(uts) PENGEMBANGAN PROGRAM SMPN 3 BANDUNG
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of (uts) PENGEMBANGAN PROGRAM SMPN 3 BANDUNG
PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN DANKONSELING KOMPREHENSIF SMP NEGERI 3 BANDUNG
Mid-Test Semester
Diajukan untuk memenuhi tugas ujian tengah semestermata kuliah
Pengembangan Program dan Media BK yang diampu oleh Prof. Dr. Uman Suherman, M.Pd
dan Dr. Ilfiandra, M.Pd
Oleh
Feby Nur Pertiwi0906890
PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGANFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIABANDUNG2012
2
DEVELOPING COMPREHENSIVE GUIDANCE AND
COUNSELING IN BANDUNG JUNIOR HIGH SCHOOL 3
Feby Nur Pertiwi
Summary
ii
PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN DANKONSELING KOMPREHENSIF SMP NEGERI 3 BANDUNG
A. Struktur Program1. Komponen Struktural
a. Definisi
Bimbingan sebagai salah satu komponen yang
terintegral dari keseluruhan penyelenggaraan
pendidikan di sekolah. Bimbingan sangat
diperlukan keberadaannya dalam mencapai tujuan
pendidikan secara keseluruhan. Program bimbingan
dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk
peserta didik, baik secara perorangan maupun
kelompok agar mandiri dan berkembang secara
optimal dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar,
dan karier melalui berbagai jenis layanan dan
kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang
berlaku. Cara kerja dalam kegiatan bimbingan dan
konseling dengan adanya suatu tim yang sinergis
yang terdiri dari konselor yang memiliki
kompetensi dan kualifikasi profesional, guru mata
pelajaran, dan staf lainnya akan mengoptimalkan
perkembangan peserta didik.
Sistem pelaksanaan pengembangan program
bimbingan dan konseling mencakup empat komponen.
1
Kurikulum Bimbingan dan Konseling: pengajaran
kelas, pengembangan kurikulum interdisipliner,
dan aktivitas kelompok, serta instruksi dan
workshop bagi orangtua peserta didik.
Perencanaan Individual: penilaian
individual/kelompok kecil dan pemberian saran
pada individual/kelompok kecil.
Layanan Responsif: konsultasi, konseling
individual dan kelompok kecil, konseling
krisis, referral, dan fasilitasi oleh teman
sebaya.
Dukungan Sistem: pengembangan professional;
konsultasi, kolaborasi, dan pembentukan tim;
serta manajemen dan operasi program.
b. Rasional
Program bimbingan dan konseling di sekolah
menengah pertama memliki fokus kebutuhan dengan
perkembangan yang cepat di usia atau masa puber.
Masa puber adalah periode yang unik dan khusus
yang ditandai oleh perubahan-perubahan
perkembangan tertentu yang tidak terjadi dalam
tahap-tahap lain dalam rentang kehidupan
(Hurlock, 1980).
Dalam proses pendidikan, peserta didik
sebagai subjek pendidikan tidak terlepas dari
berbagai permasalahan masa puber yang pada
2
umumnya gawat, terutama karena berakibat jangka
panjang. Hanya sedikit anak puber yang
terpengaruh bahaya fisik, sedangkan semua anak
puber terpengaruh oleh bahaya psikologis meskipun
dalam tingkat yang berbeda. Permasalahan tersebut
diantaranya:
Konsep diri yang kurang baik
Prestasi rendah
Kurangnya persiapan untuk menghadapi perubahan
masa puber
Penerimaan tubuh yang berubah
Penyimpangan dalam pematangan seksual
Bimbingan dan konseling hadir sebagai layanan
pemberian bantuan yang bersifat preventif dan
afektif yang berada dalam lingkungan
persekolahan, karena disanalah konselor dan juga
steakholder yang terkait dengan bimbingan dan
konseling sangat dibutuhkan dalam memfasilitasi
layanan yang memberikan kenyaman dan ketenangan
bagi peserta didik dalam melakukan dan
mengembangkan apa yang menjadi minat dan bakat
mereka.
Berikut merupakan visi dan misi sekolah SMPN
3 Bandung yang dijadikan landasan dalam visi dan
3
misi program bimbingan dan konseling komprehensif
di SMPN 3 Bandung.
