pusat batik yogyakarta dengan pendekatan simbolisme ...

13
1 PUSA TBA TIK YOGY AKART A DENGAN PENDEKA T AN SIMBOLISME BENTUKBANGUNAN BATIK CENTER YOGYAKARTA WITH THE APPROACH TO SYMBOLISM OF BUILDING Alfonsus Nanda FiantoPutra 1 1 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Widya Mataram Yogyakarta, KT III/237, Jalan Dalem Mangkubumen, Kadipaten, Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55132 ABSTRAK Batik merupakan kebudayaan asli Indonesia. Di Yogyakarta sendiri batik telah menjadi warisan budaya dan komoditas pariwisata bagi kota Yogyakarta yang banyak diminati oleh wisatawan domestik maupun wisatawan asing. Batik banyak berkembang di Yogyakarta tetapi juga berkembang di berbagai daerah di Indonesia dengan ciri khasnya masing-masing. Pusat batik merupakan wadah untuk menjaga, mengembangkan dan membina batik yang merupakan warisan budaya intangible. Saat ini di Yogyakarta belum terdapat pusat batik yang khusus sebagai bentuk implementasi safeguarding terhadap warisan budaya intangible terutama batik. Dari permasalahan yang muncul tersebut, penulis ingin mewujudkan rancangan Pusat Batik di Yogyakarta yang mempunyai esensi dari batik untuk menguatkan pemahaman mengenai batik melalui tatanan dan bentuk massa bangunan sehingga esensi batik muncul melalui tampilan bangunan. Penyampaian esensi batik tersebut dalam konsep dilakukan dengan mengolah tatanan dan bentuk massa bangunan berdasarkan pada Arsitektur Simbol motif pohon hayat. Motif pohon hayat merupakan bentuk simbolisme batik tentang kehidupan yang merupakan esensi dari batik itu sendiri. Motif pohon hayat dimunculkan melalui metode desain kanonik dengan wujud pada pada kuncup, batang dan akar pada bangunan Pusat Batik di Yogyakarta. Kata kunci:Batik; budaya intangible;Yogyakarta; safeguarding; Arsitektur Simbol ABSTRACT Batik is an indigenous culture of Indonesia. In Yogyakarta, batik has become a cultural heritage and tourism commodity for the city of Yogyakarta which is much in demand by domestic and foreign tourists. Batik developed a lot in Yogyakarta but also developed in various regions in I ndonesia with their respective characteristics. The batik center is a place to maintain, develop and develop batik which is an intangible cultural heritage. At present there is no special batik center in Yogyakarta as a form of safeguarding implementation of intangible cultural heritage, especially batik. From the problems that arise, the author wants to realize the design of the Batik Center in Yogyakarta which has the essence of batik to strengthen understanding of batik through the structure and shape of the building so that the essence of batik appears through the appearance of the building. Submission of the essence of batik in the concept is done by processing the structure and shape of the building mass based on the architecture of the tree tree symbol. The tree motif is a form of batik symbolism about life which is the essence of batik itself. Life tree motifs are raised through canonical design methods with shapes on buds, stems and roots in the Batik Center building in Yogyakarta. Keywords: Batik; intangible culture; Yogyakarta; safeguarding; Symbol Architecture 1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kekayaan yang luar biasa banyaknya. Suku bangsa yang beraneka ragam dari Sabang sampai Merauke menghasilkan variasi kebudayaan bagi Negara Kesatuan Republik

Transcript of pusat batik yogyakarta dengan pendekatan simbolisme ...

1

PUSAT BATIK YOGYAKARTA

DENGAN PENDEKATAN SIMBOLISME BENTUK BANGUNAN

BATIK CENTER YOGYAKARTA WITH THE APPROACH TO SYMBOLISM OF BUILDING

Alfonsus Nanda Fianto Putra1

1Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Widya Mataram Yogyakarta, KT III/237, Jalan DalemMangkubumen, Kadipaten, Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55132

ABSTRAK

Batik merupakan kebudayaan asli Indonesia. Di Yogyakarta sendiri batik telah menjadi warisan budaya dan komoditas pariwisata bagi kota Yogyakarta yang banyak diminati oleh wisatawan domestik maupun wisatawan asing. Batik banyak berkembang di Yogyakarta tetapi juga berkembang di berbagai daerah di Indonesia dengan ciri khasnya masing-masing. Pusat batik merupakan wadah untuk menjaga, mengembangkan dan membina batik yang merupakan warisan budaya intangible. Saat ini di Yogyakarta belum terdapat pusat batik yang khusus sebagai bentuk implementasi safeguarding terhadap warisan budaya intangible terutama batik. Dari permasalahan yang muncul tersebut, penulis ingin mewujudkan rancangan Pusat Batik di Yogyakarta yang mempunyai esensi dari batik untuk menguatkan pemahaman mengenai batik melalui tatanan dan bentuk massa bangunan sehingga esensi batik muncul melalui tampilan bangunan. Penyampaian esensi batik tersebut dalam konsep dilakukan dengan mengolah tatanan dan bentuk massa bangunan berdasarkan pada Arsitektur Simbol motif pohon hayat. Motif pohon hayat merupakan bentuk simbolisme batik tentang kehidupan yang merupakan esensi dari batik itu sendiri. Motif pohon hayat dimunculkan melalui metode desain kanonik dengan wujud pada pada kuncup, batang dan akar pada bangunan Pusat Batik di Yogyakarta.

Kata kunci:Batik; budaya intangible; Yogyakarta; safeguarding; Arsitektur Simbol

ABSTRACT

Batik is an indigenous culture of Indonesia. In Yogyakarta, batik has become a cultural heritageand tourism commodity for the city of Yogyakarta which is much in demand by domestic and foreigntourists. Batik developed a lot in Yogyakarta but also developed in various regions in Indonesia with theirrespective characteristics. The batik center is a place to maintain, develop and develop batik which is anintangible cultural heritage. At present there is no special batik center in Yogyakarta as a form ofsafeguarding implementation of intangible cultural heritage, especially batik. From the problems thatarise, the author wants to realize the design of the Batik Center in Yogyakarta which has the essence ofbatik to strengthen understanding of batik through the structure and shape of the building so that theessence of batik appears through the appearance of the building. Submission of the essence of batik in theconcept is done by processing the structure and shape of the building mass based on the architecture ofthe tree tree symbol. The tree motif is a form of batik symbolism about life which is the essence of batikitself. Life tree motifs are raised through canonical design methods with shapes on buds, stems and rootsin the Batik Center building in Yogyakarta.

