Makalah Kekerasan Terhadap Perempuan

26
KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan semata- mata kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KEKERASAN PADA ISTRI DALAM RUMAH TANGGABERDAMPAK TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI ”. Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Epidemiologi. Kami berharap, makalah ini dapat memberi manfaat kepada semua pihak, khususnya bagi penulis. Tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak kami belum tentu mampu untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu kami haturkan terima kasih. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan sangat kami harapkan. Bandung, 25 November 2015 Penyusun i

description

kekerasan pada perempuan di rumah tangga

Transcript of Makalah Kekerasan Terhadap Perempuan

Page 1: Makalah Kekerasan Terhadap Perempuan

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan semata-mata kepada Allah

Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang karena atas limpahan rahmat dan

karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KEKERASAN

PADA ISTRI DALAM RUMAH TANGGABERDAMPAK TERHADAP

KESEHATAN REPRODUKSI ”. Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah

satu tugas dalam mata kuliah Epidemiologi.

Kami berharap, makalah ini dapat memberi manfaat kepada semua pihak,

khususnya bagi penulis. Tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak

kami belum tentu mampu untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu kami

haturkan terima kasih.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat

kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari berbagai pihak

yang bersifat membangun demi kesempurnaan sangat kami harapkan.

Bandung, 25 November 2015

Penyusun

i

Page 2: Makalah Kekerasan Terhadap Perempuan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar belakang........................................................................................................1

B. Rumusan masalah..................................................................................................2

C. Tujuan....................................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN....................................................................................................3

A. Kekerasan Terhadap Perempuan...........................................................................3

B. Bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan...................................................4

C. Faktor-faktor yang mendorong terjadi tindak kekerasan dalam rumah tangga....5

D. Dampak kekerasan terhadap kesehatan reproduksi..............................................6

E. Issu tentang kekerasan dalam rumah tangga.........................................................8

F. Implikasi keperawatan yang dapat diberikan untuk menolong kaum perempuan dari tindak kekerasan dalam rumah tangga.................................................................12

G. Studi kasus dan asuhan keperawatan..................................................................12

BAB 3 PENUTUP............................................................................................................13

A. Kesimpulan...........................................................................................................13

B. Saran....................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15

ii

Page 3: Makalah Kekerasan Terhadap Perempuan

BAB 1PENDAHULUAN

A. Latar belakangTindak kekerasan di dalam rumah tangga (domestic violence) merupakan

jenis kejahatan yang kurang mendapatkan perhatian dan jangkauan hukum.

Tindak kekerasan di dalam rumah tangga pada umumnya melibatkan pelaku

dan korban diantara anggota keluarga di dalam rumah tangga, sedangkan

bentuk tindak kekerasan bisa berupa kekerasan fisik dan kekerasan verbal

(ancaman kekerasan). Pelaku dan korban tindak kekerasan didalam rumah

tangga bisa menimpa siapa saja, tidak dibatasi oleh strata, status sosial,

tingkat pendidikan, dan suku bangsa.

Tindak kekerasan pada istri dalam rumah tangga merupakan masalah

sosial yang serius, akan tetapi kurang mendapat tanggapan dari masyarakat

dan para penegak hukum karena beberapa alasan, pertama: ketiadaan statistik

kriminal yang akurat, kedua: tindak kekerasan pada istri dalam rumah tangga

memiliki ruang lingkup sangat pribadi dan terjaga privacynya berkaitan

dengan kesucian dan keharmonisan rumah tangga (sanctitive of the home),

ketiga: tindak kekerasan pada istri dianggap wajar karena hak suami sebagai

pemimpin dan kepala keluarga, keempat: tindak kekerasan pada istri dalam

rumah tangga terjadi dalam lembaga legal yaitu perkawinan. (Hasbianto,

1996)

Perspektif gender beranggapan tindak kekerasan terhadap istri dapat

dipahami melalui konteks sosial. Menurut Berger (1990), perilaku individu

sesungguhnya merupakan produk sosial, dengan demikian nilai dan norma

yang berlaku dalam masyarakat turut membentuk prilaku individu artinya

apabila nilai yang dianut suatu masyarakat bersifat patriakal yang muncul

adalah superioritas laki-laki dihadapan perempuan, manifestasi nilai tersebut

dalam kehidupan keluarga adalah dominasi suami atas istri.

