan objek
Bank Pembangunan Daerah di Indonesia yang menyebutkan bahwa
inflasi tidak mempunyai pengaruh terhadap tingkat ketahanan.
d. Uji Hipotesis 4
H0 : b1 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
PDB terhadap Ketahanan Perbankan Syariah.
H1 : b1 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara PDB
terhadap Ketahanan Perbankan Syariah.
Tabel 4.11 memperlihatkan bahwa probabilita 0,504.
Karena probabilita > 0,05 yaitu 0,504 > 0,05 maka H0 diterima dan
101
menolak H1. Atau dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari PDB
maka tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap ketahanan
perbankan syariah. Hasil penelitian senada dengan temuan
Sumandi (2017) dengan data industry perbankan syariah
menyebutkan bahwa PDB tidak berpengaruh terhadap ketahanan
perbankan syariah.
e. Uji Hipotesis 5
H0 : b1 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
Suku Bunga terhadap Ketahanan Perbankan
Syariah.
H1 : b1 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara Suku
Bunga terhadap Ketahanan Perbankan Syariah.
Tabel 4.11 memperlihatkan bahwa probabilita 0,592.
Karena probabilita > 0,05 yaitu 0, 0,592 > 0,05 maka H0 diterima
dan menolak H1. Atau dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari
Suku Bunga maka tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap
ketahanan perbankan syariah.
102
5. Probabilitas Kemungkinan Peningkatan Guncangan
Tabel 4.12
Odds Ratio Indikator
B Exp(B)
Step 1a NPF .107 1.113
FDR .110 1.117
INFLASI .930 2.535
PDB .704 2.022
SUKU_BUNGA 4.404 81.792
Constant -161.360 .000
Sumber: Dala diolah
Tabel 4.12 menginformasikan tentang probabilitas
kemungkinan terjadinya guncangan dengan melihat beberapa
indikator yang diajukan pada penelitian ini. Adapun hasilnya yaitu
sebagai berikut:
a. Indikator Non Performing Finance (NPF) memiliki nilai exp (B)
sebesar 1,113% dengan nilai koefisien yang searah. Artinya, jika
rasio NPF bertambah sebesar 1%, maka akan menyebabkan
kemungkinan peningkatan terjadinya guncangan sebesar 1,113%
dengan asumsi indikator yang lain tetap.
103
b. Indikator Finance to Deposits Ratio (FDR) memiliki nilai exp (B)
sebesar 1,117% dengan nilai koefisien yang searah. Artinya, jika
rasio FDR bertambah sebesar 1%, maka akan menyebabkan
kemungkinan peningkatan terjadinya guncangan sebesar 1,117%
dengan asumsi indikator yang lain tetap.
c. Indikator Inflasi memiliki nilai exp (B) sebesar 2,535% dengan
nilai koefisien yang searah. Artinya, jika nilai inflasi bertambah
sebesar 1%, maka akan menyebabkan kemungkinan peningkatan
terjadinya guncangan sebesar 2,535% dengan asumsi indikator
yang lain tetap.
d. Indikator Product Domestic Bruto (PDB) memiliki nilai exp (B)
sebesar 2,022% dengan nilai koefisien yang searah. Artinya, jika
nilai PDB bertambah sebesar 1%, maka akan menyebabkan
kemungkinan peningkatan terjadinya guncangan sebesar 2,022%
dengan asumsi indikator yang lain tetap.
e. Indikator Suku Bunga memiliki nilai exp (B) sebesar 81,792%
dengan nilai koefisien yang searah. Artinya, jika rasio FDR
bertambah sebesar 1%, maka akan menyebabkan kemungkinan
peningkatan terjadinya guncangan sebesar 81,792% dengan
asumsi indikator yang lain tetap.
Dari hasil pengujian probabilitas dengan melihat kepada nilai
Odds Ratio, maka terlihat bahwa nilai probabilitas tingkat suku bunga
104
mempunyai probabilitas yang paling tinggi yaitu sebesar 81,792%.
Hasil penelitian ini sama dengan yang dilakukan oleh Sumandi (2017)
bahwa diantara variabel yang diajukan, bahwa nilai variabel tingkat
suku bunga saja yang memiliki nilai paling tinggi menyebabkan
kemungkinan terjadinya kerentanan.
105
BAB V
KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian data yang dilakukan, dapat
diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Tingkat ketahanan BPS BPIH yang diukur dengan menggunakan indeks
ketahanan perbankan syariah dengan indikator yang diajukan oleh penulis,
sebagian besar BPS BPIH berada pada batas toleransi yang ditetapkan oleh
otoritas moneter. Hal ini berarti tingkat ketahanan sebagian besar BPS
BPIH yang diukur dengan indeks ketahanan berdasarkan indikator yang
penulis ajukan berada pada posisi yang tidak rentan.
2. Berdasarkan hasil penelitian, dari 5 (lima) variabel yang diduga memiliki
probabilitas kemungkinan peningkatan guncangan pada BPS BPIH,
variabel suku bunga memiliki sumbangsih terbesar dalam menyebabkan
tingkat kerentanan dengan nilai probabilita sebesar 81,792%. Probabilitas
Non Performing Finance (NPF)/Non Performing Loan (NPL) sebesar
1,113%, probabilitas Finance to Deposits Ratio (FDR) sebesar 1,117%,
Inflasi sebesar 2,535%, dan PDB sebesar 2,022%.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis menyampaikan saran sebagai
berikut:
106
1. Pengujian dengan menambahkan parameter/indikator yang lebih spesifik
terkait dengan dana haji di Indonesia.
