terbengkelainya harmonisasi wakil rakyat di DPR
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of terbengkelainya harmonisasi wakil rakyat di DPR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewan Perwakilan Rakyat atau yang lebih kita kenal
dengan DPR merupakan lembaga legislatif di Indonesia.
Dimana dalam tugasnya yaitu membentuk Undang-Undang.
DPR merupakan salah satu lembaga yang menduduki
parlemen yang telah diangkat oleh rakyat melalui pileg.
Pada tahun 2014 sendiri pileg diadakan pada Hari Rabu
tanggal 9 Juli 2014. Setelah 5 tahun sebelumnya
parlemen Indonesia diduduki oleh Kabinet Indonesia
Bersatu Jilid II pada masa pemerintahan SBY-Boediono.
Dalam pertarungan politik tahun 2014 ini memang
sangat menarik untuk dikaji lebih dalam. Karena saat
penetapan partai peserta pilpres, hanya ada 2 partai
yang menjadi kandidat kontestan pilpres 2014. Yaitu
Partai Gerindra dan Partai PDIP. Dari kedua partai
inilah sama-sama mempunyai pendukung fanatik dan sama
kuatnya, sehingga sangat menarik sekali dengan
banyaknya berbagai opini dalam meningkatkan rating di
media untuk menarik suara dari para konstituen
Partai Gerindra yang diketuai oleh Prabowo
Subianto, membentuk suatu koalisi yang bernama Koalisi
Merah Putih (KMP) dan mempunyai partai dibelakangnya
yaitu Golkar, PKS, PPP (sebagian), PAN, dan Demokrat.
Makalah DPR Tandingan Page 1
Sedangkan Partai PDIP yang diketuai oleh Megawati,
namun beliau mengusung Jokowi-JKsebagai Pilpres dan
Pilwapres 2014. PDIP membentuk Koalisi Indonesia Hebat
(KIH) dalam pertarungan pilpres 2014.
Kedua koalisi ini selalu membuat kejutan baru di
media massa guna menarik konstituen untuk memenangkan
pilpres 2014. Setelah melalui proses yang panjang dan
melelahkan akhirnya ketua Mahkamah Konstitusi mengetuk
palu dan memutuskan Jokowi-JK sebagai kontestan pemilu
2014. Namun hal ini tidak diimbangi dengan sikap
legowo dari KMP. Hingga akhirnya KMP membentuk segala
cara guna menguasai parlemen. Dan pada akhirnya KMP
berhasil menguasai kursi parlemen dengan menduduki DPR
dan MPR di Kabinet Kerja (Kabinet Jokowi-JK). Hingga
hal ini membuat KIH tidak terima dengan adanya
penguasaan KIH menduduki kursi parlemen dengan cara
membentuk DPR Tandingan. DPR Tandingan merupakan bentuk
rasa kekecewaan dari KIH karena sebagian besar kursi
diparlemen dikuasai oleh KMP sedangkan dalam pilpres
2014 dimenangkan oleh KIH dengan mengusung Jokowi-JK.
Dengan logika seperti ini sudah sepantasnya jika partai
yang tergabung dalam KIH perlu mendapatkan jatah kursi
diparlemen, namun hal ini tidak kesampaian hingga
berujung konflik dibirokrasi kita.
DPR Tandingan ini sangat menarik untuk dikaji
lebih dalam, karena negara Indonesia yang kental dengan
Makalah DPR Tandingan Page 2
demokrasinya seperti saat ini masih ada konflik di
tatanan birokrasi. Dengan asumsi seperti itu, maka
penulis tertarik untuk menarik sebuah permasalahan dari
DPR Tandingan ini dengan judul “Terbengkelainya Harmonisasi
Wakil Rakyat di DPR”. Karena sebagai wakil rakyat yang
seharusnya bisa mengemban amanah dari rakyat dengan
menunjukkan teladan keharmonisannya, tetapi di sini
wakil rakyat tersebut malah terang-terangan menunjukkan
kebobrokannya yang menyebabkan rakyat semakin kurang
percaya dengan kerja wakil rakyat diparlemen.
1.2 Rumusan Masalah
Makalah yang berjudul “Terbengkelainya Harmonisasi Wakil
Rakyat di DPR” ini mengambil beberapa rumusan masalah,
diantaranya:
1.2.1 Apa yang melatar belakangi KIH membentuk DPR
Tandingan?
1.2.2 Bagaimana kronologi konflik DPR Tandingan?
1.2.3 Apa dasar hukum pembentukanDPR Tandingan jika
dianalisis Konstitusionalitas?
1.2.4 Bagimana akhir Drama DPR Tandingan?
1.3 Tujuan
Makalah yang berjudul “Terbengkelainya Harmonisasi Wakil
Rakyat di DPR” ini mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1.3.1 Menganalisis latar belakangi KIH membentuk DPR
Tandingan
Makalah DPR Tandingan Page 3
1.3.2 Memahami bagaimana kronologi konflik DPR
Tandingan
1.3.3 Menganalisis dasar hukum antara DPR Tandingan
dengan Konstitusionalitas
1.3.4 Menelaah bagaimana akhir Drama DPR Tandingan
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Dengan penulisan makalah yang berjudul
“Terbengkelainya Harmonisasi Wakil Rakyat di DPR” ini diharapkan
dapat menambah wawasan dan kekritisan para pembaca
dalam menyikapi kinerja dari wakil rakyat diparlemen
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penulisan makalah ini yaitu
diharapkan para pembaca bisa menjadi teldan yang baik
untuk rakyat jika suatu hari bisa megemban amanah
rakyat dan duduk dikursi parlemen. Karena saat ini
mahal sekali untuk menunjukkan kinerja wakil rakyat
yang baim dan jujur.
Makalah DPR Tandingan Page 4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 DPR
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia atau
sering disebut Dewan Perwakilan Rakyat (disingkat DPR-
RI atau DPR) adalah salah satu lembaga tinggi negara
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan
lembaga perwakilan rakyat. DPR terdiri atas anggota
partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih
melalui pemilihan umum.
