Makalah Kekerasan - Copy

25
i KEKERASAN DI INDONESIA DAN DUNIA (Analisis isi berita kekerasan pada harian Sindo, Kompas, dan Tempo) Diajukan untuk Memenuhi Tugas Praktik Sosiologi Disusun oleh : KELOMPOK 5 (XI IIS 2) 1. Detia Fauziah 5. Shofwatul Munyati 2. Dewi Candrawulan 6. Tri Ayu Lestari 3. Mayang Purbaningrum 7. Yoshimi Yamada 4. Mia Putri Desanti SMA NEGERI 1 SUMBER Jalan Sunan Malik Ibrahim Nomor 04 Sumber Cirebon 2015

description

Penelitian menggunakan data kuantitatif

Transcript of Makalah Kekerasan - Copy

  • i

    KEKERASAN

    DI INDONESIA DAN DUNIA

    (Analisis isi berita kekerasan pada harian Sindo, Kompas, dan Tempo)

    Diajukan untuk Memenuhi Tugas Praktik Sosiologi

    Disusun oleh :

    KELOMPOK 5 (XI IIS 2)

    1. Detia Fauziah 5. Shofwatul Munyati

    2. Dewi Candrawulan 6. Tri Ayu Lestari

    3. Mayang Purbaningrum 7. Yoshimi Yamada

    4. Mia Putri Desanti

    SMA NEGERI 1 SUMBER

    Jalan Sunan Malik Ibrahim Nomor 04 Sumber Cirebon

    2015

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami ucapkan kepada Allah swt., karena berkat limpahan Rahmat dan

    Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dalam makalah

    ini kami membahas mengenai Kekerasan di Indonesia dan Dunia. Penulisan makalah ini

    merupakan salah satu tugas praktik yang diberikan dalam mata pelajaran Sosiologi di SMA

    Negeri 1 Sumber.

    Dalam penulisan makalah ini saya menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-

    besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya

    kepada Ibu Nitasari, S.Pd selaku Guru Sosiologi kami, yang telah memberikan tugas dan

    petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

    Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis

    penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik

    dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah

    ini.

    Sumber, April 2015

    Penyusun

  • iii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    Judul .................................................................................................................................... i

    Kata Pengantar .................................................................................................................... ii

    Daftar Isi ............................................................................................................................. iii

    BAB I PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

    2. Perumusan Masalah ........................................................................................ 1

    3. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 1

    4. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 2

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    1. Kekerasan ....................................................................................................... 3

    2. Indonesia ......................................................................................................... 4

    3. Dunia ............................................................................................................... 5

    BAB III METODE PENELITIAN

    1. Pendekatan Penelitian ..................................................................................... 7

    2. Objek Penelitian .............................................................................................. 7

    3. Teknik Pengambilan Sampel .......................................................................... 7

    BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN..................................................8

    BAB V PENUTUP

    1. Kesimpulan ..................................................................................................... 19

    2. Saran ............................................................................................................... 19

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 21

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang Masalah

    Salah satu masalah sosial yang berkembang di masyarakat adalah munculnya

    berbagai tindak kekerasan dari mulai yang sederhana sampai yang paling tinggi, yaitu

    hilangnya nyawa si korban. Korban dari tindak kekerasan juga berasal dari macam-

    macam latar belakang, baik secara ekonomi, pendidikan, maupun usia. Demikian juga

    pelaku kekerasan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari maraknya pemberitaan mengenai

    kekerasan baik di media cetak maupun elektronik.

    Berita kekerasan yang ada di media massa merupakan peristiwa yang mudah

    diakses oleh berbagai kalangan. Berita-berita tersebut pada umumnya banyak menjadi

    bahan pembicaraan masyarakat sekitar di mana peristiwa itu terjadi.

    Secara umum, berita kekerasan akan menyampaikan informasi tentang peristiwa

    apa yang terjadi, lokasi kejadian, kapan terjadinya, siapa pelakunya, siapa korbannya,

    apa motifnya, serta tindakan hukum yang diambil oleh pihak aparat kepolisian.

    Melalui analisis isi dapat yang diungkap berbagai hal berkaitan dengan masalah

    kekerasan yang terjadi.

    2. Perumusan Masalah

    Permasalahan yang ada dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

    a. Jenis kekerasan apa yang sering diberitakan di media massa?

    b. Apa jenis kelamin pelaku tindak kekerasan?

    c. Berapakah usia pelaku tindak kekerasan?

    d. Apa jenis kelamin korban tindak kekerasan?

    e. Berapakah usia korban tindak kekerasan?

    f. Apa penyebab tindak kekerasan?

    g. Di mana tindak kekerasan dilakukan?

    h. Kapan tindakan kekerasan terjadi?

    i. Apa hubungan korban dengan pelaku?

    j. Bagaimana proses penyelesaiannya?

