Makalah Jamur Thata - Copy

48
1

description

JAMUR

Transcript of Makalah Jamur Thata - Copy

Page 1: Makalah Jamur Thata - Copy

1

Page 2: Makalah Jamur Thata - Copy

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Jamur merupakan mikrorganisme yang mempunyai dinding sel, umumnya tidak

bergerak, tidak mempunyai klorofil serta tidak mampu melakukan proses fotosintesis

atau menhasilkan bahan organik dari karbondioksida dan air (organisme heterotrof).

Klasifikasi jamur terbagi atas Divisio Oomycotina, Divisio Zygomycotina, Divisio

Ascomycotina, Divisio Basidiomycotina, dan Divisio Deuteromycotina. Bentuk

tubuh buah jamur pada umumnya tersusun oleh bagian-bagian yang dinamakan

tudung (pileus), bilah (lamellae), cincin (annulus), batang/tangkai (stipe), cawan

(volva) dan akar semu (rhizoids).

Peranan jamur dalam kehidupan manusia sangat banyak, baik peran yang

merugikan maupun yang menguntungkan. Beberapa jamur aman dimakan manusia

bahkan beberapa dianggap berkhasiat obat, seperti jamur merang (Volvariela

volvacea), jamur tiram (Pleurotus), jamur kuping (Auricularia polytricha), jamur

kancing atau champignon (Agaricus campestris), dan jamur shiitake (Lentinus

edulis). Namun tidak semua jenis jamur dapat dimakan ataupun dijadikan obat.

Disekeliling kita banyak juga ditemukan jamur yang sifatnya beracun, menyebabkan

penyakit bagi manusia atau pun tumbuhan. Jamur seperti ini tentunya berbahaya bagi

kehidupan manusia. Sebagian besar penyakit tanaman juga disebabkan oleh jamur

yang memproduksi mikotoksin. Secara periodik penyakit tanaman mampu menyebar

ke tanaman-tanaman utama kemudian merusak, merugikan dan bahkan menjadi

endemik. Identifikasi jamur penting dilakukan untuk usaha pengendalian penyakit

guna menunjang peningkatan produksi tanaman. Identifikasi jamur dilakukan

berdasarkan gejala penyakit pada tanaman maupun pada substrat tempat

kehidupannya, pertumbuhan koloni, dan ciri morfologinya menurut taksonomi yang

karakteristik secara mikroskopis.Jamur merupakan penyebab penyakit terbesar (90%)

pada tanaman pangan di Indonesia,, sedang 10% sisanya disebabkan oleh bakteri,

2

Page 3: Makalah Jamur Thata - Copy

virus, dan mikoplasma / fitoplasma. Oleh karena itu kita perlu mengetahui apa saja

ciri/karakteristik dari jamur penyebab penyakit serta jamur yang mengancam

produksi bahan pangan, sehingga kita dapat melakukan pencegahan ataupun

menanggulangi dampak negative yang diakibatkan oleh jamur yang sifatnya parasit

baik pada hewan maupun tumbuhan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah ciri jamur beracun/penyebab penyakit?

2. Apa saja zat beracun yang terkandung didalam jamur?

3. Apa saja jenis jamur penyebab penyakit bagi manusia?

4. Apa saja jenis jamur penyebab rusaknya lahan pangan?

5. Bagaimanakah cara mengatasi keracunan karena mengkonsumsi jamur beracun?

C.TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui ciri jamur beracun/penyebab penyakit.

2. Mengetahui zat beracun yang terkandung didalam jamur.

3. Mengetahui berbagai jenis jamur penyebab penyakit bagi manusia.

4. Mengetahui berbagai jenis jamur penyebab rusaknya bahan pangan.

5. Mengetahui cara mengatasi keracunan karena mengkonsumsi jamur beracun.

3

Page 4: Makalah Jamur Thata - Copy

BAB II

PEMBAHASAN

1. CIRI-CIRI JAMUR BERACUN/PENYEBAB PENYAKIT.

a. Jenis jamur beracun pada umumnya mempunyai warna yang mencolok: merah-

darah, hitam-legam, biru-tua, ataupun warna-warna lainnya. Walaupun ada pula

jenis jamur beracun yang mempunyai warna terang (kuning muda) atau putih,

dan jamur yang dapat dimakan berwarna gelap, misal coklat-tua.

b. Jenis jamur beracun dapat menghasilkan bau yang menusuk hidung, seperti bau

telur busuk ataupun bau ammoniak.

c. Jenis jamur beracun mempunyai cincin atau cawan. Walaupun ada yang

sebaliknya, seperti jamur-merang mempunyai cawan dan jamur kompos

mempunyai cincin, tetapi tidak beracun.

d. Jenis jamur beracun umumnya tumbuh pada tempat yang kotor: tempat

pembuangan sampah, kotoran kandang, dan sebagainya. Walaupun untuk

penanaman dan pemeliharaan jamur kompos justru dipakai kotoran

kandang/kotoran kuda.

e. Kalau jenis jamur beracun dikerat oleh pisau yang terbuat dari perak, atau dikerat

oleh pisau biasa kemudian benda perak didekatkan kepada keratin tadi, maka

pada benda perak terbentuk warna hitam atau biru, itu menandakan bahwa jamur

tersebut beracun

2. ZAT BERACUN YANG TERKANDUNG DI DALAM JAMUR

Senyawa beracun yang umum didapatkan pada jenis-jenis jamur, antara lain Adalah:

a. Amatoxin/Amanitin [Cyclopeptide]

Terbagi menjadi tiga kelas toksin: Amatoxins, Phallotoxins dan Virotoxins. Dari

ketiga kelas tersebut Amatoxins yang sering menyebabkan keracunan. Amatoxins

4

Page 5: Makalah Jamur Thata - Copy

merupakan bicyclic octapeptides dengan indole - (R) -sulphoxide bridge bekerja

menghambat polimerase RNA II yang menggangu sintesa mRNA.

Keracunan yang disebabkan amatoxins memiliki karakteristik dengan periode laten

yang panjang 6 – 24 jam dimana selama itu korban tidak menunjukkan tanda-tanda

keracunan.

