STUDI SPRITUAL SUFISKTIK ISLAM

33
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tasawuf merupakan khazanah Islam klasik dan merupakan satu dimensi Islam yang bersifat esoteris. Para peneliti Timur dan Barat melakukan banyak research dalam bidang ini karena dimensi esoteris Tasawuf telah melahirkan daya tarik yang luar biasa. Tasawuf pada satu sisi sebagai metode suluki dalam perjalanan ruhani menuju Tuhan dan pada sisi yang lain Tasawuf merupakan rumusan-rumusan konsep ruhani yang dihasilkan melelui proses mukasyafah ruhani. Yang pertama disebut tasawuf praktis dan kedua disebut tasawuf filosofis ataupun teoritis. 1 Dalam pembahasan lain, tasawuf juga merupakan salah satu bidang studi Islam yang memusatkan perhatian pada pembersihan aspek rohani manusia yang selanjutnya dapat menimbulkan akhlak mulia. Pembersihan aspek rohani atau batin ini selanjutnya dikenal sebagai dimensi esoterik dari diri manusia. Hal ini berbeda dengan aspek Fiqih, khususnya bab thaharah yang memusatkan perhatian pada pembersihan aspek jasmaniah atau lahiriah yang selanjutnya disebut sebagai dimensi eksoterik. Islam sebagai agama yang bersifat universal dan mencakup berbagai jawaban atas berbagai kebutuhan manusia, selain menghendaki 1 Khalid Al Walid, Tasawuf Mulla Sadra, Bnadung: Muthahhari Press, 2005, hal.177

Transcript of STUDI SPRITUAL SUFISKTIK ISLAM

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tasawuf merupakan khazanah Islam klasik dan merupakan satu

dimensi Islam yang bersifat esoteris. Para peneliti Timur dan

Barat melakukan banyak research dalam bidang ini karena dimensi

esoteris Tasawuf telah melahirkan daya tarik yang luar biasa.

Tasawuf pada satu sisi sebagai metode suluki dalam perjalanan

ruhani menuju Tuhan dan pada sisi yang lain Tasawuf merupakan

rumusan-rumusan konsep ruhani yang dihasilkan melelui proses

mukasyafah ruhani. Yang pertama disebut tasawuf praktis dan kedua

disebut tasawuf filosofis ataupun teoritis. 1

Dalam pembahasan lain, tasawuf juga merupakan salah satu

bidang studi Islam yang memusatkan perhatian pada pembersihan

aspek rohani manusia yang selanjutnya dapat menimbulkan akhlak

mulia. Pembersihan aspek rohani atau batin ini selanjutnya

dikenal sebagai dimensi esoterik dari diri manusia. Hal ini

berbeda dengan aspek Fiqih, khususnya bab thaharah yang

memusatkan perhatian pada pembersihan aspek jasmaniah atau

lahiriah yang selanjutnya disebut sebagai dimensi eksoterik.

Islam sebagai agama yang bersifat universal dan mencakup berbagai

jawaban atas berbagai kebutuhan manusia, selain menghendaki

1 Khalid Al Walid, Tasawuf Mulla Sadra, Bnadung: Muthahhari Press, 2005,hal.177

2

kebersihan lahiriah juga menghendaki kebersihan batiniah,

lantaran penilaian yang sesungguhnya dalam Islam diberikan pada

aspek batinnya. Hal ini misalnya terlihat pada salah satu syarat

diterimanya amal ibadah, yaitu harus disertai niat.

Melalui studi tasawuf ini seseorang dapat mengetahui tentang

cara-cara melakukan pembersihan diri serta mengamalkannya dengan

benar. Dari pengetahuan ini diharapkan ia akan tampil sebagai

orang yang pandai mengendalikan dirinya pada saat berinteraksi

dengan orang lain, atau pada saat melakukan berbagai aktivitas

dunia yang menuntut kejujuran, keikhlasan, tanggung jawab,

kepercayaan dan sebagainya. Dari suasana yang demikian itu,

tasawuf diharapkan dapat mengatasi berbagai penyimpangan moral

yang mengambil bentuk seperti manipulasi, korupsi, kolusi,

penyalahgunaan kekuasaan dan kesempatan, penindasan.2

B. Perumusan Masalah

Makalah yang sederhana ini akan dipaparkan beberapa istilah

kata-kata kunci seperti tasawuf, sufi dan tariqat, sumber dan

perkembangan pemikiran tasawuf, variasi praktek tasawuf,

pendekatan utama dalam kajian tasawuf, tokoh dan karya utama

dalam kajian tasawuf, signifikansi dan kontribusi metodologi

studi tasawuf dalam Islam.

2 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 235

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi istilah kunci dalam spiritual sufisktik islam

a. Definisi etimologis sufi:

Secara teori etimologis akar kata dari Sufi adalah Safa

ا) ف� ,(ص�������� yang berarti kemurnian, disebutkan pemberian nama

4

shufiyah karena kesucian hatinya dan kebersihan tingkah

lakunya.3

Selanjutnya, ada yang berpendapat bahwa kata tersebut

berasal dari kata shaff yang berarti barisan. “Satu kaum

berkata, bahwasanya mereka menamakan shufiyah karena mereka

berada pada barisan (shaf) terdepan di sisi Allah ‘Azza wa

Jalla dengan ketinggian cita-cita mereka kepada-Nya dan

kesungguhan mereka untuk bertemu dengan-Nya dan ketegaran

(ketetapan) hati mereka di sisi-Nya. 4

Ada juga yang berpendapat bahwa sufi berasal dari kata

shaf, yakni barisan dalam sholat. Pemakai wol pada saat itu

adalah sebagai simbol kesederhanaan dan kemiskinan. Lawannya

ialah memakai sutra, oleh orang-orang yang mewah hidupnya

dikalangan pemerintahan. Kaum sufi sebagai golongan yang

hidup sederhana dan dalam keadaan miskin, tetapi berhati

suci dan mulia, menjauhi pemakaian sutra dan sebagai

gantinya memakai wol kasar.5

Kata ‘shufi’ berhubungan dengan perkataan ahl al-shuffah,

yaitu nama yang diberikan kepada sebahagian fakir miskin di

kalangan orang-orang Islam pada masa awal Islam. Mereka

adalah di antara orang-orang yang tidak punya rumah, maka

3 M. Jamil, Cakrawala Tasawuf: Sejarah, Pemikiran dan Konstektualitas,

(Jakarta: Gaung Persada Pers, 2007), cet.2, h.2

4 Ibid5 Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme Dalam Islam, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1973), h.57.

