PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM ...
PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
MENGEMBANGKAN BUDAYA SEKOLAH PEDULI LINGKUNGAN
Tesis
Oleh
SITI ZAENAB
NIM: 21150110000002
PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
i
ABSTRAK
SITI ZAENAB (NIM: 21150110000002). Peran Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam Mengembangkan Budaya Sekolah Peduli Lingkungan.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan lingkungan yang semakin banyak
ditemui dan dihadapi oleh masyarakat Indonesia, salah satu solusi untuk menjawab
permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan khususnya Pendidikan Agama Islam.
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam membutuhkan berwawasan lingkungan yang
dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dan dibutuhkan pula budaya sekolah yang
peduli lingkungan dalam menanamkan rasa peduli lingkungan pada siswa. Seperti sekolah
yang mengikuti program Adiwiyata, yang salah satunya adalah SMPN 3 Kota Tangerang
Selatan yang sudah menjadi Adiwiyata Mandiri. Tujuan penelitian ini adalah
pertama,untuk menjawab permasalahan lingkungan melalui Pendidikan Agama
Islam.Kedua menganalisis pelaksanaan Pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan
sebagai penanaman pandangan, moral, perilaku peduli lingkungan berdasarkan ajaran
agama Islam. Ketiga, mendeskripsikan dan menganalisis peran guru Pendidikan Agama
Islam dalam berpartisipasi mengembangkan budaya sekolah peduli lingkungan. Keempat,
mendeskripsikan dan menganalisis budaya sekolah untuk peduli lingkungan.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan pengumpulan data melalui
observasi, wawancara, dan studi dokumen. Penelitian ini dilakukan untuk mengungkap,
menganalisis dan menjelaskan pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan dalam
ikut serta membangun budaya peduli lingkungan di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
berwawasan lingkungan yang ada di SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan adalah
pertama, pembelajaran yang dilakukan terintegrasi dengan pendidikan lingkungan hidup.
Kedua, dalam kegiatan pembelajaran mengangkat isu lokal. Ketiga, penanaman ajaran
Islam terkait dengan lingkungan dilakukan melalui pendidikan tauhid, pendidikan akhlak,
pendidikan akal, keteladanan dan pembiasaan. Sedangkan budaya sekolah peduli
lingkungan di SMPN 3 Kota Tangerang selatan dilakukan dengan membuat kebijakan
sekolah meliputi perubahan visi, misi dan tujuan sekolah, peraturan-peraturan peduli
lingkungan, kegiatan-kegiatan peduli lingkungan, sarana dan prasarana ramah lingkungan,
menjalin kemitraan sekolah untuk mendukung kegiatan Adiwiyata, dan mengadakan
sosialisasi peduli lingkungan pada orang tua, sekolah lain dan masyarakat sekitar. Dan
peran guru Pendidikan Agama Islam dalam mengembangkan budaya sekolah peduli
lingkungan adalah dengan pengintegrasian Pendidikan Agama Islam dengan Pendidikan
Lingkungan Hidup dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, keteladanan dan pembiasaan.
Kata Kunci: Pendidikan Agama Islam Berwawasan Lingkungan, Adiwiyata,
Peduli Lingkungan
ii
ABSTRACT SITI ZAENAB (NIM: 21150110000002). The Role Of Islamic Religious Education
Teachers In Developing A School Culture Of Environmental Care.
This research is based on environmental problems that are increasingly encountered
and faced by the people of Indonesia, one of the solutions to answer the problem is through
education, especially Islamic Religious Education. Implementation of Islamic Religious
Education requires environmental insight conducted by Islamic Religious Education
teachers and also needed a school culture that cares about the environment in instilling a
sense of environmental care for students. Such as schools that follow Adiwiyata program,
one of which is SMPN 3 Kota Tangerang Selatan which has become AdiwiyataMandiri.
The purpose of this study is first, to answer environmental problems through Islamic
Religious Education. Second, to analyze the implementation of Islamic Religious
Education with environmental perspective as shaping view, moral, environmental caring
behavior based on Islamic religious teachings. Third, to describe and analyze the role of
Islamic Religious Education teachers in participating in developing a school culture of
environmental care.Fourth, describe and analyze the school culture for environmental care.
This research is a qualitative research, using data collection method through
observation, interview, and document study. This research was conducted to reveal,
analyze and explain Islamic education based environment to participate in developing
environmental care culture in SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.
The results obtained from this research is the implementation of Islamic Education
based environment in SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan is first, integrated learning
with education environment. Second, in educational activities using local issues.Third, the
shaping of Islamic teachings related to the environment is done through tauhid education,
moral education, intellectual education, modeling and habituation. While the
environmental school culture in SMPN 3 Kota Tangerang Selatan is done by making
school policies, school vision and mission, environmental caring rules, environmentally
friendly activities, environmentally friendly facilities and infrastructure, establishing
school partnerships to support Adiwiyata activities, and organizing environmental
awareness raising in parents, other schools and surrounding communities. And the role of
Islamic Education teachers in developing education is by integrating Islamic Religious
Education with Environmental Education in teaching and learning activities in class,
modeling and habituation
Keywords: Islamic Religious Education Based Environment, Adiwiyata,
Environmental Care
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat-
Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat dan salam tetap
terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang merupakan Insan Kamil dan suri
tauladan bagi umat Islam yang selalu menjadi contoh bagi kita sebagai umat Islam.
Penyelesaian tesis ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada
Program Magister Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di
Universitas Islam Negeri Jakarta. Penulis menyadari bahwasannya tesis ini jauh dari
sempurna dan telah melewati banyak hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam
menyelesaikan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, penulis
mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Dede Rosyada, MA
2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Ketua Program Magister Pendidikan Agama Islam, Dr. H. Sapiudin Shidiq, M.Ag.
4. Dr. H. Zaimudin, MA, selaku pembimbing penulis tesis yang telah memberikan
bimbingan, arahan, wawasan, nasehat dan saran dengan penuh kesabaran dan
keihlasan sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
5. H. Maryono, M.Pd, selaku kepala sekolah SMPN 3 Kota Tangerang Selatan yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
6. Pak Ahmad Anshori dan pak Rendra al-Mubarak, guru mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam yang telah memberikan informasi dan membantu terkait dengan
Pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan sehingga mendapatkan data
tentang semua permasalahan yang terdapat di tesis ini.
7. Bu Nita Marginingsih, selaku koordinator program Adiwiyata di SMPN 3 Kota
Tangerang Selatan yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.
8. Kedua orang tua dan keluarga, yaitu Ayahanda M. Tosib dan Ibunda Deden
Sukaesih serta semua keluarga yang telah memberikan do’a, dorongan dan nasihat
serta dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
9. Teman-teman MPAI angkatan 2015 yang sudah memberikan semangat dan
masukan dalam menyelesaikan program Magister ini.
10. Semua pihak lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian tesis ini.
Akhir kata dari penulis, semoga Allah SWT membalas dukungan dan kasih sayang
yang telah mendukung penulis dengan amal kebaikan mereka dan semoga semua
mendapatkan ridha Allah SWT.
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK .................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................... iv
DAFTAR ISI .............................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 8
C. Batasan Masalah ..................................................................................... 8
D. Rumusan Masalah ................................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 9
F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lingkungan Hidup dalam Islam ................................................ 10
1. Hubungan Manusia dan Lingkungan ................................................. 10
2. Etika Lingkungan Islam ..................................................................... 18
3. Pelestarian Lingkungan Hidup ........................................................... 26
a. Gerakan Pelestarian Lingkungan Hidup ....................................... 26
b. Pelestarian Lingkungan di Indonesia ............................................ 28
c. Pelestarian Lingkungan dalam Islam ............................................ 30
B. Guru Pendidikan Agama Islam ............................................................... 35
1. Definisi Guru Pendidikan Agama Islam ............................................ 35
2. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam ...................................... 36
3. Peran Guru Pendidikan Agama Islam ................................................ 38
4. Pendidikan Agama Islam Berwawasan Lingkungan ......................... 40
a. Kurikulum PAI Berwawasan Lingkungan .................................... 40
b. Tema-tema Lingkungan dalam Pendidikan Agama Islam ............ 42
c. Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ...... 44
d. Implementasi Pelestarian dalam Pendidikan Agama Islam .......... 49
C. Budaya Sekolah Peduli Lingkungan ....................................................... 53
1. Budaya Sekolah ................................................................................. 53
2. Pembentukan Penguatan Budaya Peduli Lingkungan ....................... 57
3. Landasan dan Nilai-nilai Peduli Lingkungan .................................... 62
4. Pendidikan Lingkungan Hidup .......................................................... 64
a. Gambaran Umum Pendidikan Lingkungan Hidup ....................... 64
b. Definisi Pendidikan Lingkungan Hidup ....................................... 65
c. Implementasi Pendidikan Lingkungan Hidup .............................. 66
5. Adiwiyata .......................................................................................... 72
a. Pengertian dan Tujuan Adiwiyata................................................. 73
b. Komponen Program Adiwiyata .................................................... 73
c. Prinsip dan Manfaat Adiwiyata .................................................... 74
vi
d. Jenis Penghargaan Adiwiyata ....................................................... 74
D. Penelitian yang Relevan .......................................................................... 76
E. Kerangka Konseptual .............................................................................. 77
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 79
B. Metode Penelitian ................................................................................... 79
C. Sumber Data............................................................................................ 79
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 80
E. Teknik Analisis Data ............................................................................... 81
F. Uji Keabsahan Data ................................................................................ 81
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMPN 3 Kota Tangerang Selatan ............................. 83
1. Profil Sekolah .................................................................................... 83
2. Sejarah Sekolah .................................................................................. 85
3. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah........................................................... 86
4. Pendidik dan Tenaga Kependidikan .................................................. 87
5. Data Siswa ......................................................................................... 90
6. Jadwal Kegiatan Sekolah ................................................................... 91
7. Sarana dan Prasarana ......................................................................... 95
B. Temuan Penelitian dan Pembahasan ....................................................... 100
1. Pendidikan Agama Islam Berwawasan Lingkungan ......................... 100
a. Kurikulum Peduli Lingkungan ..................................................... 100
b. Kegiatan Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam .................. 104
c. Penanaman Etika Lingkungan Islam Pada PAI ............................ 112
2. Budaya Sekolah Peduli Lingkungan (Adiwiyata) .............................. 119
a. Sejarah Sekolah Peduli Lingkungan ............................................. 119
b. Kebijakan-kebijakan Sekolah ....................................................... 123
c. Kegiatan-kegiatan Peduli Lingkungan.......................................... 128
d. Sarana dan Prasarana Ramah Lingkungan.................................... 132
e. Mitra Sekolah ............................................................................... 134
f. Sosialisasi Peduli Lingkungan ...................................................... 135
3. Faktor Pendukung, Penghambat dan Solusi ....................................... 137
a. Pendidikan Agama Islam Berwawasan Lingkungan .................... 137
b. Budaya Sekolah Peduli Lingkungan ............................................. 138
4. Analisis Pendidikan Agama Islam dalam Budaya Sekolah ............... 141
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................. 146
B. Saran ...................................................................................................... 146
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 147
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perbandingan Jumlah Bencana 2012-2016 .......................................... 2
Tabel 1.2 Jenis Kejadian Bencana Tahun 2016 ................................................... 3
Tabel 2.1 Peran dan Fungsi Guru ........................................................................ 39
Tabel 2.2 Tema- tema PAI dalam Kurikulum 2013 ............................................ 42
Tabel 2.3 Konten PLH Pada Setiap Jenjang Pendidikan ..................................... 68
Tabel 4.1 Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah ........................................ 87
Tabel 4.2 Jumlah Guru dengan Latar Belakang Pendidikannya .......................... 88
Tabel 4.3 Jumlah Tenaga Kependidikan ............................................................. 89
Tabel 4.4 Jumlah Siswa Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018 ................... 90
Tabel 4.5 Jadwal Kegiatan Sekolah Hari Senin................................................... 91
Tabel 4.6 Jadwal Kegiatan Sekolah Hari Selasa ................................................. 92
Tabel 4.7 Jadwal Kegiatan Sekolah Hari Rabu dan Kamis ................................. 93
Tabel 4.8 Jadwal Kegiatan Sekolah Hari Jum’at ................................................. 94
Tabel 4.9 Ruang Belajar ...................................................................................... 95
Tabel 4.10 Koleksi Buku Perpustakaaan ............................................................... 96
Tabel 4.11 Ruang Kantor Sekolah ......................................................................... 97
Tabel 4.12 Ruang Penunjang Sekolah ................................................................... 97
Tabel 4.13 Sarana Penunjang ................................................................................ 98
Tabel 4.14 Tema-tema Lingkungan Pada PAI ...................................................... 101
Tabel 4.15 Hasil Prakarya Siswa Kelas 7 .............................................................. 106
Tabel 4.16 Model Sekolah/Penghargaan Peduli Lingkungan ................................ 122
Tabel 4.17 Lama Penguraian Sampah ................................................................... 126
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Hubungan Manusia dengan Lingkungannya ........................................ 11
Gambar 2.2 Pengelolaan Lingkungan dalam Islam .................................................. 30
Gambar 2.3 Wujud-wujud Kebudayaan ................................................................... 55
Gambar 2.4 Pembentukan Budaya Robbins ............................................................. 60
Gambar 2.5 Penguatan Budaya Religius .................................................................. 61
Gambar 2.6 Tahap Pelaksanaan Program Lingkungan Hidup .................................. 69
Gambar 2.7 Tahap Program Eco-Schools ................................................................. 70
Gambar 2.8 Kerangka Konseptual............................................................................ 77
Gambar 3.1 Triangulasi Metode ............................................................................... 82
Gambar 4.1 Letak SMPN 3 Kota Tangerang Selatan ............................................... 83
Gambar 4.2 Tempat Tisu dari Kardus Bekas............................................................ 107
Gambar 4.3 Proses Perubahan Sekolah .................................................................... 120
Gambar 4.4 Lambang Sekolah Sehat ....................................................................... 121
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Observasi Penelitian
Lampiran 2 Hasil Observasi Penelitian
Lampiran 3 Pedoman Wawancara
Lampiran 4 Transkip Wawancara
Lampiran 5 Dokumentasi/Foto-foto
Lampiran 6 Arsip-arsip Adiwiyata
Lampiran 7 Surat Keterangan Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu permasalahan yang harus diperhatikan adalah kerusakan lingkungan
hidup. Minimnya rasa peduli terhadap lingkungan sekitar, membuat kerusakan
lingkungan terjadi. Seperti pembuangan sampah yang terkadang di sungai, laut dan di
tempat lainnya. Belum lagi, pencemaran yang terjadi di sejumlah tempat, seperti
pembuangan limbah yang mengakibatkan kerusakan lingkungan. Penebangan pohon
banyak terjadi yang tidak sebanding dengan reboisasi hutan. Pencemaran sungai dan
kerusakan lingkungan menjadi tidak terabaikan. Akhirnya dampak dari kerusakan
lingkungan ini mengakibatkan sering terjadi bencana alam misalnya banjir, longsor
dan lain sebagainya.
Semua kerusakan lingkungan yang terjadi akibat perbuatan manusia, benar-benar
tidak mencerminkan nilai-nilai Islam yang mengajarkan agar seorang muslim harus
peduli dan bertanggung jawab untuk menjaga alam sekitar. Menjaga lingkungan hidup
merupakan tanggung jawab manusia sebagai makhluk yang dapat menggunakan
potensinya untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan. Permasalahan lingkungan ini
bukan hanya terjadi pada satu daerah akan tetapi merupakan permasalahan yang
mengglobal bagi semua manusia di Bumi.
Pelestarian lingkungan menjadi hal yang harus diperhatikan mengingat kerusakan
lingkungan banyak terjadi di setiap daerah, dan merupakan permasalahan secara
global. Lingkungan senantiasa harus dijaga demi kelangsungan hidup manusia, jika
alam tidak dijaga akan berakibat buruk bagi manusia. Dampak dari kerusakan
lingkungan, bukan hanya berdampak pada segi finansial manusia tetapi juga pada
kesehatan. Lingkungan yang merupakan bagian dari alam ini harus dijaga walaupun
terkadang kerusakan alam bukan hanya dikarenakan manusia.
Masalah lingkungan hidup pada umumnya disebabkan oleh peristiwa alam,
pertumbuhan penduduk yang pesat, pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan,
industrialisasi dan transportasi. Penyebab lainnya adalah sampah (Refuse) dan limbah
berbahaya dan beracun (B3). (Manik: 2009). Sejalan dengan hal ini, secara umum
kerusakan daya dukung alam disebabkan oleh 2 faktor yaitu:
1. Kerusakan Karena Faktor Internal
Kerusakan karena faktor internal adalah kerusakan yang berasal dari dalam
bumi/alam itu sendiri. Kerusakan daya dukung alam karena faktor internal antara
lain dapat terjadi karena:
a. Letusan gunung berapi yang merusak lingkungan alam sekitarnya
b. Gempa bumi yang menyebabkan dislokasi lapisan tanah
c. Kebakaran hutan karena proses alami pada musim kemarau panjang,
disebabkan oleh embun yang berfungsi sebagai lensa pengumpul api (pada titik
fokusnya) pada saat terkena cahaya matahari, tepat pada saat embun belum
menguap
d. Banjir besar dan gelombang laut yang tinggi akibat badai.
2. Kerusakan karena faktor eksternal
Kerusakan karena faktor eksternal adalah kerusakan yang diakibatkan oleh
ulah manusia dalam rangka meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidupnya.
Kerusakan daya dukung alam karena faktor eksternal antara lain disebabkan oleh:
2
a. Pencemaran udara yang berasal dari cerobong pabrik (kegiatan industri) dan
juga gas buangan dari hasil pembakaran bahan bakar fosil (pada sistem
transportasi).
b. Pencemaran air yang berasal dari limbah buangan industri.
c. Pencemaran daratan (tanah) oleh kegiatan industri maupun penumpukan limbah
padat/barang bekas
d. Penambangan untuk mengambil kekayaan alam (mineral) dari perut bumi.
(Wardhana, 2004: 17).
Dengan demikian penyebab kerusakan alam dikategorikan pada kerusakan faktor
internal yang merupakan kerusakan alami yang bukan disebabkan oleh manusia.
Seperti peristiwa Tsunami di Aceh yang merupakan bencana alam yang masih diingat
hingga sekarang. Tsunami yang terjadi pada tahun 2004 lalu tersebut merupakan
gempa di Samudra Hindia yang berakibat banyaknya korban dan kerusakan
lingkungan. Selain itu, gunung merapi yang berada di Jawa Tengah meletus pada
tahun 2010. Dua peristiwa ini merupakan contoh kerusakan lingkungan yang bersifat
alami tanpa campur tangan manusia sehingga manusia tidak dapat mencegahnya,
berbeda dengan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh manusia.
Sedangkan kerusakan dari faktor eksternal merupakan kerusakan yang
disebabkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri dan menjadi
permasalahan yang sangat diperhatikan karena dampaknya sangat buruk bagi
kelestarian lingkungan dan manusia. Dan permasalahan lingkungan yang akan dibahas
pada penelitian ini adalah kerusakan alam dari faktor eksternal yang merupakan
kerusakan yang disebabkan oleh manusia.
Bencana yang terjadi di Indonesia saja pada tahun 2016 memiliki jumlah yang
tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Seperti laporan dari BNPB (Badan
Nasional Penanggulangan Bencana), selama tahun 2016 terdapat 2.342 kejadian
bencana. Dan ini merupakan jumlah kejadian bencana tertinggi sejak tahun 2012.
Sebagai perbandingan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1.1
Perbandingan Jumlah Bencana 2012-2016
No. Tahun Jumlah
Bencana
1. 2012 1.811
2. 2013 1.674
3. 2014 1.967
4. 2015 1.732
5. 2016 2.342
Sumber: BNPB
Dapat dilihat dari tabel 1.1 bahwasannya bencana di Indonesia di tahun 2016
memiliki jumlah bencana yang tinggi dibandingkan dengan tahun sebelum-
sebelumnya. BNPB sendiri menjelaskan bahwasannya peningkatan jumlah bencana
dari tahun 2015 sebanyak 35%. Dan macam-macam bencana yang terjadi pada tahun
2016 tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
3
Tabel 1.2
Jenis Kejadian Bencana Tahun 2016
No. Jenis Bencana Jumlah
Bencana
1. Banjir 766
2. Longsor 612
3. Puting Beliung 669
4. Banjir dan Longsor 74
5. Kebakaran Hutan dan Lahan 178
6. Gempa 13
7. Erupsi Gunung Meletus 7
8. Gelombang Pasang dan Abrasi 23
Sumber: BNPB
Dapat dilihat dari tabel 1.2, bahwasannya bencana terbanyak disebabkan banjir
kemudian longsor. Dampak yang ditimbulkan bencana telah menyebabkan 522 orang
meninggal dunia dan hilang, 3,05 juta jiwa mengungsi dan menderita, 69.287 unit
rumah rusak dimana 9.171 rusak berat, 13.077 rusak sedang, 47.039 rusak ringan, dan
2.311 unit fasilitas umum rusak. (bnpb.go.id). Bencana alam yang terjadi tersebut
bukan hanya bencana alami akan tetapi juga disebabkan oleh campur tangan manusia,
seperti kebakaran hutan, banjir dan longsor.
Jumlah penduduk di negara-negara berkembang seperti Indonesia juga menjadi
salah satu permasalahan dalam lingkungan. Dikarenakan area pemukiman penduduk
yang bertambah dan jumlah lahan menjadi sedikit. Di tahun 2016, populasi di
Indonesia termasuk populasi terbanyak ke 4 (empat) setelah Cina, India dan United
State.(2017:data.worldbank.org). Hal ini menandakan Indonesia, juga memiliki
permasalahan pertambahan penduduk sehingga permasalahan lingkungan juga akan
menjadi hal yang serius untuk ditangani salah satunya keperluan yang diperlukan
manusia menjadi bertambah. Seperti akan transportasi yang akan menyebabkan
bertambahnya polusi udara disebabkan karbon monoksida yang dihasilkan kendaraan
sehingga akan berdampak pada kesehatan manusia dan lingkungan.
Selain polusi udara yang disebabkan oleh kendaraan, Kebakaran hutan dan lahan
sering terjadi. Seperti laporan Direktorat Pengendalian Kebakaran hutan dan lahan
menyatakan luas kebakaran hutan dan lahan di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak
261.060,44 ha. (sipongi.menlhk.go.id). Tahun tersebut merupakan kebakaran hutan
yang paling fatal dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Padahal pulau yang
ada disejumlah wilayah Indonesia terdiri dari hutan-hutan yang merupakan kekayaan
alam Indonesia. Kebakaran hutan yang sering terjadi di Riau saja 99,9% merupakan
kebakaran yang disengaja atau dibakar. (Nugroho, 2015: bnpb.go.id). Kebakaran
hutan yang terjadi tentunya mengalami kerusakan yang fatal dan kerugian yang besar
bagi penduduk Indonesia. Baik itu secara finansial ataupun dalam permasalahan
kesehatan penduduk Indonesia.
Kerusakan hutan lainnya dengan eksploitasi pohon-pohon yang terdapat di hutan.
Eksploitasi ini, menyebabkan pohon-pohon ditebang dan kayu hasil penebangan dijual
untuk memenuhi kebutuhan ekonomi akibatnya dibutuhkan waktu yang lama untuk
mengembalikannya pada keadaan semula. Peristiwa lain dari kerusakan lingkungan
4
misalnya yang terjadi di pulau Kalimantan pada tahun 1970-an perusahaan di
Kalimantan mulai mengembangkan kelapa sawit. Saat ini, sekitar 18% dari total
luasan Borneo telah dialokasikan untuk pengembangan kelapa sawit. Area itu kira-
kira seukuran Yunani. Namun, baru sekitar 36% dari luasan yang dialokasikan, telah
ditanami kelapa sawit, sedangkan sisanya masih berupa hutan, dan sebagian kecil
digunakan untuk pertanian dan lahan non-hutan. (Meijard.dkk, 2017:4).
Perkembangan kelapa sawit itu meluas hingga hutan-hutan berkurang dan berakibat
fatal bagi lingkungan.
Akibat dari berkurangnya hutan-hutan di Indonesia, habitat fauna mengalami
penyusutan sehingga tak jarang ditemui di berita-berita hewan liar ditemukan didaerah
perumahan penduduk setempat atau diperkebunan. Salah satu yang menjadi perhatian
belakangan ini adalah orangutan yang merupakan satwa kritis yang terancam punah.
Orangutan pada saat ini sudah berada di ambang kepunahan akibat degradasi dan
fragmentasi habitat. (Kuswanda,2014:2). Spesies lainnya seperti bekantan, monyet
daun dan sapi liar Borneo, mendekati kepunahan juga. Sebagian besar spesies
terancam menghilang karena aktifitas manusia. Manusia merupakan penyebab utama
perburuan dan pembunuhan satwa liar dan hilangnya habitat akibat ekploitasi hutan
dan konversi untuk pertanian. (Meijard.dkk, 2017:11)
Belum lagi, perubahan iklim juga menjadi dampak yang besar di berbagai negara
termasuk Indonesia. Emisi gas rumah kaca (GRK) sendiri dihasilkan dari alam dan
berbagai kegiatan pembangunan terutama dari kegiatan di bidang kehutanan, lahan
gambut, limbah, pertanian, transportasi, industri dan energi. (Draft Perpres RAN-
GRK: 2010,12). Efek gas rumah kaca ini perlu mendapatkan perhatian seperti yang
dijelaskan Emile Salim dalam menggambarkan dua negara yang memiliki
kekhawatiran dalam pertemuan UNFCCC (United Nations Framework Convention on
Climate Change) yaitu negara Maldives yang terancam akan tenggelam dan Nepal
yang akan menderita melelehnya gumpalan salju Mount Everest apabila pelepasan
Gas Rumah Kaca tidak dikendalikan secara global. (Salim: 2010, 3). Sehingga
kegiatan-kegiatan yang menimbulkan bertambahnya emisi GRK juga perlu ditangani
dengan baik di Indonesia.
Salah satu penyebab terjadinya banjir adalah penumpukan sampah. Permasalahan
sampah masih menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat Indonesia, khususnya di
daerah perkotaan. Indonesia adalah peringkat kedua di dunia penghasil sampah plastik
ke Laut setelah Tiongkok. Selain itu sampah plastik hasil dari 100 toko/gerai anggota
APRINDO (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia) selama 1 tahun akan menghasilkan
10,95 juta lembar sampah kantong plastik yang berarti sama dengan luasan 65,7 Ha
kantong plastik atau sekitar 60 kali luas lapangan sepakbola. (MenLHK: 2016).
Sampah menjadi permasalahan yang serius di berbagai daerah, seperti yang
terjadi di kota Tangerang Selatan. Deputi Bidang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun, Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, dan Sampah telah melakukan
pengecekan langsung ke lapangan terkait permasalahan sampah yang ada di Kota
Tangerang Selatan. Diantaranya, pertama, warga di RT 01 / RW 006 Kelurahan Serua
Indah, Kecamatan Ciputat melakukan pengelolaan sampah dengan cara membakar
sampah yang dilakukan di dalam pemukiman di banyak lokasi pembakaran sehingga
mengganggu kenyamanan warga dan menyebabkan polusi udara akibat asap dari
pembakaran sampah. Kedua, meskipun telah dibangun transfer depo sampah atau TPS
di kompleks Perumahan Permata Pamulang, namun fasilitas tersebut kurang
dioptimalkan, saat ini masih memanfaatkan lahan dibelakang lokasi TPS tersebut
5
untuk membuang sampah yang berfungsi sebagai TPA. Yang lebih memprihatinkan
bahwa lokasi TPA tersebut berada tepat di pinggir sungai sehingga sampah-sampah
tersebut sebagian terbuang ke dalam sungai yang mencemari dan akan menyebabkan
terjadinya banjir. Beberapa diantara sampah tersebut juga dibakar dan dipilah oleh
pemulung. Lokasi pemukiman tersebut adalah di dekat Perumahan Puri Serpong.
Ketiga, TPA yang melayani Kota Tangerang Selatan beroperasi tidak sebagaimana
ketentuan yang berlaku dan fasilitas di TPA hanya mampu melayani area pelayanan
sebesar 30%. (menlh:2015). Sehingga permasalahan sampah harus ditangani dengan
serius dikarenakan dampak yang ditimbulkan akan menyebabkan pencemaran
lingkungan. Hal ini juga menunjukkan bahwasannya kebiasaan masyarakat yang
kurang memperdulikan pencemaran lingkungan yang terjadi akibat sampah. Seperti
kebiasaan membakar sampah atau membuang sampah di sekitar area sungai.
(kanalkomunikasi.pskl.menlhk.go.id)
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan dan
cara pandang dalam menangani kerusakan lingkungan tersebut adalah melalui
pendidikan. Terutama diajarkan pada Pendidikan Agama Islam yang merupakan
pendidikan agama dan moral di sekolah. Melalui pendidikan agama Islam, peserta
didik yang dididik di sekolah menjadi manusia yang memiliki nilai-nilai yang terdapat
dalam Islam yang nantinya akan menjadi kebiasaan dalam diri setiap peserta didik,
walaupun besar kecilnya motivasi yang ada dalam diri peserta didik tergantung dari
berbagai hal. Seperti yang dikatakan oleh Jalaluddin bahwasannya:
Pendidikan agama di lembaga pendidikan bagaimanapun akan
memberikan pengaruh bagi pembentukkan jiwa keagamaan pada anak. Namun
demikian, besar kecilnya pengaruh tersebut sangat tergantung pada berbagai
faktor yang dapat memotivasi anak untuk memahami nilai-nilai agama. Sebab,
pendidikan agama pada hakikatnya merupakan pendidikan nilai. Oleh karena
itu, pendidikan agama lebih dititikberatkan pada bagaimana membentuk
kebiasaan yang selaras dengan tuntunan agama. (Jalaluddin, 2011: 296)
Dengan adanya pendidikan agama di sekolah, generasi selanjutnya akan memiliki
nilai-nilai agama yang menjadi cerminan dari pendidikan di Indonesia. Seperti dalam
UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 yaitu:
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar
pada nilai-nilai agama, kebudayaan Nasional Indonesia dan tanggap terhadap
tuntunan perubahan zaman.
Oleh karena itu, terkait dengan permasalahan lingkungan hidup, Pendidikan
Agama Islam sebagai pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai Islam sudah
seharusnya membentuk kesadaran dan peduli pada lingkungan. Akan tetapi yang
terjadi, minimnya penjelasan PAI dalam hal melestarikan lingkungan dan lebih
berfokus pada bidang ibadah. Padahal melestarikan lingkungan merupakan akhlak
manusia pada alam.
Terkait dengan hal ini, artikel jurnal yang berjudul Konsep Pendidikan
Lingkungan Hidup dalam Perspektif Islam, menyebutkan bahwasannya pendidikan
yang selama ini terformat cenderung menggunakan paradigma mekanistik yang dapat
memupuk sikap antroposentris. Kurikulum yang ada belum mampu menghasilkan
akhlak/perilaku kepada peserta didik tentang bagaimana
6
memperlakukan/memperhatikan lingkungan sebagaimana mestinya. (Junanto dan
Khuriyah: 2014, 124). Terdapat pula artikel jurnal yang berjudul Pembudayaan nilai
kebangsaan siswa pendidikan lingkungan hidup sekolah dasar adiwiyata mandiri,
menjelaskan bahwa pendidikan agama dilaksanakan menyangkut konsep-konsep
dasar PLH saja, dan hanya menyisipkan ke materi-materi melalui mata pelajaran IPA,
IPS, Agama, dan SBK, sehingga mata pelajaran tersebut hanya digunakan untuk
memaknakan persoalan-persoalan lingkungan dari berbagai disiplin mata pelajaran.
(Handayani, Wuryadi dan Zamroni, 2015: 103).
Pendidikan agama merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional
(UU sisdiknas pasal 12) memiliki kontribusi yang besar dalam penanaman nilai-nilai
moral spiritual dan perilaku keberagamaan peserta didik. Penanaman nilai-nilai
keagamaan ini sangat diproritaskan dalam pembelajaran pendidikan agama karena
pendidikan agama berperan penting dalam pembentukan sikap dan perilaku manusia
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kaitan ini maka keberhasilan penyelenggaraan
pendidikan agama di sekolah harus mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan
seperti pemerintah, masyarakat maupun lembaga sosial keagamaan yang ada. (Yusuf,
2008: 2)
Erwati Aziz menjelaskan upaya pelestarian lingkungan melalui pendidikan Islam
yang didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
1. Pendidikan Islam yang berdasarkan al-Qur’an dan Hadits merupakan pendidikan
yang ideal sebagaimana diakui oleh ahli pendidikan, sebab pendidikan Islam
bertujuan menciptakan insan kamil (manusia yang utuh lahir batin).
2. Islam agama yang benar, datang dari Allah. Khususnya bagi Indonesia yang
berpenduduk mayoritas beragama Islam. Ini berarti bahwa potemsi umat Islam di
negara Pancasila ini sangat besar.
3. Pendidikan Islam memiliki peran yang amat besar dalam pembinaan mental
manusia karena melalui pendidikan pembinaan tersebut jauh lebih terarah dan
terkoordinir dengan baik dibandingkan cara-cara yang lain.
4. Kaitan antara pendidikan Islam dengan lingkungan hidup sangat erat, hampir-
hampir tak dapat dipisahkan, akan tetapi pendidikan Islam di Indonesia kurang
mendapatkan perhatian yang serius yang lebih berarti dalam pembinaan dan
pelestarian hidup. (Aziz: 2013, 12)
Dengan demikian, pendidikan agama Islam yang merupakan pendidikan yang
ada di sekolah umum seharusnya memiliki pehatian pada permasalahan lingkungan,
bukan hanya memperhatikan pada permasalahan ibadah dan menanamkan pandangan
Islam pada peserta didik di sekolah sebagai bentuk penjelasan hubungan manusia
dengan alam.
Pada tahun 1996 disepakati kerjasama pertama antara Departemen Pendidikan
Nasional dan Kementerian Lingkungan Hidup yang diperbaharui pada tahun 2005 dan
tahun 2010. Sebagai tindak lanjut dari kesepakatan tahun 2005, pada tahun 2006
kementerian lingkungan hidup mengembangkan program pendidikan lingkungan
hidup pada jenjang pendidikan dasar dan menengah melalui program Adiwiyata.
(Menlh, 2012:2).
Melalui program adiwiyata ini, kerjasama yang dibentuk oleh kementerian
lingkungan hidup dan kementerian pendidikan menjadikan beberapa sekolah berbasis
pada lingkungan hidup. Program ini, sebagai upaya yang dilakukan kedua
7
kementerian tersebut agar generasi selanjutnya dapat peduli dan melestarikan
lingkungan dan alam sekitar yang terdapat di Indonesia.
Sejak tahun 2006 sudah 7.654 sekolah (sekitar 6% sekolah di Indonesia)
mendapatkan penghargaan Adiwiyata Nasional. (Kemendikbud,
2016:kemdikbud.go.id). Dari pernyataan tersebut, dapat dilihat bahwasannnya sekolah
yang menjalankan program Adwiyata masih terbilang sedikit. Dan sekolah yang
mengajarkan tentang peduli lingkungan terkait dengan program ini, belum
menyeluruh di sekolah. Dengan demikian sekolah yang mengajarkan tentang peduli
lingkungan dalam program ini masih terbilang sedikit.
Adiwiyata merupakan salah satu program yang membentuk sekolah peduli dan
berbudaya lingkungan. Adiwiyata ini merupakan sekolah yang mendapat kriteria
lingkungan yang bersih (Soerjani, 2008: 51). Komponen adiwiyata yaitu:
1. Kebijakan berwawasan lingkungan
2. Pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan
3. Kegiatan lingkungan berbasis partisipatif
4. Pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan. (Menlh, 2012:3)
Sekolah yang menggunakan program adiwiyata ini, harus melaksanakan
keempat komponen tersebut. Kebijakan sekolah harus berlandaskan pada lingkungan,
kurikulumnya pun berbasis lingkungan. Dan untuk kegiatan lingkungan berbasis
partisipatif merupakan kegiatan warga sekolah untuk melakukan kegiatan berbasis
lingkungan, terlebih pada siswa. Karena dengan melakukan kegiatan lingkungan
berbasis partisipatif ini, siswa akan diajarkan bagaimana sikap dan perilaku dalam
peduli lingkungan. Guru dan staf sekolah bukan hanya mengajarkan tetapi juga
menjadi teladan bagi siswa. Dan juga melalui kegiatan ini dapat membiasakan siswa
untuk dapat peduli pada lingkungannya. Pendidikan agama sebagai pendidikan yang
mengajarkan pentingnya untuk menjaga hubungan antara manusia dengan alam juga
memiliki peran penting dalam program ini.
Dengan adanya program adiwiyata ini, merupakan salah satu cara agar generasi
selanjutnya dapat memiliki rasa peduli pada lingkungan dan berusaha untuk
melestarikannya. Dan SMPN 3 Kota Tangerang Selatan merupakan sekolah yang
mendapatkan penghargaan adiwiyata mandiri. Penghargaan tertinggi sekolah
adiwiyata adalah adiwiyata mandiri yang merupakan sekolah berbasis lingkungan
dengan memiliki sekolah binaan. Dengan permasalahan pencemaran lingkungan yang
dihadapi Tangerang Selatan seperti permasalahan sampah, sekolah ini dapat menjadi
solusi dalam menanggulangi kerusakan lingkungan, yaitu dengan mengajarkan dan
mendidik siswa agar lebih peduli terhadap lingkungan sekitar.
Akan tetapi sekolah tetap memiliki permasalahan dalam membudayakan peduli
lingkungan terutama pada penanaman perilaku pada setiap warga sekolah khususnya
siswa. Tidak semua siswa memiliki sikap peduli pada lingkungan, seperti yang
dikatakan Nita Marginingsih selaku koordinator pada program adiwiyata di SMPN 3
Tangsel sebagai berikut:
Membuat semua warga sekolah untuk membiasakan dan mempertahankan
untuk selalu peduli lingkungan itu masih terbilang sulit. Masih saja ada warga
sekolah yang melanggar kebijakan atau tidak peduli lingkungan.
Untuk membiasakan siswa peduli lingkungan memang terbilang sulit salah
satunya adalah banyaknya siswa yang memiliki kebiasaan yang berbeda-beda di luar
8
sekolah, seperti yang dikatakan oleh wakasek kurikulum, pak Sholeh Fathoni yaitu
“Kebiasaan anak di rumah berbeda dengan yang ada di sekolah. Jika kebiasaannya
di rumah tidak peduli lingkungan akan terbawa di sekolah. Jadi perlu ditingkatkan
lagi.” Masih kurangnya warga sekolah yang peduli lingkungan juga mengakibatkan
penanaman nilai-nilai Islam terkait dengan lingkungan dan budaya peduli lingkungan
yang ingin dibangun sekolah kurang terlaksana dengan baik. Sehingga diperlukan
usaha terus menerus untuk tetap menerapkan peduli lingkungan pada siswa dan warga
yang lain. Hal ini juga menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana pelaksanaan
pendidikan agama Islam yang dilakukan oleh guru PAI yang mengajarkan pendidikan
agama Islam sebagai guru yang menanamkan nilai-nilai Islam pada siswa sehingga
memiliki karakter peduli lingkungan sesuai dengan ajaran Islam dan juga usaha
sekolah dalam membangun budaya sekolah peduli lingkungan. Mengingat sekolah
sudah menjalankan program Adiwiyata yang mengarahkan sekolah berbudaya peduli
lingkungan.
Oleh karena itu, penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 3 Kota Tangerang
Selatan untuk mengetahui peran guru Pendidikan Agama Islam. Yang mana peran
pendidikan agama Islam disini merupakan aktivitas pendidikan yang dilaksanakan di
kelas ataupun di luar kelas yang berkaitan dengan penanaman nilai-nilai Islam pada
peserta didik baik dalam hal mengajarkan, membimbing, menuntun, mengarahkan,
melatih dan memberi contoh agar peserta didik mengamalkan ajaran agama Islam.
Sehingga bukan hanya melihat pendidikan agama Islam berwawasan lingkungan yang
dilakukan guru PAI tetapi juga melihat peran guru PAI dalam berpartisipasi
mengembangkan budaya peduli lingkungan di sekolah serta budaya peduli lingkungan
yang terdapat di sekolah tersebut.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang ini, maka identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Terjadinya kerusakan lingkungan disebabkan oleh perbuatan manusia yang
tidak peduli pada lingkungan seperti penebangan pohon, kebakaran hutan,
membuang sampah sembarangan dan lain sebagainya.
2. Masih sedikitnya tanggapan untuk peduli pada lingkungan disebabkan pola
kebiasaan masyarakat sehingga merugikan lingkungan.
3. Pendidikan agama Islam disekolah kurang mendapat perhatian dalam
pelestarian lingkungan sehingga pelaksanaan pendidikan agama kurang
maksimal.
4. Sekolah yang membudayakan peduli lingkungan masih terbatas karena
kurangnya perhatian dan ketertarikan pada lingkungan hidup.
5. Pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan dan budaya sekolah peduli
lingkungan di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan kurang terlaksana dengan baik
dikarenakan masih kurangnya siswa yang peduli lingkungan disebabkan
perbedaan kebiasaan siswa.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, banyak permasalahan-
permasalahan yang sangat penting untuk dijawab. Akan tetapi untuk
mempermudah pembahasan dalam penelitian ini, diperlukan membatasi masalah
yang akan dibahas sehingga pembahasan penelitian lebih jelas dan terarah sesuai
yang diharapkan. Sehingga penelitian ini dibatasi dengan permasalahan
9
Pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan dan budaya sekolah peduli
lingkungan di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan kurang terlaksana dengan baik.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan Pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan di
SMPN 3 Kota Tangerang Selatan?
2. Bagaimana budaya sekolah peduli lingkungan di SMPN 3 Kota Tangerang
Selatan?
3. Bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam mengembangkan budaya
sekolah peduli lingkungan di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk menjawab permasalahan lingkungan melalui Pendidikan Agama Islam
dan gambaran budaya sekolah peduli lingkungan.
2. Menganalisis implementasi Pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan
yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam sebagai penanaman pandangan,
moral, perilaku peduli lingkungan berdasarkan ajaran agama Islam.
3. Mendeskripsikan dan menganalisis peran guru Pendidikan Agama Islam dalam
berpartisipasi mengembangkan budaya sekolah.
4. Mendeskripsikan dan menganalisis budaya sekolah untuk peduli lingkungan.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat bagi peneliti adalah menambah pengetahuan dan pengalaman tentang
upaya pelestarian lingkungan melalui pendidikan terutama pada implementasi
pendidikan agama Islam berbasis lingkungan.
2. Memberikan pengetahuan pada guru dan sekolah tentang budaya peduli
lingkungan hidup dan konsep pendidikan agama Islam berbasis lingkungan di
sekolah.
3. Menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi pendidik, mahasiswa dan profesi
yang terkait tentang pelestarian lingkungan melalui pendidikan agama Islam di
sekolah Adiwiyata.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lingkungan Hidup dalam Islam
Islam merupakan agama komprehensif, yang di dalamnya mengatur kehidupan
seluruh makhluk di muka bumi. Kehadiran Islam melalui Nabi Muhammad SAW
merupakan rahmat bagi semesta alam, seperti disebutkan dalam QS. Al-Anbiya: 106-
107 sebagai berikut:
Sesungguhnya (apa yang disebutkan) dalam (Surat) ini, benar-benar menjadi
peringatan bagi kaum yang menyembah (Allah). Dan Tiadalah Kami mengutus
kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia yang direpresentasikan oleh Nabi
Muhammad SAW serta para pengikutnya memiliki kewajiban yang sangat agung, yaitu
kewajiban menjaga alam karena kedudukannya sebagai rahmat bagi seluruh makhluk.
(Khitam:2016,150)
Berkaitan dengan ajaran Islam untuk seluruh makhluk di muka bumi, Prof.
Muhaimin, dkk (2012:72) menjelaskan keuniversalitas Islam dalam pengertian Islam
yang kedua yaitu “Islam” berasal dari kata al-silmu atau al-salma yang berarti damai
dan aman. Hal ini mengandung makna bahwa orang yang ber-Islam berarti orang yang
masuk dalam perdamaian dan keamanan dan seorang muslim adalah orang yang
membuat perdamaian dan keamanan dengan Tuhan, manusia, dirinya sendiri dan alam.
Maksud damai dengan alam berarti memelihara, memakmurkan, dan membudayakan
alam, serta memanfaatkannya selaras dengan sifat dan kondisi dari alam itu sendiri dan
tidak merusaknya.
Dengan demikian, seorang muslim harus mengetahui ajaran Islam mengenai
lingkungan. Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan lingkungan. Ajaran
Islam bukan hanya mengajarkan tentang pentingnya hubungan antara manusia dengan
penciptanya tetapi juga hubungannya dengan sesama manusia dan hubungan manusia
dengan alam. Menjaga dan memelihara lingkungan merupakan salah satu dari ajaran
Islam yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim. Oleh sebab itu, berikut akan
dijelaskan konsep lingkungan hidup dalam Islam.
1. Hubungan Manusia dan Lingkungan
Hubungan manusia dengan lingkungannya sangat erat kaitannya dalam
kehidupan manusia. Antara manusia dan lingkungan hidupnya terdapat hubungan
timbal balik. Manusia mempengaruhi lingkungan hidupnya, dan sebaliknya manusia
dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Manusia ada di dalam lingkungan hidupnya
dan tidak dapat terpisahkan daripadanya. (Sastrawijaya: 2009, 7)
Tidak ada satupun di muka bumi ini yang berdiri sendiri, semuanya saling
bergantung dan saling membutuhkan satu sama dengan yang lainnya. Demikian juga
11
mengenai derajat kesehatan dan kualitas lingkungan hidup manusia, bergantung
kepada kemampuan untuk menyikapi dan mengelola hubungan timbal balik antara
aktivitas manusia dengan lingkungan fisik dan biologisnya. (Setiano, dkk: 2007,1).
Hubungan manusia dengan sistem sosial budaya yang dimilikinya senantiasa
melakukan hubungan timbal balik dengan lingkungan atau ekosistemnya. Sistem
sosial budaya manusia sungguh sangat kompleks terdiri dari berbagai unsur
manusia, seperti sistem pengetahuan, sistem kepercayaan, sistem ekonomi dan
sistem teknologi. Seperti gambar dibawah ini:
Gambar 2.1
Hubungan Manusia dengan Lingkungannya
Pada umumnya, manusia di dalam memanfaatkan dan mengelola sumber daya
alam di lingkungan atau ekosistemnya, seperti jenis-jenis fauna (binatang) dan flora
(tumbuhan) dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi budaya dan faktor
ekologi. Kesemua faktor-faktor tersebut secara bersama-sama dapat menentukan
suatu keputusan individu manusia dalam memperlakukan sumber daya alam, seperti
jenis-jenis fauna dan flora serta lingkungannya. Karena itu tindakan manusia
memperlakukan sumber daya alam dan ekosistemnya, tergantung dari bagaimana
sumber daya alam tersebut dipersepsikan atau dipahami oleh individu atau
komunitas tersebut. (Iskandar: 2015,13)
Secara alamiah manusia berinteraksi dengan lingkungannya, manusia sebagai
pelaku dan sekaligus dipengaruhi oleh lingkungan tersebut. Perlakuan manusia
terhadap lingkungannya sangat menentukan keramahan lingkungan terhadap
kehidupannya sendiri. Manusia dapat memanfaatkan lingkungan tetapi perlu
memelihara lingkungan agar tingkat kemanfaatannya bisa dipertahankan bahkan
ditingkatkan. Bagaimana manusia menyikapi dan mengelola lingkungannya pada
akhirnya akan mewujudkan pola-pola peradaban dan kebudayaan. (Tumanggor,
2010: 178)
Ekosistem
Hutan
Flora
Fauna
Ekosistem
Pertanian
Flora
Fauna
Sistem Sosial Budaya
Manusia
Pengetahuan
Kepercayaan
Ekonomi
Teknologi, dll.
12
Secara ekologis, manusia pada hakikatnya merupakan makhluk lingkungan
(homo ekologis), artinya dalam melaksanakan fungsi dan posisinya sebagai salah
satu sub dari ekosistem, manusia adalah makhluk yang memiliki kecenderungan
untuk selalu mencoba dan mengerti akan lingkungannya. Kecenderungan seperti ini
akan menjadi salah satu ciri utama manusia sebagai makhluk berakal sehat.
(Mahmud,dkk: 2015:73)
Jika dipelajari dengan cermat bahwa sejak lahir dan sampai hayatnya manusia
pada hakikatnya terlibat dengan lingkungan. Dengan arti kata bahwa manusia itu
tidak akan pernah dapat memisahkan diri dari lingkungannya, manusia selalu akan
membutuhkan lingkungannya. Hal ini dapat dipelajari dari sejarahnya bahwa
masyarakat primitif untuk hidupnya harus mengenal lingkungan terlebih dahulu,
yaitu mengenal tenaga-tenaga alam, tumbuh-tumbuhan serta binatang di sekitarnya.
Peradaban sebenarnya sudah ada sejak manusia mulai mempelajari cara
menggunakan api dan alat-alat lain untuk mengubah lingkungannya. (Irwan: 2012,6)
Hubungan manusia dengan alam sekitarnya adalah hubungan yang terkait satu
sama lain. Alam semesta ciptaan Allah dan lingkungan tempat manusia hidup
merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan umat manusia secara keseluruhan.
Manusia sebagai ciptaan Allah di muka bumi dengan tugas utamanya memakmurkan
bumi, yang intinya meliputi:
a. Al-Intifa‟ (mengambil manfaat dan mendayagunakan sebaik-baiknya).
b. Al-I‟tibar (mengambil pelajaran, memikirkan, mensyukuri, seraya menggali
rahasia-rahasia di balik alam ciptaan Allah)
c. Al-Islah (memelihara dan menjaga kelestarian alam sesuai dengan maksud sang
pencipta, yakni untuk kemaslahatan dan kemakmuran manusia, serta tetap
terjaganya harmoni kehidupan alam ciptaan Allah. (Tualeka:2011,136)
M. Bahri Ghazali (1996:80) menyebutkan sikap seorang muslim kepada
lingkungan. Manusia seharusnya mempunyai sikap yang positif terhadap
lingkungannya. Sikap seorang muslim yang positif itu harus berwujud, yaitu sebagai
berikut:
a. Sikap Apresiatif, yang dimaksud disini merupakan sikap menghargai keberadaan
lingkungan hidup.
b. Sikap Kreatif merupakan rentetan dari adanya sikap apresiatif, karena setelah
adanya pengenalan lingkungan sebagai refleksi dari adanya penghargaan.
Pengenalan terhadap lingkungan menumbuhkan sikap kreatif. Pemahaman sikap
kreatif tersebut merupakan daya cipta manusia yang tumbuh dari dalam dirinya
karena melihat objek, termasuk lingkungan hidup.
c. Sikap Proaktif maksudnya adalah manusia muslim jangan sampai berbuat
kerusakan di muka bumi, sebab sikap merusak lingkungan ini bukan hanya
dirasakan eksesnya bagi umat manusia, melainkan menjangkau seluruh populasi
dalam ekosistem.
d. Sikap produktif, pemaknaan sikap produktif bagi seorang muslim erat kaitannya
dengan kedudukan muslim sebagai seorang khalifah Allah. Membuat sesuatu
produktif didasarkan atas kebutuhan umum dan tidak menghabiskan bahan
mentah yang berasal dari lingkungan hidup yang akan membawa ekses terhadap
kelangsungan hidup bagi makhluk hidup.
13
Dengan keempat sikap ini, seorang muslim dapat menjalankan tugasnya
sebagai seorang khalifah yang menjaga, mengolah dan melestarikan lingkungannya.
Sehingga kerusakan lingkungan dapat ditanggulangi dengan baik.
Kesadaran mengandung pengertian mengetahui sesuatu atau tahu bersikap yang
seharusnya, yang didukung oleh persepsi atau informasi. Kesadaran individu timbul
karena ia memiliki persepsi atau informasi yang mendukungnya, sehingga ia tahu
bagaimana seharusnya bersikap. Dalam kaitan dengan lingkungan, seorang individu
akan berkesadaran lingkungan apabila ia memiliki persepsi atau informasi tentang
berbagai aspek lingkungan yang mendukungnya, dan kesadaran itu meningkat
sejalan dengan makin banyaknya informasi yang diserap di dalam lingkungan yang
membinanya, makin berkembang persepsi atau wawasan yang terbina, makin
menghayati, meyakini dan mengamalkan “kebersihan adalah sebagian dari iman”.
(Setiano, dkk: 2007,97)
Islam sangat memperhatikan lingkungan hidup. Al-Qur‟an selalu mengingatkan
bahwasannya manusia seharusnya menjaga alam dikarenakan manusia adalah
khalifah di muka bumi ini. (Kemenag, 2009:20). Sebagaimana disebutkan al-Qur‟an
dalam QS. Al-Baqarah: 30:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui."
Islam adalah sebuah jalan (as-syirath) yang bisa bermakna syari‟ah. Islam
adalah sebuah jalan hidup yang merupakan konsekuensi dari pernyataan atau
persaksian (syahadah) tentang keesaan Tuhan (tauhid). Syari‟ah adalah sebuah
sistem pusat nilai untuk mewujudkan nilai yang melekat dalam konsep (nilai
normatif) atau ajaran Islam yakni tauhid, khilafah, amanah halal dan haram.
Berdasarkan atas pengertian ini maka ajaran (konsep) atau pandangan Islam tentang
lingkunganpun pada dasarnya dibangun atas dasar 5 (lima) pilar syariah tersebut
yakni : 1) tauhid, 2) khilafah, 3) amanah, 4) adil dan 5) istishlah. Untuk menjaga
agar manusia yang telah memilih atau mengambil jalan hidup ini bisa berjalan
menuju tujuan penciptaannya maka (pada tataran praktis) kelima pilar syariah ini
dilengkapi dengan 2 (dua) rambu utama yakni : 1) halal dan 2) haram. Kelima pilar
dan dua rambu tersebut bisa diibaratkan sebagai sebuah “bangunan” untuk
menempatkan paradigma lingkungan secara utuh dalam perspektif Islam. (Majelis
Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah dan Kemenlh, 2011: 21)
14
Dalam perannya sebagai khalifah manusia harus mengurus, memanfaatkan,
memelihara, baik langsung maupun tidak langsung. Amanah tersebut meliputi bumi
dan segala isinya, seperti gunung-gunung, laut, air, awan dan angin, tumbuh-
tumbuhan, sungai, binatang-binatang sehingga manusia dapat memiliki perilaku
yang baik. (Kemenag, 2009:20)
Amanah menurut bahasa merupakan bentuk jamak dari kata amanah. Secara
terminologi adalah setiap yang diwajibkan kepada hamba, seperti shalat, zakat,
puasa, membayar hutang, menyampaikan titipan, menjaga rahasia dan sebagainya.
Dikarenakan pahala amanat ini sangat besar dan melaksanakan kewajiban-kewajiban
ini dengan benar sangat sulit. Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan
mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh,(QS. Al-
Ahzab: 72)
Kebanyakan manusia adalah zalim karena tidak menunaikan amanah yang
dipikulkan di pundaknya dengan sebaik-baiknya, menyeleweng dari fitrah asalnya,
mengikuti hawa nafsu dan menyalahi hati nuraninya yang suci. Menyia-nyiakan
pahala yang sangat besar yang dijanjikan Allah kepadanya, yaitu masuk ke dalam
surga dan keridhaan-Nya yang mana mereka tidak akan ditimpa kemurkaan-Nya
selama-lamanya.(al-Baihaqi:2013, 142)
Agar dapat menjalankan kedudukannya itu, manusia diberi bekal berupa
potensi di antaranya adalah akal yang melahirkan berbagai ilmu sebagai alat yang
mengelola dan memanfaatkan alam semesta serta mengurus bumi ini. (Ali, 2008: 9).
Islam sebagai agama universal mengajarkan tata cara peribadatan dan interaksi tidak
hanya dengan Allah SWT dan sesama manusia tetapi juga dengan lingkungan alam
sekitarnya. (Mahfud, 2011: 6)
Keterkaitan manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan sangat erat adanya. Manusia
memerlukan tumbuhan-tumbuhan tidak sekedar memanfaatkan daun, buah, getah,
akar, batang dan bunganya, tetapi juga alat pembersihan pernafasan. Diketahui, daun
tumbuh-tumbuhan itu menyerap karbon dioksiada sementara dia mengeluarkan
oksigen dalam cahaya. Oksigen itulah yang dihirup manusia dan binatang sebagai
pernafasan. Melalui fotosentesis tumbuh-tumbuhan yang berwarna hiaju-hijau di
seluruh dunia setiap tahun menghasilkan gula kira-kira 150 milyar ton, dan membuat
oksigen beratnya 25% dari gula tersebut. Oksigen ini menjadi udara tempat hidup
manusia. (Roham:1997,32).
Manusia diharapkan dapat menjaga eksistensi keanekaragaman di bumi dalam
semua tingkat kehidupan, dalam sumber dayanya dan juga dalam keindahannya.
Inilah manifestasi dari keinginan Allah. Dengan mengapresiasi sumber daya alam
manusia akan dapat menemukan dan mengerti pesan dari sang Pencipta. (Balitbang,
2011: 217).
15
Agama Islam mengajarkan untuk tetap menjaga dan melestarikan lingkungan
dikarenakan perannya sebagai khalifah di muka bumi dan tidak lupa juga
menggunakan potensinya untuk mengelola dan memelihara alam sekitar.
Dikarenakan semua itu, merupakan perannya sebagai khalifah dan bentuk takwanya
kepada Allah untuk tetap menjaga hubungannya sebagai makhluk hidup yang
merupakan bagian dari alam semesta. Akan tetapi yang terjadi, alam menjadi rusak
disebabkan oleh manusia yang tidak bertanggung jawab dan tidak memperdulikan
lingkungan sekitarnya. Sehingga kerusakan yang terjadi bukan hanya merugikan diri
sendiri tetapi juga masyarakat luas. Padahal Allah SWT telah memperingatkan
manusia untuk senantiasa menjaga alam dan tidak merusak alam, sebagaimana pada
beberapa ayat al-Qur‟an sebagai berikut:
a. QS. Al-A‟raf: 56
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
Ayat ini melarang pengrusakan di bumi. Pengrusakan adalah salah satu bentuk
pelampauan batas, karena itu, ayat ini melanjutkan tuntunan ayat yang lalu dengan
menyatakan: dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi, sesudah
perbaikannya yang dilakukan oleh Allah dan atau siapapun dan berdoalah serta
beribadahlah kepada-nya dalam keadaan takut sehingga kamu lebih khusyu‟, dan
lebih terdorong untuk mentaati-nya dan dalam keadaan penuh harapan terhadap
anugerah-nya, termasuk pengabulan do‟a kamu. Sesungguhnya rahmat Allah amat
dekat kepada al-Muhsinin, yakni orang-orang yang berbuat baik. Alam raya telah
diciptakan Allah SWT dalam keadaan yang sangat harmonis, serasi, dan memenuhi
kebutuhan makhluk. Allah telah menjadikannya baik, bahkan memerintahkan
hamba-hambanya untuk memperbaikinya. Salah satu bentuk perbaikan yang
dilakukan Allah adalah dengan mengutus para Nabi untuk meluruskan dan
memperbaiki kehidupan yang kacau dalam masyrakat. Siapa yang tidak menyambut
kedatangan rasul, atau menghambat misi mereka, maka dia telah melakukan salah
satu bentuk pengrusakan di Bumi. (Sihab:2002,123)
b. QS Ar-Rum:41
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar).
16
Dari ayat tersebut memberitahukan bahwasannya al-Qur‟an telah
memperingatkan atau melarang manusia untuk melakukan kerusakan lingkungan.
Sehingga sudah seharusnya bagi seorang muslim untuk tidak melakukan kerusakan
lingkungan. Penyebab-penyebab yang telah disebutkan sebelumnya,
memperlihatkan bahwasannya kerusakan lingkungan bukan hanya terjadi
dikarenakan bencana alam secara alami akan tetapi juga dikarenakan bencana alam
yang disebabkan oleh manusia dan perilaku manusia terhadap lingkungannnya yang
dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi budaya yang merugikan bagi
kelestarian lingkungan. Ini menunjukkan minimnya penduduk Indonesia yang
memperhatikan lingkungan sebagai bentuk peduli mereka terhadap lingkungan
sekitar. Sehingga banyak kerusakan yang terjadi di mana-mana akibat tingkat
kepedulian masyarakat masih terbilang sedikit.
c. QS. Al-Qashas: 77
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan. (QS. Al-Qashas:77)
Dari ayat-ayat tersebut dapat dilihat bahwasannya Islam melarang manusia
untuk berbuat kerusakan lingkungan. Islam mengajarkan tentang bagaimana
seharusnya manusia dan alam menjaga hubungannya dengan baik. Islam bukan
hanya mengajarkan untuk menjaga dan melestarikan lingkungan tetapi juga
mengolahnya menggunakan potensi yang dimiliki oleh manusia itu sendiri. Akan
tetapi dalam hal mengolah alam tersebut tidak sampai merusak alam itu sendiri.
Sebagai khalifah di muka bumi, manusia diperkenankan untuk menikmati apa
yang ada di bumi, tetapi tidak untuk mengeksploitasi secara berlebihan melebihi
kebutuhan hidup. Secara sederhana dapat dimaknai bahwa sesungguhnya manusia
tidak memiliki hak untuk mengeksploitasi alam secara berlebihan melebihi dari
kebutuhan dasar. Hal ini disebabkan karena alam dan makhluk apapun yang ada di
dalamnya juga merupakan umat (hamba-hambanya) sebagaimana halnya manusia.
(Mahfud, 2011: 102).
Dalam ekoteologi Islam memiliki konsep keyakinan moderat yang disebut
teologi proporsional. Maksudnya, secara struktural hubungan manusia dengan
lingkungan ditempatkan oleh ekoteologi Islam pada posisi proporsional. Meskipun
manusia merupakan bagian integral dari lingkungan, tetapi ia bukan milik
lingkungan dan bukan pula berasal dari lingkungan. Oleh karena itu, pada
hakikatnya manusia dan lingkungan adalah sama-sama berposisi sebagai karya cipta
ilahi yang tergabung dalam satu kesatuan ekosistem. (Abdillah, 2001:153). Hal
tersebut berlandaskan pada QS. Al-an‟am:38 sebagai berikut:
17
Dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung
yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu.
Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada
Tuhanlah mereka dihimpunkan.
Persamaan manusia dengan binatang-binatang laut, darat dan udara yang
dimaksud oleh ayat ini adalah keserupaan dalam berbagai bidang. Misalnya mereka
juga idup, beranjak dari kecil hingga besar, merasa, tahu, memiliki naluri dan lain-
lain. Tentu saja persamaan atau keserupaan manusia dengan binatang-binatang itu
tidak menyeluruh mencakup segala aspek, tidak juga setingkat, misalnya dalam
kebutuhan, kekuatan atau pikiran. Pernyataan al-Qur‟an bahwa binatang-binatang itu
adalah umat seperti manusia juga, menuntut antara lain perlakuan yang wajar
terhadap mereka. (Shihab: 2002,84). Dengan demikian, ayat ini memberikan
penjelasan bahwasannya manusia dan seluruh makhluk yang ada di bumi ini
merupakan sama-sama ciptaan Allah SWT, sehingga tidak dibenarkan bagi manusia
untuk memperlakukan mereka dengan tidak baik atau mengeksploitasi lingkungan.
Sesungguhnya kehidupan di bumi ini merupakan suatu nikmat yang
dianugerahkan oleh Allah untuk manusia. Dengan maksud itulah, al-Qur‟an selalu
memaparkan korelasi kuat antara kehidupan bumi dan manusia, diantaranya adalah
dalam aspek berikut ini:
a. Kehidupan bumi sangat berkaitan erat dengan eksistensi manusia, baik secara
fisik maupun psikis. Yang dimaksud dengan eksistensi manusia secara fisik,
karena kehidupan di muka bumi menyediakan semua kebutuhan manusia, baik
itu makanan ataupun minumannya. Sedangkan yang dimaksud dengan eksistensi
manusia secara psikis karena kehidupan di muka bumi ini sangat menyenangkan
hatinya.
b. Sesungguhnya kehidupan bumi akan selalu bisa ditundukkan sesuai dengan
kebutuhan manusia. Dengan demikian, maka manusia mampu mendayagunakan
semua fasilitas yang ada di dalamnya. Baik fasilitas yang bermanfaat bagi fisik
maupun psikisnya.
c. Sesungguhnya nikmat ditundukkannya bumi bagi manusia terkait erat dengan
perilakunya dalam kehidupan, baik itu keimanannya dan ketaatannya kepada
Allah maupun kekufuran dan kemaksiatannya kepada Allah SWT.
d. Sesungguhnya nikmat duniawi bukanlah akhir dari semua nikmat yang ada,
namun justru ia adalah awal dari nikmat yang lebih besar. (Jazuli: 2006)
Dengan demikian, hubungan antara manusia dengan lingkungannnya begitu
erat dan saling ketergantungan satu sama lain. Dalam Islam, lingkungan merupakan
ciptaan Allah SWT sehingga kedudukan manusia sama seperti lingkungan yaitu
sama-sama ciptaan Allah SWT. Oleh sebab itu, manusia tidak memiliki hak semena-
mena pada alam untuk mengeksploitasinya secara berlebihan.
18
2. Etika Lingkungan Islam
Kata “etika” secara etimologis berasal dari kata Yunani “ethos” yang harfiah
berarti “adat kebiasaan”, “watak”, atau “kelakuan manusia”. Kata tersebut memiliki
arti yang lebih luas dari sekedar arti etimologis-harfiah. Dalam pemakaian sehari-
hari, sekurang-kurangnya dapat dibedakan tiga arti kata “etika”. Arti pertama adalah
sebagai “sistem nilai”. Kata “etika” disini berarti nilai-nilai dan norma-norma moral
yang menjadi pegangan hidup atau sebagai pedoman penilaian baik-buruknya
perilaku manusia, baik secara individual maupun sosial dalam suatu masyarakat.
Arti kedua adalah “kode etik” maksudnya kumpulan norma dan nilai moral yang
wajib diperhatikan oleh pemegang profesi tertentu. Dan arti ketiga adalah ilmu yang
melakukan refleksi kritis dan sistematis tentang moralitas. (Sudarminta:2013,3)
Istilah moral, sopan santun, norma, nilai-nilai bermakna bagaimana berperilaku
sesuai dengan tuntunan norma-norma, nilai-nilai yang diakui oleh individu atau
kelompok lainnya di dalam masyarakat. Sedangkan istilah etika (filsafat moral)
selain seseorang dituntut dapat berperilaku sesuai dengna norma-norma atau nilai-
nilai tertentu, juga dituntut untuk mampu mengetahui dan memahami sistem, alasan-
alasan dan dasar-dasar moral serta konsepsinya secara rasional guna mencapai
kehidupan yang lebih baik. (Mudlofir: 2012, 51)
Sementara itu, etika lingkungan adalah “The Moral Philosophical guiding
principles of decision-making in the fields of conservation and environmental
management. (Matthews: 2014, 349). Dengan demikian etika lingkungan merupakan
filosofis moral dalam pemeliharan dan pengelolaan lingkungan.
Sony A Keraf dengan mengutip pendapat Arne Ness, krisis lingkungan hidup
dewasa ini hanya bisa diatasi dengan melakukan perubahan cara pandang dan
perilaku manusia terhadap alam secara fundamental dan radikal. Dibutuhkan sebuah
pola hidup atau gaya hidup baru yang tidak hanya menyangkut orang perorang,
tetapi juga budaya masyarakat secara keseluruhan. Artinya, dibutuhkan etika
lingkungan hidup yang menuntun manusia untuk beriteraksi secara baru dalam alam
semesta. (Keraf, 2010: 3). Teori tentang etika lingkungan diantaranya adalah:
Pertama, Antroposentrisme, teori tentang etika lingkungan yang berpusat pada
manusia. Teori ini menganggap bahwasannya manusia yang paling penting
dibandingkan yang lain. Seperti yang dijelaskan sebagai berikut:
Anthropocentrism literally means human-centered, but in its most
relevant philosophical form it is the ethical belief that humans alone possess
intrinsic value. In contradistinction, all other beings hold value only in their
ability to serve humans, or in their instrumental value. From an
anthropocentric position, humans possess direct moral standing because they
are ends in and of themselves; other things (individual living beings, systems)
are means to human ends. In one sense, all ethics are anthropocentric, for
arguably humans alone possess the cognitive ability to formulate and recognize
moral value. (Goralnik dan Nelson, 2012: 145)
Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwasannya antroposentrisme ini
memandang manusia sebagai pusat dari alam dan selain manusia hanya untuk
memuaskan tujuan dari manusia. Dan lagi menjadikan manusia sebagai pusat
dikarenakan hanya manusia yang dapat berpikir.
19
Sejauh ini, para ahli menganggap bahwasannya kerusakan lingkungan yang
terjadi dikarenakan cara pandang manusia menggunakan teori ini. Dikarenakan teori
ini hanya berpusat pada manusia dan tidak menganggap yang lain penting.
Tumbuhan dan yang lainnya dari lingkungan dapat bernilai jika mereka baik untuk
tujuan dari manusia. Sehingga akibat dari pemikiran teori ini terjadi eksploitasi
secara berlebih di mana-mana.
