Makalah Islam, Perempuan, dan Feminisme

23
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membicarakan kaum wanita dan kedudukannya dalam kehidupan sosial tentulah menarik. Apalagi dalam masyarakat yang secara umum bersifat patrilineal (memuliakan kaum lelaki dalam semua aspek kehidupan). Diketahui bahwa wanita adalah bagian dari eksistesi komunitas basyari (insan). Kaitannya dengan kaum maskulin, dia adalah sebagai ibu, saudari, istri, bibi. Kehidupan masyarakat tidak akan ada tanpa perempuan dan laki- laki, memikul beban kebangkitan bersama sesuai dengan fitrah yang telah Allah SWT ciptakan dengan bimbingan petunjuk samawi. Pada masa jahiliyah yang beragam, kondisi kaum hawa sangat terpojokkan, hak-haknya dirampas,dan pandangan terhadapnya sangat mendiskreditkan, hingga datang Islam membebaskannya dari kezaliman Jahiliyah, mengembalikan dan memuliakannya sebagai insan, anak, istri, ibu dan anggota masyarakat. Dan dalam masyarakat modern hal tersebut biasa disebut dengan istilah “emansipasi” dan di Barat hal ini dikenal dengan istilah “feminisme”. Namun dalam pelaksanaannya, bentuk pemuliaan terhadap perempuan yang terjadi di dunia Barat dan di dunia Islam sangat jauh berbeda. Dengan ini, maka disusunlah makalah untuk memahami konsep feminisme dan pandangan Islam tentang perempuan dan feminisme agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apa pengertian dari Islam, perempuan dan feminisme ? 2. Bagaimana konsep Islam tentang perempuan dan feminisme ? 3. Bagaimana pandangan Islam terhadap perempuan dan feminisme ? 4. Bagaimana berperilaku sesuai dengan pandangan islam tentang perempuan dan feminisme ?

Transcript of Makalah Islam, Perempuan, dan Feminisme

Page 1: Makalah Islam, Perempuan, dan Feminisme

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Membicarakan kaum wanita dan kedudukannya dalam kehidupan

sosial tentulah menarik. Apalagi dalam masyarakat yang secara umum

bersifat patrilineal (memuliakan kaum lelaki dalam semua aspek kehidupan).

Diketahui bahwa wanita adalah bagian dari eksistesi komunitas basyari

(insan). Kaitannya dengan kaum maskulin, dia adalah sebagai ibu, saudari,

istri, bibi. Kehidupan masyarakat tidak akan ada tanpa perempuan dan laki-

laki, memikul beban kebangkitan bersama sesuai dengan fitrah yang telah

Allah SWT ciptakan dengan bimbingan petunjuk samawi. Pada masa

jahiliyah yang beragam, kondisi kaum hawa sangat terpojokkan, hak-haknya

dirampas,dan pandangan terhadapnya sangat mendiskreditkan, hingga

datang Islam membebaskannya dari kezaliman Jahiliyah, mengembalikan

dan memuliakannya sebagai insan, anak, istri, ibu dan anggota masyarakat.

Dan dalam masyarakat modern hal tersebut biasa disebut dengan

istilah “emansipasi” dan di Barat hal ini dikenal dengan istilah “feminisme”.

Namun dalam pelaksanaannya, bentuk pemuliaan terhadap perempuan yang

terjadi di dunia Barat dan di dunia Islam sangat jauh berbeda.

Dengan ini, maka disusunlah makalah untuk memahami konsep

feminisme dan pandangan Islam tentang perempuan dan feminisme agar

dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Apa pengertian dari Islam, perempuan dan feminisme ?

2. Bagaimana konsep Islam tentang perempuan dan feminisme ?

3. Bagaimana pandangan Islam terhadap perempuan dan feminisme ?

4. Bagaimana berperilaku sesuai dengan pandangan islam tentang

perempuan dan feminisme ?

Page 2: Makalah Islam, Perempuan, dan Feminisme

2

C. Tujuan

Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah :

1. Memahami pengertian Islam, perempuan, dan feminisme.

2. Memahami konsep Islam tentang perempuan dan feminisme.

3. Memahami pandangan Islam terhadap perempuan dan feminisme.

4. Mengetahui bagaimana berperilaku sesuai dengan pandangan islam

tentang perempuan dan feminisme.

Page 3: Makalah Islam, Perempuan, dan Feminisme

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Islam, Perempuan dan Feminisme

Islam (bahasa Arab, al- islam) “berserah diri kepada Tuhan” adalah

agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Agama ini termasuk agama

samawi (agama-agama yang dipercaya oleh para pengikutnya diturunkan

dari langit) dan termasuk dalam golongan agama Ibrahim. Dengan lebih dari

satu seperempat miliar orang pengikut di seluruh dunia, menjadikan Islam

sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen. Islam

memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan.

Islam dari segi bahasa berasal daripada kata dasar salama yang membawa

maksud taat dan patuh, aman dan damai serta terlepas atau jauh daripada

kekurangan kekurangan zahir dan batin. Manakala dari segi istilah syarak,

Islam ialah tunduk, taat dan patuh kepada perintah Allah s.w.t. seperti yang

disampaikan oleh Nabi Muhammad s.a.w.

Sedangkan Perempuan adalah salah satu dari dua jenis kelamin

manusia. Berbeda dari wanita, istilah "perempuan" dapat merujuk kepada

orang yang telah dewasa maupun yang masih anak-anak. Dalam sejarah

penciptaan manusia secara Islam di dalam al-Quran, Allah sengaja

menciptakan manusia untuk menjadikan mereka pemimpin di dunia. Mereka

yang akan menciptakan ketenteraman dan kesejahteraan di dunia. Itulah

sebabnya manusia muncul dengan dua jenis, yaitu laki- laki dan perempuan.

