Teori Inteligensi _kelas a _WiLDAN
Transcript of Teori Inteligensi _kelas a _WiLDAN
TEORI-TEORI INTELEGENSI
1. FRANK S FREEMAN
An aptitude is a combination characteristics indicative an individual’s
capacity to acquire (with training) some specific knowledge, skill, or set of
organized responses, such as the ability to speak a language, to become a
musician, to do mechanical work (1976).
Kecerdasan merupakan :
1. Kemampuan adaptasi atau penyesuaian, yakni kemampuan seseorang untuk
menyesuaikan dengan alam sekitar.
2. Kemampuan belajar, the ability to learn "Intelligence is the learning ability".
3. Kemampuan berpikir abstrak
2. FLYNN
Menurut James R. Flynn yang dikutip oleh Lawrence (1998)
mengungkapkan bahwa angka IQ telah meningkat lebih dari dua puluh poin
sejak pertama kali digunakan pada awal abad ini. Hal ini dimungkinkan
disebabkan oleh perubahan sikap orang tua dalam membesarkan anak
setelah Perang Dunia II.
Sejak abad kesembilan belas, sesaat setelah revolusi industri,
beberapa ahli psikometri dan pengguna tes menengarai adanya peningkatan
skor IQ populasi per tahun. Hal yang menarik adalah peningkatan ini ternyata
terjadi secara relatif konstan, yaitu 3 poin per dekade. Kendati telah
diketahui sejak lama, James R. Flynn adalah orang pertama yang
mengungkapkan hal ini secara sistematis, oleh karena itu fenomena ini
akhirnya dikenal dengan nama flynn effect sebagai penghargaan terhadap
nama penemunya (Board of Scientific Affairs of the American Psychological
Association, 1995; Plucker, 2003).
1
Flynn effect ditemui pada semua Negara industri, negara yang paling
sering melakukan pengukuran IQ sejak pertama kali dilakukan pengukuran
secara masal pada awal 1900an. Peningkatan ini sangat aneh dan
memancing diskusi karena kenaikan skor sebesar 5 sampai 6 poin per
dekade hanya terjadi pada alat tes IQ yang hanya mengukur aspek pattern
recognition dan spatial visualization (fluid intelligence, misalnya tes Raven
Progressive Matrix), namun tidak terjadi peningkatan skor pada aspek
vocabulary, general information dan arithmetic. Pada alat tes IQ seperti
Stanford Binet dan Wechsler yang mengukur aspek crystallized dan fluid
intelligence sekaligus, kenaikan skor berkisar setengahnya, yaitu 3 poin per
decade (Plucker, 2003).
Faktor-faktor yang (Diduga) Menyebabkan
Terjadinya Flynn Effect
Sampai saat ini, penyebab terjadinya flynn effect masih belum diketahui.
Bagaimanapun juga, sampai saat ini, ada beberapa hipotesis utama yang
dilontarkan sehubungan dengan penyebab terjadinya flynn effect (Board of
Scientific Affairs of the American Psychological Association, 1995; Plucker,
2003), yaitu:
1. Hipotesis pertama, perbedaan budaya antar-generasi. Kehidupan sehari-
hari yang makin kompleks (sebagaimana diungkapkan Kohn & Schooler
pada tahun 1973), perubahan lingkungan, kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi diduga menimbulkan kekompleksan berpikir yang
akhirnya didugamenyebabkan terjadinya peningkatan skor IQ.
2. Hipotesis kedua diungkapkan oleh Lynn pada tahun 1990. Lynn
menunjukkan bahwa peningkatan skor IQ terjadi bersamaan dengan
peningkatan gizi masyarakat yang terlihat dari peningkatan rata-rata
tinggi badan, yang pada gilirannya sangat memungkinkan diikuti oleh
perkembangan ukuran otak. Hal senada juga pernah diungkap oleh
Flynn. Flynn juga pernah menduga bahwa perbaikan gizi yang ditandai
dengan perkembangan tinggi badan berkaitan dengan peningkatan skor
IQ. Dugaan ini ditinggalkan karena flynn effect tetap terjadi pada
2
masyarakat yang sedang kekurangan gizi, asalkan tidak berada pada
tahap yang serius. Selain itu, ketika peningkatan tinggi badan terhenti,
flynn effect tetap berlangsung terus secara stabil.
