Public Private Partnership di Korea Selatan

16
PUBLIC-PRIVATE PARTNERSHIP DI KOREA SELATAN Anggi Maulana Ciptadi 7A DIV Akuntansi Kurikulum Khusus, STAN, Tangerang Selatan Email: [email protected] Abstrak – Public-Private Partnership (PPP) projects refer to arrangements where the private sector constructs and operates infrastructure facilities in order to help provide and deliver public services on behalf of the government. Korea introduced Public-Private Partnership programs with the enactment of the Act on Promotion of Private Capital into Social Overhead Capital Investment in 1994. Kata Kunci: Public-Private Partnership, South Korea 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan infrastruktur dan fasilitas-fasilitas baru sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi terus bertambah seiring waktu. Pemerintah sebagai penyelenggara pembangunan memiliki keterbatasan dana dan tidak dapat memenuhi segala kebutuhan tersebut. Public-Private Partnership (selanjutnya disebut dengan PPP) merupakan sebuah alternatif yang sangat efektif untuk mengatasinya. Pemerintah dapat menampung kreativitas swasta dimana berimbas pada pengadaan fasilitas maupun pelayanan publik menjadi lebih efisien. Alternatif PPP diambil ketika suatu proyek dirasa memiliki nilai uang yang lebih baik dibandingkan dengan pengadaan konvensional oleh pemerintah, baik it dalam hal efisiensi biaya, peningkatan pelayanan, dll). PPP menciptakan peluang investasi jangka panjang yang stabil dengan merangsang swasta untuk berinvestasi di tempat yang aman dan terjamin. Korea merupakan salah satu negara yang aktif melibakan swasta dalam pembangunannya. Berdasarkan penilaian Asian Development Bank tahun 2011, Korea mendapatkan menduduki peringkat 3 dengan skor 71,3 (range 0 hingga 100) se-Asia Pasifik. Dengan prestasi yang terimplementasi dalam angka tersebut menjadikan Korea Selatan negara yang menarik untuk dipelajari sistem Public-Private Partnership-nya. 1

Transcript of Public Private Partnership di Korea Selatan

PUBLIC-PRIVATE PARTNERSHIP DI KOREA SELATANAnggi Maulana Ciptadi

7A DIV Akuntansi Kurikulum Khusus, STAN, Tangerang Selatan

Email: [email protected]

Abstrak – Public-Private Partnership (PPP) projects refer to arrangements where the private sector

constructs and operates infrastructure facilities in order to help provide and deliver public services on

behalf of the government. Korea introduced Public-Private Partnership programs with the enactment

of the Act on Promotion of Private Capital into Social Overhead Capital Investment in 1994.

Kata Kunci: Public-Private Partnership, South Korea

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kebutuhan akan infrastruktur dan

fasilitas-fasilitas baru sebagai

penunjang pertumbuhan ekonomi terus

bertambah seiring waktu. Pemerintah

sebagai penyelenggara pembangunan

memiliki keterbatasan dana dan tidak

dapat memenuhi segala kebutuhan

tersebut. Public-Private Partnership

(selanjutnya disebut dengan PPP)

merupakan sebuah alternatif yang

sangat efektif untuk mengatasinya.

Pemerintah dapat menampung

kreativitas swasta dimana berimbas

pada pengadaan fasilitas maupun

pelayanan publik menjadi lebih

efisien. Alternatif PPP diambil

ketika suatu proyek dirasa memiliki

nilai uang yang lebih baik

dibandingkan dengan pengadaan

konvensional oleh pemerintah, baik

it dalam hal efisiensi biaya,

peningkatan pelayanan, dll). PPP

menciptakan peluang investasi jangka

panjang yang stabil dengan

merangsang swasta untuk berinvestasi

di tempat yang aman dan terjamin.

Korea merupakan salah satu negara

yang aktif melibakan swasta dalam

pembangunannya. Berdasarkan

penilaian Asian Development Bank

tahun 2011, Korea mendapatkan

menduduki peringkat 3 dengan skor

71,3 (range 0 hingga 100) se-Asia

Pasifik. Dengan prestasi yang

terimplementasi dalam angka tersebut

menjadikan Korea Selatan negara yang

menarik untuk dipelajari sistem

Public-Private Partnership-nya.

