PEMBINGKAIAN BERITA MEDIA ONLINE POLEMIK RUU PILKADA (Analisis Framing Robert N. Enteman Pada Media...

39
PEMBINGKAIAN BERITA MEDIA ONLINE POLEMIK RUU PILKADA (Analisis Framing Robert N. Enteman Pada Media Online kompas.com dan republika.co.id Periode September 2014) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom.) Nama : Andri Haryanto NIM : 1171500885 Program Studi : Ilmu Komunikasi Konsentrasi : Broadcast Journalism FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS BUDI LUHUR

Transcript of PEMBINGKAIAN BERITA MEDIA ONLINE POLEMIK RUU PILKADA (Analisis Framing Robert N. Enteman Pada Media...

PEMBINGKAIAN BERITA MEDIA ONLINE POLEMIK RUU PILKADA

(Analisis Framing Robert N. Enteman Pada Media Online

kompas.com dan republika.co.id Periode September 2014)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Komunikasi (S.I.Kom.)

Nama : Andri Haryanto

NIM : 1171500885

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Konsentrasi : Broadcast Journalism

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS BUDI LUHUR

JAKARTA

2014

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada masa sekarang ini kebutuhan akan media massa

semakin besar. Hampir setiap langkah kehidupan

seseorang tak lepas dari peran dan pengaruh media

massa. Dari bangun tidur sampai akan tertidur lagi pun

kita pasti akan berhubungan dengan yang namanya media

massa. Hal ini menunjukan kepada kita bahwa pengaruh

media massa begitu besar bagi kehidupan manusia,

sehingga tak dapat dipungkiri lagi mungkin banyak

individu yang tak pernah terkena terpaan pesan dari

media massa.1

Media massa itu sendiri terbagi menjadi dua bagian,

yaitu media massa yang periodik (waktu penerbitannya

teratur) dan media massa yang non periodik (waktu

penerbitannya tidak teratur). Sedangkan media massa

1 Vera Nawiroh, Pengantar KOMUNIKASI MASSA, (Jakarta : Renata Pratama Media, 2010), h. 1.

periodik dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu media

cetak dan media non cetak (elektronik).

Media massa memiliki peran strategis, sebagai

saluran yang menyampaikan informasi kepada publik

secara serempak diantara khalayak yang sedang

menggunakan media tersebut. Pada dasarnya, media massa

memiliki fungsi penghantar dalam menyebar berbagai

macam pengetahuan, menyelenggarakan kegiatan dalam

lingkungan publik yang dapat dijangkau segenap anggota

masyarakat secara bebas, sukarela, umum dan murah,

hubungan antara pengirim

dan penerima seimbang dan sama, serta mampu menjangkau

lebih banyak orang daripada institusi lainnya (McQuail,

1987: 51).

Seiring berkembangnya teknologi dibidang komunikasi

dan informatika, perkembangan media massa juga

mengalami pasang surut. Saat ini era media cetak

semakin menurun atau bisa dibilang mulai ditinggalkan

banyak orang. Media massa yang paling berkembang saat

ini adalah era elektronik, baik itu televisi dan

internet atau biasa dikenal dengan media online,

keduanya begitu memikat hati khalayak. Masing – masing

dari media tersebut memiliki keunggulan yang ditunjang

dengan perkembangan teknologi saat ini.

Media online adalah media massa yang tersaji secara

online di situs web (website) internet. Media online ini

juga produk dari jurnalistik tepatnya jurnalistik

online. Jurnalistik online itu sendiri sering disebut

juga dengan cyber journalisme didefinisikan sebagai

pelaporan fakta atau peristiwa yang diproduksi dan

didistribusikan melalui internet (Wikipedia, Jum’at 3

September 2014, Jam 01.00 WIB).

Pesan yang disampaikan oleh media massa melalui

majalah, Koran, tabloid, buku, televisi, radio, film

dan internet diterima secara serempak oleh khalayak

luas yang jumlahnya tidak sedikit. Media massa yang

baik secara umum memiliki empat fungsi utama,

diantaranya untuk menginformasikan (to inform), untuk

mendidik (to educate), untuk mempengaruhi (to influence), dan

untuk menghibur (to entertain). Menurut Undang – undang No.

40 tahun 1999 tentang pers, bahwa fungsi pers adalah

untuk menginformasikan, mendidik, menghibur, dan

melakukan pengawasan sosial (social control) baik pada

perilaku publik maupun pada penguasa (Undang – Undang

No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers Pasal 3).

