PERSPEKTIF KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM BUKU ...

144
PERSPEKTIF KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM BUKU GARIS BATAS: PERJALANAN DI NEGERI-NEGERI ASIA TENGAHKARYA AGUSTINUS WIBOWO Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: Dewi Rifqina NIM: 109051100079 KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/1436 H

Transcript of PERSPEKTIF KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM BUKU ...

PERSPEKTIF KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM BUKU “GARIS BATAS:

PERJALANAN DI NEGERI-NEGERI ASIA TENGAH” KARYA

AGUSTINUS WIBOWO

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Dewi Rifqina

NIM: 109051100079

KONSENTRASI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M/1436 H

PERSPEKTIT KOMUNII(ASI ANTARBUDAYADALAM B{,KU G{fiIS BATAS: PERTALANAN di NEGERI-NEGERI

ASIA TENGAH

SkripsiDiajukan kepada Fakuhas IImu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Mernenuhi Perryaratan Memperoteh GelarSarjana Komunikasi Islam (S.Ksrn.I)

OIeh:D,cryi Bifqina

NIM: t09O51100079

Di bawah bimbingan,

LEMBAR PENGESAHAN PAITTTIA UJIAN

skripsi yang berjudul Perspektif Komunikasi Antarbudrya dalrrm Buku*Goris Batss: Pe$alanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, Karya Agustinuswibowo telah diujilon dalam sidang Munqosah Fakultas Dakwah dan llmuKomunikasi universitas Islam Negeri Syarif Hidayaarllah Jakarta pada tanggpl, 8April 2014. Skripsi ini telah diterirra sbagai salalr saar syaret untuk memperolelrgelar sarjana program Strata I (S.l) pada jurusan Konsentasi Jurnalistik.

Jakarta, 8 April2014

Sidang Munaqosah

Ke&al Mermgkap Anggo{a,

199803 2 00t

Sekrstariq

h#);{lU'Y u

Ade Rina Farida. MogiNIP. 19770513 200701 2 0r8

Penguji,

Pembimbing

96601 t0 199303

Penguji,

l0l 2001t22ffi3

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini Saya Menyatakan Bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ilmiah ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang

berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 8 April 2014

Dewi Rifqina

iv

Nama : Dewi Rifqina Pembimbing: Prof. Dr. Andi Faisal Bakti

NIM : 109051100079

ABSTRAK

Perspektif Komunikasi Antarbudaya Dalam Buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri

Asia Tengah

Perkembangan teknologi yang pesat telah membawa kita ke dalam mobilitas masyarakat

dunia yang semakin padat. Perjalanan dari suatu tempat ke tempat lainnya menjadi hal yang

biasa, seperti yang dilakukan Agustinus Wibowo. Keingintahuannya akan budaya yang berbeda

membuat ia memutuskan pergi ke daerah Asia Tengah dan memulai petualangannya. Dimulai

dari Tajikistan, Kirgizstan, Kazakhstan, Uzbekistan, dan mengakhirinya di Turkmenistan.

Catatan perjalanannya ini diterbitkan menjadi buku yang berjudul Garis Batas: Perjalanan di

Negeri-Negeri Asia Tengah.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan tulisan ini untuk menjawab pertanyaan

umum dan khusus. Adapun umumnya adalah bagaimana perspektif komunikasi antarbudaya

dalam Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah? secara khusus pertanyaannya

adalah bagaimana komponen budaya non-material buku tersebut? Serta bagaimana budaya

perkawinan dalam buku ini?

Buku ini bercerita tentang dunia yang terpisah karena garis batas imajiner maupun nyata.

Pengarangnya mengambil problematika tentang negara-negara di Asia Tengah setelah merdeka

dari Uni Soviet. Budaya yang dibawa oleh Rusia dan kebanggaan sebagai masyarakat Islam

berbaur dan memengaruhi wajah budaya mereka hingga sekarang. Dia melakukan komunikasi

antarbudaya dengan masyarakat di Asia Tengah tetapi tidak jarang ia mendapatkan banyak

hambatan dan ketidaksesuaian budaya.

Teori komunikasi antarbudaya menurut Joseph Devito menjadi landasan konseptual.

Baginya, Komunikasi antarbudaya mengacu pada komunikasi antara orang-orang dari kultur

yang berbeda, antara orang-orang yang memiliki pekerjaan, nilai, atau cara berperilaku yang

berbeda. Dalam mendefinisikan komunikasi antarbudaya yang terpenting adalah memahami

hakikat tentang kultur. Kultur didefiniskan sebagai gaya hidup yang relatif khusus dari suatu

kelompok masyarakat (Joseph Devito 1997, 415).

Proses dalam melakukan komunikasi antarbudaya tidaklah mudah. Ada lima hal yang

perlu diperhatikan dalam melakukan hal itu. Berurusan dengan keragaman adalah proses yang

membutuhkan waktu, pengalaman dengan berbagai orang, dan komitmen untuk belajar

berkomunikasi dengan orang yang berbeda budaya. Ada lima tanggapan proses yang berbeda

dalam merespon keanekaragaman, yaitu: perlawanan, toleransi, pemahaman, respek dan

partisipasi (Julia T Wood 2011, 175-177).

Komponen non-material di negara-negara Asia Tengah memiliki banyak hal yang

menarik dan beragam. Ada banyak kemiripan dalam budaya non-material mereka. Salah satunya

adalah nilai dalam memperlakukan tamu. Masyarakat di Asia Tengah mengedepankan semangat

ajaran Islam yang mengatakan bahwa tamu adalah musafir yang harus diterima dan diperlakukan

dengan baik.

Dalam komunikasi antarbudaya di Asia Tengah, Agustinus telah melakukan banyak hal

agar tujuan dalam komunikasi tersebut dicapai. Dengan komunikasinya tersebut, ia berhasil

merekam begitu banyak budaya. Agustinus berhasil membawa kita ke dalam tempat-tempat yang

selama ini tidak terekam oleh media dan tersembunyi di atas peta.

Keywords: Komunikasi antarbudaya, Asia Tengah, kultur, garis batas, dan Islam.

v

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur saya ucapkan kepada Allah SWT tuhan semesta alam, atas limpahan

karunia dan ridha-Nya yang tidak pernah putus memberikan nikmat dan barakah-Nya. Salawat

serta salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa umatnya dari

jalan kegelapan menuju jalan terang benderang.

Peneliti bersyukur setelah melalui proses yang cukup panjang. Akhirnya, peneliti dapat

menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Analisis Perspektif Komunikasi Antarbudaya

Dalam Buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah guna memperoleh gelar

Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I).

Peneliti sangat menyadari, bahwa begitu banyak kekurangan saat menyelesaikan skripsi

ini. Namun, Alhamdulillah dengan keterbatasan dan kekurangan ini akhirnya peneliti bisa

menyelesaikan skripsi/penelitian. Hal ini tidak akan mungkin terwujud dengan sendirinya, tetapi

juga karena banyaknya dukungan dan bantuan yang diberikan dari banyak pihak, baik moril

maupun materil. Sehingga peneliti ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Kedua orangtua saya terutama Ibu saya tercinta Aswirah Nuryati yang selalu memberikan

doa dan dukungannya.

2. Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, MA, selaku dosen pembimbing peneliti yang telah banyak

memberikan bimbingan, ilmu, serta pelajaran yang begitu berharga kepada peneliti selama

menyusun skripsi ini.

3. Rubiyanah M.A., Ketua Konsentrasi Jurnalistik, pembimbing akademik yang selalu

memberikan kemudahan kepada saya selama berada di kampus.

4. Ade Rina Farida, M.Si., Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik saya ucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya atas kebaikan yang diberikan dan kemudahan dalam mengurus nilai-nilai

akademik.

5. Agustinus Wibowo, penulis buku Garis Batas sekaligus menjadi narasumber utama yang

telah meluangkan waktunya.

6. Kepada Wawa Firman dan Tante saya; Lili Musfirah yang juga telah begitu banyak

memberikan dukungan selama ini.

7. Kepada kakak saya, Mameh yang tidak bosannya memberikan nasihat agar tidak malas

dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan juga buat adik-adik saya.

vi

8. Untuk teman-teman yang selalu menemani sejak awal kuliah: Turi, Inong, Andin, Icha,

dan Sammi yang banyak memberikan cerita selama perkuliahan.

9. Untuk teman-teman seperjuangan di kelas Konsentrasi Jurnalistik B, angkatan 2009.

10. Teman-teman di Surabaya: Oliv, Elis, Ce Ika, Rizki, Kaneko, Mba Deni, Mba Ira, Mba

Ria, Mba Selvi dan Dimas. Terima kasih atas pertemanan yang begitu baik.

Akhirnya peneliti hanya mampu mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada

semua pihak yang telah membantu peneliti selama kuliah baik secara langsung maupun tidak

langsung. Semoga Allah SWT menambah Rahmat dan Karunia-Nya. Peneliti mohon maaf

apabila ada kesalahan dalam penelitian karya ilmiah ini. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat

untuk para pembacanya. Amin.

Jakarta, 8 April 2014

Dewi Rifqina

Nim: 109051100079

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING …………………………………………………..i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI……………………………………................................ii

LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………………………………………….………………...iii ABSTRAK ................................................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………………………………......v DAFTAR ISI ............................................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah ................................................ 4

C. Signifikansi Penelitian, Pernyataan, dan Manfaat ......................................... 5

D. Bingkai Teoritis ............................................................................................ 8

E. Metodologi Penelitian ................................................................................... 9

F. Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 13

G. Sistematika Penulisan .................................................................................. 15

BAB II KERANGKA TEORITIS ....................................................................................17

A. Teori Komunikasi Antarbudaya ............................................................. 17

B. Tujuan Komunikasi Antarbudaya .................................................20

C. Hambatan Komunikasi Antarbudaya ..................................................... 22

viii

D. Hubungan Komunikasi Budaya terhadap Komunitas Sosial ................ 24

BAB III GAMBARAN UMUM UNI SOVIET, LIMA NEGARA ASIA TENGAH,

SERTA PROFIL AGUSTINUS WIBOWO DAN SINOPSIS BUKUNYA.....33

A. Sejarah Uni Soviet ........................................................................................................................ 33

1. Profil Tajikistan ................................................................................................................36

2. Profil Kirgizstan ............................................................................................................................ 37

3. Profil Kazakhstan . ........................................................................................................... 39

4. Profil Uzbekistan .............................................................................................................. 43

5. Profil Turkmenistan ..........................................................................................................47

B. Profil Agustinus Wibowo ................................................................................................50

C. Sinopsis Buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah…………..........52

BAB IV PERSPEKTIF KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ..........................................55

1. Proses Komunikasi Antarbudaya.......................................................................55

2. Komponen Non-Material ...................................................................................58

A. Tajikistan ........................................................................................................ 58

B. Kirgizstan ..............................................................................................72

C. Kazakhstan ..............................................................................................78

D. Uzbekistan……………………………………………………………...83

E. Turkmenistan…………………………………………………………...89

3. Budaya Perkawinan…………………………………………………............93

A. Kirgizstan………………………………………………………...94

ix

B. Uzbekistan……………………………………………………...100

C. Turkmenistan…………………………………………………...105

BAB V PENUTUP ..........................................................................................................108

A. Kesimpulan .................................................................................................... 108

B. Saran ....................................................................................................110

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................111

LAMPIRAN................................................................................................................................117

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bendera Tajikistan .....................................................................................................37

Gambar 2. Bendera Kirgizstan .....................................................................................................38

Gambar 3. Bendera Kazakhstan ..................................................................................................40

Gambar 4. Bendera Uzbekistan ...................................................................................................44

Gambar 5. Bendera Turkmenistan...............................................................................................48

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Pengajuan Proposal Penelitian

Lampiran 2. Surat Pengantar untuk Dosen pembimbing

Lampiran 3. Surat Keterangan Permohonan Penelitian/Wawancara

Lampiran 4. Transkrip Wawancara Pribadi dengan Penulis Buku Garis Batas: Perjalanan di

Negeri-negeri Stan

Lampiran 5. Print Out Wawancara Melalui Email dengan Agustinus Wibowo

Lampiran 6. Foto Wawancara dengan Penulis Buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-negeri

Stan

Lampiran 7. Print Out Berita “Nikah Ala Kirgiz” di Kompas.com

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Mobilitas masyarakat di seluruh dunia sedang mencapai puncaknya. Perjalanan

dari satu negara ke negara lain dan dari satu benua ke benua lain banyak dilakukan.

Saat ini seringkali orang-orang mengunjungi budaya-budaya lain untuk mengenal

daerah baru, orang-orang yang berbeda, untuk menggali peluang-peluang ekonomis,

atau untuk melanjutkan sekolah. Hubungan antarpribadi kita semakin menjadi

antarbudaya.1 Mobilitas atau perjalanan ke tempat yang berbeda akhirnya membuat

beberapa orang untuk mencoba mengabadikannya menulis di blog pribadi.Bahkan,

tulisan tentang perjalanan yang bermula dari blog pribadi banyak diterbitkan menjadi

sebuah buku. Lalu, buku yang bertema traveling atau perjalanan menjadi sebuah

genre buku yang disukai masyarakat.

Bermula dari buku berjudul Keliling Eropa 6 Bulan Hanya 1000 Dolar karya

Marina Silvia K,2 kemudian banyak buku-buku travel guide yang ikut bermunculan.

Tetapi, buku travel tidak hanya buku panduan semata. Ada juga buku yang memuat

kumpulan kisah atau memoir selama perjalanan yang diklasifikasikan sebagai travel

literature dalam travel writing. Atau ini biasa disebut sebagai jurnalisme perjalanan

dalam bidang jurnalistik.Tentu, karena sebuah perjalanan tidak hanya sekedar jalan-

1 Joseph DeVito, Komunikasi Antarmanusia, (Harpercollins Publishers Inc: Jakarta, 1997), h. 245.

2 Indra, “Macam-Macam Buku Travel,” artikel ini diakses pada 14 Januari 2013

darihttp://indradya.wordpress.com/2012/07/11/macam-macam-buku-travel/

2

jalan.Banyak hal yang bisa digali dari sebuah perjalanan terutama tentang aktivitas

budaya dan adat-istiadat suatu masyarakat.Maka, komunikasi antarbudaya sangat

penting untuk melihat hal ini.

Salah satu buku yang berhasil menggali banyak budaya dalam suatu masyarakat

ialah buku berjudul Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah karangan

Agustinus Wibowo. Ia bercerita tentang pengalamannya saat berkelana mengunjungi

negara yang “tidak biasa” dikunjungi turis. Ia mengawali perjalanannya lewat

Afghanistan yang akhirnya membuat ia menjadi seorang fotografer di

photojournalism.Photojournalism adalah sebuah kajian jurnalistik tentang foto yang

fokus terhadap setiap aspek dalam kehidupan modern saat ini seperti: perang, politik,

isu sosial, dan personalities.Kemudian, ia menyambangi negeri-negeri Stan yang

dahulu berada di bawah kekuasaan negara adidaya Uni Soviet. Negara-negara itu

adalah Tajikistan, Kazakhstan, Kirgizstan, Uzbekistan, dan Turkmenistan.

Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda

budaya (baik dalam arti ras, agama, etnik, golongan, atau perbedaan-perbedaan sosio

ekonomi). Penggolongan kelompok-kelompok budaya tidak bersifat mutlak. Budaya

terbentuk dari banyak unsur yang sangat rumit, termasuk sistem agama dan politik,

adat istiadat, perkakas, bahasa, pakaian, bangunan, dan karya seni. Selain hal itu,

budaya akan berubah dan berevolusi dari waktu ke waktu. Sehingga budaya bukanlah

sesuatu yang kaku. Namun, seperangkat karakteristik dimiliki bersama oleh sebuah

3

kelompok secara keseluruhan dan dapat dilacak, meskipun telah banyak berubah, dari

generasi ke generasi.3

Komunikasi antarbudaya sama seperti komunikasi lainnya yang mempunyai

banyak hambatan. Bila budaya beragam, maka beraneka ragam pula praktik-praktik

komunikasinya.Corak budaya suatu masyarakat sangat berpengaruh dalam suatu

peradaban.Perbedaan budaya inilah yang seringkali sebagai penyebab

kesalahpahaman antara masyarakat terjadi. Kesalahpahaman antarbudaya itu dapat

kita kurangi bila sedikitnya masyarakat mengetahui prinsip-prinsip komunikasi

antarbudaya dan mempraktikkannya saat mereka berkomunikasi dengan orang lain

yang berbeda budaya.

Melihat karakter komunikasi antarbudaya yang unik, maka sangat menarik

bagaimana Agustinus dalam melakukan komunikasi antarbudaya di negara-negara

Stan. Melalui praktik komunikasi antarbudaya, Agustinus dapat mengetahui banyak

tentang budaya dan adat istiadat di masyarakat tersebut. Tulisan Agustinus sangatlah

rinci, ia mencatat tentang berbagai peristiwa penting seperti budaya perkawinan.

Agustinus tidak hanya melihat bagaimana budaya itu sendiri, tetapi ia juga

menjelaskan bagaimana budaya itu bisa terbentuk dan menjadi bagian dari kehidupan

mereka. Sebagai contoh, ketika Agustinus pertama kali menginjakkan kakinya di

Negara Tajikistan yang ternyata sangat berbeda dengan Afghanistan. Tajikistan yang

mayoritas masyarakatnya beragama Islam banyak yang tidak berpuasa ketika Bulan

Ramadhan tiba. Menurut Agustinus ini karena pengaruh Uni Soviet yang dulu tidak

3 Joseph DeVito, Komunikasi Antarmanusia, h. 236-237.

4

memperbolehkan masyarakat menjalani ritual keagamaan. Sehingga ketika lepas dari

Uni Soviet pun masyarakat Tajikistan belum juga terbiasa dengan ajaran-ajaran

Islam. Budaya tidak terbentuk dalam satu malam tetapi melalui proses yang panjang

dan akhirnya diturunkan pada generasi berikutnya.

Selama petualangan budaya di negara-negara yang pernah dikenal sebagai

bagian dari jalur sutera, ia tinggal dengan masyarakat, bergaul dengan rakyat, untuk

mengetahui hal-hal yang tidak pernah ada di media massa. Ia penasaran bagaimana

negara yang dulunya bersatu di bawah naungan komunisme Uni Soviet akhirnya

terpisah dan menentukan identitas negaranya masing-masing.

Agustinus membagi petualangannya yang kaya akan pengetahuan budaya,

awalnya melalui blog pribadinya Agustinuswibowo.net, kemudian tulisan-tulisannya

secara berkala dimuat di rubrik petualang di Kompas.com. Tulisannya mendapatkan

respons positif yang baik oleh para pembaca, meski akhirnya rubrik petualang kini

telah berganti nama menjadi rubrik travel, tetapi tulisannya tentang negara-negara

Stan akhirnya diterbitkan menjadi sebuah buku oleh Gramedia Pustaka Utama dan

diberi judul Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah.

Dari latar belakang tersebut, maka peneliti mengambil judul; Perspektif

Komunikasi Antarbudaya dalam buku Garis Batas Perjalanan di Negeri-negeri Asia

Tengah.

5

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Untuk lebih mempertajam dan mempermudah analisis dalam kajian

selanjutnya, peneliti membatasi objek penelitian pada aspek komunikasi antarbudaya

dalam Buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah karangan

Agustinus Wibowo yang pernah dimuat di Kompas.com pada tahun 2008.Kajian

skripsi ini berfokus pada proses komunikasi antarbudaya, komponen budaya non-

material, dan budaya perkawinan. Analisis komponen budaya non-material akan

meneliti lima negara yang dikunjungi oleh Agustinus yaitu Tajikistan, Kazakhstan,

Kirgizstan, Uzbekistan, dan Turkmenistan. Tetapi, untuk analisis budaya perkawinan

hanya mengambil tiga negara saja yaitu Kirgizstan, Uzbekistan, dan Turkmenistan.

Karena Agustinus memang hanya menceritakan tentang budaya perkawinan di tiga

negara tersebut dalam bukunya.

2. Rumusan Masalah

Penelitian ini kemudian menitikberatkan permasalahan pada: bagaimana buku

Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah dilihat dari sudut pandang

komunikasi antarbudaya? Pertanyaan turunan skripsi ini adalah:

1. Bagaimana perspektif proses komunikasi antarbudaya dalam buku Garis

Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah?

6

2. Bagaimana komponen non-material yakni keyakinan, nilai, norma, dan

bahasa dalam bukuGaris Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah?

3. Bagaimana budaya perkawinan dalam buku Garis Batas: Perjalanan di

Negeri-Negeri Asia Tengah?

C.Signifikansi Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan batasan dan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui secara detil proses komunikasi antarbudaya dan

komponen-komponen budaya dalam Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia

Tengah, selain itu skripsi ini juga mempunyai tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perspektif proses komunikasi antarbudaya pada Garis

Batas: Perjalanan di Negeri-negeri Asia Tengah?

2. Untuk mengetahui bagaimana komponen non-material yakni keyakinan,

nilai, norma, dan bahasa dalam buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia

Tengah?

3. Untuk mengetahui budaya perkawinan pada Garis Batas: Perjalanan di

Negeri-negeri Asia Tengah?

7

2. Pernyataan Penelitian

Penelitian ini mencoba mengungkapkan proses komunikasi antarbudaya dan

komponen-komponen budaya dalam Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia

Tengah yang ditulis oleh Agustinus Wibowo. Negara-negara Asia Tengah adalah

sebuah negara yang baru muncul pada tahun 1990-an ketika sang induk Uni Soviet

runtuh saat pemerintahan dipegang oleh Michael Gorbachev. Saat itu Gorbachev

yang ingin menyelamatkan kebuntuan ekonomi mengeluarkan kebijakan yang

dinamakan glasnost (keterbukaan politik), perestroika (restrukturisasi), dan

democratizatsation (demokratisasi).4Sayangnya justru kebijakan ini yang malah

membuat Uni Soviet pecah dan melahirkan negara-negara baru seperti yang terletak

di Asia Tengah.Asia Tengah menyimpan keunikan sendiri.Setelah lepas dari bayang-

bayang komunis kemudian mereka membangun kembali negaranya dengan semangat

jati diri sebagai negara yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam.Menarik

untuk melihat bagaimana komunis dan Islam akhirnya membentuk warna yang

beragam dalam budaya mereka.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini dilakukan untuk mengaplikasikan teori-teori komunikasi

khususnya teori komunikasi antarbudaya. Penelitian ini juga diharapkan mampu

memberikan kontribusi bagi pengembangan keilmuan khususnya komunikasi

4Hoeda Manis, “Apa Yang Dimaksud dengan Glasnost dan Perestroika”, artikel diakses pada 28

Januari 2014 darihttp://belajar-sampai-mati.blogspot.com/2008/04/apa-yang-dimaksud-glasnost-

dan.html

8

antarbudaya, media serta jurnalistik.Selain itu, skripsi ini juga diharapkan bisa

menjadi referensi bagi mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, yang ingin mengetahui mengenai komunikasi antarbudaya.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan bagi akademisi,

praktisi, khususnya mahasiswa jurnalistik dan pembaca pada umumnya yang tertarik

akan penelitian komunikasi antarbudaya. Serta dapat bermanfaat bagi seluruh

lapisan masyarakat, yang ingin mengetahui bagaimana budaya yang ada di negara-

negara Asia Tengah.

9

D. Bingkai Teoritis

Bagan 0.1

Sumber: Julia T Wood, Communication in Our Lives, (Wadsworth Cengage Learning: Boston, 2009)

Komunikasi Antarbudaya Garis Batas

Komponen Non-Material

Keyakinan

Nilai

Norma

Bahasa

Proses

Perlawanan

Toleransi

Pemahaman

Respek

Partisipasi

Budaya Perkawinan

10

Berdasarkan bagan 0.1 tentang bingkai teoritis di atas, skripsi ini akan menganalisis

sebuah buku yang berjudul: Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah

dengan menggunakan analisis komunikasi antarbudaya. Analisis yang digunakan

ialah milik Joseph Devito dengan teorinya yang mengacu pada komunikasi antara

dua kultur yang berbeda antara orang-orang yang memiliki pekerjaan, nilai, atau cara

berperilaku yang berbeda. Selain itu juga akan menganalisis tentang komponen

budaya non-material seperti keyakinan, nilai, norma, dan bahasa. Kemudian,

penelitian ini juga akan mengangkat tentang budaya perkawinan yang dijelaskan

Agustinus di 3 negara di Asia Tengah.Saat perjalanannya ke 5 negara di Asia

Tengah, Agustinus hanya melihat budaya perkawinan di 3 negara saja. Sehingga

penelitian ini pun hanya akan membahas budaya perkawinan di 3 negara tersebut.

E. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Riset kualitatif bertujuan

untuk menjelaskan fenomena sedalam-dalamnya melalui pengamatan data yang

dalam. Di sini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman data. Sebagai

bagian integral dari data, peneliti ikut aktif dalam menentukan jenis data yang

diinginkan.5 Peneliti membaca buku ini berkali-kali, dan mencatat hal-hal penting

yang mendukung format dan kerangka konsep dalam penelitian ini. Penelitian

kualitatif dapat menunjukkan pada penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah,

tingkah laku, atau hubungan kekerabatan. Dalam hal ini, peneliti membaca referensi

5Rachmat Kriyantono, Riset Komunikasi,(Kencana: Jakarta,2006),h. 57.

11

tentang hal ini pada literatur, buku jurnal, dan web yang ada dan relevan dengan

topik ini.

Dengan kualitatif inimencoba menghasilkan suatu uraian mendalam tentang

mutu ucapan, tulisan dan tingkah laku yang dapat diamati dariindividu, kelompok,

masyarakat organisasi tertentu, dalam suatu konteks setting tertentu yang dikaji dari

sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistic.6

Menurut Kirk dan Miller (1986:9)7 seperti yang dikutip dari buku Prof. Dr.

Syamsir Alam yang berjudul Metodologi Penelitian Sosial, “penelitian kualitatif

merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental

bergantung dari pengamatan manusia baik dalam kawasannya maupun dalam

peristilahannya.” Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor yang juga dikutip dari

buku yang sama, “penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat diamati.” Pada dasarnya, ada tiga komponen pokok dalam

penelitian kualitatif. Pertama, adanya data sebagaimana yang telah disebutkan yakni

bisa datang dari berbagai sumber seperti: interview dan observasi itu untuk sumber-

sumber yang paling umum. Komponen kedua dari penelitian kualitatif terdiri atas

analisis atau prosedur-prosedur interpretasi yang berbeda guna memperoleh hasil

penemuan atau teori-teori. Prosedur-prosedur ini termasuk teknik konsteptialisasi

6 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008),

h. 215. 7JeromeKirk danMarc L. Miller, Reliability and Validity in Qualitative Research, (New York: Sage

Publications, 1986)

12

data. Penulisan dan laporan-laporan verbal masuk pada komponen ketiga dari

penelitian kualitatif.8 Penelitian ini menganalisis mengenai proses komunikasi

antarbudaya, komponen non-material, dan budaya perkawinan dalam buku Garis

Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, kemudian menyimpulkan hasil

analisis tersebut.

1. Objek Penelitian dan Unit Analisis

Objek dari penelitian ini adalah buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-

Negeri Asia Tengah. Sedangkan unit analisisnya adalah bab per bab yang

terdapat dalam buku tersebut berdasarkan awal mula negara yang dikunjungi

oleh Agustinus. Bab pertama mengenai tentang Tajikistan, kemudian bab kedua

tentang Kirgizstan, lalu diteruskan dengan bab ketiga tentang Kazakhstan, bab

keempat tentang Uzbekistan, dan ditutup dengan bab kelima mengenai

Turkmenistan. Namun analisis mengenai budaya perkawinan, peneliti hanya

mengkaji 3 negara saja karena memang hanya iu yang Agustinus ceritakan

dalam bukunya.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan teknik atau cara-cara yang digunakan

penulis dalam mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data dibedakan

dengan metodologi dari peneliti, yaitu riset kualitatif. Riset kualitatif yang

8Syamsir Salam dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN dan

UIN Jakarta Press, 2006) h.33.

13

digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan juga

dokumentasi yang akan dijelaskan sebagai berikut:

a). Analisis teks terhadap artikel-artikel yang ada di media massa

tentang budaya dan Asia Tengah, berdasarkan tiga kriteria budaya yang

ada pada bagan 0.1 di atas.

b). Wawancara dalam riset kualitatif ialah wawancara mendalam atau

wawancara intensif dan kebanyakan tak berstruktur.9

Penelitian ini telah melakukan wawancara dengan pihakpenulis buku Garis

Batas Perjalanan di Negeri-negeri Asia Tengahyaitu Agustinus Wibowo pada 7

November 2013 di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjajaran, Bandung. Karena

waktu yang tidak mencukupi pada wawancara pertama maka selanjutnya wawancara

dilakukan via email pada 3 Februari 2014.10

Wawancara dilakukan sebagai metode

pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari

narasumbernya.11

Bertujuan untuk mendapatkan data yang mendalam.Pada penelitian

ini peneliti sudah mendapatkan informasi dari penulis buku ini. Hasil wawancaranya

sudah dimasukkan ke dalam bab 4 sebagai bahan analisis.

9 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktik Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 96.

10Wawancara Dengan Agustinus Wibowo, lihat lampiran 5.

11Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru, Ilmu Komunikasi dan Ilmu

Sosial lainnya, (Bandung: Rosdakarya, 2006), h. 35.

14

c). Studi dokumentasi

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan, membaca dan mempelajari

berbagai bentuk data tertulis seperti buku, majalah, atau jurnal yang terdapat

diperpustakaan, internet atau institusi lain yang dapat mendukung penelitian

ini.Peneliti juga mengumpulkan dan mempelajari data melalui literatur dan sumber

bacaan, seperti buku-buku yang relevan dengan masalah yang berkaitan dengan tiga

konsep penelitian yang digunakan dalam membedah buku Agustinus ini.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti meninjau beberapa skripsi

sebelumnya yang juga mengkaji tentang komunikasi antarbudaya. Salah satunya

adalah penelitian yang berjudul “Komunikasi Antarbudaya Masyarakat Adat Baduy

Luar dengan Masyarakat Luar Adat Baduy di Banten.” Penulisnya adalah Raden

Dimas Anugrah Dwi Satria,Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas

Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.12

Dalam penelitian tersebut diungkapkan bahwa ada perbedaan dalam

komunikasi antara masyarakat adat Baduy Dalam dan Baduy Luar. Skripsi Dimas

juga menjelaskan tentang perbedaan budaya pada kedua masyarakat tersebut.

