Resolusi Dampak Perang Harga Pada Bisnis Radio. Studi Kasus: Analisis Strategi Bisnis Radio K...

15
Forum Manajemen Indonesia 3 Bandung Indonesia 2011 Resolusi Dampak Perang Harga Pada Bisnis Radio. Studi Kasus: Analisis Strategi Bisnis Radio K Bandung Dini Turipanam Alamanda, Institut Manajemen Telkom Bandung, [email protected] Abstract Hyper competition in radio business of Bandung as the city with the largest number of radios in the world is getting out of control. Advertising pie competition has become more intense in years, 62 radios fighting over the relatively fixed advertising pie. Price competition was unavoidable, private radio stations began to think about non-broadcast business if they still want to exist. Advertising pie is very significantly dominated by radio stations which dared to put up the lowest cost of advertising, the average ratio between the radio which put up low cost and the radio which put up normal cost in the same segment is 1: 14. Radio K which principle is to maintain normal rates of their advertisements has to change the business strategy of its radio broadcasts into the radio business focusing to take profit from non-broadcast business. This study will discuss the business strategy and business plan of Radio K during year 2012-2016 with the scope of study in eight aspects: market and marketing, technological, financial, management, political, social, economic and environmental. Involving many stakeholders, besides internal stakeholders (radio commissioners, director, managers and staff), this research also involves external stakeholders (radio listeners, Diskominfo of Jabar Province, Diskominfo of Bandung City, the Indonesian Broadcasting Commission (KPI), competitor radios, and some business units of X Group related with the Radio K’s business plan. Mix method is used to obtain comprehensive results. The results indicate that although regulation factors complicate the development of radio, but with the appropriate strategies will make the radio business become a promising business. Keywords: business radio strategy, Radio K, price competition I. Pendahuluan Sejak lahirnya UU No 32 tentang Penyiaran tahun 2001, kondisi penyiaran radio di Indonesia, secara kuantitatif mengalami peningkatan yang cukup fantastik. Jika tahun 1998 jumlah stasiun radio kurang dari 1000, akhir 2010 ada sekitar 2590 lembaga penyiaran radio yang berproses di Kemenkominfo (159%). Angka tersebut akan melonjak lagi seiring adanya penambahan kanal FM, yang semula 3297 kanal menjadi 8.210 berdasarkan Permen Kemenkominfo No 13 Tahun 2010 tentang revisi KM No 15 Tahun 2003. Ini baru dari penyiaran analog, belum yang digital. Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) menyayangkan bahwa lonjakan jumlah lembaga penyiaran tidak berbanding lurus dengan peningkatan jumlah pendengar dan pendapatan radio secara nasional. Mengutip laporan PRSSNI mengenai perkembangan radio 2011-2015 dikatakan bahwa radio reach/radio listenership memperlihatkan kecenderungan menurun dari tahun ke tahun. Awal tahun 2008 angkanya masih diatas 60 %, maka pada penelitian wave 4 tahun 2010, rata-rata

Transcript of Resolusi Dampak Perang Harga Pada Bisnis Radio. Studi Kasus: Analisis Strategi Bisnis Radio K...

Forum Manajemen Indonesia 3 Bandung Indonesia 2011

Resolusi Dampak Perang Harga Pada Bisnis Radio. Studi Kasus: Analisis Strategi

Bisnis Radio K Bandung

Dini Turipanam Alamanda, Institut Manajemen Telkom Bandung, [email protected]

Abstract

Hyper competition in radio business of Bandung as the city with the largest number of radios in

the world is getting out of control. Advertising pie competition has become more intense in

years, 62 radios fighting over the relatively fixed advertising pie. Price competition was

unavoidable, private radio stations began to think about non-broadcast business if they still want

to exist. Advertising pie is very significantly dominated by radio stations which dared to put up

the lowest cost of advertising, the average ratio between the radio which put up low cost and the

radio which put up normal cost in the same segment is 1: 14. Radio K which principle is to

maintain normal rates of their advertisements has to change the business strategy of its radio

broadcasts into the radio business focusing to take profit from non-broadcast business. This

study will discuss the business strategy and business plan of Radio K during year 2012-2016

with the scope of study in eight aspects: market and marketing, technological, financial,

management, political, social, economic and environmental.

