Tanggapan Gereja Katolik terhadap Tuduhan Mark of The Beast (666)

22
TUGAS KITAB WAHYU Dismas Valens Salettia, Mahasiswa Tingkat VI Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng 1. Tesis Finley Tanda 666 adalah sebuah barcode yang menunjuk pada sebuah organisasi politik religius, yaitu Sistem Kepausan dalam Gereja Katolik Roma di Vatikan. Sistem kepausan ini telah menentang Allah dengan mengubah Hukum Tuhan tentang hari Sabbat. 2. Argumentasi Kitab Wahyu (Why.) dalam sudut pandang Mark Finley adalah sebuah perang antara yang baik dan yang jahat. Perang antara Kuasa Allah Yesus Kristus dan Kuasa Setan. Jadi fokus penulisan Why. adalah kemenangan Allah atas setan dan kejahatannya. Dalam pada itu tentang topik Mark of The Beast Finley mengajukan empat pertanyaan: 1) Siapakah Monster (The Beast) itu? 2) Apakah itu (666) seseorang atau sebuah organisasi? 3) Apakah arti 666? 4) Apa itu 666 (Mark of The Beast)? Lalu bagaimana menghindari tanda itu? Finley mengkritik orang beriman dengan mengatakan bahwa sering kali orang beriman menghadapi kritik terhadap Mark of the Beast ini dalam sudut pandang cinta kasih dan kemenangan dari Yesus. Monster (The Beast) hanya dapat dimengeri jika kita tahu apa yang menjadi tandanya? Dan bagaimana kita menghindarinya? The Beast adalah Representasi Kekuasaan Tanda 666 diibaratkan seperti sebuah cip komputer, yang akan dibenamkan dibawah kulit, oleh pemerintahan totaliter yang berharap untuk mengusahakan kendali penuh atas warga negara. Beberapa orang memiliki spekulasi bahwa tanda binatang akan berhubungan dengan barcode. Barcode yang diterapkan pada barang manufaktur, bisa juga mulai diterapkan pada manusia, antara lain lewat nomor kodifikasi yang digabungkan dengan sistem pemberian angka secara universal. Angka ini juga bisa diartikan seperti sebuah Angka Kesejahteraan Sosial (The Social Security Number) yang digunakan di Amerika Serikat. Pada faktanya, tanda binatang itu lebih luas dan jauh lebih mengancam dari pada barcode, nomor jaminan sosial atau implan cip RFID. Dalam pada itu jika 666 adalah sebuah tanda yang disematkan pada sebuah hewan atau monster (Beast) maka pertanyaan yang paling tepat adalah siapakah monster itu (who is the Beast)? Finley menafsirkan bahwa yang dimaksudkan dengan hewan itu adalah seorang

Transcript of Tanggapan Gereja Katolik terhadap Tuduhan Mark of The Beast (666)

TUGAS KITAB WAHYU

Dismas Valens Salettia, Mahasiswa Tingkat VI Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng

1. Tesis Finley

Tanda 666 adalah sebuah barcode yang menunjuk pada sebuah organisasi politik

religius, yaitu Sistem Kepausan dalam Gereja Katolik Roma di Vatikan. Sistem kepausan ini

telah menentang Allah dengan mengubah Hukum Tuhan tentang hari Sabbat.

2. Argumentasi

Kitab Wahyu (Why.) dalam sudut pandang Mark Finley adalah sebuah perang antara

yang baik dan yang jahat. Perang antara Kuasa Allah Yesus Kristus dan Kuasa Setan. Jadi

fokus penulisan Why. adalah kemenangan Allah atas setan dan kejahatannya.

Dalam pada itu tentang topik Mark of The Beast Finley mengajukan empat

pertanyaan:

1) Siapakah Monster (The Beast) itu?

2) Apakah itu (666) seseorang atau sebuah organisasi?

3) Apakah arti 666?

4) Apa itu 666 (Mark of The Beast)? Lalu bagaimana menghindari tanda itu?

Finley mengkritik orang beriman dengan mengatakan bahwa sering kali orang

beriman menghadapi kritik terhadap Mark of the Beast ini dalam sudut pandang cinta kasih

dan kemenangan dari Yesus. Monster (The Beast) hanya dapat dimengeri jika kita tahu apa

yang menjadi tandanya? Dan bagaimana kita menghindarinya?

The Beast adalah Representasi Kekuasaan

Tanda 666 diibaratkan seperti sebuah cip komputer, yang akan dibenamkan dibawah

kulit, oleh pemerintahan totaliter yang berharap untuk mengusahakan kendali penuh atas

warga negara. Beberapa orang memiliki spekulasi bahwa tanda binatang akan berhubungan

dengan barcode. Barcode yang diterapkan pada barang manufaktur, bisa juga mulai

diterapkan pada manusia, antara lain lewat nomor kodifikasi yang digabungkan dengan

sistem pemberian angka secara universal. Angka ini juga bisa diartikan seperti sebuah Angka

Kesejahteraan Sosial (The Social Security Number) yang digunakan di Amerika Serikat. Pada

faktanya, tanda binatang itu lebih luas dan jauh lebih mengancam dari pada barcode, nomor

jaminan sosial atau implan cip RFID.

Dalam pada itu jika 666 adalah sebuah tanda yang disematkan pada sebuah hewan

atau monster (Beast) maka pertanyaan yang paling tepat adalah siapakah monster itu (who is

the Beast)? Finley menafsirkan bahwa yang dimaksudkan dengan hewan itu adalah seorang

2

anak kecil yang tumbuh di Timur Tengah dan memberi peranan bagi perpolitikan dunia, yaitu

Adolf Hitler. Hitler adalah seorang dikatator yang pernah berkuasa di dunia.

Oleh karena itu yang dimaksud sebagai monster (The Beast) dalam Mark of The Beast

(666) dapat dijawab dengan mengeksplorasi Why. 13-1-2. Why. 13: 1-2 memperlihatkan 4

monster (beast), yaitu macan tutul naga, singa atau beruang yang merepresentasikan 4 negara

yang akan datang setelah Nabi Daniel datang (Bdk. Dan. 7:6). Dalam Why. 13: 1 Yohanes

mengatakan, "Saya melihat seekor binatang keluar dari laut. . . . " Finley menafsirkan bahwa

Laut dalam nubuatan Kitab Suci mewakili negara atau orang-orang, untuk Why. 17:15

mengatakan, "air yang Anda lihat. . . adalah masyarakat, orang banyak, bangsa, dan bahasa.

"Jadi binatang muncul dari daerah penduduk. Why. 13: 2 terus, "Binatang yang kulihat itu

serupa dengan macan tutul, dan kakinya seperti kaki beruang, dan mulutnya seperti mulut

singa." Berikut adalah binatang komposit. Yohanes menggunakan simbol-simbol yang sama

dengan yang Daniel gunakan ketika ia melambangkan Babel sebagai singa, Medo-Persia

sebagai beruang, Yunani sebagai macan tutul, dan Kekaisaran Romawi sebagai binatang

seperti naga. Keempat kerajaan itu memiliki kekuasaan yang besar pada masa itu.

Tanda 666 (The Mark of the Beast) menunjuk pada Organisasi Politik Religius

Finley dengan tegas mengatakan bahwa monster (The Beast) adalah simbol sebuah

representasi kekuasaan politik atau kekuasaan religius. Kekuasaan yang dibahas di sini adalah

merujuk kepada kekuasaan politik suatu kerajaan duniawi. Dalam arti itu monster yang

terbang atau naga adalah representasi dari sebuah kekuasaan yang muncul setelah Kerajaan

Persia dan Kerajaan Roma mengalami keruntuhan. Naga yang dibicarakan dalam Why. 12:4-

5 sebagai ―… ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya

ke atas bumi. Dan naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk

menelan Anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkan-Nya. Maka ia melahirkan

seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-

tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya‖.

Dalam arti itu naga itu berkuasa di zaman Yesus. Naga itu yang dulu mengejar Yesus

(yang dilahirkan dari seorang perempuan). Finley menceritakan tentang kisah Raja Herodes

yang takluk secara politik di bahwa kekuasaan Roma pernah dipakai oleh naga atau Setan

untuk membinasakan bayi Yesus, hingga Ia disalibkan pada masa Pontius Pilatus sebagai

gubernur di wilayah Palestina dari kekaisaran Romawi telah memainkan peran penting

sebagai agen dari naga (Setan) di dalam peristiwa penyaliban itu sampai toleransi terhadap

Gereja diberikan di masa kaisar Konstantin. Ini menunjukkan bahwa naga yang disebut si

3

ular tua yakni Iblis atau Setan adalah aplikasi atau arti primer dari Why. secara keseluruhan

yang menunjuk kepada identitas kuasa penyesatan sepanjang zaman. Dan naga di dalam

Why. 13 memiliki arti sekundernya merujuk kepada kekaisaran Roma kafir.

