REKONSTRUKSI TARI SAMBUT SILAMPARI DI KABUPATEN ...

12
139 Volume 12 Nomor 2, Desember 2014 Stepanus Adi Pratiswa: Rekonstruksi Tari Sambut Silampari di Kabupaten Musi Rawas REKONSTRUKSI TARI SAMBUT SILAMPARI DI KABUPATEN MUSI RAWAS Stepanus Adi Pratiswa Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta Jl. Ki Hadjar Dewantara No. 19 Kentingan, Jebres, Surakarta, 57126 ABSTRAK Artikel ini dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa tari Sambut Silampari di Kabupaten Musi Rawas yang fungsinya tari penyambutan tamu resmi, telah mengalami rekonstruksi melalui (1) penggalian tari, (2) pemadatan tari, (3) peningkatan karya-karya taridan penyebarluasan.Kegiatan penggalian dimaksudkan untuk merekonstruksi tari yang bersumber dari tari rakyat, melibatkan penari, pemusik, dan penata busana serta seniman daerah Musi Rawas. Penelitian ini menggunakan metode yang bersifat kualitatif dengan bentuk deskriptif analisis, sehingga ruang lingkup pembahasan meliputi 1) bagaimana proses rekonstruksi tari Sambut Silampari 2) bagaimanabentuk hasil rekonstruksi tari Sambut Silampari . 3)Apa faktor-faktor yang mendukung rekonstruksi tari Sambut Silampari. Analisis data dilakukan dari setiap bagian yang ditemukan.Data yang diperoleh dari studi pustaka, observasi, dan wawancara dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analisis dan secara kualitatif sesuai dengan pokok bahasannya.Konsep yang digunakan dalam merekonstruksi tari Sambut Silampari adalah konsep bentuk dalam kajian tari: teks dan konteksdengan memberi inovasi konsep seni wisata, yaitu singkat, padat, menarik, dan memiliki nilai jual. Maka berdasarkan konsep tersebut tari Sambut Silampari dapat menjadi aset seni pertunjukan di Kabupaten Musi Rawas. Kata kunci: rekonstruksi, tari Sambut Silampari, seni wisata ABSTRACT The article is meant to describe dance Sambut Silampari in Musi Rawas Residence that previously has a function as a formal guest welcoming dance, then it is reconstructed through (1) dance digging, (2) dance compacting, (3) increasing and disseminating the dance works. The dance digging is supposed to reconstruct dance that comes from folk dance. It includes the dancer, musician, and dress maker, as well as Musi Rawas artists. The research uses qualitative method in form of descriptive analysis. The discussion scope includes 1) how the process of dance Sambut Silampari reconstruction, 2) how the form resulted from the reconstruction, and 3) whatever factors that support the reconstruction. Data analysis is done in every element founded. The data collected from library study, observation, and interview is analyzed using the method of descriptive analysis and qualitatively in condition with the main problem. The concept used in the reconstruction of dance Sambut Silampari is the concept of form in dance study: text and context by giving innovation to concept of tourism art that is brief, compacted, interesting, and commercial. Based on the concept, then, dance Sambut Silampari can be the asset of performing arts in Musi Rawas Residence. Keywords: reconstruction, dance Sambut Silampari, tourism art A. Pengantar Silampari Pusaka Budaya Lambang makmur jiwa Nusa Bangsa Pribadi bumi sejarah Negri Musi Rawas asli Pribadi bumi sejarah Negri Musi Rawas asli Pancasila dasar hidup bangsa Sigap tegap putra dan putrinya Menuju cita-cita bersama Indonesia Jaya Menuju cita-cita bersama Indonesia Jaya (Sumber: Nawar, 2012: 34) Syair lagu di atas merupakan ekspresi masyarakat Musi Rawas terhadap tari Sambut Silampari, direkonstruksi dari syair lagu sebelumnya oleh (alm) Badri Nawar. Diciptakan sesuai kebutuhan saat itu dengan berpijak pada notasi lagu yang lama, dan diperindah dalam syairnya dengan sedikit nasionalis.Melalui lagu, masyarakat Musi Rawas berekspresi bahwa tari Sambut Silampari merupakan pusaka budaya sekaligus lambang kemakmuran yang mencerminkan masyarakat Musi Rawas yang ramah

Transcript of REKONSTRUKSI TARI SAMBUT SILAMPARI DI KABUPATEN ...

139Volume 12 Nomor 2, Desember 2014

Stepanus Adi Pratiswa: Rekonstruksi Tari Sambut Silampari di Kabupaten Musi Rawas

REKONSTRUKSI TARI SAMBUT SILAMPARIDI KABUPATEN MUSI RAWAS

Stepanus Adi PratiswaProgram Pascasarjana

Institut Seni Indonesia (ISI) SurakartaJl. Ki Hadjar Dewantara No. 19 Kentingan, Jebres, Surakarta, 57126

ABSTRAK

Artikel ini dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa tari Sambut Silampari di Kabupaten Musi Rawas yangfungsinya tari penyambutan tamu resmi, telah mengalami rekonstruksi melalui (1) penggalian tari, (2) pemadatantari, (3) peningkatan karya-karya taridan penyebarluasan.Kegiatan penggalian dimaksudkan untukmerekonstruksi tari yang bersumber dari tari rakyat, melibatkan penari, pemusik, dan penata busana sertaseniman daerah Musi Rawas. Penelitian ini menggunakan metode yang bersifat kualitatif dengan bentukdeskriptif analisis, sehingga ruang lingkup pembahasan meliputi 1) bagaimana proses rekonstruksi tari SambutSilampari 2) bagaimanabentuk hasil rekonstruksi tari Sambut Silampari. 3)Apa faktor-faktor yang mendukungrekonstruksi tari Sambut Silampari. Analisis data dilakukan dari setiap bagian yang ditemukan.Data yangdiperoleh dari studi pustaka, observasi, dan wawancara dianalisis dengan menggunakan metode deskriptifanalisis dan secara kualitatif sesuai dengan pokok bahasannya.Konsep yang digunakan dalam merekonstruksitari Sambut Silampari adalah konsep bentuk dalam kajian tari: teks dan konteksdengan memberi inovasikonsep seni wisata, yaitu singkat, padat, menarik, dan memiliki nilai jual. Maka berdasarkan konsep tersebuttari Sambut Silampari dapat menjadi aset seni pertunjukan di Kabupaten Musi Rawas.

Kata kunci: rekonstruksi, tari Sambut Silampari, seni wisata

ABSTRACT

The article is meant to describe dance Sambut Silampari in Musi Rawas Residence that previously has afunction as a formal guest welcoming dance, then it is reconstructed through (1) dance digging, (2) dancecompacting, (3) increasing and disseminating the dance works. The dance digging is supposed to reconstructdance that comes from folk dance. It includes the dancer, musician, and dress maker, as well as Musi Rawasartists. The research uses qualitative method in form of descriptive analysis. The discussion scope includes1) how the process of dance Sambut Silampari reconstruction, 2) how the form resulted from the reconstruction,and 3) whatever factors that support the reconstruction. Data analysis is done in every element founded. Thedata collected from library study, observation, and interview is analyzed using the method of descriptiveanalysis and qualitatively in condition with the main problem. The concept used in the reconstruction of danceSambut Silampari is the concept of form in dance study: text and context by giving innovation to concept oftourism art that is brief, compacted, interesting, and commercial. Based on the concept, then, dance SambutSilampari can be the asset of performing arts in Musi Rawas Residence.