1

Page 4: Makalah Kekerasan Terhadap Perempuan

B. Rumusan masalah1. Bagaimana konsep kekerasan terhadap perempuan?

2. Bagaimana bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan?

3. Bagaimana factor-faktor yang mendorong tindak kekerasan?

4. Bagaimana dampak kekerasan terhadap kesehatan reproduksi?

5. Bagaimana issue tentang kekerasan dalam rumah tangga?

6. Bagaimana implikasi keperawatan yang dapat diberikan?

7. Bagaimana studi kasus dan asuhan keperawatan?

C. Tujuan1. Untuk mengetahui bagaimana konsep kekerasan terhadap perempuan.

2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk-bentuk kekerasan terhadap

perempuan.

3. Untuk mengetahui bagaimana factor-faktor yang mendorong tindak

kekerasan.

4. Untuk mengetahui bagaimana dampak kekerasan terhadap kesehatan

reproduksi.

5. Untuk mengetahui bagaimana issue tentang kekerasan dalam rumah

tangga.

6. Untuk mengetahui bagaimana implikasi keperawatan yang dapat

diberikan.

7. Untuk mengetahui bagaimana studi kasus dan asuhan keperawatan.

2

Page 5: Makalah Kekerasan Terhadap Perempuan

BAB 2PEMBAHASAN

A. Kekerasan Terhadap PerempuanKomnas Perempuan (2001) menyatakan bahwa kekerasan terhadap

perempuan adalah segala tindakan kekerasan yang dilakukan terhadap

perempuan yang berakibat atau kecenderungan untuk mengakibatkan kerugian

dan penderitaan fisik, seksual, maupun psikologis terhadap perempuan, baik

perempuan dewasa atau anak perempuan dan remaja. Termasuk didalamnya

ancaman, pemaksaan maupun secara sengaja meng-kungkung kebebasan

perempuan. Tindakan kekerasan fisik, seksual, dan psikologis dapat terjadi

dalam lingkungan keluarga atau masyarakat.

Kekerasan dalam rumah tangga menurut Undang-undang RI no. 23 tahun

2004 adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang

berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,

psikologis, dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk

melakukan perbuatan, pemaksaan, atau pe-rampasan kemerdekaan secara

melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

Tindakan kekerasan terhadap istri dalam rumah tangga merupakan salah

satu bentuk kekerasan yang seringkali terjadi pada perempuan dan terjadi di

balik pintu tertutup. Tindakan ini seringkali dikaitkan dengan penyiksaan baik

fisik maupun psikis yang dilakukan oleh orang yang mempunyai hubungan

yang dekat.

Tindak kekerasan terhadap istri dalam rumah tangga terjadi dikarenakan

telah diyakini bahwa masyarakat atau budaya yang mendominasi saat ini

adalah patriarkhi, dimana laki-laki adalah superior dan perempuan inferior

sehingga laki-laki dibenarkan untuk menguasai dan mengontrol perempuan.

Hal ini menjadikan perempuan tersubordinasi. Di samping itu, terdapat

interpretasi yang keliru terhadap stereotipi jender yang tersosialisasi amat

lama dimana perempuan dianggap lemah, sedangkan laki-laki, umumnya lebih

kuat. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Sciortino dan Smyth, 1997; Suara

3

Page 6: Makalah Kekerasan Terhadap Perempuan

APIK,1997, bahwa menguasai atau memukul istri sebenarnya merupakan

manifestasi dari sifat superior laki-laki terhadap perempuan.

