BERITA DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN - JDIHN

80
BERITA DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN No.32,2018 PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN. Rencana Aksi Daerah Pengarusutamaan Gender. PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 32 TAHUN 2018 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengimplementasikan pelaksanaan strategi pengarusutamaan gender secara lebih konkrit dan terarah untuk menjamin agar laki- laki dan perempuan memperoleh akses, partisipasi, mempunyai kontrol, dan memperoleh manfaat yang adil dari pembangunan dan berkontribusi pada terwujudnya keadilan dan kesetaraan gender, perlu disusun rencana aksi daerah; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Rencana Aksi Daerah Pengarusutamaan Gender; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia; 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); SALINAN

Transcript of BERITA DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN - JDIHN

BERITA DAERAH

KOTA TANGERANG SELATAN No.32,2018 PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN.

Rencana Aksi Daerah Pengarusutamaan Gender.

PROVINSI BANTEN

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 32 TAHUN 2018

TENTANG

RENCANA AKSI DAERAH PENGARUSUTAMAAN GENDER

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengimplementasikan

pelaksanaan strategi pengarusutamaan gender secara

lebih konkrit dan terarah untuk menjamin agar laki-

laki dan perempuan memperoleh akses, partisipasi,

mempunyai kontrol, dan memperoleh manfaat yang

adil dari pembangunan dan berkontribusi pada

terwujudnya keadilan dan kesetaraan gender, perlu

disusun rencana aksi daerah;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan

Walikota tentang Rencana Aksi Daerah

Pengarusutamaan Gender;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia;

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4421);

SALINAN

- 2 -

3. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang

Pembentukan Kota Tangerang Selatan Di Provinsi

Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2008 Nomor 188, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4935);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

dengan Undang–Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5679);

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008

tentang Pedoman Umum Pelaksanaan

Pengarusutamaan Gender Di Daerah sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 67 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor

927);

6. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 8

Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan

Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Tangerang

Selatan Tahun 2016 Nomor 8, Tambahan Lembaran

Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 72);

7. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 9

Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (Lembaran Daerah Kota Tangerang

Selatan Tahun 2016 Nomor 9, Tambahan Lembaran

Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 73);

8. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 2

Tahun 2018 tentang Pengarusutamaan Gender

(Lembaran Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun

2018 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kota

Tangerang Selatan Nomor 86);

- 3 -

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG RENCANA AKSI

DAERAH PENGARUSUTAMAAN GENDER.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kota Tangerang Selatan.

2. Pemerintah Daerah adalah Walikota sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan Daerah otonom.

3. Walikota adalah Walikota Tangerang Selatan.

4. Gender adalah konsep yang mengacu pada pembedaan peran, fungsi dan

tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat

berubah oleh keadaan sosial dan budaya masyarakat.

5. Pengarusutamaan Gender yang selanjutnya disingkat PUG adalah strategi

yang dibangun untuk mengintegrasikan Gender menjadi laki-laki dan

perempuan.

6. Rencana Aksi Daerah Pengarusutamaan Gender yang selanjutnya disingkat

RAD PUG adalah dokumen yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan

dalam pelaksanaan PUG.

BAB II

RENCANA AKSI DAERAH PENGARUSUTAMAAN GENDER

Pasal 2

RAD PUG sebagai pencapaian pelaksanaan strategi PUG di Daerah.

Pasal 3

(1) Sistematika RAD PUG terdiri dari:

a. pendahuluan;

b. kedudukan PUG;

c. PUG dalam siklus pembangunan;

d. penguatan kelembagaan PUG;

e. penguatan peran serta masyarakat;

f. PUG dalam peraturan perundang-undangan di Daerah;

g. analisis kondisi;

h. RAD PUG; dan

i. Penutup.

I-1 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 32 TAHUN 2018 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENGARUSUTAMAAN GENDER

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Era modernisasi ini kedudukan antara laki-laki dan perempuan

telah dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 khususnya Pasal 27 ayat (1) yang

menentukan bahwa “Segala warga negara bersamaan

kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib

menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu dengan tidak

ada kecualinya”. Walaupun Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 menjamin persamaan

kedudukan setiap warga negara baik laki-laki maupun

perempuan dan Indonesia telah meratifikasi Konvensi Perempuan

di Beijing Tahun 1995, namun hingga saat ini masih dijumpai

adanya kesenjangan laki-laki dan perempuan dalam memperoleh

akses, berpartisipasi, kontrol dan terutama dalam proses

perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan maupun

dalam pelaksanaan pembangunan serta merasa manfaat

pembangunan di semua bidang dan pada semua tingkatan dari

desa sampai pusat.

Berpangkal tolak dari hal tersebut dan sebagai tindak lanjut dari

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah

Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, Instruksi Presiden

Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam

Pembangunan Nasional dan Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan

I-2 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

Pengarusutamaan Gender di Daerah sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun

2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum

Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah, maka

pelaksanaan Otonomi Daerah berdasarkan prinsip-prinsip

demokratis, keterbukaan, partisipatif, pemerataan dan keadilan

serta dengan mempertimbangkan potensi dan keanekaragaman

daerah perlu direspon secara arif dan bijaksana oleh Pemerintah

Daerah khususnya terhadap pelaksanaan PUG di Kota Tangerang

Selatan. Hal ini dimaksudkan agar sumber daya manusia baik

laki-laki maupun perempuan mempunyai hak dan kewajiban

serta peran dan tanggung jawab yang sama sebagai bagian

integral dari potensi pembangunan daerah sehingga dapat

dimanfaatkan secara optimal dalam upaya mewujudkan

kesetaraan dan keadilan gender.

PUG merupakan strategi pembangunan yang dilakukan dengan

cara mengintegrasikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan

kepentingan perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan,

pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan,

program dan kegiatan di bidang pembangunan. PUG merupakan

proses memasukkan analisis gender ke dalam program dan

kegiatan dari instansi pemerintah dan organisasi

kemasyarakatan mulai dari tahapan perencanaan,

pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh

kebijakan, program dan kegiatan instansi pemerintah dan

organisasi kemasyarakatan.

Upaya pelaksanaan PUG yang mencakup semua bidang

pembangunan, seperti hukum, ekonomi, politik, agama,

pendidikan, sosial dan budaya, pembangunan daerah, sumber

daya alam, lingkungan hidup dan pertahanan keamanan, perlu

dijadikan rujukan dan diterjemahkan serta diserasikan secara

operasional ke dalam kebijakan/program kegiatan yang

ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dalam aspek-aspek

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, maupun

kelembagaan pembangunan daerah.

I-3 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

Untuk memberikan kerangka dan landasan hukum bagi upaya

PUG di berbagai bidang pembangunan di Kota Tangerang Selatan

secara komprehensif dan berkesinambungan, Pemerintah Daerah

perlu merumuskan RAD PUG.

RAD PUG berisi apa yang harus dilakukan oleh siapa dengan cara

bagaimana, dan output/outcomenya apa sehingga strategi PUG

benar-benar dapat diimplementasikan dalam rangka mewujudkan

Kesetaraan dan Keadilan Gender.

RAD PUG diperlukan karena akan memberikan acuan/arahan

kepada setiap stakeholders dalam melaksanakan strategi PUG

untuk mencapai Kesetaraan dan Keadilan Gender dengan lebih

fokus, efisien, efektif, sistematik, terukur dan berkelanjutan

sehingga dapat mendorong mempercepat tersusunnya kebijakan,

program dan kegiatan pembangunan yang responsif gender

sehingga Pemerintah Daerah dapat mendukung kelancaran

perencanaan, pelaksanaan dan monev pengarusutamaan gender

secara optimal dalam pembangunan menuju terwujudnya

Kesetaraan dan Keadilan Gender di Kota Tangerang Selatan.

1.2. DASAR HUKUM

Dasar Hukum penyusunan menyusun RAD PUG Kota Tangerang

Selatan adalah sebagai berikut:

a. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional.

b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali

diubah terakhir dengan Undang–Undang Nomor 9 Tahun

2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007

tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara

Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

d. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang

Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

I-4 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

e. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008

tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan

Gender di Daerah sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011

tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum

Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah.

f. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang

Pengarusutamaan Gender Dalam Pembagunan Nasional;

1.3. TUJUAN PENYUSUNAN

Tujuan penyusunan RAD PUG Kota Tangerang Selatan adalah:

a. memberikan panduan dan arahan di dalam menyusun

kebijakan, program dan kegiatan dari tahap perencanaan,

pelaksanaan dan monitoring dan evaluasi yang responsif

gender pada setiap tahapan pembangunan.

b. mengefektifkan pelaksanaan strategi PUG secara lebih

konkrit dan terarah untuk menjamin agar perempuan dan

laki-laki memperoleh akses, partisipasi, mempunyai kontrol

dan memperoleh manfaat yang adil dari pembangunan, dan

berkontribusi pada terwujudnya keadilan dan kesetaraan

gender.

c. memperkuat sistem dan komitmen lembaga/instansi baik di

pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan kabupaten/kota

khususnya Kota Tangerang Selatan dalam

mengimplementasikan strategi PUG.

1.4. TARGET PENYUSUNAN

RAD PUG Kota Tangerang Selatan disusun untuk mencapai target

sasaran:

a. mendorong implementasi perundang-undangan yang

berperspektif gender.

b. memperkuat jaringan kelembagaan PUG termasuk

keterpaduan program dan kegiatan.

c. memperkuat komitmen penganggaran yang responsif gender

di Perangkat Daerah.

I-5 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

d. peningkatan kemampuan mengintegrasikan isu gender

dalam program/kegiatan di Perangkat Daerah.

e. pelaksanaan PUG dalam pembangunan sesuai dengan

perencanaan dan penganggaran yang responsif gender di

Perangkat Daerah.

1.5. SASARAN PENYUSUNAN

Sasaran dari penyusunan RAD PUG Kota Tangerang Selatan

adalah:

a. Eksekutif, yang terdiri dari pejabat pemerintahan meliputi

penentu kebijakan di seluruh Perangkat Daerah (khususnya

eselon III dan IV) baik laki-laki maupun perempuan.

b. Legislatif.

c. Yudikatif, yaitu semua unsur penegak hukum baik laki-laki

maupun perempuan.

d. Kelompok masyarakat diantaranya tokoh agama, tokoh adat,

tokoh masyarakat, karang taruna dan sebagainya yang

berdomisili di Kota Tangerang Selatan.

1.6. IMPLEMENTASI

1.6.1. Strategi PUG diimplementasikan pada seluruh tahap

pembangunan yaitu perencanaan, pelaksanaan dan

monitoring, pembangunan. Implementasi pada tahap

perencanaan pembangunan melalui:

a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

menyusun tolok ukur dan indikator kinerja;

b. adanya komitmen dalam persetujuan anggaran;

c. implementasi PUG pada tahap pelaksanaan

pembangunan adalah memastikan fungsi

manajemen pelaksanaan pembangunan yang

responsif gender (koordinasi, sinkronisasi,

sinergistis, bimbingan teknis dan supervisi

dilakukan oleh penerima mandat).

d. tidak ada kesenjangan antara perencanaan dan

pelaksanaan program yang responsif gender ditinjau

dari aspek akses, partisipasi, kontrol dan manfaat.

I-6 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

1.6.2. Implementasi PUG pada tahapan monitoring dan evaluasi

pembangunan adalah:

a. Sektor/lembaga melaporkan tentang pelaksanaan

pembangunan yang responsif gender sesuai

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006

tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi

Pemerintah;

b. Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan

Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga

Berencana melakukan analisis format Laporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan sesuai

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006

melaporkannya kepada Sektor/Lembaga sebagai

umpan balik dan kepada Walikota sebagai bentuk

akuntabilitas;

c. membuat tambahan format Laporan Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintahan baru sesuai tolok

ukur/indikator kinerja yang responsif gender.

1.7. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika pembahasan RAD PUG Kota Tangerang Selatan

meliputi seluruh perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,

pemantauan dan evaluasi kebijakan dan program pembangunan

daerah di Kota Tangerang Selatan, disusun dengan sistematika

sebagai berikut:

a. Bab I

Pendahuluan membahas tentang Latar Belakang, Dasar

Hukum, Tujuan Penyusunan, Target Penyusunan, Sasaran

Penyusunan, Implementasi, Sistematika Pembahasan, Proses

Penyusunan, dan Pengguna.

b. Bab II

Kedudukan Pengarusutamaan Gender membahas tentang

Kedudukan dalam Peraturan Perundang-undangan di

Daerah, dan Kedudukan dalam Rencana Kerja Pemerintah

Daerah.

I-7 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

c. Bab III

Pengarusutamaan Gender Dalam Siklus Pembangunan

membahas tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Siklus

Pembangunan di Daerah, Metode Analisis Gender, dan

Pengarusutamaan Gender Sebagai Strategi Dalam

Pembangunan.

d. Bab IV Penguatan Kelembagaan membahas tentang Penguatan

Kelembagaan Melalui Peraturan Perundang-Undangan dan

Penguatan Kelembagaan Melalui Kebijakan Anggaran.

e. Bab V

Penguatan Peran Serta Masyarakat membahas tentang

Penguatan Peran Serta Masyarakat Terhadap

Pengarusutamaan Gender, dan Pengarusutamaan Gender

Sebagai Strategi Alternatif Mewujudkan Kesetaraan Gender

Dalam Masyarakat.

f. Bab VI

Pengarusutamaan Gender dan Peraturan Perundang-

Undangan Daerah membahas tentang Dasar Peraturan

Perundang-Undangan Pengarusutamaan Gender di Daerah,

dan Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah.

g. Bab VII

Analisis Kondisi membahas tentang Pendidikan, Kesehatan,

Ekonomi, Sosial, dan Sektor Publik.

h. Bab VIII

Rencana Aksi Daerah Pengarusutamaan Gender membahas

tentang Isu Strategis, Tujuan, Sasaran, Kebijakan, dan

Strategi.

i. Bab IX

Penutup membahas tentang Kesimpulan dan Rekomendasi.

I-8 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

1.8. PROSES PENYUSUNAN

Proses menyusunan RAD PUG Kota Tangerang selatan, adalah:

a. membentuk tim penyusun RAD PUG dengan melibatkan

pihak ketiga yaitu Lembaga Survei Independen Nusantara

(LSIN).

b. pengumpulan data baik primer maupun sekunder.

c. memvalidasi dan verifikasi data yang sudah terkumpulkan

d. menganalisis data dan mengkaji isu-isu strategis di Kota

Tangerang Selatan.

e. membuat RAD PUG di Kota Tangerang Selatan.

f. Penyusunan dan Finalisasi RAD PUG di Kota Tangerang

Selatan.

1.9. PENGGUNA

Pengguna RAD PUG Kota Tangerang Selatan adalah seluruh

stakeholder, Perangkat Daerah, Non pemerintah, yang meliputi

para perencana, pelaksana, serta tim monitoring dan evaluasi

pembangunan di Kota Tangerang Selatan.

II-1 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

BAB II

KEDUDUKAN PENGARUSUTAMAAN GENDER

2.1. KEDUDUKAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

DI DAERAH

Pedoman pelaksanaan PUG di daerah yaitu:

a. Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2000 tentang

Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional.

b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008

tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan

Gender di Daerah sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011

tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum

Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah.

c. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 2 Tahun

2018 tentang Pengarusutamaan Gender.

Pada ketiga peraturan tersebut terdapat amanat dalam proses

perencanaan pembangunan yaitu:

a. Integrasi isu gender dalam proses pembangunan dimulai

dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

b. Internalisasi PUG dalam dokumen perencanaan jangka

panjang (20 tahun), jangka menengah (5 tahun) dan jangka

pendek (1 tahun) serta pelembagaan pengelolaan PUG,

berdasarkan ketentuan tersebut diharapkan semua

elemen penyelenggara Negara melaksanakan PUG pada

berbagai bidang pembangunan. PUG menjadi jalan pintas di

daerah yang harus direspon dalam proses

penyelenggaraan pemerintah daerah.

Kelembagaan PUG mengarah pada upaya percepatan pencapaian

kesetaraan dan keadilan gender melalui berbagai lembaga

yang ada di daerah seperti Kelompok Kerja (Pokja PUG), Tim

Teknis Pokja PUG dan Focal Point PUG.

II-2 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

Pemerintah daerah berkewajiban menyusun kebijakan,

program, dan kegiatan pembangunan responsif gender yang

dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah, Rencana Strategis Perangkat Daerah, Rencana Kerja

Pemerintah Daerah, dan Rencana Kerja Perangkat Daerah.

Perencanaan responsif gender adalah perencanaan untuk

mencapai kesetaraan dan keadilan gender melalui

pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan, potensi, dan

penyelesaian permasalahan perempuan dan laki-laki.

Regulasi penyelenggaraan PUG adalah Peraturan Daerah,

Peraturan Walikota, Keputusan Walikota dan surat edaran

penting yang ditujukan bagi percepatan pencapaian kesetaraan

dan keadilan gender. Pelaksanaan PUG di Kota Tangerang Selatan

harus didukung dengan berbagai regulasi daerah, baik

berupa Peraturan Daerah maupun Peraturan Walikota sehingga

mampu mengikat semua pihak untuk mendukung

penyelenggaraan PUG di Kota Tangerang Selatan.