Perempuan diciptakan untuk menjadi pasangan atau teman laki- laki. Pada

dasarnya saat menciptakan manusia, Allah telah menciptakan dalam bentuk

jiwa dan raga, beserta sifat-sifat dasar manusia seperti ingin dicintai dan

mencintai, kebutuhan seksual, dan sebagainya. Maka dari kedua jenis

manusia itu diciptakan berbeda untuk saling mengisi.

Selanjutnya feminisme (tokohnya disebut Feminis) adalah sebuah

gerakan perempuan yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan

hak dengan pria. Feminisme berasal dari bahasa Latin, femina atau

perempuan. Istilah ini mulai digunakan pada tahun 1890-an, mengacu pada

Page 4: Makalah Islam, Perempuan, dan Feminisme

4

teori kesetaraan laki- laki dan perempuan serta pergerakan untuk

memperoleh hak-hak perempuan. Sekarang ini kepustakaan internasional

mendefinisikannya sebagai pembedaan terhadap hak hak perempuan yang

didasarkan pada kesetaraan perempuan dan laki laki.

B. Kondisi Perempuan Pra Islam

Perempuan, sebelum Islam datang, ditempatkan pada kedudukan

yang rendah oleh peradaban dan klaim kemajuan budaya umat manusia. Di

peradaban manapun, kecuali Islam, perempuan ditempatkan sebagai obyek

budak, pelayan dan pemuas nafsu lelaki saja.

Sejarah menginformasikan bahwa sebelum turunnya Al-Quran

terdapat sekian banyak peradaban besar, seperti Yunani, Romawi. India, dan

Cina. Dunia juga mengenal agama-agama seperti Yahudi, Nasrani (Katolik,

Protestan, Kristen, dsb), Buddha, Zoroaster, Hindu, Khonghucu, dan

sebagainya.

Pada Masa Sebelum Islam datang, kaum wanita hidup dalam

kesengsaraan terutama pada masa arab jahiliyah, di mana saat itu mereka

membenci kelahiran anak perempuan. Sehingga di antara mereka ada yang

mengubur hidup-hidup anak perempuannya hingga mati di dalam tanah. Di

antara merekapun ada yang tidak mengubur anak perempuannya, namun

membiarkannya hidup dalam kehinaan dan kesengsaraan.

Sedangkan perempuan dalam pandangan Yunani tak memiliki

tempat yang layak. Bahkan kaum lelaki saat itu mempercayai bahwa

perempuan merupakan sumber penyakit dan bencana. Sehingga mereka

memosisikan perempuan sebagai makhluk yang rendah. Perempuan saat itu,

dipandang hanya sebagai komoditas yang bisa dikuasai oleh siapapun.

Lelaki boleh memiliki dan menguasai perempuan tanpa melalui ikatan

pernikahan yang suci.

Selanjutnya perempuan pada masyarakat Romawi berada dalam

posisi yang hina sebagai pemuas nafsu lelaki saja. Meski perempuan

mendapatkan kebebasan, bentuknya hanya sebatas bebas menikah dengan

Page 5: Makalah Islam, Perempuan, dan Feminisme

5

lelaki mana saja. Tak pelak bila perceraian pada masa itu jumlahnya sangat

besar, ditemukan dalam banyak kasus penyebabnya sangat sepele.

Pada masyarakat Persia, hukum yang mereka terapkan tak

memberikan keadilan bagi perempuan. Bila ada perempuan yang melak ukan

kesalahan –meskipun kecil akan dihukum dengan berat. Bahkan bila ia

mengulangi kesalahannya, tak segan hukuman mati akan dijatuhkan. Di

negeri itu, seorang perempuan dilarang menikah dengan lelaki yang bukan

penganut ajaran Zoroaster (agama kuno di Persia) sedangkan lelaki bebas

bertindak sesuai dengan kehendaknya. Tidak itu saja. Bila dalam keadaan

haidh, maka mereka akan diisolasi ke tempat yang jauh di luar kota dan tak

satu pun yang boleh bergaul dengan mereka, selain pelayan yang

meletakkan makanan atau minuman untuknya.

Lalu pada peradaban India yang meski dikenal dengan ilmu

pengetahuan dan kebudayaannya, menempatkan kaum perempuan pada

derajat kehinaan. Pada umumnya, masyarakat India mempercayai bahwa

perempuan merupakan sumber dosa, kerusakan akhlak dan pangkal

kehancuran jiwa. Sehingga mereka tak memiliki hak-hak kebendaan dan

warisan. Bahkan hak hidup mereka juga dicabut ketika suami mereka

meninggal. Setiap perempuan harus dibakar hidup-hidup bersama mayat

suaminya.

Kemudian pada bangsa Yahudi, perempuan selayaknya komoditas

yang bisa diperjual-belikan di pasar. Sehingga, posisi kaum perempuan saat

itu hanya sebatas pemuas nafsu kaum lelaki saja. Tak heran bila saat itu,

merebak praktik pelacuran di tengah masyarakat. Lebih sesat lagi,

masyarakat Yahudi kerap membalut praktik pelacuran dengan topeng

ibadah. Mereka melakukan perzinahan di rumah ibadah dengan dalih untuk

mendekatkan diri kepada Tuhan.

Tak berbeda dengan peradaban lainnya. Pada ajaran Nasrani, syariat

nasrani telah diselewengkan sehingga mendudukkan perempuan dalam

kerendahan dan tak sesuai dengan fitrahnya. Penyimpangan ini juga

diafirmasi dengan pandangan bahwa perempuan merupakan sumber dosa

dan kemaksiatan yang menyebabkan lelaPerempuan ki terjerumus dalam

Page 6: Makalah Islam, Perempuan, dan Feminisme

6

kedurhakaan. Menurut salah seorang pemimpin Kristen, Paus Tertulianus

mengatakan, “Wanita adalah pintu masuknya setan ke dalam jiwa manusia.

Dialah (Hawa) yang telah mendorong seorang (Adam) mendekati pohon

larangan, perusak aturan Allah dan membuat buruk citra lelaki.” Selain itu,

masih banyak fakta-fakta lain yang merendahkan kaum perempuan.

