Suara Benar dan Polemik Berkenaan Isu Ketuk-Ketuk di Melaka, 1932-1933
Polemik Aborsi
Transcript of Polemik Aborsi
POLEMIK ABORSI DALAMTINJAUAN MEDIS DAN AGAMA
Tugas Mata Kuliah :Studi Kasus Hukum Keluarga
Dosen Pembimbing : Muhsan Syarafuddin, Lc. M.H.I.
Disusun oleh : Ahmad IrhamniArif MasukuAziz Shodiq
Jurusan Syari’ahProgram Studi Ahwal Syakhsiyyah
Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyyah ImamSyafi’i - Jember
2014BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANGPergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan di luar
pernikahaan, terutama para pelajar dan mahasiswa hari ini
sudah sampai batas yang sangat mengkawatirkan. Ini akibat
hilangnya nilai-nilai agama dalam kehidupan masyarakat,
ditambah dengan gencarnya mass media yang menawarkan
kehidupan glamor, bebas dan serba hedonis yang menyebabkan
generasi muda terseret dalam jurang kehancuran.
Pacaran sudah menjadi aktivitas yang lumrah, bahkan
sebagian orang tua minder dan merasa malu jika anaknya tidak
mempunyai pacar, karena menurut pandangan mereka orang yang
tidak pacaran, adalah orang yang tidak bisa bergaul dan masa
depannya suram,serta susah mencari jodoh. Tidak sedikit dari
mereka yang akhirnya melakukan hubungan seks di luar
pernikahan dan hamil, kemudian berakhir dengan pengguran
kandungan dengan paksa.
Data statistis BKKBN ( Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional) menunjukkan bahwa sekitar 2.000.000
kasus aborsi terjadi setiap tahun di Indonesia. Untuk kasus
aborsi di luar negeri – khususnya di Amerika – data-datanya
telah dikumpulkan oleh dua badan utama, yaitu Federal
Centers for Disease Control (CDC) dan Alan Guttmacher
Institute (AGI) yang menunjukkan hampir 2 juta jiwa terbunuh
akibat aborsi. Jumlah ini jauh lebih banyak dari jumlah
nyawa manusia yang dibunuh dalam perang manapun dalam
sejarah negara itu. Begitu juga lebih banyak dari kematian
akibat kecelakaan, maupun akibat penyakit . ( Aborsi.com)
Dengan demikian, aborsi secara umum merupakan perbuatan
keji, tidak berperikemanusiaan dan bertentangan hukum dan
ajaran agama. Walaupun demikian, hukum Aborsi secara khusus
perlu dikaji secara lebih mendalam, karena Aborsi bukanlah
dalam satu bentuk, tetapi mempunyai berbagai macam.
Sementara itu Islam bukanlah agama yang kaku, tetapi agama
yang memandang kehidupan manusia ini dari berbagai sudut,
sehingga ditemukan di dalamnya solusi atas segala
problematika yang dihadapi oleh manusia.
Dalam malakah ini kami akan membahas aborsi menurut
medis dan agama, dengan judul makalah "Polemik Aborsi Dalam
Tinjauan Medis Dan Agama". Dan semoga makalah ini bisa
berguna, khususnya bagi diri kami sendiri dan umumnya bagi
para pembaca sekalian. Amiin.
B. DEFINISI ABORSI SECARA UMUM
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) aborsi
adalah pengguguran kandungan, sedangkan menurut The English
Language Deluxe Edition hal.3 - Aborsi adalah pengeluaran
janin bayi dari rahim baik secara paksa maupun secara tidak
sengaja.
Adapun dalam bahasa sehari-hari, istilah "keguguran"
biasanya digunakan untuk gugur kandungan oleh sebab-sebab
alami, sementara "aborsi" digunakan untuk penguguran
kandungan yang disengaja.
BAB II
ABORSI DALAM TINJAUAN MEDIS
A. DEFINISI ABORSI MENURUT MEDISDalam dunia kedokteran aborsi dikenal dengan istilah
“abortus” (bahasa latin), berarti pengeluaran hasil konsepsi
(pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan. Dan usia kehamilan/janinnya adalah
kurang dari 20 minggu. Ini adalah suatu proses pengakhiran
hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.
Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun
setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran
prematur.
B. KLASIFIKASI ABORSIAborsi dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan :
Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung secara
spontan (tanpa tindakan) atau natural (alami) atau
biasa disebut keguguran.
Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja
dibuat/dilakukan, yaitu dengan cara menghentikan
kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu.
Pada umumnya bayi dianggap belum dapat hidup di luar
kandungan apabila usia kehamilan belum mencapai 28
minggu, atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram,
walaupun terdapat beberapa kasus bayi dengan berat
dibawah 1000 gram dapat terus hidup. Pengelompokan
abortus provokatus secara lebih spesifik:
o Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus, abortus
yang dilakukan dengan disertai indikasi medik
(Legal). Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi
medik adalah demi menyelamatkan nyawa ibu. Dan hal
ini telah diatur dalam UU No.23/Thn. 1992 tentang
kesehatan. Ada juga syarat-syaratnya yaitu :
Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
keahlian dan kewenangan untuk melakukannya (yaitu
seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit
kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi.
Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis
lain, agama, hukum, psikologi).
Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau
suaminya atau keluarga terdekat.
Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki
tenaga/peralatan yang memadai, yang ditunjuk oleh
pemerintah.
Prosedur tidak dirahasiakan.
Dokumen medik harus lengkap.
o Abortus Provokatus Criminalis, aborsi yang sengaja
dilakukan tanpa adanya indikasi medik (Ilegal) oleh
tenaga medis/non-medis yang tidak kompeten dengan
menggunakan alat-alat atau obat-obat tertentu, serta
tidak memenuhi syarat & cara-cara yang dibenarkan
oleh peraturan perundangan. Biasanya di dalamnya
mengandung unsur kriminal atau kejahatan. Dan ada
beberapa pasal yang mengatur hal ini dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
C. RESIKO ABORSIBaik aborsi yang terjadi karena spontan ataupun buatan,
keduanya memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan
maupun keselamatan seorang wanita, tidak benar jika
dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia "tidak
merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang". Di antara
akibat aborsi tersebut adalah :
a. Resiko Kesehatan Fisik Resiko kesehatan dan keselamatan fisik pada saat
melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa
resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang
dijelaskan dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh
Brian Clowes, Phd yaitu:
o Kematian mendadak karena pendarahan hebat
o Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
o Kematian secara lambat akibat infeksi serius
disekitar kandungan
o Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
o Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang
akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya
o Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon
estrogen pada wanita)
o Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
o Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
o Kanker hati (Liver Cancer)
o Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang
akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan
pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya
o Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi
(Ectopic Pregnancy)
o Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
o Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
b. Resiko Kesehatan Mental Proses juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap
keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam
dunia psikologi sebagai “Post Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-
Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam
“Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam
penerbitan The Post-Abortion Review (1994).
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan
mengalami hal-hal seperti berikut ini:
o Kehilangan harga diri
o Berteriak-teriak histeris
o Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi
o Ingin melakukan bunuh diri
o Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang
o Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual
Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang
melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan bersalah yang tidak
hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.
D. METODE ATAU CARA ABORSIYang akan dibahas kali ini adalah metode atau cara
aborsi buatan sedang kan untuk aborsi alami semuanya terjadi
secara alami. Terdapat berbagai cara dan metode yang
digunakan dalam aborsi buatan atau abortus provokatus, namun
kami akan menyebutkan 5 metode atau cara saja, di
antaranya :
a. Urea
Karena bahaya penggunaan saline, maka suntikan lain yang
biasa dipakai adalah hipersomolar urea, walau metode ini kurang
efektif dan biasanya harus dibarengi dengan asupan hormon
oxytocin atau prostaglandin agar dapat mencapai hasil maksimal.
Gagal aborsi atau tidak tuntasnya aborsi sering terjadi
dalam menggunakan metode ini, sehingga operasi pengangkatan
janin dilakukan. Masalah umum dalam aborsi pada trimester
kedua adalah perlukaan rahim, yang berkisar dari perlukaan
kecil hingga perobekan rahim.
b. Prostaglandin
Prostaglandin merupakan hormon yang diproduksi secara
alami oleh tubuh dalam proses melahirkan. Injeksi dari
konsentrasi buatan hormon ini ke dalam air ketuban memaksa
proses kelahiran berlangsung, mengakibatkan janin keluar
sebelum waktunya dan tidak mempunyai kemungkinan untuk hidup
sama sekali. Sering juga garam atau racun lainnya diinjeksi
terlebih dahulu ke cairan ketuban untuk memastikan bahwa
janin akan lahir dalam keadaan mati, karena tak jarang
terjadi janin lolos dari trauma melahirkan secara paksa ini
dan keluar dalam keadaan hidup.
