tesis - UMM Institutional Repository

85
i PERBANDINGAN MOTIF DAN AMANAT DALAM CERITA RAKYAT VIETNAM TM CÁM DAN CERITA RAKYAT INDONESIA BAWANG PUTIH DAN BAWANG MERAH TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Gelar S-2 Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Disusun Oleh: TON THI THUY TRANG NIM : 202010550211009 DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG April 2022

Transcript of tesis - UMM Institutional Repository

i

PERBANDINGAN MOTIF DAN AMANAT DALAM CERITA RAKYAT

VIETNAM TẤM CÁM DAN CERITA RAKYAT INDONESIA BAWANG

PUTIH DAN BAWANG MERAH

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Memperoleh Derajat Gelar S-2

Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Disusun Oleh:

TON THI THUY TRANG

NIM : 202010550211009

DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

April 2022

i

PERBANDINGAN MOTIF DAN AMANAT DALAM CERITA RAKYAT

VIETNAM TẤM CÁM DAN CERITA RAKYAT INDONESIA BAWANG

PUTIH DAN BAWANG MERAH

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Memperoleh Derajat Gelar S-2

Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Disusun Oleh:

TON THI THUY TRANG

NIM : 202010550211009

DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

April 2022

ii

iii

T E S I S

TON THI THUY TRANG

202010550211009

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada hari/tanggal, Jumat/ 22 April 2022

dan dinyatakan memenuhi syarat sebagain kelengkapan

memperoleh gelar Magister/Profesi di Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Malang

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua : Assc. Prof. Dr. Arif Budi Wuriyanto

Sekretaris : Prof. Dr. Ribut Wahyu Eriyanti

Penguji I : Assc. Prof. Dr., Drs. Joko Widodo

Penguji II : Assc. Prof. Dr. Hari Windu Asrini

iv

v

KATA PENGANTAR

Indonesia dan Vietnam adalah dua negara yang terletak di kawasan Asia

Tenggara, tidak hanya berhubungan erat tetapi juga mempunyai banyak kesamaan

dalam kebudayaan dan kesusastraan. Akan tetapi, penelitian mengenai aspek-aspek

semacam ini jarang ditemukan di negara masing-masing, khususnya di dalam bidang

sastra. Oleh karena itu, kajian mengenai “Perbandingan Motif dan Amanat dalam

Cerita Rakyat Vietnam Tấm Cám dan Cerita Rakyat Indonesia Bawang Putih

dan Bawang Merah” ini dapat dikatakan sebagai penelitian perbandingan sastra

pertama yang dilakukan antara Indonesia dan Vietnam. Penelitian ini dimaksudkan

untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Pendidikan pada

program studi Pendidikan Bahasa Indonesia.

Sebagai mahasiswa asing, Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini tidak

akan selesai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

mendukung dan membantu, baik secara ilmiah, moral, spiritual, ataupun finansial

selama masa kuliah dan proses penyelesaian tesis ini. Ucapan terima kasih terutama

disampaikan kepada yang terhormat:

1) Bapak Dr. Fauzan, M.Pd., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.

2) Bapak Prof. Akhasanul In’am, Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Malang.

3) Ibu Prof. Dr. Ribut Wahyu Eriyanti, M.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi

Magister Pendidikan Bahasa Indonesia sekaligus sebagai dosen pembimbing

pendamping yang telah memberikan ilmu, bimbingan, dorongan, dan semangat

sejak awal penyusunan proposal; membaca dan memeriksa dengan teliti bahasa

Indonesia maupun ilmu pengetahuan tentang budaya dan pendidikan bahasa

Indonesia sehingga tesis ini menjadi baik seperti sekarang.

4) Bapak Assc. Prof. Dr. Arif Budi Wuriyanto, M.Si., selaku pembimbing utama

sekaligus dosen pengajar bahasa Indonesia untuk penulis sejak datang di

vi

Indonesia serta mata kuliah Pembelajaran BIPA dan Kajian Budaya Nusantara

yang selalu memberikan saran, bimbingan, dorongan dan semangat sejak awal

penyusunan proposal, membaca dan memeriksa dengan teliti bahasa Indonesia

maupun ilmu pengetahuan tentang sastra, budaya dan pendidikan bahasa

Indonesia sehingga tesis ini menjadi baik seperti sekarang.

5) Bapak Assc. Prof. Dr., Drs. Joko Widodo, M.Si., selaku penguji utama sekaligus

dosen pengajar mata kuliah Menulis Kreatif Sastra yang telah banyak

memberikan ilmu pengetahuan tentang sastra umum dan bahasa Indonesia, dan

sekaligus memberikan saran, bantuan, semangat dan nasihat yang sangat berguna

sehingga tesis ini menjadi baik.

6) Ibu Assc. Prof. Dr. Hari Windu Asrini, M.Si., selaku penguji pendamping

sekaligus dosen pengajar mata kuliah Kajian Linguistik Mikro yang telah

memberikan ilmu pengetahuan tentang linguistik dan bahasa Indonesia, dan

sekaligus memberikan saran, bantuan, semangat, dan nasihat yang sangat berguna

sehingga tesis ini menjadi baik.

7) Bapak, Ibu Dosen, serta staf di lingkungan Program Studi Magister Pendidikan

Bahasa Indonesia, Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan

bekal ilmu dan pengetahuan selama proses perkuliahan.

8) Kedua orang tua penulis, Bapak Ton Thai Vinh dan Ibu Phung Kim Loan serta

keluarga yang telah memberikan dukungan moril maupun materil, sehingga

penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

9) Pemerintah Republik Indonesia, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan

Teknologi Indonesia yang telah memberikan kesempatan dan bantuan berupa

beasiswa KNB kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan pascasarjana.

10) Konsulat Jenderal Republik Indonesia untuk kota Ho Chi Minh yang telah

memberikan kemudahan selama proses pendaftaran beasiswa KNB, pelengkapan

dokumen maupun pemberian visa masuk ke Indonesia.

vii

11) Universitas Nasional Vietnam di kota Ho Chi Minh - Universitas Ilmu Sosial dan

Humaniora kota Ho Chi Minh, Fakultas Ilmu Ketimuran – tempat yang telah

merekomendasikan dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melanjutkan pendidikan pada program pascasarjana di UMM, kota Malang,

Indonesia.

12) Teman-teman Magister Pendidikan Bahasa Indonesia 2020 dan di Vietnam yang

sudah mendampingi memberikan bantuan, dan semangat untuk penulis selama

kuliah dan proses menyelesaikan tugas perkuliahan dan tesis ini.

13) Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

bantuan, dan semangat selama kuliah dan proses penyelesaian tesis ini. Semoga

kebaikan Bapak dan Ibu dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Meskipun penulisan tesis ini telah selesai, namun penulis yakin bahwa masih

terdapat kekurangan, kelemahan, dan kekeliruan yang semuanya menjadi tanggung

jawab penulis. Untuk ini, kritik dan saran yang konstruktif terhadap penyusunan tesis

ini sangat diharapkan.

Terakhir, mudah-mudahan tesis ini dapat berguna untuk memperkaya khasanah

keilmuan di bidang sastra bandingan dan sastra pada umumnya. Selain itu, tesis ini

diharapkan akan memberikan manfaat kepada mahasiswa-mahasiswa dan peneliti-

peneliti sastra di Indonesia dan pembaca umumnya.

Malang, 22 April 2022

TON THI THUY TRANG

viii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“If you talk to a man in a language he understands, that goes to his head.

If you talk to him in his own language, that goes to his heart.”

(Jika Anda berbicara dengan seseorang dalam bahasa yang dia

mengerti, kata-kata anda hanya masuk ke kepalanya. Jika Anda

berbicara dengan seseorang dalam bahasanya sendiri, kata-kata anda

akan masuk ke hatinya.)

~ Nelson Mandela~

“A journey of a thousand miles begins with a single step.”

(Perjalanan seribu mil ditentukan dengan langkah pertama.)

~Lao Tzu~

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN ........................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................. v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................... viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xii

ABSTRAK ................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 2

KAJIAN LITERATUR ............................................................................................... 5

Sastra bandingan ........................................................................................................ 5

Folklor ....................................................................................................................... 7

Cerita Rakyat ............................................................................................................. 8

Motif .......................................................................................................................... 9

Amanat .................................................................................................................... 10

Teori Struktural Naratif (Naratologi) ...................................................................... 10

METODE PENELITIAN ......................................................................................... 12

HASIL PENELITIAN .............................................................................................. 14

Persamaan dan Perbedaan Motif dalam TC dan BPBM ............................................. 15

Motif yang Sama ..................................................................................................... 15

Motif Yang Sama Tetapi Berbeda dalam Sifatnya .................................................. 18

Motif yang Berbeda ................................................................................................. 20

Persamaan dan Perbedaan dalam Bentuk Penyampaian Amanat ............................... 25

Amanat Tersurat ...................................................................................................... 25

x

Amanat Tersirat ....................................................................................................... 28

PEMBAHASAN ........................................................................................................ 30

Persamaan dan Perbedaan Motif ............................................................................. 30

Persamaan dan Perbedaan Amanat .......................................................................... 31

SIMPULAN ............................................................................................................... 33

SARAN ....................................................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 34

LAMPIRAN ............................................................................................................... 37

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Motif yang sama dalam TC dan BPBM mengikuti Motif-index of Folk

Literature (Thompson, 1958) ...................................................................................... 15

Tabel 2. Motif yang sama tetapi berbeda dalam sifatnya dalam TC dan BPBM

mengikuti Motif-index of Folk Literature (Thompson, 1958) .................................... 18

Tabel 3. Motif yang beda dalam TC dan dongeng BPBM mengikuti Motif-index of

Folk Literature (Thompson, 1958) ............................................................................. 20

Tabel 4. Amanat tersurat dalam dongeng TC dan BPBM .......................................... 25

Tabel 5. Amanat tersirat dalam TC dan BPBM ......................................................... 28

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Sinopsis Dongeng Tam Cam .................................................................. 38

Lampiran 2. Sinopsis Dongeng Bawang Putih dan Bawang Merah ........................... 40

Lampiran 3. Indikator Motif dan Amanat ................................................................... 42

Lampiran 4. Klasifikasi Motif-motif dalam Motif-Index Thompson .......................... 43

Lampiran 5. Indikartor berbagai motif ditemukan dalam kedua dongeng..................45

Lampiran 6. Konstruksi Motif dan Amanat dalam Dongeng Tam Cam ..................... 47

Lampiran 7. Konstruksi Motif dan Amanat dalam Dongeng Bawang Putih dan

Bawang Merah ............................................................................................................ 63

Lampiran 8. Analisis Perbandingkan Motif dan Amanat dalam Dongeng Tam Cam

dan Dongeng Bawang Putih dan Bawang Merah ....................................................... 70

1

PERBANDINGAN MOTIF DALAM CERITA RAKYAT VIETNAM TẤM CÁM

DAN CERITA RAKYAT INDONESIA BAWANG PUTIH DAN BAWANG

MERAH

TON THI THUY TRANG

[email protected]

Assc. Prof. Dr. Arif Budi Wurianto, M.Si. (NIDN: 0029086401)

Prof. Dr. Ribut Wahyu Eriyanti, M.Si., M.Pd. (NIDN: 0019036402)

Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Direktorat Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang

ABSTRAK

Cerita rakyat bertipe Cinderella dianggap sebagai cerita rakyat populer dan

memiliki paling banyak versi dalam arsip cerita rakyat dunia. Di Vietnam, cerita rakyat

bertipe Cinderella yang terpopuler adalah dongeng Tam Cam, sedangkan di Indonesia

adalah Bawang Putih dan Bawang Merah (Jawa Tengah). Kedua cerita tersebut lahir di

tempat berbeda, tetapi memiliki perbedaan dan persamaan dalam motif dan amanat.

Berdasarkan hal-hal di atas, penelitian ini bertujuan (1) menggambarkan perbedaan dan

persamaan motif yang menggerakan cerita rakyat Bawang Putih dan Bawang Merah

dan Tấm Cám; (2) dan mendeskripsikan persamaan dan perbedaan amanat cerita dalam

dongeng Bawang Putih dan Bawang Merah dan dongeng Tấm Cám. Penelitian

menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan kualitatif. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode studi dokumenter dengan

teknik baca catat dan teknik analisis stuktural untuk mengumpulkan data. Teknik

analisis data merupakan deskriptif kualitatif dan teknik perbandingan sastra. Hasil

penelitian menunjukan bahwa (1) dari sisi motif terdapat (a) motif yang sama; (b) motif

yang sama tetapi berbeda dalam sifatnya; (c) motif yang beda; (2) dan dari sisi amanat

terdapat (a) amanat tersurat; (b) amanat tersirat.

Kata kunci: amanat, cerita rakyat Vietnam, sastra bandingan, motif, motif-index

Thompson

ABSTRACT

In the world's folklore archives, Cinderella type is considered popular folklore

and has the most versions. In Vietnam, the most popular Cinderella-type folklore is the

story of Tam and Cam, while in Indonesia it is Bawang Putih and Bawang Merah

(Central Java). The two stories were born in different places, but have differences and

similarities in motifs and messages. Based on the things above, the research aims to (1)

describe the differences and similarities of the motifs that drive the folklore of Bawang

Putih dan Bawang Merah and Tam Cam; (2) describe the similarities and differences in

the story messages in the story of Bawang Putih and Bawang Merah and the story of

Tam Cam. The study used a qualitative descriptive method with a qualitative approach.

Data collection techniques in this study used the documentation method with reading

2

and note-taking techniques, and structural analysis techniques. Data analysis techniques

are descriptive qualitative and literary comparison techniques. The results showed that

(1) in terms of motifs there are (a) the same motifs; (b) the same motifs but different in

nature; (c) the different motifs; (2) in terms of the messages there are (a) the direct

message; (b) and the implied message.

Keywords: comparative literature, folklore Vietnam, motif, motif-index

Thompson, the messages

PENDAHULUAN

Sastra Lisan merupakan bagian yang tidak bisa dilepaskan dari kesusastraan setiap

negara karena mencerminkan nilai-nilai kehidupan budaya spiritual suatu bangsa. Cerita

rakyat dianggap sebagai contoh sastra lisan karena merupakan salah satu karya sastra

lisan yang lahir, hidup, dan berkembang di masyarakat tradisional dan disebarkan

generasi lama ke generasi baru. Cerita rakyat mengandung survival, sifatnya anonim dan

sebagai wujud ekspresi suatu budaya yang ada di masyarakat tertentu (Đắc, 2001;

Danandjaja, 1994; Diên, 2003).

Dalam arsip cerita rakyat dunia, cerita rakyat bertipe Cinderella dianggap

sebagai cerita rakyat populer dan memiliki paling banyak versi. Thompson (1977)

mengatakan bahwa, “Mungkin dalam arsip cerita rakyat dunia, yang paling terkenal

adalah cerita rakyat bertipe Cinderella”. Tipe cerita ini ditemukan dalam banyak versi di

negara-negara di seluruh dunia, tidak hanya di Eropa, tetapi juga di Asia Tenggara,

termasuk Vietnam dan Indonesia. Di Vietnam cerita rakyat bertipe Cinderella yang

terpopuler adalah dongeng Tấm Cám (selanjutnya ditulis TC), sedangkan di Indonesia

adalah Bawang Putih dan Bawang Merah (Jawa Tengah) (selanjutnya ditulis BPBM).

Tidak hanya populer, kedua cerita ini juga memiliki banyak versi dari berbagai daerah di

masing-masing negara. Di samping itu, kedua cerita di atas masih beredarkan di

masyarakat sampai saat ini dan memiliki peran sangat penting pada masa modern dalam

pendidikan karakter bangsa karena menunjukkan nilai budaya dan spiritual leluhur suatu

bangsa.

Walaupun cerita bertipe Cinderella di Vietnam dan Indonesia mempunyai banyak

versi, tetapi selalu memiliki banyak persamaan dan perbedaan, untuk dapat analisis

3

motif-motif secara mudah, Motif-Index Thompson digunakan sebagai referensi utama

karena Motif-Index Thompson adalah buku kumpulan motif dari seluruh dunia dan

dipandang sebagai buku karangan khusus motif, terutama dimaksudkan untuk

menggunakan menelitian motif dalam dongeng (Đắc, 2001 dan Danandjaja, 1994).

Perbedaan dan persamaan pada kedua dongeng dibuktikan melalui analisis dan

membanding motif, misalnya berada dua motif yang sama adalah Ibu tiri dan tokoh anak

tiri adalah tokoh utama. Motif ini merupakan hubungan antara tokoh dalam cerita. Jika

Tam adalah anak tiri dalam TC, Bawang Putih merupakan anak tiri dalam BPBM. Selain

itu, berdasarkan penciptaan motif di masing-masing negara, perbedaan dalam motif

dimuncul, yaitu motif reinkarnasi berulang (TC), ujian kesabaran (BPBM), dan

sebagainya.

Di Vietnam, TC adalah dongeng yang masuk dalam kurikulum tingkat SD (kelas

V) dan SMA (kelas X). Menurut Tran Duc Ngon - Editor buku bahasa dan sastra kelas

X volume I, Tam Cam adalah dongeng terindah dalam arsip cerita rakyat Vietnam.

Dongeng Tam Cam memiliki filosofi sebab dan akibat yang sangat mendalam dan nilai-

nilai pendidikan yang kuat. Cerita rakyat Vietnam, jika tidak ada Tam Cam akan

menjadi kerugian besar yang tidak dapat dikompensasikan. Di Indonesia, BPBM

merupakan cerita favorit karena tidak hanya dimunculkan dalam beberapa kumpulan

cerita rakyat popular nusantara, tetapi juga sumber inspirasi banyak film dan opera di

Indonesia seperti Bawang Merah, Bawang Putih dan Dua Raksasa (2007), sinetron

Bawang Merah Bawang Putih (2004), dan lain-lainnya.

Bidang studi perbandingan cerita rakyat antara Vietnam dan Indonesia belum

dikaji, terutama perbandingkan motif dan amanat antara kedua cerita rakyat. Motif

dipandang sebagai unsur uiniversal dapat dikaji untuk menemukan hal-hal yang sama

dan berbeda dalam kesusastraan antara dua negara lain (Đắc, 2001). Vietnam dan

Indonesia adalah dua negara yang terletak di Asia Tenggara, mempunyai banyak

kesamaan dalam kebudayaan. Perbandingan cerita rakyat di antara dua negara tidak

hanya menambah wawasan sastra lisan, terutama cerita rakyat, tetapi juga menemukan

4

unsur budaya yang interferensi di antara dua negara. Di samping itu, di Vietnam dan di

Indonesia belum punya banyak referensi tentang sastra serta penelitian perbandingan

sastra antara kedua negara, terutama cerita rakyat TC dengan BPBM belum diteliti.

Berdasarkan beberapa hal tersebut, Penulis meneliti tetang perbandingan sastra,

secara khusus adalah perbandingan cerita rakyat BPBM di Indonesia dan TC di Vietnam

dengan judul “Perbandingan Motif dan Amanat dalam Cerita Rakyat Vietnam Tấm Cám

dan Cerita Rakyat Indonesia Bawang Putih dan Bawang Merah”. Hasil penelitian ini

dapat sebagai rujukan pembelajaran sastra Asia Tenggara dalam kajian Indonesia,

sekaligus sebagai rujukan bagi mahasiswa yang berniat mempelajari cerita rakyat

negara-negara Asia Tenggara, khususnya Vietnam dan Indonesia. Baik di Vietnam

maupun di Indonesia, sudah banyak peneliti yang mempelajari perbandingan cerita

rakyat dari negara mereka sendiri dengan negara atau budaya lain, misalnya Jepang,

Korea, Cina, Thailand, dan lain-lainnya.

Di Indonesia, ada beberapa penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian

ini, yaitu Febrianti (2019) dengan judul “Perbandingan Cerita “Semangka Emas”

dengan Cerita “Bawang Merah Bawang Putih”. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa kedua cerita memiliki persamaan tentang kecemburuan terhadap saudara dan

kebaikan berbuah keberuntungan yang merupakan cerminan perilaku sosial, hubungan-

hubungan manusia dengan manusia dan makhluk hidup lainnya. Selanjutnya,

perbandingan dongeng Bawang Merah Bawang Putih dengan satu dongeng yang berasal

dari negara lain juga diteliti untuk menunjukkan beberapa hal-hal yang persamaan dan

perbedaan, misalnya struktur, nilai moral dan sebagainya (Anjarwati, 2017; Dari, 2017;

Laily N, 2015; dan Setyorini, 2020).

Di Vietnam, ada para penelitian yang terkait dengan penelitian, yaitu: Đường Tiểu

Thi (2008) tentang “Perbandingkan Tipe Cerita Cinderella dari Beberapa Kelompok

Etnis Cina Selatan dengan Tipe Cerita Tam Cam Vietnam”. Melalui penelaahan

struktur dan tema cerita Cinderella di Cina Selatan dan Vietnam, penelitian telah

menunjukkan persamaan dan perbedaan dalam motif di antara dua negara tersebut dan

5

menjelaskan penyebab perbedaan dalam motif berdasarkan kepercayaan, agama, adat,

sejarah masyarakat dan sebagainya. Selanjutnya, penelitian-penelitian yang relevan

dengan perbandingkan tipe cerita rakyat melalui TC dengan cerita bertipe yang sama

berasal dari beberapa negara lain juga dilakukan (Đắc, 2001; Loan, 2020; Mujib, 2009;

dan Trang, 2017). Melalui mengkaji tema, tokoh, latar, inkarnasi dan motif penelitian-

penelitian tersebut menunjukkan bahwa meskipun memiliki kesamaan dalam tipe cerita,

tetapi di setiap etnis mempunyai penciptaan sendirian.

Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek yang dibandingkan

dan fokus penelitian. Objek penelitian ini adalah cerita rakyat Vietnam TC dan cerita

rakyat Indonesia BPBM. Cerita TC diterbitkan dan dicetak dalam buku Bahasa dan

Sastra Vietnam SMA kelas X (I), sedangkan cerita BPBM diterbitkan dan dicetak dalam

Kumpulan Dongeng Nusantara Terpopuler dari 34 Provinsi. Selain itu, pada penelitian

sebelumnya berupa perbandingan cerita BPBM dengan cerita rakyat di Indonesia atau di

satu negara lain, misalnya Jepang, Korea, Cina, sedangkan penelitian ini fokus pada

perbandingan motif dan amanat dalam kedua cerita rakyat tersebut sehingga dapat

realisasi latar sosial-budaya negara Indonesia dan Vietnam. Persamaan dengan

penelitian sebelumnya terletak pada permasalahan perbandingan dua cerita rakyat.