Involving many stakeholders, besides internal stakeholders (radio commissioners, director,

managers and staff), this research also involves external stakeholders (radio listeners,

Diskominfo of Jabar Province, Diskominfo of Bandung City, the Indonesian Broadcasting

Commission (KPI), competitor radios, and some business units of X Group related with the

Radio K’s business plan. Mix method is used to obtain comprehensive results. The results

indicate that although regulation factors complicate the development of radio, but with the

appropriate strategies will make the radio business become a promising business.

Keywords: business radio strategy, Radio K, price competition

I. Pendahuluan

Sejak lahirnya UU No 32 tentang Penyiaran tahun 2001, kondisi penyiaran radio di Indonesia,

secara kuantitatif mengalami peningkatan yang cukup fantastik. Jika tahun 1998 jumlah stasiun

radio kurang dari 1000, akhir 2010 ada sekitar 2590 lembaga penyiaran radio yang berproses di

Kemenkominfo (159%). Angka tersebut akan melonjak lagi seiring adanya penambahan kanal

FM, yang semula 3297 kanal menjadi 8.210 berdasarkan Permen Kemenkominfo No 13 Tahun

2010 tentang revisi KM No 15 Tahun 2003. Ini baru dari penyiaran analog, belum yang digital.

Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) menyayangkan bahwa lonjakan

jumlah lembaga penyiaran tidak berbanding lurus dengan peningkatan jumlah pendengar dan

pendapatan radio secara nasional.

Mengutip laporan PRSSNI mengenai perkembangan radio 2011-2015 dikatakan bahwa radio

reach/radio listenership memperlihatkan kecenderungan menurun dari tahun ke tahun. Awal

tahun 2008 angkanya masih diatas 60 %, maka pada penelitian wave 4 tahun 2010, rata-rata

Forum Manajemen Indonesia 3 Bandung Indonesia 2011

pendengar radio di 7 kota besar di Indonesia tinggal 48 %. Sementara itu, Time Spent Listening -

sebuah rasio yang mengukur lamanya pendengar mendengarkan stasiun radio – menurun dari 20

jam perminggu (2008) menjadi 17 jam perminggu (2010), atau rata-rata 2,4 jam perhari.

Sama dengan kondisi TSL kondisi periklanan radio pun menurun, persentase periklanan radio

secara nasional juga menurun. Data Radex tahun 2007:1.4 % (Rp525.000.000.000,00); 2010:

1.1% (Rp638.000.000.000,00), dengan distribusi 80% di Jakarta, sedang jumlah radio yang

berebut kue lebih dari 2000 stasiun tersebar di 33 provinsi. Sementara, sesuai dengan sifat radio

yang lokal, untuk bangkit dituntut menggarap potensi iklan lokal sebagai pendapatan radio.

Dari kondisi tersebut, masalah kecilnya Radex dan rendahnya TSL, merupakan problem nasional

yang terkait dengan beragam komponen di luar radio. Ragam media kian banyak, new media

(media online, sosial media) hadir dengan sangat fantastik dalam menyedot perhatian publik

yang menyisakan sedikit waktu buat radio.

Hasil survey Nielsen dan Mark Plus menyebutkan bahwa masih ada peluang yang

memungkinkan suatu radio berada disegmen tertentu baik dari potensi pendengar maupun

pengiklan dengan dua alasan sudah terlayani tapi masih luas atau sudah terlayani tapi belum

maksimal.

Dari Diskominfo kota Bandung didapatkan data jumlah radio yang ada di kota Bandung ini

sekitar 62. Jumlah yang sangat besar dibandingkan dengan jumlah radio yang ada di kota lain,

bahkan Diskominfo Jabar menyebutkan bahwa jumlah ini adalah yang terbanyak untuk cakupan

satu kota di seluruh dunia.

Jumlah yang banyak sedangkan kue persaingan iklan bisa terbilang tetap membuat kondisi

persaingan bisnis radio di kota Bandung kurang sehat. Perang harga membuat sebagian

pengusaha radio kewalahan untuk tetap bisa eksis, dengan segmen dan iklan yang sama, dua

radio bisa memasang tarif berbeda hingga 1:14. Para pembuat regulasi dalam penyiaran belum

mampu mengontrol perang harga ini. Hal ini membuat para pengusaha untuk berfikit inovatif

dan kreatif untuk tetap bisa bertahan. Kue iklan harus sudah bukan target utama, bisnis non

siaran merupakan pemikiran yang sedang dikembangkan oleh hampir semua pengusaha bisnis

radio di kota ini.

