tradisi rasan tue dalam prosesi pernikahan di desa tanah ...

82
TRADISI RASAN TUE DALAM PROSESI PERNIKAHAN DI DESA TANAH ABANG KECAMATAN TANAH ABANG KABUPATEN PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR SKRIPSI Diajukan Untuk memenuhi salah satu persyaratan Memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) dalam bidang Sejarah Peradaban Islam Oleh : DAMUKSANA FIJRIANI NIM. 1644200009 PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG 2021

Transcript of tradisi rasan tue dalam prosesi pernikahan di desa tanah ...

TRADISI RASAN TUE DALAM PROSESI PERNIKAHAN DI DESA

TANAH ABANG KECAMATAN TANAH ABANG KABUPATEN

PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR

SKRIPSI

Diajukan

Untuk memenuhi salah satu persyaratan

Memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

dalam bidang Sejarah Peradaban Islam

Oleh :

DAMUKSANA FIJRIANI

NIM. 1644200009

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH

PALEMBANG

2021

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi yang dibuat oleh Damuksana Fijriani, 1644200009

Telah diperiksa dan disetujui

Palembang, 21 April 2021

Dosen Pembimbing I,

Dr. Mohammad Syawaludin, M.Ag

NIP. 197111242003121001

Palembang, 09 April 2021

Dosen Pembimbing II,

Sholeh Khuddin, M.Hum

NIP. 19741025200312003

iv

NOTA DINAS

Perihal : Skripsi Saudari

Damuksana Fijriani

KepadaYth.

Dekan Fakultas Adab dan Humaniora

UIN Raden Fatah Palembang

Di -

Tempat

Assalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh

Dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi terhadap naskah

skripsi yang berjudul:

“Tradisi Rasan Tue dalam Prosesi Pernikahan di Desa Tanah Abang Kecamatan Tanah

Abang Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir”

Yang ditulis oleh:

Nama : Damuksana Fijriani

NIM : 1644200009

Program Studi : Sejarah Peradaban Islam

Kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah dapat diajukan ke Fakultas Adab dan

Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang untukmelaksanakan

ujian komprehensif.

Wassalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh.

Palembang, 9 April 2021

Pembimbing I

Dr. Mohammad Syawaludin, M. Ag

NIP. 197111242003121001

v

NOTA DINAS

Perihal : Skripsi Saudari

Damuksana Fijriani

KepadaYth.

Dekan Fakultas Adab dan Humaniora

UIN Raden Fatah Palembang

Di -

Tempat

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi terhadap naskah

skripsi yang berjudul:

“Tradisi Rasan Tue dalam Prosesi Pernikahan di Desa Tanah Abang Kecamatan Tanah

Abang Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir”

Yang ditulis oleh:

Nama : Damuksana Fijriani

NIM : 1644200009

Program Studi : Sejarah Peradaban Islam

Kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah dapat diajukan ke Fakultas Adab dan

Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang untukmelaksanakan

ujian komprehensif.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Palembang, 9 April 2021

Pembimbing II

Sholeh Khuddin, M.Hum

NIP. 19741025200312003

vi

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Damuksana Fijriani

Tempat, Tanggal Lahir : Tanah Abang, 06 Mei 1998

Nim : 1644200009

Alamat : Desa Tanah Abang Kec. Tanah Abang Kab. PALI

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa, skripsi yang berjudul “Tradisi Rasan Tue dalam

Prosesi Pernikahan di Desa Tanah Abang Kecamatan Tanah Abang Kabupaten

Penukal Abab Lematang Ilir” adalah benar karya penulis sendiri dan bukan merupakan

jiplakan, kecuali kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya. Jika terbukti TIDAK

ORISINIL maka sepenuhnya saya bersedia menerima sanksi yang berlaku tanpa

melibatkan orang / lembaga.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Palembang, Juli 2021

Yang menyatakan

Damuksana Fijriani

NIM. 1644200009

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“ Teruslah berjuang bahkan dalam keadaan yang kurang

menguntungkan ”

Karena apapun masalah yang ada dalam hidupmu, akan selalu ada kemungkinan di antara ketidakmungkinan.

(Damuksana Fijriani)

Dengan rasa syukur dan ucapan terima kasih skripsi ini

Ku persembahkan kepada:

1. Allah Subhanallah Ta’ala yang telah memberikan

kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Kepada Kedua Orang tua saya, Bapak Darlis dan Ibu Lela

Yeni Handayani yang telah membina saya dari usia dini

hingga dewasa (saat ini).

3. Untuk saudari saya, Dela Jannaria, Dini Alfaa Asnal

Barqu, Dewi Karimah dan sanak saudara yang selalu

mendukung dan mendo’akan saya.

viii

4. Terimakasih teruntuk yang telah berjuang dan bertahan

sampai sejauh ini.

5. Kepada Bapak dan Ibu Dosen di kampus UIN Raden Fatah

Fakultas Adab dan Humaniora.

6. Keluarga Besar Sejarah Peradaban Islam Angkatan 2016,

yang saling menguatkan dalam menjalani proses

penyelesaian studi SI.

7. Sahabat-sahabatku yang Inshaa Allah menjadi Bidadari

Surga Windi Oktarina, Nuzul Zafira, Rosa Yani yang telah

menemaniku sampai saat ini.

8. Sahabatku MDC Moni Elin Ababil dan Cherly Septa

Aryani yang telah berjuang sampai saat ini.

9. Kakak senior saya Idwar Mardiansyah terima kasih telah

mendukung saya untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

10. Almamaterku tercinta, UIN Raden Fatah Palembang yang

telah memberikan kesempatan untuk mendapatkan

beasiswa bidikmisi.

11. Keluarga Besar Komunitas Pencinta Sejarah yang telah

mengajarkan saya arti loyalitas dalam berorganisasi, serta

sebagai wadah aspirasi menambah ilmu pengetahuan.

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin. Segala puji bagi Allah Swt., karena atas

rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi

yang berjudul “Tradisi Rasan Tue dalam Prosesi Pernikahan Di Desa Tanah

Abang Kecamatan Tanah Abang Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir” yang

dipergunakan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Humaniora. Dalam penulisan dan penyusunan Skripsi ini penulis menyadari

banyak megalami kesulitan dan hambatan, namun pertolongan Allah SWT, serta

bantuan dan bimbingan dari semua pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis megucapkan banyak terima kasih dan

penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Ibu Prof. Dr. Nyayu Khodijah, S.Ag., M.A., selaku Rektor UIN Raden Fatah

Palembang.

2. Ibu Dr. Endang Rochmiatun, S.Ag., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Adab

dan Humaniora UIN Raden Fatah Palembang.

3. Bapak Ottoman, S.S., M. Hum selaku Ketua Prodi Sejarah Peradabaan Islam.

4. Bapak Dr. Moh. Syawaluddin, M.Ag. selaku pembimbing I dan Bapak Sholeh

Khuddin, M.Hum dan pembimbing II yang turut memberikan kritik dan saran

x

yang membangun kepada penulis sehingga penulisan karya ilmiah ini

terselesaikan,

5. Bapak Padila, S.S., M.Hum., selaku penasehat akademik yang telah

memberikan motivasi kepada penulis.

6. Seluruh dosen Fakultas Adab dan Humaniora yang sudah memberikan ilmu

selama menempuh Program Strata I.

7. Bapak Kepala Desa, tokoh adat, tokoh agama, serta tokoh masyarakat Desa

Tanah Abang Kecamatan Tanah Abang Kabupaten Penukal Abab Lematang

Ilir yang telah memberi informasi mengenai Tradisi Rasan Tue dalam sebuah

Pernikahan di Desa Tanah Abang.

8. Bapak dan Ibu serta saudara-saudariku yang telah memberikan motivasi bagi

penulis sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini.

Palembang, Juli 2021

Yang menyatakan

Damuksana Fijriani

NIM. 1644200009

xi

INTISARI

Kajian Sejarah Islam

Prodi Sejarah Peradaban Islam

Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah

Skripsi, 2021

Damuksana Fijriani, Tradisi Rasan Tue dalam Prosesi Pernikahan di Desa Tanah

Abang, Kecamatan Tanah Abang, Kabupaen Penukal Abab Lematang Ilir.

Penelitian ini berjudul tradisi rasan tue dalam prosesi pernikahan di desa Tanah

Abang Kecamatan Tanah Abang Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, pokok dari

penelitian ini yaitu: 1) bagaimana proses pelaksanaan Tradisi Rasan Tue dalam Prosesi

Pernikahan di Desa Tanah Abang, Kecamatan Tanah Abang, Kabupaen Penukal Abab

Lematang Ilir; 2) apa saja Nilai-nilai Islam yang terkandung dalam Tradisi Rasan Tue

dalam Prosesi Pernikahan di Desa Tanah Abang, Kecamatan Tanah Abang, Kabupaen

Penukal Abab Lematang Ilir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

proses pelaksanaan tradisi Rasan Tue dan nilai-nilai Islam yang terkandung dalam tradisi

Rasan Tue ini. Penelitian ini menggunakan teori simbol dengan pendekatan antropologi

dan pendekatan sosiologi, karena fokus pada hubungan antar manusia dan perilaku

manusia dan melihat makna dalam hubungan tersebut.

Hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu rasan tue merupakan proses sebuah

permintaan atau pernyataan dari laki-laki kepada pihak perempuan untuk menikahinya,

xii

baik dilakukan oleh laki-laki secara langsung maupun dengan perantara pihak lain yang

dipercayai sesuai dengan ketentuan agama atau yang biasa disebut dengan lamaran. Tradisi

rasan tue dilakukan melalui tiga tahap diantaranya 1) Pertemuan Bujang Gadis, 2) Rasan

Tue, 3) Ngantarke Duit. Makna simbol yang ada pada tradisi rasan tue di desa Tanah

Abang ini yaitu: simbol berupa benda seperti bungkusan sekapur sirih, gula, wajid, keris

kujur, beras putih, dan kapur gambir. Kedua Nilai-nilai Islam yang terkandung dalam

tradisi rasan tue diantaranya nilai Akidah, nilai akhlak, nilai dan nilai budaya.

Kata Kunci: Tradisi, Rasan Tue, Pernikahan, Desa Tanah Abang

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... iii

NOTA DINAS PEMBIMBING I ........................................................ iv

NOTA DINAS PEMBIMBING II ....................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................. vi

MOTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................... vii

KATA PENGANTAR ......................................................................... viii

INTI SARI ........................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................ xi

DAFTAR ISI ........................................................................................ xii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Rumusan dan Batasan Masalah ........................................................ 7

xiv

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...................................................... 8

D. Tinjauan Pusaka .............................................................................. 9

E. Kerangka Teori ................................................................................ 11

F. Metode Penelitian ............................................................................ 15

G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 20

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TANAH ABANG

A. Sejarah Desa Tanah Abang ........................................................... 22

B. Letak Geografis Desa Tanah Abang ............................................. 25

C. Keadaan Penduduk Desa Tanah Abang ....................................... 27

D. Keadaan Sistem Mata Pencaharian Desa Tanah Abang .............. 29

E. Struktur Pemerintahan Desa Tanah Abang ................................. 30

F. Keadaan Sarana dan Prasarana Desa Tanah Abang ................... 30

BAB III TRADISI RASAN TUE DALAM PROSESI PERNIKAHAN DI DESA

TANAH ABANGDAN NILAI-NILAI ISLAM YANG TERKANDUNGDALAM

TRADISI RASAN TUE PADA PROSESI PERNIKAHAN MASYARAKAT

TANAH ABANG

A. Pengertian Pernikahan .................................................................. 51

B. Tradisi dan Prosesi Rasan Tue dalam Pernikahan ...................... 52

1. Pertemuan Bujang Gadis ......................................................... 53

2. Rasan Tue ................................................................................. 54

3. Ngantarke Duit ......................................................................... 55

xv

C. Makna Simbol yang Terkandung dalam Rasan Tue .................... 63

D. Nilai Islam yang Terkandung dalam Prosesi Rasan Tue ............. 64

1. Nilai Aqidah ............................................................................. 64

2. Nilai Ibadah .............................................................................. 65

3. Nilai Akhlak ............................................................................. 69

4. Nilai Budaya ............................................................................. 70

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keadaan Penduduk Desa Tanah Abang .............................................. 26

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk berdasarkan Struktur Usia ..................................... 26

Tabel 2.3 Jumlah Kepala Keluarga .................................................................... 27

Tabel 2.4 Permukiman ...................................................................................... 27

Tabel 2.5 Keadaan Mata Pencaharian Penduduk Desa Tanah Abang ................. 29

Tabel 2.6 Keadaan Prasarana Lembaga Pendidikan Desa Tanah Abang ............ 33

Tabel 2.7 Keadaan Prasarana Peribadatan Masyarakat Desa Tanah Abang ........ 40

Tabel 2.8 Keadaan Prasarana Kesehatan Desa Tanah Abang ............................. 44