Cara pandang antroposentrisme dapat dilihat pada Baxter mengenai manusia
dan pinguin pada tulisannya yang berjudul people or penguins: the case for optimal
pollution. Pada tulisannya tersebut menggambarkan bagaimana pandangannya
berpusat pada manusia ia mencontohkan pinguin menjadi penting dikarenakan
manusia senang melihat mereka seperti yang dikatakannya “Penguins are important
because people enjoy seeing them walk about rocks; and furthermore”(Baxter,
1974: 527). Pandangannya tentang lingkungan berpusat pada human centered dan
selain human hanya dijadikan sebagai instrumen manusia untuk kepuasan manusia.
Sejak revolusi industri, suatu akibat wajar yang hampir diterima secara
universal untuk keyakinan akan penguasaan manusia ini adalah bahwa alam telah
menyediakan segala sesuatu secara berlimpah yang hanya memerlukan penanganan
melalui ilmu pengetahuan dan teknologi agar dapat menyediakan sumber makanan
dan kekayaan yang tidak akan habis bagi penduduk dunia yang selalu bertambah.
Definisi kemajuan inilah yang lalu berarti perluasan ekonomi dan teknologi yang
terus menerus tanpa mempedulikan dampaknya bagi biosfer. Di dunia modern,
peradaban dibangun atas dasar kekuatan mesin dan sumber tenaga yang memutarnya
perspektif yang mekanistik dan antroposentrik ini mendominasi bagaimana sebagian
besar manusia melakukan pendekatan dan memanfaatkan alam. (Shabecoff:2000, 4)
Peristiwa yang menggambarkan pandangan antroposentrisme dapat dilihat pada
pada tahun 1960-an, pembangunan ekonomi sumber daya alam skala industri pun
dimulai. Diawali Sabah, Malaysia, dengan dikenalkannya gergaji mesin dan
transportasi bermotor telah membantu penebangan kayu menjadi lebih cepat pada
areal hutan yang luas dan jauh di pelosok. Dibandingkan dengan hutan tropis Afrika
dan Amerika Selatan, hutan dataran rendah Borneo memiliki tegakan kayu yang
jauh lebih rapat yang terdiri dari jenis-jenis bernilai ekonomi tinggi. Kayu-kayu itu
diangkut dengan mudah ke pelabuhan-pelabuhan di pesisir. Dengan diketahuinya
cara cepat mengeksploitasi emas hijau ini, deforestasi melaju dengan pesat, dan
orang-orang kaya baru bermunculan. Pada puncak kejayaan eksploitasi kayu, kota
Sandakan di Sabah, di mana sebagian besar kayu Malaysia diekspor, diklaim
memiliki presentase jutawan tertinggi di dunia. (Meijaard,dkk :2017,3)
Pandangan orang mengenai antroposentrisme akan memandang bahwasannya
selain manusia tidak memiliki nilai dan tidak perlu melakukan tindakan moral
terhadap selain manusia. Karena manusia memiliki pandangan ini, akibatnya banyak
terjadi kerusakan alam di mana-mana dan eksploitasi secara berlebih dan diperlukan
perubahan pada cara pandang manusia terhadap lingkungan. Seperti yang dikatakan
oleh Douglas (2017: 609) “ I suggest that our anthropocentric mindset is the central
problem, which we must address urgently.” Hal ini tentunya diperlukan dikarenakan
kerusakan lingkungan yang terjadi sudah membuat banyak kerusakan alam dan
dampaknya sudah terlihat dan dirasakan.
Kedua, Biosentrisme yang memandang bahwasannya bukan hanya manusia
yang memiliki nilai tetapi tumbuhan dan hewan juga memiliki nilai seperti yang
dikatakan oleh Sony A Keraf (2010) sebagai berikut:
20
Ciri utama etika ini adalah biocentric, karena teori ini menganggap setiap
kehidupan dan makhluk mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri.
Semua makhluk bernilai pada dirinya sendiri sehingga pantas mendapat
pertimbangan dan kepedulian moral.
Biosentrisme berbeda dengan antroposentrisme yang berpusat pada manusia.
Biosentrisme lebih menghargai makhluk hidup yang ada di alam ini bukan hanya
manusia, sehingga kehidupan yang ada di dunia ini seperti halnya tumbuhan dan
makhluk hidup lebih bernilai dan mendapatkan kepedulian moral untuk
diperhatikan. Jika antroposentrisme berpandangan human-centered maka biosentris
merupakan pandangan yang berpusat pada life-centered seperti pendapat pada salah
satu ahli yang menganut paham etika ini yaitu Paul W Taylor. Nelson dan Ryan
(2015) mengatakan bahwasannya Gagasan Taylor pada Respect For Nature telah
membentuk dasar bagi sebagian besar argumen biosentris. Taylor sendiri
menyatakan bahwasannya pendapatnya berbeda dengan antroposentris. Menurutnya,
the perspective of a life-centered theory, we have prima facie moral obligations that
are owed to wild plants and animals themselves as members of the Earth‟s biotic
community. (Schmidz and Elizabeth:2012)
Dari sini dapat dilihat bahwasannya pemikirannya berbeda dengan
antroposentrisme yang merupakan teori etika berpusat pada manusia. Pendapat
biosentris lebih memandang hewan dan tumbuhan merupakan bagian dari alam yang
harus dijaga dan diberikan perhatian moral terlepas dari mereka menguntungkan
bagi manusia atau tidak. Life-centered lebih membuat manusia harus menghormati
non-human sebagai bagian dari alam dan harus dilindungi dan dijaga bukan
diekploitasi dan tidak dianggap berguna bagi manusia.
Ketiga, ekosentrisme. Pandangan pada etika ini adalah menganggap semua
yang ada di dunia ini memiliki nilai bukan hanya manusia dan makhluk hidup tetapi
juga memperhatikan abiotik seperti udara, tanah, air dan lain sebagainya. Secara
ekologis, makhluk hidup dan benda-benda abiotis lainnya saling terkait satu sama
lain. Oleh karena itu, kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi
pada makhluk hidup kewajiban dan tanggung jawab moral juga berlaku terhadap
semua realitas ekologis. Salah satu versi teori ekosentrisme adalah teori etika
lingkungan hidup yang sekarang ini populer dikenal sebagai deep ecology. (Keraf,
2010: 93). Terdapat dua hal yang mendasar dalam deep ecology, yaitu:
a. Manusia dan kepentingannya bukan lagi ukuran bagi segala sesuatu yang lain.
Manusia bukan pusat dari dunia moral, tetapi memusatkan perhatian pada
biosphere seluruhnya, yakni kepentingan seluruh komunitas ekologis. Perhatian
bersifat jangka panjang.
b. Etika lingkungan hidup yang dikembangkan dirancang sebagai sebuah etika
praktis, berupa sebuah gerakan yang diterjemahkan dalam aksi nyata dan
konkret. Pemahaman baru tentang relasi etis yang ada dalam alam semesta,
disertai adanya prinsip-prinsip baru sejalan dengan relasi etis tersebut, yang
kemudian diterjemahkan dalam aksi nyata di lapangan. (Sutoyo:2013,203)
Dari ketiga pandangan tersebut, menjelaskan bagaimana pandangan manusia
terhadap lingkungan. Dari antroposentrisme yang memandang bahwasannya
manusia merupakan pusat kehidupan dan tidak memandang non human untuk
mendapatkan etika dikarenakan mereka tidak memiliki nilai. Manusia akan
21
menghargai bahkan menjaga mereka jika hal tersebut berguna untuk manusia
sehingga banyak kerusakan yang terjadi. Sedangkan yang kedua seperti yang
dikemukakan oleh Taylor bagaimana manusia harus menghormati alam dikarenakan
manusia memiliki tanggung jawab untuk menjaga alam dikarenakan manusia
merupakan bagian dari alam. Akan tetapi, unsur abiotik pada teori biosentrisme
kurang mendapatkan perhatian. Dan yang terakhir ekosentrisme yang memandang
bahwasannya semua yang ada di alam ini baik biotik atau abiotik memiliki nilai dan
harus dihormati dan dijaga. Pandangan ini sejalan dengan yang terjadi saat ini,
dikarenakan kerusakan lingkungan bukan hanya permasalahan makhluk hidup di
Bumi tetapi unsur abiotik seperti tanah, udara, dan air menjadi perhatian serius
dalam pencemaran lingkungan.
Orang yang memiliki pandangan antroposentris akan berperilaku tidak
memperdulikan alam, dikarenakan pandangan ini berorinetasi pada manusia sebagai
pusat kehidupan. Seperti contoh Baxter yang dikemukakan sebelumnya. Akan tetapi,
salah satu faktor berkembangnya antroposentris ini dianggap karena agama monoteis
termasuk Islam. Junaidi Abdillah (2014) dalam artikelnya yang berjudul
Dekonstruksi Tafsir Antroposentrisme: Telaah Ayat-Ayat Berwawasan Lingkungan,
menolak pendapat yang mengatakan bahwasannya ajaran Islam merupakan
antroposentris dengan menjelaskan ayat-ayat al-Qur‟an yang diduga antroposentris
yang berasal dari prinsip-prinsip dasar Islam yang berkaitan dengan konsep hakikat
manusia sebagai makhluk istimewa (super being), manusia yang diberi akal
(rasional), manusia makhluk yang paling kuasa atas alam (sukhriya‟) dan konsep
khalifah fi al-ard. Salah satu dari keempat dasar ini seperti yang tertera pada QS. At-
Tin: 4 yang menjelaskan bahwasannya manusia merupakan makhluk istimewa, yaitu
sebagai berikut:
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya .
Dan ayat yang menjelaskan bahwasannya manusia makhluk yang paling kuasa
atas alam (sukhriya‟)
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan
Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan
Dia Maha mengetahui segala sesuatu.
Junaidi menjawab dan menjelaskan dengan pertama tentang keistimewaan
manusia adalah konteks kesempurnaan yang hanya dipahami sebatas kesempurnaan
fisik, dan jaminan kesempurnaan manusia terwujud ketika dimensi spiritual dan
amaliahnya terpenuhi. Serta dalam hubungannya dengan lingkungan alam, manusia
memiliki keterbatasan dan kekurang sempurnaan manusia terhadap alam. Kedua,
tentang keistimewaan akal. Junaidi menjelaskan bahwasannya akal manusia
22
diharapkan digunakan agar mampu mengelola alam dan lingkungan dengan baik.
Karena sejatinya penciptaan manusia bermotif pemakmur atau pembangun bumi.
Ketiga, tentang manusia makhluk yang paling kuasa atas alam (sukhriya‟).
Munculnya mainstream demikian karena memahami al-Qur‟an secara atomistik dan
parsial. Jika dilacak lebih jauh, Allah menciptakan planet bumi dan lingkungan ini
tidak hanya diperuntukkan bagi manusia. Dan terakhir tentang khalifah fi al-ard
dijelaskan bahwasannya manusia bukanlah penguasa bumi, melainkan penerus yang
secara fungsional untuk memelihara dan memakmurkan bumi. Dari penjelasan-
penjelasan inilah Junaidi Abdillah menjawab tuduhan bahwasannya Islam bukanlah
agama antroposetris akan tetapi Islam merupakan agama yang sangat
memperhatikan lingkungan.
Terkait dengan hal ini, Dr. Mujiyono Abdillah memaparkan beberapa ayat al-
Qur‟an yang menentang antroposenstrisme sebagai berikut:
Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,.
karena Dia melihat dirinya serba cukup. (QS. Al-Alaq: 6-7)
Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (QS. Al-Ghasyiyah: 22)
Ayat-ayat di atas merupakan larangan menganut paham antroposentrisme
dalam mengelola lingkungan. Sebab antroposentrisme merupakan akar penyebab
terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan. (Abdillah: 2001,156). Islam
sangat melarang umatnya untuk memiliki perilaku antroposentris, karena perilaku
antroposentris menyebabkan banyak permasalahan lingkungan yang terjadi saat ini.
Sikap dan mental paganistis yang antroposentris telah dikecam oleh al-Qur‟an dalam
QS. Al-Baqarah: 6-12 :
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri
peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.
Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan
mereka ditutup. dan bagi mereka siksa yang Amat berat. Di antara manusia
ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," pada
hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka
hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, Padahal mereka hanya
23
menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada
penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih,
disebabkan mereka berdusta. Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah
kamu membuat kerusakan di muka bum". mereka menjawab: "Sesungguhnya
Kami orang-orang yang Mengadakan perbaikan." Ingatlah, Sesungguhnya
mereka Itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak
sadar.
Ayat ini mengisyaratkan korelasi kuat antara paganis, antroposentris dan
kerusakan lingkungan. Indikator orang-orang pagan adalah keras kepala, keras hati,
penuh kamuflase dan angkuh dalam pengelolaan lingkungan. Mereka selalu berdalih
membangun bumi, padahal sejatinya mereka merusak. (Abdillah: 2014,82)
Etika adalah suatu landasan spiritual dari sebuah budaya. Etika dalam kaitannya
dengan alam dan dalam kaitannya kita sebagai individu, sebagai entitas kelompok,
maupun negara, akan menentukan tingkat keberadaan kita sebagai sebuah makhluk.
Dalam kaitanya dengan alam, etika sangat diperlukan dalam hubungannya dengan
integritas ekologi. Dimana kita memaknai ekologi dan bertanggung jawab terhadap
kelangsungan ekologi dalam keterkaitannya dengan semua komponen spesies dan
ekosistem yang ada di dalamnya. (Marfai, 2013: 24)
Etika dengan corak teologis dijadikan sebagai jalan tengah dari persoalan
lingkungan karena etikalah yang berbicara mengenai bentuk tindakan. Setidaknya
dengan menanamkan nilai-nilai etika terhadap lingkungan hidup mampu membentuk
manusia yang memiliki pandangan dan sikap terhadap lingkungan hidupnya sebagai
amanah Tuhan yang memang wajib.(Sururi:2014,109).
Ahmad Von Denffer, Harun Behr dan Axel Kohler telah berusaha untuk
meletakkan dasar-dasar etika lingkungan sejak terjadinya kejutan pertama mengenai
kehancuran lingkungan. “Masalah Lingkungan dan Islam” menjadi tema utama
dalam peringatan ulang tahun ke-25 pusat Islam di Aachen pada 17 Mei 1989.
Masalah-masalah penting dalam politik Islam untuk menyelamatkan bumi dapat
diringkas sebagai berikut:
a. Kaum muslim, sebaiknya tahu bahwa tidak ada yang menjadi miliknya sebab
segala sesuatu itu milik Allah, bahwa dia tidak tinggal di bumi untuk menguasai
bumi melainkan untuk memanfaatkannya secara bertanggung jawab dalam arti
bahwa dia berhak untuk menggunakan dan menikmatinya tanpa merugikan atau
merusaknya.
b. Tuhan menganjurkan kaum muslim untuk tidak berlebihan dalam segala hal dan
tidak menyia-nyiakan sumber alam dalam keadaan bagaimanapun.
c. Al-Qur‟an penuh dengan gambaran mengenai alam, yang tujuannya adalah
memasukkan ke dalam hati manusia rasa hormat pada ciptaan Tuhan. Bagi kaum
muslim, seluruh Kosmos merupakan komunitas yang bersatu dalam memuja dan
memuliakan Tuhan.
d. Al-Qur‟an memberikan banyak peringatan mengenai berbagai hal kerusakan
lingkungan
e. Selalu menjaga kebersihan lingkungan. (Hofmann: 2002, 179)
Etika lingkungan Islam berbeda dengan etika lingkungan konvensional seperti
yang telah disebutkan sebelumnya. Etika Islam tentang penanganan lingkungan
hidup adalah memperlakukan seluruh populasi dalam ekosistem dengan kebaikan
24
yang tujuannya hanyalah ibadah kepada Allah. Dengan demikian dasar dari etika
Islam dalam penanganan lingkungan hidup adalah Iman, Islam dan Ihsan.
Pemahaman iman sebagai dasar perbuatan adalah menundukkan segala sesuatu
sebagai ciptaan Allah yang sejajar dengan manusia. Kata Islam apabila diambil dari
asal katanya secara semantik berarti selamat. Kaitannya dengan keberadaan
lingkungan hidup mempunyai pemahaman bahwa perilaku manusia terhadap
lingkungan hidup harus ditujukan kepada keselamatan lingkungan. Sedangkan ihsan
dalam kaitannya dengan keberadaan lingkungan hidup terletak pada perbuatan atau
penanganan lingkungan. (Ghazali: 1996, 86). Sarvestani dan Shahvali (2008:613)
mengatakan bahwasannya:
The Islamic worldview is characterized by a specific attribute of
theocentricity in which God encompasses every thing. Explaining
environmental ethics based on this concept can establish a more comprehensive
ethical approach for human-nature interaction. Many verses in Qur‟an confirm
this reality.
Menurut Sarvestabi dan Shavali, karakteristik etika lingkungan dalam Islam
adalah teosentrisme dimana Allah meliputi semua hal. Sehingga konsep ini bisa
membangun etika yang lebih komprehensif dalam pendekatan interaksi antara
manusia dan alam. Banyak ayat al-Qur‟an yang menunjukkan hal ini seperti berikut
ini:
Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah
(pengetahuan) Allah Maha meliputi segala sesuatu. (QS. An-Nisa:126
Ingatlah bahwa Sesungguhnya mereka adalah dalam keraguan tentang
Pertemuan dengan Tuhan mereka. ingatlah bahwa Sesungguhnya Dia Maha
meliputi segala sesuatu. (QS. Fushilat: 54)
Manusia diberi hak dan wewenang oleh Allah SWT untuk memanfaatkan
sumber daya alam dan lingkungan dalam batas-batas kewajaran ekologis. Manusia
tidak diberi wewenang untuk mengeksploitasinya secara sewenang-wenang. Sebab,
manusia bukan pemilik hakiki lingkungan tetapi Allah SWT, pemilik hakiki
lingkungan. (Abdillah: 2001,156). Dengan demikian, etika lingkungan dalam Islam
berpandangan bahwasannya Allah meliputi segala hal sehingga perlakuan terhadap
lingkungan dengan memelihara, menjaga dan tidak berlaku sewenang-wenang
merupakan bentuk ibadah kepada Allah SWT. Sedangkan asas etika lingkungan
hidup dalam Islam yaitu:
a. Tauhid (Monoteisme)
Setiap tindakan atau perilaku manusia yang berhubungan dengan orang lain
atau makhluk lain atau lingkungan hidupnya harus dilandasi keyakinan tentang
keesan dan kekuasaan Allah SWT yang mutlak. Manusia juga harus bertanggung
jawab kepada-Nya untuk semua tindakan yang dilakukannya. Hal ini
menyiratkan bahwa pengesaan Tuhan merupakan satu-satunya sumber nilai
25
dalam etika. Bagi seorang Muslim, tauhid seharusnya masuk ke seluruh aspek
kehidupan dan perilakunya.
b. Akhlak
Manusia mempunyai hak atau diperbolehkan untuk memanfaatkan apa-apa
yang ada di muka bumi (sumber daya alam) yang tidak melampui batas atau
berlebihan. Islam menegaskan bahwa yang berhak mengausai dan mengatur alam
ialah Yang Maha Pencipta dan Maha Mengatur yakni Rabbul Alamin.
c. Syari‟ah
Lingkungan alam ini oleh Islam dikontrol oleh dua konsep (instrumen)
yakni halal dan haram. Jika konsep tauhid, khalifah, amanah, halal dan haram
kemudian digabungkan dengan konsep keadilan, keseimbangan, keselarasan dan
kemaslahatan, maka terbangunlah suatu kerangka yang lengkap dan
komprehensif tentang etika lingkungan dalam perspektif Islam. (Sumantri: 2010,
294)
Dengan berlandaskan pada 3 asas etika ini, Islam mengajarkan untuk selalu
melestarikan lingkungan. Dalam setiap tindakan manusia harus berlandaskan pada
keimanannya terhadap Allah SWT baik itu pada sesama manusia maupun terhadap
lingkungan yang merupakan amanah yang harus dijaga oleh manusia sebagai bentuk
tugasnya sebagai seorang khalifah di bumi. Kemudian dengan memiliki akhlak yang
baik terhadap alam merupakan implementasi dari keimanannya kepada Allah SWT.
Dengan menggunakan alam sebaik mungkin dan tidak merusaknya sehingga
lingkungan dapat terjaga dengan baik. Dan terakhir adalah syari‟ah, dengan
instrumen halal dan haram maka seorang muslim akan memperlakukan alam
disekitarnya dengan baik. Semua ini merupakan etika seorang muslim kepada
lingkungan yang harus dilakukan sebagai bentuk akhlaknya terhadap alam yang
merupakan ciptaan Allah SWT. Salah satu contoh upaya muslim dalam menjalankan etika lingkungan Islam
seperti yang terjadi di Oackland, California yang ada dijelaskan oleh Ibrahim Abdul
Matin (2012) tentang sekelompok kecil muslim yang mengusahakan untuk
mengurangi sampah ketika ifthar pada bulan Ramadhan. Kegiatan ini adalah
berkumpulnya berbagai komunitas di masjid untuk berbuka puasa. Masjid tersebut
adalah masjid Lighthouse, didirikan pada tahun 2008. Masjid ini menetapkan
kebijakan ifthar hijau pada tahun 2009 di bulan Ramadhan. Dimulai dengan
mengganti piring sekali pakai dengan piring anti karat. Berikutnya mereka mulai
mengumpulkan limbah organik dari piring ke dalam wadah kompos. Kemudian tim
di dapur mulai memilah-milah sampah. Akhirnya peserta ifthar mulai membawa
wadah minuman mereka sendiri, mengakhiri penggunaan air kemasan dan cangkir
styrofoam. Masjid Hijau milik komunitas Lighthouse memberi kita teladan. Mereka
mengikuti prinsip Agama Hijau yaitu bersikap adil terhadap bumi dan memelihara
keseimbangan dengan mengajak semua anggota komunitas ikut bertanggung jawab. Kegiatan tersebut memberikan gambaran bagaiman sebuah komunitas ikut
berusaha dalam peduli lingkungan. Kegiatan ifthar memang sering dilakukan pada
saat bulan Ramadhan, akan tetapi sampah yang dihasilkan juga cukup banyak. Di
Indonesia, tempat makanan untuk ifthar baisanya menggunakan styrofoam ataupun
kertas tebal sebagai wadah makanan. Belum lagi wadah untuk minuman kemasan
dan takjil yang disajikan, sehingga sampah yang dihasilkan juga cukup banyak.
26
Salah satu kebiasaan yang mencerminkan kepedulian pada lingkungan lainnya
adalah kebiasaan masyarakat Jepang Seperti Orang tua di Jepang mendidik anak-
anak mereka sejak kecil untuk selalu menjaga kebersihan mereka berada, seperti
membuang sampah pada tempatanya, mengelompokkan sampah sesuai jenisnya,dan
lain sebagainya. Hal ini lambat laun menjadi kepribadian yang mengakar kuat dan
cermin masyarakat Jepang di mata dunia sebagai negara dengan tingkat kebersihan
paling baik. (Adriana: denpasar.id.emb-japan.go.jp)
Lain halnya dengan mansyarakat Indonesia yang kurang peduli terhadap
kebersihan lingkungannya. Sampah dapat dengan mudah ditemui di jalan ataupun
pinggir sungai sehingga mencemari sungai dan lingkungan sekitarnya. Kedua contoh
tersebut memberikan gambaran bagaimana seharusnya masyarakat yang peduli
terhadap lingkungan. Walaupun Jepang bukan negara dengan masyarakat yang
beragama Islam tetapi mereka menerapkan kebiasaan kebersihan dalam kehidupan
kesehariannya, yang seharusnya diterapkan pada masyarakat muslim di Indonesia
yang memang dalam ajaran agama Islam sangat memperhatikan kebersihan. Dan
langkah sederhananya adalah mengurangi sampah yang dihasilkan seperti komunitas
muslim di Oackland.
3. Pelestarian Lingkungan Hidup
Kerusakan lingkungan yang terjadi menjadi salah satu permasalahan yang harus
ditangani dengan serius. Selain merubah cara pandang terhadap lingkungan,
diperlukan adanya tindakan atau langkah-langkah untuk memelihara dan melindungi
alam agar lingkungan tetap terjaga dan dapat menanggulangi kerusakan yang terjadi.
Dalam KBBI, Pelestarian adalah proses, cara, perbuatan melestarikan. Sedangkan
pelestarian lingkungan adalah kegiatan melindungi lingkungan dari pencemaran dan
kerusakan. (kbbi.kemendikbud.go.id). Kemudian pelestarian fungsi lingkungan
hidup adalah rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup. (UU 32 Tahun 2009 Pasal 1). Salah satu yang
dapat dilakukan untuk melestarikan lingkungan adalah dengan konservasi.
Konservasi berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together)
dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa
yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use).
(Utami: 2008,179). Dalam kamus KBBI, konservasi adalah pemeliharaan dan
perlindungan sesuatu secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan
dengan jalan pelestarian. Dalam UU 32 Tahun 2009, disebutkan bahwa konservasi
sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam untuk menjamin
pemanfaatannya secara bijaksana serta kesinambungan ketersediannya dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya. Dengan
demikian, maksud konservasi disini adalah upaya pemeliharaan dan perlindungan
terhadap lingkungan untuk menanggulangi dan mencegah kerusakan alam. Untuk
membahas tentang konservasi, berikut akan dipaparkan penjelasan terkait dengan
konservasi yaitu:
a. Gerakan Pelestarian Lingkungan Hidup
Konsep pelestarian alam (nature conservation) sampai hari ini masih
mencari bentuk-bentuk terapan yang tepat. Persoalan lingkungan hidup mulai
muncul dan berkembang sejak abad ke 17, terutama setelah manusia berhadapan
dengan teknologi dan revolusi industri di Eropa. Proses-proses mekanis dan
penggunaan bahan-bahan kimiawi ternyata banyak yang tidak bersahabat dengan
27
lingkungan. munculnya mesin dan penggunaan bahan bakar mengakibatkan
pencemaran yang berakibat serius bagi kerusakan ekosistem alam. (Mangunjaya:
2005,51)
Kerusakan yang terjadi, berakibat buruk bagi kehidupan manusia, salah
satunya adalah kerugian ekonomi. Kerugian ekonomis yang diderita menjadi
sangat signfikan, terutama pada sistem perekonomian rakyat yang sangat
bergantung pada sumber daya alam dan kehutanan seperti perkebunan rakyat,
pertanian tanaman pangan, pemanfaatan hasil hutan kayu dan nonkayu,
perikanan tangkap di sungai dan rawa, serta usaha informal lainnya yang selama
ini menjadi andalan masyarakat di daerah terjadinya kebakaran hutan dan lahan.
(Arifin:2001,137)
Awal timbulnya kesadaran untuk melestarikan lingkungan adalah dengan
terbitnya buku yang berjudul Silent Spring karya Rachel Carson. Dalam karyanya
tersebut Carson menjelaskan pengaruh penggunaan DDT pada pestisida. Pada
bagian pertama yaitu A Fable for Tomorrow, Carson menjelaskan keadaan
musim semi yang berbeda dengan masa sebelumnya. Salah satu yang
dideskripsikan Carson sebagai berikut:
There was a strange stillness. The birds, for example—where had they
gone? Many people spoke of them, puzzled and disturbed. The feeding
stations in the backyards were deserted. The few birds seen anywhere were
moribund; they trembled violently and could not fly. It was a spring without
voices. On the mornings that had once throbbed with the dawn chorus of
robins, catbirds, doves, jays, wrens, and scores of other bird voices there
was now no sound; only silence lay over the fields and woods and marsh.
(Carson: 1962,3)
Dibukunya tersebut Carson menemukan bahwasannya bahan kimia
berakibat buruk bagi lingkungan termasuk manusia. Buku yang ditulis Carson ini
dibaca oleh berbagai kalangan, yaitu ilmuwan, politisi, pembuatan kebijakan dan
khalayak umum. Industri kimia melihat buku Carson sebagai ancaman atas
penjualan bahan kimia yang sangat laris. Berkat buku ini, masyarakat menjadi
sadar akan kerusakan lingkungan terjadi dan memunculkan gerakan-gerakan
peduli lingkungan. salah satunya yaitu dengan diadakannya Hari Bumi untuk
menghormati bumi dan perdamaian. Kemudian pada 5-16 juni 1972 diadakan
konferensi Stockholm di Swedia. Untuk pertama kalinya, gerakan peduli
lingkungan menjadi agenda politik dunia. Pada konferensi ini dihasilkan
Deklarasi Stockholm, rencana aksi lingkungan hidup, dan pembentukan lembaga
program lingkungan PBB yaitu UNEP. (Saraswati, dkk:2016,50)
Berbagai komitmen global dan perjanjian internasioanl lain yang menjadi
gerakan untuk pelestarian lingkungan, antara lain:
1) Protokol kyoto, tentang emisi gas rumah kaca yang menimbulkan pemanasan
global
2) Protokol montreal, untuk membatasi produksi dan penggunaan CFC (Chloro
Fluoro Carbon) yang mengakibatkan berlubangnya lapisan ozon yang
menyerap 99% radiasi sinar ultraviolet, yang di Bumi menimbulkan kanker
kulit pada manusia, dan ganggunan pertumbuhan di Bumi
3) Protokol Cartegana, yang menjamin pelestarian dan kelayakan pemanfaatan
keanekaragaman hayati
28
4) Konvensi perdagangan jenis lamgka, yang memberikan tugas otoritas
pengelolaannya pada departemen kehutanan sednag otoritas keilmuan pada
lipi (lembaga ilmu pengetahuan indonesia)
5) Kesepakatan mengurani penyebab hujan asam, air hujan yang mengandung
H2CO3, H2SO4, HNO3, dan sebagainya. (Soerjani: 2008,44)
Masih banyak lagi gerakan-gerakan peduli lingkungan dalam upaya
melestarikan lingkungan. Gerakan-gerakan ini juga merupakan pertanda
bahwasannya masyarakat di dunia mulai menyadari pentingnya mencegah dan
menanggulangi kerusakan lingkungan yang banyak terjadi di setiap negara. Dan
gerakan peduli lingkungan juga terjadi di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan
dengan adanya Kementerian Lingkungan Hidup di Indonesia, yang menangani
permasalahan lingkungan di Indonesia.
b. Pelestarian Lingkungan di Indonesia
Hubungan manusia dengan lingkungan sangat erat. Manusia memenuhi
kebutuhannya dengan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Dari
lingkungan tersebut manusia membentuk suatu peradaban dan kebudayaan.
Perlakuan manusia terhadap lingkungan tentunya mencerminkan seperti apa
lingkungan manusia itu terjaga. Jika lingkungan itu kotor, gersang dan tidak
terawat berarti perlakuan terhadap lingkungan mereka tidak diperdulikan begitu
juga sebaliknya. Sehingga perlakuan manusia terhadap lingkungan menentukan
bagaimana pelestarian lingkungan dapat terjaga di tempat manusia itu tinggal.
Interakasi manusia dengan lingkungan membentuk suatu kebudayaan setempat
dan berbeda-beda sesuai bagaimana manusia itu memandang dan
memperlakukan lingkungannya sehingga mereka dapat beradaptasi dengan
lingkungan alam mereka tinggal.
Sebagai bentuk pelestarian lingkungan, Indonesia mengeluarkan beberapa
Undang-undang seperti UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan ekosistem dan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam UU 5 Tahun 1990 pasal 29 kawasan
pelestarian alam terdiri dari taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata
alam. Sedangkan kawasan suaka alam disebutkan dalam pasal 14 yaitu terdiri
dari cagar alam dan suaka margasatwa.
Kemudian terdapat pula lembaga konservasi, sebagaimana diketahui
lembaga konservasi adalah lembaga yang bergerak di bidang konservasi
tumbuhan dan/atau satwa liar di luar habitatnya (ex-situ) baik lembaga
pemerintah maupun lembaga non pemerintah. Lembaga konservasi mempunyai
fungsi utama pengembangbiakkan terkontrol dan /atau penyelamatan tumbuhan
san satwa dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya serta berfungsi
sebagai tempat pendidikan, peragaan, penitipan sementara, sumber indukan dan
cadangan genetik untuk mendukung populasi in-situ, sarana rekreasi yang sehat
serta penelitian dan pengembnagan ilmu pengetahuan. (KLHK:2016,117)
Dalam Peraturan Menteri Kehutanan No. P.31 Tahun 2012 tentang lembaga
konservasi dijelaskan bahwa lembaga konservasi dapat berbentuk sebagai
1) Pusat penyelamayan satwa
2) Pusat latihan satwa khusus
3) Pusat rehabilitasu satwa
4) Kebun binatang
29
5) Taman safari
6) Taman satwa
7) Taman satwa khusus
8) Museum zoologi
9) Kebun botani
10) Taman tumbuhan khusus, atau
11) Herbarium. (Permen Kehutanan No. P.31 Tahun 2012)
Pada tanggal 23 Mei 1978 diadakan pertemuan LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat) yang melahirkan KSPLH (Kelompok Sepuluh Pelestari Lingkungan
Hidup. KSPLH lahir dari gabungan berbagai organisasi masyarakat non
pemerintah di bidang lingkungan hidup yang menjadi cikal bakal WALHI
(Wahana Lingkungan Hidup Indonesia). Terdapat empat organisasi masyarakat
bidang lingkungan hidup yang berpengaruh, yaitu WALHI, Serikat Petani
Indonesia, Greenpeace dan WWF. Greenpeace dan WWF merupakan organisasi
internasional yang masuk ke Indonesia pada akhir tahun 1990-an.
(Saraswati,dkk:2015, 58)
Pelibatan masyarakat juga dilakukan sebagai upaya pelestarian lingkungan.
Mengingat masyarakat juga memiliki peran penting dalam pelestarian
lingkungan. Membuka pandangan luas tentang lansekap dan pendekatan
konservasi yang berkaitan dengan konservasi dan masyarakat. Ini bermakna
dalam bahwa konservasi tidak akan berhasil jika masyarakat tidak diakui peran
dan kontribusinya dan tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan tentang
konservasi. (Eghenter, dkk: 2012, 138)
Masyarakat adat Kanekes misalnya, secara umum merasa terikat dengan
alam dan lingkungannya. Alam Pasundan menjadikan manusia dan masyarakat
Sunda memiliki budaya yang arif dalam mengelola lingkungannya. Adanya
kesadaran yang mengharuskan selaras dan mengelola dan menjaga alam
diungkapkan dalam beberapa bentuk tradisi upacara, ungkapan tuntunan hidup
dalam peribahasa, nasihat, uga, dan bahkan penggunaan peristilahan nama-nama
alam dengan memahami “karakter” dari masing-masing unsur alam.
(Indrawardana :2012, 7)
Apabila dicermati, maka ada beberapa kesamaan yang bisa dijadikan
sebagai ciri-ciri konservasi khas Indonesia, yaitu:
1) Konservasi khas indonesia tidak memisahkan kawasan konservasi dengan
masyarakat yang tinggal di sekitarnya.
2) Konservasi khas indonesia adalah wujud dari pengetahuan lokal yang
mementingkan keragaman dalam pengelolaannya, baik di tingkat genetik,
jenis, maupun ekosistem.
3) Argumentasi pelestarian dalam konservasi khas Indonesia didasari oleh
pertimbangan rasional. Semuanya ditujukan untuk pemanfaatan, tetapi bukan
pemanfaatan yang rakus, namun pemanfaatan yangs sesuai dengan kebutuhan
serta pemanfaatan yang mempertimbangkan kepentingan generasi yang akan
datang.
4) Konservasi khas indonesia umumnya termasuk bagian dari sistem yang jelas
dari wewenang lokal dan adat yang mengatur panen, mengawasi warga keluar
masuk lahan, dan menyelesaikan perselisihan. (Setyowati, dkk: 2008,57)
30
Dengan demikian, upaya pelestarian lingkungan ditandai dengan
dikeluarkannya Undang-undang sebagai bentuk pelestarian. Konservasi yang ada
juga bermacam-macam, seperti taman nasioanal, cagar alam dan lain sebagainya.
Belum lagi keterlibatan masyarakat lokal dalam usaha konservasi. Semua usaha
tersebut merupakan upaya yang dilakukan Indonesia dalam menjaga kelestarian
lingkungan alamnya.
c. Pelestarian Lingkungan dalam Islam
Agama terutama Islam sebenarnya mempunyai pandangan (konsep) yang
sangat jelas terkait konservasi dan penyelamatan lingkungan. Islam merupakan
agama yang memandang lingkungan sebagai bagian tak terpisahkan dari
keimanan kepada Tuhan. Alam semesta termasuk bumi yang kita tempati ini
adalah ciptaan Tuhan. Oleh karena itu mengenal, memahami dan memelihara
alam merupakan bagaian dari keimanan seseorang kepada Yang Maha
Menciptakan alam. (Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah dan
Kemenlh, 2011: 3)
Hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya dapat dikembangkan,
antara lain dengan memelihara dan menyayangi binatang dan tumbuh-tumbuhan,
tanah, air, dan udara serta semua alam semesta yang sengaja diciptakan Allah
untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya. (Ali, 2008: 371).
Hal ini menunjukkan bahwasannya pelestarian lingkungan dalam Islam
merupakan bentuk keimanan seorang muslim terhadap Allah yaitu dengan
menghormati, mengenal, memelihara lingkungan. Bukan hanya sebatas pada
tumbuh-tumbuhan akan tetapi juga memperlakukan binatang dengan baik dan
tidak menyiksanya. Karena semua yang ada di alam ini merupakan ciptaan Allah
SWT yang harus dijaga kelestariannya.
Manusia sebagai pemegang amanah harus mengolah lingkungannya
sehingga daya kemampuan itu berdaya guna dan kemanfaatan lingkungan
dirasakan dampaknya secara positif. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 2.2
sebagai berikut:
Gambar 2.2
Pengelolaan Lingkungan dalam Islam
ALLAH
MANUSIA
I
P
T
E
K
BIOTIC ECOLOGY
UNBIOTIC ECOLOGY
MAN-MADE ENVIRONMENT
Kebutuhan
Hidup
Manusia
IBADAH
31
Allah sebagai khalik memberikan tugas kepada manusia yang mempunyai
potensi (ilmu pengetahuan dan tekologi) untuk mengolah seluruh lingkungan
baik yang biotik maupun abiotik. Pengelolaan lingkungan didasarkan atas
kepatuhan kepada Allah. (Ghazali:1996,89)
Dari gambar 2.2 di atas dapat dilihat bahwasannya pengelolaan lingkungan
dalam Islam berdasarkan kepatuhan kepada Allah SWT sebagai pencipta seluruh
alam ini. Potensi yang dimiliki manusia bukan hanya mengelola lingkungan
sebatas pada biotik tetapi juga pada lingkungan abiotik. Yang kemudian
pengelolaan semua unsur lingkungan tersebut memenuhi kebutuhan manusia.
yang kesemuanya itu dilakukan hanya untuk ibadah kepada Allah SWT.
Sehubungan dengan etika Islam mengenai dengan lingkungan, Nur Afiyah
Febriani (2014:35) merumuskan bagaimana al-Qur‟an mendeskripsikan langkah
praktis tentang managemen lingkungan yang dapat diaplikasikan manusia dari
beberapa ayat yang berhubungan dengan etika manusia terhadap lingkungan,
diantaranya yaitu:
1) Memahami hakikat alam raya sebagai sesama makhluk Tuhan
2) Kesadaran akan integritas antara manusia dan alam raya
3) Menghormati eksistensi alam raya
4) Menggunakan sumber daya alam dengan bijak
5) Aplikasi etika ekologis dan kerjasam antar umat manusia di seluruh dunia,
dalam usaha konservasi lingkungan
6) Ketaatan masyarakat terhadap tatanan hukum yang dibuat oleh pemegang
kebijakan
Keenam langkah ini merupakan pengelolaan lingkungan yang dilakukan
manusia sebagai bentuk etikanya kepada lingkungan. Pada langkah pertama
manusia harus memahami bahwasannya alam raya merupakan makhluk Allah
SWT sehingga kedudukan manusia sama dengan alam. Yaitu sama-sama
merupakan ciptaannya. Hal ini juga dapat dilihat dari langkah plestarian
lingkungan yang diterangkan oleh Ibrahim Abdul Matin.
Ibrahim Abdul Matin menyebutkan beberapa langkah agar terciptanya
pelestarian lingkungan yaitu dengan menerangkan 6 prinsip dari Green Deen
yaitu:
1) Memahami keesaan Tuhan dan ciptaan-Nya (tauhid)
2) Melihat tanda-tanda Tuhan (ayat) di seluruh semesta
3) Menjadi penjaga (khalifah) bumi
4) Menghargai dan menunaikan kepercayaan (amanah) yang diberikan Tuhan
kepada kita untuk melindungi planet ini.
5) Memperjuangkan keadilan („adl)
6) Hidup selaras dengan alam (mizan) (Matin: 2012, 8)
Dalam prinsip Green Deen ini, seorang muslim dapat melakukan pelestarian
lingkungan dimana ia berada dengan pertama Tauhid, yang meyakini bahwa
Allah SWT menciptakan seluruh alam raya sehinga melihat alam sebagai tanda
dari kekuasaan Allah SWT sehingga manusia sebagai khalifah di bumi memiliki
tanggung jawab untuk selalu menghormati dan menjaga lingkungan sebagai
amanah yang dititipkan oleh Allah SWT. Sedangkan Adl dan Mizan merupakan
keharusan yang dilakukan manusia pada lingkungan dengan tidak menggunakan
alam secara berlebihan.
32
Menurut Matin.(2010: 22), konsep tentang agama hijau menuntut kita untuk
menerapkan Islam seraya menegaskan hubungan integral antara keimanan dan
lingkungan atau dengan seluruh alam.
Dengan demikian bahwa pelestarian lingkungan dalam Islam yaitu
berdasarkan keimananya kepada Allah SWT. Yang selanjutnya dengan
keimanannya ini, manusia menggunakan potensi yang dimilikinya untuk
mengolah dan menjaga lingkungan sebagai bentuk tanggung jawabnya sebagai
seorang khalifah.
Sehubungan dengan pelestrarian lingkungan, Dr. Daud Effendy (2008) juga
memberikan penjelasan beberapa pesan dasar Islam tentang pemeliharaan dan
pengelolaan lingkungan yaitu sebagai berikut:
1) Pesan Pemeliharaan terhadap Tanaman
Upaya penghijauan terhadap tetanaman sebagai salah satu bentuk
pemeliharaan lingkungan didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu:
Pertama adalah pertimbangan atas manfaat. Kedua, pertimbangan keindahan
(estetika).
2) Menjaga Sumber Daya Alam
Dengan kesadaran yang dalam bahwa sumber daya alam adalah
merupakan nikmat dan karunia Allah SWT bagi makhluk-Nya maka sumber
daya alam tersebut merupakan kewajiban setiap manusia, dan barang siapa
merusaknya termasuk pada kategori orang yang tidak pandai bersyukur.
3) Menjaga Keseimbangan Lingkungan Hidup
Ada prinsip-prinsip yang harus ditegakkan oleh manusia dalam konteks
keseimbangan lingkungan. yaitu tidak memiliki sikap berlebih-lebihan dan
melampaui batas kewajaran dan perbuatan lalai serta mengecilkan arti atau
mendistorsi makna yang sebenarnya.
Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwasannya Islam memberikan
bimbingan untuk manusia dalam memelihara dan mengelola lingkungan. Dengan
memelihara tanaman, manusia akan mendapatkan manfaat dalam kehidupan
sehari-hari. Bukan hanya untuk kebutuhan jasmani tetapi juga kebutuhan jiwa
manusia. Sebab dengan memelihara tanaman seperti pepohonan akan muncul
keindahan yang akan menentramkan jiwa manusia sekaligus pohon tersebut juga
memproduksi oksigen yang bermanfaat bagi manusia. Selanjutnya menjaga
sumber daya alam dan keseimbangan lingkungan hidup juga merupakan peran
manusia sebagai seorang khalifah di bumi sehingga manusia dilarang untuk
berlaku berlebihan dan selalu mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT.
Semangat konservasi dan pelayanan terhadap pelestarian alam dan
lingkungan terdapat cukup banyak dalam istilah yang telah digunakan, baik yang
kita temukan dalm kitab-kitab klasik. Beberapa diantaranya dalam istilah tersebut
disebutkan secara spesifik dalam bentuk praktis yang pernah diajarkan oleh
Rasulullah SAW. Beberapa institusi penting yang dapat dipandang sangat vital
sifatnya dilihat dalam kondisi terkini yang menyangkut pembagian lahan hutan,
pengeolaan hidupan liar, pertanian dan tata kota, ada beberapa hal istilah
diantaranya:
1) Ihya almawat, menghidupkan lahan yang terlantar dengan cara reklamasi atau
memfungsikan kawasan tersebut agar menjadi produktif
33
2) Iqta, lahan yang dipinjamkan (lahan garap) oleh negara kepada para investor
atau pengembang dengan perjanjian kesanggupan untuk mengadakan
reklamasi perbaikan pada lahan yang digarap.
3) Ijarah, merupakan mekanisme syari‟at dalam mengelola lahan yang dimiliki
oleh negara atau milik pribadi untuk disewakan.
4) Harim, lahan atau kawasan yang sengaja dilindungi untuk melestarikan
sumber-sumber air.
5) Hima‟, kawasan yang dilindungi untuk kemaslahatan umum dan pengawetan
habitat alami
6) Waqaf, lahan yang dihibahkan untuk kepentingan publik
(ummat).(Mangunjaya:2007,91)
Kemudian Ulin Niam Masruri (2014), menyebutkan bahwasannya
Rasulullah melalui hadis-hadis telah menanamkan nilai-nilai implementasi
pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup ini kepada kita semua,
diantaranya adalah:
1) Menjaga kebersihan lingkungan
2) Memanfaatkan tanah tandus
3) Penetapan daerah konservasi
4) Penanaman pohon dan melakukan penghijauan
5) Menjaga keseimbangan alam
Hal-hal yang telah disebutkan memberikan gambaran kepada umat Islam
untuk memelihara dan melestarikan lingkungan seperti yang dicontohkan oleh
Rasulullah. Dari hal yang paling mendasar yaitu menjaga kebersihan lingkungan
yang dapat dilakukan dalam keseharian seorang muslim. Karena dalam
menjalankan ibadah shalat seorang muslim harus dalam keadaan suci, baik
badan, pakaian dan tempat ibadah. Selanjutnya dengan menanam pohon dan
menjaga lahan konservasi.
Islam sangat memperhatikan kebersihan dikarenakan, pertama, Allah suka
kebersihan, seperti QS. Al-Baqarah dan QS. At-Taubah: 108. Dalam QS. At-
Taubah menjelaskan bahwa Allah memuji penghuni masjid Quba dan memuji
kebiasaan mereka yang mencintai kebersihan. Yang mana QS. At-Taubah
sebagaimana berikut:
Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya.
Sesungguh- nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba),
sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. di
dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. dan
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.
34
Kedua, kebersihan adalah cara untuk menuju kesehatan dan kekuatan. Islam
sangat menggalakkan kesehatan badan dan kekuatan jasmani. Mengingat badan
adalah amanat, maka seorang muslim tidak boleh bersikap sembrono atahu
lengah terhadap kewajiban yang bukan diberikan kepada badannya agar badan itu
biasa tahan terhadap berbagai penyakit. (Qaradlawi: 1997, 365)
Islam sangat menjaga keseimbangan antara produksi dan pelestarian alam.
Pelestaran tidak mutlak bermakna menjaga lingkungan tanpa memanfaatkannya,
karena segala yang ada di bumi sudah disediakan oleh Allah SWT untuk menjaga
kelangsungan hidup manusia. Sedangkan produksi juga tidak berarti
memanfaatkan hasil alam tanpa memperhatikan kelestariannya. Dua hal ini harus
seimbang sehingga lingkaran kebutuhan manusia dan alam termasuk hewan dan
tumbuhan di dalamnya tetap terjaga dengan baik. (Chandra: 2016,24).
Dalam penelitian yang ditulis oleh Mamluatun Nafisah (2017: 175) tentang
al-Qur‟an dan konservasi dalam salah satu kesimpulannya menyimpulkan
bahwasannya al-Qur‟an menggariskan nilai dasar dan hukum praktis yang
subtantif dalam pengelolaan lingkungan, meliputi prinsip yang mendasar
pemanfaatan potensi bumi, al-Qur‟an memerintahkan manusia untuk melakukan
„imarat al-ard yaitu menjadikan bumi atau lingkungan sebagai media
mewujudkan kemaslahatan hidup makhluk secara keseluruhan di muka bumi,
sehingga dalam pemanfaatannya manusia harus selalu memperhatikan aspek
keseimbangan alam. Sementara prinsip pemeliharannya, al-Qur‟an menekankan
pentingnya memperlakukan lingkungan dengan baik tanpa melakukan kerusakan.
Pertama, bumi diwariskan kepada orang-orang saleh. Artinya, hanya orang-
orang yang berbuat baik, berbudi luhur dan mampu hidup damai dnegan alam,
yang berhak tinggal dan mengelola bumi. Kedua, seluruh makhluk yang ada di
alam raya ini, tidak lain adalah ummah sebagaimana manusia. Ketiga, manusia
sebagai khalifah fi al-ard mempunyai tugas mengantarkan alam memenuhi
tujuan penciptaannya sehingga pengelolaan lingkungan yang dapat
mendatangkan kebaikan, maka hak itu dibolehkan, bahkan diwajibkan.
Sementara pengelolaan yang dapat menghilangkan fungsi penciptaannya maka
itu dilarang bahkan diharamkan.
Dapat lihat bahwasannya konservasi dalam penelitian Nafisah sama seperti
yang telah disebutkan sebelumnya. Yaitu alam sebagai bentuk amanah dari Allah
SWT, semua makhluk yang ada di alam merupakan ciptaan Allah SWT sehingga
kedudukannya sama dengan manusia, sama-sama merupakan ciptaan Allah SWT.
sehingga manusia yang mempunyai tugas sebagai seorang khalifah harus
menjaga dan melestarikan alam.
Dengan demikian, pemeliharaan lingkungan dalam Islam dimulai dengan
perannya sebagai hamba Allah yaitu keimanan manusia kepada sang pencipta-
Nya sehingga ia beribadah dalam bentuk apapun, termasuk dalam urusan
menjaga lingkungan. Kemudian memahami bahwasannya alam yang ada dikelola
untuk memenuhi kebutuhan manusia dan kedudukan manusia sama dengan alam,
yang merupakan ciptaan Allah SWT. manusia juga harus mengingat
bahwasannya dalam memenuhi kebutuhannya tersebut lingkungan alam tidak
untuk dieksploitasi secara berlebihan dengan tidak bertanggung jawab. Tetapi
harus dijaga kelestarian lingkungan alamnya dan mengoloahnya dengan tidak
berlebihan yang akan menimbulkan kerusakan pada alam tersebut.
35 B. Guru Pendidikan Agama Islam
Guru merupakan penanggung jawab utama pendidikan anak melalui proses
pendidikan formal anak yang berlangsung di sekolah karena tanggung jwab merupakan
konsekuensi logis dari sebuah amanat yang dipikulkan di atas pundak para guru.
(Wiyani: 2013, 97)
Terlebih guru pendidikan agama Islam yang mengajarkan tentang nilai-nilai ajaran
agama Islam, memiliki tanggung jawab yang besar dalam mendidik siswa dalam
mengajarkan dan menanamkan ajaran-ajaran Islam sehingga siswa memiliki nilai-nilai
Islam yang dilakukan dalam kesehariannya. Untuk itu pada bagian ini, akan dipaparkan
pengertian guru pendidikan agama Islam, kompetensi yang harus dimiliki guru
Pendidikan Agama Islam dan peran seorang guru di sekolah. Dan penjelasannya adalah
sebagai berikut:
1. Definisi Guru Pendidikan Agama Islam
Guru merupakan seorang pendidik, pembimbing, pelatih dan pengembang
kurikulum yang dapat menciptakan kondisi dan suasan belajar yang kondusif, yaitu
suasana belajar menyenangkan, menarik, memberi rasa aman, memberikan ruang
pada siswa untuk berpikir aktif, kreatif, dan inovatif dalam mengeksplorasi dan
mengelaborasi kemampuannya. (Anwar: 2014,139).
Pengertian lainnya bahwa Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam
proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya
manusia yang potensial di bidang pembangunan. Dalam arti khusus dapat dikatakan
bahwa setiap diri guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya
pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Dalam rangka ini guru tidak
semata-mata sebagai “pengajar” yang transfer of knowledge, tetapi juga sebagai
“pendidik” yang transfer of values dan sekaligus sebagai “pembimbing” yang
memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.(Sardiman: 2000,123)
Dengan demikian guru merupakan pendidik yang memiliki tanggung jawab
untuk mendidik, mengajar, menuntun dan membimbing siswa sehingga siswa dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Pendidikan agama Islam itu sendiri adalah pendidikan dengan melalui ajaran
agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya
setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan
ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta
menjadikannya ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi
keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak. (Daradjat,
2012: 86)
PAI dapat dimaknai dari dua sisi, yaitu pertama, PAI sebagai sebuah mata
pelajaran seperti dalam kurikulum sekolah umum (SD,SMP dan SMA). Kedua, PAI
sebagai berlaku sebagai rumpun pelajaran yang terdiri atas mata pelajaran Aqidah
Akhlak, Fiqih, Qur‟an Hadits dan Sejarah Kebudayaan Islam seperti yang diajarkan
di Madrasah (MI,MTs dan MA). (Mawardi:2013, 204)
Sedangkan Menurut Muhaimin (2009: 14) Pendidikan agama Islam yang
termasuk dalam pelajaran agama di sekolah merupakan aktivitas pendidikan yang
diselenggarakan atau didirikan dengan hasrat dan niat untuk mengejawantahkan
ajaran dan nilai-nilai Islam.
Sehingga pendidikan agama Islam di sekolah merupakan aktivitas pendidikan
yang mengajarkan, mendidik dan membimbing siswa untuk dapat memahami dan
mengamalkan ajaran agama Islam dalam keseharian siswa. Dengan demikian guru
36
pendidikan agama Islam lebih dari sekedar pengajar tetapi juga sebagai pendidik
yang menuntun dan menanamkan ajaran agama Islam sehingga tujuan dari
pendidikan agama Islam dapat tercapai.
Tujuan pendidikan agama Islam yaitu terwujudnya insan kamil yang memiliki
integritas iman, moral dam amal, adanya kesatuan antara jasmani dan rohani, dunia
dan akhirat. Dengan kata lain, pendidikan agama Islam harus menyentuh tiga ranah,
yaitu hati (heart) atau afektif, akal (head) atau kognitif, jasmaniah (hand) atau
psikomototrik. Ketiganya harus berjalan secara simultan, integratif, dan holistik.
(Musfah: 2015, 231)
Sedangkan menurut Muhaimin (2014:79), tujuan pendidikan agama Islam
bertujuan untuk meningkatkan keimanan pemahaman penghayatan dan pengalaman
peserta didik tentang agama Islam sehingga mejadi manusia muslim beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarkat berbangsa dan bernegara. Untuk mencapai tujuan tersebut maka
ruanglingkup materi PAI pada dasarnya mencakup tujuh unsur pokok yaitu al-
Qur‟an-hadits, keimanan, syariah ibadah muamalah akhlak dan tarikh (sejarah
Islam) yang menekankan pada perkembangan polotik.
Pendidikan agama Islam mempunyai tujuan-tujuan yang berintikan tiga aspek,
yaitu aspek iman, ilmu dan amal yang pada dasarnya berisi:
a. Menumbuh suburkan dan mengembangkan serta membentuk sikap positif dan
disiplin serta cinta terhadap agama dalam pelbagai kehidupan anak yang nantinya
diharapkan menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT taat kepada
perintah Allah SWT dan Rasul-Nya.
b. Ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya nerupakan motivasi intrinsik
terhadap pengembangan ilmu pengeatahuan yang harus dimiliki anak. Berkat
pemahaman tentang pentingnya agama dan ilmu pengetahuan (agama dan umum)
maka anak menyadari keharusan menjadi seorang hamba Allah yang beriman dan
berilmu pengetahuan. Dengan iman dan ilmu itu semakin hari semakin menjadi
lebih bertakwa kepada Allah SWT sesuai dengan tuntunan Islam.
c. Menumbuhkan dan membina keterampilan beragama dalam semua lapangan
hidup dan kehidupan serta dapat memahami dan menghayati ajaran agama islam
secara mendalam dan bersifat menyeluruh, sehingga dapat digunakan sebagai
pedoman hidup, baik hubungan dirinya dengan Allah SWT melalui ibadah shalat
umpanya dan dalam hubungannya dengan sesama manusia yang tercermin dalam
akhlak perbuatan serta dalam hubungan dirinya dengan alam sekitar melalui cara
pemeliharaan dan pengolahan alam serta pemanfaatan hasil usahanya.(Daradjat,
2012:90)
Dengan demikian, guru pendidikan agama Islam disini adalah pendidik yang
menanamkan nilai-nilai Islam dengan mengajarkan, membimbing, menuntun, dan
memberi contoh kepada siswa sehingga siswa menjadi seorang muslim yang
beriman dan taat kepada Allah serta memiliki nilai-nilai yang terkandung dalam
ajaran agama Islam baik dalam kehidupan kesehariannya.
2. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam
Pada keputusan Menteri Agama RI No. 211 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pengembangan Standar Nasional Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah dijelaskan
tentang ruanglingkup pendidikan agama Islam pada berbagai jenjang, dikarenakan
tempat penelitian ini pada jenjang Sekolah Menengah Pertama, oleh karena itu, akan
37
dicantumkan ruanglingkup pendidikan agama Islam di SMP. Ruang lingkup
pendidikan agama Islam pada SMP meliputi keselarasan, keserasian dan
keseimbangan:
a. Hubungan manusia dengan Tuhan
b. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
c. Hubungan manusia dengan sesama manusia, dan
d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan alam
Sedangkan aspek pendidikan agama Islam pada SMP meliputi:
a. Al-qur‟an/hadits: menekankan pada kemampuan membaca, menulis dan
meterjemahkan dengan baik dan benar
b. Keimanan: menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan
keyakinan, serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai asma‟ul husna sesuai
dengan kemampuan peserta didik
c. Akhlak: menekankan pada pengamalan sikap terpuji dan menghindari akhlak
tercela:
d. Fiqih/ibadah: menekankan pada cara melakukan ibadah dan mu‟amalah yang
baik dan benar dan
e. Tarikh: menekankan pada kemampuan mengambil pelajaran (ibrah) dari
peristiwa-peristiwa bersejarah (islam), meneladani tokoh-tokoh muslim yang
berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena-fenomena sosial, untuk
melestarikan dan mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam. (KMA No.
211 Tahun 2011)
Dari ruang lingkup pendidikan agama Islam tersebut, guru harus mampu
mengajar dan mendidik siswa bagaimana untuk menjaga baik hubungannya dengan
Allah SWT sebagai seorang muslim, menjaga baik hubungan dengan sesama
manusia dan pada alam dalam beberapa aspek pendidikan agama Islam baik itu pada
Akidah-Akhlak, al-Qur‟an-Hadits, Fiqih dan Sejarah Kebudayaan Islam. Dan untuk
itu, guru PAI harus dapat mengajarkan keempat aspek tersebut dalam pembelajaran.
Dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 10 dikemukakan
bahwasannya kompetensi guru meliputi komptensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Dalam rancangan
keputusan pemerintah setiap kompetensi dijelaskan seperti di bawah ini:
a. Kompetensi Pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi:
1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
2) Pemahaman terhadap peserta didik
3) Pengembangan kurikulum/silabus
4) Perancangan pembelajaran
5) Pelaksanan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran
7) Evaluasi hasil belajar, dan
8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
b. Kompetensi Kepribadian sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang:
1) Mantap
2) Stabil
3) Dewasa
4) Arif dan bijaksana
38
5) Berwibawa
6) Berakhlak mulia
7) Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat
8) Secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan
9) Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
c. Kompetensi Sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat
yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk:
1) Berkomunikasi lisan, tulisan dan/atau isyarat secara santun
2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional
3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua atau wali peserta didik
4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
d. Kompetensi Profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pelajaran
secara luas dan mendalam. (Sanjaya: 2008, 19)
Dengan memiliki keempat kompetensi ini, seorang guru dapat melakukan tugas
pendidikan dan pengajaran. Keempat kompetensi ini juga harus dimiliki oleh
seorang guru pendidikan agama Islam. Sehingga guru agama Islam di sekolah dapat
mengajarkan pendidikan agama Islam dengan baik.
3. Peran Guru Pendidikan Agama Islam
Seorang guru bukan hanya memiliki peran mentransfer ilmu kepada siswa,
tetapi juga membimbing, menuntun dan mengembangkan potensi yang ada pada diri
siswa, termasuk guru pendidikan agama Islam yang memang mengajarkan moral
pada siswa di sekolah sesuai dengan ajaran agama Islam.
Wina Sanjaya (2008) menjelaskan beberapa peran guru diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Guru sebagai sumber belajar merupakan peran yang sangat penting. Peran
sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran.
b. Guru sebagai fasilitator, memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam
kegiatan proses pembelajaran. Sehingga ada beberapa hal yang harus dipahami,
khususnya hal-hal yang berhubungan dengan pemanfaatan berbagai media dan
sumber pembelajaran.
c. Guru sebagai pengelola, berperan dalam menciptakan iklim belajar yang
memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas
yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses
belajar seluruh siswa.
d. Guru sebagai demonstrator adalah peran untuk mempertunjukkan kepada siswa
segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap
pesan yang disampaikan. Ada dua konteks guru sebagai demonstrator yaitu
pertama, guru berperan sebagai model dan teladan bagi setiap siswa. Kedua,
sebagai demonstrator guru harus dapat menunjukkan bagaimana caranya agar
setiap materi pelajaran bisa lebih dipahami dan dihayati oleh setiap siswa.
e. Guru sebagai pembimbing, berperan membimbing siswa agar dapat menemukan
berbagai potensi yang dimilikinya sebagai bekal hidup mereka, membimbing
siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka
sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai
manusia ideal yang menjadi harapan setiap orang tua dan masyarakat.
f. Guru sebagai motivator, perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Dalam
proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat
39
penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh
kemampuannya yang kurang, tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk
belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya.
Sehingga proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai
motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi
belajar siswa.
g. Guru sebagai evaluator, berperan untuk mengumpulkan data atau informasi
tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.
Dapat dilihat bahwasannya peran guru bukan hanya mengajar memiliki banyak
peran yang harus dilakukan agar pendidikan yang dilakukan dapat terlaksana dengan
baik dan mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan Anwar dan Salam (2015)
mentabulasikan peran guru sebagai berikut:
Tabel 2.1
Peran dan Fungsi Guru
Akronim Peran Fungsi
E
Educator Mengembangkan kepribadian
Membimbing
Membina budi pekerti
Memberikan pengarahan
M Manager Mengawal pelaksanaan tugas dan fungsi berdasarkan
ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku
A
Administrator Membuat daftar presentasi
Membuat daftar penilaian
Melaksanakan teknis administrasi sekolah
S
Supervisor Memantau
Menilai
Memberikan bimbingan teknis
L
Leader Mengawal pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tanpa
harus mengikuti secara kaku ketentuan dan perundang-
undangan yang berlaku
I
Inovator Melakukan kegiatan kreatif
Menemukan strategi, metode, cara-cara atau
konsep-konsep yang baru dalam pengajaran
M
Motivator Memberikan dorongan kepada siswa untuk dapat
belajar lebih giat
Memberikan tugas kepada siswa sesuai dengan
kemampuan dan perbedaan individual peserta didik
D
Dinamisator Memberikan dorongan kepada siswa dengan cara
menciptakan suasana lingkungan pembelajaran yang
kondusif
E
Evaluator Menyusun instrumen penilaian
Melaksanakan penilaian dalam berbagai bentuk
dan jenis penilaian
F Fasilitator Memberikan bantuan teknis, arahan atau petunjuk
kepada peserta didik Sumber: Dikutip dari Anwar dan Salam (2015)
40
Dengan demikian, guru bukan hanya memiliki lebih dari satu peran, yang mana
dengan peran-peran ini, guru bukan hanya memberikan pengetahuan kepada siswa
tetapi juga membentuk kepribadian siswa. Peran-peran ini juga dilaksanakan oleh
guru pendidikan agama Islam karena memang seharusnya seorang guru PAI bukan
hanya menyampaikan ajaran-ajaran Islam tetapi juga membantu, membimbing dan
mengarahkan siswa menjadi seorang muslim yang baik.
4. Pendidikan Agama Islam Berwawasan Lingkungan
Kerusakan lingkungan yang terjadi, mengharuskan guru pendidikan agama
Islam juga mengajarkan tentang bagaimana seorang manusia untuk memiliki rasa
peduli lingkungan disekitarnya. Sehingga pendidikan agama Islam berwawasan
lingkungan ini merupakan salah satu yang dapat ditempuh untuk menjawab
permasalahan lingkungan.
Pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan hidup merupakan satu
konsep pendidikan kontekstual yang berbasis pada problema kehidupan mutakhir
berupa keterpurukan lingkungan yang sedang dialami bangsa ini. Arti penting
pendidikan agama Islam berbasis lingkungan hidup ini terlihat dari adanya proses
aliran nilai-nilai Qur‟ani pada ranah kesadaran internal peserta didik sehingga
diharapkan mereka menjadi generasi yang sadar lingkungan sebagai bagian dari
mata rantai ibadah atau pengambdian mereka pada Allah SWT. (Muhdi: 2015, 94).
Pada pembahasan pendidikan agama Islam berwawasan lingkungan ini,
meliputi ruang lingkup pendidikan agama Islam, strategi pendidikan agama Islam,
kurikulum PAI, tema-tema yang berhubungan dengan lingkungan pada PAI dan
implementasi PAI untuk menanamkan peduli lingkungan pada peserta didik.
Pembahasannya adalah sebagai berikut:
a. Kurikulum PAI Berwawasan Lingkungan Pendidikan agama merupakan mata pelajaran wajib di sekolah sehingga
pendidikan agama juga harus berbasis pada lingkungan dalam program
Adiwiyata. Pendidikan agama Islam berwawasan lingkungan di sekolah
adiwiyata dapat dilihat dari program adiwiyata yang mengharuskan kurikulum
sekolah berbasis pada lingkungan. Dengan adanya sekolah dengan program
adiwiyata ini, juga memenuhi hak seseorang untuk mendapatkan pendidikan
lingkungan. Sebagaimana yang tertera pada UU No. 32 Tahun 2009 yaitu setiap
orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses
partisipasi dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang
baik dan sehat. (UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup).
Orientasi pendidikan Islam memiliki keterkaitan dengan pemahaman akan
fungsi keberadaan manusia di muka bumi, yakni sebagai khalifah. Agar fungsi
kekhalifahan ini berjalan sempurna, peran ilmu pengetahuan sangat diperlukan
guna menjaga hubungan manusia dengan khaliknya (Hablumminallah),
hubungan manusia dengan manusia (Hablumminannas), dan hubungan dengan
alam sekitar (Hablumminalalam). Orientasi kurikulum pendidikan Islam pada
dasarnya perlu pengembangan ketiga aspek itu, yang mempunyai proyeksi yang
bersifat inovatif (inovative learning), bukan semata-mata melestarikan apa yang
ada (maintance learning), tidak pasif serta dogmatif. (Idi: 2016,42)
Ada dua konsep pendidikan Islam yaitu konsep dasar dan konsep
operasional atau desain operasional. Yang dimaksud konsep dasar pendidikan
41
Islam merupakan acuan dasar dari enam komponen yaitu tauhid, fitrah,
keseimbangan, serasi, sepanjang umur dan demokrasi. Dan konsep dasar ini yang
merupakan landasan filosofi yang tidak pernah berubah sementara konsep
operasional senantiasa diubah sesuai pelaksanaan pendidikan Islam itu
dilaksanakan. Berdasarkan konsep inilah semua kegiatan kependidikan diatur
seperti kurikulum, silabus, lama mempelajari mata pelajaran dan sebagainya.
(Aziz: 2013,21). Sehingga kurikulum PAI berbasis lingkungan juga mengacu
pada dua konsep pendidikan Islam tersebut.
Sebagaimana diketahui bahwa Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. (UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
nasional). Sehingga pengintegrasian pendidikan lingkungan pada kurikulum
merupakan salah satu cara untuk menyampaikan pengelolaan dan pemeliharaan
lingkungan pada peserta didik.
Integrasi pendidikan ke dalam kurikulum dapat meningkatkan pencapaian
tujuan pendidikan lingkungan hidup di sekolah. Pengintegrasian pendidikan
lingkungan hidup ke dalam kurikulum sifatnya fleksibel dan bersifat menyeluruh
akan tetapi bisa dilakukan secara parsial atau dijadikan topik saja tanpa
mengurangi makna dari tujuan proses pembelajaran setiap mata pelajaran.
(Miranto: 2017, 86). Pengintegrasian pendidikan lingkungan hidup pada PAI
dapat dilihat dari beberapa tema yang ada di kurikulum 2013 sebagaimana akan
dijelaskan pada pembahasan tema-tema lingkungan hidup pada PAI.