3. Hipotesis ketiga mengulas definisi kecerdasan. Flynn sendiri meyakini
bahwa kecerdasan yang sebenarnya (the true intelligence) tidak
mungkin berkembang sebagaimana ditunjukkan oleh data yang ada.
Apabila hal ini memang terjadi (masyarakat memang semakin genius
masyarakat pasti tidak akan mengalami kembali masa renaissance
kebudayaan (Flynn, 1987, p.187, sitat dalam Board of Scientific Affairs of
the American Psychological Association, 1995). Oleh karena itu, Flynn
menduga bahwa yang mengalami peningkatan bukanlah kecerdasan itu
sendiri, melainkan hanya bagian kecil, yaitu kemampuan penyelesaian
masalah yang bersifat abstrak (abstract problem solving ability).
4. Hipotesis keempat memunculkan aspek test sophistication sebagai
penyebab. Peningkatan penguasaan teknik-teknik pengerjaan tes diduga
terkait dengan Flynn effect. Ternyata, lagi-lagi, hipotesis ini gugur
karena Raven menemukan bahwa peserta tes tetap bersungguh-
sungguh dalam pengerjaan tes.
5. Hipotesis berikutnya adalah pendidikan. Perlu diingat bahwa flynn effect
terjadi pada aspek-aspek yang tidak terkait dengan materi pelajaran di
sekolah. Justru ratarata pada aspek-aspek tersebut terkesan sama,
bahkan terkadang berkurang. Hal terpenting adalah, kesadaran dan
pengakuan bahwa peningkatan skor IQ menunjukkan bahwa peserta tes
telah mempelajari teknik-teknik penyelesaian tes dengan lebih baik. Di
sisi lain, tindakan terburu-buru meyakini bahwa flynn effect disebabkan
oleh peningkatan keterampilan bersekolah adalah sesuatu yang
mengada-ada dan tidak beralasan.
6. Hipotesis keenam menyatakan bahwa peningkatan kadar testosteron
sebagai akibat kinerja hormon DHEA dan melatonin. Sayangnya, tidak
banyak literature yang menanggapi hipotesis ini, sehingga tingkat
kebenarannya menjadi dipertanyakan. Jadi, pada akhirnya misteri
seputar penyebab terjadinya Flynn Effect belum terpecahkan.
Tempat-tempat Ditemukannya Flynn Effect
3
Berdasarkan penelitian Flynn pada tahun 1994, flynn effect sekurang-
kurangnya telah ditemui pada 21 negara, yaitu Amerika Serikat, Australia,
Austria, Belanda, Belgia, Brasil, Cina, Denmark, Inggris, Irlandia Utara, Israel,
Jepang, Jerman Barat, Jerman Timur, Kanada, Norwegia, Prancis, Selandia
Baru, Swedia, dan Swiss (Plucker, 2003).
Perlu diingat bahwa flynn effect terjadi pada aspek-aspek yang tidak
terkait dengan materi pelajaran di sekolah. Justru ratarata pada aspek-aspek
tersebut terkesan sama, bahkan terkadang berkurang.
