PP no 8 tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang Konsep dan Implementasinya
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of PP no 8 tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang Konsep dan Implementasinya
PP no 8 tahun 2013 tentang Ketelitian Peta
Rencana Tata Ruang Konsep dan
Implementasinya
Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial
UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang
Pasal 14 ayat 7: Ketentuan lebih lanjut mengenai /ngkat keteli/an peta rencana tata ruang diatur dengan peraturan pemerintah.
UU No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi
Geospasial
Pasal 57 Badan melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan IGT. Pembinaan melipu/: -‐ pengaturan dalam bentuk pedoman, standar,
dan spesifikasi teknis serta sosialisasinya -‐ pemberian bimbingan, supervisi, dan
konsultasi pelaksanaan penataan ruang
PP No. 8 Tahun 2013 tentang
KeteliEan Peta Rencana Tata Ruang
PP No. 10 Tahun 2000 tentang Tingkat KeteliEan Peta Untuk Rencana Tata
Ruang Wilayah
PERUBAHAN PP NO 10 TAHUN 2000 KE PP NO.8
TAHUN 2013
• PP No. 10 Tahun 2000 mengacu pada undang-‐undang penataan ruang yang lama, yaitu UU 24 tahun 1992. Sedangkan PP No. 8 Tahun 2013 mengacu pada UU Penataan Ruang yang baru, UU No. 26 Tahun 2007.
• Perubahan paradigma peta tata ruang, dari format cetak menjadi data dan informasi geospasial.
• Mengatur tentang keseragaman format data dan informasi yang digunakan untuk analisis penataan ruang.
Mewujudkan kesatuan sistem peta rencana tata ruang yang akurat.
Kesatuan sistem : mengacu pada single reference/georeferensi tunggal yang ditetapkan oleh BIG Akurat : peta-‐peta rencana tata ruang disusun berdasarkan IG Dasar dan IG TemaEk yang dapat dipertanggungjawabkan
TUJUAN PP No. 8 Tahun 2013
SISTEMATIKA PP No. 8 Tahun 2013
KETENTUAN UMUM BAB I
PERENCANAAN TATA RUANG BAB II
PEMBINAAN TEKNIS BAB V
KETELITIAN PETA BAB III
PENGELOLAAN DATA & IG RTR BAB IV
KETENTUAN PENUTUP BAB VI
LAMPIRAN
PETA RENCANA TATA RUANG
RENCANA UMUM TATA RUANG RENCANA RINCI TATA RUANG
RTRW Nasional Skala ≥ 1:.000.000
RTRW Provinsi Skala ≥ 1:250.000
RTRW Kabupaten Skala ≥ 50.000
RTRW Kota Skala ≥ 1:25.000
RTR Pulau/Kepulauan Skala ≥ 1:500.000
Kaw. Strategis Nasional Skala sesuai kebutuhan
Kaw. Strategis Provinsi Skala sesuai kebutuhan
RDTR Kabupaten/Kota Skala sesuai kebutuhan
KETELITIAN PETA
• KeteliEan geometris Keteli/an yang berkaitan dengan ketepatan posisi peta. Hal tersebut erat kaitannya dengan sistem referensi, skala kede/lan peta dan objek terkecil yang dipetakan (unit pemetaan).
• KeteliEan muatan ruang Keteli/an yang berkaitan dengan kerincian klasifikasi objek yang dipetakan. Keteli/an muatan ruang dikelaskan dalam kelas unsur; dan dibedakan menggunakan simbolisasi.
