v
PENGARUH METODE LATIHAN DAN TINGKAT INTELIGENSI TERHADAP KETERAMPILAN TEKNIK DASAR SEPAKBOLA
ATLET SEKOLAH SEPAKBOLA PSTS TABING
TESIS
Oleh :
APRIYANTI RAHMALIA 51636/2009
Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Magister Pendidikan
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN KONSENTRASI MANAJEMEN PENDIDIKAN OLAHRAGA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2011
i
ABSTRAK
Apriyanti Rahmalia. 2011. Pengaruh Metode Latihan dan Tingkat Inteligensi Terhadap Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Atlet Sekolah Sepakbola PSTS Tabing. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang.
Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan teknik dasar sepakbola, diantaranya melalui metode rangkaian latihan dan metode rangkaian bermain. Tujuan dilakukanya penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh metode latihan mana yang lebih baik dan bagaimana pengaruh tingkat inteligensi terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola.
Populasi penelitian ini adalah seluruh atlet yang terdaftar pada sekolah sebakbola Persatuan Sepakbola Tabing Sekitarnya (PSTS Tabing). Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik sampling purporsive, sehingga sampel yang diambil pada kelompok usia 12 tahun yang berjumlah 40 orang. Instrumen test standard progressive matrices digunakan untuk mengukur tingkat inteligensi. Soccer Battery test (passing, shooting, dribbling, control) digunakan untuk mengukur keterampilan teknik dasar sepakbola. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan anava dua jalur, dan dilanjutkan dengan uji tukey.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa: (1) Keterampilan teknik dasar sepakbola yang diberikan dengan metode rangkaian latihan hasilnya lebih tinggi daripada rangkaian bermain (Qh = 12.92 > Qt = 2.95), (2) Terdapat interaksi antara metode latihan dengan tingkat inteligensi terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola (Fh = 86.63 > Fh = 4.11, (3) Pada tingkat inteligensi tinggi, keterampilan teknik dasar sepakbola kelompok yang diberikan dengan metode rangkaian latihan hasilnya lebih tinggi daripada rangkaian bermain (Qh = 12.98 > Qt = 3.13), (4) Pada tingkat inteligensi rendah, keterampilan teknik dasar sepakbola kelompok yang diberikan dengan metode rangkaian latihan hasilnya lebih rendah daripada rangkaian bermain (Qh = 6.73 > Qt = 3.13).
i
ABSTRACT
Apriyanti Rahmalia. 2011.The Effect of The Exercise Method and The Intelligence Level toward Capability of Basic Techniques in Football The Athlete at Football School in PSTS Tabing. Thesis. Post Graduate Program of Padang State University.
There are some methods that can be used to implement capability of basic techniques in football such as through exercise method and game approach method. This research is containing purposes to see the effect of exercise method and the intelligence level towards capability of basic techniques in football.
The population of this research was all athlete who registered at football school in tabing (PSTS Tabing). The sampling techniques used was purposive sampling. There are 40 students of age 12 we taken as sample. The progressive matrices used to measure the intelligence level. The soccer battery test (shooting, passing, dribbling, control) used to measure capability of basic techniques in football. The analysis of data with two way anava, and then continued with tukey test.
Results of data analysis indicated that: (1) capability of basic techniques in football being trained in the method of through exercise method (Qh = 9.75 > Qt = 2.95) is higher than the game approach method, (2) There are interactions between the exercise method with the intelligence level toward the basic techniques in football (Fh = 43.19 > Ft = 4.11), (3) In the high category of the intelligence level, toward capability basic techniques in football of the group being trained in the through exercise method was higher (Qh = 9.23 > Qt = 2.95) than those trained by the game exercise method, (4) In the low category of the intelligence level, toward capability basic techniques in football of the group being trained in the through exercise method was lower (Qh = 4.29 > Qt = 2.95) than those trained by the game exercise method.
ii
PERSETUJUAN AKHIR TESIS
Nama Mahasiswa : Apriyanti Rahmalia NIM : 51636
Nama
Tanda Tangan Tanggal
Prof. Dr. Eddy Marheni, M.Pd Pembimbing I
_______________ ____________
Dr. H. Chalid Marzuki, M.A Pembimbing II
_______________ ____________
Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi/ Kosentrasi Universitas Negeri Padang Prof. Dr. Mukhaiyar Prof. Dr. Eddy Marheni, M.Pd NIP. 19500612 197603 1 005 NIP. 19561020 198003 1 005
PERSETUJUAN KOMISI UJIAN TESIS MAGISTER KEPENDIDIKAN
No
Nama Tanda Tangan
1. Prof. Dr. Eddy Marheni, M.Pd (Ketua)
_____________________
2. Dr. H. Chalid Marzuki, M.A (Sekretaris)
_____________________
3. Prof. Dr. Syafruddin, M.Pd (Anggota)
_____________________
4. Dr. Adnan Fardi, M.Pd (Anggota)
_____________________
5. Prof. Dr. H Rusdinal, M.Pd (Anggota)
_____________________
Mahasiswa : Nama : Apriyanti Rahmalia NIM : 51636 Tanggal Ujian : 18 Agustus 2011
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Karya tulis saya, tesis dengan judul “PENGARUH METODE LATIHAN
DAN TINGKAT INTELIGENSI TERHADAP KETERAMPILAN TEKNIK DASAR SEPAKBOLA ATLET SEKOLAH SEPAKBOLA PSTS TABING”,
adalah asli belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik baik
di Universitas Negeri Padang maupun di perguruan tinggi lainya. 2. Karya tulis ini murni gagasan, penilaian, dan rumusan saya sendiri, tanpa
bantuan tidak sah dari pihak lain, kecuali arahan Tim pembimbing/ Tim
Promotor. 3. Didalam Karya tulis ini tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang telah
ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali dikutip secara tertulis dengan
jelas dan dicantumkan sebagai acuan di dalam naskah saya dengan
disebutkan nama pengarangnya dan dicantumkan pada daftar pustaka. 4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila di kemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran pernyataan ini, saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainya sesuai dengan norma
dan ketentuan hukum yang berlaku.
Padang, 18 Agustus 2011
Saya yang Menyatakan
Apriyanti Rahmalia
51636/ 2009
vi
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillaahirobbil’alamin penulis ucapkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul Pengaruh Metode
Latihan dan Tingkat Inteligensi Terhadap Keterampilan Teknik Dasar
Sepakbola Atlet Sekolah Sepakbola PSTS Tabing. Shalawat beriring
salam disampaikan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah
membimbing umat manusia di dunia ini maju dengan teknologi dan ilmu
pengetahuan seperti sekarang ini.
Tujuan tesis ini adalah untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Administrasi
Pendidikan Manajemen Pendidikan Olahraga Program Pascasarjana
(PPS) Universitas Negeri Padang. Hal tersebut disebabkan oleh
keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih atas masukan-masukan yang sifatnya membangun dari
semua pihak, guna kesempurnaan tesis ini. Bersamaan dengan itu penulis
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih pada pihak yang telah
membantu penyelesaian tesis ini:
1. Prof. Dr. Mukhaiyar,M.Pd selaku Direktur Progrma Pascasarjana
Universitas Negeri Padang yang telah memberikan dukungan dan
fasilitas selama perkuliahan.
2. Prof. Dr. Eddy Marheni, M.Pd selaku Ketua Konsentrasi Manajemen
Pendidikan Olahraga sekaligus sebagai Pembimbing I yang telah
memberi kemudahan dan bantuan dalam menyusun proposal tesis ini.
3. Dr. H. Chalid Marzuki, Ma sebagai Pembimbing II yang telah memberi
kemudahan dan bantuan dalam menyusun proposal tesis ini.
4. Dr. Adnan Fardi, M.Pd, Prof. Dr. Syafruddin, M,Pd, dan Prof. Dr. H.
Rusdinal, M.Pd, sebagai dosen kontributor yang telah memberi saran
dan bantuan dalam menyusun tesis ini.
vii
5. Kepada Dosen-dosen mata kuliah sepakbola FIK UNP yang telah
memberikan bantuan, saran, doa dan bimbingan dalam penyelesaian
tesis ini.
6. Bapak Jafri Sastra, Pak Jay, Pak OK, Refa, Yoyo, Febri selaku Pelatih
Sekolah Sepakbola PSTS Tabing yang telah banyak membantu dalam
pelaksanaan penelitian.
7. Pengurus Sekolah Sepakbola PSTS Tabing yang membantu
pengambilan data dan Anggota yang menjadi sampel penelitian.
8. Yang tercinta Ayahanda Ahmad Yulizar, Ibunda Masniarti, kakanda
Agus, adinda Khalik dan Ichsan yang senantiasa membantu
memberikan dorongan semangat untuk menulis.
9. Kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan moril dan
motivasi dalam pelaksanaan penelitian.
Akhir kata hanya kepada Allah SWT tempat berserah diri, semoga
penulisan ini dapat diterima sebagai amalan yang mendapatkan ridhoNya
serta berguna bagi yang membaca, amin yaa robbal’alamin.
Padang, 18 Agustus 2011
Penulis
vii
DAFTAR ISI
ABSTRACT ........................................................................................... i ABSTRAK ............................................................................................. ii PERSETUJUAN AKHIR ........................................................................ iii PERSETUJUAN KOMISI ...................................................................... iv SURAT PERNYATAAN ....................................................................... v KATA PENGANTAR ............................................................................. vii DAFTAR ISI ........................................................................................... viii DAFTAR TABEL ................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xii DAFTAR GRAFIK ................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 10
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 11
D. Perumusan Masalah ..................................................................... 11
E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 12
F. Manfaat Penelitian ........................................................................ 13
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ............................................................................. 14
1. Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola ................................ 14
a. Pengertian Teknik Dasar ................................................... 14
b. Beberapa Teknik Dasar Sepakbola ................................... 16
1). Shooting ........................................................................ 16
2). Dribbling ........................................................................ 18
3). Passing ......................................................................... 21
4). Ball Control ................................................................... 25
c. Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Teknik
Dasar Sepakbola ............................................................... 28
2. Hakikat Metode Latihan ......................................................... 31
a. Pengertian Latihan ............................................................. 31
Halaman
viii
b. Metode Rangkaian Latihan ................................................ 41
1) Pengertian ..................................................................... 41 2) Tahapan Pelaksanaan ................................................... 44 3) Karakteristik ................................................................... 45
c. Rangkaian Bermain ............................................................ 46 1) Pengertian ..................................................................... 46 2) Tahapan Pelaksanaan ................................................... 48 3) Karakteristik ................................................................... 50
3. Hakikat Inteligensi .................................................................. 51 a. Pengertian Tingkat Inteligensi ............................................ 51 b. Pentingnya Tingkat Inteligensi dalam Sepakbola .............. 57 c. Tes Tingkat Inteligensi ....................................................... 59
B. Kerangka Pemikiran .................................................................... 63 C. Hipotesis ....................................................................................... 71
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 73 B. Validitas Rancangan Penelitian .................................................... 74 C. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 76 D. Populasi dan Sampel .................................................................... 77 E. Definisi Opersional ....................................................................... 78 F. Rancangan Penelitian ................................................................. 80 G. Perlakuan Penelitian .................................................................... 82 H. Pengembangan Instrumen ........................................................... 84 I. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 91 J. Teknik Analisis Data ..................................................................... 91
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data .............................................................................. 93 B. Pengujian Persyaratan Analisis Varian ........................................ 105 C. Pengujian Hipotesis ...................................................................... 108 D. Pembahasan ................................................................................. 112 E. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 126
ix
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................... 128
B. Implikasi ........................................................................................ 128
C. Saran ............................................................................................ 130
Daftar Rujukan ............................................................................................. 131
Lampiran ...................................................................................................... 134
x
DAFTAR TABEL
1. Klasifikasi IQ Berdasarkan Tes Stanford Binet ................................... 54
2. Aspek Intelegence Gardner ................................................................ 56
3. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 71
4. Rancangan Faktorial 2x2 .................................................................... 73
5. Distribusi Populasi .............................................................................. 77
6. Rancangan Faktorial 2x2 dengan Pembagian setiap Sel ................. 82
7. Kategori tingkat Inteligensi dengan SPM ............................................ 85
8. Distribusi Frekuensi Data Tingkat Inteligensi ..................................... 94
9. Distribusi Frekuensi Hasil Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar
Sepakbola Kelompok yang Diberi Metode Rangkaian latihan
(Kelompok A1) ..................................................................................... 95
10. Distribusi Frekuensi Hasil Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar
Sepakbola Kelompok Kelompok yang Diberi Metode Rangkaian
Bermain (Kelompok A2) ...................................................................... 96
11. Distribusi Frekuensi Hasil Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar
Sepakbola Kelompok Kelompok yang Memiliki Tingkat Inteligensii
Tinggi (Kelompok B1) .......................................................................... 98
12. Distribusi Frekuensi Hasil Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar
Sepakbola Kelompok Kelompok yang Memiliki Tingkat Inteligensii
Rendah (Kelompok B2). ...................................................................... 99
13. Distribusi Frekuensi Hasil Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar
Sepakbola Kelompok Kelompok yang diberi Metode Rangkaian
Latihan dengan Kategori Tingkat Inteligensi Tinggi (Kelompok A1B1) 100
14. Distribusi Frekuensi Hasil Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar
Sepakbola Kelompok Sampel yang Diberikan Metode Rangkaian
Latihan dengan Kategori Tingkat Inteligensi Rendah (Kelompok
A1B2) .................................................................................................... 102
Halaman
xi
15. Distribusi Frekuensi Hasil Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar
Sepakbola Kelompok Sampel yang Diberikan Metode Rangkaian
bermain dengan Kategori Tingkat Inteligensi Tinggi (Kelompok
A2B1) .................................................................................................... 103
16. Distribusi Frekuensi Hasil Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar
Sepakbola Kelompok Sampel yang Diberikan Metode Rangkaian
bermain dengan Kategori Tingkat Inteligensi Rendah (Kelompok
A2B2) .................................................................................................... 104
17. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Metode latihan dari Empat
Kelompok Rancangan Penelitian ........................................................ 106
18. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Varians Keempat Kelompok
Rancangan Penelitian ......................................................................... 108
19. Rangkuman Hasil Anava Dua Jalur terhadap Data Keterampilan
Teknik Dasar Sepakbola ..................................................................... 109
20. Hasil ANAVA Tahap Lanjut dengan Uji Tukey ................................... 110
xii
DAFTAR GAMBAR
1. Pelaksanaan Shooting ........................................................................ 17 2. Pelaksanaan Dribbling ....................................................................... 21 3. Pelaksanaan Passing ........................................................................ 24 4. Pelaksanaan Ball Control .................................................................... 28 5. Model Sebuah Pyramid Training ........................................................ 35 6. Bentuk Latihan ................................................................................... 44 7. Bentuk Bermain ................................................................................... 50 8. Pelaksanaan tes Shooting .................................................................. 87 9. Pelaksanaan tes Dribbling .................................................................. 88 10. Pelaksanaan tes Passing .................................................................... 89 11. Pengawas Yang Mengawasi Anak Ujian ............................................ 194 12. Keseriusan Anak Saat Ujian SPM ...................................................... 194 13. Memberikan Penjelasaan Kepada Siswa ........................................... 194 14. Memberikan Pengarahan Pelaksanaan Tes ...................................... 194 15. Kelompok Tingkat Inteligensi Tinggi Rangkaian Latihan
A1B1 ..................................................................................................... 195 16. Kelompok Tingkat Inteligensi Tinggi Rangkaian Bermain
A2B1 ..................................................................................................... 195 17. Kelompok Tingkat Inteligensi Rendah Rangkaian Latihan
A1B2 ..................................................................................................... 195 18. Kelompok Tingkat Inteligensi Rendah Rangkaian Bermain
A2B2 ..................................................................................................... 195 19. Pengarahan Materi Oleh Pelatih ......................................................... 196 20. Pelaksanaan Metode Rangkaian Bermain ......................................... 196 21. Pelaksanaan Metode Rangkaian Latihan ........................................... 196 22. Pelaksanaan Keterampilan Passing ................................................... 197 23. Pelaksanaan Keterampilan Passing ................................................... 197 24. Pelaksanaan Keterampilan Shooting .................................................. 197 25. Pelaksanaan Keterampilan Dribbling .................................................. 197 26. Pelaksanaan Keterampilan Ball Control ............................................. 197
Halaman
xiii
DAFTAR GRAFIK
1. Histogram Tingkat Inteligensi.............................................................. 94
2. Histogram Hasil Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar
Sepakbola Sampel yang Diberi Metode Rangkaian latihan
(Kelompok A1) ..................................................................................... 96
3. Histogram Hasil Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar
Sepakbola Sampel yang Diberi Metode Rangkaian Bermain
(Kelompok A2) ..................................................................................... 97
4. Histogram Hasil Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar
Sepakbola Kelompok yang Memiliki Tingkat Inteligensi Tinggi
(Kelompok B1) ..................................................................................... 98
5. Distribusi Frekuensi Hasil Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar
Sepakbola Kelompok yang Memiliki Tingkat Inteligensi Rendah
(Kelompok B2). .................................................................................... 100
6. Histogram Hasil Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar
Sepakbola Kelompok yang diberi Metode Rangkaian latihandengan
Kategori Tingkat Inteligensi Tinggi (Kelompok A1B1) ......................... 101
7. Histogram Hasil Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar
Sepakbola Sampel yang Diberikan Metode Rangkaian latihan
dengan Kategori Tingkat Inteligensi Rendah (Kelompok A1B2) ......... 102
8. Histogram Hasil Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar
Sepakbola Sampel yang Diberikan Metode Rangkaian bermain
dengan Kategori Tingkat Inteligensi Tinggi (Kelompok A2B1) ............ 104
9. Histogram Hasil Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar
Sepakbola Sampel yang Diberikan Metode Rangkaian bermain
dengan Kategori Tingkat Inteligensi Rendah (Kelompok A2B2). ........ 105
10. Interaksi Metode Latihan dengan Tingkat Inteligensi ......................... 118
Halaman
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Agenda Pelaksanaan Penelitian ......................................................... 134 2. Rangkaian Latihan .............................................................................. 135 3. Rangkaian Bermain ............................................................................ 151 4. Petunjuk Membaca Hasil Tes IQ ........................................................ 167 5. Matching Kelompok Tingkat IQ Tinggi ................................................ 168 6. Matching Kelompok Tingkat IQ Rendah ............................................. 169 7. Data Pretest dan posttest ................................................................... 170 8. Analisis Deskripsi Data Penelitian ...................................................... 172 9. Deskripsi Data Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar
Sepakbola ........................................................................................... 174 10. Normalitas Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar
Sepakbola ........................................................................................... 175 11. Uji Homogenitas Varian ...................................................................... 179 12. Uji Hipotesis ........................................................................................ 182 13. Uji Lanjut Anava .................................................................................. 186 14. Surat Izin Penelitian ............................................................................ 188 15. Hasil Tera Stopwatch .......................................................................... 189 16. Hasil Tera Meteran ............................................................................. 190 17. Surat Telah melakukan Penelitian ...................................................... 191 18. Reability SPM ..................................................................................... 192 19. Validity ................................................................................................. 193 20. Dokumentasi ....................................................................................... 194
Halaman
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sudah merupakan fakta umum bahwa kepopuleran sepakbola
telah menjangkiti seluruh warga dunia (Radnedge: 10, 2010). Memang
tidak bisa dipungkiri lagi sepakbola mampu mengalihkan perhatian
masyarakat, apalagi di Indonesia. Putera (2010:5) mengatakan bahwa
“Banjirnya informasi sepakbola yang disajikan media cetak dan
elektronik dapat menciptakan antusiasme. Ini berlaku bagi semua
kalangan lintas usia, gender dan strata”. Tidak tertutup kemungkinan
siapa saja boleh menyukai sepakbola, sehingga fenomena ini mampu
mempengaruhi seluruh insan sepakbola agar dapat meningkatkan
prestasi sepakbola. Berbagai peran yang diambil beragam, mulai dari
atlet, pelatih, pengurus, orang tua, fans fanatic atau sekedar
simpatisan. Berkaitan dengan hal ini, mereka memiliki tujuan yang
sama yaitu menang. Tujuan tersebut juga disampaikan oleh Firzani
(2010: 3) “Di lapangan semua atlet punya tujuan sama merebut bola
dan menciptakan gol”. Mencetak gol sebanyak mungkin di gawang
lawan dan mempertahankan gawang dari kebobolan adalah hal yang
perlu dilakukan agar tim tersebut dapat memenangkan pertandingan.
Prestasi yang optimal dapat diraih apabila latihan dilakukan
secara kontinu dan sistematis. Karena suksesnya seorang atlet dalam
meraih prestasi merupakan hasil dari perencanaan, kerja keras,
1
2
komitmen, dan program latihan yang benar (Dinata,2005:5).
Berdasarkan hal ini maka pembinaan usia muda dalam cabang
olahraga dapat memaksimalkan perolehan prestasi yang berjenjang
dan berkelanjutan. Pematangan keterampilan teknik sesuai dengan
usia akan membantu atlet sampai pada peak performance. Khususnya
dalam sepakbola, pembinaan yang dilakukan sudah sesuai dengan
jenjang usia. Hal ini dapat dilihat dengan adanya sekolah sepakbola
(SSB) yang membina atlet sesuai dengan kelompok umurnya. Materi
latihan yang diberikan sesuai dengan materi dan tujuan yang telah
dibuat oleh SSB tersebut berdasarkan kelompok usia.
Salah satu wadah dalam pembinaan dan pengembangan
sepakbola adalah melalui kegiatan ekstrakulikuler atau melalui sekolah
sepakbola (SSB). Wadah yang seperti ini sangat dibutuhkan oleh
anak-anak maupun remaja untuk mempelajari hingga meningkatkan
keterampilan teknik dasar sepakbola. Sehingga berdirinya SSB ini
menjadi hal yang sangat penting. Ada beberapa hal yang SSB perlu
sajikan untuk memenuhi kebutuhan anak-anak yaitu:”1). Latihan
berkualitas yang atraktif, 2). Organisasi pertandingan yang fleksibel,
3). Format turnamen yang inovatif, dan 4). Kegiatan rekreasional non
sepakbola” (Putera, 2010: 17). Materi latihan berkualitas yang atraktif
sangat diperlukan agar dapat memacu keterampilan, serta mencegah
anak dari kebosanan. Dengan demikian perlu diberikan variasi latihan
dan semangat kompetitif bagi atlet agar mereka tidak jenuh dalam
3
bermain sepakbola. Kebutuhan selanjutnya berkaitan dengan
organisasi pertandingan yang fleksibel. Sering diadakan pertandingan
akan memacu anak-anak dan khususnya pelatih untuk memantau
perkembangan prestasi anak didiknya. Keterampilan atlet yang
berkualitas akan terlihat dari bagaimana mereka dapat menguasai
teknik dan melakukan reaksi yang tepat dalam pertandingan.
Kemudian, dalam hal pertandingan, format turnamen yang inovatif
mampu memberikan kesempatan kepada anak untuk mencurahkan
kemampuanya dalam pertandingan. Melalui beberapa hal tersebut,
maka kegiatan rekreasional nonsepakbola harus diberikan kepada
anak-anak. Kegiatan ini dapat diberikan pada jeda latihan yang berat,
sehingga anak tidak mengalami tekanan setelah latihan. Beberapa hal
diatas merupakan kebutuhan dasar bagi anak-anak yang disajikan
melalui SSB.
Di antara beberapa SSB yang ada di kota Padang Persatuan
Sepakbola Tabing Sekitarnya (PSTS Tabing), merupakan SSB dan
klub yang membina atlet sepakbola dari usia dini, yang terdiri dari
kelompok umur yang dibina oleh pelatih yang berpengalaman dan
memiliki lisensi yang diakui oleh induk organisasi sepakbola Indonesia
(PSSI). PSTS Tabing didirikan sejak tahun 1975 yang diprakasai oleh
Nasrun Mansyur (Anas Mansyur) yang bekerjasama dengan M. Yasin
(Pak Acin) sehingga didirikanlah klub sepakbola dengan nama PSTS
Tabing. PSTS Tabing telah banyak melahirkan atlit sepakbola yang
4
berprestasi baik ditingkat daerah maupun nasional. Atlet yang dibina
melalui SSB PSTS tabing melakukan latihan yang dilaksanakan setiap
tiga kali seminggu tepatnya pada hari rabu, jumat dan minggu. Hal ini
tentu telah membantu atlet untuk meningkatkan prestasinya.
Ada empat aspek yang harus diperhatikan agar prestasi dalam
olahraga dapat tercapai yaitu “kondisi fisik, teknik, taktik, dan mental”
(Syafruddin, 1999:23). Aspek tersebut tersusun secara sistematis yang
tidak bisa dipisahkan, dimana salah satu aspek akan saling
mempengaruhi, terikat dan berkaitan. Kondisi fisik merupakan keadaan
fisik/ tubuh dan psikis serta kesiapan seorang atlet terhadap tuntunan-
tuntunan khusus suatu cabang olahraga. Kondisi fisik merupakan
pondasi awal yang sangat berperan untuk melakukan teknik ataupun
taktik. Selanjutnya teknik akan berpengaruh pada keluwesan
pergerakan serta efektif dan efisienya saat melakukan gerakan dalam
suatu cabang olahraga. Teknik akan berkaitan dengan suatu
keterampilan seseorang saat melakukan gerakan-gerakan tertentu.
Untuk mendapatkan keterampilan teknik yang baik harus melakukan
latihan yang teratur dan berkelanjutan. Selanjutnya, taktik menuntut
kondisi fisik seseorang ditambah dengan keterampilan teknik dengan
strategi tertentu sehingga kemenangan dapat diraih. Sedangkan
mental akan berperan saat kompetisi, khususnya untuk cabang
olahraga sepakbola. Dimana konsentrasi dan percaya diri atlet sangat
dituntut dalam suatu pertandingan. Berdasarkan hal tersebut atlet yang
5
tidak memiliki mental yang baik dalam pertandingan yang keras,
mereka akan mendapatkan tekanan yang besar dan dapat
mengakibatkan kegagalan eksekusi suatu tendangan yang akan
berujung pada kekalahan. Sehingga empat aspek tersebut sangat
penting agar prestasi dapat diraih seoptimal mungkin.
Sepakbola merupakan olahraga yang kompleks, menurut RÖthig
(2004:76) bahwa cabang olahraga bermain termasuk dalam teknik
majemuk situasi yang bervariasi (tidak langsung) dimana merupakan
dasar-dasar prestasi motorik/ kemampuan kondisi prestasi yang
kompleks: terutama kekuatan kecepatan, kecepatan gerakan dan daya
tahan. Dayatahan aerobik akan terlihat dari lamanya waktu untuk
menyelesaikan bermain. Kemudian salah satu karakteristik teknik
dasar sepakbola dituntut untuk bergerak terus-menerus (mobilitas yang
tinggi). Hal ini berdasarkan situasi dasar yang harus dilakukan oleh
atlet dalam suatu pertandingan. Situasi dasar tersebut adalah: “1)
Tendangan ke gawang – pertahanan gawang, 2) Mencari kesempatan
menendang ke gawang – perlindungan daerah gawang, dan 3)
Menyusun serangan – mengadakan gangguan” (Darwis,1999).
Melalui situasi dasar dalam bermain sepakbola di atas, atlet yang
bertahan harus mampu menguasai bola selama mungkin dalam rangka
menyusun serangan. Saat menyusun serangan tersebut atlet harus
mencari kesempatan agar lebih dekat dengan gawang lawan.
Kesempatan yang telah ada harus mampu digunakan oleh atlet
6
tersebut untuk melakukan tendangan ke gawang lawan, sehingga
mampu menciptakan gol. Berdasarkan hal tersebut agar dapat
melakukan semuanya itu tentu atlet dituntut untuk memiliki
keterampilan teknik yang baik. Keterampilan teknik yang baik ditandai
dengan tepatnya keputusan yang dilakukan, baik hal tersebut passing,
dribbling, shooting, dan control, sehingga mencetak gol menjadi hal
yang tidak sulit.
Dalam meningkatkan keterampilan teknik dasar sepakbola
diperlukan latihan yang lebih efektif dan efisien, terutama dalam
metode latihan, baik penguasaan teknik dasar maupun kondisi fisik
yang prima. Metode latihan akan terlihat pada volume beban,
intensitas beban serta hasil latihan dan kesuksesan akan terbaca pada
hasil pertandingan. Sesuai dengan kemampuan kondisi yang
menentukan prestasi suatu cabang olahraga, maka kemampuan
motorik yang sesuai akan dikembangkan melalui metode-metode
latihan yang tepat. Karena metode latihan merupakan cara-cara yang
terencana secara sistematis dan berorientasi kepada tujuan. Melalui
metode latihan tersebut, dapat disusun beberapa bentuk latihan untuk
meningkatkan keterampilan bermain sepakbola, di antaranya adalah
melalui metode rangkaian bermain dan metode rangkaian latihan.
Rangkaian bermain merupakan metode latihan yang digunakan
melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks yang dapat mencerminkan
terjadinya suatu permainan atau pertarungan diantara dua regu,
7
dimana ada yang menang dan kalah. Dalam pelaksanaan metode
latihan ini, kemampuan atlet dituntut lebih, selain mereka mampu untuk
melakukan bobot teknik yang tepat, mereka juga harus berhadapan
dengan lawan. Dalam hal ini maka rangkaian bermain merupakan
bentuk latihan teknik yang kompleks.
Sedangkan rangkaian latihan dilakukan terhadap elemen-elemen
dari bermain untuk latihan teknik baik secara terpisah maupun
kombinasi, dimana dalam rangkaian latihan tidak ada lawan.
Pelaksanaan metode latihan ini didasarkan pada sasaran yang
diinginkan, dimana teknik yang dilakukan dapat berulang-ulang kali
dengan situasi yang sama. Dengan demikian dalam rangkaian latihan
ini bobot saat melakukan latihan dapat diatur sedemikian rupa
berdasarkan pengorganisasian yang terstruktur.
Untuk mendapatkan hasil latihan yang baik, tentu dengan metode
yang benar maka kemampuan pelatih menjadi hal yang sangat
penting. Pengetahuan dan keterampilan harus dimiliki, sampai kepada
hal-hal terperinci tentang cabang olahraga yang dilatihnya
Pengetahuan tersebut termasuk teknik, taktik, peraturan pertandingan,
sistem-sistem latihan, strategi latihan, psikologi dan hal mendetail
lainya tentang cabang olahraga. Hal ini seperti yang dikemukakan
Harsono (1988: 7) “Tinggi rendahnya prestasi atlet banyak tergantung
dari tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan pelatihnya”.
Dengan demikian agar prestasi atlet baik maka pelatih harus memiliki
8
pengetahuan dan keterampilan yang baik pula, sehingga prestasi
dapat diraih optimal.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keterampilan teknik
dasar sepakbola adalah jumlah sarana dan prasarana. Sarana dan
prasarana yang memadai akan mempengaruhi keterampilan teknik
dasar atlet. Hal yang sangat utama adalah bagaimana keadaan
lapangan yang dimiliki. Lapangan yang baik adalah lapangan yang
memiliki rumput hijau, tanahnya datar, dan memiliki sistem drainase
yang baik. Selanjutnya adalah prasarana yang dibutuhkan, seperti
jumlah bola, cones yang akan dipakai, dan gawang portable yang
memadai dapat mempengaruhi kualitas latihan. Dengan minimnya
sarana dan prasarana maka kualitas latihan pun tidak akan maksimal,
tujuan latihan yang akan dicapai akan menjadi sulit. Dengan demikian
maka sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor agar latihan
teknik dasar sepakbola dapat dilakukan dengan baik.
Faktor lain yang mempengaruhi keterampilan teknik dasar
sepakbola adalah tingkat inteligensi. Kecerdasan intelektual (IQ)
berkaitan dengan keterampilan seseorang menghadapi persoalan
teknikal dan intelektual. Menurut Weschler dalam Fudyartanta (2004)
inteligensi adalah sekumpulan atau kapasitas global individu untuk
bertindak tepat tujuan, berpikir secara rasional, dan untuk menghadapi
lingkungan sekitarnya. Ada empat ciri yang menonjol, yaitu “1).
Kecerdasan itu berupa kapasitas atau kemampuan global, 2).
9
Perbuatan atau tindakan yang mempunyai tujuan yang jelas, 3).
Berpikir secara rasional, secara logis, masuk akal, 4). Bertindak
terhadap lingkungan atau menyesuaikan diri secara efektif”
(Fudyartanta:2004).
Idealnya atlet yang memiliki tingkat inteligensi tinggi akan memiliki
performa yang baik pula dalam suatu pertandingan. Atlet sepakbola
yang memiliki tingkat inteligensi tinggi tentunya akan mempengaruhi
penampilannya dalam setiap event-event yang dilakoninya. Tingkat
inteligensi merupakan salah satu syarat penting dalam mencapai
keputusan yang optimal, tidak saja ditandai dengan penampilan yang
baik secara fisik, tetapi mental dan emosi. Selanjutnya jika tingkat
inteligensi atlet itu rendah, tentu akan berpengaruh pada setiap
gerakan yang akan dilakukanya. Hal ini berarti tingkat inteligensi
adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keterampilan teknik
sepakbola seseorang.
Berdasarkan uraian tersebut, melalui proses latihan yang
diberikan kepada atlet, pelatih telah melakukan berbagai metode dan
bentuk latihan kepada atlet, hanya saja peningkatan keterampilan
teknik dasar sepakbola adalah hal yang mendasar. Melalui proses
latihan, ada dua metode latihan yang dilakukan, metode rangkaian
latihan dan metode rangkaian bermain. Berdasarkan metode latihan
tersebut, metode manakah yang lebih baik dan apakah tingkat
inteligensi dapat mempengaruhi keterampilan teknik dasar sepakbola.
10
Dengan demikian, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Pengaruh Metode Latihan dan Tingkat Inteligensi Terhadap
Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Atlet Sekolah Sepakbola PSTS
Tabing”. Diharapkan dari penelitian ini bisa dilahirkan suatu kesimpulan
yang dapat dijadikan langkah yang baik bagi peningkatan prestasi
sepakbola.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan maka
dapat diidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah metode latihan latihan dapat meningkatkan keterampilan
teknik dasar sepakbola ?
2. Apakah tingkat inteligensi dapat meningkatkan keterampilan teknik
dasar sepakbola ?
3. Apakah kondisi fisik dapat meningkatkan keterampilan teknik dasar
sepakbola ?
4. Apakah sarana dan prasarana dapat meningkatkan keterampilan
teknik dasar sepakbola ?
5. Apakah pelatih telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
mendetail tentang sepakbola ?
6. Manakah hasil yang akan lebih tinggi menggunakan rangkaian
bermain atau rangkaian latihan terhadap keterampilan teknik dasar
sepakbola ?
11
7. Bagaimana pengaruh tingkat inteligensi terhadap pembelajaran
teknik dasar sepakbola dengan rangkaian latihan dan rangkaian
bermain?
C. Pembatasan Masalah
Oleh karena banyaknya permasalahan yang dapat
mempengaruhi keterampilan teknik dasar sepakbola dan juga
keterbatasan-keterbatasan yang ada pada peneliti, maka perlu
dilakukannya pembatasan masalah agar penelitian ini lebih terfokus
kepada suatu pencapaian penelitian.
Permasalahan dalam penelitian ini meliputi tiga variabel yaitu: (1)
Metode latihan, (2) Tingkat inteligensi, (3) Keterampilan teknik dasar
sepakbola. Dimana metode latihan sebagai variabel bebas yang terdiri
dari dua jenis pendekatan yaitu: (1) metode rangkaian latihan, (2)
metode rangkaian bermain. Sedangkan variabel moderatornya adalah
tingkat inteligensi yang terdiri dari dua kategori: (1) Tingkat inteligensi
tinggi, (2) Tingkat inteligensi rendah. Sementara variabel terikatnya
adalah keterampilan teknik dasar sepakbola.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan keterampilan teknik dasar sepakbola
pada atlet SSB PSTS Tabing antara kelompok yang diberikan
12
metode rangkaian latihan dengan kelompok yang diberikan metode
rangkaian bermain?
2. Apakah terdapat interaksi antara metode latihan dengan tingkat
inteligensi terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola atlet
SSB PSTS Tabing?
3. Apakah terdapat perbedaaan keterampilan teknik dasar sepakbola
atlet SSB PSTS Tabing antara kelompok yang diberikan metode
rangkaian latihan dengan kelompok yang diberikan metode
rangkaian bermain pada tingkat inteligensi tinggi?
4. Apakah terdapat perbedaan keterampilan teknik dasar sepakbola
atlet SSB PSTS Tabing antara kelompok yang diberikan metode
rangkaian latihan dengan kelompok yang diberikan metode
rangkaian bermain pada tingkat inteligensi rendah?