C. Konsep Islam Tentang Perempuan

Berbicara mengenai kedudukan wanita, mengantarkan kita agar

terlebih dahulu mendudukkan pandangan Al-Quran tentang asal kejadian

perempuan. Dalam hal ini, salah satu ayat yang dapat diangkat adalah

firman Allah dalam surat Al-Hujurat ayat 13 “Wahai seluruh manusia,

sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (terdiri) dari lelaki dan

perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara

kamu adalah yang paling bertakwa”.

Ayat ini berbicara tentang asal kejadian manusia - dan seorang lelaki

dan perempuan - sekaligus berbicara tentang kemuliaan manusia - baik

lelaki maupun perempuan - yang dasar kemuliaannya bukan keturunan,

suku, atau jenis kelamin, tetapi ketakwaan kepada Allah SWT. Memang,

secara tegas dapat dikatakan bahwa perempuan dalam pandangan Al-Quran

mempunyai kedudukan terhormat.

1. Pemuliaan Islam Terhadap Perempuan

Allah telah menganugerahkan kepada perempuan- sebagaimana

menganugerahkan kepada lelaki - potensi dan kemampuan yang cukup

untuk memikul tanggung jawab, dan menjadikan kedua jenis kelamin

ini dapat melaksanakan aktivitas-aktivitas yang bersifat umum maupun

khusus. Karena itu, hukum-hukum syariat pun meletakkan keduanya

dalam satu kerangka. Yang ini (lelaki) menjual dan membeli,

mengawinkan dan kawin, melanggar dan dihukum, menuntut dan

menyaksikan, dan yang itu (perempuan) juga demikian, dapat menjual

dan membeli, mengawinkan dan kawin, melanggar dan dihukum, serta

menuntut dan menyaksikan.

Page 7: Makalah Islam, Perempuan, dan Feminisme

7

Islam datang untuk melepaskan perempuan dari perlakuan yang

tidak manusiawi dari berbagai kebudayaan manusia, sebagaimana

disebutkan diatas. Islam memandang perempuan sebagai makhluk yang

mulia dan terhormat, memiliki hak dan kewajiban yang disyariatkan

Allah. Dalam Islam, haram hukumnya menganiaya dan memperbudak

perempuan, dan pelakunya diancam dengan siksaan yang pedih.

a. Kesamaan Kedudukan Perempuan dengan Laki-laki

Salah satu tema utama sekaligus prinsip pokok dalam ajaran

Islam adalah persamaan antar manusia, baik antara lelaki dan

perempuan maupun antar bangsa, suku, dan keturunan. Ketika

menyebutkan asal kejadian manusia, ayat pertama dari Q.S. al-Nisa’

menegaskan bahwa laki- laki dan perempuan berasal dari satu jenis

yang sama dan bahwa dari keduanya Allah mengembangbiakkan

keturunannya, baik lelaki maupun perempuan. Dalam sebuah hadis,

Rasul Allah SAW bersabda, “Bahwasanya para wanita itu saudara

kandung para pria” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan Tirmizi).

Kesamaan lain antara perempuan dan laki- laki adalah dalam

hal menerima beban taklif (melaksanakan hukum) dan balasannya

kelak di kahirat. Q.S. al-Mu’min:40 menyebutkan bahwa siapa saja

laki- laki maupun perempuan yang beriman dan mengerjakan amal

saleh, maka akan masuk surga.

Seruan Allah kepada keduanya sebagai hamba Allah adalah

sama yaitu kewajiban menyeru manusia pada Islam, sholat, puasa,

zakat, haji, menuntut, saling tolong-menolong berbuat kebaikan,

mencegah kemungkaran, berakhlak mulia, larangan berzina,

mencuri, dsb. Ajaran Islam melarang untuk menyakiti dan

mengganggu orang beriman, baik laiki- laki maupun perempuan,

dan mengancam pelanggarnya dengan siksa yang pedih (Q.S. al-

Buruj:10).

Page 8: Makalah Islam, Perempuan, dan Feminisme

8

b. Perbedaan Perempuan dengan Laki-laki

Dalam Q.S. Ali ‘Imran:36, Allah SWT menegaskan bahwa

secara kodrati laki- laki memang berbeda dari perempuan. Letak

perbedaan ini, menurut K.H. Ali Yafie, sebagian besar menyangkut

dua hal, yaitu: perbedaan biologis dan perbedaan fungsional dalam

kehidupan sosial.

Dalam hal aurat, Islam mewajibkan perempuan menutup

seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangannya, sementara

aurat laki- laki hanya pusar sampai lutut. Perbedaan lainnya adalah

bahwa khatib dan (atau) imam dalam sholat Jum’at adalah laki- laki,

sedangkan perempuan tidak, bahkan keikutsertaannya dalam sholat

Jum’at dipandang sunnah. Terdapat pula hukum yang khas bagi

perempuan, seperti hukum tentang haid, masa ’iddah, kehamilan,

dan penyusuan.

Dalam konteks kepemimpinan keluarga, Islam memandang

Istri bukan hanya mitra suami, melainkan juga sahabatnya, artinya,

keduanya bukan hanya harus bekerjasama dan tolong-menolong

dalam urusan rumah tangga, tetapi juga saling mencurahkan cinta

dan kahis sayang (Q.S. al-A’raf:189, al-Nisa’:9, al-Rum:21).

c. Hak-hak Perempuan

Disamping kesamaan yang dimiliki laki- laki dan perempuan,

Islam juga memberikan sejumlah hak kepada perempuan. Quraish

Shihab menyebutkan beberapa hak yang dimiliki perempuan

meurut Islam, yaitu:

Hak politik

Salah satu ayat yang dikaitkan dengan hak-hak politik

kaumperempuan adalah yang tertera dalam Q.S. al-Taubah:71

yang menjelaskan kewajiban melakukan kerjasama antara

lelaki dan perempuan dalam berbagai bidang kehidupan yang

dilukiskan dengan kalimat “menyuruh mengerjakan yang

ma’ruf dan mencegah yang mungkar.