2. Perlunya dibuat penelitian lebih lanjut terkait dengan penggunaan metode
untuk melihat tingkat ketahanan BPS BPIH
C. Implikasi
Pengelolaan dana haji di Indonesia yang diamanatkan kepada
Kementerian Agama sebagai amanat dari Undang-undang Nomor 13 tahun
2018 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji mempunyai tantangan yang
beragam. Tingkat kompleksitas dalam pengelolaan dana haji sangat terlihat
dengan besarnya portofolio dana haji yang ada. Salah satu partner dalam
pengelolaan dana haji yaitu industry Perbankan Syariah. Kebijakan yang
didasarkan pada analisa pengelolaan dengan mengedepankan aspek prudent
menjadi dasar utama dalam pengelolaan dana haji. Salah satu tolak ukur
kesuksesan dalam pengelolaan dana haji yaitu tingkat keamanan yang tinggi
sekaligus memberikan feedback dengan ukuran peningkatan imbal hasil kepada
Kementerian Agama dalam rangka memberikan pelayanan terbaik kepada
Jemaah haji.
Sebagaimana kesimpulan dan saran yang sudah dibahas diatas, hasil
penelitian ini memberikan implikasi teoritis dan implikasi praktis, yaitu sebagai
berikut:
1. Implikasi Teoritis
107
Cost of fund (biaya dana) sebagai salah satu komponen utama dan
komponen terbesar dalam konteks pemberian pembiayaan/kredit. Tinggi
rendahnya biaya dana dipengaruhi oleh besarnya bagi hasil yang diberikan
kepada deposan. Dana haji sebagai salah satu sumber dana kelolaan
merupakan sumber dana murah dibandingkan dengan sumber dana lainnya.
2. Implikasi Praktis
a. Partisipasi perbankan syariah dalam proses pengelolaan daha haji selama
kurun waktu penelitian, terdapat 34 Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah yang ada di Indonesia. Dari 34, sebanyak 17 bank yang
mengelola dana haji. Hal ini patut diapresiasi karena sebaran dana haji
tidak hanya terkonsentrasi pada beberapa entitas bank saja.
b. Dalam pengelolaan dana haji, Bank Syariah (BPS BPIH) terlepas dari
indikator ekonomi. Hal ini disebabkan oleh karena BPS BPIH lebih
mempertimbangkan aspek layanan. Dalam kerangka manajemen bisnis,
BPS BPIH harus diapresiasi sehubungan dengan pengelolaan dana haji.
c. Bagi pihak pengelola dana haji pasca disahkannya Undang-Undang
Nomor 34 tahun 2014 tetang Pengelolaan Dana Haji, bahwa otoritas
pengelolaan dana haji ada pada Badan Pengelola Keuangan Haji
(BPKH). Berdasarkan penjabaran diatas, maka BPKH harus menjadikan
BPS BPIH sebagai strategic partner dalam pengelolaan dana haji secara
lebih serius, semisal pengembangan dana haji dalam bentuk akad
mudharabah muqayyadah.
108
d. Kerjasama ini akan memberikan keuntungan kepada dua belah pihak.
Bagi pihak BPS BPIH, akan lebih leluasa dalam mengembangkan
proyek yang lebih optimal sekaligus mendukung pengembangan
ekonomi syariah di Indonesia. Sedangkan bagi pihak BPKH akah
berimplikasi pada peningkatan imbal hasil yang diterima guna
pelayanan terbaik kepada jemaah haji Indonesia.
109
Daftar Pustaka
Abduh, Muhamad, Mohd Azmi Omar and Jarita Duasa. 2011. The Impact of
Crisis and Macroeconomic Variables towards Islamic Banking Deposits.
American Journal of Applied Sciences 8 (12): 1378-1383, 2011 ISSN
1546-9239
Abdullah, Thamrin, 2010. Bank dan Lembaga Keuangan. Cetakan Pertama. PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Abimanyu, Anggito dan Imansyah. M. Handry. 2008. Sistem Pendeteksian Dini
Krisis Keuangan di Indonesia: Penerapan Berbagai Model Ekonomi.
Yogyakarta: BPFE UGM.
Ahmad Dimyathi. 2012. Rancang Bangun Keilmuan Perbankan Syari’ah
Staimafa. Jurnal Islamic Review. Volume 1 Nomor 1 April.
Ahmed, H. 2002. A Microeconomic Model of an Islamic Bank. Islamic Research
and Training Institute, Islamic Development Bank Group. Jeddah
Antonio, Muhammad Syafii, 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Gema
Insani Pers, Jakarta.
Areeba Khan dan Junaina Muhammad. 2016. Financial Resilience: A
comparative Study of Islamic and Conventional Banking Systems. Global
J. Bus. Soc. Sci. Review 4 (2) 49 – 57.
Arif, Dodi. 2014. Pengaruh Produk Domestik Bruto, Jumlah Uang Beredar,
Inflasi Dan BI Rate Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di
Indonesia Periode 2007 – 2013. Jurnal Ekonomi Bisnis Volume 19 No. 3.
110
Ascarya dkk. 2018. Stability Measurement of Dual Banking System in Indonesia:
Markov Switching Approach. Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah
(Journal of Islamic Economics) Volume 10 (1). Jakarta.
Bagus, Dimas Wiranatakusuma, Jarita Duasa. 2017. Building An Early Warning
Towards The Resilience Of Islamic Banking In Indonesia. Jurnal Ilmu
Ekonomi Syariah (Journal of Islamic Economics) Volume 9 (1).
Yogyakarta.
Bank Indonesia. 2016. Mitigasi Risiko Sistemik dan Penguatan Intermedasi
Dalam Upaya Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan. Kajian Stabilitas
Keuangan. No. 27, September 2016. Jakarta.
Bappenas. Masterplan Arsitektur Keuangan Syariah Indonesia. Cetakan Kedua:
Juli 2016. BAPPENAS
Blancher, N., S. Mitra., H. Morsy., A. Otani., T. Severo., and L. Valderma.. 2013.
“Systemic Risk Monitoring(“SysMo”) Toolkit – A User Guide”, IMF
Working Paper No. 13/168, July.
