BERITA DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN - JDIHN
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of BERITA DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN - JDIHN
BERITA DAERAH
KOTA TANGERANG SELATAN No.32,2018 PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN.
Rencana Aksi Daerah Pengarusutamaan Gender.
PROVINSI BANTEN
PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 32 TAHUN 2018
TENTANG
RENCANA AKSI DAERAH PENGARUSUTAMAAN GENDER
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA TANGERANG SELATAN,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengimplementasikan
pelaksanaan strategi pengarusutamaan gender secara
lebih konkrit dan terarah untuk menjamin agar laki-
laki dan perempuan memperoleh akses, partisipasi,
mempunyai kontrol, dan memperoleh manfaat yang
adil dari pembangunan dan berkontribusi pada
terwujudnya keadilan dan kesetaraan gender, perlu
disusun rencana aksi daerah;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Walikota tentang Rencana Aksi Daerah
Pengarusutamaan Gender;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
SALINAN
- 2 -
3. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Kota Tangerang Selatan Di Provinsi
Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 188, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4935);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang–Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008
tentang Pedoman Umum Pelaksanaan
Pengarusutamaan Gender Di Daerah sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 67 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
927);
6. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 8
Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Tangerang
Selatan Tahun 2016 Nomor 8, Tambahan Lembaran
Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 72);
7. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 9
Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (Lembaran Daerah Kota Tangerang
Selatan Tahun 2016 Nomor 9, Tambahan Lembaran
Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 73);
8. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 2
Tahun 2018 tentang Pengarusutamaan Gender
(Lembaran Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun
2018 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kota
Tangerang Selatan Nomor 86);
- 3 -
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG RENCANA AKSI
DAERAH PENGARUSUTAMAAN GENDER.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kota Tangerang Selatan.
2. Pemerintah Daerah adalah Walikota sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah otonom.
3. Walikota adalah Walikota Tangerang Selatan.
4. Gender adalah konsep yang mengacu pada pembedaan peran, fungsi dan
tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat
berubah oleh keadaan sosial dan budaya masyarakat.
5. Pengarusutamaan Gender yang selanjutnya disingkat PUG adalah strategi
yang dibangun untuk mengintegrasikan Gender menjadi laki-laki dan
perempuan.
6. Rencana Aksi Daerah Pengarusutamaan Gender yang selanjutnya disingkat
RAD PUG adalah dokumen yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan
dalam pelaksanaan PUG.
BAB II
RENCANA AKSI DAERAH PENGARUSUTAMAAN GENDER
Pasal 2
RAD PUG sebagai pencapaian pelaksanaan strategi PUG di Daerah.
Pasal 3
(1) Sistematika RAD PUG terdiri dari:
a. pendahuluan;
b. kedudukan PUG;
c. PUG dalam siklus pembangunan;
d. penguatan kelembagaan PUG;
e. penguatan peran serta masyarakat;
f. PUG dalam peraturan perundang-undangan di Daerah;
g. analisis kondisi;
h. RAD PUG; dan
i. Penutup.
I-1 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 32 TAHUN 2018 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENGARUSUTAMAAN GENDER
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Era modernisasi ini kedudukan antara laki-laki dan perempuan
telah dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 khususnya Pasal 27 ayat (1) yang
menentukan bahwa “Segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya”. Walaupun Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 menjamin persamaan
kedudukan setiap warga negara baik laki-laki maupun
perempuan dan Indonesia telah meratifikasi Konvensi Perempuan
di Beijing Tahun 1995, namun hingga saat ini masih dijumpai
adanya kesenjangan laki-laki dan perempuan dalam memperoleh
akses, berpartisipasi, kontrol dan terutama dalam proses
perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan maupun
dalam pelaksanaan pembangunan serta merasa manfaat
pembangunan di semua bidang dan pada semua tingkatan dari
desa sampai pusat.
Berpangkal tolak dari hal tersebut dan sebagai tindak lanjut dari
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah
Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, Instruksi Presiden
Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam
Pembangunan Nasional dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan
I-2 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
Pengarusutamaan Gender di Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun
2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum
Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah, maka
pelaksanaan Otonomi Daerah berdasarkan prinsip-prinsip
demokratis, keterbukaan, partisipatif, pemerataan dan keadilan
serta dengan mempertimbangkan potensi dan keanekaragaman
daerah perlu direspon secara arif dan bijaksana oleh Pemerintah
Daerah khususnya terhadap pelaksanaan PUG di Kota Tangerang
Selatan. Hal ini dimaksudkan agar sumber daya manusia baik
laki-laki maupun perempuan mempunyai hak dan kewajiban
serta peran dan tanggung jawab yang sama sebagai bagian
integral dari potensi pembangunan daerah sehingga dapat
dimanfaatkan secara optimal dalam upaya mewujudkan
kesetaraan dan keadilan gender.
PUG merupakan strategi pembangunan yang dilakukan dengan
cara mengintegrasikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan
kepentingan perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan,
program dan kegiatan di bidang pembangunan. PUG merupakan
proses memasukkan analisis gender ke dalam program dan
kegiatan dari instansi pemerintah dan organisasi
kemasyarakatan mulai dari tahapan perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh
kebijakan, program dan kegiatan instansi pemerintah dan
organisasi kemasyarakatan.
Upaya pelaksanaan PUG yang mencakup semua bidang
pembangunan, seperti hukum, ekonomi, politik, agama,
pendidikan, sosial dan budaya, pembangunan daerah, sumber
daya alam, lingkungan hidup dan pertahanan keamanan, perlu
dijadikan rujukan dan diterjemahkan serta diserasikan secara
operasional ke dalam kebijakan/program kegiatan yang
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dalam aspek-aspek
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, maupun
kelembagaan pembangunan daerah.
I-3 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
Untuk memberikan kerangka dan landasan hukum bagi upaya
PUG di berbagai bidang pembangunan di Kota Tangerang Selatan
secara komprehensif dan berkesinambungan, Pemerintah Daerah
perlu merumuskan RAD PUG.
RAD PUG berisi apa yang harus dilakukan oleh siapa dengan cara
bagaimana, dan output/outcomenya apa sehingga strategi PUG
benar-benar dapat diimplementasikan dalam rangka mewujudkan
Kesetaraan dan Keadilan Gender.
RAD PUG diperlukan karena akan memberikan acuan/arahan
kepada setiap stakeholders dalam melaksanakan strategi PUG
untuk mencapai Kesetaraan dan Keadilan Gender dengan lebih
fokus, efisien, efektif, sistematik, terukur dan berkelanjutan
sehingga dapat mendorong mempercepat tersusunnya kebijakan,
program dan kegiatan pembangunan yang responsif gender
sehingga Pemerintah Daerah dapat mendukung kelancaran
perencanaan, pelaksanaan dan monev pengarusutamaan gender
secara optimal dalam pembangunan menuju terwujudnya
Kesetaraan dan Keadilan Gender di Kota Tangerang Selatan.
1.2. DASAR HUKUM
Dasar Hukum penyusunan menyusun RAD PUG Kota Tangerang
Selatan adalah sebagai berikut:
a. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional.
b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang–Undang Nomor 9 Tahun
2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
I-4 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
e. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008
tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan
Gender di Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum
Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah.
f. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang
Pengarusutamaan Gender Dalam Pembagunan Nasional;
1.3. TUJUAN PENYUSUNAN
Tujuan penyusunan RAD PUG Kota Tangerang Selatan adalah:
a. memberikan panduan dan arahan di dalam menyusun
kebijakan, program dan kegiatan dari tahap perencanaan,
pelaksanaan dan monitoring dan evaluasi yang responsif
gender pada setiap tahapan pembangunan.
b. mengefektifkan pelaksanaan strategi PUG secara lebih
konkrit dan terarah untuk menjamin agar perempuan dan
laki-laki memperoleh akses, partisipasi, mempunyai kontrol
dan memperoleh manfaat yang adil dari pembangunan, dan
berkontribusi pada terwujudnya keadilan dan kesetaraan
gender.
c. memperkuat sistem dan komitmen lembaga/instansi baik di
pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan kabupaten/kota
khususnya Kota Tangerang Selatan dalam
mengimplementasikan strategi PUG.
1.4. TARGET PENYUSUNAN
RAD PUG Kota Tangerang Selatan disusun untuk mencapai target
sasaran:
a. mendorong implementasi perundang-undangan yang
berperspektif gender.
b. memperkuat jaringan kelembagaan PUG termasuk
keterpaduan program dan kegiatan.
c. memperkuat komitmen penganggaran yang responsif gender
di Perangkat Daerah.
I-5 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
d. peningkatan kemampuan mengintegrasikan isu gender
dalam program/kegiatan di Perangkat Daerah.
e. pelaksanaan PUG dalam pembangunan sesuai dengan
perencanaan dan penganggaran yang responsif gender di
Perangkat Daerah.
1.5. SASARAN PENYUSUNAN
Sasaran dari penyusunan RAD PUG Kota Tangerang Selatan
adalah:
a. Eksekutif, yang terdiri dari pejabat pemerintahan meliputi
penentu kebijakan di seluruh Perangkat Daerah (khususnya
eselon III dan IV) baik laki-laki maupun perempuan.
b. Legislatif.
c. Yudikatif, yaitu semua unsur penegak hukum baik laki-laki
maupun perempuan.
d. Kelompok masyarakat diantaranya tokoh agama, tokoh adat,
tokoh masyarakat, karang taruna dan sebagainya yang
berdomisili di Kota Tangerang Selatan.
1.6. IMPLEMENTASI
1.6.1. Strategi PUG diimplementasikan pada seluruh tahap
pembangunan yaitu perencanaan, pelaksanaan dan
monitoring, pembangunan. Implementasi pada tahap
perencanaan pembangunan melalui:
a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
menyusun tolok ukur dan indikator kinerja;
b. adanya komitmen dalam persetujuan anggaran;
c. implementasi PUG pada tahap pelaksanaan
pembangunan adalah memastikan fungsi
manajemen pelaksanaan pembangunan yang
responsif gender (koordinasi, sinkronisasi,
sinergistis, bimbingan teknis dan supervisi
dilakukan oleh penerima mandat).
d. tidak ada kesenjangan antara perencanaan dan
pelaksanaan program yang responsif gender ditinjau
dari aspek akses, partisipasi, kontrol dan manfaat.
I-6 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
1.6.2. Implementasi PUG pada tahapan monitoring dan evaluasi
pembangunan adalah:
a. Sektor/lembaga melaporkan tentang pelaksanaan
pembangunan yang responsif gender sesuai
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006
tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah;
b. Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan
Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga
Berencana melakukan analisis format Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan sesuai
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006
melaporkannya kepada Sektor/Lembaga sebagai
umpan balik dan kepada Walikota sebagai bentuk
akuntabilitas;
c. membuat tambahan format Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintahan baru sesuai tolok
ukur/indikator kinerja yang responsif gender.
1.7. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Sistematika pembahasan RAD PUG Kota Tangerang Selatan
meliputi seluruh perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi kebijakan dan program pembangunan
daerah di Kota Tangerang Selatan, disusun dengan sistematika
sebagai berikut:
a. Bab I
Pendahuluan membahas tentang Latar Belakang, Dasar
Hukum, Tujuan Penyusunan, Target Penyusunan, Sasaran
Penyusunan, Implementasi, Sistematika Pembahasan, Proses
Penyusunan, dan Pengguna.
b. Bab II
Kedudukan Pengarusutamaan Gender membahas tentang
Kedudukan dalam Peraturan Perundang-undangan di
Daerah, dan Kedudukan dalam Rencana Kerja Pemerintah
Daerah.
I-7 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
c. Bab III
Pengarusutamaan Gender Dalam Siklus Pembangunan
membahas tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Siklus
Pembangunan di Daerah, Metode Analisis Gender, dan
Pengarusutamaan Gender Sebagai Strategi Dalam
Pembangunan.
d. Bab IV Penguatan Kelembagaan membahas tentang Penguatan
Kelembagaan Melalui Peraturan Perundang-Undangan dan
Penguatan Kelembagaan Melalui Kebijakan Anggaran.
e. Bab V
Penguatan Peran Serta Masyarakat membahas tentang
Penguatan Peran Serta Masyarakat Terhadap
Pengarusutamaan Gender, dan Pengarusutamaan Gender
Sebagai Strategi Alternatif Mewujudkan Kesetaraan Gender
Dalam Masyarakat.
f. Bab VI
Pengarusutamaan Gender dan Peraturan Perundang-
Undangan Daerah membahas tentang Dasar Peraturan
Perundang-Undangan Pengarusutamaan Gender di Daerah,
dan Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah.
g. Bab VII
Analisis Kondisi membahas tentang Pendidikan, Kesehatan,
Ekonomi, Sosial, dan Sektor Publik.
h. Bab VIII
Rencana Aksi Daerah Pengarusutamaan Gender membahas
tentang Isu Strategis, Tujuan, Sasaran, Kebijakan, dan
Strategi.
i. Bab IX
Penutup membahas tentang Kesimpulan dan Rekomendasi.
I-8 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
1.8. PROSES PENYUSUNAN
Proses menyusunan RAD PUG Kota Tangerang selatan, adalah:
a. membentuk tim penyusun RAD PUG dengan melibatkan
pihak ketiga yaitu Lembaga Survei Independen Nusantara
(LSIN).
b. pengumpulan data baik primer maupun sekunder.
c. memvalidasi dan verifikasi data yang sudah terkumpulkan
d. menganalisis data dan mengkaji isu-isu strategis di Kota
Tangerang Selatan.
e. membuat RAD PUG di Kota Tangerang Selatan.
f. Penyusunan dan Finalisasi RAD PUG di Kota Tangerang
Selatan.
1.9. PENGGUNA
Pengguna RAD PUG Kota Tangerang Selatan adalah seluruh
stakeholder, Perangkat Daerah, Non pemerintah, yang meliputi
para perencana, pelaksana, serta tim monitoring dan evaluasi
pembangunan di Kota Tangerang Selatan.
II-1 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
BAB II
KEDUDUKAN PENGARUSUTAMAAN GENDER
2.1. KEDUDUKAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
DI DAERAH
Pedoman pelaksanaan PUG di daerah yaitu:
a. Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2000 tentang
Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional.
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008
tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan
Gender di Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum
Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah.
c. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 2 Tahun
2018 tentang Pengarusutamaan Gender.
Pada ketiga peraturan tersebut terdapat amanat dalam proses
perencanaan pembangunan yaitu:
a. Integrasi isu gender dalam proses pembangunan dimulai
dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
b. Internalisasi PUG dalam dokumen perencanaan jangka
panjang (20 tahun), jangka menengah (5 tahun) dan jangka
pendek (1 tahun) serta pelembagaan pengelolaan PUG,
berdasarkan ketentuan tersebut diharapkan semua
elemen penyelenggara Negara melaksanakan PUG pada
berbagai bidang pembangunan. PUG menjadi jalan pintas di
daerah yang harus direspon dalam proses
penyelenggaraan pemerintah daerah.
Kelembagaan PUG mengarah pada upaya percepatan pencapaian
kesetaraan dan keadilan gender melalui berbagai lembaga
yang ada di daerah seperti Kelompok Kerja (Pokja PUG), Tim
Teknis Pokja PUG dan Focal Point PUG.
II-2 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
Pemerintah daerah berkewajiban menyusun kebijakan,
program, dan kegiatan pembangunan responsif gender yang
dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah, Rencana Strategis Perangkat Daerah, Rencana Kerja
Pemerintah Daerah, dan Rencana Kerja Perangkat Daerah.
Perencanaan responsif gender adalah perencanaan untuk
mencapai kesetaraan dan keadilan gender melalui
pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan, potensi, dan
penyelesaian permasalahan perempuan dan laki-laki.
Regulasi penyelenggaraan PUG adalah Peraturan Daerah,
Peraturan Walikota, Keputusan Walikota dan surat edaran
penting yang ditujukan bagi percepatan pencapaian kesetaraan
dan keadilan gender. Pelaksanaan PUG di Kota Tangerang Selatan
harus didukung dengan berbagai regulasi daerah, baik
berupa Peraturan Daerah maupun Peraturan Walikota sehingga
mampu mengikat semua pihak untuk mendukung
penyelenggaraan PUG di Kota Tangerang Selatan.
Dalam upaya percepatan pelembagaan PUG maka disusun
penetapan program, kegiatan dan anggaran yang responsif gender
Kota Tangerang Selatan yang ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Badan Perencanan Pembangunan Daerah Kota Tangerang
Selatan Nomor: 027/Kep-0529/Bappeda/xi/2017.