Tabel 2.9 Prasarana Umum Desa Tanah Abang ................................................. 48

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai masyarakat yang majemuk yaitu suatu masyarakat yang terdiri dari

sejumlah suku bangsa yang disatukan oleh sistem politik sebagai masyarakat bangsa dan

terpengaruh pula oleh kebudayaan dan sosial dari masyarakat bangsa lainnya. Selain itu

masing-masing kebudayaan suku bangsa tersebut mengalami perkembangan signifikan

karena adanya pengaruh tertentu. Berdasarkan perkembangan kebudayaan yang ada di

Indonesia, kita tidak dapat menyatakan bahwa suatu daerah dapat jadi patokan dari

perkembangan kebudayaan secara keseluruhan. Oleh karena itu, masing-masing daerah

dengan kebudayaan serta masyarakatnya akan mempunyai bentuk perkembangan secara

spesifik yang berbeda antara satu dengan yang lainnnya.1Masyarakat indonesia juga

merupakan masyarakat yang mempunyai keanekaragaman suku, budaya, adat-istiadat,

bahasa, dan juga kepercayaan (religi). Keanekaragaman ini sangat memungkinkan

terjadinya perpaduan kepercayaan. Setiap kelompok kehidupan manusia di suatu wilayah

atau tempat mempunyai suatu tradisi dan budaya masing-masing.2

Adat perkawinan di Indonesia banyak sekali macam ragamna. Setiap suku bangsa

memiliki adat perkawinan masing-masing. Diantaranya adat perkawinan itu ada yang

hampir serupa terutama pada suku-suku yang berdekatan, tetapi ada pula yang sama sekali

1 Mukhlis Paeni, Sejarah Kebudayaan Indonesia Sistem Teknologi, (Jakarta : Rajawali Pers, 2009),

hal.1 2 Andi Fhalanto, “Tradisi Upacara Sedekah Ubat Desa Tanjung Batu Kecamatan Tulung Selapan

Kabupaten OKI,“ Skripsi, (Palembang: Fakultas Adab, IAIN Raden Fatah Palembang), hal.1

2

suku-suku yang berlainan. Pada dasarnya, adat perkawinan suku bangsa Indonesia bertolak

dari anggota masyarakat bahwa perkawinan adalah suatu ikatan yang sakral dan

merupakan salah satu yang tidak bisa di hindari oleh manusia. Pernikahan bukan sekedar

ikatan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan tetapi juga merupakan proses

penatuan kedua keluarga.

Perkawinan merupakan unsur dari kebudayaan tidak hanya sekedar dilakukan secara

agama dan hukum positif yang hidup di masyaralat saja, dalam perkawinan terdapat unsur

yang merupakan tradisi adat, ritual upacara secara adat istiadat yang berbeda, keragaman

budaya yang hidup di Indonesia merupakan sebuah harta yang patut dijaga dan

dilestarikan.3 Perkawinan merupakan instuisi yang sangat penting dalam masyarakat.

Instuisi ini adalah hubungan hukum antara laki-laki dengan perempuan. Oleh karena itu

beberapa ahli memandang dan memberikan arti yang sangat penting terhadap instuisi

perkawinan.

Tradisi adalah segala sesuatu seperti adat, kepercayaan, kebiasaan turun temurun yang

masih dijalankan oleh masyarakat.4 Menurut Mukti Ali tradisi ialah keseluruhan

kepercayaan, anggapan dan tingkah laku yang terlembagakan, diwariskan dan diteruskan

dari generasi-generasi berikutnya. Karena tradisi mempunyai tata nilai dan tata ukuran

yang menjadi serta mengikat kehidupan masyarakat, maka dari itu dapat dipahami

kecenderungan masyarakat untuk mempertahankan tradisi baik nilai-nilai, norma-norma

3 Musni Umberan, Sejarah Kebudayaan Kalimantan, (Jakarta: Depdikbud, 1994), h.2. 4Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005),

hal.128

3

atau lembaga-lembaga.5 Selain itu, tradisi juga bisa diartikan sebagai aturan (perbuatan)

yang lazim diturunkan atau dilakukan sejak dahulu kala dan masih ada hingga sekarang.

Pengertian tradisi di atas menggambarkan bahwa tradisi adalah kebiasaan yang

dilakukan secara terus menerus dengan adanya sikap dan tingkah laku masyarakat yang

diwariskan serta diteruskan dari generasi ke generasi berikutnya, sehingga lahirlah sikap

sosial yang melembaga dan melahirkan suatu kebudayaan. Kebudayaan menurut R. Linton,

dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku

yang dipelajari, di mana unsur pembentuknya didukung dan diteruskan oleh anggota

masyarakat lainnya.6 Sedangkan menurut E.B Taylor, kebudayaan secara sistematis adalah

keseluruhan yang kompleks yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan,

kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan lain, serta kebiasaan yang didapat

oleh manusia sebagai anggota masyarakat.7 Secara konkret kebudayaan bisa mengacu pada

adat istiadat, bentuk-bentuk tradisi lisan, karya seni, bahasa, pola interaksi, dan sebgainya.

Dengan kata lain kebudayaan merupakan fakta kompleks yang selain memiliki kekhasan

pada batas tertentu juga memiliki ciri ang bersifat universal.8

5 Mukti Ali, Beberapa Perubahan AgamaDewasa Ini )Jakarta: Rajawali, 1989), hal.205 6Eli, M.Setiadi, Ilmu Sosialdan Budaya Dasar (Jakarta: PT Pajar Interpratama Mandiri, 2006), hal.28 7 Joko Tri Prasety, dkk., Ilmu Budaya Dasar (Jakarta: PT Rineks Cipta, 1991), hal.29 8Maryeni, Metode Penelitian Kebudayaan (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2005), hal.5

3

Adapun unsur kebudayaan yang bersifat universal yang disebut sebagai isi pokok tiap

kebudayaan di dunia ini, ialah :

1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia sehari-hari. Misalnya : pakaian,

perumahan, alat rumah tangga, senjata dan sebagainya.

2. Sistem mata pencaharian dan ekonomi. Misalnya : pertanian, peternakan,

sistem produksi.

3. Sistem kemasyarakatan. Misalnya : kekerabatan, sistem perkawinan, sistem

warisan.

4. Bahasa sebagai media komunikasi, baik lisan maupun tertulis

5. Ilmu pengetahuan.

6. Kesenian. Misalnya : seni suara, seni rupa, seni gerak.

7. Sistem religi.9

Kebudayaan di Indonesia, dapat ditinjau melalui dua pengertian yaitu kebudayaan

dalam arti luas, dan kebudayaan dalam arti sempit. Dalam arti luas, kebudayaan meliputi

sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan (pranata

sosial), sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian (ekonomi) serta

sistem teknologi dan peralatan. Selanjutnya secara sempit, yaitu kebudayaan diarahkan

pada kesenian. Pada sisi lain, dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa

pemerintah memajukan kebudayaan Nasional Indonesia.10 Dalam penjelasan disebutkan,

9Joko Tri Prasety, dkk., Ilmu Budaya Dasar (Jakarta: PT Rineks Cipta, 1991), hal.29 10 Saudi Berlian, Mengenal Seni Budaya Ogan Komering Iir (Pemerintah Kabupaten OKI, 2003), hal

19

4

kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi daya rakyat

Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak

kebudayaan di daerah-daerah seluruh Indonesia terhitung sebagai kebudayaan bangsa.

Kebudayaan nasional tidak lepas dari kebudayaan daerah, karena kebudayaan nasional

bersumber dari kebudayaan daerah, sehingga pemerintah memandang perlu untuk

melestarikannya. Kebudayaan nasional secara hakikat terdiri atas semua budaya yang

terdapat dalam wilayah Republik Indonesia. Tanpa budaya-budaya itu tidak ada

kebudayaan nasional.

Pernikahan adalah sebuah serikat yang paling penting yang mengikat manusia dalam

hidupnya. Sejauh mana kepercayaan dan kejelasan antara kedua belah pihak maka sejauh

itu pulalah kesuksesan, ketentraman dan kebahagiaan tercipta dalam serikat ini.11 Secara

bahasa, nikah mempunyai arti bergabung dan berkumpul. Sedangkan menurut syari’ah

Islam, pernikahan merupakan suatu perjanjian yang kuat antara seorang lelaki dengan

seorang perempuan.12

Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi kehidupan manusia dan

masyarakat, karena setiap manusia dalam masyarakat selalu melakukan kebiasaan-

kebiasaan baik atau buruk bagi dirinya. Kebiasaan yang ada dalam suatu masyarakat yang

dilakukan secara turun temurun disebut dengan tradisi. Kebiasaan yang baik akan diakui

11Abdul Lathif Al-Brigawi, “Fiqh Keluarga Muslim: Rahasia Mengawetkan Bahtera Rumah Tangga”,

(Jakarta : AMZAH.2012). hal. 1-2 12E Mustofa AF, Islam Membina Keluarga dan Hukum Perkawinan di Indonesia, (Yogyakarta: Kota

Kembang, 1987). hal, 21

5

dan dilakukan oleh orang lain, yang kemudian dijadikan sebagai dasar bagi hubungan

antara orang-orang tertentu.

Dengan pernikahan tersebut nantinya akan muncul berbagai fungsi lain dalam

kehidupan kebudayaan dan masyarakat manusia seperti pemenuhan kebutuhan akan harta,

memberikan ketentuan hak dan kewajiban serta perlindungan kepada anak-anak hasil

pernikahan. Oleh karena itu, membahas suatu upacara tradisi tidak terlepas dengan konteks

budaya.

Adat pernikahan akan tetap ada di dalam suatu masyarakat berbudaya. Walaupun

dalam batasan waktu dan ruang akan mengalami perubahan-perubahan. Ia merupakan

unsur budaya yang dihayati dari masa ke masa. Sebab utama ialah karena adat dan upacara

pernikahan mengatur dan mengukuhkan suatu bentuk hubungan yang sangat esensial

antara manusia yang berlainan jenis. Antara masyarakat satu dengan masyarakat yang lain

mempunyai norma atau adat-istiadat yang berbeda. Seperti halnya juga masyarakat di Desa

Tanah Abang, Masyarakat ini memiliki keunikan tersendiri dalam adat pernikahannya.

Untuk menikahi gadis Tanah Abang dibutuhkan modal dalam hal ini disebut

bepintaan yang diberikan kepada pihak keluarga mempelai perempuan sebagai bentuk

keseriusan sang laki-laki untuk meminang. Jika bepintaan tidak dapat dipenuhi maka

secara otomatis sang laki-laki mundur. Hal unik yang ada pada adat pernikahan di desa

Tanah Abang juga dilihat pada saat acara walimahan yang diadakan sebagai hiburan untuk

masyarakat sekitar. Dalam acara resepsi itu terdapat beberapa hal yang sangat menarik

yang tidak akan dijumpai pada saat acara walimahan di daerah lain, seperti acara lelangan.

Dari lelangan ini banyak dari masyarakat sekitar yang ikut berpartisipasi yang tujuannya

6

untuk membantu biaya walimahan ataupun untuk menunjukkan kepada orang-orang yang

berhasil memenangkan lelangan sebagai orang yang mampu (orang kaya). Desa Tanah

Abang terletak di Kecamatan Tanah Abang Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir

Provinsi Sumatera Selatan. Desa yang dilalui oleh sungai lematang ini termasuk desa yang

cukup subur sehingga banyak dari masyarakatnya bergantung dari hasil pertanian

khususnya padi dan karet. Untuk menuju desa tersebut menempuh jarak sekitar 150 KM

dari pusat kota Palembang.

Rasan tue merupakan proses sebuah permintaan atau pernyataan dari laki-laki

kepada pihak perempuan untuk menikahinya, baik dilakukan oleh laki-laki secara langsung

maupun dengan perantara pihak lain yang dipercayai sesuai dengan ketentuan agama atau

yang biasa disebut dengan lamaran. Tradisi rasan tue dilakukan melalui tiga tahap oleh

masyarakat desa Tanah Abang untuk berkunjung kerumah mempelai wanita. Tradisi ini

berbeda dengan tradisi yang ada di daerah lain sehingga tradisi ini telah turun temurun

dilakukan oleh masyarakat sekitar, hingga masih dilestarikan sampai saat ini. Perbedaaan

tradisi ini dengan tradisi yang ada di tempat lain adalah terletak pada proses, seserahan dan

nilai yang terkandung dalam tradisi tersebut. Respon masyarakat terhadap tradisi rasan tue

yang masih dilakukan sekarang ialah masih menerima dan masih dilestarikan karena adat

tersebut merupakan tradisi turun temurun. Dengan melihat latar belakang di atas, alasan

penulis mengambil judul tersebut selain untuk melestarikan tradisi yang masih melekat juga

karena penulis merasa tradisi tersebut bukan sekedar sebagai warisan local tetapi untuk

meneliti dan mengetahui lebih jauh dan menanamkan nilai-nlai agama yang ada dalam

tradisi rasan tue masyarakat lematang.