Boediono. 1992. Teori Pertumbuhan Ekonomi, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu
Ekonomi No. 4. Yogyakarta: BPFE.
Dendawijaya, Lukman, 2005. Manajemen Perbankan, Edisi Kedua. Cetakan
Kedua, Ghalia Indonesia, Bogor.
Duasa, J., Wiranata, D. B., & Sumandi. (2016). Building An Early Warning
Toward the Reselience of Islamic Banking in Indonesia. di presentasikan
dalam 10th Call for Paper International Conference Bulletin of Monetary
Economic And Banking.
Eka, Muhammad Rahman. 2015. Uji Ketahanan Krisis Terhadap Perbankan
Syariah Di Indonesia Dengan Ukuran IBC (Indeks Banking Crisis) Tahun
Periode 2006-2012. JEBIS Vol. 1, No. 1, Januari – Juni 2015
111
Faiqotul, Sofi Hikmah. Analisis Perbandingan Time Value Of Money Dalam
Obligasi Konvensional Dengan Economic Value Of Time Dalam Obligasi
Syariah. Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran
Hukum Islam. Vol 7, No 1: 52-68. September 2015. ISSN: 1978-4767
Gersl, Adam and Jaroslav Heřmánek. Financial stability indicators: advantages
and disadvantages of their use in the assessment of financial system
stability. Chapter Thematic Article 2 in CNB Financial Stability Report
2006.
Gunadi, Iman, Aditya Anta Taruna, dan Cicilia Anggadewi Harun. 2013.
Penggunaan Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (ISSK) Dalam
Pelaksanaan Surveilans Makroprudensial. Working Paper Bank
Indonesia.
Hardy, Daniel C & Ceyla Pazarbasioglu. 1998. Leading Indicators of Banking
Crises: Was Asia Different? International Monetary Fund.
Hassan B. Ghassan and Noureddine Krichene. 2017. Financial Stability of
Conventional and Islamic Banks: A Survey. Munich Personal RePEc
Archive (MPRA). MPRA Paper No. 82372, posted 7 November 2017.
Ismail, R. 2011. “Depositors’ withdrawal behavior in Islamic banking: case of
Indonesia”. Humanomics, Vol. 27, No. 1.
Kashmir, 2010. Manajemen Perbankan. Edisi Ketiga. Cetakan Keenam. PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Kusuma, Dimas Bagus Wiranata dan Asif. 2012. Building an Early Warning
System for Islamic Banking Crisis in Indonesia Signal Approach Model,
draft paper.
112
Mahmood H. Al-Osaimy & Ahmed S. Bamakhramah. 2004. An Early Warning
System for Islamic Banks Performance . J.KAU: Islamic Econ., Vol. 17,
No. 1, pp. 3-14 (1425 A.H / 2004 A.D).
Maksum dan N.I Earlyanti. 2005. Ekonomi SMA / MA Kelas XI. Jilid 2. piranti
Darma Kolakatama, Jakarta.
Minsky, Hyman P. (1992). The Financial Instability Hypothesis. The Jerome Levy
Economics Institute of Bard College. Working Paper No. 74. ISSN 1547-
366X.
Moazzam Farooq dan Sajjad Zaheer. 2015. Are Islamic Banks More Resilient
during Financial Panics. Pacific Economic Review, 20:1.
Mufraini, Arief. 2016. Impact Of Investor Confidence Towards Operational
Stability (An Evidence From Sharia Banking As The Deposit Beneficiary
Of Hajj Fund In Indonesia). Jurnal Ijaber Vol. 14 No. 11 Hal. 7609-7629.
Muhammad. 2005. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah (Yogyakarta: UPP
AMP YKPN.
Munajim, Ahmad dan Saeful Anwar. Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan
Menjadi Nasabah Bank Syariah. Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia
– ISSN : 2541-0849 e-ISSN : 2548-1398 Vol. 1, no 2 Oktober 2016
Necla Tunay, Nesrin Özataç, and K. Batu Tunay. 2017. The Effect of Financial
Crises on Banking Performance in Developed and Emerging Economies.
Springer Proceedings in Business and Economics.
Rahmaniah, Melan dan Hendro Wibowo. 2015. Analisis Potensi Terjadinya
Financial Distress Pada Bank Umum Syariah (BUS) Di Indonesia. Jurnal
Ekonomi dan Perbankan Syariah Vol. 3. No.1, April 2015: 1-20, ISSN
(cet): 23551755
113
Rahmawulan, Yunis, 2008. Perbandingan Faktor Penyebab Timbulnya NPL dan
NPF Pada Perbankan Konvensional dan Syariah di Indonesia. Tesis,
Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia.
Reinhart, C. & Graciela Kaminsky. 1998. Financial Crises in Asia and Latin
America: Then and Now, Munich Personal RePEc Archive, Vol. 88(5).
Riyadi, Selamet. 2006. ”Banking Assets and liability Management”, Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. (2010). Manajemen Keuangan. Jakarta: Mitra
Wacana Media
Saadallah, Ridha. 1994. Concept of Time in Islamic Economics (December 1,
1994). Islamic Economic Studies, Vol. 2, No. 1, 1994.
Sugiarto. 2017. Metodologi Penelitian Bisnis. CV. Andi Offset. Yogyakarta.
Sumandi. 2017. Analisis Sistem Deteksi Dini Terhadap Krisis Perbankan Syariah.
Jurnal Nisbah Vol. 3 No. 1.
Syahril Sabirin. 2003. Perjuangan Keluar dari Krisis: Percikan Pemikiran Dr.
Syahril Sabirin, BPFE, Yogyakarta.
Teguh Pudjo Mulyono. 2000. Bank Budgeting. Yogyakarta: BPFE.
Winarno, Wing Wahyu. 2015. Analisis Ekonometrika dan Statistiks dengan
Eviews. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.
