Proposal Kualitas Institusi lokal dalam merespon kriminalitas dampaknya terhadap collective action...

14
Kualitas Institusi dan Dampaknya Terhadap Kegiatan Anti- kriminalitas berbasis Komunitas Davy Hendri Dosen Ekonomi Islam FEBI UIN Imam Bonjol Padang

Transcript of Proposal Kualitas Institusi lokal dalam merespon kriminalitas dampaknya terhadap collective action...

Kualitas Institusi dan Dampaknya Terhadap Kegiatan Anti-kriminalitas berbasis Komunitas

Davy HendriDosen Ekonomi Islam FEBI UIN Imam Bonjol Padang

1. PendahuluanLatar Belakang Penelitian, Rumusan Masalah, dan Pertanyaan Penelitian

2. Tinjauan Literatur

Literatur yang mendasari

3. Metologi Penelitan Metode yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian

Outline

Secara nasional, Indonesia mengalami trend peningkatan kriminalitas dalam beberapa waktu terakhir seiring laju peningkatan ketimpangan

Peningkatan angka kriminalitas2011 crime rate mencapai 1412006 crime rate hanya sebesar 121secara rerata per tahun terjadi peningkatan crime rate 5 poin (per 100.000 populasi)(Sumber: BARESKRIM MABES POLRI dan BPS)

Sumber: BAREKSRIM dan BPS (data diolah)

Latar Belakang

Relasi antara Crime rate dan Gini IndeksPada tahun 2006 – 2011

Melebarnya ketimpangan income2011, Indek Gini sebesar 0.412006, Indek Gini baru mencapai 0.34

Kondisi Kriminalitas dan Ketimpangan

Latar Belakang

Becker (1968) merupakan ekonom yang menjadi inisiator model crime, berbasis rational choice. Individu akan melakukan crime jika memperkirakan ; benefit > cost. Secara implisit, teori ini menyatakan individu yang relatif lebih miskin= calon kriminil

Menurut para kriminolog dan sosiolog, lingkungan sosial berperan penting. Komunitas yang tidak menjalankan sanksi sosial, berpotensi menjadikan remaja dari sekedar nakal menjadi kriminil (Broken Windows Hypothesis)

Hanya 2 hal yang akan menyebabkan individu tidak melakukan crime, detterence effect (hukuman dari gov) yang berat dan opportunity cost yang besar seperti sanksi sosial (informal) yang akan dikenakan komunitas, seperti stigma, pengucilan dsbnya

Ada daerah provinsi yang ketimpangannya lebih rendah namun angka kriminalitas lebih tinggi dibandingkan daerah lain. Juga ada fakta bahwa

angka kriminalitas bisa tinggi justru saat ketimpangan rendah

Namun ketika data di breakdown pada level lebih rendah, Provinsi dan Kabupaten/Kota, ternyata relasi positif antara angka kriminalitas dan indeks Gini

tidak robust (tidak ditemui)

Perumusan MasalahNamun teori ekonomi (public good) juga menyatakan bahwa individu yang rational (self-interest) tidak akan bersedia berkontribusi dalam collective action, karena adanya free-rider. Apalagi ketimpangan income berpotensi melemahkan ikatan sosial komunitas, karena individu cenderung untuk berkumpul dengan individu lain yang cendrung "sama" (homophily). Akan selalu ada individu yang mendapat eksternalitas positif, tidak bersedia berkontribusi (membayar) walaupun mendapat manfaat dari rasa aman dan keamanan yang disediakan oleh warga lain anggota komunitas (public good provided by private)

Olahan data SUSENAS tahun 2011, menunjukkan bahwa kota Padang ternyata memiliki angka kriminalitas (crime rate per 10.000 populasi) lebih rendah dibandingkan beberapa kota di provinsi Sumatera Barat seperti Solok, Bukittinggi, Pariaman dan Payakumbuh. Mungkinkah dalam konteks karakteristik komunitas yang berbeda dalam konteks kota Padang, ada dampak perbedaan aksi komunitas dalam mengatasi masalah kriminalitas ini ?.

Apakah di tengah ketimpangan income tinggi, multi etnik, di samping faktor lain, komunitas warga di kota Padang dapat membangun collective efficacy komunitasnya atau dengan kata lain institusi sosial (komunitas) informal sudah memiliki kualitas yang baik ?.

6

Pertanyaan Penelitian

1. Mengestimasi kualitas institusi (menguji teori collective efficacy) 2. Mengestimasi peranan kualitas Institusi terhadap kegiatan anti-

kriminalitas berbasis komunitas (pada Kelompok Masyarakat yang berbeda)

3. Memberikan dukungan bagi solusi kegiatan anti-kriminalitas oleh, dari dan untuk komunitas

Tinjauan Literatur

North (1990, p. 3): "Institutions are the rules of the game in a society or, more formally, are the humanly devised constraints that shape human interaction.“Di sini ada unsur player, aturan, sanksi dan hadiah dan pengawas. Contoh : Institusi ekonomi (individual property rights, contracts yang ditulis dan berkekuatan hukum), Institusi politik (demokrasi vs otoritarian, electoral rules, extent of checks and balances)

Institusi formal vs Non-formalInstitusi formal memiliki aturan yang tertulis. Institusi non-formal terkait dengan bagaimana institusi formal itu diatur dan dimanfaatkan, seperti norma dan aturan sosial. Hal ini terkait dengan faktor kepemimpinan dan insentif yang disepakati sendiri di dalam institusi itu.