Memahami persaingan bisnis radio yang semakin ketat, Radio K yang berada dibawah naungan

Yayasan X mencoba membuat perencanaan strategi bisnis 2012-2016 dimana mencoba

mengambil keuntungan dari bisnis non siaran. Kue iklan radio semakin lama semakin kecil,

jumlah radio semakin lama semakin menjamur namun tidak diiringi dengan meningkatnya kue

iklan.

Dalam merencanakan suatu perluasan usaha baik itu industri kecil maupun industri besar, pasti

tidak akan lepas dari hubungan elemen-elemen pembentuknya, banyak sekali aspek-aspek

penting yang harus dipahami secara mendasar.

Diperlukan input dan proses transformasi yang baik. Untuk mencapai tujuan unit usaha dan agar

proses transformasi (kegiatan produksi) dapat berjalan lancar, efektif dan efisien (sesuai dengan

kriteria sistem produksi), diperlukan juga langkah-langkah pengaturan (manajemen).

.

Forum Manajemen Indonesia 3 Bandung Indonesia 2011

II. Studi Pustaka

2.1 Bisnis Radio

Diluar dugaan, pendapat para pembisnis mengenai bisnis radio ternyata masih optimis. Radio

telah menjadi sumber hiburan yang dianggap paling efektif di India dan di banyak negara

berkembang lain di dunia. Radio mempunyai 92 juta lebih pengguna setiap minggunya, lebih

banyak dari pada pengguna Googlenya setiap bulannya. Di Amerika yang menjadi pusat bisnis

radio nomor 1 satu di dunia menyebutkan bahwa radio menjangkau 93% masyarakat Amerika

dengan jumlah pendengar tidak kurang dari 235 juta per minggunya.

Media Economy Newsletter pada tahun 2006 menyebutkan bahwa radio adalah dan selalu

menjadi satu dari engagement platform dalam media komersil. Pendengar bisa menyatu dengan

radio lewat banyak cara, bisa lewat HP, SMS, website, telpon, fax, even-even acara dan lain

sebagainya.

Radio masih dianggap media komunikasi yang multifungsi, media informasi, musik, komunikasi,

komunitas, percakapan, dokumenter, drama, suara, dan konten. Berdasarkan survey Arbitron dan

Edison Research (2010), 14% penikmat media masih memilih radio, meskipun mengalami

penurunan tetapi dari segi konsumsi musik, radio mendominasi yaitu mendapatkan 39% dari

penikmat media.

Persepsi mengenai bahwa bisnis radio sedang mengalami penurunan akhir-akhir ini dibantah

oleh Arbitron Radar karena faktanya terdapat penambahan jumlah pendengar sebanyak 6 juta

sejak tahun 2004. Ratusan juta dolar diinvestasikan dalam teknologi baru dan perpaduan konten.

Perangkat-perangkat baru mobile dari perusahaan-perusahaan ternama seperti Apple, Sony,

NEC, Samsung, dan Nokia membawa radio kepada para penggunanya sekarang. Internet

streaming dan HD Radio telah mampu menyampaikan berbagai fasilitas musik, informasi dan

hiburan dimana terdapat lebih dari 7000 stasiun radio streaming dan jumlahnya terus meningkat.

Indra Utoyo, Direktur IT dan Solution (CIO) pada tahun 2010 mengatakan bahwa bisnis radio

masih menjadi bisnis yang menjanjikan dengan syarat mau berubah dan beradaptasi dengan

perkembangan media teknologi baru dan menyesuaikan dengan kebiasaan pendengar yaitu

mengembangkan bisnis radio konvensional menjadi web technology.

