TUGAS Compounding dan Dispensing Skrining Resep peny. kulit kelamin
TUGAS HEXAGONAL DAN MONOKLIN
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of TUGAS HEXAGONAL DAN MONOKLIN
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bumi Indonesia memiliki potensi sumber daya alam
yang cukup tinggi, hal ini disebabkan karena bentuk tubuh
dari bumi Indonesia khususnya litosfernya tersusun dari
kristal dan mineral juga batuan yang dapat dimanfaatkan
dan memiliki nilai-nilai ekonomis yang tinggi. Oleh sebab
itu kita perlu mengenal dan mempelajari lebih dalam lagi
tentang kristal dan mineral baik melalui teori ataupun
dengan melakukan praktikum tentang kristal dan mineral.
Dalam pelaksanaan praktikum kristalografi dan
mineralogi ini ada yang melatar belakanginya yaitu mata
kuliah yang disebut kristalografi dan mineralogi yang
disampaikan secara teori oleh dosen mata kuliah dan
asisten dosen kristalografi dan mineralogi. Teori-teori
yang didapat akan mudah dimengerti apabila dilakukan
suatu kegiatan praktikum, dengan dilaksanakannya
praktikum diharapkan kita dapat memahami suatu kristal
dan mineral dengan jelas sebagai penunjang mata kuliah
kristalografi dan mineralogi serta untuk memudahkan
2
teori-teori yang diberikan pada mata kuliah kristalografi
dan mineralogi.
Dengan mengingat pentingnya diadakan praktikum
ini, maka seluruh mahasiswa (i) jurusan Teknik Geologi
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional ( STTNAS ) semester 1
wajib mengikutinya.
Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui
proses geologis. Istilah mineral termasuk tidak hanya
bahankomposisi kimia tetapi juga struktur mineral.
Mineral juga dapatdiartikan sebagai bahan padat anorganik
yang terdapat secara alamiah, yang terdiri dariunsur-
unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-
atom di dalamnyatersusun mengikuti suatu pola yang
sistematis.Mineral dapat kita jumpai dimana-mana
disekitar kita, dapat berwujud sebagai batuan, tanah,
atau pasir yang diendapkan pada dasar sungai. Mineral,
kecuali beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk tertentu
dalam keadaan padatnya, sebagai perwujudan darisusunan
yang teratur didalamnya. Apabila kondisinya memungkinkan,
mereka akandibatasi oleh bidang-bidang rata, dan
diasumsikan sebagai bentuk-bentuk yang teratur yang
dikenal sebagai “kristal”. Dengan demikian, kristal
secara umum dapatdidefinisikan sebagai bahan padat yang
3
homogen yang memiliki pola internal susunantiga dimensi
yang teratur. Studi yang khusus mempelajari sifat-sifat,
bentuk susunan dancara-cara terjadinya bahan padat
tersebut dinamakan kristalografi.Pengetahuan tentang
“mineral” merupakan syarat mutlak untuk dapat
mempelajari bagian yang padat dari Bumi ini, yang terdiri
dari batuan.Untuk mempelajari strukruktur batuan
sebaiknya harus mengenal lebih dahulu Kristal dan mineral
pembentuk batuan tersebut, oleh kerena beberapa hal
penting di atas maka praktikum kristalografi dan
mineralogi dilakukan unutuk mengenal lebih jauh
ataumemperdalam ilmu pengetahuan mengenai kristal, sistem
kristal, penentuan kelas simetri, bidang simetri, dan
mengenal sistem kristal dan perawakan kristal pada
mineral.