Pada awal kemerdekaan (1945-1949/Republik
Indonesia Serikat), lembaga-lembaga negara yang
diamanatkan UUD 1945 belum dibentuk. Dengan demikian,
sesuai dengan pasal 4 aturan peralihan dalam UUD 1945,
dibentuklah Komite Nasional Pusat (KNIP). Komite ini
merupakan cikal bakal badan legislatif di Indonesia.
Anggota KNIP tersebut berjumlah 60 orang tetapi sumber
yang lain menyatakan terdapat 103 anggota KNIP. KNIP
sebagai MPR sempat bersidang sebanyak 6 kali, dalam
melakukan kerja DPR dibentuk Badan Pekerja Komite
Nasional Pusat, Badan Pekerja tersebut berhasil
menyetujui 133 RUU disamping pengajuan mosi, resolusi,
usul dan lain-lain. Pada tahun 1950-1956 (DPR
sementara) tidak diketahui secara pasti bagaimana
Makalah DPR Tandingan Page 5
keberadaan DPR karena sedang terjadi kekacauan politik,
dimana fokus utama berada di pemerintah federal RIS.
Pada Masa DPR Hasil Dekrit Presiden 1959
berdasarkan UUD 1945 (1959-1965), jumlah anggota
sebanyak 262 orang kembali aktif setelah mengangkat
sumpah. Dalam DPR terdapat 19 fraksi, didominasi PNI,
Masjumi, NU, dan PKI. Dengan Penpres No. 3 tahun 1960,
Presiden membubarkan DPR karena DPR hanya menyetujui 36
miliar rupiah APBN dari 44 miliar yang diajukan.
Sehubungan dengan hal tersebut, presiden mengeluarkan
Penpres No. 4 tahun 1960 yang mengatur Susunan DPR-GR.
DPR-GR beranggotakan 283 orang yang semuanya diangkat
oleh Presiden dengan Keppres No. 156 tahun 1960. Adapun
salah satu kewajiban pimpinan DPR-GR adalah memberikan
laporan kepada Presiden pada waktu-waktu tertentu, yang
mana menyimpang dari pasal 5, 20, 21 UUD 1945. Selama
1960-1965, DPR-GR menghasilkan 117 UU dan 26 usul
pernyataan pendapat.
Pada masa DPR Gotong Royong tanpa Partai Komunis
Indonesia (1965-1966), setelah peristiwa G.30.S/PKI,
DPR-GR membekukan sementara 62 orang anggota DPR-GR eks
PKI dan ormas-ormasnya. DPR-GR tanpa PKI dalam masa
kerjanya 1 tahun, telah mengalami 4 kali perubahan
komposisi pimpinan, yaitu: a) Periode 15 November 1965-
26 Februari 1966; b) Periode 26 Februari 1966-2 Mei
1966; c) Periode 2 Mei 1966-16 Mei 1966; d) Periode 17
Makalah DPR Tandingan Page 6
Mei 1966-19 November 1966. Secara hukum, kedudukan
pimpinan DPR-GR masih berstatus sebagai pembantu
presiden sepanjang Peraturan Presiden No. 32 tahun 1964
belum dicabut. Dalam rangka menanggapi situasi masa
transisi, DPR-GR memutuskan untuk membentuk 2 buah
panitia: a) Panitia politik, berfungsi mengikuti
perkembangan dalam berbagai masalah bidang politik; b)
Panitia ekonomi, keuangan dan pembangunan, bertugas
memonitor situasi ekonomi dan keuangan serta membuat
konsepsi tentang pokok-pokok pemikiran ke arah
pemecahannya.
Kemudian pada masa Orde Baru (1966-1999)
berdasarkan Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, yang
kemudian dikukuhkan dalam UU No. 10/1966, maka DPR-GR
Masa Orde Baru memulai kerjanya dengan menyesuaikan
diri dari Orde Lama ke Orde Baru. Kedudukan, tugas dan
wewenang DPR-GR 1966-1971 yang bertanggung jawab dan
berwewenang untuk menjalankan tugas-tugas utama sebagai
berikut:
1. Bersama-sama dengan pemerintah menetapkan APBN
sesuai dengan pasal 23 ayat 1 UUD 1945 beserta
penjelasannya.
2. Bersama-sama dengan pemerintah membentuk UU sesuai
dengan pasal 5 ayat 1, pasal 20, pasal 21 ayat 1
dan pasal 22 UUD 1945 beserta penjelasannya.
Makalah DPR Tandingan Page 7
3. Melakukan pengawasan atas tindakan-tindakan
pemerintah sesuai dengan UUD 1945 dan
penjelasannya, khususnya penjelasan bab 7.
Selama masa orde baru DPR dianggap sebagai Tukang Stempel
kebijakan pemerintah yang berkuasa karena DPR dikuasai
oleh Golkar yang merupakan pendukung pemerintah.
Pada saat Reformasi (1999-sekarang) banyaknya
skandal korupsi, penyuapan dan kasus pelecehan seksual
merupakan bentuk nyata bahwa DPR tidak lebih baik
dibandingkan dengan yang sebelumnya. Mantan ketua MPR-
RI 1999-2004, Amien Rais, bahkan mengatakan DPR yang
sekarang hanya merupakan stempel dari pemerintah karena
tidak bisa melakukan fungsi pengawasannya demi membela
kepentingan rakyat. Hal itu tercermin dari
ketidakmampuan DPR dalam mengkritisi kebijakan
pemerintah yang terbilang tidak pro rakyat seperti
kenaikan BBM, kasus lumpur Lapindo, dan banyak kasus
lagi. Selain itu, DPR masih menyisakan pekerjaan yakni
belum terselesaikannya pembahasan beberapa undang-
undang. Buruknya kinerja DPR pada era reformasi membuat
rakyat sangat tidak puas terhadap para anggota
legislatif. Ketidakpuasan rakyat tersebut dapat dilihat
dari banyaknya aksi demonstrasi yang menentang
kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak dikritisi
oleh DPR. Banyaknya judicial review yang diajukan oleh
masyarakat dalam menuntut keabsahan undang-undang yang
Makalah DPR Tandingan Page 8
dibuat oleh DPR saat ini juga mencerminkan bahwa produk
hukum yang dihasilkan mereka tidak memuaskan rakyat.