2.2 Studi Kelayakan Bisnis

Dalam suatu perencanaan investasi ataupun bisnis kita perlu memperhatikan ruang lingkup studi

apa yang akan kita kaji. Oleh karena itu sebelum kita masuk pada pokok permasalahan yang

akan kita bahas, untuk itu perlu memperhatikan ruang lingkup apa saja yang akan kita kaji dalam

analisis kelayakan ini, diantaranya: (Kasmir dan Jakfar, 2008)

Forum Manajemen Indonesia 3 Bandung Indonesia 2011

• Analisis Aspek Pasar

Meneliti sejauh mana tingkat permintaan terhadap produk yang dihasilkan, berapa besar luas

pasarnya, pertumbuhan permintaan, market share, kondisi persaingan dan peramalan kondisi

pasar yang akan terjadi dimasa yang akan datang.

• Analisis Aspek Pemasaran

Diteliti mengenai kemampuan usaha yang akan dibangun untuk bersaing di pasarnya,

penentuan segmen, target dan posisi produk serta faktor ekstern perusahaan yang dapat

mempengaruhi permintaan produk dan kondisi persaingan pasar.

• Analisis Aspek Lingkungan Hidup, Ekonomi, Sosial, dan Politik

Merupakan gambaran kondisi lingkungan eksternal perusahaan yang bersifat dinamis dan tidak

dapat dikendalikan. Hendaknya informasi aspek ini dapat dimanfaatkan perusahaan secara

optimal. Disisi lain hendaknya perusahaan dapat memberikan manfaat bagi lingkungan baik

secara langsung atau tidak langsung, sehingga keduanya memiliki hubungan timbal balik yang

saling menguntungkan.

• Analisis Aspek Manajemen

Bagaimana mengkoordinasikan/mengatur potensi sumber daya yang dimiliki, menentukan

secara efektif dan efisien mengenai bentuk badan usaha, struktur organisasi, pengadaan tenaga

kerja yang dibutuhkan

2.3 Profil Radio K

Radio K yang mempunyai nama badan hukum PT. LK mempunyai jangkauan siaran cukup luas

meliputi Bandung Raya, Cianjur, Sukabumi, Purwakarta, Garut dan Tasikmalaya. Format

siarannya meliputi music 70% dan informasi 30%. Format musik yang ditawarkan 70% adalah

musik barat, dan 30%nya musik Indonesia.

III. Metodologi Penelitian

Dengan menggunakan Mix Method, penelitian melalui dua pendekatan yaitu kualitatif dan

kuantitatif. Penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara dan diskusi dengan pihak-pihak

sebagai berikut:

1. JG, Ketua Yayasan X

2. SS, Direktur PT. LK

3. Komisaris-komisaris PT. LK

Forum Manajemen Indonesia 3 Bandung Indonesia 2011

4. AS, KB, IG, S, O, KS, I (manajer-manajer Radio K)

5. D, K, EK, AK (ketua dan staff Diskominfo Provinsi Jawa Barat)

6. ADS, Kepala Bidang Pos dan Telekomunikasi Diskominfo kota Bandung

7. DWS, Ketua KPID Jawa Barat

8. 5 penyiar radio

Sedangkan pendekatan kuantitaif dengan menyebarkan kuesioner kepada 150 responden dengan

kriteria bertempat tinggal di kota Bandung atau lama tinggal di kota Bandung untuk dimintai

pendapatnya mengenai radio umumnya dan radio K khususnya.

IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.1 Analisis Pasar dan Pemasaran

Tabel 1. Profil Pendengar Radio K

Demografi

Taget Pendengar Profesional Muda

Usia 25-45

SEC

A1- 26,3 % A2 - 10.5 % , B

- 15,8% , C1- 21,1% , C2 -

10,5 %

Sex Pria 55%

Wanita 45%

Profesi Pekerja

Psikografi

Peminat musik

Dinamis

Smart

Aktif

Sosial konsen

Format Program

Musik Indo 30%

Barat 70%

Info Tips

30% meliputi bidang bisnis,

ekonomi, IT, Motivasi, dan

karir

SDM

Smart

Humoris

Komunikatif

Wawasan luas

Suara enak di dengar

Dari segi format program, Radio K mempunyai sub program yang diminati pendengar radio.

Mark plus menyatakan hasil risetnya terhadap 2340 responden mengenai format program on-air

yang paling disukai adalah 76.3% memilih musik dengan materi program yang disukai 88.5%

memilih hiburan/ musik.