Why. 13:2 memberikan petunjuk pertama mengenai identitas atau jati diri monster

(the Beast) ini. Yohanes menulis: ―Dan naga itu memberikan kepadanya kekuatannya, dan

tahtanya dan kekuasaannya yang besar.‖ Finley bertanya, ‗Apakakah kuasa dari naga itu—

yang dijelaskan oleh nubuatan-nubuatan Daniel dan Wahyu sebagai lambang dari Setan yang

bekerja melalui kerajaan Roma kekafiran pernah memberikan kekuatan dan kekuasaannya

kepada sesuatu badan penerusnya? Dan apa yang menerima kerajaan dan kekuasaan itu?

Profesor Labianca dari Universitas Roma memberi kesaksian bahwa Gereja Katolik

menerima kekuasan dari Kaisar Roma. Bukti sejarahnya adalah pada tanggal 11 Mei 330,

Konstantin, kaisar Roma, memutuskan untuk memindahkan tahta kerajaannnya dari Roma ke

Byzantium. Byzantium adalah nama dalam Bahasa Roma tetapi kota itu menjadi terkenal

sebagai Konstantinopel.

Menurut Finley bahwa Konstantin tidak ingin meninggalkan Roma dalam sebuah

kekosongan politik, tetapi dia juga tidak ingin mengalihkannya kepada seorang pemimpin

politik nasional yang mungkin menjadi ancaman pada masa mendatang bagi kekuasaannya

sendiri. Maka gantinya, dia menawarkan kendali atas kota itu, bersama dengan sebuah

perbendaharaan dan sebuah pasukan, kepada pemimpin keagamaannya, yakni Uskup Roma.

Mark Finley mengutip apa yang dikatakan oleh Sejarawan Thomas Stanley. Stanley

menggambarkan peralihan dari kekuasaan politik kepada hierarki keagamaan itu dalam kata-

kata berikut: ―para paus mengisi tempat dari kaisar-kaisar Roma yang kosong itu, dengan

mewarisi kekuasaan, prestise, dan gelar-gelar mereka dari kekafiran…. Konstantin

menyerahkan semuanya kepada Uskup Roma…. Kepausan hanyalah hantu dari Kerajaan

Roma yang telah mati, yang duduk bermahkota di atas kuburannya.‖ Jadi Mark of the Beast

(666) yang awalnya menunjuk pada suatu organisasi politik akhirnya beralih pada sebuah

organisasi politik religius.

Organisasi Politik Religius itu adalah Sistem Kepausan dalam Gereja Katolik

Oleh karena itu dalam penelusuran akan The Mark of The Beast (666) kita perlu

bertanya dalam hati kita akan apa yang hendak Allah katakan atau ingatkan dengan peristiwa

ini. Finley mengatakan bahwa Allah sendiri telah menunjukkannya, yaitu Why. 13:8 ―dan

semua orang yang diam di atas bumi akan menyembahnya, yaitu setiap orang yang namanya

tidak tertulis sejak dunia dijadikan di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang telah

4

disembelih.‖ Finley menunjuk buktinya ini pada Gereja Katolik Roma dalam Sistem

Kepausan sebagai pewaris kekafiran Roma dan penguasa dunia.

Ada alasan yang mendukung pernyataan itu. Pertama, The Beast itu memiliki

kemampuan menjadi "Blasphemies" yang dalam terjemahan bahasa Indonesia bisa dikatakan

"Hujatan-Hujatan". Jadi The Blasphemies sama artinya dengan " yang menghujat atau yang

menyamakan diri dengan" Allah (Why. 13:5). Yesus dulu pernah difitnah menghujat Allah

(Yoh. 10:33). Tetapi Yesus adalah benar-benar Allah sehingga walaupun orang Yahudi tidak

mendengarkanNya tetapi apa yang dikatakan Yesus adalah kebenaran dan sungguh sebagai

sabda hidup kekal.

Kebohongan yang dilakukan oleh The Beast dilakukan oleh Gereja Katolik. Gereja

Katolik mengklaim diri bahwa “Kami [Paus] memegang jabatan Tuhan Yang Maha Kuasa

di bumi ini (Ensiklik Paus Leo XIII Praeclara Gratulationis Publicae Art. 304). Bahkan

Catholic National, Juli 1895 mengatakan bahwa, ―Paus bukan hanya perwakilan Yesus

Kristus, tapi dia adalah Yesus Kristus Sendiri, berselubung kemanusiaan.‖ Ungkapan

demikian tentu menghujat Allah (Bdk. Mrk 2:7) atau menyamakan diri dengan Allah padahal

hanya ada satu Allah (I Tim. 2:5). Allah yang satu itu tidak lain Dialah Yesus Kristus yang

menebus umat manusia (Ibr. 7:25).

The Blasphmies juga menunjuk pada Imam-imam Gereja Katolik yang mengklaim

bahwa Allah sendiri yang memberikan kuasa atas putusan imamnya untuk mengampuni dosa.

Kepausan mendirikan "sistem bilik pengakuan dosa" di mana dosa diakukan kepada Para

Imam Katolik yang juga manusia berdosa. Finley mengatakan bahwa dengan cara ini Gereja

Katolik melangkahi "Imam Besar" kita, Yesus Kristus (Ibr. 3:1, 8:1) yang adalah satu-

satunya Pengantara (Mediator) kita kepada Allah Bapa! (1 Tim. 2:5 "Karena Allah itu esa

dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus

Yesus")

Kedua, Finley juga menuduh Sistem Kepausan Gereja Katolik sebagai The Beast

berdasarkan Dan. 7:25 mengatakan bahwa tanduk kecil itu akan menganiaya orang-orang

kudus milik Yang Mahatinggi selama satu masa, dua masa dan setengah masa. Dalam

bahasa Ibrani "masa" artinya "tahun." Jadi satu masa, dua masa dan setengah masa berarti

tiga setengah tahun. Dengan demikian tiga setengah tahun itu bila dihitung adalah 1260

hari (1th = 360hr => 3.5 x 360) dan dalam nubuatan Kitab Suci satu hari adalah satu tahun

(Yeh. 4:6).

Dalam Sejarah Gereja Katolik Roma pernah berkuasa selama jangka waktu 1260

tahun (538 - 1798). Kekuasaan Kepausan (Papacy) dimulai tahun 538 M, pada saat yang

5

terakhir dari ketiga kerajaan Arian tercabut. Kekuasaannya berlangsung hingga tahun 1798

ketika Jenderal Berthier, atas perintah Napoleon, menahan Paus dengan harapan bisa

mengakhiri Paus Pius VI dan kekuasaan politik Kepausan. Periode waktu ini merupakan

penggenapan tepat dari nubuatan 1260 tahun (538 - 1798). Tragedi itu adalah luka yang

mematikan bagi Kepausan, tapi luka itu mulai sembuh dan masih terus membaik sampai

sekarang ini!

Finley menjelaskan bahwa 1260 tahun kekuasaan pemerintahan dari Kepausan ini

disebut Dark Ages. "Dark" karena para imam (priests) melarang orang untuk membaca atau

bahkan memiliki Kitab Suci. Selama ratusan tahun lamanya, hanya imam yang diizinkan

untuk membaca Kitab Suci sehingga orang-orang berada dalam "kegelapan" dan "takhayul

(superstition)". Pada zaman kegelapan itu, jika seseorang tertangkap dengan Kitab Suci maka

orang tersebut akan diseret keluar dari rumah, digantung pada tiang, dan dibakar hidup-hidup.

Ketiga, jumlah angka 666 itu tertuju kepada salah satu Gelar Paus sebagai Vicaris

Filii Dei. Dalam kaitannya dengan itu dalam Kitab Suci angka tujuh merupakan

kesempurnaan, kelengkapan. Di sisi lain, jumlah enam mewakili kesalahan manusia,

ketidaksempurnaan. Jadi simbol angka 666 merupakan sebuah kesalahan besar! Why. 13: 17-

18 mengatakan dengan jelas bahwa "jumlah binatang itu. . . .. adalah jumlah laki-laki " Lebih

khusus lagi, itu" Why. 15:2 berkata, ―bilangan itu adalah bilangan seorang manusia‖, dan

mengatakan bahwa angka itu adalah ―bilangan namanya.‖ Pertanyaanya siapakah pemimpin

Kepausan? Paus! Dama nama resmi Paus dikutipan dari Our Sunday Visitor, 15 Nov 1914

adalah Vicarius Filii Dei (Wakil Anak Allah). Finley sadar bahwa paus telah memiliki

banyak gelar yang berbeda, tetapi gelar resmi yang mencakup semuanya yang digunakan

dalam upacara penobatan setiap paus baru, adalah Vicarius Filii Dei atau Wakil Anak Allah.

Dalam numerik Romawi kuno Vicarius Filii Dei=666 (enam ratus enam puluh enam).