Kristalografi adalah suatu disiplin ilmu dalam bidang
geologi,kimia dan fisika yang mempelajari bentuk dari
Kristal dan bagaimana dilakukan cara
penggambarannya.Kristal didefinisikan sebagai benda padat
homogeny yang dibatasi oleh bidang muka yang licin (tidak
kasar) sebagai ekspresi dari bangun dalam (Internal
Struktur) ion, atom atau molekul berbentuk polyhedral
yang teratur.Secara alamiah Kristal terbentuk karena atom
dan ion maupun molekul bebas, pada proporsi yang tepat
4
berkumpul untuk membentuk Kristal, dimana selama proses
pembentukannya ( Proses Kristalisasi), Kristal mempunyai
kecenderungan mengikuti rongga dibawah permukaan bumi
sehingga alamiah Kristal sangat jarang ditemui
dipermukaan magma atau rekristalisasi dan dalam keadaan
padat. Bahan pembentuk Kristal dapat berupa pelarutan
air, hidrotermal dan dalam larutan yang menghasilkan pada
pembekuan magma atau pada rekkristalisasi dan dalam
keadaan padat. Perawakan Kristal terbentuk sebagai adanya
kejadian atau proses geologi :
a. Proses eksogenik, yaitu proses rekristalisasi yang
dipengaruhi oleh gaya-gaya asal luar.
b. Prose endogenik, yaitu proses dimana Kristal
berasal dari kristalisasi magma.
c. Prose tektonik lampung, merupakan proses dari suatu
mineralisasi dan berasosiasi dengan jalur magmatic dan
zona pelapukan.
Adapun ciri-ciri yang khas dari Kristal adalah :
1. Bersifat padat
2. Mempunyai kekerasan tertentu
3. Menunjukan sifat kelistrikan dan
kemagnetan
5
4. Mempunyai ikatan kimia
5. Mempunyaistruktur dalam dasar teori
Materi dasar pembentuk Bumi ini adalah batuan, dimana
batuan sendiri adalah kumpulan dari mineral, dan mineral
terbentuk dari kristal-kristal. Jadi intinya, untuk dapat
mempelajari ilmu Geologi, kita harus menguasai ilmu
tentang kristal. Ilmu yang mempelajari tentang bentuk-
bentuk, gambar-gambar dari kristal disebut Kristalografi.
Dalam studi Geologi, kita tentunya harus terlebih dahulu
menguasai tentang kristal sebelum mempelajari tingkat
selanjutnya dalam ilmu Geologi. Karena itu kristal adalah
syarat untuk dapat mempelajari Geologi.
Dalam studi Geologi yang mempelajari keseluruhan hal-hal
tentang Bumi mulai dari pembentukkan, komposisi, sifat-
sifat fisik, struktur, hingga gejala-gejala yang terjadi
didalamnya, kita tentu saja harus mempelajari dasar-dasar
tentang Bumi dan juga pembagian-pembagiannya secara
khusus nantinya. Dan pada tahap pertama yang harus
dipelajari adalah apa sajakah sebenarnya materi-materi
pembentuk Bumi kita ini. Setelah itu barulah kita dapat
6
mempelajari materi pada tingkat-tingkat selanjutnya yang
ada dalam ruang lingkup studi Teknik Geologi.
Pada materi yang telah kita pelajari sebelumnya, yaitu
materi Kristalografi, telah dijelaskan urutan materi
pembentuk Bumi ini. Dari yang terkecil yaitu kristal,
mineral dan kemudian adalah batuan. Dan yang akan kita
pelajari selanjutnya adalah tentang mineral. Dalam
mempelajari semua hal tentang mineral, mulai dari sifat-
sifat fisiknya hingga keterdapatannya pada batuan
dinamakan dengan Mineralogi.
Pada tahap ini kita akan belajar tentang beberapa hal
yang berkaitan dengan mineral. Dalam studi Geologi, ini
sangat penting, karena mineral adalah salah satu satuan
dasar pembentuk Bumi ini. Dan dengan bekal ilmu
Kristalografi yang telah dipelajari sebelumnya, kita akan
dapat mengenal mineral-mineral apa sajakah yang terdapat
di Bumi, bagaimana keterdapatannya, hingga akhirnya juga
dapat mengetahui manfaat dari mineral itu sendiri.