7

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka dapat

dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:

a. Bagaimana prosesi rasan tue dalam pernikahan di desa Tanah Abang ?

b. Apa saja nilai-nilai Islam yang terkandung dalam prosesi rasan tue dalam

pernikahan di desa Tanah Abang ?

2. Batasan Masalah

Dalam hal ini penulis mengkaji lebih lanjut mengenai tradisi Rasan Tue, pada

kesempatan ini penulis membatasi untuk hanya mengkaji mengenai tradisi Rasan

Tue di desa Tanah Abang Kecamatan Tanah Abang Kabupaten Penukal Abab

Lematang Ilir Provinsi Sumatera Selatan, dengan alasan bahwa desa ini memiliki

keunikan dalam prosesi pernikahan.

Dari penelitian ini, maka penulis hanya memberikan beberapa aspek masalah

yang perlu dibahas, baik dari pengertian, tata cara serta makna dan tujuan, letak

geografis dan kehidupan sosial budaya kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir.

8

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada beberapa rumusan masalah diatas, maka penelitian ini memiliki

tujuan berikut, diantaranya :

a. Untuk mengetahui apa pengertian dari Rasan Tue yang mana tradisi dari sebuah

Upacara pernikahan yang terdapat di Desa Tanah Abang Kecamatan Tanah Abang

Kabupaten Pali Provinsi Sumatera Selatan supaya menjadi rujukan penelitian

kedepannya.

b. Untuk menjelaskan tata cara pelaksanaan prosesi Pernikahan Rasan Tue agar

anak-anak muda zaman sekarang bisa mengetahui runtutan asli dari prosesi

pernikahan tersebut serta mengetahui nilai-nilai Islam yang terkandung dalam

tradisi rasan tue pada prosesi pernikahan di desa Tanah Abang.

2. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis, penelitian ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dan acuan

dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai prosesi atau tahapan-

tahapan upacara pernikahan untuk masa yang akan mendatang terkait dengan

tradisi rasan tue dalam prosesi pernikahan tersebut.

2. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan bagi civitas

akademik Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang khususnya dan

masyarakat pada umumnya.

9

D. Tinjauan Pustaka

Dalam Penelitian ini, penulis mencoba melakukan peninjauan langsung ke desa yang

menjadi tempat fokus penelitian, tetapi tinjauan tidak akan sempurna apabila tidak

didukung dengan yang berkaitan langsung pada penelitian tersebut. Oleh karena itu penulis

berusaha menemukan hal yang berkaitan dengan judul penelitian tradisi rasan tue dalam

proses pernikahan di desa tanah abang kecamata tanah abang kabupaten penukal abab

lematang ilir.

Penelitian mengenai upacara pernikahan memang bukan hal yang baru, telah banyak

dilakukan oleh beberapa kalangan seperti penulis buku, skripsi, ataupun sejarahwan yang

mengungkapkan tradisi pernikahan.

Salah satunya skripsi yang ditulis oleh Ida Royani mahasiswa Fakultas Adab tahun

2001 yang b0erjudul “Upacara Pernikahan Adat Kesepuhan Cirebon dalam Perspektif

Islam dan Kultur”. Tulisan ini mengungkapkan bagaimana upacara pernikahan yang ada di

Keraton Kasepuhan Cirebon, dan peristiwa yang dianggap ideal untuk menampilkan sosok

budaya local yaitu upacara pernikahan dan bagaimana dalam pandangan Islam dan Kultur.

Tulisan ini mengungkapkan bagaimana tata cara pernikahan adat ini dan nilai-nilai apa

saja yang terkandung dalam teradisi tersebut.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, “Adat dan Upacara Perkawinan Daerah

Sumatera Selatan”, didalam buku ini berisi tentang proses tahapan-tahapan uapacara adat

sebelum perkawinan, upacara perkawinan, adat sesudah perkawinan.

10

Skripsi Yoyon Miftahul Asfai Mahasiswa Fakultas Adab tahun 2009 yang berjudul “

Gelar Adat dalam Upacara Perkawinan Adat Masyarakat Komering di Gunawang

Belitang, Ogan Komering Ulu Timur”. Skripsi ini berisi tentang bagaimana bentuk upacara

pernikahan yang ada, baik proses sebelum maupun sesudah pelaksanaan upacara. Serta

mengetahui perubahan pelaksanaan upacara dan pengaruh terhadap masyarakat.

Skripsi Ahmad Syauqi, Fakultas Adab Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta tahun 2004, “Transformasi Nilai Islam dalam Perkawinan Adat Banjar di

Kalimantan Selatan”. Dalam skrispi ini yan menjadi fokus penelitian adalah nilai-nilai

Islam yang terkandung dalam perkawinan adat masyarakat Banjar. Dalam kesimpulannya,

Syauqi mengungkapkan bahwa perkawinan adat Banjar banyak mengandung nilai-nilai

Islam yang terkadang hanya dianggap sebagai adat biasa. Nilai-nilai itu meliputi seluruh

prosesi perkawinan adat masyarakat Banjar yang terjadi sejak awal perkembangan Islam di

Banjar. Hal ini membuktikan bahwa Islam memiliki pengaruh dan meninggalkan kesan

mendalam terhadap kebudayaan Banjar.

Sepanjang pengetahuan penulis dari beberapa literatur diatas penulis belum

menemukan pembahasan yang meneliti tentang tradisi rasan tue dalam pernikahan di desa

Tanah Abang kecamatan Tanah Abang Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian di atas terletak pada penelitian yang lebih fokus ke proses

sebelum pernikahan masyarakat Tanah Abang serta mengungkap makna dan arti simbol-

simbol dalam adat pernikahan masyarakat Tanah Abang.

11

E. Kerangka Teori

Kerangka merupakan rincian topik yang berisi hal-hal yang bersangkutan dengan

topik bisa berupa pengertian, klasifikasi, ciri atau indikator, syarat atau strategi, hubungan,

serta dampak akibat. Sedangkan teori berasal dari bahasa Yunani theoria yang berarti

renungan. Teori pada umumnya berisi suatu kumpulan tentang suatu kaidah pokok suatu

ilmu. Dalam sebuah penelitian sangat dibutuhkan sebuah teori, karena teori itu

menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian.13

Kerangka teori merupakan kajian teoritis dan konseptual yang dikutip dari pendapat

para pakar terkait atau berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Untuk membantu

memecahkan permasalahan dalam penelitian ini diperlukan suatu teori, karena teori

mempunyai peranan yang amat penting bagi berhasilnya suatu penelitian. Dalam penelitian

ini digunakan teori yang cocok untuk mendeskripsikan tentang tradisi rasan tue dalam

prosesi pernikahan di Desa Tanah Abang Kecamatan Tanah Abang Kabupaten Penukal

Abab Lematang Ilir. Makna simbol memiliki arti penting dalam penelitian ini, sehingga

teori yang digunakan adalah teori simbol. Pada Tradisi rasan tue dalam prosesi

pernikahan di Desa Tanah Abang Kecamatan Tanah Abang Kabupaten Penukal Abab

Lematang Ilir menggunakan simbol-simbol yang mengandung makna, sehingga teori

simbol sangat berperan penting dalam penelitian ini.

1313 Ana Laila, “Tradisi Selamatan Tolak Belek di Desa Pulau Harapan Kecamatan Sembawa

Kabuaten Banyuasin”, Skripsi, (UIN Raden Fatah Palembang: Jurusan Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora, 2018), h. 15

12

Pernikahan ialah perjanjian perikatan antara pihak seorang laki-laki dan pihak seorang

perempuan untuk melaksanakan kehidupan suami istri, hidup berumah tangga,

melanjutkan keturunan sesuai dengan ketentuan agama. Manusia dalam hidupnya selalu

berkaitan dengan simbol-simbol yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Manusia adalah animal symbolicum, artinya bahwa pemikiran dan tingkah laku simbolis

merupakan ciri yang betul-betul manusiawi dan bahwa seluruh kemajuan kebudayaan

manusia mendasarkan diri pada kondisi-kondisi itu.14

Dalam simbol-simbol tersebut mempunyai makna yang sangat prinsipil bagi setiap

masyarakat pendukungnya, karena hal tersebut mempengaruhi tata kelakuan dan seluruh

sistem kehidupan yang ada dalam masyarakat, tidak terkecuali di Desa Tanah Abang.

Dalam pandangan Van Gennep sebagaimana dikutip oleh Suwardi Endraswara, ketika

seseorang memasuki masa peralihan, akan mengalami tiga proses, yaitu: (1) ritus

pemisahan, yaitu ketika seseorang meninggal dan dimakamkan. (2) ritus peralihan, yaitu

suatu pemindahan status dari tempat, umur tertentu ke status lain, misalnya kehamilan,

supitan, tetesan dan sebagainya. (3) ritus inkorporasi, ritus yang menyatukan, misalnya

hubungan pernikahan.15

Upacara perkawinan merupakan suatu peralihan yang terpenting, karena upacara

tersebut dianggap merayakan saat peralihan dari tingkat hidup remaja ke tingkat hidup

berkeluarga. Dalam masyarakat, peralihan status merupakan suatu peralihan yang suci.

14 Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan (Yogyakarta: Gajah Mada University,

Press, 2006),hlm.171. 15Ibid, hlm.176

13

Orang akan memasuki tahap baru dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap peralihan status

diiringi dengan ritus untuk menghindari adanya sesuatu yang tidak diinginkan.

Pada hakekatnya suatu upacara pernikahan itu hanya biasa saja, dan pada umumnya

adat upacara pernikahan yang dilaksanakan masyarakat setempat melalui suatu prosesi

(tahapan-tahapan), beserta kelengkapan-kelengkapan itu ada karena mempunyai maksud

dan makna tersendiri.

Liang Gie (dalam Rinto, 2012) menyebutkan bahwa simbol adalah tanda buatan yang

bukan berbentuk kata-kata untuk mewakili atau menyingkat suatu arti apapun, sedangkan

makna mengandung maksud tertentu. Maka simbol merupakan bentuk lahiriah yang

mengandung maksud, sedangkan makna adalah arti yang terkandung dalam lambang

tertentu. Dengan demikian simbol dan makna adalah dua unsur yang berlainan tapi saling

berkaitan dan tidak saling melengkapi.

Teori simbol Turner (1982: 19) mengungkapkan bahwa simbol ialah bagian terkecil

dalam sebuah ritual yang mengandung makna dari tingkah laku ritual yang bersifat khusus,

simbol tersebut merupakan unit pokok dari struktur khusus dalam konteks ritual.16

Menurut Scradley (1997:121) simbol ialah objek atau peristiwa apapun yang

menunjuk pada sesuatu. Jadi simbol adalah suatu tanda yang memberitahukan sesuatu

pada seseorang yang mendapatkan persetujuan umum dalam tingkah laku ritual.17

16 Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan, (Jakarta: Gadjah Mada University

Press, 2003),h. 172.

14

Dalam pembahasan ini penulis juga menggunakan Teori Simbol, Paul Tillich

mengatakan sicnes itu adalah aktivitas-aktivitas yang mengarah pada simbol-simbol.

Contohnya adalah aktivitas yang dibuat dari pihak laki-laki. menurut Rafael Raga Maran

mengungkapkan bahwa simbol adalah sesuatu yang dapat mengekspresikan atau

memberikan makna. Banyak simbol berupa objek-objek fisik yang telah memperoleh

makna kultural dan dipergunakan untuk tujuan-tujuan yang lebih bersifat simbolik

ketimbang tujuan-tujuan yang bersifat instrumental. Suatu bendera misalnya,

sesungguhnya tidak lain hanyalah sepotong kain berwarna namun dihormati dengan suatu

upacara yang khusuk dan bisa membangkitkan rasa kebanggaan, patriotisme dan

persaudaraan. 18

Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa makna dan tujuan yang ingin dicapai

dalam tradisi rasan tue tersimpan atau tersirat di dalam simbol-simbol yang digunakan

untuk menyampaikan pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat baik itu

berupa pesan-pesan moral, norma-norma cultural,dan mediasi untuk mendekatkan diri

pada sang pencipta.

17 Ibid, hal, 173. 18Rafael Raga Maran, “Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar”, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2000), hal.42.

15

F. Metode Penelitan

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode

penelitian sejarah. Ilmu yang mempelajari cara penelitian biasa dikenal dengan metode

penelitian. Metode artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu. Penelitian adalah

suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan, dan menganalisis sampai menyusun

laporannya. Metode merupakan cara dalam melaksanakan sesuatu atau mengumpulkan

informasi degan tujuan tertentu, sementara penelitian merupakan proses pencarian

terhadap sesuatu dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian merupakan

sebuah cara ilmiah dalam mengumpulkan data atau informasi dengan tujuan dan kegunaan

ilmiah.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan karena dilakukan di kehidupan

masyarakat desa Tanah Abang. Metode digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Karena yang difokuskan adalah menjelaskan kesamaan dan perbedaan budaya,

pemeliharaan budaya maupun perubahannya dari masa ke masa dan pada gejala-gejala

umum yang ada dalam kehidupan masyarakat. Penelitian kualitatif merupakan metode

untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang dianggap berasal dari masalah social

atau kemanusiaan. Dikatakan penelitian kualitatif karena penelitian ini mempertahankan

orisinilitas dalam bentuk kualitatif.19

19 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2015), hal.15.