5

mereka menempati gubuk yang telah dibangun oleh Rasulullah

di luar masjid di Madinah.6

Pandangan lain yang umum adalah kata itu berasal dari

Suf ( وف� bahasa Arab untuk wol, merujuk kepada jubah ,(ص�������

sederhana yang dikenakan oleh para asetik Muslim. Namun

tidak semua Sufi mengenakan jubah atau pakaian dari wol.

Bagaimanapun, seperti yang ditegaskan oleh Ibnu Khaldun

bahwa seseorang tidak begitu saja dapat disebut sebagai

seorang sufi hanya dikarenakan ia memakai pakaian yang

terbuat dari wol kasar. Pakaian ini menggambarkan bahwa

mereka adalah orang yang sangat sederhana yang tidak

menampilkan diri dengan pakaian-pakaian yang bagus, halus

dan mahal. Hal ini terlihat dari kata suf itu sendiri yang

berarti kain wol kasar. Ini menggambarkan ketidak cendrungan

mereka kepada kehidupan duniawi.7

Selain sebagai simbol pengasingan dari dunia,

penisbatan pada kata shuuf juga didasari bahwa para sufi

bukanlah orang-orang yang spesialis dalam bidang ilmu

tertentu, seperti penamaan fuqaha pada mereka ahli fikih,

muhadtis ahli hadist, mufassir ahli tafsir. Seorang sufi

juga tidak bisa disifati dengan keadaan-keadaan (ahwal) dan

maqam tertentu, karena mereka kerap berpindah dari hal dan

6 Abul ‘Alaa ‘Afify, Fil al-Tashawwuf al-Islam wa Tarikhihi,

(Iskandariyah: Lajnah al-Ta’lif wa al- Tarjamah wa al-Nasyr, tt.), p,66.

7 Ibn Khaldun, Al-Muqaddimah, (Beirut: Dar al-Fikri, t.t), h.370-371

6

maqam satu ke yang lainnya, atau dalam istilah Al-

Suhrawardi; ‘ Al-Shufi Ibnu Waqtihi’, para sufi adalah anak

dari zamannya. Jadi penisbatan nama dengan pakaian yang

dikenakan merupakan penisbatan yang bersifat umum, yang

mencakup karakteristik paling menonjol dari para sufi yang

membedakan mereka dari golongan lainnya.

Pendapat inilah yang paling banyak mendapat sambutan

dari para pakar tasawwuf, sehingga tak kurang dari orang-

orang seperti Al-Ghazali, Al-Thusi, Al-Suhrawardi, Ibnu

Khaldun, hingga para sarjana kontemporer Abu Wafa Al-

Tiftazani, Abdul Halim Mahmud, Zaki Mubarak, Mushtofa Abdur

Raziq dan dari kalangan orientalis Margoliouth.8

Kata Sophos dalam bahasa Yunani menunjukkan kondisi

jiwa yang senantiasa cenderung kepada kebenaran. Dan masih

ada pendapat lain yang menghubungkan kata tasawuf tersebut

dengan perkataan lain. Yang jelas dari segi bahasa atau asal

usul penggunaan kata tersebut dapat dikatakan bahwa kata

tasawuf berkonotasi pada kebijakan, kesucian hati dari

godaan hawa nafsu, memutuskan ketergantungannya dengan

kehidupan material yang dapat menggangu hubungan dengan

8 Artikel dikutip dari Kopidangdut

http://kopiitunikmat.blogspot.com/2012/08/tasawwuf-islami-pengertian-dan-

asal.html

7

tuhan, hidup dalam kezuhudan dan menenggelamkan diri dalam

ibadah sehingga semakin dekat dengan-Nya.

Yang jelas dari segi bahasa atau asal usul penggunaan

kata tersebut dapat dikatakan bahwa kata tasawuf berkonotasi

pada kebijakan, kesucian hati dari godaan hawa nafsu,

memutuskan ketergantungannya dengan kehidupan material yang

dapat menggangu hubungan dengan tuhan, hidup dalam kezuhudan

dan menenggelamkan diri dalam ibadah sehingga semakin dekat

dengan-Nya.

b. Definisi terminologis sufi atau tasawwuf

Secara terminologi, tasawuf diartikan beragam. Hal ini

di antaranya karena berbeda cara memandang aktifitas-

aktifitas para sufi. Berikut ini akan dikemukakan beberapa

definisi yang difomulasikan oleh para ahli-ahli

tasawuf.Ma’ruf al-Kharkhi sebagaimana yang dikutip oleh As-

Suhrawardi mengatakan: “ Tasawuf adalah mengambil hakikat

dan meninggalkan yang ada di tangan makhluk”. Definisi ini

menggambarkan bahwa tasawuf berupaya mencari hakikat

kebenaran dengan meninggalkan kesenangan duniawi.Kesenangan

duniawi tidak menjadi perhatian dan bahkan dijauhi karena

dapat mengganggu ibadah dan hubungan dengan Allah.

Defenisi sufi dalam kajian Encyclopaedia Britannica The

Whirling Dervishes of Rumi; yang menyebutkan; Similarly, Islamic

mysticism in general is called tasawwuf (literally, “to dress in wool”) in Arabic.

Sufis are also referred to as fuqara, “the poor,” the plural form of the Arabic

8

faqir. The Persian equivalent is darvish. These are the roots of the English terms

fakir and dervish, used interchangeably for an Islamic mystic.9

Makna diatas seirama dengan makna sufi yang diartikan

pakaian shuf dan dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah karena

kenyataan yg ada pada masa Ibnu Taimiyah adalah mereka

memakai pakaian kasar sebagai pengakuan untuk zuhud dan

menampakkan kesederhanaan dan kemelaratan hidup disamping

menahan diri dari berhubungan dan meminta-minta pada orang

dan mencegah diri dari air dingin dan makan daging.10

Al-Junaid al-Bagdadi mengemukakan bahwa tasawuf adalah

membersihkan hati dari sifat yang menyamai binatang, menekan

sifat basyariyyah(kemanusiaan), menjauhi, hawa nafsu,

memberikan tempat bagi sifat kerohanian, berpegang pada ilmu

kebenaran, mengamalkan sesuatu yang lebih utama atas dasar

keabadiannya, memberi nasihat kepada umat, benar-benar

menepati janji kepada Allah, dan mengikuti syariat

Rasulullah.11

Dr. Yusuf Qardhawi, guru besar Universitas al Azhar,

yang merupakan salah seorang ulama Islam terkemuka abad ini

didalam kumpulan fatwanya mengatakan, “Arti tasawuf dalam

agama ialah memperdalam ke arah bagian ruhaniah, ubudiyyah,9 Encyclopaedia Britannica, The Whirling Dervishes of Rumi An American

Sufi website http;//www.anacademicwebsiteonSufism

10 Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia ,http://sumber fileal_islam.chm

11 Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Pemikiran dan Peradaban (Jakarta:

Ikhtiar Baru Van Hoeve, 2002), jilid 4, h. 139

9

dan perhatiannya tercurah seputar permasalahan itu.” Beliau

juga berkata, “Mereka para tokoh sufi sangat berhati-hati

dalam meniti jalan di atas garis yang telah ditetapkan oleh

Al-Qur,an dan As-Sunnah. Bersih dari berbagai pikiran dan

praktek yang menyimpang, baik dalam ibadat atau pikirannya.

