Tujuan Pendidikan Persfektif al-Quran

21
Rudi Ahmad Suryadi Rudi Ahmad Suryadi

Transcript of Tujuan Pendidikan Persfektif al-Quran

Rudi Ahmad SuryadiRudi Ahmad Suryadi

Pemaparan mengenai penelitian ini, setidaknya terangkum dalam beberapapertanyaan di bawah ini:

Paparan Inti Penelitian

Kenapa penelitian ini penting dilakukan?

Apa fokus penelitian?

Landasan apa yang mendasari penelitian Paparan Inti Penelitian Landasan apa yang mendasari penelitian ini?

Bagaimana penelitian ini dilakukan?

Apa hasilnya?

Latarbelakang Masalah

Latar Belakang

Tujuan pendidikan diturunkan dari tujuan

hidup manusia

Globalisasi, sekularisasi, modernisasi, rasionalisme, dan

empirisisme mempengaruhi konsep pendidikan

Polarisasi Pemikiran Pendidikan

Krisis Manusia Perbedaan rumusan tujuan dari para ahli pendidikan

Paradigma Pendidikan yang anthroposentris

Tujuan pendidikan merupakan pedoman bagi pelaksanaan

pendidikan dan memiliki nilai imperatif bagi komponen pendidikan

lainnya

Dari permasalahan itu semua, bagaimana paparan al-Qur’an mengenai menjadi tujuan

pendidikan?

Pemikiran Barat, sebagaimana yang dijelaskan di atas dapat disimpulkan menjadi beberapa hal:1)rumusan tujuan yang diajukan belum mencerminkan sebuah makna capaian akhir dari proses

pendidikan yang dihubungkan dengan hakikat tujuan hidup manusia; 2) rumusan tujuan masih bersifat parsial, belum komprehensif. Masing-masing rumusan terpolarisasi pada satu atau beberapa aspek kemanusiaan. Jika hal ini terjadi, maka dalam aspek praksis mempengaruhi proses pendidikan yang

dilaksanakan yang hasil akhirnya mengarah pada satu atau beberapa aspek kemanusiaan; dan 3) rumusan tujuan tersebut tidak menyentuh aspek transendental dan ruhani manusia. Padahal, manusia tidak

terlepas dari dimensi transendental

pendidikan Barat turut andil dalam memproduk tipe manusia yang resah. Kemegahan kognisi dan rasionalismenya menimbulkan polarisasi manusia dalam ruang kognisi. Segala sesuatu dipandang dalam persfektif kognitif

sehingga kemampuan intelektual menjadi dominan dalam orientasi pendidikan

pemahaman mengenai makna tujuan masih terjadi overlapping antara tujuan sebagai proses dan tujuan sebagai gambaran capaian akhir. Rumusan tujuan pendidikan dalam persfektif Islam yaitu ‘abd Allâh, khalîfah, dan insân kâmil, masih menunjukkan bahwa rumusan di

Berdasarkan pemahaman

Latar Belakang Masalah Islam yaitu ‘abd Allâh, khalîfah, dan insân kâmil, masih menunjukkan bahwa rumusan di

dalamnya adalah proses, bukan menggambarkan capaian tujuan akhir. Sebab, tujuan itu harus bersifat filosofis dan menggambarkan capaian akhir yang masih abstrak; tidak empiris,

yang menjadi pedoman bagi tujuan yang diturunkan di bawahnya

dalam persfektif Islam semua tujuan hidup manusia mengarah pada pencapaian keridhaanAllâh (mardhat allâh). Tujuan beribadah; tujuan berdagang; tujuan berkeluarga; tujuanbermasyarakat; dan tujuan berda’wah adalah mencapai keridhaan Allâh, begitu pula denganpendidikan, ia mempunyai tujuan untuk mencapai ridha Allâh. Semua orang mengetahuibahwa tujuan hidupnya adalah mencapai ridha Allâh. Pertanyaan yang muncul adalahmengapa ridha Allah sebagai tujuan pendidikan; atau mengapa tujuan pendidikan itupencapaian ridha Allâh? Dan bagaimana sebenarnya konsep keridhaan Allah tersebut dalamal-Qur’an sebagai tujuan pendidikan?

