tradisi kawin tinggal menurut hukum adat

92
TRADISI KAWIN TINGGAL MENURUT HUKUM ADAT DITINJAU DARI HUKUM ISLAM (STUDI KASUS DESA TELUK KECAMATAN PEMAYUNG KABUPATEN BATANGHARI) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata satu (S.1) Dalam Ilmu Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah Tri Rahayu Nopriyani Nim. 101170115 Pembimbing: Dr. Rasito S.H., M.Hum.,CM Dian Mustika S.H.I., MA PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDIIN JAMBI 2020/2021

Transcript of tradisi kawin tinggal menurut hukum adat

TRADISI KAWIN TINGGAL MENURUT HUKUM ADAT

DITINJAU DARI HUKUM ISLAM (STUDI KASUS DESA TELUK

KECAMATAN PEMAYUNG KABUPATEN BATANGHARI)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata satu

(S.1) Dalam Ilmu Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah

Tri Rahayu Nopriyani

Nim. 101170115

Pembimbing:

Dr. Rasito S.H., M.Hum.,CM

Dian Mustika S.H.I., MA

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDIIN

JAMBI

2020/2021

ii

iii

Pembimbing I : Dr. Rasito, S.H.,M.Hum.,CM

Pembimbing II : Dian Mustika, S.H.I,.M.A

Alamat : Fakultas Syari’ah UIN STS Jambi

Jl. Jambi-Muaro Bulian KM. 16 Simpang

Sungei Duren Kab. Muaro Jambi 31346

Telp. (0714) 582021

Jambi, 1 Maret 2021

Kepada Yth.

Bapak Dekan Fakultas Syari‟ah

UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Di-

Jambi

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka skripsi Tri

Rahayu Nopriyani, NIM. 101170115 yang berjudul: “TRADISI KAWIN

TINGGAL MENURUT HUKUM ADAT DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

(STUDI KASUS DESA TELUK KECAMATAN PEMAYUNG

KABUPATEN BATANGHARI)”” telah disetujui dan dapat diajukan untuk

dimunaqosahkan guna melengkapi dan memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar

Sarjana Strata (S1) dalam Jurusan Hukum Keluarga Syari‟ah UIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi.

Demikianlah, kami ucapkan terimakasih, semoga bermanfaat bagi

kepentingan Agama, Nusa, dan Bangsa.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Pembimbing I

Dr. Rasito, S.H.,M.Hum.,CM

NIP. 19650321199801003

Pembimbing II

Dian Mustika, S.H.I,M.A

NIP. 198306222011012012

iv

v

MOTTO

ذ أ وٱص ى هۦ وأىذىا ٱلأ فعأ ٱلل ه أ إ ىىىا فمشاء غأ ائى أ وإ أ عبادو

سع ع و ٢٣وٱلل

Artinya : “ Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan

orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang

lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka

miskin Allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya dan Allah

Luas (pemberian-Nya) lagi maha mengetahui ”.(Al-Nur ayat 32)

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi Arab-Latin dalam penelitan ini menggunakan pedoman

transliterasi berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan

Menteri Pendidikan Kebudayaan RI Nomor 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543

b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988. Adapun secara garis beras uraiannya sebagai

berikut:

A. Konsonan Tunggal

Huruf

Arab

Nama Huruf Latin Keterangan

Alif Tidak ا

dilambangkan

Tidak dilambangkan

Ba` B Be ب

Ta` T Te ت

Sa` S Es (dengan titik di atas) ث

Jim J Je ج

Ha` H Ha (dengan titik di bawah) ح

Kha` KH Ka dan Ha خ

Dal D De د

Zal Z Zat (dengan titik di atas) ذ

Ra` R Er ر

Zai Z Zet ز

Sin S Es س

Syin SY Es dan Ye ش

Sad S Es (dengan titik di bawah) ص

Dad D De (dengan titik di bawah) ض

Ta` T Te (dengan titik di bawah) ط

Za‟ Z Zet (dengan titik di bawah) ظ

Ain ` Koma terbalik diatas ع

Ghain G Ge ع

Fa F Ef ف

Qaf Q Qi خ

Kaf K Ka ك

Lam L El ل

Mim M Em و

Nun N En

Wawu W We و

Ha` H Ha

Hamzah ` Apostrof ء

Ya‟ Y Ye ي

vii

B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah di tulis Rangkap

Ditulis Muta‟adiddah يتعددة

Ditulis „iddah عدة

C. Ta’ Marbutah di Akhir Kata

1. Bila dimatikan tulis h

Ditulis Hikmah حكة

Ditulis „illah عهة

Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah

terserap kedalam bahasa Indonesia, seperti sholat, zakat, dan sebagainya,

kecuali bila dikehendaki lafal aslinya.

2. Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah,

maka ditulis dengan h.

`Ditulis Karamatul al-auliya كريةاالونياء

Bila ta` marbutha hidup atau harakat, fathah, kasrah, dan dommah ditulis t

انفطرزكاة Ditulis Zakatul fitri

D. Vokal Pendek

Ditulis A

Ditulis I

Ditulis U

viii

E. Vokal Panjang

Fathah+alif

جاههٻة

Ditulis

Ditulis

A

Jahiliyyah

Fathah+ya`mati

يسعى

Ditulis

Ditulis

A

Yas`a

Kasrah+ya` mati

كريى

Ditulis

Ditulis

I

Karim

Dammah+wawu

mati

فروض

Ditulis

Ditulis

U

furud

F. Vokal Rangkap

Fathah + alif

بيكى

Ditulis

Ditulis

Ai

Bainakum

Fathah + wawu mati

قروض

Ditulis

Ditulis

Au

Qaul

G. Vokal Pendek yang Berurutan Dalam Satu Kata dipisahkan dengan

Apostrof

Ditulis A`antum ااتى

Ditulis U`iddat اعدت

هٸشكرت Ditulis La`in syarkartum

ix

H. Kata Sandang Alif + Lam

1. Bila diikuti Huruf Qomariyyah

Ditulis Al-Quran انقرا

Ditulis Al-Qiyas انقياس

2. Bila diikuti huruf syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf

Syamsiyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf (el) nya

`Ditulis As-sama انساء

Ditulis Asy-Syams انشس

I. Penulisan Kata-Kata dalam Rangkaian Kalimat

Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya

Ditulis Zawi` al-furud ذوي انفروض

Ditulis Ahl- as-sunnah اهم انسة

x

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk yang tersayang ayahku Jon Kanedi dan Ibuku

Hairani, kedua saudaraku abang Dedi Saputra dan kakakku Sri Agustina Ningsih

terimakasih atas segala cinta dan kasih sayang serta materi yang telah

membuatkku sampai ketahap ini, semoga kelak kita bahagia tidak hanya didunia

saja tetapi sampai ke jannah Allah

Kepada dosen pembimbing terima kasih atas bimbingannya dalam memberikan

pemikiran-pemikiran dan pemasukan gambaran ide-ide dalam setiap proses

penyelesaian skripsi ini.

Dan untuk teman-teman Hukum Keluarga Islam yang selalu menyemangati

memberikan dorongan dan masukan atas segala persoalan yang saya hadapi

serta sahabat-sahabat ku yang selalu memberikan dorongan dan semangat

kepada ku dalam keadaan suka maupun duka.

xi

ABSTRAK

Nama: Tri Rahayu Nopriyani, NIM: 101170115. Skripsi ini bertujuan untuk

mengetahui proses Tradisi Kawin Tinggal yang terjadi di Desa Teluk Kecamatan

Pemayung Kabupaten Batanghari Menurut Hukum Adat Ditinjau dari Hukum

Islam. Tradisi ini sangat terkenal dikabupaten Batanghari, Jika pernikahan yang

telah dilakukan dengan akad nikah akan tetapi belum melaksanakan resepsi maka

pengantin laki-laki meninggalkan pengantin perempuan selama belum

terlaksanakannya resepsi tersebut, Bahkan suami istri tersebut tidak melakukakan

hak dan kewajiban diantara mereka sampai waktu yang ditentukan bahkan ada

bertahun-tahun lamanya. Skripsi Tradisi Kawin Tinggal Menurut Hukum Adat

Ditinjau Dari Hukum Islam ini menggunakan metode penelitian secara kualitatif

diskriptif. Hasil penelitian diperoleh dengan cara wawancara langsung kepada

kepala desa, tokoh adat, tokoh agama, dan masyarakat setempat. Penelitian ini

akhirnya berkesimpulan bahwa Tradisi Kawin Tinggal dilakukan dikarenakan

belum tercukupinya finansial seseorang yang akan melangsungkan akad nikah

sekaligus langsung mengadakan walimahan pada kurun waktu bersamaan. Tradisi

Kawin Tinggal merupakan pernikahan yang sah karena memenuhi syarat dan

rukun perkawinan akan tetapi dalam pelaksanaan hak dan kewajiban yang ditunda

berarti orang yang melaksanakan tradisi kawin tinggal ini tidak mempunyai

keinginan kuat untuk dapat memenuhi kewajiban suami isteri dengan baik atau

pelaksanaannya ditunda, maka melakukan perkawinan seperti ini hukumnya

makruh. Adapun dampak positif diantaranya: Menghindari budaya pacaran,

menghindari perzinaan atau pergaulan bebas, dan memberikan waktu dalam

mempersiapan walimatul ursy. Adapun dampak negatifnya adalah: Melewatkan

landasan pertama pokok perkawinan dan dasar perkawinan, ketidakseimbangan

pemenuhan hak dan kewajiban suami istri, mendahulukan acara meriah dari pada

keutamaan kewajiban, serta terjadinya perceraian sebelum melakukan walimatul

ursy.

Kata Kunci: Kawin Tinggal, Hukum Islam.

xii

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, Penulis sangat bersyukur kepada Allah SWT karena atas

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat mengerjakan skripsi sampai ketahap

penyelesaian dengan baik. Shalawat dan salam yang selalu terlimpahkan kepada

pembawa cahaya dalam kehidupan kita Nabi Muhammad SAW yang telah

menberikan keberkahan hidupnya untuk memperbaiki akhlak dan menjadikan

segala rahmat seluru umat manusia.

Skripsi ini adalah menjadi bentuk di antara karunia Allah yang di berikan

kepada penulis melalui keterampilan penuangan ide pikiran menjadi rangkaian

karya tulis ini. Tahapan berikutnya untuk memdapatkan gelar sarjana strata satu

(S.1) di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Adapun judul

skripsi ini adalah “TRADISI KAWIN TINGGAL MENURUT HUKUM

ADAT DITINJAU DARI HUKUM ISLAM (STUDI KASUS DESA TELUK

KECAMATAN PEMAYUNG KABUPATEN BATANGHARI)”.

Dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan,

arahan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Karena itu penulis ucapan

banyak terima kasih kepada yang terhormat :

1. Kedua Orang Tua, ayahanda tersayang Jon Kanedi dan Ibunda tercinta

Hairani atas semua jasa dan pengorbanannya yang tak terukir

2. Bapak Prof Dr. H. Su‟aidi Asy‟ari, MA, Ph. D selaku Rektor UIN

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

3. Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati sebagai Wakil Rektor I bidang akademik dan

pengembangan pendidikan, Bapak Dr. As‟ad Isma sebagai Wakil

Rektor II bidang administrasi umum, perencanaan dan keuangan dan

bapak Dr. Bahrul Ulum, MA sebagai Wakil Rektor III bidang

kemahasiswaan dan kerjasama UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

4. Bapak Dr. Sayuti Una, S.Ag,MH selaku dekan fakultas syari‟ah UIN

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

xiii

xiv

xv

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Jadwal Penelitian.......................................................................19

Tabel 2 : Batas Wilayah Desa Teluk........................................................22

Tabel 3 : Penggunaan Lahan Desa Teluk................................................23

Tabel 4 : Keadaan Demografis Desa Teluk.............................................24

Tabel 5 : Penduduk Menurut Profesi Maupun Pekerjaannya.........27-28

Tabel 6 : Keadaan Agama Masyarakat Desa Teluk...............................29

Tabel 7 : Riwayat Pendidikan Mayarakat Desa Teluk.....................30-31

Tabel 8 : Pejabat Desa atau Perangkat Desa Teluk..........................31-32

Tabel 9 : Sarana dan Prasana Desa Teluk.........................................34-35

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam mengajarkan kepada umatnya untuk menikah sebagai alasan

sebagai bentuk motivasi. Adapun menikah merupakan salah satu sunnah para

Nabi, petunjuk para Rasul, yang mana Rasul menjadi teladan yang wajib

diikuti oleh umat dan melaksanakan petunjuknya. Allah SWT menciptakan

manusia sebagai makhluk berpasang-pasangan sebagaimana telah menjadi

pengetahuan umat Islam, bahwa bumi ini diciptakan Allah untuk keselamatan

(kemaslahatan atau kemakmuran) umat manusia. Seperti Firman Allah

SWT,dalam surah al-Baqarah ayat 29:

ث ى ع س سبأ ه ى اء فسى إ ٱس خىي ٱسأ عا ث ض ج سأ ا ف ٱلأ هى ٱ ز خك ى

ء ع أ ش ٣٢وهى بى

Artinya:” Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk

kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-

Nya tujuh langit dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.”1

Perkembangan manusia sebagai makhluk hidup tidak pula disamakan

dengan pengaturan makhluk lainnya seperti tumbuhan, hewan, dan lain-

lainnya. Kadang-kadang mungkin mengalami kepunahan. Maka dari itu Allah

menciptakan agar manusia menjadi berpasang-pasangan yaitu dengan cara

melaksanakan perkawinan.

Pernikahan atau perkawinan dalam literatur fiqh berbahasa Arab

disebut dengan dua kata, yaitu nikah ( ىاح ) dan zawaj ( صواج ). Kedua kata ini

1 Al-Qur`an dan Terjemahan, (Bandung: Al-Hambra, 2014), hlm. 5.

2

yang terpakai dalam kehidupan sehari-hari orang Arab dan banyak terdapat

dalam Al-Qur‟an dan Hadis Nabi.2 Perkawinan menurut hukum Islam disebut

dengan istilah nikah dan ziwaaj. Nikah menurut bahasa mempunyai dua arti

yaitu makna sebenarnya (hakikat) dan makna kiasan (majaz). Arti nikah secara

hakikat adalah zam yang berarti menghimpit, menindih, berkumpul. Arti nikah

secara kiasan adalah wata’ yang berarti setubuh atau akad.3 Perkawinan adalah

ikatan lahir batin antar seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri

dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal

berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa.4

Pernikahan dianggap sah apabila sudah memenuhi syarat dan

rukunnya. Rukun nikah adalah bagian dalam pernikahan yang wajib dipenuhi.

Apabila tidak terpenuhi pada saat berlangsungnya pernikahan tersebut, maka

pernikahan tersebut dianggap batal. Dalam Kompilasi Hukum Islam (pasal

14), rukun nikah terdiri atas lima macam, yaitu adanya: calon suami, calon

istri, wali nikah, dua orang saksi dan ijab kabul.

Perkawinan adalah suatu akad atau perikatan untuk menghalalkan

hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan, masing-masing memiliki

tanggung jawab sesuai dengan fungsi dan tugasnya, dalam rangka

2Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Cet. Ke-1, (Jakarta: Putra

Grafika, 2006), hlm. 35. 3Mawardi Muzamil, HukumPerkawinan Islam, cet ke-1, (Semarang: Unissula Press,

2006), hlm. 1. 4Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan , Pasal 1.

