motivasi dan proses penciptaan tari belian di desa sepan ...
Tari Seblang
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of Tari Seblang
Makalah Seni Budaya danKeterampilan“Seblang”
Disusun oleh:Ika Rahmawati 13103241089
Umi Layyina 13103241047Saraswati Devi 13103241051
Citra PAS 1310324____Novena Putri13103241010
Pendidikan Luar Biasa
1Seblang
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
2015Banyuwangi meupakan sebuah kabupaten di ujung timur
pulau jawa yang biasa disebut sebagai “The Sun Rise of
Java” yang berhadapan langsung dengan pulau Dewata.
Dengan memiliki luas wilayah yang besar, Banyuwangi
meruakan daerah strategis dimana memiliki kearifan
lokal yang menakjubkan bukan hanya pemandangan namun
budaya yang masih begitu dijaga oleh masyarakatnya.
Dengan wilayah pertahanan yang kuat karena dikelilingi
oleh pegunungan, hutan juga laut Banyuwangi adalah
daerah yang cukup.
Budaya yang dimiliki oleh Banyuwangi antara lain
gandrung, seblang, puter kayun, mantu kucing, bersih desa, ruwatan,
saparan, kebo-keboan, bahasa using, ngrangsang kopi, endog-endogan,
jaranan, ludruk, kambang giyang, dsb. Namun pada tulisan kali
ini kita tidak akan meembahas semua budaya yang ada di
Banyuwangi, namun kita akan membahas tentang upacara
tari seblang.
A. Pengertian Seblang dan sejarahnnya dihubungkan
sama gandrung
Ritual Seblang adalah salah satu ritual
masyarakat Using yang hanya dapat dijumpai di dua
desa dalam lingkungan kecamatan Glagah,
Kab.Banyuwangi, yakni desa Bakungan dan desa
2Seblang
Olehsari. Upacara adat Seblang ini dilakukan oleh
perempuan dalam keadaan "trance" karena dirasuki
roh leluhur, yang diiringi dengan gamelan dan lagu
Bahasa Using. Ritual Seblang sebagai ekspresi
simbolik masyarakat petani pedesaan, khususnya
masyarakat Olehsari dan Bakungan. Ritual ini
berkaitan dengan kepercayaan terhadap roh leluhur
yang dianggap sebagai cikal bakal masyarakat
setempat maupun para dhanyang, yaitu sejenis roh
yang menguasai dan menjaga desa yang diyakini
hidup berdampingan.
Upacara Seblang diselenggarakan sebagai
ungkapan rasa terima kasih atas panen yang
berhasil, kesuburan tanah, keselamatan warga desa,
penyembuhan penyakit, penghormatan leluhur, dan
mengusir roh-roh jahat yang mengganggu ketentraman
desa. Ritual Seblang tersebut dianggap sebagai
salah satu bentuk praktek sosial, semacam wadah
untuk mempertemukan berbagai aspek kehidupan
sosial dan pengalaman perseorangan untuk
memperkecil ketidakpastian, ketegangan, dan
konflik.
Pertunjukan tari Seblang merupakan acara inti
selama upacara berlangsung. Tari Seblang yang
berasal dari ritual pra-Hindu adalah tarian
kejiman atau tarian trance yang ditarikan oleh
seorang gadis atau seorang wanita dewasa dalam
3Seblang
keadaan tidak sadarkan diri karena kemasukan roh
leluhur. Pertunjukan tari dengan penari yang tidak
sadarkan diri ini mirip dengan tari Sanghyang di
Bali, Sintren di Jawa Barat, tari Bissu di
Sulawesi Selatan, maupun pertunjukan Nini Thowog.
Gerakan tari Seblang merupakan pantulan kekuatan
bawah sadar yang lahir dari rasa ketakutan dan
hormat yang tinggi terhadap kekuatan dan kekuasaan
di luar diri manusia, di samping sugesti yang
magis, pantulan asap dupa, mantra, dan nyanyian
mistis berbaur menjadi dasar ungkapan ritme yang
merupakan unsur utama tari
Seblang berasal dari kata “Sebele ilang” yang
berarti sialnya hilang. Ritual ini dilaksanakan
untuk keperluan bersih desa dan tolak bala, agar
desa tetap dalam keadaan aman dan tentram. Tari
seblang ini merupakan kebuadayaan yang sangat tua
sehingga terdapat kesulitan pada penentuan kapan
upacara ini dimulai. Namun dalam catatan sejarah,
orang yang pertama kali menarikan seblang juga
merupakan penari gandrung wanita pertama yakni
Semi yang meninggal pada tahun 1973.
