REHABILITASI MEDIK PADA PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH
KRONIK ET CAUSA suspect HERNIA NUKLEUS PULPOSUS LUMBALIS
BAB I
PENDAHULUAN :
Nyeri punggung bawah (NPB) secara umum digambarkan sebagai nyeri di antara tepi
tulang rusuk dan lipatan gluteal.1 Diperkirakan prevalensi terjadinya nyeri punggung bawah
adalah 65% untuk prevalensi satu tahun, dan 84% untuk prevalensi seumur hidup.2 Onset
biasanya mulai saat remaja sampai awal 40-an. Kebanyakan pasien mengalami serangan
singkat nyeri yang ringan atau sedang dan tidak membatasi kegiatan, tapi nyeri ini cenderung
kambuh selama bertahun-tahun.1
Penyebab nyeri punggung seringkali sulit ditentukan. Pada 85% pasien, tidak ada
penyebab spesifik timbulnya nyeri ditemukan. Salah satu tujuan utama dari pengambilan
riwayat penyakit adalah untuk menyingkirkan penyebab sakit punggung.yang jarang namun
serius. Elemen informasi yang menunjukkan kondisi serius penyebab rasa sakit seperti
kanker, infeksi, dan fraktur disebut bendera merah (red flags).1
Nyeri punggung bawah yang berlangsung lebih dari tiga bulan disebut nyeri
punggung bawah kronik. Penyebab tersering nyeri punggung bawah kronik berusia
menengah atau lebih tua adalah nyeri diskogenik, yang meliputi kira-kira 39 % kasus. Pada
pasien yang lebih muda (<30 tahun), elemen posterior (spondilolisis, spondilolistesis)
merupakan penyebab nyeri pinggang yang lebih umum.3
Penyebab diskogenik dari nyeri punggung bawah umumnya bisa digolongkan dalam
salah satu dari tiga kategori: penyakit sendi degeneratif, gangguan internal diskus, dan
herniasi diskus. Nyeri diskogenik secara klasik digambarkan sebagai mirip pita dan
diperburuk oleh fleksi lumbal, tapi hal ini tidak selalu terjadi. Hal ini dapat terjadi unilateral,
dapat menyebar ke pantat, dan bahkan dapat diperburuk oleh ekstensi atau gerakan tubuh ke
samping (tergantung pada lokasi patologi diskus).1
Diagnosis HNP didasarkan pada riwayat medis lengkap disertai dengan pemeriksaan
fisik secara menyeluruh. Pencitraan tulang belakang juga kadang perlu dilakukan.4 Hernia
Nukleus Pulposus (HNP) adalah cedera diskus dimana nukleus pulposus keluar dari kapsul
annulus. HNP ini dibagi menjadi 4 yaitu :
a. Bulging disc : tidak ada defek annulus
1
b. Prolaps / Protrusio disc : materi nukleus prolaps sampai terjadi defek annulus
c. Extruded disc : materi nukleus sudah sampai di ligamentum posterior
longitudinal
d. Sequestered disc : materi nukleus terfragmentasi bebas di kanalis.5
Etiologi terjadinya HNP adalah secara mekanikal (meliputi strain dan sprain lumbal,
proses degeneratif diskus, herniasi diskus, stenosis spinal, fraktur dan spondilolisthesis) dan
non- mekanikal (meliputi neoplasia, infeksi). Sedangkan faktor resiko okupasional adalah
melakukan pekerjaan manual termasuk kombinasi gerakan mengangkat dan memutar dengan
teknik yang salah.6
Lebih dari 95% herniasi diskus lumbal terjadi pada tingkat L4-L5 dan L5-S1.