DPR juga kerap dikritik oleh sebagian besar
masyarakat Indonesia karena dianggap malas dalam
bekerja. Hal ini terbukti dari pemberian fasilitas
mewah, seperti gaji besar, kendaraan, dan perumahan,
namun tidak sebanding dengan hasil yang diberikan. Hal
lain yang sudah menjadi rahasia umum adalah banyaknya
anggota yang "bolos" dalam sidang paripurna, atau
sekedar "menitip absen", sehingga seolah-olah hadir,
namun kenyataannya tidak. Kalaupun hadir, sebagian
oknum anggota ternyata tidur saat sidang, main game,
atau melakukan tindakan lain selain mengikuti proses
rapat paripurna. Kasus terbaru adalah putra Presiden,
Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), yang tertangkap kamera
sedang menitip absen saat rapat paripurna DPR membahas
Undang-Undang Pencegahan Pendanaan Terorisme
Dalam konsep Trias Politika, di mana DPR berperan
sebagai lembaga legislatif yang berfungsi untuk membuat
undang-undang dan mengawasi jalannya pelaksanaan
undang-undang yang dilakukan oleh pemerintah sebagai
lembaga eksekutif. Fungsi pengawasan dapat dikatakan
telah berjalan dengan baik apabila DPR dapat melakukan
tindakan kritis atas kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah yang tidak sesuai dengan kepentingan rakyat.
Sementara itu, fungsi legislasi dapat dikatakan
Makalah DPR Tandingan Page 9
berjalan dengan baik apabila produk hukum yang
dikeluarkan oleh DPR dapat memenuhi aspirasi dan
kepentingan seluruh rakyat.
2.2 Koalisi Merah Putih (KMP) dan Koalisi Indonesia
Hebat (KIH)
Peta perpolitikan di Indonesia akhirnya mengerucut
pada dua sisi yang berbeda yaitu koalisi besar yang
disebut KMP dan KIH. Masing-masing punya parpol di
belakangnya dan itu cukup berimbang dari sisi jumlah
anggota di Dewan Perwakilan Rakyat yang menjadi tempat
adu kekuatan mereka. Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) menyebutkan koalisi adalah kerja sama antara
beberapa partai untuk memperoleh kelebihan suara di
parlemen. Sedangkan berkoalisi artinya bekerja sama
antara beberapa partai. Makna Koalisi juga persekutuan,
gabungan atau aliansi beberapa unsur, di mana dalam
kerjasamanya, masing-masing memiliki kepentingan
sendiri-sendiri. Aliansi seperti ini mungkin bersifat
sementara atau berasas manfaat.
2.2.1 KMP
KMP merupakan Koalisi Merah Putih. Dimana KMP
ini terdiri dari 6 parpol yang tergabung dalam
perhelatan pemenangan Pemilu 2014. Parpol yang
tergabung dalam KMP adalah Gerindra, Golkar, PKS,
PPP, PAN, dan Demokrat yang diketuai oleh Prabowo
Subianto sekaligus Ketua Umum Parta Gerindra.
Makalah DPR Tandingan Page 10
Abu Rizal Bakrie atau Ical sapaan akrabnya
Ketua Umum Partai Golkar mengatakan bahwa
pembentukan KMP tidak ada satu katapun untuk
memenangkan Prabowo-Hatta (peserta pilpres 2014).
Ical menjelaskan seluruh parpol yang berada dalam
Koalisi Merah Putih memiliki komitmen untuk
mempersatukan Indonesia. Sehingga tidak ada kata-
kata yang semata-mata hanya untuk memenangkan
pasangan Prabowo-Hatta. Dia juga mejelaskan bahwa
dalam mukadimahnya secara jelas mempertahankan
pancasila dan prinsip Bhineka Tunggal Ika.
Ical menegaskan, dari semangat tersebut
seluruh Koalisi Merah Putih akan mempertahankan dan
memperjuangan keberagaman umat beragama yang ada di
Indonesia. Dalam mukaddimah dari Koalisi Merah
Putih dijelaskan yaitu menjamin kebebasan
menjalankan keyakinan agamannya masing-masing.
Ical menyampaikan, sesuai mukadimah Koalisi
Merah Putih dibentuk demi tiga tujuan. Yaitu,
mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara,
melindungi kebebasan beragama, dan yang terakhir
menjamin kebebasan hak asasi manusia. Dia juga
mengatakan bahwa koalisi ini untuk jangka panjang,
bukan memenangkan Prabowo-Hatta, bukan juga untuk
mengganggu pemerintah
Makalah DPR Tandingan Page 11
Menurut Akbar Tanjung (Ketua DPP Partai
Golkar), koalisi ini penting untuk mengawal setiap
program dan kebijakan pemerintah. Apalagi, dengan
koalisi itu, partai pendukung Prabowo Subianto-
Hatta Rajasa itu akan mendapatkan jumlah kursi
mayoritas di parlemen. Menurutnya dengan adanya
dukungan koalisi DPR, pemerintah akan bisa bekerja
maksimal, efektif, efisien. Dengan demikian misi
yang diemban untuk lima tahun yang akan datang bisa
berjalan optimal. Itu tujuan koalisi yang
dilanjutkan untuk menjadi koalisi permanen. Ia
menilai, Koalisi Merah Putih menjadi penting meski
pun negara menggunakan sistem presidensil.
Mengingat, selama ini banyak produk pemerintah
batal hanya karena tidak mendapat dukungan dari
parlemen. Perlu ada mekanisme politik yang
memberikan jaminan pemerintah akan selalu dapat
dukungan. Itu yang disebut koalisi.
