tesis - UMM Institutional Repository
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of tesis - UMM Institutional Repository
i
PERBANDINGAN MOTIF DAN AMANAT DALAM CERITA RAKYAT
VIETNAM TẤM CÁM DAN CERITA RAKYAT INDONESIA BAWANG
PUTIH DAN BAWANG MERAH
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Derajat Gelar S-2
Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Disusun Oleh:
TON THI THUY TRANG
NIM : 202010550211009
DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
April 2022
i
PERBANDINGAN MOTIF DAN AMANAT DALAM CERITA RAKYAT
VIETNAM TẤM CÁM DAN CERITA RAKYAT INDONESIA BAWANG
PUTIH DAN BAWANG MERAH
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Derajat Gelar S-2
Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Disusun Oleh:
TON THI THUY TRANG
NIM : 202010550211009
DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
April 2022
iii
T E S I S
TON THI THUY TRANG
202010550211009
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada hari/tanggal, Jumat/ 22 April 2022
dan dinyatakan memenuhi syarat sebagain kelengkapan
memperoleh gelar Magister/Profesi di Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Malang
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
Ketua : Assc. Prof. Dr. Arif Budi Wuriyanto
Sekretaris : Prof. Dr. Ribut Wahyu Eriyanti
Penguji I : Assc. Prof. Dr., Drs. Joko Widodo
Penguji II : Assc. Prof. Dr. Hari Windu Asrini
v
KATA PENGANTAR
Indonesia dan Vietnam adalah dua negara yang terletak di kawasan Asia
Tenggara, tidak hanya berhubungan erat tetapi juga mempunyai banyak kesamaan
dalam kebudayaan dan kesusastraan. Akan tetapi, penelitian mengenai aspek-aspek
semacam ini jarang ditemukan di negara masing-masing, khususnya di dalam bidang
sastra. Oleh karena itu, kajian mengenai “Perbandingan Motif dan Amanat dalam
Cerita Rakyat Vietnam Tấm Cám dan Cerita Rakyat Indonesia Bawang Putih
dan Bawang Merah” ini dapat dikatakan sebagai penelitian perbandingan sastra
pertama yang dilakukan antara Indonesia dan Vietnam. Penelitian ini dimaksudkan
untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Pendidikan pada
program studi Pendidikan Bahasa Indonesia.
Sebagai mahasiswa asing, Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini tidak
akan selesai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung dan membantu, baik secara ilmiah, moral, spiritual, ataupun finansial
selama masa kuliah dan proses penyelesaian tesis ini. Ucapan terima kasih terutama
disampaikan kepada yang terhormat:
1) Bapak Dr. Fauzan, M.Pd., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.
2) Bapak Prof. Akhasanul In’am, Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Malang.
3) Ibu Prof. Dr. Ribut Wahyu Eriyanti, M.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi
Magister Pendidikan Bahasa Indonesia sekaligus sebagai dosen pembimbing
pendamping yang telah memberikan ilmu, bimbingan, dorongan, dan semangat
sejak awal penyusunan proposal; membaca dan memeriksa dengan teliti bahasa
Indonesia maupun ilmu pengetahuan tentang budaya dan pendidikan bahasa
Indonesia sehingga tesis ini menjadi baik seperti sekarang.
4) Bapak Assc. Prof. Dr. Arif Budi Wuriyanto, M.Si., selaku pembimbing utama
sekaligus dosen pengajar bahasa Indonesia untuk penulis sejak datang di
vi
Indonesia serta mata kuliah Pembelajaran BIPA dan Kajian Budaya Nusantara
yang selalu memberikan saran, bimbingan, dorongan dan semangat sejak awal
penyusunan proposal, membaca dan memeriksa dengan teliti bahasa Indonesia
maupun ilmu pengetahuan tentang sastra, budaya dan pendidikan bahasa
Indonesia sehingga tesis ini menjadi baik seperti sekarang.
5) Bapak Assc. Prof. Dr., Drs. Joko Widodo, M.Si., selaku penguji utama sekaligus
dosen pengajar mata kuliah Menulis Kreatif Sastra yang telah banyak
memberikan ilmu pengetahuan tentang sastra umum dan bahasa Indonesia, dan
sekaligus memberikan saran, bantuan, semangat dan nasihat yang sangat berguna
sehingga tesis ini menjadi baik.
6) Ibu Assc. Prof. Dr. Hari Windu Asrini, M.Si., selaku penguji pendamping
sekaligus dosen pengajar mata kuliah Kajian Linguistik Mikro yang telah
memberikan ilmu pengetahuan tentang linguistik dan bahasa Indonesia, dan
sekaligus memberikan saran, bantuan, semangat, dan nasihat yang sangat berguna
sehingga tesis ini menjadi baik.
7) Bapak, Ibu Dosen, serta staf di lingkungan Program Studi Magister Pendidikan
Bahasa Indonesia, Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan
bekal ilmu dan pengetahuan selama proses perkuliahan.
8) Kedua orang tua penulis, Bapak Ton Thai Vinh dan Ibu Phung Kim Loan serta
keluarga yang telah memberikan dukungan moril maupun materil, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.
9) Pemerintah Republik Indonesia, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan
Teknologi Indonesia yang telah memberikan kesempatan dan bantuan berupa
beasiswa KNB kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan pascasarjana.
10) Konsulat Jenderal Republik Indonesia untuk kota Ho Chi Minh yang telah
memberikan kemudahan selama proses pendaftaran beasiswa KNB, pelengkapan
dokumen maupun pemberian visa masuk ke Indonesia.
vii
11) Universitas Nasional Vietnam di kota Ho Chi Minh - Universitas Ilmu Sosial dan
Humaniora kota Ho Chi Minh, Fakultas Ilmu Ketimuran – tempat yang telah
merekomendasikan dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melanjutkan pendidikan pada program pascasarjana di UMM, kota Malang,
Indonesia.
12) Teman-teman Magister Pendidikan Bahasa Indonesia 2020 dan di Vietnam yang
sudah mendampingi memberikan bantuan, dan semangat untuk penulis selama
kuliah dan proses menyelesaikan tugas perkuliahan dan tesis ini.
13) Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan, dan semangat selama kuliah dan proses penyelesaian tesis ini. Semoga
kebaikan Bapak dan Ibu dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Meskipun penulisan tesis ini telah selesai, namun penulis yakin bahwa masih
terdapat kekurangan, kelemahan, dan kekeliruan yang semuanya menjadi tanggung
jawab penulis. Untuk ini, kritik dan saran yang konstruktif terhadap penyusunan tesis
ini sangat diharapkan.
Terakhir, mudah-mudahan tesis ini dapat berguna untuk memperkaya khasanah
keilmuan di bidang sastra bandingan dan sastra pada umumnya. Selain itu, tesis ini
diharapkan akan memberikan manfaat kepada mahasiswa-mahasiswa dan peneliti-
peneliti sastra di Indonesia dan pembaca umumnya.
Malang, 22 April 2022
TON THI THUY TRANG
viii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“If you talk to a man in a language he understands, that goes to his head.
If you talk to him in his own language, that goes to his heart.”
(Jika Anda berbicara dengan seseorang dalam bahasa yang dia
mengerti, kata-kata anda hanya masuk ke kepalanya. Jika Anda
berbicara dengan seseorang dalam bahasanya sendiri, kata-kata anda
akan masuk ke hatinya.)
~ Nelson Mandela~
“A journey of a thousand miles begins with a single step.”
(Perjalanan seribu mil ditentukan dengan langkah pertama.)
~Lao Tzu~
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ........................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xii
ABSTRAK ................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 2
KAJIAN LITERATUR ............................................................................................... 5
Sastra bandingan ........................................................................................................ 5
Folklor ....................................................................................................................... 7
Cerita Rakyat ............................................................................................................. 8
Motif .......................................................................................................................... 9
Amanat .................................................................................................................... 10
Teori Struktural Naratif (Naratologi) ...................................................................... 10
METODE PENELITIAN ......................................................................................... 12
HASIL PENELITIAN .............................................................................................. 14
Persamaan dan Perbedaan Motif dalam TC dan BPBM ............................................. 15
Motif yang Sama ..................................................................................................... 15
Motif Yang Sama Tetapi Berbeda dalam Sifatnya .................................................. 18
Motif yang Berbeda ................................................................................................. 20
Persamaan dan Perbedaan dalam Bentuk Penyampaian Amanat ............................... 25
Amanat Tersurat ...................................................................................................... 25
x
Amanat Tersirat ....................................................................................................... 28
PEMBAHASAN ........................................................................................................ 30
Persamaan dan Perbedaan Motif ............................................................................. 30
Persamaan dan Perbedaan Amanat .......................................................................... 31
SIMPULAN ............................................................................................................... 33
SARAN ....................................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 34
LAMPIRAN ............................................................................................................... 37
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Motif yang sama dalam TC dan BPBM mengikuti Motif-index of Folk
Literature (Thompson, 1958) ...................................................................................... 15
Tabel 2. Motif yang sama tetapi berbeda dalam sifatnya dalam TC dan BPBM
mengikuti Motif-index of Folk Literature (Thompson, 1958) .................................... 18
Tabel 3. Motif yang beda dalam TC dan dongeng BPBM mengikuti Motif-index of
Folk Literature (Thompson, 1958) ............................................................................. 20
Tabel 4. Amanat tersurat dalam dongeng TC dan BPBM .......................................... 25
Tabel 5. Amanat tersirat dalam TC dan BPBM ......................................................... 28
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Sinopsis Dongeng Tam Cam .................................................................. 38
Lampiran 2. Sinopsis Dongeng Bawang Putih dan Bawang Merah ........................... 40
Lampiran 3. Indikator Motif dan Amanat ................................................................... 42
Lampiran 4. Klasifikasi Motif-motif dalam Motif-Index Thompson .......................... 43
Lampiran 5. Indikartor berbagai motif ditemukan dalam kedua dongeng..................45
Lampiran 6. Konstruksi Motif dan Amanat dalam Dongeng Tam Cam ..................... 47
Lampiran 7. Konstruksi Motif dan Amanat dalam Dongeng Bawang Putih dan
Bawang Merah ............................................................................................................ 63
Lampiran 8. Analisis Perbandingkan Motif dan Amanat dalam Dongeng Tam Cam
dan Dongeng Bawang Putih dan Bawang Merah ....................................................... 70
1
PERBANDINGAN MOTIF DALAM CERITA RAKYAT VIETNAM TẤM CÁM
DAN CERITA RAKYAT INDONESIA BAWANG PUTIH DAN BAWANG
MERAH
TON THI THUY TRANG
Assc. Prof. Dr. Arif Budi Wurianto, M.Si. (NIDN: 0029086401)
Prof. Dr. Ribut Wahyu Eriyanti, M.Si., M.Pd. (NIDN: 0019036402)
Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Direktorat Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang
ABSTRAK
Cerita rakyat bertipe Cinderella dianggap sebagai cerita rakyat populer dan
memiliki paling banyak versi dalam arsip cerita rakyat dunia. Di Vietnam, cerita rakyat
bertipe Cinderella yang terpopuler adalah dongeng Tam Cam, sedangkan di Indonesia
adalah Bawang Putih dan Bawang Merah (Jawa Tengah). Kedua cerita tersebut lahir di
tempat berbeda, tetapi memiliki perbedaan dan persamaan dalam motif dan amanat.
Berdasarkan hal-hal di atas, penelitian ini bertujuan (1) menggambarkan perbedaan dan
persamaan motif yang menggerakan cerita rakyat Bawang Putih dan Bawang Merah
dan Tấm Cám; (2) dan mendeskripsikan persamaan dan perbedaan amanat cerita dalam
dongeng Bawang Putih dan Bawang Merah dan dongeng Tấm Cám. Penelitian
menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan kualitatif. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode studi dokumenter dengan
teknik baca catat dan teknik analisis stuktural untuk mengumpulkan data. Teknik
analisis data merupakan deskriptif kualitatif dan teknik perbandingan sastra. Hasil
penelitian menunjukan bahwa (1) dari sisi motif terdapat (a) motif yang sama; (b) motif
yang sama tetapi berbeda dalam sifatnya; (c) motif yang beda; (2) dan dari sisi amanat
terdapat (a) amanat tersurat; (b) amanat tersirat.
Kata kunci: amanat, cerita rakyat Vietnam, sastra bandingan, motif, motif-index
Thompson
ABSTRACT
In the world's folklore archives, Cinderella type is considered popular folklore
and has the most versions. In Vietnam, the most popular Cinderella-type folklore is the
story of Tam and Cam, while in Indonesia it is Bawang Putih and Bawang Merah
(Central Java). The two stories were born in different places, but have differences and
similarities in motifs and messages. Based on the things above, the research aims to (1)
describe the differences and similarities of the motifs that drive the folklore of Bawang
Putih dan Bawang Merah and Tam Cam; (2) describe the similarities and differences in
the story messages in the story of Bawang Putih and Bawang Merah and the story of
Tam Cam. The study used a qualitative descriptive method with a qualitative approach.
Data collection techniques in this study used the documentation method with reading
2
and note-taking techniques, and structural analysis techniques. Data analysis techniques
are descriptive qualitative and literary comparison techniques. The results showed that
(1) in terms of motifs there are (a) the same motifs; (b) the same motifs but different in
nature; (c) the different motifs; (2) in terms of the messages there are (a) the direct
message; (b) and the implied message.
Keywords: comparative literature, folklore Vietnam, motif, motif-index
Thompson, the messages
PENDAHULUAN
Sastra Lisan merupakan bagian yang tidak bisa dilepaskan dari kesusastraan setiap
negara karena mencerminkan nilai-nilai kehidupan budaya spiritual suatu bangsa. Cerita
rakyat dianggap sebagai contoh sastra lisan karena merupakan salah satu karya sastra
lisan yang lahir, hidup, dan berkembang di masyarakat tradisional dan disebarkan
generasi lama ke generasi baru. Cerita rakyat mengandung survival, sifatnya anonim dan
sebagai wujud ekspresi suatu budaya yang ada di masyarakat tertentu (Đắc, 2001;
Danandjaja, 1994; Diên, 2003).
Dalam arsip cerita rakyat dunia, cerita rakyat bertipe Cinderella dianggap
sebagai cerita rakyat populer dan memiliki paling banyak versi. Thompson (1977)
mengatakan bahwa, “Mungkin dalam arsip cerita rakyat dunia, yang paling terkenal
adalah cerita rakyat bertipe Cinderella”. Tipe cerita ini ditemukan dalam banyak versi di
negara-negara di seluruh dunia, tidak hanya di Eropa, tetapi juga di Asia Tenggara,
termasuk Vietnam dan Indonesia. Di Vietnam cerita rakyat bertipe Cinderella yang
terpopuler adalah dongeng Tấm Cám (selanjutnya ditulis TC), sedangkan di Indonesia
adalah Bawang Putih dan Bawang Merah (Jawa Tengah) (selanjutnya ditulis BPBM).
Tidak hanya populer, kedua cerita ini juga memiliki banyak versi dari berbagai daerah di
masing-masing negara. Di samping itu, kedua cerita di atas masih beredarkan di
masyarakat sampai saat ini dan memiliki peran sangat penting pada masa modern dalam
pendidikan karakter bangsa karena menunjukkan nilai budaya dan spiritual leluhur suatu
bangsa.
Walaupun cerita bertipe Cinderella di Vietnam dan Indonesia mempunyai banyak
versi, tetapi selalu memiliki banyak persamaan dan perbedaan, untuk dapat analisis
3
motif-motif secara mudah, Motif-Index Thompson digunakan sebagai referensi utama
karena Motif-Index Thompson adalah buku kumpulan motif dari seluruh dunia dan
dipandang sebagai buku karangan khusus motif, terutama dimaksudkan untuk
menggunakan menelitian motif dalam dongeng (Đắc, 2001 dan Danandjaja, 1994).
Perbedaan dan persamaan pada kedua dongeng dibuktikan melalui analisis dan
membanding motif, misalnya berada dua motif yang sama adalah Ibu tiri dan tokoh anak
tiri adalah tokoh utama. Motif ini merupakan hubungan antara tokoh dalam cerita. Jika
Tam adalah anak tiri dalam TC, Bawang Putih merupakan anak tiri dalam BPBM. Selain
itu, berdasarkan penciptaan motif di masing-masing negara, perbedaan dalam motif
dimuncul, yaitu motif reinkarnasi berulang (TC), ujian kesabaran (BPBM), dan
sebagainya.
Di Vietnam, TC adalah dongeng yang masuk dalam kurikulum tingkat SD (kelas
V) dan SMA (kelas X). Menurut Tran Duc Ngon - Editor buku bahasa dan sastra kelas
X volume I, Tam Cam adalah dongeng terindah dalam arsip cerita rakyat Vietnam.
Dongeng Tam Cam memiliki filosofi sebab dan akibat yang sangat mendalam dan nilai-
nilai pendidikan yang kuat. Cerita rakyat Vietnam, jika tidak ada Tam Cam akan
menjadi kerugian besar yang tidak dapat dikompensasikan. Di Indonesia, BPBM
merupakan cerita favorit karena tidak hanya dimunculkan dalam beberapa kumpulan
cerita rakyat popular nusantara, tetapi juga sumber inspirasi banyak film dan opera di
Indonesia seperti Bawang Merah, Bawang Putih dan Dua Raksasa (2007), sinetron
Bawang Merah Bawang Putih (2004), dan lain-lainnya.
Bidang studi perbandingan cerita rakyat antara Vietnam dan Indonesia belum
dikaji, terutama perbandingkan motif dan amanat antara kedua cerita rakyat. Motif
dipandang sebagai unsur uiniversal dapat dikaji untuk menemukan hal-hal yang sama
dan berbeda dalam kesusastraan antara dua negara lain (Đắc, 2001). Vietnam dan
Indonesia adalah dua negara yang terletak di Asia Tenggara, mempunyai banyak
kesamaan dalam kebudayaan. Perbandingan cerita rakyat di antara dua negara tidak
hanya menambah wawasan sastra lisan, terutama cerita rakyat, tetapi juga menemukan
4
unsur budaya yang interferensi di antara dua negara. Di samping itu, di Vietnam dan di
Indonesia belum punya banyak referensi tentang sastra serta penelitian perbandingan
sastra antara kedua negara, terutama cerita rakyat TC dengan BPBM belum diteliti.
Berdasarkan beberapa hal tersebut, Penulis meneliti tetang perbandingan sastra,
secara khusus adalah perbandingan cerita rakyat BPBM di Indonesia dan TC di Vietnam
dengan judul “Perbandingan Motif dan Amanat dalam Cerita Rakyat Vietnam Tấm Cám
dan Cerita Rakyat Indonesia Bawang Putih dan Bawang Merah”. Hasil penelitian ini
dapat sebagai rujukan pembelajaran sastra Asia Tenggara dalam kajian Indonesia,
sekaligus sebagai rujukan bagi mahasiswa yang berniat mempelajari cerita rakyat
negara-negara Asia Tenggara, khususnya Vietnam dan Indonesia. Baik di Vietnam
maupun di Indonesia, sudah banyak peneliti yang mempelajari perbandingan cerita
rakyat dari negara mereka sendiri dengan negara atau budaya lain, misalnya Jepang,
Korea, Cina, Thailand, dan lain-lainnya.
Di Indonesia, ada beberapa penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian
ini, yaitu Febrianti (2019) dengan judul “Perbandingan Cerita “Semangka Emas”
dengan Cerita “Bawang Merah Bawang Putih”. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa kedua cerita memiliki persamaan tentang kecemburuan terhadap saudara dan
kebaikan berbuah keberuntungan yang merupakan cerminan perilaku sosial, hubungan-
hubungan manusia dengan manusia dan makhluk hidup lainnya. Selanjutnya,
perbandingan dongeng Bawang Merah Bawang Putih dengan satu dongeng yang berasal
dari negara lain juga diteliti untuk menunjukkan beberapa hal-hal yang persamaan dan
perbedaan, misalnya struktur, nilai moral dan sebagainya (Anjarwati, 2017; Dari, 2017;
Laily N, 2015; dan Setyorini, 2020).
Di Vietnam, ada para penelitian yang terkait dengan penelitian, yaitu: Đường Tiểu
Thi (2008) tentang “Perbandingkan Tipe Cerita Cinderella dari Beberapa Kelompok
Etnis Cina Selatan dengan Tipe Cerita Tam Cam Vietnam”. Melalui penelaahan
struktur dan tema cerita Cinderella di Cina Selatan dan Vietnam, penelitian telah
menunjukkan persamaan dan perbedaan dalam motif di antara dua negara tersebut dan
5
menjelaskan penyebab perbedaan dalam motif berdasarkan kepercayaan, agama, adat,
sejarah masyarakat dan sebagainya. Selanjutnya, penelitian-penelitian yang relevan
dengan perbandingkan tipe cerita rakyat melalui TC dengan cerita bertipe yang sama
berasal dari beberapa negara lain juga dilakukan (Đắc, 2001; Loan, 2020; Mujib, 2009;
dan Trang, 2017). Melalui mengkaji tema, tokoh, latar, inkarnasi dan motif penelitian-
penelitian tersebut menunjukkan bahwa meskipun memiliki kesamaan dalam tipe cerita,
tetapi di setiap etnis mempunyai penciptaan sendirian.
Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek yang dibandingkan
dan fokus penelitian. Objek penelitian ini adalah cerita rakyat Vietnam TC dan cerita
rakyat Indonesia BPBM. Cerita TC diterbitkan dan dicetak dalam buku Bahasa dan
Sastra Vietnam SMA kelas X (I), sedangkan cerita BPBM diterbitkan dan dicetak dalam
Kumpulan Dongeng Nusantara Terpopuler dari 34 Provinsi. Selain itu, pada penelitian
sebelumnya berupa perbandingan cerita BPBM dengan cerita rakyat di Indonesia atau di
satu negara lain, misalnya Jepang, Korea, Cina, sedangkan penelitian ini fokus pada
perbandingan motif dan amanat dalam kedua cerita rakyat tersebut sehingga dapat
realisasi latar sosial-budaya negara Indonesia dan Vietnam. Persamaan dengan
penelitian sebelumnya terletak pada permasalahan perbandingan dua cerita rakyat.
Berdasarkan pada hal-hal yang telah diuraikan di atas, permasalahan yang dibahas
dalam penelitian ini sebagai berikut (1) bagaimana perbedaan dan persamaan motif yang
menggerakkan cerita pada BPBM dan TC? (2) dan bagaimana persamaan dan perbedaan
amanat cerita pada BPBM dan TC? Dari rumusan masalah di atas, penelitian ini
bertujuan (1) menggambarkan persamaan dan perbedaan motif yang menggerakkan
cerita rakyat BPBM dan TC; (2) dan mendeskripsikan persamaan dan perbedaan amanat
cerita dalam BPBM dan TC.