1

Gambar.1 Evaluating the environment for public-privatepartnerships in Asia-Pacific The 2011 Infrascope, ADB 2011.

1.2. Maksud dan Tujuan

Pembahasan dalam paper ini

bertujuan untuk:

1. Mengetahui gambaran umum

PPP di Korea Selatan

2. Mempelajari proses

pengimplementasian PPP di

Korea Selatan

3. Mengetahui efek dari

kinerja PPP di Korea Selatan.

2. LANDASAN TEORI

2.1. Sekilas Tentang PPP

Public Private Partnership atau

disingkat PPP atau dalam Bahasa

Indonesia disebut dengan Kerjasama

Pemerintah-Swasta (KPS) adalah

kesepakatan antara pemerintah dan

perusahaan swasta di mana perusahaan

swasta memberikan aset, layanan,

atau keduanya, dengan imbalan

pembayaran. Pembayaran ini kontingen

sampai batas tertentu pada kualitas

jangka panjang atau karakteristik

lain dari hasil yang diberikan.

Definisi lain mengenai PPP adalah

kerjasama antara sektor publik atau

pemerintah dan sektor swasta pada

perancangan, perencanaan, pendanaan,

konstruksi, dan pengoperasian proyek

yang secara tradisional diadakan

oleh pemerintah (Webb dan Pulle,

2002).

2.2. Sekilas Tentang Korea Selatan

Republik Korea (bahasa Korea:

Daehan Minguk (Hangul: 대대대대; Hanja:

대 대 대 대 ); bahasa Inggris: Republic of

Korea/ROK) biasanya dikenal sebagai

Korea Selatan, adalah sebuah negara

di Asia Timur yang meliputi bagian

selatan Semenanjung Korea. Di

sebelah utara, Republik Korea

berbataskan Korea Utara, di mana

keduanya bersatu sebagai sebuah

negara hingga tahun 1948. Laut

Kuning di sebelah barat, Jepang

berada di seberang Laut Jepang dan

Selat Korea berada di bagian

tenggara. Ibu kota Korea Selatan

adalah Seoul ( 대 대 ). Secara historis

jika menilik ke belakang, Korea

adalah salah satu negara termiskin

pada era1950-an dengan bersandar

pada pertanian dan hancur lebur

akibat pendudukan Jepang. Namun,2

dalam empat dekade Korea telah

berubah wajah menjadi negara kaya

dengan nilai ekonomi triliunan.

Pembangunan infrastruktur melaju

pesat seiring dengan kemajuan

teknologi dan kebutuhan masyarakat

akan fasilitas penunjang.

3. PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Public-Private

Partnership di Korea Selatan

Korea selatan menuangkan aturan

tentang PPP dalam perundangan Act on

Promotion of Private Capital into Social

Overhead Capital Investment (selanjutnya

disebut dengan UU PPP Korea) di

tahun 1994. Pada awalnya PPP di

Korea Selatan lebih berfokus kepada

infrastruktur-infrastuktur

transportasi, namun semenjak revisi

UU tentang PPP di tahun 2005 proyek

PPP lebih berfokus kepada

infrastruktur penunjang kehidupan

masyarakat seperti sekolah,

fasilitas kesehatan, sarana olahraga

dan kebudayaan, dan penyewaan rumah

untuk masyarakat. UU PPP Korea

Selatan disusun oleh Kementerian

Strategi dan Keuangan (MOSF) dimana

didalamnya mencakup segala hal

tentang prosedur, hak dan kewajiban,

mekanisme pembagian risiko, yang

efektif mereduksi risiko bisnis

dalam PPP. Pelaksanaan proyek PPP

dilakukan dengan studi kelayakan dan

Value For Money (VFM) Test dengan

pelaksanaan lelang proyek secara

transparan dan kompetitif.

Sektor-Sektor yang Dapat dilaksanakan

dengan PPP

Berdasarkan UU PPP Korea terdapat

15 kategori (sektor) dengan 46 tipe

fasilitas infrastruktur yang dapat

dilaksanakan dengan PPP, yang dalam

UU didefinisikan dengan

“Infastruktur yang memenuhi Syarat”.

Sektor Tipe Infrastruktur

Jalan (4) Road and ancillary facilities, non-road parking facilities, intelligent transportation system, transfer centers

Rel (3) Railway, railwayfacilities, urbanrailway

Pelabuhan (3)

Seaport facilities,fishing port facilities,eligible facilities fornew port construction

Bandara (1) Airport facilitiesSumber Daya Air (3)

Multi-purpose dams,river-affiliatedancillary structures,waterworks

Komunikasi (5)

Telecommunication facilities, information communication system, information superhighway,map information system,ubiquitous cityinfrastructure

Energi (3) Electric source facilities, gas supply

3

facilities, collective energy facilitiesExcreta treatmentfacilities and publiclivestock waste-watertreatment facilities,waste

Lingkungan (5)

disposal facilities, waste-water treatment facilities, recycling facilities, public waste-water treatment facilities

Logistik (2) Distribution complex andcargo terminals,passenger terminals

Budaya dan Wisata (9)

Tourist site or complex,youth training facilities, public / professional sports facilities, libraries, museum and art galleries, internationalconference facilities, culture centers, sciencemuseums, urban parks

Pendidikan (1)

School facilities

Pertahanan Nasional (1)

Military residentialfacilities

Perumahan (1)

Public rental housing

Kesejahteraan (3)

Senior homes and welfaremedical facilities and facilities for remarriedseniors, public health and medical facilities, childcare facilities

Kehutanan (2)

Natural recreationalresorts, arboretums

Tabel.1 Tipe Infrastruktur yang Memenuhi Syarat

Implementasi Metode Pelaksanaan PPP

BTO (Build-Transfer-Operate) dan BTL

(Build-Transfer-Lease) adalah metode yang

paling sering digunakan dalam

pelaksanaan PPP d Korea Selatan.

Berikut ini adalah sedikit gambaran

tentang perbandingan BTO dan BTL.

BTO BTL

Pengembalian Investasi

Biaya dari pengguna

Pembayaran oleh Pemerintah

Tipe Fasilitas Jalan, Rel, Pelabuhan, Terminal Pengangkutan, Fasilitas Lingkungan

Sekolah, Rumah Militer, Pipa Pembuangan, Fasilitas Kesejahteraan

Risiko Proyek Relatif Tinggi

Relatif Rendah

Pengembalian

Relatif Tinggi

Relatif Rendah

Tabel.2 Perbandingan BTO dan BTL

Pendanaan

Pendanaan Proyek PPP pun bisa

berasal dari multi sumber. Investor

dari manapun diperbolehkan untuk

ikut andil dalam proyek. Dalam hal

menjaga batas aman finansial, selama

masa konstruksi, perusahaan harus

menjaga rasio minimal kepemilikan

yang diinginkan (required equity ratio)

minimal 20% pada proyek BTO atau 5%

pada proyek BTL. Ketika rasio

investasi investor keuangan diatas

50% dari total kepemilikan, rasio

minimal kepemilikan yang diinginkan

selama masa konstruksi bisa

diturunkan dari 20% ke 15%. Pemegang

izin juga diperbolehkan melakukan

4

pembiayaan kembali sesuai kondisi

ekonomi yang terjadi. Keuntungan

dari pembiayaan ulang dibagi antara

pemegang izin dengan pemerintah,

atau bisa juga digunakan untuk

menurunkan biaya yang harus

dikeluarkan oleh pengguna sehingga

keuntungan tersebut bisa dirasakan

juga oleh masyarakat. Pembiayaan

melalui Pendanaan Infrastruktur

mampu merangsang keanekaragaman

calon investornya. Pendanaan

Infrastruktur adalah fasilitas

investasi tidak langsung dengan cara

mengumpulkan dana dari investor

kemudian dipinjamkan dan

diinvestasikan ke dalam proyek PPP

sembari mendistribusikan keuntungan

kepada para investor.

Peranan Pemerintah Korea Selatan

Peran pemerintah adalah dalam hal

kebijakan untuk menstimulasi

investasi dalam PPP. Kebijakan yang

diberikan antara lain dalam hal

pengurusan akuisisi hak atas tanah

dengan cuma-cuma. Segala hal tentang

eksekusi lahan, relokasi warga, dan

hal-ahal administratif sepenuhnya

diselesaikan oleh Pemerintah. Dalam

hal dukungan pembiayaan, pemerintah

dapat memberikan subsidi kepada

pemegang izin yang nantinya

menurunkan biaya akuisisi dan

konstruksi. Dampak dominonya,

pengguna fasilitas dapat menikmati

dengan harga yang tidak terlalu

memberatkan. Dalam hal proyek

berhenti ditengah jalan karena

alasan yang tak terelakkan seperti

force majeur, pemerintah bertugas

mengambil alih proyek dan

membayarkan ganti rugi kepada

pemegang izin. Dalam hal perpajakan,

pemerintah memberikan berbagai

keringanan untuk proyek-proyek PPP,

diantaranya:

PPN 0% pada proyek yang nantinya

hak kepemilikanntya kembali kepada

pemerintah (normalnya 10%)

Pajak akuisisi dan registrasi untuk

BTO dibebaskan (normalnya 10%)

Pajak Pendapatan 14% yang dikenakan

tersendiri pada infrastruktur

dengan jatuh tempo obligasi minimal

15 tahun

Pajak dividen yang dikenakan

tersendiri terhadap proyek dengan

nilai investasi: dibawah 300 juta

KRW sebsar 5%, dan diatas 300 juta

KRW sebsar 14%

Lembaga Teknis Public-Private Partnership

Korea Selatan

Korea Selatan memiliki lembaga

yang berfungsi sebagai lembaga

teknis dalam pelaksanaan PPP.

Lembaga-lembaga ini dibentuk

berdasarkan UU PPP Korea Selatan.5

Lembaga tersebut adalah sebagai

berikut:

1. PIMAC (Public and Private Infrastructure

Investment Management Center)

Lembaga ini berfungsi sebagai

lembaga pendukung profesional dan

riset dalam proyek PPP. Lembaga

ini terdiri dari berbagai

kalangan ahli baik ekonomi,

keuangan, akuntansi, hukum,

teknik, tata kota, dan lainnya.

PIMAC melaksanakan segala proses

pengadaan baik uji kelayakan dan

tes VFM, menghitung RFP (Request for

Proposal), mengevaluasi proposal,

dan negosiasi. Pada saat

bersamaan juga bertugas sebagai

duta yang mempromosikan PPP Korea

Selatan kepada dunia

internasional.

2. KICGF (Korean Infrastructure Credit

Guarantee Fund)

KIGCF berfungsi sebagai lembaga

penjamin pinjaman kepada pemegang

izin proyek yang mendapatkan

pinjaman dari bank atau pemegang

izin yang menerbitkan obligasi

infrastruktur dalam proyek PPP.

Partisipasi Investor Luar Negeri

Partisipan luar negeri yang

berinvestasi lebih dari US$ 10 juta

dalam proyek PPP diberikan

keringanan pajak baik itu pajak

badan, pajak penghasilan, pajak

akuisisi, pajak registrasi, dan

pajak properti. Pemerintah juga

memberikan subsidi dalam hal

fluktuasi nilai tukar mata uang yang

mengakibatkan nilai pinjaman dalam

negeri naik.

3.2 Proses Implementasi Public-Private

Partnership di Korea Selatan

Pemerintah dan/atau Swasta dapat

Memprakarsai PPP

Proyek yang diinginkan oleh

pemerintah disebut dengan solicited

project. Pihak Pemerintah mencari

proyek yang potensial dengan

mempertimbangkan terlebih dahulu

fasilitas yang dibutuhkan. Kemudian

pemerintah menimbang opsi pengadaan

mana yang lebih efisien antara PPP

atau pengadaan konvensional.

Pertimbangan itu meliputi

pertimbangan apakah proyek tersebut

berkualifikasi sesuai UU PPP,

pertimbangan apakah proyek tersebut

sangat diprioritaskan sebagai

infrastruktur jangka menengah dan

jangka panjang, pertimbangan apakah

proyek PPP tersebut lebih

menguntungkan secara waktu

dibandingkan pengadaan konvensional

yang terbatas dana, dan apakah

efisien jika memanfaatkan

6

kreativitas swasta. Pemilihan metode

implementasi (BTO atau BTL)

tergantung sifat alami proyek,

profitabilitas, dan faktor-faktor

lain yang berpengaruh.

Proyek yang tidak diinginkan

pemerintah disebut dengan unsolicited

project. Pihak Swasta dapat mengajukan

proposal terhadap proyek PPP

(unsolicited) yang memiliki tingkat

permintaan tinggi tetapi tertahan

oleh pemerintah karena keterbatasan

dana. Pihak swasta mengajukan

proposal rencana proyek setelah

mempertimbangkan berbagai faktor

seperti permintaan, profitabilitas,

struktur proyek, rencana konstruksi

dan operasi, serta pembiayaan. Pihak

swasta juga diperbolehkan untuk

mngajukan proyek sampingan yang

menguntungkan disamping proyek

utama. Tugas Pemerintah mengevaluasi

dan menelaah proposal oleh swasta

tersebut.

Prosedur Proyek Public-Private Partnership

dengan Implementasi BTO

Setelah melakukan tes VFM,

pemerintah mengumumkan RFP, dan

mengevaluasi proposal yang terpilih.

Berikut ini adalah gambaran bagan

implementasi prosedur BTO (lebih

jelasnya pada halaman Lampiran)

Gambar.2 Prosedur Implementasi Proyek BTO

Prosedur Proyek Public-Private Partnership

dengan Implementasi BTL

Proyek BTL diinisiasi oleh

pemerintah, ditinjau oleh Menteri

Strategi dan Keuangan (MOSF) untuk

menentukan batas atas jumlah

investasi untuk proyek BTL, kemudian

diterima oleh Pembangunan Nasional

(National Assembly). Berikut ini adalah

gambaran bagan implementasi prosedur

BTL (lebih jelasnya pada halaman

Lampiran)

7

Gambar.3 Prosedur Implementasi Proyek BTL

3.3 Kinerja Public-Private Partnership di

Korea Selatan

PPP telah menjadi salah satu

kunci keberhasilan pembangunan di

Korea Selatan hingga saat ini. Tren

investasi oleh swasta menunjukkan

peningkatan yang sangat signifikan

dari tahun ke tahun. Berikut ini

adalah gambar grafik tren investasi

oleh swasta di Korea Selatan (lebih

jelasnya pada halaman Lampiran)

Gambar.4 Grafik Tren Investasi Swasta

Keterangan:

Implementasi metode BTO

Penggunaan metode BTO di Korea

Selatan difokuskan untuk proyek-

proyek transportasi seperti jalan

raya, rel kereta, maupun dermaga.

Proyek jalan raya mendominasi lebih

dari separuh total investasi

pemerintah melalui metode BTO dengan

nilai 30,7 triliun KRW (57%),

diikuti proyek rel kereta dengan

nilai 10,2 triliun KRW (19%),

kemudian diikuti demaga 6,1 triliun

KRW (11%), dan sisanya untuk

lingkungan 3,9 trilun KRW (7%),

proyek lain-lain 2,9 triliun (6%).

Total nilai investasi 53,8 trilun

KRW.

Implementasi BTL

Penggunan metode BTL di Korea

Selatan pada awalnya berfokus kepada

proyek bangunan gedung dan

rekonstruksi bangunan pendidikan

yang sudah tua, seperti bangunan

gedung SD, universitas kejuruan, dan

asrama mahasiswa. Baru-baru ini

metoe BTL berkontribusi dalam

pembangunan sistem pembuangan air /

drainase dan pemukiman militer.

Proyek BTL dengan porsi terbesar

berada pada proyek pembangunan

8

sekolah dan asrama dengan nilai 7,1

triliun KRW (48%), diikuti proyek

drainase 3,92 trilun KRW (27%),

pemukiman militer 1,62 triliun KRW

(11%), budaya dan ilmu pengetahuan

0,68 trilun KRW (5%), rel kereta 1

triliun KRW (7%), komunikasi 0,2

trilun KRW (1%), sisanya kesehatan

dan kesejahteraan 0,1 trilun KRW

(1%). Total nilai investasi 14,7

triliun KRW.

Dari kedua metode tersebut, BTL

lebih dirasakan manfaatnya bagi

masyarakat Korea dimana metode ini

lebih berfokus pada bangunan sekolah

dan gedung-gedung asrama.

