TUGAS HEXAGONAL DAN MONOKLIN

28
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bumi Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang cukup tinggi, hal ini disebabkan karena bentuk tubuh dari bumi Indonesia khususnya litosfernya tersusun dari kristal dan mineral juga batuan yang dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai-nilai ekonomis yang tinggi. Oleh sebab itu kita perlu mengenal dan mempelajari lebih dalam lagi tentang kristal dan mineral baik melalui teori ataupun dengan melakukan praktikum tentang kristal dan mineral. Dalam pelaksanaan praktikum kristalografi dan mineralogi ini ada yang melatar belakanginya yaitu mata kuliah yang disebut kristalografi dan mineralogi yang disampaikan secara teori oleh dosen mata kuliah dan asisten dosen kristalografi dan mineralogi. Teori-teori yang didapat akan mudah dimengerti apabila dilakukan suatu kegiatan praktikum, dengan dilaksanakannya praktikum diharapkan kita dapat memahami suatu kristal dan mineral dengan jelas sebagai penunjang mata kuliah kristalografi dan mineralogi serta untuk memudahkan

Transcript of TUGAS HEXAGONAL DAN MONOKLIN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1       LATAR BELAKANG

       Bumi Indonesia memiliki potensi sumber daya alam

yang cukup tinggi, hal ini disebabkan karena bentuk tubuh

dari bumi Indonesia khususnya litosfernya tersusun dari

kristal dan mineral juga batuan yang dapat dimanfaatkan

dan memiliki nilai-nilai ekonomis yang tinggi. Oleh sebab

itu kita perlu mengenal dan mempelajari lebih dalam lagi

tentang kristal dan mineral baik melalui teori ataupun

dengan melakukan praktikum tentang kristal dan mineral.

       Dalam pelaksanaan praktikum kristalografi dan

mineralogi ini ada yang melatar belakanginya yaitu mata

kuliah yang disebut kristalografi dan mineralogi yang

disampaikan secara teori oleh dosen mata kuliah dan

asisten dosen kristalografi dan mineralogi. Teori-teori

yang didapat akan mudah dimengerti apabila dilakukan

suatu kegiatan praktikum, dengan dilaksanakannya

praktikum diharapkan kita dapat memahami suatu kristal

dan mineral dengan jelas sebagai penunjang mata kuliah

kristalografi dan mineralogi serta untuk memudahkan

2

teori-teori yang diberikan pada mata kuliah kristalografi

dan mineralogi.

       Dengan mengingat pentingnya diadakan praktikum

ini, maka seluruh mahasiswa (i) jurusan Teknik Geologi

Sekolah Tinggi Teknologi Nasional ( STTNAS ) semester 1

wajib mengikutinya.

Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui

proses geologis. Istilah mineral termasuk tidak hanya

bahankomposisi kimia tetapi juga struktur mineral.

Mineral juga dapatdiartikan sebagai bahan padat anorganik

yang terdapat secara alamiah, yang terdiri dariunsur-

unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-

atom di dalamnyatersusun mengikuti suatu pola yang

sistematis.Mineral dapat kita jumpai dimana-mana

disekitar kita, dapat berwujud sebagai batuan, tanah,

atau pasir yang diendapkan pada dasar sungai. Mineral,

kecuali beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk tertentu

dalam keadaan padatnya, sebagai perwujudan darisusunan

yang teratur didalamnya. Apabila kondisinya memungkinkan,

mereka akandibatasi oleh bidang-bidang rata, dan

diasumsikan sebagai bentuk-bentuk yang teratur yang

dikenal sebagai “kristal”. Dengan demikian, kristal

secara umum dapatdidefinisikan sebagai bahan padat yang

3

homogen yang memiliki pola internal susunantiga dimensi

yang teratur. Studi yang khusus mempelajari sifat-sifat,

bentuk susunan dancara-cara terjadinya bahan padat

tersebut dinamakan kristalografi.Pengetahuan tentang

“mineral” merupakan syarat mutlak untuk dapat

mempelajari bagian yang padat dari Bumi ini, yang terdiri

dari batuan.Untuk mempelajari strukruktur batuan

sebaiknya harus mengenal lebih dahulu Kristal dan mineral

pembentuk batuan tersebut, oleh kerena beberapa hal

penting di atas maka praktikum kristalografi dan

mineralogi dilakukan unutuk mengenal lebih jauh

ataumemperdalam ilmu pengetahuan mengenai kristal, sistem

kristal, penentuan kelas simetri, bidang simetri, dan

mengenal sistem kristal dan perawakan kristal pada

mineral.

