Sistem Indera

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap makhluk hidup di bumi diciptakan berdampingan dengan alam, karena alam sangat penting untuk kelangsungan makhluk hidup. Karena itu setiap makhluk hidup, khususnya manusia harus dapat menjaga keseimbangan alam. Untuk dapat menjaga keseimbangan alam dan untuk dapat mengenali perubahan lingkungan yang terjadi, Tuhan memberikan indra kepada setiap makhluk hidup. indra ini berfungsi untuk mengenali setiap perubahan lingkungan, baik yang terjadi di dalam maupun di luar tubuh. indra yang ada pada makhluk hidup, memiliki sel-sel reseptor khusus. Sel-sel reseptor inilah yang berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan yang terjadi. Berdasarkan fungsinya, sel-sel reseptor ini dibagi menjadi dua, yaitu interoreseptor dan eksoreseptor. Indra ini berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan seperti mengenali/ mencium bau. B. Ruang Lingkup Masalah 1. Struktur dan Fungsi Telinga Luar, Tengah dan Dalam 2. Faal Pendengaran 3. Faal Keseimbangan 4. Organ Penghidu dan Jalur Pernapasan Olfaktori Sampai di Otak 5. Struktur Pengecap dan Pembau 1

Transcript of Sistem Indera

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap makhluk hidup di bumi diciptakan berdampingan

dengan alam, karena alam sangat penting untuk kelangsungan

makhluk hidup. Karena itu setiap makhluk hidup, khususnya

manusia harus dapat menjaga keseimbangan alam. Untuk dapat

menjaga keseimbangan alam dan untuk dapat mengenali

perubahan lingkungan yang terjadi, Tuhan memberikan indra

kepada setiap makhluk hidup.

indra ini berfungsi untuk mengenali setiap perubahan

lingkungan, baik yang terjadi di dalam maupun di luar

tubuh. indra yang ada pada makhluk hidup, memiliki sel-sel

reseptor khusus. Sel-sel reseptor inilah yang berfungsi

untuk mengenali perubahan lingkungan yang terjadi.

Berdasarkan fungsinya, sel-sel reseptor ini dibagi menjadi

dua, yaitu interoreseptor dan eksoreseptor.

Indra ini berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan

seperti mengenali/ mencium bau.

B. Ruang Lingkup Masalah

1. Struktur dan Fungsi Telinga Luar, Tengah dan Dalam

2. Faal Pendengaran

3. Faal Keseimbangan

4. Organ Penghidu dan Jalur Pernapasan Olfaktori Sampai di

Otak

5. Struktur Pengecap dan Pembau

1

6. Praktikum Pendengaran dan Keseimbangan

C. Manfaat

Agar kita dapat mengetahui struktur dan fungsi dari

system indra dan bagaimana praktikum pendengaran dan

keseimbangan.

2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Struktur dan Fungsi Telinga Luar, Tengah dan Dalam

1. Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga, saluran luar,

dan membran timpani (gendang telinga). Daun telinga

manusia mempunyai bentuk yang khas, tetapi bentuk ini

kurang mendukung fungsinya sebagai penangkap dan

pengumpul getaran suara. Bentuk daun telinga yang sangat

sesuai dengan fungsinya adalah daun telinga pada anjing

dan kucing, yaitu tegak dan membentuk saluran menuju

gendang telinga. Saluran luar yang dekat dengan lubang

telinga dilengkapi dengan rambut-rambut halus yang

menjaga agar benda asing tidak masuk, dan kelenjar lilin

yang menjaga agar permukaan saluran luar dan gendang

telinga tidak kering.

2. Telinga Tengah

Bagian ini merupakan rongga yang berisi udara untuk

menjaga tekanan udara agar seimbang. Di dalamnya

terdapat saluran Eustachio yang menghubungkan telinga

tengah dengan faring. Rongga telinga tengah berhubungan

dengan telinga luar melalui membran timpani. Hubungan

telinga tengah dengan bagian telinga dalam melalui

jendela oval dan jendela bundar yang keduanya dilapisi

dengan membran yang transparan.