Hal ini tentu saja merespon sebagaimana tercantum dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008
tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender
di Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008
tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender
di Daerah yaitu:
a. mempromosikan dan memfasilitasi PUG kepada masing-
masing Perangkat Daerah;
b. melaksanakan sosialisasi dan advokasi PUG kepada Camat
dan Lurah;
c. menyusun program kerja setiap tahun;
II-3 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
d. mendorong terwujudnya perencanaan dan penganggaran
yang responsif gender;
e. menyusun rencana kerja Pokja PUG setiap tahun;
f. bertanggung jawab kepada walikota melalui walikota;
g. merumuskan rekomendasi kebijakan kepada walikota;
h. menyusun profil gender kota;
i. melakukan pemantauan pelaksanaan PUG di masing-masing
instansi;
j. menetapkan tim teknis untuk melakukan analisis terhadap
anggaran daerah;
k. menyusun RAD PUG kota; dan
l. mendorong dilaksanakannya pemilihan dan penetapan Focal
Point di masing-masing Perangkat Daerah. Dalam rangka
percepatan pelaksanaan PUG pada tingkat Perangkat Daerah
dibentuk Focal Point Perangkat Daerah, sayangnya hingga
kini belum seluruh Perangkat Daerah di Kota Tangerang
Selatan memiliki Focal Point.
Pembentukan Focal Point ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Perangkat Daerah. Focal Point terdiri dari pejabat dan/atau staf
yang membidangi tugas Pemberdayaan Perempuan dan
Perwakilan tiap bidang yang ada. Adapun tugas dari Focal Point
yaitu:
a. mempromosikan pengarusutamaan gender pada unit kerja;
b. memfasilitasi penyusunan rencana kerja dan
penganggaran Perangkat Daerah yang responsif gender;
c. melaksanakan pelatihan, sosialisasi, advokasi PUG kepada
seluruh pejabat dan staf di lingkungan Perangkat Daerah;
d. melaporkan pelaksanaan PUG kepada pimpinan Perangkat
Daerah;
e. mendorong pelaksanaan analisis gender terhadap kebijakan,
program, dan kegiatan pada unit kerja; dan
f. memfasilitasi penyusunan data gender pada masing-masing
Perangkat Daerah. Pemerintah Kota Tangerang Selatan
memiliki tugas dan tanggungjawab mencapai kesetaraan
dan keadilan gender sebagaimana tercantum dalam
salah satu misi RPJMD Kota Tangerang Selatan Tahun
2016–2021 yaitu yaitu meningkatkan kesetaraan dan
II-4 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
keadilan gender serta penghargaan yang tinggi terhadap Hak
Asasi Manusia. Hal ini merupakan bukti RPJMD Kota
Tangerang Selatan telah ada upaya responsif terhadap
pencapaian kesetaraan dan keadilan gender.
Pada tahap pelaporan monitoring dan evaluasi, Walikota
Tangerang Selatan mempersiapkan laporan pelaksanaan PUG
kepada Gubernur secara berkala setiap 6 (enam) bulan. Selain
itu, melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PUG pada
setiap Perangkat Daerah. Melakukan pembinaan terhadap
pelaksanaan PUG yang meliputi: (1) penetapan panduan teknis
pelaksanaan PUG skala Kota Tangerang Selatan, Kecamatan
dan Kelurahan; (2) penguatan kapasitas kelembagaan melalui
pelatihan, konsultasi, advokasi, dan koordinasi; (3) pemantauan
dan evaluasi pelaksanaan PUG di Kelurahan dan pada Perangkat
Daerah; (4) peningkatan kapasitas Focal Point dan Pokja
PUG; dan (5) strategi pencapaian kinerja.
2.2. KEDUDUKAN DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH
DAERAH
Kedudukan PUG dalam Dokumen Rencana Kerja Pemerintah
Daerah merupakan arus utama dalam setiap arah kebijakan,
strategi, program dan kegiatan. PUG akan menjadi jiwa
dalam dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang
menjadi pedoman dalam penyusunan Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah untuk ditetapkan menjadi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah disusun dengan mendasarkan
pada Rencana Kerja dan Anggaran seluruh Perangkat Daerah.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ini kemudian akan
dijabarkan menjadi Daftar Penetapan Anggaran Perangkat
Daerah.
Dalam perencanaan dan penganggaran pembangunan tahunan,
Perangkat Daerah perlu melakukan analisis gender, sehingga
dapat diketahui permasalahan kesenjangan gender menyangkut
akses, kontrol, partisipasi dan manfaat yang diperoleh penduduk
perempuan dan laki-laki, dan menentukan RAD yang sesuai
II-5 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
untuk memecahkan permasalahan tersebut. Pengintegrasian PUG
dalam pembangunan tahunan harus dimulai sejak penyusunan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah. Sementara titik kritis dalam
perencanaan yang responsif gender yaitu pada saat penyusunan
Rencana Kerja dan Anggaran dan Dokumen Pelaksanaan
Anggaran Perangkat Daerah. Hal ini karena dalam kedua
dokumen tersebut telah menyebutkan kelompok sasaran suatu
kegiatan, dimana sudah harus memperhatikan prinsip-prinsip
kesetaraan dan keadilan gender.
III-1 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
BAB III
PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM SIKLUS PEMBANGUNAN
3.1. PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM SIKLUS
PEMBANGUNAN DI DAERAH
Siklus pembangunan daerah dimulai dari tahap perencanaan
pembangunan daerah, implementasi pembangunan daerah,
evaluasi dan pelaporan pembangunan daerah. Dalam
perencanaan pembangunan daerah PUG diintegrasikan ke dalam
dokumen perencanaan pembangunan daerah. Integrasi PUG
dalam perencanaan pembangunan Daerah Kota Tangerang
Selatan menurut Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, terdapat 4 (empat)
tahapan dalam siklus perencanaan pembangunan nasional, yaitu
(1) penyusunan rencana; (2) penetapan rencana; (3) pengendalian
pelaksanaan rencana; dan (4) evaluasi pelaksanaan rencana.
Pada tingkat daerah, perencanaan pembangunan daerah juga
disusun melalui 4 (empat) tahapan dalam siklus perencanaan
pembangunan daerah.. Pembangunan di daerah diawali dengan
penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah.
Dokumen perencanaan pembangunan daerah disusun secara
berjangka, dokumen perencanaan pembangunan untuk kurun
waktu 20 (dua puluh) tahun disebut Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah, dokumen perencanaan pembangunan
untuk kurun waktu 5 (lima) tahun disebut Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah dan dokumen
perencanaan tahunan disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah menjadi dasar dalam
penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah dan Penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah.
Pada tingkat Perangkat Daerah perencanaan pembangunan
untuk jangka waktu 5 (lima) tahun disebut Rencana Strategis
Perangkat Daerah, Rencana Strategis Perangkat Daerah
merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah. Perencanaan tahunan di Perangkat Daerah
disebut Rencana Kerja Perangkat Daerah yang merupakan
III-2 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
penjabaran dari Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang
selanjutnya dijadikan sebagai pedoman dalam menyusun
Rencana Kerja dan Anggaran Perangkat Daerah.
PUG dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun
2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan
Gender di Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15
Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan
Pengarusutamaan Gender di Daerah, merupakan strategi yang
dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi
integral mulai perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,
pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan serta program
pembangunan nasional. Penyelenggaraan PUG di daerah dimulai
dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
PUG dilaksanakan melalui langkah-langkah analisis gender serta
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi tentang PUG pada instansi
dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Tahap
perencanaan, pemerintah daerah berkewajiban menyusun
kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan responsif gender
yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah,
Rencana Kerja Pemerintah Daerah, Rencana Strategis Perangkat
Daerah, dan Rencana Kerja Perangkat Daerah .
Perencanaan responsif gender disini adalah perencanaan
untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender, yang
dilakukan melalui pengintegrasian pengalaman, aspirasi,
kebutuhan, potensi, dan penyelesaian permasalahan perempuan
dan laki-laki. Pengintegrasian PUG juga mencakup proses
penganggaran pembangunan daerah, yaitu pada tahap
penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Perangkat
Daerah dan penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
yang selanjutnya dirinci dalam rincian Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah.
III-3 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
Sumber: Bappenas, 2011
3.2. METODE ANALISIS GENDER
Perencanaan dan penganggaran pembangunan yang
responsif gender harus melalui proses analisis gender
menggunakan metode Gender Analisys Pathway (GAP) dan
Gender Budget Statement (GBS). Gender Analisys Pathway (GAP)
dan Gender Budget Statement (GBS) digunakan untuk
menganalisis isu gender yang berkembang, merumuskan
tujuan, menyusun kegiatan yang responsif gender, menyusun
indikator capaian, dan menentukan target kinerja atas rumusan
kegiatan responsif gender.
Perumusan isu gender sampai dengan penentuan indikator
capaian dan penetapan target kinerja dengan Gender Analisys
Pathway (GAP) dan Gender Budget Statement (GBS) dilakukan
menggunakan data pilah gender (data menurut jenis
kelamin). Data pilah gender penting untuk mengetahui sejauh
mana kesenjangan akses, kontrol, partisipasi dan peran antara
laki-laki dengan perempuan.
Gender Analisys Pathway (GAP) merupakan salah satu alat
analisis gender yang dikembangkan oleh Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional yang dapat digunakan untuk
membantu para perencana memasukan PUG dalam
perencanaan kebijakan, program, proyek, dan atau kegiatan
pembangunan.
III-4 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
Perencana dapat mengidentifikasikan kesenjangan dan
permasalahan gender serta sekaligus menyusun rencana
kebijakan/program/proyek/kegiatan yang ditujukan untuk
memperkecil atau menghapus kesenjangan gender dengan
menggunakan Gender Analisys Pathway (GAP).
Berdasarkan buku pedoman teknis perencanaan dan
penganggaran responsif gender bagi daerah yang dikeluarkan
Kementerian Pemberdayaan Perempuan tahun 2010, metode
Gender Analisys Pathway (GAP) meliputi 9 (sembilan) langkah
yaitu:
a. pilih kebijakan/program/kegiatan yang akan dianalisa
1. memilih kebijakan/program/kegiatan yang hendak
dianalisis.
2. menuliskan tujuan kebijakan/program/kegiatan.
b. menyajikan data pembuka wawasan
1. menyajikan data pembuka wawasan yang terpilah
menurut jenis kelamin.
2. data terpilah ini bisa berupa data statistik yang
kuantitatif atau yang kualitatif, misalnya hasil survei,
hasil Focus Group Discussion, reviu pustaka, hasil kajian,
hasil pengamatan, atau hasil intervensi
kebijakan/program/kegiatan yang sedang dilakukan.
c. mengenali faktor kesenjangan gender
Menemukan dan mengetahui ada tidaknya faktor
kesenjangan gender yaitu Akses, Partisipasi, Kontrol, dan
Manfaat.
d. menemukan sebab kesenjangan internal
Temukan isu gender di internal lembaga. Misalnya terkait
dengan produk hukum, kebijakan, pemahaman gender yang
masih kurang diantara pengambil keputusan dalam internal
lembaga.
e. menemukan sebab kesenjangan eksternal
Temukan isu gender di eksternal lembaga. Misalnya apakah
budaya patriakhi, gender stereotype (laki-laki yang selalu
dianggap sebagai kepala keluarga).
III-5 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
f. reformulasi tujuan
merumuskan kembali tujuan kebijakan/program/kegiatan
supaya responsif gender.
g. rencana aksi.
1. menetapkan rencana aksi.
2. Rencana aksi diharapkan mengatasi kesenjangan gender
yang teridentifikasi pada langkah 3, 4 dan 5.
h. Data Dasar.
Menetapkan data dasar yang dipilih untuk mengukur
kemajuan (progress). Data yang dimaksud diambil dari data
pembuka wawasan yang telah diungkapkan pada langkah 2
yang terkait dengan tujuan kegiatan dan ouput kegiatan.
i. Indikator Gender
Menetapkan indikator gender sebagai pengukuran hasil
melalui ukuran kuantitatif maupun kualitatif.
Selanjutnya dalam pelaksanaan pembangunan PUG juga
terintegrasi dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan
di setiap perangkat daerah yang mengampu urusan-urusan
yang dilimpahkan pusat kepada daerah. Dalam pelaksanaan
kegiatan yang berhubungan dengan manusia secara langsung
maupun tidak harus memperhatikan akses kontrol, partisipasi
dan peran antara perempuan dan laki-laki. Apalagi kegiatan-
kegiatan yang langsung mengarah pada penyelesaian
kesenjangan antara laki-laki dan perempuan harus secara
efektif dapat mengurangi kesenjangan antara laki-laki dengan
perempuan atau sebaliknya.
Tahap pelaksanaan pembangunan daerah PUG tetap harus
menjadi “jiwa” setiap kegiatan yang dilaksanakan. Dalam
pelaksanaan pembangunan di Kota Tangerang Selatan, PUG
harus mengendalikan kegiatan-kegiatan pembangunan supaya
tetap memperhatikan kesetaraan gender. Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah melakukan pemantauan pelaksanaan PUG
di masing-masing instansi agar PUG berjalan dengan optimal.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah beserta tim teknis
Dinas terkait dan Focal Point menjadi garda terdepan dalam
mengawal PUG dalam pembangunan daerah.
III-6 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
Keadilan dan kesetaraan gender merupakan tujuan utama dalam
evaluasi terhadap kinerja perangkat daerah dan evaluasi
dokumen perencanaan, sehingga dapat diketahui apakah hasil
kinerja perangkat daerah dan perencanaan sudah responsif
gender atau belum. Dalam tahap ini integrasi perencanaan
penganggaran pada tahap integrasi dalam dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah tersirat dalam Misi 8,
kebijakan daerah,tujuan dan program/kegiatan. Secara khusus
Rencana Strategis dan Rencana Kerja Dinas Pemberdayaan
Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan
Keluarga Berencana memuat amanah-amanah yang harus
diemban mencapai Keadilan dan Kesetaraan Gender
Secara umum Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Tahun 2016- 2021 telah mencerminkan pencapaian misi Walikota
dalam PUG. Kedudukan PUG ke dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah diwujudkan dalam penggambaran
kondisi, strategi, arah kebijakan, program dan kegiatan yang
selalu memperhatikan akses, kontrol, partisipasi dan peran
laki-laki dan perempuan secara seimbang.
Perhatian terhadap akses, kontrol, partisipasi dan peran
laki-laki danperempuan dalam setiap aspek dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah diwujudkan dalam
setiap aspek dalam perencanaan jangka menengah daerah
tersebut. Penyusunan perencanaan yang mengintegrasikan
PUG selalu didasarkan pada data pilah. Pada setiap penyajian
kondisi dan prediksi selalu memperhatikan data pilah
gender dan issue gender yang berkembang berkaitan dengan
kondisi data yang ada. Pengintegrasian pengarusutaman gender
melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
merupakan langkah strategis dalam proses PUG di daerah.
Hal ini karena Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
akan dijadikan acuan dalam menyusun Rencana Strategis
Perangkat Daerah, Rencana Kerja Pemerintah Daerah dan
Rencana Kerja Perangkat Daerah. Dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Tahun 2016-2021 secara umum
sudah memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender, terutama
III-7 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
dalam perumusan misi ke-8, yaitu Meningkatkan kesetaraan
dan keadilan gender serta penghargaan yang tinggi terhadap
Hak Asasi Manusia, yang memiliki arti kesetaraan antara laki-
laki dan perempuan dalam memperoleh kesempatan (akses)
dan memafaatkan berbagai pelayanan publik, serta
kesetaraan dalam berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan
perlu terus dikembangkan. Disamping itu perlu adanya jaminan
dan penghargaan yang tinggi pada hak asasi manusia. Tujuan
pembangunan yang dijabarkan dari misi ke-8 yaitu Mengurangi
ketimpangan gender, penguatan kelembagaan dan
pemberdayaan perempuan dan menjunjung tinggi Hak Asasi
Manusia.
Adapun sasarannya yaitu (1) Meningkatnya indeks pembangunan
gender (IPG); (2) Meningkatnya indeks pemberdayaan gender
(IDG); (3) Meningkatnya kesadaran hukum oleh masyarakat;
(4) Meningkatnya pemahaman terhadap Hak Asasi Manusia oleh
aparat; (5) Terwujudnya peningkatan sumber daya manusia
dan kualitas hidup perempuan dan perlindungan anak yang
kompetitif dan memiliki kompetensi; (6) Terwujudnya
masyarakat yang mempunyai kemampuan dan pengetahuan
yang berlandaskan keadilan dan kesetaraan gender dalam
penerapan segala aspek kehidupan. Misi, tujuan dan sasaran
tersebut akan menjadi modal awal untuk perencanaan
pembangunan tahunan, yaitu Rencana Kerja Pemerintah
Daerah dan Rencana Kerja Perangkat Daerah yang lebih
responsif gender.
