CASE REPORT
GANGGUAN DEPRESI BERULANG, EPISODE KINI BERAT
TANPA GEJALA PSIKOTIK (F.33.2).
Disusun oleh:
Anita Nur Charisma, S.Ked
Lintang Brillianningtyas, S.Ked
Perceptor:
dr. Cahyaningsih Fibri Rokhmani, Sp.KJ, M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI LAMPUNG
2015
1
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Ny. E, Perempuan, 25 tahun, SD, Islam, Sunda, Pekerjaan ibu rumah
tangga, tinggal di Kedondong, Kab. Pesawaran, datang dari poli klinik
pada tanggal 24 Juni 2015.
II. PEMERIKSAAN PSIKIATRI (Alloanamnesis & Autoanamnesis)
Anamnesis psikiatri (Alloanamnesis dan autoanamnesis pada tanggal 24
Juni 2015)
Alloanamnesis diperoleh dari :
Nama : Tn. S
Alamat : Kedondong
Nomor telepon : 0852987xxx
Hubungan dengan pasien : Suami pasien
III. RIWAYAT PSIKIATRI
A. Keluhan Utama
Sulit tidur
B. Keluhan tambahan
Mudah menangis, merasa malu, tidak percaya diri, sering melamun, sering
menyendiri, sering kesal, merasa banyak yang membicarakan, sering
menyalahkan diri sendiri, mudah lelah, malas bekerja dan nafsu makan
menurun.
C. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang diantar oleh suaminya ke Rumah Sakit Jiwa karena keluhan
pada saat tidur pasien sering terbangun pada malam hari secara tiba-tiba
dan sulit untuk tidur kembali. Menurut pasien tidurnya tidak nyenyak,
tidak merasa puas dan tidurnya terasa terganggu. Selain itu pasien juga
2
merasa malu untuk keluar rumah karena pasien merasa banyak yang
membicarakan, sehingga pasien lebih suka menyendiri, melamun dan
terkadang menangis dikamar. Keluhan ini sebelumnya pernah dirasakan
±6 tahun yang lalu namun memberat sejak 6 bulan terakhir. Pada awalnya
salah satu tetangga pasien sering mendengar pertengkaran antara pasien
dan suaminya, karena tau tetangganya tersebut mengetahui dan
menyebarkan pada tetangga yang lain apabila keluar rumah dan bertemu
dengan tetangganya tersebut pasien masih merasa kesal. Menurut pasien
merasa lebih sensitif, mudah marah dan dalam hatinya merasa banyak
yang membicarakan dari belakang. Pada akhirnya kadang-kadang suami
dan anak-anaknya menjadi pelampiasan kekesalan pasien. Kemudian,
pasien mengatakan, pasien sering merasa tidak percaya diri dan merasa
malu apabila berhadapan dengan orang banyak karena memiliki ekonomi
yang rendah. Pekerjaan suami pasien hanya serabutan dan pekerjaan
pasien seorang ibu rumah tangga yang hanya mencukupi untuk makan dan
biaya sekolah anak-anaknya, tetapi pasien mengatakan kebutuhan lain
masih kurang tercukupi. Karena banyaknya pikiran yang dirasakan pasien,
pasien mengatakan sekarang berat badannya turun dan banyak yang bilang
pasien menjadi kurus, menurut pasien malas untuk makan karena tidak
nafsu makan. Pasien merasa dirinya tidak berguna dan sempat terlintas
dipikirannya untuk bunuh diri. Pasien merasa malas untuk mengerjakan
pekerjaan rumah tangga, siang hari pasien lebih banyak di dalam kamar,
dan akhirnya yang mengerjakan pekerjaan rumah adalah suami pasien, dan
sering timbul pertengkaran.
D. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Jiwa Sebelumnya
Pada tahun 2009 pasien mengalami keluhan yang sama untuk pertama
kalinya. Awalnya pasien baru satu tahun menikah setelah ±3 bulan
berpacaran dengan suami dan belum dapat menyesuaikan segala
kebiasaan yang biasa dilakukan sendiri dan mengemban tanggung
jawab untuk menjadi seorang istri dan kebutuhan ekonomi keluarga
3
yang memang kurang, hal tersebut membuat timbulnya pertengkaran
dengan suami. Setelah pertengkaran keduanya selalu berbaikan
kembali namun pasien masih merasa ada yang mengganjal. Selain itu
pertengkarannya juga sering terdengar sampai keluar rumah sehingga
terdengar oleh salah satu tetangga, dan tetangga tersebut memberitahu
kepada tetangga yang lain. Sehingga, setiap bertemu dengan
tetangganya tersebut pasien merasa kesal. Kemudian pasien tidak
percaya diri dan merasa malu untuk keluar rumah dan tidak
bersosialisasi dengan para tetangga di sekitar rumahnya karena pasien
merasa dibicarakan dari belakang. Akhirnya pasien sering menangis,
melamun dan menyendiri dikamar. Lalu pasien dan suaminya sempat
tinggal dirumah ibu pasien selama ±5 bulan, kemudian keluhan yang
dirasakan menghilang untuk beberapa tahun.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes mellitus,
riwayat trauma kepala sebelumnya dan kejang saat kecil.
3. Riwayat Penggunaan Zat Adiktif
Pasien tidak pernah mengkonsumsi rokok, narkoba, minuman keras
dan sebagainya.
E. Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Riwayat prenatal dan perinatal
Menurut pasien, pasien lahir normal, cukup bulan, berat badan lahir
2800 gram, dibantu oleh bidan setempat, langsung menangis, tidak
ada kecacatan waktu lahir.
b. Masa kanak awal (0-3 tahun)
Menurut pasien diberi ASI eksklusif selama 6 bulan dan
perkembangan saat bayi dan balita sesuai dengan bayi dan balita
seusianya.
4
c. Masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
Seingat pasien, pasien adalah anak yang biasa saja dan tidak
didapatkan gangguan pertumbuhan maupun perkembangan.
d. Masa kanak akhir dan remaja
Pada usia 7 tahun pasien menempuh SD dalam kurun waktu enam
tahun, Setelah itu pasien tidak melanjutkan ke SMP karena alasan
ekonomi yang kurang. Dari kecil, kurang lebih sejak usia 5 tahun
pasien termasuk anak yang pendiam dibandingkan dengan anak
seusianya, namun pasien memiliki dua sampai empat teman dekat
dan berhubungan baik dengan teman-temannya.
e. Riwayat Masa dewasa
Riwayat pendidikan
Ia menempuh SD dalam kurun waktu enam tahun, selama SD
pasien mengikuti pelajaran dengan baik. Pasien termasuk orang
yang pendiam. Namun ibu pasien mengatakan bahwa pasien
memiliki dua sampai empat teman dekat dan berhubungan baik
dengan teman-temannya. Keluhan guru terhadap pasien dalam
proses belajar disangkal.
Riwayat perkawinan
Pasien sudah menikah selama ±7 tahun. Menikah dengan orang
pilihannya yang berpacaran selama kurang lebih tiga bulan,
kemudian dikaruniai dua orang anak, anak pertama laki-laki saat
ini masih kelas 1 SD yang berumur 6 tahun, anak kedua laki-laki
saat ini berumur 4 tahun.
Riwayat pekerjaan
Pasien saat ini tidak bekerja, hanya sebagai ibu rumah tangga.
Sebelum pasien menikah dengan suaminya pasien sempat
bekerja membantu kedua orang tuanya bertani dan mengurus
pekerjaan rumah.
5
Aktivitas sosial
Pasien memiliki hubungan yang kurang baik dengan lingkungan
tempat tinggalnya. Apabila pasien bertemu dengan tetangganya
yang pernah membicarakannya kepada tetangga lain pasien
selalu merasa kesal. Pasien malu untuk bergaul dengan
lingkungan sekitar tempat tinggalnya, merasa tidak percaya
diri.Akhirnya pasien lebih sering menyendiri, melamun dan
menangis di dalam kamar.