3

mewujudkan kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi rasa ketentraman

serta kasih sayang dengan cara yang diridhoi Allah swt.5

Tujuan perkawinan menurut agama Islam ialah untuk memenuhi

petunjuk agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera

dan bahagia. Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban anggota

keluarga, sejahtera artinya terciptanya ketenangan lahir batin, sehingga

timbullah kebahagiaan, yakni kasih sayang antar anggota keluarga.

Menurut sebagian ulama Hanafiah, “Nikah adalah akad yang

memberikan faedah (mengakibatkan) kepemilikan untuk bersenang-senang

secara sadar (sengaja) bagi seorang pria dengan seorang wanita, terutama

guna mendapatkan kenikmatan biologis”. Sedangkan menurut madzhab

Maliki, nikah adalah sebuah ungkapan (sebutan) titel bagi suatu akad yang

dilaksanakan dan dimaksudkan untuk meraih kenikmatan (seksual) semata-

mata.” Oleh mazhab Syafi‟iah, nikah dirumuskan dengan “akad yang

menjamin kepemilikan (untuk) bersetubuh dengan menggunakan redaksi

(lafal) “inkah atau tajwij; atau turunan makna dari keduanya.” Sedangkan

ulama hambali mendefinisikan nikah dengan “akad yang dilakukan dengan

menggunakan kata inkah atau tajwij guna mendapatkan kesenangan”.6

Kebutuhan manusia dalam bentuk nafsu syahwat ini sudah menjadi

fitrah manusia dan makhluk lainnya. Oleh karena itu, perlu disalurkan pada

proporsi yang tepat dan sah sesuai derajat kemanusiaan. Pada saat-saat

5 Baharuddin Ahmad, Hukum Perkawinan Di Indonesia, (Cirebon: Nusa Litera Inspirasi,

2018), hlm. 21. 6 Muhammad Amin Suma , Hukum Keluarga Islam Di Dunia Islam, (Jakarta: PT Raja

Grapindo Persada,2005), hlm.45.

4

tertentu kebutuhan batin (kebutuhan biologis) ini dapat menagih, seperti

halnya kelaparan yang hebat. Dalam penyaluran seks, tiada jalan lain kecuali

melalui perkawinan

Pada pernikahan umumnya jika seorang lelaki dan seorang perempuan

melakukan pernikahan dalam hukum islam secara benar dengan mengikuti

rukun dan syarat sah yang telah ditetapkan dalam syariat islam maka

bahwasanya pekawinan itu ialah akad yang ditetapkan syara` untuk

diperbolehkan bersenang-senang antara mempelai laki-laki dengan mempelai

perempuan telah dihalalkannya bersenang-senangnya perempuan dengan

laki-laki tersebut yang telah menikah.7

Pernikahan atau perkawinan dalam literatur fiqh berbahasa Arab

disebut dengan dua kata, yaitu nikah ( ىاح ) dan zawaj ( صواج ). Kedua kata

ini yang terpakai dalam kehidupan sehari-hari orang Arab dan banyak

terdapat dalam Al-Qur‟an dan Hadis Nabi.8 Perkawinan menurut hukum

Islam disebut dengan istilah nikah dan ziwaaj. Nikah menurut bahasa

mempunyai dua arti yaitu makna sebenarnya (hakikat) dan makna kiasan

(majaz). Arti nikah secara hakikat adalah zam yang berarti menghimpit,

menindih, berkumpul. Arti nikah secara kiasan adalah wata’ yang berarti

setubuh atau akad.9 Perkawinan adalah ikatan lahir batin antar seorang pria

dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk

7

Ghozali, Abdul Rahman, “Fiqh Munakahat”, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group,2010), hlm 8. 8Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Cet. Ke-1, (Jakarta: Putra

Grafika, 2006), hlm. 35. 9Mawardi Muzamil, HukumPerkawinan Islam, cet ke-1, (Semarang: Unissula Press,

2006), hlm. 1.

5

keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang

Maha Esa.10

Perkawinan yang terjadi di Desa Teluk bahwasanya seorang laki-laki

dan seorang wanita yang telah melakukan akad nikah tetapi belum melakukan

peresmian (walimatul ursy) tidak tinggal dalam satu rumah dan tidak

melakukan hubungan biologis. Tradisi semacam ini telah dilakukan oleh para

leluhur mereka sejak dahulu, sampai sekarang tradisi seperti ini masih ada

dan disebut dengan istilah Kawin Tinggal.11

Peresmian atau walimatul ursy merupakan suatu penyajian sajian

makanan sekaligus sajian hiburan yang bertujuan untuk mensyiarkan bahwa

telah terjadinya suatu akad antara laki-laki dan wanita. Jumhur Ulama

berpandapat bahwa walimah merupakan amalan sunnah bukan wajib. Di desa

Teluk peresmian atau walimatul ursy ini dilakukan dengan jarak cukup lama

dari kurun waktu berbulan-bulan bahkan ada yang sampai bertahun-tahun

lamanya.

Faktor utama dilangsungkannya perkawinan ialah karena hubungan

badan. Selanjutnya, pada umumnya dapat dikatakan bahwa hal persetubuhan

menjadi pendorong penting untuk hidup bersama tadi, dengan maksud

mendapatkan anak keturunan ataupun hanya untuk hawa nafsu belaka. Jadi,

jelaslah bahwa faktor yang satu ini sangat mempengaruhi manusia disamping

faktor-faktor lain untuk melakukan perkawinan.

10

Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan , Pasal 1.

11

Wawancara dengan Abdul Somad, Kepala Desa Teluk, Rabu 20 Januari 2021.

6

Dilihat dari faktor maupun tujuan perkawinan ialah untuk

menyalurkan hawa nafsu pada tempat yang telah dihalalkan baik laki-laki

maupun wanita. Dalam menjalani Tradisi Kawin Tinggal untuk melakukan

hubungan badan akan dilakukan ketika sudah melakukan peresmian atau

walimatul ursy. Adapun waktu yang seharusnya sudah bersenang-senang

antara suami dan istri tersebut belum juga terlaksanakan lantaran belum

melakukan peresmian atau walimatul ursy.

Pelaksanaan yang ditunda berbulan-bulan bahkan ada yang bertahun

lamanya dalam menjalani Tradisi Kawin Tinggal tersebut maka timbul pro

dan kontra pada fenomena sosial yang terjadi pada masyarakat sehingga

timbul dampak dalam pelaksanaannya. Dalam menjalani tradisi kawin tinggal

untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinnah, mawaddah, dan

rahmah sudah tentu belum bisa diwujudkan karena hak dan kewajiban antara

suami dan istri belum terlaksanakan. Permasalahan yang timbul ketika masa

kawin tinggal bahkan sampai perceraian.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun merasa tertarik

untuk mengkaji lebih mendalam tentang, “Tradisi Kawin Tinggal Menurut

Hukum Adat Ditinjau Dari Hukum Islam (Studi Kasus Desa Teluk

Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari).” Hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberikan penjelasan yang benar tentang kawin tinggal

dalam pandangan Islam.

7

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Penerapan Tradisi Kawin Tinggal Menurut Hukum Adat di

Desa Teluk Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari?

2. Bagaimana Dampak Tradisi Kawin Tinggal Menurut Hukum Adat di Desa

Teluk Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari?

3. Bagaimana Upaya Terhadap Tradisi Kawin Tinggal Menurut Hukum Adat

di Desa Teluk Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari?

C. Batasan Masalah

Dengan bertitik tolak dari latar belakang permasalahan yang telah

teruraikan di atas dan judul yang sudah ditetapkan. Pada tahun 2019 dan

2020 di desa Teluk jumlah yang melakukan tradisi kawin tinggal sebanyak 12

orang dari 44 orang yang melangsungkan pernikahan tanpa kawin tinggal.

Maka peneliti membatasi penelitian dengan 4 orang pelaku yang melakukan

tradisi kawin tinggal. Supaya penelitian dapat menghindari kesimpangsiuran

dalam melakukan penelitian ini dan agar penelitian ini lebih mendalam maka

ada baiknya ditetapkan batasan masalah dengan demikian masalah hanya

dibatasi mengenai Tradisi Kawin Tinggal Menurut Hukum Adat Ditinjau Dari

Hukum Islam (Studi Kasus Desa Teluk, Kecamatan Pemayung, Kabupaten

Batanghari

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin penulis capai melalui penelitian tersebut adalah

sebagai berikut:

8

a. Untuk mengetahui penerapan Tradisi Kawin Tinggal Menurut Hukum

Adat di Desa Teluk Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari

b. Untuk mengetahui dampak Tradisi Kawin Tinggal Menurut Hukum

Adat di Desa Teluk Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari

c. Untuk mengetahui upaya terhadap Tradisi Kawin Tinggal Menurut

Hukum Adat di Desa Teluk Kecamatan Pemayung Kabupaten

Batanghari?

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Akademis

1) Hasil dari penelitian ini sebagai pemberian bekal pengetahuan yang

diharapkan membantu melibatkan pemikiran di dunia pendidikan.

2) Hasil dari penelitian ini semoga kelak bahan untuk meyebarluaskan

penelitian ini lebih mendalam agar sumbangsih penerapan

pengetahuan masyarakat terhadap aturan hukum adat.

3) Sebagai pelengkapan persyaratan gelar Sarjana Hukum pada Prodi

Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

b. Kegunaan Praktis

1) Semoga berfungsi untuk petunjuk pemikiran bagi pengaplikasian

aturan hukum untuk pengetahuan sosial atau masyarakat

2) Hasil dari penelitian ini mempersembahkan penjelasan secara detail

tentang Tradisi Kawin Tinggal ditinjau Dari Hukum Islam (Studi

Kasus Desa Teluk, Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batanghari)

9

E. Kerangka Teori

1) Adat

Terma adat dari bahasa Arab “Adah” atau “Urf” yang berarti

kebiasaan atau perbuatan yang berulang-ulang. Adat diartikan sebagai

kebiasaan yang menurut asumsi masyarakat telah terbentuk baik sebelum

maupun sesudah adanya masyarakat yang beradanya ditentukan oleh Tuhan.

Adat yang berarti kebiasaan merupakan perilaku masyarakat yang selalu

terjadi. Kebiasaan dalam arti adat adalah kebiasaan normatif yang tetap

berwujud aturan tingkah laku yang berlaku di dalam masyarakat dan

dipertahankan masyarakat.12

Dalam sebuah kaidah fiqh yakni ك ح ة ي ة ا نع اد yang berarti adat

kebiasaan bisa dijadikan hukum. Menurut Al-Jurjani yang dijelaskan oleh

Muzakir Educational-„adah ialah sesuatu(perbuatan/perkataan) yang terus

menerus dilakukan oleh manusia, karena dapat diterima oleh akal, dan

manusia mengulang-ulanginya terus menerus.

Selain pendapat Al-Jurjani Mudzakir Education juga mengutip

pendapat Abdul Wahab Khalaf yang menurutnya al-„urf ialah sesuatu yang

telah diketahui oleh orang banyak dan dikerjakan oleh mereka, dari:

perkataan,perbuatan atau sesuatu yang ditinggalkan. Hal ini dinamakan pula

dengan al-„aadah. Dan dalam bahasa ahli syara‟ tidak ada perbedaan antara

al-„urf dan al-„aadah.

12

Siti Hapsah, Hukum Adat, (Yogyakarta: UII Press, 2018), hlm.10.

10

Mengenai persoalan adat ini Prof. Dr. H. Satria Effendi dan M.

Zein, M.A menjelaskan pada dasarnya, syari‟at Islam dari masa awal

banyak menampung dan mengakui adat atau tradisi yang baik dalam

masyarakat selama tradisi itu tidak bertentangan dengan Al-Qur‟an dan As-

Sunnah.13

2) Living Law

Teori living law ini di dalam perkembangan hukum tidak terletak

pada undang-undang, putusan hakim, atau ilmu hukum, tetapi pada

masyarakat itu sendiri. Ehrlich menamakan hukum yang hidup itu sebagai

rechtsnormen (norma-norma hukum). Hukum sebagai kaidah seyogyanya

harus diolah menuju kepada hukum yang dinamis, optimal untuk

mewujudkan keadilan dengan legitimasi yang berorientasi pada asas-asas

hukum dan nilai hukum, sesuai dengan living law di masyarakat.14

H. Ishak dalam bukunya metode penelitian hukum mengambil

penjelasan sudarto, dalam hukum yang demikian merupakan suatu yang

harus diwujudkan untuk mencapai keadilan dan legitimasi menuju hukum

yang optimal, yang berorientasi pada nilai-nilai dan asas-asas hukum

sebagai ukuran untuk teori dan praktik hukum.15

F. Tinjauan Pustaka

Untuk mendukung penelitian yang lebih integral seperti yang

dijelaskan oleh penulis diatas maka latar belakang masalah yang tersusun

13

H. Satria Effendi, M. Zein, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2005), hlm. 156. 14

H. Ishaq, Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Alfabeta, 2017), Hlm. 220. 15

Ibid

11

berusaha untuk melakukan analisis lebih awal terhadap pustaka atau karya-

karya yang lebih awal terhadap topik yang akan diteliti.

Skripsi oleh Aminah Tuzuria tahun 2019 yang berjudul “Tradisi

Arisan Walimah Urus Perkawinan Di Desa Panti Kecamatan Sarolangun

Kabupaten Sarolangun Ditinjau Dari Hukum Islam”. Skripsi ini

menyimpulkan kasus terjadi di Desa Panti, terdapat beberapa cara

mengadakan arisan walimah urus yang menggunakan adat sumbangan dalam

hajatan pada pesta perkawinan. Skripsi ini menyimpulkan hukum adat

adalah boleh (Mubah), dan jangan sampai adat tersebut disalahgunakan,

karena jika adat tersebut disalahgunakan, karena jika adat tersebut tidak

terlaksanakan sesuai dengan ketentuan adat maka adat tersebut akan banyak

menimbulkan kemudharatan.16

Skripsi oleh Endah Aryani tahun 2019 yang berjudul” Tinjauan

Hukum Islam Terhadap Tradisi Langkahan Menurut Adat Desa Muara

Cuban Kecamatan Batang Asai Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi”

Skripsi ini membahas proses langkahan pelaksanaan tradisi perkawinan

keluarga mempelai wanita jika memiliki saudara yang lebih tua darinya maka

kakak mempelai wanita tersebut meminta sejumlah permintaan yang cukup

memberatkan pihak mempelai laki-laki. Kesimpulan dari penelitian ini adalah

bahwa adat tersebut tidak berjalan lurus dengan aturan hukum Islam karena

menghalang bagi orang yang akan melaksanakan perintah Allah SWT yang

16

Aminah Tuzzuria,Tradisi Arisan Walimah Urus Perkawinan Di Desa Panti Kecamatan

Sarolangun Ditinjau Dari Hukum Islam”, Skripsi Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi , (2019).