Pendidikan agama Islam yang terintegrasi dengan lingkungan hidup ini
termasuk pada komponen kedua dari program adiwiyata yaitu pelaksanaan
kurikulum berbasis lingkungan. Standar dari komponen ini adalah sebagai
berikut:
a. Tenaga pendidik memiliki kompetensi dalam mengembangkan kegiatan
pembelajaran lingkungan hidup. Dan diimplementasikan sebagai berikut:
a) Menerapkan pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang
melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran (pakem/belajar
aktif/partisipatif)
b) Mengembangkan isu lokal dan atau isu global sebagai materi pembelajaran
LH sesuai sengan jenjang pendidikan
c) Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian pembelajaran LH
d) Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di
dalam kelas, laboratorium, maupun di luar kelas
e) Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program
pembelajaran LH
f) Mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran LH
b. Peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Diimplementasikan sebagai berikut:
a) Mengkaitkan pengetahuan konseptual dan prosedural dalam pemecahan
masalah LH, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
b) Menerapkan pengetahuan LH yang diperoleh untuk memecahkan maslah
LH dalam kehidupan sehari-hari
42
c) Mengkomunikasikan hasil pembelajaran LH dengan berbagai cara dan
media.(Menlh: 10).
Dengan standar yang terdapat pada pedoman Adiwiyata ini, PAI
berwawasan lingkungan dikembangkan dalam kurikulum. Latar belakang utama
disisipkannya nilai-nilai Islam berwawasan lingkungan hidup pada mata
pelajaran merupakan bentuk keinginan sekolah dalam menanamkan kecintaan
peserta didik terhadpa lingkungan dengan dengan pendekatan agama. (Muhdi:
2015, 94)
Selanjutnya perencanaan kurikulum Pendidikan Agama Islam berbasis
lingkungan berdasarkan asas-asas sebagai berikut:
1) Tujuan kurikulum Pendidikan Agama Islam berbasis lingkungan disesuaikan
dengan tujuan yang dituangkan dalam buku pedoman sekolah Adiwiyata.
2) Kedua, asas keterpaduan, perencanaan kurikulum Pendidikan Agama Islam
memadukan jenis dan sumber dari semua disiplin ilmu atau diintegrasikan
dengan semua disiplin ilmu, keterpaduan sekolah dan masyarakat berdasarkan
kurikulum.
Perencanaan ini sangatlah penting dilakukan untuk menentukan arah tujuan
dari pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang berkaitan dengan lingkungan
alam di sekitarnya. (Atiqoh dan Saputro: 2017,293) Dengan dua asas ini,
kurikulum Pendidikan Agama Islam berbasis lingkungan dikembangkan dalam
pembelajaran di sekolah.
b. Tema-tema Lingkungan dalam PAI
SMPN 3 Kota Tangerang Selatan menggunakan kurikulum 2013 dalam
pembelajarannya sehingga pendidikan lingkungan hidup diintegrasikan dengan
kurikulum 2013. Pada kurikulum 2013 dapat dilihat dari beberapa materi yang
berhubungan dengan lingkungan hidup diantaranya sebagai berikut:
Tabel 2.2
Tema-tema Pendidikan Agama Islam dalam Kurikulum 2013
Kompetensi Inti Tema Kompetensi Dasar
KI 1
KI 2
Menghargai
dan menghayati
ajaran agama
yang dianutnya.
Menghargai
dan menghayati
perilaku jujur,
disiplin,
tanggungjawab,
peduli
(toleransi,
gotong royong),
santun, percaya
Kelas VII
Semua bersih
hidup
menjadi
nyaman
1.7
2.7
3.7
Menghayati ajaran bersuci
dari hadas kecil dan hadas
besar berdasarkan
syariat Islam.
Menghayati perilaku
hidup bersih sebagai
wujud ketentuan bersuci
dari
hadas besar berdasarkan
ketentuan syari‟at Islam.
Memahami ketentuan
bersuci dari hadas besar
berdasarkan ketentuan
43
KI 3
KI 4
diri, dalam
berinteraksi
secara
efektif dengan
lingkungan
sosial dan alam
dalam
jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya.
Memahami
pengetahuan
(faktual,
konseptual, dan
prosedural)
berdasarkan
rasa ingin
tahunya tentang
ilmu
pengetahuan,
teknologi, seni,
budaya terkait
fenomena dan
kejadian
tampak mata
Mencoba,
mengolah, dan
menyaji dalam
ranah konkret
(menggunakan,
mengurai,
merangkai,
memodifikasi,
dan membuat)
dan ranah
abstrak
(menulis,
membaca,
menghitung,
menggambar,
dan mengarang)
sesuai
dengan yang
dipelajari di
sekolah dan
sumber lain
4.7
syari‟at Islam.
Menyajikan cara bersuci
dari hadas besar
Kelas VIII
Rendah hati,
hemat dan
sederhana
membuat
hidup lebih
mulia
1.1
2.2
2.4
3.1
4.1.1
4.1.2
Menghayati al-Qurān
sebagai implementasi
dari pemahaman rukun
iman.
Menghargai perilaku
hormat dan patuh kepada
orang tua dan guru
sebagai implementasi
dari pemahaman Q.S. an-
Nisa /4: 36 dan hadis
terkait
Menghargai perilaku
rendah hati, hemat, dan
hidup sederhana sebagai
implementasi dari
pemahaman Q.S. al-
Furqan /25: 63, Q.S. al-
Isra‟/17: 27
dan hadis terkait
Memahami makna Q.S.
al-Furqan /25:63 dan
Q.S. al-Isra‟/17: 27 serta
hadis terkait
Membaca Q.S. al-Furqan
/25:63 dan Q.S. al-
Isra‟/17: 27 dengan tartil.
Menunjukkan hafalan
Q.S. al-Furqan /25:63
dan Q.S. al-Isra‟/17: 27
serta hadis terkait.
Kelas IX
Meyakini
hari akhir,
mengakhiri
kebiasaan
buruk
1.2
2.7
Beriman kepada hari
akhir.
Menghargai sikap mawas
diri sebagai implementasi
dari pemahaman
Iman kepada hari akhir.
44
yang sama
dalam sudut
pandang/teori
3.6
4.6
Memahami makna iman
kepada hari Akhir
berdasarkan pengamatan
terhadap dirinya, alam
sekitar, dan makhluk
ciptaan-Nya.
Menyajikan dalil naqli
yang menjelaskan
gambaran kejadian hari
akhir. Sumber: Dokumen Kurikulum 2013
Keterangan di atas, merupakan tema yang berhubungan dengan
lingkungan hidup. Akan teapi pembelajaran pendidikan agama Islam dalam
program adiwiyata di sekolah SMPN 3 Tangsel mengharuskan agar terdapat
kaitan lingkungan hidup pada setiap semester. Ini berarti menunjukkan
bahwasannya tidak harus terpaut dengan materi yang berhubungan dengan
lingkungan hidup saja.
Pembelajaran tematik dapat artikan suatu kegiatan pembelajaran dengan
mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik
pembahasan. Pembelajaran tematik dilakukan dengan maksud sebagai upaya
untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran, terutama untuk
mengimbangi padatnya materi kurikulum. (Musfiqon dan Nurdyansyah:
2015,121)
Dalam kegiatan pembelajaran menuntut agar peserta didik menjadi aktif
sehingga diperlukan pendekatan, strategi, metode dan teknik yang tepat. Hal ini
tercantum dalam implementasi pengembangan kegiatan pembelajaran lingkungan
hidup dalam mata pelajaran sekolah adiwiyata. Selain itu, pendidikan agama
Islam harus mengangkat isu lokal ataupun global dalam materi pembelajaran.
c. Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Strategi pembelajaran dapat dikatakan sebagai pola umum yang berisi
tentang rentetan kegiatan yang dapat dijadikan pedoman (petunjuk umum) agar
kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dapat tercapai seecara optimal. Pola
atau cara yang ditetapkan sebagai hasil dari kajian strategi itu dalam proses
pembelajaran dinamakan dengan metode pembelajaran. (Sanjaya: 2011, 99).
Untuk melaksanakan PAI yang terintegrasi dengan lingkungan, guru
memerlukan strategi dan metode yang tepat agar PAI berbasis lingkungan dapat
terlaksana dengan memberikan pengetahuan dan membentuk kepribadian siswa
yang peduli terhadap lingkungan. Strategi yang dapat digunakan adalah sebagai
berikut:
1) Strategi Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seseorang
guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai
materi pembelajaran secara optimal. Dalam strategi ini materi pelajaran
45
disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi
itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi. Karena strategi ekspositori lebih
menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan strategi “chalk
and talk”. (Direktorat Tenaga Kependidikan: 2008, 30). Keunggulannya adalah:
a) Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan
keluasan materi pembelajaran sehingga ia dapat mengetahui sejauh mana
siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan
b) Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi
pelajaran yang harus dikuasi siswa cukup luas, sedangkan waktu yang
dimiliki untuk belajar terbatas
c) Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar
melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran juga sekaligus siswa
dapat melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
d) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bsa digunakan untuk jumlah
siswa dan ukuran kelas yang besar.
Kelemahan strategi ekspositori adalah:
a) Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa
yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik, untuk
siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi
yang lain.
b) Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap indvidu baik
perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat, dan bakat serta perbedaan gaya
belajar.
c) Strategi ini lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit
mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi,
hubungan interpersonal serta kemampuan kritis.
d) Keberhasilan strategi pembelajaran ini sangat bergantung pada apa yang
dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat,
antusiasme, motivasi dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur
(berkomunikasi) dan kemampuan mengelola kelas, tanpa itu sudah pasti
proses pembelajaran tidak mungkin berhasil
e) Gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah, maka
kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa sangat terbatas. Disamping
itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki
siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru. (Suaedi dan Tantu: 2016,
25-26)
2) Strategi Discovery
Seperti yang dijelaskan oleh Bruner dalam kutipan Dahar (2011:79), yang
menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan
secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling
baik.
Belajar penemuan dapat juga disebut “Proses Pengalaman”. Langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
a) Tindakan dalam instansi tertentu. Siswa melakukan tindakan dan mengamati
pengaruh-pengaruhnya. Pengaruh-pengaruh tersebut mungkin sebagai
ganjaran atau hukuman (operant conditioning), atau mungkin memberikan
keterangan mengenai hubungan sebab akibat.
46
b) Pemahaman kasus tertentu. Apabila keadaan muncul kembali, maka dia dapat
mengantisipasi pengaruh yang bakal terjadi dan konsekuensi-konsekuensi apa
yang akan terasakan.
c) Generalisasi. Siswa membuat kesimpulan atas prinsip-prinsip umum
berdasarkan pemahaman terhadap instansi tersebut..
d) Tindakan dalam suasana baru. Siswa menerapkan prinsip dan mengantisipasi
pengaruhnya. (Hamalik:2009, 132)
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan
beberapa kebaikan, pertama, Pengetahuan itu bertahan lama atau lama diingat
atau lebih mudah diingat bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari
dengan cara-cara lain. Kedua, Hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer
yang lebih baik dari hasil belajar lainnya. Ketiga, Secara menyeluruh belajar
penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan berpikir secara bebas.
Sedangkan kelemahannya menurut Burner sebagaimana yang dikutip oleh Dahar
(2011:80) bahwa belajar penemuan murni membutuhkan waktu yang lam
sehingga disarankan agar penggunaan belajar penemuan ini hanya diterapkan
sampai batas-batas tertentu yaitu mengarahkannya pada struktur bidang studi.
Maksudnya ialah memahami bidang studi itu demikian rupa, hingga dapat
menghubungkan hal-hal lain pada struktur itu secara bermakna.
3) Strategi Inquiry
Strategi inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu
sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan isswa. Strategi
ini merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada
siswa (student centered approach). (Suaedi dan Tantu: 2016, 26). Kelebihan
a) Strategi ini merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang,
sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
b) Strategi ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai
dengan gaya belajar mereka.
c) Strategi ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dnegan perkembangan
psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan
tingkah laku berkat adanya pengalaman
d) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebtuhan
siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh
siswa yang lemah dalam belajar. (Direktorat Tenaga Kependidikan: 2008, 41)
Kelemahan strategi ini adalah
a) Jika strategi pembelajaran inquiry sebagai strategi pembelajaran, Maka akan
sulit terkontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
b) Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajran karena terbentuk dengan
kebiasaan siswa dalam belajar
c) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang
panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang
ditentukan
47
d) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran maka strategi pembelajran inquiy akan sulit
diimplementasikan oleh setiap guru. (Suaedi dan Tantu: 2016, 28)
4) Problem Based Learning
Strategi pembelajaran pemecahan masalah dapat diartikan sebagai rangkaian
aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian maslaah
yang dihadapi secara ilmiah. (Suaedi dan Tantu: 2016, 29). Keuunggulan
a) Pememcahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih
memahami isi pelajaran
b) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa sertta memberikan
kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa
c) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktovtas pembelajaran siswa
d) Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer
pengetahuan mereka untuk memahami dalam kehidupan nyata
e) Pemecahan amsalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang
mereka lakukan
f) Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa
g) Pemecahan masalah dapatmengambangkan kemampuan siswa untuk berpikir
kritis dan mengambangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan
pengethaun baru
h) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyara
i) Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus
menerus belajar.
Kelemahan strategi problem based learning adalah:
a) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempynyai kepercayaan
bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan maka mereka akan
merasa enggan untuk mencoba
b) Keberhasilan strategi pembelajaran mealalui strategi ini membutuhkan ukup
waktu untuk persiapan
c) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masaah
yang sedang dipelajari, mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin
pelajari. (Suaedi dan Tantu: 2016, 30)
5) Kooperatif
Cooperative learning adalah strategi pembelajaran yang menekankan
kepada proses kerja sama dalam suatu kelompok yang bisa terdiri atas 3 sampai 5
orang siswa untuk mempelajari suatu materi akademik yang spesifik sampai
tuntas. (Sanjaya: 2011, 106)
Pembelajaran kooperatif akan memberikan manfaat bagi peserta didik
sekaligus menjadikan kelebihan strategi ini dalam:
a) Meningkatkan kemampuan untuk bekerja sama dan bersosialisi
b) Melatih kepekaan diri, empati melalui variasi perbedaan sikap-laku selama
bekerja sama
c) Upaya mengurangi rasa kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri
48
d) Meningkatkan motivasi belajar (partisipasi dan minat), harga diri dan sikap-
laku yang positif
e) Meningkatkan prestasi belajarnya.
Sedangkan kelemahan strategi cooperative Learning dalam
implementasinya akan ditemui kegagalan jika digunakan di sekolah yang peseta
didinya lebih berjiwa kompetitif. (Depdiknas: 2006, 29)
6) CTL
Contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan anatar pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. (Suaedi dan
Tantu: 2016, 33). Karakteristik CTL adalah sebagai berikut:
a) Kerjasama
b) Saling menunjang
c) Menyenangkan, tidak membosankan
d) Belaar dnegan bergairah
e) Pembelajaran terintegrasi
f) Menggunakan berbagai sumber
g) Siswa aktif
h) Sharing dengan teman
i) Siswa kritis guru kreatif
j) Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar,
artikel, humor dan lain-lain.
k) Laporan kepada ornag tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan
hasil paraktikum, karangan siswa dan lain-lain. (Ahmadi: 2011, 88)
Semua strategi-strategi yang dijelaskan merupakan strategi yang biasanya
Semua strategi-strategi yang dijelaskan merupakan strategi yang biasanya
digunakan oleh guru dalam KBM (kegiatan belajar mengajar) termasuk dalam
Pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan. sedangkan Metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata
dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. (Komalasari: 2013, 56)
Ramayulis (2015) menyebutkan metode mengajar dalam pendidikan Islam
yang prinsip dasarnya dari al-Qur‟a dna Hadits sebagai berikut:
1) Metode Ceramah, ialah suatu cara pengajian atau penyampaian informasi
melalui penuturan secar lisan oleh pendidik kepada peserta didik.
2) Metode Tanya Jawab, ialah suatu cara mengajar dimana seorang guru
mengajukan beberapa pertanyaan kepada murid tentang bahan pelajaran
yang telah diajarakan atau bacaan yang telah mereka baca. Sedangkan murid
memberikan jawaban berdasarkan fakta.
3) Metode Diskusi, suatu cara penyajian/penyampaian bahan pembelajaran
dimana pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik/
membicarakan dan menganalisis secara ilmiah guna mengumpulkan
pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative
pemecahan atas sesuatu masalah.
49
4) Metode Pemberian Tugas, adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru
memberikan tugas-tugas tertentu kepada murid-murid, sedangkan hasil
tersebut diperiksa oleh guru dan murid mempertanggungjawabkannya.
5) Metode Demonstrasi, adalah suatu cara mengajar dimana guru
mempertunjukkan tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan sesuatu
sedangkan murid memperhatikannya.
6) Metode Eksperimen ialah suatu cara mengajar dengan menyuruh murid
melakukan sesuatu percobaan, da setup proses dari hasil percobaan itu
diamati oleh seiap murid, sedangkan guru memperhatikan yang dilakukan
oleh murid sambil memberikan arahan.
7) Metode Kerja Kelompok adalah suatu cara mengajar dimana guru membagi
murid-muridnya ke dalam kelompok belajar tertentu dan setiap kelompok
diberi tugas-tugas tertentu dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
8) Metode Kisah adalah suatu cara mengajar, dimana guru memberikan materi
pembelajaran melalui ksiah atau cerita.
9) Metode Amsal yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi
pembelajaran dengan membuat/melalui contoh perumpamaan.
10) Metode Targhib dan Tarhib. Metode ini adalah cara mengajar dimana guru
memberikan materi pembelajaran dengan menggunakan ganjaran terhadap
kebaikan dan hukuman terhadap keburukan agar peserta didik melakukan
kebaikan dan menjauhi keburukan.
Metode-metode pembelajaran yang disebutkan di atas merupakan metode
yang biasanya digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran pendidikan
agama Islam. Selain metode-metode yang disebutkan, terdapat juga metode
diskusi dan metode simulasi yang mana metode diskusi yaitu metode
pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu pembelajaran sedangkan
metode simulasi adalah cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan
situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip atau keterampilan
tertentu. Dengan menggunakan metode-metode pembelajaran yang telah
disebutkan, pelaksanaan strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru PAI dapat
terlaksana dengan baik.
d. Implementasi Pelestarian Lingkungan dalam PAI
Dalam Pendidikan Agama Islam berbasis lingkungan,
mengimplementasikan pelestarian lingkungan merupakan hal yang harus
dilakukan. Hal tersebut dapat dilakukan seperti yang dijelaskan oleh Dr. Erwari
Aziz, M.Ag (2013) bahwasannya melestarikan lingkungan hidup melalui
pendidikan Islam yaitu sebagai berikut:
1) Pendidikan Tauhid
Dalam kehidupannya manusia memiliki tujuan hidup yang benar, yang
dengan itu sikap, perbuatan dan interaksi-interaksi mereka menjadi benar pula.
Untuk itu, al-Qur‟an pertama-tama menegaskan konsep bahwa seluruh yang ada
di alam semesta ini, tak terkecuali manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT.
(Hanafi: 2010,10)
Oleh sebab itu, pendidikan tauhid menjelaskan bahwa semua yang ada di
alam ini merupakan ciptaan Allah SWT sehingga alam ini merupakan tanda dari
kekuasaan Allah SWT. Dalam kaitannya dengan lingkungan, pendidikan tauhid
50
menjelaskan tanggung jawab yang harus dimiliki oleh manusia sebagai khalifah
di bumi ini. Dikarenakan alam merupakan ciptaan Allah SWT sehingga manusia
tidak memiliki hak untuk mengeksploitasi alam bahkan harus mengolah dan
melestarikannya dengan baik.
Pendidikan tauhid yang dimaksud adalah pertama, pendidikan tauhid
memberikan tuntunan bahwa semua yang dilakukan oleh manusia di dunia ini
akan dipertanggung jawabkan kelak di muka pengadilan Tuhan. Sebagaimana
firman Allah SWT sebagai berikut:
Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan
(yang kamu megah-megahkan di dunia itu).(At-Takatsur: 8)
Kedua, dengan pendidikan tauhid, umat manusia kreatif dalam menjaga
lingkungan. Sebab ajaran tauhid yang tertanam kuat di dalam dirinya selalu
mendorongnya untuk berbuat ibadah, mengabdi kepada Tuhan. (Aziz: 2013)
Dengan demikian, pendidikan tauhid yang terdapat dalam Pendidikan
Agama Islam di sekolah memberikan landasan yang kuat kepada peserta didik
untuk selalu menjaga dan melestarikan lingkungan. Karena dengan menjelaskan
hubungan manusia dengan alam dalam Pendidikan Agama Islam dapat
menanamkan sifat tanggung jawab kepada alam agar senantiasa melestarikan dan
menjaga alam sebaik mungkin dikarenakan alam juga merupakan ciptaan Allah
SWT yang harus dijaga kelestariannya oleh manusia. Penanaman tanggung jawab
pada peserta didik ini akan memberikan landasan yang kuat pada diri peserta
didik dalam setiap tindakannya, bukan hanya pada alam tetapi juga pada dirinya
dan hubungannya dengan orang lain dalam masyarakat dan yang paling utama
adalah hubungannya dengan sang pencipta yaitu Allah SWT. Semua yang
dilakukan manusia dalam upaya pelestarian alam tersebut merupakan bentuk
ibadah seorang hamba kepada pencipta-Nya. Oleh sebab itu, pendidikan tauhid
ini dalam Pendidikan Agama Islam merupakan hal yang harus dilakukan dalam
pelestarian lingkungan.
2) Pendidikan Akhlak
Pengertian akhlak bercirikan bahwa pertama, akhlak sebagai ekspresi sifat
dasar seseorang yang konstan dan tetap. Kedua, akhlak selalu dibiasakan
seseorang sehingga ekspresi akhlak tersebut dilakukan berulang-ulang sehingga
dalam pelaksanaan itu tanpa disertai pertimbangan pikiran terlebih dahulu.
Ketiga, apa yang diekspresikan dari akhlak merupakan keyakinan seseorang
dalam menempuh keinginan sesuatu, sehingga pelaksanaannya tidak ragu-ragu.
(Muhaimin,dkk: 2012,263)
Pendidikan akhlak disini berkaitan dengan hubungan manusia terhadap
Allah, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan
lingkungannya. Akhlak lingkungan yang diajarkan Islam bersumber dari al-
Qur‟an dan hadis dengan menjadikan tauhid sebagai acuan dasar. Pertama,
menjalin hubungan dengan Allah, artinya selain manusia meyakini sepenuh hati
tentang wujud (ada) dan keesaan Allah, ia harus senantiasa menjadikan petunjuk-
petunjuk Allah sebagai tuntunan hidupnya, yang mana dapat ditemui dalam al-
Qur‟an dan hadits. Membina hubungan dengan Allah SWT tiada lain menjadikan
51
al-Qur‟an dan hadits sebagai pedoman hidup termasuk dalam pengelolaan dan
pelestarian lingkungan. Kedua, Menjalin hubungan pada sesama manusia.
Pendidikan akhlak berkenaan dengan inter relasi sesama manusia dilihat dari
sudut ekologi, secara kontinu harus sudah diperkenalkan dan ditanamkan rasa
kebersamaan. Sehingga setelah dewasa ia akan memiliki sikap bahwa umat
manusia adalah satu kesatuan utuh sehingga perasaan egoismenya dapat
dikendalikan. Ketiga, Pendidikan akhlak berkenaan dengan lingkungan hidup
mengajarkan kepada manusia agar menghormati lingkungan hidup sebagaimana
telah dikutipkan ayat-ayat al-Qur‟an dan hadis serta menumbuhkan kesadaran
berbuat baik terhadap lingkungan hidup. (Aziz: 2013)
Dalam penjelasan Erwati Aziz terkait ketiga hubungan manusia ini dapat
membentuk akhlak seorang muslim dengan lingkungan. Karena dengan menjaga
hubungannya dengan Allah SWT, manusia akan berpedoman pada al-Qur‟an dan
hadis dalam setiap tindakannya termasuk dalam pengelolaan lingkungan.
Menjaga hubungan dengan sesama manusia, akan mencegah terjadinya konflik
yang akan berakibat pada alam sehingga perlu menanamkan rasa kebersamaan
untuk mengendalikan keegoisan yang ada dalam diri manusia. Dan dalam
hubungannya dengan lingkungan yaitu menanamkan rasa hormat pada
lingkungan sehingga terbentuk kesadaran untuk berbuat baik kepada lingkungan
dengan tidak mengeksploitasi alam dengan berlebihan. Karena Allah SWT tidak
menyukai orang yang berlebih-lebihan sebagaimana firman-Nya sebagai berikut:
... Dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-An‟am:141)
Pendidikan akhlak juga merupakan bagian dari Pendidikan Agama Islam
sehingga dalam PAI berwawasan lingkungan pendidikan ini menjadi hal yang
perlu diajarkan dan ditanamkan pada peserta didik. Tentunya juga didampingi
dengan pendidikan tauhid sebab akhlak merupakan refleksi dari keyakinan
seseorang. Dengan mengajarkan akhlak terhadap lingkungan, upaya dalam
menanamkan kesadaran pentingnya peduli lingkungan akan terlaksana sesuai
dengan ajaran Islam yang mengajarkan lingkungan merupakan hal yang harus
dijaga kelestariannya.
3) Pendidikan Akal
Banyak ayat al-qur‟an yang menjelaskan bahwasannya manusia diberikan
akal untuk memahami tanda-tanda kekuasaan Allah SWT, seperti firman-Nya
sebagai berikut:
52
Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan
kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang
dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami
melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain
tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-
tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar-Rad:4)
Pendidikan akal yang dimaksud ialah menuntun dan mengembangkan daya
pikir manusia berdasarkan al-Qur‟an dan hadits. Islam menginginkan lingkungan
hidup secara rasional lagi profesional, bukan emosional. Pendidikan akal
dilakukan dengan berkesinambungan dan latihan-latihan berpikir secara
konsepsional. Untuk itu, peserta didik harus diajak berpikir yang berorientasikan
al-Qur‟an dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang menyangkut
lingkungan hidup. (Aziz: 2013,91)
Dengan demikian pendidikan akal yang dimaksud di sini merupakan
mengajak siswa untuk memecahkan masalah-masalah lingkungan yang terjadi
dengan berlandaskan pada al-Qur‟an dan hadits. Hal ini juga melatih kemampuan
siswa untuk menggunakan daya pikirnya dalam menghadapi dan mengatasi
permasalahan lingkungan yang ada di sekitar siswa berdasarkan ajaran agama
Islam. Seperti misalnya penghematan menggunakan air ketika berwudhu‟ atau
untuk selalu menjaga kebersihan tempat untuk beribadah sholat.
Upaya pelestarian lingkungan melalui pendidikan Islam yang dijelaskan
oleh Dr. Erwati Aziz ini merupakan solusi yang dapat dilakukan dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam berwawasan lingkungan di sekolah untuk
mendukung pelaksanaan program Adiwiyata dan menanamkan rasa peduli pada
lingkungan sekitar.
Kemudian yang diharapakan dari Pendidikan Agama Islam berwawasan
lingkungan adalah terbangunnya rasa peduli lingkungan pada diri peserta didik.
Yang dalam hal ini termasuk pada ranah afektif (sikap). Afektif berhubungan
dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh karena menyangkut kesadaran
seseorang yang tumbuh dari dalam. Proses pembentukan sikap tersebut dapat
dilakukan dengan pola pembiasaan dan modeling. (Sanjaya: 2011)
Melalui pola pembiasaan yang dilakukan secara terus menerus, sikap peduli
lingkungan akan tebentuk dalam kepribadian peserta didik. Belum lagi
keteladanan yang diberikan guru sebagai tokoh yang dapat ditiru oleh peserta
didk. Sehingga peserta didik memiliki gambaran dan menjadikannya panutan
untuk bersikap peduli lingkungan. Pembiasaan yang dilakukan terus menerus
juga membuat siswa terbiasa dalam menjaga lingkungan.
Beberapa pendekatan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam terkait
dengan pendidikan nilai juga dapat dilakukan sebagai upaya membentuk
kepribadian yang peduli lingkungan. Pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pendekatan pengalaman, yakni memberikan pengalaman keagamaan kepada
peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan
2) Pendekatan pembiasaan, yakni memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk senantiasa mengamalkan ajaran agamanya dan/atau akhlakuk karimah
3) Pendekatan emosional, yakni usaha menggugah perasaan dan emosi peserta
didik dalam meyakini, memahami, dan menghayati akidah Islam serta
53
memberi motivasi agar peserta didik ikhlas mengamalkan ajaran agamanya,
khususnya yang berkaitan dnegan akhlakul karimah
4) Pendekatan rasional, yakni usaha untuk memberikan peranan kepada rasio
(akal) dalam memahami dan menerima kebenaran ajaran agama
5) Pendekatan fungsional, yakni usaha menyajikan ajaran agama Islam dengan
menekankan pada segi kemanfaatannnya bagai peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangannya, dan
6) Pendekatan keteladanan, yakni menyuguhkan keteladanan, baik antara
personal sekolah, perilaku pendidik dan tenaga kependidikan lain yang
mencerminkan akhlak terpuji, maupun yang tidak langsung melalui suguhan
ilustrasi berupa kisah-kisah keteladanan. (Maksudin: 2015,195)
Keenam pendekatan ini merupakan hal yang dapat dilakukan oleh seorang guru
dalam menanamkan rasa peduli pada lingkungan dengan berlandaskan pada al-
Qur‟an dan hadits sebagai petunjuk dalam upaya melestarikan lingkungan bagi
seorang muslim. Sehingga peserta didik memiliki pandangan, moral dan kepribadian
untuk selalu peduli lingkungan sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
Islam. Tentunya hal ini juga didukung oleh guru yang memberikan keteladanan
dalam peduli lingkungan sebagai contoh teladan dalam berperilaku siswa. Dan tak
lupa juga, untuk selalu memberikan arahan dan menegur saat peserta didik
membutuhkan.
C. Budaya Sekolah Peduli Lingkungan
Yang akan dibahas pada bagian ini meliputi pertama, budaya sekolah mulai dari
definisi, wujud kebudayaan dan cara membangun dan mengembangkan budaya di
sekolah. Kedua, tentang Pendidikan Lingkungan Hidup yang merupakan awal dari
program Adiwiyata. Dan ketiga, tentang Adiwiyata itu sendiri. Dan pembahasannya
adalah sebagai berikut:
1. Pengertian Budaya Sekolah
Kebudayaan dalam bahasan inggris, culture. Kata culture berasal dari perkataan
cultura, dari bahasa latin colere, yang berarti memelihara, memajukan, dan memuja-
muja. Budaya atau kebudayan berasal dari bahasan Sanskerta, yaitu buddhayah,
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia. (Saebani: 2012, 161)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya memiliki beberapa definisi
yaitu, pertama, pikiran, akal budi. Kedua, adat istiadat. Ketiga, sesuatu mengenai
kebudayaan yang sudah berkembang (beradab, maju). Dan yang terakhir
didefinisikan “sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah”.
(KBBI: 2007,169)
Menurut Suryono Soekanto kebudayaan adalah semua yang didapatkan atau
yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari
segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilakuan yang normatif, yaitu
mencakup segala cara-cara atau pola-pola berfikir, merasakan dan bertindak.
(Soekanto, 1988 :154).
Sedangkan menurut pendapat yang lain. Kebudayaan adalah perilaku,
keyakinan, perasaan, nilai-nilai yang dipelajari secara sosial oleh anggota
masyarakat. Msyarakat itu seperti aktor yang memainkan peran, sementara
54
kebudayaan itu seperti naskah yang harus mereka jalankan (atau tidak boleh
dijalankan pada kasus-kasus tertentu). (Nurdin dan Abrori: 2006,61)
E. B. Taylor dalam bukunya Primitive Culture yang terbit tahun 1871
mendefinisikan Culture, or civilization, taken in its broad, ethnographic sense, is
that complex whole which includes knowledge, belief, art, morals, law, custom, and
any other capabilities and habits acquired by man as a member of society. (Taylor,
1920, h.19). Budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks dari
pengetahuan, kepercaaan, moral, hukum, adat-istiadat, serta kemampuan-
kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh sebagai anggota masyarakat.
Pengertian lainnya adalah budaya atau kebudayaan merupakan usaha dan hasil
usaha manusia menyelesaikan kehendaknya untuk hidup dengan alam yang ada di
sekelilingnya. Dalam bahasa yang terkenal di Barat dikatakan culture. (Hamka:
2016,240)
Dari definisi-definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa budaya adalah semua hal
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, identitas seseorang yang meliputi
kepercayaan, moral, adat-istiadat, kebiasaan dan lain sebagainya sehingga
menimbulkan peradaban pada tempat yang ditinggali.
Substansi (isi) utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala macam
ide dan gagasan manusia yang bermunculan di dalam masyarakat yang memberi
jiwa kepada masyarakat itu sendiri, baik dalam bentuk atau berupa sistem
pengetahuan, nilai, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi dan etos kebudayaan.
(Setiadi, 2008: 30). Sedangkan Tiga wujud kebudayaan seperti yang dijelaskan oleh
Koentjaraningrat (2008) sebagai berikut:
a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, peraturan dan sebagainya. Wujud pertama ini merupakan wujud
ideal dari kebudayaan dan sifatnya abstrak. Kebudayaan ideel dapat kita sebut
adat tata kelakuan, maksudnya menunjukkan bahwa kebudayan ideel itu biasanya
juga berfungsi sebagai tata-kelakuan yang mengatur, mengendalikan dan
memberi arahan kepada kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat.
b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari
manusia dalam masyarakat. Wujud kedua dari kebudayaan yang sering disebut
sistem sosial, mengenai kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial
ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan serta
bergaul satu dengan yang lain, selalu mengikuti pola-pola tertentu yang
berdasarkan adat tata kelakuan.
c. Wujud kebudayan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud ketiga dari
kebudayaan disebut kebudayaan fisik dan memerlukan keterangan banyak.
Karena merupakan seluruh total dari hasil fisik dari aktivitas, perbuatan dan
karya semua manusia dalam masyarakat, maka sifatnya paling konkret dan
berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat dan difoto.
Terkait dengan hal ini, Prof. Muhaimin dkk (2012) menjelaskannya dalam
bagan sebagai berikut:
55
Gambar 2.3
Wujud-wujud Kebudayaan
Keterangan:
1. Wujud ide-ide/gagasan-gagasan dan sebagainya
2. Wujud tingkah laku yang berpola
3. Wujud materill dengan segala variasinya.
Dari gambar 2.3 dapat dilihat bahwasannya wujud kebudayaan yang pertama
adalah ide atau gagasan-gagasan yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat, dimana
dengan ide ini mayarakat memandang segala aspek kehidupannya. Kemudian dari
ide-ide tersebut tergambarkan dalam tingkah laku dalam diri manusia sebagai
anggota masyarakat dan ini merupakan wujud yang kedua. Gagasan dan tingkah
laku mereka menghasilkan karya sebagai hasil dari cara pandang mereka dalam
kehidupan sehari-hari, dan hal ini merupakan wujud yang terakhir dalam penjelasan
wujud kebudayaan menurut Koentjaraningrat.
Agama Islam telah mendorong para pemeluknya untuk menciptakan
kebudayaan dengan berbagai seginya. Dorongan tersebut dapat dikaji dari ajaran
dasarnya sebagai berikut:
a. Islam menghormati akal manusia, menyuruh manusia mempergunakan akalnya
untuk memeriksa dan memikirkan keadaan alam, disampaing dzikir kepada Allah
penciptanya.
b. Agama Islam mewajibkan kepada tiap-tiap pemeluknya untuk menuntut ilmu
c. Agama Islam melarang orang bertaklid buta, menerima sesuatu tanpa diperiksa
terlebih dahulu.
d. Agama Islam juga mendorong dan menggalakkan para pemeluknya agar selalu
menggali hal-hal yang baru agar memberi manfaat pada masyarakat.
e. Agama Islam juga menyuruh para pemeluknya untuk mencari keridhaan Allah
dalam semua nikmat yang telah diterimanya dan menyuruh mempergunakan hak-
haknya atas keduniaan dalam pimpinan dan aturan agama.
f. Agama Islam juga menganjurkan para pemeluknya menjalin silaturrahmi atau
komunikasi dengan bangsa atau golongan lain, serta saling bertukar pikiran,
pengetahuan dan pandangan.
g. Agama Islam juga menyurruh para pemeluknya untuk memeriksa dan menerima
kebenaran dari mana dan siapun datanganya, dengan catatan harus melalui proses
seleksi, sehingga dapat menemukan ide, gagasan, teori atau pandangan yang
sesuai dengan petunjuk-Nya. (Muhaimin, dkk: 2012, 338).
Dari dasar-dasar ajaran Islam inilah kebudayaan Islam terbentuk pada setiap
masyarakat yang menganut agama Islam di daerahnya masing-masing. Seorang
1 2 3
56
muslim yang peduli lingkungan tentunya memiliki pandangan bahwasannya Islam
sebagai agama yang dianutnya mengajarkan untuk selalu menjaga lingkungan
sehingga terjaganya alam dari kerusakan. Dan menjaga nilai-nilai Islam sebagai
jalan hidupnya sehingga mewujudkan perilaku yang baik untuk senantiasa menjaga
alam. Penanaman nilai-nilai Islam untuk peduli lingkungan salah satunya di sekolah.
Karena sekolah merupakan salah satu agen sosial dalam masyarakat.
Orang yang berbudaya, tentunya dikarenakan cara keluarga dan orang sekitar
mengajarkan tentang budaya dan agama yang mereka pahami pada anak mereka.
Setelah mengajarkan anak mereka tentang budaya, mereka memasukkan anaknya
agar lebih memahami tentang budaya mereka yang mengandung nilai-nilai dan
norma-norma yang berlaku, yang selanjutnya akan dilanjutkan di sekolah.
Sekolah, dalam arti yang luas di dalamnya mencakup mulai dari kelompok
bermain, taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah
menengah atas, sampai perguruan tinggi merupakan salah satu agen sosialisasi yang
penting dalam kehidupan manusia. (Damsar, 2011: 72). Sebagai agent of change,
sekolah diharapkan bisa mengadakan pembaruan (reformasi) dan perubahan ke arah
perbaikan (rekonstruksi), baik berjangka panjang maupun pendek, sosial maupun
individual. (Assegaf: 2011,115).
Dengan demikian, sekolah sebagai institusi pendidikan penting dalam
masyarakat bukan hanya sebagai agen sosialisasi tetapi juga sebagai agent of change
yang dapat melakukan perubahan atau perbaikan dalam masyarakat sehingga peserta
didik dapat menghadapi isu-isu yang dihadapi oleh masyarakat. Termasuk
permasalahan ataupun isu-isu tentang lingkungan hidup. Sekolah mampu untuk
merubah ataupun membentuk perilaku generasi yang akan datang dengan
menanamkan perilaku pedili lingkunan, sehingga masyarakat di masa mendatang
dapat lebih peduli terhadap lingkungan sehingga permasalahan lingkungan dapat
ditangani dengan baik dan terjaga kelestariannya.
Sekolah dan masyarakat merupakan suatu sarana yang sangat menentukan
dalam kaitan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian siswa di sekolah.
Keduanya merupakan mata rantai yang tidak dipisahkan, saling terkait dan saling
memperkuat dalam rangkan ketercapaiana tujuan pendidikan
nasioanal.(Zaitun:2015, 24)
Sekolah juga harus menunjang pencapaian tujuan atau pemenuhan kebutuhan
masyarakat, khususnya kebutuhan pendidikan. Hubungan sekolah dengan
masyarakat bertujuan antara lain untuk:
a. Memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan anak
b. Memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan
masyarakat
c. Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah. (Mulyasa:
2011,50)
Di dalam suatu masyarakat sekolah telah melembaga demikian kuat, maka
sekolah menjadi sangat diperlukan bagi upaya menciptakan/melahirkan nilai-nilai
budaya baru (cultural reproduction). (Idi: 2011,73). Dengan demikian, sekolah
merupakan lembaga penting dalam menanamkan nilai-nilai dalam masyarakat,
termasuk untuk menanamkan budaya peduli lingkungan pada diri peserta didik dan
warga sekolah lain agar generasi selanjutnya dalam masyarakat lebih menghormati
lingkungan alam sekitarnya.
57
Sekolah yang merupakan agen sosial juga menciptakan adanya interaksi sosial
dalam institusi pendidikan tersebut. Interaksi sosial tersebut dapat berupa interaksi
peserta didik dengan guru, guru dengan guru serta interaksi sesama peserta didik.
Sebagaimana diketahui bahwa interaksi sosial ialah hubungan antara individu satu
dengan individu yang lain, individu satu memepengaruhi individu yang lain atau
sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik. Hubungan
tersebut dapat antara individu dengan individu, individu degan kelompok atau
kelompok dengan kelompok. (Walgito: 2003,65). Dengan adanya interaksi sosial
ini, maka kebiasaan-kebiasaan atau nilai-nilai yang ditanamkan di sekolah terlihat
dalam budaya sekolah. Interaksi-interaksi inilah yang akan mempengaruhi perilaku
siswa yang berusaha ditanamkan nilai-nilai positif. Yang dalam hal ini nilai-nilai
untuk peduli terhadap lingkungan.
Untuk mewujudkan generasi yang peduli dengan lingkungan, bukan hanya
materi tentang lingkungan hidup yang disampaikan pada siswa, tetapi juga budaya
sekolah sebagai pendukung dan pembiasaan anak untuk mewujudkan siswa yang
peduli dengan lingkungan. Menciptakan budaya sekolah yang peduli pada
lingkungan menjadi hal penting untuk dilakukan. Dikarenakan budaya sekolah
merupakan faktor penting dalam pendidikan seperti yang dikatakan oleh Louise
Stoll “School culture is one of the most complex and important concept in
education.” (Stoll, 1998:9). Sedangkan budaya sekolah sendiri menurut Stolp dan
Smith adalah “School culture as historically trans-mitted patterns of meaning that
include the norms, values, beliefs, traditions, and myths understood, maybe in
varying degrees, by members of the school community.” (Stolp and Smith, 1995: 13)
Budaya sekolah merupakan sesuatu yang dibangun oleh pikiran individu-
individu yang ada di sekolah, yang mana membentuk nilai-nilai yang diyakini
bersama dan menjadi bahan utama pembentuk budaya sekolah. (Muhaimin,
2012:48).
Kebudayaan sekolah merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat luas.
Namun mempunyai ciri-ciri yang khas sebagai suatu “Subculture”, sekolah bertugas
untuk menyampaikan kebudayaan kepada generasu baru dan arena itu harus selalu
memperhatikan masyarakat dan kebudayaan umum. Sekolah merupakan salah satu
institusi sosial yang mempengaruho proses sosialisasi dan berfungsi mewariskan
kebudayaan masyarakat kepada anak. (Zaitun: 2015, 18)
Dengan adanya budaya sekolah yang mendukung siswa untuk peduli pada
lingkungan, membuat siswa menjadi terbiasa dan sebagai implementasi dari materi
yang diajarkan. Seperti terciptanya budaya untuk siswa membuang sampah pada
tempatnya, sehingga lingkungan sekolah menjadi bersih. Oleh karena itu,
mengembangkan budaya sekolah yang peduli pada lingkungan merupakan hal yang
harus diperhatikan. Karena melalui budaya sekolah, siswa akan mendapatkan
kebiasaan untuk peduli pada lingkungan sekitar dan tentunya melalui budaya
sekolah ini, guru dan para staf akan ikut terlibat dalam pembentukan sikap peduli
lingkungan.
2. Pembentukan dan Penguatan Budaya Peduli Lingkungan
Bila direnungkan lebih mendalam, sesungguhnya sekolah memiliki beragam
sumber daya yang dapat memberi nilai tambah bagi masyarakat, terutama
masyarakat yang tinggal di sekitar sekolah. Di luar fungsi pokoknya sebagai tempat
belajar mengajar, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa sekolah juga dapat
58
melakukan fungsi community development (pengembang masyarakat). Sebuah
fungsi atau peran sosial yang selama ini banyak dilakukan oleh lembaga-lembaga
swadaya masyarakat (LSM). Di sekolah ada guru sebagai sumber pengetahuan dan
berbagai fasilitas fisik, seperti bangunan atau ruangan sekolah, peralatan,
perpustakaan, lapangan olah raga dan lain-lain, yang dimanfaatkan sebagai wahana
pembelajaran masyarakat dalam arti seluas-luasnya. Melalui sumber daya sekolah,
masyarakat dapat melatih diri untuk menjadi warga sosial dan warga masyarakat
yang terus menerus meningkatkan ilmu pengetahuan, sikap baru, dan
keterampilannya untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. (Nandika: 2007, 83)
Kultur sebuah sekolah bisa dilihat dalam kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di
sekolah tersebut, dalam relasi antar guru, antar siswa, antara pemimpin sekolah
dengan semua penghuni yang lain, dalam upacara-upacara seremonial dan simbol-
simbol, gambar-gambar, tulisan dan bentuk-bentuk artifak lainnya. (Nugroho: 2013,
23)
Kultur sekolah memiliki dua lapisan, yaitu lapisan yang sebagian dapat diamati
dan sebagian tidak teramati. Lapisan yang bisa diamati seperti, arsitektur, tata ruang,
eksterior dan interior, kebiasaan dan rutinitas, peraturan-peraturan, cerita-cerita,
upacara-upacara, cerita-cerita, simbol, logo, slogan, bendera, gambar-gambar, tanda-
tanda, sopan santun dan cara berpakaian. Lapisan yang tidak dapat dimaknai secara
jelas berintikan norma perilaku bersama warga suatu organisasi. Lapisan pertama
kultur berupa norma-norma kelompok atau perilaku yang telah lama dimiliki
kelompok. Norma-norma perilaku ini umumnya sukar diubah. Lapisan pertama ini
biasanya disebut dengan artifak. Lapisan kedua berupa nilai-nilai bersama yang
dianut kelompok berhubungan dengan apa yang penting, yang baik dan yang
benar.(Prihantoro: 2010,150)
Kemudian strategi pengembangan PAI sebagai budaya sekolah, meminjam teori
Koentjaraningrat tentang wujud kebudayaan, meniscayakan adanya upaya
pengembangan dalam tiga tataran, yaitu tataran nilai yang dianut, tataran praktik
keseharian dan tataran simbol-simbol budaya. Pada tataran nilai yang dianut, perlu
dirumuskan secara bersama nilai-nilai agama yang disepakati dan perlu
dikembangkan di sekolah. Dalam tataran praktik keseharian, dapat dikembangan
melalui tiga tahap, yaitu: pertama, sosialisasi nilai-nilai agama yang disepakati
sebagai sikap dan perilaku ideal yang ingin dicapai. Kedua, penetapan action plan
mingguan atau bulanan. Ketiga, pemberian penghargaan terhadap prestasi warga
sekolah. Dalam tataran simbol-simbol budaya, mengganti simbol-simbol budaya
yang kurang sejalan dengan ajaran dan nilai-nilai agama dengan simbol budaya yang
agamis. (Muhaimin: 2006, 158)
Walaupun strategi tersebut lebih condong untuk mengembangkan PAI secara
keseluruhan pada budaya sekolah Islami, yang mana hal ini biasanya dilakukan pada
sekolah yang memang berbasis Islam seperti madrasah, sekolah Islam terpadu
ataupun sekolah Islam lainnya. Akan tetapi, tidak memungkinkan juga untuk melihat
peran PAI dalam budaya sekolah umum. Seperti pada penelitian ini, pengembangan
PAI sangat terasa dalam keseharian SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. Seperti
diadakannya tausiyah setiap hari Jum‟at, siswi-siswi sekolah memakai pakaian yang
sopan pada kesehariannya bahkan dapat dikatakan sebagian besar siswi sekolah
memakai kerudung, dan memulai mata pelajaran pertama dengan membaca al-
Qur‟an selama beberapa menit.
59
Guru memiliki kesempatan yang luas untuk menanamkan nilai, sikap dan
perilaku yang menjunjung tinggi keutamaan hidup kepada murid-muridnya melalui
keteladanan dan contoh nyata. Sikap hangat, hormat dan apresiatif yang ditunjukkan
guru dalam interaksinya dengan siswa di kelas tidak hanya memiliki kontribusi
terhadap pembelajaran, tetapi juga menyampaikan pesan yang kuat kepada siswa
bahwa mereka harus memberikan perlakuan yang sama terhadap teman-teman
sekelasnya. (Nugroho: 2013, 32). Keteladanan memberikan gambaran secara nyata
bagaimana seseorang harus bertindak. Keteladanan berarti kesediaan setiap orang
untuk menjadi contoh dan miniatur yag sesungguhnya dari sebuah perilaku. (Saleh:
2012, 13)
Terdapat tiga ciri utama yang digunakan para pemimpin untuk membangun
budaya, yaitu mendefinisikan nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan dan membuatnya
“hidup” dalam tindakan-tindakan dari orang-orang dalam organisasi.
a. Pertama, para pemimpin (dengan keterlibatan orang lain) mendefinisikan sebuah
filosofi organisasi secara eksplisit, jelas dan merupakan pernyataan ringkas
tentang nilai dan keyakinan.
b. Selanjutnya, para pemimpin itu bekerja dengan orang lain untuk menentukan
berbagai kebijakan, mengembangkan berbagai program, dan menetapkan
beberapa prosedur yang membuat filosofi itu menjadi suatu tindakan nyata.
c. Akhirnya, para pemimpin mencontohkan berbagai nilai dan keyakian lewat
tindakan-tindakan mereka pada setiap kesempatan dan mereka
memperaktikkannya secara konsisten. (Sashkin: 2011, 126)
Adapun strategi untuk membudayakan nilai-nilai agama di sekolah dilakukan
melalui:
a. Power Strategy, yakni strategi pembudayaan agama di sekolah dengan cara
menggunakan kekuasaan atau melalui people‟s power, dalam hal ini peran kepala
sekolah dengan segala kekuasannya sangat dominan dalam melakukan
perubahan.
b. Persuasive strategy, yang dijalankan lewat pembentukan opini dan pandangan
masyarakat atau warga sekolah
c. Normative re-educative. Norma adalah aturan yang berlaku di masyarakat.
Norma termasyarakatkan lewat education. Normative digandengkan dengan re-
educative (pendidikan ulang) untuk menanamkan dan mengganti paradigma
berpikir masyarakat sekolah yang lama dengan yang baru.
Staragi pertama tersebut dikembangkan melalui pendekatan perintah dan
larangan atau reward and punishment. Sedangkan pada strategi kedua dan ketiga
tersebut dikembangkan melalui pembiasaan, keteladanan dan pendekatan persuasif
atau mengajak kepada warganya dengan cara yang halus, dengan memberikan alasan
dan prospek baik yang bisa meyakinkan mereka. sifat kegiatannya bisa berupa aksi
positif dan reaksi positif. Bisa pula berupa proaksi, yakni membuat aksi atas inisiatif
sendri, jenis dan arah ditentukan sendiri, tetapi membaca munculnya aksi-aksi agar
dapat ikut memberi warna dan arah pada perkembangan. Bisa pula berupa antisipasi,
yakni tindakan aktif menciptakan situasi dan kondisi ideal agar tercapai tujuam
idealnya. (Muhaimin: 2006, 161).
Selanjutnya Robbins juga menjelaskan dalam membentuk budaya organisasi
sebagai berikut:
60
Gambar 2.4
Pembentukan Budaya Robbins
Budaya asli diturunkan dari filsafat pendirinya. Selanjutnya budaya ini sangat
mempengaruhi kriteria yang digunakan dalam mempekerjakan karyawan. Tindakan
dari manajemen puncak dewasa ini menentukan iklim umum yang dapat diterima
dan yang tidak. Bagaimana karyawan harus disosialisasikan akan tergantung, baik
pada tingkat sukses yang dicapai dalam mencocokkan nilai-nilai karyawan baru
dengan nilai-nilai organisiasi dalam proses seleksi maupun pada prefensi manajemen
puncak akan metode-metode sosialiasai. (Robbins:2001, 261)
Konsep ini lebih lanjut dijelaskan oleh Prim Mutohar tentang bagaimana
membangun budaya religius di sekolah yaitu budaya relegius terbentuk berangkat
dari filsafat yang dimiliki oleh pendiri organisasi, selanjutnya budaya relegius
tersebut digunakan sebagai kriteria dalam melaksanakan fungsi actuating dalam
sistem organisasi. Tindakan pimpinan puncak dalam menentukan iklim umum dari
perilaku yang dapat diterima dan tidak. Hal tersebut sangat penting dalam upaya
untuk menciptakan dan mengembangkan budaya relegius yang dapat membantu
dalam meningkatkan mutu pendidikan. Budaya relegius yang kuat dan dinamis
harus dikembangkan dengan cara peran aktif pimpinan puncak dalam
mensosialisasikan nilai-nilai yang ada dalam organisasi serta kemampuan pimpinan
dalam mempengaruhi dan menggerakkan seluruh anggota organisasi untuk dapat
melaksanakan tugasnya dengan sebaik mungkin. (Muthohar:2013)
Dalam pembentukan budaya Prof. Dr. Manahan P Tampubolan (2012:235)
memberikan penjelasannya melalui dua langkah yaitu pertama, identifikasi etika
secara menyeluruh dan kedua, pendekatan kognitif dalam membentuk budaya.
Untuk tahap pertama dengan mengenali nilai-nilai budaya pada masing-masing
anggota dengan budaya yang berbeda-beda yang kemudian disepakati bersama nilai-
nilai budaya sebagai aturan. Dan kedua, dengan mempelajari setiap kasus yang
terjadi maka kita akan berpikir dalam membuat sesuatu, kenyataan yang terjadi
adalah sesuatu untuk dipertimbangkan dalam membuat keputusan dalam
pengembangan budaya organisasi. Makin banyak kasus yang dipelajari, maka akan
makin banyak teknik-teknik pertimbangan yang dapat dilakukan.
Kedua hal ini dapat dikaitkan dengan pembentukan budaya sekolah peduli
lingkungan yaitu pertama, dengan membuat peraturan yang nantinya akan ditaati
oleh semua warga sekolah termasuk siswa dan kedua, dengan pendekatan kognitif
dalam hal ini dengan kurikulum terintegrasi dan pengenalan kasus-kasus tentang
permasalahan lingkungan.
Philosophy of
organization‟s
founders
Selectian
criteria
Top
management
Sosialization
Organization
culture
61
Dengan demikian dari beberapa penjelasan yang telah disebutkan, terdapat
beberapa persamaan dalam pembentukan budaya yaitu pertama, menentukan nilai-
nilai yang disepakati, dengan adanya nilai-nilai yang disepakati bersama sebagai
filosofis sekolah yang dituangkan dalam visi, misi dan peraturan-peraturan sekolah.
kedua, kegiatan-kegiatan keseharian, dengan adanya kegiatan-kegiatan keseharian
ini merupakan juga proses pembiasaan dan cerminan dari nilai-nilai yang disepakati.
Dan terakhir adalah keteladanan.
Sedangkan terkait dengan peran guru PAI dalam mengembangkan budaya
peduli lingkungan, yang dapat dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam
berdasarkan beberapa penjelasan tersebut adalah pembiasaan dan keteladanan serta
menggunakan pendekatan kognitif dalam berperan mengembangkan budaya peduli
lingkungan. Yang mana pendekatan kognitif dapat dilakukan dalam proses belajar
mengajar yang terlaksananya kurikulum terintegrasi dan pengenalan kasus-kasus
permasalahan lingkungan.
Hal ini searah dengan desain pelaksanaan pendidikan karakter. Pendidikan
karakter dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas, dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajaran. Khusus, untuk
materi Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan karena memang
misinya adalah mengembangkan nilai dan sikap. (Muktiani: 2012). Dalam artikel
yang di tulis oleh Mutohar (2013), desain ini diadaptasi menjadi strategi penguatan
budaya religius dalam membentuk karakter bangsa peserta didik. Hal tersebut dapat
dilihat sebagai berikut:
Gambar 2.5
Penguatan Budaya Religius
Nilai-
Nilai
Relegiu
s
Sistem
Nilai yang
disepakat
i
INTERVENSI
LINGKUNGAN MADRASAH
MASYA
RAKAT
KELUARGA
MADRASAH
PROSES PEMBERDAYAAN &
PEMBUDAYAAN
Pancasila,UUD194
5UU No. 20/2003
ttg Sisdiknas
Pengalaman
terbaik dan praktik
nyata di Madrasah
PERILAKU
BER-
KARAKTER
PERANGKAT PENDUKUNG
Kebijakan, Pedoman, Sumber
Daya, Lingkungan, Sarana dan
Prasarana, Kebersamaan,
Komitmen warga Madrasah
62
Lebih lanjut Mutohar menjelaskan sebagai berikut:
Pendidikan karakter setidaknya dapat dilaksanakan melalui dua cara
yaitu melalui proses intervensi dan pembiasaan (habituasi). Proses intervensi
dikembangkan dan dilaksanakan melalui kegiatan belajar mengajar yang
sengaja dirancang untuk mencapai tujuan pembentukan karakter dengan
menerapkan berbagai kegiatan terstruktur. Dalam proses pembelajaran
tersebut guru sebagai pendidik yang mencerdaskan dan mendewasakan dan
sekaligus sebagai sosok panutan. Melalui proses pembiasaan dapat
diciptakan dan ditumbuhkembangkan aneka situasi dan kondisi yang berisi
aneka penguatan yang memungkinkan siswa di sekolah, di rumah, dan di
lingkungan masyarakatnya membiasakan diri berperilaku sesuai nilai-nilai
relegius yang diharapkan.
Konsep ini juga dapat diadaptasi dalam pembentukan budaya peduli
lingkungan dikarenakan peduli lingkungan merupakan salah satu dari 18 karakter.
dan jelas kiranya bahwasannya peran Pendidikan Agama Islam dalam membentuk
budaya peduli lingkungan dilakukan dengan proses intervensi yang dilaksanakan
dalam kegiatan belajar mengajar yang terintegrasi dengan lingkungan. Yang dalam
hal ini, guru PAI juga sangat berperan bukan hanya dalam KBM tetapi juga dalam
memberikan teladan sesuai dengan apa yang diajarkan serta tentunya adanya
pembiasaan untuk menumbuhkan karakter peduli lingkungan.
3. Landasan dan Nilai-nilai Peduli Lingkungan
Pendidikan merupakan salah satu cara agar budaya yang ada di masyarakat
dapat dilestarikan. Karena melalui pendidikan, budaya yang ada di masyarakat
diajarkan dan dibiasakan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dipandang
sebagai pintu gerbang untuk melaksanakan tugas pengembangan budaya bagi
peserta didik. Sebagai pintu gerbang, maka sekolah harus memiliki kekuatan
strategis untuk menciptakan budaya positif sesuai dengan falsafah masyarakat.
(Maslikhah: 2007, 79)
Hal ini juga didukung dalam tujuan pendidikan di Indonesia agar terciptanya
budaya positif bagi generasi selanjutnya. Tujuan pendidikan itu yaitu:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga begara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dengan demikian, tujuan pendidikan nasional adalah membentuk watak atau
karakter yang positif bagi warga negara. Sehingga sekolah yang merupakan institusi
pendidikan formal harus mampu membangun budaya positif agar terciptanya
karakter yang diharapkan oleh masyarakat. Selain itu UU No. 32 Tahun 2009 pasal
65 menyebutkan bahwasannya “Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan
lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam
memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.”
Oleh karena itu, menanamkan peduli lingkungan merupakan hal yang perlu
dilaksanakan karena tujuan yang diatur dalam undang-undang, mengarahkan
63
perlunya mengajarkan dan menanmkan peduli lingkungan, yang dalam hal ini
budaya sekolah yang mendukung terciptanya peduli lingkungan juga diperlukan.
Lagi pula, peduli lingkungan juga merupakan salah satu karakter dalam 18 nilai
karakter yang ada di pendidikan karakter. Sebagaimana diketahui 18 karakter
tersebut adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, tanggung jawab. (Balitbang: 2010,10).
Nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam mengenai lingkungan,
mengandung karakter dalam pembentukan peduli lingkungan yaitu sebagai berikut:
a. Religius
Karakter religius berdasarkan inti dari pelestarian lingkungan dalam Islam
yaitu tauhid, dimana dengan berlandaskan pada keimanan pada Allah SWT,
seorang muslim akan menjalankan semua hal dengan tujuan beribadah kepada
Allah SWT.
b. Tanggungjawab
Berdasarkan pada prinsip khalifah. Mengenali nilai-nilai khilafah berarti
menyangkut tanggung jawab individu maupun secara kolektif yang diberikan
amanah. Ketika manusia diwariskan kepemimpinan maka wajiblah mereka
mampu untuk berbuat keadilan dan menegakkan syariat yang adil untuk semua
makhluk.(Tutik dan Trianto: 2008,37)
c. Tidak Berlebihan
Berdasarkan penyebab kerusakan lingkungan adalah perbuatan yang
berlebihan dalam aktivitas-aktivitas yang dijalani. Allah SWT melarang
hambanya untuk memiliki perilaku ini. Sebagaimana firman-Nya:
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki)
mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
(Qs. Al-„araf: 31)
Sehingga terkait dengan permasalahan lingkungan, PAI harus mengajarkan
dan menanamkan untuk tidak berbuat berlebihan atau hemat. Yang dapat
dilakukan dengan cara mengajarkan untuk selalu tidak berlebihan atau hemat
dalam penggunaan listrik dan air.
d. Memelihara Kebersihan
Kebersihan merupakan hal yang penting dan sangat diperhatikan dalam
Islam. Bahkan syarat salah satu agar dapat menunaikan ibadah shalat adalah
dengan berwudhu‟ sebagai bentuk pembersihan diri untuk menunaikan ibadah
shalat. Disebutkan dalam hadits Ibnu Umar ra dalam Shahih Bukhari bahwa
Rasulullah SAW bersabda:
64
Allah tidak akan menerima shalat tanpa bersuci dan tidak menerima
sedekah dari hasil khianat. (HR. Bukhari)
Hal ini menunjukkan bahwasannya memelihara kebersihan merupaan hal
yang penting dilakukan oleh seorang muslim bahkan dalam hal beribadah kepada
Allah SWT.
e. Kreatif
Sebelumnya Ghazali menyebutkan beberapa sikap seorang muslim dalam
memelihara lingkungan yaitu dengan memiliki sikap kreatif. Hal ini dilakukan
agar manusia menggunakan potensi yang ada dalam dirinya untuk mengolah
sumber daya alam yang ada sehingga kelestarian lingkungan terjaga.
Dengan demikian, karakter yang mendukung dalam menanmkan peduli
lingkungan adalah religius, tanggung jawab, tidak berlebihan, memelihara
kebersihan dan kreatif.
4. Pendidikan Lingkungan Hidup
Dalam pembahasan pendidikan lingkungan hidup ini akan membahas, pertama
mengenai gambaran umum pendidikan lingkungan hidup atau lebih pada proses
diadakannya PLH di Indonesia. Kedua, definisi pendidikan lingkungan hidup yang
pencakup juga definisi lingkungan dan tujuan diadakannya pendidilkan lingkungan
hidup. Dan terakhir implementasi pendidikan lingkungan hidup yang meliputi
pendekatan pendidikan lingkungan hidup di sekolah dan konten pendidikan
lingkungan hidup di setiap jenjang pendidikan yaitu pendidikan dasar dan
pendidikan menengah. Pembahasan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Gambaran Umum Pendidikan Lingkungan Hidup
Program pengembangan pendidikan lingkungan bukan merupakan hal yang
baru di lingkup ASEAN. Negara-negara anggota ASEAN telah mengembangkan
program dan kegiatannya sejak konfrensi internasional pendidikan lingkungan
hidup pertama di Belgrade tahun 1975. Sejak dikeluarkannya ASEAN
Environmental Education Action Plan 2000-2005, masing-masing negara
anggota ASEAN perlu memiliki kerangka kerja untuk pengembangan dan
pelaksanaan pendidikan lingkungan. Indonesia sebagai negara anggota ASEAN
turut aktif dalam merancang dan melaksanakan ASEAN Environmental Education
Action Plan 2000-2005. Pada intinya ASEAN Environmental Education Action
Plan 2000-2005 ini merupakan tonggak sejarah yang penting dalam upaya kerja
sama regional antar sesama negara anggota ASEAN dalam turut meningkatkan
pelaksanaan pendidikan lingkungan di masing-masing negara anggota ASEAN.
(Surakusumah: 2012, 4)
Pada awalnya penyelenggaraan PLH di Indonesia dilakukan oleh Institut
Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta pada tahun 1975. Pada tahun
1977/1978 rintisan garis-garis besar program pengajaran lingkungan hidup diuji
cobakan di 15 sekolah dasar Jakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Departeman Pendidikan Nasional (Ditjen Dikdasmen Depdiknas),
menetapkan bahwa penyampaian mata ajar tentang kependudukan dan
lingkungan hidup secara integratif dituangkan dalam kurikulum tahun 1984
65
dengan memasukan materi kependudukan dan lingkungan hidup ke dalam semua
mata pelajaran pada tingkat menengah umum dan kejuruan. (Tim Adiwiyata:
2011, 2)
Penanganan masalah lingkungan hidup menuntut pengkajian dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pendukungnya. Untuk itu, pada
tahun 1979 dibentuk Pusat Studi Lingkungan (PSL) yang tersebar di berbagai
perguruan tinggi. Di bidang kependudukan, telah dilakukan pengembangan PSK
(Pusat Studi Kependudukan). Penanaman wawasan lingkungan kepada para guru
telah pula dilakukan melalui penataran pendidikan kependudukan dan lingkungan
hidup bagi guru SD, SMP, dan SMA pada tahun 1989/1990 hingga 1992/1993 di
27 provinsi di Indonesia bekerjasama dengan Depdikbud. Sejumlah 5.108 guru
telah mengikuti penataran tersebut yang terdiri atas 2.330 guru SD, 1.410 guru
SMP dan 1.368 guru SMA. Di samping itu sebanyak 4.600 orang kepala sekolah
SMP dan SMA telah mengikuti penataran serupa. (www.Menlh.go.id)
Dengan demikian pendidikan lingkungan hidup sudah berlangsung sangat
lama di Indonesia sebagai upaya dalam menangani permasalahan lingkungan
secara global maupun di Indonesia sendiri. Dimulai pada tahun 1975 di IKIP
yang kemudian dibentuk PSL (Pusat Studi Lingkungan) dan PSK (Pusat Studi
kependudukan) sebagai upaya pengembangan pendidikan lingkungan hidup di
Indonesia. Kemudian diuji cobakan pada sekolah dasar dan selanjutnya
diintegrasikan dengan semua mata pelajaran yang ada di kurikulum.
b. Definisi Pendidikan Lingkungan Hidup
Dalam KBBI lingkungan adalah semua yang mempengaruhi pertumbuhan
manusia atau hewan (KBBI: 2007, 675). Lingkungan pada dasarnya merupakan
segala sesuatu yang berada di luar manusia baik berwujud sebagai benda tak
hidup seperti air, udara, cahaya matahari dan lainnya, maupun benda-benda
hidup seperti hewan, tumbuh-tumbuhan maupun organisme yang satu dengan
lainnya saling mangadakan interaksi berdasarkan asas saling membutuhkan.
(Triwulan dan Trianto, 2008: 18). Sedangkan lingkungan hidup merupakan
penelaahan terhadap sikap dan perilaku manusia, dengan segenap tanggung
jawab dan kewajiban maupun haknya untuk mencermati tatanan lingkungan
dengan sebaik-baiknya.(Soerjani, 2007: 28). Pada UU No. 32 Tahun 2009
tentang perlindungan dan pengelolaan hidup pasal 1 menyebutkan bahwasannya
lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu
sendiri, kelangsungan prikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lain. (UU No. 32 Tahun 2009).
Pendidikan lingkungan sendiri merupakan suatu proses yang bertujuan
untuk membentuk perilaku, nilai dan kebiasaan untuk menghargai lingkungan
hidup. (Surakusumah, 2012:8). Hasil proses pendidikan akan memungkinkan
seseorang dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dengan bekal
pengetahuan yang dimilikinya memungkinkan pula baginya untuk berkontribusi
dan berkiprah dalam pembangunan dan pengembangan masyarakat. Hal ini
bermakna bahwa pendidikan merupakan salah satu cara yang patut ditempuh
untuk memberikan pengetahuan serta membentuk sikap dan kepedulian
masyarakat terhadap lingkungan sebagaimana diinginkan.(Hamzah, 2013:13).
Dengan adanya pendidikan lingkungan ini, diharapkan siswa dapat mengerti
66
untuk menjaga lingkungan dan menghargai lingkungan serta membuat generasi
Indonesia memiliki wawasan untuk selalu menjaga alam sebagai lingkungan
mereka hidup.
Pendidikan lingkungan hidup memiliki tujuan seperti yang dirumuskan pada
waktu Konfrensi Antar Negara tentang pendidikan Lingkngan pada tahun 1975 di
Tiblisi, yaitu: pertama, meningkatkan kesadaran yang berhubungan dengan
saling ketergantungan ekonomi, sosial, politik dan ekologi antara daerah
perkotaan dan pedesaan,. Kedua, memberikan kesempatan kepada setiap individu
untuk memperoleh pengetahuan, nilai-nilai, sikap tanggung jawab dan
keterampilan yang dibutuhkan untuk melindungi dan meningkatkan lingkungan.
Ketiga, menciptakan pola baru perilaku individu, kelompok dan masyarakat
secara menyeluruh menuju lingkungan yang sehat, serasi dan seimbang.