E. Tujuan penelitian
Berdasarkan permasalahan penelitian yang diangkat, maka
tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini secara umum adalah
untuk mengetahui perbedaan metode latihan dan tingkat inteligensi
terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola atlet sepakbola SSB
PSTS Tabing. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk
mendiskripsikan tentang:
1. Perbedaan keterampilan teknik dasar sepakbola atlet SSB PSTS
Tabing antara kelompok yang diberikan metode rangkaian latihan
dengan kelompok metode rangkaian bermain.
13
2. Interaksi antara metode latihan dengan tingkat inteligensi terhadap
keterampilan teknik dasar sepakbola atlet sepakbola SSB PSTS
Tabing.
3. Perbedaan keterampilan teknik dasar sepakbola atlet SSB PSTS
Tabing antara kelompok yang diberikan metode rangkaian latihan
dengan kelompok metode rangkaian bermain pada tingkat
inteligensi tinggi.
4. Perbedaan keterampilan teknik dasar sepakbola atlet SSB PSTS
Tabing antara kelompok yang diberikan metode rangkaian latihan
dengan kelompok metode rangkaian bermain pada tingkat
inteligensi rendah.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi:
1. PSTS Tabing dalam penyelenggaraan program latihan untuk
keterampilan teknik dasar sepakbola .
2. Pelatih sebagai pedoman dan bahan pertimbangan dalam
memberikan latihan peningkatan keterampilan teknik dasar
sepakbola atlet SSB PSTS Tabing kelompok usia 12 tahun.
3. Atlet sepakbola agar mampu meningkatkan motivasi latihan
khususnya latihan teknik dasar sepakbola.
4. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat membahas faktor-faktor lain
dalam peningkatan keterampilan teknik dasar sepakbola.
5. Bagi peneliti sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh
gelar Magister Pendidikan pada Konsentrasi Manajemen
Pendidikan Olahraga Program Studi Administrasi Pendidikan,
Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang.
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola
a. Pengertian Teknik Dasar
Biasanya seorang pelatih memulai proses latihan
sepakbola dengan mempelajari berbagai teknik atau
keterampilan dasar yang diperlukan untuk menghadapi kondisi
yang muncul di dalam pertandingan yang sebenarnya. Teknik
dasar merupakan salah satu pondasi bagi seseorang untuk
dapat bermain sepakbola. Menurut Thies/Schnabel/Baumann
dalam RÖthig (2004:13) teknik dasar adalah “Cara khusus yang
dapat di realisasikan untuk memecahkan suatu tugas gerakan
olahraga dalam praktek berdasarkan kondisi manusia secara
utuh”. Menurutnya teknik harus mampu memecahkan suatu
gerakan dimana kondisi merupakan dasar yang utama.
Selanjutnya teknik dalam olahraga menurut RÖthig (2004:
15) adalah “Model tertentu dari gerakan, karena model tersebut
di dasari oleh keadaan morphologis, fisiologis dan biomekanis
serta pemecahan-pemecahan tugas gerakan yang dikem-
bangkan dan diterapkan secara rasional”. Dalam hal ini teknik
adalah model dimana keadaan morphologis, fisiologis dan
biomekanis dalam pelaksanaannya akan menjadi hal utama dan
14
15
saling berkaitan agar gerakan dapat dikembangkan secara
rasional.
Selanjutnya Djakow dalam RÖthig (2004:51)
mendefenisikan keterampilan teknik sebagai penguasaan yang
penuh dari struktur gerakan latihan olahraga secara ekonomis
pada suatu penerimaan terhadap hasil yang dicapai secara
maksimal melalui kondisi pertandingan olahraga yang lebih
keras. Dalam hal ini Djakow mengungkapkan bahwa perlunya
penguasan keterampilan teknik bagi seorang atlet karena
mampu mempengaruhi prestasi maksimal tentunya dalam suatu
pertandingan. Sehingga proses latihan mengenai teknik dasar
adalah hal yang penting agar tujuan dapat tercapai.
Berdasarkan pengertian di atas teknik dasar merupakan
satu komponen atau unsur gerakan yang mendasari agar
kegiatan olahraga dapat dilakukan yang disesuaikan kondisi
manusia, pemecahan tugas gerakan terhadap hasil yang akan
dicapai dalam suatu pertandingan. Sesuai dengan ide bermain
sepakbola yaitu mencetak gol sebanyak mungkin pada gawang
lawan dan mencegah gawang sendiri dari kebobolan, maka
penguasaan akan teknik dasar sangat dibutuhkan oleh seorang
atlet sepakbola.
16
b. Beberapa Teknik Dasar Sepakbola
1) Shooting
Dari pihak menyerang, tujuan dari sepakbola adalah
melakukan shooting ke gawang lawan, sedangkan pihak
bertahan harus mampu menjaga gawangnya agar bola
tersebut tidak dapat masuk kedalam gawang. Seorang atlet
harus menguasai keterampilan dasar menendang bola dan
selanjutnya mengembangkan sederetan teknik shooting
yang memungkinkan untuk melakukan tendangan dan
mencetak gol dari berbagai posisi di lapangan. Seperti yang
dikatakan oleh Luxbachter (2004:105) bahwa pentingnya
tendangan ke gawang adalah untuk mencetak gol. Dalam hal
ini keakuratan bola ke gawang adalah hal yang utama.
Keterampilan shooting harus dilatih dengan sebaik
mungkin, hal ini merupakan eksekusi terakhir dari proses
penyerangan. Jadi latihan shooting sebaiknya dimulai dari
urutan yang paling sederhana sampai urutan yang rumit.
Cara yang tepat untuk mengembangkan teknik shooting
adalah melatih tendangan sebanyak mungkin dengan
menggunakan teknik yang benar. Jadi bila ingin
mendapatkan keterampilan shooting yang baik, atlet harus
diberikan kesempatan untuk menendang ke gawang
sebanyak mungkin pada sesi latihan tendangan. Seperti
yang dik
menjalan
memanfa
banyak b
Ad
(2004:10
(a
(b
(c
Gambar
kutip dalam
nkan keter
aatkan pel
berlatih me
dapun pela
06) adalah:
a).Persiapa(1).Dekati(2).Letaka
sampi(3).Tekuk(4).Renta
keseim(5).Tarik k(6).Lurusk(7).Kepala(8).Fokus
b).Pelaksan(1).Lurusk(2).Tubuh(3).Sentak
sehing(4).Jaga a(5).Tenda
c). Follow th(1).Daya g(2).Sempu
menen(3).Kaki y
dari pe
1 Pelaks2004:
Mielke (20
rampilan in
uang shoo
nggunakan
aksanaan
an melakukai bola dari ban kaki yanng bola
kan lutut kakngkan tang
mbangan kaki yang akan kaki tera tidak berg
skan perhatnaan kan bahu dh di atas bokkan kakgga lurus agar kaki teang bagian hrough gerak ke deurnakan gndang yang menaermukaan l
sanaan Sh16)
003:67) atle
ni di dalam
oting denga
n situasi yan
shooting m
an shootingbelakang pang menaha
ki tersebutgan ke sam
akan menenrsebut gerak ian pada bo
an pinggul la
ki yang
etap kuat tengah bola
epan melalgerakan ak
ahan keseapangan.
hooting (S
et akan sem
m pertandin
an baik jika
ng berbeda
menurut L
g ada sudut tan keseimb
mping untuk
ndang ke be
ola
dengan tar
akan me
a dengan i
ui poin konkhir dari k
imbangan
Sumber: Lu
17
makin bisa
ngan dan
a semakin
a.
uxbachter
tipis bangan di
k menjaga
elakang
rget
enendang
instep
tak kaki yang
terangkat
uxbachter,
18
Ada tiga tip hebat saat melakukan shooting, seperti
yang dikutip dalam Gifford (2005: 23) yaitu:
1) Pandanglah bola ketika kamu menendangnya, dan cobalah mempertahankan tendangan mu tetap rendah
2) Jangan coba-coba menendang bola terlalu keras 3) Ikutilah temanmu yang melakukan tembakan untuk
berjaga-jaga terjadi bola muntah di depan gawang
Dengan tip tersebut, diharapkan atlet dapat fokus dan
konsentrasi saat melakukan shooting, yang harus di pahami
merupakan eksekusi agar gol dapat tercipta. Hal ini terjadi
dikarenakan atlet tidak memiliki cukup keberanian untuk
melakukan shooting. Statistik menunjukan bahwa para atlet
akan gagal melakukan empat tendangan shooting dari lima
tendangan yang mereka lakukan (Mielke, 2003:71).
Penembak yang hebat sangat percaya diri akan
kemampuanya mencetak gol. Mereka memiliki pemahaman
bahwa mereka bisa mencetak gol lebih anyak daripada atlet
lain. Dengan kegigihan dan latihan secara kontinu, atlet akan
mampu melakukan tembakan dengan tepat.
2) Dribbling
Saat memulai suatu pertandingan sepakbola,
keterampilan yang pertama kali yang mampu memacu
semangat dan kepuasan adalah dengan melakukan
dribbling. Menurut Mielke (2003:1) “Dribbling merupakan
19
keterampilan dasar dalam sepakbola karena semua atlet
harus mampu menguasai bola saat sedang bergerak, berdiri,
atau bersiap melakukan operan atau tembakan”. Jadi ketika
atlet telah menguasai kemampuan dribbling secara efektif,
maka sumbangan mereka di dalam pertandingan akan
sangat besar. Dribbling dalam bermain sepakbola
merupakan penguasaan bola dengan kaki saat bergerak di
lapangan bermain. Dengan mengusahakan bola selalu dekat
dengan badan dan terkontrol setiap saat. Adapun konsep
dasar yang harus diketahui atlet saat melakukan dribbling
menurut Koger (2005:21) yaitu:
(a).Ketika menggiring bola, usahakan agar bola terus berada di dekat kaki anda jangan menendang terlalu keras, sebab bola akan bergulir terlalu jauh
(b).Giringlah bola dengan kepala tegak. Jangan memusatkan perhatian pada bola dan kaki anda
(c). Jika anda bergerak ke arah musuh perhatikanlah pinggang dan arah kaki mereka
(d).Gunakan beberapa gerak tipu untuk mengecoh lawan, misal tubuh anda condong ke kanan tetapi dengan mendadak berbelok kekiri
(e).Variasikan kecepatan lari anda degan mengubah-ubah kecepatan dan berbelok secara mendadak, musuh yang mengejar atau menghadang anda akan terkecoh dan kehilangan keseimbangan
(f). Giringlah bola menjauhi musuh anda, paksa mereka mengejar anda. Usahakan bergerak ke ruang terbuka di lapangan
(g).Carilah teman satu tim yang bebas dari kepungan lawan agar anda dapat segera mengoper bola kepadanya.
Penggunaan dribbling di dalam suatu pertandingan
tergantung pada bidang bermain, kedekatan dengan lawan
20
dan teman satu tim, kondisi lapangan, dan tentu saja
ketarampilan serta rasa percaya diri. Beberapa atlet sering
mencoba menendang bola secara langsung pada saat panik,
padahal bola masih bisa di bawa dahulu. Prinsip utama yang
harus diingat adalah bahwa dribbling digunakan untuk
menciptakan ruang. Ruang digunakan untuk mendapatkan
posisi operan atau tembakan yang lebih baik atau
memberikan waktu kepada teman satu tim untuk mencari
posisi yang lebih baik. Jadi saat memutuskan untuk
melakukan dribbling, atlet harus mampu mempertahankan
kontrol bola, sehingga atlet dapat mengoperkan,
menembakkan, atau terus menggiring bola dengan baik. Hal
ini seperti jeda yang dilakukan untuk menentukan keputusan
apa yang akan dilakukan selanjutnya.
Adapun pelaksanaan dribbling menurut Luxbachter
(2004:50) adalah:
(a).Persiapan melakukan dribbling (1).Postur tubuh tegak (2).Bola di dekat kaki (3).Kepala tegak untuk melihat lapangan dengan
baik (b).Pelaksanaan
(1).Fokuskan perhatian pada bola (2).Tendang bola dengan permukaan instep atau
outstep sepenuhnya (3).Dorong bola ke depan beberapa kaki
(c). Follow through (1).Kepala tegak untuk melihat lapangan dengan
baik (2).Bergerak mendekati bola
3
Gambar
Kar
bola de
menggiri
berbeda
mengaki
dalam m
tidak te
Pentingn
antara b
3) Passing
Ket
untuk m
dalam la
bagianny
merupak
bola ya
(3).Doron
2 Pelaks2004:50
rena teknik
engan kont
ing bola de
. Sedikit ke
ibatkan lep
melindungi
epat dalam
nya mempe
ola dan law
terampilan
menghubung
apangan, ya
ya. Ketepa
kan bagian
ng berhas
g bola kede
sanaan Dr0)
k-teknik yan
trol yang
engan cepa
esalahan d
pasnya bola
bola diseb
m kaitanny
ertahankan
wan harus d
untuk pas
gkan atlet
ang berfun
atan, langka
yang pent
sil. Menuru
epan
ribbling (S
ng digunak
rapat ber
at, kesalaha
alam meni
a dari peng
babkan oleh
ya dengan
ruang kos
diperhatikan
ssing adala
dengan a
gsi lebih ba
ah, dan wa
ing dari ko
ut Mielke
umber: Lu
kan saat m
rbeda den
an yang terj
lai atau tek
guasaan. K
h posisi tu
n bola da
song seluas
n oleh atlet
ah hal yan
tlet yang l
aik daripad
aktu pelepa
mbinasi pe
(2003: 19)
21
uxbachter,
menggiring
gan saat
rjadi dapat
knik dapat
Kesalahan
buh yang
an lawan.
s mungkin
.
g penting
lainnya di
da bagian-
asan bola
engoperan
) passing
22
adalah “Seni memindahkan momentum bola dari satu atlet
ke atlet lain”. Atlet dapat menggerakan bola dengan lebih
cepat lagi sehingga dapat menciptakan ruang terbuka yang
lebih besar dan berpeluang melakukan tendangan shooting
yang lebih banyak jika dapat melakukan passing dengan
keterampilan dan ketepatan yang tinggi.
Passing yang baik di mulai ketika tim yang sedang
berada pada lokasi yang lebih mengguasai bola menciptakan
ruang di antara lawan dengan bergerak dan membuka ruang
di sekeliling atlet. Passing yang efektif juga memberikan
peluang yang lebih baik untuk mencetak gol karena atlet
yang menerima passing berada pada lokasi yang lebih
menguntungkan jika dibandingkan dengan passing yang
dilakukan dengan lemah atau tidak terarah. Passing harus
diberikan kepada teman tepat berada di depan telapak
kakinya sehingga dia dapat menggunakan kontrol satu
langkah yang cepat dan dapat segera melakukan passing ke
atlet lain. Passing yang tepat akan membantu penerima
mengontrol bola dan menentukan gerak bermain berikutnya.
Dalam hal ini diharapkan kepada atlet agar mampu
menggunakan ruang kosong, dan memanfaatkan passing
dalam rangka menyusun serangan, sehingga adanya
kesempatan jadi eksekusi tendangan ke gawang lawan
23
adalah hal yang memungkinkan dapat terjadi dalam waktu
yang cepat.
Adapun konsep dasar yang harus diketahui atlet saat
melakukan passing oleh Koger (2005:19) yaitu:
(a).Anda harus mengoper atau menendang bola ke arah kaki atlet lain di dalam tim anda. Jika tembakan itu tidak akurat, teman anda akan kesulitan menangkap bola itu
(b).Tubuh anda harus mengarah ke arah bola itu, sementara lutut anda harus ditekuk ke arah bola
(c). Dekatkan ujung kaki anda ke bola tersebut, dan telapak kaki harus menghadap ke arah sasaran bola
(d).Sebelum menendang, pergelangan kaki harus kaku, lalu ayunkan kaki anda untuk menyelesaikan tendangan.
Menurutnya setiap atlet memiliki apa yang disebut
dengan “sweet spot” atau “titik favorit” di punggung kaki
mereka, yaitu titik yang memungkinkan mereka melakukan
tendangan secara akurat dan konsisten arahnya. Dimana
letak titik tersebut di sepanjang pertautan tali sepatu atlet,
dimana letaknya akan berbeda-beda antar atlet. Dengan
konsep tersebut maka akurat dan konsistensi passing dapat
dilakukan.
Adapun pelaksanaan passing menurut Luxbachter
(2004:12) adalah:
(a).Persiapan melakukan passing (1).Berdiri menghadp target (2).Letakan kaki yang menahan keseimbangan di
samping bola (3).Arahkan kaki ke target
(b
(c
Gambar
Mu
bola yan
semudah
dari atle
menerim
(4).Bahu d(5).Tekuk(6).Ayunk
belaka(7).Tempa(8).Tanga
keseim(9).Kepala(10). Foku
b).Pelaksan(1).Tubuh(2).Ayunk(3).Jaga k(4).Tenda
sampic). Follow th
(1).Pindah(2).Lanjut(3).Gerak
3 Pelaks2004:
ngkin kelih
ng mengge
h itu jika la
et. Kebany
ma bola dik
dan pinggukan sedikit lkan kaki ang atkan kaki dan direnmbangan a tidak berguskan perhanaan h berada di kan kaki yankaki agar teang bagianng dalam k
hrough hkan berat tkan dengakan akhir be
sanaan P12)
hatannya r
elinding. Na
awan berus
yakan kesa
karenakan
ul lurus dengutut kaki yang aka
dalam posisntangkan
gerak atian pada
atas bola ng akan meetap lurus n tengah bkaki
badan ke dn gerakan s
erlangsung
Passing (S
relatif muda
amun, pelak
saha keras
alahan da
teknik ya
gan target
an menen
si menyamuntuk
bola
enendang k
bola denga
depan searah dendengan mu
umber: Lu
ah untuk m
ksanaanny
untuk men
lam meng
ng tidak s
24
ndang ke
ping menjaga
ke depan
an bagian
ngan bola ulus
uxbachter,
mengoper
a tidaklah
ncuri bola
oper dan
sempurna,
25
kurangnya konsentrasi, atau memilih teknik yang salah pada
situasi tertentu.
Agar dapat menjadi pengoper yang efektif atlet perlu
mengembangkan keterampilan melalui latihan yang lama.
Passing juga merupakan keterampilan mental. Jadi
konsentrasi dan waspada terhadap posisi lawan dan teman
satu tim, ke arah mana mereka bergerak, dan kapan passing
tersebut diarahkan untuk menciptakan ruang yang cukup.
Sehingga tempo bermain dapat menjadi cepat, dan
tendangan shooting dapat dilakukan.
4) Ball Control
Salah satu teknik dasar dalam sepakbola yang tidak
luput dari perhatian atlet adalah keterampilan mengontrol
bola. Atlet dapat mengontrol bola dengan berbagai cara.
Seperti pada keterampilan lainnya, semua bagian tubuh
dapat digunakan kecuali lengan dan tangan. Cara yang
paling sederhana dan paling efektif untuk mengontrol bola
adalah dengan cara menggunakan kaki.
Kontrol bola dilakukan saat atlet mendapatkan bola dari
temanya yang lain. Dalam keadaan tertentu, keterampilan ini
sangat dibutuhkan, khususnya bola yang diberikan dalam
keadaan susah terkontrol dan lawan mencoba untuk merebut
bola. Keadaan yang seperti ini membutuhkan penguasaan
26
kontrol bola yang baik. Dari berbagai bagian tubuh yang
dapat digunakan untuk mengontrol bola, Menurut Mielke
(2003, 30) “Dikebanyakan situasi, lebih baik menggunakan
kaki (bagian dalam) untuk menerima dan mengontrol bola”.
Hal ini dikarenakan posisi dapat memberi peluang terbaik
bagi atlet untuk memainkan bola dengan cepat dengan
mengoperkan atau melakukan dribbling segera setelah
menerma bola.
Adapun pelaksanaan ball Control menurut Mielke
(2003:30-31) adalah “1). Perhatikan saat bola mendekat, 2).
Sentuhlah bola menggunakan kaki bagian dalam, dan 3).
Ambillah posisi untuk melakukan bermain selanjutnya”. Saat
akan melakukan control seorang atlet harus memperhatikan
saat bola itu mendekat, kemudian sentuh dengan
menggunakan kaki bagian dalam. Karena dengan
menggunakan kaki dalam lebih diutamakan agar membuat
bola tetap berada di depan atlet. Jadi atlet perlu bergerak ke
arah melayangnya bola, membidangkan tubuh, dan me-
nerima bola dengan tetap mempertahankanya berada di
daerah terlindung di antara kedua kaki. Control ini dapat
dilakukan apabila bola yang didapat dari operan bola rendah.
Dalam suatu pertandingan yang sebenarnya, bola yang
akan di dapat dari teman tidak selamanya bola yang
27
datangnya datar dan pelan. Terkadang bola dapat datang
tinggi (dengan kepala), mendatar (dengan dada), atau arah
paha (dengang paha), atau arah lutut (dengan punggung
kaki) baik dengan bola yang kuat. Control dilakuakan agar
bola dapat dikuasai, dan kemudian keputusan selanjutnya
dapat dilakukan. Jadi kualitas sentuhan awal akan
mempengaruhi keputusan selanjutnya yang akan dilakukan
atlet. Dalam hal ini lah kemampuan control atlet sangat
dibutuhkan.
Adapun pelaksanaan control yang di terima oleh atlet
dengan bola tinggi, mengontrol dengan dada, oleh
Luxbachter (2004:26) adalah:
(a).Persiapan melakukan control (1).Menempatkan diri di antara lawan dan bola (2).Meluruskan tubuh dengan bola yang datang (3).Melengkungkan badan kebelakang (4).Lutut sedikt ditekukkan (5).Tangan direntangkan kesamping untuk
menjaga keseimbangan (6).Kepala tidak bergerak dan memperhatikan bola
(b).Pelaksanaan (1).Terima boal dengan pangkal dada (2).Tarik dada kebelakang untuk mengurangi
benturan (3).Putar badan saat bola tiba (4).Arahkan bola menjauh dari lawan
(c). Follow through (1).Lindungi bola dari lawan (2).Dorong bola ke arah gerakan selanjutnya (3).Kepala di angkat dan melihat kelapangan
c. FS (1
Gambar
Faktor yanSepakbola
1).Persiapa
(a).Jarak
S
meng
adalah
Jarak
meng
hasil d
jarak
atlet
ditend
bola
pengu
terlalu
pengu
51) “J
4 Pelaksa(2004
ng Mempe
an Melaku
Tubuh Den
Saat akan m
atur jarak b
h di samp
yang te
akibatkan
dari teknik
bola yang
sulit untu
dang tidak j
harus b
uasaan, bil
u jauh dari k
uasaan. Se
Jaga bola a
anaan Ball:26)
engaruhi
kan Teknik
ngan Bola
melakukan
bola dengan
ing bagian
erlalu jauh
atlet terlam
yang dilak
terlalu dek
uk menarik
auh. Sedan
berada de
la tidak m
kaki denga
eperti yang
agar tetap
l Control (S
Keteramp
k
tendangan
n posisi tub
n dalam di
h antara
mpau jauh
ukan tidak
kat dengan
k kaki, se
ngkan saat
ekat deng
aka bola a
n demikian
g dikatakan
berada di
Sumber: L
ilan Tekn
n, atlet haru
buh. Jarak y
depan ka
kaki deng
menarik ka
optimal. S
kaki meng
ehingga b
melakukan
gan tubuh
akan meng
n maka bola
n Luxbacht
bawah tub
28
uxbachter
nik Dasar
us mampu
yang ideal
aki tumpu.
gan bola
aki, maka
edangkan
gakibatkan
ola yang
n dribbling
h, dalam
ggelinding
a jauh dari
ter (2004:
buh anda,
29
serapat mungkin dengan kaki anda. Dari posisi tersebut
anda mengubah arah dengan cepat, dan bola selalu
berada di bawah kontrol anda”. Dengan demikian agar
bola dapat dikuasai saat melakukan dribbling, bola harus
berada dekan dengan kaki dalam penguasaan.
(b).Pandangan pada Bola
Saat melakukan teknik dasar, atlet harus fokus
terhadap bola. Pandangan tertuju dimana bola berada,
atau bola akan menggelinding kearah mana. Apabila tidak
diperhatikan, timing saat bola datang dan melakukan
teknik akan menjadi hal yang sulit bagi atlet.
(2).Pelaksanaan Teknik
(a).Tumpuan Kaki yang Digunakan
Saat melakukan suatu tendangan, baik itu passing,
control atau shooting atlet harus sadar betapa tumpuan
adalah faktor yang menentukan kualitas teknik yang
dilakukan. Luxbachter (2004: 12) “letakkan kaki yang
menahan keseimbangan tubuh (yang tidak digunakan
untuk menandang) di samping bola dan arahkan ke
target”. Berdasarkan hal tersebut tumpuan dapat
menentukan arah dari tendangan yang akan dilakukan.
Jadi bila tendangan yang dilakukan sesuai dengan arah
yang akan dituju, maka tumpuan harus di arahkan pada
tujuan tersebut.
30
(b).Posisi Tubuh saat Melakukan Teknik
Posisi tubuh saat melakukan teknik dasar harus
menghadap ke target yang akan dicapai. Apabila tidak
maka keseimbangan tubuh saat melakukan teknik akan
terganggu, sehingga jalanya bola tidak dapat diarahkan
sesuai dengan target yang akan dicapai. Seperti yang di
kutip dalam Luxbachter (2004: 12) “Berdirilah menghadap
target dengan bahu lurus saat mendekati bola”.
Berdasrkan hal tersebut, posisi tubuh sangat penting saat
melakukan teknik.
(c). Bagian Bola yang Ditendang
Bagian bola yang dapat ditendang terbagi atas dua
bagian, tengah dan bawah. Tembakan yang dihasilkan
akan naik/ melambung tinggi apabila ditendang pada
bagian bawah, seperti yang dikutip dalam Luxbachter
(2004: 112) “Kaki yang akan menendang harus diluruskan
sepenuhnya dan mengarah kebawah pada saat kontak
bola. Ini akan memastikan tubuh berada diatas bola.
Sentakan kaki lurus kedepan dan teruskan gerakan
kedepan melalui titik kontak dengan bola. Dengan
demikian tembakan akan melambung tinggi”. Sedangkan
bila bola yang ditembak pada bagian tengah, akan
bergerak mendatar. Ada kalanya bola harus dibarikan
tinggi dan diberikan mendatar, bagian bola yang
ditendang akan manghasilkan jalan bola yang berbeda.
31
(3).Gerakan Lanjutan
Agar hasil tendangan yang dilakukan lebih optimal,
maka harus dilakukan gerakan lanjutan saat melakukan
teknik tendangan. Apabila kaki ditahan, tidak dilakukanya
gerakan lanjutan, jalanya bola tidak optimal. Gerakan
lanjutan akan memaksimalkan jauhnya tendangan yang
dilakukan. Menurut Luxbachter (2004: 16) gerakan follow
through dapat dilakukan dengan mendorong bola kearah
gerakan selanjutnya. Dengan demikian maka teknik yang
dilakukan pun dapat optimal
2. Hakikat Metode Latihan
a. Pengertian Latihan
Untuk mencapai suatu prestasi dalam cabang olahraga,
seorang atlet harus melakukan latihan. Latihan dapat
didefenisikan sebagai peran serta sistematis dalam latihan yang
bertujuan untuk meningkatkan kapasitas fungsional fisik dan
daya tahan latihan (Pate dkk, 1993:317). Menurut Bompa
(1994:2) “Latihan merupakan proses pengulangan yang
sistematis, progresif dengan tujuan akhir memperbaiki prestasi
olahraga”. Dalam hal ini latihan harus dilakukan secara
berulang-ulang (tidak terhenti) secara sistematis (teratur) yang
berurutan serta penambahan suatu beban, dengan demikian
maka prestasi dapat diperbaiki.
32
Selanjutnya Harsono (1988:90) menyatakan bahwa
“Latihan adalah suatu proses berlatih yang sistematis yang
dilakukan berulang-ulang kali, yang kian hari jumlah beban
latihannya kian bertambah”. Pada hakekatnya latihan adalah
suatu aktifitas yang dilakukan dengan tujuan tertentu yang
dilakukan secara berulang-ulang. Dalam hal ini pun latihan
merupakan suatu proses yang dilakukan berulang-ulang kali
dengan pembebanan yang bertambah dari beban awal.
Berdasarkan hal tersebut efektifitas metode latihan untuk
mengoptimalkan prestasi motorik olahraga yang komplek
ditentukan oleh perbandingan komponen-komponen beban
serta aturan-aturan dalam pelaksanaannya, sesuai dengan
prinsip latihan. Dalam proses latihan keterampilan teknik dasar
sepakbola, maka prisnsip latihan yang dipakai adalah prinsip
latihan progresif. Prinsip beban progresif dilakukan jika ingin
meraih suatu peningkatan perbaikan kemampuan secara tetap,
melalui peningkatan beban luar kedalam rangkaian adaptasi
bagian dalam yang konstan (RÖthig: 2004:80). Dimana ada
suatu hubungan antara pembebanan, bila beban tidak sesuai
dapat menimbulkan over training. Dalam hal ini yang perlu
diperhatikan saat peningkatan beban, tubuh harus dibebani
dengan tuntutan yang selalu meningkat. Seperti yang
dikemukakan Harsono (1988: 104)
33
Dengan berlatih secara sistematis melalui pengulangan-pengulangan yang konstan, maka organisasi-organisasi mekanisme neurophysiologis kita akan bertambah baik, gerakan-gerakan yang semula sukar dilakukan lama-kelamaan akan merupakan gerakan-gerakan yang otomatis dan reflektif yang semakin kurang membutuhkan konsentrasi pusat-pusat syaraf daripada sebelum melakukan latihan tersebut.
Berdasarkan hal tersebut maka perlunya meningkatkan
beban latihan atlet sampai kepada ambang rangsang
kepekaanya. Untuk menerapkan sistem overload adalah dengan
tidak memberikan beban latihan yang terlalu berat, yang
diperkirakan tidak mungkin akan dapat diatasi atlet. Bila beban
latihan terlalu berat, maka sistem tubuh tidak akan mampu
untuk menyesuaikan diri dengan tekanan yang terlalu ekstrim,
sehingga tubuh akan sangat kelelahan dan latihan tidak dapat
dilanjutkan kembali karena dapat menyebabkan cedera. Selain
peningkatan beban yang telah dikemukakan, hal yang perlu
diperhatikan adalah mengenai variasi latihan. Variasi dilakukan
dalam latihan agar tidak terjadi kebosanan oleh seorang atlet.
Dengan penambahan beban, melalui suatu proses adaptasi,
variasi rangkaian latihan merupakan hal yang sangat menarik
yang mampu meningkatkan motivasi seorang atlet, sehingga
mereka tidak begitu terbebani.
Melalui prinsip latihan, maka hal yang perlu diperhatikan
adalah mengenai metode latihan yang dipakai. Metode latihan
yang dipakai dalam latihan keterampilan teknik dasar adalah
34
metode pengulangan (repetisi). Metode pengulangan memiliki
ciri di antara pengulangan isi/materi latihan dengan intensitas
beban yang sangat tinggi terdapat interval-interval yang
membawa ke pemulihan sempurna (penuh) (RÖthig, 2004:42).
Melalui metode ini, maka pengulangan didasarkan pada suatu
interval yang dapat membawa kepada pemulihan. Metode ini
cocok untuk pengembangan motorik, kecepatan reaksi,
kekuatan dan kecepatan dan kekuatan maksimal. Latihan
menurut metode pengulangan dibedakan aatas dua prinsip
pembebanan “1) Prinsip Peningkatan Beban (training pyramid),
dan 2) Prinsip Beban tetap” (RÖthig, 2004:42). Sebagai ciri
training pyramid terjadinya penurunan volume beban
(pengulangan) pada saat penambahan intensitas beban secara
bersamaan. Dalam pyramid training diberikan istirahat
pemulihan sempurna selama 3-6 menit, sesuai dengan keadaan
training yang dilatih 1-3 pyramid per isi/materi (RÖthig,
2004:43). Sedangkan metode pengulangan dengan beban tetap
diberikan dalam rangkaian training seri.
Berdasarkan hal tersebut jumlah seri untuk setiap latihan
kira-kira 4 sampai 6 seri dengan 1 sampai 10 pengulangan
dalam setiap seri. Dalam hal ini berlaku prinsip “setiap intensitas
beban yang tinggi maka volume beban rendah” (RÖthig,
35
2004:43). Dengan demikian bila diberikan beban dengan
intensitas tinggi, maka volume harus rendah.
Gambar 5 Model Sebuah Pyramid Training (Sumber: RÖthig, 2004:43)
Melalui metode latihan tersebut, agar latihan sesuai dengan
tujuanya, maka perlu diberikan pembebanan yang tepat kepada
atlet. Pembebanan latihan berkaitan dengan intensitas, volume,
lama latihan dan frekuensi latihan. Intensitas latihan merupakan
salahsatu komponen yang penting dikaitkan dengan komponen
kualitatif kerja yang dilakukan dalam kurun waktu yang
diberikan. Sumosarjono (1996:35) mengatakan bahwa
“Intensitas adalah fungsi dari rangasangan kegiatan saraf yang
dilakukan dalam kegiatan latihan, dan kekuatan rangsangan
tergantung dari beban kecepatan geraknya, variasi, interval,
atau istirahat”. Menurut RÖthig (2004:24):
Intensitas beban menunjukan kuatnya beban selaa pelaksanaan suatu latihan dalam satuan waktu. Dimana Intensitas beban dapat ditentukan secara prosentase (kuantitatif) untuk prestasi maksimal individu dalam setiap latihan. Intensitas beban ditentukan oleh: keceptan dalam meter/ detik, frekuensi gerakan, besar beban yang diangkat (gerakan), tinggi dan jauh lompatan, dan pada
36
cabangolahraga bermain dan pertandingan ditentukan oleh tempo bermain atau pertandingan.
Berdasarkan hal di atas, untuk menentukan intensitas
beban dalam cabang olahraga sepakbola adalah dengan
menentukan tempo bermain. Adapun modifikasi (perubahan)
bentuk-bentuk latihan untuk meningkatkan tempo bermain bisa
dilakukan terhadap jumlah atlet, ukuran lapangan, dan
peraturan bermain. Dengan menambah jumlah atlet dalam
suatu rangkaian baik bermain atau latihan dapat meningkatkan
beban latihan. Contohnya di dalam lapangan ada tiga orang
atlet tim penyerang dan tiga tim bertahan (3 VS 3), akan
bertambah sulit penguasaan passing apabila jumlah atlet
ditambah (3 VS 5). Begitu juga latihan dalam rangkaian latihan,
semakin banyak jumlah atlet, maka pelaksanaan akan semakin
sulit, misalnya dalam pelaksanaan passing yang dilakukan tiga
orang, akan lebih sulit bila dilakukan oleh lima orang atlet.
Begitu juga dengan ukuran lapanga, bila dirubah akan
berpengaruh pada tempo bermain.
Pada rangkaian bermain, semakin kecil ukuran lapangan,
maka tempo pun semakin tinggi. Hal ini dapat meningkatkan
tempo pada rangkaian latihan, dengan ukuran lapangan yang
lebih besar maka tempo pun akan semakin meningkat.
Selanjutnya peraturan bermain juga dapat meningkatkan tempo.
Dalam rangkaian bermain adanya atlet netral, daerah bebas,
37
dan adanya pembatasan jumlah sentuhan juga meningkatkan
tempo bermain. Dalam rangkaian latihan, adanya peng-
organisasian pelaksanaan, target yang menjadi sasaran, dan
aba-aba yang mengomandoi gerakan dapat meningkatkan
tempo latihan. Intensitas latihan dalam olahraga sepakbola
berkaitan dengan tempo bermain. Berdasarkan hal di atas maka
intensitas latihan dapat ditentukan.
Selanjutnya pembebanan berkaitan dengan volume latihan.
Sebagai salah satu komponen penting dalam latihan, volume
merupakan persyaratan kuantitatif penting untuk mencapai
prestasi teknik tinggi, taktik. Menurut RÖthig (2004: 24) volume
“Menunjukan jumlah isi/ materi (kuantitas). Dalam hal ini yang
dikatakan isi/ materi adalah jumlah pengulangan, jumlah jarak
yang di tempuh dan jumlah beban yang digerakan dan waktu
latihan yang efektif. Volume latihan menurut Bompa (1994)
kadangkala disamakan dengan intesitas latihan, volume ini
berkaitan dengan “1) Waktu atau lamanya satu satuan latihan,
2) Jarak tonase yang harus ditanggulang atau diangkat
persatuan waktu, dan 3) Jumlah pengulangan satu rangkaian
tugas gerak atau elemen teknik yang dilakukan dalam latihan”.