2.2.2 KIH
Koalisi Indoensia Hebat (KIH), dimana koalisi
ini di prakarsai oleh PDIP yang diketuai oleh
Megawati. Parpol yang tergabung dalam koalisi ini
yaitu PDIP, Hanura, Nasdem, PKB. Dalam koalisi ini
mendukung Jokowi-Jusuf Kalla dalam pertarungan
pilpres 2014.
Makalah DPR Tandingan Page 12
Sebelum muncul nama KIH, awalnya diberi masih
bernama Rumah Koalisi Indonesia Hebat (RKIH).
Walaupun Pemilihan presiden sudah usai, namun
relawan pendukung pasangan Joko Widodo (Jokowi)-
Jusuf Kalla tak lantas membubarkan diri. Para
relawan mendirikan sebuah wadah yang diberi nama
Rumah Koalisi Indonesia Hebat (RKIH) yang bertujuan
mengawal pemerintahan Jokowi sekaligus menjadi
watch dog kalau di tengah jalan ada yang melenceng
dari tujuan awal. RKIH berhasil menghimpun berbagai
kekuatan jaringan bahkan sudah lahir embrio
kelembagaaan jaringan sebagai hasil inisiasi RKIH
seperti Perempuan Indonesia Hebat, Generasi Muda
Hebat, Rumah Budaya Hebat, Lembaga Kajian Nusantara
Indonesia Hebat, termasuk menginisiasi lahirnya
LPPBI (Lembaga Pemantau Perijinan dan Birokrasi
Indonesia)
Makalah DPR Tandingan Page 13
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Latar Belakang KIH Membentuk DPR Tandingan
Menyusul terbentuknya susunan pimpinan komisi di
DPR RI yang ”disapu bersih” para politisi dari fraksi
yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih (KMP), tanpa
melibatkan fraksi-fraksi dari Koalisi Indonesia Hebat
(KIH), kontan empat fraksi dari KIH itu, yakni Fraksi
PDIP, Fraksi PKB, Fraksi Partai Nasdem, Fraksi Hanura,
dan Fraksi PPP (sebagian) langsung mengajukan mosi
tidak percaya kepada pimpinan DPR. Bukan hanya itu,
fraksi-fraksi dari KIH juga memutuskan membentuk
pimpinan DPR tandingan.
Sesuai hasil rapat fraksi KIH di gedung Nusantara
V DPR, mereka memutuskan Ketua DPR RI versi mereka
adalah Pramono Anung dari Fraksi PDIP, sedangkan, empat
wakil ketua DPR RI versi KIH adalah Abdul Kadir Karding
(Fraksi PKB), Syaifullah Tamliha (Fraksi PPP dari kubu
Suryadharma Ali), Patrice Rio Capella (Fraksi Partai
Nasdem), dan Dosi Iskandar (Fraksi Partai Hanura).
Seusai rapat, juru bicara rapat Arif Wibowo dari Fraksi
PDIP menegaskan keputusan pihaknya membentuk pimpinan
DPR tandingan merupakan hasil dari mosi tidak percaya
terhadap kepemimpinan DPR RI saat ini yang diduduki
politisi dari KMP yang terdiri dari Fraksi Partai
Makalah DPR Tandingan Page 14
Golkar, Fraksi Partai Gerindra, Fraksi Partai Demokrat,
Fraksi PKS, dan Fraksi PAN.
Menurut pendapat Arif Wibowo dalam konperensi
persnya yang didampingi Ketua Fraksi Partai nasdem
Victor Laiskodat, Syaifullah Tamliha dari Fraksi PPP,
serta politisi PKB Daniel Johan yang juga Wakil Sekjen
DPP PKB, di gedung DPR RI, Keputusan tersebut untuk
menjaga fungsi pimpinan DPR RI agar tetap
berjalan objektif, maka KIH pun sepakat menunjuk
beberapa nama politisi yang mereka pandang layak untuk
menduduki jabatan pimpinan sementara DPR RI, Arif
menambahkan, anggota dari kelima fraksi KIH itu juga
akan segera menyelenggarakan Rapat Paripurna DPR RI
sementara untuk memutuskan pemilihan pimpinan komisi
dan Alat Kelengkapan Dewan (AKD). Terkait lokasi sidang
paripurna DPR versi KIH, menurut Arif hanyalah
persoalan teknis, termasuk kapan digelarnya sidang
paripurna versi KIH, termasuk rapat-rapat terkait
penyusunan anggota dan pimpinan komisi dan AKD versi
KIH
Sedangkan Ketua Fraksi partai Nasdem Victor
Laiskodat mengatakan langkah pihaknya itu terpaksa
dilakukan karena mereka menilai selama ini pimpinan DPR
sejak disahkan menjadi pimpinan tidak mahir, tidak
cakap dan membuat keputusan sepihak dalam menjalankan
tugasnya. Victor juga memastikan kalau langkah-langkah
Makalah DPR Tandingan Page 15
yang diambil pihaknya tersebut sudah mendapat izin dari
para ketua umum dan elite parpol di KIH, seperti Ketua
Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum DPP
Partai Nasdem Surya Paloh. Ia juga meyakini kalau KIH
semakin solid dalam menyelesaikan masalah ini dengan
tujuan menghindari dominasi salah satu kubu, seperti
KMP di parlemen.
Victor yang juga Ketua DPP Partai Nasdem juga
menjelaskan bahwa aksi membentuk DPR tandingan tersebut
bukan hendak membingungkan rakyat, namun aksi itu
justru untuk mempertegas kedaulatan rakyat yang
sesungguhnya yang mana rakyat tidak bisa dipermainkan
lagi. Victor juga mengaku melihat kalau DPR yang sedang
dikuasai KMP seperti hendak menjatuhkan pemerintahan
Joko Widodo. Jika dibiarkan terus malah membuat
(parlemen) ini tidak jelas.
