Utara : Kabupaten Bandung Tmur : Kabupaten Bandung Selatan : Kabupaten Bandung

13
1 FAKTOR-FAKTOR TERJADINYA TRIP GENERATION DI KOTA BANDUNG Oleh : Kelompok 4 A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Konteks perjalanan antar kegiatan yang dilakukan oleh penduduk dalam sebuah kota dikenal fenomena bangkitan perjalanan (trip generation). Bangkitan perjalanan sebenarnya memiliki pengertian sebagai jumlah perjalanan yang dibangkitkan oleh zona permukiman baik sebagai asal maupun tujuan perjalanan atau jumlah perjalanan yang dibangkitkan oleh aktifitas pada akhir perjalanan di zona non permukiman (pusat perdagangan, pusat pertokoan, pusat pendidikan, industri dan sebagainya). Pada pembahasan trip generation kali ini akan mengambil tema pergerakan di wilayah Kota Bandung. Kota Bandung merupakan salah satu kota metropolitan di indonesia yang memiliki aktifitas perekonomian cukup sibuk, khususnya di wilayah jawa barat. Perkembangan wilayah Kota Bandung berlangsung dengan sangat pesat dan memberi pengaruh di kota sekitarnya (hinterland), baik dengan perkembangan kota inti maupun efek limpahan kegiatan (spill over) ke kota-kota di sekitarnya. Pelimpahan kegiatan ini dapat dipandang sebagai suatu potensi maupun sebagai suatu beban atau masalah. Sebagai suatu potensi apabila limpahan kegiatan tersebut dapat dikelola sedemikian rupa sehingga turut menunjang dan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pembangunan kota-kota di sekitar kota inti, dan sebagai masalah apabila limpahan kegiatan tersebut tidak dapat dikelola dengan baik sehingga hanya menimbulkan beban pelayanan. Sebagai kota yang sibuk dengan aktifitas ekonominya, kota bandung memiliki pergerakan transportasi yang sangat besar, terutama pergerakan yang berasal dari wilayah bandung raya (hinterland kota bandung). Daerah yang berada di sekitar kota bandung memiliki hubungan aktifitas yang tidak dapat dipisahkan karena kota bandung sebagai pusat pelayanan utama dan terbesar di jawa barat terdapat fasilitas umum dan pusat kegiatan pemerintahan, perekonomian serta perdagangan dan jasa. Sehingga, kepentingan masyarakat untuk melakukan perjalanan ke ke kota bandung sangat besar, dan menimbulakan trip generation dari wilayah pinggiran ke pusat kota bandung. Pergerakan yang terjadi di sebuah kota dapat terjadi karena beberapa faktor yang menjadikan kota tersebut menjadi daya tarik untuk dikunjungi. Dalam teori yang dikeluarkan oleh tamin, dijelaskan bahwa perjalanan seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tujuan, perjalanan, waktu, zona lahan, moda dan yang lainnya. Bangkitan perjalanan sebagai prediksi jumlah perjalanan yang diproduksi dan ditarik dari tiap zona, yaitu jumlah perjalanan yang

Transcript of Utara : Kabupaten Bandung Tmur : Kabupaten Bandung Selatan : Kabupaten Bandung

1

FAKTOR-FAKTOR TERJADINYA TRIP GENERATION DI KOTA

BANDUNG

Oleh : Kelompok 4

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Konteks perjalanan antar kegiatan yang dilakukan oleh penduduk dalam sebuah kota

dikenal fenomena bangkitan perjalanan (trip generation). Bangkitan perjalanan sebenarnya

memiliki pengertian sebagai jumlah perjalanan yang dibangkitkan oleh zona permukiman baik

sebagai asal maupun tujuan perjalanan atau jumlah perjalanan yang dibangkitkan oleh aktifitas

pada akhir perjalanan di zona non permukiman (pusat perdagangan, pusat pertokoan, pusat

pendidikan, industri dan sebagainya). Pada pembahasan trip generation kali ini akan mengambil

tema pergerakan di wilayah Kota Bandung.