Kreativitas para swasta selaku

pelaku proyek di Korea Selatan telah

membantu meningkatkan tingkat

kepuasan para pengguna fasilitas

PPP. Berdasarkan data sensus

terhadap siswa dan aparat

pemerintahan, lebih dari 50%

pengguna merasa puas terhadap

fasilitas yang dibangun tersebut.

Grafik tingkat kepuasan terhadap

fasilitas terlihat sebagai berikut

(lebih jelasnya pada halaman

Lampiran)

Gambar.5 Grafik Level Kepuasan terhadap Bangunan

Metode BTL

Keterangan:

4. KESIMPULAN

Menghadapi kebutuhan masyarakat

pengguna yang semakin tinggi dari

hari ke hari, pilihan pengadaan

infrastruktur yang tepat sangat

mempengaruhi tingkat keterpenuhan

kebutuhan. Pengadaan dengan BTL

misalnya, mampu memenuhi kebutuhan

masyarakat lebih cepat dan efisien

dibanding pengadaan langsung oleh

Pemerintah. Pemerintah Korea

terlihat cermat melihat kebutuhan

masyarakat dan cerdas dalam

mengelolanya. Dengan PPP ini

pemerintah dapat menghemat biaya

yang dikeluarkan sekaligus menampung

kreativitas swasta dan yang tidak

kalah penting memenuhi ekspektasi

masyarakat akan fasilitas yang

memuaskan pengguna. Sekarangpun kita

mampu melihat betapa Korea mampu9

melaju pesat dalam pambangunan dan

menjadi salah satu Macan Asia. Jika

diintisarikan, keberhasilan Korea

dalam pembangunan melalui PPP

disebabkan beberapa hal berikut.

1. Support pemerintah dalam hal

regulasi, seperti keringanan

perpajakan, kemudahan

perizinan, dan pembagian

risiko pertanggungjawaban yang

tidak memberatkan swasta.

2. Support pemerintah dalam hal

finansial, seperti subsidi dan

jaminan dalam hal proyek

terhenti karena keadaan force

majeur.

3. Keaktifan dan keseriusan

pemerintah dalam menggaungkan

proyek PPP kepada swasta, baik

proyek mid-term hingga long-

term, tidak hanya kepada

investor dalam negeri bahkan

hingga dunia internasional.

4. Adanya lembaga yang

berkompeten (PIMAC & KICGF)

yang menggalakkan PPP sehingga

jalannya proyek PPP senantiasa

terkontrol dan terkawal dari

proses paling awal hingga

akhir.

5. Swasta yang kreatif dan

kompeten dalam menjalankan

proyek-proyek pemerintahan.

5. DAFTAR REFERENSI

[1]

http://www.asiatradehub.com/s.kore

a/tax1.asp South Korea Tax

Structure (diakses tanggal 17 Juli 2014)

[2] http://www.mosf.go.kr Ministry

of Strategy and Finance of South

Korea (diakses tanggal 17 Juli 2014)

[3] http://www.pimac.org Public

and Private Infrastructure

Investment Management Center

(diakses tanggal 17 Juli 2014)

[4]

http://id.wikipedia.org/wiki/Korea

_Selatan Korea Selatan (diakses

tanggal 17 Juli 2014)

[5]

https://www.nts.go.kr/eng/data/KOR

EANTAXATION2012.pdf Korean

Taxation 2012 (diakses 17 Juli 2014)

[6]

http://ekonomi.kompasiana.com/mark

eting/2014/01/09/korea-selatan-

dalam-perkembangan-perekonomian-

di-dunia-623395.html Korea Selatan

Dalam Perkembangan Perekonomian di

Dunia (diakses 18 Juli 2014)

[7]

http://izoruhai.wordpress.com/201210

/08/29/rahasia-kesuksesan-korea-

selatan/ Rahasia Kesuksesan Korea

Selatan (diakses 18 Juli 2014)

11

LAMPIRAN

Gambar.2 Prosedur Implementasi Proyek BTO di Korea Selatan

12

LAMPIRAN

Gambar.3 Prosedur Implementasi Proyek BTL di Korea Selatan

13

LAMPIRAN

Gambar.4 Grafik Tren Investasi Swasta

Keterangan:

14

LAMPIRAN

Gambar.5 Grafik Level Kepuasan terhadap Bangunan Metode BTL

Keterangan:

15

16