PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ...
1
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENDIDIKAN ANAK
DALAM MELANJUTKAN KE JEJANG PERGURUAN
TINGGI AGAMA ISLAM
DI DESA KAYU ARANG KECAMATAN SUKARAJA
KABUPATEN SELUMA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Tadris Institut Agama Islam Negeri
Bengkulu untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh:
Hadi Gustiawan
NIM : 1611210160
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
TAHUN 2020/2021
7
ABSTRAK
Hadi Gustiawan, NIM. 1611210160, 2020. Skripsi yang berjudul: Persepsi
Masyarakat Terhadap Pendidikan Anak Dalam Melanjutkan Ke Jenjang
Perguruan Tinggi Agama Islam Di Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja
Kabupaten Seluma. Skripsi Program Studi Penidikan Agama Islam, Fakultas
Tarbiyah dan Tadris, IAIN BENGKULU. Pembimbing : 1. Dr. Buyung Surahman,
M.Pd Dan Pembimbing 2. Dr. Pasmah Chandra, M.Pd.I
Kata Kunci : Persepsi Masyarakat, Perguruan Tinggi Agama Islam
Permasalahan yang di angkat dalam penelitian ini adalah Bagaimana Persepsi
Masyarakat Terhadap Pendidikan Anak Dalam Melanjutkan Ke Jenjang Perguruan
Tinggi Agama Islam di Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma.
Tujuan dari penenlitian ini adalah untuk menganalisa Persepsi Masyarakat Terhadap
Pendidikan Anak Dalam Melanjutkan Ke Jenjang Perguruan Tinggi Agama Islam di
Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik observasi, dokumentasi, dan wawancara. Dalam penelitian ini
yang menjadi informan adalah anak dan orang tua.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi
masyarakat terhadap pendidikan anak dalam melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi
agama Islam. persepsi masyarakat diatas sebagian besar mengatakan perguruan tinggi
itu baik jika dapat mendukung kesejahteraan di masa depan, meskipun demikian tapi
tidak semua masyarakat dapat berkiprah dan berupaya untuk menyekolahkan anaknya
ke jenjang perguruan tinggi agama Islam. Maka hal demikian harus dibangun dari
orang tua untuk membangun minat dalam melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi
agama Islam, begitu juga anaknya yang memang benar-benar mengerti betapa
pentingnya perguruan tinggi agama Islam di masa depan sebagai bekal yang akan kita
peroleh didunia maupun di akhirat nantinya.
8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu modal untuk mempersiapkan generasi
yang berkualitas, generasi yang mampu melanjutkan cita-cita bangsa kearah yang
lebih baik, maka sistem pendidikan nasional telah menetapkan dalam UU No. 20
Pasal 1 Tahun 2003 tentang pendidikan nasional adalah bahwa pendidikan usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.1
Maka penekanan terhadap pendidikan anak setelah pendidikan menengah
sangat di tekadkan oleh semua pihak dalam melanjutkan pendidikan anak itu
sendiri, karena pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak
dapat terpisahkan dari keseluruhan proses kehidupan manusia.
Pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk membina kepribadian
sesuai dengan nilai-nilai di masyarakat dan budaya. Pendidikan merupakan
tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Sehingga
pendidikan mempunyai misi seluruh aspek dengan dinamika hidup manusia serta
perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidupnya. Hal ini menunjukan bahwa
1UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS
1
9
masalah pendidikan adalah dinamis, dengan kata lain pendidikan mempunyai
nilai-nilai eksistensi selalu mengikuti perubahan jaman. Akan tetapi minimnya
pengetahuan tentang pendidikan berakibat kepada kurangnya minat masyarakat
terhadap pendidikan terutama Perguruan Tinggi, maka dari itu timbulah persepsi
masyarakat yang menganggap pendidikan itu tidak terlalu penting.
Artinya: bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan, dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang
pemurah. Yang mengajarkan (manusia) dengan perantara kalam. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-„Alaq (96) :
1-5)2
Ayat ini dapat dijadikan sebagai alasan bahwa ilmu pengetahuan itu
penting dalam kehidupan manusia. Allah memerintahkan agar manusia membaca
sebelum memerintahkan melakukan pekerjaan dan ibadah yang lain. Ayat ini juga
menunjukan karunia Allah kepada manusia, sebab ia dapat menemukan
kemampuan belajar bahasa. Tamabahan lagi, manusia juga dapat mempelajari
baca tulis, ilmu pengetahuan, keterampilan yang beragam, petunjuk dan keimanan,
serta hal-hal yang tidak diketahui oleh manusia sebelum diajarkan kepadanya.
Maka dari itu betapa pentingnya suatu pendidikan apalagi pada tahap pendidikan
2Al-Jumanatul Ali, Al-Qur‟an dan terjemah, (Jakarta : Cv. Penerbit J-Art , 2005) h. 595
10
perguruan tinggi yang menekankannya untuk mengasa kemampuan berpikir dan
ilmu pengetahuan yang lebih jauh lagi dari tingkat pendidikan dasar sampai ke
pendidikan menengah atas.
Kemudian dikuatkan dengan hadits perintah menuntut ilmu yang
berbunyi:
عليه وسلم طلب العلم فريضة على كل مسلم صلى الله ل الله عن حسين بن علي قال قال رسو
Artinya: Husain bin Ali meriwayatkan bahwa rasulullah bersabda, “menuntut
ilmu wajib bagi setiap orang islam.” (HR. Al-Baihaqi, Ath-Thabrani, Abu Ya‟ala,
Al-Qudha‟i, dan Abu Nu‟aim Al-Ashbahani)3
Dari kedua ayat dan hadits tersebut perintah menuntut ilmu yang
disampaikan rasulullah dan perintah Allah SWT, bahwa betapa pentingnya
menuntut ilmu dalam kehidupan manusia tidak diragukan lagi karena mengapa
agar manusia dapat menjalankan kehidupan dunia dan akhirat sebaik mungkin.
Perguruan tinggi merupakan satuan penyelenggaran pendidikan tinggi
sebagai tingkat lanjut dari jenjang pendidikan menengah atau sederajat di jalur
pendidikan formal ataupun swasta dengan mencakup program pendidikan
diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi. Perguruan tinggi yang ada di Indonesia dapat berbentuk
Politeknik, Sekolah Tinggi, Akademik, Universitas, dan Institut.
3Bukhari Umar, Hadits Tarbawi, (Jakarta: Amzah, 2012), h. 7
11
Perguruan tinggi merupakan kegiatan dalam upaya menghasilkan
manusia yang terdidik, yaitu menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang dapat
menerapkan, mengembangkan dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan,
teknologi atau kesenian dan dpat menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang didapat
kepada masyarakat serta dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat dan
memperkaya kebudayaan nasional.4
Pada setiap jenis perguruan tinggi tersebut biasanya memiliki sejumlah
jurusan atau program studi yang ditawarkan. Setiap calon mahasiswa yang akan
memasuki suatu perguruan tinggi, akan dihadapkan kepada pemilihan program
studi atau jurusan yang akan dimasukinya. Pemilihan program studi bagi
mahasiswa merupakan saat-saat yang menentukan masa depan dalam setiap fase
kehidupan.
Konsep pendidikan tinggi untuk semua awalnya diperkenalkan di
Amerika Serikat sekitar tahun 1970an. Ini adalah sebuah pengakuan terhadap hak-
hak rakyat Amerika untuk memperoleh pendidikan tinggi. Dalam konteks
Indonesia, hal yang sama juga berlaku bahwa segenap warga negara Indonesia
memiliki hak yang sama dalam mengakses sumber-sumber pendidikan tinggi yang
ada.
Universitas, sebagai wajah utama perguruan tinggi, dapat dibedakan dari
lembaga-lembaga pendidikan lainnya dilihat dari orientasi saintifik yang dijalan
4Sudiyono, Manajemen Pendidikan Tinggi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h. 22-23
12
kannya. Universitas berdiri di garda depan dalam mengeksplorasi dan
mengembangkan sains dan teknologi, termasuk konsep, metode dan nilai.
Kurikulum kedokteran, hukum, teknik, pendidikan, ilmu-ilmu budaya, dan
sebagainya berkembang dengan merujuk kepada prinsip-prinsip akademik yang
sudah otonom dan mapan.
Dalam Peraturan pemerintah No. 30 Tahun 1990 tentang tujuan
perguruan tinggi adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat
yang memiliki kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat
menerapkan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan
kesenian serta menyumbangkan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat
dan memperkaya kebudayaan nasional.5
Dengan tujuan tersebut, perguruan tinggi merupakan wadah atau
penampung bagi para siswa yang ingin melanjutkan studinya ke tingkat yang lebih
tinggi, harus dapat melahirkan mahasiswa yang mampu bersaing disegala bidang
keilmuan, karena mahasiswalah tolak ukur majunya pendidikan di Indonesia.
Perguruan tinggi merupakan tempat pertemuan utama dari berbagai
kelompok yang merupakan symbol karena di dalam sektor modern perguruan
tinggi dianggap sebagai lembaga paling modern dan pembaharuan dan sebagai
tempat yang nyata yang merupakan suatu tempat dimana berangkat para
intelektual.
5Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Perguruan Tinggi, Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Tahun 1991, h. 49
13
Perguruan tinggi bukanlah sekedar lembaga pendidikan saja, melainkan
juga sebagai lembaga yang menjembatani antara mahasiswa (anak didik) dengan
masyarakat sekitar, agar ilmu yang didapatkan di perguruan tinggi bisa bermanfaat
tak hanya bagi mereka sendiri, tetapi juga bermanfaat bagi orang lain.
Mengacu dan terfokus pada perguruan tinggi agama Islam (PTAI)
bertujuan menghasilkan sarjana Muslim yang memiliki kemampuan (kompetensi)
akademik dan profesional dalam bidang ilmu-ilmu agama Islam serta mampu
menerapkannya di masyarakat, dengan kata lain perguruan tinggi agama Islam
adalah untuk menghasilkan ahli-ahli agama islam yang bermutu dan bermanfaat
bagi masyarakat serta untuk mengembangkan ilmu, teknologi, dan budaya Islam
guna meningkatkan taraf kehidupan masyarakat serta memperkaya kebudayaan
nasional.6
Maka sangat diharapkan output dari lulusan perguruan tinggi agama
Islam dapat berkiprah di seluruh kehidupan dan di seluruh bidang keahlian
ataupun itu bidang ilmu lainnya. Eksistensi perguruan tinggi agama Islam
merupakan cikal bakal yang dicita-citakan sejak dahulu dan hingga terbentuknya
sekarang perguruan tinggi agama Islam menjadi tolak ukur dari pendidikan agama
Islam setelah dari sekolah menengah atas, namun jalur pada pendidikan tinggi
agama Islam lebih terarah dari tingkat Madrasah ataupun pesantren, karena
biasanya lulusan dari sekolah madrasah setingkat pesantren tidak terlalu sulit
6Muhaimin. Dkk, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Di Perguruan Tinggi
Agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h. 26
14
untuk mengulang pembelajaran yang telah mereka terima dari awal lagi. Namun
dimensi waktu sekarang tanpa terkecuali lulusan dari sekolah menengah atas atau
sederajatnya lebih memilih pendidikan tinggi agama Islam karena mengapa
perguruan tinggi agama Islam adalah pendidikan tinggi yang sangat baik untuk
membentuk dan mencetak lulusan yang menguasai pengetahuan-pengetahuan
agama Islam.
Pada tahap penelitian awal atau pendahuluan, peneliti melakukan
observasi, pengamatan, wawancara dan dokumentasi di Desa Kayu Arang
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma di dapati Rendahnya minat dan motivasi
masyarakat terhadap pendidikan anak dalam melanjutkan ke jenjang perguruan
tinggi, Kurangnya motivasi orang tua terhadap pendidikan anak dalam
melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, Masih banyaknya anggapan masyarakat
bahwa pendidikan anak dalam melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi di rasa
kurang penting serta Masih banyaknya anggapan masyarakat yang
mengedepankan anaknya untuk bekerja dari pada melanjutkan ke jenjang
perguruan tinggi.7 Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengatahui lebih jauh
tentang penelitian, “Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Anak Dalam
Melanjutkan Ke Jenjang Perguruan Tinggi Agama Islam Di Desa Kayu
Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma”.