Berdasarkan pada hal-hal yang telah diuraikan di atas, permasalahan yang dibahas

dalam penelitian ini sebagai berikut (1) bagaimana perbedaan dan persamaan motif yang

menggerakkan cerita pada BPBM dan TC? (2) dan bagaimana persamaan dan perbedaan

amanat cerita pada BPBM dan TC? Dari rumusan masalah di atas, penelitian ini

bertujuan (1) menggambarkan persamaan dan perbedaan motif yang menggerakkan

cerita rakyat BPBM dan TC; (2) dan mendeskripsikan persamaan dan perbedaan amanat

cerita dalam BPBM dan TC.

KAJIAN LITERATUR

Sastra bandingan

Menurut Remak (1990:1) sastra bandingan adalah kajian sastra di luar batas-batas

sebuah negara dan kajian hubungan di antara sastra dengan bidang ilmu serta

6

kepercayaan yang lain seperti seni (misalnya: seni lukis, seni ukir, seni binda, dan seni

musik), filsafat, sejarah, dan sain sosial (misal: politik, ekonomi, sosiologi), sain, agama

dan lain-lain. Sejalan dengan Remak, Sumiyadi (2012) menyatakan sastra bandingan

adalah membandingkan sastra sebuah negara dengan sastra negara lain dan

membandingkan sastra dengan bidang lain sebagai keseluruhan ungkapan kehidupan.

Lebih jelas, Wellek (2014) mengatakan bahwa istilah “sastra bandingan” dalam

pratiknya bersifat multidisiplin. Pertama, istilah ini digunakan dalam studi sastra lisan,

terutama cerita-cerita rakyat dan migrasinya, serta kemasukan cerita rakyat pada

penulisan sastra yang lebih artistik. Kedua, istilah sastra bandingan mengacu studi

hubungan antara dua kesusastraan atau lebih. Ketiga, istilah sastra bandingan

dimasukkan dengan studi sastra menyeluruh.

Dalam sastra bandingan, objek yang dibandingkan dalam sebuah karya sastra

merupakan perbedaan dan persamaan. Hal ini dijelaskan oleh Remak (1990:13) bahwa

dalam sastra bandingan yang dibandingkan adalah kejadian sejarah, pertalian karya

sastra, persamaan dan perbedaan, tema, genre, style, perangkat evolusi budaya, dan

sebagainya. Selanjutnya, Kasim (1996) menyatakan bahwa penelitian sastra bandingan

perlu memperhatikan dalam lima bidang, yaitu (1) tema dan motif; (2) genre dan

bentuk (form), stalistika, majas, suasana; (3) aliran dan angkatan; (4) hubungan karya

sastra dengan ilmu pengetahuan, agama/kepercayaan, dan karya-karya seni; (5) dan teori

sastra, sejarah sastra, dan teori kritik sastra. Selanjutnya, terkait dengan praktik

penelitian sastra bandingan di Indonesia, Endraswara (2011:43) mengatakan sastra

bandingan di Indonesia terbagi menjadi empat kelompok, yaitu: (1) sastra bandingan

dalam kaitan studi filologi yang dikenal sebagai kritik teks; (2) sastra bandingan dalam

hubungan dengan sastra lisan; (3) sastra bandingan modern; (4) dan sastra bandingan

interdisipliner.

Sastra lisan menjadi salah satu objek dilakukan membandingkan antara dua negara

atau lebih. Hal ini sesuai dengan pendapat Endraswara (2011) bahwa pada dasarnya,

awal mula kajian sastra bandingan karena terdapat sastra lisan yang muncul dan dapat

7

dibandingkan satu dengan lainnya. Lebih jelas, Damono (2005:54) mengatakan

perbandingan dongeng yang sama dari berbagai negara telah banyak dilakukan dengan

tujuan mengetahui hubungan-hubungan antara perbedaan dan persamaan yang ada dan

watak suatu masyarakat.

Dari beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa: (1) sastra bandingan adalah

studi sastra yang membandingkan dua atau lebih dari dua buah karya yang dalam suatu

wilayah atau dari dua negara; (2) dan tidak ada batasan dalam patokan dan objek yang

dijadikan kajian dalam satra bandingan yang terpenting adalah adanya kesamaan dan

perbedaan di antara bahan yang dijadikan penelitian. Hal ini sesuai dengan tujuan dalam

penelitian ini, yaitu perbandingan perbedaan dan persamaan motif dan amanat dalam

kedua cerita rakyat dari Vietnam dan Indonesia.

Folklor

Folklor (folklore) sebagai sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan

diwarisan secara turun-menurun secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam

bentuk lisan maupun corak disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat

(mnemonic device). Folklor merupakan identitas lokal yang terdapat dalam kehidupan

masyarakat traditional, menunjukkan identitas kutural dan menampilkan watak atau

corak kebudayaan daerah (Danandjaja, 1994 dan Purwadi, 2009). Menurut Purwadi

(2009), folklor meliputi dongeng, cerita rakyat, hikayat kepahlawanan, adat-istiadat,

lagu, tata cara, kesusastraan, kesenian dan busana daerah. Lebih lanjut, Bruvand (dalam

Danandjaja, 1994:21) menngolongkan folklor menjadi tiga golongan besar berdasarkan

tipenya, yaitu folklor lisan, folklor sebagian lisan, dan folklor bukan lisan. Folklor lisan

adalah folklor yang hanya menwujud secara lisan dalam masyarakat pemiliknya, seperti

puisi rakyat, gelar tradisional, peribahasa. Folklor sebagian lisan adalah folklor yang

wujudnya gabungan antara lisan dengan tindakan. Sedangkan folklor bukan lisan adalah

folklor yang wujudnya material ataupun tindakan, seperti arsitektur rumah, saluran

irigasi (Amir, 2013:163-164). Lebih jelas, Danandjaja (1994), menyatakan bahwa

folklor lisan Indonesia mencakup bahasa rakyat, ungkapan tradisional, pertanyaan

8

rakyat, cerita prosa rakyat, dan nyanyian rakyat. Berdasarkan berbagai uraian di atas,

disimpulkan bahwa sastra lisan merupakan folklor atau bagian dari folklor, khususnya

folklor lisan.

Amir (2013:168) mengatakan bahwa sastra lisan adalah sebuah entitas dan

fenomena yang mempunyai fungsi pada masyarakat. Ia memiliki sistemnya sendiri,

mempunyai fungsi serta kaitan dengan aktivitas dan nilai masyarakatnya. Hal ini dilihat

bahwa, sastra lisan mempunyai fungsi penting dalam masyarakat, yakni: (1) fungsi

pertama dan utamanya adalah untuk hiburan; (2) sastra lisan menyimpan puitika

kosakata yang kaya dengan metafore; (3) sebagai sarana pendidikan, untuk sosilisasi

nilai-nilai; (4) tampak menonjol pada orang-orang yang di luar kampungnya, yaitu

masyarakat yang di rantau; (5) pertunjukan sastra lisan dapat menjadi sarana

mengumpulkan orang untuk menghimpun dana; (6) dan pertunjukan berfungsi untuk

menghimpun orang, tetapi untuk tujuan mendengarkan pesan politik, perkenalan politik,

dan sosialisasi program (Amir, 2013:34-42).

Cerita Rakyat

Menurut Djamaris (dalam Yulianto, 2019), cerita rakyat adalah golongan cerita

yang hidup dan berkembang secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi

berikutnya. Disebut cerita rakyat karena cerita ini hidup di kalangan rakyat dan hampir

semua lapisan masyarakat mengenal cerita itu. Cerita rakyat memilik masyarakat bukan

memilik seseorang. Ada sangat banyak sekali kategori daripada cerita rakyat tetapi pada

dasarnya cerita rakyat dapat dibagi menjadi tiga golongan besar, yakni: mite (myth),

legenda (legend), dan dongeng (folktale) (Bascom, 1965). Dongeng merupakan cerita

prosa rakyat yang diciptakan dari angan-angan seseorang yang tidak dianggap benar-

benar terjadi. Dongeng disebarkan secara lisan, dari mulut ke mulut, turun-menurun dari

generasi ke generasi melalui kata-kata dalam waktu yang cukup lama. Dongeng

diceritakan terutama untuk hiburan walaupun banyak juga yang melukisan kebenaran,

berisikan pelajaran (moral), atau sindiran (Danandjaja, 1994; dan Surgiarto 2005).

Dongeng telah dibagi menjadi empat golongan, yaitu: (1) dongeng binatang (animals

9

tales); (2) dongeng biasa (ordinary tales); (3) lelucon dan anekdot (jokes and

anecdotes); (4) dan dongeng berumus (formula tales) (Aarne’s & Thompson, 1961 dan

Danandjaja, 1994).

Unsur-unsur pembangun suatu dongeng diklasifikasi menjadi dua golongan besar,

yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Kedua unsur tersebut sama-sama memiliki

peranan penting dalam terciptanya dongeng. Unsur intrinsik adalah unsur yang

menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang membentuk struktur suatu karya sastra

(Miharja, 2012:4). Unsur-unsur pembangun sebuah karya sastra adalah tema, alur (plot),

tokoh, latar (setting), sudut pandang, amanat. Dalam plot sebuah cerita mempunyai

rangkaian peristiwa yang didorongkan unsur-unsur (motif).

Motif

Menurut Danandjaja (1994), motif di dalam ilmu folklor adalah unsur-unsur suatu

cerita (narratives elements). Motif teks suatu cerita rakyat adalah unsur dari cerita itu

yang menonjol dan tidak biasa sifatnya (Danandjaja, 1994). Sejalan dengan Danandjaja,

terdapat berbagai pendapat mengenai motif, yaitu motif dalam sastra lisan merupakan

anasir paling kecil dalam sebuah cerita yang mempunyai daya tahan dalam tradisi. Motif

juga merupakan unsur memiliki sifat tidak biasa dan menonjol yang mendorong cerita

ke arah peristiwa. Diri suatu motif dapat menjadi cerita pendek, dengan syarat motif itu

mengesankan atau menghibur pendengar (Taum, 2011dan Đắc, 2001).

Berdasarkan peran yang membangunkan plot cerita rakyat dan prevalensi motif,

pada akhir abad ke-19 hingga abad ke-20, para ahli aliran Metode dari Finlandia telah

mengusulkan studi literatur komparatif cerita rakyat dan menerapkan metode kompilasi

cerita rakyat berdasarkan tipe dan motifnya. Kemudian, menyadari peran penting dan

popularitas motif dalam cerita rakyat, Thompson berusaha untuk menyusun tabel

pencarian cerita rakyat dari tingkat motif dari sumber data yang besar, yaitu cerita rakyat

(folktale) di banyak negara di seluruh dunia. Thompson mengategorikan dan menyusun

kelompok motif berdasarkan tema, termasuk 23 bab yang ditandai dengan urutan abjad

Inggris dari entri A sampai Z, misalnya A. Motif mistis, B. Hewan, C. Tabu, D. Sihir, E.

10

Kematian, F. Keajaiban, dan sebagainya. Motif-motif dalam setiap bagian terdiri dari

kurang lebih 200 halaman yang dicetak dengan kode angka-nomor-motif, misalnya

S31.Cruel Stepmother, berarti motif S31 adalah Ibu tiri yang kejam, berikutnya motif

dengan kode S31.1, S31.2, dan sebagainya adalah motif bersifat lebih khusus, misalnya

S31.5.Girl persuades her father to marry a widow who has treated her kindly (gadis

berusaha meminta ayahnya untuk menikahi seorang janda yang telah

memperlakukannya dengan baik).

Amanat

Nurgiyantoro (2015) menyatakan moral dalam karya sastra dapat dipandang

sebagai amanat, pesan, message. Selanjutnya, Sulistyorini & Andalas (2017)

mengemukakan bahwa amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang

melalui isi cerita kepada pembaca. Amanat yang disampaikan dapat secara langsung

(tersurat) dan secara tidak langsung (tersirat). Lebih jelas, amanat merupakan ajaran

moral atau pesan yang ingin disampaikan pengarang dalam sebuah karya sastra serta

mengandung suatu nilai atau pesan yang disampaikan oleh pengarang agar dapat

diambil nilai-nilai luhur bagi kehidupan (Hestiyana, 2014). Moral dalam karya sastra

dapat dipandang sebagai amanat, pesan, message. Melalui cerita, sikap, dan tingkah laku

tokoh-tokoh itulah pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah dan pesan-pesan

moral yang disampaikan atau diamanatkan (Nurgiyantoro, 2015).

Dengan demikian, amanat dalam karya sastra merupakan ajaran moral, hikmah

atau pesan-pesan moral yang diharapkan akan dapat disampaikan atau diamanatkan

dengan bentuk penyampaian langsung (amanat tersurat) dan penyampaian tidak

langsung (amanat tersurat) melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh.

Berdasarkan hal-hal di atas, penelitian ini focus kepada ajaran moral dan pesan moral

disampaikan dengan cara tersurat atau tersirat yang ditemukan dalam TC dan BPBM.

Teori Struktural Naratif (Naratologi)

Dalam menganalisis suatu karya sastra, analisis struktural merupakan analisis

pertama yang dilakukan oleh peneliti. Menurut Teeuw (2013), hubungan dan fungsi

11

masing-masing unsur karya sastra dikaji dengan pendekatan struktural. Analisis

struktural merupakan cara untuk mengetahui kualitas karya sastra, sekaligus sebagai

jembatan untuk menganalisis makna yang terkandung dalam sebuah karya sastra. Teori

strukturalisme sastra merupakan teori pendekatan terhadap teks sastra yang menekankan

pada keseluruhan hubungan antara unsur-unsur dari sebuah teks. Unsur-unsur teks

hanya bermakna dalam hubungan, baik relasiasosiasi maupun relasi oposisi. Hubungan

yang dipelajari dapat berkaitan dengan mikroteks (kata, kalimat), keseluruhan yang

lebih luas (kalimat, bab), dan intertekstualitas (karya lain dalam periode tertentu).

Berbeda dengan data eksternal teks sastra yang meliputi aspek psikologis, sosial dan

lainnya, strukturalisme tidak bergantung pada aspek sejarah sastra, biografi, dan

berbagai tulisan-tulisan kritis. Eliot, seorang forrmalisme Rusia, memberikan pengertian

analisis struktur dapat dianggap sebagai setara dengan kegiatan sastra Amerika yang

disebut "membaca dekat". Di Eropa, strukturalisme sering disebut dengan istilah "studi

imanen". Analisis struktural membatasi diri untuk mempertimbangkan masalah motif

(Endraswara, 2013).

Analisis struktural sastra disebut juga pendekatan objektif dan menganalisis unsur

intrinsiknya, hal ini sesuai dengan pendapat Fananie (2000:112), pendekatan objektif

adalah pendekatan yang didasarkan pada keseluruhan sebuah karya sastra. Pendekatan

tersebut dinilai dari eksistensi sastra itu sendiri berdasarkan konvensi sastra yang

berlaku. Konvensi tersebut misalnya, aspek-aspek intrinsik sastra termasuk kebulatan

makna, diksi, rima, struktur kalimat, tema, alur, latar, dan karakter.

Analisis motif dalam cerita rakyat dapat berdasarkan struktur naratif (naratologi)

karena cerita rakyat disebarkan turun-menurun secara lisan, cara ini merupakan jenis

naratif. Hal ini sesuai dengan pendapat Propp (dalam Taum, 2011), menurutnya, dalam

struktur naratif yang penting bukanlah tokoh-tokoh, unsur yang dianalisis adalah motif

(elemen), unit terkecil yang membentuk tema. Motif merupakan unsur penting sebab

motiflah yang membentuk tema. Selanjutnya, Propp memukakan bahwa motif

dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: pelaku, perbuatan, dan penderita, yang kemudian

12

dikelompokkan menjadi dua, unsur yang tetap, yaitu perbuatan, dan unsur yang berubah,

yaitu pelaku dan penderita. Dalam hubungan ini yang penting adalah unsur yang tetap,

perbuatan, yaitu fungsi itu sendiri (Taum, 2011). Menurut Selden (dalam Ratna, 2015),

meskipun teori Propp didasarkan atas dongeng-dongeng Rusia, tetapi fungsi-fungsi

tersebut dianggap hadir dalam jenis-jenis lain, seperti: komedi, mitos, epik, roman, dan

cerita pada umumnya. Oleh karena itu, di Indonesia, model penelitian Propp diharapkan

dapat memberikan inspirasi dalam upaya untuk mengkaji tradisi lisan yang sangat kaya.

Analisis dengan menggunakan pendekatan struktural dapat dilakukan dengan cara

mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dari masing unsur yang

terdapat di dalam cerita yang dianalisis. Dengan menggunakan teori struktural naratif,

penulis dapat menganalisis motif pada kedua cerita dongeng TC dan BPBM serta

memaknai kepentingannya dalam menggerakkan cerita.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Menurut Nazir (2003:63), metode deskriptif bertujuan untuk mendapatkan fakta secara

cermat dan faktual mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta berhubungan antar fenomena

yang diselidiki serta mengembanngkan atau memaparkan masalah dan mengadakan

analisis yang didasarkan atas hasil pengamatan dari berbagai. Menurut Winarno

(1994:140), ciri-ciri metode deskriptif dibatasan, yaitu: (1) memusatkan diri pada

pemecahan masalah-masalah yang sedang terjadi pada masa sekarang, pada masalah-

masalah yang aktual; (2) data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan

kemudian dianalisis. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini menggunakan metode

deskritif untuk menggambarkan proses atau peristiwa yang ada dalam kedua cerita

rakyat TC dan BPBM, kemudian data atau informasinnya dianalisis sehingga diperoleh

hasil. Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini dilaksanakan sebagia berikut; pertama,

identifikasi masalah dan tujuan yang akan diteliti; kedua, penelusuran kepustakaan

(literature review), yakni penelitian terdahulu yang relevan dari Vietnam dan Indonesia;

ketiga, pengumpulan data dengan teknik baca dan catat dari kedua dongeng BPBM dan

13

TC; keempat, analisis dan penafsiran (interpretation) data dengan teknik analisis data

deskriptif kualitatif dan teknik perbandingan sastra; kelima, pelaporan hasil yang telah

dilakukan.

Teknik pengumpulan data digunakan metode dokumentasi dengan teknik baca dan

catat untuk mengumpulkan data dan teknik analisis struktural untuk mengambil data

literal, data yang membangun unsur intrinsik struktur kedua cerita didapat berupa motif

dan amanat. Untuk teknik pembacaan, peneliti membaca kedua dongeng TC dari

Vietnam dan BPBM dari Indonesia secara berulang-ulang untuk menetapkan satuan-

satuan data tekstual baik berupa kata-kata, kalimat-kalimat maupun paragraf untuk

menemukan kesamaan maupun perbedaan bentuk motifeme dan amanat dalam kedua

cerita rakyat tersebut. Selain itu, untuk memahami isi cerita dan mengetahui alur serta

motif dalam dongeng, pada awalnya membaca secara umum atau keseluruhan dengan

cermat dan teliti. Pada saat membaca secara umum tersebut peneliti juga

menggarisbawahi kalimat yang merupakan motif yang mengerakan alur cerita yang

terdapat dalam kedua dongeng tersebut. Teknik pengumpulan data selanjutnya adalah

teknik catat, Peneliti mencatat kalimat atau kutipan yang mengenai peristiwa dalam alur

cerita dan memasukkan data tersebut ke dalam komputer. Data-data yang sudah ada

dikelompokkan sesuai dengan kelompok unsur yang dianalisis, yaitu motif-motif

dimunculkan dalam cerita.

Teknik analisis data adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif dan teknik

perbandingan sastra. Langkah-langkah dilakukan sebagai berikut; pertama, catatan data

pada objek penelitian yang berupa kalimat-kalimat dan kutipan yang menunjukkan

adanya persamaan dan perbedaan dalam kedua dongeng untuk mempermudah dalam

menganalisis, kemudian dikode data dengan cara sebagai berikut, data urutan nomor-

/nama dongeng disingkat/jenis data diteliti (motif atau amanat)/tahun terbit/halaman,

misalnya D1/BPBM/M/2019/hal193 adalah data urutan nomor 1 dalam dongeng

Bawang Putih dan Bawang Merah, jenis data adalah data motif, tahun terbit buku ada

dongeng ini pada 2019 dan motifnya dapat dilihat di halaman 193; kedua, peneliti

14

membaca dan mencatat motif-motif ada dalam dua cerita tersebut, kemudian mencari

dan mencatat motif-motif yang sesuai dengan berbagai motif ada dalam kedua dongeng

dalam buku Motif-Index of Folk Literature (Thompson, 1958); ketiga, peneliti

mengategorikan data menurut jenisnya, yaitu motif-motif yang dibandingkan; keempat,

peneliti menerjemahkan data penelitian, yaitu (1) menerjemah data dalam dongeng TC

dari bahasa Vietnam pada bahasa Indonesia; (2) menerjemah motif-motif yang ditarik

dalam buku Motif-Index dari bahasa Inggris pada bahasa Indonesia; kelima, peneliti

mendeskripsikan motif yang terdapat dalam dongeng, kemudian menujukkan penyebab

persamaan dan perbedaan dalam motifnya; dan akhirnya adalah menarik kesimpulan.

Sumber data penelitian ini merupakan buku-buku, yaitu cerita TC diterbitkan dan

dicetak dalam buku Bahasa dan Sastra Vietnam SMA Kelas X (1) disunsun oleh Phan

Trọng Luận et al (2014) dan cerita BPBM diterbitkan dan dicetak dalam Kumpulan

Dongeng Nusantara Terpopuler dari 34 Provinsi disunsun oleh Tim Charissa (2019).

Selain itu, sumber-sumber tertulis yang lain seperti buku, majalah, atau karya-karya

ilmiah merupakan sumber data tambahan dalam penelitian ini. Data penelitian dalam

penelitian ini adalah data motif dan data amanat yang merupa kutipan yang berisi

klasifikasi tentang persamaan dan perbedaan motif serta amanat dalam dongeng BPBM

dan dongeng TC. Dengan demikian, pembahasan dalam penelitian ini merupakan

penjelasan perbedaan dan persamaan telah dapat dari hasil analisis data.

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian yang didapatkan setelah pengumpulkan data motif dan amanat

pada TC dan BPBM menunjukkan bahwa TC memiliki 14 motif dan 7 amanat,

sedangkan BPBM memiliki 11 motif dan 7 amanat. Berdasarkan analisis data, hasil

penelitian ini ditemukan sebagai berikut, (1) dari sisi motif terdapat (a) 4 motif yang

sama; (b) 4 pasangan motif yang sama tetapi berbeda dalam sifatnya; (c) dan 9 motif

yang berbeda; (2) dari sisi amanat terdapat (a) amanat tersurat mempunyai 2 pesan yang

sama dan 9 pesan yang berbeda; (b) amanat tersirat mempunyai 1 pesan yang sama dan

2 yang berbeda.