c. Partial Birth Abortion
Metode ini sama seperti melahirkan secara normal,
karena janin dikeluarkan lewat jalan lahir. Aborsi ini
dilakukan pada wanita dengan usia kehamilan 20-32 minggu,
mungkin juga lebih tua dari itu. Dengan bantuan alat USG,
forsep (tang penjepit) dimasukkan ke dalam rahim, lalu janin
ditangkap dengan forsep itu. Tubuh janin ditarik keluar dari
jalan lahir (kecuali kepalanya). Pada saat ini, janin masih
dalam keadaan hidup. Lalu, gunting dimasukkan ke dalam jalan
lahir untuk menusuk kepala bayi itu agar terjadi lubang yang
cukup besar. Setelah itu, kateter penyedot dimasukkan untuk
menyedot keluar otak bayi. Kepala yang hancur lalu
dikeluarkan dari dalam rahim bersamaan dengan tubuh janin
yang lebih dahulu ditarik keluar.
d. Histerotomy (untuk kehamilan trimester kedua dan ketiga)
Sejenis dengan metode operasi caesar , metode ini
digunakan jika cairan kimia yang digunakan/disuntikkan tidak
memberikan hasil memuaskan. Sayatan dibuat di perut dan
rahim. Bayi beserta ari-ari serta cairan ketuban
dikeluarkan. Terkadang, bayi dikeluarkan dalam keadaan
hidup, yang membuat satu pertanyaan bergulir: bagaimana,
kapan dan siapa yang membunuh bayi ini? Metode ini memiliki
resiko tertinggi untuk kesehatan wanita, karena ada
kemungkinan terjadi perobekan rahim. Dalam 2 tahun pertama
legalisasi aborsi di kota New York, tercatat 271,2 kematian
per 100.000 kasus aborsi dengan cara ini.1
e. Mengkonsumsi Obat-obatan atau Jamu
Tujuan pemakaian berbagai macam jamu dan obat adalah
memberi peredaran darah yang berlebihan di perut bagian
bawah, hipermia, sehingga rahim menjadi peka dan mudah
berkontraksi atau membuat perut merasa mulas, kejang dan
rahim ikut berkontraksi.
Dalam masyarakat pengguna obat tradisional seperti
nanas muda, jamu peluntur dan lain-lain sudah lama dikenal.
Melalui iklan promosi obat di media elektronik beberapa obat
peluntur ditawarkan secara terselubung, misalnya obat
terlambat datang bulan; dilarang untuk wanita hamil dan
lain-lain.
Abortivum, obat yang sering dipakai untuk pengguguran
dapat dibagi dalam beberapa golongan :
Obat yang menyebabkan muntah, emetikum.
Obat yang menyebabkan murus, purgativum, pencahar. Obat
yang bekerja melalui traktus digestivus seperti
pencahar yang bekerja cepat, castor oil, dan lain-lain,
menyebabkan peredaran darah di daerah pelvik meningkat,
Sehingga mempengaruhi hasil konsepsi.
1 Sumber: Situs National Right to Life Committee, www.nrlc.org dan buku
Ilmu Kebidanan terbitan Yayasan Bina Pustaka, 1994
Obat yang menyebabkan haid menjadi11lancar, obat
peluruh haid, emenagogum. Emenagoga yang merangsang
atau memperlancar haid seperti apiol, minyak pala,
oleum rutae.
Obat yang menyebabkan otot rahim menjadi kejang,
ekbolikum. Ecbolica membuat kontraksi uterus seperti
derivat ergot, kinina, ekstrak pituitari, estrogen.
Obat-obatan ini, untuk tujuan abortivum harus
dipergunakan dalam dosis tinggi sehingga dapat
menimbulkan bahaya.
Garam logam timah hitam yang menyebabkan kandungan mati
setelah beberapa minggu.
Obat-obat yang meningkatkan sirkulasi darah di daerah
panggul sehingga mempengaruhi uterus seperti ekstrak
cantharidium.
Obat-obat iritan seperti batat, fosforus, mercuri dan
lain-lain.