Banyak orang yang masuk Islam karena pengaruh mereka, banyak

orang yang durhaka dan lalim kembali bertobat karena jasa

mereka. Dan tidak sedikit yang mewariskan pada dunia Islam,

yang berupa kekayaan besar dari peradaban dan ilmu, terutama

di bidang marifat, akhlak dan pengalaman-pengalaman di alam

ruhani, semua itu tidak dapat diingkari.12

Adapun pendapat ulama besardalam sejarah islam yakni

Imam Ghazali (450-505 H./1058-1111 M) hujjat -ul- Islam,

tentang tasawwuf: "Saya tahu dengan benar bahwa para Sufi

adalah para pencari jalan Allah, dan bahwa mereka melakukan

yang terbaik, dan jalan mereka adalah jalan terbaik, dan

akhlak mereka paling suci.Mereka membersihkan hati mereka

dari selain Allah dan mereka menjadikan mereka sebagai jalan

bagi sungai untuk mengalirnya kehadiran Ilahi.13

12 Artikel dikutip dari

http://cahaya-akhir-zaman.blogspot.com/2012/12/pandangan-ulama-fiqih-tentang-

sufi-dan.html

13 Dikutip darihttp://energikultivasi.wordpress.com/2011/06/23/kesaksian-para-ulama-fiqih-

tentang-sufi-dan-tasawuf/ diunduh tanggal 4 Des 2014

10

Adapun Imam Malik (94-179 H./716-795 M) berbicara

tentang tasawwuf: "man tassawaffa wa lam yatafaqah faqad tazandaqa

wa man tafaqaha wa lam yatasawwaf faqad fasadat, wa man tafaqqaha wa

tassawafa faqad tahaqqaq”. Artinya: “siapa mempelajari/mengamalkan

tasauf tanpa fikh maka dia telah zindik, dan barangsiapa

mempelajari fikh tanpa tasauf dia tersesat, dan siapa yang

mempelari tasauf dan fikh dia meraih kebenaran)." 14

Dari beberapa penjelasan diatas sudah dapat diambil

pengertian tasawuf, dimana di dalamnya mengandung ajaran-

ajaran tentang kehidupan keruhanian, kebersihan jiwa, cara-

cara membersihkannya dari berbagai penyakit hati, godaan

nafsu, kehidupan duniawi, cara- cara mendekatkan diri kepada

Allah seta fana dalam kekekalan-Nya sehingga sampai kepada

pengenalan hati yang dalam akan Allah. Sedangkan sufi adalah

orang yang menjalankan tasawuf.

B. Defenisi Tarekat

a. Makna Tarekat secara etimologis.

Tarekat diambil dari bahasa Arab al-Thariqah yang

berarti “jalan”. Jalan yang dimaksud disini adalah jalan

yang ditempuh oleh para sufi untuk dapat dekat kepada Allah.

Thariqah juga mengandung pengertian organisasi atau cara.

b. Defenisi Terminologi Tarekat

14 Imam Abil-Hassan, 'Ali al-Adawi (Beirut: Dar-el-Fikr) vol. 2, p. 195

11

Dengan demikian ada dua pengertian tarekat. (1) tarekat

sebagai pendidikan kerohanian yang dilakukan oleh orang-

orang yang menjalani kehidupan tasawuf untuk mencapai suatu

tingkat kerohanian tertentu. Tarekat dalam artian ini adalah

dari sisi amaliyah. (2) tarekat sebagai sebuah perkumpulan

atau organisasi yang didirikan menurut aturan yang telah

ditetapkan oleh seorang syeikh yang menganut suatu aliran

tarekat tertentu.

Untuk melihat hubungan antara dua pengertian di atas

dan juga hubungannya dengan tasawuf menarik untuk dikutip

apa yang ditulis Abuddin Nata berikut: “Tarekat pada mulanya

berarti tata cara dalam mendekatkan diri kepada Allah dan

digunakan untuk sekelompok yang menjadi pengikut bagi

seorang syeikh. Kelompok ini kemudian menjadi lembaga-

lembaga yang mengumpul dan mengikat sejumlah pengikut dengan

aturan sebagaimana yang disebutkan diatas. Dengan kata lain,

tarekat adalah tasawuf yang melembaga. Dengan demikian,

tasawuf adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah,

sedangkan tarikat itu adalah cara atau jalan yang ditempuh

seseorang dalam usahanya mendekatkan diri kepada Tuhan.

Inilah hubungan antara tarekat dengan tasawuf.”15

C. Sumber dan Perkembangan Pemikiran Tasawuf

a. Sumber Ajaran Tasawuf15 M. Jamil, Cakrawala Tasawuf: Sejarah, Pemikiran dan Konstektualitas,

h. 121

12

Ajaran tasawuf pada dasarnya berkosentrasi pada

kehidupan ruhaniyah, mendekatkan diri kepada Tuhan melalui

berbagai kegiatan kerohanian seperti pembersihan hati,

dzikir, ibadah lainnya serta mendekatkan diri kepada Allah

SWT. Tasawuf juga mempunyai identitas sendiri di mana orang-

orang yang menekuninya tidak menaruh perhatian yang besar

pada kehidupan dunia bahkan memutuskan hubungan dengannya.

Di samping itu, tasawuf didominasi oleh ajaran-ajaran

seperti khauf dan raja’, al-taubah, al-zuhd, al-tawakkul, al- syukr, al-shabr,

al-ridha dan lainnya yang tujuan akhirnya fana atau hilang

identitas diri dalam kekekalan (baqa) Tuhan dalam mencapai

ma’rifah.