Media massa sebagai perpanjangan indra dari khalayak

untuk mengetahui banyak peristiwa di tempat yang

terpisah jarak dan waktu juga memiliki fungsi – fungsi

yang di manfaatkan sesuai dengan keinginan dan pihak –

pihak yang berkuasa atas media tersebut. Salah satu

pemanfaatan media massa adalah sebagai sarana

komunikasi politik.

Komunikasi politik di media massa erat kaitannya

dengan opini publik, dimana opini publik berusaha untuk

mengarahkan sikap dan tindakan khalayak mengenai suatu

masalah politik atau aktor politik. Dalam komunikasi

politik, media massa menjadi penggerak utama dalam

usaha mempengaruhi individu terhadapterpaan berita yang

diterimanya. Bentuk pembicaraannya dalam media berupa

teks atau berita politik yang didalamnya terdapat

simbol – simbol politik. Oleh karena itu, media massa

menjadi saluran yang sering digunakan dalam

menyampaikan informasi politik.

Media massa bukan sekedar sarana yang menampilkan

kepada publik peristiwa politik secara apa adanya,

tetapi tergantung kepada kelompok dan ideologi yang

mendominasinya. Dengan demikian, apapun yang dihasilkan

dan ditampilkan oleh media merupakan representasi dari

ideologi media massa tersebut. Dengan kekuatan yang

dimiliki oleh media massa, maka lembaga – lembaga

politik seperti partai politik, organisasi pemerintah,

kelompok kepentingan, serikat buruh, LSM, dan

sebagainya seringkali memanfaatkan media massa untuk

tujuan – tujuan politiknya.

Munculnya Undang – Undang No. 40 tahun 1999 Tentang

Pers dianggap sebagai tanda dimulainya kebebasan pers.

Ketika itu bermunculan berbagai nama media massa baru

di masyarakat dan seiring dengan perkembangan zaman dan

maraknya penggunaan internet dilingkungan masyarakat,

maka lahirlah pula apa yang disebut dengan jurnalisme

online.

Sayangnya, kelahiran kebebasan pers ini bukan saja

membawa dampak pada terbukanya saluran dan sumber

informasi komunikasi di masyarakat, tetapi juga

menimbulkan masalah lain. Berita yang ada di media

massa merupakan suatu cara untuk menciptakan realitas

yang diinginkan mengenai peristiwa atau kelompok orang

yang dilaporkan. Oleh karena telah melewati proses

seleksi dan reproduksi, berita yang sebenarnya

merupakan laporan peristiwa yang artifisial, tetapi

dapat diklaim sebagai objektif oleh surat kabar itu

untuk mencapai tujuan – tujuan ideologi (dan bisnis)

surat kabar tersebut. Dengan kata lain berita yang ada

di media massa, bukan sekedar menyampaikan tetapi juga

menciptakan makna (Eriyanto, 2002: xii).

Pada awal September 2014, muncul sebuah isu mengenai

polemik RUU (Rancangan Undang – Undang) Pilkada

(Pemilihan Kepala Daerah). Dimana dikabarkan bahwa

pilkada tidak lagi dilakukan dengan mekanisme pemilihan

secara langsung oleh rakyat, melainkan dipilih langsung

oleh DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah). Semua media

massa termasuk media online didalamnya secara bersama –

sama menyebarluaskan pemberitaan ini.

Namun ternyata media online menjadi pilihan yang

paling diminati di era modern ini. Penyajian berita

yang begitu cepat menjadi keunggulan tersendiri bagi

media online dibandingkan dengan media – media massa

jenis lainnya. Semua media online secara bersama – sama

mengkonstruksi berita tersebut dengan caranya masing –

masing yang mungkin akan di pengaruhi oleh kepentingan

pemilik masing – masing media. Konstruksi berita yang

dilakukan oleh media online tersebut salah satunya

adalah dengan melakukan pembingkaian atau framing.

Pada penelitian ini ada dua portal berita media online

yang akan penulis analisa pembingkaian beritanya

terkait polemik RUU Pilkada. Dua media online itu adalah

kompas.com dan republika online. Berdasarkan data yang

diperoleh kompas.com memiliki pembaca berdasarkan jenis

kelamin sebanyak 80% laki – laki dan 20% perempuan.