Page 9: Makalah Islam, Perempuan, dan Feminisme

9

Hak profesi

Dalam hal memilih pekerjaan, secara singkat dapat

dikemukakan bahwa perempuan mempunyai hak untuk bekerja

selama pekerjaan tersebut membutuhkannya dan (atau) selama

mereka membutuhkan pekerjaan tersebut.

Hak dan kewajibab belajar

Hak dan kewajiban belajar perempuan (dan laki- laki)

sangat banyak dibicarakan ayat al-Qur’an dan hadis Nabi SAW.

Wahyu pertama al-Qur’an adalah perintah membaca atau

belajar.

Hak sipil

Menurut Muhammad Utsman al-Huyst, perempuan

dalam Islam memiliki hak-hak sipil sebagaimana laki- laki,

seperti: hak kepemilikan, mengatur hartanya sendiri,

melakukan perjanjian, jual-beli, wasiat, hibah, mewakili atau

menjamin orang lain, serta hak memilih suami.

Hak berpendapat

Perempuan juga boleh berpendapat dan

dipertimbangkan pendapatnya itu (Q.S. al-Mujadilah:1-4).

Dalam kehidupan berumah tangga, jika sang istri merasa tidak

sanggup melanjutkan perkawinannya dengan suami, Islam juga

memberikan hak gugatan cerai kepada perempuan yang

dikenal dengan istilah khulu’.

d. Peranan Perempuan dalam Keluarga

Islam memberikan persamaan antara pria dan wanita,

prinsip ini diakui oleh seluruh cendekiawan Islam serta sebagian

golongan feminis, meskipun ada sebagian feminis yang

mengatakan Islam adalah sama dengan agama samawi lain yang

misogynist (pembenci kaum wanita). Konsep kesetaraan ini

kemudian ditafsirkan dengan paradigma yang berbeda, sehingga

akhirnya berlakulah pertentangan diantara golongan Islamis dan

Page 10: Makalah Islam, Perempuan, dan Feminisme

10

feminis. Bagi golongan feminis, persamaan semestinya bermaksud

penyamarataan atau kesamaan hak dalam semua bidang kehidupan

yang digeluti oleh pria dan wanita, termasuk dalam hal ibadah.

Oleh karena itu, feminis menyerukan hak wanita untuk menjadi

imam dan khatib shalat jum’at, menjadi pemimpin tertinggi

(khalifah), mendapatkan hak yang sama rata dalam harta waris, dan

hak mentalakkan suami (melafazkan talak).

Adapun bagi golongan Islamis, kesetaraan tidak semestinya

bermakna penyamarataan. Dalam kaca mata Islam, keadilan adalah

meletakkan sesuatu pada tempatnya sehingga perlu

mempertimbangkan kesesuaian, kelayakan, kesediaan dan fitrah

dalam menempatkan seseorang yang terbaik untuk tugas tertentu.

Islam meletakkan nilai-nilai moral di kedudukan yang sangat tinggi

sehingga dapat dilihat nilai tersebut mempengaruhi setiap peraturan

dan ketentuan. Wanita diberikan peranan secara khas dan eksklusif

untuk membesarkan anak karena wanita diberikan keistimewaan

dan keunikan yang tidak dimiliki oleh kaum pria dari segi biologi-

fisiologi, mental dan emosi.

Melihat dari sisi yang positif, kerjasama yang baik dari pria-

wanita semestinya menghasilkan kesempurnaan dan keharmonian.

Berbanding jika pria-wanita memiliki keistimewaan yang sama,

maka keadaan seperti ini akan menghilangkan perasaan saling

membutuhkan antara satu sama lainnya. Selain itu, kepemimpinan

yang dikehendaki dalam Islam adalah atas dasar kasih saying dan

kerja sama, bukanlah kepemimpinan satu arah.

e. Peran Perempuan dalam Membangun Masyarakat Muslim di Masa

Awal Islam

Pada masa awal Islam, baik saat Islam itu lahir maupun

kemudian saat Islam berkembang, muncul beberapa tokoh

perempuan yang mempunyai peren penting. Tokoh-tokoh tersebut

tidak lain merupakan orang-orang terdekat dengan pembawa Islam

Page 11: Makalah Islam, Perempuan, dan Feminisme

11

itu sendiri yaitu Rasulullah Muhammad seperti : istri, putri, dan

kerabat dekat beliau. Terutama pada masa awal di mana Islam lahir,

tokoh perempuan yang berperan merupakan istri dan putri beliau

sendiri. Misalnya Khadijah dan Aisyah yang merupakan istri Rasul,

dan Fatimah yang merupakn putri beliau.

Salah satu aktivitas sosial yang banyak diminati kaum

perempuan muslimah pada masa awal sejarah peradaban Islam

adalah bidang kependidikan dan pelayanan sosial, untuk

meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan. Sejarah mencatat peran

tokoh-tokoh wanita seperti Syifa’ bint Ubaidillah, Hafshah binti

Umar bin Khatab, Karimah binti Miqdad yang menggerakkan

pemberantasan “buta huruf” di tengah masyarakat. Islam yang baru

berkembang di Madinah, sehingga dalam waktu yang relatif singkat

perempuan muslimah di kota Madinah dan sekitarnya sudah mampu

membaca dan menulis, padahal ketika Rasulullah datang di Madinah

hanya ada 5 (lima) orang perempuan di sana yang bisa membaca

dan menulis. Islam telah menanamkan doktrin “semangat berbagi”

(semangat yang mendorong kepedulian untuk membantu dan

menolong orang lain yang membutuhkan).

2. Ayat dan Hadist Misoginis

Ayat dan Hadits Misoginis secara sederhana berarti keberadaan hadits

tertentu yang disinyalir bernuansa membenci kaum perempuan. Namun,

Ahmad Fudhaili menyatakan bahwa pada dasarnya tidak ada hadits

misoginis, yang ada hanyalah pemahaman misoginis terhadap hadits.