(Adisendjaja dan Romlah, 2009: 5)
Sedangkan tujuan akhir dari PLH adalah membentuk warga negara yang
berwawasan kependudukan dan lingkungan hidup, yaitu warga negara yang
dalam segala hal perilakunya berpandangan ke depan terhadap masalah
kependudukan dan lingkungan hidup, menuju masyarakat yang serasi, selaras
dan seimbang dalam hubungannya dengan lingkungan hidup. (Suaedi dan Tantu:
2016, 43)
Dengan demikian pendidikan lingkungan hidup merupakan pendidikan
untuk menanamkan rasa peduli lingkungan pada peserta didik dengan bertujuan
membentuk perilaku, pandangan dan nilai-nilai menghargai lingkungan sehingga
terbentuk hubungan masyarakat dengan lingkungan secara selaras.
c. Implementasi Pendidikan Lingkungan Hidup
Pendidikan lingkungan hidup di sekolah diperlukan untuk memperkuat nilai-
nilai yang telah diberikan oleh keluarga. Pendidikan lingkungan di sekolah tidak
harus dalam matapelajaran tersendiri. Akan tetapi dengan menyisipkan materi
lingkungan hidup pada mata pelajaran di sekolah. Materi pelestarian lingkungan
sangatlah luas, termasuk bagaimanakah nilai-nilai yang dapat dilakukan ketika
berinteraksi dengan lingkungan fisik dan sosial. (Iskandar: 2013, 228)
PKLH melalui jalur pendidikan formal dapat ditempuh melalui dua
pendekatan, yaitu pendekatan monolitik dan pendekatan integratif.
1) Pendekatan monolitik adalah pendekatan yang didasarkan pada suatu
pemikiran bahwa setiap mata pelajaran merupakan sebuah komponen yang
berdiri sendiri dalam kurikulum dan mempunyai tujuan tertentu dalam satu
kesatuan yang utuh.
2) Pendekatan integratif adalah pendekatan yang didasarkan pada suatu
pemikiran bahwa program suatu mata pelajaran harus terpadu dengan mata
pelajaran lain. Dalam pendekatan ini, materi PKLH dipadukan ke dalam mata
pelajaran yang dianggap relevan dalam kurikulum yang berlaku. (Darwis dan
Lahming: 2007,13)
Dengan dua pendekatan ini, Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan
Hidup (PKLH) dilaksanakan. Sekolah yang menggunakan pendekatan monolitik
akan menjadikan PKLH sebagai mata pelajaran tersendiri, itu berarti menambah
pelajaran yang ada di sekolah. Sedangkan pada pendekatan yang kedua yaitu
integratif memadukan PKLH dengan mata pelajaran yang ada sehingga tidak
menambah mata pelajaran yang baru yang akan menambah beban belajar siswa.
67
Dan pendekatan integratif ini yang digunakan dalam pendidikan lingkungan
hidup di sekolah.
Setidaknya ada beberapa pokok bahasan yang dapat diberikan dalam
Pendidikan Lingkungan yaitu, ekosistem, sumber daya lingkungan, daya dukung
lingkungan, kepedulian, partisipasi, estetika, kearifan lokal, etika lingkungan,
pengambilan keputusan terhadap isu lingkungan, kebencanaan. Pokok-pokok
bahasan tersebut menunjukkan bahwa permasalahan yang dihadapi berkaitan
dengan kegiatan memelihara kondisi lingkungan tersebut sangat beragam.
(Hamzah:2013, 55)
Sedangkan untuk memotivasi sikap dan perilaku siswa, pengertian dasar
lingkungan hidup harus diintegrasikan ke dalam keseluruhan kurikulum yang
mengacu pada proses pembelajaran student centered learning yang mengarah
pada kepentingan dan masa depan siswa sewaktu berkecimpung dalam
pengabdian pada masyarakat. (Soerjani,dkk: 2007,230)
Pada dasarnya beberapa mata pelajaran yang ada memiliki muatan PLH
terutama mata pelajaran yang berorientasi pada sasaran moral seperti mata
pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dan mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam yang disajikan dari tingkat pendidikan dasar,
menengah, sampai pendidikan tinggi. Kedua mata pelajaran ini dapat dimuati
dengan unsur PLH yang berdimensi moral dan nilai. (Suaedi dan Tantu:
2016,41).
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah memang merupakan
pendidikan yang bertujuan menanamkan moral dan nilai-nilai ajaran agama Islam
pada peserta didik sehingga ketika terintegrasi dengan pendidikan lingkungan
hidup, orientasi pendidikan agama Islam menjadi berintikan juga pada moral dan
nilai, yang dalam hal ini menanamkan etika lingkungan yang sesuai dengan
ajaran agama Islam agar peserta didik memahami hubungan manusia dengan
lingkungannya dalam Islam. Dalam hal ini guru Pendidikan Agama Islam
berusaha menjelaskan hubungan manusia dengan lingkungan alamnya dalam
Islam yaitu mengolah lingkungan sesuai kebutuhan dan tidak digunakan secara
berlebihan atau sampai merusak lingkungan alam dan menanamkan etika
lingkungan Islam pada diri siswa sebagai membentuk cara pandang dan
bertingkah laku pada lingkungan sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam ajaran
Islam.
Telah disebutkan sebelumnya bahwasannya tujuan diadakannya pendidikan
lingkungan hidup agar warga negara memiliki pandangan, nilai-nilai dan
berperilaku peduli pada lingkungan sehingga permasalahan lingkungan dapat
diatasi dengan baik. Sehingga dalam skala implementasinya tujuan PLH pada
masing-masing jenjang pendidikan formal harus dirumuskan dalam bentuk
strafikasi konten sesuai dengan tujuan pendidikan sesuai jenjangnya. Hal tersebut
dapat dilihat sebagai berikut: (Suaedi dan Tantu: 2016,44)
68
Tabel 2.3
Konten PLH Pada Setiap Jenjang Pendidikan
Jenjang
Pendidikan Konten PLH
SD
Dititikberatkan pada upaya mengenalan permasalahan
lingkungan hidup dan kependudukan, serta menumbuhkan
sikap kepedulian terhadap permasalahan lingkungan hidup
tersebut.
SMP
Dititikberatkan pada upaya memperoleh kompetensi dasar
tentang permasalahan lingkungan hidup dan
kependudukan serta menumbuhkan sikap, perilaku dan
partisipasi dalam pencegahan timbulnya permasalahan
tersebut.
SMA
Dititikberatkan pada upaya memperoleh kompetensi lanjut
tentang permasalahan lingkungan hidup dan
kependudukan serta meningkatkan sikap, perilaku dan
partisipasi dalam pencegahan timbulnya permasalahan
tersebut.
Dari tabel 2.3 dapat dilihat fokus pendidikan lingkungan pada setiap jenjang
pendidikan. Dan fokus pendidikan lingkungan semakin tinggi jenjang semakin
berkembang fokus pendidikan lingkungannya. SD lebih pada memberikan
pengetahuan dasar pada peserta didik mengenai permasalahan lingkungan,
kemudian pada tingkat SMP dikembangkan lagi dengan memiliki KD tentang
permasalahan lingkungan dan begitu juga dengan SMA kompetensi yang
diperoleh dikembangkan lagi sehingga pengetahuan dan kompetensi yang
dimiliki siswa dikembangkan seiring dengan jenjang yang ditempuh dan pada
akhirnya memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungan.
Sedangkan materi pembelajaran yang diberikan dalam pendidikan
lingkungan hendaknya tidak hanya membina peserta didik agar memiliki
pengetahuan, kepedulian, dan keterampilan serta sikap positif terhadap
lingkungan, tetapi juga sikap bertanggung jawab untuk memelihara
keseimbangan sistem lingkungan dan penggunaannya dalam berbagai aspek
kehidupan seperti sosial, ekonomi dan politik. Pendidikan lingkungan juga
diharapkan dapat membentuk cara pandang, mental, sikap, perilaku dan gaya
hidup sebagai individu maupun sebagai anggota suatu masyarakat yang arif dan
bijak terhadap lingkungan. (Hamzah: 2013, 57)
Di dalam proses pembelajaran PLH, siswa harus dilibatkan secara aktif
(terlibat proses mentalnya) dalam mengkonstruksi pengetahuan, sikap dan
keterampilannya. Dalam pengembangan PLH harus ditujukan pada aspek tingkah
laku manusia, terutama interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya dan
kemampuan memecahkan masalah lingkungan. Dengan demikian guru PLH
tidak cukup hanya dengan memiliki pemahaman tantang lingkungan, tetapi juga
harus memiliki pemahaman mendasar tentang manusia. (Adisendjaja dan
Romlah, 2009: 10)
69
Dengan demikian materi pendidikan lingkungan hidup yang diajarkan pada
siswa berisikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan untuk
mencegah terjadinya kerusakan lingkungan. Materi pendidikan lingkungan juga
diharapkan dapat merubah cara pandang warga negara terhadap lingkungannya
untuk lebih peduli pada lingkungan sekitarnya. Dan juga menerapkan gaya hidup
ramah lingkungan dalam kesehariannya.
Sedangkan dalam proses pembelajarannya lebih pada melibatkan siswa
secara aktif untuk memecahkan permasalahan-permasalahan lingkungan yang
ada dan membentuk tingkah laku siswa untuk menjadi insan yang menghormati
lingkungan agar kerusakan lingkungan dimasa mendatang dapat diatasi dan
ditanggulangi dengan baik sewaktu siswa berperan dalam masyarakat. Dalam
mengajarkan Pendidikan Lingkungan Hidup guru juga dituntut bukan hanya
mengetahui tentang lingkungan tetapi juga memahami hubungan manusia dengan
lingkungan alamnya.
Ketika program pendidikan lingkungan hidup di sekolah akan dimulai maka
perlu dikembangkan suatu sistem yang dapat mengatur program ini. Sistem yang
dikembangkan diharapkan dapat mengembangkan tingkat kepedulian siswa
terhadap lingkungan, oleh karena itu sistem yang dibangun harus dapat
melibatkan berbagai unsur sehingga program ini dirasakan menjadi milik seluruh
warga sekolah. Tahapan pelaksanaan program tersebut sebagai berikut:
(Surakusumah: 2012, 10)
Gambar 2.6
Tahap Pelaksanaan Program Lingkungan Hidup
1. Pembentukan komite lingkungan
sekolah
2. Menentukan misi lingkungan
sekolah
3. Membuat Action Plan
4. Monitoring program dan
evaluasi kemajuan
5. Integrasi program ke dalam
kurikulum
6. Kemitraan dengan komunitas
di luar sekolah
70
Dari gambar 2.6 terlihat bahwasannya tahap pelaksanaan program lingkungan
hidup ada 6 langkah. Dimulai dengan membentuk komite lingkungan sekolah, yang
merupakan perwakilan warga sekolah dalam melaksanakan program lingkungan
hidup. Tahap kedua adalah membentuk misi lingkungan sekolah, membuat misi
sekolah ini sebagai komitmen atau landasan bagi warga sekolah untuk menjalankan
program lingkungan hidup. Tahap ketiga yaitu action plan, hal ini dilakukan untuk
meningkatkan kualitas sekolah dalam menjalankan program lingkungan hidup
dengan merencanakan aspek-aspek apa saja yang perlu ditingkatkan. Tahap keempat
dengan melakukan pengawasan yang apakah program lingkungan hidup sudah
berjaan sesuai rencana atau tidak yang kemudian dievaluasi. Tahap kelima
mengintegrasikan program lingkungan hidup pada kurikulum. Dan tahap terakhir
adalah menjalin kemitraan dengan pihak lain untuk meningkatkan kualitas sekolah
dalam menjalankan program lingkungan hidup ini. Semua ini dilakukan agar
program lingkungan hidup di sekolah dapat terlaksana dengan baik sehingga siswa
dapat memiliki kepribadian peduli lingkungan atau agar tingat kepedulian siswa
meningkat pada lingkungan disekitarnya.
Program interasional mengenai sekolah lingkungan ini adalah Eco-School.
Sedangkan dalam mewujudkan Eco-School, terdapat 7 langkah dapat dilihat sebagai
berikut:
Gambar 2.7
Tahap program Eco School
Tahap program Eco School ini dimulai dengan membentuk Eco-Committee,
yang mana merupakan penggerak terlaksananya proses Eco-Schools yang
mewakili gagasan sekolah. Kemudian tahap kedua adalah melakukan
pemeriksaan lingkungan dengan bertujuan menyelidiki masalah lingkungan di
71
sekolah. Tahap ketiga, membuat action plan dengan SMART (specific,
measurable, attainable, realistic and timely). Tahap keempat yaitu memonitor dan
mengevaluasi untuk mengetahui apakah berhasil mencapai target dalam action
plan atau tidak. Tahap kelima kurikulum yaitu dengan mengintegrasikan program
ke dalam kurikulum yang ada di sekolah. Tahap keenam yaitu informasikan dan
libatkan. Keterlibatan seluruh sekolah dan masyarakat untuk sadar pada
lingkungan merupakan hal yang penting sehingga cara yang dapat dilakukan
dalam melibatkan pihak lain adalah dengan menginformasikannya dalam
berbagai media seperti web sekolah, mading sekolah, radio, TV dan lain
sebagainya. Dan tahap terakhir adalah membuat kode Eco. Hal ini dilakukan
sebagai pernyataan yang mewakili komitmen sekolah terhadap lingkungan.
Bentuknya fleksibel dapat berupa lagu, gambar, model, puisi dan lain sebagainya.
(www.ecoschools.global)
Sebagaimana diketahui bahwa Eco Schools merupakan salah satu program
pemberdayaan lingkungan hidup dalam pendidikan. Eco-schools dikembangkan
oleh FEE (Foudation for Environmental Education) yang beranggotakan 76
negara di seluruh dunia. (www.fee.global) Dalam Asian Guidelines on Eco-
Schools, Eco-Schools didefinisikan sebagai berikut:
Eco-schools are recognised institutions of learning at the primary/
secondary level that recognises values of environmental sustainability
practices and carries out environmentally friendly school policies, teaching
programmes and practices for the benefit of the school and surrounding
communities. (ASEAN, 2013: 10)
Terkait dengan Eco-Schools UNESCO juga menerangkan bahwa:
The Eco-Schools programme is an ideal way for schools to embark on
a meaningful path towards improving the environment in both the school
and the local community while at the same time having a life-long positive
impact on the lives of young people, their families, school staff and local
authorities. (en.unesco.org)
Program Eco-Schools terdiri dari tiga elemen struktural yaitu Kerangka
Tujuh Langkah, Tema Sekolah-Eco, dan Penilaian untuk Bendera Hijau. Agar
sukses, program ini membutuhkan dukungan dari pimpinan sekolah dan dewan.
Keterlibatan staf secara aktif sangat penting sekaligus komitmen jangka panjang
dan kemauan untuk melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan. Tema
dalam eco-school tersebut yaitu, Biodiversity and Nature, Climate Change,
Enegry, School Ground, Litter, Transport, Global Citizenship, Waste, Health and
Wellbeing, water. (www.ecoschools.global)
Untuk 7 (tujuh) langkah program Eco-Schools seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya sedangkan untuk penilaian bendera hijau. Ini merupakan penilaian
yang dilakukan dalam program ini. Jika hasilnya tinggi maka sekolah akan diberi
bendera hijau. Seperti yang diterangkan dalam ecoschools.global yaitu Usually
after two years of implementing the programme and reaching a high level of
performance in complying with these seven steps (sometimes national mandatory
criteria also applies), schools can then apply for and be awarded the Green
Flag.
72
Persamaan dari tahap pelaksanaan program yaitu sama-sama membentuk
komite lingkungan pada awal sebagai tahap pertama, kemudian action plan,
monitoring dan evaluasi serta mengintegrasikan kurikulum sekolah dengan
lingkungan. Tahap kedua ini berbeda, dari jumlah tahapannya saja sudah
berbeda. Tahap pelaksanaan program lingkungan yang dijelaskan oleh
Surakusumah sebanyak 6 tahapan sedangkan tahapan dalam program Eco-
Schools sebanyak 7 tahapan.
Perbedaan kedua tahapan ini terletak pada tahap kedua dalam
pelaksanaannya. Jika pada program lingkungan tahap kedua adalah dengan
menyusun atau membuat misi sekolah sedangkan Eco-Schools meriview terlebih
dahulu keadaan lingkungan sekolah yang selanjutnya akan dibuat action plan.
Dan lagi membuat simbol peduli lingkungan seperti slogan, poster dan lain
sebagainya bukan termasuk pada tahapan program lingkungan yang ditulis oleh
Surakusumah sedangkan pada Eco Scools dilakukan sebagai media untuk
mengajak peduli lingkungan. Kedua tahapan ini merupakan bagian dari program
sekolah yang menerapkan peduli lingkungan dalam sekolahnya sehinga
kerusakan lingkungan akan dapat teratasi di masa mendatang.
5. Adiwiyata
Dengan makin maraknya keadaan sekeliling yang menuntut kepedulian
lingkungan sekitar, pada tahun 1975 mulai dicanangkan pendidikan kependudukan
dan lingkungan hidup untuk diterapkan di berbagai sekolah dasar di Jakarta.
(Soerjani, 2008: 58). Pada tahun 1996 disepakati kerjasama pertama antara
Departemen Pendidikan Nasional dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup yang
diperbaharui pada tahun 2005 dan tahun 2010. Sebagai tindak lanjut dari
kesepakatan tahun 2005, pada tahun 2006 kementerian lingkungan hidup
mengembangkan program pendidikan lingkungan hidup pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah melalui program Adiwiyata. (Menlh, 2012:2).
Dalam rangka pengembangan SDM di pengelolaan lingkungan hidup,
dihasilkan “Dokumen Kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup” sebagai dasar
pengembangan SDM lingkungan hidup melalui jalur pendidikan dan pelatihan.
Dalam hubungan ini pada tanggal 3 Juni 2005 telah ditandatangani MOU diantara
Menteri Lingkungan hidup dan menteri Pendidikan Nasional No. KEP
01/MENLH/01/2005 dan No. 05/01/KE/2005). (Soerjani, Yuwono dan Fardiaz,
2007:180).
Program Adiwiyata merupakan salah satu bentuk usaha yang dilakukan untuk
mendidik anak dalam mengatasi permasalan lingkungan dan merealisasikannya di
sekolah. Adiwiyata juga merupakan budaya lingkungan hidup di sekolah sehingga
hasil dari pendidikan yang ada di sekolah dapat menciptakan generasi yang peduli
akan lingkungan dan menggunakan potensi yang dimiliki untuk selalu melestarikan
dan menjaga alam.
Dalam peraturan menteri lingkungan hidup tentang pedoman pelaksanaan
program Adiwiyata pasal 1, sekolah Adiwiyata adalah sekolah yang peduli dan
berbudaya lingkungan dan program Adiwiyata sendiri adalah program untuk
mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. (PermenLH No.2
Tahun 2013, 2). Untuk itu, dalam menjelaskan Adiwiyata akan dibahas meliputi
pengertian dan tujuan Adiwiyata, komponen Adiwiyata, keuntungan dalam
73
mengikuti adiwiyata, dan tentunya jenjang penghargaan Adiwiyata. Pembahasan
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengertian dan Tujuan Adiwiyata
Adiwiyata mempunyai pengertian atau makna sebagai tempat yang baik dan
ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta
etika yag dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup
kita dan menuju kepada pembangunan berkelanjutan.
Tujuan program adiwiyata adalah mewujudkan warga sekolah yang
bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukug pembangunan
berkelanjutan. (Tim Adiwiyata: 2012, 3).
Dengan demikian, program Adiwiyata ini merupakan salah satu cara yang
dilakukan dalam menangani permasalahan lingkungan yang sudah menjadi salah
satu permasalahan yang harus ditangani. Karena sekolah yang menerapkan
Adiwiyata ini memberikan pengetahuan mengenai permasalahan lingkungan dan
membentuk manusia untuk peduli lingkungan dengan cara merubah atau
membenarkan pandangan, etika dan norma-norma yang sesuai dalam menjaga
hubungan manusia dengan lingkungan alamnya.
b. Komponen Program Adiwiyata
Komponen Adiwiyata ini merupakan inti dari pelaksanaan program
Adiwiyata di sekolah. Sedangkan Komponen dan standar adiwiyata yaitu:
1) Kebijakan berwawasan lingkungan, memiliki standar sebagai berikut:
a) Kurikulum memuat upaya perlindungan da pengelolaan lingkungan hidup
b) RKAS memuat program dalam upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
2) Pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan
a) Tenaga pendidik memiliki kompetensi dalam megembangkan kegiatan
pembelajaran lingkungan hidup
b) Peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
3) Kegiatan lingkungan berbasis partisipatif
a) Melaksanakan kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
yang terencana bagi warga sekolah
b) Menjalin kemitraan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dengan berbagai pihak (masyrakat, pemerintah, swasta,
media, sekolah lain).
4) Pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan.
a) Ketersediaan sarana prasarana pendukung yang ramah lingkungan
b) Peningkatan kualitas pengelolaan sarana dan prasarana yang ramah
lingkungan di sekolah. (Menlh, 2012:9)
Keempat komponen ini dikembangkan di sekolah berdasarkan standar yang
telah ditentukan sebagaimana yang disebutkan di atas. Dengan adanya keempat
komponen ini, bukan hanya terlaksananya mata pelajaran yang berbasis pada
lingkungan akan tetapi juga budaya sekolah yang ada menjadi peduli lingkungan.
Hal tersebut dapat dilihat dari keempat komponen Adiwiyata ini.
74
c. Prinsip dan Manfaat Adiwiyata
Program Adiwiyata ini memiliki prinsip dalam pelaksanaannya dan
memperoleh manfaat bagi sekolah yang menjalankan program ini. Pelaksanaan
program Adiwiyata diletakkan pada dua prinsip dasar berikut ini:
1) Partisipatif: komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah yang
meliputi keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai
tanggung jawab dan peran
2) Berkelanjutan: seluruh kegiatan harus dilakukan secara tersncana dan terus
menerus secara komprehensif. (Tim Adiwiyata: 2012, 3)
Sedangkan keuntungan dalam mengikuti program adiwiyata adalah sebagai
berikut:
1) Mendukung pencapaian standar kompetensi/kompetensi dasar dan standar
kompetensi lulusan (SKL) pendidikan dasar dan menengah
2) Meningkatkan efisiensi penggunaan dana operasional sekolah melalui
penghematan dan pengurangan konsumsi dari berbagai sumber daya dan
energi
3) Menciptakan kebersamaan warga sekolah dan kondisi belajar mengajar yang
lebih nyaman dan kondusif
4) Menjadi tempat pembelajaran tentang nilai-nilai pemeliharaan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar bagi warga sekolah dan
masyarakat sekitar.
5) Meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui
kegiatan pengendalian pencemaran, pengendalian kerusakan dan pelestarian
fungsi lingkungan di sekolah. (Menlh, 2012:4)
Dari manfaat yang disebutkan terlihat bahwasannya dengan melaksanakan
program Adiwiyata bukan hanya menguntungkan bagi siswa tetapi semua warga
sekolah dan tentunya kualitas sekolah.
d. Jenis Penghargaan Adiwiyata Jenjang atau jenis penghargaan adiwiyata yang dapat diterima oleh sekolah
dengan tingkatan sebagai berikut:
1) Penghargaan adiwiyata kabupaten/kota, penghargaan diberikan oleh
bupati/walikota
2) Penghargaan adiwiyata provinsi, penghargaan diberikan oleh gubernur
3) Penghargaan adiwiyata nasional, penghargaan diberikan oleh Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan
4) Penghargaan adiwiyata mandiri, khusus bagi sekolah yang memiliki minimal
10 sekolah binaan yang telah mendapatkan penghargaan adiwiyata
kabupaten/kota, penghargaan diberikan oleh presiden. (Puspita R, 2015:
bp2sdm.menlhk.go.id)
Pada pasal 10 dalam Permen LH No. 5 Tahun 2013 dijelaskan penilaian
program Adiwiyata dengan tahapan yang meliputi:
1) Penyampaian permohonan penilaian secara tertulis oleh calon Sekolah
Adiwiyata kepada tim penilai kabupaten/kota.
2) Penilaian terhadap pencapaian Sekolah Adiwiyata oleh tim penilai
kabupaten/kota.
3) Penyampaian hasil penilaian Sekolah Adiwiyata kabupaten/kota kepada tim
penilaian provinsi
75
4) Penilaian terhadap pencapaian Sekolah Adiwiyata kabupaten/kota oleh tim
penilai provinsi.
5) Penyampaian hasil penilaian Sekolah Adiwiyata provinsi kepada tim penilaian
nasional
6) Penilaian terhadap pencapaian sekolah Adiwiyata provinsi oleh tim penilaian
nasional dan
7) Penyampaian hasil penilaian Sekolah Adiwiyata nasional kepada menteri
melalui dewan pertimbangan adiwiyata. (Permen LH No. 5 Tahun 2013)
Sedangkan mekanisme pemberian penghargaan pada sekolah Adiwiyata
mandiri adalah sebagai berikut:
1) Tim Nasional menetapkan sekolah akan dilakukan observasi lapangan
berdasarkan laporan dari sekolah Adiwiyata Nasioanl
2) Calon sekolah Adiwiyata mandiri yang terpilih, dilakukan observasi lapangan.
3) Penetapan sekolah sebagai penerima penghargaan sekolah Adiwiyata Mandiri
apabila telah melakukan pembinaan terhadap sekolah lain, sehingga
menghasilkan minimal 10 sekolah Adiwiyata kabupaten/kota.
4) Sekolah Adiwiyata mandiri dapat diusulkan untuk ikut dalam seleksi
penerimaan penghargaan tingkat Asean Eco School. (Tim Adiwiyata: 2012, 32)
Dapat dilihat bahwasannya jenjang Adiwiyata dimulai dengan Adiwiyata
Kabupaten/Kota yang merupakan prestasi awal dalam adiwiyata. Dan penilaian
yang dilakukan oleh tim Adiwiyata kabupaten/kota. Sedangkan pengahargaan
tertinggi adalah Adiwiyata Mandiri yang merupakan penghargaan pada sekolah
yang telah membina 10 sekolahan dalam prosesnya menuju Adiwiyata Mandiri.
Bentuk penghargaan pada Adiwiyata Mandiri adalah piala dan piagam Adiwiyata
Mandiri. Selain itu Adiwiyata Mandiri juga dapat diusulkan dalam ASEAN Eco-
Schools.
Kriterian ASEAN Eco-Schools sendiri terdiri dari 4 kriteria yaitu sebagai
berikut:
1) Kebijakan dan administrasi sekolah
2) Modul pembelajaran dan kegiatan pemebelajaran
3) Fasilitas dan praktik lingkungan
4) Kemitraan dan keterlibatan masyarakat. (ASEAN: 2013, 11)
Sehingga jika sekolah Adiwiyata Mandiri melanjutkan pada Eco-Schools
ASEAN maka harus memenuhi keempat kriterian tersebut. Program Adiwita ini
sangat diperlukan dalam mengatasi permasalahan-permasalahan lingkungan di
Indonesia. Karena dalam program Adiwiyata ini, pendidikan lingkungan hidup
diintegrasikan pada kurikulum nasional yang digunakan pada sekolah.
Pendidikan Agama Islam pada sekolah yang melaksanakan program
Adiwiyata ini tentunya berbasis pada lingkungan, sehingga penanaman moral dan
pandangan dalam etika lingkungan Islam menjadi hal inti dalam pendidikan agama
Islam berbasis lingkungan. Sehingga bukan hanya materi yang diajarkan harus
terintegrasi pada lingkungan akan tetapi juga pembentukan akhlak siswa pada
sekolah Adwiayata.
Kegiatan-kegiatan keseharian di sekolah Adiwiyata yang menjadi budaya
sekolah juga berbasis pada lingkungan, termasuk kegiatan-kegiatan yang
besangkutan dengan lingkungan. Keadaan dan fasilitas sekolah juga menggunakan
fasilitas ramah lingkungan. Seperti pengadaan tong sampah pada setiap area
sekolah. Sehingga siswa mendapatkan gambaran keadaan atau suasana dari
76
menerapkan ramah lingkungan. Bukan hanya itu, manfaatnya juga akan dirasakan
oleh siswa terlebih sekolah dalam mengembangakan mutu pendidikan di sekolah.
Sehingga penanaman perilaku, cara pandang, pengetahuan, keterampilan dan
rasa kepedulian terhadap lingkungan dapat terlaksana dengan baik. Sesuai dengan
tujuan dari diadakannya program Adiwiyata dan pendidikan lingkungan hidup.
D. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian yang membahas tentang Pendidikan Agama Islam berbasis lingkungan
dan Adwiyata sebelumnya dan berdasarkan fokus penelitian ini yaitu Peran Pendidikan
Agama Islam dalam mengembangkan Budaya Sekolah Peduli Lingkungan ditemukan
penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Diantaranya adalah penelitian yang
dilakukan oleh Mujiyono Abdillah, yang berjudul Agama Ramah Lingkungan
Perspektif Al-Qur‟an, 2001. Buku ini diangkat dari hasil disertasi yang membahas
ekoteologi Islam yang berbasis pada teologi lingkungan. Salah satu kesimpulan dari
disertasi tersebut adalah teologi Islam telah mengembangkan dasar-dasar pilar
keberimanan antara lain: (1) tidak sempurna iman seorang jika tidak peduli lingkungan,
(2) peduli lingkungan adalah sebagian dari iman, (3) perusak lingkungan adalah kafir
ekologis, (4) pemboros energi adalah teman syaitan. Persamaan dari penelitian yang
ditulis oleh Mujiyono Abdillah dengan penelitian ini adalah, sama-sama menerangkan
konsep Islam dalam hal mengelola dan melestarikan lingkungan. Sedangkan
perbedaannya, penelitian yang ditulis oleh Mujiyono Abdillah membahas dan fokus
pada ekoteologi Islam, sedangkan penelitian ini membahas konsep Islam tentang
lingkungan yang digunakan oleh guru dalam pendidikan agama Islam di sekolah.
Kemudian penelitian yang ditulis oleh Trikinasih Handayani, Wuryadi, Zamroni,
dalam artikel jurnal yang berjudul Pembudayaan Nilai Kebangsaan Siswa Pada
Pendidikan Lingkungan Hidup Sekolah Dasar Adiwiyata Mandiri, 2015. Dalam
penelitian ini bertujuan praksis pendidikan lingkungan hidup dan pembudayaan nilai
kebangsaan pada siswa Sekolah Dasar adiwiyata mandiri di DIY yang tercakup dalam
pembelajaran PLH secara terintegrasi. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-
sama meneliti penerapan pendidikan lingkungan hidup di sekolah adiwiyata mandiri.
Sedangkan perbedaannya adalah fokus penelitian yang ditulis oleh Handayani, Wuryudi
dan Zamroni merupakan penelitian pada tingkat SD dan lebih melihat pada semua mata
pelajaran yang terintegrasi. Sedangkan pada penelitian ini fokus penelitian pada
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di jenjang SMP yang dilakukan oleh guru PAI
pada sekolah Adiwiyata Mandiri.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Ellen Landriany, dalam artikel jurnal
yang berjudul Implementasi Kebijakan Adiwiyata dalam Upaya Mewujudkan
Pendidikan Lingkungan Hidup di SMA Kota Malang. 2014. Penelitian ini meneliti
tentang PLH di tingkat SMA di kota Malang yang mana sekolah sudah melakukan
kebijakan lingkungan hidup dan mengintegrasi mata pelajaran walaupun masih
ditemukan kendala dan sekolah sudah melakukan langkah-langkah strategis guna
mengatasi hambatan. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti program
Adiwiyata. Perbedaannya adalah penelitian yang dilakukan oleh Landriany lebih pada
kebijakan Adiwiyata di jenjang SMA kota Malang. Sedangkan dalam penelitian ini
lebih pada peran gru Pendidikan Agama Islam dalam program Adiwiyata Mandiri
sekaligus melihat budaya yang dibangun dalam sekolah tersebut.
Penelitian selanjutnya merupakan tesis karya Layly Atiqoh yang berjudul
Kurikulum Pendidikan Agama Islam Berbasis Lingkungan (Studi Multi Kasus di
77
Sekolah Adiwiyata SMPN 6 dan SMPN 7 Salatiga Tahun 2016). 2017. Hasil penelitian
ini adalah (1) Sekolah telah melakukan perencanaan kurikulum Pendidikan Agama
Islam yang berbasis lingkungan yaitu dengan mengadakan pemetaan dari kompetensi
dasar menjadi indikator, (2) Sekolah telah mengadakan pengembangan kurikulum
Pendidikan Agama Islam berbasis lingkungan yaitu dengan mengintegrasikan materi
dengan lingkungan, (3) Sekolah telah melaksanakan kurikulum Pendidikan Agama
Islam berbasi lingkungan yaitu dengan membuat rencana tahunan, melakukan
komunikasi dengan pihak lain, serta bagi guru sudah membuat rancangan pelaksanaan
pembelajaran dan penilaian, (4) Keunggulannya siswa lebih peduli pada lingkungan dan
partisipasi siswa sangat tinggi dalam melaksanakan semua program yang sudah dibuat
sekolah. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti Pendidikan Agama
Islam berbasis lingkungan di tingkat SMP. Perbedaan penelitian ini dengan yang ditulis
oleh Atiqoh adalah penelitian Atiqoh lebih memfokuskan penelitiannya pada kurikulum
Pendidikan Agama Islam sedangkan penelitian ini memfokuskan pada implementasi
Pendidikan Agama Islam berbasis lingkungan yang dilakukan guru PAI dan perannya
dalam budaya sekolah peduli lingkungan.
E. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.8
Kerangka Konseptual
Faktor yang
Melatarbelakangi
1. Banyaknya kerusakan
lingkungan disebabkan
ulah manusia
2. Kurangnya rasa peduli
lingkungan
3. Pelestarian lingkungan
kurang mendapat
perhatian pada PAI
4. Sekolah adiwiyata
masih terbatas
5. Permasalahan
kerusakan lingkungan di
kota Tangerang Selatan
Guru Pendidikan Agama
Islam
1. Pengintegrasian PAI
dengan PLH
2. Keteladanan
3. Pembiasaan
Pelaksanaan Program Adwiyata
1. Kebijakan berwawasan
lingkungan
2. Pelaksanaan kurikulum
berbasis lingkungan
3. Kegiatan lingkungan berbasis
partisipatif
4. Ketersediaan sarana prasarana
Dampak
Kualitas
pandangan,
kepribadian,
pengetahuan,
kepedualian
terhadap
lingkungan
78
Gambar 2.8 menjelaskan bahwasannya guru Pendidikan Agama Islam sebagai
guru yang mengajarkan agama Islam di sekolah memiliki peran yang penting dalam
membentuk kualitas pandangan, kepribadian, pengetahuan, kepedulian terhadap
lingkungan.
Pendidikan agama Islam di sekolah merupakan pendidikan wajib dan berbasis
pada nilai-nilai ajaran Islam. Ranah pembahasan dalam materi pendidikan agama Islam
di Sekolah bukan hanya menjelaskan hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia
dengan manusia tetapi juga menjelaskan tentang hubungannya manusia dengan alam.
Sehingga dalam kaitannya dengan lingkungan maka Pendidikan Agama Islam di
sekolah berwawasan lingkungan untuk menjawab permasalahan lingkungan yang ada.
Pendidikan Agama Islam terintegrasi dengan pendidikan lingkungan hidup.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan berwawasan pada lingkungan yang
dilakukan oleh guru PAI akan memberikan pandangan dan nilai-nilai Islam pada
peserta didik selaku warga sekolah. Guru Pendidikan Agama Islam di sekolah memiliki
kontribusi pada budaya sekolah yang ada, dikarenakan guru PAI mendidik siswa
dengan pendidikan agama yang mengajarkan pandangan dan nilai-nilai yang
terkandung dalam ajaran agamanya. Sehingga guru yang mengajarkan PAI berbasis
lingkungan sudah seharusnya memiliki kontribusi dalam membangun dan
mengembangkan budaya peduli lingkungan.
Selain itu, budaya sekolah peduli lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini
merupakan sekolah yang menjalankan Program Adiwiyata. Yang mana adiwiyata
(MenLH, 2012:3) sendiri merupakan tempat yang baik dan ideal dimana dapat
diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yag dapat menjadi
dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita dan menuju kepada
pembangunan berkelanjutan. Yang terdiri dari empat komponen yaitu kebijakan
berwawasan lingkungan, pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan, kegiatan
lingkungan berbasis partisipatif dan pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan.
Oleh sebab itu, dalam kegiatan keseharian sekolah yang menjadi budaya sekolah yang
mendukung untuk terlaksananya program Adiwiyata
Sedangkan untuk melihat peran guru Pendidikan Agama Islam mengembangkan
budaya sekolah peduli lingkungan adalah dengan cara pengintegrasian materi
Pendidikan Agama Islam dengan lingkungan sehingga siswa dapat mengetahui dan
memiliki cara pandang untuk selalu peduli lingkungan. Dalam strategi ini pula
Pendidikan Agama Islam mengajak seluruh warga sekolah (siswa, guru, staf
kependidikan dan non kependidkan) untuk selalu memiliki perilaku ramah lingungan.
Selanjutnya adalah dengan cara pembiasaan dan keteladanan. Hal ini yang menjadi
faktor penting dalam pembentukan dan penanaman nilai-nilai Islam dalam mengelola
dan menjaga kelestarian lingkungan. Semua ini akan membantu dalam pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan dan program Adiwiyata. Sehingga
akan menghasilkan dan meningkatkan kualitas cara pandang, kerpibadian, pengetahuan
dan kepedulian terhadap lingkungan yang dalam hal ini sesuai dengan ajaran agama
Islam.
79
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Pada bagian pertama ini akan dijelaskan tentang tempat dan waktu yang digunakan
dalam penelitian. Dan hal tersebut sebagai berikut:
1. Tempat penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 3 Tangsel yang berlokasi di Jl. Ir. H.
Juanda Ciputat, Cempaka Putih, Kec. Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan
Provinsi Banten. SMPN 3 Kota Tangerang Selatan, merupakan sekolah yang
menerapkan program Adiwiyata dan sudah menjadi Adiwiyata Mandiri di kota
Tangerang Selatan yaitu penghargaan tertinggi di adiwiyata setelah adiwiyata
nasional. Sehingga dalam kurikulum yang digunakan terintegrasi dengan lingkungan
sehingga PAI yang ada di sekolah ini termasuk pada PAI berwawasan lingkungan
dan kegiatan yang menjadi budaya sekolah berdasarkan dengan program Adiwiyata
yaitu berhubungan dengan lingkungan. Selain itu, sekolah ini sudah menerapkan
peduli lingkungan semenjak sekolah ini melaksanakan sekolah sehat.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian yang berlangsung dalam penelitian ini, dimulai pada 30
Desember tahun 2016 dengan penelitian pendahuluan dilanjutkan dengan proposal
penelitian pada 9 Februari 2017. Kemudian memulai penelitian lapangan pada bulan
Agustus hingga bulan Oktober 2017. Dan selanjutnya digunakan untuk mengolah
dan menarik kesimpulan penelitian.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu Sedangkan bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode. Sedangkan pengertian lainnya adalah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna
dari pada generalisasi. (Sugiyono: 2014, 1)
Menggunakan kualitatif karena sesuai dengan tujuan penelitian yang berguna untuk
menggambarkan dan mendeskripsikan hasil penelitian dalam bentuk kata-kata dari
data-data yang diperoleh. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
fenomenologis, dimana peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami
arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi
tertentu. (Moloeng, 2014: 17).
C. Sumber Data
Data yang dicari dan dikumpulkan melalui penelitian ini adalah data yang sesuai
dengan permasalahan penelitin ini, yaitu tentang Pendidikan Agama Islam berwawasan
Lingkungan di Program Adiwiyata yang dengan program ini, budaya peduli lingkungan
dibangun di sekolah Adiwiyata tersebut.
80
Sumber data dalam penelitian ini, bersumber pada data primer dan data sekunder.
Yaitu sebagai berikut:
1. Data primer penelitian ini adalah hasil observasi , wawancara dengan orang-orang
yang terkait dengan penelitian ini, yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru
pendidikan agama Islam dan koordinator tim adiwiyata. Studi dokumen juga
menjadi data primer dalam penelitian ini, untuk memperkuat dan menjawab
permasalahan dalam penelitian.
2. Data sekunder dari penelitian ini berasal dari buku-buku, jurnal, tesis, desertasi, dan
artikel yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan juga pendidikan agama Islam
dan dokumen yang terkait dengan penelitian ini.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data yang diperoleh
dari observasi, wawancara dan studi dokumen. Seperti yang dikatakan oleh Mukhtar
(2013:109), dalam penelitian kualitatif, seorang peneliti mengandalkan hasil
penelitiannya melalui observasi yang didukung oleh wawancara dan dokumentasi yang
dikumpulkan di lapangan.
Untuk pengumpulan data berupa observasi dengan mengikuti pedoman observasi.
Begitu juga dengan wawancara, akan tetapi pedoman wawancara ini dimaksudkan
untuk menjaga agar wawancara dapat berlangsung tetap pada konteks permaslaahan
penelitian, sehingga penelitian akan berfokus pada permasalahan yang diteliti. Adapun
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi Dalam hal ini peneliti mengamati secara langsung dan mencatat peristiwa,
kegiatan keseharian sekolah, kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
berwawasan lingkungan, sarana dan prasarana sekolah dan lain sebagainya yang
berkaitan dengan penelitian ini.
Observasi pada pendidikan agama Islam untuk melihat pelaksanaan PAI
berwawasan lingkungan di sekolah sebagai mata pelajaran agama Islam. Untuk
observasi pembelajaran PAI berwawasan lingkungan ini dilaksanakan pada beberapa
kelas sesuai masing-masing jenjang. Akan tetapi, karena kebijakan dari sekolah,
peneliti hanya dapat meneliti kelas yang diajarkan oleh dua orang guru PAI di
SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. Kemudian observasi pada budaya sekolah peduli
lingkungan dilakukan untuk melihat kegiatan keseharian yang terdapat sekolah
sebagai upaya menanamkan peduli lingkungan dalam program Adiwiyata dan
interaksi warga sekolah.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh
kedua pihak yaitu, pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
(Moeloeng, 2014:186).
Wawancara ini digunakan untuk mendapatkan data tentang pendidikan agama
Islam berwawasan lingkungan dan budaya sekolah peduli lingkungan di sekolah
Adiwiyata Mandiri. Wawancara ini akan berpedoman pada pedoman wawancara
sesuai dengan informan yang diwawancarai yaitu kepala sekolah dan wakil kepala
sekolah untuk mengetahui kebijaksanaan yang dibuat dan yang berkaitan dengan
budaya peduli lingkungan. Kemudian guru pendidikan agama Islam untuk
81
mengetahui proses belajar pendidikan agama Islam berwawasan lingkungan dan
penanaman etika lingkungan Islam sebagai bagian dari pendidikan Agama Islam
berwawasan lingkungan. dan yang terkhir yaitu koordinator Adiwiyata sebagai guru
yang diberi tugas dalam mengurusi dan memastikan pelaksanaan program Adiwiyata
di sekolah.
Wawancara yang digunakan adalah wawancara yang mendalam, hal ini
dilakukan untuk mengetahui informasi lebih rinci dari narasumber penelitian ini.
Sehingga informasi yang didapat dapat menjawab permasalahan dalam penelitian
ini.
3. Studi Dokumentasi
Dokumentasi adalah data pendukung yang dikumpulkan sebagai penguatan data
observasi dan wawancaara. (Mukhtar, 2013: 119). Apabila tersedia, dokumen-
dokumen ini dapat menambah pemaham atau informasi untuk penelitian. (Emzir,
2011:61). Studi Dokumentasi dalam penelitian ini dengan mengumpulakan
dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian seperti profil sekolah, SK (Surat
Keputusan) kepala sekolah dalam kebijakan sekolah untuk membangun budaya
sekolah, RPP Pendidikan Agama Islam berwawasan Lingkungan, arsip-arsip yang
terkait dengan program Adiwiyata Mandiri SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan interaksi simbolik. Hal ini dilakukan dikarenakan
orang, situasi dan peristiwa dibutuhkan penafsiran untuk memahami perilaku dan
interaksi yang terjadi yang bersumber dari data primer dan sekunder. Data-data yang
tersimpan dalam recorder akan ditampilkan dalam bentuk naratif. Masing-masing data
yang diperoleh akan di analisis. Sementara proses analisis data dalam penelitian ini
menggunakan analisis data lapangan model Miles dan Huberman melalui tiga aktivitas
yaitu reduksi data, data display dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. (Sugiono,
2014:.91). Sebagai berikut:
1. Reduksi data, yaitu mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian
data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencari bila diperlukan.
2. Data display, yaitu Setelah data yang direduksi, maka selanjutnya adalah mendisplay
data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi yaitu Kesimpulan awal yang dikemukakan
masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan pada tahap awal,
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel.
F. Uji Keabsahan Data
Pada pemeriksaan keabsahan data menggunakan triangulasi. Seperti yang
dikatakan Moleong (2014: 330), triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu.
82
Triangulasi yang digunakan adalah pertama, triangulasi metode yaitu
mengimplikasikan adanya model-model pengumpulan data secara berbeda dengan pola
berbeda. Yang dilakukan dengan dua strategi yaitu pengecekan derajat kepercayaan
data temuan hasil penelitian melalui beberapa teknk pengumpulan data dan pengecekan
derajat keterpercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. (Mukhtar:
2013, 138).
Gambar 3.1
Triangulasi Metode
Hasil pengumpulan data dari observasi, wawancara dan studi dokumen akan
dibandingkan dan dicocokkan. Dan kedua, menggunakan triangulasi sumber yaitu data
yang diperoleh dari beberapa sumber. Dalam hal ini peneliti akan mengambil dan
menggali informasi serta data dari kepala sekolah, wakil-wakil kepala sekolah,
koordinator Adiwiyata dan guru Pendidikan Agama Islam.
Observasi
Wawancara Studi Dokumen
83
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMPN 3 Kota Tangerang Selatan
Dalam bagian ini, akan dideskripsikan tentang SMPN 3 Kota Tangerang Selatan
secara umum, meliputi penjelasan profil sekolah, visi, misi dan tujuan sekolah, pendidik
dan tenaga kependidikan, jadwal kegiatan serta sarana dan prasarana yang ada di
sekolah ini. Gambaran umum tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
1. Profil Sekolah
SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu sekolah milik
Negara pada jenjang menengah pertama yang berada di Ciputat Timur, daerah Kota
Tangerang Selatan. Dengan NPSN (No. Pokok Sekolah Nasional) yaitu 20603132,
nomor statistik sekolah yaitu 201.280.310.002 dan Status sekolah terakreditasi A.
Lebih tepatnya sekolah ini beralamatkan di Jl. Ir. H. Juanda No. 1. Kec. Ciputat
Timur. Kab. Kota Tangerang Selatan. Prov. Banten. Hal tersebut dapat dilihat
sebagai berikut:
Gambar 4.1
Letak SMPN 3 Kota Tangerang Selatan
Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwasannya SMPN 3 Kota Tangerang Selatan
berada di wilayah Ciputat Timur. Dan letaknya yang jauh dari kebisingan jalan raya,
membuat kegiatan belajar dapat berlangsung dengan baik. SMP Negeri 3 Kota
Tangerang Selatan ini, termasuk 16 SMP yang ada di Ciputat Timut, Kota
Tangerang Selatan. Dan merupakan salah satu 4 SMP Negeri yang ada di Ciputat
Timur. 4 SMP Negeri itu adalah SMP Negeri 10 Kota Tangerang Selatan, SMP
Negeri 13 Kota Tangerang Selatan, SMP Negeri 2 Kota Tangerang Selatan dan SMP
Negeri 3 Kota Tangerang Selatan. (Data Sekolah Kota Tangerang Selatan).
Letak sekolahnya juga berdekatan dengan beberapa institusi pendidikan. Seperti
SDN Cempaka Putih 03, SMA Triguna Utama, SMK Triguna Utama dan juga
berdekatan dengan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sehingga sekolah ini berada
pada daerah yang dikelilingi dengan institusi pendidikan pada setiap jenjang
sekolah, dan memiliki tanggung jawab untuk memberikan pendidikan pada anak
untuk mendapatkan pendidikan pada jenjang menengah pertama dalam masyarakat.
84
Secara geografis berada di daerah perbatasan DKI Jakarta dengan kondisi
demografisnya yang memiliki kesamaan dengan kondisi demografis DKI Jakarta.
SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan adalah sebuah harapan masyarakat lapisan
menengah ke bawah yang ingin mengangkat sebuah nama menjadi persaingan
positif dunia pendidikan di wilayah Kota Tangerang Selatan dengan sejumlah
sekolah unggulan terutama swasta. Sementara secara antropologis dan soisologis
budaya dan kehidupan sosial masyarakat Ciputat memiliki kesamaan dengan budaya
dan kehidupan sosial masyarakat metropolis yang cenderung lebih bersifat
individualistis dan kebudayaan barat (western) yang lebih mengemuka, sehingga
internalisasi dan pengembangan pendidikan karakter dan budaya bangsa harus
dilakukan secara berkelanjutan dan integral. (Dokumen 1 Kurikulum SMPN 3 Kota
Tangerang Selatan 2017/2018).
Oleh karena itu, SMPN 3 Kota Tangerang Selatan ini merupakan sekolah yang
berusaha menjawab harapan masyarakat untuk mendidik siswa agar dapat
menghadapi tantangan-tantangan yang ada masyarakat. SMPN 3 Kota Tangerang
Selatan juga mengusahakan dalam membentuk siswa untuk mempunyai karakter
yang baik dan sesuai dalam masyarakat.
SMPN 3 Kota Tangerang Selatan yang berada di wilayah Kota Tangerang
Selatan juga memiliki tanggung jawab dalam menanmkan karakter peduli
lingkungan, mengingat Tangerang Selatan memiliki permasalahan terkait dengan
pencemaran lingkungan seperti permasalahan sampah. Disampaing itu, SMPN 3
Kota Tangerang Selatan berada dekat dengan kawasan Situ Gintung sehingga
sebagai sekolah yang berbasis pada lingkungan sudah seharusnya mengajarkan dan
mendidik siswa untuk menjaga kelestarian Situ Gintung mengingat pembangunan
pemukiman yang pesat menyebabkan alih fungsi lahan sekitar 9.51 ha dan
penurunan luas perairan yang diikuti dengan terus bertambahnya beban cemaran
pada perairan menyebabkan penurunan kemampuan self-purification. (Bahri dkk:
2015)
Sedangkan kurikulum yang digunakan pada sekolah ini adalah kurikulum 2013.
Sekolah ini juga memiliki website sekolah sebagai media informasi tentang sekolah
bagi masyarakat yang ingin mengetahui semua tentang sekolah. Alamat website
sekolah ini adalah smpn3tangsel.sch.id. Alamat tersebut sama dengan alamat email
yang dimiliki sekolah ini. No.Telepon sekolah ini yaitu (021) 7401312. Itu semua
merupakan sarana yang dapat digunakan masyarakat untuk mengetahui lebih jauh
tentang sekolah ini dan dapat langsung menghubungi pihak sekolah. Luas lahan
sekolah ini seluas 4.811 m2, dengan luas tanah terbangun seluas 2.531 m
2. Gedung
sekolah ini, terdiri dari 2 lantai, dengan jumlah ruang 15 di lantai 1 dan 18 ruangan
di lantai 2. (Profil SMPN 3 Kota Tangerang Selatan)
Bangunan sekolah baik dan layak digunakan sebagai tempat belajar siswa, dan
terpelihara dengan baik. Bangunan sekolah memiliki pengaturan udara dan
pencahayaan yang baik, hal tersebut dikarenakan setiap kelas memiliki jendela dan
ventilasi yang baik dalam pengaturan cahaya dan udara. Selain itu, sekolah juga
memiliki taman-taman termasuk taman vertikal di lantai 2 sehingga suhu udara
sejuk. Pada lantai pertama sekolah ini, selain berisikan ruang kelas untuk kegiatan
belajar mengajar juga berisikan ruang kantor yang diperuntukkan untuk kepala
sekolah, wakil kepala sekolah, guru dan staf tata usaha sekolah. Selain itu, tempat
ibadah, tempat wudhu’, kantin, toilet, juga berada di lantai 1. Sedangkan pada lantai
85
2 berisikan ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, dan aula. Penjelasan tentang
sarana prasarana ini akan dijelaskan pada bagian selanjutnya.
2. Sejarah SMPN 3 Kota Tangerang Selatan
Kepala sekolah pertama yaitu R. Soeharto, ia menjabat sewaktu SMPN 3 Kota
Tangerang Selatan masih SMPN 2 Tangerang di tahun 1977 yang merupakan tahun
awal berdirinya sekolah. Kemudian SMPN 2 Tangerang dikukuhkan menjadi SMPN
2 filial di tahun 1979 pada masa jabatan Drs. H. Wanhar. Pada masa jabatan kepala
sekolah Drs. H. Wanhar ini juga sekolah menjadi sekolah mandiri dengan nama
SMP Negeri 1 Ciputat pada bulan Februari 1983. Kemudian pada tahun 1989 hingga
1996 kepala sekolah diganti dengan Drs. H. Munadjat Indria. Pada masa jabatan
Dra. Hj. Ade Halimatusa’diah, terjadi perubahan nomenklatur pada tahun 1999
untuk kecamatan Ciputat sehingga menjadikan nama sekolah berubah menjadi SMP
Negeri 2 Ciputat hingga sekolah menjadi SMPN 3 Kota Tangerang Selatan saat ini.
(smpn3tangsel.sch.id)
Pada masa jabatan Drs. H. Kuswanda sekolah mengadakan program kelas
akselerasi/percepatan pada tahun pembelajaran 2004/2005. Kelas
akselerasi/percepatan adalah kelas khusus dengan program pembelajaran dengan
sistem kredit semester dengan harapan siswa bisa menempuh waktu belajar yang
lebih cepat, yakni 2 tahun dengan pemadatan materi pembelajaran, kelas ini diikuti
oleh siswa yang berkategori Cerdas Istimewa. (Dokumen 1 Kurikulum: 10)
Pada masa jabatan Drs. H. Kuswanda, M.Pd sekolah menjalankan sekolah sehat
di wilayah Ciputat Timur. Seperti yang dikatakan oleh pak Sholeh Selaku Wakil
Kurikulum yaitu, “Kami sudah menjadi sekolah sehat, jadi kita sudah memulai
lingkungan ini supaya hijau sudah mulai dari kepala sekolah sebelumnya yaitu pak
Kuswanda dilanjutkan pak Nurhadi.” (Wawancara Wakasek Kurikulum: Fathoni).
Pada tahun pelajaran 2010/2011 tepatnya pada masa jabatan Drs. H. Nurhadi
MM, dimulai pengembangan Sekolah Hijau yang dikembangkan dan didesain oleh
setiap warga. Pada tahun ini juga dibuka program layanan kelas Bilingual. Yaitu
program kelas dua bahasa, kelas dengan program pembelajaran yang menerapkan
dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan Inggris. (Dokumen 1 Kurikulum: 55).
Pada masa jabatan H. Maryono, M.Pd, pada tahun 2011 sekolah memenangkan
sekolah sehat tingkat Nasional juara 6. Seperti yang dikatakan oleh bu Nita
Marginingsih, yaitu “Dimulai dengan sekolah sehat tahun 2011 dengan tingkat
nasional mendapat juara 6”.
Kemudian pada tahun 2012 sekolah memperoleh penghargaan Adiwiyata Kota,
dan di tahun 2013 mendapat penghargaan Adiwiyata Provinsi dan Nasional. Pada
tahun 2016 sekolah memenangkan lomba matematika dan juara 2 ditingkat
Kabupaten/Kota, juara 3 cerdas cermat tingkat Kabupaten/Kota dan juara ke 1
lomba puisi tingkat provinsi. (Profil SMPN 3 Kota Tangerang Selatan). Pada tahun
ini juga sekolah mendapat penghargaan Adiwiyata Mandiri. Untuk sejarah tentang
sekolah menerapkan program Adiwiyata akan dijelaskan pada bagian budaya
sekolah.
Sekolah juga memperoleh kejuaraan non akademik pada 2 tahun terakhir yaitu
pada tahun 2016 sekolah menjuarai lomba karate mendapatkan juara ke 1 di tingkat
provinsi. Lomba catur tingkat Kota juara 1, lomba paskibraka juara ke 2 tingkat
provinsi, lomba mendongen juara ke 3 tingkat kota. Dan di tahun 2017
memenangkan lomba karate sirkuit juara ke 1 tingkat Kota, lomba kaligrafi tingkat
86
Kota juara ke 1, lomba bulu tangkis juara ke 3 tingkat Kota, lomba seni baca al-
Qur’an juara ke 2 tingkat Kota dan lomba pencak silat ke 2 tingkat Kota.(Profil
SMPN 3 Kota Tangerang Selatan).
3. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah
Visi tidak lain merupakan citra moral yang menggambarkan profil sekolah yang
diinginkan di masa datang. Adapun Visi dari SMPN 3 Kota Tangerang Selatan ini
adalah Sekolah Prestatif Berstandar Nasional. Maksud dari pengertian ini adalah
SMPN 3 Kota Tangerang Selatan menjadi lembaga satuan pendidikan yang
memenuhi kriteria sekolah standar nasional dan menghasilkan lulusan yang
memiliki kualifikasi skill sesuai kompetensi kurikulum dengan indikator yaitu
Terunggul dalam prestasi, Teladan dalam bersikap dan bertindak, Konsisten dalam
menjalankan ajaran agama, Menciptakan lingkungan sehat dan hijau. (Dokumen 1
kurikulum SMPN 3 Kota Tangerang Selatan: 2017/2018, 14).
Semua itu dilakukan untuk ketercapaian sekolah dalam standar nasional dan
memebuhi tantangan-tantangan yang dihadapi dalam permasalahan pendidikan.
Seperti Menciptakan lingkungan sehat dan hijau, untuk menjawab permasalahan
lingkungan yang dihadapi oleh Indonesia khususnya Kota Tangerang Selatan.
Sedangkan untuk merealisasikan visi sekolah, dikembangkan misi sekolah,
yaitu Mewujudkan peningkatan kualitas atau mutu lulusan, Mewujudkan
peningkatan jumlah lulusan yang masuk SMA atau SMK Negeri, Membina sikap
percaya diri, semangat gotong royong, dan cinta tanah air, Meningkatkan prestasi
kerja yang diimbangi dengan penghargaan yang layak serta dilandasi dengan
semangat ketauladanan dan keikhlasan, Menigkatkan status sekolah menjadi sekolah
unggulan, Menuju sekolah berwawasan lingkungan, Mengadakan jum’at bersih
secara rutin, Membiasakan seluruh warga sekolah untuk peduli sampah, dan
Konsisten berprilaku dalam hidup bersih dan sehat. (Dokumen 1 kurikulum SMPN 3
Kota Tangerang Selatan: 2017/2018, 14)
Semua misi ini untuk merealisasikan visi yang dimiliki sekolah, seperti salah
satunya yaitu mewujudkan peningkatan kualitas atau mutu lulusan dikarenakan
siswa sekolah berorientasi melanjutkan sekolahnya di SMA wilayah DKI Jakarta
sedangkan hanya dengan siswa yang memiliki nilai-nilai tinggi yang dapat
melanjutkan di SMA DKI Jakarta disebabkan kuota yang terbatas untuk siswa di
luar sekolah. Sehingga sekolah melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan mutu
lulusan.
Dan tujuan sekolah SMPN 3 kota Tangsel adalah Meningkatkan prilaku akhlak
mulia bagi peserta didik, Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai
dengan minat dan bakat peserta didik, Mengembangkan kepribadian manusia yang
utuh bagi peserta didik, Mempersiapkan peserta didik sebagai bagian dari anggota
masyarakat yang mandiri dan berguna, Mempersiapkan peserta didik dalam
melanjutkan pendidikan lebih lanjut, Meningkatkan pemahaman sekolah
berwawasan lingkungan sehat bagi seluruh komponen sekolah. (Dokumen 1
kurikulum SMPN 3 Kota Tangerang Selatan: 2017/2018, 15). Tujuan sekolah ini
merupakan cerminan dari visi dan misi sekolah sehinga siswa dapat memiliki
kualifikasi yang diharapkan sekolah.
Untuk mensuport implementasi misi dan tujuan sekolah dalam rangka
merealisasikan visi sekolah, dikembangkan dan ditanamkan kepada seluruh warga
sekolah motto sekolah yaitu TADABBUR, yaitu Tertib mentaati peraturan sekolah,
87
Aman dalam belajar, Damai dalam kehidupan, Amanah dalam menjalankan tugas,
Bersih hati dan lingkungan, Berakhlak dalam bertingkahlaku dan berbicara, Ukwah
dengan sesama, dan Religius dalam kehidupan. (Dokumen 1 kurikulum SMPN 3
Kota Tangerang Selatan: 2017/2018, 15)
Visi, misi dan tujuan sekolah terpajang pada lobi sekolah dekat dengan tempat
guru piket. Sedangkan untuk motto sekolah ini, terpajang di depan sekolah dekat
taman depan sekolah. Visi, misi dan tujuan sekolah juga terdapat di website sekolah,
sehingga masyarakat sekita dapat dengan mudah mengetahui apa yang berusaha
sekolah ajarkan dan kembangkan.
4. Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pada bagian ini menjelaskan data dari kepala sekolah, semua wakil kepala
sekolah berdasarkan jenis kelamin dan pendidikan akhir yang ditempuh, jumlah
guru-guru dan jumlah tenaga kependidikan yang ada di SMPN 3 Kota Tangerang,
berikut penjelasannya:
a. Kepala Sekolah
Dibawah ini data kepala sekolah dengan semua wakil kepala sekolah, yang
meliputi wakil kepala sekolah di bidang kurikulum, wakil kepala sekolah di
bidang kesiswaan, wakil kepala sekolah dibidang sarana dan prasaran, wakil
kepala sekolah hubungan masyarakat dan wakil kepala sekolah dibidang
pengembangan dan mutu sekolah. data tersebut dapat dilihat sebagai berikut
Tabel 4.1
Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah
No. Jabatan Nama
Jenis
kelamin Pend.
Akhir L P
1. Kepala Sekolah H. Maryono, S.E. M. Pd L S2
2. Wakasek
Kurikulum
Drs. Sholeh Fathoni,
M.pd L S2
3. Wakasek
Kesiswaan Drs. Junaedi L S1
4. Wakasek Sarpras Dadang Johana L D3
5. Wakasek Humas Indah Pudji Rahayu, S.
Pd, M.si P S2
6.
Wakasek
Pengembangan
dan Mutu Sekolah
Hj. Neni Supriati, M. Pd P S2
Sumber: Dikutip dari profil SMPN 3 Kota Tangerang Selatan tahun 2017/2018
Sebagian besar wakil kepala sekolah di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan
berpendidikan akhir S2. Hal tersebut dapat dilihat bahwasannya 3 (empat) dari 5
orang wakil kepala sekolah pendidikan akhirnya adalah S2. Sedangkan laki-laki
pada jajaran wakil kepala sekolah berjumlah empat orang termasuk kepala
88
sekolah dan dua orang wakil kepala sekolah berjenis kelamin perempuan.
Sedangkan untuk wakil kepala sekolah sarana dan prasarana di SMPN ini, baru
diganti dikarenakan wakasek sarana dan prasarana sebelumnya meninggal dunia.
b. Guru
Berikut ini merupakan data guru dengan latar belakang yang sesuai atau
tidak dengan tugas mengajarnya pada setiap mata pelajaran yang adi di sekolah
ini. Jumlah guru dengan tugas mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan
(keahlian) dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 4.2
Jumlah Guru dengan Latar Belakang Pendidikannya
No. Guru
Jumlah guru dengan
latar belakang
pendidikan sesuai
dengan tugas mengajar
Jumlah guru dengan
latar belakang
pendidikan yang tidak
sesuai dengan tugas
mengajar Jum
lah
D1/
D2 D3 S1 S2
D1/
D2 D3 S1 S2
1. Pendidika
n Agama
Islam
2 1 1 4
2. Pkn 1 1 1 1 4
3. Bahasa
Indonesia
6 2 8
4. MTK 1 6 1 8
5. IPA 5 2 7
6. IPS 5 4 9
7. B.Inggris 4 2 6
8. Seni
Budaya
1 1 2
9. Penjasor 3 3
10. Prakarya 1 1
11. BK
2 2
Jumlah 2 36 13 3 54
Sumber: Dikutip dari profil SMPN 3 Kota Tangerang Selatan tahun 2017/2018
Dalam jumlah 54 orang guru, yang sesuai dengan latar belakang pendidikan
dalam mengajar sebanyak 51 orang guru yang terdiri dari 2 orang lulusan D3, 36
orang lulusan S1 dan 13 orang lulusan S2. Sedangkan jumlah guru yang
89
mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya sebanyak 3 orang
dengan pendidikan terakhir S1. Guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar
belakang pendidikannya terdapat pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam,
Pendidikan Kewarganegaraan, dan Seni Budaya. Sedangkan guru dengan latar
pendidikan D3 terdapat pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan
Matematika.
Adapun guru yang berstatus PNS sebanyak 48 orang dengan 11 orang
berjenis kelamin laki-laki dan 38 orang perempuan. Dan guru honorer sebanyak 5
orang dengan berjenis kelamin 4 laki-laki dan 1 orang perempuan. (Profil SMPN
3 Kota Tangerang Selatan 2016/2017) . Dengan demikian status guru di sekolah
ini, hampir semua guru merupakan guru PNS dan hanya beberapa yang
merupakan guru honorer.
c. Tenaga Kependidikan
Data tenaga kependidikan pada bagian ini terdiri dari jumlah tenaga
kependidikan berdasarkan kualifikasi pendidikannya berdasarkan latar belakang
pendidikan akhirnya yang meliputi SMP, SMA, S1 dan berdasarkan status PNS
atau honorer serta berdasarkan jenis kelamin. Dan hal tersebut dijelaskan sebagai
berikut:
Tabel 4.3
Jumlah Tenaga Kependidikan
No. Tenaga
Pendukung
Jumlah tenaga
pendukung dan
kualifikasi
pendidikannya
Jumlah tenaga
pendukung
berdasarkan status
dan jenis kelamin
Jum
lah
SMP SMA S1 PNS Honorer
L P L P
1. Tata Usaha 2 4 2 1 2 1 6
2. Perpustakaan 1 1
3. Laboran Lab. IPA
4. Teknisi Lab.
Komputer
5. Laboran Lab.
Bahasa
6. Toolman
7. Sopir
8. Penjaga Sekolah
9. Tukang Kebun
10. Satpam/Keamanan 2 1 3 3
11. Pesuruh 1 5 4 2 6
12. Lainnya: ......
Jumlah 3 9 4 2 1 9 4 16
Sumber: Dikutip dari profil SMPN 3 Kota Tangerang Selatan tahun 2017/2018
90
Jumlah tenaga pendukung sebanyak 16 orang, dengan kualifikasi pendidikan
terakhir S1 berjumlah 4 orang, lulusan SMA sebanyak 9 orang dan lulusan SMP
3 orang. Pada bagian tata usaha (TU) berjumlah 6 dengan lulusan SMA sebanyak
2 orang dan 4 orang lulusan S1, terdiri dari 3 orang PNS (2 laki-laki, 1
perempuan) dan 3 orang Honorer (2 laki-laki, 1 perempuan). Petugas
perpustakaan sebanyak 1 orang dengan lulusan SMA. Untuk satpam/keamanan
berjumlah 3 orang dengan lulusan SMP 2 orang dan lulusan SMA 1 orang dan
semuanya berstatus honorer. Dan terakhir pesuruh di sekolah sebanyak 6 orang,
dengan lulusan SMP 1 orang dan lulusan SMA 5 orang serta berstatus honorer.
5. Data Siswa
Pada bagian ini akan mendeskripsikan data siswapada tahun ajaran 2017/2018
di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. Hal tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.4
Tahun Ajaran 2017/2018
Kelas 7 Kelas 8 Kelas 9
Jumlah
Siswa
Jumlah
Rombel
Jumlah
Siswa
Jumlah
Rombel
Jumlah
Siswa
Jumlah
Rombel
460 11 393 11 447 11
Total Siswa 1.300
Total Rombel 33
Tahun ajaran 2017/2018 jumlah siswa sebanyak 1.300 orang dengan jumlah
rombel 33. 460 orang untuk kelas 7 dengan 11 rombel, 393 siswa di kelas 8 dengan
11 rombel, dan 447 siswa di kelas 9 dengan 11 rombel. (Profil SMPN 3 Kota
Tangsel 2017/2018).