Keywords: Batik; intangible culture; Yogyakarta; safeguarding; Symbol Architecture

1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia

memiliki kekayaan yang luar biasa banyaknya.

Suku bangsa yang beraneka ragam dari Sabangsampai Merauke menghasilkan variasi kebudayaan bagi Negara Kesatuan Republik

2

Indonesia, salah satu kebudayaan yang bisadinikmati yaitu batik. Batik merupakan karyaseni yang banyak dinikmati oleh sebagian besarmasyarakat Indonesia maupun mancanegara.Pada tahun 2008, Malaysia pernah mengklaimbahwa batik merupakan kebudayaan tradisionalmilik negaranya. Pada Oktober 2009, UNESCOmengukuhkan batik sebagai kebudayaan aslimilik bangsa Indonesia (Sumber: Artikel BatikIndonesia Resmi Diakui UNESCO, ANTARANews, 2 Oktober 2009). Pengukuhan tersebutmenyebabkan makin banyak masyarakat yangmulai mencintai dan mengenal batik terutama diYogyakarta. Masyarakat Yogyakarta sangat mencintai dan mengenal seni batik sehingga saatini banyak instansi pemerintahan dan swastayang mewajibkan karyawannya untukmenggunakan batik pada hari-hari khusus.

Batik yang telah menjadi warisan budayaintangible Indonesia dan dunia (Sumber:https://ich.unesco.org/en/decisions/4.COM/13.44,13 Oktober 2017) menyebabkan penggunaanbatik motif pada seragam dikalangan pelajar danbanyak turis asing datang ke Yogyakarta hanyauntuk mencari hasil olahan batik serta belajarmembatik. Sosrowijayan yang terkenal dengan“Kampung Turis” banyak menawarkan turis-turisasing untuk belajar membatik dengan memberipenawaran belajar dengan cepat dan mudah,sehingga turis asing dapat belajar membatiktanpa memakan waktu yang lama.

Arsianti Latifah melalui tulisannya “Batik dan Tradisi Kekinian” mengatakan bahwa dahulu tradisi membatik dianggap sebagai tradisi yang hanya bisa ada di dalam keraton dan diperuntukkan sebagai pakaian raja, keluarga, serta para pengikutnya, sehingga menjadi simbol feodalisme Jawa (Sumber: https://tirto.id/asal-mula-batik-sebagai-pakaian-bangsawan-bUaY). Batik sangat kental di Yogyakarta karena Yogyakarta merupakan salah satu kota tempat bertumbuh dan berkembangnya batik. Di Keraton Yogyakarta, batik dijadikan busana wajib yang harus dikenakan bagi petinggi-petinggi keraton maupun bagi abdi dalem keraton. Batik tidak hanya berhenti menjadi seni kerajinan di Yogyakarta tetapi juga acara-acara yang berkaitan dengan batik juga cukup banyak, seperti acara peragaan busana sampai pameran kerajinan batik. Acara-acara yang bertemakan batik diadakan di beberapa tempat di Yogyakarta seperti Jogja Craft dan Batik Expo 2010 di Plaza Ambarukmo, Angkringan Batik di Museum Benteng Vredeburg, Lomba Mewarnai, MelukisModel Batik dan Drum Band di Taman Pintar,

Pameran Kreasi Untuk Indonesia di MalioboroMall dan Jogja Java Carnival di sepanjang AbuBakar Ali sampai Alun-Alun Utara serta GerakanMembatik Nasional pada tahun 2015. Acara-acara tersebut menunjukkan bahwa batik sudahmenjadi bagian dari kota Yogyakarta yangbanyak diminati para wisatawan dan masyarakatYogyakarta.

Menurut Dr. J.L.A. Brandes dalam teoriBrandes Ten is Point menempatkan batik sebagaikebudayaan pra-sejarah yang berada pada jamankebudayaan gamelan, wayang, syair, barang-barang logam, pelayaran dan ilmu falak memiliki nilai filosofi (Sumber: Baker, Walter D.and Ida S. 1920. Batik And Other PatternDyeing. Atkinson, Mentzer & Company:Chicago.). Pada masa kebudayaan pra-sejarah diJawa berkembang kejawen atau ilmukesempurnaan jiwa yang merupakan pandanganhidup orang Jawa saat itu. Ilmu ini termasuk ilmukebatinan dan dalam Islam disebut tasawuf atausufisme. Kejawen sebenarnya bukan agama tetapisebuah kepercayaan, namun masih banyak orangyang salah menafsirkan. Pada kejawen terdapatajaran yang berdasarkan kepercayaan terhadapTuhan Yang Maha Esa. Sehingga kejawen lebihtepat dikategorikan sebagai pandangan hidup ataufilsafat hidup orang Jawa. Pandangan hidup ataufilsafat hidup orang Jawa memiliki simbol-simbolkesatuan, kekuatan dan keluhuran, diantaranya :

1. Yang berhubungan dengan roh leluhur,sesaji, menyediakan bunga dan air putih,membakar kemenyan, ziarah kubur danselamatan.

2. Yang berhubungan dengan kekuatan, nenepi (diam di tempat sepi), memakaikeris, tombak dan jimat atau sipat kandel.

3. Yang berhubungan dengan keluhuran seperti; laku utomo (tindakanutama,terpuji) dalam hasta-sila, hasta-brata dan panca kreti.

(Sumber: Budiono Herusatoto. 1985. SimbolismeDalam Budaya Jawa. Yogyakarta:Hanindita.).

Batik saat ini biasa dikenal dari nama kota atau suatu wilayah pembuatannya, misal seperti batik Solo, batik Yogyakarta, batik Cirebon, batik Pekalongan, batik Garut dan batik Banyumas. Batik pada tiap kota-kota tersebut memiliki batik motif khas sendiri dengan makna dan kegunaannya sendiri. Proses pembuatan batik dibedakan menjadi dua yaitu batik tradisional dan batik modern. Batik tradisional dibuat dengan cara tradisional dan dengan alat tradisional pula, sehingga waktu yang diperlukan dalam pembuatannya juga memakan waktu yang lama.

3

Berbeda dengan tekstil modern dengan motifbatik, tekstil modern dengan motif batik sudahmenggunakan alat yang lebih modern, sehinggawaktu pekerjaannya jauh lebih singkat.