Kecenderungan tindak kekerasan dalam rumah tangga terjadinya karena

faktor dukungan sosial dan kultur (budaya) dimana istri di persepsikan orang

nomor dua dan bisa diperlakukan dengan cara apa saja. Hal ini muncul karena

transformasi pengetahuan yang diperoleh dari masa lalu, istri harus nurut kata

suami, bila istri mendebat suami, dipukul. Kultur di masyarakat suami lebih

dominan pada istri, ada tindak kekerasan dalam rumah tangga dianggap

masalah privasi, masyarakat tidak boleh ikut campur.

Saat ini dengan berlakunya undang-undang anti kekerasan dalam rumah

tangga disetujui tahun 2004, maka tindak kekerasan dalam rumah tangga

bukan hanya urusan suami istri tetapi sudah menjadi urusan publik. Keluarga

dan masyarakat dapat ikut mencegah dan mengawasi bila terjadi kekerasan

dalam rumah tangga.

B. Bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuanMenurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tindak kekerasan terhadap

istri dalam rumah tangga dibedakan kedalam 4 (empat) macam:

1. Kekerasan fisik

Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit,

jatuh sakit atau luka berat. Prilaku kekerasan yang termasuk dalam

golongan ini antara lain adalah menampar, memukul, meludahi, menarik

rambut (menjambak), menendang, menyudut dengan rokok,

memukul/melukai dengan senjata, dan sebagainya. Biasanya perlakuan ini

akan nampak seperti bilur-bilur, muka lebam, gigi patah atau bekas luka

lainnya.

2. Kekerasan psikologis / emosional

Kekerasan psikologis atau emosional adalah perbuatan yang

mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya

kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya dan / atau penderitaan

psikis berat pada seseorang.

4

Page 7: Makalah Kekerasan Terhadap Perempuan

Perilaku kekerasan yang termasuk penganiayaan secara emosional

adalah penghinaan, komentar-komentar yang menyakitkan atau

merendahkan harga diri, mengisolir istri dari dunia luar, mengancam

atau ,menakut-nakuti sebagai sarana memaksakan kehendak.

3. Kekerasan seksual

Kekerasan jenis ini meliputi pengisolasian (menjauhkan) istri dari

kebutuhan batinnya, memaksa melakukan hubungan seksual, memaksa

selera seksual sendiri, tidak memperhatikan kepuasan pihak istri.

4. Kekerasan ekonomi

Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah

tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena

persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan

atau pemeliharaan kepada orang tersebut. Contoh dari kekerasan jenis ini

adalah tidak memberi nafkah istri, bahkan menghabiskan uang istri.

C. Faktor-faktor yang mendorong terjadi tindak kekerasan dalam rumah tangga

Strauss A. Murray mengidentifikasi hal dominasi pria dalam konteks

struktur masya-rakat dan keluarga, yang memungkinkan terjadinya kekerasan

dalam rumah tangga (marital violence) sebagai berikut:

1. Pembelaan atas kekuasaan laki-laki

Laki-laki dianggap sebagai superioritas sumber daya dibandingkan

dengan wanita, sehingga mampu mengatur dan mengendalikan wanita.

2. Diskriminasi dan pembatasan dibidang ekonomi

Diskriminasi dan pembatasan kesempatan bagi wanita untuk

bekerja mengakibatkan wanita (istri) ketergantungan terhadap suami, dan

ketika suami kehilangan pekerjaan maka istri mengalami tindakan

kekerasan.

3. Beban pengasuhan anak

Istri yang tidak bekerja, menjadikannya menanggung beban

sebagai pengasuh anak. Ketika terjadi hal yang tidak diharapkan terhadap

5

Page 8: Makalah Kekerasan Terhadap Perempuan

anak, maka suami akan menyalah-kan istri sehingga tejadi kekerasan

dalam rumah tangga.

4. Wanita sebagai anak-anak

konsep wanita sebagai hak milik bagi laki-laki menurut hukum,

mengakibatkan kele-luasaan laki-laki untuk mengatur dan mengendalikan

segala hak dan kewajiban wanita. Laki-laki merasa punya hak untuk

melakukan kekerasan sebagai seorang bapak melakukan kekerasan

terhadap anaknya agar menjadi tertib.