Dengan demikian kegiatan praktikum kali ini memiliki
kegunaan bagi praktikan untuk mengenal ilmu kristalografi
dan mineralogy dalam kehidupan sehari-hari.
7
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja kelas-kelas dari sistem Kristal Hexagonal ?
2. Apa definisi dari sistem Kristal Hexagonal ?
1.3 TUJUAN
Mendefinisikan kelas-kelas dari sistem Kristal Hexagonal
dalam kristalografi dan mineralogi, sehingga pembaca
dapat mengambil manfaat dari makalah yang telah penulis
susun dengan sebaik-baiknya.
1.4 RUANG LINGKUP MATERI
Menjelaskankelas-kelas dari sistem Kristal Hexagonal
dalam kristalografi dan mineralogi yangmencakup
pengertian dari sistemKristal Hexagonal dan kelas-kelas
di dalamnya.
8
BAB II
DASAR TEORI/LANDASAN TEORI
2.1. DASAR TEORI/LANDASAN TEORI
Kristalografi merupakan suatu disiplin ilmu yang
mempelajari bentuk fisik kristal dan cara bagaimana
penggambarannya, istilah kristal berasal dari bahasa
Yunani dan beberapa ahli berpendapat bahwa baik berupa
asumsi atau pendapat maupun hasil dari penelitian serta
berbagai percobaan maupun analisa baik dari bentuk
ataupun struktur kristal tersebut.
9
Kristal didefinisikan sebagai benda padat homogen
dan memiliki batas bidang-bidang muka tertentu dimana
keteraturan dari bidang-bidang tersebut merupakan
ekspresi dari bentuk bangun dalam (internal structure)
suatu ion, atom, dan molekul.
Adapun pendapat dari para ahli yang mengemukakan
suatu kristal baik berdasarkan asumsi maupun dari
penelitian dan juga percobaan diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Pliny adalah orang yang pertama kali
mempublikasikan kristal dalam bukunya yang berjudul
Natural History.
2. Nicholas Steno (1639-1686), berdasarkan hasil tes
dan percobaannya dengan kristal kuarsa, maka keluar dalil
yang berbunyi sama lebih dikenal dengan ketetapan suatu
sudut kristal kristal atau ( The Law Contancy Of
Interpasial Angeles ) yang menyatakan bahwa :
a. Sudut antara dua bidang kristal dalam suatu
individu kristal yang tetap atau konstan walaupun
bidang-bidang kristalnya bergeser tempat karena
pertumbuhan kristal itu sendiri.
10
b. Sudut antara dua bidang kristal sama besarnya
dengan sudut yang bersamaan pada individu lainnya
setiap jenis mineral yang sama.
3. Gugliemini (1655-1750), menganalisa struktur
kristal berdasarkan pada adanya ketetapan arah belahan
pada kristal.
4. Hauy (1743-1822), mempublikasikan teorinya tentang
struktur kristal disebutkan dengan “ Traite De Mineralogy
“ yang dikenal dengan atau disebut dengan hokum Hauy yang
diantaranya itu sumbu refensi dimana dapat diketahui
sumbu dan posisi dari bidang muka Kristal dapat juga
ditentukan.
5. Roma De Isle (1736) adalah orang yang pertama kali
melakukan pengukuran sudut Kristal dengan menggunakan
alat Geniometer kontak.
6. Johanes Kepler (1661) menyatakan ketentuan bentuk
Kristal yang berdasarkan pada ketetapan arah dari belahan
Kristal.
7. Brafis (1849) memperkenalkan 14 ruang dan sisi
Kristal yang diantaranya adalah:
- Triklinik
11
- Monoklinik
- Orthorombik
- Cubic
8. Menurut Wikipedia, kristal adalah suatu padatan
yang atom, molekul atau ion penyusunnya terkemas secara
teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi.
9. Menurut Snechal, kristal merupakan padatan yang
secara essential mempunyai pola difraksi tertentu.