Al-Qur’an adalah kitab yang di dalamnya ditemukan

sejumlah ayat yang berbicara atau paling tidak berhubungan

dengan hal-hal tersebut diatas. Di dalam Al-Qur’an ditemukan

perintah beribadah dan berdzikir, diantaranya: “Bahwasanya

tidak ada Tuhan melainkan aku, maka sembahlah olehmu

sekalian akan aku” (Q.S. Al-Anbiya : 25).16 ”Dan sebutlah

(nama) Allah banyak-banyak (berzikir & berdoa) agar kamu

beruntung” (Q.S. Al-Anfal : 45).17

Tentang bagaimana seharusnya melihat kehidupan dunia,

Al-Qur’an di antaranya menegaskan: “Wahai manusia, sungguh

janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah

kehidupan memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah

16 Quran dan terjemahannya, (Bogor : Sahmalnour) 2007, h. 324 17 Quran dan terjemahannya, h. 182

13

(setan) yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah

(Q.S Fathir : 5).”18

Di samping itu ada sebuah riwayat yang menjelaskan

bahwa Muhammad setiap bulan Ramadhan bertahannus di Gua Hira

untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati serta

hakikat kebenaran di tengah-tengah keramaian hidup,

ditemukan sejumlah hadits yang memuat ajaran tasawuf,

diantaranya adalah hadist yang artinya: ”Seorang laki-laki

datang kepada Nabi saw lalu berkata: Wahai Nabi Allah

berwasiatlah kepadaku. Nabi berkata: Bertakwalah kepada

Allah karena, itu adalah himpunan setiap kebaikan.

Berjihadlah, karena itu kehidupan seorang rubbani muslim,

Berdzikirlah, karena itu adalah nur bagimu” (HR. Bukhori).

Tentang kualitas dan kuantitas ibadah Rasulullah,

Aisyah r.a pernah berkata:

“Sesungguhnya Nabi SAW bangun di tengah malam (untuk

melaksanakan shalat) sehingga kedua telapak kakinya menjadi

lecet. Saya berkata kepadanya:”Wahai Rasulullah mengapa anda

masih berbuat seperti ini, padahal Allah telah mengampuni

dosa-dosa yang telah lalu dan yang akan datang bagimu ?”

Nabi SAW, lalu menjawab: ”Salahkah aku jika ingin menjadi

seorang hamba yang selalu bersyukur” (HR. Bukhori Muslim).

Ayat –ayat dan hadits-hadits yang dikutip di atas hanya

sebahagian dari ayat-ayat dan hadis-hadis yang mengemukakan18 Quran dan terjemahannya, h.

14

hal-hal kehidupan ruhaniyah yang ditemukan dalam tasawuf.

Kehidupan yang didominasi oleh takut dan harap, kezuhudan,

berserah diri kepada Tuhan, bersyukur dan ridha serta dekat

dengan Allah. Kehidupan seperti inilah yang dicontohkan oleh

Rasulullah sendiri serta para sahabat-sahabatnya, khususnya

mereka yang dijuluki ahl al-shuffah.

Karena itu, setelah mengutip sejumlah ayat yang

berhubungan dengan ajaran-ajaran tasawuf dan menjelaskannya,

Muhammad Abdullah asy-Syarkawi mengatakan:

“Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa asal

mula tasawuf Islam dapat ditemukan semangat ruhaninya dalam

Al-Qur’an al-Karim, sebagaimana juga dapat ditemukan dalam

sabda dan kehidupan Nabi saw., baik sebelum maupun sesudah

diutus menjadi nabi. Awal mula tasawuf Islam juga dapat

ditemukan pada masa sahabat Nabi saw beserta para generasi

sesudahnya.”19

Menurut hemat penyaji makalah jika beberapa konsep yang

ada di dalam tasawuf seperti taubah, al-zuhd, al-tawakal, al-syukr

dan lainnya dirujuk kepada Al-Qur’an, maka jelaslah bahwa

Al-Qur’an adalah sumber utamanya walaupun dalam

19 Muhammad Abdullah asy-Syarkawi, Sufisme dan akal, terj. Halid Alkaf,(Bandung:Pustaka Hidayah, 2003), h. 29.

15

perkembangannya mungkin dipengaruhi oleh pengaruh-pengaruh

seni dan budaya lokal dimana sufisme berkembang selanjutnya.

b. Awal Muncul Tasawuf

Sejarah historis ajaran tasawuf mengalami perkembangan

yang sangat pesat, berawal dari upaya meniru pola kehidupan

Rasulullah saw. baik sebelum menjadi Nabi dan terutama

setelah beliau bertugas menjadi Nabi dan Rasul, perilaku dan

kepribadian Nabi Muhammadlah yang dijadikan tauladan utama

bagi para sahabat yang kemudian berkembang menjadi doktrin

yang bersifat konseptual. Tasawuf pada masa Rasulullah saw

adalah sifat umum yang terdapat pada hampir seluruh sahabat-

sahabat Nabi tanpa terkecuali.

Pada awal perkembangan tasawuf, sekitar abad 1 dan ke-2

H, tasawuf ditandai oleh menonjolnya sifat zuhud. Pada fase

inilah muncul zahid muslimyang termasyur di kota- kota

seperti Madinah, Kufah, Basra, Balk, dan juga kawasan Mesir.

Mereka merupakan gerakan yang menginginkan agar kaum muslim

hidup secara sederhana, sebagaimana dicontohkan dalam

kehidupan Rasulullah SAW dan para sahabatnya.

Para ahli sejarah tasawuf menilai bahwa timbulnya

gerakan tersebut tidak terlepas dari kondisi kehidupan

masyarakat-terutama di kalangan istana Bani Umayyah- yang

oleh sahabat dinilai telah menyimpang terlalu jauh dari

kehidupan yang diajarkan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat

besar yang saleh dan sederhana.

16

Di Madinah, Sa’id bin Musayyab (w. 91 H), murid dan

menantu Abu Hurairah ra (salah seorang ahl as-suffah),

mencontohkan hidup zuhud kepada para pengikutnya. Dalam

suatu riwayat disebutkan bahwa suatu kali ia ditawari

sejumlah tiga puluh lima ribu dirham uang perak. Ia

menolaknya dan beliau memandang para penguasa Bani Umayyah-

kata Ibnu Khallikan, penulis biografi tokoh-tokoh Islam

klasik- sebagai tiran, sehingga tidak mau membaiat Abdul

Malik bin Marwan ketika naik tahta kerajaan.20

Menurut catatan sejarah dari sahabat Nabi yang pertama

sekali melembagakan tasawuf dengan cara mendirikan madrasah

tasawuf adalah Huzaifah bin Al-Yamani, sedangkan Imam Sufi

yang pertama dalam sejarah Islam adalah Hasan Al-Basri (21-

110 H) seorang ulama tabi’in, murid pertama dari Huzaifah

Al-Yamani beliau dianggap tokoh sentral dan yang paling

pertama meletakkan dasar metodologi ilmu tasawuf. Hasan Al-

Basri adalah orang yang pertama memperaktekkan, berbicara

menguraikan maksud tasawuf sebagai pembuka jalan generasi

berikutnya.