V = 5

I = 1

C = 100

A = 0

R = 0

I = 1

U = V = 5

S = 0

JUMLAH = 112

F = 0

I = 1

L = 50

I = 1

I = 1

JUMLAH = 53

D = 500

E = 0

I = 1

JUMLAH = 501

112 + 53 + 501

JUMLAH TOTAL =

666

6

Sistem Kepausan memindahkan Hari Tuhan dari Hari Sabatth

Setelah mulai terungkap tanda 666 dalam Why. maka kita perlu mencari tahu Tanda

Tuhan atau Simbol Tuhan dalam Why. Hal itu sudah terjawab dalam Why. 7:2-3. Simbol

Tuhan adalah simbolisasi dalam Rm. 4:11, yaitu sebuah tanda sunat itu diterimanya sebagai

meterai kebenaran berdasarkan iman yang ditunjukkannya. ―Tanda itu harus disimpan dan

dimeteraikan di antara murid-muridKu‖ (Yes 8:16). Tanda itu dijelaskan secara eksplisit

dalam Why. 20:12 yang mengatakan bahwa ―Hari-hari Sabat-Ku juga Kuberikan kepada

mereka menjadi peringatan di antara Aku dan mereka, supaya mereka mengetahui bahwa

Akulah TUHAN, yang menguduskan mereka.‖

Sistem Kepausan Gereja Katolik telah mengubah Hukum Tuhan tentang Sabbat itu ke

Hari Minggu. Finley mengatakan bahwa dalam kekafiran Gereja Katolik hendak menganiaya

―kekristenan‖ dengan memindahkan Hari Sabbath (Kel. 20:8, 11) sebagai hari Tuhan ke Hari

Minggu. Paus Victor I merasa bertanggungjawab untuk mempertahankan apa yang telah

dilakukan oleh Paus Sixtus dengan memerintahkan agar semua yang tidak setuju dengan

perayaan hari Minggu pada musim semi, dipecat. Sabbath adalah hari yang sungguh

ditetapkan Tuhan dalam Sepuluh Perintah Allah.

Jadi isu sentral dari identitas 666 bukanlah suatu hal yang mudah, tetapi soal

pemujaan dan penyembahan yang juga menjadi isu utama dalam seluruh Kitab Wahyu.

Kepausan (Papacy) telah mengubah Hukum Allah. Di dalam Katekismus Gereja Katolik

(The Catechism of the Catholic Church ), Kepausan telah menghapus hukum ke-2 yang

melarang manusia untuk membuat patung dan berdoa di depannya dan mengubah hukum ke-

4 tentang hari Sabat menjadi hari Minggu.

Sikap seperti ini sama dengan memuja berhala dan Allah siap menghukum para

pemuja berhala (Why. 14:6-7). Dan hukuman ini berlaku untuk setiap orang dari segala suku,

bahasa dan bangsa bahwa nanti akan ada kedatangan Yesus Kristus untuk kedua kalinya.

Kembali ke sabbath adalah sebuah keutamaan karena Hari Sabbath adalah hari dimana

semua makhluk datang menyembah Tuhan. Itulah tujuan Why. yaitu untuk menembalikan

komitmen manusia. Komitmen pada kehendak Allah sendiri, yang salah satunya adalah

beribadah kepada Tuhan pada hari Sabbath. Alasan Gereja Katolik mengklaim hari minggu

sebagai Hari Tuhan terdapat dalam Catholic Record 1 Sept 1923. Finley menilai bahwa ini

adalah sebuah kekeliruan karena Tuhan berkehendak agar ibadah dibuat pada hari Sabath

sedangkan Gereja Katolik membuatnya pada hari minggu.

Why. hendak mengingatkan umat beriman akan bahaya di sekitarnya, tidak lagi

seperti yang terjadi ketika zaman Nabi Nuh dan Nabi Daniel. Why. hendak mengajak orang

7

Kristen untuk menentukan posisi dan sikapnya dalam iman agar tidak kaget menghadapi

akhir zaman. Dalam Kitab Suci Yesus sendiri berjanji dalam Mat. 6:33 Tetapi carilah dahulu

Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.‖

3. Kesimpulan

1) Angka 666 adalah sebuah barcode pada sebuah Kartu Identitas. Angka 666 itu tertuju pada

kekuasaan politik dan religius yang dominan. Ia menafsirkan secara sangat personal Mark

of The Beast (666) dalam Why 13-1-2. Ia mengatakan bahwa angka 666 awalnya

menunjuk pada suatu organisasi atau kekuatan politik atau kekuatan religius yang hendak

menguasai dunia.

2) Finley menuduh Gereja Katolik sebagai pewaris kekafiran dalam kapasitasnya sebagai

suatu kekuatan politik religius dunia. Finley beralasan bahwa Gereja Katolik mewarisi

kekuasaan kafir dari Kekaisaran Roma (Konstantinus). Jadi otoritas kepausan berasal dari

kekafiran Roma.

3) Dalam pada itu angka 666 tertuju pada Sistem Kepausan dalam Gereja Katolik. Alasannya

ada tiga, yaitu Gereja Katolik telah menghujat Allah, Gereja Katolik pernah menganiaya

orang-orang, selama 1260 tahun, dan Paus sebagai Pimpinan Gereja Katolik Roma sebagai

Vicarius Filii Dei adalah representasi dari angka 666.

4) Aturan Gereja tentang hari minggu sebagai hari Tuhan adalah sesuatu yang keliru karena

Tuhan Yesus Kristus sendiri pada waktu penciptaan telah menetapkan Hari Sabbath.

Sabbath itu bukan pada Sunday tetapi pada Saturday Itu harus disucikan sepanjang masa,

dan harus dikuduskan selama satu hari penuh (dari matahari terbenam sampai ke matahari

terbenam). Pesan Allah dalam Why. jelas untuk itu, yaitu supaya tradisi pemujaan seperti

yang diminta oleh Allah sendiri tetap dijaga.

4. Tanggapan terhadap Argumen Finley

Dalam situasinya itu Finley membuat sebuah scriptura scriptura Interpretato, namun

demikian ia menggunakannya dengan kurang tepat karena dilandasi oleh teologi yang kurang

valid. Teologi yang dibangun oleh Mark Finley sangat subjektif sesuai dengan identitasnya

sebagai evangelist dalam Gereja Mesehi Advent Hari Ketujuh. Kitab Suci adalah pesan Allah

dalam bahasa manusia yang dipengaruhi oleh waktu, tempat dan kebudayaan tertentu. Oleh

karena itu Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang kitab Suci mengatakan,

―Untuk mengerti dengan seksama apa yang hendak ditegaskan oleh pengarang suci

dengan tulisannya, harus benar-benar diperhatikan dengan baik cara-cara yang lazim

8

dipakai oleh orang–orang pada zaman pengarang itu dalam merasa, berbicara dan

bercerita, maupun juga cara-cara di dalam pergaulan timbal balik antara manusia pada

zaman itu‖ (DV, art. 12).

Unsur-unsur manusiawi itu tidak mengurangi kewibawaannya sebagai Sabda Allah. Oleh

karena itu Gereja Katolik tidak mengatakan menganut sola scriptura‖, tetapi masih ada

tradisi dan magisterium Gereja yang berdiri sejajar di sampingnya untuk menyokong

kehadiran sabda Allah dalam Kitab Suci1

The Mark of The Beast adalah Sebuah Bahasa Simbolik

Dengan tanpa mendalami simbolisasi dan konteks sekitar penulisan Why. tuduhan

Finley bahwa 666 itu tertuju pada suatu kekuatan religius politik tertentu sungguh tidak

mendasar. Why. merupakan buku terakhir dari Perjanjian Baru, termasuk dalam jenis sastera

apokaliptik.2 Adapun latar belakang jenis sastra ini adalah umat Allah yang sedang

menderita, dikejar-kejar musuh Allah dan mengalami krisis iman yang cukup hebat. Tidak

jarang di tengah penderitaan dan kesukaran hidup yang hebat semacam itu orang beriman

menjadi putus asa dan mengira bahwa Allah tidak peduli lagi pada mereka. Mereka pun

melihat bahwa dunia ini terlalu jahat, tak ada harapan untuk bisa dipertahankan. Satu dua

abad menjelang kedatangan Yesus Kristus ke dunia, dan masih sesudahnya juga, jenis sastra

apokaliptik berkembang subur di kalangan orang Yahudi.3

Dalam sastra apokaliptik itu diungkapkan iman pengarang bahwa dunia yang jahat ini

suatu saat akan berakhir dan Allah akan menggantinya dengan dunia yang baru. Allah tidak

tinggal diam; suatu saat Allah akan mengadakan intervensi dan akan menang secara definitif

atas Iblis. Gambaran yang aneh dan lambang yang tidak selalu mudah ditebak maknanya,

seperti 666 (The Mark of The Beast) dibuat agar para kaisar penindas tidak sampai

memahaminya. Tanda 666 (The Mark of The Beast) adalah sebuah bahasa simbolik.

Penggunaan simbol dalam sastra apokaliptik dimaksudkan untuk menyingkap rahasia sejarah

dunia yang akan berakhir dengan kemenangan Allah. Meskipun para ahli berpendapat bahwa

sastra apokaliptik mengandung unsur-unsur sejarah tetapi apa yang diuraikan dalam kitab

apokaliptik bukanlah sejarah dalam arti sepenuhnya atau sebenarnya.4

1 C. Groenen, ―Pentingnya Kerasulan Kitab Suci bagi Umat‖, dalam kerasulan Kitab Suci, (Jakarta: Lembaga

Biblika Indonesia, 1977), hlm. 7-10. 2 Apokaliptik berasal dari kata kerja Yunani apokalypto yang berarti ―membuka atau menyingkap sesuatu yang

terselubung.‖ 3 Pheme Perkins ―Wahyu‖ dalam Dianne Bergant. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius,

2002)¸hlm. 477. 4 Ibid.,

9

Pada masa yang sulit, yakni masa pengejaran dan penindasan oleh para kaisar

Romawi, orang-orang Kristen perlu mendapat penghiburan. Iman mereka perlu diteguhkan.

