PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM ...

209
PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGEMBANGKAN BUDAYA SEKOLAH PEDULI LINGKUNGAN Tesis Oleh SITI ZAENAB NIM: 21150110000002 PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Transcript of PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM ...

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

MENGEMBANGKAN BUDAYA SEKOLAH PEDULI LINGKUNGAN

Tesis

Oleh

SITI ZAENAB

NIM: 21150110000002

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

i

ABSTRAK

SITI ZAENAB (NIM: 21150110000002). Peran Guru Pendidikan Agama Islam

Dalam Mengembangkan Budaya Sekolah Peduli Lingkungan.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan lingkungan yang semakin banyak

ditemui dan dihadapi oleh masyarakat Indonesia, salah satu solusi untuk menjawab

permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan khususnya Pendidikan Agama Islam.

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam membutuhkan berwawasan lingkungan yang

dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dan dibutuhkan pula budaya sekolah yang

peduli lingkungan dalam menanamkan rasa peduli lingkungan pada siswa. Seperti sekolah

yang mengikuti program Adiwiyata, yang salah satunya adalah SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan yang sudah menjadi Adiwiyata Mandiri. Tujuan penelitian ini adalah

pertama,untuk menjawab permasalahan lingkungan melalui Pendidikan Agama

Islam.Kedua menganalisis pelaksanaan Pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan

sebagai penanaman pandangan, moral, perilaku peduli lingkungan berdasarkan ajaran

agama Islam. Ketiga, mendeskripsikan dan menganalisis peran guru Pendidikan Agama

Islam dalam berpartisipasi mengembangkan budaya sekolah peduli lingkungan. Keempat,

mendeskripsikan dan menganalisis budaya sekolah untuk peduli lingkungan.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan pengumpulan data melalui

observasi, wawancara, dan studi dokumen. Penelitian ini dilakukan untuk mengungkap,

menganalisis dan menjelaskan pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan dalam

ikut serta membangun budaya peduli lingkungan di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

berwawasan lingkungan yang ada di SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan adalah

pertama, pembelajaran yang dilakukan terintegrasi dengan pendidikan lingkungan hidup.

Kedua, dalam kegiatan pembelajaran mengangkat isu lokal. Ketiga, penanaman ajaran

Islam terkait dengan lingkungan dilakukan melalui pendidikan tauhid, pendidikan akhlak,

pendidikan akal, keteladanan dan pembiasaan. Sedangkan budaya sekolah peduli

lingkungan di SMPN 3 Kota Tangerang selatan dilakukan dengan membuat kebijakan

sekolah meliputi perubahan visi, misi dan tujuan sekolah, peraturan-peraturan peduli

lingkungan, kegiatan-kegiatan peduli lingkungan, sarana dan prasarana ramah lingkungan,

menjalin kemitraan sekolah untuk mendukung kegiatan Adiwiyata, dan mengadakan

sosialisasi peduli lingkungan pada orang tua, sekolah lain dan masyarakat sekitar. Dan

peran guru Pendidikan Agama Islam dalam mengembangkan budaya sekolah peduli

lingkungan adalah dengan pengintegrasian Pendidikan Agama Islam dengan Pendidikan

Lingkungan Hidup dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, keteladanan dan pembiasaan.

Kata Kunci: Pendidikan Agama Islam Berwawasan Lingkungan, Adiwiyata,

Peduli Lingkungan

ii

ABSTRACT SITI ZAENAB (NIM: 21150110000002). The Role Of Islamic Religious Education

Teachers In Developing A School Culture Of Environmental Care.

This research is based on environmental problems that are increasingly encountered

and faced by the people of Indonesia, one of the solutions to answer the problem is through

education, especially Islamic Religious Education. Implementation of Islamic Religious

Education requires environmental insight conducted by Islamic Religious Education

teachers and also needed a school culture that cares about the environment in instilling a

sense of environmental care for students. Such as schools that follow Adiwiyata program,

one of which is SMPN 3 Kota Tangerang Selatan which has become AdiwiyataMandiri.

The purpose of this study is first, to answer environmental problems through Islamic

Religious Education. Second, to analyze the implementation of Islamic Religious

Education with environmental perspective as shaping view, moral, environmental caring

behavior based on Islamic religious teachings. Third, to describe and analyze the role of

Islamic Religious Education teachers in participating in developing a school culture of

environmental care.Fourth, describe and analyze the school culture for environmental care.

This research is a qualitative research, using data collection method through

observation, interview, and document study. This research was conducted to reveal,

analyze and explain Islamic education based environment to participate in developing

environmental care culture in SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.

The results obtained from this research is the implementation of Islamic Education

based environment in SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan is first, integrated learning

with education environment. Second, in educational activities using local issues.Third, the

shaping of Islamic teachings related to the environment is done through tauhid education,

moral education, intellectual education, modeling and habituation. While the

environmental school culture in SMPN 3 Kota Tangerang Selatan is done by making

school policies, school vision and mission, environmental caring rules, environmentally

friendly activities, environmentally friendly facilities and infrastructure, establishing

school partnerships to support Adiwiyata activities, and organizing environmental

awareness raising in parents, other schools and surrounding communities. And the role of

Islamic Education teachers in developing education is by integrating Islamic Religious

Education with Environmental Education in teaching and learning activities in class,

modeling and habituation

Keywords: Islamic Religious Education Based Environment, Adiwiyata,

Environmental Care

iii

دور معلمي التربية الدينية اإلسالمية في تطوير ثقبفة

المدرسة للرعبية البيئية

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat-

Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat dan salam tetap

terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang merupakan Insan Kamil dan suri

tauladan bagi umat Islam yang selalu menjadi contoh bagi kita sebagai umat Islam.

Penyelesaian tesis ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada

Program Magister Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di

Universitas Islam Negeri Jakarta. Penulis menyadari bahwasannya tesis ini jauh dari

sempurna dan telah melewati banyak hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam

menyelesaikan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, penulis

mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Dede Rosyada, MA

2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ketua Program Magister Pendidikan Agama Islam, Dr. H. Sapiudin Shidiq, M.Ag.

4. Dr. H. Zaimudin, MA, selaku pembimbing penulis tesis yang telah memberikan

bimbingan, arahan, wawasan, nasehat dan saran dengan penuh kesabaran dan

keihlasan sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

5. H. Maryono, M.Pd, selaku kepala sekolah SMPN 3 Kota Tangerang Selatan yang

telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

6. Pak Ahmad Anshori dan pak Rendra al-Mubarak, guru mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam yang telah memberikan informasi dan membantu terkait dengan

Pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan sehingga mendapatkan data

tentang semua permasalahan yang terdapat di tesis ini.

7. Bu Nita Marginingsih, selaku koordinator program Adiwiyata di SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.

8. Kedua orang tua dan keluarga, yaitu Ayahanda M. Tosib dan Ibunda Deden

Sukaesih serta semua keluarga yang telah memberikan do’a, dorongan dan nasihat

serta dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

9. Teman-teman MPAI angkatan 2015 yang sudah memberikan semangat dan

masukan dalam menyelesaikan program Magister ini.

10. Semua pihak lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penyelesaian tesis ini.

Akhir kata dari penulis, semoga Allah SWT membalas dukungan dan kasih sayang

yang telah mendukung penulis dengan amal kebaikan mereka dan semoga semua

mendapatkan ridha Allah SWT.

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK .................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................................... iv

DAFTAR ISI .............................................................................................................. v

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. viii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 8

C. Batasan Masalah ..................................................................................... 8

D. Rumusan Masalah ................................................................................... 9

E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 9

F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Lingkungan Hidup dalam Islam ................................................ 10

1. Hubungan Manusia dan Lingkungan ................................................. 10

2. Etika Lingkungan Islam ..................................................................... 18

3. Pelestarian Lingkungan Hidup ........................................................... 26

a. Gerakan Pelestarian Lingkungan Hidup ....................................... 26

b. Pelestarian Lingkungan di Indonesia ............................................ 28

c. Pelestarian Lingkungan dalam Islam ............................................ 30

B. Guru Pendidikan Agama Islam ............................................................... 35

1. Definisi Guru Pendidikan Agama Islam ............................................ 35

2. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam ...................................... 36

3. Peran Guru Pendidikan Agama Islam ................................................ 38

4. Pendidikan Agama Islam Berwawasan Lingkungan ......................... 40

a. Kurikulum PAI Berwawasan Lingkungan .................................... 40

b. Tema-tema Lingkungan dalam Pendidikan Agama Islam ............ 42

c. Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ...... 44

d. Implementasi Pelestarian dalam Pendidikan Agama Islam .......... 49

C. Budaya Sekolah Peduli Lingkungan ....................................................... 53

1. Budaya Sekolah ................................................................................. 53

2. Pembentukan Penguatan Budaya Peduli Lingkungan ....................... 57

3. Landasan dan Nilai-nilai Peduli Lingkungan .................................... 62

4. Pendidikan Lingkungan Hidup .......................................................... 64

a. Gambaran Umum Pendidikan Lingkungan Hidup ....................... 64

b. Definisi Pendidikan Lingkungan Hidup ....................................... 65

c. Implementasi Pendidikan Lingkungan Hidup .............................. 66

5. Adiwiyata .......................................................................................... 72

a. Pengertian dan Tujuan Adiwiyata................................................. 73

b. Komponen Program Adiwiyata .................................................... 73

c. Prinsip dan Manfaat Adiwiyata .................................................... 74

vi

d. Jenis Penghargaan Adiwiyata ....................................................... 74

D. Penelitian yang Relevan .......................................................................... 76

E. Kerangka Konseptual .............................................................................. 77

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 79

B. Metode Penelitian ................................................................................... 79

C. Sumber Data............................................................................................ 79

D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 80

E. Teknik Analisis Data ............................................................................... 81

F. Uji Keabsahan Data ................................................................................ 81

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMPN 3 Kota Tangerang Selatan ............................. 83

1. Profil Sekolah .................................................................................... 83

2. Sejarah Sekolah .................................................................................. 85

3. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah........................................................... 86

4. Pendidik dan Tenaga Kependidikan .................................................. 87

5. Data Siswa ......................................................................................... 90

6. Jadwal Kegiatan Sekolah ................................................................... 91

7. Sarana dan Prasarana ......................................................................... 95

B. Temuan Penelitian dan Pembahasan ....................................................... 100

1. Pendidikan Agama Islam Berwawasan Lingkungan ......................... 100

a. Kurikulum Peduli Lingkungan ..................................................... 100

b. Kegiatan Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam .................. 104

c. Penanaman Etika Lingkungan Islam Pada PAI ............................ 112

2. Budaya Sekolah Peduli Lingkungan (Adiwiyata) .............................. 119

a. Sejarah Sekolah Peduli Lingkungan ............................................. 119

b. Kebijakan-kebijakan Sekolah ....................................................... 123

c. Kegiatan-kegiatan Peduli Lingkungan.......................................... 128

d. Sarana dan Prasarana Ramah Lingkungan.................................... 132

e. Mitra Sekolah ............................................................................... 134

f. Sosialisasi Peduli Lingkungan ...................................................... 135

3. Faktor Pendukung, Penghambat dan Solusi ....................................... 137

a. Pendidikan Agama Islam Berwawasan Lingkungan .................... 137

b. Budaya Sekolah Peduli Lingkungan ............................................. 138

4. Analisis Pendidikan Agama Islam dalam Budaya Sekolah ............... 141

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................. 146

B. Saran ...................................................................................................... 146

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 147

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perbandingan Jumlah Bencana 2012-2016 .......................................... 2

Tabel 1.2 Jenis Kejadian Bencana Tahun 2016 ................................................... 3

Tabel 2.1 Peran dan Fungsi Guru ........................................................................ 39

Tabel 2.2 Tema- tema PAI dalam Kurikulum 2013 ............................................ 42

Tabel 2.3 Konten PLH Pada Setiap Jenjang Pendidikan ..................................... 68

Tabel 4.1 Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah ........................................ 87

Tabel 4.2 Jumlah Guru dengan Latar Belakang Pendidikannya .......................... 88

Tabel 4.3 Jumlah Tenaga Kependidikan ............................................................. 89

Tabel 4.4 Jumlah Siswa Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018 ................... 90

Tabel 4.5 Jadwal Kegiatan Sekolah Hari Senin................................................... 91

Tabel 4.6 Jadwal Kegiatan Sekolah Hari Selasa ................................................. 92

Tabel 4.7 Jadwal Kegiatan Sekolah Hari Rabu dan Kamis ................................. 93

Tabel 4.8 Jadwal Kegiatan Sekolah Hari Jum’at ................................................. 94

Tabel 4.9 Ruang Belajar ...................................................................................... 95

Tabel 4.10 Koleksi Buku Perpustakaaan ............................................................... 96

Tabel 4.11 Ruang Kantor Sekolah ......................................................................... 97

Tabel 4.12 Ruang Penunjang Sekolah ................................................................... 97

Tabel 4.13 Sarana Penunjang ................................................................................ 98

Tabel 4.14 Tema-tema Lingkungan Pada PAI ...................................................... 101

Tabel 4.15 Hasil Prakarya Siswa Kelas 7 .............................................................. 106

Tabel 4.16 Model Sekolah/Penghargaan Peduli Lingkungan ................................ 122

Tabel 4.17 Lama Penguraian Sampah ................................................................... 126

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hubungan Manusia dengan Lingkungannya ........................................ 11

Gambar 2.2 Pengelolaan Lingkungan dalam Islam .................................................. 30

Gambar 2.3 Wujud-wujud Kebudayaan ................................................................... 55

Gambar 2.4 Pembentukan Budaya Robbins ............................................................. 60

Gambar 2.5 Penguatan Budaya Religius .................................................................. 61

Gambar 2.6 Tahap Pelaksanaan Program Lingkungan Hidup .................................. 69

Gambar 2.7 Tahap Program Eco-Schools ................................................................. 70

Gambar 2.8 Kerangka Konseptual............................................................................ 77

Gambar 3.1 Triangulasi Metode ............................................................................... 82

Gambar 4.1 Letak SMPN 3 Kota Tangerang Selatan ............................................... 83

Gambar 4.2 Tempat Tisu dari Kardus Bekas............................................................ 107

Gambar 4.3 Proses Perubahan Sekolah .................................................................... 120

Gambar 4.4 Lambang Sekolah Sehat ....................................................................... 121

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Observasi Penelitian

Lampiran 2 Hasil Observasi Penelitian

Lampiran 3 Pedoman Wawancara

Lampiran 4 Transkip Wawancara

Lampiran 5 Dokumentasi/Foto-foto

Lampiran 6 Arsip-arsip Adiwiyata

Lampiran 7 Surat Keterangan Penelitian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu permasalahan yang harus diperhatikan adalah kerusakan lingkungan

hidup. Minimnya rasa peduli terhadap lingkungan sekitar, membuat kerusakan

lingkungan terjadi. Seperti pembuangan sampah yang terkadang di sungai, laut dan di

tempat lainnya. Belum lagi, pencemaran yang terjadi di sejumlah tempat, seperti

pembuangan limbah yang mengakibatkan kerusakan lingkungan. Penebangan pohon

banyak terjadi yang tidak sebanding dengan reboisasi hutan. Pencemaran sungai dan

kerusakan lingkungan menjadi tidak terabaikan. Akhirnya dampak dari kerusakan

lingkungan ini mengakibatkan sering terjadi bencana alam misalnya banjir, longsor

dan lain sebagainya.

Semua kerusakan lingkungan yang terjadi akibat perbuatan manusia, benar-benar

tidak mencerminkan nilai-nilai Islam yang mengajarkan agar seorang muslim harus

peduli dan bertanggung jawab untuk menjaga alam sekitar. Menjaga lingkungan hidup

merupakan tanggung jawab manusia sebagai makhluk yang dapat menggunakan

potensinya untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan. Permasalahan lingkungan ini

bukan hanya terjadi pada satu daerah akan tetapi merupakan permasalahan yang

mengglobal bagi semua manusia di Bumi.

Pelestarian lingkungan menjadi hal yang harus diperhatikan mengingat kerusakan

lingkungan banyak terjadi di setiap daerah, dan merupakan permasalahan secara

global. Lingkungan senantiasa harus dijaga demi kelangsungan hidup manusia, jika

alam tidak dijaga akan berakibat buruk bagi manusia. Dampak dari kerusakan

lingkungan, bukan hanya berdampak pada segi finansial manusia tetapi juga pada

kesehatan. Lingkungan yang merupakan bagian dari alam ini harus dijaga walaupun

terkadang kerusakan alam bukan hanya dikarenakan manusia.

Masalah lingkungan hidup pada umumnya disebabkan oleh peristiwa alam,

pertumbuhan penduduk yang pesat, pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan,

industrialisasi dan transportasi. Penyebab lainnya adalah sampah (Refuse) dan limbah

berbahaya dan beracun (B3). (Manik: 2009). Sejalan dengan hal ini, secara umum

kerusakan daya dukung alam disebabkan oleh 2 faktor yaitu:

1. Kerusakan Karena Faktor Internal

Kerusakan karena faktor internal adalah kerusakan yang berasal dari dalam

bumi/alam itu sendiri. Kerusakan daya dukung alam karena faktor internal antara

lain dapat terjadi karena:

a. Letusan gunung berapi yang merusak lingkungan alam sekitarnya

b. Gempa bumi yang menyebabkan dislokasi lapisan tanah

c. Kebakaran hutan karena proses alami pada musim kemarau panjang,

disebabkan oleh embun yang berfungsi sebagai lensa pengumpul api (pada titik

fokusnya) pada saat terkena cahaya matahari, tepat pada saat embun belum

menguap

d. Banjir besar dan gelombang laut yang tinggi akibat badai.

2. Kerusakan karena faktor eksternal

Kerusakan karena faktor eksternal adalah kerusakan yang diakibatkan oleh

ulah manusia dalam rangka meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidupnya.

Kerusakan daya dukung alam karena faktor eksternal antara lain disebabkan oleh:

2

a. Pencemaran udara yang berasal dari cerobong pabrik (kegiatan industri) dan

juga gas buangan dari hasil pembakaran bahan bakar fosil (pada sistem

transportasi).

b. Pencemaran air yang berasal dari limbah buangan industri.

c. Pencemaran daratan (tanah) oleh kegiatan industri maupun penumpukan limbah

padat/barang bekas

d. Penambangan untuk mengambil kekayaan alam (mineral) dari perut bumi.

(Wardhana, 2004: 17).

Dengan demikian penyebab kerusakan alam dikategorikan pada kerusakan faktor

internal yang merupakan kerusakan alami yang bukan disebabkan oleh manusia.

Seperti peristiwa Tsunami di Aceh yang merupakan bencana alam yang masih diingat

hingga sekarang. Tsunami yang terjadi pada tahun 2004 lalu tersebut merupakan

gempa di Samudra Hindia yang berakibat banyaknya korban dan kerusakan

lingkungan. Selain itu, gunung merapi yang berada di Jawa Tengah meletus pada

tahun 2010. Dua peristiwa ini merupakan contoh kerusakan lingkungan yang bersifat

alami tanpa campur tangan manusia sehingga manusia tidak dapat mencegahnya,

berbeda dengan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh manusia.

Sedangkan kerusakan dari faktor eksternal merupakan kerusakan yang

disebabkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri dan menjadi

permasalahan yang sangat diperhatikan karena dampaknya sangat buruk bagi

kelestarian lingkungan dan manusia. Dan permasalahan lingkungan yang akan dibahas

pada penelitian ini adalah kerusakan alam dari faktor eksternal yang merupakan

kerusakan yang disebabkan oleh manusia.

Bencana yang terjadi di Indonesia saja pada tahun 2016 memiliki jumlah yang

tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Seperti laporan dari BNPB (Badan

Nasional Penanggulangan Bencana), selama tahun 2016 terdapat 2.342 kejadian

bencana. Dan ini merupakan jumlah kejadian bencana tertinggi sejak tahun 2012.

Sebagai perbandingan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.1

Perbandingan Jumlah Bencana 2012-2016

No. Tahun Jumlah

Bencana

1. 2012 1.811

2. 2013 1.674

3. 2014 1.967

4. 2015 1.732

5. 2016 2.342

Sumber: BNPB

Dapat dilihat dari tabel 1.1 bahwasannya bencana di Indonesia di tahun 2016

memiliki jumlah bencana yang tinggi dibandingkan dengan tahun sebelum-

sebelumnya. BNPB sendiri menjelaskan bahwasannya peningkatan jumlah bencana

dari tahun 2015 sebanyak 35%. Dan macam-macam bencana yang terjadi pada tahun

2016 tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

3

Tabel 1.2

Jenis Kejadian Bencana Tahun 2016

No. Jenis Bencana Jumlah

Bencana

1. Banjir 766

2. Longsor 612

3. Puting Beliung 669

4. Banjir dan Longsor 74

5. Kebakaran Hutan dan Lahan 178

6. Gempa 13

7. Erupsi Gunung Meletus 7

8. Gelombang Pasang dan Abrasi 23

Sumber: BNPB

Dapat dilihat dari tabel 1.2, bahwasannya bencana terbanyak disebabkan banjir

kemudian longsor. Dampak yang ditimbulkan bencana telah menyebabkan 522 orang

meninggal dunia dan hilang, 3,05 juta jiwa mengungsi dan menderita, 69.287 unit

rumah rusak dimana 9.171 rusak berat, 13.077 rusak sedang, 47.039 rusak ringan, dan

2.311 unit fasilitas umum rusak. (bnpb.go.id). Bencana alam yang terjadi tersebut

bukan hanya bencana alami akan tetapi juga disebabkan oleh campur tangan manusia,

seperti kebakaran hutan, banjir dan longsor.

Jumlah penduduk di negara-negara berkembang seperti Indonesia juga menjadi

salah satu permasalahan dalam lingkungan. Dikarenakan area pemukiman penduduk

yang bertambah dan jumlah lahan menjadi sedikit. Di tahun 2016, populasi di

Indonesia termasuk populasi terbanyak ke 4 (empat) setelah Cina, India dan United

State.(2017:data.worldbank.org). Hal ini menandakan Indonesia, juga memiliki

permasalahan pertambahan penduduk sehingga permasalahan lingkungan juga akan

menjadi hal yang serius untuk ditangani salah satunya keperluan yang diperlukan

manusia menjadi bertambah. Seperti akan transportasi yang akan menyebabkan

bertambahnya polusi udara disebabkan karbon monoksida yang dihasilkan kendaraan

sehingga akan berdampak pada kesehatan manusia dan lingkungan.

Selain polusi udara yang disebabkan oleh kendaraan, Kebakaran hutan dan lahan

sering terjadi. Seperti laporan Direktorat Pengendalian Kebakaran hutan dan lahan

menyatakan luas kebakaran hutan dan lahan di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak

261.060,44 ha. (sipongi.menlhk.go.id). Tahun tersebut merupakan kebakaran hutan

yang paling fatal dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Padahal pulau yang

ada disejumlah wilayah Indonesia terdiri dari hutan-hutan yang merupakan kekayaan

alam Indonesia. Kebakaran hutan yang sering terjadi di Riau saja 99,9% merupakan

kebakaran yang disengaja atau dibakar. (Nugroho, 2015: bnpb.go.id). Kebakaran

hutan yang terjadi tentunya mengalami kerusakan yang fatal dan kerugian yang besar

bagi penduduk Indonesia. Baik itu secara finansial ataupun dalam permasalahan

kesehatan penduduk Indonesia.

Kerusakan hutan lainnya dengan eksploitasi pohon-pohon yang terdapat di hutan.

Eksploitasi ini, menyebabkan pohon-pohon ditebang dan kayu hasil penebangan dijual

untuk memenuhi kebutuhan ekonomi akibatnya dibutuhkan waktu yang lama untuk

mengembalikannya pada keadaan semula. Peristiwa lain dari kerusakan lingkungan

4

misalnya yang terjadi di pulau Kalimantan pada tahun 1970-an perusahaan di

Kalimantan mulai mengembangkan kelapa sawit. Saat ini, sekitar 18% dari total

luasan Borneo telah dialokasikan untuk pengembangan kelapa sawit. Area itu kira-

kira seukuran Yunani. Namun, baru sekitar 36% dari luasan yang dialokasikan, telah

ditanami kelapa sawit, sedangkan sisanya masih berupa hutan, dan sebagian kecil

digunakan untuk pertanian dan lahan non-hutan. (Meijard.dkk, 2017:4).

Perkembangan kelapa sawit itu meluas hingga hutan-hutan berkurang dan berakibat

fatal bagi lingkungan.

Akibat dari berkurangnya hutan-hutan di Indonesia, habitat fauna mengalami

penyusutan sehingga tak jarang ditemui di berita-berita hewan liar ditemukan didaerah

perumahan penduduk setempat atau diperkebunan. Salah satu yang menjadi perhatian

belakangan ini adalah orangutan yang merupakan satwa kritis yang terancam punah.

Orangutan pada saat ini sudah berada di ambang kepunahan akibat degradasi dan

fragmentasi habitat. (Kuswanda,2014:2). Spesies lainnya seperti bekantan, monyet

daun dan sapi liar Borneo, mendekati kepunahan juga. Sebagian besar spesies

terancam menghilang karena aktifitas manusia. Manusia merupakan penyebab utama

perburuan dan pembunuhan satwa liar dan hilangnya habitat akibat ekploitasi hutan

dan konversi untuk pertanian. (Meijard.dkk, 2017:11)

Belum lagi, perubahan iklim juga menjadi dampak yang besar di berbagai negara

termasuk Indonesia. Emisi gas rumah kaca (GRK) sendiri dihasilkan dari alam dan

berbagai kegiatan pembangunan terutama dari kegiatan di bidang kehutanan, lahan

gambut, limbah, pertanian, transportasi, industri dan energi. (Draft Perpres RAN-

GRK: 2010,12). Efek gas rumah kaca ini perlu mendapatkan perhatian seperti yang

dijelaskan Emile Salim dalam menggambarkan dua negara yang memiliki

kekhawatiran dalam pertemuan UNFCCC (United Nations Framework Convention on

Climate Change) yaitu negara Maldives yang terancam akan tenggelam dan Nepal

yang akan menderita melelehnya gumpalan salju Mount Everest apabila pelepasan

Gas Rumah Kaca tidak dikendalikan secara global. (Salim: 2010, 3). Sehingga

kegiatan-kegiatan yang menimbulkan bertambahnya emisi GRK juga perlu ditangani

dengan baik di Indonesia.

Salah satu penyebab terjadinya banjir adalah penumpukan sampah. Permasalahan

sampah masih menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat Indonesia, khususnya di

daerah perkotaan. Indonesia adalah peringkat kedua di dunia penghasil sampah plastik

ke Laut setelah Tiongkok. Selain itu sampah plastik hasil dari 100 toko/gerai anggota

APRINDO (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia) selama 1 tahun akan menghasilkan

10,95 juta lembar sampah kantong plastik yang berarti sama dengan luasan 65,7 Ha

kantong plastik atau sekitar 60 kali luas lapangan sepakbola. (MenLHK: 2016).

Sampah menjadi permasalahan yang serius di berbagai daerah, seperti yang

terjadi di kota Tangerang Selatan. Deputi Bidang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan

Beracun, Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, dan Sampah telah melakukan

pengecekan langsung ke lapangan terkait permasalahan sampah yang ada di Kota

Tangerang Selatan. Diantaranya, pertama, warga di RT 01 / RW 006 Kelurahan Serua

Indah, Kecamatan Ciputat melakukan pengelolaan sampah dengan cara membakar

sampah yang dilakukan di dalam pemukiman di banyak lokasi pembakaran sehingga

mengganggu kenyamanan warga dan menyebabkan polusi udara akibat asap dari

pembakaran sampah. Kedua, meskipun telah dibangun transfer depo sampah atau TPS

di kompleks Perumahan Permata Pamulang, namun fasilitas tersebut kurang

dioptimalkan, saat ini masih memanfaatkan lahan dibelakang lokasi TPS tersebut

5

untuk membuang sampah yang berfungsi sebagai TPA. Yang lebih memprihatinkan

bahwa lokasi TPA tersebut berada tepat di pinggir sungai sehingga sampah-sampah

tersebut sebagian terbuang ke dalam sungai yang mencemari dan akan menyebabkan

terjadinya banjir. Beberapa diantara sampah tersebut juga dibakar dan dipilah oleh

pemulung. Lokasi pemukiman tersebut adalah di dekat Perumahan Puri Serpong.

Ketiga, TPA yang melayani Kota Tangerang Selatan beroperasi tidak sebagaimana

ketentuan yang berlaku dan fasilitas di TPA hanya mampu melayani area pelayanan

sebesar 30%. (menlh:2015). Sehingga permasalahan sampah harus ditangani dengan

serius dikarenakan dampak yang ditimbulkan akan menyebabkan pencemaran

lingkungan. Hal ini juga menunjukkan bahwasannya kebiasaan masyarakat yang

kurang memperdulikan pencemaran lingkungan yang terjadi akibat sampah. Seperti

kebiasaan membakar sampah atau membuang sampah di sekitar area sungai.

(kanalkomunikasi.pskl.menlhk.go.id)

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan dan

cara pandang dalam menangani kerusakan lingkungan tersebut adalah melalui

pendidikan. Terutama diajarkan pada Pendidikan Agama Islam yang merupakan

pendidikan agama dan moral di sekolah. Melalui pendidikan agama Islam, peserta

didik yang dididik di sekolah menjadi manusia yang memiliki nilai-nilai yang terdapat

dalam Islam yang nantinya akan menjadi kebiasaan dalam diri setiap peserta didik,

walaupun besar kecilnya motivasi yang ada dalam diri peserta didik tergantung dari

berbagai hal. Seperti yang dikatakan oleh Jalaluddin bahwasannya:

Pendidikan agama di lembaga pendidikan bagaimanapun akan

memberikan pengaruh bagi pembentukkan jiwa keagamaan pada anak. Namun

demikian, besar kecilnya pengaruh tersebut sangat tergantung pada berbagai

faktor yang dapat memotivasi anak untuk memahami nilai-nilai agama. Sebab,

pendidikan agama pada hakikatnya merupakan pendidikan nilai. Oleh karena

itu, pendidikan agama lebih dititikberatkan pada bagaimana membentuk

kebiasaan yang selaras dengan tuntunan agama. (Jalaluddin, 2011: 296)

Dengan adanya pendidikan agama di sekolah, generasi selanjutnya akan memiliki

nilai-nilai agama yang menjadi cerminan dari pendidikan di Indonesia. Seperti dalam

UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 yaitu:

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan

undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar

pada nilai-nilai agama, kebudayaan Nasional Indonesia dan tanggap terhadap

tuntunan perubahan zaman.

Oleh karena itu, terkait dengan permasalahan lingkungan hidup, Pendidikan

Agama Islam sebagai pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai Islam sudah

seharusnya membentuk kesadaran dan peduli pada lingkungan. Akan tetapi yang

terjadi, minimnya penjelasan PAI dalam hal melestarikan lingkungan dan lebih

berfokus pada bidang ibadah. Padahal melestarikan lingkungan merupakan akhlak

manusia pada alam.

Terkait dengan hal ini, artikel jurnal yang berjudul Konsep Pendidikan

Lingkungan Hidup dalam Perspektif Islam, menyebutkan bahwasannya pendidikan

yang selama ini terformat cenderung menggunakan paradigma mekanistik yang dapat

memupuk sikap antroposentris. Kurikulum yang ada belum mampu menghasilkan

akhlak/perilaku kepada peserta didik tentang bagaimana

6

memperlakukan/memperhatikan lingkungan sebagaimana mestinya. (Junanto dan

Khuriyah: 2014, 124). Terdapat pula artikel jurnal yang berjudul Pembudayaan nilai

kebangsaan siswa pendidikan lingkungan hidup sekolah dasar adiwiyata mandiri,

menjelaskan bahwa pendidikan agama dilaksanakan menyangkut konsep-konsep

dasar PLH saja, dan hanya menyisipkan ke materi-materi melalui mata pelajaran IPA,

IPS, Agama, dan SBK, sehingga mata pelajaran tersebut hanya digunakan untuk

memaknakan persoalan-persoalan lingkungan dari berbagai disiplin mata pelajaran.

(Handayani, Wuryadi dan Zamroni, 2015: 103).

Pendidikan agama merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional

(UU sisdiknas pasal 12) memiliki kontribusi yang besar dalam penanaman nilai-nilai

moral spiritual dan perilaku keberagamaan peserta didik. Penanaman nilai-nilai

keagamaan ini sangat diproritaskan dalam pembelajaran pendidikan agama karena

pendidikan agama berperan penting dalam pembentukan sikap dan perilaku manusia

dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kaitan ini maka keberhasilan penyelenggaraan

pendidikan agama di sekolah harus mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan

seperti pemerintah, masyarakat maupun lembaga sosial keagamaan yang ada. (Yusuf,

2008: 2)

Erwati Aziz menjelaskan upaya pelestarian lingkungan melalui pendidikan Islam

yang didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:

1. Pendidikan Islam yang berdasarkan al-Qur’an dan Hadits merupakan pendidikan

yang ideal sebagaimana diakui oleh ahli pendidikan, sebab pendidikan Islam

bertujuan menciptakan insan kamil (manusia yang utuh lahir batin).

2. Islam agama yang benar, datang dari Allah. Khususnya bagi Indonesia yang

berpenduduk mayoritas beragama Islam. Ini berarti bahwa potemsi umat Islam di

negara Pancasila ini sangat besar.

3. Pendidikan Islam memiliki peran yang amat besar dalam pembinaan mental

manusia karena melalui pendidikan pembinaan tersebut jauh lebih terarah dan

terkoordinir dengan baik dibandingkan cara-cara yang lain.

4. Kaitan antara pendidikan Islam dengan lingkungan hidup sangat erat, hampir-

hampir tak dapat dipisahkan, akan tetapi pendidikan Islam di Indonesia kurang

mendapatkan perhatian yang serius yang lebih berarti dalam pembinaan dan

pelestarian hidup. (Aziz: 2013, 12)

Dengan demikian, pendidikan agama Islam yang merupakan pendidikan yang

ada di sekolah umum seharusnya memiliki pehatian pada permasalahan lingkungan,

bukan hanya memperhatikan pada permasalahan ibadah dan menanamkan pandangan

Islam pada peserta didik di sekolah sebagai bentuk penjelasan hubungan manusia

dengan alam.

Pada tahun 1996 disepakati kerjasama pertama antara Departemen Pendidikan

Nasional dan Kementerian Lingkungan Hidup yang diperbaharui pada tahun 2005 dan

tahun 2010. Sebagai tindak lanjut dari kesepakatan tahun 2005, pada tahun 2006

kementerian lingkungan hidup mengembangkan program pendidikan lingkungan

hidup pada jenjang pendidikan dasar dan menengah melalui program Adiwiyata.

(Menlh, 2012:2).

Melalui program adiwiyata ini, kerjasama yang dibentuk oleh kementerian

lingkungan hidup dan kementerian pendidikan menjadikan beberapa sekolah berbasis

pada lingkungan hidup. Program ini, sebagai upaya yang dilakukan kedua

7

kementerian tersebut agar generasi selanjutnya dapat peduli dan melestarikan

lingkungan dan alam sekitar yang terdapat di Indonesia.

Sejak tahun 2006 sudah 7.654 sekolah (sekitar 6% sekolah di Indonesia)

mendapatkan penghargaan Adiwiyata Nasional. (Kemendikbud,

2016:kemdikbud.go.id). Dari pernyataan tersebut, dapat dilihat bahwasannnya sekolah

yang menjalankan program Adwiyata masih terbilang sedikit. Dan sekolah yang

mengajarkan tentang peduli lingkungan terkait dengan program ini, belum

menyeluruh di sekolah. Dengan demikian sekolah yang mengajarkan tentang peduli

lingkungan dalam program ini masih terbilang sedikit.

Adiwiyata merupakan salah satu program yang membentuk sekolah peduli dan

berbudaya lingkungan. Adiwiyata ini merupakan sekolah yang mendapat kriteria

lingkungan yang bersih (Soerjani, 2008: 51). Komponen adiwiyata yaitu:

1. Kebijakan berwawasan lingkungan

2. Pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan

3. Kegiatan lingkungan berbasis partisipatif

4. Pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan. (Menlh, 2012:3)

Sekolah yang menggunakan program adiwiyata ini, harus melaksanakan

keempat komponen tersebut. Kebijakan sekolah harus berlandaskan pada lingkungan,

kurikulumnya pun berbasis lingkungan. Dan untuk kegiatan lingkungan berbasis

partisipatif merupakan kegiatan warga sekolah untuk melakukan kegiatan berbasis

lingkungan, terlebih pada siswa. Karena dengan melakukan kegiatan lingkungan

berbasis partisipatif ini, siswa akan diajarkan bagaimana sikap dan perilaku dalam

peduli lingkungan. Guru dan staf sekolah bukan hanya mengajarkan tetapi juga

menjadi teladan bagi siswa. Dan juga melalui kegiatan ini dapat membiasakan siswa

untuk dapat peduli pada lingkungannya. Pendidikan agama sebagai pendidikan yang

mengajarkan pentingnya untuk menjaga hubungan antara manusia dengan alam juga

memiliki peran penting dalam program ini.

Dengan adanya program adiwiyata ini, merupakan salah satu cara agar generasi

selanjutnya dapat memiliki rasa peduli pada lingkungan dan berusaha untuk

melestarikannya. Dan SMPN 3 Kota Tangerang Selatan merupakan sekolah yang

mendapatkan penghargaan adiwiyata mandiri. Penghargaan tertinggi sekolah

adiwiyata adalah adiwiyata mandiri yang merupakan sekolah berbasis lingkungan

dengan memiliki sekolah binaan. Dengan permasalahan pencemaran lingkungan yang

dihadapi Tangerang Selatan seperti permasalahan sampah, sekolah ini dapat menjadi

solusi dalam menanggulangi kerusakan lingkungan, yaitu dengan mengajarkan dan

mendidik siswa agar lebih peduli terhadap lingkungan sekitar.

Akan tetapi sekolah tetap memiliki permasalahan dalam membudayakan peduli

lingkungan terutama pada penanaman perilaku pada setiap warga sekolah khususnya

siswa. Tidak semua siswa memiliki sikap peduli pada lingkungan, seperti yang

dikatakan Nita Marginingsih selaku koordinator pada program adiwiyata di SMPN 3

Tangsel sebagai berikut:

Membuat semua warga sekolah untuk membiasakan dan mempertahankan

untuk selalu peduli lingkungan itu masih terbilang sulit. Masih saja ada warga

sekolah yang melanggar kebijakan atau tidak peduli lingkungan.

Untuk membiasakan siswa peduli lingkungan memang terbilang sulit salah

satunya adalah banyaknya siswa yang memiliki kebiasaan yang berbeda-beda di luar

8

sekolah, seperti yang dikatakan oleh wakasek kurikulum, pak Sholeh Fathoni yaitu

“Kebiasaan anak di rumah berbeda dengan yang ada di sekolah. Jika kebiasaannya

di rumah tidak peduli lingkungan akan terbawa di sekolah. Jadi perlu ditingkatkan

lagi.” Masih kurangnya warga sekolah yang peduli lingkungan juga mengakibatkan

penanaman nilai-nilai Islam terkait dengan lingkungan dan budaya peduli lingkungan

yang ingin dibangun sekolah kurang terlaksana dengan baik. Sehingga diperlukan

usaha terus menerus untuk tetap menerapkan peduli lingkungan pada siswa dan warga

yang lain. Hal ini juga menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana pelaksanaan

pendidikan agama Islam yang dilakukan oleh guru PAI yang mengajarkan pendidikan

agama Islam sebagai guru yang menanamkan nilai-nilai Islam pada siswa sehingga

memiliki karakter peduli lingkungan sesuai dengan ajaran Islam dan juga usaha

sekolah dalam membangun budaya sekolah peduli lingkungan. Mengingat sekolah

sudah menjalankan program Adiwiyata yang mengarahkan sekolah berbudaya peduli

lingkungan.

Oleh karena itu, penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan untuk mengetahui peran guru Pendidikan Agama Islam. Yang mana peran

pendidikan agama Islam disini merupakan aktivitas pendidikan yang dilaksanakan di

kelas ataupun di luar kelas yang berkaitan dengan penanaman nilai-nilai Islam pada

peserta didik baik dalam hal mengajarkan, membimbing, menuntun, mengarahkan,

melatih dan memberi contoh agar peserta didik mengamalkan ajaran agama Islam.

Sehingga bukan hanya melihat pendidikan agama Islam berwawasan lingkungan yang

dilakukan guru PAI tetapi juga melihat peran guru PAI dalam berpartisipasi

mengembangkan budaya peduli lingkungan di sekolah serta budaya peduli lingkungan

yang terdapat di sekolah tersebut.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang ini, maka identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Terjadinya kerusakan lingkungan disebabkan oleh perbuatan manusia yang

tidak peduli pada lingkungan seperti penebangan pohon, kebakaran hutan,

membuang sampah sembarangan dan lain sebagainya.

2. Masih sedikitnya tanggapan untuk peduli pada lingkungan disebabkan pola

kebiasaan masyarakat sehingga merugikan lingkungan.

3. Pendidikan agama Islam disekolah kurang mendapat perhatian dalam

pelestarian lingkungan sehingga pelaksanaan pendidikan agama kurang

maksimal.

4. Sekolah yang membudayakan peduli lingkungan masih terbatas karena

kurangnya perhatian dan ketertarikan pada lingkungan hidup.

5. Pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan dan budaya sekolah peduli

lingkungan di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan kurang terlaksana dengan baik

dikarenakan masih kurangnya siswa yang peduli lingkungan disebabkan

perbedaan kebiasaan siswa.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, banyak permasalahan-

permasalahan yang sangat penting untuk dijawab. Akan tetapi untuk

mempermudah pembahasan dalam penelitian ini, diperlukan membatasi masalah

yang akan dibahas sehingga pembahasan penelitian lebih jelas dan terarah sesuai

yang diharapkan. Sehingga penelitian ini dibatasi dengan permasalahan

9

Pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan dan budaya sekolah peduli

lingkungan di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan kurang terlaksana dengan baik.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan Pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan di

SMPN 3 Kota Tangerang Selatan?

2. Bagaimana budaya sekolah peduli lingkungan di SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan?

3. Bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam mengembangkan budaya

sekolah peduli lingkungan di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1. Untuk menjawab permasalahan lingkungan melalui Pendidikan Agama Islam

dan gambaran budaya sekolah peduli lingkungan.

2. Menganalisis implementasi Pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan

yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam sebagai penanaman pandangan,

moral, perilaku peduli lingkungan berdasarkan ajaran agama Islam.

3. Mendeskripsikan dan menganalisis peran guru Pendidikan Agama Islam dalam

berpartisipasi mengembangkan budaya sekolah.

4. Mendeskripsikan dan menganalisis budaya sekolah untuk peduli lingkungan.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat bagi peneliti adalah menambah pengetahuan dan pengalaman tentang

upaya pelestarian lingkungan melalui pendidikan terutama pada implementasi

pendidikan agama Islam berbasis lingkungan.

2. Memberikan pengetahuan pada guru dan sekolah tentang budaya peduli

lingkungan hidup dan konsep pendidikan agama Islam berbasis lingkungan di

sekolah.

3. Menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi pendidik, mahasiswa dan profesi

yang terkait tentang pelestarian lingkungan melalui pendidikan agama Islam di

sekolah Adiwiyata.

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Lingkungan Hidup dalam Islam

Islam merupakan agama komprehensif, yang di dalamnya mengatur kehidupan

seluruh makhluk di muka bumi. Kehadiran Islam melalui Nabi Muhammad SAW

merupakan rahmat bagi semesta alam, seperti disebutkan dalam QS. Al-Anbiya: 106-

107 sebagai berikut:

Sesungguhnya (apa yang disebutkan) dalam (Surat) ini, benar-benar menjadi

peringatan bagi kaum yang menyembah (Allah). Dan Tiadalah Kami mengutus

kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.

Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia yang direpresentasikan oleh Nabi

Muhammad SAW serta para pengikutnya memiliki kewajiban yang sangat agung, yaitu

kewajiban menjaga alam karena kedudukannya sebagai rahmat bagi seluruh makhluk.

(Khitam:2016,150)

Berkaitan dengan ajaran Islam untuk seluruh makhluk di muka bumi, Prof.

Muhaimin, dkk (2012:72) menjelaskan keuniversalitas Islam dalam pengertian Islam

yang kedua yaitu “Islam” berasal dari kata al-silmu atau al-salma yang berarti damai

dan aman. Hal ini mengandung makna bahwa orang yang ber-Islam berarti orang yang

masuk dalam perdamaian dan keamanan dan seorang muslim adalah orang yang

membuat perdamaian dan keamanan dengan Tuhan, manusia, dirinya sendiri dan alam.

Maksud damai dengan alam berarti memelihara, memakmurkan, dan membudayakan

alam, serta memanfaatkannya selaras dengan sifat dan kondisi dari alam itu sendiri dan

tidak merusaknya.

Dengan demikian, seorang muslim harus mengetahui ajaran Islam mengenai

lingkungan. Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan lingkungan. Ajaran

Islam bukan hanya mengajarkan tentang pentingnya hubungan antara manusia dengan

penciptanya tetapi juga hubungannya dengan sesama manusia dan hubungan manusia

dengan alam. Menjaga dan memelihara lingkungan merupakan salah satu dari ajaran

Islam yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim. Oleh sebab itu, berikut akan

dijelaskan konsep lingkungan hidup dalam Islam.

1. Hubungan Manusia dan Lingkungan

Hubungan manusia dengan lingkungannya sangat erat kaitannya dalam

kehidupan manusia. Antara manusia dan lingkungan hidupnya terdapat hubungan

timbal balik. Manusia mempengaruhi lingkungan hidupnya, dan sebaliknya manusia

dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Manusia ada di dalam lingkungan hidupnya

dan tidak dapat terpisahkan daripadanya. (Sastrawijaya: 2009, 7)

Tidak ada satupun di muka bumi ini yang berdiri sendiri, semuanya saling

bergantung dan saling membutuhkan satu sama dengan yang lainnya. Demikian juga

11

mengenai derajat kesehatan dan kualitas lingkungan hidup manusia, bergantung

kepada kemampuan untuk menyikapi dan mengelola hubungan timbal balik antara

aktivitas manusia dengan lingkungan fisik dan biologisnya. (Setiano, dkk: 2007,1).

Hubungan manusia dengan sistem sosial budaya yang dimilikinya senantiasa

melakukan hubungan timbal balik dengan lingkungan atau ekosistemnya. Sistem

sosial budaya manusia sungguh sangat kompleks terdiri dari berbagai unsur

manusia, seperti sistem pengetahuan, sistem kepercayaan, sistem ekonomi dan

sistem teknologi. Seperti gambar dibawah ini:

Gambar 2.1

Hubungan Manusia dengan Lingkungannya

Pada umumnya, manusia di dalam memanfaatkan dan mengelola sumber daya

alam di lingkungan atau ekosistemnya, seperti jenis-jenis fauna (binatang) dan flora

(tumbuhan) dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi budaya dan faktor

ekologi. Kesemua faktor-faktor tersebut secara bersama-sama dapat menentukan

suatu keputusan individu manusia dalam memperlakukan sumber daya alam, seperti

jenis-jenis fauna dan flora serta lingkungannya. Karena itu tindakan manusia

memperlakukan sumber daya alam dan ekosistemnya, tergantung dari bagaimana

sumber daya alam tersebut dipersepsikan atau dipahami oleh individu atau

komunitas tersebut. (Iskandar: 2015,13)

Secara alamiah manusia berinteraksi dengan lingkungannya, manusia sebagai

pelaku dan sekaligus dipengaruhi oleh lingkungan tersebut. Perlakuan manusia

terhadap lingkungannya sangat menentukan keramahan lingkungan terhadap

kehidupannya sendiri. Manusia dapat memanfaatkan lingkungan tetapi perlu

memelihara lingkungan agar tingkat kemanfaatannya bisa dipertahankan bahkan

ditingkatkan. Bagaimana manusia menyikapi dan mengelola lingkungannya pada

akhirnya akan mewujudkan pola-pola peradaban dan kebudayaan. (Tumanggor,

2010: 178)

Ekosistem

Hutan

Flora

Fauna

Ekosistem

Pertanian

Flora

Fauna

Sistem Sosial Budaya

Manusia

Pengetahuan

Kepercayaan

Ekonomi

Teknologi, dll.

12

Secara ekologis, manusia pada hakikatnya merupakan makhluk lingkungan

(homo ekologis), artinya dalam melaksanakan fungsi dan posisinya sebagai salah

satu sub dari ekosistem, manusia adalah makhluk yang memiliki kecenderungan

untuk selalu mencoba dan mengerti akan lingkungannya. Kecenderungan seperti ini

akan menjadi salah satu ciri utama manusia sebagai makhluk berakal sehat.

(Mahmud,dkk: 2015:73)

Jika dipelajari dengan cermat bahwa sejak lahir dan sampai hayatnya manusia

pada hakikatnya terlibat dengan lingkungan. Dengan arti kata bahwa manusia itu

tidak akan pernah dapat memisahkan diri dari lingkungannya, manusia selalu akan

membutuhkan lingkungannya. Hal ini dapat dipelajari dari sejarahnya bahwa

masyarakat primitif untuk hidupnya harus mengenal lingkungan terlebih dahulu,

yaitu mengenal tenaga-tenaga alam, tumbuh-tumbuhan serta binatang di sekitarnya.

Peradaban sebenarnya sudah ada sejak manusia mulai mempelajari cara

menggunakan api dan alat-alat lain untuk mengubah lingkungannya. (Irwan: 2012,6)

Hubungan manusia dengan alam sekitarnya adalah hubungan yang terkait satu

sama lain. Alam semesta ciptaan Allah dan lingkungan tempat manusia hidup

merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan umat manusia secara keseluruhan.

Manusia sebagai ciptaan Allah di muka bumi dengan tugas utamanya memakmurkan

bumi, yang intinya meliputi:

a. Al-Intifa‟ (mengambil manfaat dan mendayagunakan sebaik-baiknya).

b. Al-I‟tibar (mengambil pelajaran, memikirkan, mensyukuri, seraya menggali

rahasia-rahasia di balik alam ciptaan Allah)

c. Al-Islah (memelihara dan menjaga kelestarian alam sesuai dengan maksud sang

pencipta, yakni untuk kemaslahatan dan kemakmuran manusia, serta tetap

terjaganya harmoni kehidupan alam ciptaan Allah. (Tualeka:2011,136)

M. Bahri Ghazali (1996:80) menyebutkan sikap seorang muslim kepada

lingkungan. Manusia seharusnya mempunyai sikap yang positif terhadap

lingkungannya. Sikap seorang muslim yang positif itu harus berwujud, yaitu sebagai

berikut:

a. Sikap Apresiatif, yang dimaksud disini merupakan sikap menghargai keberadaan

lingkungan hidup.

b. Sikap Kreatif merupakan rentetan dari adanya sikap apresiatif, karena setelah

adanya pengenalan lingkungan sebagai refleksi dari adanya penghargaan.

Pengenalan terhadap lingkungan menumbuhkan sikap kreatif. Pemahaman sikap

kreatif tersebut merupakan daya cipta manusia yang tumbuh dari dalam dirinya

karena melihat objek, termasuk lingkungan hidup.

c. Sikap Proaktif maksudnya adalah manusia muslim jangan sampai berbuat

kerusakan di muka bumi, sebab sikap merusak lingkungan ini bukan hanya

dirasakan eksesnya bagi umat manusia, melainkan menjangkau seluruh populasi

dalam ekosistem.

d. Sikap produktif, pemaknaan sikap produktif bagi seorang muslim erat kaitannya

dengan kedudukan muslim sebagai seorang khalifah Allah. Membuat sesuatu

produktif didasarkan atas kebutuhan umum dan tidak menghabiskan bahan

mentah yang berasal dari lingkungan hidup yang akan membawa ekses terhadap

kelangsungan hidup bagi makhluk hidup.

13

Dengan keempat sikap ini, seorang muslim dapat menjalankan tugasnya

sebagai seorang khalifah yang menjaga, mengolah dan melestarikan lingkungannya.

Sehingga kerusakan lingkungan dapat ditanggulangi dengan baik.

Kesadaran mengandung pengertian mengetahui sesuatu atau tahu bersikap yang

seharusnya, yang didukung oleh persepsi atau informasi. Kesadaran individu timbul

karena ia memiliki persepsi atau informasi yang mendukungnya, sehingga ia tahu

bagaimana seharusnya bersikap. Dalam kaitan dengan lingkungan, seorang individu

akan berkesadaran lingkungan apabila ia memiliki persepsi atau informasi tentang

berbagai aspek lingkungan yang mendukungnya, dan kesadaran itu meningkat

sejalan dengan makin banyaknya informasi yang diserap di dalam lingkungan yang

membinanya, makin berkembang persepsi atau wawasan yang terbina, makin

menghayati, meyakini dan mengamalkan “kebersihan adalah sebagian dari iman”.

(Setiano, dkk: 2007,97)

Islam sangat memperhatikan lingkungan hidup. Al-Qur‟an selalu mengingatkan

bahwasannya manusia seharusnya menjaga alam dikarenakan manusia adalah

khalifah di muka bumi ini. (Kemenag, 2009:20). Sebagaimana disebutkan al-Qur‟an

dalam QS. Al-Baqarah: 30:

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:

"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."

mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu

orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,

Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan

Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak

kamu ketahui."

Islam adalah sebuah jalan (as-syirath) yang bisa bermakna syari‟ah. Islam

adalah sebuah jalan hidup yang merupakan konsekuensi dari pernyataan atau

persaksian (syahadah) tentang keesaan Tuhan (tauhid). Syari‟ah adalah sebuah

sistem pusat nilai untuk mewujudkan nilai yang melekat dalam konsep (nilai

normatif) atau ajaran Islam yakni tauhid, khilafah, amanah halal dan haram.

Berdasarkan atas pengertian ini maka ajaran (konsep) atau pandangan Islam tentang

lingkunganpun pada dasarnya dibangun atas dasar 5 (lima) pilar syariah tersebut

yakni : 1) tauhid, 2) khilafah, 3) amanah, 4) adil dan 5) istishlah. Untuk menjaga

agar manusia yang telah memilih atau mengambil jalan hidup ini bisa berjalan

menuju tujuan penciptaannya maka (pada tataran praktis) kelima pilar syariah ini

dilengkapi dengan 2 (dua) rambu utama yakni : 1) halal dan 2) haram. Kelima pilar

dan dua rambu tersebut bisa diibaratkan sebagai sebuah “bangunan” untuk

menempatkan paradigma lingkungan secara utuh dalam perspektif Islam. (Majelis

Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah dan Kemenlh, 2011: 21)

14

Dalam perannya sebagai khalifah manusia harus mengurus, memanfaatkan,

memelihara, baik langsung maupun tidak langsung. Amanah tersebut meliputi bumi

dan segala isinya, seperti gunung-gunung, laut, air, awan dan angin, tumbuh-

tumbuhan, sungai, binatang-binatang sehingga manusia dapat memiliki perilaku

yang baik. (Kemenag, 2009:20)

Amanah menurut bahasa merupakan bentuk jamak dari kata amanah. Secara

terminologi adalah setiap yang diwajibkan kepada hamba, seperti shalat, zakat,

puasa, membayar hutang, menyampaikan titipan, menjaga rahasia dan sebagainya.

Dikarenakan pahala amanat ini sangat besar dan melaksanakan kewajiban-kewajiban

ini dengan benar sangat sulit. Allah SWT berfirman:

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan

gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan

mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh

manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh,(QS. Al-

Ahzab: 72)

Kebanyakan manusia adalah zalim karena tidak menunaikan amanah yang

dipikulkan di pundaknya dengan sebaik-baiknya, menyeleweng dari fitrah asalnya,

mengikuti hawa nafsu dan menyalahi hati nuraninya yang suci. Menyia-nyiakan

pahala yang sangat besar yang dijanjikan Allah kepadanya, yaitu masuk ke dalam

surga dan keridhaan-Nya yang mana mereka tidak akan ditimpa kemurkaan-Nya

selama-lamanya.(al-Baihaqi:2013, 142)

Agar dapat menjalankan kedudukannya itu, manusia diberi bekal berupa

potensi di antaranya adalah akal yang melahirkan berbagai ilmu sebagai alat yang

mengelola dan memanfaatkan alam semesta serta mengurus bumi ini. (Ali, 2008: 9).

Islam sebagai agama universal mengajarkan tata cara peribadatan dan interaksi tidak

hanya dengan Allah SWT dan sesama manusia tetapi juga dengan lingkungan alam

sekitarnya. (Mahfud, 2011: 6)

Keterkaitan manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan sangat erat adanya. Manusia

memerlukan tumbuhan-tumbuhan tidak sekedar memanfaatkan daun, buah, getah,

akar, batang dan bunganya, tetapi juga alat pembersihan pernafasan. Diketahui, daun

tumbuh-tumbuhan itu menyerap karbon dioksiada sementara dia mengeluarkan

oksigen dalam cahaya. Oksigen itulah yang dihirup manusia dan binatang sebagai

pernafasan. Melalui fotosentesis tumbuh-tumbuhan yang berwarna hiaju-hijau di

seluruh dunia setiap tahun menghasilkan gula kira-kira 150 milyar ton, dan membuat

oksigen beratnya 25% dari gula tersebut. Oksigen ini menjadi udara tempat hidup

manusia. (Roham:1997,32).

Manusia diharapkan dapat menjaga eksistensi keanekaragaman di bumi dalam

semua tingkat kehidupan, dalam sumber dayanya dan juga dalam keindahannya.

Inilah manifestasi dari keinginan Allah. Dengan mengapresiasi sumber daya alam

manusia akan dapat menemukan dan mengerti pesan dari sang Pencipta. (Balitbang,

2011: 217).

15

Agama Islam mengajarkan untuk tetap menjaga dan melestarikan lingkungan

dikarenakan perannya sebagai khalifah di muka bumi dan tidak lupa juga

menggunakan potensinya untuk mengelola dan memelihara alam sekitar.

Dikarenakan semua itu, merupakan perannya sebagai khalifah dan bentuk takwanya

kepada Allah untuk tetap menjaga hubungannya sebagai makhluk hidup yang

merupakan bagian dari alam semesta. Akan tetapi yang terjadi, alam menjadi rusak

disebabkan oleh manusia yang tidak bertanggung jawab dan tidak memperdulikan

lingkungan sekitarnya. Sehingga kerusakan yang terjadi bukan hanya merugikan diri

sendiri tetapi juga masyarakat luas. Padahal Allah SWT telah memperingatkan

manusia untuk senantiasa menjaga alam dan tidak merusak alam, sebagaimana pada

beberapa ayat al-Qur‟an sebagai berikut:

a. QS. Al-A‟raf: 56

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)

memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan

diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat

dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.

Ayat ini melarang pengrusakan di bumi. Pengrusakan adalah salah satu bentuk

pelampauan batas, karena itu, ayat ini melanjutkan tuntunan ayat yang lalu dengan

menyatakan: dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi, sesudah

perbaikannya yang dilakukan oleh Allah dan atau siapapun dan berdoalah serta

beribadahlah kepada-nya dalam keadaan takut sehingga kamu lebih khusyu‟, dan

lebih terdorong untuk mentaati-nya dan dalam keadaan penuh harapan terhadap

anugerah-nya, termasuk pengabulan do‟a kamu. Sesungguhnya rahmat Allah amat

dekat kepada al-Muhsinin, yakni orang-orang yang berbuat baik. Alam raya telah

diciptakan Allah SWT dalam keadaan yang sangat harmonis, serasi, dan memenuhi

kebutuhan makhluk. Allah telah menjadikannya baik, bahkan memerintahkan

hamba-hambanya untuk memperbaikinya. Salah satu bentuk perbaikan yang

dilakukan Allah adalah dengan mengutus para Nabi untuk meluruskan dan

memperbaiki kehidupan yang kacau dalam masyrakat. Siapa yang tidak menyambut

kedatangan rasul, atau menghambat misi mereka, maka dia telah melakukan salah

satu bentuk pengrusakan di Bumi. (Sihab:2002,123)

b. QS Ar-Rum:41

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena

perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka

sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan

yang benar).

16

Dari ayat tersebut memberitahukan bahwasannya al-Qur‟an telah

memperingatkan atau melarang manusia untuk melakukan kerusakan lingkungan.

Sehingga sudah seharusnya bagi seorang muslim untuk tidak melakukan kerusakan

lingkungan. Penyebab-penyebab yang telah disebutkan sebelumnya,

memperlihatkan bahwasannya kerusakan lingkungan bukan hanya terjadi

dikarenakan bencana alam secara alami akan tetapi juga dikarenakan bencana alam

yang disebabkan oleh manusia dan perilaku manusia terhadap lingkungannnya yang

dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi budaya yang merugikan bagi

kelestarian lingkungan. Ini menunjukkan minimnya penduduk Indonesia yang

memperhatikan lingkungan sebagai bentuk peduli mereka terhadap lingkungan

sekitar. Sehingga banyak kerusakan yang terjadi di mana-mana akibat tingkat

kepedulian masyarakat masih terbilang sedikit.

c. QS. Al-Qashas: 77

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu

(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu

dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)

sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat

kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang

yang berbuat kerusakan. (QS. Al-Qashas:77)

Dari ayat-ayat tersebut dapat dilihat bahwasannya Islam melarang manusia

untuk berbuat kerusakan lingkungan. Islam mengajarkan tentang bagaimana

seharusnya manusia dan alam menjaga hubungannya dengan baik. Islam bukan

hanya mengajarkan untuk menjaga dan melestarikan lingkungan tetapi juga

mengolahnya menggunakan potensi yang dimiliki oleh manusia itu sendiri. Akan

tetapi dalam hal mengolah alam tersebut tidak sampai merusak alam itu sendiri.

Sebagai khalifah di muka bumi, manusia diperkenankan untuk menikmati apa

yang ada di bumi, tetapi tidak untuk mengeksploitasi secara berlebihan melebihi

kebutuhan hidup. Secara sederhana dapat dimaknai bahwa sesungguhnya manusia

tidak memiliki hak untuk mengeksploitasi alam secara berlebihan melebihi dari

kebutuhan dasar. Hal ini disebabkan karena alam dan makhluk apapun yang ada di

dalamnya juga merupakan umat (hamba-hambanya) sebagaimana halnya manusia.

(Mahfud, 2011: 102).

Dalam ekoteologi Islam memiliki konsep keyakinan moderat yang disebut

teologi proporsional. Maksudnya, secara struktural hubungan manusia dengan

lingkungan ditempatkan oleh ekoteologi Islam pada posisi proporsional. Meskipun

manusia merupakan bagian integral dari lingkungan, tetapi ia bukan milik

lingkungan dan bukan pula berasal dari lingkungan. Oleh karena itu, pada

hakikatnya manusia dan lingkungan adalah sama-sama berposisi sebagai karya cipta

ilahi yang tergabung dalam satu kesatuan ekosistem. (Abdillah, 2001:153). Hal

tersebut berlandaskan pada QS. Al-an‟am:38 sebagai berikut:

17

Dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung

yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu.

Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada

Tuhanlah mereka dihimpunkan.

Persamaan manusia dengan binatang-binatang laut, darat dan udara yang

dimaksud oleh ayat ini adalah keserupaan dalam berbagai bidang. Misalnya mereka

juga idup, beranjak dari kecil hingga besar, merasa, tahu, memiliki naluri dan lain-

lain. Tentu saja persamaan atau keserupaan manusia dengan binatang-binatang itu

tidak menyeluruh mencakup segala aspek, tidak juga setingkat, misalnya dalam

kebutuhan, kekuatan atau pikiran. Pernyataan al-Qur‟an bahwa binatang-binatang itu

adalah umat seperti manusia juga, menuntut antara lain perlakuan yang wajar

terhadap mereka. (Shihab: 2002,84). Dengan demikian, ayat ini memberikan

penjelasan bahwasannya manusia dan seluruh makhluk yang ada di bumi ini

merupakan sama-sama ciptaan Allah SWT, sehingga tidak dibenarkan bagi manusia

untuk memperlakukan mereka dengan tidak baik atau mengeksploitasi lingkungan.

Sesungguhnya kehidupan di bumi ini merupakan suatu nikmat yang

dianugerahkan oleh Allah untuk manusia. Dengan maksud itulah, al-Qur‟an selalu

memaparkan korelasi kuat antara kehidupan bumi dan manusia, diantaranya adalah

dalam aspek berikut ini:

a. Kehidupan bumi sangat berkaitan erat dengan eksistensi manusia, baik secara

fisik maupun psikis. Yang dimaksud dengan eksistensi manusia secara fisik,

karena kehidupan di muka bumi menyediakan semua kebutuhan manusia, baik

itu makanan ataupun minumannya. Sedangkan yang dimaksud dengan eksistensi

manusia secara psikis karena kehidupan di muka bumi ini sangat menyenangkan

hatinya.

b. Sesungguhnya kehidupan bumi akan selalu bisa ditundukkan sesuai dengan

kebutuhan manusia. Dengan demikian, maka manusia mampu mendayagunakan

semua fasilitas yang ada di dalamnya. Baik fasilitas yang bermanfaat bagi fisik

maupun psikisnya.

c. Sesungguhnya nikmat ditundukkannya bumi bagi manusia terkait erat dengan

perilakunya dalam kehidupan, baik itu keimanannya dan ketaatannya kepada

Allah maupun kekufuran dan kemaksiatannya kepada Allah SWT.

d. Sesungguhnya nikmat duniawi bukanlah akhir dari semua nikmat yang ada,

namun justru ia adalah awal dari nikmat yang lebih besar. (Jazuli: 2006)

Dengan demikian, hubungan antara manusia dengan lingkungannnya begitu

erat dan saling ketergantungan satu sama lain. Dalam Islam, lingkungan merupakan

ciptaan Allah SWT sehingga kedudukan manusia sama seperti lingkungan yaitu

sama-sama ciptaan Allah SWT. Oleh sebab itu, manusia tidak memiliki hak semena-

mena pada alam untuk mengeksploitasinya secara berlebihan.

18

2. Etika Lingkungan Islam

Kata “etika” secara etimologis berasal dari kata Yunani “ethos” yang harfiah

berarti “adat kebiasaan”, “watak”, atau “kelakuan manusia”. Kata tersebut memiliki

arti yang lebih luas dari sekedar arti etimologis-harfiah. Dalam pemakaian sehari-

hari, sekurang-kurangnya dapat dibedakan tiga arti kata “etika”. Arti pertama adalah

sebagai “sistem nilai”. Kata “etika” disini berarti nilai-nilai dan norma-norma moral

yang menjadi pegangan hidup atau sebagai pedoman penilaian baik-buruknya

perilaku manusia, baik secara individual maupun sosial dalam suatu masyarakat.

Arti kedua adalah “kode etik” maksudnya kumpulan norma dan nilai moral yang

wajib diperhatikan oleh pemegang profesi tertentu. Dan arti ketiga adalah ilmu yang

melakukan refleksi kritis dan sistematis tentang moralitas. (Sudarminta:2013,3)

Istilah moral, sopan santun, norma, nilai-nilai bermakna bagaimana berperilaku

sesuai dengan tuntunan norma-norma, nilai-nilai yang diakui oleh individu atau

kelompok lainnya di dalam masyarakat. Sedangkan istilah etika (filsafat moral)

selain seseorang dituntut dapat berperilaku sesuai dengna norma-norma atau nilai-

nilai tertentu, juga dituntut untuk mampu mengetahui dan memahami sistem, alasan-

alasan dan dasar-dasar moral serta konsepsinya secara rasional guna mencapai

kehidupan yang lebih baik. (Mudlofir: 2012, 51)

Sementara itu, etika lingkungan adalah “The Moral Philosophical guiding

principles of decision-making in the fields of conservation and environmental

management. (Matthews: 2014, 349). Dengan demikian etika lingkungan merupakan

filosofis moral dalam pemeliharan dan pengelolaan lingkungan.

Sony A Keraf dengan mengutip pendapat Arne Ness, krisis lingkungan hidup

dewasa ini hanya bisa diatasi dengan melakukan perubahan cara pandang dan

perilaku manusia terhadap alam secara fundamental dan radikal. Dibutuhkan sebuah

pola hidup atau gaya hidup baru yang tidak hanya menyangkut orang perorang,

tetapi juga budaya masyarakat secara keseluruhan. Artinya, dibutuhkan etika

lingkungan hidup yang menuntun manusia untuk beriteraksi secara baru dalam alam

semesta. (Keraf, 2010: 3). Teori tentang etika lingkungan diantaranya adalah:

Pertama, Antroposentrisme, teori tentang etika lingkungan yang berpusat pada

manusia. Teori ini menganggap bahwasannya manusia yang paling penting

dibandingkan yang lain. Seperti yang dijelaskan sebagai berikut:

Anthropocentrism literally means human-centered, but in its most

relevant philosophical form it is the ethical belief that humans alone possess

intrinsic value. In contradistinction, all other beings hold value only in their

ability to serve humans, or in their instrumental value. From an

anthropocentric position, humans possess direct moral standing because they

are ends in and of themselves; other things (individual living beings, systems)

are means to human ends. In one sense, all ethics are anthropocentric, for

arguably humans alone possess the cognitive ability to formulate and recognize

moral value. (Goralnik dan Nelson, 2012: 145)

Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwasannya antroposentrisme ini

memandang manusia sebagai pusat dari alam dan selain manusia hanya untuk

memuaskan tujuan dari manusia. Dan lagi menjadikan manusia sebagai pusat

dikarenakan hanya manusia yang dapat berpikir.

19

Sejauh ini, para ahli menganggap bahwasannya kerusakan lingkungan yang

terjadi dikarenakan cara pandang manusia menggunakan teori ini. Dikarenakan teori

ini hanya berpusat pada manusia dan tidak menganggap yang lain penting.