Selain itu terdapat pula tiga tulang pendengaran yang

tersusun seperti rantai yang menghubungkan gendang

3

telinga dengan jendela oval. Ketiga tulang tersebut

adalah tulang martil (maleus) menempel pada gendang

telinga dan tulang landasan (inkus). Kedua tulang ini

terikat erat oleh ligamentum sehingga mereka bergerak

sebagai satu tulang. Tulang yang ketiga adalah tulang

sanggurdi (stapes) yang berhubungan dengan jendela oval.

Antara tulang landasan dan tulang sanggurdi terdapat

sendi yang memungkinkan gerakan bebas.

Fungsi rangkaian tulang dengar adalah untuk

mengirimkan getaran suara dari gendang telinga (membran

timpani) menyeberangi rongga telinga tengah ke jendela

oval.

3. Relinga Dalam

Bagian ini mempunyai susunan yang rumit, terdiri dari

labirin tulang dan labirin membran. Ada 5 bagian utama

dari labirin membran, yaitu sebagai berikut.

a. Tiga saluran setengah lingkaran

b. Ampula

c. Utrikulus

d. Sakulus

e. Koklea atau rumah siput

Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui saluran

sempit. Tiga saluran setengah lingkaran, ampula,

utrikulus dan sakulus merupakan organ keseimbangan, dan

keempatnya terdapat di dalam rongga vestibulum dari

labirin tulang. Koklea mengandung organ Korti untuk

pendengaran. Koklea terdiri dari tiga saluran yang

4

sejajar, yaitu: saluran vestibulum yang berhubungan

dengan jendela oval, saluran tengah dan saluran timpani

yang berhubungan dengan jendela bundar, dan saluran

(kanal) yang dipisahkan satu dengan lainnya oleh

membran.

Di antara saluran vestibulum dengan saluran tengah

terdapat membran Reissner, sedangkan di antara saluran

tengah dengan saluran timpani terdapat membran basiler.

Dalam saluran tengah terdapat suatu tonjolan yang

dikenal sebagai membran tektorial yang paralel dengan

membran basiler dan ada di sepanjang koklea. Sel sensori

untuk mendengar tersebar di permukaan membran basiler

dan ujungnya berhadapan dengan membran tektorial. Dasar

dari sel pendengar terletak pada membran basiler dan

berhubungan dengan serabut saraf yang bergabung

membentuk saraf pendengar. Bagian yang peka terhadap

rangsang bunyi ini disebut organ Korti.

B. Faal Pendengaran

Secara umum jalannya impuls dari telinga ke primary

auditory cortex bermula dari adanya suara yang kita dengar.

Suara itu menggetarkan membrana tympani yang selanjutnya

menggetarkan tulang-tulang maleus, incus, dan stapes secara

berturut-turut. Getaran states mendorong perilymphe pada

skala petibuli kemudian perilymphe menggetarkan membrana

bsilliaris dimana terdapat organon corti yang menuju otak.

Berjalannya ke otak dimulai dari akson-akson disinapsis

saraf-saraf pendengaran bagian ipsilateral dari

5

cochlearnuclei kemudian diteruskan ke nucleus superior

olivary dari inverior colliculi mereka melakukan sinapsis

dengan neuron yang menuju nucleus medial geniculate di

thalamus yang akhirnya akan menuju ke auditori kortex.

Sebagian besar primary auditory kortex dan daerah

secondary auditori kotex terletak dibagian lateral fissure.

Untuk kemampuan berbahasa umumnya dikontrol dari

hemispheere bagian kiri, sedangkan sebagian auditori kotex

sebelah kanan mengontrol analisi pengucapan atau speech.

1. Transmisi Hawa (Aerotymponal) yaitu jalannya getaran

melalui penghantar hawa. Jalannya impuls sebagai

berikut : sumber suara menggenarkan udara “kemudian”

daun telinga “kemudian” meatus acusticus externus

“kemudian” menggetarkan membrana thympani “kemudian”

osicula auditiva “kemudian” menggetarkan perilymphe

“kemudian” membrana basalis bergetar “kemudian” organon

corti (reseptor pendengaran) bergetar “kemudian”

membrana tectoria “kemudian” menstimulasi ujung rambut

neuroepithel “kemudian” nervus cochlearis “kemudian”

otak (lobus temporalis) “kemudian” sadar akan bunyi

2. Transmisi Tulang (Craniotymponal) yaitu jalan getaran

melalui penghantar tulang. Jalannya impuls sebagai

berikut : getaran sumber suara “kemudia” menggetarkan

tulang kepala “kemudian” menggetarkan perilymphe pada

skala vestibuli “kemudian” skala tymphani “kemudian” dan

proses selanjutnya sama dengan penghantaran melalui

hawa.