    3. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk:

    a. Menggambarkan jenis kekerasan apa yang sering diberitakan di media massa.

    b. Menggambarkan presentase jenis kelamin pelaku tindak kekerasan.

    c. Menggambarkan usia pelaku tindak kekerasan.

    1

  • d. Menggambarkan presentase jenis kelamin korban tindak kekerasan.

    e. Menggambarkan usia korban tindak kekerasan.

    f. Menggambarkan penyebab tindak kekerasan.

    g. Menggambarkan lokasi terjadinya kekerasan.

    h. Menggambarkan waktu terjadinya kekerasan.

    i. Menggambarkan hubungan korban dengan pelaku.

    j. Menggambarkan proses penyelesaian dari tindak kekerasan.

    4. Manfaat Penelitian

    1. Bagi siswa

    Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi siswa diantaranya bisa

    berhati-hati pada lingkungan sekitar karena kekerasan bisa terjadi kapanpun dan

    dimanapun.

    2. Bagi sekolah

    Bagi sekolah manfaat penelitian ini bisa meningkatkan kehati-hatian agar

    tidak terjadi kekerasan di lingkungan sekolah

    3.Bagi peneliti

    Bagi peneliti manfaat penelitian ini dapat menambah wawasan tentang

    kekerasan yang lebih luas dan dapat berbagi ilmu kepada pembaca.

    2

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    1. Kekerasan

    Kekerasan merupakan tindakan agresi dan pelanggaran

    (penyiksaan, pemukulan, pemerkosaan, dan lain-lain) yang

    menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau

    menyakiti orang lain, dan hingga batas tertentu tindakan menyakiti

    binatang dapat dianggap sebagai kekerasan, tergantung pada situasi dan

    nilai-nilai sosial yang terkait dengan kekejaman terhadap binatang.

    Istilah kekerasan juga mengandung kecenderungan agresif untuk

    melakukan perilaku yang merusak.

    Kerusakan harta benda biasanya dianggap masalah kecil

    dibandingkan dengan kekerasan terhadap orang.

    Kekerasan pada dasarnya tergolong ke dalam dua bentuk kekerasan

    sembarang, yang mencakup kekerasan dalam skala kecil atau yang tidak

    terencanakan, dan kekerasan yang terkoordinir, yang dilakukan oleh

    kelompok-kelompok baik yang diberi hak maupun tidak seperti yang

    terjadi dalam perang (yakni kekerasan antar-masyarakat) dan terorisme.

    Perilaku kekerasan semakin hari semakin nampak, dan sungguh sangat

    mengganggu ketentraman hidup kita.

    Jika hal ini dibiarkan, tidak ada upaya sistematik untuk

    mencegahnya, tidak mustahil kita sebagai bangsa akan menderita rugi

    oleh karena kekerasan tersebut. Kita akan menuai akibat buruk dari

    maraknya perilaku kekerasan di masyarakat baik dilihat dari kacamata

    nasional maupun internasional.

    Saat ini kita sebagai bangsa sudah dituding oleh beberapa negara lain

    sebagai sarang teroris, terlepas dari benar tidaknya tudingan itu. Di mata

    mancanegara, hidup di Indonesia menyeramkan. Sedangkan sebaliknya,

    kita di negri ini yang setiap hari hampir tak pernah bebas dari berita-

    berita kekerasan, mulai dibelajarkan dan terbiasa.

    Tuntutan untuk survive dan ketidakmungkinan untuk

    mengelakkan, menyebabkan masyarakat belajar hidup dalam situasi

    yang paling sulit sekalipun. Dan pada akhirnya perlahan-lahan kita

    mulai menerima karena terbiasa.

    Kalau tiba-tiba jalanan macet tanpa sebab, kita tidak lagi panik, tapi

    3

  • langsung berpikir kalau bukan demo, pelajar berkelahi atau ada

    bom. Dengan jawaban itu ada semacam ketenangan, sesuatu yang sering

    terjadi yang menyebabkan respon yang ditimbulkan menjadi biasa-biasa

    saja.

    Para psikolog berpendapat bahwa salah satu faktor munculnya

    kekerasan dalam masyarakat adalah pengaruh media massa. Dewasa ini,

    media audio, visual, dan cetak, menyusupkan berbagai macam tindak

    kekerasan dalam sajian mereka. Dulu, masyarakat hanya dapat

    menyaksikan kekerasan hanya jika mereka ada disekitar lokasi kejadian.

    Namun saat ini, siapapun dapat menyaksikan tindak kekerasan dalam

    tayangan televisi. Bahkan, tayangan seperti dramatisasi kriminalitas,

    olahraga kekerasan, dan semacamnya kini menjadi salah satu acara yang

    paling diminati para pemirsa.