Gejala keracunan terdiri dari empat fase:

a) Fase laten/tidak menunjukkan gejala (<24 jam dan biasanya 12 jam setelah

tertelan)

b) Fase gastrointestinal (6 – 24 jam setelah tertelan) : rasa nyeri perut, muntah,

diare yang berair, hypovolemia, gangguan elektrolit, gangguan asam basa,

penurunan masa protrombin.

c) Period of well-being (24 – 48 jam setelah tertelan) : fungsi hati dan ginjal

menurun.

d) Fase hepatik (3 – 5 hari setelah tertelan): peningkatan LFT/Liver Function

Test (gangguan fungsi hati), gagal hati akut dan ginjal akut.

b. Gyromitrin

Racun ini banyak ditemukan pada genus amanita. Merupakan salah satu grup

hidrazin yang mengikat protein, banyak ditemukan pada genus Gyromitra. Toksin

Gyromitrin (N -methyl-Nformylhydrazone) terurai dengan cepat dalam lambung

dan duodenum menjadi asetaldehida dan N-methyl-N-formylhydrazine, melalui

hidrolisis lambat diubah menjadi monomethylhydrazine (MMH) dan hidrazin

lainnya.

c. Monomethylhydrazine

Toksin ini diyakini menjadi penyebab utama dari keracunan jamur spesies

Gyromitra esculenta (the false Morel) dan spesies Gyromitra lainnya (Gyromitra

gigas and G. fastigiata). MMH ini digunakan dalam bahan bakar roket dan

menyebabkan keracunan serupa pada pekerja industri penerbangan.

5

Page 6: Makalah Jamur Thata - Copy

Gejala keracunan biasanya muncul setelah 6 – 12 jam setelah tertelan :

a) Periode laten (tidak menunujukan gejala keracunan) : <48 jam setelah

tertelan

b) Gejala awal : 2-8 jam setelah terhirup uap jamur yang sedang dimasak, 6-24

jam setelah tertelan: kembung, mual, muntah, kram perut, diare berat (yang

mungkin berdarah).

c) Gejala akhir : vertigo, kehilangan koordinasi otot, demam, penyakit kuning,

kegagalan hati, methemoglobinemia, disfungsi ginjal, seizure, koma.

d. Orellanine

Racun orellanine berasal dari genus cortinarius orellanus yang menyebabkan

kerusakan pada ginjal. Orellanine memiliki struktur bipyridal dan beberapa

persamaan struktural dengan paraquat, meskipun perilaku elektrokimia tampak jelas

berbeda. Diperkirakan orellanine menyebabkan kerusakan ginjal karena produksi

oksigen reaktif. Kerusakan membran diinduksi melalui reaksi radikal berantai

kemudian akan menyebabkan perubahan permeabilitas membran sel yang

menyebabkan cedera dan gagal ginjal akut.

e. Ibotenic Acid dan Muscimol

Ibotenic Acid secara struktural mirip dengan asam glutamat, sementara muscimol

secara struktural mirip dengan GABA. Keduanya berperan seperti neurotransmiter

yang mengontrol aktivitas neuronal pada SSP. Muscimol memiliki daya ikat yang

tinggi kepada reseptor GABA-A dan meniru peranan GABA, Muscimol juga

meningkatkan kadar serotonin SSP dan mengurangi tingkat Katekholamin,

berpotensi menyebabkan halusinasi, kejang, dan myoclonus.

f. Psilocybin

Racun ini menyebabkan berubahnya struktur kimia susunan saraf pusat sehingga

menyebabkan halusinasi

6

Page 7: Makalah Jamur Thata - Copy

g. Coprine

Toksin yang memiliki efek bila dikosumsi bersama alcohol. Dapat menyebabkan

mual, flushing, mudah marah. Coprine memiliki efek yang hampir idenik dengan

alkohol

h. Kholin,

yaitu racun yang paling berbahaya dan besar sekali daya mematikannya. Semua

jenis jamur yang disebut "supa upas" (upas = racun) mempunyai senyawa ini, misal:

Amanita, Lepoita, Russula, Collybia, dan Boletus.

i. Muskarin,

Juga racun jamur yang cukup berbahaya dan mematikan. Dengan takaran antara

0,003-0,005 gram sudah dapat membunuh manusia. Juga racun ini terdapat pada

semua jenis jamur yang tergolong "supa upas".

j. Falin, sama seperti muskarin.

k. Atropin jamur, sama seperti muskarin.

l. Asam helvelat, sama seperti muskarin.

m. Dapat pula jenis jamur tidak beracun menjadi beracun kalau dibiarkan

membusuk karena kemungkinan besar pada jamur membusuk akan ditumbuhi

bakteri penghasil racun, seperti Clostridium, Pseudomonas, dan Salmonella.

3. JENIS-JENIS JAMUR PENYEBAB PENYAKIT

1. Amanita

Jamur dalam genus amanita (Amanita phalloides, Amanita virosa) atau dikenal

dengan The Death cap atau Destroying Angel, The Fool’s Mushroom (A. verna).

Memiliki racun yang disebut amatoxin. Racun ini mengganggu transkripsi DNA dan

menyebabkan nekrosis pada sel-sel dengan sintesa protein tingkat tinggi. Kerusakan

7

Page 8: Makalah Jamur Thata - Copy

yang paling penting adalah nekrosis hati. Mekanisme ini diperkirakan sebagai

penyebab tertundanya gejala gastroenteritis yang parah dan periode laten yang

panjang pada fase intoksikasi ini.

Spesies dari genus amanita yang terkenal ialah the Fly Agaric (Amanita

muscaria) dan Panthercap (Amanita pantherina). Ke dua jamur ini menghasilkan

toksin Ibotenic Acid dan Muscimol, keduanya mengandung asam yang dengan cepat

dilepaskan dari tubuh jamur karena proses memasak dan merebus, namun proses ini

tidak menghilangkan semua zat beracun yang dikandungnya atau tidak

memperlihatkan toksisitas yang lebih rendah. Muscimol 5 kali lebih potensial dari

Ibotenic Acid.

Timbulnya gejala umumnya terjadi dalam 30-180 menit. Efek toksik bisa

berlangsung 12 jam. Pengaruh utama dari Ibotenic Acid dan Muscimol adalah

disfungsi sistem saraf pusat, biasanya depresi SSP. Diawali dengan gejala mual,

muntah, pusing, vertigo, ketiadaan koordinasi, mengantuk. Gejala-gejala ini sering

diikuti dengan kebingungan, ataksia, euforia mirip keracunan etanol. Gejala

berkembang menjadi aktifitas hiperkinetik, sentakan otot (muscle jerks), spasma

atau kram dan delirium.bila di konsumsi jamur ini dapat menyebabkan terjadinya

haluinasi, kejang dan myoclanus.