Berikutnya yang paling umum adalah L3-L4, diikuti oleh L2-L3. Radikulopati lumbosakral
yang paling umum disebabkan oleh L5 dan S1. Herniasi diskus posterolateral paling banyak
terjadi karena anulus fibrosus di bagian posterolateral adalah yang terlemah.1
Tujuan utama dari rehabilitasi HNP adalah mengurangi inflamasi dan radikulopati,
mengontrol gejala, dan menghilangkan nyeri.6 Pengelolaan meliputi berbagai strategi
intervensi yang berbeda, seperti bedah, terapi obat, dan intervensi kedokteran fisik dan
rehabilitasi yang meliputi terapi latihan, back schools, Transcutaneous Electrical Nerve
Stimulation (TENS), panas atau dingin superfisial, Low Level Laser Therapy (LLLT),
edukasi pasien, massage, terapi perilaku, lumbar supports, dan traksi.7
Meskipun kebanyakan pasien dapat diobati secara konservatif, beberapa kasus
memerlukan pembedahan. Indikasi untuk dilakukan pembedahan adalah sindrom cauda
equina, defisit neurologis progresif, defisit neurologis dan nyeri yang menetap setelah
mendapat pengobatan konservatif selama 4-6 minggu.8
2
BAB II
LAPORAN KASUS
I. Identitas
Nama : Tn. JM
Umur : 53 tahun
Agama : Protestan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Petani & sekretaris desa
Alamat : Motoling
Tanggal pemeriksaan : 10-11-2014
II. Anamnesis (Autoanamnesis)
Keluhan utama: Nyeri punggung bawah
Riwayat penyakit sekarang :
Nyeri punggung bawah dialami penderita (NPB) sejak 1 bulan yang lalu, saat
penderita mengangkat karung cengkeh seberat kira-kira 70 kg. Nyeri seperti ditusuk, dan
disertai rasa kram kadang dirasakan sampai ke bokong dan tungkai kiri, bersifat hilang
timbul. Timbul jika penderita banyak beraktivitas dan berdiri, berkurang jika minum obat
penghilang nyeri. Batuk atau bersin menambah berat keluhan nyeri. Penderita terganggu
terutama saat toileting, dressing (memakai celana), dan berjalan jauh.
BAB dan BAK dalam batas normal.
Riwayat penyakit dahulu :
Dua tahun yang lalu penderita pernah mengalami NPB seperti ini, sembuh setelah
berobat ke poli saraf kira- kira selama dua bulan, sejak itu pasien sering mengalami nyeri
punggung jika salah mengangkat barang, tapi belum pernah berobat ke poli rehabilitasi
medik..
Hipertensi, kencing manis, sakit jantung dan ginjal disangkal.
Hiperurisemia dan hiperkolesterol ada, tapi tidak teratur berobat.
Riwayat kebiasaan :
Tidur menggunakan spring bed yang cukup keras, dan satu bantal. Pasien adalah
seorang petani yang kadang mengangkat barang berat. Selain itu pasien juga bekerja sebagai
3
sekretaris desa yang banyak melakukan pekerjaan sambil duduk. Kadang duduk di kursi yang
tidak mempunyai sandaran kursi dan dalam posisi sedikit membungkuk.
Riwayat Psikologik :
Pasien cemas terhadap penyakitnya
Riwayat sosial ekonomi :
Tinggal bersama istri dan satu anak yang masih kuliah. Anak pertama sudah bekerja
dan tinggal di rumah terpisah. Tinggal di rumah permanen, 1 lantai, tanpa anak tangga,
menggunakan wc jongkok. Sehari-hari menggunakan listrik dari PLN dan sumber air dengan
pompa. Biaya hidup sehari- hari cukup, dan biaya pengobatan saat ini ditanggung oleh BPJS.
III. Pemeriksaan fisik
Karnofski Performance Scale : 70 ( Bisa mengurus diri sendiri, tidak mampu
melaksanakan aktivitas normal atau kerja aktif)
Kontak dan pengertian baik
Tanda vital
- Tekanan darah : 120/70 mmHg
- Nadi : 78x / menit
- RR : 18x / menit
- Suhu : afebris
Berat Badan : 58 kg
Tinggi Badan : 163 cm
Body Mass Index : 21,83 ( Normal )
Visual Analoque Scale :
0__________________________X_________________10
6 (dinamik- 10-11-2014)
Inspeksi saat jalan : Tidak didapatkan antalgic gait
Status generalis :
Kepala : normocephali, konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/- , refleks
cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+
Leher : trakea di tengah, pembesaran KGB leher ( -/- )
Thorax
4
- Pulmo
o Inspeksi : Gerakan thorax simetris
o Palpasi : Stem fremitus kiri = kanan
o Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
o Auskultasi : suara napas vesicular, wheezing ( -/- ), ronki ( -/- )
- Coro Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
o Palpasi : ictus cordis tidak teraba
o Perkusi : batas jantung dalam batas normal
o Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal, murmur ( - ),
gallop ( - )
- Abdomen
o Inspeksi : datar, venektasi ( - )
o Palpasi : supel, hepar & lien tidak teraba membesar, nyeri
tekan (-)
o Perkusi : timpani di seluruh abdomen
o Auskultasi : bising usus normal
- Ekstremitas : Akral hangat
Status lokalis : Regio lumbosakral
Inspeksi : massa (-), tanda radang (-)
Palpasi : spasme otot paralumbal (+), tes lipat kulit (+), hangat (-), nyeri
tekan lamina vertebra (-)
Movement : Nyeri saat bergerak
Lingkup Gerak Sendi (LGS) trunkus : tidak dievaluasi karena nyeri.