Karena menurutnya tidak mungkin Rasulullah SAW membenci

perempuan dan tidak ada satu hadits pun kecuali hadits palsu baik yang

berupa perkataan, perbuatan atau ketetapan yang menunjukkan

kebencian terhadap kaum perempuan. Oleh karena itu, sebagai langkah

solutif terhadap kenyataan kebencian pada kaum perempuan, diperlukan

upaya reinterpretasi terhadap hadits-hadits terkait. Reinterpretasi

tersebut memang menjadi keniscayaan, terlebih bagi bagi para pengkaji

Page 12: Makalah Islam, Perempuan, dan Feminisme

12

persoalan gender dan Islam, mengingat bahwa proses misoginis sudah

berlangsung lama dan diyakini sebagai sebuah kebenaran.

Berikut beberapa hadits Nabi Saw. yang disinyalir mengandung

(pemahaman) misogini:

a. Perempuan adalah mayoritas penghuni neraka disebabkan banyak

melaknat dan mengingkari kebaikan suaminya dan bahwa mereka

adalah makhluk yang kurang agama dan akal. Dari Abu Sa'id Al-

Khudri ia berkata, “Rasulullah Saw. pada hari raya Idul Adha atau

Idul Fitri keluar menuju tempat shalat, dia melewati para wanita

seraya bersabda: “Wahai para wanita! Hendaklah kalian bersedekah,

sebab diperlihatkan kepadaku bahwa kalian adalah yang paling

banyak menghuni neraka.” Kami bertanya, “Apa sebabnya wahai

Rasulullah?” Dia menjawab: “Kalian banyak melaknat dan banyak

mengingkari pemberian suami. Dan aku tidak pernah melihat dari

tulang rusuk laki- laki yang akalnya lebih cepat hilang dan lemah

agamanya selain kalian.” Kami bertanya lagi, “Wahai Rasulullah,

apa tanda dari kurangnya akal dan lemahnya agama?” Dia menjawab:

“Bukankah persaksian seorang wanita setengah dari persaksian laki-

laki?” Kami jawab, “Benar.” Dia berkata lagi: “Itulah kekurangan

akalnya. Dan bukankah seorang wanita bila dia sedang haid dia tidak

shalat dan puasa?” Kami jawab, “Benar.” Dia berkata: “Itulah

kekurangan agamanya”.

b. Perempuan menjadi penyebab terputusnya shalat. Dari Abu Hurairah

RA. dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, “Yang memutuskan

shalat ialah wanita, keledai, dan anjing. Untuk menjaga shalatmu

(dengan meletakkan sutrah berupa) seperti kayu yang diletakkan

diatas punggung unta. Dalam hadist tersebut, bahwa keberadaan

perempuan (termasuk pula dalam konteks ini adalah laki- laki) yang

bisa membatalkan shalat dimaksudkan bahwa mereka bisa

mengganggu konsentrasi orang yang sedang shalat, bukan

membatalkan secara hukum.

Page 13: Makalah Islam, Perempuan, dan Feminisme

13

c. Penciptaan perempuan adalah dari tulang rusuk laki- laki. Dari Abu

Hurairah RA. dari Nabi Sa. dia bersabda: “Barangsiapa yang

beriman kepada Allah dan juga kepada hari akhir, maka janganlah ia

menyakiti tetangganya. Pergaulilah kaum wanita dengan baik,

sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk. Dan sesuatu

yang paling bengkok yang terdapat tulang rusuk adalah bagian

paling atas. Jika kamu meluruskannya dengan seketika, niscaya

kamu akan mematahkannya, namun jika kamu membiarkannya maka

ia pun akan selalu dalam keadaan bengkok. Karena itu pergaulilah

wanita dengan penuh kebijakan”. Dalam hadist tersebut bahwa

Rasulullah menyamakan kaum peremuan dengan tulang rusuk hanya

sebagai ungkapan metafora. Tulang rusuk dalam konteks ini harus

dipahami bahwa karakter perempuan memang berbeda dengan

karakter laki- laki, maka ia harus dipahami oleh pihak suami dan agar

seorang istri tidak diperlakukan secara keras karena akan

menyebabkan perceraian.

D. Sejarah, Dasar Pemikiran, dan Ragam Feminisme

1. Sejarah Feminisme

Gerakan feminis di Barat penyebab utamanya adalah pandangan

meremehkan bahkan membenci perempuan (misogyny), bermacam-

macam anggapan buruk (stereotype) yang dilekatkan kepadanya, serta

aneka citra negatif yang terwujud dalam tata nilai masyarakat,

kebudayaan, hukum, dan politik.

Lahirnya gerakan Feminisme yang dipelopori oleh kaum

perempuan terbagi menjadi dua gelombang dan pada masing–masing

gelombang keberadaaanya memiliki perkembangan yang sangat pesat.

Diawali dengan kelahiran era pencerahan yang terjadi di Eropa dimana

Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condoracet sebagai

pelopornya. Terdapat perkumpulan masyarakat ilmiah untuk pertaman

kali dan didirikan di Middleburg, Belanda, pada tahun 1875. Baru ketika

menjelang abad 19 gerakan feminisme ini lahir di negara-negara

Page 14: Makalah Islam, Perempuan, dan Feminisme

14

penjajah Eropa dan memperjuangkan apa yang mereka sebut sebagai

universal sisterhood.

Sejarah feminis di Indonesia telah dimulai pada abad 18 oleh

RA Kartini melalui hak yang sama atas bidang pendidikan bagi anak-

anak perempuan. Perjuangan feminis sering disebut dengan istilah

gelombang/wave dan menimbulkan kontroversi/perdebatan mulau dari

feminis gelombang pertama (first wave feminism) dari abad 18 sampai

ke pra 1960, kemudian gelombang kedua setelah tahun 1960, dan

bahkan gelombang ketiga atau Post Feminisme.