Tumbuhan dan yang lainnya dari lingkungan dapat bernilai jika mereka baik untuk

tujuan dari manusia. Sehingga akibat dari pemikiran teori ini terjadi eksploitasi

secara berlebih di mana-mana.

Cara pandang antroposentrisme dapat dilihat pada Baxter mengenai manusia

dan pinguin pada tulisannya yang berjudul people or penguins: the case for optimal

pollution. Pada tulisannya tersebut menggambarkan bagaimana pandangannya

berpusat pada manusia ia mencontohkan pinguin menjadi penting dikarenakan

manusia senang melihat mereka seperti yang dikatakannya “Penguins are important

because people enjoy seeing them walk about rocks; and furthermore”(Baxter,

1974: 527). Pandangannya tentang lingkungan berpusat pada human centered dan

selain human hanya dijadikan sebagai instrumen manusia untuk kepuasan manusia.

Sejak revolusi industri, suatu akibat wajar yang hampir diterima secara

universal untuk keyakinan akan penguasaan manusia ini adalah bahwa alam telah

menyediakan segala sesuatu secara berlimpah yang hanya memerlukan penanganan

melalui ilmu pengetahuan dan teknologi agar dapat menyediakan sumber makanan

dan kekayaan yang tidak akan habis bagi penduduk dunia yang selalu bertambah.

Definisi kemajuan inilah yang lalu berarti perluasan ekonomi dan teknologi yang

terus menerus tanpa mempedulikan dampaknya bagi biosfer. Di dunia modern,

peradaban dibangun atas dasar kekuatan mesin dan sumber tenaga yang memutarnya

perspektif yang mekanistik dan antroposentrik ini mendominasi bagaimana sebagian

besar manusia melakukan pendekatan dan memanfaatkan alam. (Shabecoff:2000, 4)

Peristiwa yang menggambarkan pandangan antroposentrisme dapat dilihat pada

pada tahun 1960-an, pembangunan ekonomi sumber daya alam skala industri pun

dimulai. Diawali Sabah, Malaysia, dengan dikenalkannya gergaji mesin dan

transportasi bermotor telah membantu penebangan kayu menjadi lebih cepat pada

areal hutan yang luas dan jauh di pelosok. Dibandingkan dengan hutan tropis Afrika

dan Amerika Selatan, hutan dataran rendah Borneo memiliki tegakan kayu yang

jauh lebih rapat yang terdiri dari jenis-jenis bernilai ekonomi tinggi. Kayu-kayu itu

diangkut dengan mudah ke pelabuhan-pelabuhan di pesisir. Dengan diketahuinya

cara cepat mengeksploitasi emas hijau ini, deforestasi melaju dengan pesat, dan

orang-orang kaya baru bermunculan. Pada puncak kejayaan eksploitasi kayu, kota

Sandakan di Sabah, di mana sebagian besar kayu Malaysia diekspor, diklaim

memiliki presentase jutawan tertinggi di dunia. (Meijaard,dkk :2017,3)

Pandangan orang mengenai antroposentrisme akan memandang bahwasannya

selain manusia tidak memiliki nilai dan tidak perlu melakukan tindakan moral

terhadap selain manusia. Karena manusia memiliki pandangan ini, akibatnya banyak

terjadi kerusakan alam di mana-mana dan eksploitasi secara berlebih dan diperlukan

perubahan pada cara pandang manusia terhadap lingkungan. Seperti yang dikatakan

oleh Douglas (2017: 609) “ I suggest that our anthropocentric mindset is the central

problem, which we must address urgently.” Hal ini tentunya diperlukan dikarenakan

kerusakan lingkungan yang terjadi sudah membuat banyak kerusakan alam dan

dampaknya sudah terlihat dan dirasakan.

Kedua, Biosentrisme yang memandang bahwasannya bukan hanya manusia

yang memiliki nilai tetapi tumbuhan dan hewan juga memiliki nilai seperti yang

dikatakan oleh Sony A Keraf (2010) sebagai berikut:

20

Ciri utama etika ini adalah biocentric, karena teori ini menganggap setiap

kehidupan dan makhluk mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri.

Semua makhluk bernilai pada dirinya sendiri sehingga pantas mendapat

pertimbangan dan kepedulian moral.

Biosentrisme berbeda dengan antroposentrisme yang berpusat pada manusia.

Biosentrisme lebih menghargai makhluk hidup yang ada di alam ini bukan hanya

manusia, sehingga kehidupan yang ada di dunia ini seperti halnya tumbuhan dan

makhluk hidup lebih bernilai dan mendapatkan kepedulian moral untuk

diperhatikan. Jika antroposentrisme berpandangan human-centered maka biosentris

merupakan pandangan yang berpusat pada life-centered seperti pendapat pada salah

satu ahli yang menganut paham etika ini yaitu Paul W Taylor. Nelson dan Ryan

(2015) mengatakan bahwasannya Gagasan Taylor pada Respect For Nature telah

membentuk dasar bagi sebagian besar argumen biosentris. Taylor sendiri

menyatakan bahwasannya pendapatnya berbeda dengan antroposentris. Menurutnya,

the perspective of a life-centered theory, we have prima facie moral obligations that

are owed to wild plants and animals themselves as members of the Earth‟s biotic

community. (Schmidz and Elizabeth:2012)

Dari sini dapat dilihat bahwasannya pemikirannya berbeda dengan

antroposentrisme yang merupakan teori etika berpusat pada manusia. Pendapat

biosentris lebih memandang hewan dan tumbuhan merupakan bagian dari alam yang

harus dijaga dan diberikan perhatian moral terlepas dari mereka menguntungkan

bagi manusia atau tidak. Life-centered lebih membuat manusia harus menghormati

non-human sebagai bagian dari alam dan harus dilindungi dan dijaga bukan

diekploitasi dan tidak dianggap berguna bagi manusia.

Ketiga, ekosentrisme. Pandangan pada etika ini adalah menganggap semua

yang ada di dunia ini memiliki nilai bukan hanya manusia dan makhluk hidup tetapi

juga memperhatikan abiotik seperti udara, tanah, air dan lain sebagainya. Secara

ekologis, makhluk hidup dan benda-benda abiotis lainnya saling terkait satu sama

lain. Oleh karena itu, kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi

pada makhluk hidup kewajiban dan tanggung jawab moral juga berlaku terhadap

semua realitas ekologis. Salah satu versi teori ekosentrisme adalah teori etika

lingkungan hidup yang sekarang ini populer dikenal sebagai deep ecology. (Keraf,

2010: 93). Terdapat dua hal yang mendasar dalam deep ecology, yaitu:

a. Manusia dan kepentingannya bukan lagi ukuran bagi segala sesuatu yang lain.

Manusia bukan pusat dari dunia moral, tetapi memusatkan perhatian pada

biosphere seluruhnya, yakni kepentingan seluruh komunitas ekologis. Perhatian

bersifat jangka panjang.

b. Etika lingkungan hidup yang dikembangkan dirancang sebagai sebuah etika

praktis, berupa sebuah gerakan yang diterjemahkan dalam aksi nyata dan

konkret. Pemahaman baru tentang relasi etis yang ada dalam alam semesta,

disertai adanya prinsip-prinsip baru sejalan dengan relasi etis tersebut, yang

kemudian diterjemahkan dalam aksi nyata di lapangan. (Sutoyo:2013,203)

Dari ketiga pandangan tersebut, menjelaskan bagaimana pandangan manusia

terhadap lingkungan. Dari antroposentrisme yang memandang bahwasannya

manusia merupakan pusat kehidupan dan tidak memandang non human untuk

mendapatkan etika dikarenakan mereka tidak memiliki nilai. Manusia akan

21

menghargai bahkan menjaga mereka jika hal tersebut berguna untuk manusia

sehingga banyak kerusakan yang terjadi. Sedangkan yang kedua seperti yang

dikemukakan oleh Taylor bagaimana manusia harus menghormati alam dikarenakan

manusia memiliki tanggung jawab untuk menjaga alam dikarenakan manusia

merupakan bagian dari alam. Akan tetapi, unsur abiotik pada teori biosentrisme

kurang mendapatkan perhatian. Dan yang terakhir ekosentrisme yang memandang

bahwasannya semua yang ada di alam ini baik biotik atau abiotik memiliki nilai dan

harus dihormati dan dijaga. Pandangan ini sejalan dengan yang terjadi saat ini,

dikarenakan kerusakan lingkungan bukan hanya permasalahan makhluk hidup di

Bumi tetapi unsur abiotik seperti tanah, udara, dan air menjadi perhatian serius

dalam pencemaran lingkungan.

Orang yang memiliki pandangan antroposentris akan berperilaku tidak

memperdulikan alam, dikarenakan pandangan ini berorinetasi pada manusia sebagai

pusat kehidupan. Seperti contoh Baxter yang dikemukakan sebelumnya. Akan tetapi,

salah satu faktor berkembangnya antroposentris ini dianggap karena agama monoteis

termasuk Islam. Junaidi Abdillah (2014) dalam artikelnya yang berjudul

Dekonstruksi Tafsir Antroposentrisme: Telaah Ayat-Ayat Berwawasan Lingkungan,

menolak pendapat yang mengatakan bahwasannya ajaran Islam merupakan

antroposentris dengan menjelaskan ayat-ayat al-Qur‟an yang diduga antroposentris

yang berasal dari prinsip-prinsip dasar Islam yang berkaitan dengan konsep hakikat

manusia sebagai makhluk istimewa (super being), manusia yang diberi akal

(rasional), manusia makhluk yang paling kuasa atas alam (sukhriya‟) dan konsep

khalifah fi al-ard. Salah satu dari keempat dasar ini seperti yang tertera pada QS. At-

Tin: 4 yang menjelaskan bahwasannya manusia merupakan makhluk istimewa, yaitu

sebagai berikut:

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang

sebaik-baiknya .

Dan ayat yang menjelaskan bahwasannya manusia makhluk yang paling kuasa

atas alam (sukhriya‟)

Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan

Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan

Dia Maha mengetahui segala sesuatu.

Junaidi menjawab dan menjelaskan dengan pertama tentang keistimewaan

manusia adalah konteks kesempurnaan yang hanya dipahami sebatas kesempurnaan

fisik, dan jaminan kesempurnaan manusia terwujud ketika dimensi spiritual dan

amaliahnya terpenuhi. Serta dalam hubungannya dengan lingkungan alam, manusia

memiliki keterbatasan dan kekurang sempurnaan manusia terhadap alam. Kedua,

tentang keistimewaan akal. Junaidi menjelaskan bahwasannya akal manusia

22

diharapkan digunakan agar mampu mengelola alam dan lingkungan dengan baik.

Karena sejatinya penciptaan manusia bermotif pemakmur atau pembangun bumi.

Ketiga, tentang manusia makhluk yang paling kuasa atas alam (sukhriya‟).

Munculnya mainstream demikian karena memahami al-Qur‟an secara atomistik dan

parsial. Jika dilacak lebih jauh, Allah menciptakan planet bumi dan lingkungan ini

tidak hanya diperuntukkan bagi manusia. Dan terakhir tentang khalifah fi al-ard

dijelaskan bahwasannya manusia bukanlah penguasa bumi, melainkan penerus yang

secara fungsional untuk memelihara dan memakmurkan bumi. Dari penjelasan-

penjelasan inilah Junaidi Abdillah menjawab tuduhan bahwasannya Islam bukanlah

agama antroposetris akan tetapi Islam merupakan agama yang sangat

memperhatikan lingkungan.

Terkait dengan hal ini, Dr. Mujiyono Abdillah memaparkan beberapa ayat al-

Qur‟an yang menentang antroposenstrisme sebagai berikut:

Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,.

karena Dia melihat dirinya serba cukup. (QS. Al-Alaq: 6-7)

Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (QS. Al-Ghasyiyah: 22)

Ayat-ayat di atas merupakan larangan menganut paham antroposentrisme

dalam mengelola lingkungan. Sebab antroposentrisme merupakan akar penyebab

terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan. (Abdillah: 2001,156). Islam

sangat melarang umatnya untuk memiliki perilaku antroposentris, karena perilaku

antroposentris menyebabkan banyak permasalahan lingkungan yang terjadi saat ini.

Sikap dan mental paganistis yang antroposentris telah dikecam oleh al-Qur‟an dalam

QS. Al-Baqarah: 6-12 :

Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri

peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.

Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan

mereka ditutup. dan bagi mereka siksa yang Amat berat. Di antara manusia

ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," pada

hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka

hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, Padahal mereka hanya

23

menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada

penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih,

disebabkan mereka berdusta. Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah

kamu membuat kerusakan di muka bum". mereka menjawab: "Sesungguhnya

Kami orang-orang yang Mengadakan perbaikan." Ingatlah, Sesungguhnya

mereka Itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak

sadar.

Ayat ini mengisyaratkan korelasi kuat antara paganis, antroposentris dan

kerusakan lingkungan. Indikator orang-orang pagan adalah keras kepala, keras hati,

penuh kamuflase dan angkuh dalam pengelolaan lingkungan. Mereka selalu berdalih

membangun bumi, padahal sejatinya mereka merusak. (Abdillah: 2014,82)

Etika adalah suatu landasan spiritual dari sebuah budaya. Etika dalam kaitannya

dengan alam dan dalam kaitannya kita sebagai individu, sebagai entitas kelompok,

maupun negara, akan menentukan tingkat keberadaan kita sebagai sebuah makhluk.

Dalam kaitanya dengan alam, etika sangat diperlukan dalam hubungannya dengan

integritas ekologi. Dimana kita memaknai ekologi dan bertanggung jawab terhadap

kelangsungan ekologi dalam keterkaitannya dengan semua komponen spesies dan

ekosistem yang ada di dalamnya. (Marfai, 2013: 24)

Etika dengan corak teologis dijadikan sebagai jalan tengah dari persoalan

lingkungan karena etikalah yang berbicara mengenai bentuk tindakan. Setidaknya

dengan menanamkan nilai-nilai etika terhadap lingkungan hidup mampu membentuk

manusia yang memiliki pandangan dan sikap terhadap lingkungan hidupnya sebagai

amanah Tuhan yang memang wajib.(Sururi:2014,109).

Ahmad Von Denffer, Harun Behr dan Axel Kohler telah berusaha untuk

meletakkan dasar-dasar etika lingkungan sejak terjadinya kejutan pertama mengenai

kehancuran lingkungan. “Masalah Lingkungan dan Islam” menjadi tema utama

dalam peringatan ulang tahun ke-25 pusat Islam di Aachen pada 17 Mei 1989.

Masalah-masalah penting dalam politik Islam untuk menyelamatkan bumi dapat

diringkas sebagai berikut:

a. Kaum muslim, sebaiknya tahu bahwa tidak ada yang menjadi miliknya sebab

segala sesuatu itu milik Allah, bahwa dia tidak tinggal di bumi untuk menguasai

bumi melainkan untuk memanfaatkannya secara bertanggung jawab dalam arti

bahwa dia berhak untuk menggunakan dan menikmatinya tanpa merugikan atau

merusaknya.

b. Tuhan menganjurkan kaum muslim untuk tidak berlebihan dalam segala hal dan

tidak menyia-nyiakan sumber alam dalam keadaan bagaimanapun.

c. Al-Qur‟an penuh dengan gambaran mengenai alam, yang tujuannya adalah

memasukkan ke dalam hati manusia rasa hormat pada ciptaan Tuhan. Bagi kaum

muslim, seluruh Kosmos merupakan komunitas yang bersatu dalam memuja dan

memuliakan Tuhan.

d. Al-Qur‟an memberikan banyak peringatan mengenai berbagai hal kerusakan

lingkungan

e. Selalu menjaga kebersihan lingkungan. (Hofmann: 2002, 179)

Etika lingkungan Islam berbeda dengan etika lingkungan konvensional seperti

yang telah disebutkan sebelumnya. Etika Islam tentang penanganan lingkungan

hidup adalah memperlakukan seluruh populasi dalam ekosistem dengan kebaikan

24

yang tujuannya hanyalah ibadah kepada Allah. Dengan demikian dasar dari etika

Islam dalam penanganan lingkungan hidup adalah Iman, Islam dan Ihsan.

Pemahaman iman sebagai dasar perbuatan adalah menundukkan segala sesuatu

sebagai ciptaan Allah yang sejajar dengan manusia. Kata Islam apabila diambil dari

asal katanya secara semantik berarti selamat. Kaitannya dengan keberadaan

lingkungan hidup mempunyai pemahaman bahwa perilaku manusia terhadap

lingkungan hidup harus ditujukan kepada keselamatan lingkungan. Sedangkan ihsan

dalam kaitannya dengan keberadaan lingkungan hidup terletak pada perbuatan atau

penanganan lingkungan. (Ghazali: 1996, 86). Sarvestani dan Shahvali (2008:613)

mengatakan bahwasannya:

The Islamic worldview is characterized by a specific attribute of

theocentricity in which God encompasses every thing. Explaining

environmental ethics based on this concept can establish a more comprehensive

ethical approach for human-nature interaction. Many verses in Qur‟an confirm

this reality.

Menurut Sarvestabi dan Shavali, karakteristik etika lingkungan dalam Islam

adalah teosentrisme dimana Allah meliputi semua hal. Sehingga konsep ini bisa

membangun etika yang lebih komprehensif dalam pendekatan interaksi antara

manusia dan alam. Banyak ayat al-Qur‟an yang menunjukkan hal ini seperti berikut

ini:

Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah

(pengetahuan) Allah Maha meliputi segala sesuatu. (QS. An-Nisa:126

Ingatlah bahwa Sesungguhnya mereka adalah dalam keraguan tentang

Pertemuan dengan Tuhan mereka. ingatlah bahwa Sesungguhnya Dia Maha

meliputi segala sesuatu. (QS. Fushilat: 54)

Manusia diberi hak dan wewenang oleh Allah SWT untuk memanfaatkan

sumber daya alam dan lingkungan dalam batas-batas kewajaran ekologis. Manusia

tidak diberi wewenang untuk mengeksploitasinya secara sewenang-wenang. Sebab,

manusia bukan pemilik hakiki lingkungan tetapi Allah SWT, pemilik hakiki

lingkungan. (Abdillah: 2001,156). Dengan demikian, etika lingkungan dalam Islam

berpandangan bahwasannya Allah meliputi segala hal sehingga perlakuan terhadap

lingkungan dengan memelihara, menjaga dan tidak berlaku sewenang-wenang

merupakan bentuk ibadah kepada Allah SWT. Sedangkan asas etika lingkungan

hidup dalam Islam yaitu:

a. Tauhid (Monoteisme)

Setiap tindakan atau perilaku manusia yang berhubungan dengan orang lain

atau makhluk lain atau lingkungan hidupnya harus dilandasi keyakinan tentang

keesan dan kekuasaan Allah SWT yang mutlak. Manusia juga harus bertanggung

jawab kepada-Nya untuk semua tindakan yang dilakukannya. Hal ini

menyiratkan bahwa pengesaan Tuhan merupakan satu-satunya sumber nilai

25

dalam etika. Bagi seorang Muslim, tauhid seharusnya masuk ke seluruh aspek

kehidupan dan perilakunya.

b. Akhlak

Manusia mempunyai hak atau diperbolehkan untuk memanfaatkan apa-apa

yang ada di muka bumi (sumber daya alam) yang tidak melampui batas atau

berlebihan. Islam menegaskan bahwa yang berhak mengausai dan mengatur alam

ialah Yang Maha Pencipta dan Maha Mengatur yakni Rabbul Alamin.

c. Syari‟ah

Lingkungan alam ini oleh Islam dikontrol oleh dua konsep (instrumen)

yakni halal dan haram. Jika konsep tauhid, khalifah, amanah, halal dan haram

kemudian digabungkan dengan konsep keadilan, keseimbangan, keselarasan dan

kemaslahatan, maka terbangunlah suatu kerangka yang lengkap dan

komprehensif tentang etika lingkungan dalam perspektif Islam. (Sumantri: 2010,

294)

Dengan berlandaskan pada 3 asas etika ini, Islam mengajarkan untuk selalu

melestarikan lingkungan. Dalam setiap tindakan manusia harus berlandaskan pada

keimanannya terhadap Allah SWT baik itu pada sesama manusia maupun terhadap

lingkungan yang merupakan amanah yang harus dijaga oleh manusia sebagai bentuk

tugasnya sebagai seorang khalifah di bumi. Kemudian dengan memiliki akhlak yang

baik terhadap alam merupakan implementasi dari keimanannya kepada Allah SWT.

Dengan menggunakan alam sebaik mungkin dan tidak merusaknya sehingga

lingkungan dapat terjaga dengan baik. Dan terakhir adalah syari‟ah, dengan

instrumen halal dan haram maka seorang muslim akan memperlakukan alam

disekitarnya dengan baik. Semua ini merupakan etika seorang muslim kepada

lingkungan yang harus dilakukan sebagai bentuk akhlaknya terhadap alam yang

merupakan ciptaan Allah SWT. Salah satu contoh upaya muslim dalam menjalankan etika lingkungan Islam

seperti yang terjadi di Oackland, California yang ada dijelaskan oleh Ibrahim Abdul

Matin (2012) tentang sekelompok kecil muslim yang mengusahakan untuk

mengurangi sampah ketika ifthar pada bulan Ramadhan. Kegiatan ini adalah

berkumpulnya berbagai komunitas di masjid untuk berbuka puasa. Masjid tersebut

adalah masjid Lighthouse, didirikan pada tahun 2008. Masjid ini menetapkan

kebijakan ifthar hijau pada tahun 2009 di bulan Ramadhan. Dimulai dengan

mengganti piring sekali pakai dengan piring anti karat. Berikutnya mereka mulai

mengumpulkan limbah organik dari piring ke dalam wadah kompos. Kemudian tim

di dapur mulai memilah-milah sampah. Akhirnya peserta ifthar mulai membawa

wadah minuman mereka sendiri, mengakhiri penggunaan air kemasan dan cangkir

styrofoam. Masjid Hijau milik komunitas Lighthouse memberi kita teladan. Mereka

mengikuti prinsip Agama Hijau yaitu bersikap adil terhadap bumi dan memelihara

keseimbangan dengan mengajak semua anggota komunitas ikut bertanggung jawab. Kegiatan tersebut memberikan gambaran bagaiman sebuah komunitas ikut

berusaha dalam peduli lingkungan. Kegiatan ifthar memang sering dilakukan pada

saat bulan Ramadhan, akan tetapi sampah yang dihasilkan juga cukup banyak. Di

Indonesia, tempat makanan untuk ifthar baisanya menggunakan styrofoam ataupun

kertas tebal sebagai wadah makanan. Belum lagi wadah untuk minuman kemasan

dan takjil yang disajikan, sehingga sampah yang dihasilkan juga cukup banyak.

26

Salah satu kebiasaan yang mencerminkan kepedulian pada lingkungan lainnya

adalah kebiasaan masyarakat Jepang Seperti Orang tua di Jepang mendidik anak-

anak mereka sejak kecil untuk selalu menjaga kebersihan mereka berada, seperti

membuang sampah pada tempatanya, mengelompokkan sampah sesuai jenisnya,dan

lain sebagainya. Hal ini lambat laun menjadi kepribadian yang mengakar kuat dan

cermin masyarakat Jepang di mata dunia sebagai negara dengan tingkat kebersihan

paling baik. (Adriana: denpasar.id.emb-japan.go.jp)

Lain halnya dengan mansyarakat Indonesia yang kurang peduli terhadap

kebersihan lingkungannya. Sampah dapat dengan mudah ditemui di jalan ataupun

pinggir sungai sehingga mencemari sungai dan lingkungan sekitarnya. Kedua contoh

tersebut memberikan gambaran bagaimana seharusnya masyarakat yang peduli

terhadap lingkungan. Walaupun Jepang bukan negara dengan masyarakat yang

beragama Islam tetapi mereka menerapkan kebiasaan kebersihan dalam kehidupan

kesehariannya, yang seharusnya diterapkan pada masyarakat muslim di Indonesia

yang memang dalam ajaran agama Islam sangat memperhatikan kebersihan. Dan

langkah sederhananya adalah mengurangi sampah yang dihasilkan seperti komunitas

muslim di Oackland.

3. Pelestarian Lingkungan Hidup

Kerusakan lingkungan yang terjadi menjadi salah satu permasalahan yang harus

ditangani dengan serius. Selain merubah cara pandang terhadap lingkungan,

diperlukan adanya tindakan atau langkah-langkah untuk memelihara dan melindungi

alam agar lingkungan tetap terjaga dan dapat menanggulangi kerusakan yang terjadi.

Dalam KBBI, Pelestarian adalah proses, cara, perbuatan melestarikan. Sedangkan

pelestarian lingkungan adalah kegiatan melindungi lingkungan dari pencemaran dan

kerusakan. (kbbi.kemendikbud.go.id). Kemudian pelestarian fungsi lingkungan

hidup adalah rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan

daya tampung lingkungan hidup. (UU 32 Tahun 2009 Pasal 1). Salah satu yang

dapat dilakukan untuk melestarikan lingkungan adalah dengan konservasi.

Konservasi berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together)

dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa

yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use).

(Utami: 2008,179). Dalam kamus KBBI, konservasi adalah pemeliharaan dan

perlindungan sesuatu secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan

dengan jalan pelestarian. Dalam UU 32 Tahun 2009, disebutkan bahwa konservasi

sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam untuk menjamin

pemanfaatannya secara bijaksana serta kesinambungan ketersediannya dengan tetap

memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya. Dengan

demikian, maksud konservasi disini adalah upaya pemeliharaan dan perlindungan

terhadap lingkungan untuk menanggulangi dan mencegah kerusakan alam. Untuk

membahas tentang konservasi, berikut akan dipaparkan penjelasan terkait dengan

konservasi yaitu:

a. Gerakan Pelestarian Lingkungan Hidup

Konsep pelestarian alam (nature conservation) sampai hari ini masih

mencari bentuk-bentuk terapan yang tepat. Persoalan lingkungan hidup mulai

muncul dan berkembang sejak abad ke 17, terutama setelah manusia berhadapan

dengan teknologi dan revolusi industri di Eropa. Proses-proses mekanis dan

penggunaan bahan-bahan kimiawi ternyata banyak yang tidak bersahabat dengan

27

lingkungan. munculnya mesin dan penggunaan bahan bakar mengakibatkan

pencemaran yang berakibat serius bagi kerusakan ekosistem alam. (Mangunjaya:

2005,51)

Kerusakan yang terjadi, berakibat buruk bagi kehidupan manusia, salah

satunya adalah kerugian ekonomi. Kerugian ekonomis yang diderita menjadi

sangat signfikan, terutama pada sistem perekonomian rakyat yang sangat

bergantung pada sumber daya alam dan kehutanan seperti perkebunan rakyat,

pertanian tanaman pangan, pemanfaatan hasil hutan kayu dan nonkayu,

perikanan tangkap di sungai dan rawa, serta usaha informal lainnya yang selama

ini menjadi andalan masyarakat di daerah terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

(Arifin:2001,137)

Awal timbulnya kesadaran untuk melestarikan lingkungan adalah dengan

terbitnya buku yang berjudul Silent Spring karya Rachel Carson. Dalam karyanya

tersebut Carson menjelaskan pengaruh penggunaan DDT pada pestisida. Pada

bagian pertama yaitu A Fable for Tomorrow, Carson menjelaskan keadaan

musim semi yang berbeda dengan masa sebelumnya. Salah satu yang

dideskripsikan Carson sebagai berikut:

There was a strange stillness. The birds, for example—where had they

gone? Many people spoke of them, puzzled and disturbed. The feeding

stations in the backyards were deserted. The few birds seen anywhere were

moribund; they trembled violently and could not fly. It was a spring without

voices. On the mornings that had once throbbed with the dawn chorus of

robins, catbirds, doves, jays, wrens, and scores of other bird voices there

was now no sound; only silence lay over the fields and woods and marsh.

(Carson: 1962,3)

Dibukunya tersebut Carson menemukan bahwasannya bahan kimia

berakibat buruk bagi lingkungan termasuk manusia. Buku yang ditulis Carson ini

dibaca oleh berbagai kalangan, yaitu ilmuwan, politisi, pembuatan kebijakan dan

khalayak umum. Industri kimia melihat buku Carson sebagai ancaman atas

penjualan bahan kimia yang sangat laris. Berkat buku ini, masyarakat menjadi

sadar akan kerusakan lingkungan terjadi dan memunculkan gerakan-gerakan

peduli lingkungan. salah satunya yaitu dengan diadakannya Hari Bumi untuk

menghormati bumi dan perdamaian. Kemudian pada 5-16 juni 1972 diadakan

konferensi Stockholm di Swedia. Untuk pertama kalinya, gerakan peduli

lingkungan menjadi agenda politik dunia. Pada konferensi ini dihasilkan

Deklarasi Stockholm, rencana aksi lingkungan hidup, dan pembentukan lembaga

program lingkungan PBB yaitu UNEP. (Saraswati, dkk:2016,50)

Berbagai komitmen global dan perjanjian internasioanl lain yang menjadi

gerakan untuk pelestarian lingkungan, antara lain:

1) Protokol kyoto, tentang emisi gas rumah kaca yang menimbulkan pemanasan

global

2) Protokol montreal, untuk membatasi produksi dan penggunaan CFC (Chloro

Fluoro Carbon) yang mengakibatkan berlubangnya lapisan ozon yang

menyerap 99% radiasi sinar ultraviolet, yang di Bumi menimbulkan kanker

kulit pada manusia, dan ganggunan pertumbuhan di Bumi

3) Protokol Cartegana, yang menjamin pelestarian dan kelayakan pemanfaatan

keanekaragaman hayati

28

4) Konvensi perdagangan jenis lamgka, yang memberikan tugas otoritas

pengelolaannya pada departemen kehutanan sednag otoritas keilmuan pada

lipi (lembaga ilmu pengetahuan indonesia)

5) Kesepakatan mengurani penyebab hujan asam, air hujan yang mengandung

H2CO3, H2SO4, HNO3, dan sebagainya. (Soerjani: 2008,44)

Masih banyak lagi gerakan-gerakan peduli lingkungan dalam upaya

melestarikan lingkungan. Gerakan-gerakan ini juga merupakan pertanda

bahwasannya masyarakat di dunia mulai menyadari pentingnya mencegah dan

menanggulangi kerusakan lingkungan yang banyak terjadi di setiap negara. Dan

gerakan peduli lingkungan juga terjadi di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan

dengan adanya Kementerian Lingkungan Hidup di Indonesia, yang menangani

permasalahan lingkungan di Indonesia.

b. Pelestarian Lingkungan di Indonesia

Hubungan manusia dengan lingkungan sangat erat. Manusia memenuhi

kebutuhannya dengan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Dari

lingkungan tersebut manusia membentuk suatu peradaban dan kebudayaan.

Perlakuan manusia terhadap lingkungan tentunya mencerminkan seperti apa

lingkungan manusia itu terjaga. Jika lingkungan itu kotor, gersang dan tidak

terawat berarti perlakuan terhadap lingkungan mereka tidak diperdulikan begitu

juga sebaliknya. Sehingga perlakuan manusia terhadap lingkungan menentukan

bagaimana pelestarian lingkungan dapat terjaga di tempat manusia itu tinggal.

Interakasi manusia dengan lingkungan membentuk suatu kebudayaan setempat

dan berbeda-beda sesuai bagaimana manusia itu memandang dan

memperlakukan lingkungannya sehingga mereka dapat beradaptasi dengan

lingkungan alam mereka tinggal.

Sebagai bentuk pelestarian lingkungan, Indonesia mengeluarkan beberapa

Undang-undang seperti UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya

Alam Hayati dan ekosistem dan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam UU 5 Tahun 1990 pasal 29 kawasan

pelestarian alam terdiri dari taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata

alam. Sedangkan kawasan suaka alam disebutkan dalam pasal 14 yaitu terdiri

dari cagar alam dan suaka margasatwa.

Kemudian terdapat pula lembaga konservasi, sebagaimana diketahui

lembaga konservasi adalah lembaga yang bergerak di bidang konservasi

tumbuhan dan/atau satwa liar di luar habitatnya (ex-situ) baik lembaga

pemerintah maupun lembaga non pemerintah. Lembaga konservasi mempunyai

fungsi utama pengembangbiakkan terkontrol dan /atau penyelamatan tumbuhan

san satwa dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya serta berfungsi

sebagai tempat pendidikan, peragaan, penitipan sementara, sumber indukan dan

cadangan genetik untuk mendukung populasi in-situ, sarana rekreasi yang sehat

serta penelitian dan pengembnagan ilmu pengetahuan. (KLHK:2016,117)

Dalam Peraturan Menteri Kehutanan No. P.31 Tahun 2012 tentang lembaga

konservasi dijelaskan bahwa lembaga konservasi dapat berbentuk sebagai

1) Pusat penyelamayan satwa

2) Pusat latihan satwa khusus

3) Pusat rehabilitasu satwa

4) Kebun binatang

29

5) Taman safari

6) Taman satwa

7) Taman satwa khusus

8) Museum zoologi

9) Kebun botani

10) Taman tumbuhan khusus, atau

11) Herbarium. (Permen Kehutanan No. P.31 Tahun 2012)

Pada tanggal 23 Mei 1978 diadakan pertemuan LSM (Lembaga Swadaya

Masyarakat) yang melahirkan KSPLH (Kelompok Sepuluh Pelestari Lingkungan

Hidup. KSPLH lahir dari gabungan berbagai organisasi masyarakat non

pemerintah di bidang lingkungan hidup yang menjadi cikal bakal WALHI

(Wahana Lingkungan Hidup Indonesia). Terdapat empat organisasi masyarakat

bidang lingkungan hidup yang berpengaruh, yaitu WALHI, Serikat Petani

Indonesia, Greenpeace dan WWF. Greenpeace dan WWF merupakan organisasi

internasional yang masuk ke Indonesia pada akhir tahun 1990-an.

(Saraswati,dkk:2015, 58)

Pelibatan masyarakat juga dilakukan sebagai upaya pelestarian lingkungan.

Mengingat masyarakat juga memiliki peran penting dalam pelestarian

lingkungan. Membuka pandangan luas tentang lansekap dan pendekatan

konservasi yang berkaitan dengan konservasi dan masyarakat. Ini bermakna

dalam bahwa konservasi tidak akan berhasil jika masyarakat tidak diakui peran

dan kontribusinya dan tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan tentang

konservasi. (Eghenter, dkk: 2012, 138)

Masyarakat adat Kanekes misalnya, secara umum merasa terikat dengan

alam dan lingkungannya. Alam Pasundan menjadikan manusia dan masyarakat

Sunda memiliki budaya yang arif dalam mengelola lingkungannya. Adanya

kesadaran yang mengharuskan selaras dan mengelola dan menjaga alam

diungkapkan dalam beberapa bentuk tradisi upacara, ungkapan tuntunan hidup

dalam peribahasa, nasihat, uga, dan bahkan penggunaan peristilahan nama-nama

alam dengan memahami “karakter” dari masing-masing unsur alam.

(Indrawardana :2012, 7)

Apabila dicermati, maka ada beberapa kesamaan yang bisa dijadikan

sebagai ciri-ciri konservasi khas Indonesia, yaitu:

1) Konservasi khas indonesia tidak memisahkan kawasan konservasi dengan

masyarakat yang tinggal di sekitarnya.

2) Konservasi khas indonesia adalah wujud dari pengetahuan lokal yang

mementingkan keragaman dalam pengelolaannya, baik di tingkat genetik,

jenis, maupun ekosistem.

3) Argumentasi pelestarian dalam konservasi khas Indonesia didasari oleh

pertimbangan rasional. Semuanya ditujukan untuk pemanfaatan, tetapi bukan

pemanfaatan yang rakus, namun pemanfaatan yangs sesuai dengan kebutuhan

serta pemanfaatan yang mempertimbangkan kepentingan generasi yang akan

datang.

4) Konservasi khas indonesia umumnya termasuk bagian dari sistem yang jelas

dari wewenang lokal dan adat yang mengatur panen, mengawasi warga keluar

masuk lahan, dan menyelesaikan perselisihan. (Setyowati, dkk: 2008,57)

30

Dengan demikian, upaya pelestarian lingkungan ditandai dengan

dikeluarkannya Undang-undang sebagai bentuk pelestarian. Konservasi yang ada

juga bermacam-macam, seperti taman nasioanal, cagar alam dan lain sebagainya.

Belum lagi keterlibatan masyarakat lokal dalam usaha konservasi. Semua usaha

tersebut merupakan upaya yang dilakukan Indonesia dalam menjaga kelestarian

lingkungan alamnya.

c. Pelestarian Lingkungan dalam Islam

Agama terutama Islam sebenarnya mempunyai pandangan (konsep) yang

sangat jelas terkait konservasi dan penyelamatan lingkungan. Islam merupakan

agama yang memandang lingkungan sebagai bagian tak terpisahkan dari

keimanan kepada Tuhan. Alam semesta termasuk bumi yang kita tempati ini

adalah ciptaan Tuhan. Oleh karena itu mengenal, memahami dan memelihara

alam merupakan bagaian dari keimanan seseorang kepada Yang Maha

Menciptakan alam. (Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah dan

Kemenlh, 2011: 3)

Hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya dapat dikembangkan,

antara lain dengan memelihara dan menyayangi binatang dan tumbuh-tumbuhan,

tanah, air, dan udara serta semua alam semesta yang sengaja diciptakan Allah

untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya. (Ali, 2008: 371).

Hal ini menunjukkan bahwasannya pelestarian lingkungan dalam Islam

merupakan bentuk keimanan seorang muslim terhadap Allah yaitu dengan

menghormati, mengenal, memelihara lingkungan. Bukan hanya sebatas pada

tumbuh-tumbuhan akan tetapi juga memperlakukan binatang dengan baik dan

tidak menyiksanya. Karena semua yang ada di alam ini merupakan ciptaan Allah

SWT yang harus dijaga kelestariannya.

Manusia sebagai pemegang amanah harus mengolah lingkungannya

sehingga daya kemampuan itu berdaya guna dan kemanfaatan lingkungan

dirasakan dampaknya secara positif. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 2.2

sebagai berikut:

Gambar 2.2

Pengelolaan Lingkungan dalam Islam

ALLAH

MANUSIA

I

P

T

E

K

BIOTIC ECOLOGY

UNBIOTIC ECOLOGY

MAN-MADE ENVIRONMENT

Kebutuhan

Hidup

Manusia

IBADAH

31

Allah sebagai khalik memberikan tugas kepada manusia yang mempunyai

potensi (ilmu pengetahuan dan tekologi) untuk mengolah seluruh lingkungan

baik yang biotik maupun abiotik. Pengelolaan lingkungan didasarkan atas

kepatuhan kepada Allah. (Ghazali:1996,89)

Dari gambar 2.2 di atas dapat dilihat bahwasannya pengelolaan lingkungan

dalam Islam berdasarkan kepatuhan kepada Allah SWT sebagai pencipta seluruh

alam ini. Potensi yang dimiliki manusia bukan hanya mengelola lingkungan

sebatas pada biotik tetapi juga pada lingkungan abiotik. Yang kemudian

pengelolaan semua unsur lingkungan tersebut memenuhi kebutuhan manusia.

yang kesemuanya itu dilakukan hanya untuk ibadah kepada Allah SWT.

Sehubungan dengan etika Islam mengenai dengan lingkungan, Nur Afiyah

Febriani (2014:35) merumuskan bagaimana al-Qur‟an mendeskripsikan langkah

praktis tentang managemen lingkungan yang dapat diaplikasikan manusia dari

beberapa ayat yang berhubungan dengan etika manusia terhadap lingkungan,

diantaranya yaitu:

1) Memahami hakikat alam raya sebagai sesama makhluk Tuhan

2) Kesadaran akan integritas antara manusia dan alam raya

3) Menghormati eksistensi alam raya

4) Menggunakan sumber daya alam dengan bijak

5) Aplikasi etika ekologis dan kerjasam antar umat manusia di seluruh dunia,

dalam usaha konservasi lingkungan

6) Ketaatan masyarakat terhadap tatanan hukum yang dibuat oleh pemegang

kebijakan

Keenam langkah ini merupakan pengelolaan lingkungan yang dilakukan

manusia sebagai bentuk etikanya kepada lingkungan. Pada langkah pertama

manusia harus memahami bahwasannya alam raya merupakan makhluk Allah

SWT sehingga kedudukan manusia sama dengan alam. Yaitu sama-sama

merupakan ciptaannya. Hal ini juga dapat dilihat dari langkah plestarian

lingkungan yang diterangkan oleh Ibrahim Abdul Matin.

Ibrahim Abdul Matin menyebutkan beberapa langkah agar terciptanya

pelestarian lingkungan yaitu dengan menerangkan 6 prinsip dari Green Deen

yaitu:

1) Memahami keesaan Tuhan dan ciptaan-Nya (tauhid)

2) Melihat tanda-tanda Tuhan (ayat) di seluruh semesta

3) Menjadi penjaga (khalifah) bumi

4) Menghargai dan menunaikan kepercayaan (amanah) yang diberikan Tuhan

kepada kita untuk melindungi planet ini.

5) Memperjuangkan keadilan („adl)

6) Hidup selaras dengan alam (mizan) (Matin: 2012, 8)

Dalam prinsip Green Deen ini, seorang muslim dapat melakukan pelestarian

lingkungan dimana ia berada dengan pertama Tauhid, yang meyakini bahwa

Allah SWT menciptakan seluruh alam raya sehinga melihat alam sebagai tanda

dari kekuasaan Allah SWT sehingga manusia sebagai khalifah di bumi memiliki

tanggung jawab untuk selalu menghormati dan menjaga lingkungan sebagai

amanah yang dititipkan oleh Allah SWT. Sedangkan Adl dan Mizan merupakan

keharusan yang dilakukan manusia pada lingkungan dengan tidak menggunakan

alam secara berlebihan.

32

Menurut Matin.(2010: 22), konsep tentang agama hijau menuntut kita untuk

menerapkan Islam seraya menegaskan hubungan integral antara keimanan dan

lingkungan atau dengan seluruh alam.

Dengan demikian bahwa pelestarian lingkungan dalam Islam yaitu

berdasarkan keimananya kepada Allah SWT. Yang selanjutnya dengan

keimanannya ini, manusia menggunakan potensi yang dimilikinya untuk

mengolah dan menjaga lingkungan sebagai bentuk tanggung jawabnya sebagai

seorang khalifah.

Sehubungan dengan pelestrarian lingkungan, Dr. Daud Effendy (2008) juga

memberikan penjelasan beberapa pesan dasar Islam tentang pemeliharaan dan

pengelolaan lingkungan yaitu sebagai berikut:

1) Pesan Pemeliharaan terhadap Tanaman

Upaya penghijauan terhadap tetanaman sebagai salah satu bentuk

pemeliharaan lingkungan didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu:

Pertama adalah pertimbangan atas manfaat. Kedua, pertimbangan keindahan

(estetika).

2) Menjaga Sumber Daya Alam

Dengan kesadaran yang dalam bahwa sumber daya alam adalah

merupakan nikmat dan karunia Allah SWT bagi makhluk-Nya maka sumber

daya alam tersebut merupakan kewajiban setiap manusia, dan barang siapa

merusaknya termasuk pada kategori orang yang tidak pandai bersyukur.

3) Menjaga Keseimbangan Lingkungan Hidup

Ada prinsip-prinsip yang harus ditegakkan oleh manusia dalam konteks

keseimbangan lingkungan. yaitu tidak memiliki sikap berlebih-lebihan dan

melampaui batas kewajaran dan perbuatan lalai serta mengecilkan arti atau

mendistorsi makna yang sebenarnya.

Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwasannya Islam memberikan

bimbingan untuk manusia dalam memelihara dan mengelola lingkungan. Dengan

memelihara tanaman, manusia akan mendapatkan manfaat dalam kehidupan

sehari-hari. Bukan hanya untuk kebutuhan jasmani tetapi juga kebutuhan jiwa

manusia. Sebab dengan memelihara tanaman seperti pepohonan akan muncul

keindahan yang akan menentramkan jiwa manusia sekaligus pohon tersebut juga

memproduksi oksigen yang bermanfaat bagi manusia. Selanjutnya menjaga

sumber daya alam dan keseimbangan lingkungan hidup juga merupakan peran

manusia sebagai seorang khalifah di bumi sehingga manusia dilarang untuk

berlaku berlebihan dan selalu mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT.

Semangat konservasi dan pelayanan terhadap pelestarian alam dan

lingkungan terdapat cukup banyak dalam istilah yang telah digunakan, baik yang

kita temukan dalm kitab-kitab klasik. Beberapa diantaranya dalam istilah tersebut

disebutkan secara spesifik dalam bentuk praktis yang pernah diajarkan oleh

Rasulullah SAW. Beberapa institusi penting yang dapat dipandang sangat vital

sifatnya dilihat dalam kondisi terkini yang menyangkut pembagian lahan hutan,

pengeolaan hidupan liar, pertanian dan tata kota, ada beberapa hal istilah

diantaranya:

1) Ihya almawat, menghidupkan lahan yang terlantar dengan cara reklamasi atau

memfungsikan kawasan tersebut agar menjadi produktif

33

2) Iqta, lahan yang dipinjamkan (lahan garap) oleh negara kepada para investor

atau pengembang dengan perjanjian kesanggupan untuk mengadakan

reklamasi perbaikan pada lahan yang digarap.

3) Ijarah, merupakan mekanisme syari‟at dalam mengelola lahan yang dimiliki

oleh negara atau milik pribadi untuk disewakan.

4) Harim, lahan atau kawasan yang sengaja dilindungi untuk melestarikan

sumber-sumber air.

5) Hima‟, kawasan yang dilindungi untuk kemaslahatan umum dan pengawetan

habitat alami

6) Waqaf, lahan yang dihibahkan untuk kepentingan publik

(ummat).(Mangunjaya:2007,91)

Kemudian Ulin Niam Masruri (2014), menyebutkan bahwasannya

Rasulullah melalui hadis-hadis telah menanamkan nilai-nilai implementasi

pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup ini kepada kita semua,

diantaranya adalah:

1) Menjaga kebersihan lingkungan

2) Memanfaatkan tanah tandus

3) Penetapan daerah konservasi

4) Penanaman pohon dan melakukan penghijauan

5) Menjaga keseimbangan alam

Hal-hal yang telah disebutkan memberikan gambaran kepada umat Islam

untuk memelihara dan melestarikan lingkungan seperti yang dicontohkan oleh

Rasulullah. Dari hal yang paling mendasar yaitu menjaga kebersihan lingkungan

yang dapat dilakukan dalam keseharian seorang muslim. Karena dalam

menjalankan ibadah shalat seorang muslim harus dalam keadaan suci, baik

badan, pakaian dan tempat ibadah. Selanjutnya dengan menanam pohon dan

menjaga lahan konservasi.

Islam sangat memperhatikan kebersihan dikarenakan, pertama, Allah suka

kebersihan, seperti QS. Al-Baqarah dan QS. At-Taubah: 108. Dalam QS. At-

Taubah menjelaskan bahwa Allah memuji penghuni masjid Quba dan memuji

kebiasaan mereka yang mencintai kebersihan. Yang mana QS. At-Taubah

sebagaimana berikut:

Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya.

Sesungguh- nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba),

sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. di

dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. dan

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.

34

Kedua, kebersihan adalah cara untuk menuju kesehatan dan kekuatan. Islam

sangat menggalakkan kesehatan badan dan kekuatan jasmani. Mengingat badan

adalah amanat, maka seorang muslim tidak boleh bersikap sembrono atahu

lengah terhadap kewajiban yang bukan diberikan kepada badannya agar badan itu

biasa tahan terhadap berbagai penyakit. (Qaradlawi: 1997, 365)

Islam sangat menjaga keseimbangan antara produksi dan pelestarian alam.

Pelestaran tidak mutlak bermakna menjaga lingkungan tanpa memanfaatkannya,

karena segala yang ada di bumi sudah disediakan oleh Allah SWT untuk menjaga

kelangsungan hidup manusia. Sedangkan produksi juga tidak berarti

memanfaatkan hasil alam tanpa memperhatikan kelestariannya. Dua hal ini harus

seimbang sehingga lingkaran kebutuhan manusia dan alam termasuk hewan dan

tumbuhan di dalamnya tetap terjaga dengan baik. (Chandra: 2016,24).

Dalam penelitian yang ditulis oleh Mamluatun Nafisah (2017: 175) tentang

al-Qur‟an dan konservasi dalam salah satu kesimpulannya menyimpulkan

bahwasannya al-Qur‟an menggariskan nilai dasar dan hukum praktis yang

subtantif dalam pengelolaan lingkungan, meliputi prinsip yang mendasar

pemanfaatan potensi bumi, al-Qur‟an memerintahkan manusia untuk melakukan

„imarat al-ard yaitu menjadikan bumi atau lingkungan sebagai media

mewujudkan kemaslahatan hidup makhluk secara keseluruhan di muka bumi,

sehingga dalam pemanfaatannya manusia harus selalu memperhatikan aspek

keseimbangan alam. Sementara prinsip pemeliharannya, al-Qur‟an menekankan

pentingnya memperlakukan lingkungan dengan baik tanpa melakukan kerusakan.

Pertama, bumi diwariskan kepada orang-orang saleh. Artinya, hanya orang-

orang yang berbuat baik, berbudi luhur dan mampu hidup damai dnegan alam,

yang berhak tinggal dan mengelola bumi. Kedua, seluruh makhluk yang ada di

alam raya ini, tidak lain adalah ummah sebagaimana manusia. Ketiga, manusia

sebagai khalifah fi al-ard mempunyai tugas mengantarkan alam memenuhi

tujuan penciptaannya sehingga pengelolaan lingkungan yang dapat

mendatangkan kebaikan, maka hak itu dibolehkan, bahkan diwajibkan.

Sementara pengelolaan yang dapat menghilangkan fungsi penciptaannya maka

itu dilarang bahkan diharamkan.

Dapat lihat bahwasannya konservasi dalam penelitian Nafisah sama seperti

yang telah disebutkan sebelumnya. Yaitu alam sebagai bentuk amanah dari Allah

SWT, semua makhluk yang ada di alam merupakan ciptaan Allah SWT sehingga

kedudukannya sama dengan manusia, sama-sama merupakan ciptaan Allah SWT.

sehingga manusia yang mempunyai tugas sebagai seorang khalifah harus

menjaga dan melestarikan alam.

Dengan demikian, pemeliharaan lingkungan dalam Islam dimulai dengan

perannya sebagai hamba Allah yaitu keimanan manusia kepada sang pencipta-

Nya sehingga ia beribadah dalam bentuk apapun, termasuk dalam urusan

menjaga lingkungan. Kemudian memahami bahwasannya alam yang ada dikelola

untuk memenuhi kebutuhan manusia dan kedudukan manusia sama dengan alam,

yang merupakan ciptaan Allah SWT. manusia juga harus mengingat

bahwasannya dalam memenuhi kebutuhannya tersebut lingkungan alam tidak

untuk dieksploitasi secara berlebihan dengan tidak bertanggung jawab. Tetapi

harus dijaga kelestarian lingkungan alamnya dan mengoloahnya dengan tidak

berlebihan yang akan menimbulkan kerusakan pada alam tersebut.

35 B. Guru Pendidikan Agama Islam

Guru merupakan penanggung jawab utama pendidikan anak melalui proses

pendidikan formal anak yang berlangsung di sekolah karena tanggung jwab merupakan

konsekuensi logis dari sebuah amanat yang dipikulkan di atas pundak para guru.

(Wiyani: 2013, 97)

Terlebih guru pendidikan agama Islam yang mengajarkan tentang nilai-nilai ajaran

agama Islam, memiliki tanggung jawab yang besar dalam mendidik siswa dalam

mengajarkan dan menanamkan ajaran-ajaran Islam sehingga siswa memiliki nilai-nilai

Islam yang dilakukan dalam kesehariannya. Untuk itu pada bagian ini, akan dipaparkan

pengertian guru pendidikan agama Islam, kompetensi yang harus dimiliki guru

Pendidikan Agama Islam dan peran seorang guru di sekolah. Dan penjelasannya adalah

sebagai berikut:

1. Definisi Guru Pendidikan Agama Islam

Guru merupakan seorang pendidik, pembimbing, pelatih dan pengembang

kurikulum yang dapat menciptakan kondisi dan suasan belajar yang kondusif, yaitu

suasana belajar menyenangkan, menarik, memberi rasa aman, memberikan ruang

pada siswa untuk berpikir aktif, kreatif, dan inovatif dalam mengeksplorasi dan

mengelaborasi kemampuannya. (Anwar: 2014,139).

Pengertian lainnya bahwa Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam

proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya

manusia yang potensial di bidang pembangunan. Dalam arti khusus dapat dikatakan

bahwa setiap diri guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya

pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Dalam rangka ini guru tidak

semata-mata sebagai “pengajar” yang transfer of knowledge, tetapi juga sebagai

“pendidik” yang transfer of values dan sekaligus sebagai “pembimbing” yang

memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.(Sardiman: 2000,123)

Dengan demikian guru merupakan pendidik yang memiliki tanggung jawab

untuk mendidik, mengajar, menuntun dan membimbing siswa sehingga siswa dapat

mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Pendidikan agama Islam itu sendiri adalah pendidikan dengan melalui ajaran

agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya

setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan

ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta

menjadikannya ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi

keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak. (Daradjat,

2012: 86)

PAI dapat dimaknai dari dua sisi, yaitu pertama, PAI sebagai sebuah mata

pelajaran seperti dalam kurikulum sekolah umum (SD,SMP dan SMA). Kedua, PAI

sebagai berlaku sebagai rumpun pelajaran yang terdiri atas mata pelajaran Aqidah

Akhlak, Fiqih, Qur‟an Hadits dan Sejarah Kebudayaan Islam seperti yang diajarkan

di Madrasah (MI,MTs dan MA). (Mawardi:2013, 204)

Sedangkan Menurut Muhaimin (2009: 14) Pendidikan agama Islam yang

termasuk dalam pelajaran agama di sekolah merupakan aktivitas pendidikan yang

diselenggarakan atau didirikan dengan hasrat dan niat untuk mengejawantahkan

ajaran dan nilai-nilai Islam.

Sehingga pendidikan agama Islam di sekolah merupakan aktivitas pendidikan

yang mengajarkan, mendidik dan membimbing siswa untuk dapat memahami dan

mengamalkan ajaran agama Islam dalam keseharian siswa. Dengan demikian guru

36

pendidikan agama Islam lebih dari sekedar pengajar tetapi juga sebagai pendidik

yang menuntun dan menanamkan ajaran agama Islam sehingga tujuan dari

pendidikan agama Islam dapat tercapai.

Tujuan pendidikan agama Islam yaitu terwujudnya insan kamil yang memiliki

integritas iman, moral dam amal, adanya kesatuan antara jasmani dan rohani, dunia

dan akhirat. Dengan kata lain, pendidikan agama Islam harus menyentuh tiga ranah,

yaitu hati (heart) atau afektif, akal (head) atau kognitif, jasmaniah (hand) atau

psikomototrik. Ketiganya harus berjalan secara simultan, integratif, dan holistik.

(Musfah: 2015, 231)

Sedangkan menurut Muhaimin (2014:79), tujuan pendidikan agama Islam

bertujuan untuk meningkatkan keimanan pemahaman penghayatan dan pengalaman

peserta didik tentang agama Islam sehingga mejadi manusia muslim beriman dan

bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,

bermasyarkat berbangsa dan bernegara. Untuk mencapai tujuan tersebut maka

ruanglingkup materi PAI pada dasarnya mencakup tujuh unsur pokok yaitu al-

Qur‟an-hadits, keimanan, syariah ibadah muamalah akhlak dan tarikh (sejarah

Islam) yang menekankan pada perkembangan polotik.

Pendidikan agama Islam mempunyai tujuan-tujuan yang berintikan tiga aspek,

yaitu aspek iman, ilmu dan amal yang pada dasarnya berisi:

a. Menumbuh suburkan dan mengembangkan serta membentuk sikap positif dan

disiplin serta cinta terhadap agama dalam pelbagai kehidupan anak yang nantinya

diharapkan menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT taat kepada

perintah Allah SWT dan Rasul-Nya.

b. Ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya nerupakan motivasi intrinsik

terhadap pengembangan ilmu pengeatahuan yang harus dimiliki anak. Berkat

pemahaman tentang pentingnya agama dan ilmu pengetahuan (agama dan umum)

maka anak menyadari keharusan menjadi seorang hamba Allah yang beriman dan

berilmu pengetahuan. Dengan iman dan ilmu itu semakin hari semakin menjadi

lebih bertakwa kepada Allah SWT sesuai dengan tuntunan Islam.

c. Menumbuhkan dan membina keterampilan beragama dalam semua lapangan

hidup dan kehidupan serta dapat memahami dan menghayati ajaran agama islam

secara mendalam dan bersifat menyeluruh, sehingga dapat digunakan sebagai

pedoman hidup, baik hubungan dirinya dengan Allah SWT melalui ibadah shalat

umpanya dan dalam hubungannya dengan sesama manusia yang tercermin dalam

akhlak perbuatan serta dalam hubungan dirinya dengan alam sekitar melalui cara

pemeliharaan dan pengolahan alam serta pemanfaatan hasil usahanya.(Daradjat,

2012:90)

Dengan demikian, guru pendidikan agama Islam disini adalah pendidik yang

menanamkan nilai-nilai Islam dengan mengajarkan, membimbing, menuntun, dan

memberi contoh kepada siswa sehingga siswa menjadi seorang muslim yang

beriman dan taat kepada Allah serta memiliki nilai-nilai yang terkandung dalam

ajaran agama Islam baik dalam kehidupan kesehariannya.

2. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam

Pada keputusan Menteri Agama RI No. 211 Tahun 2011 tentang Pedoman

Pengembangan Standar Nasional Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah dijelaskan

tentang ruanglingkup pendidikan agama Islam pada berbagai jenjang, dikarenakan

tempat penelitian ini pada jenjang Sekolah Menengah Pertama, oleh karena itu, akan

37

dicantumkan ruanglingkup pendidikan agama Islam di SMP. Ruang lingkup

pendidikan agama Islam pada SMP meliputi keselarasan, keserasian dan

keseimbangan:

a. Hubungan manusia dengan Tuhan

b. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri

c. Hubungan manusia dengan sesama manusia, dan

d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan alam

Sedangkan aspek pendidikan agama Islam pada SMP meliputi:

a. Al-qur‟an/hadits: menekankan pada kemampuan membaca, menulis dan

meterjemahkan dengan baik dan benar

b. Keimanan: menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan

keyakinan, serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai asma‟ul husna sesuai

dengan kemampuan peserta didik

c. Akhlak: menekankan pada pengamalan sikap terpuji dan menghindari akhlak

tercela:

d. Fiqih/ibadah: menekankan pada cara melakukan ibadah dan mu‟amalah yang

baik dan benar dan

e. Tarikh: menekankan pada kemampuan mengambil pelajaran (ibrah) dari

peristiwa-peristiwa bersejarah (islam), meneladani tokoh-tokoh muslim yang

berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena-fenomena sosial, untuk

melestarikan dan mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam. (KMA No.

211 Tahun 2011)

Dari ruang lingkup pendidikan agama Islam tersebut, guru harus mampu

mengajar dan mendidik siswa bagaimana untuk menjaga baik hubungannya dengan

Allah SWT sebagai seorang muslim, menjaga baik hubungan dengan sesama

manusia dan pada alam dalam beberapa aspek pendidikan agama Islam baik itu pada

Akidah-Akhlak, al-Qur‟an-Hadits, Fiqih dan Sejarah Kebudayaan Islam. Dan untuk

itu, guru PAI harus dapat mengajarkan keempat aspek tersebut dalam pembelajaran.

Dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 10 dikemukakan

bahwasannya kompetensi guru meliputi komptensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Dalam rancangan

keputusan pemerintah setiap kompetensi dijelaskan seperti di bawah ini:

a. Kompetensi Pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan

pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi:

1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan

2) Pemahaman terhadap peserta didik

3) Pengembangan kurikulum/silabus

4) Perancangan pembelajaran

5) Pelaksanan pembelajaran yang mendidik dan dialogis

6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran

7) Evaluasi hasil belajar, dan

8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya.

b. Kompetensi Kepribadian sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang:

1) Mantap

2) Stabil

3) Dewasa

4) Arif dan bijaksana

38

5) Berwibawa

6) Berakhlak mulia

7) Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat

8) Secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan

9) Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

c. Kompetensi Sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat

yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk:

1) Berkomunikasi lisan, tulisan dan/atau isyarat secara santun

2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional

3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orang tua atau wali peserta didik

4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

d. Kompetensi Profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pelajaran

secara luas dan mendalam. (Sanjaya: 2008, 19)

Dengan memiliki keempat kompetensi ini, seorang guru dapat melakukan tugas

pendidikan dan pengajaran. Keempat kompetensi ini juga harus dimiliki oleh

seorang guru pendidikan agama Islam. Sehingga guru agama Islam di sekolah dapat

mengajarkan pendidikan agama Islam dengan baik.

3. Peran Guru Pendidikan Agama Islam

Seorang guru bukan hanya memiliki peran mentransfer ilmu kepada siswa,

tetapi juga membimbing, menuntun dan mengembangkan potensi yang ada pada diri

siswa, termasuk guru pendidikan agama Islam yang memang mengajarkan moral

pada siswa di sekolah sesuai dengan ajaran agama Islam.

Wina Sanjaya (2008) menjelaskan beberapa peran guru diantaranya adalah

sebagai berikut:

a. Guru sebagai sumber belajar merupakan peran yang sangat penting. Peran

sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran.

b. Guru sebagai fasilitator, memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam

kegiatan proses pembelajaran. Sehingga ada beberapa hal yang harus dipahami,

khususnya hal-hal yang berhubungan dengan pemanfaatan berbagai media dan

sumber pembelajaran.

c. Guru sebagai pengelola, berperan dalam menciptakan iklim belajar yang

memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas

yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses

belajar seluruh siswa.

d. Guru sebagai demonstrator adalah peran untuk mempertunjukkan kepada siswa

segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap

pesan yang disampaikan. Ada dua konteks guru sebagai demonstrator yaitu

pertama, guru berperan sebagai model dan teladan bagi setiap siswa. Kedua,

sebagai demonstrator guru harus dapat menunjukkan bagaimana caranya agar

setiap materi pelajaran bisa lebih dipahami dan dihayati oleh setiap siswa.

e. Guru sebagai pembimbing, berperan membimbing siswa agar dapat menemukan

berbagai potensi yang dimilikinya sebagai bekal hidup mereka, membimbing

siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka

sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai

manusia ideal yang menjadi harapan setiap orang tua dan masyarakat.

f. Guru sebagai motivator, perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Dalam

proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat

39

penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh

kemampuannya yang kurang, tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk

belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya.

Sehingga proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai

motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi

belajar siswa.

g. Guru sebagai evaluator, berperan untuk mengumpulkan data atau informasi

tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.

Dapat dilihat bahwasannya peran guru bukan hanya mengajar memiliki banyak

peran yang harus dilakukan agar pendidikan yang dilakukan dapat terlaksana dengan

baik dan mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan Anwar dan Salam (2015)

mentabulasikan peran guru sebagai berikut:

Tabel 2.1

Peran dan Fungsi Guru

Akronim Peran Fungsi

E

Educator Mengembangkan kepribadian

Membimbing

Membina budi pekerti

Memberikan pengarahan

M Manager Mengawal pelaksanaan tugas dan fungsi berdasarkan

ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku

A

Administrator Membuat daftar presentasi

Membuat daftar penilaian

Melaksanakan teknis administrasi sekolah

S

Supervisor Memantau

Menilai

Memberikan bimbingan teknis

L

Leader Mengawal pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tanpa

harus mengikuti secara kaku ketentuan dan perundang-

undangan yang berlaku

I

Inovator Melakukan kegiatan kreatif

Menemukan strategi, metode, cara-cara atau

konsep-konsep yang baru dalam pengajaran

M

Motivator Memberikan dorongan kepada siswa untuk dapat

belajar lebih giat

Memberikan tugas kepada siswa sesuai dengan

kemampuan dan perbedaan individual peserta didik

D

Dinamisator Memberikan dorongan kepada siswa dengan cara

menciptakan suasana lingkungan pembelajaran yang

kondusif

E

Evaluator Menyusun instrumen penilaian

Melaksanakan penilaian dalam berbagai bentuk

dan jenis penilaian

F Fasilitator Memberikan bantuan teknis, arahan atau petunjuk

kepada peserta didik Sumber: Dikutip dari Anwar dan Salam (2015)

40

Dengan demikian, guru bukan hanya memiliki lebih dari satu peran, yang mana

dengan peran-peran ini, guru bukan hanya memberikan pengetahuan kepada siswa

tetapi juga membentuk kepribadian siswa. Peran-peran ini juga dilaksanakan oleh

guru pendidikan agama Islam karena memang seharusnya seorang guru PAI bukan

hanya menyampaikan ajaran-ajaran Islam tetapi juga membantu, membimbing dan

mengarahkan siswa menjadi seorang muslim yang baik.

4. Pendidikan Agama Islam Berwawasan Lingkungan

Kerusakan lingkungan yang terjadi, mengharuskan guru pendidikan agama

Islam juga mengajarkan tentang bagaimana seorang manusia untuk memiliki rasa

peduli lingkungan disekitarnya. Sehingga pendidikan agama Islam berwawasan

lingkungan ini merupakan salah satu yang dapat ditempuh untuk menjawab

permasalahan lingkungan.

Pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan hidup merupakan satu

konsep pendidikan kontekstual yang berbasis pada problema kehidupan mutakhir

berupa keterpurukan lingkungan yang sedang dialami bangsa ini. Arti penting

pendidikan agama Islam berbasis lingkungan hidup ini terlihat dari adanya proses

aliran nilai-nilai Qur‟ani pada ranah kesadaran internal peserta didik sehingga

diharapkan mereka menjadi generasi yang sadar lingkungan sebagai bagian dari

mata rantai ibadah atau pengambdian mereka pada Allah SWT. (Muhdi: 2015, 94).

Pada pembahasan pendidikan agama Islam berwawasan lingkungan ini,

meliputi ruang lingkup pendidikan agama Islam, strategi pendidikan agama Islam,

kurikulum PAI, tema-tema yang berhubungan dengan lingkungan pada PAI dan

implementasi PAI untuk menanamkan peduli lingkungan pada peserta didik.

Pembahasannya adalah sebagai berikut:

a. Kurikulum PAI Berwawasan Lingkungan Pendidikan agama merupakan mata pelajaran wajib di sekolah sehingga

pendidikan agama juga harus berbasis pada lingkungan dalam program

Adiwiyata. Pendidikan agama Islam berwawasan lingkungan di sekolah

adiwiyata dapat dilihat dari program adiwiyata yang mengharuskan kurikulum

sekolah berbasis pada lingkungan. Dengan adanya sekolah dengan program

adiwiyata ini, juga memenuhi hak seseorang untuk mendapatkan pendidikan

lingkungan. Sebagaimana yang tertera pada UU No. 32 Tahun 2009 yaitu setiap

orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses

partisipasi dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang

baik dan sehat. (UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup).

Orientasi pendidikan Islam memiliki keterkaitan dengan pemahaman akan

fungsi keberadaan manusia di muka bumi, yakni sebagai khalifah. Agar fungsi

kekhalifahan ini berjalan sempurna, peran ilmu pengetahuan sangat diperlukan

guna menjaga hubungan manusia dengan khaliknya (Hablumminallah),

hubungan manusia dengan manusia (Hablumminannas), dan hubungan dengan

alam sekitar (Hablumminalalam). Orientasi kurikulum pendidikan Islam pada

dasarnya perlu pengembangan ketiga aspek itu, yang mempunyai proyeksi yang

bersifat inovatif (inovative learning), bukan semata-mata melestarikan apa yang

ada (maintance learning), tidak pasif serta dogmatif. (Idi: 2016,42)

Ada dua konsep pendidikan Islam yaitu konsep dasar dan konsep

operasional atau desain operasional. Yang dimaksud konsep dasar pendidikan

41

Islam merupakan acuan dasar dari enam komponen yaitu tauhid, fitrah,

keseimbangan, serasi, sepanjang umur dan demokrasi. Dan konsep dasar ini yang

merupakan landasan filosofi yang tidak pernah berubah sementara konsep

operasional senantiasa diubah sesuai pelaksanaan pendidikan Islam itu

dilaksanakan. Berdasarkan konsep inilah semua kegiatan kependidikan diatur

seperti kurikulum, silabus, lama mempelajari mata pelajaran dan sebagainya.

(Aziz: 2013,21). Sehingga kurikulum PAI berbasis lingkungan juga mengacu

pada dua konsep pendidikan Islam tersebut.

Sebagaimana diketahui bahwa Kurikulum adalah seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu. (UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

nasional). Sehingga pengintegrasian pendidikan lingkungan pada kurikulum

merupakan salah satu cara untuk menyampaikan pengelolaan dan pemeliharaan

lingkungan pada peserta didik.

Integrasi pendidikan ke dalam kurikulum dapat meningkatkan pencapaian

tujuan pendidikan lingkungan hidup di sekolah. Pengintegrasian pendidikan

lingkungan hidup ke dalam kurikulum sifatnya fleksibel dan bersifat menyeluruh

akan tetapi bisa dilakukan secara parsial atau dijadikan topik saja tanpa

mengurangi makna dari tujuan proses pembelajaran setiap mata pelajaran.