LGS Panggul
Panggul
Kanan Kiri
Ekstensi-Fleksi 300 – 0 - 1250 300 – 0 - 1250
Abduksi-Adduksi 400 – 0 – 200 400 – 0 – 200
Eksternal rotasi - Internal rotasi 600 – 0 – 400 600 – 0 – 400
Status Neuromuskular :
5
Ekstremitas Inferior Kanan Kiri
Gerakan normal normal
Kekuatan Otot normal Tidak dievaluasi
Tonus Otot normal normal
Refleks Fisiologis (Achilles refleks) ++ +
Refleks Patologis - -
Dermatom :
Kanan Kiri
L1 2 2
L2 2 2
L3 2 2
L4 2 2
L5 2 1
S1 2 1
Tes Provokasi :
Laseque (-/+)
SLR (-/-) (800/ 500)
Bragard (-/+)
Sicard (-/+)
FNST (-/-)
Patrick (-/-)
Kontra Patrick (-/-)
Pengukuran fungsional :
Oswestry Disability Index (ODI) :
27/ 50 x 100% = 54% (severe disability)
Pemeriksaan tambahan :
Foto rontgen Lumbosacral AP Lateral tanggal 30-10-2014 :
- Spondylosis lumbalis
- Foramen intervertebral L4-5 & L5-S1 agak stenosis suspect HNP
- Tak tampak fraktur kompresi atau listhesis vertebra.
6
Gambar 1: Foto Lumbosakral AP
Gambar 2 : Foto Lumbosakral Lateral
7
IV. PROBLEM :
- Nyeri punggung bawah (VAS 6)
- Spasme otot paravertebral
- Gangguan Aktivitas Kehidupan Sehari- hari (AKS) (Terutama dressing & toileting,
berjalan jauh)
- Gangguan dalam pekerjaan
- Kecemasan akan penyakitnya
V. Diagnosa :
- Diagnosa klinis : Nyeri punggung bawah kronik
- Diagnosa etiologis : suspect Hernia nukleus pulposus (HNP)
- Diagnosa topis : Discus L5-S1
- Diagnosa fungsional :
- Body functions : tidur ( kadang terganggu karena nyeri)
- Body structures : trunkus
- Activities and participation : toileting (nyeri saat mengejan), dressing (nyeri saat
memakai celana), mengangkat dan membawa barang, bekerja sebagai petani dan
sekretaris desa.
- Environment factors : biaya pengobatan dari ASKES
- Personal factors : laki-laki.
Saran : MRI Lumbosakral
VI. Tatalaksana :
Medikamentosa : (dari bagian neurologi)
- Natrium diklofenak 50 mg 2x1/2
- Metil prednisolon 3x1
- Amitriptilin 25 3x ½
- Gemfibrozil 0 - 0- 1
- Allopurinol 100 0 - 0 – 1
Program Rehabilitasi :
- Fisioterapi
Evaluasi :
Nyeri punggung bawah (VAS 6)
Spasme otot paravertebral
Program :
8
Breathing exercise
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) di daerah lumbosakral
- Ortotik prostetik
Evaluasi :
Nyeri punggung bawah (VAS 6)
Spasme otot paravertebral
Program :
Rencana penggunaan Lumbosakral ortosis (LSO)
- Okupasi Terapi
Evaluasi :
Nyeri punggung bawah (terutama saat duduk atau berdiri lama, berjalan jauh )
Tidak menggunakan proper back mechanism, terutama saat bekerja
Gangguan dalam Aktivitas Kehidupan Sehari hari (AKS) terutama dressing &
toileting dan berjalan jauh
Gangguan dalam pekerjaan
Program :
Edukasi tentang melakukan AKS dengan proper back mechanism
o Duduk di tempat tidur jika akan memakai celana panjang.