Tasawuf sebagai sebuah disiplin keilmuan Islam, baru

muncul pada abad ke II H/XIII M, atau paling tidak dalam

bentuk yang lebih jelas pada abad ke III H/X M.

c. Perkembangan Pemikiran Tasawuf21

20 Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, h. 14621 Artikel dikutip dari https://guzzaairulhaq.wordpress.com/samudera-

tasawuf/studi-tasawuf/pada tanggal 1 Des 2014

17

Untuk melihat lebih jelas bagaimana perkembangan

pemikiran tasawuf maka penulis mencoba mengemukakan secara

ringkas sejarah perkembangan tasawuf dimulai abad pertama

hijriah.

1. Abad pertama dan kedua Hijriyah

Pada periode ini, tasawuf telah kelihatan dalam

bentuknya yang awal.Pada periode ini ada sejumlah orang yang

tidak menaruh perhatian kepada kehidupan materi seperti

makan, pakaian dan tempat tinggal. Mereka lebih

berkonsentrasi pada kehidupan ibadah untuk mendapat

kehidupan yang lebih abadi yaitu akhirat. Jadi pada periode

ini, tasawuf masih dalam bentuk kehidupan asketis (zuhud)

Diantara tokoh-tokoh terkemuka pada periode ini adalah: dari

kalangan sahabat, diantaranya Salman Al-Farisi, Abu Dzarr

Al-Ghifari. Sedangkan dari kalangan tabi’in, diantaranya

adalah Hasan al-Bashri, Malik bin Dinar dan lain-lain .

2. Abad ketiga dan keempat Hijriyah

Jika pada tahap awal tasawuf masih berupa zuhud dalam

pengertian sederhana, maka pada abad ketiga dan keempat

hijriah para sufi mulai memperhatikan sisi-sisi teoritis

psikologis dalam rangka perbaikan tingkah laku sehingga

tasawuf telah menjadi sebuah ilmu akhlak keagamaan.

18

Pada periode ini, tasawuf mulai berkembang dimana para

sufi menaruh perhatian setidaknya kepada tiga hal yaitu

jiwa, akhlak dan metafisika.

Diantara tokoh-tokoh pada abad ini adalah Ma’ruf al-

Kharkhi, Abu Faidh Dzun Nun bin Ibrahim Al-Mishri, Abu Yazid

Al-Bustami, Junaid al-Baghdadi, Al-Hallaj dan lain-lain

3. Abad kelima Hijriyah

Pada periode ini, lahirlah seorang tokoh sufi besar,

Al-Ghazali. Dengan tulisan momumentalnya tahafut al-

falasifah dan ihya ‘ulum al-din.Al-Ghazali mengajukan

kritik- kritik tajam terhadap pelbagai aliran filsafat dan

kepercayaan kebathinan dan berupaya keras untuk

meluruskannya dengan tasawuf dari teori-teori yang ganjil

tersebut serta mengembalikannya kepada ajaran Al-Qur’an dan

Al-Sunnah.

4. Abad keenam dan ketujuh Hijriyah

Pada periode ini muncul kembali tokoh-tokoh sufi yang

memadukan tasawuf dengan filsafat dengan teori-teori yang

tidak murni dari tasawuf dan juga tidak murni dari filsafat.

Kedua-duanya menjadi satu.Tasawuf ini kemudian dikenal

dengan tasawuf falsafi.

Diantara tokoh-tokoh terkemuka adalah Suhrawardi,

Mahyuddin Ibn Arabi, Umar Ibn al-Faridh dan lain-lain.

19

5. Abad kedelapan Hijriyah dan seterusnya

Pada abad kedelapan Hijriyah, tasawuf telah mengalami

kemunduran.Ini diantaranya karena orang-orang yang

berkecimpung dalam bidang tasawuf, kegiatannya sudah

terbatas pada komentar-komentar atau meringkas buku-buku

tasawuf terdahulu serta menfokuskan perhatian pada aspek-

aspek praktek ritual yang lebih berbentuk formalitas

sehingga semakin jauh dari subtansi tasawuf.

Pada periode ini hampir tidak terdengar lagi

perkembangan pemikiran baru dalam tasawuf, meskipun banyak

tokoh-tokoh sufi yang mengemukakan pikiran-pikiran mereka

tentang tasawuf. Diantaranya adalah Al-Kisani dan Abdul

Karim Al-Jilli.

Di antara penyebab kemunduran mungkin adalah kebekuan

pemikiran serta spritualitas yang kering melanda dunia Islam

semenjak masa-masa akhir periode Dinasti Umayyah.

D. Praktek Tasawuf dan Pengkajiannya

Layak dikatakan bahwa praktek spritual (tasawuf) adalah

inti ajaran sufisme. Sudut pandangan teori-teori dan

metafisikanya telah dielaborasikan oleh para sufi tapi tentu

saja kehidupan dalam sufi dapat kita jumpa dalam meditasi

(dzikir), shalat, puasa dan praktek sehari-hari lainnya.

Dalam faktanya, sebahagian besar sufi menetapkan beragam dan

bermacam-macam praktek tasawuf. Praktek-praktek yang

20

bersifat mediatif ini benar jika dihubungkan dengan apa yang

disebut sebagai “mengingat” nama-nama Allah. Di dalam

tasawuf akhlaqi untuk menghilangkan penghalang yang

membatasi manusia dengan Tuhannya, ahli-ahli tasawuf

menyusun sebuah sistem atau cara yang tersusun atas dasar

didikan tiga tingkat yang beri nama: takhalli, tahalli, dan

tajalli. Takhalli adalah usaha membersihkan diri dari semua

perilaku tercela, baik maksiat batin maupun maksiat lahir.

Tahalli adalah tahapan pengisian jiwa setelah dikosongkan

dari akhlak-akhlak tercela. Diantara sikap mental yang

sangat penting untuk diisikan kedalam jiwa manusia adalah al-

taubah, al-khauf wa raja’, al-zuhd, al-faqr, al-shabr dan lain. Tajalli,

berarti tersingkapnya nur ghaib. Agar apa yang telah

diupayakan pada langkah-langkah diatas langgeng,

berkelanjutan dan terus meningkat, maka mesti rasa ketuhanan

di dalam semua aktifitas akan melahirkan kecintaan dan

kerinduan kepada- Nya.