KAJIAN LITERATUR
Sastra bandingan
Menurut Remak (1990:1) sastra bandingan adalah kajian sastra di luar batas-batas
sebuah negara dan kajian hubungan di antara sastra dengan bidang ilmu serta
6
kepercayaan yang lain seperti seni (misalnya: seni lukis, seni ukir, seni binda, dan seni
musik), filsafat, sejarah, dan sain sosial (misal: politik, ekonomi, sosiologi), sain, agama
dan lain-lain. Sejalan dengan Remak, Sumiyadi (2012) menyatakan sastra bandingan
adalah membandingkan sastra sebuah negara dengan sastra negara lain dan
membandingkan sastra dengan bidang lain sebagai keseluruhan ungkapan kehidupan.
Lebih jelas, Wellek (2014) mengatakan bahwa istilah “sastra bandingan” dalam
pratiknya bersifat multidisiplin. Pertama, istilah ini digunakan dalam studi sastra lisan,
terutama cerita-cerita rakyat dan migrasinya, serta kemasukan cerita rakyat pada
penulisan sastra yang lebih artistik. Kedua, istilah sastra bandingan mengacu studi
hubungan antara dua kesusastraan atau lebih. Ketiga, istilah sastra bandingan
dimasukkan dengan studi sastra menyeluruh.
Dalam sastra bandingan, objek yang dibandingkan dalam sebuah karya sastra
merupakan perbedaan dan persamaan. Hal ini dijelaskan oleh Remak (1990:13) bahwa
dalam sastra bandingan yang dibandingkan adalah kejadian sejarah, pertalian karya
sastra, persamaan dan perbedaan, tema, genre, style, perangkat evolusi budaya, dan
sebagainya. Selanjutnya, Kasim (1996) menyatakan bahwa penelitian sastra bandingan
perlu memperhatikan dalam lima bidang, yaitu (1) tema dan motif; (2) genre dan
bentuk (form), stalistika, majas, suasana; (3) aliran dan angkatan; (4) hubungan karya
sastra dengan ilmu pengetahuan, agama/kepercayaan, dan karya-karya seni; (5) dan teori
sastra, sejarah sastra, dan teori kritik sastra. Selanjutnya, terkait dengan praktik
penelitian sastra bandingan di Indonesia, Endraswara (2011:43) mengatakan sastra
bandingan di Indonesia terbagi menjadi empat kelompok, yaitu: (1) sastra bandingan
dalam kaitan studi filologi yang dikenal sebagai kritik teks; (2) sastra bandingan dalam
hubungan dengan sastra lisan; (3) sastra bandingan modern; (4) dan sastra bandingan
interdisipliner.
Sastra lisan menjadi salah satu objek dilakukan membandingkan antara dua negara
atau lebih. Hal ini sesuai dengan pendapat Endraswara (2011) bahwa pada dasarnya,
awal mula kajian sastra bandingan karena terdapat sastra lisan yang muncul dan dapat
7
dibandingkan satu dengan lainnya. Lebih jelas, Damono (2005:54) mengatakan
perbandingan dongeng yang sama dari berbagai negara telah banyak dilakukan dengan
tujuan mengetahui hubungan-hubungan antara perbedaan dan persamaan yang ada dan
watak suatu masyarakat.
Dari beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa: (1) sastra bandingan adalah
studi sastra yang membandingkan dua atau lebih dari dua buah karya yang dalam suatu
wilayah atau dari dua negara; (2) dan tidak ada batasan dalam patokan dan objek yang
dijadikan kajian dalam satra bandingan yang terpenting adalah adanya kesamaan dan
perbedaan di antara bahan yang dijadikan penelitian. Hal ini sesuai dengan tujuan dalam
penelitian ini, yaitu perbandingan perbedaan dan persamaan motif dan amanat dalam
kedua cerita rakyat dari Vietnam dan Indonesia.
Folklor
Folklor (folklore) sebagai sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan
diwarisan secara turun-menurun secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam
bentuk lisan maupun corak disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat
(mnemonic device). Folklor merupakan identitas lokal yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat traditional, menunjukkan identitas kutural dan menampilkan watak atau
corak kebudayaan daerah (Danandjaja, 1994 dan Purwadi, 2009). Menurut Purwadi
(2009), folklor meliputi dongeng, cerita rakyat, hikayat kepahlawanan, adat-istiadat,
lagu, tata cara, kesusastraan, kesenian dan busana daerah. Lebih lanjut, Bruvand (dalam
Danandjaja, 1994:21) menngolongkan folklor menjadi tiga golongan besar berdasarkan
tipenya, yaitu folklor lisan, folklor sebagian lisan, dan folklor bukan lisan. Folklor lisan
adalah folklor yang hanya menwujud secara lisan dalam masyarakat pemiliknya, seperti
puisi rakyat, gelar tradisional, peribahasa. Folklor sebagian lisan adalah folklor yang
wujudnya gabungan antara lisan dengan tindakan. Sedangkan folklor bukan lisan adalah
folklor yang wujudnya material ataupun tindakan, seperti arsitektur rumah, saluran
irigasi (Amir, 2013:163-164). Lebih jelas, Danandjaja (1994), menyatakan bahwa
folklor lisan Indonesia mencakup bahasa rakyat, ungkapan tradisional, pertanyaan
8
rakyat, cerita prosa rakyat, dan nyanyian rakyat. Berdasarkan berbagai uraian di atas,
disimpulkan bahwa sastra lisan merupakan folklor atau bagian dari folklor, khususnya
folklor lisan.
Amir (2013:168) mengatakan bahwa sastra lisan adalah sebuah entitas dan
fenomena yang mempunyai fungsi pada masyarakat. Ia memiliki sistemnya sendiri,
mempunyai fungsi serta kaitan dengan aktivitas dan nilai masyarakatnya. Hal ini dilihat
bahwa, sastra lisan mempunyai fungsi penting dalam masyarakat, yakni: (1) fungsi
pertama dan utamanya adalah untuk hiburan; (2) sastra lisan menyimpan puitika
kosakata yang kaya dengan metafore; (3) sebagai sarana pendidikan, untuk sosilisasi
nilai-nilai; (4) tampak menonjol pada orang-orang yang di luar kampungnya, yaitu
masyarakat yang di rantau; (5) pertunjukan sastra lisan dapat menjadi sarana
mengumpulkan orang untuk menghimpun dana; (6) dan pertunjukan berfungsi untuk
menghimpun orang, tetapi untuk tujuan mendengarkan pesan politik, perkenalan politik,
dan sosialisasi program (Amir, 2013:34-42).
Cerita Rakyat
Menurut Djamaris (dalam Yulianto, 2019), cerita rakyat adalah golongan cerita
yang hidup dan berkembang secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Disebut cerita rakyat karena cerita ini hidup di kalangan rakyat dan hampir
semua lapisan masyarakat mengenal cerita itu. Cerita rakyat memilik masyarakat bukan
memilik seseorang. Ada sangat banyak sekali kategori daripada cerita rakyat tetapi pada
dasarnya cerita rakyat dapat dibagi menjadi tiga golongan besar, yakni: mite (myth),
legenda (legend), dan dongeng (folktale) (Bascom, 1965). Dongeng merupakan cerita
prosa rakyat yang diciptakan dari angan-angan seseorang yang tidak dianggap benar-
benar terjadi. Dongeng disebarkan secara lisan, dari mulut ke mulut, turun-menurun dari
generasi ke generasi melalui kata-kata dalam waktu yang cukup lama. Dongeng
diceritakan terutama untuk hiburan walaupun banyak juga yang melukisan kebenaran,
berisikan pelajaran (moral), atau sindiran (Danandjaja, 1994; dan Surgiarto 2005).
Dongeng telah dibagi menjadi empat golongan, yaitu: (1) dongeng binatang (animals
9
tales); (2) dongeng biasa (ordinary tales); (3) lelucon dan anekdot (jokes and
anecdotes); (4) dan dongeng berumus (formula tales) (Aarne’s & Thompson, 1961 dan
Danandjaja, 1994).
Unsur-unsur pembangun suatu dongeng diklasifikasi menjadi dua golongan besar,
yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Kedua unsur tersebut sama-sama memiliki
peranan penting dalam terciptanya dongeng. Unsur intrinsik adalah unsur yang
menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang membentuk struktur suatu karya sastra
(Miharja, 2012:4). Unsur-unsur pembangun sebuah karya sastra adalah tema, alur (plot),
tokoh, latar (setting), sudut pandang, amanat. Dalam plot sebuah cerita mempunyai
rangkaian peristiwa yang didorongkan unsur-unsur (motif).
Motif
Menurut Danandjaja (1994), motif di dalam ilmu folklor adalah unsur-unsur suatu
cerita (narratives elements). Motif teks suatu cerita rakyat adalah unsur dari cerita itu
yang menonjol dan tidak biasa sifatnya (Danandjaja, 1994). Sejalan dengan Danandjaja,
terdapat berbagai pendapat mengenai motif, yaitu motif dalam sastra lisan merupakan
anasir paling kecil dalam sebuah cerita yang mempunyai daya tahan dalam tradisi. Motif
juga merupakan unsur memiliki sifat tidak biasa dan menonjol yang mendorong cerita
ke arah peristiwa. Diri suatu motif dapat menjadi cerita pendek, dengan syarat motif itu
mengesankan atau menghibur pendengar (Taum, 2011dan Đắc, 2001).
Berdasarkan peran yang membangunkan plot cerita rakyat dan prevalensi motif,
pada akhir abad ke-19 hingga abad ke-20, para ahli aliran Metode dari Finlandia telah
mengusulkan studi literatur komparatif cerita rakyat dan menerapkan metode kompilasi
cerita rakyat berdasarkan tipe dan motifnya. Kemudian, menyadari peran penting dan
popularitas motif dalam cerita rakyat, Thompson berusaha untuk menyusun tabel
pencarian cerita rakyat dari tingkat motif dari sumber data yang besar, yaitu cerita rakyat
(folktale) di banyak negara di seluruh dunia. Thompson mengategorikan dan menyusun
kelompok motif berdasarkan tema, termasuk 23 bab yang ditandai dengan urutan abjad
Inggris dari entri A sampai Z, misalnya A. Motif mistis, B. Hewan, C. Tabu, D. Sihir, E.
10
Kematian, F. Keajaiban, dan sebagainya. Motif-motif dalam setiap bagian terdiri dari
kurang lebih 200 halaman yang dicetak dengan kode angka-nomor-motif, misalnya
S31.Cruel Stepmother, berarti motif S31 adalah Ibu tiri yang kejam, berikutnya motif
dengan kode S31.1, S31.2, dan sebagainya adalah motif bersifat lebih khusus, misalnya
S31.5.Girl persuades her father to marry a widow who has treated her kindly (gadis
berusaha meminta ayahnya untuk menikahi seorang janda yang telah
memperlakukannya dengan baik).
Amanat
Nurgiyantoro (2015) menyatakan moral dalam karya sastra dapat dipandang
sebagai amanat, pesan, message. Selanjutnya, Sulistyorini & Andalas (2017)
mengemukakan bahwa amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang
melalui isi cerita kepada pembaca. Amanat yang disampaikan dapat secara langsung
(tersurat) dan secara tidak langsung (tersirat). Lebih jelas, amanat merupakan ajaran
moral atau pesan yang ingin disampaikan pengarang dalam sebuah karya sastra serta
mengandung suatu nilai atau pesan yang disampaikan oleh pengarang agar dapat
diambil nilai-nilai luhur bagi kehidupan (Hestiyana, 2014). Moral dalam karya sastra
dapat dipandang sebagai amanat, pesan, message. Melalui cerita, sikap, dan tingkah laku
tokoh-tokoh itulah pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah dan pesan-pesan
moral yang disampaikan atau diamanatkan (Nurgiyantoro, 2015).
Dengan demikian, amanat dalam karya sastra merupakan ajaran moral, hikmah
atau pesan-pesan moral yang diharapkan akan dapat disampaikan atau diamanatkan
dengan bentuk penyampaian langsung (amanat tersurat) dan penyampaian tidak
langsung (amanat tersurat) melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh.
Berdasarkan hal-hal di atas, penelitian ini focus kepada ajaran moral dan pesan moral
disampaikan dengan cara tersurat atau tersirat yang ditemukan dalam TC dan BPBM.
Teori Struktural Naratif (Naratologi)
Dalam menganalisis suatu karya sastra, analisis struktural merupakan analisis
pertama yang dilakukan oleh peneliti. Menurut Teeuw (2013), hubungan dan fungsi
11
masing-masing unsur karya sastra dikaji dengan pendekatan struktural. Analisis
struktural merupakan cara untuk mengetahui kualitas karya sastra, sekaligus sebagai
jembatan untuk menganalisis makna yang terkandung dalam sebuah karya sastra. Teori
strukturalisme sastra merupakan teori pendekatan terhadap teks sastra yang menekankan
pada keseluruhan hubungan antara unsur-unsur dari sebuah teks. Unsur-unsur teks
hanya bermakna dalam hubungan, baik relasiasosiasi maupun relasi oposisi. Hubungan
yang dipelajari dapat berkaitan dengan mikroteks (kata, kalimat), keseluruhan yang
lebih luas (kalimat, bab), dan intertekstualitas (karya lain dalam periode tertentu).
Berbeda dengan data eksternal teks sastra yang meliputi aspek psikologis, sosial dan
lainnya, strukturalisme tidak bergantung pada aspek sejarah sastra, biografi, dan
berbagai tulisan-tulisan kritis. Eliot, seorang forrmalisme Rusia, memberikan pengertian
analisis struktur dapat dianggap sebagai setara dengan kegiatan sastra Amerika yang
disebut "membaca dekat". Di Eropa, strukturalisme sering disebut dengan istilah "studi
imanen". Analisis struktural membatasi diri untuk mempertimbangkan masalah motif
(Endraswara, 2013).
Analisis struktural sastra disebut juga pendekatan objektif dan menganalisis unsur
intrinsiknya, hal ini sesuai dengan pendapat Fananie (2000:112), pendekatan objektif
adalah pendekatan yang didasarkan pada keseluruhan sebuah karya sastra. Pendekatan
tersebut dinilai dari eksistensi sastra itu sendiri berdasarkan konvensi sastra yang
berlaku. Konvensi tersebut misalnya, aspek-aspek intrinsik sastra termasuk kebulatan
makna, diksi, rima, struktur kalimat, tema, alur, latar, dan karakter.
Analisis motif dalam cerita rakyat dapat berdasarkan struktur naratif (naratologi)
karena cerita rakyat disebarkan turun-menurun secara lisan, cara ini merupakan jenis
naratif. Hal ini sesuai dengan pendapat Propp (dalam Taum, 2011), menurutnya, dalam
struktur naratif yang penting bukanlah tokoh-tokoh, unsur yang dianalisis adalah motif
(elemen), unit terkecil yang membentuk tema. Motif merupakan unsur penting sebab
motiflah yang membentuk tema. Selanjutnya, Propp memukakan bahwa motif
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: pelaku, perbuatan, dan penderita, yang kemudian
12
dikelompokkan menjadi dua, unsur yang tetap, yaitu perbuatan, dan unsur yang berubah,
yaitu pelaku dan penderita. Dalam hubungan ini yang penting adalah unsur yang tetap,
perbuatan, yaitu fungsi itu sendiri (Taum, 2011). Menurut Selden (dalam Ratna, 2015),
meskipun teori Propp didasarkan atas dongeng-dongeng Rusia, tetapi fungsi-fungsi
tersebut dianggap hadir dalam jenis-jenis lain, seperti: komedi, mitos, epik, roman, dan
cerita pada umumnya. Oleh karena itu, di Indonesia, model penelitian Propp diharapkan
dapat memberikan inspirasi dalam upaya untuk mengkaji tradisi lisan yang sangat kaya.
Analisis dengan menggunakan pendekatan struktural dapat dilakukan dengan cara
mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dari masing unsur yang
terdapat di dalam cerita yang dianalisis. Dengan menggunakan teori struktural naratif,
penulis dapat menganalisis motif pada kedua cerita dongeng TC dan BPBM serta
memaknai kepentingannya dalam menggerakkan cerita.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Menurut Nazir (2003:63), metode deskriptif bertujuan untuk mendapatkan fakta secara
cermat dan faktual mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta berhubungan antar fenomena
yang diselidiki serta mengembanngkan atau memaparkan masalah dan mengadakan
analisis yang didasarkan atas hasil pengamatan dari berbagai. Menurut Winarno
(1994:140), ciri-ciri metode deskriptif dibatasan, yaitu: (1) memusatkan diri pada
pemecahan masalah-masalah yang sedang terjadi pada masa sekarang, pada masalah-
masalah yang aktual; (2) data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan
kemudian dianalisis. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini menggunakan metode
deskritif untuk menggambarkan proses atau peristiwa yang ada dalam kedua cerita
rakyat TC dan BPBM, kemudian data atau informasinnya dianalisis sehingga diperoleh
hasil. Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini dilaksanakan sebagia berikut; pertama,
identifikasi masalah dan tujuan yang akan diteliti; kedua, penelusuran kepustakaan
(literature review), yakni penelitian terdahulu yang relevan dari Vietnam dan Indonesia;
ketiga, pengumpulan data dengan teknik baca dan catat dari kedua dongeng BPBM dan
13
TC; keempat, analisis dan penafsiran (interpretation) data dengan teknik analisis data
deskriptif kualitatif dan teknik perbandingan sastra; kelima, pelaporan hasil yang telah
dilakukan.
Teknik pengumpulan data digunakan metode dokumentasi dengan teknik baca dan
catat untuk mengumpulkan data dan teknik analisis struktural untuk mengambil data
literal, data yang membangun unsur intrinsik struktur kedua cerita didapat berupa motif
dan amanat. Untuk teknik pembacaan, peneliti membaca kedua dongeng TC dari
Vietnam dan BPBM dari Indonesia secara berulang-ulang untuk menetapkan satuan-
satuan data tekstual baik berupa kata-kata, kalimat-kalimat maupun paragraf untuk
menemukan kesamaan maupun perbedaan bentuk motifeme dan amanat dalam kedua
cerita rakyat tersebut. Selain itu, untuk memahami isi cerita dan mengetahui alur serta
motif dalam dongeng, pada awalnya membaca secara umum atau keseluruhan dengan
cermat dan teliti. Pada saat membaca secara umum tersebut peneliti juga
menggarisbawahi kalimat yang merupakan motif yang mengerakan alur cerita yang
terdapat dalam kedua dongeng tersebut. Teknik pengumpulan data selanjutnya adalah
teknik catat, Peneliti mencatat kalimat atau kutipan yang mengenai peristiwa dalam alur
cerita dan memasukkan data tersebut ke dalam komputer. Data-data yang sudah ada
dikelompokkan sesuai dengan kelompok unsur yang dianalisis, yaitu motif-motif
dimunculkan dalam cerita.
Teknik analisis data adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif dan teknik
perbandingan sastra. Langkah-langkah dilakukan sebagai berikut; pertama, catatan data
pada objek penelitian yang berupa kalimat-kalimat dan kutipan yang menunjukkan
adanya persamaan dan perbedaan dalam kedua dongeng untuk mempermudah dalam
menganalisis, kemudian dikode data dengan cara sebagai berikut, data urutan nomor-
/nama dongeng disingkat/jenis data diteliti (motif atau amanat)/tahun terbit/halaman,
misalnya D1/BPBM/M/2019/hal193 adalah data urutan nomor 1 dalam dongeng
Bawang Putih dan Bawang Merah, jenis data adalah data motif, tahun terbit buku ada
dongeng ini pada 2019 dan motifnya dapat dilihat di halaman 193; kedua, peneliti
14
membaca dan mencatat motif-motif ada dalam dua cerita tersebut, kemudian mencari
dan mencatat motif-motif yang sesuai dengan berbagai motif ada dalam kedua dongeng
dalam buku Motif-Index of Folk Literature (Thompson, 1958); ketiga, peneliti
mengategorikan data menurut jenisnya, yaitu motif-motif yang dibandingkan; keempat,
peneliti menerjemahkan data penelitian, yaitu (1) menerjemah data dalam dongeng TC
dari bahasa Vietnam pada bahasa Indonesia; (2) menerjemah motif-motif yang ditarik
dalam buku Motif-Index dari bahasa Inggris pada bahasa Indonesia; kelima, peneliti
mendeskripsikan motif yang terdapat dalam dongeng, kemudian menujukkan penyebab
persamaan dan perbedaan dalam motifnya; dan akhirnya adalah menarik kesimpulan.
Sumber data penelitian ini merupakan buku-buku, yaitu cerita TC diterbitkan dan
dicetak dalam buku Bahasa dan Sastra Vietnam SMA Kelas X (1) disunsun oleh Phan
Trọng Luận et al (2014) dan cerita BPBM diterbitkan dan dicetak dalam Kumpulan
Dongeng Nusantara Terpopuler dari 34 Provinsi disunsun oleh Tim Charissa (2019).
Selain itu, sumber-sumber tertulis yang lain seperti buku, majalah, atau karya-karya
ilmiah merupakan sumber data tambahan dalam penelitian ini. Data penelitian dalam
penelitian ini adalah data motif dan data amanat yang merupa kutipan yang berisi
klasifikasi tentang persamaan dan perbedaan motif serta amanat dalam dongeng BPBM
dan dongeng TC. Dengan demikian, pembahasan dalam penelitian ini merupakan
penjelasan perbedaan dan persamaan telah dapat dari hasil analisis data.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian yang didapatkan setelah pengumpulkan data motif dan amanat
pada TC dan BPBM menunjukkan bahwa TC memiliki 14 motif dan 7 amanat,
sedangkan BPBM memiliki 11 motif dan 7 amanat. Berdasarkan analisis data, hasil
penelitian ini ditemukan sebagai berikut, (1) dari sisi motif terdapat (a) 4 motif yang
sama; (b) 4 pasangan motif yang sama tetapi berbeda dalam sifatnya; (c) dan 9 motif
yang berbeda; (2) dari sisi amanat terdapat (a) amanat tersurat mempunyai 2 pesan yang
sama dan 9 pesan yang berbeda; (b) amanat tersirat mempunyai 1 pesan yang sama dan
2 yang berbeda.
15
Persamaan dan Perbedaan Motif dalam TC dan BPBM
Dari sisi motif, terdapat motif yang sama dan berbeda dalam kedua dongeng. Hasil
perbandingan motif dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: a) motif yang sama; b) motif
yang sama, tetapi berbeda dalam sifatnya; c) dan motif yang berbeda.