Pada tahun ajaran ini, siswa baru berjumlah 461 orang dengan jumlah
rombongan belajar 11. Hal tersebut dikarenakan banyak masyarakat yang
memasukkan anaknya pada sekolah ini. Disamping itu terdapat kebijakan baru dari
kemnterian pendidikan tentang PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) dengan
menggunakan sistem zonasi dalam menerima siswa baru. Sesuai pasal 2 PPDB
bertujuan untuk menjamin penerimaan peserta didik baru berjalan secara objektif,
akuntabel, transparan, dan tanpa diskriminasi sehingga mendorong pengingkatan
akses layanan pendidikan. (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan NO. 17
Tahun 2017)
Dalam PPDB ini jumlah rombongan belajar untuk jenjang SMP berjumlah 11
rombongan belajar pada setiap jenjang, akan tetapi dikarenakan sistem zonasi ini
terdapat kendala dalam penerimaan siswa sehingga dikeluarkan Surat Edaran No. 3
Tahun 2007 yang menjelaskan bahwa ketentuan jumlah peserta didik dalam satu
rombongan belajar dan jumlah rombongan belajar pada sekolah diberlakukan hanya
untuk peserta baru pada kelas 1, kelas 7 dan kelas 10 untuk setiap sekolah. Jika
berdasarkan analisis kebutuhan, sekolah pada setiap Provinsi/Kabupaten/Kota masih
belum menampung peserta didik yang tersedia sesuai dengan ketentuan zonasi,
91
jumlah peserta didik dalam satu rombongan belajar, dan jumlah rombongan belajar
pada sekolah dapat dilaksanakan secara bertahap disesuaikan dengan kesiapan
masing-masing. (SE No. 3 Tahun 2007). Sehingga jumlah rombongan belajar pada
tahun ajaran 2017/2018 di SMP N 3 Kota Tangerang Selatan berjumlah 11
rombongan.
6. Jadwal Kegiatan SMPN 3 Kota Tangerang Selatan
Jadwal kegiatan di bawah ini merupakan kegiatan keseharian di SMPN 3 Kota
Tangerang selatan dalam kesehariannya mulai hari Senin hingga Jum’at. Dan
penjelasannya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5
Jadwal Kegiatan Sekolah Hari Senin
HARI JAM
KE
WAKTU KEGIATAN
SENIN 1 06.50 – 07.50 Upacara
2 07.50 – 08.40 10 menit baca al-Qur’an
3 08.40 – 09.20 KBM
4 09.20 – 10.00
10.00 – 10.30 Istirahat
5 10.30 – 11.00 KBM
6 11.00 – 11.50
11.50 – 12.30 Istirahat
7 12.30 – 13.10 KBM
8 13.10- 13.50
9 13.50 – 14.30
Sumber: Dikutip dari Observasi Penelitian
Jadwal kegiatan di hari Senin dimulai dengan kegiatan rutin di sekolah yaitu
upacara pada jam pertama yaitu pukul 06.50-07.50. Siswa yang telat dalam
mengikuti kegiatan upacara dipisahkan di belakang sebagai bentuk disiplin. Hal ini
dilakukan oleh guru yang mendapatkan tugas piket pada hari Senin. Setelah upacara
selesai dilanjutkan dengan 10 menit membaca al-Qur’an di kelas kemudian baru
kegiatan belajar mengajar dimulai sesuai pada jadwal guru yang mengajar di jam ke
3 dan 4.
Istirahat pertama di hari Senin berlangsung selama 30 menit dimulai dari jam
10.00-10.30. Pada saat istirahat ini, kegiatan siswa tidak sebanyak pada istirahat
kedua. Kemudian pada jam kelima pada pukul 10.30 hingga 11.50 dimulai kembali
kegiatan belajar mengajar. Dan pada pukul 11.50 hingga 12.30 adalah waktu untuk
istirahat kedua.
92
Pada jam istirahat kedua ini, kegiatan siswa lebih banyak dikarenakan waktu
istirahat yang cukup lama yaitu selama 40 menit. Kemudian bel dibunyikan kembali
pada jam ke 7 yaitu pukul 12.30 sebagai penanda dimulainya kegiatan belajar
mengajar hingga pada waktu jam ke 9. Kegiatan belajar mengajar ini sesuai dengan
guru yang mendapat tugas mengajar pada jam ke 7, 8 dan ke 9. Kemudian bel
berbunyi pada jam pulang sekolah pada waktu 14.30. Kemudian untuk jadwal hari
Selasa sebagai berikut:
Tabel 4.6
Jadwal Kegiatan Sekolah Hari Selasa
HARI JAM
KE
WAKTU KEGIATAN
SELASA 1 07.00 – 07.50 10 menit baca al-Qur’an
2 07.50 – 08.30
KBM 3 08.30 – 09.10
4 09.10 – 09.50
09.50 – 10.20 Istirahat
5 10.20 – 11.00 KBM
6 11.00 – 11.40
11.40 – 12.30 Istirahat
7 12.30 – 13.10
KBM 8 13.10 - 13.50
9 13.50 – 14.30
Sumber: Dikutip dari observasi penelitian
Pada hari Selasa ini, sekolah dimulai dari jam 07.00 dikarenakan tidak ada
kegiatan upacara di hari ini. Akan tetapi, ada beberapa siswa yang telat datang ke
sekolah sehingga guru piket yang bertugas di hari tersebut akan meminta siswa
untuk mencari sampah yang masih ada di lingkungan sekolah dan selanjutnya
dibuang ke tempat sampah. Guru juga tidak lupa mengingatkan siswa untuk mencuci
tangannya denga bersih setelah memungut sampah. Dan mereka akan diminta untuk
menulis keterlambatan mereka pada buku kedisiplinan sekolah, yang kemudian
mereka akan pergi ke masing-masing kelas mereka.
Awal kegiatan belajar di jam pertama, dimulai dengan membaca al-Qur’an
selama 10 menit yang diteruskan dengan kegiatan belajar mengajar hingga jam ke 4
yaitu pada pukul 09.10-09.50. Yang kemudian istirahat pertama selama 30 menit
pada pukul 09.50 hingga 10.20. Pada jam istirahat ini tidak banyak aktivitas yang
dilakukan siswa dikarenakan waktu istirahat yang singkat.
Bel masuk dibunyikan kembali pada jam ke 5 yaitu 10.20 hingga jam 11.40.
Bel istirahat dibunyikan kembali waktu istirahat ke 2 yaitu 11.40, yang berlangsung
selama 50 menit. Pada jam istirahat inisantai siswa terlihat dikarenakan jam istirahat
93
yang cukup lama, dan pada jam ini juga diadakan shalat dzuhur berjamaah. Setelah
melasanakan shalat dzuhur kemudian siswa melanjutkan jam istirahatnya dengan
berbagai macam kegiatan, seperti makan siang atau hanya sekedar jajan, bermain
basket, badminton, voli dan lain sebagainya Dan dimulai kembali pada jam 12.30
hingga jam pulang sekolah. Jam pulang sekolah sama dengan hari senin yaitu 14.30,
di akhir jam ke 9. Kemudian jadwal kegiatan pada hari Rabu dan Kamis sebagai
berikut:
Tabel 4.7
Jadwal Kegiatan Sekolah Hari Rabu dan Kamis
HARI JAM
KE
WAKTU KEGIATAN
RABU
dan
KAMIS
1 07.00 – 07.50 10 menit baca al-Qur’an
2 07.50 – 08.30 KBM
3 08.30 – 09.10
4 09.10 – 09.50
09.50 – 10.20 Istirahat
5 10.20 – 11.00 KBM
6 11.00 – 11.40
11.40 – 12.20 Istirahat
7 12.20 – 13.00 KBM
8 13.00 – 13.40
Sumber: Dikutip dari observasi penelitian
Waktu pembelajaran sekolah pada hari Rabu dan Kamis sama, sekolah dimulai
dari jam 07.00 dan dimulai dengan membaca al-Qur’an selama 10 menit. Seperti
penjelasan sebelumnya beberapa siswa yang telat datang ke sekolah akan diminta
untuk mencari sampah yang masih berserakan di sekitar area sekolah. Setelah
mereka menyelesaikannya dengan dipantau guru piket yang bertugas, mereka akan
diingatkan untuk mencuci tangan mereka sampai bersih. Kemudian mereka akan
diminta untuk menuliskan nama mereka pada buku piket guru, sebagai catatan
keterlambatan mereka. Kemudian mereka pergi ke kelasnya masing-masing.
Setelah membaca al-Qur’an kegiatan sekolah dilanjutkan dengan kegiatan
belajar mengajar pada jam kedua pada pukul 07.50 dan hingga akhir jam ketiga pada
pukul 09.50. Yang kemudian bel istirahat pertama dimulai pada pukul 09.50-10.20
sama dengan jadwal di hari Selasa.
Masuk kembali pada pukul 10.20 untuk kegiatan pembelajaran selanjutnya di
jam kelima dan keenam hingga pukul 11.40. Kemudian istirahat kedua hingga jam
12.20. Seperti biasa pada saat waktunya shalat dzuhur tiba, dilakukan shalat dzuhur
berjamaah. Dikarenakan tempat ibadah di sekolah ini tidak mampu menampung
siswa sekaligus, sehingga shlat berjamaah dilakukan beberapa kali. Yang kemudian
siswa akan melanjutkan aktivitas istirahatnya, terkadang ada beberapa orang tua
94
siswa datang untuk menemui anaknya jika ada keperluan, atau hanya sekedar
menitipkan barang pada guru piket.
Selanjutnya masuk kembali dengan ditandai bel masuk pada pukul 12.20
hingga bel pulang berbunyi pada pukul 13.40. Kegiatan di hari Rabu dan Kamis ini
diatur oleh wakil kepala sekolah di bidang kurikulum hanya sampai jam kedelapan
yaitu hingga pukul 13.40. Berbeda dengan jam pulang yang ada di hari Senin dan
Selasa. Dan terakhir jadwal kegiatan pada hari Jum’at sebagai berikut:
Tabel 4.8
Jadwal Kegiatan Sekolah Hari Jum’at
HARI JAM KE WAKTU KEGIATAN
JUM’AT
1 07.00 – 08.00 Tausiyah
2 08.00 – 08.40 KBM
3 08.40 – 09.10
4 09.10 – 09.50
09.50 – 10.20 Istirahat
5 10.20 – 11.00 KBM
6 11.00 – 11.40 Sumber: Dikutip dari observasi penelitian
Pada hari Jum’at ini, dimulai dengan tausiyah pada pukul 07.00 hingga 08.00.
Jadwal kegiatan di hari ini hanya hingga jam keenam yaitu hingga pukul 11.40,
istirahat hanya sekali pada jam 09.50 hingga 10.20. Pada hari Jum’at ini, semua
siswi yang beragama Islam menggunakan kerudung dalam kegiatan pembelajaran
sepanjang jam sekolah. Tausiyah dilakukan dengan mengumpulkan siswa-siswi di
lapangan sekolah yang terletak di tengah sekolah.
Terkadang pada jam tausiyah diganti dengan Jum’at bersih. Jadwal Jum’at
bersih sendiri satu bulan sekali pada pagi hari. Untuk shalat Jum’at, dilakukan
bergantian perkelas dikarenakan daya tampung tempat ibadah kurang mencukupi
semua siswa.
Dari kegiatan-kegiatan dari hari Senin hingga hari Jum’at, terlihat bahwasannya
waktu jam sekolah berbeda-beda. Pada hari Senin dan Selasa jam pelajaran selesai
pada pukul 14.30 dengan perbedaan waktu pada kedua hari tersebut. Perbedaan
tersebut dikarenakan hari Senin terdapat kegiatan rutin yaitu upacara bendera merah
putih. Perbedaan jadwal juga terlihat pada hari Rabu-Kamis dan Jum’at. Pada hari
Rabu-Kamis jam sekolah selesai pada pukul 13.40, sedangkan hari Jum’at selesai
pada pukul 11.40.
dan kegiatan membaca al-Qur’an dilakukan sebelum mata pelajaran pertama
dimulai selama 10 menit. Istirahat yang ada di sekolah ini sebanyak dua kali. Pada
istirahat pertama kegiatan santai siswa tidak sebanyak pada jam istirahat kedua.
Pada jam istirahat pertama, kebanyakan siswa hanya jajan dan menyerahkan absensi
kelas pada guru piket. Walaupun ada juga siswa dengan aktivitas lain.
Di istirahat kedua, aktivitas santai siswa sangat terlihat. Banyak siswa yang
makan siang, jajan dan shalat dzuhur di masjid sekolah bagi siswa yang beragama
95
Islam. Atau siswa akan main basket, badminton, voli dan aktivitas-aktivitas lainnya.
Sehingga tak jarang tempat-tempat sampah penuh dengan sampah plastik dari jajan
siswa.
Siswa yang terlambat datang ke sekolah akan diminta untuk mencari dan
membuang sampah pada tempat sampah dan guru selalu mengingatkan untuk
mencuci tangan mereka hingga bersih sebagai bentuk menjaga kebersihan dan
kesehatan siswa. Yang kemudian mereka akan menulis nama mereka pada buku
catatan guru piket dan mereka akan masuk pada kelas masing-masing.
7. Sarana dan Prasarana
Sarana prasarana merupakan faktor pendukung dalam menjalankan kegiatan
pembelajaran di sekolah. Dan sarana dan prasarana di SMPN 3 Kota Tangerang
Selatan meliputi sebagai berikut:
a. Ruang Belajar
Ruang belajar terdiri dari ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang kesenian
dan ruang serbaguna/aula, keterangannya sebagai berikut:
Tabel 4.9
Ruang Belajar
No. Jenis Ruangan Ukuran
(P x l) Jumlah
Kondisi
Ruangan
1. Ruang Kelas 8 x 9 33 Baik
2. Ruang Perpustakaan 10 x 7 1 Baik
3. Ruang Kesenian 6 x 7 1 Baik
4. Ruang Serbaguna/aula 12 x 7 1 Baik
Sumber: Dikutip dari profil SMPN 3 Kota Tangerang Selatan tahun 2017/2018
Ruang kelas merupakan tempat kegiatan pembelajaran, ruang kelas
sebanyak 33 ruangan, dengan kondisi ruangan baik. Ruang kelas memiliki
jendela sehingga pencahayaan ruangan baik. Walaupun rata-rata jumlah siswa
lebih dari 30 siswa. Sehingga melebihi dari kapasitas yang ditentukan dalam
standar nasional saran prasaran, dengan kapasitas maksimum ruang kelas adalah
28 peserta didik, sehingga kegiatan pembelajaran kurang efektif. Hal ini
dikarenakan jumlah siswa yang banyak di sekolah ini sehingga untuk dapat
menampung semua jumlah siswa.
Kelengkapan ruang kelas sudah memadai seperti kursi peserta didik, meja
peserta didik, kursi guru, meja guru, lemari, dan papan tulis. Kursi dan meja
siswa tertata rapih dan disesuaikan dengan jumlah peserta didik dalam satu kelas.
Lemari sebagai tempat buku atau alat sebanyak 33, dengan kondisi baik
berjumlah 20 dan 13 dengan kondisi rusak ringan. Dan perabot lainnya yaitu
papan tulis berjumlah 33 dengan kondisi baik.
Begitu juga dengan ruang Kesenian dan ruang serbaguna/aula dalam
keadaan baik dilengkapi dengan pencahayaan yang baik. Ruang kesenian dengan
ukuran 6x7 berjumlah 1 ruangan. 1 ruang serbaguna/aula berukuran 12x7 dengan
kondisi ruangan baik. Perabot yang ada di ruangan ini seperti meja berjumlah 74
dengan kondisi baik, kursi berjumlah 80 dengan kondisi baik sebanyak 65, rusak
96
ringan sebanyak 10 dan rusak berat sebanyak 5 buah. Almari sebagao tempat
nuku/alat berjumlah 2 dengan kondisi baik sebanyak 1 dan rusak ringan 1 buah.
Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik dan
guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka dengan membaca,
mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola perpustakaan.
(Lampiran Permen 24 Tahun 2007 Standar Sarana Prasaran Pendidikan).
Ruang perpustakaan tertata rapih dan terletak di lantai dua. Kondisi ruangan
baik dan nyaman untuk digunakan, selain buku-buku juga terdapat meja dan
kursi untuk membaca, sofa dan meja serta juga tempat untuk penjaga
perpustakaan. Semuanya tertata rapih dan kondisi baik dengan pencahayaan yang
memadai untuk membaca buku. Jumlah rak buku/alat berjumlah 10 dengan
kondisi baik. Sedangkan untuk koleksi-koleksi buku perpustakaan meliputi buku
teks pelajaran, buku kurikulum 2013, buku literasi, buku bacaan, dan lain
sebagainya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.10
Koleksi Buku Perpustakaan
No. Jenis Jumlah
Kondisi
Rusak Baik Belum
ada
1. Buku Kurikulum 2013 570 570
2. Buku Literasi 75 5 70
3. Buku siswa/pelajaran (semua
mata pelajaran) 250 50 200
5.
Buku bacaan (misalnya novel,
buku ilmu pengetahuan dan
teknologi, dsb.)
150 25 125
6. Buku referensi (misalnya
kamus, ensiklopedia, dsb.) 10 10
7. Jurnal
8. Majalah 25 25
9. Surat kabar
10. Lainnya:....................................
Total 1.080 80 1000
Sumber: Dikutip dari profil SMPN 3 Kota Tangerang Selatan tahun 2017/2018
Koleksi buku yang ada di sekolah ini berjumlah 1.080 buku dengan kondisi
80 rusak dan 1000 buku dalam kondisi baik. Koleksi buku terdiri dari buku
kurikulum 2013, buku literasi, buku siswa/pelajaran untuk semua pelajaran, buku
bacaan, buku referensi dan majalah. Sedangkan untuk fasilitas penunjang lainnya
yang ada di perpustakaan adalah komputer sebanyak 4 buah komputer, dan 1 TV
berukuran 21’.
Untuk ruang belajar lainnya seperti laboratorium IPA, Bahasa dan Komputer
telah dialih fungsikan sebagai kelas, dikarenakan sekolah kekurangan ruang kelas
pada tahun ajaran ini.
97
b. Ruang Kantor
Ruang kantor terdiri dari ruang kepala sekolah, ruang wakil kepala sekolah,
ruang guru dan ruang tata usaha. Penjelasannya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.11
Ruang Kantor Sekolah
No. Jenis Ruangan Ukuran
(P x L) Jumlah
Kondisi
Ruangan
1. Ruang Kepala Sekolah 6 x 7 1 Baik
2. R. Wakil Kepala Sekolah 3 x 7 1 Baik
3. Ruang Guru 10 x 7 1 Baik
4. Tata Usaha 6 x 7 1 Baik
Sumber: Dikutip dari profil SMPN 3 Kota Tangerang Selatan tahun 2017/2018
Ruangan guru dan ruang wakil kepala sekolah dalam kondisi baik. Ruang
guru berjumlaah 1 tetapi berisi banyak meja dan kursi sebagai tempat guru-guru
di sekolah ini menaruh perlengkapannya. Sedangkan untuk ruang wakil kepala
sekolah juga terdapat perabot seperti meja, kursi dan almari. Akan tetapi
ukurannya kecil membuat ruangan wakil kepala sekolah kurang efektif.
Sementara itu ruangan kepala sekolah berdampingan dengan ruang tata
usaha. Kedua ruangan ini juga dalam kondisi baik, nyaman dan rapih. Ruangan
kepala sekolah, terpajang piala-piala yang diperoleh sekolah termasuk piala
Adiwiyata Mandiri yang berbentuk bulat seperti globe.
c. Ruang Penunjang
Selain ruang belajar dan ruang kantor, ruang penunjang juga sngat penting
dalam sekolah. Ruang penunjang di sekolah ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.12
Ruang Penunjang Sekolah
Sumber: Dikutip dari profil SMPN 3 Kota Tangerang Selatan tahun 2017/2018
No. Jenis Ruangan Ukuran
(P x l) Jumlah
Kondisi
Ruangan
1. Gudang 6 x 7 1 Baik
2. Dapur 6 x 7 1 Baik
3. KM/WC Guru 2 x 2 2 Baik
4. KM/WC Siswa 2 x 1 21 Baik 5. Ruang BK 6 x 7 1 Baik
6. Ruang UKS 8 x 7 1 Baik
7. PMR/Pramuka 8 x 7 1 Baik 8. Osis 6 x 4 1 Baik 9. Tempat Ibadah/Masjid 10 x 11 1 Baik
10. Koperasi 4 x 7 1 Baik
11. Kantin 8 x 7 1 Baik
12. Pos Jaga 3 x 3 1 Baik
98
Semua ruangan penunjang dalam kondisi baik dan layak digunakan dengan
pencahayaan yang baik. Kondisi WC bersih dan terpelihara dengan baik, terbagi
menjadi WC khusus laki-laki dan perempuan. Masjid yang berukuran 10 x 11 m
sebagai tempat ibadah juga tertata rapih, bersih dan baik. Di samping masjid
terdapat tempat berwudhu’ yang terbagi menjadi khusus laki-laki dan perempuan,
yang terjaga kebersihannya. Kantin juga bersih dan rapih dengan meja-meja dan
kursi-kursi untuk tempat makan siswa. Dan terdapat tempat cuci tangan dekat
kantin yang berfungsi untuk menjaga kebersihan dan kesehatan siswa. Di
samping kantin juga terdapat koperasi untuk membeli alat-alat tulis yang
dibutuhkan siswa. Kondisi koperasi terjaga dan terpelihara dengan baik.
d. Sarana Penunjang
Sarana penunjang di sekolah ini, adalah sarana prasaran selain ruang belajar
dan kantor tetapi berfungsi sebagai pendukung dalam kegiatan pembelajaran.
Dan hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.13
Sarana Penunjang
Sumber: Dikutip dari profil SMPN 3 Kota Tangerang Selatan tahun 2017/2018
No Jenis Ruangan Ukuran
(P x l) Jumlah
Kondisi
Ruangan
1. Lapangan Olahraga
a. Basket 28.5 x 15 1 Baik
2. Lapangan Upacara 50 x 20 1 Baik
3. Tempat Parkir 16 x 8 m 1 Baik
4. Green House 5 x 5 m 1 Perbaikan
6. Toga (Tanaman Obat
Keluarga) 10 x 3 m 1 Baik
7. Kolam Ikan 3 x 3 m 3 Baik
8. Vertical garden 2 x 2 m 2 Baik
10. Taman 20 x 20 m 1 Baik
11. Aeroponik 2 x 2 m 1 Baik
12. Budidaya pepaya
California 20 pot 20 Baik
13. Budidaya anggrek 300 pot 300 Baik
14. Biopori 185 Baik
15. Sumur Resapan 3 x 2 m 3 Baik
99
Semua dalam kondisi baik kecuali green house karena dalam tahap
perbaikan. Lapangan Olahraga sekolah yang berukuran 28,5 x 15 dan lapangan
upacara yang berukuran 50 x 20 terawat dengan baik dan tidak dijadikan tempat
parkir. Tempat parkir terdapat di belakang pos jaga tertata rapih dan baik.
Taman di depan sekolah yang berukuran 20 x 20 m terawat dengan baik
bersih dan rapih. Sedangkan vertikal garden terdapat didepan kelas dan ruangan
lainnya yang terletak di lantai 2 sekolah. Sehingga membuat kondisi sekolah
menjadi rindang dan menambah nilai estetika bangunan sekolah. Belum lagi
tanaman-tanaman yang ditanam di area kantin dan lapangan sekolah yang terwat
dan dipelihara dengan baik. Untuk biopori terdapat di setiap area sekolah di
depan sekolah, di pinggir-pinggir lapangan dan kantin sekolah juga terawat
dengan baik.
3 sumur resapan dengan ukuran masing-masing 3 x 2 m, terletak di dekat
parkir dan taman sekolah juga terwat dan dipelihara dengan baik sehingga dalam
kategori baik, sehingga dapat berfungsi untuk menampung resapan air agar
terjaga kelestarian sumber daya air dilingkungan sekolah dan lingkungan sekitar
sekolah.
Untuk Toga (Tanaman Obat Keluarga) dengan ukuran 10 x 3m, berada di
dekat masjid dan juga terpajang macam-macam tanaman-tanaman obat yang
sering dijumpai di rumah. Dan di depan kantor guru terdapat dua lemari hasil
prakarya ramah lingkungan yang terpajang sehingga siswa atau siapapun dapat
melihat hasil prakarya tersebut. Di lobi sekolah juga terpajang tempat piala-piala
yang diperoleh sekolah selama ini.
Sedangkan ruang sirkulasi horizontal yang berfungsi sebagai tempat
penghubung antar ruang dalam bangunan sekolah dan sebagai tempat
berlangsungnya kegiatan bermain dan interaksi sosial peserta didik di luar jam
pelajaran, berupa koridor yang menghubungkan ruang-ruang di dalam bangunan
sekolah (Permen 24 Tahun 2007 Standar Sarana Prasarana). Ruang sirkulasi di
sekolah ini terawat dengan baik dan bersih dan mendapat pencahayaan dan
penghawaan yang cukup. Koridor tanpa dinding pada lantai atas bangunan
bertingkat dilengkapi dengan pagar pengaman sehingga siswa dapat terjaga
keselamatannya. Dan tangga yang dimiliki sekolah ada 4 tangga sebagai
penghubung lantai 1 dan lantai 2.
Sementara itu, kategori kondisi pada sarana prasarana sekolah ini adalah
sebagai berikut:
Baik : Kerusakan < 15%
Rusak ringan : 15% - <30%
Rusak sedang : 30% - <45%
Rusak berat : 45% - 65%
Rusak total : >65%
Dengan demikian, sebagian besar sarana prasarana di SMPN 3 Kota
Tangerang Selatan ini berada pada kerusakan < 15% sehingga dikategorikan pada
kondisi baik dan layak digunakan. Hal ini juga menunjukkan bahwasannya
sarana dan prasaran yang ada dijaga dan dipelihara dengan baik oleh sekolah
sehingga kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
100 B. Temuan Penelitian dan Pembahasan
Temuan penelitian yang dipaparkan merupakan hasil penelitian yang didapat dari
tempat penelitian yaitu di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. Data yang didapat dari
hasil observasi, wawancara dan studi dokumen yang dilakukan. Dan temuan penelitian
yang didapat adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan Agama Islam Berwawasan Lingkungan
Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu upaya untuk mengatasi
kerusakan lingkungan yang banyak terjadi dengan melalui pendidikan yang dalam
hal ini berfokus pada Pendidikan Agama Islam di sekolah. Sehingga menerapkan
Pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan ini berisi tentang ajaran agama
Islam mengenai lingkungan, terutama menjelaskan hubungan manusia dengan alam.
Pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan hidup merupakan satu
konsep pendidikan kontekstual yang berbasis pada problema kehidupan mutakhir
berupa keterpurukan lingkungan yang sedang dialami bangsa ini. Arti penting
pendidikan agama Islam berbasis lingkungan hidup ini terlihat dari adanya proses
aliran nilai-nilai Qur’ani pada ranah kesadaran internal peserta didik sehingga
diharapkan mereka menjadi generasi yang sadar lingkungan sebagai bagian dari
mata rantai ibadah atau pengabdian mereka pada Allah SWT. (Muhdi: 2015, 94).
Implementasi Pendidikan agama berwawasan lingkungan dalam program Adiwiyata
di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:
a. Kurikulum Peduli Lingkungan
Untuk terbangunnya sekolah berbudaya peduli lingkungan, maka kurikulum
yang digunakan adalah kurikulum nasional yang terintegrasi dengan lingkungan.
Seperti yang dikatakan bapak Maryono selaku kepala sekolah bahwa “Untuk
mendukung peduli lingkungan maka semua mata pelajaran terintegrasi dengan
lingkungan”. (Wawancara Kepsek: Maryono)
Hal tersebut didukung dengan pernyataan wakasek kurikulum yaitu pak
Sholeh yang menyatakan bahwa “Setiap pelajaran harus terintegrasi dengan
lingkungan, misalkan PAI tentang sholat dihubungkan dengan lingkungan. jadi
tidak ada mata pelajaran khusus tapi dititipkan pada setiap mapel.” (Wawancara
Wakasek Kurikulum: Fathoni)
Pendekatan dalam pendidikan lingkungan hidup memang terdiri dari
pendekatan monolitik dan integrasi. Sebagaimana dijelaskan oleh Darwis dan
Lahming (2017: 13), PKLH melalui jalur pendidikan formal dapat ditempuh
melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan monolitik dan pendekatan integratif.
Pendekatan monolitik adalah pendekatan yang didasarkan pada suatu pemikiran
bahwa setiap mata pelajaran merupakan sebuah komponen berdiri sendiri dalam
kurikulum dan mempunyai tujuan tertentu dalam satu kesatuan yang utuh.
Sedangkan pendekatan terpadu adalah pendekatan yang didasarkan pada suatu
pemikiran bahwa program suatu mata pelajaran harus terpadu dengan mata
pelajaran lain. Dalam pendekatan ini, materi PKLH dipadukan ke dalam mata
pelajaran yang dianggap relevan dalam kurikulum yang berlaku.
Dengan demikian, sekolah SMPN 3 Kota Tangerang Selatan termasuk
sekolah yang mengimplementasikan kurikulum terintegrasi dengan pendidikan
lingkungan hidup. Terintegrasi ini dengan mengintegrasikan kurikulum 2013
yang jalankan oleh sekolah dengan pendidikan lingkungan hidup pada semua
mata pelajaran yang ada.
101
Teknik integrasi bukan sekedar menyiapkan materi Pendidikan Lingkungan
hidup ke dalam mata pelajaran yang diajarkan dan setiap guru mengajar tidak
harus membicarakan materi PLH. Namun integrasi yang diharapkan, adalah
integrasi konseptual yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis
berdasarkan kurikulumnya sehingga tujuan dan materi pokok bahasan PLH dan
mata pelajaran tersebut benar-benar menyatu, saling mengisi dan menunjang
serta memperluas wawasan siswa. (Ismail,2012:35)
Dalam kurikulum yang terintegrasi ini, dikembangkan dan dilaksanakan
dalam proses pembelajarannya oleh guru Pendidikan Agama Islam. Sedangkan
pengembangan kurikulum terintegrasi dengan pendidikan lingkungan hidup ini,
dilakukan dengan melihat silabus yang ada yang kemudian di kembangkan ke
dalam RPP seperti yang dikatakan oleh bu Nita yaitu “Kami melihat di silabus
pada setiap mata pelajaran yang dapat disisipkan dengan lingkungan, tetapi jika
tidak ada ya tidak di masukkan. Kebetulan anggota tim adiwiyata terdapat
perwakilan dari beberapa mata pelajaran sehingga RPP disesuaikan.”
(Wawancara Koordinator: Marginingsih)
Dengan demikian kurikulum Pendidikan Agama Islam yang terintegrasi
dengan lingkungan diawali dengan melihat terlebih dahulu silabus yang ada
kemudian disesuaikan dengan tema yang bersangkutan dengan permasalahan
lingkungan. Sehingga selanjutnya guru membuat RPP terkait, yang akhirnya
diimplementasikan pada kegiatan pembelajaran di kelas.
Dengan kurikulum terintegrasi lingkungan ini, Pendidikan Agama Islam
dapat mengembangkan kurikulum bermodel ramah lingkungan. Seperti tema
dalam Kurikulum 2013 yang digunakan pada Pendidikan Agama Islam SMP
sebagai berikut:
Tabel 4.14
Tema-tema Lingkungan pada PAI
No. Kelas Tema
1. VII Semua Bersih Hidup Jadi Nyaman
2. VIII Rendah Hati, Hemat dan Sederhana Membuat Hidup
Lebih Mulia
3. IX Meyakini Hari Akhir, Mengakhiri Kebiasaan Buruk
Sumber: Hasil Observasi Penelitian
Untuk kelas VII dengan tema “Semua Bersih Hidup Jadi Nyaman”
merupakan tema yang menjelaskan Thaharah. Kompetensi dasar (KD) yang ada
di tema ini adalah sebagai berikut:
1.7 Menghayati ajaran bersuci dari hadas kecil dan hadas besar
berdasarkan syari’at Islam.
2.7 Menghayati perilaku hidup bersih sebagai wujud ketentuan bersuci
dari hadas besar berdasarkan ketentuan syari’at Islam.
3.7 Memahami ketentuan bersuci dari hadas besar berdasarkan
ketentuan syari’at Islam
4.7 Menyajikan cara bersuci dari hadas besar.
102
Tema ini berisi tentang bersuci menurut ajaran Islam yang meliputi bersuci
dari najis dan hadats, tata cara bersuci dan hikmah dari thaharah. Materi yang ada
di tema ini diintegrasikan dengan lingkungan yang dikembangkan oleh guru yaitu
dengan berdiskusi tentang permasalahan kebersihan dan sampah di lingkungan
sekitar dan mendaur ulang sampah yang tak terpakai.
Atau seperti yang dijelaskan oleh Layly Atiqoh pada kompetensi dasar
menghayati perilaku hidup bersih sebagai wujud ketentuan bersuci dari hadas
besar berdasarkan ketentuan syari’at Islam, materi yang terintegrasi dengan
lingkungan yaitu dengan menjaga tempat ibadah agar selalu bersih dan suci,
merawat peralatan ibadah agar selalu bersih sehingga nyaman digunakan, melipat
peralatan ibadah dengan rapi setelah digunakan dan menggunakan air wudhu
dengan secukupnya. (Atiqoh: 2017,23)
Sedangkan untuk kelas VIII dalam tema Rendah Hati, Hemat dan
Sederhana membuat hidup lebih mulia”, dengan kompetensi dasar sebagai
berikut:
2.4 Menghargai perilaku rendah hati, hemat, dan hidup sederhana sebagai
implementasi dari pemahaman QS. Al-Furqan: 63, al-Isra’: 27 dan
hadis terkait
3.1 Memahami makna QS. Al-Furqan: 63 dan al-Isra’: 27 serta hadis
terkait.
Dalam tema ini menjelaskan isi kandungan dari QS. Al-Furqan: 63 yaitu:
Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-
orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang
bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka
mengucapkan salam.
Dalam tafsir al-Misbah diterangkan bahwasannya seseorang yang
menghayati bahwa Allah adalah Rahman (pemberi rahmat kepada makhluk-
makhluk-nya dalam kehidupan dunia), akan berusaha memantapkan pada dirinya
sifat rahmat dan kasih sayang, sehingga menjadi ciri kepribadiannya, selanjutnya
ia tak akan ragu atau segan mencurahkan rahmat kasih sayang itu kepada sesama
manusia tanpa membedakan suku, ras atau agama maupun tingat keimanan, serta
memberi pula rahmat dan kasih sayang kepada makhluk-makhluk lain baik yang
hidup maupun yang mati. (Shihab: 2002, 527)
Hal ini memberikan penjelasan bahwasannya sebagai makhluk Allah SWT
senantiasa harus rendah hati dan penuh kasih sayang kepada semua makhluk
Allah SWT termasuk tumbuh-tumbuhan, hewan dan lain sebagainya. Bukan
sombong dan semena-mena dan merasa lebih baik dari lainnya sehingga
meneksploitasi lingkungan dengan berlebihan tanpa memikirkan dampak yang
ditimbulkan dari perbuatannya. Dan diharapkan sifat ini menjadi ciri kepribadian
dalam diri setiap hamba Allah. Selain itu, pada tema ini juga terdapat penjelasan
dari QS. Al-Isra’: 27, yaitu sebagai berikut:
103
Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan
setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.
Kata تبذير (tabdzir/pemborosan) dipahami oleh ulama dalam arti pengeluaran
yang bukan haq, karena itu jika seseorang menafkahkan/membelanjakan semua
hartanya dalam kebaikan atau haq, maka di bukanlah seorang pemboros.
Sebaliknya membasuh wajah lebih dari tiga kali dalam berwudhu’, dinilai
sebagai pemborosan walau ketika itu bersangkutan berwudhu’ dari sungai yang
mengalir. Penyifatan setan dengan kafur/sangat ingkar merupakan peringatan
keras kepada para pemboros yang menjadi teman setan itu, bahwa persaudaraan
dan kebersamaan mereka dengan setan dapat mengantar kepada kekufuran.
(Shihab: 2002,460)
Ayat ini menjelaskan untuk tidak berlaku boros dan sifat ini merupakan sifat
yang akan mengantarkan pada kekufuran. Oleh karena itu, sudah seharusnya
umat Islam berlaku hemat, dapat dimulai dari hemat energi listrik atau air.
Mematikan lampu jika tidak digunakan dan menggunakan air seperlunya. Materi
yang ada di tema ini, diintegrasikan dengan lingkungan yaitu dengan
mengajarkan pada siswa bagaimana untuk menghemat sumber energi yang ada
dan mengajarkan bagaimana menghemat air dalam berwudhu’ serta
mengimplementasikan 3R dalam kehidupan sehari-hari.
Dan untuk kelas IX, dalam tema “Meyakini Hari Akhir, Mengakhiri
Kebiasaan Buruk, dengan kompetensi dasar yaitu memahami makna iman kepada
hari akhir berdasarkan pengamatan terhadap dirinya, alam sekitar dan makhluk
ciptaan-Nya. Tema ini menjelaskan tentang hari akhir yang meliputi kiamat sugra
dan kiamat kubra. Dalam tema ini, materi diintegrasikan lingkungan dengan cara
mencegah terjadinya kiamat shugra yang berkaitan dengan bencana alam ataupun
bencana yang disebabkan oleh manusia. Seperti tidak membuang sampah
sembarangan sebagai bentuk pencegahan terjadinya banjir, senantiasa
membersihkan lingkungan sekitar dan lain sebagainya.
Semua tema-tema tersebut dihubungkan dengan pendidikan lingkungan
hidup sehingga, bukan hanya menyampaikan materi yang berhubungan dengan
tema tetapi, guru juga mengintegrasikannya dengan permasalahan lingkungan,
baik pada lingkup lokal ataupun global.
Kurikulum terpadu (integrated curriculum) merupakan suatu produk dari
usaha pengintegrasian bahan pelajaran dari berbagai macam pelajaran. Integrasi
diciptakan dengan memusatkan pelajaran pada masalah tertentu yang
memerlukan solusinya dengan materi atau bahan dari berbagai disiplin atau mata
pelajaran.(Idi, 2014:119). Secara umum, pelaksanaan kurikulum dengan
menggunakan model Integrated Curriculum (kurikulum terpadu) akan
memberikan dampak positif bagi siswa, antara lain:
1) Mendorong siswa untuk lebih mandiri, percaya dan kreatif
2) Mengembangkan kematangan siswa dalam berpikir, berprilaku dan bertindak
3) Menumbuhkan kesadaran siswa untuk menghargai perbedaan individual
4) Memberikan pengalaman yang luas bagi siswa. (Zurinal dan Sayuti, 2006:92)
104
Kemudian untuk pelaksanaan kurikulum terpadu ini, seperti yang dikatakan
oleh bu Nita selaku Tim adiwiyata sebelumnya, bahwasannya tidak semua tema
yang terdapat pada Kurikulum 2013 harus dihubungkan dengan lingkungan, akan
tetapi tema yang dapat dihubungkan dengan lingkungan sajalah yang
dihubungkan dengan mata pelajaran PAI, misalnya seperti tema yang telah
disebutkan sebelumnya. (Wawancara Koordinator Adiwiyata: Marginingsih)
Keterkaitan tema-tema yang terdapat pada mata pelajaran PAI dengan
lingkungan, guru PAI mengatakan bahwasannya, “Kalau tema tentang
lingkungan langsung tidak ada, tapi dihubungkan dengan tema-tema tertentu
seperti ibadah, kesederhanaan, hemat dan lain sebagainya. Itu semua
dihubungkan dengan kepedulian terhadap lingkungan”. (wawancara guru PAI:
Anshori). Hal ini memperjelas bahwasannya pengintegrasian tema PAI dengan
lingkungan, tidak dilakukan pada semua tema yang ada di kurikulum 2013 PAI.
Hanya beberapa saja yang dapat dihubungkan dengan lingkungan.
Sementara untuk ektrakurikuler tidak berdiri sendiri, Seperti penelitian yang
dilakukan oleh Layly Atiqoh (2017:34), bahwa dalam kurikulum pendidikan
agama Islam berbasis lingkungan dalam kegiatan ekstrakurikuler tidak berdiri
sendiri sehingga pengamalan ajaran agama pada kegiatan ekstrakurikuler dapat
dilihat dari program Adiwiyata berupa partisipasi dimana semua warga sekolah
untuk ikut terlibat menyukseskan kegiatan.
Sedangkan yang dimaksud dengan kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan
kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar, di bawah
bimbingan pengawasan satuan pendidikan. (Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Pertama: 2014, 6).
Ini juga terjadi di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan, tidak ada ektrakurikuler
Pendidikan Agama Islam yang berkaitan dengan lingkungan, akan tetapi pada
ektrakurikuler seperti pramuka dan duling yang terntegrasi dan berkaitan dengan
lingkungan. Sedangkan ekstrakurikuler yang lain ditekankan untuk
membersihkan tempat disekitarnya.
b. Kegiatan Belajar Mengajar PAI
Pendidikan Islam berwawasan lingkungan berusaha menjelaskan dan
menanamkan untuk peduli lingkungan sesuai ajaran Islam sehingga kerusakan
lingkungan yang terjadi dapat ditanggulangi dan mencegah terjadinya kerusakan
lingkungan lebih lanjut. Dikarenakan Islam merupakan agama yang sangat
memperhatikan untuk senantiasa peduli pada lingkungan. Dan manusia sebagai
khalifah di bumi harus menjaga hubungannya dengan alam dengan sebaik
mungkin. Hal ini seperti yang dikatakan oleh pak Anshori selaku guru PAI di
SMPN 3 Kota Tangsel bahwasannya:
Agama kita agama Islam sangat mengajarkan untuk peduli lingkungan,
keseimbangan alam, sampai pada hal ibadah seperti wudhu’, bagaimana
nabi Muhammad SAW mengajarkan untuk menghemat air. Oleh karena itu,
tidak ada alasan dalam pembelajaran PAI untuk tidak mengajarkan untuk
peduli pada lingkungan. (wawancara guru PAI: pak Anshori).
Dari pernyataan tersebut dapat ditarik garis besar bahwasannya Islam sangat
mengajarkan peduli lingkungan pada setiap aspek kehidupan manusia sampai
pada kegiatan ibadah. Oleh karena itu, mengajarkan tentang peduli lingkungan
menjadi hal yang penting dalam pendidikan agama Islam.
105
Memelihara dan membangun lingkungan dipermukaan bumi adalah ajaran
yang penting dalam Islam, mengadakan kerusakan di bumi dilarang. Ajaran ini
berasal dari konsep tauhid, yang mengandung arti bahwa manusia, binatang,
tumbuh-tumbuhan dan benda tak bernyawa, semuanya adalah makhluk Tuhan.
Dalam Islam terdapat bukan hanya ajaran pri kemanusiaan tapi juga sekaligus pri
kemakhlukan. (Tualeka, 2011:133).
Oleh karena itu, pendidikan agama Islam berwawasan lingkungan hidup
menjelaskan bahwasannya sebagai umat Islam harus berlandaskan iman kepada
Allah pada setiap tindakan yang dilakukan. Sehingga semua yang dilakukan
untuk melestarikan lingkungan semata-mata karena Allah SWT dan merupakan
bagian dari ibadah seorang muslim terhadap Allah SWT. Dan Guru Pendidikan
Agama Islam harus mampu melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang
menerapkan PAI berwawasan lingkungan ini.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan yang
dilakukan oleh guru PAI ini, banyak melibatkan siswa dalam pembelajaran
sehingga siswa dapat menyerap pembelajaran dengan baik. Dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan, berbagai strategi
dan metode pembelajaran digunakan terkait dengan lingkungan. Hal tersebut
dapat dilihat dari beberapa proses pembelajaran yang terjadi di kelas. Bukan
hanya itu, penyisipan isu-isu lokal dalam pembelajaran juga dijadikan sebagai
bahan materi bagi siswa. Hal tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Pertama, kelas 7. Siswa berjumlah 37 orang dengan siswa non-muslim 2
orang. Dalam tema “Semua Bersih Hidup jadi Nyaman”, pembelajaran yang
disampaikan dengan menggunakan metode diskusi, tanya jawab, strategi
pemecahan masalah dan sebagainya agar pembelajaran Pendidikan Agama Islam
berwawasan lingkungan dapat terlaksana dengan baik sehingga siswa dapat
dibatkan dan aktif dalam proses pembelajarannya.
Pertama guru menanyakan pengetahuan siswa seputar lingkungan meliputi
bagaimana keadaan lingkungan di sekitar rumah mereka dan sekolah. Kemudian
siswa menjawab dengan berbagai macam jawaban. Guru juga menanyakan
pengetahuan siswa tentang pembagian sampah yang terdiri dari sampah organik
dan anorganik. Dan memberitahukan manfaat dari pengolahan sampah anorganik
pada siswa.
Selanjutnya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam ini, guru
meminta siswa mengamati lingkungan sekolah dan sekitarnya, yang mana
sebelumnya guru menjelaskan kebersihan dalam Islam setelah mendengar
jawaban siswa seputar lingkungan. Dan kemudian membandingkan dengan
daerah yang tidak terjaga lingkungannya.
Tahap selanjutnya, siswa dibentuk menjadi tujuh kelompok yang telah
dibentuk sebelumnya berjumlah 5 orang siswa dalam setiap kelompoknya dan
diberikan beberapa topik terkait permasalahan lingkungan di sekitar lingkungan
siswa agar siswa dapat menjawab permasalahan yang ada. Seperti bagaimana
mengolah sampah bungkus kopi, botol minuman, kertas-kertas bekas dan lain
sebagainya. Ada juga yang diberikan topik kebersihan menurut Islam, bagaimana
menjaga sungai agar tidak tercemar, penyebabnya dan lain sebagainya.
Setelah berdiskusi selama beberapa menit, perwakilan dari setiap kelompok
mempresentasikan hasil diskusi mereka di hadapan semua siswa. Dan hasilnya
siswa dapat menjelaskannya dengan baik. Kemudian sebagai lanjutan dari
106
pembelajaran tersebut siswa diberi tugas untuk mengolah sampah yang tadi
mereka sebutkan dan kemudian pada pertemuan selanjutnya guru melanjutkan
dengan menanyakan pengetahuan siswa terkait dengan wudhu’, macam-macam
najis dan hadats. Siswa menjawab dengan baik dan ini menunjukkan
bahwasannya siswa memiliki pengetahuan dasar dan pengetahuan tersebut
dikembangkan oleh guru dengan menjelaskan berbagai macam najis dan hadats
lebih dalam. Guru juga menanyakan beberapa do’a yang dilakukan pada setiap
gerakan wudhu’, beberapa siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut yang
kemudian diberikan pujian sebagai penghargaan bagi siswa. Dan hasil dari tugas
pengolahan sampah tersebut bermacam-macam, sebagai berikut:
Tabel 4.15
Hasil Prakarya Siswa Kelas 7
Kelompok Hasil Prakarya Sampah Recycle
1 Keranjang minuman Tali rapia
Botol minuman
2 Tas Bungkus kopi
3 Tempat tisu Kardus Sepatu
Kulit Jagung
4 Kelinci Botol minuman
Karton
5 Tempat koin
Pin Kupu-kupu
Botol minuman
Bungkus kopi
6 Tempat pensil Botol minuman
Restleting
7 Keranjang Koran bekas
Sumber: Hasil Observasi Kelas 7, 26 September 2017
Dari tabel 4.19 dapat dilihat bahwasannya siswa dapat mendaur ulang
sampah anorganik yang ada disekitar siswa menjadi bahan yang dapat digunakan
kembali dan diolah dengan kreatif menjadi barang yang berguna dalam
keseharian mereka. Mereka juga mempresentasikan bagaimana cara mendaur
ulang sampah anorganik hingga menjadi barang yang berguna. Seperti contohnya
tempat tisu, mereka buat dari kardus sepatu yang tidak terpakai yang kemudian
mereka hias dengan menggunakan kulit jagung yang telah dikeringkan dan
selanjutnya di tempel pada kardus tersebut. Sehingga kardus sepatu bekas
tersebut dapat digunakan kembali dan tentunya mengurangi sampah yang ada.
Hasil pengolahan kardus bekas tersebut sebagai tugas yang diberikan pada
tema ini seperti gambar berikut ini:
107
Gambar. 4.2
Tempat Tisu dari Kardus Bekas
Seperti diketahui bahwasannya menjaga kebersihan merupakan salah satu
dari ajaran Islam. Hal tersebut dapat dilihat dari ayat-ayat al-Qur’an dan hadis-
hadits Nabi SAW. Belum lagi dari setiap bab fiqih yang mendahulukan tentang
Thaharah pada permulaan pembahasan. Salah satu ayat al-Qur’an tentang
kebersihan yaitu:
...... Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS: al-Baqarah:222)
Dalam tafsir Qurthubi, QS. Al-Baqarah:222 menjelaskan tentang orang-
orang yang bertaubat dari dosa-dosa dan kemusyrikan, dan orang-orang yang
mensucikan diri dengan air jinabah dan hadats. Pendapat inilah yang dikatakan
oleh Atha’ dan yang lainnya. (Qurthubi: 2008, 197)
Kebersihan juga terdapat dalam hadits-hadits Nabi. Hadits tentang
kebersihan, seperti dua hadits dibawah ini:
Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Manshur telah menceritakan
kepada kami Habban bin Hilal telah menceritakan kepada kami Aban telah
menceritakan kepada kami Yahya bahwa zaid telah menceritakan
kepadanya, bahwa Abu Sallam telah menceritakan kepadanya dari Abu
malik al-As’ari RA dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Bersuci itu
sebagian dari iman, alhamdulillah itu memenuhi timbangan, subhanallah
wal hamdulillah pahalanya memenuhi ruang antara langit dan bumi. Shalat
adalah cahaya, sadaqah adalah bukti keimanan, sabar adalah sinar dan al-
Qur’an adalah hujjah (dalil) bagimu atau dapat menjadi bumerang bagimu.
108
Setiap orang itu pergi menjual dirinya, maka ada orang yang
memerdekakan dirinya dan ada yang menghinanya. (HR. Muslim)
Muhammad bin Basyar menceritakan kepada kami, Abu Amir Al Aqadi
menceritakan kepada kami, Khalid bin Ilyas menceritakan kepada kami,
dari Shalih bin Abu Hassan, ia berkata: Aku mendengar Sa'id bin Al
Musayyab berkata, "Sesungguhnya Allah baik dan mencintai yang baik,
bersih dan mencintai kebersihan, mulia dan mencintai kemuliaan,
dermawan dan mencintai kedermawanan, Oleh karena itu, bersihkanlah —
aku berpendapat beliau mengatakan -'bersihkanlah pekarangan kalian', dan
janganlah menyerupai kaum Yahudi."(HR. Tirmidzi)
Pada hadis pertama dijelaskan bahwasannya “Bersuci itu sebagian dari
Iman”, hal ini menunjukkan bahwa kebersihan sebagai salah satu elemen dari
pemeliharaan lingkungan merupakan bagian dari iman (Masruri: 2014,420).
Sedangkan hadis kedua menunjukkan bahwa Allah SWT menyukai kebersihan
sehingga sudah sepantasnya sebagai seorang muslim untuk selalu menjaga
kebersihan di lingkungannya.
Ayat al-Qur’an sebagaimana yang terdapat di QS. Al-Baqarah:222 dan dua
hadits tersebut, menjelaskan tentang anjuran Islam untuk senantiasa menjaga
kebersihan. Oleh karena itu, penjelasan dari tema bersih di kelas 7 merupakan
salah satu implikasi penjelasan kebersihan dalam Islam seperti Thaharah yang di
dalamnya memuat berwudhu, mandi, mensucikan najis dan lain sebagainya.
Sedangkan Penggunaan isu lokal membuat penjelasan thaharah menjadi luas dan
membuat anak mengerti bagaimana seharusnya menjaga lingkungan tetap bersih
secara nyata. Hal tersebut dapat dilihat dari diskusi siswa tentang tema-tema
diskusi yang sering mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari dan juga dari
tugas yang diberikan oleh guru terkait dengan implementasi dari 3R (Refuse,
Recycle dan Reuse).
Sedangkan di kelas 8 dalam tema ”Rendah Hati, Hemat dan Sederhana
Membuat Hidup Lebih Mulia”.Pembelajaran dapat disampaikan dengan metode
yang digunakan guru adalah tanya jawab, ceramah, mind map dan lain
sebagainyaagar siswa dapat terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Guru
menjelaskan rendah hati, hemat dan sederhana dalam Islam dan menjelaskan
makna yang terkandung pada QS. Al-Furqan:63 dan al-Isra’: 27. Dalam
menjelaskan hemat, ayat yang terkait dengan ini adalah QS. Al-Isra’: 27 yaitu
untuk tidak berperilaku berlebih-lebihan. Dimulai dengan meminta kepada semua
siswa untuk membaca Qs. Al-Isra’: 27 bersama-sama beserta artinya. Kemudian
guru menanyakan apa saja yang diketahui oleh siswa seputar hemat. Semua
jawaban siswa ditulis pada papan tulis membentuk mind map oleh guru.
Integrasi pendidikan lingkungan hidup dalam program adiwiyata dapat
dilihat dari penjelasan guru tentang hemat dan sederhana. Dengan slogan
109
“MAMIPAPIKU BAIK” yaitu makan minum dengan piringku baik yang
disampaikan dalam menjelaskan hemat. Guru menjelaskan bahwasannya dengan
menjalankan aturan sekolah yang membawa tempat makanan dan minuman
termasuk pada tindakan 3R (Refuse, Recycle dan Reuse), dalam mengurangi
sampah makanan dan minuman.
Sehubungan dengan hemat, guru menjelaskan tentang bagaimana
menghemat air dalam Islam. Guru Pendidikan Agama Islam mengajarkan tata
cara wudhu’ jika terjadi dalam keadaan kekurangan air dan untuk selalu
berhemat dalam menggunakan air. Hal ini dikarenakan, pernah ada kejadian
dimana di sekolah kekurangan air sedangkan siswa yang ada di sekolah banyak.
Selain itu, hal ini merupakan pembelajaran Islam sebagai bentuk usaha dalam
menghemat sumber daya air. Dengan mengajarkan satu kali gerakan dalam setiap
gerakan berwudhu’, sambil tidak menggunakan air yang berlebihan, yaitu dengan
mematikan kran air saat mulai membasuh anggota wudhu’ dan mengatur
penggunaan air kran. Dan ini merupakan bentuk praktek dari Pendidikan Agama
Islam berwawasan lingkungan.
Tentunya melakukan sekali gerakan dalam berwudhu’ diperbolehkan dalam
Islam, sebagaimana hadits Nabi SAW, yaitu:
Telah menceritakan pada kami Muhammad bin Yusuf dia berkata telah
menceritakan pada kami Sufyan dari Zaid bin Aslam dari Atha’ bin Yasr
dari ’Ibnu Abbas ra, berkata,” Nabi SAW, berwudhu sekali-sekali.(HR.
Bukhari)
Islam juga melarang israf (berlebih-lebihan dalam penggunaan air) ketika
berwudhu’. Seperti penjelasan dari hadits berikut:
Telah mengabarkan kepada kami Mahmud bin Ghailan dia berkata;
telah menceritakan kepada kami Ya'la berkata; telah menceritakan kepada
kami Sufyan dari Musa bin Abu Aisyah dari Amr bin Syu'aib dari ayahnya
dari kakeknya berkata; "Seorang Badui datang kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam untuk bertanya perihal wudlu. Lalu Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam memperlihatkan kepadanya cara berwudlu
yang semuanya tiga kali - tiga kali. Kemudian Beliau bersabda, 'Beginilah
cara berwudlu'."Barang siapa menambah lebih dari ini, dia berbuat
kejelekan dan berlebihan, serta berbuat dzalim'.(HR. Nasa’i)
Kandungan dari pelarangan israf ketika berwudhu’ yaitu pertama, boleh
berwudhu’ sekali-sekali, dua kali-dua kali atau tiga kali-tiga kali. Barang siapa
menambah lebih dari itu, maka ia termasuk orang yang melampui batas dalam
110
berwudhu’. Kedua, tidak boleh berlebih-lebihan dalam penggunaan air, walaupun
jumlah basuhan sesuai dengan ketentuan yang disyari’atkan. Ketiga, menambah-
nambahi dari jumlah yang telah disyari’atkan akan menyebabkan pelakunya jatuh
dalam perasaan was was (ragu) yang tercela. Keempat, larang israf tersebut tidak
boleh diartikan karena air sedikit. (al-Hilali: 2008, 285)
Oleh karena itu, pelarangan israf ini sangat baik bagi siswa dalam
membentuk perilaku peduli lingkungan dan juga menambah pengetahuan siswa
dalam berwudhu’ sekaligus menghemat air. Dan tidak berperilaku berlebih-
lebihan dalam menggunakan sumber energi yang lain. Sebagaimana diketahui
bahwa air merupakan sumber utama manusia dalam kebutuhan sehari-hari.
Kebutuhan tersebut mulai dari mencuci, minum, bahkan menyangkut persoalan
ibadah. Tanpa air, berbagai proses kehidupan tidak dapat berlangsung.
Hampir semua pembahasan hukum (fiqh) dalam Islam, selalu dimulai
dengan pembahasan mengenai air dan peran air bagi penyuciap diri dan sarana
Ibdah. Demikian pula dalam pembahasan tentang ibadah (mahdhah), selalu
mendahului dengan pembahasan tentang thaharah (bersuci) sebagai syarat
sahnya ibadah. Air merupakan alat thaharah utama, jika tidak ada air baru bisa
menggunakan tanah atau batu. (PP. Muhamadiyah:2011, 36).
Banyak kasus kelangkaan air yang menyebabkan kelaparan di beberapa
negara. Bahkan di Indonesia sendiri beberapa daerah mengalami kesulitan
mendapatkan air bersih, berkurangnya pasokan air tanah, dan lain sebagainya
menyebabkan kekeringan melanda daerah Indonesia. Sehingga menjaga sumber
daya air dengan menghematnya merupakan langkah peduli lingkungan.
Sebagaimana dalam QS. Al-Mu’minun: 18, yaitu:
Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami
jadikan air itu menetap di bumi, dan Sesungguhnya Kami benar-benar
berkuasa menghilangkannya.
Kata dzahaba bihi berarti menjadikannya pergi/menghilang dan lenyap.
Bentuk nakirah pada kata dzahabin mengandung makna keanekaragaman cara
yang ditempuh Allah SWT untuk melenyapkan air itu. Bisa dengan kemarau
yang panjang, bisa dengan meresapkannya jauh ke perut bumi, bisa juga dengan
menahan turunnya hujan dalam waktu yang lama, dan masih banyak cara lain.
(Shihab: 2002, 345)
Dengan demikian, menjaga kelestarian lingkungan juga perlu dilakukan dan
diajarkan dalam Pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan. Salah
satunya dapat dilakukan dengan yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama
Islam yang mengajarkan tema ini, yaitu dengan menghemat penggunaan air
dalam berwudhu’.
Selain itu, dalam pembelajaran bab ini, guru juga menggunakan kalender
bekas tahun 2014 sebagai alat dalam pembelajarannya. Setiap kelompok yang
telah dibentuk diberikan lembar kalender tersebut dan diminta membuat mind
map di belakang kertas kalender untuk menjelaskan tentang sederhana. Dari
perbuatan tersebut memperlihatkan dan mengajarkan pada siswa, salah satu
111
bentuk dalam pemanfaatan barang yang tidak terpakai yang masih dapat
digunakan untuk hal lain, sehingga dapat mengurangi sampah kertas.
Penjelasan tentang salah satu kebijakan sekolah terkait membawa tempat
makan dan minum juga berguna untuk mengingatkan siswa agar selalu
mengurangi sampah dalam usaha 3R. Kemudian penggunaan fasilitas sekolah
seperti tempat wudhu’ untuk melaksanakan pembelajaran ini juga dilakukan, agar
siswa dapat langsung mengetahui bagaimana berwudhu’ dengan tidak berlebihan
dan sebagai latihan jika terjadi kekurangan air dalam keseharian siswa serta
menghemat air. Dengan pembelajaran berwudhu’ sekaligus menghemat air ini,
mengangkat dari permasalahan lokal yang terjadi di kehidupan sehari-hari karena
kelangkaan sumber daya air menjadi perhatian dalam pelestarian lingkungan.
Dan untuk kelas 9 tentang pembahasan Hari Akhir. Pembelajaran dapat
disampaikan dengan menggunkan metode tanya jawab, ceramah, video comment,
untuk melibat siswa agar menjadi aktif dalam pembelajarannya. Guru mengawali
dengan menampilkan video bencana tsunami, gunung merapi dan bencana alam
lainnya. Video tersebut berisi tentang bencana-bencana alam yang terjadi,
rinciannya yaitu sebagai berikut:
1) Pemutaran video pertama dengan durasi selama 3 menit yang berjudul
“Kiamat”. Video tersebut berisi tentang bencana-bencana alam seperti gunung
meletus, longsor, dan lain sebagainya.
2) Pemutaran video kedua, dengan durasi 7 menit berjudul “Tsunami Aceh”,
berisi tentang kejadian tsunami sebelum, sedang dan sesudah terjadinya
bencan tersebut di Aceh serta cerita-cerita orang-orang yang mengalami
kejadian tersebut.
3) Pemutaran video terakhir dengan durasi 7 menit yang berjudul “Renungan
Kiamat”. Berisi tentang kejadian-kejadian bencana alam dan Qs. Al-Zalzalah.
Setelah itu, guru menjelaskan dengan bencana-bencana lain yang
disebabkan oleh manusia seperti kebakaran hutan yang terjadi di pulau Sumatera,
banjir ataupun kebakaran yang diakibatkan dari pembuangan puntung rokok.
Kemudian, guru meminta siswa untuk mengomentari video yang ditampilkan
dengan menulisnya di buku masing-masing dan selanjutnya mengemukakan
pendapatnya masing-masing dengan ditunjuk oleh guru.
Dari pembelajaran-pembelajaran ini, dapat dilihat bahwasannya guru
menyampaikan pelajaran bukan hanya sekedar dengan penjelasan materi tetapi
juga dikaitakan dengan isu lokal dan dengan metode yang berbeda-beda yang
tidak hanya menggunakan ceramah, sehingga cara pembelajaran yang dilakukan
membuat siswa aktif dan berorientasi pada aktivitas siswa. Hal tersebut dilihat
dari pembelajaran yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam di SMPN 3Kota
Tangerang Selatan, kegiatan pembelajaran dilakukan dengan cara berdiskusi,
pemecahan masalah, memproduksi sesuatu, menyimak dan lain sebagainya.
Seperti yang dikatakan oleh Sanjaya (2006: 141), dalam kegiatan belajar
mengajar berorientasi aktivitas siswa diwujudkan dalam berbagai bentuk
kegiatan, seperti mendengarkan, berdiskusi, memproduksi sesuatu, menyusun
laporan, memecahkan masalah, dan lain sebagainya.
Penggunaan isu lokal dalam permasalahan yang terjadi di sekitar siswa
membuat siswa mendapatkan gambaran tentang bagaimana seharusnya bertindak.
Seperti yang diajarkan oleh pak Anshori tentang permasalahan kekurangan air
112
yang mungkin terjadi di sekitar siswa. Dengan kaitannya dengan berwudhu’ pak
Anshori mengajarkan bagaimana siswa dapat tetap berhemat air dalam
berwudhu’ dan juga mempraktekkannya pada siswa. Sehingga siswa dapat
melakukannya jika hal tersebut terjadi. Manfaat menggunakan isu lokal dalam
pembelajaran juga terlihat pada kelas 7 tentang kebersihan. Setelah diberikan
beberapa topik permasalahan yang kemudian dipresentasikan, siswa dapat
menjelaskannya dengan baik bagaimana jika permasalahan tersebut terjadi,
seperti bagaimana mendaur ulang sampah, menjaga lingkungan sungai agar tetap
bersih dan lain sebagainya
c. Penanaman Etika Lingkungan Islam Pada Pendidikan Agama Islam
Selain dari kegiatan belajar mengajar yang mengintegrasikan pendidikan
lingkungan, yang tak kalah penting dari Pendidikan Agama Islam berwawasan
lingkungan adalah penanaman etika lingkungan Islam. Dimulai dengan
pendidikan tauhid yang mengajarkan keimanan seorang muslim, pendidikan
akhlak, pendidikan akal, keteladan seorang guru dan pembiasaan yang dilakukan
oleh peserta didik. Dan hal-hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Tauhid
Setiap tindakan atau perilaku manusia (muslim) baik yang berhubungan
dengan orang lain atau makhluk lain atau lingkungan hidupnya harus dilandasi
oleh pemahaman atas konsep keesaan Tuhan serta penciptaan alam (PP.
Muhamadiyah:2011, 24).
Disamping itu juga tauhid, yang dihubungkan dengan posisi Allah SWT
sebagai al-Khaliq dan al-Malik, menggambarkan worldview ekologi Islam yang
menjadikan tauhid sebagai jantungnya Islam (the heart of Islamic life) yang
menyadarkan manusia jika alam berasal dari Allah SWT. (Asmanto: 2015, 340)
Dengan demikian, guru harus menanamkan nilai-nilai Islam dalam PAI
berwawasan lingkungan yang diajarkan pada siswa, dengan mengajarkan
pandangan Islam bahwasannya manusia merupakan ciptaan Allah SWT, setiap
tindakan dan perbuatannya harus berlandaskan pada tauhid yang mana
menyadarkan manusia bahwasannya alam merupakan ciptaan Allah SWT yang
harus dijaga bukan dirusak.
Dalam pembelajaran PAI di SMPN 3 Kota Tangsel, hal ini diajarkan dalam
pembelajarannya. Seperti di kelas 7 guru menjelaskan bahwasannya kebersihan
merupakan sebagian dari iman dan Allah SWT menyukai kebersihan sehingga
sebagai seorang muslim harus menjaga kebersihan sebagai bentuk kepedulian
terhadap lingkungan.
Di kelas 8, guru menjelaskan bahwasannya Islam merupakan agama yang
sangat memperhatikan lingkungan sehingga semua yang dilakukan dalam peduli
lingkungan merupakan ibadah kepada Allah SWT karena manusia merupakan
khalifah di Bumi. Dalam menjelaskan hemat, guru menjelaskan makna dari QS.
Al-Isra: 27 dan menekankan bahwasannya Allah tidak suka dengan orang yang
berlebih-lebihan dan perilaku boros merupakan salah satu bentuk ingkar kepada
Allah SWT, sehingga siswa diajarkan untuk selalu senatiasa melakukan segala
hal dengan cukup dan tidak berlaku berlebih-lebihan. Ini juga menjelasakan
bahwsannya untuk tidak menggunakan sumber daya alam secara berlebihan,
sehingga mencegah kerusakan alam yang banyak terjadi.
113
Di kelas 9, guru menjelaskan bahwasannya alam merupakan tanda-tanda
dari kebesaran Allah SWT. Dengan kekuasaannya Allah menjadikan alam tempat
tinggal dan kebutuhan manusia sehingga saat bencana alam terjadi, manusia
mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, sudah
seharusnya manusia bersyukur atas limpahan nikmat yang diberikan dan
menyadari kebesaran Allah SWT. Sehingga dalam perbuatannya, manusia
dituntut untuk menjaga dan memelihara lingkungan dengan sebaik-baiknya.
Dengan demikian, jika melihat beberapa pembelajaran PAI, semua
menjelaskan bahwasannya alam merupakan milik Allah SWT yang dititipkan
kepada manusia sehingga harus dijaga dengan baik dan memelihara
kelestariannya merupakan tanggung jawab manusia sebagai khalifah. Karena
dengan menjaga dan memelihara alam, merupakan ibadah dan ketaatan yang
dilakukan seorang muslim kepada sang pencipta yaitu Allah SWT. Pandangan
inilah yang harus ditanamkan kepada peserta didik.
2) Akhlak
Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang mengajarkan
bagaimana seorang muslim untuk berakhlak, termasuk pada lingkungan. Etika
lingkungan dalam pendidikan agama Islam di sekolah ini, dapat dilihat dari
penanaman nilai-nilai ajaran Islam yang dilakukan guru PAI terkait dalam
pembelajaran PAI berbasis lingkungan. Seperti yang disebutkan sebelumnya,
bahwasannya Islam bukan hanya menjelaskan hubungan antara manusia dengan
tuhan atau manusia dengan manusia, tetapi juga hubungan antara manusia
dengan alam. Penanaman nilai-nilai moral terhadap lingkungan menjadi sangat
penting dalam akhlak terhadap lingkungan. Seperti yang dikatakan oleh pak
Anshori sebagai salah satu guru PAI sebagai berikut:
Salah satunya ya penanaman moralitas ya, kepeduliannya itu yang
penting karenakan kepedulian lingkungan itu berasal dari kepedulian hati,
nah disitulah kita, kalau kita berbicara dalil-dalil agama mengarahkannya
ke mental ya, mental-mental itu yang saya pikir menjadi salah satu figur
agama, dengan “anna dhofatu minal iman”, dengan pelajaran berwudhu’,
dengan pelajaran mandi, bersuci dan sebagianya itu merupakan nilai-nilai
moral, nilai-nilai amal yang jika itu diterapkan dengan baik maka
pendidikan agama itu adalah pendidikan yang menjadi ruhnya adiwiyata
sebenarnya. (Wawancara guru PAI: Anshori)
Para pendidik telah berikhtiar untuk mengilhami peran Muslim dalam
memunculkan semangat kesadaran yang tinggi dalam pertanggungjawaban
dirinya sebagai khalifah Allah dengan tidak berperilaku kejam dan merusak
alam. Pendidikan dalam ranah ini telah membangun personalitas Islam dan
menyadarkan manusia untuk memahami konsep dasar yang menjadi basis dari
segala tingkah laku dan praktik keramahan dirinya terhadap alam. (Asmanto:
2015, 342)
Penanaman akhlak terhadap lingkungan yang dilakukan dalam pendidikan
agama Islam yaitu penanaman etika lingkungan dalam pembelajaran. Penanaman
etika lingkungan dilakukan dengan menjelaskan pada siswa, bahwasannya Islam
merupakan agama yang senantiasa mengajarkan untuk selalu menjaga
lingkungan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah. Pengajaran lingkungan dalam
114
PAI tentunya juga menjelaskan bahwasannya sikap antroposentris tidak
dibenarkan dalam Islam. Hal tersebut dapat dilihat dari penyampaian materi
dengan mencontohkan penebangan liar atau dengan kebakaran hutan yang terjadi
untuk memenuhi kebutuhan dan tidak memperdulikan kerusakan.