Flynn Effect
Sekalipun telah muncul sekitar 20 tahun yang lalu, tidak semua orang
berpendapat sama tentang keberadaan flynn effect. Ada 3 pendapat yang
dilematis seputar keberadaan flynn effect (Neisser, 1999), yaitu:
1. Flynn effect sepenuhnya benar. Pendapat pertama memunculkan pemikiran
bahwa flynn effect memang nyata dan benar-benar terjadi. Golongan ini
meyakini bahwa IQ, yang sampai sekarang dianggap sebagai simbol
kecerdasan, pada tingkat populasi mengalami peningkatan. Problem yang
muncul adalah pendapat ini menyatakan bahwa masyarakat awam yang kita
temui sehari-hari di pasar, kantor, dan tempattempat lain pasti lebih cerdas
daripada tokoh-tokoh intelektual di masa lalu, seperti Albert Einstein, Isaac
Newton, John Stuart Mill, dan Sir Francis Galton (paling tidak pada aspek
kemampuan berpikir abstrak). Mengapa, karena setiap dekade terjadi
kenaikan skor IQ populasi sebesar 3 poin, berarti dalam 500 tahun telah
terjadi kenaikan skor IQ sebesar 150 poin, orang-orang yang dulu dianggap
jenius, sekarang bisa-bisa dianggap dungu dan bodoh. Apakah benar
demikian? Cara termudah untuk membuktikan hal ini adalah dengan
membandingkan kecepatan perkembangan anak (kognitif dan bahasa) antar-
dekade.
2. Flynn effect sebagian benar, sebagian artefak (buatan). Pendapat ini
terdengar lebih masuk akal, flynn effect tidak sepenuhnya terjadi secara
otomatis, sebagian terjadi karena kesengajaaan (buatan/usaha manusia).
Satu-satunya masalah adalah pendapat ini sepertinya dilontarkan secara
4
asal-asalan, tanpa dasar pemikiran yang jelas. Alasannya adalah peningkatan
skor IQ hanya terjadi pada aspek fluid intelligence, namun tidak ditemui pada
aspek crystallized intelligence. Apakah para ahli perkembangan dan
pendidikan anak memang hanya berniat meningkatkan fluid intelligence?
Flynn effect sama sekali salah, sepenuhnya adalah artefak. Adalah sesuatu
yang aneh tetapi nyata, bahwa Flynn sendiri berada pada posisi ini. Ia
berpendapat bahwa tidaklah mungkin kecerdasan manusia, yang
sebenarnya, mengalami peningkatan sedemikian rupa. Menurutnya, kenaikan
hanya terjadi pada aspek penyelesaian masalah yang bersifat abstrak.
Manusia yang hidup berabad-abad yang lalu tetap. sepintar dan secerdas
manusia sekarang, hanya saja mereka tidak memperoleh skor IQ yang sama
baik dengan manusia sekarang. Masalah utama dengan pendapat ini adalah
sampai sekarang masih belum diketahui cara untuk meningkatkan skor IQ
secara permanen. Proyek-proyek yang pernah dicobakan untuk
meningkatkan skor IQ sesaat setelah dilahirkan, seperti Abecdarian dan
Milwaukee tidak memberikan hasil yang memuaskan. Untuk meraih
peningkatan skor sebanyak 5 poin saja sudah merupakan sesuatu yang
meragukan. Apabila demikian, bagaimana mungkin kita berpendapat bahwa
flynn effect muncul karena kesengajaan. Peningkatan skor IQ yang drastik
tentu menjadi suatu fenomena yang menyenangkan. Itu menandakan bahwa
kita dapat menghasilkan anak-anak yang supercerdas. Sayangnya belum ada
penjelasan yang memadai seputar penyebab terjadinya flynn effect,
sehingga perjalanan mencari kebenaran flynn effect sepertinya masih jauh
dari berakhir. Selain pendapat-pendapat dilematis di atas, sebenarnya ada
beberapa alasan mengapa flynn effect perlu dibicarakan dan diteliti lebih
lanjut. Pertama, flynn effect merupakan suatu penemuan monumental.
Kedua, hal ini memberikan wacana baru seputar peran lingkungan dan
keturunan terhadap skor IQ dan kecerdasan. Mengapa? Karena sampai
sekarang belum ada teknik yang dapat meningkatkan inteligensi secara
signifikan, padahal flynn effect menunjukkan adanya peningkatan skor IQ
secara konstan sebesar 3 poin per dekade. Ketiga, diperlukannya
pertimbangan baru dalam mengategorikan skor IQ masyarakat. Pengabaian
terhadap dampak-dampak flynn effect dapat membuat individu yang
5
seharusnya tergolong memerlukan penanganan khusus menjadi terabaikan,
karena dianggap tergolong individu normal.