8

Amanita muscaria Amanita pantharina

Page 9: Makalah Jamur Thata - Copy

2. Cortinarius

Merupakan genus yang memiliki kurang lebih 800 spesies di Amerika Utara.

Sejak peristiwa keracunan pertama karena spesies C. Orellanus, Cortinarius banyak

ditemukan mengandung racun Orellanine. The Lethal webcaps, dua spesies genus

Cortinarius, yang termasuk dalam jamur beracun di dunia yaitu the Deadly webcap

(Cortinarius rubellus) dan the Fool's webcap (C. Orellanus). Genus ini memiliki

toksin jenis orellanine. Keracunan karena toksin Orellanine ditandai dengan periode

laten yang lama, gejala keracunan awal seperti mual, muntah, nyeri pada abdomen,

anoreksia dan diare akan tertunda selama 12 – 14 jam setelah tertelan.

Organ target utama dari racun orellanine adalah ginjal, fase ginjal karena

keracunan biasanya berkembang 4-15 hari setelah tertelan, terdiri dari gejala haus

berat, diuresis dan rasa sakit berkembang dalam segitiga lumbal atas gSinjal. Gejala

keracunan yang umum adalah sakit kepala terus-menerus, menggigil, kelesuan,

kelelahan, ketidaknyamanan muskuloskeletal dan sendi dan kurangnya nafsu makan

disertai dengan oligura gagal ginjal yang progresif, atau lebih jarang poliuria, dan

akhirnya anuria. Pada pemeriksaan laboratorium, tanda-tanda gagal ginjal terbukti

nyata.

Cortinarius rubellus

Cortinarius orellanus

9

Page 10: Makalah Jamur Thata - Copy

3. Genus Psilocybe, Panaeolus, Copelandia, Gymnopilus, Conocybe dan Pluteus

Genus ini memproduksi toksin Psilocybin. Racun utama pada jamur Psilocybe

yaitu psilocybin, psilocin, baeocystin, norbaeocystin yang dapat melepaskan efek

neurotoksik mirip dengan LSD (d-lysergic acid) dengan struktur kimia yang

berkaitan erat dengan serotonin, pengaruhnya terutama pada susunan saraf pusat

(halusinasi) selain itu juga melepaskan beberapa efek pada saraf periferal.

Psilocybin berinteraksi dengan 5-HT (Serotonin) reseptor yang mengikat dengan

afinitas tinggi pada 5-HT2A dan tingkat lebih rendah pada 5-HT1A. Psilocybin,

psilocin, baeocystin, norbaeocystin tidak hilang dengan memasak jamur tersebut.

Gejala keracunan akan berkembang dalam kurun waktu 10 menit sampai 2 jam

setelah tertelan:

a) 10-30 menit pertama akan timbul rasa gelisah, lemah, nyeri otot, dan rasa

tidak nyaman pada perut.

b) 30-60 menit timbul visual efek/halusinasi dan distorsi persepsi, berkeringat,

kemerahan pada wajah, dan ketiadaan koordinasi.

c) 60-120 menit semua gejala diatas menjadi sering muncul.

Conocybe

Psilocybe cubensis Copelandia

10

Page 11: Makalah Jamur Thata - Copy

4. Genus Coprinus (Coprinus atramentarius, Coprinus comatus, Coprinus

disseminatus, Coprinus micacues, Coprinus picaceus).

Genus ini memproduksi toksin coprine. Efek dari jamur ini tidak seperti jamur

pada umumnya, efeknya akan terlihat jika dikonsumsi bersamaan dengan alkohol

(etanol) sedangkan jika dikonsumsi secara tunggal tidak beracun. Keracunan juga

dapat terjadi ketika alkohol dikonsumsi sesaat sebelum mengkonsumsi coprine,

bahkan ketika alkohol dikonsumsi setelah 72 jam menelan coprine. Gejala

keracunan akan terus berlangsung selama alkohol masih ada di lambung korban.

Korban akan sembuh secara spontan jika alkohol dibebaskan.

Toksin ini dikatakan seperti Antabuse (disulfiram) yaitu obat untuk mencegah

alkoholik dari minuman beralkohol dan memiliki gejala yang hampir identik.

Mekanisme pasti dari coprine tidak diketahui. Diperkirakan bahwa efek toksik

disebabkan oleh penghambatan yang ireversibel dari asetaldehida dehidrogenase,

enzim yang bertanggung jawab untuk metabolisme etanol pada tahap asetaldehida.

Ketika masuk bersamaan dengan alkohol, kadar serum asetaldehida meningkat.

Hasil asetaldehida dengan konsentrasi tinggi menyebabkan gejala tidak nyaman

seperti flushing, mual, sakit kepala, pusing, dan hipotensi. Selain itu juga dapat

menimbulkan kemerahan pada leher dan wajah, rasa logam pada mulut, sensasi

geli/gatal (tingling) pada tungkai, mati rasa pada tangan, palpitasi, kepala

berdenyut-denyut.

Disulfiram yang digunakan sebagai agen alkohol, juga menghambat asetaldehida

dehidrogenase menghasilkan gejala yang sama ketika alkohol tertelan. Berbeda

dengan disulfiram, coprine tidak menghambat dopamin beta-hidroksilase, enzim

bertanggung jawab terhadap sintesis norepinefrin.

11

Page 12: Makalah Jamur Thata - Copy

C

oprinus comatus Coprinus disseminatus

5. Trichophyton

Trichophyton merupakan salah satu genus

dermatofita yang paling umum menginfeksi

manusia. T. rubrum adalah salah satu penyebab

penyakit kulit gatal-gatal di area vital pria, di

mana kulit yang keras dan bersisik tumbuh dan

menimbulkan kegatalan ekstra (jock itch)dan

juga penyebab dari kemerahan dan pengerasan di tumit dan sekitar tumit, kadang-

kadang muncul juga retakan-retakan yang terlihat dramatis dan memalukan,

mungkin agak gatal juga. Bengkakan yang terjadi tergolong ringan dan genus ini

merupakan jenis yang bisa menular dari kontak dengan manusia, hewan, juga tanah.

Anda bisa menyembuhkannya dengan obat yang mudah didapat, tetapi seringkali

jamur muncul lagi. Trichophyton lebih sering muncul di cuaca yang agak dingin.

12

Penyakit yang disebabkan oleh jamur Trichophyton

Page 13: Makalah Jamur Thata - Copy

6. Microsporum

Berikutnya adalah genus Microsporum. Genus ini adalah termasuk yang paling

populer di samping Trichophyton. Microsporum terkenal suka menjadikan kulit,

kuku, dan rambut sebagai habitatnya. Ada banyak spesies dari genus ini, yang

paling terkenal adalah M. canis yang suka hidup di kucing dan anjing. Meski

merupakan jamur yang seringkali menjadikan hewan sebagai inangnya, manusia

bisa tertular dengan mudah. Jamur ini juga bisa menempel dari manusia lain dan

dari tanah, tetapi paling sering manusia mendapatnya dari hewan. Jamur ini

menyebabkan reaksi pembengkakan pada kulit manusia sehingga orang yang

terjangkit bisa merasa agak gatal dan mungkin sakit atau panas pada bengkakan itu.

Tetapi bengkakan tersebut hanya berusia sebentar saja dan bisa hilang dengan

sendirinya.

Jamur Microsporum M. Canis pada kucing

7. Epidermophyton

Genus ini hanya memiliki dua spesies dan dari dua itu, hanya satu yang

menginfeksi manusia yaitu E. floccosum. Meski hanya memiliki satu spesies yang

menginfeksi manusia, jamur ini ada di seluruh dunia. Jamur ini merupakan

penyebab tinea pedis atau pengerasan di tumit beserta retak-retak, tinea curtis atau

gatal dan munculnya kulit bersisik di area sekitar alat vital pria, tinea corporis atau

ringworm di indonesia di sebut Penyakit Kurap area infeksi berbentuk lingkaran

13

Page 14: Makalah Jamur Thata - Copy

yang sangat gatal, onychomycosis atau infeksi kuku di mana kuku mengeras dan

berubah warna serta berbau busuk. Untungnya jamur menyebalkan ini tidak

menginfeksi rambut atau tinea capitis. Jamur ini suka masuk ke bagian tubuh yang

lebih dalam jika sistem imun anda tidak kuat.

E. floccosum Jamur E. floccosum di kulit

8. Candida

Genus berikutnya adalah Candida

dan spesies yang paling terkenal Candida

albicans. Jamur ini tidak berbahaya, hanya

kadang mengganggu saja. Jamur ini suka

sekali kelembaban dan tempat yang basar.

Seringkali jamur ini tumbuh di saluran

pencernaan manusia. Penyakit yang disebabkan oleh jamur ini disebut candidiasis

yang akan menginfeksi kulit dan mengerosi lapisan terluar kulit sehingga

menyebabkan bagian dalam kulit terlihat. Infeksi lebih sering terjadi jika seseorang

obesitas atau mengidap AIDS

Candidiasis Pada Bayi

14

Page 15: Makalah Jamur Thata - Copy

9. Malassezia

Jamur pada genus Malassezia memiliki

habitat asli dikulit manusia, dan hidup sebagai

parasit sejati. Umumnya Malassezia tidak

berbahaya dan berdampingan dengan bakteri

dan ragi lainnya. Spesies yang terkenal adalah

Tinea versiclor atau lebih umum disebut panu

adalah yang paling sering muncul, jamur ini menyebabkan dermatitis kulit kepala

serta penyebab masalah ketombe. Fungi ini bisa jadi patogen yang menghalangi

kinerja sistem imun yang dicurigai merupakan akar masalah dermatitis dan

ketombe. Fungi ini paling mudah dicegah namun tetap saja paling mudah kembali

menginfeksi lagi.

Jamur Tinea versicolor penyakit oleh jamur Tinea versicolor

10. Jamur Aspergillus spp

Aspergillus spp adalah jenis jamur udara yang berserabut. Spesies  Aspergillus

sangat aerobik dan ditemukan pada hampir semua lingkungan yang kaya oksigen,

dimana mereka umumnya tumbuh sebagai jamur pada  permukaan substrat, sebagai

akibat dari ketegangan oksigen tinggi. Aspergillus spp ini hidup sebagai saproba

pada bermacam-macam bahan organik, seperti pada roti, daging yang sudah diolah,

butiran padi, kacang-kacangan dan lain-lain.

15

Page 16: Makalah Jamur Thata - Copy

Aspergillus spp. membentuk badan spora yang disebut konidium dengan

tangkainya konidiofor. Koloninya berwarna abu – abu, hitam, kuning atau cokelat.

Aspergillus spp. memiliki ciri khas yaitu memiliki sterigma primer dan sterigma

sekunder karena phialidesnya bercabang 2 kali (Robinson, 2001).

. Jamur yang paling sering menyebabkan alergi penyakit ialah Aspergillus

fumigatus dan Aspergillus clavatus. Aspergillus dapat menyebabkan spektrum

penyakit pada manusia, bisa jadi akibat reaksi hipersensitivitas hingga bisa karena

angioinvasi langsung.  Umumnya Aspergillus akan menginfeksi paru-paru, yang

menyebabkan empat sindrom penyakit, yakni:

Allergic Bronchopulmonary Aspergillosis (ABPA),

Chronic Necrotizing Pneumonia Aspergillosis (CNPA),

Aspergiloma, dan

Aspergilosis invasif.

Pada pasien yang Imunokompromais Aspergilosis juga dapat menyebar ke

berbagai organ menyebabkan endoftalmitis, endokarditis, dan abses miokardium,

ginjal, hepar, limpa, jaringan lunak, hingga tulang. (Surange, 1985). Aspergillus

nidulan, parasit pada telinga menyebabkan outomikosis.

Jamur Aspergillus clavatus Jamur Aspergillus nidulan

16

Page 17: Makalah Jamur Thata - Copy

4. JENIS JAMUR PENYEBAB RUSAKNYA BAHAN PANGAN

1. Jamur Plasmodiophora brassicae

Plasmodiophora brassicae adalah patogen yang berasal dari kingdom fungi yang

biasanya menyerang tanamn kubis-kubisan. Nama lapang dari penyakit yang

ditimbulkan patogen ini adalah penyakit akar gada, atau akar bengkak, atau disebut

pula dengan akar  pekuk. Serangan patogen jenis ini bisa dapat mengakibatkan

kerugian usaha tani kubis berkisar dari 50-100% (gagal total).  Namun di Indonesia

rata-rata patogen ini dapat menyebabkan kerusakan pada kubis-kubisan sekitar 88,60

%.

Disebut penyakit akar gada, karena akar tanaman yang terserang membengkak

seperti gada. Pembengkakan pada jaringan akar dapat mengganggu fungsi akar

seperti translokasi zat hara dan air dari dalam tanah ke daun. Akibatnya, tanaman 

menjadi layu, kerdil, kering dan akhirnya mati. Jika suatu tanah telah terinfestasi oleh

Plasmodiophora brassicae maka patogen tersebut akan selalu menjadi faktor

pembatas dalam budi daya tanaman kubis (atau sefamili dengannya) didaerah

tersebut. Hal ini karena patogen ini mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap

perubahan lingkungan dalam tanah dan tergolong patogen tular tanah yang unggul.