Pembaca terbanyak berada pada rentan usia 31 – 35 tahun

sebanyak 22%, 20% untuk usia 26 – 30 tahun, 16% untuk

usia 36 – 40 tahun, dan 15% untuk usia 21 – 25 tahun.

Sebanyak 56% pembaca kompas.com berasal dari orang yang

pendidikannya tingkat sarjana (www.kompas.com , hari

Jum’at tanggal 3 September 2014, Pukul 01.30 WIB).

Sedangkan republika online memiliki pembaca berdasarkan

jenis kelamin sebanyak 84,37% laki – laki dan 15,63%

perempuan. Pembaca terbanyak berada pada rentan umur 25

– 30 tahun sebanyak 21,88%, usia 35 -40 tahun sebanyak

17,02%, usia 31 – 34 tahun sebanyak 14,60%, dan usia 21

– 24 tahun sebanyak 14,25%. Sebanyak 66,33% berasal

dari orang yang pendidikannya tingkat sarjana

(www.republika.co.id, hari jum’at tanggal 3 September

2014, pukul 01:45 WIB).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, framing

berita yang dilakukan oleh kedua media online tersebut

mengantarkan kita pada pertanyaan, “Bagaimana media

online kompas.com dan republika.co.id membingkai berita

tentang Polemik RUU Pilkada?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana media online kompas.com dan republika.co.id

membingkai berita tentang Polemik RUU Pilkada ini.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

antara lain :

1. Manfaat Teoritis dari penelitian ini diharapkan

dapat memberi kontribusi, memperluas, dan

meperkaya pengetahuan dalam bidang Ilmu

Komunikasi. Serta berguna bagi pengembangan Ilmu

Komunikasi khususnya bidang jurnalistik mengenai

framing pemberitaan. Memberikan informasi dan

referensi khususnya bagi para mahasiswa Ilmu

Komunikasi yang ingin mengadakan penelitian

sejenis.

2. Manfaat Praktis dari penelitian ini adalah untuk

menunjukan kepada publik tentang konstruksi

realitas sosial yang dilakukan media massa

khususnya media online, agar publik tidak dengan

begitu saja mengkonsumsi berita tetapi juga

memiliki kemampuan untuk memilah dan memilih

berita serta memberikan penilaian krits terhadap

berita yang disampaikan oleh media.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Penelitian Terdahulu

Dalam kajian pustaka ini, peneliti telah

menjabarkan perbandingan terdiri dari kajian

penelitian terdahulu atau sejenisnya. Adapun

referensi yang telah dipilih karena memiliki

hubungan dengan masalah yang akan diteliti, ialah :

1. Pembingkaian Berita Media Online (Analisis Berita

Media Online tentang Mundurnya Surya Paloh Dari

Partai Golkar Di MediaIndonesia.com dan

Vivanews.com Pada 7 September 2012)

Penelitian ini ditulis oleh Gama Mawardi,

Universitas Indonesia, 2012. Rumusan masalah

penelitian ini adalah 1. Bagaimana framing berita

tersebut dilakukan? 2. Apakah framing dari kedua

media mempengaruhi objektivitas pemberitaan?

Apakah media masih mampu menjaga posisinya sebagai

pihak yang netral dalam menyampaikan berita kepada

khalayak? Tujuan penelitian tersebut adalah 1.

Mendapatkan gambaran bagaimana framing pemberitaan

yang dilakukan oleh media dalam menyampaikan

sebuah peristiwa, mundurnya surya paloh dari

partai Golkar. 2. Mendapatkan gambaran sejauh mana

kepemilikan media dalam objektivitas pemberitaan

netralitas media dalam menyampaikan berita. Teori

Penelitian tersebut menggunakan analisis framing

Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Pendekatan

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan kualitatif. Hasil penelitian

tersebut

bahwa framing yang dilakukan pada

MediaIndonesia.com terhadap mundurnya Surya Paloh

dari Partai Golkar sangat keberpihakan kepada

pemilik media, sedangkan framing yang dilakukan

Vivanews.com masih menunjukan usaha media untuk

melakukan pendekatan pada objektivitas media.

2. ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN SATU TAHUN

PEMERINTAHAN SBY BUDIONO DI HARIAN MEDIA INDONESIA

Penelitian ini ditulis oleh Muhammad Rifat Syauqi,

Universitas Negeri Syarif Hidayatullah, 2011.

