Post on 29-Jan-2016
description
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa siswa, khususnya pada tingkat
sekolah menengah, banyak mengalami kesulitan belajar Biologi pada materi yang
terkait dengan proses fisiologis dalam tubuh hewan dan manusia, seperti sistem
endokrin, hormon, dan sistem saraf. Cimer (2012) mengungkapkan bahwa materi
sistem endokrin dan hormon menempati posisi kedua dalam daftar lima besar materi
biologi yang tersulit berdasarkan perspektif siswa. Data ini sekaligus menguatkan
beberapa penelitian sebelumnya yang juga mengungkapkan bahwa materi sistem
endokrin dan hormon termasuk dalam daftar beberapa materi biologi yang tergolong
sulit bagi siswa.
Penelitian Cimer (2012) menyebutkan beberapa alasan siswa menganggap
materi tersebut sulit. Dua faktor utama yang dikemukakan siswa adalah faktor
kesukaran dari materi itu sendiri, yakni memuat topik yang kompleks dan sangat
berbasis memori (ingatan), serta faktor gaya mengajar guru yang dianggap kurang
mengaitkan apa yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari (real world).
Berdasarkan hal tersebut, dapat ditarik kemungkinan beberapa solusi yang dapat
diterapkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi siswa dalam belajar, khususnya
pada materi biologi. Salah satu di antaranya adalah dengan menerapkan model
pembelajaran yang tepat.
Menurut (Pardamean, 2011), banyak macam dari model pembelajaran, namun
penting bagi guru untuk memperhatikan beberapa pertimbangan sebelum memilih,
menentukan, dan menetapkan satu model pembelajaran agar keputusannya tepat
sesuai dengan maksud dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Hal ini
mengingat bahwa model pembelajaran tersebut masing-masing memiliki karakteristik
yang secara khas menghendaki suatu kondisi tertentu.
11
Problem Based Learning (model pembelajaran berbasis masalah) merupakan
model pembelajarn yang berbasis pada masalah (problematika) yang dihadapi di
dunia nyata, yang pada awalnya banyak diimplementasikan di sekolah-sekolah
kedokteran. Hal ini dimaksudkan untuk melatih kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah. Adapun karakteristik materi sistem endokrin pun masih terkait
dengan konsep fisiologis-medis. Oleh karena itu, dengan mengulas beberapa literatur
dari dalam dan luar negeri terkait PBL dan materi sistem endokrin, serta dengan
harapan untuk dapat melihat implementasi model PBL pada materi sistem endokrin,
maka makalah ini disusun.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran berbasis masalah (Problem
Based Learning)?
2. Bagaimana menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (Problem
Based Learning) pada pembelajaran biologi materi sistem endokrin?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami tentang model pembelajaran berbasis masalah (Problem
Based Learning).
2. Untuk mengetahui cara penerapan model pembelajaran berbasis masalah
(Problem Based Learning) pada pembelajaran biologi materi sistem endokrin.
2
BAB IIKAJIAN TEORI
A. Model Pembelajaran Poblem Based Learning
1. Konsep Dasar Problem Based Learning
Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah,
didasarkan pada hasil penelitian Barrow dan Tamblyn pada tahun 1980. Model
ini pertama kali diimplementasikan pada sekolah kedokteran di McMaster
University Kanada pada tahun 60-an (Barret, 2005). PBL sebagai sebuah
pendekatan pembelajaran diterapkan dengan alasan bahwa PBL sangat efektif
untuk sekolah kedokteran dimana mahasiswa dihadapkan pada permasalahan
kemudian dituntut untuk memecahkannya. PBL lebih tepat dilaksanakan
dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran tradisional. Hal ini dapat
dimengerti sebab para dokter yang nanti bertugas pada kenyataannya selalu
dihadapkan pada masalah-masalah pasien, sehingga harus mampu
menyelesaikannya. Walaupun pertama dikembangkan dalam pembelajaran di
sekolah kedokteran tetapi pada perkembangan selanjutnya diterapkan dalan
pembelajaran secara umum (Barrow dan Tamblyn, 1980).
Barret (2005) mendefinisikan PBL sebagai “The learning that results
from the process of working towards the understanding of a resolution of a
problem. The problem is encountered first in the learning process.” Jadi, PBL
adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis
dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep yang esensial dari materi kuliah atau materi pelajaran. Model ini
menyebabkan motivasi dan rasa ingin tahu menjadi meningkat. Model PBL juga
menjadi wadah bagi siswa untuk dapat mengembangkan cara berpikir kritis dan
keterampilan berpikir yang lebih tinggi (Gunantara, dkk., 2014).