6

C. Faal Keseimbangan

1. Keseimbangan Statis

Keseimbangan statis ini merupakan keseimbangan yang

berhubungan dengan orientasi letak kepala (badan)

terhadap gravitasi bumi. Yang berperan pada keseimbangan

statis ini adalah sakulus dan ultrikulus( pada kanalis

semi sirkularis).Bila kepala miring ke satu arah, otolith

yang berat akan tertauk ke bawah oleh gravitasi bumi, hal

ini akan menarik lapisan gelatin ke bwah yang kemudin

merangsang sel-sel rambut. Impuls keseimbangan ini

kemudian dijalarkan melalui bagian vetibularis dari

syaraf ke VIII medula kemudian ke korteks otak.

2. Keseimbangan Dinamis

Keseimbangan ini merupakan suatu upaya pertahanan

keseimbangan tubuh terhadap gerakan-gerakan berbagai

arah, misalnya berputar, jatuh, percepatan, dsb. Bila

kepala bergerak kesegala arah, maka cairan didalam

canalis semi sirkularis akan bergerak ke arah sebaliknya

sehingga akan menekukan cupula. Dengan demikian sel-sel

rambut terangsang dan timbul ilmpuls menuju syaraf ke

VIII. Karena ketiga canalis semisircularis ini letaknya

saling tegak lurus maka gerakan kepala kesegala arah

dapat terkontrol oleh alat keseimbangan.

D. Organ Penghidu dan Jalur Pernapasan Olfaktori Sampai di

Otak

1. Anatomi Hidung

a. Nasus externus

7

Mempunyai ujung yang bebas, yang dilekatkan ke

dahi melalui radix nasi atau jembatan hidung, Lubang

luar hidung adalah kedua nares atau lubang hidung.

Setiap nasris dibatasi di lateral oleh ala nasi dan

di medial oleh septum nasi.

Rangka nasus externus dibentuk di atas oleh os

nasale, processus frntalis ossis maxillares, dan pars

nasalis ossis frontalis. Di bawah, rangka ini

dibentuk oleh lempeng-lempeng tulang rawan, yaitu

cartilago nasi superior dan inferior, dan cartilago

septi nasi.

b. Cavum nasi

Terletak dari nares di sampai choanae di belakang.

Rongga ini dibagi oleh septum nasi atas belahan kiri

dan kanan. Setiap belahan mempunyai dasar, atap,

dinding lateral dan dinding medial.Dasar dibentuk

oleh processus palatinus maxillae dan lamina

horizontalis ossis palatini, yaitu permukaan atas

palatum durum.

Bagian atap sempit dan dibentuk dari belakng ke

depan oleh corpus ossis sphenoidalis, lamina cribrosa

ossis ethmoidalis, os frontale, os nasale dan

cartilagines nasi. Dinding lateral ditandai dengan

tiga tonjolan disebut concha nasalis superior, media

dan inferior. Area di bawah setiap concha disebut

meatus.

1. Recessus sphenoethmoidalis adalah daerah kecil

yang terletak di atas terletak di atas concha

8

nasalis superior dan di depan corpus ossis

sphenoidalis. Di daerah ini terdapat muara sinus

sphenoidalis.

2. Meatus nasi superior terletak di bawah dan lateral

concha nasalis superior. Di sini terdapat muara

sinus ethmoidalis posteriores.

3. Meatus nasi media terletak di bawah dan lateral

concha media. Pada dinding lateralnya terdapat

prominentia bulat, bulla ethmoidalis, yang

disebabkan oleh penonjolan sinus ethmoidales medii

yang terletak di bawahnya. Sebuah celah

melengkung, disebut hiatus semilunaris, terletak

tepat di bawah bulla. Ujung anterior hiatus masuk

ke dalam saluran berbentuk corong disebut

infundibulum.

4. Meatus nasi media dilanjutkan ke depan oleh sebuah

lekukan disebut atrium. Atrium ini dibatasi di

atas oleh sebuah rigi, disebut agger nasi. Di

bawah dan depan atrium, da sedikit di dalam naris,

terdapat vestibulum.

5. Meatus nasi inferior terletak di bawah dan lateral

concha inferior dan padanya terdapat muara ductus

nasolacrimalis. Dinding medial atau septum nasi

adalah sekat osteocartilago yang ditutupi membrana

mucosa.

6. Membran mucosa melapisi cavum nasi, kcuali

vestibulum, yang dilapisi oleh kulit yang telah

mengalami modifikasi. Membran mucosa olfactorius

9

melapisi permukaan atas concha nasalis superior

dan recessus sphenoethmoidalis; juga melapisi

daerah septum nasi yang berdekatan dan atap.

Membran mucosa respiratorius melapisi bagian bawah

cavum nasi.

c. Persarafan cavum nasi

N. olfactorius berasal dari sel-sel olfactorius

khusus yang terdapat pada membrana mucosa yang telah

dibicarakan sebelumnya. Saraf ini naik ke atas

melalui lamina cribosa dan mencapai bulbus

olfactorius. Saraf-saraf sensai umum berasal dari

divisi ophtalmica dan maxillaris n. Trigeminus.

d. Pendarahan cavum nasi

Suplai arteri untuk cavum nasi terutama berasal

dari cabang-cabang a. Maxillaris. Vena-vena membentuk

plexus yang luas di dalam submucosa.

e. Aliran limfe cavum nasi

Pembuluh limfe mengalirkan limfe dari vestibulum

ke nodi submandibularis. Bagian lain dari cavum nasi

mengalirkan limfenya ke nodi cervicales profundi

superior.

2. Fisiologi

a. Membran mukosa olfaktorius

Mengandung sel enunjang dan sel progenitor utnuk

reseptor sel olfaktorus. Jumlah sel resepror sebanyak

10-20 juta. Setiap sel olfaktoris neuron. Dan membran

mukosa olfaktorius selalu ditutupi oleh mukus.

b. Korteks olfaktorius

10

Ketika kita menghirup yang diaktifkan adalah korteks

piriformis. Saat mencium bau dengan atau tanpa

menghirup, itu mengaktifkan girus orbitofrontalis

anterior lobus frontalis. Serabut lain pada korteks

menuju ke amigdala sebagai respon emosi rangsang

pnghidu.

c. Transduksi sinyal

Organ penghidu manusia dapat membedakan 10.000

macam bau karena terdapat bermacam-macam reseptor

bau. Ada penghambatan lateral oleh glomerulus

olfaktorius yamg diperantari oleh sel periglomerulus

dan sel granula. Kedu sel ini bertugas untuk

mempertajam dan memfokuskan sinyal olfaktorius.

d. Protein pengikat bau

Protein pengikat bau yang telah diidolasi ialah OBP

18-kDa. Ini merupakan protein khas untuk rongga

hidung. Fungsinya sebagai pembawa molekul-molekul

lipofilik kecil

e. Sniffting (Mengendus)

Terjadi akibat adanya kontraksi bagian bawah nares di

septum untuk mengarahkan arus udara ke atas.

f. Peran serabut nyeri di hidung

Dapat dirangasang oleh bahan iritatif. Juga berperan

dalam bersin, lakrimasi dan penghambatan pernapasan.

g. Adaptasi

11

Adanya pajanan bau tertentu yan terus menerus

sehingga tejadi penurunan persepsi bau dan lama

kelamaan akan berhenti.

h. Kelainan

Anosmia adalah hilangnya daya mengidu. Selain itu ada

juga, hiposmia yang merupakan kelainan dengan

bekurangnya kepekaan menghidung dan disosmia yaitu

distorsi daya menghidu. Ketiga kelainan ini dapat

terjadi karena tidak adanya atau gangguan fungsi

pada salah satu dari berbagai anggota famili reseptor

bau.

E. Struktur Pengecap dan Pembau

1. Indra Pengecap (Lidah)

a. Bagian-bagian Lidah

1. Permukaan lidah, terdapat:

papilla, yang di dalamnya terdapat saraf pengecap,

dan selaput yang berlendir.