11Obat atau jamu yang mujarab untuk pengguguran tidak ada,
kebanyakan obat malah menyebabkan si ibu mengalami
intoksikasi.
BAB III
ABORSI DALAM TINJAUAN AGAMA ISLAM
A. PENGERTIAN ABORSI DALAM ISLAM
Dalam bahasa arab aborsi disebut dengan اض ه��������� ج�� yang الإ��berasal dari kata ض ه� ج� - ي�� هض ج�� �yang ا berarti wanita yang
melahirkan anaknya secara paksa dalam keadaan belum sempurna
penciptaannya. Atau juga bisa berarti bayi yang lahir karena
dipaksa atau bayi yang lahir dengan sendirinya.
Sedangkan aborsi dalam dunia fiqh sering disebut dengan
"isqhoth" (menggugurkan) atau "ilqaa'" (melempar) atau "tharhu"
(membuang)2.
B. SEBAB - SEBAB TERJADINYA ABORSISebelum kita mengkaji lebih jauh tentang aborsi dalam
tinjauan Islam, terlebih dahulu kita mengetahua sebab -
sebab terjadinya aborsi. Secara umum baik di negara- negara
barat atau yang lainnya, aborsi terjadi karena beberapa
sebab di antaranya :
a) Banyaknya perzinaan dan PSK dengan alasan kebebasan
atau HAM.
Di negara-negara barat aborsi dengan sebab pergaulan
bebas dan PSK sangat besar hingga mencapai 85% seperti yang
terjadi di NEW YORK dan LONDON.
b) Mengatur dan membatasi keturunan.
Pemikiran semacam ini muncul pertama kali di EROPA pada
akhir abad ke 18 masehi. Dan yang pertama kali melakukan hal
ini adalah para Pendeta Inggris.
Kemudian menyebar ke berbagai Negara seperti UNISOVIET
dan negara -negara komunis, seperti jepang pada tahun 1948.
Adapun Negara Islam yang pertama kali membolehkan aborsi
2 al-misbah al-munir, hlm : 72
adalah Tunisia namun bagi keluarga yang telah memiliki lima
anak.
c) Khawatir terhadap kesehatan janin yang ada dalam
kandungan atau khawatir atas kesehatan seorang ibu,
apabila janin tersebut terus dipertahankan.
d) Seorang ibu belum ingin hamil pada waktu-waktu tertentu
atau dengan alasan - alasan lain seperti sibuk dengan
pekerjaan kantor bagi wanita karir atau karena ingin
hidup mewah dengan sedikit anak.
Hal ini banyak terjadi di negara-negara barat bahkan
sebagian negara yang mayoritas pendudukanya adalah muslim,
seperti Indonesia dan lain-lain.
C. PANDANGAN ISLAM TERHADAP NYAWA, JANIN DAN PEMBUNUHAN
Sebelum menjelaskan secara mendetail tentang hukum
aborsi, lebih dahulu perlu dijelaskan tentang pandangan umum
ajaran Islam tentang nyawa, janin dan pembunuhan, yaitu
sebagai berikut
Pertama: Manusia adalah ciptaan Allah yang mulia, tidak
boleh dihinakan baik dengan merubah ciptaan tersebut, maupun
menguranginya dengan cara memotong sebagian anggota
tubuhnya, maupun dengan cara memperjual belikannya, maupun
dengan cara menghilangkannya sama sekali yaitu dengan
membunuhnya, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta'alaa. :
د ق! ا } ول� ن م� ر ي� ك� ن,� دم ... { ب�. ا3
“Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia“.( QS.
Al-Isra’:70)
Kedua: Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh
semua orang. Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan
menyelamatkan semua orang.