Yudaruddin, Rizky. 2016. Dampak Faktor Makro Ekonomi Terhadap Stabilitas
Bank Pembangunan Daerah Di Indonesia. Conference on Management
and Behavioral Studies. 27 Oktober 2016 ISSN NO: 2541-3400 e-ISSN
NO: 2541-2850
Yuliana. 2014. Pemetaan Penelitian Kinerja Bank Syariah dengan Menggunakan
Informasi Keuangan. Jurnal Akuntansi dan Multiparadigma Vol. 5 No. 1.
114
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan
Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas UU Nomor 7
Tahun 1992 Tentang Perbankan
Undang-undang nomor34 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Haji
Peraturan Menteri Agama Nomor 6 tahun 2010
Peraturan Menteri Agama Nomor 23 tahun 2011
Badan Pusat Statistik (BPS)
Statistik Perbankan Syariah. 2017. OJK
DPK (Dalam
Milyar)
678.941,91
2014 Bank Umum Syariah BANK BRI SYARIAH 16.964,25
2015 Bank Umum Syariah BANK BRI SYARIAH 21.014,51
2016 Bank Umum Syariah BANK BRI SYARIAH 22.991,74
2017 Bank Umum Syariah BANK BRI SYARIAH 26.373,42
2014 Bank Umum Syariah BANK BNI SYARIAH 16.246,00
2015 Bank Umum Syariah BANK BNI SYARIAH 19.323,00
2016 Bank Umum Syariah BANK BNI SYARIAH 24.233,00
2017 Bank Umum Syariah BANK BNI SYARIAH 29.379,00
2014 Bank Umum Syariah BANK SYARIAH MANDIRI 59.821,00
2015 Bank Umum Syariah BANK SYARIAH MANDIRI 62.113,00
2016 Bank Umum Syariah BANK SYARIAH MANDIRI 69.950,00
2017 Bank Umum Syariah BANK SYARIAH MANDIRI 77.903,00
2014 Bank Umum Syariah BANK MUAMALAT INDONESIA 51.206,00
2015 Bank Umum Syariah BANK MUAMALAT INDONESIA 45.078,00
2016 Bank Umum Syariah BANK MUAMALAT INDONESIA 41.920,00
2017 Bank Umum Syariah BANK MUAMALAT INDONESIA 48.687,00
2014 Bank Umum Syariah BANK MEGA SYARIAH 5.881,00
2015 Bank Umum Syariah BANK MEGA SYARIAH 4.354,00
2016 Bank Umum Syariah BANK MEGA SYARIAH 4.973,00
2017 Bank Umum Syariah BANK MEGA SYARIAH 5.103,00
2014 Bank Umum Syariah BANK PANIN SYARIAH 5.076,00
2015 Bank Umum Syariah BANK PANIN SYARIAH 5.928,00
2016 Bank Umum Syariah BANK PANIN SYARIAH 6.899,00
2017 Bank Umum Syariah BANK PANIN SYARIAH 7.525,00
2014 Unit Usaha Syariah BANK CIMB NIAGA SYARIAH 174.723,23
2015 Unit Usaha Syariah BANK CIMB NIAGA SYARIAH 178.533,08
2016 Unit Usaha Syariah BANK CIMB NIAGA SYARIAH 180.571,13
2017 Unit Usaha Syariah BANK CIMB NIAGA SYARIAH 189.317,20
2014 Unit Usaha Syariah BANK BTN SYARIAH 106.470,00
2015 Unit Usaha Syariah BANK BTN SYARIAH 127.708,00
2016 Unit Usaha Syariah BANK BTN SYARIAH 147.787,00
2017 Unit Usaha Syariah BANK BTN SYARIAH 177.091,00
2014 Unit Usaha Syariah BANK BPD SUMUT SYARIAH 18.939,49
2015 Unit Usaha Syariah BANK BPD SUMUT SYARIAH 19.453,21
2016 Unit Usaha Syariah BANK BPD SUMUT SYARIAH 20.803,98
2017 Unit Usaha Syariah BANK BPD SUMUT SYARIAH 23.159,00
2014 Unit Usaha Syariah BANK BPD ACEH SYARIAH 12.030,24
TAHUN KATEGORI BANK NAMA BANK
DATA
2015 Unit Usaha Syariah BANK BPD ACEH SYARIAH 14.151,72
2016 Unit Usaha Syariah BANK BPD ACEH SYARIAH 14.429,25
2017 Unit Usaha Syariah BANK BPD ACEH SYARIAH 18.499,07
2014 Unit Usaha Syariah BANK BPD NAGARI SYARIAH 1.372,00
2015 Unit Usaha Syariah BANK BPD NAGARI SYARIAH 1.461,00
2016 Unit Usaha Syariah BANK BPD NAGARI SYARIAH 1.567,00
2017 Unit Usaha Syariah BANK BPD NAGARI SYARIAH 1.635,00
2014 Unit Usaha Syariah BANK BPD DKI SYARIAH 27.030,00
2015 Unit Usaha Syariah BANK BPD DKI SYARIAH 28.190,00
2016 Unit Usaha Syariah BANK BPD DKI SYARIAH 28.452,00
2017 Unit Usaha Syariah BANK BPD DKI SYARIAH 38.335,00
2014 Unit Usaha Syariah BANK BPD JATENG SYARIAH 29.406,36
2015 Unit Usaha Syariah BANK BPD JATENG SYARIAH 33.888,22
2016 Unit Usaha Syariah BANK BPD JATENG SYARIAH 38.046,40
2017 Unit Usaha Syariah BANK BPD JATENG SYARIAH 44.635,00