o Duduk di kursi dan meletakkan satu kaki di atas kaki yang lain jika
ingin menggunakan sepatu.
o Saat berdiri: ketika berdiri untuk waktu yang lama, selingi dengan
periode duduk, saat berdiri tempatkan satu kaki lebih tinggi dari kaki
yang lain, saat mengambil sesuatu di tanah, jangan membungkuk, tapi
tekuk lutut.
o Saat berjalan: dalam posisi tegak, rileks dan jangan terburu-buru.
o Saat duduk: busa kursi tidak terlalu lembut, kontur sandaran kursi
memiliki bentuk kontur S seperti tulang punggung, kursi tidak boleh
terlalu tinggi sehingga ketika duduk lutut lebih rendah dari paha, saat
duduk semua daerah punggung harus sebanyak mungkin kontak
dengan sandaran kursi.
o Saat tidur: punggung dalam keadaan netral, dapat diberikan satu bantal
di bawah lipatan lutut.
- Psikologi
9
Evaluasi :
Kecemasan terhadap penyakitnya
Program :
Support mental terhadap pasien dan keluarga untuk mengurangi kecemasan
Cognitive behavioural therapy
- Petugas sosial medik
Evaluasi :
Bekerja sebagai petani dan sekretaris desa
Biaya hidup sehari-hari cukup, biaya pengobatan dari BPJS
Banyak melakukan pekerjaan mengangkat barang dan duduk lama
Program :
Rencana melakukan kunjungan rumah dan tempat kerja
Edukasi agar berobat teratur
VII. Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : bonam
Follow up :
1. Tanggal 13-11-2014 ( 3x terapi)
S : Nyeri berkurang
O: Tekanan darah 120/80
VAS = 4
Spasme otot paralumbal (+)
Status Neuromuskular :
Ekstremitas Inferior Kanan Kiri
Gerakan normal normal
Tonus Otot normal normal
Refleks Fisiologis (Achilles refleks) ++ +
Refleks Patologis - -
Miotom :
10
Kanan Kiri
L2 5 5
L3 5 5
L4 5 5
L5 5 5-
S1 5 5-
Tes Provokasi :
Valsava (+)
Laseque (-/+)
SLR (-/-) (800/ 600)
Bragard (-/+)
Sicard (-/+)
Contra Laseque (-/-)
Patrick (-/-)
Kontra Patrick (-/-)
FNST (-/-)
A : NPB kronik et causa suspect HNP L5-S1
P : Fisioterapi :
Micro Wave Diathermy (SWD) di regio lumbosakral
Back massage
Back exercise (sesuai toleransi pasien)
Terapi lain sama dengan di atas
2. Tanggal 21-11-2014 (9x terapi)
S : Nyeri punggung bawah
O : Tekanan darah = 120/70
VAS = 3
Spasme otot paravertebral (-)
Pemeriksaan lain sama dengan di atas
ODI : 10/50 x 100% = 20% (minimal disability)
A : NPB kronik et causa suspect HNP L5-S1
P : Fisioterapi :
11
MWD di daerah lumbosakral
Back massage dihentikan
Back exercise (sesuai toleransi pasien)
Ortotik Prostetik :
Penggunaan LSO
Okupasi Terapi :
Mengingatkan kembali tentang proper back mechanism
Psikologi :
Cognitive behavioural therapy
Sosial medik :
Memberikan motivasi pada pasien untuk tetap mengikuti terapi yang
diberikan
Rencana untuk melakukan kunjungan rumah.
BAB III
DISKUSI
12
Dilaporkan seorang pasien dengan nyeri punggung bawah kronik. Keluhan utama
adalah nyeri punggung bawah yang terjadi sejak satu bulan yang lalu, setelah penderita
mengangkat karung cengkeh seberat kira- kira 70 kg. Nyeri seperti ditusuk, disertai rasa kram
kadang dirasakan sampai ke bokong dan tungkai kiri, bersifat hilang timbul. Timbul jika
pasien banyak beraktivitas dan berdiri, berkurang jika minum obat penghilang nyeri. Batuk
atau bersin menambah berat keluhan nyeri. Dua tahun yang lalu, penderita pernah mengalami
nyeri seperti ini,sering kambuh jika salah mengangkat barang, berhubungan dengan
kebiasaan mengangkat barang berat karena pekerjaannya sebagai petani.