2. Bagian lidah berdasarkan kemampuan ujung-ujung

saraf pengecap rasa, yaitu:

bagian ujung lidah dapat merasakan rasa manis,

bagian ujung lidah agak ke samping dapat

merasakan rasa asin,

bagian tepi dapat merasakan rasa asam,

bagian pangkal dapat merasakan rasa pahit.

b. Fungsi Lidah

1. sebagai indra pengecap,

12

2. sebagai alat berbicara,

3. pengatur letak makanan saat dikunyah,

4. membantu menelan.

c. Struktur Lidah

1. Otot intrinsik yang berfungsi untuk melakukan semua

gerakan lidah

2. Otot ekstrinsik

Otot ekstrinsik ini mengaitkan lidah pada

bagian - bagian sekitarnya serta melakukan gerakan

-gerakan kasar yang sangat menekannya pada langit-

langit dan gigi, kemudian mendorongnya masuk ke

faring. Permukaan atas lidah manusia seperti

beludru karena dilapisi oleh beberpalapisan. Pada

manusia reseptor bagi stimulus rasa berada pada

kuncup pengecap (Taste bud) yang tersebar di

lidah. Permukaan lidah manusia seperti beludru,

karena ditutupi oleh beberapa lapisan. Pada

penampang lidah kuncup pengecap mengalami

penjuluran yang biasa disebut dengan papila.

Papila bermacam-macam sesuai bentuk dan lokasi

banyaknya papila tersebut ditemukan.

a. Papila Filiforis

Papila filiformis banyak dan menyebar pada

seluruh permukaan lidah yang berfungsi untuk

menerima rasa sentuh dari rasa pengecapan.

Filiformis merupakan penonjolan berbentuk seperti

konus. 

b. Papila Sirkumvalata

13

Papila sirkum valatam memiliki bentuk V dan

terdapat 8 ± 12 jenis yang terletak di bagian

dasar lidah. Sirkum valatum merupakan papila

yang sangat besar dengan permukaan menutupi

papila lainnya. Pada bagian belakang

lidah. banyak kelenjar serosa (von ebner) dan

mukosa yang mengalirkan sekresinya ke dalam

cekungan yang megelilingi papilla ini. Puting kecap

banyak disisi papila ini

c. Papila Fungiformis

Papila fungiformis merupakan penonjolan

dengan tangkai kecil yang menyebar pada permukaan

ujung dan sisi lidah dan berbentuk jamur. Papila ini

mengandung indra perasa pada permukaan samping

atas dan terdapat disela-sela antara papila

filiformis

d. Papila Foliata

Papila foliata merupakan penonjolan yang

sangat padat sepanjang pinggir samping belakang

lidah. Papila ini mengandung puting perasa

2. Indra Pembau (Hidung)

Hidung merupakan indera khusus yang terletak di dalam

rongga hidung. Daerah sensitif pada indera pembau

terletak di bagian atas rongga hidung.

a. Bagian-bagian Hidung

1. Lubang hidung

2. Batang hidung

3. Rongga hidung

14

b. Kerja Hidung

Zat yang berbau dapat tercium oleh hidung jika

telah sampai ke rongga hidung. Kemudian ujung-ujung

saraf penciuman terangsang dan disampaikan ke otak

sehingga kita dapat mencium baunya.

c. Struktur Indra Pembau

1. Sel-sel penyokong yang berupa sel-sel epitel.

2. Sel-sel pembau (sel olfaktori) yang berupa sel

saraf sebagai reseptor

Sel-sel olfaktori sangat peka terhadap rangsangan

gas kimia (kemoreseptor). Sel-sel olfaktori

memiliki tonjolan ujung dendrit berupa rambut yang

terletak pada selaput lendir hidung, sedangkan

ujung yang lain berupa tonjolan akson membentuk

berkas yang disebut saraf otak I (nervus

olfaktori). Saraf ini akan menembus tulang tapis

dan masuk ke dalam otak manusia.

3.Hubungan Antara Indera Pengecap dan Pembau

Apabila ada gangguan pada indera pembau, maka kita

tidak dapat mengecap dengan baik. Ketika seseorang

menderita sakit pilek, maka makanan terasa hambar

rasanya dan kita tidak dapat mencermati bau dengan baik.