Mereka perlu diyakinkan bahwa Iblis beserta kaki tangannya nampaknya menang, namun itu

semua cuma sementara waktu saja. Suatu saat Iblis akan dikalahkan dan dibelenggu serta

dihukum untuk selama-lamanya (Why. 20). Suatu saat langit dan bumi yang lama ini diganti

dengan langit dan bumi yang baru (Why. 21). Why. memberikan pola-pola atau model-model

peristiwa yang berlaku sepanjang jaman. Mark Finley tidak menggunakan fungsi paranetik

itu yang terdapat dalam Why. secara benar karena argumennya lebih pada kepentingan

pribadi dan golongan tertentu. Why. tidak bisa ditafsirkan ayat demi ayat dan setiap hal

dihubungkan terus dengan sejarah dunia dari dulu sampai sekarang.5

Identitas Monster (Who is the Beast?) menunjuk pada seseorang: Kaisar Nero

Finley menuduh bahwa angka 666 dalam Why. 13:18 adalah Paus di Roma. Dalam

Why. digambarkan ada tiga musuh Allah (Why. 12; 13; 16:13; 19:20 dan 20:10). Ketiga

musuh Allah itu merupakan tiga serangkai yang ingin meniru Tritunggal Mahakudus. Mereka

itu adalah naga yang melambangkan Iblis atau Satan (Why. 12:9) beserta kedua binatang

yang menjadi kaki tangannya, yaitu binatang yang keluar dari lautan (Why. 13:1-10) dan

yang keluar dari permukaan bumi (Why. 13:11-18).

Kebanyakan ahli tafsir (Protestan maupun Katolik) berpendapat bahwa binatang yang

muncul dari laut adalah para kaisar Romawi, karena macam-macam alasan, utamanya karena

ciri-ciri binatang yang dilukiskan di situ cocok sekali dengan ciri-ciri para kaisar Romawi

dahulu. Why. 13:3 melukiskan bagaimana satu dari tujuh kepala binatang yang keluar dari

laut itu ―seperti kena luka yang membahayakan hidupnya, tetapi luka yang membahayakan

hidupnya itu sembuh …‖ Hal ini justru cocok dengan kaisar Nero yang pernah mencoba

bunuh diri dengan menusuk lehernya sendiri. Tetapi menurut legenda dia itu tidak sampai

mati, melainkan tetap hidup dan bersembunyi di negeri lain; suatu hari ia akan kembali untuk

merebut takhta. Kebanyakan penafsir ilmiah Why., baik dari pihak Protestan maupun dari

pihak Katolik, berkeyakinan bahwa ―binatang‖ dalam Why. 13 itu adalah Kaisar Roma.6

Binatang yang bertanduk dua seperti domba (Why. 13:11-18). Siapakah yang

dilambangkan oleh binatang kedua ini? Berdasarkan perbandingan dengan Why. 19:20 dan

20:10 bisa disimpulkan bahwa binatang kedua (yang adalah kaki tangan naga dan binatang

5 Stephen C. Doyle, Apocalypse: A Catholic Perspective on the Book of Revelation (New York: St. Anthony

Messenger Press, 2005), hlm. 5-7. 6 H. Pidyarto Gunawan, Umat Bertanya, Romo Pid Menjawab 7. (Yogyakarta : Kanisius, 2006), hlm. 114.

10

pertama tadi) adalah para imam atau nabi di Asia Kecil yang bertugas di kuil-kuil kafir

Romawi. Mereka itu orang setempat maka digambarkan muncul dari permukaan bumi.

Mereka ikut mempropagandakan pendewaan kaisar Romawi dan membujuk bahkan

memaksa rakyat dengan segala macam tipu muslihat agar mereka mau menyembah patung

kaisar. Hal ini terbukti dari sejarah kuno.Tetapi baiklah kita segera kembali pada

pembicaraan pokok kita, yakni tentang binatang yang pertama (Why. 13:1-10). Angka 666

yang disebut pada Why. 13:18 mengacu pada binatang pertama, jadi mengacu pada

kekaisaran Romawi, utamanya dalam diri kaisar Nero.7

Untuk dapat memahami tafsiran ini perlu kita ketahui bahwa setiap alfabet Ibrani

berfungsi juga sebagai angka, misalnya huruf pertama (alef) sama dengan 1, huruf kedua

(bet) sama dengan 2, huruf kesebelas (kaf) sama dengan 20, huruf kedua belas (lamed) sama

dengan 30, dan seterusnya. Hal yang sama juga terjadi pada bahasa Yunani: huruf pertama

(alfa) sama dengan 1, huruf kedua (beta) sama dengan 2, dan seterusnya. Binatang yang

menjadi kaki tangan Iblis itu namanya berjumlah 666.8

Tapi kemudian ada pertanyaan ada alternative Qsr Nrw (Kesar Nero) yang hanya

berjumlah 616 saja? Nama kaisar Nero dalam bahasa Latinnya tidak berakhiran ―n‖ tetapi

berbunyi ―Nero‖ saja. Kalau dibaca secara demikian, maka QSR NRW hanya berjumlah 616.

Dalam manuskrip atau naskah kuno dari kitab Wahyu yang tertulis adalah angka 616, bukan

666. Kalau begitu, baik angka 666 yang dimuat oleh kebanyakan manuskrip maupun angka

616 (yang dimuat oleh beberapa naskah kuno) dapat dicocokkan dengan nama kaisar Nero:

qsr nrwn (=666) maupun qsr nrw (616).9

Dengan uraian di atas sebagai latar belakang, marilah kita menilai ucapan Joseph

F.Berg yang dikutip E.G. White dalam buku ―The Great Apostasy‖: ―Sekarang kami

menantang dunia untuk menemukan suatu nama lain yang mengandung bilangan yang sama

dalam tiga bahasa (Yunani, Ibrani dan Latin). Pertanyaan-pertanyaan atau keberatan-

keberatan kita kepada ucapan Joseph F. Berg ini adalah sebagai berikut: Apa dasar yang dia

pakai untuk menafsirkan bahwa penulis Why 13:18 menyuruh pembacanya untuk menebak

makna 666 itu sekaligus dalam tiga bahasa, yakni Ibrani, Yunani dan Latin (dengan mengacu

7 Abe Arganiosa, The Sign Of The Beast diunduh di https://catholicfaithdefender.wordpress.com/category/666/

(10 Mei 2015) 8 Ventje Runtulalo, Catatan Kuliah Tafsir Kitab Wahyu (Pineleng: Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng)

29 April 2015. 9 Ibid.,

11

pada Yoh 19:20)? Tidak ada dasarnya untuk menghubungkan Why. 12:18 dengan Yoh.

19:20.10

Kalaupun ada hubungan antara Why. 13:18 dengan Yoh. 19:20, tetap ada hal yang

sama sekali tidak pas. Dalam Yoh 19:20 yang ditulis dalam tiga bahasa itu adalah satu

kalimat/frasa yang sama, yang dalam bahasa apapun akhirnya berbunyi: Yesus Orang Nazaret

Raja Orang Yahudi. Namun dalam teori J.F. Berg di atas, yang ditemukan adalah tiga hal

yang berbeda-beda. Untuk bahasa Latin Berg menemukan gelar paus Vicarius Fillii Dei.

Untuk bahasa Yunani ia memakai penemuan Santo Irenaeus, yakni kata Lateinos (yang

berarti ―orang Latin‖). Dan untuk bahasa Ibrani ia menemukan kata benda Romiith, yang

berarti kerajaan Romawi. Lalu masih ada pertanyaan mendasar ini: bagaimana mungkin ia

mengidentikkan paus dengan kekaisaran Romawi? Tidak sama, bukan? Bagaimana ia

menyamakan begitu saja ―orang Latin‖ dengan Gereja Katolik atau dengan para paus di

Roma?11

Cara menghitung huruf-huruf Latin juga tidak bisa diterima. Mengapa perhitungan

Vicarius Filii Dei’ hanya berdasar huruf-huruf Romawi yang kebetulan dipakai untuk

menyebut bilangan, yakni huruf D (=500); C (=100); L (=50); V (=5) dan I (=1), sedangkan

huruf-huruf lain (A, R, S, F, E) diberi nilai nol saja. Kalau begitu sistim penghitungannya

tidak sama dengan sistim penghitungan kata Yunani (Lateinos) dan kata Ibrani (Romiith).