Masalah

Fokus penelitian ini adalah analisis pemaparan al-Qur’an mengenai tujuan pendidikan

(Rumusan Masalah: bagaimana analisis tujuan pendidikan analisis tujuan pendidikan

persfektif al-Qur’an?)

Apa yang diteliti ?Yang diteliti adalah paparan al-Qur’an mengenai tujuanpendidikan terutamaberhubungan dengan tujuanberhubungan dengan tujuanakhir pendidikan dengan katakunci mardhat Allah.

Beberapa lafzhyang merepresentasikan termakeridhaan Allâh

No Lafzh Identifikasi Ayat

1 mardhat allâh ( مرضات (هللا

QS al-Baqarah [1]: 207 dan 265 dan QS al-Nisa’ [4]:114;

2 Radhiya ( ضي dan (رradhau ( رضوا)

QS al-Mâidah [5]:119, QS al-Tawbah[9]:110, QS al-Fath [48]:18, QS al-Mujâdalah[58]:22, dan QS al-Bayyinah[98]:8

3 Radhi(tu) ( رضیت) QS al-Mâidah[5]:3;

4 Radhiya lahu ( رضي لھ) QS Thâha [20]:109;

5 Yardha (ی رضى) QS al-Najm [53]:26, QS al-Nisa’ [4]:108, QS al-Zumar [39]:7

6 Yardhaunahu ( یرضونھ) QS al-Hajj: [22]:59

7 Yurdhu (یرضو QS al-Tawbah[9]:62;

8 Tardha ( ترضاه) QS al-Naml [27:19

9 Taradhau ( ترضوا) QS al-Tawbah [9]:96

10 ridhwân (رضوان) QS Ali ’Imrân [3]:162, QS Ali ’Imrân [3]:174, QS al-Hadîd [57]:27, QS al-Hadîd [57]:20, QS Ali ’Imrân [3]:15, QS al-Tawbah [9]:62,

1112

irtadha Raaeau ( رضو ا)

QS al-Nûr [24]:55 dan QS al-Jinn [72]:72QS al-Tawbah[9]:59; dan QS Yûnus [10]:7

Landasan Penelitian...

Pendidikan berhubungan dengan manusia . Tujuan pendidikan berhubungan dengan tujuan hidup manusia

Tujuan pendidikan merupakan syarat mutlak bagi tersusunnya pengertianpendidikan secara sistematis yang memungkinkan adanya proses

pendidikan yang berasas dan fungsional (Imam Barnadib)

tujuan pendidikan merupakan masalah asasi, inti dan saripati dari seluruh prosespendidikan dan berfungsi sebagai petunjuk yang mengarahkan proses pendidikan,

memotivasi dan memberi kriteria ukuran dalam evaluasi pendidikanmemotivasi dan memberi kriteria ukuran dalam evaluasi pendidikan

Tujuan memberi nilai atau sifat pada usaha tersebut. Ada usaha yang tujuannya lebih luhur, lebih mulia, lebih luas dari usaha-usaha lainnya

rumusan pendidikan (Islâm), tidak bebas dibuat sekehendak yang menyusunnya, melainkan berpijak pada nilai-nilai yang digali dari ajaran agama (Islâm) sendiri

Lanjutan Landasan Penelitian....

Al-Qur’an merupakan salah satu sumber pendidikan

Al-Qur’ân sebagai petunjuk manusia (hûdan li al-nâs), penjelasan bagi petunjukAllâh (bayyinât min al-hûda), dan pembeda antara yang hak dan bathil (al-furqân),sebagaimana termaktub pada QS al-Baqârah [2]: 185

konstruksi pengetahuan dibangun oleh al-Qur’ ân dengan tujuan agar kitakonstruksi pengetahuan dibangun oleh al-Qur’ ân dengan tujuan agar kitamemiliki hikmah sehingga dapat dibentuk perilaku yang sejalan dengan nilai-nilai normatif al-Qur’ân

Al-Qur’an selalu terbuka untuk dialog dengan perkembangan pemikiran yangada. Istanthiq al-Qur’an

Bagaimana Penelitian ini dilakukan?

