TL Laporan Group Project

14
Laporan Group Project PEMANFAATAN HABITAT SUNGAI DAN TEGAKAN PINUS OLEH JENIS-JENIS BURUNG DI KAMPUNG CANGKURAWOK, DRAMAGA Tim Penyusun: Siti Nariah (E34110013) Bahrul Septian (E34110041) Weldemina Watopa (E34110116) Abstrak Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan habitat sungai dan tegakan pinus oleh jenis-jenis burung yang ada di habitat sungai dan tegakan pinus. Pengamatan ini di laksanakan pada bulan Desember 2012. Lokasi kegiatan berada di Kampung Cangkurawok, belakang Kams IPB Dramaga. Habitat yang dipakai untuk studi berada di sungai dan tegakan pinus. Metode yang digunakan adalah metode observasi yakni metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung. Pengolahan data yang diperoleh menggunakan analisis deskriptif. Hasil pengamatan Setidaknya tercatat ada 19 jenis burung yang ada. Potensi jenis burung yang ada tentu memanfaatkan area tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diolah, tingkat pemanfaatan habitat sungai lebih tinggi dari pada pemanfaatan habitat tegakan pinus. Kata Kunci: Pemanfaatan Habitat dan Kampung Cangkurawok 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Burung merupakan satwaliar yang memiliki kemampuan hidup di hampir semua tipe habitat, dari kutub sampai gurun, dari hutan konifer sampai hutan tropis, dari sungai, sawah sampai lautan. Burung mempunyai mobilitas yang tinggi dan kemampuan beradaptasi terhadap berbagai tipe habitat yang luas (Welty

Transcript of TL Laporan Group Project

Laporan Group Project

PEMANFAATAN HABITAT SUNGAI DAN TEGAKAN PINUS OLEH JENIS-JENIS BURUNG

DI KAMPUNG CANGKURAWOK, DRAMAGA

Tim Penyusun:

Siti Nariah (E34110013)

Bahrul Septian (E34110041)

Weldemina Watopa (E34110116)

Abstrak

Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan habitat sungai dan tegakan pinus

oleh jenis-jenis burung yang ada di habitat sungai dan tegakan pinus. Pengamatan ini di

laksanakan pada bulan Desember 2012. Lokasi kegiatan berada di Kampung Cangkurawok,

belakang Kams IPB Dramaga. Habitat yang dipakai untuk studi berada di sungai dan tegakan

pinus. Metode yang digunakan adalah metode observasi yakni metode pengumpulan data

melalui pengamatan langsung. Pengolahan data yang diperoleh menggunakan analisis

deskriptif. Hasil pengamatan Setidaknya tercatat ada 19 jenis burung yang ada. Potensi jenis

burung yang ada tentu memanfaatkan area tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan yang

telah diolah, tingkat pemanfaatan habitat sungai lebih tinggi dari pada pemanfaatan habitat

tegakan pinus.

Kata Kunci: Pemanfaatan Habitat dan Kampung Cangkurawok

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Burung merupakan satwaliar

yang memiliki kemampuan

hidup di hampir semua tipe

habitat, dari kutub sampai

gurun, dari hutan konifer

sampai hutan tropis, dari

sungai, sawah sampai

lautan. Burung mempunyai

mobilitas yang tinggi dan

kemampuan beradaptasi

terhadap berbagai tipe

habitat yang luas (Welty

1982). Burung adalah bagian

dari keanekaragaman hayati

yang harus dijaga

kelestariaannya dari

kepunahan maupun penurunan

keanekaragaman jenisnya.

Primack (1998), menyatakan

bahwa manfaat dan fungsi

burung yang begitu besar

bagi kehidupan manusia,

sehingga mendorong upaya

untuk menjaga kelestarian

dan keanekaragamannya.

Kegiatan manusia

menyebabkan berkurangnya

ataupun hilangnya habitat

bagi burung-burung,

kegiatan tersebut antara

lain konversi lahan untuk

pemukiman, peternakan,

perkebunan, perindustrian,

pertambangan dan lainnya.

Kegiatan-kegiatan tersebut

membutuhkan lahan yang

cukup luas, sehingga

habitat burung semakin

berkurang dengan

bertambahnya kegiatan yang

dilakukan oleh manusia

untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya.