Dari pemeriksaan fisik kita mendapatkan spasme otot paralumbal, gangguan
dermatom dan miotom pada L5-S1, dan menurunnya refleks Achilles di sisi kiri. Dari
pemeriksaan tes provokasi, didapatkan tes Valsava, Laseque, Bragard & Sicard positif, tes
SLR: 60%.
Pada pemeriksaan penunjang foto rontgen Lumbosakral AP Lateral tanggal 30-10-
2014, didapatkan kesimpulan spondilosis lumbalis dan stenosis foramen L4-5 dan L5-S1
yang mencurigakan adanya HNP. Informasi yang dikumpulkan dari pasien ini, didukung oleh
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang menunjukkan bahwa pasien ini menderita NPB
kronik et causa suspect HNP L5-S1.
Nyeri punggung bawah (NPB) terjadi dalam proporsi yang sama dalam semua
budaya, mengganggu kualitas hidup dan prestasi kerja, dan merupakan alasan paling umum
untuk konsultasi medis. Beberapa kasus nyeri punggung adalah karena penyebab tertentu;
kebanyakan kasus non-spesifik. Tidak ada pengobatan tunggal yang lebih unggul dari yang
lain.9 Berdasar durasinya dari timbulnya keluhan, NPB bisa digolongkan menjadi akut (< 6
minggu), sub-akut (6-12 minggu), dan kronik (> 12 minggu).2
Penyebab tersering nyeri punggung bawah kronik berusia menengah atau lebih tua
adalah nyeri diskogenik.3 HNP paling sering terjadi pada pria, dengan puncak insidens pada
dekade ke empat dan ke lima.10 Gejala klinik HNP meliputi nyeri menjalar ke ekstremitas
bawah, kelemahan, paresthesia atau nyeri, dan gejala memberat pada pergerakan lumbal,
bersin, batuk, atau Valsalva manuver.5
Tujuan tatalaksana pada NPB adalah untuk mengurangi nyeri, meningkatkan kekuatan
otot trunkus dan panggul, meningkatkan stabilitas lumbal, dan mengurangi spasme otot
lumbal.6 Terapi obat memberikan penyelesaian sementara, terutama untuk nyeri punggung
akut, tetapi jarang memberi manfaat pada orang dengan nyeri punggung kronis.
Menyembuhkan kelainan mungkin sulit untuk dicapai. Kemampuan untuk hidup dengan rasa
13
sakit minimal adalah tujuan yang lebih realistis. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu
dilakukan edukasi, peningkatan kondisi fisik, pemeliharaan kegiatan bila memungkinkan, dan
peningkatan citra diri yang mengarah pada keyakinan yang lebih besar.9
Berdasarkan problem rehabilitasi medik, pasien diberi program fisioterapi, psikologi,
ortotik prostetik, okupasi terapi dan sosial medik. Pada bagian fisioterapi, diberikan program
berupa latihan pernafasan (breathing exercise), TENS, MWD, massage dan back exercise.
Latihan pernapasan dapat berupa banyak cara, termasuk pernapasan diafragma,
pernapasan segmental, dan latihan ketahanan inspirasi, Salah satu tujuan latihan pernapasan
adalah untuk menimbulkan relaksasi dan mengurangi stres.11 Pada pasien ini diajarkan teknik
pernafasan diafragma.
Melzack dan Wall mengusulkan bahwa stimulasi listrik bisa menurunkan sensasi
nyeri dengan menghalangi hantarannya pada tingkat medulla spinalis. Rangsangan berbahaya
dihantarkan melalui saraf A-delta yang kecil bermielin dan melalui serabut saraf C yang kecil
tak bermielin. Menurut teori gate control, aktivasi serabut saraf A-beta bisa menghambat
penghantaran rangsangan berbahaya dari medulla spinalis ke otak. Stimulasi listrik, bisa
mengaktivasi saraf A-beta secara selektif. Karena persepsi nyeri ditentukan oleh aktivitas
relatif serabut A-delta dan C dibandingkan dengan serabut A-beta, ketika aktivitas A-beta
yang dihasilkan oleh stimulasi listrik menjadi lebih besar, maka persepsi nyeri bisa
berkurang.12
Terapi termal dalam bentuk dingin atau panas dapat digunakan dan sering hanya
didasarkan pada pengurangan rasa nyeri pasien. Dalam program Fisioterapi, diberikan
Microwave diathermy (MWD) pada follow up pertama. MWD adalah bentuk lain dari energi
elektromagnetik yang menggunakan konversi sebagai bentuk utama dari produksi panas.