Motif yang Sama
Dongeng TC dan BPBM memiliki empat motif yang sama, yaitu (1) anak tiri
perempuan adalah tokoh utama cerita; (2) ibu tiri yang kejam; (3) kebaikan adalah sifat
karakter; (4) dan kecemburuan adalah sifat karakter. Persamaan tersebut ditunjukkan
secara jelas pada tabel 1.
Tabel 1. Motif yang sama dalam TC dan BPBM mengikuti Motif-index of Folk
Literature (Thompson, 1958)
Motif yang sama
No. Tam Cam Bawang Putih dan Bawang Merah
1 Step daughter heroin (anak tiri perempuan
adalah tokoh utama cerita)
Step daughter heroin
2 Cruel stepmother (ibu tiri yang kejam) Cruel stepmother
3 Kindness is a trait of character (kebaikan
adalah sifat karakter)
Kindness is a trait of character
4 Jealousy is a trait of character (kecemburuan
adalah sifat karakter)
Jealousy is a trait of character
Motif anak tiri perempuan adalah tokoh utama cerita dalam kedua cerita
mengenai hubungan antara tokoh-tokoh dan tokoh utama dalam kedua cerita merupakan
anak tiri perempuan, dalam TC adalah Tam dan dalam BPBM adalah Bawang Putih,
kedua tokoh tersebut memiliki situasi kehidupan yang sama. Hal ini dapat dilihat
melalui data dari dua dongeng bahwa ini.
(D12) “Ngày xưa, có Tấm và Cám là hai chị em cùng cha khác mẹ. Hai chị em suýt soát tuổi
nhau. Tấm là con vợ cả, Cám là con vợ lẽ. Mẹ Tấm đã chết từ hồi Tấm còn bé. Sau đó mấy năm thì
cha Tấm cũng chết. Tấm ở với dì ghẻ là mẹ của Cám.” (Dahulu kala, ada Tam dan Cam yang
merupakan dua saudara perempuan sama ayah tetapi ibunya berbeda. Kedua anak ini hampir
seumuran. Tam adalah anak kandung istri pertama, Cam adalah anak kandung selir. Ibu Tam
meninggal saat Tam kecil. Beberapa tahun kemudian, ayah Tam juga meninggal. Tam tinggal
bersama ibu tirinya yang merupakan ibu Cam) (D12/TC/M/2014/Hal65)
(D8) “Di Desa Dadapan ada seorang janda bernama Mbok Rondo Dadapan. Ia mempunyai dua
orang anak perempuan. Satu anak kandung bernama Bawang Merah dan satu anak tiri bernama
Bawang Putih.” (D8/BPBM/M/2019/Hal190)
Dari dua kutipan (D12) dan (D8) di atas, dapatkan bahwa hal yang sama dalam
situasi kehidupan Tam dan Bawang Putih adalah anak yang orang tua mereka telah
16
meninggal dan mereka tinggal bersama ibu tiri dan anak ibu tiri yang masing-masing
bernama Cam dan Bawang Merah. Dari motif ini, hubungan antara tokoh-tokoh dalam
kedua dongeng diciptakan, yaitu hubungan ibu tiri-anak tiri dan anak tiri-anak ibu tiri.
Berdasarkan hubungan ini, konflik yang muncul seluruh cerita dan mengarahkan
perjuangan tokoh utama yang merupakan perempuan tiri.
Selanjutnya, sesuai dengan motif tersebut adalah motif ibu tiri yang kejam yang
merupakan suatu motif populer dalam banyak cerita rakyat Indonesia dan Vietnam,
misalnya Ciung Wanara, Cindelaras, Ande-Ande Lumut, Mụ Dì Ghẻ và Con Côi (Ibu
Tiri dan Anak Tiri), dan sebagainya. Dalam TC dan BPBM, motif ibu tiri ditunjukkan
melalui tindakan yang buruk dilakukan ibu tiri kepada anak tirinya. Tindakan tersebut
dibuktikan dalam kutipan-kutipan berikut.
(D18) “Dì ghẻ là người rất cay nghiệt. Hằng ngày, Tấm phải làm lụng vất vả, hết chăn trâu, gánh
nước, đến thái khoai, vớt bèo; đêm lại còn xay lúa giã gạo mà không hết việc. Trong khi đó thì Cám
được mẹ nuông chiều, được ăn trắng mặc trơn, suốt ngày quanh quẩn ở nhà không phải làm việc
nặng.” (Ibu tiri Tam adalah orang yang sangat kejam. Setiap hari, Tam dibebankan semua pekerjaan,
seperti menggembala kerbau, memgambil air, memotong kentang, dan memetik duckweed.
Kemudian, Tam menggiling padi dan menumbuk beras sampai malam tetapi pekerjaannya tidak
diselesaikan. Sedangkan, Cam dimanjakan oleh ibunya, bisa berpakaian indah, dan di rumah seharian
tanpa melakukan pekerjaan apa pun.) (D18/TC/M/2014/Hal65)
(D16) “Mbok Rondo Dadapan sangat memanjakan Bawang Merah, sedangkan Bawang putih
diperlakukan buruk. Semua pekerjaan rumah, seperti mencuci, memasak, dan menyepu dibebankan
pada Bawang Putih. Jka melakukan kesalahan sedikit saja, Bawang Putih diberi hukuman
berat.”(D16/BPBM/M/2019/Hal190)
Data (D18) dan data (D16) menunjukkan tindakan yang berbeda dari ibu tiri
kepada Tam dan Bawang Putih dengan Cam dan Bawang Merah. Kedua anak
perempuan tiri selalu terhadap lakukan yang buruk, yaitu semua pekerjaan rumah akan
ditugaskan anak tiri, jika melakukan kesalahan akan dihukum, sedangkan anak ibu tiri
sangat dimanjakan dan tidak melakukan pekerjaan apa pun. Motif ini merupakan unsur
penyebab penampilan motif yang lain, seperti orang yang menolong dan hukuman akan
didapatkan ibu tiri di akhir cerita.
Selanjutnya, motif kebaikan adalah sifat karakter dalam kedua dongeng
menggambarkan ciri karakter watak tokoh anak tiri, yaitu Tam dan Bawang Putih, citra
tokoh ini merupakan simbol seorang yang baik hati, sabar dan selalu bersedia membantu
orang lain. Sifat ini dapat tampak pada kutipan berikut.
17
(D20) “Ngày nào bà lão cũng đi chợ vắng. Từ trong quả thị chui ra một cô gái thân hình bé nhỏ
như ngón tay nhưng chỉ trong chớp mắt đã biến thành Tấm. Tấm vừa bước ra đã cầm lấy chổi quét
dọn nhà cửa sạch sẽ, rồi đi vo gạo thổi cơm, hái rau ở vườn nấu canh giúp bà hàng nước.” (Waktu
Nenek pergi ke pasar, dari buah itu seorang gadis yang tubuhnya sekecil jari keluar, namun, segera dia
berubah menjadi Tam. Tam menyapu, membersihkan rumah, lalu menyiap makanan, untuk Nenek.)
(D20/TC/M/2014/Hal71)
(D17) “Bawang Putih sangat girang mendengar jawaban itu. Ia segera mengambil
tempayan di samping Nenek itu, lalu isi air. “Nek, biarlah tempayan ini nanti aku yang
bawa”, kata Bawang Putih.” (D17/BPBM/M/2019/Hal191)
Dalam data (D20), kebaikan Tam ditunjukkan melalui tindakan menyapu,
membersihkan rumah, menyiap makanan untuk nenek, sedangkan Bawang Putih dalam
data (D17), kebaikannya dibuktikan dengan kelakukan membantu nenek isi air dan bawa
pulang tempayan ke rumah nenek. Perbuatan baik dari dua tokoh menunjukkan kebaikan
yang selalu bersedia membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan, meskipun
mereka belum pernah kenalan dengan nenek itu, tetapi tetap menghargai dan menolong
dengan senang hati.
Keberadaan sejajar motif tersebut adalah motif kecemburuan merupakan sifat
karakter. Jika Tam dan Bawang Putih adalah tokoh yang memiliki karakter baik hati,
Cam dan Bawang Merah merupakan tokoh mempunyai sifat kecemburuan.
Kecemburuan menjadi kekuatan pendorong tokoh ini melakukan hal-hal yang buruk.
Oleh karena itu, alur cerita akan didorong maju ke puncak cerita. Sifat kecemburuan
tokoh-tokoh tersebut ditunjukkan pada data-data berikut.
(D21) “Mẹ con con Cám thấy Tấm sung sướng thì ghen ghét để bụng. Nay thấy Tấm về, lòng ghen
ghét lại bừng bừng bốc lên.” (Ibu tiri dan Cam melihat Tam bahagia, mereka sangat membencinya.
Waktu Tam pulang rumah, kecemburuan berkobar lagi.) (D21/TC/M/2014/Hal69)
(D18)“Bawang Merah merasa iri hati kepada Bawang Putih.” (D18/BPBM/M/2019/Hal193)
Dalam data (D21), sifat kecemburuan dapat dilihat dari tokoh Cam dan ibu tiri.
Kecemburuan ini selalu ada dalam pikiran mereka dan makin hari makin banyak, hal ini
diwujud dengan jelas ketika mereka melihat kehidupan Tam penuh dengan bahagia.
Tidak sesama dengan TC, data (D18) dilihat bahwa dalam BPBM sifat kecemburuan
hanya berada di tokoh Bawang Merah, dan perasaan ini muncul karena Bawang Merah
melihat Bawang Putih mendapat hadiah yang berharga dari nenek. Sifat kecemburuan
berkontribusi untuk menjadikan berbagai peristiwa berikutnya dalam kedua cerita.
18
Motif Yang Sama Tetapi Berbeda dalam Sifatnya
Selain motif-motif yang sama yang disebutkan di atas, dalam kedua dongeng
memiliki empat pasangan motif yang sama tetapi sifatnya berbeda, yaitu (1) penolong;
(2) tokoh yang memberikan benda ajaib; (3) jenis benda ajaib; (4) dan hukuman. Hal-hal
terseput dapat ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 2. Motif yang sama tetapi berbeda dalam sifatnya dalam TC dan BPBM
mengikuti Motif-index of Folk Literature (Thompson, 1958)
Motif yang sama tetapi berbeda dalam sifatnya
No. Tam Cam Bawang Putih dan Bawang Merah
1 Deity as helper (Tuhan/Dewa sebagai penolong) Giant or Ogre as helper (raksasa atau iblis sebagai
penolong)
2 Magic object received from God (benda ajaib
yang diterima dari Tuhan)
Magic object received from devil (benda ajaib yang
diterima dari iblis)
3 Magic object furnishes clothes (benda ajaib
memberikan pakaian)
Magic tree furnishes treasure (pohon ajaib
memberikan harta karun atau suatu hal berharga
sekali)
4 Death as punishment (kematian sebagai
hukuman)
Punishment: meeting frightful apparition (ghost,
mysterious animal, devil) (hukuman: bertemu
dengan penampakan yang menakutkan (hantu,
binatang misterius, iblis)
Motif penolong terdapat dilihat dalam kedua dongeng. Namun pada masing-
masing dongeng mempunyai sifat yang berbeda. Dalam dongeng TC, penolong adalah
But yang diciptakan berdasarkan citra Sang Buddha dalam agama Buddha Vietnam yang
selalu muncul untuk membantu orang baik hati. Hal ini ditunjukkan pada kutipan di
bawah ini.
(D13) “Bấy giờ Bụt ngồi trên tòa sen. Bỗng nghe tiếng khóc của Tấm liền hiện xuống hỏi:”
“Con làm sao lại khóc?”
“Tấm kể sự tình cho Bụt nghe. Bụt bảo:”
“Thôi con hãy nín đi! Con thử nhìn vào giỏ xem còn có gì nữa không?””
(Saat itu, Sang Buddha sedang duduk di singgasana teratai. Tiba-tiba, dia mendengar
tangisan Tam, dia muncul dan bertanya:
“Kenapa anda menangis?”
Kisah itu diceritakan kepada Sang Buddha, Sang Budha berkata:
“Jangan menangis! Lihatlah keranjang anda apakah ada yang tersisa?”) (D13/TC/M/2014/Hal66)
Kutipan di atas meliputi Sang Buddha sebagai orang yang memberi ajaran untuk
menyenangkan Tam dan menyelesaikan masalah. Tokoh Sang Buddha dalam cerita
rakyat telah diperubahan menjadi Buddha bersifat rakyat, sesuai pandangan masyarakat.
Hal ini juga terdapat pada kode data (D14/TC/M/2014/Hal67),
(D15/TC/M/2014/Hal67), dan (D16/TC/M/2014/Hal68). Sementara itu, dalam BPBM,
19
raksasa atau iblis sebagai penolong. Penolong itu adalah nenek Buto Ijo yang
merupakan salah satu simbol merepresentasikan percayaan masyarakat Indonesia pada
seseorang yang supernatural akan membantu orang lain ketika mereka selesaikan
keinginannya. Perbuatan yang menolong terdapat pada data berikut.
(D9) ““…siang tadi aku melihat baju hanyut. Baju itu aku pungut dan kubawa pulang. Ikutlah
ke rumahku, Nduk! Nanti baju itu aku kembalikan,” kata nenek itu” (D9/BPBM/M/2019/Hal191)
Dalam data (D9), “nenek itu” adalah nenek Buto Ijo yang telah memungut dan
menyimpan baju dihanyutkan. Nenek Buto Ijo berjanji akan kembalikan baju kepada
Bawang Putih, jika dia mengikut nenek ke rumahnya. Berdasarkan motif penolong ini
dimunculkan dua motif yang sama, tetapi beda sifatnya, yaitu motif tokoh yang
memberikan benda ajaib dan jenis benda ajaib.
Tokoh yang memberikan benda ajaib hubungan erat dengan penolong, karena
sebagian besar tokoh utama dalam dongeng diterima benda ajaib dari penolong,
terutama penolong yang supernatural. Hal ini terdapat pada data (D4) di bawah ini.
(D4) “Nhưng khi chim sẻ bay đi, Tấm lại nức nở khóc. Bụt lại hỏi:”
“Con làm sao còn khóc nữa?”
“Con rách rưới quá, sợ người ta không cho con vào xem hội”
“Con hãy đào những cái lọ xương bống đã chôn ngày trước lên thì sẽ có đủ mọi thứ cho con
trẩy hội.”
(Namun ketika burung pipit itu terbang menjauh, Tam kembali terisak. Sang Buddha bertanya:
“Bagaimana kamu masih menangis?”
“Saya sangat kotor, saya khawatir orang tidak akan membiarkan saya ikut festival”
“Galilah tempayan yang dikubur kamu beberapa hari yang dulu, kamu akan dapat apa
yang kamu butuh untuk ke festival”) (D4/TC/M/2014/Hal68)
(D1) “Cepat-cepatlah engkau pulang selagi Kakek Buto Ijo masih tidur”, kata Nenek Buto Ijo
seraya memberikan baju dan sepotong bambu (D1/BPBM/M/2019/Hal193)
Dari data (D4) dan (D1) menerangkan bahwa benda ajaib yang Tam mendapat
diberikan Sang Buddha dan Bawang Putih diterima benda ajaib dari nenek Buto Ijo.
Selanjutnya, jenis benda ajaib didapatkan dari masing-masing penolong berbeda. Benda
ajaib yang Tam dapatkan adalah tempayan gaib dan Bawang Putih dapatkan sepotong
bambu.
Selain tiga motif yang uraian di atas, motif hukuman juga berada dalam kedua
dongeng dan memiliki sifat yang berbeda. Hukuman dapatkan tokoh-tokoh jahat sesuai
dengan perbuatan tokoh itu dalam cerita. Oleh karena itu, dalam dua dongeng, tokoh
yang daptkan hukuman adalah Cam dan ibu tiri dalam TC, sedangkan dalam BPBM
20
adalah Bawang Merah dan Mbok Rondo Dadapan (ibu tiri). Hal ini dibuktikan pada
kutipan berikut.
(D17) “Một hôm Cám hỏi chị”
“Chị Tấm ơi chị Tấm, chị làm thế nào mà đẹp thế?”
“Tấm không đáp, chỉ hỏi lại:”
“Có muốn đẹp không để chị giúp?”
“Cám bằng lòng ngay. Tấm sai quân hầu đào một cái hố sâu và đun một nồi nước sôi.
Tấm bảo Cám xuống hố rồi sai quân hầu dội nước sôi vào hố. Cám chết. Mụ dì ghẻ thấy
vậy cũng lăn đùng ra chết.”(Suatu hari Cam bertanya pada Tam:
“Kakak, bagaimana kamu bisa begitu cantik?”
Tam tidak menjawab pertanyaannya, hanya bertanya Cam:
“Apakah kamu ingin menjadi cantik seperti aku? Aku akan membantumu.
Cam segera setuju. Tam memerintahkan pelayannya untuk menggali lubang yang dalam
dan merebus air, kemudian Tam menyuruh Cam untuk turun ke lubang dan
menuangkan air mendidih ke dalam lubang. Cam meninggal. Ketika ibu tiri melihat
hal yang terjadi dengan anaknya, dia juga mati.) (D17/TC/M/2014/Hal72)
(D14) “Ia meminta buluh bambu yang dibawa oleh Bawang Merah dan membelahnya.
Ternyata buluh bambu itu tidak berisi emas ataupun permata, tetapi berisi binatang
berbisa. Mbok Rondo Dadapan dan Bawang Merah lari ketakutan.”
(D14/BPBM/M/2019/Hal193)
Dari kutipan-kutipan di atas, kematian sebagai hukuman kepada Cam dan ibu tiri
dalam TC. Lebih jelas, Cam dituangkan air mendidih dan segera mati, sedangkan ibu tiri
karena melihat begitu anaknya meninggal, dia ikut mati juga. Sementara itu, bertemu
dengan penampakan yang menakutkan adalah hukuman dalam BPBM; Bawang Merah
dan Mbok Rondo Dadapan kena dengan binatang berbisa dari buluh bambu yang
diterima nenek Buto Ijo.
Motif yang Berbeda
Di samping motif-motif yang sama, dalam kedua dongeng terdapat beberapa motif
yang beda dan motif itu berada dalam setiap dongeng menjadi representasi budaya
khusus masing-masing negara. Perbedaan motif lebih jelas dipaparkan pada tabel di
bawah ini.
Tabel 3. Motif yang beda dalam TC dan BPBM mengikuti Motif-index of Folk
Literature (Thompson, 1958)
Motif yang beda
No. Tam Cam Bawang Putih dan Bawang Merah
1 Speaking animals (hewan bisa berbicara) Test of patience (ujian kesabaran)
2 Helpful animals (hewan yang menolong) Magic object as reward for good deeds (benda
ajaib sebagai imbalan atas perbuatan baik)
21
3 Falling in love with person never seen (jatuh
cinta dengan orang yang belum pernah bertemu)
Reward for saying of prayers (pahala untuk
mengucapkan doa)
4 Slipper test. Indentification by fitting of slipper
(ujian dengan selop/sepatu: identifikasi dengan
mencoba selop/sepatu)
5 Repeated reincarnation (reinkarnasi berulang)
6 Recognition by unique cookery (mengenali oleh
masakan unik)
Dari tabel 3 menunjukkan secara jelas motif yang beda dalam kedua dongeng,
yakni TC terdapat enam motif adalah (1) hewan bisa berbicara; (2) hewan yang
menolong; (3) reinkarnasi berulang; (4) pengakuan oleh masakan unik; (5) ujian dengan
selop/sepatu: identifikasi dengan mencoba selop/sepatu; (6) dan jatuh cinta dengan
orang yang belum pernah bertemu, sedangkan BPBM terdapat empat motif adalah (1)
benda ajaib sebagai imbalan atas perbuatan baik; (2) ujian kesabaran; (3) pahala untuk
mengucapkan doa; dan (4) permata sebagai hadiah.
Bagi TC, motif berbeda yang pertama adalah hewan bisa berbicara, hewan ini
merupakan seekor ayam jantan yang dapat kemampuan berbicara seperti data berikut.
(D1) “Tấm trở về theo lời dặn của Bụt đi tìm xương bống, nhưng tìm mãi các xó vườn góc sân mà
không thấy đâu cả. Một con gà thấy thế, bảo Tấm:”
“Cục ta cục tác! Cho ta nắm thóc, ta bới xương cho!”
“Tấm bốc nắm thóc ném cho gà. Gà chạy vào bếp bới một lúc thì được xương ngay.” (Mengikuti
kata-kata Sang budha, Tam pulang untuk mencari tulang ikan goby, tetapi tidak dapatkan tulangnya,
padahal sudah mencarikan di seluruh sudut taman. Seekor ayam jantan muncul dan berkata:
“Petok! petok! Berilah aku segenggam padi, tulangnya akan aku menggali!”
Tam berikan padi kepada ayam. Setelah itu, ayam jantan berlari ke dapur dan menggali sebentar,
lalu langsung tulang ditemukan.) (D1/TC/M/2014/Hal67)
Data (D1) menggambarkan penampilan ayam jantan yang bisa berbicara, ia
muncul pada saat Tam sedang mencari tulang ikan goby, karena ikan goby yang
diperlihara Tam telah dimakan dan tulangnya dibuang pada kebun oleh Cam dan ibu tiri,
kemudian ia telah membantu Tam mencari tulang ikan goby dengan syarat memberikan
ia padi. Di samping motif hewan bisa berbicara, motif berbeda kedua dalam TC adalah
motif hewan yang menolong, yaitu burung yang menolong dan ikan yang menolong,
meskipun hewan dalam motif ini tidak dapat berbicara, tetapi mereka berkemampuan
memahami dan membantu Tam dalam suatu kasus tertentu seperti dalam kode data
(D2/TC/M/2014/Hal68) dan (D3/TC/M/2014/Hal66).
Motif-motif berikutnya adalah dua motif mempunyai hubungan erat dalam TC,
yakni motif jatuh cinta dengan orang yang belum pernah bertemu dan motif ujian
22
dengan selop/sepatu: identifikasi dengan mencoba selop/sepatu. Kedua motif ini
hubungan dengan satu benda yang memiliki Tam – selop yang dapatkan dari Sang
Buddha. Pada motif jatuh cinta dengan orang yang belum pernah bertemu selop Tam
dijatuhkan dan dipungut oleh Sang Raja, hanya melihat selop Tam Sang Raja sudah
jatuh cinta dan memutuskan siapa yang memuat dengan selop ini, akan menjadi istrinya.
Motif ini menjadi penyebab untuk motif ujian dengan selop/sepatu muncul. Hasilnya,
Tam dapat sesuai menjadi istri Sang Raja dan pindah ke istana tinggal dengan Sang
Raja. Kedua motif ini bisa dilihat pada kode data (D19/TC/M/2014/Hal68) dan
(D11/TC/M/2014/Hal69).