Seiring perjalanannya, feminisme barat dalam memperjuangkan

hak-haknya dan mewujudkan cita-citanya, sering mengabaikan

pengalaman perempuan dari latar belakang budaya yang berbeda dengan

mereka. Padahal konsep gender yang mereka populerkan adalah

menyamakan dan mensetarakan posisi laki- laki dan perempuan yang

ditentukan oleh sosial dan budaya tergantung pada tempat atau

wilayahnya. Feminisme barat atau sering disebut feminisme arus utama,

tidak memperdulikan ragam budaya yang mempengaruhi perempuan itu

sendiri, sehingga perempuan yang berada di negara berkembang (dunia

ketiga) disebut oleh feminis barat sebagai perempuan yang bodoh,

terbelakang, buta huruf, tidak progresif dan tradisional. Bagi mereka,

konsep gender yakni suatu sifat yang melekat pada lawan laki- laki

maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural.

Misalnya, perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau

keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa.

2. Dasar Pemikiran Feminisme

Pada mulanya para feminis menggunakan isu “hak” dan

“kesetaraan” perempuan sebagai landasan perjuangannya, tetapi

feminisme akhir 1960-an menggunakan istilah “penindasan” dan

“kebebasan” yang kemudian feminisme menyatakan dirinya sebagai

“gerakan pembebasan perempuan”. Secara umum kelahiran feminisme

dibagi menjadi tiga gelombang yang mengangkat isu yang berbeda-beda.

Page 15: Makalah Islam, Perempuan, dan Feminisme

15

Gelombang yang pertama ditandai dengan publikasi Mary

Wollstonecraft yang berjudul “Vindication of the Rights of Women”

tahun 1792 dia mendeskripsikan bahwa kerusakan psikologis dan

ekonomi yang dialami perempuan disebabkan oleh ketergantungan

perempuan secara ekonomi kepada laki- laki dan peminggiran

perempuan dari ruang public. Perhatian feminis gelombang pertama

adalah memperoleh hak-hak politik dan kesempatan ekonomi yang

setara bagi kaum perempuan.

Gelombang yang kedua terjadi pada tahun 1949 ditandai dengan

munculnya publikasi dari Simone de Beauvoir’s The Second Sex. Dia

berargumen bahwa perbedaan gender bukan berakar dari biologi, tetapi

memang sengaja diciptakan untuk memperkuat penindasan terhadap

kaum perempuan. bagi feminis gelombang ke-2 kesetaraan politik dan

hukum tidak cukup untuk mengakhiri penindasan terhadap kaum

perempuan. dalam sudut pandang mereka, penindasan sexist tidak hanya

berakar pada hukum dan politik, tetapi penyebabnya adalah

penanamannya pada setiap aspek kehidupan social manusia, termasuk

ekonomi, politik dan perencanaan social, serta norma-norma, kebiasaan,

interaksi sehari-hari dan hubungan personal. Feminism gelombang ke-2

juga mulai menggugat institusi pernikahan, motherhood, hubungan

lawan jenis (heterosexual relationship), sexualitas perempuan dll.

Sedangkan gelombang yang ketiga dimulai pada tahun 1980 yang

menginginkan keragaman perempuan atau keragaman secara umum,

secara khusus dalam teori feminis dan politik. Sebagai contoh kulit

berwarna dipertahankan ketika dahulu pengalaman, kepentingan dan

perhatian mereka tidak terwakili oleh feminis gelombang ke-2 yang

didominasi oleh oleh wanita kulit putih kelas menengah.

3. Ragam Feminisme

a. Feminisme Liberal

Aliran feminisme Liberal berakar dari filsafat liberalism yang

memiliki konsep bahwa kebebasan merupakan hak setiap individu

Page 16: Makalah Islam, Perempuan, dan Feminisme

16

sehingga ia harus diberi kebebasan untuk memilih tanpa terkekang

oleh pendapat umum dan hokum. Akar teori ini bertumpu pada

kebebasan dan kesetaraan rasionalitas.

b. Feminisme Marxis

Aliran ini memandang masalah perempuan dalam kerangka kritik

kapitalisme. Asumsinya, sumber penindasan perempuan berasal dari

eksploitasi kelas dan cara produksi. Status perempuan jatuh karena

adanya konsep kekayaan pribadi (private property) kegiatan

produksi yang semula bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri

berubah menjadi keperluan pertukaran (exchange).

c. Feminisme Radikal

Aliran ini bertumpu pada pandangan bahwa penindasan terhadap

perempuan terjadi akibat sistem patriarki (sistem yang berpusat pada

laki- laki). Pada pokoknya, aliran ini berupaya menghancurkan

sistem patriarki, yang fokusnya terkait fungsi biologis tubuh

perempuan.

d. Feminisme Sosial

Feminisme sosial muncul sebagai kritik terhadap feminisme Marxis.

Aliran ini mengatakan bahwa patriarki sudah muncul sebelum

kapitalisme, dan tetap tidak akan berubah jika kapitalisme runtuh.

Feminisme sosial menggunakan analisis kelas dan gender untuk

memahami penindasan perempuan.

e. Feminisme Teologis

Teori ini dikembangkan berdasarkan paham teologi pembebasan

yang menyatakan bahwa sistem masyarakat dibangun berdasarkan

ideologi, agama, dan norma-norma masyarakat. mereka berpendapat

bahwa penyebab tertindasnya perempuan oleh laki- laki adalah

teologi atau ideologi masyarakat yang menempatkan perempuan di

bawah laki-laki (subordinasi).

f. Ekofeminisme

Aliran ini merupakan jenis feminisme yang meyalahi arus utama

ajaran feminisme, sebab cenderung menerima perbedaan antara laki-

Page 17: Makalah Islam, Perempuan, dan Feminisme

17

laki dan perempuan. Ekofeminisme mengkritik pemikiran aliran-

aliran sebelumnya yang menggunakan prinsip maskulinitas- ideologi

untuk menguasai-dalam usaha untuk mengakhiri penindasan

perempuan akibat sistem patriarki.