Kristalografi adalah suatu disiplin ilmu dalam bidang

geologi,kimia dan fisika yang mempelajari bentuk dari

Kristal dan bagaimana dilakukan cara

penggambarannya.Kristal didefinisikan sebagai benda padat

homogeny yang dibatasi oleh bidang muka yang licin (tidak

kasar) sebagai ekspresi dari bangun dalam (Internal

Struktur) ion, atom atau molekul berbentuk polyhedral

yang teratur.Secara alamiah Kristal terbentuk karena atom

dan ion maupun molekul bebas, pada proporsi yang tepat

4

berkumpul untuk membentuk Kristal, dimana selama proses

pembentukannya ( Proses Kristalisasi), Kristal mempunyai

kecenderungan mengikuti rongga dibawah permukaan bumi

sehingga alamiah Kristal sangat jarang ditemui

dipermukaan magma atau rekristalisasi dan dalam keadaan

padat. Bahan pembentuk Kristal dapat berupa pelarutan

air, hidrotermal dan dalam larutan yang menghasilkan pada

pembekuan magma atau pada rekkristalisasi dan dalam

keadaan padat. Perawakan Kristal terbentuk sebagai adanya

kejadian atau proses geologi :

a.    Proses eksogenik, yaitu proses rekristalisasi yang

dipengaruhi oleh gaya-gaya asal luar.

b.    Prose endogenik, yaitu proses dimana Kristal

berasal dari kristalisasi magma.

c.    Prose tektonik lampung, merupakan proses dari suatu

mineralisasi dan berasosiasi dengan jalur magmatic dan

zona pelapukan.

Adapun ciri-ciri yang khas dari  Kristal adalah :

1.             Bersifat padat

2.             Mempunyai kekerasan tertentu

3.             Menunjukan sifat kelistrikan dan

kemagnetan

5

4.             Mempunyai ikatan kimia

5.             Mempunyaistruktur dalam dasar teori

Materi dasar pembentuk Bumi ini adalah batuan, dimana

batuan sendiri adalah kumpulan dari mineral, dan mineral

terbentuk dari kristal-kristal. Jadi intinya, untuk dapat

mempelajari ilmu Geologi, kita harus menguasai ilmu

tentang kristal. Ilmu yang mempelajari tentang bentuk-

bentuk, gambar-gambar dari kristal disebut Kristalografi.

Dalam studi Geologi, kita tentunya harus terlebih dahulu

menguasai tentang kristal sebelum mempelajari tingkat

selanjutnya dalam ilmu Geologi. Karena itu kristal adalah

syarat untuk dapat mempelajari Geologi.

Dalam studi Geologi yang mempelajari keseluruhan hal-hal

tentang Bumi mulai dari pembentukkan, komposisi, sifat-

sifat fisik, struktur, hingga gejala-gejala yang terjadi

didalamnya, kita tentu saja harus mempelajari dasar-dasar

tentang Bumi dan juga pembagian-pembagiannya secara

khusus nantinya. Dan pada tahap pertama yang harus

dipelajari adalah apa sajakah sebenarnya materi-materi

pembentuk Bumi kita ini. Setelah itu barulah kita dapat

6

mempelajari materi pada tingkat-tingkat selanjutnya yang

ada dalam ruang lingkup studi Teknik Geologi.

Pada materi yang telah kita pelajari sebelumnya, yaitu

materi Kristalografi, telah dijelaskan urutan materi

pembentuk Bumi ini. Dari yang terkecil yaitu kristal,

mineral dan kemudian adalah batuan. Dan yang akan kita

pelajari selanjutnya adalah tentang mineral. Dalam

mempelajari semua hal tentang mineral, mulai dari sifat-

sifat fisiknya hingga keterdapatannya pada batuan

dinamakan dengan Mineralogi.