Bukankah untuk kata Yunani dan Ibrani tersebut setiap huruf dihitung? Bagaimana mungkin

sistim penghitungannya tidak konsisten? Bisakah pembaca kitab Wahyu mereka-reka

semacam itu, padahal gelar ―Vicarius Filii Dei‖ atau Vicarius Christi‖ untuk paus belum ada

pada waktu kitab Wahyu ditulis?12

Jawaban yang paling tepat bias ditemukan menurut kebanyakan ahli tafsir, angka 666

itu harus dicari dalam diri seorang manusia. Why. 13:18 sendiri mengatakan, angka 666 itu

adalah ―bilangan seorang manusia‖, bukan bilangan gelar paus (seperti Vicarius Filii Dei‖,

Wakil Anak Allah), bukan pula bilangan suatu kata benda (seperti Romiith, = kekaisaran

Roma). Sekali lagi, yang harus ditemukan di balik misteri angka 666 itu adalah nama seorang

manusia! Di samping itu, bagaimana dengan naskah kitab Wahyu yang memuat angka 616?

Tak cocok lagi bukan dengan teori Joseph F.Berg? Sedangkan, kalau nama manusia yang

dimaksud adalah kaisar Nero, maka kedua versi naskah Yunani itu (baik yang menulis 666

maupun 616) bisa dihubungkan dengan nama kaisar yang sama, kaisar Nero; perbedaannya

10

H. Pidyarto Gunawan, Umat Bertanya, Romo Pid Menjawab 5 (Yogyakarta : Kanisius, 2006), hlm. 26. 11

Ibid., hlm. 27 12

Ibid.,

12

cuma cara menyebutnya: Neron (ucapan orang Yahudi) atau Nero (ucapan orang Latin) yang

kedua-duanya terbukti dipakai orang dalam sejarah.13

Otoritas Gereja Katolik berasal dari Yesus Kristus

Finley juga menuduh bahwa Paus ataupun para imam Katolik menghujat Allah

dengan mengaku sebagai ―Kristus‖. Paus sebagai penerus Rasul Petrus, memang adalah

wakil Kristus di dunia, namun Paus sendiri tidak pernah menyatakan diri sendiri sebagai

Tuhan ―Penyelamat‖ atau Mesias dunia. Paus memimpin Gereja sebagai seorang pelayan,

mengikuti teladan Yesus sendiri. Ini sangat berbeda dengan klaim yang dibuat oleh kaisar

Nero yang menanggap diri sendiri sebagai tuhan.

Pandangan yang mengatakan bahwa Paus menentang Allah tidak benar. Mereka

memang beralasan bahwa Paus Leo XIII dalam surat ensikliknya, Praeclara Gratulationis

Publicae (The Reunion of Christendom), 20 Juni 1894 mengatakan, ―We hold upon this earth

the place of God Almighty.‖ Oleh karena untuk memahami makna pernyataan ini, mari

membaca keseluruhan paragraf dalam surat ensiklik itu, agar kita dapat mengetahui

konteksnya:

―Tetapi karena Kami (Paus) di dunia ini memegang tempat/ menampilkan teladan

Tuhan yang Maha Besar, Yang menghendaki semua orang diselamatkan dan

memperoleh pengetahuan akan Kebenaran, dan kini bahwa umur Kami yang telah

lanjut dan kepahitan kekhawatiran mendesak Kami di penghujung akhir yang umum

terjadi pada setiap manusia yang fana, Kami terdorong untuk mengikuti teladan

Penebus dan Tuan kami, Yesus Kristus, Yang, ketika hampir kembali ke Surga,

memohon kepada Allah Bapa-Nya, di dalam doa yang khusuk, bahwa para Murid dan

pengikut-Nya menjadi sepikir dan sehati: Aku berdoa … supaya mereka semua

menjadi satu, sebagaimana Engkau Bapa, ada di dalam Aku dan Aku di dalam

Engkau: bahwa mereka juga menjadi satu di dalam Kita. Dan sebagaimana doa dan

permohonan ilahi ini tidak hanya melibatkan jiwa-jiwa yang percaya kepada Yesus

Kristus pada saat itu saja, tetapi kepada setiap orang dari mereka yang menjadi

percaya kepada-Nya, doa ini tetap menjadi bagi kami alasan yang pasti untuk

menyatakan pengharapan Kami dengan penuh percaya diri, dan untuk membuat

semua upaya- upaya yang mungkin agar orang- orang di setiap suku bangsa dan iklim

dapat dipanggil dan digerakkan untuk memeluk kesatuan Iman yang ilahi.‖14

13

Ibid., hlm. 28. 14

“But since We hold upon this earth the place of God Almighty, Who will have all men to be saved and to come

to the knowledge of the Truth, and now that Our advanced age and the bitterness of anxious cares urge Us on

towards the end common to every mortal, We feel drawn to follow the example of Our Redeemer and Master,

Jesus Christ, Who, when about to return to Heaven, implored of God, His Father, in earnest Prayer, that His

Disciples and followers should be of one mind and of one heart: I pray … that they all may be one, as Thou

Father in Me, and I in Thee: that they also may be one in Us. And as this Divine Prayer and Supplication does

not include only the souls who then believed in Jesus Christ, but also every one of those who were henceforth to

believe in Him, this Prayer holds out to Us no indifferent reason for confidently expressing Our hopes, and for

making all possible endeavors in order that the men of every race and clime should be called and moved to

13

Di sini Paus tidak mengatakan bahwa ia adalah Allah. Paus hanya mengatakan ia

memegang tempat/ menampilkan teladan Tuhan, sebagaimana dicontohkan Tuhan Yesus

yang berdoa kepada Allah Bapa agar para murid dan pengikut-Nya menjadi satu. Maka klaim

Paus ini bukanlah klaim penghujatan akan Allah, melainkan merupakan pernyataan tugas

yang diembannya sebagai wakil Kristus untuk mengikuti teladan Kristus.

Selanjutnya klaim dari Catholic National tahun 1895 yang marak dikutip di situs-

situs anti-Katolik, ―The Pope is not only the representative of Jesus Christ, but he is Jesus

Christ, Himself, hidden under the veil of flesh” tidak dapat diverifikasi kebenarannya, karena

tentang apakah Catholic National itu -apakah majalah atau buku- tidak dapat diketahui; dan

oleh karena itu tidak dapat dijadikan patokan, sebab pernyataan itu bukan pernyataan resmi

Gereja Katolik.

Gereja Katolik adalah Gereja yang didirikan oleh Kristus sendiri. Yesus sendiri

mengatakan bahwa Kata Yesus kepadanya:

"Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu

kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Aku pun berkata kepadamu:

Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan

alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan

Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan

di dunia ini akan terlepas di sorga." (Mat. 16:17-19)

Adapun salah satu sifat Gereja Katolik adalah apostolik, yang berarti bahwa iman

kekatolikkan merupakan warisan dari iman para rasul. Dalam pada itu ajaran Gereja Katolik

berasal dari Kristus dan para rasul, sehingga anjuran untuk tidak mendengarkan Gereja

Katolik atau menolak Gereja Katolik sebenarnya bertentangan dengan ajaran Yesus Kristus

sendiri. Sebab Yesus berkata kepada para rasul dan muridNya, ―Barangsiapa mendengarkan

kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan

barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.‖ (Luk. 10:16).

Gereja Katolik mengklaim dapat mengampuni dosa, itu adalah karena kuasa yang

diberikan oleh Yesus sendiri kepada para rasul (lih. Yoh. 20:23), Para Rasul diberi kuasa oleh

Yesus untuk mengampuni dosa: ―Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni.‖

(Yoh 20:23) ―Allah,‖ kata Paulus dalam II Kor. 5: 18 ―telah mempercayakan pelayanan

pendamaian itu kepada kami.‖ Para Uskup dan Imam Gereja Katolik, sebagai pewaris hak

istimewa para Rasul, memiliki kuasa untuk melaksanakan pelayanan pendamaian (Sakramen

embrace the Unity of Divine Faith.― Paus Leo XIII, ―Praeclara Gratulationis Publicae‖ diunduh dari

http://www.papalencyclicals.net/Leo13/l13praec.htm (12 Mei 2015)

14

Tobat) dan mengampuni dosa dalam nama Yesus Kristus. Gereja Katolik memiliki Tradisi

suci yang dapat ditelusuri berasal dari para rasul dan Kristus sendiri, maka klaim itu dapat

dibuat oleh Gereja Katolik.15

Lalu tentang imam yang diberi kuasa untuk mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh

dan Darah Kristus dalam Ekaristi, itu juga merupakan sesuatu yang berakar dari pengajaran

Kristus dan para rasul. Yesus sendiri yang memerintahkan para murid untuk melaksanakan

peringatan perjamuan kudus tersebut (Mat. 26:26-29; Mrk. 14:22-25; Luk. 22:15-20); di

mana Ia mau sungguh-sungguh hadir kembali, sehingga mereka yang tidak dengan layak

makan Tubuh-Nya dan minum Darah-Nya dalam Ekaristi ini, mendatangkan hukuman

terhadap dirinya sendiri (lih. 1 Kor 11:23-30).