    Seorang anggota lembaga psikolog AS, Arnold Cohen,

    berpendapat bahwa masalah pengaruh kekerasan yang ditayangkan di

    televisi sama dengan masalah dampak rokok yang menyebabkan

    penyakit kanker. Artinya, meski banyak program yang digalakkan untuk

    memberikan arahan kepada masyarakat tentang bahaya rokok, namun

    jumlah para perokok terus meningkat. Dan hal itu juga terjadi dalam

    masalah kekerasan. Tayangan televisi dan film yang menggambarkan

    dampak buruk dari tindak kekerasan ternyata tidak mampu mencegah

    meningkatnya kekerasan.

    Tak diragukan lagi bahwa salah satu faktor meluasnya tindak kekerasan

    dalam masyarakat modern ini adalah pengaruh media massa. Para

    psikolog berpendapat bahwa penggunaan narkoba, pil koplo, dan

    alkohol, juga merupakan faktor munculnya kekerasan. Faktor lain yang

    tak kalah pentingnya adalah kemiskinan dan kesenjangan sosial. Masih

    banyak lagi sebab dan faktor lainya termasuk pengaruh lingkungan.

    Semua itu akan menimbulkan ketidakseimbangan penalaran, perasaan,

    dan kejiwaan masyarakat. Oleh karena itu, banyak hal yang ahrus

    diperhatikan oleh pemerintah untuk menanggulangi perluasan kekerasan

    dalam masyarakat.

    Dimanakah letak kesalahan media dalam memberitakan

    kekerasan? Berikut adalah petunjuk awal pemahaman.

    Johan Galtung, profesor studi perdamaian Norwegia mencatat ada 12

    keprihatinan yang membuat jurnalisme acapkali salah dalam

    memberitakan kekerasan, ke-12 keprihatinan itu adalah:

    4

  • 1. Kekerasan yang dekontekstual: berfokus pada hal irasional tanpa

    melihat alasan2 tentang konflik yang tak terselesaikan dan polarisasi.

    2. Dualisme: Mengurangi jumlah pihak2 yg berkonflik menjadi 2,

    padahal seringkali banyak pihak terlibat. Cerita hanya berpusat pada

    perkembangan internal, seringkali mengabaikan pihak luar atau

    kekuatan eksternal (misalnya kekuatan asing dan perusahaan2

    multinasional)

    3. Manicheanisme: melukiskan satu pihak sebagai yang baik dan yang

    lain sebagai pihak yang jahat.

    4. Armageddon: menyajikan kekerasan sebagai alternatif yang tak

    terhindarkan dan tak dapat dihilangkan.

    5. Berfokus pada tindak kekerasan individu, sementara mengabaikan

    sebab2 struktural, seperti kemiskinan, kelalaian pemerintah dan represi

    militer atau polisi.

    6. Kebingungan (confusion): berfokus hanya pada arena konflik

    (misalnya medan tempur atau lokasi peristiwa kekerasan)),tapi tidak

    pada kekuatan2 dan faktor2 yang mempengaruhi kekerasan itu.

    7. Memilah dan mengabaikan: tidak pernah menjelaskan mengapa

    terjadi tindakan balas dendam dan spiral kekerasan.

    8. Gagal melakukan investigasi mengenai sebab2 peningkatan dan

    dampak pelaporan media itu sendiri.

    9. Gagal melakukan investigasi mengenai tujuan2 intervesionis luar,

    terutama negara2 besar.

    10. Gagal melakukan investigasi mengenai proposal2 perdamaian dan

    tawaran citra damai.

    11. Bingung mengenai gencatan senjata dan perundingan dengan

    perdamaian yang aktual.

    12. Mengabaikan rekonsiliasi: konflik cenderung pecah lagi apabila

    tidak diperhatikan upaya2 rehabilitasi masyarakat yang sudah terpecah.

    Apabila upaya2 menyelesaikan konflik tidak ada, maka fatalisme makin

    diperkuat. Hal itu dapat mengakibatkan bahkan lebih keras, apabila

    orang tidak lagi memiliki gambaran atau informasi tentang

    kemungkinan perdamaian dan rehabilitasi.

    2. Indonesia

    Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang

    terbentang di khatulistiwa sepanjang 3200 mil (5.120 km2) dan terdiri atas

    13.667 pulau besar dan kecil. Nama Indonesia berasal dari bahasa Yunani,

  • yaitu Indo yang berarti Indoa dan Nesia yang berarti kepulauan. Indonesia

    juga merupakan 1/5 populasi terbesar di dunia dengan penduduk yang

    berasal dari ras Melayu dan Polinesia serta terdiri dari 300 suku dan

    cabangnya yang masing-masing suku memiliki tradisi sendiri.

    Fakta dan statistik di bawah ini akan membuktikan bahwa diperlukan

    intervensi bersama terhadap persoalan ini.

    Komnas Perempuan mencatat 105.103 kasus kekerasan terhadap

    perempuan yang ditangani oleh 384 lembaga pengada layanan

    sepanjang pada tahun 2010.