12

lebih baik disegerakan bahkan dapat menjadi faktor gagalnya perkawinan

sedangkan Allah SWT menyerukan umatnya untuk segera menikah karena

menikah itu ibadah.17

Skripsi oleh Maulana Yahya tahun 2019 yang berjudul “Tradisi

Pernikahan Mattudang Penni Suku Bugis Ditinjau Dari Hukum Islan (Studi

Kasus Di Kelurahan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur).

Skripsi ini membahas tentang upacara kebiasaan yang dilakukan di malam

hari ketika sebelum kedatangan mempelai wanita dan duduk bersanding

untuk walimatul urus. Kebiasaan ini merupakan rangkaian kegiatan kebiasaan

terdahulu dan diikuti hingga sekarang di kelurahan Nipah Panjang. Adapun

kesimpulan dari skripsi ini adalah tidak bertentangan dengan syariat karena

kepala adat atau orang yang memimpin dalam menjalani prosesi ini

menggunakan bacaan-bacaan pada prosesi upacara pada malam hari tersebut

yaitu pembacaan berzanzi dan alfatihah.18

Dari beberapa penelitian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

perbedaan dari ketiga penelitian tersebut dengan penelitian penulis adalah

terletak pada masalahnya. Tinjauan pustaka pertama cara mengadakan arisan

walimah urus yang menggunakan adat sumbangan dalam hajatan pada pesta

perkawinan, kedua membahas proses langkahan pelaksanaan tradisi

17

Enda Aryani, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tradisi Langkahan Menurut Adat Desa

Muara Cuban Kecamatan Btang Asai Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi”, Skripsi

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi , (2019).

18

Maulana Yahya, “ Tradisi Pernikahan Matuddang Penni Suku Bugis Ditinjau Dari

Hukum Islam (Studi Kasus Di Kelurahan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur)”,

Skripsi Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, (2019).

13

perkawinan keluarga mempelai wanita jika memiliki saudara yang lebih tua

darinya maka kakak mempelai wanita tersebut meminta sejumlah permintaan

yang cukup memberatkan pihak mempelai laki-laki, tinjauan pustaka penulis

terakhir adalah membahas tentang upacara kebiasaan yang dilakukan di

malam hari ketika sebelum kedatangan mempelai wanita dan duduk

bersanding untuk walimatul urus. Adapun penulis Membuat skripsi berjudul

Tradisi Kawin Tinggal Menurut Hukum Adat Ditinjau Dari Hukum Islam.

Ketiga skripsi diatas sama-sama membahas tradisi pernikahan namun dilihat

dari tempat penelitian dan permasalahan dalam penelitian juga berbeda.

14

BAB II

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ialah pendekatan secara garis besar berfungsi pada

penghimpunan data dan pengkajian data yang bertujuan dalam pengefektifan.

Dapat diartikan juga upaya dalam menyempurnakan atau merampungkan proses

penyelesaian langkah penelitian Adapun penelitian merupakan langkah untuk

mengetahui kejadian nyata dan, pedoman kritis, sabar dan tersusun untuk

memdapatkan fakta yang terkait didalamnya. Adapun penulisan skripsi ini,

penulis akan menggunakan beberapa metode, yaitu:

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Teluk, Kecamatan Pemayung,

Kabupaten Batanghari.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian yang dilakukan oleh penulis selama 7 bulan,

mulai dari Agustus 2020 sampai februari 2021.

B. Jenis Penelitian Dan Pendekatan

1. Jenis Penelitian

Penelitiaan disini menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu

dengan menggunakan analisa isi, dengan cara menguraikan dan

mendeskripsikan isi dari putusan yang penulis dapatkan, kemudian

menghubungkan dengan masalah yang diajukan sehingga dapat

15

menemukan kesimpulan yang objektif, logis, konsisten, dan sistematis

sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dalam penulisan skripsi ini.

2. Pendekatan Penelitian

pendekatan yang dinakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah

pendekatan penelitian Sosial Normatif. Pendekatan penelitian sangat perlu

digunakan dalam penyelesaian yang bertujuan dalam mendeteksi petunjuk

yang berada dalam lingkungan kehidupan bermasyarakat dalam

melaksanakan aturan hukum yang berlaku.19

Dan peneliti membutuhkan

penelitian masalah berkeinginan untuk memahami secara mendetail pada

suatu individu, kelompok, lembaga, kehidupan sosial dengan alasan atau

dorongan, limitasi, komponen-komponen atau hubungan masyarakat

dalam berkehidupan sosial.20

C. Jenis dan Sumber Data

Sumber yang didapatkan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah

data primer dan data sekunder. Data Primer, yaitu pengumpulan data-data

yang diperlukan oleh penulis dengan cara mendapatkan data-data

langsung ke lapangan dikumpulkan secara individu peneliti . Jadi, semua

keterangan untuk pertama kalinya dicatat oleh peneliti. Adapun data-data

yang diperlukan benar-benar belum pernah ditemukan oleh peneliti

sebelumnya.21

19

Noor Muhammad Aziz, “Urgensi Penelitian dan Pengkajian Hukum dalam Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan,” Jurnal RechtsVinding BPHN, Vol. 1 No. 1, (Januari-April

2012), hlm. 19. 20

Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), hlm. 13. 21

Ibid, hlm.14.

16

Adapun data primer yang didapatkan penulis adalah sebagai

berikut:

1) Kepala Desa

2) Tokoh Adat

3) Tokoh Agama

4) Pelaku

Sedangkan data sekunder diperlukan dan didapatkan berdasarkan

muatan dari jurnal, buku, dan literatur yang saling berkesinambungan

permasalahan penelitian. Data sekunder ini hanya dibutuhkan sebagai

tambahan atau kontibuktif data primer.

D. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang berfungsi dalam

akumulasi data dan kebenaran dalam melakukan penelitian. Untuk penelitian

kualitatif, alat yang diperlukan ialah individu peneliti tersebut. Instrumen

pengumpulan data tergolong dalam pengelompokkan cara akumulasi data

yang diperlukan dalam menanggapi rumusan masalah penelitian. Peneliti

melakukan penelitian lapangan diperlukan penulis mengaplikasikan tiga

instrumen data, berupa penulis melakukan analisis data, selanjutnya

melakukan pengumpulan data dengan wawancara, dan penulis melakukan

pengumpulan data dengan menyatukan dokumentasi yang telah didapatkan.

a. Wawancara

Wawancara merupakan cara interaksi antara dua orang,

mengkaitkan seseorang yang ingin mendapatkan keterangan dari seseorang

17

lainnya dengan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan

maksud tertentu. Wawancara terbagi menjadi 2 bagian yaitu wawancara

tak terstruktur dan wawancara terstruktur.

Adapun wawancara yang dilaksanakan dalam penelitian ini akan

dipusatkan beberapa narasumber sebagai berikut:

1) Kepala desa

2) Tokoh Adat

3) Tokoh Agama

4) Pelaku

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah instrumen dalam mengakumulasi data

penelitian kualitatif. Dokumentasi yang didapatkan penulis dalam

penelitian data sekunder didapatkan dari salinan berkas yang ada di kantor

Desa Teluk diharapkan dokumen menjadi mendukung data primer

peneliti.

E. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan teknik analisis data

versi Miles dan Huberman sebagai berikut:

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk

itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci, untuk itu perlu segera

dilakukan analisis data melalui reduksi data yang berarti merangkum dan

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan membuang yang tidak

18

perlu.22

Reduksi data atau data reduction dapat diartikan sebagai proses

pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan

transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan lapangan.

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan

menggolongkan, mengkategorisasikan, mengarahkan, membuang data

yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga

akhirnya data yang terkumpul dapat diverifikasi.

b. Penyajian data (Data Display)

Penyajian data atau data display adalah pendeskripsian sekumpulan

informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dapat juga

berbentuk matriks, grafik, jaringan , dan bagan. Semuanya dirancang guma

meggabungkan informasi tersusun dalam benuk yang padu dan mudah

dipahami.

c. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)

Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan kegiatan di akhir

penelitian kualitatif. Peneliti harus sampai pada kesimpulan dan

melakukan verifikasi, baik dari segi makna maupun kebenaran kesimpulan

yang disepakati oleh subjek tempat penelitian itu dilaksanakan.

F. Sistematika Penulisan

Penyusunan skripsi ini terbagi menjadi lima bab, setiap bab terdiri dari

beberapa sub-sub yang membahas permasalaham-permasalahan tersendiri

22

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D),

(Bandung: Alfabeta, 2016), hlm. 338.

19

tetapi tetap saling berkaitan. Hasil penelitian diperoleh dari setelah

melaksanakan penelitian analisis, kemudian disusun dalam betuk laporan

akhir dengan sistematika penulisan sebagai berikut.

Bab pertama, berisi tentang pendahuluan yang membahas mengenai

latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dak

kegunaan penelitian, kerangka teori, dan tinjauan pustaka.

Bab kedua, berisi tentang metode penelitian yang membahas

mengenai lokasi penelitian, jenis dan pendekatan penelitian, jenis dan sumber

data, instrumen pengumpulan data, analisis data, sistematika penulisan, dan

jadwal penelitian.

Bab ketiga, berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian yang

membahas mengenai historis atau sejarah desa teluk, aspek geografis, aspek

demografis, dan aspek pemerintahan.

Bab keempat, berisi tentang pembahasan dan hasil penelitian yang

membahas mengenai Tradisi Kawin Tinggal Menurut Hukum Adat ditinjau

Dari Hukum islam di Desa Teluk, Kecamatan Pemayung, Kabupaten

Batanghari

Bab kelima, berisi tentang penutup yang memuat kesimpulannya dan

juga disertai dengan saran.

20

G. Jadwal Penelitian

Untuk mempermudah langkah-langkah dalam penelitian ini maka

penulis menyusun jadwal sebagai berikut:

Tabel 1Jadwal Penelitian

No Kegiatan TAHUN 2020-2021

Agustus November Januari Februari Maret April Mei

1 2 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 1

1

Pengajuan

Judul

X

2

Pembuatan

Proposal

X

3

Penunjukkan

Dosen

Pembimbing

X

4

Keluar Jadwal

Seminar

X

5

Ujian Seminar

Proposal

X

6

Pengesahan

Judul

X

7

SuratIzin Riset X

8

Pengumpulan

Data

X

9

Pengelolaan

dan Analisis

X

10

Bimbingan

dan Perbaikan

Skripsi

X

11

Agenda dan

Ujian Skripsi

X

12

Perbaikan dan

Penjilidan

X X

21

BAB III

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah dan Letak Gegrafis Desa Teluk

1. Sejarah Desa Teluk

Desa Teluk merupakan sebutan sebuah desa di tepian sungai besar

di Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari yang berada didaerah

bantaran sungai Batanghari, dan menurut sejarah desa Teluk berdiri kurang

lebih pada abad 18 masehi, dan termasuk salah satu desa yang tertua

dikabupaten Batanghari, pada awal mulanya desa Teluk disebut Kampong

Kembang Taring, yang penduduknya aslinya adalah 100% suku melayu

Jambi dan secara wilayah pemukiman penduduk yaitu wilayah hulu

disebut Tanjung Rambahan dan wilayah hilir disebut desa Teluk.

Pada era itu desa Kembang Taring banyak mengalami kejadian-

kejadian dan peristiwa-peristiwa teragis yang menimpa masyarakatnya,

dan khawatir hal-hal tersebut akan terus berulang akhirnya para sesepuh

desa saat itu sepakat berembuk (musyawarah) tentunya banyak

pertentangan yang terjadi dalam menentukan keputusan perubahan nama

desa pada rembuk itu namun dengan mempertimbangkan banyak hal dan

khususnya tentang bagaimana masyarakat desa ini kedepannya agar tidak

terjadi hal-hal yang tidak diinginkan atau marabahaya pada masyarakat

akhirnya ditetapkanlah satu kesepakatan untuk mengubah nama desa yaitu

dari Kembang Taring ke desa Teluk.

22

2. Letak Geografis Desa Teluk

1) Batas Wilayah

Desa Teluk memiliki luas wilayah 8.838.00 Ha dengan memiliki

batasan-batasan wilaya-wilayah sebagai berikut:

1) Sebelah Utara berbatasan langsung dengan Sungai Batang Hari

2) Sebelah Selatan berbatasan langsung dengan Olak Rambahan

3) Sebelah Timur berbatasan langsung dengan Rantau Majo/Tantan

4) Sebelah Barat berbatasan langsung dengan Olak Rambahan

5) Batasan wilayah di atas merupakan penetapan batas dan peta wilayah

berdasarkan hukum perdes No.12 Tahun 2013

Tabel 223

Batas Wilayah Desa Teluk

Batas Wilayah Desa/ Kelurahan Kecamatan

Sebelah utara Sungai Batang Hari Sekernan

Sebelah selatan Olak Rambahan Jambi Luar Kota

Sebelah timur Rantau Majo/ Tantan Sekernan

Sebelah Olak Rambahan Maro Sebo Ilir

23

Buku Laporan Tahunan Kantor Desa Teluk, tahun 2020, hlm 5.

23

Tabel 324

Penggunaan Lahan Desa Teluk

Penggunaan Luas wilayah

Tanah Persawahan 398,00 Ha

Tanah Kering 1.715,00 Ha

Tanah Basah 110,00 Ha

Tanah Perkebunan 6.581,00 Ha

Tanah Fasilitas Umum 34,00 Ha

Tanah Hutan 0,00 Ha

Total Luas 8.838,00 Ha

2) Iklim

Iklim adalah kebiasaan dan karakter cuaca yang terjadi di suatu

tempat atau daerah. Kurun waktu yang menjadi acuan penentuan iklim

rata-rata berdurasi 30 tahun. Iklim Desa Teluk Kecamatan Pemayung

Kabupaten Batanghari sebagaimana Desa-desa lain diwilayah Indonesia

mempunyai iklim kemarau dan penghujan, hal tersebut mempunyai

pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di Desa Teluk

Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari.

B. Keadaan Demografis Potensi dan Ekonomi Masyarakat Desa Teluk

1. Kondisi Demografi

Penduduk merupakan salah satu syarat untuk berdirinya suatu

Negara, Desa atau Kampung,tanpa adanya penduduk maka Negara, Desa

24

Ibid, hlm. 7.

24

ataupun Negara tidak akan bisa berdiri. Oleh karena itu penduduk

merupakan komponen penting untuk suatu wilayah.

Pemerintahan Desa Teluk Kecamatan Pemayung Kabupaten

Batanghari dipimpin oleh seorang kepala Desa dan dibantu oleh pejabat

desa lainnya.

Tabel 425

Keadaan Demografis Desa Teluk

NO UMUR LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 0-9 Tahun 105 122 227

2 10-19 Tahun 88 65 153

3 20-29 Tahun 122 108 230

4 30- 39 Tahun 102 125 227

5 40-49 Tahun 164 140 204

6 50 –ke atas 57 63 140

2. Potensi Alam dan Penghasilan

Potensi adalah segala sesuatu sumber daya baik yang bisa

diperbaharui maupun sesuatu yang tidak dapat menghasilkan yang lain.

Desa Teluk Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari Memiliki

potensi yang sangat besar, baik dari sumber daya manusia maupun sumber

daya alam. Sampai saat ini potensi sumber daya belum benar-benar

optimal di berdayakan. Hal ini terjadi dikarenakan belum teratasinya

25

Ibid, hlm. 12.

