STRUKTUR EKONOMI INDONESIA-Mutia Farida Hudaya
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of STRUKTUR EKONOMI INDONESIA-Mutia Farida Hudaya
MAKALAH
STRUKTUR EKONOMI INDONESIA
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perekonomian
Indonesia
Diampu oleh Bapak Dr. A. Jajang W. Mahri, M.Si
Oleh :
Mutia Farida 1100952
Catur Sagung Cahyani 1103624
Nur Asiah Jamil 1106450
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
ABSTRAK
“Sturuktur Ekonomi di Indonesia”
Penulis : Mutia Farida Catur Sagung C Nur Asiah Jamil
Pembimbing : Dr. A. Jajang W. Mahri, M.Si
Pertumbuhan ekonomi telah mengakibatkan perubahanstruktur perekonomian. Transformasi strukturalmerupakan proses perubahan struktur perekonomian darisektor primer ke sektor sekunder, seperti halnya yangterjadi di Indonesia. Perubahan struktur daritradisional menjadi modern secara umum dapat dilihatsebagai suatu perubahan yang berkaitan dengan komposisipergeseran penyerapan tenaga kerja dan kontribusiterhadap Produk Domestik Bruto (PDB)Indonesia.
Makalah ini disusun untuk mengetahui bagaimanatarnsformasi struktur ekonomi Indonesia pada tigaperiode yaitu periode orde lama periode orde baru danperiode reformasi hingga pemerintahan SBY. Data yangdigunakan dalam makalah ini data sekunder yangbersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Penyajianmateri struktur ekonomi Indonesia dalam makalah iniditinjau dari aspek makro sektoral, aspek keruangan,aspek penyelenggaraan kenegaraan dan aspek birokrasi.
Hasil pembahasan makalah ini mendapatkan hasil 1)Struktur ekonomi pada era orde lama dari aspek makrosektoral masih bercorak pertanian, kemudian dari aspekkeruangan bercorak tradisional, sedangkan aspekpenyelenggaraan bercorak etatis dan aspek birokrasistruktur ekonomi Indonesia bercorak sentralis. 2)Struktur ekonomi pada era orde baru dari aspek makro
i
sektoral struktur ekonomi Indonesia mengalamitransformasi dari yang bercorak pertanian perlahanmenuju industri, kemudian dari aspek keruanganmengalami transformasi dari bercorak tradisional menujumodern, sedangkan aspek penyelenggaraan juga mengalamitransformasi dari semula bercorak etatis menuju borjuisdan aspek birokrasi struktur ekonomi Indonesia masihbercorak sentralis. 3) Struktur ekonomi pada erareformasi sampai SBY dari aspek makro sektoral strukturekonomi Indonesia bercorak industri namun terkadangsektor pertanian unggul kembali, kemudian dari aspekkeruangan bercorak modern, sedangkan aspekpenyelenggaraan bercorak egaliter dan aspek birokrasistruktur ekonomi Indonesia mengalami perubahan darisemula bercorak sentralis berubah menuju desentralis.
Kata Kunci : Struktur Ekonomi, Transformasi StrukturEkonomi, Makro
Sektoral, Etatis, Borjuis, Egaliter.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah yang berjudul “Struktur Ekonomi Indonesia”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia. Dalam upaya
penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat terselesaikan tepat waktunya.
Alhamdulillah makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna, baik ditinjau dari segi isi maupun
penulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
berbagai pihak yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan.
Akhir kata, tidak ada yang sempurna kecuali Allah
SWT, semoga buah karya ini dengan segala kekurangannya
dapat mengisi khazanah kepustakaan kita, Allahuma
Amiiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK...............................................i
KATA PENGANTAR.......................................ii
DAFTAR ISI..........................................iii
DAFTAR TABEL.........................................iv
DAFTAR GRAFIK.........................................v
1. Pendahuluan......................................1
2. Konsep Struktur Ekonomi..........................1
3. Perubahan Struktur Ekonomi.......................3
4. Struktur Ekonomi Indonesia Masa Orde Lama (1945-
1966)..............................................13
5. Struktur Ekonomi Indonesia Masa Orde Baru (1966-
1998)..............................................15
6. Struktur Ekonomi Indonesia Masa Reformasi sampai
SBY (1998-2013)....................................23
6.1 Struktur Ekonomi Dari Tinjauan Makro-Sektoral 23
6.2 Struktur Ekonomi Dari Tinjauan Keruangan.....26
6.3 Struktur Ekonomi dari Tinjauan Penyelenggaraan
Kenegaraan.......................................27
Struktur Ekonomi dari Tinjauan Birokrasi
Pengambilan Keputusan............................28
7. Kesimpulan......................................30
v
8. Saran...........................................31
DAFTAR PUSTAKA.......................................vi
GLOSARIUM..........................................viii
LAMPIRAN...........................................xiii
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perkembangan Masing-Masing Sektor Terhadap
PDB..................................................27
Tabel 2.2 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Masing-
Masing Sektor........................................28
Tabel 2.3 Rasio Antara Penyerapan Tenaga Kerja Terhadap
Pangsa dengan PDB pada Masing-Masing Sektor..........29
vii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.1. Peran Per Sektor Terhadap PDB Th. 1969-1988
(%)..................................................23
Grafik 2.2. Peran Per Sektor Terhadap PDB Th. 1988-2013
(%)..................................................32
Grafik 2.3. Data Penyerapan Tenaga Kerja.............33
viii
1. Pendahuluan
Indonesia kini masih menjadi negara berkembang,
dimana Struktur Perekonomian Indonesia masih belum
adaptif dalam menghadapi perekonomian dunia yang tak
stabil dan tak bisa diprediksi. Padahal, kelenturan
struktur ekonomi nasional mutlak dibutuhkan agar
Indonesia bisa bertahan hidup di tengah ketatnya
persaingan global.
Selanjutnya menurut Ketua Umum Kamar Dagang dan
Industri (Kadin) Indonesia Suryo B Sulisto di era pasar
bebas, pengertian perekonomian kuat di suatu negara
bukan perekonomian dengan benteng-benteng kokoh untuk
melindungi dirinya dari serangan eksternal.
Namun, perekonomian dengan struktur yang mudah
bergerak dan mudah diubah setiap waktu dengan cepat.
"Kemampuan Indonesia untuk cepat berubah setiap kali
terjadi perubahan selama ini masih sangat lemah.
Kemampuan dinamis menjadi prasyarat mutlak untuk
bertahan hidup dalam kondisi perekonomian dunia yang
tidak stabil dan tak bisa diprediksi," katanya.1
Dengan kemampuan melakukan perubahan struktur
perekonomian secara cepat, Masyarakat Ekonomi ASEAN
ataupun globalisasi bukan merupakan ancaman, melainkan
peluang besar bagi Indonesia.Tentu dengan strategi
untuk meraihnya. Strategi yang diperlukan adalah
1 http://www.kemenperin.go.id
1
strategi yang mampu mendinamisasi potensi unggulan yang
dimiliki Indonesia. Hal itu misalnya potensi sumber
daya alam menjadi sumber bahan baku industri. Faktor
demografi menjadi pasar dengan skala besar yang
kompetitif serta menjadi sumber tenaga kerja yang
produktif.
2. Konsep Struktur Ekonomi
Struktur ekonomi secara sederhana dapat diartikan
sebagi peran atau sumbangan sektor-sektor dalam
perekonomian Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) Indonesia. Kemudian menurut Eka Nurdiano Struktur
ekonomi dapat diartikan sebagai komposisi peranan
masing-masing sektor dalam perekonomian baik menurut
lapangan usaha maupun pembagian sektoral ke dalam
sektor primer, sekunder dan tersier.2
Hal tersebut dijelaskan oleh Sadono Sukirno (2006)
bahwa, berdasarkan lapangan usaha maka sektor-sektor
ekonomi dalam perekonomian Indonesia dibedakan dalam
tiga kelompok utama yaitu:
a. Sektor primer, yang terdiri dari sektor pertanian,
peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan dan
penggalian.
b. Sektor sekunder, terdiri dari industri pengolahan,
listrik, gas dan air, bangunan.
2http://ekanurdiyanto.com
2
c. Sektor tertier, terdiri dari perdagangan, hotel,
restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan,
sewa dan jasa perusahaan, jasa-jasa lain (termasuk
pemerintahan).3
Menurut Dumairy (1996) Struktur ekonomi dapat
dilihat setidak tidaknya berdasarkan empat sudut
tinjauan yaitu4:
Pertama, tinjauan makro-sektoral, sebuah
perekonomian dapat berstruktur misalnya agraris,
industrial atau niaga tergantung pada sektor produksi
yang menjadi tulang punggung perekonomian yang
bersangkutan.
Kedua, tinjauan keruangan, perekonomian dapat
dinyatakan berstruktur tradisional dan berstruktur
modern. Hal ini bergantung pada apakah wilayah pedesaan
dengan teknologinya yang tradisional mewarnai kehidupan
perekonomian itu, ataukah wilayah perkotaan dengan
teknologinya yang sudah relative modern yang
mewarnainya.
Ketiga, tinjauan penyelenggaraan kenegaraan,
perekonomian yang berstruktur etatis, egaliter, atau
borjuis. Etatis ialah struktur ekonomi dimana pemerintah
yang berperan sebagai pelaku utama dalam perekonomian.
Egaliter ialah struktur perekonomian dimana rakyatlah yang
3Sadono Sukirno.2006.”Makro Ekonomi:Pengantar Teori”.Jakarta:RajaGrafindo Persada 4 Dumairy.1996.”Perekonomian Indonesia”.Jakarta : Erlangga
3
berperan lebih banyak dalam suatu perekonomian. Borjuis
ialah dimana kalangan pemodal dan usahawan yang
berperan lebih banyak dalam suatu perekonomian.Struktur
ini bergantung pada siapa atau kalangan mana yang
menjadi pemeran utama dalam perekonomian yang
bersangkutan.
Keempat, tinjauan birokrasi pengambilan keputusan,
pengambilan keputusan dapat dibedakan antara struktur
ekonomi yang sentralistis dan yang desentralistis.
Ekonomi sentralistis ialah suatu pengambilan keputusan
ataupun kebijakan yang ditentukan dan dikeluarkan oleh
pusat dalam hal ini yaitu pemerintah. Sedangkan
desentralistis dalam pengambilan keputusan ataupun
kebijakan ditentukan oleh pemerintah daerah ataupun
regional.
Dua tinjauan pertama merupakan tinjauan ekonomi
murni yaitu tinjauan makro sektoral dan tinjauan
keruangan, sedangkan dua tinjauan yang terakhir
merupakan tinjauan politik, yaitu tinjauan
penyelenggaraan dan tinjauan birokrasi.
3. Perubahan Struktur Ekonomi
Menurut Weiss Pembangunan ekonomi jangka panjang
dengan pertumbuhan PDB akan membawa suatu perubahan
mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi
tradisional dengan pertanian sebagai sector utama ke
ekonomi modern yang didomonasi oleh sektor-sektor non-
4
primer, khususnya industri manufaktur dengan increasing
returns to scale (relasi positif antara pertumbuhan output
dan pertumbuhan produktivitas) yang dinamis sebagai
motor utama penggerang pertumbuhan ekonomi.5 Ada
kecendeungan (dapat dilihat sebagai suatu hipotesis),
bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi yang
membuat semakin tinggi pendapatan masyarakat per
kapita, maka semakin cepat perubahan struktur ekonomi,
dengan asumsi faktor-faktor penentu lain yang mendukung
proses tersebut, seperti manusia (tenaga kerja), bahan
baku dan teknologi tersedia.
Meminjam istilah Kuznets, perubahan struktur
ekonomi, pada umumnya disebut transformasi struktural
dan dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian
perubahan yang saling terkait satu dengan lainnya dalam
komposisi permintaan agregat, perdagangan luar negeri
(ekspor dan impor), penawaran agregat (produksi dan
penggunaan faktor-faktor produksi yang diperlukan guna
mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan.6
Teori perubahan struktur ekonomi:7
a. Teori Arthur Lewis ( Teori Migrasi )
5 Weiss. 1988. 6 Tulus T.H Tambunan. 2012. Perekonomian Indonesia”. Bogor: GhaliaIndonesia7 Tulus T.H Tambunan. 2012. ”Perekonomian Indonesia. Bogor: GhaliaIndonesia
5
Teori ini membahas pembangunan di pedesaan
(perekonomian tradisional dengan pertanian sebagai
sector utama) dan perkotaaan (perekonomian modern
dengan industry sebagai sector utama).
Di pedesaan tingkat pertumbuhan penduduk sangat
tinggi, sehingga kelebihan supply tenaga kerja dan
tingkat hidup yang subsistence, sehingga produk
marjinalnya sama dengan nol dengan upah yang
rendah. Produk marjinal = 0 berarti fungsi
produksi sectok pertanian telah optimal. Jika
jumlah TK > dari titik optimal, maka produktivitas
menurun dan upah menurun. Dengan mengurangi jumlah
tenaga kerja yang terlalu banyak dibandingkan
tanah dan capital tidak merubah jumlah outputnya.
Diperkotaan, sektor industri kekurangan tenaga
kerja, sehingga produktivitas tenaga kerja menjadi
tinggi dan nilai produk marjinalnya positif yang
menunjukkan fungsi produksinya belum mencapai
titik optimal, sehingga upahnya juga tinggi.
Perbedaan upah ini menyebabkan migrasi atau
urbanisasi tenaga kerja dari desa ke kota,
sehingga upah tenaga kerja meningkat dan akhirnya
pendapatan negara meningkat.Pendapatan yang
meningkat meningkatkan permintaan makanan (output
meningkat) dan dalam jangka panjang pereonomian
pedesaan tumbuh dan permintaan produk industry dan
6
jasa meningkat yang menjadi motor utama
pertumbuhan output dan diversifikasi produk non
pertanian.
Relasi antara upah riil dan jumlah tenaga
kerja di dalam perekonomian perdesaan (sektor
pertanian) dapat dijelaskan dengan menggunakan
sebuah model ekonometris sederhana mengenai
dinamika pasar tenaga kerja yang terdiri atas tiga
persamaan.
LPD = Fd(wp,YP) (3.2
2) +LP
S = FS(wP) (3.23)
+LP
D = LPS = LP (3.2
4)Persamaan (3.22) adalah permintaan tenaga
kerja (LPD) yang merupakan suatu fungsi negatif dan
tingkat upah (wP ) (Fd’wP > 0), 49 dan positif dari
volume produksi pertanian (YP) (Fd’YP > 0). 50
persamaan (3.23) adalah penawaran tenaga kerja
(LPS) yang merupakan suatu fungsi positif dari
tingkat upah (Fw’wP). Sedangkan persamaan (3.24)
mencerminkan keseimbangan di pasar tenaga kerja,
dan menghasilkan tingkat w (W setelah dikoreksi
dengan inflasi dan jumlah tenaga kerja tertentu.
Model ini juga bisa diterapkan untuk sektor
industri di perkotaan.
7
Nilai MP nol artinya fungsi produksi sektor
pertanian (disebut juga sektor perdesaan), seperti
yang digambarkan di persamaan (3.25) telah sampai
pada tingkat optimal, dan jika jumlah tenaga kerja
lebih besar daripada di titik optimal tersebut
maka berlaku hukum penghasilan menurun: semakin
banyak orang bekerja di sektor pertanian, semakin
rendah tingkat produktivitas tenaja kerja (YP/LP),
atau total produksi yang dihasilkan di sektor
tersebut (FY”<0).
YP = FYP (LP) (3.25) +Dalam kondisi seperti ini, pengurangan jumlah
tenaga kerja tidak akan mengurangi jumlah output di
sektor tersebut, karena proporsi tenaga kerja
terlalu banyak dibandingkan proporsi input lain
seperti tanah dan capital. Akibat kelebihan
pekerja ini, upah atau tingkat pendapatan di
pertanian/ perdesaan menjadi sangat rendah.
Sebaliknya, di perkotaan, sektor industri
mengalami kekurangan pekerja (LiS<Li
D). Dalam
kondisi pasar tenaga kerja seperti ini,
produktivitas tenaga kerja sangat tinggi dan nilai
MP dari tenaga kerja positif, yang menunjukkan
bahwa fungsi produksinya belum berada pada tingkat
optimal yang dapat dicapai. Sesuai hukum pasar,
8
tingginya produktivitas membuat tingkal w/L di
sektor perkotaan juga tinggi.
Perbedaan upah di pertanian atau perdesaan
dengan di industri/perkotaan (WP<Wi) menarik banyak
tenaga kerja pindah dari sektor pertama ke sektor
kedua, maka terjadilah suatu proses migrasi dan
urbanisasi. Tenaga kerja yang pindah ke industri
mendapat penghasilan yang lebih tinggi daripada
sewaktu masih bekerja di pertanian (Yi>YP). Secara
agregat, berpindahnya sebagian tenaga kerja dari
sektor dengan upah rendah ke sektor dengan upah
tinggi membuat pendapatan di Negara bersangkutan
meningkat. Besamaan dengan peningkatan pendapatan
tersebut, permintaan terhadap makanan (DP)
meningkat, dan ini menjadi faktor pendorong utama
pertumbuhan output di sektor tersebut dari sisi
permintaan agregat; dan dalam jangka panjang
perekonomian perdesaan mengalami pertumbuhan. Di
pihak lain, terjadi pola perubahan permintaan
konsumen, seperti masyarakat atau pekerja yang
mengalami peningkatan pendapatan yang
mengonsumsikan sebagian besar dari pendapatannya
untuk berbagai macam produk-produk industri dan
jasa (Di). Perubahan pola konsumsi ini menjadi
motor utama pertumbuhan output dan diversifikasi
produksi di sektor-sektor non-pertanian.
