Forum Manajemen Indonesia 3 Bandung Indonesia 2011
Resolusi Dampak Perang Harga Pada Bisnis Radio. Studi Kasus: Analisis Strategi
Bisnis Radio K Bandung
Dini Turipanam Alamanda, Institut Manajemen Telkom Bandung, [email protected]
Abstract
Hyper competition in radio business of Bandung as the city with the largest number of radios in
the world is getting out of control. Advertising pie competition has become more intense in
years, 62 radios fighting over the relatively fixed advertising pie. Price competition was
unavoidable, private radio stations began to think about non-broadcast business if they still want
to exist. Advertising pie is very significantly dominated by radio stations which dared to put up
the lowest cost of advertising, the average ratio between the radio which put up low cost and the
radio which put up normal cost in the same segment is 1: 14. Radio K which principle is to
maintain normal rates of their advertisements has to change the business strategy of its radio
broadcasts into the radio business focusing to take profit from non-broadcast business. This
study will discuss the business strategy and business plan of Radio K during year 2012-2016
with the scope of study in eight aspects: market and marketing, technological, financial,
management, political, social, economic and environmental.
Involving many stakeholders, besides internal stakeholders (radio commissioners, director,
managers and staff), this research also involves external stakeholders (radio listeners,
Diskominfo of Jabar Province, Diskominfo of Bandung City, the Indonesian Broadcasting
Commission (KPI), competitor radios, and some business units of X Group related with the
Radio K’s business plan. Mix method is used to obtain comprehensive results. The results
indicate that although regulation factors complicate the development of radio, but with the
appropriate strategies will make the radio business become a promising business.
Keywords: business radio strategy, Radio K, price competition
I. Pendahuluan
Sejak lahirnya UU No 32 tentang Penyiaran tahun 2001, kondisi penyiaran radio di Indonesia,
secara kuantitatif mengalami peningkatan yang cukup fantastik. Jika tahun 1998 jumlah stasiun
radio kurang dari 1000, akhir 2010 ada sekitar 2590 lembaga penyiaran radio yang berproses di
Kemenkominfo (159%). Angka tersebut akan melonjak lagi seiring adanya penambahan kanal
FM, yang semula 3297 kanal menjadi 8.210 berdasarkan Permen Kemenkominfo No 13 Tahun
2010 tentang revisi KM No 15 Tahun 2003. Ini baru dari penyiaran analog, belum yang digital.
Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) menyayangkan bahwa lonjakan
jumlah lembaga penyiaran tidak berbanding lurus dengan peningkatan jumlah pendengar dan
pendapatan radio secara nasional.
Mengutip laporan PRSSNI mengenai perkembangan radio 2011-2015 dikatakan bahwa radio
reach/radio listenership memperlihatkan kecenderungan menurun dari tahun ke tahun. Awal
tahun 2008 angkanya masih diatas 60 %, maka pada penelitian wave 4 tahun 2010, rata-rata
Forum Manajemen Indonesia 3 Bandung Indonesia 2011
pendengar radio di 7 kota besar di Indonesia tinggal 48 %. Sementara itu, Time Spent Listening -
sebuah rasio yang mengukur lamanya pendengar mendengarkan stasiun radio – menurun dari 20
jam perminggu (2008) menjadi 17 jam perminggu (2010), atau rata-rata 2,4 jam perhari.
Sama dengan kondisi TSL kondisi periklanan radio pun menurun, persentase periklanan radio
secara nasional juga menurun. Data Radex tahun 2007:1.4 % (Rp525.000.000.000,00); 2010:
1.1% (Rp638.000.000.000,00), dengan distribusi 80% di Jakarta, sedang jumlah radio yang
berebut kue lebih dari 2000 stasiun tersebar di 33 provinsi. Sementara, sesuai dengan sifat radio
yang lokal, untuk bangkit dituntut menggarap potensi iklan lokal sebagai pendapatan radio.
Dari kondisi tersebut, masalah kecilnya Radex dan rendahnya TSL, merupakan problem nasional
yang terkait dengan beragam komponen di luar radio. Ragam media kian banyak, new media
(media online, sosial media) hadir dengan sangat fantastik dalam menyedot perhatian publik
yang menyisakan sedikit waktu buat radio.
Hasil survey Nielsen dan Mark Plus menyebutkan bahwa masih ada peluang yang
memungkinkan suatu radio berada disegmen tertentu baik dari potensi pendengar maupun
pengiklan dengan dua alasan sudah terlayani tapi masih luas atau sudah terlayani tapi belum
maksimal.
Dari Diskominfo kota Bandung didapatkan data jumlah radio yang ada di kota Bandung ini
sekitar 62. Jumlah yang sangat besar dibandingkan dengan jumlah radio yang ada di kota lain,
bahkan Diskominfo Jabar menyebutkan bahwa jumlah ini adalah yang terbanyak untuk cakupan
satu kota di seluruh dunia.
Jumlah yang banyak sedangkan kue persaingan iklan bisa terbilang tetap membuat kondisi
persaingan bisnis radio di kota Bandung kurang sehat. Perang harga membuat sebagian
pengusaha radio kewalahan untuk tetap bisa eksis, dengan segmen dan iklan yang sama, dua
radio bisa memasang tarif berbeda hingga 1:14. Para pembuat regulasi dalam penyiaran belum
mampu mengontrol perang harga ini. Hal ini membuat para pengusaha untuk berfikit inovatif
dan kreatif untuk tetap bisa bertahan. Kue iklan harus sudah bukan target utama, bisnis non
siaran merupakan pemikiran yang sedang dikembangkan oleh hampir semua pengusaha bisnis
radio di kota ini.
Memahami persaingan bisnis radio yang semakin ketat, Radio K yang berada dibawah naungan
Yayasan X mencoba membuat perencanaan strategi bisnis 2012-2016 dimana mencoba
mengambil keuntungan dari bisnis non siaran. Kue iklan radio semakin lama semakin kecil,
jumlah radio semakin lama semakin menjamur namun tidak diiringi dengan meningkatnya kue
iklan.
Dalam merencanakan suatu perluasan usaha baik itu industri kecil maupun industri besar, pasti
tidak akan lepas dari hubungan elemen-elemen pembentuknya, banyak sekali aspek-aspek
penting yang harus dipahami secara mendasar.
Diperlukan input dan proses transformasi yang baik. Untuk mencapai tujuan unit usaha dan agar
proses transformasi (kegiatan produksi) dapat berjalan lancar, efektif dan efisien (sesuai dengan
kriteria sistem produksi), diperlukan juga langkah-langkah pengaturan (manajemen).
.
Forum Manajemen Indonesia 3 Bandung Indonesia 2011
II. Studi Pustaka
2.1 Bisnis Radio
Diluar dugaan, pendapat para pembisnis mengenai bisnis radio ternyata masih optimis. Radio
telah menjadi sumber hiburan yang dianggap paling efektif di India dan di banyak negara
berkembang lain di dunia. Radio mempunyai 92 juta lebih pengguna setiap minggunya, lebih
banyak dari pada pengguna Googlenya setiap bulannya. Di Amerika yang menjadi pusat bisnis
radio nomor 1 satu di dunia menyebutkan bahwa radio menjangkau 93% masyarakat Amerika
dengan jumlah pendengar tidak kurang dari 235 juta per minggunya.
Media Economy Newsletter pada tahun 2006 menyebutkan bahwa radio adalah dan selalu
menjadi satu dari engagement platform dalam media komersil. Pendengar bisa menyatu dengan
radio lewat banyak cara, bisa lewat HP, SMS, website, telpon, fax, even-even acara dan lain
sebagainya.
Radio masih dianggap media komunikasi yang multifungsi, media informasi, musik, komunikasi,
komunitas, percakapan, dokumenter, drama, suara, dan konten. Berdasarkan survey Arbitron dan
Edison Research (2010), 14% penikmat media masih memilih radio, meskipun mengalami
penurunan tetapi dari segi konsumsi musik, radio mendominasi yaitu mendapatkan 39% dari
penikmat media.
Persepsi mengenai bahwa bisnis radio sedang mengalami penurunan akhir-akhir ini dibantah
oleh Arbitron Radar karena faktanya terdapat penambahan jumlah pendengar sebanyak 6 juta
sejak tahun 2004. Ratusan juta dolar diinvestasikan dalam teknologi baru dan perpaduan konten.
Perangkat-perangkat baru mobile dari perusahaan-perusahaan ternama seperti Apple, Sony,
NEC, Samsung, dan Nokia membawa radio kepada para penggunanya sekarang. Internet
streaming dan HD Radio telah mampu menyampaikan berbagai fasilitas musik, informasi dan
hiburan dimana terdapat lebih dari 7000 stasiun radio streaming dan jumlahnya terus meningkat.