3.3. PENGARUSUTAMAAN GENDER SEBAGAI STRATEGI DALAM
PEMBANGUNAN
Pengarusutamaan gender adalah strategi pembangunan untuk
mencapai adanya kesetaraan dan keadilan gender melalui
pengintegrasian pengalaman, kebutuhan, aspirasi perempuan
dan laki-laki kedalam berbagai kebijakan dan program mulai dari
tahap perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan
pemantauan. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang
Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan
Nasional, mengintruksikan kepada seluruh Menteri dan Kepala
III-8 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
Lembaga Non Kementerian (K/L), Lembaga Tinggi Negara, Kapolri,
Panglima TNI, para Gubernur dan para Bupati/Walikota seluruh
Indonesia untuk melaksanakan PUG dalam pembangunan.
Dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019,
menegaskan bahwa PUG merupakan strategi lintas bidang dalam
pembangunan selain Pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) dan Pemerintahan yang baik (good governance).
Dengan mengacu kepada Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun
2000, dan Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 tersebut
diatas maka jelas PUG merupakan kewajiban bagi seluruh
Menteri/Kepala Non Kementerian dan juga para Gubernur dan
Bupati/Walikota seluruh Indonesia untuk menerapkan strategi
PUG dalam pembangunan sesuai dengan kewenangannya
masing-masing.
PUG sebagai strategi pembangunan telah diamanatkan dalam
Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000, dan dipertegas dalam
Presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019. Dalam
menetapkan prioritas pembangunan pemberdayaan perempuan di
Indonesia maka dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2015-2019 ditetapkan tiga prioritas yaitu:
1). Meningkatkan kualitas hidup dan peran perempuan di
berbagai bidang pembangunan; 2). Meningkatkan perlindungan
perempuan dari berbagai tindak kekerasan, termasuk Tindak
Pidana Perdagangan Orang; 3). Meningkatkan kapasitas
kelembagaan PUG dan kelembagaan perlindungan perempuan
dari berbagai tindak kekerasan. Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak, menjabarkan kedalam “Three
End Plus” yaitu: Akhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak;
Akhiri perdagangan Manusia; Akhiri kesenjangan ekonomi; Akhiri
ketertinggalan perempuan dalam politik.
IV-1 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
BAB IV
PENGUATAN KELEMBAGAAN
4.1. PENGUATAN KELEMBAGAAN MELALUI PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam
pembangunan pada dasarnya dimulai sejak Instruksi Presiden
Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Pengarusutamaan
Gender Dalam Pembangunan Nasional. Selanjutnya dalam
Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019
dinyatakan bahwa PUG merupakan salah satu arus utama yang
harus dilaksanakan dalam pembangunan disamping
pengarusutamaan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development) dan tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance).
Dalam rangka percepatan pelaksanaan PUG baik di pusat
maupun di daerah Pemerintah telah mengeluarkan Surat Edaran
Bersama antara 4 (empat) menteri yaitu Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan nasional No.270/M.PPN/II/2012, Menteri
Keuangan dengan No.SE.33/MK.02/2012, Menteri Dalam Negeri
No.050/4370A/SJ dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak No.46/MPP-PA/II/2012 tentang Strategi
Nasional Percepatan Pengarusutamaan Gender (PUG) melalui
Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender. Surat tersebut
menjadi dasar dalam menyusun perencanaan dan penganggaran
yang responsif gender dan merupakan strategi percepatan
pelaksanaan PUG baik di pusat maupun di daerah.
Sedangkan pelaksanaan PUG di daerah telah diamanatkan dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008
tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender
di Daerah, namum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
tersebut lebih fokus kepada pengaturan sistem perencanaan
daerah yang responsif gender, sedangkan pengaturan tentang
sistem penganggaran dengan menggunakan instrumen Gender
IV-2 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
Analisys Pathway (GAP) dan Gender Budget Statement (GBS)
belum diatur. Untuk hal tersebut Kementerian Dalam Negeri telah
mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67
Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum
Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah. Peraturan
Menteri Dalam Negeri tersebut telah mengatur sistem
kelembagaan PUG di daerah dan juga mengatur sistem
perencanaan dan penganggaran dengan menggunakan instrumen
Analisis Gender dengan menggunakan Gender Analisys Pathway
(GAP) dan Gender Budget Statement (GBS).
Untuk mencapai palaksanaan PUG sebagaimana termaksud
dalam Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000, Peraturan
Presiden Nomor 2 tahun 2015, Surat Edaran Bersama antara 4
(empat) menteri yaitu Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Bappenas No.270/M.PPN/II/2012, Menteri
Keuangan dengan No.SE.33/MK.02/2012, Menteri Dalam Negeri
No.050/4370A/SJ dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak No.46/MPP-PA/II/2012 tentang Strategi
Nasional Percepatan Pengarusutamaan Gender (PUG) melalui
Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender, dan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman
Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 67 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008
tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender
di Daerah tersebut diatas PUG telah mengamanatkan kepada
pemerintah provinsi, dan kabupaten/kota memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
1. Pemerintah provinsi berkewajiban menyusun kebijakan,
program, dan kegiatan pembangunan berperspektif gender
yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah, Rencana Strategis Perangkat Daerah, dan
Rencana Kerja Perangkat Daerah (ayat (1) Pasal 4).
Penyusunan kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan berperspektif gender sebagaimana pada ayat
IV-3 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
(1) dilakukan melalui analisis gender (ayat (2) Pasal 4).
Analisis gender dapat menggunakan Gender Analysis
Pathway (GAP) atau analisis gender lainnya.
2. Pasal 5A menjelaskan bahwa hasil analisis gender
sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (3) dituangkan
dalam penyusunan Gender Budget Statement (GBS). Hasil
analisis gender yang terdapat dalam Gender Budget
Statement (GBS) menjadi dasar perangkat daerah dalam
menyusun kerangka acuan kegiatan dan merupakan bagian
yang tak terpisahkan dengan dokumen Rencana Kerja dan
Anggaran/Dokumen Pelaksanaan Anggaran Perangkat
Daerah.
3. Tiga lembaga/unit baik di Provinsi maupun di
Kabupaten/Kota yaitu: Pokja Provinsi (Pasal 9), Pokja
Kabupaten/Kota (Pasal 14), Tim Teknis Provinsi (Pasal 11),
Tim Teknis Kabupaten/Kota (Pasal 16), RAD PUG di Provinsi
(Pasal 11 ayat (2), RAD PUG Kabupaten/Kota (Pasal 16
ayat (2), Focal point PUG di setiap Perangkat Daerah di
Provinsi Pasal 17 ayat (1), Focal point PUG di setiap
Perangkat Daerah Kabupaten/Kota Pasal 17 ayat (2).
4. Menteri Dalam Negeri melalui Direktorat Jenderal
Pembangunan Masyarakat Desa melakukan pembinaan
umum terhadap pelaksanaan PUG di provinsi (Pasal 23),
Pemberian pedoman dan panduan, Penguatan kapasitas, dan
kapasitas tim teknis, dan Pokja Provinsi serta Pemantauan
dan evaluasi.
5. Anggota Pokja PUG di Kota Tangerang Selatan dikenal dua
peran: Peran Penggerak (driver) dan Peran pelayanan
(services). Lembaga Driver atau penggerak terdiri dari Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Pemberdayaan
Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak
dan Keluarga Berencana, Badan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah, dan Inspektorat. Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah sebagai lembaga yang bertanggung
jawab terhadap koordinasi dalam penyusunan perencanaan;
Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan
IV-4 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana,
sebagai penggerak dan bertanggung jaswab terhadap
bantuan teknis substansi PUG dan penyediaan data terpilah;
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah bertanggung
jawab terhadap dalam melakukan koordinasi dan supervisi
penganggaran; sedangkan Inspektorat bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan supervisi, monitoring dan evaluasi
kegiatan. Sedangkan unit-unit lembaga pelayanan (services)
yaitu Perangkat Daerah. Perangkat Daerah bertanggung
jawab terhadap penyusunan kegiatan yang responsif gender
dengan menggunakan anlisis gender dan pembuatan Gender
Budget Statement (GBS) yang dapat langsung berkaitan
dengan sasaran inti yaitu masyarakat. 6. Koordinasi dan sinkronisasi PUG dan perencanaan dan
penganggaran yang responsif gender paling utama ada pada
lembaga penggerak (driver) yang menggerakkan Pokja; 4.2. PENGUATAN KELEMBAGAAN MELALUI KEBIJAKAN
ANGGARAN
PUG adalah proses untuk menjamin perempuan dan laki-laki
mempunyai akses dan kontrol terhadap sumber daya, mendapat
manfaat dan terlibat dalam pengambilan keputusan yang sama
dalam proses pembangunan. Hal tersebut merupakan strategi
untuk mengurangi kesenjangan gender dan mencapai kesetaraan
gender dengan mengintegrasikan gender menjadi satu demensi
integral dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan disuatu
wilayah. Pelaksanaan PUG dalam pembangunan merupakan
strategi untuk memastikan perempuan dan laki-laki mempunyai
akses yang sama terhadap sumber daya, dapat berpartisipasi
dalam proses pengambilan keputusan, memiliki kesempatan dan
peluang yang sama dalam melakukan kontrol, serta memperoleh
manfaat yang sama terhadap pembangunan.
Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender merupakan
serangkaian cara dan pendekatan untuk mengintegrasikan
perspektif gender di dalam proses perencanaan dan
penganggaran. Perencanaan yang responsif gender adalah
IV-5 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
perencanaan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender,
yang dilakukan melalui pengintegrasian pengalaman, aspirasi,
kebutuhan, potensi, dan penyelesaian permasalahan perempuan
dan laki-laki. Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender
merupakan perencanaan yang disusun dengan
mempertimbangkan 4 (empat) aspek yaitu: akses, partisipasi,
kontrol dan manfaat yang dilakukan secara setara antara
perempuan dan laki-laki. Perencanaan dan Penganggaran
Responsif Gender harus mempertimbangkan aspirasi, kebutuhan
dan permasalahan perempuan dan laki-laki baik dalam proses
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan serta monitoring dan
evaluasi program kegiatan.
a. Tujuan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender.
Penyusunan Perencanaan dan Penganggaran Responsif
Gender mempunyai tujuan, yaitu:
1. meningkatkan kesadaran dan pemahaman para
pengambil keputusan tentang pentingnya isu gender
dalam kebijakan pembangunan dan mempercepat
terwujudnya keadilan dan kesetaran gender.
2. memberikan manfaat yang adil bagi kesejahteraan laki-
laki dan perempuan, termasuk anak laki-laki dan anak
perempuan dari penggunaan belanja/pengeluaran
pembangunan.
3. meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan
anggaran, serta membangun transparansi anggaran dan
akuntabilitas Pemerintah Daerah.
4. membantu mengurangi kesenjangan gender dan
menghapuskan diskriminasi terhadap perempuan dalam
pembangunan.
5. meningkatkan partisipasi masyarakat, baik laki-laki dan
perempuan dalam penyusunan perencanaan anggaran,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi.
6. menjamin agar kebutuhan dan aspirasi laki-laki dan
perempuan dari berbagai kelompok sosial (berdasarkan
jenis kelamin, usia, ras, suku, dan lokasi) dapat
diakomodasikan ke dalam belanja/pengeluaran.
IV-6 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
b. Prasyarat Terwujudnya Pengarusutamaan Gender (PUG):
1. Komitmen
Terwujudnya PUG di Kota Tangerang Selatan adanya
komitmen bersama stakeholder dan masyarakat
sehingga penguatan kelembagaan PUG.
2. Kebijakan
Adanya kebijakan yang berpihak pada PUG di Kota
Tangerang Selatan sebagaimana Peraturan Daerah Kota
Tangerang Selatan Nomor 2 Tahun 2018 tentang
Pengarusutamaan Gender.
3. Kelembagaan
PUG di Kota Tangerang Selatan dapat terwujud dengan
ada penguatan kelembagaan antar stakeholder (antar
dinas/lembaga terkait).
4. Sumber Daya Manusia dan Anggaran
Peningkatan sumber daya manusia dan alokasi
anggaran yang cukup khusus untuk PUG.
5. Alat Analis Gender
PUG di Kota Tangerang Selatan perlunya adanya analisis
gender yang kuat sehingga dapat membantu
pelaksanaan PUG secara tepat.
6. Data Gender
PUG di Kota Tangerang Selatan perlu adanya update
data gender setiap tahun sekali.
7. Partisipasi Masyarakat
Peran serta masyarakat dalam mewujudkan PUG di Kota
Tangerang Selatan.
Dalam mewujudkan penguatan kelembagaan PUG di Kota
Tangerang Selatan perlu adanya: 1). Advokasi dan Fasilitasi PUG
Bagi Perempuan Fasilitasi pengembangan Pusat Pelayanan
Terpadu Pemberdayaan Perempuan 2). Peningkatan kapasitas
dan jaringan kelembagaan pemberdayaan perempuan dan 3).
Evaluasi pelaksanaan PUG Pengembangan sistem informasi
Gender dan Anak.
IV-7 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam upaya penguatan
kelembagaan PUG hendaknya melakukan revitalisasi Pokja setiap
tahunnya, pertama dari sisi legalitasnya, kedua dari sisi
keanggotaan, peran dan fungsi termasuk target-target capaian
PUG. Hal ini perlu menjadi agenda tahunan mengingat bahwa SK
Pokja dan Focal point hanya berlaku satu tahun selain itu juga
sebagai antisipasi adanya perubahan keanggotaan yang
diakibatkan terjadinya pergeseran para pejabat di lingkungan
provinsi. Revitalisasi kelembagaan PUG juga dilakukan untuk
menyesuaikan dengan kebijakan terbaru dan dinamika
perkembangan masyarakat. Provinsi perlu aktif mendorong
penguatan kelembagaan PUG khususnya lembaga penggerak PUG
Kota Tangerang Selatan seperti Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah, Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan
Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana, Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, dan Inspektorat agar PUG
dapat berjalan dan terlaksana dengan baik di Kota Tangerang
Selatan.
V-1 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
BAB V
PENGUATAN PERAN SERTA MASYARAKAT
5.1. PENGUATAN PERAN SERTA MASYARAKAT TERHADAP
PENGARUSUTAMAAN GENDER
Data-data empirik yang menunjukkan terjadinya kesenjangan
gender merupakan salah satu permasalahan pembangunan.
Memang, kita menyadari kondisi itu tidaklah disengaja melainkan
berjalan secara linier, tetapi kita perlu melakukan perubahan
struktural, dan kultural dalam tata kelola pemerintahan dan
pembangunan yang lebih inklusif sehingga menjamin kepastian
manfaat sumberdaya pembangunan yang berkeadilan gender.
Perubahan itu hanya dilakukan manakala para aktor
pembangunan memiliki gender mindset dan kesetaraan gender
menjadi benchmark dalam penentuan kebijakan pemerintahan
dan pembangunan yang sejalan dengan Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025 dan agenda UN Womens
tentang Planet 50:50 by 2030 Step It Up for Gender Equality.
Bentuk partisipasi masyarakat dalam upaya mendukung
pelembagaan PUG dapat dilakukan melalui kegiatan sosialisasi
dan advokasi dalam mendorong komitmen pemerintah,
Pemerintah Daerah dalam membangun kelembagaan PUG,
melakukan kajian dan telaahan terhadap isu-isu gender dan anak
di daerah. Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam upaya
pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak, menurut
Fatahillah adalah melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai
peraturan dan perundang-undangan yang berkaitan dengan
perlindungan kekerasan terhadap perempuan dan anak serta
penyediaan media komunikasi, informasi dan edukasi tentang
pencegahaan kekerasan terhadap perempuan dan anak di
keluarga, masyarakat, lembaga pendidikan dan ruang-ruang
publik, melaporkan kepada pihak berwenang jika terjadi
pelanggaran hak-hak perempuan dan anak.
V-2 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
Melalui panduan ini diharapkan dapat memberikan kejelasan
kepada seluruh unsur masyarakat yang terlibat dalam kegiatan
bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dalam
menjalankan peran dan kegiatannya sehingga dapat mewujudkan
sinergitas dengan pemerintah dalam mencapai tujuan dan
sasaran pembangunan pemberdayaan perempuan. Panduan
umum bentuk dan tata cara partisipasi masyarakat bidang
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dimaksudkan
untuk memberikan acuan bagi organisasi/lembaga masyarakat
dalam pelaksanaan partisipasi masyarakat bidang pemberdayaan
perempuan baik di pemerintah pusat maupun daerah secara
terpadu dan sinergi.
Penguatan kapasitas PUG bagi masyarakat menjadi sangat
strategis karena memiliki fungsi transformatif nilai-nilai, gagasan,
dan ide-ide perubahan paradigma kesetaraan gender pada semua
bidang pembangunan. Masyarakat yang sensitif terhadap gender
akan menjadi modal besar dalam mendorong peningkatan
kualitas sumber daya manusia laki-laki dan perempuan guna
menghadapi dunia global dengan beragam budaya yang
berkembang.