VISI SEKOLAH :
“Berakhlak Mulia, Terampil Teknologi Informasi,
Unggul Akademis dan Nonakademis serta Berwawasan
Lingkungan Sehat”
MISI SEKOLAH :
1. Mewujudkan pengembangan kurikulum yang aktif
dan proaktif
2. Mewujudkan ketersediaan tenaga pendidikan yang
cukup dan profesional
3. Mewujudkan strategi (model) pembelajaran
terkini yang interaktif
4. Mewujudkan implementasi metode pembelajaran
yang bervariatif
5. Mewujudkan ketersediaan bahan dan sumber
belajar yang selaras dan mutakhir
6. Mewujudkan peningkatan ketersediaan sarana dan
media pembelajaran berbasis IT
7. Mewujudkan lingkungan pembelajaran yang aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM)
4
8. Mewujudkan pemberdayaan usaha-usaha kecil di
sekolah untuk mendapatkan Income Generating
Activities (IGA)
9. Mewujudkan peningkatan ketercapaian standar
minimal ketuntasan belajar
10. Mewujudkan peningkatan ketercapaian standar
kelulusan siswa kelas IX
11. .Mewujudkan peningkatan ketercapaian prestasi
juara dalam berbagai kompetensi akademik
maupun non akademik
12. Mewujudkan pemahaman dan pelaksanaan ibadah
sebagai sarana peningkatan iman dan taqwa
13. Mewujudkan pembiasaan hidup sehat,
berdisiplin dan berbudi pekerti luhur serta
santun dalam pergaulan
14. Mewujudkan pencapaian mutu dan manajemen
sekolah yang transparantif dan akuntable
15. Mewujudkan jaringan informasi akademis
internal dan eksternal
16. Mewujudkan jaringan kerja, baik secara
vertikal maupun horizontal
17. Mewujudkan kerjasama yang harmonis dan
produktif di dalam lingkungan sekolah maupun
dengan unsur-unsur kemasyarakatan
18. Mewujudkan pengembangan usaha dan daya guna
potensi sekolah
5
19. Mewujudkan sistem penilaian yang reliable dan
valid.
Berikut merupakan visi dan misi program
bimbingan dan konseling komprehensif di SMP
Negeri 3 Bandung.
VISI
“Harmonis dan Terampil”
MISI
1) Memfasilitasi pengembangan peserta didik
melalui pembentukan perilaku efektif-normatif
dalam kehidupan keseharian dan masa depan.
2) Memfasilitasi pengembangan potensi dan
kompetensi peserta didik di berbagai
lingkungan.
3) Memfasilitasi pengentasan masalah peserta
didik mengacu pada kehidupan efektif sehari-
hari.
Bimbingan dan konseling adalah pekerjaan
professional yang dibangun atas keahlian,
keterampilan, sikap dan kepribadian konselor,
serta pengakuan masyarakat akan jasa layanannya.
Menurut Suherman (2009), profesionalisasi merujuk
6
pada proses peningkatan kualifikasi maupun
kemampuan para anggota profesi dalam mencapai
kriteria standar dalam penampilannyasebagai
anggota suatu profesi.
Kompetensi konselor mesti dibangun dari
landasan filosofis tentang hakikat manusia dan
kehidupannya sebagai makhluk Allah SWT, pribadi,
dan warga Negara. Saat ini, kompetensi konselor
di Indonesia telah dirumuskan ke dalam satu
Standar Kompetensi Konselor Indonesia (SKKI) yang
telah ditetapkan oleh ABKIN dan Keputusan
Mendiknas No. 27 tahun 2008. SKKI ini merupakan
suatu rumusan kemampuan dasar yang harus dimiliki
oleh setiap konselor dalam proses bimbingan dan
konseling.
c. Asumsi
Program bimbingan dan konseling memiliki
asumsi untuk mengefektifkan implementasi program
bimbingan dan konseling komprehensif pada peserta
didik, staf, dan program.
Peserta Didik:
Menetapkan prioritas layanan program bimbingan
dan konseling.
7
Mengoptimalkan kesuksesan siswa secara
individu.
Memaksimalkan perkembangan siswa secara
individu.
Meningkatkan kerja sama untuk keperluan
sekolah dan masyarakat.
Staff:
Konselor menegaskan tanggung jawab dalam
konteks program bimbingan dan konseling
sekolah.
Konselor memfokuskan pekerjaan profesional
pada kegiatan bimbingan dan konseling sekolah.
Konselor mendorong bagi setiap siswa untuk
memanfaatkan program bimbingan dan konseling.
Konselor memberikan kemudahan untuk menentukan
program, melaksanakan dan mengevaluasinya.
Konselor mengenalkan konselor sekolah sebagai
pemimpin, penyokong, dan agen perubahan.
Konselor memastikan konstribusi program
bimbingan dan konseling terhadap visi dan misi
sekolah.
Staf administrasi sekolah melindungi
integritas profesional program bimbingan dan
konselor sekolah.
Program:
8
Program bimbingan dan konseling yang
komprehensif adalah berorientasi pada
perkembangan siswa, bukan berorientasi pada
pengelolaan administrasi sekolah atau
berorientasi pada sekolah.
Program bimbingan dan konseling yang
komprehensif sebagai 100% program di mana
empat komponen program merupakan program total
tanpa pengaya.
Program bimbingan dan konseling yang
komprehensif adalah terfokus pada program.
Berbasis pendidikan, bukan berdasarkan agen
atau klinik.
Menggunakan kerangka organisasi umum, isi,
kegiatan, dan alokasi waktu konselor sekolah
dirancang untuk memenuhi siswa lokal, sekolah,
dan kebutuhan masyarakat, serta sumber daya.