Jadi notasi volume menunjukkan kuantitas keseluruhan dari
kegiatan yang dilaksanakan selama latihan. Volume latihan juga
38
diartikan sebagai jumlah kerja yang dilakukan persatuan waktu
latihan atau fase latihan.
Selanjutnya berkaitan dengan lama latihan yang akan
dilakukan dalam satuan latihan yang dibuat. Lama latihan dapat
diartikan beberapa menit atau beberapa lama latihan (15-60
menit) dalam satu kali latihan dan dapat juga diartikan beberapa
minggu atau beberapa bulan suatu program latihan
berlangsung. Menurut Bompa (2004) berkaitan dengan struktur
jam latihan terbagi menjadi empat bagian; pengenalan atau
pengarahan (5 menit), persiapan atau pemanasan (30 menit),
inti kerja atau latihan (75 menit) dan bagian akhir (10 menit).
Menurut Putera (2010, 63) lama latihan untuk anak usia 12
tahun adalah : 25 menit untuk warming up, 45 menit untuk
gerakan inti, dan 5 menit untuk cooling down. Lama
pelaksanaan pada bagian-bagian tersebut disesuaikan dengan
kebutuhan dan tujuan yang akan dicapai. Dalam suatu satuan
latihan struktur jam latihan sangat dibutuhkan.
Bagian penting dalam pembebanan yang selanjutnya
adalah berkaitan dengan frekuensi yang dilakukan dalam
latihan. Frekuensi latihan adalah berapa kali latihan diadakan
dalam satu minggu. Untuk menentukan frekuensi latihan harus
memperhatikan batas kemampuan tubuh seseorang agar dapat
beradaptasi lebih dari kemampuannya. Dalam latihan teknik
39
sepakbola maka frekuensi latihan yang dilakukan sebanyak tiga
kali dalam satu minggu.
Keterampilan teknik dasar sepakbola adalah faktor utama
yang dibutuhkan agar pencapaian tujuan kemenangan dapat
terpenuhi. Keakurasian teknik adalah hal yang mungkin untuk
dapat dilatih melalui proses latihan. Proses pembelajaran dalam
bentuk pemberian pengalaman latihan perlu diperhatikan oleh
pelatih yang termasuk dalam suatu bentuk gerak motorik.
Belajar motorik menurut Schmidt dalam Lutan, adalah
“Seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau
pengalaman yang mengantarkan kearah perubahan permanen
dalam perilaku terampil”. Berdasarkan hal ini maka belajar
motorik akan mampu merubah suatu gerakan dalam proses
latihan yang akan mengakibatkan perubahan secara permanen.
Konsep Fleishman dalam Rahantoknam (1988:120)
mengatakan bahwa “Kecakapaan individu dalam mempelajari
ketrampilan motorik tertentu ditentukan secara luas oleh tingkat
kecakapan persepsi dan kecakapan motorik yang dibutuhkan
oleh keterampilan tersebut”. Jadi seseorang dapat memiliki
salah satu kecakapan yang tinggi dan yang kecakapan yang lain
rendah, namun individu tersebut memiliki sejumlah besar
kecakapan yang telah dikembangkan akan lebih siap untuk
memperoleh keahlian dalam berbagai keterampilan tertentu.
40
Ada tiga tataran, yang menyatakan faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar dan penampilan motorik sesuai dengan
tingkat spesifikasinya:
a) Tataran pertama adalah sifat-sifat individu yang relatif konsisten, yang dapat mempengaruhi semua perilaku, baik verbal kognitif, mmotorik maupun kombinasinya
b) Tataran kedua atau bagian tengah adalah kecakapan persepsi dan kecakapan motorik yang memberi kontribusi kepada belajar keterampilan motorik
c) Tataran puncak adalah spesifikasi keterampilan seperti pola ruang waktu dari keterampilan, kebutuhan energi kekuatan (Rahantoknam, 1988:120)
Berdasarkan hal di atas maka kemahiran dalam
keterampilan motorik baik harus dimiliki oleh seseorang. Lutan
(1988: 95) mengatakan bahwa “Seseorang yang disebut
terampil/ mahir ditandai oleh kemampuanya untuk menghasilkan
sesuatu dalam kualitas yang tinggi (seperti cepat atau cermat)
dengan tingkat ke ajegan yang cukup mantap”. Kemahiran
dalam suatu keterampilan dapat dibedakan antara yang terampil
dengan tidak. Seperti atlet sepakbola yang mampu menggiring
bola melewati penjagaan lawan yang ketat dan menembakkan
bola ke arah dekat tiang gawang yang terjauh dari penjagaan
kiper. Gol yang tercipata bukanlah faktor kebetulan, melainkan
penguasaan teknik yang tinggi.
41
b. Metode Rangkaian Latihan
1) Pengertian Metode Rangkain Latihan
Metode latihan akan sesuai dengan tujuan awal bila
dibuat sesuai dengan prinsip-prinsip latihan. Berdasarkan
penjelasan mengenai prinsip latihan dapat disimpulkan
bahwa latihan sangat penting untuk meningkatkan
kemampuan/ keterampilan individual dalam prestasi. Latihan
juga dipengaruhi oleh beberapa komponen untuk
pencapaian tujuan latihan yang efektif dan maksimal.
Menurut RÖthig (2004:24) “Memilih rangkaian-rangkaian
latihan merupakan hal yang penting dalam usaha
peningkatan prestasi atlet pada setiap cabang olahraga”.
Berdasarkan hal ini efektifitas bentuk latihan untuk
mengoptimalkan prestasi olahraga yang komplek
(kemampuan kondisi) ditentukan oleh perbandingan
komponen-komponen beban serta aturan-aturan
berdasarkan prinsip latihan.
Oleh sebab itu, setiap pelatih dan pembina olahraga
dalam memberikan latihan harus menggunakan metode
latihan, yang didasarkan pada rangkaian-rangkaian latihan
yang bervariasi. Latihan dapat direncanakan dan
dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan kondisi yang ada.
Dalam hal ini terlihat bahwa tujuan latihan memegang
42
peranan yang penting dalam menetapkan dan memilih
metode latihan yang akan digunakan. Tujuan latihan yang
jelas dan tepat akan membantu dalam merencanakan
kegiatan latihan, salah satunya adalah membantu
penggunaan rangkaian latihan.
Dalam proses latihan, perlu diutamakan proses belajar
bagaimana teknik-teknik dasar diberikan kepada atlet. Hasil
dari belajar tersebut tergantung pada proses yang diberikan
oleh pelatih. Jadi suasana berlatih merupakan suatu
persyaratan dalam latihan teknik dasar sepakbola. Untuk
mengajarkan bermain sepakbola, perlu dipertimbangkan
bagaimana mengarahkan agar atlet betul-betul dapat
memahami dan menghayati dan melakukan ide bermain
sepakbola itu sendiri. Hal ini pun harus disesuaikan dengan
tujuan latihan yang ingin dicapai.
Rangkaian latihan menurut Darwis (1999: 43)
“Rangkaian latihan yang dilakukan tehadap elemen-elemen
dari bermain seperti untuk latihan teknik baik secara terpisah
maupun dikombinasi”. Dengan rangkaian latihan atlet
memperoleh pengalaman dalam melaksanakan beberapa
elemen teknik yang berhubungan satu sama lain. Rangkaian
latihan dalam sepakbola merupakan suatu rangkaian latihan
dimana langkah-langkah pelaksanaannya/ persiapannya di
43
arahkan pada elemen-elemen dari bagian teknik baik secara
terpisah-pisah maupun secara kombinasi dari elemen
tersebut. Dalam rangkaian latihan adanya pengalaman yang
diberikan dari rangkaian latihan akan membiasakan atlet
dalam menghadapi situasi dalam suatu bermain
sesungguhnya.
Rangkaian latihan ini dimaksudkan agar keterampilan
teknik dapat ditingkatkan berdasarkan situasi yang telah
dibuat dan dilakukan secara berulang-ulang dalam
pelaksanaan dan pengorganisasian yang sama pula.
Sasaran dalam rangkaian latihan ini cenderung pada
pengalaman-pengalaman yang diperkirakan akan terjadi di
dalam suatu pertandingan, sehingga atlet saat menghadapi
situasi tersebut akan cepat memberikan keputusan, dengan
demikian gerakan atlet pun tidak akan kaku. Hal ini di
karenakan atlet telah melakukan rangkaian tersebut di dalam
latihan. Contohnya adalah latihan shooting, dimana
dikondisikan akan ada lawan di daerah kotak pinalti,
sehingga rangkaian latihan dengan menggunakan cone
sebagai pembatas, dimana pelaksanaan diawali dengan
dribbling sampai pada cone kemudian shooting. Bila atlet
yang tidak dilatih pada situasi ini secara terus menerus,
maka kecenderungan atlet untuk melakukan tendangan ke
2
gawang
kedalam
Gambar
Da
dilatih pa
bermain
teknik pu
2) Tahapan
Ada
member
berikut :
(a).Kom
Atle
secara
kepada
berdasa
latihan.
sangatlah
m gawang a
6 Bentu2010:5
lam rangka
ada situasi
sesunggu
un dapat dil
n Pelaksan
apun bebe
ikan latiha
mponen Kun
et diberikan
peroranga
a atlet s
arkan tuga
. Dalam ha
h kecil, b
kan susah
k Rangka55)
aian latihan
yang suatu
uhnya de
latih spesifi
naan Metod
erapa hal y
an dalam
nci
n waktu un
an, dan pe
ecara pe
as yang te
al ini pelat
bahkan ak
tercapai.
in Latihan
n inilah, atle
u ketika mu
ngan dem
ik lebih baik
de Rangka
yang perlu
rangkaian
ntuk melaks
latih memb
rorangan.
elah ditent
tih mampu
kurasi bola
n (Sumber
et sebelum
ungkin mun
mikian ket
k.
aian Latiha
diperhatik
ini adalah
sanakan tu
berikan um
Jadi pel
ukan dalam
mengorek
44
a masuk
r: Putera,
mnya telah
ncul dalam
terampilan
n
kan dalam
h sebagai
gas-tugas
mpan balik
aksanaan
m satuan
ksi secara
45
personal dan secara langsung apabila atlet melakukan
gerakan yang salah.
(b).Sasaran Latihan
Rangkaian latihan berhubungan dengan penampilan
pelaksanaan tugas. Pelaksanaan tugas-tugas sesuai
dengan peragaan dan penjelasan pelatih. Waktu latihan
berhubungan dengan kecakapan penampilan, mempunyai
pengalaman dan pengetahuan akan hasil.
(c). Peranan Pelatih
Membiarkan atlet bekerja sendiri, pelatih hanya
memberikan umpan balik secara pribadi kepada setiap
atlet, dengan meningkatkan interaksi individu dengan setiap
atlet menyesuaikan diri dengan peranan mereka.
3) Karakteristik Metode Rangkaian Latihan
(a).Kelebihan
(1).Pengorganisasian pelaksanaan lebih mudah
dipahami
(2).Atlet hanya dihadapkan dengan target yang akan
dicapai jadi lebih fokus terhadap sasaran yang
dicapai
(3).Pengkoreksian terhadap teknik yang benar lebih
gampang, atlet akan dapat mengulang kembali
gerakan yang lebih baik.
46
(4).Momen pelaksanaan teknik dapat dilakukan
berulang kali, standar pelaksanaan telah disepakati
sesuai dengan urutan kerja
(b).Kekurangan
(1).Atlet tidak bisa mengembangkan teknik secara
kompleks, hanya terfokus pada sasaran yang hendak
dicapai.
(2).Keterampilan yang dilatih kepada atlet lebih individual.
c. Rangkaian Bermain
1) Pengertian Metode Rangkain Bermain
Rangkaian bermain menurut Darwis (1999:39)
“rangkaian latihan yang digunakan dalam usaha pencapaian
tujuan melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks yang dapat
mencerminkan terjadinya suatu bermain atau pertarungan di
antara dua regu penyerang dan bertahan”. Dalam rangkaian
bermain adanya kompetisi menang-kalah memiliki motivasi
untuk berlatih lebih baik bagi atlet, dimana mampu
menghilangkan kejenuhan saat latihan. Pelaksanaan latihan
dalam rangkaian bermain berkaitan dengan lawan yang
sesungguhnya. Adanya pihak bertahan dan pihak penyerang
akan mampu memberikan arti dalam bermain yang
sesungguhnya, sehingga adanya kompetisi dan persaingan
akan semakin jelas dalam rangkaian ini.
47
Rangkaian bermain merupakan rangkaian latihan yang
diberikan kepada atlet yang menjadikan suasana atau situasi
bermain untuk menumbuhkan persaingan yang menye-
nangkan dalam diri seseorang agar mereka termotivasi untuk
melakukan latihan. Dengan demikian dalam menyusun
materi latihan tetap berorientasi pada prinsip dasar atau
konsep dari ide bermain sepakbola itu sendiri. Tingkat
pemahaman ide bermain ini dimulai dari satu situasi ke
situasi berikutnya yang dijumpai dalam bermain itu sendiri.
Dalam bermain sepakbola situasi utama merupakan hal yang
sangat penting sesuai dengan ide bermain sepakbola yaitu;
memasukan bola ke gawang lawan sebanyak mungkin dan
mempertahankan gawang dari kebobolan.
Tujuan untuk pemahaman ide bermain sepakbola
tersebut diaplikasikannya dalam rangkaian bermain sesuai
dengan situasi-situasi serta keterampilan dalam melakukan
teknik-teknik dasar yang diperlukan dalam bermain yang
sebenarnya. Dengan tercapainya tujuan ini merupakan
landasan utama bagi atlet dalam usaha meingkatkan
keterampilan teknik membuat teknik, serta inisiatif dalam
bermain untuk menuju prestasi Sementara itu rangkaian
bermain menurut Grossing dalam Djezed (1995: 23)
mengemukakan bahwa terdapat tiga tingkat rangkaian
48
bermain: “1). Bentuk dasar bermain mengandung ciri khas
keterampilan bermain yang sederhana, 2) Bentuk bermain
sederhana merupakan bermain yang berdiri sendiri dan
berisikan ide bermain, dan 3) Bermain yang sebenarnya dan
sesuai dengan menurut peraturan”.
Berdasarkan hal tersebut, maka atlet harus memper-
hatikan penjelasan serta demonstrasi dari pelatih tentang
tujuan latihan, materi dan rangkaian bermain yang
dilaksanakan. Kemudian atlet di beri kesempatan untuk
menanggapi dan mencobakan hal yang di demonstrasikan
kedalam kelompok kecil. Dimana ciri khas keterampilan
bermain yang sederhana dalam rangkaian dasar atlet harus
ditonjolkan, sehingga atlet mampu untuk merealisasikan
bahkan menikmati bermain. Dalam hal ini maka ide bermain
dan peraturan yang dilakukan harus jelas, sehingga bermain
akan berlangsung sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
2) Tahapan Pelaksanaan Metode Rangkaian Bermain
Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
memberikan latihan dalam rangkaian ini adalah sebagai
berikut :
(a).Komponen Kunci
Pada rangkaian ini atlet melakukan tugasnya dengan
pasangan atau dalam kelompok kecil, dan menerima
umpan balik dari pasangannya juga, serta mengikuti
49
kriteria yang telah diberikan oleh pelatih. Jadi pelatih
mengoreksi atlet berdasarkan keputusannya dengan
pasangannya atau timnya dalam kelompok, sehingga
interaksi antara atlet dalam tim dapat di perhatikan.
(b).Sasaran Latihan
Sasaran latihan berhubungan dengan tugas dan peranan
atlet:
(1). Tugas (Pokok Bahasan)
(a).Memberikan kesempatan kepada atlet untuk
latihan berulang-ulang dengan di damping oleh
seorang pengamat (teman/ pasangannya).
(b).Si atlet menerima umpan balik.
(2). Peranan Atlet
(a).Memberi dan menerima umpan balik
(b).Mengamati penampilan teman, membandingkan
dan mempertentangkan dengan kriteria yang
ada, dan menyampaikan hasilnya pada pelaku.
(c). Menumbuhkan kesabaran dan toleransi terhadap
teman-teman dalam satu tim
(d).Peranan Pelatih
Mengatur atlet secara berpasangan/ dalam kelompok
kecil, dengan peranan khusus seperti pelaku. Pelatih
harus membuat keputusan sebelum pertemuan.
(e).Peranan Atlet
Peranan pelaku membuat keputusan selama
pertemuan, dan hanya dapat berkomunikasi dengan
pengamat saja. Sedangkan peranan pengamat
3
mem
berp
Gam
3) Karakte
(a).Kele
(1).Pe
m
ba
(2).Pe
ke
m
te
(3).A
l
(4).A
h
mberikan u
pedoman pa
mbar 7 PelPute
ristik Meto
ebihan
ermainan
menyajikan
anyak kege
engkoreksi
epada atle
mereka dap
ercapai.
Adanya po
atihan tekn
Atlet bisa m
hanya terfo
mpan balik
ada lembar
aksanaan era, 2010: 6
ode Rangka
dimainkan
banyak mo
embiraan.
an terhada
t secara b
pat bekerj
oin, dapat
nik.
mengemban
okus pada s
k sesudah
ran kriteria y
Rangkaian63)
aian Berm
n oleh k
omen belaj
ap teknik y
berkelompo
ja sama
memacu m
ngkan tekn
sasaran yan
pertemua
yang ada.
n Bermain
ain
kelompok,
jar, banyak
ang benar
ok, bagaim
agar tujua
motivasi a
nik secara k
ng hendak
50
n dengan
(Sumber:
hal ini
k gol dan
diberikan
mana cara
an dapat
tlet untuk
kompleks,
dicapai.
51
(b).Kekurangan
(1).Pengorganisasian pelaksanaan sulit dipahami pada
kebanyakan atlet
(2).Keterampilan yang dilatih kepada atlet tidak individual
melainkan kelompok.
(3).Momen pelaksanaan teknik tidak dapat dilakukan
berulang kali, karena standar pelaksanaan telah
disepakati sebelumnya.
3. Tingkat Inteligensi
a. Pengertian Tingkat Inteligensi
Manusia adalah mahluk yang paling cerdas, dan Tuhan
melengkapi manusia dengan komponen kecerdasan yang paling
kompleks. Seperti yang dikatakan oleh William W Hewwit dalam
Sunar, (2010:19) “Manusia adalah mahluk yang diciptakan
paling unggul dan akan menjadi unggul asalkan bisa
menggunakan keunggulannya”. Dengan demikian akan ada
perbedaan antara orang jenius dengan orang yang tak jenius di
bidangnya.
Kecerdasan merupakan salah satu anugerah besar dari
Tuhan kepada manusia dan menjadikannya sebagai salah satu
kelebihan manusia dibandingkan dengan mahluk lain.
Kecerdasan dapat meningkatkan kualitas hidup manusia yang
semakin komplek melalui proses berpikir dan belajar secara
52
terus menerus. Cerdas menurut Indrawan WS (106) adalah
“Tangkas, pandai, pintar dan cerdik, cepat tanggap dalam
menghadapi masalah, cepat mengerti jika mendengar
keterangan, tajam pemikiran”. Dalam hal ini tanggap dalam
mengatasi masalah, mengerti dan cepat tanggap adalah
kuncinya. Selanjutnya C.P Chaplin dalam Sunar menerangkan
kecerdasan (2010: 20) adalah “Kemampuan menghadapi dan
menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara tepat dan
efektif”. Berdasarkan hal ini kemampuan menyesuaikan diri
terhadap situasi baru adalah ciri dari kecerdasan. C. Spearman
dalam Hardy (1985: 71) menjelaskan kecerdasan adalah
“Kemampuan untuk berpikir dan menimbang”. Menurutnya
kecerdasan adalah bagaimana seseorang untuk berpikir dan
menimbang situasi tertentu.
Selanjutnya David Weschler dalam Fudyartanta (2004:16)
memberikan defenisi kecerdasan yang merupakan sekumpulan
atau kapasitas global individu untuk bertindak tepat tujuan,
berpikir secara rasional, dan untuk menghadapi lingkungan
sekitarnya. Ada empat ciri yang menonjol, yaitu: “1) Kecerdasan
itu berupa kapasitas atau kemampuan global, 2) Perbuatan atau
tindakan yang mempunyai tujuan yang jelas, 3) Berpikir secara
rasional, secara logis, masuk akal, dan 4) Bertindak terhadap
lingkungan atau menyesuaikan diri secara Efektif”
53
Empat macam ciri tersebut memberikan kualifikasi
terhadap perbuatan yang cerdas menurut pandangan Weschler.
Selanjutnya Anita E Woolfolk dalam Sunar (2010: 20)
mengemukakan bahwa menurut teori lama, kecerdasa meliputi
tiga pengertian: “1). Kemampuan untuk belajar, 2). Keseluruhan
pengetahuan yang diperoleh, 3). Kemampuan untuk
beradaptasi dengan situasi baru atau lingkungan pada
umumnya”. Kecerdasan tersebut hanya sebatas pada
kemampuan individu yang berkaitan dengan aspek kognitif atau
yang disebut dengan kecerdasan intelektual.
Seperti yang dikembangkan oleh Weschler Spearman
dalam Sunar (2010:21) “teori ‘two factor’ dan ‘primary mental
abilities’ ” akan menghasilkan pengelompokan kecerdasan
manusia yang dinyatakan dalam rangkaian Inteligent Quotient
(IQ), yang dihitung berdasarkan perbandingan antara tingkat
kemampuan mental (mental age) dengan tingkat usia
(chronological age), merentang mulai dari kemampuan dengan
kategori idiot sampai jenius. Para psikolog mengunakan IQ
(Intelligence Quotient) sebagai defenisi operasional dari
kecerdasan; nilai IQ menunjukan perbandingan seberapa baik
antara seseorang dengan orang lain di dalam tes-tes yang
meliputi pemikiran logis.
54
Tabel 1 Klasifikasi IQ berdasarkan hasil tes Stanford Binet I – 1916 (Sumber: Fudyartanta, 2004:181)
Interval IQ Klasifikasi Di atas 140 Kecerdasan mendekati genius atau
genius 120 – 140 Kecerdasan Amat Superior 110 – 119 Kecerdasan Superior 90 – 109 Kecerdasan Normal atau rendah 80 – 89 Kecerdasan Bodoh 70 – 79 Kecerdasan Batas Lemah Mental
60 kebawah Kecerdasan kelompok debil,imbisil, idiot
Kecerdasan intelektual (IQ) berkaitan dengan keterampilan
seseorang menghadapi persoalan teknikal dan intelektual. Skor
tes atau IQ merupakan pengukuran khusus dari angka konsep
yang kurang spesifik inteligensi. Munzert (1994:32) mengatakan
bahwa IQ adalah indikator potensial sejak lahir, namun tidak
baku. Kemampuan tes terbaik dapat terkontaminasi oleh faktor
kemampuan tertentu tapi bisa dilakukan dengan keahlian dan
informasi yang dikumpulkan lewat pelajaran dan pengalaman.
Dengan demikian IQ dapat di deskriptifkan bagus, dan ukuranya
dapat diperkirakan:
100
Berdasarkan hal itu, IQ rendah adalah antara 90 dan 110.
Skor antara 110 dan 119 menunjukan inteligensi pintar. Skor
antara 120 dan 129 mengindikasikan superior inteligensi. Skor
lebih dan sama dengan 130 mengindikasikan berbakat. Tapi
beberapa tes yang sedikit bervariasi, dan bakat intelektual
mungkin ditunjukan dengan skor lebih dan sama dengan 130,
atau lebih dan sama dengan 140. Orang yang skornya di atas
55
160 di karuniai dengan bakat super, sering diterangkan sebagai
kategori “jenius”. Berdasarkan hal tersebut Munzert (1994:77)
menerangkan mengenai skor dalam tes tingkat inteligensi:
Skor rendah tes inteligensi mungkin tanda bahwa anak butuh metode perintah berbeda. Anak yang tak mampu belajar di sekolah, misal, tidak bisa menangkap dengan cepat, butuh instruksi yang lain ini akan sangat menyerupai pola pengurangan skor tes antar awal sekolah hingga kelas enam mungkin tingkat usia 12 atau 13.
Hal tersebut berkaitan pada kemampuan seseorang dalam
menerima suatu respon yang akan berbeda dalam mempelajari
sesuatu baik dalam rangkaian motorik ataupun kognitif.
Diharapkan anak yang memiliki tingkat inteligensi yang tinggi
mampu merespon dan melakukan sesuatu yang diperintahkan
dengan benar dan tepat. Dalam hal ini Munzert (1994:91)
menerangkan seseorang mungkin cerdas dan berbakat dalam
satu atau lebih dari empat hal:“1). Akademik (inteligensi
intelektual), 2). Kreatif, 3). Psikomotor (fisik), 4). Sosial/ pribadi/
kepemimpinan”. Cerdas dan berbakat akan berkaitan dengan
kemampuan akademik seseorang, bagaimana proses
belajarnya dalam pendidikan yang formal.
Kreatifitas adalah hal yang sangat penting dalam
menentukan kecerdasan seseorang, karena kecerdasan
berkaitan dengan penguasaan kemampuan seseorang pada
situasi tertentu. Kemudian orang yang berbakat secara fisik
menampilkan potensi luar biasa dan penampilan kegiatanya
butuh otot besar, otot kecil, koordinasi mata tangan, dalam hal
ini berkaitan dengan motorik dalam bidang olahraga. Hal yang
penting cerdas berkaitan bagaimana seseorang dalam
56
lingkunganya, menjaga keharmonisan sosialnya dan mampu
memimpin. Dengan demikianlah maka seseorang dapat
dikatakan cerdas dan berbakat. Seperti yang dikatakan Howard
Gadner dalam Desmita (2007:166) setiap manusia tidak
mempunyai satu inteligensi, tetapi malah memiliki banyak
inteligensi (multiple intelligence), yang berbeda antara satu
sama lain. Masing-masing inteligensi ini meliputi keterampilan-
keterampilan kognitif yang unik, dan bahwa masing-masing di
tampilkan di dalam rangkaian yang berlebihan pada orang-
orang berbakat dan idiot.
Tabel 2 Aspek Inteligence Gardner (Sumber: Desmita, 2007)
Inteligensi Kemampuan Logical Mathmatical Kepekaan dan kemampuan
mengamati pola-pola logis dan bilangan serta kemampuan berpikir logis
Lingusitic Kepekaan terhadap suara, ritme, makna kata-kata, dan keragaman fungsi-fungsi bahasa
Musical Kemampuan menghasilkan dan mengekspresikan ritme, nada, dan rangkaian-rangkaian ekspresi music
Spatial Kemampuan mempersepsi dunia ruang-visual secara akurat dan melakukan transformasi persepsi tersebut
Bodily Kinesthetic Kemampuan mengontrol gerakan tubuh dan menangani objek-objek secara terampil
Interpersonal Kemampuan mengamati dan merespon suasana hati, temperamen, dan motivasi orang lain
Intrapersonal Kemampuan memahami perasaan, kekuatan, dan kelemahan inteligensi sendiri
57
b. Pentingnya Tingkat Inteligensi Dalam Sepakbola
Tingkat inteligensi sangat dibutuhkan dalam olahraga
sepakbola. Hal itu ditandai dengan kecepatan seseorang untuk
mengambil keputusan, kecepatan gerakan yang dilakukan dan
efektifitas tujuan yang hendak dicapai. Seperti yang diketahui
sebelumnya sepakbola adalah cabang olahraga bermain yang
terdiri dari dua tim (bertahan dan menyerang). Dengan
demikian maka pergerakan bola dalam tim sangat
membutuhkan kerjasama dan strategi agar tujuan dapat
dicapai, yaitu memasukan bola sebanyak mungkin ke gawang
lawan dan mempertahankan gawang dari kebobolan.
Alfred Binet dan Theodore Simon dalam Azwar (1996:5)
mendefenisikan inteligensi atas tiga komponen yaitu: “1). Untuk
mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan, 2).
Kemampuan untuk merubah arah tindakan bila tindakan
tersebut telah dilaksanakan, dan, 3) Kemampuan untuk
mengkritik diri sendiri atau melakukan autocriticism”. Dengan
demikian maka kemampuan atlet untuk mengambil keputusan
yang sangat cepat menuntut seseorang untuk memiliki tingkat
inteligensi yang tinggi. Hal ini pun akan berkaitan apabila atlet
melakukan keputusan yang salah maka kecepatan gerakan
untuk merubah suatu tindakan yang salah menuntut atlet untuk
berfikir lebih cepat, dan hal ini pun dmiliki oleh atlet yang
memiliki inteligensi yang tinggi.
58
Selanjutnya untuk melakukan intropeksi dalam hal yang
positif maka kemampuan untuk mengkritik diri sendiri adalah
hal yang penting, dimana hanya yang memiliki inteligensi tinggi
yang dapat melakukanya. Berdasarkan hal diatas, maka
seorang atlet sepakbola harus memiki tingkat inteligensi yang
tinggi. Hal ini akan berkaitan dengan kecepatan pengambilan
keputusan seiring dengan kecepatan melakukan gerakan,
sehingga tujuan akan dapat tercapai dengan tepat.
Pada metode rangkaian latihan, tingkat inteligensi yang
tinggi dapat ditandai dengan kemampuan seorang atlet untuk
berfikir kearah yang lebih baik berkaitan dengan bagaimana
keterampilan yang mereka miliki. Saat mereka telah melakukan
suatu satuan latihan, mereka akan melakukan koreksi terhadap
teknik yang dilakukan, dan akan mencobakan kembali teknik
dengan harapan teknik yang dilakukan selanjutnya akan lebih
baik. Mereka akan berfikir bagaimana arah bola, seberapa
kuatnya tendangan, dengan kaki bagian apa yang akan mereka
gunakan, sehingga sasaran latihan dapat tercapai optimal.
Sedangkan pada metode rangkaian bermain, tingkat
inteligensi yang tinggi dapat ditandai dengan kemampuan atlet
bekerja sama dalam tim untuk mencapai sasaran yang dituju.
Mereka berfikir lebih kompleks, selain bagaimana arah bola,
bobot tendangan, dan bagaimana sasaran mereka juga akan
berfikir bola selanjutnya akan diberikan pada teman yang
59
mana. Sehingga penggunaan keputusan yang tepat dan cepat
sangat dibutuhkan oleh atlet. Seperti teori mengenai
kecerdasan, bahwa seseorang dapat dikatakan cerdas apabila
mampu mengarahkan pikiran atau tindakan, mampu merubah
arah tindakan apabila telah dilaksanakan dan mampu untuk
mengkritik diri sendiri. Seperti itulah idealnya atlet yang memiliki
tingkat intelegensi tinggi dalam proses pembelajaran latihan
teknik dasar sepakbola.
c. Tes Tingkat Inteligensi
Intellegence quotient (IQ) menurut Kartono (1987: 233)
adalah “kusien inteligensi, taraf/tingkat kecerdasan: secara
klasik merupakan hasil bagi umur mental (mental age) oleh
umur kronologis (chronological age), yang kemudian dikalikan
dengan angka 100”. Selanjutnya menurutnya (1987:233)
intelelligence test adalah “rangkaian persoalan yang di disain
untuk mengukur kemampuan memecahkan masalah,
melaksanakan fungsi-fungsi intelektual, dan memperlihatkan
pengertian-pengertian atau konsep-konsep yang telah dipelajari
sebelumnya”. Maka IQ merupakan tingkat kecerdasan yang
sesuai dengan usia mental dan usia kronologi yang dapat
diketahui tingkatnya melalui rangkaian soal-soal yang telah
terkonsep sebelumnya. Berkaitan dengan hal tersebut, pada
60
saat ini telah banyak ditemukan cara-cara untuk menghitung
tingkat IQ seseorang, salah satunya dengan SPM.
The standard progressive matrices (SPM) merupakan
salahsatu contoh rangkaian skala inteligensi yang dapat
diberikan secara individu maupun kelompok. Skala ini di
rancang oleh J.C Raven dan diterbitkan pertama kali oleh H.K
Lewis & Co. Ltd London pada tahun 1960. SPM merupakan tes
yang bersifat nonverbal, artinya materi soal-soalnya diberikan
tidak dalam rangkaian tulisan ataupun bacaan melainkan dalam
rangkaian-rangkaian gambar. Karena instruksi pengerjaanya
diberikan secara lisan maka skala ini dapat digunakan subjek
yang buta huruf sekalipun. Raven dalam Saifuddin (1996:119)
mengatakan bahwa penyusunan SPM di dasari oleh konsep
inteligensi Spearman, yaitu konsepsinya mengenai eduksi
hubungan dan eduksi korelasi. Raven menyebut skala ini
sebagai tes kejelasan pengamatan dan kejelasan berfikir, bukan
tes inteligensi umum.
Raven’s Progressive matrices dalam Wikipedia
menerangkan mengenai tes SPM
These were the original from of the matrices, first published in 1938, the booklet comparises five sets (A to E) of 12 items each (e.g., A1 through A12), with items within a set becoming increasingly difficult, requiring ever greater cognitive capacity to encode and analyze information. All itema are presented in black ink on a white background.
61
Tes SPM di terbitkan pertama kali pada tahun 1983, tes
terdiri dari perbandingan lima set (A sampai E) dimana masing-
masing bagian terdiri dari dua belas soal, akan ada peningkatan
kesulitan pada setiap soal, dimana membutuhkan kemampuan
kognitif untuk memecahkan dan menganalisa informasi. Semua
soal di gambarkan pada tinta hitam dalam latar putih.
Seperti yang dijelaskan oleh Saifuddin (1996:119) bahwa
tes SPM terdiri atas 60 buah soal yang berupa gambar-gambar.
Setiap soal berupa sebuah gambar besar yang berlobang dan di
bawah gambar besar tersebut terdapat 6 atau 8 buah gambar
kecil sebagai pilihan jawaban. Subjek diminta memilih salahsatu
gambar kecil yang dapat dipakai untuk menutup lobang pada
gambar besar sehingga terrangkaian pola yang benar
berdasarkan penalaran tertentu. Setiap subjek diberi soal yang
sama dan menuliskan jawaban khusus yang disediakan.
Dimana kecepatan dan ketepatan dalam menjawab dapat
mempengaruhi hasil. Skor total adalah banyaknya soal yang
dapat dijawab dengan benar oleh subjek yang kemudian akan
diinterpretasikan secara normatif menurut sebuah tabel norma
penilaian.
Hasil dalam tingkatan intelektualitas di bagi dalam
beberapa kategori menurut besarnya skor dan usia subjek yang
di tes yaitu: “1). Grade I = Kapasitas intelektual Superior, 2).
62
Grade II = Kapasitas intelektual Tinggi, 3). Grade III =
Kapasitas intelektual Rendah, 4) Grade IV = Kapasitas
intelektual di bawah rendah, 5) Grade V = Kapasitas intelektual
terhambat”. Berdasarkan hasil tes tersebut, menurut Joan
(2000: 119) “Suatu tes hanya bisa memperoleh contoh (sampel)
kemampuan seorang anak pada saat ia mengikuti tes”. Angka
ini mengukur seberapa jauh ia menyerap apa yang telah
dipelajari dan seberapa jauh ia bisa mereproduksi kembali untuk
tes tersebut pada waktu dan kondisi tertentu.
Harapan yang ingin dicapai dari tes kecerdasan adalah
sebagai jaring penyelamat unutk membantu anak, terutama
anak-anak yang cerdas agar dapat dikenali potensi mereka,
sebab bila tidak mereka tidak akan terdeteksi dan tidak
memperoleh pendidikan yang sesuai shingga dapat
mengerjakan sesuatu pada tingkatanya sendiri. Khususnya saat
akan melakukan sesuatu yang menuntut kemampuan berfikir
dalam memecahkan masalah dalam waktu yang cepat.
Aspek intelek sangat dibutuhkan oleh seorang atlet dalam
rangka untuk memenangkan pertandinganya, khususnya dalam
cabang olahraga bermain. Seperti yang dikatakan oleh Gunarsa
(1989:308) “Selama bertanding, atlet harus bisa menganalisa
bermain lawan, menentukan suatu tindakan. Hal-hal seperti ini
baru bisa dilakukan kalau atlet yang bersangkutan dapat
63
mengaktifkan dan memungsikan aspek inteligensi yang dimiliki”.
Hal-hal mendetail berkaitan dengan penguasaan teknik,
melaksanakan strategi sangat dibutuhkan oleh seorang atlet
dalam waktu yang cepat agar mereka dapat memenagkan suatu
pertandingan. Dengan demikian maka tingkat intelektual sangat
diperlukan dalam suatu cabang olahraga, khususnya olahraga
sepakbola.