Rumusan Masalah penelitian ini adalah 1. Bagaimana

pengemasan berita satu tahun pemerintahan SBY

Budiono di harian Media Indonesia? 2. Bagaimana

bahasa jurnalistik dan bentuk pesan dakwah di

Media Indonesia terhadap penguasa dalam evaluasi

satu tahun pemerintahan SBY – Budiono? Tujuan

Penelitian adalah 1. Untuk mengetahui pengemasan

berita Satu tahun pemerintahan SBY – Budiono di

harian Media Indonesia. 2. Untuk mengetahui bahasa

jurnalistik dan bentuk dakwah di Media Indonesia

terhadap penguasa dalam evaluasi satu tahun

pemerintahan SBY – Budiono. Teori penelitian

menggunakan metode framing Zongdang Pan dan Gerald

M. Kosicky. Pendekatan penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa berita

di media Indonesia lebih menekankan kepada

evaluasi selama satu tahun pemerintahan yang

dipimpin SBY dan Budiono. Bahasa dan pesan dakwah

yang disampaikan masih terdapat kata – kata yang

tidak sesuai dengan kaidah bahasa jurnalistik,

tidak sesuai dengan qoulan karimah atau perkataan

yang mulia apalagi ini berita tentang pemimpin di

sebuah Negara.

3. KONSTRUKSI MEDIA ONLINE DALAM SENGKETA VERIFIKASI

PARTAI POLITIK (Analisis Framing Tempo.com dan

Viva.co.id Pada Pemberitaan Partai Bulan Bintang

Edisi 1 Januari – 31 Maret 2013)

Penelitian ini ditulis oleh Mega Firmawanti

Lasinta, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta, 2014. Rumusan Masalah penelitian ini

adalah 1. Bagaimana konstruksi media online

Tempo.com dan Viva.co.id edisi 1 Januari – 31

Maret 2013 dalam pemberitan sengketa verifikasi

Partai Bulan Bintang pada Pemilu 2014? Tujuan

Penelitian adalah 1. Untuk mendeskripsikan

bagaimana konstruksi media online Tempo.com dan

Viva.co.id edisi 1 Januari – 31 Maret 2013 dalam

pemberitaan sengketa verifikasi Partai Bulan

Bintang pada Pemilu 2014. Teori penelitian

menggunakan metode framing Zongdang Pan dan Gerald

M. Kosicky. Pendekatan penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa berita

yang coba di konstruksi oleh Tempo.com dalam kasus

sengketa partai politik yang melibatkan KPU dan

Partai Bulan Bintang, cenderung mendukung Partai

Bulan Bintang dan bersikap kritis terhadap KPU.

Sedangkan berita pada Viva.co.id keduanya

mengkonstruksi secara netral dan objektif.

Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu dengan

penelitian yang akan dilakukan penulis

No Peneliti JudulPenelitian

TujuanPenelitian

TeoriPeneliti

an

HasilPenelitian

1 GamaMawardi,UniversitasIndonesia, 2012.

Pembingkaian BeritaMediaOnline(AnalisisBeritaMediaOnlinetentangMundurnyaSuryaPaloh DariPartaiGolkar DiMediaIndonesia.comdanVivanews.com Pada 7September2012)

1.Mendapatkangambaranbagaimanaframingpemberitaanyangdilakukanoleh mediadalammenyampaikan sebuahperistiwa,mundurnyasurya palohdari partaiGolkar.2.Mendapatkangambaransejauh manakepemilikanmedia dalamobjektivitas

TeoriPenelitiantersebutmenggunakananalisisframingZhongdang PandanGeraldM.Kosicki.

HasilPenelitiantersebutbahwaframingyangdilakukanpadaMediaIndonesia.comterhadapmundurnyaSuryaPaloh dariPartaiGolkarsangatkeberpihakan kepadapemilikmedia,sedangkanframingyangdilakukanVivanews.c

pemberitaannetralitasmedia dalammenyampaikan berita.

om masihmenunjukanusahamediauntukmelakukanpendekatanpadaobjektivitas media.