16

Metode penelitian adalah mengemukakan secara teknis metode-metode yang

digunakan peneliti dalam penelitiannya. Metode penelitian mencakup alat prosedur

penelitian, metode penelitian juga memandu peneliti sesuai urutan kerja penelitian dari

awal penelitian sampai akhir suatu penelitian. Adapun tahapan-tahapan dalam metodologi

penelitian sejarah yang digunakan yakni:

1. Jenis Data dan Sumber Data

a. Jenis Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis data kualitatif. Data kualitatif

yaitu data yang disajikan dalam bentuk kata verbal bukan dalam bentuk angka. Data

kualitatif dalam penelitian ini yaitu gambaran umum objek penelitian. Penelitian

kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna

yang dianggap berasal dari masalah sosial dan kemanusiaan. Metode penelitian ini

disebut enelitian kualitatif karena mempertahankan orisinalitas data dalam bentuknya

yang kualitatif. Penelitian ini lebih menekankan kepada teknik analisis mendalam,

yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metodologi kualitatif bersifat

bahwa suatu masalah akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya. Tujuannya dari

metodelogi ini bukan suatu generalisasi tetapi pemahaman secara mendalam terhadap

suatu masalah. Penelitian ini berfungsi memberikan kategori substantive dan hipotesis

penelitian kualitatif.

17

b. Sumber Data

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data serta informasi-informasi tentang

fakta-fakta yang ada mengenai objek penelitian demi mendapatkan informasi yang

akurat penulis melakukan wawancara sehingga terdapatlah sumber data primer dan

sumber data sekunder.

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari informasi atau pihak-pihak yang

berhubungan dengan pengumpulan data penulis seperti: pemuka adat,

Masyarakat Setempat, lakon (orang yang berperan) yang terlibat dalam acara

dan dokumen-dokumen bila ada.

b. Data Sekunder, yaitu data penunjang seperti: buku-buku, majalah, dan arsip

yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan historis atau sejarah.

Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang di dalamnya dibahas berbagai

peristiwa dengan memperlihatkan unsur temoat, waktu, obyek, latar belkang dan

pelaku dari peristiwa tersebut.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk mengetahui

keadaan lokasi penelitian, penelitian langsung turun kelapangan untuk mengamati

perilaku dan aktivitas individu-induvidu di lokasi penelitian. Pengamatan dan

18

pendekatan dengan sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti untuk

memperoleh fakta nyata tentang upacara adat pernikahan dengan mengamati secara

langsung di lokasi pelaksanaan upacara tersebut dan melakukan pencatatan ataupun

wawancara.

b. Wawancara

Proses memperoleh sumber dengan cara Tanya Jawab antara pewawancara dengan

informan. Penulis mengadakan wawancara untuk mengumpul informasi yang

ditujukan kepada tokoh agama, tokoh masyarakat, serta pihak-pihak yang dianggap

mengetahui hal tersebut.

c. Dokumentasi

Untuk memperoleh data mengenai Prosesi Pernikahan ini dan pengumpulan data

tertulis baik bersifat teoritik maupun factual penulis menggunakan sumber dari buku,

majalah, arsip dan catatan yang ada hubungannya dengan upacara adat pernikahan.

4. Metode Penulis Sejarah

Dalam menghasilkan suatu tulisan sejarah, maka penulis memerlukan metode

atau teknik penulisan sejarah. Metode atau teknik tersebut yaitu heuristik, verifikasi,

interpretasi, dan historiografi.

a. Heuristik

Heuristik yaitu mengumpulkan data atau menemukan sumber, yang

dimaksud dengan sumber atau sumber sejarah adalah sejumlah materi sejarah

yang tersebar dan terdifersifikasi. Catatan, tradisi lisan, runtuhan atau bekas-

19

bekas bangunan prehistory, isnkripsi kuna. Sumber sejarah juga dapat disebut

tinggalan kehidupan manusia dan hasil aktifitas manusia yang dikomunikasikan.

b. Verifikasi

Verifikasi atau kritik sumber sejarah adalah upaya untuk mendapatkan

otentisitas dan kredibilitas sumber. Adapun caranya yaitu dengan melakukan

kritik, kritik yang dimaksud adalah kerja intelektual dan rasional yang

mengikuti metodologi sejarah guna mendapatkan objektivitas suatu kejadian.20

Data yang telah diperoleh dianalisis dengan cermat, sehingga data yang

dianggap memiliki kesenjangan karena adanya perbedaan pendapat atau

perbedaan pemikiran dari pengarang buku dapat diambil jalan tengah untuk

mencari kebenaran ilmiah. Verifikasi dilakukan sampai menemukan fakta

rasan tue dalam prosesi pernikahan di Desa Tanah Abang Kecamatan Tanah

Abang Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir.

c. Interpretasi

Interpretasi adalah proses penafsiran terhadap sumber-sumber megenai

fakta-fakta yang diperoleh selama penelitian belangsung dengan cara

menghubungkannya untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai rasan

tue dalam prosesi pernikahan di Desa Tanah Abang Kecamatan Tanah Abang

Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir. Sumber sejarah dipilah sehinga

ditemukan butir-butir informasi yang sebenarnya. Dari berbagai fakta yang

telah diperoleh melalui sumber-sumber yang telah dikumpulkan, kemudian

20 Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h.35.

20

dirangkai agar mempunyai struktur. Interpretasi ini perlu dilakukan untuk

mendapatkan penafsiran data yang jelas.

d. Historiografi

Historiografi adalah proses penyusun hasil penelitian yang telah diperoleh

sehingga menjadi satu kesatuan sejarah yang utuh. Peneliti merangkai pernyataan

mengenai masa silam yang telah disitesakan selanjutnya dirulis dalam bentuk

kisah sejarah menjadi tulisan sejarah. Dalam penulisan sejarah, penulis berusaha

merekontruksi peristiwa-peristiwa masa lalu berubah, suatu hal yang mustahil

karena peristiwa sejarah itu sendiri telah berlangsung dan hanya sekali.

21

G. Sistematika Pembahasan

Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah, maka penelitian ini akan dibagi

menjadi lima bab, termasuk pendahuluan dan penutup serta lampiran-lampiran secar

sitematis sesuai dengan pedoman penulisan skripsi yang telah ditentukan sebagai berikut:

BAB I

Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi aspek-aspek utama

penelitian,yang di bahas yaitu latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah,

tujuan penelitian dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metodelogi

penelitian dan sistematika pembahasan. Dari bab ini dapat disimpulkan dengan

menguraikan alasan pokok yang menjadi sasaran dari studi ini.

BAB II

Menguraikan tentang gambaran umum lokasi penelitian serta bagaimana kondisi

masyarakat dalam kehidupan beragama, sosial, ekonomi serta budaya. Pembahasan ini

bertujuan untuk mengetahui kondisi dan situasi secara umum dan daerah dan

masyarakatnya serta memberikan bekal dan gambaran awal tentang pembahasan yang

akan dikaji.

BAB III

Menguraikan tentang jalannya upacara adat pernikahan masyarakat Kabupaten Pali

yang meliputi tahapan-tahapan sebelum pelaksanaan upacara adat pernikahan. Serta nilai-

22

nilai Islam dalam pernikahan adat masyarakat Desa Tanah Abang dan faktor yang

mempengaruhi masyarakat Tanah Abang masih mempertahankan tradisi ritual adat pada

upacara pernikahan. Permasalahan ini penting dibahas untuk memberi gambaran tentang

tradisi perkawinan sebelum mengetahui makna simbol yang terkandung didalamnya.

BAB IV

Dalam bab ini adalah bagian penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran

sebagai bahan yang mengakhiri skripsi.

23

BAB II

GAMBARAN UMUM DESA TANAH ABANG

A. Sejarah Desa Tanah Abang

Dahulu kala pada abad ke 8 sekitar tahun 700 M di daerah Sumatera Selatan terdapat

sebuah daerah yang bernama Talang Tinggi Ari yang merupakan awal terbentuknya Desa

Tanah Abang. Talang Tinggi Ari dipimpin oleh orang sakti yang bernama Putu Linjang

Pinang Remas Sembunang. Kemudian memasuki fase kedua yaitu fase Kebon Undang

yang terjadi sekitar abad ke 9-12 yang saat itu dipimpin oleh Siwa yang dibuktikan dengan

prasasti yang terdapat di Candi Bumi Ayu dan dikemukakan oleh Ahli Purbakala Pusat.

Memasuki fase selanjutnya sekitar abad 13-18 fase yang dipegang oleh Puyang dan dahulu

kala bukan disebut Desa tetapi Kampung dan terdapat empat Kampung diantaranya:

- Kampung Darat yang dipimpin oleh puyang Majapahit

- Kampung Tengah dipimpin oleh puyang Sia

- Kampung Ulu dipimpin oleh Putu

- Kampung Empat dipimpin oleh Puyang Kampung Kerepit21

Kemudian memasuki fase selanjutnya yaitu fase Empai Petulai Dangku yang mana

dahulu kala berkisaran pada tahun 1497 M. Ada seorang imigran atau pendatang dari

Negeri Arab yang bernama Kyai Mu’Arif atau lebih di kenal dengan sebutan tuan Rizal,

yang membawa ajaran agama Islam ke pesisir sungai lematang yang tadinya penganut

21 Wawancara Pribadi dengan bapak Saparudin (Pemangku Adat) Tanah Abang, 06 November 2020

24

ajaran agama hindu, tuan Rizal menyusuri sungai lematang dengan mengunakan perahu

dimana perahu tersebut di dayung oleh empat orang murid yang sudah dibekali ilmu

kanuragan yang sakti mandraguna dan ilmu agama Islam adapun murid-muridnya yang

bernama, Jalang Sewu, Alam Pasai, Makin Maladani dan Syeh Ambar.

Selain di berikan bekal ilmu kesaktian dan ilmu agama, keempat murid tersebut di

berikan pula benda peningalan atau benda pusaka yang bernama bence. Dan hingga saat

ini pewaris benda tersebut belum diketahui secara pasti. Adapun pembagian wilayah murid

Kyai Mu’Arif atau Tuan Rizal sebagai berikut:

1. Jelang Sewu atau lebih dikenal dengan nama bang Makia. Jelang Sewu diberi

kuasa menjadi patih di daerah Limbungan atau Tanah Abang.

2. Alam Pasa, berasal dari negeri komering dan diangakat menjadi patih di daerah

Curup.

3. Makin Maladani diangkat menjadi patih di wilayah dangku yang sekarang ini

menjadi Desa Dangku kecamatan Rambang Dangku kabupaten Muara Enim.

4. Syeh Ambar, diangkat menjadi patih di wilayah Benakat, yang sekarang ini masuk

dalam wilayah Kabupaten Muara Enim. Pada mulanya benakat merupakan wilayah

Kecamatan Talang Ubi, sekarang menjadi daerah otonomi baru yaituPenukal Abab

Lematang Ilir (PALI).

Hubungan keempat patih murid Kyai Mu’Arif atau Tuan Rizal tersebut sangat

akrab sehingga mereka diberi gelar empat sejujung, empat bekawan, atau lebih terkenal

dengan sebutan empat petulai curup yang berarti serasan, sekundang, serepat, setangungan

25

dan setujuan. Pada mulanya pusat pemerintahan empat petulai Curup berada di Desa

Curup terlihat di masa kepemimpinan Depati Degantap, Depati Meshur, Depati Desalam,

dilanjutkan oleh Depati Sunting, dan Pesirah Cekmak.