Dalam upaya percepatan pelembagaan PUG maka disusun

penetapan program, kegiatan dan anggaran yang responsif gender

Kota Tangerang Selatan yang ditetapkan dengan Keputusan

Kepala Badan Perencanan Pembangunan Daerah Kota Tangerang

Selatan Nomor: 027/Kep-0529/Bappeda/xi/2017.

Hal ini tentu saja merespon sebagaimana tercantum dalam

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008

tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender

di Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008

tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender

di Daerah yaitu:

a. mempromosikan dan memfasilitasi PUG kepada masing-

masing Perangkat Daerah;

b. melaksanakan sosialisasi dan advokasi PUG kepada Camat

dan Lurah;

c. menyusun program kerja setiap tahun;

II-3 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

d. mendorong terwujudnya perencanaan dan penganggaran

yang responsif gender;

e. menyusun rencana kerja Pokja PUG setiap tahun;

f. bertanggung jawab kepada walikota melalui walikota;

g. merumuskan rekomendasi kebijakan kepada walikota;

h. menyusun profil gender kota;

i. melakukan pemantauan pelaksanaan PUG di masing-masing

instansi;

j. menetapkan tim teknis untuk melakukan analisis terhadap

anggaran daerah;

k. menyusun RAD PUG kota; dan

l. mendorong dilaksanakannya pemilihan dan penetapan Focal

Point di masing-masing Perangkat Daerah. Dalam rangka

percepatan pelaksanaan PUG pada tingkat Perangkat Daerah

dibentuk Focal Point Perangkat Daerah, sayangnya hingga

kini belum seluruh Perangkat Daerah di Kota Tangerang

Selatan memiliki Focal Point.

Pembentukan Focal Point ditetapkan dengan Keputusan Kepala

Perangkat Daerah. Focal Point terdiri dari pejabat dan/atau staf

yang membidangi tugas Pemberdayaan Perempuan dan

Perwakilan tiap bidang yang ada. Adapun tugas dari Focal Point

yaitu:

a. mempromosikan pengarusutamaan gender pada unit kerja;

b. memfasilitasi penyusunan rencana kerja dan

penganggaran Perangkat Daerah yang responsif gender;

c. melaksanakan pelatihan, sosialisasi, advokasi PUG kepada

seluruh pejabat dan staf di lingkungan Perangkat Daerah;

d. melaporkan pelaksanaan PUG kepada pimpinan Perangkat

Daerah;

e. mendorong pelaksanaan analisis gender terhadap kebijakan,

program, dan kegiatan pada unit kerja; dan

f. memfasilitasi penyusunan data gender pada masing-masing

Perangkat Daerah. Pemerintah Kota Tangerang Selatan

memiliki tugas dan tanggungjawab mencapai kesetaraan

dan keadilan gender sebagaimana tercantum dalam

salah satu misi RPJMD Kota Tangerang Selatan Tahun

2016–2021 yaitu yaitu meningkatkan kesetaraan dan

II-4 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

keadilan gender serta penghargaan yang tinggi terhadap Hak

Asasi Manusia. Hal ini merupakan bukti RPJMD Kota

Tangerang Selatan telah ada upaya responsif terhadap

pencapaian kesetaraan dan keadilan gender.

Pada tahap pelaporan monitoring dan evaluasi, Walikota

Tangerang Selatan mempersiapkan laporan pelaksanaan PUG

kepada Gubernur secara berkala setiap 6 (enam) bulan. Selain

itu, melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PUG pada

setiap Perangkat Daerah. Melakukan pembinaan terhadap

pelaksanaan PUG yang meliputi: (1) penetapan panduan teknis

pelaksanaan PUG skala Kota Tangerang Selatan, Kecamatan

dan Kelurahan; (2) penguatan kapasitas kelembagaan melalui

pelatihan, konsultasi, advokasi, dan koordinasi; (3) pemantauan

dan evaluasi pelaksanaan PUG di Kelurahan dan pada Perangkat

Daerah; (4) peningkatan kapasitas Focal Point dan Pokja

PUG; dan (5) strategi pencapaian kinerja.

2.2. KEDUDUKAN DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH

DAERAH

Kedudukan PUG dalam Dokumen Rencana Kerja Pemerintah

Daerah merupakan arus utama dalam setiap arah kebijakan,

strategi, program dan kegiatan. PUG akan menjadi jiwa

dalam dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang

menjadi pedoman dalam penyusunan Rancangan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah untuk ditetapkan menjadi

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rancangan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah disusun dengan mendasarkan

pada Rencana Kerja dan Anggaran seluruh Perangkat Daerah.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ini kemudian akan

dijabarkan menjadi Daftar Penetapan Anggaran Perangkat

Daerah.

Dalam perencanaan dan penganggaran pembangunan tahunan,

Perangkat Daerah perlu melakukan analisis gender, sehingga

dapat diketahui permasalahan kesenjangan gender menyangkut

akses, kontrol, partisipasi dan manfaat yang diperoleh penduduk

perempuan dan laki-laki, dan menentukan RAD yang sesuai

II-5 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

untuk memecahkan permasalahan tersebut. Pengintegrasian PUG

dalam pembangunan tahunan harus dimulai sejak penyusunan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah. Sementara titik kritis dalam

perencanaan yang responsif gender yaitu pada saat penyusunan

Rencana Kerja dan Anggaran dan Dokumen Pelaksanaan

Anggaran Perangkat Daerah. Hal ini karena dalam kedua

dokumen tersebut telah menyebutkan kelompok sasaran suatu

kegiatan, dimana sudah harus memperhatikan prinsip-prinsip

kesetaraan dan keadilan gender.

III-1 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

BAB III

PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM SIKLUS PEMBANGUNAN

3.1. PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM SIKLUS

PEMBANGUNAN DI DAERAH

Siklus pembangunan daerah dimulai dari tahap perencanaan

pembangunan daerah, implementasi pembangunan daerah,

evaluasi dan pelaporan pembangunan daerah. Dalam

perencanaan pembangunan daerah PUG diintegrasikan ke dalam

dokumen perencanaan pembangunan daerah. Integrasi PUG

dalam perencanaan pembangunan Daerah Kota Tangerang

Selatan menurut Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, terdapat 4 (empat)

tahapan dalam siklus perencanaan pembangunan nasional, yaitu

(1) penyusunan rencana; (2) penetapan rencana; (3) pengendalian

pelaksanaan rencana; dan (4) evaluasi pelaksanaan rencana.

Pada tingkat daerah, perencanaan pembangunan daerah juga

disusun melalui 4 (empat) tahapan dalam siklus perencanaan

pembangunan daerah.. Pembangunan di daerah diawali dengan

penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah.

Dokumen perencanaan pembangunan daerah disusun secara

berjangka, dokumen perencanaan pembangunan untuk kurun

waktu 20 (dua puluh) tahun disebut Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Daerah, dokumen perencanaan pembangunan

untuk kurun waktu 5 (lima) tahun disebut Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah dan dokumen

perencanaan tahunan disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah menjadi dasar dalam

penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah dan Penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah.

Pada tingkat Perangkat Daerah perencanaan pembangunan

untuk jangka waktu 5 (lima) tahun disebut Rencana Strategis

Perangkat Daerah, Rencana Strategis Perangkat Daerah

merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah. Perencanaan tahunan di Perangkat Daerah

disebut Rencana Kerja Perangkat Daerah yang merupakan

III-2 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

penjabaran dari Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang

selanjutnya dijadikan sebagai pedoman dalam menyusun

Rencana Kerja dan Anggaran Perangkat Daerah.

PUG dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun

2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan

Gender di Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011 tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15

Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan

Pengarusutamaan Gender di Daerah, merupakan strategi yang

dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi

integral mulai perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,

pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan serta program

pembangunan nasional. Penyelenggaraan PUG di daerah dimulai

dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

PUG dilaksanakan melalui langkah-langkah analisis gender serta

Komunikasi, Informasi, dan Edukasi tentang PUG pada instansi

dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Tahap

perencanaan, pemerintah daerah berkewajiban menyusun

kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan responsif gender

yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah,

Rencana Kerja Pemerintah Daerah, Rencana Strategis Perangkat

Daerah, dan Rencana Kerja Perangkat Daerah .

Perencanaan responsif gender disini adalah perencanaan

untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender, yang

dilakukan melalui pengintegrasian pengalaman, aspirasi,

kebutuhan, potensi, dan penyelesaian permasalahan perempuan

dan laki-laki. Pengintegrasian PUG juga mencakup proses

penganggaran pembangunan daerah, yaitu pada tahap

penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Perangkat

Daerah dan penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

yang selanjutnya dirinci dalam rincian Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah.

III-3 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

Sumber: Bappenas, 2011

3.2. METODE ANALISIS GENDER

Perencanaan dan penganggaran pembangunan yang

responsif gender harus melalui proses analisis gender

menggunakan metode Gender Analisys Pathway (GAP) dan

Gender Budget Statement (GBS). Gender Analisys Pathway (GAP)

dan Gender Budget Statement (GBS) digunakan untuk

menganalisis isu gender yang berkembang, merumuskan

tujuan, menyusun kegiatan yang responsif gender, menyusun

indikator capaian, dan menentukan target kinerja atas rumusan

kegiatan responsif gender.

Perumusan isu gender sampai dengan penentuan indikator

capaian dan penetapan target kinerja dengan Gender Analisys

Pathway (GAP) dan Gender Budget Statement (GBS) dilakukan

menggunakan data pilah gender (data menurut jenis

kelamin). Data pilah gender penting untuk mengetahui sejauh

mana kesenjangan akses, kontrol, partisipasi dan peran antara

laki-laki dengan perempuan.

Gender Analisys Pathway (GAP) merupakan salah satu alat

analisis gender yang dikembangkan oleh Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional yang dapat digunakan untuk

membantu para perencana memasukan PUG dalam

perencanaan kebijakan, program, proyek, dan atau kegiatan

pembangunan.

III-4 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

Perencana dapat mengidentifikasikan kesenjangan dan

permasalahan gender serta sekaligus menyusun rencana

kebijakan/program/proyek/kegiatan yang ditujukan untuk

memperkecil atau menghapus kesenjangan gender dengan

menggunakan Gender Analisys Pathway (GAP).

Berdasarkan buku pedoman teknis perencanaan dan

penganggaran responsif gender bagi daerah yang dikeluarkan

Kementerian Pemberdayaan Perempuan tahun 2010, metode

Gender Analisys Pathway (GAP) meliputi 9 (sembilan) langkah

yaitu:

a. pilih kebijakan/program/kegiatan yang akan dianalisa

1. memilih kebijakan/program/kegiatan yang hendak

dianalisis.

2. menuliskan tujuan kebijakan/program/kegiatan.

b. menyajikan data pembuka wawasan

1. menyajikan data pembuka wawasan yang terpilah

menurut jenis kelamin.

2. data terpilah ini bisa berupa data statistik yang

kuantitatif atau yang kualitatif, misalnya hasil survei,

hasil Focus Group Discussion, reviu pustaka, hasil kajian,

hasil pengamatan, atau hasil intervensi

kebijakan/program/kegiatan yang sedang dilakukan.

c. mengenali faktor kesenjangan gender

Menemukan dan mengetahui ada tidaknya faktor

kesenjangan gender yaitu Akses, Partisipasi, Kontrol, dan

Manfaat.

d. menemukan sebab kesenjangan internal

Temukan isu gender di internal lembaga. Misalnya terkait

dengan produk hukum, kebijakan, pemahaman gender yang

masih kurang diantara pengambil keputusan dalam internal

lembaga.

e. menemukan sebab kesenjangan eksternal

Temukan isu gender di eksternal lembaga. Misalnya apakah

budaya patriakhi, gender stereotype (laki-laki yang selalu

dianggap sebagai kepala keluarga).

III-5 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

f. reformulasi tujuan

merumuskan kembali tujuan kebijakan/program/kegiatan

supaya responsif gender.

g. rencana aksi.

1. menetapkan rencana aksi.

2. Rencana aksi diharapkan mengatasi kesenjangan gender

yang teridentifikasi pada langkah 3, 4 dan 5.

h. Data Dasar.

Menetapkan data dasar yang dipilih untuk mengukur

kemajuan (progress). Data yang dimaksud diambil dari data

pembuka wawasan yang telah diungkapkan pada langkah 2

yang terkait dengan tujuan kegiatan dan ouput kegiatan.

i. Indikator Gender

Menetapkan indikator gender sebagai pengukuran hasil

melalui ukuran kuantitatif maupun kualitatif.

Selanjutnya dalam pelaksanaan pembangunan PUG juga

terintegrasi dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan

di setiap perangkat daerah yang mengampu urusan-urusan

yang dilimpahkan pusat kepada daerah. Dalam pelaksanaan

kegiatan yang berhubungan dengan manusia secara langsung

maupun tidak harus memperhatikan akses kontrol, partisipasi

dan peran antara perempuan dan laki-laki. Apalagi kegiatan-

kegiatan yang langsung mengarah pada penyelesaian

kesenjangan antara laki-laki dan perempuan harus secara

efektif dapat mengurangi kesenjangan antara laki-laki dengan

perempuan atau sebaliknya.

Tahap pelaksanaan pembangunan daerah PUG tetap harus

menjadi “jiwa” setiap kegiatan yang dilaksanakan. Dalam

pelaksanaan pembangunan di Kota Tangerang Selatan, PUG

harus mengendalikan kegiatan-kegiatan pembangunan supaya

tetap memperhatikan kesetaraan gender. Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah melakukan pemantauan pelaksanaan PUG

di masing-masing instansi agar PUG berjalan dengan optimal.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah beserta tim teknis

Dinas terkait dan Focal Point menjadi garda terdepan dalam

mengawal PUG dalam pembangunan daerah.

III-6 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

Keadilan dan kesetaraan gender merupakan tujuan utama dalam

evaluasi terhadap kinerja perangkat daerah dan evaluasi

dokumen perencanaan, sehingga dapat diketahui apakah hasil

kinerja perangkat daerah dan perencanaan sudah responsif

gender atau belum. Dalam tahap ini integrasi perencanaan

penganggaran pada tahap integrasi dalam dokumen Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah tersirat dalam Misi 8,

kebijakan daerah,tujuan dan program/kegiatan. Secara khusus

Rencana Strategis dan Rencana Kerja Dinas Pemberdayaan

Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan

Keluarga Berencana memuat amanah-amanah yang harus

diemban mencapai Keadilan dan Kesetaraan Gender

Secara umum Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Tahun 2016- 2021 telah mencerminkan pencapaian misi Walikota

dalam PUG. Kedudukan PUG ke dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah diwujudkan dalam penggambaran

kondisi, strategi, arah kebijakan, program dan kegiatan yang

selalu memperhatikan akses, kontrol, partisipasi dan peran

laki-laki dan perempuan secara seimbang.

Perhatian terhadap akses, kontrol, partisipasi dan peran

laki-laki danperempuan dalam setiap aspek dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah diwujudkan dalam

setiap aspek dalam perencanaan jangka menengah daerah

tersebut. Penyusunan perencanaan yang mengintegrasikan

PUG selalu didasarkan pada data pilah. Pada setiap penyajian

kondisi dan prediksi selalu memperhatikan data pilah

gender dan issue gender yang berkembang berkaitan dengan

kondisi data yang ada. Pengintegrasian pengarusutaman gender

melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

merupakan langkah strategis dalam proses PUG di daerah.

Hal ini karena Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

akan dijadikan acuan dalam menyusun Rencana Strategis

Perangkat Daerah, Rencana Kerja Pemerintah Daerah dan

Rencana Kerja Perangkat Daerah. Dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah Tahun 2016-2021 secara umum

sudah memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender, terutama

III-7 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

dalam perumusan misi ke-8, yaitu Meningkatkan kesetaraan

dan keadilan gender serta penghargaan yang tinggi terhadap

Hak Asasi Manusia, yang memiliki arti kesetaraan antara laki-

laki dan perempuan dalam memperoleh kesempatan (akses)

dan memafaatkan berbagai pelayanan publik, serta

kesetaraan dalam berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan

perlu terus dikembangkan. Disamping itu perlu adanya jaminan

dan penghargaan yang tinggi pada hak asasi manusia. Tujuan

pembangunan yang dijabarkan dari misi ke-8 yaitu Mengurangi

ketimpangan gender, penguatan kelembagaan dan

pemberdayaan perempuan dan menjunjung tinggi Hak Asasi

Manusia.