    Jawa adalah wilayah dengan korban kekerasan terhadap perempuan

    tertinggi, disusul Sumatera dan Kalimantan.

    Di Indonesia, setiap hari 20 perempuan menjadi korban kekerasan

    seksual.

    50 persen kasus kekekerasan seksual di Indonesia adalah perkosaan.

    2. Dunia

    Dunia ciptaan Tuhan tempat mahluk ciptaan-nya tinggal hanyalah

    salah satu dari sekian banyak ciptaan Tuhan yang sangta sempurna. Di atas

    bumi ini kita bisa menemukan banyak sekali kehidupan, belum lagi

    didalam bumi yang terdapat kandungan banyak sekali mineral yang

    nilainya sungguh luar biasa. Namun pada dasarnya apakah kita sudah tahu

    pengertian dan definisi dari dunia itu sendiri? Berikut ini adalah pengertian

    dan definisi dunia yang diambil dari beberapa sumber:

    * Menurut Kamus Besar:

    - Dunia adalah bumi dengan segala sesuatu yang terdapat di atasnya,

    planet tempat kita hidup

    - Dunia adalah alam kehidupan

    - Dunia adalah semua manusia yang ada di muka bumi

    - Dunia adalah lingkungan atau lapangan kehidupan

    - Dunia adalah segala yang bersifat kebendaan, yang tidak kekal

    - Dunia adalah peringkat antar bangsa (seluruh jagat atau segenap

    manusia)

    5

  • * Menurut perspektif Tasawuf

    Dunia adalah segala sesuatu selain Allah dan atau tidak memiliki nilai

    'Ilahiyya' karena dalam kenyataannya ada sesuatu berupa materi duniawi,

    tetapi memiliki nilai ukhrawi, karena murninya niat, hanya untuk-Nya.

    * Menurut Yohanes (16:33)

    Dunia adalah hal yang mempresentasikan kuasa-kuasa sosial dan budaya

    dalam masyarakat.

    * Menurut Murtadha Muthahhari

    Dunia adalah fase persiapan, pelatihan, dan penyempurnaan manusia.

    * Menurut Ahzami Samiun Jazuli, DR

    Dunia merupakan penjara bagi orang mukmin dan ia merupakan surga

    bagi orang kafir.

    Fakta dan statistik di bawah ini akan membuktikan bahwa diperlukan

    intervensi bersama terhadap persoalan ini:

    Di Kanada, hanya 10% kasus kekerasan seksual yang dilaporkan ke

    Polisi.

    Setiap menit, 1,3 perempuan dewasa diperkosa di Amerika Serikat

    Saat terjadi konflik di Rwanda, tercatat antara 250.000 sampai 500.000

    perempuan diperkosa. Dalam perang, perkosaan digunakan sebagai

    salah satu senjata.

    Setiap 17 detik, satu orang perempuan diperkosa di Afrika Selatan.

    Jumlah ini tidak termasuk kasus perkosaan terhadap anak.

    Berdasarkan data Bank Dunia, Perempuan yang berumur antara 15-44

    tahun lebih berisiko jadi korban perkosaan atau kekerasan dalam rumah

    tangga daripada kanker, kecelakaan, perang atau malaria.

    1 dari 3 perempuan di dunia dianiaya, dipaksa berhubungan seks atau

    bentuk lainnya oleh pasangannya selama masa hidupnya.

    6

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    1. Pendekatan Penelitian

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode

    Analisis Isi (Al). Analisis isi berupaya mengungkap berbagai informasi

    yang terkandung dalam pemberitaan di media massa berkaitan dengan

    tindak kekerasan.

    2. Objek Penelitian

    Objek Penelitian ini adalah berita-berita yang dimuat di media massa

    (contoh Sindo, Kompas, dan Tempo)

    3. Teknik Pengambilan Sampel

    Sampel surat kabar diambil secara acak (simple random sampling),

    yaitu surat kabar yang terbit pada bulan April sampai Mei 2014. Berita

    dengan kasus yang sama dan dimuat oleh lebih satu media hanya diambil

    salah satu saja.

    4. Metode Pengumpulan Data

    Dalam penelitian ini metode pengumpulan datanya adalah metode

    dokumentasi, yaitu berita-berita tentang kekerasan yang dimuat dalam

    surat kabar Sindo, Kompas, dan Tempo (sesuai dengan yang telah

    disebutkan dalam objek penelitian) dalam kurun waktu April sampai Mei

    2014.

    7

  • BAB IV

    PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

    Penelitian ini dilaksanakan dengan menganalisis berita kekerasan yang

    dimuat di harian Sindo, Kompas, dan Tempo. Sampel diambil secara acak untuk

    empat edisi setiap minggunya. Jumlah kasus kekerasan yang dapat dianalisis

    sebanyak 38 kasus. Berikut ini disajikan hasil analisis pengolahan data dari 38

    kasus kekerasan. Data disajikan berdasarkan pengolahan sebagai berikut.