Sementara Daniel Johan dari Fraksi PKB mengatakan,
secepatnya pihaknya akan segera menyusun pimpinan
komisi dan AKD. Pihaknya juga akan
segera mengusulkan kepada Presiden Jokowi untuk segera
menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti UU (Perppu)
untuk mengembalikan UU MD3 seperti semula. Dipastikan
Daniel pula, pihaknya tak akan lagi mengikuti sidang
paripurna, apalagi rapat komisi yang diselenggarakan
DPR pimpinan KMP. KIH sudah tidak lagi mempercayai
kepemimpinan DPR yang ada saat itu. Mereka akan
Makalah DPR Tandingan Page 16
melakukan sidang-sidang paripurna dan sidang komisi
sendiri
Hal senada disampaikan politisi PDI Bambang
Wuryanto alias Bambang Pacul. Menurutnya salah satu
latar belakang pihaknya menilai pimpinan DPR yang
diketuai Setya Novanto ini adalah keputusan
menggantikan Ketua Fraksi PPP dari Hazrul Azwar dari
kubu Romahurmuziy kepada Epyardi Asda yang merupakan
pendukung Suryadharma Ali. Menurut Bambang, atas dasar
itulah KIH mengeluarkan mosi tidak percaya terhadap
pimpinan DPR sekaligus membentuk susunan pimpinan DPR
tandingan.
Sedangkan Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon menilai
mosi tidak percaya yang dilayangkan fraksi-fraksi dari
KIH maupun pembentukan pimpinan DPR tandingan jelas-
jelas tindakan ilegal. Karena menurut dia, hal tersebut
tidak ada dasar hukumnya. Selain itu, jumlah mereka
(KIH) lebih sedikit, tidak bisa berbuat seperti itu.
Sekalipun saja mereka membentuk DPR tandingan. Namun
ditegaskan Fadli, pihaknya tetap bersedia menunggu
fraksi-fraksi dari KIH untuk memberikan daftar
penempatan para anggotanya yang akan ditugaskan di
komisi-komisi. Menurutnya selama mereka belum
menyetorkan nama, mereka hanya anggota sidang
paripurna. Jika tidak sidang paripurna, berarti mereka
hanya menganggur saja.
Makalah DPR Tandingan Page 17
Hal senada disampaikan Wakil Ketua DPR RI dari
Fraksi PKS Fahri Hamzah yang menilai langkah KIH adalah
tindakan ilegal yang di luar akal sehat. Ia bahkan
menuding langkah KIH membuktikan kalau mereka bertabiat
munafik. Disampaikan Fahri pula, keputusan yang diambil
pimpinan DPR sudah memenuhi prosedur yang ada. Justru
karena ulah kelima fraksi dari KIH ini justru
menghambat kinerja DPR yang sudah hampir sebulan
dilantik. Ia menyontohkan, rapat Komisi XI DPR terpaksa
ditunda karena menunggu keputusan dari fraksi di KIH
3.2 Konflik DPR Tandingan
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menggelar rapat
untuk membentuk alat kelengkapan dewan (AKD). Dalam
pemilihan itu Koalisi Merah Putih (KMP) yaitu Golkar,
Gerindra, Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS),
dan Partai Amanat Nasional (PAN) berhasil menyapu
bersih menjadi pimpinan di 9 dari 11 komisi yang ada.
Komisi V dan Komisi XI memang belum terbentuk. Namun
bisa dipastikan pimpinan kedua komisi itu akan kembali
disapu bersih KMP. Wakil Ketua DPR, Taufik Kurniawan
menuturkan pimpinan komisi yang belum terbentuk ialah
karena masalah teknis bukan politis. Yaitu Menunggu
beberapa nama yang diubah oleh fraksi-fraksi yang akan
diajukan. Demikian halnya dengan 4 AKD yaitu Badan
Urusana Rumah Tangga (BURT), Badan Legislatif (Baleg),
Makalah DPR Tandingan Page 18
Mahkamah Kehormatan Dewan dan Badan Kerja Sama Antar-
Parlemen
3.2.1 Musyawarah Mufakat
Pemilihan pimpinan komisi dan badan yang
belum terbentuk menurut Taufik akan dilaksanakan
hari Kamis 30 Oktober 2014. Meski demikian hampir
bisa dipastikan pembentukkan komisi dan badan itu
tidak akan melibatkan fraksi-fraksi yang tergabung
dalam Koalisi Indonesia Hebat (KIH). Pramono Anung
dari Fraksi PDIP menyatakan, KIH sengaja tak
mengirimkan daftar nama legislatornya karena
menginginkan mekanisme musyawarah untuk mufakat
untuk memilih dan membentuk AKD harus disepakati.
3.2.2 Mosi Tak Percaya
Kekecewaan KIH yang tidak diberi kesempatan
memimpin di komisi dan AKD lainnya memicu keberatan
yang berujung pada mosi tidak percaya. KIH menilai
pimpinan DPR tidak demokratis, tidak beretika dan
jauh dari norma dalam memimpin sidang paripurna.
Dengan kata lain pimpinan DPR berpihak pada kubu
tertentu saat memimpin sidang. Menurut Arif Wibowo
dari Fraksi PDIP yang ditunjuk sebagai juru bicara
KIH saat siaran pers di Gedung MPR/DPR mengatakan
berdasarkan hal tersebut di atas dan tidak adanya
Makalah DPR Tandingan Page 19
tanggapan atas surat tertanggal 28 Oktober 2014,
maka sesungguhnya dan sesadar-sadarnya KIH
mengambil sikap mosi tidak percaya kepada pimpinan
DPR. Bambang Wuryanto (PDIP) menegaskan selama mosi
tidak percaya, maka partai politik di KIH tidak
akan menghadiri rapat atau sidang apa pun.