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tidak bekerja, penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari
didapatkan dari suami pasien yang bekerja serabutan yang hanya
mencukupi untuk makan dan biaya sekolah anak-anaknya, tetapi
pasien mengatakan kebutuhan lain masih kurang tercukupi.
Riwayat Agama
Pasien beragama islam dan sering melaksanakan ibadah shalat.
Pasien rajin dalam melakukan ibadah, namun saat ini pasien
merasa kurang berkonsentrasi apabila sedang beribadah.
F. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal satu rumah bersama dengan suami dan dua orang anaknya
G. Riwayat Kehidupan Keluarga
Pasien merupakan anak keduadari lima bersaudara. Sejak lahir tinggal
bersama orangtua dan saudaranya. Pasien hidup dalam keluarga yang
memiliki status ekonomi yang kurang, kedua orang tuanya bekerja sebagai
petani. Pasien memiliki hubungan yang baik dengan kedua orang tuanya.
Kedua orang tuanya memberikan perhatian yang sama kepada setiap
anaknya.
6
PEDIGREE:
Keterangan:
: laki-laki
: wanita
: pasien
: satu keluarga
H. Riwayat Penyakit keluarga
Keluarga tidak ada yang mengalami hal yang sama, riwayat DM,
hipertensi dan penyakit berat lainnya disangkal.
I. Persepsi Pasien tentang diri dan Kehidupannya
Pasien merasa dirinya tidak berguna, bersedih dan tidak ada gairah hidup.
7
IV. STATUS MENTAL
1. Deskripsi Umum
a. Penampilan
Seorang perempuan terlihat sesuai usianya memakai baju hitam dan
celana jeans berwarna biru dengan memakai kerudung langsungan
berwarna abu-abu, penampilan terkesan santai, perawakan sedang
dengan berat badan cukup, kulit sawo matang, kuku pendek dan bersih.
b. Kesadaran : jernih ( compos mentis )
c. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Saat wawancara pasien dalam keadaan tenang, kontak mata baik, gerakan
involunter tidak ada.
d. Pembicaraan : spontan, lancar, intonasi sedang, volume cukup, kualitas
cukup, kuantitas cukup,artikulasi jelas.
e. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
2. Keadaan Afektif
a. Mood : hipotimia
b. Afek : depresi
c. Keserasian : appropriate
3. Fungsi Intelektual (Kognitif)
a. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan: sesuai dengan
taraf pendidikan pasien
b. Daya konsentrasi: kurang
c. Orientasi (waktu, tempat, dan orang) : baik
d. Daya ingat : jangka segera, jangka pendek dan jangka panjang baik.
e. Pikiran abstrak : baik
4. Gangguan Persepsi :
a. Halusinasi : tidak ada
b. Ilusi : tidak ada
c. Depersonalisasi : tidak ada
8
d. Derealisasi : tidak ada
5. Pikiran :
a. Bentuk pikir :
Realistic
b. Arus pikir : koheren
1. Produktivitas : baik
2. Kontinuitas : baik
3. Relevansi : relevan
4. Hendaya berbahasa : tidak ditemukan
c. Isi pikir
Ide rujukan, ide bersalah
6. Daya Nilai
a. Norma sosial : baik
b. Uji daya nilai : baik
c. Penilaian realitas : baik
7. Tilikan
Tilikan derajat 4: pemahaman bahwa dirinya sakit tetapi tidak mengetahui
penyebabnya.
8. Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Tanda-tanda vital:
TD = 120/80 mmHg
N = 84x/menit
P = 18x/menit
S = afebris
9
b. Pemeriksaan Fisik
Mata : tidak ditemukan kelainan
Hidung : tidak ditemukan kelainan
Telinga : tidak ditemukan kelainan
Paru : tidak ditemukan kelainan
Jantung : tidak ditemukan kelainan
Abdomen : tidak ditemukan kelainan
c. Status Neurologis
Sistem sensorik : dalam batas normal
Sistem motorik : dalam batas normal
Fungsi luhur : dalam batas normal
d. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 24 Juni 2015
Hemoglobin : 12,8 g/dl
Eritrosit : 5,85 g/dl
Hematokrit : 36%
Leukosit : 10.700 juta sel/mm
Trombosit : 366.000 sel/mm
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Ny. E, Perempuan, 25 tahun, SMP, Islam, Sunda, Pekerjaan ibu rumah
tangga, tinggal di Kedondong, Kab. Pesawaran, datang dari poli klinik
pada tanggal 24 Juni 2015.