Hernowo (1985) menyatakan

bahwa terdapat hubungan

antara penyebaran jenis

burung dengan tingkat

dominasi burung, dimana

jenis yang memiliki

penyebaran dan dominasi

yang tinggi maka jenis

tersebut lebih survival

terhadap perubahan

lingkungan yang akan

terjadi dan akan lebih

sering dijumpai. Penyebaran

burung dipengaruhi oleh

kesesuaian lingkungan

tempat hidup burung,

meliputi adaptasi burung

terhadap perubahan

lingkungan, kompetisi dan

seleksi alam (Welty 1982).

Menurut Peterson (1980)

diacu dalam Mulyani (1985)

penyebaran burung sangat

erat kaitannya dengan

ketersediaan pakan,

sehingga habitat burung

berbeda antara jenis satu

dengan yang lainnya,

dikarenakan jenis makanan

yang berbeda pula. Banyak

spesies burung yang hanya

menempati habitat tertentu

atau tahapan tertentu dari

suatu habitat (Primack

1998).

Lokasi Kampung Cangkurawok

dikelilingi oleh beberapa

habitat yang potensi untuk

menjadi habitat berbagai

jenis burung, yakni habitat

persawahan di Carangpulang,

vegetasi Kampus IPB

Dramaga, Hutan Cifor, Danau

Situ Gede, dan Danau Situ

Letik. Kampung Cangkurawok

mempunyai beberapa jenis

habitat yang memungkinkan

menjadi habitat burung,

yakni tegakan pinus,

pinggiran sungai,

persawahan dan sungai.

Alasan ini yang mendorong

tim untuk melaksanakan

pengamatan di dua habitat

di Kampung Cangkurawok,

yakni habitat sungai dan

tegakan pinus. Pengamatan

dilaksanakan untuk

mengetahui pemanfaaatan

habitat-habitat tersebut

oleh berbagai jenis burung.

1.2. Tujuan

Mengetahui pemanfaatan

habitat sungai dan tegakan

pinus oleh jenis-jenis

burung yang ada di habitat

sungai dan tegakan pinus.

2. METODE

2.1. Waktu dan Tempat

Waktu pelaksanaan bulan

Desember 2012. Lokasi

kegiatan berada di Kampung

Cangkurawok, belakang

Kampus IPB Dramaga. Habitat

yang dipakai untuk studi

berada di sungai dan

tegakan pinus.

2.2. Alat dan Bahan/ Alat

dan Objek

Alat yang digunakan dalam

pengamatan antara lain

adalah : binokular, buku

panduan lapangan MacKinnon

et al 1998 , jam tangan,

kamera, alat tulis, dan

data sheet.

2.3. Teknik Pengambilan

Data

Metode yang digunakan

adalah metode observasi

yakni metode pengumpulan

data melalui pengamatan

langsung atau peninjauan

secara langsung di

lapangan atau lokasi

penelitian. Observer

mengamati burung yang ada

di habitat yang telah

ditentukan dan mengisi

tallysheet yang telah di

buat. Pengamatan dilakukan

dua kali sehari, yakni pagi

(05.30-07.30 WIB) dan sore

(16.00-18.00 WIB), untuk

setiap habitatnya dilakukan

pengulangan dua kali.

2.4. Analisis Data

Pengolahan data yang

diperoleh menggunakan

analisis deskriptif, semua

data yang didapat

dianalisis untuk

menjelaskan segala sesuatu

yang terjadi di lapangan

saat pengamatan. Semua data

yang didapat dianalisis dan

disajikan secara deskriptif

dan dilengkapi dengan

tabel.

3. KONDISI UMUM LOKASI

Kawasan Kampung Cangkurawok

Dramaga secara

administratif terletak di

Desa Babakan, Kec. Dramaga,

Kab. Bogor, Propinsi Jawa

Barat. Letak geografisnya

antara 6°33'4"S dan

106°43'38"E (wikimafia

2012).

Lokasi yang kami pilih

untuk pengamatan di Kampung

Cangkurawok ini adalah

sungai dan tegakan pinus.

Lokasi pertama adalah

tegakan pinus dimana

keadaan ekosistem yang

mendominasinya yaitu pinus

yang merupakan komponen

utama dari lahan ini.

Keadaan lokasi ini hampir

menyerupai sebuah

perkebunan karena hampir

semua lahannya terisi oleh

pohon pinus. Lokasi kedua

yang kami pilih adalah

sungai. Dimana keadaan

sungai ini airnya yang

keruh dan kotor serta

banyak limbah rumah tangga

dan limbah manusia.