STATUS PERSETUJUAN SUBSTANSI
STATUS PERDA RTRW PROV KAB KOTA 1. PROSES REVISI 0 1 2 2. PROSES REKOMENDASI GUBERNUR 0 0 1
SUDAH PEMBAHASAN BKPRN 0 1 1 3. SUDAH PEMBAHASAN BKPRN & SEDANG
PROSES KEHUTANAN 0 35 0
4. SUDAH PEMBAHASAN BKPRN DAN SEDANG PERBAIKAN DI DAERAH
0 7 23
SUDAH MENDAPAT PERSETUJUAN SUBSTANSI
19 158 27
5. SUDAH PERSETUJUAN SUBSTANSI & SEDANG PROSES KEHUTANAN
18 156 0
6. SUDAH PERSETUJUAN SUBSTANSI & SEDANG PEMBAHASAN DPRD
3 100 33
7. PERDA 14 238 62
TOTAL 33 398 93 PROGRES PERSETUJUAN SUBSTANSI 100% 99.5% 95.7%
STATUS PEMBINAAN INFORMASI GEOSPASIAL RTRW
STATUS PEMBINAAN RTRW PROV KAB KOTA 0.2. Masih dalam Proses Penyelesaian Peta
Dasar 7 120 25
1. PETA DASAR 4 52 24 2. PETA TEMATIK 1 28 6 3. PETA RENCANA 3 25 8 4. LAYOUT PETA 6 88 16
TOTAL YANG SUDAH KLINIK PETA 21 313 79 TOTAL 33 398 93
PROGRES PERSETUJUAN SUBSTANSI 64% 79% 85%
• Penyusunan Peta Rencana Tata Ruang wajib dikonsultasikan kepada Badan. (pasal 7)
• Gubernur, dan bupa//walikota wajib menyerahkan duplikat Peta rencana tata ruang kepada Kepala Badan. (pasal 31)
KETENTUAN DALAM PP 8/2013 UNTUK MENUJU ONE MAP POLICY
Di BIG, data tersebut disimpan dalam digital
spa/al database salah satu tujuannya agar dapat terintegrasi dengan Ina
Geoportal.
Duplikat Album Peta melipu/: -‐ digital spa/al database -‐ Album Cetak Peta
RTRW
ü Pasal 2 dan 3 UU 26 th 2007, menyatakan bahwa penataan ruang diselenggarakan berdasarkan asas keterpaduan.
ü Yang dimaksud dengan “keterpaduan” adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mengintegrasikan berbagai kepen/ngan yang bersifat lintas sektor, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepen/ngan.
ü Data spasial dan peta memiliki system yang sama dan terintegrasi secara nasional berar/ bahwa data spasial /peta tersebut tersaji secara utuh (seamless) dalam satu frame dari Sabang sampai Merauke.
ü Data spasial/peta bukan hanya diperlukan pada proses perencanaan tata ruang saja tapi juga pada proses pemanfaatan ruang dan pengendalian ruang.
ü Untuk itu data spasial dan peta RTRW harus memiliki standar dan georeference atau referensi geografis yang sama yang ditetapkan secara nasional.
ONE MAP POLICY : PETA RTRW TERINTEGRASI dalam SATU SISTEM NASIONAL
Tujuan: sebagai area untuk melihat sinkronisasi atau padu serasi antara fungsi pemanfaatan pada pola ruang dan struktur ruang di wilayah yang berbatasan sehingga tercapai kesinambungan peta rencana antar wilayah
Padu serasi pola dan struktur ruang digunakan untuk melihat 1. Kesesuaian Peta rencana 2. Tumpang /ndih 3. Adanya kekosongan wilayah Daerah Overlap
Daerah Gap/kekosongan wilayah
Sebagian besar peta RTRW
menggunakan batas indika/f
Prov. Sulteng: Kaw. Perkebunan Prov. Sulbar: Kaw. Hutan Produksi Konversi
Prov. Sulbar
Prov. Sulteng
Prov. Sulbar Prov. Sulteng
Prov. Sulteng: Kaw. Hutan Lindung Prov. Sulbar: Kaw. Hutan Produksi Konversi
Prov. Sulteng: Kaw. Hutan Prod. Terbatas Prov. Sulbar: Kaw. Hutan Produksi Konversi
PERENCANAAN POLA RUANG TIDAK SINKRON
? HPK vs HL
? HPK vs HPT
Peta / Informasi Geospasial berfungsi sebagai alat koordinasi dan integrasi kepentingan antar sektor, wilayah dan pemangku kepentingan. Peta juga
berfungsi sebagai alat pengendalian pemanfaatan ruang
Kemenhut KLH
Kab. Banggai
KKP
PU
BPN BMKG
Kementan
Prov. Sultra
Kota Bogor
BPS
PETA SEBAGAI ALAT KOORDINASI dan PENGENDALIAN PEMANFAATAN
RUANG
• penerbitan pedoman, standar, dan spesifikasi teknis serta sosialisasinya;
• pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi;
• pemberian pendidikan dan pela/han;
• perencanaan, peneli/an, dan pengembangan; dan
• pemantauan dan evaluasi.