Selain skripsi di atas, peneliti juga meninjau skripsi lain yang berjudul

“Komunikasi Antarbudaya di Televisi dalam Segmen Islam Today ProgramBerita

12

Raden Dimas, “Komunikasi Antarbudaya Masyarakat Adat Baduy Luar dengan Masyarakat Luar

Adat Baduy di Banten,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013).

15

Mingguan “Indonesia Now” Metro TV.” Penulisnya adalah Annisa,Mahasiswa

Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.13

Skripsi tersebut meneliti

tentang bagaimana segmen Islam Today mengemas berita tentang Islam di negara-

negara lain dan bagaimana berita tersebut bisa diterima di masyarakat Indonesia

dengan menggunakan prinsip-prinsip komunikasi antarbudaya.

Kemudian skripsi lain yang menjadi rujukan adalah skripsi yang berjudul

“Analisis Pola Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa Asing UIN Jakarta: Perspektif

Gegar Budaya.” Penulisnya adalah Arip Hidayat, Mahasiswa Komunikasi dan

Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.14

Skripsi ini meneliti tentang gegar budaya yang

dialami mahasiswa asing ketika menuntut ilmu di UIN Jakarta dan berada di

Indonesia.

Yang terakhir adalah skripsi dengan judul “Perkembangan Kehidupan Minoritas

Muslim di Rusia: Studi Kasus Tatarstan.” Penulisnya yaitu Nur Endah Muthial,

Mahasiswa Sejarah dan Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.15

Skripsi ini mengkaji tentang

kehidupan masyarakat muslim di Tatarstan yang menjadi bagian kaum minoritas di

13

Annisa, “Komunikasi Antarbudaya di Televisi dalam Segmen Islam Today Program Berita

Mingguan “Indonesia Now” Metro TV,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012). 14

Arip Hidayat, “Analisis Pola Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa Asing UIN Jakarta: Perspektif

Gegar Budaya,”(Skripsi S1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011). 15

Nur Endah Muthial, ”Perkembangan Kehidupan Minoritas Muslim di Rusia: Studi Kasus Tatarstan,”

(Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

2010).

16

wilayah Rusia yang notabene penduduknya menganut Kristen Ortodoks. Skripsi ini

cukupmemberikan informasi tentang sejarah masuknya Islam di Asia Tengah.

Peneliti memilih skripsi tersebut untuk dijadikan sebagai acuan karena perangkat

penelitian yang digunakan sama dengan penelitian yang peneliti lakukan. Tentunya

terdapat perbedaan antara skripsi tersebut dengan skripsi peneliti, yakni mengenai

artikel atau bahan tulisan, objek penelitian, konsep yang digunakan, dan hasil

temuan serta analisa data.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan terarah, maka peneliti

membagi pembahasannya ke dalam lima bab, yang dibagi dalam sub bab sebagai

berikut:

Pada bab pendahuluan ini, peneliti menguraikan alasan pemilihan judul,

perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi

penelitian, tinjauan pustaka, serta sistematika penulisan.

Selanjutnya (bab2), peneliti menjelaskan mengenai kajian teoritis mengenai

teori komunikasi antarbudaya dari para tokoh seperti Andrea L. Rich dan Dennis M.

Ogawa; Samovar dan Porter; Charley H Dood; Lustig dan Koester; Guo Ming Chen

dan William J. Satrosta; dan Joseph Devito. Kemudian, bab ini juga menjelaskan

tentang proses komunikasi antarbudaya, dan komponen non-material dari suatu

kebudayaan.

17

Pada bab berikutnya (bab 3) Penulis memberikan gambaran umum tentang

sejarah Uni Soviet, profil Tajikistan; Kirgizstan; Kazakhstan; Uzbekistan; dan

Turkmenistan. Kemudian juga akan menulis tentang profil Agustinus Wibowo,

penulis buku tersebut. Lalu penulis juga memberikan sinopsis tentang buku

tersebut.

Sebagai inti pembahasan, penulis menjelaskan proses komunikasi

antarbudaya, komponen budaya non material, dan budaya perkawinan dalam buku

Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah di bab 4.

Akhirnya, pada bab 5 skripsi ini ditutup dengan beberapa kesimpulan

kesimpulan yang berfungsi untuk menjadi jawaban atas pertanyaan minor, serta

diakhiri dengan beberapa saran konstruktif dari peneliti.

18

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Pengertian Komunikasi Antarbudaya

Ada banyak tokoh yang mengkaji tentang komunikasi antarbudaya, semuanya

mempunyai kemiripan dalam memberikan pengertian tersebut karena pada intinya

komunikasi antarbudaya adalah bentuk komunikasi yang terjadi dengan latar

belakang pelaku komunikasi yang masing-masing berbeda budaya. Berikut ini adalah

beberapa tokoh yang memberikan pengertian tentang komunikasi antarbudaya.

1. Andrea L. Rich dan Dennis M. Ogawa

Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda

kebudayaan, misalnya antara suku bangsa, etnik, ras, dan kelas sosial.

2. Larry A. Samovar dan Richard E. Porter

Komunikasi antarbudaya terjadi di antara produsen pesan dan penerima pesan

yang latar belakang kebudayaannya berbeda.

3. Charley, H Dood

Komunikasi antarbudaya meliputi komunikasi yang melibatkan peserta

komunikasi yang mewakili pribadi, antarpribadi, atau kelompok dengan tekanan pada

perbedaan latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi perilaku komunikasi para

peserta.

19

3. Martin W. Lustig dan Jolene Koester

Komunikasi antarbudaya adalah suatu proses komunikasi simbolik,

interpretatif, transaksional, dan konstektual yang dilakukan oleh sejumlah orang-

yang karena memiliki perbedaan derajat kepentingan-memberikan interpretasi dan

harapan secara berbeda terhadap apa yang disampaikan dalam bentuk perilaku

tertentu sebagai makna yang dipertukarkan.

4. Guo-Ming Chen dan William J. Starosta

Komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem

simbolik yang membimbing perilaku manusia, dan membatasi mereka dalam

menjalankan fungsinyasebagai kelompok.16

Sedangkan menurut Joseph Devito dalam bukunya yang berjudul Komunikasi

Antarmanusia (1997), “komunikasi antarbudaya mengacu pada komunikasi antara

orang-orang dari kultur yang berbeda antara orang-orang yang memiliki pekerjaan,

nilai, atau cara berperilaku kultural yang berbeda.” Menurutnya saat kita ingin

mendefinisikan pengertian tentang komunikasi antarbudaya sebaiknya memahami

hakikat tentang kultur. Kultur ia definisikan sebagai “gaya hidup yang relatif khusus

dari suatu kelompok masyarakat-yang terdiri atas nilai-nilai, kepercayaan, artefak,

cara berperilaku, serta cara berkomunikasi yang ditularkan dari satu generasi ke

generasi lainnya.” Termasuk dalam kultur ini adalah segala hal yang dihasilkan dan

16

Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: LKiS, 2003) h. 12-13.

20

dikembangkan oleh anggota suatu kelompok, bahasa, cara berpikir, seni, undang-

undang, dan agama mereka.

Jadi, komunikasi dan budaya tidak dapat dipisahkan, karena mempengaruhi

satu sama lain. Budaya direfleksikan dalam praktek komunikasi; di waktu yang sama,

praktek komunikasi membentuk kehidupan budaya.17

Akhirnya, dapat disimpulkan

bahwa komunikasi antarbudaya adalah suatu proses komunikasi antara orang-orang

yang berbeda kebudayaan.

Sebenarnya dalam kegiatan komunikasi kita sehari-hari dengan orang lain

selalu mengandung potensi untuk menjalin komunikasi antarbudaya atau lintas

budaya apalagi di tengah mobilitas masyarakat yang semakin padat. Hubungan

antarpribadi kita menjadi hubungan antarbudaya. Perkembangan teknologi

komunikasi ikut memengaruhi pengalaman sehari-hari kita yang telah menjadi

semakin antarbudaya. Teknologi komunikasi telah membawa kultur luar yang sangat

asing masuk ke rumah kita. Teknologi komunikasi seperti film, sosial media, dan

beragam aplikasi chat telah membuat komunikasi antarbudaya menjadi mudah,

praktis, dan tidak dapat kita hindarkan.

Budaya-budaya yang berbeda memiliki sistem-sistem nilai yang berbeda dan

karenanya ikut menentukan tujuan hidup yang berbeda, juga menentukan cara

berkomunikasi kita yang sangat dipengaruhi oleh bahasa, aturan dan norma yang ada

pada masing-masing budaya. Karena kita akan selalu berada pada budaya yang

17

Julia T Wood, Communication in Our Lives,(Wadsworth Cengage Learning: Boston, 2009)h. 162.

21

berbeda dengan orang lain, seberapa pun kecilnya perbedaan itu. Perbedaan-

perbedaan ekspektasi budaya dapat menimbulkan resiko yang fatal, setidaknya akan

menimbulkan komunikasi yang tidak lancar, timbul perasaan tidak nyaman atau

timbul kesalahpahaman. Akibat kesalahpahaman itu maka seringkali menimbulkan

konflik-konflik yang berujung pada kerusuhan.

Sehubungan dengan hal itu, maka kita memiliki beberapa alasan atau tujuan

untuk mempelajari komunikasi antarbudaya. Berikut ini adalah beberapa pendapat

para ahli tentang tujuan komunikasi antarbudaya:

B. Tujuan Komunikasi Antarbudaya

Mengenai tujuan studi komunikasi antarbudaya, Litvin menguraikan bahwa

tujuan tersebut bersifat kognitif dan afektif , yaitu untuk:

Menyadari bias budaya sendiri,

Lebih peka secara budaya,

Memperoleh kapasitas untu benar-benar terlibat dengan anggota dari budaya

lain untuk menciptakan hubungan yang langgeng dan memuaskan orang

tersebut,

Merangsang pemahaman yang lebih besar atas budaya sendiri,

Memperluas dan memperdalam pengalaman seseorang,

Mempelajari keterampilan komunikasi yang membuat seseorang mampu

menerima gaya dan isi komunikasinya sendiri,

22

Membantu memahami budaya sebagai hal yang menghasilkan dan

memelihara semesta wacana dan makna bagi para anggotanya,

Membantu memahami kontak antarbudaya sebagai suatu cara memperoleh

pandangan ke dalam budaya sendiri: asumsi-asumsi, nilai-nilai, kebebasan-

kebebasan, dan keterbatasan-keterbatasannya,

Membantu memahami model-model, konsep-konsep dan aplikasi-aplikasi

bidang komunikasi antarbudaya,

Membantu menyadari bahwa sistem-sistem nilai yang berbeda dapat dipelajari

secara sistematis, dibandingkan, dan dipahami.18

Sedangkan Alo Liliweri membuat 8 alasan tentang pentingnya tujuan dari

mempelajari komunikasi antarbudaya, yaitu (1) membuka diri dan memperluas

pergaulan; (2) meningkatkan kesadaran diri; (3) etika/etis; (4) mendorong perdamaian

dan meredam konflik; (5) demografis; (6) ekonomi; (7) menghadapi teknologi

komunikasi; (8) menghadapi era globalisasi.19

Jadi dengan mempelajari komunikasi antarbudaya berarti kita mempelajari

kebiasaan-kebiasaan setiap etnis, adat, agama, geografis, dan kelas sosial yang ada di

masyarakat. Dengan pemahaman tersebut kita mengkomunikasikan perbedaan-

perbedaan tersebut dengan komunikasi antarbudaya. Hal tersebut sangat berguna

18

Jalaludin Rakhmat dan Deddy Mulyana, Komunikasi Antarbudaya, (PT. Remaja Rosdakarya:

Bandung, 2006) h. xi. 19

Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, h. 32-33.

23

menyelesaikan konflik melalui dialog yang baik antara lain dengan identifikasi

melalui perspektif budaya.20

Membangun sebuah komunikasi dengan orang yang berbeda budaya tidaklah

mudah. Terkadang sebuah hubungan komunikasi tidak bisa berjalan dengan mulus

karena banyaknya hambatan salah satunya adalah perbedaan budaya. Perbedaan

budaya seringkali menimbulkan konflik sehingga banyak sekali di Indonesia atau di

dunia konflik yang terjadi akibat perbedaan-perbedaan. Contohnya seperti kasus Poso

dan kasus Ahmadiyah di Indonesia, serta kasus Rohingya di Myanmar.

Kasus-kasus konflik di atas banyak menelan korban jiwa serta menyebabkan

kerugian secara materil dan non materil yang mengingatkan kita bahwa komunikasi

antarbudaya sangatlah penting dipelajari. Karena, masih banyak yang tidak

memahami tentang perbedaan budaya itu sendiri, apalagi Indonesia memiliki banyak

keragaman baik dari segi agama, ras, suku, dan budaya. Komunikasi antarbudaya

akan memberikan pengetahuan bahwa suatu budaya tidak ada yang salah dan benar.

Keragaman adalah suatu hal yang alami dan harus diterima dengan baik.

Hal terpenting lainnya mengapa kita wajib mempelajari komunikasi

antarbudaya adalah karena rasa ingin tahu yang besar terhadap orang lain. Kita selalu

ingin tahu tentang orang lain yang berbeda dengan kita entah perbedaan wajah, suara,

atau kehidupan yang berbeda. Kita bertanya-tanya mengapa wanita Muslim

menggunakan baju yang panjang dan memakai kerudung sebagai penutup kepala,

mengapa pria menggunakan turban, dan mengapa ada beberapa orang yang tidak

20

Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, h. 33.

24

makan daging. Komunikasi antarbudaya termasuk membangun hubungan yang baik

dengan teman atau musuh.21

C. Hambatan-hambatan dalam Komunikasi Antarbudaya

Hukum Murphy (Jika sesuatu budaya bisa salah, dia akan salah) hal ini juga

berlaku untuk komunikasi antarbudaya. Mengenali beberapa hal yang bisa menjadi

penghambat yang lazim dapat membantu kita untuk menghindarinya atau setidak-

tidaknya menanggulangi akibatnya. Komunikasi antarbudaya, tentu saja, menghadapi

hambatan dan masalah yang sama seperti yang dihadapi oleh bentuk-bentuk

komunikasi yang lain. Di bagian ini akan membahas hambatan-hambatan yang unik

untuk komunikasi antarbudaya (Barna, 1998; Ruben, 1985).22

Pertama adalah mengabaikan perbedaan antara anda dan kelompok yang

secara kultural berbeda. Dalam hal ini hambatan yang paling lazim dan sering kita

temukan ialah kita menganggap bahwa yang ada hanya kesamaan dan bukan

perbedaan. Ini terutama dalam hal: nilai, sikap, dan kepercayaan. Kita dapat dengan

mudah mengakui dan menerima perbedaan gaya rambut, cara berpakaian, dan

makanan. Tetapi, dalam hal nilai-nilai dan kepercayaan dasar, kita menganggap

bahwa pada dasarnya manusia itu sama. Ini tidak benar. Bila kita dapat

mengasumsikan dan mengabaikan perbedaan, kita bisa secara implisit

mengomunikasikan kepada lawan bicara bahwa cara kita lah yang benar dan cara

mereka tidak penting bagi kita. Yang kedua yaitu mengabaikan perbedaan antara

21

Judy C. Pearson dkk, Human Communication, (McGraw Hill: New York, 2008), h. 169. 22

Laray M Barna (1985), Stumbling Block In Intercultural Communication. In Brent D. Ruben,

Information and Behavior, New Branswick, NJ: Transaction.

25

kelompok kultural yang berbeda. Dalam setiap kelompok kultural terdapat perbedaan

yang besar dan penting. Seperti halnya orang Amerika tidak sama satu dengan yang

lainnya, demikian pula orang Indonesia, Yunani, Meksiko, dan seterusnya. Bila kita

mengabaikan perbedaan ini kita terjebak dalam stereotype.

Terkadang, stereotype terjadi karena orang-orang mempunyai kesan

pengalaman negatif atau positif dengan seseorang dari kultur yang berbeda. Dalam

suatu riset, seseorang menilai orang hitam hanya dengan satu perbuatan saja dari

tingkah lakunya yang negatif.23

Kita mengasumsikan bahwa semua orang yang

menjadi anggota kelompok yang sama (dalam hal ini kelompok bangsa atau ras)

adalah sama. Yang ketiga adalah mengabaikan perbedaan dalam makna. Makna tidak

terletak pada kata-kata yang digunakan melainkan pada orang-orang yang

menggunakan kata itu. Kita harus peka terhadap prinsip ini dalam komunikasi

antarbudaya.

Hal keempat adalah melanggar adat kebiasaan kultural. Setiap kultur

mempunyai aturan komunikasi sendiri-sendiri. Aturan ini menetapkan mana yang

patut dan mana yang tidak patut. Pada beberapa kultur di negara lain, orang

menunjukkan rasa hormat dengan menghindari kontak mata langsung dengan lawan

bicaranya. Bagian kelima atau yang terakhir yaitumenilai perbedaan secara

negatif.Meskipun menyadari adanya perbedaan-perbedaan di antara-antara kultur,

anda tetap tidak boleh menilai perbedaan ini sebagai hal yang negatif. Misalnya,

23

Judy Pearson, Human Communication, h. 173.

26

meludah dalam kebanyakan kultur Barat, meludah dianggap sebagai tanda

penghinaan dan ketidaksenangan, yang tidak boleh dilakukan di muka umum.24

D. Hubungan Komunikasi terhadap Budaya dan Komunitas Sosial

a. Mengekspresikan komunikasi dan mempertahankan budaya

Pola dari komunikasi merefleksikan nilai budaya dan perspektif. Sebagai contoh,

banyak bahasa di Asia memasukkan beragam katauntuk mendeskripsikan hubungan

khusus (saudara laki-lakinya nenek saya, pamannya ayah saya, anak laki-laki saya

yang paling kecil, anak perempuan saya yang paling besar). Ini mencerminkan

penekanan budaya pada sebuah hubungan keluarga yang sangat erat. Hanya ada

sedikit kata dalam bahasa Inggris untuk menjelaskan ikatan kekerabatan.

Respek dari budaya di Asia terhadap orang yang lebih tua (sesepuh)

dicerminkan melalui bahasa. Jika orang Asia bicara “Besok, aku akan berumur 60

tahun” artinya adalah “Aku pantas untuk mendapatkan respek.” Secara kontras,

budaya barat cenderung mengagungkan pemuda dan memiliki banyak kata-kata

positif untuk kemudaan (young in spirit, fresh) dan kata-kata negatif untuk senioritas

atau kedudukan yang lebih tinggi (has-been, outdated, old-fashioned, over the hill).

Komunikasi sekaligus mencerminkan dan mempertahankan nilai-nilai

budaya. Setiap saat kita mengekspresikan nilai-nilai budaya, kita juga mengabadikan

hal tersebut. Kemudian, komunikasi adalah cermin dari nilai-nilai budaya dan sebuah

cara utama untuk menjaganya. Komunikasi non verbal juga mengekspresikan nilai-

24

Joseph Devito, Komunikasi Antarmanusia, h. 488-491.

27

nilai budaya.25

Sebagai contoh, beberapa wanita India yang tinggal di Amerika

Serikat tetap menggunakan pakaian tradisional, sari. Sebagai salah satu bentuk dalam

ekspresi budaya.26

b. Budaya Terdiri dari Komponen Material dan Non-material

Budaya termasuk dari kedua elemen material dan nonmaterial. Komponen

material benda-benda nyata dan zat fisik yang telah diubah oleh campur tangan

manusia. Benda budaya menciptakan mencerminkan nilai-nilai, kebutuhan, tujuan,

dan keasyikan. Contohnya, budaya yang menciptakan banyak senjata dengan sengaja

biasanya cenderung memiliki tujuan untuk penaklukan. Komponen benda material di

budaya barat termasuk mobil, telepon, komputer, pager, sekop, dan palu. Setiap dari

benda tersebut dibangun dengan bahan baku alami seperti logam, pohon, dan air,

yang dibentuk menjadi bentuk-bentuk baru untuk penggunaan baru. Banyak

penemuan untuk meningkatkan kecepatan di Amerika Serikat mencerminkan

penekanan Barat pada efisiensi dan produktivitas.

Budaya juga termasuk komponen non-material. Ini adalah kreasi berwujud

yang mencerminkan nilai-nilai budaya dan mempengaruhi perilaku pribadi dan sosial.

4 aspek yang paling penting dalam komponen non-material yaitu kepercayaan, nilai,

norma-norma, dan bahasa. Yang akan dijelaskan sebagai berikut:

25

Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 164. 26

Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 164.

28

1) Keyakinan

Keyakinan adalah konsepsi tentang apa yang benar, faktual, dan valid.

Keyakinan dapat berakar dalam iman, pengalaman, atau ilmu pengetahuan.

Keyakinan budaya dianggap sebagai kebenaran meskipun terkadang itu tidak benar

atau tidak bias dibuktikan. Warga Amerika Serikat di tahun 1600-an, percaya akan

penyihir dan siapa pun yang diduga sebagai penyihir akan ditenggelamkan atau

dibakar. Keyakinan budaya, meski tidak akurat memengaruhi perilaku pribadi dan

sosial.27

Penelitian lintas budaya lebih baru menunjukkan bahwa kadang-kadang

sistem kepercayaan dan nilai kita dapat memperbaiki kemampuan kita untuk

menyesuaikan diri ketika tinggal di sebuah negara lain. Suatu penelitian atas para

pengungsi Tibet yang menetap di India memperlihatkan bahwa mereka telah berhasil

menyesuaikan diri dengan lingkungan baru mereka dan mendapatkan banyak

perolehan ekonomi dan sosial. Budisme Mahayana menyediakan kaum Tibet tidak

hanya suatu rancangan untuk hidup namun juga pandangan hidup yang positif, tekun,

pragmatik, dan seimbang. Bagi orang Tibet tindakan memajukkan afirmasi hidup

berdasarkan perbuatan baik yang dilakukan individu dan komunitas. Pandangan dunia

Budisme Tibet memajukan suatu sikap “mampu” dengan suatu dosis keriangan yang

sehat.28

27

Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 164-165. 28

Stewart L. Tubbs- Sylvia Miss, Human Communication (Konteks-Konteks Komunikasi),(PT

Rosdakarya: Bandung, 2005) h. 252.

29

2) Nilai

Nilai umumnya berbagi pandangan tentang apa yang baik, benar, berharga,

dan penting saat melakukan sesuatu dan eksistensi. Sedangkan, keyakinan harus

dilakukan dengan orang-orang yang pikir bahwa itu benar, nilai adalah dengan apa

yang seharusnya dilakukan atau apa yang pantas dalam kehidupan. Sebagai contoh,

budaya yang menghargai keluarga dari hubungan mereka dengan yang lain akan

menciptakan hukum dan kebijakan sosial untuk mendukung kehidupan keluarga

mereka.

Budaya yang berbeda memiliki nilai yang berbeda terhadap dunia sekitar.

Nilai didukung oleh budaya yang diekspresikan lewat komunikasi para anggotanya.29

Jauh lebih sulit memahami dan menerima nilai-nilai budaya lain bila nilai-nilai itu

berbeda dari nilai-nilai budaya kita. Nilai-nilai kita itu tampak universal dan mutlak.

Nilai-nilai menentukan apa yang kita anggap benar, baik, penting, indah; kita sulit

menerima bahwa apa yang benar atau baik itu bergantung pada budaya.30

3) Norma

Norma adalah aturan informal yang menuntun bagaimana anggota-anggota

budaya mengambil tindakan, serta bagaimana mereka berpikir dan merasa. Norma

mendefinisikan apa yang dianggap normal atau telah sesuai, dalam situasi tertentu.31

Meskipun kita sering menggunakan aturan-aturan ini seolah-olah aturan-aturan

29

Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 165. 30

Stewart L. Tubbs-Sylvia Moss, Human Communication (Konteks-Konteks Komunikasi), h. 251. 31

Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 165-166.

30

tersebut mutlak atau standar naluriah, aturan-aturan tersebut sebenarnya secara

kultural dikembangkan dan diwariskan.32

Misalnya, di Amerika Serikat, salad

(lalapan) biasanya dihidangkan sebelum hidangan utama, tapi di Perancis dan di

negara Eropa lainnya, salad bersama hidangan utama. Norma merefleksikan nilai

budaya. Di Amerika Serikat, misalnya banyak norma yang respek dengan nilai-nilai

kebebasan pribadi, properti, dan kemandirian: mengetuk pintu yang tertutup, meminta

izin untuk membawa properti, memiliki peralatan makan yang terpisah untuk

menyediakan makanan dan tempat pribadi dengan peralatan makan yang terpisah

untuk setiap orang. Di negara-negara yang memiliki nilai kebersamaan (kolektif),

bagaimanapun norma komunikatif yang berlaku pasti berbeda. Orang Korea tidak

mengatur tempat pribadi, dan mereka menggunakan peralatan makanan yang sama.33

4) Bahasa

Bahasa membentuk bagaimana kita berpikir tentang dunia dan diri kita

sendiri. Akibatnya dalam pembelajaran bahasa, kita belajar keyakinan budaya kita,

nilai-nilai, dan norma-norma. Bahasa selalu mencerminkan pandangan budaya dari

identitas pribadi. Bahasa, keyakinan, nilai-nilai, dan norma-norma adalah pembawa

budaya yang membawa cara hidup ke depan dari hari ke hari dan generasi ke

generasi. Komponen non-material yang dikombinasikan dengan komponen material,

mencerminkan dan mengabadikan budaya dan komunitas sosial.34

32

Stewart L. Tubbs-Sylvia Moss, Human Communication (Konteks-Konteks Komunikasi), h. 248. 33

Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 167. 34

Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 168.

31

c. Menyadari bahwa Pemahaman untuk Keberagaman adalah Sebuah Proses

Mengembangkan rasa hormat terhadap budaya yang berbeda dan komunitas

sosial membutuhkan waktu. Kita tidak berubah tiba-tiba dari yang tidak menyadari

bagaimana orang berkomunikasi dalam budaya lain untuk menjadi benar-benar

nyaman dan kompeten berinteraksi dengan mereka. Berurusan dengan keragaman

adalah proses bertahap yang membutuhkan waktu, pengalaman dengan berbagai

orang, dan komitmen untuk belajar tentang berbagai orang dan gaya komunikasi yang

berbeda-beda. Di sini adalima tanggapan yang berbeda terhadap keanekaragaman,

mulai dari penolakan total untuk menyelesaikan penerimaan. Pada waktu tertentu

dalam hidup kita, kita dapat mengadopsi respon yang berbeda terhadap keragaman

atau atas spesifik kelompok sosial. Itu adalah hal yang sangat alami dalam

keseluruhan proses mengenali dan merespon keragaman.

1. Perlawanan

Respon umum untuk keragaman adalah resistensi. Resistensi merupakan hal

yang terjadi ketika kita menyerang praktek-praktek budaya orang lain atau

menyatakan bahwa tradisi budaya kita sendiri lebih unggul. Resistensi menolak nilai

dan validitas sesuatu yang berbeda dari apa yang akrab. Tanpa pendidikan yang

cukup atau refleksi banyak orang yang berurusan dengan keragaman dengan

membuat evaluasi etnosentris dari lainnya berdasarkan standar budaya mereka

sendiri. Dan orang-orang komunitas sosial berpikir penilaian mereka mencerminkan

kebenaran universal tentang apa yang normal dan benar. Mereka tidak menyadari

32

bahwa mereka memaksakan tolak ukur sewenang-wenang dari komunitas mereka

sendiri khususnya sosial dan budaya dan mengabaikan ukuran dari budaya lain dan

komunitas sosial.35

2. Toleransi

Sebuah respon kedua untuk keragaman adalah toleransi, penerimaan

perbedaan meskipun kita mungkin tidak menyetujui atau bahkan memahami mereka.

Toleransi melibatkan menghormati hak orang lain untuk cara mereka sendiri

meskipun anda mungkin berpikir cara mereka salah, buruk, atau menyinggung.

Penghakiman masih ada, tapi tidak aktif dikenakan pada orang lain. Toleransi

menerima adanya perbedaan, tapi itu tidak selalu menghormati nilai budaya lain dan

komunitas sosial.

3. Pemahaman

Respon ketiga untuk keragaman melibatkan pemahaman bahwa perbedaan

berakar pada ajaran budaya dan bahwa tidak ada adat istiadat, tradisi, atau perilaku

yang pada hakikatnyatidak baik bagi setiap orang lain. Daripada menganggap bahwa

apapun yang berbeda dari cara kita adalah penyimpangan dari standar universal

(kita). Orang yang mengerti akan menyadari bahwa nilai-nilai yang beragam,

keyakinan, norma, dan gaya komunikasi itu berakar pada perspektif budaya yang

berbeda.36

35

Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 175. 36

Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 176

33

4. Respek

Setelah bergerak di luar penilaian dan mulai untuk memahami dasar budaya

bagi praktek-praktek yang menyimpang dari kita sendiri, kita dapat datang untuk

menghargai perbedaan. Kita bisa menghargai nilai menempatkan keluarga di atas diri

perjodohan, dan gaya komunikasi yang feminin dan maskulin. Bagaimanapun tidak

harus mengadopsi cara-cara lain untuk menghormati mereka dengan cara mereka

sendiri.37

Hormat memungkinkan untuk mengakui perbedaan namun tetap dalam

nilai-nilai dan kebiasaan budaya kita sendiri. menghormati orang lain mencakup

kemampuan untuk melihat mereka dan apa yang mereka lakukan pada istilah mereka,

bukan milik kita.