E. Pandangan Islam Terhadap Feminisme

1. Respons Masyarakat Muslim

Penyebaran ide- ide feminisme secara sistematis dan besar-besaran

memunculkan beraneka respon dari masyarakat Muslim, diantaranya

semakin banyak jumlah penganut dan penganjur feminisme, baik secara

individual maupun kelompok, dari lembaga pemerintahan maupun LSM.

Di Indonesia terdapat tiga kelompok masyarakat Islam yang muncul.

Pertama, kelompok konservatif, adalah mereka yang menolak isu-

isu jender dan feminisme, baik yang dikemukakan oleh feminis Muslim

apalagi feminis Barat. Bagi kelompok ini feminisme adalah ambisi kaum

perempuan Barat yang ingin melepaskan diri dari cengkeraman kaum

laki-laki.

Kedua, kelompok moderat, adalah mereka yang menerima ide- ide

feminisme dan jender selama masih berada dalam koridor ajaran Islam.

Menurut mereka, Islam justru diturunkan untuk mengatasi ketidakadilan

jender.

Ketiga, kelompok liberal, adalah mereka yang menerima secara

umum ide-ide feminisme, utamanya ide kesetaraan laki- laki dan

perempuan dalam berbagai segi. Menurut mereka, ide kesetaraan jender

tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

2. Lahirnya Feminisme Islam

Sebenarnya kedatangan Islam pada abad ke-7 M membawa

revolusi gender. Islam hadir sebagai ideologi pembaharuan terhadap

budaya-budaya yang menindas perempuan, merubah status perempuan

secara drastis. Tidak lagi sebagai second creation (mahluk kedua setelah

Page 18: Makalah Islam, Perempuan, dan Feminisme

18

laki- laki) atau penyebab dosa. Justru Islam mengangkat derajat

perempuan sebagai sesama hamba Allah seperti halnya laki-laki.

Perempuan dalam Islam diakui hak-haknya sebagai manusia dan

warga negara, dan berperan aktif dalam berbagai sektor termasuk polit ik

dan militer. Islam mengembalikan fungsi perempuan yang juga sebagai

khalifah fil ardl pengemban amanah untuk mengelola alam semesta. Jadi

dengan kata lain, gerakan emansipasi perempuan dalam sejarah

peradaban manusia sudah dipelopori oleh risalah yang d ibawa oleh Nabi

Muhammad saw. Islam adalah sistem kehidupan yang mengantarkan

manusia untuk memahami realitas kehidupan.

Islam juga merupakan tatanan global yang diturunkan Allah

sebagai Rahmatan Lil- ’alamin. Sehingga sebuah konsekuensi logis bila

penciptaan Allah atas makhluk-Nya laki- laki dan perempuan memiliki

missi sebagai khalifatullah fil ardh, yang memiliki kewajiban untuk

menyelamatkan dan memakmurkan alam, sampai pada suatu kesadaran

akan tujuan menyelamatkan peradaban kemanusiaan. Dengan demikian,

wanita dalam Islam memiliki peran yang konprehensif dan kesetaraan

harkat sebagai hamba Allah serta mengemban amanah yang sama

dengan laki-laki.

Gerakan feminis tidak akan pernah berhasil jika tidak kembali

mengacu pada ajaran Islam (Al-Quran dan Sunnah). Gagasan-gagasan

asing yang diimpor dari Barat yang bertentangan dengan nilai-nilai

Islam, hanya akan memperburuk kondisi perempuan dan mengantarkan

ke dalam jurang kehancuran yang lebih dalam.

Kemuliaan perempuan dalam Islam setidaknya bisa kita ketahui

dengan bagaimana Islam menempatkan posisi seorang ibu. Dalam Islam

seorang anak yang mesti patuh pada kedua orang tuanya, namun

ketaatan kepada ibu harus didahulukan. Hadits yang populer yang juga

dikutip buku ini menyebutkan bahwa pelayanan terbaik seorang anak

didahulukan kepada ibunya tiga kali dibanding kepada ayahnya. Bahkan

pada hadits lain disebutkan bahwa surga terletak di telapak kaki ibu.

Page 19: Makalah Islam, Perempuan, dan Feminisme

19

3. Pandangan Islam Tentang Feminisme

Ide-ide feminisme tampaknya cukup menarik minat Muslim dan

Muslimah yang progresif dan mempunyai semangat dan idealism yang

tinggi untuk mengubah kenyataan yang ada menjadi lebih baik.

Ketidaksesuaian feminisme dengan islam antara lain terkait dengan ide

persamaan kedudukan dan hak antara perempuan dengan laki- laki, ide

penindasan terhadap perempuan dalam institusi keluarga, metode yang

ditempuh untuk menghilangkan penindasan terhadap perempuan,

maupun ide-ide feminisme Muslim liberal.

Dalam pandangan Islam, ide dasar dan utama yang diperjuangkan

oleh feminisme berupa keadilan antara laki- laki dan perempuan dalam

wujud kesetaraan kedudukan dan hak antara perempuan dengan laki- laki

adalah sesuatu yang tidak benar dan menyalahi kodrat kemanusiaan.

Dalam konteks keluarga, Islam memandang perempuan sebagai

pasangan, partner, dan sahabat laki- laki dalam menjalankan tugas

mengabdi kepada Allah SWT dan menjadi khalifah di bumi melalui

pembagian pekerjaan di antara keduanya. Selain itu Islam tidak

memandang peran seseorang sebagai penentu kualitas kehidupan

seseorang. Tolok ukur kemuliaan dalah ketakwaan yang diukur secara

kualitatif, yaitu sebaik apa-bukan sebanyak apa-seseorang bertakwa

kepada Allah SWT (Q.S. al-Hujurat:13 dan al-Mulk:2).