2014 Unit Usaha Syariah BANK BPD JATIM SYARIAH 30.270,32
2015 Unit Usaha Syariah BANK BPD JATIM SYARIAH 34.263,92
2016 Unit Usaha Syariah BANK BPD JATIM SYARIAH 32.798,66
2017 Unit Usaha Syariah BANK BPD JATIM SYARIAH 39.845,11
2014 Unit Usaha Syariah BANK BPD SUMSEL BABEL SYARIAH 13.303,00
2015 Unit Usaha Syariah BANK BPD SUMSEL BABEL SYARIAH 13.030,00
2016 Unit Usaha Syariah BANK BPD SUMSEL BABEL SYARIAH 15.590,00
2017 Unit Usaha Syariah BANK BPD SUMSEL BABEL SYARIAH 13.303,00
2014 Unit Usaha Syariah BANK PERMATA SYARIAH 148.005,00
2015 Unit Usaha Syariah BANK PERMATA SYARIAH 145.460,00
2016 Unit Usaha Syariah BANK PERMATA SYARIAH 130.302,00
2017 Unit Usaha Syariah BANK PERMATA SYARIAH 111.288,00
2014 Unit Usaha Syariah BANK BPD RIAU KEPRI SYARIAH 16.927,00
2015 Unit Usaha Syariah BANK BPD RIAU KEPRI SYARIAH 13.095,00
2016 Unit Usaha Syariah BANK BPD RIAU KEPRI SYARIAH 12.049,00
2017 Unit Usaha Syariah BANK BPD RIAU KEPRI SYARIAH 16.520,00
PEMBIAYAAN
(Dalam Milyar)
TOTAL ASET
(Dalam Milyar)
CAR
(Dalam
%)
Dana Haji
(Dalam Milyar)
DANA HAJI/DPK
(Dalam %)
Rata-rata
IR (Dalam
%)
21,89% 148.609,64
15.322,90 20.341,03 12,89 6.845,69 40,35 7,75
16.244,04 24.230,25 13,94 8.779,14 41,78 7,50
17.256,79 27.687,19 20,63 10.730,49 46,67 6,65
17.274,40 31.543,38 20,29 13.784,26 52,27 6,50
15.044,00 19.492,00 16,26 4.875,97 30,01 7,75
17.765,00 23.018,00 15,48 5.643,89 29,21 7,50
20.494,00 28.314,00 14,92 6.031,56 24,89 6,50
23.597,00 34.822,00 20,14 6.485,49 22,08 6,50
49.133,00 66.956,00 14,12 13.570,84 22,69 7,75
51.090,00 70.370,00 12,85 13.650,10 21,98 7,50
55.580,00 78.832,00 14,01 14.465,21 20,68 6,50
60.584,00 87.940,00 15,89 15.386,23 19,75 6,50
42.865,00 62.041,00 13,91 2.130,49 4,16 7,75
40.706,00 57.141,00 12,00 2.782,75 6,17 7,50
40.010,00 55.786,00 12,74 3.841,51 9,16 6,50
41.288,00 61.697,00 13,62 5.803,97 11,92 6,65
5.455,00 7.044,00 19,26 1.512,15 25,71 7,75
4.211,00 5.559,00 18,74 1.790,03 41,11 7,68
4.714,00 6.135,00 23,53 1.929,01 38,79 6,65
4.641,00 7.034,00 22,19 1.499,02 29,38 6,50
4.736,00 6.206,00 25,69 828,10 16,31 7,75
5.717,00 7.134,00 20,30 1.698,46 28,65 7,68
6.347,00 8.758,00 18,17 2.041,59 29,59 6,65
6.543,00 8.629,00 11,51 2.503,70 33,27 6,58
176.383,45 233.162,42 15,58 8,75 0,01 7,75
177.356,83 238.849,25 16,28 41,93 0,02 7,50
180.081,61 241.571,73 17,96 480,77 0,27 6,50
185.115,81 266.305,45 18,60 1.981,32 1,05 6,58
106.271,00 144.582,00 14,64 2.301,46 2,16 7,75
127.732,00 171.807,00 16,97 2.457,90 1,92 7,68
150.221,00 214.168,00 20,34 2.383,62 1,61 6,65
181.002,00 261.365,00 18,87 2.088,89 1,18 6,58
17.401,47 23.394,82 14,38 230,59 1,22 7,75
17.925,61 24.130,11 14,41 338,62 1,74 7,50
18.677,82 26.170,04 16,42 480,46 2,31 6,50
19.940,28 28.931,82 15,85 685,34 2,96 6,50
11.113,59 16.385,16 19,93 141,40 1,18 7,75
DATA
11.893,86 18.590,01 19,44 230,35 1,63 7,50
12.206,00 18.759,19 20,74 328,09 2,27 6,50
12.846,66 22.612,01 21,50 447,26 2,42 6,50
1.351,00 18.018,00 15,79 102,81 7,49 7,75
1.451,00 19.448,00 18,26 157,91 10,81 7,50
15.362,00 20.617,00 19,95 340,93 21,76 6,88
16.232,00 21.371,00 19,97 375,46 22,96 6,50
24.507,00 36.441,00 18,00 36,85 0,14 7,75
25.548,00 38.638,00 24,50 55,16 0,20 7,50
24.000,00 40.567,00 29,80 70,19 0,25 6,50
26.454,00 51.417,00 29,90 99,13 0,26 6,50
25.919,58 35.560,88 14,34 236,93 0,81 7,75
30.517,06 40.923,96 14,87 325,80 0,96 7,50
36.162,12 51.245,70 20,25 1.510,09 3,97 6,50
42.449,00 61.466,00 20,41 1.467,68 3,46 6,50
26.194,88 37.998,05 22,17 781,07 2,58 7,75
28.412,00 42.803,63 21,22 975,89 2,85 7,50
29.675,42 43.032,95 23,88 1.038,09 3,17 6,50
31.754,41 51.518,68 24,65 1.287,62 3,23 6,50
11.685,00 16.073,00 16,82 233,64 1,76 7,75