5. Orientasi peradilan pidana pada laki-laki

Posisi wanita sebagai istri di dalam rumah tangga yang mengalami

kekerasan oleh suaminya, diterima sebagai pelanggaran hukum, sehingga

penyelesaian kasusnya sering ditunda atau ditutup. Alasan yang lazim

dikemukakan oleh penegak hukum yaitu adanya legitimasi hukum bagi

suami melakukan kekerasan sepanjang bertindak dalam konteks harmoni

keluarga.

D. Dampak kekerasan terhadap kesehatan reproduksiKesehatan reproduksi menurut ICPD (1994) adalah suatu keadaan

sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari

penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem

reproduksi, serta fungsi dan prosesnya.

Masalah kesehatan perempuan merupakan masalah penting dan serius

karena sejak dua dekade terakhir Angka Kematian Ibu (AKI) tidak pernah

turun. Berdasarkan hasil penelitian SKRT (2000) AKI sebesar 396 / 100000,

Aborsi tidak aman berkontribusi terhadap AKI : 11-17 % (Herdayati, 2002),

bisa mencapai 50 % (Azrul Azwar, 2003). Angka aborsi 2-2,3 juta/tahun

(Utomo, 2001), pelaku Aborsi 87 % wanita kawin, penyebab : 57,5 %

Psikososial dan 36 % gagal KB (YKP, 2002).

Menurut Suryakusuma (1995) efek psikologis penganiayaan bagi banyak

perempuan lebih parah dibanding efek fisiknya. Rasa takut, cemas, letih,

kelainan stress post traumatic, serta gangguan makan dan tidur merupakan

reaksi panjang dari tindak kekerasan. Namun, tidak jarang akibat tindak

6

Page 9: Makalah Kekerasan Terhadap Perempuan

kekerasan terhadap istri juga meng-akibatkan kesehatan reproduksi terganggu

secara biologis yang pada akhirnya meng-akibatkan terganggunya secara

sosiologis. Istri yang teraniaya sering mengisolasi diri dan menarik diri karena

berusaha menyembunyikan bukti penganiayaan mereka.

Sehubungan dengan dampak tindak kekerasan terhadap kehidupan seksual

dan repro-duksi perempuan, penelitian yang dilakukan oleh Rance (1994)

yang dikutip oleh Heise, Moore dan Toubia (1995) kekerasan dan dominasi

laki-laki dapat membatasi dan membentuk kehidupan seksual dan reproduksi

perempuan. Selain itu, laki-laki juga sangat berpengaruh dalam pengambilan

keputusan tentang alat kontrasepsi yang dipakai oleh pasangannya.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan di Norwegia oleh Schei dan Bakketeig

(1989) yang dikutip oleh Heise, Moore dan Toubia (1995) juga menyatakan

bahwa perempuan yang tinggal dengan pasangan yang suka melakukan tindak

kekerasan menunjukkan masalah-masalah ginekologis yang lebih berat ketim-

bang dengan yang tinggal dengan pasangan/suami normal ; bahkan problem

gineko-logis ini bisa berlanjut dalam rasa sakit terus menerus.

Tindak kekerasan terhadap istri perlu diungkap untuk mencari alternatif

pemberdayaan bagi istri agar terhindar dari tindak kekerasan yang tidak

semestinya terjadi demi terwujudnya hak perempuan untuk memperoleh

kesehatan reproduksi yang sehat.

Perempuan terganggu kesehatan reproduksinya bila pada saat tidak hamil

mengalami gangguan menstruasi seperti menorrhagia, hipomenorrhagia atau

metrorhagia bahkan wanita dapat mengalami menopause lebih awal, dapat

mengalami penurunan libido, ketidakmampuan mendapatkan orgasme, akibat

tindak kekerasan yang dialaminya.

Di seluruh dunia satu diantara empat perempuan hamil mengalami

kekerasan fisik dan seksual oleh pasangannya. Pada saat hamil, dapat terjadi

keguguran / abortus, persalinan imatur dan bayi meninggal dalam rahim.