2. Komponen Program
a. Kurikulum Bimbingan
Kurikulum bimbingan dan konseling sekolah
merupakan hal yang terencana, berkelanjutan,
sistematis dan mencakup penjelasan atas ruang
lingkup dan unit pengajaran didalamnya. Kurikulum
ini harus mengandung pernyataan tentang
kompetensi siswa pada setiap tingkatan kelas dan
9
indikator yang diidentifikasi serta digunakan
dalam penilaian atas kompetensi siswa.
Kurikulum bimbingan dan konseling serta
kompetensi yang didokumentasikan secara tertulis
dan didasarkan atas penilaian terhadap program
bimbingan dan konseling sekolah mengenai
kebutuhan populasi siswa. Pengetahuan,
ketrampilan dan sikap menggunakan beragam
aktivitas dan material, penguasaan siswa terhadap
kompetensi semacam ini dinilai dengan menggunakan
pretes dan pos tes, hasil kreasi maupun
penyelesaian aktivitas.
Kurikulum bimbingan dan konseling disampaikan
melalui beberapa strategi sebagai berikut :
1) Pengajaran kelas: konselor memberikan
pengajaran terhadap tim dan membantu dalam
mengajarkan kurikulum bimbingan dan konseling
sekolah, kegiatan belajar atau unit-unit dalam
kelas. Membentuk pusat pengembangan karir atau
fasilitas sekolah lainnya.
2) Aktivitas kelompok: konselor membentuk
kelompok kecil yang terencana diluar kelas,
untuk merespon kebutuhan atau minat siswa.
3) Instruksi dan workshop bagi orangtua siswa:
konselor menyelenggarakan workshop bagi
orangtua atau wali dalam untuk menunjukan
10
kebutuhan komunitas sekolah dan merefleksikan
kurikulum bimbingan dan konseling.
4) Pengembangan kurikulum interdisipliner:
konselor berpartisipasi dalam tim
interdisipliner untuk mengembangkan dan
memperbaiki isi kurikulum. Tim ini
mengembangkan unit-unit kelas yang
mengintregasikan antara persoalan mata
pelajaran dengan rangkaian kurikulum bimbingan
dan konseling sekolah. Bisa jadi, ruang
lingkup cakupan dan rangkaian kurikulum
bimbingan dan konseling sekolah mengandung
unit-unit yang disampaikan melalui cara
pendisiplinan kelas lainnya.
b. Perencanaan Individual
Dalam perencanaan individual, konselor
sekolah mengkoordinasikan kegiatan secara
sistemik dan berkelanjutan serta dirancang untuk
membantu siswa secara individual dalam menetapkan
tujuan pribadi dan mengembangkan rencana mereka
dimasa depan. Konselor sekolah mengkoordinasikan
kegiatan bantuan bagi seluruh rencana siswa,
mengawasi, dan menangani proses belajar siswa
termasuk menemukan kompetensi dalam area
akademis, karir dan perkembangan pribadi dan
11
sosialnya. Dalam komponen ini siswa mengevaluasi
tujuan edukasional, okupasional dan tujuan
personal mereka.
Perencanaan individual bagi siswa
diimplementasikan melalui beberapa startegi
sebagai berikut :
1) Penilaian individual atau kelompok kecil :
konselor sekolah mengadakan analisis dan
mengevaluasi terhadap kemampuan, minat,
keterampilan, dan prestasi siswa,.
2) Pemberian saran pada individual atrau
kelompok kecil : konselor sekolah memberi saran
pada siswa dengan menggunakan informasi pribadi
atau sosial, karir, dan pasar tenaga kerja
dalam perencanaan tujuan pribadi, edukasional
dan okupasional siswa.
3) Contoh topik dalam komponen ini adalah
a) Review skor tes, interpretasi, dan analisis.
b) Promosi dan retensi informasi.
c) Kesadaran karir.
d) Survei dan interview dengan siswa senior dan
alumni.
e) Seleksi persoalan tahunan
f) Bantuan financial
g) Perangkat pengungkap minat
h) Keterampilan sosial
12
i) Strategi penguasaan tes.
c. Layanan Responsif
Komponen layanan responsif dalam program
bimbingan dan konseling sekolah, terdiri atas
kegiatan-kegiatan untuk menemukan kebutuhan dan
persoalan yang tengah dihadapi siswa.
Penyelesaian kebutuhan atau persoalan ini
memerlukan konseling, konsultasi, pengalihan,
fasilitasi maupun informasi dari teman sebaya.
Komponen ini disediakan bagi seluruh siswa dan
seringkali siswa diberi inisiasi melalui self-
referal. Bagaimanapun guru, orangtua/wali dan
orang lain bisa juga membantu siswa. Walaupun
konselor sekolah memiliki ketrampilan dan
pelatihan khusus dalam merespon kebutuhan.