10. Menurut Djauhari Noor, kristal dapat
didefinisikan sebagai mineral yang memiliki sifat dan
bentuk tertentu dalam keadaan padatnya sebagai perwujudan
dari susunan yang teratur didalamnya.
2.2 SISTEM KRISTAL HEXAGONAL
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c
tegak lurus terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b,
dan d masing-masing membentuk sudut 120˚ terhadap satu
sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama.
Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau
lebih pendek (umumnya lebih panjang).
12
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal
memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c ,
yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama
dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal
ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak
lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal,
sistem Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c =
1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan
nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan
sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan
13
patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya
a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini menjelaskan bahwa
antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan
sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.
Sistem ini dibagi menjadi 7:
Hexagonal Piramid
• Kelas : ke-14
• Simetri : 6
• Elemen Simetri : hanya terdapat 1 sumbu putar
enam.
Hexagonal Bipramid
• Kelas : ke-16
• Simetri : 6/m
• Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 1
bidang simetri
Dihexagonal Piramid
• Kelas : ke-18
• Simetri : 6 m m
• Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 6
bidang simetri
14
Dihexagonal Bipiramid
• Kelas : ke-20
• Simetri : 6/m 2/m 2/m
• Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 6
sumbu putar dua, 7 bidang simetri masing-masing
berpotongan tegak lurus terhadap salah satu sumbu rotasi
dan satu pusat
Trigonal Bipiramid
• Kelas : ke-1
• Simetri : 6bar (ekuivalen dengan 6/m)
• Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 1
bidang simetri
Ditrigonal Bipiramid
• Kelas : ke-17
• Simetri : 6bar 2m
• Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 3
sumbu putar dua, dan 4 bidang simetri
Hexagonal Trapezohedral
• Kelas : ke-19
15
• Simetri : 6 2 2
• Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 6
sumbu putar dua
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal
ini adalah quartz, corundum, hematite, calcite, dolomite,
apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977).
2.3 PENGERTIAN SISTEM KRISTAL HEXAGONAL
Sistem heksagonal adalah uniaksial, yang berarti
itu didasarkan pada satusumbu utama, dalam hal ini sumbu
rotasi enam kali lipat, yang unik untuk sumbulainnya.
Sistem heksagonal adalah analog dengan sistem tetragonal.
Sistemheksagonal mengandung kelas yang mencerminkan kelas
sistem tetragonaldengan perbedaan yang jelas menjadi
sumbu lipatan enam bukannya sumbulipat empat.Namun,
sistem heksagonal dan sistem trigonal serupa seperti
salah satu darilima sistem lain dalam hal sumbu
kristalografi. Sementara sistem lainmenggunakan tiga
sumbu kristalografi, sistem heksagonal dan
16
trigonalmenggunakan total empat sumbu. Sumbu enam besar
atau prinsip lipat untuksistem heksagonal, tentu saja,
salah satu sumbu. Tiga lainnya terletak padasumbu yang
tegak lurus dengan sumbu prinsip
Inisumbu simetris menyebar ke 120 derajat antara ujung
positif dari setiap sumbu,membuat bintang diperiksa
dengan sinar enam bila dilihat ke sumbu prinsip.Dalam
sistem heksagonal tidak ada perbedaan antara kutub
positif dan negatif dari setiap sumbu yang membuat sudut
hanya 60 derajat antara sumbu.
BA
B III
17
SISTEM
HEXAGONAL
Sistem ini dibagi menjadi 7:
3.1 HEXAGONAL PIRAMID
Dalam geometri , piramida heksagonal adalah piramida
dengan dasar heksagonal yang didirikan enam wajah
segitiga yang bertemu di satu titik ( puncak ) . Seperti
piramida apapun, itu adalah self- ganda .
Sebuah piramida heksagonal yang tepat dengan basis
heksagon biasa memiliki C6v simetri .
