Asuhan Keperawatan Anak dengan Kasus Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR)
I. KONSEP DASAR TEORI
A. Definisi
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi
dengan berat badan 2500 gram atau kurang pada saat
lahir, bayi baru lahir ini dianggap mengalami
kecepatan pertumbuhan intrauterine kurang dari yang
diharapkan atau pemendekan periode gestasi (Bobak,
2004).
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi
yang lahir dengan berat badan kurang atau sama
dengan 2500 gram (Surasmi, 2003).
Berat Badan Bayi Rendah (BBLR) merupakan bayi
(neonatus) yang lahir dengan memiliki berat badan
kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram
(Hidayat, 2005).
B. Etiologi
Terjadinya lahir prematur/BBLR pada bayi
disebabkan oleh berbagai macam faktor diantaranya:
1. Faktor Ibu
a) Penyakit yang berhubungan langsung dengan
kehamilan
b) Usia
c) Keadaan Sosial Ekonomi
d) Faktor lain
2. Faktor Janin
3. Faktor Uterus dan Plasenta
Menurut Winkjosastro (2006), faktor-faktor yang
dapat menyebabkan terjadinya BBLR, yaitu antara
lain:
a) Faktor Ibu
1. Hipertensi
2. Perokok
3. Gizi buruk
4. Riwayat kelahiran Prematur sebelumnya
5. Pendarahan antepartum
6. Malnutrisi
7. Hidraminon
8. Umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari
35 tahun
9. Jarak dua kehamilan yang terlalu dekat
10. Infeksi dan trauma
b) Faktor Janin
1. Kehamilan ganda
2. Kelainan kromosom
3. Cacat bawaan
4. Infeksi dalam kandungan
5. Hidramnion
6. Ketuban pecah dini
c) Keadaan sosial ekonomi yang rendah
d) Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan,
merokok
C. Klasifikasi
1. Klasifikasi berdasarkan berat badan:
a) Bayi berat badan sangat rendah,yaitu bayi
yang lahir dengan berat badan kurang dari 1000
gram.
b) Bayi berat badan lahir sangat rendah ,yaitu
bayi yang lahir dengan berat badan kurang
1.500 gram
c) Bayi berat badan lahir cukup rendah ,yaitu
bayi yang lahir dengan berat badan 1501-2500
gram
2. Klasifikasi berdasarkan umur kehamilan :
a) Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan
umur kehamilan belum mencapai 37 minggu
b) Bayi cukup bulan adalah bayi yang lahir
dengan umur kehamilan 38-42 minggu.
c) Bayi lebih bulan adalah bayi yang lahir
dengan umur kehamilan lebih dari 42 minggu.
3. Klasifikasi berdasarkan umur kehamilan dan berat
badan :
a) Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK)/small-
for-gestational-age (SGA) adalah Bayi yang lahir
dengan keterlambatan pertumbuhan intra uteri
dengan berat badan terletak dibawah persentil
ke-10 dalam grafik pertumbuhan intra-uteri.
b) Bayi sesuai dengan masa kehamilan
(SMK)/appropriate-for-gestational-age (AGA). Bayi yang
lahir dengan berat badan sesuai dengan berat
badan untuk masa kehamilan,yaitu berat badan
terletak antara persentil ke-10 dan ke-90
dalam grafik pertumbuhan intra –uterin.
c) Bayi besar untuk masa kehamilan/large-for-
gestational-age (LGA). Bayi yang lahir dengan
berat badan lebih untuk usia kehamilan dengan
berat badan terletak diatas persentil ke-90
dalam grafik pertumbuhan intra-uteri.
Berdasarkan pengelompokan tersebut di atas,
BBLR dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
a. Bayi Prematur
Adalah bayi lahir pada umur kehamilan kurang
dari 37 minggu dengan berat badan sama dengan
atau kurang dari 2.500 gram.