Pada tahap ini kita akan belajar tentang beberapa hal

yang berkaitan dengan mineral. Dalam studi Geologi, ini

sangat penting, karena mineral adalah salah satu satuan

dasar pembentuk Bumi ini. Dan dengan bekal ilmu

Kristalografi yang telah dipelajari sebelumnya, kita akan

dapat mengenal mineral-mineral apa sajakah yang terdapat

di Bumi, bagaimana keterdapatannya, hingga akhirnya juga

dapat mengetahui manfaat dari mineral itu sendiri.

Dengan demikian kegiatan praktikum kali ini memiliki

kegunaan bagi praktikan untuk mengenal ilmu kristalografi

dan mineralogy  dalam kehidupan sehari-hari.

7

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja kelas-kelas dari sistem Kristal Hexagonal ?

2. Apa definisi dari sistem Kristal Hexagonal ?

1.3 TUJUAN

Mendefinisikan kelas-kelas dari sistem Kristal Hexagonal

dalam kristalografi dan mineralogi, sehingga pembaca

dapat mengambil manfaat dari makalah yang telah penulis

susun dengan sebaik-baiknya.

1.4 RUANG LINGKUP MATERI

Menjelaskankelas-kelas dari sistem Kristal Hexagonal

dalam kristalografi dan mineralogi yangmencakup

pengertian dari sistemKristal Hexagonal dan kelas-kelas

di dalamnya.

8

BAB II

DASAR TEORI/LANDASAN TEORI

2.1.       DASAR TEORI/LANDASAN TEORI

       Kristalografi merupakan suatu disiplin ilmu yang

mempelajari bentuk fisik kristal dan cara bagaimana

penggambarannya, istilah kristal berasal dari bahasa

Yunani dan beberapa ahli berpendapat bahwa baik berupa

asumsi atau pendapat maupun hasil dari penelitian serta

berbagai percobaan maupun analisa baik dari bentuk

ataupun struktur kristal tersebut.

9

       Kristal didefinisikan sebagai benda padat homogen

dan memiliki batas bidang-bidang muka tertentu dimana

keteraturan dari bidang-bidang tersebut merupakan

ekspresi dari bentuk bangun dalam (internal structure)

suatu ion, atom, dan molekul.

       Adapun pendapat dari para ahli yang mengemukakan

suatu kristal baik berdasarkan asumsi maupun dari

penelitian dan juga percobaan diantaranya adalah sebagai

berikut :

1.    Pliny adalah orang yang pertama kali

mempublikasikan kristal dalam bukunya yang berjudul

Natural History.

2.    Nicholas Steno (1639-1686), berdasarkan hasil tes

dan percobaannya dengan kristal kuarsa, maka keluar dalil

yang berbunyi sama lebih dikenal dengan ketetapan suatu

sudut kristal kristal atau ( The Law Contancy Of

Interpasial Angeles ) yang menyatakan bahwa :

a.    Sudut antara dua bidang kristal dalam suatu

individu kristal yang tetap atau konstan walaupun

bidang-bidang kristalnya bergeser tempat karena

pertumbuhan kristal itu sendiri.

10

b.    Sudut antara dua bidang kristal sama besarnya

dengan sudut yang bersamaan pada individu lainnya

setiap jenis mineral yang sama.

3.    Gugliemini (1655-1750), menganalisa struktur

kristal berdasarkan pada adanya ketetapan arah belahan

pada kristal.

4.    Hauy (1743-1822), mempublikasikan teorinya tentang

struktur kristal disebutkan dengan “ Traite De Mineralogy

“ yang dikenal dengan atau disebut dengan hokum Hauy yang

diantaranya itu sumbu refensi dimana dapat diketahui

sumbu dan posisi dari bidang muka Kristal dapat juga

ditentukan.

5.    Roma De Isle (1736) adalah orang yang pertama kali

melakukan pengukuran sudut Kristal dengan menggunakan

alat Geniometer kontak.

6.    Johanes Kepler (1661) menyatakan ketentuan bentuk

Kristal yang berdasarkan pada ketetapan arah dari belahan

Kristal.

7.    Brafis (1849) memperkenalkan 14 ruang dan sisi

Kristal yang diantaranya adalah:

- Triklinik

11

- Monoklinik

- Orthorombik

- Cubic

8. Menurut Wikipedia, kristal adalah suatu padatan

yang atom, molekul atau ion penyusunnya terkemas secara

teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi.

9. Menurut Snechal, kristal merupakan padatan yang

secara essential mempunyai pola difraksi tertentu.

10. Menurut Djauhari Noor, kristal dapat

didefinisikan sebagai mineral yang memiliki sifat dan

bentuk tertentu dalam keadaan padatnya sebagai perwujudan

dari susunan yang teratur didalamnya.

2.2 SISTEM KRISTAL HEXAGONAL

Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c

tegak lurus terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b,

dan d masing-masing membentuk sudut 120˚ terhadap satu

sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama.

Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau

lebih pendek (umumnya lebih panjang).

12

Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal

memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c ,

yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama

dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga

memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal

ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak

lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal,

sistem Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c =

1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan

nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan

sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan

13

patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya

a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini menjelaskan bahwa

antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan

sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.

Sistem ini dibagi menjadi 7:

Hexagonal Piramid

• Kelas : ke-14

• Simetri : 6

• Elemen Simetri : hanya terdapat 1 sumbu putar

enam.

Hexagonal Bipramid

• Kelas : ke-16

• Simetri : 6/m

• Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 1

bidang simetri

Dihexagonal Piramid

• Kelas : ke-18

• Simetri : 6 m m

• Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 6

bidang simetri

14

Dihexagonal Bipiramid

• Kelas : ke-20

• Simetri : 6/m 2/m 2/m

• Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 6

sumbu putar dua, 7 bidang simetri masing-masing

berpotongan tegak lurus terhadap salah satu sumbu rotasi

dan satu pusat

Trigonal Bipiramid

• Kelas : ke-1

• Simetri : 6bar (ekuivalen dengan 6/m)

• Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 1

bidang simetri

Ditrigonal Bipiramid

• Kelas : ke-17

• Simetri : 6bar 2m

• Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 3

sumbu putar dua, dan 4 bidang simetri

Hexagonal Trapezohedral

• Kelas : ke-19

15

• Simetri : 6 2 2

• Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 6

sumbu putar dua

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal

ini adalah quartz, corundum, hematite, calcite, dolomite,

apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977).

2.3 PENGERTIAN SISTEM KRISTAL HEXAGONAL

Sistem heksagonal adalah uniaksial, yang berarti

itu didasarkan pada satusumbu utama, dalam hal ini sumbu

rotasi enam kali lipat, yang unik untuk sumbulainnya.

Sistem heksagonal adalah analog dengan sistem tetragonal.

Sistemheksagonal mengandung kelas yang mencerminkan kelas

sistem tetragonaldengan perbedaan yang jelas menjadi

sumbu lipatan enam bukannya sumbulipat empat.Namun,

sistem heksagonal dan sistem trigonal serupa seperti

salah satu darilima sistem lain dalam hal sumbu

kristalografi. Sementara sistem lainmenggunakan tiga

sumbu kristalografi, sistem heksagonal dan

16

trigonalmenggunakan total empat sumbu. Sumbu enam besar

atau prinsip lipat untuksistem heksagonal, tentu saja,

salah satu sumbu. Tiga lainnya terletak padasumbu yang

tegak lurus dengan sumbu prinsip

Inisumbu simetris menyebar ke 120 derajat antara ujung

positif dari setiap sumbu,membuat bintang diperiksa

dengan sinar enam bila dilihat ke sumbu prinsip.Dalam

sistem heksagonal tidak ada perbedaan antara kutub

positif dan negatif dari setiap sumbu yang membuat sudut

hanya 60 derajat antara sumbu.

BA

B III

17

SISTEM

HEXAGONAL

Sistem  ini dibagi menjadi 7:

3.1 HEXAGONAL PIRAMID

Dalam geometri , piramida heksagonal adalah piramida

dengan dasar heksagonal yang didirikan enam wajah

segitiga yang bertemu di satu titik ( puncak ) . Seperti

piramida apapun, itu adalah self- ganda .

Sebuah piramida heksagonal yang tepat dengan basis

heksagon biasa memiliki C6v simetri .

Sebuah piramida biasa yang tepat adalah salah satu yang

memiliki poligon beraturan sebagai basis dan yang apeks

adalah " di atas " pusat dasar , sehingga puncak , pusat

dasar dan setiap simpul lainnya membentuk segitiga siku-

siku

Kelas : ke-14

Simetri : 6

Elemen Simetri : hanya terdapat 1 sumbu

putar enam.

18

3.2 HEXAGONAL BIPRAMID

Sebuah bipyramid heksagonal adalah polyhedron terbentuk

dari dua piramida heksagonal bergabung di pangkalan

mereka . Yang dihasilkan padat memiliki 12 wajah segitiga

, 8 simpul dan 18 tepi . The 12 wajah segitiga sama kaki

identik .

Ini adalah salah satu dari serangkaian tak terbatas

bipyramids . Memiliki dua belas wajah , itu adalah jenis

dodecahedron , meskipun nama yang biasanya dikaitkan

dengan bentuk polyhedral biasa dengan sisi berbentuk

segilima . The dodecadeltahedron Istilah yang kadang-

kadang digunakan untuk membedakan bipyramid dari Platonis

padat .

The bipyramid heksagonal memiliki bidang simetri ( yang

horisontal pada gambar sebelah kanan ) di mana dasar dari

dua piramida yang bergabung . Pesawat ini adalah segi

enam biasa . Ada juga enam pesawat simetri

melintasi dua apeks . Pesawat ini belah

ketupat dan berbaring pada 30 ° sudut satu

sama lain , tegak lurus terhadap bidang

horizontal.

19

·         Kelas : ke-16

·         Simetri : 6/m

·         Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 1

bidang simetri

3.3 DIHEXAGONAL PIRAMID

Terdiri dari dua bagian heksagonal bersatu ; dengan

demikian , piramida dihexagonal terdiri dari dua piramida

heksagonal dasar untuk mendasarkan ditempatkan .

·         Kelas : ke-18

·         Simetri : 6 m m

·         Elemen Simetri : terdapat 1

sumbu putar enam, 6 bidang simetri

3.4 DIHEXAGONAL BIPIRAMID

20

Dalam geometri , sebuah bipyramid decagonal adalah salah

satu himpunan tak terhingga dari bipyramids , dual dengan

prisma yang tak terbatas . Jika bipyramid decagonal

adalah menjadi wajah - transitif , semua wajah segitiga

sama kaki harus .

·         Kelas : ke-20

·         Simetri : 6/m 2/m 2/m

·         Elemen Simetri : terdapat 1

sumbu putar enam, 6 sumbu putar dua, 7 bidang simetri

masing-masing berpotongan tegak lurus terhadap salah satu

sumbu rotasi dan satu pusat

3.5 TRIGONAL BIPIRAMID

Dalam geometri , yang bipyramid segitiga ( atau dipyramid

) adalah jenis pigur berenam segi , menjadi yang pertama

di set tak terbatas bipyramids wajah - transitif . Ini

adalah ganda dari prisma segitiga dengan wajah 6 segitiga

sama kaki

Hal ini juga salah satu Johnson padatan , ( J12 ) dengan

wajah segitiga sama sisi . Seperti namanya , itu dapat

dibangun dengan menggabungkan dua tetrahedra sepanjang

satu wajah . Meskipun semua wajah yang kongruen dan padat

21

adalah wajah - transitif , itu bukan Platonis padat

karena beberapa simpul berdampingan tiga wajah dan lain-

lain berdampingan empat . Sebagai Johnson solid, dengan 6

segitiga sama sisi , hal ini juga di set deltahedra .

A Johnson padat adalah salah satu dari 92 cembung

polyhedra biasa berwajah , tetapi yang tidak seragam ,

yaitu, bukan Platonis yang solid , Archimedes padat ,

prisma atau antiprism . Mereka ditunjuk oleh Norman

Johnson yang pertama kali disebutkan set pada tahun

1966 .

·         Kelas : ke-1

·         Simetri : 6bar (ekuivalen

dengan 6/m)

·         Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 1

bidang simetri

3.6 DITRIGONAL BIPIRAMID

·         Kelas : ke-17

·         Simetri : 6bar 2m

22

·         Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 3

sumbu putar dua, dan 4 bidang simetri

3.7 HEXAGONAL TRAPEZOHEDRAL

The trapezohedron heksagonal atau deltohedron adalah

keempat dalam seri terbatas dari wajah - seragam

polyhedra yang ganda polyhedron ke antiprisms . Ini

memiliki dua belas wajah yang layang-layang kongruen .

·         Kelas : ke-19

·         Simetri : 6 2 2

·         Elemen Simetri : terdapat 1

sumbu putar enam, 6 sumbu  putar dua

Beberapa contoh mineral dengan sistem

kristal Hexagonal ini adalah quartz, corundum, hematite,

calcite, dolomite, apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977).

B

AB IV

SISTEM CRISTAL MONOKLIN

23

41. PENGERTIAN MONOKLIN

Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu

yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a

tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap

sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu

a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak

sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b

paling pendek. System Monoklin memiliki axial ratio

(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c dan memiliki sudut

kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada

ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚),

sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).

Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki

axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya

panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau

berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut

24

kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada

ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚),

sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).

                a ≠ b≠ c

sudut antara b dan c = 90

sudut antara a dan b = 90

sudut antara a dan c ≠ 90

sudut antara a dan –b = 45

a : b : c = sembarang

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi

orthogonal, sistem kristal Monoklin memiliki perbandingan

sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan

yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada

sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini

menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚

terhadap sumbu bˉ

4.2 SISTEM MONOKLIN

 Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:

1.    Sfenoid

·         Kelas : ke-4

·         Simetri : 2

·         Elemen Simetri : 1 sumbu putar

25

2.    Doma

·         Kelas : ke-3

·         Simetri : m

·         Elemen Simetri : 1 bidang simetri

3.    Prisma

·         Kelas : ke-5

·         Simetri : 2/m

·         Elemen Simetri : 1 sumbu putar dua dengan

sebuah bidang simetri yang berpotongan tegak lurus

Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini

adalah azurite,  malachite, colemanite, gypsum, dan

epidot (Pellant, chris. 1992)

26

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

SISTEM HEKSAGONAL ADALAH ; uniaksial, yang

berarti itu didasarkan pada satusumbu utama, dalam hal

ini sumbu rotasi enam kali lipat, yang unik untuk

sumbulainnya. Sistem heksagonal adalah analog dengan

sistem tetragonal. Sistemheksagonal mengandung kelas yang

mencerminkan kelas sistem tetragonaldengan perbedaan yang

jelas menjadi sumbu lipatan enam bukannya sumbulipat

empat.Namun, sistem heksagonal dan sistem trigonal serupa

seperti salah satu darilima sistem lain dalam hal sumbu

27

kristalografi. Sementara sistem lainmenggunakan tiga

sumbu kristalografi, sistem heksagonal dan

trigonalmenggunakan total empat sumbu.

SISTEM CRISTAL MONOKLIN ;artinya hanya mempunyai

satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya.

Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus

terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus

terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang

yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan

sumbu b paling pendek. System Monoklin memiliki axial

ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c dan memiliki sudut

kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada

ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚),

sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).

4.2 KRITIK DAN SARAN

Dari makalah yang telah dibuat, pasti terdapat kesalahandalam penulisan isi dari makalah ini.maka dari itu  kamimengharapkan  kritik dan saran  yang membangun daripembaca agar makalah – makalah yang akan dibuatberikutnya lebih  sempurna.Atas kritik dan saran yangdiberikan kami ucapkan terima kasih. 

DAFTAR PUSTKA

28

http://el-geomessak.blogspot.com/2012/06/kristal-dan-mineral.html

21-10-2014 pukul 19:13

http://geografi-geografi.blogspot.com/2014/04/sistem-kristal.html

21-10-2014 pukul 19:20

http://medlinkup.wordpress.com/2011/02/26/sistem-kristal/

21-10-2014 pukul 19:35

http://irfan-pedia.blogspot.com/2013/01/pengertian-

mneral.html

21-10-2014 pukul 19:55