Di sinilah letak dan pentingnya semua pejabat tinggi dan madya
ASN di pusat dan daerah memahami pentingnya penyusunan
kebijakan, program, kegiatan, dan penganggaran yang responsif
gender dan peduli anak guna mewujudkan kesetaraan gender di
semua bidang pembangunan, yang sejalan dengan upaya
mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Pelaksanaan PUG telah banyak meraih
kemajuan, bukan saja secara fisik melainkan non-fisik yang
ditandai oleh semakin terbukanya paradigma kesetaraan bagi
para penentu kebijakan di pusat dan di daerah; dan semakin
luasnya partisipasi masyarakat sangat diharapkan dalan
penguatan peran serta masayarakat dalam PUG.
V-3 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
5.2. PENGARUSUTAMAAN GENDER SEBAGAI STRATEGI
ALTERNATIF MEWUJUDKAN KESETARAAN GENDER DALAM
MASYARAKAT
Keberhasilan pembangunan dan keberhasilan dalam menjalani
proses historis kehidupan dalam semua tingkatan akan sangat
tergantung pada peran serta laki-laki dan perempuan secara
bersamaan sebagai pelaku dan pemanfaatnya.
Ketidakseimbangan serta peminggiran terhadap peran serta dari
salah satu elemen tersebut bisa berakibat pada ketimpangan dan
ketidakadilan. Oleh karena itu, semua program pemberdayaan
harus memperhatikan dan diorientasikan pada pencapaian dan
optimalisasi peran yang setara antara laki-laki dan perempuan.
PUG adalah suatu strategi untuk mencapai kesetaraan dan
keadilan gender melalui perencanaan dan penerapan kebijakan
yang berperspektif gender pada organisasi dan institusi.
Pengarusutamaan gender merupakan strategi alternatif bagi
usaha pencepatan tercapainya kesetaraan gender karena nuansa
kepekaan gender menjadi salah satu landasan dalam penyusunan
dan perumusan strategi, struktur, dan sistem dari suatu
organisasi atau institusi, serta menjadi bagian dari nafas budaya
di dalamnya. Strategi ini merupakan strategi integrasi kesamaan
gender secara sistemik ke dalam seluruh sistem dan struktur,
termasuk kebijakan, program, proses dan proyek, budaya,
organisasi atau sebuah agenda pandangan dan tindakan yang
memprioritaskan kesamaan gender berdasarkan Instruksi
Presiden Nomor 9 Tahun 2000 yaitu Presiden menginstruksikan
untuk melaksanakan PUG guna terselenggaranya penyusunan
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas
kebijakan dan program pembangunan nasional yang berspektif
gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi serta kewenangan
masing-masing.
VI-1 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
BAB VI
PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI DAERAH
6.1 DASAR PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH
Dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan
pelayanan masyarakat di daerah, masih terdapat ketidaksetaraan
dan ketidakadilan gender, sehingga diperlukan strategi
pengintegrasian gender melalui perencanaan, penyusunan,
pelaksanaan, penganggaran, pemantauan, dan evaluasi atas
kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan di daerah.
Adapun dasar pelaksanaan PUG di daerah berpedoman pada
peraturan maupun perundang-undangan sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan
Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Terhadap Perempuan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3277);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang–Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
VI-2 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
5. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019;
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008
tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan
Gender di Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum
Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah;
7. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang
Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional;
8. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 2 Tahun
2018 tentang Pengarusutamaan Gender.
6.2 PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH
Pedoman umum pelaksanaan PUG di daerah dimaksudkan untuk
memberikan pedoman kepada Pemerintah Daerah dalam
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan
masyarakat yang berperspektif gender. Adapun pedoman umum pelaksanaan PUG di daerah bertujuan:
a. memberikan acuan bagi aparatur Pemerintah Daerah dalam
menyusun strategi pengintegrasian gender yang dilakukan
melalui perencanaan, pelaksanaan, penganggaran,
pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan, program, dan
kegiatan pembangunan di daerah;
b. mewujudkan perencanaan berperspektif gender melalui
pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan, potensi,
dan penyelesaian permasalahan laki-laki dan perempuan;
c. mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam
kehidupan berkeluarga, berbangsa, dan bernegara;
VI-3 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
d. mewujudkan pengelolaan anggaran daerah yang responsif
gender;
e. meningkatkan kesetaraan dan keadilan dalam kedudukan,
peranan, dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan
sebagai insan dan sumberdaya pembangunan; dan
f. meningkatkan peran dan kemandirian lembaga yang
menangani pemberdayaan perempuan.
BAB VII
ANALISIS KONDISI
Kota Tangerang Selatan adalah salah satu kota di Provinsi Banten,
Indonesia. Kota ini diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia,
Mardiyanto, pada 29 Oktober 2008. Kota Tangerang Selatan
termasuk kota satelit dari ibukota Jakarta dan daerah urban sprawl
dari ibukota. Kota Tangerang Selatan termasuk di wilayah
Jabodetabek karena kota ini merupakan hasil pemekaran dari
Kabupaten Tangerang.
Slogan “Mari Menata Tangsel Rumah Kita Bersama” Dari
permasalahan yang di hadapi sekarang, slogan resmi ”Mari Menata
Tangsel Rumah Kita Bersama” menunjukan kehendak untuk
menyapa, mengajak dan mempromosikan kepada seluruh
masyarakat secara bersama memberikan sesuatu yang terbaik bagi
Kota Tangerang Selatan mengingat secara simbolik merupakan
sebuah tempat hidup dan beraktivitas bagi semua warga Kota
Tangerang Selatan. Sepatutnyalah seluruh masyarakat Kota
Tangerang Selatan dari berbagai asal-usul, ras dan etnik, agama dan
kepercayaan, serta status sosial lainya memiliki semangat yang sama
sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain
sebagai warga yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama.
Oleh karena itu, Kota Tangerang Selatan harus di pandang sebagai
tempat berdiam, bermukim dan beraktivitas bersama, dan sejahtera
bersama, dibangun bersama, dipelihara bersama dan dikembangkan
bersama untuk kepentingan dan kemanfaatan bersama.
Sejarah, Wacana pembentukan daerah otonom Kota Tangerang
Selatan (dahulu Cipasera) muncul sejak 1999. Namun belum adanya
kata sepakat antara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Tangerang dan Pemerintah Kabupaten Tangerang tentang jumlah
kecamatan yang akan tergabung dalam daerah otonom ini,
menghambat proses pembentukannya. Sebagian besar warga
masyarakat yang tinggal di Kecamatan Ciputat, Pamulang, Serpong,
Cisauk, dan Pondok Aren menginginkan lepas dari Kabupaten
Tangerang.
VII-1 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
Pertimbangan lainnya adalah aspek pelayanan masyarakat dan
Pendapatan Asli Daerah enam kecamatan itu sangat besar, yaitu 309
Miliar pertahunnya atau 60% dari Pendapatan Asli Daerah seluruh
daerah Kabupaten Tangerang.
Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota
Tangerang Selatan melalui Sidang Paripurna DPR-RI, dengan
cakupan wilayah Kecamatan Setu, Serpong, Serpong Utara, Pondok
Aren, Pamulang, Ciputat, dan Ciputat Timur bergabung dalam
sebuah daerah otonom bernama Kota Tangerang Selatan.
Batasan Wilayah Kota Tangerang Selatan adalah sebelah Utara: Kota
Tangerang dan Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sebelah Selatan:
Provinsi Jawa Barat (Kabupaten Bogor dan Kota Depok), Barat:
Kabupaten Tangerang, dan sebelah Timur: Provinsi Jawa Barat (Kota
Depok) dan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Adapun Luas Wilayah
Kota Tangerang Selatan adalah, sebagai berikut:
1. Serpong dengan luas 2.404 Ha.
2. Serpong Utara dengan luas 1.784 Ha.
3. Ciputat dengan luas 1.838 Ha.
4. Ciputat Timur dengan luas 1.543 Ha.
5. Pondok Aren dengan luas 2.988 Ha.
6. Pamulang dengan luas 2.682 Ha.
7. Setu dengan luas 1.480 Ha.
Kota Tangerang Selatan adalah sebuah kota yang terletak di Tatar
Pasundan Provinsi Banten, Indonesia. Kota ini terletak 30 km sebelah
barat Jakarta dan 90 km sebelah tenggara Serang, ibukota Provinsi
Banten Wilayah Kota Tangerang Selatan merupakan hasil pemekaran
dari Kabupaten Tangerang.
Demografi, berdasarkan hasil Sensus Penduduk oleh Badan Pusat
Statistik Kota Tangerang Selatan jumlah penduduk Kota Tangerang
Selatan adalah 1.290.322 jiwa pada tahun 2010. Penduduk berjenis
kelamin laki-laki sebesar 652.281 jiwa sedangkan perempuan
638.041 jiwa. Rasio jenis kelamin adalah sebesar 102,23 yang
menunjukkan bahwa jumlah laki-laki sedikit lebih banyak
dibandingkan jumlah perempuan.
VII-2 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
Kepadatan penduduk, dengan luas wilayah 147,19 Km2, kepadatan
penduduk Kota mencapai 8.766 orang/Km2. Kepadatan tertinggi
terdapat di Kecamatan Ciputat Timur yaitu 11.589 orang/Km2,
sedangkan kepadatan terendah di Kecamatan Setu yaitu 4.475
orang/Km2. Kepadatan penduduk yang tinggi disebabkan
kecenderungan peningkatan jumlah penduduk dari waktu ke waktu,
yang bukan hanya disebabkan oleh pertambahan secara alamiah,
tetapi juga tidak terlepas dari kecenderungan masuknya para migran
yang disebabkan oleh daya tarik Kota Tangerang Selatan seperti
banyaknya perumahan-perumahan baru yang dibangun sebagai
daerah yang berbatasan langsung dengan Kota Jakarta dan menjadi
limpahan penduduk dari Kota Jakarta. Hal tersebut akan
menyebabkan dibutuhkannya ruang yang memadai dengan lapangan
kerja baru untuk mengimbangi pertambahan tenaga kerja.
Komposisi penduduk berdasarkan Kecamatan se Kota Tangerang
Selatan sebagaimana dibawah ini:
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan
Ekonomi, salah satu faktor terbentuknya Kota Tangerang Selatan
sendiri adalah dari sektor Ekonominya, karena saat Tangerang
Selatan masih bergabung dengan Tangerang, Pendapatan Asli Daerah
Tangerang Selatan berjumlah 309 Miliar pertahunnya atau 60% dari
Pendapatan Asli Daerah seluruh daerah Kabupaten Tangerang yang
membuat Kota Tangerang Selatan layak untuk menjadi kota sendiri
dan lepas dari Kabupaten Tangerang.
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%
Setu
Serpong
Pamulang
Ciputat
Ciputat timur
Pondok Aren
Serpong Utara
Sebaran Penduduk Berdasarkan Kecamatan Di Kota Tangerang Selatan
VII-3 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
Berdasarkan data, struktur ekonomi Kota Tangerang Selatan
didominasi oleh sektor lapangan usaha pengangkutan dan
komunikasi (30,29%) dan perdagangan hotel dan restoran (26,81%).
Sektor lain yang juga memberikan kontribusi cukup besar adalah
jasa-jasa (17,39%) dan bank, persewaan dan jasa perusahaan
(15,40%). 5 (Lima) sektor lain masing-masing memberikan kontribusi
di bawah 10%. Struktur ekonomi tersebut menunjukkan bahwa
perekonomian di Kota Tangerang Selatan didominasi oleh sektor
tersier, yaitu pengangkutan dan komunikasi, perdagangan hotel dan
restoran, jasa-jasa dan bank, persewaan dan jasa perusahaan, yang
memberikan kontribusi hampir 90%. Sektor sekunder (industri
pengolahan; listrik, gas dan air bersih, dan konstruksi) memberikan
kontribusi 8,76%, dan sektor primer (pertanian, pertambangan dan
penggalian) hanya memberikan kontribusi kurang dari 2%. Jika
dilihat kecenderungan sejak tahun 2004 hingga tahun 2007, sektor
primer dan sekunder mengecil kontribusinya secara signifikan
sedangkan sektor tersier meningkat kontribusinya.
Sosial Budaya Kota Tangerang Selatan merupakan kota baru di
daerah Banten yang hanya punya sedikit kebudayaan daerah, malah
dengan munculnya Kota Tangerang Selatan beberapa sektor wisata di
kota ini terbilang wisata modern yang berpusat di sekitar kota
mandiri BSD city seperti ocean park, ICE BSD, Illumination Park
AEON, Golf dan masih banyak lagi. Sektor Pariwisata dan
Entertainment (Hiburan) di wilayah Kota Tangerang Selatan yang
cukup menarik banyak perhatian baik itu wisatawan dalam negeri
maupun dari mancanegara, diantaranya: Tanah Tingal Serua,
Kandang Jurank (Dik Doank), WaterBoom BSD, Sport Club BSD,
Saung Gintung, Padang Golf Serpong, Padang Golf Pondok Cabe dan
lainnya. Selain itu, saat ini di daerah BSD dan Bintaro sudah
berkembang banyak mall, pusat perbelanjaan dan pusat kegiatan
yang menarik perhatian seperti Taman Kota, AEON MALL BSD City,
The Breeze dan lainnya.
Sarana Prasarana, kemajuan suatu kota tentu tidak bisa terlepas
dari infastruktur, dari segi sarana dan prasana beberapa daerah di
Kota Tangerang Selatan memang terbilang cukup maju, apalagi
VII-4 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
daerah yang sarana prasarananya ditambah penyediaannya oleh
developer swasta seperti BSD city dengan motto “Big City Big
Opportunity”, Namun beberapa daerah seperti Pamulang dan dan
lainnya memiliki sarana prasarana yang kurang nyaman seperti
jaringan jalan yang rusak dan kondisi transportasi yang macet.
Untuk itu Kota Tangerang Selatan memprioritaskan pembebasan
lahan untuk jalan dan terus memperbaiki kondisi jaringan jalan
dikota ini. Berikut adalah beberapa program Infrastruktur Tangerang
Selatan:
1. Program pembangunan jalan dan jembatan.
2. Program pembangunan sistem informasi/database jalan dan
jembatan.
3. Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa
dan jaringan pengairan lainnya.
4. Program pembangunan saluran drainase/gorong-gorong.
5. Program pengendalian banjir.
6. Program inspeksi kondisi jalan dan jembatan.
7. Program pembangunan gedung/fasilitas pemerintahan.
Permasalahan di Kota Tangerang Selatan yakni Masih banyaknya
jalan yang rusak dan menimbulkan kemacetan di beberapa daerah.
Banyaknya Mall yang menjadi pusat kegiatan dan daya tarik
masyarakat dari Jabodetabek terkadang menimbulkan kemacetan di
Kota Tangerang Selatan. Banyaknya Real Estate baru menimbulkan
kesenjangan sosial bagi penduduk kampung asli Tangerang Selatan
terkadang menimbulkan kriminalitas di beberapa daerah. Dan
masalah pergusuran lahan untuk pembangunan infrastruktur antara
pemerintah/developer dengan warga.
Potensi di Kota Tangerang Selatan sebagai daerah Urban Sprawl dari
Ibukota Jakarta dan menjadi Kota baru yang maju di provinsi
Banten. Sebagai destinasi wisata dan perbelanjaan modern di daerah
Jabodetabek, karena banyaknya lokasi wisata, gedung pusat
perbelanjaan dan convention center baru di Tangerang Selatan.
Tingginya Pendapatan Daerah dan banyaknya penduduk usia
produktif dapat menjadikan Kota Tangerang Selatan menjadi kota
yang maju dan makmur. Banyaknya akses menuju ibu kota, adanya
VII-5 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
jalur KRL dan Trans BSD membuat akses ke Kota Tangerang Selatan
menjadi lebih mudah dan cepat. Banyaknya Real Estate baru di Kota
Tangerang Selatan dengan kualitas sarana dan prasarana penunjang
yang sangat baik menarik imigran untuk tinggal dan mencari kerja di
Kota Tangerang Selatan. Banyaknya Sekolah negeri dan Perguruan
Tinggi Swasta yang bagus menjadikan Kota Tangerang Selatan
menjadi salah satu tujuan pendidikan (Prasetya Mulya, Swiss
German University, Nanyang School dan lain sebagainya).