Kota Bandung merupakan salah satu kota metropolitan di indonesia yang memiliki aktifitas

perekonomian cukup sibuk, khususnya di wilayah jawa barat. Perkembangan wilayah Kota

Bandung berlangsung dengan sangat pesat dan memberi pengaruh di kota sekitarnya (hinterland),

baik dengan perkembangan kota inti maupun efek limpahan kegiatan (spill over) ke kota-kota di

sekitarnya. Pelimpahan kegiatan ini dapat dipandang sebagai suatu potensi maupun sebagai suatu

beban atau masalah. Sebagai suatu potensi apabila limpahan kegiatan tersebut dapat dikelola

sedemikian rupa sehingga turut menunjang dan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan

pembangunan kota-kota di sekitar kota inti, dan sebagai masalah apabila limpahan kegiatan

tersebut tidak dapat dikelola dengan baik sehingga hanya menimbulkan beban pelayanan.

Sebagai kota yang sibuk dengan aktifitas ekonominya, kota bandung memiliki pergerakan

transportasi yang sangat besar, terutama pergerakan yang berasal dari wilayah bandung raya

(hinterland kota bandung). Daerah yang berada di sekitar kota bandung memiliki hubungan

aktifitas yang tidak dapat dipisahkan karena kota bandung sebagai pusat pelayanan utama dan

terbesar di jawa barat terdapat fasilitas umum dan pusat kegiatan pemerintahan, perekonomian

serta perdagangan dan jasa. Sehingga, kepentingan masyarakat untuk melakukan perjalanan ke ke

kota bandung sangat besar, dan menimbulakan trip generation dari wilayah pinggiran ke pusat

kota bandung.

Pergerakan yang terjadi di sebuah kota dapat terjadi karena beberapa faktor yang

menjadikan kota tersebut menjadi daya tarik untuk dikunjungi. Dalam teori yang dikeluarkan oleh

tamin, dijelaskan bahwa perjalanan seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tujuan,

perjalanan, waktu, zona lahan, moda dan yang lainnya. Bangkitan perjalanan sebagai prediksi

jumlah perjalanan yang diproduksi dan ditarik dari tiap zona, yaitu jumlah perjalanan yang

2

dibangkitkan dalam wilayah perkotaan. Berdasarkan pengertian tersebut, kemudian lahir dua

terminologi yang berkaitan dengan pengertian bangkitan, yaitu produksi perjalanan (trip

production) dan tarikan perjalanan (trip attraction). Produksi perjalanan merupakan bangkitan

perjalanan yang ditimbulkan oleh zona permukiman dan tarikan perjalanan ditimbulkan pada

akhir perjalanan di zona non permukiman.

2. Tujuan dan Sasaran

a. Tujuan

Artikel ini bertujuan untuk mengetahui pergerakan yang berasal dari suatu zona atau

tata guna lahan yang terjadi di wilayah pinggiran (hinterland) Kota Bandung terhadap titik

tertentu di Kota Bandung dan menghubungkannya dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi adanya pergerakan tersebut.

b. Sasaran

1. Mengidentifikasi faktor –faktor yang mempengaruhi bangkitan perjalanan yang terjadi

di Kota Bandung seperti : maksud, guna lahan asal/ tujuan, jarak, moda dan waktu.

2. Mengkaitkan faktor-faktor yang mempengaruhi bangkitan perjalanan terhadap pola

penggunaan lahan, jenis moda dan karakteristik transportasi di wilayah Bandung.

3. Ruang Lingkup Wilayah

Kota Bandung terletak di 60 57’ 00’ LS dan 1070 34’ BT serta memiliki ketinggian 675-

1050 m (asl). Kota Bandung termasuk kota yang sejuk karena berada di ketinggian yang cukup

tinggi dan memiliki suhu rata-rata 28.5o C. Kota Bandung memiliki batas-batas administrasi

seperti berikut:

Utara : Kabupaten Bandung

Tmur : Kabupaten Bandung

Selatan : Kabupaten Bandung

Barat : Kota Cimahi

3

Sumber: www.indotravelers.com

Gambar 1.1

Peta Kota Bandung

B. KAJIAN LITERATUR

1. Transportasi

Transportasi adalah β€œsuatu tindakan, proses atau sesuatu yang sedang ditrasnportasikan atau

dipindahkan dai suatu tempat ke tempat lain (Morlok dalam zenithrei.blogspot.com, 2012).