11.605,00 16.515,00 18,64 297,77 2,29 7,50
13.418,00 18.911,00 17,79 523,09 3,36 6,50
11.685,00 20.004,33 18,72 464,73 0,00 6,50
131.388,00 185.353,00 13,6 491,70 0,33 7,75
125.867,00 182.689,00 15 1.561,62 1,07 7,68
94.782,00 165.527,00 15,6 1.389,26 1,07 6,50
90.020,00 148.328,00 18,1 2.118,34 1,90 6,58
13.156,00 22.854,00 18,27 119,60 0,71 7,75
14.746,00 19.737,00 20,78 165,22 1,26 7,50
15.084,00 21.221,00 18,39 214,59 1,78 6,50
15.546,00 25.493,00 22,43 592,71 3,59 6,50
DPKPEMBI
AYAAN
TOTAL
ASETCAR
DANA
HAJI/D
PK
RATA-
RATA IRDPK
PEMBI
AYAAN
TOTAL
ASET
20% 20% 10%
0,560- 0,538- 0,585- 1,358- 2,038 1,162 0,112- 0,108- 0,059-
0,483- 0,520- 0,530- 1,089- 2,138 0,719 0,097- 0,104- 0,053-
0,445- 0,500- 0,482- 0,624 2,482 0,785- 0,089- 0,100- 0,048-
0,381- 0,500- 0,428- 0,537 2,876 1,051- 0,076- 0,100- 0,043-
0,573- 0,544- 0,597- 0,495- 1,310 1,162 0,115- 0,109- 0,060-
0,515- 0,490- 0,548- 0,695- 1,254 0,719 0,103- 0,098- 0,055-
0,422- 0,437- 0,473- 0,838- 0,950 1,051- 0,084- 0,087- 0,047-
0,324- 0,376- 0,381- 0,499 0,752 1,051- 0,065- 0,075- 0,038-
0,252 0,125 0,071 1,043- 0,795 1,162 0,050 0,025 0,007
0,296 0,163 0,119 1,369- 0,745 0,719 0,059 0,033 0,012
0,444 0,252 0,238 1,071- 0,654 1,051- 0,089 0,050 0,024
0,595 0,350 0,366 0,590- 0,588 1,051- 0,119 0,070 0,037
0,089 0,002 0,002 1,097- 0,509- 1,162 0,018 0,000 0,000
0,027- 0,040- 0,067- 1,586- 0,367- 0,719 0,005- 0,008- 0,007-
0,087- 0,054- 0,086- 1,397- 0,157- 1,051- 0,017- 0,011- 0,009-
0,041 0,029- 0,003- 1,171- 0,037 0,785- 0,008 0,006- 0,000-
0,769- 0,732- 0,772- 0,273 1,008 1,162 0,154- 0,146- 0,077-
0,798- 0,756- 0,793- 0,140 2,091 1,029 0,160- 0,151- 0,079-
0,787- 0,747- 0,785- 1,367 1,928 0,785- 0,157- 0,149- 0,079-
0,784- 0,748- 0,772- 1,024 1,265 1,051- 0,157- 0,150- 0,077-
0,785- 0,746- 0,784- 1,921 0,346 1,162 0,157- 0,149- 0,078-
0,769- 0,727- 0,771- 0,540 1,214 1,029 0,154- 0,145- 0,077-
0,750- 0,715- 0,748- 0,006- 1,281 0,785- 0,150- 0,143- 0,075-
0,738- 0,711- 0,750- 1,712- 1,539 0,918- 0,148- 0,142- 0,075-
2,428 2,622 2,409 0,669- 0,801- 1,162 0,486 0,524 0,241
2,500 2,641 2,489 0,490- 0,800- 0,719 0,500 0,528 0,249
2,539 2,695 2,528 0,060- 0,783- 1,051- 0,508 0,539 0,253
2,705 2,793 2,876 0,104 0,728- 0,918- 0,541 0,559 0,288
1,136 1,246 1,163 0,910- 0,649- 1,162 0,227 0,249 0,116
1,538 1,667 1,546 0,313- 0,666- 1,029 0,308 0,333 0,155
1,918 2,109 2,142 0,550 0,688- 0,785- 0,384 0,422 0,214
2,473 2,713 2,806 0,174 0,718- 0,918- 0,495 0,543 0,281
0,522- 0,498- 0,542- 0,977- 0,716- 1,162 0,104- 0,100- 0,054-
0,512- 0,487- 0,532- 0,969- 0,679- 0,719 0,102- 0,097- 0,053-
0,487- 0,473- 0,503- 0,454- 0,639- 1,051- 0,097- 0,095- 0,050-
0,442- 0,448- 0,464- 0,600- 0,593- 1,051- 0,088- 0,090- 0,046-
0,653- 0,621- 0,641- 0,445 0,719- 1,162 0,131- 0,124- 0,064-
SINGLE INDEKS INDEKS KOMPOSIT/ROBUSTNESS INDEX
0,613- 0,606- 0,610- 0,320 0,687- 0,719 0,123- 0,121- 0,061-
0,608- 0,600- 0,607- 0,653 0,641- 1,051- 0,122- 0,120- 0,061-
0,531- 0,587- 0,553- 0,847 0,631- 1,051- 0,106- 0,117- 0,055-
0,855- 0,813- 0,618- 0,615- 0,274- 1,162 0,171- 0,163- 0,062-
0,853- 0,811- 0,598- 0,017 0,041- 0,719 0,171- 0,162- 0,060-
0,851- 0,538- 0,581- 0,450 0,729 0,387- 0,170- 0,108- 0,058-
0,850- 0,521- 0,571- 0,455 0,814 1,051- 0,170- 0,104- 0,057-
0,369- 0,358- 0,359- 0,049- 0,792- 1,162 0,074- 0,072- 0,036-
0,347- 0,338- 0,328- 1,616 0,788- 0,719 0,069- 0,068- 0,033-
0,342- 0,368- 0,301- 2,974 0,784- 1,051- 0,068- 0,074- 0,030-
0,155- 0,320- 0,148- 2,999 0,783- 1,051- 0,031- 0,064- 0,015-
0,324- 0,330- 0,371- 0,987- 0,745- 1,162 0,065- 0,066- 0,037-
0,239- 0,240- 0,296- 0,851- 0,734- 0,719 0,048- 0,048- 0,030-
0,160- 0,129- 0,150- 0,527 0,522- 1,051- 0,032- 0,026- 0,015-