Dari segi target pendengar Radio K mempunyai keunggulan, karena berdasarkan survey Arbitron

dan Edison Research (2010), pendengar radio online terbanyak adalah pendengar usia 25-34

Forum Manajemen Indonesia 3 Bandung Indonesia 2011

tahun dengan mayoritas dari pendengar didominasi oleh pekerja (61%). Hasil survey Markplus

(2010) dengan menggunakan 1000 responden pendengar radio kota Bandung dan Sumedang,

Radio K menempati posisi 11 dari 46 radio terbaik yang di survey yaitu dengan jumlah

pendengar 2.5%, angka tersebut cukup mengejutkan karena brand radio seperti Prambors 98.4

FM jauh dibawah Radio K dengan jumlah pendengar 1%.

Berdasarkan survey AC Nielsen (2010) dengan menggunakan demografi 10+, Radio K

dikelompokkan ke dalam Radio Dewasa bersama dengan 10 radio lainnya di kota Bandung yaitu

B Radio, Rase, Mara, Elshinta, MGT, Chevi, Trijaya, Delta, PAS, PR. Untuk segmen Radio

Dewasa, Radio K menempati posisi tertinggi dilihat dari jumlah pendengar (2.5%).

Strategi market penetration yang meliputi siaran On Air dan Off Air masih bisa mengambil

ceruk hingga tahun 2016, dengan menargetkan peningkatkan revenue 10% per tahun, maka

strategi ini mampu berkontribusi 10% dari target revenue tahun 2016. Selain itu Radio K bisa

melakukan market development kepada unit bisnis Yayasan X serta kepada pihak pemerintah,

strategi ini mampu berkontribusi hingga 5% dari target revenue tahun 2016.

4.2 Analisis Lingkungan dan Persaingan

Analisis persaingan ini ditujukan menggunakan 2 pesaing dari radio dengan segmen yang sama,

karena Radio K dengan segmen dewasa mempunyai 10 radio pesaing, dipilih MGT dan Race

Radio.

Tabel 2. Data Pesaing Radio K periode 2008-2011

Berdasarkan Segmen yang sama 10

Berdasarkan Geografis Bandung 74 (peneliti), 45

(KPID)

Jawa Barat 621

Indonesia >2000

Berdasarkan Teknologi Streaming Bandung 22

Dunia >7000

Radio Komunitas Bandung 15

Forum Manajemen Indonesia 3 Bandung Indonesia 2011

Tabel 3. Radio K dan Pesaing MGT dan Rase dalam Lingkungan Persaingan Bisnis

Indikator Pembanding

Radio K Pesaing A MGT

Pesaing B Rase

Lebih baik/kuat(+) atau lemah(-)

Brand Image Kurang dikenal masyarakat, terlalu khusus

Cukup dikenal masyarat

Dikenal masyarakat terutama masyarakat perkotaan

(kelemahan); Radio K belum mampu menjadi top of mind pendengar mengenai radio dengan segmen dewasa

Investor YPT dan Kosumba

Milik Pribadi Milik Pribadi (kelebihan); Kepemilikan Radio K dibawah Yayasan X merupakan kelebihan karena bisnis yang sukses biasanya berada di bawah payung bisnis lain (kelemahan); Radio K ragu-ragu untuk berinovasi dalam program karena takut tidak sejalan dengan YPT

Diferensiasi service

Membedakan tariff iklan pada spot berdasarkan prime time, regular time, time signal

Membedakan tarif iklan berdasakan prime time atau regular time

Membedakan tarif iklan berdasarkan bentuk pengiklan PT atau RT

(kelemahan); Radio K dianggap terlalu mahal untuk bentuk pengiklan RT padahal tarifnya murah untuk jika dibanding dengan PT di RASE, perlu diinfokan di web jika memang ada pembeda sehingga tidak dianggap mahal (kelebihan);Radio K lebih memiliki pilihan waktu untuk beriklan sehingga pengiklan bisa memilih berdasarkan preferensi waktu dan harga

Opini masyarakat

Radio Radio K sedikit iklan cocok untuk mendengarkan di malam hari

MGT radionya ibu rumah tangga

RASE dianggap radio gaul, dengan segmen dewasa RASE sangat aktif melakukan konvoi OB Van di tempat-tampat strategis seperti BIP dan jalan Sulanjana

(kelebihan), Masyarakat pendengar musik suka dengan radio yang sedikit iklan, sehingga kue pendengar minimalnya tetap dari tahun ke tahun (kelemahan); dengan segmen yang sama dengan Rase, Radio K tidak mampu mengambil cukup pasar off air

Forum Manajemen Indonesia 3 Bandung Indonesia 2011

Matrix GE/ Mc Kinsey hampir mirip dengan Matrix BCG yaitu membuat peta strategi unit bisnis

ke dalam grid industi. Matrix GE terdiri "Industry Attractiveness" yaitu kemenarikan produk di

pasar industrinya dan "Business Unit Strength" yaitu posisi bersaing perusahaan berdasarkan

produk dengan penilaian Low untuk 0-3, Medium untuk 3-6 dan High untuk 6-9.

Penilaian diberikan berdasarkan pendapat beberapa manajer dan direktur dari radio baik secara

lisan maupun dari hasil penelitian sebelumnya. Ranking bernilai 1-10 dimana makin besar makin

baik .

Tabel 4 GE Matrix Radio – Industry Attractiveness

Industry

Attractiveness

Weight Rank Product

Market size 0.2 7 1.4

Growth rate 0.05 7 0.35

Profit margin 0.4 4 1.6

Technology and

capital

0.3 8 2.4

Social impact 0.05 3 0.15

Total 1 5.9

Tabel 5. GE Matrix Radio K – Business Strength

Business Strength

Weight Rank Product

Market share 0.4 5 2.0 Core competence 0.15 6 0.9 Technology ability

0.3 8 2.4

Ability to match service

0.15 4 0.6

Total 1 5.9

Forum Manajemen Indonesia 3 Bandung Indonesia 2011

Gambar 1. Peta Posisi Radio K dan Zora menggunakan GE Matrix

Dari Matrix GE diatas dapat disimpulkan bahwa Radio K berada dalam dengan Business

Strength dan Industrial attractiveness medium, maka pertumbuhan berdasarkan segmen pasar

artinya segmen pasar yang tepat akan mempercepat pertumbuhan dan jika pemilihan segmennya

keliru maka terancam divestasi, spesialisasi investasi selektif memilih milih mana yang profitnya

paling menguntungkan dan aman terlebih dahulu, strategi yang tepat adalah konsentrasi via

integrasi horizontal.

Ketika strategi panjang suatu perusahaan didasarkan pada pertumbuhan melalui akuisisi satu atau

lebih perusahaan serupa yang beroperasi pada tahapan yang sama dari rantai produksi

pemasaran, maka strategi umum perusahaan tersebut adalah integrasi horizontal. Akusisi

semacam ini mengeliminasi pesaing dan membuat perusahaan yang mangakuisisi memiliki akses

ke pasar-pasar baru.

Analisis lingkungan ini ternyata membantu dalam penyusunan rencana strategi product

development, yaitu dari online streaming dan akusisi. Rencana strategi product development ini

mampu berkontribusi lebih dari 50% dari total target revenue 2016 dan menjadi strategi

unggulan Radio K.

Forum Manajemen Indonesia 3 Bandung Indonesia 2011

4.3 Analisis SWOT/ TOWS

Gambar 2. SWOT Radio K

Forum Manajemen Indonesia 3 Bandung Indonesia 2011

Dari SWOT diatas bisa disusun TOWS Radio K sebagai berikut.

Strengths – Opportunities

Mempertahankan dan meningkatkan kualitas Radio K dari tahun ke tahun.

Membuat program-program baru yang menarik dan inovatif bagi pendengar

Meningkatkan kualitas siaran on air maupun off air dari Radio K yang sesuai sasaran

(eksekutif muda).

Mempertahankan prestasi dan image radio K sebagai radio dengan kemampuan streaming

nomor 1 di kota Bandung

Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan terkait penyiaran, sebagai contoh menjadi dosen

tamu di DJ Arie School, agar pengetahuan mengenai bisnis non siaran lebih baik dan

dapat menjalin hubungan baik dengan radio-radio lain

Menjalin kerjasama yang lebih profitable dengan unit-unit usaha Yayasan X

pembentukan divisi lintas unit Yayasan X perlu dipertimbangkan

Yayasan X lebih memberikan keleluasaan mengenai program-program yang diadakan

radio, agar radio bisa lebih leluasa melakukan inovasi

Weaknesses – Opportunities

Membuat program yang dapat meng-attract pengiklan untuk meningkatkan brand

awareness misalnya bekerja sama dengan MURI menggelar acara tertentu

Melakukan open recruitment untuk menambah SDM dengan prioritas mahasiswa-

mahasiswa/ lulusan universitas dibawah Yayasan X agar kerjasama lebih lanjut bisa