5. Partisipasi

Respon akhir terhadap keanekaragaman partisipasi, di mana kita

menggabungkan beberapa praktek dan nilai-nilai kelompok lain dalam kehidupan kita

sendiri. Lebih dari tanggapan lain, partisipasi mendorong kita untuk mengembangkan

keterampilan dan perspektif baru. Respon yang berbeda terhadap keanekaragaman

budaya yang telah dibahas merupakan proses belajar untuk berinteraksi dengan

kelompok-kelompok budaya lain daripada kita sendiri. Dalam perjalanan hidup,

banyak dari kita bergerak masuk dan keluar dari berbagai tanggapan seperti saat kita

berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai budaya dan komunitas sosial. Pada

37

Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 176.

34

waktu tertentu, kita mungkin menemukan kita toleran terhadap satu kelompok budaya

dan menghormati yang lain, dan respon mereka dapat berubah dari waktu ke waktu.38

38

Julia T Wood,Communication in Our Lives, h. 177.

35

BAB III

GAMBARAN UMUM UNI SOVIET, NEGARA-NEGARA ASIA TENGAH,

PROFIL AGUSTINUS WIBOWO, DAN SINOPSIS BUKUNYA

1. Sejarah Uni Soviet

Uni Soviet merupakan negara yang lahir pada tahun 1922 dan kemudian pecah

pada 1991 yang menyisakan Rusia sebagai negara yang mempunyai hak sebagai

pewaris kebesaran Uni Soviet.39

Ketika runtuh, Uni Soviet menyisakan kepingan-

kepingan negara yang berdaulat. Negara-negara ini berada di daerah Balkan dan Asia

Tengah. Negara-negara pecahan tersebut semuanya ada 15 yaitu: Armenia,

Azerbaijan, Belarus, Estonia, Georgia, Kazakhstan, Kyrgizstan, Latvia, Lithuania,

Moldavia, Rusia, Tajikistan, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Ukraina.40

Mulanya, sebelum terbentuk menjadi Uni Soviet yang berpaham komunis, Rusia

adalah sebuah Kerajaan yang dipimpin oleh seorang Kaisar atau Tsar.41

Tetapi,

sebagian besar Tsar atau Kaisar yang memerintah merupakan seorang diktator atau

menjalankan pemerintahan yang sangat otoriter dan bertindak sewenang-wenang

terhadap rakyatnya. Ketika Tsar Nicholas II (1894-1917) memerintah Rusia, ia

menjalankan pemerintahan dengan reaksioner, tetapi dalam bidang ekonomi bersifat

progresif. Hal ini menyebabkan industrialisasinya berkembang pesat, yang kemudian

39

Supriyadi Pro, “Sejarah Tentang Negara Uni Soviet,” artikel diakses pada 5 Januari 2014 dari

http://sejarahnasionaldandunia.blogspot.com/2013/09/sejarah-tentang-negara-uni-soviet.html 40

Busroni W, “Mengenang Uni Soviet Negara Adikuasa,” artikel diakses pada 5 Januari 2014 dari

http://sejarah.kompasiana.com/2012/12/26/mengenang-uni-sovyet-negara-adi-kuasa--519340.html 41

“Sejarah Rusia dan Pelabuhan Era kekaisaran Rusia,” Bimbie.com,artikel diakses pada 5 Januari

2014 dari www.bimbie.com

36

mengakibatkan munculnya gerakan sosialisme di Rusia. Tsar Nicholas II akhirnya

menjadi korban dari gerakan ini, yang pada tahun 1917 ia diturunkan dari tahtanya

dan dibuang ke Serbia.42

Pada tahun 1917, pemerintahan Rusia dipegang oleh kaum komunis yang

dipimpin oleh Lenin. Tahta ini Lenin dapatkan setelah mempimpin pemberontakan

yang terkenal dengan nama Revolusi Bolshevik atau Revolusi Oktober.43

Dua tahun

kemudian pada 1919 Lenin membentuk komitern atau komunis internasional yang

mempunyai tugas untuk menyebarkan paham komunis ke seluruh dunia. Tetapi, pada

1947 komitern dibubarkan karena dianggap sebagai bentuk imperialisme Rusia dan

digantikan dengan kominform (komunitas informasi) yang kemudian dijadikan

sebagai pusat propaganda komunis di seluruh dunia.44

Baru pada tahun 1922 Uni

Soviet resmi terbentuk. Nama resminya ialah USSR (Union of Soviet Socialist

Republic) sebagai ganti dari FRSSR (Federasi Republik Soviet Sosialis Rusia). Lenin

tidak lama memimpin Uni Soviet karena ia meninggal pada 1924 dalam 7 tahun

kepemimpinannya untuk Uni Soviet. Sepeninggal Lenin, selanjutnya Josef Stalin

memegang tampuk kekuasaan ini hingga tahun 1953. Saat pemerintahan Stalin,

perbatasan Uni Soviet menjadi lebih berkembang. Walaupun selama itu perbatasan

42

Febriyanto, “Revolusi Rusia,”artikel diakses pada 5 Januari 2014 dari

http://endless722.wordpress.com/2009/05/20/revolusi-rusia/ 43

Arifianto Rifki dkk, “Perkembangan Komunisme Uni Soviet di Bawah Pemerintahan Lenin,”artikel

diakses pada 5 Januari 2014 dari http://arvinradcliffe.blogspot.com/2013/01/perkembangan-

komunisme-uni-soviet-di.html 44

Rio, “Pemerintahan Lenin pada Revolusi Rusia,” artikel diakses pada 5 Januari 2014 dari

http://goresansangpitik.wordpress.com/2012/07/10/pemerintahan-lenin-pada-revolusi-rusia-1917-

1924/

37

Rusia banyak berubah selama berabad-abad.45

Kekuasaan Uni Soviet sangatlah besar

meliputi Eropa Timur, Balkan, hingga Asia Tengah.

Saat menjalankan pemerintahan Uni Soviet, kaum Bolshevik ingin memasukkan

sebanyak mungkin wilayah Kekaisaran Rusia, salah satunya adalah wilayah Asia

Tengah.46

Wilayah ini sempat menjadi polemik bagi Uni Soviet karena penduduknya

mayoritas beragama Islam, sementara Soviet berpaham komunis. Kawasan Asia

Tengah yang berakar dari keturunan Mongol ini,47

terdiri dari negara-negara

berakhiran Stan yang secara harfiah berarti tanah. Penamaan negara-negara di

kawasan Asia Tengah ini samadengan yang dipakai di negara-negara Eropa yang

menggunakan kata land yang juga berarti tanah. Contohnya:Finland, Poland,

Netherland, Ireland, dll. Penamaan tersebut menunjukkan suku apa yang

mendiaminya. Misalnya seperti Uzbekistan yang dihuni oleh orang-orang Uzbek

(Uzbekistan berarti tanah milik orang Uzbek), Turkmenistan yang didiami oleh

orang-orang Turkmen (Turkmenistan juga berarti tanah milik orang Turkmen) dan

seterusnya. Pembagian wilayah sesuai dengan suku tertentu memang telah dilakukan

oleh Soviet terhadap penduduk di kawasan ini. Sejak masa Lenin, Stalin, dan

pemimpin Soviet lainnya, telah menempatkan sistem politik „pecah belah‟ seperti ini

di dalam negara raksasa Soviet. Karena hal itu berarti tidak adanya asimilasi

45

Michael Hart, “Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah,”artikel diakses pada 5

Januari 2014 dari http://media.isnet.org/iptek/100/Stalin.html 46

“Islam Di Uni Soviet,” artikel diakses pada 5 Januari 2014 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Uni_Soviet 47

Tamim Ansary, Dari Puncak Baghdad, (Mizan: Jakarta, 2010) h. 250.

38

kebudayaan yang memungkinkan menciptakan adanya integrasi luar dalam antar etnis

Soviet dulu.48

A. Profil Negara-Negara di Asia Tengah

1. Tajikistan

Presiden: Emomali Rahmon (1994-sekarang)

Ibukota: Dushanbe

Kemerdekaan: 9 September 1991

Lembaga Kebudayaan

Pada pertengahan tahun 1980-an sebelum berpisah dengan Uni Soviet ada lebih

dari 1600 perpustakaan yang disediakan pemerintah untuk masyarakat. Salah satu

perpustakaan yang paling penting adalah perpustakaan milik negara yang bernama

Firdausi. Perpustakaan ini menyimpan banyak manuskrip kuno oriental. Selain

perpustakaan, Tajikistan juga banyak memiliki museum. Museum yang paling

terkenal adalah Museum Sejarah Behzod. Museum yang ada meliputi berbagai hal

seperti tentang seni, studi regional, hingga etnografi. Budaya yang hidup di Tajik

banyak mengenai seni contohnya seni pertunjukkan yaitu balet, drama, dan musik.

Tajik juga terkenal akan keindahan karpetnya. Di sana karpet dibagi menjadi tiga

jenis sesuai dimana karpet itu akan ditempatkan yaitu: karpet untuk dinding, karpet

48

Mutia Zakia Salma, “Asia Tengah dalam Analisis Geopolitik dan Konstelasi Kepentingan AS; EU;

Nato; Rusia; dan India,” artikel diakses pada 5 Januari 2014 dari http://mutia-z-s-

fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-49211-Geopolitik%20dan%20Geostrategi-

Asia%20Tengah%20dalam%20Analisis%20Geopolitik%20dan%20Konstelasi%20Kepentingan%20A

S,%20EU,%20NATO,%20Rusia,%20China,%20dan%20India.html

39

untuk lantai, dan yang paling mahal adalah karpet sebagai hiasan. Nama karpet yang

paling terkenal dan dijual ke seluruh dunia adalah karpet dari Kayrokum. Karpet ini

bagus karena menggunakan banyak pola modern dan kombinasi warna.49

Bendera

Gambar 1

Bendera Tajik terdiri dari tiga strip warna yang berbeda-beda. Warna paling

atas berwarna merah, tengah berwarna putih, dan yang paling bawah hijau. Di bagian

tengah terdapat lambang mahkota emas dengan lengkungan yang dikelilingi 7

bintang. Warna hijau melambangkan lembah-lembah, putih sebagai lambang dari

kekayaan utama negara yaitu kapas dan juga warna dari salju es di pegunungan

tinggi. Sedangkan merah melambangkan warna persatuan di Tajik dan simbol

persaudaraan dengan bangsa lain.50

2. Kirgizstan

Presiden : Almazbek Atambaev

Perdana Menteri : Zhantoro Satybaldiev

Ibukota : Bishkek

49

Tajikistan Embassy, “Culture,” artikel diakses pada 5 Maret 2014 dari

http://www.tajikembassy.be/content/culture

50Tajikistan Embassy, “State Symbols,” artikel diakses pada 5 Maret 2014 dari

http://www.tajikembassy.be/content/state-symbols

40

Kemerdekaan : 31 Agustus 1991

Kirgizstan terletak di timur laut Asia Tengah, bertetangga dengan China,

Tajikistan, Kazakhstan, dan Uzbekistan. Negara ini mempunyai populasi 5,5 juta jiwa

dengan luas wilayah 199,900 km2. Masyarakat mayoritas beragama Islam diikuti

dengan Kristen Orthodoks, katolik, dan Protestan (Lutheran, Baptis, dan Advent).

Warga Kirgiz memiliki hak untuk memilih presiden dan deputi untuk jogorku kenesh

(DPR) dan perwakilan mereka ke organisasi-organisasi lokal. Jogorku kenesh

memiliki prioritas dalam pengambilan keputusan dan mengambil keputusan yang

paling penting dalam kebijakan negara. Presiden hanya dipilih sekali oleh rakyat

selama 6 tahun masa kerja dan tidak bisa mencalonkan diri kembali untuk periode

berikutnya. Sementara untuk perdana menteri ditunjuk oleh parlemen setelah usulan

dari fraksi mayoritas.51

Bendera

Gambar 2

51

Kyrgyzstan Embassy in USA, “About Kyrgyzstan,” artikel diakses pada 5 Maret 2014 dari

http://www.kgembassy.org/index.php?option=com_content&view=article&id=99&Itemid=220&lang=

en

41

Budaya

Budaya Kirgiz sangat dipengaruhi oleh kebudayaan nomaden yang diwariskan

secara turun temurun. Hal ini bisa dilihat dari cara mereka menjalankan rumah

tangga, adat, dan ritual. Masyarakat menghiasi rumah mereka dengan barang yang

tidak hanya indah tetapi juga praktis. Beberapa jenis karya penciptaan rakyat adalah

yurt, yourt, dan tenda, yang dimana sangat mudah untuk dirakit dan dibawa dari satu

tempat ke tempat lain.52

Yurta adalah semacam rumah hunian yang kecil, yang dihiasi dengan karpet

buatan tangan. Budaya ini memiliki akar dari kebudayaan Turki kuno, dan

mengambil semua pengalaman yang terbaik dari suku-suku nomaden di seluruh

dunia. Suku Kyrgiz sibuk dengan kegiatan nomaden memindahkan hewan ternak

mereka di saat musim dingin ke padang-padang, dan ketika musim panas mereka

kembali memindahkan ternaknya ke daerah pegunungan.53

3. Kazakhstan

Presiden : Nursultan Nzarbayev (1990-sekarang)

Ibukota : Astana

Kemerdekaan : 16 Desember 1991

52

“Kyrgiz customs and National Traditions,” artikel diakses pada 5 Maret 2014 dari

http://www.kyrgyzstan.orexca.com/culture_kyrgyzstan.shtml 53

Kyrgyzstan Orexca, “Kyrgiz Customs and National Traditions.”

42

Dua puluh tahun lalu, tepatnya 2 Juni 1993 Indonesia dan Kazakhstan telah

membuka hubungan diplomatik. Itulah titik awal hubungan kedua negara setelah

Indonesia juga memberikan pengakuan kemerdekaan kepada Kazakhstan setelah

mereka merdeka.54

Meski telah membuka hubungan diplomatik sejak lama tetapi baru

pada 29 Desember 2010 Indonesia secara resmi membuka kedutaan besarnya di

Astana. Dua tahun kemudian atau tepatnya pada April 2012 Kazakhstan secara resmi

membuka kantor perwakilannya di Jakarta.55

Bendera Kazakhstan

Gambar 3

Bendera adalah salah satu identitas bangsa dan mewakili kedaulatan suatu negara.

Istilah Rusia untuk “flag” untuk flag berasal dari kata Belanda yaitu vlag. Kata ini

berarti kain resmi yang ukuran dan warnanya dipakai dengan gambar lambang.

Bendera untuk Kazakhstan setelah merdeka secara resmi digunakan pada 1992 dan

didesain oleh Shaken Niyazbekov. Lambang bendera Negara Kazakh didominasi oleh

54

Foster Gultom, “Indonesia-Kazakhstan Membuat Mimpi jadi Kenyataan,” artikel diakses pada 5

Maret 2014 dari http://www.kbri-astana.kz/id/news/279-indonesia_kazakhstan_memb.html 55

“Indonesia Tempatkan Dubes Pertama di Kazakhstan,” Yahoo.com, artikel diakses pada 5 maret 2014

dari http://id.berita.yahoo.com/indonesia-tempatkan-dubes-pertama-di-kazakhstan-202208414.html

43

warna biru dengan gambar matahari di tengahnya dan burung elang padang tepat di

bawahnya. Sebelah kiri pinggir di bendera Kazakh diberikan ornamen hias nasiobal

Kazakh yang menjadi ciri khas negaranya. Menurut prinsip ilmu heraldik (ilmu atau

seni dalam menciptakan dan menghias lambang) matahari melambangkan kekayaan

dan kelimpahan, kehidupan dan energi. Itulah sebabnya mengapa matahri di bendera

ini memiliki bentuk seperti biji-bijian yang mewakili simbol dari kekayaan dan

kesejahteraan. Dengan menggambarkan matahari di benderanya, Kazakhstan

menegaskan kembali komitmennya terhadap nilai-nilai universal. Ini juga

menunjukkan bahwa negara muda ini penuh dengan keterbukaan untuk kerjasama

dengan semua negara. Sedangkan, gambar elang padang rumput dianggap sebagai

simbol kekuasaan, wawasan dan kemurahan hati. Citra elang padang rumput di

bangsa-bangsa yang mempunyai kebiasaan nomaden juga berhubungan dengan

gagasan seperti keberanian dan kesetiaan, harga diri, keberanian, kekuatan dan

kemurnian pikiran. Lambang siluet simbolis hewan ini juga mencerminkan aspirasi

negara untuk ketinggian peradaban dunia. Yang terakhir, mengenai ornamen khas

Khazak mewakili tradisi seni dan budaya Kazakhstan.56

Agama

Sesuai dengan US Department of State Human Rights Report 2009 Kazakhstan

bahwa konstitusi dan hukum memberikan kebebasan beragama dan pemerintah tidak

ikut campur dalam hal ini. Pemerintah terus mengungkapkan secara terbuka

dukungannya terhadap toleransi agama dan keberagaman. Kazakh adalah negara yang

56

“The Flag of the Republic of Kazakhstan,” artikel diakses pada 5 Maret 2014 dari

http://www.akorda.kz/en/category/kazakhstan_flag

44

multietnis, dengan tradisi panjang toleransi dan sekulerisme. Secara umum agama

yang paling banyak dianut oleh masyarakat adalah Islam, Ortodoks Rusia, Katolik

Roma, dan Yahudi. Tetapi ada lebih dari 4000 serikat keagamaan di Kazakhstan dan

2500 bangunan suci.57

Travel and Tourism

Kazakhstan Selatan adalah tempat yang kaya dengan sejarah dan budaya kuno.

Banyak monumen terkenal yang dibangun pada abad pertengahan seperti: the

mausoleum of Aisha-Bibi, karakhan dan Babadzha-Katun di Ta razan, the

architectural ensemble Khodja Ahmet Yasavi in Turkistan and the synthcian burial

mounds in Semirechje. Sementara itu bagian utara Kazakh menyediakan berbagai

macam wisata seperti: bersepeda, berperahu dan kegiatan off-road. Bagian timur

dipenuhi dengan bukit dan danau, sedangkan bagian barat yang terlatak di

persimpangan benua Eropa dan Asia adalah tempat lokasi bagian yang rendah

terdalam kedua di dunia. Biasanya turis-turis ke tempat ini menggunakanya untuk

berburu, memancing, dan olahraga air. Kazakhstan juga memiliki salah satu danau

terbesar di dunia yaitu Danau Balkshake yang letaknya di tengah-tengah

Kazakhstan.58

57

Kazakhstan Embassy in USA, “Religious Freedom in Kazakhstan,” artikel diakses pada 5 Maret

2014 dari http://www.kazakhembus.com/page/religious-freedom-in-kazakhstan 58

Kazakhstan Embassy in USA, “Geography,” artikel diakses pada 5 maret 2014 dari

http://www.kazakhembus.com/page/geography

45

4. Uzbekistan

Presiden : Islam Abduganievich Karimov (1991-

sekarang)

Ibukota : Tashkent

Kemerdekaan : 31 Agustus 1991

Kedutaan besar Uzbekistan di Indonesia : Jl. Daksa III. 14, Kebayoran Baru,

Jakarta Selatan.

Sebagaimana yang dikutip dari website resmi kedutaan besar Uzbekistan di

Indonesia, Uzbekistan adalah negara demokratis yang berdaulat. Rakyat adalah

sumber kekuasaan negara. Kekuasaan negara di republik Uzbekistan harus

dilaksanakan demi kepentingan rakyat dan harus sesuai dengan Konstitusi negara dan

hukum yang disahkan atas dasar tersebut. Majlis Agung dan Presiden dipilih oleh

rakyat, memiliki hak ekslusif untuk bertindak atas kepentingan rakyat. Tidak ada

bagian dari masyarakat, partai politik, asosiasi publik, gerakan atau individu berhak

bertindak atas nama rakyat uzbekistan.59

Prinsip pemisahan kekuasaan di Uzbekistan harus berdasarkan sistem

kekuasaan negara. Pemisahan kekuasaan terdiri dari legislatif, edukatif, dan yudikatif.

Konstitusi dan Undang-Undang (UU) harus memiliki supremasi mutlak, tidak ada

satu pun dari ketentuan Konstitusi ini yang dapat ditafsirkan sebagai cara untuk

59

Uzbekistan Embassy, “Constitution Chapter Democracy and Supremacy of the Constitution and the

Law,” artikel diakses pada tanggal 5 Maret 2014 dari

http://uzbemb.or.id/?g=Informasi&cmsID=CMS000005

46

merugikan hak dan kepentingan Republik Uzbekistan. Uzbekistan mempunyai

kebijakan luar negeri yang didasarkan pada prinsip-prinsip kedaulatan negara, tidak

menggunakan kekerasaan atau mengancam menggunakan kekerasan itu, keutuhan

perbatasan, penyelesaian damai sengketa, tidak ikut campur dalam urusan internal-

internal negara lain, dan mengikuti norma-norma hukum internasional yang berlaku

secara universal. Uzbekistan dapat membentuk aliansi, bergabung atau menarik diri

dari serikat pekerja dan organisasi antar negara lain yang berangkat dari kepentingan

utama negara dan rakyat, kesejahteraan mereka dan keamanan.60

Bendera Uzbekistan

Gambar 4

Simbol dari bendera di atas mencerminkan kekuatan politik yang kuat hadir di

wilayah ini, serta karakteristik alam, nasional dan budaya. Warna langit yang biru

melambangkan warna langit yang biru dan air yang bersih. Di Timur warna biru

dianggap hormat. Itu adalah warna dari bendera Amir Temur. Sedangkan warna putih

melambangkan damai dan kebersihan. Negara yang termasuk baru merdeka ini harus

mengatasi berbagai rintangan besar yang ada di jalan itu. Putih berarti keinginan yang

60

Uzbekistan Embassy in Indonesia, “Constitution Chapter Foreign Policy,” artikel diakses pada 5

Maret 2014 dari http://uzbemb.or.id/?g=Informasi&cmsID=CMS000005

47

baik untuk pemerintahan yang terang dan bersih. Hijau melambangkan alam. Gerakan

di dunia untuk melindungi alam dan menggunakan produk-produk yang ramah

lingkungan sedang mengalami kenaikan. Merah berarti perjuangan dalam hidup,

berdenyut dalam setiap makhluk, dan juga simbol kehidupan.61

Budaya

Budaya Uzbekistan menjadi salah satu budaya yang paling bagus dan asli di

Timur. Hal ini bisa dilihat dari musik nasional, tarian dan lukisan, dan pakaian yang

unik. Musik nasional Uzbek ditandai dengan beragam jenis dan genre. Uzbek terkenal

dengan lagu-lagunya. Koshuk adalah salah satu lagu yang terkenal dengan melodi

kecil diapason yang meliputi satu atau dua baris teks yang sangat puitis. Sementara

itu, tarian Uzbek membedakan antara kelembutan, kehalusan, dan ekspresi dari

gerakan.

Perkembangan seni lukis nasional dimulai berabad-abad lalu. Pada abad ke 16-17

seni naskah telah mencapai keberhasilan yang signifikan di beberapa perkotaan dan di

tepi kota Bukhara. Dekorasi manuskrip juga termasuk kaligrafi, yang dibuat dari cat

air dan ornamen-ornamen tipis. Di Samarkand dan khususnya di Bukhara miniatur

dari sekolah Asia Tengah telah mencapai sukses besar dan dikembangkan dengan

61

Uzbekistan Embassy in Indonesia, “State and Symbol of Uzbekistan,” artikel diakses pada 5 Maret

2014 dari http://uzbemb.or.id/?g=Informasi&cmsID=CMS000006

48

gaya yang berbeda. Uzbekistan juga terkenal ke seluruh dunia dengan kerajinan

karpetnya yang indah.62

Agama

Uzbekistan adalah negara yang sekuler. Agama, cara hidup, dan berpikir selaras

dengan kehidupan yang sekuler di negara ini. Di Undang-undang Republik

Uzbekistan menyatakan “Pada kebebasan iman dan organisasi keagamaan” 1998

memberikan hak publik untuk menganut agama apapun secara individu atau

kelompok agama, mengamati kebiasaan ritual agama, hingga menawarkan ziarah ke

tempat suci. Sebagian besar penduduk Uzbekistan menganut Islam Sunni. Selain itu,

juga ada 15 agama yang dianut oleh penduduk Uzbek diantaranya Katolik, Protestan,

Yahudi, dan lain-lain.63

Hubungan Diplomatik dengan Indonesia

Indonesia mengakui kemerdekaan Uzbekistan pada 28 Desember 1991, tetapi

baru menjalin hubungan diplomatik 6 bulan kemudian pada 23 Juni 1992. Baru pada

dua tahun kemudian 1994 Indonesia membuka kedutaan besarnya di Tashkent dan

dua tahun setelahnya pada tahun 1996 Uzbekistan resmi menempatkan perwakilan

diplomatiknya. Menurut data dari Indonesia Badan Pusat statistik volume

perdagangan antara Indonesia dengan Uzbekistan mencapai Rp 23,8 juta. Jenis-jenis

ekspor Uzbek ke Indonesia meliputi layanan, peralatan listrik, dan katun wol.

62

Uzbekistan Embassy in Indonesia, “Culture,” artikel diakses pada 5 Maret 2014 dari

http://uzbemb.or.id/?g=Informasi&lang=en&cmsID=CMS000009 63

Uzbekistan Embassy in Indonesia, “Religion,” artikel diakses pada 5 Maret 2014 dari

http://uzbemb.or.id/?g=Informasi&lang=en&cmsID=CMS000010

49

Sementara Indonesia ke Uzbekistan meliputi teh, tembakau, hewan, minyal nabati,

karet ban, kain kapas, renda, bordir, pita, dan perhiasan-perhiasan kecil lainnya.64

5. Turkmenistan

Presiden : Dr. Gurbanguly M. Burdimuhamedov (2007-sekarang)

Ibukota : Ashgabat

Kemerdekaan : 27 Oktober 1991

Pemerintahan dan Politik

Menurut konstitusi, Turkmenistan adalah negara sekuler demokrasi dan republik

presidensial. Seperti di Indonesia, Turkmenistan juga memiliki pemisahan kekuasaan

yaitu: Eksektutif yang diwakili oleh Presiden dan Dewan Menteri, Legislatif diwakili

oleh Majlis (Parlemen), dan Yudikatif diwakili oleh Mahkamah Agung. Sedangkan

sistem hukum didasarkan oleh sistem hukum sipil. Deklarasi Turkmenistan mengenai

“permanent neutrality” secara resmi diakui oleh PBB pada 1995. Turkmenistan

mempunyai 5 daerah administratif yang terdiri dari: Velayats (provinsi), Akhal,

Balkan, Dashoguz, Lebap, dan Mary.65

64

Uzbekistan Embassy in Indonesia, “Kerjasama,” artikel diakses pada 5 Maret 2014 dari

http://uzbemb.or.id/?g=Informasi&cmsID=CMS000023 65

Turkmenistan Embassy in USA, “Goverment and Politics,” artikel diakses pada 5 maret 2014 dari

http://turkmenistanembassy.org/government-politics/

50

Bendera Turkmenistan

Gambar 5

Lambang negara dan bendera Turkmenistan dibuat berdasarkan tradisi nasional

dan menghindari simbol politik. Warna bendera Turkmen didominasi oleh warna

hijau dengan garis merah vertikal di sebelah kiri, di tiang bendera, yang terdiri dari

lima pola dasar karpet dalam urutan vertikal. Warna hijau adalah warna yang

dihormati di Turkmen. Di atasnya terdapat lima bintang dan bulan sabit putih. Lima

bintang tersebut mewakilkan lima wilayah yang ada di Turkmen.66

Sejarah dan Budaya

Turkmen adalah negara kaya energi di Asia Tengah yang menghidupkan kembali

ritual kuno. Turkmen mempunyai tenda tradisional yang disebut yurta. Tenda ini

masih digunakan hingga sekarang, berfungsi sebagai rumah musim panas dan

biasanya diletakkan di depan rumah. Negara ini mempunyai pakaian nasional yang

terdiri dari: topi kulit domba berbulu dan jubah merah dengan kemeja putih untuk

pakaian pria. Sedangkan wanitanya menggunakan gaun panjang karung, dengan

celana sempit di mana bagian bawah celana ini dipangkas dengan pita bordir pada

66

Turkmenistan Embassy in USA, “State Symbols,” artikel diakses pada 5 Maret 2014 dari

http://turkmenistanembassy.org/state-symbols/

51

bagian pergelangan kaki. Untuk hiasan kepala memakai perhiasan perak. Uniknya,

kita bisa membedakan wanita yang sudah menikah dengan yang belum dengan hanya

melihat kepangan rambutnya dan scarf yang digunakan. Jika seorang wanita

menguncir rambutnya dengan dua kepangan dan memakai scarf kecil artinya ia

belum menikah. Sementara jika kepangannya hanya satu dan menggunakan scarf

yang besar berarti sudah berkeluarga. Air adalah kehidupan Turkmen, kuda adalah

sayapnya, dan karpet adalah jiwanya.67

67

Turkmenistan Embassy in USA, “History and Culture,” artikel diakses pada 5 Maret 2014 dari

http://turkmenistanembassy.org/history-and-culture/

52

B. Profil Agustinus Wibowo

Agustinus Wibowo adalah seorang penulis perjalanan wisata Indonesia yang lahir

pada 8 Agustus 1981 di Lumajang, Jawa Timur. Kemudian ia kuliah di Institut

Teknologi Surabaya dan melanjutkannya di China.Pada tahun 2001, dia pun memulai

perjalanannya ke Mongolia. Lalu, melanjutkannya lagi pada tahun 2005 setelah lulus

kuliah dengan melintasi Tibet, Nepal, ke gurun pasir di India, dan pegunungan di

Pakistan Utara.68Pengalamannya telah membawanya dari Asia ke Timur Tengah. Dia

terpesona oleh budaya dan rasa ingin tahu tentang bagaimana dunia bekerja yang

mulanya adalah satu bagian kemudian dipecah oleh sejarah dan budaya. Dia lebih

menyukai perjalanan melalui jalur darat dimana dia bisa masuk secara ilegal ke

daerah Tibet dengan berpura-pura menjadi warga negara China. Dia juga pernah

menjadi relawan bencana di daerah Kashmir, sebelum memutuskan karir di jurnalistik

dan mengambil tugas di Afghanistan yang dilanda perang.69

Buku pertamanya yang berjudul Selimut Debu dianggap sebagai masterpiece oleh

banyak orang yang bercerita tentang catatan perjalanannya selama di Afghanistan.