ن4 ل� } م�� ��� ج�� �ك8 ا ل����� ا د ن ب� ن! لي ك� ي� ع� ن,� ل ب�. ن� @�Aب را س��� ه ا�� ���Eن �ن4 ا ل م� ن!��� ا ق�! س��� ف ���ر� ن� ي� غ س ن��� ف و ن� �اد ا س��� ي� ق� � ف� رض �ما الإ ن� �ا ك ل ف� ن!��� اس ق�! عا ال�ن��� ي� م� ج��
ن4 ا وم� اه� ن� ح� �ما ا ن� �ا ك ا ف� ن� ح� �اس ا عا { ال�ن ي� م� ج��“Barang siapa yang membunuh seorang manusia, maka seakan-
akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa
yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia, maka
seolah-olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia
semuanya.” (QS. Al-Maidah:32)
Ketiga: Dilarang membunuh anak (termasuk di dalamnya
janin yang masih dalam kandungan), hanya karena takut
miskin. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta'alaa :
لوا } ولإ ن! ف! م ن�! ولإدك� �ة! ا ي� cش ح� لإق! م� ن4 ا�� ح هم ي� ق�! رر م ن� اك� �Aي ن4 وا�� لهم ا� ن! ان4 ق�! ءا ك� ط � را { خ� ي� ب.� ك�“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut
melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan
kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang
besar.” (QS. Al-Isra’:31)
Keempat: Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan
kehendak Allah subhanahu wa ta'alaa, sebagaimana firman Allah
subhanahu wa ta'alaa :
ر ق!� ي� } ون� ام� ف� رج� �ا الإ اء م� cس لى ن� ل ا�� ج�� �سمي ا م م� cم ث� ك خر�ج�� لإ { ي� ق ط��“Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut
kehendak Kami selama umur kandungan. Kemudian kami keluarkan
kamu dari rahim ibumu sebagai bayi.” (QS.Al-Hajj:5)
Kelima: Larangan membunuh jiwa tanpa hak, sebagaimana
firman Allah subhanahu wa ta'alaa :
لوا } ولإ ن! ف! س ن�! ف ي� ال�ي ن!� م ال� ر لإ اهلل ح� � { ا�� ق! ال�ح ي���“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
melainkan dengan alasan yang benar “ ( QS.Al-Isra’:33)
D. HUKUM ABORSI DALAM ISLAM
Secara umum aborsi terbagi menjadi dua keadaan yaitu:
menggugurkan janin sebelum peniupan ruh dan menggugurkan
janin sesudah peniupan ruh.
A. Menggugurkan Janin Sebelum Peniupan Roh
Dalam hal ini, para ulama berselisih tentang hukumnya
dan terbagi menjadi tiga pendapat :
Pendapat Pertama:
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya boleh.
Bahkan sebagian dari ulama membolehkan menggugurkan janin
tersebut dengan obat. (Hasyiat Al Qalyubi:3/159)
Pendapat ini dianut oleh para ulama dari madzhab
Hanafi, Syafi’i, dan Ibnu Aqil dari kalangan Hambali.
Tetapi kebolehan ini disyaratkan adanya ijin dari kedua
orang tuanya.(Syarah Fathul Qadir:2/495)
Dalil - dalil pendapat ini :
Hadist Ibnu Mas’ud yang menjelaskan tentang proses
penciptaan manusia, bahwa sebelum empat bulan, roh
belum ditiup ke janin dan penciptaan belum sempurna,
serta dianggap benda mati, sehingga boleh digugurkan.
Setiap janin yang belum dibentuk menjadi manusia dan
belum ditiupkan ruh tidak disebut sebagai manusia. Maka
tidak ada keharaman untuk menggugurkannya.
Bahwasannya janin yang hidup pada awal kehamilan, tidak
seperti kehidupan setelah di tiupkannya ruh ketika
janin tersebut berusia 120 hari.
Pendapat Kedua:
Boleh menggugurkan janin ketika masih berbentuk nuthfah
atau segumpal air mani dan diharamkan ketika telah berbentuk
segumpal dara sampai peniupan ruh dst. Pendapat ini dianut
oleh Al-Lakhomi dari kalangan Malikiyah dan sebagian
Hanabilah.
Dalil-dalil yang digunakan sebagai berikut:
!ه! الي�راءة ص�لي� � الإAsal hukumnya adalah boleh sampai ada larangan yang
datang baik dari al-Qur’an maupun Sunnah. Sebagaimana yang
di katakan oleh Manshur Al-Bahuty bahwa hukum asalnya adalah
boleh sampai ada larangan.