PEMBINAAN TEKNIS oleh BIG
Format Data : Data digital à shapfile (shp)
Manajemen Data :
1. Data Dasar 2. Data Tema/k (Sesuai karakterisi/k wilayah) 3. Data/Peta Rencana 4. Album Peta RTR
Album Peta à jpeg/Pdf Berisi semua peta yang menjadi rujukan perencanaan.
MANAGEMENT PETA RTR
Posisi geometris – Mengacu pada IG Dasar dari BIG Kelengkapan dan kebaruan data dasar – Mengacu pada IG Dasar untuk penyusunan peta RTRW yang ditetapkan oleh BIG
Kelengkapan Peta TemaEk -‐ sesuai dengan Permen PU No.20/PRT/M/2007
Konsistensi data rencana – pola ruang, struktur ruang, dan kawasan khusus/strategis disesuaikan dengan dokumen lain dan perencanaan oleh penyusun
Penyajian karografis -‐ Simbol, warna, aturan dan notasi
ASPEK SUPERVISI PEMERIKSAAN PETA RTRW
Konsistensi Peta dengan Perda/Raperda Kab/Kota/Provinsi – pola ruang, struktur ruang, dan kawasan khusus/strategis
KETERSEDIAAN PETA RBI
No Skala Penomoran Jumlah Tersedia Sisa
1 1:1.000.000 48N2 37 0 37
2 1:500.000 48N2-‐1 103 0 103
3 1:250.000 1209 309 309 0
4 1:100.000 1209-‐1 1.245 0 1.245
5 1:50.000 1209-‐11 3.888 2.417 1.471
6 1:25.000 1209-‐111 13.020 1.774 11.246
7 1:10.000 1209-‐1111 91.547 658 90.889
8 1:5.000 1209-‐11114 379.014 0 379.014
9 1:2.500 1209-‐111144 880.206 0 880.206
10 1:1.000 1209-‐1111444 2.729.319 0 2.729.319
Kebijakan Penyelenggaraan Pemetaan Dasar (RBI)
Kesepakatan Rakornas Informasi Geospasial pada tanggal 28 Pebruari 2012 tentang Pemetaan Rupabumi:
� Skala 1 : 1.000.000 sampai dengan Skala 1 : 25.000 merupakan tanggungjawab sepenuhnya BIG;
� Skala 1 : 10.000 yang merupakan kebutuhan/program nasional diselenggarakan oleh BIG bekerjasama dengan K/L yang menjadi leading sector program tersebut;
� Skala 1 : 10.000 dan lebih besar (mis, 1:5.000 untuk RDTR) meskipun tetap menjadi tanggung jawab BIG, tetapi dapat dilaksanakan oleh K/L atau Pemerintah Daerah dengan tetap bekerjasama dengan BIG;
� Peran BIG: penetapan standar, supervisi dan koordinasi penyelenggaraan pemetaan RBI.
Inpres No.6 Tahun 2012 fg Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan dan Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi
Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus : • Menggunakan citra tegak satelit penginderaan jauh resolusi tinggi yang
disediakan oleh BIG berdasarkan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi dengan ukuran piksel lebih kecil dan/atau sama dengan 4 (empat) meter yang disediakan oleh LAPAN.