(Miranto: 2017, 86). Pengintegrasian pendidikan lingkungan hidup pada PAI

dapat dilihat dari beberapa tema yang ada di kurikulum 2013 sebagaimana akan

dijelaskan pada pembahasan tema-tema lingkungan hidup pada PAI.

Pendidikan agama Islam yang terintegrasi dengan lingkungan hidup ini

termasuk pada komponen kedua dari program adiwiyata yaitu pelaksanaan

kurikulum berbasis lingkungan. Standar dari komponen ini adalah sebagai

berikut:

a. Tenaga pendidik memiliki kompetensi dalam mengembangkan kegiatan

pembelajaran lingkungan hidup. Dan diimplementasikan sebagai berikut:

a) Menerapkan pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang

melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran (pakem/belajar

aktif/partisipatif)

b) Mengembangkan isu lokal dan atau isu global sebagai materi pembelajaran

LH sesuai sengan jenjang pendidikan

c) Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian pembelajaran LH

d) Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di

dalam kelas, laboratorium, maupun di luar kelas

e) Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program

pembelajaran LH

f) Mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran LH

b. Peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran tentang perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup. Diimplementasikan sebagai berikut:

a) Mengkaitkan pengetahuan konseptual dan prosedural dalam pemecahan

masalah LH, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

b) Menerapkan pengetahuan LH yang diperoleh untuk memecahkan maslah

LH dalam kehidupan sehari-hari

42

c) Mengkomunikasikan hasil pembelajaran LH dengan berbagai cara dan

media.(Menlh: 10).

Dengan standar yang terdapat pada pedoman Adiwiyata ini, PAI

berwawasan lingkungan dikembangkan dalam kurikulum. Latar belakang utama

disisipkannya nilai-nilai Islam berwawasan lingkungan hidup pada mata

pelajaran merupakan bentuk keinginan sekolah dalam menanamkan kecintaan

peserta didik terhadpa lingkungan dengan dengan pendekatan agama. (Muhdi:

2015, 94)

Selanjutnya perencanaan kurikulum Pendidikan Agama Islam berbasis

lingkungan berdasarkan asas-asas sebagai berikut:

1) Tujuan kurikulum Pendidikan Agama Islam berbasis lingkungan disesuaikan

dengan tujuan yang dituangkan dalam buku pedoman sekolah Adiwiyata.

2) Kedua, asas keterpaduan, perencanaan kurikulum Pendidikan Agama Islam

memadukan jenis dan sumber dari semua disiplin ilmu atau diintegrasikan

dengan semua disiplin ilmu, keterpaduan sekolah dan masyarakat berdasarkan

kurikulum.

Perencanaan ini sangatlah penting dilakukan untuk menentukan arah tujuan

dari pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang berkaitan dengan lingkungan

alam di sekitarnya. (Atiqoh dan Saputro: 2017,293) Dengan dua asas ini,

kurikulum Pendidikan Agama Islam berbasis lingkungan dikembangkan dalam

pembelajaran di sekolah.

b. Tema-tema Lingkungan dalam PAI

SMPN 3 Kota Tangerang Selatan menggunakan kurikulum 2013 dalam

pembelajarannya sehingga pendidikan lingkungan hidup diintegrasikan dengan

kurikulum 2013. Pada kurikulum 2013 dapat dilihat dari beberapa materi yang

berhubungan dengan lingkungan hidup diantaranya sebagai berikut:

Tabel 2.2

Tema-tema Pendidikan Agama Islam dalam Kurikulum 2013

Kompetensi Inti Tema Kompetensi Dasar

KI 1

KI 2

Menghargai

dan menghayati

ajaran agama

yang dianutnya.

Menghargai

dan menghayati

perilaku jujur,

disiplin,

tanggungjawab,

peduli

(toleransi,

gotong royong),

santun, percaya

Kelas VII

Semua bersih

hidup

menjadi

nyaman

1.7

2.7

3.7

Menghayati ajaran bersuci

dari hadas kecil dan hadas

besar berdasarkan

syariat Islam.

Menghayati perilaku

hidup bersih sebagai

wujud ketentuan bersuci

dari

hadas besar berdasarkan

ketentuan syari‟at Islam.

Memahami ketentuan

bersuci dari hadas besar

berdasarkan ketentuan

43

KI 3

KI 4

diri, dalam

berinteraksi

secara

efektif dengan

lingkungan

sosial dan alam

dalam

jangkauan

pergaulan dan

keberadaannya.

Memahami

pengetahuan

(faktual,

konseptual, dan

prosedural)

berdasarkan

rasa ingin

tahunya tentang

ilmu

pengetahuan,

teknologi, seni,

budaya terkait

fenomena dan

kejadian

tampak mata

Mencoba,

mengolah, dan

menyaji dalam

ranah konkret

(menggunakan,

mengurai,

merangkai,

memodifikasi,

dan membuat)

dan ranah

abstrak

(menulis,

membaca,

menghitung,

menggambar,

dan mengarang)

sesuai

dengan yang

dipelajari di

sekolah dan

sumber lain

4.7

syari‟at Islam.

Menyajikan cara bersuci

dari hadas besar

Kelas VIII

Rendah hati,

hemat dan

sederhana

membuat

hidup lebih

mulia

1.1

2.2

2.4

3.1

4.1.1

4.1.2

Menghayati al-Qurān

sebagai implementasi

dari pemahaman rukun

iman.

Menghargai perilaku

hormat dan patuh kepada

orang tua dan guru

sebagai implementasi

dari pemahaman Q.S. an-

Nisa /4: 36 dan hadis

terkait

Menghargai perilaku

rendah hati, hemat, dan

hidup sederhana sebagai

implementasi dari

pemahaman Q.S. al-

Furqan /25: 63, Q.S. al-

Isra‟/17: 27

dan hadis terkait

Memahami makna Q.S.

al-Furqan /25:63 dan

Q.S. al-Isra‟/17: 27 serta

hadis terkait

Membaca Q.S. al-Furqan

/25:63 dan Q.S. al-

Isra‟/17: 27 dengan tartil.

Menunjukkan hafalan

Q.S. al-Furqan /25:63

dan Q.S. al-Isra‟/17: 27

serta hadis terkait.

Kelas IX

Meyakini

hari akhir,

mengakhiri

kebiasaan

buruk

1.2

2.7

Beriman kepada hari

akhir.

Menghargai sikap mawas

diri sebagai implementasi

dari pemahaman

Iman kepada hari akhir.

44

yang sama

dalam sudut

pandang/teori

3.6

4.6

Memahami makna iman

kepada hari Akhir

berdasarkan pengamatan

terhadap dirinya, alam

sekitar, dan makhluk

ciptaan-Nya.

Menyajikan dalil naqli

yang menjelaskan

gambaran kejadian hari

akhir. Sumber: Dokumen Kurikulum 2013

Keterangan di atas, merupakan tema yang berhubungan dengan

lingkungan hidup. Akan teapi pembelajaran pendidikan agama Islam dalam

program adiwiyata di sekolah SMPN 3 Tangsel mengharuskan agar terdapat

kaitan lingkungan hidup pada setiap semester. Ini berarti menunjukkan

bahwasannya tidak harus terpaut dengan materi yang berhubungan dengan

lingkungan hidup saja.

Pembelajaran tematik dapat artikan suatu kegiatan pembelajaran dengan

mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik

pembahasan. Pembelajaran tematik dilakukan dengan maksud sebagai upaya

untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran, terutama untuk

mengimbangi padatnya materi kurikulum. (Musfiqon dan Nurdyansyah:

2015,121)

Dalam kegiatan pembelajaran menuntut agar peserta didik menjadi aktif

sehingga diperlukan pendekatan, strategi, metode dan teknik yang tepat. Hal ini

tercantum dalam implementasi pengembangan kegiatan pembelajaran lingkungan

hidup dalam mata pelajaran sekolah adiwiyata. Selain itu, pendidikan agama

Islam harus mengangkat isu lokal ataupun global dalam materi pembelajaran.

c. Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Strategi pembelajaran dapat dikatakan sebagai pola umum yang berisi

tentang rentetan kegiatan yang dapat dijadikan pedoman (petunjuk umum) agar

kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dapat tercapai seecara optimal. Pola

atau cara yang ditetapkan sebagai hasil dari kajian strategi itu dalam proses

pembelajaran dinamakan dengan metode pembelajaran. (Sanjaya: 2011, 99).

Untuk melaksanakan PAI yang terintegrasi dengan lingkungan, guru

memerlukan strategi dan metode yang tepat agar PAI berbasis lingkungan dapat

terlaksana dengan memberikan pengetahuan dan membentuk kepribadian siswa

yang peduli terhadap lingkungan. Strategi yang dapat digunakan adalah sebagai

berikut:

1) Strategi Ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang

menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seseorang

guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai

materi pembelajaran secara optimal. Dalam strategi ini materi pelajaran

45

disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi

itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi. Karena strategi ekspositori lebih

menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan strategi “chalk

and talk”. (Direktorat Tenaga Kependidikan: 2008, 30). Keunggulannya adalah:

a) Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan

keluasan materi pembelajaran sehingga ia dapat mengetahui sejauh mana

siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan

b) Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi

pelajaran yang harus dikuasi siswa cukup luas, sedangkan waktu yang

dimiliki untuk belajar terbatas

c) Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar

melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran juga sekaligus siswa

dapat melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).

d) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bsa digunakan untuk jumlah

siswa dan ukuran kelas yang besar.

Kelemahan strategi ekspositori adalah:

a) Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa

yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik, untuk

siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi

yang lain.

b) Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap indvidu baik

perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat, dan bakat serta perbedaan gaya

belajar.

c) Strategi ini lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit

mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi,

hubungan interpersonal serta kemampuan kritis.

d) Keberhasilan strategi pembelajaran ini sangat bergantung pada apa yang

dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat,

antusiasme, motivasi dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur

(berkomunikasi) dan kemampuan mengelola kelas, tanpa itu sudah pasti

proses pembelajaran tidak mungkin berhasil

e) Gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah, maka

kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa sangat terbatas. Disamping

itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki

siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru. (Suaedi dan Tantu: 2016,

25-26)

2) Strategi Discovery

Seperti yang dijelaskan oleh Bruner dalam kutipan Dahar (2011:79), yang

menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan

secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling

baik.

Belajar penemuan dapat juga disebut “Proses Pengalaman”. Langkah-

langkahnya adalah sebagai berikut:

a) Tindakan dalam instansi tertentu. Siswa melakukan tindakan dan mengamati

pengaruh-pengaruhnya. Pengaruh-pengaruh tersebut mungkin sebagai

ganjaran atau hukuman (operant conditioning), atau mungkin memberikan

keterangan mengenai hubungan sebab akibat.

46

b) Pemahaman kasus tertentu. Apabila keadaan muncul kembali, maka dia dapat

mengantisipasi pengaruh yang bakal terjadi dan konsekuensi-konsekuensi apa

yang akan terasakan.

c) Generalisasi. Siswa membuat kesimpulan atas prinsip-prinsip umum

berdasarkan pemahaman terhadap instansi tersebut..

d) Tindakan dalam suasana baru. Siswa menerapkan prinsip dan mengantisipasi

pengaruhnya. (Hamalik:2009, 132)

Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan

beberapa kebaikan, pertama, Pengetahuan itu bertahan lama atau lama diingat

atau lebih mudah diingat bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari

dengan cara-cara lain. Kedua, Hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer

yang lebih baik dari hasil belajar lainnya. Ketiga, Secara menyeluruh belajar

penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan berpikir secara bebas.

Sedangkan kelemahannya menurut Burner sebagaimana yang dikutip oleh Dahar

(2011:80) bahwa belajar penemuan murni membutuhkan waktu yang lam

sehingga disarankan agar penggunaan belajar penemuan ini hanya diterapkan

sampai batas-batas tertentu yaitu mengarahkannya pada struktur bidang studi.

Maksudnya ialah memahami bidang studi itu demikian rupa, hingga dapat

menghubungkan hal-hal lain pada struktur itu secara bermakna.

3) Strategi Inquiry

Strategi inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan

pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan

sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu

sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan isswa. Strategi

ini merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada

siswa (student centered approach). (Suaedi dan Tantu: 2016, 26). Kelebihan

a) Strategi ini merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada

pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang,

sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.

b) Strategi ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai

dengan gaya belajar mereka.

c) Strategi ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dnegan perkembangan

psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan

tingkah laku berkat adanya pengalaman

d) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebtuhan

siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh

siswa yang lemah dalam belajar. (Direktorat Tenaga Kependidikan: 2008, 41)

Kelemahan strategi ini adalah

a) Jika strategi pembelajaran inquiry sebagai strategi pembelajaran, Maka akan

sulit terkontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

b) Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajran karena terbentuk dengan

kebiasaan siswa dalam belajar

c) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang

panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang

ditentukan

47

d) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa

menguasai materi pelajaran maka strategi pembelajran inquiy akan sulit

diimplementasikan oleh setiap guru. (Suaedi dan Tantu: 2016, 28)

4) Problem Based Learning

Strategi pembelajaran pemecahan masalah dapat diartikan sebagai rangkaian

aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian maslaah

yang dihadapi secara ilmiah. (Suaedi dan Tantu: 2016, 29). Keuunggulan

a) Pememcahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih

memahami isi pelajaran

b) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa sertta memberikan

kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa

c) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktovtas pembelajaran siswa

d) Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer

pengetahuan mereka untuk memahami dalam kehidupan nyata

e) Pemecahan amsalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan

pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang

mereka lakukan

f) Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa

g) Pemecahan masalah dapatmengambangkan kemampuan siswa untuk berpikir

kritis dan mengambangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan

pengethaun baru

h) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk

mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyara

i) Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus

menerus belajar.

Kelemahan strategi problem based learning adalah:

a) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempynyai kepercayaan

bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan maka mereka akan

merasa enggan untuk mencoba

b) Keberhasilan strategi pembelajaran mealalui strategi ini membutuhkan ukup

waktu untuk persiapan

c) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masaah

yang sedang dipelajari, mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin

pelajari. (Suaedi dan Tantu: 2016, 30)

5) Kooperatif

Cooperative learning adalah strategi pembelajaran yang menekankan

kepada proses kerja sama dalam suatu kelompok yang bisa terdiri atas 3 sampai 5

orang siswa untuk mempelajari suatu materi akademik yang spesifik sampai

tuntas. (Sanjaya: 2011, 106)

Pembelajaran kooperatif akan memberikan manfaat bagi peserta didik

sekaligus menjadikan kelebihan strategi ini dalam:

a) Meningkatkan kemampuan untuk bekerja sama dan bersosialisi

b) Melatih kepekaan diri, empati melalui variasi perbedaan sikap-laku selama

bekerja sama

c) Upaya mengurangi rasa kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri

48

d) Meningkatkan motivasi belajar (partisipasi dan minat), harga diri dan sikap-

laku yang positif

e) Meningkatkan prestasi belajarnya.

Sedangkan kelemahan strategi cooperative Learning dalam

implementasinya akan ditemui kegagalan jika digunakan di sekolah yang peseta

didinya lebih berjiwa kompetitif. (Depdiknas: 2006, 29)

6) CTL

Contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia

nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan anatar pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. (Suaedi dan

Tantu: 2016, 33). Karakteristik CTL adalah sebagai berikut:

a) Kerjasama

b) Saling menunjang

c) Menyenangkan, tidak membosankan

d) Belaar dnegan bergairah

e) Pembelajaran terintegrasi

f) Menggunakan berbagai sumber

g) Siswa aktif

h) Sharing dengan teman

i) Siswa kritis guru kreatif

j) Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar,

artikel, humor dan lain-lain.

k) Laporan kepada ornag tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan

hasil paraktikum, karangan siswa dan lain-lain. (Ahmadi: 2011, 88)

Semua strategi-strategi yang dijelaskan merupakan strategi yang biasanya

Semua strategi-strategi yang dijelaskan merupakan strategi yang biasanya

digunakan oleh guru dalam KBM (kegiatan belajar mengajar) termasuk dalam

Pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan. sedangkan Metode

pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata

dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. (Komalasari: 2013, 56)

Ramayulis (2015) menyebutkan metode mengajar dalam pendidikan Islam

yang prinsip dasarnya dari al-Qur‟a dna Hadits sebagai berikut:

1) Metode Ceramah, ialah suatu cara pengajian atau penyampaian informasi

melalui penuturan secar lisan oleh pendidik kepada peserta didik.

2) Metode Tanya Jawab, ialah suatu cara mengajar dimana seorang guru

mengajukan beberapa pertanyaan kepada murid tentang bahan pelajaran

yang telah diajarakan atau bacaan yang telah mereka baca. Sedangkan murid

memberikan jawaban berdasarkan fakta.

3) Metode Diskusi, suatu cara penyajian/penyampaian bahan pembelajaran

dimana pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik/

membicarakan dan menganalisis secara ilmiah guna mengumpulkan

pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative

pemecahan atas sesuatu masalah.

49

4) Metode Pemberian Tugas, adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru

memberikan tugas-tugas tertentu kepada murid-murid, sedangkan hasil

tersebut diperiksa oleh guru dan murid mempertanggungjawabkannya.

5) Metode Demonstrasi, adalah suatu cara mengajar dimana guru

mempertunjukkan tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan sesuatu

sedangkan murid memperhatikannya.

6) Metode Eksperimen ialah suatu cara mengajar dengan menyuruh murid

melakukan sesuatu percobaan, da setup proses dari hasil percobaan itu

diamati oleh seiap murid, sedangkan guru memperhatikan yang dilakukan

oleh murid sambil memberikan arahan.

7) Metode Kerja Kelompok adalah suatu cara mengajar dimana guru membagi

murid-muridnya ke dalam kelompok belajar tertentu dan setiap kelompok

diberi tugas-tugas tertentu dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

8) Metode Kisah adalah suatu cara mengajar, dimana guru memberikan materi

pembelajaran melalui ksiah atau cerita.

9) Metode Amsal yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi

pembelajaran dengan membuat/melalui contoh perumpamaan.

10) Metode Targhib dan Tarhib. Metode ini adalah cara mengajar dimana guru

memberikan materi pembelajaran dengan menggunakan ganjaran terhadap

kebaikan dan hukuman terhadap keburukan agar peserta didik melakukan

kebaikan dan menjauhi keburukan.

Metode-metode pembelajaran yang disebutkan di atas merupakan metode

yang biasanya digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran pendidikan

agama Islam. Selain metode-metode yang disebutkan, terdapat juga metode

diskusi dan metode simulasi yang mana metode diskusi yaitu metode

pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu pembelajaran sedangkan

metode simulasi adalah cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan

situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip atau keterampilan

tertentu. Dengan menggunakan metode-metode pembelajaran yang telah

disebutkan, pelaksanaan strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru PAI dapat

terlaksana dengan baik.

d. Implementasi Pelestarian Lingkungan dalam PAI

Dalam Pendidikan Agama Islam berbasis lingkungan,

mengimplementasikan pelestarian lingkungan merupakan hal yang harus

dilakukan. Hal tersebut dapat dilakukan seperti yang dijelaskan oleh Dr. Erwari

Aziz, M.Ag (2013) bahwasannya melestarikan lingkungan hidup melalui

pendidikan Islam yaitu sebagai berikut:

1) Pendidikan Tauhid

Dalam kehidupannya manusia memiliki tujuan hidup yang benar, yang

dengan itu sikap, perbuatan dan interaksi-interaksi mereka menjadi benar pula.

Untuk itu, al-Qur‟an pertama-tama menegaskan konsep bahwa seluruh yang ada

di alam semesta ini, tak terkecuali manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT.

(Hanafi: 2010,10)

Oleh sebab itu, pendidikan tauhid menjelaskan bahwa semua yang ada di

alam ini merupakan ciptaan Allah SWT sehingga alam ini merupakan tanda dari

kekuasaan Allah SWT. Dalam kaitannya dengan lingkungan, pendidikan tauhid

50

menjelaskan tanggung jawab yang harus dimiliki oleh manusia sebagai khalifah

di bumi ini. Dikarenakan alam merupakan ciptaan Allah SWT sehingga manusia

tidak memiliki hak untuk mengeksploitasi alam bahkan harus mengolah dan

melestarikannya dengan baik.

Pendidikan tauhid yang dimaksud adalah pertama, pendidikan tauhid

memberikan tuntunan bahwa semua yang dilakukan oleh manusia di dunia ini

akan dipertanggung jawabkan kelak di muka pengadilan Tuhan. Sebagaimana

firman Allah SWT sebagai berikut:

Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan

(yang kamu megah-megahkan di dunia itu).(At-Takatsur: 8)

Kedua, dengan pendidikan tauhid, umat manusia kreatif dalam menjaga

lingkungan. Sebab ajaran tauhid yang tertanam kuat di dalam dirinya selalu

mendorongnya untuk berbuat ibadah, mengabdi kepada Tuhan. (Aziz: 2013)

Dengan demikian, pendidikan tauhid yang terdapat dalam Pendidikan

Agama Islam di sekolah memberikan landasan yang kuat kepada peserta didik

untuk selalu menjaga dan melestarikan lingkungan. Karena dengan menjelaskan

hubungan manusia dengan alam dalam Pendidikan Agama Islam dapat

menanamkan sifat tanggung jawab kepada alam agar senantiasa melestarikan dan

menjaga alam sebaik mungkin dikarenakan alam juga merupakan ciptaan Allah

SWT yang harus dijaga kelestariannya oleh manusia. Penanaman tanggung jawab

pada peserta didik ini akan memberikan landasan yang kuat pada diri peserta

didik dalam setiap tindakannya, bukan hanya pada alam tetapi juga pada dirinya

dan hubungannya dengan orang lain dalam masyarakat dan yang paling utama

adalah hubungannya dengan sang pencipta yaitu Allah SWT. Semua yang

dilakukan manusia dalam upaya pelestarian alam tersebut merupakan bentuk

ibadah seorang hamba kepada pencipta-Nya. Oleh sebab itu, pendidikan tauhid

ini dalam Pendidikan Agama Islam merupakan hal yang harus dilakukan dalam

pelestarian lingkungan.

2) Pendidikan Akhlak

Pengertian akhlak bercirikan bahwa pertama, akhlak sebagai ekspresi sifat

dasar seseorang yang konstan dan tetap. Kedua, akhlak selalu dibiasakan

seseorang sehingga ekspresi akhlak tersebut dilakukan berulang-ulang sehingga

dalam pelaksanaan itu tanpa disertai pertimbangan pikiran terlebih dahulu.

Ketiga, apa yang diekspresikan dari akhlak merupakan keyakinan seseorang

dalam menempuh keinginan sesuatu, sehingga pelaksanaannya tidak ragu-ragu.

(Muhaimin,dkk: 2012,263)

Pendidikan akhlak disini berkaitan dengan hubungan manusia terhadap

Allah, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan

lingkungannya. Akhlak lingkungan yang diajarkan Islam bersumber dari al-

Qur‟an dan hadis dengan menjadikan tauhid sebagai acuan dasar. Pertama,

menjalin hubungan dengan Allah, artinya selain manusia meyakini sepenuh hati

tentang wujud (ada) dan keesaan Allah, ia harus senantiasa menjadikan petunjuk-

petunjuk Allah sebagai tuntunan hidupnya, yang mana dapat ditemui dalam al-

Qur‟an dan hadits. Membina hubungan dengan Allah SWT tiada lain menjadikan

51

al-Qur‟an dan hadits sebagai pedoman hidup termasuk dalam pengelolaan dan

pelestarian lingkungan. Kedua, Menjalin hubungan pada sesama manusia.

Pendidikan akhlak berkenaan dengan inter relasi sesama manusia dilihat dari

sudut ekologi, secara kontinu harus sudah diperkenalkan dan ditanamkan rasa

kebersamaan. Sehingga setelah dewasa ia akan memiliki sikap bahwa umat

manusia adalah satu kesatuan utuh sehingga perasaan egoismenya dapat

dikendalikan. Ketiga, Pendidikan akhlak berkenaan dengan lingkungan hidup

mengajarkan kepada manusia agar menghormati lingkungan hidup sebagaimana

telah dikutipkan ayat-ayat al-Qur‟an dan hadis serta menumbuhkan kesadaran

berbuat baik terhadap lingkungan hidup. (Aziz: 2013)

Dalam penjelasan Erwati Aziz terkait ketiga hubungan manusia ini dapat

membentuk akhlak seorang muslim dengan lingkungan. Karena dengan menjaga

hubungannya dengan Allah SWT, manusia akan berpedoman pada al-Qur‟an dan

hadis dalam setiap tindakannya termasuk dalam pengelolaan lingkungan.

Menjaga hubungan dengan sesama manusia, akan mencegah terjadinya konflik

yang akan berakibat pada alam sehingga perlu menanamkan rasa kebersamaan

untuk mengendalikan keegoisan yang ada dalam diri manusia. Dan dalam

hubungannya dengan lingkungan yaitu menanamkan rasa hormat pada

lingkungan sehingga terbentuk kesadaran untuk berbuat baik kepada lingkungan

dengan tidak mengeksploitasi alam dengan berlebihan. Karena Allah SWT tidak

menyukai orang yang berlebih-lebihan sebagaimana firman-Nya sebagai berikut:

... Dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak

menyukai orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-An‟am:141)

Pendidikan akhlak juga merupakan bagian dari Pendidikan Agama Islam

sehingga dalam PAI berwawasan lingkungan pendidikan ini menjadi hal yang

perlu diajarkan dan ditanamkan pada peserta didik. Tentunya juga didampingi

dengan pendidikan tauhid sebab akhlak merupakan refleksi dari keyakinan

seseorang. Dengan mengajarkan akhlak terhadap lingkungan, upaya dalam

menanamkan kesadaran pentingnya peduli lingkungan akan terlaksana sesuai

dengan ajaran Islam yang mengajarkan lingkungan merupakan hal yang harus

dijaga kelestariannya.

3) Pendidikan Akal

Banyak ayat al-qur‟an yang menjelaskan bahwasannya manusia diberikan

akal untuk memahami tanda-tanda kekuasaan Allah SWT, seperti firman-Nya

sebagai berikut:

52

Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan

kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang

dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami

melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain

tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-

tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar-Rad:4)

Pendidikan akal yang dimaksud ialah menuntun dan mengembangkan daya

pikir manusia berdasarkan al-Qur‟an dan hadits. Islam menginginkan lingkungan

hidup secara rasional lagi profesional, bukan emosional. Pendidikan akal

dilakukan dengan berkesinambungan dan latihan-latihan berpikir secara

konsepsional. Untuk itu, peserta didik harus diajak berpikir yang berorientasikan

al-Qur‟an dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang menyangkut

lingkungan hidup. (Aziz: 2013,91)

Dengan demikian pendidikan akal yang dimaksud di sini merupakan

mengajak siswa untuk memecahkan masalah-masalah lingkungan yang terjadi

dengan berlandaskan pada al-Qur‟an dan hadits. Hal ini juga melatih kemampuan

siswa untuk menggunakan daya pikirnya dalam menghadapi dan mengatasi

permasalahan lingkungan yang ada di sekitar siswa berdasarkan ajaran agama

Islam. Seperti misalnya penghematan menggunakan air ketika berwudhu‟ atau

untuk selalu menjaga kebersihan tempat untuk beribadah sholat.

Upaya pelestarian lingkungan melalui pendidikan Islam yang dijelaskan

oleh Dr. Erwati Aziz ini merupakan solusi yang dapat dilakukan dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam berwawasan lingkungan di sekolah untuk

mendukung pelaksanaan program Adiwiyata dan menanamkan rasa peduli pada

lingkungan sekitar.

Kemudian yang diharapakan dari Pendidikan Agama Islam berwawasan

lingkungan adalah terbangunnya rasa peduli lingkungan pada diri peserta didik.

Yang dalam hal ini termasuk pada ranah afektif (sikap). Afektif berhubungan

dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh karena menyangkut kesadaran

seseorang yang tumbuh dari dalam. Proses pembentukan sikap tersebut dapat

dilakukan dengan pola pembiasaan dan modeling. (Sanjaya: 2011)

Melalui pola pembiasaan yang dilakukan secara terus menerus, sikap peduli

lingkungan akan tebentuk dalam kepribadian peserta didik. Belum lagi

keteladanan yang diberikan guru sebagai tokoh yang dapat ditiru oleh peserta

didk. Sehingga peserta didik memiliki gambaran dan menjadikannya panutan

untuk bersikap peduli lingkungan. Pembiasaan yang dilakukan terus menerus

juga membuat siswa terbiasa dalam menjaga lingkungan.

Beberapa pendekatan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam terkait

dengan pendidikan nilai juga dapat dilakukan sebagai upaya membentuk

kepribadian yang peduli lingkungan. Pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Pendekatan pengalaman, yakni memberikan pengalaman keagamaan kepada

peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan

2) Pendekatan pembiasaan, yakni memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk senantiasa mengamalkan ajaran agamanya dan/atau akhlakuk karimah

3) Pendekatan emosional, yakni usaha menggugah perasaan dan emosi peserta

didik dalam meyakini, memahami, dan menghayati akidah Islam serta

53

memberi motivasi agar peserta didik ikhlas mengamalkan ajaran agamanya,

khususnya yang berkaitan dnegan akhlakul karimah

4) Pendekatan rasional, yakni usaha untuk memberikan peranan kepada rasio

(akal) dalam memahami dan menerima kebenaran ajaran agama

5) Pendekatan fungsional, yakni usaha menyajikan ajaran agama Islam dengan

menekankan pada segi kemanfaatannnya bagai peserta didik dalam kehidupan

sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangannya, dan

6) Pendekatan keteladanan, yakni menyuguhkan keteladanan, baik antara

personal sekolah, perilaku pendidik dan tenaga kependidikan lain yang

mencerminkan akhlak terpuji, maupun yang tidak langsung melalui suguhan

ilustrasi berupa kisah-kisah keteladanan. (Maksudin: 2015,195)

Keenam pendekatan ini merupakan hal yang dapat dilakukan oleh seorang guru

dalam menanamkan rasa peduli pada lingkungan dengan berlandaskan pada al-

Qur‟an dan hadits sebagai petunjuk dalam upaya melestarikan lingkungan bagi

seorang muslim. Sehingga peserta didik memiliki pandangan, moral dan kepribadian

untuk selalu peduli lingkungan sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam

Islam. Tentunya hal ini juga didukung oleh guru yang memberikan keteladanan

dalam peduli lingkungan sebagai contoh teladan dalam berperilaku siswa. Dan tak

lupa juga, untuk selalu memberikan arahan dan menegur saat peserta didik

membutuhkan.

C. Budaya Sekolah Peduli Lingkungan

Yang akan dibahas pada bagian ini meliputi pertama, budaya sekolah mulai dari

definisi, wujud kebudayaan dan cara membangun dan mengembangkan budaya di

sekolah. Kedua, tentang Pendidikan Lingkungan Hidup yang merupakan awal dari

program Adiwiyata. Dan ketiga, tentang Adiwiyata itu sendiri. Dan pembahasannya

adalah sebagai berikut:

1. Pengertian Budaya Sekolah

Kebudayaan dalam bahasan inggris, culture. Kata culture berasal dari perkataan

cultura, dari bahasa latin colere, yang berarti memelihara, memajukan, dan memuja-

muja. Budaya atau kebudayan berasal dari bahasan Sanskerta, yaitu buddhayah,

bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan

dengan budi dan akal manusia. (Saebani: 2012, 161)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya memiliki beberapa definisi

yaitu, pertama, pikiran, akal budi. Kedua, adat istiadat. Ketiga, sesuatu mengenai

kebudayaan yang sudah berkembang (beradab, maju). Dan yang terakhir

didefinisikan “sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah”.

(KBBI: 2007,169)

Menurut Suryono Soekanto kebudayaan adalah semua yang didapatkan atau

yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari

segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilakuan yang normatif, yaitu

mencakup segala cara-cara atau pola-pola berfikir, merasakan dan bertindak.

(Soekanto, 1988 :154).

Sedangkan menurut pendapat yang lain. Kebudayaan adalah perilaku,

keyakinan, perasaan, nilai-nilai yang dipelajari secara sosial oleh anggota

masyarakat. Msyarakat itu seperti aktor yang memainkan peran, sementara

54

kebudayaan itu seperti naskah yang harus mereka jalankan (atau tidak boleh

dijalankan pada kasus-kasus tertentu). (Nurdin dan Abrori: 2006,61)

E. B. Taylor dalam bukunya Primitive Culture yang terbit tahun 1871

mendefinisikan Culture, or civilization, taken in its broad, ethnographic sense, is

that complex whole which includes knowledge, belief, art, morals, law, custom, and

any other capabilities and habits acquired by man as a member of society. (Taylor,

1920, h.19). Budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks dari

pengetahuan, kepercaaan, moral, hukum, adat-istiadat, serta kemampuan-

kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh sebagai anggota masyarakat.

Pengertian lainnya adalah budaya atau kebudayaan merupakan usaha dan hasil

usaha manusia menyelesaikan kehendaknya untuk hidup dengan alam yang ada di

sekelilingnya. Dalam bahasa yang terkenal di Barat dikatakan culture. (Hamka:

2016,240)

Dari definisi-definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa budaya adalah semua hal

yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, identitas seseorang yang meliputi

kepercayaan, moral, adat-istiadat, kebiasaan dan lain sebagainya sehingga

menimbulkan peradaban pada tempat yang ditinggali.

Substansi (isi) utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala macam

ide dan gagasan manusia yang bermunculan di dalam masyarakat yang memberi

jiwa kepada masyarakat itu sendiri, baik dalam bentuk atau berupa sistem

pengetahuan, nilai, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi dan etos kebudayaan.

(Setiadi, 2008: 30). Sedangkan Tiga wujud kebudayaan seperti yang dijelaskan oleh

Koentjaraningrat (2008) sebagai berikut:

a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,

norma-norma, peraturan dan sebagainya. Wujud pertama ini merupakan wujud

ideal dari kebudayaan dan sifatnya abstrak. Kebudayaan ideel dapat kita sebut

adat tata kelakuan, maksudnya menunjukkan bahwa kebudayan ideel itu biasanya

juga berfungsi sebagai tata-kelakuan yang mengatur, mengendalikan dan

memberi arahan kepada kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat.

b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari

manusia dalam masyarakat. Wujud kedua dari kebudayaan yang sering disebut

sistem sosial, mengenai kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial

ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan serta

bergaul satu dengan yang lain, selalu mengikuti pola-pola tertentu yang

berdasarkan adat tata kelakuan.

c. Wujud kebudayan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud ketiga dari

kebudayaan disebut kebudayaan fisik dan memerlukan keterangan banyak.

Karena merupakan seluruh total dari hasil fisik dari aktivitas, perbuatan dan

karya semua manusia dalam masyarakat, maka sifatnya paling konkret dan

berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat dan difoto.

Terkait dengan hal ini, Prof. Muhaimin dkk (2012) menjelaskannya dalam

bagan sebagai berikut:

55

Gambar 2.3

Wujud-wujud Kebudayaan

Keterangan:

1. Wujud ide-ide/gagasan-gagasan dan sebagainya

2. Wujud tingkah laku yang berpola

3. Wujud materill dengan segala variasinya.

Dari gambar 2.3 dapat dilihat bahwasannya wujud kebudayaan yang pertama

adalah ide atau gagasan-gagasan yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat, dimana

dengan ide ini mayarakat memandang segala aspek kehidupannya. Kemudian dari

ide-ide tersebut tergambarkan dalam tingkah laku dalam diri manusia sebagai

anggota masyarakat dan ini merupakan wujud yang kedua. Gagasan dan tingkah

laku mereka menghasilkan karya sebagai hasil dari cara pandang mereka dalam

kehidupan sehari-hari, dan hal ini merupakan wujud yang terakhir dalam penjelasan

wujud kebudayaan menurut Koentjaraningrat.

Agama Islam telah mendorong para pemeluknya untuk menciptakan

kebudayaan dengan berbagai seginya. Dorongan tersebut dapat dikaji dari ajaran

dasarnya sebagai berikut:

a. Islam menghormati akal manusia, menyuruh manusia mempergunakan akalnya

untuk memeriksa dan memikirkan keadaan alam, disampaing dzikir kepada Allah

penciptanya.

b. Agama Islam mewajibkan kepada tiap-tiap pemeluknya untuk menuntut ilmu

c. Agama Islam melarang orang bertaklid buta, menerima sesuatu tanpa diperiksa

terlebih dahulu.

d. Agama Islam juga mendorong dan menggalakkan para pemeluknya agar selalu

menggali hal-hal yang baru agar memberi manfaat pada masyarakat.

e. Agama Islam juga menyuruh para pemeluknya untuk mencari keridhaan Allah

dalam semua nikmat yang telah diterimanya dan menyuruh mempergunakan hak-

haknya atas keduniaan dalam pimpinan dan aturan agama.

f. Agama Islam juga menganjurkan para pemeluknya menjalin silaturrahmi atau

komunikasi dengan bangsa atau golongan lain, serta saling bertukar pikiran,

pengetahuan dan pandangan.

g. Agama Islam juga menyurruh para pemeluknya untuk memeriksa dan menerima

kebenaran dari mana dan siapun datanganya, dengan catatan harus melalui proses

seleksi, sehingga dapat menemukan ide, gagasan, teori atau pandangan yang

sesuai dengan petunjuk-Nya. (Muhaimin, dkk: 2012, 338).

Dari dasar-dasar ajaran Islam inilah kebudayaan Islam terbentuk pada setiap

masyarakat yang menganut agama Islam di daerahnya masing-masing. Seorang

1 2 3

56

muslim yang peduli lingkungan tentunya memiliki pandangan bahwasannya Islam

sebagai agama yang dianutnya mengajarkan untuk selalu menjaga lingkungan

sehingga terjaganya alam dari kerusakan. Dan menjaga nilai-nilai Islam sebagai

jalan hidupnya sehingga mewujudkan perilaku yang baik untuk senantiasa menjaga

alam. Penanaman nilai-nilai Islam untuk peduli lingkungan salah satunya di sekolah.

Karena sekolah merupakan salah satu agen sosial dalam masyarakat.

Orang yang berbudaya, tentunya dikarenakan cara keluarga dan orang sekitar

mengajarkan tentang budaya dan agama yang mereka pahami pada anak mereka.

Setelah mengajarkan anak mereka tentang budaya, mereka memasukkan anaknya

agar lebih memahami tentang budaya mereka yang mengandung nilai-nilai dan

norma-norma yang berlaku, yang selanjutnya akan dilanjutkan di sekolah.

Sekolah, dalam arti yang luas di dalamnya mencakup mulai dari kelompok

bermain, taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah

menengah atas, sampai perguruan tinggi merupakan salah satu agen sosialisasi yang

penting dalam kehidupan manusia. (Damsar, 2011: 72). Sebagai agent of change,

sekolah diharapkan bisa mengadakan pembaruan (reformasi) dan perubahan ke arah

perbaikan (rekonstruksi), baik berjangka panjang maupun pendek, sosial maupun

individual. (Assegaf: 2011,115).

Dengan demikian, sekolah sebagai institusi pendidikan penting dalam

masyarakat bukan hanya sebagai agen sosialisasi tetapi juga sebagai agent of change

yang dapat melakukan perubahan atau perbaikan dalam masyarakat sehingga peserta

didik dapat menghadapi isu-isu yang dihadapi oleh masyarakat. Termasuk

permasalahan ataupun isu-isu tentang lingkungan hidup. Sekolah mampu untuk

merubah ataupun membentuk perilaku generasi yang akan datang dengan

menanamkan perilaku pedili lingkunan, sehingga masyarakat di masa mendatang

dapat lebih peduli terhadap lingkungan sehingga permasalahan lingkungan dapat

ditangani dengan baik dan terjaga kelestariannya.

Sekolah dan masyarakat merupakan suatu sarana yang sangat menentukan

dalam kaitan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian siswa di sekolah.

Keduanya merupakan mata rantai yang tidak dipisahkan, saling terkait dan saling

memperkuat dalam rangkan ketercapaiana tujuan pendidikan

nasioanal.(Zaitun:2015, 24)

Sekolah juga harus menunjang pencapaian tujuan atau pemenuhan kebutuhan

masyarakat, khususnya kebutuhan pendidikan. Hubungan sekolah dengan

masyarakat bertujuan antara lain untuk:

a. Memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan anak

b. Memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan

masyarakat

c. Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah. (Mulyasa:

2011,50)

Di dalam suatu masyarakat sekolah telah melembaga demikian kuat, maka

sekolah menjadi sangat diperlukan bagi upaya menciptakan/melahirkan nilai-nilai

budaya baru (cultural reproduction). (Idi: 2011,73). Dengan demikian, sekolah

merupakan lembaga penting dalam menanamkan nilai-nilai dalam masyarakat,

termasuk untuk menanamkan budaya peduli lingkungan pada diri peserta didik dan

warga sekolah lain agar generasi selanjutnya dalam masyarakat lebih menghormati

lingkungan alam sekitarnya.

57

Sekolah yang merupakan agen sosial juga menciptakan adanya interaksi sosial

dalam institusi pendidikan tersebut. Interaksi sosial tersebut dapat berupa interaksi

peserta didik dengan guru, guru dengan guru serta interaksi sesama peserta didik.

Sebagaimana diketahui bahwa interaksi sosial ialah hubungan antara individu satu

dengan individu yang lain, individu satu memepengaruhi individu yang lain atau

sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik. Hubungan

tersebut dapat antara individu dengan individu, individu degan kelompok atau

kelompok dengan kelompok. (Walgito: 2003,65). Dengan adanya interaksi sosial

ini, maka kebiasaan-kebiasaan atau nilai-nilai yang ditanamkan di sekolah terlihat

dalam budaya sekolah. Interaksi-interaksi inilah yang akan mempengaruhi perilaku

siswa yang berusaha ditanamkan nilai-nilai positif. Yang dalam hal ini nilai-nilai

untuk peduli terhadap lingkungan.

Untuk mewujudkan generasi yang peduli dengan lingkungan, bukan hanya

materi tentang lingkungan hidup yang disampaikan pada siswa, tetapi juga budaya

sekolah sebagai pendukung dan pembiasaan anak untuk mewujudkan siswa yang

peduli dengan lingkungan. Menciptakan budaya sekolah yang peduli pada

lingkungan menjadi hal penting untuk dilakukan. Dikarenakan budaya sekolah

merupakan faktor penting dalam pendidikan seperti yang dikatakan oleh Louise

Stoll “School culture is one of the most complex and important concept in

education.” (Stoll, 1998:9). Sedangkan budaya sekolah sendiri menurut Stolp dan

Smith adalah “School culture as historically trans-mitted patterns of meaning that

include the norms, values, beliefs, traditions, and myths understood, maybe in

varying degrees, by members of the school community.” (Stolp and Smith, 1995: 13)

Budaya sekolah merupakan sesuatu yang dibangun oleh pikiran individu-

individu yang ada di sekolah, yang mana membentuk nilai-nilai yang diyakini

bersama dan menjadi bahan utama pembentuk budaya sekolah. (Muhaimin,

2012:48).

Kebudayaan sekolah merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat luas.

Namun mempunyai ciri-ciri yang khas sebagai suatu “Subculture”, sekolah bertugas

untuk menyampaikan kebudayaan kepada generasu baru dan arena itu harus selalu

memperhatikan masyarakat dan kebudayaan umum. Sekolah merupakan salah satu

institusi sosial yang mempengaruho proses sosialisasi dan berfungsi mewariskan

kebudayaan masyarakat kepada anak. (Zaitun: 2015, 18)

Dengan adanya budaya sekolah yang mendukung siswa untuk peduli pada

lingkungan, membuat siswa menjadi terbiasa dan sebagai implementasi dari materi

yang diajarkan. Seperti terciptanya budaya untuk siswa membuang sampah pada

tempatnya, sehingga lingkungan sekolah menjadi bersih. Oleh karena itu,

mengembangkan budaya sekolah yang peduli pada lingkungan merupakan hal yang

harus diperhatikan. Karena melalui budaya sekolah, siswa akan mendapatkan

kebiasaan untuk peduli pada lingkungan sekitar dan tentunya melalui budaya

sekolah ini, guru dan para staf akan ikut terlibat dalam pembentukan sikap peduli

lingkungan.

2. Pembentukan dan Penguatan Budaya Peduli Lingkungan

Bila direnungkan lebih mendalam, sesungguhnya sekolah memiliki beragam

sumber daya yang dapat memberi nilai tambah bagi masyarakat, terutama

masyarakat yang tinggal di sekitar sekolah. Di luar fungsi pokoknya sebagai tempat

belajar mengajar, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa sekolah juga dapat

58

melakukan fungsi community development (pengembang masyarakat). Sebuah

fungsi atau peran sosial yang selama ini banyak dilakukan oleh lembaga-lembaga

swadaya masyarakat (LSM). Di sekolah ada guru sebagai sumber pengetahuan dan

berbagai fasilitas fisik, seperti bangunan atau ruangan sekolah, peralatan,

perpustakaan, lapangan olah raga dan lain-lain, yang dimanfaatkan sebagai wahana

pembelajaran masyarakat dalam arti seluas-luasnya. Melalui sumber daya sekolah,

masyarakat dapat melatih diri untuk menjadi warga sosial dan warga masyarakat

yang terus menerus meningkatkan ilmu pengetahuan, sikap baru, dan

keterampilannya untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. (Nandika: 2007, 83)

Kultur sebuah sekolah bisa dilihat dalam kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di

sekolah tersebut, dalam relasi antar guru, antar siswa, antara pemimpin sekolah

dengan semua penghuni yang lain, dalam upacara-upacara seremonial dan simbol-

simbol, gambar-gambar, tulisan dan bentuk-bentuk artifak lainnya. (Nugroho: 2013,

23)

Kultur sekolah memiliki dua lapisan, yaitu lapisan yang sebagian dapat diamati

dan sebagian tidak teramati. Lapisan yang bisa diamati seperti, arsitektur, tata ruang,

eksterior dan interior, kebiasaan dan rutinitas, peraturan-peraturan, cerita-cerita,

upacara-upacara, cerita-cerita, simbol, logo, slogan, bendera, gambar-gambar, tanda-

tanda, sopan santun dan cara berpakaian. Lapisan yang tidak dapat dimaknai secara

jelas berintikan norma perilaku bersama warga suatu organisasi. Lapisan pertama

kultur berupa norma-norma kelompok atau perilaku yang telah lama dimiliki

kelompok. Norma-norma perilaku ini umumnya sukar diubah. Lapisan pertama ini

biasanya disebut dengan artifak. Lapisan kedua berupa nilai-nilai bersama yang

dianut kelompok berhubungan dengan apa yang penting, yang baik dan yang

benar.(Prihantoro: 2010,150)

Kemudian strategi pengembangan PAI sebagai budaya sekolah, meminjam teori

Koentjaraningrat tentang wujud kebudayaan, meniscayakan adanya upaya

pengembangan dalam tiga tataran, yaitu tataran nilai yang dianut, tataran praktik

keseharian dan tataran simbol-simbol budaya. Pada tataran nilai yang dianut, perlu

dirumuskan secara bersama nilai-nilai agama yang disepakati dan perlu

dikembangkan di sekolah. Dalam tataran praktik keseharian, dapat dikembangan

melalui tiga tahap, yaitu: pertama, sosialisasi nilai-nilai agama yang disepakati

sebagai sikap dan perilaku ideal yang ingin dicapai. Kedua, penetapan action plan

mingguan atau bulanan. Ketiga, pemberian penghargaan terhadap prestasi warga

sekolah. Dalam tataran simbol-simbol budaya, mengganti simbol-simbol budaya

yang kurang sejalan dengan ajaran dan nilai-nilai agama dengan simbol budaya yang

agamis. (Muhaimin: 2006, 158)

Walaupun strategi tersebut lebih condong untuk mengembangkan PAI secara

keseluruhan pada budaya sekolah Islami, yang mana hal ini biasanya dilakukan pada

sekolah yang memang berbasis Islam seperti madrasah, sekolah Islam terpadu

ataupun sekolah Islam lainnya. Akan tetapi, tidak memungkinkan juga untuk melihat

peran PAI dalam budaya sekolah umum. Seperti pada penelitian ini, pengembangan

PAI sangat terasa dalam keseharian SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. Seperti

diadakannya tausiyah setiap hari Jum‟at, siswi-siswi sekolah memakai pakaian yang

sopan pada kesehariannya bahkan dapat dikatakan sebagian besar siswi sekolah

memakai kerudung, dan memulai mata pelajaran pertama dengan membaca al-

Qur‟an selama beberapa menit.

59

Guru memiliki kesempatan yang luas untuk menanamkan nilai, sikap dan

perilaku yang menjunjung tinggi keutamaan hidup kepada murid-muridnya melalui

keteladanan dan contoh nyata. Sikap hangat, hormat dan apresiatif yang ditunjukkan

guru dalam interaksinya dengan siswa di kelas tidak hanya memiliki kontribusi

terhadap pembelajaran, tetapi juga menyampaikan pesan yang kuat kepada siswa

bahwa mereka harus memberikan perlakuan yang sama terhadap teman-teman

sekelasnya. (Nugroho: 2013, 32). Keteladanan memberikan gambaran secara nyata

bagaimana seseorang harus bertindak. Keteladanan berarti kesediaan setiap orang

untuk menjadi contoh dan miniatur yag sesungguhnya dari sebuah perilaku. (Saleh:

2012, 13)

Terdapat tiga ciri utama yang digunakan para pemimpin untuk membangun

budaya, yaitu mendefinisikan nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan dan membuatnya

“hidup” dalam tindakan-tindakan dari orang-orang dalam organisasi.

a. Pertama, para pemimpin (dengan keterlibatan orang lain) mendefinisikan sebuah

filosofi organisasi secara eksplisit, jelas dan merupakan pernyataan ringkas

tentang nilai dan keyakinan.

b. Selanjutnya, para pemimpin itu bekerja dengan orang lain untuk menentukan

berbagai kebijakan, mengembangkan berbagai program, dan menetapkan

beberapa prosedur yang membuat filosofi itu menjadi suatu tindakan nyata.

c. Akhirnya, para pemimpin mencontohkan berbagai nilai dan keyakian lewat

tindakan-tindakan mereka pada setiap kesempatan dan mereka

memperaktikkannya secara konsisten. (Sashkin: 2011, 126)

Adapun strategi untuk membudayakan nilai-nilai agama di sekolah dilakukan

melalui:

a. Power Strategy, yakni strategi pembudayaan agama di sekolah dengan cara

menggunakan kekuasaan atau melalui people‟s power, dalam hal ini peran kepala

sekolah dengan segala kekuasannya sangat dominan dalam melakukan

perubahan.

b. Persuasive strategy, yang dijalankan lewat pembentukan opini dan pandangan

masyarakat atau warga sekolah

c. Normative re-educative. Norma adalah aturan yang berlaku di masyarakat.

Norma termasyarakatkan lewat education. Normative digandengkan dengan re-

educative (pendidikan ulang) untuk menanamkan dan mengganti paradigma

berpikir masyarakat sekolah yang lama dengan yang baru.

Staragi pertama tersebut dikembangkan melalui pendekatan perintah dan

larangan atau reward and punishment. Sedangkan pada strategi kedua dan ketiga

tersebut dikembangkan melalui pembiasaan, keteladanan dan pendekatan persuasif

atau mengajak kepada warganya dengan cara yang halus, dengan memberikan alasan

dan prospek baik yang bisa meyakinkan mereka. sifat kegiatannya bisa berupa aksi

positif dan reaksi positif. Bisa pula berupa proaksi, yakni membuat aksi atas inisiatif

sendri, jenis dan arah ditentukan sendiri, tetapi membaca munculnya aksi-aksi agar

dapat ikut memberi warna dan arah pada perkembangan. Bisa pula berupa antisipasi,

yakni tindakan aktif menciptakan situasi dan kondisi ideal agar tercapai tujuam

idealnya. (Muhaimin: 2006, 161).

Selanjutnya Robbins juga menjelaskan dalam membentuk budaya organisasi

sebagai berikut:

60

Gambar 2.4

Pembentukan Budaya Robbins

Budaya asli diturunkan dari filsafat pendirinya. Selanjutnya budaya ini sangat

mempengaruhi kriteria yang digunakan dalam mempekerjakan karyawan. Tindakan

dari manajemen puncak dewasa ini menentukan iklim umum yang dapat diterima

dan yang tidak. Bagaimana karyawan harus disosialisasikan akan tergantung, baik

pada tingkat sukses yang dicapai dalam mencocokkan nilai-nilai karyawan baru

dengan nilai-nilai organisiasi dalam proses seleksi maupun pada prefensi manajemen

puncak akan metode-metode sosialiasai. (Robbins:2001, 261)

Konsep ini lebih lanjut dijelaskan oleh Prim Mutohar tentang bagaimana

membangun budaya religius di sekolah yaitu budaya relegius terbentuk berangkat

dari filsafat yang dimiliki oleh pendiri organisasi, selanjutnya budaya relegius

tersebut digunakan sebagai kriteria dalam melaksanakan fungsi actuating dalam

sistem organisasi. Tindakan pimpinan puncak dalam menentukan iklim umum dari

perilaku yang dapat diterima dan tidak. Hal tersebut sangat penting dalam upaya

untuk menciptakan dan mengembangkan budaya relegius yang dapat membantu

dalam meningkatkan mutu pendidikan. Budaya relegius yang kuat dan dinamis

harus dikembangkan dengan cara peran aktif pimpinan puncak dalam

mensosialisasikan nilai-nilai yang ada dalam organisasi serta kemampuan pimpinan

dalam mempengaruhi dan menggerakkan seluruh anggota organisasi untuk dapat

melaksanakan tugasnya dengan sebaik mungkin. (Muthohar:2013)

Dalam pembentukan budaya Prof. Dr. Manahan P Tampubolan (2012:235)

memberikan penjelasannya melalui dua langkah yaitu pertama, identifikasi etika

secara menyeluruh dan kedua, pendekatan kognitif dalam membentuk budaya.

Untuk tahap pertama dengan mengenali nilai-nilai budaya pada masing-masing

anggota dengan budaya yang berbeda-beda yang kemudian disepakati bersama nilai-

nilai budaya sebagai aturan. Dan kedua, dengan mempelajari setiap kasus yang

terjadi maka kita akan berpikir dalam membuat sesuatu, kenyataan yang terjadi

adalah sesuatu untuk dipertimbangkan dalam membuat keputusan dalam

pengembangan budaya organisasi. Makin banyak kasus yang dipelajari, maka akan

makin banyak teknik-teknik pertimbangan yang dapat dilakukan.

Kedua hal ini dapat dikaitkan dengan pembentukan budaya sekolah peduli

lingkungan yaitu pertama, dengan membuat peraturan yang nantinya akan ditaati

oleh semua warga sekolah termasuk siswa dan kedua, dengan pendekatan kognitif

dalam hal ini dengan kurikulum terintegrasi dan pengenalan kasus-kasus tentang

permasalahan lingkungan.

Philosophy of

organization‟s

founders

Selectian

criteria

Top

management

Sosialization

Organization

culture

61

Dengan demikian dari beberapa penjelasan yang telah disebutkan, terdapat

beberapa persamaan dalam pembentukan budaya yaitu pertama, menentukan nilai-

nilai yang disepakati, dengan adanya nilai-nilai yang disepakati bersama sebagai

filosofis sekolah yang dituangkan dalam visi, misi dan peraturan-peraturan sekolah.

kedua, kegiatan-kegiatan keseharian, dengan adanya kegiatan-kegiatan keseharian

ini merupakan juga proses pembiasaan dan cerminan dari nilai-nilai yang disepakati.

Dan terakhir adalah keteladanan.

Sedangkan terkait dengan peran guru PAI dalam mengembangkan budaya

peduli lingkungan, yang dapat dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam

berdasarkan beberapa penjelasan tersebut adalah pembiasaan dan keteladanan serta

menggunakan pendekatan kognitif dalam berperan mengembangkan budaya peduli

lingkungan. Yang mana pendekatan kognitif dapat dilakukan dalam proses belajar

mengajar yang terlaksananya kurikulum terintegrasi dan pengenalan kasus-kasus

permasalahan lingkungan.

Hal ini searah dengan desain pelaksanaan pendidikan karakter. Pendidikan

karakter dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas, dilaksanakan dengan

menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajaran. Khusus, untuk

materi Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan karena memang

misinya adalah mengembangkan nilai dan sikap. (Muktiani: 2012). Dalam artikel

yang di tulis oleh Mutohar (2013), desain ini diadaptasi menjadi strategi penguatan

budaya religius dalam membentuk karakter bangsa peserta didik. Hal tersebut dapat

dilihat sebagai berikut:

Gambar 2.5

Penguatan Budaya Religius

Nilai-

Nilai

Relegiu

s

Sistem

Nilai yang

disepakat

i

INTERVENSI

LINGKUNGAN MADRASAH

MASYA

RAKAT

KELUARGA

MADRASAH

PROSES PEMBERDAYAAN &

PEMBUDAYAAN

Pancasila,UUD194

5UU No. 20/2003

ttg Sisdiknas

Pengalaman

terbaik dan praktik

nyata di Madrasah

PERILAKU

BER-

KARAKTER

PERANGKAT PENDUKUNG

Kebijakan, Pedoman, Sumber

Daya, Lingkungan, Sarana dan

Prasarana, Kebersamaan,

Komitmen warga Madrasah

62

Lebih lanjut Mutohar menjelaskan sebagai berikut:

Pendidikan karakter setidaknya dapat dilaksanakan melalui dua cara

yaitu melalui proses intervensi dan pembiasaan (habituasi). Proses intervensi

dikembangkan dan dilaksanakan melalui kegiatan belajar mengajar yang

sengaja dirancang untuk mencapai tujuan pembentukan karakter dengan

menerapkan berbagai kegiatan terstruktur. Dalam proses pembelajaran

tersebut guru sebagai pendidik yang mencerdaskan dan mendewasakan dan

sekaligus sebagai sosok panutan. Melalui proses pembiasaan dapat

diciptakan dan ditumbuhkembangkan aneka situasi dan kondisi yang berisi

aneka penguatan yang memungkinkan siswa di sekolah, di rumah, dan di

lingkungan masyarakatnya membiasakan diri berperilaku sesuai nilai-nilai

relegius yang diharapkan.

Konsep ini juga dapat diadaptasi dalam pembentukan budaya peduli

lingkungan dikarenakan peduli lingkungan merupakan salah satu dari 18 karakter.

dan jelas kiranya bahwasannya peran Pendidikan Agama Islam dalam membentuk

budaya peduli lingkungan dilakukan dengan proses intervensi yang dilaksanakan

dalam kegiatan belajar mengajar yang terintegrasi dengan lingkungan. Yang dalam

hal ini, guru PAI juga sangat berperan bukan hanya dalam KBM tetapi juga dalam

memberikan teladan sesuai dengan apa yang diajarkan serta tentunya adanya

pembiasaan untuk menumbuhkan karakter peduli lingkungan.

3. Landasan dan Nilai-nilai Peduli Lingkungan

Pendidikan merupakan salah satu cara agar budaya yang ada di masyarakat

dapat dilestarikan. Karena melalui pendidikan, budaya yang ada di masyarakat

diajarkan dan dibiasakan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dipandang

sebagai pintu gerbang untuk melaksanakan tugas pengembangan budaya bagi

peserta didik. Sebagai pintu gerbang, maka sekolah harus memiliki kekuatan

strategis untuk menciptakan budaya positif sesuai dengan falsafah masyarakat.

(Maslikhah: 2007, 79)

Hal ini juga didukung dalam tujuan pendidikan di Indonesia agar terciptanya

budaya positif bagi generasi selanjutnya. Tujuan pendidikan itu yaitu:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan

menjadi warga begara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dengan demikian, tujuan pendidikan nasional adalah membentuk watak atau

karakter yang positif bagi warga negara. Sehingga sekolah yang merupakan institusi

pendidikan formal harus mampu membangun budaya positif agar terciptanya

karakter yang diharapkan oleh masyarakat. Selain itu UU No. 32 Tahun 2009 pasal

65 menyebutkan bahwasannya “Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan

lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam

memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.”

Oleh karena itu, menanamkan peduli lingkungan merupakan hal yang perlu

dilaksanakan karena tujuan yang diatur dalam undang-undang, mengarahkan

63

perlunya mengajarkan dan menanmkan peduli lingkungan, yang dalam hal ini

budaya sekolah yang mendukung terciptanya peduli lingkungan juga diperlukan.

Lagi pula, peduli lingkungan juga merupakan salah satu karakter dalam 18 nilai

karakter yang ada di pendidikan karakter. Sebagaimana diketahui 18 karakter

tersebut adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,

demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai

prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,

peduli sosial, tanggung jawab. (Balitbang: 2010,10).

Nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam mengenai lingkungan,

mengandung karakter dalam pembentukan peduli lingkungan yaitu sebagai berikut:

a. Religius

Karakter religius berdasarkan inti dari pelestarian lingkungan dalam Islam

yaitu tauhid, dimana dengan berlandaskan pada keimanan pada Allah SWT,

seorang muslim akan menjalankan semua hal dengan tujuan beribadah kepada

Allah SWT.

b. Tanggungjawab

Berdasarkan pada prinsip khalifah. Mengenali nilai-nilai khilafah berarti

menyangkut tanggung jawab individu maupun secara kolektif yang diberikan

amanah. Ketika manusia diwariskan kepemimpinan maka wajiblah mereka

mampu untuk berbuat keadilan dan menegakkan syariat yang adil untuk semua

makhluk.(Tutik dan Trianto: 2008,37)

c. Tidak Berlebihan

Berdasarkan penyebab kerusakan lingkungan adalah perbuatan yang

berlebihan dalam aktivitas-aktivitas yang dijalani. Allah SWT melarang

hambanya untuk memiliki perilaku ini. Sebagaimana firman-Nya:

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki)

mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

(Qs. Al-„araf: 31)

Sehingga terkait dengan permasalahan lingkungan, PAI harus mengajarkan

dan menanamkan untuk tidak berbuat berlebihan atau hemat. Yang dapat

dilakukan dengan cara mengajarkan untuk selalu tidak berlebihan atau hemat

dalam penggunaan listrik dan air.

d. Memelihara Kebersihan

Kebersihan merupakan hal yang penting dan sangat diperhatikan dalam

Islam. Bahkan syarat salah satu agar dapat menunaikan ibadah shalat adalah

dengan berwudhu‟ sebagai bentuk pembersihan diri untuk menunaikan ibadah

shalat. Disebutkan dalam hadits Ibnu Umar ra dalam Shahih Bukhari bahwa

Rasulullah SAW bersabda:

64

Allah tidak akan menerima shalat tanpa bersuci dan tidak menerima

sedekah dari hasil khianat. (HR. Bukhari)

Hal ini menunjukkan bahwasannya memelihara kebersihan merupaan hal

yang penting dilakukan oleh seorang muslim bahkan dalam hal beribadah kepada

Allah SWT.

e. Kreatif

Sebelumnya Ghazali menyebutkan beberapa sikap seorang muslim dalam

memelihara lingkungan yaitu dengan memiliki sikap kreatif. Hal ini dilakukan

agar manusia menggunakan potensi yang ada dalam dirinya untuk mengolah

sumber daya alam yang ada sehingga kelestarian lingkungan terjaga.

Dengan demikian, karakter yang mendukung dalam menanmkan peduli

lingkungan adalah religius, tanggung jawab, tidak berlebihan, memelihara

kebersihan dan kreatif.

4. Pendidikan Lingkungan Hidup

Dalam pembahasan pendidikan lingkungan hidup ini akan membahas, pertama

mengenai gambaran umum pendidikan lingkungan hidup atau lebih pada proses

diadakannya PLH di Indonesia. Kedua, definisi pendidikan lingkungan hidup yang

pencakup juga definisi lingkungan dan tujuan diadakannya pendidilkan lingkungan

hidup. Dan terakhir implementasi pendidikan lingkungan hidup yang meliputi

pendekatan pendidikan lingkungan hidup di sekolah dan konten pendidikan

lingkungan hidup di setiap jenjang pendidikan yaitu pendidikan dasar dan

pendidikan menengah. Pembahasan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Gambaran Umum Pendidikan Lingkungan Hidup

Program pengembangan pendidikan lingkungan bukan merupakan hal yang

baru di lingkup ASEAN. Negara-negara anggota ASEAN telah mengembangkan

program dan kegiatannya sejak konfrensi internasional pendidikan lingkungan

hidup pertama di Belgrade tahun 1975. Sejak dikeluarkannya ASEAN

Environmental Education Action Plan 2000-2005, masing-masing negara

anggota ASEAN perlu memiliki kerangka kerja untuk pengembangan dan

pelaksanaan pendidikan lingkungan. Indonesia sebagai negara anggota ASEAN

turut aktif dalam merancang dan melaksanakan ASEAN Environmental Education

Action Plan 2000-2005. Pada intinya ASEAN Environmental Education Action

Plan 2000-2005 ini merupakan tonggak sejarah yang penting dalam upaya kerja

sama regional antar sesama negara anggota ASEAN dalam turut meningkatkan

pelaksanaan pendidikan lingkungan di masing-masing negara anggota ASEAN.

(Surakusumah: 2012, 4)

Pada awalnya penyelenggaraan PLH di Indonesia dilakukan oleh Institut

Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta pada tahun 1975. Pada tahun

1977/1978 rintisan garis-garis besar program pengajaran lingkungan hidup diuji

cobakan di 15 sekolah dasar Jakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah Departeman Pendidikan Nasional (Ditjen Dikdasmen Depdiknas),

menetapkan bahwa penyampaian mata ajar tentang kependudukan dan

lingkungan hidup secara integratif dituangkan dalam kurikulum tahun 1984

65

dengan memasukan materi kependudukan dan lingkungan hidup ke dalam semua

mata pelajaran pada tingkat menengah umum dan kejuruan. (Tim Adiwiyata:

2011, 2)

Penanganan masalah lingkungan hidup menuntut pengkajian dan

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pendukungnya. Untuk itu, pada

tahun 1979 dibentuk Pusat Studi Lingkungan (PSL) yang tersebar di berbagai

perguruan tinggi. Di bidang kependudukan, telah dilakukan pengembangan PSK

(Pusat Studi Kependudukan). Penanaman wawasan lingkungan kepada para guru

telah pula dilakukan melalui penataran pendidikan kependudukan dan lingkungan

hidup bagi guru SD, SMP, dan SMA pada tahun 1989/1990 hingga 1992/1993 di

27 provinsi di Indonesia bekerjasama dengan Depdikbud. Sejumlah 5.108 guru

telah mengikuti penataran tersebut yang terdiri atas 2.330 guru SD, 1.410 guru

SMP dan 1.368 guru SMA. Di samping itu sebanyak 4.600 orang kepala sekolah

SMP dan SMA telah mengikuti penataran serupa. (www.Menlh.go.id)

Dengan demikian pendidikan lingkungan hidup sudah berlangsung sangat

lama di Indonesia sebagai upaya dalam menangani permasalahan lingkungan

secara global maupun di Indonesia sendiri. Dimulai pada tahun 1975 di IKIP

yang kemudian dibentuk PSL (Pusat Studi Lingkungan) dan PSK (Pusat Studi

kependudukan) sebagai upaya pengembangan pendidikan lingkungan hidup di

Indonesia. Kemudian diuji cobakan pada sekolah dasar dan selanjutnya

diintegrasikan dengan semua mata pelajaran yang ada di kurikulum.

b. Definisi Pendidikan Lingkungan Hidup

Dalam KBBI lingkungan adalah semua yang mempengaruhi pertumbuhan

manusia atau hewan (KBBI: 2007, 675). Lingkungan pada dasarnya merupakan

segala sesuatu yang berada di luar manusia baik berwujud sebagai benda tak

hidup seperti air, udara, cahaya matahari dan lainnya, maupun benda-benda

hidup seperti hewan, tumbuh-tumbuhan maupun organisme yang satu dengan

lainnya saling mangadakan interaksi berdasarkan asas saling membutuhkan.

(Triwulan dan Trianto, 2008: 18). Sedangkan lingkungan hidup merupakan

penelaahan terhadap sikap dan perilaku manusia, dengan segenap tanggung

jawab dan kewajiban maupun haknya untuk mencermati tatanan lingkungan

dengan sebaik-baiknya.(Soerjani, 2007: 28). Pada UU No. 32 Tahun 2009

tentang perlindungan dan pengelolaan hidup pasal 1 menyebutkan bahwasannya

lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan

makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu

sendiri, kelangsungan prikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk

hidup lain. (UU No. 32 Tahun 2009).

Pendidikan lingkungan sendiri merupakan suatu proses yang bertujuan

untuk membentuk perilaku, nilai dan kebiasaan untuk menghargai lingkungan

hidup. (Surakusumah, 2012:8). Hasil proses pendidikan akan memungkinkan

seseorang dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dengan bekal

pengetahuan yang dimilikinya memungkinkan pula baginya untuk berkontribusi

dan berkiprah dalam pembangunan dan pengembangan masyarakat. Hal ini

bermakna bahwa pendidikan merupakan salah satu cara yang patut ditempuh

untuk memberikan pengetahuan serta membentuk sikap dan kepedulian

masyarakat terhadap lingkungan sebagaimana diinginkan.(Hamzah, 2013:13).

Dengan adanya pendidikan lingkungan ini, diharapkan siswa dapat mengerti

66

untuk menjaga lingkungan dan menghargai lingkungan serta membuat generasi

Indonesia memiliki wawasan untuk selalu menjaga alam sebagai lingkungan

mereka hidup.