Transportasi merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dalam

kesehariannya, manusia butuh untuk melakukan berbagai macam kegiatan untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Maisng-masing dari kegiatan tersebut memiliki tempatnya masing-masing

dan tidak jarang lokasinya terpisah-pisah, sehingga untuk dapat melakukan semua kegiatannya

manusia perlu berpindah dan secara otomatis membutuhkan transportasi.

Transportasi dapat disebut sebagai derive demand yaitu merupakan turunan dari kebutuhan

lain seperti kebutuhan akan bekerja, berbelanja, dan lain-lain. Oleh karena itu perubahan

kebutuhan transportasi akan sangat dipengaruhi oleh perubahan aktivitas masyarakat.

Berkembangnya teknologi, terjadinya perubahan life style, dan meningkatnya pendapatan

masyarakat merupakan beberapa hal yang dapat mempengaruhi kebutuhan akan transportasi.

Selain dipengaruhi oleh banyak hal transportasi juga dapat mempengaruhi banyak hal. Oleh

karena itu perencanaan transportasi harus dilakukan dengan sebaik-baiknya.

Terdapat empat model perencanaan transportasi yaitu :

Trip Generation (bangkitan perjalanan)

Berfungsi untuk memperkirakan dan meramalkan jumlah perjalanan dari suatu tempat

Trip Distribution (sebaran pergerakan)

4

Memperlihatkan jumlah perjalanan yang bermula pada suatu titik dan menyebar ke

banyak titik

Modal split (pemilihan moda)

Berfungsi untuk menentukan pembebanan perjalanan atau mengetahui jumlah orang

dan barang yang akan menggunakan atau memilih moda transportasi

Trip Assignment (pemilihan rute)

Memperlihatkan dan memprediksi pelaku perjalanan yang memiliki berbagai rute dan

lalu lintas yang menghubungkan jaringan transportasi tersebut.

2. Trip Generation

Trip generation adalah suatu model dari sejumlah perjalanan yang memiliki asal dan ujuan

pada setiap zona di suatu wilayah tertentu (www.icpsr.umich.edu). Dalam pengertian lain yang

disebutkan dalam SCAG 2008 Regional Model, trip generation adalah proses mengestimasi

perjalanan harian seseorang rata-rata pada hari kerja yang ditimbulkan oleh rumah tangga dalam

TAZ (Transportation Analysis Zona/ zona analisis transportasi). Trip generation bertujuan atau

mengarah pada memprediksi jumlah total perjalanan yang dibangkitkan/ ditimbulkan dan ditarik

oleh setiap zona di wilayah studi. Atau dengan kata lain trip generation menjelaskan mengenai

berapa banyak peralanan yang berasal dari zona tertentu (Mathew dan Rao, 2006).

Dalam membahas trip generation dikenal dua titik bangkitan yaitu titik asal (origin) dan

titik tujuan (attraction). Titik asal merupakan titik yang menghasilkan bangkitan, sedangkan titik

tujuan berperan untuk menarik perjalanan.

Terdapat dua jenis model trip generation yaitu trip production models dan attraction models.

a. Trip Production

Adalah jumlah perjalanan yang dihasilkan dari suatu zona. Yaitu digunakan untuk

menyatakan suatu pergerakan berbasis rumah/ home-based trip yang memiliki rumah

sebagai titik asal dan titik akhir.

b. Trip Attraction

Digunakan untuk menyatakan suatu pergerakan berbasis rumah yang mempunyai tempat

asal da tujuan bukan rumah atau pergerakan yang tertarik oleh pergerakan berbasis bukan

rumah .