Selanjutnya, salah satu motif yang menarik dan menonjol dalam TC adalah motif
reinkarnasi berulang. Reinkarnasi berkali-kali dalam beberapa bentuk yang terjadi
setelah Tam dibunuh berkali-kali oleh ibu tiri dan Cam. Pada kematian pertama, Tam
reinkarnasi dalam bentuk seekor burung, kemudian dalam bentuk pohon, alat tenun,
buah dan pada akhirnya Tam reinkarnasi dalam bentuk manusia. Hal-hal tersebut dilihat
pada kutipan di bawah ini.
(D9) “Mẹ nó bảo đốt quách khung cửi rồi đem tro đi đổ cho rõ xa để được yên tâm. Về đến cung,
Cám làm như lời mẹ nói. Nó mang tro đã đốt đem đi đổ ở lề đường cách xa hoàng cung. Đống tro bên
đường lại mọc lên một cây thị cao lớn, cành lá sum suê. Đến mùa có quả, cây thị chỉ đậu được có một
quả...Từ trong quả thị chui ra một cô gái thân hình bé nhỏ như ngón tay nhưng chỉ trong chớp mắt đã
biến thành Tấm.” (Ibu tiri menyuruh Cam membakar alat tenun dan membuang abunya di tempat
yang jauh. Ketika kembali ke istana, Cam melakukan apa yang dikatakan ibunya. Setelah membakar
alat tenun, dia membuang abu di pinggir jalan, tempat jauh dari istana. Dari abu itu tumpuhkan sebuah
pohon yang tinggi dan rimbun. Pada musim berbuah, pohon itu dapat menghasilkan hanya satu buah...
Dari buah itu keluar seorang gadis bertubuh kecil seperti jari, kemudian segera dia berubah menjadi
Tam.) (D9/TC/M/2014/Hal 71)
Data (D9) menggambarkan reinkarnasi Tam pada kali terakhir dalam bentuk buah,
kemudian transformasi dari buah kembali bentuk orang (Tam). Motif reinkarnasi
berulang ini menunjukkan bahwa kebaikan, keindahan tidak bisa dimusnahkan. Di
samping itu, reinkarnasi berkali-kali dari Tam dianggap sebagai simbol penyemangat
berjuang yang gigih dalam kehidupan antara baik dan buruk. Motif reinkardinasi
berulang juga dapat dilihat pada kode data (D6/TC/M/2014/Hal 70),
(D7/TC/M/2014/Hal 70), dan (D8/TC/M/2014/Hal 70).
23
Hal yang menarik sesama dengan motif reinkardinasi berulang, adalah motif
mengenali oleh masakan unik, karena dalam motif ini tercantum kekhasan budaya
Vietnam melalui masakan, yaitu pinang dan sirih. Hal ini dibuktikan pada kutipan
berikut ini.
(D10) “Thấy trầu têm cánh phượng, vua sực nhớ tới trầu vợ mình têm ngày trước cũng y như
vậy, liền phán hỏi:”
“Trầu này ai têm?”
“Trầu này con gái già têm, bà lão đáp.”
“Con gái của bà đâu, gọi ra đây cho ta xem mặt.”
“Bà lão gọi Tấm ra, Tấm vừa xuất hiện, vua nhận ra ngay vợ mình ngày trước, có phần trẻ đẹp
hơn xưa. Vua mừng quá, bảo bà hàng nước kể lại sự tình, rồi truyền cho quân hầu đưa kiệu rước Tấm
về cung.”
(Sang Raja melihat pinang dan sirih yang dibuat dalam bentuk sayap phoenix sangat mirip
dengan pinang dan sirih yang dibuat oleh istrinya dulu, jadi dia bertanya:
“Siapa membuat pinang dan sirih ini?”
“Pinang dan sirih ini adalah putri saya yang buat”, jawab nenek itu.
“Di mana putri anda? panggilkan dia ke sini untuk saya mengenal.”
Nenek memanggil Tam keluar, Tam baru saja muncul, Sang Raja langsung mengenali istrinya,
agak lebih muda dan cantik dari sebelumnya. Sang Raja sangat bahagia, meminta nenek menceritakan
kisah itu, kemudian menjemput Tam ke istana.) (D10/TC/M/2014/Hal71)
Data (D10) mendeskripsikan konteks bertemu antara Sang Raja dan Tam. Setelah
Tam meninggal dan reinkarnasi berkali-kali, Tam selalu di keliling Sang Raja, misalnya
burung diperlihara Sang Raja, pohon dalam kebun istana, dan sebagainya. Oleh karena
itu, Sang Raja selalu merasa Tam berada dalam kehidupannya dan dia percaya Tam
belum pernah meninggal. Akan tetapi, pada kali akhir reinkarnasi, Tam tinggal di tempat
jauh dengan istana, dan hal yang membantu mereka mengenali bersama adalah pinang
dan sirih yang merupakan masakan unik selalu ada pada kehidupan masyarakat
Vietnam.
Dalam BPBM, motif berbeda yang pertama adalah motif pahala untuk
mengucapkan Doa, motif ini merupakan representasi kepercayaan masyarakat Indonesia
pada kekuatan Tuhan, dan Bawang Putih juga mempunyai iman yang kuat pada Tuhan
serta hal-hal yang diatur oleh Tuhan. Hal ini dinandakan pada kutipan di bawah ini.
(D12) “Mungkin semua ini sudah menjadi kehendak Tuhan Yang Mahakuasa. Aku harus tabah
menghadapi semua cobaan ini. Semoga Tuhan selalu melindungiku”, gumam Bawang Putih.
(D12/BPBM/M1/2019/Hal191)
Saat waktu Bawang Putih dalam perjalanan mencari baju yang hanyut di sungai,
perasaan menderita muncul dan membuat dia menangis, namun dia masih percaya
bahwa semua yang terjadi adalah kehendak Tuhan, dia akan sabar dan berusaha untuk
24
sanggup menderitanya, kemudian Bawang Putih doakan pada Tuhan untuk dapat
melindungi dari Tuhan. Kemungkinan doa ini telah dilaksanakan oleh Tuhan, karena
setelah selesaikan doa Bawang Putih bertemu nenek Buto Ijo, Bawang Putih tidak
dimakan, tetapi dapatkan baju yang hanyut dan diberikan sepotong bambu yang penuh
emas dan permata.
Selanjutnya, motif yang kedua adalah motif ujian kesabaran, motif ini merupakan
sebuah ujian dari nenek Buto Ijo untuk menilai kesabaran Bawang Putih. Dari ujian
tersebut, karakter yang baik, misalnya rajin, sabar punya Bawang Putih ditunjukkan
secara jelas, sedangkan karakter buruk, yaitu malas, tidak sabar dalam Bawang Merah
juga dibuktikan seperti pada kutipan berikut.
(D5) “Ikutlah ke rumahku, Nduk! Nanti baju itu aku kembalikan”, kata nenek itu
(D5/BPBM/M/2019/Hal191) (D6) “Engkau bantu aku memasak dulu. Nanti bajumu akan kukembalikan”, kata nenek Buto Ijo
(D6/BPBM/M/2019/Hal192)
Data (D5) dan (D6) merepresentasikan ujian kesabaran dari nenek Buto Ijo,
Bawang Putih disuruh terus melakukan hal-hal yang nenek Buto Ijo ingin, yaitu
mengajak Bawang Putih ke rumah dan berjanji akan kembalikan baju, tetapi saat sampai
rumah nenek Buto Ijo menyuruh Bawnag Putih membantu dia memasak dahulu, setelah
itu baju akan dikembalikan. Ternyata, sampai Bawang Putih disuruh bermalam di rumah
nenek Buto Ijo, baju masih tidak dikembalikan, meskipun Bawang Putih mengalami
tantangan dari nenek Buto Ijo, dia tetap membantu nenek dengan rajin dan penuh rasa
hormati.
Terkait dengan motif ujian kesabaran adalah motif benda ajaib sebagai imbalan
atas perbuatan baik. Beberapa perbuatan baik dapat dilakukan oleh Bawang Putih
ketika dia menginap di rumah nenek Buto Ijo yang tercantum di atas adalah alasan untuk
nenek Buto Ijo memberi benda ajaib kepada Bawang Putih, dan benda itu dilihat sebagai
imbalan dari perbuatan baik telah dilakukan Bawng Putih, hal-hal itu terungkap seperti
dalam kutipan di bawah ini.
(D2) “Sungguh rajin anak ini,” kata nenek Buto Ijo, “Bila saja aku mempunyai anak seperti
Bawang Putih aku sangat bahagia”
“Nek, Nenek!” kata Bawang Putih mengejutkan nenek Buto Ijo yang tengah melamun itu.
“Semuanya sudah rapid an saya akan pulang…” (D2/BPBM/M/2019/Hal192)
25
(D3) “…Nenek Buto Ijo seraya memberikan baju dan sepotong bambu.”
(D3/BPBM/M/2019/Hal193)
Berdasarkan data (D2) dan (D3) perbuatan yang baik dilakukan Bawang Putih
adalah beberapa pekerjaan rumah, yaitu memasak, membersihkan dan lain-lain.
Walaupun dalam rumah raksasa mempunya banyak hal yang tidak lazim, tetapi Bawang
Putih tetap melakukan pekerjaannya dengan rajin. Oleh karena itu, nenek Buto Ijo
sangat menyayangi Bawang Putih, kemudian ketika Bawang Putih pulang, nenek Buto
Ijo telah memberi sepotong bambu ajaib yang penuh dengan emas dan permata kepada
Bawang Putih.
Persamaan dan Perbedaan dalam Bentuk Penyampaian Amanat
Amanat selalu berada dalam setiap cerita rakyat, baik pesan maupun pesan moral.
Berdasarkan amanat yang telah ditemukan, amanat yang dibandingkan dalam penelitian
ini merupakan bentuk penyampaian amanat, yaitu (1) bentuk penyampaian langsung
(amanat tersurat); (2) dan bentuk penyampaian tidak langsung (amanat tersirat).
Amanat Tersurat
Amanat tersurat dapat ditemukan dalam kedua dongeng, yakni 4 pesan dalam TC
dan 7 pesan dalam BPBM. Perbandingan amanat tersurat yang ditemukan dari dua
dongeng terdapat hasil seperti tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Amanat tersurat dalam dongeng TC dan BPBM
No. Tam Cam Bawang Putih dan Bawang Merah
Amanat tersurat yang sama
1 Harus adil dan kasih sayang kepada anak,
baik anak kandung maupun anak tiri
Harus adil dan kasih sayang kepada anak, baik
anak kandung maupun anak tiri
2 Kebaikan dan rajin Kebaikan dan rajin
Amanat tersurat yang beda
3 jangan mudah percaya kepada orang lain
tanpa berpikir panjang
Sesama saudar harus saling tolong menolong
dan tidak boleh ada iri hati
4 Keselahan Orang malas dan tidak sabar akan tidak
meneerima kesayangan dari orang lain
5 Kesulitan dalam kehidupan ketika tidak ada
orang tua, jadi harus menyayangi dan
menghargai orang tua.
26
6 Selalu bersedia tolong menolong orang lain
Doa dan percaya pada aturan Tuhan
Data tabel 4 menunjukkan dalam kedua dongeng tidak hanya memiliki pesan-
pesan yang berbeda, tetapi juga ada beberapa pesan yang sama. Pesan yang sama
ditemukan dari dua dongeng adalah 2, yaitu (1) harus adil dan kasih sayang kepada
anak, baik anak kandung maupun anak tiri; (2) dan orang baik hati dan rajin akan
disayangi orang lain. Persamaan (1) dibuktikan pada penggalan cerita di bawah ini.
“Tấm là con vợ cả, Cám là con vợ lẽ. Mẹ Tấm đã chết từ hồi Tấm còn bé. Sau đó mấy năm thì cha
Tấm cũng chết. Tấm ở với dì ghẻ là mẹ của Cám. Dì ghẻ là người rất cay nghiệt. Hằng ngày, Tấm
phải làm lụng vất vả, hết chăn trâu, gánh nước, đến thái khoai, vớt bèo; đêm lại còn xay lúa giã
gạo mà không hết việc. Trong khi đó thì Cám được mẹ nuông chiều, được ăn trắng mặc trơn, suốt
ngày quanh quẩn ở nhà không phải làm việc nặng.” (Tam adalah anak dari istri pertama, Cam
adalah anak dari selir. Ibu Tam meninggal saat Tam kecil. Beberapa tahun kemudian, ayah Tam juga
meninggal. Tam tinggal bersama ibu tirinya - ibu kandung Cam. Ibu tiri Tam adalah orang yang
sangat kejam. Setiap hari, Tam dibebankan semua pekerjaan, seperti menggembala kerbau,
memgambil air, memotong kentang, dan sebagainya. Kemudian, Tam menggiling padi dan
menumbuk beras sampai malam tanpa menyelesaikan pekerjaan. Sedangkan, Cam dimanjakan
oleh ibunya, bisa berpakaian indah, dan di rumah seharian tanpa melakukan pekerjaan apa
pun.) (D1/TC/A/2014/Hal65)
“Di Desa Dadapan ada seorang janda bernama Mbok Rondo Dadapan. Ia mempunyai dua orang
anak perempuan. Satu anak kandung bernama Bawang Merah dan satu anak tiri bernama Bawang
Putih.
Mbok Rondo Dadapan sangat memanjakan Bawang Merah, sedangkan Bawang putih
diperlakukan buruk. Semua pekerjaan rumah, seperti mencuci, memasak, dan menyepu
dibebankan pada Bawang Putih. Jika melakukan kesalahan sedikit saja, Bawang Putih diberi
hukuman berat.” (D1/BPBM/A/2019/Hal190)
Pesan harus adil dan kasih sayang kepada anak, baik anak kandung maupun anak
tiri dalam kedua dongeng yang diwujudkan di paragraf akhir. Pada paragraf akhir,
oposisi perilaku ibu tiri terhadap kedua anaknya ditunjukkan secara jelas, yakni anak tiri
dibebankan semua pekerjaan, sedangkan anak kandung dimanjakan. Pesan tersebut
menyampaikan seorang ibu harus adil dan kasih sayang kepada anak, baik anak kandung
maupun anak tiri. Selain itu, persamaan pesan kebaikan dan rajin dapat dilihat melalui
kode data (D5/TC/A/2014/Hal71) dalam TC dan (D3/BPBM/A/2019/Hal192) dalam
BPBM. Pesan ini mengajarkan manusia bahwa seorang baik hati dan rajin akan
dibantuan dan disayangi orang lain.
Di samping itu, masing-masing dongeng memiliki pesan-pesan yang berbeda,
yaitu dalam TC adalah (1) mudah percaya tanpa pikir panjang; (2) dan kesalehan;
27
sedangkan, dalam BPBM adalah (1) iri hati; (2) malas; (3) kehidupan tanpa orang tua;
(4) tolong-menolong; (5) dan doa dan percaya pada pengaturan Tuhan. Pesan mudah
percaya tanpa pikir panjang dalam TC diwujudkan secara langsung dapat dilihat pada
kutipan berikut.
“Nghĩ ra được một mưu, mụ dì ghẻ bảo Tấm:”
“Trước đây con quen trèo cau, con hãy trèo xé lấy một buồng để cúng bố.”
“Tấm vâng lời trèo lên cây cau. Lúc lên đến sát buồng thì ở dưới này mụ dì cầm dao đẵng
gốc” “Thấy cây rung chuyển, Tấm hỏi:”
“Dì làm gì dưới gốc thế?”
“Gốc cau lắm kiến, dì đuổi kiến cho nó khỏi lên đốt con.”
“Nhưng Tấm chưa kịp xé cau thì cây đã đổ, Tấm ngã lộn cổ xuống ao, chết.”
(Ibu tiri berkata:
“Dulu, kamu terbiasa memanjat pohon pinang, jadi kamu menmanjat pohon pinang aja dan
ambil buahnya untuk mempersempahkan ayahmu.”
Tam mengikuti kata-kata ibu tiri. Namun, ketika Tam sampai di puncak pohon pinang, ibu tiri
di bawah menebang pohon pinang. Merasa goyangan pohon, Tam bertanya:
“Ibu sedang apa di bawah pohon?”
“Pohonnya banyak semut, ibu mengejar semut agar mereka tidak mengigitmu.”
Namun, sebelum Tam sempat merobek pinang, pohon itu tumbang, Tam jatuh pada danau dan
mati.) (D3/TC/A/2014/Hal69)
Dari kutipan di atas, pesan tersebut ditemukan melalui kelakukan menebang
pohon pinang dari ibu tiri, tetapi menipu Tam bahwa dia sedang membantu Tam
mengejar semut. Akan tetapi, Tam memilih percaya pada kata ibu tiri, percayaan itu
telah membunuh Tam. Pesan tersebut menyampaikan bahwa jangan mudah percaya
kepada orang lain tanpa berpikir panjang. Selain itu, pesan kesalehan dapat dilihat pada
kode data (D4/TC/A/2014/Hal69) dengan makna setiap orang harus mempunyai
kesalehan dengan orang tua meskipun telah menjadi kaya.
Selanjutnya, dari data amanat tersurat yang berbeda dipaparkan pada tabel 4
memifestasi BPBM memiliki jumlah pesan disampaikan secara langsung lebih banyak.
Salah satu pesan yang berbeda yang menonjol dalam BPBM merupakan doa dan
percaya pada pengaturan Tuhan, hal ini dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Mungkin semua ini sudah menjadi kehendak Tuhan Yang Mahakuasa. Aku harus tabah
menghadapi semua cobaan ini. Semoga tuhan selalu melindungiku, gumam Bawang Putih”
(D7/BPBM/A/2019/Hal191)
Pesan tersebut menyampaikan bahwa semua hal terjadi dalam kehidupan adalah
cobaan dari Tuhan, jangan lupa doa dan tetap tabah menghadapi kesulitan. Selain itu,
empat pesan yang beda dengan TC dalam BPBM juga dilihat melalui kode data, yakni
(1) (D2/BPBM/A/2019/Hal190) iri hati berarti sesama saudar harus saling tolong-
28
menolong dan tidak boleh ada iri hati; (2) (D4/BPBM/A/2019/Hal193) malas
mewujudkan orang malas dan tidak sabar akan tidak menerima kesayangan dari orang
lain; (3) (D5/BPBM/A/2019/Hal191) kehidupan tanpa orang tua menyampaikan
kehidupan ketika tidak ada orang tua dapat kesulitan, jadi harus menyayangi dan
menghargai orang tua; (4) dan (D6/BPBM/A/2019/Hal191) tolong-menolong menggajar
manusia selalu bersedia tolong-menolong orang lain.
Amanat Tersirat
Disamping amanat tersurat, kedua dongeng juga berada amanat tersirat, yaitu TC
dapat 3 pesan dan BPBM dapat 1 pesan. Perbandingan amanat tersirat yang ditemukan
dari dua dongeng terdapat hasil seperti tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Amanat tersirat dalam TC dan BPBM
No. Tam Cam Bawang Putih dan Bawang Merah
1 Baik dan buruk
Baik dan buruk
2 Kehidupan tanpa orang tua
3 Berusaha dan berjuang untuk mencapai tujuan
Dari data dalam tabel 5 merepresentasikan TC dan BPBM mempunyai satu pesan
disampaikan secara tidak langsung yang sama adalah baik dan buruk. Persama ini dapat
digambarkan pada kutipan-kutipan berikut.
“Một hôm Cám hỏi chị:” “Chị Tấm ơi chị Tấm, chị làm thế nào mà đẹp thế?”
“Tấm không đáp, chỉ hỏi lại:”
“Có muốn đẹp không để chị giúp?”
“Cám bằng lòng ngay. Tấm sai quân hầu đào một cái hố sâu và đun một nồi nước sôi. Tấm bảo
Cám xuống hố rồi sai quân hầu dội nước sôi vào hố. Cám chết. Mụ dì ghẻ thấy vậy cũng lăn đùng ra
chết.”
(Suatu hari Cam bertanya pada Tam:
“Kakak, bagaimana kamu bisa begitu cantik?”
Tam tidak menjawab pertanyaannya, hanya bertanya Cam:
“Apakah kamu ingin menjadi cantik seperti aku? Aku akan membantumu.”
Cam segera setuju. Tam memerintahkan pelayannya untuk menggali lubang yang dalam dan
merebus air, kemudian Tam menyuruh Cam untuk turun ke lubang dan menuangkan air mendidih ke
dalam lubang. Cam meninggal. Ketika ibu tiri melihat hal yang terjadi dengan anaknya, dia juga
mati.) (D9/TC/A/2014/Hal72)
“Mbok Rondo Dadapan sangat senang karena anaknya cepat kembali. Ia minta buluh bambu yang
dibawa oleh Bawang Merah dan membelanya. Ternyata buluh bambu itu tidak berisi emas ataupun
permata, tetapi berisi binatang berbisa. Mbok Rondo Dadapan dan Bawang Merah lari
ketakutan.
29
Sejak itu, Mbok Rondo Dadapan berlaku adil terhadap Bawang Putih dan Bawang Merah.
Bawang Merah pun tidak bertingkah buruk lagi. Ia menaruh rasa hormat kepada Bawang
Putih.” (D7/BPBM/A/2019/Hal194)
Pesan baik dan buruk dalam kedua dongeng yang diwujudkan pada hukuman
terhadap ibu tiri dan anak ibu tiri merupakan orang bersifat buruk, sedangkan anak tiri
sebagai orang baik diberikan hasil atau hal-hal yang baik. Hal ini ditunjukkan melalui
Cam dan ibu tiri dalam TC dapat kematian, sedangkan Tam mendapat kecantikan; atau
Bawang Merah dan ibu tiri dalam BPBM mendapat ketakutan dari hewan berbisa,
sedangkan Bawang Putih perilaku adil dari ibu tiri dan dihormati oleh Bawang Merah.
Selanjutnya, jika pada bentuk amanat tersurat BPBM terdapat pesan lebih banyak
daripada TC, pada bentuk amanat tersirat, BPBM hanya ditemukan satu, sedangkan TC
dapat tiga pesan. Selain pesan yang sama dengan BPBM di atas, TC mempunyai dua
pesan lain, yaitu kehidupan tanpa orang tua dan berusaha dan berjuang untuk mencapai
tujuan. Pesan berusaha dan berjuang untuk mencapai tujuan dilihat pada penggalan
cerita di bawah ini.
“Mẹ nó bảo đốt quách khung cửi rồi đem tro đi đổ cho rõ xa để được yên tâm. Về đến cung, Cám
làm như lời mẹ nói. Nó mang tro đã đốt đem đi đổ ở lề đường cách xa hoàng cung. Đống tro bên
đường lại mọc lên một cây thị cao lớn, cành lá sum suê. Đến mùa có quả, cây thị chỉ đậu được có một
quả...Từ trong quả thị chui ra một cô gái thân hình bé nhỏ như ngón tay nhưng chỉ trong chớp mắt đã
biến thành Tấm.”