Akar gada

17

Page 18: Makalah Jamur Thata - Copy

2. Jamur Aspergillus spp

Selain menyebabkan penyakit pada manusia, jamur Aspergillus spp juga

menyerang tanaman. Pertama kali dilaporkan di Turki pada tahun 1960, bahwa

kacang tanah yang diimpor dari Brasil tertular berat dan menyebabkan kerugian yang

besar bagi usaha tanaman kacang tanah dan toksinnya pada waktu itu diberi nama

aflatoksin (Swindale 1987). Aspergillus spp. kemudian dilaporkan di banyak negara

dan menjadi kendala terutama dalam kualitas biji-bijian sebagai bahan pangan dan

pakan. Christensen dan Meronuck (1986) melaporkan bahwa dari 33 spesies yang

ditemukan, A. flavus dan A. farasiticus adalah cendawan yang mempunyai kesamaan

yang erat dan menginfeksi biji-bijian dan beberapa jenis tanaman lainnya.

Spesies Aspergillus merupakan jamur yang umum ditemukan di materi organik.

Meskipun terdapat lebih dari 100 spesies, jenis yang dapat menimbulkan penyakit

pada manusia ialah Aspergillus fumigatus dan Aspergillus niger, kadang-kadang bisa

juga akibat Aspergillus flavus dan Aspergillus clavatus yang semuanya menular

dengan transmisi inhalasi. Aspergillus flavus menghasilkan aflatoxin yang bersifat

racun dan karsinogen, dan yang dapat berpotensi mengkontaminasi makanan

Dari beberapa spesies Aspergillus spp, A. flavus teridentifikasi sebagai penyakit

penting yang menginfeksi biji jagung. Inang utama A. flavus adalah jagung, kacang

tanah, dan kapas. Penyakit ini mempunyai banyak inang alternatif, sekitar 25 jenis

tanaman, khususnya padi, sorgum, dan kacang tunggak (CAB International 2001).

Pakki dan Muis (2006) melaporkan bahwa A. flavus ditemukan pada fase vegetatif

dan generatif tanaman, serta pascapanen jagung.

Pada jagung, gejala Aspergillus spp. ditandai cendawan berwarna hitam, (spesies

A. niger) dan berwarna hijau (A. flavus). Infeksi A. flavus pada daun menimbulkan

gejala nekrotik, warna tidak normal, bercak melebar dan memanjang, mengikuti arah

tulang daun. Bila terinfeksi berat, dan berwarna coklat kekuningan seperti terbakar.

18

Page 19: Makalah Jamur Thata - Copy

Gejala penularan pada biji dan tongkol jagung ditandai oleh kumpulan miselia yang

menyelimuti biji.

Dari 33 spesies yang telah dilaporkan CAB International tahun 2001, A. flavus

merupakan spesies dominan yang menginfeksi jagung. A. flavus merupakan patogen

utama pada pascapanen jagung dan banyak mendapat perhatian para peneliti

mikotoksin di Indonesia. Patogen ini memproduksi toksin dan menginfeksi komoditas

pertanian yang dikonsumsi manusia maupun ternak. Karakter bionomi A. flavus

memberi gambaran bahwa cendawan tersebut mempunyai daya tular yang tinggi dari

pertanaman ke tempat-tempat penyimpanan. (Wicklow et al, 1984).

A. flavus

3. Jamur Piricularia aryzae

Penyakit blast atau busuk leher merupakan salah satu penyakit yang paling

banyak menyerang padi dan serealia lainnya. Kerugian akibat penyakit blast sulit

diperkirakan, namun kerugiannya selalu signifikan.

Oryzae Pyricularia menyebabkan bintik-bintik atau luka pada daun, tangkai,

malai, dan biji, tetapi jarang pada pelepah daun. Gejala tersebut seperti nekrotik.

Bercak  pada daun berbentuk gelendong dengan bagian tepi berwarna  coklat atau

coklat kemerahan, bagian tengah bulat, dan berakhir runcing. Luka berkembang

dengan panjang  1,0 – 1,5 cm dan lebar 0,3 – 0,5 cm. Karakteristik tersebut sangat

berkaitan dengan usia luka, kerentanan tanaman, dan faktor lingkungan. Ketika

tangkai terinfeksi, maka akan menjadi hitam dan busuk. Infeksi terjadi dari dasar

19

Page 20: Makalah Jamur Thata - Copy

malai dan menyebabkan busuk leher serta menyebabkan malai gugur atau jatuh. Pada

infeksi berat, rachillae sekunder dan biji-bijian juga terpengaruh.

Oryzae Pyricularia

Penyakit blast

4. Jamur Plasmopara viticola

Serangan dari jamur Plasmopara viticola terdapat pada daun yang masih muda.

Serangan pada daun berupa bercak-bercak berwarna kuning kehijauan dipermukaan

daun bagian atas dan di bagian permukaan bawahnya muncul semacam tepung

berwarna putih terdiri dari Sporangium dan Sporangiofor. Pada tunas dan sulur yang

terserang akan memperlihatkan tepung putih di bawahnya, sehingga tidak dapat

tumbuh dengan sempurna, produksi turun sampai 70% dalam satu musim.

20

Page 21: Makalah Jamur Thata - Copy

5. Jamur Pythium debaryanum

Pythium debaryanum merupakan jamur patogen yang menyebabkan kecambah

busuk dan membusuknya akar pada tanaman budidaya (R. Hesse C. Dalam André

dan  Cock. 2004). Serangan jamur ini terjadi dibeberapa tanaman budidaya,

diantaranya menyerang daun dan buah tanaman kacang panjang.

Pythium debaryanum Jamur Pythium pada tanaman

6. Jamur Sclerospora graminicola

Jamur Sclerospora graminicola merupakan organisme penyebab penyakit bulu

halus malai Downy mildew. Jamur ini bereproduksi secara aseksual melalui zoospora

dengan cara membebaskan sporangium dan bereproduksi secara seksual melalui

Oospora.

Ciri-ciri dari jamur ini sangat bervariasi seperti bereproduksi secara seksual

melalui Oospora dalam jaringan daun yang terinfeksi. Infeksi jamur patogen tanaman

ini timbul terutama melalui proses seksual, heterozigositas dan rekombinasi somatik,

mutasi, dan seleksi. Pergeseran besar dalam patogenisitas terjadi karena perubahan

ketahanan inang dan lingkungan. Jumlah variasi genetik pada populasi jamur patogen

mempengaruhi kemampuannya untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan serta

berfluktuasi dan mempengaruhi ketahanan inang sehingga ketahanan inang akan

berubah dan menurun.

21

Page 22: Makalah Jamur Thata - Copy

Ciri lain dari jamur ini adalah ukuran sporangiospora berkisar antara panjang 150-

200μm, diameter 16-20μm dengan cabang utama yaitu spora yang mempunyai

diameter kasar 8-16μm, yang berkerucut lalu bercabang kecil. Sporangium berbentuk

oval dan lebar agak bulat, dengan ukuran panjang dan lebar 13-34μm × 12-23μm.

Oospora berbentuk bulat mendekati oval, berwarna kuning pucat atau kuning-coklat

dengan diameter 26-42μm.

Gejala terinfeksi jamur ini pada tanaman adalah sebagai berikut :

1. Perbungaan – malai berubah warna

2. Perbungaan – memutar dan distorsi

3. Daun – terjadi proses nekrotik

4. Daun – warna normal

5. Daun – pertumbuhan jamur

6. Daun – menguning atau mati

7. Akar – lambat laun akan membusuk

8. Batang – perubahan warna kulit batang

Gejala secara keseluruhan pada tanaman yang terinfeksi adalah adanya variasi yang

cukup besar dalam gejala, yang hampir selalu berkembang sebagai akibat dari

infeksi sistemik. Gejala bervariasi sesuai dengan ketahanan inangnya, serta kondisi

lapangan atau lingkungan tempat terjadinya infeksi sistemik ini, biasanya diamati

sejak 6 hari setelah tanam. Gejala sistemik umumnya muncul pada daun kedua, dan

sesekali munculnya (jadi tidak secara bersamaan), dilanjutkan pada semua daun

berikutnya dan malai juga menggambarkan gejala, kecuali dalam kasus-kasus

resistensi pemulihan di mana tanaman dapat  mengatasi atau tahan terhadap infeksi

tersebut (Singh dan Raja, 1988). Penyakit ini juga dapat muncul pada daun pertama

ketika infeksi sudah parah perkembangannya.

22

Page 23: Makalah Jamur Thata - Copy

Gejala daun dimulai dengan proses klorosis di dasar lamina daun dan menginfeksi

daun baru berturut-turut serta menunjukkan perkembangan cakupan yang lebih

besar dengan gejala daun. Gejala daun yang terinfeksi, ditandai dengan daerah

bagian daun yaitu basal sakit dan menyebar  ke ujung. Dalam kondisi kelembaban

tinggi, luas daun terinfeksi akan mendukung terjadinya klorosis dan menyebarnya

sebagian besar spora, umumnya pada permukaan abaxial dari daun, memberi

mereka penampilan berbulu halus pada daun. Jika gejala terjadi mulai awal,

tanaman akan sangat kerdil dan klorosis dan selanjutnya akan mati, jika gejala yang

tertunda, kekerdilan mungkin belum terjadi hal tersebut dikarenakan beberapa tunas

mungkin lolos penyakit.

7. Jamur Penicillium sp

Patogen Penicillium spp pada biji jagung ditemukan berupa gumpalan miselia

berwarna putih menyelimuti biji, diselingi warna kebiru-biruan. Patogen ini adalah

patogen tular benih yang mempunyai inang utama jagung. Tanaman lain belum

dilaporkan dapat menjadi inangnya, namun dapat menginfeksi tanaman jagung pada

fase prapanen dan pascapanen.

Intensitas penularan pada biji jagung dapat mencapai lebih dari 50% (Handoo dan

Aulakh 1999). Gejalanya ditandai oleh bercak pada kulit ari biji, bila menginfeksi

tongkol secara optimal menyebabkan pembusukan. Pengaruh terhadap kualitas

23

Page 24: Makalah Jamur Thata - Copy

benih adalah penurunan daya tumbuh. Spesies P. oxalicum memproduksi oxalid

acid dan bersifat toksik terhadap biji.

Penicillium spp. dapat ditularkan melalui biji. Apabila ditanam, biji-biji yang

terinfeksi Penicillium spp. dari lokasi pertanaman dapat menularkan pada

pertanaman selanjutnya. Patogen akan berkembang baik pada suhu < 15 dan akan

tertekan perkembangannnya pada suhu > 25Oc. Penyebaran dalam suatu populasi

serangga. Semakin tinggi populasi serangga, semakin besar intensitas biji terinfeksi

Penicillium spp karena serangga dapat menjadi vektor penyebar perkembangan

patogen ini di pertanaman dan tempat penyimpanan.

8. Jamur Rhizoctonia sp.

Jamur ini menyebabkan Penyakit Hawar Pelepah (Rhizoctonia solani kuhn).

Gejala berupa bercak-bercak besar berbentuk jorong, tepi tidak teratur berwarna

coklat dan bagian tengah berwarna putih pucat. Semenjak dikembangkan varietas

padi yang beranakan banyak dan didukung oleh pemberian pupuk yang berlebihan

terutama nitrogen, serta cara tanam dengan jarak yang rapat menyebabkan

perkembangan hawar pelepah semakin parah. Kehilangan hasil padi akibat penyakit

hawar pelepah dapat mencapai 30%.

24

Page 25: Makalah Jamur Thata - Copy

Jamur Rhizoctonia da penyakit yang disebabkannya

Rhizoctonia solani Kuhn termasuk cendawan tanah, sehingga disamping dapat

bersifat sebagai parasit juga dapat sebagai saprofit. Pada saat tidak ada tanaman padi,

cendawan ini dapat menginfeksi beberapa gulma di pematang juga tanaman palawija

yang biasanya digunakan untuk pergiliran tanaman seperti jagung dan kacang-

kacangan. Cendawan ini bertahan di tanah dalam bentuk sklerosia maupun miselium

yang dorman. Sklerosia banyak terbentuk pada tumpukan jerami sisa panen maupun

pada seresah tanaman yang lain. Selama pengolahan tanah sklerosia tersebut dapat

tersebar ke seluruh petakan sawah dan menjadi inokulum awal penyakit hawar

pelepah pada musim tanam berikutnya.Fenomena ini menunjukkan bahwa sumber

inokulum penyakit hawar pelepah selalu tersedia sepanjang musim.

Pengendalian

Hawar pelepah padi (Rhizoctonia solani Kuhn.) dapat dikendalikan secara kimia,

biologi, dan teknik budidaya. Pengendalian secara kimia dengan menggunakan

fungisida berbahan aktif benomyl, difenoconazol, mankozeb, dan validamycin

dengan dosis 2cc atau 2g per satu liter air dapat menekan perkembangan cendawan R.

solani Kuhn dan keparahan hawar pelepah.

Pengendalian secara biologi dengan penyemprotan beberapa bakteri antagonis dapat

mengurangi tingkat keparahan hawar pelepah. Penambahan bahan organik yang

sudah terdekomposisi sempurna/sudah matang (kompos jerami dengan C/N rasio

25

Page 26: Makalah Jamur Thata - Copy

±10) dengan dosis 2 ton/ha, dapat menekan perkecambahan sklerosia di dalam tanah

dan menghambat laju perkembangan penyakit hawar pelepah di pertanaman.

Pengendalian dengan teknik budidaya diantaranya yaitu menerapkan jarak tanam

tidak terlalu rapat, pemupukan komplit dengan pemberian nitrogen sesuai kebutuhan,

serta didukung oleh cara pengairan yang berselang. Cara ini dapat menekan laju

infeksi cendawan R. solani pada tanaman padi. Disamping itu, pengurangan sumber

inokulum di lapangan dapat dilakukan dengan sanitasi terhadap gulma-gulma

disekitar sawah. Pengendalian penyakit hawar pelepah mempunyai peluang

keberhasilan yang lebih tinggi bila taktik-taktik pengendalian tersebut di atas

dipadukan (pengendalian penyakit secara terpadu).

9. Jamur Pyricularia oryzae

Jamur ini menyebabkan Penyakit blas (Pyricularia grisea) merupakan penyakit

penting terutama pada padi

gogo tersebar di seluruh daerah

penghasil padi gogo di

Indonesia. Penyebab penyakit

dapat menginfeksi tanaman

pada semua stadium tumbuh

dan menyebabkan tanaman

puso. Pada tanaman stadium vegetatif biasanya menginfeksi bagian daun, disebut blas

daun (leaf blast). Pada stadium generatif selain menginfeksi daun juga menginfeksi

leher malai disebut blas leher (neck blast). Gejala pada daun berupa bercak-bercak

berbentuk seperti belah ketupat dengan ujung runcing. Pusat bercak berwarna kelabu

atau keputih-putihan dan biasanya memmpunyai tepi coklat atau coklat kemerahan.

Gejala penyakit blas yang khas adalah busuknya ujung tangkai malai yang disebut

busuk leher (neck rot). Tangkai malai yang busuk mudah patah dan menyebabkan

gabah hampa. Pada gabah yang sakit terdapat bercak-bercak kecil yang bulat.

26

Page 27: Makalah Jamur Thata - Copy

Gejala:

Menyerang daun, buku pada malai dan ujung tangkai malai. Serangan

menyebabakn daun, gelang buku, tangkai malai dan cabang di dekat pangkal

malai membusuk. Proses pemasakan makanan terhambat dan butiran padi

menjadi hampa.

Pengendalian:

1. Membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas unggul

Sentani, Cimandirim IR 48, IR 36, pemberian pupuk N di saaat pertengahan

fase vegetatif dan fase pembentukan bulir;

2. Menyemprotkan insektisida Fujiwan 400 EC, Fongorene 50 WP, Kasumin 20

AS atau Rabcide 50 WP.

10. Jamur Cercospora oryzae Miyake

Jamur ini mengakibatkan munculnya Bercak Daun Cercospora (Cercospora leaf

spot). Penyakit bercak daun cercospora merupakan penyakit yang sangat merugikan

terutama pada sawah tadah hujan yang kahat kalium.

Penurunan hasil akibat penyakit ini disebabkan oleh keringnya daun sebelum

waktunya dan keringnya pelepah daun yang menyebabkan kerebahan tanaman

 

Gejala

27

Page 28: Makalah Jamur Thata - Copy

Penyakit timbul pada daun berupa bercak-bercak sempit memanjang, berwarna

coklat kemerahan, sejajar dengan ibu tulang daun, dengan ukuran panjang kurang

lebih 5 mm dan lebar 1-1,5 mm. Banyaknya bercak makin meningkat pada waktu

tanaman membentuk anakan. Pada serangan yang berat bercak-bercak terdapat pada

upih daun, batang, dan bunga. Pada saat tanaman mulai masak gejala yang berat

mulai terlihat pada daun bendera dan gejala paling berat menyebabkan daun

mengering. Infeksi yang terjadi pada pelepah dan batang meyebabkan batang dan

pelepah daun busuk sehingga tanaman menjadi rebah. 

Pengendalian

Prioritas utama dalam pengendalian penyakit bercak daun cercospora adalah dengan

penanaman varietas tahan dan perbaikan kondisi tanaman. Hasil pengamatan

dilapangan menunjukkan varietas Ciherang dan Membramo tergolong tahan, sedang

IR64 dan Widas tergolong rentan. Pemupukan N, P, dan K yang mencukup

kebutuhan tanaman sangat efektif menekan perkembangan penyakit. Penyemprotan

fungisida difenoconazol satu kali dengan dosis 1 cc per satu liter air volume semprot

400-500 l /ha pada stadium anakan maksimum, menekan perkembangan penyakit

bercak daun cercospora hingga 32,10%.

 

11. Jamur Helminthosporium oryzae

Jamur ini menyebabkan penyakit Bercak Daun Coklat (Brown Leaf Spot).

tersebar di negara-negara penghasil padi di Asia dan di Afrika. Di Indonesia,

penyakit ini banyak ditemukan pada pertanaman padi terutama di tanah-tanah

marginal yang kurang subur, atau kahat unsur hara tertentu. Beberapa daerah padi

gogorancah di Nusa Tenggara Barat, Bali, Gunung Kidul, Jawa Barat bagian selatan

dan Lampung merupakan daerah endemik penyakit ini. Hubungan antara terjadinya

penyakit dengan ketersediaan unsur hara tanah sangat erat. Tanaman yang kurang

sehat sangat mudah terserang penyakit ini. Pada kondisi tanah yang kahat unsur

kalium penyakit bercak coklat dapat menimbulkan kerugian hasil 50 sampai 90

28

Page 29: Makalah Jamur Thata - Copy

persen. Faktor lain yang berpengaruh adalah sistem drainase yang tidak baik,

sehingga mengganggu terserapnya unsur-unsur hara.