Metodologi Penelitian

Wilayah Penelitian:Penelitian ini berada dalam wilayah kajian pendidikan

yang memiliki karakteristik foundational problem terutama pada ranah philosophic foundational

problem

Penelitian ini jika dipandang dari kategori metode penelitian merupakan penelitian yang bersifat

normatif

Alasan penelitian ini termasuk metode normatifPertama, keputusan atau pertimbangan yang bersifat rasional. Pertimbanganyang diberikan oleh interpreter mempunyai alasan cukup meyakinkan dalamberargumentasi.Kedua, norma yang digunakan sebagai dasar metode sama dengan normadalam etika.Ketiga, metode ini tidak dapat diterapkan dalam suasana konkret dan hanyadapat memberikan petunjuk dalam memberi pilihan.Keempat, hasil dari interpretasi tidak dapat ditest kebenarannya secaraempirik tetapi dapat dievaluasi, karena metode ini memiliki alur logika sendiri;bukan logika validitas tetapi logika argumentasi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pemberian interpretasi terhadap teks dalam penelitian kualitatif ditekankan pada identifikasi keajegan isi, membaca

simbol-simbol, memaknai isi interaksi simbolik dalam komunikasi. Jika karakteristik ini dihubungkan dengan objek penelitiannya adalah teks al-Qur’ân, maka prosedur

penelitiannya mengarah pada bagaimana keajegan isi teks al-Qur’ân dan simbol yang dimunculkan sebagai kata kunci pada teks dan redaksi yang diteliti

Sehubungan dengan objek utama penelitian ini adalah teks, mafhûm al-ayat, daninterpretasi, maka metode yang dianggap tepat dalam penelitian ini analisis isi(content analysis). Analisis isi yang dimaksudkan adalah analisis terhadap teks,mafhûm al-ayat, dan interpretasi yang berhubungan dengan tema besar penelitianyaitu tujuan pendidikan yang didasarkan atas sebuah problematika dan kata kunciyaitu tujuan pendidikan yang didasarkan atas sebuah problematika dan kata kunciyang dijadikan titik perhatian

Teknik yang digunakan adalah book survey, dengan menganalisis beberapa referensiyang berkenaan dengan tujuan pendidikan, serta inventarisasi Ayat-Ayat al-Qur’ân dantafsir yang berhubungan dengan tujuan pendidikan dan kata kunci maraeaû Allâhdalam al-Qur’ân

Analisis Data

Analisis Data Al-Farmawi sehubungan dengan tafsir tematik, mengemukakanbeberapa langkah yang ditempuh dalam menerapkan al-tafsîr al-mawaeû’i, yaitusebagai berikut:1. Menetapkan masalah yang akan dibahas2. Menghimpun ayat yang berkaitan dengan masalah yang dibahas3. Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya disertai pengetahuan

tentang asbâb al-nûzûl4. Memahami korelasi ayat dalam surah masing-masing5. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna5. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna6. Melengkapi pembahasan dengan õadîà-õadîà yang relevan dengan pokok

bahasan7. Mempelajari ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun ayat

yang mempunyai pengertian yang sama, atau mengkompromikannya antarayang ’âmm dan yang õaa, muȗlaq dan muqayyad, atau yang pada lahirnyabertentangan sehingga kesemuanya bertemu dalam satu muara, tanpaperbedaan atau pemaksaan

Hasil Penelitian

Bentuk Pengungkapan Tujuan Akhir Pendidikan (Bab IV h.182-195)

Makna Tujuan Akhir Pendidikan Hasil Penelitian Makna Tujuan Akhir Pendidikan

Upaya Pencapaian Tujuan Pendidikanmenuju Tujuan Hidup yang Hakiki

Makna Tujuan Akhir Pendidikan dengan fokus kata mardhat allâh dan derivasi katanya

No Makna Surah dan Ayat Hal

1 Redaksi keridhaan Allâh dan manusia ridhaterhadapnya diuraikan dalam kontekspemerian hari akhir, dengan penjelasanmengenai balasan kebaikan surga dankarakteristik kenikmatan yang diberikanpada manusia tersebut