(Ibu tiri menyuruh Cam membakar alat tenun dan membuang abunya di tempat yang jauh. Ketika
kembali ke istana, Cam melakukan apa yang dikatakan ibunya. Setelah membakar alat tenun, dia
membuang abu di pinggir jalan, tempat jauh dari istana. Dari abu itu tumpuhkan sebuah pohon yang
tinggi dan rimbun. Pada musim berbuah, pohon itu dapat menghasilkan hanya satu buah... Dari buah
itu keluar seorang gadis bertubuh kecil seperti jari, kemudian segera dia berubah menjadi Tam.)
(D8/TC/A/2014/Hal71)
Data di atas mengambarkan nafsu hidup dan mencapai kehidupan bahagia Tam
ketika menghadapi represif dari ibu tiri dan Cam. Hal ini dapat dibuktikan melalui
reinkarnasi berkali-kali Tam, dari alat tenun, pohon, buah dan akahirnya kembali bentuk
manusia. Pesan berusaha dan berjuang untuk mencapai tujuan menyampaikan jangan
menyerah nasib, mencoba yang terbaik untuk mencapai tujuan. Selain itu, pesan
kehidupan tanpa orang tua pada kode data (D6/TC/A/2014/Hal65) menyampaikan tanpa
orang tua kehidupan seorang akan terhadap kesulitan, jadi harus menyayangi dan
menghormati orang tua.
30
PEMBAHASAN
Bagian hasil penelitian telah menunjukkan bahwa (1) dari sisi motif terdapat (a)
motif yang sama; (b) motif yang sama, tetapi berbeda dalam sifatnya; (c) dan motif yang
beda; (2) dari sisi amanat terdapat (a) amanat tersurat; (b) dan amanat tersirat. Pada
bagaian ini, persamaan dan perbedaan motif dan amanat dapat dibahas untuk
menjelaskan penyebabnya.
Persamaan dan Perbedaan Motif
Persamaan dan perbedaan motif dalam TC dan BPBM dapat diterangkan dengan
menggunakan teori-teori terkait folklor dan berbagai penemuan berdasarkan latar sosial,
budaya yang ditemukan dari para ahli.
Penyebab adanya persamaan motif antara dua cerita prosa rakyat dapat dijelaskan
dengan dua kemungkinan, yaitu (1) monogenesis yang merupakan teori menyampaikan
bahwa suatu motif tertentu berasal dari satu daerah, kemudian diikuti prose difusi
(diffusion) atau penyebaran; (2) polygenesis merupakan teori yang berpandangan bahwa
motif-motif cerita merupakan penemuan-penemuan sendiri atau sejajar di tempat-tempat
yang berlainan pada masa yang berlaian maupun bersamaan (Danandjaja, 1994; dan
Taum, 2011). Hasil penelitian dikemukakan TC dan BPBM termasuk kedua asumsi
tersebut, kerana cerita bertipe Cinderella kemungkinan muncul pertama kali di Mesir,
selainnya tipe cerita ini juga ditemukan dalam kisah 1001 malam, setelah itu disebarkan
kepada negara lain, termasuk Asia Tenggara (Đắc, 2001). Selanjutnya, motif masing-
masing dongeng diciptakan masyarakat yang sesuai dengan pandangan serta budayanya.
Di samping itu, dilihat dari segi latar social, motif ibu tiri dan anak tiri adalah tokoh
utama yang merepresentasikan sebuah konflik sosial memiliki sifat berjuang. Konflik ini
merupakan simbol dalam masyarakat mempunyai sistem patriarki (Đắc, 2001; Khánh,
2003; dan Trị, 2003). Selain itu, Đắc (2001) menyatakan bahwa suatu motif yang
disebarkan dari mulut ke mulut, kemudian menjadi motif yang populer dan berulang
berkali-kali pada beberapa cerita di suatu masyarakat tertentu adalah motif memiliki
sifat menarik dan sesuai dengan pandangan masyarakat itu. Pedapat Nguyen Tan Dac
31
sesuai dengan teori survival kebudayaan dinyatakan oleh Andrew Lang (dalam
Danandjaja, 1994) bahwa setiap kebudayaan di dunia ini mempunyai kemampuan untuk
berevolusi. Oleh karena itu, masing-masing kolektif mempunyai kemampuan untuk
melahirkan unsur-unsur kebudayaan yang sama dalam setiap taraf evolusi yang sama.
Oleh sebab itu, jika sampai ada motif cerita rakyat yang sama dari beberapa negara,
maka hal itu disebabkan masing-masing negera mempunyai kemampuan untuk
menciptanya secara berdiri sendiri maupun sejajar. Di samping itu, untuk sesuai dengan
pengalaman sejarah masing-masing kebudayaan, motif-motif yang sama dapat saja
makna berbeda (Taum, 2011).
Meskipun demikian, adanya perbedaan dalam pendapat antara dua ahli dari
Vietnam dan Indonesia dalam hal mengenai cerita rakyat beritipe cinderealla apakah
muncul di Asia Tenggara pulau. Menurut Đắc (1996), perbandingan dari dua cerita
rakyat atau lebih telah dilaksanakan khususnya di Asia Tenggara daratan dan belum
menemukan cerita bertipe Cinderella di kawasan Asia Tenggara pulau. Oleh sebab itu,
disimpulan bahwa kemungkinan tipe dan motif-motif cerita sebagai Cinderella tidak ada
di Asia Tenggara kawasan kepulauan, yaitu Malaysia, Indonesia dan Filipina. Sementara
itu, Danandjaja (1994) menyatakan bahwa dongeng biasa yang bertipe Cinderella di
Indonesia ada banyak, yaitu Ande-ande Lumut, Si Melati dan si Kecubung, Bawang
Putih dan Bawang Merah, dan sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian dan beberapa
uraian di atas, ditemukan hal yang menarik, yaitu adanya tipe ((type) cerita Cinderella di
Asia Tenggara kawasan kepulauan, terutama Indonesi. Hal ini dilihat melalui berbagai
motif yang sama antara TC dan BPBM. Selain itu, dari hasil penelitian temuan menerik
kedua adalah perbedaan dalam sifat motif penolong yang berjaib (Sang Buddha dalam
TC dan Buto Ijo dalam BPBM) di masing-masing dongeng merupakan hasil dari
pelokalan untuk sesuai dengan sudut pandang dan latar sosial-budaya setiap negara.
Persamaan dan Perbedaan Amanat
Perbandingan amanat dalam penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bentuk
penyampaian amanat (pesan moral). Hestiyana (2014) menyatakan amanat merupakan
32
ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan pengarang dalam sebuah karya sastra
serta mengandung suatu nilai atau pesan yang disampaikan oleh pengarang agar dapat
diambil nilai-nilai luhur bagi kehidupan (Hestiyana, 2014). Menurut Nurgiyantoro
(2015), cerita fiksi menawarkan pesan moral yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur
kemanusiaan, memperjuangkan hak dan martabat manusia. Sifat-sifat luhur kemanusia
tersebut pada hakikatnya bersifat universal. Selanjutnya, Nurgiyantoro (2015)
mengatakan bentuk penyampaian moral dalam cerita fiksi dapat dibebankan ke dalam
cara, yakni (1) bentuk penyampaian pesan secara langsung; (2) dan penyampaian pesan
tidak langsung. Bentuk penyampaian pesan langsung merupakan moral yang ingin
disampaikan, atau diajarkan pada pembaca itu dilakukan langsung dan eksplisit,
sedangkan bentuk penyampaian pesan tidak langsung merupakan pesan yang tersirat
dalam cerita, berpadu secari koherensif dengan unsur-unsur cerita yang lain
(Nurgiyantoro, 2015).
Dari pendapat di atas, penelitian ini terdapat menemui adanya dua bentuk amanat
yang diacu. Di samping itu, pengambilan pesan dari dongeng untuk mengolongkan
maknanya disampaikan terhadap kesulitan karena dapat hambatan memahami dan
menangkap penyampaian pengerang. Hal ini dijelaskan Nurgiyantoro (2015) bahwa
pesan moral secara langsung biasanya terasa dipaksa dan kurang koherensif dengan
berbagai unsur yang lain. Keadaan itu justru akan mengurangi nilai literer karya yang
bersangkutan, sedangkan pesan moral tidak langsung pembaca belum tentu dapat
menangkap apa sesungguhnya yang dimaksudkan pengerang, paling tidak kemungkinan
terjadinya kesalahan tafsir berpeluang besar
Di samping itu, perbedaan amanat dalam antara dongeng dijelaskan oleh ciri dasar
sastra lisan. Rusyana (dalam Taum, 2011) mengemukakan ciri dasar sastra lisan, yaitu
(1) sastra lisan tergantung kepada penutur, pendengar, ruang dan waktu; (2) antara
penutur dan pendengar terjadi kontak fisik, sarana komunikasi dilengkapi para
linguistik; (3) dan bersifat anonim. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, disimpulan bahwa
berubah amanat dalam suatu dongeng disebabkan proses menyebarkan anatara penutur
33
dan pendengar. Hal ini sesuai dengan pendapat Sulistyorini dan Andalas (2017), ciri-ciri
dasar sastra lisan menegaskan bahwa sastra lisan itu dapat berkembang tergantung
penuturnya sehingga kadang-kadang memunculkan adanya versi. Hal ini terjadi karena
penyampaian dari penutur sampaikan secara lisan memmengaruhi munculnya teks cerita
yang beragam.
KESIMPULAN
Motif antara dua cerita rakyat TC dan BPBM mempunyai kesamaan dan
perbedaan dalam bentuk dan sifatnya, hal ini ditunjukkan melalui tiga bagian, (1) motif
yang sama; (2) motif yang sama, tetapi berbeda dalam sifatnya; (3) dan motif yang beda.
Persamaan dan perbedaan antara dua dongeng disebab oleh cara menyebarkan cerita dan
kemunculkan penemuan-penemuan sendiri atau sejajar di masing-masing negara pada
masa yang berlaian maupun bersamaan. Amanat dalam kedua dongeng terdapat (1)
amanat tersurat; (2) amanat tersirat. Persamaan dan perbedaan pesan-pesan ditemukan
disebabkan ciri-ciri dasar sastra lisan, ebih jelas adalah proses menyampaikan cerita dari
mulut ke mulut.
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, terdapat dua hal yang menarik,
yaitu (1) adanya tipe (type) cerita Cinderella di Asia Tenggara pulau, terutama di
Indonesi; (2) dan perbedaan dalam sifat dari motif di masing-masing dongeng
merupakan hasil dari pelokalan untuk sesuai dengan pengalaman sejarah, kebudayaan
tiap-tiap negara, misalnya motif penolong yang berjaib (Sang Buddha dalam TC dan
Buto Ijo dalam BPBM).
SARAN
Perbandingan motif dalam dongeng TC dan BPBM masih ada banyak aspek
belum diteliti, misalnya simbol dalam motif penolong dalam TC dan BPBM berdasarkan
teori semiotika, motif ibu tiri dan latar sosial-budaya, dan sebagainya. Di samping itu,
penelitian ini dapat sebagai rujukan untuk pembelajaran sastra Asia Tenggara, sekaligus
sebagai rujukan bagi mahasiswa yang berniat mempelajari cerita rakyat negara-negara
Asia Tenggara khususnya Vietnam dan Indonesia.
34
DAFTAR PUSTAKA
A.Teeuw. (2013). Sastra dan ilmu sastra. PT. dunia Pustaka Jaya.
Aarne’s, A., & Thompson, S. (1961). The Types of Folktale; a Classification and
Bibliography (Revisi ked). Helsinki, Soumalainen Tiedeakatemia Academic
Scientirarum Fennica.
Amir, A. (2013). Sastra lisan Indonesia (P. Christian (ed.)). CV ANDI OFFSET
(penerbit ANDI).
Anjarwati, P. (2017). Perbandingan Dongeng Jepang Komebuki Awabuki「こめぶきあわぶき」dengan Dongeng Indonesia Bawang Merah Bawang Putih 「こめぶきあわぶき」という日本の昔話と「Bawang Merah Bawang Putih」というイン ド ネ シ ア の 昔 話 の 比 較 [Universitas Diponegoro Semarang].
http://eprints.undip.ac.id/58634/
Đắc, N. T. (1996). Mối Giao Lưu và Tương Tác Văn Hóa Giữa Các Dân Tộc Ở Đông
Nam Á Qua Kiểu Truyện Tấm Cám. Tạp Chí Văn Học, 6, 19–23.
Đắc, N. T. (2001). Truyện Kể Dân Gian: Đọc Bằng Type và Motif. Nhà Xuất Bản Khoa
Học Xã Hội.
Damono, S. D. (2005). Pegangan Penelitan Sastra Bandingan. Jakarta: Pusat Bahasa.
Danandjaja, J. (1994). Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain Lain (IV).
Jakarta: Pusat Grafitipers.
Dari, W. (2017). Analisis Persamaan Dongeng Hase - Hime dengan Dongeng Bawang
Putih Bawang Merah Dilihat dari Segi Struktural [Universitas Sumatera Utara].
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/5907
Diên, C. X. (2003). Truyện Cổ Tích. In Văn Học Dân Gian: Những Công Trình nghiên
Cứu (IV, pp. 204–207). Hà Nội: Giáo dục.
Endraswara, S. (2011). Metodologi Penelitian Sastra bandingan. Bukupop.
Endraswara, S. (2013). Teori Kritik Sastra. Yogyakarta: CAPS (Center Academic
Publishing Service).
Fananie, Z. (2000). Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University perss.
Febrianti, B. K. (2019). Perbandingan Cerita “Semangka Emas” dengan Cerita “Bawang
Merah Bawang Putih.” Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra: Tuah Talino, 13(1), 25–
40.
Hestiyana. (2014). Tema dan Amanat Cerita Rakyat di Kecamatan Karang Intan,
Kabupaten Banjar. Sirok Bastra Jurnal Kebahasaan Dan Kesastraan, 2(2), 121–
210. https://doi.org/2354-7200
Kasim, R. (1996). Sastra Bandingan; Ruang Lingkup dan Metode. Depdikbud.
Khánh, Đ. G. (2003). Về Truyện Tấm “Cám.” In B. M. Nhị, H. Q. Hùng, & Nguyễn Thị
Ngọc Điệp (Eds.), Văn Học Dân Gian: Những Công Trình nghiên Cứu (IV, pp.
230–234). Hà Nội: Giáo dục.
Laily N, N. (2015). Perbandingan Perwatakan dan Nilai-Nilai Moral dalam Dongeng
Frau Holle dan Bawang Merah Bawang Putih : Kajian Sastra Bandingan.
Loan, T. T. T. (2020). So sánh kiểu truyện ngườii con riêng Khmer Nam Bộ với các
truyện cùng type của các dân tộc khác. Tạp Chí Nghiên Cứu Văn Học (Literary
35
Studies), 3(577), 70–81.
Luận, P. T., Thìn, L. N., & Toán, B. M. (2014). Ngữ văn lớp 10, tập 1. Nhà xuất bản
giáo dục Việt Nam.
https://drive.google.com/file/d/1Qq5glQKavM_2QSsrxahvMMW4QTnxdVHx/vie
w
Miharja, R. (2012). Buku Pintar Sastra Indonesia. Jakarta: Laskar Aksara.
Mujib, A. (2009). Hubungan Bahasa dan Kebudayaan (Perspektif Sosialinguistik).
Adabiyyāt, 8, No.1. http://ejournal.uin-
suka.ac.id/adab/Adabiyyat/article/viewFile/654/591
Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Nurgiyantoro, B. (2015). Teori Pengkajian Fiksi (XI). Gajah Mada University Press.
Purwadi. (2009). Folklor Jawa (I). Pura Pustaka Yogyakarta.
Ratna, N. K. (2015). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Cetakan XIII.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Remak, H. H. . (1990). “Sastra Bandingan: Takrif dan Fungsi” dalam Sastra
Perbandingan Kaedah dan Persfektif. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Setyorini, K. A. (2020). Perbandingan Cerita Rakyat Bawang Merah Bawang Putih dan
Bamei Liangmei. Century, VIII(1), 68–75. https://doi.org/10.9744/century.8.1.68-
75
Sulistyorini, D., & Andalas, E. F. (2017). Sastra Lisan: Kajian Teori dan Penerapannya
dalam Penelitian. Madani: Kelompok Intrans Publishing.
Sumiyadi. (2012). Praktik Pengkajian Sastra Bandingan Puisi, Prosa, Drama. (Jurusan
Pe).
Surgiarto, E. (2005). Mengenal Sastra Lama. “Dongeng Bawang Putih-Bawang Merah
“. Yogyakarta: C.V Andi Offs.
Taum, Y. Y. (2011). Studi Satra Lisan: Sejarah, Teori, Metode dan Pendekatan Disertai
Contoh Penerapnnya (I). Penerbit LAMALERA.
Thi, Đ. T. (2008). So Sánh Kiểu Truyện Cô Lọ Lem của Một Số Dân Tộc Miền Nam
Trung Quốc với Kiểu Truyện Tấm Cám của Việt Nam.
https://repository.vnu.edu.vn/flowpaper/simple_document.php?subfolder=22/35/58
/&doc=22355889668445095155876216450399388543&bitsid=73a2ffcc-abd1-
40cb-9d23-e5c226f072ff&uid=
Thompson, S. (1958). Motif-Index of Folk Literature: A Classification of Narrative
Elements in Folktales, Ballads, Myths, Fables, Mediaeval Romances, Exempla,
Fabliaux, Jest-Books, and Local Legends. In Bloomington, Indiana,. Published on
the Internet, 2016.
https://fr.wikipedia.org/w/index.php?title=Stith_Thompson&oldid=122862518
Tim Charissa. (2019). Kumpulan Dongeng Nusantara Terpopuler Dari 34 Provinsi.
Yogyakarta : Charissa Publisher.
Trang, N. T. T. (2017). Type Truyện Cô Lọ Lem ở Việt Nam và Một Số Nước Châu Á.
In Kỷ yếu Hội thảo khoa học quốc tế Nghiên cứu và giảng dạy Việt Nam học (pp.
1111–1120). Nxb Đại học Quốc gia TP. Hồ Chí Minh, Tp. Hồ Chí Minh.
36
Trị, Đ. B. (2003). Hướng Dẫn Tìm Hiểu Truyện “Tấm Cám.” In B. M. Nhị, H. Q. Hùng,
& N. T. N. Điệp (Eds.), Văn Học Dân Gian: Những Công Trình Nghiên Cứu Dân
Gian (IV, pp. 235–240). Hà Nội.
Wellek, R., Warren, A., & Budianta, M. (2014). Teori Kesusastraan. PT Gramedia
Pustaka Utama.
Winarno, S. (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Tarsito,
Bandung.
Yulianto, A. (2019). Representation of Social Attitude and Local Trust in the Folklore
Dayak Bakumpai in South Kalimantan. Jurnal Lingko : Jurnal Kebahasaan Dan
Kesastraan, 1(2), 111–124. https://doi.org/10.26499/jl.v1i2.28
38
Lampiran 1
Judul Dongeng : Tam Cam
Pengarang : Nguyen Dong Chi
Buku percetakan: Buku Bahasa dan Sastra Vietnam SMA kelas X (1)
Penerbit : Departemen Pendidikan Nasional Vietnam
Tahun Terbit : 2014
Halaman : 65 – 72
SINOPSIS
Ayah dan Ibu kandung Tam meninggal, Tam tinggal bersama ibu tiri dan putri ibu
tirinya yang bernama Cam. Tam diperlakukan buruk oleh ibu tiri dan Cam. Suatu hari,
Tam dan Cam pergi menangkap ikan dan udang, Cam malas hanya bermain dan
akhirnya tidak ada satu pun ikan, udang ditangkap. Dia takut dimarahi oleh ibunya, jadi
dia menipu Tam untuk mendapatkan semua ikan dan udang di keranjangnya. Tam
melihat keranjang, semua ikan dan udang diambilkan, tiada satu pun tersisa, dia
menangis. Dengarkan Tam menangis, Sang Buddha muncul dan menunjukkan seekor
ikan goby yang ditinggal dalam keranjang dan beliau menyuruh Tam memelihara ikan
goby itu setiap hari. Suatu hari, ibu tiri dan Cam tahu, kemudian mereka menyuruh Tam
menggembalakan kerbau jauh-jauh, sementara itu, mereka di rumah menangkap dan
memakan ikan goby. Ketika Tam mengetahuinya, dia menangis, Sang Buddha muncul
dan menyuruh Tam untuk menemukan dan mengubur tulang goby di empat kaki bahwa
tempat tidur. Tam tidak dapat menemukan tulang ikan di mana pun, seekor ayam jantan
muncul dan berkata bahwa dia akan menemukan tulang untuk membantunya jika Tam
memberinya padi.
Pada hari festival, ibu tiri dan Cam bersekongkol menCampur padi dengan beras
dan memaksa Tam di rumah untuk menggolongkan dua jenisnya supaya Tam tidak bisa
39
pergi ke festival. Tam merasa sedih, jadi dia menangis lagi, Sang Buddha muncul lagi
dan memanggil burung pipit untuk membantu Tam. Sang Budha menyuruh Tam untuk
menggali tulang goby yang terkubur dulu. Mengikuti kata-kata Sang Budha, Tam
dapatkan pakaian yang indah dari tulang goby dikuburkan dan pergi ke festival. Dalam
perjalanan ke festival, Tam kehilangan satu selop. Setelah itu, Sang Raja lewat tempat
yang Tam kehilangan selop. Sang Raja menemukan dan mengambil selop itu, kemudian,
Raja memerintahkan untuk menemukan orang yang kehilangan sepatu ini. Tam
mencoba dan sepatu itu muat dengan kaki Tam. Oleh karena itu, dia menjadi istri raja
dan tinggal di istana bersama raja.
Ibu tiri dan Cam merasa cemburu dan iri. Mereka menunggu Tam pulang pada
hari kematian ayahnya, meraka membujuk Tam untuk memanjat dan memetik pinang
dan menebang pohon dan Tam mati. Setelah itu, Cam memasuki istana untuk
menggantikan Tam. Setelah mati, Tam reinkarnasi menjadi burung, raja sangat
mencintai burung itu, jadi Cam membunuh burung. Burung mati sekali lagi menjadi
pohon, Sang raja membuat tempat tidur gantung di bawah pohon itu, dan tidak
memperhatikan Cam. Cam menebang pohon dan membuat alat tenun, tetapi ketika alat
tenun itu dipakai, dari alat tenun berbunyi yang menganCam Cam. Cam sangat takut
sehingga dia membakar alat tenun dan membuang abunya di tempat jauh.