Pada saat bersalin, perempuan akan mengalami penyulit persalinan seperti

hilangnya kontraksi uterus, persalinan lama, persalinan dengan alat bahkan

7

Page 10: Makalah Kekerasan Terhadap Perempuan

pembedahan. Hasil dari kehamilan dapat melahirkan bayi dengan BBLR,

terbelakang mental, bayi lahir cacat fisik atau bayi lahir mati.

Dampak lain yang juga mempengaruhi kesehatan organ reproduksi istri

dalam rumah tangga diantaranya adalah perubahan pola fikir, emosi dan

ekonomi keluarga. Dampak terhadap pola fikir istri. Tindak kekerasan juga

berakibat mempengaruhi cara berfikir korban, misalnya tidak mampu berfikir

secara jernih karena selalu merasa takut, cenderung curiga (paranoid), sulit

mengambil keputusan, tidak bisa percaya kepada apa yang terjadi. Istri yang

menjadi korban kekerasan memiliki masalah kesehatan fisik dan mental dua

kali lebih besar dibandingkan yang tidak menjadi korban termasuk tekanan

mental, gangguan fisik, pusing, nyeri haid, terinfeksi penyakit menular.

Dampak terhadap ekonomi keluarga. Dampak lain dari tindakan kekerasan

meskipun tidak selalu adalah persoalan ekonomi, menimpa tidak saja

perempuan yang tidak bekerja tetapi juga perempuan yang mencari nafkah.

Seperti terputusnya akses ekono-mi secara mendadak, kehilangan kendali

ekonomi rumah tangga, biaya tak terduga untuk hunian, kepindahan,

pengobatan dan terapi serta ongkos perkara.

Dampak terhadap status emosi istri. Istri dapat mengalami depresi,

penyalahgunaan / pemakaian zat-zat tertentu (obat-obatan dan alkohol),

kecemasan, percobaan bunuh diri, keadaan pasca trauma dan rendahnya

kepercayaan diri.

E. Issu tentang kekerasan dalam rumah tanggaIsu penindasan terhadap wanita terus menerus menjadi perbincangan

hangat. Salah satunya adalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Perjuangan penghapusan KDRT nyaring disuarakan organisasi, kelompok atau

bahkan negara yang meratifikasi konvensi mengenai penghapusan segala

bentuk diskriminasi terhadap perempuan (Convention on the Elimination of

All Form of Discrimination/CEDAW) melalui Undang-undang No 7 tahun

1984. Juga berdasar Deklarasi Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan

yang dilahirkan PBB tanggal 20 Desember 1993 dan telah di artifikasi oleh

8

Page 11: Makalah Kekerasan Terhadap Perempuan

pemerintah Indonesia. Bahkan di Indonesia telah disahkan Undang-undang No

23 Tahun 2004 tentang ‘Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga’.

Perjuangan penghapusan KDRT berangkat dari fakta banyaknya kasus

KDRT yang terjadi dengan korban mayoritas perempuan dan anak-anak. Hal

ini berdasarkan sejumlah temuan Komisi Nasional Anti-Kekerasan terhadap

Perempuan (Komnas Perempuan) dari berbagai organisasi penyedia layanan

korban kekerasan.

Tanggal 22 September 2004 merupakan tanggal bersejarah bagi bangsa

Indonesia. Pada tanggal tersebut, perjuangan perempuan Indonesia, terutama

yang tergabung dalam Jaringan Advokasi Kebijakan Penghapusan Kekerasan

Terhadap Perempuan (Jangka-PKTP), yang merupakan gabungan LSM

perempuan se-Indonesia, membuahkan hasil disahkannya RUU Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga menjadi UU.