QS Thâha [20]:109; QS al-Mâidah [5]:119; QS al-Mujâdalah [58]:22; QS al-Bayyinah [98]:8; QS al-Hajj: [22]:59; QS al-Hadîd [57]:20; QS Ali ’Imrân[3]:15; QS al-Tawbah [9]:72

207-223

2 Kata ridha dan derivasinya yang dihubungkan dengan agama Islâm

QS al-Mâidah [5]:3; QS al-Nûr [24]:55 224-232

3 Kata ridha dan derivasinya yang QS al-Jinn [72]:27; QS Thâha [20]:109; QS al- 233-2363 Kata ridha dan derivasinya yang dihubungkan dengan Rasûl terutama NabiMuhammad Saw

QS al-Jinn [72]:27; QS Thâha [20]:109; QS al-Najm [53]:26

233-236

4 Kata ridha dan derivasinya yang dihubungkan dengan syafâ’at. Point iniberhubungan dengan posisi seorang NabiMuhammad Saw dalam memberikan syafâ’a

QS Thâha [20]:109 syafâ’at ketika hari kiamat,atau disebut sebagai syafâ’at al-uzhma; QS al-Najm [53]:26 berhubungan dengan aktivitas didunia, terutama bantahan pada orang-orangkâfir yang menyangka bahwa malaikat dapatmenolong mereka, yang dihubungkan puladengan kata “orang yang dikehendaki Allâh” ( لمن,((یشاء sebagai orang yang diberi idzin oleh-Nyadalam memberi syafâ’at

237

No Makna Surah dan Ayat Hal

6 kata ridha dan derivasinya yang dihubungkan dengan ketidak-ridha-an Allâh pada perkara yang buruk

a Cenderung mengejar kehidupan dunia

(QS Yûnus [10]:7) 238

b Melakukan pengingkaran (kâfir) (QS al-Zumar[39]:7).

240

c Bersumpah palsu supaya manusia menyetujui perbuatan buruknya

QS al-Tawbaû [9]:62 dan QS al-

241menyetujui perbuatan buruknya [9]:62 dan QS al-

Tawbaû [9]:96)

Upaya Pencapaian Tujuan yang HakikiPerjuangan manusia untuk mendapatkannya dengan mengarahkan tujuan hanya pada Allâh (QS al-Baqarah [1]:207), h.251

Berbuat baik dengan memberikan shadaqah (QS al-Baqarah[1]:265), h.259

Berbuat baik dan mendamaikan dunia (QS al-Nisa’ [4]:114), h.265

Berjanji setia pada Allâh dan Rasûl-Nya dengan jalan menaati semuaperintah (QS al-Fatõ [48]:18), h.270

Memperlakukan seseorang dengan kasih sayang walaupun orang tersebut menentang Allâh dan Rasûl-Nya(QS al-Mujâdalah [58]:22), h.273(QS al-Mujâdalah [58]:22), h.273

Taqwa hanya pada Allâh pada QS al-Mâidah [5]:3 dan QS Ali ’Imrân [3]:15, h.273

Menerima apa adanya apa yang telah diberikan Allâh dan bertawakkal (QS al-Tawbah[9]:59), h.273

Syukûr dalam QS al-Naml [27]:19 dan QS al-Zumar [39]:7 QS Ali ’Imrân[3]:174,h.275

Tidak mengadakan perubahan pada dasar ajaran agama (QS al-Hadîd [57]:27), h.282

Tidak terpengaruh oleh kecenderungan pada kehidupan duniawi semata (QS al-Hadîd [57]:20), hlm.

Kesimpulan PenelitianPenelitian

1. Tujuan akhir pendidikan dalam persfektif al-Qur’anadalah ridha Allah Swt. Tujuan akhir ini masih bersifatfilosofis yang merupakan sebuah konsep turunan daritujuan hidup manusia yang hakiki menurut al-Qur’an.Keridhaan Allâh walaupun memiliki makna yangabstrak, tidak empiris, dan transendental bagi seoranghamba kepada Allâh Swt, namun ia menjadi konseppenting dalam pengembangan dan proses pendidikanyang dilandasi oleh ajaran Islâm.yang dilandasi oleh ajaran Islâm.