25

hambatan-hambatan yang ada. Berikut beberapa potensi dan hambatan

yang ada 26

a. Sumber daya Alam

1) Lahan pertanian di Desa Teluk Kecamatan Pemayung Kabupaten

Batanghari terutama lahan persawahan yang masih dapat

ditingkatkan produktifitasnya karena saat ini belum dikerjakan

secara optimal.

2) Lahan pekarangan di Desa Teluk Kecamatan Pemayung Kabupaten

Batanghari yang subur, belum dikelola secara maksimal.

3) Banyaknya lahan di Desa Teluk Kecamatan Pemayung Kabupaten

Batanghari bila dikelola dengan baik dapat meningkatkan

perekekonomian masyarakat dan menyerap tenaga kerja

4) Luasnya lahan perkebunan karet dan kelapa sawit milik penduduk

yang masih produktif dan sangat memungkinkan lagi untuk

dikembangkan.

5) Wilayah Desa cukup potensial untuk mengembangkan untuk

beternak Kerbau, Sapi atau Kambing karena sangat bagus dalam hal

makanan pokok ternak di ambil dari lahan perkebunan warga yang

ada.

6) Peternakan masih sebagai usaha sampingan bagi warga masyarakat

Desa Teluk, hal ini bisa dilihat dari jumlah warga yang mempunyai

ternak.

26

Ibid, hlm. 14.

26

7) Desa Teluk Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari juga

berpotensi untuk mengembangkan usaha budidaya perikanan air

tawar seperti Ikan Nila, Ikan Emas, Ikan Gurami, lele Jumbo dan

Patin.

8) Desa Teluk Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari sedikit

terdapat cadangan bahan tambang galian, seperti pasir dan batu

kerikil.27

b. Sumber daya manusia

Jumlah penduduk yang tergolong usia produktif cukup tinggi,

serta angkatan kerja yang belum dapat di andalkan oleh karena belum

adanya keterampilan.

1) Kepadatan penduduk relatif jauh dari kepadatan

2) Dalam pendidikan jumlah penduduk masih kurang

3) Kemampuan bertani yang diturunkan orangtua kepada anak sejak

dulu.

4) Hubungan yang kondusif antara Kepala Desa, Lembaga Desa dan

masyarakat.

5) Kurangnya Kader Kesehatan, terutama di posyandu.

6) Antar Agama saling rukun dan damai

3. Ekonomi Masyarakat Desa Teluk

Tingkat laju pertumuhan penduduk sangat berpengaruh pada laju

pertumbuhan ekonomi yang ada, dan mempengaruhi pendapatan perkapita.

27

Ibid, hlm. 15.

27

Mata pencarian adalah sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia guna

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Oleh karena manusia harus

bekerja keras agar menghasilkan pendapatan yang akan digunakan.untuk

manusia harus berusa semaksimal mungkin karena mata pencarian

merupakan sarana mutlak.

Masyarakat Desa Teluk Kecamatan Pemayung Kabupaten

Batanghari, memiliki pengetahuan dan profesi yang berbeda-beda antara

satu dengan lainnya. Adapun mata pencarian sebagian besar masyarakat

Desa Teluk Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari adalah bekerja

sebagai petani. Disamping bekerja sebagai seorang petani masyarakat

Desa Teluk Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari ada juga

berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), Peternak, wirausaha,

tukang bangunan, dan buruh. Hal ini dkarenakan kondisi tempat

lingkungan berada pada daerah perkebunan karet, pinggiran sungai, lahan

pertanian dan hutan-hutan memaksa penduduknya hidup dari hasil

pertanian dan perkebunan.

Tabel 528

Penduduk Menurut Profesi Maupun Pekerjaannya

Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan

Petani 338 106

Buruh tani 1 0

Pegawai Negeri Sipil 12 7

Perawat Swasta 0 1

28

Ibid. hlm. 20.

28

Bidan Swasta 0 1

Guru Swasta 4 5

Tukang Kayu 1 0

Asisten Rumah Tangga 0 1

Karyawan Swasta 5 0

Wiraswasta 18 3

Belum Bekerja 78 56

Pelajar 216 188

Ibu Rumah Tangga 2 244

Perangkat Desa 2 0

Buruh Harian Lepas 2 0

Buruh Penginapan/ Buruh Usaha

Hotel

1 0

Jasa Pengobatan Alternatif 0 1

Karyawan Honorer 3 4

Pialang 1 0

Jumlah Total Penduduk 1.301 Orang

C. Agama dan Pendidikan Masyarakat Desa Teluk

1. Agama Masyarakat Desa Teluk

Dalam kehidupan manusia sehari-hari dalam setiap waktunya tidak

akan terlepas dari hubungan hamba kepada sang penciptanya. Maka dari

itu harus ada keserasian antara keduanya dalam menyeimbangkan antara

29

kehidupan dunia baik antar manusia dengan manusia dan manusia kepada

sang pencipta. Manusia merupakan Makhluk tuhan yang sama kedudukan

dan martabat yang sama dihadapannya.

Manusia mempuyai hak untuk memeluk agama yang sesuai dengan

kepercayaan dan keyakinan pemeluknya. Dari jumlah yang ada di Desa

Teluk Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari ini, Semuanya

memeluk agama Islam. Sikap masyarakat setempat telah menujukkan serta

menampakkan ajaran dan nilai-nilai ajaran Islam itu terlihat pada cara

penampilan. serta disaat suara adzhan banyak diantara mereka melakukan

sholat berjamaah dimasjid. Setelah menunaikan ibadah sholat mereka

bekerja kembali untuk mencari rezeki agar bisa bertahan hidup.

Tabel 629

Keadaan Agama Masyarakat Desa Teluk

No Agama Jumlah

Laki-laki

Jumlah

perempuan

Jumlah

1 Islam 684 617 1.301

2 Kristen - - -

3 Katolik - - -

4 Hindu - - -

5 Buddha - - -

6 Kong Hu Cu - - -

29

Ibid, hlm. 23.

30

2. Keadaan Pendidikan Masyarakat Desa Teluk

Diatas penulis sudah menguraikan bahwa masyarakat Desa Teluk

Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari Mayoritas memeluk agama

Islam dan masih berpegang teguh terhadap norma-norma dilingkungan

tersebut. Desa ini mayoritas menyelesaikan pendidikan hanya sebatas

sekolah dasar (SD)

Tabel 730

Riwayat Pendidikan Mayarakat Desa Teluk

30

Ibid, hlm. 24.

Tingkatan Pendidikan Laki-laki Perempuan

Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 7 11

Usia 3-6 tahun yang sudah TK 53 46

Usia 7-18 tahun yang tidak pernah

sekolah

51 73

Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 106 98

Usia 18-56 tahun tidak pernah sekolah 11 14

Usia 18-56 tahun pernah sd tapi tidak

tamat

93 132

Tamat SD /sederajat 117 87

Usia 12-56 tahun tidak tamat SLTP 51 72

Usia 18-56 tahun tidak tamat SLTA 51 72

Tamat SMP/sederajat 57 46

Tamat SMA/sederajat 82 25

31

D. Pemerintahan dan Visi Misi Desa Teluk

1) Pemerintahan Desa Teluk

Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan

dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa yang

dibantu dengan perangkat Desa sebagai unsur penyelenggaraan

pemerintahan Desa. Badan permusyawaratan Desa atau yang disebut

dengan nama lain adalah lembaga yang melaksanakan fungsi

pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa

berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.

Tabel 831

Pejabat Desa atau Perangkat Desa Teluk

NO NAMA JABATAN

1 ABDUL SOMAD KEPALA DESA

2 MUHAMMAD YUSUF SEKDES

3 SURIYANSYAH, A.Md KASI PEMERINTAHAN

4 MUHAMMAD KASI KESRA

31

Ibid, hlm. 27.

Tamat D-1/sederajat 0 2

Tamat D-2/sederajat 3 1

Tamat D-3/sederajat 2 4

Tamat S-1/sederajat 18 14

Jumlah Total 1.399 orang

32

5 SITI RAHMATULLAH, SH KAUR UMUM DAN

PEMBANGUNAN

6 ALFIAN, S.pd KAUR KEUANGAN

7 SYAKRONI BENDAHARA

2) Visi dan Misi Desa Teluk

Berdasarkan perkembangan situasi dan kondisi Desa Teluk

Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari saat ini, dan terkait

Penyusunan misi di desa Teluk Kecamatan Pemayung Kabupaten

Batanghari ini dilakukan dengan pendekatan partisipasi, melibatkan

pihak-pihak yang berkepentingan di Desa Teluk Kecamatan Pemayung

Kabupaten Batanghari seperti pemerintah Desa, BPD, Tokoh Masyarakat,

tokoh agama, lembaga masyarakat desa dan masyarakat desa pada

umumnya. 32

Maka berdasarkan pertimbangan diatas Visi desa Teluk

Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari adalah:

“MAJU, UNGGUL, DAN BERKUALITAS BERLANDASKAN

KETAKWAAN (MUDAH BERKAWAN)”

MAJU, adalah situasi dimana masyarakat Desa Teluk yang mampu

menerapkan Ilmu Pengetahuan Agama dan Pengetahuan Teknologi dalam

mengelolah sumber daya alam dan lingkungan hidup menuju suatu

kehidupan yang lebih baik. Selain sebagaimana dimaksud diatas saya ingin

mengatakan lebih tegas lagi bahwa maju disini adalah prinsip, dimana

dengan prinsip sehingga dapat membuat kondisi hari ini harus lebih baik

32

Ibid, hlm. 30.

33

dari kemarin, maka kita harus giat menambah produktifitas nilai dari apa

yang sudah kita punya dan lakukan berapa menit sebelumnya, walaupun

dalam bentuk yang sederhana mungkin.

UNGGUL, unggul yang maksud disini dinilai dari konsep perkembangan

Desa Teluk kedepan, kami akan berupaya menjadikan Desa Teluk sebagai

desa yang unggul dalam hal pendapatan , unggul dalam kualitas,

pelayanan masyarakat, pembangunan, pembinaan masyarakat, maupun

dalam hal pemberdayaan masyarakatnya sehingga Desa Teluk menjadi

Desa dengan penuh capaian prestasi yang membanggakan33

.

BERKUALITAS, Mutu dan nilai sesuatu atau hasil dari sesuatu yang

kita kerjakan, setiap usaha dan pekerjaan yang dijalankan dengan baik,

dengan niat dan perencanaan dengan baik, proses dan cara yang baik, dan

semua dari faktor pendukung yang baik dengan demikian mudah-mudahan

hasil yang kita peroleh adalah sesuatu yang memiliki mutu yang baik.

Selain perancangan Visi telah dibuat dan diharapkan pula Misi-

Misi yang menjadikan hal perancangan yang harus dilakukan oleh Desa

agar terwujudnya Visi Desa Teluk. Visi terletak diatas misi. Pernyataan

Visi kemudian dirancang ke dalam Misi agar dapat di dijalankan

Penerapan Perancangan Visi. Misipun dalam menggunakan pendekatan

keterlibatan dan kematangan potensi dan kebutuhan Desa Teluk

Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari. Adapun program misi Desa

Teluk antara lain sebagai berikut:

33

Ibid, hlm. 35.

34

1) Mengoptimalkan dan menggali kearifan lokal dalam rangka

meningkatkan ketahanan dan kelestarian nilai-nilai budaya

2) Menciptakan praktek kerukunan yang lebih baik menuju ketaqwaan

3) Meningkatkan penegakkan hukum dan perlindungan terhadap Hak

Asasi Manusia

4) Meningkatkan keamanan dan perlindungan masyarakat yang berbasis

masyarakat

5) Meningkatkan rasa keadilan sosial di kalangan masyarakat berbasis

potensi kearifal lokal

6) Terciptanya kesetaraan dan keadilan gender, perlindungan anak, dan

kelompok disabilitas

7) Optimalisasi peran ulama, Lembaga adat, unsur profesi dan keseluruhan

kelembagaan Desa dalam mendorong pembangunan Desa34

E. Sarana dan Prasarana Desa Teluk

Sarana dan prasarana adalah fasilitas yang terdapat di Desa Teluk

tersebut yang menjadi fasilitas umum masyarakat dan pegawai desa. Sarana

dan sarana Desa Teluk adalah sebagai berikut:

34

Ibid, hlm. 37.

35

Tabel 935

Sarana dan Prasana Desa Teluk

No Fasilitas Kondisi

1 Lapangan Olahraga Bagus

2 Perkantoran Pemerintah Bagus

3 Ruang Publik atau Aula Desa Bagus

4 Tempat Pemakaman Umum Bagus

5 Tempat Pembangunan Sampah Bagus

6 Bangunan Sekolah/Perguruan Tinggi Bagus

7 Pertokoan Bagus

8 Falitas Pasar Bagus

9 Fasilitas olahraga Bagus

10 Jalan Bagus

11 Daerah Tangkap Air Bagus

12 Usaha Perikanan Bagus

13 Aliran Listrik Tegangan Tinggi Bagus

35

Ibid, hlm. 39.

36

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Penerapan Tradisi Kawin Tinggal

Nikah adalah salah satu asas pokok hidup yang paling utama dalam

pergaulan masyarakat yang sempurna. Pernikahan itu bukan saja merupakan

satu jalan yang amat mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan

kerukunan, tetapi juga dapat dipandang sebagai satu jalan menuju pintu

perkenalan antara satu kaum dengan kaum lain, dan perkenalan itu akan

menjadi jalan untuk menyampaikan pertolongan antara satu dengan yang

lainnya.36

Dalam pernikahan terdapat rukun dan syarat perkawinan,

penjabarannya ialah sebagai berikut:

1) Rukun Pernkawinan

Dalam menetapkan rukun perkawinan, maka KHI mengatur

rukun perkawinan dalam Pasal 14 berbunyi sebagai berikut, untuk

melaksanan perkawinan harus ada:

(a) Calon Suami

(b) Calon Isteri

(c) Wali Nikah

(d) Dua orang saksi, dan

(e) Ijab dan qabul.37

36

H. Ilham Rasjid, Fiqh Islam, Cet-43, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), hlm.

374. 37

Ibid, hlm.70.

37

2) Syarat Perkawinan

(a) Calon Suami:

(1) Beragama Islam

(2) Laki-Laki

(3) Jelas orangnya

(4) Dapat memberikan persetujuan

(5) Tidak terdapat halangan perkawinan

(b) Calon istri

(1) Beragama, meskipun Yahudi atau Nasrani

(2) Perempuan

(3) Jelas orangnya

(4) Dapat dimintai persetujuan

(5) Tidak terdapat halangan perkawinan

(c) Wali nikah

(1) Laki-laki

(2) Dewasa

(3) Mempunyai hak perwalian

(4) Tidak terdapat halangan perwaliannya

(d) Dua orang saksi

(1) Minimal dua orang laki-laki

(2) Hadir dalam Ijab dan qabul

(3) Dapat mengerti maksud akaq

(4) Islam, dan

38

(5) Dewasa

(e) Ijab dan qabul

(1) Adanya pernyataan mengawinkan dari wali

(2) Adanya pernyataan penerimaan dari calon suami

(3) Memakai kata-kata nikah, tazwij atau terjemaan dari kedua

kata tersebut

(4) Antara ijab dan qabul bersambungan

(5) Antara ijab dan qabul jelas maksudnya

(6) Orang yang terkait dengan ijab dan qabul tidak sedang ihram

haji atau umrah

(7) Majelis ijab dan qabul harus dihadiri minimum empat orang,

yaitu calon mempelai atau wakilnya, wali dari mempelai

wanita dan dua orang saksi.38

Perkawinan biasanya dilakukan secara bersamaan antara aqad nikah

dengan walimatul ursy‟ (pesta nikah) tetapi ada juga yang melakukan

berjarak antara aqad nikah dengan walimahan. Perkawinan disuatu daerah

pasti memiliki suatu kebiasaan turun temurun dan masih saja dijaga dan

diikuti sampai sekarang. Kebiasan turun temurun tersebut menjadi adat dan

ditaati bagi masyarakat dan adat tersebut pula.