7 Observasi awal peneliti
15
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat di identifikasikan masalah
sebagai berikut:
1. Rendahnya minat dan motivasi masyarakat terhadap pendidikan anak dalam
melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi agama Islam
2. Kurangnya motivasi masyarakat terhadap pendidikan anak dalam melanjutkan
ke jenjang perguruan tinggi agama Islam
3. Masih banyaknya anggapan masyarakat bahwa pendidikan anak dalam
melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi agama Islam di rasa kurang penting
4. Masih banyaknya anggapan masyarakat yang mengedepankan anaknya untuk
bekerja dari pada melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi agama Islam
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi di atas dapat di batasi masalah sebagai berikut:
1. Persepsi Masyarakat: Orang tua (Orang tua yang anaknya sudah lulus SLTA
tapi belum kuliah, orang tua yang anaknya sudah lulus SLTA dan akan
melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, serta orang tua yang anaknya sedang
kuliah), dan
2. Pendidikan Anak: (Anak yang sudah lulus SLTA tapi belum kuliah, anak yang
sudah lulus SLTA dan akan melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, serta
anak yang sedang kuliah)
16
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas dapat di rumuskan masalah sebagai
berikut: “Bagaimana Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Anak Dalam
Melanjutkan Ke Jenjang Perguruan Tinggi Agama Islam di Desa Kayu Arang
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini, yaitu: untuk
menganalisa Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Anak Dalam Melanjutkan
Ke Jenjang Perguruan Tinggi Agama Islam di Desa Kayu Arang Kecamatan
Sukaraja Kabupaten Seluma.
F. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Secara teoritis penulisan ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan para pembaca khusunya bagi mahasiswa dan akademisi lainnya.
Selain itu dengan adanya tulisan ini diharapkan dapat menambah referensi
bahan kajian ilmu, khususnya berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi
jurusan Tarbiyah dan dapat digunakan sebagai referensi pembuatan karya-karya
untuk selanjutnya.
2. Secara Praktis
a. Untuk memberikan informasi yang jelas mengenai pandangan masyarakat
terhadap pentingnya pendidikan anak dalam melanjutkan ke jenjang
perguruan tinggi.
17
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap
pandangan masyarakat untuk lebih menekankan pada anak betapa
pentingnya pendidikan dalam melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.
18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Persepsi
Persepsi dalam bahasa Inggris Perception adalah cara pandang terhadap
sesuatu atau mengutarakan pemahaman hasil olahan daya pikir, artinya persepsi
berkaitan dengan faktor-faktor eksternal yang direspons melalui pancaindra,
daya ingat, dan daya jiwa.8
Persepsi berlangsung saat seseorang menerima stimulus dari dunia luar
diterima oleh individu, yang ditangkap oleh organ-organ bantunya yang
kemudian masuk ke dalam otak atau melalui indera atau disebut proses
sensoris. Di dalamnya terjadi proses berpikir yang pada akhirnya terwujud
dalam suatu pemahaman.9
Persepsi mengacu pada interpretasi hal-hal yang kita indera. Saat kita
membaca buku, mendengarkan iPod, dipijat orang, mencium parfum, atau
mencicipi sushi, kita mengalami lebih dari sekedar stimulasi sensorik.
Kejadian-kejadian sensorik tersebut diproses sesuai dengan pengetahuan kita
tentang dunia, sesuai budaya, pengharapan, bahkan disesuaikan dengan orang
yang bersama kita saat itu. Hal-hal tersebut memberikan makna terhadap
8Nurrsakinah Daulay, Pengantar Psikologi Dan Pandangan Al-Qur‟an Tentang Psikologi,
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h. 150 9Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi Offset, 2010), h. 99
11
19
pengalaman sensorik sederhana dan itulah Persepsi.10
Pengertian persepsi
dalam kamus ilmiah adalah pengamatan, penyusunan dorongan-dorongan
dalam kesatuan-kesatuan, hal mengetahui, melalui indera, tanggapan (indera)
dan daya memahami.11
Oleh karena itu, kemampuan manusia untuk
membedakan mengelompokkan dan memfokuskan yang ada dilingkungan
mereka disebut sebagai kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan atau
persepsi.12
Persepsi adalah suatu proses yang ada pada manusia untuk mengetahui
atau mengenali dunia dan isinya melalui panca indera.13
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh suatu
penginderaan yaitu proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu
melalui alat reseptornya. Untuk lebih memahami persepsi berikut adalah
beberapa definisi persepsi menurut pakar psikologi antara lain sebagai berikut:
Menurut pendapat Kartini kartono, persepsi adalah pengamatan secara
global, yang belum disertai kesadaran, sedangkan subyek dan obyeknya belum
terbedakan antar satu dengan lainnya.14
Sedangkan menurut Bimo Walgito, persepsi adalah proses
pengorganisasian, penginterpretasian, terhadap stimulus yang diterima oleh
organisme dan individu sehingga menjadi aktivitas yang integrated dalam diri.15
10
Robet L. Solso, Dkk, Psikologi Kognitif, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 76 11
Pitus A Partanto, M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 2001), h.
591 12
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), h. 39 13
Sugeng Sejati, Psikologi Sosial, (Yogyakarta: Teras, 2012), h. 74 14
Kartini Kartono, Psikologi Umum, (Bandung: Alumni, 1984), h. 77
20
Menurut Mahmud, persepsi adalah proses penilaian seseorang atau
kelompok orang terhadap objek, peristiwa, atau stimulus dengan melibatkan
pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan objek tersebut, melalui proses
kognisi dan afeksi untuk membentuk objek tersebut.
Persepsi adalah proses dimana seseorang memperoleh informasi dari
lingkungan sekitar. Persepsi merupakan suatu hal yang aktif. Persepsi
memerlukan pertemuan nyata dengan suatu benda dan juga membutuhkan
proses. Persepsi membantu individu untuk menggambarkan dan menjelaskan
apa yang dilakukan oleh individu.
Dengan demikian dari beberapa konsep persepsi diatas dapat
dismpulkan bahwa persepsi adalah proses pengorganisasian dan proses
penafsiran seorang terhadap stimulasi yang dipengaruhi oleh berbagai
pengetahuan, keinginan dan pengalaman yang relevan terhadap stimulasi yang
dipengaruhi oleh perilaku manusia dalam menentukan pilihan hidupnya.
a. Faktor yang mempengaruhi persepsi
1) Diri yang bersangkutan, apabila seseorang melihat dan berusaha
memberikan interpretasi tentang apa yang dilihat. Karakteristik individu
yang turut berpengaruh antara lain sikap, motif, kepentingan, pengalaman
dan harapan.
2) Sasaran persepsi yang mungkin berupa orang, benda atau peristiwa.
Sasaran ini berpengaruh antara persepsi.
15
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi Offosed, 1994),h. 53
21
3) Faktor situasi, Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang artinya
bahwa dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu mendapatkan
perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam
menumbuhkan persepsi.16
Sementara David Krech dan Richard, menyebutkan sebagai faktor
fungsional, faktor struktural, faktor situasional dan faktor personal.
a. Faktor Fungsional, adalah faktor yang berasal dari kebutuhan,
pengalaman masa lalu dan hal-hal yang termasuk apa yang kita sebut
sebagai faktor-faktor personal. Faktor personal yang menentukan persepsi
adalah objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan
persepsi.
b. Faktor Struktural, adalah faktor yang berasal semata-mata dari sifat.
Stimulus fisik efek-efek saraf yang ditimbulkan pada system saraf
individu.
c. Faktor-faktor situasional, Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa
nonverbal. Petunjuk proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah,
petunjuk paralinguistik adalah beberapa dari faktor situasional yang
mempengaruhi persepsi.
16
P. Siagian Sondang, Teori Motivasi dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995),
h. 101-105
22
d. Faktor personal. Faktor personal ini terdiri atas pengalaman, motivasi dan
kepribadian.17
b. Ciri-ciri umum dalam persepsi
Penginderaan terjadi dalam suatu konteks tertentu, konsep ini biasa
disebut dunia persepsi. Agar dapat dihasilkan suatu penginderan yang
bermakna, ada ciri-ciri umum tertentu dalam dunia persepsi :
1) Modalitas: rangsangan yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap-
tiap indera, yaitu sifat sensori dasar masing-masing indera (cahaya untuk
penglihatan; bau untuk penciuman; suhu bagi perasa; bunyi bagi
pendengar, sifat permukaan bagi peraba dan sebagainya).
2) Dimensi ruang: dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang);
kita dapat mengatakan atas bawah, tinggi rendah, luas sempit, latar depan
latar belakang, dan lain-lain.
3) Dimensi waktu: dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti cepat
lambat, tua muda, dan lain-lain.18
2. Masyarakat
Manusia adalah mahkluk sosial yang hidup bermasyarakat, hidup
bermasyarakat dapat diartikan sebagai hidup dalam suatu pergaulan. Kata
masyarakat berasal dari bahasa arab „syaraka‟ yang artinya ikut serta
(partisipasi). Sedangkan dalam bahasa inggris dipakai istilah „society‟ yang
17
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000),
h. 52-58 18
Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, h. 111
23
berasal dari kata „socius‟ yang artinya kawan. Aristoteles mengemukakan
bahwa manusia ini adalah „zoonpoliticon‟ yaitu makhluk sosial yang hanya
menyukai hidup bergolongan atau sedikitnya mencari teman bersama lebih suka
daripada hidup tersendiri.19
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia,
masyarakat merupakan sekelompok manusia yang bertempat tinggal dalam
suatu wilayah tertentu dengan batas-batas yang jelas dan menjadi faktor
utamanya ialah adanya hubungan yang kuat di antara anggota kelompok
dibandingkan hubungan dengan orang-orang diluar kelompoknya, Sedangkan
menurut Hasan Sadhily, masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri
dari beberapa manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara
golongan dan pengaruh-mempengaruhi satu sama lain. Pengaruh dan pertalian
kebatinan yang terjadi dengan sendirinya menjadi unsur yang ada bagi
masyarakat. Masyarakat bukanya ada dengan hanya menjumlahkan adanya
orang-orang saja, diantara mereka harus ada pertalian satu sama lain.20
Dari lahir sampai mati manusia hidup sebagai anggota masyarakat.
Hidup dalam masyarakat berarti adanya interaksi sosial dengan orang-orang di
sekitar dan dengan demikian mengalami pengaruh dan mempengaruhi orang
lain. Interaksi sosial sangat utama dalam tiap masyarakat. Masyarakat sangat
luas dan dapat meliputi seluruh umat manusia. Masyarakat terdiri atas beberapa
19
Lukman Surya Saputra, Pendidikan Kewarganegaraan, (Bandung: Setia Purna
Inves, 2007), h. 11 20
Hassan Shadily, Sosiologi untuk masyarakat Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1984),
h. 47
24
berbagai kelompok, yang besar maupun kecil bergantung pada jumlah
anggotanya. Dua orang atau lebih dapat merupakan kelompok. Tiap orang
menjadi anggota keluarga yang terdiri atas ibu-ayah, dan anak, atau keluarga
besar yang juga mencakup paman, kakek, cucu, dan sebagainya, atau pada
orang Batak semua yang semarga.21
Masayarakat merupakan satu kesatuan yang selalu berubah karena
proses masyarakat yang menyebabkan perubahan itu. Dalam zaman biasa
masyarakat mengenal kehidupan yang teratur dan aman, disebabkan oleh
karena pengorbanan sebagian kemerdekaan dari anggota-anggotanya, baik
dengan paksa maupun sukarela. Pengorbanan disini dimaksudkan menahan
nafsu atau kehendak sewenag-wenang untuk mengutamakan kepentingan dan
keamanan bersama. Dengan paksa berarti tunduk kepada hokum-hukum yang
telah ditetapkan (Negara, perkumpulan dan sebagainya) dengan sukarela berarti
menurut adat dan berdasarkan keinsyafan akan persaudaraan dalam kehidupan
bersama itu (desa berdasarkan adat dan sebagainya).
Menurut Koentjaraningrat, Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia
yang berintraksi menurut suatu system adat istiadat tertentu yang bersifat
continue yang terkait oleh suatu rasa identitas bersama. Selanjutnya para ahli
sosiologi seperti J.L. Gillin dan J.P.Gillin sepakat bahwa adanya saling bergaul
dan interaksi karena adanya nilai-nilai, norma-norma, cara-cara dan prosedur
yang merupakan kebutuhan bersama sehingga masyarakat merupakan kesatuan
21S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h. 60
25
hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu,
yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Ralp Linton, berpendapat “masyarakat merupakan setiap kelompok
manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat
mengatur diri mereka dan menggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial
dengan batas- batas yang dirumuskan dengan jelas”.