Pasien berpenampilan sesuai dengan usianya, cara berpakaian santai dan
perawatan diri cukup. Jiwa karena keluhan pada saat tidur pasien sering
terbangun pada malam hari secara tiba-tiba dan sulit untuk tidur kembali..
10
Menurut pasien tidurnya tidak nyenyak, tidak merasa puas dan tidurnya
terasa terganggu. Selain itu pasien juga merasa malu untuk keluar rumah
karena pasien merasa banyak yang membicarakan, sehingga pasien lebih
suka menyendiri, melamun dan terkadang menangis dikamar. Keluhan ini
sebelumnya pernah dirasakan ±6 tahun yang lalu namun memberat sejak 6
bulan terakhir. Pada awalnya salah satu tetangga pasien sering mendengar
pertengkaran antara pasien dan suaminya, karena tau tetangganya tersebut
mengetahui dan menyebarkan pada tetangga yang lain apabila keluar
rumah dan bertemu dengan tetangganya tersebut pasien masih merasa
kesal. Menurut pasien merasa lebih sensitif, mudah marah dan dalam
hatinya merasa banyak yang membicarakan dari belakang. Pada akhirnya
kadang-kadang suami dan anak-anaknya menjadi pelampiasan kekesalan
pasien. Kemudian, pasien mengatakan, pasien sering merasa tidak percaya
diri dan merasa malu apabila berhadapan dengan orang banyak karena
memiliki ekonomi yang rendah. Pekerjaan suami pasien hanya serabutan
dan pekerjaan pasien seorang ibu rumah tangga yang hanya mencukupi
untuk makan dan biaya sekolah anak-anaknya, tetapi pasien mengatakan
kebutuhan lain masih kurang tercukupi. Karena banyaknya pikiran yang
dirasakan pasien, pasien mengatakan sekarang berat badannya turun dan
banyak yang bilang pasien menjadi kurus, menurut pasien malas untuk
makan karena tidak nafsu makan. Pasien merasa dirinya tidak berguna dan
sempat terlintas dipikirannya untuk bunuh diri. Pasien merasa malas untuk
mengerjakan pekerjaan rumah tangga, siang hari pasien lebih banyak di
dalam kamar, dan akhirnya yang mengerjakan pekerjaan rumah adalah
suami pasien, dan sering timbul pertengkaran.
Riwayat prenatal dan perinatal dan riwayat masa kanak awal baik tidak
ditemukan adanya kelainan serta sama dengan anak lain pada umumnya.
Pasien menempuh pendidikan SD selama enam tahun dan tidak
melanjutkan ke jenjang SMP karena masalah ekonomi.
11
Dari status mental, kesadaran pasien compos mentis, sikap pasien selama
wawancara kooperatif. Selama wawancara pasien tenang. Kontak mata
dengan pemeriksa baik. Pasien berbicara spontan,lancar, intonasi sedang,
volume cukup, kualitas cukup, artikulasi jelas, kuantitas cukup. Mood
pasien hipotimia dengan afek depresi dan serasi. Bentuk pikiran realistic,
arus pikir koheren, produktivitas baik, dengan kontinuitas baik, dan tidak
didapatkan hendaya berbahasa. Pada isi pikir terdapat ide rujukan dan ide
bersalah. Pada penilaian fungsi kognitif, daya konsentrasi kurang, orientasi
waktu,tempat dan orangbaik, daya ingat jangka panjang, daya ingat jangka
menengah baik, jangka pendek, dan jangka segera juga baik.Penilaian
pasiendalam norma sosial, uji daya nilaitidak terganggu. Pasien merasa
dirinya sakit namun tidak diketahui penyebabnya dan secara keseluruhan
pernyataan pasiendapat dipercaya. Dari pemeriksaan fisik tidak ditemukan
adanya kelainan.