Fachrudin Mangunjaya menjelaskan ketika Fazlun yang merupakan seorang
mantan pegawai negeri Inggris yang melakukan pelatihan terkait ajaran
lingkungan Islam dengan memberikan modul tenatang pemahaman langsung
pesan-pesan prinsip al-Qur’an dan ajaran Islam tentang konservasi. Termasuk
mengenai tauhid, fitrah, mizan, khalifah. Lebih lanjut Mangunjaya menjelaskan
salah satu poin penting dalam penyuguhan modul yang diberikan adalah
membuka kosmis umat Islam, bahwa Tuhan menciptakan bumi ini dalam
keadaan seimbang dan manusia berpotensi membuat kerusakan yang
menimbulkan ketidakseimbangan terhadap ciptaan Tuhan di muka bumi. Dan ini
merupakan bentuk penyadaran etika lingkungan Islami yang dilakukan oleh
Fazlun. (Mangunjaya, 2007:218)
Penyadaran etika lingkungan Islam ini, juga diterapkan di SMPN 3 Kota
Tangerang Selatan dalam pembelajarannya. Dengan memberikan contoh
kerusakan alam yang disebabkan oleh manusia seperti membuang sampah
sembarangan, merokok, atau penebangan hutan secara liar. Yang kemudian
dikaitkan dengan tugas manusia sebagai makhluk Allah yang mengemban
amanah untuk menjaga dan melestarikan lingkungan. Sehingga sikap
antriposentris, seperti merusak alam tanpa memperdulikan kelestarian alam dan
berperilaku berlebihan sehingga eksploitasi alam terjadi di mana-mana dapat
dikurangi atau malah dihilangkan dari masyarakat.
Pembelajaran mengenai Thaharah yang dilakukan oleh kelas 7 dengan
mendaur ulang sampah ini menjadi hal yang bermanfaat dan mengantarkan siswa
untuk kreatif dalam mengolah permasalahan lingkungan. Dan juga seperti yang
dilakukan oleh guru PAI ketika mengajar di kelas 8 dengan memanfaatkan
kalender tahun 2014 sebagai alat dalam pembelajarannya. Dengan melakukan
daur ulang dalam pembelajaran PAI, memberikan penjelasan praktik ramah
lingkungan yang dapat dilakukan dalam keseharian siswa. Penalaran siswa dalam
mendaur ulang sampah anorganik menjadi salah satu contoh fungsi khalifah
terlaksana dikarenakan tugas seorang khalifah adalah menjaga dan memelihara
alam dengan sebaik mungkin dan tidak melakukan kerusakan. Guru Pendidikan
Agama Islam yang menggunakan kalender bekas sebagai alat pembelajaran juga
mengajarkan kepada siswa untuk menggunakan barang yang masih dapat
digunakan sebaik mungkin. Oleh karena itu, Menggunakan barang yang masih
bisa digunakan dan mengolahnya merupakan bentuk pencegahan bertambahnya
sampah yang dapat merusak kebersihan dan lingkungan.
Pada pembelajaran kelas 8 diajarkan berwudhu’ untuk selalu hemat dan
tidak berlebih-lebihan dalam menggunakan air. Kegiatan belajar ini mengajarkan
untuk tidak berperilaku berlebihan dalam menggunakan sumber daya alam
khususnya sumber daya air. Sehingga keseimbangan sumber daya air akan
terjaga dan memenuhi kebutuhan manusia dengan cukup.
Pembelajaran kelas 9, diperlihatkan bencana-bencana alam di video untuk
menunjukkan kebesaran Allah SWT. Selain itu, siswa juga diberi contoh
kerusakan alam yang disebabkan manusia seperti penebangan pohon liar,
kebakaran hutan, dan lain sebagainya. Kegiatan belajar ini mengajarkan kepada
115
siswa agar bertingkah laku yang baik pada lingkungan, bertanggung jawab dan
tidak berperilaku antroposentris.
Ketiga pembelajaran ini, merupakan usaha guru agar siswa dapat
berperilaku baik, bertanggung jawab dan bersikap ramah lingkungan sebagai
tindakan berakhlak terhadap lingkungan.
Dengan demikian penanaman etika lingkungan Islam bukan hanya sekedar
penanaman bahwasannya alam merupakan ciptaan Allah SWT yang harus dijaga
sebagai bentuk menginformasikan pandangan etika lingkungan Islami, tetapi juga
dengan gerakan yang nyata dalam terciptanya perilaku ramah lingkungan
sehingga siswa dapat memahami lebih jauh tentang akhlak terhadap alam dan
juga menanamkan untuk tidak memiliki sikap antroposentris dalam kehidupan
sehari-hari.
3) Pendidikan Akal Menurut Dr. Erwati Aziz (2013,88), upaya pelestarian lingkungan hidup
melalui pendidikan Islam selain pendidikan tauhid dan akhlak juga dengan
pendidikan akal. Pendidikan akal yang dimaksud adalah menuntun dan
mengembangkan daya pikir manusia berdasarkan al-Qur’an dan hadits. Dengan
demikian, pendidikan akal tersebut dapat dikatakan pendidikan ijtihad.
Dengan kekuatan akalnya manusia dapat membedakan mana perbuatan baik
dan mana perbuatan yang buruk serta dengan akal pula manusia dapat
membuktikan dan membenarkan adanya Allah SWT Maha Pencipta di atas
segala sesuatu di dunia ini. Walaupun disadari keterbatasan akal untuk
memikirkan dan memecahkan sesuatu. (Ramayulis:2015,261).
Permasalahan lingkungan yang semakin rumit, mengharuskan guru
menuntun dan mengembangkan daya pikir siswa untuk memecahkan dan
mengatasi permasalahan lingkungan tersebut berdasarkan al-Qur’an dan Hadits.
Hal tersebut dapat dilihat dari metode-metode yang digunakan dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Seperti metode tanya-jawab seputar
pengetahuan siswa terkait permasalahan lingkungan.
Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan di
SMPN 3 Kota Tangerang Selatan, guru juga menguji daya nalar siswa dalam
mengatasi masalah yang dipertanyakan dalam pembelajaran. Seperti halnya
penanggulangan sampah dengan cara mengolahnya menjadi barang yang berguna
di kelas 7, mereka mulai dengan berdiskusi dan mendaur ulang sampah
anorganik. Ini berlandaskan pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang
mengajarkan untuk selalu menjaga kebersihan karena kebersihan sebagian dari
iman.
Kemudian permasalahan yang dimunculkan oleh guru Pendidikan Agama
Islam di kelas 8 adalah mempertanyakan apa itu hemat mereka menjawabnya
dengan berbagai jawaban seperti hemat itu tidak berlebih-lebihan, hemat itu
dengan menggunakan listrik seperlunya dan lain sebagainya. Guru juga
mengajarkan wudhu’ sekaligus berhemat air karena dengan melakukan hal
tersebut siswa dapat berwudhu’ sekaligus menghemat sumber daya air.
Pembelajaran ini berdasarkan kandungan dari QS. Al-Isra’: 27 yang melarang
umat Islam berlaku berlebih-lebihan. Berdasarkan ayat tersebut siswa dituntun
untuk berpikir kritis bagaimana menerapkan isi kandungan ayat tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Dan ini juga mengajarkan pada siswa bahwa Islam
116
mengajarkan untuk selalu berlaku hemat khususnya dalam hal ini tidak
berlebihan dalam menggunakan sumber daya alam.
Dan untuk kelas 9 guru menuntun siswa untuk menganalisis sebab akibat
yang terjadi dari kerusakan alam disebabkan oleh manusia. Sehingga siswa dapat
melihat baik dan buruk perilaku yang tidak memperdulikan alam dan ini juga
merupakan penyadaran terhadap siswa bahwasannya peduli lingkungan itu
penting sehingga harus dijaga dengan sebaik-baiknya.
Dengan demikian, penanaman nilai-nilai Islami dalam pembelajaran PAI di
SMPN 3 Kota Tangsel salah satunya adalah dengan menuntun dan
mengembangkan daya pikir siswa berdasarkan al-Qur’an dan Hadits agar siswa
dapat menjawab permasalahan lingkungan yang terjadi di sekitar lingkungan
siswa dan menyadari bahwa Islam sangat memperhatikan lingkungan.
4) Keteladanan
Keteladanan guru juga menjadi salah satu hal yang penting dalam
penanaman akhlak terhadap lingkungan. Keteladanan pendidik terhadap peserta
didik merupkan kunci keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk
moral spiritual dan sosial anak. Hal ini karena pendidik adalah figur terbaik
dalam pandangan anak yang akan dijadikannya sebagai teladan dalam
mengidentifikasikan diri dalam segala aspek kehidupannya atau figur pendidik
tersebut terpatri dalam jiwa dan perasaannya dan tercermin dalam ucapan dan
perbuatannya. (Ramayulis:2015, 262)
Sebagaimana diketahui bahwasannya guru adalah model mental yang hidup
bagi siswa. Kualitas dan kekuatan dari teladan seorang guru berkaitan erat
dengan karakter dan efektivitas guru. Makin efektif seorang guru maka makin
tinggi pula potensi dan kekuatannya sebagai teladan. (Suyono dan Hariyanto,
2014:191)
Ketedalanan dalam pendidikan merupakan metode influentif yang paling
meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak
didalam moral, spiritual dan sosial. Dalam hal ini pendidik adalah contoh terbaik
dalam pandangan anak, karena segala tindak tanduknya, sopan santunya, cara
berpakaiannya dan tutur katanya akan selalu diperhatikan oleh peserta didik.
(Wardhani dan Wahono:2017, 51)
Sia-sia seorang guru mengajarkan kebaikan jika ia sendiri bukan sosok
pribadi yang baik. Pribadi guru yang baik mengajar dan mendidik denan
perkataan dan perilakunya dihadapan murid, disengaja maupun tidak disengaja.
Disadari ataupun tidak, peserta didik selalu mengajar dari figur guru dan orang-
orang yang dianggapnya baik. (Musfah: 2015,33)
Dengan demikian, keteladanan merupakan hal yang penting dalam
penanaman nilai-nilai Islam, sehingga guru Pendidkan Agama Islam dalam
keterkaitannya pada lingkungan harus memberikan keteladanan dengan
menunjukkan perilaku ramah lingkungan sebagai ceriminan dari perilaku peduli
lingkungan terhadap siswa.
Dalam observasi yang dilakukan beberapa kejadian menunjukkan
keteladanan guru dalam menunjukkan peduli lingkungan seperti kejadian dimana
sebelum melakukan pembelajaran, kelas kotor sehabis istrihat ke 2, kemudian
guru Pendidikan Agama Islam meminta yang piket untuk membersihkan. Dan
guru tersebut bukan hanya menyuruh siswa tetapi juga ikut untuk membersihkan
117
dengan menyapu bersama siswa yang mendapatkan tugas piket, serta membuang
sampah pada tempatnya. Setelah itu, guru meminta siswa yang piket untuk
membuang sampah pada pembuangan akhir sampah di sekolah agar tidak
menumpuk di depan kelas.
Kejadian lainnya saat ditengah pelajaran yang sedang berlangsung, tiba-tiba
guru PAI melihat sampah di lantai dan langsung memungutnya tanpa menyuruh
siswa untuk membuang sampah tersebut. Siswa terdekat pada waktu itu langsung
mengatakan “biar saya saja pak”, sehingga siswa tersebut langsung
membuangnya.
Selain itu, selalu guru PAI juga selalu mengingatkan agar bersikap ramah
lingkungan seperti yang dikatakan oleh pak Rendra bahwa:
Penanaman terhadap pribadi anak-anak, kalau kita lebih cendrung
mengingatkan itemnya ya kita mencontohkan. Kalau saya lumayan cerewet
tentang lingkungan, kalau jam segini, saya sering liat kelas-kelas jika ada
kelas yang tidak ada gurunya saya akan mulai bercerita dan bilang
“sekolah kita sekolah apa nak?” nanti anak-anak jawab “sekolah adiwiyata
pak”, kalau masalah listrik harus gimana nak?” nanti itu anak-anak
langsung tidak menggunakan listrik yang tidak ada gunanya.
Dari perkataan pak Rendra dapat diketahui bahwasannya guru bukan hanya
sekedar menjadi teladan bagi siswa tetapi juga selalu mengingatkan siswa dalam
peduli lingkungan. Sehingga ketika siswa lupa dapat diingatkan kembali dan
menjadi suatu pembiasaan tersendiri bagi siswa. Mengingatkan untuk selalu
peduli lingkungan harus selalu dilakukan terus menerus bukan hanya dalam
penyampaiaan pembelajaran tetapi juga di luar pelajaran PAI.
Dalam hal mengingatkan bukan hanya dilakukan terhadap siswa tetapi juga
pada guru lain selaku rekan kerja guru. Seperti salah satu kejadian dimana guru
menuju ke kelas yang akan diajar, tetapi pada saat perjalanan terlihat tempat
sampah sudah menumpuk sementara guru tidak yang mengajar di kelas tersebut
kurang peduli sehingga guru PAI tersebut mengingatkan dengan perkataan yang
halus untuk lebih peduli lagi terhadap kebersihan lingkungan sekolah.
Memakai pakaian yang bersih juga menunjukkan keteladanan guru dalam
menjaga kebersihan. Hal ini mengajarkan pada siswa untuk menjaga kebersihan
bukan hanya pada lingkungan tetapi juga kebersihan pada pakaian yang dipakai
sehari-hari. Selain itu, kebersihan pakaian dari najis juga merupakan hal yang
penting karena pakaian yang dipakai akan digunakan dalam melaksanakan shalat
dzuhur sebagai salah satu kegiatan rutin yang dilakukan sekolah.
Dari kejadian-kejadian yang telah disebutkan, ketauladanan menjadi salah
satu cara guru dalam menanamkan nilai-nilai Islam untuk selalu peduli
lingkungan. Ketauladanan ini akan sangat berpengaruh untuk siswa dalam
menjalankan perilaku ramah lingkungan. Karena dengan ketauladanan ini, siswa
akan mencontoh apa yang dilakukan guru dalam kehidupan sehari-hari. dan
menjadikannya sosok teladan yang akan diiukuti. Dan juga tentunya guru akan
mudah mengajak siswa dalam menjaga kebersihan sebagai bagian dari peduli
lingkungan.
5) Pembiasaan
Pembiasaan merupakan metode terakhir dalam menanamkan nilai-nilai
kepedulian terhadap lingkungan. Dengan pembiasaan pendidikan memberikan
118
kesempatan kepada peserta didik terbiasa mengamalkan ajaran agamanya, baik
secara individual maupun berkelompok dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
pembiasaan inilah diharapkan peserta didik mengamalkan agamanya secara
berkelanjutan. (Ramayulis:2015, 259)
Pembiasaan juga merupakan cara yang digunakan dalam proses
pembentukan sikap disamping juga dengan modeling, seperti yang dijelaskan
oleh Wina Sanjaya. (Sanjaya: 2010). Sehingga pembiasaan yang dilakukan
secara terus menerus menjadi penting dalam membentuk sikap peduli lingkungan
pada diri siswa, terutama pada Pendidikan Agama Islam yang merupakan
pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai Islam di sekolah.
Kegiatan-kegiatan yang telah diatur sekolah untuk membiasakan peduli
lingkungan sangat membantu dalam pembentukan akhlak terhadap lingkungan.
Yang mana kegiatan-kegiatan ini menjadi pembiasaan siswa dan budaya sekolah
SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.Terkait dengan akhlak, Prof Muhaimin dkk
(2012), memberikan ciri-ciri akhlak sebagai berikut:
a) Akhlak sebagai ekspresi sifat dasar seseorang yang konstan dan tetap.
b) Akhlak selalu dibiasakan seseorang sehingga ekspresi akhlak tersebut
dilakukan berulang-ulang, sehingga dalam pelaksanaan itu tanpa disertai
pertimbangan terlebih dahulu, dan
c) Apa yang diekspresikan dari akhlak merupakan keyakinan seseorang dalam
menempuh keinginan sesuatu, sehingga pelaksanaannya tidak ragu-ragu.
Dapat dilihat bahwasannya akhlak itu selalu dibiasakan, dilakukan berulang-
ulang sehingga dengan pembiasaan yang dilakukan dalam budaya sekolah peduli
lingkungan dalam program Adiwiyata sangat mendukung dalam pembentukan
akhlak terhadap lingkungan. Apa yang menjadi gagasan atau pandangan yang
diketahui dan diyakini akan dilaksanakan dalam perbuatan yang dilakukan secara
berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan pada diri siswa di kehidupan sehari-
hari.
Pembiasaan yang terdapat di sekolah seperti sholat berjama’ah, menjaga
kebersihan lingkungan sekolah, piket harian oleh setiap siswa, dan mengadakan
Jum’at bersih. Semuanya ini membantu Pendidikan Agama Islam dalam
pembentukan akhlak terhadap lingkungan. Karena dengan mengadakan Jum’at
bersih secara rutin setiap bulannya, maka siswa akan terbiasa untuk menjaga
kebersihan lingkungan dan juga membiasakan untuk bersama-sama menjaga dan
memelihara lingkungan sekolah. Pembiasaan piket harian selain untuk menjaga
kebersihan juga mengajarkan siswa untuk bertanggung jawab dalam menjaga
kebersihan. Dalam hal ini guru Pendidikan Agama Islam dapat selalu
mengingatkan dan ikut menjaga kebersihan bersama dengan siswa agar
terciptanya lingkungan sekolah yang bersih.
Pembiasaan yang dibentuk guru Pendidikan Agama Islam dalam
pembelajaran juga dilakukan seperti membiasakan kelas bersih sebelum memulai
pelajaran seperti yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam sewaktu
mengajar kelas 8. Pelaksanaan pembiasaan memang sulit, bahkan memerlukan
waktu yang lama agar siswa memiliki kebiasaan peduli terhadap lingkungan.
Akan tetapi, jika dilakukan dengan terus menerus dan guru selalu memberikan
teladan yang baik bagi siswa maka berakhlak pada lingkungan akan terbentuk
walaupun membutukan waktu yang lama.
119
Kegiatan-kegiatan sekolah dan pembiasaan yang dilakukan oleh guru
Pendidikan Agama Islam ini, membantu dalam penanaman akhlak terhadap
lingkungan yang dilakukan dalam Pendidikan Agama Islam berwawasan
lingkungan. Hal ini dilakukan sebagai upaya melestarikan dan menjaga
lingkungan sesuai dengan tugas seorang manusia menjadi khalifah di Bumi
dalam ajaran Agama Islam.
2. Budaya Sekolah Peduli Lingkungan (Adiwiyata)
Adiwiyata merupakan program sekolah peduli dan berbudaya lingkungan,
sebagai salah satu upaya dalam menangani permasalahan lingkungan yang dihdapi
Indonesia di berbagai wilayah Indonesia. Dan SMPN 3 Kota Tangerang Selatan,
merupakan sekolah Adiwiyata yang sudah menjadi sekolah Adiwiyata Mandiri di
daerah Kota Tangerang Selatan pada jenjang SMP.
Adiwiyata sendiri mempunyai pengertian atau makna sebagai tempat yang baik
dan ideal dimana apat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta
etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita
menuju kepada pembangunan berkelanjutan. (Tim Adiwiyata: 2012,3). Sedangkan
Adiwiyata Mandiri merupakan penghargaan pada sekolah yang telah menjalankan
program Adiwiyata dan memiliki sekolah binaan minimal 10 sekolah. (Puspita R:
2015)
Penjelasan terkait budaya sekolah peduli lingkungan di sekolah ini akan
dijelaskan hal-hal yang berkaitan dengan implementasi sekolah menjadi sekolah
Adiwiyata. Dan hal tersebut meliputi pertama, sejarah sekolah adiwiyata sebagai
penjelasan awal mula sekolah menjalan Adiwiyata. Kedua, kebijakan-kebijakan
sekolah yang dibuat untuk mendukung terlaksananya program Adiwiyata. Ketiga,
kegiatan-kegiatan peduli lingkungan. Keempat, mitra sekolah dalam mendukung
sekolah peduli lingkungan. Kelima, sosialisasi sekolah dalam program adiwiyata ini.
Dan penjelasannya sebagai berikut:
a. Sejarah Sekolah Peduli Lingkungan
Awalnya sekolah ini bukan termasuk pada sekolah yang peduli lingkungan
atau sekolah Adiwiyata seperti sekarang ini. Kemudian sekolah mengalami
perubahan menjadi sekolah yang peduli terhadap lingkungan dengan mengikuti
program Adiwiyata dengan proses yang panjang hingga menjadi sekolah yang
sadar akan pentingnya lingkungan dan mendapatkan penghargaan Adiwiyata
Mandiri.
Dimulai dengan ditunjukanya sekolah untuk ikut melaksanakan program
Adiwiyata oleh pemerintah seperti yang dikatakan oleh bu Nita Marginingsih,
yaitu sebagai berikut:
Pertama, sekolah ditunjuk oleh pemerintah kemudian ada SD UT mau
menjadi Adiwiyata Mandiri hingga kami menjadi binaannya. Itu semuakan
kaya dipaksakan baru tahun 2012 tertarik untuk melanjutkan adiwiyata. jadi
pertama dipaksa, terpaksa, kemudian jadi terbiasa. Hingga sekarang kami
terbiasa yang menjadikan kami sadar akan lingkungan untuk lebih peduli.
(wawancara koordinator Adiwiyata: Nita Marginingsih)
Hal ini menunjukkan bahwasannya permasalahan lingkungan menjadi
perhatian sekolah semenjak sekolah menjalankan ditunjuk oleh pemerintah.
Sehingga sekolah memiliki tanggung jawab untuk menanamkan sikap peduli
lingkungan pada siswa-siswa yang menjadi generasi selanjutnya. Dan ini juga
120
dapat dijadikan sebagai landasan sekolah melaksanakan sekolah peduli
lingkungan. SMPN 3 Kota Tangerang Selatan menjadi tertarik pada perubahan
yang terjadi sehingga melanjutkan program adiwiyata dan menjadi sadar untuk
peduli pada lingkungan. Proses tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 4.3 Proses Perubahan Sekolah
Dari bagan tersebut, dapat dilihat bahwasannya perubahan yang terjadi di
SMPN 3 Kota Tangerang Selatan dimulai dengan adanya perintah dari
pemerintah untuk menerapkan model sekolah Adiwiyata, yang mana dari ini
mereka menjalankan perintah tersebut dengan menerapkannya di sekolah. Lama
kelamaan sekolah menjadi terbiasa dengan propgram Adiwiyata dan merasakan
perubahan yang terjadi memberikan manfaat bagi sekolah, siswa, guru ataupun
warga sekolah lainnya. Sehingga menjadi tertarik dengan program Adiwiyata
sehingga sadar pentingnya peduli lingkungan. Yang pada akhirnya persoalan
tentang lingkungan menjadi penting untuk dilaksanakan dan menanamkannya
pada peserta didik untuk peduli pada lingkungan sekitar.
Untuk lebih rincinya awal terbentuknya sekolah berbudaya peduli
lingkungan di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan dimulai dengan sekolah sehat
sesuai dengan pernyataan Kepala sekolah, Wakasek dan koordinator Adiwiyata.
Menurut pak Sholeh selaku wakasek kurikulum mengatakan bahwa:
Sebelum terkait dengan adiwiyata kami ini kan sudah menjadi sekolah
sehat jadi kita sudah memulai lingkungan ini supaya hijau sudah mulai dari
kepala sekolah sebelumnya yaitu pak Kuswanda dilanjutkan pak Nurhadi
kemudian puncaknya ya sekarang. Waktu itu lomba sekolah sehatnya kalah
ketika pak kuswanda, menangnya ketika pak Maryono. Pak Maryono itu
melengkapi lagi macem-macem dari juara adiwiyata nasional sampai pada
adiwiyata mandiri, kalau mulainya dari 2005 sudah ada pembinaan
lingkungan. Sudah dimulai dari pak Kuswanda dalam pembinaan
lingkungan, tapi kemudian jika masuk pada visi misi dan lengkapnya kepala
sekolah yang sekarang. (Wawancara wakasek kurikulum: Sholeh Fathoni)
Dari keterangan pak Sholeh dapat dijelaskan bahwasannya pembinaan
lingkungan sebenarnya sudah dimulai pada tahun 2005 pada saat menjadi sekolah
sehat pada masa kepemimpinan pak Kuswanda sebagai kepala sekolah. Hal ini
diperjelas dengan pernyataan bu Nita Marginingsih selaku koordinator adiwiyata
yaitu:
Dimulai dengan sekolah sehat tahun 2011 dengan tingkat nasional
mendapat juara 6. Kemudian ada program adiwiyata di tahun itu juga
tetapi tidak jalan, mulai lagi tahun 2012 adiwiyata kota. Adiwiyata provinsi
Ditunjuk oleh
Pemerintah
Menjalankan perintah
Terbiasa
Tertarik pada adiwiyata
Sadar akan pentingnya peduli
lingkungan
121
dan nasional tahun 2013 kemudian 2014 adiwiyata mandiri tetapi
didiskualifikasi karena baru setahun terus tahun 2015 tapi ada kesalahan
teknik karena file tidak masuk baru tahun 2016 kami menjadi adiwiyata
mandiri. (Wawancara koordinator Adiwiyata: Nita Marginingsih)
Diperkuat lagi dengan pernyataan pak Maryono selaku kepala sekolah yaitu
“Sebelum Adiwiyata kami sudah menjadi sekolah sehat.”(Wawancara Kepala
Sekolah: Maryono). Dengan demikian, SMPN 3 Kota Tangerang Selatan
memulai gerakan untuk peduli lingkungan dimulai dengan sekolah sehat.
Kemudia untuk pertama kali sekolah menerapkan program Adiwiyata pada tahun
2011 seperti yang dikatakan oleh kepala sekolah yaitu “ Sudah selama 6 (enam)
tahun, dimulai dari tahun 2011.”
Sekolah sehat sendiri dimulai dengan adanya UKS (Usaha Kesehatan
Sekolah) yang dirilis sejak tahun 1976 dan diperkuat tahun 1984 dengan
terbitnya SKB 4 menteri yaitu menteri pendidikan dan kebudayaan, menteri
agama, menteri kesehatan dan meteri dalam negeri yang diperbaharui pada tahun
2003. Program UKS dikenal dengan Trias UKS yaitu Pendidikan Kesehatan,
Pelayanan Kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. (Kemendikbud,
2012: 1)
Tujuan dari Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah meningkatkan mutu
pendidikan dan prestasi belajar peserta ddik dengan meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat dan derajat kesehatan peserta didik maupun warga belajar serta
menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia
Indonesia seutuhnya. (SKB 4 Menteri: 2003).
Dengan melaksanakan Trias UKS ini maka sekolah dapat melaksanakan
hidup sehat dan menjadi model sekolah sehat. Sekolah sehat sendiri adalah
sekolah yang bersih, indah, nyaman, tertib, aman, rapih, dan kekeluargaan
peserta didiknya sehat dan bugar serta senantiasa berperilaku hidup bersih dan
sehat. (Kemendikbud, 2012: 3). Sehingga untuk menciptakan sekolah yang
bersih, maka sekolah akan lebih memperhatikan lingkungan sekolah agar tetap
terjaga kebersihannya sebagai salah satu cara dalam melaksanakan sekolah sehat.
Dan juga menanamkan perilaku hidup bersih pada siswa dan semua warga
sekolah. Selain itu, bukti lain sekolah ini pernah menjadi sekolah sehat dengan
adanya lambang sekolah sehat di depan sekolah. Seperti berikut:
Gambar 4. 4
Lambang Sekolah Sehat
122
Dari gambar 4.3 dapat dilihat bahwasannya sekolah ini menjalankan sekolah
sehat dengan tertera “Trias UKS” pada lambang tersebut. Setelah menjalankan
sekolah sehat yang akhirnya menjadi sekolah sehat tingkat Nasional pada masa
jabatan pak Maryono, selanjutnya SMPN 3 Kota Tangerang Selatan melanjutkan
ke program Adiwiyata. Dalam proses program Adiwiyata, SMPN 3 Kota
Tangerang Selatan, ditunjuk oleh pemerintah untuk melaksanakan program
Adiwiyata yang selanjutnya menjadi binaan SD UT, seperti yang dikatakan oleh
bu Nita Marginingsih sebelumnya.
Kemudian setelah tertarik dengan program Adiwiyata, SMPN 3 Kota
Tangerang Selatan melanjutkan program Adwiyata tersebut hingga memperoleh
penghargaan Adiwiyata Kota, kemudian Adiwiyata Provinsi, dilanjutkan dengan
Adiwiyata Nasional dan akhirnya menjadi Adiwiyata Mandiri seperti sekarang.
Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.16
Model Sekolah/Penghargaan Peduli lingkungan
Kepala Sekolah Tahun Model
Sekolah/Penghargaan Keterangan
Drs.H. Kuswanda
M.Pd
Drs. H. Nurhadi,
MM
2005 –
2009
Sekolah Sehat Trias UKS
H. Maryono, M. Pd
2011 Sekolah sehat
tingkat Nasional
Adiwiyata
Ditunjuk
pemerintah dan
binaan UT
2012 Adiwiyata Kota
2013 Adiwiyata Provinsi
Adiwiyata Nasional
2014 Didiskualifikasi
2015 Gagal karena
terjadi kesalahan
teknik
2016-
Sekarang
Adiwiyata Mandiri
Dari tabel 4.16 dapat dilihat bahwasannya SMPN 3 Kota Tangerang Selatan
sudah melaksanakan pembinaan peduli lingkungan pada sekolah sehat dari masa
jabatan pak Kuswanda dan pak Nurhadi. Kemudian pada tahun 2011 pada masa
kepemimpinan pak Maryono (2009-sekarang), menjadi sekolah sehat tingkat
Nasional dan memulai Adiwiyata di tahun yang sama dengan ditunjuk
pemerintah untuk melaksanakan program Adiwiyata dan menjadi binaan UT.
Kemudian di tahun 2012 menjadi Adiwiyata kabupaten/ kota yaitu penghargaan
terhadap sekolah dari Bupati/Walikota. Di tahun 2013 mendapat penghargaan
Adiwiyata provinsi yaitu penghargaan dari Gubernur dan Adiwiyata Nasional
123
yaitu penghargaan dari Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayan.
Dalam proses sekolah menjadi Adiwiyata Mandiri mengalami kegagalan
yaitu di tahun 2014, sekolah didiskualifikasi karena baru setahun menjalankan
Adiwiyata Nasional. Kemudian tahun 2015 mengajukan kembali untuk menjadi
Adiwiyata Mandiri tetapi terjadi kesalahan teknis disebabkan file yang terkirim
hanya sebagian sedangkan sebagian lagi tidak terkirim sehingga tidak lolos
dalam administrasi. Akhirnya pada tahun 2016 mendapatkan penghargaan
Adiwiyata Mandiri yaitu penghargaan dari Menteri Negara Lingkungan Hidup
dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta piala dari Menteri Negara
Lingkungan Hidup yang diserahkan oleh Presiden. Dengan demikian sekolah ini
sudah menjalankan program Adiwiyata selama 6 tahun.
Sedangkan proses sekolah ini dalam mengusahakan agar mencapai sekolah
peduli lingkungan adalah dengan adanya kerjasama dan penanaman sumber daya
manusia untuk peduli pada lingkungan di sekolah tersebut, mulai dari OB, staf,
guru dan siswa yang merupakan warga sekolah di SMPN 3 Kota Tangerang
Selatan. Seperti yang dikatakan oleh pak Maryono:
Itu luar biasa ya, pertama dari penanaman Sumber daya manusia dulu
ya baik tenaga guru dan TU, OB, Security dan semua yang ada di sekolah.
Dan tidak kalah pentingnya anak-anak karena peran besarnya adalah
mengajarkan pada mereka untuk peduli lingkungan termasuk pihak kantin
pun juga kita ajak untuk peduli lingkungan. jadi semua unsur disini kita
ajak dan kita perkenalkan betapa pentingnya lingkungan, kalau kita tidak
urus dan pelajari dari sekarang bisa jadi 10 tahun yang akan datang bisa
mempunyai perilaku seperti apa menyangkut lingkungan kita.”(Wawancara
Kepala Sekolah: Maryono)
Adapun alasan sekolah ini melaksanakan sekolah peduli lingkungan seperti
yang dikatakan oleh kepala sekolah adalah:
“Menanamkan rasa cinta pada lingkungan, menyelamatkan lingkungan
pada anak. Karena mereka kan generasi selanjutnya. Numpung mereka
masih muda masih belia mudah-mudahan setelah itu mereka mengajarkan
pada selanjutnya. Jadi keuntungannya jangka panjang.” (Wawancara
Kepala Sekolah: Maryono)
Hal ini menunjukkan bahwasannya selain ditunjuk oleh pemerintah, alasan
sekolah menjalankan sekolah peduli lingkungan dengan program Adiwiyata
adalah untuk menanamkan rasa cinta pada lingkungan dan menyelamatkan
lingkungan pada siswa sebagai generasi penerus bangsa dengan harapan
bahwasannya mereka akan mengajarkannya pada generasi selanjutnya untuk
menyelamatkan lingkungan dari krisis lingkungan dan menjaga serta
melestarikannya di masa mendatang.
b. Kebijakan-kebijakan Sekolah
Untuk terwujudnya sekolah berbudaya peduli lingkungan salah satunya
dengan mengadakan kebijakan-kebijakan sekolah yang akan mendukung
terlaksananya sekolah berbudaya peduli lingkungan (Adiwiyata). Kebijakan
sekolah terkait dengan adiwiyata adalah sebagai berikut:
124
1) Perubahan Visi, Misi dan Tujuan Sekolah
Visi adalah suatu pikiran yang melampaui realitas sekarang, sesuatu yang
kita ciptakan yang belunpernah ada sebelumnya, suatu keadaan yang akan kita
wujudkan yang belum pernah kita alami sebelumnya. Sedangkan misi adalah
jalan pilihan (the chosen track) lembaga pendidikan bagi peserta
didik/masyarakatnya. Perumusan misi adalah suatu usaha untuk menyusun peta
perjalanan. (Mulyono: 2010,120)
Pak Maryono selaku kepala sekolah mengatakan, “Ya pertama visi misi
yang utamanya. Sudah mencakup segala macam aturan-aturan yang tidak boleh
dilanggar.” Hal ini diperkuat dengan pernyataan bu Nita selaku Koordinator
Adiwiyata yaitu,” Pertama visi misi diubah karena awalnya sekolah tidak
memiliki visi-misi untuk menjaga lingkungan.” Dengan demikian, hal pertama
yang dilakukan adalah perubahan visi misi sekolah. Selain itu, tujuan sekolah
juga diubah sesuai Surat Keputusan Kepala Sekolah SMPN 3 Kota Tangerang
Selatan. Lebih lanjut, bu Nita menjelaskan bahwasannya dulu visi, misi dan
tujuan sekolah adalah:
Visi : Terunggul dalam prestasi
Teladan dalam bersikap dan bertindak
Konsisten dalam menjalankan ajaran agama
Misi : Mewujudkan peningkatan kualitas atau mutu lulusan
Mewujudkan peningkatan jumlah lulusan yang masuk
SMA atau SMK Negeri
Membina sikap percaya diri, semangat gotong royong,
dan cinta tanah air
Meningkatkan prestasi kerja yang diimbangi dengan
penghargaan yang layak serta dilandasi dengan
semangat ketauladanan dan keikhlasan
Meningkatkan status sekolah menjadi sekolah unggulan
Tujuan : Mewujudkan peningkatan kualitas atau mutu lulusan
Mewujudkan peningkatan jumlah lulusan yang masuk
SMA atau SMK Negeri
Membina sikap percaya diri, semangat gotong royong,
dan cinta tanah air
Meningkatkan prestasi kerja yang diimbangi dengan
penghargaan yang layak serta dilandasi dengan
semangat ketauladanan dan keikhlasan
Menigkatkan status sekolah menjadi sekolah unggulan
Kemudian berdasarkan SK (Surat Keputusan) kepala sekolah SMPN 3 Kota
Tangerang Selatan visi, misi dan tujuan sekolah berubah dengan
mempertimbangkan sebagai berikut:
a) Sebagai wujud kepedulian sekolah terhadap perubahan lingkungan yang
terjadi dan peran aktif SMPN 3 Kota Tangerang Selatan dalam upaya
pelestarian lingkungan
b) Mengapresiasi munculnya isu lokal wilayah Kota Tangerang Selatan
berkaitan dengan masalah penanganan sampah, banjir dan berkurangnya
persediaan air bersih.
125
c) Menanamkan nilai-nilai kesadaran kepedulian terhadap lingkungan khususnya
bagi warga SMPN Kota Tangerang Selatan.
Dari SK tersebut juga dapat dilihat bahwannya visi, misi dan tujuan sekolah
Adiwiyata selain untuk mewujudkan kesadaran untuk peduli lingkungan juga
berdasarkan permasalahan lingkungan yang ada di Kota Tangerang Selatan yaitu
penanganan sampah, banjir dan air bersih. Perubahan visi, misi dan tujuan yang
dirubah menjadi seperti sekarang, yaitu dengan ditambahkan usaha penyadaran
lingkungan pada visi, misi dan tujuan lingkungan.
Seperti menambahkan “Menciptakan lingkungan sehat dan hijau”, pada visi
sekolah. Kemudian pada misi sekolah ditambah dengan “Menuju sekolah
berwawasan lingkungan, mengadakan jum’at bersih secara rutin, membiasakan
seluruh warga sekolah untuk peduli sampah dan konsisten berprilaku dalam
hidup bersih dan sehat.” Begitu juga dengan tujuan sekolah awalnya hanya
sampai pada “Meningkatkan status sekolah menjadi sekolah unggulan”,
kemudian ditambah dengan “Meningkatkan pemahaman sekolah berwawasan
lingkungan sehat bagi seluruh komponen sekolah.”(Wawancara Koordinator
Adiwiyata: Nita Marginingsih)
Perubahan visi, misi dan tujuan merupakan salah satu tindakan untuk
mengimplementasikan budaya peduli lingkungan dalam program adiwiyata.
Sehingga visi dan misi ini menjadi acuan bagi warga sekolah untuk senantiasa
peduli pada lingkungan.
Pada hakikatnya suatu budaya adalah sebuah fenomena kelompok. Oleh
karena itu, dalam menelaah proses terbentuknya budaya organisasi tidak dapat
dilepaskan dari proses kelompok. Selain itu, proses kemunculan budaya
organisasi memakan waktu cukup lama dan pada umumnya melibatkan seorang
tokoh yang mengintroduksikan visi dan misi pada stafnya, kemudian dijadikan
acuan oleh seluruh anggota kelompok. (Musfah, 2015:38).
Dalam hal ini, peran kepala sekolah selaku pemimpin di sekolah SMPN 3
Kota Tangerang Selatan memiliki peran yang besar dalam terlaksananya program
Adiwiyata. Karena kepala sekolah menjadi pemimpin sekolah yang
mengintroduksikan visi dan misi pada seluruh warga sekolah, dan ini terlihat dari
beberapa wawancara yang dilakukan pada beberapa guru sekolah, bahwasannya
kepala sekolah selalu mengingatkan visi dan misi sekolah pada upacara hari
senin yang dilakukan secara rutin dan juga pada saat ada rapat guru di sekolah.
Sehingga visi dan misi sekolah tidak hanya dipajang tetapi diingat oleh warga
sekolah. Pentingnya visi misi juga sebagai salah satu wujud terciptanya budaya di
sekolah.
2) Pengaturan Anggaran Sekolah
Selain perubahan visi dan misi sekolah, yang tidak kalah pentingnya adalah
pengaturan anggaran sekolah. Dalam program Adiwiyata sendiri, sekolah
mengatur anggaran khusus untuk adiwiyata. Anggaran untuk program adiwiyata
sendiri sebesar 20% akan tetapi menurut bu Nita anggaran sebenarnya melebihi
dari 20% sebagaimana berikut: “Anggaran untuk Adiwiyata sebesar 20%.
Sebenarnya anggaran lebih dari 20% karena kita kan tidak menghitung
pembelian sapu. Yang dihitung seperti membeli pohon, perawatan pohon,
kegiatan-kegiatan.” Hal ini juga didukung oleh pernyataan kepala sekolah bahwa
“20% minimal untuk mendukung sekolah berbudaya lingkungan dalam
pengelolaan adiwiyata.”
126
Dengan demikian, terdapat anggaran khusus yang dibuat sekolah terkait
dengan adiwiyata, yaitu sebesar 20% untuk perawatan, kegiatan-kegiatan peduli
lingkungan dan pembelian pohon.
3) Peraturan Peduli Lingkungan
Kemudian pembuatan peraturan-peraturan terkait adiwiyata. Seperti
peraturan siswa diminta untuk membawa tempat makan dan minum sebagai
bentuk dari pengurangan sampah. Sebagaimana yang dikatakan oleh bu Neni
Supriati bahwasannya “Untuk siswa, harus membawa tempat makan dan minum,
jadi kalau beli ke kantin mereka tidak menggunakan plastik tetapi menggunakan
tempat minum tersebut. Guru juga bawa tupperwear sama seperti siswa.”
(Wawancara Wakasek: 12 September 2017)
Selain itu, larangan penggunaan styrofoam juga diberlakukan di sekolah ini,
sebagai wujud kepedulian sekolah dalam pelestarian lingkungan. Seperti yang
diketahui, sampah anorganik merupakan sampah dengan masa penguraian yang
sangat lama. Sehingga cara yang digunakan untuk menangani hal tersebut adalah
dengan mengurangi pemakaian atau dengan mendaur ulang sampah anorganik.
Berikut jenis-jenis sampah dan lama penguraiannya:
Tabel 4.17
Lama Penguraian Sampah
No. Jenis Sampah Waktu Terurai
1. Kulit Pisang 3-4 Minggu
2. Kertas 1 Bulan
3. Karton 2 Bulan
4. Kapas 5 Bulan
5. Woll 1 Tahun
6. Rokok 2-5 Tahun
7. Sepatu Kulit 40-50 Tahun
8. Kaleng Baja 50 Tahun
9. Karet 50-80 Tahun
10. Aluminium 200-500 Tahun
11. Popok sekali pakai 550 Tahun
12. Kantong plastik 2-10 tahun
13. Tabung plastik 1 juta tahun
14. Styrofoam >1 Juta Tahun Sumber: Prosiding Seminar Nasional AvoER ke-3. Palembang, 26 - 27 Oktober
2011
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwasannya styrofoam merupakan sampah
yang sangat sulit untuk terurai. Pelarangan Styrofoam ini dapat dilihat pada SK
kepala sekolah SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. Peraturan ini dibuat dengan
pertimbangan sebagai berikut:
a) Sebagai wujud kepedulian sekolah terhadap kesehatan dan peran aktif SMPN
3 Kota Tangerang Selatan dalam upaya pelestarian lingkungan
b) Menanamkan nilai-nilai dna kesadaran kepedulian terhadap kesehatan
lingkungan khususnya bagi warga SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. (SK
Pelarangan Penggunaan Styrofoam)
127
Sehingga pelarangan penggunaan styrofoam merupakan langkah yang
sangat baik untuk peduli lingkungan. Hal ini memang dapat dilihat hasil
observasi yang dilakukan, sampah styrofoam di sekolah memang tidak ada, yang
ada hanya sampah plastik. Pelarangan penggunaan styrofoam ini diperuntukkan
bagi penjual di kantin sehingga dalam menjual makanan dan minuman tidak
menggunakan styrofoam.
Walaupun sampah berbahan styrofoam tidak ada, sampah plastik dan mika
masih dapat ditemui di sekolah, karena penjual kantin masih menggunakan
plastik dan gelas mika sebagai wadah makanan dan minuman di sekolah. Siswa
yang tidak mempergunakan tempat makanan dan minuman sewaktu jajan di
sekolah mau tidak mau menggunakan plastik dan gelas mika. Sehingga perlu
ditingkatkan lagi dalam penanganan pengurangan sampah.
Peraturan lainnya adalah dilarangnya merokok di lingkungan sekolah bagi
guru, staff TU, karyawan dan tamu, ini juga dapat dilihat dari SK kepala sekolah
yang terlampir. Peraturan-peraturan ini, menuju pada sekolah ramah lingkungan
dimana pengurangan sampah dan menjaga lingkungan sekolah agar tetap bersih
dan sehat.
4) Pembentukan Tim Peduli Lingkungan
Dalam pelaksanaan adiwiyata di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan,
membentuk tim khusus dalam penanganan program adiwiyata yang dinamakan
tim adiwiyata di sekolah ini. Tim inilah yang mengurus tentang semua program
adiwiyata di sekolah. Yang beranggotan guru-guru yang terpilih sebagai tim
adiwiyata. Terkait ini, bu Nita mengatakan, “Tim adiwiyata yang bertugas untuk
membuat kegiatan-kegiatan adiwiyata (peduli lingkungan).”(Wawancara
Koordinator Adiwiyata: bu Nita Marginingsih). Dengan struktur sebagai berikut:
Penanggung jawab : H. Maryono, S.E., M.Pd
Ketua : Hj. Neny Supriati, M.Pd
Koordinator : Nita Marginingsih, S.Pd
Anggota : Nurul Istikomah, S.Pd
Sumarsih, M.Pd
Dian Kusuma, S.Pd
Agit Pratoris, S.Pd
Herlina Yuyanti, S.Pd
Armi Amsiati, M. P.Fis
Takhriyah Agustina, M.Pd
Ahmad Ansori, M.A
Mustofa, S.Pd.
Tim Adiwiyata inilah yang mengurus dan membuat semua kebijakan-
kebijakan sekolah, kegiatan-kegiatan ataupun semua hal yang berkaitan dengan
Adiwiyata terlaksana dengan baik di sekolah. Mereka juga bekerjasama dengan
guru-guru lainnya untuk menjaga dan merawat lingkungan sekolah. Sehingga
budaya sekolah peduli lingkungan dalam pelaksanaan program Adiwiyata dapat
terbangun di sekolah.
128
c. Kegiatan- kegiatan Peduli Lingkungan
Kegiatan peduli lingkungan ini merupakan aktivitas-aktivitas peduli
lingkungan yang ada di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. Hal tersebut dapat
dilihat sebagai berikut:
1) Penanaman Pohon
Pada saat tahun ajaran baru dimulai, pihak sekolah akan meminta siswa baru
untuk membawa pohon ke sekolah yang nantinya akan ditanam di lingkungan
sekolah. Pihak sekolah juga menanam pohon sebagai bentuk tindakan untuk
peduli lingkungan sehingga sekolah menjadi rindang dan tidak gersang. Dan hal
ini berdampak positif bagi warga sekolah, pak Maryono menjelaskan bahwa:
Untuk mengurangi pencemaran udaranya anak-anak terutama yang
siswa baru untuk membawa pohon yang sudah lulus membawa pohon.
Ilustrasinya seperti ini dulu lingkungan tidak seperti ini. Saat upacara
banyak siswa yang pingsan, nah bapak juga gak tau kenapa terus sekolah
ini kok gersang amat. Kalau dulu kan pohon ditebang untuk membuat jalan
atau dibuat lapangan lalu disemen atau diaspal, kalau sekarang itu kami
balik, saya gali satu galian itu 300.000, kan cor-coran itu keras jadi satu
lubang 300.000, dan saya beli pohon yang besar sekalian yang 1.500.000,
saya ingin cepat kalau pohonnya masih kecil itu kena tendangan bola juga
mati. Oleh karena itu saya membeli pohon untuk lingkungan sekolah
termasuk lapangan sekolah. Setelah menanam pohon di lingkungan sekolah
anak-anak jarang ada yang pingsan karena suplay oksigen mereka cukup
kalaupun ada yang pingsan itu karena mereka tidak sarapan.”
Manfaat penanaman pohon ini sangat terasa bagi warga sekolah seperti yang
dicontohkan oleh kepala sekolah. Suplai oksigen yang dihasilkan oleh pohon-
pohon di lingkungan sekolah membuat jumlah siswa yang pingsan berkurang.
Manfaat pohon juga dapat dirasakan saat berkunjung ke sekolah, kondisi sekolah
yang rindang membuat udara sejuk dan nyaman. Penanaman pohon ini juga
merupakan salah satu ibadah kepada Allah SWT. Seperti sabda Rasulullah SAW
sebagai berikut:
Rasulullah SAW bersabda,”Tidaklah seorang Muslim menanam pohon
atau sebuah tanaman kemudian dimakan oleh burung, manusia atau
binatang melainkan ia akan mendapat pahala sedekah. (HR. Bukhari-
Muslim)
Selain itu, SMPN 3 Kota Tangsel juga pernah menanam 1000 pohon di Situ
Gintung sebagai aksi peduli lingkungan pada daerah sekitar sekolah. Seperti yang
diberitakan di beberapa media salah satunya yaitu tangerangonline.id yang
memberitakan bahwasannya SMPN 3 Kota Tangsel melakukan penanaman 1000
pohon dan penyebaran benih ikan untuk memperingati hari sampah di situ
gintung. Pohon yang ditanampun bermacam-macam yaitu pohon mangga,
alpukat, jambu, durian, petai cina. (tangerangonline.id: 2016).
Kemudian penanaman pohon bersama TNI di penerbangan Pd. Cabe
Pamulang, Tangerang Selatan dan kegiatan-kegiatan penanaman pohon lainnya.
129
Kegiatan ini merupakan bentuk peduli lingkungan sekolah pada lingkungan
sekitar sekolah.
2) Pemeliharaan Kebersihan
Dalam pemeliharaan kebersihan sekolah, SMPN 3 Kota Tangerang Selatan
mengadakan piket setiap harinya yang dilakukan oleh siswa. Pelaksanaan
piketnya pun tidak hanya 1 kali dalam sehari tetapi 2 kali sehari. 1 kelompok
piket berjumlah lebih dari 5 orang sehingga dibagi menjadi beberapa bagian.
Pelaksanaan piket dilaksanakan pada waktu jam istirahat pertama, kedua atau
pulang sekolah. Jika kelas terlihat kotor pada saat jam pelajaran dimulai, maka
siswa yang piket juga yang membersihkan dan membuang sampah di tempat
pembuangan akhir.
Selain itu, pemeliharaan kebersihan juga dilakukan dengan diadakannya
jum’at bersih. Pelaksanaan jum’at bersih dilakukan pada saat hari jum’at setiap 1
bulan sekali. Dalam kegiatan Jum’at bersih ini, bukan hanya kelas yang
dibersihkan tetapi seluruh area sekolah dibersihkan. Jum’at bersih ini, seperti
kegiatan kerja bakti sekolah dalam membersihkan sekolah. Sehingga dengan
mengadakan Jum’at bersih merupakan salah satu kegiatan menjaga dan merawat
fasilitas yang ada di sekolah. Kemudian, pada saat setelah istirahat, biasanya
tempat sampah yang ada di depan kelas penuh sehingga guru yang mengajar
meminta siswa untuk membuang sampah yang menumpuk. Seperti diketahui
kebersihan merupakan hal yang penting dalam Islam.
Keimanan seseorang tidak hanya diukur dari banyaknya ritual di tempat
ibadah. Tapi juga menjaga dan membersihkan lingkungan merupakan hal yang
sangat fundamental dalam kesempurnaan iman seseorang. (Masruri:2014, 419).
Walaupun mengajarkan untuk selalu menjaga kebersihan sangat sulit, seperti
yang dikatakan oleh bu Nita yaitu,” Penanaman untuk selalu menjaga kebersihan
itu yang sulit. Setiap tahun kelas 7 terdapat siswa baru, belum lagi siswa kelas 8
dan 9. Jadi harus terus diingatkan. Kami juga mengadakan jum’at bersih dan
piket.”. Dengan demikian, jadwal piket yang dilaksanakan secara rutin oleh
siswa di setiap kelas dan jum’at bersih merupakan bentuk aktivitas dalam
menjaga kebersihan.
3) Kegiatan 3R
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang pedoman
pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recycle, menjelaskan bahwasannya kegiatan 3R
adalah segala aktivitas yang mampu mengurangi segala sesuatu yang dapat
menimbulkan sampah, kegiatan penggunaan kembali sampah yang layak pakai
untuk fungsi yang sama atau fungsi yang lain dan kegiatan mengolah sampah
untuk dijadikan produk baru.(Peraturan KemenLH No. 13 Thn 2012). Dimulai
dari pemisahan sampah organik dan un organik, hal tersebut dapat dilihat dari
tempat sampah yang tersedia. Hal ini berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 81
tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis
sampah rumah tangga menjelaskan bahwa yang dimaksud 3R adalah yang
terdapat pada UU No. 18 Tahun 2008 Pasal 20 yang menguraikan tiga aktivitas
utama dalam penyelenggaraan kegiatan pengurangan sampah yaitu pembatasan
timbulan sampah, pendaur ulang sampah dan pemanfaatan kembali sampah.
(Peraturan Pemerintah No. 81 tahun 2012). Dengan demikian 3R (Reduce,
Recycle dan Reuse) merupakan pengolahan sampah meliputi pembatasan,
130
pendauran ulang dan pemanfaatan kembali sampah. Kegiatan 3R merupakan
usaha dalam penanggulangan sampah.
Pemanfaatan kegiatan 3R ini sangat bermanfaat bagi masyarakat, sehingga
mengajarkan pengolahan sampah ini merupakan hal yang diperlukan. Dalam
tulisan Kisah Sukses Pengelolaan Persampahan di Berbagai Wilayah Indonesia,
yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya, banyak sekali manfaat
yang dihasilkan dari kegiatan 3R yang dilakukan oleh masyarakat. Dari berbagai
peristiwa tersebut manfaat yang didapatkan adalah sebagai berikut:
a) Meningkatnya kualitas lingkungan dan masyarakat
b) Mengurangi volume sampah
c) Mengurangi biaya pengangkutan sampah
d) Memberikan peluang kerja bagi masyarakat
e) Adanya peluang bagi masyarakat untuk meningkatkan penghasilan.
(Departemen Pekerjaan Umum)
Di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan, usaha dalam Reduce adalah dengan
adanya aturan-aturan seperti dilarangnya penggunaan styrofoem di lingkungan
sekolah. Selain itu, peraturan yang mengharuskan siswa-siswi sekolah untuk
membawa tempat makan dan minuman sendiri. Dalam Recycle pendauran ulang
dilakukan dengan memilah sampah antara organik dan anorganik. Sampah
organik diolah menjadi kompos yang digunakan sebagai pupuk tanam-tanaman
di sekolah. Di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan terdapat alat untuk mengolah
sampah organik menjadi kompos. Proses sampah menjadi kompos ini
menggunakan metode mekanik. Seperti yang dijelaskan oleh Arif Sumantri
bahwasannya metode pembuatan kompos ada dua yaitu secara alami dan
mekanis. (Sumantri: 2010, 76). Hal ini dikarenakan proses sampah organik
menjadi kompos menggunakan mesin sebagai alat pengomposan sampah.
Kemudian untuk sampah anorganik mereka olah menjadi kerajinan yang
berguna untuk sehari-hari seperti vas bunga, tempat pensil, tas dari bungkus kopi
dan lain sebagainya. Dalam hal Reuse, sampah anorganik yang diolah kemudian
dipergunakan kembali dalam kehidupan sehari-hari atau dapat dijual. Seperti
halnya sampah organik yang diolah menjadi kompos dipergunakan sebagai
pupuk tanaman-tanaman di sekolah, dan sampah anorganik yang diolah seperti
vas bunga atau tempat alat tulis di meja-meja ruangan sekolah. Ini dapat dilihat
pada meja di perpustakaan, ruang guru dan juga dapat dilihat di dua lemari depan
ruang guru. Di lemari tersebut dipajang hasil dari pengolahan sampah anorganik.
Pengolahan sampah anorganik menjadi barang yang dapat dipergunakan kembali
juga merupakan salah satu hasil dari inovasi yang ada di sekolah SMPN 3 Kota
Tangerang Selatan.
Sedangkan untuk pengelolaan 3R lebih pada pelajaran prakarya. Berbeda
dengan pada saat sekolah belum menjadi adiwiyata mandiri, terdapat pelatihan
khusus untuk melatih guru dan siswa seperti keterangan yang diberikan oleh bu
Nita sebagai berikut:
Kalau sekarang untuk pengelolaan 3R itu ada di pelajaran prakarya.
Kalo dulu ada kegiatan khusus untuk melatih siswa dan guru dari berbagai
sumber sekarang implikasinya di prakarya. Misalnya sekarang bikin bak
sampah dari koran dan kami selalu berusaha membuat yang dapat
131
digunakan kembali. Jadi jangan sampai kami sudah 3R tapi tidak dapat
dipergunakan kembali. Nah kalo itu kan koran di pakai cat jadi keras.
Walaupun terdapat perbedaan antara dulu dan sekarang dalam pengelolaan
3R tetapi hal tersebut tidak berhenti dan dilanjutkan hingga sekarang walaupun
difokuskan pada matapelajaran prakarya. Selain itu, dalam pembelajaran PAI
juga ditemui kegiatan 3R dalam pembelajarannya seperti menggunakan kalender
bekas dalam pembelajaran di tema “Rendah hati, Hemat dan Sederhana”,
mengingatkan kembali peraturan-peraturan terkait adiwiyata dan tugas mengolah
barang bekas menjadi hal yang bermanfaat.
4) Hemat Energi
Hemat energi dilakukan dengan menggunakan listrik seperlunya. Hal
tersebut dapat dilihat dari slogan-slogan hemat energi yang ada di setiap kelas,
mematikan lampu seperlunya dan tidak menggunakan kipas jika tidak
dipergunakan. Ini juga seperti yang dikatakan oleh bu Nita bahwa “Kalo itu kami
dari slogan-slogan. Kemudian memakai listrik seperlunya seperti memakai kipas
pada waktu siang hari dan mematikan lampu jika sudah tidak diperlukan.”
Guru-guru juga senantiasa mengingatkan untuk selalu mematikan lampu
atau kipas yang tidak diperlukan. Adanya ventilasi dan jendela yang baik untuk
mendukung hemat energi juga diterapkan di sekolah ini. Ventilasi yang cukup
dan adanya pohon dan tanaman di depan kelas membuat kondisi kelas menjadi
nyaman. Pengaturan cahaya yang baik dengan meletakkan jendela di samping
ruangan juga membuat cahaya yang masuk cukup terang, sehingga lampu yang
digunakan hanya pada saat suasana kelas menjadi gelap.
5) Hidup Sehat
Untuk mendukung terbentuknya lingkungan yang bersih dan peduli
lingkungan terdapat kegiatan hidup sehat diantaranya seperti yang dijelaskan
oleh bu Nita sebagai berikut:
Kami bekerjasama dengan puskesmas seperti suntikan rubela, dan
pelatihan-pelatihan dan pemeriksaan kantin. Kebijakan khusus kantin
seperti tidak menggunakan steyrofoem, pewarna berbahaya. Orang kantin
juga sering diadakan pelatihan. Seperti waktu itu ada tes pada makanan
kantin ternyata ada yang menggunakan borax dan hal tersebut langsung
dipanggil oleh kepala sekolah untuk ditindak lanjuti.
Larangan untuk menggunakan styrofoam juga merupakan bagian untuk
mengajak hidup sehat. Styrofoam berasal dari Polystyren merupakan polimer
aromatik yang dapat mengeluarkan bahan styrene ke dalam makanan ketika
makanan tersebut bersentuhan. Bahan ini harus dihindari, karena selain
berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita yang
berakibat pada masalah reproduksi, pertumbuhan dan sistem syaraf juga bahan
ini sulit didaur ulang. Bila didaur ulang, bahan ini memerlukan proses yang
sangat panjang dan lama. (Karuniastuti: Pusdiklatmigas.esdm.go.id ,8)
Styrofoam ini biasanya digunakan sebagai wadah untuk jajan sekolah atau
tempat makan. Sehingga pelarangan ini merupakan hal yang baik dalam
kesehatan dan lingkungan. Dalam kesehatan dapat mencegah timbulnya penyakit
dan bagi lingkungan dapat mengurangi adanya sampah yang sulit untuk didaur
132
ulang. Usaha untuk hidup sehat juga dapat dilihat dari larangan merokok
berdasarkan SK kepala sekolah SMPN 3 Kota Tangerang Selatan yang
diperuntukkan bagi guru, staf tata usaha, karyawan dan tamu di lingkungan
sekolah.
Kemudian dalam mengusahakan hidup sehat juga dibuat peraturan kantin,
dengan pertimbangan sebagai berikut:
a) Sebagai wujud kepedulian sekolah terhadap arti pentingnya kesehatan tubuh
bagai semua warga sekolah
b) Menanamkan nilai-nilai dan kesadaran kepedulian terhadap kesehatan tubuh
khususnya bagi warga SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. (SK kepala sekolah)
Dapat dilihat, bahwasannya SK ini merupakan wujud kepedulian terhadap
kesehatan yang dibuat oleh sekolah. Peraturan kantin tersebut seperti pelarangan
menjual makanan dan minuman yang menggunakan bahan pengawet, pewarna,
pemanis dan perasa yang tidak sesuai dengan standar kesehatan. Dan tak lupa
juga pemilik kantin wajib menjaga kebersihan dan keindahan sekitar tempat
usaha.
Dengan adanya usaha-usaha yang telah disebutkan membuat pelaksanaan
hidup sehat terlaksana. Menjaga lingkungan dengan baik merupakan usaha
menjaga kesehatan. Karena jika lingkungan yang ada buruk dengan adanya
pencemaran menimbulkan penyakit yang berakibat buruk bagi kesehatan.
Sehingga mengusahakan hidup sehat berarti juga dengan menjaga lingkungan
dengan baik.
d. Sarana dan Prasarana Ramah Lingkungan
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung
dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar
mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media
pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas
yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau
pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi
jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman
sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sekaligus sebagai lapangan
olah raga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan. (Mulyasa, 2011:49).
Selain sarana dan prasarana yang sudah ada di sekolah pada umumnya,
penyediaan fasilitas-fasillitas ramah lingkungan juga diperlukan. Jika tidak,
bagaimana warga sekolah dapat menjalankan budaya untuk peduli lingkungan.
Fasilitas-fasilitas ramah lingkungan yang ada di sekolah SMPN 3 Kota
Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:
1) Koleksi TOGA (Tanaman Obat Keluarga)
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 Tahun 2016 tentang Upaya
Pengembangan Kesehatan Tradisional Melalui Asuhan Mandiri Pemanfaatna
Taman Obat Keluarga dan Keterampilan menyebutkan bahwasannya TOGA atau
tanaman obat keluarga adalah sekumpulan tanaman berkhasiat obat untuk
kesehatan keluarga yang ditata menjadi sebuah taman dan memiliki nilai
keindahan. (PMK No. 9 Tahun 2016).
Koleksi TOGA di sekolah, terdapat bermacam-macam jenis tanaman-
tanaman obat yang sering dijumpai di rumah seperti kunyit, jahe, kencur dan lain
sebagainya. Ada yang ditanam dan ada juga yang sudah dalam bentuk pajangan
133
beserta dengan manfaat yang terkandung pada tanaman obat tersebut. Dengan
adanya Toga ini, juga membuat lingkungan sekolah hijau dan juga sebagai sarana
belajar siswa.
2) Biopori
Ada 2 jenis biopori, yaitu biopori alam dan biopori buatan. Biopori alam
yaitu lubang-lubang kecil pada tanah yang terbentuk karena aktivitas organisme
yang hidup dalam tanah. Sedangkan biopori buatan disebut lubangresapan
biopori dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10-30 cm,
kedalam sekitar 100 cm atau tidak melebihi kedalamn muka air tanah. Lubang
kemudian diisi dengan sampah organik yang berfungsi untuk menghidupkan
mikroorganisme tanah, seperti cacing. Fauna ini akan membentuk pori-pori yang
dapat mempercepat resapan air ke dalam tanah secara horizontal. (Karuniastuti:
pusdiklatmigas.esdm.go.id, 62)
Biopori yang ada di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan, dapat ditemui
sepanjang jalan depan lobi tepatnya dari tempat parkir hingga taman sekolah.
Biopori juga dapat ditemukan di depan kelas dekat tanam-tanaman yang ada di
depan kelas area bawah. Banyaknya jumlah biopori yang ada di sekolah ini,
menandakan adanya usaha sekolah dalam mengurangi banjir. Sehingga
perawatan biopori juga dilakukan agar resapan air ini berfungsi dengan baik.
3) Sumur Resapan
Dalam usaha mengurangi banjir maka sumur resapan menjadi sarana yang
sangat berguna. Daerah peresapan air adalah tempat dimana air hujan dapat
masuk ke dalam tanah dan selanjutnya mengisi atau menambah cadangan air
tanah. (MenLH: 2013, 1)
Manfaat sumur resapan adalah Pertama, dapat menambah jumlah air tanah
dan Kedua, mengurangi jumlah limpasan. Infiltrasi diperlukan untuk menambah
jumlah air yang masuk ke dalam tanah dengan demikian maka fluktuasi muka air
tanah pada waktu musim hujan dan kemarau tidak terlalu tajam. Adanya sumur
resapan akan memberikan dampak berkurangnya limpasan permukaan.
(Indriatmoko dan Wahjono:1999, 280)
Untuk sumur resapan ini, sekolah memiliki 3 sumur resapan yang ada di
dekat halaman sekolah dan belakang pos satpam. Dengan adanya sumur resapan
ini, upaya untuk hemat air dapat dilakukan selain tentunya menjaga kelestarian
air tanah. Sehingga permasalahan kelangkaan air bersih dapat ditanggulangi.
4) Green House
Green house di sekolah ini, berisikan tanam-tanaman seperti anggrek dan
tanaman yang di tanam dengan cara aeroponik dan hidroponik. Selain itu,
burung-burung juga diletakkan di green house ini. Green house yang ada di
sekolah ini masih pada tahap renovasi sehingga tempatnya tidak dipergunakan
dengan maksimal pada awal pelajaran dimulai.
5) Tempat Sampah
Tempat sampah dapat ditemui di sekitar area sekolah dan di depan setiap
kelas. Terdiri dari 2 bagian pemilahan yaitu sampah organik dan anorganik. Dari
tersedianya tempat sampah yang hanya 2 pemilahan dapat disimpulkan
bahwasannya pemilahan hanya dalam 2 golongan, belum pada tahap 3 golongan
134
yaitu tempat sampah organik, anorganik dan sampah B3 yaitu sampah bahan
berbahaya dan beracun seperti sampah beling, kaca, gelas beling, bekas detergen,
obat nyamuk dll.
6) Kolam Ikan dan kandang hewan
Sekolah ini juga memiliki kolam ikan yang ada di sekitar green house dan
kandang hewan yaitu burung dan ayam. Kolam ikan dan kandang hewan ini
sebagai sarana penunjang dalam adiwiyata.
7) Ventilasi dan pencahayaan ruangan yang cukup
Letak pintu dan jendela yang ditambah dengan taman-taman kecil disetiap
depan kelas membuat ventilasi alami dan pencahayaan yang cukup. Sedangkan
untuk area atas sekolah, tanam-tanaman pot berukuran kecil dan sedang di
gantung didepan kelas.
8) Slogan-slogan Ramah Lingkungan
Slogan-slogan ini dapat ditemui di setiap kelas seperti matikan lampu dan
kipas jika tidak diperlukan atau dengan gambar pohon dan kata-kata bijak seputar
peduli lingkungan.
9) Taman Vertikal
Selain terdapat taman sekolah yang terletak di depan sekolah, sekolah ini
juga memiliki taman vertikal yang terletak di depan kelas lantai dua. Tanaman-
tanaman di gantung sepanjang lantai dua, sehingga suasana sejuk juga terasa di
lantai dua. Dan manfaat lainnya adalah menambah nilai estetika pada bangunan
sekolah.
10) Bank Sampah
Sedangkan bank sampah di SMPN 3 Kota Tangsel, tidak berfungsi
sebagaimana mestinya dikarenakan, letak bank sampah yang berada di belakang
pos penjaga sekolah, mengakibatkan truk sampah tidak dapat masuk sehingga
pembuangan akhir sampah bukan di letakkan pada bank sampah akan tetapi pada
gerobak sampah di luar area sekolah yang nantinya akan diangkut dengan truk
sampah.
Semua sarana dan prasarana ramah lingkungan ini, menunjang keberhasilan
dalam membangun dan mengembangkan budaya sekolah peduli lingkungan pada
program Adiwiyata. Selain untuk sarana pembelajaran juga dapat menjadi
fasilitas yang dibutuhkan untuk menanamkan perilaku ramah lingkungan pada
semua warga sekolah terutama pada siswa. Seperti contoh tempat sampah,
dengan adanya tempat sampah di sekitar area sekolah, siswa dapat langsung
membuang sampah makanan atau minuman pada tempatnya, sehingga warga
sekolah khususnya siswa tidak lagi kebingungan dan memiliki alasan ketika
mereka hendak buang sampah. Slogan-slogan yang ada di area sekolah juga
menjadi ajakan untuk selalu mengingat dan mengajak semua warga sekolah
untuk peduli lingkungan.
e. Mitra Sekolah
Mitra sekolah dilakukan sebagai bentuk bantuan dan kepedulian antara
sekolah dengan beberapa lembaga dan perusahanaan dalam permasalahan
lingkungan yang dihadapai. Mitra sekolah ini, yang membantu dalam hal
135
pelatihan-pelatihan terkait dengan lingkungan, ataupun bantuan-bantuan yang
diperlukan oleh sekolah. Mitra sekolah terkait dengan program adiwiyata ini
adalah BLHD, pemerintah kota, Ranita dari UIN Jakarta, sawo keci, lion club
dan lain sebagainya.
BLHD membantu dalam pelatihan membuat biopori, mengundang sekolah
untuk mengikuti seminar, sosialisasi lingkungan dan lain sebagainya. Begitu juga
sawo keci yang membantu dalam pelatihan pengelolaan sampah anorganik
menjadi barang yang berguna. Seperti yang dikatakan oleh bu Nita yaitu:
Kami bekerja sama dengan beberapa lembaga seperti BLHD, selain
mendapat bantuan dengan memberikan pohon, mereka juga memberikan
materi seperti pembuatan biopori dan sebagainya. Kami juga bekerja sama
dengan wali murid seperti waktu itu sedang gempar tentang pembakaran
hutan nah mereka membuat acara bertajuk tentang hal itu, lembaga lion
club termasuk LSM di Tangsel yang menyumbangkan pohon, BKPP
misalkan ada gerakan pungut sampah nanti BKKP yang menyediakan truk
sampah. Sawo keci lembaga pelatihan mendaur ulang barang bekas seperti
kardus susu menjadi tempat pensil, tempat kaca mata dan lain sebagainya,
mereka melatih murid, wali murid dan guru-guru.
Dengan demikian, mitra sekolah terkait dengan lingkungan hidup berasal
dari pemerintah seperti BLHD, selain itu juga dari beberapa Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM). Sebagaimana diketahui bahwasannya BLHD (Badan
Lingkungan Hidup Daerah) merupakan organisasi/lembaga pemerintah yang
bergerak di bidang pengendalian dampak lingkungan di daerah. (BLHD:,15)
Sedangkan berdasarkan ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan
hidup (KPLH), LSM berperan sebagai penunjang dalam pengeloaan lingkungan
hidup. LSM-LSM ini ada yang bergiat dalam bidang lingkungan hidup yang
spesifik, ada pula yang menangani banyak bidang. (Sugiyono: 2002,8)
Semua mitra sekolah ini, selain memberikan bantuan-bantuan yang
dibutuhkan sekolah, juga memberikan bantuan berupa pelatihan-pelatihan atau
mengundang sekolah untuk ikut berpartisipasi dalam seminar atau acara yang
diadakan oleh instansi atau lembaga yang bekerjasama dengan sekolah untuk
meningkatkan pengetahuan terntang lingkungan.
Hubungan kerjasama yang dilakukan sekolah dengan mitra sekolah ini, juga
dapat meningkatkan mutu sekolah karena dengan kerjasama ini, sekolah
mendapatkan bantuan dan pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan kualitas
pendidikan sekolah. Khususnya kualitas sekolah dalam menciptakan buday
sekolah peduli lingkungan dalam program Adiwiyata.
f. Sosialisasi Peduli Lingkungan
Sosialisasi ini diperlukan untuk terlaksananya generasi yang peduli
lingkungan dan mengajak pihak lain untuk peduli lingkungan. dengan adanya
sosialisasi ini, bukan hanya siswa tetapi yang berhubungan dengan faktor-faktor
yang mempengaruhi siswa seperti keluarga dan masyarakat sekitar dapat
bekerjasama sehingga dapat tercapainya budaya peduli lingkungan. dan yang
tidak kalah pentingnya adalah mengajak pihak lain terutama masyarakat sekitar
untuk memelihara dan menjaga lingkungan. Sosialisasi yang dimaksud diantara
adalah:
136
1) Sosialisasi Orang Tua dan Siswa Sosialisasi adiwiyata kepada orang tua untuk siswa baru awalnya dilakukan
pada awal semester sebelum kegiatan pembelajaran sekolah aktif. Pihak sekolah
akan menerangkan bahwasannya sekolah mereka adalah sekolah adiwiyata dan
menerangkan peraturan-peraturan terkait dengan Adiwiyata di sekolah. Dan
untuk orang tua siswa lama, mereka juga akan selalu diingatkan saat mereka
diundang ke sekolah.
Sedangkan pada siswa dilakukan setiap hari Senin pada saat upacara dan
untuk siswa tahun ajaran baru dilakukan pada saat pengenalan lingkungan
sekolah. Selain itu, sosialisasi kepada siswa juga dilakukan dalam setiap mata
pelajaran terintegrasi dengan lingkungan, guru selalu mengingatkan untuk selalu
peduli lingkungan.
2) Sosialisasi Masyarakat Sekitar Hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara lain untuk (1)
memajukan kualitas pemebelajaran, dan pertumbuhan anak, (2) memperkokoh
tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat, (3)
menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah. (Mulyasa,
2011:50)
Sosialisasi sekolah pada masyarakat sekitar adalah dengan mengundang RT,
RW, Lurah dan camat setempat untuk rapat bersama terkait dengan Adiwiyata
yang selanjutnya meminta dukungan untuk mendukung program Adiwiyata.
Seperti yang dikatakan oleh pak Maryono yaitu “Kami mengajak. RT, RW, lurah,
camat kami undang untuk bahwa kami mempunyai program peduli lingkungan,
supaya kami dibantu supportnya. Setelah itu biar lingkungan itu juga ikut peduli
lingkungan.”
Selain itu, sosialisasi juga dilakukan dengan memanfaatkan media massa
seperti di radio dan koran. Hal ini juga sebagai wadah untuk mengkomunikasikan
sekolah untuk peduli lingkungan. Dengan mengadakan sosialisai pada
masyarakat sekir, bukan hanya mengajak masyarakat sekitar untuk mendukung
perogram Adiwiyata tetapi juga menginformasikan bahwa sekolah menerapkan,
mengajarkan dan membentuk insan yang peduli lingkungan. Dan mengajak
masyarakat sekitar untuk peduli lingkungan dalam kesehariannya.
3) Sosialiasai dengan Sekolah Lain Sosialisasi pada sekolah lain dalam peduli lingkungan, juga dilakukan oleh
sekolah ini. Dari beberapa dokumen yang ditemukan terkait dengan adiwiyata,
sekolah ini mensosialisasikan sekolah adiwiyata ke sekolah lain seperti menjadi
narasumber untuk menginformasikan adiwiyata ke sekolah lain.
Selain itu, sekolah ini juga membina sekolah lain dalam melaksanakan sekolah
Adiwiyata (sekolah peduli dan berbudaya lingkungan) seperti membina sekolah
SMPN 10 Tangerang Selatan, SMP al-Fath dan lain sebagainya. Dengan demikian,
sosialisasi yang dilakukan oleh SMPN 3 Kota Tangerang Selatan ini, bukan hanya
pada siswa atau warga sekolah lainnya, tetapi juga pada lingkungan sekitar untuk
mengajak dan memberitahukan pentingnya memelihara dan menjaga lingkungan.
137
3. Faktor Pendukung, Penghambat dan Solusi
Faktor pendukung, penghambat dan solusi di sini meliputi pertama, Pendidikan
Agama Islam berwawasan Lingkungan berisi permasalahan dan pendukung yang
dihadapi selama mengajarkan dan menanmkan nilai-nilai Islam terkait dengan
lingkungan pada siswa. Kedua,dalam mengusahakan terciptanya budaya sekolah
peduli lingkungan dalam program Adiwiyata. Dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendidikan Agama Islam Faktor pendukung yang dirasakan oleh guru Pendidikan Agama Islam
seperti (1) fasilitas yang memadai dalam mendukung untuk selalu peduli
lingkungan dan keperluan kegiatan belajar mengajar (2) terdapat dukungan juga
dari siswa yang sudah mengalami peningkatan dalam kepedulian terhadap
lingkungan. Sedangkan faktor penghambatnya adalah sistem sekolah yang
kurang berjalan dan masih kurangnya kesadaran dari guru. Seperti yang
dikatakan oleh pak Anshori yaitu:
Penghambat ya sistem yang kurang berjalan, ada kesan kalau yang
harus peduli lingkungan hanya tim adiwiyata, kadang-kadang dari guru
sebenarnya kalau semua guru kompak luar biasa sebenarnya. Kalau
pendukung sebenarnya lingkungan dan fasilitas di sini sudah cukup memadai,
ada dukungan juga dari siswa. (Wawancara guru Pendidikan Agama Islam:
Anshori).
Dari keterangan pak Anshori dapat dilihat bahwasannya faktor penghambat
dalam pembelajaran pendidikan agama Islam adalah belum meratanya rasa
peduli di kalangan guru. Sehingga penanaman untuk selalu peduli lingkungan
kurang baik. Faktor penghambat lainnya adalah sulitnya menyinkronisasikan
materi lingkungan pada beberapa bab-bab Pendidkan Agama Islam, seperti yang
dikatakan oleh pak Rendra bahwa “Penghambatnya sulit menginformasikan
materi dengan konteks lingkungan, seperti bahas tentang ibadah, puasa, cara
mensinkronisasikan masih bagaimana, kan tidak semua materi bisa
disinkronisasikan dengan adiwiyata.” (wawancara guru Pendidikan Agama
Islam: Rendra).
Solusi dari penghambat-penghambat tersebut adalah seperti hanya
menekankan sedikit tentang lingkungan dan tetap terus berprilaku peduli
lingkungan. seperti yang dikatakan oleh pak Anshori “Keep doing, itu aja
sebenarnya. Tetap lakukan karena peduli lingkungan bukan karena
orang.”(Wawancara guru PAI: Anshori). Sedangkan solusi dari permasalahan
yang dirasakan pak rendra adalah “Ya bab itu kita tekankan sedikit-dikit tentang
lingkungan.”
Dengan demikian fasilitas dan lingkungan sekolah untuk mendukung
pembelajaran Pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan di SMPN 3 Kota
Tangsel sudah memadai sehingga ketika guru menjelaskan tentang materi yang
berhubungan dengan lingkungan siswa mendapatkan gambaran dan merasakan
langsung dari apa mereka rasakan. Selain itu, guru juga dapat menggunakan
fasilitas tersebut sebagai sarana pembelajaran, seperti menghemat air dalam
berwudhu’, guru menggunakan fasilitas sekolah sehingga siswa dapat praktek
langsung untuk menghemat air.
Akan tetapi selain faktor pendukung, terdapat faktor penghambat yaitu
pertama, kurang berjalannya sistem yang ada di sekolah. Sebagaimana diketahui
138
bahwa sistem adalah satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling
berkaitan dan saling berintekrasi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan
secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Sanjaya, 2006:49).
Hal ini dikarenakan belum semua warga sekolah yang peduli pada lingkungan.
Sehingga budaya peduli lingkungan kurang berjalan dengan baik.
Menurut Wina Sanjaya (2006: 50), pembelajaran juga dapat dikatakan
sebagai suatu sistem karena pembelajaran adalah kegiatan yang bertujuan untuk
membelajarkan siswa. Sanjaya juga menjelaskan bahwasannya ada beberapa
faktor yang berpengaruh terhadap sistem pembelajaran yaitu, guru, siswa, sarana
dan prasarana dan lingkungan.
Hubungan antara guru dan murid di kelas menjadi salah satu adanya sistem
di kelas, sehingga terjadi interaksi dan mempengaruhi dalam penanaman nilai
agama dan moral khususnya moral terhadap lingkungan. Gaya guru yang
demokratis juga menjadi sebab terciptanya sistem yang baik dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam tentang lingkungan, yang menjadi kendala sistem di
sini lebih bersifat luas yaitu semua warga sekolah. Karena belum sepenuhnya
semua warga sekolah peduli lingkungan sehingga penanaman akhlak terhadap
lingkungan belum semaksimal mungkin dilaksanakan. hal itu disebabkan dari
berbagai interaksi di sekolah yang saling mempengaruhi, baik itu sesama teman,
guru atau warga lainnya, ditambah lagi dengan adanya siswa baru yang belajar di
sekolah ini. Sehingga untuk penanaman akhlak terhadap lingkungan, memang
dibutuhkan waktu yang cukup lama dalam perubahan yang lebih baik serta tidak
menyerah dalam penanaman akhlak.
Faktor penghambat yang kedua yaitu kesulitan memasukkan unsur
lingkungan pada bab-bab yang terdapat dalam Pendidikan Agama Islam. Hal ini
memang wajar, dikarenakan tidak semua bab yang dalam Pendidikan Agama
Islam dapat dimasukkan tentang lingkungan seperti pada bab sholat berjama’ah
atau tentang puasa. Memang dibutuhkan kreatifitas pada guru untuk membuat hal
tersebut terjadi dan hanya sedikit yang dapat dihubungkan dengan lingkungan.
Jika terlalu memaksakan dalam menghubungkan materi akan terkesan siswa akan
bingung dan kurang termotivasi. Sehingga akan lebih baik jika materi yang dapat
diintegrasikan berhubungan dengan lingkungan.
Solusi untuk permasalahan yang pertama seperti yang dikatakan pak Ansori
sebelumnya dengan tidak menyerah dan terus melakukan usaha peduli
lingkungan baik pada diri sendiri maupun mengajak orang lain untuk lebih peduli
lingkungan. Dengan melakukan hal ini, bukan hanya mendorong agar yang lain
peduli lingkungan tetapi juga sebagai bentuk usaha sebagai guru Pendidikan
Agama Islam dalam menanamkan nilai-nilai agam di sekolah.
Sedangkan untuk permasalah kedua lebih pada saat pembelajaran yang
terjadi di kelas. Seperti yang telah disebutkan bahwasannya yang dilakukan
adalah dengan mengintegrasikan materi yang memang dapat dihubungkan
dengan lingkungan, atau seperti yang dikatakan oleh pak Rendra yaitu dengan
menekankan sedikit tentang lingkungan. Sehingga pembelajaran terintegrasi
tidak terkesan memaksa.
b. Budaya Sekolah Peduli Lingkungan
Faktor pendukung merupakan faktor yang membantu terlaksananya budaya
peduli lingkungan sedangkan penghambat sebaliknya. Dan dari hambatan
139
tersebut, dipikirkan solusi untuk menghadapi hambatan-hambatan yang terjadi.
Tak terkecuali sekolah budaya peduli lingkungan dalam program Adiwiyata
seperti SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. Faktor-faktor pendukung terlaksananya
budaya peduli lingkungan adalah sebagai berikut:
1) Perubahan Lingkungan Sekolah
Perubahan lingkungan yang dimaksud adalah dari beberapa wawancara guru
yang dilakukan. Semuanya merasakan perubahan yang besar pada lingkungan
sekolah. Lingkungan lebih asri, hijau, bersih dan sejuk, dengan menjalankan
program Adiwiyata ini. Contoh yang diilustrasikan hampir sama yaitu kurangnya
siswa yang pingsan pada saat upacara. Seperti yang dijelaskan oleh kepala
sekolah terkait penanaman pohon sebelumnya.
2) Sarana dan prasarana ramah lingkungan yang memadai.
Sarana dan prasarana di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan, memang sudah
cukup memadai. Sekolah ini memiliki pemisahan tempat sampah antara sampah
organik dan anorganik di setiap sudut sekolah belum lagi di setiap kelas, akan
tetapi pemisahan tempat sampah di sekolah ini hanya terdiri dari sampah organik
dan anorganik belum sampai B3. Selain itu juga memiliki bank sampah walaupun
tidak digunakan lagi dikarenakan truck sampah tidak dapat masuk ke dalam area
sekolah sehingga sampah akhir di sediakan gerobak sampah di luar sekolah.
Fasilitas lainnya sekolah juga memiliki biopori, rumah kaca, rumah toga,
alat pembuat kompos dan sumur resapan. Yang masing-masing mendukung
budaya sekolah peduli lingkungan. Belum lagi, area sekolah yang memang
rindang dengan banyaknya pepohonan di sekitar sekolah termasuk di taman
sekolah. Hal ini juga sebagaimana disampaikan oleh pak Sholeh yaitu
“Pendukungnya hampir semua sudah ada dalam sarana dan prasarana”
3) Dukungan Kepala Sekolah
Dukungan dari pemimpin sekolah seperti kepala sekolah juga menjadi salah
satu faktor pendukung. Seperti yang dikatakan oleh bu Nita yaitu “Kami memiliki
kepala sekolah yang sangat mendukung program adiwiyata. Terus berupaya
mensosialisasikan untuk selalu peduli lingkungan, tindakan untuk memberi
teladan kepada siswa. Kemudian untuk guru selalu mengingatkan agar menjaga
lingkungan.”Hal ini juga seperti yang dikatakan oleh pak Junaidi “Sering kepala
sekolah menghimbau dalam breafing untuk lebih peduli lagi.”
Sebagaimana diketahui bahwasannya peran kepala sekolah dalam
melaksanakan suatu program di sekolah sangat penting, salah satunya adalah
membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai sekolah dalam
menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya. (Purwanto: 2010,
119)
Bentuk dukungan kepala sekolah lainnya, dapat dilihat dari peraturan-
peraturan yang dibuat seperti pelarangan merokok bagi guru dan staf sekolah,
membawa tempat makanan untuk siswa dan pelarangan penggunaan styrofoem di
kantin. Dan dapat terlihat dari keteladanan yang diberikan oleh kepala sekolah
serta tidak lupa kepala sekolah selalu mengajak setiap warga sekolah untuk
peduli lingkungan. Sehingga dukungan kepala sekolah ini juga merupakan salah
satu faktor pendukung dalam pelaksanaan Adiwiyata.
140
4) Bantuan Mitra Sekolah
Bantuan dari mitra sekolah ini, sangat mendukung sekali dalam pelaksanaan
program adiwiyata, bukan hanya memberikan pandangan betapa pentingnya
untuk menjaga lingkungan, tetapi juga melatih dan membantu pihak sekolah
dalam meningkatkan kualitas mereka terkait dengan lingkungan. Seperti yang
dikatakan oleh bu Indah yaitu, “ Kalau pendukung ya banyak ya, seperti ya dari
dinas-dinas terkait tadi selain memberikan motivasi, alat-alat dan sebagainya”.
Sehingga sekolah dapat mengajarkan dan menanamkan peduli lingkungan
dengan pengetahuan dan bantuan yang dilakukan oleh mitra sekolah.
5) Adanya Kerjasama antara Guru, Orang Tua dan Murid
Faktor pendukung lainnya adalah adanya kerjasama antara guru, orang tua
siswa dan siswa dalam menjaga lingkungan sekolah tetap bersih dan selalu peduli
terhadap lingkungan. seperti yang dikatakan oleh bu Neni yaitu,”Pendukungnya
dari siswa, guru, orang tua, saling mendukung. Waktu itu ada hari lingkungan
penanaman pohon untuk gerakan peduli lingkungan kami undang alhamdulillah
terlaksana jadi ikut untuk mengikuti kegiatan tersebut. Walaupun tidak semua.”
Sedangkan faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam budaya peduli
lingkungan adalah sebagai berikut:
1) Masih Kurangnya Kesadaran peduli lingkungan
Kurangnya kesadaran pada warga sekolah masih dirasakan oleh SMPN 3
Kota Tangerang Selatan, seperti yang dikatakan oleh kepala sekolah pak
Maryono yaitu,”Penghambatnya ya itu masih kurangnya kesadaran dari
beberapa guru, siswa sehingga skala prioritasnya pada mereka yang masih
belum peduli, kami terus berupaya.” Terkait dengan hal ini, bu Nita selaku
koordinator adiwiyata juga mengatakan,”Membuat semua warga sekolah untuk
membiasakan dan mempertahankan untuk selalu peduli lingkungan itu masih
terbilang sulit. Masih saja ada warga sekolah yang melanggar kebijakan atau
tidak peduli lingkungan.
Dengan demikian, salah satu penghambat yang ada adalah tidak semua
warga sekolah memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga dan melestarikan
lingkungan. Hal tersebut dapat dilihat dari masih ada warga sekolah yang
melanggar kebijakan seperti yang dikatakan oleh bu Nita selaku koordinator
Adiwiyata.
2) Perbedaan Kebiasaan Siswa.
Kebiasaan siswa di rumah kadang juga mempengaruhi sikap perilaku siswa,
sehingga hal ini juga menjadi tugas guru sekolah untuk selalu mengingatkan
siswa. Seperti yang dikatakan oleh pak Sholeh yaitu,”Penghambatnya
dipelajaran, kebiasaan anak dirumah kadang berbeda dengan yang ada di
sekolah. Jika di rumah kebiasaannya tidak peduli lingkungan akan terbawa di
sekolah. Jadi perlu diingkatkan lagi. Terus diingatkan dan memberikan teladan.
Karena kalau tidak selalu diingatkan satu bulan saja, maka akan kotor lagi.
Perbedaan kebiasaan siswa rumah akan berpengaruh pada kebiasaan yang
telah dibentuk di sekolah. Dan ini mempengaruhi dalam pembiasaan siswa untuk
selalu peduli lingkungan.
Untuk solusi dari faktor pengahambat tersebut, adalah dengan selalu
mengingatkan pada warga sekolah agar peduli lingkungan. Ini dapat dilihat dari
141
pembelajaran-pembelajaran yang ada, upacara sekolah dan kepala sekolah yang
selalu mengingatkan guru pada saat rapat serta pernyataan guru-guru dalam
wawancara yang dilakukan. Usaha kepalas sekolah yang selalu mengingatkan
pada sat rapat merupakan usaha untuk meningkatkan kepedulian guru pada
lingkungan. Dan yang terakhir tentunya dengan memberikan teladan bagi siswa
yang dilakukan oleh guru kepada siswa dan teladan kepala sekolah sebagai
pimpinan sekolah untuk meningkatkan kepedulian guru.
4. Analisis Pendidikan Agama Islam dalam Budaya Sekolah Peduli Lingkungan
Pendidikan Agama Islam di sekolah umum merupakan pelajaran yang
mengajarkan ajaran agama Islam terhadap siswa sehingga terkait dengan
lingkungan, pendidikan agama Islam berwawasan lingkungan yang dilakukan oleh
guru berusaha menanamkan dan mengajarkan berakhlak pada lingkungan. Islam
mengajarkan untuk senantiasa menjaga dan memelihara lingkungan bukan untuk
merusak alam. Sedangkan budaya sekolah yang baik dibutuhkan dalam terwujudnya
karakter peduli lingkungan pada setiap warga sekolah. Oleh karena itu, guru
pendidikan agama Islam sebagai guru agama di SMPN 3 kota Tangerang Selatan
harus sangat berperan dalam mengembangkan budaya sekolah peduli lingkungan.
Koentjaraningrat membagi wujud kebudayaan berdasarkan 3 macam yaitu
wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari gagasan, aktivitas dan hasil karya
manusia. Jika dihubungkan dengan kebudayaan yang dikembangkan PAI maka
sebagai berikut:
Pertama, wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan lain sebagainya. Pandangan Islam tentang
lingkungan adalah alam boleh digunakan tetapi tidak untuk dirusak, akan tetapi
digunakan seperlunya yang kemudian diolah dan dijaga kelestariannya. Bukan untuk
merusak alam terlebih hanya untuk kesenangan manusia saja. Sehingga pandangan
antroposentris bertentangan dengan ajaran agama Islam. Kegiatan belajar mengajar
Pendidikan Agama Islam di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan, menjelaskan untuk
tidak membenarkan pandangan antroposentris. Hal tersebut dapat dilihat dalam
penyampaian materi yang dilakukan guru di beberapa kelas. Dalam menyampaikan
pandangan Islam pada kegiatan belajar mengajar lebih pada bagaimana sebagai
seorang khalifah untuk menjaga alam dengan baik bukan untuk merusaknya.
Dalam hal ini, prof. Muhaimin mengatakan dalam wujud pertama ini terdapat
nilai-nilai yang bersifat vertikal dan horisontal. Hubungan vertikal yaitu hubungan
manusia atau warga sekolah dengan Allah, dan di SMPN 3 kota Tangerang Selatan
hubungan ini dapat dilihat seperti shalat berjama’ah di masjid, tausiyah di hari
Jum’at sebagai penguatan pendalaman pemahaman agama Islam. Sedangkan
hubungan warga sekolah dengan sesamanya dilihat dari keseharian warga sekolah
dalam berinteraksi. Siswa selalu bersalaman jika bertemu guru dan guru juga
membimbing, menasehati dan mengarahkan siswa untuk selalu menjaga kebersihan.
Dan hubungan dengan alam sekitar dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan peduli
lingkungan yang dilakukan sekolah, seperti selalu menjaga kebersihan masjid
sebagai tempat ibadah, menjaga kebersihan kelas dan area sekolah..
Kedua, wujud kebudayaan berupa aktivitas-aktivitas keseharian. Lebih lanjut
Prof. Muhaimin menjelaskan terkait wujud kedua ini setelah nilai-nilai disepakati
bersama dengan tiga tahap proses pengembangan yaitu sosialisasi, action plan¸dan
reward. Sosialisasi Pendidikan Agama Islam untuk peduli lingkungan dilakukan
142
dalam kegiatan belajar mengajar dan interaksi guru Pendidikan Agama Islam ketika
mengajarkan nilai-nilai agama terkait dengan lingkungan di sekolah. Sedangkan
action plan seperti guru merencanakan dan menjalankan kegiatan peduli lingkungan.
Seperti dengan kegiatan upacara yang selalu mengingatkan untuk selalu peduli
lingkungan dan kegiatan Jum’at bersih sebagai bentuk aktivitas bulanan untuk
memelihara kebersihan di sekolah dan kegiatan-kegiatan lainnya yang dilakukan
sekolah yang dapat mengimplementasikan program Adiwiyata. Sedangkan pada
Pendidikan Agama Islam dengan merencanakannya di RPP dan
mengimplementasikannya pada kegiatan pembelajaran.
Selain itu juga cara guru menanamkan akhlak terhadap lingkungan dengan
pembiasaan, keteladanan dan selalu mengingatkan siswa dan warga lain untuk
peduli lingkungan juga merupakan aktivitas yang dilakukan guru Pendidikan Agama
Islam dan siswa dalam menjalankan Pendidikan Agama Islam berwawasan
lingkungan. Dan terakhir reward, bentuk penghargaan yang dilakukan Pendidikan
Agama Islam sebagai usaha penguatan dari pembiasaan adalah lebih pada pujian dan
respon siswa atau warga sekolah yang menanggapi keteladanan dan pembiasaan
yang dilakukan.
Ketiga, simbol-simbol budaya. Jika dihubungkan dengan kebudayaan
Pendidikan Agama Islam di sekolah ini, maka simbol budayanya berupa model
berpakaian yang menutupi aurat, hasil karya siswa sebagai bentuk peduli lingkungan
juga dilakukan seperti karya-karya daur ulang dari sampah anorganik. Pembuatan
kaligrafi dari pelepah pisang dan asmaul husna berupa cabang pohon yang dipajang
di kelas 7 sebagai hasil karya siswa dalam tema pertama pelajaran. Serta motto
sekolah yang mengandung pesan nilai-nilai keagamaan juga terpajang di depan
sekolah yaitu “TADABBUR” yaitu “Tertib, Aman, Damai, Amanah, Bersih,
Berakhlak, Ukhwah, Religius.”
Tertib mentaati peraturan sekolah
Aman dalam belajar
Damai dalam kehidupan
Amanah dalam menjalankan tugas
Bersih hati dan lingkungan
Berakhlak dalam bertingkahlaku dan berbicara
Ukwah dengan sesama
Religius dalam kehidupan
Adapun untuk budaya peduli lingkungan, sekolah membuat kebijakan-
kebijakan peduli lingkungan. Hal tersebut dapat dilihat dari perubahan visi, misi dan
tujuan sekolah yang dibuat, peraturan-peraturan peduli lingkungan seperti
pelarangan merokok, membawa tempat makan dan minum serta pelarangan
penggunaan styrofoem. Ini semua dilakukan untuk terciptanya budaya peduli
lingkungan dan mendukung dalam penanaman akhlak terhadap lingkungan yang
dilakukan oleh Pendidikan Agama Islam. Sedangkan peran guru Pendidikan Agama
Islam dalam mengembangkan budaya peduli lingkungan, dimulai dengan
penyampaian pendidikan agama Islam berwawasan lingkungan dalam kegiatan
belajar mengajar di kelas, dengan pengintegrasian mata pelajaran dengan pendidikan
lingkungan.
Pengintegrasian pendidikan lingkungan di kegiatan belajar mengajar
Pendidikan Agama Islam di kelas membangun pengetahuan siswa tentang
143
bagaimana Islam memandang dan memperlakukan lingkungan, yaitu dengan tidak
merusaknya akan tetapi dengan menjaga dan merawatnya. Boleh digunakan tetapi
tidak sampai mengeksploitasi lingkungan dengan berlebihan karena manusia
diberikan amanah dan tanggung jawab untuk menjaga kelestarian lingkungan
sebagai khalifah dan kedudukan manusia sama dengan alam yaitu sama-sama
ciptaan Allah SWT.
Selanjutnya adalah dengan cara pembiasaan, keteladanan dan mengajak
warganya dengan cara yang halus. Dalam hal ini, guru Pendidikan Agama Islam
sangat berperan sebagai sebagai guru agama di sekolah. Guru Pendidikan Agama
Islam harus memberikan teladan dalam peduli lingkungan sehingga siswa di sekolah
dapat melihat dan mencontohnya. Penanaman akhlak dengan mencontohkan ini akan
diperhatikan dan dilakukan berulang-ulang oleh mereka karena apa yang mereka
pelajari sewaktu penyampaian materi di kelas sama seperti yang dilakukan oleh guru
mereka. Seperti yang dikatakan oleh pak Anshori bagaimana peduli lingkungan
menjadi bagian dari hidup sehingga bukan hanya memerintah siswa tetapi juga
mencontohkan kepada mereka bagaimana seharusnya perilaku peduli lingkungan.
Dan juga mengkomunikasikan kepada guru lainnya untuk lebih meningkatkan rasa
peduli mereka dan tentunya dirinya sendiri.
Pembiasaan untuk selalu menjaga lingkungan juga dilakukan di sekolah, hal
tersebut dapat dilihat pada keseharian sekolah. Di kelas saja misalnya guru
Pendidikan Agama Islam bersama siswa yang lain membersihkan sampah yang
masih tertinggal di kelas, atau menegur untuk hemat energi sewaktu listrik tidak
terpakai. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa kejadian dimana guru melihat kelas
kotor dan tempat sampah menumpuk sehabis istirahat. Guru akan meminta yang
piket untuk membersihkan kelas terlebih dahulu jika kelas kotor dan membuang
sampah di tempat pembuangan akhir di luar sekolah. Kegiatan membersihkan ini
terkadang juga dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dengan bersama-sama
membersihkan kelas yang kotor. Di luar kelaspun siswa dibiasakan untuk selalu
menjaga lingkungan. Pembiasaan ini tentunya selain dari memberikan teladan juga
dengan tidak henti-hentinya untuk mengingatkan warga sekolah menjaga
lingkungan.
Dukungan dalam menanamkan rasa peduli lingkungan juga dilakukan dalam
kegiatan rutin sekolah, seperti saat upacara di hari Senin, Jum’at bersih, pada saat
jam pelajaran berlangsung, rapat guru ataupun pada saat waktu senggang. Selain itu,
dalam menanamkan peduli lingkungan, guru mengajarkan tentang bagaimana siswa
harus bertanggung jawab seperti dalam salah satu observasi, siswa menumpahkan
minuman di kelas, dan teman sebangkunya berusaha untuk menolongnya akan tetapi
guru meminta siswa yang menumpahkannya untuk bertanggung jawab atas apa yang
dilakukannya untuk membersihkannya sendiri dengan mengelap lantai kelas agar
tetap bersih. Dari kejadian ini menunjukkan bahwasannya guru berusaha untuk
menanamkan dan membiasakan hidup bersih dan bertanggung jawab terhadap
lingkungan pada diri siswa. Dengan menyadarkan kepada siswa untuk bertanggung
jawab pada apa yang telah diperbuat dan menyadarkan bahwasannya menjaga
kebersihan merupakan hal yang penting untuk dilakukan.
Karakter lainnya adalah tidak berlaku boros seperti guru yang mengajarkan
bagaimana cara untuk menghemat air dalam berwudhu’ dan hemat energi dengan
mematikan lampu pada saat tidak dipergunakan. Kreatifitas siswa juga
dikembangkan dalam pembelajaran PAI berwawasan lingkungan, seperti yang
144
dilakukan dalam kelas 7. Sehingga kolaborasi dari karakter-karakter ini yang
nantinya mendukung untuk peduli lingkungan.
Kemudian kegiatan ko-kurikuler dalam Pendidikan Agama Islam berwawasan
lingkungan seperti penugasan mendaur ulang sampah anorganik menjadi barang
yang berguna pada kelas 7. Sedangkan untuk ekstrakurikuler yang berkaitan dengan
Pendidikan Agama Islam, tidak ada yang spesifik tentang lingkungan.
Ekstrakurikuler ini lebih pada konsentrasi lain yang terdapat terkaitannya dengan
lingkungan seperti kegiatan pramuka. Seperti yang dikatakan oleh bu Nita sebagai
berikut:
Seperti pramuka kami bikin spanduk keliling kampung untuk peduli
lingkungan sambil pungutin sampah, pernah juga menanam pohon. Kalau
ekstrakurikuler yang lain kita tekankan untuk membersihkan tempat yang ada
disekitarnya. Kemudian seperti event-event seperti hari sampah itu semua
ekskul ikut terlibat.
Sedangkan untuk kerja sama dengan orang tua siswa dalam pembentukkan
peduli lingkungan. Salah satunya dengan menginformasikan peraturan-peraturan
sekolah terkait dengan Adiwiyata. Lagi pula kebiasaan siswa di rumah hasilnya
dapat dilihat dari keseharian siswa di sekolah. Siswa yang di rumahnya ditanamkan
peduli lingkungan di sekolahpun terbiasa untuk peduli lingkungan sedangkan yang
tidak dibiasakan peduli lingkungan di sekolah menjadi kurang peduli lingkungan.
Dan untuk masyarakat sekolah bekerjasama dengan RT, RW, lurah, camat dan
lain sebagainya untuk mendukung terbangunnya budaya peduli lingkungan dalam
program Adiwiyata. Sekolah juga mensosialisasikannya pada masyarakat sekitar,
orang tua, dan sekolah lain. Serta menginformasikan upaya-upaya yang dilakukan
sekolah dalam peduli lingkungan sekitar sekolah melalui media, website sekolah
koran dan lain sebagainya.
Dari penjelasan ini, dapat dilihat bahwasannya guru Pendidikan Agama Islam
bukan hanya mengajarkan tentang hubungan manusia dengan Allah dan hubungan
manusia dengan sesama manusia tetapi juga ikut serta dalam menanamkan
pandangan dan membentuk siswa agar peduli terhadap lingkungan yang dalam hal
ini guru agama sangat berperan untuk terlaksananya pendidikan agama Islam
berwawasan lingkungna baik di dalam ataupun di luar kelas. Dalam
mengembangkan budaya peduli lingkungan di sekolah mulai dari penanaman
pandangan Islam tentang lingkungan di pembelajarannya di kelas, keteladanan yang
dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam, pembuatan karya ramah lingkungan
dan mengingatkan serta mengajak guru lainnya untuk peduli lingkungan dan lain
sebagainya.
SMPN 3 Kota Tangerang Selatan ini, penyampaian materi bukan hanya sebatas
bahwa Islam juga termasuk peduli lingkungan tetapi dikaitkan dengan kondisi yang
biasa dihadapi oleh siswa atau isu lingkungan di sekitar siswa dan yang sedang trend
serta pembuatan karya ramah lingkungan.
Kreativitas dari guru Pendidikan Agama Islam juga terlihat dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam sehingga pembelajaran Pendidikan Agama Islam
berwawasan lingkungan tidak membosankan. Selanjutnya dalam penanaman nilai-
nilai agama tentang lingkungan, guru Pendidikan Agama Islam selain mengajarkan
pengetahuan seputar PAI berwawasan lingkungan juga pada keteladanan dan
145
pembiasaan, hal ini sejalan dengan teori kognitif sosial yang diperkenalkan oleh
Bandura. Dan yang dijelaskan oleh Wina Sanjaya terkait dengan aspek afektif siswa.
Dimana siswa melihat dan mencontoh guru sebagai sosok yang ditiru dalam
kesehariannya. Kepala sekolah juga berperan dalam hal ini. Sebagai pemimpin
sekolah, kepala sekolah bukan hanya membuat kebijakan akan tetapi juga menjadi
teladan bagi siswa, guru dan staf. Kepala sekolah juga selalu mengingatkan guru dan
staf agar peduli lingkungan pada setiap kesempatan. Sehingga kepala sekolah dan
guru menjadi model atau tokoh untuk ditiru dalam bersikap. Setelah siswa mendapat
gambaran atau tokoh panutan, mereka akan menerapkannya dalam keseharian siswa,
yang dalam hal ini untuk selalu menjaga dan melestarikan lingkungan.
Sedangkan untuk sanksi yang dilaksanakan oleh sekolah ini memang bukan
sanksi fisik tetapi diganti dengan hal lain. Seperti siswa yang telat datang sekolah
mereka akan disanksi dengan memungut sampah di area sekolah. Awalnya sanksi
yang digunakan adalah sanksi uang tetapi sekarang hanya berupa teguran-teguran
dan memungut sampah. Sanksi ini juga membantu dalam membentuk akhlak
terhadap lingkungan untuk lebih menjaga lingkungan.
Dalam membudayakan peduli lingkungan, harus dilakukan dengan serentak
oleh seluruh warga sekolah. Secara keseluruhan SMPN 3 Kota Tangerang Selatan
masih mengupayakan peduli lingkungan pada setiap warga sekolah sehingga
penanaman peduli lingkungan terus dilaksankan. Bukan hanya suasana dan keadaan
sekolah yang ramah lingkungan tetapi juga interaksi warga sekolah untuk peduli
lingkungan terlihat, walaupun tidak semua warga sekolah peduli lingkungan. Dan
hal ini yang menjadi salah satu sebab penanaman akhlak terhadap lingkungan tidak
menyeluruh selain tentunya pembiasaan di rumah. Dengan demikian diperlukan
usaha terus menerus dan berlanjut untuk tidak henti-hentinya mengingatkan dan
melakukan tindakan peduli lingkungan.
146
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian
ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan yang ada di SMP
Negeri 3 Kota Tangerang Selatan meliputi pertama, pembelajaran yang dilakukan
terintegrasi dengan pendidikan lingkungan hidup. Kedua, dalam kegiatan
pembelajaran mengangkat isu lokal. Ketiga, penanaman ajaran Islam terkait dengan
lingkungan dilakukan melalui pendidikan tauhid, pendidikan akhlak, pendidikan
akal, keteladanan dan pembiasaan.
2. Budaya sekolah peduli lingkungan di SMPN 3 Kota Tangerang selatan dilakukan
dengan membuat kebijakan sekolah meliputi perubahan visi, misi dan tujuan
sekolah, peraturan-peraturan peduli lingkungan, kegiatan-kegiatan peduli
lingkungan, sarana dan prasarana ramah lingkungan, menjalin kemitraan sekolah
untuk mendukung kegiatan Adiwiyata, dan mengadakan sosialisasi peduli
lingkungan pada orang tua, sekolah lain dan masyarakat sekitar.
3. Peran guru Pendidikan Agama Islam dalam mengembangkan budaya sekolah peduli
lingkungan adalah dengan pengintegrasian PAI dengan PLH dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas, keteladanan dan pembiasaan.
B. Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti mengajukan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Secara umum diharapkan guru yang mengajarkan Pendidikan Agama Islam untuk
dapat lebih menanamkan wawasan lingkungan dalam pembelajarannya untuk
menjawab permasalahan lingkungan agar peserta didik dapat memiliki akhlak
terhadap lingkungan sesuai dengan ajaran Islam. Pendidikan Agama Islam
berwawasan lingkungan dapat mengembangkan materi-materi yang dapat
diintegrasikan dengan lingkungan sesuai dengan permasalahan lingkungan yang
dihadapi daerah sekolah sehingga siswa dapat mengerti dan menjawab permasalahan
lingkungan dengan baik.
2. Pihak sekolah yang menjalankan program Adiwiyata ini untuk tetap selalu menjaga
budaya sekolah peduli lingkungan dan tetap mengupayakan perilaku peduli
lingkungan pada semua warga sekolah dan tidak berhenti untuk mengajarkan peduli
lingkungan pada peserta didik.
3. Seluruh guru yang ada di sekolah untuk lebih meningkatkan keteladanan peduli
lingkungan yang baik pada diri sendiri, orang lain khususnya pada peserta didik.
4. Bagi pemerintah dan masyarakat diharapkan untuk selalu mendukung dalam
program Adiwiyata di kawasan daerahnya. Sehingga akan terbentuk masyarakat
yang lebih peduli lingkungan dan dapat menghadapi permasalahan-permasalahan
lingkungan di masa mendatang.
147
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Junaidi. (2014). Dekonstruksi Tafsir Antroposentrisme: Telaah Ayat-ayat
Berwawasan Lingkungan. Kalam. DOI: 10.24042/klm.v8i1.168 .
ejournal.radenintan.ac.id.
Abdillah, Mujiyono. (2001). Agama Ramah Lingkungan Perspektif Al-Qur’an. Jakarta:
Paramadina.
Adisendjaja, Yusuf Hilmi & Romlah, Oom. (2009). Pembelajaran Pendidikan Lingkungan
Hidup: Belajar dari Pengalaman dan Belajar dari Alam. Disampaikan dalam
Seminar Nasional PLH Jurusan Pendidikan Arsitektur FPTK-UPI. file.upi.edu
Adriana, Anjen Endah. Budaya Bersih di Jepang. Konsulat Jepang di Denpasar Indonesia.
denpasar.id.emb-japan.go.jp.
Ahmadi, Iif Khoiru., Amri, Sofan dan Elisah, Tatik. (2011). Strategi Pembelajaran
Sekolah Terpadu “Pengaruhnya Terhadap Konsep Pembelajaran Sekolah Swasta
dan Negeri”. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.
Al-Baihaqi. (2012). Syarah 77 Cabang Iman. Diterjemahkan oleh Luqman Abdul Jalal dari
buku Mukhtashar Sya’bul Iman. Bekasi: Darul Falah.
Al-Hilali, Syaikh Salim bin ‘Ied. (2008). Ensiklopedia Larangan Menurut al-Qur’an dan
as-Sunnah. Terj. Mausuu’ah al-Manaahisy Syar’iyyah fi Shahihis Sunnah an-
Nabawiyah oleh Abu Ihsan al-Atsari. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i. Jilid I.
Ali, Mohammad Daud. (2008). Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Press.
Al-Qur’an, Tajwid dan Terjemahannya. (2010). Jakarta: Kementerian Agama Republik
Indonesia.
Anwar, Muhammad Jafar dan Salam, Muhammad A. (2015) Membumikan Pendidikan
Karakter: Implementasi Pendidikan Berbobot Nilai dan Moral. Jakarta: CV. Suri
Tatu’uw.
Anwar, Syaiful. (2014). Desain Pendidikan Agama Islam Konsepsi dan Aplikasinya dalam
Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta.
Arifin. Bustanul. (2001). Pengelolaan Sumberdaya Alam indonesia: Perspektif Ekonomi,
Etika dan Praksis Kebijakan. Jakarta: Erlangga.
Asmanto, Eko. (2015) Tsaqafah: Jurnal Peradaban Islam. Revitalisasi Spiritualitas
Ekologi Perspektif Pendidikan Islam. Vol. 11, No. 2. November 2015. DOI:
10.21111/tsaqafah.v11i2.272.
148 Assegaf, Abd. Rachman. (2011). Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan
Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif. Jakarta: Rajawali Pers.
A.M, Sadirman. (2000). Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Atiqoh, Layly & Saputro, Budiyono. 2017. Edukasi. Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Berbasis Lingkungan Sebagai Penguatan Humanistik di Sekolah Adiwiyata. Vol 12,
No. 2. DOI: http://dx.doi.org/10.21043/edukasia.v12i2.2492
Atiqoh, Layly. 2017. Kurikulum Pendidikan Agama Islam Berbasis Lingkungan (Studi
Multi Kasus di Sekolah Adiwiyata SMP Negeri 6 dan SMP Negeri 7 Salatiga Tahun
2016). (Tesis IAIN Salatiga). Diakses dari: e-repository.perpus. iainsalatiga.ac.id
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. bnpb.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. (2010). Pengembangan
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. Jakarta: Balibang
Pusat Kurikulum.
Bahri, Saiful., Ramadhan, Firdaus dan Reihannisa, Indhina. Biogenesis:Jurnal Ilmiah
Biologi. Kualitas Perairan Situ Gintung, Tangerang Selatan. vol. 3, No. 1 Juni 2015.
DOI: 10.24252/bio.v3i1.561
Balitbang Kemenag dan Lipi. (2011). Tumbuhan dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains
(Tafsir Ilmi). Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an.
Baxter, William F. (1974). People or Penguins: The Case for Optimal Pollution. Reprinted
with Permission of Columbia University Press. Diakses dari studylib.net.
Carson, Rachel. (1962). Silent Spring. Fawcett Publications, Inc., Greenwich, Conn.
Diakses dari library.uniteddiversity.coop
Chandra. Agus Firdaus. (2016). Jurnal Ilmiah Syari’ah. Hadis-hadis Ekologi dalam
Konteks Perindustrian di Indonesia. Vol. 15 No. 1. Januari-Juni 2016. DOI:
http://dx.doi.org/10.1234/juris.v15i1.485
Dahar, Ratna Wilis. (2011). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Damsar. (2011). Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Daradjat, Zakiah., dkk. (2012). Ilmu Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Akasara.
Darwis & Lahming. (2017). Ebook Metode dan Strategi Pembelajaran PKLH. Alauddin
University Press. www.researchgate.net
Daud Effendy. (2008). Manusia, Lingkungan dan Pembangunan (Perspektif Islam).
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah.
149 Departemen Pekerjaan Umum. (2007). Kisah Sukses Pengelolaan Persampahan di
Berbagai Wilayah Indonesia: Best Practice of Solid Waste Management in
Indonesia. Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Pemukiman
Depdiknas. (2006). Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran. Pusat Pengembangan
Penataran Guru IPS dan PMP Malang.
Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan. Rekapitulasi Luas Kebakaran
Hutan dan Lahan (Ha) Per Provinsi di Indonesia Tahun 2013-2018.
sipongi.menlhk.go.id
Direktorat Tenaga Kependidikan. (2008). Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya.
Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.
Douglas, Bob. (2015). Transforming Human Society from Anthropocentrism to
Ecocentrism Can We Make it Happen in Time?. Anu Press.
http://www.jstor.org/stable/j.cttt1729vxt.57
Eco-Schools. Seven Steps Towards an Eco-Schools. Diakses di www.ecoschools.global.
Eghenter, Cristina., Putera, M. Hermayani., & Ardiansyah, Israr. (2012). Masyarakat dan
Konservasi: 50 Kisah yang Menginspirasi dari WWF untuk Indonesia. WWF-
Indonesia. Diakses dari awsassets.wwf.or.id.
Emzir. (2010). Metodologi Penenlitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Erwati Aziz. (2013). Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup Melalui Pendidikan Islam.
Yogyakarta: Pusataka Belajar.
Ghazali, M. Bahri. (1996). Lingkungan Hidup dalam Pemahaman Islam. Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya.
Goralnik, Lissy., & Nelson, Michael Paul. (2012). Anthropocentrism. Encyclopedia of
Applied Ethics. Second Edition. Vol.1. 2012. Pp 145-155. DOI.
10.13140/2.1.1777.6324
Hamalik, Oemar. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamka. (2016). Pandangan Hidup Muslim. Jakarta: Gema Insani.
Hamzah, Syukri. (2013). Pendidikan Lingkungan Sekelumit Wawasan Pengantar.
Bandung: Refika Aditama.
Hanafi, Muchlis M. et.al (Ed).(2010). Spiritualitas dan Akhlak (Tafsir Al-Qur’an Tematik).
Jakarta: Lajnah Pentasihan Mushaf Al-Qur’an.
150 Handayani, Trikinasih., Wuryadi dan Zamroni. (2015). Pembudayaan Nilai Kebangsaan
Siswa Pada Pendidikan Lingkungan Hidup Sekolah Dasar Adiwiyata Mandiri.
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi, Vol. 3, No. 1 Juni 2015.
Journal.uny.ac.id.
Hofmann, Murad W. (2002). Menengok Kembali Islam Kita. Terj. Islam: The Alternative
oleh Rahmani Astuti. Bandung: Pustaka Hidayah.
Idi, Abdullah. (2014). Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktik. Jakarta: Rajawali
Pers.
----, Abdullah. (2011). Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat dan Pendidikan.
Jakarta: Rajawali Pers.
---, Abdullah. (2016). Pengembangan Kurikulum: Teori Dan Praktik. Jakarta: Rajawali
Pers.
---, Abdullah., Safarina. (2015). Etika pendidikan: Keluarga, Sekolah dan Masyarakat.
Jakarta: Rajawali Pers.
Indrawardana, Ira. (2012). Komunitas 4 (1). Kearifan Lokal Adat Masyarakat Sunda dalam
Hubungan dengan Lingkungan Alam. http://journal.unnes.ac.id
Indriatmoko, Robertus Haryoto & Wahjono, Heru Dwi. (1999). Teknologi Konservasi Air
Tanah dengan Sumur Resapan. Jakarta: Direktorat Teknologi Lingkungan. Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Irwan, Zoer’aini Djamal. (2012). Prinsip-prinsip Ekologi: Ekosistem, Lingkungannya dan
Pelestariannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Iskandar, Johan. (2015). Keanekaragaman Hayati Jenis Binatang;Manfaat Ekologi Bagi
Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Iskandar, Tb. Zulrizka. (2013). Psikologi Lingkungan: Metode dan Aplikasi. Bandung: PT
Refika Aditama.
Ismail, Sirajuddin. (2012). al-Qalam. Isu Lingkungan Hidup pada Pembelajaran di
Madrasah Aliyah. Vol. 18 No. 1 Januari-Juni. Diakses dari jurnalalqalam.or.id.
Jalaluddin. (2011). Psikologi Agama. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Jamaludin. Komarudin, Acep., & Khoerudin, Koko. (2015). Pembelajaran Perspektif
Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Jazuli, Ahzami Samiun. (2006). Kehidupan dalam Pandangan al-Qur’an. Jakarta: Gema
Insani Press.
151 Junanto, Subar & Khuriyah. (2015). Konsep Pendidikan Lingkungan Hidup dalam
Perspektif Islam. Prosiding Halaqah Nasional Dan Seminar Internasional Pendidikan
Islam pp. 121-135. Surabaya: FITK UIN Sunan Ampel
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2007). Jakarta: Balai Pustaka. Ed.3, Cet. 4
kbbi.kemdikbud.go.id
Kanal Komunikasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Penanganan
Sampah di Kota Tangerang Selatan. Dipublikasikan Pada 1 Juni 2015.
http://kanalkomunikasi.pskl.menlhk.go.id
Karuniastuti, Nurhenu. (2016). Forum Teknologi. Bahaya Plastik terhadap Kesehatan dan
Lingkungan. Vol. 03 No. 1. Pusdiklatmigas.esdm.go.id
Kementerian Agama Republik Indonesia. (2009). Pelestarian Lingkungan Hidup (Tafsir
Al-Qur’an Tematik). Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Hutan. Final Isi 25 Januari 2012: Kerjasama
Kementerian Lingkungan Hidup dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Menlh.go.id.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Indonesia Bergerak Bebas Sampah 2020.
Dipublikasikan pada 19 Februari 2016. www.menlhk.go.id
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2012). Pedoman Pembinaan dan
Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Sukseskan Program Adiwiyata Melalui
Pendidikan Karakter. kemdikbud.go.id.
Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. Jakarta: Balitbang.
---------------. (2011). Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Balitbang Pusat
Kurikulum dan Perbukuan.
Keputusan Menteri Agama RI No. 211 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengembangan
Standar Nasional Pendidikan Agama Islam pada Sekolah
Keraf, A Sonny. (2010). Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Khalid, Fazlun. (2010). Islam and the Environment-Ethics and Practice an Assesment.
DOI: 10.1111/j.1749-8171.2010.00249.x. diakses dari www.researchgate.net.
152 Khitam, Husnul. (2016). Dinika: Academic Journal of Islamic Studies. Kontekstualisasi
Teologi sebagai Basis Gerakan Ekologi. Vol 1. No.2. May-August 2016. DOI :
10.22515/dinika.v1i2.62. ejournal.iainsurakarta.ac.id.
Koentjaraningrat. (2008). Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Komalasari, Kokom. (2013). Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung:
PT Refika Aditama.
Kuswanda, Wanda. (2014). Orangutan Batang Toru:Kritis di Ambang Punah. Bogor:
FORDA Press. www.researchgate.net.
Lisbet. (2012). Info Singkat Hubungan Internasional. Green Economy dan Konferensi
Tingkat Tinggi Rio+20. Vol. IV, No.12.berkas. dpr.go.id
Mahfud, Rois. (2011). Al-Islam: Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Erlangga.
Mahmud, Hariman Surya Siregar, dan Koko Khoerudin. (2015). Pendidikan Lingkungan
Sosial Budaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah dan Kemenlh. (2011). Teologi
Lingkungan: Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam, Deputi
Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian Lingkungan
Hidup dan Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah.
Makmun, Abin Syamsuddin. (2009). Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem
Pengajaran Modul. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Maksudin. (2015). Pengembangan Metdologi Pendidikan Agama Islam Pendekatan
Dialektik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mangunjaya, Fachruddin M. (2005). Konservasi Alam Dalam Islam. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
-------------. Fachruddin Majeri. (2015). Mempertahankan Keseimbangan: Perubahan
Iklim, Keanekaragaman Hayati, Pembangunan Berkelanjutan dan Etika Agama.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
-------------. Fachruddin Majeri.(2007). Jurnal Islamia Peradaban. Lingkungan Hidup dan
Konservasi alam dalam Perspektif Islam. Vol. III No. 2. Pp. 90-96. Diakses dari
ppi.unas.ac.id.
Manik, Karden Eddy Sontang. (2009). Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta:
Djambatan.
Marfai, Muh Aris. (2013). Pengantar Etika Lingkungan dan Kearifan Lokal. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
153 Maslikhah. (2007). Quo Vadis Pendidikan Multikultur: Rekonstruksi Sistem Pendidikan
Berbasis Kebangsaan. Kerjasama STAIN Salatiga Press dengan JP Books.
Masruri, Ulin Niam. (2014). Jurnal At-Taqaddum. Pelestarian Lingkungan dalam
Perspektif Sunnah. Vol. 6. No. 2. November 2014. DOI:
http://dx.doi.org/10.21580/at.v6i2.718
Matin, Ibrahim Abdul. (2012). Greendeen: Inspirasi Islam dalam Menjaga dan Mengelola
Alam. Jakarta: Zaman.
Matthews, Jhon A. (Ed). (2014). Encyclopedia of Environmental Change. United
Kingdom: Sage Publication Ltd.
Mawardi, Imam. (2013) Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”. Karakteristik dan
Implementasi Pembelajaran PAI di Sekolah Umum (Sebuah Tinjauan dari Performa
dan Kompetensi Guru PAI). Vol. 2. No. 2. Juli 2013. Diakses dari portalgaruda.org.
Meijaard, Erik., Budharta, Sugeng., & Ancrenaz, Marc. (2017). Pertaruhan Triliunan
Dolar di Kalimantan. DOI:10.13140/RG.2.2.14121.60001. www.researchgate.net
Miranto, Sujiyo. (2017) Edusains. Integrasi Konsep-konsep Pendidikan Lingkungan Hidup
dalam Pembelajaran di Sekolah. Vol.9. No.01 Tahun 2017, 82-88.
DOI:http://dx.doi.org/10.15408/es.v9il.5364.
Moleong, Lexy J. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mudlofir. Ali. (2012). Pendidik Profesional: Konsep, Strategi dan Aplikasinya dalam
Peningkatan Mutu Pendidik di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.
Muhaimin,. Mujib, Abdul., Mudzakkir ,Jusuf. (2012). Studi Islam Dalam Ragam Dimensi
Dan Pendekatan. Jakarta: Kencana. Ed. 1. Cet. 3.
Muhaimin. (2004). Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam Di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
-------------. (2006). Nuansa Baru Pendidikan Islam: Mengurai Benang Kusut Dunia
Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
-------------. (2009). Rekonstruksi Pendidikan Islam dari Paradigma Pengembangan,
Manajemen Kelembagaan, Kurilulum Hingga Strategi Pembelajran. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Muhdi. (2015). Tarbiyah Islamiyah. Pembelajaran PAI berwawasan lingkungan hidup. vol.
5, No. 1 Januari-Juni 2015. DOI: http://dx.doi.org/10.18592/jt%20ipai.v5i1.1826
Mukhtar. (2013). Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: Referensi (GP
Press Group).
154 Muktiani, Nur Rohmah. 2012. Grand Desaign Pendidikan Karakter. Disampaikan dalam
Srawung Ilmiah Jurusan POR FIK UNY. Diakses pada uny.ac.id.
Mulyasa.(2011). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Musfah, Jejen. (2015). Redesain Pendidikan Guru: Teori, Kebijakan, dan Praktik. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Musfiqon, HM & Nurdyansyah. (2015). Pendekatan Pembelajaran Saintifik. Sidoarjo:
Nizamia Learning Center.
Mutohar, Prim Masrokan. (2013). Didakta Religia. Pengembangan Budaya Religius
(Religious Culture) di Madrasah: Strategi Membentuk Karakter Bangsa Peserta
Didik. Diakses pada jurnal.stainkediri.ac.id
Nafisah, Mamluatun. (2007). Al-Quran dan Konservasi Lingkungan (Suatu Pendekatan
Maqasid al Syari’ah). (Tesis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Diakses dari:
repository.uinjkt.ac.id
Nandika, Dodi. (2007). Pendidikan di Tengah Gelombang Perubahan. Jakarta: Pustaka
LP3ES Indonesia.
Nelson, Michael Paul & Ryan, Leslie A. (2015). Environmental Ethics. DOI:
10.1093/OBO/9780199363445-0025
Nugroho, B. Widi. (2013). Teacher as an Instructional Leader: Mendidik dengan Jernih
Hati dan Terang Budi. Yogyakarta: Kanisius.
Nugroho, Sutopo Purwo. (2015). Siaga Darurat Kebakaran dan Lahan di Riau.
bnpb.go.id.
Nur Afiyah Febriani. (2014). Kanz Pholosophia. Implemntasi Etika Ekologis dalam
Konservasi Lingkungan: Tawaran Solusi dari al-Qur’an. Vol. 4 No. 1. Juni 2014.
DOI. 10.20871/kpjipm.v4i1.53.
Nurdin, M. Amin dan Ahmad Abrori. (2006). Mengerti Sosiologi: Pengantar untuk
Memahami Konsep-konsep Dasar. Jakarta: UIN Jakarta Press.
Panduan Adiwiyata: Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan. (2012). Jakarta:
Kerjasama Kementerian Lingkungan Hidup dengan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Peraturan Menteri Kehutanan No. P.31 Tahun 2012 tentang Lembaga Konservasi
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup no. 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan
Reduce, Reuse dan Recycle melalui Bank Sampah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran
pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
155 PP No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga
Prihantoro, C. Rudi. (2010). Jurnal Guru. Pengembangan Kultur Sekolah sebagai Upaya
Meningkatkan Mutu Sekolah. No.2, Vol 7 Desember 2010. Diakses dari unj.ac.id.
Purwanti, M. Ngalim. (2010). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Puspita R, Heny. (2015). Adiwiyata Mewujudkan Sekolah yang Berbudaya Lingkungan. E-
Magazine. Diakses dari bp2sdm.menlhk.go.id.
Ramayulis. (2015). Dasar-dasar Kependidikan Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta:
Kalam Mulia.
Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca. Draft perpres RAN-GRK
Desember 2010. www.bappenas.go.id/files/8414/1214/1620/naskah_akademis.pdf
Robbins, Stephen P. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontrovensi, Aplikasi. Terj dari
Organizational Behaviour: Concept, Controversies, Applications oleh Hadyani
Pujaatmaka dan Benyamin Molan. Jakarta: Prenhallindo. 2001.
Roham, Abujamin. (1997). Peranan Masjid Pada Lingkungan Hidup. Jakarta: Media
Da’wah.
Saebani, Beni Ahmad. (2012). Pengantar Antropologi. Bandung: CV Pustaka Setia.
Saleh, Akh. Muwafik. (2012). Membangun Karakter dengan Hati Nurani: Pendidikan
Karakter untuk Generasi Bangsa. Jakarta: Erlangga.
Salim, Emil. (2010). Ratusan Bangsa Merusak Satu Bumi. Jakarta: Kompas.
Samani, Muchlas dan Hariyanto. (2011). Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. (2011). Pembelajaran dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Kencana
Sanjaya, Wina. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Sarasawati, Ni Made Vira., Sulistami, Siska Marlina., Sari, Margaretha Chrisna., Caesari,
Fathianissa., Fadilanissa., & Irhamsyah, Fahmi. (2016). Seri Pendidikan 18 Karakter
Bangsa. PT Mustika Pustaka Negeri. Jilid. 9.
Sarvestani, Ahmad Abedi dan Shahvali, Mansoor. American-Eurasian J. Agric. &
Environ. Sci, 3: 609-617. (2008). Environmental Ethics: Toward an Islamic
Perspective. Diakses dari www.researchgate.net.
156 Sashkin, Marshall dan Sashkin, Molly G. (2011). Prinsip-Prinsip Kepemimpinan. Terj.
Dari Leadership That Matters oleh Rudolf Hutauruk. Jakarta: Erlangga.
Sastrawijaya, A. Tresna. (2009). Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta.
Schmidtz, David & Willot, Elizabeth (Ed). (2012). Environmental Ethics: What Really
Matters, What Really Works. Oxford: Oxford University Press, Inc.
Setiadi, Elly M. (2008). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana
Setiano, Kusdwiratri., Mansjhur, Johan S., & Alisyahbana, Anna. (2007). Manusia
Kesehatan dan Lingkungan: Kualitas Hidup dalam Perspektif Perubahan
Lingkungan Global. Bandung: PT. Alumni.
Setyowati, Abidah billah., dkk. (2008). Konservasi Indonesia: Sebuah Potret Pengelolaan
da Kebijakan. Jakarta: Pokja Kebijakan Konservasi.
Shabecoff, Philip. (2000). Sebuah Nama Baru Bagi Perdamaian: Environmentalisme
Internasional, Pembangunan Bekelanjutan, Dan Demokrasi. Terj. A new Name For
Peace: International Environmentalism, Sustainable Development, and Democracy.
oleh Soemitro. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Shihab, M. Quraish. (2002). Tafsir al-misbah: pesan, kesan dan keserasian al-Qur’an.
Jakarta: Lentera Hati.
Soekanto, Suryono. (1988). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali.
Soerjani, Mohamad. (2008). Konsep Dasar Lingkungan Hidup untuk Pengelolaan
Ekosistem Bagi Kelangsungan Kehidupan. Jakarta: Institut Pendidikan dan
Pengembangan Lingkungan.
Soerjani, Mohamad., Yuwono, Arief & Fardiaz, Dedi. (2007). Lingkungan Hidup (The
Living Environment): Pendidikan, Pengelolaan Lingkungan dan Kelangsungan
Pembangunan. Jakarta: Institut Pendidikan dan Pengembangan Lingkungan.
Stoll, Louise. (1998). School Culture. Reprinted from School Improvement Network
Bulletin. No. 9. Institute of Education. University of London. www.researchgate.net
Stolp, Stephen., Smith, Stuart C. (1995). Transforming School Culture: Stories, Symbols,
Values and The Leadears Role. Eric Clearinghouse on Educational Managemen,
University of Oregon. Eric.ed.gov.
Suaedi dan Tantu, Hammado. (2016). Ebook Pembelajaran Pendidikan Lingkungan
Hidup. Bogor: IPB Press. www.researchgate.net.
Sudarminta, J. (2013). Etika Umum: Kajian tentang Beberapa Masalah Pokok dan Teori
Etika Normatif. Yogyakarta: Kanisius.
157 Sugiyono, Agus. (2002). Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia. Badan pengkajian
dan penerapan teknologi. DOI: 10.13140/2.1.1706.6881. www.researchgate.net.
Sugiyono. (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sumantri, Arif. (2015). Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Kencana.
Surakusumah, Wahyu. (2012). Konsep Pendidikan Lingkungan di Sekolah: Model Uji
Coba Sekolah Berwawasan Lingkungan. file.upi.edu.
Surat Keputusan Bersama 4 Menteri (menteri pendidikan nasional, menteri kesehatna,
menteri agama dan menteri dalam negeri) 2003 tentang pembinaan dan
pengembangan usaha kesehatan sekolah.
Sururi, Ahmad.(2014). Fikrah. Menggapai Pelestarian Lingkungan Hidup di Indonesia:
Studi Perbandingan Etika Islam dan Etika Ekofeminisme. Vol 2. No. 1. Juni 2014.
Diakses dari journal.stainkudus.ac.id.
Sutoyo. (2013). Adil: Jurnal Hukum. Paradigma Perlindungan Lingkungan Hidup. Vol 4
No.1. diakses dari academicjournal.yarsi.ac.id.
Suyono dan Hariyanto. (2014). Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar.
.Bandung: PT Remaja Rosadakarya.
Tampubolon, Manahan P. (2012). Perilaku Keorganisasian (Organization Behavior).
Bogor: Ghalia Indonesia
Taylor, E.B. (1920). Primitive Culture Researches Into The Development Of Mythology,
Philofophy, Religion, Language, Art And Costume (6th edition). London: John
Murray. Diakses dari archive.org.
The ASEAN Secretariat. (2013). ASEAN Guidelines on Eco-School. Jakarta: ASEAN
Secretariat. Diakses dari http://environment.asean.org
Tualeka, Muhammad Wahid Nur. (2011) Progresiva. Teologi lingkungan hidup dalam
perspektif islam. Vol. 5. No. 1. Desember 2011. Diakses dari ejournal.umm.ac.id..
Tumanggor, Rusmin., Ridho, Kholis., dan Nurrochim. (2010). Ilmu Sosial dan Budaya
Dasar. Jakarta: Kencana.
Tutik, Titik Triwulan., Trianto. (2008). Pengembangan Sains dan Teknologi Berwawasan
Lingkungan Perspektif Islam. Jakarta: Lintas Pustaka.
Utami, Ulfah. (2008). Konservasi Sumber Daya Alam: Perspektif Islam dan Sains.
Malang: UIN-Malang Press.
UU No. 20 Tahun 2003
UU No. 32 Tahun 2009
158 UU No. 5 Tahun 1990
Walgito, Bimo. (2003). Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: CV Andi Offeset.
Wardhana, Wisnu Arya. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi.
Wardhani, Novia Wahyu & Wahono, Margi. (2017) Untirta Civic Educational Journal.
Keteladanan Guru sebagai Penguat Proses Pendidikan Karakter. Vol. 2 No. 1 April
2017. Diakses dari jurnal.untirta.ac.id.
Wiyani, Novan Ardy. (2013). Pendidikan Agama Islam Berbasis Pendidikan Karakter.
Bandung: Alfabeta.
World Development Indicators database. World Bank. 15 Desember 2017.
data.worldbank.org.
Yusuf al-Qaradlawi. (1997). Fiqih Peradaban: Sunah sebagai Paradigma Ilmu
Pengetahuan. Terj. Al-Sunnah: Mashdaran li al-Ma’rifah wa al-Hadlarah oleh
Faizah Firdaus. Surabaya: Dunia Ilmu.
Yusuf, Choirul Fuad. (2008). Budaya Sekolah dan Mutu Pendidikan. Jakarta: PT. Pena
Citasatria.
Z, Zurinial dan Sayuti, Wahdi. (2006). Ilmu Pendidikan: Pengantar dan Dasar-dasar
Pelaksanaan Pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta Press.
Zaitun. (2015). Sosiologi Pendidikan: Analisis Komprehensif Aspek Pendidikan dan
Proses Sosial. Pekanbaru: Kreasi Edukasi. repository.uin-suska.ac.id
Lampiran 1
PEDOMAN OBSERVASI
Lokasi Observasi: SMPN 3 Kota Tangerang Selatan
Hasil Observasi
No. Variabel Indikator Keterangan
1.
Pendidikan
Agama
Islam
Kondisi dan pengelolaan
kelas
Proses pembelajaran meliputi
pendekatan, strategi, dan
metode
Materi pelajaran
Keteladanan guru PAI
2. Budaya
Sekolah
Peduli
Lingkungan
Keadaan sekolah
Pemanfaatan lahan dan
fasilitas sekolah
Kegiatan-kegiatan keseharian
sekolah
Interaksi warga sekolah di
luar jam pembelajaran
Lampiran 2
Hasil Observasi
No. Variabel Indikator Keterangan
2.
Pendidikan
Agama
Islam
Kondisi dan pengelolaan
kelas Kondisi kelas bersih dan
rapih sehingga nyaman
untuk melakukan
pembelajaran.