http://www.scag.ca.gov

Gambar 2.1

Jenis Trip Generation

5

3. Faktor yang mempengaruhi trip generation

Bangkitan dan tarikan perjalanan digunakan untuk menyatakan besarnya bangkitan

pergerakan pada masa sekarang yang dapat digunakan untuk meramalkan pergerakan di masa

datang. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah bangkitan perjalanan dari suatu zona

atau tempat ke zona lain. Faktor yang mempengaruhi bangkitan perjalanan menurut Introduction

to Transportation Engineering diantaranya adalah:

Pendapatan,

Kepemilikan kendaraan,

Struktur rumah tangga,

Ukuran rumah tangga,

Lahan (guna lahan),

Kepadatan perumahan, dan

Aksesbilitas.

Selaian itu, dapat juga ditambahkan faktor lain seperti maksud perjalanan, jarak, moda, dan waktu

perjalanan.

4. Tipe-tipe perjalanan

Perjalanan dapat dikelompokkan berdasarkan maksud perjalanan misalnya: perjalanan

untuk bekerja, perjalanan untuk pendidikan, untuk belanja, untuk rekreasi, dan lain-lain.

Perjalanan untuk bekerja dan pendidikan sering disebut sebagai mandatory trips atau perjalanan

wajib, sedangkan yang lain disebut sebagai discretionary trips. Perjalanan-perjalanan wajib

biasa juga disebut home based trip, dan sisanya disebut non home based trip. Home based trip

merupakan perjalan yang menyumbang 80-85 persen dari total perjalanan misalnya perjalanan

untuk bekerja dan untuk pendidikan. Sedangkan perjalanan yang menyumbang sisanya disebut

non home based trip misalnya perjalanan untuk belanja.

http://repository.usu.ac.id

Gambar 2.2

Tipe-tipe Perjalanan

6

Perjalanan juga bisa diklasifikasikan berdasarkan waktu perjalanan dalam sehari yaitu

perjalanan di waktu puncak dan perjalanan selain di waktu puncak. Waktu puncak pada umumnya

yaitu pada pagi hari saat orang-orang berangkat untuk bekerja, sekolah, dan lain-lain, dan juga

sore hari saat orang-orang pulang menuju rumah masing-masing. Untuk jam persisnya berbeda di

setiap tempatnya.

Cara lain mengkalsifikasi perjalanan adalah berdasarkan orang yang melakukan perjalanan.

Cara ini penting dipertimbangkan mengingat bahwa perjalanan sangat dipengaruhi oleh kegiatan

sosial ekonomi. Cara mengklasifikasi perjalanan berdasarkan orang yang melakukan perjalanan

berdasarkan orang yang melakukan perjalanan dapat dilakukan dengan mengklasifikasi

berdasarkan level penghasilan, kepemilikan kendaraan, dan ukuran rumah tangga.Model trip

generation dapat dibagi menjadi empat yaitu ikonik, grafis, matematis, dan roleplay.

5. Pemodelan faktor pertumbuhan

Model faktor pertumbuhan digunakan untuk menprediksi jumlah perjalanan yang

dihasilkan oleh suatu rumah tangga atau zona tertentu. Rumus dari pemodelan ini adalah:

𝑇𝑖 = 𝑓𝑖𝑑𝑖

Ti = jumlah perjalanan di masa datang pada zona tertentu

ti = jumlah perjalanan eksisting pada zona tersebut

fi = faktor pertumbuhan

Faktor pertumbuhan ( fi) bergantung pada variabel-variabel penjelas seperti jumlah

penduduk (P), pendapatan (I), dan kepemilikan kendaraan rata-rata (V). Contoh rumus untuk

mendapatkan nilai faktor pertumbuhan ( fi) adalah sebagai berikut:

𝑓𝑖 =𝑃𝑖𝑑 Γ— 𝐼𝑖

𝑑 Γ— 𝑉𝑖𝑑

𝑃𝑖𝑐 Γ— 𝐼𝑖

𝑐 Γ— 𝑉𝑖𝑐

d= tahun yang di prediksi

c= tahun sekarang (terakhir)