4. Kritik Terhadap Feminisme

Gerakan feminisme diakui telah banyak membawa perubahan positif

pada kondisi perempuan. Kritik tersebut bersifat teoritis, namun lebih

sering berupa bukti nyata kegagalan feminisme. Kritik dan tanggapan

negatif tersebut, antara lain :

a. Berbagai eksperimen membuktikan bahwa pria dan perempuan

sama mengalami kegagalan. Contohnya, ketika pada tahun 1997

pemerintahan Inggris memberlakukan :gender free approach”

dalam merekrut tentaranya dan memberlakukan ujian fisik yang

sama.

Page 20: Makalah Islam, Perempuan, dan Feminisme

20

b. Eksperimen penerapan persamaan jender juga dilakukan negara-

negara Skandinavia. Mereka mengkampanyekan agar laki-laki

tidak malu berkerja di sektor domestik, dan sisi lain mendorong

perempuan untuk bekerjaan di luar rumah dengan cara

menyediakan tepat penitipan anak (day care center) secara besar-

besaran.

c. Germaine Greer, salah satu tokoh feminisme, pada tahun 1999

menerbitkan buku barunya, The Whole Woman. Greer

menggambarkan betapa sesudah berpuluh tahun gerakan feminisme,

gadis-gadis sekarang masih dijajah oleh konsep “perempuan

cantik”.

d. Munculnya para feminis radikal yang mengutuk system patriarki,

mencemooh perkawinan, menghalalkan aborsi, menyarankan

lesbianism dan revolusi seks, justru menodai reputasi gerakan itu.

e. Gerakan feminis di Barat berangsur-angsur surut. Akhirnya,

muncul gerakan anti tesis yang menyeru kaum wanita agar kembali

ke konsep awal.

f. Professor T.J. Winters-yang sesudah menjadi Muslim kini bernama

Abdal-Hakim Murad (Universitas Cambridge), mencatat bahwa

feminisme tahun 1960-an dan 1970-an adalah “feminisme

kesejajaran” yang berjuang menghilangkan ketimpangan jender

yang menurut mereka semata-mata social construct yang bisa

diubah lewat pendidikan dan media. Sedangkan feminisme tahun

1990-an adala “feminisme perbedaan” yang berakar pada semakin

tumbuhnya kesadaran bahwa faktor alami (nature) itu sama

pentingnya dengan faktor pengasuh (nurture) dalam pembentukan

perilaku pria dan wanita.

Demikianlah berbagai bukti dan kritik yang menunjukkan bahwa

feminisme bukan pilihan yang bijak dan benar untuk memajukan dan

mengangkat martabat perempuan. Meskipun begitu, umat Islam perlu

mengambil sisi positif munculnya feminisme di kalangan umat Islam.

Page 21: Makalah Islam, Perempuan, dan Feminisme

21

Keberadaan tatanan sosial masuarakat yang cenderung merugikan

perempuan di berbagai wilayah yang mayoritas berpenduduk Muslim.

Page 22: Makalah Islam, Perempuan, dan Feminisme

22

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam kalangan orang Indonesia feminisme lebih familiar dengan

istilah emansipasi (kemerdekaan, pembebasan). Kata feminisme

diperkenalkan pertama kali oleh aktivis sosialis utopis, Charles Fourier pada

tahun 1837. Feminisme mulai timbul pada abad ke-18 di Eropa, tepatnya di

Perancis yang didorong oleh ideologi pencerahan (Aufklarung) yang

menekankan pentingnya peran rasio dalam mencapai kebenaran. Jenis-jenis

feminisme adalah feminisme liberal, feminisme marxis, feminisme radikal,

feminisme sosial, feminisme teologis, dan ekofeminisme.

Islam datang untuk melepaskan perempuan dari perlakuan yang

tidak manusiawi dari berbagai kebudayaan manusia, sebagaimana

disebutkan diatas. Islam memandang perempuan sebagai makhluk yang

mulia dan terhormat, memiliki hak dan kewajiban yang disyariatkan Allah.

Dalam Islam, haram hukumnya menganiaya dan memperbudak perempuan,

dan pelakunya diancam dengan siksaan yang pedih. Dalam pandangan Islam,

ide dasar dan utama yang diperjuangkan oleh feminisme berupa keadilan

antara laki- laki dan perempuan dalam wujud kesetaraan kedudukan dan hak

antara perempuan dengan laki- laki adalah sesuatu yang tidak benar dan

menyalahi kodrat kemanusiaan.

B. Saran

Sebagai umat Muslim kita hendaknya lebih memahami tentang konsep

Islam tentang perempuan. Dalam ajaran Islam telah dijelaskan bahwa laki-

laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama. Masyarakat harus

merubah anggapan mereka bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah

dan laki- laki adalah yang paling kuat dan berkuasa. Selain itu kita harus

saling melengkapi, melindungi, dan saling menghargai antara hak dan

kewajiban serta perpedaan yang telah diciptakan oleh Allah SWT.

Page 23: Makalah Islam, Perempuan, dan Feminisme

23

DAFTAR PUSTAKA

Alfianti, Ririk. 2014. “Perempuan dan Feminisme”.

Dalam http://ryrykyuuya.blogspot.com/2014/03/perempuan-dan-

feminisme.html , 5 Maret 2015 pukul 13.38 WIB.

Nusantara, Dai. 2013. “Kedudukan dan Nilai Wanita Sebelum Islam”.

Dalam http://dainusantara.com/kedudukan-dan-nilai-wanita-sebelum-

islam/ , 16 Maret 2015 pukul 16.42 WIB.

Tyastiwi, Aina. 2012. “Feminisme dalam Islam”.

Dalam http://iniaiyya.blogspot.com/2012/09/makalah-feminisme-

dalam-pandangan- islam_21.html , 5 Maret 2015 pukul 13.35 WIB.

Universitas Negeri Malang, Tim Dosen Pendidikan Agama Islam. 2014.

Pendidikan Islam Transformatif. Malang : Dream Litera.

Wikipedia. 2010. “Hadist Misoginis”.

Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Hadits_Misoginis , 16 Maret 2015

pukul 17.02 WIB.