Setelah Persirah Cekmak berakhir masa jabatanya, maka pusat Pemerintahan empat

petulai Curup beralih ke Desa Tanah Abang karena di pimpin oleh Pesirah Abdul Rahman

yang berasal dari Desa Tanah Abang dan dilanjutkan oleh Pesirah Ali Hasyim yang masih

berasal dari Desa Tanah Abang, sampai pada akhirnya nama Pesirah diganti dengan sebutan

nama Camat, yang diangkat langsung oleh Pemerintah Kabupaten, secara otomatis Ibu Kota

Kecamatan berarti di Desa Tanah Abang hingga sampai saat ini.22

Di Penukal Abab Lematang Ilir mempunyai berbagai macam kebudayaan

diantaranya adalah adat pernikahan. Pernikahan adat tergolong unik karena setiap Desa

memiliki adat pernikahan yang berbeda-beda. Salah satu adat pernikahan yang ada sampai

saat ini adalah Rasan tue. Rasan tue merupakan proses sebuah permintaan atau pernyataan

dari laki-laki kepada pihak perempuan untuk menikahinya, baik dilakukan oleh laki-laki

secara langsung maupun dengan perantara pihak lain yang dipercayai sesuai dengan

ketentuan agama atau yang biasa disebut dengan lamaran. Tradisi rasan tue dilakukan

melalui tiga tahap oleh masyarakat desa Tanah Abang untuk berkunjung kerumah

mempelai wanita. Tradisi ini berbeda dengan tradisi yang ada di daerah lain sehingga

tradisi ini telah turun temurun dilakukan oleh masyarakat sekitar, hingga masih

dilestarikan sampai saat ini. Perbedaaan tradisi imi dengan tradisi yang ada di tempat lain

adalah terletak pada proses, seserahan dan nilai yang terkandung dalam tradisi tersebut.

22 Profil Desa Tanah Abang, 18 September 2020

26

Respon masyarakat terhadap tradisi rasan tue yang masih dilakukan sekarang ialah masih

menerima dan masih dilestarikan karena adat tersebut merupakan tradisi turun temurun.

B. Letak Geografis Desa Tanah Abang

Provinsi Sumatera Selatan secara astronomis terletak pada 1° LS-4°. Propinsi Sumatera

Selatan di sebelah Utara berbatasan dengan propinsi Jambi, di sebelah Selatan berbatasan

dengan propinsi Lampung, di sebelah Timur berbatasan dengan propinsi Bangka Belitung

dan sebelah Barat berbatasan dengan propinsi bengkulu.

Ibu Kota Propinsi Sumatera Selatan adalah Kota Palembang dan terdiri dari

beberapa kabupaten dan kota lainnya seperti Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Empat

Lawang, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Musi rawas

Utara, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Komering Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ulu,

Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur,

Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Lahat, Kota Lubuk Linggau, Kota Pagar Alam,

Kota Prabumulih dan Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI).23

Sebagaimana Kabupaten Penukal Abab Ilir (PALI) adalah salah satu kabupaten di

provinsi Sumatera Saelatan, Indonesia. Penukal Abab Lematang Ilir merupakan DOB

(daerah otonom baru) hasil pemekaran dari Kabupaten Muara Enim yang disahkan

23Bambang Budi Utomo, Musi Menjalin Peradaban: Waarisan Budaya Sebagai

Identitas(Palembang: Balai Arkeologi, 2012), h.13.

27

tanggal 11 Januari 2013 melalui UU no 7 tahun 2013.24 Kabupaten Penukal Abab

Lematang Ilir dibagi menjadi lima kecamatan yaitu: Kecamatan Abab, Kecamatan

Penukal, Kecamatan Penukal Utara, Kecamatan Talang Ubi dan Kecamatan Tanah

Abang.25 Yang masing-masing terdiri desa-desa. Seperti di Kecamata Tanah Abang

terdiri dari Desa Modong, Pandan, Sedupi, Sukaraja, Lunas Jaya, Muara Sungai, Muara

Dua, Desa Raja dan Desa Curup.

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Muara Sungai, Kecamtan Tanah Abang

Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bumi Ayu, Kecamtan Tanah Abang

Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Suka Manis, Kecamtan Tanah Abang

Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir.

- Sebelah barat berbatasan dengan Desa Raja, Kecamtan Tanah Abang

Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir.

Dilihat dari topografi desa diketahui Desa Tanah Abang terletak di dataran rendah

yang dikelilingi oleh sawah dan Sungai Lematang, karena itu desa sering di landa

kebanjiran. Dalam satu tahun terjadi tiga sampai empat kali yaitu pada setiap bulan

Desember, Januari, Februari, Maret. Lamanya banjir pada setiap bulan biasanya satu

sampai dua minggu. Selama desa di landa kebanjiran semua aktifitas masarakat terhenti

24https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar kabupaten dan kota di Sumatera Selatan. Diakses pada

tanggal 24 September 2020, pukul 20:20 Wib 25http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir. Diakses pada tanggal 25

september 2020. Pukul 21:15 Wib

28

terutama petani. Semua sawah atau kebun tidak dapat di tanami padi dan sayur-

sayuran.

Masyarakat Desa Tanah Abang memenuhi kebutuhan hidup dengan cara mencari

ikan dan menjual hasil tangkapan ikan tersebut ke pasar itu dilakukan ketika desa di

landa kebanjiran.

C. Keadaan Penduduk Desa Tanah Abang

Penduduk Desa Tanah Abang menurut data dokumentasi tahun 2020 berjumlah

2.864 jiwa yang terdiri dari 1.383 jiwa laki-laki dan 1.481 jiwa perempuan.26 Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat tabel dibawah ini:

Tabel 2.1

Keadaan Penduduk Desa Tanah Abang Jaya

No Jenis kelamin Jumlah

1 Laki-laki 1.383 jiwa

2 Perempuan 1.481 jiwa

Jumlah 2.864 jiwa

26 Topografi Desa Tanah Abang, 18 Agustus 2020

29

Tabel 2.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Struktur Usia

N

o

Usia Penduduk Jumlah

1 <1 Tahun 77 Jiwa

2 1-4 Tahun 298 Jiwa

3 5-14 Tahun 541 Jiwa

4 15-39 Tahun 1.020 Jiwa

5 40-64 Tahun 806 Jiwa

6 65 Tahun ke atas 122 Jiwa

Tabel 2.3

Jumlah Kepala Keluarga

N

o

Kepala Keluarga Jumlah

1 Kepala Keluarga 741 KK

2 Kepala Keluarga Perempuan 106 KK

3 Keluarga Miskin 246 KK

30

Tabel 2.4

Permukiman

N

o

Kondisi Permukiman Desa Jumlah

1 Memiliki Rumah 596 KK

2 Tidak Memiliki Rumah 36 KK

3 Memiliki Rumah Permanen 195 KK

4 Memiliki Rumah Semi Permanen 145 KK

5 Memiliki Rumah Non Semi Permanen 121 KK

D. Keadaan Sistem Mata Pencaharian Desa Tanah Abang

Sistem mata pencaharian masyarakat Desa Tanah Abang Jaya mayoritas petani atau

pekebun lebih dominan petani karet. Disamping itu juga penduduk berkebun dengan

menanam sayur-sayuran dan menanam padi. Sehingga dari hasil pertanian dan

perkebunan dapat di manfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup

mereka. Selain bertani, ada juga penduduk Desa Tanah Abang yang mempunyai mata

pencaharian sebagai peternak, buruh tani, pengrajin, pensiunan, pegawai negeri sipil,

pedagang keliling, dan bidan swasta, akan tetapi mereka akan tetap mempunyai lahan

pertanian dan perkebunan yang dikelola sendiri dan ada juga yang disewakan kepada

orang lain. Hasil yang diperoleh dari bercocok tanam atau hasil dari kebun karet dapat

31

di jual ke pasar kecil atau yang di sebut kalangan atau pasar yang di gelar satu kali

dalam satu minggu.27

Untuk lebuh jelasnya mengenai sistem mata pencaharian yang berada di Desa

Tanah Abang Jaya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2. 5

Keadaan Sistem Mata Pencaharian yang berda di Desa Tanah Abang

No Pekerjaan Jumlah

1. Petani 1.120

2. Buruh Pabrik 14

3. Pegawai Negeri Sipil 27

4. Dokter 2

5. Pedagang Keliling 57

6. Perawat 10

7. Bidan Swasta 2

8 Pensiunan TNI/POLRI 3

Jumlah 1805

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jenis mata pencaharian penduduk yang ada

di Desa Tanah Abang Jaya menunjukkkan bahwa sebagian besar penduduk tersebut,

27 Wawancara pribadi dengan ibu Titin (warga setempat), 15 oktober 2020

32

mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Ini juga didukung oleh lahan pertanian

yang memadai.28

E. Struktur pemerintahan

Berbicara mengenai Struktur Pemerintahan yang ada di Desa Tanah Abang Jaya,

pada dasarnya tidak berbeda dengan pemerintahan pada desa yang lain yang ada di

Kecamatan Tanah Abang. Desa Tanah Abang Jaya terbagi menjadi tiga dusun yaitu:

Dusun I, Dusun II, Dusun III, yang masing-masing Dusun di kepalai oleh III Kadus dan

di pimpin oleh seorang Kepala Desa sebagai pemimpin tertinggi di desa. Kadus yang

dipilih di angkat langsung oleh Kepala Desa untuk memperlancar dan mempermudah

tugas pemerintahan Kepala Desa di bantu oleh Kadus, Sekeretaris Desa, Bendahara

Desa, LPMD dan perangjat Desa lainnya.

Dari Struktur Organisasi Pemerintahan di Desa Tanah Abang Jaya Kecamatan

Tanah Abang Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, dapat dikatakan sudah baik,

karena segala sesuatu yang menjadi kepentingan ataupun kebutuhan masyarakat

setempat telah diatur dalam struktur pemerintahan Desa yang dinamis dan efektif

sesuai dengan kedudukan masing-masing jabatannya.29

28 Topografi Desa Tanah Abang, 18 Agustus 2020 29 Wawancara Pribadi dengan Bapak Irwansyah (Kepala Desa), Tanah Abang 19 Oktober 2020

33

F. Keadaan Sarana Dan Prasarana

Menurut Agus S. Suryobroto (2004:16-18) prasarana adalah segala sesuatu yang

diperlukan dalam masyarakat sedangkan Sarana menurut Soepartono (2004:6) sarana

adalah terjemahan dari facilities, yaitu sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan

dalam pelaksanaan kegiatan baik kegiatan olahraga, kegiatan keagamaan, kegiatan

pendidikan dan kegiatan kesehatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2001:999) dijelaskan, “ Sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam

mencapai maksud dan tujuan”.30sebagaimana Desa Tanah Abang Jaya mempunyai

prasarana dan sarana, diantaranya prasarana lembaga pendidikan, prasarana peribdatan

religi, prasaran kesehatan dan prasarana umum.

Untuk lebih jelasnya mengenai prasarana dan sarana yang ada di Desa Tanah

Abang Jaya dapat dilihat sebagai berikut:

1. Keadaan Prasarana Lembaga Pendidikan Desa Tanah Abang

Keadaan antropologi terhadap pengetahuan dalam suatu etnografi biasanya ada

berbagai bahan keterangan mengenai sistem pengetahuan dalam kebudayaan suku

bangsa yang bersangkutan. Salah satu bagian dari kebudayaan itu adalah sistem

pengetahuan yang merupakan akumulasi dan abstraksi dari pengalaman hidupnya,

dalam persfektif sejarah kebudayaan, sitstem pengetahuan merupakan sistem yang

30 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 288

34

memberikan pengalaman mengenai tingkat kecerdasan suatu masyarakat sesuai dengan

konteks ruang dan waktunya.31

Persoalan pendidikan adalah hal yang fundamental, dimana tingkat pendidikan

sangat besar pengaruhnya dalam pembentukan masyarakat yang berkualitas karena

hakekat pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan

mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar anak didik baik dalam bentuk

pendidikan formal maupun non formal.32

Mengenai Prasarana pendidikan yag ada di desa Tanah Abang ada empat buah

pendidikan dasar yang pertama PAUD, kemudian Sekolah Dasar Negeri 04, Sekolah

Dasar Negeri 21, dan Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda. Kemudian lanjut ke jenjang

Sekolah Menengah Pertama terdiri dari : SMP NEGERI 1 TANAH ABANG , SMP

PGRI TANAH ABANG, SMP YPNH TANAH ABANG, dan MTS YPNH TANAH

ABANG.

Pada umumnya masyarakat desa Tanah Abang telah belajar di Musholah dan

Masjid, materi yang di ajari Ustadz dan Ustadzahnya yaitu belajar membaca al-Qur’an,

Berzanji, tata cara sholat dan materi-materi yang lainnya. Dari kegiatan ini dapat

31 Mukhlis Paeni, Sejarah Kebudayaan Indonesia Sistem Pengetahuan, h. 1.

32 Wawancara Pribadi dengan Bapak Darlis (Guru SMP PGRI), Tanah Abang, 10 Oktober

2020.