Sebuah piramida biasa yang tepat adalah salah satu yang
memiliki poligon beraturan sebagai basis dan yang apeks
adalah " di atas " pusat dasar , sehingga puncak , pusat
dasar dan setiap simpul lainnya membentuk segitiga siku-
siku
Kelas : ke-14
Simetri : 6
Elemen Simetri : hanya terdapat 1 sumbu
putar enam.
18
3.2 HEXAGONAL BIPRAMID
Sebuah bipyramid heksagonal adalah polyhedron terbentuk
dari dua piramida heksagonal bergabung di pangkalan
mereka . Yang dihasilkan padat memiliki 12 wajah segitiga
, 8 simpul dan 18 tepi . The 12 wajah segitiga sama kaki
identik .
Ini adalah salah satu dari serangkaian tak terbatas
bipyramids . Memiliki dua belas wajah , itu adalah jenis
dodecahedron , meskipun nama yang biasanya dikaitkan
dengan bentuk polyhedral biasa dengan sisi berbentuk
segilima . The dodecadeltahedron Istilah yang kadang-
kadang digunakan untuk membedakan bipyramid dari Platonis
padat .
The bipyramid heksagonal memiliki bidang simetri ( yang
horisontal pada gambar sebelah kanan ) di mana dasar dari
dua piramida yang bergabung . Pesawat ini adalah segi
enam biasa . Ada juga enam pesawat simetri
melintasi dua apeks . Pesawat ini belah
ketupat dan berbaring pada 30 ° sudut satu
sama lain , tegak lurus terhadap bidang
horizontal.
19
· Kelas : ke-16
· Simetri : 6/m
· Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 1
bidang simetri
3.3 DIHEXAGONAL PIRAMID
Terdiri dari dua bagian heksagonal bersatu ; dengan
demikian , piramida dihexagonal terdiri dari dua piramida
heksagonal dasar untuk mendasarkan ditempatkan .
· Kelas : ke-18
· Simetri : 6 m m
· Elemen Simetri : terdapat 1
sumbu putar enam, 6 bidang simetri
3.4 DIHEXAGONAL BIPIRAMID
20
Dalam geometri , sebuah bipyramid decagonal adalah salah
satu himpunan tak terhingga dari bipyramids , dual dengan
prisma yang tak terbatas . Jika bipyramid decagonal
adalah menjadi wajah - transitif , semua wajah segitiga
sama kaki harus .
· Kelas : ke-20
· Simetri : 6/m 2/m 2/m
· Elemen Simetri : terdapat 1
sumbu putar enam, 6 sumbu putar dua, 7 bidang simetri
masing-masing berpotongan tegak lurus terhadap salah satu
sumbu rotasi dan satu pusat
3.5 TRIGONAL BIPIRAMID
Dalam geometri , yang bipyramid segitiga ( atau dipyramid
) adalah jenis pigur berenam segi , menjadi yang pertama
di set tak terbatas bipyramids wajah - transitif . Ini
adalah ganda dari prisma segitiga dengan wajah 6 segitiga
sama kaki
Hal ini juga salah satu Johnson padatan , ( J12 ) dengan
wajah segitiga sama sisi . Seperti namanya , itu dapat
dibangun dengan menggabungkan dua tetrahedra sepanjang
satu wajah . Meskipun semua wajah yang kongruen dan padat
21
adalah wajah - transitif , itu bukan Platonis padat
karena beberapa simpul berdampingan tiga wajah dan lain-
lain berdampingan empat . Sebagai Johnson solid, dengan 6
segitiga sama sisi , hal ini juga di set deltahedra .
A Johnson padat adalah salah satu dari 92 cembung
polyhedra biasa berwajah , tetapi yang tidak seragam ,
yaitu, bukan Platonis yang solid , Archimedes padat ,
prisma atau antiprism . Mereka ditunjuk oleh Norman
Johnson yang pertama kali disebutkan set pada tahun
1966 .
· Kelas : ke-1
· Simetri : 6bar (ekuivalen
dengan 6/m)
· Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 1
bidang simetri
3.6 DITRIGONAL BIPIRAMID
· Kelas : ke-17
· Simetri : 6bar 2m
22
· Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 3
sumbu putar dua, dan 4 bidang simetri
3.7 HEXAGONAL TRAPEZOHEDRAL
The trapezohedron heksagonal atau deltohedron adalah
keempat dalam seri terbatas dari wajah - seragam
polyhedra yang ganda polyhedron ke antiprisms . Ini
memiliki dua belas wajah yang layang-layang kongruen .
· Kelas : ke-19
· Simetri : 6 2 2
· Elemen Simetri : terdapat 1
sumbu putar enam, 6 sumbu putar dua
Beberapa contoh mineral dengan sistem
kristal Hexagonal ini adalah quartz, corundum, hematite,
calcite, dolomite, apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977).
B
AB IV
SISTEM CRISTAL MONOKLIN
23
41. PENGERTIAN MONOKLIN
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu
yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a
tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap
sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu
a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak
sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b
paling pendek. System Monoklin memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c dan memiliki sudut
kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada
ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚),
sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).
Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki
axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya
panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau
berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut
24
kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada
ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚),
sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).
a ≠ b≠ c
sudut antara b dan c = 90
sudut antara a dan b = 90
sudut antara a dan c ≠ 90
sudut antara a dan –b = 45
a : b : c = sembarang
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi
orthogonal, sistem kristal Monoklin memiliki perbandingan
sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan
yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada
sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚
terhadap sumbu bˉ
4.2 SISTEM MONOKLIN
Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:
1. Sfenoid
· Kelas : ke-4
· Simetri : 2
· Elemen Simetri : 1 sumbu putar
25
2. Doma
· Kelas : ke-3
· Simetri : m
· Elemen Simetri : 1 bidang simetri
3. Prisma
· Kelas : ke-5
· Simetri : 2/m
· Elemen Simetri : 1 sumbu putar dua dengan
sebuah bidang simetri yang berpotongan tegak lurus
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini
adalah azurite, malachite, colemanite, gypsum, dan
epidot (Pellant, chris. 1992)
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
SISTEM HEKSAGONAL ADALAH ; uniaksial, yang
berarti itu didasarkan pada satusumbu utama, dalam hal
ini sumbu rotasi enam kali lipat, yang unik untuk
sumbulainnya. Sistem heksagonal adalah analog dengan
sistem tetragonal. Sistemheksagonal mengandung kelas yang
mencerminkan kelas sistem tetragonaldengan perbedaan yang
jelas menjadi sumbu lipatan enam bukannya sumbulipat
empat.Namun, sistem heksagonal dan sistem trigonal serupa
seperti salah satu darilima sistem lain dalam hal sumbu
27
kristalografi. Sementara sistem lainmenggunakan tiga
sumbu kristalografi, sistem heksagonal dan
trigonalmenggunakan total empat sumbu.
SISTEM CRISTAL MONOKLIN ;artinya hanya mempunyai
satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya.
Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus
terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus
terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang
yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan
sumbu b paling pendek. System Monoklin memiliki axial
ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c dan memiliki sudut
kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada
ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚),
sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).
4.2 KRITIK DAN SARAN
Dari makalah yang telah dibuat, pasti terdapat kesalahandalam penulisan isi dari makalah ini.maka dari itu kamimengharapkan kritik dan saran yang membangun daripembaca agar makalah – makalah yang akan dibuatberikutnya lebih sempurna.Atas kritik dan saran yangdiberikan kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTKA
28
http://el-geomessak.blogspot.com/2012/06/kristal-dan-mineral.html
21-10-2014 pukul 19:13
http://geografi-geografi.blogspot.com/2014/04/sistem-kristal.html
21-10-2014 pukul 19:20
http://medlinkup.wordpress.com/2011/02/26/sistem-kristal/
21-10-2014 pukul 19:35
http://irfan-pedia.blogspot.com/2013/01/pengertian-
mneral.html
21-10-2014 pukul 19:55