Dari abunya, ditumbuh sebuah pohon, pohon itu hanya bersatu buah. Seorang
nenek yang lewat dan melihat buahnya, dia berkata: "buah!Buah! jatuhlah pada tasku,
ku simpan biar cium, tidak akan dimakan!" Buahnya langsung jatuh, dan Tam dari buah
itu keluar dan tinggal bersama nenek. Suatu hari, raja mampir di rumah nenek, melihat
buah pinang dibuat mirip dengan yang istrinya buat, jadi dia bertanya kepada nenek dan
menemukan Tam. Keduanya berjupa kembali.
Bagi ibu tiri dan Cam, ketika Tam kembali, Cam iri dengan kecantikannya. Cam
bertanya pada Tam bagaimana dapat kulit putih seperti Tam, jadi Tam menunjukkan
40
kepada Cam cara mandi dengan air panas. Cam mengikuti dan mati, ibu tiri melihat hal
itu dan mati juga.
Lampiran 2
Judul Dongeng : Bawang Putih dan Bawang Merah
Pengarang : Tim Charissa
Buku percetakan: Kumpulan Dongeng Nusantara Terpopuler dari 34 Provinsi
Penerbit : Charissa Publisher
Tahun Terbit : 2019
Cetakan : 1
Halaman : 190 – 195
SINOPSIS
Di Desa Dadapan ada seorang janda bernama Mbok Rondo Dadapan. Ia
mempenyai dua orang anak perempuan. Satu anak kandung bernama Bawang Merah
dan satu anak tiri bernama Bawang Putih. Bawang Putih anak yang baik, sedangkan
Bawang Merah pemalas.
Suatu hari, Bawang Putih disuruh mencuci pakaian di sungai, tetapi baju batik
Bawang Merah dihanyutkan di sungai. Bawang Putih dimarahi ibu tiri dan memaksa
Bawang Putih harus terus menyusuri sungai sampai dapatkan baju itu. Bawang Putih
mengikuti arus sungai hingga bertemu dengan nenek Buto Ijo yang menemukan baju
tersebut. Nenek Buto Ijoakan mengembalikan kain itu dengan syarat Bawang Putih ke
rumah dia dan membantu memasak.
Bawang Putih membantu nenek Buto Ijo semua pekerjaan rumah dan disuruh
nenek untuk bermalam rumahnya. Saat Bawang Putih pulang, nenek Buto Ijo itu
41
menawarkan sepotong bambu untuk Bawang Putih sebagai hadiah. Sesampainya di
rumah dengan sepotong bambu, Bawang Ptuh serahkan sepotong bambu itu kepada ibu
tirinya, ketika sepotong bambu dibelah, ternyata buluh bambu itu mengandung emas dan
permata.
Ibu tiri ingin dapat lebih banyak emas, kemudian menyuruh Bawang Merah
melakukan seperti yang dilakukan Bawang Putih, mencuci pakaian di sungai. Sampai
akhirnya Bawang Merah bertemu dengan nenek Buto Ijo itu. Tetapi Bawang Merah
tidak mau membantunya, nenek Buto Ijo sebal, kemudian dia kasih sepotong bambu dan
menyuruh Bawang Merah pulang. Di rumah, ibu tiri dan Bawang Merah membelah
buluh bambu itu, yang ternyata binatang berbisa. Segera mereka menyadari perbuatan
buruk mereka dan sejak itu mereka tidak bertingkah buruk terhadap Bawang Putih lagi.
42
Lampiran 3. Indikator Motif dan Amanat
No Fokus Permasalahan Aspek Kajian Indikator
1 Bagaimana persamaan dan perbedaan
motif yang mengerakan cerita pada
dongeng Bawang Putih dan Bawang
Merah dan dongeng Tam Cam?
Motif 1) Unsur-unsur suatu cerita
2) Unsur yang menonjol dan tidak biasa
sifatnya
3) Mendorong cerita ke arah peristiwa
4) Diri suatu motif dapat menjadi cerita
pendek
5) Mengesankan atau menghibur pendengar
6) Mempunyai daya tahan dalam tradisi
2 Bagaimana persamaan dan perbedaan
amanat cerita pada dongeng Bawang
Putih dan Bawang Merah dan dongeng
Tam Cam?
Amanat 1) Makna cerita yang disarankan lewat cerita
2) Pandangan hidup yang disampaikan cerita
3) Berhubungan dengan ajaran moral
tertentu yang bersifat praktis
43
Lampiran 4. Klasifikasi motif dalam buku Motifs-Index Thompson
No. Klasifikasi motif
1 A. Mythological Motifs Tidak dapat dalam kedua dongeng TC dan BPBM
2 B.Animal Motifs
(Motif-motif Binatang)
1) B0 - B99. Mythical animals (hewan mitos)
2) B100 - B199. Magic animals (hewan ajaib)
3) B200 - B299. Animals with human traits (hewan dengan sifat manusia)*
4) B300 - B349. Helpful animals-general (hewan yang menolong – umum)*
5) B350 - B399. Grateful animals (hewan yang bersyukur)
6) B400 - B499. Kinds of helpful animals (jenis-jenis hewan yang menolong)
7) B500 - B599. Services of helpful animals (bantuan hewan yang menolong)
8) B600 - B699. Marriage of person to animal (pernikahan manusia dengan hewan)
9) B700 - B799. Fanciful traits of animals (ciri-ciri hewan yang luar biasa)
10) B800 - B899. Miscellaneous animal motifs (aneka motif hewan)
3 C.Motifs of Taboo Tidak dapat dalam kedua dongeng TC dan BPBM
4 D.Magic
(Motif-motif tentang sihir/gaib)
1) D0-D699. Transformation (transformasi)
2) D800 - D1699. Magic objects (benda ajaib)*
3) D1700 - D2199. Magic powers and manifestations (kekuatan dan manifestasi sihir)
5 E.The Dead
(Motif-motif tentang kematian)
1) E0—E199. Resuscitation (resusitasi)
2) E200—E599. Ghosts and other revenants (hantu dan revenants lainnya)
3) E600—E699. Reincarnation (reinkarnasi)*
4) E700-E799. The soul (jiwa)
6 F.Marvels Tidak dapat dalam kedua dongeng TC dan BPBM
7 G.Ogres Tidak dapat dalam kedua dongeng TC dan BPBM
8 H.Tests
(Motif-motif tentang ujian)
1) H0—H199. Identity tests: recognition (test identitas)*
2) H200—H299. Tests of truth (ujian kebenaran)
3) H300—H499. Marriage tests (ujian pernikahan)
4) H500—H899. Tests of cleverness (ujian kepintaran)
5) H900—H1199. Tests of prowess: tasks (tes kemampuan: tugas)
6) H1200—H1399. Tests of prowess: quests (tes kemampuan: permintaan)
7) H1400—H1599. Other tests (tes/ujian yang lain)*
9 J.The Wise and the Fools Tidak dapat dalam kedua dongeng TC dan BPBM
44
10 K.Deceptions Tidak dapat dalam kedua dongeng TC dan BPBM
11 L.Reversals of fortune
(Pembalikan keberuntungan/tokoh)
1) L0—L99. Victorious youngest child (anak bungsu yang menang)*
2) L200—L299. Modesty brings reward (dapatkan pahala oleh kerendahhatian
3) L300—L399. Triumph of the weak (kemenangan dari yang lemah)
4) L400—L499. Pride brought low (kebanggaan dihinakan)
12 M.Ordaining the Future Tidak dapat dalam kedua dongeng TC dan BPBM
13 N.Chance and Fate
(Kesempatan dan Takdir)
1) N0—N99. Wagers and gambling (taruhan dan perjudian)
2) N100—N299. The ways of luck and fate (keberuntungan dan nasib)
3) N300—N399. Unlucky accidents (kecelakaan yang buruk)
4) N400—N699. Lucky accidents (kecelakaan beruntung)
5) N500—N599. Treasure trove (harta karun)
6) N600—N699. Other lucky accidents (kecelakaan beruntung lainnya)
7) N700—N799. Accidental encounters (pertemuan yang tidak disengaja)
8) N800—N899. Helpers (penolong)*
14 P.Society Tidak dapat dalam kedua dongeng TC dan BPBM
15 Q.Rewaards and punishments
(Penghargaan dan hukuman)
1) Q0. Rewards and punishments (penghargaan dan hukuman)
2) Q10—Q99. Deeds rewarded (perbuatan dihargai)*
3) Q100—Q199. Nature of rewards (sifat penghargaan)
4) Q200—Q399. Deeds punished (perbuatan dihukum)
5) Q400—Q599. Kinds of punishment (macam-macam hukuman)*
16 R.Captives and Fugtives Tidak dapat dalam kedua dongeng TC dan BPBM
17 S.Unnatural Cruelty
(Kekejaman yang tidak wajar)
1) S0—S99. Cruel relatives (kerabat yang kejam)*
2) S100—S199. Revolting murders or mutilations (pembunuhan atau mutilasi yang memuakkan)
3) S200—S299. Cruel sacrifices (pengorbanan yang kejam)
4) S300—S399. Abandoned or murdered children (anak-anak yang ditelantarkan atau dibunuh)
5) S400—S499. Cruel persecutions (penganiayaan yang kejam)
18 T.Sex
(Seks)
1) T0—T99. Love (cinta)*
2) T100—T199. Marriage (pernikahan)
3) T200—T299. Married life (kehidupan pernikahan)
4) T300—T399. Chastity and celibacy (kemurnian dan selibat)
5) T400—T499. Illicit sexual relations (hubungan seksual terlarang)
6) T500—T599. Conception and birth (konsepsi dan kelahiran)
7) T600—T699. Care of children (perawatan anak)
19 U.The Natural of Life Tidak dapat dalam kedua dongeng TC dan BPBM
45
20 V.Religion Tidak dapat dalam kedua dongeng TC dan BPBM
21 W.Traits of Character
(Karakter Tokoh)
1) W0—W99. Favorable traits of character (ciri-ciri karakter yang baik)*
2) W100—W199. Unfavorable traits of character (ciri-ciri karakter yang buruk)*
3) W200—W299. Traits of character—miscellaneous (macam-macam karakter)
22 X.Humor Tidak dapat dalam kedua dongeng TC dan BPBM
23 Z.Miscellaneous groups of motifs Tidak dapat dalam kedua dongeng TC dan BPBM
Keterangan:
*: Motif-motif berada dalam kedua dongeng TC dan BPBM
Lampiran5. Indikartor berbagai motif ditemukan dalam kedua dongeng
No Macam Motif Indikator
1 Hewan dengan sifat manusia Dapat kemampuan berbicara, berpikir, dan lain-lainnya sebgai manusia
2 Hewan yang menolong Dapat membantu tokoh menyelesaikan atau memberikan sesuatu untuk menyelesaikan
tugas/ujian.
3 Benda ajaib 1) Benda-benda yang berajaib
2) Dapat dari penolong yang supernatural, hewan menolong, atau adalah hadiah
dari seseorang.
4 Reinkarnasi 1) Kelahiran kembali
2) Penjelmaan kembali ke dalam bentuk atau tubuh lain setelah mati
5 Test identitas Tes untuk mengidentifikasi seseorang yang layak dengan pahala atau bantuan orang lain
6 Penolong Tokoh menolong tokoh utama untuk menyelesaikan tugasnya, yaitu
1) Seseorang memberikan benda ajaib
2) Tuhan/Dewa memberikan ajaran atau benda ajaib
3) Hewan luar biasa memberikan benda ajaib
4) Dan lain-lainnya
46
7 Hukuman 1) Siksa dan sebagainya yang dikenakan kepada orang yang buruk atau melakukan
buruk
2) Hasil atau akibat perbuatan buruk
47
Lampiran 6. Konstruksi motif dan amanat dalam dongeng Tam Cam
No Kode
motif
dalam
buku
Indeks-
Motif
Thomps
on
Motif Data Kode Data Interpretasi Deskripsi
1 B210 Speaking
animals (hewan
bisa berbicara)
Tấm trở về theo lời dặn của Bụt đi tìm xương
bống, nhưng tìm mãi các xó vườn góc sân mà
không thấy đâu cả. Một con gà thấy thế, bảo
Tấm:
“Cục ta cục tác! Cho ta nắm thóc, ta bới xương
cho!”
Tấm bốc nắm thóc ném cho gà. Gà chạy vào
bếp bới một lúc thì được xương ngay.
(Mengikuti kata-kata Sang budha, Tam pulang
untuk mencari tulang ikan goby, tetapi tidak
dapatkan tulangnya, padahal sudah mencarikan
di seluruh sudut Taman. Seekor ayam jantan
muncul dan berkata:
- Petok! petok! Berilah aku segenggam padi,
tulangnya akan aku menggali!
Tam berikan padi kepada ayam. Setelah itu,
ayam jantan berlari ke dapur dan menggali
sebentar, lalu langsung tulang ditemukan.)
D1/TC/M/2014/Hal67 Bantuan dari
hewan ajaib
Ayam jantan yang bisa berbicara
merupakan salah satu motif hewan luar
biasa. Berkat bantuan ayam ini, tulang
ikan goby telah ditemukan, kemudian
tulang itu dikaburkan bawah kaki
ranjang, ini adalah sebuah motif yang
kecil dalam cerita dan ayam itu hanya
muncul sekali tetapi peristiwa ini
berfungsi mengarah pada alur cerita
maju ke peristiwa yang kemudian,
yaitu peristiwa Tam pergi ke Festival.
2 B300 –
B349
Helpful animals
(hewan yang
menolong)
Tự nhiên ở trên không có một đàn chim sẻ đáp
xuống sân nhặt thóc ra một đằng, gạo ra một
nẻo. Chúng nó lăng xăng ríu rít chỉ trong một
lát đã làm xong, không suy suyển một hạt.
(Dari langit, sekawanan burung pipit mendarat
di halaman. Hanya dalam beberapa saat, padi
dan beras telah selesaikan digolongkan dan
tanpa memindahkan sebutir pun.)
D2/TC/M/2014/Hal68 Hewan (burung
dan ikan goby)
yang diberikan
Tuhan berfungsi
tolong menolong
tokoh utama-Tam
Karena ibu tiri dan Cam tidak ingin
Tam mengikuti ke festival, meraka
mencampur padi dengan beras dan
memaksakan Tam di rumah untuk
menggolongkan dua jenisnya. Sang
Budha memanggil burung pipit untuk
membantu Tam menggolongkan beras
dan padi.
48
Tấm theo lời Bụt thả bống xuống giếng. Rồi từ
hôm ấy trở đi, cứ sau bữa ăn, Tấm đều để dành
cơm giấu đưa ra cho bống. Mỗi lần nghe lời
Tấm gọi, bống lại ngoi lên mặt nước đớp những
hạt cơm của Tấm ném xuống. Người và cá ngày
một quen nhau, và bống ngày một lớn lên trông
thấy.
(Tam mengikuti kata-kata Sang Buddha, dia
memelihara ikan goby dalam sumur. Sejak hari
itu, setiap hari, Tam menyimpan nasi dan
memberikan kepada ikan goby. Setiap kali
mendengar panggilan Tam, ikan muncul ke
permukaan air untuk makan nasi yang dilempar
Tam. Orang dan ikan semakin mengenal satu
sama lain, dan ikan goby tumbuh semakin
besar.)
D3/TC/M/2014/Hal66 Tam memelihari ikan goby, ikan goby
berkemampuan memahami kata-kata
manusia. Oleh karena itu, setiap hari
dengarkan panggilan Tam, ikan goby
akan menimbulkan dan makan nasi
dikasih Tam. Tam dan ikan goby
makin hari makin akrab.
3 D811 Magic object
recived from
God (Benda
ajaib diterima
dari Tuhan)
Tấm vâng lời, đi đào các lọ lên. Đào lọ thứ nhất
lấy ra được một bộ áo mớ ba, một cái xống lụa,
một cái yếm lụa điều và một cái khăn nhiễu.
Đào lọ thứ hai lấy được một đôi giày thêu, đi
vừa như in. Lọ thứ ba đào lên thì thấy một con
ngựa bé tí, nhưng vừa đặt con ngựa xuống đất
bỗng chốc nó hí vang lên và biến thành ngựa
thật. Đào đến lọ cuối cùng thì lấy ra được một
bộ yên cương xinh xắn.
(Mengikuti kata-kata Sang Budha, Tam
menggali tempayan yang dikubur beberapa hari
yang dulu. Tempayan pertama, dapatkan
pakaian. Tempayan kedua dapatkan sepasang
sepatu bordir dengan ukuran pas. Tempayan
ketiga dapatkan seekor kuda kecil, tetapi ketika
kuda itu diletakkan di tanah, tiba-tiba ia berubah
menjadi kuda sungguhan. Tempayan terakhir,
dapatkan satu set pelana yang indah.)
D4/TC/M/2014/Hal68 Dapatkan
tempayan sebagai
benda ajaib dari
Tuhan (Sang
Buddha)
Sang Buddha memberi tahu Tam
tentang pakaian yang indah untuk dia
pakai ke festival bisa dapat dari
tempayan yang ada tulang ikan goby
yang dikubur dahulu. Hal ini sebagai
benda ajaib yang Tam diterima dari
Sang Buddha.
4 D1473 Magic object Đào lọ thứ nhất lấy ra được một bộ áo mớ ba, D5/TC/M/2014/Hal68 Pakaian diberikan Tulang ikan goby yang dikuburkan dulu
49
furnishes
clothes (benda
ajaib
mengeluarkan
pakaian)
một cái xống lụa, một cái yếm lụa điều và một
cái khăn nhiễu. Đào lọ thứ hai lấy được một đôi
giày thêu, đi vừa như in. (Tempayan pertama,
dapatkan pakaian. Tempayan kedua dapatkan
sepasang sepatu bordir dengan ukuran pas.)
dari Tuhan
melalui benda
ajaib
transformasi menjadi barang-barang
yang kebutuhan Tam untuk ke festival,
yaitu pakain , selop indah, dan seekor
kuda
5 E670 Repeated
reincarnation
(reinkarnasi
berulang)
Lại nói chuyện Tấm chết hóa thành chim vàng
anh.
(Tam meninggal, kemudian reinkarnasi dalam
bentuk burung.)
D6/TC/M/2014/Hal 70 Reinkarnasi
berkali-kali dari
tokoh utama
Reinkarnasi berkali-kali dari Tam, yaitu
dalam bentuk burung, pohon, alat tenun,
buah, dan akhirnya menjadi manusia.
Hal ini merupakan berusaha dalam
perjuangan untuk mendapat tujuannya-
kehidupan bahagia. Cám nhân lúc vua đi vắng, bắt chim làm thịt ăn,
rồi vứt lông chim ở ngoài vườn…Lông chim
vàng anh chôn ở vườn hóa ra hai cây xoan đào.
(Ketika raja keluar, Cam menangkap burung
untuk dimakan, lalu melemparkan bulu-bulu
burung itu itu di taman… Tempat bulu-bulu
burung dilemparkan tumbuhkan dua pohon.)
D7/TC/M/2014/Hal 70
Cám sai thợ chặt hai cây xoan đào lấy gỗ đóng
khung cửi.
(Cam memerintahkan orang lain untuk
menebang dua pohon cemara untuk ambil kayu
dan membuat alat tenun.)
D8/TC/M/2014/Hal 70
Mẹ nó bảo đốt quách khung cửi rồi đem tro đi
đổ cho rõ xa để được yên tâm. Về đến cung,
Cám làm như lời mẹ nói. Nó mang tro đã đốt
đem đi đổ ở lề đường cách xa hoàng cung.
Đống tro bên đường lại mọc lên một cây thị cao
lớn, cành lá sum suê. Đến mùa có quả, cây thị
chỉ đậu được có một quả...Từ trong quả thị chui
ra một cô gái thân hình bé nhỏ như ngón tay
nhưng chỉ trong chớp mắt đã biến thành Tấm.
(Ibu tiri menyuruh Cam membakar alat tenun
dan membuang abunya di tempat yang jauh.
Ketika kembali ke istana, Cam melakukan apa
yang dikatakan ibunya. Setelah membakar alat
D9/TC/M/2014/Hal 71
50
tenun, dia membuang abu di pinggir jalan,
tempat jauh dari istana. Dari abu itu tumpuhkan
sebuah pohon yang tinggi dan rimbun. Pada
musim berbuah, pohon itu dapat menghasilkan
hanya satu buah... Dari buah itu keluar seorang
gadis bertubuh kecil seperti jari, kemudian
segera dia berubah menjadi Tam.)
6 H35.2 Recognition by
unique cookery
(mengenali oleh
masakan unik)
Thấy trầu têm cánh phượng, vua sực nhớ tới
trầu vợ mình têm ngày trước cũng y như vậy,
liền phán hỏi:
“Trầu này ai têm?”
“Trầu này con gái già têm”, bà lão đáp.
“Con gái của bà đâu, gọi ra đây cho ta xem
mặt.”
Bà lão gọi Tấm ra, Tấm vừa xuất hiện, vua
nhận ra ngay vợ mình ngày trước, có phần trẻ
đẹp hơn xưa. Vua mừng quá, bảo bà hàng nước
kể lại sự tình, rồi truyền cho quân hầu đưa kiệu
rước Tấm về cung.
(Sang raja melihat pinang dan sirih yang dibuat
dalam bentuk sayap phoenix sangat mirip
dengan pinang dan sirih yang dibuat oleh
istrinya dulu, jadi dia bertanya:
“Siapa membuat pinang dan sirih ini?”
“Pinang dan sirih ini adalah putri saya yang
buat”, jawab nenek itu.
“Di mana putri anda? panggilkan dia ke sini
untuk saya mengenal.”
Nenek memanggil Tam keluar, Tam baru saja
muncul, Sang raja langsung mengenali istrinya,
agak lebih muda dan cantik dari sebelumnya.
Sang raja sangat bahagia, meminta nenek
menceritakan kisah itu, kemudian menjemput
Tam ke istana.)
D10/TC/M/2014/Hal71 Temukan dan
mengenali
bersama melalui
masakan unik
Sang Raja dan Tam mengenali dan
bertemu kembali melalui pinang dan
sirih yang masakan unik dari Tam. Hal
ini mewujudkan kecintaan Sang Raja
dan Tam
51
7 H36.1 Slipper test.
Indentification
by fitting of
slipper (ujian
dengan
selop/sepatu:
identifikasi
dengan
mencoba
selop/sepatu)
Nhưng khi Tấm đặt chân vào giày thì vừa như
in. Nàng mở khăn lấy chiếc thứ hai đi vào. Hai
chiếc giày giống nhau như đúc. Bọn lính hầu hò
reo vui mừng. Lập tức vua sai đoàn thị nữ rước
nàng vào cung.
(Tam mencoba selop dan selop itu pas dengan
kakinya. Dia membuka handuk dan mengambil
yang kedua. Kedua selop itu menjadi sepasang
selop yang indah. Para pelayan bersorak
gembira. Setelah itu, Sang Raja mejemput Tam
ke istana.)