Roucek dan Waren, berpendapat bahwa masyarakat adalah sekelompok
manusia yang memeliki rasa kesadaran bersama, mereka berdiam (bertempat
tinggal) dalam daerah yang sama, sebagian besar atau seluruh warganya
memperliahatkan adanya adat kebiasaaan serta aktifitas yang sama pula.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat
adalah suatu proses dimana sekelompok manusia yang hidup dan tinggal
bersama dalam wilayah tertentu dan memberikan pemahaman atau tanggapan
terhadap hal-hal atau peristiwa yang terjadi dilingkungannya.
a. Unsur-unsur masyarakat
1) Golongan Sosial
a) Timbulnya Golongan Sosial
Golongan sosial dalam masyarakat dapat terjadi dengan
sendirinya sebagai hasil proses pertumbuhan masyarakat. Faktor
penyebabnya antara lain: kemampuan/kepandaian, umur, jenis
kelamin, sifat keaslian, keanggotaan masyarakat dan lain-lain. Faktor
26
penentu dari setiap masyarakat berbeda-beda, misalnya pada
masyarakat berburu faktor penentunya adalah kepandaian berburu
b) Pengertian Golongan Sosial
Pitirim A. Sorokin menggunakan istilah pelapisan sosial yaitu
pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
bertingkat atau hierarkhis. Perwujudannya dikenal dengan adanya
kelas sosial tinggi (upper class) contohnya: pejabat, penguasa, dan
pengusaha; kelas sosial menengah (midle class) contohnya: dosen,
pegawai negeri, pengusaha kecil dan menengah; kelas sosial rendah
(lower class) contohnya: buruh, petani, dan pedagang kecil.
c) Dasar-Dasar Pembentukan Golongan Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, kriteria yang dipergunakan
sebagai ukuran dalam menggolongkan masyarakat ke dalam golongan
sosial atau pelapisan sosial adalah:
1. Ukuran Kekayaan
2. Unsur kekuasaan atau wewenang
3. Ukuran Ilmu Pengetahuan
4. Unsur kehormatan (keturunan)
d) Karakteristik Golongan Sosial
Beberapa karakteristik golongan sosial atau pelapisan sosial
yang terjadi di dalam suatu masyarakat adalah :
1. Adanya perbedaan status dan peranan
27
2. Adanya pola interaksi yang berbeda
3. Adanya distribusi hak dan kewajiban
4. Adanya penggolongan yang melibatkan kelompok
5. Adanya prestise dan penghargaan
6. Adanya penggolongan yang bersifat universal
e) Fungsi Golongan Sosial
Golongan sosial memiliki fungsi-fungsi berikut ini:
1. Distribusi hak istimewa yang obyektif seperti penghasilan,
kekayaan.
2. Sistem pertanggaan pada strata atau tingkat yang diciptakan
masyarakat menyangkut prestise dan penghargaan.
3. Penentu simbol status atau kedudukan seperti cara berpakaian,
tingkah laku.
4. Alat solidaritas di antara individu atau kelompok yang menduduki
sistem sosial yang sama dalam masyarakat.
2) Kategori Sosial
Kategori Sosial Menurut Koentjaraningrat, kategori sosial
adalah kesatuan manusia yang terwujud karena adanya suatu ciri-ciri
obyektif yang dikenakan pada manusia-manusia tersebut. Dalam
kategori sosial tidak terikat oleh unsur adat istiadat, sistem norma,
sistem nilai tertentu, tidak memiliki identitas, tidak memiliki lokasi,
tidak mempunyai organisasi, dan tidak memiliki pemimpin.
28
3) Kelompok Sosial
Kelompok sosial (social group) adalah himpunan/kesatuan-
kesatuan manusia yang hidup bersama, terdapat hubungan timbal
balik, saling mempengaruhi sehingga timbul suatu kesadaran untuk
saling menolong di antara mereka. Kesatuan manusia yang hidup
bersama disebut kelompok sosial harus memenuhi kriteria:22
(1) Adanya kesadaran setiap kelompok bahwa dirinya merupakan
bagian dari kelompok tersebut.
(2) Terdapat hubungan timbal balik (interaksi) antar anggota kelompok.
(3) Memiliki struktur, kaidah, dan pola perilaku tertentu.Memiliki suatu
sistem dan proses tertentu.
(4) Adanya faktor pengikat yang dimiliki anggota-anggota kelompok,
seperti persamaan nasib, kepentingan tujuan, ideologi politik dan
lain-lain.
4) Perkumpulan (Asosiasi)
Perkumpulan atau asosiasi adalah kesatuan manusia yang
dibentuk secara sadar untuk tujuan-tujuan khusus. Terbentuknya
perkumpulan dilandasi oleh kesamaan minat, tujuan, kepentingan,
pendidikan, keahlian profesi, atau agama. Perkumpulan merupakan
suatu organisasi buatan yang bersifat formal, dengan jumlah anggota
22
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2006), h. 43
29
relatif terbatas, memiliki kepentingan-kepentingan tertentu, hubungan
antar anggota tidak bersifat pribadi, memiliki anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga. Bentuk-bentuk perkumpulan dalam
masyarakat adalah :
a) Berdasarkan sifat hubungan anggotanya, terbentuk kelompok
sekunder (secondary group). Kelompok sekunder adalah suatu
perkumpulan yang terdiri dari banyak orang dengan bentuk
hubungan tidak bersifat pribadi dan bersifat sementara. Contohnya:
negara, bangsa dan suku.
b) Berdasarkan sifat organisasi, terbentuk organisasi formal (formal
group) yaitu kesatuan manusia yang tergabung dalam sebuah
organisasi yang memiliki peraturan tegas yang sengaja diciptakan
oleh anggotanya untuk mengatur hubungan antar sesama.
Contohnya: perkumpulan mahasiswa, perkumpulan organisasi
massa, instansi pemerintah, dan sebagainya.
c) Berdasarkan pola hubungan yang diciptakan para anggotanya,
terbentuk kelompok patembayan (gesellschaft). Kelompok
patembayan merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok, biasanya
untuk jangka waktu pendek, dan terdapat dalam hubungan
perjanjian berdasarkan ikatan timbal balik (kontrak). Misalnya:
ikatan karyawan dan majikan dalam organisasi suatu pabrik.
30
d) Berdasarkan prinsip guna/fungsinya, terdapat perkumpulan atas
dasar ekonomi. Contohnya: perkumpulan pedagang, koperasi, suatu
perseroan suatu perusahaan dan sebagainya.
e) Berdasarkan keperluan, terdapat banyak perkumpulan contohnya
seperti perkumpulan untuk memajukan pendidikan maka dibentuk
yayasan pendidikan, suatu perkumpulan pemberantasan buta huruf.
f) Perkumpulan untuk memajukan ilmu pengetahuan atau organisasi
profesi, seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Insinyur
Indonesia (PII), Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial
(HISPI), Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), dan sebagainya.
g) Berdasarkan aktivitas keagamaan, terdapat banyak perkumpulan,
contohnya seperti organisasi penyiar agama, kelompok. Pengajian,
organisasi gereja, gerakan kebatinan, dan sebagainya.
h) Berdasarkan aktivitas politik, terdapat banyak perkumpulan,
contonhnya seperti Paprol, kelompok kepentingan atau penekan dan
sebagainya.
i) Berdasarkan kepentingan memajukan olah raga, terdapat banyak
perkumpulan,contohnya: PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh
Indonesia), PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia).
3. Perguruan Tinggi Agama Islam
Perguruan Tinggi (PT) adalah suatu pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan setelah jenjang pendidikan sekolah menengah. Dalam
31
penyelenggaraan PT, UU-SPN NO 2 tahun 1989 (Pasal 16 ayat 2) dan undang-
undang SISDIKNAS NO. 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa PT dapat
berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas.
Perguruan Tinggi mempunyai tugas yang khas, yaitu menemukan dan
mengajarkan kebenaran secara metodologik tentang hal-hal yang serius dan
penting. Sebagian dari tugas itu adalah meningkatkan pengetahuan mahasiswa,
melatih mereka dalam hal sikap dan metoda untuk mengkaji dan menguji secara
kritis kepercayaan mereka, sehingga apa yang dipercayai tersebut sedapat
mungkin terbebas dari kekeliruan.23
Pendidikan tinggi adalah pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dari
pada pendidikan menengah di jalur pendidikan sekolah (PP 30 Tahun 1990,
pasal 1 Ayat 1) Tujuan pendidikan tinggi adalah Mempersiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan
profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu
pengetahuan, teknologi dan kesenian, Mengembangkan dan menyebar luaskan
ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian serta mengoptimalkan
penggunaannya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan memperkaya
kebudayaan nasional ( UU 2 tahun 1989, Pasal 16, Ayat (1) ; PP 30 Tahun
1990, Pasal 2, Ayat (1) ).
23Eddy Soeryatno Soegoto, Menciptakan Strategi Keunggulan Bersaing Perguruan Tinggi,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), h. 20
32
Pendidikan tinggi terbagi menjadi pendidikan tinggi agama dan
pendidikan tinggi umum, dalam realita historis tentang pendidikan tinggi salah
satunya pendidikan tinggi agama Islam atau perguruan tinggi agama Islam
(PTAI) pada mulanya didorong oleh beberapa tujuan, yaitu: (1) untuk
melaksanakan pengkajian dan pengembangan ilmu-ilmu agama Islam pada
tingkat yang lebih tinggi secara lebih sistematis dan terarah; (2) untuk
melaksanakan pengembangan dan peningkatan dakwah islam; dan (3) untuk
melakukan reproduksi dan kaderisasi ulama dan fungsionaris keagamaan, baik
pada kalangan birokrasi negara maupun swasta, serta lembaga-lembaga sosial,
dakwah, pendidikan dan sebagainya.
Pada perkembangan selanjutnya terdapat kecenderungan-kecenderungan
baru untuk merespon berbagai tuntutan dan tantangan yang berkembang di
masyarakat. Maka dari itu pemahaman akan tujuan yang pertama tersebut
berimplikasi pada tujuan kedua dan ketiga tersebut. Tujuan kedua adalah untuk
melaksanakan pengembangan dan peningkatan dakwah Islam. Makna dakwah
Islam bukan kagi tereduksi menjadi dakwah dalam arti mengomunikasikan al-
„ulum al-naqliyah (perenial knowledge) saja, yang mencakup: studi al-qur‟an,
studi sunnah (hadits), sirah nabawiyah, tauhid, ushul fiqh dan fiqh, bahasa arab
al-Qur‟an, serta bidang-bidang studi tambahan meliputi: metafisika Islam,
perbandingan agama, dan kebudayaan Islam. Tetapi juga bagaimana al-„ulum
al- naqliyah (perenial knowledge) memberi spirit dan landasan, serta ancangan
bagi pengembangan al-ulum al-„aqliyah (acquired knowledge), yang mencakup:
33
(1) Arts (ilmu-ilmu imajinatif), seperti: kesenian dan arsitektur Islam, bahasa-
bahasa, kesusasteraan; (2) ilmu-ilmu intelektual, yang meliputi ilmu-ilmu sosial
(teoritis), filsafat, pendidikan, ekonomi, ilmu politik, sejarah, peradaban Islam,
geografi, sosiologi, linguistik, psikologi, antropologi; (3) ilmu-ilmu kealaman,
yang meliputi: filsafat ilmu pengetahuan, matematika, statistika, fisika, kimia,
biologi, astronomi, ilmu-ilmu angkasa luar dan sebagainya; (4) ilmu-ilmu
terapan, yang meliputi teknik dan teknologi, kedokteran, pertanian dan
kehutanan; (5) ilmu-ilmu praktis, meliputi: perdagangan, ilmu-ilmu
administrasi, ilmu-ilmu perpustakaan, ilmu-ilmu kerumahtanggaan, ilmu
komunikasi dan sebagainya.