7.1 PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam
kehidupan yang berperan dalam meningkatkan kualitas
masyarakat. Kebijakan dalam pendidikan, salah satunya
Pendidikan Untuk Semua (PUS) atau Education For All (EFA),
yang berdasarkan Deklarasi DAKKAR, yang menargetkan
bahwa; (1) menjelang Tahun 2015, semua anak khususnya
anak perempuan, anak-anak yang dalam keadaan sulit dan
mereka yang termasuk etnik minoritas, mempunyai akses dan
menyelesaikan Pendidikan Dasar yang bebas dan wajib dengan
kualitas yang baik; (2) mencapai perbaikan 50% pada tingkat
keniraksaraan orang dewasa, menjelang Tahun 2015, terutama
bagi kaum perempuan, dan akses yang adil pada pendidikan
dasar dan pendidikan berkelanjutan bagi semua orang dewasa;
(3) penghapusan kesenjangan gender pada pendidikan dasar
dan menengah pada Tahun 2005 dan mencapai kesetaraan
gender dalam pendidikan pada Tahun 2015, dengan fokus pada
kapasitas sepenuhnya bagi anak perempuan terhadap akses
dalam memperoleh pendidikan dasar yang bermutu.
Untuk melihat perkembangan sektor pendidikan di daerah ini
maka dapat kita dapat melihat dari aspek Buta Aksara, Angka
Partisipasi Sekolah, Angka Putus Sekolah maupun rasio murid
dan guru dan rasio murid sekolah. Dengan data tersebut maka
sektor pendidikan di Kota Tangerang Selatan dapat dikatakan
kota bebas buta aksara atau tidak. Penyusunan RAD PUG ini
adalah bentuk pemerintah dalam memberikan perhatian
khusus pada kaum hawa/gender/perempuan.
VII-6 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
7.1.1 Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Persentasi
Kasar (APK)
Berdasarkan amanat UUD 1945 pemerintah
berkewajiban menyelenggarakan program pendidikan
nasional yang berkualitas bagi seluruh lapisan
masyarakat.
Untuk itu sejak dasawarsa 70-an pemerintah telah
mencanangkan program pemberantasan buta huruf
(B3B=bebas tiga buta) yang ditunjang dengan program
Instruksi Presiden Sekolah Dasar. Selanjutnya,
berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992
tentang Pendidikan Nasional, Pemerintah
mencanangkan program wajib belajar pendidikan dasar
9 (sembilan) tahun yang pelaksanaannya dimulai sejak
1994, kemudian pada Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional wajib
belajar menjadi 12 (dua belas) tahun.
Salah satu ukuran dasar untuk melihat keberhasilan
pendidikan adalah kemampuan baca tulis penduduk
berusia 7 tahun ke atas. Persentasi Angka Partisipasi
Murni (APM), dan Angka Persentasi Kasar (APK)
menurut jenjang pendidikan SMA di Kota Tangerang
Selatan tahun 2016 sebagai gambar berikut:
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan
APM APK
45% 55%
VII-7 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
Adapun Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka
Partisipasi Kasar (APK) menurut jenjang pendidikan di
Kota Tangerang Selatan tahun 2016 sebagaimana tabel
dibawah ini:
Tabel 7.1: Angka Partisipasi Murni (APM) Kota Tangerang Selatan Tahun 2016
Jenjang Pendidikan APM APK
SD/MI 95,80 107,72
SMP/MTs 83,69 101,78
SMA/MA 72,06 87,57
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Susenas 2015
Pemberantasan buta aksara di Kota Tangerang Selatan
semakin dirasakan, hal ini dapat dilihat pada angka
melek huruf mendekati 100. Keterlibatan penduduk
dalam pendidikan juga sudah baik, hal ini ditandai
dengan indikator Angka Partisipasi Sekolah untuk
masing–masing kelompok umur mengalami
peningkatan, terutama pada kelompok umur 7–12
tahun.
7.1.2 Angka Partisipasi Sekolah
Angka partisipasi sekolah merupakan ukuran daya
serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia
sekolah. Angka tersebut memperhitungkan adanya
perubahan penduduk terutama usia muda. Data
Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan tahun
2016 menunjukkan bahwa angka partisipasi sekolah
berkecenderungan meningkat pada semua kelompok
umur baik anak laki-laki maupun anak perempuan.
Tidak ada perbedaan pencapaian yang nyata antara
laki-laki dan perempuan disemua jenjang pendidikan,
bahkan pada kelompok usia 7-12 thn dan 13-15 tahun
dan 16-18 tahun semakin meningkat. Sebagaimana
tabel di bawah ini:
VII-8 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
Tabel 7.2: Angka Partisipasi Sekolah Kota Tangerang Selatan Tahun 2016
No Angka Partisipasi Sekolah
Tahun 2015 2016
1 7 – 12 Tahun 99,61 100
2 13 -15 Tahun 96,71 97,80
3 16 -18 Tahun 84,32 82,02
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang selatan.
Jumlah peserta program keaksaraan fungsional di Kota
Tangerang selatan tahun 2013-2016. Sebagaimana tabel
berikut:
Tabel 7.3: Jumlah peserta program keaksaraan Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2016.
Tahun Jumlah Peserta Target Realisasi
2013 NA NA 2014 NA NA 2015 NA NA 2016 NA NA
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan
7.2 KESEHATAN
Permasalahan atau isu strategis gender dalam bidang
kesehatan adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB), Kesehatan Reproduksi, Partisipasi dalam
ber KB, Imunisasi dan Gizi, dan HIV/AIDs.
7.2.1. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Anak
(AKB)
Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat
dapat dilihat dari kejadian kematian masyarakat dari
waktu ke waktu. Disamping itu kejadian kematian juga
dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian
keberhasilan pelayanan kesehatan dan program
pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada
umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai
survei dan penelitian.
VII-9 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
Peristiwa kematian pada dasarnya merupakan proses
akumulasi akhir dari berbagai penyebab kematian
langsung maupun tidak langsung. Secara umum
kejadian kematian pada manusia berhubungan erat
dengan permasalahan kesehatan sebagai akibat dari
gangguan penyakit atau akibat dari proses interaksi
berbagai faktor yang secara sendiri-sendiri atau bersama-
sama mengakibatkan kematian dalam masyarakat.
Salah satu alat untuk menilai keberhasilan program
pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama
ini adalah dengan melihat perkembangan angka
kematian dari tahun ke tahun. Salah satu angka
kematian yang dibahas pada penyelenggaraan data
gender adalah angka kematian ibu melahirkan.
Kasus kematian ibu dan anak di Kota Tangerang Selatan
masih tergolong tinggi. Dari data Dinas Kesehatan
setempat hingga Oktober 2015, tercatat ada 12 kasus
kematian ibu dan 50 kasus kematian neonatus, bayi dan
balita. Secara nasional, Angka Kematian Ibu pada tahun
2015 ini meningkat dari sebelumnya 228 kasus per
100.000 Kelahiran menjadi 359 per 100.000 kelahiran.
Angka ini masih jauh dari target yang sudah
dicanangkan, sebesar 102 per 100.000 kelahiran.
Meskipun kasus Angka Kematian Ibu di Kota Tangerang
Selatan masih di bawah garis AKI nasional namun
Pemerintah setempat tetap melakukan upaya-upaya yang
bisa mengurangi kasus Angka Kematian Ibu tersebut.
Salah satu programnya SIJARIEMAS resmi dilaunching di
Kampung Anggrek, Serpong, pada Rabu, 14 Desember
2016. Sebanyak 26 (dua puluh enam) Rumah Sakit, 5
(lima) Perangkat Daerah, Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan Kota Tangerang Selatan, Palang Merah
Indonesia, 6 (enam) Organisasi Profesi, Organisasi
Masyarakat Sipil dan Dinas Kesehatan melakukan
penandatanganan perjanjian kerjasama untuk sepakat
menjakankan SIJARIEMAS.
VII-10 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
Disamping itu Pemerintah Kota Tangerang Selatan juga
menggerakan lebih dari 5.000 kader posyandu, posbindu,
dan KB. Satu kader bertanggungjawab terhadap 1
keluarga. Mereka memantau setiap ibu hamil, bayi dan
balita. Mereka diwajibkan turun langsung ke setiap RT
dan RW untuk memastikan para ibu hamil dalam kondisi
baik. Setiap ibu hamil dicatat dan perkembangannya
dipantau khusus hingga waktu persalinan.
Beberapa upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota
Tangerang Selatan untuk menekan Angka Kematian Ibu
dan Angka Kematian Anak sudah mulai berdampak
positif, buktinya Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Bayi pada tahun 2016 dan 2017 menurun dari
tahun sebelumnya yaitu tahun 2015.
7.2.2. Kesehatan Reproduksi
Persalinan yang dilakukan pada ibu usia kurang dari 20
tahun, lebih dari 35 tahun, pernah hamil empat
kali/lebih, atau jarak waktu kelahiran terakhir kurang
dari dua tahun akan semakin memperbesar resiko
persalinan. Himbauan untuk menunda usia perkawinan
pertama dan membatasi jumlah kelahiran merupakan
usaha nyata dalam merealisasikan tujuan tersebut.
Perkawinan yang dilakukan pada usia matang (di atas 20
tahun) bagi perempuan akan membantu mereka menjadi
lebih siap untuk menjadi ibu dan mengurangi resiko
persalinan. Sementara jumlah kelahiran yang terbatas
(cukup dua saja) membuat perhatian ibu terhadap anak-
anaknya semakin besar.
Disamping itu juga pengetahuan para ibu rumahtangga
tentang kesehatan merupakan sesuatu yang sangat
penting dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
keluarga. Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan
tersebut telah tersedia di berbagai tempat-tempat
VII-11 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
pemukiman penduduk, misalnya melalui Puskesmas,
Posyandu, Polindes dan sarana-sarana kesehatan
lainnya. Dengan demikian diharapkan akan lahir
generasi baru yang lebih handal dan berkualitas untuk
kelanjutan pembangunan di masa yang akan datang.
Usia perkawinan pertama merupakan salah satu faktor
yang berpengaruh terhadap tingkat fertilitas, karena
semakin tinggi umur perkawinan, khususnya wanita
menyebabkan masa reproduksinya lebih pendek. Hal ini
berarti pula bahwa penundaan perkawinan
mengakibatkan berkurangnya peluang wanita untuk
melahirkan anak lebih banyak.
Pada tahun 2017 persentase perempuan berumur 15-49
Tahun yang melahirkan di fasilitas kesehatan sebesar
98,76% sedangkan yang dibukan fasilitas kesehatan
sebesar 1,24%. Ini menunjukkan bahwa kesadaran
masyarakat untuk menggunakan fasilitas kesehatan
cukup tinggi dan Hal ini dapat mengurangi angka
kematian ibu dan bayi. Kondisi perumahan di Kota
Tangerang Selatan menunjukan bahwa persentase rumah
tangga yang berstatus milik sendiri cukup tinggi yaitu
82,80 dengan yang memiliki sertifikat hak milik sebesar
61,34%, dimana kondisi rumah berdinding tembok
sekitar 99,27%. Sumber air minum banyak yang
menggunakan air kemasan/isi ulang yaitu 51,58% dan
masih ada yang menggunakan sumur/mata air tidak
terlindung sebesar 0,32%.
7.2.3. Partisipasi ber-KB.
Selain melalui penundaan usia perkawinan pertama,
partisipasi masyarakat dalam membantu pemerintah
menangani masalah kependudukan adalah berupa
kesadaran masyarakat untuk mensukseskan program
Keluarga Berencana. Salah satu tujuan program ini
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak
VII-12 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
serta mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera
melalui pembatasan dan pengaturan jarak kelahiran. Hal
ini bisa ditempuh antara lain dengan cara pemakaian
alat/cara kontrasepsi KB.
Tingkat partisipasi masyarakat Kota Tangerang Selatan
untuk mengikuti program keluarga berencana (KB)
semakin meningkat. Bidang Keluarga Berencana pada
Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) Kota
Tangerang Selatan Perkiraan Permintaan Masyarakat
Peserta KB baru per Oktober 2016 mencapai 38.492 atau
76,64 persen. Hasil Pencapaian Perkiraan Permintaan
Masyarakat Peserta KB baru untuk Kota Tangerang
Selatan dibandingkan dengan kota/kabupaten lainnya di
Provinsi Banten ini merupakan yang tertinggi atau
berkategori sangat baik.
Pengguna kontrasepsi dengan Intra Uterine Device (IUD)
di Kota Tangerang Selatan sebanyak 1.963 pengguna,
Medis Operatif Wanita (MOW) mencapai 215, Metoda
Operasi Pria (MOP) 7, kondom 3.154, Implant 1.298,
suntikan 20.213, dan pil mencapai 11.642 pengguna.
7.2.4. Imunisasi dan Gizi
a. Imunisasi
Sebenarnya jenis imunisasi cukup beragam baik yang
diberikan pada anak-anak maupun pada orang
dewasa, tetapi yang jadi focus bahasan disini adalah
imunisasi untuk anak balita (bawah 5 Tahun). Sejak
tahun 1982, untuk mencegah penyakit yang biasa
menyerang anak-anak yang diduga akan
mengakibatkan kematian pada bayi, pemerintah
Indonesia telah mengusahakan pemberian 4 macam
imunisasi yaitu BCG (pencegahan TBC), DPT
(pencegahan Dipteri, Partusis dan Tetanus), Polio
(pencegahan polio) dan Campak (pencegahan campak)
kepada balita.
VII-13 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
Program imunisasi bayi ditunjukkan dengan cakupan
imunisasi DPT-HB3, Polio 4, Campak, dan Imunisasi
Dasar Lengkap. Beberapa imunisasi ini merupakan
salah satu antigen kontak pertama dari semua
imunisasi yang diberikan kepada bayi. Di Kota
Tangerang Selatan tahun 2015 persentase bayi yang
mendapatkan imunisasi DPT-HB3 5 sebesar 96,17%,
cakupan imunisasi Polio 4 sebesar 96%, cakupan
imunisasi Campak sebesar 96,06%, dan cakupan
Imunisasi Dasar Lengkap sebesar 95,65%.
b. Gizi
Kota Tangerang Selatan kini telah memiliki Peraturan
Walikota (Perwal) Tentang Pemberian Air Susu Ibu
Ekslusif Nomor 19 tahun 2015, yang telah ditetapkan
pada tanggal 5 Juni 2015. Di Awal tahun 2016 yang
lalu tepatnya pada bulan Maret 2016 diadakan
Kegiatan sosialisasi Peraturan Walikota tersebut oleh
Seksi Gizi, Bidang Kesehatan Keluarga Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Sosialisasi ini
ditujukan kepada masyarakat luas pada umumnya
dan kepada para pemangku kebijakan baik di Rumah
Sakit Umum, Rumah Sakit Ibu Anak, Rumah
Bersalin, Kepala Puskesmas, Organisasi Profesi,
Seluruh Camat dan Lurah pada khususnya.
Peraturan Walikota ini merupakan turunan dari
Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang
Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif. Peraturan yang
terdiri dari 11 BAB dan 33 Pasal, tidak terlepas dari
ikatan peraturan pemerintah sebelumnya. Menurut
WHO, Pemberian ASI merupakan standar emas dalam
pemberian makanan bayi. Standart emas makanan
bayi terdiri dari: IMD (Inisiasi Menyusu Dini) segera
setelah bayi lahir hingga minimal 1 jam, 0-6 bulan
bayi diberikan ASI saja (ASI ekslusif), mulai 6 (enam)
bulan bayi mendapat MPASI, dan ASI diteruskan
VII-14 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
pemberiannya bersamaan dengan MPASI sampai
anak usia 2 (dua) tahun. IMD merupakan langkah
untuk keberhasilan dalam menyusui hingga dua
tahun lamanya. Manfaat ASI dan IMD telah banyak
diteliti, dan untuk mendukung keberhasilan
menyusui diperlukan kerjasama terutama oleh
fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) dan tenaga
kesehatan (Nakes) itu sendiri. Dengan hanya
menerapkan 10 Langkah Menuju Keberhasilan
Menyusui menurut WHO dan Peraturan Pemerintah
maka diharapkan lebih banyak fasyankes yang benar-
benar pro-ASI.
7.2.5. Penderita Human Immunodeficiency Virus/Acquired
Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS)
Penyakit Human Immunodeficiency Virus/Acquired
Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) yang
merupakan new emerging diseases, dan merupakan
pandemi pada semua kawasan, penyakit ini telah sejak
lama menyita perhatian berbagai kalangan, tidak hanya
terkait dengan domain kesehatan saja. Kasus penyakit
yang menyerang sistem kekebalan tubuh ini, di Indonesia
senantiasa meningkat dari tahun ke tahun.