Pengendalian:

1. Merendam benih di dalam air panas, pemupukan berimbang, menanam padi

tahan penyakit ini, menaburkan serbuk air raksa dan bubuk kapur (2:15);

2. Dengan insektisida Rabcide 50 WP.

5. CARA MENGATASI KERACUNAN KARENA MENGKONSUMSI

JAMUR BERACUN

1. STABILISASI PASIEN

a) Penatalaksanaan jalan nafas.

b) Penatalaksanaan fungsi pernafasan : ventilasi dan oksigenasi.

c) Penatalaksanaan sirkulasi : infus cairan kristaloid.

d) Untuk keracunan karena Gyromitrin (jamur Gyromitra) akan terjadi

methemoglobinemia, sehingga dilakukan monitoring keseimbangan elektrolit

dan cairan dan kadar methemoglobin.

29

Page 30: Makalah Jamur Thata - Copy

2. DEKONTAMINASI

a) Penggunaan arang aktif dengan dosis :

Anak-anak : 1-2g/kg secara oral

Dewasa : 50-100g secara oral

b) Tidak dianjurkan menggunakan arang aktif untuk dekontaminasi keracunan

karena coprine.

3. ANTIDOTUM

a) Tidak ada antidotum untuk keracunan Orellanine, Ibotenic Acid, Muscimol,

Psilocybin, Coprine.

b) Antidotum untuk keracunan Gyromitrin :

Pyridoxine (vitamin B6), indikasi : pemberian benzodiazepin untuk seizure

gagal.

Methylen Blue, indikasi : kadar methemoglobin darah >30%; kadar

methemoglobin darah 20% dengan gejala : dyspnea, sakit kepala, fatigue,

depresi sistem saraf pusat, takikardi.

jika kondisi memburuk, pemberian methylen blue harus dihentikan dan

lakukan tranfusi tukar

kontraindikasi : pada korban yang telah diketahui memiliki defisienmsi

G6PD yang parah (dikarenakan risiko hemolisis)

c) Antidotum untuk keracunan Cyclopeptida :

Silibinin

N-acetylcysteine

4. ELIMINASI

a) Untuk keracunan Orellanine, Ibotenic Acid, Muscimol, Psilocybin, Coprine

tidak direkomendasikan peningkatan eliminasi.

30

Page 31: Makalah Jamur Thata - Copy

b) Untuk keracunan Cyclopeptida : pertahankan renal output, pemberian dosis

berulang arang aktif, hemoperfusi dan hemodialisa (untuk hemodilaisa dapat

membantu jika terjadi gagal ginjal).

c) Gyromitrin : pertahankan renal output, hemodialisa.

31

Page 32: Makalah Jamur Thata - Copy

TIPS MEMILIH DAN MENGKONSUMSI JAMUR

1. Hanya mengkonsumsi jamur yang diketahui pasti dapat dimakan.

2. Jangan pernah mencoba mengidentifikasi senidri jamur yang tidak diketahui

identitasnya untuk dimakan, hanya ahli mikologi yang mengetahui cara

identifikasi jamur tersebut.

3. Pilihlah jamur yang masih segar dan tidak menujukkan adanya bagian yang

terdekomposisi oleh ulat atau larva lainnya.

4. Mengkonsumsi jamur yang sudah dimasak

5. Jika ingin mengkonsumsi jamur yang belum pernah mengkonsumsinya, cobalah

sedikit untuk tahap awal, tunggu sampai 48 jam sebelum mengkonsumsi lagi

atau mengkonsumsi jamur jenis lainnya.

6. Bersihkan jamur liar yang tumbuh di halaman atau kebun.

7. Jagalah kebersihan diri dan lingkungan untuk menghindari jamur mikroskopis

yang bersifat patgen.

32

Page 33: Makalah Jamur Thata - Copy

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Peran jamur bagi kehidupan manusia amat besar, baik yang bermanfaat maupun

merugikan

2. Jamur makroskopis yang berbahaya bagi kesehatan memiliki ciri antara lain:

memiliki warna mencolok seperti merah-darah, hitam-legam, biru-tua, ataupun

warna-warna lainnya, menghasilkan bau yang menusuk hidup, bila dikerat

dengan pisau maka warnapisau akan berubah menjadi hitam legam atau biru,

hidup di tempat yang jorok, mempunyai cicin.

3. Senyawa beracun yang umum didapatkan pada jenis-jenis jamur, antara lain

Adalah: Amatoxin/Amanitin [Cyclopeptide],Gyromitrin, Monomethylhydrazine,

Orellanine, Ibotenic Acid dan Muscimol, Psilocybin, Coprine, Kholin, Muskarin,

Falin, Atropin jamur, Asam helvelat.

4. Jamur yang menyebabkan penyakit pada manusia antaralain jamur dari genus:

Amanita, Cortinarius, Panaeolus, Copelandia, Gymnopilus, Conocybe, Pluteus,

Coprinus, Trichophyton, Microsporum, Epidermophyton, Candida, Malassezia,

dan Aspergillus spp.

5. Jamur yang menyebabkan penyakit pada tumbuhan antaralain: Jamur

Plasmodiophora brassica, Aspergillus spp, Piricularia aryzae, Plasmopara

viticola, Pythium debaryanum, Sclerospora graminicola. Penicillium sp,

Rhizoctonia sp., Pyricularia oryzae, Cercospora oryzae dan Helminthosporium

oryzae.

6. Cara mengatasi keracunan karena mengkonsumsi jamur beracun adalah:

stabilisasi pasien, dekontaminasi, antidotum, eliminasi. 

33

Page 34: Makalah Jamur Thata - Copy

B. SARAN

Sebaiknya jangan mengkonsumsi jamur yang belum diketahui pasti berbahaya

atau tidak, karena sebagian besar jamur yang tampak cantik dan menarik justru

berbahaya bagi tubuh.

 

 

34

Page 35: Makalah Jamur Thata - Copy

DAFTAR PUSTAKA

 

Aguskrisno. 2012. Pemanfaatan Mikroorganisme dalam Mengendalikan Penyakit pada

Tumbuhan. http://aguskrisnoblog.wordpress.com. [Diakses 11 Maret 2015].

Ekowati, Nuraini. 2015. Handout Jamur Beracun. Yogyakarta: UNSOED.

Jawetz. E , Melnick & Adelberg. 1996. Microbiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.

Tjahjadi, Nur. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta : Kanisius.

 

35