2 MuhammadRifatSyauqi,UniversitasNegeriSyarifHidayatullah,2011

ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN SATU TAHUN PEMERINTAHAN SBY BUDIONO DIHARIAN MEDIA INDONESIA

1. Untukmengetahuipengemasanberita Satutahunpemerintahan SBY –Budiono diharianMediaIndonesia.2. Untukmengetahuibahasajurnalistikdan bentukdakwah diMediaIndonesiaterhadappenguasadalamevaluasisatu tahunpemerintahan SBY –

TeoripenelitianmenggunakanmetodeframingZongdangPan danGeraldM.Kosicky.

Hasilpenelitiantersebutmenunjukanbahwaberita dimediaIndonesialebihmenekankankepadaevaluasiselamasatu tahunpemerintahan yangdipimpinSBY danBudiono.Bahasa danpesandakwahyangdisampaikan masihterdapatkata –

Budiono. kata yangtidaksesuaidengankaidahbahasajurnalistik, tidaksesuaidenganqoulankarimahatauperkataanyang muliaapalagiini beritatentangpemimpindi sebuahNegara.

3 MegaFirmawantiLasinta,UniversitasIslamNegeriSunanKalijagaYogyakarta,2014.

KONSTRUKSIMEDIAONLINEDALAMSENGKETAVERIFIKASIPARTAIPOLITIK(AnalisisFramingTempo.comdanViva.co.idPadaPemberitaan PartaiBulan

1. UntukmendeskripsikanbagaimanakonstruksimediaonlineTempo.comdanViva.co.idedisi 1Januari –31 Maret2013 dalampemberitaansengketaverifikasi

TeoripenelitianmenggunakanmetodeframingZongdangPan danGeraldM.Kosicky.

Hasilpenelitiantersebutmenunjukanbahwaberitayang cobadikonstruksiolehTempo.comdalamkasussengketapartaipolitikyang

BintangEdisi 1Januari –31 Maret2013)

PartaiBulanBintangpada Pemilu2014.

melibatkanKPU danPartaiBulanBintang,cenderungmendukungPartaiBulanBintangdanbersikapkritisterhadapKPU.SedangkanberitapadaViva.co.idkeduanyamengkonstruksisecaranetral danobjektif.

4 AndriHaryanto,UniversitasBudiluhurJakarta,2014

PEMBINGKAIAN BERITAMEDIAONLINEPOLEMIK RUUPILKADA(AnalisisFramingRobert N.EntemanPada MediaOnlinekompas.comdan

1. Untuk mengetahui bagaimana media online kompas.com dan republika.co.id membingkai berita tentang Polemik RUU

Teori Penelitiaan ini menggunakan metode Robert N. Enteman

republika.co.idPeriodeSeptember2014)

Pilkada ini.

2.2 Kerangka Teoritis

2.2.1 Media Internet ( Media Online)

Media online merupakan media komunikasi yang

pemanfaatannya menggunakan perangkat internet. Karena

itu, media online tergolong media massa yang populer dan

bersifat khas. Kekhasan media ini terletak pada

keharusan untuk memiliki jaringan teknologi informasi

dengan menggunakan perangkat komputer, di samping

pengetahuan tentang program computer untuk mengakses

informasi atau berita.

Sekalipun kehadirannya belum terlalu lama, media

online sebagai salah satu jenis media massa tergolong

memiliki pertumbuhan yang spektakuler. Bahkan saat ini,

hamper sebagian besar masyarakat menggemari media

online. Sekalipun internet tidak sepenuhnya

dimanfaatkan sebagai media massa, tetapi keberadaan

media online sudah diperhitungkan banyak orang sebagai

alternatif dalam memperoleh akses atau informasi dan

berita.

Keunggulan media online sebagai berikut :

1. Informasinya bersifat up to date (senantiasa

terbaru)

Media online dapat melakukan upgrade suatu informasi

atau berita dari waktu ke waktu. Hal ini terjadi

karena media online memiliki proses penyajian

informasi dan berita yang lebih mudahdan sederhana

dibandingkan dengan jenis media massa lainnya.

2. Informasinya bersifat real time

Media online dapat menyajikan informasi dan berita

saat peristiwa sedang berlangsung (live). Sebagian

besar wartawan media online dapat mengirimkan

informasi langsung ke meja redaksi dari lokasi

peristiwa.

3. Informasinya bersifat praktis

Media online dapat diakses dimana dan kapan saja,

sejauh didukung oleh fasilitas teknologi internet.