15

Persamaan dan Perbedaan Motif dalam TC dan BPBM

Dari sisi motif, terdapat motif yang sama dan berbeda dalam kedua dongeng. Hasil

perbandingan motif dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: a) motif yang sama; b) motif

yang sama, tetapi berbeda dalam sifatnya; c) dan motif yang berbeda.

Motif yang Sama

Dongeng TC dan BPBM memiliki empat motif yang sama, yaitu (1) anak tiri

perempuan adalah tokoh utama cerita; (2) ibu tiri yang kejam; (3) kebaikan adalah sifat

karakter; (4) dan kecemburuan adalah sifat karakter. Persamaan tersebut ditunjukkan

secara jelas pada tabel 1.

Tabel 1. Motif yang sama dalam TC dan BPBM mengikuti Motif-index of Folk

Literature (Thompson, 1958)

Motif yang sama

No. Tam Cam Bawang Putih dan Bawang Merah

1 Step daughter heroin (anak tiri perempuan

adalah tokoh utama cerita)

Step daughter heroin

2 Cruel stepmother (ibu tiri yang kejam) Cruel stepmother

3 Kindness is a trait of character (kebaikan

adalah sifat karakter)

Kindness is a trait of character

4 Jealousy is a trait of character (kecemburuan

adalah sifat karakter)

Jealousy is a trait of character

Motif anak tiri perempuan adalah tokoh utama cerita dalam kedua cerita

mengenai hubungan antara tokoh-tokoh dan tokoh utama dalam kedua cerita merupakan

anak tiri perempuan, dalam TC adalah Tam dan dalam BPBM adalah Bawang Putih,

kedua tokoh tersebut memiliki situasi kehidupan yang sama. Hal ini dapat dilihat

melalui data dari dua dongeng bahwa ini.

(D12) “Ngày xưa, có Tấm và Cám là hai chị em cùng cha khác mẹ. Hai chị em suýt soát tuổi

nhau. Tấm là con vợ cả, Cám là con vợ lẽ. Mẹ Tấm đã chết từ hồi Tấm còn bé. Sau đó mấy năm thì

cha Tấm cũng chết. Tấm ở với dì ghẻ là mẹ của Cám.” (Dahulu kala, ada Tam dan Cam yang

merupakan dua saudara perempuan sama ayah tetapi ibunya berbeda. Kedua anak ini hampir

seumuran. Tam adalah anak kandung istri pertama, Cam adalah anak kandung selir. Ibu Tam

meninggal saat Tam kecil. Beberapa tahun kemudian, ayah Tam juga meninggal. Tam tinggal

bersama ibu tirinya yang merupakan ibu Cam) (D12/TC/M/2014/Hal65)

(D8) “Di Desa Dadapan ada seorang janda bernama Mbok Rondo Dadapan. Ia mempunyai dua

orang anak perempuan. Satu anak kandung bernama Bawang Merah dan satu anak tiri bernama

Bawang Putih.” (D8/BPBM/M/2019/Hal190)

Dari dua kutipan (D12) dan (D8) di atas, dapatkan bahwa hal yang sama dalam

situasi kehidupan Tam dan Bawang Putih adalah anak yang orang tua mereka telah

16

meninggal dan mereka tinggal bersama ibu tiri dan anak ibu tiri yang masing-masing

bernama Cam dan Bawang Merah. Dari motif ini, hubungan antara tokoh-tokoh dalam

kedua dongeng diciptakan, yaitu hubungan ibu tiri-anak tiri dan anak tiri-anak ibu tiri.

Berdasarkan hubungan ini, konflik yang muncul seluruh cerita dan mengarahkan

perjuangan tokoh utama yang merupakan perempuan tiri.

Selanjutnya, sesuai dengan motif tersebut adalah motif ibu tiri yang kejam yang

merupakan suatu motif populer dalam banyak cerita rakyat Indonesia dan Vietnam,

misalnya Ciung Wanara, Cindelaras, Ande-Ande Lumut, Mụ Dì Ghẻ và Con Côi (Ibu

Tiri dan Anak Tiri), dan sebagainya. Dalam TC dan BPBM, motif ibu tiri ditunjukkan

melalui tindakan yang buruk dilakukan ibu tiri kepada anak tirinya. Tindakan tersebut

dibuktikan dalam kutipan-kutipan berikut.

(D18) “Dì ghẻ là người rất cay nghiệt. Hằng ngày, Tấm phải làm lụng vất vả, hết chăn trâu, gánh

nước, đến thái khoai, vớt bèo; đêm lại còn xay lúa giã gạo mà không hết việc. Trong khi đó thì Cám

được mẹ nuông chiều, được ăn trắng mặc trơn, suốt ngày quanh quẩn ở nhà không phải làm việc

nặng.” (Ibu tiri Tam adalah orang yang sangat kejam. Setiap hari, Tam dibebankan semua pekerjaan,

seperti menggembala kerbau, memgambil air, memotong kentang, dan memetik duckweed.

Kemudian, Tam menggiling padi dan menumbuk beras sampai malam tetapi pekerjaannya tidak

diselesaikan. Sedangkan, Cam dimanjakan oleh ibunya, bisa berpakaian indah, dan di rumah seharian

tanpa melakukan pekerjaan apa pun.) (D18/TC/M/2014/Hal65)

(D16) “Mbok Rondo Dadapan sangat memanjakan Bawang Merah, sedangkan Bawang putih

diperlakukan buruk. Semua pekerjaan rumah, seperti mencuci, memasak, dan menyepu dibebankan

pada Bawang Putih. Jka melakukan kesalahan sedikit saja, Bawang Putih diberi hukuman

berat.”(D16/BPBM/M/2019/Hal190)

Data (D18) dan data (D16) menunjukkan tindakan yang berbeda dari ibu tiri

kepada Tam dan Bawang Putih dengan Cam dan Bawang Merah. Kedua anak

perempuan tiri selalu terhadap lakukan yang buruk, yaitu semua pekerjaan rumah akan

ditugaskan anak tiri, jika melakukan kesalahan akan dihukum, sedangkan anak ibu tiri

sangat dimanjakan dan tidak melakukan pekerjaan apa pun. Motif ini merupakan unsur

penyebab penampilan motif yang lain, seperti orang yang menolong dan hukuman akan

didapatkan ibu tiri di akhir cerita.

Selanjutnya, motif kebaikan adalah sifat karakter dalam kedua dongeng

menggambarkan ciri karakter watak tokoh anak tiri, yaitu Tam dan Bawang Putih, citra

tokoh ini merupakan simbol seorang yang baik hati, sabar dan selalu bersedia membantu

orang lain. Sifat ini dapat tampak pada kutipan berikut.

17

(D20) “Ngày nào bà lão cũng đi chợ vắng. Từ trong quả thị chui ra một cô gái thân hình bé nhỏ

như ngón tay nhưng chỉ trong chớp mắt đã biến thành Tấm. Tấm vừa bước ra đã cầm lấy chổi quét

dọn nhà cửa sạch sẽ, rồi đi vo gạo thổi cơm, hái rau ở vườn nấu canh giúp bà hàng nước.” (Waktu

Nenek pergi ke pasar, dari buah itu seorang gadis yang tubuhnya sekecil jari keluar, namun, segera dia

berubah menjadi Tam. Tam menyapu, membersihkan rumah, lalu menyiap makanan, untuk Nenek.)

(D20/TC/M/2014/Hal71)

(D17) “Bawang Putih sangat girang mendengar jawaban itu. Ia segera mengambil

tempayan di samping Nenek itu, lalu isi air. “Nek, biarlah tempayan ini nanti aku yang

bawa”, kata Bawang Putih.” (D17/BPBM/M/2019/Hal191)

Dalam data (D20), kebaikan Tam ditunjukkan melalui tindakan menyapu,

membersihkan rumah, menyiap makanan untuk nenek, sedangkan Bawang Putih dalam

data (D17), kebaikannya dibuktikan dengan kelakukan membantu nenek isi air dan bawa

pulang tempayan ke rumah nenek. Perbuatan baik dari dua tokoh menunjukkan kebaikan

yang selalu bersedia membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan, meskipun

mereka belum pernah kenalan dengan nenek itu, tetapi tetap menghargai dan menolong

dengan senang hati.

Keberadaan sejajar motif tersebut adalah motif kecemburuan merupakan sifat

karakter. Jika Tam dan Bawang Putih adalah tokoh yang memiliki karakter baik hati,

Cam dan Bawang Merah merupakan tokoh mempunyai sifat kecemburuan.

Kecemburuan menjadi kekuatan pendorong tokoh ini melakukan hal-hal yang buruk.

Oleh karena itu, alur cerita akan didorong maju ke puncak cerita. Sifat kecemburuan

tokoh-tokoh tersebut ditunjukkan pada data-data berikut.

(D21) “Mẹ con con Cám thấy Tấm sung sướng thì ghen ghét để bụng. Nay thấy Tấm về, lòng ghen

ghét lại bừng bừng bốc lên.” (Ibu tiri dan Cam melihat Tam bahagia, mereka sangat membencinya.

Waktu Tam pulang rumah, kecemburuan berkobar lagi.) (D21/TC/M/2014/Hal69)

(D18)“Bawang Merah merasa iri hati kepada Bawang Putih.” (D18/BPBM/M/2019/Hal193)

Dalam data (D21), sifat kecemburuan dapat dilihat dari tokoh Cam dan ibu tiri.

Kecemburuan ini selalu ada dalam pikiran mereka dan makin hari makin banyak, hal ini

diwujud dengan jelas ketika mereka melihat kehidupan Tam penuh dengan bahagia.

Tidak sesama dengan TC, data (D18) dilihat bahwa dalam BPBM sifat kecemburuan

hanya berada di tokoh Bawang Merah, dan perasaan ini muncul karena Bawang Merah

melihat Bawang Putih mendapat hadiah yang berharga dari nenek. Sifat kecemburuan

berkontribusi untuk menjadikan berbagai peristiwa berikutnya dalam kedua cerita.

18

Motif Yang Sama Tetapi Berbeda dalam Sifatnya

Selain motif-motif yang sama yang disebutkan di atas, dalam kedua dongeng

memiliki empat pasangan motif yang sama tetapi sifatnya berbeda, yaitu (1) penolong;

(2) tokoh yang memberikan benda ajaib; (3) jenis benda ajaib; (4) dan hukuman. Hal-hal

terseput dapat ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 2. Motif yang sama tetapi berbeda dalam sifatnya dalam TC dan BPBM

mengikuti Motif-index of Folk Literature (Thompson, 1958)

Motif yang sama tetapi berbeda dalam sifatnya

No. Tam Cam Bawang Putih dan Bawang Merah

1 Deity as helper (Tuhan/Dewa sebagai penolong) Giant or Ogre as helper (raksasa atau iblis sebagai

penolong)

2 Magic object received from God (benda ajaib

yang diterima dari Tuhan)

Magic object received from devil (benda ajaib yang

diterima dari iblis)

3 Magic object furnishes clothes (benda ajaib

memberikan pakaian)

Magic tree furnishes treasure (pohon ajaib

memberikan harta karun atau suatu hal berharga

sekali)

4 Death as punishment (kematian sebagai

hukuman)

Punishment: meeting frightful apparition (ghost,

mysterious animal, devil) (hukuman: bertemu

dengan penampakan yang menakutkan (hantu,

binatang misterius, iblis)

Motif penolong terdapat dilihat dalam kedua dongeng. Namun pada masing-

masing dongeng mempunyai sifat yang berbeda. Dalam dongeng TC, penolong adalah

But yang diciptakan berdasarkan citra Sang Buddha dalam agama Buddha Vietnam yang

selalu muncul untuk membantu orang baik hati. Hal ini ditunjukkan pada kutipan di

bawah ini.

(D13) “Bấy giờ Bụt ngồi trên tòa sen. Bỗng nghe tiếng khóc của Tấm liền hiện xuống hỏi:”

“Con làm sao lại khóc?”

“Tấm kể sự tình cho Bụt nghe. Bụt bảo:”

“Thôi con hãy nín đi! Con thử nhìn vào giỏ xem còn có gì nữa không?””

(Saat itu, Sang Buddha sedang duduk di singgasana teratai. Tiba-tiba, dia mendengar

tangisan Tam, dia muncul dan bertanya:

“Kenapa anda menangis?”

Kisah itu diceritakan kepada Sang Buddha, Sang Budha berkata:

“Jangan menangis! Lihatlah keranjang anda apakah ada yang tersisa?”) (D13/TC/M/2014/Hal66)

Kutipan di atas meliputi Sang Buddha sebagai orang yang memberi ajaran untuk

menyenangkan Tam dan menyelesaikan masalah. Tokoh Sang Buddha dalam cerita

rakyat telah diperubahan menjadi Buddha bersifat rakyat, sesuai pandangan masyarakat.

Hal ini juga terdapat pada kode data (D14/TC/M/2014/Hal67),

(D15/TC/M/2014/Hal67), dan (D16/TC/M/2014/Hal68). Sementara itu, dalam BPBM,

19

raksasa atau iblis sebagai penolong. Penolong itu adalah nenek Buto Ijo yang

merupakan salah satu simbol merepresentasikan percayaan masyarakat Indonesia pada

seseorang yang supernatural akan membantu orang lain ketika mereka selesaikan

keinginannya. Perbuatan yang menolong terdapat pada data berikut.

(D9) ““…siang tadi aku melihat baju hanyut. Baju itu aku pungut dan kubawa pulang. Ikutlah

ke rumahku, Nduk! Nanti baju itu aku kembalikan,” kata nenek itu” (D9/BPBM/M/2019/Hal191)

Dalam data (D9), “nenek itu” adalah nenek Buto Ijo yang telah memungut dan

menyimpan baju dihanyutkan. Nenek Buto Ijo berjanji akan kembalikan baju kepada

Bawang Putih, jika dia mengikut nenek ke rumahnya. Berdasarkan motif penolong ini

dimunculkan dua motif yang sama, tetapi beda sifatnya, yaitu motif tokoh yang

memberikan benda ajaib dan jenis benda ajaib.

Tokoh yang memberikan benda ajaib hubungan erat dengan penolong, karena

sebagian besar tokoh utama dalam dongeng diterima benda ajaib dari penolong,

terutama penolong yang supernatural. Hal ini terdapat pada data (D4) di bawah ini.

(D4) “Nhưng khi chim sẻ bay đi, Tấm lại nức nở khóc. Bụt lại hỏi:”

“Con làm sao còn khóc nữa?”

“Con rách rưới quá, sợ người ta không cho con vào xem hội”

“Con hãy đào những cái lọ xương bống đã chôn ngày trước lên thì sẽ có đủ mọi thứ cho con

trẩy hội.”

(Namun ketika burung pipit itu terbang menjauh, Tam kembali terisak. Sang Buddha bertanya:

“Bagaimana kamu masih menangis?”

“Saya sangat kotor, saya khawatir orang tidak akan membiarkan saya ikut festival”

“Galilah tempayan yang dikubur kamu beberapa hari yang dulu, kamu akan dapat apa

yang kamu butuh untuk ke festival”) (D4/TC/M/2014/Hal68)

(D1) “Cepat-cepatlah engkau pulang selagi Kakek Buto Ijo masih tidur”, kata Nenek Buto Ijo

seraya memberikan baju dan sepotong bambu (D1/BPBM/M/2019/Hal193)

Dari data (D4) dan (D1) menerangkan bahwa benda ajaib yang Tam mendapat

diberikan Sang Buddha dan Bawang Putih diterima benda ajaib dari nenek Buto Ijo.

Selanjutnya, jenis benda ajaib didapatkan dari masing-masing penolong berbeda. Benda

ajaib yang Tam dapatkan adalah tempayan gaib dan Bawang Putih dapatkan sepotong

bambu.

Selain tiga motif yang uraian di atas, motif hukuman juga berada dalam kedua

dongeng dan memiliki sifat yang berbeda. Hukuman dapatkan tokoh-tokoh jahat sesuai

dengan perbuatan tokoh itu dalam cerita. Oleh karena itu, dalam dua dongeng, tokoh

yang daptkan hukuman adalah Cam dan ibu tiri dalam TC, sedangkan dalam BPBM

20

adalah Bawang Merah dan Mbok Rondo Dadapan (ibu tiri). Hal ini dibuktikan pada

kutipan berikut.

(D17) “Một hôm Cám hỏi chị”

“Chị Tấm ơi chị Tấm, chị làm thế nào mà đẹp thế?”

“Tấm không đáp, chỉ hỏi lại:”

“Có muốn đẹp không để chị giúp?”

“Cám bằng lòng ngay. Tấm sai quân hầu đào một cái hố sâu và đun một nồi nước sôi.

Tấm bảo Cám xuống hố rồi sai quân hầu dội nước sôi vào hố. Cám chết. Mụ dì ghẻ thấy

vậy cũng lăn đùng ra chết.”(Suatu hari Cam bertanya pada Tam:

“Kakak, bagaimana kamu bisa begitu cantik?”

Tam tidak menjawab pertanyaannya, hanya bertanya Cam:

“Apakah kamu ingin menjadi cantik seperti aku? Aku akan membantumu.

Cam segera setuju. Tam memerintahkan pelayannya untuk menggali lubang yang dalam

dan merebus air, kemudian Tam menyuruh Cam untuk turun ke lubang dan

menuangkan air mendidih ke dalam lubang. Cam meninggal. Ketika ibu tiri melihat

hal yang terjadi dengan anaknya, dia juga mati.) (D17/TC/M/2014/Hal72)

(D14) “Ia meminta buluh bambu yang dibawa oleh Bawang Merah dan membelahnya.

Ternyata buluh bambu itu tidak berisi emas ataupun permata, tetapi berisi binatang

berbisa. Mbok Rondo Dadapan dan Bawang Merah lari ketakutan.”

(D14/BPBM/M/2019/Hal193)

Dari kutipan-kutipan di atas, kematian sebagai hukuman kepada Cam dan ibu tiri

dalam TC. Lebih jelas, Cam dituangkan air mendidih dan segera mati, sedangkan ibu tiri

karena melihat begitu anaknya meninggal, dia ikut mati juga. Sementara itu, bertemu

dengan penampakan yang menakutkan adalah hukuman dalam BPBM; Bawang Merah

dan Mbok Rondo Dadapan kena dengan binatang berbisa dari buluh bambu yang

diterima nenek Buto Ijo.

Motif yang Berbeda

Di samping motif-motif yang sama, dalam kedua dongeng terdapat beberapa motif

yang beda dan motif itu berada dalam setiap dongeng menjadi representasi budaya

khusus masing-masing negara. Perbedaan motif lebih jelas dipaparkan pada tabel di

bawah ini.

Tabel 3. Motif yang beda dalam TC dan BPBM mengikuti Motif-index of Folk

Literature (Thompson, 1958)

Motif yang beda

No. Tam Cam Bawang Putih dan Bawang Merah

1 Speaking animals (hewan bisa berbicara) Test of patience (ujian kesabaran)

2 Helpful animals (hewan yang menolong) Magic object as reward for good deeds (benda

ajaib sebagai imbalan atas perbuatan baik)

21

3 Falling in love with person never seen (jatuh

cinta dengan orang yang belum pernah bertemu)

Reward for saying of prayers (pahala untuk

mengucapkan doa)

4 Slipper test. Indentification by fitting of slipper

(ujian dengan selop/sepatu: identifikasi dengan

mencoba selop/sepatu)

5 Repeated reincarnation (reinkarnasi berulang)

6 Recognition by unique cookery (mengenali oleh

masakan unik)

Dari tabel 3 menunjukkan secara jelas motif yang beda dalam kedua dongeng,

yakni TC terdapat enam motif adalah (1) hewan bisa berbicara; (2) hewan yang

menolong; (3) reinkarnasi berulang; (4) pengakuan oleh masakan unik; (5) ujian dengan

selop/sepatu: identifikasi dengan mencoba selop/sepatu; (6) dan jatuh cinta dengan

orang yang belum pernah bertemu, sedangkan BPBM terdapat empat motif adalah (1)

benda ajaib sebagai imbalan atas perbuatan baik; (2) ujian kesabaran; (3) pahala untuk

mengucapkan doa; dan (4) permata sebagai hadiah.

Bagi TC, motif berbeda yang pertama adalah hewan bisa berbicara, hewan ini

merupakan seekor ayam jantan yang dapat kemampuan berbicara seperti data berikut.

(D1) “Tấm trở về theo lời dặn của Bụt đi tìm xương bống, nhưng tìm mãi các xó vườn góc sân mà

không thấy đâu cả. Một con gà thấy thế, bảo Tấm:”

“Cục ta cục tác! Cho ta nắm thóc, ta bới xương cho!”

“Tấm bốc nắm thóc ném cho gà. Gà chạy vào bếp bới một lúc thì được xương ngay.” (Mengikuti

kata-kata Sang budha, Tam pulang untuk mencari tulang ikan goby, tetapi tidak dapatkan tulangnya,

padahal sudah mencarikan di seluruh sudut taman. Seekor ayam jantan muncul dan berkata:

“Petok! petok! Berilah aku segenggam padi, tulangnya akan aku menggali!”

Tam berikan padi kepada ayam. Setelah itu, ayam jantan berlari ke dapur dan menggali sebentar,

lalu langsung tulang ditemukan.) (D1/TC/M/2014/Hal67)

Data (D1) menggambarkan penampilan ayam jantan yang bisa berbicara, ia

muncul pada saat Tam sedang mencari tulang ikan goby, karena ikan goby yang

diperlihara Tam telah dimakan dan tulangnya dibuang pada kebun oleh Cam dan ibu tiri,

kemudian ia telah membantu Tam mencari tulang ikan goby dengan syarat memberikan

ia padi. Di samping motif hewan bisa berbicara, motif berbeda kedua dalam TC adalah

motif hewan yang menolong, yaitu burung yang menolong dan ikan yang menolong,

meskipun hewan dalam motif ini tidak dapat berbicara, tetapi mereka berkemampuan

memahami dan membantu Tam dalam suatu kasus tertentu seperti dalam kode data

(D2/TC/M/2014/Hal68) dan (D3/TC/M/2014/Hal66).

Motif-motif berikutnya adalah dua motif mempunyai hubungan erat dalam TC,

yakni motif jatuh cinta dengan orang yang belum pernah bertemu dan motif ujian

22

dengan selop/sepatu: identifikasi dengan mencoba selop/sepatu. Kedua motif ini

hubungan dengan satu benda yang memiliki Tam – selop yang dapatkan dari Sang

Buddha. Pada motif jatuh cinta dengan orang yang belum pernah bertemu selop Tam

dijatuhkan dan dipungut oleh Sang Raja, hanya melihat selop Tam Sang Raja sudah

jatuh cinta dan memutuskan siapa yang memuat dengan selop ini, akan menjadi istrinya.