Untuk melanggengkan rasa kedekatan dengan Tuhan ini, para

sufi mengajarkan hal- hal berikut: munajat, muhasabah,

muqarabah, katsrat al-dzikir, dzikir al-maut dan tafakur.

a. Berbagai Aliran Tarekat

Dua pengikut aliran sufi terbesar di dunia, yaitu

Thariqat Qadiriyyah dan Naqshabandiyyah, kedua-duanya

terdapat di Indonesia.

21

1. Qodariyyah. Hamzah Fansuri (Sumatera Utara) adalah

pengikut Thariqat Qadiriyyah, sebagai seorang yang

bereputasi, dia berhasil mengumpulkan pengikutnya.

Belakangan diketahui, bahwa rujukan pengikut Qadiriyyah

adalah Syaikh Abd al-Qâdir al-Jaylânî, sebagaimana

ditemukan dalam puisi Fansuri, yang berdomisili di Aceh

pada pertengahan abad 16. Sebagai tambahan, bahwa dalam

prosa Fansuri tertulis Syaikh Sufi terkenal seperti Abû

Yazid al-Bustamî, Junayd al-Baghdâdi, Manshûr al-

Hallaj, Jalaluddin Rumi, Ibn Arabi, Jami, dan Attar.

2. Naqsabandiyah. Imprealis Belanda L.W.C van den Berg

mengaskan dia dating ke Indonesia di abad ke 18 dan

aktivitas Thariqat Naqsabandiyyah telah ada di Aceh dan

Bogor. Kemudian dia menggambarkan kedatangan Thariqat

Naqsabandiyyah di wilayah Medan, tepatnya di Langkat.

Syaikh Abd al-Wahhab Rokan al-Khalidi al-

Naqshabandi memperkenalkan Naqsabandiyyah ke Riau.

Setelah menghabiskan waktu selama 2 tahun di Malaysia

dalam rangka berdagang, beliau pergi ke Makkah dan

belajar di bawah bimbingan Syaik Sulaiman al-Zuhdi.

Pada tahun 1845, beliau mendapatkan sertifikat dan

kembali ke Riau kemudian mendirikan perkampungan

Thariqat Naqsabandiyyah dengan nama Bab al-Salâm yang

terus menyebar ke Minangkabau (Sumatera Barat). Dari

Makkah, Thariqat Naqshabandiyyah tersebar luas ke

berbagai negara termasuk ke Indonesia, melalui jamaah

22

haji setiap tahun. Adapun beberapa praktek tasawuf yang

mereka lakukan adalah dzikir, rabithah, suluk 40 hari

dan tidak makan daging.22.

E. Pendekatan/Metodologi Dalam Kajian Tasawuf

Menurut Charles J Adams diantara banyak bidang kajian

dalam studi Islam, tasawuf merupakan bidang yang menarik

minat pada tahun belakangan.Studi tradisi Islam tidak dapat

dilepaskan dari studi tentang mistis yang mungkin juga

merupakan aspek yang muncul pada masa awal Islam bahkan pada

masa kenabian. Adams menunjukkan beberapa sarjana yang

tertarik mengkaji tasawuf, antara lain Annemarie Schimmel,

dengan bukunya Mystical Dimensions of Islam. Hal terpenting

dari pendapat Adam adalah untuk menstudi tasawuf dapat

didekati dengan pendekatan fenonemologi.23

Pendekatan fenonemologi adalah pendekatan yang lebih

memperhatikan pada pengalaman subjektif, individu karena itu

tingkah laku sangat dipengaruhi oleh pandangan individu

terhadap dirinya dan dunianya.Konsep tentang dirinya, harga

dirinya dan segala hal yang menyangkut kesadaran atau

aktualisasi dirinya. Ini berarti melihat tingkah laku

22 Sri Mulyati, Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), h.105

23 Artikel dikutip dari Luluk Fikry Zuhriyah, Metode dan Pendekatan

dalam studi Islam, http://Elfikry.blogspot.com. Tanggal 4 Desember 2014

23

seseorang selalu dikaitkan dengan fenomena tentang

dirinya.24

Sedangkan menurut Harun Nasution, kajian tasawuf dapat

dilakukan dengan pendekatan tematik yaitu penyajian ajaran

tasawuf disajikan dalam tema jalan untuk dekat pada Tuhan,

zuhud, mahabbah, al-ma’rifah, al fana dan al-baqa, al- ittihad, al-hulul dan

wahdatul wujud. Pada setiap topik tersebut selain dijelaskan

tentang isi ajaran dari setiap topik tersebut dengan data-

data yang didasari pada literatur kepustakaan, juga

dilengkapi dengan tokoh yang memperkenalkannya.

Kajian tasawuf yang dilakukan dengan pendekatan tematik

akan terasa lebih menarik karena langsung menuju kepada

persoalan tasawuf di bandingkan dengan pendekatan yang

bersifat tokoh. Kajian tersebut sepenuhnya bersifat

deskriptif eksploratif, yakni menggambarkan ajaran

sebagaimana adanya dengan mengemukakannya sedemikian rupa,

walaupun hanya dalam garis besar saja.25

F. Tokoh-tokoh penting dan karyanya dalam kajian tasawuf

Adapun tokoh-tokoh dan karya utama yang termasuk

kedalam kajian tasawuf di antaranya:

a. Abu Hamid Al-Ghazali (w. 1111 M)

24 ArtIkel dikutip dari Id.Wikipedia. Org/ wiki/psikologi, Tanggal 4Desember 2014

25 M. Jamil, Cakrawala Tasawuf, h.244

24

Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin

Muhammad al-Ghazali. Ia dilahirkan di Thus pada tahun 450

H/1058 M. Karya utamanya adalah Ihya ‘Ulum al- Din,

Tahafut al-Falasifah dan Al-Munaiz min al-Dhalal.

b. Abdul Qodir Zailany (470–561 H) (1077–1166 M)

Abdul Qadir Jaelaniatau Abd al-Qadir al-Gilani

(bahasa Kurdi: Evdilqadirê Geylanî, bahasa Persia:

لان�ی ادرگ�ی� دال�ف� ,ع�ی����������� bahasa Urdu: لان�ی گی� م�لی� �ادرا دال�ف� Abdolqāder ع�ی����������� Gilāni)adalah seorang ulama fiqih yang sangat dihormati oleh

Sunni dan dianggap wali dalam dunia tarekat dan sufisme.