    Tabel 1 Jenis-jenis Kekerasan

    No Variabel Jumlah Berita

    Total % Sindo Kompas Tempo

    1. Perkelahian 3 0 0 3 7,89

    2. Pemukulan 2 0 0 2 5,26

    3. KDRT 0 0 0 0 0

    4. Penyiksaan 2 1 1 4 10,53

    5. Perusakan 1 1 0 2 5,26

    6. Pembunuhan 5 8 2 15 39,47

    7. Kekerasan seksual 0 1 5 6 15,79

    8. Kekerasan lain 6 0 0 6 15,79

    Jumlah 19 11 8 38 100

    Tabel 2 Jenis Kelamin Pelaku Kekerasan

    No Variabel Jumlah Berita

    Total % Sindo Kompas Tempo

    1. Laki-laki 9 5 7 21 55,26

    2. Perempuan 1 0 1 2 5,26

    3.

    Laki-laki dan

    perempuan 1 6 0 7

    18,42

    4. Tidak diketahui 8 0 0 8 21,05

    Jumlah 19 11 8 38 100

    8

  • Tabel 3 Usia Pelaku Kekerasan

    No. Variabel Jumlah Berita

    Total % Sindo Kompas Tempo

    1. 0 6 tahun 0 0 0 0 0

    2. 6 12 tahun 1 1 1 3 7,89

    3. 13 20 tahun 3 2 2 7 18,42

    4. 20 30 tahun 3 2 2 7 18,42

    5. 30 50 tahun 5 3 3 11 28,95

    6. 50 tahun ke atas 1 1 0 2 5,26

    7. Tidak diketahui 2 2 0 4 10,53

    Jumlah 19 11 8 38 100

    Tabel 4 Jenis Kelamin Korban

    No. Variabel Jumlah Berita

    Total % Sindo Kompas Tempo

    1. Laki-laki 3 4 3 10 26,32

    2. Perempuan 7 5 4 16 42,11

    3. Laki-laki dan

    perempuan 4 2 1 7 18,42

    4. Tidak diketahui 5 0 0 5 13,16

    Jumlah 19 11 8 38 100

    Tabel 5 Usia Korban

    No. Variabel Jumlah Berita

    Total % Sindo Kompas Tempo

    1. 0 6 tahun 0 2 1 3 7,89

    2. 6 12 tahun 4 3 2 9 23,68

    3. 13 20 tahun 3 2 3 8 21,05

    4. 20 30 tahun 3 3 1 7 18,42

    5. 30 50 tahun 5 1 0 6 15,79

    6. 50 tahun ke atas 2 0 0 2 5,26

    7. Tidak diketahui 2 0 1 3 7,89

    Jumlah 19 11 8 38 100

    9

  • Tabel 6 Penyebab Kekerasan

    No. Variabel Jumlah Berita

    Total % Sindo Kompas Tempo

    1. Salah paham 2 3 1 6 15,79

    2. Balas dendam 6 0 0 6 15,79

    3. Perebutan lahan 1 1 1 3 7,89

    4. Kriminal 4 3 0 7 18,42

    5. Lainnya 6 4 6 16 42,11

    Jumlah 19 11 8 38 100

    Tabel 7 Tempat Terjadinya Kekerasan

    No. Variabel Jumlah Berita

    Total % Sindo Kompas Tempo

    1. Rumah 4 2 2 8 21,05

    2. Sekolah 4 4 2 10 26,32

    3. Tempat kerja 2 0 0 2 5,26

    4. Jalan raya 6 2 3 11 28,95

    5. Tempat ibadah 0 0 1 1 2,63

    6. Lainnya 3 3 0 6 15,79

    Jumlah 19 11 8 38 100

    Tabel 8 Waktu Kejadian

    No. Variabel Jumlah Berita

    Total % Sindo Kompas Tempo

    1. Pagi 2 0 2 4 10,53

    2. Siang 4 3 2 9 23,68

    3. Sore 3 2 2 7 18,42

    4. Malam 6 4 1 11 28,95

    5. Tidak diketahui 4 2 1 7 18,42

    Jumlah 19 11 8 38 100

    10

  • Tabel 9 Hubungan Korban dengan Pelaku

    No. Variabel Jumlah Berita

    Total % Sindo Kompas Tempo

    1. Anak 0 0 0 0 0

    2. Orangtua 0 0 0 0 0

    3. Adik/kakak 0 0 0 0 0

    4. Ipar 0 0 0 0 0

    5. Tetangga 0 0 1 1 2,63

    6. Murid 6 7 2 15 39,47

    7. Suami/istri 0 0 0 0 0

    8. Pembantu rumah

    tangga/majikan 0 0 0 1 2,63

    9. Teman 3 0 2 5 13,16

    10. Kekasih 1 0 0 1 2,63

    11. Tidak diketahui 9 3 3 15 39,47

    Jumlah 19 11 8 38 100

    Tabel 10 Penyelesaian

    No. Variabel Jumlah Berita

    Total % Sindo Kompas Tempo

    1. Kekeluargaan 3 0 0 3 7,89

    2. Mediasi 0 0 0 0 0

    3 Proses Hukum 9 5 7 21 55,26

    4. Tidak Diketahui 7 6 1 14 36,84

    Jumlah 19 11 8 38 100

    Berdasarkan pengolahan data di atas, hasil penelitian dapat digambarkan

    sebagai berikut.