33
Landasan teori PBL adalah konstruktivisme, suatu pandangan yang
berpendapat bahwa manusia akan menyusun pengetahuan dengan cara
membangun penalaran dari semua pengetahuan yang sudah dimlikinya, dan dari
semua yang diperoleh sebagai hasil kegiatan berinteraksi dengan sesama
individu. Hal tersebut juga menyiratkan bahwa definisi proses pembelajaran
berubah dari yang tadinya merupakan transfer informasi dari fasilitator ke
pebelajar, menjadi proses konstruksi pengetahuan yang sifatnya sosial dan
individual (Lidinillah, 2007).
PBL memiliki gagasan bahwa pembelajaran dapat dicapai jika kegiatan
pendidikan dipusatkan pada tugas-tugas atau permasalahan yang otentik, relevan,
dan dipresentasikan dalam suatu konteks. Cara tersebut bertujuan agar
mahasiswa memilki pengalaman sebagaimana nantinya yang akan mereka
hadapi di kehidupan profesionalnya. Pengalaman tersebut sangat penting karena
pembelajaran yang efektif dimulai dari pengalaman konkrit. Pertanyaan,
pengalaman, formulasi, serta penyususan konsep tentang pemasalahan yang
mereka ciptakan sendiri merupakan dasar untuk pembelajaran (Sudarman, 2007).
Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan
siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman
belajar yang beragam pada siswa seperti kerja sama dan iteraksi dalam
kelompok, disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan
masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan
penyelidikan, mengumpulkan data, membuat kesimpulan, mempersentasikan,
berdiskusi, dan membuat laporan. Keadaan tersebut membuat model
Pembelajaran Berbasis masalah dapat memberikan pengalaman yang kaya
kepada siswa (Kharida, 2009).
2. Karakteristik Model Pembelajaran PBL 4
Berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Barrow, Liu (2005)
menjelaskan karakteristik dari PBL, yaitu :
a. Learning is student-centered
Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan kepada siswa
sebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori
konstruktivisme dimana siswa didorong untuk dapat mengembangkan
pengetahuannya sendiri.
b. Authentic problems form the organizing focus for learning
Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang otentik
sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta
dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti.
3. New information is acquired through self-directed learning
Siswa berusaha untuk mencari informasi sendiri melalui
sumbernya, baik dari buku maupun sumber informasi lainnya.
4. Learning occurs in small groups
PBL dilaksakan dalam kelompok kecil, agar terjadi interaksi ilmiah
dan tukar pemikiran dalam usaha membangun pengetahuan secara
kolaboratif. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan
penetapan tujuan yang jelas.
5. Teachers act as facilitators
Pada pelaksanaan PBL, guru hanya berperan sebagai fasilitator.
Namun, walaupun begitu guru harus selalu memantau perkembangan
aktivitas siswa dan mendorong siswa agar mencapai target yang hendak
dicapai.
3. Langkah-Langkah Pelaksanaan (Sintaks) Model PBL
5
Pelaksanaan PBL memiliki ciri tersendiri berkaitan dengan langkah-
langkah pembelajarannya. Rusman (2012) menjelaskan langkah-langkah
pelaksanaan PBL sebagai berikut :
Tabel 2.1. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Tahapan Tingkah Laku GuruTahap 1: Orientasi siswa kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada pemecahan masalah.
Tahap 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap 3: Membimbing Penyelidikan/ individual dan kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya
Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
4. Kelebihan dan Kekurangan PBL
PBL tentu memiliki kelebihan dan kelemahan dalam pelaksanaannya. Berikut
ini adalah kelebihan dan kekurangan dari PBL menurut Wulandari dan Herman
(2013).
a. Kelebihan PBL
6
1) pemecahan masalah dalam PBL cukup bagus untuk memahami isi pelajaran;
2) pemecahan masalah berlangsung selama proses pembelajaran menantang
kemampuan siswa serta memberikan kepuasan kepada siswa;
3) PBL dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran;
4) membantu proses transfer siswa untuk memahami masalah-masalah dalam
kehidupan sehari-hari;
5) membantu siswa mengembangkan pengetahuannya dan membantu siswa
untuk bertanggungjawab atas pembelajarannya sendiri;
6) membantu siswa untuk memahami hakekat belajar sebagai cara berfikir bukan
hanya sekedar mengerti pem-belajaran oleh guru berdasarkan buku teks;
7) PBL menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan disukai siswa;
8) memungkinkan aplikasi dalam dunia nyata; dan
9) merangsang siswa untuk belajar secara kontinu.
b. Kelemahan PBL
1) apabila siswa mengalami kegagalan atau kurang percaya diri dengan minat
yang rendah mala siswa enggan untuk mencoba lagi;
2) PBL membutuhkan waktu yang cukup untuk persiapan; dan
3) pemahaman yang kurang tentang mengapa masalah-masalah yang dipecahkan
maka siswa kurang termotivasi untuk belajar.