VII. FORMULASI DIAGNOSIS
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan perasaan atau mood yang
bermakna serta menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability
(hendaya) dalam pekerjaan dan kehidupan sosial pasien,sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien ini mengalami gangguan jiwa.
Berdasarkan data-data yang didapat memelalui anamnesis baik
alloanamnesis dan autoanamnesis, pemeriksaan fisik dan rekam medik,
tidak ditemukan riwayat demam tinggi atau kejang sebelumnya ataupun
kelainan organik. Oleh karena itu diagnosis gangguan mental organik
(F.0) dan penggunaan zat psikoaktif (F.1) dapat disingkirkan. Pada
pasien didapatkan adanya gangguan afektif yaitu mood hipotimia, afek
depresi dan kesesuaian appropriate. Keluhan disertai dengan perasaan
sedih, murung, kehilangan minat, tidak percaya diri, merasa bersalah, tidak
berguna bahkan terlintas dipikirannya untuk mati, nafsu makan berkurang.
Keluhan dirasakan kembali enam bulan terakhir ini, keluhan ini bukanlah
yang pertama, melainkan sudah kedua kalinya dirasakan oleh pasien
12
sehingga diagnosis pasien adalah gangguan depresif berulang (F.33),
sekaligus menyingkirkan diagnosis gangguan depresif (F.32). Pada
pasien juga ditemukan tiga gejala utama dengan terdapat enam gejala
lainnya, yang terdiri dari afek depresif, kehilangan minat dan
kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju keadaan mudah lelah dan
menurunnya aktivitas. Selain itu, didapatkan enam gejala lainnya berupa
konsentrasi dan perhatian berkurang, kepercayaan diri berkurang, gagasan
rasa bersalah dan tidak berguna, gagasan membahayakan diri sendiri, tidur
terganggu, nafsu makan berkurang. Berdasarkan gejala tersebut pasien
dapat didiagnosa menderita gangguan depresif berulang, episode kini
berat tanpa gejala psikotik (F.33.2).
Pada aksis II tidak ada diagnosis, karenakan pada autoanamnesis tidak
didapatkan gangguan tumbuh kembang pada usia kanak-kanak dan remaja.
Pasien menyelesaikan pendidikan SD nya dengan baik dan tidak
dilanjutkan karena masalah ekonomi. Dari data tersebut diagnosis
retardasi mental (F.70) dapat disingkirkan. Pada anamnesis dan
pemeriksaan fisik tidak ditemukan riwayat penyakit fisik. Aksis III tidak
ada diagnosis, karena pada pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
Pasien memiliki hubungan yang kurang baik dengan lingkungan tempat
tinggalnya. Apabila pasien bertemu dengan tetangganya yang pernah
membicarakannya kepada tetangga lain pasien selalu merasa kesal. Pasien
malu untuk bergaul dengan lingkungan sekitar tempat tinggalnya, merasa
tidak percaya diri.Akhirnya pasien lebih sering menyendiri, melamun dan
menangis di dalam kamar. Sehingga pada aksis IV terdapat adanya stresor
masalah psikososial dan lingkungan. Pada aksis V, penilaian terhadap
kemampuan pasien untuk berfungsi dalam kehidupannya menggunakan
skala GAF (Global Assessment of Functioning). Pada saat dilakukan
wawancara, skor GAF 50-41 (gejalaberat (serious) dan disabilitas berat).
13
VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I :gangguan depresif berulang episode kini berat tanpa gejala
psikotik (F.33.2) dd. gangguan depresif berulang episode
kini berat dengan gejala psikotik (F.33.3)
Aksis II : tidak ada diagnosis
Aksis III : tidak ada diagnosis
Aksis IV : masalah psikososial dan lingkungan
Aksis V : GAF50-41 (saat ini)
IX. DAFTAR PROBLEM
a. Organobiologik: tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang
bermakna, tetapi diduga terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter.
b. Psikologik: ditemukan gangguan afektif berupa mood hipotimia dan
afek depresi sehingga pasien membutuhkan psikoterapi.
c. Sosiologik: ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, sehingga
pasien membutuhkan sosioterapi.