Tradisi Perjamuan Kudus/ Ekaristi sudah ada sejak jaman para rasul (lih. Kis 2:42)

dan ini dimungkinkan karena Kristus memberi kuasa kepada para imam-Nya untuk bertindak

dan berkata-kata atas nama-Nya untuk menghadirkan Diri-Nya di tengah Gereja yang

dikasihi-Nya, yang kepadanya Yesus telah mengorbankan Diri di kayu salib. Gereja Katolik

mengimani ―transsubstansiasi‖ (perubahan hakiki). Konsekuensinya Gereja Katolik percaya

bahwa dengan wafat-Nya, Kristus memperolehkan bagi kita jasa-jasa, dan melalui Misa,

menganugerahkan kepada kita jasa-jasa dan ganjaran yang diperoleh-Nya atas Kurban-Nya

yang Berdarah, melalui Kurban-Nya yang Tak Berdarah dalam Misa.16

Adapun kuasa untuk mengampuni dosa dan ekaristi tidak diberikan kepada sembarang

orang. Kuasa itu sendiri diberikan sebagai ungkapan atas tujuh tingkatan dalam pelayanan,

sakramentalitas tahbisan dan unsur karakter hierarki Gerejani. Jadi, tuduhan bahwa para

imam menyamakan diri dengan Yesus Kristus karena melaksanakan peran in persona Christi

pada saat memberikan sakramen-sakramen, adalah bentuk penghinaan kepada Kristus yang

memberikan kuasa kepada mereka. Para imam hanya dapat melakukan tugas imamat mereka

karena kuasa yang mereka terima dari Kristus, sehingga yang mereka lakukan tersebut adalah

―perpanjangan‖ karya Kristus di dunia. Mereka tidak mencari kemuliaan diri sendiri, mereka

tidak melakukan tugas imamat mereka di luar persatuan mereka dengan Kristus.17

Dalam konteks ekumene sendiri Gereja Katolik sendiri tidak pernah menolak Gereja

Katolik Orthodoks dan Kristen Protestan atau mengatakan bahwa gereja mereka tidak boleh

dipercayai. Gereja Katolik mengajarkan bahwa saudara-saudari kita yang Kristen non-

15

Gregory L. Klein, Pastoral Foundations of the Sacraments: A Catholic Perspective (New York: Paulist Press,

1998), hlm. 103. 16

Joseph M. Champlin. The Eucharist: A Mystery of Faith (New York: Paulist Press, 1998), hlm. 71. 17

Gregory L. Klein, Pastoral Foundations of the Sacraments: A Catholic Perspective, hlm. 121.

15

Katolik adalah saudara-saudari kita dalam Kristus, walaupun mereka tidak bersatu

sepenuhnya di dalam Gereja Katolik (Bdk. LG 15, UR 3).

Jawaban atas Kontroversi Hari Sabat

Gereja Katolik tidak pernah mengubah sepuluh perintah Allah. Kitab Suci sendiri

tidak menyebutkan penomoran kesepuluh perintah Allah itu. Pengelompokan/ penomoran itu

dilakukan oleh para Bapa Gereja yaitu oleh Origen dan St. Agustinus. Pengelompokan

kesepuluh perintah Allah menurut gereja-gereja Timur dan Protestan mengikuti Origen,

sedangkan menurut Gereja Katolik dan Lutheran mengikuti St. Agustinus.18

Tentang Sabbath patokan penentuan hari Tuhan oleh Gereja itu adalah hari

kebangkitan Kristus sendiri, dan hal inilah yang telah diterapkan oleh para rasul dan jemaat

sejak kebangkitan Yesus, yang terjadi di hari pertama Minggu bukan pada hari ketujuh yaitu

pada hari Sabtu. Jadi yang menentukan perubahan ini, yang bermakna penggenapan makna

hari Sabat adalah Kristus.

Sabat (Ibrani: shabbath) adalah dimulai dari hari jumat sore (matahari terbenam)

sampai Sabtu sore (matahari terbenam). Pada prinsipnya Allah menginginkan manusia untuk

menyembah-Nya secara khusus, karena Allah adalah Pencipta dan Pemelihara kehidupan.

Sabat, hari ke tujuh dalam penciptaan, adalah hari khusus yang diberkati dan dikuduskan oleh

Allah, karena Allah berhenti dari segala pekerjaan ciptaan yang telah dibuat-Nya (lih. Kej.

2:2-3; Kel. 20:11). Oleh karena Sabat adalah hari yang dikuduskan oleh Allah, maka Allah

melarang umat-Nya untuk bekerja pada hari Sabat (Kel. 20:9-11). Sabat merupakan tanda

peringatan antara manusia dengan Allah dan menjadikannya perjanjian kekal (lih. Kel. 31:13;

Kel. 31:16; Kel. 31:17). Lebih lanjut Allah juga memerintahkan untuk memelihara hari Sabat

(Im. 19:3, Im. 19:30) dan yang melanggar hari Sabat dihukum mati (lih. Kel. 31:14; Kel.

31:15; Bil. 15:32-36). Dengan kata lain hari Sabat memang ditentukan oleh Tuhan sendiri

yang harus dijalankan oleh umat-Nya secara turun-temurun.19

Dalam injil Yesus sendiri beberapa kali berdebat dengan kaum Farisi yang

memberikan beban yang tak tertanggungkan kepada manusia (Mat. 23:4) dan kemudian

Yesus menyatakan bahwa hari Sabat dibuat untuk manusia, bukan sebaliknya (Mrk. 2:27).

Yesus sendiri menyembuhkan orang pada hari Sabat dan membela muridnya ketika mereka

mengambil makanan di ladang, dan Yesus mengutip tentang apa yang dilakukan oleh Daud

18

John J. Pasquini, Catholic Answers to Protestant Questions: The Conscise Summa for Catholic’s Apologetics

(New York: Pine Like Road Suite, 2001), hlm. 9. 19

Ibid., hlm. 15

16

(Mat. 12:3; Mrk. 2:25; Luk. 6:3; Luk. 14:5). Lebih lanjut, Rasul Paulus menegaskan bahwa

hari Sabat tidak mengikat umat Kristen (Kol. 2:16; Gal. 4:9-10; Rom. 14:5-6). Demikian pula

Rasul Yohanes menuliskan wahyu yang diterimanya pada hari Tuhan (Why. 1:10).20

Kebangkitan Tuhan adalah menjadi pokok iman Kristen dan kebangkitan Yesus

terjadi pada hari Minggu, yang disebut sebagai hari pertama di dalam minggu (Luk. 24:1).

Setelah kebangkitan-Nya, Tuhan Yesus menampakkan diri dalam perjalanan ke Emmaus, dan

melakukan pemecahan roti di depan murid-murid-Nya pada hari kebangkitan-Nya, yaitu hari

Minggu, hari pertama minggu itu (Luk. 24:13-35, Luk. 24:1). Jemaat Kristen perdana yang

non Yahudi merayakan hari Tuhan pada hari Minggu (Kis. 20:7; 1 Kor. 16:2). Maka

perayaan Hari Tuhan bagi umat Kristen adalah hari Minggu yang dikatakan sebagai hari

pertama di dalam minggu, dan bukan hari terakhir dalam minggu (bukan Sabat).21

Perbandingan hari Minggu Kristen dengan hari Sabat menurut visi Perjanjian Lama

mendorong besarnya perhatian pandangan-pandangan teologis. Secara khusus, di sana timbul

kaitan yang unik antara Kebangkitan dan Penciptaan. Pandangan Kristen secara spontan

menghubungkan Kebangkitan Kristus, yang terjadi ―di hari pertama minggu itu‖, dengan hari

pertama dari hari kosmik (lih. Kej 1:1-24) yang membentuk kisah Penciptaan di Kitab

Kejadian: hari penciptaan terang (lih. Kej 1:3-5). Kaitan ini mengundang sebuah pemahaman

Kebangkitan sebagai awal dari ciptaan yang baru, buah-buah sulung yang tentangnya Kristus

yang mulia adalah, ―yang sulung dari segala ciptaan‖ (Kol 1:15) dan ―yang sulung dari antara

orang mati‖ (Kol 1:18).22

Peralihan dari pemeliharaan hari Sabat ke pemeliharaan hari Minggu adalah proses

yang berangsur-anggur yang dimulai pada suatu waktu sebelum tahun 150 M dan diteruskan

hampir tiga abad. Ada suatu usaha oleh beberapa Kristen untuk menjelaskan bahwa mereka

bukanlah orang Yahudi; oleh karena itu, mereka meninggalkan hari Sabat dan memihak

kepada hari Minggu. Eusebius, salah seorang dari para ahli sejarah gereja yang terkemuka

pada zaman itu, menulis dalam bukunya Commentary on Balm 92, "Segala sesuatu yang

wajib dilakukan pada hari Sabat, ini telah kami pindahkan ke hari Tuhan, karena semua itu

lebih layak pada hari tersebut, karena hari itu mendapat prioritas dan tingkatan pertama, dan

lebih terhormat dari pada hari Sabat Yahudi." Keputusan resmi yang pertama dari gereja

memihak kepada hari Minggu diambil di Majelis Laodekia pada abad. keempat. Tetapi,

20

Edward McDonald, Where Is It in the Bible?: The Summa of Catholic Apologetics (New York: Ignatius Press,

2009), hlm. 91. 21

Samuele Bacchiocchi, From Sabbath to Sunday: A Historical Investigation of the Rise of Sunday Observance

in Early Christianity (Roma: Biblical Perspectives, 2000), hlm. 150. 22

Ibid, hlm 75.

