PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ...

85
1 PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENDIDIKAN ANAK DALAM MELANJUTKAN KE JEJANG PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM DI DESA KAYU ARANG KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN SELUMA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Tadris Institut Agama Islam Negeri Bengkulu untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam Ilmu Tarbiyah Oleh: Hadi Gustiawan NIM : 1611210160 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU TAHUN 2020/2021

Transcript of PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ...

1

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENDIDIKAN ANAK

DALAM MELANJUTKAN KE JEJANG PERGURUAN

TINGGI AGAMA ISLAM

DI DESA KAYU ARANG KECAMATAN SUKARAJA

KABUPATEN SELUMA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Tadris Institut Agama Islam Negeri

Bengkulu untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam Ilmu Tarbiyah

Oleh:

Hadi Gustiawan

NIM : 1611210160

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU

TAHUN 2020/2021

2

3

4

5

6

7

ABSTRAK

Hadi Gustiawan, NIM. 1611210160, 2020. Skripsi yang berjudul: Persepsi

Masyarakat Terhadap Pendidikan Anak Dalam Melanjutkan Ke Jenjang

Perguruan Tinggi Agama Islam Di Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja

Kabupaten Seluma. Skripsi Program Studi Penidikan Agama Islam, Fakultas

Tarbiyah dan Tadris, IAIN BENGKULU. Pembimbing : 1. Dr. Buyung Surahman,

M.Pd Dan Pembimbing 2. Dr. Pasmah Chandra, M.Pd.I

Kata Kunci : Persepsi Masyarakat, Perguruan Tinggi Agama Islam

Permasalahan yang di angkat dalam penelitian ini adalah Bagaimana Persepsi

Masyarakat Terhadap Pendidikan Anak Dalam Melanjutkan Ke Jenjang Perguruan

Tinggi Agama Islam di Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma.

Tujuan dari penenlitian ini adalah untuk menganalisa Persepsi Masyarakat Terhadap

Pendidikan Anak Dalam Melanjutkan Ke Jenjang Perguruan Tinggi Agama Islam di

Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Metode penelitian

yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data

menggunakan teknik observasi, dokumentasi, dan wawancara. Dalam penelitian ini

yang menjadi informan adalah anak dan orang tua.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi

masyarakat terhadap pendidikan anak dalam melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi

agama Islam. persepsi masyarakat diatas sebagian besar mengatakan perguruan tinggi

itu baik jika dapat mendukung kesejahteraan di masa depan, meskipun demikian tapi

tidak semua masyarakat dapat berkiprah dan berupaya untuk menyekolahkan anaknya

ke jenjang perguruan tinggi agama Islam. Maka hal demikian harus dibangun dari

orang tua untuk membangun minat dalam melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi

agama Islam, begitu juga anaknya yang memang benar-benar mengerti betapa

pentingnya perguruan tinggi agama Islam di masa depan sebagai bekal yang akan kita

peroleh didunia maupun di akhirat nantinya.

8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu modal untuk mempersiapkan generasi

yang berkualitas, generasi yang mampu melanjutkan cita-cita bangsa kearah yang

lebih baik, maka sistem pendidikan nasional telah menetapkan dalam UU No. 20

Pasal 1 Tahun 2003 tentang pendidikan nasional adalah bahwa pendidikan usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara.1

Maka penekanan terhadap pendidikan anak setelah pendidikan menengah

sangat di tekadkan oleh semua pihak dalam melanjutkan pendidikan anak itu

sendiri, karena pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak

dapat terpisahkan dari keseluruhan proses kehidupan manusia.

Pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk membina kepribadian

sesuai dengan nilai-nilai di masyarakat dan budaya. Pendidikan merupakan

tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Sehingga

pendidikan mempunyai misi seluruh aspek dengan dinamika hidup manusia serta

perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidupnya. Hal ini menunjukan bahwa

1UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS

1

9

masalah pendidikan adalah dinamis, dengan kata lain pendidikan mempunyai

nilai-nilai eksistensi selalu mengikuti perubahan jaman. Akan tetapi minimnya

pengetahuan tentang pendidikan berakibat kepada kurangnya minat masyarakat

terhadap pendidikan terutama Perguruan Tinggi, maka dari itu timbulah persepsi

masyarakat yang menganggap pendidikan itu tidak terlalu penting.

Artinya: bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan, dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang

pemurah. Yang mengajarkan (manusia) dengan perantara kalam. Dia

mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-„Alaq (96) :

1-5)2

Ayat ini dapat dijadikan sebagai alasan bahwa ilmu pengetahuan itu

penting dalam kehidupan manusia. Allah memerintahkan agar manusia membaca

sebelum memerintahkan melakukan pekerjaan dan ibadah yang lain. Ayat ini juga

menunjukan karunia Allah kepada manusia, sebab ia dapat menemukan

kemampuan belajar bahasa. Tamabahan lagi, manusia juga dapat mempelajari

baca tulis, ilmu pengetahuan, keterampilan yang beragam, petunjuk dan keimanan,

serta hal-hal yang tidak diketahui oleh manusia sebelum diajarkan kepadanya.

Maka dari itu betapa pentingnya suatu pendidikan apalagi pada tahap pendidikan

2Al-Jumanatul Ali, Al-Qur‟an dan terjemah, (Jakarta : Cv. Penerbit J-Art , 2005) h. 595

10

perguruan tinggi yang menekankannya untuk mengasa kemampuan berpikir dan

ilmu pengetahuan yang lebih jauh lagi dari tingkat pendidikan dasar sampai ke

pendidikan menengah atas.

Kemudian dikuatkan dengan hadits perintah menuntut ilmu yang

berbunyi:

عليه وسلم طلب العلم فريضة على كل مسلم صلى الله ل الله عن حسين بن علي قال قال رسو

Artinya: Husain bin Ali meriwayatkan bahwa rasulullah bersabda, “menuntut

ilmu wajib bagi setiap orang islam.” (HR. Al-Baihaqi, Ath-Thabrani, Abu Ya‟ala,

Al-Qudha‟i, dan Abu Nu‟aim Al-Ashbahani)3

Dari kedua ayat dan hadits tersebut perintah menuntut ilmu yang

disampaikan rasulullah dan perintah Allah SWT, bahwa betapa pentingnya

menuntut ilmu dalam kehidupan manusia tidak diragukan lagi karena mengapa

agar manusia dapat menjalankan kehidupan dunia dan akhirat sebaik mungkin.

Perguruan tinggi merupakan satuan penyelenggaran pendidikan tinggi

sebagai tingkat lanjut dari jenjang pendidikan menengah atau sederajat di jalur

pendidikan formal ataupun swasta dengan mencakup program pendidikan

diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh

perguruan tinggi. Perguruan tinggi yang ada di Indonesia dapat berbentuk

Politeknik, Sekolah Tinggi, Akademik, Universitas, dan Institut.

3Bukhari Umar, Hadits Tarbawi, (Jakarta: Amzah, 2012), h. 7

11

Perguruan tinggi merupakan kegiatan dalam upaya menghasilkan

manusia yang terdidik, yaitu menyiapkan peserta didik menjadi anggota

masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang dapat

menerapkan, mengembangkan dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan,

teknologi atau kesenian dan dpat menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang didapat

kepada masyarakat serta dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat dan

memperkaya kebudayaan nasional.4

Pada setiap jenis perguruan tinggi tersebut biasanya memiliki sejumlah

jurusan atau program studi yang ditawarkan. Setiap calon mahasiswa yang akan

memasuki suatu perguruan tinggi, akan dihadapkan kepada pemilihan program

studi atau jurusan yang akan dimasukinya. Pemilihan program studi bagi

mahasiswa merupakan saat-saat yang menentukan masa depan dalam setiap fase

kehidupan.

Konsep pendidikan tinggi untuk semua awalnya diperkenalkan di

Amerika Serikat sekitar tahun 1970an. Ini adalah sebuah pengakuan terhadap hak-

hak rakyat Amerika untuk memperoleh pendidikan tinggi. Dalam konteks

Indonesia, hal yang sama juga berlaku bahwa segenap warga negara Indonesia

memiliki hak yang sama dalam mengakses sumber-sumber pendidikan tinggi yang

ada.

Universitas, sebagai wajah utama perguruan tinggi, dapat dibedakan dari

lembaga-lembaga pendidikan lainnya dilihat dari orientasi saintifik yang dijalan

4Sudiyono, Manajemen Pendidikan Tinggi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h. 22-23

12

kannya. Universitas berdiri di garda depan dalam mengeksplorasi dan

mengembangkan sains dan teknologi, termasuk konsep, metode dan nilai.

Kurikulum kedokteran, hukum, teknik, pendidikan, ilmu-ilmu budaya, dan

sebagainya berkembang dengan merujuk kepada prinsip-prinsip akademik yang

sudah otonom dan mapan.

Dalam Peraturan pemerintah No. 30 Tahun 1990 tentang tujuan

perguruan tinggi adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat

yang memiliki kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat

menerapkan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan

kesenian serta menyumbangkan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat

dan memperkaya kebudayaan nasional.5

Dengan tujuan tersebut, perguruan tinggi merupakan wadah atau

penampung bagi para siswa yang ingin melanjutkan studinya ke tingkat yang lebih

tinggi, harus dapat melahirkan mahasiswa yang mampu bersaing disegala bidang

keilmuan, karena mahasiswalah tolak ukur majunya pendidikan di Indonesia.

Perguruan tinggi merupakan tempat pertemuan utama dari berbagai

kelompok yang merupakan symbol karena di dalam sektor modern perguruan

tinggi dianggap sebagai lembaga paling modern dan pembaharuan dan sebagai

tempat yang nyata yang merupakan suatu tempat dimana berangkat para

intelektual.

5Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Perguruan Tinggi, Direktorat Jenderal

Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Tahun 1991, h. 49

13

Perguruan tinggi bukanlah sekedar lembaga pendidikan saja, melainkan

juga sebagai lembaga yang menjembatani antara mahasiswa (anak didik) dengan

masyarakat sekitar, agar ilmu yang didapatkan di perguruan tinggi bisa bermanfaat

tak hanya bagi mereka sendiri, tetapi juga bermanfaat bagi orang lain.

Mengacu dan terfokus pada perguruan tinggi agama Islam (PTAI)

bertujuan menghasilkan sarjana Muslim yang memiliki kemampuan (kompetensi)

akademik dan profesional dalam bidang ilmu-ilmu agama Islam serta mampu

menerapkannya di masyarakat, dengan kata lain perguruan tinggi agama Islam

adalah untuk menghasilkan ahli-ahli agama islam yang bermutu dan bermanfaat

bagi masyarakat serta untuk mengembangkan ilmu, teknologi, dan budaya Islam

guna meningkatkan taraf kehidupan masyarakat serta memperkaya kebudayaan

nasional.6

Maka sangat diharapkan output dari lulusan perguruan tinggi agama

Islam dapat berkiprah di seluruh kehidupan dan di seluruh bidang keahlian

ataupun itu bidang ilmu lainnya. Eksistensi perguruan tinggi agama Islam

merupakan cikal bakal yang dicita-citakan sejak dahulu dan hingga terbentuknya

sekarang perguruan tinggi agama Islam menjadi tolak ukur dari pendidikan agama

Islam setelah dari sekolah menengah atas, namun jalur pada pendidikan tinggi

agama Islam lebih terarah dari tingkat Madrasah ataupun pesantren, karena

biasanya lulusan dari sekolah madrasah setingkat pesantren tidak terlalu sulit

6Muhaimin. Dkk, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Di Perguruan Tinggi

Agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h. 26

14

untuk mengulang pembelajaran yang telah mereka terima dari awal lagi. Namun

dimensi waktu sekarang tanpa terkecuali lulusan dari sekolah menengah atas atau

sederajatnya lebih memilih pendidikan tinggi agama Islam karena mengapa

perguruan tinggi agama Islam adalah pendidikan tinggi yang sangat baik untuk

membentuk dan mencetak lulusan yang menguasai pengetahuan-pengetahuan

agama Islam.

Pada tahap penelitian awal atau pendahuluan, peneliti melakukan

observasi, pengamatan, wawancara dan dokumentasi di Desa Kayu Arang

Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma di dapati Rendahnya minat dan motivasi

masyarakat terhadap pendidikan anak dalam melanjutkan ke jenjang perguruan

tinggi, Kurangnya motivasi orang tua terhadap pendidikan anak dalam

melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, Masih banyaknya anggapan masyarakat

bahwa pendidikan anak dalam melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi di rasa

kurang penting serta Masih banyaknya anggapan masyarakat yang

mengedepankan anaknya untuk bekerja dari pada melanjutkan ke jenjang

perguruan tinggi.7 Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengatahui lebih jauh

tentang penelitian, “Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Anak Dalam

Melanjutkan Ke Jenjang Perguruan Tinggi Agama Islam Di Desa Kayu

Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma”.