Asal mulanya di tempat tinggal Semi biasanya
anak-anak sering bermain ke sawah maupun kebun
tanpa pengawasan orang tua sebab hal tersebut
adalah biasa bagi mereka, namun pada suatu waktu
Semi “kesambet” sehingga ia mengalami sakit yang
4Seblang
susah disembuhkan sehingga ibunya bernadzar jika
nanti Semi sembuh maka akan dijadikan penari
seblang. Saat Semi sembuh maka nadzar ibunya
dipenuhi dengan menjadikan Semi sebagai penari
seblang.
Setelah Semi meninggal, Seblang masih terus
dilakukan sebagai salah satu bagian dari acara
bersih desa juga bentuk rasa syukur atas nikmat
yang telah diberikan. Penari seblang seperti
dikatakan diatas akan menari dalam keadaan tidak
sadarkan diri. Dalam pemilihan penari seblang
tidak bisa sembarangan sebab pemilihannya
dilakukan dengan cara supranatural oleh dukun
setempat dan merupakan keturunan dari penari
seblang pertama. Saat menarikan seblang ada
beberapa hal yang penting yakni penari haruslah
gadis yang belum menarche atau setelah menopause.
Pada saat itu penari gandrung adalah laki-
laki namun ada beberapa sumber yang mengatakan
tentang pergantian penari gandrung dari laki-laki
ke perempuan disebabkan oleh masuknya islam namun
ada juga sumber yang mengatakan hal ini dilakukan
untuk mengelabui bangsa penjajah yakni untuk
menarik mereka lalu menyerbu mereka. Penari
gandrung perempuan pertama adalah Semi si penari
seblang.
5Seblang
B. Mitos antara Seblang yang berhubungan dengan Dewi
Sri
Tari Seblang bukanlah satu-satunya tari
tradisional Indonesia yang diadakan sebagai
ungkapan rasa syukur atas kesuburan tanaman yang
mereka peroleh. Dalam budaya Jawa-Mataraman
dikenal yang namanya upacara 'Bersih Desa'. Pada
budaya Jawa non-Mataraman, dikenal pula upacara
'Sedekah Bumi'. Di Bugis-Makassar, ada upacara
bernama Mappalili. Dalam budaya Suku Dayak Kenyah
yang berada di Kalimantan Timur ada pula upacara
kesuburan yang disebut Lepeq Majau. Di Bali ada
upacara 'Mungkah', 'Mendak Sari' atau 'Muat Emping
Ngaturan Sari'.
Simbol kesuburan dilambangkan dengan sesosok
dewi cantik jelita bernama Dewi Sri. Lain daerah,
lain pula nama simbol padi dan kesuburannya. Dalam
budaya Jawa, ada simbol yang bernama Nini Thowok.
Pada budaya Sunda, dikenal dewi bernama Nyi Pohaci
Sangiang Sri Dangdayang Tisnawati. Pada budaya
Dayak, simbol padi dan kesuburan dilambangkan
dengan penokohan 'Bini Kabungsuan'.
Tokoh Dewi Sri dalam budaya kesuburan
adalah sakral. Folklore tiap daerah pun mempunyai
versi yang berbeda tentang Dewi ini. Dalam
folklore Sunda, Dewi Sri lahir dari sebutir telur
6Seblang
dari air mata seorang Dewa cacat bernama Dewa
Anta. Konon, saking cantiknya sang Dewi, raja para
Dewa; Bathara Guru, jatuh cinta dan ingin
mengawininya. Namun niat itu digagalkan oleh dewa
lain dengan cara membunuh Dewi Sri dan
menguburkannya di bumi. Beberapa hari kemudian,
dari kuburannya muncul beberapa jenis tanaman
pangan. Dari bagian kepala, munculah kelapa. Dari
bagian mata, tumbuh padi biasa. Dari dadanya,
muncullah padi ketan. Dari kemaluannya tumbuh
pohon enau dan dari bagian lain muncullah
rerumputan. Kejadian di daerah lain, hampir sama,
yakni sosok sentral wanita meninggal. Lalu dari
kuburannya muncul tanaman-tanaman pangan.
Bukan hanya di Indonesia, Curt Sachs sang
penulis buku World History of the Dance mengungkapkan
bahwa jauh sebelum Masehi, para 'Shaman' telah
menciptakan hujan dengan ritual tari gembira.
Kalau anda penasaran seperti apa ghost dance atau
rain dance ini, tengoklah sosok Jim Morrison - JIM
MORRISON (THE DOORS) INDIAN DANCE 1968 - saat sedang
tampil di atas panggung dan dalam keadaan trance.
Morrison yang terobsesi dengan budaya Indian akan
menari-nari liar. Itulah 'ghost dance'.
Di suku Amazon , ada tari bernama Tari
'Itogapuk'. Tari ini membentuk gerakan laki-laki
dan perempuan yang saling bersatu, melingkari
7Seblang
sebuah tanaman, saling menempelkan pinggul lalu
sang penari perempuan digendong untuk kemudian
dibawa pergi.
Ben Suharto, sang penulis buku
'Tayub' ; Pertunjukan dan Ritus Kesuburan, mengungkapkan
bahwa tari ritual kesuburan selalu berusaha
mencapai suatu sikap mistis tentang seksual dengan
cara mendekatkan manusia berbeda kelamin atau
dengan cara saling melingkari.
Tari Seblang pun, melambangkan kesuburan
dengan simbol mahkota yang dipakai oleh sang
penari yang dihias dengan kembang aneka warna yang
melambangkan kesuburan. Seperti terdapat pada
petikan dari sebuah naskah kuno bernama
'Atharvaveda' yang berbunyi "Perempuan datang
sebagai lahan hidup; taburkanlah benih ke
dalamnya, oh para lelaki." Satu kesimpulan yang
bisa ditarik dari sini adalah betapa wanita
merupakan sosok penting dalam mitos kesuburan,
baik kesuburan tanaman maupun kesuburan
reproduksi.
C. Perbedaan seblang Bakungan dan Oleh Sari
Secara awam jika kita perhatikan sepintas,
prosesi penyelenggaraan Seblang di Bakungan
tidaklah jauh berbeda dengan di Olehsari. Meskipun
8Seblang
jelas banyak sekali terdapat perbedaan jika kita
tinjau lebih mendalam.
Di Bakungan persiapan Seblang dimulai dengan
mempersiapkan sesaji dan membersihkan benda-benda
pusaka di 'Balai Tajuk'. Disusul dengan pawai obor
Ider bumi dengan mengumandangkan Adzan, Istigfar
dan doa Qunut. Tak ketinggalan "selamatan kampung"
dengan sajian berupa Nasi Putih dengan lauk Ayam
Panggang yang dicampur kukuran kelapa dengan
sayuran terung, pakis dan kacang panjang yang
tidak boleh dipotong-potong.
Waktu penyelenggaraan tidaklah sama, di
Olehsari dilakukan disekitar 3 (tiga) hari setelah
Hari Raya Lebaran, dan pertunjukan dilakukan sejak
Mentari diatas kepala sampai dengan lenyap dari
pandangan mata. Tetapi di Kelurahan Bakungan,
upacara dilaksanakan malam hari, selepas magrib
sampai pukul 24.00 tengah malam, dimalam Senin
atau malam Jum'at pertama bulan Haji (Besar).
Penunjukkan Siapa bakal penari Seblang di
Kelurahan Bakungan dilakukan atas dasar 'wisik
gaib' yang diterima Sang Pawang, bukan lewat
seorang ibu setengah baya yang kesurupan
sepertihalnya di Desa Olehsari. Dan penari Seblang
di Bakungan dilakukan oleh seorang janda tua,
bukan seorang anak perawan yang baru akil balik.
9Seblang
Beberapa hal yang berbeda lagi antara
keduanya adalah mengenai "Omprok" (mahkota) dan
Gamelan. Di Kelurahan Bakungan, Omprok penari
dibuat secara permanen dari tahun ke tahun.
Berlainan di Desa Olehsari, setiap penampilan
selalu dibuatkan Omprok baru, sebab bahannya
terbuat dari daun pisang yang cepat layu.
Sedangkan untuk instrumen musik pendukung
pada Seblang Bakungan menggunakan perangkat
Gamelan Jawa Laras Selendro dan terkadang
ditambahkan Biola. namun berlainan dengan di
Olehsari yang mempergunakan 'Instrumen Banyuwangi'
yang terdiri dari : Kendang, Gong, Peking,
Slenthem dan Biola.
D. Tujuan pengadaan seblang
10Seblang
Ritual Seblang memiliki banyak fungsi bagi
masyarakat penganutnya, yaitu antara lain:
1. Sebagai sarana bersih desa
Upacara Seblang memiliki fungsi sebagai
sarana bersih desa atau slametan dalam istilah
jawa. Seperti halnya bersih desa di tempat
lain di jawa bersih desa melalu ritual
Seblang ini ditujukan agar kehidupan satu
tahun kedepan desa Olehsari selalu
dilimpahkan kebahagiaan, dan ketentraman
serta keamanan desa. Selain itu dipercaya
ritual ini sebagai sarana tolak balak.
2. Sebagai pengundang kesuburan
Ritual Seblang juga difungsikan sebagai
sarana untuk mengundang kesuburan, hal ini
dikarenakan mayoritas penduduk desa adalah
masyarakat agraris dan dalam kosmologi jawa
dipercaya adanya dewi kessuburan (Dewi Sri di
Jawa Timur dan Jawa Tengah, dan Nini Towog di
Jawa Barat) melalui ritual Seblang ini
diharapkan pada masa panen akan mendapatkan
hasil yang melimpah
3. Sarana Pengobatan Penyakit
Bukan rahasia umum bahwa ritual-ritual di
daerah jawa yang segender dengan ritual
11Seblang
Seblang, sesajian yang diperebutkan dipercaya
dapat memberikan kebahagian, dan kesehatan
dan bahkan lebih dari itu ada keyakinan dapat
digunakan untuk mempermudah jodoh. Sehingga
Seblang juga difungsikan sebagao sarana
pengobatan masyarakat pendukungnya
4. Penghormatan Leluhur
Alasan utama Seblang masih dapat menjaga
eksistensinya adalah rasa hormat penduduk
akan leluhur mereka, mereka percaya dengan
memanjatkan do’a-do’a bagi leluhur akan
mempermudah mewujudkan cita-cita desa atas
kehendak Tuhan YME.
5. Hiburan Roh Halus
Fungsi yang terakhir adalah sebagai hiburan,
karena eksotisme ritual Seblang baik secara
langsung atau tidak telah menarik wisatawan
domestic dan bahkan asing untuk turut
menyaksikannya. Hal ini dikarenakan meskipun
penuh dengan aroma mistis, dan sendu (lewat
tembang yang dilantunkan) ritual Seblang
dapat menghibur dengan tingkah polah penari
yang sedang kesurupan.
E. Rias dan Kostum seblang
12Seblang
Pada penari Seblang di desa Olihsari, omprok
biasanya terbuat dari pelepah pisang yang disuwir-
suwir hingga menutupi sebagian wajah penari,
sedangkan bagian atasnya diberi bunga-bunga segar
yang biasanya diambil dari kebun atau area sekitar
pemakaman, dan ditambah dengan sebuah kaca kecil
yang ditaruh di bagian tengah omprok.
Pada penari seblang wilayah Bakungan, omprok
yang dipakai sangat menyerupai omprok yang dipakai
dalam pertunjukan Gandrung, hanya saja bahan yang
dipakai terbuat dari pelepah pisang dan dihiasi
bunga-bunga segar meski tidak sebanyak penari
seblang di Olihsari. Disamping unsur mistik,
ritual Seblang ini juga memberikan hiburan bagi
para pengunjung maupun warga setempat, dimana
banyak adegan-adegan lucu yang ditampilkan oleh
sang penari seblang ini.
Hiasan padi, tebu dan tanaman pangan lainnya
adalah melambangkan kesuburan yang patut
disyukuri. Sedangkan, boneka nini towok, dalam
beberapa kepercayaan di Jawa, adalah merupakan
simbol padi dan kesuburan. Di kanan-kiri amben,
tampak duduk berjejer para pemangku adat dan juga
master of ceremony.
Bentuk busana dalam tari seblang adalah
angkinan atau kembenana. Tata busana ini memakai
13Seblang
sewek pada tubuh bagian bawah sedangkan bagian
atas memakai angkin. Dalam penggunaannya angkin
ditata menutupi bagian payudara dan dada bagian
atas dibiarkan terbuka, selanjutnya diberi ikat
pinggang yang kemudian dihiasi sampur. Ricikan
busana yang dikenakan terdiri dari satu lembar
kain, satu lembar angkin, dan sampur satu ikat
pinggang dan kaos kaki berwarna putih.
F. Musik seblang
Musik pengiring Seblang hanya terdiri dari
satu buah kendang, satu buah kempul atau gong dan
dua buah saron. Sedangkan di Olehsari ditambah
dengan biola sebagai penambah efek musikal.
Penabuh-penabuh pada tari seblang semuanya
merupakan keturunan dari penabuh-penabuh
sebelumnya.
Selain diiringi musik, juga diiringi dengan
koor yang dibwakan oleh pesindhen. Pesindhen
berjumlah 50 orang dan umumnya berusia lanjut usia
dan umumnya merupakan keturunan dari pesindhen
sebelumnya dengan kata lain adalah anak perempuan
dari pesindhen-pesindhen yang lalu.
G. Gerakan seblang
Tarian seblang sangat didominasi gerakan kaki yang
diikuti gerakan
pinggul ke kanan ke kiri, dan lambaian tangan
14Seblang
dengan sikap tegak dan
membungkuk. Dalam tari tradisional Banyuwangi,
khususnya tari seblang
terdiri atas motif gerak, pola gerak, dan sekaran
atau vokabuler. Masyarakat
setempat menandai ragam gerak seblang dengan nama:
egol, sapon,
celeng mogok, dan daplang. Vokabuler dalam gerak tari
tersebut merupakan dominasi dari tari seblang
terutama egol dan sapon yang hampir selalu ada pada
gerakan seblang, sedangkan celeng mogok dan daplang
berada pada gerakan khusus untuk gendhing Celeng
Mogok dan Sondra Dewi.
H. Gendhing seblang
Selama pertunjukan berlangsung penari diringi
dengan 27 nyanyian menari membentuk pola berputar
(melingkar) 4 atau 6 kali putaran berlawanan
dengan arah jarum jam. Setiap pergantian gending,
penari beristirahat dan duduk di kursi yang telah
disediakan. Pada saat itu, sang dukun menghampiri
penari sambil membawa prapen yang diputar-putarkan
di atas kepala dan mulut penari. Hal ini dilakukan
untuk memberi santapan kepada roh leluhur
Anoegrajekti, Seblang Using: Studi tentang Ritus
263 yang merasuk dalam diri penari. Nyanyian yang
mengiringi upacara Seblang meliputi: (1) Seblang
lakento; (2) Liliro kantun; (3) Cengkir gading;
15Seblang
(4) Podo nonton; (5) Podo nonton pudhak sempal;
(6) Kembang menur; (7) Kembang gadung; (8) Kembang
pepe; (9) Kembang dirmo; (10) Layar kemendung;
(11) Ratu sabrang; (12) Kebyar-kebyar;(13) Bagus
nyoman; (14) Sekar jenang; (15) Ayun-ayun; (16)
Tambak; (17) Petung wulung; (18) Punjari; (19)
Sembung laras; (20) Ayo kundur; (21) Kembang
abang; (22) Kembang waruI; (23) Celeng mogok; (24)
Sondro dewi; (25) Agung agung; (26) Upak gadung;
(27) Liliro gule; dan penutup Sampun.
Berikut contoh lirik dari lagu “Seblang Lokento”
Seblang Lokento
Wis wayahe bang-bang wetan
Kakang-kakang ngeliliro
Wis wayahe sawung kukuruyuk
Lawang gedhe wonten hang njagi
Medalo lawang butulan
Wis biasae momong adhine
Sak tinjak balio mulih…
Musik merupakan unsur yang signifikan dalam
upacara seblang. Tidak pernah ada adegan tanpa
diiringi satu atau lebih nyanyian, seperti:
16Seblang
mendatangkan roh leluhur, tarian solo, tarian
menjual bunga, tarian berpasangan, iring-iringan
(pawai), dan puncak dari ketidaksadaran semuanya
membutuhkan nyanyian dengan karakteristik
tertentu.
Gending Kembang dirmo melukiskan adegan penjualan
kembang dirma (terdiri atas
bunga wangsa, pecari, dan sundel), dan pembagian
toya arum yang kadangkala diisi daun pisang yang
berasal dari omprok seblang (mahkota terbuat dari
daun pisang muda dihiasi bunga) menandai berkah
yang diberikan seblang (arwah leluhur) kepada
warga desa. Bunga maupun bekas mahkota dipendam di
sawah atau kebun dipercaya berkhasiat untuk
kesuburan tanah, menolak mara bahaya, penyembuhan
penyakit, dan perolehan rezeki maupun jodoh.
Adegan tarian Ratu sabrang dengan iringan gending
Ratu sabrang menandai tari berpasangan antara
laki-laki dan perempuan. Visualisasi tersebut,
dengan menampilkan secara simbolik hubungan pria
(dianggap sebagai benih) dan perempuan (dianggap
sebagai bumi atau tanah) tercermin kekuatan atau
magi simpatetis yang berkaitan dengan simbol
kesuburan pertanian.
I. Ritual
17Seblang
Upacara ini diawali selamatan massal yang
dilakukan sesaat setelah matahari terbenam.
Seluruh warga duduk di depan rumah masing-masing
sambil mempersembahkan tumpeng yang terdiri atas
beberapa jenis makanan khas. Di antaranya, pecel
ayam, yaitu daging ayam yang dicampur urapan
kelapa muda. Sehari sebelumnya, beberapa tokoh
masyarakat melakukan ritual minta izin di makam
'buyut Witri'. Dia diyakini sebagai leluhur
masyarakat 'Kelurahan Bakungan'. Di tempat ini,
warga meminta doa sambil mengambil air suci. Air
ini nantinya digunakan penari seblang untuk
penyucian dan disebarkan kepada seluruh warga
kampung.
Sebelum santap tumpeng, dukun membacakan doa-
doa khusus menggunakan bahasa Using. Isinya
meminta seluruh penguasa jagat memberikan
kerahayuan kepada seluruh masyarakat. Suasana
terasa mistis ketika aroma kemenyan yang
ditaburkan dukun menyebar ke seluruh arena
seblang. Setelah itu, ketua adat memukul kentongan
berkali-kali sebagai pertanda selesainya upacara
tumpengan. Warga menyambut dengan pekikan ayat-
ayat suci Alquran. Setelah itu seluruh warga
menyantap tumpengnya masing-masing. Selama
selamatan, seluruh anggota keluarga berkumpul di
halaman rumahnya.
18Seblang
Sebelumnya, warga laki-laki bersama para
pemuda berjalan keliling desa sambil membawa obor.
Ritual ini dimaksudkan untuk mengusir roh jahat
yang akan mengganggu desa. Mereka mengumandangkan
ayat-ayat suci Alquran. Sekitar pukul 19.30,
ritual seblang dimulai. Acara ini diawali
memanggil roh yang akan masuk ke dalam tubuh
penari. Setelah diberi mantra khusus, penari
kesurupan. Penari ini keturunan asli mbah buyut
Witri yang diyakini leluhur warga Bakungan, kata
sesepuh adat Bakungan, 'Yalin'.
Prosesi Ritual Seblang Bakungan
Selayaknya ritual lain, secara detail Tari
Seblang Bakungan pun memiliki beberapa tahapan
sebelum mencapai ritual puncak. Inilah urutan
ritual yang harus dijalankan :
a. Penari Seblang dirias dan mengenakan busana
tarinya. Pada bagian tubuh dan wajahnya,
dibaluri sejenis tepung batu halus berwarna
kuning (biasa disebut atal ) yang dicampur
dengan air. Lalu sang penari pergi berjalan
menuju arena dengan beberapa penyanyi perempuan
dan pemilik hajat.
b. Pada tahapan kedua ini, sang penari dikenakan
mahkota yang dihias beraneka bunga dengan
beragam warna. Tak lupa, sang penari memegang
19Seblang
nyiru dengan tangannya. Lalu ada seorang
perempuan tua yang menutup mata sang penari
dengan tangannya. Setelah itu ada sang pawang
yang membakar dupa serta merapal mantra untuk
memanggil dhanyang (roh penjaga desa) yang
dikenal dengan nama Buyut Kethut, Buyut Jalil,
dan Buyut Rasio agar memberkahi pertunjukan
Seblang ini. Saat nyiru yang dipegang penari
Seblang itu jatuh, maka dia sudah mulai kejiman
alias kesurupan.
c. Tahap ketiga, adalah tahap pemilihan lagu
untuk mengiringi sang penari. Ada kalanya, lagu
yang dimainkan tidak disetujui oleh sang penari
yang sudah trance ini. Kalau sang penari setuju,
maka ia akan berdiri dan menari dengan gemulai
berlawanan dengan arah jarum jam. Kalau tidak
setuju, dia tidak mau berdiri serta memberi
isyarat agar sang pengiring memainkan lagu lain.
Kadang kala, disaat jeda pemilihan lagu dan sang
penari beristirahat, disisipkan pula ritual
sabung ayam.
d. Setelah ritual tari berhenti sejenak, maka
ada beberapa gadis cantik dengan kebaya memegang
kembang dirma yakni bunga beraneka warna yang
dipercayai bisa mendatangkan berkah. Lalu bunga
ini diberikan pada penonton, lalu penonton
memberikan derma uang ala kadarnya.
20Seblang
e. Tahapan ini disebut 'tundik' dan beberapa
menyebutnya Ngibing, yakni saat dimana sang
penari mengajak penonton untuk ikut menari. Cara
memilih penontonnya unik, yakni sang penari
Seblang melemparkan 'sampur' pada penonton.
Siapa yang ketiban sampur itu harus menari
bersama penari Seblang. Suasana menjadi ramai
dan penuh tawa saat penonton lari berhamburan
menghindari sampur yang dilempar itu.
f. Inilah titik puncak dari upacara Seblang.
Saat sang pengiring memainkan lagu Candradewi
yang dimainkan dengan cepat, sang penari juga
berputar dengan cepat. Lalu sang penari rebah
dan tergeletak menelungkup. Saat ini petugas
kembali meminta derma dari para penonton.
g. Sebagai penutup penari Seblang menari dengan
membawa Keris yang terhunus, sehingga di acara
penutup terdapat prosesi Manjer Keling yaitu
penari Seblang menari seraya mengadu dua Keris
yang dipegangnya. Seblang di Olehsari tidak
terdapat fase prosesi ini.
h. Seusai pertunjukkan, ada satu ritual lain
yang tak afdol rasanya jika tak diikuti. Yakni
acara berebutan sesajen hasil pertanian yang
digantung di beberapa bagian kantor balai desa.
21Seblang
Ada durian, padi, alpukat, sirsak, pisang hingga
kelapa.
Prosesi Ritual Seblang Olehsari
a. Upacara ritual ini dilaksanakan sepekan berturut-
turut dan setelah upacara selesai dalam satu
pekan, tepatnya pada hari kedelapan, para
pendukung yang dalam hal ini pesinden, penari dan
ibunya harus melakukan siraman dengan maksud
mengembalikan para roh yang menempel di jasad ke
alam asalnya. Kemudian setelah semuanya usai, baru
mereka bersama tetangga sekitar lokasi siraman
melakukan selametan dengan do’a bersama dengan
cara-cara islami.
b. Ketentuan yang kedua mengenai lokasi upacara.
Lokasi penyelenggaraan upacara Seblang harus
diadakan di desa Olehsari, tidak boleh dan tidak
bisa dilaksanakan di luar.Dalam hal ini masyarakat
setempat selalu teringat peristiwa 80-an yang
mementaskan Seblang di kota Banyuwangi. Akibatnya,
sang penari tak mau sadarkan diri hingga pagi
hari. Berhubungan dengan masalah lokasi, tempat
ritual harus menghadap ke timur dan harus ada
bangunan kecil yang disebut tarub. Selain itu ada
tempat duduk khusus bagi penari dan pesinden yang
berada sedikit di belakang payung besar yang
disebut payung agung. Pada acara ini, tepatnya di
22Seblang
hari terakhir penari bersama seluruh pendukung
acara harus berputar mengelilingi desa sambil
menari kemudian berhenti di balai desa, berjalan
dan berhenti lagi di makam Mbah Bisu, dilanjutkan
menari sambil terus berjalan sampai ke lokasi awal
pemberangkatan (Misadi, 15 September 2010).
c. Ketentuan ketiga berkaitan dengan pelaku upacara,
lebih khusus penari. Dalam ritual Seblang ini,
para pelaku harus dipilih dan ditentukan menurut
adat yang berlaku. Pemimpin upacara dipilihkan
orang yang dianggap mampu memimpin jalannya
upacara. Saleh (Mbah Saleh) adalah dukun ”khusus”
di desa Olehsari yang dipercaya oleh masyarakat
menjadi pimpinan, yaitu untuk ngutugi dan ngundang
roh alus. Dalam pertunjukkan tari, Saleh selulu
membawa prapen (tempat untuk membakar kemenyan
atau anglo) dan mengunyah kemenyan, kemudian ia
mengasapi penari sebagai santapan dan minumannya,
“caos dhahar” katanya.
d. Selain sebagai pengutug Saleh juga sebagai
pengundang. Maksudnya, ia selain bertanggungjawab
dalam upacara juga bertanggung jawab pada masalah-
masalah yang berkaitan dengan roh halus terutama
ketika pertunjukan tari akan dimulai dan diakhiri.
Sebelum penari melakukan gerak tari terlebih
dahulu dilakukan acara ngundang roh halus supaya
merasuk ke sukma penari Seblang. Saat ngutugi
23Seblang
untuk mengundang roh ini ada mantra yang dibaca
sebagai berikut :
Kang ana ring pecemengan sembulungan
Kang ana ring Bali Anggenan
Kang ana ring Watudodol
Kang ana ring Antogan ring weringin
Mbah Jalil, Buyut Ketut, para Alus
Kang petang pucuk papat tekoho merene, Mbah Jalil
Gandrungan
Aji Anggring, Buyut Saridin, kang ana ring Kawah Ijen
sang pengutug
Mereneyo dianteni ring pendopo agung (Saleh, 14
September 2010).
e. Pelaku yang lain seperti pembuat omprok, perias,
penabuh, dan pendamping penari adalah orang-orang
khusus yang dipilih dengan dasar adat masyarakat
Olehsari. Orang-orang tersebut, selain mempunyai
skill di bidangnya masing- masing juga masih ada
jalinan keluarga dengan para sesepuh yang
merupakan pelaku upacara Seblang terdahulu.
Ketentuan lain, mereka harus berdomisili di desa
Olehsari.
f. Tata cara dan ketentuan lain yang juga merupakan
ciri khas sebuah upacara ritual adalah sajen
24Seblang
(sesaji) yang merupakan syarat pokok yang tidak
boleh ditinggalkan. Untuk menyediakan sajen ini,
sehari sebelum pelaksanaan upacara sudah harus
dipersiapkan lebih dulu mengingat banyaknya sajen
dan banyaknya macam uba rampe yang harus
disajikan.
g. Sesaji yang dibuat merupakan memiliki banyak jenis
seperti sajen buangan, yang artinya sesaji
tersebut dibuang atau dihantarkan ke tempat-tempat
keramat seperti di sumber mata air dan pemakaman.
Sesaji buangan ini diteliti dan dimantra-mantrai
oleh sang dukun sebelum upacara berlangsung. Sajen
ini terdiri dari : kembang telon, yang terdiri
dari bunga kanthil, kenanga dan mawar. Sajen ini
juga berupa kepala ayam, brutu ayam, jeroan, sayap
dan kaki ayam. Di samping itu, sajen-sajen
tersebut disertai pula ragi kuning dan air dalam
cangkir atau gelas kecil. Sajen kedua berupa buah-
buahan (rujakan) dan kinangan. Jenisnya berupa
jambu, kedondong, nanas, mentimun, belimbing,
jeruk, pisang mas, rambutan, manggis, buah sirsat
dan air dalam kendi, sedangkan kinangan berupa
wadah kinangan dan perabotnya.
h. Sajen ini ditempatkan pada tempat yang telah
ditentukan.yaitu di bawah atap atau di atas tempat
duduk pesinden. Sajen ketiga disebut sajen peras
yang terdiri dari: satu buah kelapa yang telah
25Seblang
dikupas kulitnya, dua tangkep pisang raja, satu
tangkep gula jawa, dan ragi kuning. Sajen ini
penempatannya di bawah payung agung atau dibawah
gong. Sajen peras, sajen rujakan, dan sajen
kuningan semuanya disebut sajen cawisan Selain
dari sajen-sajen tersebut di atas, masih ada sajen
yang harus disajikan di tarub.
i. Sajen tersebut berupa buah-buahan, biji-bijian,
sayur-sayuran, obat-obatan tradisional (empon-
empon), dan bunga-bungaan. Semua itu digantung di
atas pesinden atau tergantung pada atap tarub.
Sesaji ini biasa disebut dengan para bungkil.
Sajen-sajen itu semua nantinya diperebutkan oleh
penonton maupun para pelaku setelah acara selesai.
Hal ini dimaksudkan sebagai ngalap berkah atau
ngelorot dari benda-benda yang dipakai dalam
upacara.
j. Tari Seblang ini dimulai dengan upacara yang
dibuka oleh sang dukun desa atau pawang. Sang
penari ditutup matanya oleh para ibu-ibu yang
berada dibelakangnya, sambil memegang tempeh
(nampan bambu). Sang dukun mengasapi sang penari
dengan asap dupa sambil membaca mantera. Setelah
sang penari kesurupan (tak sadarkan diri atau
kejiman dalam istilah lokal), dengan tanda
jatuhnya tempeh tadi, maka pertunjukan pun
dimulai.
26Seblang
k. Si Seblang yang sudah kejiman tadi menari dengan
gerakan monoton, mata terpejam dan mengikuti arah
sang pawang atau dukun serta irama gendhing yang
dimainkan. Kadang juga berkeliling desa sambil
menari. Setelah beberapa lama menari, kemudian si
Seblang melempar selendang yang digulung ke arah
penonton, penonton yang terkena selendang tersebut
harus mau menari bersama si Seblang. Jika tidak,
maka dia akan dikejar-kejar oleh Seblang sampai
mau menari. Dan dipercaya mereka yang menolak akan
memperoleh musibah atau kasengsaran.
27Seblang
Lampiran Gambar
28Seblang
Daftar Pustaka
_______.
http://www.eastjava.com/tourism/banyuwangi/ina/seb
lang-dance.html
Dikutip pada 29 Februari 2015
Hadi Subagyo. 1999. Fungsi Ritual Seblang pada Masyarakat
Olehsari Kebupaten Banyuwangi Jawa Timur. Yogyakarta:
Tesis S2 Universitas Gajah Mada.
_______. Jurnal Graget. 2002. Ritual Seblang Sebagai Ekspresi
Estetik dab Simbolik Masyarakat Olehsari dan Bakungan di
Banyuwangi. Surakarta: Jurusan Tari Sekolah Tinggi
Seni Indonesia.
Sudibyo Aris. 1981. Mengenal Kesenian Tradisional Daerah
Blambangan. Banyuwangi: Departemen Pendidikan dan
Kwbudayaan.
______.http://eprints.umm.ac.id/10622/1/
TARI_SEBLANG_DAN_RITUAL_KEYAKINAN_MASYARAKAT.pdf.
dikutip pada 2 Febuari 2015 pukul 21.00
______.http://sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/
2013/08/Jurnal-Tari-Seblang.pdf. dikutip pada 2
Febuari 2015 pukul 21.00
29Seblang
______.http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/wp dikutip
pada 2 Febuari 2015 pukul 21.00
______.content/uploads/sites/37/2014/06/
Masyarakat_Using.pdf. dikutip pada 2 Febuari 2015
pukul 21.00
30Seblang