17

hukum yang berhubungan dengan pemeliharaan hari Minggu memerincikan pemeliharaan

sebagai alasan untuk tidak memelihara hari Sabat.23

Mengapa kesucian hari Minggu dikembangkan? Pertama, itu adalah suatu usaha

supaya jangan seperti orang Yahudi dan dengan demikian untuk menghindarkan

penganiayaan. Kedua, setelah Roma semakin berkuasa dia menempatkan pengaruhnya. di

pihak hari Minggu, bukan di pihak hari Sabat. Ketiga, sebagai akibat pengaruh Roma hari

Minggu dibuat menjadi masalah hukum gereja sebagaimana dengan tradisi-tradisi lain yang

tidak sesuai dengan kitab suci.24

KGK 2174 menegaskan bahwa Hari Minggu adalah hari Tuhan karena hari Minggu

menjadi perayaan karya penciptaan Allah. Hari Minggu diidentikkan dengan perayaan

Paskah yang disinari oleh kemuliaan Kristus yang bangkit sebagai perayaan "Penciptaan

Baru". Rasul Paulus dalam suratnya kepada umat di Kolose: "Karena di dalam Dialah telah

diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang

tidak kelihatan...segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia" (Kol. 1:16). Kehadiran

Yesus Kristus dalam karya penciptaan Allah diwahyukan sepenuhnya dalam Misteri Paskah

di mana Kristus yang telah bangkit dari antara orang mat! sebagai yang sulung dari antara

orang-orang yang telah meninggal (1 Kor. 15:20) membentuk penciptaan baru dan memulai

proses serta mengantar proses penciptaan itu kepada kepenuhannya supaya Allah menjadi

semuanya dalam segalanya (1 Kor. 15: 24.28).

Hari Minggu merupakan sakramen perjumpaan mingguan dengan Kristus yang

bangkit dan menampakkan diri karena kehadiran-Nya di tengah kita yang berhimpun

bersama. Dalam perjumpaan ini, umat beriman setiap kali berkesempatan mengalami misteri

Paskah yang akan lebih memperteguh identitasnya sebagai pengikut Kristus. Para pengikut

Kristus dipanggil bersama oleh Tuhan yang telah bangkit dan yang telah mengurbankan

hidupnya demi mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai berai

(Yoh. 11:52). Dapat dikatakan bahwa hari Minggu adalah sakramen kehadiran Kristus yang

telah bangkit di tengah Gereja. Kegembiraan akan kehadiran itu diungkapkan dalam Syahadat

(Aku Percaya) sebagai ungkapan iman yang menunjukkan bahwa Kristus satu-satunya

sumber kehidupan.25

Paus Beato Yohanes Paulus II, Dies Domini, 20-25 memberikan suatu kesimpulan..

―… Dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan dalam Dia kamu turut dibangkitkan

23

Ibid., 24

Ibid., hlm. 275 25

Peter Kraaft, Handbook of Catholic Apologetics: Reasoned Answers to Questions of Faith (Washington:

Ignatius Press, 2009), hlm. 351

18

juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari

orang mati…‖ (Kol. 2:12; lih. Rom. 6:4-6). Liturgi menggarisbawahi dimensi baptis dari hari

Minggu, baik dengan menyebutnya sebagai perayaan baptisan- sebagaimana pada Malam

Paska- pada suatu hari dalam minggu ―ketika Gereja memperingati Kebangkitan Tuhan‖, dan

dengan menganjurkan pemercikan air suci sebagai ritus tobat yang layak di awal Misa, yang

mengingatkan akan saat Baptisan yang melaluinya lahirlah semua kehidupan Kristiani.‖

Suplemen: Tanggapan terhadap Finley dan Gerakan Adventis Milennialism

Finley melakukan tafsiran yang sungguh tidak kontekstual dengan menunjuk pesan

untuk masa dulu dan menyamakan makna pesan itu untuk situasi di masa sekarang. Finley

dan Gerakan Advent hari Ketujuh sendiri sangat terinspirasi dengan Gerakan Milenialisme.26

Gerakana Milenialisme mengkaitkan kedatangan Yesus yang kedua dengan Kerajaan 1000

tahun yang disebutkan dalam Why. 20:1-6. Gerakan Milenialisme terbagi dalam tiga

pandangan yang berbeda. Gerakan Pre-millennialism27

berpandangan bahwa kedatangan

Kristus sebelum kerajaan 1000 tahun. Sedangkan Gerakan Post-millennialism28

berpandangan bahwa kedatangan Kristus sesudah kerajaan 1000 tahun. Akhirnya

amillennialism melihat bahwa 1000 tahun tersebut adalah simbol yang mengacu pada arti

jangka waktu yang lama. sedangkan pelepasan ikatan Iblis itu dihubungkan dengan kejayaan

singkat suatu apostasy yang besar yang memuncak pada kejayaan Anti-Kristus.

26

Millenialisme dari "milenium" bahasa Latin untuk ‗seribu tahun‘ adalah keyakinan oleh beberapa pemeluk

Kristen bahwa akan ada ‗surga di bumi‘ di mana Kristus akan memerintah selama 1000 tahun - sebelum

KedatanganNya Yang Kedua dan penghakiman akhir atas seluruh umat manusia. Keyakinan ini terutama

berasal dari Why. 20:1-6. Kelompok-kelompok milenarian biasanya mengklaim bahwa masyarakat masa kini

dan para penguasanya korup, tidak adil, atau menyimpang. Karena itu mereka percaya bahwa mereka akan

segera dihancurkan oleh suatu kekuatan yang dahsyat. Sifat yang berbahaya dari status quo ini selalu dianggap

tidak dapat diubah tanpa adanya perubahan dramatis yang telah diharapkan. Catherine Wessinger, The Oxford

Handbook of Millennialism (London: Oxford University Press, 2000), hlm. 25. 27

Ada tendensi bahwa Gerakan Milenialisme tidak lagi mengharapkan kerajaan 1000 tahun melalui kemajuan

sejarah manusia. Sebaliknya, mereka mengakui bahwa dimensi kehidupan manusia akan mengalami

kemunduran di dalam hal iman dan moral. Maka timbullah paham Pre-millennialism, di mana keadaan manusia

akan semakin memburuk, menjelang akhir jaman/ kedatangan Yesus yang kedua kali. Ibid., hlm. 26 28

Post-millenialism mencapai puncaknya pada abad 18-19 pada komunitas Anglo- Amerika, yang ditandai

dengan pandangan optimistik tentang sejarah manusia, yang menuju kepada kemajuan secara universal.

Pandangan ini mengharapkan 1000 tahun kejayaan Kristus yang akan tercapai dalam sejarah manusia. Pada

akhir periode kejayaan ini, Iblis akan dilepaskan, perang Armageddon akan terjadi dan Kristus akan kembali

datang dengan kemulian-Nya. Kerajaan 1000 tahun menurut pandangan ini mengacu kepada keadaan ideal di

segala bidang, yang dihubungkan dengan revolusi politik dan keadilan sosial. Menarik di sini, bahwa ide ini

bahkan juga mempengaruhi mental para atheists, seperti Marxism, Nazism dan regim totalitarian lainnya.

Namun, dewasa ini, lama-kelamaan faham ini menjadi kurang populer, karena terjadinya kejadian-kejadian

brutal di abad ke- 20, dan juga penurunan standar moral, di mana orang-orang tidak lagi menerapkan ajaran

iman dan moral Kristiani. Maka pandangan akan kemajuan optimistik akan sejarah manusia dianggap menjadi

terlalu naïf. Ibid.,

19

Paham milenialisme sendiri tentang Nero mengikuti perspektif Preterist Post-

Milennialism. Pandangan Historical (Post-Tribulation) Pre-Milennialism dan Pre-Tribulation

Pre-Milennialism menafsirkan angka 666 sebagai simbol kejahatan, 1 angka kurang dari 7 (3

kali pengulangan angka sempurna), dan jika seandainya menyimbolkan nama seseorang,

nama tersebut tidak diketahui saat itu, tetapi baru akan diketahui pada waktu yang tepat.

Perspektif Amilennealism menafsirkannya sebagai ketidaksempurnaan, kejahatan, dan juga

simbol dari Domitian.29

Tentang hal ini: Kaum Milenialisme sering mengutip Why. 13:16-18:

Dan ia menyebabkan, sehingga kepada semua orang, kecil atau besar, kaya atau

miskin, merdeka atau hamba, diberi tanda pada tangan kanannya atau pada dahinya, dan tidak

seorang pun yang dapat membeli atau menjual selain dari pada mereka yang memakai tanda

itu, yaitu nama binatang itu atau bilangan namanya. Yang penting di sini ialah hikmat:

barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu

adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam."

Jadi, dengan pemahaman ini, diyakini – baik dahulu maupun sekarang – bahwa setiap

orang, agar dapat masuk ke dalam sistem ekonomi ini, harus memiliki Bilangan Sang

Binatang dalam bentuk tertentu yang dicapkan pada diri mereka. Hal ini membangkitkan

spekulasi tentang sifat tanda tersebut. Para kaisar Romawi di zaman dahulu akan

memaksakan kematian syahid atas mereka yang menolak mengenakan tanda ini. Pada suatu

saat setelah munculnya, ada sejumlah besar orang Yahudi yang akan beralih memeluk agama

Kristen dan memberitakan Injil setelah orang-orang Kristen disingkirkan melalui

Pengangkatan.