Pengguna internet dapat mengakses informasi di

kantor, di rumah, di kamar, di warung internet

(warnet), bahkan di dalam mobil sekalipun.2

2.2.2 Jurnalisme online

Bentuk paling baru dari jurnalisme adalah jurnalisme

online. Jurnalisme online memiliki kelebihan – kelebihan

yang menawarkan peluang untuk menyampaikan berita jauh

lebih besar ketimbang bentuk jurnalisme konvensional

seperti surat kabar Deuze menyatakan bahwa perbedaan

jurnalisme online dengan media tradisional, terletak

pada keputusan jenis baru yang dihadapi oleh para

wartawan cyber. “ Online Journalism harus membuat

keputusan – keputusan mengenai format media yang paling

tepat mengungkapkan sebuah kisah tertentu dan harus

mempertimbangkan cara – cara untuk menghubungkan kisah

2 Suryawati Indah, JURNALISTIK SUATU PENGANTAR Teori dan Praktik (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011) h. 46

tersebut dengan kisah lainnya, arsip – arsip, sumber –

sumber, dan lain – lain melalui hyperlinks ”.

Rafaeli dan Newhagen mengidentifikasi 5 perbedaan

utama antara jurnalisme online dan media massa

tradisional, yaitu kemampuan internet untuk

mengombinasikan sejumlah media, kurangnya tirani

penulis atas pembaca, tidak seorangpun dapat

mengendalikan perhatian khalayak, internet dapat

membuat proses komunikasi berla ngsung sinambung, dan

interaktivitas web.3

Karakteristik lain dari media ini adalah

kecepatannya secara keseluruhan yang menarik sekaligus

menakutkan. Jurnalisme online memampukan jurnalisnya

untuk menyuguhkan berita terbaru sehingga pembaca akan

selalu mengetahui hal – hal baru lainnya (Craig, 2005:

30). Jurnalisme online memiliki kemampuan untuk

mengintegrasikan beragam media sekaligus (teks, visual,

dan audio).

3 Santana K, Septiawan, Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta : YayasanObor Indonesia, 2005) h. 137

2.2.3 Konstruksi Realitas Sosial

Sebuah realitas sosial tidak berdiri sendiri tanpa

kehadiran individu, baik di dalam maupun di luar

realitas tersebut. Realitas sosial itu memiliki makna

ketika realitas sosial dikonstruksi dan dimaknakan

secara subyektif oleh individu lain sehingga

memantapkan realitas itu secara obyektif. Individu

mengkonstruksi realitas sosial dan mengkonstruksikannya

dalam dunia realitas, memantapkan realitas itu

berdasarkan subyektifitas individu lain dalam institusi

sosialnya.4

Bahasa merupakan salah satu perangkat dasar dalam

mengkonstruksi suatu realitas sosial. Menurut Hartley

(1982: 36), struktur sosial tidak akan ada jika tidak

terdapat interaksi oleh orang – orang yang terlibat di

dalamnya melalui proses penggunaan bahasa. Karena itu

banyak ditemui kasus – kasus di mana kelompok yang

memiliki kekuasaan mengendalikan makna di tengah –

4 Sobur, Alex, Analisa Teks Media : Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisa Semiotika dan Analisa Framing, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002) h. 90

tengah pergaulan sosial menggunakan bahasa. Bahasa

jelas berimplikasi terhadap kemunculan makna tertentu.5

Menurut Halliday, bahasa dikontrol oleh struktur sosial

tertentu, dan struktur sosial tersebut dipertahankan

dan ditransmisikan melalui bahasa (Hartley, 1982: 61).

Bahkan menurut Hamad (dalam Sobur, 2002: 90), bahasa

bukan cuma mampu mencerminkan realitas tetapi sekaligus

menciptakan realitas. Bahasa tidak semata menggambarkan

realitas melainkan bisa menentukan gambaran mengenai

suatu realitas yang muncul di benak khalayak.6 Melalui

penggunaan bahasa sebagai simbol yang paling utama,

wartawan mampu menciptakan, memelihara, mengembangkan,

dan bahkan meruntuhkan suatu realitas.7

Peter L. Berger dan Thomas Luckmann pada tahun 1966

melalui bukunya “The Social Construction of Reality: A Treatise In The

Sociological of Knowledge” menjelaskan bahwa individu secara

intens menciptakan suatu realitas yang dimiliki dan5 Ibid h. 906 Hamad, Ibnu, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis Terhadap Berita – Berita Politik, (Jakarta : Granit, 2004) h. 127 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta : LKiS, 2001) h. xi