Pendidikan lingkungan hidup memiliki tujuan seperti yang dirumuskan pada

waktu Konfrensi Antar Negara tentang pendidikan Lingkngan pada tahun 1975 di

Tiblisi, yaitu: pertama, meningkatkan kesadaran yang berhubungan dengan

saling ketergantungan ekonomi, sosial, politik dan ekologi antara daerah

perkotaan dan pedesaan,. Kedua, memberikan kesempatan kepada setiap individu

untuk memperoleh pengetahuan, nilai-nilai, sikap tanggung jawab dan

keterampilan yang dibutuhkan untuk melindungi dan meningkatkan lingkungan.

Ketiga, menciptakan pola baru perilaku individu, kelompok dan masyarakat

secara menyeluruh menuju lingkungan yang sehat, serasi dan seimbang.

(Adisendjaja dan Romlah, 2009: 5)

Sedangkan tujuan akhir dari PLH adalah membentuk warga negara yang

berwawasan kependudukan dan lingkungan hidup, yaitu warga negara yang

dalam segala hal perilakunya berpandangan ke depan terhadap masalah

kependudukan dan lingkungan hidup, menuju masyarakat yang serasi, selaras

dan seimbang dalam hubungannya dengan lingkungan hidup. (Suaedi dan Tantu:

2016, 43)

Dengan demikian pendidikan lingkungan hidup merupakan pendidikan

untuk menanamkan rasa peduli lingkungan pada peserta didik dengan bertujuan

membentuk perilaku, pandangan dan nilai-nilai menghargai lingkungan sehingga

terbentuk hubungan masyarakat dengan lingkungan secara selaras.

c. Implementasi Pendidikan Lingkungan Hidup

Pendidikan lingkungan hidup di sekolah diperlukan untuk memperkuat nilai-

nilai yang telah diberikan oleh keluarga. Pendidikan lingkungan di sekolah tidak

harus dalam matapelajaran tersendiri. Akan tetapi dengan menyisipkan materi

lingkungan hidup pada mata pelajaran di sekolah. Materi pelestarian lingkungan

sangatlah luas, termasuk bagaimanakah nilai-nilai yang dapat dilakukan ketika

berinteraksi dengan lingkungan fisik dan sosial. (Iskandar: 2013, 228)

PKLH melalui jalur pendidikan formal dapat ditempuh melalui dua

pendekatan, yaitu pendekatan monolitik dan pendekatan integratif.

1) Pendekatan monolitik adalah pendekatan yang didasarkan pada suatu

pemikiran bahwa setiap mata pelajaran merupakan sebuah komponen yang

berdiri sendiri dalam kurikulum dan mempunyai tujuan tertentu dalam satu

kesatuan yang utuh.

2) Pendekatan integratif adalah pendekatan yang didasarkan pada suatu

pemikiran bahwa program suatu mata pelajaran harus terpadu dengan mata

pelajaran lain. Dalam pendekatan ini, materi PKLH dipadukan ke dalam mata

pelajaran yang dianggap relevan dalam kurikulum yang berlaku. (Darwis dan

Lahming: 2007,13)

Dengan dua pendekatan ini, Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan

Hidup (PKLH) dilaksanakan. Sekolah yang menggunakan pendekatan monolitik

akan menjadikan PKLH sebagai mata pelajaran tersendiri, itu berarti menambah

pelajaran yang ada di sekolah. Sedangkan pada pendekatan yang kedua yaitu

integratif memadukan PKLH dengan mata pelajaran yang ada sehingga tidak

menambah mata pelajaran yang baru yang akan menambah beban belajar siswa.

67

Dan pendekatan integratif ini yang digunakan dalam pendidikan lingkungan

hidup di sekolah.

Setidaknya ada beberapa pokok bahasan yang dapat diberikan dalam

Pendidikan Lingkungan yaitu, ekosistem, sumber daya lingkungan, daya dukung

lingkungan, kepedulian, partisipasi, estetika, kearifan lokal, etika lingkungan,

pengambilan keputusan terhadap isu lingkungan, kebencanaan. Pokok-pokok

bahasan tersebut menunjukkan bahwa permasalahan yang dihadapi berkaitan

dengan kegiatan memelihara kondisi lingkungan tersebut sangat beragam.

(Hamzah:2013, 55)

Sedangkan untuk memotivasi sikap dan perilaku siswa, pengertian dasar

lingkungan hidup harus diintegrasikan ke dalam keseluruhan kurikulum yang

mengacu pada proses pembelajaran student centered learning yang mengarah

pada kepentingan dan masa depan siswa sewaktu berkecimpung dalam

pengabdian pada masyarakat. (Soerjani,dkk: 2007,230)

Pada dasarnya beberapa mata pelajaran yang ada memiliki muatan PLH

terutama mata pelajaran yang berorientasi pada sasaran moral seperti mata

pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dan mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam yang disajikan dari tingkat pendidikan dasar,

menengah, sampai pendidikan tinggi. Kedua mata pelajaran ini dapat dimuati

dengan unsur PLH yang berdimensi moral dan nilai. (Suaedi dan Tantu:

2016,41).

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah memang merupakan

pendidikan yang bertujuan menanamkan moral dan nilai-nilai ajaran agama Islam

pada peserta didik sehingga ketika terintegrasi dengan pendidikan lingkungan

hidup, orientasi pendidikan agama Islam menjadi berintikan juga pada moral dan

nilai, yang dalam hal ini menanamkan etika lingkungan yang sesuai dengan

ajaran agama Islam agar peserta didik memahami hubungan manusia dengan

lingkungannya dalam Islam. Dalam hal ini guru Pendidikan Agama Islam

berusaha menjelaskan hubungan manusia dengan lingkungan alamnya dalam

Islam yaitu mengolah lingkungan sesuai kebutuhan dan tidak digunakan secara

berlebihan atau sampai merusak lingkungan alam dan menanamkan etika

lingkungan Islam pada diri siswa sebagai membentuk cara pandang dan

bertingkah laku pada lingkungan sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam ajaran

Islam.

Telah disebutkan sebelumnya bahwasannya tujuan diadakannya pendidikan

lingkungan hidup agar warga negara memiliki pandangan, nilai-nilai dan

berperilaku peduli pada lingkungan sehingga permasalahan lingkungan dapat

diatasi dengan baik. Sehingga dalam skala implementasinya tujuan PLH pada

masing-masing jenjang pendidikan formal harus dirumuskan dalam bentuk

strafikasi konten sesuai dengan tujuan pendidikan sesuai jenjangnya. Hal tersebut

dapat dilihat sebagai berikut: (Suaedi dan Tantu: 2016,44)

68

Tabel 2.3

Konten PLH Pada Setiap Jenjang Pendidikan

Jenjang

Pendidikan Konten PLH

SD

Dititikberatkan pada upaya mengenalan permasalahan

lingkungan hidup dan kependudukan, serta menumbuhkan

sikap kepedulian terhadap permasalahan lingkungan hidup

tersebut.

SMP

Dititikberatkan pada upaya memperoleh kompetensi dasar

tentang permasalahan lingkungan hidup dan

kependudukan serta menumbuhkan sikap, perilaku dan

partisipasi dalam pencegahan timbulnya permasalahan

tersebut.

SMA

Dititikberatkan pada upaya memperoleh kompetensi lanjut

tentang permasalahan lingkungan hidup dan

kependudukan serta meningkatkan sikap, perilaku dan

partisipasi dalam pencegahan timbulnya permasalahan

tersebut.

Dari tabel 2.3 dapat dilihat fokus pendidikan lingkungan pada setiap jenjang

pendidikan. Dan fokus pendidikan lingkungan semakin tinggi jenjang semakin

berkembang fokus pendidikan lingkungannya. SD lebih pada memberikan

pengetahuan dasar pada peserta didik mengenai permasalahan lingkungan,

kemudian pada tingkat SMP dikembangkan lagi dengan memiliki KD tentang

permasalahan lingkungan dan begitu juga dengan SMA kompetensi yang

diperoleh dikembangkan lagi sehingga pengetahuan dan kompetensi yang

dimiliki siswa dikembangkan seiring dengan jenjang yang ditempuh dan pada

akhirnya memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungan.

Sedangkan materi pembelajaran yang diberikan dalam pendidikan

lingkungan hendaknya tidak hanya membina peserta didik agar memiliki

pengetahuan, kepedulian, dan keterampilan serta sikap positif terhadap

lingkungan, tetapi juga sikap bertanggung jawab untuk memelihara

keseimbangan sistem lingkungan dan penggunaannya dalam berbagai aspek

kehidupan seperti sosial, ekonomi dan politik. Pendidikan lingkungan juga

diharapkan dapat membentuk cara pandang, mental, sikap, perilaku dan gaya

hidup sebagai individu maupun sebagai anggota suatu masyarakat yang arif dan

bijak terhadap lingkungan. (Hamzah: 2013, 57)

Di dalam proses pembelajaran PLH, siswa harus dilibatkan secara aktif

(terlibat proses mentalnya) dalam mengkonstruksi pengetahuan, sikap dan

keterampilannya. Dalam pengembangan PLH harus ditujukan pada aspek tingkah

laku manusia, terutama interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya dan

kemampuan memecahkan masalah lingkungan. Dengan demikian guru PLH

tidak cukup hanya dengan memiliki pemahaman tantang lingkungan, tetapi juga

harus memiliki pemahaman mendasar tentang manusia. (Adisendjaja dan

Romlah, 2009: 10)

69

Dengan demikian materi pendidikan lingkungan hidup yang diajarkan pada

siswa berisikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan untuk

mencegah terjadinya kerusakan lingkungan. Materi pendidikan lingkungan juga

diharapkan dapat merubah cara pandang warga negara terhadap lingkungannya

untuk lebih peduli pada lingkungan sekitarnya. Dan juga menerapkan gaya hidup

ramah lingkungan dalam kesehariannya.

Sedangkan dalam proses pembelajarannya lebih pada melibatkan siswa

secara aktif untuk memecahkan permasalahan-permasalahan lingkungan yang

ada dan membentuk tingkah laku siswa untuk menjadi insan yang menghormati

lingkungan agar kerusakan lingkungan dimasa mendatang dapat diatasi dan

ditanggulangi dengan baik sewaktu siswa berperan dalam masyarakat. Dalam

mengajarkan Pendidikan Lingkungan Hidup guru juga dituntut bukan hanya

mengetahui tentang lingkungan tetapi juga memahami hubungan manusia dengan

lingkungan alamnya.

Ketika program pendidikan lingkungan hidup di sekolah akan dimulai maka

perlu dikembangkan suatu sistem yang dapat mengatur program ini. Sistem yang

dikembangkan diharapkan dapat mengembangkan tingkat kepedulian siswa

terhadap lingkungan, oleh karena itu sistem yang dibangun harus dapat

melibatkan berbagai unsur sehingga program ini dirasakan menjadi milik seluruh

warga sekolah. Tahapan pelaksanaan program tersebut sebagai berikut:

(Surakusumah: 2012, 10)

Gambar 2.6

Tahap Pelaksanaan Program Lingkungan Hidup

1. Pembentukan komite lingkungan

sekolah

2. Menentukan misi lingkungan

sekolah

3. Membuat Action Plan

4. Monitoring program dan

evaluasi kemajuan

5. Integrasi program ke dalam

kurikulum

6. Kemitraan dengan komunitas

di luar sekolah

70

Dari gambar 2.6 terlihat bahwasannya tahap pelaksanaan program lingkungan

hidup ada 6 langkah. Dimulai dengan membentuk komite lingkungan sekolah, yang

merupakan perwakilan warga sekolah dalam melaksanakan program lingkungan

hidup. Tahap kedua adalah membentuk misi lingkungan sekolah, membuat misi

sekolah ini sebagai komitmen atau landasan bagi warga sekolah untuk menjalankan

program lingkungan hidup. Tahap ketiga yaitu action plan, hal ini dilakukan untuk

meningkatkan kualitas sekolah dalam menjalankan program lingkungan hidup

dengan merencanakan aspek-aspek apa saja yang perlu ditingkatkan. Tahap keempat

dengan melakukan pengawasan yang apakah program lingkungan hidup sudah

berjaan sesuai rencana atau tidak yang kemudian dievaluasi. Tahap kelima

mengintegrasikan program lingkungan hidup pada kurikulum. Dan tahap terakhir

adalah menjalin kemitraan dengan pihak lain untuk meningkatkan kualitas sekolah

dalam menjalankan program lingkungan hidup ini. Semua ini dilakukan agar

program lingkungan hidup di sekolah dapat terlaksana dengan baik sehingga siswa

dapat memiliki kepribadian peduli lingkungan atau agar tingat kepedulian siswa

meningkat pada lingkungan disekitarnya.

Program interasional mengenai sekolah lingkungan ini adalah Eco-School.

Sedangkan dalam mewujudkan Eco-School, terdapat 7 langkah dapat dilihat sebagai

berikut:

Gambar 2.7

Tahap program Eco School

Tahap program Eco School ini dimulai dengan membentuk Eco-Committee,

yang mana merupakan penggerak terlaksananya proses Eco-Schools yang

mewakili gagasan sekolah. Kemudian tahap kedua adalah melakukan

pemeriksaan lingkungan dengan bertujuan menyelidiki masalah lingkungan di

71

sekolah. Tahap ketiga, membuat action plan dengan SMART (specific,

measurable, attainable, realistic and timely). Tahap keempat yaitu memonitor dan

mengevaluasi untuk mengetahui apakah berhasil mencapai target dalam action

plan atau tidak. Tahap kelima kurikulum yaitu dengan mengintegrasikan program

ke dalam kurikulum yang ada di sekolah. Tahap keenam yaitu informasikan dan

libatkan. Keterlibatan seluruh sekolah dan masyarakat untuk sadar pada

lingkungan merupakan hal yang penting sehingga cara yang dapat dilakukan

dalam melibatkan pihak lain adalah dengan menginformasikannya dalam

berbagai media seperti web sekolah, mading sekolah, radio, TV dan lain

sebagainya. Dan tahap terakhir adalah membuat kode Eco. Hal ini dilakukan

sebagai pernyataan yang mewakili komitmen sekolah terhadap lingkungan.

Bentuknya fleksibel dapat berupa lagu, gambar, model, puisi dan lain sebagainya.

(www.ecoschools.global)

Sebagaimana diketahui bahwa Eco Schools merupakan salah satu program

pemberdayaan lingkungan hidup dalam pendidikan. Eco-schools dikembangkan

oleh FEE (Foudation for Environmental Education) yang beranggotakan 76

negara di seluruh dunia. (www.fee.global) Dalam Asian Guidelines on Eco-

Schools, Eco-Schools didefinisikan sebagai berikut:

Eco-schools are recognised institutions of learning at the primary/

secondary level that recognises values of environmental sustainability

practices and carries out environmentally friendly school policies, teaching

programmes and practices for the benefit of the school and surrounding

communities. (ASEAN, 2013: 10)

Terkait dengan Eco-Schools UNESCO juga menerangkan bahwa:

The Eco-Schools programme is an ideal way for schools to embark on

a meaningful path towards improving the environment in both the school

and the local community while at the same time having a life-long positive

impact on the lives of young people, their families, school staff and local

authorities. (en.unesco.org)

Program Eco-Schools terdiri dari tiga elemen struktural yaitu Kerangka

Tujuh Langkah, Tema Sekolah-Eco, dan Penilaian untuk Bendera Hijau. Agar

sukses, program ini membutuhkan dukungan dari pimpinan sekolah dan dewan.

Keterlibatan staf secara aktif sangat penting sekaligus komitmen jangka panjang

dan kemauan untuk melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan. Tema

dalam eco-school tersebut yaitu, Biodiversity and Nature, Climate Change,

Enegry, School Ground, Litter, Transport, Global Citizenship, Waste, Health and

Wellbeing, water. (www.ecoschools.global)

Untuk 7 (tujuh) langkah program Eco-Schools seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya sedangkan untuk penilaian bendera hijau. Ini merupakan penilaian

yang dilakukan dalam program ini. Jika hasilnya tinggi maka sekolah akan diberi

bendera hijau. Seperti yang diterangkan dalam ecoschools.global yaitu Usually

after two years of implementing the programme and reaching a high level of

performance in complying with these seven steps (sometimes national mandatory

criteria also applies), schools can then apply for and be awarded the Green

Flag.

72

Persamaan dari tahap pelaksanaan program yaitu sama-sama membentuk

komite lingkungan pada awal sebagai tahap pertama, kemudian action plan,

monitoring dan evaluasi serta mengintegrasikan kurikulum sekolah dengan

lingkungan. Tahap kedua ini berbeda, dari jumlah tahapannya saja sudah

berbeda. Tahap pelaksanaan program lingkungan yang dijelaskan oleh

Surakusumah sebanyak 6 tahapan sedangkan tahapan dalam program Eco-

Schools sebanyak 7 tahapan.

Perbedaan kedua tahapan ini terletak pada tahap kedua dalam

pelaksanaannya. Jika pada program lingkungan tahap kedua adalah dengan

menyusun atau membuat misi sekolah sedangkan Eco-Schools meriview terlebih

dahulu keadaan lingkungan sekolah yang selanjutnya akan dibuat action plan.

Dan lagi membuat simbol peduli lingkungan seperti slogan, poster dan lain

sebagainya bukan termasuk pada tahapan program lingkungan yang ditulis oleh

Surakusumah sedangkan pada Eco Scools dilakukan sebagai media untuk

mengajak peduli lingkungan. Kedua tahapan ini merupakan bagian dari program

sekolah yang menerapkan peduli lingkungan dalam sekolahnya sehinga

kerusakan lingkungan akan dapat teratasi di masa mendatang.

5. Adiwiyata

Dengan makin maraknya keadaan sekeliling yang menuntut kepedulian

lingkungan sekitar, pada tahun 1975 mulai dicanangkan pendidikan kependudukan

dan lingkungan hidup untuk diterapkan di berbagai sekolah dasar di Jakarta.

(Soerjani, 2008: 58). Pada tahun 1996 disepakati kerjasama pertama antara

Departemen Pendidikan Nasional dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup yang

diperbaharui pada tahun 2005 dan tahun 2010. Sebagai tindak lanjut dari

kesepakatan tahun 2005, pada tahun 2006 kementerian lingkungan hidup

mengembangkan program pendidikan lingkungan hidup pada jenjang pendidikan

dasar dan menengah melalui program Adiwiyata. (Menlh, 2012:2).

Dalam rangka pengembangan SDM di pengelolaan lingkungan hidup,

dihasilkan “Dokumen Kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup” sebagai dasar

pengembangan SDM lingkungan hidup melalui jalur pendidikan dan pelatihan.

Dalam hubungan ini pada tanggal 3 Juni 2005 telah ditandatangani MOU diantara

Menteri Lingkungan hidup dan menteri Pendidikan Nasional No. KEP

01/MENLH/01/2005 dan No. 05/01/KE/2005). (Soerjani, Yuwono dan Fardiaz,

2007:180).

Program Adiwiyata merupakan salah satu bentuk usaha yang dilakukan untuk

mendidik anak dalam mengatasi permasalan lingkungan dan merealisasikannya di

sekolah. Adiwiyata juga merupakan budaya lingkungan hidup di sekolah sehingga

hasil dari pendidikan yang ada di sekolah dapat menciptakan generasi yang peduli

akan lingkungan dan menggunakan potensi yang dimiliki untuk selalu melestarikan

dan menjaga alam.

Dalam peraturan menteri lingkungan hidup tentang pedoman pelaksanaan

program Adiwiyata pasal 1, sekolah Adiwiyata adalah sekolah yang peduli dan

berbudaya lingkungan dan program Adiwiyata sendiri adalah program untuk

mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. (PermenLH No.2

Tahun 2013, 2). Untuk itu, dalam menjelaskan Adiwiyata akan dibahas meliputi

pengertian dan tujuan Adiwiyata, komponen Adiwiyata, keuntungan dalam

73

mengikuti adiwiyata, dan tentunya jenjang penghargaan Adiwiyata. Pembahasan

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pengertian dan Tujuan Adiwiyata

Adiwiyata mempunyai pengertian atau makna sebagai tempat yang baik dan

ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta

etika yag dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup

kita dan menuju kepada pembangunan berkelanjutan.

Tujuan program adiwiyata adalah mewujudkan warga sekolah yang

bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukug pembangunan

berkelanjutan. (Tim Adiwiyata: 2012, 3).

Dengan demikian, program Adiwiyata ini merupakan salah satu cara yang

dilakukan dalam menangani permasalahan lingkungan yang sudah menjadi salah

satu permasalahan yang harus ditangani. Karena sekolah yang menerapkan

Adiwiyata ini memberikan pengetahuan mengenai permasalahan lingkungan dan

membentuk manusia untuk peduli lingkungan dengan cara merubah atau

membenarkan pandangan, etika dan norma-norma yang sesuai dalam menjaga

hubungan manusia dengan lingkungan alamnya.

b. Komponen Program Adiwiyata

Komponen Adiwiyata ini merupakan inti dari pelaksanaan program

Adiwiyata di sekolah. Sedangkan Komponen dan standar adiwiyata yaitu:

1) Kebijakan berwawasan lingkungan, memiliki standar sebagai berikut:

a) Kurikulum memuat upaya perlindungan da pengelolaan lingkungan hidup

b) RKAS memuat program dalam upaya perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup.

2) Pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan

a) Tenaga pendidik memiliki kompetensi dalam megembangkan kegiatan

pembelajaran lingkungan hidup

b) Peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran tentang perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup.

3) Kegiatan lingkungan berbasis partisipatif

a) Melaksanakan kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

yang terencana bagi warga sekolah

b) Menjalin kemitraan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup dengan berbagai pihak (masyrakat, pemerintah, swasta,

media, sekolah lain).

4) Pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan.

a) Ketersediaan sarana prasarana pendukung yang ramah lingkungan

b) Peningkatan kualitas pengelolaan sarana dan prasarana yang ramah

lingkungan di sekolah. (Menlh, 2012:9)

Keempat komponen ini dikembangkan di sekolah berdasarkan standar yang

telah ditentukan sebagaimana yang disebutkan di atas. Dengan adanya keempat

komponen ini, bukan hanya terlaksananya mata pelajaran yang berbasis pada

lingkungan akan tetapi juga budaya sekolah yang ada menjadi peduli lingkungan.

Hal tersebut dapat dilihat dari keempat komponen Adiwiyata ini.

74

c. Prinsip dan Manfaat Adiwiyata

Program Adiwiyata ini memiliki prinsip dalam pelaksanaannya dan

memperoleh manfaat bagi sekolah yang menjalankan program ini. Pelaksanaan

program Adiwiyata diletakkan pada dua prinsip dasar berikut ini:

1) Partisipatif: komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah yang

meliputi keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai

tanggung jawab dan peran

2) Berkelanjutan: seluruh kegiatan harus dilakukan secara tersncana dan terus

menerus secara komprehensif. (Tim Adiwiyata: 2012, 3)

Sedangkan keuntungan dalam mengikuti program adiwiyata adalah sebagai

berikut:

1) Mendukung pencapaian standar kompetensi/kompetensi dasar dan standar

kompetensi lulusan (SKL) pendidikan dasar dan menengah

2) Meningkatkan efisiensi penggunaan dana operasional sekolah melalui

penghematan dan pengurangan konsumsi dari berbagai sumber daya dan

energi

3) Menciptakan kebersamaan warga sekolah dan kondisi belajar mengajar yang

lebih nyaman dan kondusif

4) Menjadi tempat pembelajaran tentang nilai-nilai pemeliharaan dan

pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar bagi warga sekolah dan

masyarakat sekitar.

5) Meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui

kegiatan pengendalian pencemaran, pengendalian kerusakan dan pelestarian

fungsi lingkungan di sekolah. (Menlh, 2012:4)

Dari manfaat yang disebutkan terlihat bahwasannya dengan melaksanakan

program Adiwiyata bukan hanya menguntungkan bagi siswa tetapi semua warga

sekolah dan tentunya kualitas sekolah.

d. Jenis Penghargaan Adiwiyata Jenjang atau jenis penghargaan adiwiyata yang dapat diterima oleh sekolah

dengan tingkatan sebagai berikut:

1) Penghargaan adiwiyata kabupaten/kota, penghargaan diberikan oleh

bupati/walikota

2) Penghargaan adiwiyata provinsi, penghargaan diberikan oleh gubernur

3) Penghargaan adiwiyata nasional, penghargaan diberikan oleh Menteri

Lingkungan Hidup dan Kehutanan

4) Penghargaan adiwiyata mandiri, khusus bagi sekolah yang memiliki minimal

10 sekolah binaan yang telah mendapatkan penghargaan adiwiyata

kabupaten/kota, penghargaan diberikan oleh presiden. (Puspita R, 2015:

bp2sdm.menlhk.go.id)

Pada pasal 10 dalam Permen LH No. 5 Tahun 2013 dijelaskan penilaian

program Adiwiyata dengan tahapan yang meliputi:

1) Penyampaian permohonan penilaian secara tertulis oleh calon Sekolah

Adiwiyata kepada tim penilai kabupaten/kota.

2) Penilaian terhadap pencapaian Sekolah Adiwiyata oleh tim penilai

kabupaten/kota.

3) Penyampaian hasil penilaian Sekolah Adiwiyata kabupaten/kota kepada tim

penilaian provinsi

75

4) Penilaian terhadap pencapaian Sekolah Adiwiyata kabupaten/kota oleh tim

penilai provinsi.

5) Penyampaian hasil penilaian Sekolah Adiwiyata provinsi kepada tim penilaian

nasional

6) Penilaian terhadap pencapaian sekolah Adiwiyata provinsi oleh tim penilaian

nasional dan

7) Penyampaian hasil penilaian Sekolah Adiwiyata nasional kepada menteri

melalui dewan pertimbangan adiwiyata. (Permen LH No. 5 Tahun 2013)

Sedangkan mekanisme pemberian penghargaan pada sekolah Adiwiyata

mandiri adalah sebagai berikut:

1) Tim Nasional menetapkan sekolah akan dilakukan observasi lapangan

berdasarkan laporan dari sekolah Adiwiyata Nasioanl

2) Calon sekolah Adiwiyata mandiri yang terpilih, dilakukan observasi lapangan.

3) Penetapan sekolah sebagai penerima penghargaan sekolah Adiwiyata Mandiri

apabila telah melakukan pembinaan terhadap sekolah lain, sehingga

menghasilkan minimal 10 sekolah Adiwiyata kabupaten/kota.

4) Sekolah Adiwiyata mandiri dapat diusulkan untuk ikut dalam seleksi

penerimaan penghargaan tingkat Asean Eco School. (Tim Adiwiyata: 2012, 32)

Dapat dilihat bahwasannya jenjang Adiwiyata dimulai dengan Adiwiyata

Kabupaten/Kota yang merupakan prestasi awal dalam adiwiyata. Dan penilaian

yang dilakukan oleh tim Adiwiyata kabupaten/kota. Sedangkan pengahargaan

tertinggi adalah Adiwiyata Mandiri yang merupakan penghargaan pada sekolah

yang telah membina 10 sekolahan dalam prosesnya menuju Adiwiyata Mandiri.

Bentuk penghargaan pada Adiwiyata Mandiri adalah piala dan piagam Adiwiyata

Mandiri. Selain itu Adiwiyata Mandiri juga dapat diusulkan dalam ASEAN Eco-

Schools.

Kriterian ASEAN Eco-Schools sendiri terdiri dari 4 kriteria yaitu sebagai

berikut:

1) Kebijakan dan administrasi sekolah

2) Modul pembelajaran dan kegiatan pemebelajaran

3) Fasilitas dan praktik lingkungan

4) Kemitraan dan keterlibatan masyarakat. (ASEAN: 2013, 11)

Sehingga jika sekolah Adiwiyata Mandiri melanjutkan pada Eco-Schools

ASEAN maka harus memenuhi keempat kriterian tersebut. Program Adiwita ini

sangat diperlukan dalam mengatasi permasalahan-permasalahan lingkungan di

Indonesia. Karena dalam program Adiwiyata ini, pendidikan lingkungan hidup

diintegrasikan pada kurikulum nasional yang digunakan pada sekolah.

Pendidikan Agama Islam pada sekolah yang melaksanakan program

Adiwiyata ini tentunya berbasis pada lingkungan, sehingga penanaman moral dan

pandangan dalam etika lingkungan Islam menjadi hal inti dalam pendidikan agama

Islam berbasis lingkungan. Sehingga bukan hanya materi yang diajarkan harus

terintegrasi pada lingkungan akan tetapi juga pembentukan akhlak siswa pada

sekolah Adwiayata.

Kegiatan-kegiatan keseharian di sekolah Adiwiyata yang menjadi budaya

sekolah juga berbasis pada lingkungan, termasuk kegiatan-kegiatan yang

besangkutan dengan lingkungan. Keadaan dan fasilitas sekolah juga menggunakan

fasilitas ramah lingkungan. Seperti pengadaan tong sampah pada setiap area

sekolah. Sehingga siswa mendapatkan gambaran keadaan atau suasana dari

76

menerapkan ramah lingkungan. Bukan hanya itu, manfaatnya juga akan dirasakan

oleh siswa terlebih sekolah dalam mengembangakan mutu pendidikan di sekolah.

Sehingga penanaman perilaku, cara pandang, pengetahuan, keterampilan dan

rasa kepedulian terhadap lingkungan dapat terlaksana dengan baik. Sesuai dengan

tujuan dari diadakannya program Adiwiyata dan pendidikan lingkungan hidup.

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian yang membahas tentang Pendidikan Agama Islam berbasis lingkungan

dan Adwiyata sebelumnya dan berdasarkan fokus penelitian ini yaitu Peran Pendidikan

Agama Islam dalam mengembangkan Budaya Sekolah Peduli Lingkungan ditemukan

penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Diantaranya adalah penelitian yang

dilakukan oleh Mujiyono Abdillah, yang berjudul Agama Ramah Lingkungan

Perspektif Al-Qur‟an, 2001. Buku ini diangkat dari hasil disertasi yang membahas

ekoteologi Islam yang berbasis pada teologi lingkungan. Salah satu kesimpulan dari

disertasi tersebut adalah teologi Islam telah mengembangkan dasar-dasar pilar

keberimanan antara lain: (1) tidak sempurna iman seorang jika tidak peduli lingkungan,

(2) peduli lingkungan adalah sebagian dari iman, (3) perusak lingkungan adalah kafir

ekologis, (4) pemboros energi adalah teman syaitan. Persamaan dari penelitian yang

ditulis oleh Mujiyono Abdillah dengan penelitian ini adalah, sama-sama menerangkan

konsep Islam dalam hal mengelola dan melestarikan lingkungan. Sedangkan

perbedaannya, penelitian yang ditulis oleh Mujiyono Abdillah membahas dan fokus

pada ekoteologi Islam, sedangkan penelitian ini membahas konsep Islam tentang

lingkungan yang digunakan oleh guru dalam pendidikan agama Islam di sekolah.

Kemudian penelitian yang ditulis oleh Trikinasih Handayani, Wuryadi, Zamroni,

dalam artikel jurnal yang berjudul Pembudayaan Nilai Kebangsaan Siswa Pada

Pendidikan Lingkungan Hidup Sekolah Dasar Adiwiyata Mandiri, 2015. Dalam

penelitian ini bertujuan praksis pendidikan lingkungan hidup dan pembudayaan nilai

kebangsaan pada siswa Sekolah Dasar adiwiyata mandiri di DIY yang tercakup dalam

pembelajaran PLH secara terintegrasi. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-

sama meneliti penerapan pendidikan lingkungan hidup di sekolah adiwiyata mandiri.

Sedangkan perbedaannya adalah fokus penelitian yang ditulis oleh Handayani, Wuryudi

dan Zamroni merupakan penelitian pada tingkat SD dan lebih melihat pada semua mata

pelajaran yang terintegrasi. Sedangkan pada penelitian ini fokus penelitian pada

pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di jenjang SMP yang dilakukan oleh guru PAI

pada sekolah Adiwiyata Mandiri.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Ellen Landriany, dalam artikel jurnal

yang berjudul Implementasi Kebijakan Adiwiyata dalam Upaya Mewujudkan

Pendidikan Lingkungan Hidup di SMA Kota Malang. 2014. Penelitian ini meneliti

tentang PLH di tingkat SMA di kota Malang yang mana sekolah sudah melakukan

kebijakan lingkungan hidup dan mengintegrasi mata pelajaran walaupun masih

ditemukan kendala dan sekolah sudah melakukan langkah-langkah strategis guna

mengatasi hambatan. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti program

Adiwiyata. Perbedaannya adalah penelitian yang dilakukan oleh Landriany lebih pada

kebijakan Adiwiyata di jenjang SMA kota Malang. Sedangkan dalam penelitian ini

lebih pada peran gru Pendidikan Agama Islam dalam program Adiwiyata Mandiri

sekaligus melihat budaya yang dibangun dalam sekolah tersebut.

Penelitian selanjutnya merupakan tesis karya Layly Atiqoh yang berjudul

Kurikulum Pendidikan Agama Islam Berbasis Lingkungan (Studi Multi Kasus di

77

Sekolah Adiwiyata SMPN 6 dan SMPN 7 Salatiga Tahun 2016). 2017. Hasil penelitian

ini adalah (1) Sekolah telah melakukan perencanaan kurikulum Pendidikan Agama

Islam yang berbasis lingkungan yaitu dengan mengadakan pemetaan dari kompetensi

dasar menjadi indikator, (2) Sekolah telah mengadakan pengembangan kurikulum

Pendidikan Agama Islam berbasis lingkungan yaitu dengan mengintegrasikan materi

dengan lingkungan, (3) Sekolah telah melaksanakan kurikulum Pendidikan Agama

Islam berbasi lingkungan yaitu dengan membuat rencana tahunan, melakukan

komunikasi dengan pihak lain, serta bagi guru sudah membuat rancangan pelaksanaan

pembelajaran dan penilaian, (4) Keunggulannya siswa lebih peduli pada lingkungan dan

partisipasi siswa sangat tinggi dalam melaksanakan semua program yang sudah dibuat

sekolah. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti Pendidikan Agama

Islam berbasis lingkungan di tingkat SMP. Perbedaan penelitian ini dengan yang ditulis

oleh Atiqoh adalah penelitian Atiqoh lebih memfokuskan penelitiannya pada kurikulum

Pendidikan Agama Islam sedangkan penelitian ini memfokuskan pada implementasi

Pendidikan Agama Islam berbasis lingkungan yang dilakukan guru PAI dan perannya

dalam budaya sekolah peduli lingkungan.

E. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.8

Kerangka Konseptual

Faktor yang

Melatarbelakangi

1. Banyaknya kerusakan

lingkungan disebabkan

ulah manusia

2. Kurangnya rasa peduli

lingkungan

3. Pelestarian lingkungan

kurang mendapat

perhatian pada PAI

4. Sekolah adiwiyata

masih terbatas

5. Permasalahan

kerusakan lingkungan di

kota Tangerang Selatan

Guru Pendidikan Agama

Islam

1. Pengintegrasian PAI

dengan PLH

2. Keteladanan

3. Pembiasaan

Pelaksanaan Program Adwiyata

1. Kebijakan berwawasan

lingkungan

2. Pelaksanaan kurikulum

berbasis lingkungan

3. Kegiatan lingkungan berbasis

partisipatif

4. Ketersediaan sarana prasarana

Dampak

Kualitas

pandangan,

kepribadian,

pengetahuan,

kepedualian

terhadap

lingkungan

78

Gambar 2.8 menjelaskan bahwasannya guru Pendidikan Agama Islam sebagai

guru yang mengajarkan agama Islam di sekolah memiliki peran yang penting dalam

membentuk kualitas pandangan, kepribadian, pengetahuan, kepedulian terhadap

lingkungan.

Pendidikan agama Islam di sekolah merupakan pendidikan wajib dan berbasis

pada nilai-nilai ajaran Islam. Ranah pembahasan dalam materi pendidikan agama Islam

di Sekolah bukan hanya menjelaskan hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia

dengan manusia tetapi juga menjelaskan tentang hubungannya manusia dengan alam.

Sehingga dalam kaitannya dengan lingkungan maka Pendidikan Agama Islam di

sekolah berwawasan lingkungan untuk menjawab permasalahan lingkungan yang ada.

Pendidikan Agama Islam terintegrasi dengan pendidikan lingkungan hidup.

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan berwawasan pada lingkungan yang

dilakukan oleh guru PAI akan memberikan pandangan dan nilai-nilai Islam pada

peserta didik selaku warga sekolah. Guru Pendidikan Agama Islam di sekolah memiliki

kontribusi pada budaya sekolah yang ada, dikarenakan guru PAI mendidik siswa

dengan pendidikan agama yang mengajarkan pandangan dan nilai-nilai yang

terkandung dalam ajaran agamanya. Sehingga guru yang mengajarkan PAI berbasis

lingkungan sudah seharusnya memiliki kontribusi dalam membangun dan

mengembangkan budaya peduli lingkungan.

Selain itu, budaya sekolah peduli lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini

merupakan sekolah yang menjalankan Program Adiwiyata. Yang mana adiwiyata

(MenLH, 2012:3) sendiri merupakan tempat yang baik dan ideal dimana dapat

diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yag dapat menjadi

dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita dan menuju kepada

pembangunan berkelanjutan. Yang terdiri dari empat komponen yaitu kebijakan

berwawasan lingkungan, pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan, kegiatan

lingkungan berbasis partisipatif dan pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan.

Oleh sebab itu, dalam kegiatan keseharian sekolah yang menjadi budaya sekolah yang

mendukung untuk terlaksananya program Adiwiyata

Sedangkan untuk melihat peran guru Pendidikan Agama Islam mengembangkan

budaya sekolah peduli lingkungan adalah dengan cara pengintegrasian materi

Pendidikan Agama Islam dengan lingkungan sehingga siswa dapat mengetahui dan

memiliki cara pandang untuk selalu peduli lingkungan. Dalam strategi ini pula

Pendidikan Agama Islam mengajak seluruh warga sekolah (siswa, guru, staf

kependidikan dan non kependidkan) untuk selalu memiliki perilaku ramah lingungan.

Selanjutnya adalah dengan cara pembiasaan dan keteladanan. Hal ini yang menjadi

faktor penting dalam pembentukan dan penanaman nilai-nilai Islam dalam mengelola

dan menjaga kelestarian lingkungan. Semua ini akan membantu dalam pelaksanaan

Pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan dan program Adiwiyata. Sehingga

akan menghasilkan dan meningkatkan kualitas cara pandang, kerpibadian, pengetahuan

dan kepedulian terhadap lingkungan yang dalam hal ini sesuai dengan ajaran agama

Islam.

79

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Pada bagian pertama ini akan dijelaskan tentang tempat dan waktu yang digunakan

dalam penelitian. Dan hal tersebut sebagai berikut:

1. Tempat penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 3 Tangsel yang berlokasi di Jl. Ir. H.

Juanda Ciputat, Cempaka Putih, Kec. Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan

Provinsi Banten. SMPN 3 Kota Tangerang Selatan, merupakan sekolah yang

menerapkan program Adiwiyata dan sudah menjadi Adiwiyata Mandiri di kota

Tangerang Selatan yaitu penghargaan tertinggi di adiwiyata setelah adiwiyata

nasional. Sehingga dalam kurikulum yang digunakan terintegrasi dengan lingkungan

sehingga PAI yang ada di sekolah ini termasuk pada PAI berwawasan lingkungan

dan kegiatan yang menjadi budaya sekolah berdasarkan dengan program Adiwiyata

yaitu berhubungan dengan lingkungan. Selain itu, sekolah ini sudah menerapkan

peduli lingkungan semenjak sekolah ini melaksanakan sekolah sehat.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian yang berlangsung dalam penelitian ini, dimulai pada 30

Desember tahun 2016 dengan penelitian pendahuluan dilanjutkan dengan proposal

penelitian pada 9 Februari 2017. Kemudian memulai penelitian lapangan pada bulan

Agustus hingga bulan Oktober 2017. Dan selanjutnya digunakan untuk mengolah

dan menarik kesimpulan penelitian.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu Sedangkan bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dan dengan cara

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada konteks khusus yang alamiah dan

dengan memanfaatkan berbagai metode. Sedangkan pengertian lainnya adalah metode

penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana

peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara

gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna

dari pada generalisasi. (Sugiyono: 2014, 1)

Menggunakan kualitatif karena sesuai dengan tujuan penelitian yang berguna untuk

menggambarkan dan mendeskripsikan hasil penelitian dalam bentuk kata-kata dari

data-data yang diperoleh. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

fenomenologis, dimana peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami

arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi

tertentu. (Moloeng, 2014: 17).

C. Sumber Data

Data yang dicari dan dikumpulkan melalui penelitian ini adalah data yang sesuai

dengan permasalahan penelitin ini, yaitu tentang Pendidikan Agama Islam berwawasan

Lingkungan di Program Adiwiyata yang dengan program ini, budaya peduli lingkungan

dibangun di sekolah Adiwiyata tersebut.

80

Sumber data dalam penelitian ini, bersumber pada data primer dan data sekunder.

Yaitu sebagai berikut:

1. Data primer penelitian ini adalah hasil observasi , wawancara dengan orang-orang

yang terkait dengan penelitian ini, yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru

pendidikan agama Islam dan koordinator tim adiwiyata. Studi dokumen juga

menjadi data primer dalam penelitian ini, untuk memperkuat dan menjawab

permasalahan dalam penelitian.

2. Data sekunder dari penelitian ini berasal dari buku-buku, jurnal, tesis, desertasi, dan

artikel yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan juga pendidikan agama Islam

dan dokumen yang terkait dengan penelitian ini.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data yang diperoleh

dari observasi, wawancara dan studi dokumen. Seperti yang dikatakan oleh Mukhtar

(2013:109), dalam penelitian kualitatif, seorang peneliti mengandalkan hasil

penelitiannya melalui observasi yang didukung oleh wawancara dan dokumentasi yang

dikumpulkan di lapangan.

Untuk pengumpulan data berupa observasi dengan mengikuti pedoman observasi.

Begitu juga dengan wawancara, akan tetapi pedoman wawancara ini dimaksudkan

untuk menjaga agar wawancara dapat berlangsung tetap pada konteks permaslaahan

penelitian, sehingga penelitian akan berfokus pada permasalahan yang diteliti. Adapun

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi Dalam hal ini peneliti mengamati secara langsung dan mencatat peristiwa,

kegiatan keseharian sekolah, kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam

berwawasan lingkungan, sarana dan prasarana sekolah dan lain sebagainya yang

berkaitan dengan penelitian ini.

Observasi pada pendidikan agama Islam untuk melihat pelaksanaan PAI

berwawasan lingkungan di sekolah sebagai mata pelajaran agama Islam. Untuk

observasi pembelajaran PAI berwawasan lingkungan ini dilaksanakan pada beberapa

kelas sesuai masing-masing jenjang. Akan tetapi, karena kebijakan dari sekolah,

peneliti hanya dapat meneliti kelas yang diajarkan oleh dua orang guru PAI di

SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. Kemudian observasi pada budaya sekolah peduli

lingkungan dilakukan untuk melihat kegiatan keseharian yang terdapat sekolah

sebagai upaya menanamkan peduli lingkungan dalam program Adiwiyata dan

interaksi warga sekolah.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh

kedua pihak yaitu, pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan

yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

(Moeloeng, 2014:186).

Wawancara ini digunakan untuk mendapatkan data tentang pendidikan agama

Islam berwawasan lingkungan dan budaya sekolah peduli lingkungan di sekolah

Adiwiyata Mandiri. Wawancara ini akan berpedoman pada pedoman wawancara

sesuai dengan informan yang diwawancarai yaitu kepala sekolah dan wakil kepala

sekolah untuk mengetahui kebijaksanaan yang dibuat dan yang berkaitan dengan

budaya peduli lingkungan. Kemudian guru pendidikan agama Islam untuk

81

mengetahui proses belajar pendidikan agama Islam berwawasan lingkungan dan

penanaman etika lingkungan Islam sebagai bagian dari pendidikan Agama Islam

berwawasan lingkungan. dan yang terkhir yaitu koordinator Adiwiyata sebagai guru

yang diberi tugas dalam mengurusi dan memastikan pelaksanaan program Adiwiyata

di sekolah.

Wawancara yang digunakan adalah wawancara yang mendalam, hal ini

dilakukan untuk mengetahui informasi lebih rinci dari narasumber penelitian ini.

Sehingga informasi yang didapat dapat menjawab permasalahan dalam penelitian

ini.

3. Studi Dokumentasi

Dokumentasi adalah data pendukung yang dikumpulkan sebagai penguatan data

observasi dan wawancaara. (Mukhtar, 2013: 119). Apabila tersedia, dokumen-

dokumen ini dapat menambah pemaham atau informasi untuk penelitian. (Emzir,

2011:61). Studi Dokumentasi dalam penelitian ini dengan mengumpulakan

dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian seperti profil sekolah, SK (Surat

Keputusan) kepala sekolah dalam kebijakan sekolah untuk membangun budaya

sekolah, RPP Pendidikan Agama Islam berwawasan Lingkungan, arsip-arsip yang

terkait dengan program Adiwiyata Mandiri SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan interaksi simbolik. Hal ini dilakukan dikarenakan

orang, situasi dan peristiwa dibutuhkan penafsiran untuk memahami perilaku dan

interaksi yang terjadi yang bersumber dari data primer dan sekunder. Data-data yang

tersimpan dalam recorder akan ditampilkan dalam bentuk naratif. Masing-masing data

yang diperoleh akan di analisis. Sementara proses analisis data dalam penelitian ini

menggunakan analisis data lapangan model Miles dan Huberman melalui tiga aktivitas

yaitu reduksi data, data display dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. (Sugiono,

2014:.91). Sebagai berikut:

1. Reduksi data, yaitu mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian

data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan

mencari bila diperlukan.

2. Data display, yaitu Setelah data yang direduksi, maka selanjutnya adalah mendisplay

data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi yaitu Kesimpulan awal yang dikemukakan

masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan pada tahap awal,

didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke

lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan yang kredibel.

F. Uji Keabsahan Data

Pada pemeriksaan keabsahan data menggunakan triangulasi. Seperti yang

dikatakan Moleong (2014: 330), triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data itu.

82

Triangulasi yang digunakan adalah pertama, triangulasi metode yaitu

mengimplikasikan adanya model-model pengumpulan data secara berbeda dengan pola

berbeda. Yang dilakukan dengan dua strategi yaitu pengecekan derajat kepercayaan

data temuan hasil penelitian melalui beberapa teknk pengumpulan data dan pengecekan

derajat keterpercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. (Mukhtar:

2013, 138).

Gambar 3.1

Triangulasi Metode

Hasil pengumpulan data dari observasi, wawancara dan studi dokumen akan

dibandingkan dan dicocokkan. Dan kedua, menggunakan triangulasi sumber yaitu data

yang diperoleh dari beberapa sumber. Dalam hal ini peneliti akan mengambil dan

menggali informasi serta data dari kepala sekolah, wakil-wakil kepala sekolah,

koordinator Adiwiyata dan guru Pendidikan Agama Islam.

Observasi

Wawancara Studi Dokumen

83

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMPN 3 Kota Tangerang Selatan

Dalam bagian ini, akan dideskripsikan tentang SMPN 3 Kota Tangerang Selatan

secara umum, meliputi penjelasan profil sekolah, visi, misi dan tujuan sekolah, pendidik

dan tenaga kependidikan, jadwal kegiatan serta sarana dan prasarana yang ada di

sekolah ini. Gambaran umum tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

1. Profil Sekolah

SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu sekolah milik

Negara pada jenjang menengah pertama yang berada di Ciputat Timur, daerah Kota

Tangerang Selatan. Dengan NPSN (No. Pokok Sekolah Nasional) yaitu 20603132,

nomor statistik sekolah yaitu 201.280.310.002 dan Status sekolah terakreditasi A.

Lebih tepatnya sekolah ini beralamatkan di Jl. Ir. H. Juanda No. 1. Kec. Ciputat

Timur. Kab. Kota Tangerang Selatan. Prov. Banten. Hal tersebut dapat dilihat

sebagai berikut:

Gambar 4.1

Letak SMPN 3 Kota Tangerang Selatan

Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwasannya SMPN 3 Kota Tangerang Selatan

berada di wilayah Ciputat Timur. Dan letaknya yang jauh dari kebisingan jalan raya,

membuat kegiatan belajar dapat berlangsung dengan baik. SMP Negeri 3 Kota

Tangerang Selatan ini, termasuk 16 SMP yang ada di Ciputat Timut, Kota

Tangerang Selatan. Dan merupakan salah satu 4 SMP Negeri yang ada di Ciputat

Timur. 4 SMP Negeri itu adalah SMP Negeri 10 Kota Tangerang Selatan, SMP

Negeri 13 Kota Tangerang Selatan, SMP Negeri 2 Kota Tangerang Selatan dan SMP

Negeri 3 Kota Tangerang Selatan. (Data Sekolah Kota Tangerang Selatan).

Letak sekolahnya juga berdekatan dengan beberapa institusi pendidikan. Seperti

SDN Cempaka Putih 03, SMA Triguna Utama, SMK Triguna Utama dan juga

berdekatan dengan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sehingga sekolah ini berada

pada daerah yang dikelilingi dengan institusi pendidikan pada setiap jenjang

sekolah, dan memiliki tanggung jawab untuk memberikan pendidikan pada anak

untuk mendapatkan pendidikan pada jenjang menengah pertama dalam masyarakat.

84

Secara geografis berada di daerah perbatasan DKI Jakarta dengan kondisi

demografisnya yang memiliki kesamaan dengan kondisi demografis DKI Jakarta.

SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan adalah sebuah harapan masyarakat lapisan

menengah ke bawah yang ingin mengangkat sebuah nama menjadi persaingan

positif dunia pendidikan di wilayah Kota Tangerang Selatan dengan sejumlah

sekolah unggulan terutama swasta. Sementara secara antropologis dan soisologis

budaya dan kehidupan sosial masyarakat Ciputat memiliki kesamaan dengan budaya

dan kehidupan sosial masyarakat metropolis yang cenderung lebih bersifat

individualistis dan kebudayaan barat (western) yang lebih mengemuka, sehingga

internalisasi dan pengembangan pendidikan karakter dan budaya bangsa harus

dilakukan secara berkelanjutan dan integral. (Dokumen 1 Kurikulum SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan 2017/2018).

Oleh karena itu, SMPN 3 Kota Tangerang Selatan ini merupakan sekolah yang

berusaha menjawab harapan masyarakat untuk mendidik siswa agar dapat

menghadapi tantangan-tantangan yang ada masyarakat. SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan juga mengusahakan dalam membentuk siswa untuk mempunyai karakter

yang baik dan sesuai dalam masyarakat.

SMPN 3 Kota Tangerang Selatan yang berada di wilayah Kota Tangerang

Selatan juga memiliki tanggung jawab dalam menanmkan karakter peduli

lingkungan, mengingat Tangerang Selatan memiliki permasalahan terkait dengan

pencemaran lingkungan seperti permasalahan sampah. Disampaing itu, SMPN 3

Kota Tangerang Selatan berada dekat dengan kawasan Situ Gintung sehingga

sebagai sekolah yang berbasis pada lingkungan sudah seharusnya mengajarkan dan

mendidik siswa untuk menjaga kelestarian Situ Gintung mengingat pembangunan

pemukiman yang pesat menyebabkan alih fungsi lahan sekitar 9.51 ha dan

penurunan luas perairan yang diikuti dengan terus bertambahnya beban cemaran

pada perairan menyebabkan penurunan kemampuan self-purification. (Bahri dkk:

2015)

Sedangkan kurikulum yang digunakan pada sekolah ini adalah kurikulum 2013.

Sekolah ini juga memiliki website sekolah sebagai media informasi tentang sekolah

bagi masyarakat yang ingin mengetahui semua tentang sekolah. Alamat website

sekolah ini adalah smpn3tangsel.sch.id. Alamat tersebut sama dengan alamat email

yang dimiliki sekolah ini. No.Telepon sekolah ini yaitu (021) 7401312. Itu semua

merupakan sarana yang dapat digunakan masyarakat untuk mengetahui lebih jauh

tentang sekolah ini dan dapat langsung menghubungi pihak sekolah. Luas lahan

sekolah ini seluas 4.811 m2, dengan luas tanah terbangun seluas 2.531 m

2. Gedung

sekolah ini, terdiri dari 2 lantai, dengan jumlah ruang 15 di lantai 1 dan 18 ruangan

di lantai 2. (Profil SMPN 3 Kota Tangerang Selatan)

Bangunan sekolah baik dan layak digunakan sebagai tempat belajar siswa, dan

terpelihara dengan baik. Bangunan sekolah memiliki pengaturan udara dan

pencahayaan yang baik, hal tersebut dikarenakan setiap kelas memiliki jendela dan

ventilasi yang baik dalam pengaturan cahaya dan udara. Selain itu, sekolah juga

memiliki taman-taman termasuk taman vertikal di lantai 2 sehingga suhu udara

sejuk. Pada lantai pertama sekolah ini, selain berisikan ruang kelas untuk kegiatan

belajar mengajar juga berisikan ruang kantor yang diperuntukkan untuk kepala

sekolah, wakil kepala sekolah, guru dan staf tata usaha sekolah. Selain itu, tempat

ibadah, tempat wudhu’, kantin, toilet, juga berada di lantai 1. Sedangkan pada lantai

85

2 berisikan ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, dan aula. Penjelasan tentang

sarana prasarana ini akan dijelaskan pada bagian selanjutnya.

2. Sejarah SMPN 3 Kota Tangerang Selatan

Kepala sekolah pertama yaitu R. Soeharto, ia menjabat sewaktu SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan masih SMPN 2 Tangerang di tahun 1977 yang merupakan tahun

awal berdirinya sekolah. Kemudian SMPN 2 Tangerang dikukuhkan menjadi SMPN

2 filial di tahun 1979 pada masa jabatan Drs. H. Wanhar. Pada masa jabatan kepala

sekolah Drs. H. Wanhar ini juga sekolah menjadi sekolah mandiri dengan nama

SMP Negeri 1 Ciputat pada bulan Februari 1983. Kemudian pada tahun 1989 hingga

1996 kepala sekolah diganti dengan Drs. H. Munadjat Indria. Pada masa jabatan

Dra. Hj. Ade Halimatusa’diah, terjadi perubahan nomenklatur pada tahun 1999

untuk kecamatan Ciputat sehingga menjadikan nama sekolah berubah menjadi SMP

Negeri 2 Ciputat hingga sekolah menjadi SMPN 3 Kota Tangerang Selatan saat ini.

(smpn3tangsel.sch.id)

Pada masa jabatan Drs. H. Kuswanda sekolah mengadakan program kelas

akselerasi/percepatan pada tahun pembelajaran 2004/2005. Kelas

akselerasi/percepatan adalah kelas khusus dengan program pembelajaran dengan

sistem kredit semester dengan harapan siswa bisa menempuh waktu belajar yang

lebih cepat, yakni 2 tahun dengan pemadatan materi pembelajaran, kelas ini diikuti

oleh siswa yang berkategori Cerdas Istimewa. (Dokumen 1 Kurikulum: 10)

Pada masa jabatan Drs. H. Kuswanda, M.Pd sekolah menjalankan sekolah sehat

di wilayah Ciputat Timur. Seperti yang dikatakan oleh pak Sholeh Selaku Wakil

Kurikulum yaitu, “Kami sudah menjadi sekolah sehat, jadi kita sudah memulai

lingkungan ini supaya hijau sudah mulai dari kepala sekolah sebelumnya yaitu pak

Kuswanda dilanjutkan pak Nurhadi.” (Wawancara Wakasek Kurikulum: Fathoni).

Pada tahun pelajaran 2010/2011 tepatnya pada masa jabatan Drs. H. Nurhadi

MM, dimulai pengembangan Sekolah Hijau yang dikembangkan dan didesain oleh

setiap warga. Pada tahun ini juga dibuka program layanan kelas Bilingual. Yaitu

program kelas dua bahasa, kelas dengan program pembelajaran yang menerapkan

dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan Inggris. (Dokumen 1 Kurikulum: 55).

Pada masa jabatan H. Maryono, M.Pd, pada tahun 2011 sekolah memenangkan

sekolah sehat tingkat Nasional juara 6. Seperti yang dikatakan oleh bu Nita

Marginingsih, yaitu “Dimulai dengan sekolah sehat tahun 2011 dengan tingkat

nasional mendapat juara 6”.

Kemudian pada tahun 2012 sekolah memperoleh penghargaan Adiwiyata Kota,

dan di tahun 2013 mendapat penghargaan Adiwiyata Provinsi dan Nasional. Pada

tahun 2016 sekolah memenangkan lomba matematika dan juara 2 ditingkat

Kabupaten/Kota, juara 3 cerdas cermat tingkat Kabupaten/Kota dan juara ke 1

lomba puisi tingkat provinsi. (Profil SMPN 3 Kota Tangerang Selatan). Pada tahun

ini juga sekolah mendapat penghargaan Adiwiyata Mandiri. Untuk sejarah tentang

sekolah menerapkan program Adiwiyata akan dijelaskan pada bagian budaya

sekolah.

Sekolah juga memperoleh kejuaraan non akademik pada 2 tahun terakhir yaitu

pada tahun 2016 sekolah menjuarai lomba karate mendapatkan juara ke 1 di tingkat

provinsi. Lomba catur tingkat Kota juara 1, lomba paskibraka juara ke 2 tingkat

provinsi, lomba mendongen juara ke 3 tingkat kota. Dan di tahun 2017

memenangkan lomba karate sirkuit juara ke 1 tingkat Kota, lomba kaligrafi tingkat

86

Kota juara ke 1, lomba bulu tangkis juara ke 3 tingkat Kota, lomba seni baca al-

Qur’an juara ke 2 tingkat Kota dan lomba pencak silat ke 2 tingkat Kota.(Profil

SMPN 3 Kota Tangerang Selatan).

3. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah

Visi tidak lain merupakan citra moral yang menggambarkan profil sekolah yang

diinginkan di masa datang. Adapun Visi dari SMPN 3 Kota Tangerang Selatan ini

adalah Sekolah Prestatif Berstandar Nasional. Maksud dari pengertian ini adalah

SMPN 3 Kota Tangerang Selatan menjadi lembaga satuan pendidikan yang

memenuhi kriteria sekolah standar nasional dan menghasilkan lulusan yang

memiliki kualifikasi skill sesuai kompetensi kurikulum dengan indikator yaitu

Terunggul dalam prestasi, Teladan dalam bersikap dan bertindak, Konsisten dalam

menjalankan ajaran agama, Menciptakan lingkungan sehat dan hijau. (Dokumen 1

kurikulum SMPN 3 Kota Tangerang Selatan: 2017/2018, 14).

Semua itu dilakukan untuk ketercapaian sekolah dalam standar nasional dan

memebuhi tantangan-tantangan yang dihadapi dalam permasalahan pendidikan.

Seperti Menciptakan lingkungan sehat dan hijau, untuk menjawab permasalahan

lingkungan yang dihadapi oleh Indonesia khususnya Kota Tangerang Selatan.

Sedangkan untuk merealisasikan visi sekolah, dikembangkan misi sekolah,

yaitu Mewujudkan peningkatan kualitas atau mutu lulusan, Mewujudkan

peningkatan jumlah lulusan yang masuk SMA atau SMK Negeri, Membina sikap

percaya diri, semangat gotong royong, dan cinta tanah air, Meningkatkan prestasi

kerja yang diimbangi dengan penghargaan yang layak serta dilandasi dengan

semangat ketauladanan dan keikhlasan, Menigkatkan status sekolah menjadi sekolah

unggulan, Menuju sekolah berwawasan lingkungan, Mengadakan jum’at bersih

secara rutin, Membiasakan seluruh warga sekolah untuk peduli sampah, dan

Konsisten berprilaku dalam hidup bersih dan sehat. (Dokumen 1 kurikulum SMPN 3

Kota Tangerang Selatan: 2017/2018, 14)

Semua misi ini untuk merealisasikan visi yang dimiliki sekolah, seperti salah

satunya yaitu mewujudkan peningkatan kualitas atau mutu lulusan dikarenakan

siswa sekolah berorientasi melanjutkan sekolahnya di SMA wilayah DKI Jakarta

sedangkan hanya dengan siswa yang memiliki nilai-nilai tinggi yang dapat

melanjutkan di SMA DKI Jakarta disebabkan kuota yang terbatas untuk siswa di

luar sekolah. Sehingga sekolah melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan mutu

lulusan.

Dan tujuan sekolah SMPN 3 kota Tangsel adalah Meningkatkan prilaku akhlak

mulia bagi peserta didik, Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai

dengan minat dan bakat peserta didik, Mengembangkan kepribadian manusia yang

utuh bagi peserta didik, Mempersiapkan peserta didik sebagai bagian dari anggota

masyarakat yang mandiri dan berguna, Mempersiapkan peserta didik dalam

melanjutkan pendidikan lebih lanjut, Meningkatkan pemahaman sekolah

berwawasan lingkungan sehat bagi seluruh komponen sekolah. (Dokumen 1

kurikulum SMPN 3 Kota Tangerang Selatan: 2017/2018, 15). Tujuan sekolah ini

merupakan cerminan dari visi dan misi sekolah sehinga siswa dapat memiliki

kualifikasi yang diharapkan sekolah.

Untuk mensuport implementasi misi dan tujuan sekolah dalam rangka

merealisasikan visi sekolah, dikembangkan dan ditanamkan kepada seluruh warga

sekolah motto sekolah yaitu TADABBUR, yaitu Tertib mentaati peraturan sekolah,

87

Aman dalam belajar, Damai dalam kehidupan, Amanah dalam menjalankan tugas,

Bersih hati dan lingkungan, Berakhlak dalam bertingkahlaku dan berbicara, Ukwah

dengan sesama, dan Religius dalam kehidupan. (Dokumen 1 kurikulum SMPN 3

Kota Tangerang Selatan: 2017/2018, 15)

Visi, misi dan tujuan sekolah terpajang pada lobi sekolah dekat dengan tempat

guru piket. Sedangkan untuk motto sekolah ini, terpajang di depan sekolah dekat

taman depan sekolah. Visi, misi dan tujuan sekolah juga terdapat di website sekolah,

sehingga masyarakat sekita dapat dengan mudah mengetahui apa yang berusaha

sekolah ajarkan dan kembangkan.

4. Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Pada bagian ini menjelaskan data dari kepala sekolah, semua wakil kepala

sekolah berdasarkan jenis kelamin dan pendidikan akhir yang ditempuh, jumlah

guru-guru dan jumlah tenaga kependidikan yang ada di SMPN 3 Kota Tangerang,

berikut penjelasannya:

a. Kepala Sekolah

Dibawah ini data kepala sekolah dengan semua wakil kepala sekolah, yang

meliputi wakil kepala sekolah di bidang kurikulum, wakil kepala sekolah di

bidang kesiswaan, wakil kepala sekolah dibidang sarana dan prasaran, wakil

kepala sekolah hubungan masyarakat dan wakil kepala sekolah dibidang

pengembangan dan mutu sekolah. data tersebut dapat dilihat sebagai berikut

Tabel 4.1

Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah

No. Jabatan Nama

Jenis

kelamin Pend.

Akhir L P

1. Kepala Sekolah H. Maryono, S.E. M. Pd L S2

2. Wakasek

Kurikulum

Drs. Sholeh Fathoni,

M.pd L S2

3. Wakasek

Kesiswaan Drs. Junaedi L S1

4. Wakasek Sarpras Dadang Johana L D3

5. Wakasek Humas Indah Pudji Rahayu, S.

Pd, M.si P S2

6.

Wakasek

Pengembangan

dan Mutu Sekolah

Hj. Neni Supriati, M. Pd P S2

Sumber: Dikutip dari profil SMPN 3 Kota Tangerang Selatan tahun 2017/2018

Sebagian besar wakil kepala sekolah di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan

berpendidikan akhir S2. Hal tersebut dapat dilihat bahwasannya 3 (empat) dari 5

orang wakil kepala sekolah pendidikan akhirnya adalah S2. Sedangkan laki-laki

pada jajaran wakil kepala sekolah berjumlah empat orang termasuk kepala

88

sekolah dan dua orang wakil kepala sekolah berjenis kelamin perempuan.

Sedangkan untuk wakil kepala sekolah sarana dan prasarana di SMPN ini, baru

diganti dikarenakan wakasek sarana dan prasarana sebelumnya meninggal dunia.

b. Guru

Berikut ini merupakan data guru dengan latar belakang yang sesuai atau

tidak dengan tugas mengajarnya pada setiap mata pelajaran yang adi di sekolah

ini. Jumlah guru dengan tugas mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan

(keahlian) dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 4.2

Jumlah Guru dengan Latar Belakang Pendidikannya

No. Guru

Jumlah guru dengan

latar belakang

pendidikan sesuai

dengan tugas mengajar

Jumlah guru dengan

latar belakang

pendidikan yang tidak

sesuai dengan tugas

mengajar Jum

lah

D1/

D2 D3 S1 S2

D1/

D2 D3 S1 S2

1. Pendidika

n Agama

Islam

2 1 1 4

2. Pkn 1 1 1 1 4

3. Bahasa

Indonesia

6 2 8

4. MTK 1 6 1 8

5. IPA 5 2 7

6. IPS 5 4 9

7. B.Inggris 4 2 6

8. Seni

Budaya

1 1 2

9. Penjasor 3 3

10. Prakarya 1 1

11. BK

2 2

Jumlah 2 36 13 3 54

Sumber: Dikutip dari profil SMPN 3 Kota Tangerang Selatan tahun 2017/2018

Dalam jumlah 54 orang guru, yang sesuai dengan latar belakang pendidikan

dalam mengajar sebanyak 51 orang guru yang terdiri dari 2 orang lulusan D3, 36

orang lulusan S1 dan 13 orang lulusan S2. Sedangkan jumlah guru yang

89

mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya sebanyak 3 orang

dengan pendidikan terakhir S1. Guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar

belakang pendidikannya terdapat pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam,

Pendidikan Kewarganegaraan, dan Seni Budaya. Sedangkan guru dengan latar

pendidikan D3 terdapat pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan

Matematika.

Adapun guru yang berstatus PNS sebanyak 48 orang dengan 11 orang

berjenis kelamin laki-laki dan 38 orang perempuan. Dan guru honorer sebanyak 5

orang dengan berjenis kelamin 4 laki-laki dan 1 orang perempuan. (Profil SMPN

3 Kota Tangerang Selatan 2016/2017) . Dengan demikian status guru di sekolah

ini, hampir semua guru merupakan guru PNS dan hanya beberapa yang

merupakan guru honorer.

c. Tenaga Kependidikan

Data tenaga kependidikan pada bagian ini terdiri dari jumlah tenaga

kependidikan berdasarkan kualifikasi pendidikannya berdasarkan latar belakang

pendidikan akhirnya yang meliputi SMP, SMA, S1 dan berdasarkan status PNS

atau honorer serta berdasarkan jenis kelamin. Dan hal tersebut dijelaskan sebagai

berikut:

Tabel 4.3

Jumlah Tenaga Kependidikan

No. Tenaga

Pendukung

Jumlah tenaga

pendukung dan

kualifikasi

pendidikannya

Jumlah tenaga

pendukung

berdasarkan status

dan jenis kelamin

Jum

lah

SMP SMA S1 PNS Honorer

L P L P

1. Tata Usaha 2 4 2 1 2 1 6

2. Perpustakaan 1 1

3. Laboran Lab. IPA

4. Teknisi Lab.

Komputer

5. Laboran Lab.

Bahasa

6. Toolman

7. Sopir

8. Penjaga Sekolah

9. Tukang Kebun

10. Satpam/Keamanan 2 1 3 3

11. Pesuruh 1 5 4 2 6

12. Lainnya: ......

Jumlah 3 9 4 2 1 9 4 16

Sumber: Dikutip dari profil SMPN 3 Kota Tangerang Selatan tahun 2017/2018

90

Jumlah tenaga pendukung sebanyak 16 orang, dengan kualifikasi pendidikan

terakhir S1 berjumlah 4 orang, lulusan SMA sebanyak 9 orang dan lulusan SMP

3 orang. Pada bagian tata usaha (TU) berjumlah 6 dengan lulusan SMA sebanyak

2 orang dan 4 orang lulusan S1, terdiri dari 3 orang PNS (2 laki-laki, 1

perempuan) dan 3 orang Honorer (2 laki-laki, 1 perempuan). Petugas

perpustakaan sebanyak 1 orang dengan lulusan SMA. Untuk satpam/keamanan

berjumlah 3 orang dengan lulusan SMP 2 orang dan lulusan SMA 1 orang dan

semuanya berstatus honorer. Dan terakhir pesuruh di sekolah sebanyak 6 orang,

dengan lulusan SMP 1 orang dan lulusan SMA 5 orang serta berstatus honorer.

5. Data Siswa

Pada bagian ini akan mendeskripsikan data siswapada tahun ajaran 2017/2018

di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. Hal tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.4

Tahun Ajaran 2017/2018

Kelas 7 Kelas 8 Kelas 9

Jumlah

Siswa

Jumlah

Rombel

Jumlah

Siswa

Jumlah

Rombel

Jumlah

Siswa

Jumlah

Rombel

460 11 393 11 447 11

Total Siswa 1.300

Total Rombel 33

Tahun ajaran 2017/2018 jumlah siswa sebanyak 1.300 orang dengan jumlah

rombel 33. 460 orang untuk kelas 7 dengan 11 rombel, 393 siswa di kelas 8 dengan

11 rombel, dan 447 siswa di kelas 9 dengan 11 rombel. (Profil SMPN 3 Kota

Tangsel 2017/2018).