9
b. Teori Hollis Chenery8 (Teori transformasi
structural atau pattern of development)
Kerangka pemikiran teori Chenery pada dasarnya
sama seperti pada model Lewis. Teori Chenery,
dikenal dengan teori pola pembangunan. Teori ini
memfokuskan pada perubahan struktur ekonomi di
negara berkembang yang mengalami transformasi dari
pertanian tradisional ke sektor industri sebagai
penggerak utama pertumbuhan. Penelitian Chenery
menunjukkan peningkatan pendapatan perkapita
merubah:
a. Pola konsumsi dari makanan dan kebutuhan
pokok ke produk manufaktur dan jasa.
b. Akumulasi capital secara fisik dan SDM.
c. Perkambangan kota dan industri.
d. Penurunan laju pertumbuhan penduduk.
e. Ukuran keluarga yang kecil
f. Sektor ekonomi didominasi oleh sektor
nonprimer terutama industry
Chenery menyatakan bahwa proses transformasi
struktural dapat dipercepat jika pergeseran pola
permintaan domestic kearah produk manufaktur dan
diperkuat dengan ekspor.
8 Kusreni,Sri.2009.“Pengaruh Perubahan Struktur Ekonomi Terhadap SpesialisasiSektoral Dan Wilayah Serta Struktur Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Untuk DaerahPerkotaan Di Jawa Timur”.Majalah Ekonomi. FE Universitas Airlangga
10
Perubahan struktur ekonomi berbarengan dengan
pertumbuhan PDB yang merupakan total pertumbuhan
nilai tambah bruto (NTB) dari semua sektor ekonomi
dapat dijelaskan sebagai berikut. Dengan memakai
persamaan (3.7), dimisalkan di suatu ekonomi hanya
ada dua sektor, yaitu industri dan pertanian
dengan NTB masing-masing, yaitu NTBi dan NTBP yang
membentuk PDB:
PDB = NTBi + NTBP (3.7
’)atau,
1 = [a(t)i+a(t)P]PDB (3.2
6)Dimana: a(t)i dan a(t)P adalah pangsa PDB
masing-masing dari industri dan pertanian; t
menunjukkan periode. Pada tahap ‘awal’ pembangunan
(t=0), sebelum industrialisasi dimulai atau sektor
industri belum berkembang: a(0)i<a(0)P. dalam
proses pembangunan terjadi transformasi ekonomi,
di mana pangsa PDB dari sektor industri meningkat
dan dari sektor pertanian menurun. Pada tahap
‘akhir’ pembangunan ekonomi (t=1): a(1)i>a(1)P,
dimana a(1)i>a(0)P dan a(1)P<a(0)P.
Menurut Chenery (1992), proses transformasi
struktural akan mencapai tarafnya yang paling
cepat bila pergeseran pola permintaan domestik ke
11
arah output industri manufaktur diperkuat oleh
perubahan yang serupa dalam komposisi perdagangan
luar negeri atau ekspor sebagaimana yang terjadi
di kelompok NICS, seperti Korea Selatan, Taiwan,
Singapura dan Hongkong-Cina. Dalam modal
transformasi struktural, relasi antara pertumbuhan
output di sektor industri manufaktur, pola
perubahan permintaan domestik kea rah output
industri dan pola perubahan perdagangan luar
negeri dapat digambarkan dalam suatu persamaan
sederhana sebagai berikut (Chenery, 1979, 1992).
Yi=Di+(Xi-Mi)+jYij(3.2
7)Di mana:
Yi = jumlah output bruto dari industri
manufaktur,
Di = permintaan domestik terhadap produk akhir
(konsumsi plus investasi) dan industri
manufaktur,
(Xi-Mi) = volume perdagangan netto (ekspor minus
impor produk kompetitif),
jYij = jaijYij = penggunaan produk industri
manufaktur sebagai barang antara oleh sektor j,
aij = koefisien input-output, yang diasumsikan
bervariasi sehubungan dengan variasi tingkat
pendapatan per kapita.
12
Kenaikan produksi sector manufaktur merupakan
kontribusi 4 faktor:
a. Kenaikan permintaan domestik, yang memuat
permintaan langsung untuk produk industri
manufaktur plus efek tidak langsung dari
kenaikan permintaan domestik untuk produk
sektor-sektor lainnya terhadap sektor
industri manufaktur.
b. Perluasan ekspor (pertumbuhan dan
diversivikasi), atau efek total dari kenaikan
jumlah ekspor terhadap produk industri
manufaktur.
c. Substitusi impor, atau efek total dari
kenaikan proporsi permintaan di tiap sektor
yang dipenuhi lewat produksi domestik
terhadap output industri manufaktur.
d. Perubahan teknologi, atau efek total dari
perubahan koefisien input-output (aij) di dalam
perekonomian akibat kenaikan upah dan tingkat
pendapatan terhadap sektor industri
manufaktur.
Kelompok negara berkembang mengalami proses
transisi ekonomi yang pesat dengan pola dan proses
yang berbeda-beda sebagai akibat dari perbedaan
antar negara:
13
a. Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam
negeri (basis ekonomi). Suatu Negara yang
pada awal pembangunan ekonomi atau
industrialisasinya sudah memiliki industri-
industri dasar, seperti mesin, besi, dan baja
yang relative kuat akan mengalami proses
industrialisasi yang lebih pesat/cepat
dibandingkan Negara yang hanya memiliki
industri-industri ringan, seperti tekstil,
pakaian jadi, alas kaki, makanan dan minuman.
b. Besarnya pasar dalam negeri. Besarnya pasar
domestik ditentukan oleh kombinasi antar
jumlah populasi dan tingkat pendapatan riil
perkapita. Pasar dalam negeri yang besar,
seperti Indonesia dengan jumlah penduduk
lebih dari 200 juta orang (walaupun tingkat
pendapatan per kapita rendah), merupakan
salah satu faktor insentif bagi pertumbuhan
kegiatan ekonomi, termasuk industri, karena
menjamin adanya skala ekonomis dan efisiensi
dalam proses produksi (dengan asumsi bahwa
faktor-faktor penentu lainnya mendukung).
c. Pola distribusi pendapatan. Faktor ini sangat
mendukung faktor pasar di atas. Walaupun
tingkat pendapatan rata-rata per kapita naik
pesat, tetapi kalau distribusinya sangat
14
pincang, kenaikan pendapatan tersebut tidak
terlalu berarti bagi pertumbuhan industri-
industri selain industri-industri yang
membuat barang-barang sederhana, seperti
makanan dan minuman, sepatu dan pakaian jadi
(tekstil). Misalnya, kalau hanya 20% dari PDB
atau PN dinikmati oleh 80% dari jumlah
penduduk (berarti kelompok kaya 20% dari
jumlah populasi), maka sesuai teori Engel
mengenai perbedaan elastisitas pendapatan
terhadap permintaan antara barang-barang dari
kategori ferior dan inferior, maka permintaan
efektif terhadap barang-barang dari kategori
pertama tersebut kecil, dan ini tidak terlalu
merangsang pertumbuhan industri-industri yang
membuat barang-barang tersebut.
d. Karakteristik dari industrialisasi. Misalnya,
cara pelaksanaan atau strategi pengembangan
industri yang diterapkan, jenis industri yang
diunggulkan, pola pembangunan industri, dan
insentif yang diberikan. Aspek-aspek ini
biasanya berbeda antarnegara yang
menghasilkan pola industrialisasi yang juga
berbeda antarnegara.
e. Keberadaan SDA. Ada kecenderungan bahwa
Negara yang kaya SDA mengalami pertumbuhan
15
ekonomi yang lebih rendah atau terlambat
melakukan industrialisasi, atau tidak
berhasil melakukan diversivikasi ekonomi
(perubahan struktur) dari pada Negara yang
miskin SDA. Contoh, Indonesia yang awalnya
sangat mengandalkan kekayaan DSA-nya terutama
migas dapat dikatakan relatif terlambat
melakukan industrialisasi dibandingkan
Negara-negara kecil dan miskin SDA di Asia
Tenggara dan Timur, seperti Jepang,
Singapura, Korea Selatan, dan Taiwan.
f. Kebijakan perdagangan luar negeri. Fakta
menunjukkan bahwa di Negara yang menerapkan
kebijakan ekonomi ertutup (inward looking), pola
dan hasil industrialisasinya berbeda
dibandingkan di Negara-negara yang menerapkan
kebijakan ekonomi terbuka (outward looking).
Banyak negara berkembang, termasuk Indonesia,
pada awal pembangunan menerapkan kebijakan
protektif terhadap sektor industrinya,
kebijakan yang umum disebut kebijakan
substitusi impor. Hasilnya, sektor industri
mereka berkembang tidak efisien, sangat
tergantung pada tingkat diversivikasi rendah,
khususnya lemah dikelompok industri-industri
tengah, seperti industri barang modal, input
16
perantara, dan komponen-komponen untuk
kelompok industri-industri hilir, pada
umumnya menerapkan sistem produksi
assembling. Sedangkan Negara-negara
berpendapatan di Asia Tenggara dan Timur,
seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan,
Singapura, dan Hong Kong-China yang
menerapkan kebijakan ekonomi terbuka atau
kebijakan promosi ekspor sangat berhasil
dalam struktur ekonomi mereka dengan tingkat
efisiensi dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dalam periode yang relative tidak terlalu
lama.
Sebagai rangkuman dari pembahasan diatas,
dalam perubahan struktur ekonomi atau proses
transformasi ekonomi, berbarengan dengan
peningkatan pendapatan nasional rata-rata per
kapita yang selanjutnya merubah selera
masyarakat atau konsumen, yang didorong oleh
kemajuan teknologi dan peningkatan kualitas
SDM, kontribusi sektor-sektor primer terhadap
pembentukan PDB secara relatif berkurang
sedangkan kontribusi sektor-sektor sekunder dan
tersier meningkat terus.
Perubahan distribusi PDB menurut sektor atau
pergeseran dari sektor-sektor primer ke sektor-
17
sektor non-primer semakin cepat didorong oleh
perpindahan atau realokasi faktor-faktor
produksi seperti modal dan tenaga kerja dari
kelompok sektor-sektor pertama tersebut ke
kelompok sektor-sektor kedua itu.
Realokasi tersebut dipicu oleh perbedaan
harga, profit dan upah riil antara sektor-
sektor primer yang lebih rendah dengan sektor-
sektor non-primer yang lebih tinggi. Karena
profit di sektor-sektor non-primer lebih tinggi
dibandingkan di sektor-sektor primer, maka
terjadi akumulasi modal yang pesat di kelompok
sektor kedua tersebut. Juga urbanisasi terjadi
mengikuti perubahan struktur ekonomi dan
terjadi migrasi yang pesat dari perdesaan yang
merupakan lokasi dari sektor-sektor primer ke
perkotaan yang menjadi pusat dari kegiatan-
kegiatan ekonomi non-primer
c. Teori Clark9
Aspek penting lain dari perubahan struktural
adalah sisi ketenagakerjaan bahwa pertumbuhan
ekonomi melalui 2 proses transformasi dapat
dicapai melalui peningkatan produktivitas tenaga
kerja di setiap sektor dan transfer tenaga kerja
9 Kentut. 2001. Perubahan Struktur Ekonomi dan Kesempatan Kerja Serta KualitasSumberdaya Manusia Di Indonesia. Bogor : Pusat analisis sosial ekonomidan kebikan pertanian
18
dari sektor yang produktivitas tenaga kerjanya
rendah ke sektor yang produktivitas tenaga
kerjanya lebih tinggi
Peningkatan kegiatan ekonomi di berbagai sektor
akan memberikan dampak baik langsung maupun tidak
langsung terhadap penciptaan lapangan kerja.
Tanggung jawab ideal dari dunia kerja adalah
bagaimana dapat menyerap sebesar-besarnya tambahan
angkatan kerja yang terjadi setiap tahun, dengan
tetap memperhatikan peningkatan produktivitas
pekerja secara keseluruhan. Sebab dengan
meningkatnya produktivitas, diharapkan upah juga
meningkat sekaligus kesejahteraan pekerja dapat
diperbaiki.
Perubahan struktural tersebut juga memberikan
dampak tidak langsung terhadap perubahan struktur
ketenagakerjaannya. Ketidakserasian antara
perkembangan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja,
secara umum akan menimbulkan kelemahan pada sistem
penawaran dan permintaan tenaga kerja. Untuk
mengetahui secara lebih mendalam masalah-masalah
ketenagakerjaan ini, perlu dikaji hubungan dan
keterkaitan antara perkembangan ekonomi dan
penyerapan tenaga kerja dengan implikasinya pada
perubahan struktur ekonomi.
19
Dalam pembahasan ini dasar teori yang kami gunakan
adalah menggunakan dasar teori dari Dumairy, yang ia
menyatakan bahwa struktur ekonomi dapat dilihat dari
empat tijauan yaitu10:
a. Tinjauan Makro Sektoral
Berdaasarkan tinjauan makro sektoral sebuah perekonomin
dapat berstruktur, agraris, industrial atau niaga
tergantung pada sektro produksi apa atau mana yang
menjadi tulang punggung perekonomian yang bersangkutan.
b. Tinjauan Keruangan
Berdasarkan tinjauan keruangan (spasial) suatu
perekonomian dapat dinyatakan berstruktur kedesaan atau
tradisional dan berstruktur kekotaan atau moderen. Hal
intu bergntung pada apakah wilaah pedesaan dengan
teknologinya yag tradisional yang mewarnai perekonomian
itu ataukan wilayah perkotaan dengan teknologinya yang
sudah relatif moderen yang mewarnainya.
c. Tnjauan Penyelenggaraan
Dari tinjauan ini orang dapat pula melihatnya menjdi
perekonomian yang berstruktur etatis, egaliter atau
borjuis. Predikat struktur ni tergantung pada siapa
atau kalangan mana yang menjadi pemeran utama dengan
perekonomian yang bersangkutan. Apakah pemerintah ataua10 Dumairy.1996.”Perekonomian Indonesa”.Jakarta:Erlangga
20
negara, ataukah rakyat kebanyakan, ataukah kalangan
pemodal dan usahawan (kapitalis).
d. Tinjauan Birokrasi
Dengan sudut tinjauan in, dapat dibedakan antara
struktur ekonomi yg sentralistis dan desentralistis.
4. Struktur Ekonomi Indonesia Masa Orde Lama (1945-
1966)
Pada masa orde lama perekonomian Indonesia masih
dalam keadaan terpuruk dikarenakan Indonesia baru
memproklamasikan kemerdekaannya sehingga kondisi
perekonomiannya masih mewarisi masalah-masalah ekonomi
dari peninggalan penjajahan. Selama periode 1950-an,
struktur ekonomi Indonesia masih peninggalan zaman
kolonialisasi. Sektor formal seperti pertambangan,
distribusi, transportasi, bank, dan pertanian komersil
yang memiliki kontribusi lebih besar daripada sector
informal terhadap output nasional atau PDB didominasi
oleh perusahaan-perusahaan asing kebanyakan
berorientasi ekspor. Pada umumnya kegiatan-kegiatan
ekonomi yang masih dikuasai oleh pengusaha asing
tersebut relatif lebih padat capital dibandingkan
kegiatan-kegiatan ekonomi yang didominasi oleh
pengusaha pribumi dan perusahaan-perusahaan asing
tersebut beralokasi di kota-kota besar, seperti Jakarta
dan Surabaya.
21
Disamping itu,kondisi politik keamanan yang belum
mantap,menyebabkan tingkat perkembangan ekonomi menjadi
terhambat. Inilah yang menjadikan kondisi perekonomian
Indonesia pada pertengahan dasawarsa 1960-an sebagai
suatu masa suram.
Tingkat produksi dan investasi di berbagai sektor
utama menunjukkan kemunduran semenjak tahun
1950.Pendapatan riil perkapita dalam tahun 1966 lebih
rendah dari pada tahun 1938. Sektor industri yang
menyumbangkan hanya 10 %dari GDPdihadapkan padamasalah
pengangguran kapasitas yang serius. Pada masa ini
defisit anggaran belanja negara mencapai 50 % dari
pengeluaran total negara, ditambah lagi dengan
penerimaan ekspor yang sangat menurun serta
hiperinflasi periode 1964-1966, menjadikan Indonesia
mengalami kelumpuhan perekonomian.
Selain tu, selama periode orde lama, kegiatan
paroduksi di sektor pertanian dan sektor industri
manufaktur berada pada tingkat yang sangat rendah
karena keterbatasan kapasitas produksi dan
infrastruktur pendukung, baik fisik maupun nonfisik
seperti pendanaan dari bank. Akibat rendahnya volume
produksi dari sisi suplai dan tingginya permintaan
akibat terlalu banyaknya uang beredar di masyarakat
mengakibatkan tingginya tingkat inflasi yang sempat
22
mencapai lebih dari 300% menjelang akhir periode orde
lama.11
4.1 Struktur Ekonomi Dari Tinjauan Makro-Sektoral
Dilihat dari tinjauan makro sektoral berdasarkan
konstribusi sektor-sektor produksi(lapangan usaha)
dalam membentuk produk domestik bruto Indonesia.Pada
saat orde lama perekonomian Indonesia bercorak
pertanian hal tersebut dapat dilihat dari peran nilai
rata-rata yang diberikan sektor petanian terhadap PDB
Indonesia pada tahun 1939 adalah sebesar 61%
sedangkan peran atau kontribusi ketiga sektor
lainnya (industri, perdagangan dan jasa) hanya
berperan sebanyak 39%.
4.2 Struktur Ekonomi Dari Tinjauan Keruangan
Dilihat dari kacamata keruangan, perekonomian
Indonesia memiliki struktur kedesaan atau tradisional,
dikarenakan pada masa orde lama perekonomian Indonesia
masih berada pada sistem agraris yang masih terbawa
masa-masa kolonialisme.
Struktur Ekonomi Dari Tinjauan Penyelenggaraan
Dilihat dari tinjauan penyelenggaraan, sejak awal
perekonomian indonesia pada tahun 1945-1966,
perekonomian Indonesia masih berstruktur etatis, dimana
pemerintah yang berperan dominan sebagai pelaku utama
perekonomian.11Universitas Sumatra Utara dalam Handuot peran pertanian diIndonesia
23
Struktur Ekonomi Dari Tinjauan Birokrasi
Berdsarkan tinjauan birokrasi perekonomian
Indonesia berstruktur sentralis.Dalam struktur ekonomi
yang sentralistis pembuatan keputusannya lebih banyak
ditetapkan oleh pemrintah pusat atau kalangan atas
pemerintahan. Pemerintah daerah atau kalangan
pemerintahan dibawah, beserta masyarakat dan mereka
yang tidak memiliki akses ke pemrintahan pusat,
cenderungnya mereka hanya menjadi pelaksana saja, dan
dalam pembuatan perencanaan hanya sekedar sebagai
pendengar.
5. Struktur Ekonomi Indonesia Masa Orde Baru (1966-
1998)
Menjelang tahun 1977 perekonomian Indonesia telah
mengalami perubahan struktural yang cukup
menyolok,sebagai akibat kebijaksanaan pemerintah yang
ditunjang oleh naiknya harga minyak bumi.Selama
dasawarsa setelah tahun 1965,bagian GDP atau PDB yang
berasal dari sektor pertanian turun dari 52 % menjadi
35 %, sedangkan bagian GDP yang berasal dari sektor
pertambangan telah melonjak dari 3,7 % menjadi 12 %.
Selanjutnya dalam sektor pertambangan, sampai
dengan tahun 1985 masih memegang peran yang penting
dalam pemasukan PDB bagi negara, meskipun sudah mulai
mengalami penurunan. Memudarnya oil boom di pasaran
dunia ini, oleh karenanya harus dicara kompensasinya
24
dari sektor lain, baik industri dan jasa-jasa. Dan
memang kedua sektor terakhir ini menunjukkan kemajuan
yang progresif, dalam arti tidak pernah mengalami
penurunan sedikitpun.
Sektor industri disini diartikan sebagai
industri pengolahan (manufaktur ringan, manufaktur
padat pemrosesan dan manufaktur padat engineering) dan
industri pertanian, yang dibedakan dengan industri
pertambangan. Meskipun industrialisasi di Indonesia
bisa dikatakan baru mulai (dibandingkan negara
berkembang lainnya seperti India dan Cina), namun telah
memperlihatkan kemajuan yang menggembirakan.
Jika tolok ukur proses industrialisasi adalah
sumbangan sektor manufaktur terhadap PDB, maka
Indonesia baru memasuki industrialisasi tahap kedua
pada akhir Repelita I (1974-1978). Hal tersebut
ditunjukkan oleh bagian nilai tambah sub sektor
manufaktur terhadap PDB baru mampu melampaui ambang
batas 10 %pada tahun 1974,yaitu 10,4 %.
Tetapi jika tolok ukurnya adalah sektor-sektor
komoditi,maka indeks industrialisasi di Indonesia baru
berhasil melampaui ambang batas 20 % pada tahun 1978.
Yang perlu diperhatikan disini adalah bahwa proses
industrialisasi haruslah diikuti dengan penyiapan
keterampilan dan keahlian bagi sumber daya manusia
pendukungnya,serta diarahkan kepada perlakuan yang
25
samaantara industri besar dengan industri kecil dan
menengah.
Adapun pada sektor jasa, sudah menjadi
kecenderungan global bahwa produk-produk jasa unggulan
sangat dipengaruhi oleh revolusi yang mencakup bidang
yakni transprotasi, telekomunikasi dan travel. Inilah
yang disebut dengan triple T revolution. Dorodjatun
Kuntjoro Jakti menjelaskan bahwa revolusi teknologi di
tiga bidang itu telah menciptakan wahana bagi
pergerakan barang,jasa (services), uang dan modal,
teknologi, informasi dan pergerakan penduduk semakin
cepat.
1969 1973 1976 1979 1981 1984 1987 19880
204060
Peran Per Sektor Terhadap PDBTh. 1969-1988 (%)
Pertanian Industri Jasa
Grafik 5 Peran Per Sektor Terhadap PDB Th. 1969-1988
(%)
5.1 Struktur Ekonomi Dari Tinjauan Makro-Sektoral
Dilihat dari makro sektoral berdasarkan
konstribusi sektor-sektor produksi(lapangan usaha)
dalam membentuk produk domestik bruto Indonesia.Pada
26
saat orde baru perekonomian Indonesia bercorak
pertanian hal tersebut dapat dilihat dari sumbangan
nilai rata-rata yang diberikan sektor petanian sebesar
12.725 milyar atau 26% terhadap PDB Indonesia. Hal ini
di tunjang oleh kebijakan pemerintah yaitu tertuang
dalam Repelita I (1969-1974)mulai dilaksanakan sejak
tanggal 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974. Repelita I
ini merupakan landasan awal pembangunan pertanian di
orde baru. Tujuan yang ingin dicapai adalah
pertumbuhan ekonomi 5% per tahun dengan sasaran yang
diutamakan adalah cukup pangan, cukup sandang,
perbaikan prasarana terutama untuk menunjang pertanian.
Tentunya akan diikuti oleh adanya perluasan lapangan
kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Titik
berat Repelita I ini adalah pembangunan bidang
pertanian sesuai dengan tujuan untuk mengejar
keterbelakangan ekonomi melalui proses pembaharuan
bidang pertanian, karena mayoritas penduduk Indonesia
masih hidup dari hasil pertanian. Kemudian dalam
Repelita II (1974-1979)mulai dilaksanakan sejak tanggal
1 April 1974 hingga 31 Maret 1979. Target pertumbuhan
ekonomi adalah sebesar 7,5% per tahun. Prioritas
utamanya adalah sektor pertanian yang merupakan dasar
untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dan
merupakan dasar tumbuhnya industri yang mengolah bahan
mentah menjadi bahan baku. Selain itu sasaran Repelita
27
II ini juga perluasan lapangan kerja. Repelita II
berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata
penduduk 7% setahun. Perbaikan dalam hal irigasi. Di
bidang industri juga terjadi kenaikna produksi. Lalu
banyak jalan dan jembatan yang di rehabilitasi dan di
bangun. Dan perlahan mulai melakukan pergeseran pada
sektor industri hal ini diperkuat oleh kebijakan
pemerintah yang tertuang pada Repelita III (1979-1984)
mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1979 – 31
Maret 1984. Repelita III lebih menekankan pada Trilogi
Pembangunan yang bertujuan terciptanya masyarakat yang
adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Arah dan kebijaksanaan ekonominya adalah pembangunan
pada segala bidang. Pedoman pembangunan nasionalnya
adalah Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur
Pemerataan. Dan Repelita IV (1984-1989)mulai
dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1984 – 31 Maret
1989. Repelita IV adalah peningkatan dari Repelita III.
Peningkatan usaha-usaha untuk memperbaiki kesejahteraan
rakyat, mendorong pembagian pendapatan yang lebih adil
dan merata, memperluas kesempatan kerja. Prioritasnya
untuk melanjutkan usaha memantapkan swasembada pangan
dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan
mesin-mesin industri sendiri. Hasil yang dicapai pada
Repelita IV antara lain swasembada pangan. Pada tahun
1984 Indonesia berhasil memproduksi beras sebanyak 25,8
28
ton. Hasilnya Indonesia berhasil swasembada beras.
Kesuksesan ini mendapatkan penghargaan dari FAO
(Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia) pada tahun
1985. hal ini merupakan prestasi besar bagi Indonesia.
Selain swasembada pangan, pada Pelita IV juga dilakukan
Program KB dan Rumah untuk keluarga.12
Perkembangan struktur perekonomian Indonesia pada
masa orde baru ini. Memiliki aspek penting dari
transformasi struktural yaitu dari sisi
ketenagakerjaan. Nasoetion (1991) dalam Amir Hidayat
dan Suahasil Nazara (2005) merumuskan bahwa pertumbuhan
ekonomi melalui proses transformasi dapat dicapai
melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja di
setiap sektor perekonomian dan transfer tenaga kerja
dari sektor yang produktivitas tenaga kerjanya rendah
ke sektor yang produktivitas tenaga kerjanya lebih
tinggi. Proses perubahan struktur perekonomian ditandai
dengan: (1) merosotnya pangsa sektor primer
(pertanian), (2) meningkatnya pangsa sektor sekunder
(industri), dan (3) pangsa sektor tersier (jasa) kurang
lebih konstan, namun kontribusinya akan meningkat
sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.13
12 Utomo,Tri Widodo W._.”Tansformasi Struktural Perekonomian Indonesia Pada Tahun 2020: Permasalahan Dan Tantangan”.Jurnal Ekonomi
13 Tri Pambudi. Andi. 2009. Pergeseran Struktur Perekonomian Atas DasarPenyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ekonomi UNDIP
29
Para pekerja yang mengikuti kegiatan Proyek Padat
Karya mendapat imbalan jasa berupa bahan pangan. Sejak
1972/1973, disamping imbalan jasa berupa pangan
tersebut, diberikan pula imbalan jasa berupa uang.
Program-program ini cukup mampu menampung angkatan
kerja yang saat itu menganggur.tahun 1972 misalnya,
program ini mampu menampung 435 ribu tenaga kerja.
Program ini cukup berperan untuk mengurangi
pengangguran di Indonesia. Terlebih dalam proyek padat
karya ini tidak dibatasi oleh pendidikan, proyekini
lebih mengutamankan kemampuan, kemauan dan
keterampilan.
Peraturan dan perundangan ketenagakerjaan yang
disusun dan diundangkan sepanjang era ini adalah
sebagai berikut:
1.Undang-undang No.14 tahun 1969 tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja
2.Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan
kerja, undang-undang ini membebankan secara
langsung kewajiban-kewajiban untuk usaha
pencegahan kecelakaan (keselamatan kerja)
padatempat-tempat kerja maupun para pekerjanya
3.Undang-undang No.2 tahun 1971 tentang Kecelakaan
Kerja, jaminan kecelakaan kerja ikut diatur
didalam undang-undang ini
30
4.Undang-undang No.3 tahun 1992 tentang Jaminan
Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).
Disamping pelaksanaan survei pengupahan pada 1971
telah dibentuk pula Dewan Penelitian Pengupahan
Nasional. Tugas lembaga ini memberi pertimbangan-
pertimbangan kepada pemerintah tentang kebijakan
pengupahan yang sebaiknya ditempuh, baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Sedang di daerah-
daerah yang terdapat banyak usaha-usaha industri
dibentuk pula, Dewan Penelitian Daerah.
Memasuki masa pembangunan Lima Tahun II, secara
perlahan mulai terlihat ada perubahan cara
pemerintah menangani sistem ketenagakerjaan. Ada
beberapa hal yang menonjol seperti:
a. Kebijakan industrialisasi yang dijalankan
pemerintah orde baru juga mengimbangi kebijakan
yang menempatkan stabilitas nasional sebagai
tujuan dengan menjalankan industrial peace
khususnya sejak awal Pelita III (1979-1983).
menggunakan sarana yang diistilahkan dengan HPP
(Hubungan Perburuhan Pancasila)
b. Serikat pekerja ditunggalkan dalam SPSI.
Kendati Indonesia telah menerbitkan Undang-
undang No.18 tahun 1956 tentang Ratifikasi
Konvensi ILO No.98 tahun 1949 mengenai
Pelaksaaan prinsip-prinsip dari Hak untuk
31
Berorganisasi Dan Berunding Bersama seta
Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi
dan ko[erasi No.8/EDRN/1974 dan No.1/MEN/1975
perihal Pembentukan Serikat Pekerja/Buruh di
Perusahaan Swasta dan Pendaftaran Organisasi
Buruh, kebebasan berserikat tidak sepenuhnya
dilaksanakan pemerintah pada saat itu. Peran
militer dalam praktiknya sangat bear, misalnya
dalam penyelesaian perselisihan perburuhan.
Tabel 5.1. Perkembangan Masing-Masing Sektor
Terhadap PDB
TahunSektor
Pertanian(P)
Industri(I) Jasa (J) Pola
1995 16.09 41.83 42.08 J – I – P1996 15.38 42.86 41.76 J – I – P1997 14.79 43.18 42.03 J – I – P1998 16.90 42.71 40.35 J – I – P
Rataan 16.15 43.03 40.82 J – I – Pr (% th) -0.29 0.72 -0.76
Berdasarkan harga konstan 1993, pada tahun 1995
sektor jasa mampu memberikan kontribusi yang paling
besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dibandingkan
sektor lainnya yaitu sebesar 42,08 persen, disusul oleh
sektor industri sebesar 41,83 persen dan yang relatif
paling kecil adalah sektor pertanian (Tabel 1).
Sehingga pada tahun ini pola struktur produksi terhadap
PDB dilihat dari aspek kontribusi menurut sektor adalah
32
J – I – P dimana J adalah jasa, I adalah industri, dan
P adalah pertanian.
Mulai tahun 1996, kontrubusi terhadap PDB terbesar
telah beralih dari sektor jasa ke sektor industri,
sementara itu sektor pertanian masih tetap berada pada
urutan ketiga, sehingga mulai tahun 1996 struktur PDB
telah berubah menjadi pola I-J-P. Pada Tabel 1 tampak
juga bahwa selama tahun 1995-1998 rata-rata kontribusi
sektor industri, jasa dan pertanian berturut-turut
43,03 persen; 40,82 persen; dan 16,15 persen.
Pada periode yang sama, pangsa sektor pertanian dan
industri masing-masing cenderung meningkat 0,29 persen
dan 0,72 persen, sebaliknya pangsa sektor jasa justru
mengalami penurunan sebesar 0,76 persen. Walaupun
pangsa sektor pertanian cenderung mengalami peningkatan
terutama selama krisis ekonomi, akan tetapi dapat
diduga bahwa sektor ini sangat sulit untuk memperbaiki
posisinya, mengingat pangsanya yang relatif kecil
dibandingkan dua sektor lainnya.
Tabel 5.2 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Masing-
masing Sektor
TahunSektor (%)
Pertanian(P)
Industri(I) Jasa (J) Pola
1995 47.0 18.1 34.9 P-J-I1996 52.3 19.8 27.9 P-J-I1997 50.6 20.0 29.4 P-J-I
33
1998 52.3 16.1 31.6 P-J-IRataan 49.3 18.0 32.7 P-J-IR (% th) -0.95 -0.09 2.35
Sumber : BPS 1997, 2001 (diolah)
Dari aspek kesempatan tenagakerja, selama periode 1995-
2001 terlihat bahwa sektor pertanian menampung hampir
separuhnya (49,3%) dari total jumlah pekerja Indonesia,
disusul oleh sektor jasa sekitar 33 persen, sedangkan
sektor industri baru hanya sekitar 18 persen (Tabel
2.2). Selama periode 1995-1998, yang cukup menarik
bahwa disamping daya tampungnya yang relatif paling
rendah, pangsa penyerapan sektor industri terhadap
tenagakerja juga cenderung menurun sekitar 0,09 persen
terutama terjadi pada awal-awal krisis ekonomi.
Demikian juga pangsa penyerapan tenagakerja dari sektor
pertanian cenderung menurun sekitar 0,95 persen,
sebaliknya pangsa penyerapan tenagakerja dari sektor
jasa justru mengalami peningkatan sebesar 2,35 persen.
Informasi ini juga menunjukkan bahwa nampaknya tidak
terjadi perubahan pola struktur penyerapan tenagakerja
terutama periode 1995-1998.
Berubahnya struktur pangsa masing-masing sektor
terhadap PDB yang tidak dibarengi dengan adanya
perubahan struktur penyerapan tenagakerja, tentunya
akan berdampak terhadap rasio dari dua aspek tersebut,
seperti disajikan pada Tabel 2.3. Selama periode 1995-
34
1998 rata-rata rasio penyerapan tenagakerja dengan
pangsa terhadap PDB dari sektor pertanian sebesar 3,06
dengan kisaran 2,71 – 3,42, dan untuk sektor industri
rata-rata 0,42 dengan kisaran 0,38– 0,46, sementara
untuk sektor jasa rata-rata 0,80 dengan kisaran 0,67 –
0,96.
Tabel 5.3. Rasio Antara Penyerapan Tenaga Kerja
terhadap Pangsa dengan PDB pada Masing-Masing Sektor
TahunSektor
Pertanian(P)
Industri(I) Jasa (J) Pola
1995 2.92 0.43 0.83 P – J - I1996 3.40 0.46 0.67 P – J - I1997 3.42 0.46 0.70 P – J - I1998 3.09 0.38 0.78 P – J - IRataan 3.06 0.42 0.80 P – J - I
Dari tabel di atas terlihat bahwa selama periode
1995-1998 sektor pertanian “dipaksa” menyerap
tenagakerja yaitu tiga kali lipat dari kemampuannya
dalam berkontribusi terhadap PDB, sebaliknya sektor
industri hanya mampu menyerap tenagakerja sekitar 42
persen dari kontribusi terhadap PDB, sementara itu
sektor jasa hanya mampu menyerap tenagakerja baru
sekitar 80 persen.
Dari infromasi di atas menunjukkan bahwa telah
terjadinya perubahan struktur pangsa produksi (PDB)
yang tidak diikuti oleh terjadi perubahan struktur
35
pangsa penyerapan tenagakerja secara proporsional dan
bahkan cenderung struktur pangsa penyerapan tenagakerja
tidak berubah akan menyebabkan terjadi penumpukan
tenagakerja pada satu sektor. Sehingga fenomena ini
akan menyebabkan semakin timpangnya produktivitas yang
dihasilkan yang lebih lanjut berdampak pada semakin
timpangnya juga pendapatan antara pekerja di sektor
pertanian dan industri.14
5.2 Struktur Ekonomi Dari Tinjauan Keruangan
Dilihat dari kacamata keruangan, perekonomian
Indonesia telah bergeser dari semula berstruktur
kedesaan atau tradisional perlahan mulai beralih pada
struktur kekotaan atau modern.
5.3 Struktur Ekonomi Dari Tinjauan Penyelenggaraan
Dilihat dari tinjauan penyelenggaraan, sejak awal
perekonomian indonesia pada masa orde baru hingga
pertengahan dasawarsa 1988- perekonomian Indonesia
masih berstruktur borjuis, belum mengarah ke struktur
perekonomian yang egaliter, karena baru kalangan
pemodal dan usahawanlah yang dapat cepat menanggapi
undangan pemerintah untuk berperan lebih besar dalam
perekonomian nasional.
5.4 Struktur Ekonomi Dari Tinjauan Birokrasi
14 Kariyasa, Ketut. 2003. Perubahan Struktur Ekonomi dan Kesempatan KerjaSerta Kualitas Sumberdaya Manusia Di Indonesia. Pusat analisis sosialekonomi dan kebikan pertanian: Bogor
36
Berdsarkan tinjauan birokrasi perekonomian
Indonesia berstruktur etatis, yaitu pemerintah atau
negarra merupakan pelaku utama ekonomi.pengambilan
keputusannya,struktur perekonomian Indonesia selama era
pembangunan jangka panjang tahap pertama sentralis.
Pembuatan keputusan lebih banyak ditetapkan oleh
pemerintah pusat atau kalangan atas pemerintahan. Namun
sejak awal era pembangunan jangka panjang tahap ke dua
struktur ekonomi sentralis mulai berkurang kadarnya.
Keinginan untuk desentralisasi dan demokrasi ekonomi
kian besar.
6. Struktur Ekonomi Indonesia Masa Reformasi sampai
SBY (1998-2013)
Pada masa reformasi pemerintahan Indonesia dibawah
kendali persiden BJ. Habibie, dan pada masa pemerintah
B.J. Habibie Indonesia berhasil mengatasi permasalah
ekonomi yang disebabkan karena krisis ekonomi dunia
yang berimbas pula pada perekonomian Indonesia.
Kemudian pemerintahan dilanjutkan oleh presiden
Abdurahman Wahid yang tidak lama diturunkan dari kursi
jabatannya yang kemudian digantikan oleh Megawati
Soekarno Putri, ia merupakan presiden pertama wanita
Indonesia.
37
Dan kemudian dilanjutkan oleh Susilo Bambang
Yudhoyono. SBY nama panggikan akrabnya, memerintah
Indonesia selama 10 tahun, perekonomian Indonesia
dibawah kepemimpinan SBY dan berada pada masa
keemasannya. Terbukti dengan saat terjadi krisis dunia
pada tahun 2008 perekonomian Indonesia tetap tangguh,
gemilangnya perekonomian Indonesia ini menyebabkan
investor asing tertarik untuk berinvestasi di
Indonesia.
6.1 Struktur Ekonomi Dari Tinjauan Makro-Sektoral
Berdasarkan tinjauan makro-sektoral perekonomian
suatu negara dapat berstruktur agraris, industri, atau
jasa. Hal ini tergantung pada sektor apa yang dapat
menjadi tulang punggung perekonomian negara yang
bersangkutan. Dilihat secara makro sektoral dalam
bentuk produk domestik bruto pada tahun 1991 struktur
perekonomian Indonesia bercorak industri dan pada tahun
ini steruktur ekonomia industri Indonesia sudah mulai
stabil. Hal ini diperkuat dengan kebijakan pemerintahan
B.J Habibie yang memprioritaskan pengembangan industri
berkeunggulan kompetitif dalam rangka memulihkan
perekonomian yang pada tahun 1997 terkena krisis.
Perubahan struktur ekonomi Indonesia dapat dilihat pada
graik dibawah ini.
38
1998 1991 1994 1997 2000 2003 2006 2009 2012*
2013**
0102030
Peran Per Sektor Terhadap PDBTh. 1998-2013 (%)
Pertanian Industri Jasa
Grafik 6.1. Peran Per Sektor Terhadap PDB Th. 1998-2013
(%)
Dari grafik diatas dapat dianalisis bahwa pada
periode 1998-2013 PDB Indonesia masih dominan disumbang
oleh sektor industri, pada periode ini sektor industri
sangat stabil dalam memberikan kontribusinya terhadap
PDB Indonesia, namun pada tahun 2000 ada sedikit
penurunan kontribusi sektor industri terhadap PDB
Indonesia. Kemudian pada tahun tahun 2006 sumbangan
sektor pertanian terhadap PDB hanya tinggal sekitar
12,9%. Sedangkan sumbangan output dari indurtri
pengolahan (manufaktur) terhadap pembentukan PDB pada
tahun 2006 tercatat sekitar 28%, jadi sudah lebih besar
dari pada pertanian, dan ini jelas mencerminkan bahwa
ekonomi nasional telah mengalami suatu perubahan secara
struktural dalam 3 dekade belakangan ini. Sedangkan
pada tahun 2008 hingga 2010 PDB Indonesia mengalami
penurunan dari sektor pertanian peternakan kehutanan
39
perikanan hanya 4,8%, 4,1%, dan 2,9%. Sedangakan tahun
2011 dan 2012 mengalami peningkatan 3,0% dan 3,97%.
Pada sektor pertambangan dan penggalian tahun 2008
hanya 0,5% dan meningkat kembali pada tahun 2009 yakni
4,4%. Kemudian pada triwulan II 2010 menunjukkan bahwa
struktur PDB Indonesia masih didomonasi oleh sektor
industri manufaktur, sektor pertanian, dan sektor
perdagangan, hotel dan restoran, dimana masing-masing
memberikan kontribusi sebesar 24,9%, 15,9% dan 13,7 dan
2011 dengan nilai 3,5% dan 1,4 %. Sementara tahun 2012
meningkat kembali yakni 1,49%.krisis.
Struktur perekonomian Indonesia yang
industrialisasi pada saat ini sesungguhnya belum
mutlak, tetapi masih sangat dini. Industrialisasi di
Indonesia barulah berdasarkan kontribusi sektoral dalam
membentuk PDB atau pendapatan nasional. Industrialisasi
yang ada belum didukung dengan kontribusi sektoral
dalam penerapan tenaga dan angkatan kerja. Apabila
kontribusi sektoral dalam menyumbang pendapatan dan
dalam penerapan tenaga kerja diperbandingkan, maka
struktur ekonomi Indonesia ternyata masih dualisme.
Boeke seoang ekonom Belanda mengatakan bahwa
perekonomian Indonesia masih berstruktur dualistis.
Sebab dari segi penyerapan tenaga kerja dan sumber
kehidupan rakyat (53,69%) masih diserap oleh sektro
40
pertanian, sedangkan sektor industri pengolahan hanya
menyerap 10,51% tenaga kerja.
Hal ini diperkuat dengan data sebagai berikut:
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 20130
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan PerikananPertambangan dan PenggalianIndustriListrik, Gas dan AirKonstruksiPerdagangan, Rumah Makan dan Jasa AkomodasiTransportasi, Pergudangan dan KomunikasiLembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa PerusahaanJasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan
Grafik 6.2. Data Penyerapan Tenaga Kerja
41
6.2 Struktur Ekonomi Dari Tinjauan Keruangan
Pergeseran sturktur ekonomi secara makro-sektoral
senada dengan pergeserannya dengan keruangan, ditinjau
dari sudut pandang keruangan, struktur perekonomian
telah bergeser dari struktur pedesaan menjadi struktur
perkotaan. Hal ini dapat kita lihat dan kita rasakan
sejak Pelita III hingga era reformasi sekarang ini.
Kemajuan perekonomian di kota-kota jauh lebih besar
dibandingkan dengan di pedesaan, hal ini disebabkan
pembangunan industri-industri pengolahan di daerah
perkotaan dan juga makin berkembangnya sarana dan
prasarana transportasi dan komunikasi.
Dengan demikian jumlah penduduk yang tinggal di
kawasan pedesaan menjadi lebih sedikit, hal ini bukan
semata-mata karena perpindahan penduduk dari pedesaan
ke kota untuk bekerja di pabrik-pabrik tetapi juga
karena mekar dan berkembangnya kota-kota khusunya di
pulau Jawa sehingga terjadi penumpukan penduduk disini.
Disamping itu juga kehidupan masyarakat sehari-hari
semakin modern yang tercermin dari perilaku konsumtif
masyarakat dan juga penerapan teknologi modern untuk
proses produksi oleh perusahaan-perusahaan.
42
6.3 Struktur Ekonomi dari Tinjauan Penyelenggaraan
Kenegaraan
Struktur ekonomi dapat pula melihatnya dengan
tinjauan penyelenggraan kenegaraan. Ditinjau dari sini
maka struktur perekonomian dapat dibedakan menjadi
struktur etatis, egaliter dan borjuis. Etatis ialah struktur
ekonomi dimana pemerintah yang berperan sebagai pelaku
utama dalam perekonomian. Egaliter ialah struktur
perekonomian dimana rakyatlah yang berperan lebih
banyak dalam suatu perekonomian. Borjuis ialah dimana
kalangan pemodal dan usahawan yang berperan lebih
banyak dalam suatu perekonomian. Predikat ini
bergantung pada siapa atau kalangan mana yang menjadi
pemeranm utama dalam perekonomian yang berangkutan,
yaitu bisa pemerintah/negara, bisa rakyat kebanyakan
atau kalangan pemodal dan usahawan.
Struktur ekonomi Indonesia sejak awal Orde Baru
hingga pertengahan dasawarsa 1980-an berstruktur etatis
dimana pemerintah atau negara dengan BUMN dan BUMD
sebagai kepanjangan tangannya, merupakan pelaku utama
perekonomian Indonesia. Baru mulai pertengahan
dasawarsa 1990-an peran pemerintah dalam perekonomian
berangsur-angsur dikurangi, yaitu sesudah secara
eksplisit dituangkan melalui GBHN 1988/1989 mengundang
kalangan swasta untuk berperan lebih besar dlam
perekonomian nasional.
43
Struktur ekonomi ini arahnya untuk sementara adalah
ke perekonomian yang berstruktur borjuis, dan belum
mengarah ke struktur perekonomian yang egaliter, karena
baru kalangan pemodal dan usahawan kuatlah yang dapat
dengan cepat menanggapi undangan dari pemerintah
tersebut. Maka akibatnya terjadi ekonomi konglomerasi
dimana hanya beberapa orang pemodal kuat yang
mengendalikan sektor-sektor ekonomi di Indonesia, yang
dampaknya kita rasakan sekarang yaitu ambruknya
perekonomian Indonesia karena tidak terkendalinya
investasi-investasi yang dananya berupa pinjaman dari
luar negeri.
Pada era reformasi ini struktur ekonomi Indonesia
diarahkana pada struktur ekonomi egaliter dimana
seluruh penggerak roda perekonomian dilibatkan dalam
membangun perekonomian Indonesia. Misalnya dengan
memperkuat peran usaha-usaha koperasi, pengusaha mikro,
kecil dan menengah karena mereka dianggap pelaku-pelaku
ekonomi yang tahan menghadapai krisis ekonomi, dan
dianggap sebagai pelaku-pelaku ekonomi yang mampu
menjadi penyangga perekonomian Indonesia.
Struktur Ekonomi dari Tinjauan Birokrasi
Pengambilan Keputusan
Struktur ekonomi dapat pula dilihat berdasarkan
tinjauan birokrasi pengambila keputusan. Dilihat dari
sudut tinjauan ini, struktur ekonomi dapat dibedakan
44
menjadi struktur ekonomi yang terpusat (sentralisasi)
dan desentralisasi.
Berdasarkan tinjauan birokrasi pengambilan
keputusan, dapat dikatakan bahwa struktur perekonomian
Indonesia selama era pembangunan jangka panjang tahap
pertama adalah sentralistis. Dalam struktur ekonomi
yang sentralistis pembuatan keputusannya lebih banyak
ditetapkan oleh pemrintah pusat atau kalangan atas
pemerintahan. Pemerintah daerah atau kalangan
pemerintahan dibawah, beserta masyarakat dan mereka
yang tidak memiliki akses ke pemrintahan pusat,
cenderungnya mereka hanya menjadi pelaksana saja, dan
dalam pembuatan perencanaan hanya sekedar sebagai
pendengar.
Struktur birokrasi pengambilan keputusan yang
sentralistis ini terpelihara rapi selama pemerintahan
orde baru, hal ini disebabkan oleh budaya atau kultur
masyarakat Indonesia yang paternalistik. Walaupun
Indonesia sudah merdeka stengah abad dan menuju era
globalisasi namun budaya ini masih sulit untuk
ditngalkan, dan bahkan cenderung dipertahankan.
Struktur perekonomian yang etatis dan sentralistis
berkaitan erat. Pemerintah Pusat menganggap bahwa
Pemerintah Daerah belum cukup mampu untuk diserahi
tugas untuk melaksanakan pembangunan ekonomi.
Argumentasi yang sering dijadikan legitimasi adalah
45
karena sebagai negara sedang berkembang yang barau
mulai melakukan proses pembangunan. Sehingga dalam
kondisi yang demikian diperlukan peran sekaligus
dukungan pemerintah sebagai agen pembangunan, sehingga
menjadikannya etatis, dan sekaligus dibutuhkan
pemerintahan yang kuat. Namun demikian sejak awal
pembangunan jangka panjang tahap kedua (PJP II)
struktur perekonomian yang etatis dan sentralistis
tersebut secara berangsur mulai berkurang kadarnya.
Keinginan untuk melakukan desentralisasi dan
demokratisasi ekonomi makin besar. Perubahan rezim
pemerintahan dari orde baru ke rezim pemerintahan era
reformasi telah membawa angin segar bagi pemerintahan
di daerah untuk melaksanakan pembangunan ekonomi. Hal
ini seiring dengan mulai diberlakukannya UU Nomor 22
tahun 1999 dan telah diubah menjadi UU Nomor 32 tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah maka terjadi perubahan
struktur perekonomian yang etatis menjadi egaliter,
yang tadinya sentralistis menjadi desentralistis.
Struktur ekonomi yang sedang kita hadapi saat ini
sesungguhnya merupakan suatu struktur yang tradisional.
Kita sedang beralih dari struktur yang agraris ke
industrial, dari struktur yang etatis ke borjuis, dari
struktur yang kedesaan atau tradisional ke kekotaan
atau modern. Sementara dalam hal birokrasi dan
pengambilan keputusan mulai desentalistis.
46
Dampak positif dan negatif perubahan struktur
ekonomi
1. Peningkatan produksi pertanian yang dirangsang
oleh perubahan sistem pertanian ke sistem
pertanian modern.
2. Penyerapan tenaga kerja di perkotaan pada
industri-industri baru.
3. Percepatan arus uang dan barang yang merangsang
percepatan pendapatan perkapita masyarakat pada
gilirannya memperbaiki kesejahteraan masyarakat.
Dampak negatif
1. Hilangnya lahan pertanian mengakibatkan para
petani dan buruh penggarap kehilangan mata
pencahariaannya.
2. Munculnya pengangguran struktural yang mungkin
tidak tertampung oeleh sektro industri dan jasa
3. Tingginya laju urbanisasi yang menjadikan beban
kota semakin berat serta menimbulkan masalah
sosial lainnya.
7. Kesimpulan
Struktur Perekonomian Indonesia masih belum
adaptif dalam menghadapi perekonomian dunia yang tak
stabil dan tak bisa diprediksi.Dalam makalah ini kami
menyajikan perkembangan struktur ekonomi Indonesia yang
47
terbagi menjadi tiga orde, yaitu masa orde lama tahun
1945-1966, orde baru 1966-1998, dan orde reformasi
tahun 1998-2013.
Pada masa orde lama, struktur perekonomian
Indonesia ditinjau dari makro sektoral memiliki corak
pertanian, ditinjau dari keruangan memiliki struktur
kedesaan atau tradisional, ditinjauan penyelenggaraan
sejak awal perekonomian indonesia pada tahun 1945-1966,
perekonomian Indonesia masih berstruktur etatis, dan
ditinjaudari birokrasi perekonomian Indonesia
berstruktur sentralis.
Pada masa orde baru, struktur perekonomian
Indonesia ditinjau dari makro sektoral masih dominan
berada di sektor pertanian. Ditinjau dari keruangan,
perekonomian Indonesia telah bergeser dari semula
berstruktur kedesaan atau tradisional perlahan mulai
beralih pada struktur kekotaan atau modern. Ditinjau
dari penyelenggaraan, sejak awal perekonomian indonesia
pada masa orde baru hingga pertengahan dasawarsa 1988-
an perekonomian Indonesia masih berstruktur borjuis,
belum mengarah ke struktur perekonomian yang egaliter.
Dan ditinjau dari birokrasi perekonomian Indonesia
berstruktur etatis, yaitu pemerintah atau negara
merupakan pelaku utama ekonomi.
48
Dan terakhir pada masa orde reformasi hingga
pemerintahan pak SBY berdasarkan tinjauan makro-
sektoral perekonomian suatu negara dapat berstruktur
agraris, industri, atau niaga. Ditinjau dari sudut
pandang keruangan, struktur perekonomian telah bergeser
dari struktur pedesaan menjadi struktur perkotaan sejak
Pelita III hingga era reformasi sekarang ini.Ditinjau
dari penyelenggara kenegaraan struktur ekonomi menganut
egaliter dimana seluruh penggerak roda perekonomian
dilibatkan dalam membangun perekonomian
Indonesia.Terakhir, ditinjauadari birokrasi pengambilan
keputusan, dapat dikatakan bahwa struktur perekonomian
Indonesia selama era pembangunan jangka panjang tahap
pertama adalah sentralistis.
8. SaranStruktur ekonomi Indonesia dari masa orde lama
hingga kini secara garis besar mengalami peralihan
dimana dampaknya terkadang positif dan negatif. Dan
Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya
alam yang melimpah, yang sebenarnya apabila dalam
pengelolaannya dapat dioptimalkan, kita dapat unggul
baik di sektor pertanian maupun industri.
Indonesia saat ini, lebih menekankan pada
perkembangan sektor Industri tanpa sadar sebenarnya
meninggalkan sektor pertanian yang berakibat krisis
pangan yang juga berdampak serius pada perekonomian.
49
Untuk itu meski sektor industri kita kembangkan,
sebagai negara yang berlimpah sumber daya, pemerintah
dan para stakholder sudah sepatutnya memajukan sektor
pertanian.
50
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Conway.Edmund.2009.Gagasan Ekonomi Yang Perlu Anda
Ketahui.Jakarta:Esensi Erlangga Group
Hasani, A. (2010). Analisis struktur perekonomian berdasarkan
pendekatan shift share di provinsi Jawa Tengah periode tahun 2003
– 2008. Skripsi. Jurusan Ilmu Ekonomi, Universitas
Dipenogoro, Semarang.
Laporan Tahunan Bank Indonesia Tahun 1966-1971
Laporan Tahunan Bank Indonesia Tahun 1980-1984
Laporan Tahunan Bank Indonesia Tahun 1985-1989
Putra, S G A. (2012). Analisis peran dan dampak investasi sektor
industri pengolahan terhadap perekonomian Indonesia. Skripsi.
Fakultas ekonomi dan Bisnis, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Sadono sukirno. 2011. Makro ekonomi teori pengantar.
Jakarta: PT Raja Gravindo Persada
Soesastro.Hadi,dkk.2005.Pemikiran Permasalahan Ekonomi
di Indonesia dalam Setengah Abad
Terakhir.Yogyakarta:Kanisius
Sukirno, S. (2011). Makro ekonomi teori pengantar. Jakarta:
PT Raja Gravindo Persada
Tambunan.Tulus T.H. 2012. Perekonomian Indonesia.
Bogor: Ghalia Indonesia
vi
Universitas Sumatra Utara. 2010. Peran pertanian di
Indonesia. Tidak diterbitkan
Online :
Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Jawa Barat 2011.
BPS, Jawa Barat. Tersedia : http://www.bps.go.id
[Online] diakses pada 23 September 2014
http://www.bi.go.id
http://www.geocities.ws/mas_tri/
TransformasiStruktural.pdf
http://www.kemenperin.go.id
Nurdiyanto.Eka.2013.Struktur Ketenagakerjaan Indonesia.
Tersedia : http://ekanurdiyanto.blogspot.com
[Online] diakses pada 1 oktober 2014
Onnaed.2013.Struktur Ekonomi Indonesia. Tersedia :
http://onnaed.wordpress.com/2013/12/12/strukur-
ekonomi-indonesia-dilihat-dari-penyelenggaraan-
negara. [Online] diakses 26 September 2014
Jurnal :
Arkom Hasani. 2010.Analisis Struktur Perekonomian
Berdasarkan Pendekatan Shift Share Di Provinsi Jawa
Tengah Periode Tahun 2003 – 2008. Tidak diterbitkan
Kariyasa.Ketut.2009.Perubahan Struktur Ekonomi dan
Kesempatan Kerja serta Kualitas Sumber Daya Manusia
di Indonesia. Tersedia :
vii
eprints.undip.ac.id/26853/1/Jurnal_C2B_605_114.pdf.
[Online] diakeses 19 September 2014
Prawira.Yudha dan Wahyu H.2013.Transformasi Struktur
Ekonomi Kabupaten Siak Tahun 2001-2010. Volume
21,Nomor 1 Maret 2013. Tersedia :
http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JE/article/vie
w/1767. [Online] diakses 19 September 2014
Suhartono.2009.Struktur Ekonomi Kesempatan Kerja dan
Ketimpangan Pendapatan di Provinsi Jawa
Tengah.Tersedia : lppm.ut.ac.id/.../02%20JOM
%207(2)%202011%2086.. [Online] diakses 19 September
2014
Suselo.Sri Liani dan Tarsidin.2008.Kemiskinan Indonesia
: Pengaruh Pertumbuhan dan Perubahan Struktur
Ekonomi. Tersedia :
http://juriyahep.files.wordpress.com/2013/06/112081
55194.pdf .[Online] Diakses 19 September 2014
viii
GLOSARIUM
Adaptif Mudah menyesuaikan diri dengan keadaanAgraris Mencakup bidang pertanianAgregat Keseluruhan
AkumulasiKapital
Semua bentuk kekayaan yang dapatdigunakan langsung maupun tidak langsungdalam proses produksi untuk menghasilkanoutput.
AssociationofSoutheastAsiaNations(ASEAN)
Sebuah organisasi geo-politik dan ekonomidari negara-negara di kawasan AsiaTenggara
Asumsi Dugaan yang diterima sebagai dasar;Landasan berpikir karena dianggap benar.
BarangInferior
Barang yang jumlah permintaannya akanturun seiring dengan peningkatanpendapatan masyarakat.
BasisEkonomi
Motor yang menggerakkan dan mengatursemua aktivitas real estate di suatu wilayah.
Birokrasi
Sebuah struktur organisasi yang memilikiciri-ciri harus mengikuti tata prosedurpembagian tanggunga jawab, adanya jenjang(hierarki), serta adanya hubungan yangsifatnya impersonal .
BorjuisDimana kalangan pemodal dan usahawan yangberperan lebih banyak dalam suatuperekonomian.
Capital ModalDesentralistis
Penyerahan kewenangan dari pemerintahpusat kepada pemerintah daerah untukmengurusi urusan rumah tangganya sendiriberdasarkan prakarsa dan aspirasi darirakyatnya dalam kerangka Negara
ix
Indonesia.
DinamikaPasar
Perubahan yang terjadi dalam pasar(eksternal perusahaan) yang mempengaruhipembuatan keputusan dan berdampak padakinerja perusahaan.
DistribusiPendapatan
suatu proses pembagian (sebagaian hasilpenjualan produk) kepada faktor-faktorproduksi yang ikut menentukan pendapatan.
Diversifikasi Ekonomi
Perubahan Struktur Ekonomi; Usahapenganekaragaman produk (bidang usaha)atau lokasi perusahaan yang dilakukansuatu perusahaan untuk memaksimalkankeuntungan sehingga arus kas perusahaandapat lebih stabil, ini dilakukanperusahaan untuk mengatasi krisisekonomi, sehingga apabila suatuperusahaan mengalami kemerosotanpendapatan di salah satu product ataunegara/daerah, di product ataunegara/daerah lain mendapatkan kelebihanpendapatan, sehingga kekurangan yangterjadi bisa tertutupi.
Diversifikasi Produk
upaya yang dilakukanpengusaha/produsen/perusahaan untukmengusahakan atau memasarkan beberapaproduk yang sejenis dengan produk yangsudah dipasarkan sebelumnya.
Efisiensi
Suatu ukuran keberhasilan yang dinilaidari segi besarnya sumber/biaya untukmencapai hasil dari kegiatan yangdijalankan.
EgaliterStruktur perekonomian dimana rakyatlahyang berperan lebih banyak dalam suatuperekonomian.
Ekonomi Ilmu kekayaan atau ilmu yang khususmempelajari sarana-sarana kekayaan suatubangsa dengan memusatkan perhatian secarakhusus terhadap sebab-sebab material darikemakmuran, seperti hasil-hasil industri,
x
pertanian dan sebagainya. (Adam Smith)
Ekspor
Penjualan barang ke luar negeri denganmenggunakan sistem pembayaran, kualitas,kuantitas dan syarat penjualan lainnyayang telah disetujui oleh pihak eksportirdan importir.
ElastisitasPendapatan
Perubahan dalam permintaan sebagai akibatdari perubahan dalam pendapatan.
EtatisStruktur ekonomi dimana pemerintah yangberperan sebagai pelaku utama dalamperekonomian.
Hukum Sistem yang terpenting dalam pelaksanaanatas rangkaian kekuasaan kelembagaan.
Implikasi Keterlibatan atau keadaan terlibat
Impor Proses pembelian barang atau jasa asingdari suatu negara ke negara lain.
increasingreturns to scale
Relasi positif antara pertumbuhan outputdan pertumbuhan produktivitas
IndustriBarangModal
Seperti mesin
IndustriHilir
Industri yang mengolah barang setengahjadi menjadi barang jadi sehingga barangyang dihasilkan dapat langsung dipakaiatau dinikmati oleh konsumen. Misalnya:industri pesawat terbang, industrikonveksi, industri otomotif, dan industrimeubeler.
IndustriHulu
Industri yang hanya mengolah bahan mentahmenjadi barang setengah jadi. Industriini sifatnya hanya menyediakan bahan bakuunt
IndustriTekstil Industri yang mencakup pakaian
Industrialisasi
Suatu proses perubahan sosial ekonomiyang mengubah sistem pencaharianmasyarakat agraris menjadi masyarakatindustri.
xi
Input Masukan
Insentif
Suatu sarana memotivasi berupa materi,yang diberikan sebagai suatu perangsangataupun pendorong dengan sengaja kepadapara pekerja agar dalam diri merekatimbul semangat yang besar untukmeningkatkan produktivitas kerjanya dalamorganisasi (Gorda, 2004:141)
InvestasiMengeluarkan sejumlah uang atau menyimpanuang pada sesuatu dengan harapan suatusaat mendapat keuntungan financial.
Jasa
Aktivitas ekonomi yang melibatkansejumlah interaksi dengan konsumen ataudengan barang-barang milik, tetapi tidakmenghasilkan transfer kepemilikan.
KebijakanEkonomi
Mengacu pada tindakan sebuah kebijakanpemerintah dalam mengambil kebijakan ataukeputusan di bidang ekonomi, kebijakanini dapat pula mencakup didalamnya sistemuntuk menetapkan sistem perpajakan, sukubunga dan anggaran pemerintah serta pasartenaga kerja, kepemilikan nasional, danotonomi daerah dari intervensi pemerintahke dalam perekonomian.
KebijakanProtektif
Kebijakan yang dimuat untuk melindungimsyarakat dan negara.
KebijakanSubstitusiImpor
Kebijakan untuk mengganti barang impor.
Kesejahteraan
Menunjuk ke keadaan yang baik, kondisimanusia di mana orang-orangnya dalamkeadaan makmur, dalam keadaan sehat dandamai.
Koefisien Faktor pengali dalam sebuah ekspresi(atau dari sebuah deret aritmetika).
KonsumsiSuatu kegiatan yang bertujuan mengurangiatau menghabiskan daya guna suatu benda,baik berupa jasa.
xii
ManufacturMigrasiNegaraBerkembangNegara MajuNegaraMiskinNilaiTambahBruto (NTB)OrdeOutpotPasarTenagaKerjaPembangunanEkonomiPendapatanPendapatanNasional(PN)PendapatanPerkapitaPendapatanPerkapitaPerdaganganLuar NegeriPerekonomian ModernPerekonomianTradisionalPermintaanAgregatPertumbuhanPertumbuhanEkonomiPerubahan
xiii
StrukturEkonomiProdukDomestikBruto (PDB)ProdukIndustriProduk JasaProdukMarjinalProduksiProduktifitasProfitRelasiSektorSektorAgrarisSektorEkonomiSektorFormalSektorIndustriSektorInformalSektorPrimerSektorSekunderSektorTersierSentralistisSistemProduksiAssemblingSkala
xiv
EkonomisStrukturEkonomiSubsistenceSupplyTenagaKerjaTeoriTransformasiStrukturalUpahUpah RillUrbansasiZamanKolonialisasi
Zaman Penjajahan
xv
LAMPIRAN
Keterangan
1
9
9
0
1
9
9
1
1
9
9
2
1
9
9
3
1
9
9
4Q
1
Q
2
Q
3
Q
4
Q
1
Q
2
Q
3
Q
4
Q
1
Q
2
Q
3
Q
4
Q
1
Q
2
Q
3
Q
4
Q
1
Q
2
Q
3
1
PRODUK
DOMESTIK BRUTO
4
9
9
5
8
5
1
6
8
2
5
4
8
6
5
5
4
3
6
2
5
8
9
3
7
6
1
2
0
0
6
5
0
6
7
6
4
7
6
5
6
6
6
4
1
6
8
7
6
5
7
3
4
7
3
7
3
5
1
6
7
7
5
8
2
8
0
4
3
1
8
5
5
2
4
8
6
2
4
0
8
7
9
7
9
9
2
9
8
8
9
9
8
1
0
2
1. Pertanian,
Peternakan,
Kehutanan dan
Perikanan
1
0
3
5
1
1
0
5
7
1
1
1
1
6
9
8
8
3
9
1
1
2
9
3
1
1
7
7
6
1
2
5
2
2
1
0
0
4
5
1
2
9
1
5
1
3
4
1
6
1
4
4
9
0
1
1
9
2
5
1
5
7
1
0
1
5
1
5
2
1
5
2
2
5
1
2
8
7
6
1
6
3
3
0
1
6
7
0
6
1
8
3
1
2
3
Tanaman Bahan
Makanan
7
7
7
8
7
0
5
9
6
3
4
5
4
5
6
6
8
0
4
1
7
5
7
3
6
4
1
7
4
4
3
0
9
0
2
1
8
3
6
0
7
1
9
1
5
1
3
3
1
0
3
9
5
8
9
2
3
7
2
4
1
5
5
3
5
1
0
1
9
0
9
6
4
9
8
9
9
1
4
Tanaman
Perkebunan
7
3
0
1
3
3
7
2
4
0
9
1
3
3
3
8
6
4
1
4
4
6
3
1
1
1
1
9
2
2
9
5
7
1
6
1
1
3
5
3
4
2
2
0
2
1
2
9
3
2
1
7
2
3
1
2
4
2
4
2
5
1
3
1
4
2
4
1
2
3
7
7
2
5
Peternakan dan
Hasil Hasilnya
8
1
3
8
7
7
9
4
4
9
9
3
1
0
4
6
1
0
8
3
1
1
2
3
1
1
6
4
1
2
3
7
1
3
2
0
1
3
7
6
1
4
0
7
1
3
6
7
1
5
0
0
1
6
0
8
1
7
2
8
1
5
9
8
1
7
3
7
1
8
4
5
6 Kehutanan
4
5
4
6
2
4
7
5
6
1
1
5
8
5
8
5
8
1
0
9
7
0
1
5
3
0
7
5
8
1
0
4
6
1
2
5
8
1
9
3
0
1
5
7
0
1
1
9
0
1
8
2
1
1
6
8
6
1
7
9
6
1
2
6
2
1
9
7
4
7 Perikanan
5
7
6
6
7
6
7
1
6
7
8
9
7
5
7
8
6
3
9
0
0
1
0
0
0
9
4
2
1
0
7
9
1
1
3
0
1
2
5
2
1
0
8
5
1
3
6
7
1
4
3
1
1
5
0
2
1
4
3
3
1
6
4
6
1
7
2
9
8
2.
Pertambangan
dan Penggalian
6
1
2
4
6
3
6
3
6
5
7
6
6
5
7
2
7
6
3
3
7
9
3
0
8
1
9
7
8
1
9
4
7
2
5
9
7
5
5
5
7
8
5
1
7
9
2
2
7
9
1
8
7
9
2
2
8
0
3
1
7
6
2
6
7
4
8
5
7
9
5
8
8
8
4
0
9 Minyak dan Gas
Bumi
5
1
1
5
2
7
5
3
6
5
2
0
6
3
8
6
5
9
6
7
0
6
4
9
5
7
1
5
9
0
6
0
0
5
8
1
6
0
5
6
0
6
5
8
4
5
1
5
5
2
2
5
4
6
6
2
5
xvi
1 9 9 2 2 2 5 6 2 0 1 4 7 8 3 2 7 5 1
1
0 Tanpa Migas
4
5
2
4
7
7
5
6
4
6
6
5
5
8
5
6
1
8
7
3
0
8
6
1
7
5
7
8
0
0
9
4
4
1
1
1
4
8
7
9
8
4
8
1
0
5
8
1
1
8
1
1
0
6
3
1
1
0
6
1
2
2
2
1
1 Penggalian
5
6
1
6
0
7
6
4
3
7
0
5
6
6
5
7
2
0
7
6
3
8
3
7
7
9
0
8
5
5
9
0
6
9
9
4
9
8
2
1
0
0
6
1
1
3
0
1
2
9
3
1
1
9
5
1
3
8
7
1
3
6
7
1
2
3. Industri
Pengolahan
1
0
0
7
7
1
0
1
3
1
1
1
4
1
7
1
1
9
4
4
1
2
3
5
3
1
2
4
1
8
1
3
9
8
3
1
4
6
2
5
1
4
6
3
0
1
4
3
1
7
1
6
1
6
2
1
6
9
0
6
1
5
6
9
7
1
6
5
1
2
1
9
9
2
4
2
1
4
2
4
1
9
5
4
3
2
1
2
1
6
2
3
5
5
0
1
3 Migas
1
9
0
8
1
6
9
4
1
7
7
0
1
9
2
4
2
3
2
7
2
0
6
4
2
1
5
8
2
3
5
0
2
4
5
3
2
1
0
6
2
1
8
2
2
3
6
4
2
5
9
3
2
3
3
0
2
4
0
9
2
4
6
2
2
4
9
7
2
5
7
0
2
8
2
3
1
4
Industri Tanpa
Migas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1
3
1
0
5
1
4
1
8
2
1
7
5
1
5
1
8
9
6
1
1
7
0
4
6
1
8
6
4
6
2
0
7
2
7
1
5
4. Listrik,
Gas dan Air
Minum
3
4
1
3
6
4
3
8
4
4
0
0
4
3
4
4
6
4
4
8
9
5
1
0
5
6
5
6
0
5
6
3
7
6
6
5
7
3
5
8
1
8
8
5
3
8
8
4
1
0
1
7
1
1
1
0
1
1
8
9
1
6 5. Bangunan
2
6
3
0
2
7
7
6
2
9
8
6
3
4
0
3
3
0
6
9
3
2
3
9
3
4
8
3
3
9
7
0
3
7
6
4
3
9
7
3
4
2
7
2
4
8
6
9
5
0
9
3
5
2
0
8
5
7
8
5
6
4
2
7
5
9
1
7
6
8
2
0
6
6
8
7
1
7
6.
Perdagangan,
Hotel dan
Restoran
8
2
4
1
8
7
1
1
9
2
0
9
9
6
6
3
9
6
5
1
1
0
2
0
3
1
0
7
9
6
1
1
3
3
1
1
0
8
4
1
1
1
4
5
9
1
2
1
2
2
1
2
7
2
2
1
2
7
7
4
1
3
7
4
1
1
4
0
2
3
1
4
7
6
1
1
4
5
1
8
1
5
4
3
9
1
6
6
9
2
1
8 Hotel
3
1
3
3
2
5
3
4
3
3
4
7
3
7
3
3
8
6
4
0
7
4
1
3
4
3
3
4
4
9
4
7
3
4
8
0
5
0
2
5
2
0
5
7
1
5
4
2
5
7
1
6
0
3
6
2
6
1
9 Restoran
1
3
2
9
1
4
0
3
1
4
0
2
1
4
5
0
1
4
1
4
1
4
9
2
1
4
9
1
1
5
4
3
1
6
2
4
1
7
1
4
1
7
1
3
1
7
7
2
2
1
7
5
2
2
5
1
2
0
3
4
2
0
9
7
2
3
1
1
2
5
2
1
2
6
5
9
2
0
7.
Pengangkutan
dan Komunikasi
3
1
3
9
3
2
7
3
3
3
9
1
3
5
5
9
3
9
8
6
4
1
5
8
4
3
0
5
4
5
2
0
4
6
3
2
4
8
3
2
5
0
0
0
5
2
5
1
5
4
3
5
5
8
1
8
5
8
4
1
6
1
5
4
6
1
1
9
6
6
0
3
7
1
4
1
2
1 Pengangkutan
2
7
9
3
2
8
9
6
3
0
0
2
3
1
3
0
3
5
2
5
3
6
5
4
3
7
8
6
3
9
4
8
4
0
8
0
4
2
2
9
4
3
7
8
4
5
6
5
4
7
3
4
4
9
9
7
5
0
9
4
5
2
7
6
5
1
8
9
5
6
1
0
6
0
3
0
2
2
Komunikasi 3
4
3
7
3
8
4
2
4
6
5
0
5
1
5
7
5
5
6
0
6
2
6
8
7
0
8
2
7
4
8
7
9
3
9
9
1
1
xvii
6 8 9 9 1 4 9 2 2 3 2 5 1 2 7 8 0 3
1
1
2
3
8. Keuangan,
Persewaan dan
Jasa
Perusahaan
3
9
4
7
4
0
5
7
4
1
8
6
4
2
1
3
5
0
1
3
5
1
5
6
5
3
1
4
5
3
5
2
5
7
6
3
5
9
3
4
6
1
2
6
6
1
7
2
6
5
9
7
6
6
1
6
7
4
0
2
7
4
3
3
8
6
5
3
8
6
8
7
8
4
8
7
2
4 Bank
1
5
5
9
1
6
2
0
1
6
9
3
1
6
5
8
1
9
2
7
2
0
0
3
2
0
9
3
2
0
4
9
2
3
3
2
2
4
2
4
2
5
3
3
2
4
8
0
2
5
8
2
2
5
7
3
3
0
9
6
3
0
3
1
3
6
4
4
3
7
4
0
3
5
7
7
2
5
Lembaga
Keuangan Bukan
Bank
4
3
5
4
3
4
4
5
9
4
6
3
4
5
3
4
5
3
4
7
8
4
8
2
4
7
2
4
7
1
4
9
8
5
0
2
5
8
3
5
8
1
6
9
9
6
8
4
8
1
6
7
3
2
6
9
3
2
6
Jasa Penunjang
Keuangan2
1
1
7
1
9
2
9
2
5
2
1
2
4
3
5
2
9
2
4
2
7
4
0
4
6
2
3
3
3
7
5
6
1
5
1
4
6
2
7 Sewa Bangunan
1
5
3
0
1
5
6
5
1
5
7
1
1
5
9
6
2
0
5
9
2
1
0
6
2
1
1
4
2
1
4
7
2
1
5
1
2
2
0
1
2
2
0
9
2
2
4
4
2
3
6
4
2
4
1
3
2
4
2
7
2
4
9
0
2
8
0
6
2
8
1
0
2
8
1
1
2
8
Jasa
Perusahaan
4
0
2
4
2
0
4
4
4
4
6
8
5
4
9
5
7
4
6
0
6
6
3
9
7
7
9
8
1
4
8
6
0
9
0
7
1
0
2
3
1
0
2
6
1
1
4
7
1
1
5
2
1
3
2
6
1
3
5
5
1
3
6
0
2
9 9. Jasa-Jasa
5
1
0
9
5
4
3
4
5
5
4
8
5
7
6
9
5
5
0
5
5
8
5
6
5
9
7
8
6
2
1
8
6
2
7
3
6
6
7
5
6
8
1
3
7
0
8
6
7
6
2
3
8
6
4
4
8
4
3
9
8
6
5
5
8
3
9
8
8
4
5
0
8
9
1
3
3
0
Pemerintahan
Umum
3
3
2
8
3
6
1
1
3
6
3
4
3
7
5
0
3
5
3
5
3
8
3
9
3
8
6
1
3
9
8
4
4
0
4
1
4
3
8
9
4
4
1
5
4
5
5
5
5
0
8
3
5
9
9
7
5
6
5
8
5
7
2
0
5
4
3
6
5
4
5
8
5
8
2
9
3
1 Swasta
1
7
8
2
1
8
2
4
1
9
1
3
2
0
2
0
1
9
7
1
2
0
1
7
2
1
1
7
2
2
3
4
2
2
3
2
2
2
8
6
2
3
9
8
2
5
3
1
2
5
4
0
2
6
4
7
2
7
8
1
2
9
3
5
2
9
6
2
2
9
9
2
3
0
8
4
Sumber: Badan
Pusat Statistik
Indoesia
1
9
9
5
1
9
9
6
1
9
9
7
1
9
9
8
1
9
9
9
2
0
0
0Q
4
Q
1
Q
2
Q
3
Q
4
Q
1
Q
2
Q
3
Q
4
Q
1
Q
2
Q
3
Q
4
Q
1
Q
2
Q
3
Q
4
Q
1
Q
2
Q
3
Q
4
Q
1
Q
2
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
1
3
1
4
1
4
1
4
1
6
1
6
2
1
2
2
2
6
2
5
2
7
2
7
2
7
2
7
2
9
3
0
xviii
1
4
4
3
6
5
4
3
1
6
6
8
7
1
2
0
9
1
8
3
2
5
3
0
8
8
4
6
6
9
4
0
4
2
5
3
5
8
0
1
9
4
0
6
3
2
3
7
9
2
5
2
1
5
7
5
2
8
0
9
4
2
6
3
7
1
0
6
5
2
2
7
1
5
9
6
7
5
5
8
5
3
5
2
3
4
1
6
5
8
3
21
4
7
2
4
1
9
7
0
4
2
1
5
0
1
1
9
8
0
7
1
6
8
8
4
2
2
0
8
2
2
4
5
9
7
2
2
6
5
3
1
9
4
6
0
2
6
2
4
8
2
4
9
4
7
2
8
0
7
9
2
1
7
3
6
3
3
2
0
6
4
1
0
2
1
5
2
2
1
2
4
6
3
8
8
6
2
4
6
5
5
4
9
4
3
5
4
9
2
3
4
3
3
5
6
5
8
5
6
5
5
3
8
0
2
6
1
1
1
1
2
3
8
6
1
3
0
9
8
9
4
3
8
7
2
7
8
1
4
1
5
0
1
4
5
8
7
1
0
6
8
1
8
2
0
4
1
7
0
1
9
1
3
3
7
3
1
3
2
4
9
8
5
4
8
1
9
1
6
5
2
3
6
5
5
2
6
6
4
6
2
1
8
8
0
3
8
4
0
8
2
9
1
4
2
3
0
0
3
9
1
8
6
3
4
3
6
7
3
8
2
7
7
6
2
3
0
8
9
1
8
2
5
3
1
6
0
4
2
9
0
3
3
9
2
2
0
3
7
3
4
2
5
4
8
6
9
4
1
0
4
2
2
4
4
3
8
8
2
5
8
8
1
4
4
4
1
4
3
5
4
6
5
2
2
1
2
1
4
7
1
0
2
6
6
8
6
0
5
1
0
3
0
3
8
8
9
9
8
1
5
9
5
5
5
9
8
7
9
91
9
2
2
1
8
0
6
1
9
8
5
2
0
8
5
2
2
0
3
2
1
0
2
2
3
2
1
2
4
5
8
2
6
4
2
2
5
7
5
2
8
3
2
3
0
1
7
3
2
6
4
3
1
2
2
3
6
5
5
4
2
1
3
4
7
5
4
5
7
6
8
5
8
8
4
5
9
0
3
6
2
0
7
6
7
3
8
6
5
0
51
8
6
6
2
0
5
6
1
3
8
4
2
0
1
0
1
9
4
1
1
9
0
3
2
0
1
5
2
2
8
0
1
9
7
2
2
1
1
3
2
2
2
1
2
9
7
9
2
4
9
4
2
6
9
0
2
3
3
0
3
2
7
2
3
4
1
0
3
8
1
5
3
2
0
7
3
5
2
8
3
2
5
4
3
3
1
3
3
6
9
81
7
3
6
1
6
3
2
1
8
7
5
1
9
8
5
2
0
7
0
1
8
9
1
2
2
4
8
2
3
6
4
2
5
3
8
2
2
9
7
2
6
3
8
2
9
5
4
2
9
8
9
3
8
7
6
4
8
5
9
5
9
3
5
6
0
7
8
5
8
7
0
6
4
0
5
6
5
5
5
7
1
0
3
6
2
1
6
7
0
3
9
9
2
2
5
9
2
9
9
9
9
1
9
1
0
0
9
5
1
0
8
8
2
1
0
4
7
7
1
0
8
9
8
1
1
7
2
7
1
2
9
8
6
1
2
8
0
8
1
2
1
6
6
1
3
2
1
1
1
7
3
7
7
2
9
2
2
4
2
9
5
6
6
3
6
3
4
6
2
5
1
9
2
2
4
1
4
6
2
5
5
8
7
2
8
5
4
7
3
1
6
4
6
3
4
9
5
1
4
0
3
1
3
6
1
2
8
6
2
1
8
6
5
3
7
6
1
7
3
6
4
8
2
6
5
6
0
6
5
3
0
6
9
6
2
8
0
6
7
8
2
1
0
7
0
6
4
7
8
1
4
1
0
9
5
0
1
9
4
9
9
1
8
9
0
3
2
2
7
1
4
1
3
7
6
3
7
1
4
6
3
7
1
6
4
1
7
1
9
2
3
1
2
2
1
3
9
2
5
1
2
2
2
9
7
7
3
1
5
5
0
1
4
3
7
1
7
2
7
2
0
5
4
2
4
9
9
1
9
7
8
2
3
4
2
2
2
1
8
2
5
6
1
2
1
0
9
2
5
6
4
2
7
1
0
3
8
0
9
7
1
7
7
8
3
5
8
1
1
2
3
3
8
6
9
2
7
3
0
8
6
7
8
1
6
7
7
9
6
8
2
8
7
1
8
2
7
7
8
61
5
4
7
1
6
4
4
1
6
5
5
1
8
6
8
1
9
0
1
1
9
4
0
2
0
2
6
2
5
4
7
2
3
5
8
2
4
8
9
2
5
3
8
2
6
8
7
2
6
1
9
2
5
4
8
2
3
0
5
2
3
9
9
2
7
3
3
2
2
0
0
2
3
8
9
2
5
3
7
2
6
7
9
2
6
4
6
2
7
5
42
4
2
4
2
5
2
9
3
1
2
9
3
1
3
6
3
9
3
8
3
9
4
3
4
6
5
1
5
0
6
6
7
0
6
9
6
7
7
1
7
6
7
1
7
4
xix
9
3
2
2
0
3
0
4
9
4
3
2
0
0
5
7
7
0
1
3
6
0
1
7
5
0
4
3
5
1
7
0
8
5
7
0
5
4
9
9
3
4
8
4
3
0
9
7
0
2
4
7
4
4
6
8
5
7
7
6
6
6
9
9
9
1
9
5
4
2
5
4
9
3
0
3
0
2
9
1
3
2
6
9
0
2
7
6
6
3
2
7
0
3
4
1
7
3
5
7
7
3
9
3
0
3
7
8
1
3
3
8
3
3
5
0
9
4
9
4
9
8
8
6
2
7
1
8
0
9
7
7
3
7
3
5
8
7
5
1
1
7
5
0
0
8
9
9
1
1
1
1
2
6
1
1
7
2
5
1
1
5
6
32
2
3
8
3
2
1
3
1
1
2
1
8
3
6
2
7
1
9
1
2
7
6
6
0
2
5
8
3
4
2
7
1
4
1
3
4
1
0
6
3
3
8
9
6
3
4
5
7
0
3
6
3
2
5
4
0
0
6
1
4
1
6
0
0
4
3
0
7
2
4
3
6
6
3
5
6
3
2
4
6
2
6
6
6
6
2
2
3
3
6
0
1
8
5
6
2
7
8
5
6
5
5
4
3
6
0
2
6
6
6
3
3
9
11
2
6
2
1
2
9
5
1
3
9
6
1
4
7
7
1
4
8
8
1
5
7
5
1
7
0
4
1
7
9
1
1
8
2
3
1
7
8
4
1
9
1
6
1
9
9
9
2
1
3
3
2
1
2
7
2
8
3
7
3
0
8
5
3
2
3
5
3
0
9
2
3
3
3
1
3
4
4
4
3
5
6
3
3
4
6
9
3
9
3
4
8
5
9
4
8
0
2
1
8
0
5
1
8
9
0
7
9
4
7
3
8
8
3
0
9
2
3
1
1
1
6
9
2
1
2
2
7
2
1
0
9
5
5
1
1
4
6
9
1
2
2
8
2
1
1
9
7
4
1
6
9
2
5
1
4
0
0
4
1
5
0
2
2
1
5
8
1
0
1
5
8
4
6
1
6
2
8
4
1
7
1
5
6
1
8
3
3
0
1
7
8
0
3
1
8
1
3
41
7
2
1
0
1
7
5
6
3
1
8
1
1
8
1
9
3
6
2
2
0
5
9
6
2
0
2
3
8
2
0
6
9
8
2
1
9
7
3
2
4
2
2
8
2
2
1
6
8
2
3
0
3
7
2
6
4
3
1
2
7
9
4
6
3
2
7
5
0
3
3
6
1
8
3
8
2
6
0
4
2
1
1
1
4
4
1
1
1
4
3
1
0
0
4
4
1
7
5
4
4
4
5
0
4
5
6
2
2
4
7
9
3
5
6
4
5
6
7
1
6
8
2
7
0
0
7
4
3
7
6
2
8
0
9
8
4
1
8
4
7
8
6
4
9
0
3
1
0
4
8
1
0
7
3
1
3
4
1
1
1
6
8
1
4
0
7
1
4
4
9
1
4
6
1
1
4
5
6
1
5
2
7
1
4
7
9
1
5
9
9
1
6
6
52
7
9
0
2
9
4
7
3
0
6
7
3
1
8
9
3
2
6
2
3
5
0
7
3
6
2
2
3
6
6
0
3
7
1
5
4
2
8
4
4
3
5
2
4
9
1
2
4
6
0
4
5
1
1
3
5
6
8
2
6
4
5
4
7
4
3
7
7
2
2
9
7
3
2
2
7
3
5
8
7
4
1
5
7
6
5
5
7
9
3
8
7
4
9
0
7
6
3
1
7
4
9
2
7
6
4
2
8
0
3
1
8
2
2
0
8
6
7
8
8
7
3
5
9
2
9
3
9
4
8
3
9
2
3
6
9
5
7
9
1
0
2
3
4
1
1
8
0
6
1
2
4
0
8
1
3
4
1
1
1
4
3
1
2
1
5
5
2
2
1
3
7
2
5
1
2
6
4
6
1
3
2
9
7
1
4
0
8
7
1
4
7
0
4
6
3
6
2
6
4
2
6
6
2
4
2
6
3
0
9
6
5
4
6
6
8
9
9
7
3
2
0
7
3
2
9
7
6
9
9
7
8
3
2
7
5
5
5
7
8
0
4
8
3
0
7
9
6
0
7
1
0
0
1
0
1
0
7
0
5
1
1
5
1
6
1
2
6
4
3
1
0
6
9
9
9
4
3
0
9
9
6
4
1
0
6
1
8
1
1
1
5
41
1
2
8
1
2
1
6
1
2
6
1
1
3
4
5
1
4
9
7
1
3
2
2
1
3
5
9
1
4
0
6
1
5
9
4
1
6
5
1
1
6
8
1
1
7
7
5
1
9
2
6
2
1
9
9
2
3
9
8
2
7
0
7
2
7
9
7
2
8
7
9
3
0
2
6
3
2
1
6
3
3
3
3
3
4
6
9
3
5
5
08
6
7
8
9
3
0
4
1
0
0
8
1
0
0
8
1
0
0
4
1
0
2
6
1
0
5
5
1
0
8
0
1
2
3
6
1
1
6
3
1
2
5
0
1
3
6
1
1
6
6
0
1
7
6
8
1
7
6
0
1
7
4
7
1
7
1
1
1
7
3
0
1
7
7
5
1
7
8
4
1
8
3
2
1
9
1
3
1
9
6
8
xx
4 1 1 3 7 0 2 4 2 8 7 8 9 6 8 2 5 0 2 0 63
7
2
0
4
1
8
1
4
5
7
8
4
4
6
6
4
1
0
2
4
1
0
7
4
1
6
2
4
1
9
7
5
2
4
4
4
1
7
6
4
7
0
4
4
8
9
4
6
5
2
3
6
3
0
2
6
4
1
7
7
1
4
3
5
9
6
2
5
8
2
8
6
1
1
5
6
1
5
3
6
3
3
1
6
7
3
0
6
9
2
2
6
8
6
7
3
6
8
1
1
8
2
8
8
7
2
8
9
4
9
9
7
1
0
4
5
8
8
1
1
1
0
2
1
1
2
9
1
0
8
7
1
2
1
7
1
2
5
5
1
3
4
2
1
3
6
9
1
4
3
9
1
5
1
1
1
5
1
5
1
5
4
2
1
5
7
0
1
7
0
1
1
7
5
4
5
1
6
1
6
9
7
2
7
7
7
7
7
6
8
8
8
5
8
3
9
1
9
9
1
0
1
1
0
7
1
1
7
1
2
4
1
3
5
1
2
5
1
2
8
1
3
2
1
3
9
1
5
0
1
5
32
8
1
2
2
8
5
1
2
9
8
6
2
9
9
9
3
0
6
2
3
2
7
8
3
3
2
9
3
2
8
7
3
7
5
5
3
9
8
4
4
0
9
8
4
4
9
2
5
1
4
1
6
0
5
7
5
9
1
8
5
3
5
0
5
8
1
6
5
9
0
4
6
0
5
9
6
1
3
6
6
2
9
8
6
4
1
9
6
6
4
81
4
0
9
1
4
7
5
1
6
4
0
1
7
1
7
1
9
2
6
1
9
0
7
1
9
9
4
2
1
8
2
2
3
9
7
2
2
8
9
2
4
8
0
3
0
4
6
3
6
2
5
3
9
6
7
3
8
1
6
3
4
9
1
3
7
6
8
3
9
4
4
3
9
3
9
3
8
7
7
3
9
8
4
4
1
3
0
4
2
1
0
9
3
2
8
9
5
2
4
1
0
0
5
9
1
0
3
1
8
1
0
7
8
2
1
1
0
7
3
1
1
3
4
7
1
1
5
5
3
1
2
3
2
7
1
2
3
7
0
1
4
4
2
6
1
4
4
6
8
1
4
6
9
8
1
5
9
1
6
2
0
9
0
2
2
2
3
5
4
2
2
9
1
5
2
2
9
9
8
2
9
1
8
8
2
7
0
5
0
2
5
7
1
9
2
7
8
0
0
3
2
3
7
0
6
0
3
2
6
1
9
1
6
6
5
3
6
6
9
0
7
0
2
1
7
2
1
2
7
7
6
3
7
3
6
6
7
4
1
2
7
1
1
4
8
8
0
6
8
2
0
6
8
0
0
3
7
0
8
0
1
1
4
1
5
1
0
8
4
1
1
1
3
0
4
1
1
2
2
0
1
7
1
8
5
1
4
8
6
6
1
3
4
7
4
1
5
2
5
3
1
9
5
4
8
3
2
9
7
3
3
3
3
3
4
0
6
3
6
2
7
3
7
6
1
3
8
6
2
3
5
8
4
4
1
8
6
4
9
1
4
5
2
5
6
5
6
2
0
6
2
6
3
6
6
9
5
8
8
3
6
9
4
8
7
1
1
5
1
3
1
1
6
1
1
1
1
7
7
8
1
2
0
0
3
1
2
1
8
5
1
2
2
4
5
1
4
5
4
6
1
2
8
2
3
200
1
200
2
200
3 Items
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
352
266
372
088
375
472
367
829
388
572
396
874
413
534
411
586
442
735
438
257
454
169
451
530 Gross Domestic Product 1
627
33
608
48
643
07
568
34
703
82
701
46
726
71
620
73
793
14
742
60
781
53
645
11
Agriculture, livestock, forestry
and fishery 2
369
04
316
49
321
23
253
89
419
77
376
06
352
07
266
21
460
12
381
53
375
54
246
31 Farm food crops 3
xxi
649
3
919
4
125
08
917
7
712
3
104
46
140
06
104
35
869
5
112
37
147
63
123
55 Non-food crops 4
739
1
765
7
711
6
830
2
850
3
855
5
882
8
923
5
974
7
961
1
955
9
101
26 Livestock and products 5
390
1
389
2
403
4
377
1
381
3
421
7
443
2
449
1
457
9
464
3
485
6
492
4 Forestry 6
804
4
845
6
852
6
101
95
896
5
932
1
101
98
112
91
102
81
106
17
114
22
124
74 Fishery 7
484
07
570
13
469
67
411
54
416
37
427
85
463
23
474
53
488
07
447
36
469
12
507
21 Mining and quarrying 8
335
34
398
98
319
92
269
58
283
28
284
44
287
30
312
49
333
58
280
29
293
75
328
81
Crude petroleum and natiral
gas 9
116
24
137
30
113
35
103
28
939
6
102
57
132
65
116
98
107
94
118
86
124
62
124
73 Non-oil and gas mining
1
0
324
9
338
6
364
0
386
9
391
3
408
4
432
8
450
6
465
6
482
1
507
6
536
7 Quarrying
1
1
874
57
924
17
958
83
971
59
994
71
100
747
103
957
105
491
110
482
109
035
110
690
110
246 Manufacturing industry
1
2
140
67
144
77
138
77
136
67
136
13
142
13
154
72
167
01
184
19
162
29
165
71
168
85 Oil and gas Manufacturing
1
3
733
90
779
41
820
05
834
92
858
58
865
34
884
85
887
90
920
63
928
05
941
19
933
62 Non-oil and gas industry
1
4
473
7
508
5
588
0
646
8
679
7
730
5
791
3
847
7
880
0
938
9
103
60
111
17
Electricity, Gas, and water
supply
1
5
209
69
214
03
208
51
223
79
229
61
230
57
232
82
246
65
257
30
265
75
266
98
281
15 Constraction
1
6
567
25
588
67
596
88
604
58
635
19
656
39
673
50
690
27
710
31
720
94
738
24
746
41 Trade, Hotel and Restourant
1
7
182
0
187
4
196
7
202
7
204
6
205
6
227
4
225
8
225
6
223
7
222
8
222
3 Hotel
1
8
926
2
946
4
963
1
102
02
106
83
109
46
111
71
115
90
120
56
124
31
126
75
130
91 Restourant
1
9
173
03
177
09
191
98
200
37
200
00
225
41
246
37
256
19
259
83
271
98
282
18
303
29 Transport and Comunication
2
0
134
05
137
31
150
66
157
11
148
84
161
83
179
59
186
61
189
32
198
28
203
67
219
09 Transport
2
1
389
8
397
9
413
1
432
6
511
6
635
8
667
8
695
8
705
0
737
0
785
1
842
0 Comunication
2
2
224
82
234
14
243
72
245
52
266
58
270
15
278
95
285
90
304
95
304
90
308
74
311
41
Financial, Ownership, and
Business Services
2
3
806
0
846
3
888
8
865
1
963
5
977
3
102
60
103
58
110
46
109
10
109
83
107
45 Bank
2
4
205
3
214
5
214
9
220
8
231
0
236
9
238
8
245
9
254
0
255
9
261
0
270
5
Non-bank financial
Institutions
2
5
174 186 184 188 191 196 197 196 199 203 212 219 Service allied to financial
2
6
747
9
775
0
804
5
825
2
917
3
913
4
934
2
962
9
106
68
107
27
108
46
111
55 Building rental
2
7
471
6
487
1
510
6
525
2
535
0
554
3
570
6
594
9
604
3
609
1
622
4
631
7 Business service
2
8
314
53
353
31
383
27
387
90
371
47
376
39
395
07
401
90
420
92
444
80
484
41
507
09 Services
2
9
167
99
200
92
224
04
225
55
201
25
201
16
213
92
216
60
220
41
239
08
269
73
286
84 General Government3
0
xxii
146
53
152
39
159
22
162
35
170
22
175
22
181
15
185
30
200
51
205
72
214
68
220
25 Private
3
1
Source: Statistics Indonesia
LAPANGAN USAHA
2.0
04
2.0
05
2.0
06
2.0
07
2.0
08
2.0
09
2.0
10
2.0
11
Q4 Q4 Q4 Q4 Q4 Q4 Q4 Q1 Q2 Q3
38.
322
38.
687
39.
052
39.
417
39.
783
40.
148
40.
513
40.
603
40.
695
40.
787
1
Pertanian,
Peternakan,
Kehutanan dan
Perikanan
72.1
25
84.4
97
100.
838
126.
025
167.
002
197.
449
224.
884
272.
239
277.
718
299.
292
2 Tanaman bahan
makanan
31.1
21
36.1
97
41.8
59
52.5
48
67.7
53
83.2
86
95.8
58
151.
703
135.
418
141.
557
3 Tanaman
perkebunan
11.9
98
14.4
61
15.4
86
20.0
63
23.2
44
27.1
72
31.8
33
26.8
19
41.9
51
51.3
17
4 Peternakan dan
hasil-hasilnya
10.0
96
11.6
18
13.9
80
17.0
36
24.9
03
28.5
13
32.0
61
30.7
95
30.9
08
32.7
39
5 Kehutanan5.21
3
6.30
4
8.77
5
9.22
7
11.2
03
11.8
99
12.8
34
10.6
39
13.4
16
13.9
22
6 Perikanan13.6
98
15.9
16
20.7
38
27.1
52
39.8
99
46.5
80
52.2
98
52.2
82
56.0
25
59.7
57
7Pertambangan dan
penggalian
59.4
73
92.0
89
100.
476
117.
765
138.
983
163.
503
190.
393
209.
162
210.
188
221.
798
8 Minyak dan gas
bumi
33.7
37
50.4
72
51.4
36
64.2
95
66.8
20
71.3
42
71.8
34
89.0
09
94.3
15
96.9
70
9 Pertambangan
bukan migas
19.9
94
33.7
74
39.1
16
40.6
36
54.7
35
70.0
37
92.8
21
94.9
18
89.1
46
96.9
49
1
0 Penggalian
5.74
3
7.84
3
9.92
3
12.8
35
17.4
28
22.1
24
25.7
37
25.2
35
26.7
27
27.8
79
1
1Industri pengolahan
169.
886
214.
751
243.
158
283.
764
368.
180
384.
440
418.
279
423.
502
447.
513
464.
475
1
2Industri Migas
26.0
56
44.4
91
44.6
12
49.8
05
64.6
01
57.1
10
54.8
25
58.4
49
66.7
01
66.7
05
1
3
Pengilangan
minyak bumi
16.1
10
30.6
26
30.7
62
31.8
87
37.8
96
33.9
81
31.4
99
31.9
61
34.4
36
32.8
88
1
4 Gas alam cair
9.94
6
13.8
64
13.8
50
17.9
18
26.7
05
23.1
29
23.3
26
26.4
88
32.2
65
33.8
17
1
5Industri Non Migas
143.
830
170.
261
198.
546
233.
959
303.
580
327.
330
363.
453
365.
053
380.
813
397.
770
1 Makanan, minuman 41.8 46.4 57.2 68.9 97.9 108. 124. 123. 132. 140.
xxiii
6 dan tembakau 54 32 90 63 46 492 547 101 252 913
1
7
Tekstil, barang
kulit dan alas kaki
18.2
43
21.3
76
23.3
83
22.8
71
26.9
25
29.2
43
33.1
08
34.5
00
35.2
89
36.4
35
1
8
Barang kayu dan
barang dari kayu
lainnya
8.07
5
10.0
17
11.9
27
14.7
05
20.2
15
21.0
86
20.8
54
20.7
33
20.9
54
21.3
84
1
9
Kertas dan
barang cetakan
8.05
3
8.98
0
10.7
61
11.7
34
13.4
41
15.7
08
17.4
51
17.2
38
17.4
97
17.0
82
2
0
Pupuk, kimia dan
barang dari karet
17.4
60
21.5
10
24.8
44
29.1
50
41.4
85
41.6
59
45.4
26
44.4
21
48.3
53
48.3
86
2
1
Semen dan barang
galian bukan logam
5.69
0
6.76
8
7.80
5
8.43
7
10.6
10
11.6
49
11.6
66
11.9
02
12.4
34
12.7
92
2
2
Logam dasar
besi dan baja
4.26
4
4.90
6
5.26
3
5.92
8
6.90
8
6.62
9
7.17
6
7.58
2
7.74
1
7.64
2
2
3
Alat angkutan,
mesin dan
peralatannya
38.8
67
48.5
85
55.4
39
70.2
92
83.5
72
90.3
40
100.
521
102.
881
103.
350
110.
169
2
4 Barang lainnya
1.32
5
1.68
8
1.83
4
1.87
8
2.47
7
2.52
6
2.70
6
2.69
6
2.94
3
2.96
7
2
5
Listrik, gas dan
air bersih
6.11
7
7.09
8
7.80
1
9.20
9
10.6
58
12.0
14
12.8
56
13.1
76
13.8
81
14.4
72
2
6Listrik
4.43
9
5.03
3
5.45
6
5.96
4
6.68
8
7.30
1
8.08
2
8.33
4
8.96
6
9.30
1
2
7Gas kota 873
1.08
8
1.29
2
2.00
1
2.63
7
3.36
0
3.41
2
3.46
4
3.52
0
3.74
6
2
8Air bersih 804 977
1.05
3
1.24
5
1.33
3
1.35
3
1.36
2
1.37
9
1.39
5
1.42
6
2
9Konstruksi
40.6
02
56.2
05
67.2
04
84.9
57
116.