6. Metode Regresi

Analisis regresi yang sering digunakan adalah analisis regresi multipel berganda dengan

data zona (agregat) dan data rumah tangga. Metode ini digunakan unruk menghasilkan hubungan

dalam bentuk numerik dan untuk melihat bagaimana variabel saling berkait. Fungsi umum metode

regresi dari trip generation adalah sebagai berikut:

𝑇𝑖 = 𝑓(π‘₯1, π‘₯2, π‘₯3, … π‘₯𝑖)

Sedangkan fungsi linearnya adalah sebagai berikut:

𝑇𝑖 = π‘Ž0 + π‘Žπ‘–π‘₯𝑖 + π‘Ž2π‘₯2 +β‹―π‘Žπ‘–π‘₯𝑖

7

7. Tinjauan Lokasi

Kota Bandung yang terletah di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa

Barat. Lokasi Kota Bandung cukup strategis, dilihat dari segi komunikasi, perekonomian maupun

keamanan. Hal tersebut disebabkan oleh :

Kota Bandung terletak pada pertemuana poros jalan raya

o Barat – timur yang memudahkan hubungan dengan Ibukota Negara

o Utara – selatan yang memudahkan lalu lintas ke daerah perkebunan (Subang dan

Pangalengan).

Letak yang tidak terisolasi dan dengan komunikasi yang baik akan memudahkan aparat

keamanan untuk bergerak ke setiap penjuru

Letak Kota Bandung yang cukup strategis ini merupakan salah satu faktor yang menjadikan

adanya bangkitan perjalanan menuju kota ini. Selain itu adanya berbagai macam kegiatan

masyarakat kota Bandung dan sekitarnya yang membutuhkan moda transportasi baik yang berasal

dari Kota Bandung maupun yang memiliki tujuan menuju Kota Bandung inilah yang juga menjadi

salah satu faktor adanya bangkitan perjalanan.

C. PEMBAHASAN

Faktor-faktor trip generation di Kota Bandung yang akan dibahas adalah berkaitan dengan

maksud, guna lahan, moda, jarak serta waktu. Berikut penjelasan masing-masing factor:

1. Maksud

Perjalanan dapat dikelompokkan berdasarkan maksud perjalanannya, yaitu: home based trip

dan non home based trip. Di Kota Bandung kedua jenis perjalanan ini terjadi. Perjalanan home based

trip atau perjalanan wajib adalah perjalanan yang dilakukan untuk bekerja atau bersekolah.

Perjalanan ini disebut wajib karena merupakan rutinitas, setiap hari dilakukan dan bersifat wajib.

Dalam perkembangan dan peningkatan terhadap pendidikan Kota Bandung menjadi

barometer nyata yang positif pendidikan pada tingkat SD, SLTP, SLTA sampai perguruan tinggi

(Sebagai contoh: ITB, UNPAD, UPI, UIN, UNINUS, STT TELKOM, dll) dari tahun ketahun,

melalui pelayanan dan fasilitas sekolah gratis dan bantuan beasiswa bagi siswa tidak mampu.

8

Sumber: fedu.uec.ac.jp

Gambar 3.1 Institut Teknik Bandung (ITB)

Selain pendidikan, perjalanan lainnya dilakukan untuk bekerja dan berdagang. Salah satu

tempat bekerja yang terkenal adalah gedung sate. Selain itu, kawasan perkantoran terdapat di jalan

Soekarno-Hatta. Untuk kawasan perdagangan yang cukup terkenal bahkan jadi salah satu tujuan

wisata adalah pasar baru dan cibaduyut.

Sumber: http://id.wikipedia.org

Gambar 3.2 Gedung Sate

(a) (b)

Sumber: http://id.wikipedia.org

Gambar 3.3 (a) Cibaduyut, (b) Paasar Baru Bandung

9

Sedangkan perjalanan non home based trip adalah perjalanan yang dilakukan untuk wisata

atau berbelanja. Perjalanan ini sifatnya additional, merupakan pilihan dan tidak dilakukan setiap

hari. Perjalanan jenis ini sangat banyak terjadi di Kota Bandung, karena merupakan salah satu kota

tujuan wisata.