Kemudian diikuti dengan buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia

Tengah yang meneliti tentang masalah perbatasan di republik-republik bekas Uni

Soviet, termasuk perbatasan psikologis dan pencarian identitas nasional.Garis

Batasbanyak memberikan pengetahuan baru mengenai negara-negara yang selama ini

68

Ageng Wuri, “Menulis Perjalanan ke dalam Diri Sendiri,”artikeldiakses pada 30 November 2013 dari

http://www.indonesiabookfair.net/2013/11/09/agustinus-wibowo-menulis-perjalanan-ke-dalam-diri-

sendiri/ 69

“Profil Agustinus Wibowo,” artikel diakses pada26 Desember 2013 dari

http://agustinuswibowo.com/profile

53

kurang mendapat perhatian media massa. Kemudian ia juga baru meluncurkan buku

ketiganya yang berjudul Titik Nol. Ia dianggap merintis sebuah buku genre baru

dalam sastra perjalanan Indonesia dengan memungkinkan pembaca untuk mengalami

perjalanan fisik, spiritual, dan emosional penulis saat membaca bukunya.70

Menurutnya sebuah perjalanan tidak hanya sekadar melihat-lihat sebuah tempat di

suatu negara atau hanya kesenangan semata terlebih hanya untuk mengumpulkan cap

setiap negara di paspornya. Perjalanan menurutnya adalah sejauh mana ia bisa belajar

dari alam dan dan kebijaksanaan penduduk-penduduk setempat. Karena semua

tempat mempunyai cerita, sejarah, peradaban yang menarik untuk bisa dibagikan

kepada orang lain.71

Menurutnya menulis buku perjalanan tidak semudah yang orang bayangkan.

Karena hal ini bukan hanya sekadar pergi ke suatu tempat atau negara, menulis buku

harian, lalu diterbitkan. Buku perjalanan, bagi Agustinus difokuskan pada narasi

perjalanan, dan harus mempunyai alur cerita yang kuat. Perjalanan adalah proses

pembelajaran, proses pendewasaan diri, dan proses mencari sesuatu. Untuk

perjalanan yang ia lakukan di Afghanistan, misalnya, ia mengambil alur tentang

paradoks kebanggaan penduduk di negeri yang hancur-lebur oleh perang.

Untuk perjalanan Asia Tengah, Agustinus terkesan oleh bagaimana garis batas

negara membelah negeri-negeri di Asia Tengah: Tajikistan, Kirgizstan, Kazakhstan,

70

“Agustinus Wibowo Profile,” artikeldiakses pada 30 November 2013

dariAgustinuswibowo.com/profile 71

Imelda Suryaningsih, “Terpukau oleh Peradaban dan Alam,”artikel diakses pada 2 Desember 2013

darihttp://agustinuswibowo.com/4574/readers-digest-indonesia-2010-terpukau-oleh-peradaban-dan-

alam.

54

Uzbekistan, dan Turkmenistan. Kemudian setelah merdeka mereka saling bertikai

demi garis batas dan konsep yang diciptakan penjajah. Maka plot yang ia angkat

dalam buku Garis Batas Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah adalah tentang

garis batas yang bukan saja bermakna fisik tetapi juga garis-garis yang tidak terlihat

tetapi dapat memisahkan manusia seperti ras, suku, dan agama. Melalui buku-buku

yang ia tulis ia berharap bahwa pembaca tidak sekadar melihat-lihat kehidupan di

lokasi yang ia tulis, tetapi sekaligus bisa menemukan refleksi dalam kisah hidup dan

mengambil makna dari setiap kejadian. Baik keberhasilan maupun kegagalan dari

bangsa-bangsa lain dan diambil hikmahnya untuk kehidupan kita sendiri di

Indonesia.72

C. Sinopsis Buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah

Sekian lama tinggal di Afghanistan, Agustinus selalu hanya bisa melihat

Tajikistan-negera tetangga yang hanya dipisahkan oleh sebuah sungai bernama Amu

Darya- dengan tatapan iri. Tajikistan yang ketika di Afghanistan hanya bisa ia lihat

lewat media massa menarik imajinasinya ke dalam sebuah satu pertanyaan. Negeri

apakah yang berada di seberang sungai? Terlebih setiap malam jika Afghanistan

gelap karena listrik tidak menyala akibat perang bertahun-tahun, Tajikistan terlihat

modern dan terang melalui lampu-lampu di rumah penduduk. Jika di Afghan wanita

tidak boleh sama sekali menampakkan wajahnya di depan umum, buta huruf, dan

72

“Destinasi Manapun Istimewa,”artikel diakses pada 2 Desember 2013 dari

http://agustinuswibowo.com/4498/national-geographic-traveler-indonesia-2011-destinasi-mana-pun-

istimewa

55

tidak berpendidikan wanita-wanita Tajik hadir dengan nyanyian di televisi Afghan

dengan kecantikan yang sungguh mempesona.

Akhirnya, suatu hari Agustinus memutuskan untuk menyeberang sungai Amu

Darya yang membelah wilayah di Asia Tengah dengan menaiki seekor keledai. Di

Tajikistan untuk pertamakalinya ia terbebas dari pemisahan-pemisahan gender. Di

Tajik ia bisa bebas berbicara dengan wanita, menikmati indahnya kehidupan modern

ala Rusia. Di sini ia menemukan paradoks pertamanya. Hanya sebuah sungai tetapi

kehidupan di dua negara tersebut sungguh berbeda seperti masuk ke dalam abad yang

berbeda.

Dengan keahlian bahasa Persia yang ia dapatkan ketika tinggal di Iran, Agustinus

mengembara dari satu kota ke kota lain dari suatu kampung ke kampung lain.

Agustinus dengan detil mendeskripsikan negara, ras, suku, agama, bahasa, serta

kenakeragaman yang ada di negara-negara Stan yang ia kunjungi. Dari Tajikistan,

kemudian ia berkelana ke Kirgizstan, lalu Kazakhstan, kemudian ke Uzbekistan

negara yang pernah terkenal akan pusat kebudayaan di Bukhara dan Samarkand, lalu

mengakhirinya di negara yang serba tertutup dan dipimpin oleh seorang diktator;

Turkmenistan. Melalui buku ini wawasan pengetahuan kita semakin banyak tentang

negara-negara yang baru hadir pada awal tahun 1990-an. Dengan membaca buku ini

kita malah akanbertanya apakah kemerdekaan menjadikan mereka menjadi negara

yang lebih baik atau malah sebaliknya?

56

Buku yang dikemas dengan membagikan banyak pengetahuan baru ini tidak

hanya bertutur tentang perjalanan seorang manusia yang berasal dari kaum minoritas

di Indonesia; China, tetapi juga memperlihatkan bahwa apapun yang ada di dunia ini

semuanya mempunyai garis batas yang memisahkan. Setiap manusia selalu dibatasi

oleh konsep-konsep ciptaan mereka sendiri. Bagaimana mereka melestarikan budaya,

bagaimana mereka bertindak dan berpikir, semuanya adalah hasil dari lingkungan di

mana ia tinggal. Dengan membaca buku ini kita dapat melihat bahwa dalam setiap

budaya tidak ada yang salah ataupun benar.

57

BAB IV

PERSPEKTIF KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM GARIS BATAS:

PERJALANAN DI NEGERI-NEGERI ASIA TENGAH KARANGAN

AGUSTINUS WIBOWO

Untuk tahap ini peneliti akan menganalisis komunikasi antarbudaya yang

dilakukan oleh Agustinus Wibowo dalam perjalanannya ke lima negara yaitu

Tajikistan, Kirgizstan, Kazakhstan, Turkmenistan, dan Uzbekistan. Selain itu peneliti

juga akan menganalisis tentang komponen budaya non-material dan budaya

perkawinan yang diamati oleh Agustinus.

1. Proses Komunikasi Antarbudaya di Buku Garis Batas: Perjalanan

Negeri-Negeri Asia Tengah

Proses komunikasi antarbudaya yang dilakukan oleh Agustinus dengan

masyarakat di Tajikistan, Uzbekistan, Kirgizstan, Turkmenistan, dan Kazakhstan

adalah dengan melalui 5 tahap yaitu respek, partisipasi, pemahaman, toleransi, dan

perlawanan. Kelima tahap ini diaplikasikan dengan berbagai macam cara. Mulai dari

tinggal dan hidup bersama masyarakat, berbicara dengan bahasa mereka, ikut dalam

pawai kesenian yang sedang berlangsung. Hal ini dilakukan agar bisa menyelami dan

mengetahui banyak tentang kehidupan budaya dan tradisi yang masih dilakukan oleh

masyarakat di Asia Tengah. Dalam kenyataan sosial, manusia tidak dapat dikatakan

berinteraksi sosial kalau dia tidak berkomunikasi. Dapat dikatakan pula bahwa

interaksi antar-budaya yang sangat efektif tergantung dari komunikasi antarbudaya.

58

Komunikasi antarbudaya muncul, karena adanya kontak, interaksi, dan hubungan

antar warga masyarakat yang berbeda kebudayaannya. Dalam hal ini Agustinus

sebagai wakil budaya dari Indonesia tinggal bersama dengan budaya dari Tajikistan,

Kirgizstan, Uzbekistan, Turkmenistan, dan Kazakhstan sehingga terciptalah

komunikasi antarbudaya.

Dari apa yang telah Agustinus amati dan jelaskan di dalam bukunya terhadap

masing-masing negara di Asia Tengah yang ia kunjungi, dapat kita lihat bahwa

terkadang ia masih merasa bahwa beberapa budaya sangatlah aneh dan tidak masuk

akal. Tetapi, sebisa mungkin perasaan itu tidak ia tunjukkan kepada para penduduk.

Tandanya ia telah melakukan respek dalam komunikasi antarbudaya. Respek,

pemahaman, dan toleransi adalah hal yang berkesinambungan. Jika ia bisa toleran

terhadap suatu budaya maka pemahaman dan respek akan lebih mudah untuk

dijalankan. Pemahaman dan respek menghindari kita dari etnosentrisme.

Proses komunikasi antarbudaya seringkali tidak berjalan dengan baik karena

melibatkan dua budaya yang berbeda. Hambatan awal dalam komunikasi antarbudaya

adalah mengenai perbedaan bahasa. Bahasa seringkali menjadi masalah yang sering

muncul bagi para turis/pelancong. Ketika suatu hari kita akan mengunjungi suatu

daerah yang berbeda bahasa dan kita tidak mengerti akan bahasanya itu akan menjadi

hal yang membuat frustasi.73

73

Judith N Martin dan Thomas Nakayama, Experiencing in Cultural Communication, (McGraw Hill:

Arizona, 2005), h. 259.

59

Perbedaan bahasa adalah salah satu bagian dari culture shock.74

Agustinus

menyadari hal ini. Sehingga, sebelum ia memutuskan untuk berpetualang ke negara-

negara Asia Tengah, ia lebih dulu mempelajari bahasa-bahasa yang digunakan di

negara tersebut. Ia belajar bahasa Rusia walaupun tidak fasih tetapi hal ini cukup

untuk berkomunikasi ketika ia pergi ke negara-negara yang masih menggunakan

bahasa Rusia sebagai bahasa pengantar yaitu Uzbekizstan, Turkmenistan, Kirgizstan,

dan Kazakhstan. Sedangkan Tajikistan menggunakan bahasa Persia sebagai bahasa

sehari-hari.75

Meskipun begitu, ia juga tidak mengalami hambatan apapun di

Tajikistan, karena ia fasih berbahasa Persia. Kemampuan bahasa Persia ini ia

dapatkan ketika tinggal di Afghanistan selama tiga tahun dan di Iran.

Selama tinggal di Tajikistan, Agustinus membaur dengan masyarakat menjadi

musafir. Awalnya ia menginap di tempat-tempat penginapan, tetapi karena

keramahan penduduk setempat, Agustinus banyak ditawari untuk menginap di rumah

penduduk dengan gratis. Dalam petualangan budaya ke negara-negara Asia Tengah

Agustinus selalu memakai peci, barang yang selalu dilambangkan dekat dengan

kultur Islam padahal ia bukan muslim. Begitu pula dengan identitas dirinya yang

berasal dari negara yang mayoritas penduduknya beragama muslim; Indonesia.

Agustinus dengan mudah mendapatkan tempat di hati masyarakat yang ia kunjungi.

Hal ini yang kemudian membawanya dari rumah ke rumah lain dan dengan mudah

menyelami budaya dan tradisi yang masih ada di negara-negara Asia Tengah tersebut.

74

Judith N Martin dan Thomas Nakayama, Experiencing in Cultural Communication, h. 259. 75

Wawancara Pribadi dengan Agustinus Wibowo, Bandung, 7 November 2013,

60

Agustinus mengatakan bahwa posisinya sebagai kalangan minoritas di Indonesia

membuatnya peka melihat sisi lain sebuah masyarakat yang terpecah belah akibat

perbedaan ras dan suku. Pencarian identitas menjadi hal yang penting di kelima

negara tersebut ketika merdeka dari Uni Soviet. Hal yang pernah dirasakan oleh

Agustinus. Statusnya sebagai orang keturunan China di Indonesia sempat

membuatnya minder dan menarik diri dari pergaulan karena ejekan-ejekan rasis yang

diterimanya sejak kecil. Ia merasa dirinya sebagai orang China tetapi ketika ia

bersekolah di China justru ia merindukan kampung halamannya. Cerita ini persis

seperti yang Agustinus jelaskan di bukunya bahwa orang Kirgiz, Tajik, dan Dungan

yang masih serumpun tetapi tidak mau disama-samakan. Mereka malah menganggap

bahwa dirinya tetaplah orang Rusia.

Berikut adalah peta Asia Tengah

Gambar 6.

61

Dari peta di atas dapat di lihat bahwa Tajikistan berbatasan langsung dengan

Afghanistan sehingga hal ini juga mempengaruhi bahasa mereka. Tajikistan memiliki

mother language yaitu bahasa Persia yang kini disebut bahasa Tajik. Menurut

Agustinus sebelum Rusia datang bahasa Persia adalah bahasa kaum beradab di Asia

Tengah. Bahasa ini menjadi lingua franca di negara-negara tersebut tapi kini hanya

menjadi bahasa lokal dan ditulis dengan huruf sirilik.

2. Komponen Non-Material dalam Buku Ini

Telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa budaya terdiri dari komponen

material dan non-material. Tetapi disini saya memilih hanya menjelaskan tentang

budaya komponen non material yang terdiri dari keyakinan, norma, nilai, dan bahasa

di negara-negara bekas pecahan Uni Soviet. Karena, komponen non material yang

paling banyak saya temukan di buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia

Tengah karangan seorang wartawan foto; Agustinus Wibowo.

A. Tajikistan

Umumnya negara Tajikistan sama seperti negara-negara Asia Tengah lainnya

yang masih tertatih membangun negaranya semenjak Uni Soviet runtuh. Menurut

buku ini Tajikistan yang wilayahnya dikelilingi pegunungan tidak mempunyai

sumber daya alam yang begitu banyak sehingga negaranya miskin. Ketika masih

dalam naungan Uni Soviet (yang kini berganti nama menjadi Rusia), Tajikistan dan

negara-negara Stan lainnya dihidupi oleh Rusia. Wilayah mereka hanya dijadikan

tempat-tempat untuk membangun pabrik-pabrik yang menyuplai kebutuhan pusat

62

seperti uranium, gas, dan lainnya. Setelah merdeka kehidupan mereka ambruk,

beruntung Turkmenistan dan Kazakhstan mempunyai cadangan minyak dan gas alam

yang cukup besar sehingga negaranya menjadi lebih makmur dibandingkan Negara

tetangga Stan lainnya.76

Tajikistan yang menempatinegara ke-156 termiskin di dunia, di belakang banyak

negara Afrika,77

dan menjadi negara bekas Soviet yang paling miskin78

jatuh ke

dalam perang saudara sejak merdeka di tahun 1991 selama 8 tahun karena bingung

menentukan identitas negara yang akan dipakai.

“Makanya semenjak merdeka mereka jatuh ke dalam perang saudara bukan

dengan negara-negara tetangga tetapi akibat menentukan identitas mereka sendiri.

Tajik itu apa? Tajik itu mau dibawa kemana? Setelah merdeka Tajik ingin diapakan?

Ada yang ingin Tajik sebagai negara Islam, ada yang ingin mempertahankan

sekulerisme seperti saat bersama dengan Uni Soviet. Kemudian orang-orang Uzbek

juga ikut campur dengan keadaan politik di Tajik sehingga ikut memperkeruh

suasana, lalu ada paksi-paksi fundamentalis dari Uzbekistan kelompok-kelompok

yang ingin mendirikan syariat Islam di Uzbekistan tetapi bersembunyi di Tajikistan

yang juga ikut dalam perang di Afghanistan sehingga menjadi ribet sekali. Konflik di

Tajikistan ini sehingga melibatkan negara tetangga dan negara-negara lain.”79

Meskipun begitu konflik di Tajikistan tidak sampai seperti konflik di Afghanistan

yang begitu panjang dan lama. Walau menjadi salah satu negara yang paling miskin,

seperti apa yang dituliskan Agustinus dalam buku ini angka buta huruf di Tajikistan

mendekati angka 0%. Saat masih menjadi bagian Uni Soviet, pemerintahan saat itu

rajin untuk mengajarkan huruf sirilik dan mewajibkan sekolah bagi seluruh

76

Zainal A Budiyono, “Demokrasi Terpimpin oleh Nazarbayev,” artikel diakses pada 30 Desember

2013 dari: http://www.jpnn.com/read/2013/09/05/189344/Demokrasi-Terpimpin-Ala-Nazarbayev- 77

“Tajikistan: Fakta, Sejarah, Dan Informasi Lainnya,”artikel diakses pada 30 Desember 2013 dari

http://www.amazine.co/24403/tajikistan-fakta-sejarah-informasi-lainnya/ 78

“Jenderal Militer Tajikistan Tewas Ditikam,”bbc.co.uk, artikel diakses pada 30 Desember 2013

darihttp://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/07/120722_jenderal_tajikistan.shtml 79

Wawancara Pribadi dengan Agustinus Wibowo, Bandung, 7 November 2013

63

rakyatnya. Menurut Agustinus satu hal yang paling ia kagumi di Tajikistan ialah tidak

adanya pengemis yang terlihat di jalan-jalan padahal masyarakatnya banyak yang

miskin. Orang Tajik pantang meminta-minta begitu kata Agustinus dalam bukunya

tersebut.

Hal yang menarik untuk diamati juga adalah bahwa meski Tajikistan

mayoritas masyarakatnya menganut agama Islam. Tetapi, perayaan ibadah Islam

terasa sangat kurang. Ketika bulan Ramadhan datang banyak yang tidak puasa, hari

raya Idul Fitri yang menjadi hari paling penting bagi umat muslim di seluruh dunia

berlalu begitu saja tanpa perayaan. Bahkan minum vodka menjadi hal yang biasa

untuk mereka. Agustinus kemudian melanjutkan:

“Apalagi waktu itu saya datangnya bulan Ramadhan yaa, yang bikin saya

surprise di Tajikistan di bulan Ramadhan yah padahal Tajikistan termasuk

negara yang paling agamanya kuat di Asia Tengah, mereka minum alkohol,

minum vodka di tengah siang bolong di bulan Ramadhan, toko-toko makanan

tetap buka, mayoritas orang disana tidak puasa. Bahkan, ketika saya masuk ke

wilayah GBAO di perbatasan bertemu dengan orang Ismailiyah, orang

Ismailiyah ini umumnya tidak berpuasa dan bahkan saya sampai lupa kalau

itu Idul Fitri karena semua orang tidak puasa dan saya juga tidak puasa dan

bahkan ini penduduk yang mayoritasnya muslim, tetapi tidak terasa Idul Fitri

hanya seperti hari libur biasa.”80

Salah satu terbentuknya budaya atau kebiasaan suatu masyarakat adalah akibat

sejarah dan letak geografis. Tradisi dan sejarah budaya akan membentuk karakter

kita.81

Begitu pula yang terjadi di Tajikistan-wilayah yang dulu pernah menjadi

bagian dari Kesultanan Turki ini- berubah menjadi negara Komunis setelah jatuh ke

tangan Rusia. Sejak saat itu, Tajikistan yang pernah terkenal akan kota keilmuwan

80

Wawancara Pribadi dengan Agustinus Wibowo, Bandung, 7 November 2013, 81

Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 168.

64

Bukhara dan Samarkhand (kini menjadi wilayah Uzbekistan) yang banyak

melahirkan pemikir-pemikir Islam seperti Rudaki dan Firdaus mulai dibanjiri oleh

buku-buku “merah” yang beraliran kiri. Sejak saat itu masyarakat hidup dalam

ketakutan ketika melakukan aktivitas keagamaan. Saat Josef Stalin berkuasa banyak

masjid ditutup menjadi gudang, huruf arab diubah menjadi huruf sirilik, ulama

dibungkam, dan paham komunis diajarkan di sekolah-sekolah.82

Semua harus ikut

aturan Rusia. Tradisi Islam yang telah berumur 6000 tahun pun runtuh dengan

masuknya komunisme. Akhirnya, hal tersebut banyak merubah wajah budaya dan

tradisi yang ada di Tajikistan. Islam akhirnya mulai luntur di masyarakat Tajikistan.

Hal ini juga berpengaruh langsung terhadap komponen non material seperti

keyakinan, norma, nilai, dan bahasa. Berikut ini adalah hasil analisis komponen non

material yang ada di buku Garis Batas Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah .

1. Keyakinan

Keyakinan atau kepercayaan yang dimaksud dalam budaya tidak hanya

berhubungan dengan agama tetapi segala sesuatu yang diyakini atau dipercayai oleh

masyarakat setempat yang diwarisi secara turum temurun ke generasi selanjutnya.83

Menurut Agustinus, ada satu tokoh yang sangat dihormati di Tajikistan. Dia adalah

Aga Khan, seorang pemimpin sekte Ismaili. Ia diyakini sebagai keturunan langsung

Nabi Muhammad. Para pengikutnya menganggap bahwa Aga Khan membawa

perubahan baik dengan organisasi amalnya. Dengan kehidupan yang sulit dan tidak

82

Haidar Abu, “Islam di Uni Soviet,” artikel diakses pada 30 Desember 2013

darihttp://abuhaidar.web.id/397/islam-di-uni-soviet.htm 83

Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 164.

65

menentu, serta angka pengangguran yang tinggi sosok Aga Khan dianggap sebagai

penyelamat mereka karena telah membantu menyalurkan banyak dana untuk

perubahan di negara-negara yang mayoritas beragama Islam. Saat melakukan

komunikasi antarbudaya di daerah Tajikistan Timur yang menjadi basis paling besar

umat Ismaili, Agustinus melihat bahwa Aga Khan menjadi sosok yang penting bagi

pengikutnya.

“Siapa yang menyelamatkan mereka dari keterpurukan yang mengenaskan?

Penduduk hampir selalu menjawab satu nama: Aga Khan, sang pemimpin

sekte Ismaili. Beliau dipercaya sebagai keturunan langsung Nabi Muhammad

dan memegang tampuk imamat, namun kini menetap di Eropa. Organisasi

kemanusiaan milik Aga Khan banyak melakukan pembangunan terutama di

daerah terpencil di Tajikistan, Afghanistan, dan Pakistan.”84

Organisasi Aga Khan bernama Aga Khan Development Network (AKDN).

Organisasi ini telah beroperasi di Tajikistan sejak tahun 1992. AKDN memiliki basis

kuat dengan pengalaman kerja bersama masyarakat di daerah pegunungan. Pekerjaan

ini berada di semua wilayah dan telah memperkerjakan 3500 orang selama

beroperasi.85

Aga Khan diangkat menjadi pemimpin Ismaili pada umur 20 tahun.

Ialahir pada umur 13 Desember 196 di Jenewa dari orangtua Pangeran Aly Khan dan

Putri Tajuddawlah Aly Khan. Ia menghabiskan masa kecilnya di Nairobi, Kenya.

Kemudian ia lulus dari Universitas Harvard tahun 1959 dengan gelar Sarjana Sejarah

84

Agustinus Wibowo, Garis Batas Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 54. 85

Aga Khan Development Network, “Countries AKDN in Tajikistan,“ artikel diakses pada 30

Desember 2013 dariwww.akdn.org/Tajikistan

66

Islam.86

Organisasinya telah membuat banyak perubahan dalam bidang politik dan

ekonomi.

Sekte Ismaili di Tajikistan adalah minoritas, umumnya dianut masyarakat di

pegunungan belahan timur negeri. Menurut buku ini mereka terkenal lebih liberal

dibandingkan dengan umat muslim lainnya. Sedangkan di Dushanbe dan daerah barat

Tajikistan mayoritas penduduk adalah pemeluk Sunni. Aga Khan yang telah menjadi

imam Ismaili selama 5 dekade sangat dihormati oleh penganut Ismaili. Fotonya wajib

dipajang di rumah sebagai rasa penghormatan.

“Terpajang pula foto keluarga dan gambar Aga Khan yang dimuliakan-benda

wajib di rumah penganut sekte Ismaili. Saya teringat keluarga Ismaili di

Afghanistan, tepat di seberang sungai sana, penuh takzim menciumi foto Aga

Khan, seperti mencintai benda keramat. Aga Khan adalah pemimpin spiritual

yang begitu dipuja, baik di sisi sungai sana maupun seberang sungai sana.”87

Ismaili merupakan salah satu komunitas Islam. Komunitas ini tersebar di 25

negara, bersatu di bawah pimpinan Pangeran Karim Aga Khan (yang dikenal di

kalangan Ismaili sebagai Mawlana Hazar Imam) sebagai pemimpin spiritual yang ke

49 dan mempunyai keturunan langsung dengan Nabi Muhammad Saw.88

Yang paling

unik menurut Agustinus adalah tata cara salat Ismaili yang berbeda dengan umat

muslim lainnya.

“Khusid duduk bertumpu lutut di sudut ruangan. Mulutnya komat-kamit,

melantunkan lagu merdu. Suaranya lembut, mengalun, lalu meninggi. Nada-nada

mengisi ruang hening. Kedua tangannya dikatupkan di depan dada, seperti orang

86

“His Highness Aga Khan,” artikel diakses pada 20 Februari 2013 dari

http://www.theismaili.org/cms/14/The-Aga-Khan 87

Agustinus Wibowo, Garis Batas:Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 59. 88

“The Ismaili Community,” artikel diakses pada 20 Februari 2014 dari

http://www.theismaili.org/cms/760/About-Us

67

menghaturkan sembah, diayunkan ke kiri dan kanan. Baru pertama kali saya melihat

orang Ismaili mendirikan salat. Sungguh berbeda dengan umat Muslim kebanyakan.

Seluruh ritual hanya dilakukan dalam posisi duduk, dengan lantunan doa-doa yang

begitu asing di telinga. Ritual sembah yang kata Khurshid disebut sebagai imam

didar-penghormatan kepada imam, terdengar begitu menghanyutkan. Umat Ismaili

tidak pergi ke masjid. Mereka beribadah di jemaatkhana, yang artinya rumah para

jemaat. Tetapi zaman Uni Soviet dulu, semua aktivitas ibadah dilarang, umat Ismaili

tidak punya jemaatkhana. Ibadah jumat biasanya dilakukan berjamaah, bergiliran di

rumah umat. Komunisme tidak membunuh kepercayaan ini. walaupun umat Ismaili

Tajikistan terlihat santai soal agama, tetapi masih ada orang yang rajin menunaikan

salat seperti Khurshid. Pemuka agama di desa pun masih menempati posisi yang

dimuliakan.”89

Dalam aspek proses komunikasi antarbudaya disebutkan bahwa pemahaman

merupakan sesuatu yang harus dilakukan ketika bertemu dengan budaya lain.90

Walau

Agustinus bukan seorang muslim, tetapi Agustinus merasa heran dengan tata cara

salat umat Ismaili yang berbeda seperti apa yang ia lihat pada muslim umumnya.

Tetapi Agustinus memahami bahwa tidak ada yang salah dalam ritual keagamaan

selama seseorang menyakini hal tersebut. Agustinus malah kagum bahwa masih

banyak umat Ismaili yang menjalankan ibadah salat dan pemimpin agama masih

menjadi orang yang dimuliakan atau dihormati dalam masyarakat.

Selain kepercayaan yang dijalankan oleh umat Ismaili di Tajikistan,

masyarakat Tajikistan juga mempunyai tempat pemandian air panas terkenal. Tempat

pemandian ini adalah tempat yang dikeramatkan oleh penduduk setempat. Pasangan

yang belum mendapat keturunan, dipercaya akan segera mendapat keturunan jika

mandi di sini.

89

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 73. 90

Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 176.

68

“Di puncak bukit, masih mendaki bukit lagi dari bukit Yamchun, ada pemandian air

panas terkenal. Penduduk menyebutnya Cheshma Bibi Fatima, artinya Mata Air

Fatima. Bibi Fatima adalah putri Nabi Muhammad, termasuk lima tokoh penting

dalam ajaran Syiah dan Ismaili. Bibi Fatima di sini terdeskripsikan oleh perpaduan

warna tebing mata air yang unik-hijau, biru, putih, dan hitam-meliuk-liuk guratnya,

persis seperti wujud Rahim perempuan. Airnya jernih kehijauan. Penduduk percaya,

siapa yang mandi di sini akan segera mendapat keturunan.”91

Tetapi sayangnya, Agustinus tidak menjelaskan kesaksian dari orang-orang

yang benar mendapatkan keturunan setelah pulang dari tempat itu. Padahal menarik

untuk dituliskan lebih lanjut mengenai tempat pemandian tersebut. Selain hal tersebut

seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya ritual kegiatan ibadah terasa sangat longgar

di Tajikistan. Tetapi anehnya menurut Agustinus, Tajikistan tetap menjadi negara

yang paling religius dibandingkan dengan-negara Stan lainnya. Ini disebabkan oleh

komunisme yang pernah hadir di sini sehinggaorang-orang juga sudah tidak terlalu

ketat menjalankan ibadah. Muslim yang benar-benar berpuasa di Ramadhan bahkan

tak sampai enam puluh persen jumlahnya, menurut Agustinus. Beberapa orang

percaya bahwa puasa hanya dilaksanakan selama 9 hari tidak sebulan penuh seperti

yang aturan Islam dalam puasa Ramadhan.

”Ibu mertuaku puasa, istriku puasa, anakku juga puasa-jadi aku tidak usah

puasa,” kata Bakhtiyor. Kalau aku ikut puasa siapa yang kerja mencari uang? Tuhan

pasti bisa mengerti keadaan kami.” Puasa Sembilan hari saja di bulan Ramadhan

sudah cukup, tambahnya. Tiga hari di awal, tiga di tengah, tiga di akhir. Itu pun

masih bisa dihitung patungan bersama anggota keluarga yang lain. Kalau ibu dan

istrinya sudah puasa masing-masing tiga hari, maka bagiannya cukup tiga hari saja.”92

Mungkin hal tersebut adalah hal yang aneh bagi Agustinus, setahu

pengetahuannya ibadah puasa di bulan Ramadhan adalah sebulan penuh. Meskipun ia

heran dengan penjelasan sang supir tetapi Agustinus berusaha respek terhadap orang

91

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h.68. 92

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 50.

69

tersebut. Ajaran Islam seperti puasa di bulan Ramadhan, larangan minum alkohol,

dan hari raya Idul Fitri di Tajikistan memang sering berlalu begitu saja tanpa makna

dan kemeriahan. Hidup di bawah bayang-bayang Komunis selama 74 tahun memaksa

mereka tercerabut dari akar ajaran Islam. Mengembalikan Islam seperti dahulu kala

sungguh tidak mudah. Akhirnya, ini berdampak pada Hari Raya Idul Fitri di

Tajikistan yang hanya seperti hari libur biasa.

“Ya ampun…! Bagaimana mungkin saya bisa lupa Hari Raya sepenting ini, hari

dimana saudara-saudara sebangsa saya larut dalam perayaan akbar? Tetapi, di bulan

Ramadhan di sini benar-benar tak ada bedanya dengan bulan biasa. Di Dushanbe dan

Istaravshan, kebanyakan orang tidak berpuasa. Tetapi, di kalangan umat Ismaili sini,

nyaris tak ada yang puasa sama sekali. Bagi Aliboy, Idul Fitri tak lebih dari hari libur

dimana ia bisa pergi membasuh tubuh di pemandian air panas bibi Fatima. Tak ada

perayaan. Tak ada takbir. Ini adalah hari kemenangan yang dirayakan di akhir bulan

suci yang tanpa haus dan dahaga.”93

Awalnya Agustinus kaget melihat wajah Islam yang begitu berbeda seperti yang

ada di Indonesia, tetapi ia terus melakukan pemahaman bahwa hal tersebut terjadi

karena banyak faktor salah satunya adalah akibat Uni Soviet melarang semua

aktivitas agama saat mereka masih bernama Uni Soviet.

1. Nilai

Nilai adalah keyakinan yang dilakukan dalam hidup karena hal tersebut dianggap

pantas, baik atau benar sehingga menjadi suatu budaya.94

Konsep memuliakan tamu

yang ada dalam Islam, menjadi nilai-nilai luhur dijalankan dengan baik oleh

masyarakat Tajikistan.

93

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 69-70. 94

Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 165.

70

“Islom, namanya berarti “Islam”, pria empat puluh tahunan bertubuh tambun

dengan topi hitam bersudut empat yang bertengger di kepala, mengundang

saya berbuka puasa bersama di suatu hari. Iftar-berbukapuasa- kata Islom

adalah bagian penting dari kultur Tajik. Bukan Cuma berbuka untuk diri

sendiri, iftarakan lebih bernilai jika berbagi makanan dengan musafir. “Ini

adalah adat turun-menurun,” kata Islom.”95

Meskipun Agustinus menganut agama yang berbeda dengan masyarakat

Tajikistan yang notabene beragama Islam, ia tetap dihargai dan diperlakukan sangat

baik. Bahkan, sekte Ismaili menganggap bahwa tamu adalah anugerah dari Tuhan.

Dan, memperlakukan tamu dengan baik sama dengan ibadah haji bagi mereka.

“Namun kegelapan sama sekali tidak mengurangi semangat keluarga Aliboy

dalam menyambut tamu. “Kami umat Ismaili tidak pergi ke Mekkah untuk naik

haji,” tutur Aliboy, “Pemimpin agama kami, Yang Mulia Aga Khan, mengatakan,

bahwa menyediakan tempat tinggal dan makanan bagi seorang musafir yang

membutuhkan bantuan adalah ibadah haji kami. Selain itu bukankah lebih baik

jika uang untuk naik haji itu digunakan untuk menolong orang atau memajukan

komunitas?” Penganut Ismaili percaya, menolong musafir wajib hukumnya,

sekalipun dapur tak lagi mengepul. Konsep tamu, mehman, mengakar kuat dalam

kehidupan masyarakat pegunungan ini. tak ada yang menandingi kebanggaan dan

kebahagiaan untuk bersikap hormat dan melayani tamu, karena tamu adalah

anugerah Tuhan.”96

Setiap tamu yang datang akan diberikan makanan roti. Makanan khas negara

Tajikistan dan negara Stan lainnya adalah roti nan, tetapi roti ternyata tidak hanya

menjadi makanan semata tetapi juga sebagai lambang penghormatan. Bahkan di

Uzbekistan roti tidak boleh ditaruh di sembarang tempat. Sebelum melanjutkan

perjalanannya ke tempat lain Agustinus diberikan bekal roti oleh salah satu keluarga

di Tajikistan yang memberikannya tumpangan menginap.

“Saya hanya tamu yang singgah semalam di rumah Khurshid, tetapi saya sudah

seperti bagian dari rumah itu. Ketika saya pergi meninggalkan desa, ibunya memaksa

95

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h.43. 96

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 64-65.

71

saya membawa roti nan buatan tangannya. Roti bukan hanya sekedar makanan tetapi

juga barang suci yang harus dihormati. Nan bagi musafir adalah lambing cinta dan

penghormatan terdalam.”97

Nilai yang masih dilestarikan keluarga di Tajikistan salah satunya adalah dalam

menyambut tamu, budaya ini yang paling banyak Agustinus ceritakan dalam bukunya

tersebut. Meski hidup dalam kesederhanaan tetapi saat menjamu tamu keluarga di

Tajikistan memberikan hal yang terbaik. Ini yang membuat Agustinus menjadi respek

terhadap ikatan kekeluargaan di Tajikistan.

2. Norma

Norma adalah aturan informal yang berlaku di dalam masyarakat.98

Aturan-aturan

tersebut secara langsung mempengaruhi pribadi yang terikat dengan norma tersebut.

Setiap masyarakat pasti mempunyai norma yang berlaku di lingkungannya meski

norma seringkali terbentuk secara tidak tertulis. Norma diajarkan oleh anggota

budaya atau keluarga dan dijalankan untuk membatasi sikap atau perilaku

masyarakat. Ada beberapa norma yang Agustinus tulis dalam bukunya salah satunya

adalah cara makan. Seperti kebanyakan norma di negara Asia lainnya yang masih

memegang erat kekeluargaan, tradisi makan di Tajikistan pun harus bersama dengan

dengan anggota keluarga lainnya secara sederhana.

“Seperti halnya di Afghanistan, orang Tajik juga makan dengan bersila tanah.

Tikar yang terbuat dari kain atau plastik berfungsi sebagai meja makan. Roti

Tajik berbentuk bulat gepeng dan tebal, terhidang di atas tikar.”99

97

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 76. 98

Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 165-166. 99

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 62.

72

Keluarga berada dalam tingkat pertama kita belajar tradisi dan budaya dalam

kehidupan sehari-hari. Seperti di Indonesia yang ikatan kekeluargaannya masih

kuat,norma keluarga juga masih dipegang erat oleh masyarakat Tajikistan. Norma

keluarga di Tajikistan adalah orang yang sudah menikah akan tetap tinggal bersama

keluarganya. Peraturan lainnya ialah bayi pertama harus dilahirkan di keluarga ibu.

“Di ruangan ini juga tinggal adik perempuan Alisher yang datang dari desa

lain. Wanita muda ini menikah dengan laki-laki asal desa Sheghnon, dekat

Khorog. Menurut adat Sheghnon, bayi pertama harus dilahirkan di keluarga

ibu.”100

Sementara itu, jika ada jamuan makan malam untuk tamu maka yang

diperbolehkan menemani tamu di meja makan hanyalah lelaki dewasa dan anak

tertua. Sementara kaum perempuan makan di belakang atau di dapur. Mengingatkan

kita akan kultur feodal di Jawa pada zaman dahulu, di mana perempuan hanya boleh

berada di rumah dan bekerja di dapur tanpa mempunyai kekuasaan apapun untuk

bertindak. Perempuan harus patuh terhadap lelaki. Bedanya, di Tajikistan perlakuan

seperti itu hanya ketika ada tamu yang sedang berkunjung.

“Saya disambut makan malam yang lezat. Khurshid dan ayahnya yang sudah

uzur duduk bersama saya di meja utama, sementara kaum perempuan: ibu,

istri, adik ipar, semua bersantap di belakang, di dekat tungku dapur. Saya

teringat konsep Jawa Feodal, perempuan adalah konco wingking, teman di

belakang. Apakah sekte Ismaili mengajarkan hal itu? “Oh, bukan,” kilah

Khurshid, “Ini tradisi kami saat tamu berkunjung. Hanya lelaki dewasa dan

anak tertua yang boleh makan bersama tamu.”101

100

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 62. 101

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 72-73.

73

Dari norma yang dilihat Agustinus Wibowo di Tajikistan semuanya tentang

aturan informal yang mengikat keluarga. Norma di Tajik masih seperti budaya dalam

kultur yang masih memegang teguhnya adat dalam kekeluargaan.

3. Bahasa

Bahasa terkadang mencerminkan hegemoni suatu negara. Makin besar dan

digdaya suatu negara, semakin banyak pula orang-orang yang berlomba untuk

mempelajari bahasa tersebut. Contohnya, bahasa Inggris menjadi bahasa pergaulan

internasional seperti sekarang karena mewariskan bahasanya di negara jajahannya,

bahasa Inggris kemudian makin meluas akibat penguasaan teknologi.102

Bahasa

Jepang menyebar karena manga, dan sekarang bahasa Korea makin diminati akibat

meledaknya musik K-pop di seluruh dunia. Rusia yang dulu sempat menjadi

penguasa dunia dengan Amerika Serikat, juga mewariskan bahasanya dan huruf

Sirilik-nya terhadap negara-negara jajahannya. Sejak komunis masuk ke dalam

negara-negara Stan, simbol-simbol Islam dihapus termasuk bahasa Arab yang

kemudian diganti dengan huruf Sirilik.

“Bahasa Tajik juga mengingsut. Bila dahulu bahasa Persia adalah bahasa

kaum beradab di Asia Tengah, lingua franca bagi imperium yang berjalan tiga

ribuan tahun, nasibnya kini menjadi hanya menjadi bahasa lokal yang dipakai

di republik tak terkenal, ditulis dengan huruf Sirilik, dicabut dari akar sejarah

masa lalunya. Bahasa Tajik yang terputus dari Iran dan Afghanistan, nyaris

tak berubah sejak seabad silam. Orang Tajik sudah kesulitan membaca tulisan

Arab, alphabet yang dipandang berbahaya oleh pemimpin Uni Soviet karena

berhubungan dengan Islam.”103

102

“Beberapa Alasan Mengapa Bahasa Inggris Menjadi Bahasa Internasional,” artikel diakses pada 20

Februari 2014 dari: http://pascapbi.uad.ac.id/beberapa-alasan-mengapa-bahasa-inggris-menjadi-

bahasa-international/ 103

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 22.

74

Menurut Agustinus di antara Kirgizstan, Kazakhstan, Uzbekistan, dan

Turkmenistan; Tajikistan adalah negara yang tidak menggunakan bahasa Rusia tetapi

menggunakan bahasa Persia yang ditulis dengan huruf Sirilik.

“Bahasa Tajik. Bahasa Parsi itu bahasa Tajik juga. Kalau di Iran disebut

bahasa Parsi, di Afghanistan disebut Dari, di Tajikistan disebut Tajik. Masing-

masing ada perbedaanya sedikit tetapi itu bahasa yang sama, tetapi bahasa

Persia di Tajik jauh lebih kuno, lebih tradisional, tetapi mereka menggunakan

huruf Sirilik; huruf Rusia tetapi masih bahasa yang sama. Kalau di Iran dan

Afghanistan bahasa Parsi ditulis menggunakan huruf Arab.”104

Penggunaan bahasa selalu mencerminkan pandangan budaya dari identitas

pribadi.105

Begitu pula yang terjadi di Tajikistan. Ketika masyarakatnya masih

mempertahankan bahasa Persia dalam percakapan sehari-hari hal ini ikut mewariskan

kultur puisi yang terbawa dari budaya Persia. Masyarakat Tajikistan hingga kini

masih menggunakan puisi untuk menyanjung seseorang, menyambut tamu, dan

sebagainya. Dari keterangan Agustinus, kultur puisi di sana sangatlah kuat.

“Jadi, di satu sisi yang saya tetap respek dengan budaya Tajikistan karena

mereka banyak terpengaruh oleh budaya Persia, sebagaimana seperti di

Afghanistan dan Iran mereka sangat kuat dalam hal berpuisi. Jika mereka

bertemu dengan orang, seringkali mereka memberikan puisi-puisi kuno,

mereka sering menyatir puisi pujangga-pujangga kuno dan itu orang Tajik

sering bertanya kepada saya “Mana puisi dari Indonesia?” yang mereka sudah

buat dari ribuan tahun lalu, orang-orang di rumah berpuisi. Kultur puisi sangat

kuat disini.”106

104

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 21-22. 105

Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 167. 106

Wawancara Pribadi dengan Agustinus Wibowo, Bandung, 7 November 2013.

75

Penjelasan akan bahasa tersebut membuat kita tahu bahwa Tajikistan tidak

mewarisi bahasa yang dibawaoleh Uni Soviet, tetapi mereka mewariskan huruf sirilik

yang menggantikan tulisan Arab.

B. Kirgizstan

Negara Kirgizstan awalnya adalah bangsa penggembala yang hidup di padang-

padang. Ketika Uni Soviet datang bangsa penggembala ini diberi nama Kirgiz sesuai

suku yang mendiami padang-padang tersebut.

1. Kepercayaan/keyakinan

Kirgizstan adalah bangsa penggembala yang hidup di padang-padang,107

berbatasan dekat dengan China dan Tajikistan,108

negara ini sama dengan Tajikistan

yang dikelilingi oleh pegunungan. Budaya di Kirgizstan mempercayai bahwa Nabi

Sulaiman pernah bertakhta di gunung yang berada di negara mereka hingga gunung

tersebut dinamakan Sulaeman Too. Bahkan, mereka juga menyebutkan dan percaya

bahwa Nabi Muhammad pernah datang ke gunung ini tersebut untuk mendirikan

salat.

“Osh modern berdenyut di bawah naungan bukit raksasa Sulaiman Too, yang artinya

Gunung Sulaiman. Orang Tajik menyebutnya Takht-e-Sulaiman, alias Takhta

Sulaiman. Mereka menganggap Raja Solomo atau Nabi Sulaiman pernah bertakhta di

107

“Kyrgyzstan,” artikel diakses pada 20 Februari 2014 dari

http://www.infoplease.com/country/kyrgyzstan.html 108

“Kyrgyzstan: Facts and History,” artikel diakses pada 20 Februari 2014

darihttp://asianhistory.about.com/od/kyrgyzstan/p/kyrgyzstanprof.htm

76

sini, dan dari puncak gunung inilah sang Raja memandangi kota kuno Osh. Mereka

percaya Nabi Muhammad pernah datang ke gunung ini dan mendirikan salat.”109

Benar atau tidak kepercayaan ini belum bisa dibuktikan. Namun, tempat ini

selalu menjadi tempat ziarah umat Muslim di Kirgizstan. Masyarakat di Kirgizstan

sepertinya begitu antusias menemukan jati diri mereka tentang Islam serta menikmati

kebebasan beribadah dan berziarah setelah sekian lama agama dikekang oleh rezim

komunis Uni Soviet. Islam kemudian perlahan mulai kembali di tengah-tengah

masyarakat walau banyak di antara mereka yang tidak paham tentang ajaran Islam itu

sendiri. Di Asia tengah, sufisme tumbuh dengan subur, Islam dapat berpadu harmonis

dengan tradisi dan kepercayaan masyarakat setempat, dan makam atau ziarah adalah

bagian penting dalam tradisi tersebut. Jika di Tajikistan menjamu tamu dengan baik

adalah ibadah haji bagi kaum Ismaili, di Kirgizstan mereka percaya jika mengunjungi

tiga kali Gunung Sulaiman setara dengan pergi haji ke Mekah.

“Mereka percaya tiga kali berziarah di Sulaiman Too setara dengan sekali pergi ke

Mekkah. Dulu, orang-orang harus sembunyi-sembunyi untuk sembahyang di gunung

ini kalau tidak ingin ditangkap serdadu komunis dan dikirim ke kamp kerja paksa.

Sekarang, ibu-ibu berkerudung bebas menangis tersedu-sedu di hadapan gua kecil di

lereng bukit, sambil menggendong anak-anak mereka yang cacat atau sakit parah,

berharap turunnya mukjizat kesembuhan.”110

Budaya memainkan suatu peranan penting dalam pembentukan kepercayaan.

Dalam komunikasi antarbudaya tidak ada hal yang benar atau hal yang salah sejauh

hal-hal tersebut berkaitan dengan kepercayaan.111

2. Nilai

109

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 143. 110

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 144. 111

Jalaludin Rakhmat,Komunikasi Antarbudaya, h.26

77

Nilai-nilai budaya biasanya berasal dari isu-isu filosofis lebih besar yang

merupakan bagian dari suatu mileu budaya. Nilai-nilai ini umumnya normatif dalam

arti bahwa nilai-nilai tersebut menjadi rujukan seorang anggota tentang apa yang baik

dan buruk, yang benar dan yang salah, yang positif dan negatif, dan sebagainya.

Nilai-nilai dalam suatu budaya menampakkan diri dalam perilaku para anggota

budaya yang dituntut oleh budaya tersebut. Dalam hal ini nilai yang ada di Kirgizstan

di antaranya adalah bahwa ikatan keluarga di sana masih sangat penting. Kemudian,

tamu juga menjadi bagian penting dalam nilai.

“Keluarga ini masih memegang teguh tradisi Dungan. Anak yang sudah menikah

masih tinggal bersama orangtua. Ikatan keluarga sangat penting dan anak harus

bertanggung jawab untuk hari tua ayah-bunda. Mereka juga kebanyakan hanya

menikah dengan sesama Dungan, atau paling banter dengan Kazakh dan Kirgiz yang

seagama. Makan malam tiba, istri Muhammad menyajikan masakan yang aromanya

sampai membuat perut saya langsung bernyanyi. “Makanlah, jangan sungkan anggap

ini rumahmu sendiri,” kata Muhammad yang berkopiah itu sambil menggendong

cucunya. Saya terkesima menghadapi meja makan, makanan Dungan seolah

membawa saya terbang ke Tiongkok.”112

Dungan adalah etnis minoritas di Kirgizstan dan dekat dengan daerah China. Dalam

buku ini dijelaskan bahwa Dungan adalah bangsa pelarian dari China yang melarikan

diri dari kejaran Kaisar dan akhirnya menetap di Kirgiz. Maka, wajar jika nilai di

tradisi Dungan sama dengan tradisi yang ada di China, karena hal ini masih dijaga

hingga ke generasi selanjutnya.

3. Norma

Norma adalah aturan-aturan atau pedoman sosial yang khusus mengenai

tingkah laku, sikap, dan perbuatan yang boleh atau tidak boleh dilakukan dalam

112

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 122.

78

bermasyarakat. Masyarakat Kirgizstan seperti pada umumnya masyarakat di

Indonesia mempunyai tradisi datang ke makam untuk ziarah. Tetapi norma di sana

ternyata tidak memperbolehkan orang asing untuk mendekati makam.

“Dari kejauhan kuburan Kirgiz tampak begitu indah, seperti kota kecil. Bukan hanya

sekedar liang lahat dengan batu nisan, makam di sini dihias menara, kubah, dan

tembok berukir. Bayangkan kalau ratusan makam bertebar tak beraturan, masing-

masing dengan dekorasi itu. Dari puncak Sulaiman, makam di kaki bukit ini kelihatan

bak kota kuno zaman jalur sutra. Tetapi penduduk tak mengizinkan saya mendekat.

Itu tabu, kata mereka. Bukan tempat orang asing berwisata.”113

Budaya berziarah ke makam biasanya dilakukan pada hari-hari tertentu seperti

harai raya. Persis seperti budaya yang ada di Indonesia. Sementara itu, ada aturan

yang sedikit unik dalam masyarakat Kirgiz. Normalnya, jika kita naik kendaraan

umum kita akan mendahulukan tempat untuk orang tua, ibu hamil, dan penderita

cacat. Tetapi di Kirgiz, jika naik kendaraan umum kita bisa menitipkan barang

kepada orang yang duduk bahkan bayi bisa dititipkan.

“Tetapi setidaknya, orang Kirgiz tetap punya kehangatan khas bangsa Timur.

Kendaraan umum Bishkek sangat kecil, berbentuk mirip bongkahan roti tawar.

Tempat duduknya hanya 15 kursi, dan penumpang berdiri berdesak-desakan, harus

membungkuk karena atap mobil yang rendah. Tetapi, aturan yang berlaku di sini,

lelaki tak akan duduk jika ada perempuan yang berdiri. Apalagi kalau ada manula dan

orang sakit. Bahkan, penumpang yang yang dapat tempat duduk pun sukarela

membawakan barang bawaan penumpang yang berdiri, mulai dari tas kerja, laptop,

barang berharga, bayi… Bruk… dititipkan begitu saja, tanpa ba-bi-bu, tanpa sepotong

senyum, paling juga sepotong ucapan terima kasih. Saya sulit membayangkan

menitipkan bayi ke sesama penumpang bus di Indonesia.”114

Seperti kultur Asia yang umumnya sangat menghormati para orangtua, begitu

pula di Kirgiz. Orang yang jauh lebih tua umurnya dianggap sebagai orang yang

paling utama. Ia dianggap telah mengalami banyak pengalaman hidup. Sehingga

113

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 144. 114

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 184-185.

79

pendapatnya tentang sesuatu hal sangat penting dan menjadi bahan pertimbangan

dalam suatu keluarga saat ingin mengambil keputusan. Ini berbeda dengan budaya

Barat yang mengagung-agungkan semangat masa muda.115

“Kakek Moken sudah teramat renta, umurnya berkepala delapan, tapi masih tampak

sangat sehat. Jenggotnya putih, panjang, hanya sejumput. Topi bulu hitamnya

membumbung tinggi. Ini pastilah tipe aksakal yang paling akurat. Bangsa Asia

Tengah sangat menghormati orang lanjut usia. Orang Kirgiz menyebut mereka

aksakal-sang jenggot putih, dan orang Tajik musafid- sang rambut putih. Apa pun

yang keluar dari mulut aksakal tidak boleh dibantah. Mereka selalu mendapat tempat

paling terhormat di ruangan. Mereka harus mendapat makanan terlebih dulu, dan

harus yang paling lezat, misalnya kepala domba dan bongkahan lemak padat dari

pantat hewan itu. Aksakal juga mempunyai hak veto dalam pengambilan keputusan

keluarga.”116

4. Bahasa

Bahasa merupakan sistem lambang yang digunakan suatu masyarakat untuk

berkomunikasi. Setiap negara mempunyai bahasa yang berbeda-beda. Diperkirakan

ada sekitar 7.000 bahasa di dunia.117

Di Indonesia yang masyarakatnya beragam saja

setiap daerah mempunyai bahasa sendiri-sendiri. Dengan banyaknya bahasa, maka

diperlukanlah suatu bahasa sebagai bahasa internasional yaitu bahasa Inggris.

Biasanya, penyebaran bahasa terjadi karena penaklukan dan penjajahan suatu negara

sehingga mereka menanamkan kebudayaan mereka dan mewariskan bahasa mereka

ke penduduk setempat di daerah jajahannya.

Di Indonesia, menguasai bahasa Inggris dianggap sebagai kaum terpelajar dan

terlihat lebih intelek. Apalagi jika bisa menguasai banyak bahasa. Anggapan itu bisa

115

Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 164. 116

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 187-188. 117

Michael Backman, Asia Future Shock: Business Crisis and Opportunity in The Coming Years, h.

111.

80

dianggap benar karena ilmu pengetahuan sekarang datang dari Barat dan ditulis

dalam bahasa Inggris. Sisi negatifnya seringkali menggunakan bahasa asing dalam

percakapan sehari-hari dianggap tidak nasionalis.

Begitu pula yang terjadi pada Uni Soviet, meski negara ini telah pecah tetapi

bahasa Rusia masih digunakan di negara-negara bekas pecahannya. Tetapi hal itu

tidak berlaku di Kirgizstan. Setelah merdeka salah satu kebijakan pemerintahnya

adalah menghapuskan bahasa Rusia. Meskipun sampai sekarang hal tersebut mustahil

untuk diwujudkan. Menggunakan bahasa mereka Kirgiz dianggap lebih

berpendidikan.

“Di antara negara-negara baru yang berkoar tentang nasionalisme, Kirgizstan masih

sulit melepaskan diri dari masa lalunya di bawah Uni Soviet. Di ibu kota negeri ini,

bahasa nasional Kirgiz nyaris tak terdengar. Semua orang-termasuk bangsa Kirgiz-

bicara bahasa Rusia, yang bagi mereka terdengar lebih intelek daripada bertutur

dalam bahasa kaum nomad. Nasionalisme kebangsaan di Kirgizstan pun menggebu

ketika mereka memutuskan mengangkat kembali bahasa Kirgiz. Pemerintah

mewajibkan bahasa Kirgiz di sekolah dan tempak kerja. Mereka yang tak bisa bahasa

Kirgiz-kebanyakan orang Rusia dan bangsa minoritas lainnya-harus kehilangan

pekerjaan. Bukankah bahasa nasional adalah bagian dari simbol-simbol yang harus

dibela?”118

C. Kazakhstan

Saat mengunjungi Tajikistan, Kirgistan, Agustinus terlalu banyak menggali sisi

muram dan buram di negara-negara tersebut. Cerita tentang kemiskinan, harga-harga

yang mahal, dan korupsi lebih banyak dikupas oleh Agustinus. Tetapi ketika di

Kazakhstan, Agustinus menemukan sisi lain bahwa ternyata ada juga negara Stan

118

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 177-178.

81

yang setelah lepas dari Rusia menjadi sangat kaya. Ini adalah Kazakhstan. Selain

negara yang paling luas diantara Stan lainnya, Kazak juga yang paling kaya.

Kekayaan ini hasil dari cadangan minyaknya yang sangat melimpah. Bahkan

Agustinus mengatakan bahwa banyak sekali orang-orang kaya yang bermunculan di

Kazak, persis seperti apa yang terjadi di negara Dubai belakangan ini.

1. Keyakinan

Menurut tradisi, Kazakh adalah Muslim Sunni dari sekolah Hanafi. Kazakh

mengadopsi Islam secara bertahap, dengan konversi yang selesai pada awal abad ke-

19. Masyarakat Slavia Kazakhstan secara tradisional menganut Kristen Ortodoks, dan

Gereja Ortodoks Rusia adalah denominasi Kristen terbesar di republik ini.119

saat di

Kazakhstan Agustinus bertemu dan tinggal di rumah seorang penduduk setempat

yang menganut salah satu sekte Kristen. Ia masih memegang ajarannya dengan teguh,

salah satunya adalah tidak menonton TV.

“Keluarga kami sangat religius, karena itu kami tidak menonton TV. Jadi maaf kami

tidak menyediakan TV,” kata Lyubova. Saya baru tahu ada sekte Kristen yang

melarang umatnya menonton TV. Saya sangat puas dengan rumah Lyubova yang

nyaman, Pasha justru sebaliknya. “Aku tidak pernah lihat rumah sesederhana dan

seburuk ini.”120

Selain sekte Kristen, penduduk Muslim masih menjadi mayoritas di negeri ini.

Kultur Islam di Kazakhstan juga dekat dengan sufisme. Hal ini membuat banyaknya

pemimpin sufi yang sangat dihargai di sini. Di Kazakhstan aliran sufi yang terkenal

adalah Tarekat Suwi Yasawiya yang dikenal sebagai aliran sufi yang paling

119

“Religions In Kazakhstan,” artikel diakses pada 7 Januari 2014 dari

http://www.kazakhstan.orexca.com/religions_kazakhstan.shtml 120

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 257.

82

memperkenalkan unsur mistis shamanisme.121

Pendirinya ialah Khoja Ahmad

Yasawiya yang makamnya menjadi pusat ziarah penting di Kazakhstan. Makam ini

diberi nama Mausoleum Khoja Ahmad Yasawi yang dibangun pada tahun 1389

hingga 1405 oleh Amir Timur, pemimpin kekaisaran Timur. Saat ini mausoleum

Khoja Ahmad menjadi salah satu situs peninggalan budaya yang dilindungi oleh

UNESCO.122

Masyarakat Kazakhstan percaya bahwa tiga kali berziarah ke makam

yang terletak di Turkistan ini sama dengan sekali naik haji ke Mekkah.

”Permata sejarah Kazakhstan” demikianlah Turkistan dikenal. Bekas ibu kota

kesultanan Kazakh di abad ke-16 ini kini menarik ribuan muslim dari Asia tengah

yang menjadikannya sebagai Mekkah kedua. Matahari menampakkan wajahnya

ketika saya turun dari kereta stasiun di Turkistan. Langit biru kelam, berpadu dengan

salju yang membungkus bumi. Makam suci Khoja Ahmad Yasawi semakin tampak

berkilau megah di atas hamparan salju yang membentang. Inilah kebanggan

Kazakhstan: sebuah kuburan pemimpin agama Islam yang terletak di tepian

perbatasan Uzbekistan. Sang Khoja lahir di Turkistan, hampir seribu tahun lalu. Dia

belajar Islam di Bukhara kemudian kembali ke Turkistan, menyebarkan ajaran

sufisme di sini. Islam yang dianut bangsa Kazakh kental dengan pengaruh

shamanisme. Makam sang Khoja kemudian menjadi pusat ziarah penting. Saking

pentingnya sampai orang setempat percaya, tiga kali berziarah ke Turkistan sama

dengan sekali naik haji ke Mekkah. Bangunan megah yang sekarang menaungi

pemakaman Yasawi ini, dibangun lebih dari 200 tahun sesudah kematiannya. Sang

pembangunnya adalah Amir Timur, atau Timur Leng, atau Timur si Pincang, raja

besar Asia Tengah yang sekarang dipuja sebagai pahlawan besar di Uzbekistan.”123

2. Nilai

Agustinus tidak banyak membahas tentang nilai-nilai yang ada di Kazakh. Ia

lebih banyak bercerita betapa berbedanya Kazakh dengan negara Stan yang telah ia

kunjungi seperti Tajik, Kirgiz dan Uzbek. Jika di ketiga negara itu Agustinus

121

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 296. 122

“Nomadic Sacred Site Mausoleum Khoja Ahmad Yasawi,” Unesco TV/NHK, liputan diakses pada 7

Januari 2014 darihttp://www.youtube.com/watch?v=3g6sDCPVqjI 123

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 296-297.

83

mendapatkan pengalaman yang mengesankan sebagai tamu, tetapi tidak dengan

Kazakh. Menurutnya Kazakh terlalu “dingin” terhadap orang asing, tidak mempunyai

keramahtamahan khas Asia Tengah.

Kazakh juga menjadi negara Stan yang paling bebas. Kultur Islam sangat tidak

terlihat bahkan vodka dan babi bisa sangat dijual bebas di pasar dan menjadi

hidangan utama bagi masyarakat. Menurut Agustinus ini terkait dengan kultur nomad

yang sangat melekat pada Kazakh. Bangsa Kazakh merupakan bangsa nomad yang

tinggal di Asia Tengah. Kultur nomad adalah tidak bisa terikat pada suatu aturan.

Kemudian, juga dapat dilihat dari sejarah masuknya Islam ke Kazakhstan.

Berkembangnya Islam di Kazakh berkat para sufi. Sufi mengubah para pengembara

di padang gembala menjadi muslim, sehingga suku-suku ini hanya menyerap gairah

Islam, sebelum benar-benar memahami ajarannya.124

Secara umum, karena Kazakh adalah bangsa yang terakhir memeluk Islam di

antara negara Stan lainnya, maka nilai-nilai Islam di sana merupakan yang paling

longgar juga di antara negara-negara tetangga Stan lainnya. Baru belakangan ini

Islam menggeliat kembali, ditandai dengan berdirinya beberapa masjid megah di

Kota Almaty. Masjid ini didirikan dengan bantuan dari Arab Saudi dan Turki yang

mengingatkan bagaimana seharusnya menjadi muslim yang benar.

124

Ansari Tamim, Dari Puncak Baghdad, h. 283.

84

3. Norma

Meski menjadi bagian dari negara Muslim yang tidak tidak terlalu terikat dengan

aturan Islam, tetapi di sana tanda-tanda akan kebanggaan sebagai seorang Muslim

mulai bangkit kembali. Dimulai dengan banyaknya masyarakat yang mengoleksi

liontin dengan simbol bertuliskan Allah dan Muhammad dalam bahasa Arab.

Meskipun kata Agustinus ketika ditanya apa arti tulisan tersebut mereka tidak tahu

dan tidak bisa membacanya. Tulisan Arab bagi mereka hanya untuk menyatakan

identitas sebagai Muslim.

Walau Islam belum begitu mengakar di masyarakat, salah seorang pemuda

setempat yang diminta Agustinus untuk berfoto di depan Gereja Katedral, menolak

secara halus. Menurutnya tidak pantas sebagai Muslim untuk berfoto di depan rumah

ibadah agama lain.

“Anak-anak muda mengoleksi liontin bertuliskan huruf Allah dan Muhammad,

walaupun tidak tahu bagaimana membacanya. Tulisan Arab hanya untuk menyatakan

jati diri sebagai Muslim. Seminggu terakhir, saya hanya melihat satu gadis berjilbab

di tengah metropolis Almaty. Beberapa pemusik muda Kazakh yang saya temui

menolak keras difoto di depan katedral Zenkov, gereja kuno Kristen Ortodoks yang

menjadi ikon Almaty. “Gedung ini bukan punya agama kami,” kilah seorang dari

mereka.”125

Ada yang menarik dalam temuan Agustinus saat berkeliling di Kazakhstan.

Meski mereka tidak mau difoto di depan gereja yang menurut mereka tidak pantas

karena merupakan tempat ibadah agama lain, pohon natal di sana bukan dianggap

sebagai simbol dari agama Kristen. Menurut mereka pohon natal adalah pohon tahun

baru yang selalu menghiasi rumah mereka menjelang acara tahun baru. Bahkan,

125

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 291.

85

mereka marah jika pohon cemara tersebut dibilang sebagai pohon natal, padahal tidak

ada bedanya. Menurut Agustinus ini merupakan salah satu peninggalan budaya dari

Rusia.

“Kelap-kelip jalan raya Almaty sungguh kontras dengan suramnya Kazkontrakt. Di

depan gedung parlemen yang bentuknya balok kotak memanjang-khas arsitektur

Soviet, kesempurnaan bentuk balok dan kubus seperti desain lego anak kecil yang

agak rendah tingkat kreativitasnya-sebuah pohon natal raksasa menjulang tinggi di

pinggir jalan raya, music, pop, disko, dan tekno Rusia diputar keras-keras,

memekakkan telinga. Warga kota datang berduyun-duyun, berdansa di bawah

guyuran salju yang mencurah seperti es serut. “Ini bukan pohon natal!” tukas pemuda

Kazakh, “Ini pohon tahun baru!” Kolya pemuda kurus ini adalah pembuat roti.

Seperti saya yang terdera mahalnya Almaty, Kolya pun hidup pas-pasan, dengan

gajinya yang sekitar 350 dolar sebulan itu katanya sama sekali tidak ada artinya di

kota ini. saya memandang kembali ke “pohon tahun baru”. Ada pernak-pernik boneka

sinterklas. Ada bintang besar di puncaknya. Setelah dua ratusan tahun Rusia bercokol

di padang rumput Kazakhstan, bangsa nomad pun ikut merayakan tahun baru. Kultur

asing, seperti bahasa Rusia yang juga asing, sudah mengalir bersama darah Kazakh

mereka sekarang. Sudah jadi bagian identitas. Tetapi Kolya masih punya identitas

lain.”126

Dongeng Santa Klaus juga menjadi budaya mereka tetapi bukan sebagai

simbol dari agama Kristen. Mereka menganggapnya sebagai Bapak Tahun Baru yang

memberi mereka keceriaan saat pergantian tahun.

4. Bahasa

Nasionalisme menjadi isu yang paling penting ketika Uni Soviet bubar. Terutama

untuk negara-negara yang akhirnya memerdekakan diri dari jeratan Komunisme Uni

Soviet. Salah satu isu nasionalisme yang paling kuat ialah penggunaan bahasa. Setiap

negara Stan, ingin mengangkat kembali bahasa lokal mereka dan menjadikannya

bahasa nasional. Menumbuhkan kembali bahasa lokal mereka yang telah tergusur

126

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 244-245.

86

oleh dominasi bahasa Rusia bukanlah perkara mudah. Peraturan telah dibuat untuk

menggunakan bahasa Kazakh tetapi mereka tetap menggunakan bahasa Rusia dalam

percakapan sehari-hari. Dan uniknya mereka bangga akan hal itu.

“Di antara Stan-stan lain, Kazakhstan yang paling dekat dengan Rusia, baik secara

geografis maupun kultural. Sejumlah besar penduduknya adalah etnis Rusia dan

Eropa. Bangunannya, gaya hidup penduduknya, pola pikirnya, semua Rusia. Yang

mengejutkan adalah bahkan antara sesame orang orang Kazakh pun mereka lebih

nyaman berbicara bahasa Rusia. Banyak orang Kazakh yang tidak bisa bahasanya

sendiri. Spanduk, iklan, papan baliho, semua bahasa Rusia. Bahasa nasional malah

menjadi bahasa kelas dua, kalah dengan aura bahasa Rusia. Kolya alias Kabul di

Almaty, dalam bahasa Rusia fasih, malah pernah berkata, “Orang Kazakh bisa bicara

bahasa Rusia bahkan lebih bagus daripada orang Rusia sekalipun!” Herannya, dia

bangga sekali dengan hal itu.”127

D. Uzbekistan

Uzbekistan adalah negara yang terkenal saat jaman jalur sutra. Uzbeksitan

terkenal di seluruh dunia dengan produksi kain sutranya. Masyarakat Uzbekistan

kebanyakan menganut agama Islam, dan sisanya Kristen Orthodoks. Ada sekitar 15

kepercayaan atau agama yang diakui oleh pemerintah Uzbekistan. Diantaranya

adalah: Islam, Protestan, Katolik, Yahudi, dan lainnya.128

1. Keyakinan/kepercayaan

Keyakinan atau kepercayaan yang ada di masyarakat di mana pun biasanya

selalu diceritakan secara turun temurun. Meskipun keakuratan berita kadang

disangksikan. Ada suatu cerita yang berkembang di masyarakat Uzbekistan bahwa

pernah ada seorang Yahudi yang menyamar sebagai ulama untuk menyesatkan

127

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 286. 128

“Religion,” artikel ini diakses pada tanggal 5 Januari 2014 dari:

http://uzbemb.or.id/?g=Informasi&cmsID=CMS000010

87

masyarakat. Memang bukan hal yang baru, tentang kecurigaan terhadap agama lain

yang ingin menghancurkan Islam, misalnya dengan cara kristenisasi dan seperti yang

terjadi di Uzbek ini.

“Lelaki ini bernama Suhrat. Suhrat yang lain lagi, bukan Suhrat anak Sokhir si

pengrajin sepatu. Dengan bahasa Inggris yang lancar ia berkisah. “Kamu lihat di

Bukhara sekarang, masih ada peninggalan Yahudi. Di kota kuno, sinagoga Yahudi

masih berdiri. Saya juga punya banyak teman Yahudi, tapi saya tidak pernah percaya

mereka. Dulu, dulu sekali, ada ulama Muslim yang dipuja warga Bukhara. Tetapi,

ulama ini mempunyai kebiasaan aneh, setiap habis bersalat, ia menyepak ujung

sajadahnya. Semua pengikutnya bingung, tetapi turut pula kebiasaannya itu,

menyepak ujung sajadah sesudah salat. Sampai pada suatu hari barulah terkuak

rahasianya. Ternyata di balik sajadah itu ada tulisan Allah dan Muhammad.

Astagfirullah… Ia menghinakan umat Muslim. Ia adalah rabi Yahudi, mata-mata

yang mau mengajarkan kesesatan kepada Muslim!”129

Cerita ini berkembang di masyarakat Uzbek tanpa ditelusuri kebenerannya.

Keyakinan atau kepercayaan yang telah hidup selama lama di masyarakat biasanya

memang ditelan mentah-mentah dan dipercayai sebagai kebenaran yang absolut dan

akhirnya membentuk pandangan yang buruk terhadap umat agama lain. Selain itu,

sama halnya dengan di Indonesia, masyarakat Uzbek ternyata juga masih mempunyai

kepercayaan yang agak berbau klenik. Seperti, bahwa mereka percaya mengitari

pohon tiga kali di pemakaman Naqshabandi akan membawa nasib yang baik.

Bahauddin Naqshabandi adalah seorang pendiri aliran Sufi Naqshabandi yang lahir di

Bukhara kemudian menjadi sosok sufi yang terkenal di Asia Tengah.130

Dan,

sosoknya menjadi pahlawan nasional di Uzbekistan. Di dunia sepertinya memang ada

semacam kecenderungan untuk mengkeramatkan makam-makam orang alim ulama

atau orang yang dianggap suci seperti sufi atau kalau di Indonesia, wali songo.

129

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 340. 130

“Memorial complex Bahauddin Naqshabandi,” artikel diakses pada 20 Februari 2014 dari

http://www.tourstouzbekistan.com/en/sights/bukhara/memorial-complex-bahouddin-naqshbandi.html

88

“Mungkin inilah yang menjadi karakter Islam di sini simple tapi misterius. Memasuki

pemakaman Naqshbandi, kita harus melangkahkan kaki kiri terlebih dahulu. Di

bagian pelataran ada pohon yang sudah tumbang. Konon, pohon ini hidup bersamaan

dengan sang guru besar sehingga dikeramatkan. Nenek-nenek dari desa berbaris

mengitari pohon batang pohon berlawanan arah jarum jam. Di satu sisinya, batang

pohon membujur sangat rendah, hampir mencapai tanah, sehingga orang jongkok

nyaris merayap. Mereka percaya, mengitari batang pohon ini tiga kali adalah

seremoni wajib, akan membawa nasib baik.”131

Tidak perduli seberapa maju ilmu peradaban sekarang, tidak perduli orang-

orang makin pintar akan ilmu pengetahuan, tradisi dan budaya semacam hal tersebut

tidak akan pernah hilang. Di Asia Tengah, ajaran sufi begitu kuat, agama

berharmonisasi dengan budaya dan tradisi. Seperti yang Agustinus katakan, “Tidak

jarang orang merancukan mana yang bagian dari budaya, dan mana yang merupakan

bagian dari Islam itu sendiri.”

2. Nilai

Di dua negara sebelumnya, kita telah mendapatkan gambaran bagaimana

Tajikistan dan Kirgizstan menghormati para tamu atau musafir yang datang ke

negaranya. Mereka sangat memuliakan tamu, ini merupakan kesamaan nilai yang

dipunyai olah bangsa-bangsa Asia Tengah. Pun begitu juga dengan Uzbekistan.

Bahkan menurut nilai mereka, tamu harus dihormati melebihi menghormati ayah kita.

“Mungkin tidak lazim seorang gadis membawa laki-laki ke rumah,” saya

mengutarakan kekhawatiran. Lembah Ferghana adalah lembah paling konservatif di

seluruh Asia Tengah. Seorang gadis muda yang mengundang pria asing menginap di

rumah tentu bukan sesuatu yang sedap dipandang tetangga. Saya masih teringat

betapa ketatnya hubungan lelaki asing dengan perempuan di Afghanistan. “Tidak

apa-apa,” katanya, „Keluarga kami sangat suka kedatangan tamu. Ayah dan ibu saya

131

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 348.

89

pasti senang sekali berjumpa dengan kamu.” Orang Uzbek bilang, hormatilah tamu

melebihi engkau menghormati ayahmu.”132

Bahkan di tempat yang menurut Agustinus menjadi sangkar orang-orang

konservatif yang sangat mengatur pria dan wanita pun masih memberikan

penghormatan yang sangat dalam kepada tamu. Menghormati tamu merupakan

bentuk penghargaan terhadap sesama, sekaligus menjalankan nilai-nilai yang

diajarkan dalam Islam. Kebaikan terhadap para tamu ini harus selalu dilestarikan dan

diwariskan terhadap generasi yang mendatang, agar keramahan khas Asia Tengah

selalu terjaga dengan baik.

3. Norma

Dalam menerima seorang tamu dari luar ternyata ada sambutan khas oleh

masyarakat Uzbekistan seperti yang diceritakan Agustinus dalam bukunya. Saat

Agustinus bertandang ke salah satu pernikahan penduduk setempat ini di daerah

Ferghana ketika ia sampai di tempat maka ia langsung diperkenalkan ke semua orang

yang hadir pada acara tersebut dan didoakan. Daerah Ferghana adalah salah satu kota

yang paling religius menurut Agustinus.

“Saya dibawa dari dipan ke dipan. Setiap perkenalan selalu dimulai dengan

menengadahkan tangan bersama-sama, seorang pembaca doa berkomat kamit cepat.

Setelah berputar-putar di ruangan tamu pria, saya dibawa ke pekarangan, ke bagian

terlarang-khusus perempuan.”133

Salah satu keistimewaan Agustinus sebagai tamu yang berasal dari luar

Uzbek, ia bisa melihat pengantin wanita dan masuk ke tempat di mana wanita itu

132

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 371. 133

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 374.

90

sedang dipersiapkan untuk acara selanjutnya. Di daerah ini tempat pria dan wanita

dipisahkan. Cara salam dalam menyambut tamu juga harus menangkupkan tangan di

dada, sebagai penghormatan yang terdalam untuk tamu. Tata krama yang sangat

sopan sekali terhadap orang yang baru dikenal.

“Yakhshimisiz? Apa kabar?” sambungnya, sambil menyalami saya dan meletakkan

tangan kirinya di atas dada, bahasa tubuh orang Uzbek melambangkan penghormatan

yang sangat terdalam. Saya membalasnya dengan gerakan yang sama, setengah

membungkuk, ”Rahmat. Terima kasih.”134

Selain menghormati tamu, orang Uzbek juga sangat menghormati makanan

khas mereka yaitu roti. Bahkan untuk membungkus roti saja mereka menggunakan

kain atlas buatan Uzbek yang terbuat dari sutra, yang tentunya harganya lebih mahal

dari roti tersebut.

“Saya terbelalak. Kain pembungkus roti itu adalah kain atlas! Dari sutra murni,

berwarna-warni cerah dengan motif wajiknya yang khas. “Disini semua memang dari

sutra,” kata Firuza bangga, “Ini khas Margilan, kota sutra. Tak perlu kaget, roti pun

layak dibungkus dengan sutra.” Semester kain atlas buatan tangan harganya sekitar

empat dolar, sayang juga kalau hanya diapaki untuk membungkus roti. Tetapi bagi

orang Uzbek, roti adalah benda suci. Tidak boleh dibuang, ditaruh di tanah, atau

diletakkan tengkurap. Roti adalah sumber kehidupan yang sangat dihormati.”135

Keheranan Agustinus saat melihat tradisi ini bisa sangat dimaklumi. Roti di

Indonesia hanya dipandang sebagai makanan ringan saja bukan sebagai makanan

utama. Nasi pun yang menjadi makanan utama bagi masyarakat Indonesia tidak ada

penghormatan sedalam itu. Padahal menurut Agustinus alasan dibalik penghormatan

masyarakat Uzbek terhadap roti sangatlah sederhana; “Sebagai sumber kehidupan

tenaga manusia.”

134

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 372. 135

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 373.

91

4. Bahasa

Di bab Uzbekistan sayang sekali tidak ada penjelasan Agustinus tentang kendala

bahasa, keunikan bahasa yang digunakan, atau bahasa yang ia pakai ketika

mengunjungi Uzbekistan. Dari wawancara yang saya lakukan, menurutnya selain

Tajikistan negara Stan lainnya menggunakan bahasa Rusia dalam percakapan sehari-

hari. Ini juga berlaku di Uzbekistan.

E. Turkmenistan

Turkmenistan adalah negara yang paling tertutup di Asia Tengah. Mereka seolah

menutup jarak dengan dunia luar. Ini dikarenakan sistem pemerintahannya yang

sangat otoriter. Turkmenistan dipimpin oleh seorang presiden yang dikenal dengan

nama Turkmenbashi yang artinya pemimpin hebat bagi Turkmen.136

1. Kepercayaan/Keyakinan

Salah satu kediktatoran Turkmenbashi dalam memimpin bangsa Turkmen

adalah dengan membuat sebuah buku yang ia wajibkan seluruh warga negara untuk

membacanya. Buku tersebut dinamakan Ruhmana. Bahkan, isi buku ini menjadi ujian

dalam tes pegawai negeri. Buku ini dibaca berbagai kalangan dari anak-anak hingga

mahasiswa dan menjadi panduan hidup masyarakat Turkmen.137

Turkmenbashi juga

mewajibkan setiap orang untuk menghayati dan mengamalkan apa saja yang ada di

Ruhmana. Ruhmana menjadi jalan hidup dan jawaban akan segala hal.

136

Mary-jayne Mckay,“Turkmenbashi Everywhere,” artikel diakses pada 3 Maret 2014 dari

http://www.cbsnews.com/news/turkmenbashi-everywhere/ 137

Mary-jayne Mckay,“Turkmenbashi Everywhere.”

92

“Turkmen adalah gemilangnya sejarah manusia, dan kini menapaki jalan

kemakmuran yang dikagumi semua bangsa di muka bumi. Semuanya itu sudah

termaktub dalan Ruhmana. “Bacalah Ruhmana, dankau akan tahu segala hal tentang

Turkmenistan,” kata Jeyhun. Bagaimana dengan yang tak dicatat Ruhmana? Tidak

penting. Murid Turkmen lebih berkonsentrasi belajar dan menghabiskan lebih banyak

waktu untuk menghafal Ruhnama daripada menekuni fisiki, aljabar, geografi, biologi,

dan ilmu-ilmu “tidak penting” lainnya.”138

Ruhnama menjadi sebuah buku yang dianggap suci padahal menurut

Agustinus buku tersebut bukan buku agama. Didorong rasa penasaran, akhirnya

Agustinus memutuskan untuk membaca buku yang diagung-agungkan oleh warga

Turkmen. Menurut Ruhnama, Turkmen berasal dari kata Turk dan Iman, adalah

keturunan langsung dari Nabi Nuh. Bangsa Turkmen tercipta dari cahaya, dan roh

mereka pun adalah cahaya. Ia menganggap Turkmen adalah bangsa terbesar dan

terpenting di dunia, dan membawa peradaban ke muka bumi. Ini adalah awal

pembukaan buku Ruhnama:

“Dalam nama Allah, yang paling termuliakan..kitab ini, yang ditulis dengan bantuan

ilham yang langsung dikirimkan ke hatiku oleh Tuhan yang menciptakan alam

semesta yang agung dan mampu melakukan apapun yang Ia inginkan, adalah kita

bangsa Turkmen.’ Demikian sang Turkmenbashi memulai tulisan sepanjang 400

halaman untuk membuka jalan bagi roh-roh bangsa Turkmen. Dalam keheningan

malam, saya mulai membalik lembaran Ruhnama. Kitab dibuka dengan foto sang

presiden Turkmenbashi, sang penulis agung. Dilanjutkan gambar bendera hijau

Turkmenistan dengan permadaninya, dan lambang negara dengan kuda Altheke-

spesies kuda yang hanya ada di Turkmenistan. Berikutnya, lambang kepresidenan

berupa elang berkepala lima. Bagian utama kitab ini adalah ratusan halaman

manuskrip suci, diselingi corat-coret sang Turkmenbashi dalam huruf Rusia ketika

menggubah karya agungnya. Ruhnama sekali lagi bukan agama, bukan pula buku

sejarah tetapi campur aduk membingungkan antara autobiografi Turkmenbashi,

ajaran moral, ulasan budaya, puisi, percakapan monolog, sampai penulisan sejarah

dunia dan Turkmen yang mengundang seribu tanda tanya.”139

138

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 472. 139

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 480-481.

93

Bagi Agustinus, sangat wajar jika warga Turkmen akhirnya mempercayai

segala sesuatu yang ditulis di Ruhnama. Meski kebenaran yang ada dalam buku

tersebut banyak yang bertentangan dengan kebenaran universal. Baginya

Turkmenbashi memang penulis yang sangat bagus. Ia bisa meracik berbagai hal

menjadi satu. Demikian kuatnya buku ini, sampai-sampai Agustinus pun tersihir oleh

kehebatan buku ini. Posisinya sebagai orang asing yang baru membaca sekali buku

tersebut, bisa membuatnya jatuh hati. Apalagi warga yang setiap hari membaca buku

ini, diulangi, sepanjang tahun, sepanjang usia. Tentunya, sangat membekas di dalam

pikiran. Dan lama-lama mempercayainya.

2. Nilai

Nilai yang ada di Turkmen masih tentang Ruhnama. Buku yang dianggap suci

ini tidak boleh ditaruh di sembarang tempat. Orang-orang di negeri ini

memperlakukannya seperti kitab suci Al-Quran. Karena ketidaktahuannya, saat

membaca buku itu Agustinus menggarisi, atau mencoret bagian yang apa menurutnya

dianggap penting. Ternyata hal tersebut dilarang dan dianggap sebagai bentuk

ketidaksopanan.

“Ruhnama bagi orang Turkmen memang bukan sekadar pedoman hidup seperti

halnya Pedoman pengamalan dan penghayatan Pancasila. Sungguh mereka

memperlakukan Ruhnama seperti kitab suci. Saya dimarahi orang-orang yang histeris

ketika saya membuat catatan kecil di pojok halaman kitab itu. “HAH!!! Apa yang

kamu lakukan? Ini kitab bagus!” “Kamu tahu Quran? Itu buku suci. Ruhnama juga

begitu. Tidak boleh disobek, dituli-tulisi, dan harus diletakkan di tempat yang tinggi,”

katanya mengajari bagaimana memperlakukan Ruhnama. Halamannya harus dibuka

94

perlahan-lahan, diiringi doa agar ilmunya dapat diresapi dan diamalkan. Mereka pun

menciumi buku ini dengan penuh perasaan.”140

3. Norma

Norma di negara Turkmenistan menurut saya kurang dijelaskan lebih detil dan

dalam. Setidaknya menurut Agustinus, apapun yang dianggap baik atau buruk disana

tergantung dengan kesukaan sang Presiden Turkmenbashi. Semua hal tergantung

dengan selera presiden tersebut. Misalnya, Turkmenbashi tidak suka dengan acara

opera dan balet maka ia akan melarang pertunjukan seni tersebut karena menurutnya

“tidak Turkmen”. Selera pribadi menjadi sebuah peraturan-peraturan yang memaksa

masyarakat untuk mematuhinya. Ia juga melarang perempuan memakai cadar karena

pertimbangan yang sama sekali sulit dimengerti. Menurutnya wajah perempuan

Turkmen adalah wajah yang paling cantik di dunia. Karenanya, tidak boleh ditutupi

dengan cadar.

“Selera pribadi sang Turkmenbashi adalah jalan hidup, seolah lima juta penduduk

Turkmen ini adalah anak kandungnya yang harus manut seratus persen petunjuk

orangtua. Suatu hari Turkmenbashi memutuskan berhenti merokok. Di tahun yang

sama, ia mengeluarkan Undang-undang yang melarang semua menteri dan rakyatnya

merokok di tempat umum. Turkmenbashi sebal dengan anjing, ia menerbitkan

peraturan melarang anjing berkeliaran di kota Ashgabat. Turkmnebashi tak bisa

membedakan laki-laki dan perempuan di televisi, ia melarang pembaca berita

menggunakan tata rias. Turkmenbashi mengamati gigi anjing kokoh karena tulang, ia

mengimbau generasi muda Turkmen untuk mengunyah tulang setiap hari demi

kesehatan gigi, sehingga tidak perlu menggunakan gigi emas. Turkmenbashi benci

balet dan opera, tak segan ia melarang semua pertunjukan kesenian yang dilabeli

“tidak cukup Tukrmen”. Lelaki dilarang berambut gondrong dan berjenggot,

sedangkan perempuan dilarang berdandan atau menutup wajah dengan cadar.

Alasannya: wajah perempuan Turkmen adalah yang tercantik di seluruh dunia.”141

140

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 478-479. 141

Agustinus Wibowo,Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 445-446.

95

4. Bahasa

Turkmenistan juga menjadi negara yang ingin melepaskan bayang-bayang

dari kekuasaan Rusia. Untuk urusan bahasa, Turkmenistan memang sedikit lebih

ketat dan kejam. Awal pengukuran nasionalisme seseorang seringkali melalui bahasa.

Di Turkmenistan, warga yang tidak bisa bicara bahasa Turkmen tidak bisa

mendapatkan pekerjaan. Turkmen memang ingin menghapus bahasa Rusia dan

memunculkan kembali bahasa lokal mereka yang sempat terkubur ketika berada di

bawah naungan Uni Soviet. Agustinus bertemu dengan seorang warga yang dulunya

adalah armada laut tapi sekarang pekerjaannya berubah menjadi pedagang sayur.

Hidupnya menjadi sulit ketika ia tidak bisa bicara dalam bahasa Turkmen padahal ia

sudah tinggal di Turkmen selama 40 tahun. Ia ditolak banyak perusahaan hanya

karena ia tidak bisa bahasa Turkmen. Dan itu akhirnya menjadi sumber masalah

baginya.

”Hidup di Turkmenistan sangat sulit, kami tak punya uang dan pekerjaan untuk

bertahan hidup.” ia berkata dengan nada bicara yang amat berat. Sebagai etnis Rusia,

kesulitan hidupnya berlipat ganda. “Kalau kamu tidak bisa bahasa Turkmen, kamu

tidak boleh bekerja. Dilarang keras! Semua sekarang ditulis dalam bahasa Turkmen.

Aku Cuma bisa baca huruf Rusia. Empat puluh tahun aku hidup di sini, aku sudah

bernafas bersama Turkmenistan. Hanya satu dosaku; tak bisa bahasa Turkmen. Itu

saja. Dan itulah sumber segala penderitaan ini.”142

Jika dilihat apa yang terjadi di Turkmenistan, hal ini menjadi sebuah ironi.

Jika di Tajikistan, Kirgizstan, dan Kazakhstan menguasai bahasa Rusia dianggap

sebagai sebuah kebanggaan dan tidak bermasalah. Di Turkmenistan justru sebaliknya.