Sedangkan tujuan ketiga adalah untuk melakukan reproduksi dan
kaderisasi ulama. Pemahaman tentang ulama bukan lagi terbatas pada mereka
yang hanya menguasai al‟ulum al-naqliyah (perenial knowledge), tetapi juga
mereka yang menguasai al-„ulum al-„aqliyah (acquired knowledge), serta
menjadikan al‟ulum al-naqliyah (perenial knowledge) sebagai landasan, spirit
serta ancangan bagi dan mewarnai pengembangan al-ulum al‟aqliyah (acquired
knowledge) tersebut.24
Kajian yang dikembangkan pada perguruan tinggi agama Islam akhir-
akhir ini tidak sekedar menekankan pada pengembangan ilmu pengetahuan
agama Islam dalam pengertian al-„ulum al-naqliyah atau ilmu-ilmu tanziliyah
24Muhaimin. Dkk, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Di Perguruan Tinggi
Agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h. 12
34
(bersumber wahyu), tetapi sekaligus menyangkut kajian al‟ulum al‟aqliyah atau
ilmuilmu kauniyah (bersumber alam semesta ciptaan Tuhan) yang bersifat
empiris. Pengembangan al-ulum al-naqliyah atau tanziliyah semata telah
mendapat kritik, yaitu bahwa paradigma yang mendasarinya di anggap kurang
relevan lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan
pembangunan nasional, karena bersifat sangat sektoral, hanya memenuihi satu
sektor tertentu dalam kehidupan Islam di Indonesia, yaitu memenuhi kebutuhan
akan sarjana-sarjana yang mendapatkan pengetahuan tinggi mengenai agama
Islam. Dengan demikian lebih mengabadikan faham dualisme atau dikotomi,
dan melahirkan over specialization, bahkan terjadi isolasi akademik. Disamping
itu, dengan paradigmanya tersebut dipandang tidak memungkinkan untuk
melahirkan manusia-manusia yang kompetitif dalam era globalisasi, padahal
lulusan PTAI yang diharapkan adalah mereka yang menguasai ipteks dan
sekaligus hidup dalam nilai-nilai agama (Islam).
4. Pendidikan Anak
a. Pengertian Pendidikan
Secara bahasa pendidikan berasal dari bahasa Yunani, paedagogy,
yang mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah
diantar oleh seorang nelayan. Pelayan yang mengantar jemput dinamakan
paedagogos. Dalam bahasa Romawi pendidikan diistilahkan sebagai educate
yang berarti mengeluarkan sesuatu yang berada di dalam. Dalam bahasa
35
Inggris pendidikan diistilahkan to educate yang berarti memperbaiki moral
dan melatih intelektual.25
Dalam bahasa Indonesia istilah pendidikan berasal dari kata “didik”
dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “kan”, mengandung arti
”perbuatan” (hal, cara dan sebagainya).26
Secara terminologi terdapat berbagai definisi pendidikan oleh berbagai
ahli.
a. Nana Sudjana menegemukakan. Pendidikan adalah usaha sadar
memanusiakan manusia. Atau membudayakan manusia. Pendidikan
adalah proses sosialisasi menuju kedewasaan intelektual, sosial, moral,
sesuai dengan kemampuan dan martabat sebagai manusia.
b. Al-Abrasyi, memberikan pengertian bahwa pendidikan adalah
mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia,
mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya
(ahklaknya), teratur pikirannya, halus persaannya, mahir dalam
pekerjaannya, manis tutur katanya baik dengan lisan atau tulisan.
c. Ahmad D. Marimba, memberikan pengertian bahwa pendidikan adalah
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidikan terhadap
25
Abdul Kadir, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 59 26
Ramayulis, Dasar-Dasar Kependidikan Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Kalam
Mulia, 2015), h. 15
36
perkembangan jasmani dan rohani siterdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.27
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003
tentang sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 dinyatakan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasaan, ahklak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.28
Pendidikan adalah bantuan atau petolongan yang diberikan oleh
seseorang kepada orang lain untuk mengembangkan dan memfungsionalkan
rohani (pikir, rasa, karsa, cipta dan budi nurani) manusia dan jasmani
(pancaindera dan keterampilan-keterampilan) manusia agar meningkat
wawasan pengetahuannya, bertambah terampil sebagai bekal
keberlangsungan hidup dan kehidupannya disertai ahlkal mulia dan mandiri
ditengah masyarakat. Pendidikan adalah suatu sistem yang berdasarkan
kebudayaan nasional dan mengutamakan kepentingan masyarakat dengan
menerapkan lima asas: kemerdekaan, kodrat alam, keudayaan, kebangsaan,
dan kemanusiaan.
27
Ramayulis, Dasar-Dasar Kependidikan Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Kalam
Mulia, 2015), h. 16 28
Abdul Latif, Pendidikan Berbasis Nilai Masyarakat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), h.
7
37
Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan
yang terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Segenap elemen dan komponen yang terkait dengan dunia pendidikan
merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan dalam penyelenggaraan
pendidikan nasional guna tercapainya mutu pendidikan sejalan dengan
tantangan dan tuntutan yang dihadapi dunia pendidikan.29
Pada hakikatnya pendidikan tidak terlepas dari pendidikan yang berada
dalam konteks kehidupan masyarakat. Pendidikan adalah produk suatu
masyarakat tertentu. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan tidak dapat
dipisahkan dengan masyarakat yang memilikinya. Dengan kata lain, tujuan
atau visi pendidikan adalah kongruen dengan visi masyarakat dimana
pendidikan itu berada. Karena proses pendidikan mengandalkan nilai-nilai
yang hidup di dalam masyarakat maka dengan sendirinya proses pendidikan
adalah penghayatan dan perwujudan nilai-nilai tersebut. dan dengan sifatnya
yang terbuka, yakni masyarakat membuka diri terhadap perubahan, maka
nilai-nilai tersebur berupa nilai-nilai yang hidup maupun nilai-nilai yang
baru yang dihasilkan dari inovasi. Proses pendidikan merupakan persemaian
dari kehidupan moral suatu masyarakat itu sendiri. Tidak mengherankan
apabila dalam masa krisis dewasa ini pendidikan tetatp dianggap sebagai
benteng dari kehidupan (survival) moral suatu bangsa dan kemanusiaan. Hal
ini hanya terjadi apabila diletakkan pada tempat yang sebenarnya yaitu
29
Musaheri, Pengantar Pendidikan, (Jogjakarta:Ircisod, 2007), h. 48
38
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia yang pada
dasarnya adalah kehidupan bermoral. Dengan demikian, orang yang
bermoral adalah orang yang bermasyarakat, dan orang yang bermasyarakat
adalah orang terdidik.30
Berikut dijelaskan hadits tentang pendidikan,
من سلك طريقا ي لتمس فيه علما عليه وسلم صلى الله الله رسول قال عن أبي هري رة قال
ل الله له طريقا إلى الجنة سه
Artinya: Abu Hurairah meriwayatkan bahwa rasulullah SAW bersabda,
“Barangsiapa yag menenmpuh jalan menuntut ilmu, akan dimudahkan Allah
jalan untuknya kesurga.” (HR. Muslim, At-Tirmidzi, Ahmad, dan Al-
Baihaqi)31
Dalam hadits ini, rasulullah Saw memerintahkan untuk menuntut ilmu
dengan pendidikan maka Allah akan memudahkan baginya jalan di akhirat
kelak atau memudahkan baginya jalan di dunia. Maka dari itu betapa
pentinya pendidikan bukan hanya di dunia saja tapi Allah memudahkan
jalannya di akhirat.
b. Pengertian Anak
30
Abdul Latif, Pendidikan Berbasis Nilai Masyarakat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), h. 11
31Bukhari Umar, Hadits Tarbawi, (Jakarta: Amzah, 2012), h. 12
39
Anak, dalam perspektif pendidikan Islam biasanya diistilahkan dari
akar kata al-walad, al-ibn, al-tifl, al-syabi, dan al-ghulam. Dalam
pengertiannya yang identik dengan al-walad, ia berarti keturunan dari
seseorang, atau segala sesuatu yang dilahirkan, juga bisa berarti manusia
yang masih kecil. Menurut pengertian ini, keturunan pertama adalah
orangtua. Kemudian setiap orangtua yang mempunyai keturunan,
keturunannya itulah yang disebut anak. Adapun arti kata al-ibn adalah sama
dengan anak yang baru lahir dan berjenis kelamin laki-laki (al-walad al-
dzakar). Sedangkan. Al-tifl adalah anak yang dalam masa usia
pertumbuhannay dari bayi sampai baligh (sampai pada usia tertentu untuk
dibebani hukum syariat dan mampu mengetahui hukum tersebut).
Sedangkan, dua kata lain yang berpengertian anak, yaitu al-syabi dan al-
ghulam, berarti anak yang masa usianya dari lahir sampai remaja.32
c. Pengertian Pendidikan Anak
Pendidikan Anak adalah jenjang pendidikan yang dimulai sejak dari
dalam kandungan dan sampai ke Perguruan Tinggi, dengan upaya
pembinaan untuk membantu pendidikan jasmani dan roahaninya dalam
kesiapan memasuki pendidikan lanjut. Maka pada pembahasan ini
pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan anak dalam melanjutkan ke
jenjang perguruan tinggi, karena pada perguruan tinggi merupakan
32
As‟aril Muhajir, Ilmu Pendidikan Perspektif Kontekstual, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016),
h. 113-114
40
pendidikan terakhir yang ditempuh oleh anak dan betapa pentingnya
pendidikan tinggi untuk masa depan dan kesiapan moral ahklak anak, dalam
pendidikan tinggi ini anak sudah mulai masuk pada jenjang mahasiswa yang
artinya dituntut untuk berpikir kritis, inofatif dan imajinatif.
B. Kajian Penelitian Terdahulu
Untuk mendukung penelitian ini, berikut di kemukakan hasil penelitian
terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini:
Tabel 2.1
Persamaan dan Perbedaan Penelitian Relevan
Judul Penelitian Persamaan Perbedaan
Persepsi Masyarakat Terhadap
Perilaku Sosial Keagamaan
Mahasiswa KKN Angkatan Ke III
Tahun 2015 IAIN Bengkulu Di
Desa Bukit Peninjauan II Di
Kecamatan Sukaraja
Sama-sama
meneliti tentang
persepsi
masyarakat
Pembahasannya tentang
persepsi masyarakat
terhadap perilaku sosial
keagamaan mahasiswa
kkn
Persepsi Masyarakat Terhadap
Madrasah Ibtidaiyah Di Desa
Lubuk Terentang Kecamatan
Lubuk Sandi Kabupaten Seluma
Sama-sama
meneliti tentang
persepsi
masyarakat
Pembahasannya
mengenai persepsi
masyarakat terhadap
madrasah ibtidaiyah
Persepsi Masyarakat Petani Sama-sama Pembahasannya
41
Terhadap Peran Guru Pendidikan
Agama Islam Dalam Membentuk
Perilaku Sopan Santun Anak
(Studi Kasus Pada Masyarakat
Desa Padang Kedeper Kecamatan
Merigi Kelindang Kabupaten
Bengkulu Tengah)
meneliti tentang
persepsi
masyarakat
mengenai persepsi
masyarakat petani
terhadap peran guru
pendidikan agama islam
dalam membentuk
perilaku sopan santun
anak
Persepsi Masyarakat Terhadap
Pendidikan Anak Dalam
Melanjutkan Ke Jenjang
Perguruan Tinggi Agama Islam
Di Desa Air Teras Kecamatan
Talo Kabupaten Seluma
Sama-sama
Meneliti
Tentang
Persepsi
Masyarakat
Membahas mengenai
persepsi masyarakat
terhadap pendidikan
anak dalam
melanjutkan ke jenjang
perguruan tinggi agama
Islam
Dalam penelitian penulis membahas mengenai persepsi masyarakat
terhadap pendidikan anak dalam melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi agama
Islam, sehingga skripsi tersebut belum diangkat sebagai penelitian-penelitian
sebelumnya. Untuk menjaga keaslian dan kebaruan skripsi yang akan penulis
lakukan, maka penulis akan meneliti tentang Persepsi Masyarakat Terhadap
Pendidikan Anak Dalam Melanjutkan Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Kayu
Arang Kabupaten Seluma. Jadi penelitian skripsi yang akan penulis lakukan masih
42
cukup baru dan sangat berbeda dengan penelitian skripsi yang dilakukan
sebelumnya.
C. Kerangka Berpikir
Terciptanya generasi yang baik merupakan keberhasilan dari pendidikan
yang diberikan kepada anak didik dan tidak terlepas dari pengaruh-pengaruh dari
setiap faktor pendidikan seperti dilingkungan masyarakat, sekolah, dan lainnya.
Pada pendidikan yang baik maka tingkat pendidikan anak juga diperhatikan, untuk
menunjang dan membuat si anak tersebut menjadi pribadi yang berahklak, maka
pertimbangan untuk melnjutkan pendidikan sampai keperguruan tinggi sangatlah
di perhatikan bagi si anak, karena mengapa pada dasarnya pendidikan tinggi
merupakan lembaga pendidikan yang terbaik untuk si anak setelah pendidikan
SLTA sederajat, maka dari itu disini penulis akan menguraikan bagaimana
persepsi, pandangan, pendapat masyarakat umumnya bagi pendidikan anak setelah
lulus dari sekolah menengah atas dan sederajat, sebagai tingkat lanjut dari
pendidikan si anak tersebut.
43
PENDIDIKAN
ANAK TINGKAT
SMA
1. ORANG TUA
2. PELAJAR SMA
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
PERSEPSI
MASYARAKAT
PEMIKIRAN DAN PANDANGAN
MASYARAKAT MENGENAI
PERGURUAN TINGGI AGAMA
ISLAM
PERGURUAN
TINGGI AGAMA
ISLAM
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan jenisnya, penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh obyek penelitian dengan cara deskriptif dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur
analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi
lainnya. Jelas bahwa pengertian ini mempertentangkan penelitian kualitatif dengan
penelitian yang bernuansa kuantitatif yaitu dengan menonjolkan bahwa usaha
kuantifikasi apapun tidak perlu digunakan pada penelitian kualitatif.33
Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat postpsitivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal,
teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
33Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011), h. 6
37
45
pada generalisasi.34
Menurut Strauss dan Corbin (1997) di dalam buku karangan
Wiratna Sujarweni, yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah jenis
penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai
(diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain
dari kuantifikasi (pengukuran). Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan
untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku,
fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain.35
Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan
deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap fenomena atau
populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subyek yang berupa individu,
organisasional atau perspektif yang lain. Adapun tujuannya adalah untuk
menjelaskan aspek yang sesuai dengan fenomena yang diamati dan menjelaskan
karakteristik fenomena atau masalah yang ada.
B. Seting Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja
Kabupaten Seluma, penelitian ini di fokuskan pada Persepsi Masyarakat Terhadap
Pendidikan Anak Dalam Melanjutkan Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Kayu
Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma. Yang dijadikan objek penilitian ini
adalah masyarakat desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma.
34Sugiyono, Metode Penelitian pendidikan Pendekatan Kuantitatif/kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2012), h. 15 35
V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014), h. 19.
46
C. Subjek dan Informan Penelitian
Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti.
Subjek yang akan diteliti merupakan permasalahan Persepsi Masyarakat Terhadap
Pendidikan Anak Dalam Melanjutkan Ke Jenjang Perguruan Tinggi Agama Islam
Di Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma yang terdiri dari
pendapat berbagai macam masyarakat desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja
Kabupaten Seluma dengan masalah pentingnya pendidikan anak dalam
melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi agama Islam.
Pemilihan informan menurut Spradley Dahlan Iskandar adalah dengan
cara menentukan subjek yang mudah di jadikan sumber informan, tidak sulit
dihubungi dan mudah memperoleh izin melakukan penelitian, informan yang
dipilih adalah yang dirasa mampu untuk memberikan informasi, berkaitan dengan
objek penelitian dan diperkirakan akan melancarkan proses penelitian.
Informan adalah orang yang memberikan informasi. Adapun yang
menjadi informan dalam penelitian ini yaitu:
3. Orang tua (Orang tua yang anaknya tidak kuliah, orang tua yang anaknya
sudah lulus SLTA dan akan melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, serta
orang tua yang anaknya sedang kuliah).
4. Anak (Anak yang tidak kuliah, anak yang sudah lulus SLTA dan akan
melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, serta anak yang sedang kuliah).
47
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi merupakan suatu kegiatan mendapatkan informasi yang
diperlukan untuk menyajikan gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian utntuk
menjawab pertanyaan penelitian, untuk membantu mengerti perilaku manusia
dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu
melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut. hasil observasi berupa
aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu.36
Observasi dilakukan di tengah-tengah masyarakat khusuhnya di Desa
Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma, pada saat pemberian
tindakan. Observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana aktivitas dan
respon masyarakat pada saat di berikan umpan balik terhadap persepsi
mengenai perguruan tinggi. Selain itu juga untuk mengamati bagaimana
lingkungan, sosial, keadaan ekonomi dan pendidikan pra perguruan tinggi di
Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma.
2. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh penjelasan untuk mengumpulkan
informasi dengan menggunakan cara tanya jawab bisa sambil bertatap muka
ataupun tetap muka yaitu melalui media telekomunikasi atau pewawancara
dengan orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman.37
36
V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014), h.. 32. 37
V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014), h. 31.
48
Wawancara dilakukan pada masyarakat untuk mengetahui bagaimana persepsi
masyarakat tentang pendidikan anak dalam melanjutkan ke jenjang perguruan
tinggi.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data dengan mencatat data-data
yang sudah ada. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data, masyarakat,
lingkungan, pelajar, dan data lain sebagai bahan pertimbangan penelitian.
E. Teknik Keabsahan Data
Untuk menjamin keabsahan data, maka dibutuhkan teknik pemeriksaan.
Pelakasanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas jumlah kriteria tertentu. Ada
empat kriteria yang digunakan yaitu derajat keterpercayaan (credibility)
keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian
(confirmability).
Agar keabsahan data dapat dipertanggung jawabkan, maka di lakukan
trigulasi yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat berbeda.38
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, untuk menguji keabsahan data
agar data yang dikumpulkan akurat serta mendapatkan makna langsung terhadap
tindakan dalam penelitian. Maka peneliti menggunakan metode triangulasi data,
38
Romita Kaumi, Problematika Pendidikan Di Madrasah Ibtidaiyah Swasta Desa Air Teras
Kecamatan Talo Kabupaten Seluma (Skripsi S1 Program Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas
Tarbiyah dan Tadris, Institut Agama Islam Negeri Bengkulu, 2016 ), h. 40.
49
yaitu proses penguatan data yang diperoleh dari berbagai sumber yang menjadi
bukti temuan.
Triangulasi adalah teknik yang merupakan pengecekan dari data berbagai
sumber-sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi ini meliputi
triangulasi sumber, triangulasi metode, triangulasi teknik dan triangulasi waktu.
Suatu metode pemeriksaan keabsahan data melalui pengecekan data-data yang
diperoleh. Misalnya bertanya tentang pertanyaan yang sama pada subjek penelitian
yang berbeda menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda. Sehingga
data yang dilaporkan menjadi akurat dan kredibel.
F. Teknik Analisis Data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian
kualitatif, hal ini disebabkan data yang diperoleh melalui penenlitian ini adalah
merupakan data kualitatif yang di golongkan pada tipe deskriptif analisis yaitu
pemaparan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebebnarnya
secara ilmiah dan bersifat kualitatif.
Adapaun langkah-langkah dalam penelitian ini yaitu meliputi:
1. Reduksi data (data redutcion) yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan ke hal-hal penting.
2. Penyajian data, yaitu data yang diperoleh dikategorisasikan menurut pokok
permasalahan dan dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti
untuk melihat pola-pola hubungan satu dengan data lainnya.
50
3. Penyimpulan dan verifikasi, yaitu kegiatan penyimpulan merupakan langkah
lebih lanjut dari reduksi dan penyajian data. Data yang sudah direduksi dan
disajikan secara sistematis akan disimpulkan sementara. Kesimpulan yang
diperoleh pada tahap awal biasanya kurang jelas, tetapi pada tahap-tahap
selanjutnya akan semkin tegas dan memiliki dasar yang kuat. Kesimpulan
sementara perlu diverifikasi. Teknik yang dapat digunakan untuk memverifikasi
adalah triangulasi sumber data dan metode, diskusi teman sejawat, dan
pengecekan anggota.
4. Kesimpulan akhir, yaitu kesimpulan akhir diperoleh berdasarkan kesimpulan
sementara yang telah diverifikasi. Kesimpulan final ini diharapkan dapat
diperoleh setelah pengumpulan data selesai.39
39
V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014), h. 35-
36.
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Wilayah Penelitian
1. Sejarah Singkat Desa Kayu Arang
Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma adalah nama
suatu wilayah di kecamatan Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten
Seluma ini yang menurut beberapa tokoh masyarakat setempat sudah diketahui
atau di kenal sejak zaman penjajahan, Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja
Kabupaten Seluma dulu disebut dengan nama sindang margo mengapa disebut
demikian karena desa Kayu Arang terletak diantara marga talo dan marga
seluma seiring dengan berjalannya waktu terjadi kemarau yang sangat panjang,
seluruh sungai yang ada di desa sindang marga kekeringan sehingga
masyarakat sulit untuk mendapatkan air, maka sebagian warga menyusuri
sungai yang kering tersebut setelah jauh berjalan menyusuri sungai yang kering
maka sampailah ke hulu sungai tersebut kemudian salah satu dari warga
menemukan tanah yang basah dihulu sungai, kemudian mereka berkumpul
untuk bergotong royong menggali tanah yang basah tersebut, dan setelah di gali
mereka menemukan teras kayu yang berair (kayu besar yang di dalamnya ada
teghas yang disebut dengan Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten
44
52
Seluma), dan sejak saat itu desa sindang marga berubah menjadi nama desa
Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma.40
Pada saat itu Dusun Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma
belum dipimpin oleh Kepala Desa, Dusun Kayu Arang Kecamatan Sukaraja
Kabupaten Seluma di pimpin oleh Depati yang bernama “AMAR”. Seiring
berjalannya waktu, perkembangan dan kemajuan zaman maka terbentuklah
suatu Desa sejak tahun 1960-an, dengan nama Desa Kayu Arang Kecamatan
Sukaraja Kabupaten Seluma Kecamatan Seluma Kabupaten Bengkulu Selatan
yang di pimpin oleh “AMAR”. Seorang pemimpin yang bijak sejak masa
Depati hingga menjadi suatu desa, kemajuan jaman kembali pada tahun 2002
Kecamatan Seluma menjadi Kabupaten Depenitif dengan nama Kabupaten
Seluma, dan Kabupaten Seluma terbagi menjadi lima kecamatan dan Desa
Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma.
Bapak Amar memimpin atau menjadi Kepala Desa sejak dusun Kayu
Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma menjadi Desa sampai tahun
2002, setelah itu dipimpin oleh Pejabat Sementara yaitu Sekretaris Desa yang
bernama “Z. APANDI” hingga tahun 2004, kemudian dilakukan pemilihan
Kepala Desa dan sejak tahun 2005 dipimpin oleh Kepala Desa yang bernama
“NAFSIN”, dengan masa jabatan tahun 2005 sampai dengan 2007, kemudian
dilakukan pemilihan ulang kembali dan terpilih Kepala Desa yang bernama
“SOPYAN” dengan masa jabatan 2007 sampai dengan 2013 hingga sekarang
40Wawancara dengan Bapak Sunariyo Tokoh Masyarakat pada tanggal 17 Mei 2020
53
Desa Kayu Arang di pimpin oleh Kepala Desa yang bernama “HARMEN
JAYADI” yang masa jabatan berakhir pada tahun 2019 dan sekarang dipimpin
oleh bapak “JUTA ASRI” sebagai PJS Kades Desa Kayu Arang Kecamatan
Sukaraja Kabupaten Seluma.
Tabel 4.1
SEJARAH PERKEMBANGAN DESA
1960 Pemilihan Depati yang bernama Amar -
1965 Pemberontakan G 30
S PKI
1974 Pembuatan Masjid Sementara -
1983 Pembuatan Balai Desa -
1998 Krisis Moneter
2000 Bencana Gempa Bumi
2002 Pemilihan Pejabat Sementara yang
bernama Amar
-
2003 Pemekaran Kabupaten -
2004 Pemilihan Kepala Desa yang bernama
Nafsin
-
2006 - -
2007 - Gempa Bumi 7,9 SR
2008 Pembukaan Jalan Lingkungan Dusun -
54
II-Dusun I (Program P2DTK
2009 Pembuatan Jalan Baru Dusun I
(Program P2KP)
-
2011 Program Simpan Pinjam PNPM -
2012 Pengerasan jalan sirtu lingkungan 714
M (PNPM)
-
2013 Pembuatan Siring Pasang Dusun II
(P4D)
Pemilihan kepala desa yang bernama
Harmen Jayadi
-
2014 Pembangunan Balai Desa (P4D) -
2015 Pembangunan Siring Pasang Dusun II
(ADD&DD)
Pembangunan Jalan Rabat Beton Dusun
II ( ADD & DD)
Pembangunan WC Balai Desa (ADD &
DD)
-
2016 Pembangunan jalan rabat beton ke
daerah akses persawahan (ADD)
-
2017 Pembangunan jalan akses ke
55
perkebunan (ADD) -
2018 Pembangunan FAUD di desa (ADD)
Pembangunan jalan akses rumah warga
(ADD)
-
2019 PEMBANGUNAN JALAN AKSES
RUMAH WARGA (ADD)
Penunjukan PJS kades yang bernama
Juta Asri
-
2. Demografi Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma
Desa Kayu Arang terletak di dalam wilayah Kecamatan Talo Kabupaten
Seluma Provinsi Bengkulu yang berbatasan dengan :
- Sebelah Utara berbatasan dengan desa Napal Melintang, Kec. Talo
- Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Batu Tugu dan Air Payangan, Kec.
Talo
- Sebelah Timur berbatasan dengan desa Bunut Tinggi, Kec. Talo
- Sebelah Barat berbatasan dengan desa Talang Sali, Kec. Seluma Timur
Luas wilayah Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma
adalah 1320 Ha dan wilayah tersebut merupakan daratan yang
dipergunakan/dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai lahan Pertanian
Perkebunan berupa tanaman Karet dan Kelapa Sawit dan sebagian lahan
tersebut di pergunakan untuk Perumahan tempat tinggal masyarakat Desa.
56
Jarak Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma dengan
Ibukota Kecamatan = 5 KM
Jarak Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma dengan
Ibukota Kabupaten = 15 KM
Jarak Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma dengan
Ibukota Provinsi = 65 KM
3. Keadaan Sosial Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma
Penduduk Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma
adalah di domisili oleh berbagai suku, diantaranya Penduduk Asli Suku
Serawai, Suku Jawa, Suku Batak, Suku Manado dan ada lagi dari suku lain
yang belum terdata. Dengan adanya berbagai suku di Desa Kayu Arang
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma, tetapi dalam tatanan kesosialan
masyarakat tetap bersatu dan membaur di antara suku yang satu dengan suku
yang lainnya. Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma
mempunyai jumlah penduduk 729 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 382 orang,
perempuan 347 orang dan 211 KK, yang terbagi dalam 3 (tiga) wilayah dusun,
dengan rincian sebagai berikut :
57
Tabel 4.2
JUMLAH PENDUDUK
Dusun
I
Dusun
II
Dusun
III
257
Orang
239
Orang
233
Orang
Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja
Kabupaten Seluma sebagai berikut :
Tabel 4.3
TINGKAT PENDIDIKAN
Belum
Sekolah
Tidak
Tamat
SD
SD SLTP SLTA D3 Sarjana Pasca
Sarjana
46
Orang
150
orang
209
Orang
187
orang
125
Orang
2
orang
10
Orang
0 orang
Karena Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma
merupakan Desa pertanian maka sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani, selengkapnya sebagai berikut :
58
Tabel 4.4
PEKERJAAN
Petani Pedagang PNS Buruh Swasta
167 kk 24 kk 8 Jiwa 76 Jiwa 10 Jiwa
Penggunaan Tanah di Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten
Seluma sebagian besar diperuntukkan untuk tanah pertanian sawah dan
perkebunan sedangkan sisanya untuk Tanah Kering yang merupakan bangunan
dan fasilitas-fasilitas lainnya. Jumlah kepemilikan hewan ternak oleh penduduk
Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma Kecamatan Talo
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5
KEPEMILIKAN TERNAK
Ayam/Itik Kambing Sapi Kerbau Lain-lain
430 20 10 0 Kolam Ikan
Kondisi sarana dan prasarana umum Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja
Kabupaten Seluma secara garis besar adalah sebagai berikut.
59
Tabel 4.6
SARANA DAN PRASARANA DESA
NO SARANA/PRASARANA JUMLAH/VOLUME KETERA
NGAN
1 Balai Desa 1 Unit Layak
Pakai
2 Pustu 1 Unit
3 Masjid 2 Unit
4 WIFI Desa 1 Unit
5 Pos Kamling 2 Unit
6 Tempat Pemakaman
Umum
2 Lokasi
7 Motor Dinas 1 buah
8 Rumah Dinas Sekolah 2 Unit 1 Tidak
Layak
Pakai
9 Gedung PAUD 1 Unit
10 Gedung SD 1 Unit
11 Gedung MISM 1 Unit
11 Gedung SMP 1 Unit
60
12 Jalan Rabat Beton 230,5 m
13 Jalan Tanah 10.000 m
14 Pemandian Umum 1 Buah
15 Jembatan 3 Unit
16 PAM 3 Buah
17 Siring Pasang 523 m
18 Balai KB 1 Unit
4. Keadaan Ekonomi
Kondisi ekonomi masyarakat Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja
Kabupaten Seluma secara kasat mata terlihat jelas perbedaannya antara Rumah
Tangga yang berkategori miskin, sangat miskin, sedang dan kaya. Hal ini
disebabkan karena mata pencahariannya di sektor-sektor usaha yang berbeda-
beda pula, sebagian besar di sektor non formal seperti buruh bangunan, buruh
tani, petani sawah perkebunan karet dan sawit, serta sebagian kecil di sektor
formal seperti PNS pemda, Honorer, guru, tenaga medis, TNI/Polri, dll.
5. Kondisi Pemerintah Desa
a. Pembagian Wilayah Desa
Pembagian wilayah Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten
Seluma dibagi menjadi 3 dusun, dan masing-masing dusun tidak ada
pembagian wilayah secara khusus, jadi di setiap dusun ada yang mempunyai
61
wilayah pertanian dan perkebunan, sementara pusat Desa berada di dusun I
(satu), setiap dusun dipimpin oleh seorang Kepala Dusun untuk menjadi
wakil yang dituakan setiap dusun, namun dari sekian banyak Kepala Dusun
ini yang memegang kendali tetap Kepala Desa.
Tabel 4.7
Kepala Dusun
Kepala Dusun
I
Kepala Dusun
II
Kepala Dusun
III
MUKTIALI ANITA LESTARI ERSON SUADI
6. Bidang Keagamaan Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma
Penduduk desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma
semuanya beragama Islam, dari total penduduk 729 jiwa, selanjutnya dari total
211 KK, yang tersebut diatas kita dapat mengetahui bahwasanya di desa Kayu
Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma di dominan dengan Agama
Islam. Masyarakat Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma
memiliki tempat ibadah 2 Masjid yang 1 bernama Al-Hidayah dan 1 lagi
bernama Nurus Sadar.41
41 RPJMDes Air Teras Kecamatan Talo Kab. Seluma 2017-2023
62
7. Struktur Organisasi Pemerintah Desa (SOPD)
Struktur Organisasi Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten
Seluma menganut Sistem Kelembagaan Pemerintahan Desa dengan Pola
Minimal, selengkapnya disajikan dalam gambar sebagai berikut.
Gambar 4.2
STRUKTUR ORGANISASI
KAYU ARANG KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN SELUMA
KETUA
ZUKMAN
NAZORI
BPD PJS KADES
JUTA SARI
PERANGKAT DESA
KAUR
PEMEERINTAHAN
ZEZMAN KUNSIDI
SEKDES
TRIMER
SAPUTRO
KAUR UMUM DAN
PERENCANAAN
ARIS
MUNANDAR
KAUR KESRA
NASAN NASRI
WAKIL
KETUA
BENZAZALI
SEKRETARIS
JOKO
SUMANTRI
ANGGOTA
SUDARMONO
KADUS I
I MUKTIALI
KADUS II
II ANITA LESTARI
KADUS III
III ERSON SUANDI
ANGGOTA
ZIKTIN
KAUR
KEUANGAN
TRI FITA CAHAYA
63
8. Potensi Desa
Berdasarkan Musyawarah dan Penjaringan Potensi yang dilakukan
disetiap dusun dalam Proses Mengagas Masa Depan Desa (MMDD) didapati
Potensi Desa sebagai berikut :
Tabel 4.8
POTENSI URUSAN WAJIB
NO BIDANG SUB BIDANG POTENSI
1 Penyelenggara
Pemerintahan
Desa
Operasional
Perkantoran
Penyelenggar
aan Kegiatan
Belanja
Pegawai
Adanya Kendaraan Dinas
Kades
Adanya Gedung Balai
Desa
Adanya Struktur
Pemerintahan Desa dan
BPD
Adanya Honor Aparat
Desa/BPD
Adanya Perangkat
Agama (Imam, Khotif,
Bilal, Gharim)
64
2 Bidang
Pembangunan
Desa
Kegiatan
Pemenuhan
Kebutuhan
Dasar
Kegiatan
Pembanguna
n dan
Prasarana
Desa
Sumber Air bersih dari
sumur gali
Adanya proses kegiatan
Posyandu yang bertempat
di Pustu
Adanya Jalan
penghubung antar dusun
(Jalan 1 Lingkungan)
Adanya badan jalan
Sentra Produksi dan
jalan-jalan Setapak
Adanya Balai Desa
Adanya jalan
penghubung ke desa
tetangga Talang Sali,
Bunut Tinggi, Batu Tagu,
Air Payangan.
Adanya Fasilitas Wifi
Desa
Adanya POS Ronda
Adanya Jembatan Beton
3 Unit
Adanya Perumahan Guru
2 Unit
Kegiatan
Pengembanga
n Potensi
Ekonomi
Adanya Kegiatan
Simpan Pinjam Ibu-Ibu
Adanya Kelompok
KUBE
65
Lokal Adanya Kegiatan
Counter Pulsa
Adanya Masyarakat
Usaha Dagang
Pengumpul Hasil
Pertanian (Toke)
Adanya Masyarakat
Perbengkelan Motor
atau Mobil
Adanya Masyarakat
pedagang makanan
khas Desa
Kegiatan
Pemanfaatan
SDA &
Lingkungan
Secara
Berkelanjutan
Adanya Kegiatan Gotong
Royong
66
3 Pembinaan
Kemasyarakatan
Adanya kursi persatuan
Desa
Adanya Masjid
Adanya Kegiatan Karang
Taruna
Adanya Kegiatan Arisan
Ibu-Ibu
Adanya Kegiatan Risma
Adanya Arisan untuk
hajadan berupa barang
dan uang
Adanya Club Olahraga
Adanya Kegiatan Tari
Adat
Adanya kegiatan bersanji
4 Pemberdayaan
Masyarakat
Kegiatan
Peningkatan
Kapasitas
Kelompok
Masyarakat
Adanya Aparat
Desa/BPD,
pendidikannya SMA
Adanya Bidan Desa,
Dukun Beranak dan
Paranormal
Ada Gedung SD
Adanya proses belajar
PAUD
a. 2 orang guru PAUD
status honorer
Ada proses belajar TPQ
a. Di Masjid Al- Hidayah
67
b. Di Rumah
Adanya guru PAUD, SD,
MISM dan SMP
a. 10 orang guru pengajar,
laki-laki : 4 orang
status : 3 orang PNS
dan 1 orang Honorer
b. Perempuan : 6 orang
status : 1 orang PNS
dan 5 orang status
Honorer
Adanya siswa dan calon
siswa untuk PAUD, SD,
MISM, SMP dan
Mahasiswa
Adanya Kelompok
Yasinan
68
Tabel 4.9
POTENSI URUSAN PILIHAN
NO BIDANG SUB BIDANG POTENSI LOKASI
1 Bidang
Pembangunan
Desa
Kegiatan
Pengembang
an Potensi
Ekonomi
Lokal
Adanya
Perkebunan
Adanya
Petani Karet
dan Sawit
Desa
B. Penyajian Data Hasil Penelitian
1. Paham masyarakat Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten
Seluma terhadap Perguruan Tinggi Agama Islam.
Pada dasarnya pendidikan merupakan tanggung jawab bersama namun
utamanya suatu pendidikan di mulai dari keluarga itu sendiri makanya tidak
heran untuk memberikan kesadaran betapa pentingnya pendidikan untuk
keluarga, itu bergantung dari kesadaran keluarganya sendiri, menimbang hal
demikian dan untuk mengahadapi era zaman sekarang bekal ilmu pengetahuan
sangat dibutuhkan bagi generasi-generasi milenial seperti ilmu pengetahuan,
ilmu agama dan sebagainya karena mengapa untuk membatasi diri pada
pergaulan yang salah yaitu dengan ilmu agama, maka tidak heran ilmu yang di
69
dapat dari mulai sejak bangku sekolah dasar sampai menengah atas harus di
lanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu pada perguruan tinggi
agama islam khususnya. Agar apa yang telah di dapat pada bangku sekolah bisa
dikaji dan di analisa pada perguruan tinggi agama islam sehingga apa yang
diterima secara mentah-mentah bisa di matangkan di perguruan tinggi agama
islam.
Berikut hasil wawancara langsung dengan masyarakat desa Kayu Arang
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma bapak Sunariyo:
“Yang saya ketahui tentang perguruan tinggi agama islam saat ini,
sungguh sangat baik karena fakultas yang ada sudah berimbang dengan
perguruan tinggi yang lainnya dan ahklak mahasiswa/mahasiswi dari
perguruan tinggi agama islam sungguh sangatlah baik”.42
Sedangkan wawancara dengan bapak Siarpin mengatakan:
“Perguruan tinggi agama islam saat ini cukup baik sebagai pendidikan
terutama menjurus pada kebenaran dan harapan kedepan alumni dari
perguruan tinggi agama islam dapat menerapkan ilmunya kepada
masyarakat berupa pengajaran dan dakwah islam”.43
Hal Senada dengan yang di ungkapkan bapak Mazan Perguruan Tinggi
Agama Islam itu ialah:
“Yang saya ketahui tentang perguruan tinggi agama islam saat ini sudah
sangat baik karena dari segi program studi yang ada bisa bersaing dengan
pendidikan tinggi umum biasanya”.44
Saudara Ronal berpendapat bahwa:
42
Hasil wawancara dengan Sunariyo pada tanggal 11 Juni 2020 43
Hasil wawancara dengan Siarpin pada tanggal 12 Juni 2020
44
Hasil wawancara dengan Mazan pada tanggal 13 Juni 2020
70
“Yang saya ketahui tentang perguruan tinggi agama islam saat ini yaitu
pendidikan yang lebih mengutamakan pembejaran agama dengan berbgai
program studi dan jurusan yang ada pada perguruan tinggi agama islam
sebagai persaingan diera sekarang untuk menjadikan mahasiswa yang
mengetahui agama”.45
Sama halnya yang dikatakan saudara Watan:
“Yang saya ketahui tentang perguruan tinggi agama islam saat ini yaitu
pendidikan yang lebih mengutamakan pembejaran agama dengan berbgai
program studi dan jurusan yang ada pada perguruan tinggi agama islam
sebagai persaingan diera sekarang untuk menjadikan mahasiswa yang
mengetahui agama”.46
Dari wawancara diatas bahwa masyarakat sedikit sudah mengetahui apa
itu pendidikan tinggi agama Islam, pemahaman masyarakat terhadap
pendidikan tinggi agama Islam hampir sama mereka mengatakan bahwa
perguruan tinggi agama Islam mengedepankan pembelajaran agama Islam, dan
mereka berpendapat bahwa anak sangat baik bila melanjutkan ke jenjang
perguruan tinggi agama Islam dan harapan masyarakat terhadap lulusan dari
perguruan tinggi agama Islam nantinya dapat mengaplikasikan apa yang
mereka dapat dari bangku perkuliahan secara baik sehingga dapat memberikan
bukti, setidaknya bahwa setelah melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi itu
tidak sekedar berkuliah saja namun banyak hal dan ilmu yang didapatkan.
45Hasil wawancara dengan Ronal pada tanggal 14 Juni 2020
46
Hasil wawancara dengan Watan pada tanggal 15 Juni 2020
71
2. Persepsi masyarakat desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten
Seluma terhadap Perguruan Tinggi Agama Islam
Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma adalah salah
satu desa yang berada di kabupaten Seluma yang merupakan daerah dataran
tinggi. Yang mayoritas masyarakatnya bertumpuh pada hasil pertanian dan
perkebunan, dengan sebagian besar pekerjaan sebagai petani, namun juga
sebagian yang memiliki pekerjaan lain misalnya pegawai negeri sipil, buruh,
karyawan dsb. Selain itu sifat gotong royong dan simpati pada masyarakat
desanya yang cukup kental dan kompak, bisa dilihat misalnya pada kegiatan
kerja bakti, saat ada pesta pernikahan dan acara-acara yang bersifat ke
masyarakatan.
Persepsi masyarakat dapat diartikan sebagai suatu proses penilaian
terhadap suatu objek yang diamati oleh suatu kelompok yang hidup bersamaan
di daerah tertentu. Hasil dari persepsi ini bisa saja baik dan bisa juga buruk,
karena dalam proses persepsi seseorang itu tentulah berbeda dalam
penilaiannya tentang objek yang diamati. Begitu pula dengan pandangan
masyarakat Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma tentang
perguruan tinggi agama Islam.
Melihat latar belakang dari uraian diatas perlu kita ketahui bagaimana
tanggapan dan persepi mereka terhadap pentingnya pendidikan diera saat ini.
Tentunya banyak sekali argumentasi dari masyarakat tentang persepsi terhadap
pendidikan terutama perguruan tinggi agam Islam, pada paparan mengenai
72
persepsi masyarakat desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma
diatas maka dilakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil tentang
pengumpulan data tentang persepsi masyarakat Desa Kayu Arang Kecamatan
Sukaraja Kabupaten Seluma diuraikan sebagai berikut.
Hasil wawancara dengan bapak Sunariyo, tentang persepsinya terhadap
Perguruan Tinggi Agama Islam, yaitu sebagai berikut:
“Menurut saya pendidikan tinggi agama islam itu sangat penting
utamanya pada anak dikarenakan perguruan tinggi agama islam itu
mengajarkan dua aspek kehidupan, yaitu pendidikan agama atau ahklak
dan pendidikan umum”.47
Senada dengan yang di ungkapkan oleh saudara Wegi mengatakan bahwa:
“Pendidikan tinggi agama Islam itu sangatlah penting kita sebagai warga
negara indonesia yang beriman dan bertaqwa konsep pendidikan islam
pada dasarnya berusaha mewujudkan manusia yang baik manusia
membawa dua misi sekaligus yaitu sebagai hamba Allah atau abdullah
dan sebagai khalifah dibumi khalifah fil al arid (barang siapa menempuh
jalan untuk mencari suatu ilmu niscaya Allah akan memudahkannya ke
jalan menuju surga)”.48
Sedangkan wawancara dengan bapak Siarpin mengatakan bahwa:
“Pendidikan tinggi agama Islam perlu di prioritaskan untuk anak sebab
agama islam adalah payung dari segala-galanya apapun profesinya
keadaanya islam tetap dikedepankan supaya anak tidak terjerumus
kependidikan lain-lain, namun karena keterbatasan ekonomi saat ini
belum terlaksana mudah-mudahan anak-anak yang akan datang bisa
melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi Agama Islam”.49
Menurut yang di ungkapkan bapak Siarpin bahwa Pendidikan Tinggi itu
penting terutama pada Perguruan Tinggi Agama Islam sebagai payung dari
47Hasil wawancara dengan Sunariyo pada tanggal 11 Juni 2020
48
Hasil wawancara dengan Wegi pada tanggal 16 Juni 2020 49
Hasil wawancara dengan Siarpin pada tanggal 12 Juni 2020
73
segala ilmu-ilmu yang ada, namun karena faktor biaya atau ekonomi belum
mampu untuk menopang anaknya melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi
Agama Islam.
Senada dengan wawancara yang dilakukan kepada Bapak Piman
mengatakan bahwa:
“Menurut saya pendidikan itu penting sebagai tameng dari kehidupan dan
pendidikan tinggi agama islam merupakan payung dan dasar dari
kehidupan dunia, dengan pendidikan itu maka agama islam salah satu
cara untuk membatasi ruang dari sifat keburukan.”50
Berdasarkan pernyataan diatas, maka adanya perguruan tinggi agama
islam atau pendidikan tinggi agama islam baik dan dikatakan sangat penting
untuk kemajuan anak dan untuk membentuk pribadi anak yang seharusnya
sangat di utamakan oleh masyarakat.
Dari hasil observasi langsung dan wawancara penulis kepada masyarakat
dapat dijelaskan bahwa persepsi masyarakat terhadap Perguruan Tinggi Agama
Islam di Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma ialah baik
karena masyarakat mengharapakan pendidikan agama Islam dapat membentuk
dan mendidik anak mereka menjadi anak yang memahami pembelajaran agama
Islam, dan dapat membentuk pribadi anak yang berjiwa paham ekonomi,
berahklak, dan dapat menjaga hubungan pribadi kepada Allah SWT
(Hablumminallah), tetapi juga harus menjaga dan menjalin hubungan baik
dengan masyarakat Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma
50Hasil wawancara dengan Piman pada tanggal 17 Juni 220
74
(Hablumminannas). Persepsi mereka mengatakan pendidikan terutama lanjutan
dari perguruan tinggi agama Islam itu sangat penting untuk anak.
Tetapi karena untuk melanjutkan anaknya ke perguruan yang lebih tinggi
lagi terkhusus ke jenjang Perguruan Tinggi Agama Islam memerlukan biaya
yang tidak kecil, maka dari itu banyak masyarakat yang beranggapan belum
mau melanjutkan anaknya ke perguruan tinggi agama Islam.
3. Minat Masyarakat desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten
Seluma terhadap perguruan tinggi agama Islam
Pendidikan memberikan sejumlah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
nilai-nilai yang banyak dari pada tidak bisa dilihat hasil dan dampaknya, baik
bagi seseorang maupun masyarakat. Banyak dari masyarakat desa Kayu Arang
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma yang tidak mengenyam sekolah apalagi
ke jenjang perguruan tinggi agama Islam karena faktor biaya berpenghasilan
rendah dan tidak adanya pikiran yang sejalan antara orang tua dan anak-
anaknya. Berikut urain dari hasil wawancara kepada masyarakat desa Kayu
Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma
Wawancara dengan saudara Watan mengenai minat masyarakat terhadap
perguruan tinggi agama Islam
“Saya ingin tapi saat ini saya sudah terikat kontrak dengan salah satu
perusahaan jadi tidak mungkin untuk meinggalkan tanggung jawab
saya”.51
Sedangkan wawancara dengan bapak Siarpin mengatakan:
51Hasil wawancara dengan Watan pada tanggal 15 Juni 2019
75
“Ya, sekarang ini secara realita untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih
tinggi harus dengan biaya yang agak mahal oleh sebab itu manusia
memikirkan pendidikan dengan bekerja terkecuali didukung ekonomi
orang tua yang agak memadai dan berkecukupan”.52
Menurut yang diungkapkan saudara Ronal mengatakan:
“Ya, saya menginginkan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi agama
Islam karena dengan saya melanjutkan ke perguruan tinggi agam islam
saya dapat lebih mengetahui pendidikan agama islam dengan
pembelajaran yang diberikan oleh pendidik atau dosen namun
sekarangmasih belum mampu untuk kuliah karena beberapa faktor”.53
Hasil wawancara dengan beberapa warga mengenai minat masyarakat
terhadap perguruan tinggi agama Islam, minat masyarakat tidak terlalu tinggi
dikarenakan beberapa faktor penghambat yaitu:
a. Ekonomi
b. Adanya latar belakang keluarga yang kurang mendukung
c. Kesadaran orang tua yang kurang dan belum merata
d. Adanya anggapan pendidikan belum diutamakan karena mereka lebih
memilih untuk bekerja
Sedangkan hasil dari wawancara dengan Bapak Tawan mengatakan bahwa:
“Ya kalau di tanya masalah faktor banyak faktor penghambat anak
terutama saya sebagai orang tua, biasanya faktor ekonomi atau biaya dan
faktor yang dapat membuat anak terhambat dalam kuliahnya”.54
Senada dengan yang diungkapkan bapak Eliantori mengatakan bahwa:
52Hasil wawancara dengan Siarpin pada tanggal 12 Juni 2019
53
Hasil wawancara dengan Watan pada tanggal 14 Juni 2019
54Hasil wawancara dengan tawan pada tanggal 18 Juni 2019
76
“Faktor penghalang dalam melanjutkan ke perguruan tinggi agama Islam
yaitu biasanya kebanyakan pada faktor biaya perkuliahan dan biasanya
terhadap pribadi anak sendiri”.55
Kemudian bapak piman mengungkapkan bahwa faktor penghambat
dalam melanjutkan anak ke jenjang perguruan tinggi agama Islam:
“Kebanyakan faktor penghalang dari kami untuk melanjutkan anak ke
perguruan tinggi agama Islam yaitu biaya dan keinginan yang terkadang
sudah ada namun terkendala dari faktor lain pada anak dan kehidupan
masyarakat”.
Sedangkan hasil wawancara dengan saudara Ogi mengatakan:
“Biasanya kendala dalam ingin melanjutkan ke perguruan tinggi agama
Islam salah satunya faktor ekonomi dan lingkungan sekitar juga menjadi
penghambat dalam melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi agama
islam”.
Dari uraian hasil wawancara diatas minat masyarakat terhadap perguruan
tinggi agama Islam tidak terlalu tinggi dikarenakan salah satu yang menjadi
faktor besar dari penghambat anak maupun orang tua untuk melanjutkan
anaknya ke kejenjang yang lebih tinggi yaitu faktor ekonomi, sehingga
keinginan anak dan orang tua yang berminat untuk melanjutkan ke jenjang
perguruan tinggi agama Islam menjadi terhambat.
Kemudian kesadaran yang memang benar ada pada pribadi anak yang
akan melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi agama Islam dan orang tuanya
harus benar-benar dipahami betapa pentingnya akan pendidikan anak, sehingga
dapat mengarahkan anaknya untuk menggapai masa depan yang cerah.
55Hasil wawancara dengan Eliantori pada tanggal 19 Juni 2019
77
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Persepsi suatu masyarakat dipengaruhi dari latar belakang keadaan atau
lingkungan yang ada didaerah tersebut, seperti halnya desa Kayu Arang
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma yang mayoritas berpendidikan tingkat
SLTA kebawah dan sedikit yang mengenyam bangku perkuliahan. Sedangkan
mata pencaharian mereka tidak hanya bersumber pada hasil tani, akan tetapi juga
sebagai guru, karyawan pabrik, buruh tani, pegawai swasta, dsb. Alat teknologi
juga dapat masuk ke desa, misalnya telepon, televisi, antena parabola, kendaraan
bermotor dan alat transportasi juga mudah diperoleh. Dari observasi tersebut maka
dapat diketahui bahwa desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma
termasuk desa Swasembada.
Dari latar belakang di atas, terdapat persepsi masyarakat Kayu Arang
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma yang berbeda-beda terhadap perguruan
tinggi agama Islam. Persepsi merupakan pola pikir atau pandangan tentang
peristiwa atau objek tertentu yang dipengaruhi oleh keyakinan atau kebenaran
mengenai sesuatu, sehingga persepsi juga memiliki peranan yang sangat besar
dalam suatu permasalahan yang akan menentukan baik dan buruknya
permasalahan tersebut. didalamnya terdapat suatu sikap atau pandangan
masyarakat terhadap perguruan tinggi agama Islam, dan mereka tidak memiliki
kesamaan pandangan antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lainnya
dalam menanggapi masalah perguruan tinggi agama Islam.
78
Kenyataan yang terjadi selama ini banyaknya pengangguran di bidang
keahliannya menyebabkan banyaknya persepsi masyarakat terhadap perguruan
tinggi agama Islam kurang baik karena mengapa lulusan-lulusan yang seharusnya
dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat dibangku perkuliahan
belum bisa secara komitmen untuk menerapkannya ditengah-tengah masyarakat,
sehingga tidak heran lulusan dari perguruan tinggi agama Islam masih bingung
untuk mendapatkan pekerjaan ataupun ketika mendapatkan pekerjaan jarang sesuai
dengan keahliannya.
Dari urain diatas persepsi yang dibahas dalam penelitian ini yaitu persepsi
masyarakat terhadap perguruan tinggi agama Islam di desa Kayu Arang
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma. Untuk lebih jelasnya maka data yang
diperoleh dari responden akan dibahas sebagai berikut:
Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan melalui wawancara,
observasi dan dokumentasi tersebut didapati bahwa persepsi masyarakat desa
Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma terhadap perguruan tinggi
agama Islam yaitu; yang pertama, pemahaman masyarakat terhadap perguruan
tinggi agama Islam yaitu mereka mengetahui bahwa perguruan tinggi agama Islam
itu baik dan secara umum mereka sudah mengenal apa itu perguruan tinggi agama
Islam, sehingga anak akan lebih baik bila melanjutkan perguruan tinggi, terutama
perguruan tinggi agam Islam. Sehingga tidak heran dari para orang tua sebagian
besar ingin menyekolahkan anaknya ke jenjang perguruan tinggi agama Islam.
79
Yang kedua, pada persepsi dan pandangan masyarakat terhadap perguruan
tinggi agama Islam bahwa perguruan tinggi agama Islam itu sangatlah penting
untuk anak bila ingin melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi agama Islam,
persepsi masyarakat Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma
terhadap perguruan tinggi agama Islam baik, namun karena kurangnya biaya atau
ekonomi yang mendukung menyebabkan mereka hanya bisa sampai pada tingkat
pendidikan atas saja dan tidak mampu untuk melanjutkan ke perguruan tinggi
agama Islam, sedangkan yang mampu hanya sebagian saja.
Meskipun demikian terdapat persepsi lain masyarakat desa Kayu Arang
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma yang berpendapat bahwa ekonominya
mampu tapi tingkat pendidikannya hanya sampai pada tingkat SLTA hal ini
disebabkan kurangnya minat dari anak untuk melanjutkan ke perguruan tinggi
agam Islam. Padahal keinginan orang tua yaitu menyekolahkan anaknya sampai
keperguruan tinggi agama Islam. Karena pada dasarnya masyarakat Desa Kayu
Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma mengerti akan pentingnya
pendidikan dan semua orang tua mempunyai cita-cita ingin melanjutkan anaknya
ke jenjang perguruan tinggi agama Islam.
Mayoritas masyarakat desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten
Seluma mengatakan bahwa dengan melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi
agama Islam akan memberikan dampak positif pada anak tersebut yang akan
menambah wawasan yang luas berkaitan dengan kependidikan, pengalaman dan
praktek dengan mengetahui teori-teori yang diperoleh di perguruan tinggi agama
80
Islam, apalagi bila dihadapkan pada permasalahan yang semakin kompleks di era
modern. Maka dengan adanya perguruan tinggi agama Islam sangat mendukung
terhadap kesejahteraan masyarakat tersebut.
Yang ketiga, persepsi dari masyarakat terhadap perguruan tinggi agama
Islam bahwa pendidikan tidak menjanjikan masa depan yang cerah dan sukses
serta mereka menganggap pendidikan hanya pemborosan merupakan dampak
realita yang saat ini. Maka mereka banyak beranggapan untuk memilih bekerja
dari pada lanjut ke jenjang perguruan tinggi agama Islam, sehingga mereka tidak
memiliki pilihan selain berpersepsi demikian. Mereka berasumsi tentang persepsi
terhadap perguruan tinggi kurang baik, karena mereka selama ini melihat lembaga-
lembaga pendidikan belum tentu dapat menjamin kualitas anak didiknya untuk
mencapai penghidupan yang lebih baik atau mendapatkan pekerjaan yang mapan.
Jadi dari pandangan dan persepsi masyarakat diatas sebagian besar
mengatakan perguruan tinggi itu baik jika dapat mendukung kesejahteraan di masa
depan, meskipun demikian tapi tidak semua masyarakat dapat berkiprah dan
berupaya untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang perguruan tinggi agama Islam.
Maka hal demikian harus dibangun dari orang tua untuk membangun minat dalam
melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi agama Islam, begitu juga anaknya yang
memang benar-benar mengerti betapa pentingnya perguruan tinggi agama Islam di
masa depan sebagai bekal yang akan kita peroleh didunia maupun di akhirat
nantinya.
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa persepsi masyarakat terhadap pendidikan anak dalam
melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi agama Islam. persepsi masyarakat diatas
sebagian besar mengatakan perguruan tinggi itu baik jika dapat mendukung
kesejahteraan di masa depan, meskipun demikian tapi tidak semua masyarakat
dapat berkiprah dan berupaya untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang perguruan
tinggi agama Islam. Maka hal demikian harus dibangun dari orang tua untuk
membangun minat dalam melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi agama Islam,
begitu juga anaknya yang memang benar-benar mengerti betapa pentingnya
perguruan tinggi agama Islam di masa depan sebagai bekal yang akan kita peroleh
didunia maupun di akhirat nantinya.
Pendidikan agama Islam dapat membentuk dan mendidik anak mereka
menjadi anak yang memahami pembelajaran agama Islam, dan dapat membentuk
pribadi anak yang berjiwa paham ekonomi, berahklak, dan dapat menjaga
hubungan pribadi kepada Allah SWT (Hablumminallah), tetapi juga harus
menjaga dan menjalin hubungan baik dengan masyarakat Desa Kayu Arang
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma (Hablumminannas).
74
82
B. Saran-saran
Setelah dikemukakan kesimpulan di dalam skripsi ini maka penulis
bermaksud memberikan saran bahwa dari persepsi masyarakat terhadap
pendidikan anak dalam melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi agama islam
hendaklah dari pihak orang tua maupun anak sendiri menyadari betapa pentingnya
pendidikan untuk anak kedepannya, pemerintah juga harus ambil adil agar
pendidikan terkhusus di desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma
merata baik itu dari tingkatan sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi agar anak
menjadi terarah kepada masa depan yang diinginkannya, yaitu baik dari faktor
ekonomi yang memang harus diperhatikan dan benar-benar dicari solusi yang pas
untuk memberikan akses kemudahan bagi orang tua yang memang kurang mampu
untuk melanjutkan anaknya ke perguruan tinggi agama Islam.
83
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Latif. 2009. Pendidikan Berbasis Nilai Masyarakat. Bandung : PT Retika
Aditama
Abdul Kadir. 2012. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta : Kencana
As‟aril Muhajir. 2016. Ilmu Pendidikan Perspektif Kontekstual. Jogjakarta : Ar-Ruzz
Media
Bukhari Umar. 2012. Hadits Tarbawi. Jakarta : Amzah
Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma dan Diskursus
Teknologi Komunikasi Di Masyarakat. Jakarta : Kencana PrenadaMedia
Grup
Eddy Soeryatno Soegoto. 2008. Menciptakan strategi Keunggulan Bersaing
Perguruan Tinggi. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Himpunan Peraturan Perundang-undangan Tentang Perguruan Tinggi Direktorat
Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Tahun 1991.
Moleong, Lexy. J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Muhaimin, Dkk. 2005. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Di
Perguruan Tinggi Agama Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Musaheri. 2007. Pengantar Pendidikan. Jogjakarta : Ircisod
Nasution, S. 2009. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Indriyanti, Ninuk, dkk. 2013. Faktor-faktor Yang Memengaruhi Minat Melanjutkan
Pendidikan Ke Perguruan Tinggi Pada Siswa Kelas XII Akutansi SMK
Negeri 6 Surakarta Tahun 2013. Jurnal Pendidikan, (Online). UNS, Vol 1,
No : , Diakses 20 April 2019.
Nursakinah Daulay.2014. Pengantar Pskilogi dan Pandangan Al-Qur‟an Tentang
Pskilogi. Jakarta: PrenadaMedia Grup.
Ramayulis. 2015. Dasar-Dasar Kependidikan suatu pengantar ilmu pendidikan.
Tentang Psikologi. Jakarta: Kalam Mulia
84
Ribet L, Solso, Dkk.2007. Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga.
Romita Kaumi. 2016. Problematika Pendidikan Di Madrasah Ibtidaiyah Swasta
Desa Air Teras Kecamatan Tali Kabupaten Seluma. Skripsi S1 Program
Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Tadris, Institut Agama
Islam Negeri Bengkulu.
Sudiyono. 2004. Manajemen Pendidikan Tinggi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sugeng Sejati. 2012. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Teras.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif/Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
V. Wiratna Sujarweni. 2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.