3. BALDWIN
Intelegensi adalah daya atau kemampuan untuk memahami (Azwar:
2008). Menurut fenomena yang dikenal sebagai efek Baldwin, karakteristik
yang dipelajari atau berkembang pada masa hidup menjadi tersandi secara
bertahap dalam genome dalam banyak generasi, karena organisme dengan
predisposisi lebih kuat untuk mendapatkan sifat memiliki keuntungan
selektif. Sepanjang generasi, jumlah paparan lingkungan yang diperlukan
untuk mengembangkan sifat menurun, dan akhirnya tidak ada paparan
lingkungan yang diperlukan – sifat ini tersandi secara genetis.
Sebuah contoh efek Baldwin adalah perkembangan kalus pada keel
dan strerna dari burung unta. Kalus dapat pada awalnya berkembang
sebagai respon pada abrasi dimana keel dan sterna menyentuh tanah saat
duduk. Seleksi alam lalu memilih individu yang dapat mengembangkan kalus
lebih cepat, hingga perkembangan kalus menjadi terpicu dalam janin dan
dapat terjadi tanpa rangsangan lingkungan. Paper PNAS menjelajahi akibat
dari mekanisme evolusi yang sama dapat secara genetik mengasimilasi sifat
dari bahasa _ sebuah teori yang telah diterima luas oleh mereka yang
percaya pada adanya gen bahasa.
Studi ini memodelkan cara dimana gen menyandikan sifat spesifik
bahasa yang dapat berevolusi bersama dengan bahasa itu sendiri. Kunci
penemuannya adalah kalau gen bahasa dapat berevolusi bersama hanya
dalam lingkungan linguistik yang sangat stabil; sebuah lingkungan linguistik
yang berubah dengan cepat tidak akan memberikan target stabil untuk
seleksi alam. Maka, biologi tidak dapat berevolusi bersama dengan sifat
bahasa yang bermula sebagai kesepakatan budaya belajar, karena
kesepakatan budaya berubah jauh lebih cepat dari gen.
6
4. V.A.C. HENMON
Menurut nya Intelegensi inteligensi terdiri atas dua macam faktor, yaitu :
a. Kemampuan untuk memperoleh pengetahuan
b. Pengetahuan yang telah diperoleh
5. DAVID WECHSLER
He defined intelligence as the aggregate, or global capacity to act
purposefully, to think rationally, and to deal effectively with his environment
which included the idea that intelligence is not a single capacity but a
multifaceted aggregate. http://www.whonamedit.com/doctor.cfm/767.html
(Inteligensi adalah kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk
bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional, serta menghadapi
lingkungannya dengan efektif)
6. ALFRED BINET & THEODORE SIMON
Menurut Binet, Intelegensi merupakan sisi tunggal dari karakteristik
yang terus berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang,
bersifat monogetik, yaitu berkembang dari satu faktor satuan atau umum.
Jadi untuk melihat apakah seseorang cukup intelijen atu tidak dapat diamati
dari cara kemampuannya untuk melakukan sustu tindakan dan
kemampuannya untuk mengubah arah tindakannya itu apabila perlu.
(Azwar :2008)
Inteligensi mempunyai 3 aspek kemampuan (dalam Sobur: 2003), yaitu:
a. Direction, yaitu kemampuan untuk memusatkan pada suatu masalah
yang harus dipecahkan.
b. Adagtation, yaitu kemapuan untuk menhdagakan adaptasi trgadapa
masalah yang dihadapinya atau fleskdibel dalam menghadapi
masalah.
7
c. Criticism. Yaitu kemampuan untuk mengkritik baik terhdap masalah
yang dihadapi maupun terhadap dirinya sendiri.
7. H.H. GODDARD
Mendefinisikan inteligensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman
seseorang untuk menyelesaikan masalah – masalah yang langsung dihadapi
dan untuk mengantisipasi masalah – masalah yang akan dating (dalam Azwar
: 2008).