D11/TC/M/2014/Hal69 Identifikasi
seorang dengan
ujian mencoba
selop
Sang Raja mencari istri melalui ujian
mencoba selop indah yang digungut
dalam perjalanan ke festival, dan Tam
menjadi istri Sang Raja karena
kakinya memuat dengan selop itu.
Ternyata selop yang pasdigungut Sang
Raja punya Tam.
8 L55 Step daughter
heroin (anak tiri
adalah tokoh
utama)
Ngày xưa, có Tấm và Cám là hai chị em cùng
cha khác mẹ. Hai chị em suýt soát tuổi nhau.
Tấm là con vợ cả, Cám là con vợ lẽ. Mẹ Tấm đã
chết từ hồi Tấm còn bé. Sau đó mấy năm thì cha
Tấm cũng chết. Tấm ở với dì ghẻ là mẹ của
Cám.
(Dahulu kala, ada Tam dan Cam yang
merupakan dua saudara perempuan sama ayah
tetapi ibunya berbeda. Kedua anak ini 51amper
seumuran. Tam adalah anak kandung istri
pertama, Cam adalah anak kandung selir. Ibu
Tam meninggal saat Tam kecil. Beberapa tahun
kemudian, ayah Tam juga meninggal. Tam
tinggal bersama ibu tirinya yang merupakan ibu
Cam)
D12/TC/M/2014/Hal65 Hubungan antara
tokoh-tokoh
dalam cerita,
yakni ibu tiri-anak
tiri, dan anak tiri-
anak ibu tiri
Tam menjadi anak tiri ketika
orangtuanya meninggal, dia tinggal
dengan ibu tiri dan anak ibu tiri.
9 N817 Deity as helper
(Penolong
merupakan
Tuhan/Dewa)
Bấy giờ Bụt đang ngồi trên tòa sen. Bỗng nghe
tiếng khóc của Tấm liền hiện xuống hỏi:
- Con làm sao lại khóc?
Tấm kể sự tình cho Bụt nghe. Bụt bảo:
- Thôi con hãy nín đi! Con thử nhìn vào giỏ xem
còn có gì nữa không?
(Saat itu, Sang Buddha sedang duduk di
singgasana teratai. Tiba-tiba, dia mendengar
tangisan Tam, dia muncul dan bertanya:
“Kenapa anda menangis?”
D13/TC/M/2014/Hal66 Bantuan dari
penolong, yaitu
But (Sang
Buddha) setiap
waktu Tam
membutuh
bantuan
Ketika Tam menghadapi dengan
kesulitan atau ketidakadilan dia
menangis, dan Sang Buddha muncul
untuk memberikan ajaran dan
membantu dia menyelesaikan
kesulitan, yaitu menggolokan beras
dan padi, memberikan pakaian indah,
dan sebagainya.
52
Kisah itu diceritakan kepada Sang Buddha,
Sang Budha berkata:
“Jangan menangis! Lihatlah keranjang anda
apakah ada yang tersisa?”)
Biết có sự chẳng lành cho bống, Tấm òa lên
khóc. Bụt lại hiện lên, hỏi:
- Con làm sao lại khóc?
Tấm kể sự tình cho Bụt nghe, Bụt bảo:
- Con bống của con người ta đã ăn thịt mất rồi.
Thôi con hãy nín đi. Rồi về nhặt lấy xương nó,
kiếm bốn cái lọ bỏ vào, đem chôn xuống dưới
bốn chân giường con nằm.
(Mengetahui ada yang tidak beres dengan ikan
goby, Tam menangis. Sang Buddha muncul dan
bertanya:
“Kenapa kamu menangis?”
Setelah kisah itu diceritakan kepada Sang
Buddha, Sang Buddha berkata:
“Gobymu telah dimakan. Jangan mengangis!
Cobalah kamu mencari tulangnya, kemudian
masukkan tulangnya ke dalam empat tempayan,
dan kubur di bawah empat kaki tempat
tidurmu.”
D14/TC/M/2014/Hal67
Tấm ngồi nhặt một lúc mà chỉ mới được một
nhúm, nghĩ rằng không biết bao giờ mới nhặt
xong, buồn bã, bèn khóc một mình. Giữa lúc ấy
Bụt hiện lên, hỏi:
- Con làm sao lại khóc?
Tấm chỉ vào cái thúng, thưa:
- Dì con bắt phải nhặt thóc cho ra thóc, gạo ra
gạo, rồi mới được đi xem hội. Lúc nhặt xong thì
hội đã tan rồi, còn gì nữa mà xem.
Bụt bảo:
- Con đừng khóc nữa. Con mang cái thúng đặt
ra giữa sân, để ta sai một đàn chim sẻ xuống
D15/TC/M/2014/Hal67
53
nhặt giúp.
(Tam menggolong beras dan padi secukup lama
tetapi hanya mendapat segenggam, berpikir
bahwa dia tidak akan bisa menyelesaikannya,
jadi dia sedih dan menangis sendirian. Sang
Buddha muncul dan bertanya:
“Kenapa kamu menangis?”
Tam menunjuk ke keranjang, dan berkata:
“Ibu tiri memaksa saya menggolong beras dan
padi, sampai selesai saya dapat mengikuti
festival. Akan tetapi, ketika saya menyelesaikan
menggolongkannya, festival sudah selesai.”
Sang Buddha berkata:
“Jangan menangis! Taruhlah keranjang di
halaman, saya akan memanggil sekawanan
burung pipit membantumu menggolongkan.”
54
Nhưng khi chim sẻ bay đi, Tấm lại nức nở khóc.
Bụt lại hỏi:
“Con làm sao còn khóc nữa?”
“Con rách rưới quá, sợ người ta không cho con
vào xem hội”
“Con hãy đào những cái lọ xương bống đã chôn
ngày trước lên thì sẽ có đủ mọi thứ cho con trẩy
hội.”
(Namun ketika burung pipit itu terbang
menjauh, Tam kembali terisak. Sang Buddha
bertanya lagi:
“Bagaimana kamu masih menangis?”
“Saya sangat compang-camping, saya khawatir
orang tidak akan membiarkan saya masuk
tempat festival”
“Galilah tempayang yang dikubur kamu
beberapa hari yang dulu, kamu akan dapat apa
yang kamu butuh untuk ke festival”)
D16/TC/M/2014/Hal68
10 Q411 Death as
punishment
(Kematian
sebagai
hukuman)
“Một hôm Cám hỏi chị:
“Chị Tấm ơi chị Tấm, chị làm thế nào mà đẹp
thế?”
Tấm không đáp, chỉ hỏi lại:
“Có muốn đẹp không để chị giúp?”
Cám bằng lòng ngay. Tấm sai quân hầu đào
một cái hố sâu và đun một nồi nước sôi. Tấm
bảo Cám xuống hố rồi sai quân hầu dội nước
sôi vào hố. Cám chết. Mụ dì ghẻ thấy vậy cũng
lăn đùng ra chết.”
(Suatu hari Cam bertanya pada Tam:
D17/TC/M/2014/Hal72 Orang yang
perbuatan buruk
akan dihukum
Ibu tiri dan Cam sangat kejam karena
telah lakukan buruk terhadap Tam, dan
membunuh dia berkali-kali. Oleh
karena itu, akhirnya ibu tiri dan Cam
dapat hukuman yang berat – mati.
55
“Kakak, bagaimana kamu bisa begitu cantik?”
Tam tidak menjawab pertanyaannya, hanya
bertanya Cam:
“Apakah kamu ingin menjadi cantik seperti
aku? Aku akan membantumu.”
Cam segera setuju. Tam memerintahkan
pelayannya untuk menggali lubang yang dalam
dan merebus air, kemudian Tam menyuruh Cam
untuk turun ke lubang dan menuangkan air
mendidih ke dalam lubang. Cam meninggal.
Ketika ibu tiri melihat hal yang terjadi dengan
anaknya, dia juga mati.)
11 S31. Cruel
Stepmother (Ibu
tiri yang kejam)
Dì ghẻ là người rất cay nghiệt. Hằng ngày, Tấm
phải làm lụng vất vả, hết chăn trâu, gánh nước,
đến thái khoai, vớt bèo; đêm lại còn xay lúa giã
gạo mà không hết việc. Trong khi đó thì Cám
được mẹ nuông chiều, được ăn trắng mặc trơn,
suốt ngày quanh quẩn ở nhà không phải làm
việc nặng. (Ibu tiri Tam adalah orang yang
sangat kejam. Setiap hari, Tam dibebankan
semua pekerjaan, seperti menggembala kerbau,
memgambil air, memotong kentang, dan lain-
lainnya. Kemudian, Tam menggiling padi dan
menumbuk beras sampai malam tanpa
menyelesaikan pekerjaan. Sedangkan, Cam
dimanjakan oleh ibunya, bisa berpakaian indah,
dan di rumah seharian tanpa melakukan
pekerjaan apa pun.)
D18/TC/M/2014/Hal65 Kekejaman ibu
tiri terhadap anak
tiri
Karena Tam bukan anak kandung, ibu
tiri melakukan buruk dan tidak adil
keapada dia, yaitu semua pekerjaan
rumah dibebankan Tam, sedangkan
anak kandungnya-Cam dimanjakan.
12 T11 Falling in love
with person
never seen
(jatuh cinta
dengan orang
yang belum
pernah bertemu)
Giữa lúc ấy thì đoàn xa giá cũng vừa tiến đến
chỗ lội. Hai con voi ngự dẫn đầu đoàn đến đây
tự nhiên cắm ngà xuống đất kêu rống lên không
chịu đi. Vua sai quân lính xuống nước thử tìm
xem; họ nhặt ngay được chiếc giày thêu của
Tấm đánh rơi lúc nãy. Vua ngắm nghía chiếc
giày không chán mắt, bụng bảo dạ: - "Chà, một
chiếc giày thật xinh! Người đi giày này hẳn phải
D19/TC/M/2014/Hal68 Selop/sepatu
sebagai benda
tanaman
kecintaan
Sang Raja jutuh cinta dengan Tam
meskipun belum pernah bertemu dia.
Sang Raja hanya melihat selop yang
indah sudah ingin menikah sama
pemiliknya. Hal ini menunjukkan ciri
yang luar biasa dari cinta.
56
là trang tuyệt sắc".
Lập tức vua hạ lệnh cho rao mời tất cả đám đàn
bà con gái đi xe hội đến ướm thử, hễ ai đi vừa
chiếc giày thì vua sẽ lấy làm vợ.
(Dalam perjalanan ke festival, ketika Sang Raja
sampai tempat yang Tam menjatuhkan
selopnya, kedua gajah yang memimpin
kelompok menancapkan gadingnya ke tanah dan
berteriak, menolak untuk pergi. Raja
memerintah tentaranya mencari dan
menemukan selop yang jatukan Tam tadi; Sang
Raja melihat selop itu tanpa bosan, dia berpikir:
“Wow, selop yang indah! Orang yang memakai
selop ini pasti cantik sekali.”
Segera, Sang Raja memerintahkan untuk
mengundang semua wanita dan gadis di festival
untuk mencoba, siapa pun yang memuat dengan
selop ini akan menjadi istrinya.)
13 W10 Kindness is a
trait of
character
(Kebaikan
sebagai karakter
tokoh)
Ngày nào bà lão cũng đi chợ vắng. Từ trong quả
thị chui ra một cô gái thân hình bé nhỏ như
ngón tay nhưng chỉ trong chớp mắt đã biến
thành Tấm. Tấm vừa bước ra đã cầm lấy chổi
quét dọn nhà cửa sạch sẽ, rồi đi vo gạo thổi
cơm, hái rau ở vườn nấu canh giúp bà hàng
nước. (Waktu Nenek pergi ke pasar, dari buah
itu seorang gadis yang tubuhnya sekecil jari
keluar, namun, segera dia berubah menjadi Tam.
Tam menyapu, membersihkan rumah, lalu
menyiap makanan, untuk Nenek.)
D20/TC/M/2014/Hal71 Tokoh bersifat
rajin dan baik hati
Tam membantu nenek membersihkan
rumah dan menyiapkan makanan,
walaupun dia belum pernah bertemu
dengan nenek tetapi selalu bersedia
membantu tanpa harapan dapat pahala.
Hal ini mewujudkan kebaikan Tam.
14 W181 Jealousy is a
trait of
character
(Kecemburuan
sebagai karakter
tokoh)
Mẹ con con Cám thấy Tấm sung sướng thì ghen
ghét để bụng. Nay thấy Tấm về, lòng ghen ghét
lại bừng bừng bốc lên. (Ibu tiri dan Cam melihat
Tam bahagia, mereka sangat membencinya.
Waktu Tam pulang rumah, kecemburuan
berkobar lagi.)
D21/TC/M/2014/Hal69 Tokoh bersifat
malas dan iri hati
Ibu tiri dan Cam selalu cemburu
dengan Tam ketika melihat Tam
mempunya kehidupan bahagia dan
kaya dalam istana dengan Sang Raja.
Tam semakin bahagia, Cam dan ibu tiri
semakin cemburu, sampai membunuh
57
Tam untuk ambil semua hal yang
memiliki Tam.
Amanat
No. Bentuk
penyam
paian
amanat
Amanat Data Kode data Inteprestasi Deskripsi
1 Tersurat Harus adil dan
kasih sayang
kepada anak,
baik anak
kandung
maupun anak
tiri
Tấm là con vợ cả, Cám là con vợ lẽ. Mẹ Tấm đã
chết từ hồi Tấm còn bé. Sau đó mấy năm thì cha
Tấm cũng chết. Tấm ở với dì ghẻ là mẹ của Cám.
Dì ghẻ là người rất cay nghiệt. Hằng ngày, Tấm
phải làm lụng vất vả, hết chăn trâu, gánh nước,
đến thái khoai, vớt bèo; đêm lại còn xay lúa giã
gạo mà không hết việc. Trong khi đó thì Cám
được mẹ nuông chiều, được ăn trắng mặc trơn,
suốt ngày quanh quẩn ở nhà không phải làm việc
nặng. (Tam adalah anak dari istri pertama, Cam
adalah anak dari selir. Ibu Tam meninggal saat
Tam kecil. Beberapa tahun kemudian, ayah Tam
juga meninggal. Tam tinggal bersama ibu tirinya -
ibu kandung Cam. Ibu tiri Tam adalah orang yang
sangat kejam. Setiap hari, Tam dibebankan semua
pekerjaan, seperti menggembala kerbau,
memgambil air, memotong kentang, dan
sebagainya. Kemudian, Tam menggiling padi dan
menumbuk beras sampai malam tanpa
menyelesaikan pekerjaan. Sedangkan, Cam
dimanjakan oleh ibunya, bisa berpakaian indah,
dan di rumah seharian tanpa melakukan pekerjaan
apa pun.)
D1/TC/A/2014/Hal65 Ketiakadilan Ibu tiri sangat jahat. Walaupun Tam
dan Cam adalah saudara tetapi ibu tiri
bertindakan tidak adil terhadap Tam,
semua pekerjaan rumah ditugaskan
Tam, sedangkan Cam dimanjakan, tidak
melakukan apa pun.
Jangan terlalu
percaya pada
orang lain tanpa
memikir
Thấy Tấm bắt được một giỏ đầy, Cám bảo chị:
“Chị Tấm ơi chị Tấm! Đầu chị lấm, chị hụp cho
sâu, kẻo về dì mắng.”
Tin là thật, Tấm bèn xuống ao lội ra chỗ sâu tắm
rửa. Cám thừa dịp trút hết tép của Tấm vào giỏ
của mình rồi ba chân bốn cẳng về trước. Lúc Tấm
D2/TC/A/2014/Hal66 Terlalu percaya
kepada suatu
orang
Walaupun Tam selalu dilakukan buruk
dan tidak adil oleh ibu tiri dan Cam
tetapi tetap percaya kata-kata mereka,
dan akhirnya ditipu sampai dibunuh.
58
bước lên chỉ còn giỏ không, bèn ngồi xuống bưng
mặt khóc hu hu.
(Cam melihat bahwa Tam telah menangkap
sekeranjang penuh ikan dan udang, Cam berkata:
“Kak, kak Tam! ramput kak kotor, cucilah
sebelum pulang, biar tidak dimarahi ibu.”
Tam percaya kata Cam, Tam ke danau untuk
mandi. Saat itu, Cam mengambil semua ikan dan
udang dari keranjang Tam dan pulang. Ketika
Tam selesai cuci ramput, dia melihat dalam
keranjang, ternyata kosong, jadi dia menangis.)
Nghĩ ra được một mưu, mụ dì ghẻ bảo Tấm:
“Trước đây con quen trèo cau, con hãy trèo xé
lấy một buồng để cúng bố.”
Tấm vâng lời trèo lên cây cau. Lúc lên đến sát
buồng thì ở dưới này mụ dì cầm dao đẵn gốc.
Thấy cây rung chuyển, Tấm hỏi:
“Dì làm gì dưới gốc thế?”
“Gốc cau lắm kiến, dì đuổi kiến cho nó khỏi lên
đốt con.”
Nhưng Tấm chưa kịp xé cau thì cây đã đổ, Tấm
ngã lộn cổ xuống ao, chết.
(Ibu tiri berkata:
“Dulu, kamu terbiasa memanjat pohon pinang,
jadi kamu menmanjat pohon pinang aja dan ambil
buahnya untuk mempersempahkan ayahmu.”
Tam mengikuti kata-kata ibu tiri. Namun, ketika
Tam sampai di puncak pohon pinang, ibu tiri di
bawah menebang pohon pinang. Merasa
goyangan pohon, Tam bertanya:
“Ibu sedang apa di bawah pohon?”
“Pohonnya banyak semut, ibu mengejar semut
agar mereka tidak mengigitmu.”
Namun sebelum Tam sempat merobek pinang,
pohon itu tumbang, Tam jatuh pada danau dan
mati.)
D3/TC/A/2014/Hal69
59
Setiap orang
harus
mempunyai
kesalehan
dengan orang
tua, meskipun
telah menjadi
kaya
Tuy sống trong hoàng cung, Tấm vẫn không quên
ngày giỗ cha. Nàng xin phép vua trở về nhà để
soạn cỗ cúng giúp dì.
(Walaupun tinggal di istana, Tam tetap tidak
melupakan peringatan hari kematian ayahnya. Dia
meminta izin raja untuk pulang dan membantu ibu
tiri menyiapkan persembahan untuk ayahnya.)
D4/TC/A/2014/Hal69 Kesalehan Walaupun Tam adalah istri raja, tinggal
dalam kekayaan dan bahagia tetapi Tam
tetap tidak melupakan peringatan hari
kematian ayahnya. Dia pulang kampung
dan menyiapkan persembahan untuk
ayahnya sebagai dahulu.
Orang baik hati
dan rajin akan
disayangi orang
lain
Từ đó, Tấm ở với bà hàng nước, hai người thương
yêu nhau như hai mẹ con. Hàng ngày Tấm giúp
bà lão các việc thổi cơm, nấu nước, gói bánh, têm
trầu để cho bà ngồi bán hàng.
(Sejak itu, Tam tinggal bersama nenek itu, mereka
saling mencintai seperti ibu dan anak. Setiap hari,
Tam membantu nenek itu memasak makanan,
membuat kue, dan membuat pinang dan sirih
untuk nenek menjual.)
D5/TC/A/2014/Hal71 Kebaikan dan
rajin
Karena rajin dan baik hati Tam selalu
membantu orang lain dan hal ini adalah
alasan Tam disayangi orang nenek dan
dapat hal-hal yang baik, yaitu bertumu
Sang Raja.
2 Tersirat
Kesulitan dalam
kehidupan
ketika tidak ada
orang tua, jadi
harus
menyayangi dan
menghargai
orang tua.
Tấm là con vợ cả, Cám là con vợ lẽ. Mẹ Tấm đã
chết từ hồi Tấm còn bé. Sau đó mấy năm thì cha
Tấm cũng chết. Tấm ở với dì ghẻ là mẹ của Cám.
Dì ghẻ là người rất cay nghiệt. Hằng ngày, Tấm
phải làm lụng vất vả, hết chăn trâu, gánh nước,
đến thái khoai, vớt bèo; đêm lại còn xay lúa giã
gạo mà không hết việc.
(Tam adalah anak dari istri pertama, Cam adalah
anak dari selir. Ibu Tam meninggal saat Tam
kecil. Beberapa tahun kemudian, ayah Tam juga
meninggal. Tam tinggal bersama ibu tirinya - ibu
kandung Cam. Ibu tiri Tam adalah orang yang
sangat kejam. Setiap hari, Tam dibebankan semua
pekerjaan, seperti menggembala kerbau,
memgambil air, memotong kentang, dan
sebagainya. Kemudian, Tam menggiling padi dan
menumbuk beras sampai malam tanpa
menyelesaikan pekerjaan.)
D6/TC/A/2014/Hal65 Kehidupan
tanpa orang tua
Kesulitan yang Tam menghadapi adalah
ketidakadilan dan menderita karena
tidak disayangi ibu tiri dan anak ibu tiri.
60
Walaupun dapat
bantuan dari
Tuhan, tetapi
dari diri sendiri
harus berusaha
dan berjuang
untuk mendapat
tujuan
Nhưng khi chim sẻ bay đi, Tấm lại nức nở khóc.
Bụt lại hỏi:
“Con làm sao còn khóc nữa?”
“Con rách rưới quá, sợ người ta không cho con
vào xem hội”
“Con hãy đào những cái lọ xương bống đã chôn
ngày trước lên thì sẽ có đủ mọi thứ cho con trẩy
hội.”
Tấm vâng lời, đi đào các lọ lên. Đào lọ thứ nhất
lấy ra được một bộ áo mớ ba, một cái xống lụa,
một cái yếm lụa điều và một cái khăn nhiễu. Đào
lọ thứ hai lấy được một đôi giày thêu, đi vừa như
in. Lọ thứ ba đào lên thì thấy một con ngựa bé tí,
nhưng vừa đặt con ngựa xuống đất bỗng chốc nó
hí vang lên và biến thành ngựa thật. Đào đến lọ
cuối cùng thì lấy ra được một bộ yên cương xinh
xắn.
(Namun ketika burung pipit itu terbang menjauh,
Tam kembali terisak. Sang Buddha bertanya lagi:
“Bagaimana kamu masih menangis?”
“Saya sangat compang-camping, saya khawatir
orang tidak akan membiarkan saya masuk tempat
festival”
“Galilah tempayan yang dikubur kamu beberapa
hari yang dulu, kamu akan dapat apa yang kamu
butuh untuk ke festival”
Mengikuti kata-kata Sang Budha, Tam menggali
tempayan yang dikubur beberapa hari yang dulu.