• Menyampaikan rencana kebutuhan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi untuk pelaksanaan program dan kegiatan tahun anggaran berikutnya kepada BIG melalui Rapat Koordinasi Penyediaan Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi.
BIG bertugas : Membuat citra tegak satelit penginderaan jauh resolusi tinggi untuk keperluan survei dan pemetaan, berdasarkan hasil pengolahan atas data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi berupa koreksi radiometrik dan spektral yang dilakukan oleh LAPAN.
REFERENSI SPASIAL TUNGGAL: MENJAMIN KETERPADUAN INFORMASI
NASIONAL IG DASAR (JARING KERANGKA GEODESI DAN PETA
DASAR) SEBAGAI ACUAN STATUS JARING KERANGKA GEODESI:
" TELAH SIAP RIBUAN JARING KERANGKA GEODESI (POSISI DAN GAYABERAT BUMI) SEBAGAI ACUAN INFORMASI GEOSPASIAL
" SEDANG DIPERLUAS JARING KERANGKA GEODESI KONTINU YANG TERINTEGRASI DENGAN PEMANTAUAN GEMPA DAN TSUNAMI
" INFORMASI GEOSPASIAL DASAR (IGD) " JARING KONTROL GEODESI (JKHN,
JKVN, JKGN) " PETA DASAR (RBI, LPI, LLN)
" INFORMASI GEOSPASIAL TEMATIK (IGT) " PETA SUMBERDAYA ALAM " PETA KEBENCANAAN, DLL
Pasal 5
Estimasi Biaya Pemetaan RBI Skala Besar
Luas Efektif Per-NLP
(Km2)
Biaya Per-NLP (dalam Rupiah)
Terestris Foto Udara* Citra Satelit*
Skala 1:1.000 0.33
83,088,063
5,301,018
5,019,350
Skala 1:2.500 1.32
264,500,000
20,432,625
19,311,806
Skala 1:5.000 5.29
925,750,000
76,662,977
72,179,702
Skala 1:10.000 21.16
3,174,000,000
239,414,523
83,994,323
*Luas minimum : 50.000 Ha
Keteli/an Sumber Data
Skala KeteliEan Horizontal (0.1-‐0.5 mm x bilangan skala)
KeteliEan VerEkal (1/3 x interval kontur) Interval = ½ x bilangan skala
1:1.000 0.1 m – 0.5 m 0.15 m 1:2.500 0.25 m – 1.25 m 0.375 m 1:5.000 0.5 m – 2.50 m 0.75 m 1:10.000 1 m – 5 m 1.5 m
Syarat Ketelitian Peta Dasar:
Tujuan Penataan BWP (Kawasan)
Rencana Pola Ruang
Rencana Jaringan Prasarana
Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya
Ketentuan Pemanfaatan Ruang
Peraturan Zonasi
Muatan RDTR
1
2
3
4
5
6
Peta rencana pola ruang (zoning map) digambarkan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Rencana pola ruang à skala atau /ngkat keteli/an minimal 1:5.000
dan mengiku/ ketentuan mengenai sistem informasi geografis yang dikeluarkan oleh kementerian/lembaga yang berwenang;
a. Cakupan pola ruang à ruang darat dan/atau ruang laut dengan batasan 1/3 mil laut batas pengelolaan laut provinsi, diukur dari garis pantai atau sampai batas negara yang disepaka/ secara internasional
a. Penggambaran peta pola ruang à dapat digambarkan dalam beberapa lembar peta yang tersusun secara beraturan mengiku/ ketentuan yang berlaku;
b. peta rencana pola ruang juga berfungsi sebagai zoning map bagi peraturan zonasi.
c. peta rencana pola ruang harus sudah menunjukkan batasan persil untuk wilayah yang sudah terbangun.
KETENTUAN MENGENAI PETA POLA RUANG RDTR
KETENTUAN MENGENAI PETA JARINGAN PRASARANA RDTR
Peta rencana jaringan prasarana digambarkan dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Memuat jaringan jalan dan sistem prasarana wilayah lainnya.
Digambarkan pada satu lembar peta secara utuh dan dapat digambarkan secara tersendiri untuk masing-‐masing rencana jaringan prasarana.
2) Rencana jaringan prasarana à skala atau /ngkat keteli/an minimal 1:5.000 dan mengiku/ ketentuan mengenai sistem informasi geografis yang dikeluarkan oleh kementerian/lembaga yang berwenang;
3) untuk BWP yang memiliki wilayah pesisir dan laut dapat dilengkapi dengan peta ba/metri yang menggambarkan kontur laut.
Data yang dihimpun dalam pengumpulan data (spasial dan non spasial)
1) data wilayah administrasi; 2) data fisiografis; 3) data kependudukan; 4) data ekonomi dan keuangan; 5) data ketersediaan prasarana dan sarana; 6) data peruntukan ruang; 7) data penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan lahan; 8) data terkait kawasan dan bangunan (kualitas, intensitas
bangunan, tata bangunan); dan 9) peta dasar rupa bumi dan peta temaEk yang dibutuhkan,
penguasaan lahan, penggunaan lahan, peta peruntukan ruang, pada skala atau Engkat keteliEan minimal peta 1:5.000.
Analisis dan Perumusan Ketentuan Teknis
Kegiatan analisis dan perumusan ketentuan teknis, melipuE: 1) tujuan peraturan zonasi; 2) klasifikasi zonasi; 3) dajar kegiatan; 4) delineasi blok peruntukan; 5) ketentuan teknis zonasi, terdiri atas: i. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan; ii. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang; iii. ketentuan tata bangunan; iv. ketentuan prasarana minimal; v. ketentuan tambahan; dan vi. ketentuan khusus;
MUATAN TEKNIS RDTR
1) buku data dan analisis yang dilengkapi peta-peta; 2) buku rencana yang disajikan dalam format A4; dan 3) album peta yang disajikan dengan skala atau tingkat ketelitian
minimal 1:5.000 dalam format A1 yang dilengkapi dengan data peta digital yang memenuhi ketentuan sistem informasi geografis (GIS) yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang. Album peta minimum terdiri atas:
a) peta wilayah perencanaan, yang berisi informasi rupa bumi, dan batas administrasi BWP dan sub BWP (bila ada);
b) peta penggunaan lahan saat ini; c) peta rencana pola ruang BWP, d) peta rencana jaringan prasarana BWP e) peta penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya.
HASIL UJI AKURASI POSISI GEOMETRIS PETA RDTR KOTA TANGERANG :
Peta RDTR Kota Tangerang dibuat dari Citra Satelit Quickbird tahun
2008 dan didijitasi pada skala 1:5.000 sehingga berdasarkan standar yang digunakan di BIG saat ini maka peta pada skala tersebut harus memiliki ketelitian geometris sebesar 2,5 meter atau dengan kata lain pergeseran maksimal unsur-unsur yang tergambar pada peta bila dibandingkan dengan titik-titik uji di lapangan tidak lebih dari 2,5 meter.
Untuk uji akurasi posisi geometris peta RDTR Kota Tangerang telah dilakukan pengukuran titik-titik uji di lapangan sebanyak 15 titik yang tersebar pada beberapa Kecamatan di dalam Kota Tangerang.
Sebaran TiEk Uji
Titik-titik uji tersebut diukur dengan menggunakan GPS tipe geodetik dengan metode rapid static secara diferensial yang diikatkan pada titik Base CORS atau jaring kontrol geodesi BIG di Serpong, Kota Tangerang Selatan, Base ini dipilih berdasarkan posisi terdekat dari area pengukuran dimana jarak baseline paling jauh dari Base tersebut ke titik-titik uji sekitar 10-15 km. Masing-masing titik uji disurvei selama kurang lebih 30 menit untuk mendapatkan ketelitian yang optimal dari masing-masing titik uji tersebut.