7 Observasi awal peneliti

15

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat di identifikasikan masalah

sebagai berikut:

1. Rendahnya minat dan motivasi masyarakat terhadap pendidikan anak dalam

melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi agama Islam

2. Kurangnya motivasi masyarakat terhadap pendidikan anak dalam melanjutkan

ke jenjang perguruan tinggi agama Islam

3. Masih banyaknya anggapan masyarakat bahwa pendidikan anak dalam

melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi agama Islam di rasa kurang penting

4. Masih banyaknya anggapan masyarakat yang mengedepankan anaknya untuk

bekerja dari pada melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi agama Islam

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi di atas dapat di batasi masalah sebagai berikut:

1. Persepsi Masyarakat: Orang tua (Orang tua yang anaknya sudah lulus SLTA

tapi belum kuliah, orang tua yang anaknya sudah lulus SLTA dan akan

melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, serta orang tua yang anaknya sedang

kuliah), dan

2. Pendidikan Anak: (Anak yang sudah lulus SLTA tapi belum kuliah, anak yang

sudah lulus SLTA dan akan melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, serta

anak yang sedang kuliah)

16

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas dapat di rumuskan masalah sebagai

berikut: “Bagaimana Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Anak Dalam

Melanjutkan Ke Jenjang Perguruan Tinggi Agama Islam di Desa Kayu Arang

Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini, yaitu: untuk

menganalisa Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Anak Dalam Melanjutkan

Ke Jenjang Perguruan Tinggi Agama Islam di Desa Kayu Arang Kecamatan

Sukaraja Kabupaten Seluma.

F. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penulisan ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan para pembaca khusunya bagi mahasiswa dan akademisi lainnya.

Selain itu dengan adanya tulisan ini diharapkan dapat menambah referensi

bahan kajian ilmu, khususnya berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi

jurusan Tarbiyah dan dapat digunakan sebagai referensi pembuatan karya-karya

untuk selanjutnya.

2. Secara Praktis

a. Untuk memberikan informasi yang jelas mengenai pandangan masyarakat

terhadap pentingnya pendidikan anak dalam melanjutkan ke jenjang

perguruan tinggi.

17

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap

pandangan masyarakat untuk lebih menekankan pada anak betapa

pentingnya pendidikan dalam melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.

18

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Persepsi

Persepsi dalam bahasa Inggris Perception adalah cara pandang terhadap

sesuatu atau mengutarakan pemahaman hasil olahan daya pikir, artinya persepsi

berkaitan dengan faktor-faktor eksternal yang direspons melalui pancaindra,

daya ingat, dan daya jiwa.8

Persepsi berlangsung saat seseorang menerima stimulus dari dunia luar

diterima oleh individu, yang ditangkap oleh organ-organ bantunya yang

kemudian masuk ke dalam otak atau melalui indera atau disebut proses

sensoris. Di dalamnya terjadi proses berpikir yang pada akhirnya terwujud

dalam suatu pemahaman.9

Persepsi mengacu pada interpretasi hal-hal yang kita indera. Saat kita

membaca buku, mendengarkan iPod, dipijat orang, mencium parfum, atau

mencicipi sushi, kita mengalami lebih dari sekedar stimulasi sensorik.

Kejadian-kejadian sensorik tersebut diproses sesuai dengan pengetahuan kita

tentang dunia, sesuai budaya, pengharapan, bahkan disesuaikan dengan orang

yang bersama kita saat itu. Hal-hal tersebut memberikan makna terhadap

8Nurrsakinah Daulay, Pengantar Psikologi Dan Pandangan Al-Qur‟an Tentang Psikologi,

(Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h. 150 9Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi Offset, 2010), h. 99

11

19

pengalaman sensorik sederhana dan itulah Persepsi.10

Pengertian persepsi

dalam kamus ilmiah adalah pengamatan, penyusunan dorongan-dorongan

dalam kesatuan-kesatuan, hal mengetahui, melalui indera, tanggapan (indera)

dan daya memahami.11

Oleh karena itu, kemampuan manusia untuk

membedakan mengelompokkan dan memfokuskan yang ada dilingkungan

mereka disebut sebagai kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan atau

persepsi.12

Persepsi adalah suatu proses yang ada pada manusia untuk mengetahui

atau mengenali dunia dan isinya melalui panca indera.13

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh suatu

penginderaan yaitu proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu

melalui alat reseptornya. Untuk lebih memahami persepsi berikut adalah

beberapa definisi persepsi menurut pakar psikologi antara lain sebagai berikut:

Menurut pendapat Kartini kartono, persepsi adalah pengamatan secara

global, yang belum disertai kesadaran, sedangkan subyek dan obyeknya belum

terbedakan antar satu dengan lainnya.14

Sedangkan menurut Bimo Walgito, persepsi adalah proses

pengorganisasian, penginterpretasian, terhadap stimulus yang diterima oleh

organisme dan individu sehingga menjadi aktivitas yang integrated dalam diri.15

10

Robet L. Solso, Dkk, Psikologi Kognitif, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 76 11

Pitus A Partanto, M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 2001), h.

591 12

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), h. 39 13

Sugeng Sejati, Psikologi Sosial, (Yogyakarta: Teras, 2012), h. 74 14

Kartini Kartono, Psikologi Umum, (Bandung: Alumni, 1984), h. 77

20

Menurut Mahmud, persepsi adalah proses penilaian seseorang atau

kelompok orang terhadap objek, peristiwa, atau stimulus dengan melibatkan

pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan objek tersebut, melalui proses

kognisi dan afeksi untuk membentuk objek tersebut.

Persepsi adalah proses dimana seseorang memperoleh informasi dari

lingkungan sekitar. Persepsi merupakan suatu hal yang aktif. Persepsi

memerlukan pertemuan nyata dengan suatu benda dan juga membutuhkan

proses. Persepsi membantu individu untuk menggambarkan dan menjelaskan

apa yang dilakukan oleh individu.

Dengan demikian dari beberapa konsep persepsi diatas dapat

dismpulkan bahwa persepsi adalah proses pengorganisasian dan proses

penafsiran seorang terhadap stimulasi yang dipengaruhi oleh berbagai

pengetahuan, keinginan dan pengalaman yang relevan terhadap stimulasi yang

dipengaruhi oleh perilaku manusia dalam menentukan pilihan hidupnya.

a. Faktor yang mempengaruhi persepsi

1) Diri yang bersangkutan, apabila seseorang melihat dan berusaha

memberikan interpretasi tentang apa yang dilihat. Karakteristik individu

yang turut berpengaruh antara lain sikap, motif, kepentingan, pengalaman

dan harapan.

2) Sasaran persepsi yang mungkin berupa orang, benda atau peristiwa.

Sasaran ini berpengaruh antara persepsi.

15

Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi Offosed, 1994),h. 53

21

3) Faktor situasi, Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang artinya

bahwa dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu mendapatkan

perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam

menumbuhkan persepsi.16

Sementara David Krech dan Richard, menyebutkan sebagai faktor

fungsional, faktor struktural, faktor situasional dan faktor personal.

a. Faktor Fungsional, adalah faktor yang berasal dari kebutuhan,

pengalaman masa lalu dan hal-hal yang termasuk apa yang kita sebut

sebagai faktor-faktor personal. Faktor personal yang menentukan persepsi

adalah objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan

persepsi.

b. Faktor Struktural, adalah faktor yang berasal semata-mata dari sifat.

Stimulus fisik efek-efek saraf yang ditimbulkan pada system saraf

individu.

c. Faktor-faktor situasional, Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa

nonverbal. Petunjuk proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah,

petunjuk paralinguistik adalah beberapa dari faktor situasional yang

mempengaruhi persepsi.

16

P. Siagian Sondang, Teori Motivasi dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995),

h. 101-105

22

d. Faktor personal. Faktor personal ini terdiri atas pengalaman, motivasi dan

kepribadian.17

b. Ciri-ciri umum dalam persepsi

Penginderaan terjadi dalam suatu konteks tertentu, konsep ini biasa

disebut dunia persepsi. Agar dapat dihasilkan suatu penginderan yang

bermakna, ada ciri-ciri umum tertentu dalam dunia persepsi :

1) Modalitas: rangsangan yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap-

tiap indera, yaitu sifat sensori dasar masing-masing indera (cahaya untuk

penglihatan; bau untuk penciuman; suhu bagi perasa; bunyi bagi

pendengar, sifat permukaan bagi peraba dan sebagainya).

2) Dimensi ruang: dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang);

kita dapat mengatakan atas bawah, tinggi rendah, luas sempit, latar depan

latar belakang, dan lain-lain.

3) Dimensi waktu: dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti cepat

lambat, tua muda, dan lain-lain.18

2. Masyarakat

Manusia adalah mahkluk sosial yang hidup bermasyarakat, hidup

bermasyarakat dapat diartikan sebagai hidup dalam suatu pergaulan. Kata

masyarakat berasal dari bahasa arab „syaraka‟ yang artinya ikut serta

(partisipasi). Sedangkan dalam bahasa inggris dipakai istilah „society‟ yang

17

Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000),

h. 52-58 18

Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, h. 111

23

berasal dari kata „socius‟ yang artinya kawan. Aristoteles mengemukakan

bahwa manusia ini adalah „zoonpoliticon‟ yaitu makhluk sosial yang hanya

menyukai hidup bergolongan atau sedikitnya mencari teman bersama lebih suka

daripada hidup tersendiri.19

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia,

masyarakat merupakan sekelompok manusia yang bertempat tinggal dalam

suatu wilayah tertentu dengan batas-batas yang jelas dan menjadi faktor

utamanya ialah adanya hubungan yang kuat di antara anggota kelompok

dibandingkan hubungan dengan orang-orang diluar kelompoknya, Sedangkan

menurut Hasan Sadhily, masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri

dari beberapa manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara

golongan dan pengaruh-mempengaruhi satu sama lain. Pengaruh dan pertalian

kebatinan yang terjadi dengan sendirinya menjadi unsur yang ada bagi

masyarakat. Masyarakat bukanya ada dengan hanya menjumlahkan adanya

orang-orang saja, diantara mereka harus ada pertalian satu sama lain.20

Dari lahir sampai mati manusia hidup sebagai anggota masyarakat.

Hidup dalam masyarakat berarti adanya interaksi sosial dengan orang-orang di

sekitar dan dengan demikian mengalami pengaruh dan mempengaruhi orang

lain. Interaksi sosial sangat utama dalam tiap masyarakat. Masyarakat sangat

luas dan dapat meliputi seluruh umat manusia. Masyarakat terdiri atas beberapa

19

Lukman Surya Saputra, Pendidikan Kewarganegaraan, (Bandung: Setia Purna

Inves, 2007), h. 11 20

Hassan Shadily, Sosiologi untuk masyarakat Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1984),

h. 47

24

berbagai kelompok, yang besar maupun kecil bergantung pada jumlah

anggotanya. Dua orang atau lebih dapat merupakan kelompok. Tiap orang

menjadi anggota keluarga yang terdiri atas ibu-ayah, dan anak, atau keluarga

besar yang juga mencakup paman, kakek, cucu, dan sebagainya, atau pada

orang Batak semua yang semarga.21

Masayarakat merupakan satu kesatuan yang selalu berubah karena

proses masyarakat yang menyebabkan perubahan itu. Dalam zaman biasa

masyarakat mengenal kehidupan yang teratur dan aman, disebabkan oleh

karena pengorbanan sebagian kemerdekaan dari anggota-anggotanya, baik

dengan paksa maupun sukarela. Pengorbanan disini dimaksudkan menahan

nafsu atau kehendak sewenag-wenang untuk mengutamakan kepentingan dan

keamanan bersama. Dengan paksa berarti tunduk kepada hokum-hukum yang

telah ditetapkan (Negara, perkumpulan dan sebagainya) dengan sukarela berarti

menurut adat dan berdasarkan keinsyafan akan persaudaraan dalam kehidupan

bersama itu (desa berdasarkan adat dan sebagainya).