Inilah bukti bahwa antara organ pembau dengan pencium

saling bekerja dengan baik. Aroma makanan yang berada di

rongga dalam hidung tidak dapat tercium karena serabut

saraf di situ tertutup oleh lendir pilek. Kita merasakan

bau buah apel berbeda dengan jeruk dan pepaya karena

adanya organ pembau.

15

F. Praktikum Pendengaran dan Keseimbangan

Praktikum pendengaran dan keseimbangan adalah metode

untuk melakukan berbagai tes terhadap berbagai tujuan.

1. Praktikum Pendengaran

a. Suara yang dibedakan tekanannya

berkolerasi dengan gelombang sinus. Suara semacam

itu disebut nada murni (pure tone). Siklus gelombang

menuju kompresi dan ekspansi udara seperti suara

geombang yang selalu bergerak. Kedua karakteristik

utama gelombang seperti itu adalah frekuensi dan

amplitudo. Frekuensi diukur dengan jumlah getaran

perdetik; yaitu beberapa kali perdetik sampai siklus

gelombang suara diulang. Unit Hertz (singkatan Hz)

digunakan untuk menunjukkan sikus perderik; yaitu

suatu siklus perdetik sama dengan satu Hz. Amplitudo

berhubungan dengan jumlah kompresi dan ekspansi

udara, seperti digambarkan oleh panjangnya gelombang

dimulai dari puncak sampai dasar kurva.

Frekuensi gelombang suara pada dasarnya merupakan

penyebab dari apa yang kita alami sebagai pitch

(tingkatan nada). Namun pitch sebuah nada dapat juga

dipengaruhi oleh intensitas. Jadi, 'pitch' pun hanya

terkait pada satu atribusi fisik stimulus. Demikian

pula, 'loudness' (kerasnya suara) berkolerasi dengan

kuat pada amplitudo gelmbang atau intensitas suara.

Namun demikian, gelombang suara berfrekuensi rendah

yang mempunyai amplitudo sama dengan suara

16

berfrekuensi tinggi tidak selalu menghasilkan suara

yang sama keras.Manusia dapat mendengar frekuensi

anrata 20- 20.000 Hz.

Ketika garputala bergetar, terdapat urutan

gelombang komprensi dan ekspansi. Jika gapura tala

membuat 100 kali getaran perdetik, maka akan terdapat

gelombang suara dengan 100 komprensi perdetik (yaitu,

100 Hz). Bunyi yang tekanannya terkorelasi dengan

gelombang sinus disebut nada murni, bentuk gelombang

bunyi apapun (tidak peduli betapa kompleksnya) dapat

dipecah menjadi serangkaian gelombang sinus yang

berbeda dengan amplitudo yang sesuai. Bila gelombang

sinus tersebut dirambahkan lagi, hasilnya akan sama

dengan bentuk gelombang aslinya.

b. Loundness (kekerasan suara)

Jangkauan tekanan dan frekuensi suara yang dapat

diterima oleh telinga manusia sebagai suatu informasi

yang berguna, sangat luas. Suara yang nyaman diterima

oleh telinga kita bervariasi tekanannya sesuai dengan

frekuensi suara yang digunakan, namun suara yang

tidak menyenangkan atau yang bahkan menimbulkan nyeri

adalah suara-suara dengan tekanan tinggi, biasanya di

atas 120 dB. Ambang pendengaran untuk suara tertentu

adalah tekanan suara minimum yang masih dapat

membangkitkan sensasi auditorik. Nilai ambang

tersebut tergantung pada karakteristik suara (dalam

hal ini frekuensi), cara yang digunakan untuk Cermin

Dunia Kedokteran No. 144, 2004 24 mendengar suara

17

tersebut ( melalui earphone, pengeras suara, dsb),

dan pada titik mana suara itu diukur ( saat mau masuk

ke liang telinga, di udara terbuka, dsb).