Sumber: http://bandungtoday.com

Gambar 3.4

Tempat Hiburan DAGO

Kota Bandung banyak di kelilingi oleh kota-kota yang mempengaruhi kuantitas pergerakan

yang ada di Bandung. Bangkitan perjalanan yang disumbang oleh non home based trip cukup besar.

Hal ini terkadang menimbulkan kemacetan di Kota Bandung.

2. Guna Lahan Tujuan/ Asal

Kota bandung merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang memiliki daya tarik tersendiri

untuk kota – kota disekitarnya. Hal tersebut membuat bangkitan perjalanan pada Kota Bandung

selalu meningkat. Hal tersebut dipengaruhi salah satunya oleh penggunanaan lahan di Kota Bandung

sudah cenderung sebagai perkotaan atau banyak lahan terbangun disana.

Seperti yang telah diketahui Kota bandung sebagai salah satu ibu kota propinsi memiliki

banyak lahan yang digunakan sebagai perdagangan, perkantoran, pendidikan, serta tempat – tempat

hiburan. Hal ini membuat banyaknya perjalanan yang menjadikan Kota Bandung sebagai tujuan

akhir perjalanannya. Selain itu kota ini menjadi pusat kegiatan bagi daerah disekitarnya seperti

Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Selatan, dan Kota Cimahi.

10

Sumber : RTRW Kota Bandung Gambar 3.5

Peta Penggunaan Lahan Kota Bandung

Dilihat dari penggunaan lahan didaerah sekitarnya seperti Kabupaten Bandung dan Bandung

Selatan. Kedua wilayah tersebut memiliki kondisi lahan yang digunakan lebih banyak sebagai

permukiman dan pertanian. Hal tersebut membuat penduduk di dua daerah tersebut melakukan

perjalanan ke Kota Bandung untuk bekerja atau melakukan aktivitas lainnya. Seiring

perkembangannya dan semakin majunya Kota Bandung sebagai kota metropolitan membuat lahan

terbangun di kota ini semakin meningkat. Perkembangan lahan tersebut itu cenderung digunakan

sebagai perdagangan dan jasa. Hal tersebut pula yang selalu membuat bangkitan perjalanan yang

menuju Kota Bandung meningkat pula.

3. Moda

Pada umumnya moda transportasi terdiri atas transportasi darat, transportasi laut dan

transportasi udara. Adanya moda transportasi ini memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk

melakukan aktivitasnya khususnya yang memiliki keterkaitan dengan perjalanan. Moda merupakan

salah satu faktor adanya bangkitan perjalanan. Moda transportasi yang digunakan berupa moda

transportasi massal dan moda transportasi pribadi.

Berdasarkan data Dinas Perhubungan Kota Bandung, jumlah kendaraan di Bandung tahun

2011 sebanyak 1.320.749 unit. Jumlah terbanyak sepeda motor (72 persen) disusul mobil (10,4

persen). Untuk proporsi penggunaan moda transportasi, masyarakat lebih memilih kendaraan

pribadi, yaitu sepeda motor (55,78 persen) dan mobil (30,96 persen). Pilihan pada angkutan umum

hanya 13,25 persen. Data Dinas Perhubungan Kota Bandung menyebutkan, pertumbuhan volume

kendaraan 10-15 persen per tahun. Pertambahan jaringan jalan lima tahun terakhir hanya 1,03

11

persen. Total luas area jalan saat ini 2,96 persen. Idealnya, 10-30 persen dari wilayah kota Bandung

yang luasnya 167,29 kilometer persegi (Damardono dalam http://regional.kompas.com).

Salah satu moda transportasi darat yang ada di Kota Bandung yaitu trans metro bandung.