Tradisi perkawinan merupakan suatu kegiatan sebelum maupun

sesudah akad yang akan dilaksanakan sesuai aturan yang berlaku dan

ditaati oleh masyarakat setempat sesuai dengan adat istiadat di daerah

38

Ibid, hlm. 70-71.

39

tertentu yang berasal dari nenek moyang terdahulu dan masih dijaga sampai

sekarang. Tradisi di Indonesia tentulah tidak terhingga jumlahnya. Adapun

tradisi di setiap daerah pasti berbeda. Sesuai dengan kebiasaan turun temurun

nenek moyangnya. Perbedaan tradisi tersebut tentulah didasari karena

pemahaman agama yang berbeda dan adat istiadat di setiap daerah itu sendiri.

Tradisi perkawinan yang biasa disebut masyarakat setempat dengan

istilah Kawin Tinggal merupakan salah satu proses pernikahan yang telah

berlangsung sejak lama disuatu desa di Jambi. Tradisi Kawin tinggal

merupakan salah satu istilah pernikahan di desa Teluk yang dilakukan oleh

seorang perempuan dan seorang laki-laki yang merujuk pada pernikahan yang

tidak tinggal dalam satu atap serta tidak melakukan hubungan badan

walaupun telah melangsungkan akad nikah. Meskipun mengikuti segala

rukun dan syarat-syarat perkawinan dalam Islam. Secara sah menurut hukum

Islam. Tetapi belum melakukan walimahan dalam waktu tertentu, Adapun

istilah masyarakat setempat menyebutnya dengan istilah peresmian.

Peresmian atau walimahan adalah suatu penyajian makanan untuk disajikan

kepada tamu undangan acara pesta dan biasanya diiringi juga dengan alat-alat

musik.39

Adapun yang melakukan Tradisi Kawin Tinggal ini bahkan sampai

bertahun-tahun lamanya. Jarak antara akad (ijab qobul) dan walimatul ursy

Sesuai dengan kesepakatan antara mempelai laki-laki dan mempelai

perempuan. Sedangkan perkawinan dalam Islam setelah melakukan ijab dan

39

Wawancara dengan Abdul Somad, Kepala Desa Teluk, Rabu 20 Januari 2021.

40

qabul maka halalnya seorang laki-laki dan perempuan untuk tinggal dalam

satu atap serta melakukan hubungan badan.

Tradisi kawin tinggal merupakan kebiasaan nenek moyang terdahulu

yang melakukan peresmian/walimatul ursy dengan jarak yang cukup lama

setelah melakukan akad pernikahan. Hal ini dikarenakan pekerjaan leluhur

terdahulu adalah menanam padi. Leluhur terdahulu melakukan akad

pernikahan sebelum menanam padi dan melaukan peresmian/ walimatul ursy

saat panen raya.

Adapun prosesi tradisi kawin tinggal di desa Teluk Kecamatan

pemayung kabupaten Batanghari antara lain :

a. Ahli waris calon mempelai laki-laki datang bersama calon mempelai

laki-laki kerumah calon mempelai perempuan yang biasa disebut

dengan istilah Duduk bertanya.

b. Persiapan yang dilakukan oleh ahli waris dan calon mempelai laki-laki

membawa kendi yang disebut dengan istilah Tongkeng. Adapun kendi

tersebut telah diisi dengan sirih pinang dan uang sekedarnya saja.

c. Setelah kedatangan ahli waris mempelai laki-laki dan calon mempelai

laki-laki langsung memberikan Tongkeng kepada ahli waris mempelai

perempuan.

d. Setelah Tongkeng diterima, Maka ahli waris dan mempelai laki-laki

tidak langsung menerima jawaban ya ataupun tidak. atas

kedatangannya. Di terima ataupun ditolak.

41

e. Beberapa hari kemudian Tongkeng tersebut diserahkan kepada kadus

(kepala dusun) oleh ahli waris perempuan. Jika diterima maka

Tongkeng dikembalikan dalam keadaan tetap utuh, Begitupun

sebaliknya, Jika diterima Tongkeng dikembalikan dengan keadaan

kosong.40

f. Jika diterima maka yang dilakukan oleh ahli waris laki-laki dan calon

mempelai laki-laki datang kembali ke rumah calon mempelai

perempuan dengan membawa cincin satu bentuk (satu buah cincin yang

telah disepakati antar kedua belah pihak keluarga mempelai), Baju

sepelulusan (sepasang baju untuk mempelai perempuan), Dan kepak

rambe ( Sebuah tabuhan/musik tradisional penggiring kedatangan

mempelai laki-laki kerumah mempelai perempuan.

g. Kedatangan ahli waris mempelai laki-laki dan mempelai laki-laki ke

rumah mempelai perempuan dihadiri ketua adat langsung dinyatakan

resmi bertunangan dan langsung menetapkan lamanya masa

pertunangan serta menentukan kapan akan melaksanakan akad

(ijabqobul) dan walimatul ursy‟ (peresmian). Penetapan waktu jarak

antara akad dan walimahan sesuai kesepakatan kedua belah pihak.

h. Adapun ahli waris mempelai laki-laki memberikan jaminan dapat

berupa sertifikat ladang, sawah, perkebunan, rumah, dan lain-lain

kepada mempelai perempuan. Misal, mempelai laki-laki memberikan

jaminan berupa sebidang ladang. Ketika hari peresmihan (walimahan)

40

Wawancara dengan Kemas Ibrahim, Ketua Adat Desa Teluk, Rabu 20 Januari 2021.

42

yang telah ditentukan tiba tetapi tidak dilaksanakan maka berdasarkan

kesepakatan antara mempelai laki-laki dan mempelai perempuan

sebelumnya ladang sawah tersebut jatuh ke pihak perempuan.41

Hukum adat dengan adat tentu berbeda sebagaimana yang dijelaskan

Van Vollenhoven yang dikutip Siti Hapsah Isfardiyana yang membedakan

adat dan hukum adat melalui teori sanksi. Berdasarkan teori sanksi hukum

adat adalah aturan perilaku yang tidak terkodifikasi dan mempunyai sanksi.

Apabila aturan tersebut tidak terkodifikasi namun tidak mempunyai sanksi

maka disebut adat. Adat dapat menjadi hukum adat apabila aturan tersebut

tidak terkodifikasi dan mempunyai sanksi.42

Tradisi kawin tinggal sendiri

tidak terkodifikasi, maksudnya adalah Tradisi Kawin Tinggal tersebut

dilaksanakan oleh masyarakat Desa Teluk secara terus menerus tanpa

terkodifikasi.

B. Dampak Tradisi Kawin Tinggal

Pada dasarnya Sepucuk Jambi Sembilan Lurah memiliki adat yang

sama, karena adat berasal dari nenek moyang kita terdahulu hanya saja

penetapam adat dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari tidak sama

tergantung kepada masyarakat setempat cara pemahamannya dan

implementasinya. Adapun istilah yang dikenal adalah : “ Dimana bumi

dipijak disitu langit dijunjung, dimana tembilang dicacak disitu tanaman

tumbuh” yang mengadung arti dimana tempat kita tinggal pasti ada suatu

aturan yang telah ditetapkan. Mengenai hal tersebut yang terjadi di Desa

41

Wawancara dengan Kemas Ibrahim, Ketua Adat Desa Teluk, Rabu 20 Januari 2021. 42

Siti Hapsah Isfardiyana, Hukum Adat, (Yogyakarta: UII Press, 2018), hlm 23.

43

Teluk Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari ada suatu tradisi kawin

tinggal.43

Tradisi kawin tinggal yang tidak dilakukan pada seorang suami dan

istri pada pernikahan pada umumnya menimbulkan beberapa permasalahan

yang terdapat pada pelaksanaannya yang menimbulkan dampak negatif serta

dalam menjalani tradisi kawin tinggal juga terdapat tujuan yang menimbulkan

dampak positif.

A. Dampak Negatif

Perkawinan merupakan hubungan hukum yang sangat istimewa,

karena ia dapat menghalalkan hubungan kelamin antara seorang laki-laki

dengan seorang wanita dalam rangka mewujudkan kebahagiaan hidup

berkeluarga yang diliputi rasa ketentraman, serta rasa kasih sayang dengan

cara diridhai Allah SWT. Adapun ketika dalam menjalani tradisi kawin

tinggal akan menimbulkan beberapa dampak permasalahan diantaranya:

1) Melewatkan Landasan Pertama Pokok Perkawinan dan Dasar Perkawinan

Perkawinan mempunyai dua landasan pokok. Pertama adalah

hubungan seksual (mihwar al-alaqah al-jinsiyah). Kedua adalah landasan

hubungan kemanusiaan dan bermasyarakat (mihwar al-alaqah al-

insaniyyah al-ijma‟iyyah)44

. Landasan pokok pertama perkawinan (mihwar

al-alaqah al jinsiyah) adalah melakukan hubungan biologis, sedangkan

tujuan yang dilakukan dalam menjalani Tradisi kawin tinggal tidak lain

untuk mempersiapkan peresmian/walimatul ursy dalam kurun waktu

43

Wawancara dengan Abdul Somad, Kepala Desa Teluk, Rabu 20 Januari 2021. 44

Muhammad Shahrur, Metodologi Fiqih Islam Kontemporer, (Yogyakarta: Elsaq Press,

2004), hlm. 434-435.

44

tertentu. Adapun suami-istri tersebut tidak tinggal dalam satu rumah pada

waktu tersebut pula. Dalam menjalani tradisi kawin tinggal berarti telah

melewatkan landasan pokok pertama perkawinan.

Hukum asal pernikahan para ulama berbeda pendapat sesuai dengan

perbedaan penafsiran terhadap ayat tentang nikah. Di Indonesia, umumnya

masyarakat memandang bahwa hukum asal melakukan perkawinan ialah

mubah. Hal ini disebabkan masyarakat Indonesia lebih dekat dan lebih

banyak mengamalkan pandangan ulama syafi‟iyah.

Terlepas dari pendapat Imam Madzhab, berdasarkannnash-nash, baik

al-Quran maupun al-sunnah, Islam sangat menganjurkan perkawinan.

Namun demikian, kalau dilihat dari segi kondisi orang yang melaksanakan

serta tujuan melaksanakannya, maka melakukan perkawinan itu dapat

dikenakan hukum wajib, sunnat, haram, makruh ataupun mubah. Al-Jaziry

mengatakan bahwa sesuai dengan keadaan orang yang melakukan

perkawinan, hukum nikah berlaku untuk hukum-hukum syara‟ yang lima,

adakalanya haram, makruh, sunnat, (mandub) atau adakalanya mubah.45

1. Melakukan Perkawinan yang Hukumnya Wajib

Bagi orang yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan untuk

kawin dan dikhawatirkan akan tergelincir pada perbuatan zina seandainya

ia tidak kawin, maka hukum melakukan perkawinan bagi orang tersebut

adalah wajib. Hal ini didasarkan pada pemikiran hukum bahwa bagi setiap

45

Baharuddin Ahmad, Hukum Perkawinan Di Indonesia, (Cirebon : Nusa Litera Inspirasi,

2018), hlm.24

45

muslim wajib menjaga diri untuk tidak berbuat yang terlarang, Jika

penjagaan diri itu harus dengan melakukan perkawinan itupun wajib,

sesuai dengan Kaidah “Sesuatu yang wajib tidak sempurna kecuali

dengannya, sesuatu itu hukumnya wajib”.dan kaidah lain menyebutkan

“Sarana itu hukumnya sama dengan hukum yang dutuju”. Hukum

melakukan perkawinan bagi orang tersebut merupakan hukum sarana

dengan hukum pokok yakni menjaga diri dari perbuatan maksiat.

2. Melakukan Perkawinan yang Hukumnya Sunnat

Orang yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan untuk

melangsungkan perkawinan, tetapi kalau tidak kawin tidak dikhawatirkan

akan berbuat zina, maka hukum melakukan perkawinan bagi orang

tersebut adalah sunnat. Alasan menetapkan hukum sunnat itu ialah dari

anjuran al-Quran dalam surat al-nur ayat 32 yang berbunyi:

ٱلل ه أ إ ىىىا فمشاء غأ ائى أ وإ أ عبادو ذ أ وٱص ى وأىذىا ٱلأ

سع ع و هۦ وٱلل ٢٣فعأ

Artinya: "Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara

kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari

hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba

sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah

akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan

Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha

Mengetahui."46

Adapun hadits yang menganjurkan untuk menikah Umar bin

Hafsh bin Ghiyats telah menceritakan kepada kami: Bapakku telah

46

Al-Qur`an dan Terjemahan, (Bandung:Al-Hambra, 2014), hlm. 354.

46

menceritakan kepada kami: A'masy telah menceritakan kepada kami, dia

berkata: Umarah telah menceritakan kepadaku: Dari Abdurrahman bin

Yazid, dia berkata: Aku masuk bersama Al-Qamah dan Al-Ashwad ke

dalam rumah Abdullah, lalu Abdullah berkata: Kami para pemuda pernah

bersama Nabi Shallallahu'Alaihi Wasallam, maka Rasulullah SAW

bersabda kepada kami: Wahai para pemuda, barangsiapa yang mempunyai

kemampuan, maka hendaklah dia menikah, karena sesungguhnya nikah

dapat menjaga pandangan dan memelihara kemaluan dan barang siapa

yang tidak mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena sesungguhnya

puasa itu adalah benteng baginya.47

3. Melakukan Perkawinan yang Hukumnya Haram

Bagi orang yang tidak mempunyai keinginan dan tidak mempunyai

kemampuan serta tanggungjawab untuk melaksanakan kewajiban-

kewajiban dalam rumah tangga, sehingga apabila melangsungkan

perkawinan akan terlantarlah dirinya dan isterinya, maka hukum

melakukan perkawinan bagi orang tersebut adalah haram. Al-Quran surat

al-Baqarah ayat 195 melarang orang melakukan hal yang akan

mendatangkan kerusakan:

ٱلل إسىا ىت وأدأ أ إ ٱخ هأ ذى أ مىا بأ أ ول ح ٱلل وأفمىا ف سب س ذأ أ ٥٢٤ذب ٱ

Artinya : “Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu

jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan

sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-

orang yang berbuat baik.”48

47

Baharuddin Ahmad, Hukum Perkawinan Di Indonesia, (Cirebon : Nusa Litera

Inspirasi, 2018), hlm.12. 48

Al-Qur`an dan Terjemahan, (Bandung:Al-Hambra, 2014), hlm. 31.