Apa yang dimaksud dengan Institusi ?

2015-6-14

• Collective Efficacy (Sampson et al, 1997)Combines notions of trust and cohesion with shared expectations for intervening on behalf of commonly held goals (e.g., supervision/monitoring of children)

• Kualitas InstitusiJika suatu organisasi (player dalam suatu institusi) menyepakati dan mentaati aturan bersama baik formal maupun non-formal untuk mencapai tujuan bersama maka semakin "berkualitas" institusi itu. (suatu komunitas semakin harmonis atau memiliki magnitude collective efficacy yang besar)

Tinjauan Literatur (Con't)Collective Efficacy dan Kualitas Institusi

Rasa Memiliki Komunitas

Partisipasi dalam organisasi dan asosiasi lokal

Ikatan sosial antar tetangga

Penguatan Komunitas dan

Organisasi

Kohesi sosial Kontrol sosial informal

Penguatan Komunitas untuk secara bersama memecahkan

masalah

Gambar 1. Ikatan Social dan Pembentukan Komunitas Sumber : Aspen Institute, 2006

Kerangka Teoritis

2015-6-14

Interaksi dalam komunitas untuk pencegahan perilaku anti-sosial/kriminalitas

Collective Efficacy

Konsentrasi Pendatang

Intergenerational Closure

(kedekatan antar generasi)

KRIMINALITAS/PERILAKU ANTI-SOSIAL

Stabilitas Penghuni Komunitas

Konsentrasi Kelompok

Miskin

Social Cohesion(trust, shared values)

STRUKTUR KOMUNITAS

Collective Supervision

(willingness to intervene)

PROSES DIKOMUNITAS

Place Monitoring(not allowed to wander)

Peer Monitoring(contact with child’s friends)

Emotional Security

PROSES DI KELUARGA

Emotional Security

PENGARUH SEBAYA

Deviance

Kerangka Teoritis (Con't)

Design Penelitian, Data dan Sampel

Sumber Data

Sampel Data (100 orang KK)

Untuk Collective Efficacy (CE)Data dikumpulkan melalui set pertanyaan karakteristik sosial-ekonomi warga. Set

pertanyaan tentang social capital berupa keterikatan warga satu sama lain, set

pertanyaan tentang social control berupa keinginan warga menegakkan aturan di

lingkunga sebagai variabel CE

Dari 2 tipe komunitas berbeda, @ 50 (komunitas kemakmuran tinggi dan rendah)

Untuk Collective Action (CA)Data dikumpulkan melalui set pertanyaan

tentang kesediaan dan tipe aktivitas bersama anti-kriminalitas yang menjadi pilihan individu.

Hal ini kemudian akan menjadi variabel CE

Design Penelitian

Data dikumpulkan dengan metode survey lapangan. Survey bertujuan mengumpulkan data karakteristik sosial-ekonomi secara umum. Selain itu, akan ada set pertanyaan semacam eksperimen bertujuan mendapatkan pilihan anggota komunitas terhadap program anti-kriminalitas

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan untuk melihat level collective efficacy komunitas pada berbagai struktur sosial-ekonomi dan dampaknya terhadap kesediaan anggota komunitas melakukan kegiatan bersama (collective action) anti-kriminalitas di lingkungan.

Tahapan Penelitian

Melakukan wawancara dengan sampel dari 2 komunitas yang berbeda karakteristik sosial-ekonomi dengan menggunakan kuisioner

Melakukan eksperimen lapangan dengan memberikan pertanyaan tentang dukungan dan pilihan terhadap program anti-kriminalitas yang ditawarkan

Mengintegrasikan semua data-data pendukung ke dalam analisis

Mengestimasi apakah level collective efficacy komunitas memiliki dampak terhadap keberadaan dan jenis kegiatan anti-kriminalitas komunitas

Model Penelitian

Mengukur Collective Efficacy (CE)

Model Collective Action (CA)

Collective Efficacy pada level komunitas dihasilkan dari olahan jawaban kuisionner survey dengan pertanyaan yang relevan dari sampel responden setiap individu i padakomunitas v. Dari jawaban responden dihasilkan rerata level CE setiap komunitas

N

viiviv XCE

1,1

vhvivvv vGKCECA *

Menggunakan model ordinary least square (OLS). Hal ini bertujun untuk melihat dampak besaran var CE dan berbagai var kontrol lain, baik pada level individu i, rumah tangga h pada komunitas v terhadap preferensi collective action (CA)

Kualitas Institusi dan Dampaknya Terhadap Kegiatan Anti-kriminalitas berbasis Komunitas - Davy Hendri Ekonomi Islam FEBI UIN Imam Bonjol Padang

Terima Kasih