Motif ini menjadi penyebab untuk motif ujian dengan selop/sepatu muncul. Hasilnya,

Tam dapat sesuai menjadi istri Sang Raja dan pindah ke istana tinggal dengan Sang

Raja. Kedua motif ini bisa dilihat pada kode data (D19/TC/M/2014/Hal68) dan

(D11/TC/M/2014/Hal69).

Selanjutnya, salah satu motif yang menarik dan menonjol dalam TC adalah motif

reinkarnasi berulang. Reinkarnasi berkali-kali dalam beberapa bentuk yang terjadi

setelah Tam dibunuh berkali-kali oleh ibu tiri dan Cam. Pada kematian pertama, Tam

reinkarnasi dalam bentuk seekor burung, kemudian dalam bentuk pohon, alat tenun,

buah dan pada akhirnya Tam reinkarnasi dalam bentuk manusia. Hal-hal tersebut dilihat

pada kutipan di bawah ini.

(D9) “Mẹ nó bảo đốt quách khung cửi rồi đem tro đi đổ cho rõ xa để được yên tâm. Về đến cung,

Cám làm như lời mẹ nói. Nó mang tro đã đốt đem đi đổ ở lề đường cách xa hoàng cung. Đống tro bên

đường lại mọc lên một cây thị cao lớn, cành lá sum suê. Đến mùa có quả, cây thị chỉ đậu được có một

quả...Từ trong quả thị chui ra một cô gái thân hình bé nhỏ như ngón tay nhưng chỉ trong chớp mắt đã

biến thành Tấm.” (Ibu tiri menyuruh Cam membakar alat tenun dan membuang abunya di tempat

yang jauh. Ketika kembali ke istana, Cam melakukan apa yang dikatakan ibunya. Setelah membakar

alat tenun, dia membuang abu di pinggir jalan, tempat jauh dari istana. Dari abu itu tumpuhkan sebuah

pohon yang tinggi dan rimbun. Pada musim berbuah, pohon itu dapat menghasilkan hanya satu buah...

Dari buah itu keluar seorang gadis bertubuh kecil seperti jari, kemudian segera dia berubah menjadi

Tam.) (D9/TC/M/2014/Hal 71)

Data (D9) menggambarkan reinkarnasi Tam pada kali terakhir dalam bentuk buah,

kemudian transformasi dari buah kembali bentuk orang (Tam). Motif reinkarnasi

berulang ini menunjukkan bahwa kebaikan, keindahan tidak bisa dimusnahkan. Di

samping itu, reinkarnasi berkali-kali dari Tam dianggap sebagai simbol penyemangat

berjuang yang gigih dalam kehidupan antara baik dan buruk. Motif reinkardinasi

berulang juga dapat dilihat pada kode data (D6/TC/M/2014/Hal 70),

(D7/TC/M/2014/Hal 70), dan (D8/TC/M/2014/Hal 70).

23

Hal yang menarik sesama dengan motif reinkardinasi berulang, adalah motif

mengenali oleh masakan unik, karena dalam motif ini tercantum kekhasan budaya

Vietnam melalui masakan, yaitu pinang dan sirih. Hal ini dibuktikan pada kutipan

berikut ini.

(D10) “Thấy trầu têm cánh phượng, vua sực nhớ tới trầu vợ mình têm ngày trước cũng y như

vậy, liền phán hỏi:”

“Trầu này ai têm?”

“Trầu này con gái già têm, bà lão đáp.”

“Con gái của bà đâu, gọi ra đây cho ta xem mặt.”

“Bà lão gọi Tấm ra, Tấm vừa xuất hiện, vua nhận ra ngay vợ mình ngày trước, có phần trẻ đẹp

hơn xưa. Vua mừng quá, bảo bà hàng nước kể lại sự tình, rồi truyền cho quân hầu đưa kiệu rước Tấm

về cung.”

(Sang Raja melihat pinang dan sirih yang dibuat dalam bentuk sayap phoenix sangat mirip

dengan pinang dan sirih yang dibuat oleh istrinya dulu, jadi dia bertanya:

“Siapa membuat pinang dan sirih ini?”

“Pinang dan sirih ini adalah putri saya yang buat”, jawab nenek itu.

“Di mana putri anda? panggilkan dia ke sini untuk saya mengenal.”

Nenek memanggil Tam keluar, Tam baru saja muncul, Sang Raja langsung mengenali istrinya,

agak lebih muda dan cantik dari sebelumnya. Sang Raja sangat bahagia, meminta nenek menceritakan

kisah itu, kemudian menjemput Tam ke istana.) (D10/TC/M/2014/Hal71)

Data (D10) mendeskripsikan konteks bertemu antara Sang Raja dan Tam. Setelah

Tam meninggal dan reinkarnasi berkali-kali, Tam selalu di keliling Sang Raja, misalnya

burung diperlihara Sang Raja, pohon dalam kebun istana, dan sebagainya. Oleh karena

itu, Sang Raja selalu merasa Tam berada dalam kehidupannya dan dia percaya Tam

belum pernah meninggal. Akan tetapi, pada kali akhir reinkarnasi, Tam tinggal di tempat

jauh dengan istana, dan hal yang membantu mereka mengenali bersama adalah pinang

dan sirih yang merupakan masakan unik selalu ada pada kehidupan masyarakat

Vietnam.

Dalam BPBM, motif berbeda yang pertama adalah motif pahala untuk

mengucapkan Doa, motif ini merupakan representasi kepercayaan masyarakat Indonesia

pada kekuatan Tuhan, dan Bawang Putih juga mempunyai iman yang kuat pada Tuhan

serta hal-hal yang diatur oleh Tuhan. Hal ini dinandakan pada kutipan di bawah ini.

(D12) “Mungkin semua ini sudah menjadi kehendak Tuhan Yang Mahakuasa. Aku harus tabah

menghadapi semua cobaan ini. Semoga Tuhan selalu melindungiku”, gumam Bawang Putih.

(D12/BPBM/M1/2019/Hal191)

Saat waktu Bawang Putih dalam perjalanan mencari baju yang hanyut di sungai,

perasaan menderita muncul dan membuat dia menangis, namun dia masih percaya

bahwa semua yang terjadi adalah kehendak Tuhan, dia akan sabar dan berusaha untuk

24

sanggup menderitanya, kemudian Bawang Putih doakan pada Tuhan untuk dapat

melindungi dari Tuhan. Kemungkinan doa ini telah dilaksanakan oleh Tuhan, karena

setelah selesaikan doa Bawang Putih bertemu nenek Buto Ijo, Bawang Putih tidak

dimakan, tetapi dapatkan baju yang hanyut dan diberikan sepotong bambu yang penuh

emas dan permata.

Selanjutnya, motif yang kedua adalah motif ujian kesabaran, motif ini merupakan

sebuah ujian dari nenek Buto Ijo untuk menilai kesabaran Bawang Putih. Dari ujian

tersebut, karakter yang baik, misalnya rajin, sabar punya Bawang Putih ditunjukkan

secara jelas, sedangkan karakter buruk, yaitu malas, tidak sabar dalam Bawang Merah

juga dibuktikan seperti pada kutipan berikut.

(D5) “Ikutlah ke rumahku, Nduk! Nanti baju itu aku kembalikan”, kata nenek itu

(D5/BPBM/M/2019/Hal191) (D6) “Engkau bantu aku memasak dulu. Nanti bajumu akan kukembalikan”, kata nenek Buto Ijo

(D6/BPBM/M/2019/Hal192)

Data (D5) dan (D6) merepresentasikan ujian kesabaran dari nenek Buto Ijo,

Bawang Putih disuruh terus melakukan hal-hal yang nenek Buto Ijo ingin, yaitu

mengajak Bawang Putih ke rumah dan berjanji akan kembalikan baju, tetapi saat sampai

rumah nenek Buto Ijo menyuruh Bawnag Putih membantu dia memasak dahulu, setelah

itu baju akan dikembalikan. Ternyata, sampai Bawang Putih disuruh bermalam di rumah

nenek Buto Ijo, baju masih tidak dikembalikan, meskipun Bawang Putih mengalami

tantangan dari nenek Buto Ijo, dia tetap membantu nenek dengan rajin dan penuh rasa

hormati.

Terkait dengan motif ujian kesabaran adalah motif benda ajaib sebagai imbalan

atas perbuatan baik. Beberapa perbuatan baik dapat dilakukan oleh Bawang Putih

ketika dia menginap di rumah nenek Buto Ijo yang tercantum di atas adalah alasan untuk

nenek Buto Ijo memberi benda ajaib kepada Bawang Putih, dan benda itu dilihat sebagai

imbalan dari perbuatan baik telah dilakukan Bawng Putih, hal-hal itu terungkap seperti

dalam kutipan di bawah ini.

(D2) “Sungguh rajin anak ini,” kata nenek Buto Ijo, “Bila saja aku mempunyai anak seperti

Bawang Putih aku sangat bahagia”

“Nek, Nenek!” kata Bawang Putih mengejutkan nenek Buto Ijo yang tengah melamun itu.

“Semuanya sudah rapid an saya akan pulang…” (D2/BPBM/M/2019/Hal192)

25

(D3) “…Nenek Buto Ijo seraya memberikan baju dan sepotong bambu.”

(D3/BPBM/M/2019/Hal193)

Berdasarkan data (D2) dan (D3) perbuatan yang baik dilakukan Bawang Putih

adalah beberapa pekerjaan rumah, yaitu memasak, membersihkan dan lain-lain.

Walaupun dalam rumah raksasa mempunya banyak hal yang tidak lazim, tetapi Bawang

Putih tetap melakukan pekerjaannya dengan rajin. Oleh karena itu, nenek Buto Ijo

sangat menyayangi Bawang Putih, kemudian ketika Bawang Putih pulang, nenek Buto

Ijo telah memberi sepotong bambu ajaib yang penuh dengan emas dan permata kepada

Bawang Putih.

Persamaan dan Perbedaan dalam Bentuk Penyampaian Amanat

Amanat selalu berada dalam setiap cerita rakyat, baik pesan maupun pesan moral.

Berdasarkan amanat yang telah ditemukan, amanat yang dibandingkan dalam penelitian

ini merupakan bentuk penyampaian amanat, yaitu (1) bentuk penyampaian langsung

(amanat tersurat); (2) dan bentuk penyampaian tidak langsung (amanat tersirat).

Amanat Tersurat

Amanat tersurat dapat ditemukan dalam kedua dongeng, yakni 4 pesan dalam TC

dan 7 pesan dalam BPBM. Perbandingan amanat tersurat yang ditemukan dari dua

dongeng terdapat hasil seperti tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Amanat tersurat dalam dongeng TC dan BPBM

No. Tam Cam Bawang Putih dan Bawang Merah

Amanat tersurat yang sama

1 Harus adil dan kasih sayang kepada anak,

baik anak kandung maupun anak tiri

Harus adil dan kasih sayang kepada anak, baik

anak kandung maupun anak tiri

2 Kebaikan dan rajin Kebaikan dan rajin

Amanat tersurat yang beda

3 jangan mudah percaya kepada orang lain

tanpa berpikir panjang

Sesama saudar harus saling tolong menolong

dan tidak boleh ada iri hati

4 Keselahan Orang malas dan tidak sabar akan tidak

meneerima kesayangan dari orang lain

5 Kesulitan dalam kehidupan ketika tidak ada

orang tua, jadi harus menyayangi dan

menghargai orang tua.

26

6 Selalu bersedia tolong menolong orang lain

Doa dan percaya pada aturan Tuhan

Data tabel 4 menunjukkan dalam kedua dongeng tidak hanya memiliki pesan-

pesan yang berbeda, tetapi juga ada beberapa pesan yang sama. Pesan yang sama

ditemukan dari dua dongeng adalah 2, yaitu (1) harus adil dan kasih sayang kepada

anak, baik anak kandung maupun anak tiri; (2) dan orang baik hati dan rajin akan

disayangi orang lain. Persamaan (1) dibuktikan pada penggalan cerita di bawah ini.

“Tấm là con vợ cả, Cám là con vợ lẽ. Mẹ Tấm đã chết từ hồi Tấm còn bé. Sau đó mấy năm thì cha

Tấm cũng chết. Tấm ở với dì ghẻ là mẹ của Cám. Dì ghẻ là người rất cay nghiệt. Hằng ngày, Tấm

phải làm lụng vất vả, hết chăn trâu, gánh nước, đến thái khoai, vớt bèo; đêm lại còn xay lúa giã

gạo mà không hết việc. Trong khi đó thì Cám được mẹ nuông chiều, được ăn trắng mặc trơn, suốt

ngày quanh quẩn ở nhà không phải làm việc nặng.” (Tam adalah anak dari istri pertama, Cam

adalah anak dari selir. Ibu Tam meninggal saat Tam kecil. Beberapa tahun kemudian, ayah Tam juga

meninggal. Tam tinggal bersama ibu tirinya - ibu kandung Cam. Ibu tiri Tam adalah orang yang

sangat kejam. Setiap hari, Tam dibebankan semua pekerjaan, seperti menggembala kerbau,

memgambil air, memotong kentang, dan sebagainya. Kemudian, Tam menggiling padi dan

menumbuk beras sampai malam tanpa menyelesaikan pekerjaan. Sedangkan, Cam dimanjakan

oleh ibunya, bisa berpakaian indah, dan di rumah seharian tanpa melakukan pekerjaan apa

pun.) (D1/TC/A/2014/Hal65)

“Di Desa Dadapan ada seorang janda bernama Mbok Rondo Dadapan. Ia mempunyai dua orang

anak perempuan. Satu anak kandung bernama Bawang Merah dan satu anak tiri bernama Bawang

Putih.

Mbok Rondo Dadapan sangat memanjakan Bawang Merah, sedangkan Bawang putih

diperlakukan buruk. Semua pekerjaan rumah, seperti mencuci, memasak, dan menyepu

dibebankan pada Bawang Putih. Jika melakukan kesalahan sedikit saja, Bawang Putih diberi

hukuman berat.” (D1/BPBM/A/2019/Hal190)

Pesan harus adil dan kasih sayang kepada anak, baik anak kandung maupun anak

tiri dalam kedua dongeng yang diwujudkan di paragraf akhir. Pada paragraf akhir,

oposisi perilaku ibu tiri terhadap kedua anaknya ditunjukkan secara jelas, yakni anak tiri

dibebankan semua pekerjaan, sedangkan anak kandung dimanjakan. Pesan tersebut

menyampaikan seorang ibu harus adil dan kasih sayang kepada anak, baik anak kandung

maupun anak tiri. Selain itu, persamaan pesan kebaikan dan rajin dapat dilihat melalui

kode data (D5/TC/A/2014/Hal71) dalam TC dan (D3/BPBM/A/2019/Hal192) dalam

BPBM. Pesan ini mengajarkan manusia bahwa seorang baik hati dan rajin akan

dibantuan dan disayangi orang lain.

Di samping itu, masing-masing dongeng memiliki pesan-pesan yang berbeda,

yaitu dalam TC adalah (1) mudah percaya tanpa pikir panjang; (2) dan kesalehan;

27

sedangkan, dalam BPBM adalah (1) iri hati; (2) malas; (3) kehidupan tanpa orang tua;

(4) tolong-menolong; (5) dan doa dan percaya pada pengaturan Tuhan. Pesan mudah

percaya tanpa pikir panjang dalam TC diwujudkan secara langsung dapat dilihat pada

kutipan berikut.

“Nghĩ ra được một mưu, mụ dì ghẻ bảo Tấm:”

“Trước đây con quen trèo cau, con hãy trèo xé lấy một buồng để cúng bố.”

“Tấm vâng lời trèo lên cây cau. Lúc lên đến sát buồng thì ở dưới này mụ dì cầm dao đẵng

gốc” “Thấy cây rung chuyển, Tấm hỏi:”

“Dì làm gì dưới gốc thế?”

“Gốc cau lắm kiến, dì đuổi kiến cho nó khỏi lên đốt con.”

“Nhưng Tấm chưa kịp xé cau thì cây đã đổ, Tấm ngã lộn cổ xuống ao, chết.”

(Ibu tiri berkata:

“Dulu, kamu terbiasa memanjat pohon pinang, jadi kamu menmanjat pohon pinang aja dan

ambil buahnya untuk mempersempahkan ayahmu.”

Tam mengikuti kata-kata ibu tiri. Namun, ketika Tam sampai di puncak pohon pinang, ibu tiri

di bawah menebang pohon pinang. Merasa goyangan pohon, Tam bertanya:

“Ibu sedang apa di bawah pohon?”

“Pohonnya banyak semut, ibu mengejar semut agar mereka tidak mengigitmu.”

Namun, sebelum Tam sempat merobek pinang, pohon itu tumbang, Tam jatuh pada danau dan

mati.) (D3/TC/A/2014/Hal69)

Dari kutipan di atas, pesan tersebut ditemukan melalui kelakukan menebang

pohon pinang dari ibu tiri, tetapi menipu Tam bahwa dia sedang membantu Tam

mengejar semut. Akan tetapi, Tam memilih percaya pada kata ibu tiri, percayaan itu

telah membunuh Tam. Pesan tersebut menyampaikan bahwa jangan mudah percaya

kepada orang lain tanpa berpikir panjang. Selain itu, pesan kesalehan dapat dilihat pada

kode data (D4/TC/A/2014/Hal69) dengan makna setiap orang harus mempunyai

kesalehan dengan orang tua meskipun telah menjadi kaya.

Selanjutnya, dari data amanat tersurat yang berbeda dipaparkan pada tabel 4

memifestasi BPBM memiliki jumlah pesan disampaikan secara langsung lebih banyak.

Salah satu pesan yang berbeda yang menonjol dalam BPBM merupakan doa dan

percaya pada pengaturan Tuhan, hal ini dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Mungkin semua ini sudah menjadi kehendak Tuhan Yang Mahakuasa. Aku harus tabah

menghadapi semua cobaan ini. Semoga tuhan selalu melindungiku, gumam Bawang Putih”

(D7/BPBM/A/2019/Hal191)

Pesan tersebut menyampaikan bahwa semua hal terjadi dalam kehidupan adalah

cobaan dari Tuhan, jangan lupa doa dan tetap tabah menghadapi kesulitan. Selain itu,

empat pesan yang beda dengan TC dalam BPBM juga dilihat melalui kode data, yakni

(1) (D2/BPBM/A/2019/Hal190) iri hati berarti sesama saudar harus saling tolong-

28

menolong dan tidak boleh ada iri hati; (2) (D4/BPBM/A/2019/Hal193) malas

mewujudkan orang malas dan tidak sabar akan tidak menerima kesayangan dari orang

lain; (3) (D5/BPBM/A/2019/Hal191) kehidupan tanpa orang tua menyampaikan

kehidupan ketika tidak ada orang tua dapat kesulitan, jadi harus menyayangi dan

menghargai orang tua; (4) dan (D6/BPBM/A/2019/Hal191) tolong-menolong menggajar

manusia selalu bersedia tolong-menolong orang lain.

Amanat Tersirat

Disamping amanat tersurat, kedua dongeng juga berada amanat tersirat, yaitu TC

dapat 3 pesan dan BPBM dapat 1 pesan. Perbandingan amanat tersirat yang ditemukan

dari dua dongeng terdapat hasil seperti tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Amanat tersirat dalam TC dan BPBM

No. Tam Cam Bawang Putih dan Bawang Merah

1 Baik dan buruk

Baik dan buruk

2 Kehidupan tanpa orang tua

3 Berusaha dan berjuang untuk mencapai tujuan

Dari data dalam tabel 5 merepresentasikan TC dan BPBM mempunyai satu pesan

disampaikan secara tidak langsung yang sama adalah baik dan buruk. Persama ini dapat

digambarkan pada kutipan-kutipan berikut.

“Một hôm Cám hỏi chị:” “Chị Tấm ơi chị Tấm, chị làm thế nào mà đẹp thế?”

“Tấm không đáp, chỉ hỏi lại:”

“Có muốn đẹp không để chị giúp?”

“Cám bằng lòng ngay. Tấm sai quân hầu đào một cái hố sâu và đun một nồi nước sôi. Tấm bảo

Cám xuống hố rồi sai quân hầu dội nước sôi vào hố. Cám chết. Mụ dì ghẻ thấy vậy cũng lăn đùng ra

chết.”

(Suatu hari Cam bertanya pada Tam:

“Kakak, bagaimana kamu bisa begitu cantik?”

Tam tidak menjawab pertanyaannya, hanya bertanya Cam:

“Apakah kamu ingin menjadi cantik seperti aku? Aku akan membantumu.”

Cam segera setuju. Tam memerintahkan pelayannya untuk menggali lubang yang dalam dan

merebus air, kemudian Tam menyuruh Cam untuk turun ke lubang dan menuangkan air mendidih ke

dalam lubang. Cam meninggal. Ketika ibu tiri melihat hal yang terjadi dengan anaknya, dia juga

mati.) (D9/TC/A/2014/Hal72)

“Mbok Rondo Dadapan sangat senang karena anaknya cepat kembali. Ia minta buluh bambu yang

dibawa oleh Bawang Merah dan membelanya. Ternyata buluh bambu itu tidak berisi emas ataupun

permata, tetapi berisi binatang berbisa. Mbok Rondo Dadapan dan Bawang Merah lari

ketakutan.

29

Sejak itu, Mbok Rondo Dadapan berlaku adil terhadap Bawang Putih dan Bawang Merah.

Bawang Merah pun tidak bertingkah buruk lagi. Ia menaruh rasa hormat kepada Bawang

Putih.” (D7/BPBM/A/2019/Hal194)

Pesan baik dan buruk dalam kedua dongeng yang diwujudkan pada hukuman

terhadap ibu tiri dan anak ibu tiri merupakan orang bersifat buruk, sedangkan anak tiri

sebagai orang baik diberikan hasil atau hal-hal yang baik. Hal ini ditunjukkan melalui

Cam dan ibu tiri dalam TC dapat kematian, sedangkan Tam mendapat kecantikan; atau

Bawang Merah dan ibu tiri dalam BPBM mendapat ketakutan dari hewan berbisa,

sedangkan Bawang Putih perilaku adil dari ibu tiri dan dihormati oleh Bawang Merah.

Selanjutnya, jika pada bentuk amanat tersurat BPBM terdapat pesan lebih banyak

daripada TC, pada bentuk amanat tersirat, BPBM hanya ditemukan satu, sedangkan TC

dapat tiga pesan. Selain pesan yang sama dengan BPBM di atas, TC mempunyai dua

pesan lain, yaitu kehidupan tanpa orang tua dan berusaha dan berjuang untuk mencapai

tujuan. Pesan berusaha dan berjuang untuk mencapai tujuan dilihat pada penggalan

cerita di bawah ini.