Ia lahir pada hari Rabu tanggal 1 Ramadan di 470 H, 1077

M. selatan Laut Kaspia yang sekarang menjadi Provinsi

Mazandaran di Iran. Ia wafat pada hari Sabtu malam,

setelah magrib, pada tanggal 9 Rabiul akhir di daerah

Babul Azajwafat di Baghdad pada 561 H/1166 M. Karya cukup

banyak dan yang berkenaan dengan sufisme antara lain al

Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq, Futuhul Ghaib, Al-Fath

ar-Rabban, Jala' al-Khawathir.26

c. Abu Thalib al-Makki (w. 386 H)

26 N Hanif, Manakib Syekh Abdul Qodir Al Jailani, Perjalanan Spiritual Sulthanul Auliya, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hal. 10

25

Abu Thalib al-Makki adalah seorang pengarang kitab

shufi terbesar, bernama “Qutul Qulub fi Mu’amalatil

Mahbub.27

d. Al Hallaj

Husain ibn Mansur al-Hallaj atau biasa disebut

dengan Al-Hallaj adalah salah seorang ulama sufi yang

dilahirkan di kota Thur yang bercorak Arab di kawasan

Baidhah, Iran Tenggara, pada tanggal 26 Maret 866M. Ia

seorang keturunan Persia. Kakeknya adalah seorang

penganut Zoroaster dan ayahnya memeluk islam. Al-Hallaj

merupakan syekh sufi abad ke-9 dan ke-10 yang paling

terkenal. Ia terkenal karena berkata: "Akulah Kebenaran",

ucapan yang membuatnya dieksekusi secara brutal. Bagi

sebagian ulama islam, kematian ini dijustifikasi dengan

alasan bid'ah, sebab Islam tidak menerima pandangan bahwa

seorang manusia bisa bersatu dengan Allah dan karena

Kebenaran (Al-Haqq) adalah salah satu nama Allah, maka ini

berarti bahwa al-Hallaj menyatakan ketuhanannya sendiri.

Kaum sufi sejaman dengan al-Hallaj juga terkejut oleh

pernyataannya, karena mereka yakin bahwa seorang sufi

semestinya tidak boleh mengungkapkan segenap pengalaman

batiniahnya kepada orang lain. Mereka berpandangan bahwa

al-Hallaj tidak mampu menyembunyikan berbagai misteri

atau rahasia Ilahi, dan eksekusi atas dirinya adalah27 Artikel dikutip dari https://guzzaairulhaq.wordpress.com/samudera-

tasawuf/studi-tasawuf/ diunduh 4 Des 2014

26

akibat dari kemurkaan Allah lantaran ia telah

mengungkapkan segenap kerahasiaan tersebut.28

e. Ibn ‘Arabi (w. 1240 M)

Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Ali bin Ahmad

bin Abdullah ath-Thai al- Haitami. Dia lahir pada tahun

560 H. Karya utamanya adalah Al-Futuhat al-Makkiyah dan

Fushush al-Hikam .Di antara ajaran yang terpenting dari

Ibn Arabi adalah Wahdatul wujud.29

f. Jalaluddin Rumi

Nama lengkapnya Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin

Hasin al Khattabi al-Bakri (Jalaluddin Rumi) atau sering

pula disebut dengan nama Rumi adalah seorang penyair sufi

yang lahir di Balkh (sekarangAfganistan) padatanggal 6

Rabiul Awwal tahun 604 Hijriah, atau tanggal 30 September

1207 Masehi. Ayahnya masih keturunan Abu Bakar, bernama

BahauddinWalad. Sedang ibunya berasal dari keluarga

kerajaanKhwarazm. Karya Utamanya yang terpenting adalah

Kumpulan puisi Rumi yang terkenal bernama al-Matsnawi al-

Maknawi adalah sebuah revolusi terhadap IlmuKalam yang

kehilangan semangat dan kekuatannya. Isinya juga

mengeritik langkah dan arahan filsafat yang cenderung

28 Dikutip dari dari Wikipedia bahasa Indonesia Mansur al Hallaj,

diunduh tanggal 4 Des 2014

29 Ibid

27

melampaui batas, mengebiri perasaan dan mengkultuskan

rasio.30

g. Al-Jilli (w. 1403 M)

Nama lengkapnya adalah Abdul Karim bin Ibrahim al-

Jilli. Ia lahir tahun 767 H di Jilan. Karya utamanya

adalah Al-Insan al-Kamil fi Ma,rifah al-Awakhir wa al-

Awail dan kitab Al-Kahf wa Raqim fi Syarh Bismillahi al-

Rahman al-Rahim.31

h. Hamzah Fansuri

Adalah seorang penyair yang dipercayai dilahirkan

pada akhirabad ke-16 di Barus atau Panchor, Sumatera

Utara. Padatahun 1726, Francois Valentijn dalam

bukunyaOud en Nieuw Oost-Indie (Hindia Timur Lama dan

Baharu) pada bab mengenai Sumatera, menyebut Hamzah

Fansuri sebagai seorang penyair yang dilahirkan di

Fansur. Hamzah Fansuria adalah pengembang Tarekat

30 Dikutip dari dari Wikipedia bahasa Indonesia Jalaluddin Rumi,

ensiklopediabebas, diunduh tanggal 4 Des 2014

31 Ibid

28

Wujudiyah. Faham ini beranggapan bahawa segala makhluk

itu padaa sasnya esa, kerana wujud dari pada zat Allah.32

i. Hamka

Nama lengkapnya Haji Abdul Malik Karim Amrullah.

Beliau dilahirkan di Sutan Batang Maninjau, Sumatera

Barat pada 17 Februari 1908 (14 Muharram 1326 H). Ayahnya

juga seorang ulama terkenal Dr. H. Abdul Karim Amrullah

alias Haji Rasul pembawa faham-faham pembaharuan Islam di

Minangkabau. Karya utamanya Tasawuf modern, perkembangan

tasawuf dari abad keabad.33

G. Signifikansi Tasawuf di Era Modern dan Kontribusi Metodologi

Sufisme dalam Islam

Peradaban moderen yang bermula di Barat sejak abad XVII

merupakan awal kemenangan supermasi rasionalisme dan

emperisme dari dogmatisme agama. Kenyataan ini dapat

dipahami karena abad moderen Barat cenderung memisahkan ilmu

pengetahuan, filsafat dari agama yang kemudian dikenal

dengan jargon sekularisme. Perpaduan antara rasionalisme dan

emperisme dalam satu paket epistimologi melahirkan metode

ilmiah ( scientific method).

32 Dikutip dari dari Wikipedia bahasa Indonesia Hamzah Fansurii, ensiklopediabebas, diunduh tanggal 4 Des 2014

33` Prof. Dr. Hamka, Tasauf Modern, (Jakarta:Penerbit Pustaka Panji Mas,1990), cet. XII, hal. XVII

29

Penemuan metode ilmiah yang berwatak emperis dan

rasional secara menakjubkan membawa perkembangan sains yang

luar biasa canggihnya sehingga melahirkan kemudahan,

disamping melahirkan kehidupan dan paradigma pemikiran baru.