Gambar 3.1 Deklarasi mosi tak percaya Koalisi Indonesia Hebat
kepada pimpinan DPR (Sumber http://geotimes.co.id/parlemen/11035-pimpinan-
dpr-tandingan-hanyalah-bentuk-protes.html
3.2.3 DPR Tandingan
Tak berhenti di situ, kubu KIH membentuk
pimpinan DPR sendiri seraya menolak keabsahan
pimpinan DPR yang ada termasuk pimpinan komisi yang
baru terbentuk. Pramono Anung ditunjuk sebagai
Ketua DPR RI didampingi 4 Wakil Ketua yaitu Abdul
Kadir Karding (PKB), Saifullah Tamliha (PPP),
Patrice Rio Capella (Nasdem), dan Dossy Iskandar
Makalah DPR Tandingan Page 20
(Hanura). Fadli Zon pun langsung menyatakan ilegal
terhadap pimpinan DPR versi Pramono Anung. Ia tak
gusar sama sekali karena menurutnya situasi ini
hanyalah dinamika sesaat. Ketua Fraksi Partai
Nasdem, Victor Laiskodat pun tak kalah gertak
menghadapi situasi yang runyam di parleman.
Menurutnya KMP mempunyai 5 fraksi, dan KIH
mempunyai 5 fraksi juga, maka terbelahlah parlemen.
Sementara pengamat politik Hendri Satrio dari
Universitas Paramadina menilai apa yang dilakukan
KIH adalah blunder politik dan tidak bisa
menyelesaikan krisis komunikasi yang meruncing dan
menambah tingkat kesulitan kabinet kerja dalam
mendapat dukungan di parlemen
Makalah DPR Tandingan Page 21
Gambar 3.2 Paripurna DPR Tandingan (Sumber
http://www.merdeka.com/politik/bikin-dpr-tandingan-kih-dituding-tidak-
dewasa-dalam-berpolitik.html)
3.3 DPR Tandingan vs Konstitusionalitas
Setelah kekisruhan perebutan pimpinan DPR dan MPR
kemarin. Kini drama terbaru yang tat kalah hebatnya
adalah perebutan “kue kekuasaan” yang terdapat di
sejumlah alat kelengkapan DPR. Klimaksnya, KIH akhirnya
membentuk pimpinan DPR tandingan sebagai rangkaian
lebih lanjut mosi tidak percaya kepada pimpinan DPR
yang sudah ada. In casu a quo bagaimana sesungguhnya Hukum
Tata Negara (HTN) memberi penilaian atas persitiwa ini
3.3.1 Pimpinan Inkonstitusional
Hukum Tata Negara sebagai landasan normatif,
dalam arti segala ihwal peristiwa ketatanegaraan
harus jelas landasan hukumnya, tidak boleh
mengalami kerancuan, ambigu, bias, apalagi
multitafsir. Oleh karena itu, dalam menelaah
konstitusional atau tidaknya pimpinan DPR tandingan
yang “digawangi” oleh KIH, berarti harus jelas
acuan dan landasan hukumnya. Pada aturannya in casu
pimpinan DPR tandingan yang telah terbentuk saat
ini di Senayan tidak konstitusional dengan
bersandar pada empat alasan.
Makalah DPR Tandingan Page 22
Pertama, KIH dalam rapat paripurna pemilihan
pimpinan DPR sudah mengakui terpilihnya pimpinan
DPR sebelumnya. Meskipun pada waktu itu seluruh
fraksi yang mengatasnamakan diri KIH Walk Out (WO),
tetapi WO-nya KIH di sini harus dimaknai telah
mengakui seluruh pimpinan DPR yang berasal dari
KMP, yang pada dasarnya terpilih secara aklamasi.
Oleh karena untuk mengajukan calon pimpinan DPR
harus memenuhi syarat lima fraksi yang mengajukan,
dan KIH memang minus satu fraksi pada waktu itu,
hanya memiliki empat fraksi. Maka logika
konstitusinya, hanyalah pimpinan DPR yang sudah
dipilih bersama tersebutlah yang konstitusional,
sementara DPR tandingan murni inkonstitusional.
Kedua, dasar pembentukan DPR tandingan karena
karena mosi tidak percaya pada pimpinan DPR
sebelumnya, juga dapat dikatakan sebagai legal
reasoning yang sesat, keliru, bahkan tidak berdasar.
Sebab dasar hukum mengajukan mosi tidak percaya
dalam praktik kebiasaan hukum ketatanegaraan, untuk
mengajukan mosi tidak percaya terhadap sebuah
lembaga, terlebih dahulu lembaga itu telah
melakukan kelalaian atau penyimpangan dari tanggung
jawabnya. Sekarang, bagaimana mungkin ada tuntutan
pertanggungjawaban, sementara anggota DPR yang
memiliki fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan
Makalah DPR Tandingan Page 23
belum juga berjalan, bahkan alat kelengkapan dewan
saja belum juga terbentuk.
Ketiga, jika kita membuka dan menelusuri
dasar hukumnya, baik dalam UUD NRI 1945 sampai
peraturan di bawahnya, terutama UU MPR, DPR, DPD,
dan DPRD (UU MD3). Satupun tidak ada
pasal/ketentuan yang membuka “pintu tafsir” bagi
anggota DPR maupun sekumpulan fraksi, kiranya dapat
mengajukan mosi tidak percaya seputar masalah
internalnya. Yang nyata-nyata ada, bahwa setiap
anggota DPR dalam menjalankan setiap fungsi-
fungsinya, ketika diantara mereka “sulit
mendapatkan titik temu”, maka harus
menyelesaikannya dengan cara musyawarah mufakat.
Dan kalau musyawarah mufakat tidak tercapai, maka
berlanjut dengan sistem voting. Oleh karena itu,
tindakan mosi tidak percaya yang dilakukan oleh KIH
adalah tidak jelas landasan hukumnya. Sehingga
benarlah, kalau tindakan itu dikatakan lagi-lagi
inkonstitusional.
Keempat, terkait adanya kecurigaan dan
ketakutan dari KIH jika semua posisi strategis
“disapu bersih, dibabat habis” oleh KMP kelak, akan
menghambat kinerja Presiden bersama dengan
Menterinya. Lagi-lagi argumentasi hukum tersebut
bukan bagian dari ‘legal isue” hukum ketatanegaraan.