dijalin

Diadakan dialog rutin antara Yayasan X, Komisaris, dan manajemen agar komunikasi

tidak simpang siur

Responsif terhadap adanya kompetitor baru yang memiliki kesamaan segmen dengan

Radio K misalnya PRFM, radio baru yang meroket cepat

Meningkatkan event-event Off Air dimulai dari lingkungan kampus Yayasan X untuk

menimbulkan brand awarenenss minimalnya di lingkungan kampus Yayasan X

Strengths – Threats

Mereview kembali tarif iklan dengan tidak menurunkan nominal tetapi menambah value

bagi pengiklan

Lebih agresif lagi menarik iklan dari unit Yayasan X dan Telkom Group

Mengembangkan usaha yang dapat dikontrol secara terpusat, misalnya mengakuisisi

radio daerah

Antisipatif terhadap perubahan pasar dengan terus memantau kelebihan maupun

kelemahan pesaing, baiknya ada divisi pemantau

Forum Manajemen Indonesia 3 Bandung Indonesia 2011

Weaknesses –Threats

Mengembangkan bisnis non siaran dengan mengkaji beberapa bisnis yang menjanjikan

terkait dengan radio dengan lebih rinci kajiannya di Analisis Strategi 2016

Radio K harus lebih kreatif mengkemas iklan, agar target pengiklan yang tidak sesuai

dengan segmen radio dapat tetap beriklan

4.4 Analisis Politik, Yuridis, dan Ekonomi

Secara umum aspek Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi dari Bisnis Radio K digambarkan

dalam Tabel 6.

Tabel 6. Aspek aspek Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi Radio

Saat ini Radio K sudah mampu mengoperasikan teknologi Radio 2.0. Gambaran mengenai

keuntungan 2.0 dapat dilihat pada Gambar 3.

Politik (legal) Ekonomi Sosial Teknologi

Regulasi-regulasi

dan batasan-

batasan bisnis

Radio

Pertumbuhan

bisnis radio

Demografi Pengeluaran

perusahaan untuk

mengembangkan

teknologi

Hukum penerapan

harga dan

perlindungan

Radio

Tahapan siklus

bisnis

Mobilitas sosial

dan tenaga kerja

Fokus perusahaan

pd upaya

teknologi

Organisasi

pemerintahan

Kebijakan

pengangguran

Transfer teknologi

Proteksi dan

regulasi tentang

penyiaran dan

legalitas radio

Pengeluaran

perusahaan

Siklus hidup dan

kecepatan

kadaluarsa

teknologi

Peran Yayasan X

dalam

mempolitisasi unit

bisnis Yayasan X

Pertumbuhan kue

iklan

Penggunaan

enerdi dan biaya-

biaya

Perubahan dalam

internet

Forum Manajemen Indonesia 3 Bandung Indonesia 2011

Gambar 3. Teknologi radio 2.0

Radio K juga sudah mampu memenuhi parameter radio yang mengikuti perkembangan zaman,

Indra Utoyo, Direktur IT PT. Telkom menyampaikan dalam presentasinya, bahwa parameter-

parameter tersebut adalah:

1. Dynamic Live Streaming, Live streaming with realtime online data

2. Contextual Podcast Streaming, know what customer want and find customer like

3. Staytune Social Marketing, Facebook, dan Twitter

4. Multi Request Integration, Single Screen for multi chanel request monitoring

5. Listening Everywhere, Broadcasting Anywhere, new lifestyle for listening and radio

management through mobile office

4.5 Analisis Strategi Diversifikasi

Diversifikasi sangat erat kaitannya dengan kegiatan mengelola akusisi. Namun diversifikasi

dalam rencana Radio K adalah sebagai investasi yang tidak berkaitan dengan bisnis mengelola

radio, karena potensi labanya yang tinggi dan permintaan akan sumber daya yang minimal.