Menurut Koentjaraningrat, Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia

yang berintraksi menurut suatu system adat istiadat tertentu yang bersifat

continue yang terkait oleh suatu rasa identitas bersama. Selanjutnya para ahli

sosiologi seperti J.L. Gillin dan J.P.Gillin sepakat bahwa adanya saling bergaul

dan interaksi karena adanya nilai-nilai, norma-norma, cara-cara dan prosedur

yang merupakan kebutuhan bersama sehingga masyarakat merupakan kesatuan

21S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h. 60

25

hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu,

yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

Ralp Linton, berpendapat “masyarakat merupakan setiap kelompok

manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat

mengatur diri mereka dan menggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial

dengan batas- batas yang dirumuskan dengan jelas”.

Roucek dan Waren, berpendapat bahwa masyarakat adalah sekelompok

manusia yang memeliki rasa kesadaran bersama, mereka berdiam (bertempat

tinggal) dalam daerah yang sama, sebagian besar atau seluruh warganya

memperliahatkan adanya adat kebiasaaan serta aktifitas yang sama pula.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat

adalah suatu proses dimana sekelompok manusia yang hidup dan tinggal

bersama dalam wilayah tertentu dan memberikan pemahaman atau tanggapan

terhadap hal-hal atau peristiwa yang terjadi dilingkungannya.

a. Unsur-unsur masyarakat

1) Golongan Sosial

a) Timbulnya Golongan Sosial

Golongan sosial dalam masyarakat dapat terjadi dengan

sendirinya sebagai hasil proses pertumbuhan masyarakat. Faktor

penyebabnya antara lain: kemampuan/kepandaian, umur, jenis

kelamin, sifat keaslian, keanggotaan masyarakat dan lain-lain. Faktor

26

penentu dari setiap masyarakat berbeda-beda, misalnya pada

masyarakat berburu faktor penentunya adalah kepandaian berburu

b) Pengertian Golongan Sosial

Pitirim A. Sorokin menggunakan istilah pelapisan sosial yaitu

pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara

bertingkat atau hierarkhis. Perwujudannya dikenal dengan adanya

kelas sosial tinggi (upper class) contohnya: pejabat, penguasa, dan

pengusaha; kelas sosial menengah (midle class) contohnya: dosen,

pegawai negeri, pengusaha kecil dan menengah; kelas sosial rendah

(lower class) contohnya: buruh, petani, dan pedagang kecil.

c) Dasar-Dasar Pembentukan Golongan Sosial

Menurut Soerjono Soekanto, kriteria yang dipergunakan

sebagai ukuran dalam menggolongkan masyarakat ke dalam golongan

sosial atau pelapisan sosial adalah:

1. Ukuran Kekayaan

2. Unsur kekuasaan atau wewenang

3. Ukuran Ilmu Pengetahuan

4. Unsur kehormatan (keturunan)

d) Karakteristik Golongan Sosial

Beberapa karakteristik golongan sosial atau pelapisan sosial

yang terjadi di dalam suatu masyarakat adalah :

1. Adanya perbedaan status dan peranan

27

2. Adanya pola interaksi yang berbeda

3. Adanya distribusi hak dan kewajiban

4. Adanya penggolongan yang melibatkan kelompok

5. Adanya prestise dan penghargaan

6. Adanya penggolongan yang bersifat universal

e) Fungsi Golongan Sosial

Golongan sosial memiliki fungsi-fungsi berikut ini:

1. Distribusi hak istimewa yang obyektif seperti penghasilan,

kekayaan.

2. Sistem pertanggaan pada strata atau tingkat yang diciptakan

masyarakat menyangkut prestise dan penghargaan.

3. Penentu simbol status atau kedudukan seperti cara berpakaian,

tingkah laku.

4. Alat solidaritas di antara individu atau kelompok yang menduduki

sistem sosial yang sama dalam masyarakat.

2) Kategori Sosial

Kategori Sosial Menurut Koentjaraningrat, kategori sosial

adalah kesatuan manusia yang terwujud karena adanya suatu ciri-ciri

obyektif yang dikenakan pada manusia-manusia tersebut. Dalam

kategori sosial tidak terikat oleh unsur adat istiadat, sistem norma,

sistem nilai tertentu, tidak memiliki identitas, tidak memiliki lokasi,

tidak mempunyai organisasi, dan tidak memiliki pemimpin.

28

3) Kelompok Sosial

Kelompok sosial (social group) adalah himpunan/kesatuan-

kesatuan manusia yang hidup bersama, terdapat hubungan timbal

balik, saling mempengaruhi sehingga timbul suatu kesadaran untuk

saling menolong di antara mereka. Kesatuan manusia yang hidup

bersama disebut kelompok sosial harus memenuhi kriteria:22

(1) Adanya kesadaran setiap kelompok bahwa dirinya merupakan

bagian dari kelompok tersebut.

(2) Terdapat hubungan timbal balik (interaksi) antar anggota kelompok.

(3) Memiliki struktur, kaidah, dan pola perilaku tertentu.Memiliki suatu

sistem dan proses tertentu.

(4) Adanya faktor pengikat yang dimiliki anggota-anggota kelompok,

seperti persamaan nasib, kepentingan tujuan, ideologi politik dan

lain-lain.

4) Perkumpulan (Asosiasi)

Perkumpulan atau asosiasi adalah kesatuan manusia yang

dibentuk secara sadar untuk tujuan-tujuan khusus. Terbentuknya

perkumpulan dilandasi oleh kesamaan minat, tujuan, kepentingan,

pendidikan, keahlian profesi, atau agama. Perkumpulan merupakan

suatu organisasi buatan yang bersifat formal, dengan jumlah anggota

22

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi

Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2006), h. 43

29

relatif terbatas, memiliki kepentingan-kepentingan tertentu, hubungan

antar anggota tidak bersifat pribadi, memiliki anggaran dasar dan

anggaran rumah tangga. Bentuk-bentuk perkumpulan dalam

masyarakat adalah :

a) Berdasarkan sifat hubungan anggotanya, terbentuk kelompok

sekunder (secondary group). Kelompok sekunder adalah suatu

perkumpulan yang terdiri dari banyak orang dengan bentuk

hubungan tidak bersifat pribadi dan bersifat sementara. Contohnya:

negara, bangsa dan suku.

b) Berdasarkan sifat organisasi, terbentuk organisasi formal (formal

group) yaitu kesatuan manusia yang tergabung dalam sebuah

organisasi yang memiliki peraturan tegas yang sengaja diciptakan

oleh anggotanya untuk mengatur hubungan antar sesama.

Contohnya: perkumpulan mahasiswa, perkumpulan organisasi

massa, instansi pemerintah, dan sebagainya.

c) Berdasarkan pola hubungan yang diciptakan para anggotanya,

terbentuk kelompok patembayan (gesellschaft). Kelompok

patembayan merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok, biasanya

untuk jangka waktu pendek, dan terdapat dalam hubungan

perjanjian berdasarkan ikatan timbal balik (kontrak). Misalnya:

ikatan karyawan dan majikan dalam organisasi suatu pabrik.

30

d) Berdasarkan prinsip guna/fungsinya, terdapat perkumpulan atas

dasar ekonomi. Contohnya: perkumpulan pedagang, koperasi, suatu

perseroan suatu perusahaan dan sebagainya.

e) Berdasarkan keperluan, terdapat banyak perkumpulan contohnya

seperti perkumpulan untuk memajukan pendidikan maka dibentuk

yayasan pendidikan, suatu perkumpulan pemberantasan buta huruf.

f) Perkumpulan untuk memajukan ilmu pengetahuan atau organisasi

profesi, seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Insinyur

Indonesia (PII), Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial

(HISPI), Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), dan sebagainya.

g) Berdasarkan aktivitas keagamaan, terdapat banyak perkumpulan,

contohnya seperti organisasi penyiar agama, kelompok. Pengajian,

organisasi gereja, gerakan kebatinan, dan sebagainya.

h) Berdasarkan aktivitas politik, terdapat banyak perkumpulan,

contonhnya seperti Paprol, kelompok kepentingan atau penekan dan

sebagainya.

i) Berdasarkan kepentingan memajukan olah raga, terdapat banyak

perkumpulan,contohnya: PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh

Indonesia), PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia).

3. Perguruan Tinggi Agama Islam

Perguruan Tinggi (PT) adalah suatu pendidikan yang menyelenggarakan

pendidikan setelah jenjang pendidikan sekolah menengah. Dalam

31

penyelenggaraan PT, UU-SPN NO 2 tahun 1989 (Pasal 16 ayat 2) dan undang-

undang SISDIKNAS NO. 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa PT dapat

berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas.

Perguruan Tinggi mempunyai tugas yang khas, yaitu menemukan dan

mengajarkan kebenaran secara metodologik tentang hal-hal yang serius dan

penting. Sebagian dari tugas itu adalah meningkatkan pengetahuan mahasiswa,

melatih mereka dalam hal sikap dan metoda untuk mengkaji dan menguji secara

kritis kepercayaan mereka, sehingga apa yang dipercayai tersebut sedapat

mungkin terbebas dari kekeliruan.23

Pendidikan tinggi adalah pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dari

pada pendidikan menengah di jalur pendidikan sekolah (PP 30 Tahun 1990,

pasal 1 Ayat 1) Tujuan pendidikan tinggi adalah Mempersiapkan peserta didik

menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan

profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu

pengetahuan, teknologi dan kesenian, Mengembangkan dan menyebar luaskan

ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian serta mengoptimalkan

penggunaannya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan memperkaya

kebudayaan nasional ( UU 2 tahun 1989, Pasal 16, Ayat (1) ; PP 30 Tahun

1990, Pasal 2, Ayat (1) ).

23Eddy Soeryatno Soegoto, Menciptakan Strategi Keunggulan Bersaing Perguruan Tinggi,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), h. 20

32

Pendidikan tinggi terbagi menjadi pendidikan tinggi agama dan

pendidikan tinggi umum, dalam realita historis tentang pendidikan tinggi salah

satunya pendidikan tinggi agama Islam atau perguruan tinggi agama Islam

(PTAI) pada mulanya didorong oleh beberapa tujuan, yaitu: (1) untuk

melaksanakan pengkajian dan pengembangan ilmu-ilmu agama Islam pada

tingkat yang lebih tinggi secara lebih sistematis dan terarah; (2) untuk

melaksanakan pengembangan dan peningkatan dakwah islam; dan (3) untuk

melakukan reproduksi dan kaderisasi ulama dan fungsionaris keagamaan, baik

pada kalangan birokrasi negara maupun swasta, serta lembaga-lembaga sosial,

dakwah, pendidikan dan sebagainya.

Pada perkembangan selanjutnya terdapat kecenderungan-kecenderungan

baru untuk merespon berbagai tuntutan dan tantangan yang berkembang di

masyarakat. Maka dari itu pemahaman akan tujuan yang pertama tersebut

berimplikasi pada tujuan kedua dan ketiga tersebut. Tujuan kedua adalah untuk

melaksanakan pengembangan dan peningkatan dakwah Islam. Makna dakwah

Islam bukan kagi tereduksi menjadi dakwah dalam arti mengomunikasikan al-

„ulum al-naqliyah (perenial knowledge) saja, yang mencakup: studi al-qur‟an,

studi sunnah (hadits), sirah nabawiyah, tauhid, ushul fiqh dan fiqh, bahasa arab

al-Qur‟an, serta bidang-bidang studi tambahan meliputi: metafisika Islam,

perbandingan agama, dan kebudayaan Islam. Tetapi juga bagaimana al-„ulum

al- naqliyah (perenial knowledge) memberi spirit dan landasan, serta ancangan

bagi pengembangan al-ulum al-„aqliyah (acquired knowledge), yang mencakup:

33

(1) Arts (ilmu-ilmu imajinatif), seperti: kesenian dan arsitektur Islam, bahasa-

bahasa, kesusasteraan; (2) ilmu-ilmu intelektual, yang meliputi ilmu-ilmu sosial

(teoritis), filsafat, pendidikan, ekonomi, ilmu politik, sejarah, peradaban Islam,

geografi, sosiologi, linguistik, psikologi, antropologi; (3) ilmu-ilmu kealaman,

yang meliputi: filsafat ilmu pengetahuan, matematika, statistika, fisika, kimia,

biologi, astronomi, ilmu-ilmu angkasa luar dan sebagainya; (4) ilmu-ilmu

terapan, yang meliputi teknik dan teknologi, kedokteran, pertanian dan

kehutanan; (5) ilmu-ilmu praktis, meliputi: perdagangan, ilmu-ilmu

administrasi, ilmu-ilmu perpustakaan, ilmu-ilmu kerumahtanggaan, ilmu

komunikasi dan sebagainya.