Sedikitnya 518 warga Kota Tangerang Selatan terjangkit
penyakit Human Immunodeficiency Virus/Acquired
Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS). Jumlah
tersebut merupakan hasil pendataan Dinas Kesehatan
setempat dari tahun 2009 hingga 2016. Rinciannya, 429
penderita laki-laki dan 89 wanita. Kecamatan Ciputat
menjadi penyumbang tertinggi dengan 143 kasus
sepanjang 2009-2016. Sedangkan untuk tahun 2016 ini,
tercatat 99 orang terjangkit HIV-AIDS. Penyakit HIV-AIDS
di Tangsel didominasi laki-laki dengan rentang usia dari
25 hingga 49 tahun. Penyebaran penyakit seksual
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di Kota
Tangerang Selatan tergolong memprihatinkan. Data
VII-15 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
terbaru menyebutkan, total penderita Acquired Immune
Deficiency Syndrome (AIDS) di Kota Tangerang Selatan
mencapai 2.487 orang. Dari angka itu sebanyak 1.597
pasien berasal dari pasangan lesbian, gay, biseksual, dan
transgender (LGBT).
7.3 EKONOMI
Keterlibatan perempuan dalam sektor ekonomi,
dilatarbelakangi oleh keharusan bekerja atau mereka memilih
untuk bekerja. Sebagian perempuan yang “harus bekerja”
adalah karena kondisi ekonomi keluarga yang tidak
mencukupi, sehingga melibatkan diri di dalam kegiatan
ekonomi secara aktif, sedangkan bagi perempuan yang memilih
untuk bekerja dan memiliki latarbelakang ekonomi menengah
ke atas, mereka bekerja tidak lain hanya didorong oleh motivasi
tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat
kehidupan sosial ekonomi rata-rata penduduk di dalam suatu
masyarakat, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan
cenderung semakin tinggi.
Jumlah Penduduk Kota Tangerang Selatan tahun 2016
diproyeksikan sebesar 1.593.812 jiwa tersebar di 7 Kecamatan,
dimana paling banyak terdapat di Kecamatan Pondok Aren
sebesar 23,80% dan paling sedikit di Kecamatan Setu sebesar
5,26%. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di
Kecamatan Ciputat Timur sebanyak 13.397 orang per
Kilometer persegi disusul Kecamatan Pamulang sebanyak
12.653 orang per Kilometer persegi dan paling rendah di
Kecamatan Setu yaitu sebanyak 5661 orang per Kilometer
persegi. Rasio ketergantungan penduduk (dependency ratio)
Kota Tangerang Selatan pada tahun 2016 adalah 40,91 yang
berarti dari setiap 100 orang usia produktif menanggung beban
sekitar 40 orang.
VII-16 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
7.3.1. Penduduk Usia Kerja
Tabel 7.3.1.1 Penduduk Usia Kerja menurut jenis kegiatan utama di Kota Tangerang Selatan, 2015
No Jenis Kegiatan Utama Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Angkatan Kerja 450.303 235.449 685.752 Bekerja 425.945 217.749 643.694 Pengangguran 24.358 17.00 42.058
2
Bukan Angkatan Kerja (Sekolah, Mengurus Rumah Tangga, dan Lainnya)
131.776 342.493 474.269
Jumlah/total 582.079 577.493 474.269
1
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
77,36 40,74 59,12
2 Tingkat Pengangguran 5,41 7,52 6,13
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan
7.3.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Pengangguran
Tabel 7.3.2.1 Penduduk Berumur 15 Tahun Katas Menurut Jenis Kegiatan Uatama dan Pendidikan yang
Ditamatkan di Kota Tangerang Selatan, 2015
No Jenis
Kegiatan Utama
SD Kebawah SMP SMA
Keatas Jumlah
1 Angkatan Kerja 68.842 74.950 541.960 685.752
Bekerja 64.642 71.929 502.923 643.694 Pengangguran 4.200 3.021 39.037 42.058
2
Bukan Angkatan Kerja (Sekolah, Mengurus Rumah Tangga, dan Lainnya)
71.335 122.676 280.238 474.262
Jumlah/total 140.177 197.626 822.198 1.160.014
Tingkat Partisipasi Angkatan
49,10 37,93 65,92 59,12
VII-17 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
Kerja (TPAK)
Tingkat Pengangguran 0,00 4,03 7,20 6,13
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan
Tabel 7.3.2.2 Penduduk Berumur 15 Tahun Katas yang Bekerja Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin di Kota Tangerang Selatan, 2015
No Jenis Kegiatan Utama Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 15 - 24 34.157 36.767 70.924 2 25 – 54 352.313 165.572 517.885 3 55 + 39.475 15.410 54.885 Jumlah/Total 425.945 217.749 643.694
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan
Tabel 7.3.2.3 Penduduk Berumur 15 Tahun Katas yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan yang
Diutamakan dan Jenis Kelamin di Kota Tangerang Selatan, 2015
No Jenis Kegiatan Utama Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 SD Kebawah 42.726 26.116 68.842 2 SLTP 51.405 20.524 71.929 3 SLTA Keatas 331.814 171.109 502.923 Jumlah / Total 425.945 217.749 643.694
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan
7.3.3. Lapangan Pekerjaan/Usaha
Tabel 7.3.3.1 Penduduk Usia Kerja menurut lapangan usaha dan jenis kelamin di Kota Tangerang Selatan,
2015
No Jenis Kegiatan Utama Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Pertanian 2.205 1.471 3.676 2 Industri 81.505 23.663 105.168 3 Jasa-jasa 342.235 192.615 534.850 Jumlah / Total 425.945 217.749 643.694
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan
Tabel 7.3.3.2 Penduduk Berumur 15 Tahun Katas yang Bekerja Menurut Jam Kerja Seminggu yang Lalu
di Kota Tangerang Selatan, 2015
No Jam Kerja Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 0 5.120 2.851 7.971 2 1-14 2.582 2.593 5.175 3 15-34 22.391 25.903 48.294
VII-18 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
4 35 + 495.852 186.422 682.274 Jumlah / Total 525.945 217.769 743.714
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan
7.3.4. Kemisikinan
Tabel 7.3.4. Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kota Tangerang Selatan 2011-2016
Tahun Garis Kemiskinan RP/Kapita/Bulan
Penduduk Miskin (Makro) Jumlah Persentase
2011 317.887 20.144 1,50 2012 366.605 18.747 1,33 2013 378.803 25.360 1,75 2014 401.696 25.290 1,68 2015 NA 25.890* 1,69* 2016 NA NA NA
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang selatan
Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, jumlah
penduduk usia kerja juga mengalami pertambahan. Penduduk
usia kerja yang dimaksud berumur 15 tahun keatas yang
merupakan sumber angkatan kerja potensial.
7.4 SOSIAL
7.4.1 Kekerasan Terhadap Perempuan
Kekerasan terhadap perempuan adalah segala bentuk
tindakan kekerasan berdasarkan gender, termasuk
ancaman, pemaksaan atau perampasan hak-hak
kebebasan, yang terjadi baik didalam rumah tangga atau
keluarga (privat life), maupun di dalam masyarakat
(public life) yang mengakibatkan kesengsaraan atau
penderitaan bagi wanita baik secara fisik, seksual
maupun fisikologis (United Nations Depertement of Public
Relation 1986).
Masalah kekerasan pada dasarnya erat kaitannya
dengan kekuasaan, dan umumnya tindakan kekerasan
dilakukan oleh kaum laki-laki. Dominasi pria terhadap
wanita menunjukkan adanya kekuasaan pria untuk
berbuat sesukanya terhadap wanita. Hal ini juga di
dukung oleh sistem kepercayaan gender yang berlaku
VII-19 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
dalam masyarakat, sistem kepercayaan gender mengacu
pada serangkaian kepercayaan dan pendapat tentang
laki-laki dan perempuan, sistem ini mencakup
pengertian bagaimana sebenarnya laki-laki dan
perempuan itu. Pada umumnya laki-laki dianggap
sebagai sosok yang lebih kuat, lebih aktif, mempunyai
dominasi dan otonomi, sebaliknya perempuan
dipandang sebagai mahluk lemah, suka mengalah dan
pasif (belenggu patriarki).
Jagger dan Rottenberg (2002), memberikan beberapa
penjelasan mengenai penindasan terhadap perempuan,
yaitu:
1. Secara historis perempuan merupakan kelompok
pertama yang tertindas
2. Penindasan terhadap perempuan terjadi dimana-
mana dalam masyarakat
3. Penindasan perempuan adalah bentuk penindasan
yang paling sulit di lenyapkan dan tidak akan bisa
dihilangkan melalui perubahan-perubahan sosial
lain, seperti penghapusan kelas masyarakat
4. Penindasan terhadap perempuan menyebabkan
penderitaan yang paling berat bagi korban-
korbannya, meskipun penderitaan ini berlangsung
tanpa di ketahui oleh orang lain. Perempuan sering
dianalisis dalam hubungannya dengan kedudukan
atau juga dengan kekuasaan yang ada dalam
masyarakat, yaitu fungsi mereka dalam keluarga.
Menurut Aguste Comte, perempuan secara
konstitusional bersifat inferior, dimana mereka
cenderung sedikit memperoleh pengakuan
kedudukan didalam keluarga maupun dalam
masyarakat yang luas.
VII-20 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
Adapun data kekerasan terhadap perempuan di Kota
Tangerang Selatan pada tahun 2016, sebagai berikut:
Tabel 7.4.1. Kekerasan terhadap perempuan di Kota Tangerang Selatan
NO JENIS KEKERASAN JUMLAH KETERANGAN 1 Kekerasan terhadap
perempuan tahun 2016 136
2 Kekerasan terhadap perempuan tahun 2017
25 Per april 2017
Jumlah 161 2016 – 2017 (april)
Kekerasan terhadap perempuan merupakan fenomena
sosial yang telah berlangsung lama dari masyarakat
yang masih primitif sampai pada masyarakat modern
sekarang ini, berbagai tindak kekerasan telah di alami
oleh perempuan dari waktu-kewaktu, banyak faktor-
faktor yang melatar belakangi timbulnya tindak
kekerasan terhadap perempuan, diantaranya faktor
budaya, faktor sosial, dan faktor ekonomi. Kekerasan
terhadap perempuan, tidak hanya terjadi pada
kelompok usia dewasa tetapi juga pada kelompok usia
anak-anak dan lanjut usia.
7.4.2 Angka Perceraian
Perceraian adalah cerai hidup atau perpisahan hidup
antara pasangan suami istri sebagai akibat dari
kegagalan mereka menjalankan obligasi peran masing-
masing. Dalam hal ini perceraian dilihat sebagai akhir
dari suatu ketidakstabilan perkawinan dimana
pasangan suami istri kemudian hidup terpisah dan
secara resmi diakui oleh hukum yang berlaku (Erna,
1999-). Perceraian merupakan terputusnya keluarga
karena salah satu atau kedua pasangan memutuskan
VII-21 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
untuk saling meninggalkan sehingga mereka berhenti
melakukan kewajibannya sebagai suami istri.
Angka perceraian pasangan suami istri (pasutri) di
Tangerang Raya menunjukkan trend kenaikan begitu
tinggi meningkat mencapai 19,9 persen/tahun. Angka
pisah rumah tangga ini didominasi oleh perempuan
berusia 20 sampai 25 tahun. Adapun angka perceraian
di Kota Tangerang Selatan sebagaimana pada tabel
7.4.2 dibawah ini:
Tabel 7.4.2. Angka pelaporan perceraian di Kota Tangerang Selatan yahun
NO PECERAIAN JUMLAH KETERANGAN 1 Angka perceraian 2015 4.856 Terdafatar di PA 2 Angka perceraian 2016 4.613 Terdafatar di PA 3 Angka perceraian 2017 4.034 Terdafatar di PA
Sumber: Wawanacara dengan pihak Pengadilan Agama Kota Tangerang Selatan
Dari data diatas dapat diartikan bahwa angka perceraian
di Kota Tangerang Selatan dari tahun 2015 sampai
dengan tahun 2017 terus menurun.
7.5 SEKTOR PUBLIK
Peran aktif perempuan dalam pembangunan pada hakekatnya
adalah upaya untuk mengembangkan diri yang dapat dilihat
pada bidang-bidang yang memberi pengaruh luas disektor
publik meliputi politik dan sektor pemerintahan. Partisipasi
perempuan memberikan kemampuan, kemandirian serta
ketahanan mental dan spiritual menuju terwujudnya
kemitrasejajaran perempuan dan laki-laki yang selaras, serasi,
dan seimbang yang dilandasi saling menghormati, saling
menghargai, saling membutuhkan dan saling mengisi. Dengan
demikian akan terdapat persamaan status, kedudukan, hak
kewajiban dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan
dalam menjalankan peran masing-masing.
VII-22 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
7.5.1 Partisipasi Perempuan dalam Bidang Legislatif,
Eksekutif, Yudikatif
Hak untuk dipilih dan memilih berdasarkan persamaan
hak merupakan perintah UU yang harus dipatuhi.
Artinya peraturan perundang undangan yang terkait
dengan Pemilu wajib menjamin hak yang sama antara
laki-laki dan perempuan untuk menikmati hak sipil dan
politik. Hambatan bagi partisipasi perempuan dalam
kehidupan politik tidak boleh ditolerir, karena dapat
menghambat pertumbuhan kesejahteraan keluarga dan
masyarakat dan mempersulit perkembangan potensi
perempuan dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2007 tentang Partai
Politik dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008
tentang Pemilihan Umum memberikan dukungan
untuk terlaksananya affirmative action dalam rangka
meningkatkan peranan perempuan di bidang partai
politik. Ditentukannya 30% pengurus partai politik di
semua tingkatan harus diisi oleh perempuan dan 30%
calon anggota legislatif juga diisi oleh perempuan
dengan jaminan penempatan pada nomor urut kopiah
atau dasi, cukup memberi peluang kepada peningkatan
peranan perempuan secara kuantitatif. Tetapi hal
tersebut belum menjamin calon anggota legislatif dari
kalangan perempuan akan benar terpilih, karena partai
politik berubah pikiran dalam penetapan calon terpilih
dari berdasar nomor urut ke berdasar suara terbanyak.
Artinya bila hal tersebut menjadi keputusan politik
calon anggota legislatif dari kalangan kaum hawa harus
lebih keras dalam mengumpulkan pemilih. Ketentuan
UU tersebut diperlukan sebagai sarana perubahan sosio
cultural menuju persamaan gender dalam kehidupan
politik. Hukum sebagai sarana perubahan sosial
diharapkan mampu mengubah pola peranan laki-laki
VII-23 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
dan perempuan dalam masyarakat yang masih diwarnai
oleh ciri-ciri suatu masyarakat tradisional paternalistik.
Dalam masyarakat tradisional semacam itu perempuan
diberi peran untuk tugas-tugas yang perlu kesabaran,
kehalusan perasaan, sehingga peran mereka terutama
mengasuh anak, memasak, menjadi bidan/perawat.
Sedangkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih menantang
dianggap dunianya laki-laki seperti menjadi tentara,
bupati atau pemimpin partai. Secara bertahap sejak
reformasi perubahan sosio cultural menuju persamaan
peran laki-laki dan perempuan di dunia politik sudah
mulai terjadi.
Keterlibatan perempuan dalam dunia politik
memberikan kecerahan bahwa kaum perempuan bisa
menjadi ujung tombak dalam advokasi upaya PUG serta
nilai-nilai kesetaraan gender dalam produk perundang-
undangan maupun penciptaan perencanaan
pembangunan yang berperspektif gender. Partisipasi
perempuan dalam bidang legislatif dapat menambarkan
keberhasilan peranan perempuan dan PUG. Adapun
data perempuan yang menduduki kursi legislatif di Kota
Tangerang Selatan hasil pemilu 2014, sebagaimana
pada tabel 7.5.1. berikut:
Tabel 7.5.1. Anggota DPRD Kota Tangerang Selatan yang Perempuan hasil Pemilu 2014.
NO NAMA FRAKSI KETERANGAN
1 Ledy MP Butar Butar SE
PDIP Anggota
2 Mulyanah Anwar Gerindra Anggota 3 Vera Ayu Mutiara
Pandji SE Hanura Anggota
4 Siti Chadijah, S.Pd.I, M.Si
PKS Anggota
5 Andi Cut Muthia, A.Md PKS Anggota 6 Sri Lintang Rosi, S.Psi PKS Anggota 7 dr. Shinta Wahyuni C PKS Anggota 8 Hj. Nurhayati Yusuf PKB Anggota 9 Safiera Dhiya Tsaniya PAN Anggota
VII-24 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
10 Ratu Chumairoh Noor PPP Anggota 11 Dewi Indah
Damayanti, SE Nasdem Anggota
Partisipasi perempuan dalam politik merupakan bentuk
emansipasi yang penting bagi perempuan untuk
mencapai kesetaraan gender. Pada data diatas,
partisipasi perempuan dalam Lembaga Legislatif di Kota
Tangerang Selatan dan bagaimana peran perempuan
dalam penentuan kebijakan di Lembaga Legislatif di
Kota Tangerang Selatan. Partisipasi perempuan dalam
Lembaga Legislatif di Kota Tangerang Selatan masih
rendah, dari 50 (lima puluh) orang anggota DPRD Kota
Tangerang selatan, hanya 12 (dua belas) orang saja
yang perempuan (belum mencapai 30%. Padahal
jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada
penduduk laki-laki. Rendahnya partisipasi perempuan
ini disebabkan karena banyaknya kendala yang
menghambat perempuan untuk maju berpartisipasi
dalam lembaga legislatif, diantaranya kendala
psikologis, ekonomi, politik, dan sosial budaya.