Tanda-tanda Bayi Premature :
a) Panjang badan kurang dari atau sama dengan 46
cm
b) Panjangnya kuku belum melewati ujung jari
c) Lingkar kepala kurang dari atau sama dengan
33 cm
d) Lingkar dada kurang dari atau sama dengan 30
cm
e) Rambut lanugo masih banyak
f) Jaringan subkutan tipis atau kurang
g) Tulang rawan daun telinga belum sempurna
pertumbuhannya
h) Tumit mengkilap,telapak kaki halus
i) Pada wanita labia mayora belum menutupi labia
minora, pada bayi laki-laki testis belum
turun.
Penyebab kelahiran Prematur :
a. Faktor Ibu
1)Toksemia gravidarum,yaitu preeklamsi dan
eklamsi
2)Kelainan bentuk uterus (uterus bikornis,
inkompeten serviks)
3)Tumor (mioma uteri,kistoma)
b. Faktor Janin
1)Kehamilan ganda
2)Hidramnion
3)Ketuban pecah dini
4)Infeksi (rubeolla, sifillis,toksoplasmosis
5)Insufisiensi plasenta
c. Faktor Plasenta
1)Plasenta previa
2)Solusio plasenta
Penyulit yang dapat terjadi :
a) Hipotermi
b) Sindrom gawat nafas
c) Hipoglikemia
d) Perdarahan intra cranial
e) Rentan terhadap infeksi
f) Hiperbilirubinemia
g) Kerusakan integritas kulit
b. Bayi Dismatur
Dismaturitas adalah bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari berat badan yang
seharusnya untuk masa kehamilan.yaitu berat badan
di bawah persentil 10 pada kurva pertumbuhan
intra uteri, biasa disebut dengan bayi kecil
untuk masa kehamilan (KMK : kecil masa kehamilan,
/AGA).
Tanda-tanda Bayi Dismatur :
a) Panjang badan lebih dari 45 cm, berat badan
lebih dari 2.500 gram
b) Kulit kering dan keriput
c) Rambut panjang dan banyak
Faktor Yang Menyebabkan Gangguan Pertumbuhan
Intra Uterin Meliputi:
a) Faktor Janin : Infeksi kronis, Kelalinan
congenital
b) Faktor Plasenta : Berat plasenta kurang,
Plasentitis vilus, Infark tumor.
c) Faktor Ibu : Pre eklamsi, Hypertensi,
Kelainan pembuluh darah.
Stadium Bayi Dismatur :
a) Stadium pertama: Bayi tampak kurus dan lebih
panjang, Kering seperti perkamen,tetapi beklum
terdapat noda mekonium.
b) Stadium kedua: Bayi tampak kurus dan lebih
panjang, Kering seperti perkamen,tetapi beklum
terdapat noda mekonium, Kehijauan pada kulit
plasenta dan umbilicus.
c) Stadium ketiga: Bayi tampak kurus dan lebih
panjang, Kering seperti perkamen,tetapi beklum
terdapat noda mekonium, Kehijauan pada kulit
plasenta dan umbilicus, Kulit, kuku , tali
pusat berwarna kuning
Masalah yang Dapat Terjadi:
a) Syndrom aspirasi mekonium
b) Hipoglikemia simtomatik
c) Penyakit membran hialin
d) Hiperbilirubinemia
D. Manifestasi Klinik
Tanda dangejala yang dijumpai pada Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) antara lain :
1. Berat Badan Kurang dari 2.500 gram, panjang
badan kurang dari 45 cm,lingkar
kepalakurang dari 33 cm, lingkar dada kurang
dari 30 cm.
2. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
3. Kepala lebih besar dari badan.
4. Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis,
telinga dan lengan
5. Lemak sub kutan kurang.
6. Ubun – ubun dan sutura melebar
7. Genitalia belum sempurna, labia minora
belum tertutup oleh labia mayora (pada
wanita) dan testis (pada pria)
8. Pembuluh darah kulit banyak terlihat,
peristaltik usus dapat terlihat.