Layanan responsif disampaikan melalui
strategi-strategi seperti:
1) Konsultasi: Konselor berkonsultasi dengan
orangtua/wali, guru, tenaga pendidik lain atau
dengan agen masyarakat mengenai strategi untuk
membantu siswa dan keluarga.
2) Konseling Indidvidual dan kelompok kecil:
Konseling diberikan dalam suatu kelompok kecil
atas dasar individual bagi siswa dalam
mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang
13
berkenaan dengan hubungan, masalah pribadi
atau tugas-tugas perkembangan pribadi mereka.
Konseling individual dan kelompok kecil
membantu siswa mengidentifikasi masalah,
sebab-sebab, alternatif, dan konsekuensi yang
mungkin terjadi, sehingga mereka dapat
mengambil tindakan yang tepat. Konseling
semacam ini pada dasarnya berjangka pendek.
Konselor sekolah tidak memberikan terapi.
3) Konseling krisis : Konseling krisis memberikan
pencegahan, intervensi, dan tindak lanjut.
Konseling dan dukungan diberikan pada siswa
dan keluarga dalam menghadapi situasi darurat.
Konseling semacam ini biasanya dilakukan dalam
jangka pendek dan bersifat sementara, saat
dibutuhkan , pengalihan dapat dibuat terhadap
sumber-sumber masyarakat yang tepat. Konselor
sekolah dapat memegang peran sebagai pemimpin
dalam proses intervensi krisis suatu tim dalam
lembaganya.
4) Alih tangan (reveral) : konselor menggunakan
sumber acuan untuk menangani kasus krisis
seperti keinginan bunuh diri, kekerasan,
pelecehan, depresi, dan kesulitan keluarga.
Sumber acuan ini bisa meliputi agen-agen
kesehatan mental, tenaga kerja, dan program
14
pelatihan, layanan bagi remaja serta layanan
sosial dan kemasyarakatan lainnya.
5) Fasilitasi oleh teman sebaya : banyak konselor
melatih siswa sebagai perantara teman sebaya,
manager konflik, tutor maupun mentor. Teknik-
teknik pemecahan masalah dan resolusi konflik
digunakan untuk membantu siswa belajar
bagaimana mereka bergaul dengan orang lain.
Melalui perantara teman sebaya, siswa dilatih
dalam suatu sistem agar berguna bagi teman
terdekatnya yang sedang memiliki masalah dalam
bergaul dengan orang lain.
d. Dukungan Sistem
Dukungan sistem terdiri atas aktivitas
manajemen yang membentuk, memelihara dan
memelihara aktifitas serta efisiensi bimbingan
dan konseling sekolah secara keseluruhan.
Konselor sekolah menggunakan keterampilan
kepemimpinan serta advokasi mereka untuk
mempromosikan perubahan yang sistemik dengan cara
berkontribusi dalam aspek-aspek seperti dibawah
ini, :
1) Pengembangan profesional : konselor sekolah
terlibat secara rutin dalam memperbaharui dan
15
membagi pengetahuan serta keterampilan
profesional.
2) Konsultasi, kolaborasi dan pembentukan tim :
melalui konsultasi, pembentukan partner,
kolaborasi dan pembentukan tim, konselor
sekolah memberikan kontribusi bnagi sekolah.
3) Managemen dan operasi program: aktifitas ini
mencakup perencanaan dan tugas –tugas
manajemen yang dibutuhkan untuk mendukung
akltivitas yang dilaksanakan dalam program
bimbingan dan konseling sekolah mencakup juga
tanggung jawab yang harus dipikul sebagai
anggota staf sekolah.
B. Identifikasi dan Pendataan Kompetensi Peserta
didikIntrumen dan format yang digunakan mencakup dalam
kegiatan layanan maupun kegiatan administrasi adalah
dengan menggunakan tes Inventori Tugas Perkembangan
(ITP) maupun data hasil pemeriksaan psikologis yang
telah dilaksanakan kepada seluruh peserta didik.
Sebagai dasar untuk penyusunan program layanan
bimbingan dan konseling yang berbasis tugas-tugas
perkembangan, maka dilakukan langkah-langkah
identifikasi dan evaluasi kebutuhan secara rasional
melalui layanan yang sifatnya demand supplier yang
16
berlaku umum untuk seluruh peserta didik sedangkan
langkah identifikasi dan evaluasi kebutuhan secara
empiris ditempuhmelalui pengisian sejumlah kuesioner
untuk menganalisis kebutuhan nyata pesertadidik
sehingga layanan diharapkan akan efektif karena
sifatnya demand driven.
Hasil tes Inventori Tugas Perkembangan (ITP) yang
sudah dilaksanakan di kelas VII, VIII, dan IX
menunjukan beberapa aspek perkembangan yang masih
rendah dan perlu bimbingan untuk mengembangkannya.