dialami bersama secara subyektif. Berger dan Luckmann

memulai penjelasan realitas sosial dengan memisahkan

pemahaman antara “kenyataan” dan “pengetahuan”. Mereka

mengartikan realitas sebagai kausalitas yang terdapat

di dalam realitas -realitas yang diakui memiliki

keberadaan yang tidak bergantung kepada kehendak kita

sendiri. Sementara pengetahuan didefinisikan sebagai

kepastian bahwa realitas -realitas itu nyata dan

memiliki karakteristik secara spesifik.8 Realitas

sosial menurut pandangan konstruktivis, setidaknya

sebagian merupakan produksi manusia, hasil proses

budaya, termasuk penggunaan bahasa.9

Menurut Berger dan Luckmann, realitas sosial

dikonstruksi melalui proses eksternalisasi,

objektivasi, dan internalisasi. Konstruksi sosial tidak

berlangsung dalam ruang hampa namun sarat dengan

kepentingan – kepentingan (Sobur, 2002: 91). Konstruksi

suatu realitas sosial tertentu tidak lepas dari bekal

8 Sobur, Op. Cit., h 919 Eriyanto, Loc. Cit.

kekuasaan politik, sosial, ataupun ekonomi yang

dimiliki para pelaku (Nugroho, Eriyanto, Surdiarsis,

1999: viii).

2.2.4 Konseptualisasi Pemberitaan

2.2.4.1.1 Pengertian Berita

Berita berasal dari Bahasa Sangsekerta, yakni

Vrit yang dalam bahasa Inggris disebut write, arti

sebenarnya ialah ada atau terjadi. Sebagian ada yang

menyebut dengan vritta, artinya “kejadian” atau

“yang telah terjadi”. Vritta dalam bahasa Indonesia

kemudian menjadi berita atau warta.10

Menurut Mitchel U. Charrley dan James M. Neal

berita atau news adalah laporan tentang suatu

peristiwa, opini, kecendrungan, situasi, kondisi,

interpretasi yang penting, menarik, masih baru dan

harus secepatnya disampaikan.11 Kata news itu sendiri

menunjukkan adanya unsur waktu, apa yang new, apa

10 Totok Djunarto, Manajemen Penerbitan Pers, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2000), h. 46.11 AS. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature Panduan Jurnalis Profesional, (Bandung : Simbiosa RekatamaMedia, 2005), h. 64.

yang baru, yaitu lawan dari lama. Berita memang

selalu baru, selalu hangat.12

Menurut Mitchel V Charnley mengemukakan

pengertian berita yang lebih lengkap dan untuk

keperluan praktis – layak kita jadikan acuan. Ia

mengatakan: berita adalah laporan tercepat dari

suatu peristiwa atau kejadin yang factual, penting

dan menarik bagi sebagian besar pembaca, serta

menyangkut kepentingan mereka.

Sementara J. B Wahyudi mendefinisikan berita

sebagai laporan tentang peristiwa atau pendapat yang

memiliki nilai penting dan menarik bagi sebagian

khalayak, masih baru dan dipublikasikan secara luas

melalui media massa. Peristiwa atau pendapat tidak

akan menjadi berita bila tidak dipublikasikan secara

periodik.13

12 Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan praktik, (Bandung : remaja Rosda Karya, 2006), h. 57.13 Totok Djunarto, Op. Cit., h. 47.

Dengan demikian berita adalah fakta, opini,

pesan, informasi yng mengandung nilai – nilai yang

diumumkan, diinformasikan yang menarik perhatian

sejumlah orang yang memiliki pertimbangan,

diantaranya14:

a. Akurat, singkat, padat dan sesuai kenaytaan.

b. Tepat waktu dan actual.

c. Obyektif, sama dengan fakta yang sebenarnya, tanpa

opini dari penulis.

d. Menarik, disajikan dengan kata – kata dan kalimat

yang khas, segar dan enak dibaca.

e. Baru.

Berita juga harus lengkap, adil dan berimbang

tidak boleh mencampurkan fakta dan opini sendiri

dengan kata lain berita harus obyektif dan tentu

saja harus ringkas, jelas dan hangat sebagai syarat

praktis penulisan berita.