X. PROGNOSIS
Faktor yang meringankan :
1. Dukungan keluarga
2. Motivasi yang kuat
3. Tidak ada riwayat keluarga
Faktor yang memperberat:
1. Sikap tetangga
2. Kambuh-kambuhan
3. Kebutuhan ekonomi
a. Quo ad vitam : dubia ad bonam
b. Quo ad functionam : dubia ad bonam
c. Quo ad sanationam : dubia ad bonam
14
XI. RENCANA TERAPI
a. Psikofarmaka :
Golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors)
Fluoxetine 1 x 20 mg (dosis pemeliharaan dosis tunggal yang
diberikan pada pagi hari)
Chlordiazepoxide 2x 5mg
b. Psikoterapi Supportif
Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menceritakan keluhan dan isi hati sehingga pasien tidak merasa
terbebani.
Konseling : memberikan pengertian kepada pasien mengenai
penyakitnya dan memahami kondisinya serta menganjurkan untuk
berobat teratur.
Sosioterapi : memberikan penjelasan pada suami pasien dan
orang-orang disekitar pasien untuk memberikan dorongan dan
menciptakan lingkungan yang kondusif.
XII. PEMBAHASAN
a. Apakah diagnosis sudah tepat?
Menurut kami diagnosis pada kasus ini sudah tepat karena, pada
pasien ditemukan adanya gangguan suasana perasaan serta
menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability (hendaya)
dalam pekerjaan dan kehidupan sosial pasien.
Aksis I
Berdasarkan data-data yang didapat memelalui anamnesis,
pemeriksaan fisik dan rekam medik, tidak ditemukan riwayat demam
tinggi atau kejang sebelumnya ataupun kelainan organik. Oleh
karena itu, hal ini menjadi dasar untuk menyingkirkan diagnosis
gangguan mental organik (F.0) dan penggunaan zat psikoaktif
15
(F.1). Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dengan pasien dan
suami pasien. Pada pasien didapatkan gangguan afektif yaitu mood
hipotimia, afek depresi dan kesesuaian appropriate. Keluhan disertai
dengan perasaan sedih, murung, kehilangan minat, tidak percaya diri,
merasa bersalah, tidak berguna bahkan terlintas dipikirannya untuk
mati, nafsu makan berkurang. Keluhan dirasakan kembali enam bulan
terakhir ini, keluhan ini bukanlah yang pertama, melainkan sudah
kedua kalinya dirasakan oleh pasien sejak ± 6 tahun yang lalu
sehingga diagnosis untuk pasien ini adalah gangguan depresif
berulang (F.33), sekaligus menyingkirkan diagnosis gangguan
depresif (F.32). Pada pasien juga ditemukan tiga gejala utama dengan
terdapat enam gejala lainnya, yang terdiri dari afek depresif,
kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju
keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas. Selain itu, didapatkan
enam gejala lainnya berupa konsentrasi dan perhatian berkurang,
kepercayaan diri berkurang, gagasan rasa bersalah dan tidak berguna,
gagasan membahayakan diri sendiri, tidur terganggu, nafsu makan
berkurang. Dari data ini menjadi dasar untuk mendiagnosis bahwa
pasien menderita gangguan depresif berulang, episode kini berat
tanpa gejala psikotik (F.33.2).
Aksis II
Aksis II tidak ada diagnosis dikarenakan pada autoanamnesis tidak
didapatkan gangguan tumbuh kembang pada usia kanak-kanak dan
remaja. Pasien menyelesaikan pendidikan SD nya dengan baik dan
tidak dilanjutkan karena masalah ekonomi, sehingga dapat
menyingkirkan diagnosis retardasi mental (F.70).
Aksis III
Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan riwayat
penyakit fisik. Dari pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
16
Oleh karena itu dapat disimpulkan pada aksis III tidak ada
diagnosis.