“Mẹ nó bảo đốt quách khung cửi rồi đem tro đi đổ cho rõ xa để được yên tâm. Về đến cung, Cám

làm như lời mẹ nói. Nó mang tro đã đốt đem đi đổ ở lề đường cách xa hoàng cung. Đống tro bên

đường lại mọc lên một cây thị cao lớn, cành lá sum suê. Đến mùa có quả, cây thị chỉ đậu được có một

quả...Từ trong quả thị chui ra một cô gái thân hình bé nhỏ như ngón tay nhưng chỉ trong chớp mắt đã

biến thành Tấm.”

(Ibu tiri menyuruh Cam membakar alat tenun dan membuang abunya di tempat yang jauh. Ketika

kembali ke istana, Cam melakukan apa yang dikatakan ibunya. Setelah membakar alat tenun, dia

membuang abu di pinggir jalan, tempat jauh dari istana. Dari abu itu tumpuhkan sebuah pohon yang

tinggi dan rimbun. Pada musim berbuah, pohon itu dapat menghasilkan hanya satu buah... Dari buah

itu keluar seorang gadis bertubuh kecil seperti jari, kemudian segera dia berubah menjadi Tam.)

(D8/TC/A/2014/Hal71)

Data di atas mengambarkan nafsu hidup dan mencapai kehidupan bahagia Tam

ketika menghadapi represif dari ibu tiri dan Cam. Hal ini dapat dibuktikan melalui

reinkarnasi berkali-kali Tam, dari alat tenun, pohon, buah dan akahirnya kembali bentuk

manusia. Pesan berusaha dan berjuang untuk mencapai tujuan menyampaikan jangan

menyerah nasib, mencoba yang terbaik untuk mencapai tujuan. Selain itu, pesan

kehidupan tanpa orang tua pada kode data (D6/TC/A/2014/Hal65) menyampaikan tanpa

orang tua kehidupan seorang akan terhadap kesulitan, jadi harus menyayangi dan

menghormati orang tua.

30

PEMBAHASAN

Bagian hasil penelitian telah menunjukkan bahwa (1) dari sisi motif terdapat (a)

motif yang sama; (b) motif yang sama, tetapi berbeda dalam sifatnya; (c) dan motif yang

beda; (2) dari sisi amanat terdapat (a) amanat tersurat; (b) dan amanat tersirat. Pada

bagaian ini, persamaan dan perbedaan motif dan amanat dapat dibahas untuk

menjelaskan penyebabnya.

Persamaan dan Perbedaan Motif

Persamaan dan perbedaan motif dalam TC dan BPBM dapat diterangkan dengan

menggunakan teori-teori terkait folklor dan berbagai penemuan berdasarkan latar sosial,

budaya yang ditemukan dari para ahli.

Penyebab adanya persamaan motif antara dua cerita prosa rakyat dapat dijelaskan

dengan dua kemungkinan, yaitu (1) monogenesis yang merupakan teori menyampaikan

bahwa suatu motif tertentu berasal dari satu daerah, kemudian diikuti prose difusi

(diffusion) atau penyebaran; (2) polygenesis merupakan teori yang berpandangan bahwa

motif-motif cerita merupakan penemuan-penemuan sendiri atau sejajar di tempat-tempat

yang berlainan pada masa yang berlaian maupun bersamaan (Danandjaja, 1994; dan

Taum, 2011). Hasil penelitian dikemukakan TC dan BPBM termasuk kedua asumsi

tersebut, kerana cerita bertipe Cinderella kemungkinan muncul pertama kali di Mesir,

selainnya tipe cerita ini juga ditemukan dalam kisah 1001 malam, setelah itu disebarkan

kepada negara lain, termasuk Asia Tenggara (Đắc, 2001). Selanjutnya, motif masing-

masing dongeng diciptakan masyarakat yang sesuai dengan pandangan serta budayanya.

Di samping itu, dilihat dari segi latar social, motif ibu tiri dan anak tiri adalah tokoh

utama yang merepresentasikan sebuah konflik sosial memiliki sifat berjuang. Konflik ini

merupakan simbol dalam masyarakat mempunyai sistem patriarki (Đắc, 2001; Khánh,

2003; dan Trị, 2003). Selain itu, Đắc (2001) menyatakan bahwa suatu motif yang

disebarkan dari mulut ke mulut, kemudian menjadi motif yang populer dan berulang

berkali-kali pada beberapa cerita di suatu masyarakat tertentu adalah motif memiliki

sifat menarik dan sesuai dengan pandangan masyarakat itu. Pedapat Nguyen Tan Dac

31

sesuai dengan teori survival kebudayaan dinyatakan oleh Andrew Lang (dalam

Danandjaja, 1994) bahwa setiap kebudayaan di dunia ini mempunyai kemampuan untuk

berevolusi. Oleh karena itu, masing-masing kolektif mempunyai kemampuan untuk

melahirkan unsur-unsur kebudayaan yang sama dalam setiap taraf evolusi yang sama.

Oleh sebab itu, jika sampai ada motif cerita rakyat yang sama dari beberapa negara,

maka hal itu disebabkan masing-masing negera mempunyai kemampuan untuk

menciptanya secara berdiri sendiri maupun sejajar. Di samping itu, untuk sesuai dengan

pengalaman sejarah masing-masing kebudayaan, motif-motif yang sama dapat saja

makna berbeda (Taum, 2011).

Meskipun demikian, adanya perbedaan dalam pendapat antara dua ahli dari

Vietnam dan Indonesia dalam hal mengenai cerita rakyat beritipe cinderealla apakah

muncul di Asia Tenggara pulau. Menurut Đắc (1996), perbandingan dari dua cerita

rakyat atau lebih telah dilaksanakan khususnya di Asia Tenggara daratan dan belum

menemukan cerita bertipe Cinderella di kawasan Asia Tenggara pulau. Oleh sebab itu,

disimpulan bahwa kemungkinan tipe dan motif-motif cerita sebagai Cinderella tidak ada

di Asia Tenggara kawasan kepulauan, yaitu Malaysia, Indonesia dan Filipina. Sementara

itu, Danandjaja (1994) menyatakan bahwa dongeng biasa yang bertipe Cinderella di

Indonesia ada banyak, yaitu Ande-ande Lumut, Si Melati dan si Kecubung, Bawang

Putih dan Bawang Merah, dan sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian dan beberapa

uraian di atas, ditemukan hal yang menarik, yaitu adanya tipe ((type) cerita Cinderella di

Asia Tenggara kawasan kepulauan, terutama Indonesi. Hal ini dilihat melalui berbagai

motif yang sama antara TC dan BPBM. Selain itu, dari hasil penelitian temuan menerik

kedua adalah perbedaan dalam sifat motif penolong yang berjaib (Sang Buddha dalam

TC dan Buto Ijo dalam BPBM) di masing-masing dongeng merupakan hasil dari

pelokalan untuk sesuai dengan sudut pandang dan latar sosial-budaya setiap negara.

Persamaan dan Perbedaan Amanat

Perbandingan amanat dalam penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bentuk

penyampaian amanat (pesan moral). Hestiyana (2014) menyatakan amanat merupakan

32

ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan pengarang dalam sebuah karya sastra

serta mengandung suatu nilai atau pesan yang disampaikan oleh pengarang agar dapat

diambil nilai-nilai luhur bagi kehidupan (Hestiyana, 2014). Menurut Nurgiyantoro

(2015), cerita fiksi menawarkan pesan moral yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur

kemanusiaan, memperjuangkan hak dan martabat manusia. Sifat-sifat luhur kemanusia

tersebut pada hakikatnya bersifat universal. Selanjutnya, Nurgiyantoro (2015)

mengatakan bentuk penyampaian moral dalam cerita fiksi dapat dibebankan ke dalam

cara, yakni (1) bentuk penyampaian pesan secara langsung; (2) dan penyampaian pesan

tidak langsung. Bentuk penyampaian pesan langsung merupakan moral yang ingin

disampaikan, atau diajarkan pada pembaca itu dilakukan langsung dan eksplisit,

sedangkan bentuk penyampaian pesan tidak langsung merupakan pesan yang tersirat

dalam cerita, berpadu secari koherensif dengan unsur-unsur cerita yang lain

(Nurgiyantoro, 2015).

Dari pendapat di atas, penelitian ini terdapat menemui adanya dua bentuk amanat

yang diacu. Di samping itu, pengambilan pesan dari dongeng untuk mengolongkan

maknanya disampaikan terhadap kesulitan karena dapat hambatan memahami dan

menangkap penyampaian pengerang. Hal ini dijelaskan Nurgiyantoro (2015) bahwa

pesan moral secara langsung biasanya terasa dipaksa dan kurang koherensif dengan

berbagai unsur yang lain. Keadaan itu justru akan mengurangi nilai literer karya yang

bersangkutan, sedangkan pesan moral tidak langsung pembaca belum tentu dapat

menangkap apa sesungguhnya yang dimaksudkan pengerang, paling tidak kemungkinan

terjadinya kesalahan tafsir berpeluang besar

Di samping itu, perbedaan amanat dalam antara dongeng dijelaskan oleh ciri dasar

sastra lisan. Rusyana (dalam Taum, 2011) mengemukakan ciri dasar sastra lisan, yaitu

(1) sastra lisan tergantung kepada penutur, pendengar, ruang dan waktu; (2) antara

penutur dan pendengar terjadi kontak fisik, sarana komunikasi dilengkapi para

linguistik; (3) dan bersifat anonim. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, disimpulan bahwa

berubah amanat dalam suatu dongeng disebabkan proses menyebarkan anatara penutur

33

dan pendengar. Hal ini sesuai dengan pendapat Sulistyorini dan Andalas (2017), ciri-ciri

dasar sastra lisan menegaskan bahwa sastra lisan itu dapat berkembang tergantung

penuturnya sehingga kadang-kadang memunculkan adanya versi. Hal ini terjadi karena

penyampaian dari penutur sampaikan secara lisan memmengaruhi munculnya teks cerita

yang beragam.

KESIMPULAN

Motif antara dua cerita rakyat TC dan BPBM mempunyai kesamaan dan

perbedaan dalam bentuk dan sifatnya, hal ini ditunjukkan melalui tiga bagian, (1) motif

yang sama; (2) motif yang sama, tetapi berbeda dalam sifatnya; (3) dan motif yang beda.

Persamaan dan perbedaan antara dua dongeng disebab oleh cara menyebarkan cerita dan

kemunculkan penemuan-penemuan sendiri atau sejajar di masing-masing negara pada

masa yang berlaian maupun bersamaan. Amanat dalam kedua dongeng terdapat (1)

amanat tersurat; (2) amanat tersirat. Persamaan dan perbedaan pesan-pesan ditemukan

disebabkan ciri-ciri dasar sastra lisan, ebih jelas adalah proses menyampaikan cerita dari

mulut ke mulut.

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, terdapat dua hal yang menarik,

yaitu (1) adanya tipe (type) cerita Cinderella di Asia Tenggara pulau, terutama di

Indonesi; (2) dan perbedaan dalam sifat dari motif di masing-masing dongeng

merupakan hasil dari pelokalan untuk sesuai dengan pengalaman sejarah, kebudayaan

tiap-tiap negara, misalnya motif penolong yang berjaib (Sang Buddha dalam TC dan

Buto Ijo dalam BPBM).

SARAN

Perbandingan motif dalam dongeng TC dan BPBM masih ada banyak aspek

belum diteliti, misalnya simbol dalam motif penolong dalam TC dan BPBM berdasarkan

teori semiotika, motif ibu tiri dan latar sosial-budaya, dan sebagainya. Di samping itu,

penelitian ini dapat sebagai rujukan untuk pembelajaran sastra Asia Tenggara, sekaligus

sebagai rujukan bagi mahasiswa yang berniat mempelajari cerita rakyat negara-negara

Asia Tenggara khususnya Vietnam dan Indonesia.

34

DAFTAR PUSTAKA

A.Teeuw. (2013). Sastra dan ilmu sastra. PT. dunia Pustaka Jaya.

Aarne’s, A., & Thompson, S. (1961). The Types of Folktale; a Classification and

Bibliography (Revisi ked). Helsinki, Soumalainen Tiedeakatemia Academic

Scientirarum Fennica.

Amir, A. (2013). Sastra lisan Indonesia (P. Christian (ed.)). CV ANDI OFFSET

(penerbit ANDI).

Anjarwati, P. (2017). Perbandingan Dongeng Jepang Komebuki Awabuki「こめぶきあわぶき」dengan Dongeng Indonesia Bawang Merah Bawang Putih 「こめぶきあわぶき」という日本の昔話と「Bawang Merah Bawang Putih」というイン ド ネ シ ア の 昔 話 の 比 較 [Universitas Diponegoro Semarang].

http://eprints.undip.ac.id/58634/

Đắc, N. T. (1996). Mối Giao Lưu và Tương Tác Văn Hóa Giữa Các Dân Tộc Ở Đông

Nam Á Qua Kiểu Truyện Tấm Cám. Tạp Chí Văn Học, 6, 19–23.

Đắc, N. T. (2001). Truyện Kể Dân Gian: Đọc Bằng Type và Motif. Nhà Xuất Bản Khoa

Học Xã Hội.

Damono, S. D. (2005). Pegangan Penelitan Sastra Bandingan. Jakarta: Pusat Bahasa.

Danandjaja, J. (1994). Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain Lain (IV).

Jakarta: Pusat Grafitipers.

Dari, W. (2017). Analisis Persamaan Dongeng Hase - Hime dengan Dongeng Bawang

Putih Bawang Merah Dilihat dari Segi Struktural [Universitas Sumatera Utara].

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/5907

Diên, C. X. (2003). Truyện Cổ Tích. In Văn Học Dân Gian: Những Công Trình nghiên

Cứu (IV, pp. 204–207). Hà Nội: Giáo dục.

Endraswara, S. (2011). Metodologi Penelitian Sastra bandingan. Bukupop.

Endraswara, S. (2013). Teori Kritik Sastra. Yogyakarta: CAPS (Center Academic

Publishing Service).

Fananie, Z. (2000). Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University perss.

Febrianti, B. K. (2019). Perbandingan Cerita “Semangka Emas” dengan Cerita “Bawang

Merah Bawang Putih.” Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra: Tuah Talino, 13(1), 25–

40.

Hestiyana. (2014). Tema dan Amanat Cerita Rakyat di Kecamatan Karang Intan,

Kabupaten Banjar. Sirok Bastra Jurnal Kebahasaan Dan Kesastraan, 2(2), 121–

210. https://doi.org/2354-7200

Kasim, R. (1996). Sastra Bandingan; Ruang Lingkup dan Metode. Depdikbud.

Khánh, Đ. G. (2003). Về Truyện Tấm “Cám.” In B. M. Nhị, H. Q. Hùng, & Nguyễn Thị

Ngọc Điệp (Eds.), Văn Học Dân Gian: Những Công Trình nghiên Cứu (IV, pp.

230–234). Hà Nội: Giáo dục.

Laily N, N. (2015). Perbandingan Perwatakan dan Nilai-Nilai Moral dalam Dongeng

Frau Holle dan Bawang Merah Bawang Putih : Kajian Sastra Bandingan.

Loan, T. T. T. (2020). So sánh kiểu truyện ngườii con riêng Khmer Nam Bộ với các

truyện cùng type của các dân tộc khác. Tạp Chí Nghiên Cứu Văn Học (Literary

35

Studies), 3(577), 70–81.

Luận, P. T., Thìn, L. N., & Toán, B. M. (2014). Ngữ văn lớp 10, tập 1. Nhà xuất bản

giáo dục Việt Nam.

https://drive.google.com/file/d/1Qq5glQKavM_2QSsrxahvMMW4QTnxdVHx/vie

w

Miharja, R. (2012). Buku Pintar Sastra Indonesia. Jakarta: Laskar Aksara.

Mujib, A. (2009). Hubungan Bahasa dan Kebudayaan (Perspektif Sosialinguistik).

Adabiyyāt, 8, No.1. http://ejournal.uin-

suka.ac.id/adab/Adabiyyat/article/viewFile/654/591

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Nurgiyantoro, B. (2015). Teori Pengkajian Fiksi (XI). Gajah Mada University Press.

Purwadi. (2009). Folklor Jawa (I). Pura Pustaka Yogyakarta.

Ratna, N. K. (2015). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Cetakan XIII.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Remak, H. H. . (1990). “Sastra Bandingan: Takrif dan Fungsi” dalam Sastra

Perbandingan Kaedah dan Persfektif. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Setyorini, K. A. (2020). Perbandingan Cerita Rakyat Bawang Merah Bawang Putih dan

Bamei Liangmei. Century, VIII(1), 68–75. https://doi.org/10.9744/century.8.1.68-

75

Sulistyorini, D., & Andalas, E. F. (2017). Sastra Lisan: Kajian Teori dan Penerapannya

dalam Penelitian. Madani: Kelompok Intrans Publishing.

Sumiyadi. (2012). Praktik Pengkajian Sastra Bandingan Puisi, Prosa, Drama. (Jurusan

Pe).

Surgiarto, E. (2005). Mengenal Sastra Lama. “Dongeng Bawang Putih-Bawang Merah

“. Yogyakarta: C.V Andi Offs.

Taum, Y. Y. (2011). Studi Satra Lisan: Sejarah, Teori, Metode dan Pendekatan Disertai

Contoh Penerapnnya (I). Penerbit LAMALERA.

Thi, Đ. T. (2008). So Sánh Kiểu Truyện Cô Lọ Lem của Một Số Dân Tộc Miền Nam

Trung Quốc với Kiểu Truyện Tấm Cám của Việt Nam.

https://repository.vnu.edu.vn/flowpaper/simple_document.php?subfolder=22/35/58

/&doc=22355889668445095155876216450399388543&bitsid=73a2ffcc-abd1-

40cb-9d23-e5c226f072ff&uid=

Thompson, S. (1958). Motif-Index of Folk Literature: A Classification of Narrative

Elements in Folktales, Ballads, Myths, Fables, Mediaeval Romances, Exempla,

Fabliaux, Jest-Books, and Local Legends. In Bloomington, Indiana,. Published on

the Internet, 2016.

https://fr.wikipedia.org/w/index.php?title=Stith_Thompson&oldid=122862518

Tim Charissa. (2019). Kumpulan Dongeng Nusantara Terpopuler Dari 34 Provinsi.

Yogyakarta : Charissa Publisher.

Trang, N. T. T. (2017). Type Truyện Cô Lọ Lem ở Việt Nam và Một Số Nước Châu Á.

In Kỷ yếu Hội thảo khoa học quốc tế Nghiên cứu và giảng dạy Việt Nam học (pp.

1111–1120). Nxb Đại học Quốc gia TP. Hồ Chí Minh, Tp. Hồ Chí Minh.

36

Trị, Đ. B. (2003). Hướng Dẫn Tìm Hiểu Truyện “Tấm Cám.” In B. M. Nhị, H. Q. Hùng,

& N. T. N. Điệp (Eds.), Văn Học Dân Gian: Những Công Trình Nghiên Cứu Dân

Gian (IV, pp. 235–240). Hà Nội.

Wellek, R., Warren, A., & Budianta, M. (2014). Teori Kesusastraan. PT Gramedia

Pustaka Utama.

Winarno, S. (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Tarsito,

Bandung.

Yulianto, A. (2019). Representation of Social Attitude and Local Trust in the Folklore

Dayak Bakumpai in South Kalimantan. Jurnal Lingko : Jurnal Kebahasaan Dan

Kesastraan, 1(2), 111–124. https://doi.org/10.26499/jl.v1i2.28

37

LAMPIRAN

38

Lampiran 1

Judul Dongeng : Tam Cam

Pengarang : Nguyen Dong Chi

Buku percetakan: Buku Bahasa dan Sastra Vietnam SMA kelas X (1)

Penerbit : Departemen Pendidikan Nasional Vietnam

Tahun Terbit : 2014

Halaman : 65 – 72

SINOPSIS

Ayah dan Ibu kandung Tam meninggal, Tam tinggal bersama ibu tiri dan putri ibu

tirinya yang bernama Cam. Tam diperlakukan buruk oleh ibu tiri dan Cam. Suatu hari,

Tam dan Cam pergi menangkap ikan dan udang, Cam malas hanya bermain dan

akhirnya tidak ada satu pun ikan, udang ditangkap. Dia takut dimarahi oleh ibunya, jadi

dia menipu Tam untuk mendapatkan semua ikan dan udang di keranjangnya. Tam

melihat keranjang, semua ikan dan udang diambilkan, tiada satu pun tersisa, dia

menangis. Dengarkan Tam menangis, Sang Buddha muncul dan menunjukkan seekor

ikan goby yang ditinggal dalam keranjang dan beliau menyuruh Tam memelihara ikan

goby itu setiap hari. Suatu hari, ibu tiri dan Cam tahu, kemudian mereka menyuruh Tam

menggembalakan kerbau jauh-jauh, sementara itu, mereka di rumah menangkap dan

memakan ikan goby. Ketika Tam mengetahuinya, dia menangis, Sang Buddha muncul

dan menyuruh Tam untuk menemukan dan mengubur tulang goby di empat kaki bahwa

tempat tidur. Tam tidak dapat menemukan tulang ikan di mana pun, seekor ayam jantan

muncul dan berkata bahwa dia akan menemukan tulang untuk membantunya jika Tam

memberinya padi.

Pada hari festival, ibu tiri dan Cam bersekongkol menCampur padi dengan beras

dan memaksa Tam di rumah untuk menggolongkan dua jenisnya supaya Tam tidak bisa

39

pergi ke festival. Tam merasa sedih, jadi dia menangis lagi, Sang Buddha muncul lagi

dan memanggil burung pipit untuk membantu Tam. Sang Budha menyuruh Tam untuk

menggali tulang goby yang terkubur dulu. Mengikuti kata-kata Sang Budha, Tam

dapatkan pakaian yang indah dari tulang goby dikuburkan dan pergi ke festival. Dalam

perjalanan ke festival, Tam kehilangan satu selop. Setelah itu, Sang Raja lewat tempat

yang Tam kehilangan selop. Sang Raja menemukan dan mengambil selop itu, kemudian,

Raja memerintahkan untuk menemukan orang yang kehilangan sepatu ini. Tam

mencoba dan sepatu itu muat dengan kaki Tam. Oleh karena itu, dia menjadi istri raja

dan tinggal di istana bersama raja.

Ibu tiri dan Cam merasa cemburu dan iri. Mereka menunggu Tam pulang pada

hari kematian ayahnya, meraka membujuk Tam untuk memanjat dan memetik pinang

dan menebang pohon dan Tam mati. Setelah itu, Cam memasuki istana untuk

menggantikan Tam. Setelah mati, Tam reinkarnasi menjadi burung, raja sangat

mencintai burung itu, jadi Cam membunuh burung. Burung mati sekali lagi menjadi

pohon, Sang raja membuat tempat tidur gantung di bawah pohon itu, dan tidak

memperhatikan Cam. Cam menebang pohon dan membuat alat tenun, tetapi ketika alat

tenun itu dipakai, dari alat tenun berbunyi yang menganCam Cam. Cam sangat takut

sehingga dia membakar alat tenun dan membuang abunya di tempat jauh.