Berdasarkan hasil tes ITP tersebut dapat digambarkan
bahwa pencapaian tugas-tugas perkembangan peserta
siswa SMPN 3 Bandung meliputi :
Rata-rata Hasil Analisis Siswa SMPN 3 BandungNo. Aspek Perkembangan Skor1 Landasan hidup religious 3.5982
2 Landasan perilaku etis 3.6713
3 Kematangan emosional 3.7435
4 Kematangan intelektual 3.7194
5 Kesadaran tanggung jawab 3.7846
6Peran sosial sebagai pria atau
wanita3.8617
7Penerimaan diri dan
pengembangannya4.0980
8 Kemandirian perilaku ekonomis 3.7539
17
9 Wawasan dan persiapan karier 3.9641
10Kematangan hubungan dengan
teman sebaya4.1890
Berdasarkan Hasil analisis tingkat pencapaian
tugas perkembangan Siswa yang dilakukan terhadap Siswa
SMP Negeri 3 Bandung, didapatkan hasil sebagai
berikut :
Tiga Tertinggi:
Pencapaian kematangan hubungan baru teman sebaya
4.189 = 83.78%
Penerimaan diri dan pengembangannya 4.090 = 81.8%
Wawasan persiapan karier 3.964 = 79.28%
Tiga Terendah
Landasan hidup religius 3.598 = 71.96%
Landasan perilaku etis 3.671 = 73.42%
Kematangan intelektual 3.719 = 74.38%
Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa pencapain
tugas perkembangan pada aspek landasan hidup religius
siswa SMP Negeri 3 Bandung rata-rata baru mencapai
3.598 atau sekitar 71.96 % dari yang seharusnya dicapai
oleh anak SMP. Aspek landasan perilaku etis rata-rata
baru mencapai 3.671 atau sekitar 73.42 % dari hasil
yang diharapkan dapat dicapai. Dan aspek kematangan
18
intelektual rata-rata siswa baru mencapai skor 3.719
atau sekitar 74.38 % dari hasil yang diharapkan dapat
dicapai oleh siswa SMP.Berdasarkan pada hasil anilisis
tugas perkembangan tersebut maka pelaksaan bimbingan
dan konseling bagi siswa SMP Negeri 3 Bandung mengacu
pada tiga aspek perkembangan terendah dari hasil
analis. Dengan harapan bahwa program yang dibuat
membantu siswa SMP Negeri 3 Bandung dapat mencapai
tugas-tugas perkembangannya secara optimal.
Berdasarkan data di atas, kemudian dirumuskan
kompetensi-kompetensi yang akan dikembangkan dengan
menggunakan hasil penyebaran ITP. Kompetensi-kompetensi
dan materi yang dikembangkan sebagai berikut.
1. Landasan hidup religius
a. Siswa meyakini bahwa agama adalah sebagai pedoman
hidup
b. Siswa mampu untuk mengamalkan nilai-nilai keimanan
dan ketakwaan terhadapTuhan dalam kehidupan sehari-
hari
c. Siswa mampu mentaati nilai-nilai yang terkandung
dalam agama
d. Siswa dapat melaksanakan ibadah sesuai dengan
aturan yang berlaku
2. Landasan Perilaku Etis
19
a. Siswa mampu bersikap sopan dan santun
b. Siswa mampu mentaati segala peraturan yang berlaku
di lingkungannnya
c. Siswa mampu saling menghormati dengan orang lain
3. Kematangan Intelektual
a. Siswa mampu bersikap rasional dalam mengambil
suatu keputusan
b. Siswa mampu membedakan antara hak dan kewajiban
c. Siswa mampu membedakan antara yang benar dan salah
C. Prioritas untuk Peluncuran Program
(Kualitatif)1. Prioritas untuk Kompetensi Konselor Sekolah
Kompetensi adalah sebuah kontinum perkembangan
mulai dari proses kesadaran, akomodasi, dan
tindakan nyata sebagai wujud kinerja. Kompetensi
konselor mesti dibangun dari landasan filosofis
tentang hakikat manusia dan kehidupannya sebagai
makhluk Allah SWT, pribadi, dan warga Negara. Saat
ini, kompetensi konselor di Indonesia telah
dirumuskan ke dalam satu Standar Kompetensi
Konselor Indonesia (SKKI) yang telah ditetapkan
oleh ABKIN dan Keputusan Mendiknas No. 27 tahun
2008. SKKI ini merupakan suatu rumusan kemampuan
dasar yang harus dimiliki oleh setiap konselor
20
dalam proses bimbingan dan konseling. SKKI ini
terdiri dari 7 kompetensi dasar, yaitu sebagai
berikut:
Standar Kompetensi Konselor Indonesia (SKKI)No. Kompetensi Dasar Sub-Kompetensi1 Menguasai konsep dan praktis
pendidikana. memahami landasan
keilmuan;b. menguasai landasan
kebudayaan; dan c. menguasai konsep dasar
serta mengimplementasikan prinsip-prinsip pendidikan.