142

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 454.

96

Demi sebuah kata “nasionalisme” tentang sebuah bahasa, justru rakyat menjadi

korban pemerintahannya sendiri. Sungguh ironi.

3. Budaya Perkawinan dalam Buku ini

Upacara pernikahan adalah upacara adat yang diselenggarakan dalam rangka

menyambut peristiwa pernikahan. Pernikahan sebagai peristiwa penting bagi

manusia, dirasakan perlu disakralkan dan dikenang sehingga memerlukan adanya

upacara. Upacara pernikahan dibagi menjadi dua yaitu upacara tradisional dan

modern. Upacara tradisional merupakan upacara pernikahan yang diselenggarakan

menurut aturan-aturan adat istiadat setempat, sedangkan upacara modern ialah

dilakukan dengan mengikuti aturan-aturan dari luar negeri. Biasanya gaya yang

dipakai adalah gaya Eropa.143

Buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia

Tengah membahas budaya-budaya pernikahan di negara-negara bekas Uni Soviet

diantaranya Kirgizstan, Uzbekistan, dan Turkmenistan. Ketiganya menyimpan begitu

banyak cerita tentang tradisi pernikahan setempat.

a. Tradisi Budaya Perkawinan di Kirgizstan

Kirgiztan yang menjadi negara kedua yang dikunjungi Agustinus Wibowo

setelah Tajikistan menyimpan banyak cerita tentang budaya pernikahan. Negara yang

terkenal sebagai bangsa pengembara yang sering diidentikkan dengan barbarisme dan

kekerasan ternyata masih menyimpan kehangatan dan sistem kekeluargaan yang erat.

Seminggu sebelum perkawinan dimulai biasanya para sanak saudara dari sang

keluarga yang akan menyelenggarakan pernikahan datang berkumpul.

143

“Budaya Pernikahan,”artikel diakses pada 22 Desember 2013 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Upacara_pernikahan

97

“Tiga hari lagi, Moken akan melangsungkan hajat besar pernikahan putra sulungnya.

Sejak seminggu ini, sanak saudara terus berdatangan dari Toktogul. Beberapa ikut

menginap di rumah ini, banyak pula yang membawa bayi dan bocah kecil. Rumah

besar ini ramai, penuh tawa canda, berpadu dengan tangisan bayi, gonggongan anjing,

dan suara embik kambing. Putra Moken bernama Timur. Calon istrinya, Zarina.

Keduanya masih belum genap 20 tahun.”144

Sistem kekeluargaan di Kirgiztan pun bisa terbilang unik, karena sanak

saudara yang dimaksud bukan hanya yang mempunyai pertalian darah tetapi juga

yang sangat jauh. Karena di Kyrgiztan sebuah hubungan keluarga sangatlah penting.

Mereka juga mempunyai banyak istilah hanya untuk menyebut “paman” dan “bibi”.

“Para tamu di rumah Moken ini adalah sanak saudara, dari saudara kandung sampai

famili yang hubungannya teramat-sangat-jauh-luar-biasa-sekali. Di, Kirgiztan

hubungan keluarga sangat penting. Dalam bahasa Kirgiz, untuk menyebut “paman”

dan “bibi” saja banyak sekali istilahnya, misalnya mereka punya istilah khusus untuk

“paman yang kakak ayah” dan “paman yang kakak ibu”. Kayanya kosakata ini

menunjukkan kekerabatan yang melekat pada kultur bangsa ini selama ribuan

tahun.”145

Kedudukan yang paling tinggi dalam keluarga di Asia Tengah adalah orang

yang sudah lanjut usia, karena bangsa Asia Tengah sangat menghormati orang yang

sudah sangat tua. Umumnya perawakan kakek di Kyrgiz ialah berjenggot putih,

panjang, dan sering menggunakan topi bulu hitam yang membumbung tinggi hasil

warisan budaya dari Uni Soviet.

“Orang Kyrgiz menyebut mereka aksakal atau sang jenggot putih sementara orang

Tajik biasa memanggil musafid atau sang rambut putih. Saking dihormatinya, aksakal

ini mendapat perlakuan istimewa dalam keluarga. Apapun omongan yang keluar dari

mulut aksakal tidak boleh dibantah bahkan mereka mereka juga harus mendapatkan

makanan yang pertama, dan paling lezat. Aksakal juga mempunyai hak veto dalam

pengambilan keputusan keluarga.”146

144

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 187. 145

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 187. 146

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 187

98

Yang dijelaskan di atas ini menerangkan bahwa kebanyakan orang dengan

cara yang sederhana menunjukkan identitas orang lain berdasarkan peran mereka

dalam suatu masyarakat. Dalam hal ini Agustinus telah menjelaskan banyak hal

tentang Aksakal melalui ciri-cirinya. Kita bisa melihat suatu peran tertentu dalam

masyarakat jika ia menampilkan identitas diri, kepribadian, serta berperilaku verbal

dan non verbal menurut apa yang ia tampilkan.147

Meski mayoritas keluarga di Kirgiz beragama Islam, dalam tradisi kumpul

keluarga sebelum hari pengantin mereka menyediakan vodka bagi para sanak

saudara.

“Ibu Moken, berjubah tebal berhiaskan tenunan benang emas, berkosentrasi penuh

menyuling vodka dari botol ke botol.”148

Sedangkan makanan tradisional mereka adalah daging kuda. Hidangan ini

menjadi spesial karena hanya terhidang dalam acara istimewa seperti pernikahan.

“Kuda garang itu akan menjadi santapan kami semua, manusia yang berpesta pora di

atas luberan darahnya. Bangsa penggembala sangat tergantung pada kuda. Di padang

rumput luas, kuda adalah alat transportasi utama. Kuda menggiring ternak,

menyebrangi sungai, melintasi lembah, mendaki gunung, mencapai padang. Setelah

tua dan lemah, kuda masih mengorbankan nyawanya untuk mengisi perut lapar

manusia.Bangsa Kirgiz dan Kazakh adalah pemakan kuda. Daging hewan ini sangat

berharga, biasanya hanya terhidang dalam acara istimewa. Makanan nasional

kebangsaan Kyrgiz, beshbarmak, sejatinya menggunakan bahan utama daging kuda.

Seekor kuda cukup untuk menjamu lebih dari lima puluh utama di acara

pernikahan.”149

Bershbarmak sendiri artinya adalah lima jari, makanan ini berwujud seperti

bakmi yang dimakan dengan bumbu bercampur dengan irisan daging kuda. Makanan

147

Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, h. 70. 148

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 188. 149

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 189.

99

ini adalah hasil perkawinan antara kuliner Cina dengan bangsa nomad di padang

rumput. Tradisi Cina memang dekat dengan Kirgiz karena letak geografis kedua

negara yang dekat dan bertetangga. Bangsa Kirgiz juga dulu adalah bagian dari

kekuasaan Kerajaan Mongol.

Kirgizstan yang mempunyai nama resmi Republik Kirgiz, menggunakan

pakaian gaya Eropa dalam tradisi pernikahannya. Tidak ada kultur nomadisme yang

kental saat upacara pernikahan. Sayangnya tidak dijelaskan bagaimana akad nikah di

Kirgiztan, buku ini hanya menjelaskan bagaimana sebuah resepsi pernikahan di

Kirgizstan. Sangat meriah dan penuh dengan musik, seperti apa yang Agustinus lihat:

“Mobil pengantin dihias balon warna-warni, yang meriahnya seperti pesta anak-anak.

Timur berdasi rapi dan berjas hitam. Zarina, selepas didandani perias dari salon, kini

menjelma menjadi permaisuri anggun dengan rok putih mengembang. Kedua

mempelai mengenakan baju pengantin gaya eropa, laksana Cinderella dan pangeran.

Lupakan imajinasi tentang romansa penggembala dan dan gadis padang. Para tamu

lelaki pun semua mengenakan jas dan dasi. Beberapa di antara mereka mengenakan

topi putih ak kalpak, mengingatkan bahwa kita masih di Kirgiztan. Beberapa ibu

memakai kerpus platok warna-warni.”150

Kemudian Agustinus melanjutkan ceritanya bahwa pernikahan ini dilakukan

di sebuah gedung yang dilingkupi dengan tradisi Rusia yang masih sangat kental,

sampai-sampai tradisi Rusia hadir juga menghiasi menu hidangan di pernikahan.

“Puluhan meja tertata, dengan dibanjiri ratusan piring, buah-buahan, dan salad dingin

ala Rusia.”151

150

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 190. 151

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 190.

100

Selain makanan ala Rusia mereka juga menyediakan gorengan khas Kirgiz

yang biasa disebut borsok. Makanan itu terbuat dari tepung tanpa isi, minyak, dan

susu saja. Untuk minuman mereka tetap menyediakan vodka dan alkohol.

“Kedua mempelai memasuki ruangan, diiringi lagu mars pengantin yang sudah tidak

asing lagi di seluruh dunia. Tengteng-tengteng… teng teng teng teng… Semua tamu

berdiri. Kedua mempelai menenggak Anggur sambil bersilang tangan. Di bawah

arahan Moken dan Ergetse sebagai MC, para tamu juga menenggak alkohol di gelas

masing-masing.”152

Acara pernikahan di Kirgizstan sangat gegap gempita, semua undangan

bergembira untuk merayakan bersatunya dua orang yang berbeda dalam satu

pernikahan yang suci. Bahkan biasanya mereka minum hingga mabuk dan menari

bersama di lantai dansa.

“Mereka memang Muslim, tetapi vodka dan anggur adalah minuman wajib, apalagi di

acara sepenting ini. susunan balom warna-warni yang menghiasi singgasana Timur

dan Zarina sudah lima kali roboh ke hadapan mempelai. Pasangan pengantin itu

menjadi sibuk mengurusi balon, satu per satu sanak keluarga diundang berpidato,

menyampaikan doa dan ucapan selamat kepada kedua mempelai. Timur dan Zarina

harus berdiri tegak menerima ucapan itu. Setiap kali ucapan selamat berakhir, musik

berdentum keras, seperti orkes desa. Paman dan bibi kemudian ikut menari

mengiringi musik. Para tamu yang lain pun turun menari bersama-sama. Tua, muda,

kakek, nenek, anak-anak, semua begitu gembira, Balairung ini berubah menjadi lantai

dansa.”

Lagu yang didendangkan ketika pernikahan di Kirgizstan juga bukan lagu

tradisional atau lagu-lagu Kirgizstan tetapi lagu disko dari Rusia.

“Zarina, si mempelai, juga ikut berdansa, mengiringi lagu disko Rusia yang

menggebrak. Bukannya berduaan dengan sang suami, Zarina malah asyik berdansa

dengan pemuda-pemuda lainnya. Mungkin ini kesempatan terakhirnya sebelum

menjadi istri orang.”153

152

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 191. 153

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 192.

101

Dan tidak lupa, setelah asik menari dan bernyanyi mereka bersiap untuk

menyantap hidangan yang telah disediakan. Daging kuda yang menjadi makanan

utama menjadi penyelamat perut para tamu yang sudah lapar. Uniknya, tradisi di

Kirgiz mempersilahkan para tamunya untuk membawa pulang makanan yang

disediakan di pernikahan.

“Semakin malam, acara semakin meriah. Tetapi juga semakin lapar setelah bersimbah

peluh peluh berjoget ria. Hidangan penutup adalah beshbarmak daging kuda. Setiap

tamu kebagian segumpal besar daging kuda plus tas plastik untuk membungkus

makanan yang dibawa pulang. Sungguh mereka punya kesadaran mahatinggi untuk

tidak memboroskan makanan.”154

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tradisi pernikahan di

Kirgizstan sangat kental dengan nuansa budaya Rusia. Mulai dari baju pengantin,

hidangan makanan, hingga acara pernikahan. Meski menyandang status sebagai

negara yang mempunyai banyak penduduk beragama Islam tetapi tidak terasa nuansa

tradisi Islam dalam pernikahan tersebut. Padahal pengantinnya disebutkan sebagai

pemeluk Islam. Ini juga salah satu kekurangan Agustinus dalam menceritakan tradisi

pernikahan tersebut karena ia tidak menceritakan akad nikah atau unsur islami apa

yang ada ketika pernikahan itu. Tidak ada budaya Kirgizstan yang tampak dalam

upacara pernikahan tersebut, satu-satunya budaya Kirgizstan yang hadir dalam

upacara tersebut adalah hidangan makanan kuda. Kuda memang lekat dengan tradisi

bangsa gembala atau bangsa nomad.

154

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 192.

102

Bagan 0.2

No Jenis Tradisi Budaya dalam Perkawinan di Kirgizstan

1 Busana

Perkawinan

Menggunakan busana ala Eropa. Pengantin pria

memakai Jas dan berdasi sedangkan pengantin wanita

menggunakan gaun dengan rok yang mengembang.

2 Hidangan

Makanan

Gorengan ala Kirgiz yang bernama borshok, salad ala

rusia, dan bershbarmak (hidangan daging kuda)

3 Hidangan

Minuman

Anggur dan Vodka

4 Acara

Perkawinan

Satu per satu sanak keluarga diharuskan berpidato

dan mengucapkan selamat kepada para pengantin.

Dan pengantin harus tetap tegak berdiri ketika ucapan

selamat tersebut. Di akhir acara pengantin dan para

tamu menari di lantai dansa

5 Musik dalam

Perkawinan

Musik disko Rusia

b. Tradisi Budaya Perkawinan di Uzbekistan

Jika di Kirgizstan budaya Rusia begitu kuat saat pernikahan, lain halnya

dengan Uzbekizstan. Uzbekistan terkenal sebagai negara pecahan Soviet yang paling

anti Rusia. Kenangan tentang “penjajahan” Rusia sebisa mungkin dihapuskan.

103

Sehingga, ketika menjalani ritual perkawinan di Uzbekistan penuh dengan budaya

dan tradisinya sendiri. Dalam pernikahan di Uzbekistan banyak hal yang unik yang

tidak dapat kita temui di tempat lain. Budaya memang menyimpan seribu keunikan

dan kekhasan. Untuk datang ke sebuah pernikahan di Uzbekistan tidak perlu

undangan, semua bisa menonton. Bahkan undangan tersebut disebar di pasar

ditujukan untuk semua orang.

“”Sudah, datang saja,” kata Firuza, “Tak masalah diundang atau tidak. Orang

Margilan sangat suka kalau acara pernikahannya ramai. Malah kadang undangan

disebar di pasar.” Undangan ini memang hanya kertas stensilan, tanpa nama

penerima, sepertinya memang ditujukan untuk siapa saja yang berminat datang.

Siapa saja! Bayangkan undangan pasar malam atau sirkus keliling, “Saksikanlah!

Saksikanlah! Sirkus terseru di kampung Anda!” Bedanya, di sini pertunjukannya

adalah kawinan.”155

Pernikahan dalam tradisi Uzbekistan biasanya diselenggarakan di rumah.

Rumah akan dihiasi tenda, tetapi untuk tempat para tamu, tempat lelaki dan

wanita berkumpul dipisah. Mereka duduk di halaman yang dipasangi tenda dan

berdinding karpet. Untuk hidangan makanan mereka disediakan roti nandan teh

hijau, roti adalah makanan sehari-hari orang Uzbekistan.

Upacara pernikahan diselenggarakan di rumah mempelai pria atau disebut

kuyov, upacara ini dinamakan tuy. Pengantin wanita disebut kelin di Uzbekistan.

Setelah menikah nanti pengantin wanita akan tinggal di rumah sang mempelai

pria.

“Kakak mempelai pria memperingatkan saya untuk kembali sehabis Salat Jumat,

karena kelin-mempelai perempuan-datang sekitar pukul dua siang. Tuy, upacara

pernikahan, dimulai setelah acara itu. Pengantin pria, dalam bahasa Uzbek disebut

155

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 374.

104

kuyov, menggunakan dasi dan jas abu-abu, tak lupa topi bulunya yang seperti landak,

mewanti-wanti saya jangan sampai terlambat.”156

Agustinus bercerita bahwa ia terlambat dalam menghadiri upacara pernikahan

ini, tetapi ternyata upacara pernikahannya dapat diulang agar Agustinus dapat melihat

upacara pernikahan yang panjang tersebut. Acara proses pernikahan bukanlah hal

yang sebentar untuk dilakukan, tetapi mereka tetap melakukannya untuk Agustinus,

tamu yang baru saja dikenalnya.

“”Kenapa terlambat?” tuan rumah mengeluh. “Kelin sudah datang, upacara sudah

selesai!” Upacara kelin salom, disebut juga salom-salom, pengantin wanita memberi

salam kepada keluarga pengantin pria, pertanda siap masuk kehidupan baru di rumah

suami. Ya….Membaca kekecewaan saya, kakak kuyov langsung berkata, “Jangan

khawatir, kawan. Salom-salom memang sudah lewat. Tetapi demi kamu, kami bisa

mengulang semua acara tadi. Sebentar, kamu menunggu dua puluh menit, ya. Kami

akan siap-siap lagi. Mata saya tak henti mengerjap, hampir tak percaya-seperti

pertunjukkan ketoprak saja-acara pernikahan pun ada siaran ulang hanya karena turis

terlambat.”157

Upacara pernikahan di Uzbek penuh dengan nuansa haru. Sistem patriarki di

Uzbekistan masih sangat kental, mas kawin pun diberikan oleh pihak perempuan

kepada pihak lelaki. Nilai mas kawin juga menentukan harga diri seorang perempuan

tersbut. Semakin tinggi mas kawin yang diberikan, semakin tinggi pula nilai atau

harga perempuan tersebut di mata keluarga sang mempelai lelaki. Mas kawin ini juga

menentukan perlakuan yang akan diberikan sang keluarga pria, diperlakukan baik-

baik atau semena-mena. Sesuai dengan harga mas kawin yang diberikan. Di bawah

ini adalah cerita Agustinus tentang rangkaian prosesi pernikahan di Uzbekistan yang

penuh dengan air mata:

156

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 375. 157

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 375-376.

105

“Tidak ada tamu lelaki lain di sini. Menurut tradisi, lelaki dilarang keras melihat

acara ini, karena jati diri kelin dirahasiakan dan tari-tarian kaum perempuan dalam

pernikahan tabu bagi laki-laki. Dua wanita paruh baya menabuh kendang bersahut-

sahutan, mengalunkan irama sedih. Suara melengking tinggi, mendendangkan lagu

pilu. Para wanita itu mengelilingi lingkaran. Satu per satu mereka menari.

Gerakannya sederhana, berputar-putar dengan satu tangan di kepala dan tangan lain

terlentang. Rancaknya tarian yang berharmorni dengan kepiluan musik, dengan

denting khas Persia, membuat saya terhanyut.

Yig’lama qiz yig’lama, Toy saniki yor-yor.

Ostonasi tillodan, Uy saniki yor-yor.

Jangan menangis, gadis, jangan menangis, pernikahan ini adalah pernikahanmu,

Sayang, Yor-yor (Yor-yor berarti kekasih. Ini adalah lagu wajib dalam pernikahan

Uzbek). Rumah berpanggung emas, rumah ini adalah rumahmu, Sayang.

Kelin, terbungkus dalam dalam cadar tembus pandang dan pakaian hitam,

menampakkan diri di ambang pintu. Hitam, betapa muramnya. Wajahnya penuh

dengan kesedihan. Matanya terus menatap ke bawah. Dan tak lama setelah itu, saya

melihat butir-butir air mata mengalir di pipinya.

Seperti kata orang, tidak pernah ada senyum terhias di wajah pengantin perempuan

Uzbek. Bagaimana mungkin ia bisa tersenyum? Mulai hari ini ia akan tinggal

bersama keluarga asing, tidur dengan ranjang yang sama dengan lelaki tak dikenal,

meninggalkan rumah yang selama ini selalu menghangatkannya, meninggalkan zona

amannya, senyum dan tawa bahagia pengantin di Indonesia, lupakan itu! Setetes air

mata di pipi kiri, disusul tetesan lain di ujung mata kana. Tiada henti…

Kelin muncul diiringi sekelompok wanita tua yang semuanya berkerudung. Wajahnya

ditutup selembar kain putih yang penuh sulaman. Kedua tangannya terbuka lebar,

masing-masing memegang ujung kain yang menutup kepalanya.

Kelin, membungkukkan badan, perlahan. Satu kali. Ia menegakkan badan lagi. Begitu

pelan. Tak sampai tegak sempurna, membungkuk lagi, juga dengan perlahan. Dua

kali. Tiga kali. Inilah salom-salom yang begitu misterius dari balik kungkungan

tembok rumah Ferghana. Kelin berbelok ke kiri, tiga kali salom-salom, ke kanan, tiga

kali salom-salom. Kepalanya terus tertunduk. Melodi Yoryor berat menekan batin.

Selembar kain sutra atlas bermotif wajik-wajik merah, kuning, hijau, dan putih

digelar di atas tanah. Para perempuan tua menghadiahkan karpet dan perabotan, lalu

menumpahkan tepung ke tangan pengantin. Tepung adalah perlambang kemakmuran,

juga kepatuhan sang istri yang nantinya akan bergumul dengan tepung menyiapkan

roti bagi keluarga setiap hari. Ia diingatkan akan kewajibannya, kodratnya, di rumah

baru ini.

106

Air mata terus mengalir di pipi. Tetabuhan yoryor tak kunjung henti. Kata-katanya

yang sendu semakin menggugah emosi. Mereka menangis berjamaah. Ibu mertua

yang sudah bungkuk pun tak kuasa menahan air mata ketika menggandeng sang

menantu erat-erat.

Semua hadiah sudah dihibahkan, entah berapa ratus salom-salom dibungkukkan,

upacara diakhiri doa. Yor-yor mengalun lagi, kelin diarak menuju pintu rumah. Untuk

terakhir kali, kelin memberikan salom-salom. Pintu ditutup. Ia resmi menjadi bagian

dari rumah ini. Tapi ingat, ini hanya versi siaran ulang, kelin sudah menangis dan

membungkuk ratus kali tiga puluh menit sebelumnya. Para tamu pun juga sudah

menarikan tarian yang sama, menumpahkan tepung yang sama, dan mencurahkan air

mata yang sama, setengah jam lalu.

Bagi orang Uzbek, menikahkan gadis bukan hanya memberikan putri kepada

keluarga lain, tetapi juga harus mengeluarkan banyak uang untuk membayar mas

kawin. Anggapannya, semakin besar mas kawin, semakin tinggi kedudukan si gadis

di mata keluarga suaminya, dan semakin berkurang perlakuan semena-mena di rumah

barunya nanti. Orangtua yang punya banyak anak perempuan bisa bangkrut. Tak

heran orang Uzbek bilang, “Pintu surga terbuka lebar bagi orangtua yang punya lebih

dari tiga anak gadis, membesarkan, lalu menikahkan mereka semua.”158

Usai upacara, kedua pengantin tidak bersanding di pelaminan. Nama kelin

atau sang pengantin perempuan pun haram disebutkan sebelum upacara kedua yang

diadakan pada malam harinya. Para tamu undangan menikmati makanan yang

disediakan, makanan khas ketika pernikahan adalah nasi plov dan daging kambing.

Dari budaya pernikahan di Uzbekistan yang telah dipaparkan di atas dapat

disimpulkan bahwa mereka menggunakan upacara tradisional dalam resepsi

pernikahan mereka tersebut. Mulai dari baju pengantin, adat pernikahan, hingga

hidangan untuk para tamu. Sisi lain perkawinan di Uzbek membuka pengetahuan

baru mengenai bagaimana posisi perempuan saat pernikahan. Besarnya mas kawin

yang diberikan menentukan posisi dirinya di keluarga barunya.

158

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 376-378

107

Bagan 0.3

N

o

Jenis Tradisi Budaya dalam Perkawinan di

Uzbekistan

1 Busana

perkawinan

Pengantin pria menggunakan dasi dan jas abu-abu,

sedangkan pengantin perempuan menggunakan cadar

tembus pandang dan pakaian hitam

2 Hidangan

makanan

Roti nan, nasi plov, dan daging kambing

3 Hidangan

minuman

Teh hijau

4 Adat

Perkawinan

Resepsi pernikahan tradisional di Uzbekistan, terutama

di lembah Ferghana masih kuat akan pengaruh tradisi

agama Islam sehingga tamu lelaki dan perempuan

dipisah. Ini sesuai dengan prinsip chador. Acara kelin

salom (untuk pengantin perempuan) tidak boleh

disaksikan oleh tamu-tamu pria selain laki-laki dari

keluarga kuyov atau pengantin pria. Karena identitas

kelin masih dirahasiakan dan tari-tarian wanita haram

untuk dilihat oleh para lelaki.

5 Musik dalam

Perkawinan

Lagu Yor-yor dan musik denting khas Persia

108

c. Tradisi Perkawinan di Turkmenistan

Agustinus tidak banyak menjelaskan tentang tradisi perkawinan di

Turkmenistan. Tidak ada cerita tentang upacara tradisional atau modern seperti yang

ia amati di dua negara sebelumnya; Kirgizstan dan Uzbekistan.Ia hanya menjelaskan

perkawinan di Turkmenistan selalu diakhiri dengan foto bersama di bawah patung

Turkmenbashi (Presiden Turkmenistan). Patung yang terbuat dari emas ini memang

bertebaran di seluruh Turkmenistan.

“Mempelai pria menggunakan kemeja, dasi, jas hitam, celana panjang, seperti

layaknya pegawai kantoran. Mempelai wanitanya berpakaian merah menyala,

tebal, dan berat. Pakaian tradisional itu penuh dengan sulaman. Wajah si

mempelai wanita sama sekali tak terlihat. Saking beratnya kerudung indah yang

membungkus berat-berat kepalanya, si mempelai wanita sampai harus berjalan

terbungkuk-bungkuk. Keluarga menari-nari mengiringi pengantin. Para pemusik

menabuh gendang, meniup seruling, memainkan arkodeon. Di belakang sana,

patung emas Turkmenbashi memalingkan mukanya ke atas, seolah sudah bosan

dengan hiruk-pikuk dan keriangan warga di bawah kakinya.

Di Asia Tengah, foto pengantin sepertinya hampir selalu berlatarkan patung

pahlawan. Gambar pahlawan itu kemudian akan dicetak besar-besar, dibingkai,

dipajang di dinding, disimpan di album, dipamerkan dengan penuh bangga.

Apakah ini kebanggan atau kesetiaan? Seperti pengantin Kazakh di Turkistan di

bawah patung ulama suci Yasawi, pengantin Uzbek di Samarkand di bawah

patung sang penakluk agung Amir Timur, para pengantin Turkmen di Ashgabat

pun bergaya di bawah patung emas sang pemimpin agung.”159

Dari penjelasan di atas hanya satu yang dapat diamati bahwa pernikahan di

Turkmenistan menggunakan baju tradisional ala Turkmen. Saat upacara pernikahan

keluarga harus menari dengan diiringi musik gendang, seruling, dan arkodeon.

Setelah upacara -seolah menjadi hal yang wajib- para pengantin dan keluarga akan

159

Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 449.

109

berfoto bersama di bawah patung emas Turkmenbashi. Sang presiden seumur hidup

milik Turkmenistan.

Bagan 0.4

No Jenis Tradisi Budaya dalam Perkawinan di

Turkmenistan

1 Busana pengantin Pengantin pria menggunakan kemeja,

dasi, jas hitam, dan celana panjang seperti

orang kantoran. Sedangkan, pengantin

perempuan menggunakan pakaian

tradisional Turkmen yang penuh dengan

sulaman. Warnanya merah menyala, tebal,

dan berat. Kepalanya juga ditutupi dengan

kerudung yang berat

2 Hidangan makanan Tidak ada penjelasan

3 Hidangan minuman Tidak ada penjelasan

4 Musik dalam

pernikahan

Musik dengan iringan suling, gendang,

dan arkodeon

5 Upacara pernikahan Keluarga menari-nari saat mengiringi

pengantin dengan iringan musik. Setelah

acara selesai pengantin dan keluarga

berfoto bersama di bawah patung Presiden

Turkmen yang terbuat dari emas.

110

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari analisa yang sudah dilakukan, secara garis besar buku Garis Batas:

Perjalanan Di Negeri-Negeri Asia Tengah banyak menjelaskan tentang praktik

komunikasi antarbudaya yang dilakukan oleh Agustinus Wibowo. Apalagi ia

melakukannya di lima negara yang berbeda, sehingga banyak pula perbedaan dari

hasil yang didapatkan dari proses komunikasi antarbudaya tersebut. Tetapi secara

umum, jika dilihat dari apa yang Joseph DeVito katakan tentang komunikasi

antarbudaya yaitu “komunikasi antarbudaya mengacu pada komunikasi antara orang-

orang dari kultur yang berbeda yang memiliki pekerjaan, nilai, atau cara berperilaku

kultural yang berbeda” maka Agustinus berhasil membangun komunikasi tersebut

dan tujuannya untuk mengetahui kebiasaan dan budaya di Asia Tengah telah tercapai.

Ia juga berhasil menjembatani perbedaan bahasa maupun budaya dengan melihat hal

tersebut dari sudut pandang yang berbeda.

Ada beberapa hal yang bisa disimpulkan dalam buku tersebut:

1. Dari budaya komponen non-material yang telah dianalisis dan dijelaskan di

bab 4 dapat diketahui bahwa ada banyak kemiripan budaya non-material di

lima negara tersebut. Salah satunya adalah komponen nilai seperti budaya

meyambut tamu. Bagi masyarakat Asia Tengah, tamu merupakan seseorang

yang harus diperlakukan dengan baik karena bagi mereka tamu salah satu

111

anugrah dari Tuhan yang jika kita menjamunya dengan baik maka kelimpahan

rahmat akan menaungi kita. Bahasa yang digunakan juga masih menggunakan

bahasa Rusia, hanya Tajikistan saja yang menggunakan bahasa Persia tetapi

hurufnya pun masih menggunakan huruf sirilik (huruf peninggalan Rusia).

2. Dua dari tiga negara yang diamati Agustinus dalam budaya perkawinan masih

menggunakan adat atau kebiasaan perkawinan seperti yang dilakukan Rusia.

Contohnya: baju perkawinan yang digunakan saat pesta, hidangan makanan

dan minuman, hingga tata cara perkawinan. Hanya Uzbekistan sajalah yang

dalam budaya perkawinannya tidak terpengaruh oleh budaya Rusia. Ia

menggunakan tradisinya sendiri.

3. Buku ini membawa kita menelusuri jejak-jejak kekayaan Islam sekaligus

peninggalan ajaran komunis. Dua hal yang berbeda ini tercampur baur hingga

menghasilkan budaya masyarakat yang unik. Di satu sisi Islam adalah bagian

dari jati diri mereka selama ribuan tahun tetapi di sisi lain pengaruh komunis

yang tertinggal di masyarakat tidak bisa dihapuskan begitu saja dengan

mudah.

B. Saran

Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, ada beberapa saran dari

peneliti terkait tentang buku Garis Batas: Perjalanan di Negara-Negara Asia

Tengah. Menurut peneliti buku ini bagus untuk menambah wawasan tentang

komunikasi antarbudaya dan pengetahuan budaya di negara-negara Asia Tengah.

Agustinus berhasil membuat suatu tulisan perjalanan yang tidak hanya memandang

112

itu sebagai kegiatan jalan-jalan semata tetapi juga ada unsur wawasan yang dapat

membuka pikiran para pembacanya. Tetapi sayangnya, buku ini seperti menggiring

para pembacanya untuk mengamini apa yang dituliskan dalam buku tersebut. Dengan

menggunakan data-data sejarah yang bertebaran sepanjang buku tersebut, Agustinus

seperti memaksa pembaca untuk setuju dengan apa yang ia rasakan selama

petualangannya.

Saran dari peneliti sebagai berikut:

1. Ketika membahas tentang keyakinan banyak opini Agustinus yang seolah-

seolah memaksa pembaca untuk menyetujuinya. Seperti keheranan ia akan

masyarakat yang mayoritas beragama Islam tetapi menurutnya banyak hal-hal

wajib dalam agama yang tidak dijalankan malah justru diabaikan. Seharusnya

Agustinus lebih bisa menulis pandangannya tentang keyakinan di Asia

Tengah secara obyektif.

2. Untuk budaya perkawinan alangkah lebih bagusnya jika semua budaya

perkawinan dibahas di bukunya, tidak hanya tiga saja. Karena hal itu akan

lebih menarik untuk pembaca sehingga pembaca dapat melihat secara lengkap

budaya perkawinan khas di kawasan Asia Tengah.

3. Buku ini sering dikategorikan sebagai buku traveller. Karena dikategorikan

sebagai buku perjalanan yang pasti pembacanya adalah orang-orang yang

gemar melakukan perjalanan atau wisata seharusnya Agustinus juga

memperhatikan sisi fair dan balance saat menulis. Sehingga, pembaca bisa

mendapatkan sisi baik dan buruknya negara yang dikunjungi. Karena menurut

113

saya sisi gelap dan kekurangansuatu negara tidak harus terus ditulis dengan

muram.

114

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Backman, Michael.Asia Future Shock: Business Crisis and Opportunity in The

Coming Years.USA: Palgrave MacMillan, 2007.

Barna, M Laray, Stumbling Block In Intercultural Communication. In Brent D.

Ruben, Information and Behavior. New Branswick: NJ: Transaction, 1985.

Birowo, Antonius. Metode penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:

Gitanyali, 2004.

DeVito, Joseph. Komunikasi Antarmanusia; Kuliah Dasar. Jakarta: Harpercollins

Publishers Inc, 1997.

Kirk, Jerome dan Miller, L Marc.Reliability and Validity in Qualitative Research.

New York: Sage Publications, 1986.

Kriyantono, Rachmat. Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana,2006.

Liliweri, Alo. Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: LKiS,

2003.

Mulyana, Deddy.Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru, Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya.Bandung: Rosdakarya, 2006.

Martin, N. Judith dan Nakayama, K. Thomas. Experiencing Intercultural

Communication. New York: McGraw Hill, 2005.

Pearson, C Judy dkk. Human Communication. New York: McGraw Hill, 2008.

Rakhmat, Jalaludin dan Mulyana, Deddy.Komunikasi Antarbudaya. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2006.

Rosady, Ruslan. Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi. Jakarta:

Rajawali Pers, 2008.

115

Salam, Syamsir dan Aripin, Jaenal. Metode Penelitian Sosial.Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN dan UIN Jakarta Press, 2006.

Tamim, Ansary. Dari Puncak Baghdad.Jakarta: Mizan, 2010.

Tubbs, L Stewart dan Miss, Sylvia.Human Communication (Konteks-Konteks

Komunikasi). Bandung: PT Rosdakarya, 2005.

Wibowo, Agustinus. Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Stan. Jakarta:

Gramedia, 2011.

Wood T Julia. Communication in Our Lives.Boston: Wadsworth Cengage Learning,

2009.

Wawancara Pribadi dengan Agustinus Wibowo. Bandung, 7 November 2013.

SKRIPSI

Annisa. “Komunikasi Antarbudaya Di Televisi Dalam Segmen Islam Today Program

Berita Mingguan “Indonesia Now” Metro TV.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.

Dimas, Anugrah. “Komunikasi Antarbudaya Masyarakat Adat Baduy Luar Dengan

Masyarakat Luar Adat Baduy Di Banten.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.

Hidayat,Arip.“Analisis Pola Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa Asing UIN

Jakarta: Perspektif Gegar Budaya.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.

116

Muthial,Nur Endah.“Perkembangan Kehidupan Minoritas Muslim di Rusia: Studi

Kasus Tatarstan.”Skrispi S1 fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri

syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Sumber Lain:

Arifianto, Rifki dkk. “Perkembangan Komunisme Uni Soviet di Bawah Pemerintahan

Lenin.”Artikel diakses pada 5 Januari 2014 dari

http://arvinradcliffe.blogspot.com/2013/01/perkembangan-komunisme-uni-soviet-

di.html

“Beberapa Alasan Mengapa Bahasa Inggris Menjadi Bahasa Internasional.” Artikel

diakses pada tanggal 20 Februari 2014 dari http://pascapbi.uad.ac.id/beberapa-alasan-

mengapa-bahasa-inggris-menjadi-bahasa-international/

Budiyono, Zainal. “Demokrasi Terpimpin oleh Nazarbayev.” Artikel ini diakses pada

30 Desember 2013 dari http://www.jpnn.com/read/2013/09/05/189344/Demokrasi-

Terpimpin-Ala-Nazarbayev-

Busroni W. “Mengenang Uni Soviet Negara Adikuasa.” Artikel diakses pada 5

Januari 2014 dari http://sejarah.kompasiana.com/2012/12/26/mengenang-uni-sovyet-

negara-adi-kuasa--519340.html

“Destinasi Manapun Istimewa.” Artikel diakses pada 2 Desember 2013 dari

http://agustinuswibowo.com/4498/national-geographic-traveler-indonesia-2011-

destinasi-mana-pun-istimewa

Febriyanto. “Revolusi Rusia.”Artikel diakses pada 5 Januari 2014 dari

http://endless722.wordpress.com/2009/05/20/revolusi-rusia/

117

Hart, Michael.“Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah.”Artikel

diakses pada 5 Januari 2014 dari http://media.isnet.org/iptek/100/Stalin.html

“Indonesia Tempatkan Dubes Pertama di Kazakhstan.” Yahoo.com. Artikel diakses

pada 5 maret 2014 dari http://id.berita.yahoo.com/indonesia-tempatkan-dubes-

pertama-di-kazakhstan-202208414.html

Indra. “Macam-Macam Buku Travel.” Artikel diakses pada 14 Januari 2013 dari

http://indradya.wordpress.com/2012/07/11/macam-macam-buku-travel/

“Islam di Uni Soviet.” Artikel diakses pada 5 Januari 2014 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Uni_Soviet

“Jenderal Militer Tajikistan Tewas Ditikam.” Bbc.co.uk.Artikel diakses pada 30

Desember 2013 dari

http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/07/120722_jenderal_tajikistan.shtml

“Kyrgyzstan.” Artikel diakses pada 20 Februari 2014 dari

http://www.infoplease.com/country/kyrgyzstan.html

“Kyrgyzstan: Facts and History.” Artikel diakses pada 20 Februari 2014 dari

http://asianhistory.about.com/od/kyrgyzstan/p/kyrgyzstanprof.html

Mckay, Mary-Jayne.“Turkmenbashi Everywhere.” Artikel diakses pada 3 Maret 2014

dari http://www.cbsnews.com/news/turkmenbashi-everywhere/

“Memorial Complex Bahauddin Naqshabandi.” Artikel diakses pada 20 Februari

2014 dari http://www.tourstouzbekistan.com/en/sights/bukhara/memorial-complex-

bahouddin-naqshbandi.html

118

“Nomadic Sacred Site Mausoleum Khoja Ahmad Yasawi.” Unesco TV/NHK. Liputan

diakses pada 7 Januari 2014 dari http://www.youtube.com/watch?v=3g6sDCPVqjI

Pro, Supriyadi. “Sejarah Tentang Negara Uni Soviet.” Artikel diakses pada 5 Januari

2014 dari http://sejarahnasionaldandunia.blogspot.com/2013/09/sejarah-tentang-

negara-uni-soviet.html

“Profil Agustinus Wibowo.” Artikel diakses pada26 Desember 2013 dari

http://agustinuswibowo.com/profile

“Religions in Kazakhstan.” Artikel diakses pada 7 Januari 2014 dari

http://www.kazakhstan.orexca.com/religions_kazakhstan.shtml

Rio. “Pemerintahan Lenin pada Revolusi Rusia.” Artikel diakses pada 5 Januari 2014

dari http://goresansangpitik.wordpress.com/2012/07/10/pemerintahan-lenin-pada-

revolusi-rusia-1917-1924/

Salma, Zaskia Mutia.“Asia Tengah dalam Analisis Geopolitik dan Konstelasi

Kepentingan AS; EU; Nato; Rusia; dan India.” Artikel diakses pada 5 Januari 2014

darihttp://mutia-z-s-fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-49211-

Geopolitik%20dan%20Geostrategi-

Asia%20Tengah%20dalam%20Analisis%20Geopolitik%20dan%20Konstelasi%20K

epentingan%20AS,%20EU,%20NATO,%20Rusia,%20China,%20dan%20India.html

“Sejarah Rusia dan Pelabuhan Era kekaisaran Rusia.” Bimbie.com.Artikel diakses

pada 5 Januari 2014 dari www.bimbie.com

Suryaningsih, Imelda. “Terpukau oleh Peradaban dan Alam.”Artikel diakses pada 2

Desember 2013 darihttp://agustinuswibowo.com/4574/readers-digest-indonesia-

2010-terpukau-oleh-peradaban-dan-alam

119

“Tajikistan: Fakta, Sejarah, dan Informasi lainnya.”Artikel ini diakses pada tanggal

30 Desember 2013 dari http://www.amazine.co/24403/tajikistan-fakta-sejarah-

informasi-lainnya/

Wuri, Ageng.“Menulis Perjalanan ke dalam Diri Sendiri.”Artikeldiakses pada 30

November 2013 dari http://www.indonesiabookfair.net/2013/11/09/agustinus-

wibowo-menulis-perjalanan-ke-dalam-diri-sendiri/

www.akdn.org

www.akorda.kz

www.kazakhembus.com

www.kbri-astana.kz/id

www.kgembassy.org

www.kyrgyzstan.orexca.com

www.tajikembassy.be

www.turkmenistanembassy.org

www.theismaili.org

www.uzbemb.or.id

120

Wawancara dengan Agustinus Wibowo

Tempat: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjajaran, Jatinangor, Bandung

Tanggal: 7 November 2013

Bagaimana awal mula perjalanan ke negara-negara bekas Uni Soviet?

Aku pertama kali ke situ tahun 2004, pertama kali ke Kirgiztan kemudian ke

Uzbekiztan lalu balik lagi ke Kyrgiztan. Jadi awalnya juga sebagai backpacker, dulu

saya juga sempat belajar bahasa Rusia sedikit, lalu langsung masuk ke Kyrgiztan

lebih banyak ke tempat-tempat jalur sutra yang dulu termasuk jalur sutra lah. Oh

waktu itu juga sempat ke Kazakhstan. Tapi satu pengalaman yang agak tidak

terlupakan di situ yaitu waktu di Uzbekistan, waktu itu lagi ada serangan bom karena

berdekatan dengan kejadian Andy John, waktu itu udah ada beberapa serangan teror,

ada tiga bom serangan yang meledak di Tashken jadi perbatasan Uzbek dengan

Kazak di tutup total. Akhirnya karena saya nggak bisa keluar dari Uzbek karena

perbatasan di tutup total saya sampe diberi tiket penerbangan ke Kazakhstan dari

kedutaan.

Jadi waktu itu awal mulanya bukan ke Tajikistan dulu?

Karena waktu itu sebelumnya saya sudah ke Asia Tengah, jadi saya sudah jatuh cinta

dengan Asia Tengah, sudah ada bayangan oh saya ingin belajar lagi tentang Asia

Tengah. Waktu itu saya lagi di Afghanistan jadi saya balik lagi ke situ lewat

Tajikistan, saya memutuskan untuk ke Tajikistan jadi pada tahun 2006 saya balik lagi

untuk mengunjungi lima negara Asia Tengah. Sebelumnya saya udah pergi ke tiga

121

negara, tapi waktu itu saya ingin pergi ke lima-limanya untuk proses re-visit

(mengunjungi ulang). Mengunjungi ulang itu maksudnya negara yang pernah kita

kunjungi kita kunjungi ulang tapi tentu dengan nuansa berbeda karena kita punya

impress yang berbeda yang kita dapatkan juga berbeda karena kita melihat dari sudut

pandang yang berbeda.

Media masaa memberikan pengaruh nggak sih untuk berkunjung ke

Tajikistan? Trus seberapa besar perbedaan apa yang media massa tampilkan

dengan kenyataan sehari-hari?

Karena kebetulan saya tinggalnya di Afghanistan, jadi untuk media massa cukup

banyak ya berita tentang Tajikistan di Afghanistan, kita lihat cukup banyak artis-artis

Tajikistan yang perempuan sangat populer di Afghanistan. Seperti yang kita tahu

perempuan di Afghanistan tidak boleh menyanyi, tidak boleh menari tetapi karena

dia orang asing orang Tajik jadi sangat terkenal. Kita jadi kebanyakan mendengar

lagu-lagu Tajik karena memang bahasanya sama. Jadi, awalnya tentang Tajikistan

memang bukan dari media massa, tapi nuansa Tajikistan memang sangat dekat ketika

berada di Afghanistan, di Afghanistan juga banyak teman-teman saya yang orang

Tajik. Afghan-Tajik ya bukan Tajik dimana mereka juga berbagi budaya yang sama

dan kebetulan saya bisa bahasa Parsi. Saya ingin melihat bagaimana sih sisi lain dari

orang-orang yang dari budaya yang sama tetapi hidup tinggal di negara yang

berbeda.

122

Untuk bahasa yang digunakan di Tajik bahasa apa?

Bahasa Tajik. Bahasa Parsi itu bahasa Tajik juga. Kalau di Iran disebut bahasa Parsi,

di Afghanistan disebut Dari, di Tajikistan disebut Tajik. Masing-masing ada

perbedaanya sedikit tetapi itu bahasa yang sama, tetapi bahasa Persia di Tajik jauh

lebih kuno, lebih tradisional, tetapi mereka menggunakan huruf sirilik; huruf Rusia

tetapi masih bahasa yang sama. Kalau di Iran dan Afghanistan bahasa Parsi ditulis

menggunakan huruf arab.

Selama di Tajikistan mengalami gegar budaya nggak sih?

Gegar budaya? Iya. Karena saya terlalu lama tinggal di Afghanistan, terutama tentang

perempuan ya yang paling kuat sedangkan di Afghanistan kita tidak boleh melihat

perempuan, ngomong dengan perempuan, istilahnya hidup saya hanya dengan orang-

orang yang satu gender. Ketika masuk di Tajikistan, kita naik bus gitu kalo

Afganistan kan tempat duduk kita diatur tidak bisa duduk berdampingan dengan

perempuan, lawan jenis gitu ya. Kalau di Tajikistan kita bisa duduk dempet-

dempetan dengan perempuan, baju mereka juga sedikit lebih mini. Perempuan di

Tajikistan semuanya menggunakan daster, cara berpakaian ini sama dengan Rusia

karena mereka dulu satu negara ya dengan Rusia saat masih bernama Uni Soviet.

Duduk berdampingan, nyanyi bersama, itu yang tidak saya dapatkan di Afghnistan.

123

Gegar budayanya karena tinggal di Afghanistan bukan karena budaya

Indonesia?

Ya kebetulan situasinya seperti itu, pelintas batas. Apalagi waktu itu saya datangnya

bulan Ramadhan yaa, yang bikin saya surprise di Tajikistan di bulan Ramadhan yah

padahal Tajikstan termasuk negara yang paling agamanya kuat di Asia Tengah,

mereka minum alkohol, minum vodka di tengah siang bolong di bulan Ramadhan,

toko-toko makanan tetap buka, mayoritas orang disana tidak puasa. Bahkan, ketika

saya masuk ke wilayah GBAO di perbatasan bertemu dengan orang Ismailiyah, orang

Ismailiyah ini umumnya tidak berpuasa dan bahkan saya sampai lupa kalau itu Idul

Fitri karena semua orang tidak puasa dan saya juga tidak puasa dan bahkan ini

penduduk yang mayoritasnya muslim, tetapi tidak terasa Idul Fitri hanya seperti hari

libur biasa.

Hambatan apa saja yang terjadi saat berkomunikasi di Tajikistan?

Untuk hambatan hampir tidak ada. Ada sedikit kosa kata yang berbeda dengan di

Afghanistan tetapi tidak terlalu ini ya saya cepet menyesuaikan dengan bahasanya

dengan bahasa mereka. Kalau di negara-negara lain ya karena bahasa Turki saya tidak

terlalu bagus, sedangkan di Uzbek, Kazakh, Kyrgiz, dan Turkmen semuanya

menggunakan bahasa Turki dan bahasa Rusia saya tidak sebagus bahasa Parsi saya,

tetapi di Tajikistan hampir tidak ada masalah dengan bahasa saya.

124

Kalau menurut Mas Agus, budaya di Tajikistan itu sendiri bagaimana?

Hmm. Ini yang menarik karena konsep Tajikstan itu sendiri adalah sebuah negara

yang artifisial. Tajikistan itu kan adalah salah satu dari lima negara yang diciptakan

oleh Uni Soviet sebagai bahan politik pada jaman Stalin untuk memecah belah Asia

Tengah. Jadi, selain bahasa mereka yang artifisial, budaya mereka juga artifisial

karena perbatasan mereka juga artifisial. Orang Uzbek dan Tajik sebenarnya sudah

banyak bercampur sebelum mereka dipisahkan oleh Uni Soviet mana Tajik mana

Uzbek, mereka banyak melakukan pernikahan, sehingga banyak percampuran

budaya. Sehingga ketika akhirnya merdeka menjadi sebuah negara, mereka

menentukan mana yang Tajik mana yang bukan Tajik, sehingga mereka menggali

lebih dalam lagi sejarah mereka dan identitas mereka dari masa lalu sehingga lebih

luas dari Tajik itu sendiri misalnya pahlawan nasional mereka Ibnu Sina. Kita sering

kenal Ibnu Sina tetapi kita sering tidak kenal dengan Tajikistan ya akhirnya mereka

punya kebanggaan untuk mengukuhkan identitas mereka dan bahkan kebanggaan itu

lebih besar dari Tajikistan itu sendiri. Ibukota peradaban mereka ada di Samarkhand

dan Bukhara kota-kota yang berbahasa Tajik tetapi berada di wilayah Uzbekistan.

Ada di luar negara mereka. Mereka juga mengagungkan penulis-penulis seperti

Firdaus, dan Rudaki semuanya sudah tidak tinggal di Tajikstan tetapi di Uzbekistan

mereka juga dianggap sebagai pahlawan mereka, padahal penulis ini juga di klaim

oleh negara-negara tetangga. Jadi di satu sisi yang saya tetap respek dengan budaya

Tajikistan karena mereka banyak terpengaruh oleh budaya Persia, sebagaimana

seperti di Afghanistan dan Iran mereka sangat kuat dalam hal berpuisi. Jika mereka

125

bertemu dengan orang, seringkali mereka memberikan puisi-puisi kuno, mereka

sering menyatir puisi pujangga-pujangga kuno dan itu orang Tajik sering bertanya

kepada saya “Mana puisi dari Indonesia?” yang mereka sudah buat dari ribuan tahun

lalu, orang-orang di rumah berpuisi. Kultur puisi sangat kuat disini.

Ada konflik nggak sih akibat perebutan indentitas ini?

Ya. Makanya semenjak merdeka mereka jatuh ke dalam perang saudara bukan

dengan negara-negara tetangga tetapi akibat menentukan identitas mereka sendiri.

Tajik itu apa? Tajik itu mau dibawa kemana? Setelah merdeka Tajik ingin diapakan?

Ada yang ingin Tajik sebagai negara Islam, ada yang ingin mempertahankan

sekulerisme seperti saat bersama dengan Uni Soviet. Kemudian orang-orang Uzbek

juga ikut campur dengan keadaan politik di Tajik sehingga ikut memperkeruh

suasana, lalu ada paksi-paksi fundamentalis dari Uzbekistan kelompok-kelompok

yang ingin mendirikan syariat Islam di Uzbekistan tetapi bersembunyi di Tajikistan

yang juga ikut dalam perang di Afghanistan sehingga menjadi ribet sekali. Konflik di

Tajikstan ini sehingga melibatkan negara tetangga dan negara-negara lain.

Kalo Mas Agus sendiri melihat Islam di Tajikistan itu sendiri bagaimana sih?

Islam di Tajikistan sama seperti Islam di negara pecahan Uni Soviet lainnya di Asia

Tengah ya. Dalam kondisi kebangkitan bisa dikatakan dalam posisi kebangkitan lagi

jadi setelah identitas Islam itu ditekan begitu lama oleh Uni Soviet selama 70 tahun,

azan dilarang mengudara, masjid menjadi gudang, sekarang mereka bebas belajar

Islam kembali. Tetapi di antara lima negara lainnya Tajikistan adalah negara yang

126

paling kuat agamanya apalagi mereka dekat ya berbatasan langsung dengan

Afghanistan. Mereka berbeda ya dengan negara yang lainnya mereka yang lain Turki,

hanya mereka yang Persia. Sehingga mereka sangat dengan Afganistan dan Iran,

Islam jadi mudah dikukuhkan, lebih banyak orang Tajikistan yang bisa baca huruf

Arab dibanding dengan 4 negara yang lainnya. Kemudian tidak ada upaya

sekulerisme yang sangat kentara di Tajikistan. Berbeda dengan di Turkmenistan

misalnya yang masjid tetap dikontrol, lalu pemerintah saat bulan puasa tidak mau ikut

campur saya lihat di twitternya. Tetapi satu hal lagi Tajikistan menjadi negara yang

menurut saya paling demokratis dibanding yang lain

Kalau perbedaan Islam di Indonesia dengan di Tajikistan?

Pasti berbeda karena perbandingannya bukan apple to apple, berbeda karena dari sisi

sejarah juga berbeda kalo di Indonesia unsur sufi sangat kuat karena masuknya lewat

sufisme lalu akulturalisme lewat budaya Hindu lalu India, sedangkan di Tajikistan itu

merupakan bagian dari budaya Persia sejak dahulu adalah Persia, tetapi satu entitas

Islam yang sangat kuat di Tajikistan adalah Ismailiyah yang kita lihat sendiri ya

Ismailiyah ibaratnya minoritas, walaupun dia minoritas di dunia Islam sebenernya

sangat kuat di Tajikistan karena kita liat dalam sejarahnya tokoh-tokoh Islam di dunia

Arab itu banyak yang Ismailiyah, ilmuwan-ilmuwan yang dari Bukhara itu banyak

yang Ismailiyah, siapa ya namanya saya tiba-tiba lupa. Ahh Ibnu Sina misalnya

ditenggarai sebagai Ismailiyah karena Ismaili itu pada zaman itu sangat menghormati

kebebasan berpikir, ilmuwan-ilmuwan Asia Tengah yang kemudian dijadikan

127

pahlawan-pahlawan Arab sebenarnya bukan Arab karena mereka bukan orang Arab

bahkan mereka pun tidak berbahasa Arab.

Kenapa komunisme tidak bisa membunuh kepercayaan Ismailiyah ini?

Aku rasa komunisme pun tidak akan bisa membunuh satu kepercayaan manapun, kita

lihat di negara-negara bekas jajahan komunis meski agama semakin ditekan tetapi

tetap konsep agama itu tetap ada. Misalnya komunisme menentang nomadisme,

ketika sudah tidak dijajah oleh komunis lagi maka nomadisme ini akan dibangkitkan

kembali karena mereka akan mencari identitas diri saya. Maka itu yang membuat

bangsa-bangsa yang dulu dikungkung oleh komunis akan mencari itu karena akan

menjadi kebanggan mereka, karena identitas adalah kebanggan ya maka mereka akan

membangun itu untuk nasionalisme mereka saat itu. Semua negara yang kita lihat ya

bangkit kembali dengan segala sesuatu yang ingin dihapus oleh komunisme pasti

akan bangun kembali.

Bagaimana sih keluarga di Tajikistan menjaga budayanya?

Aku rasa identitas di Tajikistan yang paling kuat budayanya termasuk di antara meski

artifisial yaaa, termasuk paling kuat diantara negara Stan lainnya seperti Kyrgiztan

dan Kazakhstan yang telah ter-Rusia-kan, kita lihat di Tajikistan pengaruh Rusia

sangat minim orang-orang masih menggunakan bahasa mereka dalam kehidupan

sehari-hari beda dengan di Kyrgiztan dan Kazakhstan dimana orang-orang di kota

besar menggunakan bahasa Rusia dalam percakapan mereka. Jika ditanya bagaimana

mereka menjaga budayanya saya rasa tidak punya masalah besar seperti Kazak dan

128

Kyrgiz, seperti juga Turkmen yang perlu menjaga ke-Turkmennannya. Sedangkan

Tajik tidak tidak terlalu tetapi Tajik berusaha mengaitkan diri mereka dengan raja

Somoni itukan raja yang paling besar tetapi ia lahir di wilayah negara yang sekarang

termasuk Uzbekistan jadi dia pahlawan Tajik tetapi semua wilayahnya ada di

Uzbekistan. Mereka harus menggali sejarah masa lalu mereka yang sebenarnya sudah

berada di luar garis batas mereka.

Hambatan saat berkomunikasi di Tajikistan?

Di Tajikistan hampir tidak ada hambatan karena warganya sangat ramah, kalau kita di

jalan orang pun akan bersalaman dengan kita itu yang membedakan Tajikistan

dengan negara-negara di Asia Tengah, mudah sekali diundang menginap karena saya

juga lancar berbahasa Parsi jadi tidak ada kesulitan.

Semudah itukah mereka menerima orang asing?

Mungkin karena saya bisa bahasa lokal jadi mereka mudah menerima tetapi mungkin

kalau orang asing lainnya tidak bisa bahasa lokal cukup susah ya. Bahasa inggris

mereka tidak bisa bahasa inggris sedangkan bahasa Rusia mereka tidak begitu bagus

karena memang mereka paling jauh dari pengaruh budaya Rusia

Ada nggak sih budaya Rusia yang masih bertahan di Tajikistan?

Ada. Hurufnya masih huruf Cyrilic dan mereka tidak akan menggantinya dengan

huruf arab. Mereka mendengarkan musik Rusia, orang-orang masih ada yang

berbahasa Rusia, di pendidikan tinggi pun mereka masih menggunakan buku-buku

129

dari Rusia. Pengaruh Rusia masih ada, pola pikir mereka tentu masih pola pikir dari

Rusia, birokrasinya masih birokrasi Rusia. Tentu ada. Dan masih cukup signifikan di

semua bekas jajahan Uni Soviet.

Cara apa sih yang paling tepat untuk bisa adaptasi budaya?

Tinggal di negara tersebut, bergaul dengan masyarakat saya rasa itu cara yang paling

tepat.

130

Wawancara kedua melalui email [email protected]

Tanggal: 3 Februari 2014

Bagaimana ceritanya bisa menjadi wartawan di Photojournalism?Lalu

bagaimana tulisan-tulisan yang awalnya diposting di blog pribadi bisa di

terbitkan di Kompas.com rubrik petualang?

Saya semula memotret dari perjalanan dan dikirimkan ke majalah, semula dalam

karier penulisan dan fotografi saya memulainya dari majalah China. Kemudian, saya

juga punya blog pribadi, yang kemudian dilirik oleh Kompas untuk dimuat secara

berseri dalam rubrik khusus.

Apa definisi travel journalism menurut Mas Agus?

Travel Journalism, saya senidri tidak terlalu mengamini istilah ini, karena jurnalisme

pun adalah produk dari perjalanan. Banyak karya yang dikategorikan sebagai “travel

writing” adalah karya para jurnalis yang tinggal di berbagai negara asing atau

kebudayaan asing. Travel dan jurnalisme adalah dua hal yang berjalan bersama,

jurnalis pasti harus melakukan perjalanan untuk menghasilkan karya yang baik, dan

itu juga menghasilkan tulisan perjalanan, sekaligus tulisan jurnalistik.

Apakah buku Garis Batas dapat dikategorikan sebagai hasil produk jurnalistik?

Iya, travel writing, creative non-fiction, sekaligus jurnalistik (melibatkan proses-

proses, termasuk tentunya verifikasi)

131

Apa yang ingin disampaikan melalui buku tersebut?

Tentang makna garis batas dalam hidup manusia

Apakah ada pembaca yang setelah membaca tulisan-tulisan Mas Agus tentang

Asia Tengah yang akhirnya berkunjung ke negara tersebut?

Saya kurang tau tentang hal ini. Karena ini bukan tujuan penulisan saya.

Foto