Pada tahun ajaran ini, siswa baru berjumlah 461 orang dengan jumlah

rombongan belajar 11. Hal tersebut dikarenakan banyak masyarakat yang

memasukkan anaknya pada sekolah ini. Disamping itu terdapat kebijakan baru dari

kemnterian pendidikan tentang PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) dengan

menggunakan sistem zonasi dalam menerima siswa baru. Sesuai pasal 2 PPDB

bertujuan untuk menjamin penerimaan peserta didik baru berjalan secara objektif,

akuntabel, transparan, dan tanpa diskriminasi sehingga mendorong pengingkatan

akses layanan pendidikan. (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan NO. 17

Tahun 2017)

Dalam PPDB ini jumlah rombongan belajar untuk jenjang SMP berjumlah 11

rombongan belajar pada setiap jenjang, akan tetapi dikarenakan sistem zonasi ini

terdapat kendala dalam penerimaan siswa sehingga dikeluarkan Surat Edaran No. 3

Tahun 2007 yang menjelaskan bahwa ketentuan jumlah peserta didik dalam satu

rombongan belajar dan jumlah rombongan belajar pada sekolah diberlakukan hanya

untuk peserta baru pada kelas 1, kelas 7 dan kelas 10 untuk setiap sekolah. Jika

berdasarkan analisis kebutuhan, sekolah pada setiap Provinsi/Kabupaten/Kota masih

belum menampung peserta didik yang tersedia sesuai dengan ketentuan zonasi,

91

jumlah peserta didik dalam satu rombongan belajar, dan jumlah rombongan belajar

pada sekolah dapat dilaksanakan secara bertahap disesuaikan dengan kesiapan

masing-masing. (SE No. 3 Tahun 2007). Sehingga jumlah rombongan belajar pada

tahun ajaran 2017/2018 di SMP N 3 Kota Tangerang Selatan berjumlah 11

rombongan.

6. Jadwal Kegiatan SMPN 3 Kota Tangerang Selatan

Jadwal kegiatan di bawah ini merupakan kegiatan keseharian di SMPN 3 Kota

Tangerang selatan dalam kesehariannya mulai hari Senin hingga Jum’at. Dan

penjelasannya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5

Jadwal Kegiatan Sekolah Hari Senin

HARI JAM

KE

WAKTU KEGIATAN

SENIN 1 06.50 – 07.50 Upacara

2 07.50 – 08.40 10 menit baca al-Qur’an

3 08.40 – 09.20 KBM

4 09.20 – 10.00

10.00 – 10.30 Istirahat

5 10.30 – 11.00 KBM

6 11.00 – 11.50

11.50 – 12.30 Istirahat

7 12.30 – 13.10 KBM

8 13.10- 13.50

9 13.50 – 14.30

Sumber: Dikutip dari Observasi Penelitian

Jadwal kegiatan di hari Senin dimulai dengan kegiatan rutin di sekolah yaitu

upacara pada jam pertama yaitu pukul 06.50-07.50. Siswa yang telat dalam

mengikuti kegiatan upacara dipisahkan di belakang sebagai bentuk disiplin. Hal ini

dilakukan oleh guru yang mendapatkan tugas piket pada hari Senin. Setelah upacara

selesai dilanjutkan dengan 10 menit membaca al-Qur’an di kelas kemudian baru

kegiatan belajar mengajar dimulai sesuai pada jadwal guru yang mengajar di jam ke

3 dan 4.

Istirahat pertama di hari Senin berlangsung selama 30 menit dimulai dari jam

10.00-10.30. Pada saat istirahat ini, kegiatan siswa tidak sebanyak pada istirahat

kedua. Kemudian pada jam kelima pada pukul 10.30 hingga 11.50 dimulai kembali

kegiatan belajar mengajar. Dan pada pukul 11.50 hingga 12.30 adalah waktu untuk

istirahat kedua.

92

Pada jam istirahat kedua ini, kegiatan siswa lebih banyak dikarenakan waktu

istirahat yang cukup lama yaitu selama 40 menit. Kemudian bel dibunyikan kembali

pada jam ke 7 yaitu pukul 12.30 sebagai penanda dimulainya kegiatan belajar

mengajar hingga pada waktu jam ke 9. Kegiatan belajar mengajar ini sesuai dengan

guru yang mendapat tugas mengajar pada jam ke 7, 8 dan ke 9. Kemudian bel

berbunyi pada jam pulang sekolah pada waktu 14.30. Kemudian untuk jadwal hari

Selasa sebagai berikut:

Tabel 4.6

Jadwal Kegiatan Sekolah Hari Selasa

HARI JAM

KE

WAKTU KEGIATAN

SELASA 1 07.00 – 07.50 10 menit baca al-Qur’an

2 07.50 – 08.30

KBM 3 08.30 – 09.10

4 09.10 – 09.50

09.50 – 10.20 Istirahat

5 10.20 – 11.00 KBM

6 11.00 – 11.40

11.40 – 12.30 Istirahat

7 12.30 – 13.10

KBM 8 13.10 - 13.50

9 13.50 – 14.30

Sumber: Dikutip dari observasi penelitian

Pada hari Selasa ini, sekolah dimulai dari jam 07.00 dikarenakan tidak ada

kegiatan upacara di hari ini. Akan tetapi, ada beberapa siswa yang telat datang ke

sekolah sehingga guru piket yang bertugas di hari tersebut akan meminta siswa

untuk mencari sampah yang masih ada di lingkungan sekolah dan selanjutnya

dibuang ke tempat sampah. Guru juga tidak lupa mengingatkan siswa untuk mencuci

tangannya denga bersih setelah memungut sampah. Dan mereka akan diminta untuk

menulis keterlambatan mereka pada buku kedisiplinan sekolah, yang kemudian

mereka akan pergi ke masing-masing kelas mereka.

Awal kegiatan belajar di jam pertama, dimulai dengan membaca al-Qur’an

selama 10 menit yang diteruskan dengan kegiatan belajar mengajar hingga jam ke 4

yaitu pada pukul 09.10-09.50. Yang kemudian istirahat pertama selama 30 menit

pada pukul 09.50 hingga 10.20. Pada jam istirahat ini tidak banyak aktivitas yang

dilakukan siswa dikarenakan waktu istirahat yang singkat.

Bel masuk dibunyikan kembali pada jam ke 5 yaitu 10.20 hingga jam 11.40.

Bel istirahat dibunyikan kembali waktu istirahat ke 2 yaitu 11.40, yang berlangsung

selama 50 menit. Pada jam istirahat inisantai siswa terlihat dikarenakan jam istirahat

93

yang cukup lama, dan pada jam ini juga diadakan shalat dzuhur berjamaah. Setelah

melasanakan shalat dzuhur kemudian siswa melanjutkan jam istirahatnya dengan

berbagai macam kegiatan, seperti makan siang atau hanya sekedar jajan, bermain

basket, badminton, voli dan lain sebagainya Dan dimulai kembali pada jam 12.30

hingga jam pulang sekolah. Jam pulang sekolah sama dengan hari senin yaitu 14.30,

di akhir jam ke 9. Kemudian jadwal kegiatan pada hari Rabu dan Kamis sebagai

berikut:

Tabel 4.7

Jadwal Kegiatan Sekolah Hari Rabu dan Kamis

HARI JAM

KE

WAKTU KEGIATAN

RABU

dan

KAMIS

1 07.00 – 07.50 10 menit baca al-Qur’an

2 07.50 – 08.30 KBM

3 08.30 – 09.10

4 09.10 – 09.50

09.50 – 10.20 Istirahat

5 10.20 – 11.00 KBM

6 11.00 – 11.40

11.40 – 12.20 Istirahat

7 12.20 – 13.00 KBM

8 13.00 – 13.40

Sumber: Dikutip dari observasi penelitian

Waktu pembelajaran sekolah pada hari Rabu dan Kamis sama, sekolah dimulai

dari jam 07.00 dan dimulai dengan membaca al-Qur’an selama 10 menit. Seperti

penjelasan sebelumnya beberapa siswa yang telat datang ke sekolah akan diminta

untuk mencari sampah yang masih berserakan di sekitar area sekolah. Setelah

mereka menyelesaikannya dengan dipantau guru piket yang bertugas, mereka akan

diingatkan untuk mencuci tangan mereka sampai bersih. Kemudian mereka akan

diminta untuk menuliskan nama mereka pada buku piket guru, sebagai catatan

keterlambatan mereka. Kemudian mereka pergi ke kelasnya masing-masing.

Setelah membaca al-Qur’an kegiatan sekolah dilanjutkan dengan kegiatan

belajar mengajar pada jam kedua pada pukul 07.50 dan hingga akhir jam ketiga pada

pukul 09.50. Yang kemudian bel istirahat pertama dimulai pada pukul 09.50-10.20

sama dengan jadwal di hari Selasa.

Masuk kembali pada pukul 10.20 untuk kegiatan pembelajaran selanjutnya di

jam kelima dan keenam hingga pukul 11.40. Kemudian istirahat kedua hingga jam

12.20. Seperti biasa pada saat waktunya shalat dzuhur tiba, dilakukan shalat dzuhur

berjamaah. Dikarenakan tempat ibadah di sekolah ini tidak mampu menampung

siswa sekaligus, sehingga shlat berjamaah dilakukan beberapa kali. Yang kemudian

siswa akan melanjutkan aktivitas istirahatnya, terkadang ada beberapa orang tua

94

siswa datang untuk menemui anaknya jika ada keperluan, atau hanya sekedar

menitipkan barang pada guru piket.

Selanjutnya masuk kembali dengan ditandai bel masuk pada pukul 12.20

hingga bel pulang berbunyi pada pukul 13.40. Kegiatan di hari Rabu dan Kamis ini

diatur oleh wakil kepala sekolah di bidang kurikulum hanya sampai jam kedelapan

yaitu hingga pukul 13.40. Berbeda dengan jam pulang yang ada di hari Senin dan

Selasa. Dan terakhir jadwal kegiatan pada hari Jum’at sebagai berikut:

Tabel 4.8

Jadwal Kegiatan Sekolah Hari Jum’at

HARI JAM KE WAKTU KEGIATAN

JUM’AT

1 07.00 – 08.00 Tausiyah

2 08.00 – 08.40 KBM

3 08.40 – 09.10

4 09.10 – 09.50

09.50 – 10.20 Istirahat

5 10.20 – 11.00 KBM

6 11.00 – 11.40 Sumber: Dikutip dari observasi penelitian

Pada hari Jum’at ini, dimulai dengan tausiyah pada pukul 07.00 hingga 08.00.

Jadwal kegiatan di hari ini hanya hingga jam keenam yaitu hingga pukul 11.40,

istirahat hanya sekali pada jam 09.50 hingga 10.20. Pada hari Jum’at ini, semua

siswi yang beragama Islam menggunakan kerudung dalam kegiatan pembelajaran

sepanjang jam sekolah. Tausiyah dilakukan dengan mengumpulkan siswa-siswi di

lapangan sekolah yang terletak di tengah sekolah.

Terkadang pada jam tausiyah diganti dengan Jum’at bersih. Jadwal Jum’at

bersih sendiri satu bulan sekali pada pagi hari. Untuk shalat Jum’at, dilakukan

bergantian perkelas dikarenakan daya tampung tempat ibadah kurang mencukupi

semua siswa.

Dari kegiatan-kegiatan dari hari Senin hingga hari Jum’at, terlihat bahwasannya

waktu jam sekolah berbeda-beda. Pada hari Senin dan Selasa jam pelajaran selesai

pada pukul 14.30 dengan perbedaan waktu pada kedua hari tersebut. Perbedaan

tersebut dikarenakan hari Senin terdapat kegiatan rutin yaitu upacara bendera merah

putih. Perbedaan jadwal juga terlihat pada hari Rabu-Kamis dan Jum’at. Pada hari

Rabu-Kamis jam sekolah selesai pada pukul 13.40, sedangkan hari Jum’at selesai

pada pukul 11.40.

dan kegiatan membaca al-Qur’an dilakukan sebelum mata pelajaran pertama

dimulai selama 10 menit. Istirahat yang ada di sekolah ini sebanyak dua kali. Pada

istirahat pertama kegiatan santai siswa tidak sebanyak pada jam istirahat kedua.

Pada jam istirahat pertama, kebanyakan siswa hanya jajan dan menyerahkan absensi

kelas pada guru piket. Walaupun ada juga siswa dengan aktivitas lain.

Di istirahat kedua, aktivitas santai siswa sangat terlihat. Banyak siswa yang

makan siang, jajan dan shalat dzuhur di masjid sekolah bagi siswa yang beragama

95

Islam. Atau siswa akan main basket, badminton, voli dan aktivitas-aktivitas lainnya.

Sehingga tak jarang tempat-tempat sampah penuh dengan sampah plastik dari jajan

siswa.

Siswa yang terlambat datang ke sekolah akan diminta untuk mencari dan

membuang sampah pada tempat sampah dan guru selalu mengingatkan untuk

mencuci tangan mereka hingga bersih sebagai bentuk menjaga kebersihan dan

kesehatan siswa. Yang kemudian mereka akan menulis nama mereka pada buku

catatan guru piket dan mereka akan masuk pada kelas masing-masing.

7. Sarana dan Prasarana

Sarana prasarana merupakan faktor pendukung dalam menjalankan kegiatan

pembelajaran di sekolah. Dan sarana dan prasarana di SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan meliputi sebagai berikut:

a. Ruang Belajar

Ruang belajar terdiri dari ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang kesenian

dan ruang serbaguna/aula, keterangannya sebagai berikut:

Tabel 4.9

Ruang Belajar

No. Jenis Ruangan Ukuran

(P x l) Jumlah

Kondisi

Ruangan

1. Ruang Kelas 8 x 9 33 Baik

2. Ruang Perpustakaan 10 x 7 1 Baik

3. Ruang Kesenian 6 x 7 1 Baik

4. Ruang Serbaguna/aula 12 x 7 1 Baik

Sumber: Dikutip dari profil SMPN 3 Kota Tangerang Selatan tahun 2017/2018

Ruang kelas merupakan tempat kegiatan pembelajaran, ruang kelas

sebanyak 33 ruangan, dengan kondisi ruangan baik. Ruang kelas memiliki

jendela sehingga pencahayaan ruangan baik. Walaupun rata-rata jumlah siswa

lebih dari 30 siswa. Sehingga melebihi dari kapasitas yang ditentukan dalam

standar nasional saran prasaran, dengan kapasitas maksimum ruang kelas adalah

28 peserta didik, sehingga kegiatan pembelajaran kurang efektif. Hal ini

dikarenakan jumlah siswa yang banyak di sekolah ini sehingga untuk dapat

menampung semua jumlah siswa.

Kelengkapan ruang kelas sudah memadai seperti kursi peserta didik, meja

peserta didik, kursi guru, meja guru, lemari, dan papan tulis. Kursi dan meja

siswa tertata rapih dan disesuaikan dengan jumlah peserta didik dalam satu kelas.

Lemari sebagai tempat buku atau alat sebanyak 33, dengan kondisi baik

berjumlah 20 dan 13 dengan kondisi rusak ringan. Dan perabot lainnya yaitu

papan tulis berjumlah 33 dengan kondisi baik.

Begitu juga dengan ruang Kesenian dan ruang serbaguna/aula dalam

keadaan baik dilengkapi dengan pencahayaan yang baik. Ruang kesenian dengan

ukuran 6x7 berjumlah 1 ruangan. 1 ruang serbaguna/aula berukuran 12x7 dengan

kondisi ruangan baik. Perabot yang ada di ruangan ini seperti meja berjumlah 74

dengan kondisi baik, kursi berjumlah 80 dengan kondisi baik sebanyak 65, rusak

96

ringan sebanyak 10 dan rusak berat sebanyak 5 buah. Almari sebagao tempat

nuku/alat berjumlah 2 dengan kondisi baik sebanyak 1 dan rusak ringan 1 buah.

Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik dan

guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka dengan membaca,

mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola perpustakaan.

(Lampiran Permen 24 Tahun 2007 Standar Sarana Prasaran Pendidikan).

Ruang perpustakaan tertata rapih dan terletak di lantai dua. Kondisi ruangan

baik dan nyaman untuk digunakan, selain buku-buku juga terdapat meja dan

kursi untuk membaca, sofa dan meja serta juga tempat untuk penjaga

perpustakaan. Semuanya tertata rapih dan kondisi baik dengan pencahayaan yang

memadai untuk membaca buku. Jumlah rak buku/alat berjumlah 10 dengan

kondisi baik. Sedangkan untuk koleksi-koleksi buku perpustakaan meliputi buku

teks pelajaran, buku kurikulum 2013, buku literasi, buku bacaan, dan lain

sebagainya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.10

Koleksi Buku Perpustakaan

No. Jenis Jumlah

Kondisi

Rusak Baik Belum

ada

1. Buku Kurikulum 2013 570 570

2. Buku Literasi 75 5 70

3. Buku siswa/pelajaran (semua

mata pelajaran) 250 50 200

5.

Buku bacaan (misalnya novel,

buku ilmu pengetahuan dan

teknologi, dsb.)

150 25 125

6. Buku referensi (misalnya

kamus, ensiklopedia, dsb.) 10 10

7. Jurnal

8. Majalah 25 25

9. Surat kabar

10. Lainnya:....................................

Total 1.080 80 1000

Sumber: Dikutip dari profil SMPN 3 Kota Tangerang Selatan tahun 2017/2018

Koleksi buku yang ada di sekolah ini berjumlah 1.080 buku dengan kondisi

80 rusak dan 1000 buku dalam kondisi baik. Koleksi buku terdiri dari buku

kurikulum 2013, buku literasi, buku siswa/pelajaran untuk semua pelajaran, buku

bacaan, buku referensi dan majalah. Sedangkan untuk fasilitas penunjang lainnya

yang ada di perpustakaan adalah komputer sebanyak 4 buah komputer, dan 1 TV

berukuran 21’.

Untuk ruang belajar lainnya seperti laboratorium IPA, Bahasa dan Komputer

telah dialih fungsikan sebagai kelas, dikarenakan sekolah kekurangan ruang kelas

pada tahun ajaran ini.

97

b. Ruang Kantor

Ruang kantor terdiri dari ruang kepala sekolah, ruang wakil kepala sekolah,

ruang guru dan ruang tata usaha. Penjelasannya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.11

Ruang Kantor Sekolah

No. Jenis Ruangan Ukuran

(P x L) Jumlah

Kondisi

Ruangan

1. Ruang Kepala Sekolah 6 x 7 1 Baik

2. R. Wakil Kepala Sekolah 3 x 7 1 Baik

3. Ruang Guru 10 x 7 1 Baik

4. Tata Usaha 6 x 7 1 Baik

Sumber: Dikutip dari profil SMPN 3 Kota Tangerang Selatan tahun 2017/2018

Ruangan guru dan ruang wakil kepala sekolah dalam kondisi baik. Ruang

guru berjumlaah 1 tetapi berisi banyak meja dan kursi sebagai tempat guru-guru

di sekolah ini menaruh perlengkapannya. Sedangkan untuk ruang wakil kepala

sekolah juga terdapat perabot seperti meja, kursi dan almari. Akan tetapi

ukurannya kecil membuat ruangan wakil kepala sekolah kurang efektif.

Sementara itu ruangan kepala sekolah berdampingan dengan ruang tata

usaha. Kedua ruangan ini juga dalam kondisi baik, nyaman dan rapih. Ruangan

kepala sekolah, terpajang piala-piala yang diperoleh sekolah termasuk piala

Adiwiyata Mandiri yang berbentuk bulat seperti globe.

c. Ruang Penunjang

Selain ruang belajar dan ruang kantor, ruang penunjang juga sngat penting

dalam sekolah. Ruang penunjang di sekolah ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.12

Ruang Penunjang Sekolah

Sumber: Dikutip dari profil SMPN 3 Kota Tangerang Selatan tahun 2017/2018

No. Jenis Ruangan Ukuran

(P x l) Jumlah

Kondisi

Ruangan

1. Gudang 6 x 7 1 Baik

2. Dapur 6 x 7 1 Baik

3. KM/WC Guru 2 x 2 2 Baik

4. KM/WC Siswa 2 x 1 21 Baik 5. Ruang BK 6 x 7 1 Baik

6. Ruang UKS 8 x 7 1 Baik

7. PMR/Pramuka 8 x 7 1 Baik 8. Osis 6 x 4 1 Baik 9. Tempat Ibadah/Masjid 10 x 11 1 Baik

10. Koperasi 4 x 7 1 Baik

11. Kantin 8 x 7 1 Baik

12. Pos Jaga 3 x 3 1 Baik

98

Semua ruangan penunjang dalam kondisi baik dan layak digunakan dengan

pencahayaan yang baik. Kondisi WC bersih dan terpelihara dengan baik, terbagi

menjadi WC khusus laki-laki dan perempuan. Masjid yang berukuran 10 x 11 m

sebagai tempat ibadah juga tertata rapih, bersih dan baik. Di samping masjid

terdapat tempat berwudhu’ yang terbagi menjadi khusus laki-laki dan perempuan,

yang terjaga kebersihannya. Kantin juga bersih dan rapih dengan meja-meja dan

kursi-kursi untuk tempat makan siswa. Dan terdapat tempat cuci tangan dekat

kantin yang berfungsi untuk menjaga kebersihan dan kesehatan siswa. Di

samping kantin juga terdapat koperasi untuk membeli alat-alat tulis yang

dibutuhkan siswa. Kondisi koperasi terjaga dan terpelihara dengan baik.

d. Sarana Penunjang

Sarana penunjang di sekolah ini, adalah sarana prasaran selain ruang belajar

dan kantor tetapi berfungsi sebagai pendukung dalam kegiatan pembelajaran.

Dan hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.13

Sarana Penunjang

Sumber: Dikutip dari profil SMPN 3 Kota Tangerang Selatan tahun 2017/2018

No Jenis Ruangan Ukuran

(P x l) Jumlah

Kondisi

Ruangan

1. Lapangan Olahraga

a. Basket 28.5 x 15 1 Baik

2. Lapangan Upacara 50 x 20 1 Baik

3. Tempat Parkir 16 x 8 m 1 Baik

4. Green House 5 x 5 m 1 Perbaikan

6. Toga (Tanaman Obat

Keluarga) 10 x 3 m 1 Baik

7. Kolam Ikan 3 x 3 m 3 Baik

8. Vertical garden 2 x 2 m 2 Baik

10. Taman 20 x 20 m 1 Baik

11. Aeroponik 2 x 2 m 1 Baik

12. Budidaya pepaya

California 20 pot 20 Baik

13. Budidaya anggrek 300 pot 300 Baik

14. Biopori 185 Baik

15. Sumur Resapan 3 x 2 m 3 Baik

99

Semua dalam kondisi baik kecuali green house karena dalam tahap

perbaikan. Lapangan Olahraga sekolah yang berukuran 28,5 x 15 dan lapangan

upacara yang berukuran 50 x 20 terawat dengan baik dan tidak dijadikan tempat

parkir. Tempat parkir terdapat di belakang pos jaga tertata rapih dan baik.

Taman di depan sekolah yang berukuran 20 x 20 m terawat dengan baik

bersih dan rapih. Sedangkan vertikal garden terdapat didepan kelas dan ruangan

lainnya yang terletak di lantai 2 sekolah. Sehingga membuat kondisi sekolah

menjadi rindang dan menambah nilai estetika bangunan sekolah. Belum lagi

tanaman-tanaman yang ditanam di area kantin dan lapangan sekolah yang terwat

dan dipelihara dengan baik. Untuk biopori terdapat di setiap area sekolah di

depan sekolah, di pinggir-pinggir lapangan dan kantin sekolah juga terawat

dengan baik.

3 sumur resapan dengan ukuran masing-masing 3 x 2 m, terletak di dekat

parkir dan taman sekolah juga terwat dan dipelihara dengan baik sehingga dalam

kategori baik, sehingga dapat berfungsi untuk menampung resapan air agar

terjaga kelestarian sumber daya air dilingkungan sekolah dan lingkungan sekitar

sekolah.

Untuk Toga (Tanaman Obat Keluarga) dengan ukuran 10 x 3m, berada di

dekat masjid dan juga terpajang macam-macam tanaman-tanaman obat yang

sering dijumpai di rumah. Dan di depan kantor guru terdapat dua lemari hasil

prakarya ramah lingkungan yang terpajang sehingga siswa atau siapapun dapat

melihat hasil prakarya tersebut. Di lobi sekolah juga terpajang tempat piala-piala

yang diperoleh sekolah selama ini.

Sedangkan ruang sirkulasi horizontal yang berfungsi sebagai tempat

penghubung antar ruang dalam bangunan sekolah dan sebagai tempat

berlangsungnya kegiatan bermain dan interaksi sosial peserta didik di luar jam

pelajaran, berupa koridor yang menghubungkan ruang-ruang di dalam bangunan

sekolah (Permen 24 Tahun 2007 Standar Sarana Prasarana). Ruang sirkulasi di

sekolah ini terawat dengan baik dan bersih dan mendapat pencahayaan dan

penghawaan yang cukup. Koridor tanpa dinding pada lantai atas bangunan

bertingkat dilengkapi dengan pagar pengaman sehingga siswa dapat terjaga

keselamatannya. Dan tangga yang dimiliki sekolah ada 4 tangga sebagai

penghubung lantai 1 dan lantai 2.

Sementara itu, kategori kondisi pada sarana prasarana sekolah ini adalah

sebagai berikut:

Baik : Kerusakan < 15%

Rusak ringan : 15% - <30%

Rusak sedang : 30% - <45%

Rusak berat : 45% - 65%

Rusak total : >65%

Dengan demikian, sebagian besar sarana prasarana di SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan ini berada pada kerusakan < 15% sehingga dikategorikan pada

kondisi baik dan layak digunakan. Hal ini juga menunjukkan bahwasannya

sarana dan prasaran yang ada dijaga dan dipelihara dengan baik oleh sekolah

sehingga kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.

100 B. Temuan Penelitian dan Pembahasan

Temuan penelitian yang dipaparkan merupakan hasil penelitian yang didapat dari

tempat penelitian yaitu di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. Data yang didapat dari

hasil observasi, wawancara dan studi dokumen yang dilakukan. Dan temuan penelitian

yang didapat adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan Agama Islam Berwawasan Lingkungan

Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu upaya untuk mengatasi

kerusakan lingkungan yang banyak terjadi dengan melalui pendidikan yang dalam

hal ini berfokus pada Pendidikan Agama Islam di sekolah. Sehingga menerapkan

Pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan ini berisi tentang ajaran agama

Islam mengenai lingkungan, terutama menjelaskan hubungan manusia dengan alam.

Pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan hidup merupakan satu

konsep pendidikan kontekstual yang berbasis pada problema kehidupan mutakhir

berupa keterpurukan lingkungan yang sedang dialami bangsa ini. Arti penting

pendidikan agama Islam berbasis lingkungan hidup ini terlihat dari adanya proses

aliran nilai-nilai Qur’ani pada ranah kesadaran internal peserta didik sehingga

diharapkan mereka menjadi generasi yang sadar lingkungan sebagai bagian dari

mata rantai ibadah atau pengabdian mereka pada Allah SWT. (Muhdi: 2015, 94).

Implementasi Pendidikan agama berwawasan lingkungan dalam program Adiwiyata

di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:

a. Kurikulum Peduli Lingkungan

Untuk terbangunnya sekolah berbudaya peduli lingkungan, maka kurikulum

yang digunakan adalah kurikulum nasional yang terintegrasi dengan lingkungan.

Seperti yang dikatakan bapak Maryono selaku kepala sekolah bahwa “Untuk

mendukung peduli lingkungan maka semua mata pelajaran terintegrasi dengan

lingkungan”. (Wawancara Kepsek: Maryono)

Hal tersebut didukung dengan pernyataan wakasek kurikulum yaitu pak

Sholeh yang menyatakan bahwa “Setiap pelajaran harus terintegrasi dengan

lingkungan, misalkan PAI tentang sholat dihubungkan dengan lingkungan. jadi

tidak ada mata pelajaran khusus tapi dititipkan pada setiap mapel.” (Wawancara

Wakasek Kurikulum: Fathoni)

Pendekatan dalam pendidikan lingkungan hidup memang terdiri dari

pendekatan monolitik dan integrasi. Sebagaimana dijelaskan oleh Darwis dan

Lahming (2017: 13), PKLH melalui jalur pendidikan formal dapat ditempuh

melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan monolitik dan pendekatan integratif.

Pendekatan monolitik adalah pendekatan yang didasarkan pada suatu pemikiran

bahwa setiap mata pelajaran merupakan sebuah komponen berdiri sendiri dalam

kurikulum dan mempunyai tujuan tertentu dalam satu kesatuan yang utuh.

Sedangkan pendekatan terpadu adalah pendekatan yang didasarkan pada suatu

pemikiran bahwa program suatu mata pelajaran harus terpadu dengan mata

pelajaran lain. Dalam pendekatan ini, materi PKLH dipadukan ke dalam mata

pelajaran yang dianggap relevan dalam kurikulum yang berlaku.

Dengan demikian, sekolah SMPN 3 Kota Tangerang Selatan termasuk

sekolah yang mengimplementasikan kurikulum terintegrasi dengan pendidikan

lingkungan hidup. Terintegrasi ini dengan mengintegrasikan kurikulum 2013

yang jalankan oleh sekolah dengan pendidikan lingkungan hidup pada semua

mata pelajaran yang ada.

101

Teknik integrasi bukan sekedar menyiapkan materi Pendidikan Lingkungan

hidup ke dalam mata pelajaran yang diajarkan dan setiap guru mengajar tidak

harus membicarakan materi PLH. Namun integrasi yang diharapkan, adalah

integrasi konseptual yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis

berdasarkan kurikulumnya sehingga tujuan dan materi pokok bahasan PLH dan

mata pelajaran tersebut benar-benar menyatu, saling mengisi dan menunjang

serta memperluas wawasan siswa. (Ismail,2012:35)

Dalam kurikulum yang terintegrasi ini, dikembangkan dan dilaksanakan

dalam proses pembelajarannya oleh guru Pendidikan Agama Islam. Sedangkan

pengembangan kurikulum terintegrasi dengan pendidikan lingkungan hidup ini,

dilakukan dengan melihat silabus yang ada yang kemudian di kembangkan ke

dalam RPP seperti yang dikatakan oleh bu Nita yaitu “Kami melihat di silabus

pada setiap mata pelajaran yang dapat disisipkan dengan lingkungan, tetapi jika

tidak ada ya tidak di masukkan. Kebetulan anggota tim adiwiyata terdapat

perwakilan dari beberapa mata pelajaran sehingga RPP disesuaikan.”

(Wawancara Koordinator: Marginingsih)

Dengan demikian kurikulum Pendidikan Agama Islam yang terintegrasi

dengan lingkungan diawali dengan melihat terlebih dahulu silabus yang ada

kemudian disesuaikan dengan tema yang bersangkutan dengan permasalahan

lingkungan. Sehingga selanjutnya guru membuat RPP terkait, yang akhirnya

diimplementasikan pada kegiatan pembelajaran di kelas.

Dengan kurikulum terintegrasi lingkungan ini, Pendidikan Agama Islam

dapat mengembangkan kurikulum bermodel ramah lingkungan. Seperti tema

dalam Kurikulum 2013 yang digunakan pada Pendidikan Agama Islam SMP

sebagai berikut:

Tabel 4.14

Tema-tema Lingkungan pada PAI

No. Kelas Tema

1. VII Semua Bersih Hidup Jadi Nyaman

2. VIII Rendah Hati, Hemat dan Sederhana Membuat Hidup

Lebih Mulia

3. IX Meyakini Hari Akhir, Mengakhiri Kebiasaan Buruk

Sumber: Hasil Observasi Penelitian

Untuk kelas VII dengan tema “Semua Bersih Hidup Jadi Nyaman”

merupakan tema yang menjelaskan Thaharah. Kompetensi dasar (KD) yang ada

di tema ini adalah sebagai berikut:

1.7 Menghayati ajaran bersuci dari hadas kecil dan hadas besar

berdasarkan syari’at Islam.

2.7 Menghayati perilaku hidup bersih sebagai wujud ketentuan bersuci

dari hadas besar berdasarkan ketentuan syari’at Islam.

3.7 Memahami ketentuan bersuci dari hadas besar berdasarkan

ketentuan syari’at Islam

4.7 Menyajikan cara bersuci dari hadas besar.

102

Tema ini berisi tentang bersuci menurut ajaran Islam yang meliputi bersuci

dari najis dan hadats, tata cara bersuci dan hikmah dari thaharah. Materi yang ada

di tema ini diintegrasikan dengan lingkungan yang dikembangkan oleh guru yaitu

dengan berdiskusi tentang permasalahan kebersihan dan sampah di lingkungan

sekitar dan mendaur ulang sampah yang tak terpakai.

Atau seperti yang dijelaskan oleh Layly Atiqoh pada kompetensi dasar

menghayati perilaku hidup bersih sebagai wujud ketentuan bersuci dari hadas

besar berdasarkan ketentuan syari’at Islam, materi yang terintegrasi dengan

lingkungan yaitu dengan menjaga tempat ibadah agar selalu bersih dan suci,

merawat peralatan ibadah agar selalu bersih sehingga nyaman digunakan, melipat

peralatan ibadah dengan rapi setelah digunakan dan menggunakan air wudhu

dengan secukupnya. (Atiqoh: 2017,23)

Sedangkan untuk kelas VIII dalam tema Rendah Hati, Hemat dan

Sederhana membuat hidup lebih mulia”, dengan kompetensi dasar sebagai

berikut:

2.4 Menghargai perilaku rendah hati, hemat, dan hidup sederhana sebagai

implementasi dari pemahaman QS. Al-Furqan: 63, al-Isra’: 27 dan

hadis terkait

3.1 Memahami makna QS. Al-Furqan: 63 dan al-Isra’: 27 serta hadis

terkait.

Dalam tema ini menjelaskan isi kandungan dari QS. Al-Furqan: 63 yaitu:

Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-

orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang

bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka

mengucapkan salam.

Dalam tafsir al-Misbah diterangkan bahwasannya seseorang yang

menghayati bahwa Allah adalah Rahman (pemberi rahmat kepada makhluk-

makhluk-nya dalam kehidupan dunia), akan berusaha memantapkan pada dirinya

sifat rahmat dan kasih sayang, sehingga menjadi ciri kepribadiannya, selanjutnya

ia tak akan ragu atau segan mencurahkan rahmat kasih sayang itu kepada sesama

manusia tanpa membedakan suku, ras atau agama maupun tingat keimanan, serta

memberi pula rahmat dan kasih sayang kepada makhluk-makhluk lain baik yang

hidup maupun yang mati. (Shihab: 2002, 527)

Hal ini memberikan penjelasan bahwasannya sebagai makhluk Allah SWT

senantiasa harus rendah hati dan penuh kasih sayang kepada semua makhluk

Allah SWT termasuk tumbuh-tumbuhan, hewan dan lain sebagainya. Bukan

sombong dan semena-mena dan merasa lebih baik dari lainnya sehingga

meneksploitasi lingkungan dengan berlebihan tanpa memikirkan dampak yang

ditimbulkan dari perbuatannya. Dan diharapkan sifat ini menjadi ciri kepribadian

dalam diri setiap hamba Allah. Selain itu, pada tema ini juga terdapat penjelasan

dari QS. Al-Isra’: 27, yaitu sebagai berikut:

103

Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan

setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.

Kata تبذير (tabdzir/pemborosan) dipahami oleh ulama dalam arti pengeluaran

yang bukan haq, karena itu jika seseorang menafkahkan/membelanjakan semua

hartanya dalam kebaikan atau haq, maka di bukanlah seorang pemboros.

Sebaliknya membasuh wajah lebih dari tiga kali dalam berwudhu’, dinilai

sebagai pemborosan walau ketika itu bersangkutan berwudhu’ dari sungai yang

mengalir. Penyifatan setan dengan kafur/sangat ingkar merupakan peringatan

keras kepada para pemboros yang menjadi teman setan itu, bahwa persaudaraan

dan kebersamaan mereka dengan setan dapat mengantar kepada kekufuran.

(Shihab: 2002,460)

Ayat ini menjelaskan untuk tidak berlaku boros dan sifat ini merupakan sifat

yang akan mengantarkan pada kekufuran. Oleh karena itu, sudah seharusnya

umat Islam berlaku hemat, dapat dimulai dari hemat energi listrik atau air.

Mematikan lampu jika tidak digunakan dan menggunakan air seperlunya. Materi

yang ada di tema ini, diintegrasikan dengan lingkungan yaitu dengan

mengajarkan pada siswa bagaimana untuk menghemat sumber energi yang ada

dan mengajarkan bagaimana menghemat air dalam berwudhu’ serta

mengimplementasikan 3R dalam kehidupan sehari-hari.

Dan untuk kelas IX, dalam tema “Meyakini Hari Akhir, Mengakhiri

Kebiasaan Buruk, dengan kompetensi dasar yaitu memahami makna iman kepada

hari akhir berdasarkan pengamatan terhadap dirinya, alam sekitar dan makhluk

ciptaan-Nya. Tema ini menjelaskan tentang hari akhir yang meliputi kiamat sugra

dan kiamat kubra. Dalam tema ini, materi diintegrasikan lingkungan dengan cara

mencegah terjadinya kiamat shugra yang berkaitan dengan bencana alam ataupun

bencana yang disebabkan oleh manusia. Seperti tidak membuang sampah

sembarangan sebagai bentuk pencegahan terjadinya banjir, senantiasa

membersihkan lingkungan sekitar dan lain sebagainya.

Semua tema-tema tersebut dihubungkan dengan pendidikan lingkungan

hidup sehingga, bukan hanya menyampaikan materi yang berhubungan dengan

tema tetapi, guru juga mengintegrasikannya dengan permasalahan lingkungan,

baik pada lingkup lokal ataupun global.

Kurikulum terpadu (integrated curriculum) merupakan suatu produk dari

usaha pengintegrasian bahan pelajaran dari berbagai macam pelajaran. Integrasi

diciptakan dengan memusatkan pelajaran pada masalah tertentu yang

memerlukan solusinya dengan materi atau bahan dari berbagai disiplin atau mata

pelajaran.(Idi, 2014:119). Secara umum, pelaksanaan kurikulum dengan

menggunakan model Integrated Curriculum (kurikulum terpadu) akan

memberikan dampak positif bagi siswa, antara lain:

1) Mendorong siswa untuk lebih mandiri, percaya dan kreatif

2) Mengembangkan kematangan siswa dalam berpikir, berprilaku dan bertindak

3) Menumbuhkan kesadaran siswa untuk menghargai perbedaan individual

4) Memberikan pengalaman yang luas bagi siswa. (Zurinal dan Sayuti, 2006:92)

104

Kemudian untuk pelaksanaan kurikulum terpadu ini, seperti yang dikatakan

oleh bu Nita selaku Tim adiwiyata sebelumnya, bahwasannya tidak semua tema

yang terdapat pada Kurikulum 2013 harus dihubungkan dengan lingkungan, akan

tetapi tema yang dapat dihubungkan dengan lingkungan sajalah yang

dihubungkan dengan mata pelajaran PAI, misalnya seperti tema yang telah

disebutkan sebelumnya. (Wawancara Koordinator Adiwiyata: Marginingsih)

Keterkaitan tema-tema yang terdapat pada mata pelajaran PAI dengan

lingkungan, guru PAI mengatakan bahwasannya, “Kalau tema tentang

lingkungan langsung tidak ada, tapi dihubungkan dengan tema-tema tertentu

seperti ibadah, kesederhanaan, hemat dan lain sebagainya. Itu semua

dihubungkan dengan kepedulian terhadap lingkungan”. (wawancara guru PAI:

Anshori). Hal ini memperjelas bahwasannya pengintegrasian tema PAI dengan

lingkungan, tidak dilakukan pada semua tema yang ada di kurikulum 2013 PAI.

Hanya beberapa saja yang dapat dihubungkan dengan lingkungan.

Sementara untuk ektrakurikuler tidak berdiri sendiri, Seperti penelitian yang

dilakukan oleh Layly Atiqoh (2017:34), bahwa dalam kurikulum pendidikan

agama Islam berbasis lingkungan dalam kegiatan ekstrakurikuler tidak berdiri

sendiri sehingga pengamalan ajaran agama pada kegiatan ekstrakurikuler dapat

dilihat dari program Adiwiyata berupa partisipasi dimana semua warga sekolah

untuk ikut terlibat menyukseskan kegiatan.

Sedangkan yang dimaksud dengan kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan

kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar, di bawah

bimbingan pengawasan satuan pendidikan. (Direktorat Pembinaan Sekolah

Menengah Pertama: 2014, 6).

Ini juga terjadi di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan, tidak ada ektrakurikuler

Pendidikan Agama Islam yang berkaitan dengan lingkungan, akan tetapi pada

ektrakurikuler seperti pramuka dan duling yang terntegrasi dan berkaitan dengan

lingkungan. Sedangkan ekstrakurikuler yang lain ditekankan untuk

membersihkan tempat disekitarnya.

b. Kegiatan Belajar Mengajar PAI

Pendidikan Islam berwawasan lingkungan berusaha menjelaskan dan

menanamkan untuk peduli lingkungan sesuai ajaran Islam sehingga kerusakan

lingkungan yang terjadi dapat ditanggulangi dan mencegah terjadinya kerusakan

lingkungan lebih lanjut. Dikarenakan Islam merupakan agama yang sangat

memperhatikan untuk senantiasa peduli pada lingkungan. Dan manusia sebagai

khalifah di bumi harus menjaga hubungannya dengan alam dengan sebaik

mungkin. Hal ini seperti yang dikatakan oleh pak Anshori selaku guru PAI di

SMPN 3 Kota Tangsel bahwasannya:

Agama kita agama Islam sangat mengajarkan untuk peduli lingkungan,

keseimbangan alam, sampai pada hal ibadah seperti wudhu’, bagaimana

nabi Muhammad SAW mengajarkan untuk menghemat air. Oleh karena itu,

tidak ada alasan dalam pembelajaran PAI untuk tidak mengajarkan untuk

peduli pada lingkungan. (wawancara guru PAI: pak Anshori).

Dari pernyataan tersebut dapat ditarik garis besar bahwasannya Islam sangat

mengajarkan peduli lingkungan pada setiap aspek kehidupan manusia sampai

pada kegiatan ibadah. Oleh karena itu, mengajarkan tentang peduli lingkungan

menjadi hal yang penting dalam pendidikan agama Islam.

105

Memelihara dan membangun lingkungan dipermukaan bumi adalah ajaran

yang penting dalam Islam, mengadakan kerusakan di bumi dilarang. Ajaran ini

berasal dari konsep tauhid, yang mengandung arti bahwa manusia, binatang,

tumbuh-tumbuhan dan benda tak bernyawa, semuanya adalah makhluk Tuhan.

Dalam Islam terdapat bukan hanya ajaran pri kemanusiaan tapi juga sekaligus pri

kemakhlukan. (Tualeka, 2011:133).

Oleh karena itu, pendidikan agama Islam berwawasan lingkungan hidup

menjelaskan bahwasannya sebagai umat Islam harus berlandaskan iman kepada

Allah pada setiap tindakan yang dilakukan. Sehingga semua yang dilakukan

untuk melestarikan lingkungan semata-mata karena Allah SWT dan merupakan

bagian dari ibadah seorang muslim terhadap Allah SWT. Dan Guru Pendidikan

Agama Islam harus mampu melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang

menerapkan PAI berwawasan lingkungan ini.

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan yang

dilakukan oleh guru PAI ini, banyak melibatkan siswa dalam pembelajaran

sehingga siswa dapat menyerap pembelajaran dengan baik. Dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan, berbagai strategi

dan metode pembelajaran digunakan terkait dengan lingkungan. Hal tersebut

dapat dilihat dari beberapa proses pembelajaran yang terjadi di kelas. Bukan

hanya itu, penyisipan isu-isu lokal dalam pembelajaran juga dijadikan sebagai

bahan materi bagi siswa. Hal tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Pertama, kelas 7. Siswa berjumlah 37 orang dengan siswa non-muslim 2

orang. Dalam tema “Semua Bersih Hidup jadi Nyaman”, pembelajaran yang

disampaikan dengan menggunakan metode diskusi, tanya jawab, strategi

pemecahan masalah dan sebagainya agar pembelajaran Pendidikan Agama Islam

berwawasan lingkungan dapat terlaksana dengan baik sehingga siswa dapat

dibatkan dan aktif dalam proses pembelajarannya.

Pertama guru menanyakan pengetahuan siswa seputar lingkungan meliputi

bagaimana keadaan lingkungan di sekitar rumah mereka dan sekolah. Kemudian

siswa menjawab dengan berbagai macam jawaban. Guru juga menanyakan

pengetahuan siswa tentang pembagian sampah yang terdiri dari sampah organik

dan anorganik. Dan memberitahukan manfaat dari pengolahan sampah anorganik

pada siswa.

Selanjutnya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam ini, guru

meminta siswa mengamati lingkungan sekolah dan sekitarnya, yang mana

sebelumnya guru menjelaskan kebersihan dalam Islam setelah mendengar

jawaban siswa seputar lingkungan. Dan kemudian membandingkan dengan

daerah yang tidak terjaga lingkungannya.

Tahap selanjutnya, siswa dibentuk menjadi tujuh kelompok yang telah

dibentuk sebelumnya berjumlah 5 orang siswa dalam setiap kelompoknya dan

diberikan beberapa topik terkait permasalahan lingkungan di sekitar lingkungan

siswa agar siswa dapat menjawab permasalahan yang ada. Seperti bagaimana

mengolah sampah bungkus kopi, botol minuman, kertas-kertas bekas dan lain

sebagainya. Ada juga yang diberikan topik kebersihan menurut Islam, bagaimana

menjaga sungai agar tidak tercemar, penyebabnya dan lain sebagainya.

Setelah berdiskusi selama beberapa menit, perwakilan dari setiap kelompok

mempresentasikan hasil diskusi mereka di hadapan semua siswa. Dan hasilnya

siswa dapat menjelaskannya dengan baik. Kemudian sebagai lanjutan dari

106

pembelajaran tersebut siswa diberi tugas untuk mengolah sampah yang tadi

mereka sebutkan dan kemudian pada pertemuan selanjutnya guru melanjutkan

dengan menanyakan pengetahuan siswa terkait dengan wudhu’, macam-macam

najis dan hadats. Siswa menjawab dengan baik dan ini menunjukkan

bahwasannya siswa memiliki pengetahuan dasar dan pengetahuan tersebut

dikembangkan oleh guru dengan menjelaskan berbagai macam najis dan hadats

lebih dalam. Guru juga menanyakan beberapa do’a yang dilakukan pada setiap

gerakan wudhu’, beberapa siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut yang

kemudian diberikan pujian sebagai penghargaan bagi siswa. Dan hasil dari tugas

pengolahan sampah tersebut bermacam-macam, sebagai berikut:

Tabel 4.15

Hasil Prakarya Siswa Kelas 7

Kelompok Hasil Prakarya Sampah Recycle

1 Keranjang minuman Tali rapia

Botol minuman

2 Tas Bungkus kopi

3 Tempat tisu Kardus Sepatu

Kulit Jagung

4 Kelinci Botol minuman

Karton

5 Tempat koin

Pin Kupu-kupu

Botol minuman

Bungkus kopi

6 Tempat pensil Botol minuman

Restleting

7 Keranjang Koran bekas

Sumber: Hasil Observasi Kelas 7, 26 September 2017

Dari tabel 4.19 dapat dilihat bahwasannya siswa dapat mendaur ulang

sampah anorganik yang ada disekitar siswa menjadi bahan yang dapat digunakan

kembali dan diolah dengan kreatif menjadi barang yang berguna dalam

keseharian mereka. Mereka juga mempresentasikan bagaimana cara mendaur

ulang sampah anorganik hingga menjadi barang yang berguna. Seperti contohnya

tempat tisu, mereka buat dari kardus sepatu yang tidak terpakai yang kemudian

mereka hias dengan menggunakan kulit jagung yang telah dikeringkan dan

selanjutnya di tempel pada kardus tersebut. Sehingga kardus sepatu bekas

tersebut dapat digunakan kembali dan tentunya mengurangi sampah yang ada.

Hasil pengolahan kardus bekas tersebut sebagai tugas yang diberikan pada

tema ini seperti gambar berikut ini:

107

Gambar. 4.2

Tempat Tisu dari Kardus Bekas

Seperti diketahui bahwasannya menjaga kebersihan merupakan salah satu

dari ajaran Islam. Hal tersebut dapat dilihat dari ayat-ayat al-Qur’an dan hadis-

hadits Nabi SAW. Belum lagi dari setiap bab fiqih yang mendahulukan tentang

Thaharah pada permulaan pembahasan. Salah satu ayat al-Qur’an tentang

kebersihan yaitu:

...... Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan

menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS: al-Baqarah:222)

Dalam tafsir Qurthubi, QS. Al-Baqarah:222 menjelaskan tentang orang-

orang yang bertaubat dari dosa-dosa dan kemusyrikan, dan orang-orang yang

mensucikan diri dengan air jinabah dan hadats. Pendapat inilah yang dikatakan

oleh Atha’ dan yang lainnya. (Qurthubi: 2008, 197)

Kebersihan juga terdapat dalam hadits-hadits Nabi. Hadits tentang

kebersihan, seperti dua hadits dibawah ini:

Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Manshur telah menceritakan

kepada kami Habban bin Hilal telah menceritakan kepada kami Aban telah

menceritakan kepada kami Yahya bahwa zaid telah menceritakan

kepadanya, bahwa Abu Sallam telah menceritakan kepadanya dari Abu

malik al-As’ari RA dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Bersuci itu

sebagian dari iman, alhamdulillah itu memenuhi timbangan, subhanallah

wal hamdulillah pahalanya memenuhi ruang antara langit dan bumi. Shalat

adalah cahaya, sadaqah adalah bukti keimanan, sabar adalah sinar dan al-

Qur’an adalah hujjah (dalil) bagimu atau dapat menjadi bumerang bagimu.

108

Setiap orang itu pergi menjual dirinya, maka ada orang yang

memerdekakan dirinya dan ada yang menghinanya. (HR. Muslim)

Muhammad bin Basyar menceritakan kepada kami, Abu Amir Al Aqadi

menceritakan kepada kami, Khalid bin Ilyas menceritakan kepada kami,

dari Shalih bin Abu Hassan, ia berkata: Aku mendengar Sa'id bin Al

Musayyab berkata, "Sesungguhnya Allah baik dan mencintai yang baik,

bersih dan mencintai kebersihan, mulia dan mencintai kemuliaan,

dermawan dan mencintai kedermawanan, Oleh karena itu, bersihkanlah —

aku berpendapat beliau mengatakan -'bersihkanlah pekarangan kalian', dan

janganlah menyerupai kaum Yahudi."(HR. Tirmidzi)

Pada hadis pertama dijelaskan bahwasannya “Bersuci itu sebagian dari

Iman”, hal ini menunjukkan bahwa kebersihan sebagai salah satu elemen dari

pemeliharaan lingkungan merupakan bagian dari iman (Masruri: 2014,420).

Sedangkan hadis kedua menunjukkan bahwa Allah SWT menyukai kebersihan

sehingga sudah sepantasnya sebagai seorang muslim untuk selalu menjaga

kebersihan di lingkungannya.

Ayat al-Qur’an sebagaimana yang terdapat di QS. Al-Baqarah:222 dan dua

hadits tersebut, menjelaskan tentang anjuran Islam untuk senantiasa menjaga

kebersihan. Oleh karena itu, penjelasan dari tema bersih di kelas 7 merupakan

salah satu implikasi penjelasan kebersihan dalam Islam seperti Thaharah yang di

dalamnya memuat berwudhu, mandi, mensucikan najis dan lain sebagainya.

Sedangkan Penggunaan isu lokal membuat penjelasan thaharah menjadi luas dan

membuat anak mengerti bagaimana seharusnya menjaga lingkungan tetap bersih

secara nyata. Hal tersebut dapat dilihat dari diskusi siswa tentang tema-tema

diskusi yang sering mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari dan juga dari

tugas yang diberikan oleh guru terkait dengan implementasi dari 3R (Refuse,

Recycle dan Reuse).

Sedangkan di kelas 8 dalam tema ”Rendah Hati, Hemat dan Sederhana

Membuat Hidup Lebih Mulia”.Pembelajaran dapat disampaikan dengan metode

yang digunakan guru adalah tanya jawab, ceramah, mind map dan lain

sebagainyaagar siswa dapat terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Guru

menjelaskan rendah hati, hemat dan sederhana dalam Islam dan menjelaskan

makna yang terkandung pada QS. Al-Furqan:63 dan al-Isra’: 27. Dalam

menjelaskan hemat, ayat yang terkait dengan ini adalah QS. Al-Isra’: 27 yaitu

untuk tidak berperilaku berlebih-lebihan. Dimulai dengan meminta kepada semua

siswa untuk membaca Qs. Al-Isra’: 27 bersama-sama beserta artinya. Kemudian

guru menanyakan apa saja yang diketahui oleh siswa seputar hemat. Semua

jawaban siswa ditulis pada papan tulis membentuk mind map oleh guru.

Integrasi pendidikan lingkungan hidup dalam program adiwiyata dapat

dilihat dari penjelasan guru tentang hemat dan sederhana. Dengan slogan

109

“MAMIPAPIKU BAIK” yaitu makan minum dengan piringku baik yang

disampaikan dalam menjelaskan hemat. Guru menjelaskan bahwasannya dengan

menjalankan aturan sekolah yang membawa tempat makanan dan minuman

termasuk pada tindakan 3R (Refuse, Recycle dan Reuse), dalam mengurangi

sampah makanan dan minuman.

Sehubungan dengan hemat, guru menjelaskan tentang bagaimana

menghemat air dalam Islam. Guru Pendidikan Agama Islam mengajarkan tata

cara wudhu’ jika terjadi dalam keadaan kekurangan air dan untuk selalu

berhemat dalam menggunakan air. Hal ini dikarenakan, pernah ada kejadian

dimana di sekolah kekurangan air sedangkan siswa yang ada di sekolah banyak.

Selain itu, hal ini merupakan pembelajaran Islam sebagai bentuk usaha dalam

menghemat sumber daya air. Dengan mengajarkan satu kali gerakan dalam setiap

gerakan berwudhu’, sambil tidak menggunakan air yang berlebihan, yaitu dengan

mematikan kran air saat mulai membasuh anggota wudhu’ dan mengatur

penggunaan air kran. Dan ini merupakan bentuk praktek dari Pendidikan Agama

Islam berwawasan lingkungan.

Tentunya melakukan sekali gerakan dalam berwudhu’ diperbolehkan dalam

Islam, sebagaimana hadits Nabi SAW, yaitu:

Telah menceritakan pada kami Muhammad bin Yusuf dia berkata telah

menceritakan pada kami Sufyan dari Zaid bin Aslam dari Atha’ bin Yasr

dari ’Ibnu Abbas ra, berkata,” Nabi SAW, berwudhu sekali-sekali.(HR.

Bukhari)

Islam juga melarang israf (berlebih-lebihan dalam penggunaan air) ketika

berwudhu’. Seperti penjelasan dari hadits berikut:

Telah mengabarkan kepada kami Mahmud bin Ghailan dia berkata;

telah menceritakan kepada kami Ya'la berkata; telah menceritakan kepada

kami Sufyan dari Musa bin Abu Aisyah dari Amr bin Syu'aib dari ayahnya

dari kakeknya berkata; "Seorang Badui datang kepada Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam untuk bertanya perihal wudlu. Lalu Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam memperlihatkan kepadanya cara berwudlu

yang semuanya tiga kali - tiga kali. Kemudian Beliau bersabda, 'Beginilah

cara berwudlu'."Barang siapa menambah lebih dari ini, dia berbuat

kejelekan dan berlebihan, serta berbuat dzalim'.(HR. Nasa’i)

Kandungan dari pelarangan israf ketika berwudhu’ yaitu pertama, boleh

berwudhu’ sekali-sekali, dua kali-dua kali atau tiga kali-tiga kali. Barang siapa

menambah lebih dari itu, maka ia termasuk orang yang melampui batas dalam

110

berwudhu’. Kedua, tidak boleh berlebih-lebihan dalam penggunaan air, walaupun

jumlah basuhan sesuai dengan ketentuan yang disyari’atkan. Ketiga, menambah-

nambahi dari jumlah yang telah disyari’atkan akan menyebabkan pelakunya jatuh

dalam perasaan was was (ragu) yang tercela. Keempat, larang israf tersebut tidak

boleh diartikan karena air sedikit. (al-Hilali: 2008, 285)

Oleh karena itu, pelarangan israf ini sangat baik bagi siswa dalam

membentuk perilaku peduli lingkungan dan juga menambah pengetahuan siswa

dalam berwudhu’ sekaligus menghemat air. Dan tidak berperilaku berlebih-

lebihan dalam menggunakan sumber energi yang lain. Sebagaimana diketahui

bahwa air merupakan sumber utama manusia dalam kebutuhan sehari-hari.

Kebutuhan tersebut mulai dari mencuci, minum, bahkan menyangkut persoalan

ibadah. Tanpa air, berbagai proses kehidupan tidak dapat berlangsung.

Hampir semua pembahasan hukum (fiqh) dalam Islam, selalu dimulai

dengan pembahasan mengenai air dan peran air bagi penyuciap diri dan sarana

Ibdah. Demikian pula dalam pembahasan tentang ibadah (mahdhah), selalu

mendahului dengan pembahasan tentang thaharah (bersuci) sebagai syarat

sahnya ibadah. Air merupakan alat thaharah utama, jika tidak ada air baru bisa

menggunakan tanah atau batu. (PP. Muhamadiyah:2011, 36).

Banyak kasus kelangkaan air yang menyebabkan kelaparan di beberapa

negara. Bahkan di Indonesia sendiri beberapa daerah mengalami kesulitan

mendapatkan air bersih, berkurangnya pasokan air tanah, dan lain sebagainya

menyebabkan kekeringan melanda daerah Indonesia. Sehingga menjaga sumber

daya air dengan menghematnya merupakan langkah peduli lingkungan.

Sebagaimana dalam QS. Al-Mu’minun: 18, yaitu:

Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami

jadikan air itu menetap di bumi, dan Sesungguhnya Kami benar-benar

berkuasa menghilangkannya.

Kata dzahaba bihi berarti menjadikannya pergi/menghilang dan lenyap.

Bentuk nakirah pada kata dzahabin mengandung makna keanekaragaman cara

yang ditempuh Allah SWT untuk melenyapkan air itu. Bisa dengan kemarau

yang panjang, bisa dengan meresapkannya jauh ke perut bumi, bisa juga dengan

menahan turunnya hujan dalam waktu yang lama, dan masih banyak cara lain.

(Shihab: 2002, 345)

Dengan demikian, menjaga kelestarian lingkungan juga perlu dilakukan dan

diajarkan dalam Pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan. Salah

satunya dapat dilakukan dengan yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama

Islam yang mengajarkan tema ini, yaitu dengan menghemat penggunaan air

dalam berwudhu’.

Selain itu, dalam pembelajaran bab ini, guru juga menggunakan kalender

bekas tahun 2014 sebagai alat dalam pembelajarannya. Setiap kelompok yang

telah dibentuk diberikan lembar kalender tersebut dan diminta membuat mind

map di belakang kertas kalender untuk menjelaskan tentang sederhana. Dari

perbuatan tersebut memperlihatkan dan mengajarkan pada siswa, salah satu

111

bentuk dalam pemanfaatan barang yang tidak terpakai yang masih dapat

digunakan untuk hal lain, sehingga dapat mengurangi sampah kertas.

Penjelasan tentang salah satu kebijakan sekolah terkait membawa tempat

makan dan minum juga berguna untuk mengingatkan siswa agar selalu

mengurangi sampah dalam usaha 3R. Kemudian penggunaan fasilitas sekolah

seperti tempat wudhu’ untuk melaksanakan pembelajaran ini juga dilakukan, agar

siswa dapat langsung mengetahui bagaimana berwudhu’ dengan tidak berlebihan

dan sebagai latihan jika terjadi kekurangan air dalam keseharian siswa serta

menghemat air. Dengan pembelajaran berwudhu’ sekaligus menghemat air ini,

mengangkat dari permasalahan lokal yang terjadi di kehidupan sehari-hari karena

kelangkaan sumber daya air menjadi perhatian dalam pelestarian lingkungan.

Dan untuk kelas 9 tentang pembahasan Hari Akhir. Pembelajaran dapat

disampaikan dengan menggunkan metode tanya jawab, ceramah, video comment,

untuk melibat siswa agar menjadi aktif dalam pembelajarannya. Guru mengawali

dengan menampilkan video bencana tsunami, gunung merapi dan bencana alam

lainnya. Video tersebut berisi tentang bencana-bencana alam yang terjadi,

rinciannya yaitu sebagai berikut:

1) Pemutaran video pertama dengan durasi selama 3 menit yang berjudul

“Kiamat”. Video tersebut berisi tentang bencana-bencana alam seperti gunung

meletus, longsor, dan lain sebagainya.

2) Pemutaran video kedua, dengan durasi 7 menit berjudul “Tsunami Aceh”,

berisi tentang kejadian tsunami sebelum, sedang dan sesudah terjadinya

bencan tersebut di Aceh serta cerita-cerita orang-orang yang mengalami

kejadian tersebut.

3) Pemutaran video terakhir dengan durasi 7 menit yang berjudul “Renungan

Kiamat”. Berisi tentang kejadian-kejadian bencana alam dan Qs. Al-Zalzalah.

Setelah itu, guru menjelaskan dengan bencana-bencana lain yang

disebabkan oleh manusia seperti kebakaran hutan yang terjadi di pulau Sumatera,

banjir ataupun kebakaran yang diakibatkan dari pembuangan puntung rokok.

Kemudian, guru meminta siswa untuk mengomentari video yang ditampilkan

dengan menulisnya di buku masing-masing dan selanjutnya mengemukakan

pendapatnya masing-masing dengan ditunjuk oleh guru.

Dari pembelajaran-pembelajaran ini, dapat dilihat bahwasannya guru

menyampaikan pelajaran bukan hanya sekedar dengan penjelasan materi tetapi

juga dikaitakan dengan isu lokal dan dengan metode yang berbeda-beda yang

tidak hanya menggunakan ceramah, sehingga cara pembelajaran yang dilakukan

membuat siswa aktif dan berorientasi pada aktivitas siswa. Hal tersebut dilihat

dari pembelajaran yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam di SMPN 3Kota

Tangerang Selatan, kegiatan pembelajaran dilakukan dengan cara berdiskusi,

pemecahan masalah, memproduksi sesuatu, menyimak dan lain sebagainya.

Seperti yang dikatakan oleh Sanjaya (2006: 141), dalam kegiatan belajar

mengajar berorientasi aktivitas siswa diwujudkan dalam berbagai bentuk

kegiatan, seperti mendengarkan, berdiskusi, memproduksi sesuatu, menyusun

laporan, memecahkan masalah, dan lain sebagainya.

Penggunaan isu lokal dalam permasalahan yang terjadi di sekitar siswa

membuat siswa mendapatkan gambaran tentang bagaimana seharusnya bertindak.

Seperti yang diajarkan oleh pak Anshori tentang permasalahan kekurangan air

112

yang mungkin terjadi di sekitar siswa. Dengan kaitannya dengan berwudhu’ pak

Anshori mengajarkan bagaimana siswa dapat tetap berhemat air dalam

berwudhu’ dan juga mempraktekkannya pada siswa. Sehingga siswa dapat

melakukannya jika hal tersebut terjadi. Manfaat menggunakan isu lokal dalam

pembelajaran juga terlihat pada kelas 7 tentang kebersihan. Setelah diberikan

beberapa topik permasalahan yang kemudian dipresentasikan, siswa dapat

menjelaskannya dengan baik bagaimana jika permasalahan tersebut terjadi,

seperti bagaimana mendaur ulang sampah, menjaga lingkungan sungai agar tetap

bersih dan lain sebagainya

c. Penanaman Etika Lingkungan Islam Pada Pendidikan Agama Islam

Selain dari kegiatan belajar mengajar yang mengintegrasikan pendidikan

lingkungan, yang tak kalah penting dari Pendidikan Agama Islam berwawasan

lingkungan adalah penanaman etika lingkungan Islam. Dimulai dengan

pendidikan tauhid yang mengajarkan keimanan seorang muslim, pendidikan

akhlak, pendidikan akal, keteladan seorang guru dan pembiasaan yang dilakukan

oleh peserta didik. Dan hal-hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Tauhid

Setiap tindakan atau perilaku manusia (muslim) baik yang berhubungan

dengan orang lain atau makhluk lain atau lingkungan hidupnya harus dilandasi

oleh pemahaman atas konsep keesaan Tuhan serta penciptaan alam (PP.

Muhamadiyah:2011, 24).

Disamping itu juga tauhid, yang dihubungkan dengan posisi Allah SWT

sebagai al-Khaliq dan al-Malik, menggambarkan worldview ekologi Islam yang

menjadikan tauhid sebagai jantungnya Islam (the heart of Islamic life) yang

menyadarkan manusia jika alam berasal dari Allah SWT. (Asmanto: 2015, 340)

Dengan demikian, guru harus menanamkan nilai-nilai Islam dalam PAI

berwawasan lingkungan yang diajarkan pada siswa, dengan mengajarkan

pandangan Islam bahwasannya manusia merupakan ciptaan Allah SWT, setiap

tindakan dan perbuatannya harus berlandaskan pada tauhid yang mana

menyadarkan manusia bahwasannya alam merupakan ciptaan Allah SWT yang

harus dijaga bukan dirusak.

Dalam pembelajaran PAI di SMPN 3 Kota Tangsel, hal ini diajarkan dalam

pembelajarannya. Seperti di kelas 7 guru menjelaskan bahwasannya kebersihan

merupakan sebagian dari iman dan Allah SWT menyukai kebersihan sehingga

sebagai seorang muslim harus menjaga kebersihan sebagai bentuk kepedulian

terhadap lingkungan.

Di kelas 8, guru menjelaskan bahwasannya Islam merupakan agama yang

sangat memperhatikan lingkungan sehingga semua yang dilakukan dalam peduli

lingkungan merupakan ibadah kepada Allah SWT karena manusia merupakan

khalifah di Bumi. Dalam menjelaskan hemat, guru menjelaskan makna dari QS.

Al-Isra: 27 dan menekankan bahwasannya Allah tidak suka dengan orang yang

berlebih-lebihan dan perilaku boros merupakan salah satu bentuk ingkar kepada

Allah SWT, sehingga siswa diajarkan untuk selalu senatiasa melakukan segala

hal dengan cukup dan tidak berlaku berlebih-lebihan. Ini juga menjelasakan

bahwsannya untuk tidak menggunakan sumber daya alam secara berlebihan,

sehingga mencegah kerusakan alam yang banyak terjadi.

113

Di kelas 9, guru menjelaskan bahwasannya alam merupakan tanda-tanda

dari kebesaran Allah SWT. Dengan kekuasaannya Allah menjadikan alam tempat

tinggal dan kebutuhan manusia sehingga saat bencana alam terjadi, manusia

mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, sudah

seharusnya manusia bersyukur atas limpahan nikmat yang diberikan dan

menyadari kebesaran Allah SWT. Sehingga dalam perbuatannya, manusia

dituntut untuk menjaga dan memelihara lingkungan dengan sebaik-baiknya.

Dengan demikian, jika melihat beberapa pembelajaran PAI, semua

menjelaskan bahwasannya alam merupakan milik Allah SWT yang dititipkan

kepada manusia sehingga harus dijaga dengan baik dan memelihara

kelestariannya merupakan tanggung jawab manusia sebagai khalifah. Karena

dengan menjaga dan memelihara alam, merupakan ibadah dan ketaatan yang

dilakukan seorang muslim kepada sang pencipta yaitu Allah SWT. Pandangan

inilah yang harus ditanamkan kepada peserta didik.

2) Akhlak

Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang mengajarkan

bagaimana seorang muslim untuk berakhlak, termasuk pada lingkungan. Etika

lingkungan dalam pendidikan agama Islam di sekolah ini, dapat dilihat dari

penanaman nilai-nilai ajaran Islam yang dilakukan guru PAI terkait dalam

pembelajaran PAI berbasis lingkungan. Seperti yang disebutkan sebelumnya,

bahwasannya Islam bukan hanya menjelaskan hubungan antara manusia dengan

tuhan atau manusia dengan manusia, tetapi juga hubungan antara manusia

dengan alam. Penanaman nilai-nilai moral terhadap lingkungan menjadi sangat

penting dalam akhlak terhadap lingkungan. Seperti yang dikatakan oleh pak

Anshori sebagai salah satu guru PAI sebagai berikut:

Salah satunya ya penanaman moralitas ya, kepeduliannya itu yang

penting karenakan kepedulian lingkungan itu berasal dari kepedulian hati,

nah disitulah kita, kalau kita berbicara dalil-dalil agama mengarahkannya

ke mental ya, mental-mental itu yang saya pikir menjadi salah satu figur

agama, dengan “anna dhofatu minal iman”, dengan pelajaran berwudhu’,

dengan pelajaran mandi, bersuci dan sebagianya itu merupakan nilai-nilai

moral, nilai-nilai amal yang jika itu diterapkan dengan baik maka

pendidikan agama itu adalah pendidikan yang menjadi ruhnya adiwiyata

sebenarnya. (Wawancara guru PAI: Anshori)

Para pendidik telah berikhtiar untuk mengilhami peran Muslim dalam

memunculkan semangat kesadaran yang tinggi dalam pertanggungjawaban

dirinya sebagai khalifah Allah dengan tidak berperilaku kejam dan merusak

alam. Pendidikan dalam ranah ini telah membangun personalitas Islam dan

menyadarkan manusia untuk memahami konsep dasar yang menjadi basis dari

segala tingkah laku dan praktik keramahan dirinya terhadap alam. (Asmanto:

2015, 342)

Penanaman akhlak terhadap lingkungan yang dilakukan dalam pendidikan

agama Islam yaitu penanaman etika lingkungan dalam pembelajaran. Penanaman

etika lingkungan dilakukan dengan menjelaskan pada siswa, bahwasannya Islam

merupakan agama yang senantiasa mengajarkan untuk selalu menjaga

lingkungan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah. Pengajaran lingkungan dalam

114

PAI tentunya juga menjelaskan bahwasannya sikap antroposentris tidak

dibenarkan dalam Islam. Hal tersebut dapat dilihat dari penyampaian materi

dengan mencontohkan penebangan liar atau dengan kebakaran hutan yang terjadi

untuk memenuhi kebutuhan dan tidak memperdulikan kerusakan.