Aksis IV
Pasien memiliki hubungan yang kurang baik dengan lingkungan
tempat tinggalnya. Apabila pasien bertemu dengan tetangganya yang
pernah membicarakannya kepada tetangga lain pasien selalu merasa
kesal. Pasien malu untuk bergaul dengan lingkungan sekitar tempat
tinggalnya, merasa tidak percaya diri.Akhirnya pasien lebih sering
menyendiri, melamun dan menangis di dalam kamar. Sehingga pada
aksis IV terdapat adanya stresor masalah psikososial dan lingkungan.
Aksis V
Penilaian terhadap kemampuan pasien untuk berfungsi dalam
kehidupannya menggunakan skala GAF (Global Assessment of
Functioning). Pada saat dilakukan wawancara, skor GAF 50-41
(gejala berat (serious) dan disabilitas berat). Hal ini ditandai dengan
pasien tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
b. Apakah rencana terapi sudah tepat?
Rencana terapi pada kasus ini sudah tepa, karena berdasarkan buku
ajar psikiatri FK UI, pengobatan depresi adalah dengan farmakoterapi
serta psikoterapi untuk menurunkan banyaknya stressor dalam hidup
pasien. Pada farmakoterapi yang dipilih untuk pasien ini adalah
Fluoxetin yang merupakan obat antidepresi golongan SSRI (Selective
Serotonoin Reuptake Inhibitors). Sertraline dipilih karena obat ini
memiliki efek kardiologik yang minimal dibandingkan obat
antidepresi golongan yang lain. Selain itu golongan SSRI juga
memiliki efek samping lain yang minimal, spektrum antidepresi yang
luas, dengan gejala putus obat sangat minimal, serta lethal dose yang
tinggi (>6000mg) sehingga relatif aman untuk pasien ini yang berobat
jalan.
17
Disertai dengan pemberian obat golongan Benzodiazepine untuk
mengobati symptom, hal ini dikarenakan efek obat fluoxetin baru akan
muncul setelah dua minggu.
c. Apakah prognosis sudah tepat?
Pada prognosis pasien terdapat beberapa hal yang harus pertimbangan
karena memperngaruhi prognosis pasien:
Faktor yang meringankan :
Dukungan keluarga (suami yang selalu mendukung dan
mengantar pasien)
Motivasi yang kuat (keinginan kuat yang ingin sembuh)
Tidak ada riwayat keluarga (keluarga pasien tidak ada yang
mengalami gangguan yang sama)
Faktor yang memperberat:
Sikap tetangga (mengatakan pasien orang gila)
Kambuh-kambuhan
Ekonomi yang kurang
Dari data tersebut dapat terlihat bahwa daftar yang memperingan lebih
banyak dibanding yang memperberat sehingga di prognosis dubia ad
bonam, selain itu kasus ini tidak terdapat gangguan psikosis yang
dapat memperberat prognosis.
18
2008
Riwayat perjalanan penyakit
19
lahir 18 tahun(Menikah)
25 thn19 tahun
Tidak percaya diri, malu untuk
keluar rumah, sehingga
menyendiri, melamun, menangis
di kamar
Lalu pasien dan suaminya sempat
tinggal dirumah ibu pasien selama
±5 bulan
1990 2007Sekarang
(2015)
Sulit tidur
Tidak percaya diri, malu untuk keluar
rumah, sehingga menyendiri, melamun,
menangis di kamar
Sensitif mudah marah dan merasa ada yang
membicarakan
Nafsu makan berkurang
Merasa tidak berguna dan ingin mati saja
Malas mengerjakan pekerjaan rumah tangga
DAFTAR PUSTAKA
1. Amir, Nurmiati. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2. Jakarta. FKUI. 2013
2. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis edisi 7 jilid 1. Jakarta: Binarupa
Aksara.2010.
3. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran jiwa FK Unika Atmajaya. 2007.
4. Maslim, Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klini Obat Psikotropik. Edisi
Ketiga. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran jiwa FK Unika Atmajaya. 2007.
20