Dari abunya, ditumbuh sebuah pohon, pohon itu hanya bersatu buah. Seorang

nenek yang lewat dan melihat buahnya, dia berkata: "buah!Buah! jatuhlah pada tasku,

ku simpan biar cium, tidak akan dimakan!" Buahnya langsung jatuh, dan Tam dari buah

itu keluar dan tinggal bersama nenek. Suatu hari, raja mampir di rumah nenek, melihat

buah pinang dibuat mirip dengan yang istrinya buat, jadi dia bertanya kepada nenek dan

menemukan Tam. Keduanya berjupa kembali.

Bagi ibu tiri dan Cam, ketika Tam kembali, Cam iri dengan kecantikannya. Cam

bertanya pada Tam bagaimana dapat kulit putih seperti Tam, jadi Tam menunjukkan

40

kepada Cam cara mandi dengan air panas. Cam mengikuti dan mati, ibu tiri melihat hal

itu dan mati juga.

Lampiran 2

Judul Dongeng : Bawang Putih dan Bawang Merah

Pengarang : Tim Charissa

Buku percetakan: Kumpulan Dongeng Nusantara Terpopuler dari 34 Provinsi

Penerbit : Charissa Publisher

Tahun Terbit : 2019

Cetakan : 1

Halaman : 190 – 195

SINOPSIS

Di Desa Dadapan ada seorang janda bernama Mbok Rondo Dadapan. Ia

mempenyai dua orang anak perempuan. Satu anak kandung bernama Bawang Merah

dan satu anak tiri bernama Bawang Putih. Bawang Putih anak yang baik, sedangkan

Bawang Merah pemalas.

Suatu hari, Bawang Putih disuruh mencuci pakaian di sungai, tetapi baju batik

Bawang Merah dihanyutkan di sungai. Bawang Putih dimarahi ibu tiri dan memaksa

Bawang Putih harus terus menyusuri sungai sampai dapatkan baju itu. Bawang Putih

mengikuti arus sungai hingga bertemu dengan nenek Buto Ijo yang menemukan baju

tersebut. Nenek Buto Ijoakan mengembalikan kain itu dengan syarat Bawang Putih ke

rumah dia dan membantu memasak.

Bawang Putih membantu nenek Buto Ijo semua pekerjaan rumah dan disuruh

nenek untuk bermalam rumahnya. Saat Bawang Putih pulang, nenek Buto Ijo itu

41

menawarkan sepotong bambu untuk Bawang Putih sebagai hadiah. Sesampainya di

rumah dengan sepotong bambu, Bawang Ptuh serahkan sepotong bambu itu kepada ibu

tirinya, ketika sepotong bambu dibelah, ternyata buluh bambu itu mengandung emas dan

permata.

Ibu tiri ingin dapat lebih banyak emas, kemudian menyuruh Bawang Merah

melakukan seperti yang dilakukan Bawang Putih, mencuci pakaian di sungai. Sampai

akhirnya Bawang Merah bertemu dengan nenek Buto Ijo itu. Tetapi Bawang Merah

tidak mau membantunya, nenek Buto Ijo sebal, kemudian dia kasih sepotong bambu dan

menyuruh Bawang Merah pulang. Di rumah, ibu tiri dan Bawang Merah membelah

buluh bambu itu, yang ternyata binatang berbisa. Segera mereka menyadari perbuatan

buruk mereka dan sejak itu mereka tidak bertingkah buruk terhadap Bawang Putih lagi.

42

Lampiran 3. Indikator Motif dan Amanat

No Fokus Permasalahan Aspek Kajian Indikator

1 Bagaimana persamaan dan perbedaan

motif yang mengerakan cerita pada

dongeng Bawang Putih dan Bawang

Merah dan dongeng Tam Cam?

Motif 1) Unsur-unsur suatu cerita

2) Unsur yang menonjol dan tidak biasa

sifatnya

3) Mendorong cerita ke arah peristiwa

4) Diri suatu motif dapat menjadi cerita

pendek

5) Mengesankan atau menghibur pendengar

6) Mempunyai daya tahan dalam tradisi

2 Bagaimana persamaan dan perbedaan

amanat cerita pada dongeng Bawang

Putih dan Bawang Merah dan dongeng

Tam Cam?

Amanat 1) Makna cerita yang disarankan lewat cerita

2) Pandangan hidup yang disampaikan cerita

3) Berhubungan dengan ajaran moral

tertentu yang bersifat praktis

43

Lampiran 4. Klasifikasi motif dalam buku Motifs-Index Thompson

No. Klasifikasi motif

1 A. Mythological Motifs Tidak dapat dalam kedua dongeng TC dan BPBM

2 B.Animal Motifs

(Motif-motif Binatang)

1) B0 - B99. Mythical animals (hewan mitos)

2) B100 - B199. Magic animals (hewan ajaib)

3) B200 - B299. Animals with human traits (hewan dengan sifat manusia)*

4) B300 - B349. Helpful animals-general (hewan yang menolong – umum)*

5) B350 - B399. Grateful animals (hewan yang bersyukur)

6) B400 - B499. Kinds of helpful animals (jenis-jenis hewan yang menolong)

7) B500 - B599. Services of helpful animals (bantuan hewan yang menolong)

8) B600 - B699. Marriage of person to animal (pernikahan manusia dengan hewan)

9) B700 - B799. Fanciful traits of animals (ciri-ciri hewan yang luar biasa)

10) B800 - B899. Miscellaneous animal motifs (aneka motif hewan)

3 C.Motifs of Taboo Tidak dapat dalam kedua dongeng TC dan BPBM

4 D.Magic

(Motif-motif tentang sihir/gaib)

1) D0-D699. Transformation (transformasi)

2) D800 - D1699. Magic objects (benda ajaib)*

3) D1700 - D2199. Magic powers and manifestations (kekuatan dan manifestasi sihir)

5 E.The Dead

(Motif-motif tentang kematian)

1) E0—E199. Resuscitation (resusitasi)

2) E200—E599. Ghosts and other revenants (hantu dan revenants lainnya)

3) E600—E699. Reincarnation (reinkarnasi)*

4) E700-E799. The soul (jiwa)

6 F.Marvels Tidak dapat dalam kedua dongeng TC dan BPBM

7 G.Ogres Tidak dapat dalam kedua dongeng TC dan BPBM

8 H.Tests

(Motif-motif tentang ujian)

1) H0—H199. Identity tests: recognition (test identitas)*

2) H200—H299. Tests of truth (ujian kebenaran)

3) H300—H499. Marriage tests (ujian pernikahan)

4) H500—H899. Tests of cleverness (ujian kepintaran)

5) H900—H1199. Tests of prowess: tasks (tes kemampuan: tugas)

6) H1200—H1399. Tests of prowess: quests (tes kemampuan: permintaan)

7) H1400—H1599. Other tests (tes/ujian yang lain)*

9 J.The Wise and the Fools Tidak dapat dalam kedua dongeng TC dan BPBM

44

10 K.Deceptions Tidak dapat dalam kedua dongeng TC dan BPBM

11 L.Reversals of fortune

(Pembalikan keberuntungan/tokoh)

1) L0—L99. Victorious youngest child (anak bungsu yang menang)*

2) L200—L299. Modesty brings reward (dapatkan pahala oleh kerendahhatian

3) L300—L399. Triumph of the weak (kemenangan dari yang lemah)

4) L400—L499. Pride brought low (kebanggaan dihinakan)

12 M.Ordaining the Future Tidak dapat dalam kedua dongeng TC dan BPBM

13 N.Chance and Fate

(Kesempatan dan Takdir)

1) N0—N99. Wagers and gambling (taruhan dan perjudian)

2) N100—N299. The ways of luck and fate (keberuntungan dan nasib)

3) N300—N399. Unlucky accidents (kecelakaan yang buruk)

4) N400—N699. Lucky accidents (kecelakaan beruntung)

5) N500—N599. Treasure trove (harta karun)

6) N600—N699. Other lucky accidents (kecelakaan beruntung lainnya)

7) N700—N799. Accidental encounters (pertemuan yang tidak disengaja)

8) N800—N899. Helpers (penolong)*

14 P.Society Tidak dapat dalam kedua dongeng TC dan BPBM

15 Q.Rewaards and punishments

(Penghargaan dan hukuman)

1) Q0. Rewards and punishments (penghargaan dan hukuman)

2) Q10—Q99. Deeds rewarded (perbuatan dihargai)*

3) Q100—Q199. Nature of rewards (sifat penghargaan)

4) Q200—Q399. Deeds punished (perbuatan dihukum)

5) Q400—Q599. Kinds of punishment (macam-macam hukuman)*

16 R.Captives and Fugtives Tidak dapat dalam kedua dongeng TC dan BPBM

17 S.Unnatural Cruelty

(Kekejaman yang tidak wajar)

1) S0—S99. Cruel relatives (kerabat yang kejam)*

2) S100—S199. Revolting murders or mutilations (pembunuhan atau mutilasi yang memuakkan)

3) S200—S299. Cruel sacrifices (pengorbanan yang kejam)

4) S300—S399. Abandoned or murdered children (anak-anak yang ditelantarkan atau dibunuh)

5) S400—S499. Cruel persecutions (penganiayaan yang kejam)

18 T.Sex

(Seks)

1) T0—T99. Love (cinta)*

2) T100—T199. Marriage (pernikahan)

3) T200—T299. Married life (kehidupan pernikahan)

4) T300—T399. Chastity and celibacy (kemurnian dan selibat)

5) T400—T499. Illicit sexual relations (hubungan seksual terlarang)

6) T500—T599. Conception and birth (konsepsi dan kelahiran)

7) T600—T699. Care of children (perawatan anak)

19 U.The Natural of Life Tidak dapat dalam kedua dongeng TC dan BPBM

45

20 V.Religion Tidak dapat dalam kedua dongeng TC dan BPBM

21 W.Traits of Character

(Karakter Tokoh)

1) W0—W99. Favorable traits of character (ciri-ciri karakter yang baik)*

2) W100—W199. Unfavorable traits of character (ciri-ciri karakter yang buruk)*

3) W200—W299. Traits of character—miscellaneous (macam-macam karakter)

22 X.Humor Tidak dapat dalam kedua dongeng TC dan BPBM

23 Z.Miscellaneous groups of motifs Tidak dapat dalam kedua dongeng TC dan BPBM

Keterangan:

*: Motif-motif berada dalam kedua dongeng TC dan BPBM

Lampiran5. Indikartor berbagai motif ditemukan dalam kedua dongeng

No Macam Motif Indikator

1 Hewan dengan sifat manusia Dapat kemampuan berbicara, berpikir, dan lain-lainnya sebgai manusia

2 Hewan yang menolong Dapat membantu tokoh menyelesaikan atau memberikan sesuatu untuk menyelesaikan

tugas/ujian.

3 Benda ajaib 1) Benda-benda yang berajaib

2) Dapat dari penolong yang supernatural, hewan menolong, atau adalah hadiah

dari seseorang.

4 Reinkarnasi 1) Kelahiran kembali

2) Penjelmaan kembali ke dalam bentuk atau tubuh lain setelah mati

5 Test identitas Tes untuk mengidentifikasi seseorang yang layak dengan pahala atau bantuan orang lain

6 Penolong Tokoh menolong tokoh utama untuk menyelesaikan tugasnya, yaitu

1) Seseorang memberikan benda ajaib

2) Tuhan/Dewa memberikan ajaran atau benda ajaib

3) Hewan luar biasa memberikan benda ajaib

4) Dan lain-lainnya

46

7 Hukuman 1) Siksa dan sebagainya yang dikenakan kepada orang yang buruk atau melakukan

buruk

2) Hasil atau akibat perbuatan buruk

47

Lampiran 6. Konstruksi motif dan amanat dalam dongeng Tam Cam

No Kode

motif

dalam

buku

Indeks-

Motif

Thomps

on

Motif Data Kode Data Interpretasi Deskripsi

1 B210 Speaking

animals (hewan

bisa berbicara)

Tấm trở về theo lời dặn của Bụt đi tìm xương

bống, nhưng tìm mãi các xó vườn góc sân mà

không thấy đâu cả. Một con gà thấy thế, bảo

Tấm:

“Cục ta cục tác! Cho ta nắm thóc, ta bới xương

cho!”

Tấm bốc nắm thóc ném cho gà. Gà chạy vào

bếp bới một lúc thì được xương ngay.

(Mengikuti kata-kata Sang budha, Tam pulang

untuk mencari tulang ikan goby, tetapi tidak

dapatkan tulangnya, padahal sudah mencarikan

di seluruh sudut Taman. Seekor ayam jantan

muncul dan berkata:

- Petok! petok! Berilah aku segenggam padi,

tulangnya akan aku menggali!

Tam berikan padi kepada ayam. Setelah itu,

ayam jantan berlari ke dapur dan menggali

sebentar, lalu langsung tulang ditemukan.)

D1/TC/M/2014/Hal67 Bantuan dari

hewan ajaib

Ayam jantan yang bisa berbicara

merupakan salah satu motif hewan luar

biasa. Berkat bantuan ayam ini, tulang

ikan goby telah ditemukan, kemudian

tulang itu dikaburkan bawah kaki

ranjang, ini adalah sebuah motif yang

kecil dalam cerita dan ayam itu hanya

muncul sekali tetapi peristiwa ini

berfungsi mengarah pada alur cerita

maju ke peristiwa yang kemudian,

yaitu peristiwa Tam pergi ke Festival.

2 B300 –

B349

Helpful animals

(hewan yang

menolong)

Tự nhiên ở trên không có một đàn chim sẻ đáp

xuống sân nhặt thóc ra một đằng, gạo ra một

nẻo. Chúng nó lăng xăng ríu rít chỉ trong một

lát đã làm xong, không suy suyển một hạt.

(Dari langit, sekawanan burung pipit mendarat

di halaman. Hanya dalam beberapa saat, padi

dan beras telah selesaikan digolongkan dan

tanpa memindahkan sebutir pun.)

D2/TC/M/2014/Hal68 Hewan (burung

dan ikan goby)

yang diberikan

Tuhan berfungsi

tolong menolong

tokoh utama-Tam

Karena ibu tiri dan Cam tidak ingin

Tam mengikuti ke festival, meraka

mencampur padi dengan beras dan

memaksakan Tam di rumah untuk

menggolongkan dua jenisnya. Sang

Budha memanggil burung pipit untuk

membantu Tam menggolongkan beras

dan padi.

48

Tấm theo lời Bụt thả bống xuống giếng. Rồi từ

hôm ấy trở đi, cứ sau bữa ăn, Tấm đều để dành

cơm giấu đưa ra cho bống. Mỗi lần nghe lời

Tấm gọi, bống lại ngoi lên mặt nước đớp những

hạt cơm của Tấm ném xuống. Người và cá ngày

một quen nhau, và bống ngày một lớn lên trông

thấy.

(Tam mengikuti kata-kata Sang Buddha, dia

memelihara ikan goby dalam sumur. Sejak hari

itu, setiap hari, Tam menyimpan nasi dan

memberikan kepada ikan goby. Setiap kali

mendengar panggilan Tam, ikan muncul ke

permukaan air untuk makan nasi yang dilempar

Tam. Orang dan ikan semakin mengenal satu

sama lain, dan ikan goby tumbuh semakin

besar.)

D3/TC/M/2014/Hal66 Tam memelihari ikan goby, ikan goby

berkemampuan memahami kata-kata

manusia. Oleh karena itu, setiap hari

dengarkan panggilan Tam, ikan goby

akan menimbulkan dan makan nasi

dikasih Tam. Tam dan ikan goby

makin hari makin akrab.

3 D811 Magic object

recived from

God (Benda

ajaib diterima

dari Tuhan)

Tấm vâng lời, đi đào các lọ lên. Đào lọ thứ nhất

lấy ra được một bộ áo mớ ba, một cái xống lụa,

một cái yếm lụa điều và một cái khăn nhiễu.

Đào lọ thứ hai lấy được một đôi giày thêu, đi

vừa như in. Lọ thứ ba đào lên thì thấy một con

ngựa bé tí, nhưng vừa đặt con ngựa xuống đất

bỗng chốc nó hí vang lên và biến thành ngựa

thật. Đào đến lọ cuối cùng thì lấy ra được một

bộ yên cương xinh xắn.

(Mengikuti kata-kata Sang Budha, Tam

menggali tempayan yang dikubur beberapa hari

yang dulu. Tempayan pertama, dapatkan

pakaian. Tempayan kedua dapatkan sepasang

sepatu bordir dengan ukuran pas. Tempayan

ketiga dapatkan seekor kuda kecil, tetapi ketika

kuda itu diletakkan di tanah, tiba-tiba ia berubah

menjadi kuda sungguhan. Tempayan terakhir,

dapatkan satu set pelana yang indah.)

D4/TC/M/2014/Hal68 Dapatkan

tempayan sebagai

benda ajaib dari

Tuhan (Sang

Buddha)

Sang Buddha memberi tahu Tam

tentang pakaian yang indah untuk dia

pakai ke festival bisa dapat dari

tempayan yang ada tulang ikan goby

yang dikubur dahulu. Hal ini sebagai

benda ajaib yang Tam diterima dari

Sang Buddha.

4 D1473 Magic object Đào lọ thứ nhất lấy ra được một bộ áo mớ ba, D5/TC/M/2014/Hal68 Pakaian diberikan Tulang ikan goby yang dikuburkan dulu

49

furnishes

clothes (benda

ajaib

mengeluarkan

pakaian)

một cái xống lụa, một cái yếm lụa điều và một

cái khăn nhiễu. Đào lọ thứ hai lấy được một đôi

giày thêu, đi vừa như in. (Tempayan pertama,

dapatkan pakaian. Tempayan kedua dapatkan

sepasang sepatu bordir dengan ukuran pas.)

dari Tuhan

melalui benda

ajaib

transformasi menjadi barang-barang

yang kebutuhan Tam untuk ke festival,

yaitu pakain , selop indah, dan seekor

kuda

5 E670 Repeated

reincarnation

(reinkarnasi

berulang)

Lại nói chuyện Tấm chết hóa thành chim vàng

anh.

(Tam meninggal, kemudian reinkarnasi dalam

bentuk burung.)

D6/TC/M/2014/Hal 70 Reinkarnasi

berkali-kali dari

tokoh utama

Reinkarnasi berkali-kali dari Tam, yaitu

dalam bentuk burung, pohon, alat tenun,

buah, dan akhirnya menjadi manusia.

Hal ini merupakan berusaha dalam

perjuangan untuk mendapat tujuannya-

kehidupan bahagia. Cám nhân lúc vua đi vắng, bắt chim làm thịt ăn,

rồi vứt lông chim ở ngoài vườn…Lông chim

vàng anh chôn ở vườn hóa ra hai cây xoan đào.

(Ketika raja keluar, Cam menangkap burung

untuk dimakan, lalu melemparkan bulu-bulu

burung itu itu di taman… Tempat bulu-bulu

burung dilemparkan tumbuhkan dua pohon.)

D7/TC/M/2014/Hal 70

Cám sai thợ chặt hai cây xoan đào lấy gỗ đóng

khung cửi.

(Cam memerintahkan orang lain untuk

menebang dua pohon cemara untuk ambil kayu

dan membuat alat tenun.)

D8/TC/M/2014/Hal 70

Mẹ nó bảo đốt quách khung cửi rồi đem tro đi

đổ cho rõ xa để được yên tâm. Về đến cung,

Cám làm như lời mẹ nói. Nó mang tro đã đốt

đem đi đổ ở lề đường cách xa hoàng cung.

Đống tro bên đường lại mọc lên một cây thị cao

lớn, cành lá sum suê. Đến mùa có quả, cây thị

chỉ đậu được có một quả...Từ trong quả thị chui

ra một cô gái thân hình bé nhỏ như ngón tay

nhưng chỉ trong chớp mắt đã biến thành Tấm.

(Ibu tiri menyuruh Cam membakar alat tenun

dan membuang abunya di tempat yang jauh.

Ketika kembali ke istana, Cam melakukan apa

yang dikatakan ibunya. Setelah membakar alat

D9/TC/M/2014/Hal 71

50

tenun, dia membuang abu di pinggir jalan,

tempat jauh dari istana. Dari abu itu tumpuhkan

sebuah pohon yang tinggi dan rimbun. Pada

musim berbuah, pohon itu dapat menghasilkan

hanya satu buah... Dari buah itu keluar seorang

gadis bertubuh kecil seperti jari, kemudian

segera dia berubah menjadi Tam.)

6 H35.2 Recognition by

unique cookery

(mengenali oleh

masakan unik)

Thấy trầu têm cánh phượng, vua sực nhớ tới

trầu vợ mình têm ngày trước cũng y như vậy,

liền phán hỏi:

“Trầu này ai têm?”

“Trầu này con gái già têm”, bà lão đáp.

“Con gái của bà đâu, gọi ra đây cho ta xem

mặt.”

Bà lão gọi Tấm ra, Tấm vừa xuất hiện, vua

nhận ra ngay vợ mình ngày trước, có phần trẻ

đẹp hơn xưa. Vua mừng quá, bảo bà hàng nước

kể lại sự tình, rồi truyền cho quân hầu đưa kiệu

rước Tấm về cung.

(Sang raja melihat pinang dan sirih yang dibuat

dalam bentuk sayap phoenix sangat mirip

dengan pinang dan sirih yang dibuat oleh

istrinya dulu, jadi dia bertanya:

“Siapa membuat pinang dan sirih ini?”

“Pinang dan sirih ini adalah putri saya yang

buat”, jawab nenek itu.

“Di mana putri anda? panggilkan dia ke sini

untuk saya mengenal.”

Nenek memanggil Tam keluar, Tam baru saja

muncul, Sang raja langsung mengenali istrinya,

agak lebih muda dan cantik dari sebelumnya.

Sang raja sangat bahagia, meminta nenek

menceritakan kisah itu, kemudian menjemput

Tam ke istana.)

D10/TC/M/2014/Hal71 Temukan dan

mengenali

bersama melalui

masakan unik

Sang Raja dan Tam mengenali dan

bertemu kembali melalui pinang dan

sirih yang masakan unik dari Tam. Hal

ini mewujudkan kecintaan Sang Raja

dan Tam

51

7 H36.1 Slipper test.

Indentification

by fitting of

slipper (ujian

dengan

selop/sepatu:

identifikasi

dengan

mencoba

selop/sepatu)

Nhưng khi Tấm đặt chân vào giày thì vừa như

in. Nàng mở khăn lấy chiếc thứ hai đi vào. Hai

chiếc giày giống nhau như đúc. Bọn lính hầu hò

reo vui mừng. Lập tức vua sai đoàn thị nữ rước

nàng vào cung.

(Tam mencoba selop dan selop itu pas dengan

kakinya. Dia membuka handuk dan mengambil

yang kedua. Kedua selop itu menjadi sepasang

selop yang indah. Para pelayan bersorak

gembira. Setelah itu, Sang Raja mejemput Tam

ke istana.)

D11/TC/M/2014/Hal69 Identifikasi

seorang dengan

ujian mencoba

selop

Sang Raja mencari istri melalui ujian

mencoba selop indah yang digungut

dalam perjalanan ke festival, dan Tam

menjadi istri Sang Raja karena

kakinya memuat dengan selop itu.

Ternyata selop yang pasdigungut Sang

Raja punya Tam.

8 L55 Step daughter

heroin (anak tiri

adalah tokoh

utama)

Ngày xưa, có Tấm và Cám là hai chị em cùng

cha khác mẹ. Hai chị em suýt soát tuổi nhau.

Tấm là con vợ cả, Cám là con vợ lẽ. Mẹ Tấm đã

chết từ hồi Tấm còn bé. Sau đó mấy năm thì cha

Tấm cũng chết. Tấm ở với dì ghẻ là mẹ của

Cám.

(Dahulu kala, ada Tam dan Cam yang

merupakan dua saudara perempuan sama ayah

tetapi ibunya berbeda. Kedua anak ini 51amper

seumuran. Tam adalah anak kandung istri

pertama, Cam adalah anak kandung selir. Ibu

Tam meninggal saat Tam kecil. Beberapa tahun

kemudian, ayah Tam juga meninggal. Tam

tinggal bersama ibu tirinya yang merupakan ibu

Cam)

D12/TC/M/2014/Hal65 Hubungan antara

tokoh-tokoh

dalam cerita,

yakni ibu tiri-anak

tiri, dan anak tiri-

anak ibu tiri

Tam menjadi anak tiri ketika

orangtuanya meninggal, dia tinggal

dengan ibu tiri dan anak ibu tiri.

9 N817 Deity as helper

(Penolong

merupakan

Tuhan/Dewa)

Bấy giờ Bụt đang ngồi trên tòa sen. Bỗng nghe

tiếng khóc của Tấm liền hiện xuống hỏi:

- Con làm sao lại khóc?

Tấm kể sự tình cho Bụt nghe. Bụt bảo:

- Thôi con hãy nín đi! Con thử nhìn vào giỏ xem

còn có gì nữa không?

(Saat itu, Sang Buddha sedang duduk di

singgasana teratai. Tiba-tiba, dia mendengar

tangisan Tam, dia muncul dan bertanya:

“Kenapa anda menangis?”

D13/TC/M/2014/Hal66 Bantuan dari

penolong, yaitu

But (Sang

Buddha) setiap

waktu Tam

membutuh

bantuan

Ketika Tam menghadapi dengan

kesulitan atau ketidakadilan dia

menangis, dan Sang Buddha muncul

untuk memberikan ajaran dan

membantu dia menyelesaikan

kesulitan, yaitu menggolokan beras

dan padi, memberikan pakaian indah,

dan sebagainya.

52

Kisah itu diceritakan kepada Sang Buddha,

Sang Budha berkata:

“Jangan menangis! Lihatlah keranjang anda

apakah ada yang tersisa?”)

Biết có sự chẳng lành cho bống, Tấm òa lên

khóc. Bụt lại hiện lên, hỏi:

- Con làm sao lại khóc?

Tấm kể sự tình cho Bụt nghe, Bụt bảo:

- Con bống của con người ta đã ăn thịt mất rồi.

Thôi con hãy nín đi. Rồi về nhặt lấy xương nó,

kiếm bốn cái lọ bỏ vào, đem chôn xuống dưới

bốn chân giường con nằm.

(Mengetahui ada yang tidak beres dengan ikan

goby, Tam menangis. Sang Buddha muncul dan

bertanya:

“Kenapa kamu menangis?”

Setelah kisah itu diceritakan kepada Sang

Buddha, Sang Buddha berkata:

“Gobymu telah dimakan. Jangan mengangis!

Cobalah kamu mencari tulangnya, kemudian

masukkan tulangnya ke dalam empat tempayan,

dan kubur di bawah empat kaki tempat

tidurmu.”

D14/TC/M/2014/Hal67

Tấm ngồi nhặt một lúc mà chỉ mới được một

nhúm, nghĩ rằng không biết bao giờ mới nhặt

xong, buồn bã, bèn khóc một mình. Giữa lúc ấy

Bụt hiện lên, hỏi:

- Con làm sao lại khóc?

Tấm chỉ vào cái thúng, thưa:

- Dì con bắt phải nhặt thóc cho ra thóc, gạo ra

gạo, rồi mới được đi xem hội. Lúc nhặt xong thì

hội đã tan rồi, còn gì nữa mà xem.

Bụt bảo:

- Con đừng khóc nữa. Con mang cái thúng đặt

ra giữa sân, để ta sai một đàn chim sẻ xuống

D15/TC/M/2014/Hal67

53

nhặt giúp.

(Tam menggolong beras dan padi secukup lama

tetapi hanya mendapat segenggam, berpikir

bahwa dia tidak akan bisa menyelesaikannya,

jadi dia sedih dan menangis sendirian. Sang

Buddha muncul dan bertanya:

“Kenapa kamu menangis?”

Tam menunjuk ke keranjang, dan berkata:

“Ibu tiri memaksa saya menggolong beras dan

padi, sampai selesai saya dapat mengikuti

festival. Akan tetapi, ketika saya menyelesaikan

menggolongkannya, festival sudah selesai.”

Sang Buddha berkata:

“Jangan menangis! Taruhlah keranjang di

halaman, saya akan memanggil sekawanan

burung pipit membantumu menggolongkan.”

54

Nhưng khi chim sẻ bay đi, Tấm lại nức nở khóc.

Bụt lại hỏi:

“Con làm sao còn khóc nữa?”

“Con rách rưới quá, sợ người ta không cho con

vào xem hội”

“Con hãy đào những cái lọ xương bống đã chôn

ngày trước lên thì sẽ có đủ mọi thứ cho con trẩy

hội.”

(Namun ketika burung pipit itu terbang

menjauh, Tam kembali terisak. Sang Buddha

bertanya lagi:

“Bagaimana kamu masih menangis?”

“Saya sangat compang-camping, saya khawatir

orang tidak akan membiarkan saya masuk

tempat festival”

“Galilah tempayang yang dikubur kamu

beberapa hari yang dulu, kamu akan dapat apa

yang kamu butuh untuk ke festival”)

D16/TC/M/2014/Hal68

10 Q411 Death as

punishment

(Kematian

sebagai

hukuman)

“Một hôm Cám hỏi chị:

“Chị Tấm ơi chị Tấm, chị làm thế nào mà đẹp

thế?”

Tấm không đáp, chỉ hỏi lại:

“Có muốn đẹp không để chị giúp?”

Cám bằng lòng ngay. Tấm sai quân hầu đào

một cái hố sâu và đun một nồi nước sôi. Tấm

bảo Cám xuống hố rồi sai quân hầu dội nước

sôi vào hố. Cám chết. Mụ dì ghẻ thấy vậy cũng

lăn đùng ra chết.”

(Suatu hari Cam bertanya pada Tam:

D17/TC/M/2014/Hal72 Orang yang

perbuatan buruk

akan dihukum

Ibu tiri dan Cam sangat kejam karena

telah lakukan buruk terhadap Tam, dan

membunuh dia berkali-kali. Oleh

karena itu, akhirnya ibu tiri dan Cam

dapat hukuman yang berat – mati.

55

“Kakak, bagaimana kamu bisa begitu cantik?”

Tam tidak menjawab pertanyaannya, hanya

bertanya Cam:

“Apakah kamu ingin menjadi cantik seperti

aku? Aku akan membantumu.”

Cam segera setuju. Tam memerintahkan

pelayannya untuk menggali lubang yang dalam

dan merebus air, kemudian Tam menyuruh Cam

untuk turun ke lubang dan menuangkan air

mendidih ke dalam lubang. Cam meninggal.

Ketika ibu tiri melihat hal yang terjadi dengan

anaknya, dia juga mati.)

11 S31. Cruel

Stepmother (Ibu

tiri yang kejam)

Dì ghẻ là người rất cay nghiệt. Hằng ngày, Tấm

phải làm lụng vất vả, hết chăn trâu, gánh nước,

đến thái khoai, vớt bèo; đêm lại còn xay lúa giã

gạo mà không hết việc. Trong khi đó thì Cám

được mẹ nuông chiều, được ăn trắng mặc trơn,

suốt ngày quanh quẩn ở nhà không phải làm

việc nặng. (Ibu tiri Tam adalah orang yang

sangat kejam. Setiap hari, Tam dibebankan

semua pekerjaan, seperti menggembala kerbau,

memgambil air, memotong kentang, dan lain-

lainnya. Kemudian, Tam menggiling padi dan

menumbuk beras sampai malam tanpa

menyelesaikan pekerjaan. Sedangkan, Cam

dimanjakan oleh ibunya, bisa berpakaian indah,

dan di rumah seharian tanpa melakukan

pekerjaan apa pun.)

D18/TC/M/2014/Hal65 Kekejaman ibu

tiri terhadap anak

tiri

Karena Tam bukan anak kandung, ibu

tiri melakukan buruk dan tidak adil

keapada dia, yaitu semua pekerjaan

rumah dibebankan Tam, sedangkan

anak kandungnya-Cam dimanjakan.

12 T11 Falling in love

with person

never seen

(jatuh cinta

dengan orang

yang belum

pernah bertemu)

Giữa lúc ấy thì đoàn xa giá cũng vừa tiến đến

chỗ lội. Hai con voi ngự dẫn đầu đoàn đến đây

tự nhiên cắm ngà xuống đất kêu rống lên không

chịu đi. Vua sai quân lính xuống nước thử tìm

xem; họ nhặt ngay được chiếc giày thêu của

Tấm đánh rơi lúc nãy. Vua ngắm nghía chiếc

giày không chán mắt, bụng bảo dạ: - "Chà, một

chiếc giày thật xinh! Người đi giày này hẳn phải

D19/TC/M/2014/Hal68 Selop/sepatu

sebagai benda

tanaman

kecintaan

Sang Raja jutuh cinta dengan Tam

meskipun belum pernah bertemu dia.

Sang Raja hanya melihat selop yang

indah sudah ingin menikah sama

pemiliknya. Hal ini menunjukkan ciri

yang luar biasa dari cinta.

56

là trang tuyệt sắc".

Lập tức vua hạ lệnh cho rao mời tất cả đám đàn

bà con gái đi xe hội đến ướm thử, hễ ai đi vừa

chiếc giày thì vua sẽ lấy làm vợ.

(Dalam perjalanan ke festival, ketika Sang Raja

sampai tempat yang Tam menjatuhkan

selopnya, kedua gajah yang memimpin

kelompok menancapkan gadingnya ke tanah dan

berteriak, menolak untuk pergi. Raja

memerintah tentaranya mencari dan

menemukan selop yang jatukan Tam tadi; Sang

Raja melihat selop itu tanpa bosan, dia berpikir:

“Wow, selop yang indah! Orang yang memakai

selop ini pasti cantik sekali.”

Segera, Sang Raja memerintahkan untuk

mengundang semua wanita dan gadis di festival

untuk mencoba, siapa pun yang memuat dengan

selop ini akan menjadi istrinya.)

13 W10 Kindness is a

trait of

character

(Kebaikan

sebagai karakter

tokoh)

Ngày nào bà lão cũng đi chợ vắng. Từ trong quả

thị chui ra một cô gái thân hình bé nhỏ như

ngón tay nhưng chỉ trong chớp mắt đã biến

thành Tấm. Tấm vừa bước ra đã cầm lấy chổi

quét dọn nhà cửa sạch sẽ, rồi đi vo gạo thổi

cơm, hái rau ở vườn nấu canh giúp bà hàng

nước. (Waktu Nenek pergi ke pasar, dari buah

itu seorang gadis yang tubuhnya sekecil jari

keluar, namun, segera dia berubah menjadi Tam.

Tam menyapu, membersihkan rumah, lalu

menyiap makanan, untuk Nenek.)

D20/TC/M/2014/Hal71 Tokoh bersifat

rajin dan baik hati

Tam membantu nenek membersihkan

rumah dan menyiapkan makanan,

walaupun dia belum pernah bertemu

dengan nenek tetapi selalu bersedia

membantu tanpa harapan dapat pahala.

Hal ini mewujudkan kebaikan Tam.

14 W181 Jealousy is a

trait of

character

(Kecemburuan

sebagai karakter

tokoh)

Mẹ con con Cám thấy Tấm sung sướng thì ghen

ghét để bụng. Nay thấy Tấm về, lòng ghen ghét

lại bừng bừng bốc lên. (Ibu tiri dan Cam melihat

Tam bahagia, mereka sangat membencinya.

Waktu Tam pulang rumah, kecemburuan

berkobar lagi.)

D21/TC/M/2014/Hal69 Tokoh bersifat

malas dan iri hati

Ibu tiri dan Cam selalu cemburu

dengan Tam ketika melihat Tam

mempunya kehidupan bahagia dan

kaya dalam istana dengan Sang Raja.

Tam semakin bahagia, Cam dan ibu tiri

semakin cemburu, sampai membunuh

57

Tam untuk ambil semua hal yang

memiliki Tam.

Amanat

No. Bentuk

penyam

paian

amanat

Amanat Data Kode data Inteprestasi Deskripsi

1 Tersurat Harus adil dan

kasih sayang

kepada anak,

baik anak

kandung

maupun anak

tiri

Tấm là con vợ cả, Cám là con vợ lẽ. Mẹ Tấm đã

chết từ hồi Tấm còn bé. Sau đó mấy năm thì cha

Tấm cũng chết. Tấm ở với dì ghẻ là mẹ của Cám.

Dì ghẻ là người rất cay nghiệt. Hằng ngày, Tấm

phải làm lụng vất vả, hết chăn trâu, gánh nước,

đến thái khoai, vớt bèo; đêm lại còn xay lúa giã

gạo mà không hết việc. Trong khi đó thì Cám

được mẹ nuông chiều, được ăn trắng mặc trơn,

suốt ngày quanh quẩn ở nhà không phải làm việc

nặng. (Tam adalah anak dari istri pertama, Cam

adalah anak dari selir. Ibu Tam meninggal saat

Tam kecil. Beberapa tahun kemudian, ayah Tam

juga meninggal. Tam tinggal bersama ibu tirinya -

ibu kandung Cam. Ibu tiri Tam adalah orang yang

sangat kejam. Setiap hari, Tam dibebankan semua

pekerjaan, seperti menggembala kerbau,

memgambil air, memotong kentang, dan

sebagainya. Kemudian, Tam menggiling padi dan

menumbuk beras sampai malam tanpa

menyelesaikan pekerjaan. Sedangkan, Cam

dimanjakan oleh ibunya, bisa berpakaian indah,

dan di rumah seharian tanpa melakukan pekerjaan

apa pun.)

D1/TC/A/2014/Hal65 Ketiakadilan Ibu tiri sangat jahat. Walaupun Tam

dan Cam adalah saudara tetapi ibu tiri

bertindakan tidak adil terhadap Tam,

semua pekerjaan rumah ditugaskan

Tam, sedangkan Cam dimanjakan, tidak

melakukan apa pun.

Jangan terlalu

percaya pada

orang lain tanpa

memikir

Thấy Tấm bắt được một giỏ đầy, Cám bảo chị:

“Chị Tấm ơi chị Tấm! Đầu chị lấm, chị hụp cho

sâu, kẻo về dì mắng.”

Tin là thật, Tấm bèn xuống ao lội ra chỗ sâu tắm

rửa. Cám thừa dịp trút hết tép của Tấm vào giỏ

của mình rồi ba chân bốn cẳng về trước. Lúc Tấm

D2/TC/A/2014/Hal66 Terlalu percaya

kepada suatu

orang

Walaupun Tam selalu dilakukan buruk

dan tidak adil oleh ibu tiri dan Cam

tetapi tetap percaya kata-kata mereka,

dan akhirnya ditipu sampai dibunuh.

58

bước lên chỉ còn giỏ không, bèn ngồi xuống bưng

mặt khóc hu hu.

(Cam melihat bahwa Tam telah menangkap

sekeranjang penuh ikan dan udang, Cam berkata:

“Kak, kak Tam! ramput kak kotor, cucilah

sebelum pulang, biar tidak dimarahi ibu.”

Tam percaya kata Cam, Tam ke danau untuk

mandi. Saat itu, Cam mengambil semua ikan dan

udang dari keranjang Tam dan pulang. Ketika

Tam selesai cuci ramput, dia melihat dalam

keranjang, ternyata kosong, jadi dia menangis.)

Nghĩ ra được một mưu, mụ dì ghẻ bảo Tấm:

“Trước đây con quen trèo cau, con hãy trèo xé

lấy một buồng để cúng bố.”

Tấm vâng lời trèo lên cây cau. Lúc lên đến sát

buồng thì ở dưới này mụ dì cầm dao đẵn gốc.

Thấy cây rung chuyển, Tấm hỏi:

“Dì làm gì dưới gốc thế?”

“Gốc cau lắm kiến, dì đuổi kiến cho nó khỏi lên

đốt con.”

Nhưng Tấm chưa kịp xé cau thì cây đã đổ, Tấm

ngã lộn cổ xuống ao, chết.

(Ibu tiri berkata:

“Dulu, kamu terbiasa memanjat pohon pinang,

jadi kamu menmanjat pohon pinang aja dan ambil

buahnya untuk mempersempahkan ayahmu.”

Tam mengikuti kata-kata ibu tiri. Namun, ketika

Tam sampai di puncak pohon pinang, ibu tiri di

bawah menebang pohon pinang. Merasa

goyangan pohon, Tam bertanya:

“Ibu sedang apa di bawah pohon?”

“Pohonnya banyak semut, ibu mengejar semut

agar mereka tidak mengigitmu.”

Namun sebelum Tam sempat merobek pinang,

pohon itu tumbang, Tam jatuh pada danau dan

mati.)

D3/TC/A/2014/Hal69

59

Setiap orang

harus

mempunyai

kesalehan

dengan orang

tua, meskipun

telah menjadi

kaya

Tuy sống trong hoàng cung, Tấm vẫn không quên

ngày giỗ cha. Nàng xin phép vua trở về nhà để

soạn cỗ cúng giúp dì.

(Walaupun tinggal di istana, Tam tetap tidak

melupakan peringatan hari kematian ayahnya. Dia

meminta izin raja untuk pulang dan membantu ibu

tiri menyiapkan persembahan untuk ayahnya.)

D4/TC/A/2014/Hal69 Kesalehan Walaupun Tam adalah istri raja, tinggal

dalam kekayaan dan bahagia tetapi Tam

tetap tidak melupakan peringatan hari

kematian ayahnya. Dia pulang kampung

dan menyiapkan persembahan untuk

ayahnya sebagai dahulu.

Orang baik hati

dan rajin akan

disayangi orang

lain

Từ đó, Tấm ở với bà hàng nước, hai người thương

yêu nhau như hai mẹ con. Hàng ngày Tấm giúp

bà lão các việc thổi cơm, nấu nước, gói bánh, têm

trầu để cho bà ngồi bán hàng.

(Sejak itu, Tam tinggal bersama nenek itu, mereka

saling mencintai seperti ibu dan anak. Setiap hari,

Tam membantu nenek itu memasak makanan,

membuat kue, dan membuat pinang dan sirih

untuk nenek menjual.)

D5/TC/A/2014/Hal71 Kebaikan dan

rajin

Karena rajin dan baik hati Tam selalu

membantu orang lain dan hal ini adalah

alasan Tam disayangi orang nenek dan

dapat hal-hal yang baik, yaitu bertumu

Sang Raja.

2 Tersirat

Kesulitan dalam

kehidupan

ketika tidak ada

orang tua, jadi

harus

menyayangi dan

menghargai

orang tua.

Tấm là con vợ cả, Cám là con vợ lẽ. Mẹ Tấm đã

chết từ hồi Tấm còn bé. Sau đó mấy năm thì cha

Tấm cũng chết. Tấm ở với dì ghẻ là mẹ của Cám.

Dì ghẻ là người rất cay nghiệt. Hằng ngày, Tấm

phải làm lụng vất vả, hết chăn trâu, gánh nước,

đến thái khoai, vớt bèo; đêm lại còn xay lúa giã

gạo mà không hết việc.

(Tam adalah anak dari istri pertama, Cam adalah

anak dari selir. Ibu Tam meninggal saat Tam

kecil. Beberapa tahun kemudian, ayah Tam juga

meninggal. Tam tinggal bersama ibu tirinya - ibu

kandung Cam. Ibu tiri Tam adalah orang yang

sangat kejam. Setiap hari, Tam dibebankan semua

pekerjaan, seperti menggembala kerbau,

memgambil air, memotong kentang, dan

sebagainya. Kemudian, Tam menggiling padi dan

menumbuk beras sampai malam tanpa

menyelesaikan pekerjaan.)

D6/TC/A/2014/Hal65 Kehidupan

tanpa orang tua

Kesulitan yang Tam menghadapi adalah

ketidakadilan dan menderita karena

tidak disayangi ibu tiri dan anak ibu tiri.

60

Walaupun dapat

bantuan dari

Tuhan, tetapi

dari diri sendiri

harus berusaha

dan berjuang

untuk mendapat

tujuan

Nhưng khi chim sẻ bay đi, Tấm lại nức nở khóc.

Bụt lại hỏi:

“Con làm sao còn khóc nữa?”

“Con rách rưới quá, sợ người ta không cho con

vào xem hội”

“Con hãy đào những cái lọ xương bống đã chôn

ngày trước lên thì sẽ có đủ mọi thứ cho con trẩy

hội.”

Tấm vâng lời, đi đào các lọ lên. Đào lọ thứ nhất

lấy ra được một bộ áo mớ ba, một cái xống lụa,

một cái yếm lụa điều và một cái khăn nhiễu. Đào

lọ thứ hai lấy được một đôi giày thêu, đi vừa như

in. Lọ thứ ba đào lên thì thấy một con ngựa bé tí,

nhưng vừa đặt con ngựa xuống đất bỗng chốc nó

hí vang lên và biến thành ngựa thật. Đào đến lọ

cuối cùng thì lấy ra được một bộ yên cương xinh

xắn.

(Namun ketika burung pipit itu terbang menjauh,

Tam kembali terisak. Sang Buddha bertanya lagi:

“Bagaimana kamu masih menangis?”

“Saya sangat compang-camping, saya khawatir

orang tidak akan membiarkan saya masuk tempat

festival”

“Galilah tempayan yang dikubur kamu beberapa

hari yang dulu, kamu akan dapat apa yang kamu

butuh untuk ke festival”

Mengikuti kata-kata Sang Budha, Tam menggali

tempayan yang dikubur beberapa hari yang dulu.