Trans metro bandung adalah transportasi angkutan massal yang menjadi salah satu upaya

pemerintah Kota Bandung untuk meningkatkan pelayanan publik khususnya pada sektor

transportasi darat. Trans metro bandung memiliki trayek pertama yaitu Cibereum – Cibiru. Melalui

moda transportasi massal ini diharapkan mampu mengatasi masalah transportasi yang ada, seperti

kemacetan yang diakibatkan bertambahnya volume kendaraan khususnya kendaraan pribadi.

Selain adanya trans metro bandung, kereta api juga menjadi salah satu moda transportasi

massal. Pada dasarnya kereta api berbeda dengan moda transportasi yang lain. Karena kereta api

memiliki jalur tersendiri, dengan menggunakan moda transportasi ini kemungkinan adanya

kemacetan yang dialami lebih kecil. Adanya moda transportasi massal ini diharapkan mampu

mengatasi masalah transportasi yang ada.

4. Jarak

Kota Bandung merupakan pusat aktivitas dari provinsi Jawa Barat, sehingga kota ini memiliki

sarana dan prasarana yang cukup lengkap. Jika dilihat dalam skala nasional, Kota Bandung juga

menjadi salah satu pusat pelayanan nasional dan jaraknya terbilang cukup dekat dari Jakarta sebagai

ibu kota Negara Indonesia. Tak heran bila banyak penduduk Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek)

yang mengunjungi Kota Bandung untuk memenuhi kebutuhannya. Jarak Bandung-Jakarta lebih

mudah dijangkau daripada Jakarta-Surabaya ataupun Jakarta-Semarang. Meskipun Surabaya juga

merupakan salah satu pusat pelayanan nasional, namun karena jaraknya yang terlalu jauh membuat

banyak warga Jabodetabek yang lebih memilih melakukan perjalanan menuju Bandung

dibandingkan Surabaya.

Semakin lengkapnya sarana dan prasarana di Kota Bandung membuat kota ini menjadi tujuan

dari beberapa tempat dan tidak terlalu mementingkan jarak. Sarana hiburan yang sangat lengkap,

seperti Trans Studio misalnya, menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Sehingga meskipun

jauh dari tempat asal mereka, mereka tetap mau berkunjung ke Bandung. Hal ini membuat Kota

Bandung memiliki jangkauan pelayanan yang lebih luas.

5. Waktu

Bangkitan perjalanan terbanyak di Kota Bandung terjadi pada jam-jam sibuk. Menurut Eka

Merdekawati dalam bisnis-jabar.com, jam-jam sibuk di Kota Bandung cukup panjang yaitu dari

jam 09.00-15.00. Berbagai macam aktivitas yang menjadi pemicu adanya bangkitan perjalanan

terjadi pada jam-jam tersebut. Aktivitas-aktivitas itu antara lain, jam masuk kuliah, istirahat kantor,

bubaran sekolah dan masih banyak yang lainnya. Jam sibuk ini biasanya terjadi pada hari-hari kerja.

Pada hari libur jam sibuk ini bergeser menjadi jam 11.00 dan sekiar jam 16.00. Hal ini

dikarenakan banyak orang biasanya melakukan perjalanan untuk rekreasi lebih siang dibandingkan

ketika bekerja. Banyaknya penggunaan kendaraan pribadi untuk rekreasi ini membuat jalanan yang

12

volumenya tidak bertambah dari hari sebelumnya menjadi sangat padat. Tak jarang terjadi

kemacetan pada jam-jam sibuk ini.

D. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Bangkitan perjalanan yang terjadi Kota Bandung ada yang tergolong kepada home based trip

dan non home based trip. Perjalanan home based trip dicerminkan oleh para pekerja serta pelajar

yang melakukan perjalan seperti ini setiap harinya. Kota Bandung juga merupakan salah satu kota

tujuan wisata, oleh karena itu bangkitan perjalanan yang termasuk non home based trip cukup tinggi,

terutama diwaktu-waktu liburan. Bangkitan perjalanan yang melonjak naik ini tak jarang membuat

Kota Bandung macet.