Hasil olahan batik saat ini tidak hanyadigunakan untuk bahan pakaian atau berfungsisebagai kain saja, namun sudah dikembangkanuntuk segala jenis perlengkapan sehari-hariseperti sprei, taplak, serbet, tas dan lainsebagainya. Perkembangan batik ini merupakansuatu gejala yang merisaukan kelangsunganhidup batik terkait makna filosofis, simbolis danteologisnya, karena penggunaan batik tidak lagimengikuti makna yang terkandung dalam motifbatik tersebut kecuali pada acara-acara tradisionaltertentu. Pengertian batik menjadi terfokussebagai komoditas atau produk ekonomi, sehingga eksistensi batik tradisional di dalammasyarakat dihadapkan pada kondisi harusbersaing dengan produk-produk tekstil printingmotif batik. Hal ini berpengaruh pada:

1. Makin berkurangnya konsumen batik tradisional karena pembuatan batik tradisional yang membutuhkan waktu yanglama dan harga jual yang terhitung tinggi,yang menyebabkan industri batik ataupengrajin batik berusaha untuk mengacupada pemasaran semata daripada pemaknaan batik.

2. Kemajuan teknologi dalam bidang industritekstil menyebabkan adanya produksi tekstil bukan batik dengan motif yangmirip batik.

3. Kurangnya perhatian generasi muda terhadap batik di saat ini baik sebagaikomoditi maupun batik sebagai senibudaya.

Yogyakarta dengan predikat Kota Batik Duniasaat ini memiliki Balai Besar Kerajinan danBatik, Putra Putri Budaya Yogyakarta, PutraPutri Batik Nusantara, Asosiasi Pengerajin Batikdan Paguyuban Pecinta Batik Indonesia SekarJagad yang memberikan pengaruh besar padasosialisasi pemahaman, perkembangan dan pelestarian batik. Walaupun perkembangan batiksudah berjalan ke arah yang baik, terdapatmasalah-masalah yang dikhawatirkan akanmengancam keberadaan dan perkembangan batikantara lain masalah kurangnya pendataan tentangbatik, informasi batik, klasifikasi batik, tenagakerja, tenaga ahli, manajemen pemasaran produkbatik, regenerasi pengrajin dan lain-lain. Selainitu batik juga harus bersaing dengan produktekstil dan fashion lainnya. Sehingga diperlukanusaha-usaha yang bertujuan untuk mengatasi

masalah-masalah yang berhubungan dengan keberadaan dan perkembangan batik ke depannya. Permasalahan tersebut muncul karenatidak ada yang mampu bertanggung jawabterhadap keberadaan batik, solusi untukmengatasi masalah-masalah tersebut yaitudiperlukan “penjaga” yang mampu bertanggungjawab terhadap kelestarian dan perkembanganbatik. Terlebih ratifikasi Convention for TheSafeguarding of The Intangible Cultural Heritagemelalui Peraturan Pemerintah no. 78 tahun 2007tentang Budaya Takbenda mengenaisafeguarding batik sebagai keseluruhan teknik,simbolisme dan budaya perlu diimplementasikanberupa wadah “penjaga, pengembang danpembina” batik.

Wadah yang diperlukan “penjaga, pengembang dan pembina” batik adalah denganmenyediakan suatu pusat batik dengan fasilitasyang tidak berhenti pada satu jenis kegiatanmenjaga tetapi mampu menyediakan fasilitasbagi pengrajin, pengusaha, pecinta, pemerhatidan individu/instansi terkait lainnya untuk memperkenalkan, mempromosikan, melestarikandan mengembangkan batik, serta untuk membentuk tenaga terlatih dan ahli, baikkelompok maupun individu yang memilikikompetensi terhadap batik sehingga mampumenjadi fasilitas one stop service. Yogyakartasebagai Kota Pelajar dan Budaya denganberagam keunikan yang dimiliki, sangat potensialuntuk menjadi pusat promosi dan pengembanganbatik. Keunggulan tersebut harus dioptimalkandan menjadi alasan yang kuat untuk mendirikanpusat informasi batik di Yogyakarta. Pusat BatikYogyakarta ini juga diharapkan dapat menjadiikon mode batik yang bisa menginspirasi danmenjadi referensi perkembangan batik di Indonesia, serta mengenalkan pada khalayakumum bahwa batik merupakan budaya asliIndonesia yang memiliki nilai yang tinggisehingga mampu bertahan sesuai denganperkembangan jaman tanpa menghilangkankekhasan dan keunikan batik itu sendiri. PusatBatik Yogyakarta sebagai Penjaga, Pengembangdan Pembina Warisan Dunia Intangible juga akanmenambah ragam tujuan wisata di Yogyakarta.

Batik penting sebagai warisan budayaintangible yang merupakan bagian utama keragaman dan jaminan perkembangankeberlanjutan budaya, terutama batik merupakan“pesan” penting mengenai budaya berprosesdimana saat ini berkembang budaya yang serbacepat atau instant.

4

Menanggapi hal-hal tersebut diatas makadibutuhkan perencanaan dan perancangan PusatBatik Yogyakarta agar dapat menjadi fasilitasone stop service bagi wadah safeguarding batikdi Yogyakarta. Perancangan pusat batik denganmenggunakan konsep “arsitektur simbol” diharapkan mampu menghadirkan simbolismebatik sebagai kehidupan yang mampu menunjangsemua kegiatan di Pusat Batik Yogyakarta.

Perencanaan dan perancangan yang merupakan bagian penting dari proses desainPusat Batik Yogyakarta perlu menitikberatkanpada aspek yang sangat penting yaitumenerapkan prinsip arsitektur simbol karenabatik merupakan bentuk simbol kehidupansebagai bagian dari kebudayaan masyarakatJawa.

Konsep arsitektur simbol merupakan suatu usaha perwujudan sebuah lambang atau tanda yang mewakili suatu objek dan dikomunikasikan ke dalam perancangan melalui bentuk atau elemen arsitektur bangunan.

Kesimpulan latar belakang diatas ialahsangat perlu desain Pusat Batik Yogyakartadengan pendekatan desain pada arsitektur simbol,sehingga dapat mewujudkan bentuk simbolismebatik sebagai kehidupan pada bentuk bangunandan mengoptimalkan fungsi Pusat Batik Yogyakarta sebagai fasilitas one stop service bagikegiatan yang terkait batik di Yogyakarta.

2. Tujuan

Membuat wadah menjaga, mengembangkan dan membina batik Yogyakartasebagai warisan budaya intangible yang merupakan fasilitas one stop service sebagaipusat kegiatan berkaitan dengan batik.Merumuskan konsep desain Pusat BatikYogyakarta yang mampu mewujudkansimbolisme batik sebagai kehidupan melaluisistem tata ruang dan bentuk bangunan, konsepdesain dengan pendekatan arsitektur simbolsebagai acuan atau landasan terwujudnya sebuahpusat batik yang bisa memberi kenyamananruang dan simbolisme batik.

3. Metode Penelitian

a. Kompilasi Data Data yang sudah diperoleh mengenai

Pusat Batik Yogyakarta dari hasil observasi,wawancara, studi pustaka, studi referensikemudian semua data akan diseleksi, ditabulasi, secara sistematis sesuai dengankebutuhan data yang diperlukan.

b. Teknik AnalisisProses analisis mengacu pada pendekatan

arsitektur simbol pada tatanan ruang, bentukdan struktur. Dalam proses pola proseduralterdapat beberapa metoda yang dilakukandalam proses pembahasan mencakup pembahasan deskriptif, grafis dan tabel. c. Sintesis

Menyimpulkan hasil analisis ke dalamkonsep dasar perencanaan dan perancanganPusat Batik di Yogyakarta.

4. Hasil

Data tentang objek batik yang diperlukan untuk menyusun kebutuhan dari wadah Pusat Batik di Yogyakarta merupakan data yang berkaitan dengan ratifikasi Convention for TheSafeguarding of The Intangible Cultural Heritagemelalui Peraturan Pemerintah no. 78 tahun 2007 tentang Budaya Tak Berwujud dengan tujuan safeguarding batik sebagai keseluruhan teknik, simbolisme dan budaya, sehingga Pusat Batik di Yogyakarta dapat menjadi wadah penjaga batik Yogyakarta sebagai warisan budaya intangible. Data tentang objek batik merupakan batik di Yogyakarta, sesuai dengan lingkup pembahasan.

Tindakan menjaga batik yang merupakanwarisan budaya intangible telah diatur dalam BabIII Convention For The Safeguarding Of TheIntangible Cultural Heritage secara khusus padapasal 29 yang memuat kewajiban negara harusberusaha untuk:

a) Menyetujui kebijakan umum yang bertujuan mempromosikan fungsiwarisan budaya takbenda dalammasyarakat, dan mengintegrasikanperlindungan warisan tersebut dalamprogram-program perencanaan.

b) Menunjuk atau membentuk satu ataulebih badan-badan yang memiliki kompetensi untuk perlindungan warisanbudaya takbenda yang ada di wilayahnya.

c) Mendorong studi ilmiah, teknik danseni serta metodologi penelitian, dengan tujuan untuk perlindunganefektif warisan budaya takbenda,khususnya warisan budaya takbendayang terancam.

d) Menerapkan tindakan-tindakan hukum,teknik, administratif dan keuangan yangtepat yang bertujuan untuk: Mendorong penciptaan atau

penguatan lembaga-lembaga

5

pelatihan di bidang manajemen warisan budaya takbenda dan penyebaran warisan tersebut melaluiforum-forum dan ruang yangdimaksudkan untuk pertunjukan atauekspresi warisan budaya takbendadimaksud.

• Memastikan akses warisan budayatakbenda dengan menghormati adatistiadat yang mengatur akses padabagian-bagian spesifik warisan tersebut.

• Mendirikan lembaga-lembaga dokumentasi warisan budaya takbenda dan memfasilitasi akseslembaga-lembaga tersebut.

Tindakan menjaga batik di Yogyakarta belumterwadahi secara menyeluruh. Keraton Yogyakarta hanya berperan sebagai penjagaBatik Keraton, tidak dapat melingkupi batik diwilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

Yogyakarta memiliki semua kekayaanmengenai batik, mulai dari sejarah, variasi motifbatik, makna simbolisme batik, kegiatan kebudayaan dan fasilitas yang terkait batik, sertapara pelaku batik meliputi pengrajin, peneliti,pengusaha dan pecinta batik yang mulai melibatkan generasi muda. Kekayaan dankegigihan terhadap batik sebagai acuan tradisimembuat Yogyakarta mampu meraih PredikatKota Batik Dunia.

Yogyakarta dengan predikat sebagai Kota Batik Dunia merupakan lokasi sesuai untuk Pusat Batik sebagai bentuk implementasi Bab IIIConvention For The Safeguarding Of TheIntangible Cultural Heritage secara khusus pada

pasal 29 mengenai safeguarding. Yogyakartamemiliki semua kekayaan mengenai batik, mulaidari sejarah, variasi motif batik, makna simbolisme batik, kegiatan kebudayaan danfasilitas yang terkait batik, serta para pelaku batikmeliputi pengrajin, peneliti, pengusaha danpecinta batik yang mulai melibatkan generasimuda. Batik Keraton merupakan bentuk warisanbudaya dunia intangible UNESCO sebagaikeseluruhan teknik, simbolisme dan budaya yangterus dijaga dan berkembang, serta harus terusdikembangkan sebagai keseluruhan batik diYogyakarta.

Kriteria lokasi harus mampu mendukungfungsional dan tujuan dari Pusat Batik Yogyakarta. Pusat Batik Yogyakarta untukmenjaga, mengembangkan dan membina batikyang ada di Yogyakarta, oleh karena itu lokasiyang disarankan harus memiliki ketersedianjaringan infrastruktur kota dan peruntukkan tataruang yang sesuai. Pusat Batik Yogyakarta harusmampu mendukung batik sebagai warisan budayaintangible yang merupakan simbolismekehidupan dan bersumber dari nilai-nilai filosofikehidupan masyarakat Jawa. Tema tersebutmampu menjadi dasar penentuan lokasi yangdisarankan sehingga Pusat Batik Yogyakartatidak hanya memiliki kekuatan secara fungsionaltetapi juga simbol yang mampu mendukungkekuatan filosofi kekuatan Kota Yogyakarta.

Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota dengan pola bentuk pola tata ruangnya yang unik. Keunikan tata ruang kota disebabkan karena terdapat suatu poros sumbu imajiner. Poros ini membentang dari arah Utara – Selatan (Gunung Merapi – Tugu Pal Putih – Kraton

Tabel 1.1: Batik di Yogyakarta

(Sumber : data diolah penulis)

Gambar 1.1: Konsep Sumbu Imajiner Kota Yogyakarta

(Sumber: http://yogyaku-istimewa.blogspot.com)

Yogyakarta – Panggung Krapyak – Laut Selatan)membentuk suatu jalur linear dan menghubungkan beberapa simbol-simbol fisikyang mempunyai makna nilai filosofis. Sumbuimajiner memiliki arti secara simbolik daripadasecara fisik. Tugu, Kraton dan PanggungKrapyak yang berada pada satu garis lurusmerupakan sumbu filosofi dari KratonYogyakarta. Panggung Krapyak hingga Kratonmenggambarkan seorang bayi sejak lahir darirahim sang ibu, menginjak dewasa, berumahtangga, sampai melahirkan kembali menurutjurnal Aspek Budaya Dalam Keistimewaan TataRuang Kota Yogyakarta dalam JurnalPerencanaan Wilayah dan Kota vol. 26, no. 3,hlm. 230-252, Desember 2015. Kraton hinggaTugu melambangkan perjalanan manusia menghadap sang khalik, oleh karena itu sumbuimajiner Kota Yogyakarta merupakan simbol darifilosofi kehidupan manusia yang dapat menjadikekuatan dari tema Pusat Batik Yogyakarta.

Berdasarkan konsep filosofi sumbu imajiner Kota Yogyakarta maka lokasi yangmampu mendukung Pusat Batik Yogyakartasebagai simbolisme kehidupan danpuncak/mahakarya manusia berada pada kesatuangaris linier dengan batas Alun-Alun Utara danAlun-Alun Selatan. Lokasi memilikikecenderungan berada pada sisi timur KeratonYogyakarta dengan banyak terdapat fasilitasterkait kebudayaan terutama batik danberdasarkan sejarah perkembangan batik.Berdasarkan pertimbangan tersebut makakawasan yang sesuai untuk Pusat BatikYogyakarta adalah Kecamatan Mergangsan.

5. Pembahasan

Tapak terletak sisi timur Jalan Brigjen.Katamso, Kecamatan Mergangsan, Kota Yogyakarta. Eksisting tapak merupakan TamanPurawisata yang berlokasi di Jalan Brigjen.Katamso, Yogyakarta dengan luas 13.018 m2.Tapak Taman Purawisata memiliki batas yaitu:

Batas Utara : Jalan Ireda Batas Timur: Sendratari Ramayana Purawisata, Tasnem Butik dan Hotel Batas Selatan: Kompleks Kantor WilayahDaerah (BNNP DIY, Aula DinasKOMINFO DIY, BPS Kota Yogyakartadan Kementrian Agraria Dan Tata RuangBadan Pertanahan Nasional) Batas Barat: Jalan Brigjen. Katamso Tapak berlokasi di daerah padat bangunan

yang berbatasan langsung dengan jalan kolektorsekunder (Jalan Brigjen. Katamso) dan jalan lokal primer (Jl. Ireda). Tapak juga berbatasan dengan bangunan perkantoran pemerintah daerah, Sendratari Ramayana Purawisata, Tasnem Butik dan Hotel.

Gambar 1.2: Konsep Filosofi Sumbu ImajinerKota Yogyakarta

(Sumber: data diolah penulis)

Gambar 1.3: Lokasi Pusat Batik Yogyakarta Kecamatan Mergangsan

(Sumber: data googlemap.com diolah penulis)

Gambar 1.4: Lokasi Tapak (Sumber: data diolah penulis)

6

7

Kata kunci yang tepat untuk menganalisisgubahan massa Pusat Batik Yogyakarta adalahhirarki dan orientasi. Hirarki dan orientasi inidiartikan sebagai upaya untuk menunjukkan diribangunan sebagai pusat batik. Hirarki danorientasiyang mudah terlihat yaitu dari segi poladan bentuk bangunannya. Seperti dalam batikterdapat tiga motif dasar dalam pembuatan batikyaitu motif utama, motif pengisi dan motif isen.Ketiga motif tersebut memiliki peran masing-masing yaitu:

Motif utama menjadi tokoh utama ataumemiliki peran penting dalam sebuahbatik.

Motif pengisi menjadi pendukung atauperan pembantu dalam terciptanya sebuahbatik.

Motif isen menjadi pelengkat ataumemperindah motif utama dan motifpengisi.

Motif utama batik yang dapatmenunjukkan jati diri Pusat Batik Yogyakartaadalah motif pohon hayat. Motif pohon hayatterbagi menjadi 3 bagian yaitu akar, batang dankuncup. Motif pohon hayat merupakansimbolisme kehidupan.

Gambar 1.5: Luasan Perancangan Tapak (Sumber: data diolah penulis)

Tapak yang terpilih sebagai lahan PusatBatik Yogyakarta terletak di Jalan Brigjen.Katamso, Kecamatan Mergangsan berdasarkanperencanaan tata ruang wilayah dan rencanadetail tata ruang Kota Yogyakarta memilikipotensi yaitu:

a) Struktur kawasan ruang berkedudukansebagai sub pusat kota kawasan strategispenyangga citra kota dengan fungsipembatasan atau penyangga kawasan yangdapat berupa pembatas fisik maupun non-fisik dari kawasan budaya, pendidikan,perjuangan dan pariwisata-sebagai jalurbercitra pariwisata.

b) Tapak termasuk dalam kawasan Sub ZonaSPU sebagaizona sarana pelayanan umumdengan status diperbolehkan sebagaifasilitas umum dan sosial sertaperdagangan dan jasa dalam penggunaanlahan.

c) Tapak termasuk dalam Blok I2KKeparakan merupakan zona saranapelayanan umum, zona rencana sistempengelolaan air limbah dengan sistemterpusat dan zona rencana pengembanganjaringan drainase untuk peningkatan SubBWP I Mergangsan.

d) Karakter penggunaan lahan tapak yangdapat memberikan variasi dan orientasi.

e) Tapak berbatasan langsung dengan jalankolektor sekunder yang dapat memberikanaksesibilitas dan sirkulasi bagi fungsibangunan.

f) Tapak berbatasan langsung dengan jalanlokal primer yang dapat memberikanaksesibilitas dan sirkulasi tambahan bagifungsi bangunan.

Gambar 1.6: Diagram Pengolahan Tapak(Sumber: analisis penulis)

Tabel 1.2: Analisis Wujud Peranan Motif DasarBatik pada Pusat Batik

(Sumber : analisis penulis)

8

Dalam Pusat Batik Yogyakarta, akar padapohon hayat menjadi pendukung dan batangmenjadi perantara ke kuncup. Akar, batangkemudian ke kuncup, mengarahkan pada tujuanPusat Batik Yogyakarta yaitu penjaga,pengembang dan pembina. Wujud Pusat BatikYogyakartaberdasarkan pemahaman tersebutdapat diperoleh melalui proses tipe desainmenurut Geoffrey dalam buku Sign, Symbol, andArchitecture (1980) yaitu desain pragmatis,desain ikonik, desain analogi dan desain kanonik.Proses desain kanonik digunakan untukmendapatkan wujud Pusat Batik karena metodeyang diterapkan dengan memisahkan sistembentuk geometri dua atau tiga dimensi yangkemudian dapat disederhanakan. Proses desainkanonik sesuai untuk memisahkan motif pohonhayat yang bersifat dua dimensi untuk dapatdisederhakan menjadi sistem geometri yangmampu menggambarkan bentuk kuncup, batangdan akar. Geoffrey dalam buku Sign, Symbol, andArchitecture (1980) memberikan 3 cara untukmerespon sebuah penanda (simbol) denganmengelompokkan kategori penghubungnya,mengelompokkan kategori pemisahnya ataumengelompokkan kategori yang memilikirelasional sehingga mampu mendekatkanpenggunaan simbol secara de facto (padakenyataannya/praktik) atau de jure (menuruthukumnya/prinsip). Simbol motif pohon hayatdapat direspon dengan mengelompokkan kategoriyang memiliki relasional berdasarkan perananpada bagian kuncup, batang dan akar sehinggadapat diperoleh wujud Pusat Batik

Berdasarkan hasil analisis tersebut, didapat massa bangunan Pusat Batik Yogyakartamemiliki 3 massa yang merupakan massakuncup, massa batang dan massa akar. Massabangunan kuncup memliki peranan sebagaipuncak sehingga menjadi wadah bagi ruangdireksi, ruang hak cipta, ruang lokakarya, ruangpenelitian dan pengembangan. Massa bangunanbatang memiliki peranan sebagai penghubungsehingga menjadi wadah bagi ruang pengelola,ruang seminar, perpustakaan, ruang lobi, ruanginformasi, ruang pameran dan ruang membatik.Massa bangunan akar memiliki peranan sebagaipendukung sehingga menjadi wadah bagi ruangpenyimpanan, ruang servis, ruang keamanan dansouvenir.

6. KONSEP

Pengolahan Tapak Berdasarkan potensi yang dimiliki tapak

dan analisis perancangan tapak, agar tapak mampu memberikan respon terhadap ruang kawasan dan fungsi bangunan maka perlu mendapat pengolahan sebagai berikut:

a) Mempertegas pola ruang tapakdengan memberikan sumbu ruang,

Tabel 1.3: Analisis Motif Pohon Hayat padaPusat Batik

(Sumber : analisis penulis)

Tabel 1.4: Analisis Arsitektur Simbol padaMotif Pohon Hayat

(Sumber : analisis penulis)

sehingga dapat memperjelas orientasitapak.

b) Pola ruang aksial pada tapak dapatmenjadi acuan dalam peletakkanmassa bangunan.

c) Membagi ruang tapak menjadi duayaitu ruang tapak yang bersifat publikdan ruang tapak yang bersifat privat.

d) Ruang tapak yang atraktif menjadiacuan untuk meletakkan massabangunan yang mampu memberikanorientasi.

e) Kesatuan, keseimbangan dan iramatata massa bangunan dirancang untukmewujudkan citra dan kemudahanaksesibilitas user.

f) Orientasi skyline tapak disusunberdasarkan sumbu ruang, skalabangunan, proporsi bentuk dankekosongan ruang.

Besaran Ruang

Bentuk Massa Bangunan Bentuk massa bangunan Pusat Batik

Yogyakarta secara arsitektural sebagai massa tunggal dengan pendekatan Arsitektur Simbol motif pohon hayat sebagai simbolisme batik

9

Tata Ruang Dalam Tata ruang dalam Pusat Batik Yogyakarta

dengan pola cluster dengan berdasarkan padapola motif pohon hayat untuk menunjutkkanjati diri dan simbolisme pada bangunan.Ruang-ruang pada massa bangunan PusatBatik Yogyakarta dikelompokkan menjaditiga massa yaitu bagian kuncup, bagian batangdan bagian akar. Pola penataan massabangunan Pusat Batik Yogyakarta yangdipilih adalah cluster with grouped single pathpattern sehingga berpengaruh pada sirkulasiyang linier pada hubungan antar ruang.

Total luas ruang yang dibutuhkan PusatBatik Yogyakarta sebesar 3642,51 m². Luastapak yang menjadi lokasi sebesar 13.018m2dengan luas lahan efektif yang dapatdibangun sebesar sebesar 8.837 m2. Kriterialuas ruang dan luas tapak menjadi dasarperancangan Pusat Batik Yogyakarta“diperbolehkan” untuk menjadi bangunan satulantai karena luas lahan mencukupi. Tapakmemiliki ketentuan KDB maksimal 70%,namun karena konsep pengolahan tapakmengatakan bangunan merupakan bloktunggal yang diletakkan pada area pusat tapakmaka KDB yang dapat menjadi acuan adalah67,88% atau lebih rendah. Oleh karena ituluas lantai dasar bangunan yang dirancangdengan KDB 67,88% memiliki luas lantaidasar sebesar sebesar 8.837 m2 atau lebihkecil dari 70%.

Tabel 1.5: Besaran Ruang Pusat Batik Yogyakarta

(Sumber : analisis penulis)

yang menjadi visual dari fasad Pusat BatikYogyakarta. Tabel 1.6: Bentuk Massa Bangunan Pusat Batik

Yogyakarta

(Sumber : analisis penulis)

Tabel 1.7: Tata Ruang Dalam Bangunan PusatBatik Yogyakarta

10

Tata Ruang Luar Tata ruang luar Pusat Batik Yogyakarta

pada diperoleh wujud tata ruang luar denganpendekatan Arsitektur Simbol motif pengisidipergunakan pada pemilihan vegetasi danelemen ruang luar pada area parkir, ruangterbuka aktif dan ruang terbuka pasif. Motifisen garis dipergunakan pada penataan polasirkulasi ruang luar.

struktur bangunan dengan fungsi kantor,pameran dan pelatihan membatik. Penentuanjenis struktur bangunan berdasarkanpertimbangkan fungsi bangunan yangmerupakan bangunan umum serta mix used,memenuhi persyaratan fleksibilitas bangunanagar ruang dapat berfungsi secara efektif,ketinggian bangunan maksimal 5 lantai, jenistanah regosol, faktor teknik dan persyaratanbangunan.

Struktur bawah berdasarkan hasil analisastruktur pondasi yang dipakai pada PusatBatikYogyakarta ini adalah pondasi tapak(foot plat). Pondasi ini terbuat dari betonbertulang dan letaknya tepat di bawahkolom/tiang dan kedalamannya sampai padatanah keras. Struktur atas pada perancanganbangunan Pusat Batik Yogyakarta terdapat 2jenis struktur yang digunakan, yaitu strukturrangka kaku dan space frame.

(Sumber : analisis penulis)

Tabel 1.8: Tata Ruang Luar Bangunan PusatBatik Yogyakarta

(Sumber : analisis penulis)

Struktur Struktur bangunan Pusat Batik Yogyakarta

berdasarkan bentuk maka diperoleh strukturyang mampu memberikan bentuk massabangunan dengan simbol motif pohon hayatdan tetap memberikan tingkat keamanan

11

7. Kesimpulan

Penelitian dengan judul Pusat Batik Yogyakarta dengan didasarkan pada kajianliteratur, pengumpulan data dan analisis dapatdiambil beberapa kesimpulan antara lain:

1. Batik merupakan mahakarya kebudayaan masyarakat Jawa yang sangat tinggi nilainya, terutama batik di Yogyakarta yang bersumber dari Keraton Yogyakarta dan terus diupayakan untuk tetap lestari. Namun sejalan dengan perkembangan kebudayaan di Yogyakarta, batik mulai dipandang sebagai produk bernilai jual ekonomi semata dan menurunnya minat masyarakat umum terhadap batik. Permasalahan tersebut memicu terputusnya aliran pengetahuan kebudayaan dengan tidak ada regenerasi ahli batik dan pendataan tentang batik di Yogyakarta. Batik di Yogyakarta merupakan warisan budaya intangible yang bahkan telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia perlu dilestarikan dengan cara safeguarding yang telah diatur menurut Bab III Convention For The SafeguardingOf The Intangible Cultural Heritagedengan membentuk wadah yang mampu menjaga, mengembangkan dan membina batik di Yogyakarta agar menjadi keseluruhan teknik, simbolisme serta budaya masyarakat Yogyakarta.

2. Pusat Batik Yogyakarta merupakan fasilitas bagi wadah penjaga, pengembang dan Pembina batik di Yogyakarta agarmampu tetap menjaga esensi batik sebagai keseluruhan teknik, simbolismeserta budaya masyarakat Yogyakarta. Esensi wadah tersebut menuntut fasilitias mampu menunjukkan karakter simbolisme batik melalui tatanan dan bentuk melalui pendekatan Arsitektur Simbol motif batik pohon hayat

3. Warisan budaya intangible selain batikperlu mendapatkan perhatian yang sama,sehingga tidak terjadi terputusnya aliranpengetahuan kebudayaan untuk suatu budaya tertentu. UNESCO telah mengatursafeguarding tentang warisan budaya diseluruh dunia yang seharusnya menjadiacuan bagi Negara Kesatuan RepublikIndonesia untuk berupaya melestarikanseluruh kebudayaan nusantara.

8. Saran

Penulisan skripsi dengan judul Pusat BatikYogyakarta dengan didasarkan hasil akhir berupakonsep dan kesimpulan penulisan dapat uraikanbeberapa sarana antara lain:

1. Saran terkait dengan hasil penulisan agarpotensi safeguarding terutama terhadapwarisan kebudayaan intangible di Indonesia dapat berjalana dengan optimal,perlu adanya peran aktif dari lembagapendidikan terutama universitas untukmelakukan kajian-kajian yang terkait dengan bekerjasama dengan tim ahli daninstansi yang terkait.

2. Saran terkait dengan penulisan lanjutan yaitu karena keterbatasan waktu pelaksanaan dalam pengumpulan data, penulisan ini belum mampu memetakan data potensi batik di Yogyakarta secara mendetail sebagai dasar analisisperencanaan dan perancangan terkait pusat batik. Maka diperlukan penelitian lanjutan mengenai aspek potensi batik terutama pelaku, sehingga mampu menarik esensi wadah pusat batik yang optimal.

12

Daftar Pustaka

Sumber Buku: Anas, Biranul. 1995. Batik Indonesia Indah 08.

Jakarta: Yayasan Harapan Kita & BP3TMII

Broadbent, Geoffrey. 1980. Sign, Symbol, andArchitecture. New York: John Wiley &Sons.

Baker, Walter D. and Ida S. 1920. Batik AndOther Pattern Dyeing. Atkinson, Mentzer& Company: Chicago.

Ching, F. D. K. 1996. Architecture Form, Space,and Order. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Chiara, de Joseph dan Michael J. Crosbie. 2006. Time Saver Standards for BuildingTypes, Fourth Edition. United States: McGraw-Hill Companies.

Djumena, Nian S.1990. Batik dan Mitra. Jakarta:Djambatan.

Hamidin, Aep.S. 2010. Batik Warisan BudayaAsli Indonesia. Jakarta: PT Buku Kita.

Hamzuri. 1985. Batik Klasik. Jakarta: Djamban Honggopuro, K.R.T. Kalinggo. 2002. Bathik

Sebagai Busana Dalam Tatanan DanTuntunan. Yayasan Peduli Keraton Surakarta Hadiningrat: Surakarta

Handoyo, Joko Dwi. 2008. Batik dan Jumputan. Sleman: PT Macana Jaya Cemerlang.

Herusatoto, Budiono. 1985. Simbolisme DalamBudaya Jawa. Yogyakarta:Hanindita

Isyanti dkk. 2003. Sistem Pengetahuan KerajinanTradisional-Tenun Gedhong, PropinsiJawa Timur. Daerah Istimewa Yogyakarta: Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Deputi Bidang Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta.

Julius, Panero. 2003. Dimensi manusia danRuang Interior: buku panduan untukstandar pedoman perancangan. Jakarta:Erlangga.

Kartika, Dharsono Sony. 2007. BudayaNusantara. Bandung: Rekayasa Sains.

Karmila, Mila. 2010. Ragam Kain TradisionalNusantara (Makna, Simbol, dan Fungsi).Jakarta: Bee Media.

Lisbijanto, Herry. 2013. Batik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Neufert, Ernst. 1970. Data Arsitek, Edisi 1, Jilid1. Jakarta: Erlangga.

Prasetyo, Anindito. 2010. Batik Karya AgungWarisan Budaya Dunia. Yogyakarta:Pura Pustaka.

Riyanto, Didik. 1995. Proses Batik, Batik Tulis-Batik Cap-Batik Printing (dari awalpersiapan bahan dan alat mendesaincorak sampai finishing). Solo: CV. Aneka.

Soedarso. 1998. Seni Lukis Batik Indonesia BatikKlasik sampai Kontemporer. Yogyakarta: Taman Budaya Propinsi DIY-IKIPNegeri Yogyakarta.

Susanto, Sewan. 1973. Seni Kerajinan BatikIndonesia. Yogyakarta: Balai BesarPenelitian Batik dan Kerajinan, LembagaPenelitian dan Pendidikan Industri,Departemen Perindustrian RI.

Tangoro, Dwi. 2006. Utilitas Bangunan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Tim Sanggar Batik Barcode. 2010. Batik,Mengenal Batik dan Cara MudahMembuat Batik. Jakarta: Tim SanggarBatik Barcode.

Wulandari, Ari. 2011. Batik Nusantara MaknaFilosofis, Cara Pembuatan, dan IndustriBatik. Yogyakarta: ANDI.

White, Edward T. 1996. Analisis Tapak. Jakarta: Intermatra.

Wardhono, Uniek Praptiningrum. 2009. GlosariArsitektur. Yogyakarta: Andi.

Sumber Internet:Agency for Cultural Affairs. 2016. Publikasi

Protection System for Intangible CulturalHeritage in Japan. Sumber dari: http://www.bunka.go.jp/ [di unduh padatanggal 13 Oktober 2018].

Badan Pusat Statistik. 2008. Daerah IstimewaYogyakarta Dalam Angka 2008. Yogyakarta: Badan Pusat Statistik.Sumber dari: http:// www.jkpp.org [diunduh pada tanggal 20 Desember 2018].

Badan Pusat Statistik. 2009. Kota YogyakartaDalam Angka 2008. Yogyakarta: Badan Pusat Statistik. Sumber dari: http:// www.jkpp.org [di unduh pada tanggal 20 Desember 2018].

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama dengan Kantor UNESCOJakarta. 2010. Buku Panduan PraktisPencatatan Warisan Budaya TakbendaIndonesia. Jakarta : Departemen Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama dengan Kantor UNESCO Jakarta. Sumber dari: http://www.budpar.go.id/

13

[di unduh pada tanggal 6 September2018]

Kementrian Perdagangan dan Pariwisata Republik Indonesia. 2008. IndonesianBatik “A Cultural Beauty” Hanbook ofCommodity Profile. Jakarta: Balitbangdag/PK/001/IX/2008. Sumberdari: http://www.budpar.go.id/ [di unduh pada tanggal 6 September 2018]

McCabe Eliot, Inger. 1984. Batik : fabled cloth ofJava. Singapore: Periplus Edition C.N. Potter. Sumber dari: http://eawpdf.abhappybooks.com/book/9 78-0794606688 [di unduh pada tanggal 20 Desember 2018].

Pemerintah Kota Yogyakarta. 2010. RencanaTata Ruang Wilayah Kota YogyakartaTahun 2010 – 2029. Yogyakarta: Peraturan Daerah. Sumber dari: http://www.jkpp.org/downloads/perda2-2010_provDIY.pdf/ [di unduh pada tanggal 20 Desember 2018].

Pemerintah Kota Yogyakarta. 2015.PeraturanDaerah Kota Yogyakarta Nomor 1 Tahun2015 Tentang Rencana Detail TataRuang Dan Peraturan Zonasi KotaYogyakarta Tahun 2015–2035. Yogyakarta: Peraturan Daerah. Sumberdari: http://www.jkpp.org/downloads/perda1-2015_provDIY.pdf/ [di unduh pada tanggal 21 Januari 2019].

Waluyo, Harry. 2009. Practical Handbook forInventory of Intangible Cultural Heritageof Indonesia. Jakarta: Ministry of Culture and Tourism of the Republic of Indonesia and UNESCO Office. Sumber dari: https://vdocuments.mx/practical-handbook-for-inventory-of-intangible-cultural-heritage-of-.html [di unduh pada tanggal 13 Oktober 2018].

UNESCO. 2009. Convention for TheSafeguarding of The Intangible CulturalHeritage. Sumber dari: https://ich.unesco.org/en/decisions/4.CO M/13.44 [di unduh pada tanggal 13 Oktober 2018].

Parmono, Kartini. Simbolisme Batik Tradisional[Internet]. Sumber dari: https://media.neliti.com/media/publicatio ns/223196-simbolisme-batik-tradisional.pdf [di unduh pada tanggal 21 Oktober 2018].

Kushardjanti, Nyi. Makna Filosofis Motif & PolaBatik [Internet]. Sumber dari:

https://jurnal.ugm.ac.id/wisdom/article/d ownload/13217/9459 [di unduh pada tanggal 13 Oktober 2018].

2015. Aspek Budaya Dalam Keistimewaan TataRuang Kota Yogyakarta dalam JurnalPerencanaan Wilayah dan Kota[Internet]. Desember, vol. 26, no. 3, halaman 230-252. Sumberdari:http://journals.itb.ac.id/index.php/jp wk/article/viewFile/1354/1032 [di unduh pada tanggal 21 Oktober 2018].

2017. Cerita di Balik Batik Khas KeratonYogyakarta [Internet]. Oktober. Sumberdari: https://regional.kompas.com/read/2017/1 0/05/07000041/cerita-di-balik-batik- khas-keraton-yogyakarta [di unduh pada tanggal 21 Oktober 2018].