35

diketahui bahwasanya pendidikan agama yang diajarkan pada anak-anak de desa Tanah

Abang sudah ditanamkan sejak masih dini.33

TABEL 2. 6

Keadaan Prasarana Lembaga Pendidikan Desa Tanah Abang

No. Nama Sekolah Jumlah Keterangan

1. PAUD - -

2. SD 3 Baik

3. SMP 4 Baik

4. SMA 3 Baik

5. PERPUSTAKAAN

DESA

1 Baik

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa keadaan lembaga pendidikan yang

berada di Desa Tanah Abang cukup memadai dalam proses bidang pendidikan.34

33Wawancara Pribadi dengan Umarhum (Tokoh Agama 34Topografi Desa Tanah Abang, 18 Agustus 2020

36

2. Keadaan Prasarana Peribadatan Religi Desa Tanah Abang

Sejak dahulu, ketika ilmu antropologi belum ada dan hanya merupakan suatu

himpunan tulisan mengenai adat istiadat yang aneh-aneh dari suku-suku bangsa Eropa,

religi telah menjadi suatu pokok penting dalam buku-buku para pengarang tulisan

etnografi mengenai suku-suku bangsa itu. Kemudian ketika bahan etnografi tersebut

digunakan secara luas oleh dunia ilmiah, perhatian terhadap bahan mengenai upacara

keagamaan itu sangat besar.35

Agama adalah fitrah dalam kehidupan manusia yang merupakan suatu

kepercayaan untuk mejadi pegangan hidup. Sebgai bentuk bagi manusia dan hukum-

hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata cara

hidup yang nyata serta mengatur hubungan dan tanggung jawab kepada Allah, kepada

masyarakat serta alam sekitarnya. Dalam penelitian ini penulis hanya memfokuskan

kepada ajaran Islam saja, sebgaimana dalam firman Allah dalam surat Al-Imron ayat

19 yang artinya: “ Sesungguhnya agama yang di ridhoi disisi Allah hanyalah agama

Islam.”36 Berdasarkan arti dari surat Al-Imron ayat 19, maka jelas yang dimaksud

dengan agama disini ialah agama yang diridhoi Allah Swt, yaitu agama Islam, maka

dalam hal ini keyakinan terhadap agama yang menjadi bagian dari kepribadian akan

mengatur sikap dan tingkah laku seseorang.

35 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.

293-294.

36 Depertemen Agama Islam RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya, (Jakarta Timur: Cv Darus Sunnah, 2002), h. 53.

37

Masyarakat Desa Tanah Abang berdasarkan hasil wawancara dengan selaku

tokoh agama, menjelaskan bahwa masyarakat Desa Tanah Abang menganut agama

Islam 100 %, sebagai tempat untuk melaksanakan ibadah atau kegiatan keagamaan

yang berada di desa Tanah Abang telah berdiri Masjid Al-Ikhlas yang terletak di Dusun

II yang berada di tengah-tengah dea. Pembangunan Masjid ini atas swadaya

masyarakat dan bantuan dari pemerintah. Selain Masjid terdapat juga empat buah

Musholah yang di pergunakan untuk pengajian anak-anak dan pengajian ibu-ibu.37

Untuk lebih jelasnya mengeani prasarana peribadatan yang berada di Desa Tanah

Abang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

TABEL 2. 7

No. Tempat Ibadah Jumlah Keterangan

1. Masjid 1 Buah Baik

2. Musholah 4 Buah Baik

3. Gereja - -

4. Vihara - -

5. Kelenteng - -

6. Pura - -

37Wawancara Pribadi dengan Umarhum (Tokoh Agama),

38

Dari tabel diatas berdasarkan keadaan prasarana peribadatan masyarakat Desa

Tanah Abang sudah cukup baik dalam peribadatan dengan dibangun 1 buah Masjid dan

4 buah Musholah yang berada di Dusun II dan Dusun I, tujuannya adalah untuk

mengadakan kegiatan-kegiatan yang bersifat keagamaan.38

3. Keadaan Prasarana Kesehatan Desa Tanah Abang

Mengenai prasarana kesehatan yang ada di Desa Tanah Abang berdasarkan data

monografi, bahwa fasilitas kesehatan yang ada di desa Tanah Abang terdiri dari Rumah

Sakit Umum, Puskesmas, Posyandu, Rumah Bersalin, Rumah Praktek Dokter. Untuk

lebih jelasnya mengenai prasarana kesehatan yang berada di Desa Tanah Abang dapat

dilihat dari tabel berikut ini:

TABEL 2. 8

Keadaan Prasarana Kesehatan Desa Tanah Abang

No. Fasilitas Kesehatan Jumlah Keterangan

1. Rumah Sakit Umum

2. Puskesmas 1 Baik

3. Poskesdes 1 Baik

4. Rumah Bersalin 1 Baik

5. Rumah Praktek Dokter 1 Baik

38 Topografi Desa Tanah Abang, 18 Agustus 2020

39

Ketersediaan Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang terdekat di Desa Poskesdes

Jarak ke tempat kesehatan terdekat 100 Meter

Rumah Sakit

Sarana Rumah Sakit di Desa Tidak Ada

Jarak ke Rumah Sakit terdekat 30.000Meter

Rumah Sakit Bersalin

Ketersedian Sarana Rumah Sakit Bersalin di

Desa

Prumah Bersalin

Jarak ke tempat kesehatan terdekat 100 Meter

Puskesmas Rawat Inap

Ketersedian Puskesmas dengan rawat inapdi

Desa

Puskesmas Rawat Inap

Jarak ke tempat kesehatan terdekat 300 Meter

Apotek

Ketersedian Sarana Rumah Sakit Bersalin di Prumah Bersalin

40

Desa

Jarak ke tempat kesehatan terdekat 100 Meter

Dari tabel di atas berdasarkan keadaan prasarana kesehatan masyarakat desa

Curup sudah cukup baik dalam bidang kesehatan, dengan dibangun 1 buah Puskesmas,

1 buah Puskesmas Pembantu, 1 buah Poskedes dan 1buah Posyandu. tujuanya ialah

untuk mengadakan kegiatan-kegiatan yang besrsifat kesehatan.39

4. Keadaan Prasarana Umum Desa Tanah Abang

Prasarana umum yang ada di desa Tanah Abang, ada lima buah prasarana yaitu

prasarana Gedung Olaraga, Gedung Kesenian, Balai Desa, Pasar Desa dan Sumur

Desa. Untuk lebih jelasnya mengenai prasarana umum yang berada di Desa Tanah

Abang dapat dilihat pada tabel berikut ini :

39Ibid

41

Keadaan Prasarana Umum Desa Tanah Abang

Tabel 2.9

No Fasilitas Umum Jumlah Keterangan

1 Kantor Kepala Desa 1 Buah Baik

2 Gedung Olaraga 1 Buah Baik

3 Pasar Desa 1 Buah Baik

Dari tabel di atas berdasarkan keadaan prasarana umum masyarakat desa Tanah

Abang, sudah cukup baik. Tujuan prasarana umum ini ialah untuk melaksanakan

kegiatan-kegiatan dan kebutuhan masyarakat desa Tanah Abang.40

40 Topografi Desa Tanah Abang, 18 Agustus 2020

Gambar 1 Kantor Kepala Desa Gambar 2 Gedung Olahraga

42

BAB III

TRADISI RASAN TUE DALAM PROSESI PERNIKAHAN DI DESA TANAH

ABANG

DAN NILAI-NILAI ISLAM YANG TERKANDUNGDALAM TRADISI

RASAN TUE PADA PROSESI PERNIKAHAN MASYARAKAT TANAH

ABANG

A. Pengertian Pernikahan

Pernikahan adalah segala adat kebiasaan yang dilazimkan dalam suatu masyarakat

untuk mengatur masalah-masalah itu akan timbul sebelum ataupun sesudah pernikahan.

Masalah yang timbul sebelum suatu pernikahan disebut adat sebelum pernikahan, yang

mengandung unsur-unsur antara lain: tujuan pernikahan menurut adat, pernikahan

ideal, pembatasan jodoh, bentuk-bentuk pernikahan, syarat-syarat untuk menikah, dan

cara memilih jodoh. Sedangkan masalah sesudah pernikahan disebut adat sesudah

pernikahan yang mengandung unsur-unsur adat menetap sesudah pernikahan, dan

lainnya.41

Seperti halnya dengan suku bangsa lain di Indonesia, pernikahan merupakan suatu

hal yang penting dalam lingkaran hidup manusia. Karena pernikahan merupakan suatu

hal yang sakral dan suci dalam hidup seseorang untuk melanjutkan keturunan yang

41Ari Kurniawan, “Tradisi Pernihkahan Masyrakat Penukal Studi Kasus di Desa

Panta Dewa Kec.Talang Ubi Kab.Pali”Skripsi,(Yokyakarta:Fakultas Adab dan

Kebudayaan Islam, Universitas Islam NegeriSunan Kalijaga,2014), h.8

43

baik dan berguna bagi keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu, selain berfungsi

sebagai pengatur perilaku manusia, pernikahan juga berfungsi dalam kehidupan

kebudayaan masyarakat yakni menyangkut hak dan kewajiban dalam rumah tangga dan

kelompok-kelompok kekerabatan dari pihak laki-laki dan perempuan.

Tata upacara adat khususnya perkawinan yang dimiliki daerah atau suku bangsa

meupakan tatanan nilai-nilai luhur yang telah dibentuk oleh tetua-tetua adat dan

diturunkan kepada generasi berikutnya. Oleh karena itu, upacara adat pernikahan

meruakan serangkaian kegiatan tradisional yang mempunyai maksud dan tujuan agar

pernikahan selamat sejahtera serta mendatangkan kebahagiaan dikemudian hari.

B. Tradisi dan prosesi Rasan Tue dalam Pernikahan di Desa Tanah Abang

Rasan tue merupakan proses sebuah permintaan atau pernyataan dari laki-laki

kepada pihak perempuan untuk menikahinya, baik dilakukan oleh laki-laki secara

langsung maupun dengan perantara pihak lain yang dipercayai sesuai dengan ketentuan

agama atau yang biasa disebut dengan lamaran. Tradisi rasan tue dilakukan melalui tiga

tahap oleh masyarakat desa Tanah Abang untuk berkunjung kerumah mempelai wanita.

Tradisi ini berbeda dengan tradisi yang ada di daerah lain sehingga tradisi ini telah

turun temurun dilakukan oleh masyarakat sekitar, hingga masih dilestarikan sampai

saat ini. Perbedaaan tradisi ini dengan tradisi yang ada di tempat lain adalah terletak

pada proses, seserahan dan nilai yang terkandung dalam tradisi tersebut. Respon

masyarakat terhadap tradisi rasan tue yang masih dilakukan sekarang ialah masih

menerima dan masih dilestarikan karena adat tersebut merupakan tradisi turun temurun.

44

Tradisi pernikahan ini adalah sebuah proses atau tradisi pada umumnya yang

mempunyai tatanan yang teratur, yang melalui tiga tahap sebelum melakukan

pernikahan secara turun temurun yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tanah Abang

oleh pihak laki-laki untuk melamar wanita yang di cintainya, di bawah ini akan di

jelaskan tahap-tahap prosesi Rasan Tuedalam pernikahan sebagai berikut :

1) Pertemuan Bujang Gadis

Seperti umumnya yang terjadi pada masyarakat, sebelum mencapai

suatu tahap pernikahan, biasanya di dahului dengan perkenalan antara bujang

(sebutan untuk laki-laki yang belum beristri) dan gadis (sebutan untuk

perempuan yang belum bersuami). Bila keduanya merasa cocok maka

perkenalan ini akan berlanjut dan sampai pada proses pacaran (bepujaan).

Umumnya pertemuan bujang dan gadis bermula dari suatu acara yakni

sedekah perkawinan yaitu pesta malam atau besangge. Saat hari bemasak dan

pesta malam (besangge), biasanya rombongan bujang dari dusub-dusun di

sekitar akan datang untuk membantu. Pada saat inilah terjadi pertemuan antara

bujang dan gadis. Jika kedua belah pihak sudah serius dalam bepujaan dapat

melanjutkan ke hubungan yang lebih serius yaitu rasan tue. Biasanya bujang

akan memberikan bungkusan sekapur sirih yang di bungkusi dengan sapu

tangan dan isi kapur siri itu berisi daun siri satu lembar, kapur gambir dan

sebatang roko. Bungkusan sekapur sirih itu di kantongi oleh pria dan setelah

sampai di rumah pihak wanita, lelaki ini mengeluarkan bungkusan sekapur siri.

45

Pihak dari wanita pun mengambil bungkusan sekapur sirih dan sirih tadi di

makan oleh pihak wanita. Selain membawa bungkusan kapur siri pihak laki-laki

membawa gula kopi untuk diberikan ke pihak wanita. Hal ini menunjukkan

bahwa menginginkan gadis tersebut menjadi istrinya.

Dalam hal bepujaan ini kearifan lokal yang terungkap adalah mandiri,

yaitu bujang dan gadis dipersilahkan orang tua mereka memilih pacar yang

cocok dengan pilihan hatinya masing-masing. Orang tua tidak memaksakan

jodoh kepada anak-anaknya.

Selama bepujaan ini baik gadis maupun bujang tidak menutup-nutupi

keburukan atau kekurangan masing-masing diri. Hal ini justru menunjukkan

rasa percaya dan jujur terhadap pasangan. Apabila sudah mendapati kecocokan

bujang kepada gadis maka bujang memberikan sapu tangan kepada gadis

sebagai tanda kejujuran kepada pasangan dan mengikat hubungan tersebut

kepada makna yang lebih luas dari sekedar bepujaan yaitu ke jenjang

pernikahan.