2 Memiliki kesadaran dan komitmen etika professional
a. menampilkan pribadi konselor secara utuh;
b. menampilkan perilaku etik dan professional; dan
c. memiliki komitmen untukmeningkatkan kemampuan professional.
3 Menguasai konsep perilaku danperkembangan individu
a. memahami kaidah- kaidahperilaku individu dan kelompok;
b. memahami konsep kepribadian;
c. memahami konsep dan prinsip-prinsip perkembangan individu; dan
d. mampu memfasilitasi perkembangan individu.
4 Menguasai konsep dan praksis assesmen
a. memahami hakikat, makna, dan teknik
21
asesmen;b. memilih strategi dan
teknik asesmen yang tepat;
c. mengadministrasikan asesmen dan menafsirkanhasilnya; dan
d. memanfaatkan hasil asesmen untuk kepentingan bimbingan dan konseling.
5 Menguasai konsep dan praksis riset dalam bimbingan dan konseling
a. memahami konsep dasar, landasan, azas, fungsi,tujuan, dan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling;
b. memahami bidang-bidang garapan bimbingan dan konseling;
c. menguasai pendekatan-pendekatan dan teknik-teknik bimbingan dan konseling; dan
d. mampu menggunakan dan mengembangkan media bimbingan dan konseling.
6 Memiliki kemampuan mengelola program bimbingan dan konseling
a. memiliki pengetahuan dan keterampilan perencanaan program bimbingan dan konseling;
b. mampun mengorganisasikan dan mengimplementasikan program bimbingan dan konseling;
c. mampu mengevaluasi program bimbingan dan
22
konseling; dand. mampu mendesain
perbaikan serta pengembangan program bimbingan dan konseling.
7 Menguasai konsep dan praktis reset dalam bimbingan dan konseling
a. memahami berbagai jenisdan metode reset;
b. mampu merancang reset bimbingan dan konseling;
c. melaksanakan reset bimbingan dan konseling;
d. memanfaatkan hasil reset dalam bimbingan dan konseling.
2. Prioritas untuk Staf Program Bimbingan dan
Konseling
Pengembangan kerja sama professional itu
merupakan indikator sekaligus menjadi manifestasi
berhasil tidaknya suatu pengorganisasian dan tujuan
dari rencana-rencana sekolah termasuk di dalamnya
program bimbingan dan konseling.
Berikut merupakan prioritas untuk staf program
bimbingan dan konseling berdasarkan program
bimbingan dan konseling saat ini di sekolah
menengah pertama.
Prioritas yang Diinginkan Konselor
Kompetensi / Domain KinerjaDomain Kinerja Prioritas
23
Manajemen Program 5Bimbingan 1Konseling 2Konsultasi 3Koordinasi 4Penilaian siswa 6Professional 7
3. Prioritas untuk Orang Tua
Prioritas dari perspektif orang tu, bagaimana
program bimbingan dan konseling yang dapat membantu
anak mereka sebagai penguat dari usaha mereka. Dari
perspektif program bimbingan dan konseling, orang
tua merupakan staf tambahan program bimbingan dan
konseling. Berikut merupakan peran orangtua sebagai
staf dalam program bimbingan dan konseling
komprehensif:
a. mengetahui dan memahami program bimbingan dan
konseling yang dilaksanakan di sekolah;
b. berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling yang ditandai dengan:
1) memenuhi setiap undangan yang diberikan
sekolah, terutama yang berhubungan dengan
pemecahan masalah yang dihadapi putera-
puterinya;
24
2) memfasilitasi kelanjutan proses perkembangan
putra-puterinya pada pihak sekolah;
3) mengkomunikasikan perkembangan putra-putrinya
pada pihak sekolah;
4) meneliti perkembangan putra-putrinya,
terutama di luar sekolah.
c. memahami perkembangan putra-putrinya;
d. memahami keberhasilan belajar putera-
puterinya;
e. membantu memecahkan masalah yang dihadapi
putera-puterinya; dan
f. menyesuaikan keinginannya dengan kondisi yang
dimiliki putera-puterinya, baik untuk kelanjutan
studi maupun dalam memasuki kerjanya.
4. Prioritas untuk Konseli yang Ditangani
Secara global, terdapat dua populasi dasar
dengan siapa konselor bekerja di sekolah yaitu
dengan siswa dan orang dewasa. Dalam populasi
siswa, ada siswa dengan kebutuhan untuk intervensi
perkembangan, intervensi pencegahan, intervensi
perbaikan, atau intervensi krisis. Pada
pembentukan, masing-masing tingkat kelas merupakan
sub-populasi sebuah tahapan perkembangan dan
termasuk siswa dengan kebutuhan, perbaikan, atau
25
krisis intervensi pencegahan. Dalam populasi orang
dewasa: penduduk, ada orangtua, orang dewasa yang
berhubungan dengan sekolah, dan berbasis komunitas
orang dewasa yang bekerja dengan siswa siswa.
Populasi orangtua mencerminkan subset dari staf
sekolah termasuk guru-guru mata pelajaran, konselor
lain, dan administrator.