    1. Jenis Kekerasan

    Variabel jenis kekerasan merupakan data yang ditampilkan dalam

    pemberitaan yang dimuat di harian Sindo, Kompas, dan Tempo.

    11

  • Gambar 1 menunjukkan bahwa kekerasan yang paling tinggi adalah

    Pembunuhan sebesar 39%. Yang cukup tinggi adalah kekerasan seksual dan

    kekerasan lainnya (masing-masing 16%). Bentuk kekerasan lainnya ditemukan

    fakta seperti ancaman, teror, pemaksaan, penembakkan. Sedangkan, kekerasan

    yang jarang terjadi bahkan tidak terjadi sama sekali yaitu KDRT sebesar 0%,

    perusakan 5%, pemukulan 5% dan perkelahian 8%.

    2. Jenis Kelamin Pelaku

    Jenis kelamin pelaku merupakan variabel yang selalu ditampilkan dalam

    pemberitaan berkaitan dengan kekerasan.

    Perkelahian 8%

    Pemukulan 5% KDRT

    0% Penyiksaan

    11% Perusakan

    5%

    Pembunuhan 39%

    Kekerasan seksual

    16%

    Kekerasan lain 16%

    Gambar 1 Jenis Kekerasan yang diberitakan dalam surat kabar

    Laki-laki 55%

    Perempuan 5%

    Laki-laki dan Perempuan

    19%

    Tidak Diketahui

    21%

    Gambar 2 Jenis Kelamin Pelaku Tindak Kekerasan

    12

  • Gambar 2 menunjukkan bahwa pelaku kekerasan yang paling banyak adalah

    laki-laki yaitu sebesar 55%, sementara perempuan sebagai pelaku 5%, laki-laki

    dan perempuan sebanyak 19% dan tidak diketahui 21%. Kekerasan yang

    dilakukan oleh kaum perempuan banyak ditemukan di rumah seperti ibu terhadap

    anaknya, atau di luar lingkungan rumah, seperti dengan teman atau kekasihnya.

    Kekerasan yang dilakukan oleh laki-laki sangat bervariasi, tetapi yang paling

    banyak adalah tindakan yang disertai dengan perbuatan kriminal bahkan sampai

    merenggut nyawa.

    3. Usia Pelaku

    Usia pelaku menunjuk pada pelaku tindak kekerasan yang diberitakan dalam

    surat kabar.

    Gambar 3 menunjukkan menunjukkan bahwa tindak kekerasan didominasi

    oleh mereka yang berusia antara 30 50 tahun (32%). Usia ini adalah usia yang

    sudah lama menjalani kehidupan berumah tangga dengan kebutuhan yang tinggi.

    Oleh sebab itu, alasan mereka melakukan kekerasan adalah keadaan ekonomi

    yang rendah. Tidak hanya itu, di usia ini menanggung beban kehidupan yang berat

    sehingga kerap kali mereka melampiaskan kemarahannya pada orang lain atau

    mengalami gangguan mental, seperti pedofilia. Pada urutan kedia adalah mereka

    yang berusia 20 - 30 tahun (21%). Usia ini adalah usia yang produktif, dengan

    tingkat kebutuhan yang semakin tinggi karena adanya kehidupan

    pascapernikahan, pemenuhan kebutuhan hidup yang tinggi, serta situasi-situasi

    emosional yang dihadapinya. Pada urutan ketiga adalah mereka yang berusia

    antara 13 sampai 20 tahun (28%). Masa ini adalah masa remaja sampai menuju

    13

    0 6 tahun 0%

    6 12 tahun

    9%

    13 20 tahun 20%

    20 30 tahun 21%

    30 50 tahun 32%

    50 tahun ke atas

    6%

    Tidak diketahui

    12%

    Gambar 3 Usia Pelaku Tindak Kekerasan

  • dewasa. Masa remaja merupakan masa-masa yang peka bagi kehidupan seseorang

    karena terjadi proses pencarian jati diri. Pada saat itulah banyak remaja yang

    menemukan situasi negatif dalam perkembangan jiwanya sehingga mendorong

    perilaku keras dalam hidupnya. Pelaku kekerasan dengan usia 6 sampai 12 tahun

    sebesar 9%. Masa ini adalah masa peralihan dari anak-anak ke remaja. Saat masa

    ini kehidupan sosial yang baik perlu untuk mereka. Karena anak-anak yang

    menuju masa remaja mudah dipengaruhi atau terpengaruh oleh lingkungan

    sekitarnya, baik dari teman sebaya ataupun orang tuanya dalam pembentukan

    moral. Tindak kekerasan jarang dilakukan oleh orang yang berusia 50 tahun

    keatas (6%) dan anak-anak yang berusia 0 sampai 6 tahun (0%)

    4. Jenis Kelamin Korban

    Jenis kelamin korban menunjukkan jumlah korban kekerasan atas dasar jenis

    kelaminnya.

    Gambar 4 menunjukkan bahwa jumlah korban kekerasan masih didominasi

    oleh kaum perempuan (42%), korban laki-laki 26%, korban laki-laki dan

    perempuan 19% dan tidak diketahui 13%. Indikasi ini menunjukkan bahwa kaum

    perempuan masih sangat rentan terhadap kejadian-kejadian kekerasan.

    Laki-laki 26%

    Perempuan 42%

    Laki-laki dan perempuan

    19%

    Tidak diketahui

    13%

    Gambar 4 Jenis Kelamin Korban

    14

  • 5. Usia Korban

    Usia korban merupakan variabel yang menunjukkan usia korban saat

    mengalami kekerasan.

    Gambar 5 menunjukkan bahwa usia korban kekerasan paling banyak adalah

    mereka yang berumur antara 6 - 12 tahun (24%). Urutan kedua dengan tingkat

    usia antara 13 - 20 tahun (21%), usia 20 - 30 tahun 18% usia 30 - 50 tahun 16%, 0

    -6 tahun 8%, tidak diketahui 8%, dan yang paling sedikit adalah 50 tahun ke atas

    5%.

    0 6 tahun 8%

    6 12 tahun 24%

    13 20 tahun 21%

    20 30 tahun 18%

    30 50 tahun 16%

    50 tahun ke atas

    5%

    Tidak diketahui

    8%

    Gambar 5 Usia Korban Tindak Kekerasan

    15

  • 6. Penyebab Terjadinya Kekerasan

    Merupakan variabel yang dimunculkan dalam surat kabar sebagai faktor

    yang menjadi sebab terjadinya kekerasan.

    Gambar 6 menunjukkan bahwa faktor penyebab terjadinya kekerasan yang

    paling besar adalah penyebab lainnya, seperti gangguan kejiwaan, cemburu, iri,

    emosi yang tidak dapat dikendalikan, dan pengaruh ajaran sesat. Dibawah itu

    adalah kriminal 18%, balas dendam dan salah paham 16%, perebutan lahan 8%.

    7. Tempat Kejadian

    Variabel yang menunjukkan wilayah dimana tindak kekerasan itu terjadi.

    Salah paham 16%

    Balas dendam 16%

    Perebutan lahan

    8%

    Kriminal 18%

    Lainnya 42%

    Gambar 6 Penyebab Tindak Kekerasan

    Rumah 21%

    Sekolah 26%

    Tempat kerja 5%

    Jalan raya 29%

    Tempat ibadah 3%

    Lainnya 16%

    Gambar 7 Tempat Kejadian Tindak Kekerasan

    16

  • Gambar 7 menunjukkan tempat kekerasan paling banyak adalah di jalan

    raya (29%). Kekerasan yang terjadi di jalan raya seperti penembakkan, tawuran,

    perkelahian, penodongan, perampokkan dan lain-lain. Pada urutan kedua tindak

    kekerasan di sekolah (26%). Bentuk tindak kekerasan di sekolah yaitu pemukulan,

    perkelahian dan kekerasan seksual. Tindak kekerasan di sekolah dilakukan oleh

    teman sebaya bahkan guru. Kekerasan juga terjadi di rumah (21%), tempat

    lainnya (16%) seperti sawah, area perkebunan dan tempat hiburan, kekerasan di

    tempat kerja (5%) dan tempat ibadah (3%). Wujud dari kekerasan di tempat

    Ibadah berupa perusakan tempat ibadah dengan segala fasilitasnya.

    8. Waktu Kejadian

    Variabel yang dimuat dalam surat kabar yang menunjukkan kapan

    peristiwa itu terjadi.

    Gambar 10 menunjukkan bahwa waktu tertinggi terjadinya tindak

    kekerasan adalah malam hari (29%), disusul siang hari (24%), sore hari (18%),

    tidak diketahui waktunya (18%), dan pagi hari (11%). Penyebab tidak diketahui

    waktu terjadinya tindak kekerasan karena hanya ditemukan korban sebagai akibat

    dari tindak kekerasan sedangkan si pelaku belum diketahui.