7.5.2 Partisipasi Perempuan dalam Bidang Eksekutif
Semenjak adanya reformasi di Indonesia, harapan bagi
perempuan untuk bisa bebas berekspresi di dunia
politik semakin terbuka lebar. Dengan adanya
demokratisasi, telah banyak masyarakat yang
menjunjung tinggi hak-hak perempuan yang
berpartisipasi pada lembaga politik formal, sama seperti
laki-laki. Hal inilah yang memunculkan jiwa
kepemimpinan perempuan di Indonesia. Walaupun
demikian, perjuangan untuk kesetaraan gender
mungkin masih belum bisa terealisasikan dengan baik
dan maksimal karena bagaimanapun juga, peran
perempuan dalam lembaga-lembaga pemerintah, seperti
eksekutif, legislatif dan yudikatif masih jauh dari
harapan. Oleh karena itu, sampai sekarang kita masih
VII-25 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
merasa harus perlu menumbuhkan budaya emansipatif
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam
rangka menuju masyarakat yang adil dan demokratis
serta lebih baik lagi.
Struktur sosial masyarakat kita itu banyak
dikomandani oleh perempuan. Perempuan punya modal
dan kemampuan untuk itu. Jadi dengan memperkuat
basis sosial dan jejaring di masyarakat itu akan
menjadi posisi tawar yang dimiliki perempuan.
Keberadaan perempuan di ekskutif atau jabatan publik
sebenarnya lebih banyak didasarkan pada charity
daripada kehendak politik yang ingin mereka
perjuangkan. Partai dipaksa menghadirkan 30% di
pusat dan dalam perbincangan antara kolega di partai
politik, ini sepertinya keterwakilan perempuan hanya
menyusahkan bukan disadari sebagai penyertaan
kelompok perempuan agar demokrasi tidak defisit.
Dorongan untuk meningkatkan keterwakilan
perempuan kian menguat setelah keluarnya Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.
Dalam salah satu pasalnya mewajibkan kepengurusan
dalam tiap partai politik harus mencakup 30%
perempuan.
Partisipasi perempuan dalam bidang eksekutif salah
satunya terwujud di Kota Tangerang Selatan yang saat
ini dipimpin oleh seorang perempuan yaitu Ibu. Hj.
Airin Rachmi Diany yang sudah menjabat 2 (dua)
periode Walikota Tangerang Selatan. Adapun jumlah
perempuan yang berpartisipasi dalam dunia eksekutif
pada perangkat daerah Kota Tangerang Selatan masih
minim walaupun walikotanya perempuan.
VII-26 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
7.5.3 Partisipasi Perempuan dalam Bidang Yudikatif
Berdasarkan data dari Pusat Studi Hukum dan
Kebijakan Indonesia (PSHK), untuk lembaga yudikatif
mencatat persentase hakim perempuan dalam
peradilan di Indonesia, rata-rata menduduki 21,65%
dari jumlah hakim yang ada. Persentase terendah
ditemui di peradilan militer yang hanya 15%.
Sedangkan tertinggi ada di peradilan Tata Usaha
Negara (TUN), sebesar 62%, kata peneliti PSHK. Untuk
jajaran Mahkamah Agung (MA) hanya terdapat kurang
dari 5 orang (7%) hakim perempuan. Sedangkan
jabatan hakim Mahkamah Konstitusi, baru pada
periode kedua, terdapat satu orang hakim perempuan.
Prestasi dan partisipasi perempuan tidak hanya
mengandalkan faktor kuantitas, namun juga tetap
mempertimbangkan aspek kualitas, profesionalisme,
dan integritas. Adapun di Kota Tangerang Selatan
partisipasi perempuan dalam bidang yudikatif (jaksa
maupun hakim) masih sangat minim.
VIII-1 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
BAB VIII
RENCANA AKSI DAERAH PENGARUSUTAMAAN GENDER
8.1 ISU STRATEGIS
8.1.1 Bidang Pendidikan
Isu gender di Kota Tangerang Selatan pada bidang
pendidikan ini masih tergolong sangat normal, adapun
isu-isu tersebut meliputi:
a. masih ada perempuan yang buta aksara di Kota
Tangerang Selatan, dimana jumlah perempuan yang
tidak bisa membaca dan menulis terus mengalami
penurunan pada 5 (lima) tahun terakhir ini. Kondisi
ini menunjukkan bahwa akses perempuan terhadap
pendidikan sudah terjamin di Kota Tangerang
Selatan dengan berkurangnya jumlah perempuan
yang tidak membaca dan menulis terus mengalami
penurunan.
b. rasio angka partisipasi murni anak perempuan
terhadap anak laki-laki di tingkat pendidikan dasar
dan menengah sudah setara, sehingga prioritas
harus diberikan pada kualitas pendidikan untuk
keduanya.
c. kecenderungan peningkatan angka putus sekolah
bagi anak laki-laki terjadi pada jenjang pendidikan
menengah yaitu usia 13-15 tahun dan 15-17 tahun,
dan jenjang pendidikan tinggi usia 16-18 tahun dan
19-24 tahun, baik pada tahun 2008 maupun tahun
2009. Angka putus sekolah pada anak laki-laki lebih
tinggi daripada anak perempuan. Hal utama karena
tuntutan ekonomi keluarga yang mengharuskan
anak laki-laki untuk terlibat dalam membantu
mengatasi masalah ekonomi keluarga.
d. rasio angka partisipasi laki-laki di pendidikan tinggi
(DI, II, III) lebih rendah dibandingkan perempuan,
dan pada tingkat D IV, S1, S2 laki-laki lebih tinggi
dibandingkan perempuan. Hal ini menunjukkan
VIII-2 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
bahwa ketika memasuki jenjang pendidikan tinggi
(DIV, S1, S2), ada kecenderungan orang tua lebih
memilih laki-laki untuk tetap melanjutkan
pendidikannya dibandingkan dengan anak
perempuan. Kondisi ini bisa saja terjadi karena
masih adanya anggapan bahwa laki-laki adalah
pencari nafkah di dalam keluarga.
e. masih adanya ketimpangan ketersediaaan sarana
dan prasarana pendidikan yang berkualitas.
8.1.2 Bidang Kesehatan
Isu gender di bidang kesehatan meliputi:
a. angka kematian bayi dan balita masih cukup tinggi
antara lain disebabkan rendahnya pengetahuan ibu
tentang nutrisi dan kehamilan, kurangnya
pendidikan ibu dan orangtua, dan faktor utama dari
semuanya ini adalah kemiskinan. Di tahun 2016
tercatat 83 bayi meninggal pasca dilahirkan, lalu di
tahun 2017 angka tersebut berkurang menjadi 42
bayi yang meninggal. Sementara, untuk ibu
meninggal di tahun lalu sebanyak 19 pasien, dan di
tahun 2017 jauh berkurang ke angka 8 kejadian ibu
meninggal.
b. ibu melahirkan yang meninggal di tahun 2016 lalu
sebanyak 19 pasien, sedangkan di tahun 2017 jauh
berkurang ke angka 8 kejadian ibu meninggal.
Kematian ibu melahirkan disebabkan terlambat
mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan
dimana perempuan biasanya menunggu
suami/orangtua untuk ambil keputusan, kurangnya
sarana transportasi dan terlambat mendapatkan
pelayanan kesehatan serta terlalu sering melahirkan,
terlalu muda untuk melahirkan, dan budaya
patriarki. Data Susenas 2008 menunjukkan bahwa
persentase pertolongan persalinan menurut tenaga
penolong persalinan adalah ditolong oleh dokter
10,87%, oleh bidan 46,25%, oleh paramedis lain
VIII-3 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
0,58%, oleh dukun 34,33%, oleh keluarga 7,56%,
oleh lainnya 0,42%.
c. isteri/perempuan rentan dan sering kali menjadi
korban pasangannya di dalam penyebaran Human
Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency
Syndrome (HIV/AIDS) dan penyakit menular lainnya
di dalam rumah tangga yang akan berdampak pula
terhadap anak yang dikandung. Selain itu,
kurangnya akses perempuan dibandingkan laki-laki
terhadap bahaya Human Immunodeficiency
Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome
(HIV/AIDS), juga berkontribusi terhadap kerentanan
bagi istri/perempuan.
d. Kelembagaan organisasi yang menaungi keterkaitan
dengan Human Immunodeficiency Virus/Acquired
Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) belum
berfungsi secara optimal, khususnya dalam
menyediakan data dan pelayanan bagi masyarakat
baik laki-laki maupun perempuan yang terinfeksi
dan rentan terinfeksi Human Immunodeficiency
Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome
(HIV/AIDS).
8.1.3 Bidang Ekonomi
Isu gender di bidang ekonomi, meliputi:
a. jumlah proporsi penduduk yg hidup di bawah garis
kemiskinan secara mayoritas adalah penduduk
perempuan (a.l.: angka buta aksara perempuan dua
kali lebih besar dari penduduk laki-laki (P: 15,44%,
L: 10,60%) dan perempuan yg buta aksara sudah
pasti miskin; persen penduduk menurut pendidikan
yang ditamatkan menunjukkan bahwa perempuan
yang tidak/belum pernah sekolah lebih banyak
dibandingkan dengan laki-laki.
VIII-4 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
b. tingkat pengangguran terbuka bagi perempuan lebih
tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Tingginya
tingkat pengangguran terbuka perempuan diduga
karena berhubungan dengan peningkatan keinginan
untuk bekerja di luar rumah tangga. Hal ini
merupakan indikasi adanya pergeseran status
pekerjaan perempuan dari hanya bekerja sebagai
pekerja keluarga tanpa dibayar, menjadi pekerja
publik/umum untuk mendapatkan upah.
c. dalam mendukung perluasan lapangan kerja,
masyarakat yang bergerak di usaha mikro
khususnya perempuan, sering menghadapi kendala
dalam mengakses permodalan. Berbagai persyaratan
lembaga perbankan atau lembaga kredit,
menyebabkan kelompok usaha kecil sering menjadi
kendala yang utama. Padahal seperti diketahui
mikro berperanan cukup besar bagi pertumbuhan
ekonomi, menyerap tenaga kerja melalui penciptaan
lapangan pekerjaan, menyediakan barang dan jasa
dengan harga murah, serta mengatasi masalah
kemiskinan. Disamping itu, usaha mikro juga
merupakan salah satu komponen utama
pengembangan ekonomi lokal, dan berpotensi
meningkatkan posisi tawar (bargaining position)
perempuan dalam keluarga.
d. masih lemahnya perlindungan bagi tenaga kerja,
khususnya tenaga kerja perempuan. Misalnya
penerapan hak cuti haid dan melahirkan yang masih
sering menjadi persoalan bagi buruh perempuan.
Beberapa perusahaan menerapkan aturan, ketika
seorang pekerja perempuan menikah, maka dia
harus berhenti bekerja. Begitu juga hak cuti haid,
sebagian besar pekerja perempuan tidak bisa
mendapatkan hak tersebut karena alasan
perusahaan tempat mereka bekerja yang kurang
respon.
VIII-5 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
e. masyarakat yang bergerak di bidang usaha mikro
masih mengalami kesulitan dalam mengakses pasar
(pemasaran hasil produksinya). Kelompok usaha
mikro harus diperhadapkan dengan kekuatan
pemilik modal yang memiliki kemampuan
mengakses pasa yang lebih luas. Kondisi ini yang
kadang membuat usaha mikro kurang mampu
berkembang.
f. kontrol penerapan standar upah minimum regional
yang belum maksimal. Beberapa tempat kerja masih
menerapkan gaji/upah di bawah upah minimum
regional.
g. terdapat diskriminasi upah bagi perempuan, dimana
upah pekerja laki-laki masih lebih tinggi
dibandingkan dengan perempuan. Ini terjadi di
jenjang pendidikan Sekolah Dasar sampai dengan
Sekolah Menengah Atas.
h. kemiskinan menjadi penyebab utama rawannya
perdagangan orang, khususnya perempuan dan
anak-anak. Belum lagi persoalan akses pendidikan
yang timpang antara laki-laki dan perempuan.
Berkaitan dengan praktek trafficking saat ini,
Serpong telah menjadi daerah tujuan, transit dan
daerah asal. Beberapa daerah lainnya yang
berpotensi adalah Pamulang dan Ciputat.
i. ketersediaan sumber daya yang semakin terbatas di
pinggiran menjadi masalah bagi perempuan untuk
mengakses lapangan kerja. Mereka semakin
terpinggirikan dengan penerapan pola pekerja yang
semakin berwajah “laki-laki”. Sehingga bagi
perempuan, dengan iming-iming pekerjaan yang
dapat memberikan gaji tinggi yang cukup
menggiurkan, menyebabkan tidak sedikit dari
mereka, terjebak dalam praktek perdagangan orang
atau trafficking.
VIII-6 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
j. maraknya praktek trafficking didukung oleh
lemahnya sistem pengendalian hukum pada semua
tingkatan.
k. perencanaan pengentasan kemiskinan belum
menggunakan analisis gender.
8.1.4 Bidang Publik
Isu gender di bidang publik, meliputi:
a. terdapat ketimpangan proporsi pejabat eksekutif
perempuan dan laki-laki, khususnya pada eselon II,
eselon III dan eselon IV, dengan persentase
perempuan lebih sedikit dibandingkan dengan laki-
laki. Pada eselon III laki-laki 63% sedangkan
perempuan 37%. Demikian juga pada eselon II
perempuan 39% sedangkan laki-laki 61%.
b. keterwakilan perempuan di legislatif 16,83% belum
mencapai 30%.
c. akses dan kontrol masyarakat miskin dan kelompok
marjinal khususnya perempuan dalam proses
perencanaan penganggaran yang masih rendah.
d. fungsi dan Peran Pokja PUG yang belum optimal.
e. akses perempuan dalam pengambilan keputusan,
perumusan kebijakan, dan perencanaan sangat
terbatas.
8.1.5 Kekerasan Perempuan dan Anak
Isu gender di bidang kekerasan terhadap perempuan dan
anak, meliputi:
a. data yang dimiliki oleh Pusat Pelayanan Terpadu
Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TPA) Kota
Tangerang Selatan, ada 136 kasus kekerasan pada
tahun 2016. Dari jumlah tersebut 70% diantaranya
merupakan kasus pelecehan seksual dan 30%
lainnya kekerasan dalam rumah tangga.
VIII-7 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
b. pada tahun 2017 Dinas Pemberdayaan Masyarakat,
Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan
Keluarga Berencana menangani kasus kekerasan
anak mencapai 86 sampai dengan 130-an kasus.
Dari jumlah tersebut sudah mencakup keseluruhan
baik pelecehan anak, penganiayaan, dan
perempuan. Jumlah kasus kekerasan pada anak
diatas yang paling banyak dialami adalah kekerasan
pelecehan seksual pada anak sebanyak 16 kasus per
April 2017.
c. pelayanan bagi perempuan dan anak korban
kekerasan belum tersedia secara optimal.
Pemberdayaan bagi perempuan korban kekerasan,
masih terbatas.
d. masih adanya diskrimininasi bagi perempuan
pekerja khususnya di perusahan, terkait hak cuti
haid dan melahirkan.
8.2 TUJUAN
RAD PUG Kota Tangerang Selatan ditujukan untuk percepatan
pencapaian MDGs (menanggulangi kemiskinan dan kelaparan,
mewujudkan pendidikan dasar untuk semua, mendorong
kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan
angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi
Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency
Syndrome (HIV/AIDS), malaria dan penyakit menular lainnya, dan
pelestarian lingkungan), sesuai isu strategis di setiap tujuan.
8.3 SASARAN
RAD PUG Kota Tangerang Selatan disusun untuk mencapai target
sasaran:
a. mendorong implementasi perundang-undangan yang
berperspektif gender di Kota Tangerang Selatan.
b. memperkuat jaringan kelembagaan PUG termasuk
keterpaduan program dan kegiatan di Kota Tangerang
Selatan.