Banyaknya bangkitan perjalanan dari luar Kota Bandung juga diakibatkan oleh guna lahan di

Kota Bandung dan daerah disekitarnya seperti Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Selatan,

dan Kota Cimahi. Tataguna lahan Kota Bandung yang sebagian besar untuk perkantoran,

pendidikan, serta perdagangan dan jasa merupakan daya tarik yang sangat kuat. Untuk memenuhi

kebutuhan rekreasi atau pendidikan ataupun pekerjaan, orang rela melakukan perjalanan ke Kota

Bandung.

Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan, kendaraan yang paling banyak dipakai oleh

masyarakat adalah motor lalu menyusul mobil. Sedikit sekali yang menggunakan kendaraan umum.

Hal ini mengakibatkan kemacetan terjadi pada jam-jam sibuk. Banyaknya bangkitan perjalanan

pada jam-jam sibuk dan tidak diimbangi oleh penggunaan kendaraan umum yang banyak, membuat

jalanan di Kota Bandung sangat padat. Terlebih lagi Bandung merupakan salah satu pusat pelayanan

berskala nasional, sehingga Bandung tidak hanya melayani dirinya sendiri dan kota disekitarnya

(Bandung Raya), namun juga melayani kota-kota lain di Indonesia. Hal ini membuat bangkitan

perjalanan ke kota Bandung semakin banyak.

2. Saran

a. Menerapkan peraturan 4 ini 1 pada jam-jam sibuk

Peraturan in isudah diterapkan pada beberapa ruas jalan di Kota Bandung. Tujuannya adalah

untuk mengurangi volume jalan. Apabila 4 orang berkendara motor beralih menjadi 1

kendaraan mobil, diharapkan akan mengurangi beban jalan. Terlebih jika masyarakat beralih

menggunakan kendaraan umum. Hal ini akan lebih baik dan sangat mengurangi volume jalan

dan diharapkan tidak terjadi kemacetan.

b. Pengembangan transportasi massal

Tingginya bangkitan perjalan di Kota Bandung membuat Kota Bandung sering dilanda

kemacetan. Pengembangan transportasi massal merupakan salah satu solusi jangka panjang

untuk mengatasi kepadatan lalu lintas yang diakibatkan oleh bangkitan perjalanan tersebut.

13

Pengembangan BRT atau TMB serta kereta api yang dapat menarik minat masyarakat untuk

beralih moda transportasi.

E. SUMBER

Anonim. 2008. β€œChapter 3 Trip Generation” dalam csag.ca.gov.

http://www.scag.ca.gov/modeling/pdf/MVS08/MVS08_Chap03.pdf. Diunduh 21 September

2013.

Anonim. Tanpa angka tahun. β€œChapter 13 Trip Generation” dalam icpsr.umich.edu.

http://www.icpsr.umich.edu/CrimeStat/files/CrimeStatChapter.13.pdf. Diunduh Sabtu, 21

September 2013.

Damardono, Haryo. 2013. β€œTinjau Kembali 4 in 1 di Bandung, ” dalam kompas.com.

http://regional.kompas.com/read/2013/01/20/20415031/Tinjau.Kembali.4.in.1.di.Bandung.

Diunduh Selasa, 24 Setember 2013.

http://bandungtoday.com. Diunduh Selasa, 24 Setember 2013.

http://fedu.uec.ac.jp. Diunduh Selasa, 24 Setember 2013.

http://id.wikipedia.org. Diunduh Selasa, 24 September 2013.

http://www.indotravelers.com. Diunduh Kamis, 12 September 2013

Mathew, Tom V. 2006. β€œIntroduction to Transport Engineering” dalam cdeep.iitb.ac.in.

http://www.cdeep.iitb.ac.in/nptel/Civil%20Engineering/Transportation%20Engg%201/07-

Ltexhtml/nptel_ceTEI_L07.pdf. Diunduh Sabtu, 21 September 2013.

Merdekawati, Eka. 2011. β€œAngkot di Bandung akan ditertibkan,” dalam bisnis-jabar.com.

http://www.bisnis-jabar.com/index.php/berita/angkot-di-bandung-akan-ditertibkan. Diunduh

Selasa, 24 Setember 2013.

RTRW Kota Bandung