B. Kerangka Pemikiran
1. Perbedaan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Atlet SSB PSTS Tabing antar Kelompok yang Diberikan Metode Rangkaian Latihan dengan Metode Rangkaian Bermain secara Keseluruhan
Keterampilan teknik dasar dapat dicapai bila dilatih secara
terus menerus, sistematis dan sesuai dengan tujuan latihan. Sesuai
dengan tujuan latihan, berdasarkan prinsip-prinsip latihan maka
keterampilan akan menjadi lebih baik. Penggunaanya akan lebih
halus, efektif dan efisien dalam melakukan keputusan dalam suatu
pertandingan. Dengan pemahaman penguasaan gerakan yang
dilakukan secara terus menerus akan mampu mengantarkan pada
keterampilan yang otomatisasi. Jadi untuk mendapatkan
keterampilan tersebut dibutuhkan kemampuan seorang pelatih
dalam menyusun satuan latihan dalam suatu program latihan.
Dengan demikian melalui proses latihan maka atlet akan mampu
memiliki keterampilan teknik dasar yang sangat baik.
64
Memilih bentuk latihan merupakan hal yang penting dalam
usaha peningkatan prestasi atlet pada setiap cabang olahraga. Hal
ini dikarenakan efektifitas rangkaian latihan dapat mengoptimalkan
prestasi motorik olahraga yang komplek ditentukan oleh
perbandingan komponen-komponen beban serta aturan-aturannya.
Dalam latihan sepakbola ada beberapa rangkaian latihan yang
dapat diberikan kepada atlet, di antaranya adalah rangkaian latihan
dan rangkaian bermain. Kedua rangkaian ini adalah hal yang
berbeda dalam perlakuan dan aplikasi melalui suatu latihan teknik
dasar. Hanya saja masing-masing dari rangkaian latihan memiliki
kelemahan dan kelebihanya. Hal ini dikarenakan sepakbola
merupakan cabang olahraga bermain yang kompleks dimana
dimainkan oleh dua tim, bertahan dan penyerang. Dengan demikian
kedua rangkaian ini pun secara langsung akan memberikan
pengaruh terhadap peningkatan keterampilan teknik dasar
sepakbola.
Rangkaian latihan dilakukan tehadap elemen-elemen dari
bermain seperti untuk latihan teknik baik secara terpisah maupun
dikombinasi. Sasaran dalam rangkaian latihan adalah pengalaman
yang di dasarkan pada situasi tertentu dan dilaksanakan dalam
pengorganisasian yang dilakukan secara berulang-ulang.
Rangkaian latihan merupakan rangkaian yang diberikan oleh
pelatih kepada atletnya melalui sasaran berdasarkan target yang
65
telah diperkirakan sebelumnya. Dengan demikian atlet akan
terbiasa, dan telah memiliki pengalaman berdasarkan situasi
tersebut, sehingga bila dalam bermain dijumpai pengalaman seperti
situasi dalam latihan, maka atlet pun akan mampu melakukan
eksekusi sebaik mungkin. Hal ini dikarenakan adanya simpanan
melalui memori terhadap aksi yang telah diberikan.
Rangkaian bermain adalah metode latihan yang digunakan
dalam usaha pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan yang
kompleks yang dapat mencerminkan terjadinya suatu bermain atau
pertarungan di antara dua regu penyerang dan bertahan, dimana
langkah-langkah pelaksanaannya/ persiapannya di arahkan pada
bermain yang sesungguhnya. Dalam rangkaian bermain adanya
kompetisi mampu mengembangkan kemampuan teknik dasar
sepakbola secara kompleks. Hal ini dirasakan perlu diberikan
kepada atlet, karena rangkaian bermain menampilkan pertandingan
yang sesungguhnya, dimana keterampilan teknik dasar perlu
dimiliki oleh atlet.
Berdasarkan hal di atas, perbedaan kedua metode latihan ini
akan memberikan hasil yang berbeda dan diduga pemberian
metode latihan dengan metode rangkaian bermain dapat membawa
pengaruh yang lebih baik daripada metode rangkaian latihan dalam
hal peningkatan keterampilan teknik dasar sepakbola.
66
2. Interaksi antara Metode Latihan dengan Tingkat Inteligensi terhadap Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Atlet SSB PSTS Tabing.
Proses dalam latihan sangat penting untuk meningkatkan
keterampilan seseorang, sehingga metode latihan dapat
meningkatkan prestasi. Seperti yang diketahui sebelumnya latihan
akan dipengaruhi oleh beberapa komponen untuk pencapaian
tujuan yang efektif dan maksimal. Hal ini akan berkaitan dengan
efektifitas rangkaian-rangkaian latihan untuk mengoptimalkan
prestasi olahraga yang kompleks yang terkait dengan keterampilan
teknik dasar yang dimiliki oleh atlet. Dalam hal ini maka metode
latihan akan memberikan dampak yang efektif saat dilakukanya
pertandingan. Oleh sebab itu, setiap pelatih dan pembina olahraga
dalam memberikan latihan harus menggunakan metode latihan
yang didasarkan pada rangkaian-rangkaian latihan yang bervariasi.
Latihan dapat direncanakan dan dilaksanakan sesuai
dengan tujuan dan kondisi yang ada. Dalam hal ini terlihat bahwa
tujuan latihan memegang peranan yang penting dalam menetapkan
dan memilih metode latihan yang akan digunakan. Tujuan latihan
yang jelas dan tepat akan membantu dalam merencanakan
kegiatan latihan, salah satunya adalah membantu penggunaan
rangkaian latihan. Rangkaian latihan yang diberikan dapat diberikan
melalui rangkaian latihan maupun rangkaian bermain. Melalui
rangkaian latihan ini, diharapkan dapat meningkatkan keterampilan
67
teknik dasar atlet. Karena keterampilan teknik dasar akan
mempengaruhi atlet saat melakukan suatu tindakan dalam
pertandingan. Keterampilan yang diharapkan sesuai dengan situasi
dimana dapat dilakukan secara tepat, dan khususnya dapat
membuat kemenangan tim.
Setelah keterampilan teknik dasar dimiliki oleh seseorang,
maka faktor lain yang menunjang adalah tingkat inteligensi
seseorang. Seperti yang kita tahu sebelumnya bahwa tingkat
inteligensi akan berkaitan dengan keputusan yang akan diambil
oleh atlet khususnya dalam pertandingan. Atlet yang memiliki
tingkat inteligensi yang tinggi akan mampu melakukan berbagai
aksi dalam melakukan sesuatu, sehingga keputusan yang dibuat
cepat dan tepat. Hal ini pun akan berdampak kepada keterampilan
teknik dasar yang dimiliki oleh atlet itu sendiri. Disebabkan karena
tingkat inteligensi seseorang yang berada tinggi cenderung akan
melakukan sesuatu sesuai dengan pengalaman, dan mereka akan
selalu memperbaiki kesalahan yang telah mereka lakukan, dalam
artian mereka akan berusaha menganalisa suatu keterampilan
sehingga memperoleh keterampilan yang baik. Hal ini berkaitan
dengan tingkat kecerdasan atlet. Dalam hal ini yang ditampilkan
merupakan ketepatan seseorang untuk melakukan suatu tindakan,
atau memperbaiki tindakan yang telah dilakukan serta mampu
melakukan perbaikan dalam melakukan sesuatu.
68
Bertitik tolak dari penjelasan di atas dapat diduga bahwa
terdapat interaksi antara metode latihan dengan tingkat inteligensi
terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola. Oleh karena itu
pada tingkat inteligensi tinggi peningkatan keterampilan teknik
dasar yang di beri rangkaian bermain lebih besar daripada
kelompok yang diberi rangkaian latihan. Sedangkan pada tingkat
inteligensi rendah peningkatan keterampilan teknik dasar atlet
sepakbola yang diberi metode rangkaian latihan lebih besar
daripada kelompok yang diberi metode rangkaian bermain.
3. Perbedaan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Atlet SSB PSTS Tabing antara Kelompok yang Diberi Metode Rangkaian Latihan dengan Metode Rangkaian Bermain pada Tingkat Inteligensi Tinggi
Di dalam usaha untuk meningkatkan prestasi suatu tim pada
umumnya dilakukan melalui proses latihan yang teratur dari
program yang telah di susun. Seperti yang diketahui bahwa
keterampilan teknik dasar merupakan salah satu faktor yang dapat
meningkatkan prestasi suatu tim. Tindakan yang dilakukan oleh
atlet akan sesuai dengan situasi dalam pertandingan yang sedang
berlangsung. Dengan demikian maka atlet perlu untuk memiliki
keterampilan tersebut. Kecerdasan merupakan salah satu
anugerah besar dari Tuhan kepada manusia dan menjadikannya
sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingakan dengan
mahluk lain. Kecerdasan dapat meningkatkan kualitas hidup
69
manusia yang semakin komplek melalui proses berpikir dan belajar
secara terus menerus.
Setiap kegagalan yang ditemui pada saat menyerang harus
sesegera mungkin di atasi melalui kerjasama yang baik antara
pemain penyerang dengan pemain bertahan. Seorang atlet yang
memiliki tingkat inteligensi yang tinggi, cenderung akan memiliki
pemahaman konsep mengenai teknik dasar yang sangat baik. Hal
ini dikarenakan mereka mampu untuk mengambil suatu keputusan
yang cepat dan tepat, selain itu mereka pun akan mampu
memperkirakan, menganalisa keputusan yang akan mereka
lakukan. Memperkirakan dan menganalisa suatu teknik yang
dimiliki bukan lah hal yang mudah. Hal ini hanya dapat dilakukan
oleh seorang atlet yang memiliki tingkat inteligensi yang tinggi.
Dengan demikian maka keterampilan teknik dasar pun akan dapat
mudah dipelajari dan dilaksanakan, tentunya melalui proses-proses
latihan.
Berdasarkan hal yang dikemukakan di atas maka, dapat
diduga bahwa keterampilan teknik dasar sepakbola pada tingkat
inteligensi tinggi yang diberi metode rangkaian bermain lebih besar
daripada kelompok yang memiliki tingkat inteligensi rendah pada
metode rangkaian latihan.
70
4. Perbedaan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola atlet SSB PSTS Tabing antar Kelompok yang Diberi Metode Rangkaian Latihan dengan Metode Rangkaian Bermain pada Tingkat Inteligensi Rendah
Kata kunci dalam pengusaan gerakan dasar dalam suatu
cabang olahraga adalah keterampilan. Keterampilan memang
harus dimiliki oleh atlet agar mereka mampu memberikan suatu
tindakan yang tepat. Dalam hal ini maka proses latihan pun adalah
hal yang sangat penting. Penguasaan terhadap prinsip latihan dan
pembebanan menjadi modal utama agar tujuan akan keterampilan
teknik dasar dapat dicapai. Pencapaian tujuan tersebut dapat
dilakukan dalam berbagai rangkaian latihan, dimana dapat
diberikan melalui metode rangkaian bermain maupun metode
rangkaian latihan. Dalam hal ini pencapaian keterampilan teknik
dasar merupakan tujuan utama meskipun rangkaian latihan yang
berbeda-beda.
Kecerdasan intelektual (IQ) berkaitan dengan keterampilan
seseorang menghadapi persoalan teknikal dan intelektual. Orang
yang berbakat secara fisik dapat menampilkan potensi luar biasa
dan penampilan kegiatannya butuh otot besar, otot kecil, koordinasi
mata tangan, dalam hal ini berkaitan dengan motorik dalam bidang
olahraga. Seorang atlet yang memiliki tingkat inteligensi rendah,
cenderung susah memiliki pemahaman konsep mengenai teknik
dasar yang baik. Pengembangan teknik dasar akan berjalan
lambat, hal ini dikarenakan kecenderungan atlet yang memiliki
71
tingkat inteligensi rendah hanya akan latihan seperti yang
diperintahkan oleh pelatih, tanpa mereka menganalisa sebab teknik
yang mereka miliki ternyata tidak baik. Dengan demikian maka
cenderung atlet akan lebih menyukai rangkaian bermain, karena
mereka akan lebih termotivasi latihan dengan adanya lawan, tanpa
harus berfikir kenapa tendangan tadi tidak akurat, atau kenapa bola
yang ditendang tadi tidak sampai.
Berdasarkan perbedaan-perbedaan yang dikemukakan di
atas maka, dapat diduga bahwa peningkatan keterampilan teknik
dasar sepakbola pada tingkat inteligensi rendah yang diberi metode
rangkaian latihan lebih besar daripada kelompok yang memiliki
tingkat inteligensi tinggi pada metode rangkaian bermain. Untuk
lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3 Kerangka Pemikiran
Metode latihan Tingkat inteligensi
Rangkaian Latihan (A1)
Rangkaian Bermain (A2)
Tinggi (B1)
Rendah (B2)
C. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka konseptual di atas maka
dapat diajukan hipotesisnya sebagai berikut:
1. Keterampilan teknik dasar sepakbola yang diberikan dengan
metode latihan rangkaian latihan hasilnya akan lebih rendah
daripada metode rangkaian bermain.
72
2. Terdapat interaksi antara metode latihan dengan tingkat inteligensi
terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola .
3. Pada tingkat inteligensi tinggi, keterampilan teknik dasar sepakbola
yang diberi metode rangkaian latihan hasinya akan lebih rendah
daripada kelompok dengan metode rangkaian bermain.
4. Pada tingkat inteligensi rendah, keterampilan teknik dasar
sepakbola yang diberi metode rangkaian latihan hasilnya akan lebih
tinggi daripada kelompok yang diberi metode rangkaian bermain.
73
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi experiment, tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh tingkat inteligensi dan
perlakuan metode latihan yang diberikan terhadap keterampilan teknik
dasar sepakbola. Untuk mengetahui tingkat inteligensi atlet sepakbola
SSB PSTS Tabing digunakan jenis penelitian deskriptif dengan
pendekatan analisis kuantitatif. Sedangkan keterampilan teknik dasar
sepakbola dengan pendekatan analisis kuantitatif melalui soccer
battery test. Setelah itu akan dilanjutkan experiment dengan rancangan
faktorial 2x2. Eksperimen faktorial adalah eksperimen yang semua
(hampir semua) taraf sebuah faktor tertentu dikombinasikan dengan
semua (hampir semua) taraf tiap faktor lainya yang ada dalam
eksperimen itu. (Sudjana,1991:109)
Tabel 4 Rancangan Faktorial 2x2
Metode latihan
Tingkat Inteligensi
Rangkaian Latihan (A1)
Rangkaian Bermain (A2)
Tinggi (B1) (A1B1) (1) (A2B1) (2)
Rendah (B2) (A1B2) (3) (A2B2) (4)
Keterangan : A1 = Kelompok metode latihan rangkaian latihan A2 = Kelompok metode latihan rangkaian bermain B1 = Kelompok tingkat inteligensi tinggi B2 = Kelompok tingkat inteligensi rendah A1B1 = Kelompok rangkaian latihan pada tingkat inteligensi tinggi A2B1 = Kelompok rangkaian bermain pada tingkat inteligensi tinggi A1B2 = Kelompok rangkaian latihan pada kategori tingkat inteligensi
rendah A2B2 = Kelompok rangkaian bermain pada kategori tingkat
inteligensi rendah
73
74 B. Validitas Rancangan Penelitian
Untuk memperoleh keyakinan bahwa rancangan penelitian yang
telah dipilih cukup memadai untuk menguji hipotesis penelitian, hasil
penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian. Dengan
demikian dapat dilakukan pengontrolan terhadap validitas internal dan
eksternal dari rancangan penelitian.
1. Validitas Internal
Pengontrolan kesahihan internal desain penelitian
dilaksankaan agar hasil yang diperoleh benar-benar merupakan
akibat perlakuan. Dalam memperoleh kesahihan internal ini, maka
dilakukanlah pengontrolan terhadap beberapa variabel eksternal,
mungkin mengancam kesahihan internal desain dengan beberapa
teknik antara lain:
a) Mencegah timbulnya kejadian-kejadian khusus yang dapt
mempengaruhi subyek selama pelaksanaan perlakuan yang
sengaja dilakukan dalam waktu yang tidak lama untuk
menghindari pengaruh histori.
b) Melaksanakan perlakuan dalam jangka waktu yang tidak terlalu
lama untuk menghindari pengaruh kematangan.
c) Tidak mengubah instrumen yang dipakai untuk menghindari
pengaruh instrument pengukuran.
d) Memperketat pengisian daftar hadir siswa sepakbola untuk
pengaruh kehilangan peserta.
75
e) Tidak memberi tahu siswa tentang adanya penelitian, dan
memakai jadwal latihan biasa untuk menghindari pengaruh
kehilangan peserta.
f) Memperketat administrasi tes untuk menghindari pengaruh
kemunduran statistik.
2. Validitas Eksternal
Pengontrolan kesahihan eksternal desain penelitian
dilaksanakan agar yang diperoleh benar-benar representative dan
dapat digeneralisasikan. Pengontrolan itu meliputi kesahihan
populasi dan kesahihan ekologi.
a) Kesahihan Populasi
Kesahihan populasi diperlukan agar hasil penelitian ini
dapat digeneralisasikan kepada populasi penelitian yang
dikontrol dengan teknik:
(1).Menetapkan sampel sesuai dengan karakteristik populasi
(2).Memilih sampel sesuai dengan kriteria tingkat inteligensi
tinggi dan rendah yang dibagi dua kelompok dengan teknik
matching.
(3).Memberikan hak yang sama kepada setiap sampel untuk
menerima perlakuan penelitian.
b) Kesahihan Ekologi
Kesahihan ekologi dilakukan agar hasil penelitian ini dapat
digeneralisasikan kepada kondisi dan lingkungan lain, dalam
hal ini dikontrol dengan teknik berikut:
76
(1).Tidak memberi tahu kepada siswa bahwa mereka sedang
menjadi subyek penelitian dengan teknik perlakuan yang
sengaja menggunakan waktu latihan.
(2).Mempertahankan suasana latihan seperti suasana
biasanya, tanpa mengubah jadwal latihan.
Dengan pengontrolan kesahihan internal dan eksternal benar-
benar merupakan akibat perlakuan penelitian, sehingga berlaku umum
terhadap populasi sampel.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di lapangan sepakbola SSB PSTS Tabing,
waktu pelaksanaan dimulai pada tanggal 6 Mei 2011 s/d 26 Juni 2011
(Lampiran 1 halaman 134). Pelaksanaan perlakuan dalam penelitian ini
berlangsung selama enam minggu dengan tiga kali pertemuan setiap
minggunya. Dengan demikian pertemuan latihan berjumlah enam
minggu yaitu sebanyak 18 kali pertemuan. Latihan dilaksanakan pada
hari rabu, jum’at dan minggu pada pukul 14.00 wib
Satu minggu sebelum perlakuan digunakan untuk pengambilan
data tingkat inteligensi sebagai variabel moderator penelitian pada
tanggal 11 mei 2011. Hasil dari tes keluar pada tanggal 19 Mei 2011,
sehingga perlakuan yang diberikan pertama kali pada tanggal 20 Mei
2011. Data ini dipakai untuk mengelompokan sampel menjadi
kelompok inteligensi tinggi dan inteligensi rendah.
77 D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2008:61) “populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya”.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh atlet SSB PSTS
Tabing yang telah terdaftar berdasarkan kelompok umurnya
masing-masing, secara keseluruhan yang berjumlah 340 orang .
Tabel 5. Distribusi Populasi
No Kelompok Umur Sudah Lama
Baru Masuk Jumlah
1 7 – 8 tahun (U 8) - 10 10 2 9 – 10 tahun (U 10) 10 5 15 3 11 – 12 tahun (U 12) 58 62 120 4 13 – 14 tahun (U 14) 30 20 50 5 15 – 16 tahun (U 16) 40 10 50 6 17 -18 tahun (U 18) 45 5 50 7 18 tahun keatas (U 21) 40 5 45 Jumlah 223 117 340
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini digunakan
teknik sampling purposive (Sugiyono, 2008: 68). Berdasarkan
beberapa pertimbangan dalam pengambilan sampel, maka yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah atlet yang baru masuk
yang berada pada kelompok usia 11 - 12 tahun. Dengan
pertimbangan bahwa, dalam silabus pengajaran, atlet baru
78
diajarkan tentang bentuk-bentuk latihan teknik dasar sepakbola
(Putera, 2010:22). Jumlah siswa yang baru masuk pada kelompok
tersebut sebanyak 62 orang.
E. Definisi Operasional
Adapun penjelasan dan pembatasan istilah yang perlu
dikemukakan dalam penelitian ini adalah:
1. Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola
Keterampilan teknik dasar merupakan komponen atau unsur
gerakan yang mendasari agar kegiatan olahraga dapat dilakukan
yang disesuaikan kondisi manusia, pemecahan tugas gerakan
terhadap hasil yang akan dicapai dalam suatu pertandingan.
Termasuk dalam teknik dasar sepakbola yaitu:
(a).Shooting adalah teknik dasar dengan cara melakukan
tendangan kegawang.
(b). Passing adalah seni memindahkan momentum bola dari satu
pemain ke pemain yang lainya.
(c). Dribbling adalah penguasan bola dengan kaki saat begerak di
lapangan permainan.
(d).Control adalah penguasaan bola pada bagian tubuh tertentu
saat mendapatkan bola dari lawan.
2. Metode Rangkaian Latihan
Rangkaian latihan dalam sepakbola merupakan suatu
rangkaian latihan dimana langkah-langkah pelaksanaanya/
persiapanya di arahkan pada elemen-elemen dari bagian teknik
79
baik secara terpisah-pisah maupun secara kombinasi dari elemen
tersebut. Dalam rangkaian latihan adanya pengalaman yang
diberikan akan membiasakan atlet dalam menghadapi situasi dalam
suatu bermain sesungguhnya.
3. Metode Rangkaian Bermain
Rangkaian bermain dalam sepakbola merupakan suatu
rangkaian latihan yang digunakan dalam usaha pencapaian tujuan
melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks yang dapat
mencerminkan terjadinya suatu permainan atau pertarungan di
antara dua regu penyerang dan bertahan sehingga adanya
kompetisi.
4. Tingkat inteligensi
Tingkat inteligensi adalah tingkat kecerdasan seseorang baik
dalam bertindak, memperbaiki tindakan yang telah dilakukan dan
mampu melakukan kritik terhadap sesuatu yang sesuai dengan
usia mental dan usia kronologi dimana dapat diketahui tingkat
kemampuanya melalui rangkaian soal-soal yang telah terkonsep
sebelumnya.
(a).Tingkat inteligensi tinggi adalah hasil dari tes yang berada pada
klasifikasi cerdas, di atas rata-rata.
(b).Tingkat Inteligensi rendah adalah hasil dari tes yang berada
pada klasifikasi rata-rata.
80 F. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan setelah seminar proposal selesai dan
disetujui oleh dosen pembimbing. Pengambilan data dilakukan pada
sampel yang berjumlah 62 orang melalui tes pengukuran tingkat
inteligensi. Tes dilakukam dengan menggunakan tes IQ SPM
(Standard Progressive Matrices) yang disediakan oleh Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Padang (FIP UNP). Dari pengolahan
data tersebut akan di urutkan hasil inteligensi dari skor yang paling
tinggi hingga yang paling rendah, kemudian disesuaikan dengan grade
(tingkatan) yang baku. Hasil dari tes inteligensi pada kelompok usia 11-
12 tahun ini, awalnya berjumlah 62 menjadi 52 dikarenakan data siswa
tidak dapat diolah berdasarkan norma test. Kemudian dari jumlah
sampel 52 orang menjadi 40 orang dikarenakan siswa yang telah
mengikuti tes inteligensi tidak pernah datang lagi dalam latihan.
Sehingga berdasarkan hal tersebut maka jumlah sampel dalam
penelitian ini berjumlah 40 orang.
Selanjutnya berdasarkan hasil tersebut jumlah atlet yang memiliki
kategori itu dibagi dua sama banyak, tingkat inteligensi tinggi dan
tingkat inteligensi rendah. Selanjutnya pada masing-masing kelompok
dibagi dua lagi, menjadi kelompok tingkat inteligensi tinggi rangkaian
latihan dan kelompok tingkat inteligensi tinggi rangkaian bermain.
Selanjutnya pada tingkat inteligensi rendah dibagi menjadi dua
81
kelompok juga, kelompok tingkat inteligensi rendah rangkaian latihan
dan kelompok tingkat inteligensi rendah rangkaian bermain
Dari data yang diperoleh maka dapat dilakukan pemecahan
kelompok sehingga menjadi 4 sel dengan cara menggunakan teknik
matching yaitu dengan cara mengurut data dari yang terbesar hingga
yang terkecil baik pada kategori tingkat inteligensi tinggi maupun
kategori tingkat inteligensi rendah, kemudian disusun dengan cara
mengurut data, ke 1 di sebelah kiri, data ke 2 di sebelah kanan, data
ke 3 dibawah data ke 2 yaitu disebelah kanan, data ke 4 di sebelah kiri
di bawah data ke 1, data ke 5 di sebelah kanan di bawah data ke 4 dan
begitu seterusnya.
Kemudian dari hasil matching tersebut di dapatlah data pada sel
rangkaian latihan dengan kategori tingkat inteligensi tinggi berjumlah
10 orang (A1B1) dan pada sel rangkaian bermain dengan kategori
tingkat inteligensi tinggi berjumlah 10 orang (A2B1), data pada sel
rangkaian bermain dengan kategori tingkat inteligensi rendah
berjumlah 10 orang (A1B2) dan pada sel metode latihan rangkaian
dengan kategori tingkat inteligensi tidak tinggi berjumlah 10 orang
(A2B2).
82
Tabel 6. Rancangan Faktorial 2x2 dengan Pembagian setiap Sel (Sumber : Sudjana, 1991:155)
Metode latihan
Tingkat inteligensi
Rangkaian Latihan (A1)
Rangkaian Bermain (A2)
Tinggi (B1) A1B1 A2B1
Rendah (B2) A1B2 A2B2
Sampel diberikan perlakuan sesuai dengan satuan latihan yang
telah dibuat. Setelah perlakuan diberikan maka perlu dilakukan tes
keterampilan teknik dasar sepakbola dari keempat kelompok tersebut
yaitu, dua kelompok untuk rangkaian bermain kategori tingkat
inteligensi tinggi (A1B1) dan rendah (A1B2), kemudian dua kelompok
untuk rangkaian latihan kategori tingkat inteligensi tinggi (A2B1) dan
rendah (A2B2).
G. Perlakuan Penelitian
1. Perlakuan sampel (treatment)
Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian ini, maka dalam
hal ini sampel akan mendapatkan perlakuan berupa pendekatan
proses latihan dengan menggunakan dua metode latihan yaitu
rangkaian bermain dan rangkaian latihan. Agar proses pelaksanaan
penelitian dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan yang
diharapkan, maka perlu disusun atau dirancang beberapa
perlakuan terhadap sampel. Rancangan tersebut meliputi:
83
a. Lamanya Latihan Secara Keseluruhan
Untuk lamanya perlakuan yang diperlukan dalam penelitian
ini, peneliti memperhatikan pendapat Dede Kusuma dalam
Ikhsan (2009:52) menyatakan bahwa “Latihan baru akan
memberikan efek setelah enam minggu dan akan terlihat
perubahan kemampuannya sebanyak 30% apabila dilakukan
sebanyak 3 kali seminggu dengan lama latihan sekurang-
kurangnya 6 minggu”.
Berdasarkan pendapat di atas, maka lamanya latihan secara
keseluruhan dalam penelitian ini sebanyak 16 kali pertemuan.
Dengan Frekuensi latihan 3 - 5 kali seminggu.
b. Banyaknya Latihan Dalam Seminggu
Banyaknya latihan disesuaikan dengan jadwal latihan yang
ada pada SSB PSTS Tabing sebanyak tiga kali seminggu.
Yang dilaksanakan pada hari rabu, jum’at dan minggu.
c. Lama Waktu Latihan
Lamanya waktu pertemuan atau tatap muka dalam
pertemuan dalam setiap pertemuan adalah 45 menit untuk
latihan inti (Putera, 2010).
d. Satuan Latihan
Untuk menyamakan perlakuan pada masing-masing
sampel, maka disusun satuan latihan yang akan dilakukan oleh
sampel. Sesuai dengan maksud serta tujuan penelitian ini, yaitu
untuk melihat pengaruh tingkat inteligensi terhadap metode
84
latihan (rangkaian latihan dengan bermain) pada keterampilan
teknik dasar sepakbola.
2. Tes akhir (postest),
Tes akhir dalam penelitian ini dilakukan setelah sampel
mendapatkan perlakuan selama 16 kali pertemuan. Tujuan
dilakukan tes akhir ini adalah untuk melihat pengaruh tingkat
inteligensi terhadap metode latihan (rangkaian latihan dengan
bermain) pada keterampilan teknik dasar sepakbola SSB PSTS
Tabing (sampel) setelah mengikuti latihan.
H. Pengembangan Instrumen
1. Tingkat Inteligensi
Satu tes mengenai tingkat kecerdasan yang dipakai dalam
penelitian ini adalah tes Standard Progressive Matrices (SPM). Tes
ini dirancang untuk mengetahui kemampuan seseorang dengan
cara memahami gambar-gambar yang dipresentasikan, melihat
hubungan di antara gambar-gambar itu, dan membayangkan sifat
gambar untuk melengkapai hubungan yang diberikan. SPM terdiri
dari lima bagian soal A, B, C, D, dan E setiap soal terdiri dari 12
soal. Pengikut tes diminta untuk memilih bagian-bagian yang hilang
dari gambar berdasarkan pilihan yang telah disediakan di bawah
soal.
85
Tabel 7 Kategori Tingkat Inteligensi Dengan SPM
Kategori Klasifikasi
Grade I A Cerdas
Grade II B Cerdas
Grade II A Di atas Rata-rata
Grade III A Rata-rata Grade III B Rata-rata
2. Teknik Dasar Sepakbola
Salah satu alat ukur yang dapat mengukur keterampilan teknik
dasar sepakbola seseorang adalah dengan menggunakan soccer
battery test oleh Verducci. Validitas dalam battery test yang dikutip
dari Verducci (1980:335) “correlation coefficients: wall volley
accuracy test 0.88; soccer dribble test, 0.92; aerial pass for
accuracy 0.94; ball control test 0.96; and test battery 0.98 (multiple
correlation coefficient). Criterion: panel of expert”. Selanjutnya
realibelnya “test-retest. Correlation coefficients: wall volley accuracy
test 0.97; soccer dribble test, 0.99; aerial pass for accuracy 0.99;
and ball control test 0.99”.
Berdasarkan validitas dan realibel tersebut maka dapat
dikatakan bahwa tes sudah layak untuk digunakan dalam penelitian
ini.
Teknik Pengukuran :
a. Wall volley accuracy ( Verducci, 1980: 334)
1) Perlengkapan
(a). 3 buah bola kaki
86
(b). Dinding target yang telah dibuat skema penilaian
dengan poin yang telah ditentukan
(c). Alat tulis
2) Pelaksanaan
(a).Atur jarak dinding target dengan garis tempat atlet akan
melakukan tendangan sejauh 20 feet (6.1 Meter). Atlet
harus berada di belakang garis.
(b).Pada dinding target telah dibuat poin persegi, seperti
pada gambar yang memilki poin 4 [6 feet (183 cm), 2
feet (61 cm)], poin 3 [12 feet (366 cm), 4 feet (122 cm)
], poin 2 [18 feet (549 cm), 6 feet (183 cm) ], poin 1 [24
feet (732 cm), 8 feet (244 cm)].
(c). Bola disediakan 3 buah. 1 buah berada di belakang
garis yang akan digunakan untuk menendang, dua
yang lainya berada 9 feet (2.74 meter) di belakang
garis. Kedua bola ini boleh di pakai apabila atlet gagal
mengontrol bola. Apabila bola cadangan dipakai, atlet
boleh meletakan bola yang akan ditendang dekat
dengan kaki dimana pun, asal berada di belakang garis.
(d).Atlet harus menendang ke arah dinding target, saat
bola kembali atlet boleh langsung menendang kembali
ke dinding target. Bola harus telah kembali pada garis
baru boleh ditendang kembali. Lamanya pelaksanaan
tendangan selama 30 detik
3
b. D
1
2
3) Penilaia
(a). P
tela
ma
ters
Gamba
Dribbling T
1) Perleng
(a).5 b
(b).1 b
(c). Ala
(d).Sto
2) Pelaksa
(a).5 k
jara
gam
(b).Atle
dib
an
Poin dicatat
ah dibuat d
aka poin ter
sebut
ar 8 Pelaksa334)
Test ( Verdu
gkapan
buah kerucu
buah bola
at tulis
opwatch
anaan
kerucut disu
ak antar ke
mbar
et harus m
uat di antar
t apabila b
di dinding.
rbesar yan
anaan Sho
ucci, 1980
ut
usun di tana
erucut 9 fe
membawa b
ra kerucut
bola masuk
Apabila b
g dicatat d
ooting (Sum
: 334)
ah yang rat
feet (2.74 m
bola sesua
k dalam ta
ola menge
di antara ke
mber: Verdu
ta, jarak ant
meter) sep
i dengan a
87
rget yang
enai garis,
edua poin
ucci, 1980:
tara garis,
perti pada
arah yang
3
c. A
1
2
(c). Atle
me
atle
ara
sam
3) Penilaia
(a).Atle
dua
pel
Gamba
Aerial Pass
1) Perleng
(a).10 b
(b).Area
(c). Alat
2) Pelaksa
(a).Atur
mela
haru
et berada
emperhatika
et harus m
ah, kemudia
mpai pada g
an
et diberi ke
a kali. P
aksanaan d
ar 9 Pelaksa334)
s for accur
gkapan
uah bola
a target di ta
tulis
anaan
jarak area
akukan tend
us berada d
a di be
an arah me
membawa
an balik lag
garis awal
esempatan
enilaian m
dribbling te
anaan Drib
racy (Verdu
anah yang
a target de
dangan sej
i belakang
elakang g
mbawa bol
bola secep
gi setelah
melakukan
merupakan
rsebut
bbling (Sum
ucci, 1980:
datar
engan gari
auh 20 yar
garis.
garis, da
a. Saat per
pat mungk
kerucut ter
n dribbling
total wa
mber: Verdu
: 334)
s tempat a
rd (18.3 Me
88
n harus
rintah “go”
kin sesuai
rakhir dan
sebanyak
aktu dari
ucci, 1980:
atlet akan
eter). Atlet
3
(b).Pada
pada
cm),
(365
(c). Bola
Atlet
men
targe
3) Penilaia
(a).Setia
area
area
(b).Apab
adala
(c). Dilak
adala
Gamba
a area tar
a gambar y
3 (radius
5.76 cm), 1
a disediaka
t harus b
endang bo
et.
an
ap tendang
a target. Bo
a target
bila bola m
ah nilai yan
kukan dua
ah total jum
ar 10 Pelaks334)
rget telah
yang memil
s 8 feet (2
(radius 16
n 10 buah
berada di
ola ke uda
gan dinilai
ola tidak a
mengenai g
ng tertinggi
a kali pela
mlah poin ya
sanaan Pa
dibuat poi
ki poin 4 (r
243,84 cm)
feet (487.6
h, bola dite
belakang
ara hingga
apabila lan
akan dinilai
garis, maka
aksanaan.
ang dilakuk
ssing (Sum
n lingkara
radius 4 fee
), 2 (radius
8 cm).
endang satu
garis. At
mendarat
ngsung me
apabila k
a nilai yang
Score sel
kan
mber: Verdu
89
n, seperti
et (121.92
s 12 feet
u-persatu.
let harus
t ke area
endarat ke
eluar dari
g di ambil
uruh nya
ucci, 1980:
90
d. Ball Control Test (Verducci, 1980: 335)
1) Perlengkapan
(a).5 buah bola
(b).Alat tulis
(c). stopwatch
2) Pelaksanaan
(a).Atlet harus melemparkan bola ke udara, kemudian
berusaha mengontrol bola.
(b).Atlet boleh menggunakan seluruh tubuh (kaki, dada,
kepala, paha kecuali tangan) agar bola tetap terkontrol
3) Penilaian
(a).Atlet harus mengontrol bola selama mungkin, jangan
sampai bola menyentuh tanah
(b).Penilaian adalah lamanya waktu mengontrol bola yang
dihitung saat bola di lempar ke udara dan mengenai
bagian tubuh kecuali tangan sampai bola jatuh ke tanah
(c). Tiga kesempatan yang diberikan kepada atlet.
e. Menentukan besarnya Keterampilan teknik dasar bermain sepakbola
Besarnya keterampilan teknik dasar bermain sepakbola
dihitung secara kumulatif dari empat item pelaksanaan test
dimana sebelumnya setiap item harus di T-Score kan.
91 I. Teknik Pengumpulan Data
1. Tingkat Inteligensi
Teknik pengambilan data untuk mendapatkan data tingkat
inteligensi, dengan cara memberikan tes SPM kepada sampel yang
diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Jurusan
Bimbingan Konseling (BK) Universitas Negeri Padang (UNP).