Makalah DPR Tandingan Page 24
Hukum selalu berada dalam kepastian, bukan
kecurigaan, bukan ketakutan, apalagi mewakili
perasaan, bukan itu. Justru dalam hemat penulis,
dengan deadlock-nya DPR dalam situasi sekarang, malah
akan menghabat kinerja pemerintahan Jokowi-JK
(bahkan tidak menutup kemungkinan pemerintahan akan
mengalamai shutdown). Sebab bagaimana mungkin fungsi
check and balance dua organ kekuasaan, DPR dan
Presiden dapat menjalankan segala fungsinya, kalau
DPR tidak pernah solid untuk menjalankan segala
tugas dan kewenangannya, alih-alih sebab musababnya
perburuan “kue” kekuasaan saja.
Pada dasarnya apa yang terjadi di DPR saat
ini, dengan terbentuknya pimpinan DPR tandingan,
lakon politik itu sesungguhnya akan menghambat laju
dan perkembangan demokrasi. Dalam perspektif Hukum
Tata Negara, jelas tindakan demikian satupun tidak
ada landasan hukum dapat melegitimasinya. Sepanjang
DPR, kini tetap menjadikan parlemen sebagai arena
“gonto-gontokan” politik, adu kekuatan yang tidak
ada juntrungnya, sekali lagi ditegaskan bahwa
benar-benar tindakan tersebut adalah
inkonstitusional.
3.3.2 Melanggar Etik
Alangkah baik dan eloknya, jika KIH dan KMP
kembali “duduk bersama” dalam satu forum paripurna
Makalah DPR Tandingan Page 25
untuk menyelesaikan masalah intenal mereka. Kenapa
mereka tidak melakukan musyawarah mufakat dalam
pembagian secara proporsionals segala alat
kelengkapam DPR, bukankah DPR sebagai wakil rakyat
yang dipilih secara demokratis, saatnya menunjukan
teladan untuk “dewasa” dalam berdemokrasi. Sebab
kalau ini dibiarkan terus menerus, kekisruhan yang
tidak pernah redah, justru akan berakhir zero sum
game. Bisa-bisa seluruh fraksi, baik yang
mengatasnamakan KIH maupun KMP akan dituding
melanggar etik nantinya, karena meraka telah lalai
dalam menjalankan tugasnya. Jangan sampai gara-gara
kekisruhan atas perebutan jabatan strategis
disegala alat kelengkapan DPR, kelak publik melalui
segala elemennya, akan melakukan desakan hingga
gerakan “massif”, dengan mendesak Mahkamah
Kehormatan Dewan agar semua anggota DPR kiranya
dijatuhi sanksi etik
3.4 Akhir Drama DPR Tandingan
Fraksi-fraksi tergabung dalam Koalisi Merah Putih
(KMP) dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) menyudahi
perseteruan di DPR dengan dilaksanakannya
penandatanganan lima butir kesepakatan bersama.
Penandatangan kesepakatan tersebut dilaksanakan di
Gedung Nusantara IV DPR, Senayan, Jakarta, Senin 17
Nopember 2014.
Makalah DPR Tandingan Page 26
Dalam penandatangan kesepakatan damai tersebut,
fraksi parpol yang tergabung dalam KMP (Partai
Gerindra, Partai Golkar, PKS, PAN dan PPP pimpinan
Suryadharma Ali) diwakili oleh oleh Ketua Umum PAN M
Hatta Rajasa dan Sekjen Partai Golkar Idrus
MarhamSementara, fraksi parpol yang tergabung dalam KIH
(PDI Perjuangan, Partai Nasdem, Partai Hanura dan PPP
pimpinan M Romahurmuziy, diwakili oleh politisi PDI
Perjuangan Pramono Anung Wibowo dan Olly Dodokambey.
Selain itu, para ketua fraksi parpol dari KMP dan KIH,
serta Ketua Fraksi Partai Demokrat juga turut
menandatangai kesepakatan tersebut. Kesepakatan
tersebut tertuang dalam tiga berkas butir-butir
Kesepakatan Bersama KMP dan KIH sebagai berikut:
1. Bersepakat dan setuju untuk segera mengisi penuh
anggota Fraksi pada 11 komisi, empat badan dan satu
Majelis Kehormatan Dewan sehingga secara kelembagaan
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dapat segera bekerja
sesuai fungsi fungsinya secara optimal
2. Bersepakat dan setuju dalam rangka mengantisipasi
beban kerja dan dinamika kedepan serta menyesuaikan
dengan penambahan dan perubahan nomenklatur Kabinet
Kerja Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (2014-
2019), maka perlu untuk melakukan penambahan jumlah
1 (satu) wakil ketua pada 16 (enam belas) AKD
(seperti yang dimaksud pada angka 2 di atas) melalui
Makalah DPR Tandingan Page 27
perubahan pasal yang terkait dengan komposisi
Pimpinan Komisi, Pimpinan Badan dan Pimpinan MKD
dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MD3
(MPR, DPR, DPD dan DPRD,-red) dan Perubahan
Peraturan DPR RI Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata
Tertib DPR RI
3. Bersepakat untuk segera mengisi Pimpinan Alat
Kelengkapan Dewan yang masih tersedia (Badan
Anggaran dan Badan Urusan Rumah Tangga) dan
penambahan wakil ketua pada 3 (tiga) AKD yang
ditentukan secara musyawarah mufakat serta menambah
1 (satu) Wakil Ketua pada setiap komisi. Badan dan
MKD sebagai konsekuensi dan perubahan UU Tentang MD3
tanpa mengubah komposisi pimpinan yang sudah ada
sebelumnya
4. Bersepakat dan setuju melakukan perubahan ketentuan
terhadap Pasal 74 Ayat (3), ayat (4), ayat (5). dan
ayat (6) serta pasal 98 ayat (7), ayat (8), dan ayat
(9) UU Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan
DPRD, serta ketentuan Pasal 60 ayat (2) ayat (3) dan
ayat (4) Peraturan DPR RI Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Tata Tertib untuk dihapus, karena pasal-pasal
tersebut secara substansi sudah diatur pada pasal 79
pasal 194 sampai dengan pasal 227 Undang-undang MD3
Nomor 17 Tahun 2014
Makalah DPR Tandingan Page 28
5. Bersepakat dan setuju bahwa hal-hal teknis terkait
dengan pelaksanaan kesepakatan ini dituangkan dalam
kesepakatan Pimpinan Fraksi dan Koalisi Merah Putih dan
Pimpinan Fraksi dari Koalisi Indonesia Hebat yang
diketahui oleh Pimpinan DPR RI yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dan kesepakatan itu.