9. Rambut halus dan tipis.
10. Banyak tidur dan tangis lemah.
11. Kulit tampak mengkilat dan licin
12. Pergerakan kurang dan lemah.
13. Refleks tonus leher lemah, refleks isap
kurang, refleks menelan kurang dan refleks
batuk masih lemah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam BBLR adalah:
a) Suhu Tubuh
Pusat pengatur napas badan masih belum
sempurna
Luas badan bayi relatif besar sehingga
penguapannya bertambah
Otot bayi masih lemah
Lemak kulit dan lemak coklat kurang, sehingga
cepat kehilangan panas badan
Kemampuan metabolisme panas masih rendah,
sehingga bayi dengan berat badan lahir rendah
perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak
kehilangan panas badan dan dapat
dipertahankan.
b) Pernapasan
Fungsi pengaturan pernapasan belum sempurna
Surfaktan paru-paru masih kurang, sehingga
perkembangannya tidak sempurna
Otot pernapasan dan tulang iga lemah
Dapat disertai penyakit : penyakit hialin
membrane, mudah infeksi paru-paru dan gagal
pernapasan.
c) Alat pencernaan makanan
Belum berfungsi sempurna sehingga penyerapan
makanan dengan lemah / kurang baik
Aktifitas otot pencernaan makanan masih belum
sempurna , sehingga pengosongan lambung
berkurang
Mudah terjadi regurgitasi isi lambung dan
dapat menimbulkan aspirasi pneumonia.
d) Hepar yang belum matang (immatur)
Mudah menimbulkan gangguan pemecahan
bilirubin, sehingga mudah terjadi
hyperbilirubinemia (kuning) samai ikterus
e) Ginjal masih belum matang
Kemampuan mengatur pembuangan sisa
metabolisme dan air masih belum sempurna
sehingga mudah terjadi oedema.
f) Perdarahan dalam otak
Pembuluh darah bayi BBLR masih rapuh dan
mudah pecah
Sering mengalami gangguan pernapasan,
sehingga memudahkan terjadinya perdarahan
dalam otak
Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan
menyebabkan kematian bayi
Pemberian O2 belum mampu diatur sehingga
mempermudah terjadi perdarahan dan nekrosis.
E. Patofisiologi
Menurunnya simpanan zat gizi. Hampir semua
lemak, glikogen, dan mineral, seperti zat besi,
kalsium, fosfor dan seng dideposit selama 8 minggu
terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm
mempunyai peningkatan potensi terhadap
hipoglikemia, rikets dan anemia. Meningkatnya kkal
untuk bertumbuh. BBLR memerlukan sekitar 120 kkal/
kg/hari, dibandingkan neonatus aterm sekitar 108
kkal/kg/hari.
Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran
pencernaan. Koordinasi antara isap dan menelan,
dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi
pneumonia, belum berkembang dengan baik sampai
kehamilan 32-42 minggu. Penundaan pengosongan
lambung dan buruknya motilitas usus sering terjadi
pada bayi preterm. Kurangnya kemampuan untuk
mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai lebih
sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan
untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak ,
dibandingkan bayi aterm. Produksi amilase pankreas
dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam
pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun.
Kadar laktase juga rendah sampai sekitar kehamilan
34 minggu. Paru-paru yang belum matang dengan
peningkatan kerja bernafas dan kebutuhan kalori
yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan
mengganggu makanan secara oral.
Potensial untuk kehilangan panas akibat luasnya
permukaan tubuh dibandingkan dengan berat badan,
dan sedikitnya lemak pada jaringan bawah kulit
memberikan insulasi. Kehilangan panas ini
meningkatkan keperluan kalori. (Moore, 1997)
F. PATHWAY
G. Komplikasi
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila
BBLR tidak ditangani secepatnya menurut Mitayani,
2009 yaitu:
1) Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan
bernapas pada bayi)
2) Hipoglikemia simptomatik, terutama pada laki-
laki
3) Penyakit membran hialin: disebabkan karena
surfaktan paru belum sempurna/ cukup, sehingga
olveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan
inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam
alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga
negatif yang tinggi untuk yang berikutnya
4) Asfiksia neonetorum
5) Hiperbilirubinemia
Bayi dismatur sering mendapatkan
hiperbilirubinemia, hal ini mungkin disebabkan
karena gangguan pertumbuhan hati.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil
meningkat sampai 23.000-24.000/mm3, hari pertama
setelah lahir (menurun bila ada sepsis ).
2. Hematokrit ( Ht ) : 43%- 61 % ( peningkatan
sampai 65 % atau lebih menandakan polisitemia,
penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic
prenatal/perinatal).
3. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih
rendah berhubungan dengan anemia atau hemolisis
berlebihan ).
4. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama
kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-
5 hari.
5. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6
jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-50
mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
6. Pemantauan elektrolit ( Na, K, Cl ) :
biasanya dalam batas normal pada awalnya.
7. Pemeriksaan Analisa gas darah.
I. Penatalaksanaan
A. Medis
a) Intubasi
Dilakukan pada bayi prematur dengan berat
badan lahir rendah yang mengalami pernafasan
periodik yang berat serta mengalami serangan
apnea yang menetap.
b) Oksigen tambahan
Tujuan pemberian oksigen tambahan untuk
mengatasi hipoksemia, dalam pemberian oksigen
tambahan harus dilakukan secara hati-hati
karena tekanan oksigen yang tinggi di dalam
arteri bayi prematur merupakan faktor penting
dalam menyebabkan retinopati prematuritas.
B. Keperawatan
Dengan memperhatikan gambaran klinis diatas
dan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi pada
bayi BBLR, maka perawatan dan pengawasan bayi
BBLR ditujukan pada pengaturan panas badan,
menghindari infeksi, pemberian makanan bayi dan
pernapasan.
Karena belum sempurnanya kerja alat-alat
tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan
perkembangan serta penyesuaian diri dengan
lingkungan perlu diperhatikan :
a. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/
BBLR.
Bayi prematuritas dengan cepat akan
kehilangan panas badan dan menjadi hipotermi,
karena pusat pengaturan panas badan belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah,
permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu
bayi prematuritas harus dirawat di dalam
inkubator sehingga panas badannya mendekati
dalam rahim. Dengan pengaturan suhu pada bayi
dengan berat badan di bawah 2 kilogram dengan
suhu inkubator 35°C, bayi dengan berat badan
2-2,5 kilogram dengan suhu inkubator 34°C,
suhu inkubator diturunkan 1°C setiap minggu
sampai bayi dapat ditempatkan pada suhu
lingkungan kurang lebih 24-27°C.
b. Makanan bayi premature
Alat pencernaan bayi prematur masih belum
sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan
belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5
gram/kgBB dan kalori 110 kal/kgBB, sehingga
pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian
minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan
didahului dengan mengisap cairan lambung.
Refleks mengisap masih lemah, sehingga
pemberian minum sebaiknya sedikit demi
sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih
sering.
ASI merupakan makanan yang paling utama,
sehingga ASI lah yang paling dahulu
diberikan. Bila faktor mengisapnya kurang
maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan
sendok perlahan-lahan atau dengan memasang
sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang
diberikan sekitar 50-60 cc/kgBB/hari dan
terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200
cc/kgBB/hari.
Rumus Gizi Seimbang:
c. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena
infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih
lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan
pembentukan antibody belum sempurna. Oleh
karena itu, upaya preventifsudah dilakukan sejak
pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi
persalinan prematuritas (BBLR). Dengan
demikian perawatan dan pengawasan bayi
prematuritas sebaiknya secara khusus dan
terisolasi dengan baik.
d. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit
membran hialin. Pada penyakit ini tanda-
tanda gawat pernapasan sealu ada dalam 4 jam
bayi harus dirawat terlentang atau tengkurap
dalam inkubator dada abdomen harus
dipaparkan untuk mengobserfasi usaha
pernapasan.
e. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur
yang sakit bayi berberat badan lahir rendah,
harus diantisipasi sebelum gejala timbul
dengan pemeriksaan gula darah secara teratur.
J. Pencegahan
Menurut Manuaba (2006), dengan mengetahui
berbagai faktor penyebab berat badan lahir rendah
dapat dipertimbangkan langkah pencegahan dengan
cara:
1. Melakukan pengawasan hamil dengan seksama dan
teratur.
2. Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang
dapat menyebabkan kehamilan dan persalinan
preterm
3. Memberi nasehat tentang :
a) Gizi saat hamil
b) Meningkatkan pengertian keluarga berencana
internal
c) Memperhatikan tentang berbagai kelainan yang
timbul dan segera melakukan konsultasi.
d) Menganjurkan untuk pemeriksaan tambahan
sehingga secara dini penyakit ibu dapat
diketahui dan diawasi/diobati
Menurut Erlina (2008), pada kasus Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) Mencegah/preventif adalah
langkah yang penting. Dan hal-hal yang dapat
dilakukan diantaranya:
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara
berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan
dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang
diduga berisiko, terutama faktor risiko yang
mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat
dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi
pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim, tanda-tanda
bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama
kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatanya
dan janin dalam kandunganya dengan baik.
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinanya
pada kurun waktu reproduksi sehat (20-34 tahun).
4. Perlu dukungan sektor lain yang terikat untuk
turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu
dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat
meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan
antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
a. Biodata :
Usia kehamilan biasanya antara 24 sampai 37
minggu
b. Keluhan utama :
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi
kedinginan atau suhu tubuh rendah.
c. Riwayat kesehatan
a) Riwayat penyakit sekarang :
Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24
sampai 37 minggu, berat badan lahir kurang
atau sama dengan 2500 gram.
b) Riwayat penyakit dahulu :
Ibu memiliki riwayat kelahiran premature,
kehamilan ganda, hidramnion, ibu mengalami
hyperemesis gravidarum saat hamil.
c) Riwayat penyakit keluarga :
Adanya penyakit tertentu yang menyertai
kehamilan seperti DM, TB Paru, tumor
kandungan, kista, hipertensi.
d. Pengkajian bio-psiko-sosial-spiritual (Calista
Roy)
a. Respirasi:respirasi dangkal, tidak teratur,
dan pernapasan diafragmatik intermiten atau
periodik (40 – 60 kali/menit), Pernapsan
cuping hidung, retraksi suprasternal atau
substernal, derajat sianosis yang mungkin
ada. Adanya bunyi ampela pada auskultasi,
menandakan sindrom distres pernapasan (RDS)
b. Nutrisi: reflek menghisap lemah, volume
lambung kurang, daya absorbs kurang atau
lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu.
c. Aktivitas/Istirahat: status sadar, bayi
tampak semi koma saat tidur malam, meringis,
gerakan kaki dan tangan lemah, tidur sehari
rata-rata 20 jam.
d. Proteksi/Perlindungan:bayi prematuritas
mudah sekali terkena infeksi, karena daya
tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan
leukosit masih kurang, dan pembentukan
antibody belum sempurna.
e. Fungsi syaraf/neurologis: sutura tengkorak
dan fontanel tampak melebar, penonjolan
karena ketidakadekuatan pertumbuhan mungkin
terlihat Kepala kecil dengan dahi menonjol,
batang hidung cekung, hidung pendek mencuat,
bibir atas tipis, dan dagu maju, tonus otot
dapat tampak kencang dengan fleksi
ekstremitas bawah dan atas serta
keterbatasan gerak, Pelebaran tampilan mata.
f. Pengaturan suhu tubuh:Bayi prematuritas
(BBRL) dengan cepat akan kehilangan panas
badan dan menjadi hipotermi (Suhu < 36,5oC),
karena pusat pengaturan panas badan belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya
rendah, permukaan badan relatif luas,
sehingga perlu perawatan inkubator.
g. Eliminasi : BAB yang pertama kali keluar
adalah meconium, produksi urine rendah.
h. The sense / perasaan : bayi akan menangis
jika ada rangsangan nyeri.
i. Fungsi endokrin :biasanya system endokrin
pada bayi baru lahir sudah cukup berkembang,
namun fungsinya masih imatur, misalnya lobus
posterior kelenjar hipofise menghasilkan
hormone anti diuretic (ADH), atau
vasopressin dalam jumlah terbatas, yang
menghambat diuresis. Inilah yang menyebabkan
bayi sangat rentan terhadap dehidrasi.
e. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : sedang
b. TTV : RR :40 - 60
x/menit.
N : 140 – 150 x/menit,
TD : 80/46 mmHg
S : <36,5 -37,5 oC
c. Apgar score :
Sistem penilaian ini untuk mengevaluasi
status kardiopulmonal dan persarafan
bayi.Penilaian dilakukan 1 menit setelah
lahir dengan penilaian 7-10 (baik), 4-6
(asfiksia ringan hingga sedang), dan 0-3
(asfiksia berat) dan diulang setiap 5 meint
hingga bayi dalam keadaan stabil.
Tanda 0 1 2Frekwensijantung
Tidakada
< 100 > 100
Usahabernapas
Tidakada
Lambat Menangiskuat
Tonusotot
Lumpuh Ekstremitasfleksisedikit
Gerakankatif
Refleks
Tidakbereaksi
Gerakansedikit
Reaksimelawan
Warnakulit
Seluruhtubuhbiruataupucat
Tubuhkemeraha,ekstremitasbiru
Seluruhtubuhkemerahan
d.Antropometri :
BB :< 2500 gram
PB :<46 cm
LIKA :<33 cm
LD :<30 cm
f. Pemeriksaan Fisik
Head To Toe:
1) Kepala: kemungkinan ditemukan caput
succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun
besar cekung atau cembung kemungkinan adanya
peningkatan tekanan intrakranial.
2) Mata: warna conjunctiva anemis atau tidak
anemis, tidak ada bleeding conjunctiva, warna
sklera tidak kuning, pupil menunjukkan
refleksi terhadap cahaya.
3) yyyuwHidung: terdapat pernafasan cuping
hidung dan terdapat penumpukan lendir.
4) Mulut: bibir berwarna pucat ataupun merah,
ada lendir atau tidak.
5) Telinga: perhatikan kebersihannya dan adanya
kelainan
6) Leher: perhatikan kebersihannya karena leher
nenoatus pendek
7) Thorax: bentuk simetris, terdapat tarikan
intercostal, perhatikan suara wheezing dan
ronchi, frekuensi bunyi jantung lebih dari
100 kali per menit.
8) Abdomen: bentuk silindris, hepar bayi
terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costaaepada
garis papila mamae, lien tidak teraba, perut
buncit berarti adanya asites atau tumor,
perut cekung adanya hernia diafragma, bising
usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa
kelahiran bayi, sering terdapat retensi
karena GI Tract belum sempurna.
9) Umbilikus: tali pusat layu, perhatikan ada
pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda
infeksi pada tali pusat.
10) Genitalia: pada neonatus aterm testis
harus turun, lihat adakah kelainan letak
muara uretra pada neonatus laki – laki,
neonatus perempuan lihat labia mayor dan
labia minor,labia minora mungkin lebih besar
dari labia mayora dengan klitoris menonjol,
adanya sekresi mukus keputihan, kadang
perdarahan.
11) Kulit: Warna kulit tubuh merah,
sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada
bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
12) Anus: perhatiakan adanya darah dalam
tinja, frekuensi buang air besar serta warna
dari faeses.
13) Ekstremitas: warna biru, gerakan lemah,
akral dingin, perhatikan adanya patah tulang
atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan
jari-jari tangan serta jumlahnya.
14) Refleks: pada neonatus preterm post
asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah.
Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai
keadaan susunan syaraf pusat atau adanya
patah tulang (Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan Potter
Patricia A, 1996 : 109-356).
Refleks berkedip dijumpai namun belum
sempurna,bayi menunjukkan refleks menggenggam
namun belum sempurna,bayi memberikan respon
ekstensi dan fleksi lengan yang belum
sempurna, bayi memperlihatkan respon
menghisap yang belum sempurna.
g. Pemeriksaan penunjang:
a. Jumblah sel darah putih : 18.000/mm3,
netrofil meningkat sampai 23.000/mm3, hari
pertama setelah lahir (menurun bila ada
sepsis).
b. Hematocrit : 43% - 61 % (peningkatan sampai
65% atau lebih menandakan polisitemia,
penurunan kadar menunjukan anemia atau
hemoragic prenatal/perinatal).
c. Haemoglobin : 15-20 gr/dL (kadar lebih rendah
berhubungan dengan anemia atau haemolisis
berlebihan).
d. Bilirubin total : 6 mg/dL pada hari pertama
kehidupan, 8 mg/dL 1-2 hari, dan 12 mg/dL
pada 3-5 hari.
e. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6
jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-50
mg/dL meningkat 60-70 mg/dL pada hari ke 3.
f. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl) : biasanya
dalam batas normal pada awalnya.
g. Pemeriksaan gas darah.
2.2 Diagnosa Keperawatan
1) Analisa Data
No Symptom Etiologi Problem
1. DS: -
DO :- Pernafasandangkal, tidakteratur, danpernapasandiafragmatikintermiten atauperiodik (40 –60 kali/menit),
- Pernapsan cupinghidung, retraksisuprasternalatau substernal,juga derajatsianosis yangmungkin ada.
- Adanya bunyiampela padaauskultasi,menandakansindrom distrespernapasan(RDS).
Etiologi (Faktor Ibu,Faktor Janin,
FaktorPlasenta)
BBLR
Prematuritas
Fungsi organ-organ belumbaik (paru-
paru)
Pertumbuhandinding dada
belum sempurnaVaskuler paru
imatur
Regulasipernafasan
Pernafasanperiodik
Pola napas
tidak efektif
Pernafasan biot2. DS: -
DO :- Suhu < 36,5oC- Perawataninkubator
Etiologi (Faktor Ibu,Faktor Janin,
FaktorPlasenta)
BBLR
Permukaan tubuhrelatif lebih
luas.Jaringan lemaksub kutan lebih
tipis.
Pemaparandengan suhu
luar
Kehilanganpanas melalui
kulit
Hipotermi
3. DS: -DO: - BB < 2500 gram- Suhu < 36,5oC- Leukositmeningkat
Etiologi (Faktor Ibu,Faktor Janin,
FaktorPlasenta)
BBLR
Prematuritas
Penurunan daya
tahan
Resiko
Infeksi
4. DS :-
DO:
Etiologi (Faktor Ibu,Faktor Janin,
Resiko
ketidakseimba
- BB < 2500 gram- Kulit kering
pecah-pecah danterkelupas dantidak adanyajaringansubkutan
- Penurunan massaotot, khususnyapada pipi,bokong, danpaha
- Terpasang OGTdan infus
FaktorPlasenta)
BBLR
Prematuritas
Fungsi organ-organ belumbaik (otak)
Imaturitas
sentrum-sentrumvital
Regulasi
pernafasan
Reflek menelanbelum sempurna
ngan nutrisi
(kurang dari
kebutuhan
tubuh)
2) Rumusan diagnosa berdasarkan prioritas masalah
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
imaturitas paru dan neuromuscular.
2. Hipotermiberhubungan dengan kontrol suhu yang
imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan
imunologis yang kurang.
4. Resiko ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari
kebutuhan tubuh)kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna
nutrisi karena imaturitas.
2.3 Rencana Asuhan Keperawatan
No Dx.Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Tidak efektifnya pola nafas b/d imaturitas pusat pernafasan, keterbatasanperkembangan otot, penurunan energi/ kelelahan, ketidakseimbangan metabolik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proseskeperawatan diharapkan pola nafas efektif. Dengan kriteria hasil:
a) RR 30-60 x/mnt
b) Sianosis (-)
c) Sesak (-)
d) Ronchi (-)
e) Whezing (-)
1.Kaji frekuensi pernafasan dan pola pernafasan.
2.Berikan posisi kepala sedikit ekstensi.
3.Hisap jalan nafas sesuai kebutuhan.
4.Pertahankan suhutubuh optimal.
5.Berikan oksigen sesuai advis dokter.
2. Hipotermib/dimaturitas control dan pengatur suhu dan berkurangnyalemak subcutan didalam tubuh.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proseskeperawatan diharapkan suhu tubuh kembali normal. Dengan kriteria hasil :
1. Observasi tanda-tanda vital.
2. Tempatkan bayi pada inkubator.
3. Ganti pakaian setiap basah
Kolaborasi:1. Kolaborasi
pemberian D-10 Wdan ekspander volumesecara intra
Suhu 36-37 C.Kulit hangat.Sianosis (-)Ekstremitas hangat
vena bila diperlukan.
2. Berikan obat-obatan sesuai indikasi fenobarbital, natrium bikarbonat.
3. Resiko tinggi infeksi b/d respon imun imatur
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proseskeperawatan diharapkan infeksi tidakterjadi. Dengan kriteria hasil :Suhu 36-37 CTidak ada tanda-tanda infeksiLeukosit 5.000–10.000
Mandiri :1. Tingkatkan cara-
cara mencuci tangan pada staf, orang tua dan pekerja lain.
2. Pantau pengunjung akan adanya lesi kulit.
3. Kaji bayi terhadap tanda-tanda infeksi, misalnya: suhu, letargi atau perubahan perilaku.
4. Lakukan perawatan tali pusat sesuai kit.
5. Berikan ASI untuk pemberian makan bila tersedia.
Kolaborasi:Berikan antibiotika sesuaiindikasi.
4. Resiko Setelah Mandiri :
ketidakseimbangan nutrisi (kurang darikebutuhan tubuh) b/d ketidakmampuan mencerna nutrisi (Imaturitas saluran cerna)
dilakukan tindakan keperawatan selama proseskeperawatan diharapkan nutrisi terpenuhi. Dengan kriteria hasil :Reflek hisap dan menelan baikMuntah (-)Kembung(-)BAB lancarBerat badan meningkat 15 gr/hrTurgor elastis.
1. Timbang berat badan bayi saat menerima di ruangan perawatan dan setelah itu setiap hari.
2. Auskultasi bising usus, perhatikanadanya distensi abdomen, dan perilaku menghisap.
3. Lakukan pemberian makan oral awal dengan5-15 ml air steril, kemudiandextrose dan airsesuai protokol rumah sakit.
Kolaborasi :Berikan glukosa dengan segera peroral atau intravena bila kadar dextrostik kurang dari 45 mg/dl.
2.4Implementasi
Menurut Nursalam (2001) pelaksanaan
keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik (Lyer et al,
1996). Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan kepada nursing
orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan dengan harapan untuk memodifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
klien mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi
koping.
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan
dengan rencana tindakan keperawatan. Dalam
melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan
BBLR yang harus diperhatikan adalah timbang berat
badan setiap hari dan observasi tanda-tanda vital,
memberikan minum, rawat klien dalam inkubator,
berikan posisi semi fowler dan kolaborasi
pemberian oksigen tambahan.
2.5Evaluasi
Menurut Nursalam (2001) evaluasi adalah
tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi
memungkinkan perawat untuk memonitor”kealpaan”
yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,
perencanaan dan pelaksanaan tindakan.
Adapun evaluasi yang diharapkan pada bayi
dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah
oksigenisasi klien kembali adekuat, klien dapat
mempertahankan suhu tubuh yang stabil, klien tidak
mengalami infeksi, kebutuhan nutrisi klien kembali
terpenuhi, kebutuhan cairan klien kembali
seimbang, integritas kulit klien tetap utuh, klien
tidak mengalami cidera, klien mencapai pertumbuhan
dan perkembangan yang normal, keluarga klien
menunjukkan perilaku kedekatan yang positif.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak Irene. M. (2004).BukuAjar Keperawatan Maternitas.
Jakarta: EGC
Doenges, M.E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.
Jakarta: EGC
K, Deswani. (2012).Panduan Praktik Klinis dan Laboratotium
Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Mitayani.(2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta:
Salemba Medika.
Sowden Betz Cicilia. (2002). Keperawatan
Pediatric. Jakarta: EGC.