Kelompok mencoba mengidentifikasikan faktor-faktor yang menyebabkan

terjadinya kekerasan dalam rumah tangga yaitu pertama faktor pembelaan atas

kekuasaan laki-laki dimana laki-laki dianggap sebagai superioritas sumber

daya dibandingkan dengan wanita, sehingga mampu mengatur dan

mengendalikan wanita. Kedua, faktor Diskriminasi dan pembatasan dibidang

ekonomi, dimana diskriminasi dan pembatasan kesempatan bagi perempuan

untuk bekerja mengakibatkan perempuan (istri) ketergantungan terhadap

suami, dan ketika suami kehilangan pekerjaan maka istri mengalami tindakan

kekerasan. Ketiga, faktor beban pengasuhan anak dimana istri yang tidak

bekerja, menjadikannya menanggung beban sebagai pengasuh anak. Ketika

terjadi hal yang tidak diharapkan terhadap anak, maka suami akan menyalah-

kan istri sehingga tejadi kekerasan dalam rumah tangga. Keempat yaitu faktor

wanita sebagai anak-anak, dimana konsep wanita sebagai hak milik bagi laki-

laki menurut hukum, mengakibatkan keleluasaan laki-laki untuk mengatur dan

mengendalikan segala hak dan kewajiban wanita. Laki-laki merasa punya hak

untuk melakukan kekerasan sebagai seorang bapak melakukan kekerasan

terhadap anaknya agar menjadi tertib, Kelima faktor orientasi peradilan pidana

pada laki-laki, dimana posisi wanita sebagai istri di dalam rumah tangga yang

9

Page 12: Makalah Kekerasan Terhadap Perempuan

mengalami kekerasan oleh suaminya, diterima sebagai pelanggaran hukum,

sehingga penyelesaian kasusnya sering ditunda atau ditutup. Alasan yang

lazim dikemukakan oleh penegak hukum yaitu adanya legitimasi hukum bagi

suami melakukan kekerasan sepanjang bertindak dalam konteks harmoni

keluarga.

Penerapan sistem itu telah meluluh-lantakkan sendi-sendi kehidupan asasi

manusia. Dari sisi ekonomi misalnya, sistem kapitalisme mengabaikan

kesejahteraan seluruh umat manusia. Sistem ekonomi kapitalistik

menitikberatkan pertumbuhan dan bukan pemerataan. Pembangunan negara

yang diongkosi utang luar negeri, dan merajalelanya perilaku kolusi dan

korupsi pada semua lini pemerintahan, telah meremukkan sendi-sendi

perekonomian bangsa. Tak kurang 70% penduduk Indonesia berada di bawah

garis kemiskinan. Mereka tidak mampu menghidupi diri secara layak karena

negara mengabaikan pemenuhan kebutuhan pokok mereka. Himpitan ekonomi

inilah yang menjadi salah satu pemicu orang berbuat nekat melakukan

kejahatan, termasuk munculnya KDRT. Banyak kasus KDRT menimpa

keluarga miskin, dipicu ketidakpuasan dalam hal ekonomi.

Dari sisi hukum, ketiadaan sanksi yang tegas dan membuat jera pelaku

telah melanggengkan kekerasan atau kejahatan di masyarakat. Seperti pelaku

pemerkosaan yang dihukum ringan, pelaku perzinaan yang malah dibiarkan,

dan lain lain. Dari sisi sosial-budaya, gaya hidup hedonistik yang melahirkan

perilaku permisif, kebebasan berperilaku dan seks bebas, telah menumbuh-

suburkan perilaku penyimpangan seksual seperti homoseksual, lesbianisme

dan hubungan seks disertai kekerasan.

Dari sisi pendidikan, menggejalanya kebodohan telah memicu ketidak-

pahaman sebagian masyarakat mengenai dampak-dampak kekerasan dan

bagaimana seharusnya mereka berperilaku santun. Ini akibat rendahnya

kesadaran pemerintah dalam penanganan pendidikan, sehingga kapitalisasi

pendidikan hanya berpihak pada orang-orang berduit saja. Lahirlah kebodohan

secara sistematis pada masyarakat. dan kemerosotan pemikiran masyarakat,

sehingga perilakupun berada pada derajat sangat rendah.