Fenomena serba mudah dan baru ini merupakan wujud akselarasi

dari pemikiran filsafat Barat modern. Filsafat Barat modern

memandang manusia bebas dari segala kekuatan di luarnya, dan

kebebasan itu terjadi lewat pengetahuan rasional. Manusia

seolah digiring untuk memikirkan dunia an-sichsehingga

Tuhan, surga, neraka dan persolan-persolan eskatologis tidak

lagi menjadi pusat pemikiran.

Peradaban, ilmu pengetahuan, dan sains dalam Islam

tidak terlepas dari sentuhan nilai-nilai spiritual, karena

ilmu pengetahuan dan sains dalam Islam harus mampu

menghantarkan seseorang untuk lebih meningkatkan keimanan

dan ketakwaan kepada Allah melalui pemahaman, pengamatan,

riset dan penelitian yang dilakukan terhadap ayat-

ayatkauniyah yang tersebar diseluruh penjuru alam, sebab

antara ayat qauliyah dan kauniyah selalu berkorelasi. Hal

itu akan lebih jelas bila dilihat dari segi kecerdasan

sufistik. Kecerdasan sufistik dapat dilihat dalam konsep

tasawuf, seperti ilmu, tafakur, ma’rifat, dan ma’rifat israqiyah.Bahwa yang

dimaksud ilmu adalah semua pengetahuan, baik pengetahuan

agama maupun umum.Semua pengetahuan itu harus bermanfaat

untuk mengenal ciptaan, keagungan dan kebesaran Allah,

sehingga kemudian mendorong manusia untuk semakin

30

mendekatkan diri kepada-Nya.Apresiasi yang tinggi pantas

diberikan terhadap tasawufkarena sumbangan-sumbangannya yang

sangat bernilai bagi perkembangan peradaban Islam.Sumbangan

itu dapat dilihat dalam berbagai bidang seperti filsafat,

sastra, musik, tarian, psikologi, dan sains modern.

BAB III

PENUTUP

Asal-usul ajaran sufi didasari pada sunnah Nabi Muhammad.

Keharusan untuk bersungguh-sungguh terhadap Allah merupakan

aturan di antara para muslim awal, yang bagi mereka adalah sebuah

keadaan yang tak bernama, kemudian menjadi disiplin tersendiri

ketika mayoritas masyarakat mulai menyimpang dan berubah dari

keadaan ini.

Sufi tidak lain adalah ajaran untuk mencapai maqam Ihsan

(sebagaimana tersebut dalam hadist) atau mencapai status

muqarrabun (orang-orang yang didekatkan kepada Allah)..

Sisi psikologis (bathin) yang terdapat dalam ajaran-ajaran

Kristen, Budha, dll sebaiknya tidak menafikan keberadaan Tasawuf

sebagai sisi psikologis (bathin) dalam ajaran Islam.Hal ini

31

karena Islam adalah ajaran penyempurna sehingga tidak harus

sepenuhnya baru dari ajaran-ajaran yang terdahulu. Adanya sisi

bathin dalam ajaran-ajaran yang sebelumnya ada malahan memperkuat

status Tasawuf karena tentunya harus ada garis merah antara

agama-agama yang besar, karena kemungkinan besar ajaran-ajaran

tersebut dulunya sempat benar, sehingga masih ada sisa-sisa

kebenaran yang mirip dengan Tasawuf sebagai sisi bathin

(psikologis) dari ajaran Islam.

Tujuan akhir mempelajari ajaran tasawuf adalah untuk

mendekatkan diri kepada Allah ( taqarrub ila Allah) dalam rangka

mencapai ridha-Nya, dengan mujahadah malalui latihan (riyadhah)

spiritual dan pembersihan jiwa, atau hati (tazkiyah al-anfus). Jiwa

dan tubuh bersifat saling mempengaruhi. Apabila jiwa sempurna dan

suci, maka perbuatan tubuh akan baik. Begitu pula sebaliknya,

dengan dihiasi akhlak yang diridhai oleh Allah. Tasawuf membawa

manusia hidup menurut tata aturan kehidupan yang sebenarnya

sesuai dengan konsep al-Qur’an dan al-Sunnah sebagaimana

dicontohkan Rasulullah saw. seperti hidup sederhana, tidak

berlebih-lebihan, syukur, tawadhu, hidup dengan melakukan sesuatu

pada tempatnya.

DAFTAR PUSTAKA

32

Al Quran dan Terjemahannya, Mushaf Sahmalnour, Bogor, 2007.

Prof. Dr. Hamka, Tasauf Modern, Penerbit Pustaka Panji Mas,

Jakarta, 1990.

Khalid Al Walid, Tasawuf Mulla Sadra, Muthahhari Press,

Bandung, 2005.

Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, PT Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 2003

M. Jamil, Cakrawala Tasawuf: Sejarah, Pemikiran dan

Konstektualitas, Gaung Persada Pers, Jakarta, 2007

Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme Dalam Islam, Bulan

Bintang, , Jakarta 1973

Abul ‘Alaa ‘Afify, Fil al-Tashawwuf al-Islam wa Tarikhihi,

Lajnah al-Ta’lif wa al- Tarjamah wa al-Nasyr, Iskandariyah

Ibn Khaldun, Al-Muqaddimah, Dar al-Fikr, Beirut,

Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Pemikiran dan Peradaban,

Ikhtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 2002

Muhammad Abdullah asy-Syarkawi, Sufisme dan akal, terj.

Halid Alkaf, Pustaka Hidayah, Bandung, 2003

Sri Mulyati, Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia,

Kencana, Jakarta: 2005

N Hanif, Manakib Syekh Abdul Qodir Al Jailani, Perjalanan

Spiritual Sulthanul Auliya, Pustaka Setia, Bandung, 2003

http://kopiitunikmat.blogspot.com/2012/08/tasawwuf-islami-

pengertian-dan-asal.html

33

Encyclopaedia Britannica, The Whirling Dervishes of Rumi An

American Sufi website

http;//www.anacademicwebsiteonSufism.go.us

Pusat Informasi dan Komunikasi Islam

Indonesia ,http://sumber fileal_islam.chm

http://cahaya-akhir-zaman.blogspot.com/2012/12/pandangan-

ulama-fiqih-tentang-sufi-dan.html

Id.Wikipedia. Org/ wiki/psikologi

https://guzzaairulhaq.wordpress.com/samudera-tasawuf/studi-

tasawuf/

http://energikultivasi.wordpress.com/2011/06/23/kesaksian-

para-ulama-fiqih-tentang-sufi-dan-tasawuf/

http://Elfikry.blogspot.com