Distribusi temperatur dalam jaringan tertentu bayak dipengaruhi oleh kandungan air.13
Microwave diserap oleh air dan secara teoritis lebih memanaskan otot.14
Massage merupakan stimulasi mekanik jaringan melalui tekanan ritmik dan
peregangan. Massage digunakan untuk meningkatkan fleksibilitas dan koordinasi serta
meningkatkan ambang nyeri: menurunkan eksitabilitas neuromuskuler pada otot yang dipijat;
merangsang sirkulasi, sehingga meningkatkan transpor energi ke otot, memindahkan asam
laktat, sehingga meringankan kram otot.15
14
Pada kasus ini diberikan latihan McKenzie. Latihan McKenzie untuk nyeri punggung
bawah adalah pengobatan yang bermanfaat untuk meningkatkan fleksibilitas tulang belakang
dan mengurangi nyeri. Latihan McKenzie telah dilaporkan sebagai metode yang paling
umum digunakan oleh fisioterapis untuk pengelolaan pasien dengan LBP.16 Contoh latihan
McKenzie yang umum :
1. Berbaring telungkup dengan lengan sepanjang sisi badan dan kepala berpaling ke satu
sisi. Pertahankan posisi ini selama 5 sampai 10 menit.
Gambar 3 : Latihan McKenzie- berbaring telungkup
2. Berbaring telungkup dengan berat badan bertumpu pada siku, lengan dan pinggul
menyentuh lantai. Pertahankan posisi ini 5 sampai 10 menit. Jika ini menyebabkan
rasa sakit, ulangi latihan 1, kemudian coba lagi.
Gambar 4 : Latihan McKenzie- Sphinx
3. Berbaring pada perut dengan telapak tangan dekat bahu, seolah-olah untuk melakukan
standar push-up. Perlahan-lahan dorong bahu ke atas, pertahankan pinggul di
permukaan lantai. Turunkan bahu Pelan-pelan. Ulangi 10 kali.
Gambar 5 : Latihan McKenzie- Cobra
4. Ekstensi progresif dengan bantal. Berbaring pada dan tempatkan bantal di bawah
dada. Setelah beberapa menit, tambahkan bantal kedua. Jika tidak sakit, tambahkan
bantal ketiga setelah beberapa menit. Pertahankan posisi ini hingga 10 menit.
Gambar 6 : Latihan McKenzie- Ekstensi progresif
5. Sambil berdiri, tempatkan di pinggang dan bersandar ke belakang. Tahan selama 20
detik dan ulangi.
15
Gambar 7 : Latihan McKenzie- Ekstensi saat berdiri
Pada pasien ini hanya diberikan latihan sampai posisi kedua, karena pasien merasa tidak
nyaman saat melakukan posisi yang lain.
Hidroterapi dan Laser bisa digunakan untuk NPB, tapi karena belum tersedianya alat,
maka terapi ini tidak diberikan. Latihan di air bisa meningkatkan kekuatan otot, fleksibilitas,
LGS; menurunkan nyeri, dan spasme otot. Karena itu pasien dengan tulang belakang yang
peka terhadap beban seperti herniasi diskus atau penekanan akar saraf bisa mendapatkan
manfaat dari terapi ini.17
Laser telah terbukti efektif dalam mengurangi nyeri dan telah menunjukkan efek bisa
mempengaruhi aktivitas saraf perifer. Laser menurunkan konduksi saraf sensoris secara
bermakna. Selain itu pengurangan nyeri mungkin terjadi karenapenyembuhan yang lebih
cepat, dan aksi anti inflamasi.18
Pada bagian ortotik prostetik, direncanakan penggunaan spinal orthosis. Orthosis
spinal dapat digunakan sebagai pengobatan tambahan untuk berbagai kondisi yang dapat
menyebabkan nyeri punggung bawah. Penggunaan orthosis spinal harus dipertimbangkan
untuk penggunaan jangka pendek sebagai bagian dari program rehabilitasi yang
komprehensif. Untuk mencegah ketergantungan psikologis, pasien harus dilepas dari orthosis
mereka dengan cepat, ketika klinis sesuai. Penggunaan jangka panjang orthosis lumbal bisa
menimbulkan efek samping sekunder, seperti kemungkinan hilangnya kekuatan otot trunkus,
ketergantungan psikologis, dan penurunan mobilitas tulang belakang. 19 Pada kasus ini,
pasien akan diberi LSO yang dipakai saat pasien beraktivitas, dan bisa dilepas saat sedang
istirahat.