10

Page 13: Makalah Kekerasan Terhadap Perempuan

Untuk persoalan ini, dibutuhkan penerapan hukum yang menyeluruh oleh

negara. Kalau tidak akan terjadi ketimpangan. Sebagai contoh sulit untuk

menghilangkan pelacuran, kalau faktor ekonomi tidak diperbaiki. Sebab, tidak

sedikit orang melacur karena persoalan ekonomi. Kekerasaan dalam rumah

tangga, kalau hanya dilihat dari istri harus mengabdi kepada suami, pastilah

timpang. Padahal dalam Islam, suami diwajibkan berbuat baik kepada istri.

Kekerasaan yang dilakukan oleh suami seperti menyakiti fisiknya bisa

diberikan sanksi diyat. Disinilah letak penting tegaknya hukum yang tegas dan

menyeluruh.

Menurut pasal 11 UU PKDRT, pemerintah bertanggung jawab dalam

upaya pencegahan kekerasan dalam rumah tangga dan menurut pasal 12 ayat

(1) menyelenggarakan advokasi dan sosialisasi tentang kekerasan dalam

rumah tangga juga menjadi tanggung jawab pemerintah. Namun, nyatanya,

sosialisasi dan advokasi kekerasan dalam rumah tangga masih minim. Masih

banyak masyarakat yang belum mengetahui apalagi memahami UU PKDRT,

bahkan di kalangan aparat penegak hukum masih timbul berbagai persepsi.

Sehubungan dengan banyaknya hal baru dalam UU PKDRT yang tidak

ditemukan dalam UU lain, seperti perlindungan sementara dan perintah

perlindungan, juga adanya tindak pidana berupa jenis kekerasan lain di luar

kekerasan fisik, diperlukan pendidikan dan pelatihan yang memadai bagi

aparat penegak hukum dan pekerja sosial untuk menyamakan persepsi.

Di samping itu, diperlukan sosialisasi yang memadai bagi masyarakat luas,

terutama bagi para pihak yang berpotensi melakukan KDRT, sebagai upaya

pencegahan. Bagi pihak yang mungkin menjadi korban KDRT, sosialisasi

perlu, agar bila terjadi KDRT, ia dapat memperbaiki nasibnya karena telah

mengetahui hak-haknya.

UU PKDRT perlu direvisi pada bagian-bagian yang rancu dan perlu

penambahan jenis kekerasan, seperti kekerasan ekonomi dan kekerasan sosial.

Selain itu, diperlukan harmonisasi peraturan perundang-undangan yang tidak

sejalan dengan napas kesetaraan gender, antara lain dengan merevisi UU

11

Page 14: Makalah Kekerasan Terhadap Perempuan

Perkawinan, agar peraturan perundang-undangan bisa saling mendukung dan

tidak saling bertentangan, supaya UU PKDRT dapat dirasakan efektivitasnya.

Penegakan hukum UU PKDRT tidak akan terlepas dari penegakan hukum

pada umumnya. Apabila negara tidak dapat menciptakan supremasi hukum,

perlindungan yang diatur dalam UU PKDRT hanya akan berupa law in book

(teori) belaka, sedangkan dalam law in action (praktik) akan sulit terwujud.

Oleh karena itu, supremasi hukum harus ditegakkan.

F. Implikasi keperawatan yang dapat diberikan untuk menolong kaum perempuan dari tindak kekerasan dalam rumah tangga1. Merekomendasikan tempat perlindungan seperti crisis center, shelter dan

one stop crisis center.

2. Memberikan pendampingan psikologis dan pelayanan pengobatan fisik

korban. Disini perawat dapat berperan dengan fokus meningkatkan harga

diri korban, memfasilitasi ekspresi perasaan korban, dan meningkatkan

lingkungan sosial yang memungkinkan. Perawat berperan penting dalam

upaya membantu korban kekerasan diantaranya melalui upaya pencegahan

primer terdiri dari konseling keluarga, modifikasi lingkungan sosial

budaya dan pembinaan spiritual, upaya pencegahan sekunder dengan

penerapan asuhan keperawatan sesuai permasalah-an yang dihadapi klien,

dan pencegaha tertier melalui pelatihan/pendidikan, pem-bentukan dan

proses kelompok serta pelayanan rehabilitasi.