ال د ق�!�� �� ن� ال : ال�ل��ه� ع� ول ق�!�� ي ال�ل��ه� رس��� ل ص��� ه� اهلل �� لي� م ع� ل ن4 : وس��� ه! ا�� ف�� ط ون4 ال�ن ك�� ي� ي�� م� ف� ح�� ر ن4 ال��� ي� ع� رن�. �ا ا وم� لي ي�� ها ع� ال�� لإ ج���ر ي� غ ا ، ن�! د ا�� � ق��� ت! ض�� ون4 م� ع�� �Eن ر �ارت! ، الإ ه! ص��� لف!�� م ، ع� cه! ث� غ ض�� ك8 م� ل�� د م ، ك��� cا ث� ام� ظ¦ ك8 ع�� ل�� د ا ، ك��� د ا�� راد ق��� � ا ن4 اهلل �ي� ا و� س�� ن��
ه لف!��� عتc ، ج� ها ن�� ي� ل� ا ا�� لك ول ، م� ق!��� ي� ك8 ق� مل��� ي� ال� � د ه� ال���� ي���� ل@ ي� : ي�² �� ا ر ، رت� ك���� د �م ا �ي ا ن Eب �ي� ؟ ا ق!� c����س �م ا �د ا ن� ع� ر ؟ س���� ي� ص���� ف�! �م ا �ال �Eي و� ض ؟ ط� اف�!� Eي �م ا �د ا � �اي� ه ؟ ر ون�! له ق! ج�� �ح ؟ وا ي� ح� ص� �م ا �م ا ي� ف!� ال ؟ س� ت!ت� : ق�! ك ن� ك8 ق� ل�� ه د ل�� ال ك� ق!�� ل ف� �� ن4 رج�� وم� م�� ق!�� :ال�
م ي� ف� عمل ف� ن4 ال� د د ا�� غ وق�! ر� ن4 ف� ا م�� د ه� ه� ل� ال ؟ ك� ملوا : ق�! ل ، اع� ك ه ف� وج� ي� ما س� ق! ل�� ل� ج�مد رواة.}له ج� �{اSisi pendalilannya adalah: di dalam hadits ini terdapat
isyarat bahwa air mani tidak berubah dari keadaan aslinya
menjadi segumpal darah selama 40 hari berada di dalam rahim.
Maka boleh menggugurkannya.
cث�Aي ان��ر ج�د ا : ج�� ل )ك�ن عر ن4 ن� ل( وال�ق!را3 ير ن��Nabi tidak mengingkari para sahabat melakukan al-‘ajl
yaitu menumpahkan air mani di luar kemaluan wanita. Maka hal
ini menunjukan bolehnya menggugurkan janin yang ada di dalam
rahim seorang ibu selama masih berbentuk mani.
Pendapat ketiga:
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya haram
scara mutlaq. Pendapat ini di anut oleh Jumhur Malikiyah,
sebagian Hanafiyah, sebagian Syafi’iyah seperti Al-Ghozali,
Ibnu Hajar dll. Dan Ibnu Al-Jauzi dari kalangan Hanabilah.
Dan pendapat ini di kuatkan oleh Ibnu Taimiyah, Ibnu Rojab
dan Al-Izz Ibnu Abdi As-Salam.
Dalil-dalil yang digunakan:
(ي ض ي� ف�! ن4 ف ي� ن ة! ح�� �ي� م�ن4 امرا ن ان4 ب�� عرة! ل�حن� د ن�� و ع�ن� �مه! ا �(اSisi pendalilan: mereka berkata: janin adalah sesuatu
yang ada di dalam rahim seorang wanita, dan wajibnya
memerdekakan budak karena menggugurkannya menunjukan bahwa
janin adalah sesuatu yang dimuliakan yang mana orang yang
sengaja menggugurkannya mendapatkan dosa. Maka tidak boleh
menggugurkannya.
وله عالى ق! م : )ن�! cاة ث� علن ه! ج�� طف ي� ن� !رار ف ن4 ف� (م�كي�Air mani sudah tertanam dalam rahim dan telah bercampur
dengan ovum wanita sehingga siap menerima kehidupan, maka
merusak wujud ini adalah tindakan kejahatan dan menyelisihi
tujuan diciptakannya rahim.
Janin adalah awal mula proses kehidpan seorang insan,
maka tidak boleh menggugurkannya sebagaimana tidak
boleh membunuh seorang insan.
Hukuman dan qishos adalah sesuatu yang wajib
disegerakan.
Namun apabila seorang wanita melakukan perbuatan yang
terdapat di dalamnya hukuman seperti hukuman rajam bagi
wanita yang sudah menikah dll. Sementara diketahui wanita
tersebut sedang hamil, maka para ulama sepakat tidak
bolehnya ditegakkan hukuman atas wanita tersebut sampai dia
melahirkan. Tanpa harus mengetahui sudah berapa lamakah masa
kehamilannya tersebut. Bahkan hal ini telah menjadi ijma’
di kalangan para sahabat.