Indra Utoyo, Direktur IT dan Solution (CIO) pada tahun 2010 mengatakan bahwa bisnis radio
masih menjadi bisnis yang menjanjikan dengan syarat mau berubah dan beradaptasi dengan
perkembangan media teknologi baru dan menyesuaikan dengan kebiasaan pendengar yaitu
mengembangkan bisnis radio konvensional menjadi web technology.
2.2 Studi Kelayakan Bisnis
Dalam suatu perencanaan investasi ataupun bisnis kita perlu memperhatikan ruang lingkup studi
apa yang akan kita kaji. Oleh karena itu sebelum kita masuk pada pokok permasalahan yang
akan kita bahas, untuk itu perlu memperhatikan ruang lingkup apa saja yang akan kita kaji dalam
analisis kelayakan ini, diantaranya: (Kasmir dan Jakfar, 2008)
Forum Manajemen Indonesia 3 Bandung Indonesia 2011
• Analisis Aspek Pasar
Meneliti sejauh mana tingkat permintaan terhadap produk yang dihasilkan, berapa besar luas
pasarnya, pertumbuhan permintaan, market share, kondisi persaingan dan peramalan kondisi
pasar yang akan terjadi dimasa yang akan datang.
• Analisis Aspek Pemasaran
Diteliti mengenai kemampuan usaha yang akan dibangun untuk bersaing di pasarnya,
penentuan segmen, target dan posisi produk serta faktor ekstern perusahaan yang dapat
mempengaruhi permintaan produk dan kondisi persaingan pasar.
• Analisis Aspek Lingkungan Hidup, Ekonomi, Sosial, dan Politik
Merupakan gambaran kondisi lingkungan eksternal perusahaan yang bersifat dinamis dan tidak
dapat dikendalikan. Hendaknya informasi aspek ini dapat dimanfaatkan perusahaan secara
optimal. Disisi lain hendaknya perusahaan dapat memberikan manfaat bagi lingkungan baik
secara langsung atau tidak langsung, sehingga keduanya memiliki hubungan timbal balik yang
saling menguntungkan.
• Analisis Aspek Manajemen
Bagaimana mengkoordinasikan/mengatur potensi sumber daya yang dimiliki, menentukan
secara efektif dan efisien mengenai bentuk badan usaha, struktur organisasi, pengadaan tenaga
kerja yang dibutuhkan
2.3 Profil Radio K
Radio K yang mempunyai nama badan hukum PT. LK mempunyai jangkauan siaran cukup luas
meliputi Bandung Raya, Cianjur, Sukabumi, Purwakarta, Garut dan Tasikmalaya. Format
siarannya meliputi music 70% dan informasi 30%. Format musik yang ditawarkan 70% adalah
musik barat, dan 30%nya musik Indonesia.
III. Metodologi Penelitian
Dengan menggunakan Mix Method, penelitian melalui dua pendekatan yaitu kualitatif dan
kuantitatif. Penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara dan diskusi dengan pihak-pihak
sebagai berikut:
1. JG, Ketua Yayasan X
2. SS, Direktur PT. LK
3. Komisaris-komisaris PT. LK
Forum Manajemen Indonesia 3 Bandung Indonesia 2011
4. AS, KB, IG, S, O, KS, I (manajer-manajer Radio K)
5. D, K, EK, AK (ketua dan staff Diskominfo Provinsi Jawa Barat)
6. ADS, Kepala Bidang Pos dan Telekomunikasi Diskominfo kota Bandung
7. DWS, Ketua KPID Jawa Barat
8. 5 penyiar radio
Sedangkan pendekatan kuantitaif dengan menyebarkan kuesioner kepada 150 responden dengan
kriteria bertempat tinggal di kota Bandung atau lama tinggal di kota Bandung untuk dimintai
pendapatnya mengenai radio umumnya dan radio K khususnya.
IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1 Analisis Pasar dan Pemasaran
Tabel 1. Profil Pendengar Radio K
Demografi
Taget Pendengar Profesional Muda
Usia 25-45
SEC
A1- 26,3 % A2 - 10.5 % , B
- 15,8% , C1- 21,1% , C2 -
10,5 %
Sex Pria 55%
Wanita 45%
Profesi Pekerja
Psikografi
Peminat musik
Dinamis
Smart
Aktif
Sosial konsen
Format Program
Musik Indo 30%
Barat 70%
Info Tips
30% meliputi bidang bisnis,
ekonomi, IT, Motivasi, dan
karir
SDM
Smart
Humoris
Komunikatif
Wawasan luas
Suara enak di dengar
Dari segi format program, Radio K mempunyai sub program yang diminati pendengar radio.
Mark plus menyatakan hasil risetnya terhadap 2340 responden mengenai format program on-air
yang paling disukai adalah 76.3% memilih musik dengan materi program yang disukai 88.5%
memilih hiburan/ musik.
Dari segi target pendengar Radio K mempunyai keunggulan, karena berdasarkan survey Arbitron
dan Edison Research (2010), pendengar radio online terbanyak adalah pendengar usia 25-34
Forum Manajemen Indonesia 3 Bandung Indonesia 2011
tahun dengan mayoritas dari pendengar didominasi oleh pekerja (61%). Hasil survey Markplus
(2010) dengan menggunakan 1000 responden pendengar radio kota Bandung dan Sumedang,
Radio K menempati posisi 11 dari 46 radio terbaik yang di survey yaitu dengan jumlah
pendengar 2.5%, angka tersebut cukup mengejutkan karena brand radio seperti Prambors 98.4
FM jauh dibawah Radio K dengan jumlah pendengar 1%.
Berdasarkan survey AC Nielsen (2010) dengan menggunakan demografi 10+, Radio K
dikelompokkan ke dalam Radio Dewasa bersama dengan 10 radio lainnya di kota Bandung yaitu
B Radio, Rase, Mara, Elshinta, MGT, Chevi, Trijaya, Delta, PAS, PR. Untuk segmen Radio
Dewasa, Radio K menempati posisi tertinggi dilihat dari jumlah pendengar (2.5%).
Strategi market penetration yang meliputi siaran On Air dan Off Air masih bisa mengambil
ceruk hingga tahun 2016, dengan menargetkan peningkatkan revenue 10% per tahun, maka
strategi ini mampu berkontribusi 10% dari target revenue tahun 2016. Selain itu Radio K bisa
melakukan market development kepada unit bisnis Yayasan X serta kepada pihak pemerintah,
strategi ini mampu berkontribusi hingga 5% dari target revenue tahun 2016.
4.2 Analisis Lingkungan dan Persaingan
Analisis persaingan ini ditujukan menggunakan 2 pesaing dari radio dengan segmen yang sama,
karena Radio K dengan segmen dewasa mempunyai 10 radio pesaing, dipilih MGT dan Race
Radio.
Tabel 2. Data Pesaing Radio K periode 2008-2011
Berdasarkan Segmen yang sama 10
Berdasarkan Geografis Bandung 74 (peneliti), 45
(KPID)
Jawa Barat 621
Indonesia >2000
Berdasarkan Teknologi Streaming Bandung 22
Dunia >7000
Radio Komunitas Bandung 15
Forum Manajemen Indonesia 3 Bandung Indonesia 2011
Tabel 3. Radio K dan Pesaing MGT dan Rase dalam Lingkungan Persaingan Bisnis
Indikator Pembanding
Radio K Pesaing A MGT
Pesaing B Rase
Lebih baik/kuat(+) atau lemah(-)
Brand Image Kurang dikenal masyarakat, terlalu khusus
Cukup dikenal masyarat
Dikenal masyarakat terutama masyarakat perkotaan
(kelemahan); Radio K belum mampu menjadi top of mind pendengar mengenai radio dengan segmen dewasa
Investor YPT dan Kosumba
Milik Pribadi Milik Pribadi (kelebihan); Kepemilikan Radio K dibawah Yayasan X merupakan kelebihan karena bisnis yang sukses biasanya berada di bawah payung bisnis lain (kelemahan); Radio K ragu-ragu untuk berinovasi dalam program karena takut tidak sejalan dengan YPT
Diferensiasi service
Membedakan tariff iklan pada spot berdasarkan prime time, regular time, time signal
Membedakan tarif iklan berdasakan prime time atau regular time
Membedakan tarif iklan berdasarkan bentuk pengiklan PT atau RT
(kelemahan); Radio K dianggap terlalu mahal untuk bentuk pengiklan RT padahal tarifnya murah untuk jika dibanding dengan PT di RASE, perlu diinfokan di web jika memang ada pembeda sehingga tidak dianggap mahal (kelebihan);Radio K lebih memiliki pilihan waktu untuk beriklan sehingga pengiklan bisa memilih berdasarkan preferensi waktu dan harga
Opini masyarakat
Radio Radio K sedikit iklan cocok untuk mendengarkan di malam hari
MGT radionya ibu rumah tangga
RASE dianggap radio gaul, dengan segmen dewasa RASE sangat aktif melakukan konvoi OB Van di tempat-tampat strategis seperti BIP dan jalan Sulanjana
(kelebihan), Masyarakat pendengar musik suka dengan radio yang sedikit iklan, sehingga kue pendengar minimalnya tetap dari tahun ke tahun (kelemahan); dengan segmen yang sama dengan Rase, Radio K tidak mampu mengambil cukup pasar off air
Forum Manajemen Indonesia 3 Bandung Indonesia 2011
Matrix GE/ Mc Kinsey hampir mirip dengan Matrix BCG yaitu membuat peta strategi unit bisnis
ke dalam grid industi. Matrix GE terdiri "Industry Attractiveness" yaitu kemenarikan produk di
pasar industrinya dan "Business Unit Strength" yaitu posisi bersaing perusahaan berdasarkan
produk dengan penilaian Low untuk 0-3, Medium untuk 3-6 dan High untuk 6-9.
Penilaian diberikan berdasarkan pendapat beberapa manajer dan direktur dari radio baik secara
lisan maupun dari hasil penelitian sebelumnya. Ranking bernilai 1-10 dimana makin besar makin
baik .
Tabel 4 GE Matrix Radio – Industry Attractiveness
Industry
Attractiveness
Weight Rank Product
Market size 0.2 7 1.4
Growth rate 0.05 7 0.35
Profit margin 0.4 4 1.6
Technology and
capital
0.3 8 2.4
Social impact 0.05 3 0.15
Total 1 5.9
Tabel 5. GE Matrix Radio K – Business Strength
Business Strength
Weight Rank Product
Market share 0.4 5 2.0 Core competence 0.15 6 0.9 Technology ability
0.3 8 2.4
Ability to match service
0.15 4 0.6
Total 1 5.9
Forum Manajemen Indonesia 3 Bandung Indonesia 2011
Gambar 1. Peta Posisi Radio K dan Zora menggunakan GE Matrix
Dari Matrix GE diatas dapat disimpulkan bahwa Radio K berada dalam dengan Business
Strength dan Industrial attractiveness medium, maka pertumbuhan berdasarkan segmen pasar
artinya segmen pasar yang tepat akan mempercepat pertumbuhan dan jika pemilihan segmennya
keliru maka terancam divestasi, spesialisasi investasi selektif memilih milih mana yang profitnya
paling menguntungkan dan aman terlebih dahulu, strategi yang tepat adalah konsentrasi via
integrasi horizontal.
Ketika strategi panjang suatu perusahaan didasarkan pada pertumbuhan melalui akuisisi satu atau
lebih perusahaan serupa yang beroperasi pada tahapan yang sama dari rantai produksi
pemasaran, maka strategi umum perusahaan tersebut adalah integrasi horizontal. Akusisi
semacam ini mengeliminasi pesaing dan membuat perusahaan yang mangakuisisi memiliki akses
ke pasar-pasar baru.
Analisis lingkungan ini ternyata membantu dalam penyusunan rencana strategi product
development, yaitu dari online streaming dan akusisi. Rencana strategi product development ini
mampu berkontribusi lebih dari 50% dari total target revenue 2016 dan menjadi strategi
unggulan Radio K.
Forum Manajemen Indonesia 3 Bandung Indonesia 2011
Dari SWOT diatas bisa disusun TOWS Radio K sebagai berikut.
Strengths – Opportunities
Mempertahankan dan meningkatkan kualitas Radio K dari tahun ke tahun.
Membuat program-program baru yang menarik dan inovatif bagi pendengar
Meningkatkan kualitas siaran on air maupun off air dari Radio K yang sesuai sasaran
(eksekutif muda).
Mempertahankan prestasi dan image radio K sebagai radio dengan kemampuan streaming
nomor 1 di kota Bandung
Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan terkait penyiaran, sebagai contoh menjadi dosen
tamu di DJ Arie School, agar pengetahuan mengenai bisnis non siaran lebih baik dan
dapat menjalin hubungan baik dengan radio-radio lain
Menjalin kerjasama yang lebih profitable dengan unit-unit usaha Yayasan X
pembentukan divisi lintas unit Yayasan X perlu dipertimbangkan
Yayasan X lebih memberikan keleluasaan mengenai program-program yang diadakan
radio, agar radio bisa lebih leluasa melakukan inovasi
Weaknesses – Opportunities
Membuat program yang dapat meng-attract pengiklan untuk meningkatkan brand
awareness misalnya bekerja sama dengan MURI menggelar acara tertentu
Melakukan open recruitment untuk menambah SDM dengan prioritas mahasiswa-
mahasiswa/ lulusan universitas dibawah Yayasan X agar kerjasama lebih lanjut bisa
dijalin
Diadakan dialog rutin antara Yayasan X, Komisaris, dan manajemen agar komunikasi
tidak simpang siur
Responsif terhadap adanya kompetitor baru yang memiliki kesamaan segmen dengan
Radio K misalnya PRFM, radio baru yang meroket cepat
Meningkatkan event-event Off Air dimulai dari lingkungan kampus Yayasan X untuk
menimbulkan brand awarenenss minimalnya di lingkungan kampus Yayasan X
Strengths – Threats
Mereview kembali tarif iklan dengan tidak menurunkan nominal tetapi menambah value
bagi pengiklan
Lebih agresif lagi menarik iklan dari unit Yayasan X dan Telkom Group
Mengembangkan usaha yang dapat dikontrol secara terpusat, misalnya mengakuisisi
radio daerah
Antisipatif terhadap perubahan pasar dengan terus memantau kelebihan maupun
kelemahan pesaing, baiknya ada divisi pemantau
Forum Manajemen Indonesia 3 Bandung Indonesia 2011
Weaknesses –Threats
Mengembangkan bisnis non siaran dengan mengkaji beberapa bisnis yang menjanjikan
terkait dengan radio dengan lebih rinci kajiannya di Analisis Strategi 2016
Radio K harus lebih kreatif mengkemas iklan, agar target pengiklan yang tidak sesuai
dengan segmen radio dapat tetap beriklan
4.4 Analisis Politik, Yuridis, dan Ekonomi
Secara umum aspek Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi dari Bisnis Radio K digambarkan
dalam Tabel 6.
Tabel 6. Aspek aspek Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi Radio
Saat ini Radio K sudah mampu mengoperasikan teknologi Radio 2.0. Gambaran mengenai
keuntungan 2.0 dapat dilihat pada Gambar 3.
Politik (legal) Ekonomi Sosial Teknologi
Regulasi-regulasi
dan batasan-
batasan bisnis
Radio
Pertumbuhan
bisnis radio
Demografi Pengeluaran
perusahaan untuk
mengembangkan
teknologi
Hukum penerapan
harga dan
perlindungan
Radio
Tahapan siklus
bisnis
Mobilitas sosial
dan tenaga kerja
Fokus perusahaan
pd upaya
teknologi
Organisasi
pemerintahan
Kebijakan
pengangguran
Transfer teknologi
Proteksi dan
regulasi tentang
penyiaran dan
legalitas radio
Pengeluaran
perusahaan
Siklus hidup dan
kecepatan
kadaluarsa
teknologi
Peran Yayasan X
dalam
mempolitisasi unit
bisnis Yayasan X
Pertumbuhan kue
iklan
Penggunaan
enerdi dan biaya-
biaya
Perubahan dalam
internet
Forum Manajemen Indonesia 3 Bandung Indonesia 2011
Gambar 3. Teknologi radio 2.0
Radio K juga sudah mampu memenuhi parameter radio yang mengikuti perkembangan zaman,
Indra Utoyo, Direktur IT PT. Telkom menyampaikan dalam presentasinya, bahwa parameter-
parameter tersebut adalah:
1. Dynamic Live Streaming, Live streaming with realtime online data
2. Contextual Podcast Streaming, know what customer want and find customer like
3. Staytune Social Marketing, Facebook, dan Twitter
4. Multi Request Integration, Single Screen for multi chanel request monitoring
5. Listening Everywhere, Broadcasting Anywhere, new lifestyle for listening and radio
management through mobile office
4.5 Analisis Strategi Diversifikasi
Diversifikasi sangat erat kaitannya dengan kegiatan mengelola akusisi. Namun diversifikasi
dalam rencana Radio K adalah sebagai investasi yang tidak berkaitan dengan bisnis mengelola
radio, karena potensi labanya yang tinggi dan permintaan akan sumber daya yang minimal.
Radio K menempatkan 30% revenue di tahun 2016 untuk strategi diversifikasi ini terdiri dari
talent/ recording studio, short courses dan café radio. Porsi 30% untuk diversifikasi adalah
strategi yang tepat karena Radio K tidak menghilangkan core bisnis nya sendiri yaitu siaran.
Forum Manajemen Indonesia 3 Bandung Indonesia 2011
4.6 Aspek Manajemen (Struktur Organisasi)
Gambar 4. Struktur Organisasi Radio K
Dari bentuk struktur organisasi yang ada di Radio K terlihat bahwa radio ini menggunakan
struktur organisasi fungsional. Strruktur organisasi ini mempunyai keunggulan dan kelemahan
yang penjelasannya sebagai berikut:
• Keunggulan
Dengan memasukkan para spesialis ke dalam bagian fungsional, perusahaan bisa
memperkuat dan kontrol antara masing-masing area fungsi. Dengan struktur fungsional,
pengambilan keputusan tersentralisasi. Terlebih lagi dengan struktur organisasi fungsional,
perusahaan bisa menggunakan bakat teknikal dan manajerial secara lebih efisien karena area
fungsional menggabungkan para spesialis tersebut dalam satu departemen, bukan dengan
memisahkan para spesialis menurut area produk maupun pasar. Yang terakhir, jalur karir dan
pengembangan professional dalam area spesialilasi umumnya difasilitasi oleh perusahaan.
• Kelemahan
Pertama, karena terdapat perbedaan nilai dan orientasi antar area struktur fungsional
menyebabkan komunikasi dan koordinasi berjalan tidak lancar. Hal ini bisa menimbulkan
perasaan di mana masing-masing bagian memandang diri mereka terisolasi, satu unit yang
berdiri sendiri, dan tidak membutuhkan banyak interaksi maupun koordinasi dengan bagian
lain. Orientasi fungsional yang sempit ini biasanya menuntun pemikiran jangka pendek,
hanya berpikir mengenai yang terbaik bagi area fungsional masing-masing bagian, bukan
Forum Manajemen Indonesia 3 Bandung Indonesia 2011
organisasi secara keseluruhan. Struktur fungsional juga memberikan tekanan yang tinggi bagi
manajemen puncak. Semua keputusan merupakan tanggung jawab manajemen puncak karena
tidak ada manajer yang bertanggung jawab untuk masing-masing lini produk. Yang terakhir,
struktur fungsional menyulitkan perusahaan untuk membuat standar kinerja yang sama untuk
masing-masing fungsi.
5 Kesimpulan dan Saran
Dari hasil kajian ini dapat dilihat bahwa bisnis radio masih sangat potensial menghasilkan
keuntungan. Meskipun banyak pihak yang pesimis dengan keberlangsungan bisnis radio, tetapi
inovasi yang cemerlang bisa mematahkan asumsi tersebut.
Strategi bisnis Radio K 2012-2016 sangat menarik untuk dijalankan karena selain memenuhi
target revenue perusahaan dan yayasan, business plan yang dibuat bisa menjadi gambaran bahwa
bisnis core bisa dikombinasikan dengan bisnis non core dengan pendekatan market penetration,
market development, product development dan diversification.
Saran-saran peneliti mengenai perbaikan-perbaikan dalam aspek manajemen, aspek politik,
sosial, ekonomi, lingkungan, aspek teknis dan teknologi, aspek keuangan, serta aspek pemasaran
bisa dijadikan alternatif solusi agar target bisa tercapai.
Saran penelitian selanjutnya adalah menyajikan hasil studi kelayakan bisnis ini dalam secara
menyeluruh sehingga dapat dilihat aspek secara keseluruhan dan rincian rencana. Peneliti
berencana membukukan hasil penelitian ini agar bisa memperkaya riset studi kelayakan bisnis
khususnya bidang radio.
Daftar Pustaka
AC Nielsen (2010), “Riset Radio Kota Bandung”
Laporan Internal Radio Radio K, (2010)
Mark Plus (2010), “Riset Radio Kota Bandung”
Media Economy Newsletter (2006), “Radio Always be one of Engagement Platform”,
http://www.medialifemagazine.com/newsletter/newsletter.htm, diakses tanggal 1 Oktober
2011
Kasmir dan Jakfar (2008), “Studi Kelayakan Bisnis”, Kencana Prenada Media Group, Edisi
kedua, Jakarta