0,036- 0,006- 0,007- 0,568 0,558- 1,051- 0,007- 0,001- 0,001-
0,308- 0,325- 0,337- 1,019 0,620- 1,162 0,062- 0,065- 0,034-
0,232- 0,282- 0,269- 0,776 0,601- 0,719 0,046- 0,056- 0,027-
0,260- 0,257- 0,266- 1,457 0,578- 1,051- 0,052- 0,051- 0,027-
0,126- 0,216- 0,147- 1,654 0,574- 1,051- 0,025- 0,043- 0,015-
0,629- 0,610- 0,645- 0,352- 0,677- 1,162 0,126- 0,122- 0,065-
0,634- 0,611- 0,639- 0,115 0,640- 0,719 0,127- 0,122- 0,064-
0,586- 0,576- 0,605- 0,103- 0,565- 1,051- 0,117- 0,115- 0,061-
0,629- 0,610- 0,590- 0,135 0,801- 1,051- 0,126- 0,122- 0,059-
1,922 1,739 1,737 1,177- 0,778- 1,162 0,384 0,348 0,174
1,874 1,631 1,699 0,818- 0,726- 1,029 0,375 0,326 0,170
1,587 1,021 1,458 0,664- 0,726- 1,051- 0,317 0,204 0,146
1,227 0,927 1,216 0,024- 0,668- 0,918- 0,245 0,185 0,122
0,560- 0,581- 0,550- 0,020 0,751- 1,162 0,112- 0,116- 0,055-
0,633- 0,550- 0,594- 0,663 0,713- 0,719 0,127- 0,110- 0,059-
0,653- 0,543- 0,573- 0,051 0,676- 1,051- 0,131- 0,109- 0,057-
0,568- 0,534- 0,513- 1,086 0,549- 1,051- 0,114- 0,107- 0,051-
CAR
DANA
HAJI/D
PK
RATA-
RATA
IR
JUMLA
H
5% 35% 10% 100% 1,3 1,7 2
0,068- 0,713 0,116 0,483 0,63 0,82 0,97
0,054- 0,748 0,072 0,512 0,63 0,82 0,97
0,031 0,869 0,079- 0,584 0,63 0,82 0,97
0,027 1,006 0,105- 0,709 0,63 0,82 0,97
0,025- 0,459 0,116 0,267 0,63 0,82 0,97
0,035- 0,439 0,072 0,220 0,63 0,82 0,97
0,042- 0,332 0,105- 0,034- 0,63 0,82 0,97
0,025 0,263 0,105- 0,005 0,63 0,82 0,97
0,052- 0,278 0,116 0,425 0,63 0,82 0,97
0,068- 0,261 0,072 0,368 0,63 0,82 0,97
0,054- 0,229 0,105- 0,233 0,63 0,82 0,97
0,029- 0,206 0,105- 0,297 0,63 0,82 0,97
0,055- 0,178- 0,116 0,098- 0,63 0,82 0,97
0,079- 0,128- 0,072 0,156- 0,63 0,82 0,97
0,070- 0,055- 0,105- 0,267- 0,63 0,82 0,97
0,059- 0,013 0,079- 0,122- 0,63 0,82 0,97
0,014 0,353 0,116 0,105 0,63 0,82 0,97
0,007 0,732 0,103 0,451 0,63 0,82 0,97
0,068 0,675 0,079- 0,279 0,63 0,82 0,97
0,051 0,443 0,105- 0,005 0,63 0,82 0,97
0,096 0,121 0,116 0,051- 0,63 0,82 0,97
0,027 0,425 0,103 0,179 0,63 0,82 0,97
0,000- 0,448 0,079- 0,002 0,63 0,82 0,97
0,086- 0,539 0,092- 0,003- 0,63 0,82 0,97
0,033- 0,280- 0,116 1,053 0,63 0,82 0,97
0,024- 0,280- 0,072 1,045 0,63 0,82 0,97
0,003- 0,274- 0,105- 0,918 0,63 0,82 0,97
0,005 0,255- 0,092- 1,046 0,63 0,82 0,97
0,046- 0,227- 0,116 0,436 0,63 0,82 0,97
0,016- 0,233- 0,103 0,650 0,63 0,82 0,97
0,028 0,241- 0,079- 0,728 0,63 0,82 0,97
0,009 0,251- 0,092- 0,983 0,63 0,82 0,97
0,049- 0,250- 0,116 0,441- 0,63 0,82 0,97
0,048- 0,238- 0,072 0,467- 0,63 0,82 0,97
0,023- 0,224- 0,105- 0,594- 0,63 0,82 0,97
0,030- 0,208- 0,105- 0,567- 0,63 0,82 0,97
0,022 0,252- 0,116 0,432- 0,63 0,82 0,97
TRESHOLD
INDEKS KOMPOSIT/ROBUSTNESS INDEX
0,016 0,240- 0,072 0,457- 0,63 0,82 0,97
0,033 0,224- 0,105- 0,599- 0,63 0,82 0,97
0,042 0,221- 0,105- 0,562- 0,63 0,82 0,97
0,031- 0,096- 0,116 0,406- 0,63 0,82 0,97
0,001 0,014- 0,072 0,334- 0,63 0,82 0,97
0,023 0,255 0,039- 0,097- 0,63 0,82 0,97
0,023 0,285 0,105- 0,129- 0,63 0,82 0,97
0,002- 0,277- 0,116 0,345- 0,63 0,82 0,97
0,081 0,276- 0,072 0,293- 0,63 0,82 0,97
0,149 0,274- 0,105- 0,403- 0,63 0,82 0,97
0,150 0,274- 0,105- 0,339- 0,63 0,82 0,97
0,049- 0,261- 0,116 0,362- 0,63 0,82 0,97
0,043- 0,257- 0,072 0,353- 0,63 0,82 0,97
0,026 0,183- 0,105- 0,334- 0,63 0,82 0,97
0,028 0,195- 0,105- 0,281- 0,63 0,82 0,97
0,051 0,217- 0,116 0,210- 0,63 0,82 0,97
0,039 0,210- 0,072 0,229- 0,63 0,82 0,97
0,073 0,202- 0,105- 0,365- 0,63 0,82 0,97
0,083 0,201- 0,105- 0,306- 0,63 0,82 0,97
0,018- 0,237- 0,116 0,451- 0,63 0,82 0,97
0,006 0,224- 0,072 0,459- 0,63 0,82 0,97
0,005- 0,198- 0,105- 0,601- 0,63 0,82 0,97
0,007 0,280- 0,105- 0,686- 0,63 0,82 0,97
0,059- 0,272- 0,116 0,691 0,63 0,82 0,97