Berikut merupakan prioritas untuk konseli yang
ditangani berdasarkan program bimbingan dan
konseling saat ini di sekolah menengah pertama.
Prioritas untuk Konseli yang Ditangani
KonseliPriori
tasSiswa dengan kebutuhan intervensi
perkembangan
4
Siswa dengan kebutuhan intervensi
preventif
5
Siswa dengan kebutuhan intervensi
remedial
3
Siswa dengan kebutuhan intervensi
krisis
*
Guru 6Orang tua 7Administrator 1Lainnya 2Catatan: tanda bintang (*) pada tabel di atas
maksudnya ialah jika ada siswa dengan
26
kebutuhan intervensi krisis harus selaludiprioritaskan dalam penangannya.
5. Prioritas untuk Kompetensi Peserta Didik
Siswa akan mengembangkan dan menggabungkan
pemahaman tentang karakteristik pribadi yang unik
dan kemampuan diri mereka sendiri dan orang lain.
Berikut merupakan prioritas untuk kompetensi
peserta didik berdasarkan tes ITP di SMPN 3
Bandung.
untuk Kompetensi Siswa berdasarkanAspek Perkembangan Hasil ITPAspek Perkembangan Prioritas
Landasan hidup religius 1Landasan perilaku etis 2Kematangan emosional 4Kematangan intelektual 3Kesadaran tanggung jawab 6Peran sosial sebagai pria atau
wanita7
Penerimaan diri dan
pengembangannya9
Kemandirian perilaku ekonomis 5Wawasan dan persiapan karier 8Kematangan hubungan dengan
teman sebaya10
27
6. Prioritas untuk Kegiatan Bimbingan Setiap Komponen
Setelah pertanyaan telah dijawab mengenai apa
yang paling penting yang harus ada dalam program
bimbingan dan konseling komprehensif, jawabannya
kemudian diringkas dan disajikan kepada semua
peserta dalam proses pengambilan keputusan, komite
streering, komite penasihat, pemimpin yang relevan,
dan administrator, juga konselor sekolah. Ulasan
ini membantu membawa teakholder bersama serta
membuat keputusan yang jelas dibuat sampai saat
ini. Berikut tabel prioritas dari setiap komponen.
KurikulumBimbingan
PerencanaanIndividual
LayananResponsif
DukunganSistem
Siswa/Konseli
perkembangan
perkembangan
bimbinganpreventif
orangdewasayangpenting
PrioritasKonten
Keterampilanberkomunikasi efektifitaslintasbudayakeputusanmembuatkeputusandan
pendidikandanpenetapantujuankarirsertaperencanaan aksi
keberhasilanakademispilihankarirpelecehananak efektifitas lintasbudaya putussekolah
manajemenProgrambimbinganLayanankegiatanWideSekolahkepadaprogramlain
28
pemecahanmasalah efektifitas antarpribadi motivasiuntukmencapaisesuatu perilakubertanggung jawabpengembangan hargadiri
pilihanpendidikan
masalahkeluargakerugiandankesedihanhubungandenganorangdewasahubungandengantemansebaya perilakubertanggung jawab kehadirandi sekolahpenghargaan dirisekstekananpenyalahgunaan zatbunuh diri
PrioritasKegiatan
pelajarandan unit
portofoliopengembanganadvicementpengujiantransisi
konselingindividu konselingkelompokkecilpenyerahan
pengembangan program
pengembangan stafpengembang
29
preregistration
rapatorangtua rapat guru
an sumberdayahubunganmasyarakatprogramdukunganlainnya
PrioritasPeranKonselor
konsultasibimbingan
bimbingankonsultasikoordinasiasesmen
konselingkonsultasikoordinasiasesmen
Profesionalisasiprogrammanajemen
D. Parameter untuk Alokasi Sumber Daya
(Kuantitatif)Setelah menetapkan prioritas untuk substansi
program, hasil keputusan berikutnya dalam menetapkan
parameter untuk mengalokasikan sumber daya program,
yaitu dalam membangun desain kuantitatif untuk program.
Dua faktor yang mempengaruhi rancangan program
kuantitatif adalah keseimbangan program dan rasio
konselor-murid.
Memutuskan berapa banyak yang dapat dilakukan oleh
konselor sekolah dinyatakan dalam keseimbangan yang
disarankan antara program komponen-bagaimana waktu
konselor paling dibagi dalam menyediakan berbagai jenis
kegiatan program. Mengantisipasi berapa banyak klien
30
program yang akan manfaat dari kegiatan program
ditentukan oleh rasio konselor-murid.
1. Prioritas Penetapan Waktu Konselor
Suatu pertimbangan penting dalam perancangan
program, untuk menetapkan waktu yang akan
dihabiskan melaksanakan kegiatan dalam setiap
komponen program.Ini adalah sangat penting masalah-
penyebab tradisional pengaya sifat bimbingan. Di
masa lalu, sebagai isu baru atau keprihatinan itu
ditujukan di sekolah, tugas ditambahkan ke
'pekerjaan tanggung jawab konselor sekolah tanpa
banyak pikir dengan saat tugas-tugas ini mungkin
dibutuhkan untuk menyelesaikan.
Program Bimbingan Prioritas yang Diinginkan
Komponen Prioritas
Kurikulum Bimbingan 1Rencana IndividualSiswa
1
Layanan Responsif 3Dukungan Sistem 4
Keseimbangan Program yang Diinginkan Bimbingan
Komponen % WaktuKonselor
KurikulumBimbingan
30
31
PerencanaanIndividual
30
Layanan Responsif 25Dukungan Sistem 15
2. Desain Terkait Rasio Konselor-Siswa/
Dengan dasar struktur program dan tingkat yang
diinginkan terhadap pelayanan kepada siswa dan klien
lainnya di luar sekolah, sekarang ini mungkin dapat
menggunakan informasi ini dalam memberikan saran
mengenai perbandingan kebutuhan yang diperlukan untuk
pelaksanaan program yang diinginkan secara kualitatif
dan kuantitatif.
Persentase Keinginan untuk Alokasi Waktu Konselordalam Waktu Sekolah
Komponen Program % Jam/Hari Hari/TahunKurikulumBimbingan
30 4 51
Rencana IndividualSiswa
30 4 51
Layanan Responsif 25 1½ 44Dukungan Sistem 15 1 29
RASIO KONSELOR-SISWA• Desain program yang diinginkan:
Kurikulum 30% x 35 = 10,5 = 11 slotPerencanaan Individual siswa 30% x 35 = 10,5 = 10slot Layanan Responsif 25% X 35 = 9 slotDukungan Sistem 15% X 35 = 5 slot
32
Kegiatan Program slot = 1 jam (rata-rata)Hari Sekolah = 7 jam 7 jam menghasilkan 7kegiatan per hari7 kegiatan X 5 hari/minggu = 35kegiatan/minggu
• Untukmengimplementasikan kurikulum bimbingan seperti yangdinginkan:
11 slot
-2 untuk perencanaan 9 kelas per minggu per konselorx 2 7 (rata-rata jumlah siswa
per kelas) 486
486 siswa per konselor adalah rasio yang dibutuhkanuntuk mengimplementasikan kurikulum bimbingan
. Untuk mengimplementasikan layanan resfonsif sepertiyang diinginkan :9 slot
50% untuk tingkat pencegahan, konseling kelompok50% untuk tingkat perbaikan, konseling individu
9 9 x5 x 5 4.5 kelompok 4.5 siswa 9 siswa (8-10 rata-rata ukurankelompok)40.5 siswa
40.5 siswa + 4.5 siswa = 45 siswa dalam kasus layananresfonsifLayanan Responsif hadir 15% dari populasi 45 adalah 15% dari 413 siswa per konselor
Dengan demikian 393:1 adalah untuk konselor sekolahmenengah untuk melaksanakan program seperti yang dirancang.
33
3. Penetapan Jumlah Peserta Didik yang Ditangani
Dengan menentukan persentase program secara tepat,
maka kemungkinan untuk menetapkan standar jumlah
minimum siswa dan klien lain yang dapat dilayani pada
setiap komponen program dan akhirnya program ini
sebagai suatu keseluruhan.
Singkatnya, untuk menentukan jumlah minimum siswa
untuk dilayani melibatkan penggunaan dalam menentukan
jumlah minimum siswa / konseli yang dilayani oleh
aktivitas khas di komponen dan mengalikan angka
tersebut dengan jumlah minimum yang jenis kegiatannya
dapat diberikan oleh konselor dalam waktu yang
disesuaikan melalui program keseimbangan.
Kegiatan bimbingan 28 kurikulum harus dilaksanakan per
minggu.
Jumlah minimum siswa di kelas bimbingan adalah 35.
Dalam 1 minggu, mengalikan 28 X 840 siswa seminggu akan
mendapat manfaat dari kegiatan kurikulum bimbingan.
Jumlah mininum siswa di kelas bimbingan adalah 35,
maka dalam 1 minggu, mengalikan 28 x 25.700 siswa dalam
34
seminggu akan mendapatkan manfaat dari kegiatan
kurikulum bimbingan.
Hal ini memberikan kesempatan bagi konselor
sekolah profesional untuk bertanggung jawab atas jumlah
siswa yang diayani dan juga untuk dapat mempublikasikan
jumlah tersebut sehingga pengguna program dapat
mengetahui tingkat layanan yang sangat realistis untuk
dilakukan.
Yang terakhir ini menunjukkan hal yang sangat
penting dengan kegiatan layanan responsif yang
mencerminkan keseimbangan antara konseling individu dan
kelompok kecil. Tidak banyak siswa yang bisa
mendapatkan keuntungan dari 28 slot waktu, hanya 98
siswa dalam seminggu.
35