Ekosistem yang mendominasi

kawasan sungai ini yaitu

bambu yang terdapat di

sepanjang jalur sungai.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Tegakan Pinus

No Nama Lokal Nama Ilmiah Juml

ah

Aktivitas Umum

1 Tekukur

Jawa

Streptopelia chinensis 14 Bertengger,

perawatan.2 Cekakak

sungai

Todiramphus chloris 7 Bertengger, bersiul,

mengepak-ngepakkan

sayap3 Cucak

kutilang

Pygnonotus aurigaster 27 Kejar-kejaran dengan

jenisnya,4 Cabai Jawa Dicaeum

cruentatum

6 bersiul

5 Pelanduk

topi hutan

Pellorneum

capistratum

3 bersiul

6 Bentet

kelabu

Lanius schach 1 Bertngger

Tabel 1 : Hasil rekapitulasi pengamatan di tegakan pinus, tiga

hari dua kali pengulangan per hari

Jenis burung yang ditemui

pada pengamatan pagi di

lokasi tegakan pinus,

diidentifikasikan sedang

bertengger di pucuk tajuk

pinus untuk menghangatkan

badan. Burung-burung yang

berhasil diidentifikasi

adalah Tekukur Jawa

(Streptopelia chinensis), Cekakak

sungai (Todiramphus chloris),

Cucak kutilang (Pygnonotus

aurigaster), Cabai Jawa

(Dicaeum cruentatum),

Kedasi hitam (Surniculus

lugubris), Pelanduk topi

hutan (Pellorneum capistratum),

dan Bentet kelabu (Lanius

schach). Tekukur Jawa

merupakan jenis yang banyak

ditemui pada saat

pengamatan dilakukan.

Tegakan pinus di

Cangkurawok memiliki kanopi

yang relatif terbuka,

cahaya matahari bisa

menembus kanopi sampai ke

lantai hutan. Jarak tanam

antar pohon tidak teratur,

beberapa pohon tumbang dan

ditebang sehingga kanopi

atap semakin terbuka.

Menurut Orians (1969)

faktor lain yang menentukan

keanekaragaman jenis burung

pada suatu habitat adalah

kerapatan kanopi. Habitat

yang mempunyai kanopi yang

relatif terbuka akan

digunakan oleh banyak jenis

burung untuk melakukan

aktivitasnya, dibandingkan

dengan habitat yang rapat

dan tertutup. Fakta di

lapangan jenis burung yang

ditemukan oleh pengamat

tidak beragam.

Jenis burung yang berhasil

teramati sedikit jenisnya.

Keragaman jenis diduga

berkaitan dengan keragaman

tanaman yang tumbuh. Pohon

pinus yang mendominasi

habitat tersebut membatasi

ketersediaan pakan yang

beragam, hal ini

mempengaruhi keragaman

jenis burung yang

memanfaatkan habitat

tersebut.

Aktifitas dominan yang

dilakukan burung saat pagi

hari adalah perawatan diri.

Menurut Simmons (1964)

dalam Petingill (1969)

perilaku perawatan ini

meliputi preening

(menelisik bulu ), head-

scratching (menggaruk),

sunning (berjemur). Saat

pengamatan pagi hari jenis

Cekakak, Tekukur biasa,

Bentet kelabu , dan Kedasi

hitam selalu melakukan

perilaku perawatan tersebut

di puncak tajuk pinus .

Aktifitas sosial dapat

diamati di daerah ini,

yakni jenis Cucak kutilang.

Mereka sering terlihat

berkelompok, saling kejar,

dan bersahutan.

Beberapa faktor yang diduga

menarik perhatian burung-

burung diatas diantaranya

adalah tumbuhan parasit

seperti benalu penghasil

biji menarik burung pemakan

biji seperti burung Cabai

Jawa dan Tekukur biasa.

Intensitas cahaya matahari

yang tinggi menarik burung-

burung untuk berjemur,

karena letak tegakan pinus

di bukit menjadikan cahaya

matahari tidak terhalangi

oleh jenis tegakan yang

lainya.

Penggunaan habitat tegakan

pinus oleh burung-burung

yang ditemukan pada umumnya

dimanfaatkan untuk

bertengger dan berjemur

khususnya jenis Cekakak,

Tekukur dan Betet kelabu.