Fachrudin Mangunjaya menjelaskan ketika Fazlun yang merupakan seorang

mantan pegawai negeri Inggris yang melakukan pelatihan terkait ajaran

lingkungan Islam dengan memberikan modul tenatang pemahaman langsung

pesan-pesan prinsip al-Qur’an dan ajaran Islam tentang konservasi. Termasuk

mengenai tauhid, fitrah, mizan, khalifah. Lebih lanjut Mangunjaya menjelaskan

salah satu poin penting dalam penyuguhan modul yang diberikan adalah

membuka kosmis umat Islam, bahwa Tuhan menciptakan bumi ini dalam

keadaan seimbang dan manusia berpotensi membuat kerusakan yang

menimbulkan ketidakseimbangan terhadap ciptaan Tuhan di muka bumi. Dan ini

merupakan bentuk penyadaran etika lingkungan Islami yang dilakukan oleh

Fazlun. (Mangunjaya, 2007:218)

Penyadaran etika lingkungan Islam ini, juga diterapkan di SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan dalam pembelajarannya. Dengan memberikan contoh

kerusakan alam yang disebabkan oleh manusia seperti membuang sampah

sembarangan, merokok, atau penebangan hutan secara liar. Yang kemudian

dikaitkan dengan tugas manusia sebagai makhluk Allah yang mengemban

amanah untuk menjaga dan melestarikan lingkungan. Sehingga sikap

antriposentris, seperti merusak alam tanpa memperdulikan kelestarian alam dan

berperilaku berlebihan sehingga eksploitasi alam terjadi di mana-mana dapat

dikurangi atau malah dihilangkan dari masyarakat.

Pembelajaran mengenai Thaharah yang dilakukan oleh kelas 7 dengan

mendaur ulang sampah ini menjadi hal yang bermanfaat dan mengantarkan siswa

untuk kreatif dalam mengolah permasalahan lingkungan. Dan juga seperti yang

dilakukan oleh guru PAI ketika mengajar di kelas 8 dengan memanfaatkan

kalender tahun 2014 sebagai alat dalam pembelajarannya. Dengan melakukan

daur ulang dalam pembelajaran PAI, memberikan penjelasan praktik ramah

lingkungan yang dapat dilakukan dalam keseharian siswa. Penalaran siswa dalam

mendaur ulang sampah anorganik menjadi salah satu contoh fungsi khalifah

terlaksana dikarenakan tugas seorang khalifah adalah menjaga dan memelihara

alam dengan sebaik mungkin dan tidak melakukan kerusakan. Guru Pendidikan

Agama Islam yang menggunakan kalender bekas sebagai alat pembelajaran juga

mengajarkan kepada siswa untuk menggunakan barang yang masih dapat

digunakan sebaik mungkin. Oleh karena itu, Menggunakan barang yang masih

bisa digunakan dan mengolahnya merupakan bentuk pencegahan bertambahnya

sampah yang dapat merusak kebersihan dan lingkungan.

Pada pembelajaran kelas 8 diajarkan berwudhu’ untuk selalu hemat dan

tidak berlebih-lebihan dalam menggunakan air. Kegiatan belajar ini mengajarkan

untuk tidak berperilaku berlebihan dalam menggunakan sumber daya alam

khususnya sumber daya air. Sehingga keseimbangan sumber daya air akan

terjaga dan memenuhi kebutuhan manusia dengan cukup.

Pembelajaran kelas 9, diperlihatkan bencana-bencana alam di video untuk

menunjukkan kebesaran Allah SWT. Selain itu, siswa juga diberi contoh

kerusakan alam yang disebabkan manusia seperti penebangan pohon liar,

kebakaran hutan, dan lain sebagainya. Kegiatan belajar ini mengajarkan kepada

115

siswa agar bertingkah laku yang baik pada lingkungan, bertanggung jawab dan

tidak berperilaku antroposentris.

Ketiga pembelajaran ini, merupakan usaha guru agar siswa dapat

berperilaku baik, bertanggung jawab dan bersikap ramah lingkungan sebagai

tindakan berakhlak terhadap lingkungan.

Dengan demikian penanaman etika lingkungan Islam bukan hanya sekedar

penanaman bahwasannya alam merupakan ciptaan Allah SWT yang harus dijaga

sebagai bentuk menginformasikan pandangan etika lingkungan Islami, tetapi juga

dengan gerakan yang nyata dalam terciptanya perilaku ramah lingkungan

sehingga siswa dapat memahami lebih jauh tentang akhlak terhadap alam dan

juga menanamkan untuk tidak memiliki sikap antroposentris dalam kehidupan

sehari-hari.

3) Pendidikan Akal Menurut Dr. Erwati Aziz (2013,88), upaya pelestarian lingkungan hidup

melalui pendidikan Islam selain pendidikan tauhid dan akhlak juga dengan

pendidikan akal. Pendidikan akal yang dimaksud adalah menuntun dan

mengembangkan daya pikir manusia berdasarkan al-Qur’an dan hadits. Dengan

demikian, pendidikan akal tersebut dapat dikatakan pendidikan ijtihad.

Dengan kekuatan akalnya manusia dapat membedakan mana perbuatan baik

dan mana perbuatan yang buruk serta dengan akal pula manusia dapat

membuktikan dan membenarkan adanya Allah SWT Maha Pencipta di atas

segala sesuatu di dunia ini. Walaupun disadari keterbatasan akal untuk

memikirkan dan memecahkan sesuatu. (Ramayulis:2015,261).

Permasalahan lingkungan yang semakin rumit, mengharuskan guru

menuntun dan mengembangkan daya pikir siswa untuk memecahkan dan

mengatasi permasalahan lingkungan tersebut berdasarkan al-Qur’an dan Hadits.

Hal tersebut dapat dilihat dari metode-metode yang digunakan dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Seperti metode tanya-jawab seputar

pengetahuan siswa terkait permasalahan lingkungan.

Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan di

SMPN 3 Kota Tangerang Selatan, guru juga menguji daya nalar siswa dalam

mengatasi masalah yang dipertanyakan dalam pembelajaran. Seperti halnya

penanggulangan sampah dengan cara mengolahnya menjadi barang yang berguna

di kelas 7, mereka mulai dengan berdiskusi dan mendaur ulang sampah

anorganik. Ini berlandaskan pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang

mengajarkan untuk selalu menjaga kebersihan karena kebersihan sebagian dari

iman.

Kemudian permasalahan yang dimunculkan oleh guru Pendidikan Agama

Islam di kelas 8 adalah mempertanyakan apa itu hemat mereka menjawabnya

dengan berbagai jawaban seperti hemat itu tidak berlebih-lebihan, hemat itu

dengan menggunakan listrik seperlunya dan lain sebagainya. Guru juga

mengajarkan wudhu’ sekaligus berhemat air karena dengan melakukan hal

tersebut siswa dapat berwudhu’ sekaligus menghemat sumber daya air.

Pembelajaran ini berdasarkan kandungan dari QS. Al-Isra’: 27 yang melarang

umat Islam berlaku berlebih-lebihan. Berdasarkan ayat tersebut siswa dituntun

untuk berpikir kritis bagaimana menerapkan isi kandungan ayat tersebut dalam

kehidupan sehari-hari. Dan ini juga mengajarkan pada siswa bahwa Islam

116

mengajarkan untuk selalu berlaku hemat khususnya dalam hal ini tidak

berlebihan dalam menggunakan sumber daya alam.

Dan untuk kelas 9 guru menuntun siswa untuk menganalisis sebab akibat

yang terjadi dari kerusakan alam disebabkan oleh manusia. Sehingga siswa dapat

melihat baik dan buruk perilaku yang tidak memperdulikan alam dan ini juga

merupakan penyadaran terhadap siswa bahwasannya peduli lingkungan itu

penting sehingga harus dijaga dengan sebaik-baiknya.

Dengan demikian, penanaman nilai-nilai Islami dalam pembelajaran PAI di

SMPN 3 Kota Tangsel salah satunya adalah dengan menuntun dan

mengembangkan daya pikir siswa berdasarkan al-Qur’an dan Hadits agar siswa

dapat menjawab permasalahan lingkungan yang terjadi di sekitar lingkungan

siswa dan menyadari bahwa Islam sangat memperhatikan lingkungan.

4) Keteladanan

Keteladanan guru juga menjadi salah satu hal yang penting dalam

penanaman akhlak terhadap lingkungan. Keteladanan pendidik terhadap peserta

didik merupkan kunci keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk

moral spiritual dan sosial anak. Hal ini karena pendidik adalah figur terbaik

dalam pandangan anak yang akan dijadikannya sebagai teladan dalam

mengidentifikasikan diri dalam segala aspek kehidupannya atau figur pendidik

tersebut terpatri dalam jiwa dan perasaannya dan tercermin dalam ucapan dan

perbuatannya. (Ramayulis:2015, 262)

Sebagaimana diketahui bahwasannya guru adalah model mental yang hidup

bagi siswa. Kualitas dan kekuatan dari teladan seorang guru berkaitan erat

dengan karakter dan efektivitas guru. Makin efektif seorang guru maka makin

tinggi pula potensi dan kekuatannya sebagai teladan. (Suyono dan Hariyanto,

2014:191)

Ketedalanan dalam pendidikan merupakan metode influentif yang paling

meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak

didalam moral, spiritual dan sosial. Dalam hal ini pendidik adalah contoh terbaik

dalam pandangan anak, karena segala tindak tanduknya, sopan santunya, cara

berpakaiannya dan tutur katanya akan selalu diperhatikan oleh peserta didik.

(Wardhani dan Wahono:2017, 51)

Sia-sia seorang guru mengajarkan kebaikan jika ia sendiri bukan sosok

pribadi yang baik. Pribadi guru yang baik mengajar dan mendidik denan

perkataan dan perilakunya dihadapan murid, disengaja maupun tidak disengaja.

Disadari ataupun tidak, peserta didik selalu mengajar dari figur guru dan orang-

orang yang dianggapnya baik. (Musfah: 2015,33)

Dengan demikian, keteladanan merupakan hal yang penting dalam

penanaman nilai-nilai Islam, sehingga guru Pendidkan Agama Islam dalam

keterkaitannya pada lingkungan harus memberikan keteladanan dengan

menunjukkan perilaku ramah lingkungan sebagai ceriminan dari perilaku peduli

lingkungan terhadap siswa.

Dalam observasi yang dilakukan beberapa kejadian menunjukkan

keteladanan guru dalam menunjukkan peduli lingkungan seperti kejadian dimana

sebelum melakukan pembelajaran, kelas kotor sehabis istrihat ke 2, kemudian

guru Pendidikan Agama Islam meminta yang piket untuk membersihkan. Dan

guru tersebut bukan hanya menyuruh siswa tetapi juga ikut untuk membersihkan

117

dengan menyapu bersama siswa yang mendapatkan tugas piket, serta membuang

sampah pada tempatnya. Setelah itu, guru meminta siswa yang piket untuk

membuang sampah pada pembuangan akhir sampah di sekolah agar tidak

menumpuk di depan kelas.

Kejadian lainnya saat ditengah pelajaran yang sedang berlangsung, tiba-tiba

guru PAI melihat sampah di lantai dan langsung memungutnya tanpa menyuruh

siswa untuk membuang sampah tersebut. Siswa terdekat pada waktu itu langsung

mengatakan “biar saya saja pak”, sehingga siswa tersebut langsung

membuangnya.

Selain itu, selalu guru PAI juga selalu mengingatkan agar bersikap ramah

lingkungan seperti yang dikatakan oleh pak Rendra bahwa:

Penanaman terhadap pribadi anak-anak, kalau kita lebih cendrung

mengingatkan itemnya ya kita mencontohkan. Kalau saya lumayan cerewet

tentang lingkungan, kalau jam segini, saya sering liat kelas-kelas jika ada

kelas yang tidak ada gurunya saya akan mulai bercerita dan bilang

“sekolah kita sekolah apa nak?” nanti anak-anak jawab “sekolah adiwiyata

pak”, kalau masalah listrik harus gimana nak?” nanti itu anak-anak

langsung tidak menggunakan listrik yang tidak ada gunanya.

Dari perkataan pak Rendra dapat diketahui bahwasannya guru bukan hanya

sekedar menjadi teladan bagi siswa tetapi juga selalu mengingatkan siswa dalam

peduli lingkungan. Sehingga ketika siswa lupa dapat diingatkan kembali dan

menjadi suatu pembiasaan tersendiri bagi siswa. Mengingatkan untuk selalu

peduli lingkungan harus selalu dilakukan terus menerus bukan hanya dalam

penyampaiaan pembelajaran tetapi juga di luar pelajaran PAI.

Dalam hal mengingatkan bukan hanya dilakukan terhadap siswa tetapi juga

pada guru lain selaku rekan kerja guru. Seperti salah satu kejadian dimana guru

menuju ke kelas yang akan diajar, tetapi pada saat perjalanan terlihat tempat

sampah sudah menumpuk sementara guru tidak yang mengajar di kelas tersebut

kurang peduli sehingga guru PAI tersebut mengingatkan dengan perkataan yang

halus untuk lebih peduli lagi terhadap kebersihan lingkungan sekolah.

Memakai pakaian yang bersih juga menunjukkan keteladanan guru dalam

menjaga kebersihan. Hal ini mengajarkan pada siswa untuk menjaga kebersihan

bukan hanya pada lingkungan tetapi juga kebersihan pada pakaian yang dipakai

sehari-hari. Selain itu, kebersihan pakaian dari najis juga merupakan hal yang

penting karena pakaian yang dipakai akan digunakan dalam melaksanakan shalat

dzuhur sebagai salah satu kegiatan rutin yang dilakukan sekolah.

Dari kejadian-kejadian yang telah disebutkan, ketauladanan menjadi salah

satu cara guru dalam menanamkan nilai-nilai Islam untuk selalu peduli

lingkungan. Ketauladanan ini akan sangat berpengaruh untuk siswa dalam

menjalankan perilaku ramah lingkungan. Karena dengan ketauladanan ini, siswa

akan mencontoh apa yang dilakukan guru dalam kehidupan sehari-hari. dan

menjadikannya sosok teladan yang akan diiukuti. Dan juga tentunya guru akan

mudah mengajak siswa dalam menjaga kebersihan sebagai bagian dari peduli

lingkungan.

5) Pembiasaan

Pembiasaan merupakan metode terakhir dalam menanamkan nilai-nilai

kepedulian terhadap lingkungan. Dengan pembiasaan pendidikan memberikan

118

kesempatan kepada peserta didik terbiasa mengamalkan ajaran agamanya, baik

secara individual maupun berkelompok dalam kehidupan sehari-hari. Dengan

pembiasaan inilah diharapkan peserta didik mengamalkan agamanya secara

berkelanjutan. (Ramayulis:2015, 259)

Pembiasaan juga merupakan cara yang digunakan dalam proses

pembentukan sikap disamping juga dengan modeling, seperti yang dijelaskan

oleh Wina Sanjaya. (Sanjaya: 2010). Sehingga pembiasaan yang dilakukan

secara terus menerus menjadi penting dalam membentuk sikap peduli lingkungan

pada diri siswa, terutama pada Pendidikan Agama Islam yang merupakan

pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai Islam di sekolah.

Kegiatan-kegiatan yang telah diatur sekolah untuk membiasakan peduli

lingkungan sangat membantu dalam pembentukan akhlak terhadap lingkungan.

Yang mana kegiatan-kegiatan ini menjadi pembiasaan siswa dan budaya sekolah

SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.Terkait dengan akhlak, Prof Muhaimin dkk

(2012), memberikan ciri-ciri akhlak sebagai berikut:

a) Akhlak sebagai ekspresi sifat dasar seseorang yang konstan dan tetap.

b) Akhlak selalu dibiasakan seseorang sehingga ekspresi akhlak tersebut

dilakukan berulang-ulang, sehingga dalam pelaksanaan itu tanpa disertai

pertimbangan terlebih dahulu, dan

c) Apa yang diekspresikan dari akhlak merupakan keyakinan seseorang dalam

menempuh keinginan sesuatu, sehingga pelaksanaannya tidak ragu-ragu.

Dapat dilihat bahwasannya akhlak itu selalu dibiasakan, dilakukan berulang-

ulang sehingga dengan pembiasaan yang dilakukan dalam budaya sekolah peduli

lingkungan dalam program Adiwiyata sangat mendukung dalam pembentukan

akhlak terhadap lingkungan. Apa yang menjadi gagasan atau pandangan yang

diketahui dan diyakini akan dilaksanakan dalam perbuatan yang dilakukan secara

berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan pada diri siswa di kehidupan sehari-

hari.

Pembiasaan yang terdapat di sekolah seperti sholat berjama’ah, menjaga

kebersihan lingkungan sekolah, piket harian oleh setiap siswa, dan mengadakan

Jum’at bersih. Semuanya ini membantu Pendidikan Agama Islam dalam

pembentukan akhlak terhadap lingkungan. Karena dengan mengadakan Jum’at

bersih secara rutin setiap bulannya, maka siswa akan terbiasa untuk menjaga

kebersihan lingkungan dan juga membiasakan untuk bersama-sama menjaga dan

memelihara lingkungan sekolah. Pembiasaan piket harian selain untuk menjaga

kebersihan juga mengajarkan siswa untuk bertanggung jawab dalam menjaga

kebersihan. Dalam hal ini guru Pendidikan Agama Islam dapat selalu

mengingatkan dan ikut menjaga kebersihan bersama dengan siswa agar

terciptanya lingkungan sekolah yang bersih.

Pembiasaan yang dibentuk guru Pendidikan Agama Islam dalam

pembelajaran juga dilakukan seperti membiasakan kelas bersih sebelum memulai

pelajaran seperti yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam sewaktu

mengajar kelas 8. Pelaksanaan pembiasaan memang sulit, bahkan memerlukan

waktu yang lama agar siswa memiliki kebiasaan peduli terhadap lingkungan.

Akan tetapi, jika dilakukan dengan terus menerus dan guru selalu memberikan

teladan yang baik bagi siswa maka berakhlak pada lingkungan akan terbentuk

walaupun membutukan waktu yang lama.

119

Kegiatan-kegiatan sekolah dan pembiasaan yang dilakukan oleh guru

Pendidikan Agama Islam ini, membantu dalam penanaman akhlak terhadap

lingkungan yang dilakukan dalam Pendidikan Agama Islam berwawasan

lingkungan. Hal ini dilakukan sebagai upaya melestarikan dan menjaga

lingkungan sesuai dengan tugas seorang manusia menjadi khalifah di Bumi

dalam ajaran Agama Islam.

2. Budaya Sekolah Peduli Lingkungan (Adiwiyata)

Adiwiyata merupakan program sekolah peduli dan berbudaya lingkungan,

sebagai salah satu upaya dalam menangani permasalahan lingkungan yang dihdapi

Indonesia di berbagai wilayah Indonesia. Dan SMPN 3 Kota Tangerang Selatan,

merupakan sekolah Adiwiyata yang sudah menjadi sekolah Adiwiyata Mandiri di

daerah Kota Tangerang Selatan pada jenjang SMP.

Adiwiyata sendiri mempunyai pengertian atau makna sebagai tempat yang baik

dan ideal dimana apat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta

etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita

menuju kepada pembangunan berkelanjutan. (Tim Adiwiyata: 2012,3). Sedangkan

Adiwiyata Mandiri merupakan penghargaan pada sekolah yang telah menjalankan

program Adiwiyata dan memiliki sekolah binaan minimal 10 sekolah. (Puspita R:

2015)

Penjelasan terkait budaya sekolah peduli lingkungan di sekolah ini akan

dijelaskan hal-hal yang berkaitan dengan implementasi sekolah menjadi sekolah

Adiwiyata. Dan hal tersebut meliputi pertama, sejarah sekolah adiwiyata sebagai

penjelasan awal mula sekolah menjalan Adiwiyata. Kedua, kebijakan-kebijakan

sekolah yang dibuat untuk mendukung terlaksananya program Adiwiyata. Ketiga,

kegiatan-kegiatan peduli lingkungan. Keempat, mitra sekolah dalam mendukung

sekolah peduli lingkungan. Kelima, sosialisasi sekolah dalam program adiwiyata ini.

Dan penjelasannya sebagai berikut:

a. Sejarah Sekolah Peduli Lingkungan

Awalnya sekolah ini bukan termasuk pada sekolah yang peduli lingkungan

atau sekolah Adiwiyata seperti sekarang ini. Kemudian sekolah mengalami

perubahan menjadi sekolah yang peduli terhadap lingkungan dengan mengikuti

program Adiwiyata dengan proses yang panjang hingga menjadi sekolah yang

sadar akan pentingnya lingkungan dan mendapatkan penghargaan Adiwiyata

Mandiri.

Dimulai dengan ditunjukanya sekolah untuk ikut melaksanakan program

Adiwiyata oleh pemerintah seperti yang dikatakan oleh bu Nita Marginingsih,

yaitu sebagai berikut:

Pertama, sekolah ditunjuk oleh pemerintah kemudian ada SD UT mau

menjadi Adiwiyata Mandiri hingga kami menjadi binaannya. Itu semuakan

kaya dipaksakan baru tahun 2012 tertarik untuk melanjutkan adiwiyata. jadi

pertama dipaksa, terpaksa, kemudian jadi terbiasa. Hingga sekarang kami

terbiasa yang menjadikan kami sadar akan lingkungan untuk lebih peduli.

(wawancara koordinator Adiwiyata: Nita Marginingsih)

Hal ini menunjukkan bahwasannya permasalahan lingkungan menjadi

perhatian sekolah semenjak sekolah menjalankan ditunjuk oleh pemerintah.

Sehingga sekolah memiliki tanggung jawab untuk menanamkan sikap peduli

lingkungan pada siswa-siswa yang menjadi generasi selanjutnya. Dan ini juga

120

dapat dijadikan sebagai landasan sekolah melaksanakan sekolah peduli

lingkungan. SMPN 3 Kota Tangerang Selatan menjadi tertarik pada perubahan

yang terjadi sehingga melanjutkan program adiwiyata dan menjadi sadar untuk

peduli pada lingkungan. Proses tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 4.3 Proses Perubahan Sekolah

Dari bagan tersebut, dapat dilihat bahwasannya perubahan yang terjadi di

SMPN 3 Kota Tangerang Selatan dimulai dengan adanya perintah dari

pemerintah untuk menerapkan model sekolah Adiwiyata, yang mana dari ini

mereka menjalankan perintah tersebut dengan menerapkannya di sekolah. Lama

kelamaan sekolah menjadi terbiasa dengan propgram Adiwiyata dan merasakan

perubahan yang terjadi memberikan manfaat bagi sekolah, siswa, guru ataupun

warga sekolah lainnya. Sehingga menjadi tertarik dengan program Adiwiyata

sehingga sadar pentingnya peduli lingkungan. Yang pada akhirnya persoalan

tentang lingkungan menjadi penting untuk dilaksanakan dan menanamkannya

pada peserta didik untuk peduli pada lingkungan sekitar.

Untuk lebih rincinya awal terbentuknya sekolah berbudaya peduli

lingkungan di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan dimulai dengan sekolah sehat

sesuai dengan pernyataan Kepala sekolah, Wakasek dan koordinator Adiwiyata.

Menurut pak Sholeh selaku wakasek kurikulum mengatakan bahwa:

Sebelum terkait dengan adiwiyata kami ini kan sudah menjadi sekolah

sehat jadi kita sudah memulai lingkungan ini supaya hijau sudah mulai dari

kepala sekolah sebelumnya yaitu pak Kuswanda dilanjutkan pak Nurhadi

kemudian puncaknya ya sekarang. Waktu itu lomba sekolah sehatnya kalah

ketika pak kuswanda, menangnya ketika pak Maryono. Pak Maryono itu

melengkapi lagi macem-macem dari juara adiwiyata nasional sampai pada

adiwiyata mandiri, kalau mulainya dari 2005 sudah ada pembinaan

lingkungan. Sudah dimulai dari pak Kuswanda dalam pembinaan

lingkungan, tapi kemudian jika masuk pada visi misi dan lengkapnya kepala

sekolah yang sekarang. (Wawancara wakasek kurikulum: Sholeh Fathoni)

Dari keterangan pak Sholeh dapat dijelaskan bahwasannya pembinaan

lingkungan sebenarnya sudah dimulai pada tahun 2005 pada saat menjadi sekolah

sehat pada masa kepemimpinan pak Kuswanda sebagai kepala sekolah. Hal ini

diperjelas dengan pernyataan bu Nita Marginingsih selaku koordinator adiwiyata

yaitu:

Dimulai dengan sekolah sehat tahun 2011 dengan tingkat nasional

mendapat juara 6. Kemudian ada program adiwiyata di tahun itu juga

tetapi tidak jalan, mulai lagi tahun 2012 adiwiyata kota. Adiwiyata provinsi

Ditunjuk oleh

Pemerintah

Menjalankan perintah

Terbiasa

Tertarik pada adiwiyata

Sadar akan pentingnya peduli

lingkungan

121

dan nasional tahun 2013 kemudian 2014 adiwiyata mandiri tetapi

didiskualifikasi karena baru setahun terus tahun 2015 tapi ada kesalahan

teknik karena file tidak masuk baru tahun 2016 kami menjadi adiwiyata

mandiri. (Wawancara koordinator Adiwiyata: Nita Marginingsih)

Diperkuat lagi dengan pernyataan pak Maryono selaku kepala sekolah yaitu

“Sebelum Adiwiyata kami sudah menjadi sekolah sehat.”(Wawancara Kepala

Sekolah: Maryono). Dengan demikian, SMPN 3 Kota Tangerang Selatan

memulai gerakan untuk peduli lingkungan dimulai dengan sekolah sehat.

Kemudia untuk pertama kali sekolah menerapkan program Adiwiyata pada tahun

2011 seperti yang dikatakan oleh kepala sekolah yaitu “ Sudah selama 6 (enam)

tahun, dimulai dari tahun 2011.”

Sekolah sehat sendiri dimulai dengan adanya UKS (Usaha Kesehatan

Sekolah) yang dirilis sejak tahun 1976 dan diperkuat tahun 1984 dengan

terbitnya SKB 4 menteri yaitu menteri pendidikan dan kebudayaan, menteri

agama, menteri kesehatan dan meteri dalam negeri yang diperbaharui pada tahun

2003. Program UKS dikenal dengan Trias UKS yaitu Pendidikan Kesehatan,

Pelayanan Kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. (Kemendikbud,

2012: 1)

Tujuan dari Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah meningkatkan mutu

pendidikan dan prestasi belajar peserta ddik dengan meningkatkan perilaku hidup

bersih dan sehat dan derajat kesehatan peserta didik maupun warga belajar serta

menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan

perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia

Indonesia seutuhnya. (SKB 4 Menteri: 2003).

Dengan melaksanakan Trias UKS ini maka sekolah dapat melaksanakan

hidup sehat dan menjadi model sekolah sehat. Sekolah sehat sendiri adalah

sekolah yang bersih, indah, nyaman, tertib, aman, rapih, dan kekeluargaan

peserta didiknya sehat dan bugar serta senantiasa berperilaku hidup bersih dan

sehat. (Kemendikbud, 2012: 3). Sehingga untuk menciptakan sekolah yang

bersih, maka sekolah akan lebih memperhatikan lingkungan sekolah agar tetap

terjaga kebersihannya sebagai salah satu cara dalam melaksanakan sekolah sehat.

Dan juga menanamkan perilaku hidup bersih pada siswa dan semua warga

sekolah. Selain itu, bukti lain sekolah ini pernah menjadi sekolah sehat dengan

adanya lambang sekolah sehat di depan sekolah. Seperti berikut:

Gambar 4. 4

Lambang Sekolah Sehat

122

Dari gambar 4.3 dapat dilihat bahwasannya sekolah ini menjalankan sekolah

sehat dengan tertera “Trias UKS” pada lambang tersebut. Setelah menjalankan

sekolah sehat yang akhirnya menjadi sekolah sehat tingkat Nasional pada masa

jabatan pak Maryono, selanjutnya SMPN 3 Kota Tangerang Selatan melanjutkan

ke program Adiwiyata. Dalam proses program Adiwiyata, SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan, ditunjuk oleh pemerintah untuk melaksanakan program

Adiwiyata yang selanjutnya menjadi binaan SD UT, seperti yang dikatakan oleh

bu Nita Marginingsih sebelumnya.

Kemudian setelah tertarik dengan program Adiwiyata, SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan melanjutkan program Adwiyata tersebut hingga memperoleh

penghargaan Adiwiyata Kota, kemudian Adiwiyata Provinsi, dilanjutkan dengan

Adiwiyata Nasional dan akhirnya menjadi Adiwiyata Mandiri seperti sekarang.

Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.16

Model Sekolah/Penghargaan Peduli lingkungan

Kepala Sekolah Tahun Model

Sekolah/Penghargaan Keterangan

Drs.H. Kuswanda

M.Pd

Drs. H. Nurhadi,

MM

2005 –

2009

Sekolah Sehat Trias UKS

H. Maryono, M. Pd

2011 Sekolah sehat

tingkat Nasional

Adiwiyata

Ditunjuk

pemerintah dan

binaan UT

2012 Adiwiyata Kota

2013 Adiwiyata Provinsi

Adiwiyata Nasional

2014 Didiskualifikasi

2015 Gagal karena

terjadi kesalahan

teknik

2016-

Sekarang

Adiwiyata Mandiri

Dari tabel 4.16 dapat dilihat bahwasannya SMPN 3 Kota Tangerang Selatan

sudah melaksanakan pembinaan peduli lingkungan pada sekolah sehat dari masa

jabatan pak Kuswanda dan pak Nurhadi. Kemudian pada tahun 2011 pada masa

kepemimpinan pak Maryono (2009-sekarang), menjadi sekolah sehat tingkat

Nasional dan memulai Adiwiyata di tahun yang sama dengan ditunjuk

pemerintah untuk melaksanakan program Adiwiyata dan menjadi binaan UT.

Kemudian di tahun 2012 menjadi Adiwiyata kabupaten/ kota yaitu penghargaan

terhadap sekolah dari Bupati/Walikota. Di tahun 2013 mendapat penghargaan

Adiwiyata provinsi yaitu penghargaan dari Gubernur dan Adiwiyata Nasional

123

yaitu penghargaan dari Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Menteri

Pendidikan dan Kebudayan.

Dalam proses sekolah menjadi Adiwiyata Mandiri mengalami kegagalan

yaitu di tahun 2014, sekolah didiskualifikasi karena baru setahun menjalankan

Adiwiyata Nasional. Kemudian tahun 2015 mengajukan kembali untuk menjadi

Adiwiyata Mandiri tetapi terjadi kesalahan teknis disebabkan file yang terkirim

hanya sebagian sedangkan sebagian lagi tidak terkirim sehingga tidak lolos

dalam administrasi. Akhirnya pada tahun 2016 mendapatkan penghargaan

Adiwiyata Mandiri yaitu penghargaan dari Menteri Negara Lingkungan Hidup

dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta piala dari Menteri Negara

Lingkungan Hidup yang diserahkan oleh Presiden. Dengan demikian sekolah ini

sudah menjalankan program Adiwiyata selama 6 tahun.

Sedangkan proses sekolah ini dalam mengusahakan agar mencapai sekolah

peduli lingkungan adalah dengan adanya kerjasama dan penanaman sumber daya

manusia untuk peduli pada lingkungan di sekolah tersebut, mulai dari OB, staf,

guru dan siswa yang merupakan warga sekolah di SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan. Seperti yang dikatakan oleh pak Maryono:

Itu luar biasa ya, pertama dari penanaman Sumber daya manusia dulu

ya baik tenaga guru dan TU, OB, Security dan semua yang ada di sekolah.

Dan tidak kalah pentingnya anak-anak karena peran besarnya adalah

mengajarkan pada mereka untuk peduli lingkungan termasuk pihak kantin

pun juga kita ajak untuk peduli lingkungan. jadi semua unsur disini kita

ajak dan kita perkenalkan betapa pentingnya lingkungan, kalau kita tidak

urus dan pelajari dari sekarang bisa jadi 10 tahun yang akan datang bisa

mempunyai perilaku seperti apa menyangkut lingkungan kita.”(Wawancara

Kepala Sekolah: Maryono)

Adapun alasan sekolah ini melaksanakan sekolah peduli lingkungan seperti

yang dikatakan oleh kepala sekolah adalah:

“Menanamkan rasa cinta pada lingkungan, menyelamatkan lingkungan

pada anak. Karena mereka kan generasi selanjutnya. Numpung mereka

masih muda masih belia mudah-mudahan setelah itu mereka mengajarkan

pada selanjutnya. Jadi keuntungannya jangka panjang.” (Wawancara

Kepala Sekolah: Maryono)

Hal ini menunjukkan bahwasannya selain ditunjuk oleh pemerintah, alasan

sekolah menjalankan sekolah peduli lingkungan dengan program Adiwiyata

adalah untuk menanamkan rasa cinta pada lingkungan dan menyelamatkan

lingkungan pada siswa sebagai generasi penerus bangsa dengan harapan

bahwasannya mereka akan mengajarkannya pada generasi selanjutnya untuk

menyelamatkan lingkungan dari krisis lingkungan dan menjaga serta

melestarikannya di masa mendatang.

b. Kebijakan-kebijakan Sekolah

Untuk terwujudnya sekolah berbudaya peduli lingkungan salah satunya

dengan mengadakan kebijakan-kebijakan sekolah yang akan mendukung

terlaksananya sekolah berbudaya peduli lingkungan (Adiwiyata). Kebijakan

sekolah terkait dengan adiwiyata adalah sebagai berikut:

124

1) Perubahan Visi, Misi dan Tujuan Sekolah

Visi adalah suatu pikiran yang melampaui realitas sekarang, sesuatu yang

kita ciptakan yang belunpernah ada sebelumnya, suatu keadaan yang akan kita

wujudkan yang belum pernah kita alami sebelumnya. Sedangkan misi adalah

jalan pilihan (the chosen track) lembaga pendidikan bagi peserta

didik/masyarakatnya. Perumusan misi adalah suatu usaha untuk menyusun peta

perjalanan. (Mulyono: 2010,120)

Pak Maryono selaku kepala sekolah mengatakan, “Ya pertama visi misi

yang utamanya. Sudah mencakup segala macam aturan-aturan yang tidak boleh

dilanggar.” Hal ini diperkuat dengan pernyataan bu Nita selaku Koordinator

Adiwiyata yaitu,” Pertama visi misi diubah karena awalnya sekolah tidak

memiliki visi-misi untuk menjaga lingkungan.” Dengan demikian, hal pertama

yang dilakukan adalah perubahan visi misi sekolah. Selain itu, tujuan sekolah

juga diubah sesuai Surat Keputusan Kepala Sekolah SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan. Lebih lanjut, bu Nita menjelaskan bahwasannya dulu visi, misi dan

tujuan sekolah adalah:

Visi : Terunggul dalam prestasi

Teladan dalam bersikap dan bertindak

Konsisten dalam menjalankan ajaran agama

Misi : Mewujudkan peningkatan kualitas atau mutu lulusan

Mewujudkan peningkatan jumlah lulusan yang masuk

SMA atau SMK Negeri

Membina sikap percaya diri, semangat gotong royong,

dan cinta tanah air

Meningkatkan prestasi kerja yang diimbangi dengan

penghargaan yang layak serta dilandasi dengan

semangat ketauladanan dan keikhlasan

Meningkatkan status sekolah menjadi sekolah unggulan

Tujuan : Mewujudkan peningkatan kualitas atau mutu lulusan

Mewujudkan peningkatan jumlah lulusan yang masuk

SMA atau SMK Negeri

Membina sikap percaya diri, semangat gotong royong,

dan cinta tanah air

Meningkatkan prestasi kerja yang diimbangi dengan

penghargaan yang layak serta dilandasi dengan

semangat ketauladanan dan keikhlasan

Menigkatkan status sekolah menjadi sekolah unggulan

Kemudian berdasarkan SK (Surat Keputusan) kepala sekolah SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan visi, misi dan tujuan sekolah berubah dengan

mempertimbangkan sebagai berikut:

a) Sebagai wujud kepedulian sekolah terhadap perubahan lingkungan yang

terjadi dan peran aktif SMPN 3 Kota Tangerang Selatan dalam upaya

pelestarian lingkungan

b) Mengapresiasi munculnya isu lokal wilayah Kota Tangerang Selatan

berkaitan dengan masalah penanganan sampah, banjir dan berkurangnya

persediaan air bersih.

125

c) Menanamkan nilai-nilai kesadaran kepedulian terhadap lingkungan khususnya

bagi warga SMPN Kota Tangerang Selatan.

Dari SK tersebut juga dapat dilihat bahwannya visi, misi dan tujuan sekolah

Adiwiyata selain untuk mewujudkan kesadaran untuk peduli lingkungan juga

berdasarkan permasalahan lingkungan yang ada di Kota Tangerang Selatan yaitu

penanganan sampah, banjir dan air bersih. Perubahan visi, misi dan tujuan yang

dirubah menjadi seperti sekarang, yaitu dengan ditambahkan usaha penyadaran

lingkungan pada visi, misi dan tujuan lingkungan.

Seperti menambahkan “Menciptakan lingkungan sehat dan hijau”, pada visi

sekolah. Kemudian pada misi sekolah ditambah dengan “Menuju sekolah

berwawasan lingkungan, mengadakan jum’at bersih secara rutin, membiasakan

seluruh warga sekolah untuk peduli sampah dan konsisten berprilaku dalam

hidup bersih dan sehat.” Begitu juga dengan tujuan sekolah awalnya hanya

sampai pada “Meningkatkan status sekolah menjadi sekolah unggulan”,

kemudian ditambah dengan “Meningkatkan pemahaman sekolah berwawasan

lingkungan sehat bagi seluruh komponen sekolah.”(Wawancara Koordinator

Adiwiyata: Nita Marginingsih)

Perubahan visi, misi dan tujuan merupakan salah satu tindakan untuk

mengimplementasikan budaya peduli lingkungan dalam program adiwiyata.

Sehingga visi dan misi ini menjadi acuan bagi warga sekolah untuk senantiasa

peduli pada lingkungan.

Pada hakikatnya suatu budaya adalah sebuah fenomena kelompok. Oleh

karena itu, dalam menelaah proses terbentuknya budaya organisasi tidak dapat

dilepaskan dari proses kelompok. Selain itu, proses kemunculan budaya

organisasi memakan waktu cukup lama dan pada umumnya melibatkan seorang

tokoh yang mengintroduksikan visi dan misi pada stafnya, kemudian dijadikan

acuan oleh seluruh anggota kelompok. (Musfah, 2015:38).

Dalam hal ini, peran kepala sekolah selaku pemimpin di sekolah SMPN 3

Kota Tangerang Selatan memiliki peran yang besar dalam terlaksananya program

Adiwiyata. Karena kepala sekolah menjadi pemimpin sekolah yang

mengintroduksikan visi dan misi pada seluruh warga sekolah, dan ini terlihat dari

beberapa wawancara yang dilakukan pada beberapa guru sekolah, bahwasannya

kepala sekolah selalu mengingatkan visi dan misi sekolah pada upacara hari

senin yang dilakukan secara rutin dan juga pada saat ada rapat guru di sekolah.

Sehingga visi dan misi sekolah tidak hanya dipajang tetapi diingat oleh warga

sekolah. Pentingnya visi misi juga sebagai salah satu wujud terciptanya budaya di

sekolah.

2) Pengaturan Anggaran Sekolah

Selain perubahan visi dan misi sekolah, yang tidak kalah pentingnya adalah

pengaturan anggaran sekolah. Dalam program Adiwiyata sendiri, sekolah

mengatur anggaran khusus untuk adiwiyata. Anggaran untuk program adiwiyata

sendiri sebesar 20% akan tetapi menurut bu Nita anggaran sebenarnya melebihi

dari 20% sebagaimana berikut: “Anggaran untuk Adiwiyata sebesar 20%.

Sebenarnya anggaran lebih dari 20% karena kita kan tidak menghitung

pembelian sapu. Yang dihitung seperti membeli pohon, perawatan pohon,

kegiatan-kegiatan.” Hal ini juga didukung oleh pernyataan kepala sekolah bahwa

“20% minimal untuk mendukung sekolah berbudaya lingkungan dalam

pengelolaan adiwiyata.”

126

Dengan demikian, terdapat anggaran khusus yang dibuat sekolah terkait

dengan adiwiyata, yaitu sebesar 20% untuk perawatan, kegiatan-kegiatan peduli

lingkungan dan pembelian pohon.

3) Peraturan Peduli Lingkungan

Kemudian pembuatan peraturan-peraturan terkait adiwiyata. Seperti

peraturan siswa diminta untuk membawa tempat makan dan minum sebagai

bentuk dari pengurangan sampah. Sebagaimana yang dikatakan oleh bu Neni

Supriati bahwasannya “Untuk siswa, harus membawa tempat makan dan minum,

jadi kalau beli ke kantin mereka tidak menggunakan plastik tetapi menggunakan

tempat minum tersebut. Guru juga bawa tupperwear sama seperti siswa.”

(Wawancara Wakasek: 12 September 2017)

Selain itu, larangan penggunaan styrofoam juga diberlakukan di sekolah ini,

sebagai wujud kepedulian sekolah dalam pelestarian lingkungan. Seperti yang

diketahui, sampah anorganik merupakan sampah dengan masa penguraian yang

sangat lama. Sehingga cara yang digunakan untuk menangani hal tersebut adalah

dengan mengurangi pemakaian atau dengan mendaur ulang sampah anorganik.

Berikut jenis-jenis sampah dan lama penguraiannya:

Tabel 4.17

Lama Penguraian Sampah

No. Jenis Sampah Waktu Terurai

1. Kulit Pisang 3-4 Minggu

2. Kertas 1 Bulan

3. Karton 2 Bulan

4. Kapas 5 Bulan

5. Woll 1 Tahun

6. Rokok 2-5 Tahun

7. Sepatu Kulit 40-50 Tahun

8. Kaleng Baja 50 Tahun

9. Karet 50-80 Tahun

10. Aluminium 200-500 Tahun

11. Popok sekali pakai 550 Tahun

12. Kantong plastik 2-10 tahun

13. Tabung plastik 1 juta tahun

14. Styrofoam >1 Juta Tahun Sumber: Prosiding Seminar Nasional AvoER ke-3. Palembang, 26 - 27 Oktober

2011

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwasannya styrofoam merupakan sampah

yang sangat sulit untuk terurai. Pelarangan Styrofoam ini dapat dilihat pada SK

kepala sekolah SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. Peraturan ini dibuat dengan

pertimbangan sebagai berikut:

a) Sebagai wujud kepedulian sekolah terhadap kesehatan dan peran aktif SMPN

3 Kota Tangerang Selatan dalam upaya pelestarian lingkungan

b) Menanamkan nilai-nilai dna kesadaran kepedulian terhadap kesehatan

lingkungan khususnya bagi warga SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. (SK

Pelarangan Penggunaan Styrofoam)

127

Sehingga pelarangan penggunaan styrofoam merupakan langkah yang

sangat baik untuk peduli lingkungan. Hal ini memang dapat dilihat hasil

observasi yang dilakukan, sampah styrofoam di sekolah memang tidak ada, yang

ada hanya sampah plastik. Pelarangan penggunaan styrofoam ini diperuntukkan

bagi penjual di kantin sehingga dalam menjual makanan dan minuman tidak

menggunakan styrofoam.

Walaupun sampah berbahan styrofoam tidak ada, sampah plastik dan mika

masih dapat ditemui di sekolah, karena penjual kantin masih menggunakan

plastik dan gelas mika sebagai wadah makanan dan minuman di sekolah. Siswa

yang tidak mempergunakan tempat makanan dan minuman sewaktu jajan di

sekolah mau tidak mau menggunakan plastik dan gelas mika. Sehingga perlu

ditingkatkan lagi dalam penanganan pengurangan sampah.

Peraturan lainnya adalah dilarangnya merokok di lingkungan sekolah bagi

guru, staff TU, karyawan dan tamu, ini juga dapat dilihat dari SK kepala sekolah

yang terlampir. Peraturan-peraturan ini, menuju pada sekolah ramah lingkungan

dimana pengurangan sampah dan menjaga lingkungan sekolah agar tetap bersih

dan sehat.

4) Pembentukan Tim Peduli Lingkungan

Dalam pelaksanaan adiwiyata di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan,

membentuk tim khusus dalam penanganan program adiwiyata yang dinamakan

tim adiwiyata di sekolah ini. Tim inilah yang mengurus tentang semua program

adiwiyata di sekolah. Yang beranggotan guru-guru yang terpilih sebagai tim

adiwiyata. Terkait ini, bu Nita mengatakan, “Tim adiwiyata yang bertugas untuk

membuat kegiatan-kegiatan adiwiyata (peduli lingkungan).”(Wawancara

Koordinator Adiwiyata: bu Nita Marginingsih). Dengan struktur sebagai berikut:

Penanggung jawab : H. Maryono, S.E., M.Pd

Ketua : Hj. Neny Supriati, M.Pd

Koordinator : Nita Marginingsih, S.Pd

Anggota : Nurul Istikomah, S.Pd

Sumarsih, M.Pd

Dian Kusuma, S.Pd

Agit Pratoris, S.Pd

Herlina Yuyanti, S.Pd

Armi Amsiati, M. P.Fis

Takhriyah Agustina, M.Pd

Ahmad Ansori, M.A

Mustofa, S.Pd.

Tim Adiwiyata inilah yang mengurus dan membuat semua kebijakan-

kebijakan sekolah, kegiatan-kegiatan ataupun semua hal yang berkaitan dengan

Adiwiyata terlaksana dengan baik di sekolah. Mereka juga bekerjasama dengan

guru-guru lainnya untuk menjaga dan merawat lingkungan sekolah. Sehingga

budaya sekolah peduli lingkungan dalam pelaksanaan program Adiwiyata dapat

terbangun di sekolah.

128

c. Kegiatan- kegiatan Peduli Lingkungan

Kegiatan peduli lingkungan ini merupakan aktivitas-aktivitas peduli

lingkungan yang ada di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. Hal tersebut dapat

dilihat sebagai berikut:

1) Penanaman Pohon

Pada saat tahun ajaran baru dimulai, pihak sekolah akan meminta siswa baru

untuk membawa pohon ke sekolah yang nantinya akan ditanam di lingkungan

sekolah. Pihak sekolah juga menanam pohon sebagai bentuk tindakan untuk

peduli lingkungan sehingga sekolah menjadi rindang dan tidak gersang. Dan hal

ini berdampak positif bagi warga sekolah, pak Maryono menjelaskan bahwa:

Untuk mengurangi pencemaran udaranya anak-anak terutama yang

siswa baru untuk membawa pohon yang sudah lulus membawa pohon.

Ilustrasinya seperti ini dulu lingkungan tidak seperti ini. Saat upacara

banyak siswa yang pingsan, nah bapak juga gak tau kenapa terus sekolah

ini kok gersang amat. Kalau dulu kan pohon ditebang untuk membuat jalan

atau dibuat lapangan lalu disemen atau diaspal, kalau sekarang itu kami

balik, saya gali satu galian itu 300.000, kan cor-coran itu keras jadi satu

lubang 300.000, dan saya beli pohon yang besar sekalian yang 1.500.000,

saya ingin cepat kalau pohonnya masih kecil itu kena tendangan bola juga

mati. Oleh karena itu saya membeli pohon untuk lingkungan sekolah

termasuk lapangan sekolah. Setelah menanam pohon di lingkungan sekolah

anak-anak jarang ada yang pingsan karena suplay oksigen mereka cukup

kalaupun ada yang pingsan itu karena mereka tidak sarapan.”

Manfaat penanaman pohon ini sangat terasa bagi warga sekolah seperti yang

dicontohkan oleh kepala sekolah. Suplai oksigen yang dihasilkan oleh pohon-

pohon di lingkungan sekolah membuat jumlah siswa yang pingsan berkurang.

Manfaat pohon juga dapat dirasakan saat berkunjung ke sekolah, kondisi sekolah

yang rindang membuat udara sejuk dan nyaman. Penanaman pohon ini juga

merupakan salah satu ibadah kepada Allah SWT. Seperti sabda Rasulullah SAW

sebagai berikut:

Rasulullah SAW bersabda,”Tidaklah seorang Muslim menanam pohon

atau sebuah tanaman kemudian dimakan oleh burung, manusia atau

binatang melainkan ia akan mendapat pahala sedekah. (HR. Bukhari-

Muslim)

Selain itu, SMPN 3 Kota Tangsel juga pernah menanam 1000 pohon di Situ

Gintung sebagai aksi peduli lingkungan pada daerah sekitar sekolah. Seperti yang

diberitakan di beberapa media salah satunya yaitu tangerangonline.id yang

memberitakan bahwasannya SMPN 3 Kota Tangsel melakukan penanaman 1000

pohon dan penyebaran benih ikan untuk memperingati hari sampah di situ

gintung. Pohon yang ditanampun bermacam-macam yaitu pohon mangga,

alpukat, jambu, durian, petai cina. (tangerangonline.id: 2016).

Kemudian penanaman pohon bersama TNI di penerbangan Pd. Cabe

Pamulang, Tangerang Selatan dan kegiatan-kegiatan penanaman pohon lainnya.

129

Kegiatan ini merupakan bentuk peduli lingkungan sekolah pada lingkungan

sekitar sekolah.

2) Pemeliharaan Kebersihan

Dalam pemeliharaan kebersihan sekolah, SMPN 3 Kota Tangerang Selatan

mengadakan piket setiap harinya yang dilakukan oleh siswa. Pelaksanaan

piketnya pun tidak hanya 1 kali dalam sehari tetapi 2 kali sehari. 1 kelompok

piket berjumlah lebih dari 5 orang sehingga dibagi menjadi beberapa bagian.

Pelaksanaan piket dilaksanakan pada waktu jam istirahat pertama, kedua atau

pulang sekolah. Jika kelas terlihat kotor pada saat jam pelajaran dimulai, maka

siswa yang piket juga yang membersihkan dan membuang sampah di tempat

pembuangan akhir.

Selain itu, pemeliharaan kebersihan juga dilakukan dengan diadakannya

jum’at bersih. Pelaksanaan jum’at bersih dilakukan pada saat hari jum’at setiap 1

bulan sekali. Dalam kegiatan Jum’at bersih ini, bukan hanya kelas yang

dibersihkan tetapi seluruh area sekolah dibersihkan. Jum’at bersih ini, seperti

kegiatan kerja bakti sekolah dalam membersihkan sekolah. Sehingga dengan

mengadakan Jum’at bersih merupakan salah satu kegiatan menjaga dan merawat

fasilitas yang ada di sekolah. Kemudian, pada saat setelah istirahat, biasanya

tempat sampah yang ada di depan kelas penuh sehingga guru yang mengajar

meminta siswa untuk membuang sampah yang menumpuk. Seperti diketahui

kebersihan merupakan hal yang penting dalam Islam.

Keimanan seseorang tidak hanya diukur dari banyaknya ritual di tempat

ibadah. Tapi juga menjaga dan membersihkan lingkungan merupakan hal yang

sangat fundamental dalam kesempurnaan iman seseorang. (Masruri:2014, 419).

Walaupun mengajarkan untuk selalu menjaga kebersihan sangat sulit, seperti

yang dikatakan oleh bu Nita yaitu,” Penanaman untuk selalu menjaga kebersihan

itu yang sulit. Setiap tahun kelas 7 terdapat siswa baru, belum lagi siswa kelas 8

dan 9. Jadi harus terus diingatkan. Kami juga mengadakan jum’at bersih dan

piket.”. Dengan demikian, jadwal piket yang dilaksanakan secara rutin oleh

siswa di setiap kelas dan jum’at bersih merupakan bentuk aktivitas dalam

menjaga kebersihan.

3) Kegiatan 3R

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang pedoman

pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recycle, menjelaskan bahwasannya kegiatan 3R

adalah segala aktivitas yang mampu mengurangi segala sesuatu yang dapat

menimbulkan sampah, kegiatan penggunaan kembali sampah yang layak pakai

untuk fungsi yang sama atau fungsi yang lain dan kegiatan mengolah sampah

untuk dijadikan produk baru.(Peraturan KemenLH No. 13 Thn 2012). Dimulai

dari pemisahan sampah organik dan un organik, hal tersebut dapat dilihat dari

tempat sampah yang tersedia. Hal ini berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 81

tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis

sampah rumah tangga menjelaskan bahwa yang dimaksud 3R adalah yang

terdapat pada UU No. 18 Tahun 2008 Pasal 20 yang menguraikan tiga aktivitas

utama dalam penyelenggaraan kegiatan pengurangan sampah yaitu pembatasan

timbulan sampah, pendaur ulang sampah dan pemanfaatan kembali sampah.

(Peraturan Pemerintah No. 81 tahun 2012). Dengan demikian 3R (Reduce,

Recycle dan Reuse) merupakan pengolahan sampah meliputi pembatasan,

130

pendauran ulang dan pemanfaatan kembali sampah. Kegiatan 3R merupakan

usaha dalam penanggulangan sampah.

Pemanfaatan kegiatan 3R ini sangat bermanfaat bagi masyarakat, sehingga

mengajarkan pengolahan sampah ini merupakan hal yang diperlukan. Dalam

tulisan Kisah Sukses Pengelolaan Persampahan di Berbagai Wilayah Indonesia,

yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya, banyak sekali manfaat

yang dihasilkan dari kegiatan 3R yang dilakukan oleh masyarakat. Dari berbagai

peristiwa tersebut manfaat yang didapatkan adalah sebagai berikut:

a) Meningkatnya kualitas lingkungan dan masyarakat

b) Mengurangi volume sampah

c) Mengurangi biaya pengangkutan sampah

d) Memberikan peluang kerja bagi masyarakat

e) Adanya peluang bagi masyarakat untuk meningkatkan penghasilan.

(Departemen Pekerjaan Umum)

Di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan, usaha dalam Reduce adalah dengan

adanya aturan-aturan seperti dilarangnya penggunaan styrofoem di lingkungan

sekolah. Selain itu, peraturan yang mengharuskan siswa-siswi sekolah untuk

membawa tempat makan dan minuman sendiri. Dalam Recycle pendauran ulang

dilakukan dengan memilah sampah antara organik dan anorganik. Sampah

organik diolah menjadi kompos yang digunakan sebagai pupuk tanam-tanaman

di sekolah. Di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan terdapat alat untuk mengolah

sampah organik menjadi kompos. Proses sampah menjadi kompos ini

menggunakan metode mekanik. Seperti yang dijelaskan oleh Arif Sumantri

bahwasannya metode pembuatan kompos ada dua yaitu secara alami dan

mekanis. (Sumantri: 2010, 76). Hal ini dikarenakan proses sampah organik

menjadi kompos menggunakan mesin sebagai alat pengomposan sampah.

Kemudian untuk sampah anorganik mereka olah menjadi kerajinan yang

berguna untuk sehari-hari seperti vas bunga, tempat pensil, tas dari bungkus kopi

dan lain sebagainya. Dalam hal Reuse, sampah anorganik yang diolah kemudian

dipergunakan kembali dalam kehidupan sehari-hari atau dapat dijual. Seperti

halnya sampah organik yang diolah menjadi kompos dipergunakan sebagai

pupuk tanaman-tanaman di sekolah, dan sampah anorganik yang diolah seperti

vas bunga atau tempat alat tulis di meja-meja ruangan sekolah. Ini dapat dilihat

pada meja di perpustakaan, ruang guru dan juga dapat dilihat di dua lemari depan

ruang guru. Di lemari tersebut dipajang hasil dari pengolahan sampah anorganik.

Pengolahan sampah anorganik menjadi barang yang dapat dipergunakan kembali

juga merupakan salah satu hasil dari inovasi yang ada di sekolah SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan.

Sedangkan untuk pengelolaan 3R lebih pada pelajaran prakarya. Berbeda

dengan pada saat sekolah belum menjadi adiwiyata mandiri, terdapat pelatihan

khusus untuk melatih guru dan siswa seperti keterangan yang diberikan oleh bu

Nita sebagai berikut:

Kalau sekarang untuk pengelolaan 3R itu ada di pelajaran prakarya.

Kalo dulu ada kegiatan khusus untuk melatih siswa dan guru dari berbagai

sumber sekarang implikasinya di prakarya. Misalnya sekarang bikin bak

sampah dari koran dan kami selalu berusaha membuat yang dapat

131

digunakan kembali. Jadi jangan sampai kami sudah 3R tapi tidak dapat

dipergunakan kembali. Nah kalo itu kan koran di pakai cat jadi keras.

Walaupun terdapat perbedaan antara dulu dan sekarang dalam pengelolaan

3R tetapi hal tersebut tidak berhenti dan dilanjutkan hingga sekarang walaupun

difokuskan pada matapelajaran prakarya. Selain itu, dalam pembelajaran PAI

juga ditemui kegiatan 3R dalam pembelajarannya seperti menggunakan kalender

bekas dalam pembelajaran di tema “Rendah hati, Hemat dan Sederhana”,

mengingatkan kembali peraturan-peraturan terkait adiwiyata dan tugas mengolah

barang bekas menjadi hal yang bermanfaat.

4) Hemat Energi

Hemat energi dilakukan dengan menggunakan listrik seperlunya. Hal

tersebut dapat dilihat dari slogan-slogan hemat energi yang ada di setiap kelas,

mematikan lampu seperlunya dan tidak menggunakan kipas jika tidak

dipergunakan. Ini juga seperti yang dikatakan oleh bu Nita bahwa “Kalo itu kami

dari slogan-slogan. Kemudian memakai listrik seperlunya seperti memakai kipas

pada waktu siang hari dan mematikan lampu jika sudah tidak diperlukan.”

Guru-guru juga senantiasa mengingatkan untuk selalu mematikan lampu

atau kipas yang tidak diperlukan. Adanya ventilasi dan jendela yang baik untuk

mendukung hemat energi juga diterapkan di sekolah ini. Ventilasi yang cukup

dan adanya pohon dan tanaman di depan kelas membuat kondisi kelas menjadi

nyaman. Pengaturan cahaya yang baik dengan meletakkan jendela di samping

ruangan juga membuat cahaya yang masuk cukup terang, sehingga lampu yang

digunakan hanya pada saat suasana kelas menjadi gelap.

5) Hidup Sehat

Untuk mendukung terbentuknya lingkungan yang bersih dan peduli

lingkungan terdapat kegiatan hidup sehat diantaranya seperti yang dijelaskan

oleh bu Nita sebagai berikut:

Kami bekerjasama dengan puskesmas seperti suntikan rubela, dan

pelatihan-pelatihan dan pemeriksaan kantin. Kebijakan khusus kantin

seperti tidak menggunakan steyrofoem, pewarna berbahaya. Orang kantin

juga sering diadakan pelatihan. Seperti waktu itu ada tes pada makanan

kantin ternyata ada yang menggunakan borax dan hal tersebut langsung

dipanggil oleh kepala sekolah untuk ditindak lanjuti.

Larangan untuk menggunakan styrofoam juga merupakan bagian untuk

mengajak hidup sehat. Styrofoam berasal dari Polystyren merupakan polimer

aromatik yang dapat mengeluarkan bahan styrene ke dalam makanan ketika

makanan tersebut bersentuhan. Bahan ini harus dihindari, karena selain

berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita yang

berakibat pada masalah reproduksi, pertumbuhan dan sistem syaraf juga bahan

ini sulit didaur ulang. Bila didaur ulang, bahan ini memerlukan proses yang

sangat panjang dan lama. (Karuniastuti: Pusdiklatmigas.esdm.go.id ,8)

Styrofoam ini biasanya digunakan sebagai wadah untuk jajan sekolah atau

tempat makan. Sehingga pelarangan ini merupakan hal yang baik dalam

kesehatan dan lingkungan. Dalam kesehatan dapat mencegah timbulnya penyakit

dan bagi lingkungan dapat mengurangi adanya sampah yang sulit untuk didaur

132

ulang. Usaha untuk hidup sehat juga dapat dilihat dari larangan merokok

berdasarkan SK kepala sekolah SMPN 3 Kota Tangerang Selatan yang

diperuntukkan bagi guru, staf tata usaha, karyawan dan tamu di lingkungan

sekolah.

Kemudian dalam mengusahakan hidup sehat juga dibuat peraturan kantin,

dengan pertimbangan sebagai berikut:

a) Sebagai wujud kepedulian sekolah terhadap arti pentingnya kesehatan tubuh

bagai semua warga sekolah

b) Menanamkan nilai-nilai dan kesadaran kepedulian terhadap kesehatan tubuh

khususnya bagi warga SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. (SK kepala sekolah)

Dapat dilihat, bahwasannya SK ini merupakan wujud kepedulian terhadap

kesehatan yang dibuat oleh sekolah. Peraturan kantin tersebut seperti pelarangan

menjual makanan dan minuman yang menggunakan bahan pengawet, pewarna,

pemanis dan perasa yang tidak sesuai dengan standar kesehatan. Dan tak lupa

juga pemilik kantin wajib menjaga kebersihan dan keindahan sekitar tempat

usaha.

Dengan adanya usaha-usaha yang telah disebutkan membuat pelaksanaan

hidup sehat terlaksana. Menjaga lingkungan dengan baik merupakan usaha

menjaga kesehatan. Karena jika lingkungan yang ada buruk dengan adanya

pencemaran menimbulkan penyakit yang berakibat buruk bagi kesehatan.

Sehingga mengusahakan hidup sehat berarti juga dengan menjaga lingkungan

dengan baik.

d. Sarana dan Prasarana Ramah Lingkungan

Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung

dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar

mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media

pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas

yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau

pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi

jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman

sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sekaligus sebagai lapangan

olah raga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan. (Mulyasa, 2011:49).

Selain sarana dan prasarana yang sudah ada di sekolah pada umumnya,

penyediaan fasilitas-fasillitas ramah lingkungan juga diperlukan. Jika tidak,

bagaimana warga sekolah dapat menjalankan budaya untuk peduli lingkungan.

Fasilitas-fasilitas ramah lingkungan yang ada di sekolah SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:

1) Koleksi TOGA (Tanaman Obat Keluarga)

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 Tahun 2016 tentang Upaya

Pengembangan Kesehatan Tradisional Melalui Asuhan Mandiri Pemanfaatna

Taman Obat Keluarga dan Keterampilan menyebutkan bahwasannya TOGA atau

tanaman obat keluarga adalah sekumpulan tanaman berkhasiat obat untuk

kesehatan keluarga yang ditata menjadi sebuah taman dan memiliki nilai

keindahan. (PMK No. 9 Tahun 2016).

Koleksi TOGA di sekolah, terdapat bermacam-macam jenis tanaman-

tanaman obat yang sering dijumpai di rumah seperti kunyit, jahe, kencur dan lain

sebagainya. Ada yang ditanam dan ada juga yang sudah dalam bentuk pajangan

133

beserta dengan manfaat yang terkandung pada tanaman obat tersebut. Dengan

adanya Toga ini, juga membuat lingkungan sekolah hijau dan juga sebagai sarana

belajar siswa.

2) Biopori

Ada 2 jenis biopori, yaitu biopori alam dan biopori buatan. Biopori alam

yaitu lubang-lubang kecil pada tanah yang terbentuk karena aktivitas organisme

yang hidup dalam tanah. Sedangkan biopori buatan disebut lubangresapan

biopori dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10-30 cm,

kedalam sekitar 100 cm atau tidak melebihi kedalamn muka air tanah. Lubang

kemudian diisi dengan sampah organik yang berfungsi untuk menghidupkan

mikroorganisme tanah, seperti cacing. Fauna ini akan membentuk pori-pori yang

dapat mempercepat resapan air ke dalam tanah secara horizontal. (Karuniastuti:

pusdiklatmigas.esdm.go.id, 62)

Biopori yang ada di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan, dapat ditemui

sepanjang jalan depan lobi tepatnya dari tempat parkir hingga taman sekolah.

Biopori juga dapat ditemukan di depan kelas dekat tanam-tanaman yang ada di

depan kelas area bawah. Banyaknya jumlah biopori yang ada di sekolah ini,

menandakan adanya usaha sekolah dalam mengurangi banjir. Sehingga

perawatan biopori juga dilakukan agar resapan air ini berfungsi dengan baik.

3) Sumur Resapan

Dalam usaha mengurangi banjir maka sumur resapan menjadi sarana yang

sangat berguna. Daerah peresapan air adalah tempat dimana air hujan dapat

masuk ke dalam tanah dan selanjutnya mengisi atau menambah cadangan air

tanah. (MenLH: 2013, 1)

Manfaat sumur resapan adalah Pertama, dapat menambah jumlah air tanah

dan Kedua, mengurangi jumlah limpasan. Infiltrasi diperlukan untuk menambah

jumlah air yang masuk ke dalam tanah dengan demikian maka fluktuasi muka air

tanah pada waktu musim hujan dan kemarau tidak terlalu tajam. Adanya sumur

resapan akan memberikan dampak berkurangnya limpasan permukaan.

(Indriatmoko dan Wahjono:1999, 280)

Untuk sumur resapan ini, sekolah memiliki 3 sumur resapan yang ada di

dekat halaman sekolah dan belakang pos satpam. Dengan adanya sumur resapan

ini, upaya untuk hemat air dapat dilakukan selain tentunya menjaga kelestarian

air tanah. Sehingga permasalahan kelangkaan air bersih dapat ditanggulangi.

4) Green House

Green house di sekolah ini, berisikan tanam-tanaman seperti anggrek dan

tanaman yang di tanam dengan cara aeroponik dan hidroponik. Selain itu,

burung-burung juga diletakkan di green house ini. Green house yang ada di

sekolah ini masih pada tahap renovasi sehingga tempatnya tidak dipergunakan

dengan maksimal pada awal pelajaran dimulai.

5) Tempat Sampah

Tempat sampah dapat ditemui di sekitar area sekolah dan di depan setiap

kelas. Terdiri dari 2 bagian pemilahan yaitu sampah organik dan anorganik. Dari

tersedianya tempat sampah yang hanya 2 pemilahan dapat disimpulkan

bahwasannya pemilahan hanya dalam 2 golongan, belum pada tahap 3 golongan

134

yaitu tempat sampah organik, anorganik dan sampah B3 yaitu sampah bahan

berbahaya dan beracun seperti sampah beling, kaca, gelas beling, bekas detergen,

obat nyamuk dll.

6) Kolam Ikan dan kandang hewan

Sekolah ini juga memiliki kolam ikan yang ada di sekitar green house dan

kandang hewan yaitu burung dan ayam. Kolam ikan dan kandang hewan ini

sebagai sarana penunjang dalam adiwiyata.

7) Ventilasi dan pencahayaan ruangan yang cukup

Letak pintu dan jendela yang ditambah dengan taman-taman kecil disetiap

depan kelas membuat ventilasi alami dan pencahayaan yang cukup. Sedangkan

untuk area atas sekolah, tanam-tanaman pot berukuran kecil dan sedang di

gantung didepan kelas.

8) Slogan-slogan Ramah Lingkungan

Slogan-slogan ini dapat ditemui di setiap kelas seperti matikan lampu dan

kipas jika tidak diperlukan atau dengan gambar pohon dan kata-kata bijak seputar

peduli lingkungan.

9) Taman Vertikal

Selain terdapat taman sekolah yang terletak di depan sekolah, sekolah ini

juga memiliki taman vertikal yang terletak di depan kelas lantai dua. Tanaman-

tanaman di gantung sepanjang lantai dua, sehingga suasana sejuk juga terasa di

lantai dua. Dan manfaat lainnya adalah menambah nilai estetika pada bangunan

sekolah.

10) Bank Sampah

Sedangkan bank sampah di SMPN 3 Kota Tangsel, tidak berfungsi

sebagaimana mestinya dikarenakan, letak bank sampah yang berada di belakang

pos penjaga sekolah, mengakibatkan truk sampah tidak dapat masuk sehingga

pembuangan akhir sampah bukan di letakkan pada bank sampah akan tetapi pada

gerobak sampah di luar area sekolah yang nantinya akan diangkut dengan truk

sampah.

Semua sarana dan prasarana ramah lingkungan ini, menunjang keberhasilan

dalam membangun dan mengembangkan budaya sekolah peduli lingkungan pada

program Adiwiyata. Selain untuk sarana pembelajaran juga dapat menjadi

fasilitas yang dibutuhkan untuk menanamkan perilaku ramah lingkungan pada

semua warga sekolah terutama pada siswa. Seperti contoh tempat sampah,

dengan adanya tempat sampah di sekitar area sekolah, siswa dapat langsung

membuang sampah makanan atau minuman pada tempatnya, sehingga warga

sekolah khususnya siswa tidak lagi kebingungan dan memiliki alasan ketika

mereka hendak buang sampah. Slogan-slogan yang ada di area sekolah juga

menjadi ajakan untuk selalu mengingat dan mengajak semua warga sekolah

untuk peduli lingkungan.

e. Mitra Sekolah

Mitra sekolah dilakukan sebagai bentuk bantuan dan kepedulian antara

sekolah dengan beberapa lembaga dan perusahanaan dalam permasalahan

lingkungan yang dihadapai. Mitra sekolah ini, yang membantu dalam hal

135

pelatihan-pelatihan terkait dengan lingkungan, ataupun bantuan-bantuan yang

diperlukan oleh sekolah. Mitra sekolah terkait dengan program adiwiyata ini

adalah BLHD, pemerintah kota, Ranita dari UIN Jakarta, sawo keci, lion club

dan lain sebagainya.