Ambang pendengaran minimum (APM) merupakan nilai

ambang tekanan suara yang masih dapat didengar oleh

seorang yang masih muda dan memiliki pendengaran

normal, diukur di udara terbuka setinggi kepala

pendengar tanpa adanya pendengar. Nilai ini penting

dalam pengukuran di lapangan, karena bising akan

mempengaruhi banyak orang dengan banyak variasi.

Pendengaran dengan kedua telinga lebih rendah 2

sampai 3 dB. Jika seseorang terpajan pada suara di

atas nilai kritis tertentu kemudian dipindahkan dari

sumber suara tersebut, maka nilai ambang pendengaran

orang tersebut akan meningkat; dengan kata lain,

pendengaran orang tersebut berkurang. Jika

pendengaran kembali normal dalam waktu singkat, maka

pergeseran nilai ambang ini terjadi sementara.

Fenomena ini dinamakan kelelahan auditorik.

Kekuatan suara adalah suatu perasaan subjektif

yang dirasakan seseorang sehingga dia dapat

mengatakan kuat atau lemahnya suara yang didengar.

Kekuatan suara sangat dipengaruhi oleh tingkat

tekanan suara yang keluar dari stimulus suara, dan

juga sedikit dipengaruhi oleh frekuensi dan bentuk

gelombang suara. Pengukuran kekuatan suara secara

umum dapat dilakukan dengan cara : 1) pengukuran

subyektif dengan menanyakan suara yang didengar oleh

18

sekelompok orang yang memiliki pendengaran normal dan

yang dijadikan patokan adalah suara dengan frekuensi

murni 1000 Hz, 2). Dengan menghitung menggunakan pita

suara 2 atau 3 band, 3). Mengukur dengan alat yang

dapat menggambarkan respon telinga terhadap suara

yang didengar.

c. Telinga adalah organ penginderaan

Dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan

keseimbangan) . Indera pendengaran berperan penting

pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan

sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal

dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi

dengan orang lain melalui bicara tergantung pada

kemampuan mendengar.

Dasar menentukan suatu gangguan pendengaran akibat

kebisingan adalah adanya pergeseran ambang

pendengaran, yaitu selisih antara ambang pendengaran

pada pengukuran sebelumnya dengan ambang pendengaran

setelah adanya pajanan bising (satuan yang dipakai

adalah desibel (dB)).

2. Praktikum Keseimbangan

a. Keseimbangan

Keseimbangan adalah kemampuan untuk

mempertahankan orientasi tubuh dan bagian- bagiannya

dalam hubungan yang dengan ruang internal.

Keseimbangan tergantung pada continous visual,

labirintin, dan input somatosensorius (proprioceptif)

dan integrasinya dalam batang otak dan serebelum.

19

Gangguan keseimbangan dihasilkan dari penyakit

yang mempengaruhi sentral atau pathway vestibular

perifer, serebelum atau sensori pathway yang terlibat

dalam proprioceptif. Sebagai gangguan biasanya

menunjukkan satu atau dua masalah klinik: vertigo

atau ataksia.

b. Gangguan keseimbangan

Untuk memahami cairan endolimph dan perilimph yang

terdapat pada telinga bila bergejolak (goyang) akan

menyebabkan keseimbangan seseorang akan terganggu,

memahami bahwa keseimbangan yang terganggu mudah

dikembalikan seperti sediakala dan melihat adanya

Nistagmus.

20

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat kita tarik beberapa

kesimpulan yaitu. Alat indra merupakan organ yang berfungsi

untuk menerima jenis rangsangan tertentu.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini, penulis mengharapkan kepada

para pembaca setelah membaca, mempelajari serta memahami

seluruh isi makalah ini dapat menerapkan dalam lingkungan

masyarakat

21

DAFTAR PUSTAKA

Ethel, Sloane (2004). Anatomi dan Fisiologi Untuk

Pemula. Indonesia: EGC

_____ (2003). Anatomy and Phsyiologi An Easy learner.

Department of Biological Sciences. Jakarta : EGC

Snell RS. (2006). Anatomi Klinik untuk Mahasiswa

Kedokteran. Ed. 6. Jakarta : EGC.

Ganong, Willian F. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed

22. Jakarta : EGC.

Ani, dkk (2009). Anatomi Fisiologi Manusia. Bandung:

Cakra

http://id.wikipedia/wiki/Sistem-panca indera

22