Sedangkan tujuan ketiga adalah untuk melakukan reproduksi dan

kaderisasi ulama. Pemahaman tentang ulama bukan lagi terbatas pada mereka

yang hanya menguasai al‟ulum al-naqliyah (perenial knowledge), tetapi juga

mereka yang menguasai al-„ulum al-„aqliyah (acquired knowledge), serta

menjadikan al‟ulum al-naqliyah (perenial knowledge) sebagai landasan, spirit

serta ancangan bagi dan mewarnai pengembangan al-ulum al‟aqliyah (acquired

knowledge) tersebut.24

Kajian yang dikembangkan pada perguruan tinggi agama Islam akhir-

akhir ini tidak sekedar menekankan pada pengembangan ilmu pengetahuan

agama Islam dalam pengertian al-„ulum al-naqliyah atau ilmu-ilmu tanziliyah

24Muhaimin. Dkk, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Di Perguruan Tinggi

Agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h. 12

34

(bersumber wahyu), tetapi sekaligus menyangkut kajian al‟ulum al‟aqliyah atau

ilmuilmu kauniyah (bersumber alam semesta ciptaan Tuhan) yang bersifat

empiris. Pengembangan al-ulum al-naqliyah atau tanziliyah semata telah

mendapat kritik, yaitu bahwa paradigma yang mendasarinya di anggap kurang

relevan lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan

pembangunan nasional, karena bersifat sangat sektoral, hanya memenuihi satu

sektor tertentu dalam kehidupan Islam di Indonesia, yaitu memenuhi kebutuhan

akan sarjana-sarjana yang mendapatkan pengetahuan tinggi mengenai agama

Islam. Dengan demikian lebih mengabadikan faham dualisme atau dikotomi,

dan melahirkan over specialization, bahkan terjadi isolasi akademik. Disamping

itu, dengan paradigmanya tersebut dipandang tidak memungkinkan untuk

melahirkan manusia-manusia yang kompetitif dalam era globalisasi, padahal

lulusan PTAI yang diharapkan adalah mereka yang menguasai ipteks dan

sekaligus hidup dalam nilai-nilai agama (Islam).

4. Pendidikan Anak

a. Pengertian Pendidikan

Secara bahasa pendidikan berasal dari bahasa Yunani, paedagogy,

yang mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah

diantar oleh seorang nelayan. Pelayan yang mengantar jemput dinamakan

paedagogos. Dalam bahasa Romawi pendidikan diistilahkan sebagai educate

yang berarti mengeluarkan sesuatu yang berada di dalam. Dalam bahasa

35

Inggris pendidikan diistilahkan to educate yang berarti memperbaiki moral

dan melatih intelektual.25

Dalam bahasa Indonesia istilah pendidikan berasal dari kata “didik”

dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “kan”, mengandung arti

”perbuatan” (hal, cara dan sebagainya).26

Secara terminologi terdapat berbagai definisi pendidikan oleh berbagai

ahli.

a. Nana Sudjana menegemukakan. Pendidikan adalah usaha sadar

memanusiakan manusia. Atau membudayakan manusia. Pendidikan

adalah proses sosialisasi menuju kedewasaan intelektual, sosial, moral,

sesuai dengan kemampuan dan martabat sebagai manusia.

b. Al-Abrasyi, memberikan pengertian bahwa pendidikan adalah

mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia,

mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya

(ahklaknya), teratur pikirannya, halus persaannya, mahir dalam

pekerjaannya, manis tutur katanya baik dengan lisan atau tulisan.

c. Ahmad D. Marimba, memberikan pengertian bahwa pendidikan adalah

bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidikan terhadap

25

Abdul Kadir, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 59 26

Ramayulis, Dasar-Dasar Kependidikan Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Kalam

Mulia, 2015), h. 15

36

perkembangan jasmani dan rohani siterdidik menuju terbentuknya

kepribadian yang utama.27

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

tentang sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 dinyatakan bahwa

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasaan, ahklak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.28

Pendidikan adalah bantuan atau petolongan yang diberikan oleh

seseorang kepada orang lain untuk mengembangkan dan memfungsionalkan

rohani (pikir, rasa, karsa, cipta dan budi nurani) manusia dan jasmani

(pancaindera dan keterampilan-keterampilan) manusia agar meningkat

wawasan pengetahuannya, bertambah terampil sebagai bekal

keberlangsungan hidup dan kehidupannya disertai ahlkal mulia dan mandiri

ditengah masyarakat. Pendidikan adalah suatu sistem yang berdasarkan

kebudayaan nasional dan mengutamakan kepentingan masyarakat dengan

menerapkan lima asas: kemerdekaan, kodrat alam, keudayaan, kebangsaan,

dan kemanusiaan.

27

Ramayulis, Dasar-Dasar Kependidikan Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Kalam

Mulia, 2015), h. 16 28

Abdul Latif, Pendidikan Berbasis Nilai Masyarakat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), h.

7

37

Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan

yang terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Segenap elemen dan komponen yang terkait dengan dunia pendidikan

merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan dalam penyelenggaraan

pendidikan nasional guna tercapainya mutu pendidikan sejalan dengan

tantangan dan tuntutan yang dihadapi dunia pendidikan.29

Pada hakikatnya pendidikan tidak terlepas dari pendidikan yang berada

dalam konteks kehidupan masyarakat. Pendidikan adalah produk suatu

masyarakat tertentu. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan tidak dapat

dipisahkan dengan masyarakat yang memilikinya. Dengan kata lain, tujuan

atau visi pendidikan adalah kongruen dengan visi masyarakat dimana

pendidikan itu berada. Karena proses pendidikan mengandalkan nilai-nilai

yang hidup di dalam masyarakat maka dengan sendirinya proses pendidikan

adalah penghayatan dan perwujudan nilai-nilai tersebut. dan dengan sifatnya

yang terbuka, yakni masyarakat membuka diri terhadap perubahan, maka

nilai-nilai tersebur berupa nilai-nilai yang hidup maupun nilai-nilai yang

baru yang dihasilkan dari inovasi. Proses pendidikan merupakan persemaian

dari kehidupan moral suatu masyarakat itu sendiri. Tidak mengherankan

apabila dalam masa krisis dewasa ini pendidikan tetatp dianggap sebagai

benteng dari kehidupan (survival) moral suatu bangsa dan kemanusiaan. Hal

ini hanya terjadi apabila diletakkan pada tempat yang sebenarnya yaitu

29

Musaheri, Pengantar Pendidikan, (Jogjakarta:Ircisod, 2007), h. 48

38

sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia yang pada

dasarnya adalah kehidupan bermoral. Dengan demikian, orang yang

bermoral adalah orang yang bermasyarakat, dan orang yang bermasyarakat

adalah orang terdidik.30

Berikut dijelaskan hadits tentang pendidikan,

من سلك طريقا ي لتمس فيه علما عليه وسلم صلى الله الله رسول قال عن أبي هري رة قال

ل الله له طريقا إلى الجنة سه

Artinya: Abu Hurairah meriwayatkan bahwa rasulullah SAW bersabda,

“Barangsiapa yag menenmpuh jalan menuntut ilmu, akan dimudahkan Allah

jalan untuknya kesurga.” (HR. Muslim, At-Tirmidzi, Ahmad, dan Al-

Baihaqi)31

Dalam hadits ini, rasulullah Saw memerintahkan untuk menuntut ilmu

dengan pendidikan maka Allah akan memudahkan baginya jalan di akhirat

kelak atau memudahkan baginya jalan di dunia. Maka dari itu betapa

pentinya pendidikan bukan hanya di dunia saja tapi Allah memudahkan

jalannya di akhirat.

b. Pengertian Anak

30

Abdul Latif, Pendidikan Berbasis Nilai Masyarakat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), h. 11

31Bukhari Umar, Hadits Tarbawi, (Jakarta: Amzah, 2012), h. 12

39

Anak, dalam perspektif pendidikan Islam biasanya diistilahkan dari

akar kata al-walad, al-ibn, al-tifl, al-syabi, dan al-ghulam. Dalam

pengertiannya yang identik dengan al-walad, ia berarti keturunan dari

seseorang, atau segala sesuatu yang dilahirkan, juga bisa berarti manusia

yang masih kecil. Menurut pengertian ini, keturunan pertama adalah

orangtua. Kemudian setiap orangtua yang mempunyai keturunan,

keturunannya itulah yang disebut anak. Adapun arti kata al-ibn adalah sama

dengan anak yang baru lahir dan berjenis kelamin laki-laki (al-walad al-

dzakar). Sedangkan. Al-tifl adalah anak yang dalam masa usia

pertumbuhannay dari bayi sampai baligh (sampai pada usia tertentu untuk

dibebani hukum syariat dan mampu mengetahui hukum tersebut).

Sedangkan, dua kata lain yang berpengertian anak, yaitu al-syabi dan al-

ghulam, berarti anak yang masa usianya dari lahir sampai remaja.32

c. Pengertian Pendidikan Anak

Pendidikan Anak adalah jenjang pendidikan yang dimulai sejak dari

dalam kandungan dan sampai ke Perguruan Tinggi, dengan upaya

pembinaan untuk membantu pendidikan jasmani dan roahaninya dalam

kesiapan memasuki pendidikan lanjut. Maka pada pembahasan ini

pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan anak dalam melanjutkan ke

jenjang perguruan tinggi, karena pada perguruan tinggi merupakan

32

As‟aril Muhajir, Ilmu Pendidikan Perspektif Kontekstual, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016),

h. 113-114

40

pendidikan terakhir yang ditempuh oleh anak dan betapa pentingnya

pendidikan tinggi untuk masa depan dan kesiapan moral ahklak anak, dalam

pendidikan tinggi ini anak sudah mulai masuk pada jenjang mahasiswa yang

artinya dituntut untuk berpikir kritis, inofatif dan imajinatif.

B. Kajian Penelitian Terdahulu

Untuk mendukung penelitian ini, berikut di kemukakan hasil penelitian

terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini:

Tabel 2.1

Persamaan dan Perbedaan Penelitian Relevan

Judul Penelitian Persamaan Perbedaan

Persepsi Masyarakat Terhadap

Perilaku Sosial Keagamaan

Mahasiswa KKN Angkatan Ke III

Tahun 2015 IAIN Bengkulu Di

Desa Bukit Peninjauan II Di

Kecamatan Sukaraja

Sama-sama

meneliti tentang

persepsi

masyarakat

Pembahasannya tentang

persepsi masyarakat

terhadap perilaku sosial

keagamaan mahasiswa

kkn

Persepsi Masyarakat Terhadap

Madrasah Ibtidaiyah Di Desa

Lubuk Terentang Kecamatan

Lubuk Sandi Kabupaten Seluma

Sama-sama

meneliti tentang

persepsi

masyarakat

Pembahasannya

mengenai persepsi

masyarakat terhadap

madrasah ibtidaiyah

Persepsi Masyarakat Petani Sama-sama Pembahasannya

41

Terhadap Peran Guru Pendidikan

Agama Islam Dalam Membentuk

Perilaku Sopan Santun Anak

(Studi Kasus Pada Masyarakat

Desa Padang Kedeper Kecamatan

Merigi Kelindang Kabupaten

Bengkulu Tengah)

meneliti tentang

persepsi

masyarakat

mengenai persepsi

masyarakat petani

terhadap peran guru

pendidikan agama islam

dalam membentuk

perilaku sopan santun

anak

Persepsi Masyarakat Terhadap

Pendidikan Anak Dalam

Melanjutkan Ke Jenjang

Perguruan Tinggi Agama Islam

Di Desa Air Teras Kecamatan

Talo Kabupaten Seluma

Sama-sama

Meneliti

Tentang

Persepsi

Masyarakat

Membahas mengenai

persepsi masyarakat

terhadap pendidikan

anak dalam

melanjutkan ke jenjang

perguruan tinggi agama

Islam

Dalam penelitian penulis membahas mengenai persepsi masyarakat

terhadap pendidikan anak dalam melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi agama

Islam, sehingga skripsi tersebut belum diangkat sebagai penelitian-penelitian

sebelumnya. Untuk menjaga keaslian dan kebaruan skripsi yang akan penulis

lakukan, maka penulis akan meneliti tentang Persepsi Masyarakat Terhadap

Pendidikan Anak Dalam Melanjutkan Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Kayu

Arang Kabupaten Seluma. Jadi penelitian skripsi yang akan penulis lakukan masih

42

cukup baru dan sangat berbeda dengan penelitian skripsi yang dilakukan

sebelumnya.

C. Kerangka Berpikir

Terciptanya generasi yang baik merupakan keberhasilan dari pendidikan

yang diberikan kepada anak didik dan tidak terlepas dari pengaruh-pengaruh dari

setiap faktor pendidikan seperti dilingkungan masyarakat, sekolah, dan lainnya.

Pada pendidikan yang baik maka tingkat pendidikan anak juga diperhatikan, untuk

menunjang dan membuat si anak tersebut menjadi pribadi yang berahklak, maka

pertimbangan untuk melnjutkan pendidikan sampai keperguruan tinggi sangatlah

di perhatikan bagi si anak, karena mengapa pada dasarnya pendidikan tinggi

merupakan lembaga pendidikan yang terbaik untuk si anak setelah pendidikan

SLTA sederajat, maka dari itu disini penulis akan menguraikan bagaimana

persepsi, pandangan, pendapat masyarakat umumnya bagi pendidikan anak setelah

lulus dari sekolah menengah atas dan sederajat, sebagai tingkat lanjut dari

pendidikan si anak tersebut.

43

PENDIDIKAN

ANAK TINGKAT

SMA

1. ORANG TUA

2. PELAJAR SMA

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

PERSEPSI

MASYARAKAT

PEMIKIRAN DAN PANDANGAN

MASYARAKAT MENGENAI

PERGURUAN TINGGI AGAMA

ISLAM

PERGURUAN

TINGGI AGAMA

ISLAM

44

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan jenisnya, penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh obyek penelitian dengan cara deskriptif dalam

bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur

analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi

lainnya. Jelas bahwa pengertian ini mempertentangkan penelitian kualitatif dengan

penelitian yang bernuansa kuantitatif yaitu dengan menonjolkan bahwa usaha

kuantifikasi apapun tidak perlu digunakan pada penelitian kualitatif.33

Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada

filsafat postpsitivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen

kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal,

teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari

33Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2011), h. 6

37

45

pada generalisasi.34

Menurut Strauss dan Corbin (1997) di dalam buku karangan

Wiratna Sujarweni, yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah jenis

penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai

(diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain

dari kuantifikasi (pengukuran). Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan

untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku,

fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain.35

Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan

deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap fenomena atau

populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subyek yang berupa individu,

organisasional atau perspektif yang lain. Adapun tujuannya adalah untuk

menjelaskan aspek yang sesuai dengan fenomena yang diamati dan menjelaskan

karakteristik fenomena atau masalah yang ada.

B. Seting Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja

Kabupaten Seluma, penelitian ini di fokuskan pada Persepsi Masyarakat Terhadap

Pendidikan Anak Dalam Melanjutkan Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Kayu

Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma. Yang dijadikan objek penilitian ini

adalah masyarakat desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma.

34Sugiyono, Metode Penelitian pendidikan Pendekatan Kuantitatif/kualitatif, dan R&D,

(Bandung: Alfabeta, 2012), h. 15 35

V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014), h. 19.

46

C. Subjek dan Informan Penelitian

Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti.

Subjek yang akan diteliti merupakan permasalahan Persepsi Masyarakat Terhadap

Pendidikan Anak Dalam Melanjutkan Ke Jenjang Perguruan Tinggi Agama Islam

Di Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma yang terdiri dari

pendapat berbagai macam masyarakat desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja

Kabupaten Seluma dengan masalah pentingnya pendidikan anak dalam

melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi agama Islam.

Pemilihan informan menurut Spradley Dahlan Iskandar adalah dengan

cara menentukan subjek yang mudah di jadikan sumber informan, tidak sulit

dihubungi dan mudah memperoleh izin melakukan penelitian, informan yang

dipilih adalah yang dirasa mampu untuk memberikan informasi, berkaitan dengan

objek penelitian dan diperkirakan akan melancarkan proses penelitian.

Informan adalah orang yang memberikan informasi. Adapun yang

menjadi informan dalam penelitian ini yaitu:

3. Orang tua (Orang tua yang anaknya tidak kuliah, orang tua yang anaknya

sudah lulus SLTA dan akan melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, serta

orang tua yang anaknya sedang kuliah).

4. Anak (Anak yang tidak kuliah, anak yang sudah lulus SLTA dan akan

melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, serta anak yang sedang kuliah).

47

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi merupakan suatu kegiatan mendapatkan informasi yang

diperlukan untuk menyajikan gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian utntuk

menjawab pertanyaan penelitian, untuk membantu mengerti perilaku manusia

dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu

melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut. hasil observasi berupa

aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu.36

Observasi dilakukan di tengah-tengah masyarakat khusuhnya di Desa

Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma, pada saat pemberian

tindakan. Observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana aktivitas dan

respon masyarakat pada saat di berikan umpan balik terhadap persepsi

mengenai perguruan tinggi. Selain itu juga untuk mengamati bagaimana

lingkungan, sosial, keadaan ekonomi dan pendidikan pra perguruan tinggi di

Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma.

2. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh penjelasan untuk mengumpulkan

informasi dengan menggunakan cara tanya jawab bisa sambil bertatap muka

ataupun tetap muka yaitu melalui media telekomunikasi atau pewawancara

dengan orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman.37

36

V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014), h.. 32. 37

V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014), h. 31.

48

Wawancara dilakukan pada masyarakat untuk mengetahui bagaimana persepsi

masyarakat tentang pendidikan anak dalam melanjutkan ke jenjang perguruan

tinggi.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data dengan mencatat data-data

yang sudah ada. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data, masyarakat,

lingkungan, pelajar, dan data lain sebagai bahan pertimbangan penelitian.

E. Teknik Keabsahan Data

Untuk menjamin keabsahan data, maka dibutuhkan teknik pemeriksaan.

Pelakasanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas jumlah kriteria tertentu. Ada

empat kriteria yang digunakan yaitu derajat keterpercayaan (credibility)

keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian

(confirmability).

Agar keabsahan data dapat dipertanggung jawabkan, maka di lakukan

trigulasi yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat berbeda.38

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, untuk menguji keabsahan data

agar data yang dikumpulkan akurat serta mendapatkan makna langsung terhadap

tindakan dalam penelitian. Maka peneliti menggunakan metode triangulasi data,

38

Romita Kaumi, Problematika Pendidikan Di Madrasah Ibtidaiyah Swasta Desa Air Teras

Kecamatan Talo Kabupaten Seluma (Skripsi S1 Program Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas

Tarbiyah dan Tadris, Institut Agama Islam Negeri Bengkulu, 2016 ), h. 40.

49

yaitu proses penguatan data yang diperoleh dari berbagai sumber yang menjadi

bukti temuan.

Triangulasi adalah teknik yang merupakan pengecekan dari data berbagai

sumber-sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi ini meliputi

triangulasi sumber, triangulasi metode, triangulasi teknik dan triangulasi waktu.

Suatu metode pemeriksaan keabsahan data melalui pengecekan data-data yang

diperoleh. Misalnya bertanya tentang pertanyaan yang sama pada subjek penelitian

yang berbeda menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda. Sehingga

data yang dilaporkan menjadi akurat dan kredibel.

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian

kualitatif, hal ini disebabkan data yang diperoleh melalui penenlitian ini adalah

merupakan data kualitatif yang di golongkan pada tipe deskriptif analisis yaitu

pemaparan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebebnarnya

secara ilmiah dan bersifat kualitatif.

Adapaun langkah-langkah dalam penelitian ini yaitu meliputi:

1. Reduksi data (data redutcion) yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan ke hal-hal penting.

2. Penyajian data, yaitu data yang diperoleh dikategorisasikan menurut pokok

permasalahan dan dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti

untuk melihat pola-pola hubungan satu dengan data lainnya.

50

3. Penyimpulan dan verifikasi, yaitu kegiatan penyimpulan merupakan langkah

lebih lanjut dari reduksi dan penyajian data. Data yang sudah direduksi dan

disajikan secara sistematis akan disimpulkan sementara. Kesimpulan yang

diperoleh pada tahap awal biasanya kurang jelas, tetapi pada tahap-tahap

selanjutnya akan semkin tegas dan memiliki dasar yang kuat. Kesimpulan

sementara perlu diverifikasi. Teknik yang dapat digunakan untuk memverifikasi

adalah triangulasi sumber data dan metode, diskusi teman sejawat, dan

pengecekan anggota.

4. Kesimpulan akhir, yaitu kesimpulan akhir diperoleh berdasarkan kesimpulan

sementara yang telah diverifikasi. Kesimpulan final ini diharapkan dapat

diperoleh setelah pengumpulan data selesai.39

39

V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014), h. 35-

36.

51

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Wilayah Penelitian

1. Sejarah Singkat Desa Kayu Arang

Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma adalah nama

suatu wilayah di kecamatan Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten

Seluma ini yang menurut beberapa tokoh masyarakat setempat sudah diketahui

atau di kenal sejak zaman penjajahan, Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja

Kabupaten Seluma dulu disebut dengan nama sindang margo mengapa disebut

demikian karena desa Kayu Arang terletak diantara marga talo dan marga

seluma seiring dengan berjalannya waktu terjadi kemarau yang sangat panjang,

seluruh sungai yang ada di desa sindang marga kekeringan sehingga

masyarakat sulit untuk mendapatkan air, maka sebagian warga menyusuri

sungai yang kering tersebut setelah jauh berjalan menyusuri sungai yang kering

maka sampailah ke hulu sungai tersebut kemudian salah satu dari warga

menemukan tanah yang basah dihulu sungai, kemudian mereka berkumpul

untuk bergotong royong menggali tanah yang basah tersebut, dan setelah di gali

mereka menemukan teras kayu yang berair (kayu besar yang di dalamnya ada

teghas yang disebut dengan Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten

44

52

Seluma), dan sejak saat itu desa sindang marga berubah menjadi nama desa

Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma.40

Pada saat itu Dusun Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma

belum dipimpin oleh Kepala Desa, Dusun Kayu Arang Kecamatan Sukaraja

Kabupaten Seluma di pimpin oleh Depati yang bernama “AMAR”. Seiring

berjalannya waktu, perkembangan dan kemajuan zaman maka terbentuklah

suatu Desa sejak tahun 1960-an, dengan nama Desa Kayu Arang Kecamatan

Sukaraja Kabupaten Seluma Kecamatan Seluma Kabupaten Bengkulu Selatan

yang di pimpin oleh “AMAR”. Seorang pemimpin yang bijak sejak masa

Depati hingga menjadi suatu desa, kemajuan jaman kembali pada tahun 2002

Kecamatan Seluma menjadi Kabupaten Depenitif dengan nama Kabupaten

Seluma, dan Kabupaten Seluma terbagi menjadi lima kecamatan dan Desa

Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma.

Bapak Amar memimpin atau menjadi Kepala Desa sejak dusun Kayu

Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma menjadi Desa sampai tahun

2002, setelah itu dipimpin oleh Pejabat Sementara yaitu Sekretaris Desa yang

bernama “Z. APANDI” hingga tahun 2004, kemudian dilakukan pemilihan

Kepala Desa dan sejak tahun 2005 dipimpin oleh Kepala Desa yang bernama

“NAFSIN”, dengan masa jabatan tahun 2005 sampai dengan 2007, kemudian

dilakukan pemilihan ulang kembali dan terpilih Kepala Desa yang bernama

“SOPYAN” dengan masa jabatan 2007 sampai dengan 2013 hingga sekarang

40Wawancara dengan Bapak Sunariyo Tokoh Masyarakat pada tanggal 17 Mei 2020

53

Desa Kayu Arang di pimpin oleh Kepala Desa yang bernama “HARMEN

JAYADI” yang masa jabatan berakhir pada tahun 2019 dan sekarang dipimpin

oleh bapak “JUTA ASRI” sebagai PJS Kades Desa Kayu Arang Kecamatan

Sukaraja Kabupaten Seluma.

Tabel 4.1

SEJARAH PERKEMBANGAN DESA

1960 Pemilihan Depati yang bernama Amar -

1965 Pemberontakan G 30

S PKI

1974 Pembuatan Masjid Sementara -

1983 Pembuatan Balai Desa -

1998 Krisis Moneter

2000 Bencana Gempa Bumi

2002 Pemilihan Pejabat Sementara yang

bernama Amar

-

2003 Pemekaran Kabupaten -

2004 Pemilihan Kepala Desa yang bernama

Nafsin

-

2006 - -

2007 - Gempa Bumi 7,9 SR

2008 Pembukaan Jalan Lingkungan Dusun -

54

II-Dusun I (Program P2DTK

2009 Pembuatan Jalan Baru Dusun I

(Program P2KP)

-

2011 Program Simpan Pinjam PNPM -

2012 Pengerasan jalan sirtu lingkungan 714

M (PNPM)

-

2013 Pembuatan Siring Pasang Dusun II

(P4D)

Pemilihan kepala desa yang bernama

Harmen Jayadi

-

2014 Pembangunan Balai Desa (P4D) -

2015 Pembangunan Siring Pasang Dusun II

(ADD&DD)

Pembangunan Jalan Rabat Beton Dusun

II ( ADD & DD)

Pembangunan WC Balai Desa (ADD &

DD)

-

2016 Pembangunan jalan rabat beton ke

daerah akses persawahan (ADD)

-

2017 Pembangunan jalan akses ke

55

perkebunan (ADD) -

2018 Pembangunan FAUD di desa (ADD)

Pembangunan jalan akses rumah warga

(ADD)

-

2019 PEMBANGUNAN JALAN AKSES

RUMAH WARGA (ADD)

Penunjukan PJS kades yang bernama

Juta Asri

-

2. Demografi Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma

Desa Kayu Arang terletak di dalam wilayah Kecamatan Talo Kabupaten

Seluma Provinsi Bengkulu yang berbatasan dengan :

- Sebelah Utara berbatasan dengan desa Napal Melintang, Kec. Talo

- Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Batu Tugu dan Air Payangan, Kec.

Talo

- Sebelah Timur berbatasan dengan desa Bunut Tinggi, Kec. Talo

- Sebelah Barat berbatasan dengan desa Talang Sali, Kec. Seluma Timur

Luas wilayah Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma

adalah 1320 Ha dan wilayah tersebut merupakan daratan yang

dipergunakan/dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai lahan Pertanian

Perkebunan berupa tanaman Karet dan Kelapa Sawit dan sebagian lahan

tersebut di pergunakan untuk Perumahan tempat tinggal masyarakat Desa.

56

Jarak Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma dengan

Ibukota Kecamatan = 5 KM

Jarak Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma dengan

Ibukota Kabupaten = 15 KM

Jarak Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma dengan

Ibukota Provinsi = 65 KM

3. Keadaan Sosial Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma

Penduduk Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma

adalah di domisili oleh berbagai suku, diantaranya Penduduk Asli Suku

Serawai, Suku Jawa, Suku Batak, Suku Manado dan ada lagi dari suku lain

yang belum terdata. Dengan adanya berbagai suku di Desa Kayu Arang

Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma, tetapi dalam tatanan kesosialan

masyarakat tetap bersatu dan membaur di antara suku yang satu dengan suku

yang lainnya. Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma

mempunyai jumlah penduduk 729 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 382 orang,

perempuan 347 orang dan 211 KK, yang terbagi dalam 3 (tiga) wilayah dusun,

dengan rincian sebagai berikut :

57

Tabel 4.2

JUMLAH PENDUDUK

Dusun

I

Dusun

II

Dusun

III

257

Orang

239

Orang

233

Orang

Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja

Kabupaten Seluma sebagai berikut :

Tabel 4.3

TINGKAT PENDIDIKAN

Belum

Sekolah

Tidak

Tamat

SD

SD SLTP SLTA D3 Sarjana Pasca

Sarjana

46

Orang

150

orang

209

Orang

187

orang

125

Orang

2

orang

10

Orang

0 orang

Karena Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma

merupakan Desa pertanian maka sebagian besar penduduknya bermata

pencaharian sebagai petani, selengkapnya sebagai berikut :

58

Tabel 4.4

PEKERJAAN

Petani Pedagang PNS Buruh Swasta

167 kk 24 kk 8 Jiwa 76 Jiwa 10 Jiwa

Penggunaan Tanah di Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten

Seluma sebagian besar diperuntukkan untuk tanah pertanian sawah dan

perkebunan sedangkan sisanya untuk Tanah Kering yang merupakan bangunan

dan fasilitas-fasilitas lainnya. Jumlah kepemilikan hewan ternak oleh penduduk

Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma Kecamatan Talo

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5

KEPEMILIKAN TERNAK

Ayam/Itik Kambing Sapi Kerbau Lain-lain

430 20 10 0 Kolam Ikan

Kondisi sarana dan prasarana umum Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja

Kabupaten Seluma secara garis besar adalah sebagai berikut.

59

Tabel 4.6

SARANA DAN PRASARANA DESA

NO SARANA/PRASARANA JUMLAH/VOLUME KETERA

NGAN

1 Balai Desa 1 Unit Layak

Pakai

2 Pustu 1 Unit

3 Masjid 2 Unit

4 WIFI Desa 1 Unit

5 Pos Kamling 2 Unit

6 Tempat Pemakaman

Umum

2 Lokasi

7 Motor Dinas 1 buah

8 Rumah Dinas Sekolah 2 Unit 1 Tidak

Layak

Pakai

9 Gedung PAUD 1 Unit

10 Gedung SD 1 Unit

11 Gedung MISM 1 Unit

11 Gedung SMP 1 Unit

60

12 Jalan Rabat Beton 230,5 m

13 Jalan Tanah 10.000 m

14 Pemandian Umum 1 Buah

15 Jembatan 3 Unit

16 PAM 3 Buah

17 Siring Pasang 523 m

18 Balai KB 1 Unit

4. Keadaan Ekonomi

Kondisi ekonomi masyarakat Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja

Kabupaten Seluma secara kasat mata terlihat jelas perbedaannya antara Rumah

Tangga yang berkategori miskin, sangat miskin, sedang dan kaya. Hal ini

disebabkan karena mata pencahariannya di sektor-sektor usaha yang berbeda-

beda pula, sebagian besar di sektor non formal seperti buruh bangunan, buruh

tani, petani sawah perkebunan karet dan sawit, serta sebagian kecil di sektor

formal seperti PNS pemda, Honorer, guru, tenaga medis, TNI/Polri, dll.

5. Kondisi Pemerintah Desa

a. Pembagian Wilayah Desa

Pembagian wilayah Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten

Seluma dibagi menjadi 3 dusun, dan masing-masing dusun tidak ada

pembagian wilayah secara khusus, jadi di setiap dusun ada yang mempunyai

61

wilayah pertanian dan perkebunan, sementara pusat Desa berada di dusun I

(satu), setiap dusun dipimpin oleh seorang Kepala Dusun untuk menjadi

wakil yang dituakan setiap dusun, namun dari sekian banyak Kepala Dusun

ini yang memegang kendali tetap Kepala Desa.

Tabel 4.7

Kepala Dusun

Kepala Dusun

I

Kepala Dusun

II

Kepala Dusun

III

MUKTIALI ANITA LESTARI ERSON SUADI

6. Bidang Keagamaan Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma

Penduduk desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma

semuanya beragama Islam, dari total penduduk 729 jiwa, selanjutnya dari total

211 KK, yang tersebut diatas kita dapat mengetahui bahwasanya di desa Kayu

Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma di dominan dengan Agama

Islam. Masyarakat Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma

memiliki tempat ibadah 2 Masjid yang 1 bernama Al-Hidayah dan 1 lagi

bernama Nurus Sadar.41

41 RPJMDes Air Teras Kecamatan Talo Kab. Seluma 2017-2023

62

7. Struktur Organisasi Pemerintah Desa (SOPD)

Struktur Organisasi Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten

Seluma menganut Sistem Kelembagaan Pemerintahan Desa dengan Pola

Minimal, selengkapnya disajikan dalam gambar sebagai berikut.

Gambar 4.2

STRUKTUR ORGANISASI

KAYU ARANG KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN SELUMA

KETUA

ZUKMAN

NAZORI

BPD PJS KADES

JUTA SARI

PERANGKAT DESA

KAUR

PEMEERINTAHAN

ZEZMAN KUNSIDI

SEKDES

TRIMER

SAPUTRO

KAUR UMUM DAN

PERENCANAAN

ARIS

MUNANDAR

KAUR KESRA

NASAN NASRI

WAKIL

KETUA

BENZAZALI

SEKRETARIS

JOKO

SUMANTRI

ANGGOTA

SUDARMONO

KADUS I

I MUKTIALI

KADUS II

II ANITA LESTARI

KADUS III

III ERSON SUANDI

ANGGOTA

ZIKTIN

KAUR

KEUANGAN

TRI FITA CAHAYA

63

8. Potensi Desa

Berdasarkan Musyawarah dan Penjaringan Potensi yang dilakukan

disetiap dusun dalam Proses Mengagas Masa Depan Desa (MMDD) didapati

Potensi Desa sebagai berikut :

Tabel 4.8

POTENSI URUSAN WAJIB

NO BIDANG SUB BIDANG POTENSI

1 Penyelenggara

Pemerintahan

Desa

Operasional

Perkantoran

Penyelenggar

aan Kegiatan

Belanja

Pegawai

Adanya Kendaraan Dinas

Kades

Adanya Gedung Balai

Desa

Adanya Struktur

Pemerintahan Desa dan

BPD

Adanya Honor Aparat

Desa/BPD

Adanya Perangkat

Agama (Imam, Khotif,

Bilal, Gharim)

64

2 Bidang

Pembangunan

Desa

Kegiatan

Pemenuhan

Kebutuhan

Dasar

Kegiatan

Pembanguna

n dan

Prasarana

Desa

Sumber Air bersih dari

sumur gali

Adanya proses kegiatan

Posyandu yang bertempat

di Pustu

Adanya Jalan

penghubung antar dusun

(Jalan 1 Lingkungan)

Adanya badan jalan

Sentra Produksi dan

jalan-jalan Setapak

Adanya Balai Desa

Adanya jalan

penghubung ke desa

tetangga Talang Sali,

Bunut Tinggi, Batu Tagu,

Air Payangan.

Adanya Fasilitas Wifi

Desa

Adanya POS Ronda

Adanya Jembatan Beton

3 Unit

Adanya Perumahan Guru

2 Unit

Kegiatan

Pengembanga

n Potensi

Ekonomi

Adanya Kegiatan

Simpan Pinjam Ibu-Ibu

Adanya Kelompok

KUBE

65

Lokal Adanya Kegiatan

Counter Pulsa

Adanya Masyarakat

Usaha Dagang

Pengumpul Hasil

Pertanian (Toke)

Adanya Masyarakat

Perbengkelan Motor

atau Mobil

Adanya Masyarakat

pedagang makanan

khas Desa

Kegiatan

Pemanfaatan

SDA &

Lingkungan

Secara

Berkelanjutan

Adanya Kegiatan Gotong

Royong

66

3 Pembinaan

Kemasyarakatan

Adanya kursi persatuan

Desa

Adanya Masjid

Adanya Kegiatan Karang

Taruna

Adanya Kegiatan Arisan

Ibu-Ibu

Adanya Kegiatan Risma

Adanya Arisan untuk

hajadan berupa barang

dan uang

Adanya Club Olahraga

Adanya Kegiatan Tari

Adat

Adanya kegiatan bersanji

4 Pemberdayaan

Masyarakat

Kegiatan

Peningkatan

Kapasitas

Kelompok

Masyarakat

Adanya Aparat

Desa/BPD,

pendidikannya SMA

Adanya Bidan Desa,

Dukun Beranak dan

Paranormal

Ada Gedung SD

Adanya proses belajar

PAUD

a. 2 orang guru PAUD

status honorer

Ada proses belajar TPQ

a. Di Masjid Al- Hidayah

67

b. Di Rumah

Adanya guru PAUD, SD,

MISM dan SMP

a. 10 orang guru pengajar,

laki-laki : 4 orang

status : 3 orang PNS

dan 1 orang Honorer

b. Perempuan : 6 orang

status : 1 orang PNS

dan 5 orang status

Honorer

Adanya siswa dan calon

siswa untuk PAUD, SD,

MISM, SMP dan

Mahasiswa

Adanya Kelompok

Yasinan

68

Tabel 4.9

POTENSI URUSAN PILIHAN

NO BIDANG SUB BIDANG POTENSI LOKASI

1 Bidang

Pembangunan

Desa

Kegiatan

Pengembang

an Potensi

Ekonomi

Lokal

Adanya

Perkebunan

Adanya

Petani Karet

dan Sawit

Desa

B. Penyajian Data Hasil Penelitian

1. Paham masyarakat Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten

Seluma terhadap Perguruan Tinggi Agama Islam.

Pada dasarnya pendidikan merupakan tanggung jawab bersama namun

utamanya suatu pendidikan di mulai dari keluarga itu sendiri makanya tidak

heran untuk memberikan kesadaran betapa pentingnya pendidikan untuk

keluarga, itu bergantung dari kesadaran keluarganya sendiri, menimbang hal

demikian dan untuk mengahadapi era zaman sekarang bekal ilmu pengetahuan

sangat dibutuhkan bagi generasi-generasi milenial seperti ilmu pengetahuan,

ilmu agama dan sebagainya karena mengapa untuk membatasi diri pada

pergaulan yang salah yaitu dengan ilmu agama, maka tidak heran ilmu yang di

69

dapat dari mulai sejak bangku sekolah dasar sampai menengah atas harus di

lanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu pada perguruan tinggi

agama islam khususnya. Agar apa yang telah di dapat pada bangku sekolah bisa

dikaji dan di analisa pada perguruan tinggi agama islam sehingga apa yang

diterima secara mentah-mentah bisa di matangkan di perguruan tinggi agama

islam.

Berikut hasil wawancara langsung dengan masyarakat desa Kayu Arang

Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma bapak Sunariyo:

“Yang saya ketahui tentang perguruan tinggi agama islam saat ini,

sungguh sangat baik karena fakultas yang ada sudah berimbang dengan

perguruan tinggi yang lainnya dan ahklak mahasiswa/mahasiswi dari

perguruan tinggi agama islam sungguh sangatlah baik”.42

Sedangkan wawancara dengan bapak Siarpin mengatakan:

“Perguruan tinggi agama islam saat ini cukup baik sebagai pendidikan

terutama menjurus pada kebenaran dan harapan kedepan alumni dari

perguruan tinggi agama islam dapat menerapkan ilmunya kepada

masyarakat berupa pengajaran dan dakwah islam”.43

Hal Senada dengan yang di ungkapkan bapak Mazan Perguruan Tinggi

Agama Islam itu ialah:

“Yang saya ketahui tentang perguruan tinggi agama islam saat ini sudah

sangat baik karena dari segi program studi yang ada bisa bersaing dengan

pendidikan tinggi umum biasanya”.44

Saudara Ronal berpendapat bahwa:

42

Hasil wawancara dengan Sunariyo pada tanggal 11 Juni 2020 43

Hasil wawancara dengan Siarpin pada tanggal 12 Juni 2020

44

Hasil wawancara dengan Mazan pada tanggal 13 Juni 2020

70

“Yang saya ketahui tentang perguruan tinggi agama islam saat ini yaitu

pendidikan yang lebih mengutamakan pembejaran agama dengan berbgai

program studi dan jurusan yang ada pada perguruan tinggi agama islam

sebagai persaingan diera sekarang untuk menjadikan mahasiswa yang

mengetahui agama”.45

Sama halnya yang dikatakan saudara Watan:

“Yang saya ketahui tentang perguruan tinggi agama islam saat ini yaitu

pendidikan yang lebih mengutamakan pembejaran agama dengan berbgai

program studi dan jurusan yang ada pada perguruan tinggi agama islam

sebagai persaingan diera sekarang untuk menjadikan mahasiswa yang

mengetahui agama”.46

Dari wawancara diatas bahwa masyarakat sedikit sudah mengetahui apa

itu pendidikan tinggi agama Islam, pemahaman masyarakat terhadap

pendidikan tinggi agama Islam hampir sama mereka mengatakan bahwa

perguruan tinggi agama Islam mengedepankan pembelajaran agama Islam, dan

mereka berpendapat bahwa anak sangat baik bila melanjutkan ke jenjang

perguruan tinggi agama Islam dan harapan masyarakat terhadap lulusan dari

perguruan tinggi agama Islam nantinya dapat mengaplikasikan apa yang

mereka dapat dari bangku perkuliahan secara baik sehingga dapat memberikan

bukti, setidaknya bahwa setelah melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi itu

tidak sekedar berkuliah saja namun banyak hal dan ilmu yang didapatkan.

45Hasil wawancara dengan Ronal pada tanggal 14 Juni 2020

46

Hasil wawancara dengan Watan pada tanggal 15 Juni 2020

71

2. Persepsi masyarakat desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten

Seluma terhadap Perguruan Tinggi Agama Islam

Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma adalah salah

satu desa yang berada di kabupaten Seluma yang merupakan daerah dataran

tinggi. Yang mayoritas masyarakatnya bertumpuh pada hasil pertanian dan

perkebunan, dengan sebagian besar pekerjaan sebagai petani, namun juga

sebagian yang memiliki pekerjaan lain misalnya pegawai negeri sipil, buruh,

karyawan dsb. Selain itu sifat gotong royong dan simpati pada masyarakat

desanya yang cukup kental dan kompak, bisa dilihat misalnya pada kegiatan

kerja bakti, saat ada pesta pernikahan dan acara-acara yang bersifat ke

masyarakatan.

Persepsi masyarakat dapat diartikan sebagai suatu proses penilaian

terhadap suatu objek yang diamati oleh suatu kelompok yang hidup bersamaan

di daerah tertentu. Hasil dari persepsi ini bisa saja baik dan bisa juga buruk,

karena dalam proses persepsi seseorang itu tentulah berbeda dalam

penilaiannya tentang objek yang diamati. Begitu pula dengan pandangan

masyarakat Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma tentang

perguruan tinggi agama Islam.

Melihat latar belakang dari uraian diatas perlu kita ketahui bagaimana

tanggapan dan persepi mereka terhadap pentingnya pendidikan diera saat ini.

Tentunya banyak sekali argumentasi dari masyarakat tentang persepsi terhadap

pendidikan terutama perguruan tinggi agam Islam, pada paparan mengenai

72

persepsi masyarakat desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma

diatas maka dilakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil tentang

pengumpulan data tentang persepsi masyarakat Desa Kayu Arang Kecamatan

Sukaraja Kabupaten Seluma diuraikan sebagai berikut.

Hasil wawancara dengan bapak Sunariyo, tentang persepsinya terhadap

Perguruan Tinggi Agama Islam, yaitu sebagai berikut:

“Menurut saya pendidikan tinggi agama islam itu sangat penting

utamanya pada anak dikarenakan perguruan tinggi agama islam itu

mengajarkan dua aspek kehidupan, yaitu pendidikan agama atau ahklak

dan pendidikan umum”.47

Senada dengan yang di ungkapkan oleh saudara Wegi mengatakan bahwa:

“Pendidikan tinggi agama Islam itu sangatlah penting kita sebagai warga

negara indonesia yang beriman dan bertaqwa konsep pendidikan islam

pada dasarnya berusaha mewujudkan manusia yang baik manusia

membawa dua misi sekaligus yaitu sebagai hamba Allah atau abdullah

dan sebagai khalifah dibumi khalifah fil al arid (barang siapa menempuh

jalan untuk mencari suatu ilmu niscaya Allah akan memudahkannya ke

jalan menuju surga)”.48

Sedangkan wawancara dengan bapak Siarpin mengatakan bahwa:

“Pendidikan tinggi agama Islam perlu di prioritaskan untuk anak sebab

agama islam adalah payung dari segala-galanya apapun profesinya

keadaanya islam tetap dikedepankan supaya anak tidak terjerumus

kependidikan lain-lain, namun karena keterbatasan ekonomi saat ini

belum terlaksana mudah-mudahan anak-anak yang akan datang bisa

melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi Agama Islam”.49

Menurut yang di ungkapkan bapak Siarpin bahwa Pendidikan Tinggi itu

penting terutama pada Perguruan Tinggi Agama Islam sebagai payung dari

47Hasil wawancara dengan Sunariyo pada tanggal 11 Juni 2020

48

Hasil wawancara dengan Wegi pada tanggal 16 Juni 2020 49

Hasil wawancara dengan Siarpin pada tanggal 12 Juni 2020

73

segala ilmu-ilmu yang ada, namun karena faktor biaya atau ekonomi belum

mampu untuk menopang anaknya melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi

Agama Islam.

Senada dengan wawancara yang dilakukan kepada Bapak Piman

mengatakan bahwa:

“Menurut saya pendidikan itu penting sebagai tameng dari kehidupan dan

pendidikan tinggi agama islam merupakan payung dan dasar dari

kehidupan dunia, dengan pendidikan itu maka agama islam salah satu

cara untuk membatasi ruang dari sifat keburukan.”50

Berdasarkan pernyataan diatas, maka adanya perguruan tinggi agama

islam atau pendidikan tinggi agama islam baik dan dikatakan sangat penting

untuk kemajuan anak dan untuk membentuk pribadi anak yang seharusnya

sangat di utamakan oleh masyarakat.

Dari hasil observasi langsung dan wawancara penulis kepada masyarakat

dapat dijelaskan bahwa persepsi masyarakat terhadap Perguruan Tinggi Agama

Islam di Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma ialah baik

karena masyarakat mengharapakan pendidikan agama Islam dapat membentuk

dan mendidik anak mereka menjadi anak yang memahami pembelajaran agama

Islam, dan dapat membentuk pribadi anak yang berjiwa paham ekonomi,

berahklak, dan dapat menjaga hubungan pribadi kepada Allah SWT

(Hablumminallah), tetapi juga harus menjaga dan menjalin hubungan baik

dengan masyarakat Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma

50Hasil wawancara dengan Piman pada tanggal 17 Juni 220

74

(Hablumminannas). Persepsi mereka mengatakan pendidikan terutama lanjutan

dari perguruan tinggi agama Islam itu sangat penting untuk anak.

Tetapi karena untuk melanjutkan anaknya ke perguruan yang lebih tinggi

lagi terkhusus ke jenjang Perguruan Tinggi Agama Islam memerlukan biaya

yang tidak kecil, maka dari itu banyak masyarakat yang beranggapan belum

mau melanjutkan anaknya ke perguruan tinggi agama Islam.

3. Minat Masyarakat desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten

Seluma terhadap perguruan tinggi agama Islam

Pendidikan memberikan sejumlah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan

nilai-nilai yang banyak dari pada tidak bisa dilihat hasil dan dampaknya, baik

bagi seseorang maupun masyarakat. Banyak dari masyarakat desa Kayu Arang

Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma yang tidak mengenyam sekolah apalagi

ke jenjang perguruan tinggi agama Islam karena faktor biaya berpenghasilan

rendah dan tidak adanya pikiran yang sejalan antara orang tua dan anak-

anaknya. Berikut urain dari hasil wawancara kepada masyarakat desa Kayu

Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma

Wawancara dengan saudara Watan mengenai minat masyarakat terhadap

perguruan tinggi agama Islam

“Saya ingin tapi saat ini saya sudah terikat kontrak dengan salah satu

perusahaan jadi tidak mungkin untuk meinggalkan tanggung jawab

saya”.51

Sedangkan wawancara dengan bapak Siarpin mengatakan:

51Hasil wawancara dengan Watan pada tanggal 15 Juni 2019

75

“Ya, sekarang ini secara realita untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih

tinggi harus dengan biaya yang agak mahal oleh sebab itu manusia

memikirkan pendidikan dengan bekerja terkecuali didukung ekonomi

orang tua yang agak memadai dan berkecukupan”.52

Menurut yang diungkapkan saudara Ronal mengatakan:

“Ya, saya menginginkan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi agama

Islam karena dengan saya melanjutkan ke perguruan tinggi agam islam

saya dapat lebih mengetahui pendidikan agama islam dengan

pembelajaran yang diberikan oleh pendidik atau dosen namun

sekarangmasih belum mampu untuk kuliah karena beberapa faktor”.53

Hasil wawancara dengan beberapa warga mengenai minat masyarakat

terhadap perguruan tinggi agama Islam, minat masyarakat tidak terlalu tinggi

dikarenakan beberapa faktor penghambat yaitu:

a. Ekonomi

b. Adanya latar belakang keluarga yang kurang mendukung

c. Kesadaran orang tua yang kurang dan belum merata

d. Adanya anggapan pendidikan belum diutamakan karena mereka lebih

memilih untuk bekerja

Sedangkan hasil dari wawancara dengan Bapak Tawan mengatakan bahwa:

“Ya kalau di tanya masalah faktor banyak faktor penghambat anak

terutama saya sebagai orang tua, biasanya faktor ekonomi atau biaya dan

faktor yang dapat membuat anak terhambat dalam kuliahnya”.54

Senada dengan yang diungkapkan bapak Eliantori mengatakan bahwa:

52Hasil wawancara dengan Siarpin pada tanggal 12 Juni 2019

53

Hasil wawancara dengan Watan pada tanggal 14 Juni 2019

54Hasil wawancara dengan tawan pada tanggal 18 Juni 2019

76

“Faktor penghalang dalam melanjutkan ke perguruan tinggi agama Islam

yaitu biasanya kebanyakan pada faktor biaya perkuliahan dan biasanya

terhadap pribadi anak sendiri”.55

Kemudian bapak piman mengungkapkan bahwa faktor penghambat

dalam melanjutkan anak ke jenjang perguruan tinggi agama Islam:

“Kebanyakan faktor penghalang dari kami untuk melanjutkan anak ke

perguruan tinggi agama Islam yaitu biaya dan keinginan yang terkadang

sudah ada namun terkendala dari faktor lain pada anak dan kehidupan

masyarakat”.

Sedangkan hasil wawancara dengan saudara Ogi mengatakan:

“Biasanya kendala dalam ingin melanjutkan ke perguruan tinggi agama

Islam salah satunya faktor ekonomi dan lingkungan sekitar juga menjadi

penghambat dalam melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi agama

islam”.

Dari uraian hasil wawancara diatas minat masyarakat terhadap perguruan

tinggi agama Islam tidak terlalu tinggi dikarenakan salah satu yang menjadi

faktor besar dari penghambat anak maupun orang tua untuk melanjutkan

anaknya ke kejenjang yang lebih tinggi yaitu faktor ekonomi, sehingga

keinginan anak dan orang tua yang berminat untuk melanjutkan ke jenjang

perguruan tinggi agama Islam menjadi terhambat.

Kemudian kesadaran yang memang benar ada pada pribadi anak yang

akan melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi agama Islam dan orang tuanya

harus benar-benar dipahami betapa pentingnya akan pendidikan anak, sehingga

dapat mengarahkan anaknya untuk menggapai masa depan yang cerah.

55Hasil wawancara dengan Eliantori pada tanggal 19 Juni 2019

77

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Persepsi suatu masyarakat dipengaruhi dari latar belakang keadaan atau

lingkungan yang ada didaerah tersebut, seperti halnya desa Kayu Arang

Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma yang mayoritas berpendidikan tingkat

SLTA kebawah dan sedikit yang mengenyam bangku perkuliahan. Sedangkan

mata pencaharian mereka tidak hanya bersumber pada hasil tani, akan tetapi juga

sebagai guru, karyawan pabrik, buruh tani, pegawai swasta, dsb. Alat teknologi

juga dapat masuk ke desa, misalnya telepon, televisi, antena parabola, kendaraan

bermotor dan alat transportasi juga mudah diperoleh. Dari observasi tersebut maka

dapat diketahui bahwa desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma

termasuk desa Swasembada.

Dari latar belakang di atas, terdapat persepsi masyarakat Kayu Arang

Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma yang berbeda-beda terhadap perguruan

tinggi agama Islam. Persepsi merupakan pola pikir atau pandangan tentang

peristiwa atau objek tertentu yang dipengaruhi oleh keyakinan atau kebenaran

mengenai sesuatu, sehingga persepsi juga memiliki peranan yang sangat besar

dalam suatu permasalahan yang akan menentukan baik dan buruknya

permasalahan tersebut. didalamnya terdapat suatu sikap atau pandangan

masyarakat terhadap perguruan tinggi agama Islam, dan mereka tidak memiliki

kesamaan pandangan antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lainnya

dalam menanggapi masalah perguruan tinggi agama Islam.

78

Kenyataan yang terjadi selama ini banyaknya pengangguran di bidang

keahliannya menyebabkan banyaknya persepsi masyarakat terhadap perguruan

tinggi agama Islam kurang baik karena mengapa lulusan-lulusan yang seharusnya

dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat dibangku perkuliahan

belum bisa secara komitmen untuk menerapkannya ditengah-tengah masyarakat,

sehingga tidak heran lulusan dari perguruan tinggi agama Islam masih bingung

untuk mendapatkan pekerjaan ataupun ketika mendapatkan pekerjaan jarang sesuai

dengan keahliannya.

Dari urain diatas persepsi yang dibahas dalam penelitian ini yaitu persepsi

masyarakat terhadap perguruan tinggi agama Islam di desa Kayu Arang

Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma. Untuk lebih jelasnya maka data yang

diperoleh dari responden akan dibahas sebagai berikut:

Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan melalui wawancara,

observasi dan dokumentasi tersebut didapati bahwa persepsi masyarakat desa

Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma terhadap perguruan tinggi

agama Islam yaitu; yang pertama, pemahaman masyarakat terhadap perguruan

tinggi agama Islam yaitu mereka mengetahui bahwa perguruan tinggi agama Islam

itu baik dan secara umum mereka sudah mengenal apa itu perguruan tinggi agama

Islam, sehingga anak akan lebih baik bila melanjutkan perguruan tinggi, terutama

perguruan tinggi agam Islam. Sehingga tidak heran dari para orang tua sebagian

besar ingin menyekolahkan anaknya ke jenjang perguruan tinggi agama Islam.

79

Yang kedua, pada persepsi dan pandangan masyarakat terhadap perguruan

tinggi agama Islam bahwa perguruan tinggi agama Islam itu sangatlah penting

untuk anak bila ingin melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi agama Islam,

persepsi masyarakat Desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma

terhadap perguruan tinggi agama Islam baik, namun karena kurangnya biaya atau

ekonomi yang mendukung menyebabkan mereka hanya bisa sampai pada tingkat

pendidikan atas saja dan tidak mampu untuk melanjutkan ke perguruan tinggi

agama Islam, sedangkan yang mampu hanya sebagian saja.

Meskipun demikian terdapat persepsi lain masyarakat desa Kayu Arang

Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma yang berpendapat bahwa ekonominya

mampu tapi tingkat pendidikannya hanya sampai pada tingkat SLTA hal ini

disebabkan kurangnya minat dari anak untuk melanjutkan ke perguruan tinggi

agam Islam. Padahal keinginan orang tua yaitu menyekolahkan anaknya sampai

keperguruan tinggi agama Islam. Karena pada dasarnya masyarakat Desa Kayu

Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma mengerti akan pentingnya

pendidikan dan semua orang tua mempunyai cita-cita ingin melanjutkan anaknya

ke jenjang perguruan tinggi agama Islam.

Mayoritas masyarakat desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten

Seluma mengatakan bahwa dengan melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi

agama Islam akan memberikan dampak positif pada anak tersebut yang akan

menambah wawasan yang luas berkaitan dengan kependidikan, pengalaman dan

praktek dengan mengetahui teori-teori yang diperoleh di perguruan tinggi agama

80

Islam, apalagi bila dihadapkan pada permasalahan yang semakin kompleks di era

modern. Maka dengan adanya perguruan tinggi agama Islam sangat mendukung

terhadap kesejahteraan masyarakat tersebut.

Yang ketiga, persepsi dari masyarakat terhadap perguruan tinggi agama

Islam bahwa pendidikan tidak menjanjikan masa depan yang cerah dan sukses

serta mereka menganggap pendidikan hanya pemborosan merupakan dampak

realita yang saat ini. Maka mereka banyak beranggapan untuk memilih bekerja

dari pada lanjut ke jenjang perguruan tinggi agama Islam, sehingga mereka tidak

memiliki pilihan selain berpersepsi demikian. Mereka berasumsi tentang persepsi

terhadap perguruan tinggi kurang baik, karena mereka selama ini melihat lembaga-

lembaga pendidikan belum tentu dapat menjamin kualitas anak didiknya untuk

mencapai penghidupan yang lebih baik atau mendapatkan pekerjaan yang mapan.

Jadi dari pandangan dan persepsi masyarakat diatas sebagian besar

mengatakan perguruan tinggi itu baik jika dapat mendukung kesejahteraan di masa

depan, meskipun demikian tapi tidak semua masyarakat dapat berkiprah dan

berupaya untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang perguruan tinggi agama Islam.

Maka hal demikian harus dibangun dari orang tua untuk membangun minat dalam

melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi agama Islam, begitu juga anaknya yang

memang benar-benar mengerti betapa pentingnya perguruan tinggi agama Islam di

masa depan sebagai bekal yang akan kita peroleh didunia maupun di akhirat

nantinya.

81

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa persepsi masyarakat terhadap pendidikan anak dalam

melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi agama Islam. persepsi masyarakat diatas

sebagian besar mengatakan perguruan tinggi itu baik jika dapat mendukung

kesejahteraan di masa depan, meskipun demikian tapi tidak semua masyarakat

dapat berkiprah dan berupaya untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang perguruan

tinggi agama Islam. Maka hal demikian harus dibangun dari orang tua untuk

membangun minat dalam melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi agama Islam,

begitu juga anaknya yang memang benar-benar mengerti betapa pentingnya

perguruan tinggi agama Islam di masa depan sebagai bekal yang akan kita peroleh

didunia maupun di akhirat nantinya.

Pendidikan agama Islam dapat membentuk dan mendidik anak mereka

menjadi anak yang memahami pembelajaran agama Islam, dan dapat membentuk

pribadi anak yang berjiwa paham ekonomi, berahklak, dan dapat menjaga

hubungan pribadi kepada Allah SWT (Hablumminallah), tetapi juga harus

menjaga dan menjalin hubungan baik dengan masyarakat Desa Kayu Arang

Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma (Hablumminannas).

74

82

B. Saran-saran

Setelah dikemukakan kesimpulan di dalam skripsi ini maka penulis

bermaksud memberikan saran bahwa dari persepsi masyarakat terhadap

pendidikan anak dalam melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi agama islam

hendaklah dari pihak orang tua maupun anak sendiri menyadari betapa pentingnya

pendidikan untuk anak kedepannya, pemerintah juga harus ambil adil agar

pendidikan terkhusus di desa Kayu Arang Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma

merata baik itu dari tingkatan sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi agar anak

menjadi terarah kepada masa depan yang diinginkannya, yaitu baik dari faktor

ekonomi yang memang harus diperhatikan dan benar-benar dicari solusi yang pas

untuk memberikan akses kemudahan bagi orang tua yang memang kurang mampu

untuk melanjutkan anaknya ke perguruan tinggi agama Islam.

83

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Latif. 2009. Pendidikan Berbasis Nilai Masyarakat. Bandung : PT Retika

Aditama

Abdul Kadir. 2012. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta : Kencana

As‟aril Muhajir. 2016. Ilmu Pendidikan Perspektif Kontekstual. Jogjakarta : Ar-Ruzz

Media

Bukhari Umar. 2012. Hadits Tarbawi. Jakarta : Amzah

Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma dan Diskursus

Teknologi Komunikasi Di Masyarakat. Jakarta : Kencana PrenadaMedia

Grup

Eddy Soeryatno Soegoto. 2008. Menciptakan strategi Keunggulan Bersaing

Perguruan Tinggi. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Himpunan Peraturan Perundang-undangan Tentang Perguruan Tinggi Direktorat

Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Tahun 1991.

Moleong, Lexy. J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Muhaimin, Dkk. 2005. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Di

Perguruan Tinggi Agama Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Musaheri. 2007. Pengantar Pendidikan. Jogjakarta : Ircisod

Nasution, S. 2009. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Indriyanti, Ninuk, dkk. 2013. Faktor-faktor Yang Memengaruhi Minat Melanjutkan

Pendidikan Ke Perguruan Tinggi Pada Siswa Kelas XII Akutansi SMK

Negeri 6 Surakarta Tahun 2013. Jurnal Pendidikan, (Online). UNS, Vol 1,

No : , Diakses 20 April 2019.

Nursakinah Daulay.2014. Pengantar Pskilogi dan Pandangan Al-Qur‟an Tentang

Pskilogi. Jakarta: PrenadaMedia Grup.

Ramayulis. 2015. Dasar-Dasar Kependidikan suatu pengantar ilmu pendidikan.

Tentang Psikologi. Jakarta: Kalam Mulia

84

Ribet L, Solso, Dkk.2007. Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga.

Romita Kaumi. 2016. Problematika Pendidikan Di Madrasah Ibtidaiyah Swasta

Desa Air Teras Kecamatan Tali Kabupaten Seluma. Skripsi S1 Program

Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Tadris, Institut Agama

Islam Negeri Bengkulu.

Sudiyono. 2004. Manajemen Pendidikan Tinggi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sugeng Sejati. 2012. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Teras.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif/Kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

V. Wiratna Sujarweni. 2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.

85