Adapun sasarannya yaitu (1) Meningkatnya indeks pembangunan

gender (IPG); (2) Meningkatnya indeks pemberdayaan gender

(IDG); (3) Meningkatnya kesadaran hukum oleh masyarakat;

(4) Meningkatnya pemahaman terhadap Hak Asasi Manusia oleh

aparat; (5) Terwujudnya peningkatan sumber daya manusia

dan kualitas hidup perempuan dan perlindungan anak yang

kompetitif dan memiliki kompetensi; (6) Terwujudnya

masyarakat yang mempunyai kemampuan dan pengetahuan

yang berlandaskan keadilan dan kesetaraan gender dalam

penerapan segala aspek kehidupan. Misi, tujuan dan sasaran

tersebut akan menjadi modal awal untuk perencanaan

pembangunan tahunan, yaitu Rencana Kerja Pemerintah

Daerah dan Rencana Kerja Perangkat Daerah yang lebih

responsif gender.

3.3. PENGARUSUTAMAAN GENDER SEBAGAI STRATEGI DALAM

PEMBANGUNAN

Pengarusutamaan gender adalah strategi pembangunan untuk

mencapai adanya kesetaraan dan keadilan gender melalui

pengintegrasian pengalaman, kebutuhan, aspirasi perempuan

dan laki-laki kedalam berbagai kebijakan dan program mulai dari

tahap perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan

pemantauan. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang

Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan

Nasional, mengintruksikan kepada seluruh Menteri dan Kepala

III-8 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

Lembaga Non Kementerian (K/L), Lembaga Tinggi Negara, Kapolri,

Panglima TNI, para Gubernur dan para Bupati/Walikota seluruh

Indonesia untuk melaksanakan PUG dalam pembangunan.

Dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019,

menegaskan bahwa PUG merupakan strategi lintas bidang dalam

pembangunan selain Pembangunan berkelanjutan (sustainable

development) dan Pemerintahan yang baik (good governance).

Dengan mengacu kepada Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun

2000, dan Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 tersebut

diatas maka jelas PUG merupakan kewajiban bagi seluruh

Menteri/Kepala Non Kementerian dan juga para Gubernur dan

Bupati/Walikota seluruh Indonesia untuk menerapkan strategi

PUG dalam pembangunan sesuai dengan kewenangannya

masing-masing.

PUG sebagai strategi pembangunan telah diamanatkan dalam

Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000, dan dipertegas dalam

Presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019. Dalam

menetapkan prioritas pembangunan pemberdayaan perempuan di

Indonesia maka dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional Tahun 2015-2019 ditetapkan tiga prioritas yaitu:

1). Meningkatkan kualitas hidup dan peran perempuan di

berbagai bidang pembangunan; 2). Meningkatkan perlindungan

perempuan dari berbagai tindak kekerasan, termasuk Tindak

Pidana Perdagangan Orang; 3). Meningkatkan kapasitas

kelembagaan PUG dan kelembagaan perlindungan perempuan

dari berbagai tindak kekerasan. Kementerian Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak, menjabarkan kedalam “Three

End Plus” yaitu: Akhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak;

Akhiri perdagangan Manusia; Akhiri kesenjangan ekonomi; Akhiri

ketertinggalan perempuan dalam politik.

IV-1 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

BAB IV

PENGUATAN KELEMBAGAAN

4.1. PENGUATAN KELEMBAGAAN MELALUI PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN

Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam

pembangunan pada dasarnya dimulai sejak Instruksi Presiden

Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Pengarusutamaan

Gender Dalam Pembangunan Nasional. Selanjutnya dalam

Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019

dinyatakan bahwa PUG merupakan salah satu arus utama yang

harus dilaksanakan dalam pembangunan disamping

pengarusutamaan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable

development) dan tata kelola pemerintahan yang baik (good

governance).

Dalam rangka percepatan pelaksanaan PUG baik di pusat

maupun di daerah Pemerintah telah mengeluarkan Surat Edaran

Bersama antara 4 (empat) menteri yaitu Menteri Perencanaan

Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan

Pembangunan nasional No.270/M.PPN/II/2012, Menteri

Keuangan dengan No.SE.33/MK.02/2012, Menteri Dalam Negeri

No.050/4370A/SJ dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak No.46/MPP-PA/II/2012 tentang Strategi

Nasional Percepatan Pengarusutamaan Gender (PUG) melalui

Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender. Surat tersebut

menjadi dasar dalam menyusun perencanaan dan penganggaran

yang responsif gender dan merupakan strategi percepatan

pelaksanaan PUG baik di pusat maupun di daerah.

Sedangkan pelaksanaan PUG di daerah telah diamanatkan dalam

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008

tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender

di Daerah, namum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri

tersebut lebih fokus kepada pengaturan sistem perencanaan

daerah yang responsif gender, sedangkan pengaturan tentang

sistem penganggaran dengan menggunakan instrumen Gender

IV-2 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

Analisys Pathway (GAP) dan Gender Budget Statement (GBS)

belum diatur. Untuk hal tersebut Kementerian Dalam Negeri telah

mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67

Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum

Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah. Peraturan

Menteri Dalam Negeri tersebut telah mengatur sistem

kelembagaan PUG di daerah dan juga mengatur sistem

perencanaan dan penganggaran dengan menggunakan instrumen

Analisis Gender dengan menggunakan Gender Analisys Pathway

(GAP) dan Gender Budget Statement (GBS).

Untuk mencapai palaksanaan PUG sebagaimana termaksud

dalam Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000, Peraturan

Presiden Nomor 2 tahun 2015, Surat Edaran Bersama antara 4

(empat) menteri yaitu Menteri Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Bappenas No.270/M.PPN/II/2012, Menteri

Keuangan dengan No.SE.33/MK.02/2012, Menteri Dalam Negeri

No.050/4370A/SJ dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak No.46/MPP-PA/II/2012 tentang Strategi

Nasional Percepatan Pengarusutamaan Gender (PUG) melalui

Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender, dan Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman

Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 67 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008

tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender

di Daerah tersebut diatas PUG telah mengamanatkan kepada

pemerintah provinsi, dan kabupaten/kota memperhatikan hal-

hal sebagai berikut:

1. Pemerintah provinsi berkewajiban menyusun kebijakan,

program, dan kegiatan pembangunan berperspektif gender

yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah, Rencana Strategis Perangkat Daerah, dan

Rencana Kerja Perangkat Daerah (ayat (1) Pasal 4).

Penyusunan kebijakan, program, dan kegiatan

pembangunan berperspektif gender sebagaimana pada ayat

IV-3 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

(1) dilakukan melalui analisis gender (ayat (2) Pasal 4).

Analisis gender dapat menggunakan Gender Analysis

Pathway (GAP) atau analisis gender lainnya.

2. Pasal 5A menjelaskan bahwa hasil analisis gender

sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (3) dituangkan

dalam penyusunan Gender Budget Statement (GBS). Hasil

analisis gender yang terdapat dalam Gender Budget

Statement (GBS) menjadi dasar perangkat daerah dalam

menyusun kerangka acuan kegiatan dan merupakan bagian

yang tak terpisahkan dengan dokumen Rencana Kerja dan

Anggaran/Dokumen Pelaksanaan Anggaran Perangkat

Daerah.

3. Tiga lembaga/unit baik di Provinsi maupun di

Kabupaten/Kota yaitu: Pokja Provinsi (Pasal 9), Pokja

Kabupaten/Kota (Pasal 14), Tim Teknis Provinsi (Pasal 11),

Tim Teknis Kabupaten/Kota (Pasal 16), RAD PUG di Provinsi

(Pasal 11 ayat (2), RAD PUG Kabupaten/Kota (Pasal 16

ayat (2), Focal point PUG di setiap Perangkat Daerah di

Provinsi Pasal 17 ayat (1), Focal point PUG di setiap

Perangkat Daerah Kabupaten/Kota Pasal 17 ayat (2).

4. Menteri Dalam Negeri melalui Direktorat Jenderal

Pembangunan Masyarakat Desa melakukan pembinaan

umum terhadap pelaksanaan PUG di provinsi (Pasal 23),

Pemberian pedoman dan panduan, Penguatan kapasitas, dan

kapasitas tim teknis, dan Pokja Provinsi serta Pemantauan

dan evaluasi.

5. Anggota Pokja PUG di Kota Tangerang Selatan dikenal dua

peran: Peran Penggerak (driver) dan Peran pelayanan

(services). Lembaga Driver atau penggerak terdiri dari Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Pemberdayaan

Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak

dan Keluarga Berencana, Badan Pengelolaan Keuangan dan

Aset Daerah, dan Inspektorat. Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah sebagai lembaga yang bertanggung

jawab terhadap koordinasi dalam penyusunan perencanaan;

Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan

IV-4 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana,

sebagai penggerak dan bertanggung jaswab terhadap

bantuan teknis substansi PUG dan penyediaan data terpilah;

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah bertanggung

jawab terhadap dalam melakukan koordinasi dan supervisi

penganggaran; sedangkan Inspektorat bertanggung jawab

terhadap pelaksanaan supervisi, monitoring dan evaluasi

kegiatan. Sedangkan unit-unit lembaga pelayanan (services)

yaitu Perangkat Daerah. Perangkat Daerah bertanggung

jawab terhadap penyusunan kegiatan yang responsif gender

dengan menggunakan anlisis gender dan pembuatan Gender

Budget Statement (GBS) yang dapat langsung berkaitan

dengan sasaran inti yaitu masyarakat. 6. Koordinasi dan sinkronisasi PUG dan perencanaan dan

penganggaran yang responsif gender paling utama ada pada

lembaga penggerak (driver) yang menggerakkan Pokja; 4.2. PENGUATAN KELEMBAGAAN MELALUI KEBIJAKAN

ANGGARAN

PUG adalah proses untuk menjamin perempuan dan laki-laki

mempunyai akses dan kontrol terhadap sumber daya, mendapat

manfaat dan terlibat dalam pengambilan keputusan yang sama

dalam proses pembangunan. Hal tersebut merupakan strategi

untuk mengurangi kesenjangan gender dan mencapai kesetaraan

gender dengan mengintegrasikan gender menjadi satu demensi

integral dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan

evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan disuatu

wilayah. Pelaksanaan PUG dalam pembangunan merupakan

strategi untuk memastikan perempuan dan laki-laki mempunyai

akses yang sama terhadap sumber daya, dapat berpartisipasi

dalam proses pengambilan keputusan, memiliki kesempatan dan

peluang yang sama dalam melakukan kontrol, serta memperoleh

manfaat yang sama terhadap pembangunan.

Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender merupakan

serangkaian cara dan pendekatan untuk mengintegrasikan

perspektif gender di dalam proses perencanaan dan

penganggaran. Perencanaan yang responsif gender adalah

IV-5 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

perencanaan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender,

yang dilakukan melalui pengintegrasian pengalaman, aspirasi,

kebutuhan, potensi, dan penyelesaian permasalahan perempuan

dan laki-laki. Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender

merupakan perencanaan yang disusun dengan

mempertimbangkan 4 (empat) aspek yaitu: akses, partisipasi,

kontrol dan manfaat yang dilakukan secara setara antara

perempuan dan laki-laki. Perencanaan dan Penganggaran

Responsif Gender harus mempertimbangkan aspirasi, kebutuhan

dan permasalahan perempuan dan laki-laki baik dalam proses

perencanaan, penyusunan, pelaksanaan serta monitoring dan

evaluasi program kegiatan.

a. Tujuan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender.

Penyusunan Perencanaan dan Penganggaran Responsif

Gender mempunyai tujuan, yaitu:

1. meningkatkan kesadaran dan pemahaman para

pengambil keputusan tentang pentingnya isu gender

dalam kebijakan pembangunan dan mempercepat

terwujudnya keadilan dan kesetaran gender.

2. memberikan manfaat yang adil bagi kesejahteraan laki-

laki dan perempuan, termasuk anak laki-laki dan anak

perempuan dari penggunaan belanja/pengeluaran

pembangunan.

3. meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan

anggaran, serta membangun transparansi anggaran dan

akuntabilitas Pemerintah Daerah.

4. membantu mengurangi kesenjangan gender dan

menghapuskan diskriminasi terhadap perempuan dalam

pembangunan.

5. meningkatkan partisipasi masyarakat, baik laki-laki dan

perempuan dalam penyusunan perencanaan anggaran,

pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi.

6. menjamin agar kebutuhan dan aspirasi laki-laki dan

perempuan dari berbagai kelompok sosial (berdasarkan

jenis kelamin, usia, ras, suku, dan lokasi) dapat

diakomodasikan ke dalam belanja/pengeluaran.

IV-6 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

b. Prasyarat Terwujudnya Pengarusutamaan Gender (PUG):

1. Komitmen

Terwujudnya PUG di Kota Tangerang Selatan adanya

komitmen bersama stakeholder dan masyarakat

sehingga penguatan kelembagaan PUG.

2. Kebijakan

Adanya kebijakan yang berpihak pada PUG di Kota

Tangerang Selatan sebagaimana Peraturan Daerah Kota

Tangerang Selatan Nomor 2 Tahun 2018 tentang

Pengarusutamaan Gender.

3. Kelembagaan

PUG di Kota Tangerang Selatan dapat terwujud dengan

ada penguatan kelembagaan antar stakeholder (antar

dinas/lembaga terkait).

4. Sumber Daya Manusia dan Anggaran

Peningkatan sumber daya manusia dan alokasi

anggaran yang cukup khusus untuk PUG.

5. Alat Analis Gender

PUG di Kota Tangerang Selatan perlunya adanya analisis

gender yang kuat sehingga dapat membantu

pelaksanaan PUG secara tepat.

6. Data Gender

PUG di Kota Tangerang Selatan perlu adanya update

data gender setiap tahun sekali.

7. Partisipasi Masyarakat

Peran serta masyarakat dalam mewujudkan PUG di Kota

Tangerang Selatan.

Dalam mewujudkan penguatan kelembagaan PUG di Kota

Tangerang Selatan perlu adanya: 1). Advokasi dan Fasilitasi PUG

Bagi Perempuan Fasilitasi pengembangan Pusat Pelayanan

Terpadu Pemberdayaan Perempuan 2). Peningkatan kapasitas

dan jaringan kelembagaan pemberdayaan perempuan dan 3).

Evaluasi pelaksanaan PUG Pengembangan sistem informasi

Gender dan Anak.

IV-7 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam upaya penguatan

kelembagaan PUG hendaknya melakukan revitalisasi Pokja setiap

tahunnya, pertama dari sisi legalitasnya, kedua dari sisi

keanggotaan, peran dan fungsi termasuk target-target capaian

PUG. Hal ini perlu menjadi agenda tahunan mengingat bahwa SK

Pokja dan Focal point hanya berlaku satu tahun selain itu juga

sebagai antisipasi adanya perubahan keanggotaan yang

diakibatkan terjadinya pergeseran para pejabat di lingkungan

provinsi. Revitalisasi kelembagaan PUG juga dilakukan untuk

menyesuaikan dengan kebijakan terbaru dan dinamika

perkembangan masyarakat. Provinsi perlu aktif mendorong

penguatan kelembagaan PUG khususnya lembaga penggerak PUG

Kota Tangerang Selatan seperti Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah, Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan

Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana, Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, dan Inspektorat agar PUG

dapat berjalan dan terlaksana dengan baik di Kota Tangerang

Selatan.

V-1 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

BAB V

PENGUATAN PERAN SERTA MASYARAKAT

5.1. PENGUATAN PERAN SERTA MASYARAKAT TERHADAP

PENGARUSUTAMAAN GENDER

Data-data empirik yang menunjukkan terjadinya kesenjangan

gender merupakan salah satu permasalahan pembangunan.

Memang, kita menyadari kondisi itu tidaklah disengaja melainkan

berjalan secara linier, tetapi kita perlu melakukan perubahan

struktural, dan kultural dalam tata kelola pemerintahan dan

pembangunan yang lebih inklusif sehingga menjamin kepastian

manfaat sumberdaya pembangunan yang berkeadilan gender.

Perubahan itu hanya dilakukan manakala para aktor

pembangunan memiliki gender mindset dan kesetaraan gender

menjadi benchmark dalam penentuan kebijakan pemerintahan

dan pembangunan yang sejalan dengan Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional Tahun 2005-2025 dan agenda UN Womens

tentang Planet 50:50 by 2030 Step It Up for Gender Equality.

Bentuk partisipasi masyarakat dalam upaya mendukung

pelembagaan PUG dapat dilakukan melalui kegiatan sosialisasi

dan advokasi dalam mendorong komitmen pemerintah,

Pemerintah Daerah dalam membangun kelembagaan PUG,

melakukan kajian dan telaahan terhadap isu-isu gender dan anak

di daerah. Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam upaya

pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak, menurut

Fatahillah adalah melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai

peraturan dan perundang-undangan yang berkaitan dengan

perlindungan kekerasan terhadap perempuan dan anak serta

penyediaan media komunikasi, informasi dan edukasi tentang

pencegahaan kekerasan terhadap perempuan dan anak di

keluarga, masyarakat, lembaga pendidikan dan ruang-ruang

publik, melaporkan kepada pihak berwenang jika terjadi

pelanggaran hak-hak perempuan dan anak.

V-2 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

Melalui panduan ini diharapkan dapat memberikan kejelasan

kepada seluruh unsur masyarakat yang terlibat dalam kegiatan

bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dalam

menjalankan peran dan kegiatannya sehingga dapat mewujudkan

sinergitas dengan pemerintah dalam mencapai tujuan dan

sasaran pembangunan pemberdayaan perempuan. Panduan

umum bentuk dan tata cara partisipasi masyarakat bidang

pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dimaksudkan

untuk memberikan acuan bagi organisasi/lembaga masyarakat

dalam pelaksanaan partisipasi masyarakat bidang pemberdayaan

perempuan baik di pemerintah pusat maupun daerah secara

terpadu dan sinergi.

Penguatan kapasitas PUG bagi masyarakat menjadi sangat

strategis karena memiliki fungsi transformatif nilai-nilai, gagasan,

dan ide-ide perubahan paradigma kesetaraan gender pada semua

bidang pembangunan. Masyarakat yang sensitif terhadap gender

akan menjadi modal besar dalam mendorong peningkatan

kualitas sumber daya manusia laki-laki dan perempuan guna

menghadapi dunia global dengan beragam budaya yang

berkembang.

Di sinilah letak dan pentingnya semua pejabat tinggi dan madya

ASN di pusat dan daerah memahami pentingnya penyusunan

kebijakan, program, kegiatan, dan penganggaran yang responsif

gender dan peduli anak guna mewujudkan kesetaraan gender di

semua bidang pembangunan, yang sejalan dengan upaya

mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945. Pelaksanaan PUG telah banyak meraih

kemajuan, bukan saja secara fisik melainkan non-fisik yang

ditandai oleh semakin terbukanya paradigma kesetaraan bagi

para penentu kebijakan di pusat dan di daerah; dan semakin

luasnya partisipasi masyarakat sangat diharapkan dalan

penguatan peran serta masayarakat dalam PUG.

V-3 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

5.2. PENGARUSUTAMAAN GENDER SEBAGAI STRATEGI

ALTERNATIF MEWUJUDKAN KESETARAAN GENDER DALAM

MASYARAKAT

Keberhasilan pembangunan dan keberhasilan dalam menjalani

proses historis kehidupan dalam semua tingkatan akan sangat

tergantung pada peran serta laki-laki dan perempuan secara

bersamaan sebagai pelaku dan pemanfaatnya.

Ketidakseimbangan serta peminggiran terhadap peran serta dari

salah satu elemen tersebut bisa berakibat pada ketimpangan dan

ketidakadilan. Oleh karena itu, semua program pemberdayaan

harus memperhatikan dan diorientasikan pada pencapaian dan

optimalisasi peran yang setara antara laki-laki dan perempuan.

PUG adalah suatu strategi untuk mencapai kesetaraan dan

keadilan gender melalui perencanaan dan penerapan kebijakan

yang berperspektif gender pada organisasi dan institusi.

Pengarusutamaan gender merupakan strategi alternatif bagi

usaha pencepatan tercapainya kesetaraan gender karena nuansa

kepekaan gender menjadi salah satu landasan dalam penyusunan

dan perumusan strategi, struktur, dan sistem dari suatu

organisasi atau institusi, serta menjadi bagian dari nafas budaya

di dalamnya. Strategi ini merupakan strategi integrasi kesamaan

gender secara sistemik ke dalam seluruh sistem dan struktur,

termasuk kebijakan, program, proses dan proyek, budaya,

organisasi atau sebuah agenda pandangan dan tindakan yang

memprioritaskan kesamaan gender berdasarkan Instruksi

Presiden Nomor 9 Tahun 2000 yaitu Presiden menginstruksikan

untuk melaksanakan PUG guna terselenggaranya penyusunan

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas

kebijakan dan program pembangunan nasional yang berspektif

gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi serta kewenangan

masing-masing.

VI-1 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

BAB VI

PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI DAERAH

6.1 DASAR PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH

Dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan

pelayanan masyarakat di daerah, masih terdapat ketidaksetaraan

dan ketidakadilan gender, sehingga diperlukan strategi

pengintegrasian gender melalui perencanaan, penyusunan,

pelaksanaan, penganggaran, pemantauan, dan evaluasi atas

kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan di daerah.

Adapun dasar pelaksanaan PUG di daerah berpedoman pada

peraturan maupun perundang-undangan sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan

Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk

Diskriminasi Terhadap Perempuan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3277);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Undang–Undang

Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5679);

VI-2 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,

Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4737);

5. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019;

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008

tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan

Gender di Daerah sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011

tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum

Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah;

7. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang

Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional;

8. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 2 Tahun

2018 tentang Pengarusutamaan Gender.

6.2 PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH

Pedoman umum pelaksanaan PUG di daerah dimaksudkan untuk

memberikan pedoman kepada Pemerintah Daerah dalam

penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan

masyarakat yang berperspektif gender. Adapun pedoman umum pelaksanaan PUG di daerah bertujuan:

a. memberikan acuan bagi aparatur Pemerintah Daerah dalam

menyusun strategi pengintegrasian gender yang dilakukan

melalui perencanaan, pelaksanaan, penganggaran,

pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan, program, dan

kegiatan pembangunan di daerah;

b. mewujudkan perencanaan berperspektif gender melalui

pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan, potensi,

dan penyelesaian permasalahan laki-laki dan perempuan;

c. mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam

kehidupan berkeluarga, berbangsa, dan bernegara;

VI-3 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

d. mewujudkan pengelolaan anggaran daerah yang responsif

gender;

e. meningkatkan kesetaraan dan keadilan dalam kedudukan,

peranan, dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan

sebagai insan dan sumberdaya pembangunan; dan

f. meningkatkan peran dan kemandirian lembaga yang

menangani pemberdayaan perempuan.

BAB VII

ANALISIS KONDISI

Kota Tangerang Selatan adalah salah satu kota di Provinsi Banten,

Indonesia. Kota ini diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia,

Mardiyanto, pada 29 Oktober 2008. Kota Tangerang Selatan

termasuk kota satelit dari ibukota Jakarta dan daerah urban sprawl

dari ibukota. Kota Tangerang Selatan termasuk di wilayah

Jabodetabek karena kota ini merupakan hasil pemekaran dari

Kabupaten Tangerang.

Slogan “Mari Menata Tangsel Rumah Kita Bersama” Dari

permasalahan yang di hadapi sekarang, slogan resmi ”Mari Menata

Tangsel Rumah Kita Bersama” menunjukan kehendak untuk

menyapa, mengajak dan mempromosikan kepada seluruh

masyarakat secara bersama memberikan sesuatu yang terbaik bagi

Kota Tangerang Selatan mengingat secara simbolik merupakan

sebuah tempat hidup dan beraktivitas bagi semua warga Kota

Tangerang Selatan. Sepatutnyalah seluruh masyarakat Kota

Tangerang Selatan dari berbagai asal-usul, ras dan etnik, agama dan

kepercayaan, serta status sosial lainya memiliki semangat yang sama

sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain

sebagai warga yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama.

Oleh karena itu, Kota Tangerang Selatan harus di pandang sebagai

tempat berdiam, bermukim dan beraktivitas bersama, dan sejahtera

bersama, dibangun bersama, dipelihara bersama dan dikembangkan

bersama untuk kepentingan dan kemanfaatan bersama.

Sejarah, Wacana pembentukan daerah otonom Kota Tangerang

Selatan (dahulu Cipasera) muncul sejak 1999. Namun belum adanya

kata sepakat antara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten

Tangerang dan Pemerintah Kabupaten Tangerang tentang jumlah

kecamatan yang akan tergabung dalam daerah otonom ini,

menghambat proses pembentukannya. Sebagian besar warga

masyarakat yang tinggal di Kecamatan Ciputat, Pamulang, Serpong,

Cisauk, dan Pondok Aren menginginkan lepas dari Kabupaten

Tangerang.

VII-1 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

Pertimbangan lainnya adalah aspek pelayanan masyarakat dan

Pendapatan Asli Daerah enam kecamatan itu sangat besar, yaitu 309

Miliar pertahunnya atau 60% dari Pendapatan Asli Daerah seluruh

daerah Kabupaten Tangerang.

Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota

Tangerang Selatan melalui Sidang Paripurna DPR-RI, dengan

cakupan wilayah Kecamatan Setu, Serpong, Serpong Utara, Pondok

Aren, Pamulang, Ciputat, dan Ciputat Timur bergabung dalam

sebuah daerah otonom bernama Kota Tangerang Selatan.

Batasan Wilayah Kota Tangerang Selatan adalah sebelah Utara: Kota

Tangerang dan Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sebelah Selatan:

Provinsi Jawa Barat (Kabupaten Bogor dan Kota Depok), Barat:

Kabupaten Tangerang, dan sebelah Timur: Provinsi Jawa Barat (Kota

Depok) dan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Adapun Luas Wilayah

Kota Tangerang Selatan adalah, sebagai berikut:

1. Serpong dengan luas 2.404 Ha.

2. Serpong Utara dengan luas 1.784 Ha.

3. Ciputat dengan luas 1.838 Ha.

4. Ciputat Timur dengan luas 1.543 Ha.

5. Pondok Aren dengan luas 2.988 Ha.

6. Pamulang dengan luas 2.682 Ha.

7. Setu dengan luas 1.480 Ha.

Kota Tangerang Selatan adalah sebuah kota yang terletak di Tatar

Pasundan Provinsi Banten, Indonesia. Kota ini terletak 30 km sebelah

barat Jakarta dan 90 km sebelah tenggara Serang, ibukota Provinsi

Banten Wilayah Kota Tangerang Selatan merupakan hasil pemekaran

dari Kabupaten Tangerang.

Demografi, berdasarkan hasil Sensus Penduduk oleh Badan Pusat

Statistik Kota Tangerang Selatan jumlah penduduk Kota Tangerang

Selatan adalah 1.290.322 jiwa pada tahun 2010. Penduduk berjenis

kelamin laki-laki sebesar 652.281 jiwa sedangkan perempuan

638.041 jiwa. Rasio jenis kelamin adalah sebesar 102,23 yang

menunjukkan bahwa jumlah laki-laki sedikit lebih banyak

dibandingkan jumlah perempuan.

VII-2 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

Kepadatan penduduk, dengan luas wilayah 147,19 Km2, kepadatan

penduduk Kota mencapai 8.766 orang/Km2. Kepadatan tertinggi

terdapat di Kecamatan Ciputat Timur yaitu 11.589 orang/Km2,

sedangkan kepadatan terendah di Kecamatan Setu yaitu 4.475

orang/Km2. Kepadatan penduduk yang tinggi disebabkan

kecenderungan peningkatan jumlah penduduk dari waktu ke waktu,

yang bukan hanya disebabkan oleh pertambahan secara alamiah,

tetapi juga tidak terlepas dari kecenderungan masuknya para migran

yang disebabkan oleh daya tarik Kota Tangerang Selatan seperti

banyaknya perumahan-perumahan baru yang dibangun sebagai

daerah yang berbatasan langsung dengan Kota Jakarta dan menjadi

limpahan penduduk dari Kota Jakarta. Hal tersebut akan

menyebabkan dibutuhkannya ruang yang memadai dengan lapangan

kerja baru untuk mengimbangi pertambahan tenaga kerja.

Komposisi penduduk berdasarkan Kecamatan se Kota Tangerang

Selatan sebagaimana dibawah ini:

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan

Ekonomi, salah satu faktor terbentuknya Kota Tangerang Selatan

sendiri adalah dari sektor Ekonominya, karena saat Tangerang

Selatan masih bergabung dengan Tangerang, Pendapatan Asli Daerah

Tangerang Selatan berjumlah 309 Miliar pertahunnya atau 60% dari

Pendapatan Asli Daerah seluruh daerah Kabupaten Tangerang yang

membuat Kota Tangerang Selatan layak untuk menjadi kota sendiri

dan lepas dari Kabupaten Tangerang.

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%

Setu

Serpong

Pamulang

Ciputat

Ciputat timur

Pondok Aren

Serpong Utara

Sebaran Penduduk Berdasarkan Kecamatan Di Kota Tangerang Selatan

VII-3 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

Berdasarkan data, struktur ekonomi Kota Tangerang Selatan

didominasi oleh sektor lapangan usaha pengangkutan dan

komunikasi (30,29%) dan perdagangan hotel dan restoran (26,81%).

Sektor lain yang juga memberikan kontribusi cukup besar adalah

jasa-jasa (17,39%) dan bank, persewaan dan jasa perusahaan

(15,40%). 5 (Lima) sektor lain masing-masing memberikan kontribusi

di bawah 10%. Struktur ekonomi tersebut menunjukkan bahwa

perekonomian di Kota Tangerang Selatan didominasi oleh sektor

tersier, yaitu pengangkutan dan komunikasi, perdagangan hotel dan

restoran, jasa-jasa dan bank, persewaan dan jasa perusahaan, yang

memberikan kontribusi hampir 90%. Sektor sekunder (industri

pengolahan; listrik, gas dan air bersih, dan konstruksi) memberikan

kontribusi 8,76%, dan sektor primer (pertanian, pertambangan dan

penggalian) hanya memberikan kontribusi kurang dari 2%. Jika

dilihat kecenderungan sejak tahun 2004 hingga tahun 2007, sektor

primer dan sekunder mengecil kontribusinya secara signifikan

sedangkan sektor tersier meningkat kontribusinya.

Sosial Budaya Kota Tangerang Selatan merupakan kota baru di

daerah Banten yang hanya punya sedikit kebudayaan daerah, malah

dengan munculnya Kota Tangerang Selatan beberapa sektor wisata di

kota ini terbilang wisata modern yang berpusat di sekitar kota

mandiri BSD city seperti ocean park, ICE BSD, Illumination Park

AEON, Golf dan masih banyak lagi. Sektor Pariwisata dan

Entertainment (Hiburan) di wilayah Kota Tangerang Selatan yang

cukup menarik banyak perhatian baik itu wisatawan dalam negeri

maupun dari mancanegara, diantaranya: Tanah Tingal Serua,

Kandang Jurank (Dik Doank), WaterBoom BSD, Sport Club BSD,

Saung Gintung, Padang Golf Serpong, Padang Golf Pondok Cabe dan

lainnya. Selain itu, saat ini di daerah BSD dan Bintaro sudah

berkembang banyak mall, pusat perbelanjaan dan pusat kegiatan

yang menarik perhatian seperti Taman Kota, AEON MALL BSD City,

The Breeze dan lainnya.

Sarana Prasarana, kemajuan suatu kota tentu tidak bisa terlepas

dari infastruktur, dari segi sarana dan prasana beberapa daerah di

Kota Tangerang Selatan memang terbilang cukup maju, apalagi

VII-4 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

daerah yang sarana prasarananya ditambah penyediaannya oleh

developer swasta seperti BSD city dengan motto “Big City Big

Opportunity”, Namun beberapa daerah seperti Pamulang dan dan

lainnya memiliki sarana prasarana yang kurang nyaman seperti

jaringan jalan yang rusak dan kondisi transportasi yang macet.

Untuk itu Kota Tangerang Selatan memprioritaskan pembebasan

lahan untuk jalan dan terus memperbaiki kondisi jaringan jalan

dikota ini. Berikut adalah beberapa program Infrastruktur Tangerang

Selatan:

1. Program pembangunan jalan dan jembatan.

2. Program pembangunan sistem informasi/database jalan dan

jembatan.

3. Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa

dan jaringan pengairan lainnya.

4. Program pembangunan saluran drainase/gorong-gorong.

5. Program pengendalian banjir.

6. Program inspeksi kondisi jalan dan jembatan.

7. Program pembangunan gedung/fasilitas pemerintahan.

Permasalahan di Kota Tangerang Selatan yakni Masih banyaknya

jalan yang rusak dan menimbulkan kemacetan di beberapa daerah.

Banyaknya Mall yang menjadi pusat kegiatan dan daya tarik

masyarakat dari Jabodetabek terkadang menimbulkan kemacetan di

Kota Tangerang Selatan. Banyaknya Real Estate baru menimbulkan

kesenjangan sosial bagi penduduk kampung asli Tangerang Selatan

terkadang menimbulkan kriminalitas di beberapa daerah. Dan

masalah pergusuran lahan untuk pembangunan infrastruktur antara

pemerintah/developer dengan warga.

Potensi di Kota Tangerang Selatan sebagai daerah Urban Sprawl dari

Ibukota Jakarta dan menjadi Kota baru yang maju di provinsi

Banten. Sebagai destinasi wisata dan perbelanjaan modern di daerah

Jabodetabek, karena banyaknya lokasi wisata, gedung pusat

perbelanjaan dan convention center baru di Tangerang Selatan.

Tingginya Pendapatan Daerah dan banyaknya penduduk usia

produktif dapat menjadikan Kota Tangerang Selatan menjadi kota

yang maju dan makmur. Banyaknya akses menuju ibu kota, adanya

VII-5 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

jalur KRL dan Trans BSD membuat akses ke Kota Tangerang Selatan

menjadi lebih mudah dan cepat. Banyaknya Real Estate baru di Kota

Tangerang Selatan dengan kualitas sarana dan prasarana penunjang

yang sangat baik menarik imigran untuk tinggal dan mencari kerja di

Kota Tangerang Selatan. Banyaknya Sekolah negeri dan Perguruan

Tinggi Swasta yang bagus menjadikan Kota Tangerang Selatan

menjadi salah satu tujuan pendidikan (Prasetya Mulya, Swiss

German University, Nanyang School dan lain sebagainya).

7.1 PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam

kehidupan yang berperan dalam meningkatkan kualitas

masyarakat. Kebijakan dalam pendidikan, salah satunya

Pendidikan Untuk Semua (PUS) atau Education For All (EFA),

yang berdasarkan Deklarasi DAKKAR, yang menargetkan

bahwa; (1) menjelang Tahun 2015, semua anak khususnya

anak perempuan, anak-anak yang dalam keadaan sulit dan

mereka yang termasuk etnik minoritas, mempunyai akses dan

menyelesaikan Pendidikan Dasar yang bebas dan wajib dengan

kualitas yang baik; (2) mencapai perbaikan 50% pada tingkat

keniraksaraan orang dewasa, menjelang Tahun 2015, terutama

bagi kaum perempuan, dan akses yang adil pada pendidikan

dasar dan pendidikan berkelanjutan bagi semua orang dewasa;

(3) penghapusan kesenjangan gender pada pendidikan dasar

dan menengah pada Tahun 2005 dan mencapai kesetaraan

gender dalam pendidikan pada Tahun 2015, dengan fokus pada

kapasitas sepenuhnya bagi anak perempuan terhadap akses

dalam memperoleh pendidikan dasar yang bermutu.

Untuk melihat perkembangan sektor pendidikan di daerah ini

maka dapat kita dapat melihat dari aspek Buta Aksara, Angka

Partisipasi Sekolah, Angka Putus Sekolah maupun rasio murid

dan guru dan rasio murid sekolah. Dengan data tersebut maka

sektor pendidikan di Kota Tangerang Selatan dapat dikatakan

kota bebas buta aksara atau tidak. Penyusunan RAD PUG ini

adalah bentuk pemerintah dalam memberikan perhatian

khusus pada kaum hawa/gender/perempuan.

VII-6 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

7.1.1 Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Persentasi

Kasar (APK)

Berdasarkan amanat UUD 1945 pemerintah

berkewajiban menyelenggarakan program pendidikan

nasional yang berkualitas bagi seluruh lapisan

masyarakat.

Untuk itu sejak dasawarsa 70-an pemerintah telah

mencanangkan program pemberantasan buta huruf

(B3B=bebas tiga buta) yang ditunjang dengan program

Instruksi Presiden Sekolah Dasar. Selanjutnya,

berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992

tentang Pendidikan Nasional, Pemerintah

mencanangkan program wajib belajar pendidikan dasar

9 (sembilan) tahun yang pelaksanaannya dimulai sejak

1994, kemudian pada Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional wajib

belajar menjadi 12 (dua belas) tahun.

Salah satu ukuran dasar untuk melihat keberhasilan

pendidikan adalah kemampuan baca tulis penduduk

berusia 7 tahun ke atas. Persentasi Angka Partisipasi

Murni (APM), dan Angka Persentasi Kasar (APK)

menurut jenjang pendidikan SMA di Kota Tangerang

Selatan tahun 2016 sebagai gambar berikut:

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan

APM APK

45% 55%

VII-7 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

Adapun Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka

Partisipasi Kasar (APK) menurut jenjang pendidikan di

Kota Tangerang Selatan tahun 2016 sebagaimana tabel

dibawah ini:

Tabel 7.1: Angka Partisipasi Murni (APM) Kota Tangerang Selatan Tahun 2016

Jenjang Pendidikan APM APK

SD/MI 95,80 107,72

SMP/MTs 83,69 101,78

SMA/MA 72,06 87,57

Sumber: Badan Pusat Statistik dan Susenas 2015

Pemberantasan buta aksara di Kota Tangerang Selatan

semakin dirasakan, hal ini dapat dilihat pada angka

melek huruf mendekati 100. Keterlibatan penduduk

dalam pendidikan juga sudah baik, hal ini ditandai

dengan indikator Angka Partisipasi Sekolah untuk

masing–masing kelompok umur mengalami

peningkatan, terutama pada kelompok umur 7–12

tahun.

7.1.2 Angka Partisipasi Sekolah

Angka partisipasi sekolah merupakan ukuran daya

serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia

sekolah. Angka tersebut memperhitungkan adanya

perubahan penduduk terutama usia muda. Data

Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan tahun

2016 menunjukkan bahwa angka partisipasi sekolah

berkecenderungan meningkat pada semua kelompok

umur baik anak laki-laki maupun anak perempuan.

Tidak ada perbedaan pencapaian yang nyata antara

laki-laki dan perempuan disemua jenjang pendidikan,

bahkan pada kelompok usia 7-12 thn dan 13-15 tahun

dan 16-18 tahun semakin meningkat. Sebagaimana

tabel di bawah ini:

VII-8 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

Tabel 7.2: Angka Partisipasi Sekolah Kota Tangerang Selatan Tahun 2016

No Angka Partisipasi Sekolah

Tahun 2015 2016

1 7 – 12 Tahun 99,61 100

2 13 -15 Tahun 96,71 97,80

3 16 -18 Tahun 84,32 82,02

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang selatan.

Jumlah peserta program keaksaraan fungsional di Kota

Tangerang selatan tahun 2013-2016. Sebagaimana tabel

berikut:

Tabel 7.3: Jumlah peserta program keaksaraan Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2016.

Tahun Jumlah Peserta Target Realisasi

2013 NA NA 2014 NA NA 2015 NA NA 2016 NA NA

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan

7.2 KESEHATAN

Permasalahan atau isu strategis gender dalam bidang

kesehatan adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

Kematian Bayi (AKB), Kesehatan Reproduksi, Partisipasi dalam

ber KB, Imunisasi dan Gizi, dan HIV/AIDs.

7.2.1. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Anak

(AKB)

Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat

dapat dilihat dari kejadian kematian masyarakat dari

waktu ke waktu. Disamping itu kejadian kematian juga

dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian

keberhasilan pelayanan kesehatan dan program

pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada

umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai

survei dan penelitian.

VII-9 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

Peristiwa kematian pada dasarnya merupakan proses

akumulasi akhir dari berbagai penyebab kematian

langsung maupun tidak langsung. Secara umum

kejadian kematian pada manusia berhubungan erat

dengan permasalahan kesehatan sebagai akibat dari

gangguan penyakit atau akibat dari proses interaksi

berbagai faktor yang secara sendiri-sendiri atau bersama-

sama mengakibatkan kematian dalam masyarakat.

Salah satu alat untuk menilai keberhasilan program

pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama

ini adalah dengan melihat perkembangan angka

kematian dari tahun ke tahun. Salah satu angka

kematian yang dibahas pada penyelenggaraan data

gender adalah angka kematian ibu melahirkan.

Kasus kematian ibu dan anak di Kota Tangerang Selatan

masih tergolong tinggi. Dari data Dinas Kesehatan

setempat hingga Oktober 2015, tercatat ada 12 kasus

kematian ibu dan 50 kasus kematian neonatus, bayi dan

balita. Secara nasional, Angka Kematian Ibu pada tahun

2015 ini meningkat dari sebelumnya 228 kasus per

100.000 Kelahiran menjadi 359 per 100.000 kelahiran.

Angka ini masih jauh dari target yang sudah

dicanangkan, sebesar 102 per 100.000 kelahiran.

Meskipun kasus Angka Kematian Ibu di Kota Tangerang

Selatan masih di bawah garis AKI nasional namun

Pemerintah setempat tetap melakukan upaya-upaya yang

bisa mengurangi kasus Angka Kematian Ibu tersebut.

Salah satu programnya SIJARIEMAS resmi dilaunching di

Kampung Anggrek, Serpong, pada Rabu, 14 Desember

2016. Sebanyak 26 (dua puluh enam) Rumah Sakit, 5

(lima) Perangkat Daerah, Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial Kesehatan Kota Tangerang Selatan, Palang Merah

Indonesia, 6 (enam) Organisasi Profesi, Organisasi

Masyarakat Sipil dan Dinas Kesehatan melakukan

penandatanganan perjanjian kerjasama untuk sepakat

menjakankan SIJARIEMAS.

VII-10 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

Disamping itu Pemerintah Kota Tangerang Selatan juga

menggerakan lebih dari 5.000 kader posyandu, posbindu,

dan KB. Satu kader bertanggungjawab terhadap 1

keluarga. Mereka memantau setiap ibu hamil, bayi dan

balita. Mereka diwajibkan turun langsung ke setiap RT

dan RW untuk memastikan para ibu hamil dalam kondisi

baik. Setiap ibu hamil dicatat dan perkembangannya

dipantau khusus hingga waktu persalinan.

Beberapa upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota

Tangerang Selatan untuk menekan Angka Kematian Ibu

dan Angka Kematian Anak sudah mulai berdampak

positif, buktinya Angka Kematian Ibu dan Angka

Kematian Bayi pada tahun 2016 dan 2017 menurun dari

tahun sebelumnya yaitu tahun 2015.

7.2.2. Kesehatan Reproduksi

Persalinan yang dilakukan pada ibu usia kurang dari 20

tahun, lebih dari 35 tahun, pernah hamil empat

kali/lebih, atau jarak waktu kelahiran terakhir kurang

dari dua tahun akan semakin memperbesar resiko

persalinan. Himbauan untuk menunda usia perkawinan

pertama dan membatasi jumlah kelahiran merupakan

usaha nyata dalam merealisasikan tujuan tersebut.

Perkawinan yang dilakukan pada usia matang (di atas 20

tahun) bagi perempuan akan membantu mereka menjadi

lebih siap untuk menjadi ibu dan mengurangi resiko

persalinan. Sementara jumlah kelahiran yang terbatas

(cukup dua saja) membuat perhatian ibu terhadap anak-

anaknya semakin besar.

Disamping itu juga pengetahuan para ibu rumahtangga

tentang kesehatan merupakan sesuatu yang sangat

penting dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan

keluarga. Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan

tersebut telah tersedia di berbagai tempat-tempat

VII-11 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

pemukiman penduduk, misalnya melalui Puskesmas,

Posyandu, Polindes dan sarana-sarana kesehatan

lainnya. Dengan demikian diharapkan akan lahir

generasi baru yang lebih handal dan berkualitas untuk

kelanjutan pembangunan di masa yang akan datang.

Usia perkawinan pertama merupakan salah satu faktor

yang berpengaruh terhadap tingkat fertilitas, karena

semakin tinggi umur perkawinan, khususnya wanita

menyebabkan masa reproduksinya lebih pendek. Hal ini

berarti pula bahwa penundaan perkawinan

mengakibatkan berkurangnya peluang wanita untuk

melahirkan anak lebih banyak.

Pada tahun 2017 persentase perempuan berumur 15-49

Tahun yang melahirkan di fasilitas kesehatan sebesar

98,76% sedangkan yang dibukan fasilitas kesehatan

sebesar 1,24%. Ini menunjukkan bahwa kesadaran

masyarakat untuk menggunakan fasilitas kesehatan

cukup tinggi dan Hal ini dapat mengurangi angka

kematian ibu dan bayi. Kondisi perumahan di Kota

Tangerang Selatan menunjukan bahwa persentase rumah

tangga yang berstatus milik sendiri cukup tinggi yaitu

82,80 dengan yang memiliki sertifikat hak milik sebesar

61,34%, dimana kondisi rumah berdinding tembok

sekitar 99,27%. Sumber air minum banyak yang

menggunakan air kemasan/isi ulang yaitu 51,58% dan

masih ada yang menggunakan sumur/mata air tidak

terlindung sebesar 0,32%.

7.2.3. Partisipasi ber-KB.

Selain melalui penundaan usia perkawinan pertama,

partisipasi masyarakat dalam membantu pemerintah

menangani masalah kependudukan adalah berupa

kesadaran masyarakat untuk mensukseskan program

Keluarga Berencana. Salah satu tujuan program ini

adalah untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak

VII-12 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

serta mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera

melalui pembatasan dan pengaturan jarak kelahiran. Hal

ini bisa ditempuh antara lain dengan cara pemakaian

alat/cara kontrasepsi KB.

Tingkat partisipasi masyarakat Kota Tangerang Selatan

untuk mengikuti program keluarga berencana (KB)

semakin meningkat. Bidang Keluarga Berencana pada

Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan

Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) Kota

Tangerang Selatan Perkiraan Permintaan Masyarakat

Peserta KB baru per Oktober 2016 mencapai 38.492 atau

76,64 persen. Hasil Pencapaian Perkiraan Permintaan

Masyarakat Peserta KB baru untuk Kota Tangerang

Selatan dibandingkan dengan kota/kabupaten lainnya di

Provinsi Banten ini merupakan yang tertinggi atau

berkategori sangat baik.

Pengguna kontrasepsi dengan Intra Uterine Device (IUD)

di Kota Tangerang Selatan sebanyak 1.963 pengguna,

Medis Operatif Wanita (MOW) mencapai 215, Metoda

Operasi Pria (MOP) 7, kondom 3.154, Implant 1.298,

suntikan 20.213, dan pil mencapai 11.642 pengguna.

7.2.4. Imunisasi dan Gizi

a. Imunisasi

Sebenarnya jenis imunisasi cukup beragam baik yang

diberikan pada anak-anak maupun pada orang

dewasa, tetapi yang jadi focus bahasan disini adalah

imunisasi untuk anak balita (bawah 5 Tahun). Sejak

tahun 1982, untuk mencegah penyakit yang biasa

menyerang anak-anak yang diduga akan

mengakibatkan kematian pada bayi, pemerintah

Indonesia telah mengusahakan pemberian 4 macam

imunisasi yaitu BCG (pencegahan TBC), DPT

(pencegahan Dipteri, Partusis dan Tetanus), Polio

(pencegahan polio) dan Campak (pencegahan campak)

kepada balita.

VII-13 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

Program imunisasi bayi ditunjukkan dengan cakupan

imunisasi DPT-HB3, Polio 4, Campak, dan Imunisasi

Dasar Lengkap. Beberapa imunisasi ini merupakan

salah satu antigen kontak pertama dari semua

imunisasi yang diberikan kepada bayi. Di Kota

Tangerang Selatan tahun 2015 persentase bayi yang

mendapatkan imunisasi DPT-HB3 5 sebesar 96,17%,

cakupan imunisasi Polio 4 sebesar 96%, cakupan

imunisasi Campak sebesar 96,06%, dan cakupan

Imunisasi Dasar Lengkap sebesar 95,65%.

b. Gizi

Kota Tangerang Selatan kini telah memiliki Peraturan

Walikota (Perwal) Tentang Pemberian Air Susu Ibu

Ekslusif Nomor 19 tahun 2015, yang telah ditetapkan

pada tanggal 5 Juni 2015. Di Awal tahun 2016 yang

lalu tepatnya pada bulan Maret 2016 diadakan

Kegiatan sosialisasi Peraturan Walikota tersebut oleh

Seksi Gizi, Bidang Kesehatan Keluarga Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Sosialisasi ini

ditujukan kepada masyarakat luas pada umumnya

dan kepada para pemangku kebijakan baik di Rumah

Sakit Umum, Rumah Sakit Ibu Anak, Rumah

Bersalin, Kepala Puskesmas, Organisasi Profesi,

Seluruh Camat dan Lurah pada khususnya.

Peraturan Walikota ini merupakan turunan dari

Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang

Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif. Peraturan yang

terdiri dari 11 BAB dan 33 Pasal, tidak terlepas dari

ikatan peraturan pemerintah sebelumnya. Menurut

WHO, Pemberian ASI merupakan standar emas dalam

pemberian makanan bayi. Standart emas makanan

bayi terdiri dari: IMD (Inisiasi Menyusu Dini) segera

setelah bayi lahir hingga minimal 1 jam, 0-6 bulan

bayi diberikan ASI saja (ASI ekslusif), mulai 6 (enam)

bulan bayi mendapat MPASI, dan ASI diteruskan

VII-14 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

pemberiannya bersamaan dengan MPASI sampai

anak usia 2 (dua) tahun. IMD merupakan langkah

untuk keberhasilan dalam menyusui hingga dua

tahun lamanya. Manfaat ASI dan IMD telah banyak

diteliti, dan untuk mendukung keberhasilan

menyusui diperlukan kerjasama terutama oleh

fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) dan tenaga

kesehatan (Nakes) itu sendiri. Dengan hanya

menerapkan 10 Langkah Menuju Keberhasilan

Menyusui menurut WHO dan Peraturan Pemerintah

maka diharapkan lebih banyak fasyankes yang benar-

benar pro-ASI.

7.2.5. Penderita Human Immunodeficiency Virus/Acquired

Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS)

Penyakit Human Immunodeficiency Virus/Acquired

Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) yang

merupakan new emerging diseases, dan merupakan

pandemi pada semua kawasan, penyakit ini telah sejak

lama menyita perhatian berbagai kalangan, tidak hanya

terkait dengan domain kesehatan saja. Kasus penyakit

yang menyerang sistem kekebalan tubuh ini, di Indonesia

senantiasa meningkat dari tahun ke tahun.

Sedikitnya 518 warga Kota Tangerang Selatan terjangkit

penyakit Human Immunodeficiency Virus/Acquired

Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS). Jumlah

tersebut merupakan hasil pendataan Dinas Kesehatan

setempat dari tahun 2009 hingga 2016. Rinciannya, 429

penderita laki-laki dan 89 wanita. Kecamatan Ciputat

menjadi penyumbang tertinggi dengan 143 kasus

sepanjang 2009-2016. Sedangkan untuk tahun 2016 ini,

tercatat 99 orang terjangkit HIV-AIDS. Penyakit HIV-AIDS

di Tangsel didominasi laki-laki dengan rentang usia dari

25 hingga 49 tahun. Penyebaran penyakit seksual

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di Kota

Tangerang Selatan tergolong memprihatinkan. Data

VII-15 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

terbaru menyebutkan, total penderita Acquired Immune

Deficiency Syndrome (AIDS) di Kota Tangerang Selatan

mencapai 2.487 orang. Dari angka itu sebanyak 1.597

pasien berasal dari pasangan lesbian, gay, biseksual, dan

transgender (LGBT).

7.3 EKONOMI

Keterlibatan perempuan dalam sektor ekonomi,

dilatarbelakangi oleh keharusan bekerja atau mereka memilih

untuk bekerja. Sebagian perempuan yang “harus bekerja”

adalah karena kondisi ekonomi keluarga yang tidak

mencukupi, sehingga melibatkan diri di dalam kegiatan

ekonomi secara aktif, sedangkan bagi perempuan yang memilih

untuk bekerja dan memiliki latarbelakang ekonomi menengah

ke atas, mereka bekerja tidak lain hanya didorong oleh motivasi

tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat

kehidupan sosial ekonomi rata-rata penduduk di dalam suatu

masyarakat, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan

cenderung semakin tinggi.

Jumlah Penduduk Kota Tangerang Selatan tahun 2016

diproyeksikan sebesar 1.593.812 jiwa tersebar di 7 Kecamatan,

dimana paling banyak terdapat di Kecamatan Pondok Aren

sebesar 23,80% dan paling sedikit di Kecamatan Setu sebesar

5,26%. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di

Kecamatan Ciputat Timur sebanyak 13.397 orang per

Kilometer persegi disusul Kecamatan Pamulang sebanyak

12.653 orang per Kilometer persegi dan paling rendah di

Kecamatan Setu yaitu sebanyak 5661 orang per Kilometer

persegi. Rasio ketergantungan penduduk (dependency ratio)

Kota Tangerang Selatan pada tahun 2016 adalah 40,91 yang

berarti dari setiap 100 orang usia produktif menanggung beban

sekitar 40 orang.

VII-16 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

7.3.1. Penduduk Usia Kerja

Tabel 7.3.1.1 Penduduk Usia Kerja menurut jenis kegiatan utama di Kota Tangerang Selatan, 2015

No Jenis Kegiatan Utama Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Angkatan Kerja 450.303 235.449 685.752 Bekerja 425.945 217.749 643.694 Pengangguran 24.358 17.00 42.058

2

Bukan Angkatan Kerja (Sekolah, Mengurus Rumah Tangga, dan Lainnya)

131.776 342.493 474.269

Jumlah/total 582.079 577.493 474.269

1

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

77,36 40,74 59,12

2 Tingkat Pengangguran 5,41 7,52 6,13

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan

7.3.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Pengangguran

Tabel 7.3.2.1 Penduduk Berumur 15 Tahun Katas Menurut Jenis Kegiatan Uatama dan Pendidikan yang

Ditamatkan di Kota Tangerang Selatan, 2015

No Jenis

Kegiatan Utama

SD Kebawah SMP SMA

Keatas Jumlah

1 Angkatan Kerja 68.842 74.950 541.960 685.752

Bekerja 64.642 71.929 502.923 643.694 Pengangguran 4.200 3.021 39.037 42.058

2

Bukan Angkatan Kerja (Sekolah, Mengurus Rumah Tangga, dan Lainnya)

71.335 122.676 280.238 474.262

Jumlah/total 140.177 197.626 822.198 1.160.014

Tingkat Partisipasi Angkatan

49,10 37,93 65,92 59,12

VII-17 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

Kerja (TPAK)

Tingkat Pengangguran 0,00 4,03 7,20 6,13

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan

Tabel 7.3.2.2 Penduduk Berumur 15 Tahun Katas yang Bekerja Menurut Kelompok Umur dan Jenis

Kelamin di Kota Tangerang Selatan, 2015

No Jenis Kegiatan Utama Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 15 - 24 34.157 36.767 70.924 2 25 – 54 352.313 165.572 517.885 3 55 + 39.475 15.410 54.885 Jumlah/Total 425.945 217.749 643.694

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan

Tabel 7.3.2.3 Penduduk Berumur 15 Tahun Katas yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan yang

Diutamakan dan Jenis Kelamin di Kota Tangerang Selatan, 2015

No Jenis Kegiatan Utama Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 SD Kebawah 42.726 26.116 68.842 2 SLTP 51.405 20.524 71.929 3 SLTA Keatas 331.814 171.109 502.923 Jumlah / Total 425.945 217.749 643.694

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan

7.3.3. Lapangan Pekerjaan/Usaha

Tabel 7.3.3.1 Penduduk Usia Kerja menurut lapangan usaha dan jenis kelamin di Kota Tangerang Selatan,

2015

No Jenis Kegiatan Utama Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Pertanian 2.205 1.471 3.676 2 Industri 81.505 23.663 105.168 3 Jasa-jasa 342.235 192.615 534.850 Jumlah / Total 425.945 217.749 643.694

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan

Tabel 7.3.3.2 Penduduk Berumur 15 Tahun Katas yang Bekerja Menurut Jam Kerja Seminggu yang Lalu

di Kota Tangerang Selatan, 2015

No Jam Kerja Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 0 5.120 2.851 7.971 2 1-14 2.582 2.593 5.175 3 15-34 22.391 25.903 48.294

VII-18 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

4 35 + 495.852 186.422 682.274 Jumlah / Total 525.945 217.769 743.714

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan

7.3.4. Kemisikinan

Tabel 7.3.4. Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kota Tangerang Selatan 2011-2016

Tahun Garis Kemiskinan RP/Kapita/Bulan

Penduduk Miskin (Makro) Jumlah Persentase

2011 317.887 20.144 1,50 2012 366.605 18.747 1,33 2013 378.803 25.360 1,75 2014 401.696 25.290 1,68 2015 NA 25.890* 1,69* 2016 NA NA NA

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang selatan

Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, jumlah

penduduk usia kerja juga mengalami pertambahan. Penduduk

usia kerja yang dimaksud berumur 15 tahun keatas yang

merupakan sumber angkatan kerja potensial.

7.4 SOSIAL

7.4.1 Kekerasan Terhadap Perempuan

Kekerasan terhadap perempuan adalah segala bentuk

tindakan kekerasan berdasarkan gender, termasuk

ancaman, pemaksaan atau perampasan hak-hak

kebebasan, yang terjadi baik didalam rumah tangga atau

keluarga (privat life), maupun di dalam masyarakat

(public life) yang mengakibatkan kesengsaraan atau

penderitaan bagi wanita baik secara fisik, seksual

maupun fisikologis (United Nations Depertement of Public

Relation 1986).

Masalah kekerasan pada dasarnya erat kaitannya

dengan kekuasaan, dan umumnya tindakan kekerasan

dilakukan oleh kaum laki-laki. Dominasi pria terhadap

wanita menunjukkan adanya kekuasaan pria untuk

berbuat sesukanya terhadap wanita. Hal ini juga di

dukung oleh sistem kepercayaan gender yang berlaku

VII-19 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

dalam masyarakat, sistem kepercayaan gender mengacu

pada serangkaian kepercayaan dan pendapat tentang

laki-laki dan perempuan, sistem ini mencakup

pengertian bagaimana sebenarnya laki-laki dan

perempuan itu. Pada umumnya laki-laki dianggap

sebagai sosok yang lebih kuat, lebih aktif, mempunyai

dominasi dan otonomi, sebaliknya perempuan

dipandang sebagai mahluk lemah, suka mengalah dan

pasif (belenggu patriarki).

Jagger dan Rottenberg (2002), memberikan beberapa

penjelasan mengenai penindasan terhadap perempuan,

yaitu:

1. Secara historis perempuan merupakan kelompok

pertama yang tertindas

2. Penindasan terhadap perempuan terjadi dimana-

mana dalam masyarakat

3. Penindasan perempuan adalah bentuk penindasan

yang paling sulit di lenyapkan dan tidak akan bisa

dihilangkan melalui perubahan-perubahan sosial

lain, seperti penghapusan kelas masyarakat

4. Penindasan terhadap perempuan menyebabkan

penderitaan yang paling berat bagi korban-

korbannya, meskipun penderitaan ini berlangsung

tanpa di ketahui oleh orang lain. Perempuan sering

dianalisis dalam hubungannya dengan kedudukan

atau juga dengan kekuasaan yang ada dalam

masyarakat, yaitu fungsi mereka dalam keluarga.

Menurut Aguste Comte, perempuan secara

konstitusional bersifat inferior, dimana mereka

cenderung sedikit memperoleh pengakuan

kedudukan didalam keluarga maupun dalam

masyarakat yang luas.

VII-20 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

Adapun data kekerasan terhadap perempuan di Kota

Tangerang Selatan pada tahun 2016, sebagai berikut:

Tabel 7.4.1. Kekerasan terhadap perempuan di Kota Tangerang Selatan

NO JENIS KEKERASAN JUMLAH KETERANGAN 1 Kekerasan terhadap

perempuan tahun 2016 136

2 Kekerasan terhadap perempuan tahun 2017

25 Per april 2017

Jumlah 161 2016 – 2017 (april)

Kekerasan terhadap perempuan merupakan fenomena

sosial yang telah berlangsung lama dari masyarakat

yang masih primitif sampai pada masyarakat modern

sekarang ini, berbagai tindak kekerasan telah di alami

oleh perempuan dari waktu-kewaktu, banyak faktor-

faktor yang melatar belakangi timbulnya tindak

kekerasan terhadap perempuan, diantaranya faktor

budaya, faktor sosial, dan faktor ekonomi. Kekerasan

terhadap perempuan, tidak hanya terjadi pada

kelompok usia dewasa tetapi juga pada kelompok usia

anak-anak dan lanjut usia.

7.4.2 Angka Perceraian

Perceraian adalah cerai hidup atau perpisahan hidup

antara pasangan suami istri sebagai akibat dari

kegagalan mereka menjalankan obligasi peran masing-

masing. Dalam hal ini perceraian dilihat sebagai akhir

dari suatu ketidakstabilan perkawinan dimana

pasangan suami istri kemudian hidup terpisah dan

secara resmi diakui oleh hukum yang berlaku (Erna,

1999-). Perceraian merupakan terputusnya keluarga

karena salah satu atau kedua pasangan memutuskan

VII-21 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

untuk saling meninggalkan sehingga mereka berhenti

melakukan kewajibannya sebagai suami istri.

Angka perceraian pasangan suami istri (pasutri) di

Tangerang Raya menunjukkan trend kenaikan begitu

tinggi meningkat mencapai 19,9 persen/tahun. Angka

pisah rumah tangga ini didominasi oleh perempuan

berusia 20 sampai 25 tahun. Adapun angka perceraian

di Kota Tangerang Selatan sebagaimana pada tabel

7.4.2 dibawah ini:

Tabel 7.4.2. Angka pelaporan perceraian di Kota Tangerang Selatan yahun

NO PECERAIAN JUMLAH KETERANGAN 1 Angka perceraian 2015 4.856 Terdafatar di PA 2 Angka perceraian 2016 4.613 Terdafatar di PA 3 Angka perceraian 2017 4.034 Terdafatar di PA

Sumber: Wawanacara dengan pihak Pengadilan Agama Kota Tangerang Selatan

Dari data diatas dapat diartikan bahwa angka perceraian

di Kota Tangerang Selatan dari tahun 2015 sampai

dengan tahun 2017 terus menurun.

7.5 SEKTOR PUBLIK

Peran aktif perempuan dalam pembangunan pada hakekatnya

adalah upaya untuk mengembangkan diri yang dapat dilihat

pada bidang-bidang yang memberi pengaruh luas disektor

publik meliputi politik dan sektor pemerintahan. Partisipasi

perempuan memberikan kemampuan, kemandirian serta

ketahanan mental dan spiritual menuju terwujudnya

kemitrasejajaran perempuan dan laki-laki yang selaras, serasi,

dan seimbang yang dilandasi saling menghormati, saling

menghargai, saling membutuhkan dan saling mengisi. Dengan

demikian akan terdapat persamaan status, kedudukan, hak

kewajiban dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan

dalam menjalankan peran masing-masing.

VII-22 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

7.5.1 Partisipasi Perempuan dalam Bidang Legislatif,

Eksekutif, Yudikatif

Hak untuk dipilih dan memilih berdasarkan persamaan

hak merupakan perintah UU yang harus dipatuhi.

Artinya peraturan perundang undangan yang terkait

dengan Pemilu wajib menjamin hak yang sama antara

laki-laki dan perempuan untuk menikmati hak sipil dan

politik. Hambatan bagi partisipasi perempuan dalam

kehidupan politik tidak boleh ditolerir, karena dapat

menghambat pertumbuhan kesejahteraan keluarga dan

masyarakat dan mempersulit perkembangan potensi

perempuan dalam kehidupan bermasyarakat dan

bernegara.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2007 tentang Partai

Politik dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008

tentang Pemilihan Umum memberikan dukungan

untuk terlaksananya affirmative action dalam rangka

meningkatkan peranan perempuan di bidang partai

politik. Ditentukannya 30% pengurus partai politik di

semua tingkatan harus diisi oleh perempuan dan 30%

calon anggota legislatif juga diisi oleh perempuan

dengan jaminan penempatan pada nomor urut kopiah

atau dasi, cukup memberi peluang kepada peningkatan

peranan perempuan secara kuantitatif. Tetapi hal

tersebut belum menjamin calon anggota legislatif dari

kalangan perempuan akan benar terpilih, karena partai

politik berubah pikiran dalam penetapan calon terpilih

dari berdasar nomor urut ke berdasar suara terbanyak.

Artinya bila hal tersebut menjadi keputusan politik

calon anggota legislatif dari kalangan kaum hawa harus

lebih keras dalam mengumpulkan pemilih. Ketentuan

UU tersebut diperlukan sebagai sarana perubahan sosio

cultural menuju persamaan gender dalam kehidupan

politik. Hukum sebagai sarana perubahan sosial

diharapkan mampu mengubah pola peranan laki-laki

VII-23 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

dan perempuan dalam masyarakat yang masih diwarnai

oleh ciri-ciri suatu masyarakat tradisional paternalistik.

Dalam masyarakat tradisional semacam itu perempuan

diberi peran untuk tugas-tugas yang perlu kesabaran,

kehalusan perasaan, sehingga peran mereka terutama

mengasuh anak, memasak, menjadi bidan/perawat.

Sedangkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih menantang

dianggap dunianya laki-laki seperti menjadi tentara,

bupati atau pemimpin partai. Secara bertahap sejak

reformasi perubahan sosio cultural menuju persamaan

peran laki-laki dan perempuan di dunia politik sudah

mulai terjadi.

Keterlibatan perempuan dalam dunia politik

memberikan kecerahan bahwa kaum perempuan bisa

menjadi ujung tombak dalam advokasi upaya PUG serta

nilai-nilai kesetaraan gender dalam produk perundang-

undangan maupun penciptaan perencanaan

pembangunan yang berperspektif gender. Partisipasi

perempuan dalam bidang legislatif dapat menambarkan

keberhasilan peranan perempuan dan PUG. Adapun

data perempuan yang menduduki kursi legislatif di Kota

Tangerang Selatan hasil pemilu 2014, sebagaimana

pada tabel 7.5.1. berikut:

Tabel 7.5.1. Anggota DPRD Kota Tangerang Selatan yang Perempuan hasil Pemilu 2014.

NO NAMA FRAKSI KETERANGAN

1 Ledy MP Butar Butar SE

PDIP Anggota

2 Mulyanah Anwar Gerindra Anggota 3 Vera Ayu Mutiara

Pandji SE Hanura Anggota

4 Siti Chadijah, S.Pd.I, M.Si

PKS Anggota

5 Andi Cut Muthia, A.Md PKS Anggota 6 Sri Lintang Rosi, S.Psi PKS Anggota 7 dr. Shinta Wahyuni C PKS Anggota 8 Hj. Nurhayati Yusuf PKB Anggota 9 Safiera Dhiya Tsaniya PAN Anggota

VII-24 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

10 Ratu Chumairoh Noor PPP Anggota 11 Dewi Indah

Damayanti, SE Nasdem Anggota

Partisipasi perempuan dalam politik merupakan bentuk

emansipasi yang penting bagi perempuan untuk

mencapai kesetaraan gender. Pada data diatas,

partisipasi perempuan dalam Lembaga Legislatif di Kota

Tangerang Selatan dan bagaimana peran perempuan

dalam penentuan kebijakan di Lembaga Legislatif di

Kota Tangerang Selatan. Partisipasi perempuan dalam

Lembaga Legislatif di Kota Tangerang Selatan masih

rendah, dari 50 (lima puluh) orang anggota DPRD Kota

Tangerang selatan, hanya 12 (dua belas) orang saja

yang perempuan (belum mencapai 30%. Padahal

jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada

penduduk laki-laki. Rendahnya partisipasi perempuan

ini disebabkan karena banyaknya kendala yang

menghambat perempuan untuk maju berpartisipasi

dalam lembaga legislatif, diantaranya kendala

psikologis, ekonomi, politik, dan sosial budaya.

7.5.2 Partisipasi Perempuan dalam Bidang Eksekutif

Semenjak adanya reformasi di Indonesia, harapan bagi

perempuan untuk bisa bebas berekspresi di dunia

politik semakin terbuka lebar. Dengan adanya

demokratisasi, telah banyak masyarakat yang

menjunjung tinggi hak-hak perempuan yang

berpartisipasi pada lembaga politik formal, sama seperti

laki-laki. Hal inilah yang memunculkan jiwa

kepemimpinan perempuan di Indonesia. Walaupun

demikian, perjuangan untuk kesetaraan gender

mungkin masih belum bisa terealisasikan dengan baik

dan maksimal karena bagaimanapun juga, peran

perempuan dalam lembaga-lembaga pemerintah, seperti

eksekutif, legislatif dan yudikatif masih jauh dari

harapan. Oleh karena itu, sampai sekarang kita masih

VII-25 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

merasa harus perlu menumbuhkan budaya emansipatif

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam

rangka menuju masyarakat yang adil dan demokratis

serta lebih baik lagi.

Struktur sosial masyarakat kita itu banyak

dikomandani oleh perempuan. Perempuan punya modal

dan kemampuan untuk itu. Jadi dengan memperkuat

basis sosial dan jejaring di masyarakat itu akan

menjadi posisi tawar yang dimiliki perempuan.

Keberadaan perempuan di ekskutif atau jabatan publik

sebenarnya lebih banyak didasarkan pada charity

daripada kehendak politik yang ingin mereka

perjuangkan. Partai dipaksa menghadirkan 30% di

pusat dan dalam perbincangan antara kolega di partai

politik, ini sepertinya keterwakilan perempuan hanya

menyusahkan bukan disadari sebagai penyertaan

kelompok perempuan agar demokrasi tidak defisit.

Dorongan untuk meningkatkan keterwakilan

perempuan kian menguat setelah keluarnya Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.

Dalam salah satu pasalnya mewajibkan kepengurusan

dalam tiap partai politik harus mencakup 30%

perempuan.

Partisipasi perempuan dalam bidang eksekutif salah

satunya terwujud di Kota Tangerang Selatan yang saat

ini dipimpin oleh seorang perempuan yaitu Ibu. Hj.

Airin Rachmi Diany yang sudah menjabat 2 (dua)

periode Walikota Tangerang Selatan. Adapun jumlah

perempuan yang berpartisipasi dalam dunia eksekutif

pada perangkat daerah Kota Tangerang Selatan masih

minim walaupun walikotanya perempuan.

VII-26 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

7.5.3 Partisipasi Perempuan dalam Bidang Yudikatif

Berdasarkan data dari Pusat Studi Hukum dan

Kebijakan Indonesia (PSHK), untuk lembaga yudikatif

mencatat persentase hakim perempuan dalam

peradilan di Indonesia, rata-rata menduduki 21,65%

dari jumlah hakim yang ada. Persentase terendah

ditemui di peradilan militer yang hanya 15%.

Sedangkan tertinggi ada di peradilan Tata Usaha

Negara (TUN), sebesar 62%, kata peneliti PSHK. Untuk

jajaran Mahkamah Agung (MA) hanya terdapat kurang

dari 5 orang (7%) hakim perempuan. Sedangkan

jabatan hakim Mahkamah Konstitusi, baru pada

periode kedua, terdapat satu orang hakim perempuan.

Prestasi dan partisipasi perempuan tidak hanya

mengandalkan faktor kuantitas, namun juga tetap

mempertimbangkan aspek kualitas, profesionalisme,

dan integritas. Adapun di Kota Tangerang Selatan

partisipasi perempuan dalam bidang yudikatif (jaksa

maupun hakim) masih sangat minim.

VIII-1 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

BAB VIII

RENCANA AKSI DAERAH PENGARUSUTAMAAN GENDER

8.1 ISU STRATEGIS

8.1.1 Bidang Pendidikan

Isu gender di Kota Tangerang Selatan pada bidang

pendidikan ini masih tergolong sangat normal, adapun

isu-isu tersebut meliputi:

a. masih ada perempuan yang buta aksara di Kota

Tangerang Selatan, dimana jumlah perempuan yang

tidak bisa membaca dan menulis terus mengalami

penurunan pada 5 (lima) tahun terakhir ini. Kondisi

ini menunjukkan bahwa akses perempuan terhadap

pendidikan sudah terjamin di Kota Tangerang

Selatan dengan berkurangnya jumlah perempuan

yang tidak membaca dan menulis terus mengalami

penurunan.

b. rasio angka partisipasi murni anak perempuan

terhadap anak laki-laki di tingkat pendidikan dasar

dan menengah sudah setara, sehingga prioritas

harus diberikan pada kualitas pendidikan untuk

keduanya.

c. kecenderungan peningkatan angka putus sekolah

bagi anak laki-laki terjadi pada jenjang pendidikan

menengah yaitu usia 13-15 tahun dan 15-17 tahun,

dan jenjang pendidikan tinggi usia 16-18 tahun dan

19-24 tahun, baik pada tahun 2008 maupun tahun

2009. Angka putus sekolah pada anak laki-laki lebih

tinggi daripada anak perempuan. Hal utama karena

tuntutan ekonomi keluarga yang mengharuskan

anak laki-laki untuk terlibat dalam membantu

mengatasi masalah ekonomi keluarga.

d. rasio angka partisipasi laki-laki di pendidikan tinggi

(DI, II, III) lebih rendah dibandingkan perempuan,

dan pada tingkat D IV, S1, S2 laki-laki lebih tinggi

dibandingkan perempuan. Hal ini menunjukkan

VIII-2 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

bahwa ketika memasuki jenjang pendidikan tinggi

(DIV, S1, S2), ada kecenderungan orang tua lebih

memilih laki-laki untuk tetap melanjutkan

pendidikannya dibandingkan dengan anak

perempuan. Kondisi ini bisa saja terjadi karena

masih adanya anggapan bahwa laki-laki adalah

pencari nafkah di dalam keluarga.

e. masih adanya ketimpangan ketersediaaan sarana

dan prasarana pendidikan yang berkualitas.

8.1.2 Bidang Kesehatan

Isu gender di bidang kesehatan meliputi:

a. angka kematian bayi dan balita masih cukup tinggi

antara lain disebabkan rendahnya pengetahuan ibu

tentang nutrisi dan kehamilan, kurangnya

pendidikan ibu dan orangtua, dan faktor utama dari

semuanya ini adalah kemiskinan. Di tahun 2016

tercatat 83 bayi meninggal pasca dilahirkan, lalu di

tahun 2017 angka tersebut berkurang menjadi 42

bayi yang meninggal. Sementara, untuk ibu

meninggal di tahun lalu sebanyak 19 pasien, dan di

tahun 2017 jauh berkurang ke angka 8 kejadian ibu

meninggal.

b. ibu melahirkan yang meninggal di tahun 2016 lalu

sebanyak 19 pasien, sedangkan di tahun 2017 jauh

berkurang ke angka 8 kejadian ibu meninggal.

Kematian ibu melahirkan disebabkan terlambat

mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan

dimana perempuan biasanya menunggu

suami/orangtua untuk ambil keputusan, kurangnya

sarana transportasi dan terlambat mendapatkan

pelayanan kesehatan serta terlalu sering melahirkan,

terlalu muda untuk melahirkan, dan budaya

patriarki. Data Susenas 2008 menunjukkan bahwa

persentase pertolongan persalinan menurut tenaga

penolong persalinan adalah ditolong oleh dokter

10,87%, oleh bidan 46,25%, oleh paramedis lain

VIII-3 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

0,58%, oleh dukun 34,33%, oleh keluarga 7,56%,

oleh lainnya 0,42%.

c. isteri/perempuan rentan dan sering kali menjadi

korban pasangannya di dalam penyebaran Human

Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

Syndrome (HIV/AIDS) dan penyakit menular lainnya

di dalam rumah tangga yang akan berdampak pula

terhadap anak yang dikandung. Selain itu,

kurangnya akses perempuan dibandingkan laki-laki

terhadap bahaya Human Immunodeficiency

Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome

(HIV/AIDS), juga berkontribusi terhadap kerentanan

bagi istri/perempuan.

d. Kelembagaan organisasi yang menaungi keterkaitan

dengan Human Immunodeficiency Virus/Acquired

Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) belum

berfungsi secara optimal, khususnya dalam

menyediakan data dan pelayanan bagi masyarakat

baik laki-laki maupun perempuan yang terinfeksi

dan rentan terinfeksi Human Immunodeficiency

Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome

(HIV/AIDS).

8.1.3 Bidang Ekonomi

Isu gender di bidang ekonomi, meliputi:

a. jumlah proporsi penduduk yg hidup di bawah garis

kemiskinan secara mayoritas adalah penduduk

perempuan (a.l.: angka buta aksara perempuan dua

kali lebih besar dari penduduk laki-laki (P: 15,44%,

L: 10,60%) dan perempuan yg buta aksara sudah

pasti miskin; persen penduduk menurut pendidikan

yang ditamatkan menunjukkan bahwa perempuan

yang tidak/belum pernah sekolah lebih banyak

dibandingkan dengan laki-laki.

VIII-4 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

b. tingkat pengangguran terbuka bagi perempuan lebih

tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Tingginya

tingkat pengangguran terbuka perempuan diduga

karena berhubungan dengan peningkatan keinginan

untuk bekerja di luar rumah tangga. Hal ini

merupakan indikasi adanya pergeseran status

pekerjaan perempuan dari hanya bekerja sebagai

pekerja keluarga tanpa dibayar, menjadi pekerja

publik/umum untuk mendapatkan upah.

c. dalam mendukung perluasan lapangan kerja,

masyarakat yang bergerak di usaha mikro

khususnya perempuan, sering menghadapi kendala

dalam mengakses permodalan. Berbagai persyaratan

lembaga perbankan atau lembaga kredit,

menyebabkan kelompok usaha kecil sering menjadi

kendala yang utama. Padahal seperti diketahui

mikro berperanan cukup besar bagi pertumbuhan

ekonomi, menyerap tenaga kerja melalui penciptaan

lapangan pekerjaan, menyediakan barang dan jasa

dengan harga murah, serta mengatasi masalah

kemiskinan. Disamping itu, usaha mikro juga

merupakan salah satu komponen utama

pengembangan ekonomi lokal, dan berpotensi

meningkatkan posisi tawar (bargaining position)

perempuan dalam keluarga.

d. masih lemahnya perlindungan bagi tenaga kerja,

khususnya tenaga kerja perempuan. Misalnya

penerapan hak cuti haid dan melahirkan yang masih

sering menjadi persoalan bagi buruh perempuan.

Beberapa perusahaan menerapkan aturan, ketika

seorang pekerja perempuan menikah, maka dia

harus berhenti bekerja. Begitu juga hak cuti haid,

sebagian besar pekerja perempuan tidak bisa

mendapatkan hak tersebut karena alasan

perusahaan tempat mereka bekerja yang kurang

respon.

VIII-5 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

e. masyarakat yang bergerak di bidang usaha mikro

masih mengalami kesulitan dalam mengakses pasar

(pemasaran hasil produksinya). Kelompok usaha

mikro harus diperhadapkan dengan kekuatan

pemilik modal yang memiliki kemampuan

mengakses pasa yang lebih luas. Kondisi ini yang

kadang membuat usaha mikro kurang mampu

berkembang.

f. kontrol penerapan standar upah minimum regional

yang belum maksimal. Beberapa tempat kerja masih

menerapkan gaji/upah di bawah upah minimum

regional.

g. terdapat diskriminasi upah bagi perempuan, dimana

upah pekerja laki-laki masih lebih tinggi

dibandingkan dengan perempuan. Ini terjadi di

jenjang pendidikan Sekolah Dasar sampai dengan

Sekolah Menengah Atas.

h. kemiskinan menjadi penyebab utama rawannya

perdagangan orang, khususnya perempuan dan

anak-anak. Belum lagi persoalan akses pendidikan

yang timpang antara laki-laki dan perempuan.

Berkaitan dengan praktek trafficking saat ini,

Serpong telah menjadi daerah tujuan, transit dan

daerah asal. Beberapa daerah lainnya yang

berpotensi adalah Pamulang dan Ciputat.

i. ketersediaan sumber daya yang semakin terbatas di

pinggiran menjadi masalah bagi perempuan untuk

mengakses lapangan kerja. Mereka semakin

terpinggirikan dengan penerapan pola pekerja yang

semakin berwajah “laki-laki”. Sehingga bagi

perempuan, dengan iming-iming pekerjaan yang

dapat memberikan gaji tinggi yang cukup

menggiurkan, menyebabkan tidak sedikit dari

mereka, terjebak dalam praktek perdagangan orang

atau trafficking.

VIII-6 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

j. maraknya praktek trafficking didukung oleh

lemahnya sistem pengendalian hukum pada semua

tingkatan.

k. perencanaan pengentasan kemiskinan belum

menggunakan analisis gender.

8.1.4 Bidang Publik

Isu gender di bidang publik, meliputi:

a. terdapat ketimpangan proporsi pejabat eksekutif

perempuan dan laki-laki, khususnya pada eselon II,

eselon III dan eselon IV, dengan persentase

perempuan lebih sedikit dibandingkan dengan laki-

laki. Pada eselon III laki-laki 63% sedangkan

perempuan 37%. Demikian juga pada eselon II

perempuan 39% sedangkan laki-laki 61%.

b. keterwakilan perempuan di legislatif 16,83% belum

mencapai 30%.

c. akses dan kontrol masyarakat miskin dan kelompok

marjinal khususnya perempuan dalam proses

perencanaan penganggaran yang masih rendah.

d. fungsi dan Peran Pokja PUG yang belum optimal.

e. akses perempuan dalam pengambilan keputusan,

perumusan kebijakan, dan perencanaan sangat

terbatas.

8.1.5 Kekerasan Perempuan dan Anak

Isu gender di bidang kekerasan terhadap perempuan dan

anak, meliputi:

a. data yang dimiliki oleh Pusat Pelayanan Terpadu

Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TPA) Kota

Tangerang Selatan, ada 136 kasus kekerasan pada

tahun 2016. Dari jumlah tersebut 70% diantaranya

merupakan kasus pelecehan seksual dan 30%

lainnya kekerasan dalam rumah tangga.

VIII-7 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

b. pada tahun 2017 Dinas Pemberdayaan Masyarakat,

Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan

Keluarga Berencana menangani kasus kekerasan

anak mencapai 86 sampai dengan 130-an kasus.

Dari jumlah tersebut sudah mencakup keseluruhan

baik pelecehan anak, penganiayaan, dan

perempuan. Jumlah kasus kekerasan pada anak

diatas yang paling banyak dialami adalah kekerasan

pelecehan seksual pada anak sebanyak 16 kasus per

April 2017.

c. pelayanan bagi perempuan dan anak korban

kekerasan belum tersedia secara optimal.

Pemberdayaan bagi perempuan korban kekerasan,

masih terbatas.

d. masih adanya diskrimininasi bagi perempuan

pekerja khususnya di perusahan, terkait hak cuti

haid dan melahirkan.

8.2 TUJUAN

RAD PUG Kota Tangerang Selatan ditujukan untuk percepatan

pencapaian MDGs (menanggulangi kemiskinan dan kelaparan,

mewujudkan pendidikan dasar untuk semua, mendorong

kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan

angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi

Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

Syndrome (HIV/AIDS), malaria dan penyakit menular lainnya, dan

pelestarian lingkungan), sesuai isu strategis di setiap tujuan.

8.3 SASARAN

RAD PUG Kota Tangerang Selatan disusun untuk mencapai target

sasaran:

a. mendorong implementasi perundang-undangan yang

berperspektif gender di Kota Tangerang Selatan.

b. memperkuat jaringan kelembagaan PUG termasuk

keterpaduan program dan kegiatan di Kota Tangerang

Selatan.

VIII-8 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

c. memperkuat komitmen penganggaran yang responsif gender

di perangkat daerah/lembaga pemerintah/non pemerintah di

Kota Tangerang Selatan.

d. peningkatan kemampuan mengintegrasikan isu gender

dalam program/ kegiatan di perangkat daerah/lembaga

pemerintah/non pemerintah di Kota Tangerang Selatan.

e. tersedianya Statistik Gender dan Anak di Kota Tangerang

Selatan.

f. pelaksanaan PUG dalam pembangunan sesuai dengan

perencanaan dan penganggaran yang responsif gender di

perangkat daerah/lembaga pemerintah/non pemerintah di

Kota Tangerang Selatan.

Sasaran subyek/pemangku kepentingan dari RAD PUG Kota

Tangerang Selatan adalah:

a. Eksekutif, yang terdiri dari Pejabat pemerintahan meliputi

penentu kebijakan dan seluruh perangkat daerah khususnya

eselon III dan eselon IV baik laki-laki maupun perempuan.

b. Legislatif di Kota Tangerang Selatan.

c. Yudikatif, yaitu semua unsur penegak hukum termasuk para

aparat penegak hukum dan masyarakat (perempuan dan

laki-laki).

d. Kelompok masyarakat diantaranya Tokoh agama, Tokoh

adat, aktifis pemuda dan perempuan.

8.4 KEBIJAKAN

Tugas Pemerintah Kota Tangerang Selatan adalah

menyelenggarakan pembangunan daerah yang responsif gender

melalui: 1) Keserasian kebijakan peningkatan kualitas anak dan

perempuan; 2) Penguatan kelembagaan PUG dan anak; 3)

Peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan; 4)

Peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam

pembangunan; 5) Optimalisasi kebijakan kesejahteraan rakyat

daerah; 6) Semua program SKPD yang memberikan pelayanan

(service point) kepada kepada masyarakat (laki-laki dan

perempuan).

VIII-9 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

Kebijakan pemerintah daerah dalam pelaksanaan pembangunan

daerah yang responsif gender mengacu pada dasar hukum yaitu:

a. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional.

b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali

diubah terakhir dengan Undang–Undang Nomor 9 Tahun

2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007

tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara

Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

d. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang

Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

e. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008

tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan

Gender di Daerah sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011

tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum

Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah.

f. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 2 Tahun

2018 tentang Pengarusutamaan Gender.

g. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang

Pengarusutamaan Gender Dalam Pembagunan Nasional.

h. Surat Edaran Bersama Menteri Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

dan Menteri Dalam Negeri Nomor 1354/M.PPN/03/2004 dan

Nomor 050/744/SJ tentang Pedoman Pelaksanaan Forum

Perencanaan Pembangunan dan Perencanaan Partisipatif

Daerah.

i. Surat Mendagri. No.411/1254/SJ 2006 tentang Percepatan

Pelaksanaan Program PP dan PUG di Daerah.

j. Surat Edaran Menteri Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Bappenas No.270/M.PPN/II/2012;

VIII-10 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

k. Surat Edaran Bersama antara 4 (empat) menteri yaitu

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala

Bappenas No.270/M.PPN/II/2012, Menteri Keuangan

dengan No.SE.33/MK.02/2012, Menteri Dalam Negeri

No.050/4370A/SJ dan Menteri Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak No.46/MPP-PA/II/2012 tentang

Strategi Nasional Percepatan Pengarusutamaan Gender

(PUG) melalui Perencanaan dan Penganggaran Responsif

Gender.

Kebijakan Pembangunan Pemberdayaan Perempuan di dalam

RPJMD Kota Tangerang Selatan Tahun 2016-2021 diarahkan

untuk membangun partisipasi masyarakat dalam mendukung

terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender adalah:

1) Peningkatan kesempatan bagi kaum perempuan untuk

menikmati pendidikan disemua jenjang, sehingga mereka

memiliki posisi tawar yang tinggi menuju terciptanya kesetaraan

dan keadilan gender; 2) Peningkatan partisipasi masyarakat

dalam ikut menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan

anak serta peran serta masyarakat dalam menjaga kesehatan

reproduksi termasuk dalam keluarga berencana; 3) Peningkatan

akses kaum perempuan untuk berusaha di bidang ekonomi

produktif, termasuk mendapatkan modal pelatihan usaha,

program perluasan kesempatan kerja dan informasi pasar

sehingga dapat mendorong lahirnya kemandirian kaum

perempuan dalam berwirausaha; 4) Peningkatan partisipasi

perempuan dalam pengambilan keputusan dan perumusan

kebijakan, sehingga tercipta keseimbangan perempuan diberbagai

sektor; 5) Peningkatan perlindungan terhadap perempuan dan

anak guna mencegah terjadinya diskriminasi, eksploitasi,

kekerasan dan bahkan tindak perdagangan perempuan dan anak

(trafficking) yang dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip

keterpaduan dan keseimbangan.

8.5 STRATEGI

Strategi PUG diimplementasikan pada seluruh tahap

pembangunan yaitu perencanaan, pelaksanaan dan monitoring

pembangunan. Implementasi pada tahap perencanaan

VIII-11 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

pembangunan melalui: 1) Penguatan prasyarat yang terdiri dari

7 (tujuh) aspek yaitu dukungan politik, kebijakan, kelembagaan,

sumber daya, sistem data dan informasi, alat analisis serta

dukungan masyarakat sipil; 2) Sektor/Lembaga menyusun

Rencana Kerja dan Anggaran di mana menggunakan data

terpilah, melalui proses musrenbang, dan melewati tahapan

analisis gender; 3) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kota Tangerang Selatan menyusun tolok ukur dan indikator

kinerja; 4) Adanya komitmen dalam persetujuan anggaran.

Implementasi PUG pada tahap pelaksanaan pembangunan

adalah: 1) Memastikan fungsi manajemen pelaksanaan

pembangunan yang responsif gender melalui koordinasi,

sinkronisasi, sinergistis, bimbingan teknis dan supervisi; 2) Tidak

ada kesenjangan antara perencanaan dan pelaksanaan program

yang responsif gender ditinjau dari aspek akses, partisipasi,

kontrol dan manfaat.

Implementasi PUG pada tahapan monitoring dan evaluasi

pembangunan adalah 1) Sektor/lembaga melaporkan tentang

pelaksanaan pembangunan yang responsif gender sesuai

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan

Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah kepada Kementerian

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan

Lembaga Administrasi Negara tentang kinerja aparatur; Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan untuk akuntabilitas;

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Pemberdayaan

Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan

Keluarga Berencana, dan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah; 2) Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan

Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana

melakukan analisis format Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintahan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006

melaporkannya kepada Sektor/Lembaga sebagai feedback dan

kepada Walikota sebagai bentuk akuntabilitas; 3) Membuat

tambahan format Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintahan baru sesuai tolok ukur/indikator kinerja yang

responsif gender.

VIII-12 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

MATRIK RAD PUG

Kebijakan Program Tindakan Keluaran Target penyelesaian Sasaran Penanggung

Jawab

I. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN (Persyaratan Implementasi PUG)

A. Penyerasian/ Pengintegrasian peraturan perundangan

Implementasi peraturan

perundangan di daerah

Melakukan advokasi kepada

eksekutif, legislatif, dan

yudikatif tentang implementasi

peraturan perundangan di

daerah

Terbitnya Perda, Perwal, dan

Kepwal tentang Implementasi PUG

2018-2021 Eksekutif, Legislatif,

Yudikatif, dan masyarakat (perempuan dan laki-laki)

§ Inspektorat § Bappeda § BPKAD § DPMP3AKB § Bag. Hukum § LSM, Ormas § Media § Badan Usaha

B. Peningkatan pemahaman dan pelaksanaan strategi PUG dalam pembangunan

Peningkatan KIE PUG

Optimalisasi sosialisasi/

advokasi PUG

Seminar, lokakarya,

workshop, diskusi publik,buku/ leaflet/booklet

2018-2021 Pejabat pemerintahan

termasuk para aparat

penegak hukum dan masyarakat (perempuan dan laki-laki)

§ DPMP3AKB § BAPPEDA § DINAS

PENDIDIKAN

II. KELEMBAGAAN

Meningkatkan kelembagaan dan kinerja kelembagaan PUG

1. Peningkatan koordinasi dan kewenangan kelembagaan PUG

Melakukan koordinasi dengan perangkat daerah

dalam memperkuat

peran dan fungsi kelembagaan PUG

Adanya Focal point di perangkat daerah dan Pokja

PUG

2018-2021 Seluruh Perangkat

Daerah

• BAPPEDA • DPMP3AKB

2. Peningkatan Kinerja antar kelembagaan PUG

Pengembangan dan penguatan

jejaring kelembagaan PUG

Adanya kebijakan dan sistem

implementasi PUG

2018-2021 Penentu kebijakan

Walikota

3. Penyusunan anggaran yang responsif gender

Menyusun anggaran yang responsif gender

Program/ Kegiatan yang responsif

gender di perangkat daerah

2018-2021 Seluruh Perangkat

Daerah (eselon III dan

eselon IV)

Perangkat Daerah & Tim

Anggaran Pemerintah

Daerah Pemerintah

4. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia pada kelembagaan PUG

a. Pelatihan bagi perangkat daerah pada kelembagaan PUG

sumber daya manusia paham

dan mampu melakukan

analisis gender di perangkat daerah

2018-2021 Seluruh Perangkat

Daerah (eselon III dan

eselon IV)

• BAPPEDA • BPKAD • DPMP3AKB • Perangkat

Daerah

b. Menyebarluas-kan panduan teknis pelaksanaan PUG

Panduan teknis perencanaan dan

penganggaran yang responsif

gender

2018-2021 Seluruh Perangkat

Daerah

• BAPPEDA • BPKD • DPMP3AKB

5. Penyusunan sistem data dan informasi gender

Menyusun sistem data & informasi

gender

Sistem data & informasi gender

2018-2021 Data & profil gender

• BPS • DPMP3AKB • Perangkat

Daerah • PSW

III. PELAKSANAAN PUG

A. Percepatan kebijakan/ program/ kegiatan yang responsif gender

Pengintegrasian PUG dalam dokumen

perencanaan di perangkat

daerah

Menggunakan data terpilah

gender dan profil gender dalam

dokumen perencanaan

perangkat daerah

Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional, Rencana

Pembangunan Jangka Menengah

Daerah dan Renstra Perangkat

Daerah, dan Dokumen

Pelaksanaan Anggaran

Perangkat Daerah yang responsif

gender

2018-2021 Seluruh Perangkat

Daerah

• Bappeda • DPMP3AKB • Perangkat

Daerah

VIII-13 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

B. Optimalisasi monitoring dan evaluasi program/ kegiatan yang responsif gender

1. Penyusunan sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan PUG

Menyusun sistem monitoring dan

evaluasi pelaksanaan

perencanaan dan penganggaran yang responsif

gender di perangkat daerah

Pedoman sistem monitoring dan

evaluasi pelaksanaan

perencanaan dan penganggaran yang responsif

gender di perangkat daerah

2018-2021 Seluruh Perangkat

Daerah

Independen yang kompeten dan profesional

2. Menyusun sistem pelaporan SKPD tentang pelaksanaan PUG dalam pembangunan

Mengintegrasikan dimensi gender dalam sistem

pelaporan yang telah ada di

perangkat daerah

Laporan tentang pelaksanaan PUG

yang terperinci

2018-2021 Seluruh Perangkat

Daerah

• Bappeda

• DPMP3AKB

• Perangkat Daerah

• Independen

C. Peningkatan peran masyarakat dalam pelaksanaan PUG

Sosialisasi/ advokasi

pelaksanaan PUG

Memfasilitasi dan pendampingan

pelaksanaan PUG di masyarakat

Tokoh agama, Tokoh adat, aktifis

pemuda dan perempuan

mampu menjadi fasilitator PUG

2018-2021 Tokoh agama, Tokoh adat,

aktifis pemuda dan perempuan

• DPMP3AKB

• Perangkat Daerah

• CSO (LSM, Ormas)

• PSW

• Media

IV. MATRIK PEMBAGIAN WEWENANG

NO SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT PROVINSI KOTA

1 Kualitas Hidup Perempuan

a. Kelembagaan PUG pada lembaga pemerintah tingkat nasional.

b. Pemberdayaan perempuan bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi pada organisasi kemasyarakatan tingkat nasional.

c. Standardisasi lembaga penyedia layanan pemberdayaan perempuan.

a. Kelembagaan PUG lembaga pemerintah tingkat provinsi.

b. Pemberdayaan perempuan bidang politik, hukum, sosial & ekonomi pada organisasi kemasyarakatan tingkat provinsi.

c. Penguatan dan pengembangan lembaga penyedia layanan pemberdayaan perempuan tingkat provinsi.

a. Kelembagaan PUG pada lembaga pemerintah tingkat kota.

b. Pemberdayaan perempuan bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi pada organisasi kemasyarakatan tingkat kota.

c. Penguatan & pengembangan lembaga penyedia layanan pemberdayaan perempuan tingkat kota.

2 Perlindungan Perempuan

a. Pencegahan kekerasan terhadap perempuan yang melibatkan para pihak lingkup nasional.

b. Penyediaan layanan rujukan akhir bagi perempuan korban kekerasan yg memerlukan koordinasi tingkat nasional, lintas provinsi dan internasional.

c. Standarisasi lembaga penyedia layanan perlindungan perempuan;

a. Pencegahan kekerasan terhadap perempuan yang melibatkan para pihak lingkup provinsi dan lintas kota.

b. Penyediaan layanan rujukan lanjutan bagi Perempuan korban kekerasan yg memerlukan koordinasi tingkat Provinsi provinsi dan lintas kota.

c. Penguatan dan pengembangan lembaga penyediaan layanan perlindungan perempuan tingkat provinsi.

a. Pencegahan kekerasan terhadap perempuan yang melibatkan para pihak lingkup kota.

b. Penyediaan layanan bagi perempuan korban kekerasan yang memerlukan koordinasi tingkat kota.

c. Penguatan dan pengembangan lembaga penyediaan layanan perlindungan perempuan tingkat Kota

3 Kualitas keluarga

a. Peningkatan kualitas keluarga dalam mewujudkan kesetaraan gender dan hak anak tingkat nasional.

b. Penguatan dan pengembangan lembaga penyedia layanan peningkatan kualitas keluarga dalam mewujudkan kesetaraan gender dan hak anak tingkat nasional.

c. Standardisasi lembaga penyediaan layanan peningkatan kualitas keluarga dalam mewujudkan kesetaraan gender dan hak anak.

a. Peningkatan kualitas keluarga dalam mewujudkan kesetaraan gender dan hak anak tingkat provinsi dan lintas Kota

b. Penguatan dan pengembangan lembaga penyedia layanan peningkatan kualitas keluarga dalam mewujudkan kesetaraan gender dan hak anak yang wilayah kerjanya lintas Provinsi.

c. Penyediaan layanan bagi keluarga dalam mewujudkan kesetaraan gender dan hak anak

a. Peningkatan kualitas keluarga dalam mewujudkan kesetaraan gender dan hak anak tingkat Kota.

b. Penguatan dan pengembangan lembaga penyedia layanan peningkatan kualitas keluarga dalam mewujudkan KG dan hak anak yang wilayah kerjanya dalam Kota.

c. Penyediaan layanan bagi keluarga dalam mewujudkan kesetaraan gender dan hak anak di wilayah kerja

IX-1 RAD PUG Kota Tangerang Selatan

BAB VI

PENUTUP

9.1 KESIMPULAN

PUG merupakan amanah konstitusi dan merupakan isu global

dalam pembangunan lintas program sehingga perlu adanya

kebijakan yang mengintegrasikan berbagai program pembangunan

yang berhubungan dengan PUG. Pemerintah mengeluarkan

kebijakan PUG yaitu kebijakan untuk keterwakilan perempuan

dan akses perempuan untuk upaya mengintegrasikan berbagai

sumber daya pembangunan dan pengintegrasian berbagai

kebijakan perlindungan perempuan dan pengarusutamaannya

yang sudah ada di kota secara terencana dan menyeluruh untuk

memenuhi PUG dengan program yang responsif gender.

Adapun kesimpulan dari penyusunan RAD PUG Kota Tangerang

Selatan yang responsif gender, meliputi:

1. berbagai stakeholder yang berkaitan dengan PUG sudah

terintegrasi dengan baik. Hal ini disebabkan oleh sistem

penganggaran bagi pemenuhan PUG sudah dilakukan.

2. Kota Tangerang Selatan telah membentuk Keputusan Kepala

Bappeda terkait program, kegiatan dan anggaran yang

responsif gender, namun perlu ditingkatkan sarana prasarana

yang memfasilitasi akses perempuan di berbagai sektor untuk

melakukan aktivitas kreatif seperti akses eksekutif, legislatif,

yudikatif, perlindungan dari kekerasan.

3. Program PUG harus terus ditingkatkan melalui kegiatan-

kegiatan yang responsif gender.

4. Kasus kematian ibu, korban kekerasan, kemiskinan, akses

pendidikan, pengemis, ibu dan anak jalanan, memperlihatkan

dimana banyak ibu-ibu anak yang terjerumus dalam

keburukan. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan aksi

mengatasi persoalan tersebut.

9.2 REKOMENDASI