0,041- 0,254- 0,103 0,679 0,63 0,82 0,97
0,033- 0,254- 0,105- 0,275 0,63 0,82 0,97
0,001- 0,234- 0,092- 0,226 0,63 0,82 0,97
0,001 0,263- 0,116 0,429- 0,63 0,82 0,97
0,033 0,249- 0,072 0,440- 0,63 0,82 0,97
0,003 0,237- 0,105- 0,636- 0,63 0,82 0,97
0,054 0,192- 0,105- 0,515- 0,63 0,82 0,97
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Cases a N Percent
Selected Cases Included in Analysis
Missing Cases
Total
Unselected Cases
Total
68
0
68
0
68
100.0
.0
100.0
.0
100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original … Internal Value
Stabil
TIdak Stabil
0
1
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
Iteration
-2 Log likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1
2
3
4
5
39.754
35.944
35.725
35.724
35.724
-1.706
-2.322
-2.516
-2.534
-2.534
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 35,724
c. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
Indeks Ketahanan Perbankan Syariah
Percentage Correct
Stabil
TIdak Stabil
Step 0 Indeks Ketahanan Stabil Perbankan Syariah
TIdak Stabil
Overall Percentage
63
5
0
0
100.0
.0
92.6
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -2.534 .465 29.738 1 .000 .079
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables NPF
FDR
INFLASI
PDB
SUKU_BUNGA
Overall Statistics
.238
3.947
.043
.399
.477
5.971
1
1
1
1
1
5
.625
.047
.836
.528
.490
.309
Block 1: Method = Enter
Iteration Historya,b,c,d
Iteration
-2 Log likelihood
Coefficients
Constant
NPF
FDR
INFLASI
PDB
SUKU_ BUNGA
Step 1 1 37.393 -36.163 .007 .033 .202 .155 .879
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 35,724
d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.
Iteration Historya,b,c,d
Iteration
-2 Log likelihood
Coefficients
Constant
NPF
FDR
INFLASI
PDB
SUKU_ BUNGA
Step 1 2
3
4
5
6
7
31.445
30.424
30.352
30.352
30.352
30.352
-83.300
-132.855
-157.886
-161.316
-161.360
-161.360
.033
.080
.105
.107
.107
.107
.071
.099
.109
.110
.110
.110
.476
.766
.910
.930
.930
.930
.362
.579
.689
.704
.704
.704
2.119
3.534
4.294
4.403
4.404
4.404
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 35,724
d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step
Block
Model
5.372
5.372
5.372
5
5
5
.372
.372
.372
Model Summary
Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 30.352 a .076 .186
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 7.700 8 .463
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Indeks Ketahanan Perbankan Syariah = Stabil
Indeks Ketahanan Perbankan Syariah = TIdak Stabil
Total Observed Expected Observed Expected
Step 1 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
7
7
7
7
7
7
5
6
6
4
6.930
6.884
6.824
6.782
6.722
6.653
6.558
6.376
5.858
3.412
0
0
0
0
0
0
2
1
1
1
.070
.116
.176
.218
.278
.347
.442
.624
1.142
1.588
7
7
7
7
7
7
7
7
7
5
Classification Tablea
Observed
Predicted
Indeks Ketahanan Perbankan Syariah
Percentage Correct
Stabil
TIdak Stabil
Step 1 Indeks Ketahanan Stabil Perbankan Syariah
TIdak Stabil
Overall Percentage
63
5
0
0
100.0
.0
92.6
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step NPF a
1 FDR
INFLASI PDB
SUKU_BUNGA
Constant
.107
.110
.930
.704
4.404
-161.360
.461
.056
1.259
1.052
8.222
241.419
.054
3.858
.546
.448
.287
.447
1
1
1
1
1
1
.816
.050
.460
.504
.592
.504
1.113
1.117
2.535
2.022
81.792
.000
a. Variable(s) entered on step 1: NPF, FDR, INFLASI, PDB, SUKU_BUNGA.
Correlation Matrix
Constant
NPF
FDR
INFLASI
PDB
SUKU_ BUNGA
Step 1 Constant
NPF
FDR
INFLASI
PDB
SUKU_BUNGA
1.000
.041
-.254
-.971
-.999
-.997
.041
1.000
.433
-.049
-.051
-.061
-.254
.433
1.000
.282
.244
.209
-.971
-.049
.282
1.000
.975
.956
-.999
-.051
.244
.975
1.000
.994
-.997
-.061
.209
.956
.994
1.000