Pasien ini mengalami kesulitan dalam melakukan AKS, terutama saat toileting &
dressing, jadi fokus dari bagian Okupasi terapi adalah mengajarkan pasien untuk melakukan
AKS sambil tetap melakukan proper back mechanism. Bisa juga digunakan alat bantu untuk
mencapai hal ini.
Untuk masalah psikologis kita memberikan dukungan mental & Cognitive
Behavioural Therapy. Dukungan mental di sini dirancang untuk mendukung pasien dalam
16
menghadapi kondisinya. Mudah-mudahan, dengan usaha ini kecemasan pasien akan
berkurang dan membuat pasien ini fokus pada perawatannya. Terapi perilaku kognitif (CBT)
adalah jenis pengobatan psikoterapi yang membantu pasien memahami pikiran dan perasaan
yang mempengaruhi perilaku. Kebanyakan pasien memiliki pernyataan negatif dalam pikiran
mereka tentang penyakit mereka. Mereka mungkin tidak dapat menghentikan rasa sakit fisik
terjadi, tetapi dengan praktek mereka dapat mengontrol bagaimana pikiran mereka mengelola
rasa sakit. Contoh berubah pikiran negatif, seperti "Aku tidak bisa melakukan apa-apa lagi,"
untuk pikiran yang lebih positif, seperti "Aku berurusan dengan hal ini sebelumnya dan saya
bisa melakukannya lagi.”20
Peran sosial medis dalam hal ini juga sangat penting. Meskipun pasien ini tidak
memiliki masalah keuangan, tetapi evaluasi lingkungannya perlu dilakukan. Pasien NPB
harus melakukan proper back mechanism dalam kegiatan mereka sehari-hari, sehingga
petugas sosial medis akan mengevaluasi lingkungan pasien dan menyarankan pasien untuk
mengubah posisi objek ke posisi ergonomis. Pada kasus ini, sebetulnya sudah berusaha
diadakan kunjungan rumah, tapi karena belum menemukan waktu yang tepat, maka
kunjungan rumah belum diadakan.
Pengukuran fungsional pasien ini menggunakan Oswestry Disability Index (ODI).
ODI awalnya diciptakan pada tahun 1980. Kuesioner terdiri dari 10 item menangani aspek
yang berbeda dari fungsi. Setiap item mempunyai nilai dari 0 hingga 5, dengan nilai yang
lebih tinggi mewakili cacat yang lebih besar.21 Jika seluruh bagian lengkap, maka nilai
diperhitungkan sebagai berikut;
Contoh : 16 ( nilai total )
50 (nilai total yang mungkin didapat) x 100 = 32%
Jika satu bagian tidak dapat dilengkapi, maka nilai yang didapat;
16 ( nilai total )
45 (nilai total yang mungkin didapat) x 100 = 35.5%22
Pada follow up pertama, didapatkan penurunan rasa nyeri pasien. VAS menurun dari
6 menjadi 4, karena itu modalitas TENS diganti dengan penggunaan MWD. Pada follow up
kedua VAS berkurang menjadi 3, spasme otot paravertebral tidak didapatkan lagi sehingga
massage punggung dihentikan. ODI juga berkurang, pada awal terapi ODI pasien adalah 54
% yang tergolong severe disability, pada follow up kedua ODI adalah 20% yang tergolong
minimal disability. Pasien bisa melakukan AKS dengan rasa nyeri minimal.
17
Daftar Pustaka
1. Barr KP, Harrast MA. Low Back Pain. Dalam : Braddom RL, editor. Physical
Medicine & Rehabilitation. 4th ed. Philadelphia. Elsevier saunders. 2011.