5. Materi Sistem Endokrin
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk
mempengaruhi organ-organ lain. Sistem endokrin disusun oleh kelenjar-kelenjar
endokrin. Kelenjar endokrin mensekresikan senyawa kimia yang disebut hormon.
Hormon merupakan senyawa protein atau senyawa steroid yang mengatur kerja
proses fisiologis tubuh.
7
Kelenjar endokrin yang terdapat pada vertebrata (termasuk manusia) antara
lain, hipofisis, tiroid, paratiroid, adrenal, pineal, dan organ-organ tubuh yang
mengandung kelenjar endokrin misalnya, pankreas, gonad, ginjal, lambung, dan usus
halus (Tenzer, 1998).
Gambar 2.1. Sistem Endokrin. Kelenjar endokrin dan hormon utama yang disekresikan
disebutkan beserta lokasinya. Organ lain diperlihatkan dalam tanda kurung, termasuk jantung, ginjal,
timus, usus, dan gonad yang mengandung sel endokrin dan memiliki fungsi endokrin penting.
8
B. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning pada
Pembelajaran Biologi Materi Sistem Endokrin
Materi sistem endokrin dan hormon menempati posisi kedua dalam daftar
lima besar materi biologi yang tersulit berdasarkan perspektif siswa (Cimer, 2012).
Penelitian Cimer juga menyebutkan bahwa faktor kesulitan utama yang dikemukakan
siswa dalam mempelajari konsep-konsep biologi adalah faktor kesukaran dari materi
itu sendiri, yakni memuat topik yang kompleks dan sangat berbasis memori (ingatan),
serta faktor gaya mengajar guru yang dianggap kurang mengaitkan apa yang
dipelajari dengan kehidupan sehari-hari (real world).
Menyadari problematika ini, dapat dikemukakan beberapa solusi untk
mencoba mengurangi kesulitan siswa dalam mempelajari materi sistem endokrin. Di
antaranya adalah dengan memilih model pembelajaran yang tepat. Problem Based
Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang sangat cocok digunakan untuk
membantu siswa menjadi pebelajar yang aktif, sebab ikut melibatkan situasi atau
permasalahan di dunia nyata, sehingga membuat siswa lebih responsible terhadap
kegiatan pembelajaran (Hmelo dan Silver, 2004).
Walters (2001), dalam penelitiannya yang bertajuk Problem Based Learning
Within Endocrine Physiology Lectures mencoba menerapkan model pembelajaran
berbasis masalah (Problem Based Learning) dalam kegiatan pembelajaran materi
endokrin. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran PBL
dapat meningkatkan hasil belajar dan tingkat kehadiran siswa. Pada penelitian ini,
peneliti mengangkat beberapa contoh kasus yang terjadi pada pasien, salah satunya
adalah yang mengalami penyakit pada kelenjar pituitari.
9
Gambar 2.1. Contoh kasus yang diangkat dalam proses pembelajaran PBL
Langkah-langkah proses pembelajaran (sintaks) yang dilakukan, terdiri atas
beberapa langkah, yakni orientasi siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa
untuk belajar, membimbing penyelidikan/individual dan kelompok, mengembangkan
dan menyajikan hasil karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah. Jika dijabarkan dalam skenario pelaksanaan pembelajaran kurang lebih
sebagai berikut:
Jenjang Sekolah SMA Kelas XI
Topik/Tema Sistem Endokrin
Kompetensi Dasar 3.6 Mendeskripsikan struktur jaringan penyusun organ
pada sistem koordinasi (peran saraf dan hormon
dalam mekanisme koordinasi dan regulasi serta
gangguan).
Tahapan Pembelajaran PBL
Fase 1: orientasi siswa Guru melakukan apersepsi dengan menunjukkan
10
pada masalah beberapa gambar manusia yang terjangkit penyakit yang
disebabkan oleh masalah pada kelenjar endokrin (sistem
hormonnya). Beberapa siswa diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya tentang gambar tersebut.