14 Maria Assumti Kumanti, Dasar – Dasar Publik relation Teori dan praktik, (Jakarta: Grasindo, 2002), h. 130.

2.2.4.2 Klasifikasi Berita

Berita dapat diklasifikasikan kedalam dua

kategori: berita berat (hard news) dan berita ringan

(soft news). Selain itu berita juga dapat dibedakan

meurut lokasi peristiwanya, di tempat terbuka atau

di tempat tertutup. Sedangkan berdasarkan sifatnya,

berita bisa dipilah menjadi berita diduga dan berita

tak terduga. Selebihnya, berita juga dapat dilihat

dari materi isinya yang beraneka macam.

Singkat kata hard news dan soft news hanya

merujuk pada kualitas berita, dan bukan pada lokasi

peristiwa.

Berdasarkan materi isisnya, berita dapat

dikelompokan kedalam:

a. Berita pertanyaan pendapat, ide atau gagasan

(talking news)

b. Berita ekonomi (economic news)

c. Berita keuangan (financial news)

d. Berita politik (political news)

e. Berita social kemasyarakatan (social news)

f. Berita pendidikan (education news)

g. Berita hukum dan keadilan (law and justice

news)

h. Berita olahraga (sport news)

i. Berita kriminal (crime news)

j. Berita bencana dan tragedy (tragedy and

disaster news)

k. Berita perang (war news)

l. Berita ilmiah (scientifict news)

m. Berita hiburan (entertainment news)

n. Berita tentang aspek – aspek ketertarikan

manusiawi atau minat insani (human interest

news).

2.2.5 Framing

Framing merupakan versi terbaru dari pendekatan

analisis wacana, khususnya untuk menganalisis media.

Gagasan mengenai framing pertama kali dilontarkan

oleh Beterson tahun 1955. Mulanya, farme dimaknai

sebagai struktur konseptual atau perangkat

kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik,

kebijakan, dan wacana setra menyediakan kategori –

kategori standar untuk mengapresiasi realitas.

Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauhb oleh

Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai

kepingan – kepingan perilaku (stips of behavior)

yang membimbing individu dalam membaca realitas.

Framing adalah pendekatan untuk melihat

bagaimana realitas dibentuk dan dikonstruksi oleh

media. Proses pembentukan dan konstruksi ini, hasil

akhirnya adalah bagian tertentu dari realitas yang

lebih menonjol dan lebih mudah tampak. Akibatnya,

khaayak lebih mudah mengingat aspek – aspek yang

tidak disajikan secara menonjol, bahkan tidak

diberitakan, menjadi terluoakan dan sama sekali

tidak diperhatikan.

Dengan frame, jurnalis memproses berbagai

informasi yang tersedia dengan jalan mengemasnya

sedemikian rupa dalam kategori kognitif tertentu dan

disampaikan kepada khalayak. Sebuah realitas bisa

jadi dibingkai dan dimaknai secara berbeda oleh

media.

Bahkan pemaknaan itu bisa jadi akan sangat

berbeda. Kalau saja ada realitas dalam arti

obyektif, bisa jadi apa yang ditampilkan dan

dibingkai oleh media berbeda dengan realitas

objektif tertentu. Karena realitas pada dasarnya

bukan di tangkap dan ditulis, realitas sebaliknya

dikonstruksi.

Ada beberapa definisi mengenai framing dari

beberapa peneliti. Robert M. Entman lebih lanjut

mendefinisikan framing sebagai “seleksi dari

berbagai aspek realitas yang diterima dan membuat

peristiwa itu lebih menonjol dalam suatu teks

komunikasi, dalam banyak hal itu berarti menyajikan

secara khusus definisi terhadap maslah, interpretasi

sebagai akibat, evaluasi moral dan tawaran

penyelesaiaan sebagaimana masalah itu digambarkan”.

2.3 Kerangka Pemikiran

Daftar Pustaka

Bungin, B, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2001.

Budiardjo, Miriam, Dasar – Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Dewi, Liza Dwi Ratna, Teori Komunikasi: Pemahaman dan

Penerapan, Jakarta: Renata Pratama Media, 2008.

Devito, Joseph A, Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima,

Tangerang Selatan: KARISMA, 2011.

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media,

Yogyakarta: Penerbit LKiS, 2002.

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media,

Yogyakarta: LKiS. 2001.

Jalaludin, Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2008.

Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Mulyana, Deddy. Metodelogi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003.

Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.