Tempayan pertama, dapatkan pakaian. Tempayan

kedua dapatkan sepasang sepatu bordir dengan

ukuran pas. Tempayan ketiga dapatkan seekor

kuda kecil, tetapi ketika kuda itu diletakkan di

tanah, tiba-tiba ia berubah menjadi kuda

sungguhan. Tempayan terakhir, dapatkan satu set

pelana yang indah.)

D7/TC/A/2014/Hal68 Berusaha dan

berjuang untuk

mencapai tujuan

Tam selalu dapat bantuan dari Tuhan

tetapi bantuan itu kadang-kadang di

dalam bentuk ajaran dan benda ajiab

didapatkan melalui kerjaan atau

berusaha Ta untuk mencapai tujuannya.

61

Mẹ nó bảo đốt quách khung cửi rồi đem tro đi đổ

cho rõ xa để được yên tâm. Về đến cung, Cám

làm như lời mẹ nói. Nó mang tro đã đốt đem đi đổ

ở lề đường cách xa hoàng cung. Đống tro bên

đường lại mọc lên một cây thị cao lớn, cành lá

sum suê. Đến mùa có quả, cây thị chỉ đậu được có

một quả...Từ trong quả thị chui ra một cô gái thân

hình bé nhỏ như ngón tay nhưng chỉ trong chớp

mắt đã biến thành Tấm.

(Ibu tiri menyuruh Cam membakar alat tenun dan

membuang abunya di tempat yang jauh. Ketika

kembali ke istana, Cam melakukan apa yang

dikatakan ibunya. Setelah membakar alat tenun,

dia membuang abu di pinggir jalan, tempat jauh

dari istana. Dari abu itu tumpuhkan sebuah pohon

yang tinggi dan rimbun. Pada musim berbuah,

pohon itu dapat menghasilkan hanya satu buah...

Dari buah itu keluar seorang gadis bertubuh kecil

seperti jari, kemudian segera dia berubah menjadi

Tam.)

D8/TC/A/2014/Hal71

Orang yang

hidup dengan

kebaikan akan

menerima

keberuntungan

dan bantuan,

sedangkan

orang yang

hidup dengan

keburukan akan

dihukum

Bà lão gọi Tấm ra, Tấm vừa xuất hiện, vua nhận

ra ngay vợ mình ngày trước, có phần trẻ đẹp hơn

xưa. Vua mừng quá, bảo bà hàng nước kể lại sự

tình, rồi truyền cho quân hầu đưa kiệu rước Tấm

về cung.

(Nenek memanggil Tam keluar, Tam baru saja

muncul, Sang raja langsung mengenali istrinya,

agak lebih muda dan cantik dari sebelumnya.

Sang raja sangat bahagia, meminta nenek

menceritakan kisah itu, kemudian menjemput

Tam ke istana.)

D8/TC/A/2014/Hal71 Baik dan buruk

Tam dengan karakter baik akan dapat

hal-hal yang baik, yaitu lebih cantik,

kehidupan bahagia, semua penderitaan

akan berlalu, sedangkan Cam dan ibu tiri

dengan karakter buruk, perbuatan buruk

akan dapat hukuman berat-mati.

“Một hôm Cám hỏi chị:

“Chị Tấm ơi chị Tấm, chị làm thế nào mà đẹp

thế?”

Tấm không đáp, chỉ hỏi lại:

D9/TC/A/2014/Hal72

62

“Có muốn đẹp không để chị giúp?”

Cám bằng lòng ngay. Tấm sai quân hầu đào một

cái hố sâu và đun một nồi nước sôi. Tấm bảo Cám

xuống hố rồi sai quân hầu dội nước sôi vào hố.

Cám chết. Mụ dì ghẻ thấy vậy cũng lăn đùng ra

chết.”

(Suatu hari Cam bertanya pada Tam:

“Kakak, bagaimana kamu bisa begitu cantik?”

Tam tidak menjawab pertanyaannya, hanya

bertanya Cam:

“Apakah kamu ingin menjadi cantik seperti aku?

Aku akan membantumu.”

Cam segera setuju. Tam memerintahkan

pelayannya untuk menggali lubang yang dalam

dan merebus air, kemudian Tam menyuruh Cam

untuk turun ke lubang dan menuangkan air

mendidih ke dalam lubang. Cam meninggal.

Ketika ibu tiri melihat hal yang terjadi dengan

anaknya, dia juga mati.)

Keterangan:

D1: Data urutan nomor 1

TC: Tam Cam

M: Motif

A: Amanat

2014: Tahun terbit Dongeng Tấm Cám

Hal: Halaman

63

Lampiran 7. Konstruksi motif dan amanat dalam dongeng Bawang Putih dan Bawang Merah

Motif

No Kode

motif

dalam

buku

Indeks

motif

Motif Data Kode Data Interpretasi Deskripsi

1 D812.3 Magic object

received from

devil (benda

ajaib diterima

dari

iblis/raksasa)

“Cepat-cepatlah engkau pulang

selagi Kakek Buto Ijo masih

tidur”, kata Nenek Buto Ijo

seraya memberikan baju dan

sepotong bambu

D1/BPBM/M/2019/Hal193 Sepotong bambu sebagai benda

ajaib diterima dari raksasa

Nenek Buto Ijo berikan sepotong

ajaib kepada Bawang Putih

sebagai hadiah ketika dia pulang

2 D855.5 Magic object as

reward for good

deeds (benda

ajaib diterima

sebagai imbalan

atas perbuatan

baik)

“Sungguh rajin anak ini,” kata

nenek Buto Ijo, “Bila saja aku

mempunyai anak seperti

Bawang Putih aku sangat

bahagia”

“Nek, Nenek!” kata Bawang

Putih mengejutkan nenek Buto

Ijo yang tengah melamun itu.

“Semuanya sudah rapid an saya

akan pulang…”

D2/BPBM/M/2019/Hal192 Sepotong bambu ajaib sebagai

hadiah untuk perbuatan baik

Sepotong bambu ajaib berisi emas

yang diberikan Nenek Buto Ijo

merupakan hadiah untuk kebaikan

dan bantuan Bawang Putih (diisi

air dan bawa tempayan pulang

rumah, memasak, membersihkan)

waktu tinggal di rumah Nenek

satu hari

“…Nenek Buto Ijo seraya

memberikan baju dan sepotong

bambu.”

D2/BPBM/M/2019/Hal193

3 D1461 Magic tree

furnishes

treasure (pohon

ajaib

memberikan

harta karun atau

Kemudian, buluh bambu itu

dibelah. Ternyata buluh bambu

itu berisi emas dan permata.

D4/BPBM/M/2019/Hal193 Harta atau emas dikandung dalam

buluh bambu

Bawang Putih diterima sepotong

bambu, ternyata adalah sepotong

bambu ajaib berisi emas dan

permata.

64

suatu hal

berharga)

4 H1553 Test of patience

(ujian

kesabaran)

“Ikutlah ke rumahku, Nduk!

Nanti baju itu aku kembalikan”,

kata nenek itu

D5/BPBM/M/2019/Hal191 Kesabaran Bawang Putih terhadap

banyak keinginan Buto Ijo.

Nenek Buto Ijo menyuruh

Bawang Putih ke rumah dia,

setelah itu dia menyuruh BP

memasak, membersihkan rumah,

walaupun Bawang Putih sudah

menyelesaikan semua tetapi

nenek tidak mengambalikan baju

dan menyuruh Bawang Putih

bermalam di rumahnya.

“Engkau bantu aku memasak

dulu. Nanti bajumu akan

kukembalikan”, kata nenek

Buto Ijo

D6/BPBM/M/2019/Hal192

“Nduk, engkau jangan pulang

sekarang. Lihatlah matahari

telah tenggelam…Bermalamlah

di sini..”

D7/BPBM/M/2019/Hal192

5 L55 Step daughter

heroin (Tokoh

utama adalah

putri tiri)

Di Desa Dadapan ada seorang

janda bernama Mbok Rondo

Dadapan. Ia mempunyai dua

orang anak perempuan. Satu

anak kandung bernama Bawang

Merah dan satu anak tiri

bernama Bawang Putih.

D8/BPBM/M/2019/Hal190 Hubungan antara tokoh-tokoh

dalam cerita, yakni ibu tiri-anak

tiri, dan anak tiri- anak ibu tiri

Bawang Putih merupakan tokoh

putri tiri, karena bukan anak

kandung Mbok Rondo Dadapan,

ia adalah anak kandung ayahnya.

65

6 N812 Giant or Ogre

as helper

(Raksasa atau

iblis sebagai

penolong)

“…siang tadi aku melihat baju

hanyut. Baju itu aku pungut dan

kubawa pulang. Ikutlah ke

rumahku, Nduk! Nanti baju itu

aku kembalikan,” kata nenek itu

D9/BPBM/M/2019/Hal191 Bantuan dari penolong, yaitu

raksasa (nenek Buto Ijo)

Nenek Buto Ijo merupakan tokoh

membantu Bawang Putih mencari

baju yang dihanyut di sungai,

tetapi dia bukan orang biasa,

karena wajahnya menakutkan

Bawang Putih. Selain itu, dalam

dapur rumah nenek Buto Ijo

mengunakan peralatan memasak

terbuat dari tulang manusia dan

suaminya (Kakek Buto Ijo)

memangsa manusia.

7 Q33 Reward for

saying of

prayers (pahala

untuk

mengucapkan

doa)

“Semoga Tuhan selalu

melindungiku”, gumam Bawang

Putih.

D12/BPBM/M1/2019/Hal19

1

Percayaan pada Tuhan Sepanjang jalan mencari baju

yang hanyut Bawang Putih

gumam sebagai doa sama Tuhan,

setelah itu dia bertemu dengan

Nenek Buto Ijo seorang nenek

yang membantu BP mencari baju

hanyut dan dilindungi Nenek itu

dari Kakek Buto Ijo.

8 Q552.11 Punishment:

meeting

frightful

apparition.

(Ghost,

mysterious

animal, devil.)

(hukuman:

bertemu dengan

penampakan

yang

Ia meminta buluh bambu yang

dibawa oleh Bawang Merah dan

membelahnya. Ternyata buluh

bambu itu tidak berisi emas

ataupun permata, tetapi berisi

binatang berbisa.

D14/BPBM/M/2019/Hal193 Ketamakan akan dapat hukuman Walaupun Bawang Merah

membuat semua hal sebagai

Bawang Putih tetapi karena

malas, dia tidak membantu nenek

Buto Ijo apa pun, hanya mau

minta buuh bambu berisi emas.

Ternyata, buluh bambu dia terima

berisi binatang berbisa.

66

menakutkan -

hantu, binatang

misterius, iblis)

9 S31 Cruel

stepmother (Ibu

tiri yang kejam)

Mbok Rondo Dadapan sangat

memanjakan Bawang Merah,

sedangkan Bawang Putih

diperlakukan buruk. Semua

pekerjaan rumah, seperti

mencuci, memasak, dan

menyepu dibebankan pada

Bawang Putih. Jika melakukan

kesalahan sedikit saja, Bawang

Putih diberi hukuman berat.

D16/BPBM/M/2019/Hal190 Kekejaman ibu tiri terhadap anak

tiri

Bawang Putih ditugaskan semua

pekerjaan rumah, sedangkan

Bawang Merah dimajakan. Hal ini

menunjukkan ketidakadilan dan

keburukan Mbok Rondo

Dadapan.

10 W10 Kindness is a

trait of character

(Kebaikan

sebagai karakter

tokoh)

Bawang Putih sangat girang

mendengar jawaban itu. Ia

segera mengambil tempayan di

samping Nenek itu, lalu isi air.

“Nek, biarlah tempayan ini nanti

aku yang bawa”, kata Bawang

Putih.

D17/BPBM/M/2019/Hal191 Tokoh bersifat rajin dan baik hati Bawang Putih selalu bersedia

membantu orang lain tanpa

harapan dapat pahala, yakni dia

mengisi air dan bawa tempayan

ke rumah nenek Buto Ijo dengan

senang hati.

11 W181 Jealousy is a

trait of character

(Kecemburuan

sebagai karakter

tokoh)

Bawang Merah merasa iri hati

kepada Bawang Putih.

D18/BPBM/M/2019/Hal193 Tokoh bersifat malas dan iri hati Ketika melihat Bawang Putih

dapat banyak emas dari nenek

Buto Ijo, Bawang Merah merasa

iri dan ingin dapat emas sebagai

Bawang Putih.

Amanat

No. Bentuk

penyam

paian

amanat

Amanat Data Kode data Inteprestasi Deskripsi

1

Tesurat

Harus adil dan

kasih sayang

kepada anak,

baik anak

kandung

maupun anak

Di Desa Dadapan ada seorang

janda bernama Mbok Rondo

Dadapan. Ia mempunyai dua

orang anak perempuan. Satu

anak kandung bernama Bawang

Merah dan satu anak tiri

D1/BPBM/A/2019/Hal190 Ketidakadilan Ibu tiri sangat jahat. Walaupun

Bawang Putih dan Bawang Merah

adalah saudara tetapi ibu tiri

bertindakan tidak adil terhadap

Bawang Putih, semua pekerjaan

rumah ditugaskanBawang Putih,

67

tiri bernama Bawang Putih.

Mbok Rondo Dadapan sangat

memanjakan Bawang Merah,

sedangkan Bawang putih

diperlakukan buruk. Semua

pekerjaan rumah, seperti

mencuci, memasak, dan

menyepu dibebankan pada

Bawang Putih. Jika melakukan

kesalahan sedikit saja, Bawang

Putih diberi hukuman berat.

sedangkan Bawng Merah

dimanjakan, tidak melakukan apa

pun.

Sesama saudara

tidak boleh ada

iri hati dan

harus saling

tolong-

menolong

Pada suatu hari Bawang Putih

disuruh mencuci pakaian di

sungai. Cuaian Bawang Putih

hari ini sangat banyak sehingga

siang hari ia baru selesai

mencuci. Bawang Putih

langsung menjemur cucian di

samping rumah.

Bawang Merah tidak mau

membantu saudaranya. Ia hanya

melihat Bawang Putih sambil

makan.

D2/BPBM/A/2019/Hal190 Iri hati Walaupun Bawang Putih dan

Bawang Merah adalah saudara

tetapi Bawang Merah belum

pernah membantu Bawang Putih.

Selainnya, ketika melihat Bawang

Putih dapat apa yang lebih bagus,

yaitu belah bambu berisi emas

Bawang Merah akan iri hati.

Orang baik hati,

sabar dan rajin

akan disayangi

orang lain

“Sungguh rajin anak ini,” kata

nenek Buto Ijo, “Bila saja aku

mempunyai anak seperti

Bawang Putih aku sangat

bahagia”

D3/BPBM/A/2019/Hal192 Kebaikan dan rajin Bawang Putih selalu membantu

orang lain, meskipun Bawang Putih

menemukan alat-alat memesak

punya nenek Buto Ijo tidak lazim

(terbuat dari tulang manusia,

binatang) tetapi tetap

menyelesaikan kerjaannya dan hal

ini adalah alasan Bawang Putih

disayangi orang nenek dan dapat

hal-hal yang baik.

Orang malas

dan tidak sabar

akan tidak

Bawang Merah akhirnya sampai

di rumah Nenek Buto Ijo. Ia

tidak mau memasak dan

D4/BPBM/A/2019/Hal193 Malas

Bawang Merah selalu malas,

tidak suka membantu siapa pun,

68

meneerima

kesayangan dari

orang lain

menyapu. Nenek Buto Ijo pun

sebal.

ketika sampai rumah nenek Buto

Ijo, dia tetap malas dan hanya

mau minta sepotong bambu untuk

dapat emas. Hal ini membuat

nenek Buto Ijo sebal, dan

akhirnya dia dapat buluh bambu

berisi binatang berbisa sebagai

hukuman.

Kesulitan dalam

kehidupan

ketika tidak ada

orang tua, jadi

harus

menyayangi dan

menghargai

orang tua.

Seandainya ayah dan ibuku

masih hidup tentu aku tidak

akan menderita begini

D5/BPBM/A/2019/Hal191 Kehidupan tanpa orang tua Kesulitan yang Bawang Putih

menghadapi adalah ketidakadilan

dan menderita karena tidak

disayangi ibu tiri dan anak ibu tiri.

Selalu bersedia

tolong-

menolong orang

lain

Ia segera mengambil tempayan

di samping Nenek itu, lalu isi

air. “Nek, biarlah tempayan ini

nanti aku yang bawa”, kata

Bawang Putih.

D6/BPBM/A/2019/Hal191 Tolong-menolong Bawang Putih berkarakter rajin

dan baik hati, suka tolong-

menolong orang lain tanpa

harapan dapat pahala, yaitu

membantu nenek Buto Ijo

mengisi air dan bawa tempayan

ke rumahnya, membantu

memasak dan sebagainya.

Semua hal

terjadi dalam

kehidupan

adalah cobaan

dari Tuhan,

jangan lupa doa

dan tetap tabah

menghadapi

kesulitan

Mungkin semua ini sudah

menjadi kehendak Tuhan Yang

Mahakuasa. Aku harus tabah

menghadapi semua cobaan ini.

Semoga tuhan selalu

melindungiku.

D7/BPBM/A/2019/Hal191 Doa dan percaya pada pengaturan

Tuhan

Bawang Putih percaya kepada

Tuhan Yang Mahakuasa, dia

percaya semua hal yang terjadi

adalah cobaan dari Tuhan dan

tetap berusaha untuk menghadapi

hal-hal itu dengan doakan.

2 Tersirat Orang yang

hidup dengan

kebaikan akan

Mbok Rondo Dadapan sangat

senang karena anaknya cepat

kembali. Ia minta buluh bamboo

D7/BPBM/A/2019/Hal194 Baik dan buruk Bawang Putih dengan karakter

baik akan dapat hal-hal yang baik,

yaitu bantuan dari raksasa,

69

menerima

keberuntungan

dan bantuan,

sedangkan

orang yang

hidup dengan

keburukan akan

dihukum

yang dibawa oleh Bawang

Merah dan membelanya.

Ternyata buluh bambu itu tidak

berisi emas ataupun permata,

tetapi berisi binatang berbisa.

Mbok Rondo Dadapan dan

Bawang Merah lari ketakutan.

Sejak itu, Mbok Rondo

Dadapan berlaku adil terhadap

Bawang Putih dan Bawang

Merah. Bawang Merah pun

tidak bertingkah buruk lagi. Ia

menaruh rasa hormat kepada

Bawang Putih

kelakukan adil dari ibu tiri, rasa

hormat dari Bawang Merah, dan

sebagainya. Sementara itu, ibu tiri

dan Bawang Merah dengan

karakter buruk, perbuatan buruk

akan dapat hukuman, yakni

ketemu binatang berbisa membuat

ketakutan.

Keterangan:

D1: Data urutan nomor 1

BPBM: Bawang Putih dan Bawang Merah

M: Motif

A: Amanat

2014: Tahun terbit Dongeng Bawang Putih dan Bawang Merah

Hal: Halaman

70

Lampiran 8. Analisis perbandingkan motif dan amanat dalam dongeng Tam Cam dan dongeng Bawang Putih dan

Bawang Merah

No Aspek perbandingkan Tam Cam Bawang Putih dan Bawang Merah

1 Motif

Motif yang sama Step daughter heroin (anak tiri perempuan adalah tokoh utama

cerita)

Step daughter heroin (anak tiri perempuan adalah tokoh utama

cerita)

Cruel stepmother (ibu tiri yang kejam) Cruel stepmother (ibu tiri yang kejam)

Kindness is a trait of character (kebaikan adalah sifat karakter) Kindness is a trait of character (kebaikan adalah sifat karakter)

Jealousy is a trait of character (kecemburuan adalah sifat

karakter)

Jealousy is a trait of character (kecemburuan adalah sifat

karakter)

Motif yang sama

tetapi beda

sifatnya

Deity as helper (Tuhan atau Dewa sebagai penolong) Giant or Ogre as helper (raksasa atau iblis sebagai penolong)

Magic object received from God (benda ajaib yang diterima dari

Tuhan)

Magic object received from devil (benda ajaib yang diterima

dari iblis)

Magic object furnishes clothes (benda ajaib memberikan pakaian) Magic tree furnishes treasure (pohon ajaib memberikan harta

karun atau suatu hal berharga sekali)

Death as punishment (kematian sebagai hukuman) Punishment: meeting frightful apparition (ghost, mysterious

animal, devil) (hukuman: bertemu dengan penampakan yang

menakutkan (hantu, binatang misterius, iblis)

Deity as helper (Tuhan atau Dewa sebagai penolong) Giant or Ogre as helper (raksasa atau iblis sebagai penolong)

Motif yang beda Speaking animals (hewan bisa berbicara) Test of patience (ujian kesabaran)

Helpful animals (hewan yang menolong) Magic object as reward for good deeds (benda ajaib sebagai

imbalan atas perbuatan baik)

Falling in love with person never seen (jatuh cinta dengan orang

yang belum pernah bertemu)

Reward for saying of prayers (pahala untuk mengucapkan doa)

Slipper test. Indentification by fitting of slipper (ujian dengan

selop/sepatu: identifikasi dengan mencoba selop/sepatu)

Repeated reincarnation (reinkarnasi berulang)

Recognition by unique cookery (mengenali oleh masakan unik)

2 Amanat

Amanat tesurat

Harus adil dan kasih sayang kepada anak, baik anak kandung

maupun anak tiri

Harus adil dan kasih sayang kepada anak, baik anak kandung

maupun anak tiri

71

yang sama

Orang baik hati dan rajin akan disayangi orang lain

Orang baik hati dan rajin akan disayangi orang lain

Amanat tesurat

yang beda

Jangan terlalu percaya pada orang lain tanpa memikir

Sesama saudar harus saling tolong menolong dan tidak boleh

ada iri hati

Setiap orang harus mempunyai kesalehan dengan orang tua,

meskipun telah menjadi kaya

Orang malas dan tidak sabar akan tidak meneerima kesayangan

dari orang lain

Kesulitan dalam kehidupan ketika tidak ada orang tua, jadi

harus menyayangi dan menghargai orang tua.

Selalu bersedia tolong menolong orang lain

Amanat tersirat

yang sama

Orang yang hidup dengan kebaikan akan menerima

keberuntungan dan bantuan, sedangkan orang yang hidup dengan

keburukan akan dihukum

Orang yang hidup dengan kebaikan akan menerima

keberuntungan dan bantuan, sedangkan orang yang hidup

dengan keburukan akan dihukum

Amanat tersirat

yang beda

Kesulitan dalam kehidupan ketika tidak ada orang tua, jadi harus

menyayangi dan menghargai orang tua.

Walaupun dapat bantuan dari Tuhan, tetapi dari diri sendiri harus

berusaha dan berjuang untuk mendapat tujuan

72