Beberapa jenis burung

seperti Cabai Jawa dan

Cucak kutilang terlihat

mencari makan dan kejar-

kejaran.

3.2. Bantaran sungai belakang asrama putra.

No Nama Lokal Nama Ilmiah Jumla

h

Aktifitas Umum

1 Cekakak

sungai

Todiramphus chloris 8 Bertengger,

memancing2 Raja udang

meninting

Alcedo meninting 1 bertengger

3 Bentet

kelabu

Lanius schach 2 bertengger

4 Cabai Jawa Dicaeum cruentatum 23 Bersiul, makan

serangga, kejar-

kejaran5 Cinenen Jawa Orthotomus sepium 8 Bersiul, makan

serangga6 Cinenen

kelabu

O. ruficeps 6 Bersiul, makan

7 Cinenen

belukar

O. atrogularis 7 Bersiul, kejar-

kejaran8 Walet lichi Collocalia linchi Terbang, mandi9 Layang-

layang rumah

Delichon dasypus 8 Terbang, mandi

10 Pelanduk

topi hitam

Pellorneum

capistratum

bersiul

11 Wiwik

uncuing

Culculus sepulclaris 6 Bertengger, bersiul

12 Wiwik lurik Cacomantis sonnerati 10 bersiul13 Wiwik kelabu Cacomantis merulinus 7 bersiul14 Cekakak Jawa Halcyon cyanoventris 5 Bertengger, terbang

dekat sungaiTabel 2 : Hasil rekapitulasi pengamatan di pinggir sungai, tiga

hari, dua kali pengulangan perhari.

Jenis burung yang ditemukan

beragam, cekakak sungai

(Todiramphus chloris), raja

udang meninting (Alcedo

meninting), bentet kelabu

(Lanius schach), kutilang

(Pygnonotus aurigaster), cabai

jawa (Dicaeum cruentatum),

cinenen jawa (Orthotomus

sepium), cinenen kelabu

(Orthotomus ruficeps), cinenen

belukar (Orthotomus

atrogularis), walet lichi

(Collocalia linchi), layang-

layang rumah (Delichon

dasypus) pelanduk topi hitam

( Pellorneum capistratum),

wiwik uncuing (Culculus

sepulclaris), wiwik lurik

(Cacomantis sonnerati), wiwik

kelabu (Cacomantis merulinus),

cekakak jawa (Halcyon

cyanoventris).

Pengamatan di pagi hari

burung-burung kelompok

Passeriformers cinderung

bersiul-siul, berkejaran

dengan jenisnya masing-

masing di ranting-ranting

pohon, sedangkan burung-

burung lainya seperti

kelompok raja udang,

tekukur, bentet kelabu

cinderung bertengger dan

perawatan diri. Aktifitas

burung walet linchi dan

layang-layang yakni terbang

mendekati permukaan air

sungai.

Pengamatan di sore hari

mendapat hasil yang berbeda

dengan pagi hari, burung-

burung kelompok

Passeriformers memburu

serangga-serangga kecil

yang ada di pohon. Burung-

burung kelompok raja udang

bertengger lebih rendah

mendekai sungai, sebagian

di ranting-ranting pohon.

Burung tekukur biasa

bertengger di bagian tajuk

pohon yang tinggi.

Burung- burung cenderung

merawat diri, berkicau, dan

bertengger di pohon sambil

mengenakan badannya ke

sinar matahari. Mereka

harus mengeringkan bulu-

bulunya dari lembabnya

udara malam, terlebih bulu

untuk terbang.

Menurut pengamatan

dilapangan, bentuk reaksi

burung terhadap sinar

matahari adalah membuka

kedua sayapnya, mengibas-

ngibaskan sayap,

membersihkan daerah kepala

dengan kaki maupun dengan

menggosokan ke ranting.

Kegiatan-kegiatan tersebut

banyak dilakukan oleh

tekukur dan raja udang.

Pemanfaatan habitat sungai

cenderung lebih beragam

dibandingkan dengan habitat

di tegakan pinus. Tingginya

aktifitas pemanfaatan

habitat ini tidak lepas

dari keberagaman jenis

pohon dan tumbuhan yang

tumbuh di habitat tersebut.