2. Teknik dasar sepakbola
Tes akhir dari keempat kelompok tersebut yaitu, dua
kelompok untuk rangkaian latihan kategori tingkat inteligensi tinggi
(A1B1) dan rendah (A1B2), kemudian dua kelompok untuk metode
latihan rangkaian bermain kategori tingkat inteligensi tinggi (A2B1)
dan rendah (A2B2).
J. Teknik Analisis Data
Data hasil penelitian yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis varians (anava) dua jalur dan
dilanjutkan uji tukey apabila ditemukan interaksi antara variabel
tingkat inteligensi dengan varibel metode latihan. Sebelum data
diolah menggunakan teknik analisis varian, terlebih dahulu
dilakukan uji persyaratan anava, yaitu uji normalitas menggunakan
uji lilliefors dan uji homogenitas varians menggunakan uji Bartlet
dengan taraf signifikansi α = 0,01.
1. H0 : µA1 = µA2
Ha : µA1 < µA2
92
2. H0 : A x B = 0
Ha : A x B ≠ 0
3. H0 : µA1B1 = µA1B2
Ha : µA1B1 < µA1B2
4. H0 : µA1B2 = µA2B2
Ha : µA1B2 > µA2B2
Keterangan:
µA1 = Rata-rata kelompok metode latihan rangkaian latihan
secara keseluruhan
µA2 = Rata-rata kelompok metode latihan rangkaian bermain
secara keseluruhan
µA1B1 = Rata-rata kelompok inteligensi tinggi dengan metode
latihan rangkaian latihan
µA2B1 = Rata-rata kelompok inteligensi tinggi dengan metode
latihan rangkaian bermain
µA1B2 = Rata-rata kelompok inteligensi rendah dengan metode
latihan rangkaian latihan
µA2B2 = Rata-rata kelompok inteligensi rendah dengan metode
latihan rangkaian bermain
A = Metode latihan rangkaian latihan
B = Metode latihan rangkaian bermain
93
93
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Pada rancangan awal jumlah anggota sampel pada penelitian ini
sebanyak 62 orang. Dikarenakan saat melakukan tes inteligensi 10
orang data tidak dapat dilaporkan hasilnya, sebab data tidak bisa
diolah berdasarkan norma tes. Jumlah anggota sampel sebanyak 52
orang.
Saat diberikanya perlakuan metode latihan 8 orang atlet tidak
hadir latihan, sedangkan 4 orang lagi sering tidak latihan. Agar tidak
mengganggu jalanya penelitian, ditetapkan sampel sebanyak 40 orang
(Lampiran 5-6 halaman 168-169).
Pada bagian ini akan disajikan secara deskripsi data tingkat
inteligensi dan data metode latihan atlet SSB PSTS Tabing yang
merupakan hasil pengukuran terhadap seluruh subjek penelitian.
Berdasarkan rancangan penelitian eksperimen yang dilakukan, ada 9
(sembilan) kelompok Sampel yang skor metode latihan perlu
dideskripsikan secara terpisah. Berikut disajikan deskripsi data tingkat
inteligensi dan data metode latihan sampel dari delapan kelompok
tersebut.
1. Tingkat Inteligensi
Dari hasil pengukuran yang dilakukan terhadap sampel atlet
SSB PSTS Tabing diperoleh skor tertinggi 124, skor terendah 90,
dan jarak pengukuran (range) 34. Berdasarkan kelompok data
tingkat inteligensi diperoleh nilai rendah hitung (mean) 101,55 nilai
Frekue
nsi
teng
simp
distr
baw
Tabe
N
diliha
kelo
101,
pada
dan
Untu
juga
Graf
0
5
10
15
Frekue
nsi
gah (media
pangan bak
ribusi data
ah ini.
el 8 DistribPSTS
NO K1 2 3 4 5 6
Berdasarka
at bahwa t
mpok 90 -
, 7 orang (
a kelompok
sebanyak
uk lebih je
a dapat dilih
fik 1 Histog
90 – 95
an) 102,
ku (standar
tingkat int
busi FrekuS Tabing
Kelas Interv90 – 9596 – 101
102 – 107108 – 113114 – 119120 – 125
Jumlah
an perhitu
terdapat se
- 95, 7 ora
17.5%) pad
k 108 – 113
2 orang lai
elasnya, dis
hat pada his
ram Tingka
96 ‐ 101 102
Kelas
nilai serin
deviasi) se
eligensi ini
uensi Data
val
7 3 9 5
ngan yang
ebanyak 13
ang (17.5%
da kelompo
3, 2 orang
nnya (5%)
stribusi fre
stogram di b
at Inteligens
2 ‐ 107 108 ‐ 1
s Interval
ng muncu
ebesar 9,9.
i dapat dili
Tingkat in
FreAbsolut
13 7 7 9 2 2 40
g tertera p
3 orang (3
) berada p
ok 102 – 1
(5%) pada
berada di
kuensi sko
bawah ini:
si
113 114 ‐ 119
l (mode)
Untuk lebih
ihat pada t
nteligensi A
ekuensi R
pada tabel
32.5%) ber
pada kelom
07, 9 orang
kelompok
kelompok 1
or tingkat
94
120 ‐ 125
90, dan
h jelasnya
tabel 8 di
Atlet SSB
Relatif 32.5 17.5 17.5 22.5
5 5
100
8 dapat
rada pada
mpok 96 –
g (22.5%)
114 - 119
120 - 125.
inteligensi
95
2. Hasil Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola yang Diberi Metode Rangkaian latihan (Kelompok A1)
Data hasil pengukuran Sampel dalam kelompok ini yang terdiri
dari 2 Sampel (n = 20) skor tertinggi 71, skor terendah 30, dan jarak
pengukuran (range) 41. Rerata skor 53 dan simpangan baku 14.50.
Distribusi frekuensi metode latihan Sampel kelompok ini dapat
digambarkan dalam tabel 9 distribusi frekuensi berikut:
Tabel 9 Distribusi Frekuensi Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Kelompok yang Diberi Metode Rangkaian latihan(Kelompok A1)
NO Kelas Interval Frekuensi
Absolut Relatif 1 30 – 38 5 25 2 39 – 47 4 20 3 48 – 56 1 5 4 57 – 65 3 15 5 66 – 74 7 35 Jumlah 20 100
Tabel di atas, menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 5 orang
(25%) berada pada kelompok 30 – 38, 4 orang (20%) berada pada
kelompok 39 – 47, 1 orang (5%) pada kelompok 48 – 56, 3 orang
(15%) pada kelompok 57 – 65, dan 7 orang (35%) pada kelompok
66 - 74. Untuk lebih jelasnya, penjabaran distribusi frekuensi
metode latihan di atas dapat dilihat pada histogram berikut:
Gra
3. HasDibe
Sam
skor
32. R
meto
tabe
Tabe
N
2345
012345678
Frekue
nsi
afik 2 .HisSepalatiha
il Peningkeri Metode
Data hasi
mpel dalam
r tertinggi 6
Rerata sko
ode latihan
el 10 distribu
el 10. DisDasaRang
NO K1 2 3 4 5
30 ‐ 3
stogram Pakbola Saan(Kelomp
katan Keter Rangkaia
il pengukur
kelompok
67 skor ter
or 47 dan s
n Sampel
usi frekuen
stribusi Frear Sepakbgkaian Berm
Kelas Interva34 – 40 41 – 47 48 – 54 55 – 61 62 – 68 Jumlah
38 39 ‐ 47
Kelas
eningkatanampel yanok A1)
rampilan Tn Bermain
ran keteram
ini yang te
endah 34,
simpangan
kelompok
si berikut:
kuensi Penbola Kelomain (Kelo
al
48 ‐ 56
Interval
n Keterampg Diberi
Teknik Dasn (Kelompo
mpilan tekn
erdiri dari 2
dan jarak
baku 9.84
ini dapat
ningkatan Kompok yanmpok A2)
FrAbsolut
7 3 5 4 1 20
57 ‐ 65 66
pilan TeknMetode R
sar Sepakbok A2)
nik dasar s
20 Sampel
pengukura
. Distribusi
digambark
Keterampilang Diberi
rekuensi R
96
6 ‐ 74
nik Dasar Rangkaian
bola yang
sepakbola
l (n = 20)
an (range)
frekuensi
an dalam
an Teknik Metode
Relatif 35 15 25 20 5
100
(35%
kelo
(20%
– 68
latiha
Grafik
4. HasKeloB1)
dari
dan
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Frekue
nsi
Tabel di a
%) berada p
mpok 41 –
%) pada kel
8. Untuk leb
an di atas d
k 3. HisSepBer
il Peningompok yan
Data hasi
20 Sampe
jarak peng
34 ‐
atas, menun
pada kelom
47, 5 oran
lompok 55 –
bih jelasnya
dapat diliha
stogram Pepakbola Srmain (Kelo
gkatan Keng Memilik
l pengukura
l (n = 20) d
gukuran (ra
‐ 40 41 ‐ 47
Kela
njukkan bah
mpok 34 - 4
ng (25%) pa
– 61, dan 1
a, penjaba
at pada hist
eningkatanampel yan
ompok A2)
eterampilanki Tingkat
an Sampel
dengan sko
ange) 36. R
7 48 ‐ 54
as Interval
hwa terdap
40, 3 orang
ada kelomp
1 orang (5%
ran distribu
ogram beri
Keterampng Diberi
n Teknik Inteligens
dalam kelo
or tertinggi 7
Rerata skor
55 ‐ 61
pat sebanya
g (15%) ber
pok 48 – 54
%) pada kel
usi frekuens
kut:
pilan TeknMetode R
Dasar Si Tinggi (K
ompok ini ya
71 skor tere
r 54 dan s
97
62 ‐ 68
ak 7 orang
rada pada
4, 4 orang
ompok 62
si metode
nik Dasar Rangkaian
Sepakbola Kelompok
ang terdiri
endah 34,
impangan
Frekue
nsi
baku
ini da
Tabe
N
(35%
kelo
oran
penj
pada
Graf
012345678
Frekue
nsi
u 14.11. Di
apat digam
el 11. DistDasaIntel
NO K1 2 3 4 5
Tabel di a
%) berada p
mpok 42 –
ng (35%) be
abaran dis
a histogram
fik 4. HistSepTin
34 ‐ 41
istribusi fre
mbarkan dal
tribusi Frekar Sepakbigensi Ting
Kelas Interv34 – 4142 – 4950 – 5758 – 6566 – 73Jumlah
atas, menun
pada kelom
– 49, 4 oran
erada pada
tribusi frek
m berikut:
togram Pepakbola Keggi (Kelom
1 42 ‐ 49
Kelas
ekuensi me
am tabel 1
kuensi Penbola Kelomgi (Kelomp
val
njukkan bah
mpok 34 - 4
ng (20%) p
a kelompok
uensi meto
eningkatan elompok ya
mpok B1)
50 ‐ 57
Interval
etode latiha
1 distribusi
ningkatan Kmpok yangpok B1)
FreAbsolut
7 2 0 4 7 20
hwa terdap
41, 2 orang
pada kelom
k 66 – 73. U
ode latihan
Keterampang Memilik
58 ‐ 65
an Sampel
frekuensi b
Keterampilag Memilik
ekuensi R
pat sebanya
g (10%) ber
mpok 58 –
Untuk lebih
di atas da
pilan Teknki Tingkat
98
66 ‐ 73
kelompok
berikut:
an Teknik ki Tingkat
Relatif 35 10 0 20 35
100
ak 7 orang
rada pada
65, dan 7
h jelasnya,
pat dilihat
nik Dasar inteligensi
99
5. Hasil Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Kelompok yang Memiliki Tingkat Inteligensi Rendah (Kelompok B2)
Data hasil pengukuran Sampel dalam kelompok ini yang terdiri
dari 20 Sampel (n = 20) dengan skor tertinggi 67 skor terendah 30,
dan jarak pengukuran (range) 37. Rerata skor 46 dan simpangan
baku 9.64. Distribusi frekuensi metode latihan Sampel kelompok ini
dapat digambarkan dalam tabel 12 distribusi frekuensi berikut:
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Kelompok yang Memiliki Tingkat Inteligensi Rendah (Kelompok B2)
NO Kelas Interval Frekuensi
Absolut Relatif 1 30 - 37 3 15 2 38 - 45 7 35 3 46 - 53 6 30 4 54 - 61 3 15 5 62 - 69 1 5 Jumlah 20 100
Tabel di atas, menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 3 orang
(15%) berada pada kelompok 30 - 37, 7 orang (35%) berada pada
kelompok 38 – 45, 6 orang (30%) pada kelompok 46 – 53, 3 orang
(15%) pada kelompok 54 – 61, dan 1 orang (5%) berada pada
kelompok 62 – 69. Untuk lebih jelasnya, penjabaran distribusi
frekuensi metode latihan di atas dapat dilihat pada histogram
berikut:
Graf
6. Has
KeloKate
Sam
skor
10. R
meto
tabe
Tabe
N
234
012345678
Frekue
nsi
fik 5. HistSepRe
il Peningompok yaegori Tingk
Data hasi
mpel dalam
r tertinggi 7
Rerata sko
ode latihan
el 13 distribu
el 13. DistDasaRangTing
NO K1 2 3 4
30 ‐ 3
togram Pepakbola Kendah (Kelo
gkatan Keang diberikat intelige
il pengukur
kelompok
71, skor ter
or 66 dan s
n Sampel
usi frekuen
tribusi Frekar Sepakbgkaian Latgi (Kelomp
Kelas Interv60 – 62 63 – 65 66 – 68 69 – 71 Jumlah
37 38 ‐ 45
Kelas
eningkatan elompok yampok B2).
eterampilani Metode ensi Tingg
ran keteram
ini terdiri d
rendah 60,
simpangan
kelompok
si berikut:
kuensi Penbola Keloihan dengaok A1B1)
val
46 ‐ 53
s Interval
Keterampang Memilik
n Teknik Rangkaian
i (Kelompo
mpilan tekn
ari 10 Sam
dan jarak
baku 4.08
ini dapat
ningkatan Kompok yaan Kategor
FrAbsolut
3 0 3 4 10
54 ‐ 61 6
pilan Teknki Tingkat I
Dasar Sn Latihanok A1B1)
nik dasar s
mpel (n = 10
pengukura
. Distribusi
digambark
Keterampilang diberi ri Tingkat
rekuensi R
100
62 ‐ 69
nik Dasar Inteligensi
Sepakbola n dengan
sepakbola
0) dengan
an (range)
frekuensi
an dalam
an Teknik Metode
inteligensi
Relatif 30 0
30 40 100
(30%
kelo
71.
latiha
Graf
7. Has
KeloKate
Sam
skor
19. R
meto
tabe
00.51
1.52
2.53
3.54
4.5
Frekue
nsi
Tabel di a
%) berada
mpok 66 -
Untuk lebi
an di atas d
fik 6. HistSepaLatih(Kelo
il Peningompok yaegori Tingk
Data hasi
mpel dalam
r tertinggi 4
Rerata sko
ode latihan
el distribusi
atas, menun
pada kelo
68, dan 4
h jelasnya
dapat diliha
togram Peakbola Kehan dengaompok A1B
gkatan Keang Diberikkat intelige
il pengukur
kelompok
48, skor ter
or 39 dan s
n Sampel
frekuensi b
60 ‐ 62 6
Kela
njukkan bah
ompok 60
orang (40%
, penjabara
at pada hist
eningkatan lompok yaan Katego
B1)
eterampilankan Metodensi Renda
ran keteram
ini terdiri d
rendah 30,
simpangan
kelompok
berikut:
63 ‐ 65 66
as Interval
hwa terdap
- 62, 3
%) berada
an distribu
ogram beri
Keterampang diberi ori Tingkat
n Teknik de Rangkaiah (Kelomp
mpilan tekn
ari 10 Sam
dan jarak
baku 5.23
ini dapat
6 ‐ 68 69
pat sebanya
orang (30
pada kelom
si frekuens
kut:
pilan TeknMetode R
t Inteligen
Dasar Sian Latihanpok A1B2)
nik dasar s
mpel (n = 10
pengukura
. Distribusi
digambark
101
9 ‐ 71
ak 3 orang
0%) pada
mpok 69 -
si metode
nik Dasar Rangkaian si Tinggi
Sepakbola n dengan
sepakbola
0) dengan
an (range)
frekuensi
an dalam
Tabe
N
(20%
kelo
oran
penj
pada
Grafik
0
1
2
3
4
5
6
Frekue
nsi
el 14. DistDasaRangRend
NO K1 2 3 4
Tabel di a
%) berada p
mpok 36 -
ng (10%)
abaran dis
a histogram
k 7. HistoSepaLatih(Kelo
tribusi Frekar Sepakbgkaian Latdah (Kelom
Kelas Interva30 – 35 36 – 41 42 – 47 48 – 53 Jumlah
atas, menun
pada kelom
41, 2 oran
pada kelo
tribusi frek
m berikut:
ogram Peakbola Samhan dengaompok A1B
30 ‐ 35
Kela
kuensi Penbola Samihan denga
mpok A1B2)
al
njukkan bah
mpok 30 - 3
ng (20%) p
ompok 48
uensi meto
eningkatan mpel yang an KategorB2)
36 ‐ 41 4
as Interval
ningkatan Kpel yang an Kategor
FreAbsolut
2 5 2 1 10
hwa terdap
35, 5 orang
pada kelom
– 53. Un
ode latihan
KeterampDiberikan
ri Tingkat
42 ‐ 47 4
KeterampilaDiberikan
ri Tingkat
ekuensi R
pat sebanya
g (50%) ber
mpok 42 - 4
ntuk lebih
di atas da
pilan TeknMetode RInteligensi
102
48 ‐ 53
an Teknik n Metode inteligensi
Relatif 20 50 20 10 100
ak 2 orang
rada pada
47, dan 1
jelasnya,
pat dilihat
nik Dasar Rangkaian i Rendah
103
8. Hasil Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Kelompok yang Diberikan Metode Rangkaian bermain dengan Kategori Tingkat Inteligensi Tinggi (Kelompok A2B1)
Data hasil pengukuran keterampilan teknik dasar sepakbola
Sampel dalam kelompok ini terdiri dari 10 Sampel (n = 10) dengan
skor tertinggi 61, skor terendah 34, dan jarak pengukuran (range)
27. Rerata skor 41 dan simpangan baku 7.98. Distribusi frekuensi
metode latihan Sampel kelompok ini dapat digambarkan dalam
tabel distribusi frekuensi berikut:
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Sampel yang Diberikan Metode Rangkaian Bermain dengan Kategori Tingkat inteligensi Tinggi (Kelompok A2B1)
NO Kelas Interval Frekuensi
Absolut Relatif 1 34 – 41 7 70 2 42 – 49 2 20 3 50 – 57 0 0 4 58 – 65 1 10 Jumlah 10 100
Tabel di atas, menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 7 orang
(70%) berada pada kelompok 34 - 41, 2 orang (20%) berada pada
kelompok 42 - 49, dan 1 orang (10%) pada kelompok 58 – 65.
Untuk lebih jelasnya, penjabaran distribusi frekuensi metode latihan
di atas dapat dilihat pada histogram berikut:
Graf
9. Has
RanRen
10 S
jarak
7.91
diga
Tabe
N
234
0
2
4
6
8
Frekue
nsi
fik 8. HistSepaBerm(Kelo
il Peningngkaian Bndah (Kelom
Data hasi
Sampel (n =
k pengukur
. Distribusi
mbarkan da
el 16 DiSeBe(K
NO Ke1 2 3 4
34
togram Peakbola Sammain dengompok A2B
gkatan KeBermain dmpok A2B2
l pengukur
= 10) denga
ran (range)
frekuensi m
alam tabel
stribusi Fepakbola Sermain den
Kelompok A
elas Interva37 – 44 45 – 52 53 – 60 61 – 68 Jumlah
4 ‐ 41 42
Kelas I
eningkatan mpel yang
gan KategoB1)
elompok dengan K2)
ran sampel
an skor terti
29. Rerata
metode lati
distribusi fr
Frekuensi Sampel yanngan KategA2B2)
al
‐ 49 50 ‐
nterval
KeterampDiberikan
ori Tingka
yang Kategori T
dalam kelo
inggi 67, sk
a skor 53 d
han Sampe
rekuensi be
Keteramping Diberikangori Tingka
FreAbsolut
1 3 5 1 10
57 58 ‐ 6
pilan TeknMetode R
at inteligen
Diberikan Tingkat In
ompok ini t
kor terenda
dan simpan
el kelompok
erikut:
lan Teknin Metode R
at inteligens
ekuensi R
104
5
nik Dasar Rangkaian nsi Tinggi
Metode nteligensi
terdiri dari
ah 37, dan
ngan baku
k ini dapat
ik Dasar Rangkaian si Rendah
Relatif 10 30 50 10
100
B
(10%
kelo
oran
penj
pada
Graf
B. Penguj
Pen
menggu
persyar
varians.
0
1
2
3
4
5
6
Frekue
nsi
Tabel di a
%) berada p
mpok 45 -
ng (10%)
abaran dis
a histogram
fik 9. HisSepber(Ke
ian Persya
ngujian hi
unakan a
atan untuk
.
3
atas, menun
pada kelom
52, 5 oran
pada kelo
tribusi frek
m berikut:
stogram Ppakbola Sarmain dengelompok A2
aratan Ana
ipotesis p
nalisis va
k itu diperlu
37 ‐ 44 4
Kela
njukkan bah
mpok 37 - 4
ng (50%) p
ompok 61
uensi meto
Peningkatanampel yanggan KategoB2)
alisis Varia
pada pene
arians (AN
ukan uji no
45 ‐ 52 5
s Interval
hwa terdap
44, 3 orang
pada kelom
– 68. Un
ode latihan
n Keteramg Diberikanori Tingkat
ns
elitian ini
NAVA) du
ormalitas d
53 ‐ 60 6
pat sebanya
g (30%) ber
mpok 53 - 6
ntuk lebih
di atas da
pilan Teknn Metode Rt inteligens
dilakukan
ua jalur.
dan uji hom
105
1 ‐ 68
ak 1 orang
rada pada
60, dan 1
jelasnya,
pat dilihat
nik Dasar Rangkaian si Rendah
dengan
Sebagai
mogenitas
106
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Lilliefors
dengan taraf nyata (α) = 0,05. Kriteria pengujiannya adalah bahwa
tolak hipotesis nol jika Lobservasi (Lo) yang diperoleh dari data
pengamatan melebihi Ltabel (Lt) dan sebaliknya terima hipotesis nol
apabila Lo yang diperoleh lebih kecil dan Lt secara sederhana dapat
digunakan rumus sebagai berikut:
HO = ditolak jika Lo (Lobservasi) > Lt (Ltabel), sebaliknya
Ha = diterima jika Lo (Lobservasi) < Lt (Ltabel)
Pengujian dilakukan untuk setiap kelompok data pada setiap
sel rancangan penelitian. Hasil perhitungan lengkap uji normalitas
dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 175 -178 dan sebagai
rangkumannya terlihat pada tabel berikut:
Tabel 17. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Metode latihan dari Rancangan Penelitian
Kelompok n Lo Lt Kesimpulan A1B1 10 0.1997 0.258 Normal A1B2 10 0.2319 0.258 Normal A2B1 10 0.2199 0.258 Normal A2B2 10 0.1239 0.258 Normal
Keterangan : n : Jumlah sampel Lo : Nilai Lobservasi Lt : Nilai Ltabel A1 : Kelompok yang dilatih dengan metode latihan A2 : Kelompok yang dilatih dengan bentuk bermain
Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas kelompok
rancangan penelitian di atas ditemukan bahwa harga Lobservasi (Lo)
107
yang diperoleh lebih kecil dari harga Ltabel pada taraf nyata 0,05.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua kelompok data
pada penelitian ini diambil dari populasi yang berdistribusi normal
sehingga dapat digunakan untuk pengujian hipotesis penelitian.
2. Uji Homogenitas Varians
Persyaratan analisis lainnya yang diperlukan dalam penelitian
ini adalah pengujian homogenitas varians. Pengujian homogenitas
varians yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengujian
homogenitas data keempat sel dalam rancangan penelitian yaitu
kelompok sel A1B1, A1B2, A2B1, A2B2 dengan rumus bartlet.
Uji homogenitas varians dari keempat kelompok data
perlakuan dilakukan dengan menggunakan uji Bartlett. Kriteria
pengujiannya adalah terima Ho jika X2hitung lebih kecil dari X2
tabel
pada taraf signifikansi α = 0,01. Keempat kelompok perlakuan yang
dimaksud adalah; (1) kelompok Sampel yang dilatih dengan
metode latihan dengan tingkat inteligensi tinggi (A1B1), (2)
kelompok Sampel yang dilatih dengan metode latihan dengan
tingkat inteligensi rendah (A1B2), (3) kelompok Sampel yang dilatih
dengan bentuk bermain dengan tingkat inteligensi tinggi (A2B1), (4)
kelompok Sampel yang dilatih dengan bentuk bermain dengan
tingkat inteligensi rendah (A2B2). Hasil perhitungan lengkap uji
homogenitas dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 179.
108
Rangkuman hasil uji Bartlett terhadap keempat kelompok di atas
disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 18.Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Varians Keempat Kelompok Rancangan Penelitian
Kelompok Varians Terpisah
Varians Gabungan
Harga B X2h X2
t(0,95)(3
) Keterangan
A1B1 19.4
43.13 58.8528 4.549 11.341 Homogen A1B2 27.15 A2B1 61.28 A2B2 64.68
Dengan memperhatikan tabel di atas dapat dilihat bahwa Ho
diterima (X2hitung < X2
tabel). Hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan
varians antara keempat kelompok yang diuji atau dengan
perkataan lain bahwa keempat kelompok data keterampilan teknik
dasar sepakbola yang diuji adalah homogen.
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan dengan teknik anava
dua jalur. Kemudian dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Uji
Tukey. Penggunaan teknik anava dua jalur bertujuan untuk
mengetahui konstribusi individual dari variabel bebas terhadap hasil
eksperimen (main effect) dan untuk mengetahui pengaruh interaksi
(interaction effect). Pengaruh utama dalam penelitian ini adalah; (1)
perbedaan pengaruh rangkaian latihan dan rangkaian bermain
terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola, (2) perbedaan
pengaruh tingkat inteligensi tinggi dan tingkat inteligensi rendah
terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola. Sedangkan pengaruh
109
interaksi adalah kombinasi antara metode latihan dan tingkat
inteligensi terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola. Hasil
perhitungan analisis data disajikan pada tabel berikut:
Tabel 19. Rangkuman Hasil Anava Dua Jalur terhadap Data Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola
Sumber Varians JK dK
RJK =
Fh =
Ft (α = 0,05)
Antar metode latihan (A)
291.6 1 291.6 6.76* 4,11
Antar Tingkat inteligensi (B)
562.5 1 562.5 13.08* 4,11
Interaksi (A x B) 3724.9 1 3724.9 86.63* 4,11
Dalam Kelompok 1551.6 36 43.1 - -
Total Direduksi 6130.6 39 - - -
Keterangan : JK : Jumlah kuadrat dk : Derajat kebebasan RJK : Rendah jumlah kuadrat RJKD : Rendah jumlah kuadrat dalam Fh : Fhitung Ft : Ftabel * : Signifikan Berdasarkan rangkuman hasil perhitungan anava dua jalur di atas
dapat dikemukakan bahwa:
1. Hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa terdapat
perbedaan metode latihan antara kelompok yang dilatih dengan
metode rangkaian latihan dan rangkaian bermain diterima, karena
hasil perhitungan menunjukkan bahwa Fhitung = 6.76 > Ftabel = 4.11.
dKJK
RJKDRJK
110
Hasil perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran 12 pada
halaman 182.
2. Hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa terdapat
perbedaan tingkat inteligensi antara kelompok yang memiliki tingkat
inteligensi tinggi dan tingkat inteligensi rendah diterima, karena
hasil perhitungan menunjukkan bahwa Fhitung = 13.08 > Ftabel = 4.11.
Hasil perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran 12 pada
halaman 182.
3. Hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa terdapat interaksi
antara metode latihan dan tingkat inteligensi dalam pengaruhnya
terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola diterima. Karena
hasil perhitungan menunjukkan bahwa Fhitung = 86.63 > Ftabel = 4,11.
Hasil perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran 12 pada
halaman 182.
Dengan dibuktikannya hipotesis penelitian yang menyatakan
bahwa terdapat pengaruh interaksi antara metode latihan dan tingkat
inteligensi terhadap metode latihan atlet SSB PSTS Tabing, maka
analisis perlu dilanjutkan dengan Uji Tukey. Perhitungan lengkap Uji
Tukey dapat dilihat pada lampiran pada halaman, sedangkan
rangkuman hasil uji Tukey disajikan pada tabel 20 dibawah ini:
Tabel 20. Hasil Anava Tahap Lanjut dengan Uji Tukey
Kelompok yang Dibandingkan DK Qh Qt (α =
0,05) Keterangan
A1 dan A2 1.47 12.92 2,95 Signifikan
A1B1 dan A2B1 2.08 12.98 3,13 Signifikan
A1B2 dan A2B2 2.08 6.73 3,13 Signifikan
111
Keterangan : dk : Derajat kebebasan Qh : Qhitung Qt : Qtabel A1 : Kelompok yang dilatih dengan rangkaian latihan A2 : Kelompok yang dilatih dengan rangkaian bermain A1B1 : Kelompok rangkaian latihan pada kategori tingkat inteligensi
tinggi A1B2 : Kelompok rangkaian latihan pada kategori tingkat inteligensi
rendah A2B1 : Kelompok rangkaian bermain pada kategori tingkat inteligensi
tinggi A2B2 : Kelompok rangkaian bermain pada kategori tingkat inteligensi
rendah
Berdasarkan hasil uji lanjut dengan menggunakan Uji Tukey di
atas dapat dikemukakan bahwa:
1. Hipotesis penelitian pertama yang menyatakan bahwa metode
latihan kelompok yang dilatih dengan rangkaian latihan (A1)
hasilnya lebih rendah daripada yang dilatih dengan metode latihan
rangkaian bermain (A2), ditolak. Rerata skor metode latihan Sampel
kelompok A1 = 53 lebih tinggi secara signifikan dari rerata skor
metode latihan kelompok A2 = 47 (Qh = 12.92 > Qt = 2,95). Hasil
perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 184.
2. Hipotesis penelitian kedua yang menyatakan bahwa terdapat
interaksi antara metode latihan dengan tingkat inteligensi terhadap
metode latihan diterima. Hal ini berarti bahwa metode latihan
Sampel ditentukan oleh interaksi antara metode latihan yang
digunakan dan tingkat inteligensi Sampel yang mengikuti proses
latihan tersebut.
112
3. Hipotesis penelitian ketiga yang menyatakan bahwa pada tingkat
inteligensi tinggi, metode latihan kelompok yang dilatih dengan
bentuk latihan (A1B1) hasilnya lebih rendah daripada metode
rangkaian bermain (A2B1), ditolak. Rerata skor metode latihan
Sampel kelompok A1B1 = 66 secara signifikan lebih tinggi daripada
rendah skor metode latihan kelompok A2B1 = 41 (Qh = 12.98 > Qt =
3.13). Hasil perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran 13
halaman 184.
4. Hipotesis penelitian keempat yang menyatakan bahwa pada tingkat
inteligensi rendah, metode latihan yang dilatih dengan metode
rangkaian latihan (A1B2) lebih tinggi dari pada yang dilatih dengan
bentuk bermain (A2B2), ditolak. Rerata skor metode latihan Sampel
kelompok A1B2 = 39 secara signifikan lebih rendah dengan skor
metode rangkaian bermain Sampel kelompok A2B2 = 53 (Qh = 6.73
> Qt = 3,13). Hasil perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran
13 halaman 184.
D. Pembahasan
Setelah dilakukan analisis data dengan menggunakan pendekatan
ANAVA dua jalur dan dilanjutkan dengan Uji Tukey terhadap empat
hipotesis penelitian yang diajukan, satu hipotesis diterima dan tiga
hipotesis yang ditolak.
Temuan-temuan penelitian sebagaimana dikemukakan pada
bagian terdahulu dari bab ini merupakan hasil analisis data secara
statistik yang perlu dikaji lebih lanjut untuk dapat menjelaskan
mengapa ada hipotesis penelitian yang ditolak kebenarannya,
113
mengapa bisa terjadi interaksi yang signifikan antara metode latihan
dari tingkat inteligensi, dan lain sebagainya. Berdasarkan data interaksi
bahwa kelompok perlakuan memperoleh rendah skor metode latihan
yang paling tinggi.
1. Perbedaan Metode latihan Antara yang Diberi Metode Rangkaian Latihan dan yang Diberi Metode Rangkaian Bermain
Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa
secara keseluruhan, skor metode latihan kelompok yang diberi
bentuk latihan lebih tinggi daripada yang diberi metode bermain.
Dengan kata lain bahwa hipotesis penelitian yang diajukan ditolak.
Dari hasil temuan ini dapat dikemukakan bahwa rangkaian latihan
lebih efektif digunakan untuk metode latihan daripada rangkaian
bermain.
Sebagaimana telah dikemukakan pada kajian teori
sebelumnya metode rangkaian latihan merupakan metode yang
efektif dalam memeningkatkan keterampilan teknik dasar
sepakbola. Karena metode rangkaian latihan berhubungan dengan
latihan yang struktural terhadap keterampilan teknik dasar sepak
bola. Seperti yang dikutip dalam Darwis (1999: 43) “Rangkaian
latihan yang dilakukan tehadap elemen-elemen dari bermain
seperti untuk latihan teknik baik secara terpisah maupun
dikombinasi”. Dengan rangkaian latihan atlet memperoleh
pengalaman dalam melaksanakan beberapa elemen teknik yang
berhubungan satu sama lain. Rangkaian latihan dalam sepakbola
114
merupakan suatu rangkaian latihan dimana langkah-langkah
pelaksanaannya/ persiapannya di arahkan pada elemen-elemen
dari bagian teknik baik secara terpisah-pisah maupun secara
kombinasi dari elemen tersebut. Dalam rangkaian latihan adanya
pengalaman yang diberikan dari rangkaian latihan akan
membiasakan atlet dalam menghadapi situasi dalam suatu bermain
sesungguhnya.
Memilih bentuk latihan merupakan hal yang penting dalam
usaha peningkatan prestasi atlet pada setiap cabang olahraga. Hal
ini dikarenakan efektifitas rangkaian latihan dapat mengoptimalkan
prestasi motorik olahraga yang komplek ditentukan oleh
perbandingan komponen-komponen beban serta aturan-aturannya.
Rangkaian latihan dilakukan terhadap elemen-elemen dari bermain
seperti untuk latihan teknik baik secara terpisah maupun
dikombinasi. Sasaran dalam rangkaian latihan adalah pengalaman
yang di dasarkan pada situasi tertentu dan dilaksanakan dalam
pengorganisasian yang dilakukan secara berulang-ulang.
Rangkaian latihan merupakan rangkaian yang diberikan oleh
pelatih kepada atletnya melalui sasaran berdasarkan target yang
telah diperkirakan sebelumnya. Dengan demikian atlet akan
terbiasa, dan telah memiliki pengalaman berdasarkan situasi
tersebut, sehingga bila dalam bermain dijumpai pengalaman seperti
situasi dalam latihan, maka atlet pun akan mampu melakukan
115
eksekusi sebaik mungkin. Hal ini dikarenakan adanya simpanan
melalui memori terhadap aksi yang telah diberikan. Khususnya
pada usia 12 tahun ini, anak-anak belum bisa menggunakan secara
keseluruhan teknik yang mereka miliki, kecenderungan mereka
melakukan seperti apa yang diberikan pelatih. Dikutip dari Putera
(2010, 22) :
Kelompok usia pertama dalam intermediate training adalah kelompok usia 11-12 tahun yang sering disebut dengan junior D. Rentang usia ini bisa dikatakan merupakan usia emas untuk belajar (golden age of learning). Berbagai materi kepelatihan yang diberikan akan mudah sekali diingat oleh pemain. Tak salah pelatih mulai intens mengajarkan berbagai variasi teknik dasar sepakbola pada usia ini.
Intermediate training yang dimaksudkan adalah usia
menengah dimana materi latihan akan mudah sekali di ingat oleh
pemain. Sehingga masa usia ini merupakan masa yang baik untuk
berlatih, khususnya untuk teknik dasar sepakbola. Jadi saat mereka
mengikuti latihan dalam bentuk rangkaian latihan, mereka lebih
fokus terhadap sasaran, dibandingkan dengan rangkaian bermain.
Karena seperti pada pelaksanaan latihan pun lebih mudah
dimengerti pada umumnya oleh anak-anak. Seperti ada batasan-
batasan khusus, pengorganisasian yang harus dikerjakan, target
apa yang akan dicapai lebih spesifik. Sedangkan pada rangkaian
bermain, anak-anak memang diberikan pengarahan tentang materi
apa yang akan mereka lakukan, hanya saja hasil dari keterampilan
116
teknik dasar sepakbola tidak sebaik bila dilatih dengan rangkaian
latihan. Keterbatasan mereka untuk memahami situasi yang
seharusnya, dengan kondisi adanya pertahanan, penyerangan dan
transisi tidak begitu dilakukan dengan baik, mereka cenderung
bermain dan mencari kesenangan saja.