Ibnu Qudamah rohimahullah berkata: tidak boleh ditegakkan
hukuman atas wanita yang sedang hamil sampai dia melahirkan.
Walaupun wanita tersebut adalah seorang pezina. Kami tidak
mengetahui ada khilaf di dalamnya.
Ibnu Al-Mundhzir mengatakan: para ulama telah sepakat
bahwa tidak boleh di tegakkan hukuman atas wanita yang
sedang hamil sampai dia melahirkan.
Menggugurkan kandungan termasuk perbuatan yang
menyelisuhi tujuan dari pernikahan, yaitu mendambahkan
lahirnya buah hati.
Ketiga pendapat ulama di atas tentunya dalam batas-
batas tertentu, yaitu jika di dalamnya ada kemaslahatan,
atau dalam istilah medis adalah salah satu bentuk Abortus
Profocatus Therapeuticum, yaitu jika bertujuan untuk kepentingan
medis dan terapi serta pengobatan. Dan bukan dalam katagori
Abortus Profocatus Criminalis, yaitu yang dilakukan karena alasan
yang bukan medis dan melanggar hukum yang berlaku,
sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
B. Menggugurkan Janin Setelah Peniupan Roh
Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa
menggugurkan janin setelah peniupan roh hukumnya haram.
Peniupan roh terjadi ketika janin sudah berumur empat bulan
dalam perut ibu, Ketentuan ini berdasarkan hadist Ibnu
Mas’ud:
ن4 د� ع� ن� � ال�له� ع� ن4 سعود ب�� ال ، م� ا : ق�! ن ´Eب د ول ج� ي ال�له� رس� ل ص� ه� اهلل لي� م ع� ل و وس� ق! وه� اد� دوق! ال�ص مص ن4 : ال� م ا�� دك� ج�� �ع ا م� ج� ه ي�� لف!�� ج�
ي� � ف� ن4 ط ه� ن�� م��� �ي� ا ن4 ف� ي� ع� رن�. �ا ا وم� م ي�� cون4 ث� ك�� ه! ي�� لف!�� ل ع� ��cن ك8 م�� ل���� م ، د cون4 ث� ك�� ه! ي�� غ ض�� ل م� ��cن ك8 م�� ل���� م ، د cل ث� رس���� ن�� ه� اهلل �� ي� ل� ك8 ا�� مل�� ح ال� ف ي ي� ه� ق�, ي��� ق�@وح مر ال�ر �و �Eي ع و �áب ر �ا ت!ت� ، ي��� ك ه ي�� ق! ر له ر� ج�� �مله وا ي� وع� ق!� cو وس� �د ا ن� ع� ي� ، س�� � د وال�� ه لإ ق ل� �رة ا�� ي� ن4 غ م ا�� دك� ج�� �ل ا عم� ي� ل� ل� عم� ل� ن��� ه�� �� ا ه! ي� ال�ح�
ي ن! ا ح� ون4 م� ك ة ي�� ي� ب² ها ي�. ي ب² لإ وي�. راغ ا�� م د� cق! ث� ي�� ش�� ه� ن�� �� لي� ات� ع� ن!�� م ال�ك� ي! ح ي� ه ق� ل� ل�� عم� ل� ن��� ه�� �ار� ا لها ال�ن� دج� � ن� ن4 ، ق� م وا�� دك� ج�� �ل ا عم� ي� ل� ل� عم�� ن���
ل� ه� �ار� ا ي ال�ن ن! ا ح� ون4 م� ك ة ي�� ي ب² ها ي�. ي ب² لإ وي�. راغ ا�� م د� cق! ث� شي�� ه� ن�� لي� ات� ع� ن! م ال�ك� ي! ح ي� عمل� له ق� ل� ن��� ه� �� ا ه! ي لها ال�ح� دج� ن� .ق� Janin yang sudah ditiupkan roh dalam dirinya, secara
otomatis pada saat itu, dia telah menjadi seorang manusia,
sehingga haram untuk dibunuh. Hukum ini berlaku jika
pengguguran tersebut dilakukan tanpa ada sebab yang darurat.
Namun jika disana ada sebab-sebab darurat, seperti jika sang
janin nantinya akan membahayakan ibunya jika lahir nanti,
maka dalam hal ini, para ulama berselisih dalam dua
pendapat:
Pendapat Pertama:
Menyatakan bahwa menggugurkan janin setelah peniupan
roh hukumnya haram secara mutlaq, walaupun diperkirakan
bahwa janin tersebut akan membahayakan keselamatan ibu yang
mengandungnya. Pendapat ini dianut oleh Mayoritas Ulama.
Dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'alaa :
لوا } ولإ ن! ف! س ن�! ف ي� ال�ي ن!� م ال� ر لإ اهلل ح� � { ا�� ق! ال�ح ي���
“ Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar.“
(QS. Al-Isra’: 33)
Kelompok ini juga mengatakan bahwa kematian ibu masih
diragukan, sedang keberadaan janin merupakan sesuatu yang
pasti dan yakin, maka sesuai dengan kaidah fiqhiyyah : “
Bahwa sesuatu yang yakin tidak boleh dihilanngkan dengan
sesuatu yang masih ragu.”, yaitu tidak boleh membunuh janin
yang sudah ditiup rohnya yang merupakan sesuatu yang pasti ,
hanya karena kawatir dengan kematian ibunya yang merupakan
sesuatu yang masih diragukan. (Hasyiyah Ibnu Abidin :
1/602.)
Selain itu, mereka memberikan permisalan bahwa jika sebuah
perahu akan tenggelam, sedangkan keselamatan semua penumpang
yang berada di atas perahu tersebut bisa terjadi jika
sebagian penumpangnya dilempar ke laut, maka hal itu juga
tidak dibolehkan.
Pendapat Kedua:
Dibolehkan menggugurkan janin walaupun sudah ditiupkan
roh kepadanya, jika hal itu merupakan satu-satunya jalan
untuk menyelamatkan ibu dari kematian. Karena menjaga
kehidupan ibu lebih diutamakan dari pada menjaga kehidupan
janin, karena kehidupan ibu lebih dahulu dan ada secara
yakin, sedangkan kehidupan janin belum yakin dan
keberadaannya terakhir. (Mausu’ah Fiqhiyah : 2/57)
Prediksi tentang keselamatan ibu dan janin bisa
dikembalikan kepada ilmu kedokteran, walaupun hal itu tidak
mutlak benarnya. Wallahu A’lam.
Dari keterangan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa
para ulama sepakat bahwa Abortus Profocatus Criminalis, yaitu
aborsi kriminal yang menggugurkan kandungan setelah
ditiupkan roh ke dalam janin tanpa suatu alasan syar’i
hukumnya adalah haram dan termasuk katagori membunuh jiwa
yang diharamkan Allah subhanahu wa ta'alaa.
Adapun aborsi yang masih diperselisihkan oleh para
ulama adalah Abortus Profocatus Therapeuticum, yaitu aborsi yang
bertujuan untuk penyelamatan jiwa, khususnya janin yang
belum ditiupkan roh di dalamnya.
BAB IV
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
Segala Puji bagi Allah, telah sampai kita dalam akhir bab
makalah ini. Dalam bab ini kami menyimpulkan beberapa point
yang diambil dari penjelasan kami di atas. Adapun point-
point kesimpulannya adalah sebagai berikut :
Di Indonesia aborsi yang disengaja/abortus provokatus
istilahnya adalah pengguguran. Sedangkan yang tidak
disengaja/ Abortus spontanea, istilahnya keguguran.
Di indonesia juga telah membuat undang-undang
tentang aborsi dalam undang-undang kesehatan, dan
juga dimasukkan dalam KUHP.
Dalam dunia medis aborsi terbagi menjadi 2 : Aborsi
Legal dan Aborsi Ilegal.
Hukum aborsi dalam Islam terbagi menjadi 2 juga :
Aborsi tanpa alasan yang syar'i hukumnya adalah
haram dan Aborsi yang bertujuan untuk penyelamatan
jiwa atau alasan kesehatan maka ulama masih
berselisih pendapat.
Sekian yang dapat kami simpulkan dan semoga makalah ini
bisa bermanfaat di kemudian hari, dan jika terdapat banyak
kekurangan atau kesalahan dalam makalah ini kami meminta
maaf dan menerima saran atau kritikan yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA