SKRIPSI NINA ROSLIANA 10C10104090 PROGRAM STUDI ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of SKRIPSI NINA ROSLIANA 10C10104090 PROGRAM STUDI ...
HUBUNGAN PEMANFAATAN JENIS MEDIA MASSA DENGAN TINGKAT
PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA
KELAS XI SMA NEGERI 2 MEULABOH KABUPATEN
ACEH BARAT TAHUN 2015
SKRIPSI
NINA ROSLIANA
10C10104090
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH
2016
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Hubungan Pemanfaatan Jenis Media Massa dengan Tingkat
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi pada Remaja di Kelas
XI SMA Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun
2015
Nama Mahasiswa : NINA ROSLIANA
NIM : 10C10104090
Program Studi : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Minat Studi : AKK
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
T. Abdullah, SKM, MPH Ns. Mika Ariani, S.Kep
Ketua NIP. 198309272008032001
Ketua Program Studi
(Teungku Nih Farisni SKM.,M. Kes)
NIDN. 0119128601
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Judul Skripsi : Hubungan Pemanfaatan Jenis Media Massa dengan Tingkat
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi pada Remaja di Kelas
XI SMA Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun
2015
Nama Mahasiswa : NINA ROSLIANA
NIM : 10C10104090
Program Studi : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Minat Studi : AKK
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal Agustus 2015 dan
dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
Ketua T. Abdullah, SKM,MPH …….....………………...……
Anggota 1. Ns. Mika Ariani, S.Kep ………………………………
2. Marniati, SKM,M.Kes ………………………………
3. Safrizal. SA, SKM,M.Kes ……………………………..
Alue Peunyareng, Agustus 2015
Ketua Program Studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat
Teungku Nih Farisni, SKM., M.Kes
NIDN. 0119128601
ABSTRAK
Nama: Khaizar. Nim: 10C10104089. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Teuku Umar. Hubungan Karakteristik WUS Terhadap Perilaku Seksual Berisiko
di Desa Geulangganag Gajah Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat
Daya. Dibawah bimbingan Kartini, SE., M,Kes dan Ira Susanti, SKM.
Perilaku seksual adalah perilaku yang dapat mengakibatkan penyakit kelamin
diantarnya penyakit keputihan seperti yang terjadi di Desa Geulanggang Gajah,
dimana sebanyak 5 orang mengalami keputihan, 4 orang mengalami kista, dan 3
orang yang mengalami sipilis yang diakibatkan oleh perilaku seksual berisiko.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Hubungan Karakteristik
WUS terhadap Perilaku Seksual berisiko di Desa Gelangang Gajah Kecamatan
Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik dengan pendekatan
crossectional survey. Populasi dalam penelitian ini adalah WUS di desa
Geulanggang Gajah yang berjumlah 239 orang, tekhnik penarikan sampel dalam
penelitian ini adalah tekhnik proportional sampling yang berjumlah 48 orang.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan semua variabel independen
(pengetahuan dan sikap) mempunyai pengaruh yang signifikan. Hal ini dapat
dilihat dari hasil penelitian yaitu: (PValue umur (0,000) <α (0,05)), (PValue
lingkungan (0,000) <α (0,05)), (PValue sikap (0,047) <α (0,05)) dan (PValue
pengetahuan (0,006) <α (0,05)). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
adanya hubungan antara umur, lingkungan, sikap dan pengetahuan terhadap
perilaku seksual berisiko di Desa Geulanggang Gajah Kecamatan Kuala Batee
Kabupaten Aceh Barat Daya.
Kepada Wanita Usia Subur agar lebih memperhatikan pergaulan agar tidak
terjerumus kepada pergaulan seksual berisiko, kepada orang tua dan pemerintah
desa agar dapat lebih memperhatikan dan mengontrol pergaulan para WUS
khusunya remaja serta bagi pihak puskesmas agar dapat memberikan penyuluhan
tentang perilaku seksual berisiko, agar para WUS mengetahui akibat dari perilaku
tersebut sehingga dapat menghindari perilau seksual berisiko tersebut.
Kata Kunci : Karakteristik WUS, Perilaku Seksual Berisiko
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan sangat dibutuhkan dalam perkembangan siswa.
Perkembangan yang sangat pesat pada siswa baik mental maupun fisik
membutuhkan pengetahuan tentang psikologi dan biologi agar kebutuhannya
dapat tercapai dengan optimal. Sekolah telah mengupayakan untuk memenuhi
kebutuhan siswa sesuai dengan kebutuhan pada usianya. Siswa berada pada usia
remaja antara usia 12 tahun sampai 21 tahun. Masa remaja adalah masa yang
paling kritis bagi perkembanganya dan mendapatkan kendala. Kendala utama
sebagai masa remaja adalah perubahan yang sangat pesat secara fisik maupun
psikologisnya. (Santrok, 2006 dalam Wulandari, 2012).
Kesehatan reproduksi menjadi cukup serius sepanjang hidup, terutama
bagi perempuan, selain karena rawan terpapar penyakit, juga berhubungan dengan
kehidupan sosialnya, misalnya kurangnya pendidikan yang cukup, kawin muda,
kematian ibu, masalah kesehatan reproduksi perempuan, masalah kesehatan kerja,
menopause (Manuaba, 2002 dalam Taufiqoh, 2012 ). Masalah kesehatan
reproduksi wanita sudah menjadi agenda internasional. Salah satu masalah
kesehatan reproduksi wanita yaitu adanya penyakit kewanitaan atau ginekologi.
Menurut hasil statistik terdapat sebanyak 50,95% wanita yang mempunyai
penyakit ginekologi dan diantaranya 87,5% wanita yang sudah menikah.
Ditambah lagi banyak wanita diserang tumor rahim. Wanita yang berusia 30-50
tahun sebanyak 30% mempunyai tumor rahim, dan diantaranya dari tumor yang
tidak ganas menjadi tumor yang ganas. (Stoppard, 2010 dalam Taufiqoh, 2012).
1
2
Survei Ditjen PP dan PL Kemenkes RI jumlah kasus penderita AID/HIV
pada 1 Januari hingga 30 September 2014 adalah 1.876 kasus AIDS dan 22.869
kasus HIV. Sedangkan jumlah pasien yang meninggal karena kasus ini adalah
sebanyak 9.796 jiwa (Kemenkes RI, 2014).
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia angka kejadian kista
ovarium di Indonesia mencapai 37,2%, dan paling sering terdapat pada wanita
berusia antara 20-50 tahun, dan jarang sekali pada masa pubertas. (Hanifa W,
2005, dalam Taufiqoh, 2012). Berdasarkan hasil penelitian Toufiqah diketahui
bahwa angka kejadian kista ovarium di salah satu rumah sakit di Indonesia pada
bulan Januari - Maret 2011, sebanyak 11 orang (15,1%) dari jumlah pasien
dengan penyakit kandungan sebanyak 73 orang dengan kelompok umur 17- 45
tahun sebanyak 4 orang, usia > 45 tahun sebanyak 7 orang. Dan pada bulan April
- Juni 2011, penderita kista ovarium sebanyak 32 orang (39,5%) dari jumlah
pasien dengan penyakit kandungan sebanyak 81 orang dengan kelompok umur
17- 45 tahun sebanyak 11 orang, usia > 45 tahun sebanyak 21orang. Berdasarkan
informasi yang telah diuraikan diatas dapat diketahui bahwa angka kejadian kista
ovarium di rumah sakit cenderung meningkat sebesar 24,4% (Taufiqoh, 2012).
Hasil survey Ditjen PP & PL Depkes RI tentang jumlah kasus AIDS yang
dilaporkan 1 Januari – September 2014 menemukan 193 kasus AIDS, dan 162
kasus HIV. Peningkatan dari tahun ke tahun kian bertambah saja. Sementara
orang mengidap atau terinfeksi yang belum terdata terus berkeliaran mencari
mangsa baru untuk menularkan virus berbahaya tersebut (Dinkes Aceh, 2014).
Berdasarkan data Dinkes Aceh Barat diketahui pada tahun 2014 sebanyak
7 orang masyarakat Kecamatan Johan Pahlawan tekena AIDS, 5 orang telah
3
meninggal dunia dan 2 orang lainnya masih hidup. Diduga 7 orang tersebut
terkena AIDS karena perilaku seksual yang berakibat pada ketidak sehatan alat
reproduksi.(Dinkes Aceh Barat, 2014)
Berdasarkan hasil survey awal di SMA Negeri 2 Meulaboh Kabupaten
Aceh Barat, peneliti mendapatkan informasi jumlah siswa di SMA Negeri 2
Meulaboh adalah sebanyak 657 siswa dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 243
siswa dan jumlah siswa perempuan sebanyak 414 siswa. Dalam penelitian ini
yang akan penulis teliti adalah siswa kelas XI SMA Negeri 2 Meulaboh yang
berjumlah 207 siswa, hal ini dikarenakan siswa kelas XI lebih banyak
menggunakan media massa dalam kehidupan sehari-hari baik untuk mencari tugas
maupun berkomunikasi dengan teman-teman. Selain itu para siswa XI lebih aktif
dalam memperhatikan penampilan dan kebersihan diri dikarenakan puberitas yaitu
mulai adanya rasa suka dengan lawan jenis baik dengan sesama teman, ataupun
kakak leting. Berdasarkan wawancara awal di lapangan dengan 10 orang siswa
diketahui bahwa para siswa kurang memahami dan mengetahui tentang kesehatan
reproduksi. Padahal para remaja saat ini sudah tidak tabu lagi dengan yang
namanya media masa, baik itu televisi, internet, radio, majalah dan lain
sebagainya. Akan tetapi media masa tersebut dipergunakan oleh para remaja
hanya untuk kesenangan saja seperti membuka face book. Twiter, BBM, membaca
berita-berita yang disukai, menonton film-film dan lain sebagainya.
Para remaja selama ini mereka mengetahui tentang reproduksi dan
kesehatan reproduksi dari pelajaran biologi dan seminar-seminar yang diadakan di
sekolah saja. Bagi para siswa membahas tentang reproduksi merupakan hal yang
tabu dan memalukan di depan lawan jenis. Pembahasan reproduksi bagi para
4
remaja adalah hal-hal yang mengarah kepada pornografi atau perbuatan yang
tidak baik. Berdasarkan penjelasan tersebut maka penulis tertarik untuk megambil
penelitian dengan judul “Hubungan Pemanfaatan Jenis Media Massa dengan
Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi pada Remaja Kelas XI di SMA
Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2015”. Peneliti memilih SMA
Negeri 2 sebagai tempat lokasi penelitian karena peneliti merasa lebih mudah
untuk mendapatkan data penelitian yang dibutuhkan serta SMA Negeri 2
Meulaboh adalah salah satu SMA faforit yang disukai oleh remaja yang ada di
Kabupaten Aceh Barat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: “bagaimana hubungan pemanfaatan jenis
media massa dengan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja kelas
XI di SMA Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2015”?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana hubungan pemanfaatan jenis media massa
dengan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja kelas XI di SMA
Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2015.
1.4 Hipotesis Penelitian
Ha : Adanya hubungan antara pemanfaatan jenis media massa dengan tingkat
pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja kelas XI di SMA Negeri
2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2015.
5
Ho : Tidak adanya hubungan antara pemanfaatan jenis media massa dengan
tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja kelas XI di
SMA Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2015.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi peneliti
Dapat menambah wawasan dalam melakukan penelitian khususnya
tentang hubungan pemanfaatan jenis media massa dengan tingkat
pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja.
2. Bagi Institusi Pelayanan
Sebagai salah satu bahan masukan atau informasi guna menambah bahan
perpustakaan yang dapat digunakan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Siswa
Sebagai bahan informasi mengenai hubungan pemanfaatan jenis media
massa dengan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi, dan sebagai
salah satu acuan untuk lebih memperhaatikan dan mencari tahu tentang
kesehatan reproduksi.
2. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pengetahuan remaja
tentang Kesehatan Reproduksi dengan memperbanyak bahyan bacaan
seperti buku
6
3. Bagi Peneliti Lain
Dapat memperdalam dan memperluas kajian tentang hubungan
pemanfaatan jenis media massa dengan tingkat pengetahuan kesehatan
reproduksi pada remaja.
7
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Media Massa
2.1.1 Pengertian Media Massa
Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan
dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat
komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV. Media massa adalah
faktor lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses pelaziman
klasik, pelaziman operan atau proses imitasi (belajar sosial) (Cangara, 2012).
Media menampilkan diri sendiri dengan peranan yang diharapkan,
dinamika masyarakat akan terbentuk, dimana media adalah pesan. Jenis media
massa yaitu media yang berorentasi pada aspek (1) penglihatan (verbal visual)
misalnya media cetak, (2) pendengaran (audio) semata-mata (radio, tape
recorder), verbal vokal dan (3) pada pendengaran dan penglihatan (televisi, film,
video) yang bersifat ferbal visual vokal (Liliweri, 2011).
Effendy (2011), media massa digunakan dalam komunikasi apabila
komunikasi berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa yang
banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat kabar,
radio, televisi, dan film bioskop, yang beroperasi dalam bidang informasi, edukasi
dan rekreasi, atau dalam istilah lain penerangan, pendidikan, dan hiburan.
Keuntungan komunikasi dengan menggunkan media massa adalah bahwa media
massa menimbulkan keserempakan artinya suatu pesan dapat diterima oleh
komunikan yang jumlah relatif banyak. Jadi untuk menyebarkan informasi, media
7
8
massa sangat efektif yang dapat mengubah sikap, pendapat dan prilaku
komunikasi.
Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan
pesan secara serempak, cepat kepada masyarakat yang luas dan heterogen.
Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa
mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan
pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas (Nurudin, 2012).
Media massa memberikan informasi tentang perubahan, bagaimana hal itu
bekerja dan hasil yang dicapai atau yang akan dicapai. Fungsi utama media massa
adalah untuk memberikan informasi pada kepentingan yang menyebarluas dan
mengiklankan produk. Ciri khas dari media massa yaitu tidak ditujukan pada
kontak perseorangan, mudah didapatkan, isi merupakan hal umum dan merupakan
komunikasi satu arah. Peran utama yang diharapkan dihubungkan dengan
perubahan adalah sebagai pengetahuan pertama (Fauziahardiyani, 2009 dalam
Rizko, 2014).
2.1.2 Jenis-Jenis Media Massa
Media massa tradisional adalah media massa dengan otoritas dan memiliki
organisasi yang jelas sebagai media massa. Secara tradisional media massa
digolongkan menjadi surat kabar, majalah, radio, televisi,dan film (layar lebar).
Dalam jenis media ini terdapat ciri-ciri seperti informasi dari lingkungan diseleksi,
diterjemahkan dan didistribusikan, media massa menjadi perantara dan mengirim
informasinya melalui saluran tertentu, penerima pesan tidak pasif dan merupakan
bagian dari masyarakat dan menyeleksi informasi yang mereka terima serta
9
interaksi antara sumber berita dan penerima sedikit (Burton, 1999 dalam
Donggori, 2012)
Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan teknologi dan sosial
budaya, telah berkembang media-media lain yang kemudian dikelompokkan ke
dalam media massa seperti internet dan telepon selular. Dalam jenis media ini
terdapat ciri-ciri seperti sumber dapat mentransmisikan pesannya kepada banyak
penerima (melalui SMS atau internet misalnya), isi pesan tidak hanya disediakan
oleh lembaga atau organisasi namun juga oleh individual, tidak ada perantara
sehingga interaksi terjadi pada individu, komunikasi mengalir (berlangsung) ke
dalam serta penerima yang menentukan waktu interaksi (Donggori, 2012).
2.1.3 Macam-Macam Media Massa
Macam-macam media masa yangdijelaskan sebagai berikut dibawah ini
yang dikutip dari Sutisna (2009) dalam Dewi (2010):
1. Koran
Koran dapat dikatakan sebagai media massa tertua sebelum ditemukan
film, radio dan televisi. Koran memiliki keterbatasan karena hanya bisa dinikmati
oleh mereka yang mengerti huruf, serta lebih banyak disenangi oleh orang tua
daripada kaum remaja dan anak-anak. Salah satu kelebihan koran ialah mampu
memberi informasi yang lebih lengkap, bisa dibawa kemana-mana,
terdokumentasi dan mudah diperoleh Beberapa tahun lalu, keberadaan koran
dianggap segera berakhir. Apabila bertahan setelah adanya televisi, koran dinilai
tidak akan banyak berpengaruh lagi.
10
2. Majalah
Majalah juga harus berusaha keras menyesuaikan diri dengan kondisi-
kondisi baru. Sama halnya dengan koran, banyak majalah raksasa yang sangat
tertekan. Tidak sedikit majalah mingguan atau bulanan yang sudah puluhan tahun
dan berjangkauan luas terpaksa tutup.
3. Radio
Radio semakin terdesak oleh televisi, namun masih memiliki banyak
penggemar. Kecenderungannya adalah jangkauan siaran radio semakin
menyempit sehingga yang paling mampu bertahan adalah radio yang hanya
melayani suatu wilayah kecil saja. Salah satu kelebihan radio dibanding dengan
media lainnya, adalah lebih cepat dan mudah dibawa kemana-mana. Radio bisa
dinikmati sambil mengerjakan pekerjaan lain seperti memasak, menulis, menjahit
dan lain sebagainya.
4. Televisi
Televisi saat ini merupakan media dominan komunikasi massa di seluruh
dunia, dan sampai sekarang masih terus berkembang. Televisi menyita banyak
perhatian tanpa mengenal usia, pekerjaan dan pendidikan. Hal ini disebabkan
karena televisi memiliki sejumlah kelebihan terutama kemampuannya dalam
menyatukan antara fungsi audio dan visual ditambah dengan kemampuannya
dalam memainkan warna. Selain itu televisi juga bias membuat penonton leluasa
menentukan saluran mana yang mereka senangi dan juga mampu mengatasi jarak
dan waktu, sehingga penonton yang tinggal di daerah-daerah terpencil dapat
menikmati siaran televisi.
11
5. Film
Film dan masyarakat memiliki sejarah yang panjang dalam kajian para
ahli komunikasi. Film dengan lebih mudah dapat menjadi alat komunikasi yang
sejati, karena ia tidak mengalamiunsur-unsur teknik, politik, ekonomi, sosial dan
demografi. Film dalam pengertian sempit adalah penyajian gambar melalui layar
lebar, tetapi dalam pengertian yang lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan
televisi. Memang sejak televisi menyajikan film-film seperti yang diputar di
gedung-gedung bioskop, terdapat kecenderungan penonton lebih senang
menonton dirumah, karena selain lebih praktis juga tidak perlu membayar.
6. Buku-buku
Buku adalah sekumpulan kertas bertulisan yang dijadikan satu. Kertas-
kertas bertulisan itu mempunyai tema bahasan yang sama dan disusun menurut
kronologi tertentu, dari awal bahasan sampai kesimpulan dan bahasan tersebut.
Buku adalah jendela ilmu pengetahuan. Pengetahuan tertentu dijadikan sebagai
satu kesatuan di dalam buku. Agar pengetahuan tidak terpencar-pencar dan mudah
dipelajari, maka diciptakanlah buku. Tujuan dari buku tidak lain hanyalah untuk
menyatukan ilmu pengetahuan tertentu agar terkumpul dalam satu tempat
sehingga mudah ditemukan dan dipelajari. Kontras dengan film, buku terus tubuh
pesat, meskipun di masa sebelumnya bisnis buku tidak pernah popular.
7. Pamflet/leaflet
Pamflet adalah terbitan tidak berkala yang dapat terdiri dari satu hingga
sejumlah kecil halaman, tidak terkait dengan terbitan lain, dan selesai dalam sekali
terbit. Leaflet adalah lembaran kertas berukuran kecil mengandung pesan tercetak
untuk disebarkan kepada umum sebagai informasi mengenai suatu hal atau
12
peristiwa. Pamflet/ leaflet biasanya berisi informasi singkat organisasi atau
lembaga kesehatan, mengenai layanan jasa kesehatan, tentang alat-alat kesehatan,
gejala suatu penyakit, obat dan pengobatannya serta tentang pendidikan maupun
pelatihan dalam bidang kesehatan, dan lain-lain.
8. DVD/VCD
Pada DVD (Digital Video Disc) dapat juga dimuat beberapa video
dengan mutu lebih rendah. DVD adalah sejenis cakram optik yang dapat
digunakan untuk menyimpan data termasuk film dengan kualitas video dan audio
yang lebih baik dari kualitas VCD. VCD berarti Video Compact Disk yang
merupakan format gambar terkompresi (Fey, 2009 dalam Dewi, 2010).
Penggunaan DVD/ VCD dalam bidang kesehatan antara lain pesan atau informasi
kesehatan, promosi kesehatan, kampanye kesehatan, hiburan yang mendorong
perubahan sikap dalam bidang kesehatan maupun untuk tutorial dalam mengajar.
9. Internet
Internet dapat diartikan sebagai jaringan komputer luas dan besar yang
mendunia, yaitu menghubungkan pemakai komputer dari suatu negara ke negara
lain di seluruh dunia, dimana didalamnya terdapat berbagai sumber daya
informasi dari mulai yang statis hingga yang dinamis dan interaktif.
2.2 Pengetahuan
2.2.1 Pengertian Pengetahuan
Pendapat dari World health organization (WHO, 2006) dalam Donggori
(2012) bahwa pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain itu juga dari guru,
orang tua, buku, dan media masa. Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui
berkaitan dengan proses pembelajaran.
13
Secara garis besar menurut (Notoatmodjo. 2012) domain tingkat
pengetahuan (kognitif) mempunyai enam tingkatan, meliputi: mengetahui,
memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan mengevaluasi. Ciri
pokok dalam taraf pengetahuan adalah ingatan tentang sesuatu yang diketahuinya
baik melalui pengalaman, belajar, ataupun informasi yang diterima dari orang
lain. Pengetahuan merupakan hasil dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan atau kognitif menurut Green merupakan hasil dari tahu dan
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan terjadi melalui panca indera penglihatan, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Teori
pengetahuan berkaitan dengan sumber-sumber pengetahuan. Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang
tidak didasari pengetahuan (Notoatmodjo, 2012).
2.2.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan.
Menurut Notoatmodjo (2012) tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi
oleh:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah serta berlangsung seumur hidup.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.
14
b. Pengalaman
Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan
pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar selama
bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang
merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang
bertolak dari masalah nyata dalam bidang keperawatan.
c. Usia
Semakin tua semakin bijak, semakin banyak informasi yang dijumpai dan
semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.
Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena
mengalami kemunduran fisik dan mental.
d. Informasi
Orang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan memiliki
pengetahuan yang lebih luas pula. Salah satu sumber informasi yang berperan
penting bagi pengetahuan adalah media massa. Pengetahuan masyarakat
khususnya tentang kesehatan bisa didapat dari beberapa sumber antara lain
media cetak, tulis, elektronik, pendidikan sekolah, penyuluhan.
e. Lingkungan Budaya
Dalam hal ini faktor keturunan dan bagaimana orang tua mendidik sejak kecil
mendasari pengetahuan yang dimiliki oleh remaja dalam berfikir selama
jenjang hidupnya.
f. Sosial Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi yang rendah menyebabkan keterbatasan biaya untuk
menempuh pendidikan, sehingga pengetahuannya pun rendah.
15
2.3 Remaja
2.3.1 Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.
Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan
perubahan sosial. Remaja sering kali didefinisikan sebagai periode transisi antara
masa kanak-kanak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun, atau seseorang
yang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah terangsang
perasaannya dan sebagainya. Masa remaja disebut pula sebagai penghubung
antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa (Kartini Kartono, 2010).
Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial
mengenai kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah, terutama fungsi
seksual. Disisi lain Rumini dan Sundari (2010) “menjelaskan masa remaja adalah
masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami
perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa”.
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang
berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Menurut Piaget, secara psikologis
masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa,
usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua
melainkan berada di tingkatan yang sama (Hurlock, 2010).
World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja dalam
(Sarwono, 2012) adalah suatu masa ketika:
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
16
2. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa.
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri.
Berdasarkan beberapa pengertian remaja yang telah dikemukakan para
ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang sedang
berada pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan
ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan
sosial.
2.3.2 Batasan Remaja
Berdasarkan sifat dan ciri perkembangannya, masa (rentang waktu)
remaja dibagi dalam tiga tahap yaitu (Narendra, 2002 dalam Wati, 2013):
a. Masa remaja awal (10-12 Tahun)
Sifat dan ciri yang terlihat pada remaja putri adalah merasa ingin lebih
dekat dengan teman sebaya, tampak merasa ingin bebas dan remaja putri
tampak lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir
yang khayal (abstrak).
b. Masa remaja menengah (13-15 tahun)
Sifat dan ciri yang terlihat pada remaja putri adalah mereka merasa ingin
mencari identitas diri atau tertarik pada lawan jenis. Timbul perasaan cinta
yang mendalam dan kemampuan berpikir makin berkembang, berkhayal
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.
17
c. Masa remaja akhir (16-19 tahun)
Sifat dan ciri yang terlihat pada masa ini pengungkapan kebebasan diri
dalam mencari teman sebaya lebih selektif, memiliki citra, gambaran,
keadaan dan peranan terhadap dirinya dapat mewujudkan perasaan cinta
dan memiliki kemampuan berpikir lebih baik dari sebelumnya.
2.4 Kesehatan Reproduksi
2.4.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi
Konferensi Internasional tentang wanita dilaksanakan di Beijing tahun
1995, di Haque tahun 1999, di New York tahun 2000, menyepakati definisi
kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua
hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya
(Widyastuti dkk, 2010).
Kesehatan reproduksi secara umum didefinisikan sebagai kondisi sehat
dari sistem, fungsi dan proses alat reproduksi. Pengertian tersebut tidak semata
berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental
serta sosial-kultural (Depkes RI, 2010)
Sedangkan menurut Rostina dalam Chindy (2010) kesehatan reproduksi
itu merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam
segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan sistem reproduksi.
2.4.2 Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang
menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja.
Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari
18
kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural Rostina dalam
Chindy (2010).
Menurut Hasmi dalam Wiknjosastro (2012), kesehatan reproduksi remaja
didefinisikan sebagai suatu keadaan sehat jasmani, psikologis, dan sosial yang
berhubungan dengan fungsi dan proses sistem reproduksi pada remaja. Pengertian
sehat tersebut tidak semata-mata berarti bebas dari penyakit atau kecacatan namun
juga sehat secara mental serta sosial-kultural.
2.4.3 Komponen Kesehatan Reproduksi Remaja
Masalah kesehatan reproduksi mencakup area yang jauh lebih luas, dimana
masalah tersebut dapat kita kelompokkan sebagai berikut (Harahap, 2011):
1. Masalah reproduksi
a. Kesehatan, morbiditas (gangguan kesehatan) dan kematian peremp uan
yang berkaitan denga kehamilan. Termasuk didalamnya juga maslah gizi
dan anemia dikalangan perempuan, penyebab serta komplikasi dari
kehamilan, masalah kemandulan dan ketidaksuburan;
b. Peranan atau kendali sosial budaya terhadap masalah reproduksi.
Maksudnya bagaimana pandan gan masyarakat terhadap kesuburan dan
kemandulan, nilai anak dan keluarga, sikap masyarakat terhadap
perempuan hamil;
c. Intervensi pemerintah dan negara terhadap masalah reproduksi. Misalnya
program KB, undang-undang yang berkaitan dengan masalah genetik, dan
lain sebagainya;
19
d. Tersediannya pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana,
serta terjangkaunya secara ekonomi oleh kelompok perempuan dan anak-
anak;
e. Kesehatan bayi dan anak-anak terutama bayi dibawah umur lima tahun;
f. Dampak pembangunan ekonomi, industrialisasi dan perubahan lingkungan
terhadap kesehatan reproduksi.
2. Masalah gender dan seksualitas
a. Pengaturan negara terhadap masalah seksualitas. Maksudnya adalah
peraturan dan kebijakan negara mengenai pornografi, pelacuran dan
pendidikan seksualitas;
b. Pengendalian sosio -budaya terhadap masalah seksualitas, bagaimana
normanorma sosial yang berlaku tentang perilaku seks, homoseks,
poligami, dan perceraian;
c. Seksualitas dikalangan remaja;
d. Status dan peran perempuan;
e. Perlindunagn terhadap perempuan pekerja.
3. Masalah kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan
a. Kencenderungan penggunaan kekerasan secara sengaja kepada
perempuan, perkosaan, serta dampaknya terhadap korban;
b. Norma sosial mengenai kekerasan dalam rumah tangga, serta mengenai
berbagai tindak kekerasan terhadap perempuan;
c. Sikap masyarakat mengenai kekerasan perkosaan terhadap pelacur;
d. Berbagai langkah untuk mengatasi masalah- masalah tersebut.
20
4. Masalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual
a. Masalah penyakit menular seksual yang lama, seperti sifilis, dan gonorhea;
b. Masalah penyakit menular seksual yang relatif baru seperti chlamydia, dan
herpes;
c. Masalah HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acguired
immunodeficiency Syndrome);
d. Dampak sosial dan ekonomi dari penyakit menular seksual;
e. Kebijakan dan progarm pemerintah dalam mengatasi maslah tersebut
(termasuk penyediaan pelayanan kesehatan bagi pelacur/pekerja seks
komersial);
f. Sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual.
5. Masalah pelacuran
a. Demografi pekerja seksual komersial atau pelacuran;
b. Faktor-faktor yang mendorong pelacuran dan sikap masyarakat
terhadapnnya;
c. Dampaknya terhadap kesehatan reproduksi, baik bagi pelacur itu sendiri
maupun bagi konsumennya dan keluarganya
6. Masalah sekitar teknologi
a. Teknologi reproduksi dengan bantuan (inseminasi buatan dan bayi
tabung);
b. Pemilihan bayi berdasarkan jenis kelamin (gender fetal screening);
c. Pelapisan genetik (genetic screening);
d. Keterjangkauan dan kesamaan kesempatan;
e. Etika dan hukum yang berkaitan dengan masalah teknologi reproduksi ini.
21
2.5 Hubungan Pemanfaatan Media Massa dengan Tingkat Pengetahuan
Kesehatan Reproduksi pada Remaja memberikan berbagai informasi
penting dan benar menyangkut kesehatan reproduksinya, anak akan lebih
memahami perkembangan dan perubahan yang akan dialaminya dan karenanya
siap menghadapinya remaja berhak memperoleh informasi yang benar, objektif,
akurat, jujur mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas (Moeliono, 2008).
Teori Piaget menyebutkan bahwa remaja cenderung untuk membangun
pengetahuannya dari informasi yang mereka dapat entah itu dari media massa,
teman, maupun orangtua. Remaja menggabungkan pengalaman dan pengamatan
mereka untuk membentuk pengetahuan mereka dan menyertakan pemikiran-
pemikiran baru yang mereka dapatkan dari sumber informasi karena tambahan
informasi akan mengembangkan pemahaman mereka tentang suatu pengetahuan
(Santrock, 2012).
Bungin (2011) berpendapat bahwa pengaruh dari media massa yang
merupakan bagian dari media informasi salah satunya adalah dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang. Sehingga makin banyak informasi yang didapat dari
media massa tingkat pengetahuan seseorang akan semakin tinggi. Teori yang
disebutkan oleh Piaget maupun dari Bungin dapat disimpulkan bahwa adanya
hubungan penggunaan media massa dengan tingkat pengetahuan yang diperoleh
seseorang.
22
2.5 Kerangka Teori
Kerangka teori ini disimpulkan berdasarkan tinjauan kepustakaan diatas
yaitu Sutisna (2009) dalam Dewi (2010)::
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Tingkat Pengetahuan
Reproduksi
Pemanfaatan Jenis Media Massa
1. Koran
2. Majalah
3. Radio
4. Televisi
5. Film
6. Buku-buku
7. Pamflet
8. DVD
9. Internet
23
2.5 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependent
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Tingkat Pengetahuan
Reproduksi
Pemanfaatan Jenis Media Massa
1. Buku-buku
2. Televisi
3. Internet
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan pendekatan
Cross-sectional, dimana variabel bebas dan terikat diteliti pada saat yang
besamaan saat penelitian dilakukan (Arikunto, 2010), penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan pemanfaatan jenis media massa dengan tingkat
pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja kelas XI di SMA Negeri 2
Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah di laksanakan di SMA Negeri 2 Meulaboh Kabupaten
Aceh Barat dari tanggal 8 Juni-13 Juni 2015.
3.3 Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa perempuan kelas XI
SMA Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat yang berjumlah 207 siswa.
2. Sampel
Menurut Notoatmodjo (2010) cara pengambilan sampel pada penelitian ini
adalah dengan rumus slovin sebagai berikut :
24
25
n =
Keterangan :
N : Populasi Penelitian
S : Sampel penelitian
D : Tingkat Kesalahan/ eror yang di gunakan
n =
n =
n =
n =
n = 67
Jadi jumlah keseluruhan yang diambil adalah sebanyak 67 responden,
teknik pengambilan sampel menggunakan Proportional Random Sampling
dimana teknik pengambilan sampel ini dilakukan untuk menyempurnakan
penggunaan teknik sampel berstrata atau sampel wilayah dengan rumus:
Jumlah Populasi dalam Kelas
Sampel = x Jumlah Total Sampel
Jumlah Seluruh Populasi
207
1+207 (0,1)²
207
1+207 (0,01)
207
1 + 2,07
207
3,07
1+N (d)²
N
26
Tabel 3. 1. Daftar Sampel Penelitian
No Nama Kelas Jumlah Siswa
Perempuan
Rumus
Proposi di
ruangan
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
XI PA.1
XI PA.2
XI PA.3
XI PA.4
XI PA.5
XI PA.6
XI PA.7
XI PA.8
24
24
28
25
24
26
28
28
24/ 207 x 67
24/ 207 x 67
28/ 207 x 67
25/ 207 x 67
24/ 207 x 67
26/ 207 x 67
28/ 207 x 67
28/ 207 x 67
8
8
9
8
8
8
9
9
Jumlah 207 67
3. Kriteria Inklusi dan Ekslusi
Adapun kriteria inklusi dan ekslusi adalah sebagai berikut :
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili
dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel
(Notoatmodjo, 2010) yaitu :
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Responden yang merupakan siswa perempuan SMA Negeri 2 Meulaboh
b. Responden yang merupakan siswa kelas XI SMA Negeri 2 Meulaboh
c. Bersedia berpartisipasi dalam penelitian
2. Kriteria ekslusi
Kriteria ekslusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian
(Notoatmodjo, 2010).
27
Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah;
a. Responden yang merupakan bukan siswa perempuan SMA Negeri 2
Meulaboh
b. Responden yang merupakan bukan siswa kelas XI SMA Negeri 2
Meulaboh
c. Tidak bersedia berpartisipasi dalam penelitian
3.4 Metode Pengumpulan Data
Setelah data dikumpulkan penulis melakukan pengolahan data dengan
langkah-langkah sebagai berikut (Notoadmodjo, 2010):
1. Editing (memeriksa), yaitu data yang telah didapatkan diedit untuk
mengecek ulang atau mengoreksi untuk mengetahui kebenaran.
2. Coding, dimana data yang telah didapat dari hasil penelitian dikumpul dan
diberi kode.
3. Transfering, dimana data yang telah didapat di transfer atau diolah dalam
perangkat lunak komputer.
4. Tabulating data, data yang telah dikoreksi kemudian dikelompokkan
dalam bentuk tabel distribusi.
3.5 Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data yang diperoleh dari peninjauan langsung kelapangan melalui
wawancara dan observasi dengan menggunakan kuisioner yang telah disusun
sebelumnya.
28
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari SMA Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat
3.6 Definisi Operasional
Tabel 3.2 Definisi Operasional
Variabel Bebas (Independen)
N
o
Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil
ukur
Skala
VARIABEL INDEPENDEN
1 Buku Media masa
berupa buku
bacaan tentang
kesehatan
reproduksi
Wawancara Kuesioner 1. Ada
2. Tidak
Ada
Ordinal
2 Televisi Tayangan atau
siaran elektronik
tentang
kesehatan
reproduksi
Wawancara Kuesioner 1. Ada
2. Tidak
Ada
Ordinal
3 Internet Akses internet
tentang
kesehatan
reproduksi
Wawancara Kuesioner 1. Ada
2. Tidak
Ada
Ordinal
VARIABEL DEPENDEN
1 Tingkat
Pengetahuan
Kesehatan
Reproduksi
Hasil tahu
remaja
mengenai
kesehatan
reproduksi
Wawancara Kuesioner 1. Tahu
2. Tidak
Tahu
Ordinal
3.7 Aspek Pengukuran Variabel
Aspek pengukuran yang digunakan dalam pengukuran variabel dalam
penelitian ini adalah skala Guddman yaitu memberi skor dari nilai tertinggi ke
nilai terendah berdasarkan jawaban responden (Notoatmodjo, 2010).
29
1. Buku-buku
Ada: jika responden mendapat skor nilai > 3
Tidak ada: jika responden mendapat skor nilai ≤3
2. Televisi
Ada: jika responden mendapat skor nilai > 2
Tidak ada: jika responden mendapat skor nilai ≤2
3. Internet
Ada: jika responden mendapat skor nilai > 2
Tidak ada: jika responden mendapat skor nilai ≤2
4. Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Tahu: jika responden mendapat skor nilai >5
Tidak Tahu: jika responden mendapat skor nilai ≤ 5
3.8 Teknik Analisis Data
3.8.1 Analisis Univariat
Analisis Univariat dilakukan untuk mendapat data tentang distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel, kemudian data ini di sajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi.
3.8.2 Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hipotesis dengan menentukan
hubungan antara variabel independen (variabel bebas) dengan variabel dependen
(variabel terikat) dengan menggunakan uji statistik Chi-square (X2) (Budiarto,
2012).
Menurut Sutanto ( 2010 ) aturan yang berlaku pada Chi Square adalah
sebagai berikut :
30
1. Bila pada 2 x 2 dijumpai nilai Expected (harapan) kurang dari 5, maka
yang digunakan adalah “Fisher’s Exact Test”
2. Bila tabel 2 x 2, dan tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai
sebaliknya “Contiuty Correction (a)”
3. Bila tabelnya lebih dari 2 x 2, misalnya 3 x 2, 3 x 3 dan sebagainya, maka
digunakan uji ‘’ pearson chi square’’
4. Uji ‘’ likelihood Ratio’’, biasanya digunakan untuk keperluan lebih
spesifik , misalnya analisis stratifikasi pada bidang epidemiologi dan juga
untuk mengetahui hubungan linier dua variabel katagorik ,sehingga kedua
jenis ini jarang digunakan.
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
SMA Negeri 2 Meulaboh merupakan salah satu SMA di Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. SMA Negeri 2 Meulaboh beralamat di Jalan
Sisingamangaraja, Gampong Lapang Samping SMP Negeri 3 Meulaboh
Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. SMA Negeri 2 Meulaboh
memiliki siswa yang berasal dari seluruh kota Meulaboh dan luar kota Meulaboh,
selain itu juga siswa yang beragama muslim dan juga non muslim.
Secara administrasi dan geografis SMA Negeri 2 Meulaboh berbatas dengan:
Sebelah Utara berbatas dengan Pertokoan
Sebelah Timur berbatas dengan Kantor DIKLAT Meulaboh
Sebelah Barat berbatas dengan SMP Negeri 3 Meulaboh
Sebelah Selatan berbatas dengan SMK Negeri 2
Jumlah SISWA ma Negeri 2 Meulaboh, untuk lebih jelasnya dapat dilihat
sebagai berikut:
Tabel 4.1 Jumlah Siswa SMA Negeri 2 Meulaboh Kecamatan Johan Pahlawan
Kabupaten Aceh Barat Tahun 2015.
Kelas Jumlah Siswa Jenis Kelamin
LK PR
X 314 111 203
XI 311 104 207
XII 305 102 203
Jumlah 930 317 613
31
32
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Univariat
Sebelum dilakukannya analisis bivariat untuk melihat hubungan antara
variabel maka terlebih dahulu dibuat analisis univariat dengan tabel distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti:
1. Umur
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel umur dapat dilihat
pada tabel 4.2 berikut dibawah ini:
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan umur dengan
Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduki pada Remaja Kelas
XI SMA Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2015
NO Umur Frekuensi %
1 15 Tahun 9 13,4
2 16 Tahun 17 25,4
3 17 Tahun 35 52,2
4 18 Tahun 6 9,0
Total 67 100
Berdasarkan tabel 4.2 dapat di ketahui bahwa responden tertinggi yang
berumur 17 tahun adalah sebanyak 35 orang (52,2%), dan responden yang
terendah adalah yang berumur 18 adalah sebanyak 6 orang (9,0%).
2. Kelas
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel Kelas dapat
dilihat pada tabel 4.3 berikut dibawah ini:
33
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelas dengan
Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduki pada Remaja Kelas
XI SMA Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2015
NO Kelas Frekuensi %
1 IPA 1 8 11,9
2 IPA 2 8 11,9
3 IPA 3 9 13,4
4 IPA 4 8 11,9
5 IPA 5 8 11,9
6 IPS 6 8 11,9
7 IPS 7 9 13,4
8 IPS 8 9 13,4
Total 67 100
Berdasarkan tabel 4.3 dapat di ketahui bahwa responden yang tlah
responden kelas IPA 3, IPA 7 dan IPA 8 dimana masing-masing sebanyak 9 orang
(13,4%) dan kelas lainnya yaitu IPA 1, IPA 2, IPA 4, IPA 5, IPA 6 masing-
masing adalah sebanyak 8 orang (11,9%).
3. Buku
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel buku dapat dilihat
pada tabel 4.4 berikut dibawah ini:
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Buku
dengan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduki pada Remaja
Kelas XI SMA Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun
2015
NO Buku Frekuensi %
1 Ada 30 44,8
2 Tidak Ada 37 55,2
Total 67 100
Berdasarkan tabel 4.4 dapat di ketahui bahwa faktor buku dengan
Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduki pada Remaja Kelas XI SMA Negeri 2
Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2015, dimana responden yang merasa
adanya membaca buku tentang kesehatan reproduki sebanyak 30 orang (44,8),
34
sedangkan responden yang merasa tidak ada membaca buku tentang kesehatan
reproduki sebanyak 37 orang (55,2%).
4. Televisi
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel televii dapat
dilihat pada tabel 4.5 berikut dibawah ini:
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Televisi
dengan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduki pada Remaja
Kelas XI SMA Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun
2015
NO Televisi Frekuensi %
1 Ada 29 43,3
2 Tidak Ada 38 56,7
Total 67 100
Berdasarkan tabel 4.5 dapat di ketahui bahwa faktor televisi dengan
Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduki pada Remaja Kelas XI SMA Negeri 2
Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2015, dimana responden yang merasa
adanya melihat televisi tentang kesehatan reproduki sebanyak 29 orang (43,3),
sedangkan responden yang merasa tidak ada melihat televisi tentang kesehatan
reproduki sebanyak 38 orang (56,7%).
5. Internet
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel internet dapat
dilihat pada tabel 4.6 berikut dibawah ini:
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Internet
dengan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduki pada Remaja
Kelas XI SMA Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun
2015
NO Internet Frekuensi %
1 Ada 24 35,8
2 Tidak Ada 43 64,2
Total 67 100
35
Berdasarkan tabel 4.6 dapat di ketahui bahwa faktor internet dengan
Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduki pada Remaja Kelas XI SMA Negeri 2
Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2015, dimana responden yang merasa
adanya melihat internet tentang kesehatan reproduki sebanyak 24 orang (35,8),
sedangkan responden yang merasa tidak ada melihat internet tentang kesehatan
reproduki sebanyak 43 orang (64,2%).
6. Tingkat Pengetahuan Reproduksi
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel tingkat
pengetahuan reproduksi dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut dibawah ini:
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Tingkat
Pengetahuan Kesehatan Reproduki pada Remaja Kelas XI SMA
Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2015
NO Tingkat Pengetahuan Frekuensi %
1 Tahu 35 52,2
2 Tidak Tahu 32 47,8
Total 67 100
Berdasarkan tabel 4.7 dapat di ketahui bahwa faktor tingkat pengetahuan
reproduksi, dimana responden yang tahu tentang kesehatan reproduksi adalah
sebanyak 35 orang (52,2%), sedangkan responden yang tidak mengetahui
keehatan reproduki adalah sebanyak 32 orang (47,8%).
4.2.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel independen dan
dependen. Pengujian ini menggunakan uji chi-square. Dimana ada pengaruh yang
bermakna secara statistik jika diperoleh nilai pvalue < 0,05.
36
a. Hubungan Faktor Buku dengan Tingkat Pengetahuan Reproduksi
Tabel 4.8. Faktor Buku yang berhubungan dengan Tingkat Pengetahuan
Reproduksi Responden pada Siswa Kela XI SMA Negeri 2
Meulaboh Aceh Barat Tahun 2015
Buku Tingkat Pengetahuan Reproduksi Total
Tahu Tidak Tahu p OR
f % f % f %
Ada 21 70,0 9 30,0 30 100 0,018 3,8
Tidak Ada 14 37,8 23 62,2 37 100 (1,3-10,6)
Jumlah 35 52,2 32 47,8 67 100
Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa dari 30 responden yang membaca
buku tentang kesehatan reproduksi dan mengetahui tentang kesehatan reproduksi
sebanyak 21 orang (70,0%) dan yang tidak mengetahui tentang kesehatan
reproduksi sebanyak 9 orang (30,0)%, sedangkan dari 37 responden yang
membaca buku tentang kesehatan reproduksi dan mengetahui tentang kesehatan
reproduksi sebanyak 14 orang (37,8%) dan yang tidak mengetahui tentang
kesehatan reproduksi sebanyak 23 orang (62,2)%,
Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,018 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,018 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat
hubungan yang signifikan antara faktor buku dengan Tingkat Pengetahuan
Reproduksi Responden pada Siswa Kela XI SMA Negeri 2 Meulaboh Aceh Barat
Tahun 2015.
Berdasarkan hasil OR 3,8 dapat dijelaskan bahwa responden yang ada
membaca buku akan berpeluang sebesar 3,8 kali untuk tahu tentang tingkat
pengetahuan reproduksi dibandingkan dengan responden yang tidak ada membaca
buku.
37
b. Hubungan Faktor Televisi dengan Tingkat Pengetahuan Reproduksi
Tabel 4.9. Faktor Televisi yang berhubungan dengan Tingkat Pengetahuan
Reproduksi Responden pada Siswa Kela XI SMA Negeri 2
Meulaboh Aceh Barat Tahun 2015
Televisi Tingkat Pengetahuan Reproduksi Total
Tahu Tidak Tahu p OR
f % f % f %
Ada 9 31,0 20 69,0 29 100 0,005 2,2
Tidak Ada 26 68,4 12 31,6 38 100 (1,2-3,9)
Jumlah 35 52,2 32 47,8 67 100
Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa dari 29 responden yang melihat
televisi tentang kesehatan reproduksi dan mengetahui tentang kesehatan
reproduksi sebanyak 9 orang (31,0%) dan yang tidak mengetahui tentang
kesehatan reproduksi sebanyak 20 orang (69,0)%, sedangkan dari 38 responden
yang membaca buku tentang kesehatan reproduksi dan mengetahui tentang
kesehatan reproduksi sebanyak 26 orang (68,4%) dan yang tidak mengetahui
tentang kesehatan reproduksi sebanyak 12 orang (31,6%).
Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,005 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,005 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat
hubungan yang signifikan antara faktor televisi dengan Tingkat Pengetahuan
Reproduksi Responden pada Siswa Kela XI SMA Negeri 2 Meulaboh Aceh Barat
Tahun 2015.
Berdasarkan hasil OR 2,2 dapat dijelaskan bahwa responden yang ada
menonton TV tentang kesehatan reproduksi akan berpeluang sebesar 2,2 kali
untuk tahu tentang tingkat pengetahuan reproduksi dibandingkan dengan
responden yang tidak ada membaca buku.
38
c. Hubungan Faktor Internet dengan Tingkat Pengetahuan Reproduksi
Tabel 4.10. Faktor Internet yang berhubungan dengan Tingkat Pengetahuan
Reproduksi Responden pada Siswa Kela XI SMA Negeri 2
Meulaboh Aceh Barat Tahun 2015
Internet Tingkat Pengetahuan Reproduksi Total
Tahu Tidak Tahu p OR
f % f % f %
Ada 19 79,2 5 20,8 24 100 0,002 6,4
Tidak Ada 16 37,2 27 62,8 43 100 (2,0-20,5)
Jumlah 35 52,2 32 47,8 67 100
Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa dari 24 responden yang
membaca buku tentang kesehatan reproduksi dan mengetahui tentang kesehatan
reproduksi sebanyak 19 orang (79,2%) dan yang tidak mengetahui tentang
kesehatan reproduksi sebanyak 5 orang (20,8)%, sedangkan dari 43 responden
yang membaca buku tentang kesehatan reproduksi dan mengetahui tentang
kesehatan reproduksi sebanyak 16 orang (37,2%) dan yang tidak mengetahui
tentang kesehatan reproduksi sebanyak 27 orang (62,8)%,
Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,002 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,002 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat
hubungan yang signifikan antara faktor internet dengan Tingkat Pengetahuan
Reproduksi Responden pada Siswa Kela XI SMA Negeri 2 Meulaboh Aceh Barat
Tahun 2015.
Berdasarkan hasil OR 6,4 dapat dijelaskan bahwa responden yang ada
membuka internet tentang kesehatan reproduksi akan berpeluang sebesar 6,4 kali
untuk tahu tentang tingkat pengetahuan reproduksi dibandingkan dengan
responden yang tidak ada membuka internet.
39
4.3 Pembahasan
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui Hubungan
Pemanfaatan Jenis Media Massa dengan Tingkat Pengetahuan Kesehatan
Reproduksi pada Remaja Kelas XI SMA Negeri 2 Meulaboh Aceh Barat Tahun
2015. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah variabel independen yaitu
variabel buku, televii dan internet, dengan variabel dependen yaitu tingkat
pengetahuan kesehatan reproduksi
4.3.1 Hubungan Faktor Buku dengan Tingkat Pengetahuan Kesehatan
Reproduksi
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapatnya hubungan
yang signifikan antara faktor buku dengan tingkat pengetahuan kesehatan
reproduksi pada remaja kelas XI SMA Negeri 2 Meulaboh Aceh Barat Tahun
2015, dimana dari 30 responden yang membaca buku tentang kesehatan
reproduksi dan mengetahui tentang kesehatan reproduksi sebanyak 21 orang
(70,0%) dan yang tidak mengetahui tentang kesehatan reproduksi sebanyak 9
orang (30,0)%, sedangkan dari 37 responden yang membaca buku tentang
kesehatan reproduksi dan mengetahui tentang kesehatan reproduksi sebanyak 14
orang (37,8%) dan yang tidak mengetahui tentang kesehatan reproduksi sebanyak
23 orang (62,2)%,
Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,018 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,018 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat
hubungan yang signifikan antara faktor buku dengan Tingkat Pengetahuan
Reproduksi Responden pada Siswa Kela XI SMA Negeri 2 Meulaboh Aceh Barat
Tahun 2015.
40
Berdasarkan pengamatan di lapangan peneliti melihat bahwa responden
yang membaca buku lebih banyak mengetahui tentang kesehatan reproduksi
karena mereka sering membaca buku tentang biologi yang membahas tentang
kesehatan reproduksi sehingga mereka lebih mengetahui tentang kesehatan
reproduksi. Sedangkan responden yang tidak ada membaca buku lebih banyak
tidak mengetahui tentang kesehatan reproduksi karena mereka tidak pernah
membaca buku tentang kesehatan reproduksi sehingga tidak mengetahui tentang
kesehatan reproduksi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi
(2010) Hasil Penelitian menunjukkan bahwa responden dengan penggunaan
media massa tinggi 13 orang (7,26%), sedang 143 orang (79,88%) dan rendah 23
orang (12,84%). Responden dengan tingkat pengetahuan tinggi 5 orang (2,79%),
sedang 117 orang (65,4%) dan rendah 57 (31,8%). Hasil uji statistik adalah τ =
0,538 masuk dalam kategori sedang (0,40-0,599) dengan signifikansi 0,000 (P
<0,005). Simpulan hasil adalah terdapat hubungan positif dan signifikan. Terdapat
hubungan antara penggunaan media massa alah satunya adalah buku dengan
tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada siswa kelas XI SMAN Surakarta.
4.3.2 Hubungan Faktor Televisi dengan Tingkat Pengetahuan Kesehatan
Reproduksi
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapatnya hubungan
yang signifikan antara faktor televisi dengan tingkat pengetahuan kesehatan
reproduksi pada remaja kelas XI SMA Negeri 2 Meulaboh Aceh Barat Tahun
2015, dimana dari 29 responden yang melihat televisi tentang kesehatan
reproduksi dan mengetahui tentang kesehatan reproduksi sebanyak 9 orang
41
(31,0%) dan yang tidak mengetahui tentang kesehatan reproduksi sebanyak 20
orang (69,0)%, sedangkan dari 38 responden yang membaca buku tentang
kesehatan reproduksi dan mengetahui tentang kesehatan reproduksi sebanyak 26
orang (68,4%) dan yang tidak mengetahui tentang kesehatan reproduksi sebanyak
12 orang (31,6%).
Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,005 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,005 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat
hubungan yang signifikan antara faktor televisi dengan Tingkat Pengetahuan
Reproduksi Responden pada Siswa Kela XI SMA Negeri 2 Meulaboh Aceh Barat
Tahun 2015.
Berdasarkan pengamatan di lapangan peneliti melihat bahwa responden
yang ada melihat televisi lebih banyak mengetahui tentang kesehatan reproduksi
karena mereka sering menonton siaran kesehatan wanita khususnya tentang
kesehatan reproduksi sehingga mereka lebih mengetahui kesehatan reproduksi.
Sedangkan repsonden yang tidak ada menonton televisi lebih banyak yang tidak
mengetahui tentang kesehatan reproduksi karena mereka tidak pernah menonton
masalah kesehatan wanita khususnya tentang kesehatan reproduksi sehingga tidak
mengetahui apa-apa tentang kesehatan reproduksi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Azizah
(2011) Menurut hasil perhitungan korelasi ranking spearman yang dilakukan pada
penelitian ini dengan tingkat kepercayaan α=0,05 didapatkan nilai korelasi
spearman sebesar 0,453. Nilai signifikansi yang didapat adalah 0,000 yang lebih
kecil daripada 0,05 maka hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima
maka terdapat hubungan pemanfaatan macam-macam media massa (salah satunya
42
adalah televisi) dengan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja
kelas XI SMA Darul ‘Ulum 3 Jombang.
4.3.3 Hubungan Faktor Internet dengan Tingkat Pengetahuan Kesehatan
Reproduksi
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapatnya hubungan
yang signifikan antara faktor internet dengan tingkat pengetahuan kesehatan
reproduksi pada remaja kelas XI SMA Negeri 2 Meulaboh Aceh Barat Tahun
2015, dimana dari 24 responden yang membaca buku tentang kesehatan
reproduksi dan mengetahui tentang kesehatan reproduksi sebanyak 19 orang
(79,2%) dan yang tidak mengetahui tentang kesehatan reproduksi sebanyak 5
orang (20,8)%, sedangkan dari 43 responden yang membaca buku tentang
kesehatan reproduksi dan mengetahui tentang kesehatan reproduksi sebanyak 16
orang (37,2%) dan yang tidak mengetahui tentang kesehatan reproduksi sebanyak
27 orang (62,8)%,
Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,002 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,002 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat
hubungan yang signifikan antara faktor internet dengan Tingkat Pengetahuan
Reproduksi Responden pada Siswa Kela XI SMA Negeri 2 Meulaboh Aceh Barat
Tahun 2015.
Berdasarkan pengamatan di lapangan peneliti melihat bahwa responden
yang ada membuka internet lebih banyak mengetahui tentang kesehatan
reproduksi karena mereka sering membuka internet tentang kesehatan wanita
khususnya tentang kesehatan reproduksi sehingga mereka lebih mengetahui
kesehatan reproduksi. Sedangkan repsonden yang tidak ada membuka internet
43
lebih banyak yang tidak mengetahui tentang kesehatan reproduksi karena mereka
tidak pernah membuka internet untuk masalah kesehatan wanita khususnya
tentang kesehatan reproduksi sehingga tidak mengetahui apa-apa tentang
kesehatan reproduksi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nastiti
(2009) hasil penelitian ini diperoleh nilai probabilitas 0,00 dan koefisien korelasi
sebesar 0,492. Bila nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat kesalahan (0,05)
maka dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan antara banyaknya media massa
dengan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja Di SMU Negeri 5.
Koefisien korelasi sebesar 0.492 menunjukkan bahwa derajad hubungan antara
kedua variabel cukup kuat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah media massa
yag paling banyak digunakan oleh remaja adalah internet (22,78%) dan pokok
bahasan yang paling banyak diperoleh adalah HIV/ AIDS (34,89%).
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor buku dengan tingkat
pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja kelas XI SMA Negeri 2
Meulaboh Aceh Barat Tahun 2015 (Pvalue = 0,018 < α = 0,05)
2. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor televisi dengan tingkat
pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja kelas XI SMA Negeri 2
Meulaboh Aceh Barat Tahun 2015 (Pvalue = 0,005 < α = 0,05)
3. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor internet dengan tingkat
pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja kelas XI SMA Negeri 2
Meulaboh Aceh Barat Tahun 2015 (Pvalue = 0,002 < α = 0,05)
5.2 Saran
1. Kepada para remaja diharapkan agar dapat lebih memanfaatkan media
massa yang ada khususnya untuk mengetahui tentang kesehatan
reproduksi, sehingga dapat terhindar dari perilaku dan penyakit yang
mengganggu kesehatan reproduksi.
2. Kepada pihak Dinkes Aceh Barat diharapkan agar dapat memberikan
penyuluhan kepada seluruh remaja yang ada tentang pentingnya menjaga
kesehatan reproduksi.
3. Kepada Pihak sekolah agar dapat memberikan penyuluhan atau nasehat
kepada para siswa tentang pemanfaatan media yang ada untuk menambah
44
45
ilmu pengetahuan yang bersifat positif untuk masa depan yang lebih baik
di masa yang akan datang.
46
DAFTAR PUSTAKA
Anas. 2010. Sketsa Kesehatan Reproduksi Remaja. Jurnal Studi Gender dan
Anak. 5 (1):199-214.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta,
Jakarta.
Azizah. 2011. Hubungan Pemanfaatan Beberapa Jenis Media Massa
dengan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi pada
Remaja Kelas XI SMA. Skripsi. Prodi D-III Kebidanan FIK UNIPDU.
Budiarto, E. 2012. Pengantar Epidemiologi. Edisi 2. Penerbit: EGC. Jakarta
Bungin, Burhan. 2011. Erotica Media Massa. Surakarta: Muhammadiyah
University Press
Canggara. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. Rajawali Pers.
Dewi. 2010. Hubungan Penggunaan Media Massa dengan Tingkat Pengetahuan
Kesehatan Reprosuksi pada Remaja di SMAN 8 Surakarta. Skripsi.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Dinkes Aceh. 2014. Kesehatan Reproduksi di Aceh 2013. Aceh
Donggori. 2012. Hubungan Akses Media Massa dengan Pengetahuan Kesehatan
Reproduksi pada Remaja. Jurnal Medika Muda. UNDIP. Yogyakarta.
Efendy, U. Onong. 2011. Selebaran atau Leaflet. Fitramaya. Yogyakarta.
Harahap. 2011. Kesehatan Reproduksi. Universitas Sumatera Utara.
Hurlock, Elizabeth. 2010. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Kartini, Kartono. 2010. Psikologi Sosial. Jakarta:Rajawali.
Kemenkes RI. 2014. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2013.
Jakarta
Liliweri, Alo. 2011. Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Moeliono, Laurike. 2008. Proses Belajar Aktif Kesehatan Reproduksi Remaja.
Bkkbn.
Nastiti. 2009. Hubungan Banyaknya Media Massa Dengan Tingkat Pengetahuan
Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Di Smu Negeri 5 Madiun. Skripsi.
Fakultas Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
47
Notoadmodjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Penerbit: Rineka
Cipta. Jakarta
Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta.
Nurudin. 2012. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada
Rumini & Sundari. (2010). Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta : Rineka
Cipta.
Santrock, J. W. 2012. “Adol, escence”, McGraw-Hill, New York.
Sarwono, 2012. Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang
Susanto, 2010. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: T. Lingga Jaya.
Taufiqoh. 2012. Hubungan Antara Umur Ibu dengan Tingkat Keanasan Ovarium
di Rumah Sakit Muhamadiyah Surabaya. Jurnal Ilmu Kesehatan. 5 (2): 53-
64. Universitas Muhamadiyah Surabaya. Surabaya.
Wati. 2013. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Remaja
Putr dalam Menghadapi Haid Petama Kali pad Siswi Kelas VII SMP Neeri
1 Tangan-tangan Kecamatn Tangan-tangan Kabuoaten Aceh Barat Daya.
Skrip. Universitas Teuku Umar. Aceh Barat.
Widyastuti. 2010. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya
Wiknjosastro. 2012. Ilmu Kebidanan Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Wulandari. 2012. Pemahaman Siswa Mengenai Kesehatan Reproduksi Remaja
Melalui Layanan Informasi. Jurnal Ilmiah Konseling. 1 (1): 1-9.
Universitas Negeri Padang. Sumatera Selatan.