Berdasarkan hal di atas, perbedaan kedua metode latihan ini
akan memberikan hasil yang berbeda dan ternyata pada kelompok
usia 11- 12 tahun pada atlet PSTS Tabing, pemberian metode
latihan dengan bentuk rangkaian latihan dapat membawa pengaruh
yang lebih baik dari pada rangkaian bermain dalam hal
keterampilan teknik dasar sepakbola. Pada usia 11- 12 tahun, atlet
mulai belajar mengeksekusi teknik sepakbola secara sempurna. Ini
akibat kemampuan koordinasi untuk melakukan gerakan telah
meningkat. Sehingga pada usia ini adalah waktu yang paling ideal
untuk belajar teknik dasar. Lebih lanjut dikatakan oleh Putera
(2010:58), hal ini disebabkan oleh :
1) Pemain pada usia ini memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi, sehingga inigin mencoba dan menguasai berbagai variasi teknik sepakbola, 2) Pemain telah memiliki kemampuan dasar motorik yang lelbih tertata, dengan koordinasi dan kelenturan prima, 3) Pemain selalu mencari panutan serta menuntut perhatian dari pelatih dan orang tua.
Kebutuhan atlet saat melakukan latihan teknik bersifat skill
individual. Atas dasar inilah mengapa hasil dari kelompok metode
117
rangkaian latihan lebih besar dari pada metode rangkaian bermain.
Hal mendasari metode rangkaian latihan lebih besar dibandingakan
dengan metode rangkaian bermain dikarenakan pada metode
rangkaian latihan dilakukan secara berulang-ulang pada momen
yang sama. Sedangkan pada metode rangkaian bermain lebih
kompleks, pada momen yang berbeda-beda, sehingga perlakuan
yang dilakukan sebanyak 16 (enambelas) kali dinilai kurang.
2. Interaksi Antara Metode Latihan dengan Tingkat Inteligensi
Hasil yang berkaitan dengan pengujian hipotesis interaksi,
membuktikan bahwa terdapat interaksi antara metode latihan
dengan tingkat inteligensi dalam pengaruhnya terhadap
keterampilan teknik dasar sepakbola, atau dengan kata lain bahwa
hipotesis penelitian yang diajukan teruji kebenaranya secara
singifikan.
Pada kelompok tingkat inteligensi tinggi yang dilatih dengan
bentuk latihan memperoleh skor yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan kelompok Sampel dengan kategori tingkat inteligensi yang
rendah dan dilatih dengan metode latihan. Dengan kata lain bahwa
pada kategori ini rangkaian latihan dan rangkaian bermain terjadi
perbedaan yang berarti. Dengan demikian berarti bahwa terjadi
pengaruh interaksi antara metode latihan dengan tingkat inteligensi
terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola. Hal ini berarti
118
66
4139
53
0
10
20
30
40
50
60
70
1 2
Tinggi
Rendah
bahwa metode latihan dan tingkat inteligensi secara bersama
memberikan pengaruh terhadap keterampilan teknik dasar
sepakbola, atau dengan kata lain pengaruh metode latihan
terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola tergantung dari
tingkat inteligensi. Jadi tingkat inteligensi yang tinggi sangat penting
sekali dimiliki oleh atlet SSB PSTS Tabing agar tercapainya
program latihan yang telah dibuat yang bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan teknik dasar sepakbola.
Terjadinya interaksi antara metode latihan dengan tingkat
inteligensi sebagaimana dijelaskan di atas dapat digambarkan
melalui perbandingan rendah metode latihan antara keempat
kelompok Sampel dengan tingkat inteligensi tinggi dan tingkat
inteligensi rendah dengan perlakuan yang berbeda sebagai berikut:
Grafik 10. Interaksi Metode Latihan dengan Tingkat Inteligensi
119
Memperhatikan grafik di atas dapat dilihat perbedaan yang
cukup signifikan antara metode rangkaian latihan yang diberikan
pada kelompok Sampel dengan tingkat inteligensi tinggi dan yang
diberikan pada kelompok Sampel dengan tingkat inteligensi rendah.
Demikian juga pada rangkaian bermain, terdapat perbedaan
pengaruh metode yang diberikan pada kelompok Sampel dengan
tingkat inteligensi tinggi dan kelompok Sampel dengan tingkat
inteligensi rendah.
Perbedaan yang mendasar pada tingkat inteligensi kategori
tinggi dan kategori rendah memberikan hasil yang berbeda pula
pada keterampilan teknik dasar sepakbola seperti yang dikutip
Ahmadi (2009: 91) penyebab terjadinya perbedaan tingkat
inteligensi tersebut adalah:
Mengenai soal perbedaan tingkat inteligensi ada pandangan yang menekankan perbedaan kualitatif dan pandangan yang menekankan pada perbedaan kuantitatif. Pandangan yang pertama berpendapat bahwa perbedaan tingkat inteligensi individu satu dengan yang lainya memang secara kualitatif berbeda jadi pada dasarnya memang berbeda. Sedangkan yang menitikberatkan pada pandangan yang kuantitatif berpendapat bahwa perbedaan tingkat inteligensi satu dengan yang lainya hanyalah bersifat kuantitatif, jadi semata-mata karena perbedaan materi yang diterima atau karena perbedaan dalam proses belajarnya.
Berdasarkan teori tersebut, perbedaan tingkat inteligensi
memang berbeda dari segi kualitatif dan kuantitatif. Perbedaan
kualitatif menyatakan bahwa tingkat inteligensi kategori tinggi dan
rendah memang berbeda, sedangkan pandangan kuantitatif
120
didasarkan pada adanya perbedaan proses pembelajaran. Menurut
Hebb dalam Hardy (1985: 72) kecerdasan seseorang itu timbul
karena adanya dua kenyataan: ”1) Manusia memiliki otak berikut
sel-sel otaknya, yang struktur dan fungsinya tentunya merupakan
cetak-biru (blueprint) genetik, 2) Meskipun kita memiliki potensi
untuk membentuk hubungan-hubungan di dalam otak, kita mungkin
tidak akan menggunakan potensi tersebut secara penuh”. Dengan
demikian bila seseorang memiliki tingkat inteligensi tinggi namun
tidak mampu menggali potensi yang dimiliki, maka hasil yang akan
didapatkan tentunya tidaklah optimal.
Pada anak usia 7-11 tahun, masih ada keterbatasan-
keterbatasan kapasitas anak dalam mengoordinasikan
pemikiranya, seperti yang dikutip dalam Syah (2004 :33) ”Anak-
anak dalam rentang 7-11 tahun baru mampu berpikir sistematis
mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret”. Jadi
pada usia inin anak-anak belum mampu untuk berfikir secara
kompleks, dengan demikian agar hasil lebih baik perlu diberikan
materi secara srtrukturan dan sistematis agar anak usia 7-11 tahun
dapat menyerap informasi secara efektif.
Hal tersebut dikarenakan ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat inteligensi, menurut Mangkunegara (1993:
20) ada dua faktor yang mempengaruhi, diantaranya adalah faktor
hereditas dan faktor lingkungan. Faktor hereditas menyatakan
121
bahwa manusia lahir sudah membawa potensi-potensi tertentu,
sudah ditentukan sejak anak lahir. Faktor lingkungan berkaitan
dengan pengalaman-pengalaman yang dialami dan melalui
pengetahuan yang diperoleh dari lingkungan hidupnya.
Berdasarkan hal tersebut tingkat inteligensi merupakan salahsatu
faktor yang dapat mempengaruhi dalam penyerapan informasi,
khususnya dalam proses pembelajaran.
Hasil dari pembelajaran untuk keterampilan teknik dasar
sepakbola dipengaruhi oleh tingkat inteligensi. Agar proses yang
dialakukan mencapai hasil maksimal maka perlu dilakukanya
metode latihan yang tepat. Dengan demikian latihan adalah hal
yang sangat penting untuk meningkatkan keterampilan seseorang
untuk meningkatkan prestasi. Seperti yang diketahui sebelumnya
latihan akan dipengaruhi oleh beberapa komponen untuk
pencapaian tujuan yang efektif dan maksimal. Hal ini akan
berkaitan dengan efektifitas rangkaian-rangkaian latihan untuk
mengoptimalkan prestasi olahraga yang kompleks yang terkait
dengan keterampilan teknik dasar yang dimiliki oleh atlet. Dalam
hal ini maka metode latihan akan memberikan dampak yang efektif
saat dilakukanya pertandingan. Oleh sebab itu, setiap pelatih dan
pembina olahraga dalam memberikan latihan harus menggunakan
metode latihan yang didasarkan pada rangkaian-rangkaian latihan
yang bervariasi.
122
Hasil menunjukan bahwa pada tingkat inteligensi tinggi
metode rangkaian latihan lebih efektif dari pada rangkaian bermain
terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola. Efektivitas metode
rangkaian latihan pada tingkat inteligensi tinggi disebabkan
beberapa hal antara lain: (1) efektif dan efisien dalam mengontrol,
(2) Sebagai pendekatan sistematis hari demi hari, sehingga mudah
dalam mengamati kemajuan.
3. Perbedaan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Atlet SSB PSTS Tabing antara Kelompok yang Diberi Metode Rangkaian Latihan dengan Rangkaian Bermain pada Tingkat Inteligensi Tinggi
Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa secara
keseluruhan, skor metode latihan kelompok yang diberi bentuk
latihan lebih tinggi daripada yang diberi metode bermain pada
tingkat inteligensi tinggi. Dengan kata lain bahwa hipotesis
penelitian yang diajukan ditolak. Dari hasil temuan ini dapat
dikemukakan bahwa metode rangkaian latihan lebih efektif
digunakan untuk metode latihan daripada metode rangkaian
bermain pada tingkat inteligensi tinggi.
Anita E Woolfolk dalam Sunar (2010: 20) mengemukakan
bahwa menurut teori lama, kecerdasa meliputi tiga pengertian: “1).
Kemampuan untuk belajar, 2). Keseluruhan pengetahuan yang
diperoleh, 3). Kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi baru
atau lingkungan pada umumnya”. Kecerdasan tersebut hanya
sebatas pada kemampuan individu yang berkaitan dengan aspek
123
kognitif atau yang disebut dengan kecerdasan intelektual. Tingkat
inteligensi tinggi yang dimiliki oleh atlet, merupakan potensial yang
bila diasah dapat mengoptimalkan hasil. Berdasarkan pendapat
tersebut, seseorang yang memiliki inteligensi tinggi ditandai dengan
memiliki kemampuan belajar belajar yang baik. Tingginya
konsentrasi akan mampu menyerap informasi yang didapat.
Kemudian berdasarkan informasi yang diperoleh tersebut akan
mampu dilanjutkan terhadap reaksi untuk dapat beradaptasi
terhadap lingkungan yang dimiliki. Dengan demikian idealnya
tingkat inteligensi yang tinggi akan mampu memberikan pengaruh
terhadap aktifitas yang dilakukan.
Pada metode rangkaian latihan, tingkat inteligensi yang tinggi
dapat ditandai dengan kemampuan seorang atlet untuk berfikir
kearah yang lebih baik berkaitan dengan bagaimana keterampilan
yang mereka miliki. Saat mereka telah melakukan suatu satuan
latihan, mereka akan melakukan koreksi terhadap teknik yang
dilakukan, dan akan mencobakan kembali teknik dengan harapan
teknik yang dilakukan selanjutnya akan lebih baik. Mereka akan
berfikir bagaimana arah bola, seberapa kuatnya tendangan,
dengan kaki bagian apa yang akan mereka gunakan, sehingga
sasaran latihan dapat tercapai optimal. Seperti yang dikutip dalam
Darwis (1999:43) “Rangkaian latihan yang dilakukan tehadap
elemen-elemen dari bermain seperti untuk latihan teknik baik
124
secara terpisah maupun dikombinasi”. Dengan rangkaian latihan
atlet memperoleh pengalaman dalam melaksanakan beberapa
elemen teknik yang berhubungan satu sama lain. Berdasarkan
hasil analisis data maka atlet yang memiliki tingkat inteligensi tinggi
pada kelompok usia 12 tahun, yang dilatih pada metode rangkaian
latihan mampu meningkatkan keterampilan teknik dasar sepakbola
yang lebih baik.
4. Perbedaan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola atlet SSB PSTS Tabing antar Kelompok yang Diberi Metode Rangkaian Latihan dengan Rangkaian Bermain pada Tingkat Inteligensi Rendah
Hasil pengujian hipotesis empat menunjukkan bahwa secara
keseluruhan, skor metode latihan kelompok yang diberi bentuk
latihan lebih rendah daripada yang diberi metode bermain pada
tingkat inteligensi tinggi. Dengan kata lain bahwa hipotesis
penelitian yang diajukan ditolak. Dari hasil temuan ini dapat
dikemukakan bahwa metode rangkaian bermain lebih efektif
digunakan untuk metode latihan daripada metode rangkaian latihan
pada tingkat inteligensi rendah.
Kecerdasan intelektual (IQ) berkaitan dengan keterampilan
seseorang menghadapi persoalan teknikal dan intelektual. Skor tes
atau IQ merupakan pengukuran khusus dari angka konsep yang
kurang spesifik inteligensi. Munzert (1994:32) mengatakan bahwa
IQ adalah indikator potensial sejak lahir, namun tidak baku.
Kemampuan tes terbaik dapat terkontaminasi oleh faktor
125
kemampuan tertentu tapi bisa dilakukan dengan keahlian dan
informasi yang dikumpulkan lewat pelajaran dan pengalaman. Bila
seseorang memiliki kategori inteligensi rendah, dapat ditandai
dengan rendahnya kemampuan seseorang dalam menerima suatu
respon yang akan berbeda dalam mempelajari sesuatu baik dalam
rangkaian motorik ataupun kognitif.
Tingkat inteligensi sangat dibutuhkan dalam olahraga
sepakbola. Hal itu ditandai dengan kecepatan seseorang untuk
mengambil keputusan, kecepatan gerakan yang dilakukan dan
efektifitas tujuan yang hendak dicapai. Seperti yang diketahui
sebelumnya sepakbola adalah cabang olahraga bermain yang
terdiri dari dua tim (bertahan dan menyerang). Dengan demikian
maka pergerakan bola dalam tim sangat membutuhkan kerjasama
dan strategi agar tujuan dapat dicapai, yaitu memasukan bola
sebanyak mungkin ke gawang lawan dan mempertahankan
gawang dari kebobolan.
Pada metode rangkaian bermain, atlet bekerja sama dalam
tim untuk mencapai sasaran yang dituju. Dengan demikian masing-
masing anggota tim dapat memainkan bola ke arah mana saja
untuk melakukan gerakan yang lebih baik. Berdasarkan data
empiris pada kategori tingkat inteligensi rendah, hasil dari
keterampilan teknik dasar sepakbola metode rangkaian bermain
lebih efektif dibandingkan metode latihan. Anak-anak pada usia 12
126
tahun cenderung lebih menyukai permainan karena bebanya tidak
begitu besar. Seperti yang dikutip dalam Munzert (1994:77)
rendahnya kemampuan anak untuk menyerap informasi dapat
menyulitkan seseorang untuk melakukan tugas yang diperintahkan
hal ini di karenakan:
Skor rendah tes inteligensi mungkin tanda bahwa anak butuh metode perintah berbeda. Anak yang tak mampu belajar di sekolah, misal, tidak bisa menangkap dengan cepat, butuh instruksi yang lain ini akan sangat menyerupai pola pengurangan skor tes antar awal sekolah hingga kelas enam mungkin tingkat usia 12 atau 13.
Hal tersebut berkaitan pada kemampuan seseorang dalam
menerima suatu respon yang akan berbeda dalam mempelajari
sesuatu baik dalam rangkaian motorik ataupun kognitif. Dengan
demikian maka metode rangkaian bermain lebih efektif
dibandingkan dengan metode rangkaian latihan. Hal ini disebabkan
karena pada pembagian kelompok tingkat inteligensi rendah
disesuaikan dengan hasil dari tes SPM yang diperingkat, sehingga
tingkat inteligensi rendah yang dimaksud pada grade rendah
(bodoh) tidak terdapat dalam penelitian ini. Tingkat inteligensi
rendah pada penelitian ini berada pada grade rata-rata.
E. Keterbatasan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini telah diusahakan dengan cermat
berdasarkan metode dan prosedur yang sesuai dengan jenis penelitian
ini, namun kesempurnaan hasilnya merupakan sesuatu hal yang tidak
mudah untuk diwujudkan. Inilah hasil terbaik saat ini, walaupun dengan
127
keterbatasan dan kelemahan yang ditemui selama proses penelitian.
Adapun sumber keterbatasan dan kelemahan dalam penelitian ini
antara lain adalah:
1. Sulit dilakukan pengontrolan secara ketat terhadap sampel
penelitian untuk tidak melakukan latihan teknik di luar kegiatan
penelitian.
2. Penelitian ini hanya menggunakan sampel pada usia tertentu saja,
oleh karena itu tidak dapat digeneralisasikan pada sampel usia
yang lain.
3. Penelitian ini hanya dilakukan pada satu tempat, yaitu atlet SSB
PSTS Tabing dengan populasi terbatas.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan hasil penelitian
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Metode rangkaian latihan lebih efektif digunakan untuk
meningkatkan keterampilan teknik dasar sepakbola dari pada
metode rangkaian bermain.
2. Terdapat interaksi antara metode latihan dengan tingkat inteligensi
terhadap peningkatan keterampilan teknik dasar sepakbola.
3. Pada tingkat inteligensi tinggi, metode rangkaian latihan lebih
efektif daripada metode rangkaian bermain untuk meningkatkan
keterampilan teknik dasar sepakbola.
4. Pada tingkat inteligensi rendah, metode rangkaian bermain lebih
efektif daripada metode rangkaian latihan untuk meningkatkan
keterampilan teknik dasar sepakbola.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil perhitungan statistik terhadap data yang
diperoleh dapat disimpulkan bahwa metode rangkaian bermain dan
metode rangkaian latihan sama-sama dapat meningkatkan
keterampilan teknik dasar sepakbola. Namun demikian, bila dilihat
besarnya peningkatan dari masing-masing metode latihan yang
diterapkan, rangkaian latihan lebih besar peningkatannya bila
128
129
dibandingkan rangkain bermain. Hal ini tentu akan menjadi pedoman
dan perhitungan bagi pelatih (instruktur), atlet SSB PSTS Tabing dan
masyarakat. Bagi mereka yang ingin meningkatkan keterampilan
teknik dasar sepakbola dapat melakukan metode-metode latihan yang
dikemukakan di atas untuk meningkatkan keterampilan teknik dasar
sepakbola. Namun metode yang lebih efektif dalam keterampilan
teknik dasar sepakbola adalah metode rangkaian latihan. Hal ini
dikarenakan, rangkaian latihan berhubungan dengan target yang akan
dicapai bila dikaitkan dengan keterampilan teknik dasar sepakbola.
Sedangkan metode rangkaian bermain susah dalam setiap
pengontrolan dikarenakan Sampel cenderung bermain-main dan
mencari kesenangan, tanpa memahami secara detail bagaimana
mereka melakukan eksekusi teknik yang tepat dan sesuai dengan
target.
Setelah melakukan penelitian ini, setiap latihan yang dilakukan
hendaknya ditunjang dengan tingkat inteligensi yang tinggi, karena
latihan adalah suatu kegiatan yang direncanakan dan disusun secara
sistematis yang akan dilakukan secara kontiniu, untuk itu dibutuhkan
tingkat inteligensi yang tinggi karena merupakan potensial seseorang
untuk menetapkan tujuan, mengadakan penyesuaian, berpikir secara
rasional dalam mengatasi berbagai persoalan. Dengan demikian maka
bila ditunjang dengan inteligensi yang tinggi, metode latihan yang tepat
130
maka latihan dapat berjalan dengan maksimal demi mencapai tujuan
yang diinginkan.
Berdasarkan pada temuan tersebut, maka bagi pelatih (instruktur)
serta masyarakat dituntut untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan
dari masing-masing metode latihan (bermain dan latihan). Hal ini
dikarenakan, dengan mengetahui kelemahan serta kelebihan dari
masing-masing metode latihan, pelatih (instruktur) serta masyarakat
dapat menganalisa kebutuhan dari masing-masing individu.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, metode rangkaian latihan lebih
efektif untuk meningkatkan keterampilan teknik dasar sepakbola.
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, diharapkan kepada :
1. Pelatih (instruktur), dalam upaya peningkatkan keterampilan teknik
dasar sepakbola secara efektif Sampel hendaknya menggunakan
metode rangkaian latihan, karena metode ini dapat dengan mudah
untuk mengontrol kemajuan.
2. Atlet PSTS Tabing yang ingin meningkatkan keterampilan teknik
dasar sepakbola secara efektif hendaknya melakukan metode
rangkaian latihan dan harus memiliki tingkat inteligensi yang tinggi,
karena tingkat inteligensi yang tinggi dapat mempengaruhi jalannya
latihan sehingga latihan dapat berjalan dengan maksimal.
3. Peneliti yang hendak meneliti permasalahan ini lebih lanjut, agar
kiranya dapat mempertimbangkan berbagai keterbatasan-
keterbatasan dalam penelitian ini, seperti jumlah sampel, jenis
kelamin sampel dan lain sebagainya. Tujuannya adalah demi
kebermanfaatan hasil temuan yang diperoleh.
131
DAFTAR RUJUKAN
Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Umum. Jakarta: Rineke Cipta
Bompa, Tudor O. 1994. Power Training For Sport. Canada: Mocaic press.
………………… 1999. Periodization: Theory and Methodology of Training. York University: Human Kinetics
Darwis, Ratinus. 1999. Sepakbola. Padang: FIK UNP
Desmita. 2007. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Dinata, Marta. 2005. Rahasia Latihan Sang Juara Menuju Prestasi Dunia “untuk Semua Cabang Olahraga”. Jakarta: Cerdas Jaya
Djezed, Zulfar. 1995. Pengaruh Metode Pengajaran dan Kelioncahan Terhadap Hasil Belajar Sepakbola. Penelitian: IKIP Padang
Joan Freeman & Utami Munandar. 2000. Cerdas dan Cemerlang. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
FIFA. 2008. Laws of The Game. Jakarta: PSSI
Firzani, Hendri. 2010. Segalanya Tentang Sepakbola. Jakarta: Erlangga
Fudyartanta, Ki. 2004. Tes Bakat dan Penskalaan Kecerdasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gifford, Clive. 2005. Keterampilan Sepakbola: Panduan Dasar Teknik, Latihan dan Taktik. Jakarta: Citra Aji Parama
Gunarsa, Singgih D dkk. 1989. Psikologi Olahraga. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktoret Jenderal Pendidikan Tinggi
Hardy, Malcolm & Steve Heyes. 1985. Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga
http://en.wikipedia.org/wiki/Raven’s_Progressive_Matrices
131
132 Ikhsan, Nurul. (2009). Pengaruh Latihan Pencak Silat Terhadap
Perubahan Tingkah Laku Remaja di Lubuk Linggau. Tesis. Padang.
Indrawan Ws. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jombang: Lintas Media
Luxbacher, Joseph A.. 2004. Sepakbola: Langkah-langkah menuju sukses. Penerjemah Agusta Wibawa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Kartono, Kartini & Dali Gulo. 1987. Kamus Psikologi. Bandung: Pionir Jawa
Koger, Robert. 2005. Latihan Dasar Andal Sepakbola Remaja. USA: the united States copyright
Lutan, Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Mangkunegara, A.A Anwar Prabu. 1993. Perkembangan Intelegensi Anak dan Pengukuran IQ-Nya. Bandung : Angkasa
Mielke, Danny.2003. Seri Dasar-dasar Olahraga : Dasar-dasar Sepakbola. Jakarta: Pakar Raya
Munzert, Alfred W..1994. Tes IQ Panduan Praktis dan Latihan Mengukur IQ Minat dan Bakat. Terjemahan: Ricelheri. Soho: Kentindo
Pate, Russell R, Bruce Mc Clenaghan,& Robert Rotella. 1993. Dasar-dasar ilmiah kepelatihan. Terjemahan Kasiyo Dwijowinoto,MS. Semarang: IKIP Semarang Press
Putera, Ganesha. 2010. Panduan Sepakbola 6-14 Tahun: Kutak-katik Latihan Sepakbola Usia Muda. Villa Pamulang: PT Visi Gala 2000
Radnege, Keir. 2010. Rekor Sepakbola Dunia. Terjemahan Dwimanissa Wismurti. Jakarta: Erlangga.
Rahantoknam, B. Edward. 1988. Belajar Motorik: Teori dan Aplikasinya dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
RÖthig, Peter & Stefan Grossing. 2004. Pengetahuan Training Olaharaga. Terjemahan Syafruddin. Padang: UNP
Saifuddin, Azwa,. 1996. Pengantar Psikologi Intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
133 Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Sugiyono. 2008. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sunar P, Dwi. 2010. Edisi Lengkap Tes IQ, EQ dan SQ. Jogjakarta: Flash Books
Syafruddin. 1999. Dasar-dasar Kepelatihan Olahraga. Padang: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang
Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Verducci, Frank M.. 1980. Measurement Concept in Physical Education. London: The CV Mosby Company
Undang-undang RI No 3 tahun 2005. 2007. Sistem Keolahragaan Nasional. Bandung: Citra Umbara
134
LAMPIRAN 1
AGENDA PELAKSANAAN PENELITIAN
No Tanggal Hari Kegiatan Tempat 1 6 Mei 2011 Jum’at Pre Test Lapangan
PSTS 2 11 Mei 2011 Rabu Tes Intelegensi
Standard Progressive Matrices (SPM)
SMPN 13 Padang
3 19 Mei 2011 Kamis Hasil tes intelegensi, pembagian kelompok
FIP UNP
4 20 Mei 2011 Jum’at Perlakuan 1 Lapangan PSTS
5 22 Mei 2011 Minggu Perlakuan 2 Lapangan PSTS
6 25 Mei 2011 Rabu Perlakuan 3 Lapangan PSTS
7 27 Mei 2011 Jum’at Perlakuan 4 Lapangan PSTS
8 29 Mei 2011 Minggu Perlakuan 5 Lapangan PSTS
9 1 Juni 2011 Rabu Perlakuan 6 Lapangan PSTS
10 3 Juni 2011 Jum’at Perlakuan 7 Lapangan PSTS
11 5 Juni 2011 Minggu Perlakuan 8 Lapangan PSTS
12 8 Juni 2011 Rabu Perlakuan 9 Lapangan PSTS
13 10 Juni 2011 Jum’at Perlakuan 10 Lapangan PSTS
14 12 Juni 2011 Minggu Perlakuan 11 Lapangan PSTS
15 15 Juni 2011 Rabu Perlakuan 12 Lapangan PSTS
16 17 Juni 2011 Jum’at Perlakuan 13 Lapangan PSTS
17 19 Juni 2011 Minggu Perlakuan 14 Lapangan PSTS
18 22 Juni 2011 Rabu Perlakuan 15 Lapangan PSTS
19 24 Juni 2011 Jum’at Perlakuan 16 Lapangan PSTS
20 26 Juni 2011 Minggu Post Test Lapangan PSTS
135
135 LAMPIRAN 2
Topik : Passing (1)
Intensitas : Sedang
PRACTICE INFORMATION MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK LATIHAN) 1. Kepala tegak, pandangan kearah teman
2. Bobot passing yang diberikan
3. Tumpuan kaki 4. Kualitas kontrol 5. Perkenaan bola
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN)
Jarak Passing 10 meter PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN)
10 orang 5 kelompok
Setiap kelompok 2 orang EQUIPMENT (PERALATAN)
12 cones 5 bola, 4 kerucut
PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK LATIHAN) • Pemain saling berhadapan dalam area yang
telah di buat, masing-masing kelompok berada diantara cones
• Passing bola ke teman yang berada di depan, 2 kali sentuh
• Sentuhan pertama kontrol, sentuhan kedua passing
• Kontrol dengan kaki kanan, passing dengan kaki kiri, setelah itu bergantian, kontrol dengan kaki kanan passing dengan kaki kiri
• Bola harus mendatar
136 Topik : Passing (2)
Intensitas : Sedang
PRACTICE INFORMATION MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK LATIHAN) 1. Kepala tegak, pandangan kearah teman
2. Bobot passing yang diberikan
3. Tumpuan kaki 4. Kualitas kontrol 5. Perkenaan bola
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN)
Jarak Passing 15 meter PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN)
10 orang 5 kelompok Setiap kelompok 2 orang
EQUIPMENT (PERALATAN)
12 cones 5 bola
4 kerucut PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK LATIHAN) • Pemain saling berhadapan dalam area yang
telah di buat, masing-masing kelompok berada diantara cones
• Passing bola ke teman yang berada di depan, 2 kali sentuh
• Sentuhan pertama kontrol, sentuhan kedua passing
• Kontrol dengan kaki kanan, passing dengan kaki kiri, setelah itu bergantian, kontrol dengan kaki kanan passing dengan kaki kiri
• Bola harus mendatar
137 Topik : Passing (3)
Intensitas : Sedang
PRACTICE INFORMATION MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK LATIHAN) 1. Kepala tegak, pandangan kearah teman
2. Bobot passing yang diberikan
3. Tumpuan kaki 4. Kualitas kontrol 5. Perkenaan bola
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN)
Jarak Passing 10 Meter PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN)
10 orang 5 kelompok, Setiap kelompok 2 orang
EQUIPMENT (PERALATAN)
10 cones 5 bola, 4 kerucut
PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK LATIHAN)
• Didalam area diletakan sepasang cones yang berjarak 1 meter yang berjumlah 5 pasang diletakan menyebar di dalam area
• Masing-masing kelompok passing diantara cones
• Jarak antara pemain adalah 10 meter • Pemain melakukan passing 2 kali sentuh • Bola harus melewati antara cones, jalanya
bola harus mendatar. • Bobot passing harus sesuai
138 Topik : Passing (4)
Intensitas : Sedang
PRACTICE INFORMATION MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK LATIHAN) 1. Kepala tegak, pandangan kearah teman
2. Bobot passing yang diberikan
3. Tumpuan kaki 4. Kualitas kontrol 5. Perkenaan bola
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN)
Jarak Passing 15 Meter PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN)
10 orang 5 kelompok, Setiap kelompok 2 orang
EQUIPMENT (PERALATAN)
10 cones 5 bola, 4 kerucut
PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK LATIHAN)
• Didalam area diletakan sepasang cones yang berjarak 1 meter yang berjumlah 5 pasang diletakan menyebar di dalam area
• Masing-masing kelompok passing diantara cones
• Jarak antara pemain adalah 15 meter • Pemain melakukan passing 2 kali sentuh • Bola harus melewati antara cones, jalanya
bola harus mendatar. • Bobot passing harus sesuai
139 Topik : Dribbling (1)
Intensitas : Sedang
PRACTICE INFORMATION MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK LATIHAN) 1. Kepala tegak, pandangan kearah teman
2. Melakukan gerakan tipu saat akan berbalik arah
3. Tumpuan kaki 4. Kualitas sentuhan 5. Posisi tubuh
melindungi bola
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN)
Jarak dribbling 10 meter PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN)
10 orang 5 kelompok
Setiap kelompok 2 orang EQUIPMENT (PERALATAN)
4 cones 10 bola
10 kerucut
PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK LATIHAN) • Masing-masing pemain membawa bola sampai
kepada cones, balik arah kemudian membawa bola kembali ketempat semula
• Setelah sampai pada tempat semula, pemain yang selanjutnya membawa bola seperi pada pemain yang pertama
140 Topik : Dribbling (2)
Intensitas : Sedang
PRACTICE INFORMATION MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK LATIHAN) 1. Kepala tegak, pandangan kearah teman
2. Melakukan gerakan tipu saat akan berbalik arah
3. Tumpuan kaki 4. Kualitas sentuhan 5. Posisi tubuh
melindungi bola
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN)
Jarak dribbling 20 meter PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN)
10 orang 5 kelompok
Setiap kelompok 2 orang EQUIPMENT (PERALATAN)
4 cones 10 bola, 10 kerucut
PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK LATIHAN) • Masing-masing pemain membawa bola sampai
kepada cones, balik arah kemudian membawa bola kembali ketempat semula
• Setelah sampai pada tempat semula, pemain yang selanjutnya membawa bola seperi pada pemain yang pertama
141 Topik : Dribbling (3)
Intensitas : Sedang
PRACTICE INFORMATION MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK LATIHAN) 1. Kepala tegak, pandangan kearah teman
2. Melakukan gerakan tipu saat akan berbalik arah
3. Saat melewati kerucut, pemain harus membangun kecepatan
4. Tumpuan kaki 5. Kualitas sentuhan 6. Posisi tubuh
melindungi bola
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN)
Jarak antar cone 3 meter, 5 cone PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN)
10 orang 2 kelompok, Setiap kelompok 5 orang
EQUIPMENT (PERALATAN)
4 cones 10 bola, 10 kerucut
PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK LATIHAN) • Pada area lapangan telah di atur 5 cones
dengan jarak masing-masing 3 meter • Pemain membawa bola ke kerucut. Setiap
melewati kerucut bola di bawa mnyilang sampai ke kerucut yang terakhir. Setelah kerucut terakhir pemain membawa bola kembali ketempat semula
• Saat pemain membawa bola pada kerucut ke tiga, maka pemain selanjutnya langsung membawa bola seperti pemain sebelumnya.
• Pemain tidak boleh menyentuh kerucut ataupun menjatuhkankanya
142 Topik : Dribbling (4)
Intensitas : Sedang
PRACTICE INFORMATION MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK LATIHAN) 1. Kepala tegak, pandangan kearah teman
2. Melakukan gerakan tipu saat akan berbalik arah
3. Saat melewati kerucut, pemain harus membangun kecepatan
4. Tumpuan kaki 5. Kualitas sentuhan 6. Posisi tubuh
melindungi bola
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN)
Jarak antar cone 3 meter, 8 cone PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN)
10 orang 2 kelompok, Setiap kelompok 5 oranG
EQUIPMENT (PERALATAN) 4 cones 10 bola
10 kerucut
PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK LATIHAN) • Pada area lapangan telah di atur 8 cones
dengan jarak masing-masing 3 meter • Pemain membawa bola ke kerucut. Setiap
melewati kerucut bola di bawa mnyilang sampai ke kerucut yang terakhir. Setelah kerucut terakhir pemain membawa bola kembali ketempat semula
• Saat pemain membawa bola pada kerucut ke tiga, maka pemain selanjutnya langsung membawa bola seperti pemain sebelumnya.
• Pemain tidak boleh menyentuh kerucut ataupun menjatuhkankanya
143 Topik : Juggling (1)
Intensitas : Sedang
PRACTICE INFORMATION MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK LATIHAN) 1. Posisi tubuh saat
melakukan control 2. Mengunci sendi-sendi
pada bagian tubuh yang digunakan untuk juggling
3. Feel bola dengan bagian tubuh
4. Gerakan tidak kaku
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN)
30 M X 20 M PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN)
10 orang
EQUIPMENT (PERALATAN)
4 cones 10 bola
PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK LATIHAN) • Setiap orang memiliki 1 bola • Pemain melempar bola ke atas, dan melakukan
juggling 1 sentuh dan pegang bola kembali • Ulangi kembali dengan melempar bola ke atas
dan control dengan bagian tubuh
144 Topik : Juggling (2)
Intensitas : Sedang
PRACTICE INFORMATION MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK LATIHAN) 5. Posisi tubuh saat
melakukan control 6. Mengunci sendi-sendi
pada bagian tubuh yang digunakan untuk juggling
7. Feel bola dengan bagian tubuh
8. Gerakan tidak kaku
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN)
30 M X 20 M PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN)
10 orang
EQUIPMENT (PERALATAN)
4 cones 10 bola
PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK LATIHAN) • Setiap orang memiliki 1 bola • Pemain melempar bola ke atas, dan melakukan
juggling 2 sentuh dan pegang bola kembali • Ulangi kembali dengan melempar bola ke atas
dan control dengan bagian tubuh
145 Topik : Juggling (3)
Intensitas : Sedang
PRACTICE INFORMATION MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK LATIHAN) 1. Posisi tubuh saat
melakukan control 2. Mengunci sendi-sendi
pada bagian tubuh yang digunakan untuk juggling
3. Bobot bola yang di juggling harus pas
4. Feel bola dengan bagian tubuh
5. Gerakan yang tidak kaku
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN)
Jarak juggling 5 meter PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN)
10 orang 5 kelompok
Setiap kelompok 2 orang EQUIPMENT (PERALATAN)
8 cones 5 bola
4 kerucut PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK LATIHAN) • Setiap kelompok memiliki 1 bola, dan berada
berhdapan di antara cones dalam area • Pemain pertama yang akan melakukan juggling,
maka pemain yang berhadapan melemparkan bola kepada pemain yang akan melakukan juggling, 3 kali sentuh kembalikan kepada teman
• Kemudian teman yang mendapatkan bola akan mengontrol bola, 3 kali sentuh kemudian kembalikan kembali
146 Topik : Juggling (4)
Intensitas : Sedang
PRACTICE INFORMATION MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK LATIHAN) 1. Posisi tubuh saat
melakukan control 2. Mengunci sendi-sendi
pada bagian tubuh yang digunakan untuk juggling
3. Feel bola dengan bagian tubuh
4. Gerakan tidak kaku
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN)
30 M X 20 M PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN)
10 orang
EQUIPMENT (PERALATAN)
4 cones 10 bola
PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK LATIHAN) • Setiap orang memiliki 1 bola • Pemain melempar bola ke atas, dan melakukan
juggling sampai pada waktu yang telah ditentukan
• Ulangi kembali dengan melempar bola ke atas dan control dengan bagian tubuh
147
Topik : Shooting (1)
Intensitas : Sedang
PRACTICE INFORMATION MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK LATIHAN) 1. Kepala tegak, pandangan kearah gawang
2. Kaki tumpuan 3. Perkenaan bola 4. Posisi tubuh saat
melakukan tendangan
5. Gerakan lanjutan saat menendang
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN)
Jarak Shooting 16 meter PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN)
10 orang 2 kelompok
Setiap kelompok 5 orang EQUIPMENT (PERALATAN)
6 cones 10 bola
2 gawang PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK LATIHAN) • Setiap kelompok berbaris berbanjar ditengah
lapangan. Kelompok 1 menghadap gawang 1 dan kelompok 2 menghadap gawang 2
• Pemain menendang ke arah gawang dengan posisi bola diam. Pemain harus bergantian menendang satu persatu.
• Setiap pemain memiliki satu bola, setelah menendang, pemain langsung ambil bola, dan kembali pada cones batas pemain boleh menendang
• Usahakan bola dapat masuk kedalam gawang
148 Topik : Shooting (2)
Intensitas : Sedang
PRACTICE INFORMATION MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK LATIHAN) 1. Kepala tegak, pandangan kearah gawang
2. Kaki tumpuan 3. Perkenaan bola 4. Posisi tubuh saat
melakukan tendangan
5. Gerakan lanjutan saat menendang
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) Jarak bola diam 20 meter, jarak tendang 16 meterPLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN)
10 orang 2 kelompok, Setiap kelompok 5 orang
EQUIPMENT (PERALATAN)
8 cones 10 bola
2 gawang PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK LATIHAN) • Setiap kelompok berbaris berbanjar ditengah
lapangan. Kelompok 1 menghadap gawang 1 dan kelompok 2 menghadap gawang 2. Jarak cones yang berada di depan gawang adalah 13 meter
• Pemain harus mendorong bola mendekati cones yang berada di depan gawang. Kemudian langsung mengejar dan melakukan tendangan ke gawang
• Pemain menendang ke arah gawang dengan posisi bola bergerak. Pemain harus bergantian menendang satu persatu.
• Setiap pemain memiliki satu bola, setelah menendang, pemain langsung ambil bola, dan kembali melakukan seperti yang tadi
• Usahakan bola dapat masuk kedalam gawang
149 Topik : Shooting (3)
Intensitas : Sedang
PRACTICE INFORMATION MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK LATIHAN) 1. Kepala tegak, pandangan kearah gawang
2. Kaki tumpuan 3. Perkenaan bola 4. Posisi tubuh saat
melakukan tendangan
5. Gerakan lanjutan saat menendang
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) Jarak bola diam 20 meter, jarak tendang 16 meter PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN)
12 orang 4 kelompok
Setiap kelompok 3 orang EQUIPMENT (PERALATAN)
8 cones 10 bola
2 gawang PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK LATIHAN) • Ada 4 kelompok dalam area (A1, B1 dan A2, B2)
masing-masing pada tempat yang telah ditentukan
• Pemain A1 dan A2 melakukan long passing ke pemain B1 dan B2.
• Selanjutnya pemain B1 dan B2 melakukan wall pass pada cones yang berada di depan gawang
• Pemain A1 dan A2 langsung mengejar bola dan melakukan tendangan ke gawang
• Pemain yang telah menendang bola (A1 dan A2) pindah ke posisi pemain yang melakukan wall pass (B1 dan B2)
• Usahakan bola dapat masuk kedalam gawang
150 Topik : Shooting (4)
Intensitas : Sedang
PRACTICE INFORMATION MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK LATIHAN) 1. Kepala tegak, pandangan kearah gawang
2. Kaki tumpuan 3. Perkenaan bola 4. Posisi tubuh saat
melakukan tendangan
5. Gerakan lanjutan saat menendang
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN)
50 M X 20 M PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN)
12 orang 4 kelompok
Setiap kelompok 3 orang EQUIPMENT (PERALATAN)
8 cones 10 bola
2 gawang PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK LATIHAN) • Ada 4 kelompok dalam area (A1, B1 dan A2, B2)
masing-masing pada tempat yang telah ditentukan
• Pemain A1 dan A2 melakukan long passing ke pemain B1 dan B2.
• Selanjutnya pemain B1 dan B2 melakukan control, dan mendorong bola ke depan, kemudian mengejarnya dan langsung melakukan tendangan ke gawang
• Pemain yang telah menendang bola (B1 dan B2) pindah ke posisi pemain yang melakukan long passing (A1 dan A2)
• Usahakan bola dapat masuk kedalam gawang
151
LAMPIRAN 3
Topik : Passing (1)
Intensitas : Sedang
PRACTICE INFORMATION MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK BERMAIN) 1. Kepala tegak, pandangan luas kearah teman-teman
2. Memanfaatkan lebar lapangan, cari wilayah kosong
3. Komunikasi kepada teman
4. Support, bantu teman saat dalam posisi terdesak
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN)
30 M X 20 M
PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN)
10 Orang (5 VS 5) 2 Tim (A dan B), Setiap tim terdiri dari 5 orang
EQUIPMENT (PERALATAN)
8 Cones, 1 Bola
PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK BERMAIIN) • Ada dua tim dalam lapangan, A dan B. 5 orang
tim A dan 5 orang tim B. Posisi pemain masing-masing 3 orang dibelakang dan 2 orang di depan. Saat permainan dimulai pemain yang berada di posisi depan atau belakang dapat berpindah tempat.
• Ada wilayah poin, poin untuk wilayah A dan B • Pemain A berusaha menguasai bola dengan
passing ke temanya, dan lawan berusaha untuk mengganggu
• Setiap pemain dalam tim berusaha memainkan bola dengan passing selama mungkin dalam permainan
• Pemain dibebaskan sentuhan • Poin tercipta apabila pemaian dapat mengontrol
bola yang di passing pada wilayah poin, jadi ada pemain yang siap mengontrol di wilayah tersebut
152
Topik : Passing (2)
Intensitas : Sedang
PRACTICE INFORMATION MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK BERMAIN) 1. Kepala tegak, pandangan luas kearah teman-teman
2. Memanfaatkan lebar lapangan, cari wilayah kosong
3. Komunikasi kepada teman
4. Support, bantu teman saat dalam posisi terdesak
5. Kualitas sentuhan sangat menentukan, pemain harus waspada pada sentuhan
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN)
30 M X 20 M
PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN)
10 Orang (5 VS 5) 2 Tim (A dan B), Setiap tim terdiri dari 5 orang
EQUIPMENT (PERALATAN)
8 Cones, 1 Bola PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK BERMAIN) • Ada dua tim dalam lapangan, A dan B. 5 orang
tim A dan 5 orang tim B. Posisi pemain masing-masing 3 orang dibelakang dan 2 orang di depan. Saat permainan dimulai pemain yang berada di posisi depan atau belakang dapat berpindah tempat.
• Ada wilayah poin, poin untuk wilayah A dan B • Pemain A berusaha menguasai bola dengan
passing ke temanya, dan lawan berusaha untuk mengganggu
• Setiap pemain dalam tim berusaha memainkan bola dengan passing selama mungkin dalam permainan
• Pemain dibatasi sentuhan sebanyak 2 kali saja. Bila sentuhan lebih dari 2, maka bola diberikan kepada lawan
• Poin tercipta apabila pemaian dapat mengontrol bola yang di passing pada wilayah poin, jadi ada pemain yang siap mengontrol di wilayah tersebut
153
Topik : Passing (3)
Intensitas : Sedang
PRACTICE INFORMATION MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK BERMAIN) 1. Kepala tegak, pandangan luas kearah teman-teman
2. Memanfaatkan lebar lapangan, cari wilayah kosong
3. Komunikasi kepada teman
4. Support, bantu teman saat dalam posisi terdesak
5. Pemain harus cepat tanggap pada situasi
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN)
30 M X 20 M PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN)
10 Orang (4 VS 4 + 2 N), 2 orang netral 2 Tim (A dan B), Setiap tim terdiri dari 4 orang
EQUIPMENT (PERALATAN)
10 Cones, 1 Bola PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK BERMAIIN) • Ada dua tim dalam lapangan, A dan B. 4 orang
tim A dan 4 orang tim B, dan 2 pemain Netral. Posisi pemain masing-masing 2 orang dibelakang dan 2 orang di depan. Saat permainan dimulai pemain yang berada di posisi depan atau belakang dapat berpindah tempat.
• Ada wilayah poin, poin untuk wilayah A dan B • Pemain A berusaha menguasai bola dengan
passing ke temanya, dan lawan berusaha untuk mengganggu
• Setiap pemain dalam tim berusaha memainkan bola dengan passing selama mungkin dalam permainan. Ada dua pemain netral yang akan membantu pemain yang menguasai bola
• Pemain di bebaskan sentuhan • Poin tercipta apabila pemaian dapat mengontrol
bola yang di passing pada wilayah poin, jadi ada pemain yang siap mengontrol di wilayah tersebut
154
Topik : Passing (4)
Intensitas : Sedang
PRACTICE INFORMATION MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK BERMAIN) 1. Kepala tegak, pandangan luas kearah teman-teman
2. Memanfaatkan lebar lapangan, cari wilayah kosong
3. Komunikasi kepada teman
4. Support, bantu teman saat dalam posisi terdesak
5. Pemain harus cepat tanggap pada situasi
6. Kualitas sentuhan sangat menentukan dalam permainan
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN)
30 M X 20 M PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN)
10 Orang (4 VS 4 + 2 N), 2 orang netral 2 Tim (A dan B), Setiap tim terdiri dari 4 orang
EQUIPMENT (PERALATAN)
10 Cones 1 Bola
PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK BERMAIN) • Ada dua tim dalam lapangan, A dan B. 4 orang
tim A dan 4 orang tim B, dan 2 pemain Netral. Posisi pemain masing-masing 2 orang dibelakang dan 2 orang di depan. Saat permainan dimulai pemain yang berada di posisi depan atau belakang dapat berpindah tempat.
• Ada wilayah poin, poin untuk wilayah A dan B • Pemain A berusaha menguasai bola dengan
passing ke temanya, dan lawan berusaha untuk mengganggu
• Setiap pemain dalam tim berusaha memainkan bola dengan passing selama mungkin dalam permainan. Ada dua pemain netral yang akan membantu pemain yang menguasai bola
• Pemain di batasi sentuhan sebanyak 2 kali, lebih dari 2 bola diberikan kepada lawan
• Poin tercipta apabila pemaian dapat mengontrol bola yang di passing pada wilayah poin, jadi ada pemain yang siap mengontrol di wilayah tersebut
155
Topik : Dribbling (1)
Intensitas : Sedang
PRACTICE INFORMATION MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK BERMAIN) 1. Kepala tegak, pandangan ke depan
2. Melakukan gerakan tipu pada lawan
3. Manfaatkan lebar lapangan
4. Posisi tubuh melindungi bola
5. Kaki tumpuan yang digunakan
6. Kualitas sentuhan
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN)
10 m x 10 m PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN)
10 orang 5 kelompok
Tiap kelompok 2 orang EQUIPMENT (PERALATAN)
20 cones
5 bola 4 kerucut
PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK BERMAIIN) • Jarak antar cones 2 meter, tiap kelompok berada
diantara cones dan saling berhadapan • Bola berada pada kelompok A, saat aba-aba “ya”
pemain A membawa bola ke cone B yang berhadapan. Pemain B berusaha menghalangi. Pemain A harus mampu melewati pemain B
• Pemain A mendapat poin apabila mampu melewati pemain B. Pemain B akan mendapat poin bila dapat mengganggu dan merebut bola A.
156
Topik : Dribbling (2)
Intensitas : Sedang
PRACTICE INFORMATION MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK BERMAIN) 1. Kepala tegak, pandangan ke depan
2. Melakukan gerakan tipu pada lawan
3. Manfaatkan lebar lapangan
4. Posisi tubuh melindungi bola
5. Kaki tumpuan yang digunakan
6. Kualitas sentuhan
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN)
10 m x 15 m PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN)
10 orang 5 kelompok
Tiap kelompok 2 orang EQUIPMENT (PERALATAN)
20 cones
5 bola 4 kerucut
PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK BERMAIIN) • Jarak antar cones 2 meter, tiap kelompok berada
diantara cones dan saling berhadapan • Bola berada pada kelompok A, saat aba-aba “ya”
pemain A membawa bola ke cone B yang berhadapan. Pemain B berusaha menghalangi. Pemain A harus mampu melewati pemain B
• Pemain A mendapat poin apabila mampu melewati pemain B. Pemain B akan mendapat poin bila dapat mengganggu dan merebut bola A.
157
Topik : Dribbling (3)
Intensitas : Sedang
PRACTICE INFORMATION MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK BERMAIN) 1. Kepala tegak, pandangan luas kearah teman-teman
2. Memanfaatkan lebar lapangan, cari wilayah kosong
3. Komunikasi kepada teman
4. Support, bantu teman saat dalam posisi terdesak
5. Pemain harus cepat tanggap pada situasi
6. Kualitas sentuhan sangat menentukan dalam permainan
7. Melakukan gerakan tipu pada lawan
8. Posisi tubuh melindungi bola
9. Kaki tumpuan 10. Kualitas sentuhan
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN)
30 M X 20 M
PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN)
10 orang (5 vs 5) 2 Tim
Setiap tim 5 orang EQUIPMENT (PERALATAN)
11 cones 1 bola
PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK BERMAIN)
• Ada dua tim dalam lapangan, A dan B • Saat bola berada pada pemain A, pemain A
harus membawa bola dan hanya boleh passing 1 kali kepada teman A
• Pemain A berusaha membawa bola ke wilayah X (area poin) dengan demikian A mendapat poin, bila bola tidak dibawa dengan dribbling di wilayah ini maka tidak dapat poin
• Pemain B berusaha mengganggu dan merebut bola A
• Bila pemain menggunakan passing lebih dari 1 kali bola diberikan kepada lawan
158
Topik : Dribbling (4)
Intensitas : Sedang
PRACTICE INFORMATION MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK BERMAIN) 1. Kepala tegak, pandangan luas kearah teman-teman
2. Memanfaatkan lebar lapangan, cari wilayah kosong
3. Komunikasi kepada teman
4. Support, bantu teman saat dalam posisi terdesak
5. Pemain harus cepat tanggap pada situasi
6. Kualitas sentuhan sangat menentukan dalam permainan
7. Melakukan gerakan tipu pada lawan
8. Posisi tubuh melindungi bola
9. Kaki tumpuan 10. Kualitas sentuhan 11. Gunakan pemain
netral agar dapat melepaskan diri dari lawan
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN)
20 M X 20 M (area lapangan) 1 M x 20 M (area netral) 20 M X 1 M (area poin)
PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN)
10 orang (3 vs 3, + 2 N) 2 Tim
Setiap tim 3 orang 2 pemain netral
EQUIPMENT (PERALATAN)
14 cones 1 bola
PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK BERMAIN) • Ada dua tim dalam lapangan, A dan B, dan ada 2
pemain netral, masing-masing satu orang di samping
• Tim A berusaha membawa bola ke wilayah X (area poin), pemain A tidak boleh pass ke teman, kecuali pada pemain netral. Pemain netral hanya boleh wall pass, dan membantu pemain yang menguasai bola
• Tim B berusaha mengganggu dan merebut bola • Poin buat tim yang mampu membawa bola ke
daerah lawan
159
Topik : Shooting (1)
Intensitas : Sedang
PRACTICE INFORMATION MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK BERMAIN) 1. Kepala tegak, pandangan luas kearah teman-teman
2. Memanfaatkan lebar lapangan, cari wilayah kosong
3. Komunikasi kepada teman
4. Support, bantu teman saat dalam posisi terdesak
5. Pemain harus cepat tanggap pada situasi
6. Kualitas sentuhan sangat menentukan dalam permainan
7. Harus mampu melihat peluang dan lakukan tendangan
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN)
20 M X 15 M
PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN)
8 orang (4 vs 4) 2 Tim
Setiap tim 3 orang
EQUIPMENT (PERALATAN)
6 cones 1 bola
2 gawang PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK BERMAIN) • Ada dua tim dalam lapangan, A dan B, wilayah
lapangan dibatasi depan dan belakang. Pemain depan 1 orang, pemain belakang 3 orang. Sehingga akan terjadi 3 Vs 1
• Pemain yang berada pada posisi nya tidak dapat berubah-rubah posisi, yang dibatasi oleh garis tengah
• Pemain depan harus mengganggu lawan agar tidak bisa menembak bola. Sedangkan pemain belakang bila ada kesempatan harus tendang ke gawang
• Pemain tidak dibatasi sentuhan bola • Poin buat tim yang mampu menembak bola
masuk ke gawang lawan
160
Topik : Shooting (2)
Intensitas : Sedang
PRACTICE INFORMATION MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK BERMAIN) 1. Kepala tegak, pandangan luas kearah teman-teman
2. Memanfaatkan lebar lapangan, cari wilayah kosong
3. Komunikasi kepada teman
4. Support, bantu teman saat dalam posisi terdesak
5. Pemain harus cepat tanggap pada situasi
6. Kualitas sentuhan sangat menentukan dalam permainan
7. Harus mampu melihat peluang dan lakukan tendangan
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN)
20 M X 15 M
PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN)
8 orang (4 vs 4) 2 Tim, Setiap tim 3 orang
EQUIPMENT (PERALATAN)
6 cones 1 bola
2 gawang PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK BERMAIN) • Ada dua tim dalam lapangan, A dan B, wilayah
lapangan dibatasi depan dan belakang. Pemain depan 1 orang, pemain belakang 3 orang. Sehingga akan terjadi 3 Vs 1
• Pemain yang berada pada posisi nya tidak dapat berubah-rubah posisi, yang dibatasi oleh garis tengah
• Pemain depan harus mengganggu lawan agar tidak bisa menembak bola. Sedangkan pemain belakang bila ada kesempatan harus tendang ke gawang
• Pemain dibatasi sentuhan bola sebanyak 2 kali sentuh, dimana setelah sentuhan kedua harus melakukan tendangan. Lebih dari 2 sentuh bola diberikan kepada lawan
• Poin buat tim yang mampu menembak bola masuk ke gawang lawan
161
Topik : Shooting (3)
Intensitas : Sedang
PRACTICE INFORMATION MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK BERMAIN) 1. Kepala tegak, pandangan luas kearah teman-teman
2. Memanfaatkan lebar lapangan, cari wilayah kosong
3. Komunikasi kepada teman
4. Support, bantu teman saat dalam posisi terdesak
5. Pemain harus cepat tanggap pada situasi
6. Kualitas sentuhan sangat menentukan dalam permainan
7. Harus mampu melihat peluang dan lakukan tendangan
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN)
20 M X 15 M
PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN)
10 orang (5 vs 5) 2 Tim
Setiap tim 5 orang EQUIPMENT (PERALATAN)
6 cones 1 bola
2 gawang PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK BERMAIN) • Ada dua tim dalam lapangan, A dan B, wilayah
lapangan dibatasi depan dan belakang. Pemain depan 2 orang, pemain belakang 3 orang. Sehingga akan terjadi 3 Vs 2
• Pemain yang berada pada posisi nya tidak dapat berubah-rubah posisi, yang dibatasi oleh garis tengah
• Pemain depan harus mengganggu lawan agar tidak bisa menembak bola. Sedangkan pemain belakang bila ada kesempatan harus tendang ke gawang
• Pemain tidak dibatasi sentuhan bola • Poin buat tim yang mampu menembak bola
masuk ke gawang lawan
162
Topik : Shooting (4)
Intensitas : Sedang
PRACTICE INFORMATION MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK BERMAIN) 1. Kepala tegak, pandangan luas kearah teman-teman
2. Memanfaatkan lebar lapangan, cari wilayah kosong
3. Komunikasi kepada teman
4. Support, bantu teman saat dalam posisi terdesak
5. Pemain harus cepat tanggap pada situasi
6. Kualitas sentuhan sangat menentukan dalam permainan
7. Harus mampu melihat peluang dan lakukan tendangan
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN)
20 M X 15 M
PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN)
10 orang (5 vs 5) 2 Tim
Setiap tim 5 orang EQUIPMENT (PERALATAN)
6 cones 1 bola
2 gawang PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK BERMAIN) • Ada dua tim dalam lapangan, A dan B, wilayah
lapangan dibatasi depan dan belakang. Pemain depan 2 orang, pemain belakang 3 orang. Sehingga akan terjadi 3 Vs 2
• Pemain yang berada pada posisi nya tidak dapat berubah-rubah posisi, yang dibatasi oleh garis tengah
• Pemain depan harus mengganggu lawan agar tidak bisa menembak bola. Sedangkan pemain belakang bila ada kesempatan harus tendang ke gawang
• Pemain dibatasi sentuhan bola sebanyak 2 kali sentuh, dimana setelah sentuhan kedua harus melakukan tendangan. Lebih dari 2 sentuh bola diberikan kepada lawan
• Poin buat tim yang mampu menembak bola masuk ke gawang lawan
163
Topik : Juggling (1)
Intensitas : Sedang
PRACTICE INFORMATION MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK BERMAIN) 1. Kepala tegak, pandangan luas kearah teman-teman
2. Memanfaatkan lebar lapangan, cari wilayah kosong
3. Komunikasi kepada teman
4. Support, bantu teman saat dalam posisi terdesak
5. Pemain harus cepat tanggap pada situasi
6. Kualitas sentuhan sangat menentukan dalam permainan
7. Posisi badan saat mengontrol bola
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN)
20 M X 10 M
PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN)
10 orang (5 vs 5) 2 Tim
Setiap tim 5 orang EQUIPMENT (PERALATAN)
6 cones 1 bola 1 Net
PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK BERMAIN) • Ada dua tim dalam lapangan, A dan B. • Pemain harus memainkan bola sebanyak 5
sentuh (bebas menggunakan kaki, paha, dada, kepala kecuali tangan),dengan teman 1 tim maksimal 2 sentuh setiap pemain dan kemudian wajib menendang ke area lawan
• Pemain yang lebih dari 2 kali sentuh (setiap pemain), dan lebih dari 5 sentuh (dalam satu tim) harus kehilangan poin dan memberikan bola ke pada lawan.
• Pemain harus mampu mengontrol bola yang dikembalikan oleh lawan
• Poin buat tim apabila lawan tidak bisa mengembalikan bola
164
Topik : Juggling (2)
Intensitas : Sedang
PRACTICE INFORMATION MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK BERMAIN) 1. Kepala tegak, pandangan luas kearah teman-teman
2. Memanfaatkan lebar lapangan, cari wilayah kosong
3. Komunikasi kepada teman
4. Support, bantu teman saat dalam posisi terdesak
5. Pemain harus cepat tanggap pada situasi
6. Kualitas sentuhan sangat menentukan dalam permainan
7. Posisi badan saat mengontrol bola
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN)
20 M X 10 M
PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN)
10 orang (5 vs 5) 2 Tim
Setiap tim 5 orang EQUIPMENT (PERALATAN)
6 cones 1 bola 1 Net
PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK BERMAIN) • Ada dua tim dalam lapangan, A dan B. • Pemain harus memainkan bola sebanyak 3
sentuh (bebas menggunakan kaki, paha, dada, kepala kecuali tangan), pemain dalam satu tim wajib satu kali sentuh saja, kemudian langsung menendang ke area lawan
• Pemain yang lebih dari 1 sentuh dan tim lebih dari 3 kali sentuh harus kehilangan poin dan memberikan bola ke pada lawan.
• Pemain harus mampu mengontrol bola yang dikembalikan oleh lawan
• Poin buat tim apabila lawan tidak bisa mengembalikan bola
165
Topik : Juggling (3)
Intensitas : Sedang
PRACTICE INFORMATION MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK BERMAIN) 1. Kepala tegak, pandangan luas kearah teman-teman
2. Memanfaatkan lebar lapangan, cari wilayah kosong
3. Komunikasi kepada teman
4. Support, bantu teman saat dalam posisi terdesak
5. Pemain harus cepat tanggap pada situasi
6. Kualitas sentuhan sangat menentukan dalam permainan
7. Posisi badan saat mengontrol bola
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN)
20 M X 10 M
PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN)
10 orang (5 vs 5) 2 Tim
Setiap tim 5 orang
EQUIPMENT (PERALATAN)
10 cones 1 bola
PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK BERMAIN) • Ada dua tim dalam lapangan, A dan B, ada
wilayah poin yang telah ditentukan • Pemain A harus membawa bola dengan cara
mengontrol bola maksimal 4 kali sentuh, lalu passing ke teman. Lawan berusaha memblok bola, merebut bola saat bola tidak dikontrol (saat akan dipassing)
• Pemain yang mengontrol lebih dari 4 sentuh harus memberikan bola ke lawan
• Poin tercipta apabila pemain dapat mengontrol bola ke area poin
• Mengontrol bola boleh menggunakan seluruh tubuh kecuali lengan
166
Topik : Juggling (4)
Intensitas : Sedang
PRACTICE INFORMATION MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK BERMAIN) 1. Kepala tegak, pandangan luas kearah teman-teman
2. Memanfaatkan lebar lapangan, cari wilayah kosong
3. Komunikasi kepada teman
4. Support, bantu teman saat dalam posisi terdesak
5. Pemain harus cepat tanggap pada situasi
6. Kualitas sentuhan sangat menentukan dalam permainan
7. Posisi badan saat mengontrol bola
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN)
20 M X 10 M
PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN)
10 orang (5 vs 5) 2 Tim
Setiap tim 5 orang
EQUIPMENT (PERALATAN)
10 cones 1 bola
PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK BERMAIN) • Ada dua tim dalam lapangan, A dan B, ada
wilayah poin yang telah ditentukan • Pemain A harus membawa bola dengan cara
mengontrol bola maksimal 2 kali sentuh, lalu passing ke teman. Lawan berusaha memblok bola, merebut bola saat bola tidak dikontrol (saat akan dipassing)
• Pemain yang mengontrol lebih dari 2 sentuh harus memberikan bola ke lawan
• Poin tercipta apabila pemain dapat mengontrol bola ke area poin
• Mengontrol bola boleh menggunakan seluruh tubuh kecuali lengan
167
168
LAMPIRAN 5 Matching Kelompok Tingkat Inteligensi Tinggi
No Subyek Kelompok A1B1 Nilai Kelompok A2B1 Nilai1 124 1 124 2 122 2 122 4 114 3 115 3 115 5 112 6 111 4 114 8 111 7 111 5 112 9 109 10 109 6 111 12 108 11 109 7 111 13 108 14 107 8 111 16 106 15 107 9 109 17 106 18 105 10 109 20 105 19 105 11 109 12 108 13 108 14 107 15 107 16 106 17 106 18 105 19 105 20 105
169
LAMPIRAN 6 Matching Kelompok Tingkat Inteligensi Rendah
No Subyek Kelompok A1B2 Nilai Kelompok A2B2 Nilai1 99 1 99 2 99 2 99 4 98 3 99 3 99 5 97 6 96 4 98 8 94 7 96 5 97 9 90 10 90 6 96 12 90 11 90 7 96 13 90 14 90 8 94 16 90 15 90 9 90 17 90 18 90 10 90 20 90 19 90 11 90 12 90 13 90 14 90 15 90 16 90 17 90 18 90 19 90 20 90
170
LAMPIRAN 8 Analisis Deskripsi Data Penelitian
Data deskripsi yang ditampilkan dalam penelitian ini adalah
perhitungan ukuran tendensi sentral (mean), standar deviasi, penyajian
dalam bentuk distribusi frekuensi serta perhitungan modus dan median.
Untuk rata-rata, standar deviasi, modus dan median dari hasil penelitian
digunakan rumus sebagai berikut:
1. Rata-rata (mean) :
2. Standar Deviasi :
3. Modus :
4. Median :
Keterangan :
Σxi : Jumlah skor ke-i sampel ke-n
n : Jumlah sampel (banyak data)
b : Batas bawah kelas modus
p : Panjang kelas interval
b1 : Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval dengan
data kelas yang lebih kecil sebelum tanda kelas modus
b2 : Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval dengan
tanda kelas yang lebih besar sebelum tanda kelas modus
F : Jumlah semua frekuensi sebelum kelas median
F : Frekuensi kelas median
171
Penyajian data dalam distribusi frekuensi dengan panjang kelas
yang sama dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan rentang, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil.
2. Menentukan banyak kelas interval (K) yang diperlukan dengan
mengagunakan aturan Sturges yang menentukan banyak kelas (K) =
1 + 3,3 log n.
3. Menentukan panjang kelas interval (p), dengan menggunkan rumus:
P Rentang
Banyak kelas
Berdasarkan analisis data terhadap delapan kelompok data melalui
penggunaan “program excel dengan fungsi statistik”, diperoleh deskripsi
data seperti tabel berikut:
Tabel Deskripsi Delapan Kelompok Data yang Terdiri dari Rerata, Standar Deviasi, Skor Minimum, dan Maksimum
Kelompok
Data N Minimum Maksimum Mean SD
Kelompok A1
Kelompok A2
Kelompok B1
Kelompok B2
Kelompok A1B1
Kelompok A1B2
Kelompok A2B1
Kelompok A2B2
20
20
20
20
10
10
10
10
30
34
34
30
60
30
34
37
71
67
71
67
71
48
61
67
53
47
54
46
66
39
41
53
14.50
9.84
14.11
9.68
4.08
5.23
7.98
7.91
172
LAMPIRAN 10
Deskripsi Data Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola
No A1 A2 B1 B2 A1B1 X12 A1B2 X2
2 A2B1 X32 A2B2 X4
2
1 30 34 34 30 60 3609 30 876 34 1186 37 1386
2 35 36 36 35 61 3673 35 1236 36 1297 47 2192
3 38 36 36 37 61 3743 38 1433 36 1331 51 2608
4 38 37 37 38 67 4467 38 1456 37 1372 51 2614
5 38 37 37 38 67 4499 38 1480 37 1395 53 2795
6 39 37 40 38 67 4528 39 1513 40 1607 53 2819
7 39 40 41 39 69 4728 39 1534 41 1646 56 3151
8 44 41 44 39 69 4826 44 1904 44 1898 58 3395
9 45 44 48 44 70 4954 45 1985 48 2326 60 3595
10 48 47 60 45 71 4971 48 2351 61 3717 67 4435
11 60 48 61 47
12 61 51 61 48
13 61 51 61 51
14 67 53 67 51
15 67 53 67 53
16 67 56 67 53
17 69 58 69 56
18 69 60 69 58
19 70 61 70 60
20 71 67 71 67
Jumlah 1056 948 1077 927 662 43999 394 15768 415 17774 533 28991
Rerata 53 47 54 46 66 4400 39 1577 41 1777 53 2899
SD 14.50 9.84 14.11 9.68 4.08 531.2 5.23 412.5 7.98 761.2 7.91 824.9
Max 71 67 71 67 71 4971 48 2351 61 3717 67 4435
Min 30 34 34 30 60 3609 30 876 34 1186 37 1386
Range 41 32 36 37 10 1362 19 1475 27 2531 29 3048
Deskripsi Data Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola
No A1 A2 B1 B2 A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 1 61 37 61 39 61 39 37 53 2 60 34 60 38 60 38 34 51 3 61 36 61 39 61 39 36 53
173
4 67 36 67 38 67 38 36 56 5 69 40 69 35 69 35 40 37 6 67 37 67 38 67 38 37 47 7 67 41 67 30 67 30 41 51 8 70 61 70 44 70 44 61 67 9 69 48 69 48 69 48 48 58 10 71 44 71 45 71 45 44 60 11 39 53 37 53 12 38 51 34 51 13 39 53 36 53 14 38 56 36 56 15 35 37 40 37 16 38 47 37 47 17 30 51 41 51 18 44 67 61 67 19 48 58 48 58 20 45 60 44 60
Jumlah 1056 948 1077 927 662 394 415 533 Rerata 53 47 54 46 66 39 41 53
SD 14.50 9.84 14.11 9.68 4.08 5.23 7.98 7.91 Max 71 67 71 67 71 48 61 67 Min 30 34 34 30 60 30 34 37
Range 41 32 36 37 10 19 27 29 LAMPIRAN 10 A. Uji Persyaratan ANAVA
1. Uji Normalitas Pengujian normalitas tingkat intelegensi pada penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan Uji Lilliefors. Hasil uji normalitas
dari hasil keterampilan teknik dasar sepakbola dengan empat item
rangkaian test yang dapat dilihat pada tabel berikut :
174
Normalitas Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola
No Xuf fk z Luas z F(z) S(z) [F(z)-S(z)] 1 30 1 -1.64 0.4495 0.0505 0.0250 0.0255 2 34 2 -1.25 0.3944 0.1056 0.0500 0.0556 3 35 3 -1.19 0.3930 0.1070 0.0750 0.0320 4 36 5 -1.12 0.3686 0.1314 0.1250 0.0064 5 36 5 -1.09 0.3621 0.1379 0.1250 0.0129 6 37 8 -1.04 0.3508 0.1492 0.2000 0.0508 7 37 8 -1.03 0.3485 0.1515 0.2000 0.0485 8 37 8 -1.02 0.3461 0.1539 0.2000 0.0461 9 38 11 -0.98 0.3365 0.1635 0.2750 0.1115 10 38 11 -0.95 0.3289 0.1711 0.2750 0.1039 11 38 11 -0.93 0.3238 0.1762 0.2750 0.0988 12 39 13 -0.89 0.3133 0.1867 0.3250 0.1383 13 39 13 -0.87 0.3078 0.1922 0.3250 0.1328 14 40 14 -0.80 0.2881 0.2119 0.3500 0.1381 15 41 15 -0.76 0.2764 0.2236 0.3750 0.1514 16 44 17 -0.52 0.1985 0.3015 0.4250 0.1235 17 44 17 -0.52 0.1985 0.3015 0.4250 0.1235 18 45 18 -0.44 0.1700 0.3300 0.4500 0.1200 19 47 19 -0.26 0.1026 0.3974 0.4750 0.0776 20 48 21 -0.15 0.0596 0.4404 0.5250 0.0846 21 48 21 -0.13 0.0517 0.4483 0.5250 0.0767 22 51 23 0.08 0.0319 0.5319 0.5750 0.0431 23 51 23 0.08 0.0319 0.5319 0.5750 0.0431 24 53 25 0.22 0.0871 0.5871 0.6250 0.0379 25 53 25 0.24 0.0948 0.5948 0.6250 0.0302 26 56 26 0.48 0.1844 0.6844 0.6500 0.0344 27 58 27 0.65 0.2422 0.7422 0.6750 0.0672 28 60 29 0.79 0.2852 0.7852 0.7250 0.0602 29 60 29 0.80 0.2881 0.7881 0.7250 0.0631 30 61 32 0.84 0.2995 0.7995 0.8000 0.0005 31 61 32 0.87 0.3078 0.8078 0.8000 0.0078 32 61 32 0.88 0.3106 0.8106 0.8000 0.0106 33 67 36 1.32 0.4066 0.9066 0.9000 0.0066 34 67 36 1.34 0.4099 0.9099 0.9000 0.0099 35 67 36 1.35 0.4115 0.9115 0.9000 0.0115 36 67 36 1.37 0.4147 0.9147 0.9000 0.0147 37 69 38 1.49 0.4319 0.9319 0.9500 0.0181
175
38 69 38 1.55 0.4394 0.9394 0.9500 0.0106 39 70 39 1.62 0.4474 0.9474 0.9750 0.0276 40 71 40 1.63 0.4484 0.9484 1.0000 0.0516
Jumlah 2004 Rata-rata 50.10 L Ob 0.1514
SD 12.5 L Tb 0.163 Keterangan :
N = 40 Rerata ( X ) = 50.10 S = 12.5 Dari tabel di atas, diperoleh nilai L0 = 0.1514 dengan n = 40 dan taraf
signifikansi α = 0.01 dari daftar nilai L untuk Uji Lilliefors didapat Ltabel = 0,1630 dengan demikian berarti H0 diterima, karena L0 lebih kecil dari
Ltabel (0.1514 < 0.1630) Kesimpulan : Data berdistribusi normal LAMPIRAN 11
Uji Homogenitas Varians
Penelitian ini melakukan uji homogenitas varians dengan uji
homogenitas empat kelompok sel rancangan eksperimen (A1B1, A1B2,
A2B1, dan A2B2).
Pengujian homogenitas varians antara empat kelompok data
penelitian dilakukan dengan uji Bartlet yang langkahnya sebagai berikut:
1) Merumuskan hipotesis yang diuji yaitu:
176
Ho: σ2 A1B1 = σ2 A1B2 = σ2 A2B1 = σ2 A2B2
H1 : paling sedikit suatu tanda samadengan (=) tidak
berlaku
2) Kriteria pengujiannya adalah :
Terima Ho jika X2 hitung < X2 Tabel
Tolak Ho jika X2 hitung > X2 Tabel
3) Menyusun satuan-satuan yang diperlukan dalam pengujuan
Bartlet seperti terlihat pada tabel berikut:
Tabel Harga-harga yang Perlu Untuk Uji Homogenitas
no A1B1(x1) X11
A1B2 (x2) X2
2 A2B1(x3) X32
A2B2 (x4) X4
2
1 61 3743 39 1534 37 1372 53 2819 2 60 3609 38 1456 34 1186 51 2608 3 61 3673 39 1513 36 1331 53 2795 4 67 4528 38 1433 36 1297 56 3151 5 69 4826 35 1236 40 1607 37 1386 6 67 4467 38 1480 37 1395 47 2192 7 67 4499 30 876 41 1646 51 2614 8 70 4954 44 1904 61 3717 67 4435 9 69 4728 48 2351 48 2326 58 3395
10 71 4971 45 1985 44 1898 60 3595 jumlah 662 43999 394 15768 415 17774 533 28991 rerata 66 4400 39 1577 41 1777 53 2899stdev 4.08 5.23 7.98 7.91
X1= ( ) ( )( ) 4.19
901746
90 438244 -439990
110 10 662 - 43999 10 S
221 ===
−=
X2= ( ) ( )( ) 15.27
902444
90 -157680
110 10 394 - 15768 10 S
222 ===
−=
X3= ( ) ( )( ) 28.61
905515
90 172225 - 177740
110 10 415 - 17774 10 S
233 ===
−=
X4= ( ) ( )( ) 68.64
905821
90 - 289910
110 10 533 - 28991 10 S
224 ===
−=
Tabel Harga-Harga yang Perlu untuk Uji Bartlet
177
Kelompok Dk 1/dk Si² Log Si²
dk (Log Si²) dk ( Si²)
A1B1 9 0,11 19.4 1.2878 11.5902 174.6 A1B2 9 0,11 27.15 1.4338 12.9042 244.35 A2B1 9 0,11 61.28 1.7873 16.0857 551.52 A2B2 9 0,11 64.68 1.8108 16.2972 582.12
Jumlah 36 56.8773 1552.59
4) Menghitung varians gabungan
S2gab =
( )( )
( ) ( ) ( ) ( ) 9999
64.68 9 61.28 9 27.15 9 19.4 91 - niSi 1 - ni 2
++++++
=∑∑
= 43.13 36
1552.59 36
12.58252.5515.2446.174==
+++
log S2 = log 43.13 = 1.6348
5) menghitung harga satuan Bartlet dengan rumus :
B = (logS2) ∑ (ni – 1)
= 1.6348x 36 = 58.8528
6) menghitung nilai chi kuadrat (X2)
Xhitung = (In 10) {B - ∑ (ni – 1) log S2}
= (2,3026) {58.8528– 56.8773} = 4.549
Dengan derajat kebebasan (dk) = 3 pada taraf signifikansi α = 0,01
diperoleh X2tabel = 11.341
X2hitung = 4.549
X2tabel = 11.341
X2h < X2
t Homogen
Keputusan : Ho diterima (X2hitung < X2tabel atau 4.549 < 11.341)
Kesimpulan : data dari empat kelompok yang diuji adalah
homogen.
178
LAMPIRAN 12
B. Pengujian Hipotesis
Analisis dilakukan untuk mengetahui pengaruh utama (main
effects) dan pengaruh interaksi (interaction effects). Pengaruh interaksi
yaitu pengaruh metode latihan dan tingkat intelegensi terhadap
keterampilan teknik dasar sepakbola atlet SSB PSTS Tabing.
1. Rumusan Hipotesis yang Diuji
a. H0 : μ N A1 = μ A2
H1 : μ A1 < μ A2
179
b. H0 : A x B = 0
H1 : A x B ≠ 0
2. Kriteria Pengujian
Terima H0 jika Fhitung ≤ Ftabel
Tolak H0 jika Fhitung ≥ Ftabel
3. Langkah-langkah perhitungan yang dilakukan sebagai berikut :
a. Menghitung Skor Deskripsi Data
Met. Latihan
Tingkat intelegensi
Rangkaian Latihan
(A1)
Rangkaian Bermain
(A2) ∑b
Tinggi (B1) n1 = 10 ∑X1 = 662 ∑ 2
1X = 43999 1X = 66
n2 = 10 ∑X2 = 415 ∑ 2
2X = 17774 2X = 41
nb1 = 20 ∑Xb1 = 1077 ∑ 2
2Xb = 61772
1bX = 54
Rendah (B2) n3 = 10 ∑X3 = 394 ∑ 2
3X = 15768
3X = 39
N4 = 10 ∑X4 = 533 ∑ 2
4X = 28991 4X = 53
nb2 = 20 ∑Xb2 = 927 ∑ 2
2Xb = 44759
2bX = 46
∑K nk1 = 20 ∑Xk1 = 1056 ∑ 2
1Xk = 59766
1kX = 53
nk2 = 20 ∑Xk2 = 948 ∑ 2
2Xk = 46765
2kX = 47
nt = 40 ∑Xt = 2004 ∑ 2Xt = 106531
tX = 50
b. Menghitung Jumlah Kuadrat (JK)
1) Total Reduksi/Dikoreksi
JKTR = ∑Xt2 - ( )
ntXt 2∑
= 106531 - ( ) 6130.6 100400.4 - 106531 40
2004 2
==
2) Antar Kelompok
180
JKA = ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
nt Xt
nX
nX
nX
n
X 2
4
24
3
23
2
22
1
21 ∑∑∑∑∑ −+++
= ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) 40
200410
53310
39410
415 10
662 22222
−+++
= 43824.4 + 17222.5+ 15523.6+ 28408.9 –100400.4
= 4579
a. Jumlah kuadrat antar baris
JKA(b) = ( ) ( ) ( )
ntXt
nbXb
nbXb 2
2
22
1
21 ∑∑∑ −+
= ( ) ( ) ( )40
200420
92720
1077 222
−+
= 57996.45+42966.45– 100400.4
= 562.5
b. Jumlah kuadrat antar kolom
JKA(K) = ( ) ( ) ( )
ntXt
nkXk
nkXk 2
2
22
1
21 ∑∑∑ −+
= ( ) ( ) ( )40
200420
94820
1056 222
−+
= 55756.8 +44935.2– 100400.4
= 291.6
c. Jumlah kuadrat interaksi (kolom x baris)
JKA(i) = JKA – JKA(b) – JKA(K)
= 4579– 562.5– 291.6
= 3724.9
3) Dalam Kelompok
JKTR = JKA – JKD
JKD = JKTR – JKA
= 6130.6 – 4579
181
= 1551.6
4. Menghitung dk untuk:
a) Dk kolom = k-1 = (2-1) = 1
b) Dk baris = b-1 = (2-1) = 1
c) Dk interaksi = dk baris x dk kolom = 1 x 1 = 1
d) Dk dalam = (N-k.b) = (40 – 2.2) = 36
e) Dk total = (N-1) = 40 – 1 = 39
5. Mengitung Mean Kuadrat (MK); masing-masing JK dibagi dengan
dk- nya
a) MKkol = 291.6:1 = 291.6
b) MKbar = 562.5:1 =562.5
c) MKint = 3724.9:1 = 3724.9
d) MKdal = 1551.6: 36 = 43.1
6. Menghitung harga Fhkol, Fhbar, Fhint dengan cara membagi dengan
MKdal = 43.1
a) Fhkol = 291.6: 43.1= 6.76
b) Fhbar = 562.5: 43.1= 13.08
c) Fhint = 3724.9: 43.1= 86.63
7. Menyusun Tabel ANAVA Dua Jalur
Sumber Varians JK dK
RJK =
Fh =
Ft (α = 0,05)
Antar metode latihan (A)
291.6 1 291.6 6.76* 4,11
Antar Tingkat intelegensi (B)
562.5 1 562.5 13.08* 4,11
dKJK
RJKDRJK
182
Interaksi (A x B) 3724.9 1 3724.9 86.63* 4,11
Dalam Kelompok 1551.6 36 43.1 - -
Total Direduksi 6130.6 39 - - -
Keterangan : JK : Jumlah kuadrat dk : Derajat kebebasan RJK : Rata-rata jumlah kuadrat RJKD : Rata-rata jumlah kuadrat dalam Fh : Fhitung Ft : Ftabel * : Signifikan
8. Keputusan a. Terima Hipotesis alternatif (Ha) karena Fh > Ft b. Terima Hipotesis nol (H0) karena Fh < Ft
9. Kesimpulan a. Terdapat perbedaan yang signifikan, keterampilan teknik dasar
sepakbola sampel antara yang dilatih dengan rangkaian latihan dengan yang dilatih dengan rangkaian bermain. (Fh >Ft 6.76 > 4.11).
b. Terdapat perbedaan yang signifikan, keterampilan teknik dasar sepakbola sampel yang dilatih dengan tingkat intelegensi tinggi dan intelegensi rendah. (Fh > Ft 13.08> 4.11).
c. Terdapat interaksi antara metode latihan dengan tingkat intelegensi terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola (Fh > Ft 86.63 > 4.11).
LAMPIRAN 13
C. Perhitungan Uji Lanjut Anava Pengujian tahap lanjut Anava digunakan Uji Tukey untuk menguji
signifikansi perbedaan antara dua rerata yang dipasangkan. Langkah-
langkah yang dilakukan adalah :
1. Merumuskan hipotesis yang diuji
a. H0 : μ A1 = μ A2
183
H1 : μ A1 < μ A2
b. H0 : μ A1B1 = μ A2B1
H1 : μ A1B1 <μ A2B1
c. H0 : μ A1B2 = μ A2B2
H1 : μ A1B2 > μ A2B2
2. Menghitung perbedaan rerata absolut antar kelompok sampel yang
dipasangkan, yaitu:
a. Antara kelompok A1 dengan A2, selanjutnya disebut Q1
b. Antara kelompok A1B1 dengan A2B1, selanjutnya disebut Q2
c. Antara kelompok A1B2 dengan A2B2, selanjutnya Q3
3. Rumus yang digunakan
nn
RKDXj - Xi Q =
Keterangan ;
Q : Angka Tukey
Xi : Rata-rata kelompok ke-i
Xj : Rata-rata kelompok ke-j
n : Banyak data tiap kelompok
RKD : Rata-rata kuadrat dalam
Perhitungan adalah sebagai berikut :
08.210
1.43==
nRKD untuk kelompok dengan n = 10
47.120
1.43==
nRKD untuk kelompok dengan n = 20
Q1 = 92.1247.1
4766=
−
Q2 = 98.1208.2
3966=
−
Q3 = 73.608.2
3953=
−
184
4. Menetapkan kriteria pengujian, yaitu :
a. Terima H0 jika Qh ≤ Qt
b. Tolak H0 jika Qh ≥ Qt
Berdasarkan tabel nilai rentang student pada taraf signifikansi α =
0,05 diperoleh harga Qt untuk derajat kebebasan (db) = 2;20
adalah 2,950 dan untuk derajat kebebasan (db) = 4;36 diperoleh Qt
= 3,131
5. Keputusan
a. Tolak Ha yang menyatakan : μ A1 < μ A2
b. Tolak Ha yang menyatakan : μ A1B1 < μ A2B1
c. Tolak Ha yang menyatakan : μ A1B2 > μ A2B2
6. Kesimpulan
a. μ A1 > μ A2 (Qh = 12.92 > Qt = 2,950)
b. μ A1B1 > μ A2B1 (Qh = 12.98 > Qt = 2,950)
c. μ A1B2 < μ A2B2 (Qh = 6.73 > Qt = 3,131)
172
LAMPIRAN 8 Analisis Deskripsi Data Penelitian
Data deskripsi yang ditampilkan dalam penelitian ini adalah
perhitungan ukuran tendensi sentral (mean), standar deviasi, penyajian
dalam bentuk distribusi frekuensi serta perhitungan modus dan median.
Untuk rata-rata, standar deviasi, modus dan median dari hasil penelitian
digunakan rumus sebagai berikut:
1. Rata-rata (mean) :
2. Standar Deviasi :
3. Modus :
4. Median :
Keterangan :
Σxi : Jumlah skor ke-i sampel ke-n
n : Jumlah sampel (banyak data)
b : Batas bawah kelas modus
p : Panjang kelas interval
b1 : Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval dengan
data kelas yang lebih kecil sebelum tanda kelas modus
b2 : Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval dengan
tanda kelas yang lebih besar sebelum tanda kelas modus
F : Jumlah semua frekuensi sebelum kelas median
F : Frekuensi kelas median
173
Penyajian data dalam distribusi frekuensi dengan panjang kelas
yang sama dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan rentang, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil.
2. Menentukan banyak kelas interval (K) yang diperlukan dengan
mengagunakan aturan Sturges yang menentukan banyak kelas (K) =
1 + 3,3 log n.
3. Menentukan panjang kelas interval (p), dengan menggunkan rumus:
P Rentang
Banyak kelas
Berdasarkan analisis data terhadap delapan kelompok data melalui
penggunaan “program excel dengan fungsi statistik”, diperoleh deskripsi
data seperti tabel berikut:
Tabel Deskripsi Delapan Kelompok Data yang Terdiri dari Rerata, Standar Deviasi, Skor Minimum, dan Maksimum
Kelompok
Data N Minimum Maksimum Mean SD
Kelompok A1
Kelompok A2
Kelompok B1
Kelompok B2
Kelompok A1B1
Kelompok A1B2
Kelompok A2B1
Kelompok A2B2
20
20
20
20
10
10
10
10
30
34
34
30
60
30
34
37
71
67
71
67
71
48
61
67
53
47
54
46
66
39
41
53
14.50
9.84
14.11
9.68
4.08
5.23
7.98
7.91
174
LAMPIRAN 9
Deskripsi Data Hasil Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola
No A1 A2 B1 B2 A1B1 X12 A1B2 X2
2 A2B1 X32 A2B2 X4
2
1 30 34 34 30 60 3609 30 876 34 1186 37 1386
2 35 36 36 35 61 3673 35 1236 36 1297 47 2192
3 38 36 36 37 61 3743 38 1433 36 1331 51 2608
4 38 37 37 38 67 4467 38 1456 37 1372 51 2614
5 38 37 37 38 67 4499 38 1480 37 1395 53 2795
6 39 37 40 38 67 4528 39 1513 40 1607 53 2819
7 39 40 41 39 69 4728 39 1534 41 1646 56 3151
8 44 41 44 39 69 4826 44 1904 44 1898 58 3395
9 45 44 48 44 70 4954 45 1985 48 2326 60 3595
10 48 47 60 45 71 4971 48 2351 61 3717 67 4435
11 60 48 61 47
12 61 51 61 48
13 61 51 61 51
14 67 53 67 51
15 67 53 67 53
16 67 56 67 53
17 69 58 69 56
18 69 60 69 58
19 70 61 70 60
20 71 67 71 67
Jumlah 1056 948 1077 927 662 43999 394 15768 415 17774 533 28991
Rerata 53 47 54 46 66 4400 39 1577 41 1777 53 2899
SD 14.50 9.84 14.11 9.68 4.08 531.2 5.23 412.5 7.98 761.2 7.91 824.9
Max 71 67 71 67 71 4971 48 2351 61 3717 67 4435
Min 30 34 34 30 60 3609 30 876 34 1186 37 1386
Range 41 32 36 37 10 1362 19 1475 27 2531 29 3048
175
LAMPIRAN 10 A. Uji Persyaratan ANAVA
1. Uji Normalitas Pengujian normalitas tingkat intelegensi pada penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan Uji Lilliefors. Hasil uji normalitas
dari hasil keterampilan teknik dasar sepakbola dengan empat item
rangkaian test yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Normalitas Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola
No Xuf fk z Luas z F(z) S(z) [F(z)-S(z)] 1 30 1 -1.64 0.4495 0.0505 0.0250 0.0255 2 34 2 -1.25 0.3944 0.1056 0.0500 0.0556 3 35 3 -1.19 0.3930 0.1070 0.0750 0.0320 4 36 5 -1.12 0.3686 0.1314 0.1250 0.0064 5 36 5 -1.09 0.3621 0.1379 0.1250 0.0129 6 37 8 -1.04 0.3508 0.1492 0.2000 0.0508 7 37 8 -1.03 0.3485 0.1515 0.2000 0.0485 8 37 8 -1.02 0.3461 0.1539 0.2000 0.0461 9 38 11 -0.98 0.3365 0.1635 0.2750 0.1115 10 38 11 -0.95 0.3289 0.1711 0.2750 0.1039 11 38 11 -0.93 0.3238 0.1762 0.2750 0.0988 12 39 13 -0.89 0.3133 0.1867 0.3250 0.1383 13 39 13 -0.87 0.3078 0.1922 0.3250 0.1328 14 40 14 -0.80 0.2881 0.2119 0.3500 0.1381 15 41 15 -0.76 0.2764 0.2236 0.3750 0.1514 16 44 17 -0.52 0.1985 0.3015 0.4250 0.1235 17 44 17 -0.52 0.1985 0.3015 0.4250 0.1235 18 45 18 -0.44 0.1700 0.3300 0.4500 0.1200 19 47 19 -0.26 0.1026 0.3974 0.4750 0.0776 20 48 21 -0.15 0.0596 0.4404 0.5250 0.0846 21 48 21 -0.13 0.0517 0.4483 0.5250 0.0767 22 51 23 0.08 0.0319 0.5319 0.5750 0.0431 23 51 23 0.08 0.0319 0.5319 0.5750 0.0431 24 53 25 0.22 0.0871 0.5871 0.6250 0.0379 25 53 25 0.24 0.0948 0.5948 0.6250 0.0302 26 56 26 0.48 0.1844 0.6844 0.6500 0.0344
176
27 58 27 0.65 0.2422 0.7422 0.6750 0.0672 28 60 29 0.79 0.2852 0.7852 0.7250 0.0602 29 60 29 0.80 0.2881 0.7881 0.7250 0.0631 30 61 32 0.84 0.2995 0.7995 0.8000 0.0005 31 61 32 0.87 0.3078 0.8078 0.8000 0.0078 32 61 32 0.88 0.3106 0.8106 0.8000 0.0106 33 67 36 1.32 0.4066 0.9066 0.9000 0.0066 34 67 36 1.34 0.4099 0.9099 0.9000 0.0099 35 67 36 1.35 0.4115 0.9115 0.9000 0.0115 36 67 36 1.37 0.4147 0.9147 0.9000 0.0147 37 69 38 1.49 0.4319 0.9319 0.9500 0.0181 38 69 38 1.55 0.4394 0.9394 0.9500 0.0106 39 70 39 1.62 0.4474 0.9474 0.9750 0.0276 40 71 40 1.63 0.4484 0.9484 1.0000 0.0516
Jumlah 2004 Rata-rata 50.10 L Ob 0.1514
SD 12.5 L Tb 0.163 Keterangan :
N = 40 Rerata ( X ) = 50.10 S = 12.5 Dari tabel di atas, diperoleh nilai L0 = 0.1514 dengan n = 40 dan taraf
signifikansi α = 0.01 dari daftar nilai L untuk Uji Lilliefors didapat Ltabel = 0,1630 dengan demikian berarti H0 diterima, karena L0 lebih kecil dari
Ltabel (0.1514 < 0.1630) Kesimpulan : Data berdistribusi normal
177
Normalitas Kelompok A1B1
No Xuf fk z Luas z F(z) S(z) [F(z)-S(z)] 1 60 1 -1.53 0.4370 0.0630 0.1000 0.0370 2 61 3 -1.28 0.3997 0.1003 0.3000 0.1997 3 61 3 -1.28 0.3997 0.1003 0.3000 0.1997 4 67 6 0.20 0.0793 0.5793 0.6000 0.0207 5 67 6 0.20 0.0793 0.5793 0.6000 0.0207 6 67 6 0.20 0.0793 0.5793 0.6000 0.0207 7 69 8 0.69 0.2549 0.7549 0.8000 0.0451 8 69 8 0.69 0.2549 0.7549 0.8000 0.0451 9 70 9 0.94 0.3264 0.8264 0.9000 0.0736 10 71 10 1.19 0.3830 0.8830 1.0000 0.1170
Jumlah 662 Rata-rata 66.20 L Ob 0.1997
SD 4.05 L Tb 0.258
Kesimpulan: Lo (0.1997) < lt (0.258) Dengan demikian data berasal
dari populasi distribusi normal
Normalitas Kelompok A1B2
No Xuf fk z Luas z F(z) S(z) [F(z)-S(z)] 1 30 1 -1.82 0.4656 0.0344 0.1000 0.0656 2 35 2 -0.85 0.3023 0.1977 0.2000 0.0023 3 38 5 -0.27 0.1064 0.3936 0.5000 0.1064 4 38 5 -0.27 0.1064 0.3936 0.5000 0.1064 5 38 5 -0.27 0.1064 0.3936 0.5000 0.1064 6 39 7 -0.08 0.0319 0.4681 0.7000 0.2319 7 39 7 -0.08 0.0319 0.4681 0.7000 0.2319 8 44 8 0.89 0.3133 0.8133 0.8000 0.0133 9 45 9 1.08 0.3599 0.8599 0.9000 0.0401
10 48 10 1.66 0.4515 0.9515 1.0000 0.0485 Jumlah 394 Rata-rata 39.40 L Ob 0.2319 SD 5.17 L Tb 0.258
Kesimpulan: Lo (0.2319) < lt (0.258) Dengan demikian data berasal
dari populasi distribusi normal
178
Normalitas Kelompok A2B1
No Xuf fk z Luas z F(z) S(z) [F(z)-S(z)] 1 34 1 -0.92 0.3212 0.1788 0.1000 0.0788 2 36 3 -0.67 0.2486 0.2514 0.3000 0.0486 3 36 3 -0.67 0.2486 0.2514 0.3000 0.0486 4 37 5 -0.54 0.2054 0.2946 0.5000 0.2054 5 37 5 -0.54 0.2054 0.2946 0.5000 0.2054 6 40 6 -0.17 0.0675 0.4325 0.6000 0.1675 7 41 7 -0.05 0.0199 0.4801 0.7000 0.2199 8 44 8 0.32 0.1255 0.6255 0.8000 0.1745 9 48 9 0.82 0.2939 0.7939 0.9000 0.1061
10 61 10 2.42 0.4922 0.9922 1.0000 0.0078 Jumlah 414
Rata-rata 41.40 L Ob 0.2199 SD 8.09 L Tb 0.258
Kesimpulan: Lo (0.2199) < lt (0.258) Dengan demikian data berasal
dari populasi distribusi normal
Normalitas Kelompok A2B2
No Xuf fk z Luas z F(z) S(z) [F(z)-S(z)] 1 37 1 -2.03 0.4788 0.0212 0.1000 0.0788 2 47 2 -0.82 0.2939 0.2061 0.2000 0.0061 3 51 4 -0.28 0.1103 0.3897 0.4000 0.0103 4 51 4 -0.28 0.1103 0.3897 0.4000 0.0103 5 53 6 -0.06 0.0239 0.4761 0.6000 0.1239 6 53 6 -0.03 0.0120 0.4880 0.6000 0.1120 7 56 7 0.36 0.1406 0.6406 0.7000 0.0594 8 58 8 0.62 0.2324 0.7324 0.8000 0.0676 9 60 9 0.84 0.2995 0.7995 0.9000 0.1005
10 67 10 1.68 0.4535 0.9535 1.0000 0.0465 Jumlah 533
Rata-rata 53.32 L Ob 0.1239 SD 7.91 L Tb 0.258
Kesimpulan: Lo (0.1239) < lt (0.258) Dengan demikian data berasal
dari populasi distribusi normal
179
LAMPIRAN 11
Uji Homogenitas Varians
Penelitian ini melakukan uji homogenitas varians dengan uji
homogenitas empat kelompok sel rancangan eksperimen (A1B1, A1B2,
A2B1, dan A2B2).
Pengujian homogenitas varians antara empat kelompok data
penelitian dilakukan dengan uji Bartlet yang langkahnya sebagai berikut:
1) Merumuskan hipotesis yang diuji yaitu:
Ho: σ2 A1B1 = σ2 A1B2 = σ2 A2B1 = σ2 A2B2
H1 : paling sedikit suatu tanda samadengan (=) tidak
berlaku
2) Kriteria pengujiannya adalah :
Terima Ho jika X2 hitung < X2 Tabel
Tolak Ho jika X2 hitung > X2 Tabel
3) Menyusun satuan-satuan yang diperlukan dalam pengujuan
Bartlet seperti terlihat pada tabel berikut:
Tabel Harga-harga yang Perlu Untuk Uji Homogenitas
no A1B1(x1) X11
A1B2 (x2) X2
2 A2B1(x3) X32
A2B2 (x4) X4
2
1 61 3743 39 1534 37 1372 53 2819 2 60 3609 38 1456 34 1186 51 2608 3 61 3673 39 1513 36 1331 53 2795 4 67 4528 38 1433 36 1297 56 3151 5 69 4826 35 1236 40 1607 37 1386 6 67 4467 38 1480 37 1395 47 2192 7 67 4499 30 876 41 1646 51 2614 8 70 4954 44 1904 61 3717 67 4435 9 69 4728 48 2351 48 2326 58 3395
10 71 4971 45 1985 44 1898 60 3595 jumlah 662 43999 394 15768 415 17774 533 28991 rerata 66 4400 39 1577 41 1777 53 2899 stdev 4.08 5.23 7.98 7.91
180
X1= ( ) ( )( ) 4.19
901746
90 438244 -439990
110 10 662 - 43999 10 S
221 ===
−=
X2= ( ) ( )( ) 15.27
902444
90 155236 -157680
110 10 394 - 15768 10 S
222 ===
−=
X3= ( ) ( )
( ) 28.6190
551590
172225 - 177740110 10
415 - 17774 10 S2
33 ===
−=
X4= ( ) ( )( ) 68.64
905821
90 284089- 289910
110 10 533 - 28991 10 S
224 ===
−=
Tabel Harga-Harga yang Perlu untuk Uji Bartlet
Kelompok Dk 1/dk Si² Log Si²
dk (Log Si²) dk ( Si²)
A1B1 9 0,11 19.4 1.2878 11.5902 174.6 A1B2 9 0,11 27.15 1.4338 12.9042 244.35 A2B1 9 0,11 61.28 1.7873 16.0857 551.52 A2B2 9 0,11 64.68 1.8108 16.2972 582.12
Jumlah 36 56.8773 1552.59
4) Menghitung varians gabungan
S2gab =
( )( )
( ) ( ) ( ) ( ) 9999
64.68 9 61.28 9 27.15 9 19.4 91 - niSi 1 - ni 2
++++++
=∑∑
= 43.13 36
1552.59 36
12.58252.5515.2446.174==
+++
log S2 = log 43.13 = 1.6348
5) menghitung harga satuan Bartlet dengan rumus :
B = (logS2) ∑ (ni – 1)
= 1.6348x 36 = 58.8528
6) menghitung nilai chi kuadrat (X2)
Xhitung = (In 10) {B - ∑ (ni – 1) log S2}
= (2,3026) {58.8528– 56.8773} = 4.549
181
Dengan derajat kebebasan (dk) = 3 pada taraf signifikansi α = 0,01
diperoleh X2tabel = 11.341
X2hitung = 4.549
X2tabel = 11.341
X2h < X2
t Homogen
Keputusan : Ho diterima (X2hitung < X2tabel atau 4.549 < 11.341)
Kesimpulan : data dari empat kelompok yang diuji adalah
homogen.
182
LAMPIRAN 12
B. Pengujian Hipotesis
Analisis dilakukan untuk mengetahui pengaruh utama (main
effects) dan pengaruh interaksi (interaction effects). Pengaruh interaksi
yaitu pengaruh metode latihan dan tingkat intelegensi terhadap
keterampilan teknik dasar sepakbola atlet SSB PSTS Tabing.
1. Rumusan Hipotesis yang Diuji
a. H0 : μ N A1 = μ A2
H1 : μ A1 < μ A2
b. H0 : A x B = 0
H1 : A x B ≠ 0
2. Kriteria Pengujian
Terima H0 jika Fhitung ≤ Ftabel
Tolak H0 jika Fhitung ≥ Ftabel
3. Langkah-langkah perhitungan yang dilakukan sebagai berikut :
a. Menghitung Skor Deskripsi Data
Met. Latihan
Tingkat intelegensi
Rangkaian Latihan
(A1)
Rangkaian Bermain
(A2) ∑b
Tinggi (B1) n1 = 10 ∑X1 = 662 ∑ 2
1X = 43999 1X = 66
n2 = 10 ∑X2 = 415 ∑ 2
2X = 17774 2X = 41
nb1 = 20 ∑Xb1 = 1077 ∑ 2
2Xb = 61772
1bX = 54
Rendah (B2) n3 = 10 ∑X3 = 394 ∑ 2
3X = 15768
3X = 39
N4 = 10 ∑X4 = 533 ∑ 2
4X = 28991 4X = 53
nb2 = 20 ∑Xb2 = 927 ∑ 2
2Xb = 44759
2bX = 46
∑K nk1 = 20 ∑Xk1 = 1056 ∑ 2
1Xk = 59766
1kX = 53
nk2 = 20 ∑Xk2 = 948 ∑ 2
2Xk = 46765
2kX = 47
nt = 40 ∑Xt = 2004 ∑ 2Xt = 106531
tX = 50
183
b. Menghitung Jumlah Kuadrat (JK)
1) Total Reduksi/Dikoreksi
JKTR = ∑Xt2 - ( )
ntXt 2∑
= 106531 - ( ) 6130.6 100400.4 - 106531 40
2004 2
==
2) Antar Kelompok
JKA = ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
nt Xt
nX
nX
nX
n
X 2
4
24
3
23
2
22
1
21 ∑∑∑∑∑ −+++
= ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) 40
200410
53310
39410
415 10
662 22222
−+++
= 43824.4 + 17222.5+ 15523.6+ 28408.9 –100400.4
= 4579
a. Jumlah kuadrat antar baris
JKA(b) = ( ) ( ) ( )
ntXt
nbXb
nbXb 2
2
22
1
21 ∑∑∑ −+
= ( ) ( ) ( )40
200420
92720
1077 222
−+
= 57996.45+42966.45– 100400.4
= 562.5
b. Jumlah kuadrat antar kolom
JKA(K) = ( ) ( ) ( )
ntXt
nkXk
nkXk 2
2
22
1
21 ∑∑∑ −+
= ( ) ( ) ( )40
200420
94820
1056 222
−+
= 55756.8 +44935.2– 100400.4
= 291.6
184
c. Jumlah kuadrat interaksi (kolom x baris)
JKA(i) = JKA – JKA(b) – JKA(K)
= 4579– 562.5– 291.6
= 3724.9
3) Dalam Kelompok
JKTR = JKA – JKD
JKD = JKTR – JKA
= 6130.6 – 4579
= 1551.6
4. Menghitung dk untuk:
a) Dk kolom = k-1 = (2-1) = 1
b) Dk baris = b-1 = (2-1) = 1
c) Dk interaksi = dk baris x dk kolom = 1 x 1 = 1
d) Dk dalam = (N-k.b) = (40 – 2.2) = 36
e) Dk total = (N-1) = 40 – 1 = 39
5. Mengitung Mean Kuadrat (MK); masing-masing JK dibagi dengan
dk- nya
a) MKkol = 291.6:1 = 291.6
b) MKbar = 562.5:1 =562.5
c) MKint = 3724.9:1 = 3724.9
d) MKdal = 1551.6: 36 = 43.1
6. Menghitung harga Fhkol, Fhbar, Fhint dengan cara membagi dengan
MKdal = 43.1
a) Fhkol = 291.6: 43.1= 6.76
b) Fhbar = 562.5: 43.1= 13.08
c) Fhint = 3724.9: 43.1= 86.63
185
7. Menyusun Tabel ANAVA Dua Jalur
Sumber Varians JK dK
RJK =
Fh =
Ft (α = 0,05)
Antar metode latihan (A)
291.6 1 291.6 6.76* 4,11
Antar Tingkat intelegensi (B)
562.5 1 562.5 13.08* 4,11
Interaksi (A x B) 3724.9 1 3724.9 86.63* 4,11
Dalam Kelompok 1551.6 36 43.1 - -
Total Direduksi 6130.6 39 - - -
Keterangan : JK : Jumlah kuadrat dk : Derajat kebebasan RJK : Rata-rata jumlah kuadrat RJKD : Rata-rata jumlah kuadrat dalam Fh : Fhitung Ft : Ftabel * : Signifikan
8. Keputusan a. Terima Hipotesis alternatif (Ha) karena Fh > Ft b. Terima Hipotesis nol (H0) karena Fh < Ft
9. Kesimpulan a. Terdapat perbedaan yang signifikan, keterampilan teknik dasar
sepakbola sampel antara yang dilatih dengan rangkaian latihan dengan yang dilatih dengan rangkaian bermain. (Fh >Ft 6.76 > 4.11).
b. Terdapat perbedaan yang signifikan, keterampilan teknik dasar sepakbola sampel yang dilatih dengan tingkat intelegensi tinggi dan intelegensi rendah. (Fh > Ft 13.08> 4.11).
c. Terdapat interaksi antara metode latihan dengan tingkat intelegensi terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola (Fh > Ft 86.63 > 4.11).
dKJK
RJKDRJK
186
LAMPIRAN 13
C. Perhitungan Uji Lanjut Anava Pengujian tahap lanjut Anava digunakan Uji Tukey untuk menguji
signifikansi perbedaan antara dua rerata yang dipasangkan. Langkah-
langkah yang dilakukan adalah :
1. Merumuskan hipotesis yang diuji
a. H0 : μ A1 = μ A2
H1 : μ A1 < μ A2
b. H0 : μ A1B1 = μ A2B1
H1 : μ A1B1 <μ A2B1
c. H0 : μ A1B2 = μ A2B2
H1 : μ A1B2 > μ A2B2
2. Menghitung perbedaan rerata absolut antar kelompok sampel yang
dipasangkan, yaitu:
a. Antara kelompok A1 dengan A2, selanjutnya disebut Q1
b. Antara kelompok A1B1 dengan A2B1, selanjutnya disebut Q2
c. Antara kelompok A1B2 dengan A2B2, selanjutnya Q3
3. Rumus yang digunakan
nn
RKDXj - Xi Q =
Keterangan ;
Q : Angka Tukey
Xi : Rata-rata kelompok ke-i
Xj : Rata-rata kelompok ke-j
n : Banyak data tiap kelompok
RKD : Rata-rata kuadrat dalam
Perhitungan adalah sebagai berikut :
187
08.210
1.43==
nRKD untuk kelompok dengan n = 10
47.120
1.43==
nRKD untuk kelompok dengan n = 20
Q1 = 92.1247.1
4766=
−
Q2 = 98.1208.2
3966=
−
Q3 = 73.608.2
3953=
−
4. Menetapkan kriteria pengujian, yaitu :
a. Terima H0 jika Qh ≤ Qt
b. Tolak H0 jika Qh ≥ Qt
Berdasarkan tabel nilai rentang student pada taraf signifikansi α =
0,05 diperoleh harga Qt untuk derajat kebebasan (db) = 2;20
adalah 2,950 dan untuk derajat kebebasan (db) = 4;36 diperoleh Qt
= 3,131
5. Keputusan
a. Tolak Ha yang menyatakan : μ A1 < μ A2
b. Tolak Ha yang menyatakan : μ A1B1 < μ A2B1
c. Tolak Ha yang menyatakan : μ A1B2 > μ A2B2
6. Kesimpulan
a. μ A1 > μ A2 (Qh = 12.92 > Qt = 2,950)
b. μ A1B1 > μ A2B1 (Qh = 12.98 > Qt = 2,950)
c. μ A1B2 < μ A2B2 (Qh = 6.73 > Qt = 3,131)
Top Related