BLHD membantu dalam pelatihan membuat biopori, mengundang sekolah

untuk mengikuti seminar, sosialisasi lingkungan dan lain sebagainya. Begitu juga

sawo keci yang membantu dalam pelatihan pengelolaan sampah anorganik

menjadi barang yang berguna. Seperti yang dikatakan oleh bu Nita yaitu:

Kami bekerja sama dengan beberapa lembaga seperti BLHD, selain

mendapat bantuan dengan memberikan pohon, mereka juga memberikan

materi seperti pembuatan biopori dan sebagainya. Kami juga bekerja sama

dengan wali murid seperti waktu itu sedang gempar tentang pembakaran

hutan nah mereka membuat acara bertajuk tentang hal itu, lembaga lion

club termasuk LSM di Tangsel yang menyumbangkan pohon, BKPP

misalkan ada gerakan pungut sampah nanti BKKP yang menyediakan truk

sampah. Sawo keci lembaga pelatihan mendaur ulang barang bekas seperti

kardus susu menjadi tempat pensil, tempat kaca mata dan lain sebagainya,

mereka melatih murid, wali murid dan guru-guru.

Dengan demikian, mitra sekolah terkait dengan lingkungan hidup berasal

dari pemerintah seperti BLHD, selain itu juga dari beberapa Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM). Sebagaimana diketahui bahwasannya BLHD (Badan

Lingkungan Hidup Daerah) merupakan organisasi/lembaga pemerintah yang

bergerak di bidang pengendalian dampak lingkungan di daerah. (BLHD:,15)

Sedangkan berdasarkan ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan

hidup (KPLH), LSM berperan sebagai penunjang dalam pengeloaan lingkungan

hidup. LSM-LSM ini ada yang bergiat dalam bidang lingkungan hidup yang

spesifik, ada pula yang menangani banyak bidang. (Sugiyono: 2002,8)

Semua mitra sekolah ini, selain memberikan bantuan-bantuan yang

dibutuhkan sekolah, juga memberikan bantuan berupa pelatihan-pelatihan atau

mengundang sekolah untuk ikut berpartisipasi dalam seminar atau acara yang

diadakan oleh instansi atau lembaga yang bekerjasama dengan sekolah untuk

meningkatkan pengetahuan terntang lingkungan.

Hubungan kerjasama yang dilakukan sekolah dengan mitra sekolah ini, juga

dapat meningkatkan mutu sekolah karena dengan kerjasama ini, sekolah

mendapatkan bantuan dan pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan kualitas

pendidikan sekolah. Khususnya kualitas sekolah dalam menciptakan buday

sekolah peduli lingkungan dalam program Adiwiyata.

f. Sosialisasi Peduli Lingkungan

Sosialisasi ini diperlukan untuk terlaksananya generasi yang peduli

lingkungan dan mengajak pihak lain untuk peduli lingkungan. dengan adanya

sosialisasi ini, bukan hanya siswa tetapi yang berhubungan dengan faktor-faktor

yang mempengaruhi siswa seperti keluarga dan masyarakat sekitar dapat

bekerjasama sehingga dapat tercapainya budaya peduli lingkungan. dan yang

tidak kalah pentingnya adalah mengajak pihak lain terutama masyarakat sekitar

untuk memelihara dan menjaga lingkungan. Sosialisasi yang dimaksud diantara

adalah:

136

1) Sosialisasi Orang Tua dan Siswa Sosialisasi adiwiyata kepada orang tua untuk siswa baru awalnya dilakukan

pada awal semester sebelum kegiatan pembelajaran sekolah aktif. Pihak sekolah

akan menerangkan bahwasannya sekolah mereka adalah sekolah adiwiyata dan

menerangkan peraturan-peraturan terkait dengan Adiwiyata di sekolah. Dan

untuk orang tua siswa lama, mereka juga akan selalu diingatkan saat mereka

diundang ke sekolah.

Sedangkan pada siswa dilakukan setiap hari Senin pada saat upacara dan

untuk siswa tahun ajaran baru dilakukan pada saat pengenalan lingkungan

sekolah. Selain itu, sosialisasi kepada siswa juga dilakukan dalam setiap mata

pelajaran terintegrasi dengan lingkungan, guru selalu mengingatkan untuk selalu

peduli lingkungan.

2) Sosialisasi Masyarakat Sekitar Hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara lain untuk (1)

memajukan kualitas pemebelajaran, dan pertumbuhan anak, (2) memperkokoh

tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat, (3)

menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah. (Mulyasa,

2011:50)

Sosialisasi sekolah pada masyarakat sekitar adalah dengan mengundang RT,

RW, Lurah dan camat setempat untuk rapat bersama terkait dengan Adiwiyata

yang selanjutnya meminta dukungan untuk mendukung program Adiwiyata.

Seperti yang dikatakan oleh pak Maryono yaitu “Kami mengajak. RT, RW, lurah,

camat kami undang untuk bahwa kami mempunyai program peduli lingkungan,

supaya kami dibantu supportnya. Setelah itu biar lingkungan itu juga ikut peduli

lingkungan.”

Selain itu, sosialisasi juga dilakukan dengan memanfaatkan media massa

seperti di radio dan koran. Hal ini juga sebagai wadah untuk mengkomunikasikan

sekolah untuk peduli lingkungan. Dengan mengadakan sosialisai pada

masyarakat sekir, bukan hanya mengajak masyarakat sekitar untuk mendukung

perogram Adiwiyata tetapi juga menginformasikan bahwa sekolah menerapkan,

mengajarkan dan membentuk insan yang peduli lingkungan. Dan mengajak

masyarakat sekitar untuk peduli lingkungan dalam kesehariannya.

3) Sosialiasai dengan Sekolah Lain Sosialisasi pada sekolah lain dalam peduli lingkungan, juga dilakukan oleh

sekolah ini. Dari beberapa dokumen yang ditemukan terkait dengan adiwiyata,

sekolah ini mensosialisasikan sekolah adiwiyata ke sekolah lain seperti menjadi

narasumber untuk menginformasikan adiwiyata ke sekolah lain.

Selain itu, sekolah ini juga membina sekolah lain dalam melaksanakan sekolah

Adiwiyata (sekolah peduli dan berbudaya lingkungan) seperti membina sekolah

SMPN 10 Tangerang Selatan, SMP al-Fath dan lain sebagainya. Dengan demikian,

sosialisasi yang dilakukan oleh SMPN 3 Kota Tangerang Selatan ini, bukan hanya

pada siswa atau warga sekolah lainnya, tetapi juga pada lingkungan sekitar untuk

mengajak dan memberitahukan pentingnya memelihara dan menjaga lingkungan.

137

3. Faktor Pendukung, Penghambat dan Solusi

Faktor pendukung, penghambat dan solusi di sini meliputi pertama, Pendidikan

Agama Islam berwawasan Lingkungan berisi permasalahan dan pendukung yang

dihadapi selama mengajarkan dan menanmkan nilai-nilai Islam terkait dengan

lingkungan pada siswa. Kedua,dalam mengusahakan terciptanya budaya sekolah

peduli lingkungan dalam program Adiwiyata. Dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pendidikan Agama Islam Faktor pendukung yang dirasakan oleh guru Pendidikan Agama Islam

seperti (1) fasilitas yang memadai dalam mendukung untuk selalu peduli

lingkungan dan keperluan kegiatan belajar mengajar (2) terdapat dukungan juga

dari siswa yang sudah mengalami peningkatan dalam kepedulian terhadap

lingkungan. Sedangkan faktor penghambatnya adalah sistem sekolah yang

kurang berjalan dan masih kurangnya kesadaran dari guru. Seperti yang

dikatakan oleh pak Anshori yaitu:

Penghambat ya sistem yang kurang berjalan, ada kesan kalau yang

harus peduli lingkungan hanya tim adiwiyata, kadang-kadang dari guru

sebenarnya kalau semua guru kompak luar biasa sebenarnya. Kalau

pendukung sebenarnya lingkungan dan fasilitas di sini sudah cukup memadai,

ada dukungan juga dari siswa. (Wawancara guru Pendidikan Agama Islam:

Anshori).

Dari keterangan pak Anshori dapat dilihat bahwasannya faktor penghambat

dalam pembelajaran pendidikan agama Islam adalah belum meratanya rasa

peduli di kalangan guru. Sehingga penanaman untuk selalu peduli lingkungan

kurang baik. Faktor penghambat lainnya adalah sulitnya menyinkronisasikan

materi lingkungan pada beberapa bab-bab Pendidkan Agama Islam, seperti yang

dikatakan oleh pak Rendra bahwa “Penghambatnya sulit menginformasikan

materi dengan konteks lingkungan, seperti bahas tentang ibadah, puasa, cara

mensinkronisasikan masih bagaimana, kan tidak semua materi bisa

disinkronisasikan dengan adiwiyata.” (wawancara guru Pendidikan Agama

Islam: Rendra).

Solusi dari penghambat-penghambat tersebut adalah seperti hanya

menekankan sedikit tentang lingkungan dan tetap terus berprilaku peduli

lingkungan. seperti yang dikatakan oleh pak Anshori “Keep doing, itu aja

sebenarnya. Tetap lakukan karena peduli lingkungan bukan karena

orang.”(Wawancara guru PAI: Anshori). Sedangkan solusi dari permasalahan

yang dirasakan pak rendra adalah “Ya bab itu kita tekankan sedikit-dikit tentang

lingkungan.”

Dengan demikian fasilitas dan lingkungan sekolah untuk mendukung

pembelajaran Pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan di SMPN 3 Kota

Tangsel sudah memadai sehingga ketika guru menjelaskan tentang materi yang

berhubungan dengan lingkungan siswa mendapatkan gambaran dan merasakan

langsung dari apa mereka rasakan. Selain itu, guru juga dapat menggunakan

fasilitas tersebut sebagai sarana pembelajaran, seperti menghemat air dalam

berwudhu’, guru menggunakan fasilitas sekolah sehingga siswa dapat praktek

langsung untuk menghemat air.

Akan tetapi selain faktor pendukung, terdapat faktor penghambat yaitu

pertama, kurang berjalannya sistem yang ada di sekolah. Sebagaimana diketahui

138

bahwa sistem adalah satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling

berkaitan dan saling berintekrasi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan

secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Sanjaya, 2006:49).

Hal ini dikarenakan belum semua warga sekolah yang peduli pada lingkungan.

Sehingga budaya peduli lingkungan kurang berjalan dengan baik.

Menurut Wina Sanjaya (2006: 50), pembelajaran juga dapat dikatakan

sebagai suatu sistem karena pembelajaran adalah kegiatan yang bertujuan untuk

membelajarkan siswa. Sanjaya juga menjelaskan bahwasannya ada beberapa

faktor yang berpengaruh terhadap sistem pembelajaran yaitu, guru, siswa, sarana

dan prasarana dan lingkungan.

Hubungan antara guru dan murid di kelas menjadi salah satu adanya sistem

di kelas, sehingga terjadi interaksi dan mempengaruhi dalam penanaman nilai

agama dan moral khususnya moral terhadap lingkungan. Gaya guru yang

demokratis juga menjadi sebab terciptanya sistem yang baik dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam tentang lingkungan, yang menjadi kendala sistem di

sini lebih bersifat luas yaitu semua warga sekolah. Karena belum sepenuhnya

semua warga sekolah peduli lingkungan sehingga penanaman akhlak terhadap

lingkungan belum semaksimal mungkin dilaksanakan. hal itu disebabkan dari

berbagai interaksi di sekolah yang saling mempengaruhi, baik itu sesama teman,

guru atau warga lainnya, ditambah lagi dengan adanya siswa baru yang belajar di

sekolah ini. Sehingga untuk penanaman akhlak terhadap lingkungan, memang

dibutuhkan waktu yang cukup lama dalam perubahan yang lebih baik serta tidak

menyerah dalam penanaman akhlak.

Faktor penghambat yang kedua yaitu kesulitan memasukkan unsur

lingkungan pada bab-bab yang terdapat dalam Pendidikan Agama Islam. Hal ini

memang wajar, dikarenakan tidak semua bab yang dalam Pendidikan Agama

Islam dapat dimasukkan tentang lingkungan seperti pada bab sholat berjama’ah

atau tentang puasa. Memang dibutuhkan kreatifitas pada guru untuk membuat hal

tersebut terjadi dan hanya sedikit yang dapat dihubungkan dengan lingkungan.

Jika terlalu memaksakan dalam menghubungkan materi akan terkesan siswa akan

bingung dan kurang termotivasi. Sehingga akan lebih baik jika materi yang dapat

diintegrasikan berhubungan dengan lingkungan.

Solusi untuk permasalahan yang pertama seperti yang dikatakan pak Ansori

sebelumnya dengan tidak menyerah dan terus melakukan usaha peduli

lingkungan baik pada diri sendiri maupun mengajak orang lain untuk lebih peduli

lingkungan. Dengan melakukan hal ini, bukan hanya mendorong agar yang lain

peduli lingkungan tetapi juga sebagai bentuk usaha sebagai guru Pendidikan

Agama Islam dalam menanamkan nilai-nilai agam di sekolah.

Sedangkan untuk permasalah kedua lebih pada saat pembelajaran yang

terjadi di kelas. Seperti yang telah disebutkan bahwasannya yang dilakukan

adalah dengan mengintegrasikan materi yang memang dapat dihubungkan

dengan lingkungan, atau seperti yang dikatakan oleh pak Rendra yaitu dengan

menekankan sedikit tentang lingkungan. Sehingga pembelajaran terintegrasi

tidak terkesan memaksa.

b. Budaya Sekolah Peduli Lingkungan

Faktor pendukung merupakan faktor yang membantu terlaksananya budaya

peduli lingkungan sedangkan penghambat sebaliknya. Dan dari hambatan

139

tersebut, dipikirkan solusi untuk menghadapi hambatan-hambatan yang terjadi.

Tak terkecuali sekolah budaya peduli lingkungan dalam program Adiwiyata

seperti SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. Faktor-faktor pendukung terlaksananya

budaya peduli lingkungan adalah sebagai berikut:

1) Perubahan Lingkungan Sekolah

Perubahan lingkungan yang dimaksud adalah dari beberapa wawancara guru

yang dilakukan. Semuanya merasakan perubahan yang besar pada lingkungan

sekolah. Lingkungan lebih asri, hijau, bersih dan sejuk, dengan menjalankan

program Adiwiyata ini. Contoh yang diilustrasikan hampir sama yaitu kurangnya

siswa yang pingsan pada saat upacara. Seperti yang dijelaskan oleh kepala

sekolah terkait penanaman pohon sebelumnya.

2) Sarana dan prasarana ramah lingkungan yang memadai.

Sarana dan prasarana di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan, memang sudah

cukup memadai. Sekolah ini memiliki pemisahan tempat sampah antara sampah

organik dan anorganik di setiap sudut sekolah belum lagi di setiap kelas, akan

tetapi pemisahan tempat sampah di sekolah ini hanya terdiri dari sampah organik

dan anorganik belum sampai B3. Selain itu juga memiliki bank sampah walaupun

tidak digunakan lagi dikarenakan truck sampah tidak dapat masuk ke dalam area

sekolah sehingga sampah akhir di sediakan gerobak sampah di luar sekolah.

Fasilitas lainnya sekolah juga memiliki biopori, rumah kaca, rumah toga,

alat pembuat kompos dan sumur resapan. Yang masing-masing mendukung

budaya sekolah peduli lingkungan. Belum lagi, area sekolah yang memang

rindang dengan banyaknya pepohonan di sekitar sekolah termasuk di taman

sekolah. Hal ini juga sebagaimana disampaikan oleh pak Sholeh yaitu

“Pendukungnya hampir semua sudah ada dalam sarana dan prasarana”

3) Dukungan Kepala Sekolah

Dukungan dari pemimpin sekolah seperti kepala sekolah juga menjadi salah

satu faktor pendukung. Seperti yang dikatakan oleh bu Nita yaitu “Kami memiliki

kepala sekolah yang sangat mendukung program adiwiyata. Terus berupaya

mensosialisasikan untuk selalu peduli lingkungan, tindakan untuk memberi

teladan kepada siswa. Kemudian untuk guru selalu mengingatkan agar menjaga

lingkungan.”Hal ini juga seperti yang dikatakan oleh pak Junaidi “Sering kepala

sekolah menghimbau dalam breafing untuk lebih peduli lagi.”

Sebagaimana diketahui bahwasannya peran kepala sekolah dalam

melaksanakan suatu program di sekolah sangat penting, salah satunya adalah

membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai sekolah dalam

menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya. (Purwanto: 2010,

119)

Bentuk dukungan kepala sekolah lainnya, dapat dilihat dari peraturan-

peraturan yang dibuat seperti pelarangan merokok bagi guru dan staf sekolah,

membawa tempat makanan untuk siswa dan pelarangan penggunaan styrofoem di

kantin. Dan dapat terlihat dari keteladanan yang diberikan oleh kepala sekolah

serta tidak lupa kepala sekolah selalu mengajak setiap warga sekolah untuk

peduli lingkungan. Sehingga dukungan kepala sekolah ini juga merupakan salah

satu faktor pendukung dalam pelaksanaan Adiwiyata.

140

4) Bantuan Mitra Sekolah

Bantuan dari mitra sekolah ini, sangat mendukung sekali dalam pelaksanaan

program adiwiyata, bukan hanya memberikan pandangan betapa pentingnya

untuk menjaga lingkungan, tetapi juga melatih dan membantu pihak sekolah

dalam meningkatkan kualitas mereka terkait dengan lingkungan. Seperti yang

dikatakan oleh bu Indah yaitu, “ Kalau pendukung ya banyak ya, seperti ya dari

dinas-dinas terkait tadi selain memberikan motivasi, alat-alat dan sebagainya”.

Sehingga sekolah dapat mengajarkan dan menanamkan peduli lingkungan

dengan pengetahuan dan bantuan yang dilakukan oleh mitra sekolah.

5) Adanya Kerjasama antara Guru, Orang Tua dan Murid

Faktor pendukung lainnya adalah adanya kerjasama antara guru, orang tua

siswa dan siswa dalam menjaga lingkungan sekolah tetap bersih dan selalu peduli

terhadap lingkungan. seperti yang dikatakan oleh bu Neni yaitu,”Pendukungnya

dari siswa, guru, orang tua, saling mendukung. Waktu itu ada hari lingkungan

penanaman pohon untuk gerakan peduli lingkungan kami undang alhamdulillah

terlaksana jadi ikut untuk mengikuti kegiatan tersebut. Walaupun tidak semua.”

Sedangkan faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam budaya peduli

lingkungan adalah sebagai berikut:

1) Masih Kurangnya Kesadaran peduli lingkungan

Kurangnya kesadaran pada warga sekolah masih dirasakan oleh SMPN 3

Kota Tangerang Selatan, seperti yang dikatakan oleh kepala sekolah pak

Maryono yaitu,”Penghambatnya ya itu masih kurangnya kesadaran dari

beberapa guru, siswa sehingga skala prioritasnya pada mereka yang masih

belum peduli, kami terus berupaya.” Terkait dengan hal ini, bu Nita selaku

koordinator adiwiyata juga mengatakan,”Membuat semua warga sekolah untuk

membiasakan dan mempertahankan untuk selalu peduli lingkungan itu masih

terbilang sulit. Masih saja ada warga sekolah yang melanggar kebijakan atau

tidak peduli lingkungan.

Dengan demikian, salah satu penghambat yang ada adalah tidak semua

warga sekolah memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga dan melestarikan

lingkungan. Hal tersebut dapat dilihat dari masih ada warga sekolah yang

melanggar kebijakan seperti yang dikatakan oleh bu Nita selaku koordinator

Adiwiyata.

2) Perbedaan Kebiasaan Siswa.

Kebiasaan siswa di rumah kadang juga mempengaruhi sikap perilaku siswa,

sehingga hal ini juga menjadi tugas guru sekolah untuk selalu mengingatkan

siswa. Seperti yang dikatakan oleh pak Sholeh yaitu,”Penghambatnya

dipelajaran, kebiasaan anak dirumah kadang berbeda dengan yang ada di

sekolah. Jika di rumah kebiasaannya tidak peduli lingkungan akan terbawa di

sekolah. Jadi perlu diingkatkan lagi. Terus diingatkan dan memberikan teladan.

Karena kalau tidak selalu diingatkan satu bulan saja, maka akan kotor lagi.

Perbedaan kebiasaan siswa rumah akan berpengaruh pada kebiasaan yang

telah dibentuk di sekolah. Dan ini mempengaruhi dalam pembiasaan siswa untuk

selalu peduli lingkungan.

Untuk solusi dari faktor pengahambat tersebut, adalah dengan selalu

mengingatkan pada warga sekolah agar peduli lingkungan. Ini dapat dilihat dari

141

pembelajaran-pembelajaran yang ada, upacara sekolah dan kepala sekolah yang

selalu mengingatkan guru pada saat rapat serta pernyataan guru-guru dalam

wawancara yang dilakukan. Usaha kepalas sekolah yang selalu mengingatkan

pada sat rapat merupakan usaha untuk meningkatkan kepedulian guru pada

lingkungan. Dan yang terakhir tentunya dengan memberikan teladan bagi siswa

yang dilakukan oleh guru kepada siswa dan teladan kepala sekolah sebagai

pimpinan sekolah untuk meningkatkan kepedulian guru.

4. Analisis Pendidikan Agama Islam dalam Budaya Sekolah Peduli Lingkungan

Pendidikan Agama Islam di sekolah umum merupakan pelajaran yang

mengajarkan ajaran agama Islam terhadap siswa sehingga terkait dengan

lingkungan, pendidikan agama Islam berwawasan lingkungan yang dilakukan oleh

guru berusaha menanamkan dan mengajarkan berakhlak pada lingkungan. Islam

mengajarkan untuk senantiasa menjaga dan memelihara lingkungan bukan untuk

merusak alam. Sedangkan budaya sekolah yang baik dibutuhkan dalam terwujudnya

karakter peduli lingkungan pada setiap warga sekolah. Oleh karena itu, guru

pendidikan agama Islam sebagai guru agama di SMPN 3 kota Tangerang Selatan

harus sangat berperan dalam mengembangkan budaya sekolah peduli lingkungan.

Koentjaraningrat membagi wujud kebudayaan berdasarkan 3 macam yaitu

wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari gagasan, aktivitas dan hasil karya

manusia. Jika dihubungkan dengan kebudayaan yang dikembangkan PAI maka

sebagai berikut:

Pertama, wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan,

nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan lain sebagainya. Pandangan Islam tentang

lingkungan adalah alam boleh digunakan tetapi tidak untuk dirusak, akan tetapi

digunakan seperlunya yang kemudian diolah dan dijaga kelestariannya. Bukan untuk

merusak alam terlebih hanya untuk kesenangan manusia saja. Sehingga pandangan

antroposentris bertentangan dengan ajaran agama Islam. Kegiatan belajar mengajar

Pendidikan Agama Islam di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan, menjelaskan untuk

tidak membenarkan pandangan antroposentris. Hal tersebut dapat dilihat dalam

penyampaian materi yang dilakukan guru di beberapa kelas. Dalam menyampaikan

pandangan Islam pada kegiatan belajar mengajar lebih pada bagaimana sebagai

seorang khalifah untuk menjaga alam dengan baik bukan untuk merusaknya.

Dalam hal ini, prof. Muhaimin mengatakan dalam wujud pertama ini terdapat

nilai-nilai yang bersifat vertikal dan horisontal. Hubungan vertikal yaitu hubungan

manusia atau warga sekolah dengan Allah, dan di SMPN 3 kota Tangerang Selatan

hubungan ini dapat dilihat seperti shalat berjama’ah di masjid, tausiyah di hari

Jum’at sebagai penguatan pendalaman pemahaman agama Islam. Sedangkan

hubungan warga sekolah dengan sesamanya dilihat dari keseharian warga sekolah

dalam berinteraksi. Siswa selalu bersalaman jika bertemu guru dan guru juga

membimbing, menasehati dan mengarahkan siswa untuk selalu menjaga kebersihan.

Dan hubungan dengan alam sekitar dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan peduli

lingkungan yang dilakukan sekolah, seperti selalu menjaga kebersihan masjid

sebagai tempat ibadah, menjaga kebersihan kelas dan area sekolah..

Kedua, wujud kebudayaan berupa aktivitas-aktivitas keseharian. Lebih lanjut

Prof. Muhaimin menjelaskan terkait wujud kedua ini setelah nilai-nilai disepakati

bersama dengan tiga tahap proses pengembangan yaitu sosialisasi, action plan¸dan

reward. Sosialisasi Pendidikan Agama Islam untuk peduli lingkungan dilakukan

142

dalam kegiatan belajar mengajar dan interaksi guru Pendidikan Agama Islam ketika

mengajarkan nilai-nilai agama terkait dengan lingkungan di sekolah. Sedangkan

action plan seperti guru merencanakan dan menjalankan kegiatan peduli lingkungan.

Seperti dengan kegiatan upacara yang selalu mengingatkan untuk selalu peduli

lingkungan dan kegiatan Jum’at bersih sebagai bentuk aktivitas bulanan untuk

memelihara kebersihan di sekolah dan kegiatan-kegiatan lainnya yang dilakukan

sekolah yang dapat mengimplementasikan program Adiwiyata. Sedangkan pada

Pendidikan Agama Islam dengan merencanakannya di RPP dan

mengimplementasikannya pada kegiatan pembelajaran.

Selain itu juga cara guru menanamkan akhlak terhadap lingkungan dengan

pembiasaan, keteladanan dan selalu mengingatkan siswa dan warga lain untuk

peduli lingkungan juga merupakan aktivitas yang dilakukan guru Pendidikan Agama

Islam dan siswa dalam menjalankan Pendidikan Agama Islam berwawasan

lingkungan. Dan terakhir reward, bentuk penghargaan yang dilakukan Pendidikan

Agama Islam sebagai usaha penguatan dari pembiasaan adalah lebih pada pujian dan

respon siswa atau warga sekolah yang menanggapi keteladanan dan pembiasaan

yang dilakukan.

Ketiga, simbol-simbol budaya. Jika dihubungkan dengan kebudayaan

Pendidikan Agama Islam di sekolah ini, maka simbol budayanya berupa model

berpakaian yang menutupi aurat, hasil karya siswa sebagai bentuk peduli lingkungan

juga dilakukan seperti karya-karya daur ulang dari sampah anorganik. Pembuatan

kaligrafi dari pelepah pisang dan asmaul husna berupa cabang pohon yang dipajang

di kelas 7 sebagai hasil karya siswa dalam tema pertama pelajaran. Serta motto

sekolah yang mengandung pesan nilai-nilai keagamaan juga terpajang di depan

sekolah yaitu “TADABBUR” yaitu “Tertib, Aman, Damai, Amanah, Bersih,

Berakhlak, Ukhwah, Religius.”

Tertib mentaati peraturan sekolah

Aman dalam belajar

Damai dalam kehidupan

Amanah dalam menjalankan tugas

Bersih hati dan lingkungan

Berakhlak dalam bertingkahlaku dan berbicara

Ukwah dengan sesama

Religius dalam kehidupan

Adapun untuk budaya peduli lingkungan, sekolah membuat kebijakan-

kebijakan peduli lingkungan. Hal tersebut dapat dilihat dari perubahan visi, misi dan

tujuan sekolah yang dibuat, peraturan-peraturan peduli lingkungan seperti

pelarangan merokok, membawa tempat makan dan minum serta pelarangan

penggunaan styrofoem. Ini semua dilakukan untuk terciptanya budaya peduli

lingkungan dan mendukung dalam penanaman akhlak terhadap lingkungan yang

dilakukan oleh Pendidikan Agama Islam. Sedangkan peran guru Pendidikan Agama

Islam dalam mengembangkan budaya peduli lingkungan, dimulai dengan

penyampaian pendidikan agama Islam berwawasan lingkungan dalam kegiatan

belajar mengajar di kelas, dengan pengintegrasian mata pelajaran dengan pendidikan

lingkungan.

Pengintegrasian pendidikan lingkungan di kegiatan belajar mengajar

Pendidikan Agama Islam di kelas membangun pengetahuan siswa tentang

143

bagaimana Islam memandang dan memperlakukan lingkungan, yaitu dengan tidak

merusaknya akan tetapi dengan menjaga dan merawatnya. Boleh digunakan tetapi

tidak sampai mengeksploitasi lingkungan dengan berlebihan karena manusia

diberikan amanah dan tanggung jawab untuk menjaga kelestarian lingkungan

sebagai khalifah dan kedudukan manusia sama dengan alam yaitu sama-sama

ciptaan Allah SWT.

Selanjutnya adalah dengan cara pembiasaan, keteladanan dan mengajak

warganya dengan cara yang halus. Dalam hal ini, guru Pendidikan Agama Islam

sangat berperan sebagai sebagai guru agama di sekolah. Guru Pendidikan Agama

Islam harus memberikan teladan dalam peduli lingkungan sehingga siswa di sekolah

dapat melihat dan mencontohnya. Penanaman akhlak dengan mencontohkan ini akan

diperhatikan dan dilakukan berulang-ulang oleh mereka karena apa yang mereka

pelajari sewaktu penyampaian materi di kelas sama seperti yang dilakukan oleh guru

mereka. Seperti yang dikatakan oleh pak Anshori bagaimana peduli lingkungan

menjadi bagian dari hidup sehingga bukan hanya memerintah siswa tetapi juga

mencontohkan kepada mereka bagaimana seharusnya perilaku peduli lingkungan.

Dan juga mengkomunikasikan kepada guru lainnya untuk lebih meningkatkan rasa

peduli mereka dan tentunya dirinya sendiri.

Pembiasaan untuk selalu menjaga lingkungan juga dilakukan di sekolah, hal

tersebut dapat dilihat pada keseharian sekolah. Di kelas saja misalnya guru

Pendidikan Agama Islam bersama siswa yang lain membersihkan sampah yang

masih tertinggal di kelas, atau menegur untuk hemat energi sewaktu listrik tidak

terpakai. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa kejadian dimana guru melihat kelas

kotor dan tempat sampah menumpuk sehabis istirahat. Guru akan meminta yang

piket untuk membersihkan kelas terlebih dahulu jika kelas kotor dan membuang

sampah di tempat pembuangan akhir di luar sekolah. Kegiatan membersihkan ini

terkadang juga dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dengan bersama-sama

membersihkan kelas yang kotor. Di luar kelaspun siswa dibiasakan untuk selalu

menjaga lingkungan. Pembiasaan ini tentunya selain dari memberikan teladan juga

dengan tidak henti-hentinya untuk mengingatkan warga sekolah menjaga

lingkungan.

Dukungan dalam menanamkan rasa peduli lingkungan juga dilakukan dalam

kegiatan rutin sekolah, seperti saat upacara di hari Senin, Jum’at bersih, pada saat

jam pelajaran berlangsung, rapat guru ataupun pada saat waktu senggang. Selain itu,

dalam menanamkan peduli lingkungan, guru mengajarkan tentang bagaimana siswa

harus bertanggung jawab seperti dalam salah satu observasi, siswa menumpahkan

minuman di kelas, dan teman sebangkunya berusaha untuk menolongnya akan tetapi

guru meminta siswa yang menumpahkannya untuk bertanggung jawab atas apa yang

dilakukannya untuk membersihkannya sendiri dengan mengelap lantai kelas agar

tetap bersih. Dari kejadian ini menunjukkan bahwasannya guru berusaha untuk

menanamkan dan membiasakan hidup bersih dan bertanggung jawab terhadap

lingkungan pada diri siswa. Dengan menyadarkan kepada siswa untuk bertanggung

jawab pada apa yang telah diperbuat dan menyadarkan bahwasannya menjaga

kebersihan merupakan hal yang penting untuk dilakukan.

Karakter lainnya adalah tidak berlaku boros seperti guru yang mengajarkan

bagaimana cara untuk menghemat air dalam berwudhu’ dan hemat energi dengan

mematikan lampu pada saat tidak dipergunakan. Kreatifitas siswa juga

dikembangkan dalam pembelajaran PAI berwawasan lingkungan, seperti yang

144

dilakukan dalam kelas 7. Sehingga kolaborasi dari karakter-karakter ini yang

nantinya mendukung untuk peduli lingkungan.

Kemudian kegiatan ko-kurikuler dalam Pendidikan Agama Islam berwawasan

lingkungan seperti penugasan mendaur ulang sampah anorganik menjadi barang

yang berguna pada kelas 7. Sedangkan untuk ekstrakurikuler yang berkaitan dengan

Pendidikan Agama Islam, tidak ada yang spesifik tentang lingkungan.

Ekstrakurikuler ini lebih pada konsentrasi lain yang terdapat terkaitannya dengan

lingkungan seperti kegiatan pramuka. Seperti yang dikatakan oleh bu Nita sebagai

berikut:

Seperti pramuka kami bikin spanduk keliling kampung untuk peduli

lingkungan sambil pungutin sampah, pernah juga menanam pohon. Kalau

ekstrakurikuler yang lain kita tekankan untuk membersihkan tempat yang ada

disekitarnya. Kemudian seperti event-event seperti hari sampah itu semua

ekskul ikut terlibat.

Sedangkan untuk kerja sama dengan orang tua siswa dalam pembentukkan

peduli lingkungan. Salah satunya dengan menginformasikan peraturan-peraturan

sekolah terkait dengan Adiwiyata. Lagi pula kebiasaan siswa di rumah hasilnya

dapat dilihat dari keseharian siswa di sekolah. Siswa yang di rumahnya ditanamkan

peduli lingkungan di sekolahpun terbiasa untuk peduli lingkungan sedangkan yang

tidak dibiasakan peduli lingkungan di sekolah menjadi kurang peduli lingkungan.

Dan untuk masyarakat sekolah bekerjasama dengan RT, RW, lurah, camat dan

lain sebagainya untuk mendukung terbangunnya budaya peduli lingkungan dalam

program Adiwiyata. Sekolah juga mensosialisasikannya pada masyarakat sekitar,

orang tua, dan sekolah lain. Serta menginformasikan upaya-upaya yang dilakukan

sekolah dalam peduli lingkungan sekitar sekolah melalui media, website sekolah

koran dan lain sebagainya.

Dari penjelasan ini, dapat dilihat bahwasannya guru Pendidikan Agama Islam

bukan hanya mengajarkan tentang hubungan manusia dengan Allah dan hubungan

manusia dengan sesama manusia tetapi juga ikut serta dalam menanamkan

pandangan dan membentuk siswa agar peduli terhadap lingkungan yang dalam hal

ini guru agama sangat berperan untuk terlaksananya pendidikan agama Islam

berwawasan lingkungna baik di dalam ataupun di luar kelas. Dalam

mengembangkan budaya peduli lingkungan di sekolah mulai dari penanaman

pandangan Islam tentang lingkungan di pembelajarannya di kelas, keteladanan yang

dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam, pembuatan karya ramah lingkungan

dan mengingatkan serta mengajak guru lainnya untuk peduli lingkungan dan lain

sebagainya.

SMPN 3 Kota Tangerang Selatan ini, penyampaian materi bukan hanya sebatas

bahwa Islam juga termasuk peduli lingkungan tetapi dikaitkan dengan kondisi yang

biasa dihadapi oleh siswa atau isu lingkungan di sekitar siswa dan yang sedang trend

serta pembuatan karya ramah lingkungan.

Kreativitas dari guru Pendidikan Agama Islam juga terlihat dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam sehingga pembelajaran Pendidikan Agama Islam

berwawasan lingkungan tidak membosankan. Selanjutnya dalam penanaman nilai-

nilai agama tentang lingkungan, guru Pendidikan Agama Islam selain mengajarkan

pengetahuan seputar PAI berwawasan lingkungan juga pada keteladanan dan

145

pembiasaan, hal ini sejalan dengan teori kognitif sosial yang diperkenalkan oleh

Bandura. Dan yang dijelaskan oleh Wina Sanjaya terkait dengan aspek afektif siswa.

Dimana siswa melihat dan mencontoh guru sebagai sosok yang ditiru dalam

kesehariannya. Kepala sekolah juga berperan dalam hal ini. Sebagai pemimpin

sekolah, kepala sekolah bukan hanya membuat kebijakan akan tetapi juga menjadi

teladan bagi siswa, guru dan staf. Kepala sekolah juga selalu mengingatkan guru dan

staf agar peduli lingkungan pada setiap kesempatan. Sehingga kepala sekolah dan

guru menjadi model atau tokoh untuk ditiru dalam bersikap. Setelah siswa mendapat

gambaran atau tokoh panutan, mereka akan menerapkannya dalam keseharian siswa,

yang dalam hal ini untuk selalu menjaga dan melestarikan lingkungan.

Sedangkan untuk sanksi yang dilaksanakan oleh sekolah ini memang bukan

sanksi fisik tetapi diganti dengan hal lain. Seperti siswa yang telat datang sekolah

mereka akan disanksi dengan memungut sampah di area sekolah. Awalnya sanksi

yang digunakan adalah sanksi uang tetapi sekarang hanya berupa teguran-teguran

dan memungut sampah. Sanksi ini juga membantu dalam membentuk akhlak

terhadap lingkungan untuk lebih menjaga lingkungan.

Dalam membudayakan peduli lingkungan, harus dilakukan dengan serentak

oleh seluruh warga sekolah. Secara keseluruhan SMPN 3 Kota Tangerang Selatan

masih mengupayakan peduli lingkungan pada setiap warga sekolah sehingga

penanaman peduli lingkungan terus dilaksankan. Bukan hanya suasana dan keadaan

sekolah yang ramah lingkungan tetapi juga interaksi warga sekolah untuk peduli

lingkungan terlihat, walaupun tidak semua warga sekolah peduli lingkungan. Dan

hal ini yang menjadi salah satu sebab penanaman akhlak terhadap lingkungan tidak

menyeluruh selain tentunya pembiasaan di rumah. Dengan demikian diperlukan

usaha terus menerus dan berlanjut untuk tidak henti-hentinya mengingatkan dan

melakukan tindakan peduli lingkungan.

146

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian

ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan yang ada di SMP

Negeri 3 Kota Tangerang Selatan meliputi pertama, pembelajaran yang dilakukan

terintegrasi dengan pendidikan lingkungan hidup. Kedua, dalam kegiatan

pembelajaran mengangkat isu lokal. Ketiga, penanaman ajaran Islam terkait dengan

lingkungan dilakukan melalui pendidikan tauhid, pendidikan akhlak, pendidikan

akal, keteladanan dan pembiasaan.

2. Budaya sekolah peduli lingkungan di SMPN 3 Kota Tangerang selatan dilakukan

dengan membuat kebijakan sekolah meliputi perubahan visi, misi dan tujuan

sekolah, peraturan-peraturan peduli lingkungan, kegiatan-kegiatan peduli

lingkungan, sarana dan prasarana ramah lingkungan, menjalin kemitraan sekolah

untuk mendukung kegiatan Adiwiyata, dan mengadakan sosialisasi peduli

lingkungan pada orang tua, sekolah lain dan masyarakat sekitar.

3. Peran guru Pendidikan Agama Islam dalam mengembangkan budaya sekolah peduli

lingkungan adalah dengan pengintegrasian PAI dengan PLH dalam kegiatan belajar

mengajar di kelas, keteladanan dan pembiasaan.

B. Saran

Berdasarkan dari hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti mengajukan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Secara umum diharapkan guru yang mengajarkan Pendidikan Agama Islam untuk

dapat lebih menanamkan wawasan lingkungan dalam pembelajarannya untuk

menjawab permasalahan lingkungan agar peserta didik dapat memiliki akhlak

terhadap lingkungan sesuai dengan ajaran Islam. Pendidikan Agama Islam

berwawasan lingkungan dapat mengembangkan materi-materi yang dapat

diintegrasikan dengan lingkungan sesuai dengan permasalahan lingkungan yang

dihadapi daerah sekolah sehingga siswa dapat mengerti dan menjawab permasalahan

lingkungan dengan baik.

2. Pihak sekolah yang menjalankan program Adiwiyata ini untuk tetap selalu menjaga

budaya sekolah peduli lingkungan dan tetap mengupayakan perilaku peduli

lingkungan pada semua warga sekolah dan tidak berhenti untuk mengajarkan peduli

lingkungan pada peserta didik.

3. Seluruh guru yang ada di sekolah untuk lebih meningkatkan keteladanan peduli

lingkungan yang baik pada diri sendiri, orang lain khususnya pada peserta didik.

4. Bagi pemerintah dan masyarakat diharapkan untuk selalu mendukung dalam

program Adiwiyata di kawasan daerahnya. Sehingga akan terbentuk masyarakat

yang lebih peduli lingkungan dan dapat menghadapi permasalahan-permasalahan

lingkungan di masa mendatang.

147

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Junaidi. (2014). Dekonstruksi Tafsir Antroposentrisme: Telaah Ayat-ayat

Berwawasan Lingkungan. Kalam. DOI: 10.24042/klm.v8i1.168 .

ejournal.radenintan.ac.id.

Abdillah, Mujiyono. (2001). Agama Ramah Lingkungan Perspektif Al-Qur’an. Jakarta:

Paramadina.

Adisendjaja, Yusuf Hilmi & Romlah, Oom. (2009). Pembelajaran Pendidikan Lingkungan

Hidup: Belajar dari Pengalaman dan Belajar dari Alam. Disampaikan dalam

Seminar Nasional PLH Jurusan Pendidikan Arsitektur FPTK-UPI. file.upi.edu

Adriana, Anjen Endah. Budaya Bersih di Jepang. Konsulat Jepang di Denpasar Indonesia.

denpasar.id.emb-japan.go.jp.

Ahmadi, Iif Khoiru., Amri, Sofan dan Elisah, Tatik. (2011). Strategi Pembelajaran

Sekolah Terpadu “Pengaruhnya Terhadap Konsep Pembelajaran Sekolah Swasta

dan Negeri”. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.

Al-Baihaqi. (2012). Syarah 77 Cabang Iman. Diterjemahkan oleh Luqman Abdul Jalal dari

buku Mukhtashar Sya’bul Iman. Bekasi: Darul Falah.

Al-Hilali, Syaikh Salim bin ‘Ied. (2008). Ensiklopedia Larangan Menurut al-Qur’an dan

as-Sunnah. Terj. Mausuu’ah al-Manaahisy Syar’iyyah fi Shahihis Sunnah an-

Nabawiyah oleh Abu Ihsan al-Atsari. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i. Jilid I.

Ali, Mohammad Daud. (2008). Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Press.

Al-Qur’an, Tajwid dan Terjemahannya. (2010). Jakarta: Kementerian Agama Republik

Indonesia.

Anwar, Muhammad Jafar dan Salam, Muhammad A. (2015) Membumikan Pendidikan

Karakter: Implementasi Pendidikan Berbobot Nilai dan Moral. Jakarta: CV. Suri

Tatu’uw.

Anwar, Syaiful. (2014). Desain Pendidikan Agama Islam Konsepsi dan Aplikasinya dalam

Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta.

Arifin. Bustanul. (2001). Pengelolaan Sumberdaya Alam indonesia: Perspektif Ekonomi,

Etika dan Praksis Kebijakan. Jakarta: Erlangga.

Asmanto, Eko. (2015) Tsaqafah: Jurnal Peradaban Islam. Revitalisasi Spiritualitas

Ekologi Perspektif Pendidikan Islam. Vol. 11, No. 2. November 2015. DOI:

10.21111/tsaqafah.v11i2.272.

148 Assegaf, Abd. Rachman. (2011). Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan

Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif. Jakarta: Rajawali Pers.

A.M, Sadirman. (2000). Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada.

Atiqoh, Layly & Saputro, Budiyono. 2017. Edukasi. Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Berbasis Lingkungan Sebagai Penguatan Humanistik di Sekolah Adiwiyata. Vol 12,

No. 2. DOI: http://dx.doi.org/10.21043/edukasia.v12i2.2492

Atiqoh, Layly. 2017. Kurikulum Pendidikan Agama Islam Berbasis Lingkungan (Studi

Multi Kasus di Sekolah Adiwiyata SMP Negeri 6 dan SMP Negeri 7 Salatiga Tahun

2016). (Tesis IAIN Salatiga). Diakses dari: e-repository.perpus. iainsalatiga.ac.id

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. bnpb.go.id

Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. (2010). Pengembangan

Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. Jakarta: Balibang

Pusat Kurikulum.

Bahri, Saiful., Ramadhan, Firdaus dan Reihannisa, Indhina. Biogenesis:Jurnal Ilmiah

Biologi. Kualitas Perairan Situ Gintung, Tangerang Selatan. vol. 3, No. 1 Juni 2015.

DOI: 10.24252/bio.v3i1.561

Balitbang Kemenag dan Lipi. (2011). Tumbuhan dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains

(Tafsir Ilmi). Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an.

Baxter, William F. (1974). People or Penguins: The Case for Optimal Pollution. Reprinted

with Permission of Columbia University Press. Diakses dari studylib.net.

Carson, Rachel. (1962). Silent Spring. Fawcett Publications, Inc., Greenwich, Conn.

Diakses dari library.uniteddiversity.coop

Chandra. Agus Firdaus. (2016). Jurnal Ilmiah Syari’ah. Hadis-hadis Ekologi dalam

Konteks Perindustrian di Indonesia. Vol. 15 No. 1. Januari-Juni 2016. DOI:

http://dx.doi.org/10.1234/juris.v15i1.485

Dahar, Ratna Wilis. (2011). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Damsar. (2011). Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Daradjat, Zakiah., dkk. (2012). Ilmu Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Akasara.

Darwis & Lahming. (2017). Ebook Metode dan Strategi Pembelajaran PKLH. Alauddin

University Press. www.researchgate.net

Daud Effendy. (2008). Manusia, Lingkungan dan Pembangunan (Perspektif Islam).

Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah.

149 Departemen Pekerjaan Umum. (2007). Kisah Sukses Pengelolaan Persampahan di

Berbagai Wilayah Indonesia: Best Practice of Solid Waste Management in

Indonesia. Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Pemukiman

Depdiknas. (2006). Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran. Pusat Pengembangan

Penataran Guru IPS dan PMP Malang.

Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan. Rekapitulasi Luas Kebakaran

Hutan dan Lahan (Ha) Per Provinsi di Indonesia Tahun 2013-2018.

sipongi.menlhk.go.id

Direktorat Tenaga Kependidikan. (2008). Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya.

Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga

Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.

Douglas, Bob. (2015). Transforming Human Society from Anthropocentrism to

Ecocentrism Can We Make it Happen in Time?. Anu Press.

http://www.jstor.org/stable/j.cttt1729vxt.57

Eco-Schools. Seven Steps Towards an Eco-Schools. Diakses di www.ecoschools.global.

Eghenter, Cristina., Putera, M. Hermayani., & Ardiansyah, Israr. (2012). Masyarakat dan

Konservasi: 50 Kisah yang Menginspirasi dari WWF untuk Indonesia. WWF-

Indonesia. Diakses dari awsassets.wwf.or.id.

Emzir. (2010). Metodologi Penenlitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Erwati Aziz. (2013). Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup Melalui Pendidikan Islam.

Yogyakarta: Pusataka Belajar.

Ghazali, M. Bahri. (1996). Lingkungan Hidup dalam Pemahaman Islam. Jakarta: Pedoman

Ilmu Jaya.

Goralnik, Lissy., & Nelson, Michael Paul. (2012). Anthropocentrism. Encyclopedia of

Applied Ethics. Second Edition. Vol.1. 2012. Pp 145-155. DOI.

10.13140/2.1.1777.6324

Hamalik, Oemar. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamka. (2016). Pandangan Hidup Muslim. Jakarta: Gema Insani.

Hamzah, Syukri. (2013). Pendidikan Lingkungan Sekelumit Wawasan Pengantar.

Bandung: Refika Aditama.

Hanafi, Muchlis M. et.al (Ed).(2010). Spiritualitas dan Akhlak (Tafsir Al-Qur’an Tematik).

Jakarta: Lajnah Pentasihan Mushaf Al-Qur’an.

150 Handayani, Trikinasih., Wuryadi dan Zamroni. (2015). Pembudayaan Nilai Kebangsaan

Siswa Pada Pendidikan Lingkungan Hidup Sekolah Dasar Adiwiyata Mandiri.

Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi, Vol. 3, No. 1 Juni 2015.

Journal.uny.ac.id.

Hofmann, Murad W. (2002). Menengok Kembali Islam Kita. Terj. Islam: The Alternative

oleh Rahmani Astuti. Bandung: Pustaka Hidayah.

Idi, Abdullah. (2014). Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktik. Jakarta: Rajawali

Pers.

----, Abdullah. (2011). Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat dan Pendidikan.

Jakarta: Rajawali Pers.

---, Abdullah. (2016). Pengembangan Kurikulum: Teori Dan Praktik. Jakarta: Rajawali

Pers.

---, Abdullah., Safarina. (2015). Etika pendidikan: Keluarga, Sekolah dan Masyarakat.

Jakarta: Rajawali Pers.

Indrawardana, Ira. (2012). Komunitas 4 (1). Kearifan Lokal Adat Masyarakat Sunda dalam

Hubungan dengan Lingkungan Alam. http://journal.unnes.ac.id

Indriatmoko, Robertus Haryoto & Wahjono, Heru Dwi. (1999). Teknologi Konservasi Air

Tanah dengan Sumur Resapan. Jakarta: Direktorat Teknologi Lingkungan. Badan

Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Irwan, Zoer’aini Djamal. (2012). Prinsip-prinsip Ekologi: Ekosistem, Lingkungannya dan

Pelestariannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Iskandar, Johan. (2015). Keanekaragaman Hayati Jenis Binatang;Manfaat Ekologi Bagi

Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Iskandar, Tb. Zulrizka. (2013). Psikologi Lingkungan: Metode dan Aplikasi. Bandung: PT

Refika Aditama.

Ismail, Sirajuddin. (2012). al-Qalam. Isu Lingkungan Hidup pada Pembelajaran di

Madrasah Aliyah. Vol. 18 No. 1 Januari-Juni. Diakses dari jurnalalqalam.or.id.

Jalaluddin. (2011). Psikologi Agama. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Jamaludin. Komarudin, Acep., & Khoerudin, Koko. (2015). Pembelajaran Perspektif

Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Jazuli, Ahzami Samiun. (2006). Kehidupan dalam Pandangan al-Qur’an. Jakarta: Gema

Insani Press.

151 Junanto, Subar & Khuriyah. (2015). Konsep Pendidikan Lingkungan Hidup dalam

Perspektif Islam. Prosiding Halaqah Nasional Dan Seminar Internasional Pendidikan

Islam pp. 121-135. Surabaya: FITK UIN Sunan Ampel

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2007). Jakarta: Balai Pustaka. Ed.3, Cet. 4

kbbi.kemdikbud.go.id

Kanal Komunikasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Penanganan

Sampah di Kota Tangerang Selatan. Dipublikasikan Pada 1 Juni 2015.

http://kanalkomunikasi.pskl.menlhk.go.id

Karuniastuti, Nurhenu. (2016). Forum Teknologi. Bahaya Plastik terhadap Kesehatan dan

Lingkungan. Vol. 03 No. 1. Pusdiklatmigas.esdm.go.id

Kementerian Agama Republik Indonesia. (2009). Pelestarian Lingkungan Hidup (Tafsir

Al-Qur’an Tematik). Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Hutan. Final Isi 25 Januari 2012: Kerjasama

Kementerian Lingkungan Hidup dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Menlh.go.id.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Indonesia Bergerak Bebas Sampah 2020.

Dipublikasikan pada 19 Februari 2016. www.menlhk.go.id

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2012). Pedoman Pembinaan dan

Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan

Dasar

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Sukseskan Program Adiwiyata Melalui

Pendidikan Karakter. kemdikbud.go.id.

Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan

Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. Jakarta: Balitbang.

---------------. (2011). Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Balitbang Pusat

Kurikulum dan Perbukuan.

Keputusan Menteri Agama RI No. 211 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengembangan

Standar Nasional Pendidikan Agama Islam pada Sekolah

Keraf, A Sonny. (2010). Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Khalid, Fazlun. (2010). Islam and the Environment-Ethics and Practice an Assesment.

DOI: 10.1111/j.1749-8171.2010.00249.x. diakses dari www.researchgate.net.

152 Khitam, Husnul. (2016). Dinika: Academic Journal of Islamic Studies. Kontekstualisasi

Teologi sebagai Basis Gerakan Ekologi. Vol 1. No.2. May-August 2016. DOI :

10.22515/dinika.v1i2.62. ejournal.iainsurakarta.ac.id.

Koentjaraningrat. (2008). Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Komalasari, Kokom. (2013). Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung:

PT Refika Aditama.

Kuswanda, Wanda. (2014). Orangutan Batang Toru:Kritis di Ambang Punah. Bogor:

FORDA Press. www.researchgate.net.

Lisbet. (2012). Info Singkat Hubungan Internasional. Green Economy dan Konferensi

Tingkat Tinggi Rio+20. Vol. IV, No.12.berkas. dpr.go.id

Mahfud, Rois. (2011). Al-Islam: Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Erlangga.

Mahmud, Hariman Surya Siregar, dan Koko Khoerudin. (2015). Pendidikan Lingkungan

Sosial Budaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah dan Kemenlh. (2011). Teologi

Lingkungan: Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam, Deputi

Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian Lingkungan

Hidup dan Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah.

Makmun, Abin Syamsuddin. (2009). Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem

Pengajaran Modul. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Maksudin. (2015). Pengembangan Metdologi Pendidikan Agama Islam Pendekatan

Dialektik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mangunjaya, Fachruddin M. (2005). Konservasi Alam Dalam Islam. Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia.

-------------. Fachruddin Majeri. (2015). Mempertahankan Keseimbangan: Perubahan

Iklim, Keanekaragaman Hayati, Pembangunan Berkelanjutan dan Etika Agama.

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

-------------. Fachruddin Majeri.(2007). Jurnal Islamia Peradaban. Lingkungan Hidup dan

Konservasi alam dalam Perspektif Islam. Vol. III No. 2. Pp. 90-96. Diakses dari

ppi.unas.ac.id.

Manik, Karden Eddy Sontang. (2009). Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta:

Djambatan.

Marfai, Muh Aris. (2013). Pengantar Etika Lingkungan dan Kearifan Lokal. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

153 Maslikhah. (2007). Quo Vadis Pendidikan Multikultur: Rekonstruksi Sistem Pendidikan

Berbasis Kebangsaan. Kerjasama STAIN Salatiga Press dengan JP Books.

Masruri, Ulin Niam. (2014). Jurnal At-Taqaddum. Pelestarian Lingkungan dalam

Perspektif Sunnah. Vol. 6. No. 2. November 2014. DOI:

http://dx.doi.org/10.21580/at.v6i2.718

Matin, Ibrahim Abdul. (2012). Greendeen: Inspirasi Islam dalam Menjaga dan Mengelola

Alam. Jakarta: Zaman.

Matthews, Jhon A. (Ed). (2014). Encyclopedia of Environmental Change. United

Kingdom: Sage Publication Ltd.

Mawardi, Imam. (2013) Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”. Karakteristik dan

Implementasi Pembelajaran PAI di Sekolah Umum (Sebuah Tinjauan dari Performa

dan Kompetensi Guru PAI). Vol. 2. No. 2. Juli 2013. Diakses dari portalgaruda.org.

Meijaard, Erik., Budharta, Sugeng., & Ancrenaz, Marc. (2017). Pertaruhan Triliunan

Dolar di Kalimantan. DOI:10.13140/RG.2.2.14121.60001. www.researchgate.net

Miranto, Sujiyo. (2017) Edusains. Integrasi Konsep-konsep Pendidikan Lingkungan Hidup

dalam Pembelajaran di Sekolah. Vol.9. No.01 Tahun 2017, 82-88.

DOI:http://dx.doi.org/10.15408/es.v9il.5364.

Moleong, Lexy J. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Mudlofir. Ali. (2012). Pendidik Profesional: Konsep, Strategi dan Aplikasinya dalam

Peningkatan Mutu Pendidik di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.

Muhaimin,. Mujib, Abdul., Mudzakkir ,Jusuf. (2012). Studi Islam Dalam Ragam Dimensi

Dan Pendekatan. Jakarta: Kencana. Ed. 1. Cet. 3.

Muhaimin. (2004). Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan

Agama Islam Di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

-------------. (2006). Nuansa Baru Pendidikan Islam: Mengurai Benang Kusut Dunia

Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

-------------. (2009). Rekonstruksi Pendidikan Islam dari Paradigma Pengembangan,

Manajemen Kelembagaan, Kurilulum Hingga Strategi Pembelajran. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada.

Muhdi. (2015). Tarbiyah Islamiyah. Pembelajaran PAI berwawasan lingkungan hidup. vol.

5, No. 1 Januari-Juni 2015. DOI: http://dx.doi.org/10.18592/jt%20ipai.v5i1.1826

Mukhtar. (2013). Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: Referensi (GP

Press Group).

154 Muktiani, Nur Rohmah. 2012. Grand Desaign Pendidikan Karakter. Disampaikan dalam

Srawung Ilmiah Jurusan POR FIK UNY. Diakses pada uny.ac.id.

Mulyasa.(2011). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Musfah, Jejen. (2015). Redesain Pendidikan Guru: Teori, Kebijakan, dan Praktik. Jakarta:

Prenadamedia Group.

Musfiqon, HM & Nurdyansyah. (2015). Pendekatan Pembelajaran Saintifik. Sidoarjo:

Nizamia Learning Center.

Mutohar, Prim Masrokan. (2013). Didakta Religia. Pengembangan Budaya Religius

(Religious Culture) di Madrasah: Strategi Membentuk Karakter Bangsa Peserta

Didik. Diakses pada jurnal.stainkediri.ac.id

Nafisah, Mamluatun. (2007). Al-Quran dan Konservasi Lingkungan (Suatu Pendekatan

Maqasid al Syari’ah). (Tesis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Diakses dari:

repository.uinjkt.ac.id

Nandika, Dodi. (2007). Pendidikan di Tengah Gelombang Perubahan. Jakarta: Pustaka

LP3ES Indonesia.

Nelson, Michael Paul & Ryan, Leslie A. (2015). Environmental Ethics. DOI:

10.1093/OBO/9780199363445-0025

Nugroho, B. Widi. (2013). Teacher as an Instructional Leader: Mendidik dengan Jernih

Hati dan Terang Budi. Yogyakarta: Kanisius.

Nugroho, Sutopo Purwo. (2015). Siaga Darurat Kebakaran dan Lahan di Riau.

bnpb.go.id.

Nur Afiyah Febriani. (2014). Kanz Pholosophia. Implemntasi Etika Ekologis dalam

Konservasi Lingkungan: Tawaran Solusi dari al-Qur’an. Vol. 4 No. 1. Juni 2014.

DOI. 10.20871/kpjipm.v4i1.53.

Nurdin, M. Amin dan Ahmad Abrori. (2006). Mengerti Sosiologi: Pengantar untuk

Memahami Konsep-konsep Dasar. Jakarta: UIN Jakarta Press.

Panduan Adiwiyata: Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan. (2012). Jakarta:

Kerjasama Kementerian Lingkungan Hidup dengan Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan.

Peraturan Menteri Kehutanan No. P.31 Tahun 2012 tentang Lembaga Konservasi

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup no. 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan

Reduce, Reuse dan Recycle melalui Bank Sampah

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran

pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah

155 PP No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis

Sampah Rumah Tangga

Prihantoro, C. Rudi. (2010). Jurnal Guru. Pengembangan Kultur Sekolah sebagai Upaya

Meningkatkan Mutu Sekolah. No.2, Vol 7 Desember 2010. Diakses dari unj.ac.id.

Purwanti, M. Ngalim. (2010). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Puspita R, Heny. (2015). Adiwiyata Mewujudkan Sekolah yang Berbudaya Lingkungan. E-

Magazine. Diakses dari bp2sdm.menlhk.go.id.

Ramayulis. (2015). Dasar-dasar Kependidikan Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta:

Kalam Mulia.

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca. Draft perpres RAN-GRK

Desember 2010. www.bappenas.go.id/files/8414/1214/1620/naskah_akademis.pdf

Robbins, Stephen P. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontrovensi, Aplikasi. Terj dari

Organizational Behaviour: Concept, Controversies, Applications oleh Hadyani

Pujaatmaka dan Benyamin Molan. Jakarta: Prenhallindo. 2001.

Roham, Abujamin. (1997). Peranan Masjid Pada Lingkungan Hidup. Jakarta: Media

Da’wah.

Saebani, Beni Ahmad. (2012). Pengantar Antropologi. Bandung: CV Pustaka Setia.

Saleh, Akh. Muwafik. (2012). Membangun Karakter dengan Hati Nurani: Pendidikan

Karakter untuk Generasi Bangsa. Jakarta: Erlangga.

Salim, Emil. (2010). Ratusan Bangsa Merusak Satu Bumi. Jakarta: Kompas.

Samani, Muchlas dan Hariyanto. (2011). Konsep dan Model Pendidikan Karakter.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sanjaya, Wina. (2011). Pembelajaran dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta:

Kencana

Sanjaya, Wina. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana.

Sarasawati, Ni Made Vira., Sulistami, Siska Marlina., Sari, Margaretha Chrisna., Caesari,

Fathianissa., Fadilanissa., & Irhamsyah, Fahmi. (2016). Seri Pendidikan 18 Karakter

Bangsa. PT Mustika Pustaka Negeri. Jilid. 9.

Sarvestani, Ahmad Abedi dan Shahvali, Mansoor. American-Eurasian J. Agric. &

Environ. Sci, 3: 609-617. (2008). Environmental Ethics: Toward an Islamic

Perspective. Diakses dari www.researchgate.net.

156 Sashkin, Marshall dan Sashkin, Molly G. (2011). Prinsip-Prinsip Kepemimpinan. Terj.

Dari Leadership That Matters oleh Rudolf Hutauruk. Jakarta: Erlangga.

Sastrawijaya, A. Tresna. (2009). Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta.

Schmidtz, David & Willot, Elizabeth (Ed). (2012). Environmental Ethics: What Really

Matters, What Really Works. Oxford: Oxford University Press, Inc.

Setiadi, Elly M. (2008). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana

Setiano, Kusdwiratri., Mansjhur, Johan S., & Alisyahbana, Anna. (2007). Manusia

Kesehatan dan Lingkungan: Kualitas Hidup dalam Perspektif Perubahan

Lingkungan Global. Bandung: PT. Alumni.

Setyowati, Abidah billah., dkk. (2008). Konservasi Indonesia: Sebuah Potret Pengelolaan

da Kebijakan. Jakarta: Pokja Kebijakan Konservasi.

Shabecoff, Philip. (2000). Sebuah Nama Baru Bagi Perdamaian: Environmentalisme

Internasional, Pembangunan Bekelanjutan, Dan Demokrasi. Terj. A new Name For

Peace: International Environmentalism, Sustainable Development, and Democracy.

oleh Soemitro. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Shihab, M. Quraish. (2002). Tafsir al-misbah: pesan, kesan dan keserasian al-Qur’an.

Jakarta: Lentera Hati.

Soekanto, Suryono. (1988). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali.

Soerjani, Mohamad. (2008). Konsep Dasar Lingkungan Hidup untuk Pengelolaan

Ekosistem Bagi Kelangsungan Kehidupan. Jakarta: Institut Pendidikan dan

Pengembangan Lingkungan.

Soerjani, Mohamad., Yuwono, Arief & Fardiaz, Dedi. (2007). Lingkungan Hidup (The

Living Environment): Pendidikan, Pengelolaan Lingkungan dan Kelangsungan

Pembangunan. Jakarta: Institut Pendidikan dan Pengembangan Lingkungan.

Stoll, Louise. (1998). School Culture. Reprinted from School Improvement Network

Bulletin. No. 9. Institute of Education. University of London. www.researchgate.net

Stolp, Stephen., Smith, Stuart C. (1995). Transforming School Culture: Stories, Symbols,

Values and The Leadears Role. Eric Clearinghouse on Educational Managemen,

University of Oregon. Eric.ed.gov.

Suaedi dan Tantu, Hammado. (2016). Ebook Pembelajaran Pendidikan Lingkungan

Hidup. Bogor: IPB Press. www.researchgate.net.

Sudarminta, J. (2013). Etika Umum: Kajian tentang Beberapa Masalah Pokok dan Teori

Etika Normatif. Yogyakarta: Kanisius.

157 Sugiyono, Agus. (2002). Kelembagaan Lingkungan Hidup di Indonesia. Badan pengkajian

dan penerapan teknologi. DOI: 10.13140/2.1.1706.6881. www.researchgate.net.

Sugiyono. (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sumantri, Arif. (2015). Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Kencana.

Surakusumah, Wahyu. (2012). Konsep Pendidikan Lingkungan di Sekolah: Model Uji

Coba Sekolah Berwawasan Lingkungan. file.upi.edu.

Surat Keputusan Bersama 4 Menteri (menteri pendidikan nasional, menteri kesehatna,

menteri agama dan menteri dalam negeri) 2003 tentang pembinaan dan

pengembangan usaha kesehatan sekolah.

Sururi, Ahmad.(2014). Fikrah. Menggapai Pelestarian Lingkungan Hidup di Indonesia:

Studi Perbandingan Etika Islam dan Etika Ekofeminisme. Vol 2. No. 1. Juni 2014.

Diakses dari journal.stainkudus.ac.id.

Sutoyo. (2013). Adil: Jurnal Hukum. Paradigma Perlindungan Lingkungan Hidup. Vol 4

No.1. diakses dari academicjournal.yarsi.ac.id.

Suyono dan Hariyanto. (2014). Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar.

.Bandung: PT Remaja Rosadakarya.

Tampubolon, Manahan P. (2012). Perilaku Keorganisasian (Organization Behavior).

Bogor: Ghalia Indonesia

Taylor, E.B. (1920). Primitive Culture Researches Into The Development Of Mythology,

Philofophy, Religion, Language, Art And Costume (6th edition). London: John

Murray. Diakses dari archive.org.

The ASEAN Secretariat. (2013). ASEAN Guidelines on Eco-School. Jakarta: ASEAN

Secretariat. Diakses dari http://environment.asean.org

Tualeka, Muhammad Wahid Nur. (2011) Progresiva. Teologi lingkungan hidup dalam

perspektif islam. Vol. 5. No. 1. Desember 2011. Diakses dari ejournal.umm.ac.id..

Tumanggor, Rusmin., Ridho, Kholis., dan Nurrochim. (2010). Ilmu Sosial dan Budaya

Dasar. Jakarta: Kencana.

Tutik, Titik Triwulan., Trianto. (2008). Pengembangan Sains dan Teknologi Berwawasan

Lingkungan Perspektif Islam. Jakarta: Lintas Pustaka.

Utami, Ulfah. (2008). Konservasi Sumber Daya Alam: Perspektif Islam dan Sains.

Malang: UIN-Malang Press.

UU No. 20 Tahun 2003

UU No. 32 Tahun 2009

158 UU No. 5 Tahun 1990

Walgito, Bimo. (2003). Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: CV Andi Offeset.

Wardhana, Wisnu Arya. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi.

Wardhani, Novia Wahyu & Wahono, Margi. (2017) Untirta Civic Educational Journal.

Keteladanan Guru sebagai Penguat Proses Pendidikan Karakter. Vol. 2 No. 1 April

2017. Diakses dari jurnal.untirta.ac.id.

Wiyani, Novan Ardy. (2013). Pendidikan Agama Islam Berbasis Pendidikan Karakter.

Bandung: Alfabeta.

World Development Indicators database. World Bank. 15 Desember 2017.

data.worldbank.org.

Yusuf al-Qaradlawi. (1997). Fiqih Peradaban: Sunah sebagai Paradigma Ilmu

Pengetahuan. Terj. Al-Sunnah: Mashdaran li al-Ma’rifah wa al-Hadlarah oleh

Faizah Firdaus. Surabaya: Dunia Ilmu.

Yusuf, Choirul Fuad. (2008). Budaya Sekolah dan Mutu Pendidikan. Jakarta: PT. Pena

Citasatria.

Z, Zurinial dan Sayuti, Wahdi. (2006). Ilmu Pendidikan: Pengantar dan Dasar-dasar

Pelaksanaan Pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta Press.

Zaitun. (2015). Sosiologi Pendidikan: Analisis Komprehensif Aspek Pendidikan dan

Proses Sosial. Pekanbaru: Kreasi Edukasi. repository.uin-suska.ac.id

Lampiran 1

PEDOMAN OBSERVASI

Lokasi Observasi: SMPN 3 Kota Tangerang Selatan

Hasil Observasi

No. Variabel Indikator Keterangan

1.

Pendidikan

Agama

Islam

Kondisi dan pengelolaan

kelas

Proses pembelajaran meliputi

pendekatan, strategi, dan

metode

Materi pelajaran

Keteladanan guru PAI

2. Budaya

Sekolah

Peduli

Lingkungan

Keadaan sekolah

Pemanfaatan lahan dan

fasilitas sekolah

Kegiatan-kegiatan keseharian

sekolah

Interaksi warga sekolah di

luar jam pembelajaran

Lampiran 2

Hasil Observasi

No. Variabel Indikator Keterangan

2.

Pendidikan

Agama

Islam

Kondisi dan pengelolaan

kelas Kondisi kelas bersih dan

rapih sehingga nyaman

untuk melakukan

pembelajaran.

Pengelolaan kelas di

kelola dengan baik oleh

guru, seperti mengatur

dan merapihkan tempat

duduk

Saat pembelajaran guru

memberikan reward

berupa motivasi dan

pujian pada siswa

Proses pembelajaran meliputi

pendekatan, strategi, dan

metode

Pendekatan, strategi dan

metode pembelajaran

yang digunakan guru

lebih banyak pada student

centered dalam KBM

Metode yang digunakan

bervariasi seperti praktek,

diskusi dan lain

sebagainya.

KBM mengantarkan

siswa untuk banyak

menganalisis

permasalahan

lingkungan.

Siswa sangat aktif dalam

menjawab pertanyaan

guru

Materi pelajaran Mata pelajaran dikaitkan

dengan permasalahan-

permasalahan lingkungan

baik isu lokal ataupun

global

Penjelasan materi

dikaitkan dengan ayat al-

Qur’an atau hadits

Keteladanan guru PAI Keteladanan guru terlihat

pada saat proses

pembelajaran dikelas dan

diluar kelas.

2. Budaya

Sekolah

Peduli

Lingkungan

Keadaan sekolah Mudah ditemukan

lokasinya melalui GPS

Berada tidak jauh dari

jalan raya

Kondisi sekolah nyaman

dan tidak bising sehingga

proses pembelajaran

berjalan dengan baik.

Gedung kokoh, asri dan

bersih

Pemanfaatan lahan dan

fasilitas sekolah

Tersedianya sarana dan

prasarana ramah

lingkungan

Lahan dan fasilitas

sekolah digunakan

dengan baik dalam

kegaitan keseharian

sekolah

Kegiatan-kegiatan

keseharian sekolah

Sekolah memiliki

kegiatan rutin Adiwiyata

seperti Jum’at bersih dan

piket dalam

kesehariannya.

Siswa telat dihukum

dengan cara

membersihkan dan

membuang sampah yang

masih ada di area

sekolah.

Interaksi warga sekolah

di luar jam pembelajaran

Guru dan murid menjalin

interaksi yang baik, guru

selalu membimbing atau

memberikan nasehat

pada siswa.

Hubungan antar siswa

terjalin dengan baik.

Hubungan antar guru

juga terjalin dengan baik

Lampiran 3

PEDOMAN WAWANCARA

PEDOMAN WAWANCARA GURU PAI

BIODATA SINGKAT

NAMA :

TEMPAT/TANGGAL :

DAFTAR PERTANYAAN

1. Bagaimana pembelajaran PAI untuk mengupayakan peduli lingkungan?

2. Apa anda pernah mengajar dengan memanfaatkan lahan dan fasilitas sekolah?

3. Apakah dalam pembelajaran PAI hanya berdasarkan tentang lingkungan?

4. Seperti apa evaluasi pembelajaran PAI dalam mendukung program adiwiyata?

5. Apa anda pernah mengikuti pelatihan tentang adiwiyata?

6. Apa anda pernah mengikuti seminar, lokakarya atau workshop tentang

lingkungan?

7. Apa anda pernah membantu atau melatih sekolah lain dalam adiwiyata?

8. Sebagai guru PAI apa yang anda lakukan untuk mendukung program Adiwiyata?

9. Apa peran anda dalam Adiwiyata di SMPN 3 Tangsel ini?

10. Budaya apa yang dibangun PAI dalam program Adiwiyata?

11. Menurut anda, sejauh ini bagaimana sikap siswa dalam hal peduli lingkungan?

12. Apakah pernah anda meminta siswa menulis tentang peduli lingkungan dalam

Islam?

13. Apa faktor penghambat dan pendukung untuk PAI dalam program adiwiyata?

14. Bagaimana anda mengatasi permasalahan tersebut?

15. Perubahan apa yang dirasakan anda setelah mengajarkan nilai-nilai adiwiyata

dalam PAI?

16. Menurut anda apa yang dirasakan setelah sekolah ini melaksanakan program

adiwiyata?

PEDOMAN WAWANCARA KOORDINATOR ADIWIYATA

BIODATA SINGKAT

NAMA :

TEMPAT/TANGGAL :

DAFTAR PERTANYAAN

1. Sudah berapa lama sekolah ini melaksanakan sekolah peduli lingkungan?

2. Apa alasan sekolah menjalankan program adiwiyata?

3. Apa saja bentuk kebijakan yang dibuat sekolah untuk peduli lingkungan?

4. Berapa persen anggaran yang disediakan sekolah untuk program adiwiyata?

5. Untuk kurikulum yang terintegrasi dengan lingkungan, apa yang dilakukan tim

adiwiyata untuk mensukseskan hal tersebut?

6. Apa saja kegiatan lingkungan partisipatif di sekolah?

7. Bagaimana sekolah mengelola kebersihan?

8. Bagaimana dengan pengelolaan sampah di sekolah?

9. Apa saja yang dilakukan sekolah dalam 3R?

10. Apa usaha sekolah dalam hemat energi?

11. Apa yang dilakukan sekolah untuk mendukung hidup sehat?

12. Bagaimana tim adiwiyata pada setiap guru mapel?

13. Bagaimana sekolah mengkomunikasikan hasil pembelajaran lingkungan hidup?

14. Bagaimana sekolah mengembangkan ekstrakurikuler?

15. Apa inovasi dan kreativitas yang sudah dicapai sekolah?

16. Bagaimana sekolah mensosialisasikan peduli lingkungan ke siswa?

17. Ada pelatihan tidak untuk mendukung Adiwiyata?

18. Apa yang dilakukan jika siswa yang melanggar?

19. Bagaimana pengelolaan saran prasarana?

20. Bagaimana dengan pemeliharaan lingkungan sekolah?

21. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam adiwiyata ini?

22. Bagaimana sekolah mengatasi permasalahan tersebut?

23. Perubahan apa yang dirasakan setelah melaksanakan program adiwiyata?

PEDOMAN WAWANCARA KEPALA SEKOLAH

BIODATA SINGKAT

NAMA :

TEMPAT/TANGGAL :

DAFTAR PERTANYAAN

A. Sejarah sekolah menjadi sekolah Adiwiyata

1. Sudah berapa lama sekolah ini menerapkan peduli lingkungan?

2. Bagaimana proses sekolah hingga menjadi sekolah adiwiyata mandiri?

3. Kapan pertama kali sekolah melaksanakan program Adiwiyata

4. Apa alasan sekolah mengikuti program Adiwiyata

B. Kebijakan sekolah dalam Adiwiyata

5. Apa saja jenis kebijakan yang dibuat sekolah berkaitan dengan program adiwiyata?

6. Berapa persen anggaran sekolah untuk mendukung sekolah berbudaya peduli

lingkungan?

7. Apa yang dilakukan sekolah untuk hemat energi?

8. Kerjasama apa saja yang dibentuk oleh sekolah?

9. Apa yang dilakukan sekolah untuk mendukung hidup sehat?

10. Bagaimana sekolah mengembangkan pembelajaran untuk mendukung peduli

lingkungan?

11. Bagaimana sekolah mengembangkan sarana dan prasarana?

12. Apakah terdapat sanksi bagi yang melanggar kebijakan ataupun peraturan sekolah?

C. Peningkatan kualitas dan sosialisasi

13. Bagaimanakah sekolah dalam mengembangkan sikap dan perilaku siswa untuk

peduli lingkungan?

14. Bagaimanakah sekolah dalam mengembangkan kualitas guru dan staf untuk

program adiwiyata?

15. Apa saja jenis kegiatan yang diadakan di sekolah dengan sekolah sebagai

penyelenggara?

16. Apa saja jenis kegiatan yang diadakan di sekolah dengan pihak luar sekolah

sebagai penyelenggara?

17. Bagaimana sekolah mensosialisasikan adiwiyata pada masyarakat?

18. Inovasi apa yang dilakukan sekolah dalam pengelolaan dan perlindungan terhadap

lingkungan?

D. Evaluasi

19. Bagaimana bentuk evaluasi dalam adiwiyata?

20. Sejauh ini, menurut bapak guru-guru sudah peduli lingkungan tidak?

E. Penghambat, pendukung dan solusi

21. Apa faktor penghambat dan pendukung yang dirasa dalam program adiwiyata?

22. Apa yang dilakukan sekolah untuk membudayakan peduli lingkungan?

23. Apa yang dirasakan anda setelah melaksanakan sekolah yang peduli dan ramah

lingkungan?

PEDOMAN WAWANCARA WAKASEK KURIKULUM

BIODATA SINGKAT

NAMA :

TEMPAT/TANGGAL :

DAFTAR PERTANYAAN

A. Sejarah Sekolah menjadi Adiwiyata

1. Sudah berapa lama sekolah ini menerapkan peduli lingkungan?

2. Bagaimana proses sekolah hingga menjadi sekolah adiwiyata mandiri?

3. Kapan pertama kali sekolah melaksanakan program Adiwiyata

B. Kebijakan, pelaksanaan dan kegiatan Sekolah dalam Adiwiyata

4. Apa saja jenis kebijakan yang berkaitan dengan adiwiyata?

5. Apa sanksi dari pelanggaran kebijakan?

6. Kurikulum apa yang digunakan untuk mendukung adiwiyata?

7. Apa standar dari keberhasilan dari kurikulum berbasis lingkungan?

8. Menurut anda, bagaimana pelaksanaan kurikulum bebasis lingkungan yang

dilakukan oleh guru PAI?

9. Apakah PAI mampu mengantarkan siswa untuk berhasil dalam pembelajaran PAI

di kelas maupun secara teladan?

C. Sosialisasi Sekolah

10. Bagaimana sekolah mensosialisasikan peduli lingkungan?

11. Apa siswa mampu menerapkan pengetahuan LH untuk memecahkan permasalahan

sehari-hari?

D. Faktor Pendukung, Penghambat dan Solusi

12. Apa faktor pendukung dan penghambat dari sekolah adiwiyata khususnya dibidang

bapak?

13. Apa yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut?

14. Menurut anda, bagaimana budaya peduli lingkungan ini terbangun?

15. Apa yang anda rasakan setelah melaksanakan sekolah peduli lingkungan?

PEDOMAN WAWANCARA WAKASEK PENGEMBANGAN DAN MUTU

SEKOLAH

BIODATA SINGKAT

NAMA :

TEMPAT/TANGGAL :

DAFTAR PERTANYAAN

A. Sejarah Sekolah menjadi Adiwiyata

1. Sudah berapa lama sekolah ini menerapkan peduli lingkungan?

2. Bagaimana proses hingga menjadi adiwiyata mandiri?

B. Kebijakan Sekolah dalam Adiwiyata

3. Apa saja jenis kebijakan yang berkaitan dengan adiwiyata?

4. Apa sanksi dari pelanggaran kebijakan?

5. Apa yang dilakukan dalam mengembangkan mutu sekolah untuk mendukung

adiwiyata?.

6. Bagaimana evaluasi dalam adiwiyata, pada siswa, khususnya tim adiwiyata?

C. Sosialisasi Sekolah

7. Bagaimana sekolah mensosialisakan adiwiyata?

D. Faktor Pendukung, Penghambat dan Solusi

8. Apa faktor pendukung dan penghambat dari pengembangan dan mutu sekolah

dalam program adiwiyata?

9. Menurut anda, bagaimana budaya peduli lingkungan ini terbangun?

10. Apa yang anda rasakan setelah melaksanakan sekolah peduli lingkungan?

PEDOMAN WAWANCARA WAKASEK HUMAS DAN PERLUASAN AKSES

BIODATA SINGKAT

NAMA :

TEMPAT/TANGGAL :

DAFTAR PERTANYAAN

A. Sejarah Sekolah menjadi Adiwiyata

1. Sudah berapa lama sekolah ini menerapkan Adiwiyata?

2. Bagaimana proses hingga menjadi adiwiyata mandiri?

B. Kebijakan Sekolah dalam Adiwiyata

3. Apa saja jenis kebijakan yang berkaitan dengan adiwiyata?

4. Apa peran anda dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan?

5. Apa sanksi dari pelanggaran kebijakan?

C. Sosialisasi Sekolah

6. Apa yang dilakukan untuk mensosialisasikan adiwiyata pada siswa baru?

7. dilakukan untuk mensosialisasikan pada masyarakat sekitar tentang adiwiyata?

8. Dengan siapa saja sekolah bekerja sama dengan pihak lain?

9. Dalam bentuk kerja sama seperti apa?

10. Bagaimana anda memperluas akses sekolah untuk mengkomukasikan untuk

peduli lingkungan?

D. Faktor Pendukung, Penghambat dan Solusi

11. Apa faktor pendukung dan penghambat dari pengembangan dan mutu sekolah

dalam program adiwiyata?

12. Menurut anda, bagaimana budaya peduli lingkungan ini terbangun?

13. Apa yang anda rasakan setelah melaksanakan sekolah peduli lingkungan?

14. Bagaimana anda memperluas akses sekolah untuk mengkomukasikan untuk

peduli lingkungan?

E. Faktor Pendukung, Penghambat dan Solusi

15. Apa faktor pendukung dan penghambat dari pengembangan dan mutu sekolah

dalam program adiwiyata?

16. Menurut anda, bagaimana budaya peduli lingkungan ini terbangun?

17. Apa yang anda rasakan setelah melaksanakan sekolah peduli lingkungan?

PEDOMAN WAWANCARA WAKASEK KESISWAAN

BIODATA SINGKAT

NAMA :

TEMPAT/TANGGAL :

DAFTAR PERTANYAAN

A. Sejarah Sekolah menjadi Adiwiyata

1. Sudah berapa lama sekolah ini menerapkan peduli lingkungan?

2. Bagaimana proses hingga menjadi adiwiyata mandiri?

B. Kebijakan, Pelaksanaan dan Kegiatan Sekolah dalam Adiwiyata

3. Apa saja jenis kebijakan yang berkaitan dengan adiwiyata?

4. Apa sanksi dari pelanggaran kebijakan?

5. Apa yang dilakukan untuk mensosialisasikan adiwiyata pada siswa?

6. Apa saja jenis ekstrakurikuler yang ada di sekolah?

Dibidang pengetahuan seperti KIR, Pramuka, PBB, Paskib

7. Apa tindakan lanjut untuk siswa yang melanggar peraturan sehubungan

dengan adiwiyata?

C. Faktor Pendukung, Penghambat dan Solusi

8. Apa faktor pendukung dan penghambat dari pengembangan dan mutu sekolah

dalam program adiwiyata?

9. Apa yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut?

10. Menurut anda, bagaimana budaya peduli lingkungan ini terbangun?

11. Apa yang anda rasakan setelah melaksanakan sekolah peduli lingkungan?

Lampiran 4

TRANSKIP WAWANCARA

Nama : H. Maryono, S.E. M. Pd

Jabatan : Kepala Sekolah

Hari/Tanggal : Rabu, 6 September 2017

Tempat : Ruang Kepala Sekolah

A. Sejarah sekolah menjadi sekolah Adiwiyata

1. Sudah berapa lama sekolah ini menerapkan peduli lingkungan?

Sudah kurang lebih 6 atau 7 tahun lalu. Karena sebelum adiwiyata kami sudah

menjadi sekolah sehat.

2. Bagaimana proses sekolah hingga menjadi sekolah adiwiyata mandiri?

Itu luar biasa ya, pertama dari penanaman Sumber daya manusia dulu ya baik

tenaga guru dan TU, OB, Security dan semua yang ada di sekolah. Dan tidak kalah

pentingnya anak-anak karena peran besarnya adalah mengajarkan pada mereka

untuk peduli lingkungan termasuk pihak kantin pun juga kita ajak untuk peduli

lingkungan. jadi semua unsur disini kita ajak dan kita perkenalkan betapa

pentingnya lingkungan, kalau kita tidak urus dan pelajari dari sekarang bisa jadi 10

tahun yang akan datang bisa mempunyai perilaku seperti apa menyangkut

lingkungan kita.

3. Kapan pertama kali sekolah melaksanakan program Adiwiyata

Sudah 6 tahun, dari 2011 sudah mulai adiwiyata hanya pada waktu itu kita belum

tahu kalau itu sudah disebut adiwiyata.

4. Apa alasan sekolah mengikuti program Adiwiyata

Menanamkan rasa cinta pada lingkungan, menyelamatkan lingkungan pada anak.

Karena mereka kan generasi selanjutnya. Numpung mereka masih muda masih

belia mudah-mudahan setelah itu mereka mengajarkan pada selanjutnya. Jadi

keuntungannya jangka panjang.

B. Kebijakan, pelaksanaan dan kegiatan sekolah dalam Adiwiyata

5. Apa saja jenis kebijakan yang dibuat sekolah berkaitan dengan program

adiwiyata?

Ya pertama visi misi yang utamanya. Sudah mencakup segala macam aturan-

aturan yang tidak boleh dilanggar termasuk apabila melanggar dapat hukuman

seperti ini kemudian kalau mereka peduli kami berikan penghargaan kemudian

kebijakan lain tentang sampah mengurangi sampah anak-anak setiap hari suruh

membawa perlengkapan minum dan makan. Jadi anak selalu membawa tuperwear.

Kemudian kebijakan lain untuk mengurangi pencemaran udaranya anak-anak

terutama yang siswa baru untuk membawa pohon yang sudah lulus membawa

pohon. Ilustrasinya seperti ini dulu lingkungan tidak seperti ini. Saat upacara

banyak siswa yang pingsan, nah bapak juga gak tau kenapa terus sekolah ini kok

gersang amat. Kalau dulu kan pohon ditebang untuk membuat jalan atau dibuat

lapangan lalu disemen atau diaspal, kalau sekarang itu kami balik, saya gali satu

galian itu 300.000, kan cor-coran itu keras jadi satu lubang 300.000, dan saya beli

pohon yang besar sekalian yang 1.500.000, saya ingin cepat kalau pohonnya masih

kecil itu kena tendangan bola juga mati. Oleh karena itu saya membeli pohon

untuk lingkungan sekolah termasuk lapangan sekolah. Setelah menanam pohon di

lingkungan sekolah anak-anak jarang ada yang pingsan karena suplay oksigen

mereka cukup kalaupun ada yang pingsan itu karena mereka tidak sarapan.

Selanjutnya lagi masih tentang sampah, sampah-sampah yang tidak bisa di daur

ulang kami kumpulkan dan ada bank sampah sehingga kami jual untuk beli buku

beli pot.

6. Berapa persen anggaran sekolah untuk mendukung sekolah berbudaya

peduli lingkungan?

20% minimal untuk mendukung sekolah berbudaya lingkungan dalam pengelolaan

adiwiyata.

7. Apa yang dilakukan sekolah untuk hemat energi?

Untuk hemat energi, seperti air bekas wudhu’ kami menggunakannya untuk

menyiram tanaman sehingga hemat air dan hemat listrik. Untuk siang hari tidak

menggunakan lampu dan AC secara berlebih. Kemudian yang tidak kalah pentinya

itu komitmen. Kita ingatkan setiap hari, maka murid-murid visi misi hafal karena

setiap upacara disuruh menyebutkan visi misinya. Mengadakan jum’at bersih,

menciptakan lingkungan sehat dan hijau.

8. Kerjasama apa saja yang dibentuk oleh sekolah?

Kami kerja sama dengan lingkungan hidup, LSM kota sehat, Puskesmas, RT, RW

termasuk beberapa perusahaan dan unsur-unsur yang berhubungan dengan

lingkungan. Sampah kita pilah dari 3R itu untuk mengolah sampah. Bahkan kami

mengundang pihak lain untuk membuat tas dll sehingga kami jual untuk bisa beli

pohon, buku dll.

9. Apa yang dilakukan sekolah untuk mendukung hidup sehat?

Answer: ya menyadarkan bahwa kalau lingkungannya itu bersih hidupnya sehat.

Termasuk kantin sehat, karena kami selalu kami uji untuk makanan yang

disediakan. Toilet kami juga bersih karena ada penjaga untuk membersihkan.

10. Bagaimana sekolah mengembangkan pembelajaran untuk mendukung peduli

lingkungan?

Answer: kita mengadakan pelatihan-pelatihan secara periodik. Semua pelajaran

sebetulnya bisa ya diintegrasikan dengan lingkungan. Jadi semua pendidikan

tentang lingkungan diintegrasikan ke semua mata pelajaran. Jadi tidak ada khusus

tentang lingkungan tapi diintegrasikan.

11. Bagaimana sekolah mengembangkan sarana dan prasarana?

Answer: jadi sarana dan prasarana sudah disediakan dari pemerintah jadi kami

menambah untuk melengkapi sarana prasarana yang belum ada. Seperti contohnya

pohon yang tadi diceritakan.

12. Apakah terdapat sanksi bagi yang melanggar kebijakan ataupun peraturan

sekolah?

Oh iya, kan dilarang merokok dan itu ada SK nya SK kepala sekolah, termasuk

anak diberi hukuman yang mendidik.

C. Peningkatan kualitas dan sosialisasi

13. Bagaimanakah sekolah dalam mengembangkan sikap dan perilaku siswa

untuk peduli lingkungan?

Menanamkan bahwa akibat dari kurangnya peduli lingkungan menimbulkan

polusi, yaitu tanah, air, udara.

14. Bagaimanakah sekolah dalam mengembangkan kualitas guru dan staf untuk

program adiwiyata?

Sama seperti siswa, pokoknya semua yang ada di sini juga begitu. Bahkan guru

juga saya suruh hafalkan visi-misi juga. Bahkan disini juga kalau guru tidak

membawa tupperwear ditegur oleh siswa.

15. Apa saja jenis kegiatan yang diadakan di sekolah dengan sekolah sebagai

penyelenggara?

Kegiatan-kegiatannya sebetulnya setiap hari kami laksanakan, seperti bersih-

bersih, jum’at bersih, tidak membawa tupperwear, rutin merawat pohon, dll.

Partisipasi orang tua pasti ada, ada yang langsung dan tidak langsung. Kalau yang

langsung kami ajak rapat, tapi kan tidak terlalu banyak karna kan ada yang sibuk.

Kami juga pernah menanam 1000 pohon di gintung dengan bantuan dari lions

club, dan juga menyebar ikan juga digintung. Kami juga mengajak walikota tapi

yang datang wakil walikota.

16. Apa saja jenis kegiatan yang diadakan di sekolah dengan pihak luar sekolah

sebagai penyelenggara?

Pengolahan sampah, kami diundang oleh institusi pemerintah, swadaya

masyarakat. Jadi pokoknya kalau kami diundang kami ikut.

17. Bagaimana sekolah mensosialisasikan adiwiyata pada masyarakat?

Kami mengajak. RT, RW, lurah, camat kami undang untuk bahwa kami

mempunyai program peduli lingkungan, supaya kami dibantu supportnya. Setelah

itu biar lingkungan itu juga ikut peduli lingkungan.

18. Inovasi apa yang dilakukan sekolah dalam pengelolaan dan perlindungan

terhadap lingkungan?

Baru sampai tahap pengolahan sampah saja, barang-barang yang bisa digunakan

kembali.

D. Evaluasi

19. Bagaimana bentuk evaluasi dalam adiwiyata?

Evaluasinya setiap hari. Kan indikatornya ratusan, jadi mana yang harus dievaluasi

kami perbaiki.

20. Sejauh ini, menurut bapak guru-guru sudah peduli lingkungan tidak?

Sudah peduli sih, tapi kalau 100% sih tidak masih ada yang belum, tapi secara

umum sudah peduli.

E. Penghambat, pendukung dan solusi

21. Apa faktor penghambat dan pendukung yang dirasa dalam program

adiwiyata?

Penghambatnya ya itu masih kurangnya kesadaran dari beberapa guru, siswa

sehingga skala prioritasnya pada mereka yang masih belum peduli, kami terus

berupaya.

Pendukungnya ya hampir semua anak, semua personil sudah menyadari betapa

parahnya kalau lingkungan ini tidak kita jaga. Untuk mendapatkan sumber air

bersih saja itu susah, untuk bernafas dengan lega saja sudah susah, belum lagi

akibat sampah dan pencemaran udara. Sehingga pendukungnya, SDM kita personil

kita mendukung, siap untuk peduli, disamping sarana dan prasananya juga cukup

mendukung.

22. Apa yang dilakukan sekolah untuk membudayakan peduli lingkungan?

Visi misi untuk hidup bersih, membuang dan mengolah sampah, jum’at bersih dll.

23. Apa yang dirasakan anda setelah melaksanakan sekolah yang peduli dan

ramah lingkungan?

secara pribadi kepuasan ya, bahwa program kita tercapai. Kemudian secara umum

ya manfaatnya dapat dirasakan seperti yang saya ceritakan tadi, dengan banyak

pohon ternyata orang yang upacara tidak banyak yang pingsan. Yang jelas

kelihatan ya sekolah menjadi bersih, sehat, hijau sehingga membuat membuat rasa

tenang, dan pastinya murid juga merasa nyaman. Kalau kemarau seperti ini kami

cukup air karena kami punya sumur resapan.

TRANSKIP WAWANCARA WAKASEK KURIKULUM

Nama : Drs. Sholeh Fathoni, M.Pd

Jabatan : Wakasek Kurikulum

Hari/Tanggal : Kamis, 07 September 2017

A. Sejarah Sekolah menjadi Adiwiyata

1. Sudah berapa lama sekolah ini menerapkan peduli lingkungan?

Sebelum terkait dengan adiwiyata kami ini kan sudah menjadi sekolah sehat

jadi kita sudah memulai lingkungan ini supaya hijau sudah mulai dari kepala sekolah

sebelumnya yaitu pak Kuswanda dilanjutkan pak Nurhadi kemudian puncaknya ya

sekarang. Waktu itu lomba sekolah sehatnya kalah ketika pak kuswanda, menangnya

ketika pak Maryono. Pak Maryono itu melengkapi lagi macem-macem dari juara

adiwiyata nasional sampai pada adiwiyata mandiri, kalau mulainya dari 2005 sudah

ada pembinaan lingkungan. Sudah dimulai dari pak Kuswanda dalam pembinaan

lingkungan, tapi kemudian jika masuk pada visi misi dan lengkapnya kepala sekolah

yang sekarang.

3. Kebijakan, Pelaksanaan dan Kegiatan Sekolah dalam Adiwiyata

2. Apa saja jenis kebijakan yang berkaitan dengan adiwiyata?

Ketertiban kelas untuk selalu bersih, terdapat serapan air, biopori ada di sekitar

lingkungan sekolah.guru-guru ikut kerja bakti dalam membuat biopori tersebut.

3. Apa sanksi dari pelanggaran kebijakan?

Siswa ada tim peduli lingkungan, jika ada yang melanggar mereka

mengingatkan. Jika terlambat masuk sekolah diminta untuk memungut sampah.

4. Kurikulum apa yang digunakan untuk mendukung adiwiyata?

Setiap pelajaran harus memasukkan karakter tentang peduli lingkungan seperti

kebersihan. Terintegrasi dengan lingkungan. misalkan PAI tentang sholat

dihubungkan dengan lngkungan. Jadi harus dihubungkan semua dan tidak ada mata

pelajaran yang khusus tapi dititipkan pada setiap mapel.

5. Apa standar dari keberhasilan dari kurikulum berbasis lingkungan?

Dalam pembelajaran di kelas seperti halnya standar keberhasilan kurikulum

sebagaimana biasanya.

6. Menurut anda, bagaimana pelaksanaan kurikulum bebasis lingkungan yang

dilakukan oleh guru PAI?

Kaitannya dengan keterampilan guru. Ada yang sudah, ada yang belum. Kalau

menerangkan mungkin sudah tapi kalau praktek belum semua.

7. Apakah PAI mampu mengantarkan siswa untuk berhasil dalam pembelajaran

PAI di kelas maupun secara teladan?

Masih perlu peningkatan. Dalam hal tertentu sudah seperti agama sudah, tapi

secara umum masih perlu peningkatan.

4. Sosialisasi Sekolah

8. Bagaimana sekolah mensosialisasikan peduli lingkungan?

Guru sering di briefing sedangkan siswa setiap senin pasti diingatkan untuk

peduli lingkungan. Orangtua kalau sedang rapat juga diingatkan kembali.

9. Apa siswa mampu menerapkan pengetahuan LH untuk memecahkan

permasalahan sehari-hari?

Sudah, seperti barang-barang ini yang didaur ulang.

5. Faktor pendukung, penghambat dan solusi

10. Apa faktor pendukung dan penghambat dari sekolah adiwiyata khususnya

dibidang bapak?

Pendukungnya hampir semua sudah dalam sarana dan prasarana.

Penghambatnya dipelajaran, kebiasaan anak dirumah kadang berbeda dengan yang

ada di sekolah. Jika di rumah kebiasaannya tidak peduli lingkungan akan terbawa di

sekolah. Jadi perlu diingkatkan lagi.

11. Apa yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut?

Terus diingatkan dan memberikan teladan. Karena kalau tidak selalu diingatkan

satu bulan saja, maka akan kotor lagi.

12. Menurut anda, bagaimana budaya peduli lingkungan ini terbangun?

Kepala sekolah dan guru memberikan contoh pada siswa untuk peduli

lingkungan sehingga siswa dapat mengikutinya.

13. Apa yang anda rasakan setelah melaksanakan sekolah peduli lingkungan?

Dulu pohon tidak sebanyak ini. Dulu sewaktu upacara sering banyak yang

pingsan sekarang tidak karena udaranya sudah beda. Dan lagi udaranya menjadi

adem.

TRANSKIP WAWANCARA

Nama : Hj. Neni Supriati, M.Pd

Jabatan : Wakasek Pengembangan dan Mutu Sekolah

Guru mapel : PKN

Hari/Tanggal : Selasa, 12 September 2017

E. Sejarah Sekolah menjadi Adiwiyata

11. Sudah berapa lama sekolah ini menerapkan peduli lingkungan?

Sudah dari sekolah sehat dulu dari 2005.

12. Siapa pencetus ide ini hingga menjadi sekolah peduli lingkungan?

Dari pusat tuntutan dan kita juga sering kerjabakti jadi bukan hanya OB tapi

kita juga sebagai guru ikut kerja bakti.

13. Bagaimana proses hingga menjadi adiwiyata mandiri?

Kebetulan kita ditentukan oleh BLHD bahwa kita terpilih untuk menjadi

peserta Adiwiyata terus hingga menjadi adiwiyata mandiri. Dulu kami dibina

serentak seperti puskesmas, BLHD dan lain sebagainya.

F. Kebijakan, Pelaksanaan dan Kegiatan Sekolah dalam Adiwiyata

14. Apa saja jenis kebijakan yang berkaitan dengan adiwiyata?

Untuk siswa, harus membawa tempat makan dan minum, jadi kalau beli ke

kantin mereka tidak menggunakan plastik tetapi menggunakan tempat minum

tersebut. Guru juga bawa tempat makan sama seperti siswa. Kami juga

menyediakan tempat sampah organik dan anorganik

15. Apa sanksi dari pelanggaran kebijakan?

Sanksi ada tapi tidak berupa uang, sempat kami menggunakan uang tetapi

berjalan tidak lama karena anak keburu patuh, sayang juga uang jajan anak tapi

uang tersebut untuk perawatan dan perlengkapan adiwiyata. Sementara untuk guru

berupa peringatan saja

16. Apa yang dilakukan dalam mengembangkan mutu sekolah untuk mendukung

adiwiyata?

Kita sering mengadakan siswa dan tim adiwiyata kalau ada pembaharuan

dilakukan secara serentak selalu itu. Tim membagi-bagi tugas pada guru, peserta

didik agar selalu menciptakan kelas yang bersih biar tidak ada sampah. Jadi guru

selain mengajar juga mengingatkan dan memeriksa kelas sudah bersih atau tidak.

Kalau belum diberi waktu 5 menit untuk membersihkan dan membuang sampah.

Tapi alhamdulillah selama ini, sudah banyak mengingatkan antar siswa guru jadi

alhamdulillah.

G. Sosialisasi Sekolah

17. Bagaimana sekolah mensosialisakan adiwiyata?

Ke masyarakat pada radius kurang lebih 10 km, seperti yang menjual

makanan diluar tolong sampahnya diatur dan kami kerjasama dengan lurah, RT,

RW termasuk UIN minta sharing untuk tetap menjaga kebersihan

H. Pendukung dan Penghambat

18. Apa faktor pendukung dan penghambat dari pengembangan dan mutu

sekolah dalam program adiwiyata?

Pendukungnya dari siswa, guru, orang tua, saling mendukung. Waktu itu ada

hari lingkungan penanaman pohon untuk gerakan peduli lingkungan kami undang

alhamdulillah terlaksana jadi ikut untuk mengikuti kegiatan tersebut. Walaupun

tidak semua. Penghambatnya ya pihak disana masih menjaga atau tidak, kami

belum ada tindak lanjut.

19. Menurut anda, bagaimana budaya peduli lingkungan ini terbangun?

Budaya di sini mungkin 3S itu, senyum sapa salam. Penanaman habbit yang

utama.

20. Apa yang anda rasakan setelah melaksanakan sekolah peduli lingkungan?

Rasanya enjoy banget. Ternyata dengan lingkungan yang bersih hijau dan

nyaman sehat juga untuk kita jadi tidak gersang.

TRANSKIP WAWANCARA

Nama : Ahmad Anshori, MA

Guru Mapel : PAI

Tanggal : Selasa, 5 September 2017

17. Bagaimana pembelajaran PAI untuk mengupayakan peduli lingkungan?

Agama kita agama Islam sangat mengajarkan untuk peduli lingkungan,

keseimbangan alam, sampai pada hal ibadah seperti wudhu’, bagaimana Nabi

Muhammad SAW mengajarkan untuk menghemat air. Oleh karena itu, tidak ada

alasan dalam pembelajaran PAI untuk tidak mengajarkan untuk peduli pada

lingkungan.

18. Apa anda pernah mengajar dengan memanfaatkan lahan dan fasilitas sekolah?

Seperti yang dilihat kemarin, sewaktu praktek wudhu’, bagaimana berwudhu’

dengan menghemat air tanpa menyalahi ketentuan wudhu’. Yang lain seperti

memanfaatkan pohon lalu dihubungkan dengan PAI.

19. Apakah dalam pembelajaran PAI hanya berdasarkan tentang lingkungan?

Kalau tema tentang lingkungan langsung tidak ada, tapi dihubungkan dengan

tema-tema tertentu seperti ibadah, kesederhanaan, hemat dan lain sebagainya. Itu

semua dihubungkan dengan kepedulian terhadap lingkungan.

20. Seperti apa evaluasi pembelajaran PAI dalam mendukung program adiwiyata?

Dalam evaluasi itu kan ada tingkatan berpikir/nalar, menganalisis dan lain

sebagainya. Disitu kita munculkan soal-soal yang berhubungan dengan itu. Seperti

dengan cara berwudhu tapi sekaligus dengan hemat air, itu kan sudah ada adiwiyata

jadi bisa itu dijelaskan. Secara tekniknya bermacam-macam bisa dengan teknik

langsung, tanya-jawab, atau langsung praktek, uraian atau menilai. Misalkan coba

menilai bagaimana praktek wudhu’ pada umumnya. Dihubungkan dengan

penghematan air yang harus dilakukan pada saat berwudhu’. Itu kan sudah

mengevaluasi itu, tingkatan berpikirnya sudah c4 itu.

21. Apa anda pernah mengikuti pelatihan tentang adiwiyata?

Pernah, tapi tidak berkaitan dengan PAI ya, kebetulan saya guru agama satu-

satunya yang dilibatkan dan melibatkan dalam Adiwiyata, bahkan di sekolah

sebelumnya saya ketua tim adiwiyatanya di SMP Muhamadiyah, disini pas sampe

langsung ditarik jadi tim adiwiyata. saya disini bahkan sudah masuk ke program-

program ya, mengadakan pelatihan-pelatihan, bahkan saya betanggung jawab

pemanfaatan pada barang-barang bekas, biar bisa terpakai dengan bekerjasama

dengan berbagai lembaga. Sebenarnya itu, saya melibatkan penyelenggara sekaligus

ikut pelatihan.

22. Apa anda pernah mengikuti seminar, lokakarya atau workshop tentang

lingkungan?

Pernah, tapi waktu di Muhamadiyah sih ya, sebelum ke sini saya pernah ikut.

Bahkan yang didatangkan ahli-ahli dari beberapa perguruan tinggi, itu di SMP Putra

Pertiwi di pondok cabe. Itu langsung kerjasama dengan beberapa lembaga termasuk

dengan “damey” yang sadar dengan lingkungan di pamulang. Disana ada kebun,

pengolahan sampah, peternakan dan lain sebagainya. Terutama disana ada

pengolahan sampah yang menjadi barang bernilai jual tinggi.

23. Apa anda pernah membantu atau melatih sekolah lain dalam adiwiyata?

Dalam arti kita berbagi dalam Adiwiyata, iya. Seperti waktu di hotel Ibis di situ

kan melibatkan sekolah-sekolah yang mau maju ke adiwiyata provinsi, ada juga

yang baru mulai, kita sharing di situ, gimana sih pandangannya, peluangnya,

kesulitannya. Kita lihat lah pengalaman-pengalaman itu di sana.

24. Sebagai guru PAI apa yang anda lakukan untuk mendukung program

Adiwiyata?

Ya banyak, peduli lingkungan itu bukan hanya di mata pelajaran saja. Peduli

lingkungan itu harus menjadi bagian hidup kita, harus menjadi bagian sistem hidup

kita, harus menjadi bagian sistem sekolah. Oleh karena itu, kita juga harus berlatih

refleks untuk peduli lingkungan. Misalkan ada sampah kita pungut sampah, tidak

lagi hanya menyuruh karena kalau kita memungut sampah enak juga untuk

mengajak siswa, jadi gak hanya menunjuk-nunjuk ya nantinya gitu-gitu aja, itu

sebagai upayanya. Kedua dengan mengkomunikasikan pada teman-teman terutama

di tim untuk meningkatkan kepedulian kita terhadap sampah, sistem. Apalagi PAI

ya, sering memakai dalil “anna dhofatu minal iman”, kalau kita melihat yang jorok-

jorok dibiarkan saja buat apa kita jadi guru PAI karena berhubungan dengan kualitas

keimanan kita.

25. Apa peran anda dalam Adiwiyata di SMPN 3 Tangsel ini?

Saya dulu lebih berperan di sekolah pada pelaksanaan kurikulum berbasis

lingkungan.

26. Budaya apa yang dibangun PAI dalam program PAI?

Salah satunyaya penanaman moralitas ya, kepeduliannya itu yang penting

karenakan kepedulian lingkungan itu berasal dari kepedulian hati, nah disitulah kita,

kalau kita berbicara dalil-dalil agama mengarahkannya ke mental ya, mental-mental

itu yang saya pikir menjadi salah satu figur agama, dengan “anna dhofatu minal

iman”, dengan pelajaran berwudhu’, dengan pelajaran mandi, bersuci dan

sebagianya itu merupakan nilai-nilai moral, nilai-nilai amal yang jika itu diterapkan

dengan baik maka pendidikan agama itu adalah pendidikan yang menjadi ruhnya

adiwiyata sebenarnya.

27. Menurut anda, sejauh ini bagaimana sikap siswa dalam hal peduli lingkungan?

Kalau bilang tidak ada kemajuan tidak mungkin, karena itu sebuah gerakan,

gerakan itu kalau sudah dilakukan ada kemajuan, meski memang harus ekstra bawel.

28. Apa faktor penghambat dan pendukung untuk PAI dalam program adiwiyata?

Penghambat ya sistem yang kurang berjalan, ada kesan kalau yang harus peduli

lingkungan hanya tim adiwiyata, kadang-kadang dari guru sebenarnya kalau semua

guru kompak luar biasa sebenarnya. Kalau pendukung sebenarnya lingkungan dan

fasilitas di sini sudah cukup memadai, ada dukungan juga dari siswa, seperti duta

lingkungan itu kalau istirahat bergerak untuk melihat kelas-kelas di sini.

29. Bagaimana anda mengatasi permasalahan tersebut?

Keep doing, itu aja sebenarnya. Tetap lakukan karena peduli lingkungan bukan

karena orang.

30. Perubahan apa yang dirasakan anda setelah mengajarkan nilai-nilai

adiwiyata dalam PAI?

Kepedulian anak bertambah, misalkan kalau anak-anak melihat saya menunduk

untuk memungut sampah anak-anak ada yang bilang “oh udah pak, saya saja yang

buang”, ada juga yang memang harus di minta untuk buang sampah.

31. Menurut anda apa yang dirasakan setelah sekolah ini melaksanakan program

adiwiyata?

Sekolah jadi lebih hijau, warga sekolah walaupun memang tidak 100% paling

tidak ada gerakan, seperti berkurangnya sampah.

TRANSKIP WAWANCARA

Nama : Rendra Almubarak, SEI

Guru mapel : PAI

Tanggal : Selasa, 19 September 2017

1. Bagaimana pembelajaran PAI untuk mengupayakan peduli lingkungan?

Banyak melibatkan anak pada pembelajaran, karena mereka gampang menyerap

dan gampang hilang.

2. Apa anda pernah mengajar dengan memanfaatkan lahan dan fasilitas

sekolah?

Kemarinan ada observasi untuk mengamati lingkungan sekolah, seperti tema iman

kepada Allah.

3. Apakah dalam pembelajaran PAI hanya berdasarkan tentang lingkungan?

Setiap semester ada, bahkan setiap tema dititipkan tentang lingkungan.

4. Seperti apa evaluasi pembelajaran PAI dalam mendukung program

adiwiyata?

Sama seperti yang lain, standarnya sama. Yang susah itu penerapannya pada

siswa.

5. Apa anda pernah mengikuti pelatihan tentang adiwiyata?

Pernah, tahun 2013 di Bogor yang mengadakan kementrian lingkungan hidup

Tangerang Selatan

6. Apa anda pernah mengikuti seminar, lokakarya atau workshop tentang

lingkungan?

saya pernah ikut pameran hasta karya anak-anak di kelurahan ciputat yang

mengadakan BKKBN kami membuka stan tentang barang-barang bekas.

7. Apa anda pernah membantu atau melatih sekolah lain dalam adiwiyata?

Kalau sekolah ini pernah, tapi kalau pribadi tidak pernah.

8. Sebagai guru PAI apa yang anda lakukan untuk mendukung program

Adiwiyata?

Penanaman terhadap pribadi anak-anak, kalau kita lebih cendrung mengingatkan

itemnya ya kita mencontohkan. Kalau saya lumayan cerewet tentang lingkungan,

kalau jam segini, saya sering liat kelas-kelas jika ada kelas yang tidak ada gurunya

saya akan mulai bercerita dan bilang “sekolah kita sekolah apa nak?” nanti anak-

anak jawab “sekolah adiwiyata pak”, kalau masalah listrik harus gimana nak?”

nanti itu anak-anak langsung tidak menggunakan listrik yang tidak ada gunanya.

9. Apa peran anda dalam Adiwiyata di SMPN 3 Tangsel ini?

Waktu adiwiyata kota, saya menjadi IT Support, jadi kalau adiwiyata itu kan harus

tertib administratif, penilaian itu kita ngasih soft copy ke sana.

10. Budaya apa yang dibangun PAI dalam program PAI?

Budaya peduli, budaya pemanfaatan barang semaksimal mungkin, hemat energi.

11. Menurut anda, sejauh ini bagaimana sikap siswa dalam hal peduli

lingkungan?

Pertama dari saya dulu, kemudian baru ke anak-anak. Untuk sikap siswa, karena

regulasinya berjalan ada peningkatan. Tapi kalau dikurva tuh naik, naik, naik, terus

turun, turun. Jadi memang gak semuanya dan memang tidak berarti kalau sekolah

adiwiyata semua siswanya peduli lingkungan semua.

12. Apakah pernah anda meminta siswa menulis tentang peduli lingkungan

dalam Islam?

Baru tadi aja sih, kebanyakan secara umum.

13. Apa faktor penghambat dan pendukung untuk PAI dalam program

adiwiyata?

Penghambatnya sulit menginformasikan materi dengan konteks lingkungan,

seperti bahas tentang ibadah, puasa, cara mensinkronisasikan masih bagaimana,

kan tidak semua materi bisa disinkronisasikan dengan adiwiyata.

Kalau faktor pendukung di sini sudah terdukung sekali secara visual, jadi

lingkungan sekolah sangat mendukung sekali.

14. Bagaimana anda mengatasi permasalahan tersebut?

Ya bab itu kita tekankan sedikit-dikit tentang lingkungan.

15. Perubahan apa yang dirasakan anda setelah mengajarkan nilai-nilai

adiwiyata dalam PAI?

Lebih ke etika.

16. Menurut anda apa yang dirasakan setelah sekolah ini melaksanakan program

adiwiyata?

Kalau pribadi, lebih teratur, lebih sadar. Kalau lingkungan lebih tertata dengan

baik, berbeda sekali kalau dibandingkan dulu. Dulu tidak serindang ini, perubahan

yang terasa tuh itu. Ketika upacara hari senin yang pingsan jadi sedikit sekarang.

TRANSKIP WAWANCARA

Nama : Nita Marginingsih, M.pd

Guru Mapel : IPS

Mulai Mengajar : 2011

Jabatan : Koordinator Adiwiyata

24. Sudah berapa lama sekolah ini melaksanakan sekolah peduli lingkungan?

Jawab: dimulai dengan sekolah sehat tahun 2011 dengan tingkat nasional

mendapat juara 6. Kemudian ada program adiwiyata di tahun itu juga tetapi tidak

jalan, mulai lagi tahun 2012 adiwiyata kota. Adiwiyata provinsi dan nasional tahun

2013 kemudian 2014 adiwiyata mandiri tetapi didiskualifikasi karena baru setahun

terus tahun 2015 tapi ada kesalahan teknik karena file tidak masuk baru tahun

2016 kami menjadi adiwiyata mandiri.

25. Apa alasan sekolah menjalankan program adiwiyata?

Pertama, sekolah ditunjuk oleh pemerintah kemudian ada SD UT mau menjadi

mandiri hingga kami menjadi binaannya. Itu semuakan kaya dipaksa kan baru

tahun 2012 tertarik untuk melanjutkan adiwiyata. jadi pertama dipaksa, terpaksa,

kemudian jadi terbiasa. Hingga sekarang kami terbiasa yang menjadikan kami

sadar akan lingkungan untuk lebih peduli.

26. Apa saja bentuk kebijakan yang dibuat sekolah untuk peduli lingkungan?

Pertama visi misi diubah karena awalnya sekolah tidak memiliki visi-misi untuk

menjaga lingkungan. kemudian kepala sekolah selalu mengingatkan pada para

guru untuk mengajar dengan kelas yang bersih. Kemudian membentuk tim

adiwiyata yang bertugas untuk membuat kegiatan-kegiatan adiwiyata (peduli

lingkungan). yang mana tim bekerja sama dengan wali kelas seperti membuat

mading yang berisi untuk peduli lingkungan, mengadakan lomba kelas bersih dll.

Kemudian kurikulum terintegrasi dengan lingkungan dapat dilihat di RPP, PBM

dan sebagainya.

27. Berapa persen anggaran yang disediakan sekolah untuk program adiwiyata?

Anggaran sebesar 20%, sebenarnya anggaran lebih dari 20% karena kita kan tidak

menghitung pembelian sapu. Yang dihitung seperti membeli pohon, perawatan

pohon, kegiatan-kegiatan.

28. Untuk kurikulum yang terintegrasi dengan lingkungan, apa yang dilakukan

tim adiwiyata untuk mensukseskan hal tersebut?

Kami melihat di silabus pada setiap mata pelajaran yang dapat disisipkan dengan

lingkungan, tetapi jika tidak ada ya tidak di masukkan. Kebetulan anggota tim

adiwiyata terdapat perwakilan dari beberapa mata pelajaran sehingga RPP

disesuaikan.

29. Apa saja kegiatan lingkungan partisipatif di sekolah?

Kami bekerja sama dengan beberapa lembaga seperti BLHD, selain mendapat

bantuan dengan memberikan pohon, mereka juga memberikan materi seperti

pembuatan biopori dan sebagainya. Kami juga bekerja sama dengan wali murid

seperti waktu itu sedang gempar tentang pembakaran hutan nah mereka membuat

acara bertajuk tentang hal itu, lembaga lion club termasuk LSM di Tangsel yang

menyumbangkan pohon, BKPP misalkan ada gerakan pungut sampah nanti BKKP

yang menyediakan truk sampah. Sawo keci lembaga pelatihan mendaur ulang

barang bekas seperti kardus susu menjadi tempat pensil, tempat kaca mata dan lain

sebagainya, mereka melatih murid, wali murid dan guru-guru.

30. Bagaimana sekolah mengelola kebersihan?

Penanaman untuk selalu menjaga kebersihan itu yang sulit. Setiap tahun kelas 7

terdapat siswa baru, belum lagi siswa kelas 8 dan 9. Jadi harus terus diingatkan.

Kami juga mengadakan jum’at bersih dan piket.

31. Bagaimana dengan pengelolaan sampah di sekolah?

Di depan kelas sudah dipilah tapi kenyataannya masih ada kendala. Minimal kami

harapkan siswa sudah dapat memilah sampah organik dan unorganik tapi pada

kenyataannya ada permasalahan di pengelolaannya. Sebenarnya dulu itu kami

ingin mengelola bank sampah supaya hasil pemilahan dapat dijual tapi kami

memiliki petugas yang sudah lama bekerja yaitu bang Jamil yang bertugas untuk

memilah-milah sampah, seperti sampah kertas, plastik dia pilah. Nah hasil dari itu

bisa untuk biaya kebutuhan dia, makanya kalau kita mau ambil alih kasian. Cuma

kami paling minta laporan dari bang jamil.

32. Apa saja yang dilakukan sekolah dalam 3R?

Kalau sekarang untuk pengelolaan 3R itu ada di pelajaran prakarya. Kalo dulu ada

kegiatan khusus untuk melatih siswa dan guru dari berbagai sumber sekarang

implikasinya di prakarya. Misalnya sekarang bikin bak sampah dari koran dan

kami selalu berusaha membuat yang dapat digunakan kembali. Jadi jangan sampai

kami sudah 3R tapi tidak dapat dipergunakan kembali. Nah kalo itu kan koran di

pakai cat jadi keras.

33. Apa usaha sekolah dalam hemat energi?

Kalo itu kami dari slogan-slogan. Kemudian memakai listrik seperlunya seperti

memakai kipas pada waktu siang hari dan mematikan lampu jika sudah tidak

diperlukan.

34. Apa yang dilakukan sekolah untuk mendukung hidup sehat?

Kami bekerjasama dengan puskesmas seperti suntikan rubela, dan pelatihan-

pelatihan dan pemeriksaan kantin. Kebijakan khusus kantin seperti tidak

menggunakan steyrofoem, pewarna berbahaya. Orang kantin juga sering diadakan

pelatihan. Seperti waktu itu ada tes pada makanan kantin ternyata ada yang

menggunakan borax dan hal tersebut langsung dipanggil oleh kepala sekolah untuk

ditindak lanjuti.

35. Bagaimana tim adiwiyata pada setiap guru mapel?

Anggota tim ada 10, paling yang dinilai adalah tim adiwiyatanya. Kalau untuk

guru mapel secara formal sih tidak ada, paling Cuma mengingatkan lagi.

36. Bagaimana sekolah mengkomunikasikan hasil pembelajaran lingkungan

hidup?

Dikomunikasikan di mading kelas atau sekolah, radio, koran dan web sekolah.

37. Bagaimana sekolah mengembangkan ekstrakurikuler?

Untuk ekstrakurikuler yang lain ada pembinanya masing-masing. Seperti pramuka

kami bikin spanduk keliling kampung untuk peduli lingkungan sambil pungutin

sampah, pernah juga menanam pohon. Kalau ekstrakurikuler yang lain kita

tekankan untuk membersihkan tempat yang ada disekitarnya. Kemudian seperti

event-event seperti hari sampah itu semua ekskul ikut terlibat.

38. Apa inovasi dan kreativitas yang sudah dicapai sekolah?

Kalau itu seperti mengembangkan tanaman hidroponik, airponik. Kemudian di 3R.

Seperti membuat tas dari bungkus kopi sewaktu ikut lomba yang nasional dll.

39. Bagaimana sekolah mensosialisasikan peduli lingkungan ke siswa?

Setiap senin sewaktu upacara setiap pembina selalu mengingatkan untuk selalu

peduli lingkungan. jum’at tausiah juga seperti itu, kadang kami sengaja

mengumpulkan siswa hanya untuk seperti itu. Kita juga mendatangkan BLHD dan

lain sebagainya. Dari kepala sekolah selalu mengingatkan untuk selalu menjaga

lingkungan. kalau orang tua kami selalu mengadakan pertemuan orang tua murid

sewaktu tahun ajaran baru itu sosialisasi programnya sewaktu itu.

40. Ada pelatihan tidak untuk mendukung Adiwiyata?

Sering itu, yang 3R. Atau mendatangkan BLHD untuk pelatihan untuk membuat

biopori. Kalau seminar sering diundang BLHD. Kalau dari sekolah sendiri yang

mengadakan masih sebatas pelatihan atau pemanfaatan apa gitu. Seperti

pemanfaatan tanaman.

41. Apa yang dilakukan jika siswa yang melanggar?

Duta lingkungan yang selaku yang bertugas, kalau dulu didenda misalkan untuk

kelas kotor. Kalau sekarang misalkan telat, kami suruh bersih-bersih.

42. Bagaimana pengelolaan saran prasarana?

Semua kelas memiliki ventilasi yang baik, kami memiliki taman, sumur resapan,

kolam ikan, biopori, green house dan lain sebagainya.

43. Bagaimana dengan pemeliharaan lingkungan sekolah?

Kami memiliki penanggung jawab pada setiap sarana. Kalau siswa dari piket. Tapi

kalau untuk green house anak-anak duta lingkungan kami bagi-bagi untuk

memelihara.

44. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam adiwiyata ini?

Penghambatnya adalah membuat semua warga sekolah untuk membiasakan dan

mempertahankan untuk selalu peduli lingkungan itu masih terbilang sulit. Masih

saja ada warga sekolah yang melanggar kebijakan atau tidak peduli lingkungan.

kemudian sarana-prasarana juga lengkap.

Pendukungnya adalah kami memiliki kepala sekolah yang sangat mendukung

program adiwiyata.

45. Bagaimana sekolah mengatasi permasalahan tersebut?

Terus berupaya mensosialisasikan untuk selalu peduli lingkungan, tindakan untuk

memberi teladan kepada siswa. Kemudian untuk guru selalu mengingatkan agar

menjaga lingkungan.

46. Perubahan apa yang dirasakan setelah melaksanakan program adiwiyata?

Lebih bersih, lebih nyaman, lebih tertata. Dulu di belakang kelas banyak sampah

menumpuk kalau sekarang alhamdulilah sudah mendingan walaupun masih ada

satu dua.

Lampiran 5

DOKUMENTASI/FOTO-FOTO

1. Fasilitas Ramah Lingkungan

2. Piala Adiwiyata Mandiri

3. Hasil Daur Ulang

4. Slogan dan Jadwal Piket

5. Kegiatan Jum’at Bersih

PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN

DINAS PENDIDIKAN

SMP NEGER13 KOTA TANGERANG SELAttANAlamat:Ja!an ir.H.Juanda No.l Ciputat 15412 Te!p/Fax(021)7401312

SURAT KEPUTUSANKEPALA SMP NEGER:3 KOTA TANGERANG SELATAN

Nomor:800。08/421.2/70/SMPN3。 KOTA TANGERANG SELAl・ANTENTANG

REViS:ATAU PERUBAHAN ViSl′ M:Sl′ DAN TUJUAN SMP NEGER:3 KOTATANGERANG SELATAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014‐2015

l.Sebagai wujud kepedulian sekolah terhadap perubahan

lingkungan yang terjadi dan peran aktif SMP Negeri 3 Kota

Tangerang Selatan dalam upaya pelestarian lingkungan.

Menimbang

Memperhatikan

MemutuskanPertama

Kedua

2. Mengapresiasi munculnya isu lokal Wilayah Kota Tangerang

Selatan berkaitan dengan masalah penanganan sampah, banjir, dan

berkurangnya persediaan air bersih

3,Menanamkan nilai-nilai kesadaran kepedulian terhadap

lingkungan khususnya bagi warga SMP Negeri Kota Tangerang

Selatan

1. UU.Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional

2.UU.Nomor 23 Tahun 1997 tentang Fengelolaan Lingkungan Hidup

3. Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar'SaranaPrasarana Pendidikan

: Revisi atau perubahan Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah yang

berwawasan lingkungan Tahun Pembelajaran 2Ot4-20L5 seperti

terlampir dalam Surat Keputusan ini'

: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila

terdapat kekeliruan dari keputusan ini akan diperbaiki sebagairnana

mestinyaDitetapkan : Tangerang Selatan

tNiミti:ミ:::i:::[i:llember2014

トコ

no′ .Pd

NIP.196010121981121003

PEMERINTAH KOttA TANGERANG SELAttAN

DINAS PENDIDIKANSMP NEGER13 KOTA TANGERANG SELATAN

A!amat:Jalan ir.H.Juanda No.l Ciputat 15412 Telp/Fax(021)7401312

Nomor : Otl. I 421.3 1098/SM PN 3 Ciputat

Lamplran:---Perihal: Edaran

Ciputat′ 18 September 2014

: Wali kelas 7 8 9

Di.Tempat

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Salam sejahtera semoga Kita senantiasa berada dalam rahmat dan lindungan Allah SWT. Sehubungan

dengan adanya perubahan Visi, Misi SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan, Kami mengharapkan

seluruh wali kelas untuk mensosialisasikan perubahan tersebut kepada seluruh siswa SMP N 3 Kota

Tangerang Selatan dengan baik.

Demikian penrberitahuan ini kami sampaikan, atas segala perhatiannya kami sampaikan terima kasih

Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

れ 96010121981121003

PEiviERINTAH

D:NASKOTA TANGttRANG SELATAN

PEND:Dl・KAN

ハ′αmα trJα′α″′た″.Jυ anda″0.I CIp″ tat 154■ 2 7erp/Fax.r●2エ リ74013■ 2

SURAT KEPUTUSANKEPALA SMP NEGER13 KOTA TANGERANG 5ELATAN

Nomor : 8OO.O0l42L.3 / 353 /S MPN.3 Kota Ta ngera ng;Selata n

TENTANGPELARANGAN PENGGけ NAAN STYRO'OAM D:L:NGKUNGAN SMP NEGER:3

KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 20■ 5‐20■6

KEPALA SMP NEGER:3 KOTA TANGERANG SELATAN

Menimbang 1. Sebagai wujud kepedulian sekolah terhadap kesehatan dan peran aktifSMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan dalam upaya pelestarian

lingkungan

2. l\4enanannkan nilai-n,ilai dan kresaderan kepedu.lian terhedap kesehatan

lingkungan khususnya bagi warga SMP Negeri 3 Kota TangerangSelatan.

1. UU Nomor 20 Tahun 2OO3 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2. UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

3. Permendiknas Nomor 24 Tahun2007 tentang Standar Sarana

Prasarana Pendidikan

Memperhatikan

Memutuskan

Pertama

Kedua

: Pelarangan bagi kantin untuk menggunakan Styrofoam dilingkungansekolah khususnya kantin 5MP Negeri 3 Kota TangerangSelatan

: keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila terdapatkekeliruan dari keputusan ini akan diperbaiki sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Tangerang Selatan:15」 u‖ 20■ 5

PEM ER:NTAH KOTA TANGERANG SELATAN

DiNAS PEND:DIKAN

SMP NEGERi3 KO融Ⅷ GERANG SE酬ハ′a177ar rノ α′α″′r.″。Jυα17dα ⅣO.l Crp“ tat 154■ 2 TerP/F● χ rο2■ り74013■2

SURAT KEPUTUSANKEPALA SMP NEGER13 KOTA TANGERANG SELATAN

Nomor :800.00/421.3/354/SMPN.3 Kota Tangerang Selatan

TENTANGLARANGAN〕 ■

.EROKOK D:LttGKUNGAN SMP NEGER:3 TANG[RANG SELATAN

BAG:GURU′ STAFF TATA USAHA′ KARYAWAN DAN TAMUTAHUN PELAJARAN 20■ 5‐20■6

Menimbang

i a --}i- ---rYlcr rE,il rBdL

MenetapkanPertama

Kedua

Ketiga

I(TDA.I A CNAD NTGERI A I(NTA TANT?tr-RANG s.trI ATAN

: Bahwa dalam rangka menjaga kesehatan jiwa dan lingkungan yang sehatmaka perlu menetapkan keputusan larangan merokok.

- 4 rr:-^L-.,-.- J--: ^

t.-^-L-L-n L-LL...- -----l--1.; a. nllllu.rUdll (ldll lvltsllLCll N€5glldLdll r\l (tjllLdl16IJdllclyd lllEl (JltLrl\

2. Surat Keputusan kepala Sekolah SMP Negeri 3 Tangerang Selatantentang Larangan Merokol<

iviElvifiUSKAN

: Setiap Guru, Staff Tata Usaha, Karyawan dan Tamu dilarang merokokapabila berada dilingkungan SMP Negeri 3 Tangerang Selatan

: Apablla melanggar keetentuan yang sudah ditetapkan tersebut diatasmaka akan diberikan sanksi atau teguran.

: Keputusan ini berlaku pada tanggal ditetapkan

Ditetapkan di : Tangerang SelatanPadl丁 anggal :15 Ju‖ 20■5

PEMERiNTAH KOTA TANGERANG SELATAN

D:NAS PEND:D:KAN

SiviP NEGERi3 KO私 TAiqGERANG SE酬ハramα亡′Jα′α″′∴晟′

“α"″

α lVo.■ αpυ tα t 154■ 2 TerP/Foxo r θ21ノ 740■312

SURAT KEPUTUSANKEPALA SMP NEGER13 KO丁 A TANGERANG SELATAN

Nomor :800.00/42■ .3/352/SAЛ PN.3 Kota Tangerang Selatan

TENTANG籠 RATURAN KANT:N SMP NECER13 KOTA TANGERANG SEttTAN

TAHUN PELAJARAN 20■ 5¨20■6

KEPALA SMP NEGER13 KOTA TANGERANG SELATAN

Menirnbang ■.sebagai wujud kepedu‖ an sekolah terhadap arti pentingnya

kesehatan tubuh bagisemua warga sekolah.

2.Menanamkan nilai‐ n‖ al dan kesadaran kepedulian terhadap kesehatan

ttubL・ h khus4usnya bagi、 vatta SMP Nege■ 3 Kota Tangerang Selatan.

Memperhatikan l.UU Nomor20丁 ahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2.UU Nomor23丁 ahun 1997 tentang Pengelo!aan Lingkungan Hidup

3.Perrnendiknas Nomor 24丁 ahun2007 tentang Standar saranaPrasarana Pendidikan`

Memutuskan

Pertama Pelarangan bagi l<antin menjual makanan ataupun minuman yangmenggunakan bahan pengawet, pewarna, pemanis dan perasa yangtidak sesuai dengan standar kesehatan

Pelarangan bagi kantin untuk menjual makanan ataupun minuman yangsudah basi atau kadaluarsa

Pemilik kantin wajib menjaga kebersihan dan keindahan disekitartempat usahanya masing-masing

keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila terdapatkekeliruan dari keputusan inl akan diperbaiki sebagaimana mestinya

: Tangerang Selatan: 15 Juli 2O15

Kedua

Ketiga

Keempat

PEPlERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN

DINAS PENDIDIKAN

SMP NEGER13 KOTATANGERANC SELATAN∠″″αrr Jα Jaz J4二 Л″″ααハわ.IC″

“滋rr5/12r`″ /Eは

2fリ カrθ′g12

Nolllor

Lamplran

Pcrihal

Yth,

: 010./421.3/064/SMPN 3 Ciputat

: ‐ ‐ ‐

: Pemberitahuan

Ciputat,04」anuari 2016

聰 pada Orang Tua/WaH Murid SMPN 3 Kota Tangerang Selatan

di Tempat

DenganHormat

Sehuburgan dengan adanya himbauan dari BLI{D ( Badan Lingkungan l{idup Daerah )

mengenai pengurangan sampah yang berada di sekolah.

Ma,ka dari itu kami solaku pihak sekolah yang menghimbau kepada seluruh siswa - siswi

SIVP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan untuk .

l. Membawa bekal makanan sehat dari rumah

2. Membawa tempat makan dari rumah

3. Membawa tempat minum dari rumah

Demikian himbauan dan pemberitahuan ini kami buat untuk dilaksanakan demi kepentingan

bersama. Atas segala perhatian dan kerjasamanya karni ucapkan terirna kasih.

003o,S.E,Ⅳ I.Pd

10121981121

Ciputat,04 Januari 2016

PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN

DINAS PENDIDIKAN

SMP NEGER!3 KOTATANGERANG SELATANИ″″αr r力あ

“ルt二 Л

″〃α Nο.IG″“滋′IS4■2t~ /眈 (α″ソ″θfヨ 22

NomorLampiranPerihal

Yth,

: 010. /421,.3/Q63/SMPN3 Ciputat: ---z Hlmbauan

Ciputat,13 Januari 2016

: Siswa― sisvA SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan

di Tempat

Dengan Hormat

Sehubungan dengan adanya himbauan dari BLHD ( Badan Lingkungan Hidup Daerah )

mengenai pengurangan sampah yang berada di sekolah.

Maka dari itu karni selaku pihak sekolah yang menghimbau kepada seluruh siswa - siswi

SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan untuk .

l. Membawa bekal makanan sehat dari rurnah

2, Membawa tempat makan dari rumah .

3. Membawa tempat minum dari rumah

Demikian himbauan dan pemberitahuan ini kami buat unfuk dilaksanakan demi kepentingan

bersama. Atas segala perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Ciputat,13 Janttari 20 16

S.E,卜1.Pd

121981121

Mengdahui

PFMERINTAH KOTA TANsERANG,ELATAN

DlNAS PENDl,IKAN

SMPNEGER13 KOTATANGERANG:SELATAN4ramatィ r々a"rr.■ ruα

"da Ⅳ。.l Crp“に1■ 54■2■″P/角たr02コ ′740■ 3■ 2

Nomoi' : 010.01 1/SMPN 3 TangselEOl6

Perihal : Permohonan Mernberikan Pelatihan

Lamp :-

Yth,

Pimpinan Yayasan Sawo Kecik

Di Pondok Gede Jakarta Timur

Tangerang Selatan, 18 Januari 20'1 6

Dengan Horm軋

Dabm rangka mewuiudkan輌 劇 sMP Nege"3 Kota Tangerang suatan yang ped‖ ‖terhadap

躙 鶏∫懺躍胤P籠溜寵思淵識蹴 牌 甜躍贔 蹄寵胤1部kepada Bapakノlbu agar bersedia membantu kami dalam salahsatu kegiatan penge!olaan sampah lokal

di sekolah kami melalui“ Pelatihan Daur Ulang Sampah"yang akan Kamilaksanakan padal

Ha「 iノ Tanggal i Kanlis1 21」 anuari 2016

Waktu i Puku1 10100 s,d.13:00 WIB

Tempat i SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan,」|. I「. H. Juanda Nomor l Kelurahan Cempaka Putihl Kecamatan CiputatTimurj Kota Tangerang Selatan

Demiklan permohonan ini Kami sampalkan, Atas perhatan dan keり asama Bapak/lbu untukte‖ aksananya keglatan lni kaml mengucapkan tentta kaslh.

21981121

FI

PEPIERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN

DINAS PENDIDIKANSPIP NECEM 3 KOTA TANGERANG SELATAN

rl. rr. rr juando ciputat No.l Tangerang selatan TeIp/Fax: (02r) 7401312

Nomor

Lanrpiran

Perihal

Yth

: 020/017/SNIPN 3 Tangsel

: Pを′“

みο“α″ Bt″′

“α″ r●脇響zFl,`"ηραん

:Kepala DKPP

Kota Tangerang Selatan

di

Ciputat,1l Januari 2016

Assalarnu'alaikum Wr. Wb.

Dalam rangka mendukung program Sekolah Adiwiyata (Sekolatr peduli dan berbud.ayaLingkungan Hidup) di Kota Tangerang Selatan Tahun 2016, diperlukan tersedianya sarana danprasarana pengelolaan sampah di lingkungan sekolah.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, bersama ini kami sampaikan permoh.onan bantgantempat sampah terpilah masing-masing 4 (empat) writ kepada DKPP Kota Tangerang Selatan.

Demikian permohonan ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkanterimaksih

'Wass alamu' alaikum V/r. Wb.

KepalaSekolah,

PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAND:NAS PENDIDiKAN DAN KEBUDAYAAN

SMP NEGER13 KOTA TANGERANG SELATANДJamaf:」 aranた 晟 J“anda Ⅳo.f Cix■ョr Tangse′ ′う

`′

27o口,凛、

`02f,7イ

0′ 3′ 2

SURAT KETERANGANNomor:422.1/145-SMPN.3

Yang bc山狙da tangan di bawah ini adalah i

Nama

NIP

Pangkat/Gol

Jabatan

Menerangkan bahwa :

Nama

NIN{

Program Studi

.Tenjang Pendidikan

Ho MARYONO,SE,MoPd

196010121981121003

Guru Madya/1Vc

Kepala Sekolah

S「IZAENAB

21150110000002

Magster Pendi山田 Agalna ldam

S2(Strata Dua)

Benar nama tersebut di atas telah melaksanakan Penelitian/Observasi pada sekolah yang kami pimpin,

pada tanggal 20 Juli - 14 Nopember 2017 guna menyelesaikan Tesisnya yang be{udul '6Peran Guru

Pendidikan Agama Islam dalam Mengembangkan Budaya Sekolah Peduli Lingkungan".

Demikian surat keterangan ini di buat untuk digunakan pada keperluannya.

14 Nopember20lT

S.E。,Ⅳ【。Pd。

1121981121003