    Pagi 11%

    Siang 24%

    Sore 18%

    Malam 29%

    Tidak diketahui

    18%

    Gambar 8 Waktu terjadinya Tindak Kekerasan

    17

  • 9. Hubungan Korban dengan Pelaku

    Variabel yang dimuat di surat kabar yang menunjukkan hubungan antara

    korban dengan pelaku. Dalam penelitian ini tidak ditunjukkan secara spesifik

    mana yang menjadi korban dan mana yang menjadi pelaku. Penelitian hanya

    menunjukkan adanya atau tidak adanya hubungan antara korban dengan pelaku.

    Gambar 9 menunjukkan hubungan antara korban kekerasan dengan pelaku

    tindakan. Presentase tertinggi hubungan korban dengan pelaku yaitu sebagai

    murid (39%) dan tidak diketahui (39%), urutan selanjutnya teman (13%), dan

    tetangga (3%). Hasil survey kelompok kami tidak menemukan sama sekali pelaku

    atau korban yang mempunyai hubungan keluarga, seperti orang tua, anak,

    adik/kakak, dan ipar. Namun, pada umumnya dalam tindak kekerasan antara

    pelaku dan korban telah saling mengenal.

    Anak 0%

    Orangtua 0% Adik/kakak

    0% Ipar 0%

    Tetangga 3%

    Murid 39%

    Suami/istri 0%

    Pembantu rumah tangga/ majikan

    3%

    Teman 13%

    Kekasih 3%

    Tidak diketahui 39%

    Gambar 9 Hubungan Korban dengan Pelaku

    18

  • 10. Penyelesaian

    Variabel yang menunjukkan proses tindak lanjut dari terjadinya kekerasan

    yang dimuat di surat kabar.

    Gambar 10 menunjukkan bahwa dalam penyelesaian terhadap adanya

    perilaku tindak kekerasan, mayoritas menempuh jalur hukum (55%). Penyelesaian

    jalur hukum dinilai dapat memberikan efek jera kepada pelaku dan adanya

    kepastian hukum, baik bagi pelaku atau korban. Sedangkan penyelesaian dengan

    kekeluargaan sebesar (8%). Dari hasil survey kami, tidak ada yang menyelesaikan

    tindak kekerasan dengan proses mediasi. Penyelesaian yang tidak diketahui

    caranya sebesar 37%. Hal ini disebabkan karena kelaurga korban baru mengetahui

    tindak kekerasan terjadi dan si pelaku belum diketahui.

    Kekeluargaan 8% Mediasi

    0%

    Proses Hukum 55%

    Tidak diketahui 37%

    Gambar 10 Penyelesaian Tindak Kekerasan

    19

  • BAB V

    PENUTUP

    1. Kesimpulan

    Dari hasil analisis isi, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.

    a. Pembunuhan merupakan kasus yang banyak ditemukan dalam masalah

    perilaku kekerasan.

    b. Pelaku tindak kekerasan didominasi oleh kaum laki-laki dan perempuan

    mendominasi sebagai korban.

    c. Tindak kekerasan banyak dilakukan oleh mereka yang berusia antara 30

    sampai 50 tahun dengan korban 6 sampai 12 tahun.

    d. Tindak kekerasan banyak dipicu karena hal lainnya seperti seperti

    gangguan kejiwaan, cemburu, iri, emosi yang tidak dapat dikendalikan, dan

    pengaruh ajaran sesat.

    e. Kekerasan banyak terjadi di jalan raya.

    f. Pada umumnya dalam tindak kekerasan pelaku dan korban saling

    mengenal.

    g. Proses hukum menjadi piihan yang banyak dipilih dalam menyelesaikan

    kasus-kasus kekerasan.

    3. Saran

    Berhati-hati dan waspada terhadap lingkungan dan orang-orang sekitar

    sangat diperlukan. Dalam banyak kasus kekerasan, antara korban dan pelaku

    pada umumnya telah saling mengenal. Oleh karena itu, harus berhati-hati

    dalam bergaul dan tidak memberi kesempatan terjadinya tindak kekerasan.

    Cara kekeluargaan dipandang baik untuk menyelesaikan kasus kekerasan

    tertentu. Cara hukum ditempuh untuk memberi efek jera kepada pelaku dan

    adanya kepastian hukum, baik bagi pelaku maupun korban.

    20

  • DAFTAR PUSTAKA

    2014. SINDO.COM, April 2014.

    2014. SINDO.COM, Mei 2014.

    2014. KOMPAS.COM, April 2014.

    2014. KOMPAS.COM, Mei 2014.

    2014. TEMPO.COM, April 2014.

    2014. TEMPO.COM, Mei 2014.

    https://asiaaudiovisualra09gunawanwibisono.wordpress.com/2009/07/05/pengerti

    an-kekerasan/

    http://obr-indonesia.org/2014/01/fakta-dan-angka-kekerasan-seksual/

    21