2) Rasan Tue

Rasan tue merupakan mufakat penentu untuk berlanjut ke tahapan selanjutnya.

Dalam tahapan ini juga merupakan kunjungan pertama kedua orang tua untuk

mengukuhkan kedua pujaan ini. Pihak laki-laki ke rumah pihak perempuan untuk

melanjutkan rasan bujang kepada gadis yang telah menjadi tambatan hatinya.

Sebelum pihak bujang datang ke rumah keluarga gadis, terlebih dahulu sang gadis

akan memberitahukan kepada orang tuanya bahwa nanti malam mereka akan

46

kedatangan tamu. Pada saat rasan tue ini pihak keluarga bujang membawa

bungkusan sekapur sirih dan wajid satu loyang yang kecil untuk diberikan ke pihak

mempelai wanita. Pemberian bungkusan sepur sirih oleh bujang kepada pihak gadis

merupakan tanda bahwa mereka akan megikat janji untuk menuju gerbang

pernikahan.

Saat rasan tue orang tua bujang akan menanyakan kepada orang tua gadis

apakah benar anaknya telah memberikan sesuatu pada saat bepujaan. Orang tua

gadis menanyakan langsung kepada anaknya tentang kebenaran hal tersebut. Jika

terjad kesepakatan antara keduanya mengenai rasan tue ini, maka akan dilanjutkan

dengan pertemuan-pertemuan selanjutnya untuk memantapkan hubungan bujang

dan gadis ke arah yang lebih serius dalam menjalin suatu ikatan yaitu membangun

rumah tangga.

Mufakat yang terdapat dalam rasan tue ini yaitu mencari tanggal dan bulan

yang baik bagi kedua keluarga untuk pernikahan bujang dan gadis ini. Selain itu

hubungan yang melibatkan tetangga, kerabat, dan handai tolan juga suatu bentuk

persaudaraan dan kasih sayang yang merupakan cerminan kepedulian sosial.

3) Ngantarke Duit

Ngantarke duit merupakan tata cara adat suku Lematang, atau disebut juga

antar-antaran yaitu mengantarkan barang-barang permintaan pihak gadis dari

pihak bujang, kecuali mas kawin. Tahapan ini biasanya dilakukan seminggu

sebelum hari pernikahan, bisa juga dilakukan pada saat menjelang akad nikah.

Pintaan jumlahnya tergantung dari kesepakatan pada saat rasan tue dilaksanakan.

47

Keringanan jumlah pintaan tergantung pada keadaan ekonomi laki-laki. Adakala

jumlah uang yang dinilai mudah oleh seseorang tetapi dinilai berat oleh yang lain,

hal ini dikarenakan perbedaan dalam kondisi ekonomi. Sedangkan yang menjadi

dasar bahwa tinggi pintaan tergantung pada kemampuan seseorang ialah target

yang diberikan Rasulullah SAW.

Selanjutnya tahap yang terakhir adalah akad nikah, akad nikah biasanya

dilaksanakan di rumah perempuan dan calon pengantin laki-laki masih membawa

bungkusan sekapur sirih, keris, kujur, teraju, juada benar. Barang-barang tersebut di

tinggalkan kerumah pihak wanita. Pihak lelaki juga membawa ayam panggang

yang masih meranjak dewasa untuk diberikan kepada kepala Desa Tanah Abang

dan untuk kadusnya. Apabila calon mempelai wanita ini berasal dari desa kampung

I, maka wajib bagi kadus kampung I dapat ayam pangang, pihak laki-laki

membawa dulang yang terbuat dari anyaman bambu yang berisi beras dan berisi

gula kopi untuk diberikan kekadus.

Setelah ketiga tahap tersebut telah dilaksanakan maka kedua pasangan

mempelai itu di anggap sah untuk melakukan hubungan rumah tangga.Dan setelah ijab

dan qobul dilaksanakan Syukuran untuk kedua mempelai tujuannya agar pengantin

tersebut dapat di ridhoi oleh Allah Swt dan menjadi keluarga yang sakina, mawadah,

warohmah.Biasanya masyrakat Tanah Abang bagi yang mampu, di adakan hiburan

seperti orgen tunggal. Dalam acara resepsi itu terdapat beberapa hal yang sangat

menarik yang tidak akan dijumpai pada saat acara walimahan di daerahlain. seperti

48

acara lelangan. Dari lelangan ini banyak dari masyarakat sekitar yang ikut

berpartisipasi yang tujuannya untuk membantu biaya walimahan ataupun untuk

menunjukkan kepada orang-orang yang berhasil memenangkan lelangan sebagai

seorang yang mampu (orang kaya).42

42Nain, Tokoh Adat, Wawancara, Tanah Abang, Tanggal 18November 2020.

Gambar 3 Pertemuan Tahap kedua 08 November 2020

49

C. Makna Simbol yang terkandung dalam prosaesi Rasan Tue

Makna simbol yang terdapat dalam prosesi Rasan Tue pada pernikahan

masyarakat Desa Tanah Abang sebagai Makna simbol yang terdapat dalam prosesi

upacara ngelamar dalam prosesi ngelamar terdapat beberapa perlengkapan yang

mengandung makna simbol yaitu:

1) Bungkusan sekapur sirih yang di bungkusi sapu tangan yang berisi sebatang

roko yang maknanya pembuka kata dalam upacara lamaran.

2) Gula rasanya manis maknanya bahwa dengan pemberian dari pihak keluarga

laki-laki diterima dengan muka yang manis bukan dengan muka yang masam

atau sinis.

3) Keris pusaka maknanya kepribadian, apabila sang suami belum ikut istrinya

maka dikirimlah keris pusaka. Keris pusaka yang dikiriman itu merupakan

wujud dari dirinya untuk menggantikan sang suami dalam mendampingi

istrinya selama ia belum datang.43 Keris Pusaka atau biasa disebut dengan keris

kujur juga pertanda bahwa perempuan yang akan dinikahi tersebut masih gadis.

4) Wajid atau ketan merah maknanya agar hubungan suami istri bisa harmonis

5) Wajid Rasanya enak manis maknanya bahwa pemberian dari pihak keluarga

laki-laki ada niat yang baik kepada wanita tersebut.

6) Beras putih maknanya melambngkan kesucian dan kemakmuran.

43Suryana, “ Upacara Perkawinan Adat Palembang”, (Yokyakarta: Fakultas Adab dan Kebudayaan Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,2008), h.53.

50

7) Kapur Gambir melambangkan keberkatan untuk pasangan suami istri.

D. Nilai-nilai Islam yang Terkandung dalam Prosesi Rasan Tue pada Pernikahan

pada Masyarakat Tanah Abang

Upacara adat pernihkahan Desa Tanah Abang merupakan hasil budi dan daya Desa

Tanah Abang orang Islam untuk mencukupi kebutuhan hidupnya di dalam

mengabdikan diri kepada Tuhan yang Maha Esa. Upacara adat perkawinan yang

dilakukan oleh masyarakat Desa Tanah Abang bila ditinjau dari segi tujuan maupun

pelaksanaannya dapat digolongkan dalam bentuk upacara keagamaan yang

mengandung nilai-nilai Islam, antara lain:

1. Nilai Aqidah

Aqidah atau keimanan dalam Islam merupakan hakekat yang meresap ke dalam

hati dan akal. Iman merupakan pedoman dan pegangan yang terbaik bagi manusia dan

mengarungi kehidupan.Iman menjadi sumber pendidikanpaling luhur, mendidik

akhlaq, karakter dan akhlaq bagi manusia.Sehingga dengan iman tersebut manusia

dapat mengatur keseimbangan yang harmonis antar jasmani dan rohani.Perkawinan

merupakan suatu ikatan yang sakral setelah aqidah dan keimanan. Kesamaan aqidah

dalam sebuah rumah tangga sangat penting,

Agar tujuan yang hendak dicapai oleh suami dan istri bisa dipersatukan dan dapat

memberikan faedah yang optimal serta sempurna tanpa ada yang kurang dan saling

benturan. Prosesi madik atau penyelidkan yang merupakan tahap awal dalam upacara

51

adat perkawinan Palembang.Kesamaan agama menjadi hal utama dalam memilih calon

istri, sebelum ditelusuri kriteria-kriteria lain sesuai denga standar yang dikehendaki.

Dengan agama seseorang akan menjadi kaya, menjadi manusia yang baik dan dapat

mewujdkan kebahagiaan sempurna bagi suami istri, pendidikan utama bagi anak-anak

serta kehormatan dan ketenangan keluarga yang diidam-idamkan. Rasululah bersabdah

yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim yang artinya:

artinya : Perempuan itu dinikahi karena empat perkara: kekayaannya,

keturunannya, kecantikannya dan agamanya, maka pilihlah yang beragama agar

selamat dirimu”.

Aspek aqidah lain dapat ditelusuri dalam tradisi sebelum upacara munggah

dilaksanakan.Pengantin perempuan membaca al-Qur’an, meskipun hal ini bukan

ketentuan Islam, tetapi amalan ini terus dilakukan untuk menguji kemantapan

beragama calon pengantin.

2. Nilai Ibadah

Di samping nilai aqidah seperti diuraikan diatas, dalam perkawinan adat Desa

Tanah Abang terkandung nilai-nilai syariat.Nilai-nilai di sini adalah nilai-nilai

Islam yang pernah dilakukan Nabi, sahabat Nabi dan Ulama. Antara lain adalah

adat ngelamar Rarulullah bersabda yang diriwayatkan oleh Iman Muslim sebagai

berikut :

52

”Dari Abu Hazim dari Abu Hurairah r.a berkata: Ketika ada seorang sahabat

telah melamar seorang wanita dari golongan Anshar, maka tanya Rasululah pada

sahabat itu: Apakah kamu telah melihat calon istrimu? Jawabnya: Belum. Maka

Rasululah menyuruhnya melihat calon istrinya.

Merujuk hadist di atas bahwa laki-laki yang ingin melamar boleh melihat

perempuan yang hendak dilamarnya, supaya tidak terjadi kesalah pahaman antar

mereka. Aspek syariat terdapat dalam upacara ngelamar. Dalam tradisi masyarakat

Palembang tidak dibenarkan melamar perempuan yang telah dilamar orang lain.

Oleh karena itu, waktu Madik perlu diselidiki secara mendalam.Apabila telah pasti

bahwa perempuan tersebut belum dilamar orang, barulah pihak laki-laki

mengutarakan niatnya. Larangan melamar perempuan yang telah dilamar sesuai

dengan hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim sebagai berikut yang artinya:

”Janganlah seorang laki-laki melamar di atas lamaran saudaranya, hingga dia

meninggalkanya atau ia diberi izin oleh pelamar yang terdahulu.”.

Setelah seorang laki-laki menemukan calon istri yang dipilih berlandaskan

nilai-nilai Islam, maka ia memulai tahapan selanjutnya yaitu akad nikah. Akad nikah

adalah halalnya bergaul antara laki-laki dan perempuan dalam ikatan suami-istri secara

syar’i untuk mendapatkan ketenangan jiwa, melahirkan keturunan yang shaleh dan

bekerjasama membangun keluarga dan pendidikan anak. Adapun nilai-nilai Islam yang

53

terkandung dalam upacara akad nikah adat Masyrakat Desa Tanah Abang adalah

syarat-syarat pernikahan itu sendiri yaitu:

1. Adanya calon pengantin laki-laki dan perempuan yang keduanya beragama

Islam dan tidak terikat secara nasab, pe rkawinan dan sesusuan

2. Niat nikah untuk selamanya

3. Kerelaaan mempelai wanita

4. Kerelaan wali.

Suatu upacara akad nikah tidak sah tanpa kehadiran dan persetujuan wali

karena keridhaan wali adalah salah stu syarat sahnya pernikahan Rasululah bersabdah

yang diriwayatkan oleh Ashhab As-Sunan Keenali Nasa’i yang artinya:

”Siapa saja perempuan yang nikah tanpa izin walinya, maka perkawinan batal,

maka pernikahannya batal.”

Hal ini dilakukan guna mengangkat derajat kaum perempuan dan merupakan

tindakan yang tepat terhadap hal-hal yang akan mengandung fitnah dari masyarakat

setempat, khususnya sanak kerabat terhadap mempelai wanita.

5. Adanya dua saksi untuk menjaga hak-hak jika terjadi pertengkaran dari salah

satu pihak

6. Mahar. Dalil di syariatkannya mahar sebagaimana firman Allah surat untuk

Annisa: Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi)

sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka

54

menyerahkan kepada kamu sebagiandari maskawin itu dengan senang hati,

Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi

baik akibatnya Adanya ucapan ijab dan qabul sebagai bukti kesediaan dari

kedua belah pihak. Dalam akad nikah pengantin wanita tidak lazim dihadirkan,

karena statusnya belum syah menjadi suami-istri.

Aspek syariat yang lain adalah khataman Al-Qur’an, dalam Islam kita

diperintahkan supaya membaca Al-Qur’an serta menjaga hafalan jangan sampai

hilang. Upacara khatam Al-Qur’an bagi calon pengantin perempuan biasanya

dilaksanakan pada saat hari pernikahan atau menjelang upacara munggah.Aspek

lainya adalah walimah(pesta perkawinan). Menurut adat Desa Tanah Abang setiap

pernikahan harus diumumkan sebagai pernyataan rasa gembira meskipun hanya

mengadakan syukuran, menyiarkan pernikahan merupakan sunnah Rasululah.

Sabda Rasululah yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim: AL-Qur’an Terjemah

As-Syarif Madinah Munawwarah 1971, hlm. 376 yang artinya:

”Semoga Allah memberimu keturunan dalam perkawinanmu.Adakanlah

walimah sekalipun dengan seekor kambing.”

Walimah adat Desa Tanah Abang bisa sampai dua atau tiga hari,

mengingat kemungkinan tamu atau sanak kerabat yang datang dari tempat

jauh.Hal ini diperbolehkan juga dalam syariat Islam. Dalam pesta perkawinan,

masyarakat Desa Tanah Abang saling membantu dan bergotong royong dari

awal proses sampai akhir acara.

55

3. Nilai Akhlaq

Masyarakat Desa Tanah Abang sangat menekankan akhlaq dalam segala aspek

kehidupan, terutama menyangkut upacara adat. Mereka melaksanakan dengan benar

serta mejunjung tata susila yang tinggi, karena mereka menganggap bahwa akhlaq

bukanlah sekedar prilaku manusia yang bersifat bawaan lahir, tetapi merupakan salah

satu dimensi kehidupan seorang muslim yang mencakup aqidah, ibadah dan syariat

yang diajarkan Allah melalui perantaraan Nabi. Hal itu disesuaikan dengan Sabda Nabi

yang diriwayatkan oleh Bazzaar yang artinya sebagai berikut:

”Sesungguhnya aku di utus untukmenyempurnakan akhlaq yang mulia.”

Dalam upacara adat perkawinan Desa Tanah Abang terdapat nilai-nilai etika

yang tinggi baik diungkapkan secara nyata maupun secara simbol. Misalnya dalam adat

madik, akhlaq perempuan menjadi fokus kedua setelah agama, begitu pula sebaliknya.

Prilaku keluarga kedua belah pihak turut menjadi sorotan karena mereka percaya

bahwa seorang suami-istri yang baik akan melahirkan keturunan yang baik. Di samping

itu, seorang suami maupun istri yang berakhlaq baik akan membawa kebaikan untuk

kehidupan dunia dan akhirat. Dalam upacara madik juga mengandung nilai sopan

santun yang tinggi.

Upacara madik tidak dilakukan sendiri oleh orang tua pihak laki-laki yang ingin

menikah, tetapi diwakilkan kepada kerabat atau orang yang lebih dihormati serta lebih

berpengalaman.Konsep perwakilan yang digunakan masyarakat Desa Tanah Abang

56

melambangkan kehalusan budi yaitu dalam menyampaikan niat, mereka tidak bertanya

langsung kepada pihak keluarga perempuan karena menurut mereka tidak sopan orang

yang berkepentingan berbuat demikian. Dengan memakai perantara, akan

menimbulkan keterbukaan antara kedua keluarga dalam menyampaikan niat. Biasanya,

perantara menggunakan tutur kata yang halusagar apa yang disampaikan dapat diterima

dengan baik dan tidak menyinggung perasaan keluarga perempuan, begitu pula

sebaliknya. Hal ini diterapkan dalam upacara ngelamar.

4. Nilai Budaya

Budaya memang selalu menyajikan sesuatu yang khas dan unik, karena pada

umumnya dikatakan sebagai proses atau hasil cipta, rasa dan karya manusia dalam

upaya menjawab tantangan kehidupan yang berasal alam sekitarnya. Pada pemahaman

yang paling sederhana budaya merupakan hasil karya manusia yang tanpa disadari

menjadi adat istiadat bahkan menjadi suatu peradaban. Hal ini biasanya tercermin

dalam suatu upacara, dalam upacara manusia biasanya mengekspresikan apa yang

menjadi kehendak atau pikiran, dengan pikiran dan perbuatan pada akhirnya menjadi

suatu tradisi. Upacara tradisional yang ada dalam masyarakat pada hakekatnya

dilakukan untuk menghormati, mensyukuri dan memohon keselamatan pada leluhurnya

dan Tuhannya.Biasanya wujud kepatuhan tersebut dikarenakan adanya rasa takut,

segan mereka terhadap adanya sangsi yang bersifat sakral dan magis.

57

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah diperoleh, maka permasalahan-permasalahan

dalam penelitian ini dapat terjawab. Jawaban-jawaban dari permasalahan tersebut dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Dalam tahap-tahap prosesi rasan tue dalam pernikahan adat Lematang memiliki

kebudayaan yang khas dalam sistem budayanya, kekhasan itu tampak dengan

digunakan simbol atau lambang-lambang sebagai sarana untuk memuat pesan-

pesan atau nasehat-nasehat bagi masyarakat pendukungnya. Prosesi tradisi

pernikahan ini diperlukan sebagai sesuatu yang penuh dengan ritual dan sarat

dengan simbol-simbol kehidupan, hal ini dapat dilihat dari kelengkapan-

kelengkapan yang ada. Prosesi yang dilaksanakan dalam tahap pernikahan ini

tidak hanya memuat sebuah rangkaian simbol tanpa makna. Makna-makna

tersebut biasanya ditujukan kepada masyarakat pendukungnya dan lingkungan

sosial yang bersangkutan. Atas makna-makna yang mengandung pesan tersebut,

diperlukan suatu pemahaman tersendiri yang bisa menangkap secara subtansi

nilai-nilai yang ingin diwariskan oleh leluhur.

2. Upacara adat pernikahan di Desa Tanah Abang Kecamatan Tanah Abang tidak

terlepas dari keterkaitan antara budaya Desa Tanah Abang dengan unsur syariat

Islam, dalam unsur Syariat Islam terdapat nilai aqidah, nilai ibadah, nilai

58

akhlak, dann nilai budaya yang semuanya saling menopang satu sama lain.

Unsur Islam ini terdapat dalam isi makna dan simbol dari upacara adat

pernikahan.

73

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh dari hasil penelitian,

memberikan saran antara lain:

1. Sebelum nilai-nilai adat istiadat ini pudar dan tidak mendapat dukungan

lagi dari masyarakat, maka perlu sedini mungkin nilai-nilai adat ini

diinventarisasikan dan didokumentasikan, karena adat istiadat senantiasa

akan berubah dan berganti setiap waktu.

2. Sebagimana isi dari skripsi ini diharapkan generasi penerus dapat lebih

meningkatkan tradisi yang dinilai baik. Sebaliknya meninggalkan

kelemahan yang bersifat manusiawi yang memadukan adat istiadat yang

tidak islami.

3. Kepada Dinas kebudayaan Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir

diharapkan perannya dalam menjaga kelestarian lokal budaya. Karena

sebagaimana yang kita ketahui budaya lokal yang ada harus dilestarikan

keberadaanya.

4. Penulis berharap, agar hasil penelitian ini bisa memberikan manfaat dan

berguna bagi penulis sendiri dan semua pihak yang ingin mengetahui lebih

jauh tentang pelaksanaan tradisi pernikahan adat masyarakat Lematang.

5. Bagi masyarakat Lematang, khususnya masyarakat Desa Tanah Abang,

penulis berharap masyarakat dapat mempertahankan adat rasan tue dalam

pernikahan.

74

DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Buku

Abdurrahman, D. Pengantar Metodologi Penelitian dan Penulisan Karya

Ilmiah . Yogyakarta: IKFA Press. 1998.

Af, E. M. Islam Membina Keluarga dan Hukum Perkawinan di Indonesia.

Yogyakarta: Kota Kembang. 1987.

Al-Brigawi, A. L. Fiqh Keluarga Muslim: Rahasia Mengawetkan Bahtera

Rumah Tangga. Jakarta: Amzah. 2012.

Ali, Muhammad. Perubahan Agama Dewasa. Jakarta: Rajawali. 1989

Eli, M. S. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar . Jakarta: PT Pajar Interpratama

Mandiri. 2006

Indraswara, S. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press. 2006

Joko Tri Prasety, d. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT Rineks Cipta. 2006

Maran, Rafael. Raga. Manusia dan Kebudayaan dalam Persfektif Ilmu

Budaya Dasar. Jakarta: Rineka Cipta. 2000

Maryeni. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2005

Paeni, M. Sejarah Kebudayaan Indonesia Sistem Teknologi. Jakarta :

Rajawali Pers. 2009

75

B. Sumber Artikel dan Jurnal

Acara Penggelaran Upacara Adat Sumatra Selatan: (Palembang: PEMDA

tingkat II). Asrin. “Budaya Perkawinan Suku Pasemah di Padang Guci

di Bengkulu” (Sumatra

Selatan: 2010).

Gadjahnata. “Upacara Adat Perkawinan Sumatra Selatan, Analisis

Kebudayaan No.2.” (Palembang: 2014).

H. Rusdhy Cosim, BA. “Adat Istiadat Perkawinan Palembang”

(Palembang: 2006). Johan Hanafiah. “Adat Perkawinan Palembang”

(Palembang: 2015).

K.H.O Gadjahnata. “Adat Istiadat Perkawinan Sumatra Selatan”

(Palembang: 2013).

RHM, Akbid. “Sejarah dan Kebudayaan Palembang” (Palembang: 2015).

R.A. Tuty Zahra Hamid. “Pakeng Pengantin Adat Sumatra Selatan” ( Palembang: 2017).

C. Sumber Internet

https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar kabupaten dan kota di Sumatera

Selatan. Diakses pada tanggal 25 September 2020, pukul 21:01

Wib.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir.

Diakses pada tanggal 25 September 2017, pukul 21:10 Wib.

https://zurrahmah.wordpr ess.com/2013/12/08/kecamatan dan desa di

kabupaten- pali/. Diakses pada tanggal 25 September 2020, pukul

22:10 Wib.

http://digilib.unila.ac.id/20800/12/bab%202.pdf. Diakses pada tanggal

19 Juli 2020, Pukul 00:44 Wib.

76

D. Sumber Wawancara

Wawancara Pribadi dengan Iwan (Kepala Desa), Tanah Abang, 23 Juni

2020.

Wawancara Pribadi dengan Sudirman (Tokoh Agama), Tanah Abang, 25

Juni 2020.

Wawancara Pribadi dengan Sumadi (Pemangku Adat), Tanah Abang , 23

Juni 2020.

Wawancara Pribadi dengan Hambali (Masyarakat Setempat), Tanah

Abang, 23 Juni 2020.

Wawancara Pribadi dengan Linda Wati (Masyarakat Setempat), Tanah

Abang, 21 Agustus 2020.

Wawancara Pribadi dengan Dina Aryani (Masyarakat Setempat), Tanah

Abang, 23 Agustus 2020.

Wawancara Pribadi dengan Susliana (Masyarakat Setempat),Tanah

Abang, 26 Agustus 2020.

Wawancara Pribadi dengan Abdul Rahman (Masyarakat Setempat),

Tanah Abang, 28 Agustus 2020.

Topografi Desa Tanah Abang, 2020.

77

PEDOMAN WAWANCARA

1. Bagaimana Sejarah Terbentuknya Desa Tanah Abang ? 2. Bagaimana keadaan mata pencaharian di desa Tanah Abang ?

3. Bagaimana mengenai struktur pemerintahan yang ada di desa Tanah Abang ?

4. Bagaimana mengenai Keadaan prasarana lembaga pendidikan

desa Tanah Abang ?

5. Bagaimana saat penyampaian materi mengenai keagamaan

yang disampaikan kepada masyarakat setempat ?

6. Agama apa yang dianut oleh masyarakat ?

7. Bagaimana cerminan mengenai adat istiadat masyarakat desa Tanah Abang ?

8. Adat apa yang dipakai dalam upacara perkawinan ?

9. Bagaimana tradisi rasan tue dalam pernikahan ?

10. Apakah ada larangan saat berlangsungnya acara perkawinan?

11. Bagaimana mengenai upacara pernikahan di desa Tanah Abang ?

12. Apakah ada waktu tertentu saat melakukan akat nikah?

Lampiran-lampiran

Dokumentasi 1 lemang

Dokumentasi 2 wajid ketan

Dokumentasi 3 proses hantar-hantaran

Dokumentasi 4 proses rasan tue

Dokumentasi 6 calon pengantin perempuan, ketika di tanya pemangku adat

tentang mu’fakat, pada tanggal 08 November 2020

Dokumentasi 5 Pertemuan antara dua keluarga