Tempayan pertama, dapatkan pakaian. Tempayan
kedua dapatkan sepasang sepatu bordir dengan
ukuran pas. Tempayan ketiga dapatkan seekor
kuda kecil, tetapi ketika kuda itu diletakkan di
tanah, tiba-tiba ia berubah menjadi kuda
sungguhan. Tempayan terakhir, dapatkan satu set
pelana yang indah.)
D7/TC/A/2014/Hal68 Berusaha dan
berjuang untuk
mencapai tujuan
Tam selalu dapat bantuan dari Tuhan
tetapi bantuan itu kadang-kadang di
dalam bentuk ajaran dan benda ajiab
didapatkan melalui kerjaan atau
berusaha Ta untuk mencapai tujuannya.
61
Mẹ nó bảo đốt quách khung cửi rồi đem tro đi đổ
cho rõ xa để được yên tâm. Về đến cung, Cám
làm như lời mẹ nói. Nó mang tro đã đốt đem đi đổ
ở lề đường cách xa hoàng cung. Đống tro bên
đường lại mọc lên một cây thị cao lớn, cành lá
sum suê. Đến mùa có quả, cây thị chỉ đậu được có
một quả...Từ trong quả thị chui ra một cô gái thân
hình bé nhỏ như ngón tay nhưng chỉ trong chớp
mắt đã biến thành Tấm.
(Ibu tiri menyuruh Cam membakar alat tenun dan
membuang abunya di tempat yang jauh. Ketika
kembali ke istana, Cam melakukan apa yang
dikatakan ibunya. Setelah membakar alat tenun,
dia membuang abu di pinggir jalan, tempat jauh
dari istana. Dari abu itu tumpuhkan sebuah pohon
yang tinggi dan rimbun. Pada musim berbuah,
pohon itu dapat menghasilkan hanya satu buah...
Dari buah itu keluar seorang gadis bertubuh kecil
seperti jari, kemudian segera dia berubah menjadi
Tam.)
D8/TC/A/2014/Hal71
Orang yang
hidup dengan
kebaikan akan
menerima
keberuntungan
dan bantuan,
sedangkan
orang yang
hidup dengan
keburukan akan
dihukum
Bà lão gọi Tấm ra, Tấm vừa xuất hiện, vua nhận
ra ngay vợ mình ngày trước, có phần trẻ đẹp hơn
xưa. Vua mừng quá, bảo bà hàng nước kể lại sự
tình, rồi truyền cho quân hầu đưa kiệu rước Tấm
về cung.
(Nenek memanggil Tam keluar, Tam baru saja
muncul, Sang raja langsung mengenali istrinya,
agak lebih muda dan cantik dari sebelumnya.
Sang raja sangat bahagia, meminta nenek
menceritakan kisah itu, kemudian menjemput
Tam ke istana.)
D8/TC/A/2014/Hal71 Baik dan buruk
Tam dengan karakter baik akan dapat
hal-hal yang baik, yaitu lebih cantik,
kehidupan bahagia, semua penderitaan
akan berlalu, sedangkan Cam dan ibu tiri
dengan karakter buruk, perbuatan buruk
akan dapat hukuman berat-mati.
“Một hôm Cám hỏi chị:
“Chị Tấm ơi chị Tấm, chị làm thế nào mà đẹp
thế?”
Tấm không đáp, chỉ hỏi lại:
D9/TC/A/2014/Hal72
62
“Có muốn đẹp không để chị giúp?”
Cám bằng lòng ngay. Tấm sai quân hầu đào một
cái hố sâu và đun một nồi nước sôi. Tấm bảo Cám
xuống hố rồi sai quân hầu dội nước sôi vào hố.
Cám chết. Mụ dì ghẻ thấy vậy cũng lăn đùng ra
chết.”
(Suatu hari Cam bertanya pada Tam:
“Kakak, bagaimana kamu bisa begitu cantik?”
Tam tidak menjawab pertanyaannya, hanya
bertanya Cam:
“Apakah kamu ingin menjadi cantik seperti aku?
Aku akan membantumu.”
Cam segera setuju. Tam memerintahkan
pelayannya untuk menggali lubang yang dalam
dan merebus air, kemudian Tam menyuruh Cam
untuk turun ke lubang dan menuangkan air
mendidih ke dalam lubang. Cam meninggal.
Ketika ibu tiri melihat hal yang terjadi dengan
anaknya, dia juga mati.)
Keterangan:
D1: Data urutan nomor 1
TC: Tam Cam
M: Motif
A: Amanat
2014: Tahun terbit Dongeng Tấm Cám
Hal: Halaman
63
Lampiran 7. Konstruksi motif dan amanat dalam dongeng Bawang Putih dan Bawang Merah
Motif
No Kode
motif
dalam
buku
Indeks
motif
Motif Data Kode Data Interpretasi Deskripsi
1 D812.3 Magic object
received from
devil (benda
ajaib diterima
dari
iblis/raksasa)
“Cepat-cepatlah engkau pulang
selagi Kakek Buto Ijo masih
tidur”, kata Nenek Buto Ijo
seraya memberikan baju dan
sepotong bambu
D1/BPBM/M/2019/Hal193 Sepotong bambu sebagai benda
ajaib diterima dari raksasa
Nenek Buto Ijo berikan sepotong
ajaib kepada Bawang Putih
sebagai hadiah ketika dia pulang
2 D855.5 Magic object as
reward for good
deeds (benda
ajaib diterima
sebagai imbalan
atas perbuatan
baik)
“Sungguh rajin anak ini,” kata
nenek Buto Ijo, “Bila saja aku
mempunyai anak seperti
Bawang Putih aku sangat
bahagia”
“Nek, Nenek!” kata Bawang
Putih mengejutkan nenek Buto
Ijo yang tengah melamun itu.
“Semuanya sudah rapid an saya
akan pulang…”
D2/BPBM/M/2019/Hal192 Sepotong bambu ajaib sebagai
hadiah untuk perbuatan baik
Sepotong bambu ajaib berisi emas
yang diberikan Nenek Buto Ijo
merupakan hadiah untuk kebaikan
dan bantuan Bawang Putih (diisi
air dan bawa tempayan pulang
rumah, memasak, membersihkan)
waktu tinggal di rumah Nenek
satu hari
“…Nenek Buto Ijo seraya
memberikan baju dan sepotong
bambu.”
D2/BPBM/M/2019/Hal193
3 D1461 Magic tree
furnishes
treasure (pohon
ajaib
memberikan
harta karun atau
Kemudian, buluh bambu itu
dibelah. Ternyata buluh bambu
itu berisi emas dan permata.
D4/BPBM/M/2019/Hal193 Harta atau emas dikandung dalam
buluh bambu
Bawang Putih diterima sepotong
bambu, ternyata adalah sepotong
bambu ajaib berisi emas dan
permata.
64
suatu hal
berharga)
4 H1553 Test of patience
(ujian
kesabaran)
“Ikutlah ke rumahku, Nduk!
Nanti baju itu aku kembalikan”,
kata nenek itu
D5/BPBM/M/2019/Hal191 Kesabaran Bawang Putih terhadap
banyak keinginan Buto Ijo.
Nenek Buto Ijo menyuruh
Bawang Putih ke rumah dia,
setelah itu dia menyuruh BP
memasak, membersihkan rumah,
walaupun Bawang Putih sudah
menyelesaikan semua tetapi
nenek tidak mengambalikan baju
dan menyuruh Bawang Putih
bermalam di rumahnya.
“Engkau bantu aku memasak
dulu. Nanti bajumu akan
kukembalikan”, kata nenek
Buto Ijo
D6/BPBM/M/2019/Hal192
“Nduk, engkau jangan pulang
sekarang. Lihatlah matahari
telah tenggelam…Bermalamlah
di sini..”
D7/BPBM/M/2019/Hal192
5 L55 Step daughter
heroin (Tokoh
utama adalah
putri tiri)
Di Desa Dadapan ada seorang
janda bernama Mbok Rondo
Dadapan. Ia mempunyai dua
orang anak perempuan. Satu
anak kandung bernama Bawang
Merah dan satu anak tiri
bernama Bawang Putih.
D8/BPBM/M/2019/Hal190 Hubungan antara tokoh-tokoh
dalam cerita, yakni ibu tiri-anak
tiri, dan anak tiri- anak ibu tiri
Bawang Putih merupakan tokoh
putri tiri, karena bukan anak
kandung Mbok Rondo Dadapan,
ia adalah anak kandung ayahnya.
65
6 N812 Giant or Ogre
as helper
(Raksasa atau
iblis sebagai
penolong)
“…siang tadi aku melihat baju
hanyut. Baju itu aku pungut dan
kubawa pulang. Ikutlah ke
rumahku, Nduk! Nanti baju itu
aku kembalikan,” kata nenek itu
D9/BPBM/M/2019/Hal191 Bantuan dari penolong, yaitu
raksasa (nenek Buto Ijo)
Nenek Buto Ijo merupakan tokoh
membantu Bawang Putih mencari
baju yang dihanyut di sungai,
tetapi dia bukan orang biasa,
karena wajahnya menakutkan
Bawang Putih. Selain itu, dalam
dapur rumah nenek Buto Ijo
mengunakan peralatan memasak
terbuat dari tulang manusia dan
suaminya (Kakek Buto Ijo)
memangsa manusia.
7 Q33 Reward for
saying of
prayers (pahala
untuk
mengucapkan
doa)
“Semoga Tuhan selalu
melindungiku”, gumam Bawang
Putih.
D12/BPBM/M1/2019/Hal19
1
Percayaan pada Tuhan Sepanjang jalan mencari baju
yang hanyut Bawang Putih
gumam sebagai doa sama Tuhan,
setelah itu dia bertemu dengan
Nenek Buto Ijo seorang nenek
yang membantu BP mencari baju
hanyut dan dilindungi Nenek itu
dari Kakek Buto Ijo.
8 Q552.11 Punishment:
meeting
frightful
apparition.
(Ghost,
mysterious
animal, devil.)
(hukuman:
bertemu dengan
penampakan
yang
Ia meminta buluh bambu yang
dibawa oleh Bawang Merah dan
membelahnya. Ternyata buluh
bambu itu tidak berisi emas
ataupun permata, tetapi berisi
binatang berbisa.
D14/BPBM/M/2019/Hal193 Ketamakan akan dapat hukuman Walaupun Bawang Merah
membuat semua hal sebagai
Bawang Putih tetapi karena
malas, dia tidak membantu nenek
Buto Ijo apa pun, hanya mau
minta buuh bambu berisi emas.
Ternyata, buluh bambu dia terima
berisi binatang berbisa.
66
menakutkan -
hantu, binatang
misterius, iblis)
9 S31 Cruel
stepmother (Ibu
tiri yang kejam)
Mbok Rondo Dadapan sangat
memanjakan Bawang Merah,
sedangkan Bawang Putih
diperlakukan buruk. Semua
pekerjaan rumah, seperti
mencuci, memasak, dan
menyepu dibebankan pada
Bawang Putih. Jika melakukan
kesalahan sedikit saja, Bawang
Putih diberi hukuman berat.
D16/BPBM/M/2019/Hal190 Kekejaman ibu tiri terhadap anak
tiri
Bawang Putih ditugaskan semua
pekerjaan rumah, sedangkan
Bawang Merah dimajakan. Hal ini
menunjukkan ketidakadilan dan
keburukan Mbok Rondo
Dadapan.
10 W10 Kindness is a
trait of character
(Kebaikan
sebagai karakter
tokoh)
Bawang Putih sangat girang
mendengar jawaban itu. Ia
segera mengambil tempayan di
samping Nenek itu, lalu isi air.
“Nek, biarlah tempayan ini nanti
aku yang bawa”, kata Bawang
Putih.
D17/BPBM/M/2019/Hal191 Tokoh bersifat rajin dan baik hati Bawang Putih selalu bersedia
membantu orang lain tanpa
harapan dapat pahala, yakni dia
mengisi air dan bawa tempayan
ke rumah nenek Buto Ijo dengan
senang hati.
11 W181 Jealousy is a
trait of character
(Kecemburuan
sebagai karakter
tokoh)
Bawang Merah merasa iri hati
kepada Bawang Putih.
D18/BPBM/M/2019/Hal193 Tokoh bersifat malas dan iri hati Ketika melihat Bawang Putih
dapat banyak emas dari nenek
Buto Ijo, Bawang Merah merasa
iri dan ingin dapat emas sebagai
Bawang Putih.
Amanat
No. Bentuk
penyam
paian
amanat
Amanat Data Kode data Inteprestasi Deskripsi
1
Tesurat
Harus adil dan
kasih sayang
kepada anak,
baik anak
kandung
maupun anak
Di Desa Dadapan ada seorang
janda bernama Mbok Rondo
Dadapan. Ia mempunyai dua
orang anak perempuan. Satu
anak kandung bernama Bawang
Merah dan satu anak tiri
D1/BPBM/A/2019/Hal190 Ketidakadilan Ibu tiri sangat jahat. Walaupun
Bawang Putih dan Bawang Merah
adalah saudara tetapi ibu tiri
bertindakan tidak adil terhadap
Bawang Putih, semua pekerjaan
rumah ditugaskanBawang Putih,
67
tiri bernama Bawang Putih.
Mbok Rondo Dadapan sangat
memanjakan Bawang Merah,
sedangkan Bawang putih
diperlakukan buruk. Semua
pekerjaan rumah, seperti
mencuci, memasak, dan
menyepu dibebankan pada
Bawang Putih. Jika melakukan
kesalahan sedikit saja, Bawang
Putih diberi hukuman berat.
sedangkan Bawng Merah
dimanjakan, tidak melakukan apa
pun.
Sesama saudara
tidak boleh ada
iri hati dan
harus saling
tolong-
menolong
Pada suatu hari Bawang Putih
disuruh mencuci pakaian di
sungai. Cuaian Bawang Putih
hari ini sangat banyak sehingga
siang hari ia baru selesai
mencuci. Bawang Putih
langsung menjemur cucian di
samping rumah.
Bawang Merah tidak mau
membantu saudaranya. Ia hanya
melihat Bawang Putih sambil
makan.
D2/BPBM/A/2019/Hal190 Iri hati Walaupun Bawang Putih dan
Bawang Merah adalah saudara
tetapi Bawang Merah belum
pernah membantu Bawang Putih.
Selainnya, ketika melihat Bawang
Putih dapat apa yang lebih bagus,
yaitu belah bambu berisi emas
Bawang Merah akan iri hati.
Orang baik hati,
sabar dan rajin
akan disayangi
orang lain
“Sungguh rajin anak ini,” kata
nenek Buto Ijo, “Bila saja aku
mempunyai anak seperti
Bawang Putih aku sangat
bahagia”
D3/BPBM/A/2019/Hal192 Kebaikan dan rajin Bawang Putih selalu membantu
orang lain, meskipun Bawang Putih
menemukan alat-alat memesak
punya nenek Buto Ijo tidak lazim
(terbuat dari tulang manusia,
binatang) tetapi tetap
menyelesaikan kerjaannya dan hal
ini adalah alasan Bawang Putih
disayangi orang nenek dan dapat
hal-hal yang baik.
Orang malas
dan tidak sabar
akan tidak
Bawang Merah akhirnya sampai
di rumah Nenek Buto Ijo. Ia
tidak mau memasak dan
D4/BPBM/A/2019/Hal193 Malas
Bawang Merah selalu malas,
tidak suka membantu siapa pun,
68
meneerima
kesayangan dari
orang lain
menyapu. Nenek Buto Ijo pun
sebal.
ketika sampai rumah nenek Buto
Ijo, dia tetap malas dan hanya
mau minta sepotong bambu untuk
dapat emas. Hal ini membuat
nenek Buto Ijo sebal, dan
akhirnya dia dapat buluh bambu
berisi binatang berbisa sebagai
hukuman.
Kesulitan dalam
kehidupan
ketika tidak ada
orang tua, jadi
harus
menyayangi dan
menghargai
orang tua.
Seandainya ayah dan ibuku
masih hidup tentu aku tidak
akan menderita begini
D5/BPBM/A/2019/Hal191 Kehidupan tanpa orang tua Kesulitan yang Bawang Putih
menghadapi adalah ketidakadilan
dan menderita karena tidak
disayangi ibu tiri dan anak ibu tiri.
Selalu bersedia
tolong-
menolong orang
lain
Ia segera mengambil tempayan
di samping Nenek itu, lalu isi
air. “Nek, biarlah tempayan ini
nanti aku yang bawa”, kata
Bawang Putih.
D6/BPBM/A/2019/Hal191 Tolong-menolong Bawang Putih berkarakter rajin
dan baik hati, suka tolong-
menolong orang lain tanpa
harapan dapat pahala, yaitu
membantu nenek Buto Ijo
mengisi air dan bawa tempayan
ke rumahnya, membantu
memasak dan sebagainya.
Semua hal
terjadi dalam
kehidupan
adalah cobaan
dari Tuhan,
jangan lupa doa
dan tetap tabah
menghadapi
kesulitan
Mungkin semua ini sudah
menjadi kehendak Tuhan Yang
Mahakuasa. Aku harus tabah
menghadapi semua cobaan ini.
Semoga tuhan selalu
melindungiku.
D7/BPBM/A/2019/Hal191 Doa dan percaya pada pengaturan
Tuhan
Bawang Putih percaya kepada
Tuhan Yang Mahakuasa, dia
percaya semua hal yang terjadi
adalah cobaan dari Tuhan dan
tetap berusaha untuk menghadapi
hal-hal itu dengan doakan.
2 Tersirat Orang yang
hidup dengan
kebaikan akan
Mbok Rondo Dadapan sangat
senang karena anaknya cepat
kembali. Ia minta buluh bamboo
D7/BPBM/A/2019/Hal194 Baik dan buruk Bawang Putih dengan karakter
baik akan dapat hal-hal yang baik,
yaitu bantuan dari raksasa,
69
menerima
keberuntungan
dan bantuan,
sedangkan
orang yang
hidup dengan
keburukan akan
dihukum
yang dibawa oleh Bawang
Merah dan membelanya.
Ternyata buluh bambu itu tidak
berisi emas ataupun permata,
tetapi berisi binatang berbisa.
Mbok Rondo Dadapan dan
Bawang Merah lari ketakutan.
Sejak itu, Mbok Rondo
Dadapan berlaku adil terhadap
Bawang Putih dan Bawang
Merah. Bawang Merah pun
tidak bertingkah buruk lagi. Ia
menaruh rasa hormat kepada
Bawang Putih
kelakukan adil dari ibu tiri, rasa
hormat dari Bawang Merah, dan
sebagainya. Sementara itu, ibu tiri
dan Bawang Merah dengan
karakter buruk, perbuatan buruk
akan dapat hukuman, yakni
ketemu binatang berbisa membuat
ketakutan.
Keterangan:
D1: Data urutan nomor 1
BPBM: Bawang Putih dan Bawang Merah
M: Motif
A: Amanat
2014: Tahun terbit Dongeng Bawang Putih dan Bawang Merah
Hal: Halaman
70
Lampiran 8. Analisis perbandingkan motif dan amanat dalam dongeng Tam Cam dan dongeng Bawang Putih dan
Bawang Merah
No Aspek perbandingkan Tam Cam Bawang Putih dan Bawang Merah
1 Motif
Motif yang sama Step daughter heroin (anak tiri perempuan adalah tokoh utama
cerita)
Step daughter heroin (anak tiri perempuan adalah tokoh utama
cerita)
Cruel stepmother (ibu tiri yang kejam) Cruel stepmother (ibu tiri yang kejam)
Kindness is a trait of character (kebaikan adalah sifat karakter) Kindness is a trait of character (kebaikan adalah sifat karakter)
Jealousy is a trait of character (kecemburuan adalah sifat
karakter)
Jealousy is a trait of character (kecemburuan adalah sifat
karakter)
Motif yang sama
tetapi beda
sifatnya
Deity as helper (Tuhan atau Dewa sebagai penolong) Giant or Ogre as helper (raksasa atau iblis sebagai penolong)
Magic object received from God (benda ajaib yang diterima dari
Tuhan)
Magic object received from devil (benda ajaib yang diterima
dari iblis)
Magic object furnishes clothes (benda ajaib memberikan pakaian) Magic tree furnishes treasure (pohon ajaib memberikan harta
karun atau suatu hal berharga sekali)
Death as punishment (kematian sebagai hukuman) Punishment: meeting frightful apparition (ghost, mysterious
animal, devil) (hukuman: bertemu dengan penampakan yang
menakutkan (hantu, binatang misterius, iblis)
Deity as helper (Tuhan atau Dewa sebagai penolong) Giant or Ogre as helper (raksasa atau iblis sebagai penolong)
Motif yang beda Speaking animals (hewan bisa berbicara) Test of patience (ujian kesabaran)
Helpful animals (hewan yang menolong) Magic object as reward for good deeds (benda ajaib sebagai
imbalan atas perbuatan baik)
Falling in love with person never seen (jatuh cinta dengan orang
yang belum pernah bertemu)
Reward for saying of prayers (pahala untuk mengucapkan doa)
Slipper test. Indentification by fitting of slipper (ujian dengan
selop/sepatu: identifikasi dengan mencoba selop/sepatu)
Repeated reincarnation (reinkarnasi berulang)
Recognition by unique cookery (mengenali oleh masakan unik)
2 Amanat
Amanat tesurat
Harus adil dan kasih sayang kepada anak, baik anak kandung
maupun anak tiri
Harus adil dan kasih sayang kepada anak, baik anak kandung
maupun anak tiri
71
yang sama
Orang baik hati dan rajin akan disayangi orang lain
Orang baik hati dan rajin akan disayangi orang lain
Amanat tesurat
yang beda
Jangan terlalu percaya pada orang lain tanpa memikir
Sesama saudar harus saling tolong menolong dan tidak boleh
ada iri hati
Setiap orang harus mempunyai kesalehan dengan orang tua,
meskipun telah menjadi kaya
Orang malas dan tidak sabar akan tidak meneerima kesayangan
dari orang lain
Kesulitan dalam kehidupan ketika tidak ada orang tua, jadi
harus menyayangi dan menghargai orang tua.
Selalu bersedia tolong menolong orang lain
Amanat tersirat
yang sama
Orang yang hidup dengan kebaikan akan menerima
keberuntungan dan bantuan, sedangkan orang yang hidup dengan
keburukan akan dihukum
Orang yang hidup dengan kebaikan akan menerima
keberuntungan dan bantuan, sedangkan orang yang hidup
dengan keburukan akan dihukum
Amanat tersirat
yang beda
Kesulitan dalam kehidupan ketika tidak ada orang tua, jadi harus
menyayangi dan menghargai orang tua.
Walaupun dapat bantuan dari Tuhan, tetapi dari diri sendiri harus
berusaha dan berjuang untuk mendapat tujuan