2. Ebadi S, Ansari NN, Henschke N, Naghdi S, Tulder MW. The effect of continous
ultrasound on chronic low back pain : protocol of a randomized controlled trial. BMC
Musculoskeletal Disorders [internet]. 2012 [download 2014 November 20] dari
http://www.biomedcentral.com/1471-2474/13/192
3. Cooper G, Tatli Y, Lutz GE. Spine and musculoskeletal medicine. Dalam : Cooper G,
editor. Essential Physical medicine and rehabilitation. New Jersey. Humana Press Inc.
2006
4. Zeller JL. Herniated Lumbar Disks. Journal of American Medical association.
2006;296(20):2512. doi:10.1001/jama.296.20.2512.
5. Freeman TL, Freeman ED. Musculoskeletal medicine. Dalam : Cuccurullo SJ, editor.
Physical medicine and rehabilitation Board review. 2nd ed. New York. Demos
Medical. 2010
6. Wahyuni LK, Tulaar ABM. Panduan Pelayanan Klinis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi. PERDOSRI: Jakarta: 2012.
7. Middelkoop MV, Rubinstein SM, Kuijpers T, Verhagen AP, Ostelo R, Koes BW,
Tulder MW. A systematic review on the effectiveness of physical and rehabilitation
interventions for chronic non specific low back pain. Eur Spine J. 2011 20: 19-39.
8. Humphreys AC, Eck JC. Clinical Evaluationand Treatment Options for Herniated
Lumbar Disc. AM Fam Physician. 1999 Feb 1:59(3):575-582.
9. Ehrlich GE. Low Back Pain. Bulletin of World health Organization [internet]. 2003,
81(9) [download 2014 november 21] dari
http://www.scielosp.org/pdf/bwho/v81n9/a10v81n9.pdf
10. Moschetti W, Pearson AM, Abdu WA. Treatment of Lumbar Disc Herniation: An
Evidence-Based Review. fckLRSeminars Spine Surgery, 2009; 21: 223-229
11. Kisner C, Colby LA. Therapeutic Exercise, foundation and technique. 5th ed. Davis
Company. Philadelphia. 2002. 439-80
12. Shapiro S. Electrical Currents. Dalam : Cameron MH, editor. Physical Agents In
Rehabilitation from research to practice. 2nd ed. Missouri. Saunders. 2003.
13. Weber DC, Hoppe KM. Physical Agent Modalities. Dalam: Braddom RL, editor.
Physical Medicine and Rehabilitation. 4th ed. Elsevier. Philadelphia. 2011..
18
14. Basford JR, Baxter GD. Therapeutic Physical Agents. Dalam: Frontera WR, Delisa
JA, editors. Delisa’s Physical Medicine & Rehabilitation. 5th ed. Lippincott Williams
& Wilkins. 2010.
15. Prentice WE. Therapeutic massage. Dalam : Prentice WE, editor. Therapeutic
Modalities in Rehabilitation. 4th ed. New York. Mc Graw-Hill Companies. 2011.
16. Srivasta T, Thakur KC, Kumar N, Srivasta S. Efficacy of McKenzie Exercise Over
Conventional Physiotherapy Treatment in Low Back Pain (dysfunction syndrome).
Journal of Evolution of Medical and Dental Sciences 2013; Vol 2, Issue 228, July 15;
p 5231-8.
17. Cameron MH. Physical Agents In Rehabilitation from research to practice. 2nd ed.
Missouri. Saunders; 2003. Chapter 9, Hydrotherapy; hal. 261-306.
18. Saliba E, Saliba SF. Low-Level Laser Therapy. Dalam : Prentice WE, editor.
Therapeutic Modalities in Rehabilitation. 4th ed. New York. Mc Graw-Hill
Companies. 2011.
19. Wolff MW, Weinik MM, Maitin IB. Bracing for Low Back Pain [internet]. 2010
[download 2014 November 20] dari
http://www.swspineandsports.com/wp-content/uploads/2010/11/bracing_for_low_bac
k_pain.pdf
20. Cherry K. What is Cognitive Behavior Therapy? [Internet]. 2012 [cited 2014
September 10] dari http://psychology.about.com/od/psychotherapy/a/cbt.htm.
21. Fritz JM, Irrgang JJ. A Comparison of a Modified Oswestry Low Back Pain
Disability Questionnaire and the Quebec Back Pain Disability Scale. Phys Ther. 2001;
81: 776-788.
22. Fairbank JC. Pynsent PB. The Oswestry Disability Index. Spine 2000 Nov 15; 25(22):
2940-52; discussion 52.
19
Top Related