Radio K menempatkan 30% revenue di tahun 2016 untuk strategi diversifikasi ini terdiri dari

talent/ recording studio, short courses dan café radio. Porsi 30% untuk diversifikasi adalah

strategi yang tepat karena Radio K tidak menghilangkan core bisnis nya sendiri yaitu siaran.

Forum Manajemen Indonesia 3 Bandung Indonesia 2011

4.6 Aspek Manajemen (Struktur Organisasi)

Gambar 4. Struktur Organisasi Radio K

Dari bentuk struktur organisasi yang ada di Radio K terlihat bahwa radio ini menggunakan

struktur organisasi fungsional. Strruktur organisasi ini mempunyai keunggulan dan kelemahan

yang penjelasannya sebagai berikut:

• Keunggulan

Dengan memasukkan para spesialis ke dalam bagian fungsional, perusahaan bisa

memperkuat dan kontrol antara masing-masing area fungsi. Dengan struktur fungsional,

pengambilan keputusan tersentralisasi. Terlebih lagi dengan struktur organisasi fungsional,

perusahaan bisa menggunakan bakat teknikal dan manajerial secara lebih efisien karena area

fungsional menggabungkan para spesialis tersebut dalam satu departemen, bukan dengan

memisahkan para spesialis menurut area produk maupun pasar. Yang terakhir, jalur karir dan

pengembangan professional dalam area spesialilasi umumnya difasilitasi oleh perusahaan.

• Kelemahan

Pertama, karena terdapat perbedaan nilai dan orientasi antar area struktur fungsional

menyebabkan komunikasi dan koordinasi berjalan tidak lancar. Hal ini bisa menimbulkan

perasaan di mana masing-masing bagian memandang diri mereka terisolasi, satu unit yang

berdiri sendiri, dan tidak membutuhkan banyak interaksi maupun koordinasi dengan bagian

lain. Orientasi fungsional yang sempit ini biasanya menuntun pemikiran jangka pendek,

hanya berpikir mengenai yang terbaik bagi area fungsional masing-masing bagian, bukan

Forum Manajemen Indonesia 3 Bandung Indonesia 2011

organisasi secara keseluruhan. Struktur fungsional juga memberikan tekanan yang tinggi bagi

manajemen puncak. Semua keputusan merupakan tanggung jawab manajemen puncak karena

tidak ada manajer yang bertanggung jawab untuk masing-masing lini produk. Yang terakhir,

struktur fungsional menyulitkan perusahaan untuk membuat standar kinerja yang sama untuk

masing-masing fungsi.

5 Kesimpulan dan Saran

Dari hasil kajian ini dapat dilihat bahwa bisnis radio masih sangat potensial menghasilkan

keuntungan. Meskipun banyak pihak yang pesimis dengan keberlangsungan bisnis radio, tetapi

inovasi yang cemerlang bisa mematahkan asumsi tersebut.

Strategi bisnis Radio K 2012-2016 sangat menarik untuk dijalankan karena selain memenuhi

target revenue perusahaan dan yayasan, business plan yang dibuat bisa menjadi gambaran bahwa

bisnis core bisa dikombinasikan dengan bisnis non core dengan pendekatan market penetration,

market development, product development dan diversification.

Saran-saran peneliti mengenai perbaikan-perbaikan dalam aspek manajemen, aspek politik,

sosial, ekonomi, lingkungan, aspek teknis dan teknologi, aspek keuangan, serta aspek pemasaran

bisa dijadikan alternatif solusi agar target bisa tercapai.

Saran penelitian selanjutnya adalah menyajikan hasil studi kelayakan bisnis ini dalam secara

menyeluruh sehingga dapat dilihat aspek secara keseluruhan dan rincian rencana. Peneliti

berencana membukukan hasil penelitian ini agar bisa memperkaya riset studi kelayakan bisnis

khususnya bidang radio.

Daftar Pustaka

AC Nielsen (2010), “Riset Radio Kota Bandung”

Laporan Internal Radio Radio K, (2010)

Mark Plus (2010), “Riset Radio Kota Bandung”

Media Economy Newsletter (2006), “Radio Always be one of Engagement Platform”,

http://www.medialifemagazine.com/newsletter/newsletter.htm, diakses tanggal 1 Oktober

2011

Kasmir dan Jakfar (2008), “Studi Kelayakan Bisnis”, Kencana Prenada Media Group, Edisi

kedua, Jakarta