Jarak Baseline Terjauh pada Proses Survei Uji Akurasi di
Kota Tangerang
Ti/k-‐//k uji hasil pengukuran GPS kemudian diplot ke peta dan dibandingkan dengan objek yang bersesuaian pada Citra Quickbird yang dipakai sebagaimana terlihat pada gambar dibawah ini.
Adapun hasil perhitungan terhadap 12 //k-‐//k uji tersebut menghasilkan RMSe sebesar 2,02 m, dimana berdasarkan standar yang digunakan di BIG saat ini yaitu peta pada skala 1:5.000 harus memiliki keteli/an geometris sebesar 2,5 meter atau dengan kata lain pergeseran maksimal unsur-‐unsur yang tergambar pada peta bila dibandingkan dengan //k-‐//k uji di lapangan /dak lebih dari 2,5 meter maka dapat dinyatakan Citra Quickbird yang digunakan Kota Tangerang sebagai sumber data untuk pembuatan peta dasar skala 1:5.000 untuk penyusunan RDTR Kota Tangerang sudah memenuhi syarat keteli/an posisi geometris untuk unsur-‐unsur horisontal.
Saran Survei Uji Akurasi Pada pekerjaan Survei Uji Akurasi citra satelit resolusi Enggi, dapat
direkomendasikan beberapa hal berikut : • Selang waktu antara akuisisi Citra satelit resolusi /nggi dan pelaksanaan
survei uji akurasi sebaiknya jangan terlalu jauh, sehingga objek-‐objek yang tergambar pada Citra satelit dan kondisi eksis/ng di lapangan rela/f masih sama.
• Citra satelit resolusi /nggi yang akan dilakukan uji akurasi sebaiknya merupakan citra yang belum terkompresi (citra yang belus diproses) sehingga penampakan objek-‐objeknya /dak pudar dan mudah dikenali.
• Idealnya untuk melakukan suatu uji akurasi perlu dilakukan pengambilan sampel (//k-‐//k uji) sebanyak minimal 30 sampel (luas kota Tangerang sekitar 150km2), dimana berdasarkan teorema limit terpusat sebaran data sebanyak minimal 30 sampel akan mendeka/ kurva distribusi normal Gauss, sehingga hasil dari uji akurasi akan menjadi semakin akurat.
Alterna/f metode dan teknologi yang digunakan untuk pemetaan skala besar Kawasan Borobudur yang
dimodifikasi dari metode pemetaan RBI
• Citra satelit resolusi /nggi à Quickbird (0,6-‐1m) • DSM dari TerraSAR à resolusi 5 – 10 m • Receiver GPS type Geode/c double frequency • Pengukuran GCP dengan survey GPS metode Rapid Sta/c dengan lama pengamatan per //k ± 40 menit
• Proses Orthorek/fikasi Citra Satelit untuk menjadi citra tegak
• Digitasi on screen untuk produksi peta garis dan database geospasial
Persiapan dan Desain Survey
Aspek Perpetaan untuk Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMETAAN
Pengukuran GCP
Koreksi Geometris dan Orthorek/fikasi
Proses Pemetaan Planimetris Rupabumi (Digitasi)
Survei Kelengkapan Lapangan
Proses Layout untuk Album Peta
Koreksi geometris menggunakan 38 buah ground control point (GCP) yang menyebar merata diseluruh wilayah yang akan dipetakan
SURVEY GPS UNTUK KELENGKAPAN PETA
Proses selanjutnya adalah menambahkan data kelengkapan lapangan pada hasil digitasi tersebut. Hal ini dilakukan dengan survey kelengkapan peta di lapangan dengan Mengambil detil berupa nama2 tempat, bangunan penting, nama jalan, nama desa, dsb.