47

Dari ayat diatas bahwa termasuk juga hukumnya haram perkawinan

bila seseorang kawin dengan, maksud untuk menelantarkan orang lain,

masalahnya adalah wanita yang dikawini itu tidak diurus hanya agar

wanita itu tidak dapat kawin dengan orang lain.

4. Melakukan Perkawinan yang Hukumnya Makruh

Bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukan

perkawinan juga cukup mempunyai kemampuan untuk menahan diri

sehingga tidak memungkinkan dirinya tergelincir berbuat zina sekiranya

tidak kawin. Hanya saja orang ini tidak mempunyai keinginan yang kuat

untuk memenuhi kewajiban suami isteri dengan baik.

5. Melakukan Perkawinan yang Hukumnya Mubah

Bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukan

perkawinan, tetapi apabila tidak melakukannya tidak khawatir akan

berbuat zina dan apabila melakukan juga tidak akan menterlantarkan isteri.

Perkawinan orang tersebut hanya didasarkan untuk memenuhi kesenangan

bukan dengan tujuan untuk menjaga kehormatan agamanya dan membina

keluarga sejahtera.

Hukum mubah ini juga ditujukan bagi seorang yang antara

pendorong dan penghambatnya untuk kawin itu sama, sehingga

menimbulkan keraguan orang yang akan melakukan kawin, seperti

mempunyai keinginan tetapi belum mempunyai kemampuan ; mempunyai

48

kemampuan untuk melakukannya tetapi belum mempunyai kemauan yang

kuat.

Dasar perkawinan menurut hukum Islam pada dasarnya menjadi

wajib, haram, sunnah, makruh, dan mubah tergantung dengan keadaan

maslahat atau mafsadatnya.49

Adapun tradisi kawin tinggal antara

mempelai laki-laki dan mempelai perempuan yang tidak tinggal dalam

satu rumah setelah melakukan akad nikah serta tidak melakukan kewajiban

suami-istri sebagaimana pernikahan pada umumnya serta nafkah lahir

tetap dijalankan bagi mempelai laki-laki untuk mempelai perempuan,

Sedangkan nafkah batin tidak diberikan kepada mempelai perempuan

ataupun didapatkan mempelai laki-laki maka dapat disimpulkan bahwa

melakukan pernikahan seperti ini hukumnya makruh karena tidak

mempunyai keinginan yang kuat untuk memenuhi kewajiban suami isteri.

2) Ketidakseimbangan Pemenuhan Hak dan Kewajiban Suami Istri

Menikah salah satu tujuanya untuk menyalurkan hasrat seksual.

Nafkah batin adalah kebutuhan yang harus terpenuhi dimulai dari suami

ataupun istri yang berbentuk kasih sayang dan cinta. dengan

berlangsungnya ijab dan qobul, maka halal bagi pasangan suami isteri

untuk melakukan hubungan badan. Berikut wawancara dengan ibu diah:

“Saya dan suami mengadakan kesepakatan jarak antara akad dan

walimahan kami dengan kurun waktu 7 bulan, dalam masa waktu tersebut

saya dan suami tidak tinggal dalam satu rumah apalagi melakukan

hubungan biologis, dalam waktu 7 bulan tersebut suami saya

mempersiapkan atau mengumpulkan materi finansial untuk acara kami

49

Baharuddin Ahmad, Hukum Perkawinan Di Indonesia, (Cirebon : Nusa Litera Inspirasi,

2018), hlm.26.

49

nanti, walaupun kami tidak tinggal satu atap dan menjalankan hak dan

kewajiban suami istri pada umumnya kami tetap bersikap santai dan biasa

saja karena kami menjalani atas kehendak berdua.”50

.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu diah walaupun tradisi

kawin tinggal dilakukan dengan persetujuan keduabelah pihak, tetap saja

hak dan kewajiban yang seharusnya dilakukan setelah akad ditunda. Pada

hakekatnya tujuan utama adalah beribadah kepada Allah dengan cara

melaksanakan hak dan kewajiban atas ketetapannya.

Hikmah dari perkawinan itu adalah untuk menyalurkan naluri seks

yang halal, memberikan keturunan yang sah guna untuk melestarikan

alam, mendatangkan ketenangan, hidup, saling mencintai dan kasih

sayang. Dengan perkawinan juga dapat mengatur tugas masing-masing

guna untuk memenuhi hak dan kewajiban.51

. Berikut wawancara kepada

ibu diah :

“Setelah kami melangsungkan akad pernikahan,saya dan suami tinggal

dirumah orangtua masing-masing, Jarak akad dan resepsi kami

direncanakan dengan jarak 6 bulan. Suami saya tetap memberikan uang

untuk biaya saya sehari-hari meskipun tidak tetap nominal yang diberikan,

kadang cukup dan kadang kurang. suami saya bilang karena uang gajinya

sebagian dia beri untuk biaya makan dan biaya tabungan resepsi kami

nanti, Mungkin ini karena kami tidak tinggal dalam satu atap sehingga

untuk membicarakan masalah keuangan cukup sulit,karena saya ingin

meminta lebih agak sedikit malu karena saya belum pernah juga

memberikan hak suami saya seutuhnya”.52

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa

pelaksanakan nafkah secara lahir tidak terpenuhi dengan baik karena

penghasilan suami tidak dapat dimufakatkan bersama istri karena jarak

50

Wawancara dengan Diah, Warga Desa Teluk, Kamis, 21 Januari 2021. 51

Baharuddin Ahmad, Hukum Perkawinan Di Indonesia, (Cirebon: Nusa Literasi Inspirasi,

2019), hlm.36. 52

Wawancara dengan Lasmi, Warga Desa Teluk, Kamis 21 Januari 2021.

50

atau tempat tinggal mereka terpisah, yang menyebabkan pengaturan

keuangan tidak seimbang. Tradisi kawin tinggal yang dijalani pasangan

suami istri dengan tidak tinggal dalam satu rumah membuat tidak adanya

kerja sama pembagian tugas dalam mengurus dan mengatur rumah tangga.

Seharusnya istri melayani suami dan suami bekerja dan berusaha

mendapatkan harta dan belanja untuk keperluan rumah tangga.

Pemenuhan kewajiban dalam sebuah pernikahan merupakan tujuan

pokoknya seseorang tersebut menikah. Sebagaimana yang diketahui bahwa

pernikahan menciptakan ikatan batin antara suami dan isteri untuk

menciptakan kehidupan bahtera rumah tangga, menciptakan kesenangan,

keramahtamahan dalam persekutuan serta kepuasan bersama antara suami

dan isteri.

Nafkah merupakan hal pokok dalam ikatan perkawinan yang mana

harus terlaksanankan oleh seorang suami kepada istrinya. Seorang suami

wajib memberikan nafkah lahir maupun nafkah batin kepada istrinya,

sedangakan istri diwajibkan memberi nafkah batin kepada suaminya.

Keharmonisan rumah tangga akan berjalan jika pasangan suami istri

menjalankan tugasnya masing-masing baik berupa nafkah lahir maupun

nafkah batin. 53

Tujuan perkawinan akan terbentuk rumah tangga yang sakinnah

(ketentraman), mawaddah (penuh rasa cinta) dan rahmah (kasih sayang).

Jika terbentuknya keterpaduan antara suami dan isteri yang mengetahui

53

Beni Ahmad Sebani, Fiqh Munakahat, (Bandung: Setia, 2011), hlm.15.

51

hak dan kewajibannya masing-masing serta saling menyadari antara

keduanya. Allah berfirman dalam surah an-Nisa ayat 34

بعأ ٱلل ا فع ع ٱساء ب ى جاي لى أ ٱش ه ى أ أ أ أفمىا ا ط وب بعأ أ ع عه

فعظىه شىصه خ حخافى وٱ ا دفع ٱلل ب ب أ غ

أ ج فظ ج د خ ج ل ذ فٱص

أ فل ى أ أغعأ فئ شبىه عاجع وٱظأ

أ ف ٱ جشوه وٱهأ وا ٱلل إ سبلا ه أ غىا ع حبأ

ا وبشا ٢٣ع

Artinya :“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh

karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas

sebahagian yang lain (wanita), dank arena mereka (laki-laki)

telah menafkahkan sebagian harta mereka. Sebab itu maka

wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara

diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah

memelihara (mereka). Wanita-wanita yang khawatirkan

nuzyusnya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka

ditempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika

mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan

untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah maha tinggi lagi

maha besar54

.

Berdasarkan ayat di atas jelaskan bahwa ada beberapa hak seorang

istri yang berkaitan dengan bagaimana cara seorang suami untuk

menggaulinya sebagai pasangan hidup. Dalam hal istri tidak melaksanakn

kewajibannya maka disebut istri tersebut durhaka (nusyuz), maka dari itu

beberapa pendapat ulama seorang suami tidak wajib untuk memberikan

nafkah selama masa nusyuznya itu. Nafkah diberikan sebagai imbalan

ketaatan yang diberikan seorang suami kepada seorang istri. Begitupun

sebaliknya jika seorang suami tidak memberikan nafkah kepada seorang

istri maka tidak wajib bagi seorang untuk melayani atau memberikan

pelayanan kepada seorang suami tersebut.

54

Al-Qur`an dan Terjemahan, (Bandung:Al-Hambra, 2014), hlm.84.

52

Menurut Kata Imam Syafi`i bahwa suami wajib memberi nafkah

kepada istrinya meskipun istrinya tersebut dalam keadaan kaya ataupun

miskin, Sekiranya suami tidak memberikan nafkah maka ia berdosa.

Tetapi dalam memberikan nafkah terdapat beberapa syarat yang

mewajibkan istrri mendapatkan nafkah. Suami wajib memberikan nafkah

kepada istrinya jika memenuhi syarat-syarat berikut:

1) Istri menyerahkan dirinya kepada suaminya, maksud menyerahkan diri

disini adalah istri tidak menolak ketika suami ingin melakukan istimta`

(bersetubuh) yang dibenarkan oleh syariat.

2) Istri mengikuti suami untuk tinggal dalam satu rumah yang telah di

pilih oleh suaminya Dia wajib tinggal di dalam rumah tersebut

melainkan jika tidak untuk didiami menurut hukum syariat

Jika syarat suami diatas terpenuhi oleh istri maka suami diwajibkan

memberi semua nafkah yang diperlukan istri, Dengan hal ini bahwa

kewajiban suami memberikan nafkah tidak hanya sebatas pernikahan

saja.55

Menurut Ibnu Hazm (Yahya Alfaifi) menyatakan “Diwajibkan bagi

suami untuk menggauli istrinya, paling sedikit sekali dalam masa suci, jika

mampu melakukannya, dan jika tidak maka dia telah bermaksiat kepada

Allah. Sedangkan menurut imam syafi‟i tidak wajib bagi suami, karena itu

adalah hak, bukan kewajiban; maka hukumnya tidak wajib sebagaimana

hak-hak lainnya. Ketidak adilan istri dalam melayani suami dalam

menjalani tradisi kawin tinggal suami dituntut tetap memberikan nafkah

55

Skripsi, Muhammad Azwan, Tradisi Nikah Gantung Di Kalangan Mahasiswa Negeri.

Pulau Pinang Ditinjau Dari Fikih syafi`I Negeri Pulau Pinang, Universitas Islam Negeri Sumatera

Utara, 2017, hal.79.

53

lahir berupa uang untuk memenuhi kebutuhan istrinya, Sedangkan istri

belum melayani suaminya, maka hal ini suatu ketidakadilan bagi seorang

suami walaupun telah melakukan persetujuan sebelumnya. Karena suami

telah menunaikan kewajibannya maka suami berhak menerima haknya

yaitu mendapatkan pelayanan istri.

3) Mendahulukan acara meriah dari pada keutamaan kewajiban

Pernikahan adalah hal yang mudah dilakukan karena islam tidak

memberatkan kepada siapa yang ingin menikah, Asalkan memenuhi

ketentuan rukun dan syarat-syarat menikah. Akan tetapi merayakan

pernikahan secara besar-besaran bukanlah tujuan utama dalam pernikahan.

Berikut wawancara kepada pak yusril:

“Saat saya dan istri telah dihalalkan melakukan hubungan suami istri

sebagaimana mestinya, Akan tetapi kami telah menyepakati untuk tidak

melakukan hal itu sebelum melaksanakan resepsi pernikahan. Karena baik

dari keluarga saya sendiri dan keluarga suami menginginkan acara

pernikahan kami lebih meriah agar tidak menimbulkan fitnah ketika kami

menikah tanpa walimahan. Maka dari itu saya dan istri sepakat untuk tidak

tinggal dalam satu rumah dan melakukan hubungan biologis walaupun

kami telah halal baik dalam islam maupun hukum Negara Indonesia,tapi

balik lagi kami tetap mentaati kesepekatan antara kami‟‟.56

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan Secara tidak

langsung timbul pemikirin bahwa pernikahan memerlukan biaya sangat

besar untuk melakukan peresmian/walimatul ursy sehingga dampak yang

akan ditimbulkan adalah penundaan dalam menjalankan ibadah di dalam

pernikahan yaitu melakukan kewajiban seorang suami maupun kewajiban

seorang istri.

56

Wawancara dengan Yusril, Warga Desa Teluk, Kamis 21 Januari 2021.

54

Kalangan ulama berbeda pendapat mengenai hukum melaksanakan

walimatul ursy, ada yang mewajibkan ada juga berpendapat sebagai

sunnah muakkadah57

Akan tetapi ada juga yang mengharamkan jika

memang dalam pelaksanaanya sangat menyimpang dari ajaran agama.

Seperti yang dilaksanakan jika sampai menghabiskan uang puluhan juta

rupiah untuk mengadakan acara meriah dengan menggunakan hiburan

musik dimana para biduan wanita yang menari-nari diatas panggung

dengan menampakkan aurat dan lekuk tubuhnya, belum lagi pakaian yang

sangat seksi dan suaranya yang menguncang. Pelaksanaan walimah yang

sangat meriah hanya memperlihatkan riya san isyof. Hal ii sangat jauh dari

maksud dan pokok tujuan walimah yang diajarkan ajaran islam.

4) Perceraian sebelum melakukan peresmian/walimatul ursy

Ikatan perkawinan bertujuan untuk mewujudkan rumah tangga

yang bahagia dan kekal, sebagaimana telah dijelaskan dalam pasal 1 UU.

No. 1/1974. Sementara pasal 3 KHI merumuskan tujuan perkawinan

adalah untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinnah,

mawaddah, dan rahmah. Namun demikian, sering kali apa yang menjadi

tujuan perkawinan tidak dapat terwujud, karena kandas di tengah jalan.

Sebenarnya putusnya perkawinan merupakan hal yang wajar, karena

makna dasar akad nikah adalah ikatan.

Dalam menjalani tradisi kawin tinggal untuk mewujudkan

kehidupan rumah tangga yang sakinnah, mawaddah, dan rahmah sudah

57

Syech Ibrahim Muhammad Al-Jamal, Fiqhul Mar’ah Al Muslimah, (Semarang: CV:

As-Syifa, 2008), hlm.394.

55

tentu belum bisa diwujudkan karena hak dan kewajiban antara suami dan

istri belum terlaksanakan. Permasalahan yang timbul ketika masa kawin

tinggal bahkan sampai perceraian.