Makalah DPR Tandingan Page 29
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pejelasan mulai Bab I sampai Bab III diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa adanya DPR Tandingan
karena Menyusul terbentuknya susunan pimpinan komisi di
DPR RI yang ”disapu bersih” para politisi dari fraksi
yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih (KMP), tanpa
melibatkan fraksi-fraksi dari Koalisi Indonesia Hebat
(KIH). Dalam musyawarah mufakat pembentukan komisi, KIH
sengaja tak mengirimkan daftar nama legislatornya
karena menginginkan mekanisme musyawarah untuk mufakat
untuk memilih dan membentuk AKD harus disepakati.
Kekecewaan KIH yang tidak diberi kesempatan memimpin di
komisi dan AKD lainnya memicu keberatan yang berujung
pada mosi tidak percaya. Dengan begitu kubu KIH
membentuk pimpinan DPR sendiri seraya menolak keabsahan
pimpinan DPR yang ada termasuk pimpinan komisi yang
baru terbentuk.
Hukum Tata Negara sebagai landasan normatif,
dalam arti segala ihwal peristiwa ketatanegaraan harus
jelas landasan hukumnya. Dalam menelaah konstitusional
atau tidaknya pimpinan DPR tandingan yang “digawangi”
oleh KIH, berarti harus jelas acuan dan landasan
hukumnya. Pada aturannya in casu pimpinan DPR tandingan
Makalah DPR Tandingan Page 30
yang telah terbentuk saat ini di Senayan tidak
konstitusional dengan bersandar beberapa alasan.
Pertama, KIH dalam rapat paripurna pemilihan pimpinan
DPR sudah mengakui terpilihnya pimpinan DPR sebelumnya.
Kedua, dasar pembentukan DPR tandingan karena karena
mosi tidak percaya pada pimpinan DPR sebelumnya, juga
dapat dikatakan sebagai legal reasoning yang sesat,
keliru, bahkan tidak berdasar. Ketiga, jika kita membuka
dan menelusuri dasar hukumnya, baik dalam UUD NRI 1945
sampai peraturan di bawahnya, terutama UU MPR, DPR,
DPD, dan DPRD (UU MD3). Satupun tidak ada
pasal/ketentuan yang membuka “pintu tafsir” bagi
anggota DPR maupun sekumpulan fraksi, kiranya dapat
mengajukan mosi tidak percaya seputar masalah
internalnya. Keempat, terkait adanya kecurigaan dan
ketakutan dari KIH jika semua posisi strategis “disapu
bersih, dibabat habis” oleh KMP kelak, akan menghambat
kinerja Presiden bersama dengan Menterinya. Lagi-lagi
argumentasi hukum tersebut bukan bagian dari ‘legal isue”
hukum ketatanegaraan. Selain ke empat alasan tersebut,
pembentukan DPR Tandingan tersebut telah melangar etik
parlemen.
Namun konflik tersebut bisa terselesaikan, yaitu
Fraksi-fraksi tergabung dalam Koalisi Merah Putih (KMP)
dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) menyudahi perseteruan
Makalah DPR Tandingan Page 31
di DPR dengan dilaksanakannya penandatanganan lima
butir kesepakatan bersama.
4.2 Saran
Saran yang bisa diberikan menyusul adanya konflik
DPR Tandingan tersebut, kita sebagai warga negara
Indonesia yang baik sudah sepatutnya memberi contoh
yang baik kepada semua warga bagaimana cara kerja yang
baik, khususnya ditingkat parlemen atau birokrasi.
Karena sekali saja birokrasi menunjukkan kerja yang
bobrok, sulit untuk menanamkan sikap percaya rakyat
kepada pemerintah. Namun jika wakil rakyat tersebut
mampu menunjukkan eksistensi kerjanya di birokrasi,
akan mudah menarik hati rakyat untuk saling bekerjasama
membangun pemerintahan Indonesia menjadi lebih baik.
Makalah DPR Tandingan Page 32
Daftar Pustaka
id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Perwakilan_Rakyat (diakses
pada Sabtu, 22 Nopember 2014)
http://www.jpnn.com/read/2014/08/25/253870/Koalisi-
Merah-Putih-Dibentuk-Bukan-Untuk-Menangkan-Prabowo-
Hatta- (diakses pada Sabtu, 22 Nopember 2014)
http://www.skanaa.com/id/news/detail/ini-arti-koalisi-
merah-putih-bagi-akbar-tandjung (diakses pada Sabtu, 22
Nopember 2014)
http://mpi.or.id/koalisi-harus-produktif/ (diakses pada
Sabtu, 22 Nopember 2014)
http://www.beritarepublik.com/?p=6118 (diakses pada Sabtu,
22 Nopember 2014)
http://www.fiskal.co.id/berita/fiskal-12/3623/soal-dpr-
tandingan,-dari-kronologi-ini-anda-bisa-menilai
(diakses pada Sabtu, 22 Nopember 2014)
http://www.merdeka.com/politik/bikin-dpr-tandingan-kih-
dituding-tidak-dewasa-dalam-berpolitik.html (diakses
pada Sabtu, 22 Nopember 2014)
http://www.negarahukum.com/hukum/dprtandingan.html
(diakses pada Sabtu, 22 Nopember 2014)
http://www.tribunnews.com/nasional/2014/11/17/isi-
lengkap-draf-kesepakatan-damai-kmp-dan-kih (diakses
pada Sabtu, 22 Nopember 2014)
Makalah DPR Tandingan Page 33