8. HOWARD GARDNER
Mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan yang memungkinkan
individu memecahkan Masalah. Teorina disebut teory multiple Inteligence.
dalam teorinya ia mengemukakan sedikitnya ada tujuh jenis inteligensi yang
dimiliki manusia secara alami, diantaranya :
a. Inteligensi bahasa (verbal or linguistic intelligence) yaitu kemampuan
memanipulasi kata – kata didalam bentuk lisan atau tulisan. Misalnya
membuat puisi
b. Inteligensi matematika-logika (mathematical-logical) yaitu kemampuan
memanipulasi system-sistemangka dan konsep-konsep menurut logika.
Misalkan para ilmuwan bidang fisika, matematika
c. Inteligensi ruang (spatial intelligence) adalah kemampuan untuk melihat
dan memanipulasi pola-pola dan rancangan. Contohnya pelaut, insinyur
dan dokter bedah
d. Inteligensi musik (musical intelligence)adalah kemampuan memahami
dan memanipulasi konsep-konsep musik. Contohnya intonasi, irama,
harmoni
e. Inteligensi gerak-tubuh(bodily-kinesthetic intelligence)yakni kemampuan
untuk menggunakan tubuh dan gerak. Misalkan penari, atlet
8
f. Inteligensi intrapersonal yaitu kemampuan untuk memahami perasaan –
perasaan sendiri, refleksi, pengetahuan batin, dan filosofinya,contohnya
ahli sufi dan agamawan
http://97inc.site50.net/1_2_Artikel.html
9. GEORGE D. STODDARD
Mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan manusia untuk
menyelesaikan masalah yang bercirikan :
a. mengandung kesukaran
b. kompleks, yaitu mampu menyerap kemampuan baru yang sudah
dimiliki untuk menghadapi masalah
c. abstrak, yakni mengandung simbol – simbol yang memerlukan analisis
dan interpretasi
d. ekonomis, yaitu proses mental yang efisien dari penggunaan waktu
e. diarahkan pada suatu tujuan
f. memilik nilai-nilai sosial dan
g. berasal dari sumbernya, yaitu pola fikir yang membangkitkan
kreativitas untuk menciptakan sesuatu yang baru dan lain.
10. CHARLES SPEARMAN
Menurut Spearmen, intelegensi mengandung dua komponen kualitatif
yang penting. Yaitu :
a. Education of relation (edukasi relasi), yaitu kemampuan untuk
menemukan suatu hubungan dasar yang berlaku diantara dua hal. Misal
menghubungkan hubungan yang terdapat dalam dua kata “panjang-
pendek”
b. Education of correlates (edukasi korelasi) yaitu kemampuan untuk
menerapkan gubungan dasar yangtelah ditemukan dalam proses edukasi
relasi sebelumnya kedaan situasi baru. Misalnya, bila telah diketahui
9
bahwa hubungan “panjang” dan “pendek” dalam situasi pertanyaan
seperti “baik-….. ” tentu dapat dilakukan.
Dalam istilah modern apa ya dikonsepkan oleh Spearmen itu dapat
disebut sebagai proses encoding , prosespenyimpulan (inference) dan
aplikasi. Inilah proses penalaran yang dengan mengunakan analogi yang
menurut Spearmen merupakan salah satu indikator faktor g yang terbaik.
Disamping itu, Spearmen mengemukakan lima prinsip kuantitatif dalam
kognisi yaitu:
a. Energi mental. Setiap fikiran cenderung untuk menjaga total output
kognitif stimultannya dalam kuantitas yang tetap walau bagaimanapun
kualitatifnya.
b. Retentivity (kekuatan menyimpan). Terjadninya peristiwa kognitif
menimbulkan kecenderungan untuk terulang kembali.
c. Kelelahan. Terjadinya peristiwa kognitif menimbulkan kecenderungan
untuk melawan terulangnya peristiwa tersebut.
d. Kontrol konatif. Intensotas kognisi dapat dikendalikan oleh konasi
(motivasi)
e. Potensi Primordial. Setiap manifestasi dari keempat prinsif kuantitatif
terdahulu akan ditimbun diatas potensi awal indiviu yang bervariasi.
11. EDWARD LEE THORNDIKE
Intelegesi adalah kemampuan individu untuk memberikan respon yang
tepat terhadap stimulus yang diterimanya. Ia mengkalsifikasikan intelegensi
kedalam tiga bentuk kemampuan yaitu
a. Kemampuan abstrak. Yaitu kemampuan untuk bekerja dengan
menggunakan gagasan dan simbol-simbol.
b. Kemampuan mekanik, yaitu kemampua untuk bekerja dengna
menggunakan alat-alat mekanis dan kemampuan untuk melakukan
pekerjaan yang memerlukan aktivitas indera gerak (sensory motor)
c. Kemampuan social yaitu kemampuan untuk menghadapi orang disekitar
diri sendiri dengan cara-cara yang efektif.
10
Thorndike percaya bahwa tingkat intelegensi tergantung pada
banyaknya neural connection atau ikatan syaraf antara rangkain stimuluis
dan respon dikarenakan adanya penguatan (reinforcement) yang dialami
seseorang.
12. J.P. GUILFORD
Mengembangkan teori mengenai structur intellect (SI). Dalam model
struktur ini, Guilford berusahamenyertkan kategorisasi perbedaan individual
diberbagaifaktor kemampua mental dalam usahanya memahamai dan
menggambarkan proses-proses mental yang mendasari pernedaanindividual
tersebut.
Model SI dilustrasikan oleh Guiford dlam bentuk kubus atau kotakyang
berdimensi tigayang masing-masing mewakili satu klasifikasi faktor
intelektual yang bersesuaian satu sama lain. Tiap dimensi menggambarkan
jenis keunikan tersendiri dalam aktifitas mental atau pikiran (operation), isi
informasi (content), dan hasil informasi (product). Penjelasannya adalah
sebagai berikut :
a. Content (isi informasi)
Visual yaitu informasi – informasi yang muncul secara langsung dari
stimulasi yang diterina oleh mata.
Auditory yakni informasi – informasi yang muncul secara langsung dari
stimulasi yang diterina oleh system pendengaran (telinga)
Simbolic yaitu iem – item informasi yang tersusun urut bersamaan dengan
iem – iet yang lain. Misalnya sederet angka, huruf abjad dan kombinasinya
Sematic biasanya berhubungan dengan makna atau arti tetapi tidak
melekat pada symbol – symbol kata
Behavioral yakni item informasi mengenai keadaan mental dan perilaku
individuuang dipindahkan melaluyi tindakan dan bahasa tubuh.
b. Operation (aktivitas pikiran atau mental)
11
Cognition yaitu aktivitas mencari, menemukan, mengetahui dan
memahami informasi. Misalnya mengetahui makna kata “adil” atau
“krisis”
c. Product (bentuk informasi yang dihasilkan)
Unit yaitu suatu kesatuan yang memiliki suatu keunuikan didalam
kombinasi sifat dan atributnya, contoh bunyi musik,cetakan kata. Class
yakni sebuah konsep dibalik sekumpulan obyek yang serupa. Misalkan
bilangan genap dan ganjil. Relation yakni hubungan antara dua item.
Contoh dua orang yang memiliki huruf depan berurutan, Abi kawin
dengan Ani. Sistem yakni tiga item atau lebih berhubungan dalam suatu
susunan totalitas. Transformation yaitu setiap perubahan atau pergantian
item informasi. Implication yakni item informasi diusulkan oleh item
informasi yang sudah ada. Misalkan melihat 4X5 dan berpikir 20.
(http://97inc.site50.net/1_2_Artikel.html)
13. THURSTONE
Intelegensi merupakan sejumlah kemampuan mental primer.
Kemampuan mental dapat dikelompoklkna kedalam enam faktor, dan bahwa
intelegensi dapat diukur denan melihat sampel perilaku seseoang dalam
keenam bidang tersebut. Suatu perilaku inteligen menurut mereka adalah
gasil dari bekerjanya kemampouan mental tetentu yang menjadi dasar
performansi dalam tugas tertentu pula. Keenam faktor tersebut yaitu :
a. Verbal, yaitu pemahaman akan hubungan kata, kosakta, dan
pengguasaan komunikasi lisan
b. Number, yaitu kcermatan dan kecepatan dalam menggunakan fungsi-
fungsi gitung dasar
c. Spatial yaitu kemampuan untuk mengenali berbagai hubungan dalam
bentuk visual
12
d. Word fluency yaitu kemampuan untuk mencerna dengna cepat kata
tertentu.
e. Memory. Yaitu kemmpuan mengingat gambar, pesan, angka, kata dan
betuk pola
f. Reasoning. Yaitu kemampuan untuk mengambil kesimpulan dari beberapa
contoh, aturan, atau perinsip. Dapat juga diartikan sebagai kemampuan
pemecagan masalah.
Dalam buku lain primary abilities (kemampuan dasar) tu terdiri dari 7 faktor,
satu lagi adalah faktor Space, yaitu kecakapan tilikan ruang, sesuai denga
bentuk gubungan formal seperti menggmabr design from memory (sobur :
2003)
14. VERNON
Vernon mengemukakan model hierarki dalam menjelaskan teori
intelegensinya. Vernon menempatkan satu faktor umum dipuncak
hierarkinya. Dibawahnya kemudian terdapat faktor intelegensi yang utama
(mayor), yaitu Verbal educational (v: ed) dan practical mechanical (k:m).
Masing-masing kelompok mayor itu terbagi dalam beberapa faktor kelompok
minor yang terpecah lagi menjadi bermacam-macam faktor spesifik pada
tingkat hierarki yang paling rendah.
Mengenai faktor sfesifik sendiri, Vernon sendiri berpendapat bahwa
sebenarnya faktor-faktor spesifik itu tidak banyak memiliki nilai praktis,
dikarenakan kurang jelasnya relevasinya dengan kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu menuriut Vernon, lebih baik membicarakan faktor-faktor umum
dikarenakan faktor itulah yang berkorelasi lebih konsisten dan substansial
dengan maslah kehidupan sehari-hari.
Gamabar Model Teori Hierarki Vernon
13
g
15. CATTELL
Raymon Cattel dkk., mengklasifikasikan inteligensi ke dalam dua
kategori, yaitu:
a. "Fluid intelligence", yaitu tipe kemampuan analisis kognitif yang relatif
tidak dipengaruhi oleh pengalaman belajar sebelumnya (biologis), dan
b. "Crystallized intelligence", yaitu keterampilan-keterampilan atau
kemampuan nalar/berpikir yang dipengaruhi oleh pengalaman belajar
sebelumnya. (http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/teori-intelegensi)
Inteligensi Crystallized dapat dipandang sebagi endapan pengalaman
yang terjadi sewaktu inteligensi fluid bercampur denga apa yang dapat
disebut intelegensi budaya. Inteligensi Crystallized akan meningkat kadarnya
dalam diri seseorang seiring dengan bertambahnya pengalaman. Pada sisi
lain, Intelegensi fluid lebih merupakan kemampuan bawaan yang diperoleh
sejak kelahiran dan lepas dari pengaruh pendidikan. Intelegensi fluid
cenderung tidak berubah setelah usia 14 tahun atau 15 tahun, sedangkan
Inteligensi Crystallized masih terus berkembang sampai usia 30-40 tahun
bahkan lebih.
16. JEAN PIAGET
14
V: ed K: mFaktor Mayor
Faktor Minor
Faktor Spesifik
Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri
dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori
perkembangan kognitif). Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif
yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai
hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya.
Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi
(menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan
akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk
menafsirkan objek). Kedua proses tersebut jika berlangsung terus menerus
akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang.
Dengan cara seperti itu secara bertahap anak dapat membangun
pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan hal
tersebut, maka perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek
dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin
dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri
anak dengan lingkungannya.
Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan
lingkungan. Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh
skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam
menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan
tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami
atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema
mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan
pengetahuan tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi
lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi,
menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya ada. Sebagai contoh,
seorang anak mungkin memiliki skema tentang sejenis binatang, misalnya
dengan burung. Bila pengalaman awal anak berkaitan dengan burung kenari,
anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil,
berwarna kuning, dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor
burung unta. Anak akan perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya
tentang burung untuk memasukkan jenis burung yang baru ini.
15
Piaget menyatakan bahwa di dalam diri individu terjadi adaptasi
terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan
akomodasi.
Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan
persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang
sudah ada dalam pikirannya; proses menambahkan informasi baru ke dalam
skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan
cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar
bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Asimilasi
dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan
mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah
ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan
perubahan/pergantian skemata melainkan perkembangan skemata. Asimilasi
adalah salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan
mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru perngertian orang itu
berkembang. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberinya
label “burung” adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung
si anak.
Akomodasi, dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru
seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan
skemata yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bias jadi sama sekali
tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang
akan mengadakan akomodasi. Akomodasi terjadi untuk membentuk skema
baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema
yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Bagi Piaget adaptasi
merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Bila dalam
proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi terhadap
lingkungannya maka terjadilah ketidaksetimbangan (disequilibrium). Akibat
ketidaksetimbangan itu maka tercapailah akomodasi dan struktur kognitif
yang ada yang akan mengalami atau munculnya struktur yang baru.
Pertumbuhan intelektual ini merupakan proses terus menerus tentang
keadaan ketidaksetimbangan dan keadaan setimbang (disequilibrium-
16
equilibrium). Tetapi bila terjadi keseimbangan maka individu akan berada
pada tingkat yang lebih tinggi daripada sebelumnya.
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan
pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang
tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula
terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas,
melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum
memberinya label “burung” adalah contoh mengakomodasi binatang itu
pada skema burung si anak.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang
berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap
di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia
ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara
struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan
selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan
menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.
Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena
menerima pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif
mengkonstruksi pengetahuannya.
Menurut Piaget, intelegensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek, yaitu :
a. Isi ; disebut juga content, yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala individu
menghadapi sesuatu masalah
b. Struktur ; disebut juga scheme seperti yang dikemukakan diatas
c. Fungsi ; disebut fungtion, yaitu yang berhubungan dengan cara seseorang
mencapai kemajuan intelektul.
Fungsi itu sendiri terdiri dari dua macam fungsi invariant, yaitu organisasi
dan adaptasi.
17
1) Organisasi ; berupa kecakapan seseorang dalam menyusun proses-proses
fisik dan psikis dalam bentuk system-sistem yang koheren.
2) Adaptasi ; yaitu penyesuaian diri individu terhadap lingkungannya.
http://wangmuba.com/2009/04/14/filsafat-ilmu-dan-teori-perkembangan-kognitif-
piaget/
17. AMTHAUER
Amthauer (Polhaupessy, 1993 ; 3 - 4) berpendapat bahwa inteligensi
merupakan suatu kesatuan dari seluruh kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang. Inteligensi ditanggapi sebagai sesuatu struktur tersendiri, di
dalam keseluruhan struktur kepribadian seorang manusia. Amthauer
menjelaskan bahwa inteligensi seseorang dapat dilihat melalui prestasi yang
dicapainya. (http://cikdion.blogspot.com/)
Sumber Bacaan :
Azwar, Saifuddin. 2008. Pengantar Psikologi Intelegensi (cetakan VI).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sia Tjundjing.“Genius Hari Ini, Dungu Esok Hari? Studi Awal Flynn Effect di
Sidoarjo”. INSAN Vol. 8 No. 3, Desember 2006
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: CV
Pustaka Setia
http://97inc.site50.net/1_2_Artikel.html
http://cikdion.blogspot.com/
http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/teori-intelegensi
18
http://sekarpsikologi.blogspot.com/2009/03/tes-bakat-aptitude-tes-pengertian-
tes.html
http://sayapbarat.wordpress.com/2009/02/22/bahasa-dikendalikan-oleh-budaya-
bukan-biologi/
http://wangmuba.com/2009/04/14/filsafat-ilmu-dan-teori-perkembangan-kognitif-piaget/
http://www.whonamedit.com/doctor.cfm/767.html
19