056
148.
970
177.
269
173.
777
181.
637
194.
735
3
0
Perdagangan, hotel
& restoran
97.6
93
113.
618
131.
243
155.
729
182.
263
199.
451
233.
172
238.
065
251.
927
264.
620
3
1
Perdagangan
besar dan eceran
76.2
88
88.8
81
102.
367
123.
312
145.
415
158.
713
186.
697
190.
766
203.
564
214.
989
3
2 Hotel
3.26
2
3.69
7
4.13
9
4.43
0
4.84
3
5.31
0
6.36
6
5.97
4
6.37
7
6.72
7
3
3 Restoran
18.1
44
21.0
40
24.7
38
27.9
88
32.0
05
35.4
28
40.1
10
41.3
25
41.9
86
42.9
04
3
4
Pengangkutan dan
komunikasi
38.5
51
52.9
42
61.9
73
71.2
35
85.0
45
92.9
75
116.
412
117.
108
119.
505
125.
488
3
5 Pengangkutan
23.3
55
33.8
05
37.1
04
40.0
03
46.5
00
48.1
78
60.3
82
60.1
97
61.8
76
65.4
383
6 Angkutan rel 315 339 358 383 429 503 579 576 609 592
3
7Angkutan jalan raya
11.1
43
19.6
12
20.8
74
22.1
02
28.0
03
26.2
73
33.8
76
33.9
66
34.3
41
35.9
413 Angkutan laut 3.51 3.85 4.21 4.30 3.97 4.00 4.56 4.56 4.63 4.72
xxiv
8 7 9 8 2 8 5 0 2 1 4
3
9
Angkutan sungai,
danau dan
penyeberangan
8321.09
5
1.16
3
1.26
3
1.65
0
1.63
6
1.89
3
1.77
9
1.79
5
1.94
3
4
0Angkutan udara
2.60
4
3.24
8
3.85
9
4.85
8
5.26
1
7.47
0
10.2
04
10.0
63
10.9
35
12.3
99
4
1
Jasa Penunjang
Angkutan
4.94
3
5.65
2
6.63
2
7.09
5
7.17
9
8.29
1
9.27
1
9.25
2
9.56
4
9.84
0
4
2 Komunikasi
15.1
96
19.1
37
24.8
68
31.2
32
38.5
45
44.7
97
56.0
30
56.9
11
57.6
29
60.0
50
4
3
Keuangan, real
estat & jasa
perusahaan
51.3
28
62.6
92
70.4
91
80.9
72
97.3
95
104.
094
124.
040
128.
732
131.
353
136.
021
4
4 Bank
20.6
36
22.8
63
24.7
14
27.0
22
32.8
45
33.4
58
37.7
39
40.4
04
40.8
54
42.3
42
4
5
Lembaga keuangan
bukan bank
4.32
3
6.01
0
6.97
5
8.98
7
11.2
45
12.9
37
15.9
45
16.8
00
17.2
29
17.9
57
4
6
Jasa penunjang
keuangan335 442 531 673 699 776 933 960
1.01
4
1.04
0
4
7 Real estat
17.5
13
22.5
83
25.6
64
29.5
56
34.9
05
37.5
80
45.4
14
46.1
39
47.2
93
48.6
86
4
8 Jasa perusahaan
8.52
1
10.7
95
12.6
07
14.7
35
17.7
02
19.3
43
24.0
08
24.4
30
24.9
63
25.9
96
4
9Jasa-jasa
63.7
05
74.5
83
90.2
21
105.
762
124.
958
148.
420
184.
276
174.
865
186.
428
208.
713
5
0Pemerintahan Umum
31.8
30
35.9
88
45.1
61
54.1
21
65.2
79
81.5
62
103.
929
91.9
47
101.
427
118.
830
5
1
Administrasi
pemerintahan dan
pertahanan
19.7
41
22.3
01
27.7
82
32.7
75
40.0
66
49.9
75
63.7
14
56.3
84
62.1
89
73.1
97
5
2
Jasa pemerintah
lainnya
12.0
90
13.6
87
17.3
79
21.3
46
25.2
13
31.5
87
40.2
14
35.5
63
39.2
38
45.6
32
5
3Swasta
31.8
74
38.5
95
45.0
60
51.6
41
59.6
79
66.8
58
80.3
47
82.9
18
85.0
01
89.8
83
5
4
Sosial dan
kemasyarakatan
11.0
55
13.1
32
15.7
33
18.9
66
22.5
19
25.8
61
30.0
84
31.2
82
32.0
28
35.2
02
5
5
Hiburan dan
rekreasi
2.03
3
2.28
8
2.67
4
3.02
3
3.45
8
3.82
9
4.64
0
4.88
8
5.01
5
5.16
1
5
6
Perorangan dan
rumah tangga
18.7
87
23.1
75
26.6
53
29.6
52
33.7
02
37.1
68
45.6
23
46.7
49
47.9
59
49.5
20
5
7
Produk Domestik
Bruto
599.
478
758.
475
873.
403
1.03
5.41
9
1.29
0.54
1
1.45
1.31
5
1.68
1.58
0
1.75
0.62
5
1.82
0.15
0
1.92
9.61
4
5
8 Tanpa Migas
539.
686
663.
513
777.
355
921.
320
1.15
9.12
0
1.32
2.86
3
1.55
4.92
0
1.60
3.16
7
1.65
9.13
5
1.76
5.93
9
xxv
6
0 Migas
59.7
92
94.9
62
96.0
48
114.
099
131.
421
128.
452
126.
660
147.
458
161.
016
163.
675
2.01
1
2.01
2
2.01
2
2013
* INDUSTRIAL ORIGIN
Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
40.
878
40.
969
41.
061
41.
153
41.
244
41.
334
41.
426
41.
518
41.
609242.
199
301.
058
305.
215
328.
968
258.
212
324.
287
332.
932
363.
920
289.
898
Agriculture, livestock,
Forestry and Fishery1
101.
290
166.
771
149.
297
156.
200
102.
648
175.
974
160.
792
174.
056
111.
011 Food crops 2
33.6
22
29.2
32
44.3
72
54.3
24
34.6
15
30.9
72
47.5
92
56.9
75
39.7
09 Estate crops 3
34.8
56
34.7
66
35.4
33
37.0
07
38.5
14
38.3
52
39.2
96
42.6
97
44.8
18 Livestock and its products 4
13.8
04
11.6
50
14.0
12
14.2
98
14.9
47
12.2
04
14.4
91
14.8
31
15.4
68 Forestry 5
58.6
27
58.6
39
62.1
01
67.1
39
67.4
89
66.7
85
70.7
61
75.3
61
78.8
92 Fishery 6
238.
358
250.
161
246.
345
238.
631
235.
686
246.
936
238.
850
255.
097
279.
891Mining and quarrying 7
91.5
29
100.
013
97.6
88
94.3
16
94.5
43
98.6
81
92.3
92
99.4
62
110.
605 Oil and gas mining 8
117.
538
121.
464
118.
425
112.
430
107.
698
116.
014
112.
423
119.
057
130.
327 Non-oil and gas mining 9
29.2
91
28.6
84
30.2
33
31.8
85
33.4
46
32.2
41
34.0
36
36.5
78
38.9
59 Quarrying
1
0
470.
650
467.
197
484.
350
506.
080
514.
898
507.
479
525.
253
549.
343
570.
518Manufacturing industry
1
1
61.2
24
64.1
92
64.9
86
63.2
84
62.0
95
64.5
49
65.0
84
65.7
77
71.3
84Oil and gas manufacturing
1
2
32.1
98
32.7
93
32.7
74
32.2
69
32.4
37
33.4
88
35.2
51
36.8
43
38.9
79 Petroleum Refinery
1
3
29.0
26
31.3
99
32.2
11
31.0
15
29.6
58
31.0
61
29.8
33
28.9
34
32.4
05 Liquefied Natural Gas
1
4
409.
426
403.
005
419.
364
442.
795
452.
803
442.
931
460.
169
483.
566
499.
134Non Oil-gas manufacturing
1
5
150.
486
140.
737
149.
973
164.
501
167.
983
151.
141
160.
905
176.
868
185.
355
Food, beverages and
tobacco
1
6
37.1
61
37.1
05
38.6
47
39.9
34
40.9
48
40.7
72
43.0
86
43.8
36
44.7
29
Textile, leather products
and footwear
1
7
xxvi
21.4
10
21.5
75
20.0
92
21.5
51
22.2
78
23.0
10
23.1
95
23.8
46
24.6
01
Wood and other wood
products
1
8
17.5
22
17.2
77
16.3
61
16.2
26
17.2
46
18.4
81
18.2
73
18.0
81
17.9
46
Paper and printing
products
1
9
48.5
41
50.3
97
51.5
18
56.9
21
58.0
28
57.9
83
56.1
01
57.5
88
58.5
65
Fertilizers, chemical and
rubber products
2
0
13.6
63
13.4
93
14.4
50
15.0
36
15.0
17
15.1
24
15.6
56
16.5
18
16.6
76
Cement and non metalic
quarrying products
2
1
8.13
6
8.15
1
8.00
6
8.50
5
8.55
1
8.88
5
8.87
2
8.80
6
9.18
2 Iron and steel basic metal
2
2
109.
834
111.
336
117.
463
117.
157
119.
933
124.
844
131.
223
134.
966
138.
796
Transport equipment,
machinery and apparatus
2
3
2.67
3
2.93
5
2.85
4
2.96
4
2.81
8
2.69
1
2.85
8
3.05
8
3.28
4
Other manufacturing
products
2
4
15.2
60
14.6
81
15.4
61
15.7
47
16.3
46
16.9
81
17.1
17
17.2
66
18.7
12
Electricity, gas and water
supply
2
5
9.88
5
9.22
7
9.82
2
9.88
8
10.4
03
10.7
96
11.1
59
11.6
93
12.6
09Electricity
2
6
3.92
1
3.98
0
4.15
0
4.35
2
4.42
5
4.62
4
4.35
2
3.94
3
4.46
1City gas
2
7
1.45
3
1.47
4
1.48
9
1.50
6
1.51
8
1.56
0
1.60
6
1.63
0
1.64
2Water supply
2
8
204.
335
195.
576
206.
478
216.
951
225.
087
212.
278
222.
199
230.
494
242.
296Construction
2
9
269.
397
268.
417
283.
601
293.
499
303.
173
303.
800
318.
764
334.
356
344.
587
Trade, hotel, and
restaurant
3
0
218.
606
216.
293
230.
040
237.
959
245.
417
244.
592
258.
175
271.
370
279.
070Wholesale and retail trades
3
1
7.29
9
7.42
7
7.94
8
8.03
1
8.80
8
9.04
5
9.67
5
9.84
0
10.7
27Hotels
3
2
43.4
92
44.6
98
45.6
13
47.5
09
48.9
49
50.1
63
50.9
14
53.1
46
54.7
90Restaurants
3
3
129.
182
129.
984
132.
597
141.
694
144.
830
145.
480
151.
522
167.
414
172.
473
Transport and
Communication
3
4
67.0
09
67.0
65
68.7
42
75.1
01
76.4
37
75.4
36
79.6
60
93.1
65
96.2
25Transport
3
5
590 587 602 643 647 620 695 684 688 Railways Transport3
6
36.3
55
36.5
27
36.7
81
39.4
68
39.7
72
40.1
09
41.4
89
51.1
62
51.4
56Road Transport
3
7
4.67
3
4.75
4
4.97
9
5.04
0
4.88
9
4.90
1
5.29
7
5.70
7
5.75
2Sea Transport
3
8
2.13
0
2.09
2
2.10
5
2.27
0
2.29
9
2.33
3
2.40
9
2.91
6
3.01
8
River, lake and ferry
transport
3
9
13.3
15
13.0
50
13.9
45
16.9
92
18.1
67
16.8
18
18.4
21
20.7
49
23.0
50Air Transport
4
0
xxvii
9.94
7
10.0
56
10.3
30
10.6
89
10.6
64
10.6
56
11.3
48
11.9
47
12.2
61Service Allied to Transport
4
1
62.1
73
62.9
19
63.8
55
66.5
93
68.3
93
70.0
44
71.8
62
74.2
49
76.2
48Communication
4
2
139.
047
143.
555
146.
769
152.
637
155.
563
162.
252
166.
129
175.
715
178.
914
Finance, real estate and
business services
4
3
42.8
90
45.5
29
47.1
94
48.8
73
49.4
99
52.7
11
54.3
57
58.6
55
59.2
50Bank
4
4
18.5
90
19.3
14
19.3
52
20.4
22
20.8
08
21.5
67
21.8
91
23.3
33
24.1
19
Non-bank financial
Institutions
4
5
1.06
2
1.10
2
1.12
9
1.16
8
1.18
3
1.23
1
1.24
4
1.29
9
1.34
1Service Allied to finance
4
6
49.8
10
50.4
30
51.2
85
53.2
57
54.5
50
55.9
51
57.1
12
58.8
68
60.2
91Real estate
4
7
26.6
95
27.1
80
27.8
08
28.9
16
29.5
23
30.7
93
31.5
24
33.5
61
33.9
13Business services
4
8
213.
965
202.
310
226.
933
222.
167
238.
584
224.
179
239.
959
266.
044
270.
640Sevices
4
9
120.
582
105.
925
128.
936
118.
477
132.
977
114.
561
128.
658
148.
127
149.
846General Government
5
0
74.4
77
65.3
47
79.3
08
73.3
54
82.5
12
70.6
70
79.0
06
91.6
11
92.6
74
Government administration
and defence
5
1
46.1
05
40.5
79
49.6
29
45.1
23
50.4
65
43.8
91
49.6
52
56.5
16
57.1
71Other government services
5
2
93.3
83
96.3
85
97.9
97
103.
690
105.
607
109.
618
111.
301
117.
918
120.
795Private
5
3
36.2
15
37.6
22
38.0
81
41.4
20
42.1
60
43.8
55
44.3
90
48.0
29
48.9
52
Social and community
services
5
4
5.39
2
5.56
0
5.66
2
5.86
4
5.97
2
6.18
4
6.38
2
6.80
2
7.04
5
Amusement and recreation
services
5
5
51.7
76
53.2
03
54.2
54
56.4
06
57.4
75
59.5
79
60.5
29
63.0
87
64.7
98
Personal and household
services
5
6
1.92
2.39
2
1.97
2.93
9
2.04
7.74
8
2.11
6.37
4
2.09
2.37
9
2.14
3.67
2
2.21
2.72
4
2.35
9.64
8
2.36
7.92
9
Gross Domestic Product5
7
1.76
9.63
9
1.80
8.73
4
1.88
5.07
4
1.95
8.77
3
1.93
5.74
2
1.98
0.44
2
2.05
5.24
8
2.19
4.40
9
2.18
5.94
0
Non Oil5
8
152.
753
164.
205
162.
674
157.
601
156.
638
163.
229
157.
475
165.
239
181.
989 Oil
6
0
xxviii
Jawaban :
Pada awal kemerdekaan Indonesia berstruktur
ekonomi pertanian, namun seiring dengan target yang
dipasang untuk perekonomian Indonesia, maka pemerintah
terus menggenjot perekonomiannya untuk mencapai target
yang telah ditentukan. Salah satunya dengan
mengeluarkan kebijakan untuk membangun sektor industri
di Indonesia. Perubahan sektor ini bukan berarti
digantikan seluruhnya namun sumbangan sektor industri
lebih besar dibanding pertanian terhadap pendapatan
Indonesia.
Perubahan struktur ini memeang sudah merupakan hal
wajar yang memang akan selalu dilewati oleh setiap
negara berkembang. Namun strategi untuk menyambut
perubahan itulah yang harus kita siapkan. Karena
perubahan struktur dari pertanian ke industri tidak
serta merta meningkatkan pendapatan nasional namun juga
meninggalkan masalah dalam bidang ekonomi khususnya
seperti pengangguran yang timbul yang disebabkan
penyerapan tenaga kerja di sektor industri tidak
setinggi sektor pertanian, perubahan struktur juga
menyebabkan perubahan teknologi yang pesat sehingga
memerlukan SDM yang unggul.
Lalu apakanh struktur yang tepat untuk Indonesia,
menurut kami struktur yang cocok untuk diunggulkan di
Indonesia tentunya yang bersumber pada keunggulan yang
20
dimiliki Indonesia dan penggunaan teknologi tinggi
untuk pengolahannya. Indonesia merupakan negara
kepulauan sehingga maritim merupakan keunggulan
Indonesia maka sudah seharusnya Indoensia meningkatkan
ekonominya dengan keunggulan yang dimilikinya agar
indonsia bisa lebih mandiri dalam membangun ekonominya
namun tidak cukup hanya sekktor maritim namun juga kita
harus menguasai teknologi untuk meningkatkan
perekonomian indonesia.
21