Tentang hal ini St. Yohanes Krisostomus (347-407) juga percaya bahwa

―pengangkatan‖ orang beriman akan terjadi bersamaan dengan kedatangan Kristus kembali

dengan mulia di akhir sejarah manusia, untuk membangkitkan orang-orang mati dan

menghakimi dunia. Dalam komentarnya terhadap 1 Tes 4:15-17 dia menjawab pertanyaan,

―Kalau Kristus hendak turun ke dunia, mengapa kita perlu ‗diangkat‘? Jawabnya adalah:

―demi menghormati Dia.‖30

Di sini Santo Yohanes menghubungkan pengangkatan dengan

kebiasaan di masyarakat kuno, yang menyambut raja yang datang menuju tempat tujuannya.

29

Ibid., hlm. 111. 30

St. John Chrysostom, dalam Homilies on Thessalonians, VIII, ―When a king drives into a city, those who are

in honor go out to meet him; but those who are condemned await the judged inside the city. And at the coming

of an affectionate father, his children and all those who are worthy to be his children are taken out to Him in

chariot, so that they may see him and kiss him. But those of his servants who have offended him remain inside

the house. We are carried upon the chariot of our Father. For He received Christ up in the clouds, and we shall

be caught up in the clouds [see Acts 1:9]. Do you see how great is the honor? And as He descends, we go forth

to meet Him…so shall we be with Him.― (see 1 Tes 4:17). Peter Kraaft, Handbook of Catholic Apologetics:

Reasoned Answers to Questions of Faith (Washington: Ignatius Press, 2009), hlm. 242.

20

Bahkan hal ini juga terjadi pada keluarga, di mana ketika ayah datang, maka anak-anak

datang menyambutnya.

Namun demikian Mark Finley dan Gerakan Milenialisme sebenarnya terlalu berfokus

pada jumlah seribu tahun itu. Jikalau kita menuruti struktur syair yang dipakai dalam Why.

serta memahami "seribu tahun" dari sudut seluruh doktrin Alkitab, sebenarnya sangatlah

sederhana : 1.000 = 10 x 10 x 10, yang menunjukkan angka yang sempurna. Arti angka

"seribu" yang dipakai dalam Why. 20 ini bukan sepenuhnya secara harfiah. Lantaran angka

sepuluh mengandung arti "genap". Kristus diurapi sebagai Raja di dalam kekekalan (Mzm. 2:

7; Ibr. 1:8-9). Ia menjadi Raja dari selama-lamanya hingga selama-lamanya (Luk. 1:32-33;

Why. 11:15-17). KerajaanNya adalah yang rohani, sorgawi, melintasi ruang dan waktu (Bdk.

Ibr. 8:1-2; 9:11,24; 12:22-24,28; Why. 4:2-11;5:7-14;15:3-4;17:14;19:11-17).31

Tentang Gerakan Milenialisme Katekismus Gereja Katolik 676 mengatakan bahwa.

―Kebohongan yang ditujukan kepada Kristus ini selalu muncul di dunia, apabila orang

mengkhayalkan bahwa dalam sejarahnya mereka sudah memenuhi harapan mesianis,

yang hanya dapat mencapai tujuannya sesudah sejarah melalui pengadilan

eskatologis. Gereja telah menolak pemalsuan Kerajaan yang akan datang (Bdk. DS

3839). juga dalam bentuknya yang halus, yang dinamakan ―milenarisme‖, tetapi

terutama bentuk politis dari mesianisme sekular yang secara mendalam bersifat salah

(Bdk. GS 20-21).

Berhadapan dengan Gerakan Milenialisme sendiri Magisterium Gereja Katolik

memang memilih dengan tenang untuk teguh berpegang pada Tradisi yang diajarkan oleh

para Bapa Gereja. Intinya, kedatangan Yesus yang kedua hanya terjadi satu kali, tiba-tiba dan

tak dapat diketahui sebelumnya oleh manusia, dan Kristus akan datang dengan kemuliaan-

Nya. Gereja Katolik tidak meramalkan siapakah Antikristus, ataupun menghubungkan

skenario Dan. dan Why.32

Namun bukan berarti refleksi tentang akhir zaman diacuhkan sebab

permenungan akan akhir dunia akan sangat berguna untuk meletakkan kehidupan sehari-hari

dalam perspektif yang benar, agar kita tidak terlena. Hal akhir zaman ini memang layak kita

cermati, walaupun itu hanya menyadarkan kita bahwa kita mempunyai beberapa

kemungkinan jawaban daripada sesuatu yang sudah pasti.

Kesimpulan

Berhadapan dengan segala tuduhan ini, sebagai orang Katolik, saya tak merasa

gelisah jika mendengar tentang pengajaran tentang Sistem Kepausan Gereja dan Hari Sabbat

31

Edward McDonald, Where Is It in the Bible?: The Summa of Catholic Apologetics, hlm. 256. 32

Jon Gjerde,S. Deborah Kann, Catholicism and the Shaping of Nineteenth-Century America (London:

Cambridge, 2012), hlm. 95.

21

zaman. Fitnahan yang tidak mendasar itu apalagi menghitung tahun dan waktu kedatangan

Yesus yang kedua, karena besar kemungkinan hal itu tidak benar, seperti yang telah terbukti

dalam sejarah manusia, khususnya yang berusaha menafsir Why. seperti yang dialami oleh

Komunitas Ranting Daud (Wi Ranch Apocalyse). Hasil hitungan kita akan hanya menambah

panjang daftar kekeliruan ramalan manusia akan perhitungan akhir jaman, sebab Tuhan

sendiri mengatakan bahwa kita tidak akan tahu hari mana Ia akan datang (Mat. 24:42). Pada

dasarnya, Allah ―menghendaki semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan

kebenaran‖ (1 Tim 2:4).

Oleh karena itu manusia perlu berjuang untuk hidup kudus, dengan mengasihi Tuhan

dan sesama, sesuai dengan panggilan hidupnya. Oleh karena keselamatan tidak ditentukan

oleh apa status seseorang, entah sebagai kaum awam atau kaum religius tertahbis (LG 5).

Pada akhirnya, memang hanya Tuhan yang dapat menentukan keselamatan. Akhirnya,

daripada berpayah-payah menduga siapa-siapa yang masuk neraka, lebih baik berjuang untuk

hidup dalam kekudusan, supaya kita bisa didapati-Nya siap sedia untuk masuk dalam

Kerajaan Surga.

Daftar Pustaka

Buku

Bacchiocchi, Samuele. From Sabbath to Sunday: A Historical Investigation of the Rise of

Sunday Observance in Early Christianity (Roma: Biblical Perspectives, 2000.

Champlin. Joseph M, The Eucharist: A Mystery of Faith. New York: Paulist Press, 1998.

Doyle, Stephen C. Apocalypse: A Catholic Perspective on the Book of Revelation. New York:

St. Anthony Messenger Press, 2005.

Groenen, C. “Pentingnya Kerasulan Kitab Suci bagi Umat”, dalam kerasulan Kitab Suci,

Lembaga Biblika Indonesia, 1977.

Gunawan, H. Pidyarto. Umat Bertanya, Romo Pid Menjawab 7. Yogyakarta : Kanisius, 2006.

--------------------------. Umat Bertanya, Romo Pid Menjawab 5. Yogyakarta : Kanisius, 2006.

Gjerde. Jon, dan S. Deborah Kann, Catholicism and the Shaping of Nineteenth-Century

America. London: Cambridge, 2012.

Klein, Gregory L. Pastoral Foundations of the Sacraments: A Catholic Perspective. New

York: Paulist Press, 1998.

Kraaft, Peter. Handbook of Catholic Apologetics: Reasoned Answers to Questions of Faith.

Washington: Ignatius Press, 2009.

22

McDonald, Edward. Where Is It in the Bible?: The Summa of Catholic Apologetics (New

York: Ignatius Press, 2009.

Pasquini, John J. Catholic Answers to Protestant Questions: The Conscise Summa for

Catholic’s Apologetics (New York: Pine Like Road Suite, 2001.

Perkins Pheme, ―Wahyu‖ dalam Dianne Bergant Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta:

Kanisius, 2002

Wessinger, Catherine. The Oxford Handbook of Millennialism. London: Oxford University

Press, 2000.

Internet dan Catatan Kuliah

Arganiosa, Abe ―The Sign Of The Beast‖ diunduh di

https://catholicfaithdefender.wordpress.com/category/666/ (10 Mei 2015)

Paus Leo XIII, ―Praeclara Gratulationis Publicae” diunduh dari

http://www.papalencyclicals.net/Leo13/l13praec.htm (10 Mei 2015)

Runtulalo, Ventje. Catatan Kuliah ―Tafsir Kitab Wahyu‖ Pineleng: Sekolah Tinggi Filsafat

Seminari Pineleng 29 April 2015.