2. Pencapaian keridhaan Allâh sebagai tujuanpendidikan termasuk pada klasifikasi tujuan tertinggi(the ultímate goal), atau yang biasa disebut dengan aimatau al-ghâyah, sebagai sebuah tujuan yang cenderungbersifat filosofis dan dijadikan pijakan dalammerumuskan tujuan-tujuan turunannya.

3. Al-Qur’ân sebagai salah satu sumber nilai pendidikandijadikan pedoman hidup bagi manusia dan petunjuk bagimereka, tidak hanya berhubungan dengan kontekspencapaian kebahagiaan di dunia dan di akhirat dalampemahaman yang mujmal. Akan tetapi, memilikikonstruksi yang dapat diturunkan menjadi formulasi teoritujuan pendidikan, khususnya tujuan tertinggi pendidikan(gâyah al-tarbiyah atau ultimate goal of education), denganmelihat beberapa lafzh (kata) dan nash (redaksi) yangmenunjukkan tujuan pendidikan

4. Pencapaian ridha Allâh dalam konteks ayat yang diteliti4. Pencapaian ridha Allâh dalam konteks ayat yang ditelitiberhubungan dengan: a) ‘ibâdah sebagai tugas hidupmanusia dengan mengaktualisasikan seluruh potensimanusia yang diberikan oleh Allâh serta konsep ke-khalîfâh-an manusia; b) ajaran Islâm menghendakipencapaian keridhaan Allâh tersebut berhubungan denganpelaksanaan seluruh ajaran-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Ini termasuk tugas pendidikan dalam persfektif Islâm;dan c) pengembangan aspek ‘aql, jasad, fithrah, qalb,wijdâniyah, ijtimâ’iyyah, dan akhlaqiyah, sebagai tugas danperanan pendidikan Islâm semuanya bermuara padakonteks ridha Allâh

5. Makna tujuan akhir pendidikan dalam al-Qur’ân berhubungan denganbeberapa hal, yaitu: Pendidikan hendaknya mampu mengantarkan manusia untuk

menyadari bahwa setelah kehidupan dunia terdapat kehidupan lainyaitu kehidupan akhirat; setiap perbuatan manusia pasti ada balasan,seperti dipaparkan pada QS Thâha [20]:109; QS al-Mâidah [5]:119; QSal-Mujâdalah [58]:22; QS al-Bayyinah [98]:8; QS al-Hajj [22]:59; QS al-Hadîd [57]:20; QS Ali ’Imrân [3]:15; QS al-Tawbah [9]:72.

Pendidikan hendaknya bertujuan untuk mengantarkan manusia untukmemahami dan mengamalkan ajaran Islam, seperti pada QS al-Mâidah[5]:3; QS al-Nûr [24]:55.

Praksis pendidikan hendaknya memperhatikan apa yang dilakukan Praksis pendidikan hendaknya memperhatikan apa yang dilakukanoleh Nabi Muhammad Saw mengenai pendidikan, seperti pada QS al-Jinn [72]:27; QS Thâha [20]:109; QS al-Najm [53]:26.

Pendidikan dilakukan untuk memberikan dorongan, bantuan, danbimbingan kepada manusia untuk mampu mengerahkan semuapotensi yang dimiliki menuju kebaikan yang diperintahkan oleh ajaranagama seperti QS Thâha [20]:109 dan QS al-Najm [53]:26.

Pendidikan diharapkan dapat mencegah manusia dari perkara yangburuk, seperti pada QS Yûnus [10]:7; QS al-Tawbah [9]:62; QS al-Tawbah [9]:96); dan QS al-Zumar[39]:7

Ibadah dan khilafâh, merupakan tujuan umumpendidikan, bukan tujuan akhir pendidikan. Sebab,ketiga rumusan tersebut masih menunjukkan maknaproses untuk mencapai tujuan akhir.