3. Memberikan pendampingan hukum dalam acara peradilan.

4. Melatih kader-kader (LSM) untuk mampu menjadi pendampingan korban

kekerasan.

5. Mengadakan pelatihan mengenai perlindungan pada korban tindak

kekerasan dalam rumah tangga sebagai bekal perawat untuk mendampingi

korban.

G. Studi kasus dan asuhan keperawatan

12

Page 15: Makalah Kekerasan Terhadap Perempuan

BAB 3

PENUTUP

A. KesimpulanTindak kekerasan dalam rumah tangga merupakan jenis kejahatan yang

kurang mendapat perhatian dan jangkauan hukum pidana. Bentuk

kekerasannya dapat berupa kekerasan fisik, psikis, seksual, dan verbal serta

penelantaran rumah tangga.

Faktor yang mendorong terjadinya tindak kekerasan pada istri dalam

rumah tangga yaitu pembelaan atas kekuasaan laki-laki, diskriminasi dan

pembatasan bidang ekonomi, beban pengasuhan anak, wanita sebagai anak-

anak, dan orientasi peradilan pidana pada laki-laki.

Dampak tindak kekerasan pada istri terhadap kesehatan reproduksi dapat

mempengaruhi psikologis ibu sehingga terjadi gangguan pada saat kehamilan

dan bersalin, serta setelah melahirkan dan bayi yang dilahirkan.

Implikasi keperawatan yang harus dilakukan adalah sesuai dengan peran

perawat antara lain mesupport secara psikologis korban, melakukan

pendamping-an, melakukan perawatan fisik korban dan merekomendasikan

crisis women centre.

Fenomena gunung es KDRT mulai terungkap setelah undang-undang

KDRT tahun 2004 diberlakukan, dimana KDRT yang sebelumnya masalah

privacy manjadi masalah publik ditandai laporan kasus KDRT semakin

meningkat setiap tahunnya dan pelaku mendapat hukuman pidana walaupun

saat ini kultur Indonesia masih dominasi laki-laki.

13

Page 16: Makalah Kekerasan Terhadap Perempuan

B. SaranDiharapkan untuk perawat tim medis lainnya, lebih memahami konsep

kekerasan pada wanita serta dampat pada organ reproduksinya serta

pnerapannya dalam parktik pelayanan keperawatan.

Untuk dosen diharapkan memberikan bimbingan yang lebih banyak dan

memberikan keleluasaan terhadap mahasiswa dalam bertanya, dan

memberikan cukup waktu untuk memaksimalkan tugas makalah ini.

Bagi mahasiswa diharapkan lebih memerhatikan, menyimak, dan

memahami konsep materi manajemen keperawatan dalam makalah ini.

14

Page 17: Makalah Kekerasan Terhadap Perempuan

DAFTAR PUSTAKA

Abrar Ana Nadhya, Tamtari Wini (Ed) (2001). Konstruksi Seksualitas Antara

Hak dan Kekuasaan. Yogyakarta: UGM.

Dep. Kes. RI. (2003). Profil Kesehatan Reproduksi Indonesia 2003. Jakarta:

Dep.

Kes. RI

(2006). Sekilas Tentang Undang-undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah

Tangga. Diambil pada tanggal 26 Oktober 2006 dari

http://www.depkes.co.id.

Hasbianto, Elli N. (1996). Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Potret Muram

Kehidupan Perempuan Dalam Perkawinan, Makalah Disajikan pada

Seminar Nasional Perlindungan Perempuan dari pelecehan dan Kekerasan

seksual. UGM Yogyakarta, 6 November.

Komnas Perempuan (2002). Peta Kekerasan Pengalaman Perempuan Indonesia.

Jakarta: Ameepro.

15