Selanjutnya guru memberikan pertanyaan tentang kaitan
antara jenis dan fungsi beberapa hormon dengan gejala
penyakit yang ditimbulkan akibat kelebihan atau
kekurangan produksinya yang mengarah kepada tujuan
pembelajaran
Fase 2:
Mengorganisasi siswa
untuk belajar
Guru mengorganisasikan siswa dalam kelompok-
kelompok yang heterogen berdasarkan prestasi akademik
dan jenis kelamin. Siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok di mana masing-masing kelompok terdiri dari
maksimal 5 orang siswa. Selanjutnya guru membagikan
LKS pada masing-masing kelompok untuk didiskusikan.
LKS yang dibagikan mengandung permasalahan yang
harus dipecahkan oleh masing-masing kelompok.
Fase 3: Membimbing pengalaman individual/ kelompok
Guru membimbing siswa mengerjakan LKS. Setiap
siswa berdiskusi secara internal di kelompoknya masing-
masing. Siswa menjawab pertanyaan pada LKS dengan
terlebih dulu mengumpulkan informasi yang sesuai.
Siswa diberi kebebasan uuntuk mengakses informasi dari
berbagai sumber, baik itu berupa buku maupun digital.
Fase 4:
Mengembangkan dan
menyajikan hasil
karya
Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya di depan kelas. Pada tahap ini, apabila ada
masalah pada saat presentase, siswa diberi kesempatan
untuk bertanya dan menjawab tetap di bawah bimbingan
guru sebagai fasilitator.
11
Fase 5: Menganalisis
dan mengevaluasi
proses pemecahan
masalah
Guru membimbing siswa untuk membuat rangkuman,
menyimpulkan secara umum hasil diskusi kelas yang
telah dilaksanakan. Guru juga berperan untuk membantu
siswa melakukan refleksi dan evaluasi terhadap
penyelidikan dan proses yang mereka gunakan.
12
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan
masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar
tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari suatu materi. Terdiri
atas 5 tahapan yang khas, yakni orientasi siswa pada masalah,
mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing
penyelidikan/individual dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan
hasil karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah.
2. Penerapan Problem Based Learning dalam pembelajaran Biologi materi sisem
endokrin dapat dilakukan dengan mengangkat beberapa contoh kasus yang
terkait dengan sistem endokrin, lalu menerapkan kegiatan-kegiatan pembelajaran
yang sesuai dengan sintaks model PBL.
1313
DAFTAR PUSTAKA
Barret, Terry. 2005. Understanding Problem Based Learning. [online]. Tersedia: http://www.aishe.org/readings/2005-2/chapter2.pdf. [07-10-2015].
Barrows, H.S. & Tamblyn, R.M.. 1980. Problem-based Learning: an Approach to Medical Education. New York: Springer Publishing.
Cimer, Atilla. 2012. What Makes Biology Learning Difficult
and Effective: Student’s Views. Educational Research and Reviews. Vol. 7(3): 61-71.
Gunantara, Gd., Suarjana & Nanci R.. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD. Vol 2(1): 1-10.
Hmelo, C. E. & Silver. 2004. Problem Based Learning: What and How Do Students Learn?. Educational Psychology Review. Vol. 16(3): 235-266.
Kharida, L.A., dkk. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Elastisitas Bahan. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. Vol. 5: 83-89.
Lidinillah, Dindin A. M. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). [online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/dindin_abdul_muiz_lidinillah/Problem_Based_Learning.pdf. [07-10-2015].
Liu, Min. 2005. Motivating Students Through Problem-based
Learning. Journal of Educational Technology Systems. Vol. 30(3): 255-270.
14
Pardamean, Toto. 2011. Model Pembelajaran Untuk Efisiensi Dan Efektifitas Pembelajaran. [online]. Tersedia: http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/20/model-pembelajaran-untuk-efisiensi-dan-efektivitas-pembelajaran. [11-11-2011].
Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sudarman. 2007. Problem Based Learning: Suatu Model Pembelajaran untuk Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan masalah. Jurnal Pendidikan Inovatif. Vol 2(2): 68-73.
Tenzer, Amy. 1993. Struktur Hewan Bagian I. Malang: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang.
Walters, Marian R. 2001. Problem Based Learning Within Endocrine Physiology Lectures. Advances In Physiology Education. Vol. 25(4): 225-227.
Wulandari, B. & Herman D. S. 2013. Pengaruh Problem-Based Learning Terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Motivasi Belajar PLC di SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi. Vol 3(2): 178-191.
15
14