Keywords: reconstruction, dance Sambut Silampari, tourism art

A. Pengantar

Silampari Pusaka BudayaLambang makmur jiwa Nusa BangsaPribadi bumi sejarah Negri Musi Rawas asliPribadi bumi sejarah Negri Musi Rawas asli

Pancasila dasar hidup bangsaSigap tegap putra dan putrinyaMenuju cita-cita bersama Indonesia JayaMenuju cita-cita bersama Indonesia Jaya(Sumber: Nawar, 2012: 34)

Syair lagu di atas merupakan ekspresimasyarakat Musi Rawas terhadap tari SambutSilampari, direkonstruksi dari syair lagu sebelumnyaoleh (alm) Badri Nawar. Diciptakan sesuai kebutuhansaat itu dengan berpijak pada notasi lagu yang lama,dan diperindah dalam syairnya dengan sedikitnasionalis.Melalui lagu, masyarakat Musi Rawasberekspresi bahwa tari Sambut Silampari merupakanpusaka budaya sekaligus lambang kemakmuran yangmencerminkan masyarakat Musi Rawas yang ramah

140 Volume 12 Nomor 2, Desember 2014

Jurnal Seni Budaya

tamah dengan Pancasila sebagai dasar hidup bangsamenuju Indonesia Jaya.

Tari Sambut Silampari di Kabupaten MusiRawas saat ini masih berfungsi sebagai taripenyambutan tamu, dengan menggunakan propertitepak yang berisi kapur sirih. Kapur sirih yangterdapat di dalam tepak memiliki makna yang pentingyaitu sebagai tanda penghormatan bagi tamu yangdatang di Kabupaten Musi Rawas.Jika kapur sirihtersebut diambil oleh para tamu bisa diartikan tamutersebut ikut merasakan, menghargai hasil bumi sertatelah diterima menjadi warga masyarakat KabupatenMusi Rawas.

Gambar 1. Tepak tari Sambut Silampari yang berisidaun sirih, tembakau, kapur, pinang dan gambir.

(Foto Stepanus, 2014)

Makna dari setiap kelengkapan daun sirihyang diletakkan di dalam tepak adalah sebagaiberikut: Sirih, memberi arti sifat yang merendah diridan senantiasa memuliakan orang lain, sedangkandirinya sendiri adalah bersifat pemberi. Tembakau,melambangkan seseorang yang berhati tabah dansedia berkorban dalam segala hal . Kapur,melambangkan hati seseorang yang putih bersihserta tulus, tetapi jika keadaan tertentu yangmemaksaakan berubah lebih agresif dan marah.Pinang, sebagai lambang keturunan orang yang baikbudi pekerti, tinggi derajatnya serta jujur. Bersediamelakukan sesuatu perkara dengan hati terbuka danbersungguh-sungguh dan gambir sifatnya yang kelatkepahi-pahitan memberikan arti ketabahan dankeuletan hati. Berikut beberapa keunikan tari SambutSilampari di Kabupaten Musi Rawas:1) Penari inti pembawa tepak hanya menggunakan

satu tangan untuk membawa atau menyanggatepak yang berisi kapur sirih, yaitu dengan telapaktangan kiri, sedangkan tangan kanan digunakanuntuk melakukan gerakan menari seperti penarilainnya.

2) Semua penari tidak menggunakan kuku tanggaiumumnya penari dalam tari Sambut yang ada diSumatera Selatan.

3) Adanya lantunan syair atau vokal dalam musiktarinya, seperti tari Gending Sriwijaya, namun tidakdimiliki tari Sambut yang lain.

4) Menggunakan teratai lidah sebagai penutup dadabagi penari putri, sedangkan penari dalam tariSambut yang ada di Sumatera Selatan umumnyamenggunakan teratai biasa yang berbentuk bulat.Teratai lidah hanya di gunakan di daerah MusiRawas dan Lubuklinggau.

5) Menggunakan tapung (Mahkota Beringin) sebagaiaksesoris rambut dibagian kepala penari putri.

6) Adanya selendang selempang dua buah yangdiselempangkan dengan cara menyilang di bagiandada penari putri.

7) Menggunakan aksesoris kalung ringgit/dolar dankalung susun tiga.

8) Menggunakan gelang kaki

Tari Sambut Silampari sebagai tari tradisionalmasyarakat Kabupaten Musi Rawas selalu hadirdalam praktik-praktik sosial terkait dengan kehadirantamu resmi yang datang di Kabupaten MusiRawas.Tradisi tumbuh dari pola-pola lokal untukmerespons kekinian dengan mencari informasi kemasa lalu (Fauzannafi, 2005: 21). Tari SambutSilampari di Kabupaten Musi Rawas sebagai senitradisi berawal dari gerakan-gerakan sederhana yangbiasa dilakukan oleh para gadis atau dehe, ketikamereka berkumpul, menari dengan diiringi nyanyianyang masih sangat sederhana, namunkeberlangsungan tari Sambut Silampari di KabupatenMusi Rawas tidak dapat dilepaskan begitu saja dariruang kebudayaan itu dibangun, dipelihara dandilestarikan, atau bahkan diubah.

Berdasarkan pola garapannya, tarian ini bisadiartikan sebagai tari tradisional, karena telahmengalami perjalanan sejarah yang cukup lama, yangselalu bertumpu pada pola-pola tradisi yang telah ada(Soedarsono, 1978: 11).Tari Sambut Silampari diKabupaten Musi Rawas pada dasarnya bukan tarianyang berasal dari cerita bangsawan, ningrat, dankerajaan, namun merupakan tarian rakyat setempatyang belum digarap secara sempurna.Geraknya masihsangat sederhana dan banyak pengulangangerak.Dalam hal ini masyarakat Musi Rawas bukanhanya tempat tari Sambut Silampari itu hidup danberkembang, tetapi masyarakat Musi Rawas secaraintegral turut membentuk penampilan tari SambutSilampari.

141Volume 12 Nomor 2, Desember 2014

Stepanus Adi Pratiswa: Rekonstruksi Tari Sambut Silampari di Kabupaten Musi Rawas

Tari Sambut Silampari sangat erathubungannya dengan legenda yang beredar luas didaerah Musi Rawas, yaitu mengenai legendaSilampari. Namun dalam struktur tarinya sama sekalitidak mencerminkan isi cerita Silampari. Hubungantari ini dengan legenda Silampari adalah kehadirantujuh bidadari dalam cerita tersebut. Legenda terkaityang dimaksud adalah legenda Dayang Torek danlegenda Bujang Penulup dan Tujuh Bidadari. IstilahSilampari secara etimologi berasal dari bahasa daerah(dusun), yaitu kata silam yang artinya hilang dan pariyang artinya bidadari, jadi Silampari dapat diartikansebagai peri yang menghilang. Kata Silampari selainsebagai nama tari tradisional di daerah Musi Rawasjuga sebagai julukan dari Kabupaten Musi Rawas,yaitu Bumi Silampari Lan Serasan Sekentenan yangartinya bumi yang damai, saling bekerja sama,toleransi dan bahu membahu. Saat ini tari SambutSilampari di Kabupaten Musi Rawas telah dikenal luasoleh masyarakat Musi Rawas dan sekitarnya, di manapemerintah Kabupaten Musi Rawas melalui DinasPariwisata dan Kebudayaan telah melakukan upayauntuk melestarikan, memelihara dan mempromosikanserta mendeskripsikan tarian tersebut dengan tujuansupaya tari Sambut Silampari di Kabupaten MusiRawas lebih dikenal dan dapat dipelajari denganmudah dalam hal gerak dan musik.

Setiap zaman, setiap kelompok etnis, sertasetiap lingkungan masyarakat memiliki berbagaibentuk seni dengan fungsi yang berbeda. Menurut IWayan Dibia dalam Slamet (2012: 61) secara garisbesar suatu pertunjukan memiliki tiga fungsi penting,yaitu: (1) pertunjukan bagi masyarakat; (2) penularankebudayaan; (3) mendukung kehidupan ekonomisetempat. Tiga fungsi itu berubah tergantung padakonteks peristiwa yang diutamakan.Pertunjukan bagimasyarakat, di mana saat tari Sambut Silamparidipertunjukkan pada tamu kehormatan secara tidaklangsung masyarakat di sekitar ikut menyaksikanpementasan tar i Sambut Silampari.Bagianpertunjukan yang dinanti adalah saat tamukehormatan mengambil kapur sirih dalam tepak yangdisuguhkan oleh penari primadona atau penariinti.Penularan kebudayaan yang dimaksud di siniadalah, budaya tepo sliro, ramah tamah, keterbukaan,dalam menyambut tamu yang datang ke Musi Rawas,tentunya dengan harapan tamu tersebut betah tinggaldi Bumi Silampari. Memberikan makna budi pekerti sopansantun bagi generasi muda serta bersikap ramah kepadatamu.

Menurut Van Peursen, fungsi selalu menunjukkepada pengaruh terhadap sesuatu, dikatakan

fungsional apabila memiliki hubungan, pertalian dalamrelasi (Van Peursen,1985: 86). Demikian juga tariSambut Silampari di Kabupaten Musi Rawas memilikiketerkaitan dengan konteks peristiwa yang ada dalammasyarakat sehingga memil ik i fungsi bagimasyarakat. Menurut Soedarsono teori fungsi senipertunjukan terurai sebagai berikut.

Pembagian fungsi primer menjadi t igaberdasarkan atas ‘siapa’ yang menjadipenikmat seni pertunjukan itu.Hal itu pentingdiperhat ikan karena seni pertunjukandiperuntukan bagi penikmat.Bila penikmatnyaadalah kekuatan-kekuatan yang tak kasatmata seperti halnya dewa atau roh nenekmoyang, maka seni pertunjukan berfungsisebagai sarana ritual. Apabila penikmatnyaadalah pelakunya sendiri, seperti misalnyapengibing dalam pertunjukan tayub, ketuk tilu,topeng banjet, doger kontrak, bajidorann dandisko, seni pertunjukan berfungsi sebagaisarana hiburan pribadi. Jika penikmat senipertunjukan itu adalah penonton yangkebanyakan harus membayar, senipertunjukan itu berfungsi sebagai presentasiestetis. Dengan demikian secara garis besarseni pertunjukan memiliki tiga unsur primer,yaitu: (1) sebagai sarana ritual, (2) sebagaiungkapan pribadi yang pada umumnya berupahiburan pribadi, dan (3) sebagai presentasiestetis (Soedarsono, 2002: 17-18).

Adapun fungsi tari Sambut Silampari bagimasyarakat Musi Rawas dapat dikelompokkansebagai berikut:1) Tari sebagai tari adat, tari Sambut Silampari wajib

dipentaskan pada saat Kabupaten Musi Rawasdikunjungi tamu resmi/penting.

2) Tari Sambut Silampari sebagai lambang/simbolkehormatan, salah satu penari yang dipercayamembawa tepak yang berisikan sekapur sirihakan memberikan kepada tamu yang dihormati,yang memiliki makna bahwa masyarakat MusiRawas bersedia menerima tamu tersebut.

3) Tari Sambut Silampari sebagai identitas daerah,menjadi simbol lambang kekayaan, kemewahan,kemegahan dan keramahtamahan masyarakatMusi Rawas dalam setiap menyambut tamuistimewa yang mengunjungi Kabupaten MusiRawas.

4) Tari Sambut Silampari sebagai legitimasi, jika adatamu resmi/pejabat/agung yang datang, makamutlak syaratnya menyambut tamu tersebutdengan tari Sambut Silampari di Kabupaten Musi

142 Volume 12 Nomor 2, Desember 2014

Jurnal Seni Budaya

Rawas dengan menyajikan tepak berisi kapursirih.

5) Tari Sambut Silampari sebagai media pendidikan,tari Sambut Silampari dapat dilestarikan sebagaiwarisan budaya, memperkaya jiwa estetika tariyang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.Kelembutan, keanggunan, keluwesan,keramahtamahan tari Sambut Silampari tampakdalam perilaku hidup masyarakatnya danmempertebal rasa percaya diri.

6) Tari Sambut Silampari sebagai tontonan atauhiburan, tari Sambut Silampari memberikankesenangan kepada tamu yang hadir, selain itujuga berfungsi sebagai hiburan bagi diri penari(senimannya). Digarap sedemikian rupa sesuaidengan keinginan masyarakat pendukungnya.Kehadiran di tengah masyarakat tentunya tidakterlepas dari bentuk seni rakyat yang bersifatspontan selain sederhana dalam pola garapmaupun bentuk penyajiannya. Pementasan tariSambut Silampari di Kabupaten Musi Rawas inihanya bersifat menghibur, tanpa terkait peristiwa-peristiwa yang dianggap sakral atau penting.

Uraian di atas memberikan petunjuk bahwapembentukan tari Sambut Silampari di KabupatenMusi Rawas mempunyai rentang waktu yang panjangdan dalam perkembangannya senantiasa bertolak darihal-hal yang sudah ada sebelumnya.

B. Rekonstruksi Tari Sambut Silampari

Tari Sambut Silampari telah mengalamibeberapa perubahan dikarenakan akulturasi budayayang terjadi seiring perubahan zaman, di antaranyadari tata gerak, busana, dan musik iringan tarinya.Berkaitan dengan perubahan bentuk Rochanamenyatakan sebagai berikut.

Perubahan terjadi pada ‘bentuk’ (bentuk fisik)dan ‘isi’ (bentuk dinamik).Perubahan bentuk fisikmengikuti aturan yang berlaku danmempertimbangkan nilai–nilai yang relevan dengankebutuhan dan permasalahan masa kini. Perubahanitu dilakukan dengan tujuan agar karya tari yangdiciptakan mempunyai kemantapan baru(Widyastutieningrum, 2012: 25).

Perubahan bentuk fisik tari Sambut Silamparisetidaknya telah mengikuti aturan sepertidalam tari sambut yang ada di SumatraSelatan umumnya, di antaranya menghadirkanproperti tepak sebagai media sekapur sirihyang akan disuguhkan kepada tamu,

penggunaan kuku tanggai meskipun tariSambut Silampari di Kabupaten Musi Rawastidak menggunakan, selain itu adalah gerakpokok dalam setiap tari Sambut di SumatraSelatan seperti gerak sembah, dan terbang,sikap kaki jinj it sebagai gerak transisi.Perubahan di atas tetap mempertimbangkankaidah-kaidah normatif dalam tari Sambut,yang disesuaikan dengan kebutuhan saatini.Dengan harapan semakin memberikankemantapan baru yang tetap mengindahkanadat istiadat di Sumatera Selatan.

Jika dicermati, perjalanan tari SambutSilampari Musi Rawas di Kabupaten Musi Rawasdibandingkan dengan perkembangannya hingga saatini terlihat adanya perubahan-perubahan antara lainpeningkatan kualitas penari yang semakin baik danjumlahnya yang semakin bertambah, kualitas dankuantitas karya tari yang semakin baik, peningkatanfrekuensi penyajian/pementasan dari satu event keevent lainnya, baik dari skala lokal, regional, nasionalbahkan internasional, peningkatan estetis dari tatabusana dan tata rias seiring zaman dan akulturasibudaya yang memposisikan tari tersebut semakinindah, dikenal dan dikagumi. Peningkatan dalammusik iringan tari dan syair yang semakin mencirikankekhasan daerah Musi Rawas.

Rekonstruksi tari Sambut Silampari di HotelDempo Permai Lubuklinggau tahun 1992, melibatkanpenulis sebagai penari pendamping putra yangmembawa tombak dalam beberapa kesempatanpenyambutan tamu saat masih sekolah di SMAXaverius Lubuklinggau.Rekonstruksi digarap dengancara pemadatan tari atas ijin seniman Musi Rawas,terutama Saliyam, Najib Tersyah, Zuchdi Juned danEmmy Suryaningsih. Prinsip pemadatan adalahkeselarasan atau keserasian antara bentuk dan isi.Pemadatan tari adalah proses menyusun kembali tarii tu dengan mengurangi pengulangan gerak,menghilangkan bagian gerak yang tidak penting, danmerubah tempo yang lamban menjadi cepat,menggarap iringan musik, pola lantai, level gerak sertaarah hadap penari.

Pemadatan tar i Sambut Silamparimenghasilkan bentuk tari yang lebih padat danringkas, dengan tempo yang lebih dinamis sehinggabisa disajikan dalam waktu relatif lebih singkat.Tujuanutama penggarapan untuk mendapatkan tari SambutSilampari yang lebih mantap.Langkah ini dilakukanagar nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tetapdilestarikan.Pemadatan dilakukan oleh Zuchdi Juned,

143Volume 12 Nomor 2, Desember 2014

Stepanus Adi Pratiswa: Rekonstruksi Tari Sambut Silampari di Kabupaten Musi Rawas

Yunus Wahab, Yuyus Rosmiati, Saleh Abdullah danNajib Tersyah.

Pada waktu itu, hasil pemadatan tari jugabelum menemukan bentuk yang proporsionalsehingga harus dibenahi hal-hal yang masih kurangmantap, baik dalam hal teknik maupun komposisi tariagar dapat disajikan secara harmonis, sehinggamemikat penonton. Hasil pemadatan disajikan kemasyarakat luas dan dapat dihayati oleh penikmatmasa kini.

Tari Sambut Silampari mempunyai kedudukanyang penting bagi masyarakat dan pemerintahKabupaten Musi Rawas, yaitu sebagai legitimasipemerintahan sehingga setiap pergantian kepaladaerah selalu menghasilkan karya tari SambutSilampari sebagai pengabsahan kekuasaan.TariSambut Silampari dipertunjukkan untuk keperluanupacara penyambutan tamu di Kabupaten MusiRawas, yaitu untuk menyambut tamu yang datang diKabupaten Musi Rawas.

Kepedulian terhadap pertunjukan tari SambutSilampari ini untuk diangkat menjadi objek penelitiantahun 1992. Inspirasi yang dilahirkan berdasarkanpada pengkemasan seni pertunjukan rakyat di MusiRawas dilakukan oleh Zuchdi Juned. Konseprekonstruksi untuk menggali , menyususn,melestarikan kesenian yang hampir punah memangsangat sulit sekali. Apalagi sumber yang ditemukanadalah hanya berupa sumber lisan.Namun demikianmasih sangat beruntung walaupun keseniannya sudahlama tidak pernah ditampilkan.Beberapa instrumendan penarinya masih ada walau sudah sangat tuaserta ada beberapa saksi hidup atau saksi sejarah diluar pelaku.

Rekonstruksi dilakukan dengan metodewawancara dan meniru dari gerak yang diberikan olehSaliyam dan temannya serta meniru musik iringanyang digunakan untuk mengi ringi tar iantersebut.Rekonstruksi melalui lisan dan praktik yanghanya mengandalkan daya ingat seorang Saliyam inisangat sulit sekali.Namun sangat disyukuri dariupaya-upaya yang dilakukan dalam waktu yang relatifsingkat dapat terwujud dengan baik.Pada tahun 1992rekonstruksi dilakukan dan karya rekonstruksi itudapat diwujudkan dan di-publish kembali pada tahun2012.Tarian yang dimunculkan yaitu tari SambutSilampari versi Zuchdi Juned menjadi sesuatu yangestetis dan artistik saat itu.

Rekonstruksi gerak tari dan musik iringanmerupakan pekerjaan yang sangat menyita waktu.Namun atas kepiawaian tim tersebut akhirnya tariandapat direkonstruksi dan sekaligus direaktualisasikan

dengan cara di kemas agar lebih menarik. Secaracukup detail tim ini dapat menggali gerakan tariSambut Silampari yang sangat khas dengan tetapgaya membawa tepak satu tangan dalampenyajiannya dan menghadirkan gerak tabur beraskunyit. Gaya ini dari gerak dan musiknya pun memilikikeunikan.Yang tak kalah uniknya juga masalah musiksangat berbeda dengan tari Sambut Silampari lainnya,yaitu adanya syair lagu dalam musik iringan, tanpamenggunakan kuku tangai dan lain-lain.Demikianhalnya dengan penggarapan rupanya yaitu rias danbusana. Busana yang sangat khas dari tari SambutSilampari adalah menggunakan teratai lidah, mahkotaberingin atau tapung. Sementara tubuh bagian atasmemakai pakaian seperti kebaya panjang songket.Demikian halnya dengan riasnya, diberi rias cantikdan pada bagian kaki menggunakan gelang kaki.Haldi atas dilakukan dengan cara meniru dari segalasesuatu yang dipergunakan oleh tari Sambut yangada di Sumatera Selatan, Sumatera Barat danSumatera Utara. Ini menjadi sangat menarik sehinggamenjadi suatu keunikan tersendiri.

Gerak-gerak yang diungkapkan dalam tariSambut Silampari sangat sederhana, seperti:Sembah, Silang, Elang Terbang, Jentik, Melambai,Kecubung Bawah, Lenggang, Bekembang, Meliuk,Menewah dan Jinjit. Sedangkan penari lelaki sebagaipenari pendamping mengungkapkan gerak dengansangat sederhana seperti, langkah samping, maju,mundur dan putar.

Ketika sebuah bentuk kesenian rakyatberubah fungsi menjadi seni pertunjukan yang lebihpenting, maka terdapat perubahan bentuk. Hal ini

Gambar 2. Tepak tari Sambut SilampariDisangga dengan satu tangan. (Foto Mudin, 2012)

144 Volume 12 Nomor 2, Desember 2014

Jurnal Seni Budaya

terkait juga dengan ciri-ciri dari pertunjukan.Diantaranya adalah terdapat jarak antara penonton danpenari artinya tidak ada interaksi langsung secara fisikkarena penonton hanya dapat menikmati sajian yangdisuguhkan itu.Namun interaksi secara langsungterjadi antara penari dan tamu kehormatan yangdimaksud. Sajian tari Sambut Silampari telah memilikipola tertentu karena telah melalui proses persiapanyang matang. Durasi waktu juga ditentukan tidaksepanjang musik iringan dan lantunan syair.Dalamtari yang berfungsi hiburan itu semuanya sudahterkonsep, tertata dengan baik, seperti koreografi,iringan musik, busana maupun riasnya.Demikianhalnya dengan gerak yang diungkapkan, gerakan bisasangat berbeda baik dalam kualitas gerakan maupunkualitas iringan.

Perkembangantari Sambut Silampari diKabupaten Musi Rawas mengalami pasang surut,seperti umumnya tari Sambut di Provinsi SumateraSelatan.Namun pasang surut tersebut sedikit terjawabketika seorang seniman yang bernama Zuchdi Juned,yang pada tahun 1992 masih menjabat sebagai KepalaDinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten MusiRawas turut memberikan sumbangsihnya dalammenggali unsur-unsur tari Sambut Silampari bersamaseniman lokal. Hasil tersebut kemudian dituangkandalam buku Deskripsi Tari Silampari dari SumateraSelatan yang merupakan hasil kerjasama denganNajib Tersyah, A. Wahab Yunus dan kawan-kawanmelalui Departemen Pendidikan dan KebudayaanKantor Wilayah Propinsi Sumatera Selatan, ProyekPembinaan Kesenian Sumatera Selatantahun 1992/1993. Seniman tari lain yang juga turut sertamempercantik penyajian tari Sambut Silampariadalah Emmy Suryaningsih, dimana pada era tahun1970-an beliau terlibat secara langsung sebagai penarisehingga berdasarkan pengalamannya tari SambutSilampari tetap dipertahankan dari keasliannya.Kemudian pada saat terjadi otonomi daerah tahun2001 dirasakan terjadi kemandegan kreativitas.Memasuki tahun 2012 hingga sekarang, melaluiHamam Santoso, Kepala Bidang Kebudayaan DinasKebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Musi Rawas,dilakukan pendokumentasian, tentunya bekerjasamadengan Sanggar Dewan Kesenian Kabupaten MusiRawas. Pembaruan tari Sambut Silampari tetapmementingkan nilai estetik serta menekankan padaaspek komersial sehingga terlihat lebih semarak.

Tari Sambut Silampari di Kabupaten MusiRawas mengalami perubahan dan perkembangandalam bentuk penyajiannya, di mana bentuknya tetapmemiliki kaidah-kaidah bentuk yang ketat dalam pola-

pola gerak dan pelaksanannya, ditafsirkan secarakreatif oleh para seniman tari Musi Rawas sehinggamemunculkan tari Sambut Silampari yang lebihdinamis dengan pengembangan bentuk, volume,kecepatan, dan kualitas geraknya.

Berdasarkan pendapat dari Sumandiyo Hadi,gerak tari Sambut Silampari di Kabupaten Musi Rawasdapat dianal isis dengan elemen-elemenkoreografinya.Hal ini diperlukan karena dapatdianalisis secara rinci tentang teknik gerak.Teoritersebut digunakan sebagai landasan pemikiran untukmemecahkan permasalahan dalam penelitian inidiharapkan dapat digunakan untuk mengkaji lebihdalam baik secara tekstual maupun kontekstual objekyang diteliti.

Penciptaan karya tari ditentukan oleh adanyakoreografer.Oleh karena itu, perkembangan tari diIndonesia sekarang ini tidak dapat dipisahkan darihadirnya para seniman tari yang menciptakan berbagaibentuk karya tari. Peran Zuchdi Juned dan EmmySuryaningsih sebagai seniman tari telah membawatari Sambut Silampari dalam posisinya sehinggamampu disejajarkan dengan tari Sambut yang lain.

Peran Zuchdi Juned sebagai penata tari danartistik dalam sanggar Melati dalam struktur tariadalah pada saat tamu akan mengambil kapur sirihdalam tepak, posisi penari menghampiri tamu yangdimaksud, sedangkan di sanggar Emmy posisi penaritepak justru dihampiri oleh tamu yang akanmengambil kapur sirih. Namun kesepakatan tersebutdicapai dengan menyamakan, mamadukan hingga kiniposisi penari pembawa tepak yang menghampiri tamuyang dimaksud untuk mengambil kapur sirih.

Perkembangan tari Sambut Silampari tidakdapat dipisahkan dari peran kedua seniman tari diatas, mereka melakukan perubahan yang tujuannyabaik, yang berakibat pada munculnya tari SambutSilampari saat ini. Emmy Suryaningsih menyatakanbahwa kegiatan tafsir kreatif dibutuhkan terhadap tariSambut Silampari yang sudah disepakati, agar taritersebut bersifat fleksibel sesuai zaman dengan tetapmempertahankan kaidah-kaidah tradisi kesenian MusiRawas (tari, musik dan busana), dan dapat dinikmatidengan indah tanpa meninggalkan atau mengubahbeberapa pedoman tari Sambut Silampari (EmmySuryaningsih wawancara, 9 Januari 2014).

Hamam Santoso mengatakan bahwagagasan kreatif untuk iringan musik tari SambutSilampari mengalami perubahan yang signifikandalam notasi lagu iringan tarinya, namun hanya sedikitvariasi dalam syair melalui sentuhan artistik (alm)Badri Nawar (Hamam Santoso wawancara, 11 Januari 2014).

145Volume 12 Nomor 2, Desember 2014

Stepanus Adi Pratiswa: Rekonstruksi Tari Sambut Silampari di Kabupaten Musi Rawas

Tata rias dan busana tari Sambut Silamparimengalami kemajuan yang pesat dengan didasarkanpada kedekatan wilayah antara Sumatera Selatan (16Kota/Kabupaten) dan Sumatra Bagian Selatan(Jambi, Bengkulu dan Sumatra Barat).

Perkembangan hasil rekonstruksi ditafsirkankembali dan digarap lebih lanjut. Langkah untukmengaktualkan kembali tari Sambut Silampari tidakterbatas pada menggarap tari Silampari yang ada,tetapi juga melakukan penyusunan tari Silampariseperti saat ini. Reaktualisasi tari Sambut Silamparitidak sekedar diadakan kembali tetapi dapat menjadisuatu tradisi yang hidup, bukan sekedar tontonan atausuguhan pariwisata, namun eksis karena dibutuhkandan memberikan sumbangan bagi masyarakat masakini, artinya tari Sambut Silampari tetap dapat dihayatioleh masyarakat pada zamannya.

Tari Sambut Silampari susunan baru atau hasilpemadatan biasanya melakukan pemadatan padawujud seluruhnya dan perubahan pada tempo iringansehingga waktu menjadi sangat kurang, umumnyatari Sambut Silampari berdurasi 7-10 menit.Pemerintah Kabupaten Musi Rawas telah melakukanbanyak cara untuk meningkatkan mutu senimandaerah Musi Rawas, melalui ajang senimanberprestasi yang bekerjasama dengan instansi terkaitformal dan non formal baik ditingkat daerah, propinsi,nasional dan bahkan internasional. Walaupun tujuanpendidikan tinggi tari formal bukan menekankan padapembentukan penari saja, tetapi sebenarnyaperanannya dalam hal ini masih mungkin ditingkatkan.Perwujudan tari secara fisik akan berkaitan eratdengan isi atau nilai yang terkandung. Ketepatan gerakyang ingin dicapai perlu didukung oleh ketrampilan,interpretasi, dan kreativitas yang dapat mengarah padapenghayatan dan penjiwaan tari.

Gambar 3. Tari Sambut Silampari Hasil rekonstruksitahun 2012 (Foto Stepanus, 2014)

Penggarapan tari Sambut Silampari secarakelompok ini, memungkinkan garap pola lantai lain

beragam dan bervariasi. Garap pola lantai tari SambutSilampari disertai adanya interaksi antara penari yangsatu dengan penari yang lain, sehingga menjadi satukelompok yang menyatu. Selain itu juga digarap level(tinggi rendah) penari, hal itu akan menjadikan sajiantari lebih menarik.

Rekonstruksi tari Sambut Silampari dilakukanagar sesuai dengan irama kehidupan. Upaya itumeliputi: (1) Penggarapan gerak tari yang lebih variatifdan mengangkat masalah aktual. (2) Penggarapantata rias dan busana yang lebih kreatif, estetis danartistik. (3) Perlu inovasi dalam menunjangpementasan dengan mengadopsi tari Sambut yangada di Sumatra Selatan (4) Pengelolaan produksipementasan yang profesional. Selanjutnya, langkah-langkah strategis antisipatif untuk dapat mewujudkankesenian tradisi menjadi aset budaya unggulan dalampengembangan pariwisata di Kabupaten Musi Rawasadalah: (1) Mengemas kesenian tradisi tari SambutSilampari menjadi tontonan ringkas dan padat tetapimemikat. (2) Melibatkan penari, pemusik, danseniman terbaik dalam pementasan pada even-eventertentu. (3) Peningkatan kerja sama secara sinergisdengan pihak-pihak terkait. (4) Sering dilakukansarasehan dengan berbagai pihak untukmerealisasikan kesenian tradisi menjadi aset unggulandalam menunjang pariwisata di Kabupaten MusiRawas.

C. Faktor Pendukung Perubahan Tari SambutSilampari

Pertumbuhan tari Sambut Silampari diKabupaten Musi Rawas tidak terlepas dari kondisikesenian itu di samping situasi dan kondisimasyarakat pendukungnya.Seniman atau parapendukung kesenian merupakan kekuatan dari dalammenjadi faktor yang dominan sebagai penyebabperkembangan seni yaitu terjadinya perkembanganpola pikir, kebiasaan, pandangan hidup, serta berbagaikepentingan kelompok manusia di dalam wadahkomunitas masyarakat yang menjadi pendukungnya(Slamet, 2012: 21).

Faktor yang mempengaruhi tari SambutSilampari di Kabupaten Musi Rawas antara lain, faktorinternal, misalnya saran para seniman, pejabat diKabupaten Musi Rawas untuk memiliki tari Sambutyang lebih khas, didukung dengan kreativitas paraseniman dan pendukungnya. Faktor eksternalmisalnya, keinginan untuk menciptakan, mengadakanserta memiliki tari Sambut seperti dari daerah lain.Kedua faktor di atas, didasari oleh perubahan sikap

146 Volume 12 Nomor 2, Desember 2014

Jurnal Seni Budaya

masyarakat pendukungnya dalam memandang tariSambut Silampari (Hamam Santoso, wawancara 27Mei 2013).

Perubahan sikap masyarakat tersebutsebagai akibat adanya perubahan kehidupan sosialyang terjadi pada waktu itu. Perubahan sikap itu antaralain karena semakin tipisnya paham feodalisme,sehingga muncul sikap saling menghargai di antarasesama, termasuk penghargaan terhadap bentukkeseniannya, dalam hal ini tari Sambut Silampari diKabupaten Musi Rawas.

1. Faktor InternalFaktor internal muncul dari jiwa, pemikiran,

dan sikap seorang seniman. Dengan berbagaipengalaman dalam mengarungi hidup, menimba ilmu,merambah pengalaman berkesenian, dan berbagidisiplin ilmu, kekayaan batin seseorang terpantuldalam karya seni yang digelutinya, terlahir denganbentuk, gaya, dan nuansa baru. Misalnya, dalam carapenataan sebuah tarian, desain, maupun bentuk sajiantari. Gagasan kreativitas sebuah karya seni tari benar-benar lahir dari batin terdalam seniman, untukmewujudkan idealismekaryanya sebagai bentuk jatidiri.Hal itu sah saja dilakukan menurut aturan umumsebuah prinsip kreativitas seni.

Peningkatan frekuensi pertunjukan tariSambut Silampari berpengaruh secara signifikansehingga berpotensi terhadap kelangsungankehidupan tari Sambut Silampari di Kabupaten MusiRawas.Pada awalnya tari Sambut Silampari sangatditentukan oleh pelaku atau senimannya.Faktorinternal merupakan kekuatan yang berasal dari dalamtari Sambut Silampari, kekuatan ini terdapat dalamdiri penggarap atau seniman mempengaruhi bentukgerak. Faktor internal terbagi menjadi tiga, yaitu :a. Kekuatan Seniman Penggarap atau Koreografer.

Tari Sambut Silampari di Sanggar Kabupaten MusiRawas tidak terlepas dari kemampuan kekuatanseniman penggarapnya yaitu Zuchdi Juned danEmmy Suryaningsih. Kekuatan yang terdapatdalam diri mereka mampu membentuk tariSambut Silampari berbeda dengan tari Sambutyang lain. Walaupun keduanya dibentuk bukansecara akademisi dalam dunia tari atau bakatalami, namun pengalaman mereka sudah banyakdi dapat dari satu event ke event lainnya, disamping kemampuan bakat alami mereka dalammembuat karya tari tradisi dan kreasi diKabupaten Musi Rawas.

b. Kreativitas Seniman Pelaku Meliputi Penari danPemusik.

Seniman tari Sambut Silampari yang terdiri daripenari dan pemusik dalam mengapresiasi karyaseni lain akan mempengaruhi ragam gerak tariSambut Silampari di Kabupaten Musi Rawas.Gerakan yang digunakan dalam tari SambutSilampari seperti sembah, jinjit, becakung,terbang, menewah dan sebagainya adalah gerakyang sudah dikenal oleh para penari. Demikianjuga dengan lantunan syair terkait musik iringansaat mengiringi tari Sambut Silampari. Tatabusana dalam tari ini juga merupakan halterpenting sehingga benar-benar diperhitungkandari segi estetik dan artistiknya dan menjadi ciridan kebanggan tersendiri bagi seniman danmasyaralat Musi Rawas.

c. Anggota Sanggar Seni.Anggota sanggar seni yang dimaksud adalahsanggar seni Melati pimpinan Zuchdi Juned,sanggar seni Emmy dan sanggar seni DewanKesenian Kabupaten Musi Rawas.Ketiga sanggartersebut saling melengkapi serta mendukungkeberadaan dan penggarapan tari SambutSilampari di Kabupaten Musi Rawas. Sanggar-sanggar di atas secara bergantian berperan sertadalam pementasan, baik mulai dari proses latihanhingga mempersiapkan penari, properti danbusana.

2. Faktor EksternalFaktor eksternal merupakan faktor yang

mempengaruhi keberlangsungan dalamperkembangan tar i Sambut Silampari di iKabupaten Musi Rawas. Faktor eksternal menjadisalah satu penyebab perubahan sebuah karya senitari tradisonal. Pengaruh eksternal berarti pengaruhyang datang dari luar diri manusia dan juga pengaruhdari luar komunitas yang telah menyepakati sebuahseni budaya tadi. Akulturasi sering disebut sebagaisalah satu bentuk perubahan itu.

Faktor eksternal yang dimaksud terbagimenjadi dua, yaitu:a. Kesenian lain yang ada di Kabupaten Musi Rawas

Kesenian lain yang mempengaruhi tari SambutSilampari adalah kesenian Jawa dan Bali yangberasal dari kelompok penduduk pendatang,dalam hal ini transmigrasi. Sedangkan kesenianMelayu dan Minang tumbuh seiring dengankesenian urban tersebut.Di antaranya adalahragam gerak tangan ukel, ngithing, posisi kakimendhak (bahasa Jawa) karena belum adanyakesepakatan penggunaan nama ragam gerak tariSambut Silampari sehingga meminjam istilah dari

147Volume 12 Nomor 2, Desember 2014

Stepanus Adi Pratiswa: Rekonstruksi Tari Sambut Silampari di Kabupaten Musi Rawas

ragam gerak tari Jawa (putri). Musik tari yangdalam hal ini adalah syair atau dalam bahasaJawa disebut nembang.Karena tari SambutSilampari menggunakan musik iringan dan syairdalam penyajiannya, sangat berbeda denganbeberapa tari Sambut di Sumatera Selatan.

b. Pengaruh Budaya LainSeiring perkembangan dunia teknologi danmudahnya budaya luar masuk menjadikanperubahan dalam unsur gerak, kostum, danmusik. Gerak yang awalnya sederhana,sekarang sudah mengalami stilisasi sertamengandung unsur estetika. Akulturasi budayadalam hal tata busana seperti baju kurung yangdigunakan lebih cenderung sama dengan motifbaju kurung Melayu, seperti dari propinsi Riau,Jambi, Bengkulu dan Sumatera Barat daripadadaerah Sumatera Selatan. Dalam musik tariditambahkan alat musik biola, akordion dankeyboard yang terkadang mendominasi dalampementasan yang bersifat kemasan wisata.

D. Implikasi Tari Sambut Silampari dalam SeniKemasan Wisata

Berpijak pada teori seni kemasan wisataSoedarsono, proses penggarapan tari SambutSilampari di Kabupaten Musi Rawas dalamimplikasinya mengalami diferensiasi yaitu perbedaandengan tari Sambut Silampari sebelumnya,desakralisasi yaitu menghilangkan yang sakral,deteritorialisasi yaitu terjadi perluasan wilayah atauterjadi penyebaran, distorsi adanya pemotongan ataupemendekan, dan degradasi yaitu penurunan nilai(Slamet, 2012: 108). Berikut penjelasan terkait hal di atas:1. Diferensiasi dalam tari Sambut Silampari di

Kabupaten Musi Rawas terdapat beberapaperbedaan yang mencolok dengan keadaannyasaat ini. Beberapa perbedaan tersebut terungkapdalam hal:a. Awalnya musik tari Sambut Silampari

diperkenalkan dengan melantunkan syairlagu musik tari sambil menari, sekarangpenari dalam tari Sambut Silampari tidakperlu lagi melantunkan syairnya, cukupbergerak dengan diiringi musik yang ada.Awalnya hanya menggunakan musik iringankeromong dan gong, sekarang menggunakanbiola, akordion, gong, gendang Melayu danketawak.Syair lagu tari Sambut Silampari :1) Sebelum mengalami rekonstruksi

a). Silampari Kayangan tinggiApo sebab mamilo panjangMakin kecas kembang mak iniKarena badan turun malang

b). Masak buah salak serumpunDapat dijuluk sale bilaSeribu salam minta ampunJari sepuluh ngatik sembah(Sumber :A. Wahab Yunus dkk, 1992: 35)

2) Setelah mengalami rekontruksia). Silampari Pusaka Budaya

Lambang makmur jiwa Nusa BangsaPribadi bumi sejarah Negri Musi RawasasliPribadi bumi sejarah Negri Musi Rawasasli

b). Pancasila dasar hidup bangsaSigap tegap putra dan putrinyaMenuju cita-cita bersama Indonesia JayaMenuju cita-cita bersama Indonesia Jaya(Sumber: BukuDeskripsi Tari Silampari,2012: 34)

b. Tata busana dan atribut yang melengkapipenyajian tari Sambut Silampari sepertidiungkapkan berikut ini:1). Awalnya menggunakan kebaya, kainsarung, selendang, tanpa aksesoris danatribut tari.2). Setelah mengalami rekontruksi terdapatdua model busana tahun 1992/1993, yaitu :

a). Model pertama menggunakan kainsongket, kebaya panjang (songket) danselendang songket berikut 14 atribut.Aksesoris atau empat belas atribut antaralain: Sanggul malang, kembang urai,kembang goyang cabang tiga,kembang cempako, mahkota, gandikkhas daerah, cuping, antingan, kalungsusun tiga, pending, gelang puru,gelang gepeng/lebar, gelang burungdan gelang kaki.

b) Model kedua menggunakan kainsongket, selendang pelangi danselendang songket (kemben) dantetap menggunakan 14 atribut yangsama.

3). Setelah mengalami rekonstruksi padatahun 2012. Busana hasil rekontruksi antaralain: baju kurung beludru, kain songket danselendang malang, atributnya menggunakan

148 Volume 12 Nomor 2, Desember 2014

Jurnal Seni Budaya

beringin mahkota, mahkota pandan, gandikSilampari, kembang urai, sanggul malang,bunga cempako, antingan buah sarangan,cuping, teratai lidah, kecak bahu burung,gelang gepeng, gelang sempuru, gelang kano,kalung ringgit/dolar, kalung susun tiga/ kalungtapak jajo, pending, kain songket, tepak,tombak dan payung.

c. Tempat pementasan awalnya disajikan ditempat terbuka, misalnya di halaman rumah,tetapi sekarang bisa dipentaskan di dalamruangan, seperti di gedung/aula, hotel, danjika ditampilkan di tempat terbuka tidakhanya di halaman kantor intansi saja, tetapijuga bisa di obyek wisata dan di bandara,dalam hal ini Kabupaten Musi Rawas telahmemiliki bandar udara Silampari, khususmenempuh rute Linggau-Jakarta-Linggaudengan jadwal penerbangan seminggu tigakali.

d. Terkait waktu pementasan, awalnya hanyadisajikan pada pagi hingga siang hari, namunsekarang disesuaikan dengan kebutuhan ,bisa pagi, siang atau malam hari.

e. Durasi pementasan tari Sambut Silampari,awalnya tidak bisa ditentukan terkait syair lagudan iringan musik yang dilantunkan,sedangkan sekarang bisa dikemas dengandurasi tujuh sampai sepuluh menit. Tujuhmenit biasanya disajikan untuk keperluanpementasan menyambut tamu di dalamruangan, sedangkan sepuluh menit untukpenyajian tari Sambut Silampari di luarruangan.

f. Jumlah penari awalnya hanya dua orang, kinibisa ditampilkan dengan jumlah penari limahingga tujuh, bahkan bisa sampai sembilanpenari, disesuaikan kebutuhan ruangpementasan.

g. Properti tepak pada awal tari SambutSilampari ini di pentaskan tidak digunakan,namun saat ini tepak di ikut sertakan, bahkanwajib atau mutlak sebagai properti yangutama sebagai inti dari tari Sambut Silampari,yaitu untuk memberikan sekapur sirih bagitamu yang datang dan tombak disertai payungkebesaran.

h. Genre tari Sambut Silampari pada dasarnyaadalah perempuan, demikian juga pada awaltari ini diperkenalkan, namun kehadiran genrepenari laki-laki ternyata ikut mewarnai

keragaman yang ada dalam tari SambutSilampari sebagai penari pendamping.

2. Desakralisasi yang dimaksud dalam tari SambutSilampari yaitu menghilangkan unsur-unsur sakralyang terkait, misalnya keberadaan tari SambutSilampari awalnya dipercaya dihadirkan melaluidaya magis seorang dukun, yang dapatmemanggil ke tujuh bidadari yang berasal darikayangan, kemudian bidadari tersebut turun kebumi untuk memberikan suasana kegembiraanbagi masyarakat yang sedang melaksanakanacara hajatan, misalnya pernikahan, pesta atausedekah bumi, terkait legenda bujang penulup dantujuh bidadari dalam konteks kesuburan,kemakmuran, dan kesejahteraan. Sehinggaketujuh bidadari tersebut setelah selesai menaridalam acara yang dimaksud akan kembali kekayangan dengan menghilang secara tiba-tiba,sehingga muncullah kata silam yang artinya hilangdan pari yang artinya peri, sehingga dimaksudkandengan kata Silampari yang artinya peri yangmenghilang.Namun unsur sakral tersebut dengan sendirinyasudah tidak digunakan, dan kenyataannya ragamgerak tari Sambut Silampari tidak menceritakandan tidak terkait legenda yang beredar dimasyarakat Musi Rawas.

3. Deteritorialisasi yaitu terjadi perluasan wilayahatau terjadi penyebaran. Tari Sambut Silamparisaat ini sudah dikenal oleh masyarakat luas,bukan saja oleh masyarakat Musi Rawas yangtersebar di kecamatan, tetapi juga telah dikenaldi daerah tetangga sekitarnya di SumateraSelatan, bahkan dalam tingkat Nasional danInternasional, terbukti melalui banyaknya eventfestival tari, pagelaran tari, baik untuk keperluanregional maupun mancanegara. Penyebarantersebut kurang di imbangi di l ingkunganakademisi, misalnya pembelajaran tari SambutSilampari melalui pelajaran seni dan budaya, danworkshop untuk pelajar khususnya di MusiRawas.Keanggunan, kecantikan, kewibawaan tariSambut Silampari di Nusantara makin dikenalkarena banyaknya even yang diikuti oleh teamkesenian sanggar Dewan Kesenian KabupatenMusi Rawas.

149Volume 12 Nomor 2, Desember 2014

Stepanus Adi Pratiswa: Rekonstruksi Tari Sambut Silampari di Kabupaten Musi Rawas

4. Distorsi adalah adanya pemotongan ataupemendekan. Distorsi dalam seni pertunjukanmerupakan hal yang biasa terjadi, mengingatkebutuhan pementasan dan mengikuti selerapasar, dengan tetap mengedepankan orisinalitas/keaslian dan tari Sambut Silampari tetap dalamkhasanah sebagai tari adat, tari tradisional yangfungsinya tidak berubah, yaitu sebagai taripenyambutan tamu di Kabupaten Musi Rawas.Distorsi yang terjadi adalah dalam hal durasipertunjukan yang semula tidak dapat ditentukanwaktunya, artinya tari Sambut Silampari bisadisajikan dengan rentang durasi waktu pendekatau panjang, namun sekarang tari SambutSilampari bisa dibatasi dengan durasi pertunjukanminimal tujuh menit dan maksimal sepuluh menit.Dikatakan demikian karena berkaitan denganruang dan waktu pertunjukan yang dibutuhkan.Waktu dipahami sebagai faktor pengorganisirdalam setiap kegiatan . Tari dan juga aktivitaslain terjadi dalam waktu, berada di dalamnya danbekerja dengannya (Hadi, 2003: 50).

5. Degradasi yaitu pergeseran/penurunan nilai. TariSambut Silampari sedikit mengalami penurunannilai estetika dan artistiknya, ketika pada tahun1992, ragam gerak tabur digunakan dalam strukturtari Sambut Silampari, yang mengandung maknasimbol kemakmuran, kesuburan, dan hasil bumiKabupaten Musi Rawas, tetapi pada saatmerekontruksi pada tahun 1992, ragam geraktersebut tidak disertakan, dengan alasan yangtidak jelas. Demikian juga pada era penari EmmySuryaningsih pada tahun 1970-an, sepertidiungkapkan bahwa dulu penari tepak dihampirioleh tamu yang akan mengambil kapur sirih,dengan maksud mengandung nilai estetika yangtinggi, di mana penari tepak sangat dihargaikeberadaannya, tetapi sekarang nilai tersebutbergeser, yaitu penari pembawa tepakmenghampiri tamu yang dimaksud. Penurunannilai estetika lain juga terdapat pada isi tepak yangawalnya berisi kapur, sirih, pinang, tembakau dangambir, saat ini sudah tidak begitudipertimbangkan dengan alasan durasipertunjukan. Sekarang isi tepakhanya berisibeberapa gulungan daun sirih yang disesuaikandengan jumlah tamu yang akan mengambil sirih,yang sudah diberi rempah-rempah. Artinyakegiatan ini hanya diambil dari segi praktisnyasaja. Berikutnya adalah pergeseran nilai simbolikdari jumlah penari yang tidak menentu, penari putri

dalam tari Sambut Silampari bisa berjumlah ganjil,seperti lima, tujuh atau sembilan.Makna tersebut, terkait jumlah penari sangatmenunjang dari filosofinya, misalnya lima penariputri bermakna tentang sudut atap rumah adatSumatra Selatan, yaitu limas, yang berjumlahlima, atau terkait dengan lima sila dalamPancasila sebagai falsafah hidup. Tujuh penarimelambangkan tujuh bidadari, atau dimaknaisebagai tujuh pantangan dalam legenda Silamparidan sembilan penari melambangkan jumlahsungai di Sumatera Bagian Selatan, yang dikenaldengan sungai Sembilan Batang Hari.Pergeseran/penurunan nilai tersebut jika tidakdicermati akan tergeser dengan arus budayaglobalisasi.Kemasan tari Sambut Silampari di KabupatenMusi Rawas ternyata juga efektif dipentaskanpada acara event khusus, seperti promosi wisatakeluar negeri bekerjasama dengan KBRI.

E. Kesimpulan

Tari Sambut Silampari merupakan seni taritradisional, tari adat, sebagai tari penyambutan tamudan juga merupakan tari rakyat yang berasal dariKabupaten Musi Rawas. Proses rekonstruksi tariSambut tidak meninggalkan struktur tari yang adasebelumnya sehingga menambah nilai estetis danartistik bagi tari Sambut Silampari. Rekonstruksidihadirkan sebagai upaya mendapatkan kemantapanbentuk ungkap yang sekarang.

Tari Sambut Silampari dikemas menjadibentuk yang lebih ringkas tanpa mengurangi nilaiartistiknya terutama untuk kebutuhan wisata disamping tetap menyuguhkan seni yang orisinal(otentik). Upaya menjadikan tari Sambut Silamparisebagai daya tarik wisata di Kabupaten Musi Rawasdilakukan dengan upaya rekontruksi tari SambutSilampari yang mengarah pada peningkatanpelestarian dan pengembangan seni tari. Penataanterhadap tari Sambut Silampari tidak hanya berfungsi”bagaimana karya seni bisa tampil secara lebih estetisdan artistik”. Lebih dari itu “bagaimana penataan itujuga menyentuh penataan terhadap seniman”.

KEPUSTAKAAN

Deskripsi Tari Sambut Silampari. 2012. DinasKebudayaan dan Pariwisata KabupatenMusi Rawas, Muara Beliti.

150 Volume 12 Nomor 2, Desember 2014

Jurnal Seni Budaya

Hidayat, Robby. 2006. Seni Tari : Pengetahuan Teoridan Praktek Seni Tari Bagi Guru : CetakanII, Malang: Jurusan Seni dan DesainFakultas Sastra Universitas Negeri Malang.

Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi Idan II.Cetakan 2.Jakarta : UI Press.

———————. 1997. Metode –metode PenelitianMasyarakat,edisi ketiga , Jakarta: PTGramedia Pustaka Utama.

Nalan, Arthur.S. 1999. Aspek Manusia Dalam SeniPertunjukan, Bandung: STSI Press.

Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi Penelitian :Kajian Budaya Dan Ilmu Sosial HumanioraPada Umumnya, Cetakan I, Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Slamet, MD. 2012. Barongan Blora Menari di AtasPolitik dan Terpaan Zaman. Surakarta:Citra Sains LPKBN.

Smith, Jacqueline. 1985. Komposisi Tari, SebuahPetunjuk Praktis bagi Guru.Terj. BenSuharto, Yogyakarta: Ikalasti.

Soedarsono. 1977. Tari – tarian Indonesia I, ProyekPengembangan Media Kebudayaan,Jakarta: DitJen, Kementerian Pendidikandan Kebudayaan.

——————. 1978. Diktat Pengantar Pengetahuandan Komposisi Tari, Yogyakarta: ASTI.

Sumandiyo, Hadi, Y. 2003. Aspek-Aspek KoreografiKelompok. Yogyakarta: Elkaphi.

—————————. 2007. Kajian Tari : Teks danKonteks, Yogyakarta: Pustaka BookPublisher.

Syarofi,Yudi. 2013. Tari Sambut di Sumatera Selatan,Palembang: Focus Group Discussion,

—————. 2012. Baju Adat di Sumatera Selatan,Palembang: Focus Group Discussion.

Van Peursen,C.A, 1985. Strategi Kebudayaan,Yogyakarta: Kanisius.

Widaryanto, FX. 2009. Koreografi : Bahan Ajar MataKuliah Koreografi, Bandung: Jurusan TariSTSI Bandung.

Widyastutieningrum, Sri Rochana. 2011. Sejarah TariGambyong: Seni Rakyat Menuju Istana,Surakarta: ISI Press.

Yunus Wahab,Yuyus Rosmiati,Saleh Abdullah. 1992.Diskripsi Tari Silampari dari SumateraSelatan, Palembang: Kementr ianPendidikan dan Kebudayaan PropinsiSumatera Selatan.