VIII-8 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
c. memperkuat komitmen penganggaran yang responsif gender
di perangkat daerah/lembaga pemerintah/non pemerintah di
Kota Tangerang Selatan.
d. peningkatan kemampuan mengintegrasikan isu gender
dalam program/ kegiatan di perangkat daerah/lembaga
pemerintah/non pemerintah di Kota Tangerang Selatan.
e. tersedianya Statistik Gender dan Anak di Kota Tangerang
Selatan.
f. pelaksanaan PUG dalam pembangunan sesuai dengan
perencanaan dan penganggaran yang responsif gender di
perangkat daerah/lembaga pemerintah/non pemerintah di
Kota Tangerang Selatan.
Sasaran subyek/pemangku kepentingan dari RAD PUG Kota
Tangerang Selatan adalah:
a. Eksekutif, yang terdiri dari Pejabat pemerintahan meliputi
penentu kebijakan dan seluruh perangkat daerah khususnya
eselon III dan eselon IV baik laki-laki maupun perempuan.
b. Legislatif di Kota Tangerang Selatan.
c. Yudikatif, yaitu semua unsur penegak hukum termasuk para
aparat penegak hukum dan masyarakat (perempuan dan
laki-laki).
d. Kelompok masyarakat diantaranya Tokoh agama, Tokoh
adat, aktifis pemuda dan perempuan.
8.4 KEBIJAKAN
Tugas Pemerintah Kota Tangerang Selatan adalah
menyelenggarakan pembangunan daerah yang responsif gender
melalui: 1) Keserasian kebijakan peningkatan kualitas anak dan
perempuan; 2) Penguatan kelembagaan PUG dan anak; 3)
Peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan; 4)
Peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam
pembangunan; 5) Optimalisasi kebijakan kesejahteraan rakyat
daerah; 6) Semua program SKPD yang memberikan pelayanan
(service point) kepada kepada masyarakat (laki-laki dan
perempuan).
VIII-9 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
Kebijakan pemerintah daerah dalam pelaksanaan pembangunan
daerah yang responsif gender mengacu pada dasar hukum yaitu:
a. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional.
b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang–Undang Nomor 9 Tahun
2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.
e. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008
tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan
Gender di Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum
Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah.
f. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 2 Tahun
2018 tentang Pengarusutamaan Gender.
g. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang
Pengarusutamaan Gender Dalam Pembagunan Nasional.
h. Surat Edaran Bersama Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
dan Menteri Dalam Negeri Nomor 1354/M.PPN/03/2004 dan
Nomor 050/744/SJ tentang Pedoman Pelaksanaan Forum
Perencanaan Pembangunan dan Perencanaan Partisipatif
Daerah.
i. Surat Mendagri. No.411/1254/SJ 2006 tentang Percepatan
Pelaksanaan Program PP dan PUG di Daerah.
j. Surat Edaran Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Bappenas No.270/M.PPN/II/2012;
VIII-10 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
k. Surat Edaran Bersama antara 4 (empat) menteri yaitu
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Bappenas No.270/M.PPN/II/2012, Menteri Keuangan
dengan No.SE.33/MK.02/2012, Menteri Dalam Negeri
No.050/4370A/SJ dan Menteri Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak No.46/MPP-PA/II/2012 tentang
Strategi Nasional Percepatan Pengarusutamaan Gender
(PUG) melalui Perencanaan dan Penganggaran Responsif
Gender.
Kebijakan Pembangunan Pemberdayaan Perempuan di dalam
RPJMD Kota Tangerang Selatan Tahun 2016-2021 diarahkan
untuk membangun partisipasi masyarakat dalam mendukung
terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender adalah:
1) Peningkatan kesempatan bagi kaum perempuan untuk
menikmati pendidikan disemua jenjang, sehingga mereka
memiliki posisi tawar yang tinggi menuju terciptanya kesetaraan
dan keadilan gender; 2) Peningkatan partisipasi masyarakat
dalam ikut menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan
anak serta peran serta masyarakat dalam menjaga kesehatan
reproduksi termasuk dalam keluarga berencana; 3) Peningkatan
akses kaum perempuan untuk berusaha di bidang ekonomi
produktif, termasuk mendapatkan modal pelatihan usaha,
program perluasan kesempatan kerja dan informasi pasar
sehingga dapat mendorong lahirnya kemandirian kaum
perempuan dalam berwirausaha; 4) Peningkatan partisipasi
perempuan dalam pengambilan keputusan dan perumusan
kebijakan, sehingga tercipta keseimbangan perempuan diberbagai
sektor; 5) Peningkatan perlindungan terhadap perempuan dan
anak guna mencegah terjadinya diskriminasi, eksploitasi,
kekerasan dan bahkan tindak perdagangan perempuan dan anak
(trafficking) yang dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip
keterpaduan dan keseimbangan.
8.5 STRATEGI
Strategi PUG diimplementasikan pada seluruh tahap
pembangunan yaitu perencanaan, pelaksanaan dan monitoring
pembangunan. Implementasi pada tahap perencanaan
VIII-11 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
pembangunan melalui: 1) Penguatan prasyarat yang terdiri dari
7 (tujuh) aspek yaitu dukungan politik, kebijakan, kelembagaan,
sumber daya, sistem data dan informasi, alat analisis serta
dukungan masyarakat sipil; 2) Sektor/Lembaga menyusun
Rencana Kerja dan Anggaran di mana menggunakan data
terpilah, melalui proses musrenbang, dan melewati tahapan
analisis gender; 3) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kota Tangerang Selatan menyusun tolok ukur dan indikator
kinerja; 4) Adanya komitmen dalam persetujuan anggaran.
Implementasi PUG pada tahap pelaksanaan pembangunan
adalah: 1) Memastikan fungsi manajemen pelaksanaan
pembangunan yang responsif gender melalui koordinasi,
sinkronisasi, sinergistis, bimbingan teknis dan supervisi; 2) Tidak
ada kesenjangan antara perencanaan dan pelaksanaan program
yang responsif gender ditinjau dari aspek akses, partisipasi,
kontrol dan manfaat.
Implementasi PUG pada tahapan monitoring dan evaluasi
pembangunan adalah 1) Sektor/lembaga melaporkan tentang
pelaksanaan pembangunan yang responsif gender sesuai
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah kepada Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan
Lembaga Administrasi Negara tentang kinerja aparatur; Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan untuk akuntabilitas;
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Pemberdayaan
Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan
Keluarga Berencana, dan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah; 2) Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan
Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana
melakukan analisis format Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintahan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006
melaporkannya kepada Sektor/Lembaga sebagai feedback dan
kepada Walikota sebagai bentuk akuntabilitas; 3) Membuat
tambahan format Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintahan baru sesuai tolok ukur/indikator kinerja yang
responsif gender.
VIII-12 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
MATRIK RAD PUG
Kebijakan Program Tindakan Keluaran Target penyelesaian Sasaran Penanggung
Jawab
I. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN (Persyaratan Implementasi PUG)
A. Penyerasian/ Pengintegrasian peraturan perundangan
Implementasi peraturan
perundangan di daerah
Melakukan advokasi kepada
eksekutif, legislatif, dan
yudikatif tentang implementasi
peraturan perundangan di
daerah
Terbitnya Perda, Perwal, dan
Kepwal tentang Implementasi PUG
2018-2021 Eksekutif, Legislatif,
Yudikatif, dan masyarakat (perempuan dan laki-laki)
§ Inspektorat § Bappeda § BPKAD § DPMP3AKB § Bag. Hukum § LSM, Ormas § Media § Badan Usaha
B. Peningkatan pemahaman dan pelaksanaan strategi PUG dalam pembangunan
Peningkatan KIE PUG
Optimalisasi sosialisasi/
advokasi PUG
Seminar, lokakarya,
workshop, diskusi publik,buku/ leaflet/booklet
2018-2021 Pejabat pemerintahan
termasuk para aparat
penegak hukum dan masyarakat (perempuan dan laki-laki)
§ DPMP3AKB § BAPPEDA § DINAS
PENDIDIKAN
II. KELEMBAGAAN
Meningkatkan kelembagaan dan kinerja kelembagaan PUG
1. Peningkatan koordinasi dan kewenangan kelembagaan PUG
Melakukan koordinasi dengan perangkat daerah
dalam memperkuat
peran dan fungsi kelembagaan PUG
Adanya Focal point di perangkat daerah dan Pokja
PUG
2018-2021 Seluruh Perangkat
Daerah
• BAPPEDA • DPMP3AKB
2. Peningkatan Kinerja antar kelembagaan PUG
Pengembangan dan penguatan
jejaring kelembagaan PUG
Adanya kebijakan dan sistem
implementasi PUG
2018-2021 Penentu kebijakan
Walikota
3. Penyusunan anggaran yang responsif gender
Menyusun anggaran yang responsif gender
Program/ Kegiatan yang responsif
gender di perangkat daerah
2018-2021 Seluruh Perangkat
Daerah (eselon III dan
eselon IV)
Perangkat Daerah & Tim
Anggaran Pemerintah
Daerah Pemerintah
4. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia pada kelembagaan PUG
a. Pelatihan bagi perangkat daerah pada kelembagaan PUG
sumber daya manusia paham
dan mampu melakukan
analisis gender di perangkat daerah
2018-2021 Seluruh Perangkat
Daerah (eselon III dan
eselon IV)
• BAPPEDA • BPKAD • DPMP3AKB • Perangkat
Daerah
b. Menyebarluas-kan panduan teknis pelaksanaan PUG
Panduan teknis perencanaan dan
penganggaran yang responsif
gender
2018-2021 Seluruh Perangkat
Daerah
• BAPPEDA • BPKD • DPMP3AKB
5. Penyusunan sistem data dan informasi gender
Menyusun sistem data & informasi
gender
Sistem data & informasi gender
2018-2021 Data & profil gender
• BPS • DPMP3AKB • Perangkat
Daerah • PSW
III. PELAKSANAAN PUG
A. Percepatan kebijakan/ program/ kegiatan yang responsif gender
Pengintegrasian PUG dalam dokumen
perencanaan di perangkat
daerah
Menggunakan data terpilah
gender dan profil gender dalam
dokumen perencanaan
perangkat daerah
Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Daerah dan Renstra Perangkat
Daerah, dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran
Perangkat Daerah yang responsif
gender
2018-2021 Seluruh Perangkat
Daerah
• Bappeda • DPMP3AKB • Perangkat
Daerah
VIII-13 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
B. Optimalisasi monitoring dan evaluasi program/ kegiatan yang responsif gender
1. Penyusunan sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan PUG
Menyusun sistem monitoring dan
evaluasi pelaksanaan
perencanaan dan penganggaran yang responsif
gender di perangkat daerah
Pedoman sistem monitoring dan
evaluasi pelaksanaan
perencanaan dan penganggaran yang responsif
gender di perangkat daerah
2018-2021 Seluruh Perangkat
Daerah
Independen yang kompeten dan profesional
2. Menyusun sistem pelaporan SKPD tentang pelaksanaan PUG dalam pembangunan
Mengintegrasikan dimensi gender dalam sistem
pelaporan yang telah ada di
perangkat daerah
Laporan tentang pelaksanaan PUG
yang terperinci
2018-2021 Seluruh Perangkat
Daerah
• Bappeda
• DPMP3AKB
• Perangkat Daerah
• Independen
C. Peningkatan peran masyarakat dalam pelaksanaan PUG
Sosialisasi/ advokasi
pelaksanaan PUG
Memfasilitasi dan pendampingan
pelaksanaan PUG di masyarakat
Tokoh agama, Tokoh adat, aktifis
pemuda dan perempuan
mampu menjadi fasilitator PUG
2018-2021 Tokoh agama, Tokoh adat,
aktifis pemuda dan perempuan
• DPMP3AKB
• Perangkat Daerah
• CSO (LSM, Ormas)
• PSW
• Media
IV. MATRIK PEMBAGIAN WEWENANG
NO SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT PROVINSI KOTA
1 Kualitas Hidup Perempuan
a. Kelembagaan PUG pada lembaga pemerintah tingkat nasional.
b. Pemberdayaan perempuan bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi pada organisasi kemasyarakatan tingkat nasional.
c. Standardisasi lembaga penyedia layanan pemberdayaan perempuan.
a. Kelembagaan PUG lembaga pemerintah tingkat provinsi.
b. Pemberdayaan perempuan bidang politik, hukum, sosial & ekonomi pada organisasi kemasyarakatan tingkat provinsi.
c. Penguatan dan pengembangan lembaga penyedia layanan pemberdayaan perempuan tingkat provinsi.
a. Kelembagaan PUG pada lembaga pemerintah tingkat kota.
b. Pemberdayaan perempuan bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi pada organisasi kemasyarakatan tingkat kota.
c. Penguatan & pengembangan lembaga penyedia layanan pemberdayaan perempuan tingkat kota.
2 Perlindungan Perempuan
a. Pencegahan kekerasan terhadap perempuan yang melibatkan para pihak lingkup nasional.
b. Penyediaan layanan rujukan akhir bagi perempuan korban kekerasan yg memerlukan koordinasi tingkat nasional, lintas provinsi dan internasional.
c. Standarisasi lembaga penyedia layanan perlindungan perempuan;
a. Pencegahan kekerasan terhadap perempuan yang melibatkan para pihak lingkup provinsi dan lintas kota.
b. Penyediaan layanan rujukan lanjutan bagi Perempuan korban kekerasan yg memerlukan koordinasi tingkat Provinsi provinsi dan lintas kota.
c. Penguatan dan pengembangan lembaga penyediaan layanan perlindungan perempuan tingkat provinsi.
a. Pencegahan kekerasan terhadap perempuan yang melibatkan para pihak lingkup kota.
b. Penyediaan layanan bagi perempuan korban kekerasan yang memerlukan koordinasi tingkat kota.
c. Penguatan dan pengembangan lembaga penyediaan layanan perlindungan perempuan tingkat Kota
3 Kualitas keluarga
a. Peningkatan kualitas keluarga dalam mewujudkan kesetaraan gender dan hak anak tingkat nasional.
b. Penguatan dan pengembangan lembaga penyedia layanan peningkatan kualitas keluarga dalam mewujudkan kesetaraan gender dan hak anak tingkat nasional.
c. Standardisasi lembaga penyediaan layanan peningkatan kualitas keluarga dalam mewujudkan kesetaraan gender dan hak anak.
a. Peningkatan kualitas keluarga dalam mewujudkan kesetaraan gender dan hak anak tingkat provinsi dan lintas Kota
b. Penguatan dan pengembangan lembaga penyedia layanan peningkatan kualitas keluarga dalam mewujudkan kesetaraan gender dan hak anak yang wilayah kerjanya lintas Provinsi.
c. Penyediaan layanan bagi keluarga dalam mewujudkan kesetaraan gender dan hak anak
a. Peningkatan kualitas keluarga dalam mewujudkan kesetaraan gender dan hak anak tingkat Kota.
b. Penguatan dan pengembangan lembaga penyedia layanan peningkatan kualitas keluarga dalam mewujudkan KG dan hak anak yang wilayah kerjanya dalam Kota.
c. Penyediaan layanan bagi keluarga dalam mewujudkan kesetaraan gender dan hak anak di wilayah kerja
IX-1 RAD PUG Kota Tangerang Selatan
BAB VI
PENUTUP
9.1 KESIMPULAN
PUG merupakan amanah konstitusi dan merupakan isu global
dalam pembangunan lintas program sehingga perlu adanya
kebijakan yang mengintegrasikan berbagai program pembangunan
yang berhubungan dengan PUG. Pemerintah mengeluarkan
kebijakan PUG yaitu kebijakan untuk keterwakilan perempuan
dan akses perempuan untuk upaya mengintegrasikan berbagai
sumber daya pembangunan dan pengintegrasian berbagai
kebijakan perlindungan perempuan dan pengarusutamaannya
yang sudah ada di kota secara terencana dan menyeluruh untuk
memenuhi PUG dengan program yang responsif gender.
Adapun kesimpulan dari penyusunan RAD PUG Kota Tangerang
Selatan yang responsif gender, meliputi:
1. berbagai stakeholder yang berkaitan dengan PUG sudah
terintegrasi dengan baik. Hal ini disebabkan oleh sistem
penganggaran bagi pemenuhan PUG sudah dilakukan.
2. Kota Tangerang Selatan telah membentuk Keputusan Kepala
Bappeda terkait program, kegiatan dan anggaran yang
responsif gender, namun perlu ditingkatkan sarana prasarana
yang memfasilitasi akses perempuan di berbagai sektor untuk
melakukan aktivitas kreatif seperti akses eksekutif, legislatif,
yudikatif, perlindungan dari kekerasan.
3. Program PUG harus terus ditingkatkan melalui kegiatan-
kegiatan yang responsif gender.
4. Kasus kematian ibu, korban kekerasan, kemiskinan, akses
pendidikan, pengemis, ibu dan anak jalanan, memperlihatkan
dimana banyak ibu-ibu anak yang terjerumus dalam
keburukan. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan aksi
mengatasi persoalan tersebut.
9.2 REKOMENDASI