Pengelolaan kelas di
kelola dengan baik oleh
guru, seperti mengatur
dan merapihkan tempat
duduk
Saat pembelajaran guru
memberikan reward
berupa motivasi dan
pujian pada siswa
Proses pembelajaran meliputi
pendekatan, strategi, dan
metode
Pendekatan, strategi dan
metode pembelajaran
yang digunakan guru
lebih banyak pada student
centered dalam KBM
Metode yang digunakan
bervariasi seperti praktek,
diskusi dan lain
sebagainya.
KBM mengantarkan
siswa untuk banyak
menganalisis
permasalahan
lingkungan.
Siswa sangat aktif dalam
menjawab pertanyaan
guru
Materi pelajaran Mata pelajaran dikaitkan
dengan permasalahan-
permasalahan lingkungan
baik isu lokal ataupun
global
Penjelasan materi
dikaitkan dengan ayat al-
Qur’an atau hadits
Keteladanan guru PAI Keteladanan guru terlihat
pada saat proses
pembelajaran dikelas dan
diluar kelas.
2. Budaya
Sekolah
Peduli
Lingkungan
Keadaan sekolah Mudah ditemukan
lokasinya melalui GPS
Berada tidak jauh dari
jalan raya
Kondisi sekolah nyaman
dan tidak bising sehingga
proses pembelajaran
berjalan dengan baik.
Gedung kokoh, asri dan
bersih
Pemanfaatan lahan dan
fasilitas sekolah
Tersedianya sarana dan
prasarana ramah
lingkungan
Lahan dan fasilitas
sekolah digunakan
dengan baik dalam
kegaitan keseharian
sekolah
Kegiatan-kegiatan
keseharian sekolah
Sekolah memiliki
kegiatan rutin Adiwiyata
seperti Jum’at bersih dan
piket dalam
kesehariannya.
Siswa telat dihukum
dengan cara
membersihkan dan
membuang sampah yang
masih ada di area
sekolah.
Interaksi warga sekolah
di luar jam pembelajaran
Guru dan murid menjalin
interaksi yang baik, guru
selalu membimbing atau
memberikan nasehat
pada siswa.
Hubungan antar siswa
terjalin dengan baik.
Hubungan antar guru
juga terjalin dengan baik
Lampiran 3
PEDOMAN WAWANCARA
PEDOMAN WAWANCARA GURU PAI
BIODATA SINGKAT
NAMA :
TEMPAT/TANGGAL :
DAFTAR PERTANYAAN
1. Bagaimana pembelajaran PAI untuk mengupayakan peduli lingkungan?
2. Apa anda pernah mengajar dengan memanfaatkan lahan dan fasilitas sekolah?
3. Apakah dalam pembelajaran PAI hanya berdasarkan tentang lingkungan?
4. Seperti apa evaluasi pembelajaran PAI dalam mendukung program adiwiyata?
5. Apa anda pernah mengikuti pelatihan tentang adiwiyata?
6. Apa anda pernah mengikuti seminar, lokakarya atau workshop tentang
lingkungan?
7. Apa anda pernah membantu atau melatih sekolah lain dalam adiwiyata?
8. Sebagai guru PAI apa yang anda lakukan untuk mendukung program Adiwiyata?
9. Apa peran anda dalam Adiwiyata di SMPN 3 Tangsel ini?
10. Budaya apa yang dibangun PAI dalam program Adiwiyata?
11. Menurut anda, sejauh ini bagaimana sikap siswa dalam hal peduli lingkungan?
12. Apakah pernah anda meminta siswa menulis tentang peduli lingkungan dalam
Islam?
13. Apa faktor penghambat dan pendukung untuk PAI dalam program adiwiyata?
14. Bagaimana anda mengatasi permasalahan tersebut?
15. Perubahan apa yang dirasakan anda setelah mengajarkan nilai-nilai adiwiyata
dalam PAI?
16. Menurut anda apa yang dirasakan setelah sekolah ini melaksanakan program
adiwiyata?
PEDOMAN WAWANCARA KOORDINATOR ADIWIYATA
BIODATA SINGKAT
NAMA :
TEMPAT/TANGGAL :
DAFTAR PERTANYAAN
1. Sudah berapa lama sekolah ini melaksanakan sekolah peduli lingkungan?
2. Apa alasan sekolah menjalankan program adiwiyata?
3. Apa saja bentuk kebijakan yang dibuat sekolah untuk peduli lingkungan?
4. Berapa persen anggaran yang disediakan sekolah untuk program adiwiyata?
5. Untuk kurikulum yang terintegrasi dengan lingkungan, apa yang dilakukan tim
adiwiyata untuk mensukseskan hal tersebut?
6. Apa saja kegiatan lingkungan partisipatif di sekolah?
7. Bagaimana sekolah mengelola kebersihan?
8. Bagaimana dengan pengelolaan sampah di sekolah?
9. Apa saja yang dilakukan sekolah dalam 3R?
10. Apa usaha sekolah dalam hemat energi?
11. Apa yang dilakukan sekolah untuk mendukung hidup sehat?
12. Bagaimana tim adiwiyata pada setiap guru mapel?
13. Bagaimana sekolah mengkomunikasikan hasil pembelajaran lingkungan hidup?
14. Bagaimana sekolah mengembangkan ekstrakurikuler?
15. Apa inovasi dan kreativitas yang sudah dicapai sekolah?
16. Bagaimana sekolah mensosialisasikan peduli lingkungan ke siswa?
17. Ada pelatihan tidak untuk mendukung Adiwiyata?
18. Apa yang dilakukan jika siswa yang melanggar?
19. Bagaimana pengelolaan saran prasarana?
20. Bagaimana dengan pemeliharaan lingkungan sekolah?
21. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam adiwiyata ini?
22. Bagaimana sekolah mengatasi permasalahan tersebut?
23. Perubahan apa yang dirasakan setelah melaksanakan program adiwiyata?
PEDOMAN WAWANCARA KEPALA SEKOLAH
BIODATA SINGKAT
NAMA :
TEMPAT/TANGGAL :
DAFTAR PERTANYAAN
A. Sejarah sekolah menjadi sekolah Adiwiyata
1. Sudah berapa lama sekolah ini menerapkan peduli lingkungan?
2. Bagaimana proses sekolah hingga menjadi sekolah adiwiyata mandiri?
3. Kapan pertama kali sekolah melaksanakan program Adiwiyata
4. Apa alasan sekolah mengikuti program Adiwiyata
B. Kebijakan sekolah dalam Adiwiyata
5. Apa saja jenis kebijakan yang dibuat sekolah berkaitan dengan program adiwiyata?
6. Berapa persen anggaran sekolah untuk mendukung sekolah berbudaya peduli
lingkungan?
7. Apa yang dilakukan sekolah untuk hemat energi?
8. Kerjasama apa saja yang dibentuk oleh sekolah?
9. Apa yang dilakukan sekolah untuk mendukung hidup sehat?
10. Bagaimana sekolah mengembangkan pembelajaran untuk mendukung peduli
lingkungan?
11. Bagaimana sekolah mengembangkan sarana dan prasarana?
12. Apakah terdapat sanksi bagi yang melanggar kebijakan ataupun peraturan sekolah?
C. Peningkatan kualitas dan sosialisasi
13. Bagaimanakah sekolah dalam mengembangkan sikap dan perilaku siswa untuk
peduli lingkungan?
14. Bagaimanakah sekolah dalam mengembangkan kualitas guru dan staf untuk
program adiwiyata?
15. Apa saja jenis kegiatan yang diadakan di sekolah dengan sekolah sebagai
penyelenggara?
16. Apa saja jenis kegiatan yang diadakan di sekolah dengan pihak luar sekolah
sebagai penyelenggara?
17. Bagaimana sekolah mensosialisasikan adiwiyata pada masyarakat?
18. Inovasi apa yang dilakukan sekolah dalam pengelolaan dan perlindungan terhadap
lingkungan?
D. Evaluasi
19. Bagaimana bentuk evaluasi dalam adiwiyata?
20. Sejauh ini, menurut bapak guru-guru sudah peduli lingkungan tidak?
E. Penghambat, pendukung dan solusi
21. Apa faktor penghambat dan pendukung yang dirasa dalam program adiwiyata?
22. Apa yang dilakukan sekolah untuk membudayakan peduli lingkungan?
23. Apa yang dirasakan anda setelah melaksanakan sekolah yang peduli dan ramah
lingkungan?
PEDOMAN WAWANCARA WAKASEK KURIKULUM
BIODATA SINGKAT
NAMA :
TEMPAT/TANGGAL :
DAFTAR PERTANYAAN
A. Sejarah Sekolah menjadi Adiwiyata
1. Sudah berapa lama sekolah ini menerapkan peduli lingkungan?
2. Bagaimana proses sekolah hingga menjadi sekolah adiwiyata mandiri?
3. Kapan pertama kali sekolah melaksanakan program Adiwiyata
B. Kebijakan, pelaksanaan dan kegiatan Sekolah dalam Adiwiyata
4. Apa saja jenis kebijakan yang berkaitan dengan adiwiyata?
5. Apa sanksi dari pelanggaran kebijakan?
6. Kurikulum apa yang digunakan untuk mendukung adiwiyata?
7. Apa standar dari keberhasilan dari kurikulum berbasis lingkungan?
8. Menurut anda, bagaimana pelaksanaan kurikulum bebasis lingkungan yang
dilakukan oleh guru PAI?
9. Apakah PAI mampu mengantarkan siswa untuk berhasil dalam pembelajaran PAI
di kelas maupun secara teladan?
C. Sosialisasi Sekolah
10. Bagaimana sekolah mensosialisasikan peduli lingkungan?
11. Apa siswa mampu menerapkan pengetahuan LH untuk memecahkan permasalahan
sehari-hari?
D. Faktor Pendukung, Penghambat dan Solusi
12. Apa faktor pendukung dan penghambat dari sekolah adiwiyata khususnya dibidang
bapak?
13. Apa yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut?
14. Menurut anda, bagaimana budaya peduli lingkungan ini terbangun?
15. Apa yang anda rasakan setelah melaksanakan sekolah peduli lingkungan?
PEDOMAN WAWANCARA WAKASEK PENGEMBANGAN DAN MUTU
SEKOLAH
BIODATA SINGKAT
NAMA :
TEMPAT/TANGGAL :
DAFTAR PERTANYAAN
A. Sejarah Sekolah menjadi Adiwiyata
1. Sudah berapa lama sekolah ini menerapkan peduli lingkungan?
2. Bagaimana proses hingga menjadi adiwiyata mandiri?
B. Kebijakan Sekolah dalam Adiwiyata
3. Apa saja jenis kebijakan yang berkaitan dengan adiwiyata?
4. Apa sanksi dari pelanggaran kebijakan?
5. Apa yang dilakukan dalam mengembangkan mutu sekolah untuk mendukung
adiwiyata?.
6. Bagaimana evaluasi dalam adiwiyata, pada siswa, khususnya tim adiwiyata?
C. Sosialisasi Sekolah
7. Bagaimana sekolah mensosialisakan adiwiyata?
D. Faktor Pendukung, Penghambat dan Solusi
8. Apa faktor pendukung dan penghambat dari pengembangan dan mutu sekolah
dalam program adiwiyata?
9. Menurut anda, bagaimana budaya peduli lingkungan ini terbangun?
10. Apa yang anda rasakan setelah melaksanakan sekolah peduli lingkungan?
PEDOMAN WAWANCARA WAKASEK HUMAS DAN PERLUASAN AKSES
BIODATA SINGKAT
NAMA :
TEMPAT/TANGGAL :
DAFTAR PERTANYAAN
A. Sejarah Sekolah menjadi Adiwiyata
1. Sudah berapa lama sekolah ini menerapkan Adiwiyata?
2. Bagaimana proses hingga menjadi adiwiyata mandiri?
B. Kebijakan Sekolah dalam Adiwiyata
3. Apa saja jenis kebijakan yang berkaitan dengan adiwiyata?
4. Apa peran anda dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan?
5. Apa sanksi dari pelanggaran kebijakan?
C. Sosialisasi Sekolah
6. Apa yang dilakukan untuk mensosialisasikan adiwiyata pada siswa baru?
7. dilakukan untuk mensosialisasikan pada masyarakat sekitar tentang adiwiyata?
8. Dengan siapa saja sekolah bekerja sama dengan pihak lain?
9. Dalam bentuk kerja sama seperti apa?
10. Bagaimana anda memperluas akses sekolah untuk mengkomukasikan untuk
peduli lingkungan?
D. Faktor Pendukung, Penghambat dan Solusi
11. Apa faktor pendukung dan penghambat dari pengembangan dan mutu sekolah
dalam program adiwiyata?
12. Menurut anda, bagaimana budaya peduli lingkungan ini terbangun?
13. Apa yang anda rasakan setelah melaksanakan sekolah peduli lingkungan?
14. Bagaimana anda memperluas akses sekolah untuk mengkomukasikan untuk
peduli lingkungan?
E. Faktor Pendukung, Penghambat dan Solusi
15. Apa faktor pendukung dan penghambat dari pengembangan dan mutu sekolah
dalam program adiwiyata?
16. Menurut anda, bagaimana budaya peduli lingkungan ini terbangun?
17. Apa yang anda rasakan setelah melaksanakan sekolah peduli lingkungan?
PEDOMAN WAWANCARA WAKASEK KESISWAAN
BIODATA SINGKAT
NAMA :
TEMPAT/TANGGAL :
DAFTAR PERTANYAAN
A. Sejarah Sekolah menjadi Adiwiyata
1. Sudah berapa lama sekolah ini menerapkan peduli lingkungan?
2. Bagaimana proses hingga menjadi adiwiyata mandiri?
B. Kebijakan, Pelaksanaan dan Kegiatan Sekolah dalam Adiwiyata
3. Apa saja jenis kebijakan yang berkaitan dengan adiwiyata?
4. Apa sanksi dari pelanggaran kebijakan?
5. Apa yang dilakukan untuk mensosialisasikan adiwiyata pada siswa?
6. Apa saja jenis ekstrakurikuler yang ada di sekolah?
Dibidang pengetahuan seperti KIR, Pramuka, PBB, Paskib
7. Apa tindakan lanjut untuk siswa yang melanggar peraturan sehubungan
dengan adiwiyata?
C. Faktor Pendukung, Penghambat dan Solusi
8. Apa faktor pendukung dan penghambat dari pengembangan dan mutu sekolah
dalam program adiwiyata?
9. Apa yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut?
10. Menurut anda, bagaimana budaya peduli lingkungan ini terbangun?
11. Apa yang anda rasakan setelah melaksanakan sekolah peduli lingkungan?
Lampiran 4
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : H. Maryono, S.E. M. Pd
Jabatan : Kepala Sekolah
Hari/Tanggal : Rabu, 6 September 2017
Tempat : Ruang Kepala Sekolah
A. Sejarah sekolah menjadi sekolah Adiwiyata
1. Sudah berapa lama sekolah ini menerapkan peduli lingkungan?
Sudah kurang lebih 6 atau 7 tahun lalu. Karena sebelum adiwiyata kami sudah
menjadi sekolah sehat.
2. Bagaimana proses sekolah hingga menjadi sekolah adiwiyata mandiri?
Itu luar biasa ya, pertama dari penanaman Sumber daya manusia dulu ya baik
tenaga guru dan TU, OB, Security dan semua yang ada di sekolah. Dan tidak kalah
pentingnya anak-anak karena peran besarnya adalah mengajarkan pada mereka
untuk peduli lingkungan termasuk pihak kantin pun juga kita ajak untuk peduli
lingkungan. jadi semua unsur disini kita ajak dan kita perkenalkan betapa
pentingnya lingkungan, kalau kita tidak urus dan pelajari dari sekarang bisa jadi 10
tahun yang akan datang bisa mempunyai perilaku seperti apa menyangkut
lingkungan kita.
3. Kapan pertama kali sekolah melaksanakan program Adiwiyata
Sudah 6 tahun, dari 2011 sudah mulai adiwiyata hanya pada waktu itu kita belum
tahu kalau itu sudah disebut adiwiyata.
4. Apa alasan sekolah mengikuti program Adiwiyata
Menanamkan rasa cinta pada lingkungan, menyelamatkan lingkungan pada anak.
Karena mereka kan generasi selanjutnya. Numpung mereka masih muda masih
belia mudah-mudahan setelah itu mereka mengajarkan pada selanjutnya. Jadi
keuntungannya jangka panjang.
B. Kebijakan, pelaksanaan dan kegiatan sekolah dalam Adiwiyata
5. Apa saja jenis kebijakan yang dibuat sekolah berkaitan dengan program
adiwiyata?
Ya pertama visi misi yang utamanya. Sudah mencakup segala macam aturan-
aturan yang tidak boleh dilanggar termasuk apabila melanggar dapat hukuman
seperti ini kemudian kalau mereka peduli kami berikan penghargaan kemudian
kebijakan lain tentang sampah mengurangi sampah anak-anak setiap hari suruh
membawa perlengkapan minum dan makan. Jadi anak selalu membawa tuperwear.
Kemudian kebijakan lain untuk mengurangi pencemaran udaranya anak-anak
terutama yang siswa baru untuk membawa pohon yang sudah lulus membawa
pohon. Ilustrasinya seperti ini dulu lingkungan tidak seperti ini. Saat upacara
banyak siswa yang pingsan, nah bapak juga gak tau kenapa terus sekolah ini kok
gersang amat. Kalau dulu kan pohon ditebang untuk membuat jalan atau dibuat
lapangan lalu disemen atau diaspal, kalau sekarang itu kami balik, saya gali satu
galian itu 300.000, kan cor-coran itu keras jadi satu lubang 300.000, dan saya beli
pohon yang besar sekalian yang 1.500.000, saya ingin cepat kalau pohonnya masih
kecil itu kena tendangan bola juga mati. Oleh karena itu saya membeli pohon
untuk lingkungan sekolah termasuk lapangan sekolah. Setelah menanam pohon di
lingkungan sekolah anak-anak jarang ada yang pingsan karena suplay oksigen
mereka cukup kalaupun ada yang pingsan itu karena mereka tidak sarapan.
Selanjutnya lagi masih tentang sampah, sampah-sampah yang tidak bisa di daur
ulang kami kumpulkan dan ada bank sampah sehingga kami jual untuk beli buku
beli pot.
6. Berapa persen anggaran sekolah untuk mendukung sekolah berbudaya
peduli lingkungan?
20% minimal untuk mendukung sekolah berbudaya lingkungan dalam pengelolaan
adiwiyata.
7. Apa yang dilakukan sekolah untuk hemat energi?
Untuk hemat energi, seperti air bekas wudhu’ kami menggunakannya untuk
menyiram tanaman sehingga hemat air dan hemat listrik. Untuk siang hari tidak
menggunakan lampu dan AC secara berlebih. Kemudian yang tidak kalah pentinya
itu komitmen. Kita ingatkan setiap hari, maka murid-murid visi misi hafal karena
setiap upacara disuruh menyebutkan visi misinya. Mengadakan jum’at bersih,
menciptakan lingkungan sehat dan hijau.
8. Kerjasama apa saja yang dibentuk oleh sekolah?
Kami kerja sama dengan lingkungan hidup, LSM kota sehat, Puskesmas, RT, RW
termasuk beberapa perusahaan dan unsur-unsur yang berhubungan dengan
lingkungan. Sampah kita pilah dari 3R itu untuk mengolah sampah. Bahkan kami
mengundang pihak lain untuk membuat tas dll sehingga kami jual untuk bisa beli
pohon, buku dll.
9. Apa yang dilakukan sekolah untuk mendukung hidup sehat?
Answer: ya menyadarkan bahwa kalau lingkungannya itu bersih hidupnya sehat.
Termasuk kantin sehat, karena kami selalu kami uji untuk makanan yang
disediakan. Toilet kami juga bersih karena ada penjaga untuk membersihkan.
10. Bagaimana sekolah mengembangkan pembelajaran untuk mendukung peduli
lingkungan?
Answer: kita mengadakan pelatihan-pelatihan secara periodik. Semua pelajaran
sebetulnya bisa ya diintegrasikan dengan lingkungan. Jadi semua pendidikan
tentang lingkungan diintegrasikan ke semua mata pelajaran. Jadi tidak ada khusus
tentang lingkungan tapi diintegrasikan.
11. Bagaimana sekolah mengembangkan sarana dan prasarana?
Answer: jadi sarana dan prasarana sudah disediakan dari pemerintah jadi kami
menambah untuk melengkapi sarana prasarana yang belum ada. Seperti contohnya
pohon yang tadi diceritakan.
12. Apakah terdapat sanksi bagi yang melanggar kebijakan ataupun peraturan
sekolah?
Oh iya, kan dilarang merokok dan itu ada SK nya SK kepala sekolah, termasuk
anak diberi hukuman yang mendidik.
C. Peningkatan kualitas dan sosialisasi
13. Bagaimanakah sekolah dalam mengembangkan sikap dan perilaku siswa
untuk peduli lingkungan?
Menanamkan bahwa akibat dari kurangnya peduli lingkungan menimbulkan
polusi, yaitu tanah, air, udara.
14. Bagaimanakah sekolah dalam mengembangkan kualitas guru dan staf untuk
program adiwiyata?
Sama seperti siswa, pokoknya semua yang ada di sini juga begitu. Bahkan guru
juga saya suruh hafalkan visi-misi juga. Bahkan disini juga kalau guru tidak
membawa tupperwear ditegur oleh siswa.
15. Apa saja jenis kegiatan yang diadakan di sekolah dengan sekolah sebagai
penyelenggara?
Kegiatan-kegiatannya sebetulnya setiap hari kami laksanakan, seperti bersih-
bersih, jum’at bersih, tidak membawa tupperwear, rutin merawat pohon, dll.
Partisipasi orang tua pasti ada, ada yang langsung dan tidak langsung. Kalau yang
langsung kami ajak rapat, tapi kan tidak terlalu banyak karna kan ada yang sibuk.
Kami juga pernah menanam 1000 pohon di gintung dengan bantuan dari lions
club, dan juga menyebar ikan juga digintung. Kami juga mengajak walikota tapi
yang datang wakil walikota.
16. Apa saja jenis kegiatan yang diadakan di sekolah dengan pihak luar sekolah
sebagai penyelenggara?
Pengolahan sampah, kami diundang oleh institusi pemerintah, swadaya
masyarakat. Jadi pokoknya kalau kami diundang kami ikut.
17. Bagaimana sekolah mensosialisasikan adiwiyata pada masyarakat?
Kami mengajak. RT, RW, lurah, camat kami undang untuk bahwa kami
mempunyai program peduli lingkungan, supaya kami dibantu supportnya. Setelah
itu biar lingkungan itu juga ikut peduli lingkungan.
18. Inovasi apa yang dilakukan sekolah dalam pengelolaan dan perlindungan
terhadap lingkungan?
Baru sampai tahap pengolahan sampah saja, barang-barang yang bisa digunakan
kembali.
D. Evaluasi
19. Bagaimana bentuk evaluasi dalam adiwiyata?
Evaluasinya setiap hari. Kan indikatornya ratusan, jadi mana yang harus dievaluasi
kami perbaiki.
20. Sejauh ini, menurut bapak guru-guru sudah peduli lingkungan tidak?
Sudah peduli sih, tapi kalau 100% sih tidak masih ada yang belum, tapi secara
umum sudah peduli.
E. Penghambat, pendukung dan solusi
21. Apa faktor penghambat dan pendukung yang dirasa dalam program
adiwiyata?
Penghambatnya ya itu masih kurangnya kesadaran dari beberapa guru, siswa
sehingga skala prioritasnya pada mereka yang masih belum peduli, kami terus
berupaya.
Pendukungnya ya hampir semua anak, semua personil sudah menyadari betapa
parahnya kalau lingkungan ini tidak kita jaga. Untuk mendapatkan sumber air
bersih saja itu susah, untuk bernafas dengan lega saja sudah susah, belum lagi
akibat sampah dan pencemaran udara. Sehingga pendukungnya, SDM kita personil
kita mendukung, siap untuk peduli, disamping sarana dan prasananya juga cukup
mendukung.
22. Apa yang dilakukan sekolah untuk membudayakan peduli lingkungan?
Visi misi untuk hidup bersih, membuang dan mengolah sampah, jum’at bersih dll.
23. Apa yang dirasakan anda setelah melaksanakan sekolah yang peduli dan
ramah lingkungan?
secara pribadi kepuasan ya, bahwa program kita tercapai. Kemudian secara umum
ya manfaatnya dapat dirasakan seperti yang saya ceritakan tadi, dengan banyak
pohon ternyata orang yang upacara tidak banyak yang pingsan. Yang jelas
kelihatan ya sekolah menjadi bersih, sehat, hijau sehingga membuat membuat rasa
tenang, dan pastinya murid juga merasa nyaman. Kalau kemarau seperti ini kami
cukup air karena kami punya sumur resapan.
TRANSKIP WAWANCARA WAKASEK KURIKULUM
Nama : Drs. Sholeh Fathoni, M.Pd
Jabatan : Wakasek Kurikulum
Hari/Tanggal : Kamis, 07 September 2017
A. Sejarah Sekolah menjadi Adiwiyata
1. Sudah berapa lama sekolah ini menerapkan peduli lingkungan?
Sebelum terkait dengan adiwiyata kami ini kan sudah menjadi sekolah sehat
jadi kita sudah memulai lingkungan ini supaya hijau sudah mulai dari kepala sekolah
sebelumnya yaitu pak Kuswanda dilanjutkan pak Nurhadi kemudian puncaknya ya
sekarang. Waktu itu lomba sekolah sehatnya kalah ketika pak kuswanda, menangnya
ketika pak Maryono. Pak Maryono itu melengkapi lagi macem-macem dari juara
adiwiyata nasional sampai pada adiwiyata mandiri, kalau mulainya dari 2005 sudah
ada pembinaan lingkungan. Sudah dimulai dari pak Kuswanda dalam pembinaan
lingkungan, tapi kemudian jika masuk pada visi misi dan lengkapnya kepala sekolah
yang sekarang.
3. Kebijakan, Pelaksanaan dan Kegiatan Sekolah dalam Adiwiyata
2. Apa saja jenis kebijakan yang berkaitan dengan adiwiyata?
Ketertiban kelas untuk selalu bersih, terdapat serapan air, biopori ada di sekitar
lingkungan sekolah.guru-guru ikut kerja bakti dalam membuat biopori tersebut.
3. Apa sanksi dari pelanggaran kebijakan?
Siswa ada tim peduli lingkungan, jika ada yang melanggar mereka
mengingatkan. Jika terlambat masuk sekolah diminta untuk memungut sampah.
4. Kurikulum apa yang digunakan untuk mendukung adiwiyata?
Setiap pelajaran harus memasukkan karakter tentang peduli lingkungan seperti
kebersihan. Terintegrasi dengan lingkungan. misalkan PAI tentang sholat
dihubungkan dengan lngkungan. Jadi harus dihubungkan semua dan tidak ada mata
pelajaran yang khusus tapi dititipkan pada setiap mapel.
5. Apa standar dari keberhasilan dari kurikulum berbasis lingkungan?
Dalam pembelajaran di kelas seperti halnya standar keberhasilan kurikulum
sebagaimana biasanya.
6. Menurut anda, bagaimana pelaksanaan kurikulum bebasis lingkungan yang
dilakukan oleh guru PAI?
Kaitannya dengan keterampilan guru. Ada yang sudah, ada yang belum. Kalau
menerangkan mungkin sudah tapi kalau praktek belum semua.
7. Apakah PAI mampu mengantarkan siswa untuk berhasil dalam pembelajaran
PAI di kelas maupun secara teladan?
Masih perlu peningkatan. Dalam hal tertentu sudah seperti agama sudah, tapi
secara umum masih perlu peningkatan.
4. Sosialisasi Sekolah
8. Bagaimana sekolah mensosialisasikan peduli lingkungan?
Guru sering di briefing sedangkan siswa setiap senin pasti diingatkan untuk
peduli lingkungan. Orangtua kalau sedang rapat juga diingatkan kembali.
9. Apa siswa mampu menerapkan pengetahuan LH untuk memecahkan
permasalahan sehari-hari?
Sudah, seperti barang-barang ini yang didaur ulang.
5. Faktor pendukung, penghambat dan solusi
10. Apa faktor pendukung dan penghambat dari sekolah adiwiyata khususnya
dibidang bapak?
Pendukungnya hampir semua sudah dalam sarana dan prasarana.
Penghambatnya dipelajaran, kebiasaan anak dirumah kadang berbeda dengan yang
ada di sekolah. Jika di rumah kebiasaannya tidak peduli lingkungan akan terbawa di
sekolah. Jadi perlu diingkatkan lagi.
11. Apa yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut?
Terus diingatkan dan memberikan teladan. Karena kalau tidak selalu diingatkan
satu bulan saja, maka akan kotor lagi.
12. Menurut anda, bagaimana budaya peduli lingkungan ini terbangun?
Kepala sekolah dan guru memberikan contoh pada siswa untuk peduli
lingkungan sehingga siswa dapat mengikutinya.
13. Apa yang anda rasakan setelah melaksanakan sekolah peduli lingkungan?
Dulu pohon tidak sebanyak ini. Dulu sewaktu upacara sering banyak yang
pingsan sekarang tidak karena udaranya sudah beda. Dan lagi udaranya menjadi
adem.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : Hj. Neni Supriati, M.Pd
Jabatan : Wakasek Pengembangan dan Mutu Sekolah
Guru mapel : PKN
Hari/Tanggal : Selasa, 12 September 2017
E. Sejarah Sekolah menjadi Adiwiyata
11. Sudah berapa lama sekolah ini menerapkan peduli lingkungan?
Sudah dari sekolah sehat dulu dari 2005.
12. Siapa pencetus ide ini hingga menjadi sekolah peduli lingkungan?
Dari pusat tuntutan dan kita juga sering kerjabakti jadi bukan hanya OB tapi
kita juga sebagai guru ikut kerja bakti.
13. Bagaimana proses hingga menjadi adiwiyata mandiri?
Kebetulan kita ditentukan oleh BLHD bahwa kita terpilih untuk menjadi
peserta Adiwiyata terus hingga menjadi adiwiyata mandiri. Dulu kami dibina
serentak seperti puskesmas, BLHD dan lain sebagainya.
F. Kebijakan, Pelaksanaan dan Kegiatan Sekolah dalam Adiwiyata
14. Apa saja jenis kebijakan yang berkaitan dengan adiwiyata?
Untuk siswa, harus membawa tempat makan dan minum, jadi kalau beli ke
kantin mereka tidak menggunakan plastik tetapi menggunakan tempat minum
tersebut. Guru juga bawa tempat makan sama seperti siswa. Kami juga
menyediakan tempat sampah organik dan anorganik
15. Apa sanksi dari pelanggaran kebijakan?
Sanksi ada tapi tidak berupa uang, sempat kami menggunakan uang tetapi
berjalan tidak lama karena anak keburu patuh, sayang juga uang jajan anak tapi
uang tersebut untuk perawatan dan perlengkapan adiwiyata. Sementara untuk guru
berupa peringatan saja
16. Apa yang dilakukan dalam mengembangkan mutu sekolah untuk mendukung
adiwiyata?
Kita sering mengadakan siswa dan tim adiwiyata kalau ada pembaharuan
dilakukan secara serentak selalu itu. Tim membagi-bagi tugas pada guru, peserta
didik agar selalu menciptakan kelas yang bersih biar tidak ada sampah. Jadi guru
selain mengajar juga mengingatkan dan memeriksa kelas sudah bersih atau tidak.
Kalau belum diberi waktu 5 menit untuk membersihkan dan membuang sampah.
Tapi alhamdulillah selama ini, sudah banyak mengingatkan antar siswa guru jadi
alhamdulillah.
G. Sosialisasi Sekolah
17. Bagaimana sekolah mensosialisakan adiwiyata?
Ke masyarakat pada radius kurang lebih 10 km, seperti yang menjual
makanan diluar tolong sampahnya diatur dan kami kerjasama dengan lurah, RT,
RW termasuk UIN minta sharing untuk tetap menjaga kebersihan
H. Pendukung dan Penghambat
18. Apa faktor pendukung dan penghambat dari pengembangan dan mutu
sekolah dalam program adiwiyata?
Pendukungnya dari siswa, guru, orang tua, saling mendukung. Waktu itu ada
hari lingkungan penanaman pohon untuk gerakan peduli lingkungan kami undang
alhamdulillah terlaksana jadi ikut untuk mengikuti kegiatan tersebut. Walaupun
tidak semua. Penghambatnya ya pihak disana masih menjaga atau tidak, kami
belum ada tindak lanjut.
19. Menurut anda, bagaimana budaya peduli lingkungan ini terbangun?
Budaya di sini mungkin 3S itu, senyum sapa salam. Penanaman habbit yang
utama.
20. Apa yang anda rasakan setelah melaksanakan sekolah peduli lingkungan?
Rasanya enjoy banget. Ternyata dengan lingkungan yang bersih hijau dan
nyaman sehat juga untuk kita jadi tidak gersang.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : Ahmad Anshori, MA
Guru Mapel : PAI
Tanggal : Selasa, 5 September 2017
17. Bagaimana pembelajaran PAI untuk mengupayakan peduli lingkungan?
Agama kita agama Islam sangat mengajarkan untuk peduli lingkungan,
keseimbangan alam, sampai pada hal ibadah seperti wudhu’, bagaimana Nabi
Muhammad SAW mengajarkan untuk menghemat air. Oleh karena itu, tidak ada
alasan dalam pembelajaran PAI untuk tidak mengajarkan untuk peduli pada
lingkungan.
18. Apa anda pernah mengajar dengan memanfaatkan lahan dan fasilitas sekolah?
Seperti yang dilihat kemarin, sewaktu praktek wudhu’, bagaimana berwudhu’
dengan menghemat air tanpa menyalahi ketentuan wudhu’. Yang lain seperti
memanfaatkan pohon lalu dihubungkan dengan PAI.
19. Apakah dalam pembelajaran PAI hanya berdasarkan tentang lingkungan?
Kalau tema tentang lingkungan langsung tidak ada, tapi dihubungkan dengan
tema-tema tertentu seperti ibadah, kesederhanaan, hemat dan lain sebagainya. Itu
semua dihubungkan dengan kepedulian terhadap lingkungan.
20. Seperti apa evaluasi pembelajaran PAI dalam mendukung program adiwiyata?
Dalam evaluasi itu kan ada tingkatan berpikir/nalar, menganalisis dan lain
sebagainya. Disitu kita munculkan soal-soal yang berhubungan dengan itu. Seperti
dengan cara berwudhu tapi sekaligus dengan hemat air, itu kan sudah ada adiwiyata
jadi bisa itu dijelaskan. Secara tekniknya bermacam-macam bisa dengan teknik
langsung, tanya-jawab, atau langsung praktek, uraian atau menilai. Misalkan coba
menilai bagaimana praktek wudhu’ pada umumnya. Dihubungkan dengan
penghematan air yang harus dilakukan pada saat berwudhu’. Itu kan sudah
mengevaluasi itu, tingkatan berpikirnya sudah c4 itu.
21. Apa anda pernah mengikuti pelatihan tentang adiwiyata?
Pernah, tapi tidak berkaitan dengan PAI ya, kebetulan saya guru agama satu-
satunya yang dilibatkan dan melibatkan dalam Adiwiyata, bahkan di sekolah
sebelumnya saya ketua tim adiwiyatanya di SMP Muhamadiyah, disini pas sampe
langsung ditarik jadi tim adiwiyata. saya disini bahkan sudah masuk ke program-
program ya, mengadakan pelatihan-pelatihan, bahkan saya betanggung jawab
pemanfaatan pada barang-barang bekas, biar bisa terpakai dengan bekerjasama
dengan berbagai lembaga. Sebenarnya itu, saya melibatkan penyelenggara sekaligus
ikut pelatihan.
22. Apa anda pernah mengikuti seminar, lokakarya atau workshop tentang
lingkungan?
Pernah, tapi waktu di Muhamadiyah sih ya, sebelum ke sini saya pernah ikut.
Bahkan yang didatangkan ahli-ahli dari beberapa perguruan tinggi, itu di SMP Putra
Pertiwi di pondok cabe. Itu langsung kerjasama dengan beberapa lembaga termasuk
dengan “damey” yang sadar dengan lingkungan di pamulang. Disana ada kebun,
pengolahan sampah, peternakan dan lain sebagainya. Terutama disana ada
pengolahan sampah yang menjadi barang bernilai jual tinggi.
23. Apa anda pernah membantu atau melatih sekolah lain dalam adiwiyata?
Dalam arti kita berbagi dalam Adiwiyata, iya. Seperti waktu di hotel Ibis di situ
kan melibatkan sekolah-sekolah yang mau maju ke adiwiyata provinsi, ada juga
yang baru mulai, kita sharing di situ, gimana sih pandangannya, peluangnya,
kesulitannya. Kita lihat lah pengalaman-pengalaman itu di sana.
24. Sebagai guru PAI apa yang anda lakukan untuk mendukung program
Adiwiyata?
Ya banyak, peduli lingkungan itu bukan hanya di mata pelajaran saja. Peduli
lingkungan itu harus menjadi bagian hidup kita, harus menjadi bagian sistem hidup
kita, harus menjadi bagian sistem sekolah. Oleh karena itu, kita juga harus berlatih
refleks untuk peduli lingkungan. Misalkan ada sampah kita pungut sampah, tidak
lagi hanya menyuruh karena kalau kita memungut sampah enak juga untuk
mengajak siswa, jadi gak hanya menunjuk-nunjuk ya nantinya gitu-gitu aja, itu
sebagai upayanya. Kedua dengan mengkomunikasikan pada teman-teman terutama
di tim untuk meningkatkan kepedulian kita terhadap sampah, sistem. Apalagi PAI
ya, sering memakai dalil “anna dhofatu minal iman”, kalau kita melihat yang jorok-
jorok dibiarkan saja buat apa kita jadi guru PAI karena berhubungan dengan kualitas
keimanan kita.
25. Apa peran anda dalam Adiwiyata di SMPN 3 Tangsel ini?
Saya dulu lebih berperan di sekolah pada pelaksanaan kurikulum berbasis
lingkungan.
26. Budaya apa yang dibangun PAI dalam program PAI?
Salah satunyaya penanaman moralitas ya, kepeduliannya itu yang penting
karenakan kepedulian lingkungan itu berasal dari kepedulian hati, nah disitulah kita,
kalau kita berbicara dalil-dalil agama mengarahkannya ke mental ya, mental-mental
itu yang saya pikir menjadi salah satu figur agama, dengan “anna dhofatu minal
iman”, dengan pelajaran berwudhu’, dengan pelajaran mandi, bersuci dan
sebagianya itu merupakan nilai-nilai moral, nilai-nilai amal yang jika itu diterapkan
dengan baik maka pendidikan agama itu adalah pendidikan yang menjadi ruhnya
adiwiyata sebenarnya.
27. Menurut anda, sejauh ini bagaimana sikap siswa dalam hal peduli lingkungan?
Kalau bilang tidak ada kemajuan tidak mungkin, karena itu sebuah gerakan,
gerakan itu kalau sudah dilakukan ada kemajuan, meski memang harus ekstra bawel.
28. Apa faktor penghambat dan pendukung untuk PAI dalam program adiwiyata?
Penghambat ya sistem yang kurang berjalan, ada kesan kalau yang harus peduli
lingkungan hanya tim adiwiyata, kadang-kadang dari guru sebenarnya kalau semua
guru kompak luar biasa sebenarnya. Kalau pendukung sebenarnya lingkungan dan
fasilitas di sini sudah cukup memadai, ada dukungan juga dari siswa, seperti duta
lingkungan itu kalau istirahat bergerak untuk melihat kelas-kelas di sini.
29. Bagaimana anda mengatasi permasalahan tersebut?
Keep doing, itu aja sebenarnya. Tetap lakukan karena peduli lingkungan bukan
karena orang.
30. Perubahan apa yang dirasakan anda setelah mengajarkan nilai-nilai
adiwiyata dalam PAI?
Kepedulian anak bertambah, misalkan kalau anak-anak melihat saya menunduk
untuk memungut sampah anak-anak ada yang bilang “oh udah pak, saya saja yang
buang”, ada juga yang memang harus di minta untuk buang sampah.
31. Menurut anda apa yang dirasakan setelah sekolah ini melaksanakan program
adiwiyata?
Sekolah jadi lebih hijau, warga sekolah walaupun memang tidak 100% paling
tidak ada gerakan, seperti berkurangnya sampah.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : Rendra Almubarak, SEI
Guru mapel : PAI
Tanggal : Selasa, 19 September 2017
1. Bagaimana pembelajaran PAI untuk mengupayakan peduli lingkungan?
Banyak melibatkan anak pada pembelajaran, karena mereka gampang menyerap
dan gampang hilang.
2. Apa anda pernah mengajar dengan memanfaatkan lahan dan fasilitas
sekolah?
Kemarinan ada observasi untuk mengamati lingkungan sekolah, seperti tema iman
kepada Allah.
3. Apakah dalam pembelajaran PAI hanya berdasarkan tentang lingkungan?
Setiap semester ada, bahkan setiap tema dititipkan tentang lingkungan.
4. Seperti apa evaluasi pembelajaran PAI dalam mendukung program
adiwiyata?
Sama seperti yang lain, standarnya sama. Yang susah itu penerapannya pada
siswa.
5. Apa anda pernah mengikuti pelatihan tentang adiwiyata?
Pernah, tahun 2013 di Bogor yang mengadakan kementrian lingkungan hidup
Tangerang Selatan
6. Apa anda pernah mengikuti seminar, lokakarya atau workshop tentang
lingkungan?
saya pernah ikut pameran hasta karya anak-anak di kelurahan ciputat yang
mengadakan BKKBN kami membuka stan tentang barang-barang bekas.
7. Apa anda pernah membantu atau melatih sekolah lain dalam adiwiyata?
Kalau sekolah ini pernah, tapi kalau pribadi tidak pernah.
8. Sebagai guru PAI apa yang anda lakukan untuk mendukung program
Adiwiyata?
Penanaman terhadap pribadi anak-anak, kalau kita lebih cendrung mengingatkan
itemnya ya kita mencontohkan. Kalau saya lumayan cerewet tentang lingkungan,
kalau jam segini, saya sering liat kelas-kelas jika ada kelas yang tidak ada gurunya
saya akan mulai bercerita dan bilang “sekolah kita sekolah apa nak?” nanti anak-
anak jawab “sekolah adiwiyata pak”, kalau masalah listrik harus gimana nak?”
nanti itu anak-anak langsung tidak menggunakan listrik yang tidak ada gunanya.
9. Apa peran anda dalam Adiwiyata di SMPN 3 Tangsel ini?
Waktu adiwiyata kota, saya menjadi IT Support, jadi kalau adiwiyata itu kan harus
tertib administratif, penilaian itu kita ngasih soft copy ke sana.
10. Budaya apa yang dibangun PAI dalam program PAI?
Budaya peduli, budaya pemanfaatan barang semaksimal mungkin, hemat energi.
11. Menurut anda, sejauh ini bagaimana sikap siswa dalam hal peduli
lingkungan?
Pertama dari saya dulu, kemudian baru ke anak-anak. Untuk sikap siswa, karena
regulasinya berjalan ada peningkatan. Tapi kalau dikurva tuh naik, naik, naik, terus
turun, turun. Jadi memang gak semuanya dan memang tidak berarti kalau sekolah
adiwiyata semua siswanya peduli lingkungan semua.
12. Apakah pernah anda meminta siswa menulis tentang peduli lingkungan
dalam Islam?
Baru tadi aja sih, kebanyakan secara umum.
13. Apa faktor penghambat dan pendukung untuk PAI dalam program
adiwiyata?
Penghambatnya sulit menginformasikan materi dengan konteks lingkungan,
seperti bahas tentang ibadah, puasa, cara mensinkronisasikan masih bagaimana,
kan tidak semua materi bisa disinkronisasikan dengan adiwiyata.
Kalau faktor pendukung di sini sudah terdukung sekali secara visual, jadi
lingkungan sekolah sangat mendukung sekali.
14. Bagaimana anda mengatasi permasalahan tersebut?
Ya bab itu kita tekankan sedikit-dikit tentang lingkungan.
15. Perubahan apa yang dirasakan anda setelah mengajarkan nilai-nilai
adiwiyata dalam PAI?
Lebih ke etika.
16. Menurut anda apa yang dirasakan setelah sekolah ini melaksanakan program
adiwiyata?
Kalau pribadi, lebih teratur, lebih sadar. Kalau lingkungan lebih tertata dengan
baik, berbeda sekali kalau dibandingkan dulu. Dulu tidak serindang ini, perubahan
yang terasa tuh itu. Ketika upacara hari senin yang pingsan jadi sedikit sekarang.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : Nita Marginingsih, M.pd
Guru Mapel : IPS
Mulai Mengajar : 2011
Jabatan : Koordinator Adiwiyata
24. Sudah berapa lama sekolah ini melaksanakan sekolah peduli lingkungan?
Jawab: dimulai dengan sekolah sehat tahun 2011 dengan tingkat nasional
mendapat juara 6. Kemudian ada program adiwiyata di tahun itu juga tetapi tidak
jalan, mulai lagi tahun 2012 adiwiyata kota. Adiwiyata provinsi dan nasional tahun
2013 kemudian 2014 adiwiyata mandiri tetapi didiskualifikasi karena baru setahun
terus tahun 2015 tapi ada kesalahan teknik karena file tidak masuk baru tahun
2016 kami menjadi adiwiyata mandiri.
25. Apa alasan sekolah menjalankan program adiwiyata?
Pertama, sekolah ditunjuk oleh pemerintah kemudian ada SD UT mau menjadi
mandiri hingga kami menjadi binaannya. Itu semuakan kaya dipaksa kan baru
tahun 2012 tertarik untuk melanjutkan adiwiyata. jadi pertama dipaksa, terpaksa,
kemudian jadi terbiasa. Hingga sekarang kami terbiasa yang menjadikan kami
sadar akan lingkungan untuk lebih peduli.
26. Apa saja bentuk kebijakan yang dibuat sekolah untuk peduli lingkungan?
Pertama visi misi diubah karena awalnya sekolah tidak memiliki visi-misi untuk
menjaga lingkungan. kemudian kepala sekolah selalu mengingatkan pada para
guru untuk mengajar dengan kelas yang bersih. Kemudian membentuk tim
adiwiyata yang bertugas untuk membuat kegiatan-kegiatan adiwiyata (peduli
lingkungan). yang mana tim bekerja sama dengan wali kelas seperti membuat
mading yang berisi untuk peduli lingkungan, mengadakan lomba kelas bersih dll.
Kemudian kurikulum terintegrasi dengan lingkungan dapat dilihat di RPP, PBM
dan sebagainya.
27. Berapa persen anggaran yang disediakan sekolah untuk program adiwiyata?
Anggaran sebesar 20%, sebenarnya anggaran lebih dari 20% karena kita kan tidak
menghitung pembelian sapu. Yang dihitung seperti membeli pohon, perawatan
pohon, kegiatan-kegiatan.
28. Untuk kurikulum yang terintegrasi dengan lingkungan, apa yang dilakukan
tim adiwiyata untuk mensukseskan hal tersebut?
Kami melihat di silabus pada setiap mata pelajaran yang dapat disisipkan dengan
lingkungan, tetapi jika tidak ada ya tidak di masukkan. Kebetulan anggota tim
adiwiyata terdapat perwakilan dari beberapa mata pelajaran sehingga RPP
disesuaikan.
29. Apa saja kegiatan lingkungan partisipatif di sekolah?
Kami bekerja sama dengan beberapa lembaga seperti BLHD, selain mendapat
bantuan dengan memberikan pohon, mereka juga memberikan materi seperti
pembuatan biopori dan sebagainya. Kami juga bekerja sama dengan wali murid
seperti waktu itu sedang gempar tentang pembakaran hutan nah mereka membuat
acara bertajuk tentang hal itu, lembaga lion club termasuk LSM di Tangsel yang
menyumbangkan pohon, BKPP misalkan ada gerakan pungut sampah nanti BKKP
yang menyediakan truk sampah. Sawo keci lembaga pelatihan mendaur ulang
barang bekas seperti kardus susu menjadi tempat pensil, tempat kaca mata dan lain
sebagainya, mereka melatih murid, wali murid dan guru-guru.
30. Bagaimana sekolah mengelola kebersihan?
Penanaman untuk selalu menjaga kebersihan itu yang sulit. Setiap tahun kelas 7
terdapat siswa baru, belum lagi siswa kelas 8 dan 9. Jadi harus terus diingatkan.
Kami juga mengadakan jum’at bersih dan piket.
31. Bagaimana dengan pengelolaan sampah di sekolah?
Di depan kelas sudah dipilah tapi kenyataannya masih ada kendala. Minimal kami
harapkan siswa sudah dapat memilah sampah organik dan unorganik tapi pada
kenyataannya ada permasalahan di pengelolaannya. Sebenarnya dulu itu kami
ingin mengelola bank sampah supaya hasil pemilahan dapat dijual tapi kami
memiliki petugas yang sudah lama bekerja yaitu bang Jamil yang bertugas untuk
memilah-milah sampah, seperti sampah kertas, plastik dia pilah. Nah hasil dari itu
bisa untuk biaya kebutuhan dia, makanya kalau kita mau ambil alih kasian. Cuma
kami paling minta laporan dari bang jamil.
32. Apa saja yang dilakukan sekolah dalam 3R?
Kalau sekarang untuk pengelolaan 3R itu ada di pelajaran prakarya. Kalo dulu ada
kegiatan khusus untuk melatih siswa dan guru dari berbagai sumber sekarang
implikasinya di prakarya. Misalnya sekarang bikin bak sampah dari koran dan
kami selalu berusaha membuat yang dapat digunakan kembali. Jadi jangan sampai
kami sudah 3R tapi tidak dapat dipergunakan kembali. Nah kalo itu kan koran di
pakai cat jadi keras.
33. Apa usaha sekolah dalam hemat energi?
Kalo itu kami dari slogan-slogan. Kemudian memakai listrik seperlunya seperti
memakai kipas pada waktu siang hari dan mematikan lampu jika sudah tidak
diperlukan.
34. Apa yang dilakukan sekolah untuk mendukung hidup sehat?
Kami bekerjasama dengan puskesmas seperti suntikan rubela, dan pelatihan-
pelatihan dan pemeriksaan kantin. Kebijakan khusus kantin seperti tidak
menggunakan steyrofoem, pewarna berbahaya. Orang kantin juga sering diadakan
pelatihan. Seperti waktu itu ada tes pada makanan kantin ternyata ada yang
menggunakan borax dan hal tersebut langsung dipanggil oleh kepala sekolah untuk
ditindak lanjuti.
35. Bagaimana tim adiwiyata pada setiap guru mapel?
Anggota tim ada 10, paling yang dinilai adalah tim adiwiyatanya. Kalau untuk
guru mapel secara formal sih tidak ada, paling Cuma mengingatkan lagi.
36. Bagaimana sekolah mengkomunikasikan hasil pembelajaran lingkungan
hidup?
Dikomunikasikan di mading kelas atau sekolah, radio, koran dan web sekolah.
37. Bagaimana sekolah mengembangkan ekstrakurikuler?
Untuk ekstrakurikuler yang lain ada pembinanya masing-masing. Seperti pramuka
kami bikin spanduk keliling kampung untuk peduli lingkungan sambil pungutin
sampah, pernah juga menanam pohon. Kalau ekstrakurikuler yang lain kita
tekankan untuk membersihkan tempat yang ada disekitarnya. Kemudian seperti
event-event seperti hari sampah itu semua ekskul ikut terlibat.
38. Apa inovasi dan kreativitas yang sudah dicapai sekolah?
Kalau itu seperti mengembangkan tanaman hidroponik, airponik. Kemudian di 3R.
Seperti membuat tas dari bungkus kopi sewaktu ikut lomba yang nasional dll.
39. Bagaimana sekolah mensosialisasikan peduli lingkungan ke siswa?
Setiap senin sewaktu upacara setiap pembina selalu mengingatkan untuk selalu
peduli lingkungan. jum’at tausiah juga seperti itu, kadang kami sengaja
mengumpulkan siswa hanya untuk seperti itu. Kita juga mendatangkan BLHD dan
lain sebagainya. Dari kepala sekolah selalu mengingatkan untuk selalu menjaga
lingkungan. kalau orang tua kami selalu mengadakan pertemuan orang tua murid
sewaktu tahun ajaran baru itu sosialisasi programnya sewaktu itu.
40. Ada pelatihan tidak untuk mendukung Adiwiyata?
Sering itu, yang 3R. Atau mendatangkan BLHD untuk pelatihan untuk membuat
biopori. Kalau seminar sering diundang BLHD. Kalau dari sekolah sendiri yang
mengadakan masih sebatas pelatihan atau pemanfaatan apa gitu. Seperti
pemanfaatan tanaman.
41. Apa yang dilakukan jika siswa yang melanggar?
Duta lingkungan yang selaku yang bertugas, kalau dulu didenda misalkan untuk
kelas kotor. Kalau sekarang misalkan telat, kami suruh bersih-bersih.
42. Bagaimana pengelolaan saran prasarana?
Semua kelas memiliki ventilasi yang baik, kami memiliki taman, sumur resapan,
kolam ikan, biopori, green house dan lain sebagainya.
43. Bagaimana dengan pemeliharaan lingkungan sekolah?
Kami memiliki penanggung jawab pada setiap sarana. Kalau siswa dari piket. Tapi
kalau untuk green house anak-anak duta lingkungan kami bagi-bagi untuk
memelihara.
44. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam adiwiyata ini?
Penghambatnya adalah membuat semua warga sekolah untuk membiasakan dan
mempertahankan untuk selalu peduli lingkungan itu masih terbilang sulit. Masih
saja ada warga sekolah yang melanggar kebijakan atau tidak peduli lingkungan.
kemudian sarana-prasarana juga lengkap.
Pendukungnya adalah kami memiliki kepala sekolah yang sangat mendukung
program adiwiyata.
45. Bagaimana sekolah mengatasi permasalahan tersebut?
Terus berupaya mensosialisasikan untuk selalu peduli lingkungan, tindakan untuk
memberi teladan kepada siswa. Kemudian untuk guru selalu mengingatkan agar
menjaga lingkungan.
46. Perubahan apa yang dirasakan setelah melaksanakan program adiwiyata?
Lebih bersih, lebih nyaman, lebih tertata. Dulu di belakang kelas banyak sampah
menumpuk kalau sekarang alhamdulilah sudah mendingan walaupun masih ada
satu dua.
PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN
DINAS PENDIDIKAN
SMP NEGER13 KOTA TANGERANG SELAttANAlamat:Ja!an ir.H.Juanda No.l Ciputat 15412 Te!p/Fax(021)7401312
SURAT KEPUTUSANKEPALA SMP NEGER:3 KOTA TANGERANG SELATAN
Nomor:800。08/421.2/70/SMPN3。 KOTA TANGERANG SELAl・ANTENTANG
REViS:ATAU PERUBAHAN ViSl′ M:Sl′ DAN TUJUAN SMP NEGER:3 KOTATANGERANG SELATAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014‐2015
l.Sebagai wujud kepedulian sekolah terhadap perubahan
lingkungan yang terjadi dan peran aktif SMP Negeri 3 Kota
Tangerang Selatan dalam upaya pelestarian lingkungan.
Menimbang
Memperhatikan
MemutuskanPertama
Kedua
2. Mengapresiasi munculnya isu lokal Wilayah Kota Tangerang
Selatan berkaitan dengan masalah penanganan sampah, banjir, dan
berkurangnya persediaan air bersih
3,Menanamkan nilai-nilai kesadaran kepedulian terhadap
lingkungan khususnya bagi warga SMP Negeri Kota Tangerang
Selatan
1. UU.Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional
2.UU.Nomor 23 Tahun 1997 tentang Fengelolaan Lingkungan Hidup
3. Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar'SaranaPrasarana Pendidikan
: Revisi atau perubahan Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah yang
berwawasan lingkungan Tahun Pembelajaran 2Ot4-20L5 seperti
terlampir dalam Surat Keputusan ini'
: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
terdapat kekeliruan dari keputusan ini akan diperbaiki sebagairnana
mestinyaDitetapkan : Tangerang Selatan
tNiミti:ミ:::i:::[i:llember2014
トコ
no′ .Pd
NIP.196010121981121003
PEMERINTAH KOttA TANGERANG SELAttAN
DINAS PENDIDIKANSMP NEGER13 KOTA TANGERANG SELATAN
A!amat:Jalan ir.H.Juanda No.l Ciputat 15412 Telp/Fax(021)7401312
Nomor : Otl. I 421.3 1098/SM PN 3 Ciputat
Lamplran:---Perihal: Edaran
Ciputat′ 18 September 2014
: Wali kelas 7 8 9
Di.Tempat
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Salam sejahtera semoga Kita senantiasa berada dalam rahmat dan lindungan Allah SWT. Sehubungan
dengan adanya perubahan Visi, Misi SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan, Kami mengharapkan
seluruh wali kelas untuk mensosialisasikan perubahan tersebut kepada seluruh siswa SMP N 3 Kota
Tangerang Selatan dengan baik.
Demikian penrberitahuan ini kami sampaikan, atas segala perhatiannya kami sampaikan terima kasih
Wassalamu'alaikum Wr.Wb.
れ 96010121981121003
PEiviERINTAH
D:NASKOTA TANGttRANG SELATAN
PEND:Dl・KAN
ハ′αmα trJα′α″′た″.Jυ anda″0.I CIp″ tat 154■ 2 7erp/Fax.r●2エ リ74013■ 2
SURAT KEPUTUSANKEPALA SMP NEGER13 KOTA TANGERANG 5ELATAN
Nomor : 8OO.O0l42L.3 / 353 /S MPN.3 Kota Ta ngera ng;Selata n
TENTANGPELARANGAN PENGGけ NAAN STYRO'OAM D:L:NGKUNGAN SMP NEGER:3
KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 20■ 5‐20■6
KEPALA SMP NEGER:3 KOTA TANGERANG SELATAN
Menimbang 1. Sebagai wujud kepedulian sekolah terhadap kesehatan dan peran aktifSMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan dalam upaya pelestarian
lingkungan
2. l\4enanannkan nilai-n,ilai dan kresaderan kepedu.lian terhedap kesehatan
lingkungan khususnya bagi warga SMP Negeri 3 Kota TangerangSelatan.
1. UU Nomor 20 Tahun 2OO3 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. Permendiknas Nomor 24 Tahun2007 tentang Standar Sarana
Prasarana Pendidikan
Memperhatikan
Memutuskan
Pertama
Kedua
: Pelarangan bagi kantin untuk menggunakan Styrofoam dilingkungansekolah khususnya kantin 5MP Negeri 3 Kota TangerangSelatan
: keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila terdapatkekeliruan dari keputusan ini akan diperbaiki sebagaimana mestinya
Ditetapkan di : Tangerang Selatan:15」 u‖ 20■ 5
「
PEM ER:NTAH KOTA TANGERANG SELATAN
DiNAS PEND:DIKAN
SMP NEGERi3 KO融Ⅷ GERANG SE酬ハ′a177ar rノ α′α″′r.″。Jυα17dα ⅣO.l Crp“ tat 154■ 2 TerP/F● χ rο2■ り74013■2
SURAT KEPUTUSANKEPALA SMP NEGER13 KOTA TANGERANG SELATAN
Nomor :800.00/421.3/354/SMPN.3 Kota Tangerang Selatan
TENTANGLARANGAN〕 ■
.EROKOK D:LttGKUNGAN SMP NEGER:3 TANG[RANG SELATAN
BAG:GURU′ STAFF TATA USAHA′ KARYAWAN DAN TAMUTAHUN PELAJARAN 20■ 5‐20■6
Menimbang
i a --}i- ---rYlcr rE,il rBdL
MenetapkanPertama
Kedua
Ketiga
I(TDA.I A CNAD NTGERI A I(NTA TANT?tr-RANG s.trI ATAN
: Bahwa dalam rangka menjaga kesehatan jiwa dan lingkungan yang sehatmaka perlu menetapkan keputusan larangan merokok.
- 4 rr:-^L-.,-.- J--: ^
t.-^-L-L-n L-LL...- -----l--1.; a. nllllu.rUdll (ldll lvltsllLCll N€5glldLdll r\l (tjllLdl16IJdllclyd lllEl (JltLrl\
2. Surat Keputusan kepala Sekolah SMP Negeri 3 Tangerang Selatantentang Larangan Merokol<
iviElvifiUSKAN
: Setiap Guru, Staff Tata Usaha, Karyawan dan Tamu dilarang merokokapabila berada dilingkungan SMP Negeri 3 Tangerang Selatan
: Apablla melanggar keetentuan yang sudah ditetapkan tersebut diatasmaka akan diberikan sanksi atau teguran.
: Keputusan ini berlaku pada tanggal ditetapkan
Ditetapkan di : Tangerang SelatanPadl丁 anggal :15 Ju‖ 20■5
「
PEMERiNTAH KOTA TANGERANG SELATAN
D:NAS PEND:D:KAN
SiviP NEGERi3 KO私 TAiqGERANG SE酬ハramα亡′Jα′α″′∴晟′
“α"″
α lVo.■ αpυ tα t 154■ 2 TerP/Foxo r θ21ノ 740■312
SURAT KEPUTUSANKEPALA SMP NEGER13 KO丁 A TANGERANG SELATAN
Nomor :800.00/42■ .3/352/SAЛ PN.3 Kota Tangerang Selatan
TENTANG籠 RATURAN KANT:N SMP NECER13 KOTA TANGERANG SEttTAN
TAHUN PELAJARAN 20■ 5¨20■6
KEPALA SMP NEGER13 KOTA TANGERANG SELATAN
Menirnbang ■.sebagai wujud kepedu‖ an sekolah terhadap arti pentingnya
kesehatan tubuh bagisemua warga sekolah.
2.Menanamkan nilai‐ n‖ al dan kesadaran kepedulian terhadap kesehatan
ttubL・ h khus4usnya bagi、 vatta SMP Nege■ 3 Kota Tangerang Selatan.
Memperhatikan l.UU Nomor20丁 ahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2.UU Nomor23丁 ahun 1997 tentang Pengelo!aan Lingkungan Hidup
3.Perrnendiknas Nomor 24丁 ahun2007 tentang Standar saranaPrasarana Pendidikan`
Memutuskan
Pertama Pelarangan bagi l<antin menjual makanan ataupun minuman yangmenggunakan bahan pengawet, pewarna, pemanis dan perasa yangtidak sesuai dengan standar kesehatan
Pelarangan bagi kantin untuk menjual makanan ataupun minuman yangsudah basi atau kadaluarsa
Pemilik kantin wajib menjaga kebersihan dan keindahan disekitartempat usahanya masing-masing
keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila terdapatkekeliruan dari keputusan inl akan diperbaiki sebagaimana mestinya
: Tangerang Selatan: 15 Juli 2O15
Kedua
Ketiga
Keempat
「
PEPlERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN
DINAS PENDIDIKAN
SMP NEGER13 KOTATANGERANC SELATAN∠″″αrr Jα Jaz J4二 Л″″ααハわ.IC″
“滋rr5/12r`″ /Eは
`θ
2fリ カrθ′g12
Nolllor
Lamplran
Pcrihal
Yth,
: 010./421.3/064/SMPN 3 Ciputat
: ‐ ‐ ‐
: Pemberitahuan
Ciputat,04」anuari 2016
聰 pada Orang Tua/WaH Murid SMPN 3 Kota Tangerang Selatan
di Tempat
DenganHormat
Sehuburgan dengan adanya himbauan dari BLI{D ( Badan Lingkungan l{idup Daerah )
mengenai pengurangan sampah yang berada di sekolah.
Ma,ka dari itu kami solaku pihak sekolah yang menghimbau kepada seluruh siswa - siswi
SIVP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan untuk .
l. Membawa bekal makanan sehat dari rumah
2. Membawa tempat makan dari rumah
3. Membawa tempat minum dari rumah
Demikian himbauan dan pemberitahuan ini kami buat untuk dilaksanakan demi kepentingan
bersama. Atas segala perhatian dan kerjasamanya karni ucapkan terirna kasih.
003o,S.E,Ⅳ I.Pd
10121981121
Ciputat,04 Januari 2016
F
I
I
I
I
I
I
I
PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN
DINAS PENDIDIKAN
SMP NEGER!3 KOTATANGERANG SELATANИ″″αr r力あ
“ルt二 Л
`α
″〃α Nο.IG″“滋′IS4■2t~ /眈 (α″ソ″θfヨ 22
NomorLampiranPerihal
Yth,
: 010. /421,.3/Q63/SMPN3 Ciputat: ---z Hlmbauan
Ciputat,13 Januari 2016
: Siswa― sisvA SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan
di Tempat
Dengan Hormat
Sehubungan dengan adanya himbauan dari BLHD ( Badan Lingkungan Hidup Daerah )
mengenai pengurangan sampah yang berada di sekolah.
Maka dari itu karni selaku pihak sekolah yang menghimbau kepada seluruh siswa - siswi
SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan untuk .
l. Membawa bekal makanan sehat dari rurnah
2, Membawa tempat makan dari rumah .
3. Membawa tempat minum dari rumah
Demikian himbauan dan pemberitahuan ini kami buat unfuk dilaksanakan demi kepentingan
bersama. Atas segala perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Ciputat,13 Janttari 20 16
S.E,卜1.Pd
121981121
Mengdahui
PFMERINTAH KOTA TANsERANG,ELATAN
DlNAS PENDl,IKAN
SMPNEGER13 KOTATANGERANG:SELATAN4ramatィ r々a"rr.■ ruα
"da Ⅳ。.l Crp“に1■ 54■2■″P/角たr02コ ′740■ 3■ 2
Nomoi' : 010.01 1/SMPN 3 TangselEOl6
Perihal : Permohonan Mernberikan Pelatihan
Lamp :-
Yth,
Pimpinan Yayasan Sawo Kecik
Di Pondok Gede Jakarta Timur
Tangerang Selatan, 18 Januari 20'1 6
Dengan Horm軋
Dabm rangka mewuiudkan輌 劇 sMP Nege"3 Kota Tangerang suatan yang ped‖ ‖terhadap
躙 鶏∫懺躍胤P籠溜寵思淵識蹴 牌 甜躍贔 蹄寵胤1部kepada Bapakノlbu agar bersedia membantu kami dalam salahsatu kegiatan penge!olaan sampah lokal
di sekolah kami melalui“ Pelatihan Daur Ulang Sampah"yang akan Kamilaksanakan padal
Ha「 iノ Tanggal i Kanlis1 21」 anuari 2016
Waktu i Puku1 10100 s,d.13:00 WIB
Tempat i SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan,」|. I「. H. Juanda Nomor l Kelurahan Cempaka Putihl Kecamatan CiputatTimurj Kota Tangerang Selatan
Demiklan permohonan ini Kami sampalkan, Atas perhatan dan keり asama Bapak/lbu untukte‖ aksananya keglatan lni kaml mengucapkan tentta kaslh.
21981121
FI
I
ト
ー
ー
ー
PEPIERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN
DINAS PENDIDIKANSPIP NECEM 3 KOTA TANGERANG SELATAN
rl. rr. rr juando ciputat No.l Tangerang selatan TeIp/Fax: (02r) 7401312
Nomor
Lanrpiran
Perihal
Yth
: 020/017/SNIPN 3 Tangsel
: Pを′“
みο“α″ Bt″′
“α″ r●脇響zFl,`"ηραん
:Kepala DKPP
Kota Tangerang Selatan
di
珈
Ciputat,1l Januari 2016
Assalarnu'alaikum Wr. Wb.
Dalam rangka mendukung program Sekolah Adiwiyata (Sekolatr peduli dan berbud.ayaLingkungan Hidup) di Kota Tangerang Selatan Tahun 2016, diperlukan tersedianya sarana danprasarana pengelolaan sampah di lingkungan sekolah.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, bersama ini kami sampaikan permoh.onan bantgantempat sampah terpilah masing-masing 4 (empat) writ kepada DKPP Kota Tangerang Selatan.
Demikian permohonan ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkanterimaksih
'Wass alamu' alaikum V/r. Wb.
KepalaSekolah,
PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAND:NAS PENDIDiKAN DAN KEBUDAYAAN
SMP NEGER13 KOTA TANGERANG SELATANДJamaf:」 aranた 晟 J“anda Ⅳo.f Cix■ョr Tangse′ ′う
`′
27o口,凛、
`02f,7イ
0′ 3′ 2
SURAT KETERANGANNomor:422.1/145-SMPN.3
Yang bc山狙da tangan di bawah ini adalah i
Nama
NIP
Pangkat/Gol
Jabatan
Menerangkan bahwa :
Nama
NIN{
Program Studi
.Tenjang Pendidikan
Ho MARYONO,SE,MoPd
196010121981121003
Guru Madya/1Vc
Kepala Sekolah
S「IZAENAB
21150110000002
Magster Pendi山田 Agalna ldam
S2(Strata Dua)
Benar nama tersebut di atas telah melaksanakan Penelitian/Observasi pada sekolah yang kami pimpin,
pada tanggal 20 Juli - 14 Nopember 2017 guna menyelesaikan Tesisnya yang be{udul '6Peran Guru
Pendidikan Agama Islam dalam Mengembangkan Budaya Sekolah Peduli Lingkungan".
Demikian surat keterangan ini di buat untuk digunakan pada keperluannya.
14 Nopember20lT
S.E。,Ⅳ【。Pd。
1121981121003