Burung jenis Passeriformers

lebih banyak dijumpai di

habitat bantaran sungai,

baik pengamatan pagi atau

pun sore hari. Keberadaan

pohon-pohon penghasil biji

dan buah diduga menjadi

alasan burung–burung

kelompok Passeriformers

untuk beraktifitas disana.

Tumbuhan yang berbuah pasti

berbunga, nektar bunga

dapat menarik para

serangga. Serangga

merupakan makanan kelompok

burung Passeriformers.

Pemanfaatan habitat

bantaran sungai tidak hanya

sebagai tempat mencari

makan saja, ketika

pengamatan ditemukan dua

bekas sarang burung yang

sudah tidak utuh lagi.

Penemuan sarang ini dapat

disimpulkan bahwa daerah

bantaran sungai

dimanfaatkan oleh burung

untuk berbiak.

5. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Daerah tegakan pinus di

manfaatkan burung-burung

untuk perawatan diri

diwaktu pagi hari, jenis

burung yang banyak

memanfaatkan daerah

tersebut adalah jenis

tekukur dan cekakak.

Perjumpaan dengan sarang

burung belum pernah terjadi

di daerah tegakan pinus.

Namun kemungkinan daerah

tersebut termasuk tempat

breading masih banyak,

karena pengamat mempunyai

banyak kekurangan di

visualisasi.

Daerah bantaran sungai

mempunyai jenis burung yang

lebih banyak dibandingkan

daerah tegakan pinus, hal

ini sebanding dengan

tingkat biodiversitas jenis

tumbuhan yang tumbuh. Serta

adanya sungai membuat

pilihan pakan semakin

banyak, karena daerah

pertemuan daratan dengan

air akan banyak

dimanfaatkan oleh berbagai

jenis mahkluk hidup.

Jenis pemanfaatan habitat

daerah bantaran sungai

adalah sebagai tempat

breading beberapa jenis

burung, hal ini diikutkan

dengan ditemukan sarang

burung oleh pengamat.

Jenis burung berkicau yang

berhasil diamati lebih

banyak memanfaatkan daerah

bantaran sungai untuk

berjemur di pagi hari.

5.2. Saran

Melihat kondisi lokasi

pengamatan yang sangat

kotor, kami menyarankan

sebaiknya masyarakat

sekitar lebih menjaga

kebersihan agar kelestarian

alam yang ada di Kampung

Cangkurawok tetap terjaga.

Sehingga jenis burung yang

ada di tempat itu tidak

kehilangan vegetasinya

untuk tempat mereka

beraktifitas.

Ucapan terimakasih

Terimakasih kami ucapkan

kepada Bapak Dr. Ir. Abdul

Haris Mustari, M.ScF selaku

dosen pembimbing dan

terimakasih kepada Kak

Aronika Kaban selaku asprak

yang sudah membantu dalam

terlaksananya pengamatan

ini.

Daftar Pustaka

Hernowo JB. 1985. Studi

Pengaruh Tanaman

Pekarangan Terhadap

Keanekaragaman Jenis

Burung Daerah Pemukiman

Penduduk Perkampungan

Di Wilayah Tingkat II

Bogor. [Skripsi].

Fakultas Kehutanan IPB.

Bogor.

MacKinnon J, K Phillips,

van Balen. 1998. Seri

Panduan Lapangan: Burung-

burung di Sumatera, Jawa, Bali

dan Kalimantan.

Puslitbang Biologi

LIPI. Bogor.

MacKinnon J, et al. 2000.

Burung-burung di Sumatra,

Jawa, Bali dan Kalimantan.

Birdlife International.

Bogor.

Mulyani YA. 1985. Studi

Keanekaragaman Burung

di Lingkungan Kampus

Darmaga. [Skripsi]

Departemen Konservasi

Sumberdaya Hutan,

Fakultas Kehutanan IPB.

Bogor.

Primack RB, Supriatna J,

Indrawan M,

Kramadibrata P. 1998.

Biologi Konservasi. Yayasan

Obor Indonesia.

Jakarta.

Welty JC. 1982. The Life of

Bird. Saunders College

Publishing.

Philadelphia.

http://wikimapia.org/

7264496/id/Gerbang-

Belakang-Kampus-IPB-

Cangkurawok (di akses

hari Rabu, 16 Januari

2013).

http://

repository.ipb.ac.id/

bitstream/handle/

123456789/16436/

E02bud_abstract.pdf?

sequence=1 (di akses

hari Rabu, 16 Januari

2013).