Berikut wawancara kepada ibu eli:

“Saya dan suami melakukan akad nikah dengan jarak peresmian selama

satu tahun, dalam menjalani tradisi kawin tinggal bukanlah hal yang

mudah, sudah tentu banyak cobaan yang kami lewati. Pada awalnya

diantara kami memang melakukan persetujuan dalam jangka satu tahun,

diantara kami sering timbul rasa cemburu. Selain suami tidak memberikan

nafkah lahir batin kami juga tidak satu rumah, hal tersebut membuat

komunikasi antara kami sering sekali terjadi kesalahpahaman, satu bulan

saya dan suami cerai tapi Alhamdulillah kami kembali dan melanjuti

rencana resepsi kami”.58

Dari hasil wawancara penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam

menjalani tradisi kawin tinggal tidak terpeliharanya kelestarian dan

kesinambungan hidup bersama karena dalam hal mewujudkan keluarga

yang harmonis bukanlah perkara mudah dilaksanakan jika belum dijalani

hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak, karena

kemelut atau keretakkan rumah tangga itu pada dasarnya bermula dari

tidak berjalannya aturan yang ditentukan Allah dan Rasulnya.

B. Dampak Positif

Ketenangan jiwa dalam diri seseorang sangat diperlukan supaya apa

yang diperintahkan oleh Allah Swt dapat dikerjakan dan dilarang oleh Allah

Swt dapat ditinggalkan. Kebanyakkan jiwa-jiwa muda sangat bergejolak

58

Wawancara dengan Eli, Warga Desa Teluk, Kamis 21 Januari 2021.

56

dalam memikirkan perihal jodoh. Perkawinan dapat mengubah kehidupan

seseorang yang tidak jelas pikiran yang terombang-ambing menjadi lebih

berwawasan. Setiap manusia pasti menginginkan pasangan dalam kehidupan

dan itu merupakan fitrah bagi setiap insan. Tradisi kawin tinggal bukan saja

memperbolehkan pengenalan terhadap pasangan secara halal, akan tetapi

tradisi kawin dapat menjaga kesucian diri berdasarkan landasan syariat dan

menjauhi pergaulan bebas yang dapat mengundang dosa dan murka Allah

Swt.59

Adapun dampak positif Tradisi Kawin Tinggal:

a. Menghindari budaya pacaran

Menurut ketua adat desa Teluk, faktor pendukung Tradisi Kawin

Tinggal adalah menghindari budaya pasangan ( pacaran), Bermula saling

tatap menatap, rasa ingin berjumpa, rasa ingin berpasangan dan diakhiri

dengan perzinahan. Semua berawal dari perasaan cinta yang tidak jelas

dan bisikkan dari syetan ditambah dengan nafsu yang tidak ada landasan

pernikahan60

.

Meraih keberkahan dengan cara menikah merupakan salah satu

untuk menghindari perzinaan atau pergaulan bebas seperti zaman sekarang

yang sangat mudah dilakukan oleh kaum pemuda yang masih mengebu-

gebu dalam masalah percintaan. Diharamkan seorang laki-laki untuk

menikahi wanita yang berzina yaitu wanita yang masih aktif dengan

kegiatan zina. Dengan demikian wanita beriman juga tidak boleh menikah

59

Wawancara dengan Amir Mahmud, Pegawai Syara, Desa Teluk, Sabtu 23 Januari 2021. 60

Wawancara dengan Kemas Ibrahim, Ketua Adat Desa Teluk, Rabu 20 Januari 2021.

57

dengan laki-laki pezina. Allah Swt berfirman di dalam Al-quran surah An-

nur ayat 3:

ر ودششن شأ أوأ ات ل ىذها إل صا شوت وٱض شأ ا ل ىخ إل صاتا أوأ ه ٱض

ؤأ أ ٢ع ٱ

Artinya:“Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan

yang berzina atau perempuan musyrik dan perempuan yang

berzina tidak dikawinkan melainkan oleh laki-laki berzina atau

laki-laki musyrik yang demikian itu diharankan atas orang-orang

yang mu’min.”61

Perempuan memiliki kedudukan yang tinggi dalam agama islam.

Perempuan dipandang sebagai bagian penting demi tegaknya agama,

Hanya perempuan sholehah yang dapat mendidik anak-anaknya dan

sanggup menjaga kodrat dan martabatnya dalam kehidupan sehari-hari.

Lelaki yang mulia pulalah yang memuliakan perempuan

Kaidah fiqih islam sudah jelas mengatur serta memberi tuntunan

kepada perempuan mulai dari etika pergaulan, berperilaku dengan akhlak

yang terpuji, berhias diri dan lainnya. Bagaimana berperilaku depan

umumpun diatur. Hal ini berdasarkan surat an-Nur ayat 31 sebagai berikut:

ا إل صخه ذ ول بأ فشوجهفظأ وذأ شه ص أ أبأ ععأ ج غأ ؤأ أ ول

شه بخ شبأ عأ أ ها و أ أوأ ظهش بعىخه إل صخه ذ ول بأ جىبه ع

أوأ أ ائه أوأ أبأ اء بعىخه أوأ أبأ ائه أوأ أبأ أوأ ءاباء بعىخه أوأ ءابائه اء بعىخه بأ

أوأ ب ه ى جاي إخأ ٱش بت سأ ٱلأ ش أو أ غ بع أو ٱخ ه أ ىجأ أ ا أوأ ه ى إخأ

ف ا خأ عأ ه ج بأسأ شبأ ث ٱساء ول عأ س عىأ هشوا عأ ظأ ٱ ز فأ أو ٱط

صخه ذى أ حفأ ع ى ى ؤأ أ عاا أه ٱ ج وحىبىا إ ٱلل ٢٥

Artinya: “Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka

menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan

janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang

(biasa) Nampak darinya Dan hendaklah mereka menutupkan

kain kudung kedadanya,dan janganlah menampakkan

perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka,

61

Al-Qur`an dan Terjemahan, (Bandung:Al-Hambra, 2014), hlm. 350.

58

atau ayah suami mereka, atau putera -putera mereka,atau

putera-putera suami mereka,atau saudara-saudara laki-laki

mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-

putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam,

atau budak-budak yang ia miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki

yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-

anak yang belum mengerti tentang aurat-aurat wanita. Dan

janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui

perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu

sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya

kamu beruntung”62

.

Dari ayat diatas dapat dipahami jika seorang perempuan bersama-

sama dengan seorang laki-laki yang bukan muhrim ditempat sepi. Hal

tersebut tentu tidak dibenarkan dan hukumnya haram. Baginda Rasulullah

Saw sangat membenci hal seperti ini. Dalam suatu hadis, beliau

menyebutkan bahwa berduaan dengan lelaki asing adalah maksiat.

“Tidaklah seorang laki-laki berduaan dengan seorang perempuan kecuali

setan menjadi pihak ketiga diantara mereka.‟‟ (HR Ahmad dan at-Tarmizi)

Kemajuan teknologi disamping membuat kehidupan menjadi lebih

mudah terdapat juga dampak negatif penggunanya. Tidak hanya tatapan

secara langsung yang dapat membahayakan pergaulan anak muda sekarang

tetapi alat komuikasi yang super canggih yang bisa menjangkau dunia

sekitar bahkan sangat luas jangkauannya.

Menurut pak yusril, aplikasi berkomunikasi ketika pasangan belum

halal perbuatan ini merupakan salah satu jalan menuju kemaksiatan,

budaya pacaran yang tidak memiliki visi dan misi yang jelas hanya

sekedar melampiaskan nafsu birahi berbeda ketika orang yang telah

62

Al-Qur`an dan Terjemahan, (Bandung:Al-Hambra, 2014), hlm. 354.

59

menikah pengungkapan rasa sayang dan cinta akan menjadi ladang pahala

baginya dan istri.63

Kemajuan teknologi yang dapat mengakses video porno begitu

mudah dan cepat yang dapat mendorong si pengguna teknologi untuk

mengajarkan pola hubungan seksual yang membawa pengguna berperilaku

seks bebas untuk melempiaskan keinginan hawa nafsunya.

Menikah adalah jalan salah satunya ketika dua anak manusia yang

sedang jatuh cinta. Untuk menjauhkan fitnah alangkah baiknya laki-laki

menikahi wanita yang ia kagumi. Langkah ini bertujuan untuk menjaga

keberadaan wanita tersebut baik sedang di dalam rumah maupun saat

berada diluar rumah.64

Laki laki yang mulia tentu akan menjemput

pasangan dengan cara yang baik pula. Sesuai dengan surat An-nur Ayat 26

yang berbunyi:

ج أ ط ب وٱط بى ط ب ج ج وٱط بخبث أ خبثى أ وٱ خبث أ ج

خبث أ ه ٱ و

ق وش فشة وسصأ غأ ه ا مىى ءو بش ٣٥

Artinya: “ Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan

laki-laki yang keji adalah buat wanita-anita yang keji (pula), dan

wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik (pula).

Mereka yang dituduh itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh

mereka yang menuduh itu).Bagi mereka ampunan dan rezeki

yang mulia (surga).’65

b. Memberikan waktu dalam persiapan peresmian/walimatul ursy

Tradisi kawin tinggal bertujuan memberikan waktu bagi mempelai

laki-laki untuk mengumpulkan finansial dalam mempersiapkan acara

63Wawancara dengan Yusril, Warga Desa Teluk, Kamis 21 Januari 2021.

64Wawancara dengan Abdul Somad, Kepala Desa Teluk, Rabu 20 Januari 2021.

65Al-Qur`an dan Terjemahan, (Bandung:Al-Hambra, 2014), hlm. 352.

60

walimahan, adapun acara walimahan tersebut diharapkan memberitahu

bahwa laki-laki dan perempuan tersebut telah menikah agar tidak

terciptanya fitnah. Penduduk desa teluk sebagian besar seorang petani.

Maka dari itu untuk mengadakan resepsi biasanya dilakukan setelah

keluarga calon mempelai laki-laki panen hasil ladang atau masyarakat

setempat menyebutnya panen raya, oleh sebab itu Tradisi Kawin Tinggal

dilakukan untuk menunggu mempelai laki-laki mengumpulkan biaya

finansial yang diperuntukkan acara peresmian atau resepsi.66

Keberadaan keluarga yang jauh dari desa bahkan di luar kota.

Maka dari itu untuk merapatkan keluarga yang dekat dan mendekatkan

keluarga yang jauh. Caranya adalah menunggu sampai semua anggota

keluarga berkumpul lalu melanjutkan resepsi pernikahan yang telah

ditentukan sebelum akad pernikahan berlangsung.67

Untuk memperlihatkan kebahagiaan dalam acara walimatul ursy,

Islam membolehkan adanya acara kegembiraan diantaranya adalah

mengadakan hiburan dan nyanyian yang mubah dalam pernikahan. Yang

dimaksud nyanyian disini adalah nyanyian yang sopan dan terhormat serta

sama sekalipun tidak ada perkataan kotor dan tindakan moral.

Walimatul ursy merupakan mata rantai dalam pembahasan nikah

yang sudah mempunyai aspek-aspek hukum dalam pelaksanaanya. Sudah

menjadi kebiasaan fiqih (yang terkadang juga dipahami atau ditarik

sesuatu pemahaman dari hadis-hadis Rasul yang baik yang bersifat ucapan

66

Wawancara dengan Abdul Somad, Kepala Desa Teluk, Rabu 20 Januari 2021. 67

Wawancara dengan Kemas Ibrahim, Ketua Adat Desa Teluk, Rabu 20 Januari 2021.

61

maupun perbuatan. Pelaksanaan walimatul ursy juga telah disebutkan

dalam sebuah hadis diantara sabda Nabi Muhammad SAW kepada

Abdurahman Bin Auf:

اوىىبشاة

Artinya: Adakanlah walimah sekalipun hanya dengan seekor kambing”

(H.R. Bukhori dan Muslim)68

Sebuah pelaksanaan walimatul ursy secara kontekstual merupakan

persepsi tentang praktik yang dilakukan oleh Rasulullah maupun para

sahabat. Sikap peduli para ulama dalam pemaknaan dan pemahaman ayat-

ayat Al-Quran maupun hadis-hadis Rasul dijadikannya sebagai dalil untuk

menentukan hukum yang pantas dalam pelaksanaan walimatul ursy. Selain

itu walimah juga bertujuan untuk memohon doa dari para undangan. Agar

pernikahan tersebut mendapat keberkahan dan menjadi keluarga

yang sakinah mawaddah dan rahmah. Walimah juga dapat dianggap

sebagai wasilah untuk mensyiarkan hukum-hukum Allah. Sebagai satu

rangkaian yang menyertai pernikahan dan mempunyai tujuan yang mulia.

Yaitu beribadah kepada Allah SWT dan mengharapkan rida-Nya.

C. Upaya Terhadap Tradisi Kawin Tinggal

Telah membudaya dikalangan khalayak baik masyarakat dari

golongan bawah hingga golongan atas, ketika terlaksananya perkawinan akan

dilaksanakan dengan perayaan setelah dalam rangka mensyukuri serta

memberitahukan kepada orang banyak bahwa telah terjadinya suatu

pernikahan. Dalam merayakan perayaan tersebut sangat variatif, ada yang

68

Abdul Ghoffar, Fiqh Wanita, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2017), hlm.516.

62

melangsungkan akad sekaligus walimatul ursy, dan ada merayakan walimatul

ursy dalam jangka waktu tertentu.

Tradisi kawin tinggal dimana mempelai laki-laki meninggalkan

mempelai wanita setelah melangsungkan akad pernikahan dan akan

melangsungkan kehidupan suami istri setelah melangsungkan perayaan

berdasarkan waktu yang telah disepakati kedua belah pihak, adapun jarak

waktu sampai bertahun-tahun lamanya. Dampak-dampak dalam menjalani

tradisi kawin tinggal sudah penulis uraikan.

Seiring waktu tradisi kawin tinggal di desa Teluk sudah tidak

sebanyak tahun-tahun terdahulu, Namun tradisi semacam ini masih ada saja

dilakukan. Tujuan kawin tinggal tidak lain untuk mempersiapkan walimatul

ursy. Adapun ketika mencapai tujuan ada saja permasalahan yang timbul pada

masyarakat. Maka perlu Antisipasi dalam upaya terhadap permasalahan

tersebut. Adapun upaya yang dapat dilakukan diantaranya memperbaiki

pandangan masyarakat terhadap landasan filosofis perkawinan. Apabila

dilihat dari dampak yang terjadi dalam menjalani tradisi kawin tinggal

bahwasanya cara yang dilakukan untuk mengantisipasi permasalahan yang

timbul adalah untuk memperbaiki pandangan masyarakat terhadap landasan

filosofis perkawinan serta makna walimahan yakni sesuai dengan hukum dan

ajaran Islam dapat dilakukan dengan cara pendekatan dakwah. Adapun tradisi

kawin tinggal sudah dilakukan sejak nenek moyang terdahulu untuk

memperbaikinya harus pelan-pelan.

63

Kegiatan dakwah yang dilakukan adalah dengan memberikan

pencerahan kepada masyarakat dalam berbagai kesempatan seperti mauidloh

hasanah atau pertemuan warga dengan memberikan saran dan masukkan

seharusnya walimahan yang dilakukan memiliki makna dan tentunya

bermanfaat dan menjauhi agar walimahan tidak terkesan riya dan isyrof.

Pendekatan secara personal kepada calon pasangan suami dan istri bagaimana

seharusnya dilakukan bagi laki-laki dan wanita setelah berlangsungnya akad

maka timbul hubungan timbal balik dalam mendapatkan hak dan pemenuhan

kewajiban.

Adat kebiasaan yang benar yaitu suatu hal baik yang menjadi

kebiasaan suatu masyarakat, namun tidak sampai menghalalkan yang haram

dan tidak pula sebaliknya.69

Tradisi kawin tinggal pada umumnya tujuannya

baik namun dampak permasalahan didalamnya akan berakibat sampai

perceraian. Berikut wawancara kepada kepala desa:

“Kawin tinggal ini dari nenek moyang dulu, kalau dulu belum secanggih

sekarang. Dahulu jalan antara laki-laki dan perempuan dibuat beda, untuk

menjaga satu sama lain sangat diterapkan. Berbeda pada zaman sekarang

udah ada HP. Zaman udah maju sekarang bisa saja mau menjalani kawin

tinggal didalam desa ini tapi ketemu tempat lain. Saya mau kedepan tidak lagi

ada kawin tinggal, kalau udah akad seharusnya udah satu rumah dan

menjalankan pernikahan pada umumya,karena tidak ada lagi penghalang

ketika pernikahan mereka udah sah, Didesa ini juga diterapkan sistem gotong-

royong dimana jika ada yang menikah maka akan diadakan rapat yang

namanya Pekat, nah rapat ini dilakukan pada malam hari dirumah bakal calon

pengantin yang mau nikah, disini kami berembuk siapa yang mau ngasih

mulai dari bentuk uang sampai bantuan makan pokok untuk peresmian, siapa

69

Satria Effendi, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana Pranada Media, 2014), hlm.155.

64

yang mengisi maka barang yang diberi akan dikembalikan ketika yang

memberi akan melaksanakan acara”.70

Dari hasil wawancara kepada kepala desa dapat disimpulkan

perbedaan pergaulan antara laki-laki dan pergaulan wanita zaman dahulu

sangat terjaga, sedangkan perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi

dapat menimbulkan permasalahan antara pasangan yang sudah melaksanakan

akad jika tidak tinggal dalam satu rumah. Pernikahan seharusnya bagi

kehidupan suami-istri dalam bentuk hak dan kewajiban harus terpenuhi

keduanya upaya untuk menghantisipasi terjadinya perceraian.

Kehidupan masyarakat pedesaan yang tinggi akan nilai

kekeluargaannya dapat dilihat dari sikap gotong-royong. Upaya terhadap

permasalahan yang timbul terhadap tradisi kawin tinggal selanjutnya adalah

meninggalkan kebiasaan lama tersebut. Kekurangan dalam mempesiapkan

perayaan walimatul ursy dapat diatasi dengan diadakan rapat pekat. Maka

keutamaan dalam menjalankan ibadah pernikahan tidak dilakukan dengan

menunda-nunda dalam jangka waktu yang lama.

70

Wawancara dengan Abdul Somad, Kepala Desa Teluk, Rabu 20 Januari 2021.

65

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam beberapa rangkaian dalam pembahasan skripsi ini, maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Tradisi kawin tinggal di Desa Teluk Kecamatan Pemayung Kabupaten

Batanghari masih tetap dilakukan oleh masyarakat setempat. Tradisi kawin

tinggal merupakan kebiasaan para leluhur terdahulu dimana kebiasaan itu

mengalir sampai sekarang dan diikuti. Tradisi kawin tinggal merupakan

sebuah tradisi pernikahan seorang laki-laki dan seorang perempuan yang

tidak tinggal satu rumah serta tidak melakukan hubungan badan dalam

kurun waktu tertentu.

2. Dampak yang timbul dalam menjalani tradisi kawin tinggal terdapat dua

sisi yaitu dampak negatif dan dampak positif. Adapun dampak positif

diantaranya: Menghindari budaya pacaran, menghindari perzinaan atau

pergaulan bebas, dan memberikan waktu dalam mempersiapan walimatul

ursy. Adapun dampak negatifnya adalah: Melewatkan landasan pertama

pokok perkawinan dan dasar perkawinan, ketidakseimbangan pemenuhan

hak dan kewajiban suami istri, mendahulukan acara meriah dari pada

keutamaan kewajiban, serta terjadinya perceraian sebelum melakukan

walimatul ursy.

3. Upaya terhadap permasalahan yang ditimbulkan dalam menjalani tradisi

kawin tinggal diantaranya memberikan pemahaman kepada masyarakat

66

untuk memperbaiki pandangan masyarakat terhadap landasan filosofis

perkawinan serta makna walimahan yakni sesuai dengan hukum dan ajaran

Islam dapat dilakukan dengan cara pendekatan dakwah, serta

mempesiapkan perayaan walimatul ursy dapat diatasi dengan diadakan

rapat pekat (sumbangan warga). Kemudian upaya yang utama yaitu

Pendekatan secara personal kepada calon pasangan suami dan istri

bagaimana seharusnya dilakukan bagi laki-laki dan wanita setelah

berlangsungnya akad maka timbul hubungan timbal balik dalam

mendapatkan hak dan pemenuhan kewajiban.

B. Saran

Melalui skripsi ini penulis membagikan beberapa saran agar dapat

memberikan pandangan terhadap keseimbangan antara adat dan

hukum.Semoga saran penulis dapat dijadikan wejangan dan masukkan

kepada pembaca terutama bagi masyarakat Desa Teluk Kecamatan Pemayung

Kabupaten Batanghari.

Adapun saran dari penulis adalah sebagai berikut:

1. Kepada masyarakat terutama orangtua, hendaknya menanamkan kepada

anak-anak mereka sebagai generasi selanjutnya untuk meningkatkan

pendidikan, yang diutamakan ilmu agama sebab kelak pemuda yang

dibutuhkan mempunyai pengetahuan luas sangat mempengaruhi dalam

pergaulan bermasyarakat.

2. Kepada masyarakat Desa Teluk bahwa pernikahan bukan persoalan

meriahnya pesta sebuah pernikahan, akan tetapi pernikahan dilakukan

67

sesuai kemampuan saja supaya ketika ijab qobul telah terucap dapat

bersegera menjaga pemenuhan dan kewajiban sebagaimana mestinya

pasangan suami-istri. Karena menikah merupakan amalan yang baik, yang

mana banyak terdapat pahala-pahala ketika suami-isteri melaksanakan hak

dan kewajiban antar keduanya. Maka bersegeralah melakukan amalan

yang baik jangan ditunda-tunda.

3. Kepada pemangku adat untuk mentelaah lagi kebiasaan terdahulu yang

masih diterapkan sampai sekarang supaya dapat mempertimbangkan

terlebih dahulu apakah kebiasaan tradisi kawin tinggal benar-benar

berdampak baik atau lebih banyak dampak yang buruk ditimbulkan.

4. Kepada tokoh agama Desa Teluk untuk melakukan kegiatan dakwah

dengan memberikan pencerahan kepada masyarakat dalam berbagai

kesempatan seperti mauidloh hasanah atau pertemuan warga dengan

memberikan saran dan masukkan yang seharusnya dilakukan pada

pasangan suami-istri yang telah melangsungkan akad pernikahan dan

seharusnya walimahan yang dilakukan memiliki makna dan tentunya

bermanfaat dan menjauhi agar walimahan tidak terkesan riya dan isyrof.

C. Kata Penutup

Diakhir penulisan skripsi ini penulis mengucapka Alhamdulillah

segala puji bagi Allah Swt atas segala rahmat, karunia, dan hidayaNya.

Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Tradisi Kawin

Tinggal Menurut Hukum Adat Ditinjau Dari Hukum Islam (Studi Kasus Desa

Teluk Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari)”. Adapun kekurangan-

68

kekurangan tentulah banyak tampaknya yang tidak bisa dihindari. Upaya

telah dilakukan penulis semaksimal mungkin agar dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi dengan sebaik-baiknya, Namun apalah daya penulis

hanya manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, sebagai suatu kesalahan

diluar kemampuan manusia biasa.

Penulis menyadari bahwa saran dan kritik sangat membangun dari

segala pihak akan penulis terima dengan lapang dada sebagai masukkan dan

alternatif untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang mengarah kepada

penyempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi yang sederhana ini

dapat bermanfaat bagi penulis sendiri tentunya serta pembaca pada umumnya.

Akhirnya kepada Allah Swt penyusun memohon doa dan harapan kelak

senantiasa diri selalu mensyukuri nikmat-Nya dan penyusun berharap Allah

SWT menunjukkan jalan yang di ridhoi-Nya.

69

DAFTAR PERTANYAAN

A. Daftar Pertanyaan untuk Kepala Desa, Kepala Lembaga Adat,

Masyarakat dan Pegawai Syara`.

1. Apa yang dimaksud dengan istilah Tradisi Kawin Tinggal?

2. Bagaimana tahapan-tahapan terjadinya Tradisi Kawin Tinggal?

3. Berapa jarak waktu penetapan peresmian setelah ijab qobul dalam

menjalani Tradisi Kawin Tinggal?

4. Apa yang menjadi faktor Tradisi Kawin Tinggal masih ada hingga

sekarang?

5. Siapa yang masih menjalani Tradisi Kawin Tinggal?

6. Apakah ada sanksi bagi yang melanggar dalam kesepakatan perjanjian

Tradisi Kawin Tinggal?

7. Bagaimana tinjauan hukum Islam tentang menjalani Tradisi Kawin

Tinggal?

B. Pertanyaan Tambahan untuk Kepala Desa Teluk

1. Berapa luas wilayah di Desa Teluk Kecamatan Pemayung Kabupaten

Batanghari?

2. Apa saja wilayah yang berbatasan dengan Desa Teluk dari arah barat,

timur, utara, dan selatan?

3. Apa saja mata pencarian yang menunjang ekonomi Desa Teluk?

4. Apa saja Visi dan Misi Desa Teluk?

70

DAFTAR PUSTAKA

A. Al-Qur’an

Al-Qur‟an dan Terjemahan, Bandung: Al-Hambra, 2014.

B. Literatur

Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2010.

Aulia Muthiah, Hukum Islam Dinamika Seputar Hukum Keluarga,

Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2016.

Baharuddin Ahmad, Hukum Pernikahan Di Indonesia, Cirebon: Nusa Literasi

Inspirasi, 2019.

Beni Ahmad Saebani, Fiqh Munakahat, Bandung: Pustaka Setia, 2011.

Ishaq, Metode Penelitian Hukum Penulisan Skripsi, Tesis Serta Disertasi,

Bandung: Alfabeta, 2017.

Laksanto Utomo, Hukum Adat, Jakarta: Rajawali Pers, 2016.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D), Bandung: Alfabeta, 2016.

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2016.

C. Wawancara

Wawancara dengan Abdul Somad, Kepala Desa Teluk, Rabu 20 Januari 2021.

Wawancara dengan Amir Mahmud, Pegawai Syara Desa Teluk, Rabu 23 Januari

2021.

Wawancara dengan Eli, Warga Desa Teluk, Kamis 21 Januari 2021.

Wawancara dengan Diah, Warga Desa Teluk, Kamis, 21 Januari 2021.

Wawancara dengan Kemas Ibrahim, Ketua Adat Desa Teluk, Rabu 20 Januari 2021.

Wawancara dengan Lasmi, Warga Desa Teluk, Kamis, 21 Januari 2021.

Wawancara dengan Sriyani, Warga Desa Teluk, Kamis, 21 Januari 2021.

Wawancara dengan Yusril, Warga Desa Teluk, Kamis 21 Januari 2021

71

D. Lain-lain

Aminah Tuzzuria, “Tradisi Arisan Walimah Urus Perkawinan Di Desa Panti

Kecamatan Sarolangun Ditinjau Dari Hukum Islam”, Skripsi

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi 2019.

Aflizar Usman, “Potrek Tradisi Nikah Gantung Ditinjau Dari Perspekstif

Hukum Islam”, Jurnal Vol 3 No. 1, (Januari-Juni, 2017).

Enda Aryani, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tradisi Langkahan Menurut

Adat Desa Muara Cuban Kecamatan Batang Asai Kabupaten

Sarolangun Provinsi Jambi.” Skripsi Universitas Islam Negeri

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi 2019.

Maulana Yahya, “ Tradisi Pernikahan Matuddang Penni Suku Bugis Ditinjau

Dari Hukum Islam (Studi Kasus Di Kelurahan Nipah Panjang

Kabupaten Tanjung Jabung Timur)”. Skripsi Universitas Islam Negeri

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi 2019.

Muhammad Azwan, “ Tradisi Nikah Gantung Di Kalangan Mahasiswa

Negeri Pulau Pinang Ditinjau Dari Fikih syafi`i Negeri Pulau

Pinang”, Skripsi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2017.

Noor Muhammad Aziz, “Urgensi Penelitian dan Pengkajian Hukum dalam

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,”, Jurnal Vol 1 No. 1,

(Januari-April, 2012).

72

INFORMEN PENELITIAN

TRADISI KAWIN TINGGAL MENURUT HUKUM ADAT DITINJAU

DARI HUKUM ISLAM (STUDI KASUS DESA TELUK KECAMATAN

PEMAYUNG KABUPATEN BATANGHARI)

NO NAMA JABATAN

1 Abdul Somad Kepala desa

2 Kemas Ibrahim, Ketua Adat

3 Amir Mahmud, Pegawai Syara

4 Lasmi Pelaku

5 Diah Pelaku

6 Sriyani Pelaku

7 Yusril Pelaku

8 Eli Pelaku

73

LAMPIRAN

Wanwancara Dengan Ibu Lasmi Masyarakat Desa Teluk, Kecamatan

Pemayung, Kabupaten Batanghari

Wawancara Dengan Ibu Sriyani, Desa Teluk, Kecamatan Pemayung,

Kabupaten Batanghari

74

Wawancara Dengan Amir Mahmud Selaku Pegawai Syara’ Desa Teluk,

Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batanghari

Wawancara Dengan Ibu Diah Selaku Masyarakat Desa Teluk, Kecamatan

Pemayung, Kabupaten Batanghari

75

Wawancara Dengan Bapak Abdul Somad Selaku Kepala Desa Teluk,

Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batanghari

Wawancara Dengan Bapak Kemas Ibrahim Selaku Ketua Lembaga Adat

Desa Teluk, Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batanghari

76

CURRICULUM VITAE

DATA PRIBADI

Nama : Tri Rahayu Nopriyani

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat & Tgl. Lahir : Jambi, 10 november 1999

NIM : 101170115

Alamat : RT 12 RW 06 Desa Muhajirin, kec.Muaro

Jambi, Kab. Muaro Jambi, Prov. Jambi

Nama Orang Tua

Nama Ayah : Jon Kanedi

Nama Ibu : Hairani

E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan

Tahun 2006-2011 : SD N No 156/IX Muaro Jambi

Tahun 2011-2014 : SMP N No 17 Muaro Jambi

Tahun 2014-2017 : SMA N No 01 Muaro Jambi

Tahun 2017-Sekarang : UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi